upaya meningkatkan hasil belajar melalui …fish.unesa.ac.id/download/utami-purwaningsih.pdf ·...

18
177 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DENGAN MEMAINKAN DRAMA SINGKAT PADA MATERI GERAK TERHADAP SISWA KELAS VIIB Ninik Sri Utami GURU Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Babat Lamongan E-mail: [email protected] Abstrak; Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII B materi gerak dengan menggunakan model pembelajaran bermain peran dengan memainkan drama singkat. Penelitian ini dimulai hari senin tanggal 27 April 2015 sampai dengan tanggal 18 Mei 2015 dalam dua siklus.Hasil tindakan menunjukkan bahwa aktivitas siswa meningkat dari siklus 1 (58,82 %), Siklus 2 (79,41 %), dan respon positif siswa siklus 1 (73,53 %), siklus 2 (88,27 %), sedangkan hasil belajarnya pada siklus 1 (72,79) dan siklus 2 (80,74). Kata kunci: hasil belajar, bermain peran, drama singkat Abstract; This study aims to improve the learning outcomes of students of class VII B material motion by using model play a role by role-play. This study begins Monday, 27 April 2015 until the date of May 18, 2015 in two siklus.Hasil action showed that the activity of students increased from cycle 1 (58.82%), Cycle 2 (79.41%), and the positive response of students cycle 1 (73.53%), cycle 2 (88.27%), while the results of their study in cycle 1 (72.79) and cycle 2 (80.74). Keywords: learning outcomes, role play, short play PENDAHULUAN Program pendidikan 9 tahun yang kemudian berubah menjadi 12 tahun pun perlu kian digencarkan.Pendidikan gratis dan murah meriah bagi anak-anak tidak mampu secara ekonomi wajib digalakkan. Anggaran pendidikan di Anggaran pendapatan Belanja Daerah (APBD) baik pemerintahan kota, kabupaten dan provinsi di Jatim harus dibesarkan persentasenya. Anggaran pendidikan yang berhubungan dengan kebutuhan dan kepentingan anak didik harus lebih diperbanyak ketimbang anggaran pendidikan untuk perjalanan dinas tertentu dan hal-hal lain. Meningkatkan kesejahteraan para guru pun harus diutamakan dan dibesarkan kuota penganggarannya supaya mereka lebih serius dan bertanggung jawab untuk menjadi pendidik-pendidik profesional. Selaras dengan pernyataan di atas, maka guru di SMP Negeri 1 Babat berusaha secara mandiri untuk memperbaiki kinerjanya. Kelas VII B salah satu kelas unggulan di SMP Negeri 1 Babat, namun demikian bukan berarti prestasi belajar IPA nya sangat baik, untuk materi Gerak, siswa masih mengalami kesulitan dalam memahaminya, oleh karena itu penulis sekaligus guru di kelas tersebut berusaha menggunakan model pembelajaran Bermain Peran dengan memainkan drama singkat.Dari latar belakang di atas, maka dapat dirimuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah aktivitas

Upload: others

Post on 07-Feb-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

177

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN

BERMAIN PERAN DENGAN MEMAINKAN DRAMA SINGKAT PADA

MATERI GERAK TERHADAP SISWA KELAS VIIB

Ninik Sri Utami

GURU Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Babat Lamongan

E-mail: [email protected]

Abstrak; Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII

B materi gerak dengan menggunakan model pembelajaran bermain peran dengan

memainkan drama singkat. Penelitian ini dimulai hari senin tanggal 27 April 2015

sampai dengan tanggal 18 Mei 2015 dalam dua siklus.Hasil tindakan menunjukkan

bahwa aktivitas siswa meningkat dari siklus 1 (58,82 %), Siklus 2 (79,41 %), dan

respon positif siswa siklus 1 (73,53 %), siklus 2 (88,27 %), sedangkan hasil

belajarnya pada siklus 1 (72,79) dan siklus 2 (80,74).

Kata kunci: hasil belajar, bermain peran, drama singkat

Abstract; This study aims to improve the learning outcomes of students of class VII

B material motion by using model play a role by role-play. This study begins

Monday, 27 April 2015 until the date of May 18, 2015 in two siklus.Hasil action

showed that the activity of students increased from cycle 1 (58.82%), Cycle 2

(79.41%), and the positive response of students cycle 1 (73.53%), cycle 2 (88.27%),

while the results of their study in cycle 1 (72.79) and cycle 2 (80.74). Keywords: learning outcomes, role play, short play

PENDAHULUAN

Program pendidikan 9 tahun yang kemudian berubah menjadi 12 tahun pun

perlu kian digencarkan.Pendidikan gratis dan murah meriah bagi anak-anak tidak

mampu secara ekonomi wajib digalakkan. Anggaran pendidikan di Anggaran

pendapatan Belanja Daerah (APBD) baik pemerintahan kota, kabupaten dan provinsi di

Jatim harus dibesarkan persentasenya. Anggaran pendidikan yang berhubungan dengan

kebutuhan dan kepentingan anak didik harus lebih diperbanyak ketimbang anggaran

pendidikan untuk perjalanan dinas tertentu dan hal-hal lain. Meningkatkan

kesejahteraan para guru pun harus diutamakan dan dibesarkan kuota penganggarannya

supaya mereka lebih serius dan bertanggung jawab untuk menjadi pendidik-pendidik

profesional.

Selaras dengan pernyataan di atas, maka guru di SMP Negeri 1 Babat berusaha

secara mandiri untuk memperbaiki kinerjanya. Kelas VII B salah satu kelas unggulan di

SMP Negeri 1 Babat, namun demikian bukan berarti prestasi belajar IPA nya sangat

baik, untuk materi Gerak, siswa masih mengalami kesulitan dalam memahaminya, oleh

karena itu penulis sekaligus guru di kelas tersebut berusaha menggunakan model

pembelajaran Bermain Peran dengan memainkan drama singkat.Dari latar belakang

di atas, maka dapat dirimuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah aktivitas

Page 2: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (177-184)

178

siswa dalam pembelajaran materi “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran

dengan memainkan drama singkat ?; (2) Bagaimanakah respon siswa dalam

pembelajaran materi “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan

memainkan drama singkat ?; (3) Apakah dengan menggunakan model bermain peran

dengan memainkan drama singkat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada

materi “Gerak” ?.

