model pembelajaran berkirim salam dan soal dengan...

20
157 MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN MEDIA BUS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS Mamik Setiawati Guru IPS SMP Negeri 2 Tekung Lumajang Email: [email protected] [email protected] Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berkirim salam dan soal dengan media BUS untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Tekung. Masih rendahnya aktivitas siswa pada pengamatan pendahuluan dimana hanya ada 3 orang peserta didik yang mengajukan pertanyaan dan 2 orang peserta didik yang bersedia menjawab pertanyaan temannya dan nilai rata rata hasil belajarnya 70. Permasalahan yang ada di lokasi penelitian sebagai berikut : (a) proses belajar mengajar di kelas yang kurang variatif, (b) anggapan bahwa IPS adalah merupakan kumpulan materi hafalan sehingga membosankan dan menurunkan motivasi belajar peserta didik, serta (c) hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran IPS masih rendah. Penelitian ini mengikuti disain penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 4 kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi di mana data disajikan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian penerapan model pembelajaran berkirim salam dan soal dengan media BUS berjalan dengan baik sesuai sintak, Aktivitas dan hasil belajar mengalami peningkatan. Ketuntasan klasikal pengamatan pendahuluan 37%, Siklus I meningkat 74% dan siklus II meningkat menjadi 95%. Kata kunci: aktivitas siswa, hasil belajar, model pembelajaran berkirim salam dan soal dengan media BUS PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan pendidikan, karena inti dari pendidikan tiada lain adalah di pembelajaran. Baik buruknya kualitas pendidikan sangat tergantung pada mutu pembelajaran yang di kelola oleh guru. Menurut Dadang, Pendidikan yang bermutu bersumbar dari mutu pembelajaran yang berkualitas yang di kelola oleh guru profesional ( Dadang 2013: 1). Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan hasil belajar dan kemampuan berpikir peserta didik dapat ditingkatkan. Penggunaan suatu model pembelajaran yang tepat akan sangat berimplikasi pada partisipasi peserta didik dalam proses belajar mengajar. Hal ini juga sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memberi keluasan pada ruang gerak peserta didik, dimana peran guru lebih banyak sebagai fasilitator. Guru tidak menjadi satu-satunya sumber belajar. Dengan demikian implementasi kurikulum dapat menumbuhkan tanggung jawab dan partisipasi peserta didik dalam mempengaruhi kebijakan umum, serta memberanikan diri berperan serta dalam berbagai kegiatan baik di sekolah maupun masyarakat, termasuk keberanian

Upload: others

Post on 01-Nov-2019

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

157

MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN

MEDIA BUS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

Mamik Setiawati

Guru IPS SMP Negeri 2 Tekung Lumajang Email: [email protected]

[email protected]

Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model

pembelajaran berkirim salam dan soal dengan media BUS untuk meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Tekung. Masih

rendahnya aktivitas siswa pada pengamatan pendahuluan dimana hanya ada 3

orang peserta didik yang mengajukan pertanyaan dan 2 orang peserta didik yang

bersedia menjawab pertanyaan temannya dan nilai rata rata hasil belajarnya 70.

Permasalahan yang ada di lokasi penelitian sebagai berikut : (a) proses belajar

mengajar di kelas yang kurang variatif, (b) anggapan bahwa IPS adalah merupakan

kumpulan materi hafalan sehingga membosankan dan menurunkan motivasi belajar

peserta didik, serta (c) hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran IPS masih

rendah. Penelitian ini mengikuti disain penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 4

kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi di mana data

disajikan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian penerapan model

pembelajaran berkirim salam dan soal dengan media BUS berjalan dengan baik

sesuai sintak, Aktivitas dan hasil belajar mengalami peningkatan. Ketuntasan

klasikal pengamatan pendahuluan 37%, Siklus I meningkat 74% dan siklus II

meningkat menjadi 95%.

Kata kunci: aktivitas siswa, hasil belajar, model pembelajaran berkirim salam dan

soal dengan media BUS

PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan pendidikan, karena inti dari

pendidikan tiada lain adalah di pembelajaran. Baik buruknya kualitas pendidikan sangat

tergantung pada mutu pembelajaran yang di kelola oleh guru. Menurut Dadang,

Pendidikan yang bermutu bersumbar dari mutu pembelajaran yang berkualitas yang di

kelola oleh guru profesional ( Dadang 2013: 1).

Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan dengan menggunakan model

pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan hasil belajar dan kemampuan berpikir

peserta didik dapat ditingkatkan. Penggunaan suatu model pembelajaran yang tepat

akan sangat berimplikasi pada partisipasi peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Hal ini juga sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

memberi keluasan pada ruang gerak peserta didik, dimana peran guru lebih banyak

sebagai fasilitator. Guru tidak menjadi satu-satunya sumber belajar. Dengan demikian

implementasi kurikulum dapat menumbuhkan tanggung jawab dan partisipasi peserta

didik dalam mempengaruhi kebijakan umum, serta memberanikan diri berperan serta

dalam berbagai kegiatan baik di sekolah maupun masyarakat, termasuk keberanian

Page 2: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (157-170)

158

peserta didik dalam mengajukan masalah-masalah yang dihadapi dalam proses belajar

mengajar IPS.

Menurut Ahmad (2013:5) Mata pelajaran IPS sering dianggap sebagai mata

pelajaran yang membosankan karena beberapa faktor, antara lain terbatasnya aktivitas

belajar peserta didik dan sangat dominannya peran guru dalam proses pembelajaran dan

model pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat. Peran guru dalam

pengembangan materi pendidikan IPS hendaknya dapat menjalin komunikasi dengan

peserta didik agar dapat mempengaruhi mereka melalui gagasan dan pikiran serta

terciptanya suasana kelas yang kondusif antara lain yang memungkinkan terjadinya pola

interaksi guru dan peserta didik secara timbal balik.

Keterampilan pengajuan pertanyaan merupakan suatu keterampilan membentuk

kemampuan berpikir peserta didik untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat,

pengalaman, pesan lisan atau tulisan. Keterampilan bertanya dapat diartikan

kemampuan mengungkapkan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan, suatu strategi yang

dimanfaatkan untuk mengaktifkan siswa dalam menganalisis dan mengeksplorasi

berbagai ide atau gagasan. Masalah-masalah yang secara spontan dikemukakan oleh

peserta didik dapat digunakan untuk merangsang kemampuan berpikir kritis dan

berdiskusi. Guru dapat menggunakan model pengajuan pertanyaan dengan memodelkan

keingintahuan peserta didik dan mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan

(Suwardi, 2007:138)

Menurut Martinis (2007:89) Mengajukan pertanyaan berarti menunjukkan pola

pikir yang di miliki seseorang, peserta didik belum terangsang untuk mengajukan

pertanyaan dari materi yang di pelajari karena berbagai alasan, terutama peserta didik

tidak terlatih dalam megajukan pertanyaan, peserta didik kurang percaya diri atau

peserta didik tidak di beri kesempatan untuk bertanya oleh guru karena guru

memonopoli dalam kelas.

