untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan oleh : aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf ·...

45
i IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA UNTUK SANTRI USIA REMAJA BERMASALAH DI PONDOK PESANTREN KI SANTRI DESA SUKOREJO KABUPATEN KENDAL SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida Yuliyanti NIM. 3401412075 PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Upload: truongxuyen

Post on 02-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

i

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA UNTUK SANTRI USIA

REMAJA BERMASALAH DI PONDOK PESANTREN KI SANTRI

DESA SUKOREJO KABUPATEN KENDAL

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Aida Yuliyanti

NIM. 3401412075

PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

Page 2: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi fakultas ilmu sosial Unnes pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Moh. Yasir Alimi, S.Ag.,M.A.,Ph.D Asma Luthfi, S.Th.I.,M.Hum

NIP. 197510162009121001 NIP. 197805272008122001

Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi

Kuncoro Bayu. P, S.Ant.,M.A

NIP. 197706132005011002

Page 3: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji I Penguji II Penguji III

Nurul Fatimah S.Pd,M.Si Asma Luthfi S.Th.I., M.Hum Moh.Yasir Alimi

S.Ag., M.A.,Ph.D

NIP.198304092006042006 NIP.197805272008122001

NIP.197510162009121001

Mengetahui:

Dekan,

Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A

NIP. 1963080221988031001

Page 4: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun

keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juni 2014

Aida Yuliyanti

3401412075

Page 5: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Keindahan sejati sebuah karya tulis (ilmiah) terletak pada proses, bukan

hasil,

Nikmati setiap prosesnya maka kan kau nikmati pula hasilnya,

Hasil yang nikmat adalah hasil yang bermanfaat. (Aida Yuliyanti)

PERSEMBAHAN :

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, karya ini penulis persembahkan

kepada :

Ayah dan Ibu, terima kasih atas kasih sayang dan doa yang diberikan

selama ini.

Mba Hendri Suci Fitrianti, Mas Ricky Setyono, dan Juntoro, terima

kasih atas segala dukungan dan pengertian yang diberikan.

Syifa Arkananta, Helga Mahardika, dan Bisma Raya Mahardika,

terima kasih untuk segala tingkah laku yang memberikan tawa.

Teman-teman jurusan Sosiologi dan Antropologi UNNES 2012,

khususnya rombel empat kesayangan, teman-teman KKN Desa

Munggangsari, Teman-teman PPL SMA N 01 Salatiga UNNES 2015

terima kasih untuk segala kenangan yang tak kan terlupakan.

Lestari Nurma Lailita, terima kasih telah menjadi teman berbagi yang

mengasyikkan.

Almamater Universitas Negeri Semarang, terima kasih telah menjadi

bagian hidup yang membanggakan.

Pondok Pesantren Ki Santri, terima kasih telah memberikan

kesempatan untuk belajar.

Teman-teman dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan

dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Page 6: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

vi

SARI

Yuliyanti, Aida. 2016. Implementasi Pendidikan Agama Untuk Santri Usia

Remaja Bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten

Kendal. Skripsi. Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial,

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Moh. Yasir Alimi, S.Ag.,M.A.,Ph.D

Pembimbing II: Asma Luthfi, S.Th.I.,M.Hum.118 halaman.

Kata Kunci: Implementasi, pendidikan agama, pondok pesantren, santri

bermasalah, usia remaja

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan nonformal yang

memberikan pendidikan agama bagi santri. Istilah santri merujuk kepada orang

Islam yang memiliki kecenderungan agama yang kuat. Tidak semua santri

memiliki ajaran agama yang kuat, di Pondok Pesantren terdapat pula santri

bermasalah. Tujuan penelitian adalah mengetahui implementasi pendidikan agama

untuk santri usia remaja bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo

Kabupaten Kendal. Teori yang digunakan adalah teori institusi total, tindakan aksi

voluntaristik, dan konsep pengendalian sosial.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Lokasi penelitian di

Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal. Informasi

pendukung diperoleh dari kyai, santri usia remaja bermasalah, ketua Pondok, dan

pengajar. Alat dan teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi,

wawancara, dan dokumentasi. Teknik validitas menggunakan triangulasi data.