Dari rumusan masalah di atas, maka tuuan dalam penelitian ini adalah: (1)

Untuk mendeskripsikan bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran materi

“Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

(2) Untuk mendeskripsikan bagaimanakah respon siswa dalam pembelajaran materi

“Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

(3) Untuk mendeskripsikan apakah dengan menggunakan model bermain peran dengan

memainkan drama singkat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi

“Gerak”.Dalam penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi teman-teman guru di

SMP Negeri 1 Babat khususnya dan para pendidik di Kabupaten Lamongan pada

umumnya.

Menurut Ahmad Jazuli (2011) dalam skripsinya, hasil penelitian menunjukkan

bahwa penerapan metode bewrmain peran pada pembelajaran shalat fardhu yang

dilkaukan dengan berjamaah pada siswa Kelas IV SD Negeri Suoharjo sangat efektif

dan dapat meningkatkan keaktivan siswa, hal ini terlihat pada saat pembelajaran siswa

mayoritas aktif dan antusias dalam melakukan shalat fardhu dengan berjanaah sesuai

yang diperankan dikelompoknya.Dalam hal ini terbukti dari data yang dikumpulkan

hasil observasi keaktivan pra tindakan 37,50% , pada siklus I meningkat 54,98% dan

pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 70,96%. Dengan demikian aspek

keaktivan siswa pada setiap siklusnya mengalami peningkatan.

Menurut Radin Indra Pradikta(2009). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

pemanfaatan media rekaman iklan televisi dapat meningkatkan kemampuan berbicara

siswa dalam bermain peran pada aspek dialog, ekspresi, vokal dan penghayatan.

Penggunaan media rekaman iklan televisi cukup efektif untuk meningkatkan

kemampuan berbicara. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian pementasan siswa

berdasarkan aspek dialog, ekspresi, vokal dan penghayatan. Prosentase hasil ketuntasan

siswa diperoleh dari jumlah siswa yang tuntas belajar dibagi dengan jumlah siswa yang

belum tuntas belajar dikalikan 100%.Pada tahap pratindakan, siswa yang tuntas belajar

sebanyak 8 siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 30

siswa.Prosentase ketuntasannya adalah 21%.Pada tahap tindakan siklus I, siswa yang

tuntas belajar sebanyak 22 siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak

16 siswa.Prosentase ketuntasannya adalah 58%.Pada tahap tindakan siklus II, siswa

yang tuntas belajar sebanyak 30 siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas belajar

sebanyak 8 siswa.Prosentase ketuntasannya adalah 79%.Peningkatan kemampuan

berbicara siswa pada pratindakan meningkat setelah diberikan tindakan dengan

menggunakan dua tahap, yaitu tahap membuat naskah iklan televisi dan tahap

pementasan pada siklus I dan siklus II.Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar

selektif dalam memilih media rekaman televisi.Pemilihan media rekaman televisi yang

kurang tepat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.Pada tahap penulisan

naskah perlu diadakan evaluasi secara mendalam agar kualitas naskahnya semakin

baik.Dalam pembelajaran berbicara di kelas, disarankan kepada guru untuk

mengunakan media pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif dalam upaya untuk

Page 3: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

Utami, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar ….

179

meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam bermain peran sesuai dengan naskah

yang ditulis siswa.

Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat

keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran, biasanya

dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf atau angka-angka. Hasil belajar dapat berupa

keterampilan, nilai dan sikap setelah siswa mengalami proses belajar. Melalui proses

belajar mengajar diharapkan siswa memperoleh kepandaian dan kecakapan tertentu

serta perubahan-perubahan pada dirinya. Menurut Sudjana (2001), “Hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Hasil peristiwa belajar dapat muncul dalam berbagai jenis perubahan atau

pembuktian tingkah laku seseorang”. Selanjutnya menurut Slameto (dalam Emarita,

2001) menyatakan: “Hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

hasil pengalamannya sendiri.

Bermain peran atau Role playing adalah sejenis permainan gerak yang

didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield,

1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas,

meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas.Selain itu, role playing sering kali

dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya

seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).

Model Pebelajaran Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan

pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan

imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh

hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang,

hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.Pada metode bermain peranan, titik

tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu

situasi masalah yang secara nyata dihadapi.Murid diperlakukan sebagai subyek

pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan

menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu.Belajar efektif dimulai dari

lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional, 2002).

Lebih lanjut prinsip pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan

menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi

kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara

terbanyak dan bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai

kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai

apa yang mereka pelajari. Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa

adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.

Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :(1) Guru

menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan; (2) Menunjuk beberapa siswa

untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan

Belajar Mengajar; (3) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang; (4)

Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai; (4) Memanggil para

siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan; (5)

Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang

diperagakan; (6) Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan untuk

membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok; (7) Masing-

masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya; (8) Guru memberikan

kesimpulan secara umum; (9) Evaluasi; (10) Penutup.

Page 4: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (177-184)

180

Istilah “drama” semula berasal dari Yunani yang berarti perbuatan atau

pertunjukan.Sebagai sebuah karya seni yang lainnya dasar karya sastra ini pun berasal

dari kehidupan manusia dengan serba anekanya. Hanya bedanya, jika cerpen, novel,

atau pun puisi, cara menikmati dan juga memahaminya dengan dibaca, berbeda dengan

karya sastra drama yakni harus dengan cara menontonnya. Selain dengan cara

menonton, cara menikmatinya pun dapat dengan membaca naskah atau skenario, tetapi

hal itu bukanlah menikmati drama dalam arti yang sebenarnya. Sebuah skenario atau

naskah drama, hakikatnya bukanlah sebuah drama karena unsur-unsur esensial sebuah

“seni drama” belum kelihatan lengkap dan sempurna sebelum naskah tersebut

dipentaskan. Drama merupakan komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat

menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang

dipentaskan (KBBI, 2003: 275).