Sehubungan dengan permasalahan yang muncul di lapangan peneliti berupaya

mencari alternatif pemecahan masalah melalui upaya peningkatan hasil belajar peserta

didik dalam memahami konsep-konsep IPS melalui pengajuan masalah yang dikemas

dalam bentuk berkirim salam dan soal. Alternatif ini dipilih berdasarkan pengamatan

bahwa dalam kegiatan pembelajaran dijumpai adanya kecenderungan peserta didik yang

kurang terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, yang terlihat pada kurangnya

kemampuan dan kemauan untuk mengajukan pertanyaan terhadap konsep yang

diberikan guru. Dengan pengajuan pertanyaan yang dikemas dengan teknik berkirim

salam dan soal peserta didik diajak bermain namun tetap dalam konteks belajar.

Alternatif pemecahan masalah untuk memecahkan permasalahan rendahnya

hasil belajar peserta didik adalah dengan perbaikan model mengajar guru. Model

mengajar yang dipilih adalah berkirim salam dan soal dengan menggunakan media BUS

( Bunga Soal ). Model pembelajaran berkirim salam dan soal ini di pilih karena dapat

memberikan kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan.

Pembelajaran teknik berkirim salam dan soal dapat mempererat hubungan

kelompok dengan menciptakan sapaan khas kelompok dalam Lie (2007:58) dalam hal

ini masing – masing kelompok memiliki sapaan dan salam khas yang di ambil dari

istilah –istilah yang berkaitan dengan materi yang di pelajari. Adanya salam kelompok

di harapkan siswa akan lebih bersemangat dan termotivasi dalam belajar.

Selain alasan di atas, model pembelajaran berkirim salam dan soal juga pernah

diteliti oleh Resha Nur Utami (2014) yang berjudul Penerapan model Pembelajaran

Page 3: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

Setiawati, Model Pembelajaran Berkirim Salam ….

159

Kooperatif Teknik Berkirim Salam dan soal Yang di dahului dengan Metode pemberian

Tugas Pada Pembelajaran Matematuka Di Kelas VIII SMPN 3 Padang Panjang Tahun

Pelajaran 2013 / 2014. Dalam penelitian tersebut Aktifitas dan hasil belajar dapat

ditingkatkan.

Berkirim salam dan soal merupakan suatu model pembelajaran yang

diadaptasikan dengan kemampuan peserta didik dan dalam proses pembelajarannya

membangun struktur kognitif peserta didik serta dapat memotivasi peserta didik untuk

berpikir kritis dan kreatif . Pada saat model pembelajaran berkirim salam dan soal

peserta didik melakukan hal yang lebih banyak, membentuk asosiasi untuk merumuskan

soal dan mengajukan soal lebih kreatif dan melakukan pemecahan masalah yang lebih

efektif. Sedangkan bunga soal adalah modifikasi dari metode tanya jawab di mana

peserta didik dalam kelompok diminta menuliskan pertanyaan pada sebuah kertas yang

berbentuk mahkota bunga, dan kelompok lain menjawab pertanyaan yang di berikan

kelompok lain selanjutnya mahkota bunga yang berisi pertanyaan dan jawaban itu

disusun menjadi bunga yang di pajang di depan kelas, sehingga peserta didik dapat

setiap hari mempelajari materi IPS.

Merumuskan atau membentuk soal adalah suatu aktivitas dalam pembelajaran

yang dapat mengembangkan motivasi dan kemampuan peserta didik untuk berpikir

kritis dan kreatif karena dalam model pembelajaran berkirim salam dan soal peserta

didik mendapat pengalaman langsung dalam merumuskan (membentuk soal sendiri).

Kegiatan merumuskan soal juga akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

peserta didik untuk merekonstruksikan pikiran-pikirannya, dan kegiatan ini

memungkinkan pembelajaran yang dilakukan peserta didik lebih bermakna sesuai

dengan skemata yang dimiliki peserta didik, disamping peserta didik dituntut untuk bisa

menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran mulai dari penyusunan perangkat

pembelajaran, pemilihan model pembelajaran, penerapan rencana pembelajaran,

evaluasi, dan refleksi dilaksanakan di kelas. Selanjutnya aktivitas peserta didik selama

kegiatan pembelajaran diamati untuk kemudian dievaluasi dan menjadi bahan refleksi

untuk perbaikan pada pertemuan selanjutnya.

Peran aktif peserta didik dalam proses belajar mengajar menjadi harapan setiap

guru yang baik. Harapan ini juga sesuai dengan permintaan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) sesuai kerangka dasar kompetensi, yaitu dituntut untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, keterampilan, dan sikap serta

nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak, yang nantinya juga

akan berimplikasi pada hasil belajar peserta didik..

Penyelenggaraan pendidikan, khususnya pelaksanaan pembelajaran IPS di SMP

Negeri 2 Tekung, bahkan juga sekolah-sekolah lain, mengalami berbagai kendala.

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, penulis mengidentifikasi

permasalahan yang ada di lokasi penelitian sebagai berikut : (a) proses belajar mengajar

di kelas yang kurang variatif, (b) anggapan bahwa IPS adalah merupakan kumpulan

materi hafalan sehingga membosankan dan menurunkan motivasi belajar peserta didik,

serta (c) hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran IPS masih rendah. Berdasarkan

identifikasi di atas, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah pada aktivitas

dan hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran IPS yang masih rendah.

Dengan mengacu pada latar belakang permasalahan, diupayakan pemecahan

permasalahan tersebut dalam sebuah penelitian tindakan kelas yang berjudul: Penerapan

Page 4: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (157-170)

160

Model Pembelajaran Berkirim Salam dan Soal Dengan Media BUS Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII A SMPN 2 Tekung.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana meningkatkan aktivitas peserta

didik melalui penerapan model pembelajaran Berkirim Salam dan Soal dengan Media

BUS di kelas VIII A SMP Negeri 2 Tekung? 2) Bagaimana meningkatkan hasil belajar

peserta didik melalui penerapan model pembelajaran Berkirim Salam dan Soal dengan

Media BUS di kelas VIII A SMP Negeri 2 Tekung? 3)Apakah dengan menerapkan

model pembelajaran Berkirim Salam dan Soal dengan Media BUS dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas VIII A SMP Negeri 2

Tekung?

Dengan dirumuskan permasalahan di atas, maka tujuan Penelitian Tindakan

Kelas ini adalah untuk: 1) Mendeskripsikan bagaimana meningkatkan aktivitas peserta

didik melalui penerapan model pembelajaran Berkirim Salam dan Soal dengan Media

BUS di kelas VIII A SMP Negeri 2 Tekung? 2) Mendeskripsikan bagaimana

meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan model pembelajaran

Berkirim Salam dan Soal dengan Media BUS di kelas VIII A SMP Negeri 2 Tekung?

3) Mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran Berkirim Salam dan

Soal dengan Media BUS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik

kelas VIII A SMP Negeri 2 Tekung?

Adapun fokus pada penelitian ini dapat di lihat pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1 Fokus Penelitian.

N

O ASPEK

SUB

ASPEK

INDIKAT

OR

SUMB

ER

DATA

INSTRU

MEN

1.

2.

3.

Penerapan

Model

pembelajara

n berkirim

salam dan

soal dengan

media BUS

Keaktivan

Peserta

didik

Hasil

- Perangkat

pembelajaran

- Penerapan

Model

Pembelajaran

-Kegiatan

selama

proses

pembelajaran

- Pre Test

-RPP

-Silabus

-Kesesuaian

Sintaks

-Kesesuaian

masalah

-memecahkan

masalah

-Diskusi

kelompok

-Mencari

Informasi

-Bertanya

-Rata-rata

Guru

Guru

Peserta

didik

Peserta

Dokumen

Lembar

observasi

Lembar

observasi

Dokumen

Page 5: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

Setiawati, Model Pembelajaran Berkirim Salam ….

161

belajar

- Ulangan

Harian

-Post Test

kelas

-Ketuntasan

Individual

-Ketuntasan

Klasikal

didik tasi

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah

deskriptif kualitatif, untuk menjelaskan keaktivan dan hasil belajar peserta didik selama

mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran berkirim

salam dan soal dengan menggunakan media BUS. Adapun jenis penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas yang berupaya memecahkan permasalahan-permasalahan

yang dihadapi guru di dalam kelas.

Subjek penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah peserta didik kelas

VIII A yang terdiri dari 19 orang peserta didik dengan komposisi 8 orang laki-laki dan

11 orang perempuan. Selain itu, kelas VIII A adalah kelas yang heterogen dari segi

kemampuan akademik dan bukan termasuk kelas unggulan.

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah tentang hasil belajar

peserta didik dilihat dari tes pada pertemuan awal dan informasi tentang keaktivan

peserta didik dari pengalaman mengajar selama ini dan juga dari wali kelas. Selanjutnya

hasil tes pertemuan awal dibandingkan dengan capaian nilai ulangan harian untuk

Kompetensi Dasar I dan Kompetensi Dasar II. Data lainya yang akan dikumpulkan

adalah keaktivan peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Sumber data dalam penelitian ini selain menggali informasi dari wali kelas yang

juga adalah guru mata pelajaran IPS, juga diambil langsung dari peserta didik. Data

hasil belajar peserta didik diperoleh melalui pre test, ulangan harian dan post test.

Keperluan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tes pada

pertemuan awal dan ulangan harian setiap menyelesaikan pembelajaran untuk satu

Kompetensi Dasar. Untuk data mengenai aktivitas peserta didik dikumpulkan melalui

observasi pada saat pembelajaran berlangsung. Adapun alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah instrumen soal yang digunakan sebagai alat tes. Sedangkan

untuk aktivitas peserta didik digunakan lembar observasi mengenai: Kesesuaian

masalah yang dilemparkan dengan materi yang dibahas, terlibat dalam pemecahan

masalah, melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru, berusaha mencari

berbagai informasi untuk pemecahan masalah, bertanya pada peserta didik lain atau

guru apabila tidak memahami persoalan.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

Soal dengan media BUS, (2) Lembar Observasi Keaktivan Peserta didik, (3) Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran, (4) Alat Evaluasi.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik dokumentasi dari hasil belajar

peserta didik kelas VIII A pada siklus selama Semester Genap pada Tahun Pelajaran

2014/2015.

Untuk kepentingan analisa data maka digunakan pedoman untuk mengkonfersi

nilai seperti pada Tabel berikut:

Page 6: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (157-170)

162

Tabel 3.1 Pedoman Konversi Nilai

SKOR KUALIFIKASI

90 – 100 Amat Baik

76 – <90 Baik

60 – <76 Cukup

0 – <60 Kurang

Untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar peserta didik pada siklus

I dan II digunakan rumus sebagai berikut:

1. Keaktivan Peserta didik

Keaktivan peserta didik dikonversi ke dalam standar 100, yaitu:

K = Skor perolehan x 100

Skor Maksimum

(Sudjana, 1989:133)

Untuk Nilai keaktivan peserta didik dalam satu siklus didapat dari rerata skor

perolehan setiap pertemuan dibagi jumlah pertemuan. Keaktivan peserta didik dalam

penelitian ini diharapkan 75 % peserta didik mendapat kualifikasi Baik dan Amat

Baik.

2. Menentukan rata-rata kelas :

X = Jumlah Nilai Peserta didik

Jumlah Peserta didik

Rata-rata kelas yang diharapkan dalam penelitian ini adalah 80

3. Menentukan ketuntasan individual :

Ki = Nilai yang dicapai peserta didik x 100 %

Nilai Maksimal

Dengan ketentuan apabila persentase ketuntasan individual mencapai > 75% atau

memperoleh kualifikasi hasil belajar BAIK dan AMAT BAIK maka peserta didik

dianggap tuntas.

4. Menghitung ketuntasan klasikal :

KK = Jumlah Peserta didik Yang Tuntas x 100%

Jumlah Peserta didik keseluruhan

Dengan ketentuan apabila persentase ketuntasan klasikal mencapai 85 % maka

kelas bersangkutan dianggap tuntas.

Page 7: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

Setiawati, Model Pembelajaran Berkirim Salam ….

163

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertemuan pertama lebih pada diagnosa permasalahan belajar yang dialami kelas

VIII A dan model yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah ceramah dan tanya

jawab. Dari data dokumentasi yang ada, hasil penilaian untuk pertemuan pertama pada

peserta didik kelas VIII A dalam mata pelajaran IPS sebelum penerapan model

pembelajaran berkirim salam dan soal dengan media BUS

Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sepertinya masih kurang melibatkan

peserta didik. Selama ini pertanyaan selalu datang satu arah, yaitu dari guru ke peserta

didik, bahkan selama proses belajar mengajar tahap observasi berlangsung hanya ada 3

orang peserta didik yang mengajukan pertanyaan dan 2 orang peserta didik yang

bersedia menjawab pertanyaan temannya. Setelah diamati salah satu cara agar

pembelajaran menjadi lebih menarik dan lebih banyak memberi porsi bagi keaktivan

peserta didik adalah dengan menerapkan model pembelajaran berkirim salam dan soal

dengan media BUS.

Kegiatan awal dilaksanakan dengan menyusun rencana pembelajaran dengan

mengikuti sintak model pembelajaran berkirim salam dan soal dengan media BUS.