Teknik analisis data mencakup pengumpulan, reduksi dan penyajian data, serta

penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:1) implementasi

pendidikan agama di Pondok Pesantren Ki Santri bersumber pada al-Qur’an,

kitab, alam dan budaya. Terdapat pula pendidikan jasmani dan rohani. Pendidikan

formal melalui sekolah kejar paket dan pendidikan keterampilan yaitu bercocok

tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

agama yang ada merupakan bentuk nyata dari institusi total sebagai tempat

mengasingkan diri dari dunia luas dan tempat pelayanan serta pendidikan agama.

Setelah mengikuti pendidikan agama santri menjadi individu yang lebih baik. Hal

ini tak lepas dari tindakan aksi voluntaristik kyai yang mampu menentukan

berbagai macam pendidikan agama sebagai cara untuk memperbaiki moral santri

bermasalah;2) Respon santri memandang Pondok Pesantren Ki Santri sebagai

tempat yang nyaman, aturan bersifat longgar, dan proses pendidikan menekankan

kesadaran hati. Manfaat yang diperoleh santri adalah santri memiliki kontrol diri,

menjadi pribadi yang lebih baik, menemukan makna hidup dan guru yang tepat.

Pandangan serta manfaat yang diperoleh santri menunjukkan peran Pondok

Pesantren Ki Santri dalam melakukan pengendalian sosial. Cara pengendalian

sosial dilakukan melalui pendidikan juga agama dan bersifat represif serta

persuasif.

Saran dalam penelitian ini ditujukan kepada1) Pondok Pesantren untuk

meningkatkan kuantitas pendidik dalam pendidikan formal;2) santri untuk

melaksanakan pendidikan agama dengan benar;3) masyarakat agar memberi

dukungan lembaga pendidikan yang berusaha mengentaskan masalah anak;4)

pemerintah untuk dapat mengambil kebijakan terhadap lembaga pendidikan

nonformal yang memberikan pendidikan bagi anak.

Page 7: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

segala nikmat, rahmat pertolongan dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Pendidikan Agama Untuk

Santri Usia Remaja Bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo

Kabupaten Kendal”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan di

waktu yang tepat berdasarkan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu baik dalam penelitian maupun dalam penulisan skripsi ini.

Ucapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi di waktu yang tepat.

2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M. A. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi di waktu yang tepat.

3. Kuncoro Bayu Prasetyo, S. Ant, M. A. Ketua jurusan Sosiologi dan

Antropologi yang telah memberikan saran, motivasi, dan memfasilitasi

konsultasi serta memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi di waktu yang tepat.

4. Nurul Fatimah, S.Pd, M.Si selaku penguji skripsi yang telah memberikan

banyak masukan terhadap perbaikan skripsi yang dibuat oleh penulis.

5. Moh. Yasir Alimi, S.Ag.,M.A.,Ph.D, Asma Luthfi, S.Th.I.,M.Hum, Dosen

Pembimbing penulis yang telah sabar dan ikhlas untuk memberikan,

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen di jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah banyak memberikan bekal

ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

Page 8: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

viii

7. Bapak Gigik Kusiaji selaku kyai di Pondok Pesantren Ki Santri Desa

Sukorejo Kabupaten Kendal yang telah memberikan izin untuk penulis

melaksanakan penelitian di Pondok Pesantren.

8. Sumanto, selaku ketua Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo

Kabupaten Kendal yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh

data dan informasi penelitian.

9. Pengajar dan santri di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo

Kabupaten Kendal yang telah memberikan kesempatan penulis untuk berada

di tengah-tengah mereka.

10. Semua pihak yang telah memberikan doa, ilmu, pencerahan, dukungan dan

semangat dalam menyelesaikan skripsi.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangsih pengembangan

ilmu pengetahun di bidang sosial.