Menurut Oemardjati (dalam Rosdiana, 2002: 9) mengatakan bahwa drama

dalam perkembangannya mengandung arti kejadian, risalah, dan karangan. Selanjutnya,

Rahmanto (dalam Rosdiana, 2002: 9) mendefinisikan drama sebagai bentuk karya

sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya, yang

diperagakan di atas panggung (pentas). Ia menegaskan bahwa drama yang dipentaskan

itu mengungkapkan nilai moral dan dalam pementasannya menimbulkan ketegangan

yang mementingkan kesatuan perbuatan, tempat, dan waktu.Adapun beberapa batasan

yang dikemukakan antara lain; oleh H.B. Yasin (dalam Sufiani, 2004: 6) mengatakan

bahwa drama adalah rentetan kejadian yang merupakan cerita. Sedangkan menurut

Rendra (dalam Sufiani, 2004: 6) mengatakan bahwa drama atau sandiwara adalah seni

yang mengungkapkan pikiran dan perasaan orang dengan mempergunakan laku

jasmani, dan ucapan kata-kata. Pendapat lain yakni dari Aristoteles (dalam Sufiani,

2004: 6) bahwa drama adalah penyajian atau peragaan (peniruan) semua kejadian atau

cerita. Sedangkan menurut Moolton (dalam Sufiani, 2004: 6) mengemukakan bahwa

drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak.Selain itu, drama adalah cerita yang

dipanggungkan (Hazin, 1990: 90).

Kata “drama” biasanya diperuntukkan bagi karya pentas yang serius, sehingga

hampir sinonim dengan tragedi. Tokoh-tokoh dalam sebuah drama meliputi: peran

utama dipegang oleh protagonis lawannya ialah antagonis. Perbuatan dan pandangan

kedua tokoh itu yang berbeda menimbulkan konflik (Hartoko, 1986: 20).Menurut

(Rosidi, 1998: 56), umumnya drama-drama itu berbentuk Closet drama, yaitu drama

untuk dibaca, bukan untuk dipentaskan.Di dalamnya kurang sekali aksi ataupun

pertunjukkan watak, melainkan banyak sekali percakapan.Namun, rata-rata drama itu

pernah juga dipertunjukkan di atas panggung.

METODE

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas 7 B yang berjumlah 32 orang. Siswa

yang mendapatkan nilai rendah saat tes awal 25 siswa atau 78,13 %.Penelitian ini

dilakukan di SMP Negeri 1 Babat, selama 1 Bulan yaitu mulai tanggal 24 April sampai

dengan 23 Mei 2015.Prosedur Tindakan Persiklus: (A) Fase perencanaan; Dalam fase

perencanaan penulis menyiapkan : (1) Perangkat pembelajaran; (2) Membuat scenario

tentang gerak; (3) Menyiapkan instrument penilaian; (B) Fase Tindakan dan Observasi:

(1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP; (2) Siswa dibentuk

kelompok –kelompok kecil, jumlah siswa 34 maka dibentuk dalam 4 kelompok; (3)

Setiap kelompok diberikan skenario yang sudah dibuat guru, kelompok 1

Page 5: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

Utami, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar ….

181

memperagakan bahwa gerak itu relative, kelompok 2 memperagakan atau memainkan

drama singkat tentang macam gerak berdasarkan lintasannya, kelompok 3 memainkan

drama singkat tentang gerak lurus beraturan, sedangkan kelompok terakhir memainkan

drama singkat tentang gerak lurus berubah beraturan; (4) Guru mengamati peran yang

dimainkan siswa; ((4) Guru menjelaskan drama singkat yang telah dimainkan oleh

setiap kelompok; (5) Guru mengadakan evaluasi; (C) Fase Refleksi: (1)Guru melihat

keberhasilan serta kegagalan yang telah dilakukan; (2) Guru merencanakan perbaikan

untuk siklus 2.

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Aktivitas

siswa dalam pembelajaran di atas 73,53 %; (2) Respon positif siswa terhadap

pembelajaran bermain peran dengan memainkan drama singkat minimal 82,35 %; (3)

Ketuntasan belajar siswa secara klasikal minimal 85 %

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Siklus 1

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari

rencana pelajaran 1, soal tes Ulangan 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.Selain

itu juga dipersiapkan lembar observasi aktivitas siswa, lembaar angket respon siswa.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada hari

senin tanggal 27 April 2015 di Kelas VII B jumlah siswa 34 siswa.Dalam hal ini

peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.Pada pertemuan pertama ini guru

memberikan scenario 1 yang menceritakan seorang perawat mndorong pasien di kursi

roda, pada scenario tersebut menggambarkan tentang gerak bersifat relative.Pasien

dikatakan bergerak jika dilihat dari orang yang sedang duduk di sekitarnya, tapi pasien

dikatakan diam kalau dilihat oleh topi yang sedang dipakainya atau sebaliknya.

Setelah kelompok pertama memperagakan dan memainkan drama tersebut,

siswa mendari informasi di buku panduan dan buku-buku yang ada di perpustakaan

sampai jam pertama selesai. Pada jam kedua siswa diminta untuk kembali ke kelas dan

guru menjelaskan tentang materi tersebut. Sepuluh menit terakhir guru bersama siswa

merangkum.

Pertemuan kedua pada tanggal 28 April 2015, seperti biasanya guru mengabsen

siswa dan memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengingat materi yang telah

dipelajari. Pada kegiatan inti kelompok 2 memainkan drama seorang anak bermain di

lapangan dengan berjalan santai dengan membentuk lintasan lurus, melingkar dan

parabola. Materi tersebut tentang macam gerak berdasarkan lintasannya dan kelompok

tiga memainkan drama seorang yang sedang berjalan – jalan pagi ke pasar dengan

kecepatan konstan, hal ini menggambarkan tentang GLB (Gerak lurus

beraturan).Setelah drama kedua oleh kelompok 2 dipraktekan serta drama ketiga oleh

kelompok 3, guru meminta siswa untuk mencari informasi, macam gerak dan GLB

tersebut yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti siswa sangat antusias dan senang

melihat teman-temannya memainkan drama singkat di depan kelas, bahkan tidak sedikit

setelah kelompok yang memainkan drama selesai, kelompok yang lain bertepuk tangan

memberikan pujian.10 menit terakhir guru menyimpulkan. Pertemuan ketiga

dilaksanakan tanggal 2 Mei 2015, pada pertemuan ini diadakan evaluasi dan hasil

evaluasi yang dilakukan nilai rata-rata kelas 72,79, masih di bawah KKM yaitu 75 dan

Page 6: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (177-184)

182

ketuntasan secara klasikal masih 47,06 %. Sedangkan hasil observasi tentang aktivitas

siswa menunjukkan angka 58,82 % atau 20 siswa yang aktif, begitu juga dengan respon

siswa yang mengisi kuisioner menunjukkan angka 73,53 % atau 25 siswa yang memilih

baik.