Selain itu materi pelajaran dipersiapkan secara matang. Sedangkan untuk keperluan

pengamatan pelaksanaan pembelajaran disusun lembar pengamatan yang berorientasi

pada model pembelajaran berkirim salam dan soal dengan media BUS.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran ini

adalah: Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, menyajikan

informasi, mengordinasikan ke dalam kelompok – kelompok belajar, membimbing

kelompok bekerja, evaluasi, memberi penghargaan. Pertemuan pertama tidak ada

peserta didik yang berhalangan dan peserta didik terlihat lebih aktif dari pembelajaran

sebelumnya.

Peserta didik kelihatan senang belajar IPS, tapi sepertinya masih ada peserta

didik yang kurang aktif dalam diskusi kelompok membahas soal. Selain itu ada

kelompok yang belum paham bagaimana membuat pertanyaan yang relevan dengan

materi yang dipelajari. Untuk pertemuan selanjutnya harus memberi pemahaman lagi

pada peserta didik agar pertanyaan yang diajukan sesuai dengan materi yang dipelajari.

Pada akhir pertemuan ini diingatkan pada peserta didik untuk mencari dan membaca

materi pelajaran untuk pertemuan selanjutnya.

Peningkatan aktivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 3. Peningkatan Aktivitas Siklus I

N

O

KUALIFIKAS

I

PENGAMATAN

PENDAHULUAN SIKLUS 1

JUMLAH PERSENTASE

(%)

JUMLAH PERSENTASE

(%)

1 Amat Baik - - 1 5

2 Baik 5 13 8 42

3 Cukup - - 10 53

4 Kurang - - 0 0

Sedangkan capaian hasil belajar peserta didik kelas VIII A pada pelaksanaan

pemebelajaran selama siklus I dapat dilihat pada Tabel berikut:

Page 8: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (157-170)

164

Tabel 4. Peningkatan Hasil Belajar Siklus I

Aspek yang Diukur

Tahap

Observasi

Awal

Siklus I Peningkatan Persentase

Peningkatan

Rata-rata kelas 70 80 10 14 %

Ketuntasan

Individual dengan

kualifikasi Amat

Baik

0

(0 %)

4 orang

(21 %) 4 400 %

Ketuntasan

Individual dengan

kualifikasi Baik

7 orang

(37 %)

10 orang

(53 %) 3 43 %

Ketuntasan klasikal 7 orang

(37 %)

14 orang

(74 %) 7 100 %

Jika dibandingkan dengan hasil perolehan sebelumnya, hasil capaian peserta

didik kelas VIII A seperti pada Tabel 4.7 sudah cukup baik. Terlihat ada progres nilai

secara keseluruhan, yang berimbas pada kenaikan nilai rata-rata kelas. Demikian halnya

dengan persentase keaktifan peserta didik kelas VIII A yang masuk pada kualifikasi

Amat Baik adalah 1 orang atau 5%, kualifikasi Baik 8 orang atau 42%, kualifikasi

Cukup 10 orang atau 53%, sedangkan peserta didik dengan kualifikasi Kurang tidak

ada. Peningkatan keaktifan peserta didik banyak dipengaruhi oleh teknik yang

digunakan, yaitu Berkirim Salam dan Soal dengan Media BUS, peserta didik diajak

belajar sambil bermain meskipun pada siklus I masih banyak peserta didik yang terlihat

kaku dan malu-malu karena belum terbiasa.

Apa yang dicapai pada pembelajaran selama siklus I sudah baik karena

mengalami peningkatan, namun jika mengacu pada indikator keberhasilan, pencapaian

hasil belajar tersebut belum sesuai dengan apa yang diharapkan.

Indikator keberhasilan yang diharapkan untuk keaktifan peserta didik yang

diharapkan minimal 75 % peserta didik yang mendapat kualifikasi Amat Baik dan Baik,

sedangkan yang dicapai pada siklus I baru mencapai 47 %. Demikin juga dengan rata-

rata kelas dalam penelitian ini adalah 80 sedangkan rata-rata kelas yang dicapai pada

siklus I adalah 80. Indikator keberhasilan untuk ketuntasan klasikal yang mengacu pada

ketuntasan individu yang mendapat nilai ≥75 adalah 85 % sedangkan pencapaian

ketuntasan klasikal pada siklus I adalah 74 %.

Banyaknya peserta didik yang mendapatkan nilai dengan kategori Cukup pada

rekaman keaktifan peserta didik maupun pelaksanaan ulangan harian menjadi perhatian

khusus untuk dicarikan solusi terbaik. Dan masalah itulah yang dibahas sebagai bahan

refleksi dalam untuk siklus II.

Page 9: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

Setiawati, Model Pembelajaran Berkirim Salam ….

165

Hasil refleksi menunjukan bahwa masih terdapat beberapa kelemahan dalam

pelaksanaan pembelajaran di kelas ketika menggunakan model pembelajaran berkirim

salam dan soal dengan media BUS. Kelemahan tersebut dapat dilihat dari hasil

pengamatan tentang aktifitas peserta didik. Kelemahan yang dimaksud adalah masih ada

peserta didik yang berdasarkan hasil observasi kurang terlibat aktif dalam diskusi saat

membahas pertanyaan dari kelompok lain. Kelompok yang disusun masih terlalu besar

sehingga ada peserta didik yang tidak aktif dalam menjawab masalah yang dilontarkan

kelompok lain pada kelompoknya.

Berdasarkan refleksi siklus I maka penelitian ini dilanjutkan dengan siklus II

yang diawali dengan penyusunan Silabus dan RPP serta mempersiapkan instrumen lain

untuk keperluan observasi. Selain itu peserta didik diberi pemahaman lagi tentang

bagaimana prosedur model pembelajaran berkirim salam dan soal yang benar. Fase-fase

pembelajaran yang dilakukan guru sama dengan yang dilakukan pada siklus I, hanya

saja jumlah anggota kelompok diperkecil menjadi 3 - 4 orang. Masing-masing anggota

kelompok membuat 1 pertanyaan untuk di kirim pada kelompok yang lain secara acak,

berkirim salam pada siklus 1 hanya mengutus 1 orang pada siklus 2 semua anggota ikut

berkirim salam pada kelompok lain yang di tuju.