Semarang, Juni 2016

Penulis

Page 9: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING…....................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN……………......................................... iii

PERNYATAAN....................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................... v

SARI......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR………………………………………………….

DAFTAR ISI............................................................................................

DAFTAR TABEL………………………………………………………

vii

ix

xi

DAFTAR GAMBAR............................................................................... xii

DAFTAR BAGAN.................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN........................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian.................................................................. 6

1.5 Batasan Istilah ........................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................. 10

2.1 Deskripsi Teoritis.................................................................... 10

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan........................... 17

2.3 Kerangka Berfikir................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN............................................ 27

3.1 Latar Penelitian........................................................................ 27

3.2 Fokus Penelitian....................................................................... 28

3.3 Sumber Data............................................................................ 28

3.4 Alat dan Teknik Pengumpulan Data........................................ 32

3.5 Keabsahan Data…................................................................... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................... 43

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian......................................

4.1.1 Profil Pondok Pesantren Ki Santri…………………………..

4.1.2 Keadaan Santri dan Pengajar………………………………..

4.1.3 Model Pendidikan Agama di Pondok Pesantren Ki Santri….

4.1.4 Sarana dan Prasarana di Pondok Pesantren Ki Santri……….

4.1.5 Visi dan Misi Pondok Pesantren Ki Santri………………….

4.1.6 Profil Kyai Pondok Pesantren Ki Santri…………………….

43

43

46

47

48

49

52

Page 10: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

x

4.1.7 Profil Santri Usia Remaja Bermasalah……………………… 59

4.2 Implementasi Pendidikan Agama Untuk Santri Usia

Remaja Bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri…..

4.2.1 Pendidikan Agama Bersumber Pada Al-Qur’an…………….

4.2.2 Pendidikan Agama Bersumber Pada Kitab…………………

4.2.3 Pendidikan Agama Melalui Pada Alam…………………….

4.2.4 Pendidikan Agama Melalui Budaya………………………..

4.2.5 Pendidikan Jasmani………………………………………….

4.2.6 Pendidikan Rohani…………………………………………...

4.2.7 Pendidikan Pada Lembaga Formal…………………………..

4.2.8 Pendidikan Keterampilan…………………………………….

4.3 Respon Santri Usia Remaja Bermasalah Terhadap Proses

Pendidikan Agama di Pondok Pesantren Ki Santri……..

4.3.1Pandangan Santri Terhadap Pondok Pesantren Ki Santri……

4.3.2 Manfaat Pendidikan Agama Bagi Santri …………………...

73

73

78

81

84

88

89

94

97

105

105

109

BAB V PENUTUP.................................................................... 115

5.1 Simpulan................................................................................. 115

5.2 Saran....................................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 118

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Tabel 2

Tabel Informan..................................................................

Tabel Keadaan Santri dan Pengajar……………………..

29

46

Page 12: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pondok Pesantren Ki Santri……………………………….. 44

Gambar 2 Suasana TPQ di Masjid Pondok Pesantren Ki Santri…....... 49

Gambar 3 Kyai Pondok Pesantren Ki Santri Beserta Keluarga……..... 53

Gambar 4 Santri Pondok Pesantren Ki Santri Bersama Pengajar…….. 60

Gambar 5 Suasana Santri Sedang Membaca Al-Qur’an……………… 74

Gambar 6 Suasana Santri Sedang Belajar Tajwid.................................. 76

Gambar 7 Suasana Santri Sedang Shalawatan dengan Rebana………. 84

Gambar 8

Gambar 9

Gambar10

Gambar11

Gambar12

Gambar13

Gambar14

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 2015…..

Gambar Asmaul Husna…………………………………….

Santri Sedang Mengerjakan Latihan Soal Ujian Nasional…

Santri Sedang Beternak Kambing………………………….

Bengkel Las di Pondok Pesantren Ki Santri……………….

Lahan Garapan Santri………………………………………

Hasil Seni Santri……………………………………………

85

92

96

98

99

100

101

Page 13: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1

Bagan 2

Kerangka Berfikir..................................................................