Dari hasil tindakan dan observasi di atas menunjukkan bahwa pada siklus 1

masih perlu ditindaklanjuti untuk perencanaan siklus kedua, hal ini indicator

keberhasilan masih belum terliha dari semua aspek. Oleh karena itu peneliti

menganalisis semua kejadian pada siklus 1, kelemahan pada siklus 1 yaitu siwa yang

mau memainkan drama singkat tidak diberi kesempatan untuk melakukan latihan

sebelumnya sehingga kelompok yang tampil akhirnya apa adanya. Maka untuk

menghindari itu kelompok yang akan tampil diberikan scenario sebelumnya dan

diberikan waktu di rumah untuk mempelajari dan latihan, sehingga diharapkan pada saat

tampil di depan hasilnya memuaskan.

b. Siklus 2

Guru menyiapkan semua perangkat pembelajaran, mulai dari RPP, angket siswa,

lembar observasi dan soal untuk evaluasi. Skenario untuk pertemuan pada siklus 2 telah

diberikan oleh kelompok 4 yaitu tentang GLBB gerak lurus berubah beraturan.Untuk

materi GLBB ini diusahan untuk dua kali pertemuan karena pada materi ini perlu waktu

lebih, sehingga untuk siklus 2 ini materi yang diberikan hanya GLBB.

Pertemuan pertama pada siklus 2 dilaksanakan hari senin tanggal 11 mei 2015,

guru mengamati kelas, dan kelas sudah bersih sehingga pembelajaran sudah bisa

dimulai, siswa yang mendapatkan tugas memimpin doa dan salam kepada guru, guru

menanyakan siswa yang tidak masuk kepada sekretaris. Posisi siswa tetap seperti pada

siklus 1, dan kelompok yang mendapatkan memainkan drama singkat adalah kelompok

4, selama 20 menit diberikan waktu untuk memainkannya, jika mengalami kesulitan dan

maih kurang serius maka bisa diulang sampai semua kelompok memahami apa yang

diperankan. Sisa waktu untuk pertemuan pertama ini digunakan untuk mencari

informasi di perpuskaan, 10 menit terkahhir digunakan guru untuk mengecek hasil

pencarian informasi yang digali oleh siswa.

Pertemuan kedua dilaksakan pada hari selasa tanggal 12 Mei 2015. Pada

pertemuan kedua pada siklus 2 ini guru memberikan penjelasan tentang materi GLBB

dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman siswa tentang

konsep GLBB, setelah ada interaksi Tanya jawab dengan siswa, maka 10 menit terakhir

digunakan untuk menyimpulkan dan guru memberikan pengumuman untuk pertemuan

selanjutnya akan diadakan evaluasi, karena hari sabtu tanggal 16 Mei 2015 libur , maka

untuk evaluasi siklus 2 dilaksanakan hari senin tanggal 18 Mei 2015.

Selama pembelajaran berlangsung, hasil observasi keaktivan siswa

menunjukkan angka yang memuaskan yaitu 79,41 % hal ini menunjukkan 27 siswa

telah aktif dalam proses pembelajaran, respon siswa terhadap pembelajaran yang

menilai baik dalam memainkan drama singkat ini sejumlah 30 siswa atau 88,27 %,

sedangkan untuk hasil evaluasi yang diperoleh rata-rata 80,74 dan ketuntasan klasikal

diperoleh 91,18 %, sehingga penelitian ini dianggap sesuai dengan yang diharapkan.

Pertemuan selanjutkan diadakan refleksi dan hasil tindakan dan observasi pada

siklus 2 telah menunjukkan keberhasilan penelitian tindakan kelas ini, meskipun sebagai

penulis tetap ada kelemahan yang harus diperbaiki dalam penelitia selanjutnya.

Page 7: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

Utami, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar ….

183

PENUTUP

Dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Aktivitas siswa dalam pembelajaran

materi “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama

singkat mengalami peningkatan dari 58,82 % menjadi 79,41 %; (2) Respon siswa

terhadap pembelajaran materi “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran

dengan memainkan drama singkat mengalami peningkatan dari 73,53 % menjadi 88,27

%; (3) Model pembelajaran bermain peran dengan memainkan drama singkat dapat

meningkatkan prestasi belajar pada materi “Gerak”.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Jazuli. Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Keaktivan

Ibadah Shalat Fardhu Siswa Kelas IV SD Negeri Sukoharjo Kecamatan Sedayu

Kabupaten Bantul. Skripsi.Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tariyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2011

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Bahri, Syaipul. 1995. Strategi Belajar Mengajar , Banjarmasin: Rineke Cipta.

Depdikbud. 2002. Model-Model Pembelajaran Dirjen Pendidikan Dasar dan

Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. PGSM

Hamalik, Oemar. 2002.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Asara.

Hadfield,jill. 1986. Pembelajaran role playing.Medan: http//pembelajaranclub.diakses :

16 juli 2012.

Hartoko, Dick. 1986. Pemandu di Dunia Sastra.Yogyakarta: Kanisius.

Hazin.1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya: Bumi Aksara

Mulyasa, E. 2007. Implementasi Kurikulum 2004:Perpaduan Pembelajaran KBK.

Bandung: Rosda.

Pradikta, Radin Indra. 2009. Peningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Kegiatan

Bermain Peran Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Srengat Kabupaten Blitar

dengan Menggunakan Media Rekaman Iklan Televisi. Skripsi, Jurusan

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Sastra Universitas

Negeri Malang

Rosdiana. 2002. “Kajian Tindak Tutur Teks Percakapan Drama Sumur Tanpa

Dasar.”Skripsi. Makassar: FBS UNM.

Rosidi, Ajip. 1998. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Percetakan Bina Cipta.