Tabel 5. Peningkatan Aktivitas Dari Siklus I Ke Siklus II

No. Kualifikasi

Siklus I Siklus II

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase

(%)

1 Amat Baik 1 5 5 26

2 Baik 8 42 12 63

3 Cukup 10 53 2 11

4 Kurang 0 0 0 0

Adapun perbandingan hasil belajar yang dicapai peserta didik kelas VIII A pada

pelaksanaan pembelajaran siklus I dengan siklus II dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 6. Peningkatan Hasil Belajar Dari Siklus I Ke Siklus II

Aspek yang Diukur Siklus I Siklus II Peningkatan Persentase

Peningkatan

Rata-rata kelas 80 87 7 8,8 %

Ketuntasan

Individual dengan

kualifikasi Amat

Baik

4 orang

(21 %)

7 orang

(37 %) 3 75 %

Ketuntasan

Individual dengan

kualifikasi Baik

10 orang

(53 %)

11 orang

(58 %)

1 10 %

Ketuntasan klasikal 14 orang

(74 %)

18 orang

(95 %) 4 29 %

Page 10: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (157-170)

166

Meskipun masih ada 1 peserta didik yang belum tuntas hasil belajarnya namun

penelitian ini tidak lagi dilanjutkan pada siklus III karena telah melampaui indikator

keberhasilan yang telah ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diminta menjawab

kembali pertanyaan-pertanyaan ulangan harian sebagai tindak lanjut, namun hasil

perbaikan tersebut tidak lagi dicantumkan dalam penelitian ini.

Pembahasan

Aktivitas Peserta didik.

Hasil observasi keaktivan peserta didik sebelum siklus I menunjukan bahwa

hanya ada 3 orang peserta didik yang mengajukan pertanyaan dan 2 orang peserta didik

yang bersedia menjawab pertanyaan temannya. Pada siklus I, peserta didik yang

memperoleh kualifikasi Amat Baik adalah 1 orang atau 5%, kualifikasi Baik 8 orang

atau 42%, kualifikasi Cukup adalah 10 orang atau 53% dan tidak ada peserta didik yang

memperoleh kualifikasi Kurang. Sedangkan pada siklus II keaktifan peserta didik

meningkat menjadi 5 orang atau 26% peserta didik memperoleh kualifikasi Amat Baik,

12 orang atau 63% kualifikasi Baik, 2 orang atau 11% dengan kualifikasi Cukup, dan

tidak ada peserta didik yang mendapat kualifikasi Kurang.

Menempatkan peserta didik dalam kelompok dan memberi mereka tugas yang

menuntut mereka untuk bergantung satu sama lain untuk mengerjakannya merupakan

cara yang baik untuk memanfaatkan kebutuhan sosial peserta didik. Para peserta didik

menjadi cenderung lebih terlibat dalam kegiatan belajar karena mereka mengerjakannya

bersama teman-teman.

Selain belajar secara kelompok, pengajuan masalah pada siklus II diawali dari

individu peserta didik. Model pembelajaran berkirim salam dan soal adalah model

pembelajaran dimana peserta didik merumuskan soal secara individu dalam

kelompoknya, sehingga peserta didik mempunyai tanggung jawab sendiri untuk

menentukan materi soal, tujuan/sasaran soal maupun bentuk soal yang akan dibuat. Hal

ini sesuai dengan pendapat Soemardjo dalam Jalil (2005:62) bahwa belajar individual

adalah cara belajar dengan menggunakan format yang sesuai dengan keperluan belajar

perorangan. Dengan demikian belajar individual adalah suatu sifat tertentu dalam

kegiatan pembelajar dimana setiap peserta didik dapat mengembangkan potensinya

masing masing dan akhirnya dapat membentuk rasa tanggung jawab yang tinggi

terhadap diri sendiri.

Peningkatan aktivitas peserta didik didorong oleh rasa bertanggung jawab

terhadap kelompoknya. Hal ini dapat terjadi karena adanya pujian bagi kelompok yang

bisa menyelesaikan masalah dan hukuman bagi kelompok yang anggotanya tidak

mampu menjawab permasalahan yang diberikan.

Menurut Silbermen (2004:64) ada tiga tujuan yang harus dicapai dalam belajar

aktif, yaitu pembentukan tim, penilaian sederhana, dan keterlibatan belajar langsung.

Bila tiga tujuan tersebut dicapai maka akan membantu menciptakan lingkungan belajar

yang melibatkan peserta didik meningkatkan kemauan peserta didik untuk ambil bagian

dalam kegiatan belajar aktif. Model pembelajaran berkirim salam dan soal memenuhi

kriteria tersebut, sehingga mendorong peserta didik lebih aktif dalam kegiatan belajar

mengajar, terutama dalam pengajuan masalah dan mencari pemecahan masalah dalam

kelompok maupun klasikal.

Page 11: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

Setiawati, Model Pembelajaran Berkirim Salam ….

167

Keaktifan peserta didik juga diupayakan terus meningkat melalui motivasi dan

bimbingan pada peserta didik untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Salah

satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengemas model pembelajaran berkirim

salam dan soal dengan menggunakan bunga soal. Dengan menuliskan soal dan jawaban

dalam bunga soal peserta didik diajak belajar sambil bermain sehingga mengurangi

kejenuhan peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam belajarnya.

Hal ini didukung oleh Sanjaya (2008:134) yang mengatakan bahwa salah satu

prinsip dalam pengelolaan pembelajaran adalah menyenangkan. Potensi peserta didik

hanya dapat dikembangkan manakala peserta didik terbebas dari rasa takut dan

menegangkan.

Hasil Belajar Peserta didik.

Hasil temuan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar melalui model

pembelajaran berkirim salam dan soal dengan bunga soal pada peserta didik kelas VIII

A SMP Negeri 2 Tekung menunjukan hasil yang cukup signifikan. Ketuntasan hasil

belajar secara individu meningkat dari 7 orang sebelum siklus I menjadi 14 orang pada

siklus I, dan meningkat lagi mejadi 18 orang pada siklus II. Rata-rata kelas meningkat

dari 70 sebelum siklus I menjadi 80 pada siklus I dan meningkat menjadi 87 pada siklus

II. Sedangkan ketuntasan klasikal juga mengalami kenaikan dari 37% sebelum siklus I

menjadi 74% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 95% pada siklus II.

Peningkatan hasil belajar tersebut disebabkan karena peserta didik makin terlatih

untuk mengkaji materi pelajaran yang diberikan. Dalam model pembelajaran berkirim

salam dan soal peserta didik terangsang untuk mengkomunikasikan apa yang

dipikirkannya melalui pengajuan masalah secara tertulis. Kegiatan merumuskan soal

akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk

merekonstruksikan pikiran-pikirannya, dan kegiatan ini memungkinkan pembelajaran

yang dilakukan peserta didik lebih bermakna sesuai dengan skemata yang dimiliki

peserta didik.

Faktor lain yang mendukung meningkatnya hasil belajar peserta didik kelas VIII

A adalah penerapan model pembelajaran berkirim salam dan soal secara berkelompok.

Proses pembelajaran berkirim salam dan soal secara berkelompok sangat berguna bagi

peserta didik karena dapat berkomunikasi langsung dengan teman sekelompok yang

sudah memahami materi pembelajaran.