Slameto.1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 2001.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya. –

Sufiani. 2004. “Problematika Pengajaran Drama di SLTP Negeri 3 Bantimurung

Kabupaten Maros”. Skripsi. Makassar: FBS UNM

Page 8: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (177-184)

184

http://www.antaranews.com/berita/467070/mendikbud--pendidikan-indonesia-dalam-

kondisi-gawat-darurat

http://sistempendidikannegarakita.blogspot.com/

http://www.prestasi-iief.org/index.php/id/feature/68-kilas-balik-dunia-pendidikan-di-

indonesia

https://mohyamin.wordpress.com/2008/06/30/derita-pendidikan-di-jawa-timur/

Page 9: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

185

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI

DENGAN MEDIA FILM KRITIK SOSIAL

Uni Purwaningsih

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Paciran Lamongan

Abstrak; Menulis puisi merupakan salah satu kompetensi mata pelajaran Sastra

Indoesia yang harus dicapai siswa SMA. Namun pada kenyataannya pembelajaran

menulis puisi dinilai masih rendah terutama pada peserta didik kelas XI Bahasa

SMA N I Paciran. Masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana pelaksanaan

proses pembelajaran dengan meggunakan media film kritik sosial (2) bagaimana

peningkatan keterampilan menulis puisi dengan mengggunakan media film kritik

sosial pada peserta didik kelas XI Bahasa SMA Negeri I Paciran. Penelitian ini

adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus. Subjek penelitian

adalah peserta didik kelas XI Bahasa SMA Negeri Paciran tahun pelajaran 2014-

2015. Jumlah siswa 19 anak, dengan rincian 2 laki-laki dan 17 perempuan. Data

diperoleh melalui observasi, wawacara, angket dan tes . Berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media film kritik sosial dapat

meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran menulis puisi, aktivitas

belajar peserta didik dan meningkatkan keterampilan peserta didik menulis puisi.

Kata kunci: Menulis puisi, dan Film kritik sosial

Abstract; Writing poetry is one of the subjects of Literature appears logical

competencies that must be accomplished high school students. But in fact learning to

write poetry is still considered low, especially among students of class XI SMA NI

Paciran language. The problem in this research are (1) how the implementation of

the learning process is by using the medium of film of social criticism (2) how to

increase writing skills to use traditional media poetry films of social criticism among

students of class XI SMA Negeri I Paciran language. This research is a class act

who performed two cycles. Subjects were students of class XI SMA Language

Paciran 2014-2015 school year. Number of students 19 children, with details of 2

men and 17 women. Data obtained through observation, Interview, questionnaire,

and test. Based on the results of this study concluded that the use of social media

movie critics can improve the skills of teachers in learning to write poetry, the

activities of learners and improve the skills of learners writing poetry.

Keywords: Writing poetry and social criticism Movies

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

guna mencapai tujuan. Hal ini termaktup di dalam UU RI Nomor 20 tahun

2003.(2008:10) sebagai berikut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

Page 10: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (185 -194)

186

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara.

Berdasarkan pada konsep pendidikan tersebut maka dapat dipahami bahwa

pendidikan bukanlah sesuatu yang terjadi secara serta merta tanpa persiapan.

Pendidikan diawali dengan kesadaran dan perencanaan. Kesadaran dan perencanaan

yang baik memungkinkan terciptanya proses dan suasana pembelajaran yang baik pula.

Dengan proses dan suasana belajar yang demikian diharapkan peserta didik dapat secara

aktif mengembangkan potensi dirinya semaksimal mungkin, mulai dari potensi spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sampai pada

keterampilan yang diperlukan dalam mengisi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang dicapai para peserta didik masih terbatas

pada ketuntasan evaluasi berupa UAS (Ujian Akhir Sekolah) ataupun UNAS (Ujian

Nasional), yang ditandai dengan peserta didik lulus dalam mata pelajaran Bahasa

Indonesia. Padahal tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia yang diakhiri dengan

UAS/UNAS belum bisa menggambarkan seseorang mahir berbahasa Indonesia dengan

baik dan benar. Hal itu dikarenakan UAS ataupun UNAS menggunakan tes objektif,

aspek yang diujikan berupa pengetahuan. Oleh karena itu banyak peserta didik belum

bisa menggunakan bahasa yang hakiki, baik bahasa secara reseptif dan secara

reproduktif, yang disebut keterampilan berbahasa.

Kemampuan dalam belajar Bahasa Indonesia ditentukan oleh standar kompetensi

sebagai ukuran kemampuan minimal peserta didik yang secara umum menggambarkan

penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap Bahasa dan

Sastra Indonesia.

Tujuan estetika dijelaskan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang

mempunyai tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain: (1) secara

efektif dan efisien mampu berkomunikasi sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara

lisan maupun tulisan, dan (2) menggunakan Bahasa Indonesia untuk mengembangkan

dan meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

Tujuan tersebut dilakukan dalam empat aspek, yaitu mendengarkan, berbicara,

membaca dan menulis. Jadi pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia ini bertujuan

membekali peserta didik memiliki dua kemampuan berkomunikasi secara efektif dan

efisien dalam Bahasa Indonesia lisan maupun tulisan (Suyatno, 2012, hlm. 60-63).

Keterampilan yang paling berhubungan dengan berpikir kreatif serta keterampilan

yang ekspresi adalah menulis. Namun pada keterampilan berbahasa, semua aspek

tersebut berhubungan erat dengan proses-proses utama dalam berbahasa. Menulis

merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran, maka diperlukan juga teknik pengajaran yang baik dengan didukung oleh

guru atau pembimbing yang bermutu pula.

Menurut Aftarudin dalam Akhadiyah, (1999 36-41), proses menulis akan

menghasilkan sebuah karya, baik itu karya ilmiah atau karya sastra. Hasil karya sastra

tersebut juga beragam macamnya, mulai dari sastra drama, prosa dan puisi. Berbicara

tentang puisi maka akan dihadapkan dengan masalah yang besar, karena berbicara

tentang manusia dan kreativitasnya, yang dalam hal ini penyajak dan puisinya.

Hubungan timbal balik antara penyajak dan puisi sangatlah erat. Tidak akan ada sajak

tanpa penyajak, sebaliknya penyajak disini merupakan sumber bagi kelahiran sajak.

Akhirnya disini dapat ditarik kesimpulan bahwa sastra identik dengan kehidupan

Page 11: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

Purwaningsih, Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi ….

187

manusia. Kreativitas dari persajakan selalu menghendaki keaslian dari ciptaan atau

pribadi.

Namun pada kenyataannya pembelajaran menulis puisi dinilai masih rendah

terutama pada peserta didik kelas XI Bahasa SMA N I Paciran. Hal ini disebabkan oleh

adanya beberapa hambatan. Hambatan yang pertama berasal dari peserta didik itu

sendiri. Peserta didik kurang berminat pada pembelajaran menulis puisi. Mereka kurang

tertarik, merasa kesulitan dalam menuangkan gagasan/ide ke dalam larik-larik puisi,

kurang memiliki perbendaharaan kata yang memadai, kurang dapat memilih kata-kata

dengan tepat serta kurang memahami bagaimana merangkaikan kata-kata ke dalam

sebuah puisi.

Fakta menunjukkan bahwa berdasarkan prasiklus, hasil belajar menulis puisi pada

peserta didik kelas XI Bahasa SMA N I Paciran tahun pelajaran 2014/2015 masih

kurang mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan, yaitu 75. Nilai

rata-rata kelas 64. Hal ini jauh dari KKM yang telah dipatok oleh sekolah, yakni sebesar

75. Diperoleh nilai tertinggi 76 dan nilai terendah 44 baru 9 peserta didik atau 47.%

yang telah mencapai ketuntasan belajar. Masih ada 9 peserta didik atau 53% yang belum

mencapai ketuntasan belajar. Informasi ini diperoleh setelah diadakan observasi awal

ketika prasiklus yang dilakukan pada tanggal 24 April 2015.

Hambatan yang ke dua berasal dari guru. Guru kurang dapat memotivasi peserta

didik untuk lebih menyenangi pembelajaran menulis puisi. Selain itu metode yang

digunakan kurang variatif, sehingga membosankan bagi peserta didik. Seorang guru

harus berinovasi untuk melakukan metode pembelajaran yang lebih kreatif sehingga

peserta didik tidak merasa bosan dan mempunyai motivasi belajar yang lebih

tinggi.Keterangan tentang metode pembelajaran dan media yang kurang inovatif ini

diperoleh dari wawancara dengan Dana Rahmatullah, peserta didik kelas XI Bahasa

SMAN I Paciran.

Berkaitan dengan hal di atas, peneliti berdiskusi dengan guru Bahasa Indonesia

lain untuk mengatasi permasalahan serta kendala yang ada. Setelah melalui proses

diskusi, kesepakatan yang didapat untuk mengatasi kendala yang ada adalah dengan

memanfaatkan media yang tepat dan menarik agar dapat meningkatkan keterampilan

menulis peserta didik . Salah satu media yang dimungkinkan dapat menunjang

pembelajaran menulis puisi peserta didik kelas XI Bahasa SMA N I Paciran adalah

penggunaan film kritik sosial yang berjudul Ibuku Seorang P... .

Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian

tindakan kelas merupakan proses pengkajian memalui sisitem berdaur atau siklus dari

berbagai kegiatan pembelajaran. Pada hakikatnya PTK merupakan suatu proses antara

guru dan siswa menginginkan adanya perbaikan, peningkatan dan perubahan

pembelajaran yang lebih baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing terdiri dari 4 tahap. Model

Kemmis dan Mc Taggart ini terdiri dari empat komponen, yaitu 1) rencana, 2) tindakan,

3) observasi, 4) refleksi. (Wardhani, 2008:16). Dengan demikian prosedur penelitian ini

memiliki siklus, rencana – tindakan – observasi – refleksi dan revisi dan seterusnya

sehingga tercapai tujuan yang diinginkan dengan tindakan yang paling efektif.

Penelitian tindakan ini menggunakan penelitian tindakan kolaboratif, guru

sebagai peneliti dibantu dengan teman sejawat sebagai observer. Tujuan utama dari

penelitian ini adalah meningkatkan hasil pembelajran di kelas di mana guru terlibat

secara penuh dalam penelitian mulai perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, dan

refleksi( analisis dan interpretasi.

Page 12: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (185 -194)

188

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI Bahasa SMA Negeri I

Paciran. Jumlah peserta didik 19 orang dengan rincian 2 laki-laki dan 17 perempuan.

Sebelum melakukan penelitian, pada tahap ini peneliti menyusun rumusan masalah,

tujuan penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada proses

belajar mengajar. Selain itu, pada tahap ini juga dipersiapkan instrumen penelitian dan

perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mendapatkan data keterampilan guru dalam pembelajaran menulis puisi

dengan menggunakan media film kritik sosial ,peneliti menetapkan 12 indikator.

Masing-masing indikator terdiri atas 4 deskriptor. Berdasarkan pengamatan observer

dalam pembelajaran pada siklus I, guru belum dapat menguasai kelas dengan baik.

Penyebabnya adalah guru terlalu tergesa-gesa untuk memulai pelajaran, tanpa

menunggu peserta didiknya siap untuk mengikuti pelajaran. Motivasi yang guru berikan

kurang menarik perhatian peserta didik. Saat pembelajaran, guru jarang memberikan

reward yang berkesan pada peserta didik yang berpartisipasi.

Selain itu, tujuan pembelajaran yang guru sampaikan tidak guru tulis secara

eksplisit, sehingga tidak semua peserta didik mampu memahami tujuan pembelajaran

yang guru maksud. Pada pembelajaran siklus I guru dinilai kurang terampil dalam hal

mengajukan pertanyaan untuk menggali pengetahuan dan pengalaman peserta didik

seputar tema puisi. Akibatnya, tidak ada tanggapan positif dari peserta didik atas

pertanyaan guru. Informasi seputar tema puisi yang guru sampaikan, tidak dapat peserta

didik pahami dengan baik.

Kekurangan guru dalam mengajar adalah menggali informasi sebanyak-

banyaknya tentang pengetahuan awal peserta didik mengenai isi film tersebut. Guru

seolah menganggap bahwa peserta didik telah memahami film tersebut. Padahal, tidak

semua memahami secara rinci isi film tersebut. Selain itu, pendekatan yang guru

lakukan belum merata kepada semua peserta didik. Data hasil pengamatan keterampilan

guru yang dilakukan oleh observer dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.Hasil Observasi Aktivitas Guru

No. Indikator Tingkat Kemampuan

Skor 1 2 3 4

1 Pengkondisian kelas √ 2

2 Mempersiapkan sumber belajar √ 3 3 Melakukan apersepsi √ 2

4 Memberikan motivasi √ 2

5 Menyampaikan tujuan pembelajaran √ 3 6 Guru membimbing peserta didik untuk menemukan ciri-ciri puisi √ 2

7 Guru membingmbing peserta didik untuk menyebutkan unsur-unsur

pembentuk puisi. √ 2

8 Guru menggali pengetahuan awal peserta didik terhadap film tersebut

dengan cara mengajukan pertanyaan √ 2

9 Guru membimbing peserta didik dalam menulis puisi berdasarkan

penayangan film kritik sosial √ 2

10 Memberikan simpulan √ 3

11 Melakukan refleksi √ 3 12 Memberikan evaluasi √ 2

Jumlah Skor 28

Kreteria Cukup

Page 13: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

Purwaningsih, Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi ….