Keberhasilan pembelajaran dengan pengajuan pertanyaan akan lebih efektif jika

si pembelajar dalam kondisi aktif, bukan reseptif. Salah satu cara untuk menciptakan

pembelajaran seperti ini adalah dengan menstimulir peserta didik untuk menyelidiki

atau mempelajari sendiri materi. Model pembelajaran seperti ini menstimulir pengajuan

pertanyaan yang merupakan kunci belajar.

Penerapan Model Pembelajaran Berkirim Salam dan Soal dengan Media BUS

Penerapan model pembelajaran berkirim salam dan soal mengandung arti

bahwa peserta didik diajar untuk membuat masalah sendiri sesuai dengan situasi yang

ada. Di sini peserta didik dituntut memikirkan, menceritakan ide-idenya dalam bentuk

masalah sampai kepada taraf pengungkapan melalui kegiatan diskusi secara klasikal.

Pengungkapan atau komentar peserta didik setiap proses pembelajaran terhadap

masalah yang dirumuskan sendiri dapat meningkatkan hasil belajar dan melatih

keterampilan berpikir untuk memahami materi pelajaran.

Page 12: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (157-170)

168

Model pembelajaran berkirim salam dan soal dengan media BUS dilaksanakan

dengan mengikuti fase-fase: menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik,

menyajikan informasi, mengordinasikan kedalam kelompok – kelompok belajar,

membimbing kelompok bekerja, evaluasi, dan memberikan penghargaan..

Mengajukan masalah mendorong peserta didik untuk memahami terlebih dahulu

tentang permasalahan atau materi yang dibahas. Sehingga peserta didik berupaya

membangun sendiri pemahamannya tentang materi yang dibahas. engetahuan itu

dibangun oleh peserta didik sendiri, baik belajar secara personal maupun sosial,

pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke peserta didik, kecuali dengan

mengaktifkan peserta didik untuk menalar, peserta didik aktif mengkonstruksikan terus

menerus sehingga senantiasa terjadi perubahan konsep secara lebih rinci, lengkap serta

sesuai dengan konsep ilmiah, dan guru sekedar membantu menyediakan sarana dan

situasi agar proses konstruksi peserta didik berjalan mulus.

Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Apa yang

didiskusikan peserta didik dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan peserta didik

pada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan

penguasaan materi pelajaran.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:

1)Keaktivan peserta didik setelah penerapan model pembelajaran berkirim salam dan

soal dengan media BUS kelas VIII A adalah: a. Keaktivan peserta didik pada tahap

pengamatan pendahuluan berlangsung hanya ada 3 orang peserta didik yang

mengajukan pertanyaan dan 2 orang peserta didik yang bersedia menjawab pertanyaan

temannya. b. Pada siklus I, peserta didik yang memperoleh kualifikasi Amat Baik

adalah 1 orang atau 5%, kualifikasi Baik 8 orang atau 42%, kualifikasi Cukup adalah 10

orang atau 53% dan tidak ada peserta didik yang memperoleh kualifikasi Kurang. c.

Sedangkan pada siklus II keaktivan peserta didik menjadi 5 orang atau 26% peserta

didik yang memperoleh kualifikasi Amat Baik, 12 orang atau 63% kualifikasi Baik, 2

orang atau 11% dengan kualifikasi Cukup, dan tidak ada peserta didik yang mendapat

kualifikasi Kurang. 2) Hasil Belajar peserta didik setelah penerapan model pembelajaran

berkirim salam dan soal dengan media BUS kelas VIII A adalah:a. Rata-rata kelas dari

70 sebelum menggunakan model pembelajaran berkirim salam dan soal dengan media

BUS, 80 pada siklus I, dan menjadi 87 pada siklus II. b. Ketuntasan individu sebelum

menggunakan model pembelajaran berkirim salam dan soal dengan media BUS adalah

7 orang, menjadi 14 orang pada siklus I, dan menjadi 18 orang pada siklus II. c.

Ketuntasan klasikal sebelum menggunakan model pembelajaran berkirim salam dan

soal dengan media BUS adalah 37%, menjadi 74% pada siklus I, dan menjadi 95% pada

siklus II.3) Penerapan model pembelajaran berkirim salam dan soal dengan media

BUS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas VIII A SMP

Negeri 2 Tekung.

Beberapa saran yang dapat di sampaikan berkaitan dengan penelitian ini adalah:

1)Guru IPS bahkan mata pelajaran lain dapat mempertimbangkan penerapan model

pembelajaran berkirim salam dan soal dengan media BUS dalam pembelajarannya

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2)Dalam penerapan model pembelajaran

berkirim salam dan soal dengan media BUS guru harus memperhatikan pembagian

kelompok agar diskusi dapat berjalan baik. 3) Dalam penerapan model pembelajaran

Page 13: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

Setiawati, Model Pembelajaran Berkirim Salam ….

169

berkirim salam dan soal dengan media BUS sebaiknya peserta didik terlebih dahulu

diingatkan pada pertemuan sebelumnya untuk membaca materi pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S,. Dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di SD, Jakarta: Prenadamedia Group

Dadang. 2013, Menulis Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia

Depdiknas. 2007. Penilaian Pembelajaran Pengetahuan Sosial. Depdiknas Dirjen

Dikdasmen Dit PLP Materi Pelatihan Terintegrasi Buku 2. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. (2007). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Huda, M. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Ibrahim Muslimin, Dr. 2000. Pembelajaran Koopertif. Pusat Sains Pasca Sarjana

UNESA. Surabaya: University Press.

Iskandar. 2006. Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD di Kelas XII A-1 SMA. Malang: Perpustakaan Universitas Negeri

Malang.

Lie A, 2010, Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia Widia Sarana

Martinis, 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: GaungPersada Pres Jakarta

Moh. Uzer Usman, Drs., dan Lilis Setiawati, Dra. 2000. Upaya Optimalisasi Belajar

Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mukhtar & Samsu. 2003. Evaluasi yang Sukses, Pedoman Mengukur Kinerja

Pembelajaran. Jakarta: Susama Kutra Sukses.

Nur, Muhammad, & Wikandari, Retno Prima 2000. Pengajaran Berpusat Pada Siswa

dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran, Universitas Negeri

Surabaya. Surabaya: University Press.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana.

Sardiman, A.,M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Slavin, R,.E, Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktek. Terjemahan oleh

Nurulita. 2008. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 1991. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.

Page 14: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (157-170)

170

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik:

Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi

Pustaka.

Page 15: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

171

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN RUANG SISI

LENGKUNG MENGGUNAKAN MEDIA BENDA ASLI

Susi Rahayu Ningtiyas

Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Paciran Lamongan

E-Mail: [email protected]

Abstrak; Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

siswa melalui media pembelajaran benda asli. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kelas 2 siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian SMP N 1 Paciran. Metode

pengumpulan data melalui observasi, wawancar, dan perlakuan siswa.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data pada persiklus. Siklus I rata-rata nilai

71,2 dan kertuntasan 67,6% serta siklus II nilai rata-rata 77,4 dan ketuntasan

88,2%. Dari data ini peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran benda asli

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP N 1 Paciran.