189

Kegiatan interaksi belum terlaksana secara teratur dan sesuai instruksi guru.

Peserta didik masih enggan dalam menanggapi guru dengan pertanyaan atau gagasan.

Data hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus I dapat dilihat pada tabel 2.

Sedangkan hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran siklus I

memperoleh kriteria cukup. Berdasakan indikator keberhasilan yang peneliti tetapkan

sebelumnya, keadaan ini menyatakan bahwa pembelajaran pada siklus I belum dapat

dikatakan berhasil. Aktivitas peserta didik pada pembelajaran siklus I tidak optimal,

beberapa peserta didik tampak belum siap mengikuti pelajaran.. Peserta didik yang tidak

tertarik mengikuti pelajaran justru mengganggu peserta didik lain yang sedang

konsentratsi.

Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik Siklus I

No Indikator

Jumlah Peserta

didik mencapai

Skor Perhitungan

Skor Jumlah Total

Rata-

Rata

1 2 3 4

1 Memperhatikan

penjelasan guru

(mendengarkan)

5 8 6 1 x 5 5 39 2,05

2 x 8 16

3 x 6 18

2 Menjawab pertanyaan

guru (berbicara)

5 9 5 1 x 5 5 38 2,00

2 x 9 18

3 x 5 15

3 Menulis puisi berdasarkan

tayangan film kritik sosial

3 9 7 1 x 4 4 39 2,05

2 x 10 20

3 x 5 15

4 Membacakan teks puisi

hasil tulisannya

7 14 4 1 x 7 7 35 1,84

2 x 8 16

3 x 4 12

5 Mengungkapkan

informasi terhadap puisi

yang ditulisnya

4 7 8 1 x 4 4 39 2,05

2 x 10 20

3 x 5 15

6 Peserta didik

menyimpulkan hasil

pembelajaran

1 11 7 1 x 5 5 36 1,89

2 x 11 22

3 x 3 9

7 Peserta didik mengerjakan

evaluasi

4 7 8 1 x 4 4 42 2,21

2 x 7 14

3 x 8 24

Jumlah 268 268 14,11

Rata-rata Skor Peserta didik 14,11 38,29

Kreteria Cukup

Untuk mengukur keterampilan menulis puisi peserta didik, guru memberikan tes

tertulis dengan bentuk soal uraian. Berdasarkan hasil tes secara individu diperoleh data

yang tersaji dalam tabel 3 berikut ini:

Tabel 3.Hasil Evaluasi Menulis Puisi Peserta didik Siklus I No Keterangan Siklus I

1 Rata-rata kelas 69,7

2 Nilai tertinggi 78

3 Nilai terendah 45

4 Peserta didik yang memenuhi KKM 14

5 Peserta didik yang belum memenuhi KKM 5

6 Prosentase Ketuntasan Klasikal 68%

Page 14: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (185 -194)

190

Ketidakberhasilan pembelajaran pada siklus I, banyak dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Yakni, kurang terampilnya guru mengajar dengan menggunakan

media film kritik sosial sehingga guru masih kesulitan untuk menguasai kelas.

Akibatnya tidak semua peserta didik mendapat perhatian dari guru. Selain itu, aktivitas

peserta didik di kelas juga masih sangat kurang. Belum ada interaksi yang baik antara

guru dan peserta didik, sehingga langkah-langkah pembelajaran menulisi puisi dengan

menggunakan media film kritik sosial belum terlaksana dengan sempurna.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan tersebut, peneliti bersama rekan

kolaborator harus melaksanakan refleksi. Refleksi yang peneliti dan kolaborator

laksanakan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang

terjadi pada siklus I, serta menemukan inovasi baru untuk diterapkan pada siklus II, agar

pembelajaran pada siklus II memperoleh hasil lebih baik dari pada siklus I.

Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus 2

No. Indikator

Tingkat Kemampuan Skor

1 2 3 4

1 Pengkondisian kelas √ 3

2 Mempersiapkan sumber belajar √ 4

3 Melakukan apersepsi

√ 4

4 Memberikan motivasi

√ 4

5 Menyampaikan tujuan pembelajaran √ 4

6 Guru membimbing peserta didik untuk menemukan ciri-ciri puisi √ 3

7 Guru membingmbing peserta didik untuk menyebutkan unsur-

unsur pembentuk puisi. √ 3

8 Guru menggali pengetahuan awal peserta didik terhadap film

tersebut dengan cara mengajukan pertanyaan √ 3

9 Guru membimbing peserta didik dalam menulis puisi berdasarkan

penayangan film kritik sosial √ 3

10 Memberikan simpulan √ 4

11 Melakukan refleksi √ 4

12 Memberikan evaluasi √ 3

Jumlah Skor 42

Kreteria Sangat baik

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II aspek keterampilan mengajar guru,

diperoleh skor 42 dengan kreteria sangat baik. Hal ini disebabkankan indikator

keberhasilan dalam PTK ini telah tercapai. Hal ini juga menunjukkan bahwa guru telah

berhasil menggunakan media film kritik sosial untuk meningkatkan keterampilan

menulis puisi peserta didik. Keberhasilan keterampilan guru dapat dilihat pada tabel 4

berikut ini.

Peningkatan yang terjadi pada aspek keterampilan guru pada siklus II

berpengaruh pada meningkatnya aktivitas peserta didik di kelas. Pada siklus II Aktivitas

peserta didik mendapatkan nilai rata-rata 65,43 dengan kreteria sangat memuaskan.

Keberhasilan ini dapat dilihat melalui tabel 5.

Page 15: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

Purwaningsih, Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi ….