Kata kunci : hasil belajar, mediaq pembelajaran benda asli

Abstract; The purpose of this study was to determine the improvement of student

learning outcomes through the medium of learning the original object. This study

uses research methods class 2 cycles, each cycle consisting of planning,

implementation, observation and reflection. The subject of research SMP N 1

Paciran. Data were collected through observation, interviewing, and treatment of

students. Based on observation, data showed on persiklus. The first cycle of the

average value of 71.2 and 67.6% kertuntasan and the second cycle of the average

value of 77.4 and 88.2% completeness. From this data, the researchers concluded

that the original object learning media can improve students' mathematics learning

outcomes SMP N 1 Paciran.

Keywords: learning outcomes, learning mediaq original objects

PENDAHULUAN

Sistem pendidikan, kurikulum merupakan komponen esensial dan utama yang

perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, seperti pemerintah, pengembang

kurikulum, dan para guru sebagai ujung tombak pelaksanaan kurikulum dimaksud.

Pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan memanfaatkan fasilitas yang

tersedia, cara kerja yang inovatif, serta sikap yang positif terhadap tugas-tugas

kependidikan yang diembannya yang harus didukung dengan adanya pembaruan.

Salah satu bagian integral dari upaya pembaharuan itu adalah media

pembelajaran. Oleh karena itu, media pembelajaran menjadi suatu bidang yang

seyogyanya dikuasai oleh setiap guru professional.

Menurut Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tujuan pendidikan yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang beriman

dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan

dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri serta

Page 16: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (171-176)

172

bertanggung jawab kemasyarakatan bangsa (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

1998: 3 )

Bertitik tolak pada tujuan pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan

tercapainya tujuan pendidikan nasional berarti pula terbentuknya sumber daya manusia

yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan nasional itu bukan merupakan tanggung jawab

salah satu pihak saja, melainkan harus ada kerja sama dari berbagai pihak. Pihak-pihak

yang sangat erat hubungannya dengan pendidikan adalah keluarga, masyarakat,

pemerintah.

Pencapaian tujuan pendidikan telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun

oleh lembaga pendidikan swasta. Usaha pembaharuan pendidikan tersebut misalnya,

pembaharuan kurikulum, metode-metode mengajar, media mengajar. Dengan adanya

usaha tersebut maka dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Pembelajaran matematika selama ini dunia nyata hanya dijadikan tempat

mengaplikasikan konsep.siswa mengalami kesulitan belajar matematika

dikelas.Akibatnya siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep

matematika dan siswa mengalami kesulita untuk mengaplikasikan matematika dalam

kehidupan sehari-hari.Selain itu per;lu menerapkan kembali konsep matematika yang

telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain sangat penting

dilakukan.

Hasil tes formatif matematika pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung

pada siswa kelas IX A SMP Negri 1 Paciran tahun pelajaran 2014/2015 didapatkan

hasil yang kurang menggembirakan yaitu dari 34 siswa yang mencapai ketuntasan

belajar untuk mata pelajaran matematika hanya 16 siswa atau 47,1% saja dengan nilai

rata-rata 57,24.

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingka

laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).

hasil adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan

adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar menginginkan hasil yang

yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-

baiknya supaya hasilnya.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas,karena merupakan

penelitian yang lebih sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru,meningkatkan kualitas

pembelajaran, meningkatkan kualitas sidswa, serta mencapai tujuan pembelajaran atau

pendidikan.

Heinich, dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah medium sebagai

perantara yang mengantarkan informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film,

foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan

sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau

informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran

maka media itu disebut media pembelajaran. Sejalan dengan batasan ini, Hamidjojo

dalam Latuheru (1993) memberikan batasan media sebagai semua bentuk perantara

yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau

pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada

penerima yang dituju.

Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm

(1997) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan

Page 17: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

Ningtyas, Peningkatan Hasil Belajar Materi Bangun ….

173

yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1997)

berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan

isi/materi pembelajaran. Sedangkan,. National Education Association (1969)

mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk

cetak maupun dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas

disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan

pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat

mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Media pembelajaran harus

mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

Menurut Webster (1983: 105), “art” adalah keterampilan (skill) yang diperoleh

lewat pengalaman, studi dan observasi.

Menurut Bruner (1966:10-11) ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu

pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan

pengalaman abstrak (simbolic). Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya

arti kata „simpul‟ dipahami dengan langsung membuat „simpul‟. Pada tingkatan kedua

yang diberi label iconic (artinya gambar atau image), kata „simpul‟ dipelajari dari

gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali intuk

membuat „simpul‟ mereka dapat mempelajari dar memahaminya dari gambar, lukisan,

foto, atau film. Selanjutnya, pada tingkatan simbol, siswa mencoba mencocokkannya

dengan „simpul‟. Ketiga tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya

memperoleh „pengalaman‟ (pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang baru.

METODE

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP N 1 Paciran kecamatan Paciran

Kabupate Lamongan dengan subjek siswa kelas IX A SMP N 1 Paciran tahun pelajaran

2014-2015 pada semester ganjil pada bulan oktober dengan jumlah 34 siswa. Untuk

melihat peningkatan peningkatan hasil siswa, maka penelitian ini dilakukan melalui 2

siklus. Siklus pertama dari penelitian ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi. Pada tahap ini perencanaan Mengevaluasi hasil refleksi,

mendiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran

berikutnya. Pada tahap pelaksanaan yaitu Melakukan analisis pemecahan masalah. Pada

tahap pengamatan yaitu Melakukan pengamatan terhadap penerapan media

pembelajaran benda asli. Dan pada tahap refleksi Merefleksikan proses pembelajaran

melalui media benda asli.

Sama halnya dengan siklus pertama, siklus kedua juga terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada tahap ini perencanaan Mengevaluasi hasil

refleksi, mendiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada

pembelajaran berikutnya. Pada tahap pelaksanaan yaitu Melakukan analisis pemecahan

masalah. Pada tahap pengamatan yaitu Melakukan pengamatan terhadap penerapan

pembelajaran melalui media benda asli dan pada tahap refleksi Merefleksikan proses

pembelajaran melalui medi benda asli.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu: (1) memperoleh

gambaran tentang gambaran peningkatan hasil belajar siswa SMP N 1 Paciran (2)

memperoleh gambaran tentang peningkatan hasil belajar siswa melalui media

pembelajaran benda asli, (3) memperoleh gambaran tentang pengaruh media benda asli

dalam menigkatkan hasil belajar siswa di SMP N 1 Paciran Kabupaten lamongan.