191

Tabel 5. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

No. Indikator

Jumlah Siswa mencapai Skor Perhitungan Skor Jumlah Total

Rata-Rata

1 2 3 4

1 Memperhatikan penjelasan guru(mendengarkan)

7 12 3 x 7 21 69 3,63 4 x 12 48

2 Menjawab pertanyaan guru (berbicara) 2 10 7 2 x 2 4 62 3,26 3 x 10 30 4 x 7 28

3 Menulis puisi berdasarkan tayangan film kritik sosial

2 10 7 2 x 2 4 62 3,26 3 x 10 30 4 x 7 28

4 Membacakan teks puisi hasil tulisannya 1 10 8 2 x 1 2 64 3,37 3 x 10 30 4 x 8 32

5 Mengungkapkan informasi terhadap puisi yang ditulisnya

1 10 8 2 x 1 2 64 3,37 3 x 10 30 4 x 8 32

6 Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran 5 14 3 x 5 15 71 3,74 4 x 14 56

7 Siswa mengerjakan evaluasi 1 7 11 1 x 1 1 66 3,47 3 x 7 21 4 x 11 44

Jumlah 458 458 24,11

Rata-rata Skor Siswa 24,11 65,43

Kreteria Sangat

Baik

Keberhasilan aspek keterampilan guru dalam mengajar dan aktivitas peserta

didik dalam mengikuti pembelajaran pada siklus II juga mempengaruhi hasil belajar

siswa pada siklus II. Hasil belajar peserta didik meningkat Hal ini dapat dilihat dari nilai

rata-rata 81,7 dan ketuntasan klasikal peserta didik mencapai 89,4 % Keberhasilan

evaluasi menulis puisi pada siklus II dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6. Hasil Evaluasi Menulis puisi Peserta didik Siklus II

No Keterangan Siklus I

1 Rata-rata kelas 81,7

2 Nilai tertinggi 90,0

3 Nilai terendah 60,0

4 Peserta didik yang memenuhi KKM 17,0

5 Peserta didik yang belum memenuhi KKM 2,0

6 Prosentase Ketuntasan Klasikal 89,4%

Meskipun demikian, perbaikan yang guru laksanakan pada keterampilan

mengajar dan aktivitas peserta didik di kelas tidak hanya berhenti pada siklus II

penelitian ini. Guru harus selalu melakukan refleksi, dan introspeksi untuk mencari

kelemahan-kelemahan yang guru alami. Selanjutnya guru harus mampu menentukan

solusi dan alternatif pemecahan masalah yang tepat demi perbaikan pembelajaran

berikutnya. Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat terus terjaga dengan baik,

dan hasil belajar peserta didik mampu meningkat.

Keterampilan guru dalam penelitian ini mengalami peningkatan. Pada siklus I

jumlah skor yang diperoleh adalah 28 dengan kriteria cukup. Kemudian meningkat pada

siklus II menjadi 42 dengan kriteria sangat baik. Adapun peningkatannya disajikan

dalam grafik berikut ini:

Page 16: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (185 -194)

192

Grafik 1

Ketrampilan Guru Siklus I dan II

Aktivitas peserta didik dalam penelitian ini mengalami peningkatan. Pada

siklus I perolehan rata-rata skor peserta didik adalah 15.96 dengan kriteria cukup.

Kemudian pada siklus II memperoleh rata-rata skor 24 dengan kriteria amat baik.

Adapun peningkatannya disajikan dalam grafik berikut ini:

Grafik 2

Aktivitas Peserta Didik Siklus I dan II

Hasil belajar peserta didik dalam penelitian ini mengalami peningkatan.

Pada siklus I rata-rata nilai peserta didik adalah 69,7 dengan persentase ketuntasan

sebesar 68%. Kemudian pada siklus II meningkat nilai rata-rata peserta didik

menjadi 81,7 dengan persentase 89,4%. Adapun peningkatannya disajikan dalam

grafik berikut:

Page 17: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

Purwaningsih, Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi ….

193

Grafik 3

Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II

Berdasarkan penjelasan di atas, penggunaan media film kritik sosial terbukti memiliki

dampak positif dalam meningkatkan keterampilan guru, aktivitas peserta didik, dan

hasil belajar peserta didik dalam menulis puisi.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dengan

Media Film Kritik Sosial pada peserta didik kelas XI Bahasa SMA Negeri I Paciran,

peneliti dapat menarik simpulan bahwa penggunaan media film kritik sosial dapat

meningkatkan keterampilan guru, aktivitas peserta didik, dan hasil belajar peserta didik

kelas XI Bahasa SMA N I Paciran dalam pembelajaran menulis puisi. Pada siklus I

keterampilan guru mendapatkan skor sebesar 28 dengan kriteria cukup. Pada Siklus II

jumlah skor yang diperoleh guru sebesar 42 dengan kriteria sangat baik. Sedangkan

aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis puisi pada siklus I mendapatkan skor rata-

rata sebesar 38,3 dengan kriteria cukup. Pada siklus II skor rata-rata sebesar 65,40

dengan kriteria sangat baik. Hasil belajar siswa pada siklus I mendapatkan nilai rata-rata

kelas yang diperoleh adalah 69,7. Nilai tertinggi yang dicapai peserta didik 78

sedangkan nilai terendah 45. Persentase ketuntasan klasikal hasil menulis puisi adalah

68% sedangkan 32% peserta didik dalam kriteria tidak tuntas. Pada siklus II nilai rata-

rata kelas yang diperoleh adalah 81,7. Nilai tertinggi yang dicapai 90 sedangkan nilai

terendah 60. Persentase ketuntasan hasil menulis puisi adalah 89,4%.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang diperoleh Sebaiknya guru

menggunakan keterampilan dasar mengajar secara optimal dan kreatif dalam usaha

merancang pembelajaran yang menyenangkan, memotivasi dan mengarahkan peserta

didik untuk belajar dengan aktif, antusias, dan kreatif menyalurkan pendapatnya dalam

Page 18: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI …fish.unesa.ac.id/download/Utami-Purwaningsih.pdf · “Gerak” dengan menggunakan model bermain peran dengan memainkan drama singkat;

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (185 -194)

194

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sehingga hasil belajar akan meningkat. Salah

satunya dengan cara menggunakan media film kritik sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, dkk. 2009. Pengajaran Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Akhadiah, Sabarti. 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:

PT. Gelora Akasara

Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.

Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Yrama Widya.

Arikunto, S. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Depdiknas. 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Yogyakarta: BPFE

Pradopo, Rachmad Djoko. 2007. Pengkajian Puisi. Yogyakarta:Gadjah Mada

University Press.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta

Suyatno. 2012. Peran Pembelajaran Bahasa dan Sastra dalam Pendidikan Karakter.

Jakarta: UHAMKA Press.

Sudjana, Nana, dan Ahmad Rivai. 2009. Media Pengajaran. Bandung:Sinar Baru

Algesindo.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.

Bandung:

Wardhani, IGAK.dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:UT. 134