Page 18: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (171-176)

174

Hasil observasi sebelum penelitian tindakan kelas di SMP N 1 Paciran yang

menggunakan metode pembelajaran langsung memperoleh hasil yang rendah. Maka dari

itu peneliti melanjutkan pada siklus I untuk mendapatkan nilai yang cukup. Setelah

dilaksanakan siklus I dilakukan observasi dengan nilai rata-rata 71,2 dan ketuntasan

67,6% seperti pada lembar observasi.

Tabel 1. Hasil Observasi Siklus I

No.

Urut Skor

Keterangan No.

Urut Skor

Keterangan

T TT T TT

1 70 √ 18 80 √

2 70 √ 19 50 √

3 60 √ 20 90 √

4 80 √ 21 70 √

5 70 √ 22 60 √

6 100 √ 23 70 √

7 70 √ 24 50 √

8 60 √ 25 100 √

9 70 √ 26 90 √

10 80 √ 27 60 √

11 70 √ 28 50 √

12 30 √ 29 90 √

13 70 √ 30 100 √

14 80 √ 31 80 √

15 90 √ 32 80 √

16 50 √ 33 50 √

17 70 √ 34 60 √

Jumlah 1190 12 5 Jumlah 1230 11 6

Jumlah Skor 2420

Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400

Rata-Rata Skor Tercapai 71,2

Hasil observasi sesudah penelitian tindakan kelas siklus I dengan nilai rata-rata 71,2 dan

ketuntasan 67,6% Penulis berusaha untuk melaksanakan pembelajaran lebih optimal

dengan ketentuan pendidikan. Oleh karena itu penelitian ini dilanjutkan dengan siklus

II.

Hasil observasi sesudah penelitian tindakan kelas siklus II dengan nilai rata-rata

77,4 dan ketuntasan 88,2%. Dengan siklus ini peneliti berhasil menuntaskan siswa SMP

N 1 Paciran kecamatan paciran kabupaten lamongan.

Page 19: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

Ningtyas, Peningkatan Hasil Belajar Materi Bangun ….

175

Tabel 2

Hasil Observasi Siklus II

No.

Urut Skor

Keterangan No.

Urut Skor

Keterangan

T TT T TT

1 100 √ 18 100 √

2 70 √ 19 60 √

3 80 √ 20 100 √

4 90 √ 21 70 √

5 80 √ 22 70 √

6 70 √ 23 70 √

7 70 √ 24 80 √

8 70 √ 25 70 √

9 90 √ 26 90 √

10 70 √ 27 80 √

11 70 √ 28 50 √

12 50 √ 29 90 √

13 70 √ 30 90 √

14 80 √ 31 70 √

15 100 √ 32 90 √

16 80 √ 33 60 √

17 80 √ 34 70 √

Jumlah 1320 16 1 Jumlah 1310 14 3

Jumlah Skor 2630

Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400

Rata-Rata Skor Tercapai 77,4

Hasil observasi sesudah penelitian tindakan kelas siklus II dengan nilai rata-rata 77,4

dan ketuntasan 88,2%. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II menunjukkan bahwa

terdapat penigkatan prestasi siswa SMPN 1 Paciran kecamatan Paciran kabupaten

Lamongan, dengan demikian peelitian ini dikatakan berhasil atau tuntas sehingga tidak

berlanjut pada siklus berikutnya.

PENUTUP

Sebagai akhir laporan penelitian tindakan kelas ini, peneliti merumuskan sebuah

kesimpulan bahwa hasil pada siklus I dan siklus II, dinyatakan adanya peningkatan hasil

belajar siswa. Pernyataan ini mengacu pada perolehan nilai rata-rata pada hasil tes

formatif siswa kelas IX A sebelum dilakukan penelitian yang sebesar 55 dengan jumlah

siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 16 siswa dari 34 siswa atau 47,1 %

saja. Setelah dilakukan penelitian dalam dua siklus terus terjadi peningkatan yang

kontinyu ditinjau dari jumlah siswa yang tuntas dalam belajar.

Nilai tes siswa selama berlangsungnya penelitian yaitu (a) Nilai rata-rata tes

siklus I adalah 71,2 dengan persentase ketuntasan mencapai 67,6 % (b) Nilai rata-rata

tes siklus II adalah 77,4 dengan persentase belajar 88,2 %. Berdasarkan data tersebut

maka peneliti berpendapat bahwa meskipun perolehan hasil belajar siswa belum

mencapai ketuntasan maksimal, namun telah menunjukkan adanya perubahan menuju

kearah yang lebih baik, dengan demikian kemampuan siswa menyelesaikan soal

matematika bangun ruang sisi lengkung dengan dibantu alat peraga berupa benda-benda

Page 20: MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL DENGAN …fish.unesa.ac.id/download/Mamik-Ningtyas.pdf · sebagai berikut: (1) Lembar Observasi Penerapan Pembelajaran Berkirim Salam dan

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (171-176)

176

asli yang dibuat secara berkelompok dirumah termasuk kategori baik. Selanjutnya dapat

dinyatakan telah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep

bangun ruang sisi lengkung dengan menggunakan alat bantu benda-benda asli.

Untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa memahami tugas pada

pembelajaran matematika bangun ruang sisi lengkung, hendaknya digunakan pola

penugasan yang efektif dan berbantuan benda-benda asli yang dibuat sendiri secara

berkelompok sebagai pendukung berkomunikasi secara alami. Untuk meningkatkan

kemampuan belajar siswa, guru hendaknya memiliki kemampuan memilih metode yang

relevan dengan mengkolaborasikan dengan metode-metode lain sehingga

menumbuhkan kreatifitas dan cara berfikir yang kritis pada siswa guna penyelesaian

tugasnya. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas IX A SMPN 1 Paciran tahun

pelajaran 2014/2015, untuk penelitian lebih lanjut hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai acuan dengan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindon.

Arikunto,Suharsimi; 2006; Penelitian Tindakan Kelas: Jakarta; Bumi Aksara

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan

Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban

Nasution,S; 2003; Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar; Jakarta;

Bumi Aksara

Pusat Bahasa; 2000; Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III, Jakarta : Balai Pustaka

Pujiati,Dra,M.Ed; 2004 ; Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran matematika

SMP; Makalah disajikan pada Diklat Instruktur/ Pengembang Matematika SMP

Jenjang Dasar Tanggal 10 - 23 Oktober 2004; Yogyakarta; PPPG Matematika

Suryosubroto; 1997; Proses Belajar Mengajar di Sekolah; Jakarta; Rineksa Cipta ;2-

05-2013;Http://Akhmad-Sudrajat.wordpress.com/Media-Pembelajaran ;2-05-

2013;Http://Wijayalabs.Blogspot.com/Media-Pembelajaran.html