Alur Analisis Data Dalam Penelitian Kualitatif……………

26

41

Page 14: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi............................................................. 120

Lampiran 2 Pedoman Wawancara.......................................................... 121

Lampiran 3 Daftar Subjek Penelitian..................................................... 136

Lampiran 4 Daftar Informan Penelitian….............................................. 133

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Daftar Kyai dan Pengajar…………………………………

Daftar Santri………………………………………………

Surat Izin Penelitian………………………………………

137

139

140

Page 15: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pondok Pesantren Ki Santri adalah salah satu Pondok Pesantren yang

berada di wilayah Desa Sukorejo Kabupaten Kendal. Pondok Pesantren ini

merupakan tempat untuk membentuk individu agar berakhlak baik. Layaknya

Pondok Pesantren lainnya, dalam Pondok Pesantren ini pun memberikan materi-

materi keagamaan guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaan seseorang.

Pondok Pesantren Ki Santri memiliki unsur-unsur yang juga terdapat di Pondok

Pesantren pada umumnya. Unsur-unsur tersebut seperti adanya kyai, asrama atau

pondok, masjid, pengajaran kitab, dan santri.

Salah satu unsur penting yang ada di dalam Pondok Pesantren Ki Santri

adalah adanya santri. Perkataan santri digunakan untuk menunjuk pada golongan

orang-orang Islam di Jawa yang memiliki kecenderungan lebih kuat pada ajaran-

ajaran agamanya (Madjid,1997:19). Dalam Ghazali (2003:23), terdapat dua

kelompok santri, yaitu santri mukim dan santri kalong. Sederhananya, santri

mukim adalah santri yang berasal dari daerah jauh dan menetap dalam kelompok

pesantren, sedangkan santri kalong adalah santri yang bertempat tinggal di desa-

desa sekililing Pondok Pesantren dan biasanya tidak menetap dalam kelompok

pesantren. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa santri memiliki

kecenderungan agama yang kuat khususnya dalam agama Islam baik dari santri

mukim maupun santri kalong.

Page 16: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

2

Namun pada kenyataannya, tidak semua santri memiliki kecenderungan

agama yang kuat. Justru di dalam Pondok Pesantren terdapat santri yang

bermasalah. Hal ini terbukti pada santri yang berada di Pondok Pesantren Ki

Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal. Dalam Skripsi Malikha (2014:1)

menyatakan bahwa terdapat keunikan berkaitan dengan santri yang ada di dalam

Pondok Pesantren Ki Santri. Pasalnya, santri yang ada di dalam Pondok Pesantren

Ki Santri adalah mereka yang memiliki latar belakang negatif. Negatif disini

adalah mereka yang dahulunya banyak melakukan penyimpangan, seperti menjadi

preman, pecandu narkoba, pemabuk, perampok, anak punk dan sebagainya.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konsep santri yang semula bermakna

seseorang yang memiliki kecenderungan agama yang kuat tidak berlaku di dalam

Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal.

Pondok Pesantren Ki Santri yang ada di Desa Sukorejo Kabupaten Kendal

dapat dikatakan sebagai bengkel moral bagi masyarakat. Hal ini berkaitan dengan

perannya sebagai lembaga pendidikan yang menampung santri yang dahulunya

kerap melakukan penyimpangan. Berbicara mengenai penyimpangan seringkali

dilakukan oleh para remaja. Hal ini dikarenakan remaja berada pada masa ambang

dewasa, dimana remaja mulai bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa,

yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat

dalam perbuatan seks (Rifa’i,2012:24). Oleh karena itu, santri yang terdapat di

dalam Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal juga

berisikan para remaja yang mulai bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa,

yaitu merokok, minum-minuman keras, dan menggunakan obat-obatan terlarang.

Page 17: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

3

Kebanyakan masyarakat terutama orang tua merasa kesulitan dalam

menyikapi individu yang mulai bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa.

Berbagai macam cara dilakukan agar individu dapat bertindak dan berperilaku

sebagaimana mestinya, yaitu yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.

Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memasukkan individu ke dalam

lembaga pendidikan formal. Jalur pendidikan formal diharapkan dapat mendidik

individu agar dapat menyesuaikan diri dengan nilai dan norma melalui pendidikan

yang dilaksanakan. Namun kenyataannya, banyak individu yang tidak dapat

mengikuti pendidikan formal dengan baik. Hal ini dibuktikan melalui sikap dan

perilaku individu yang masih banyak melakukan penyimpangan.

Selain melalui pendidikan formal, lembaga pendidikan nonformal pun

digunakan sebagai cara agar individu dapat menyesuaikan diri dengan nilai dan

norma. Salah satu jalur pendidikan nonformal dapat dilakukan melalui Pondok

Pesantren. Dalam Pondok Pesanten diharapkan dapat mendidik individu agar

dapat menyesuaikan diri dengan nilai dan norma melalui serangkaian kegiatan

keagamaan. Namun banyak individu yang justru berpandangan bahwa Pondok

Pesantren merupakan tempat yang menakutkan. Pandangan tersebut diantaranya

yaitu bahwa Pondok Pesantren sebagai tempat orang-orang yang memiliki

pengetahuan agama yang kuat, sebagai tempat yang terkungkung dimana semua

kegiatan dijadwal secara ketat, dan sebagai tempat yang membuat individu tidak

dapat bergerak secara bebas. Oleh karena itu, banyak individu yang tidak berminat

untuk masuk dan mengikuti pendidikan di Pondok Pesantren.

Page 18: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

4

Pondok Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan tentunya memiliki

sistem pendidikan tersendiri. Sistem pendidikan biasanya berbasis pada

keagamaan atau dapat disebut dengan pendidikan agama. Pendidikan agama

berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik

agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam (Zuharini, 1981:27). Dalam setiap

Pondok Pesantren memiliki model pendidikan agamanya masing-masing yang

disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan. Tujuan Pondok Pesantren pada

umumnya diarahkan pada proses improvisasi menurut perkembangan Pondok

Pesantren yang dipilih sendiri oleh kyai atau bersama-sama dengan pengasuh

yang lain, sehingga terjadi perbedaan antara Pondok Pesantren yang satu dengan

yang lainnya. Adapun tujuan dari Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo

Kabupaten Kendal adalah memperbaiki moral santri bermasalah agar menjadi

santri yang soleh melalui pendidikan agama yang dilaksanakan.

Kondisi santri yang bermasalah dan berlatar belakang negatif sudah

tentunya penerapan model pendidikan memiliki strategi tertentu. Strategi

pendidikan tidak serta merta menerapkan pola pendidikan layaknya di Pondok

Pesantren lainnya. Hal ini dikarenakan santri di Pondok Pesantren Ki Santri pada

dasarnya memiliki latar belakang negatif. Dalam pelaksanaannya, strategi tersebut

digunakan untuk mendidik santri, sehingga diharapkan mampu memecahkan

segala permasalahan santri dan membina santri agar menjadi pribadi yang baik.

Dalam Pondok Pesantren Ki Santri juga memiliki model pendidikan

agama sendiri. Model pendidikan dalam Pondok Pesantren ini disesuaikan dengan

tujuannya yaitu untuk memperbaiki moral para santri bermasalah. Malikha

Page 19: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

5

(2014:49) menyebutkan bahwa model pendidikan yang diterapkan di Pondok

Pesantren Ki Santri mengadopsi pendidikan model pesantren khalafi. Dalam

prosesnya, santri diberikan pendidikan agama, umum (formal), dan keterampilan.

Kontribusi yang luar biasa bagi Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo

Kabupaten Kendal yang telah bersedia menerima individu yang memiliki latar

belakang negatif karena melakukan penyimpangan. Tentunya bukan menjadi hal

mudah bagi Pondok Pesantren ini dalam berupaya merubah santri bermasalah

menjadi santri yang soleh. Sudah terlihat jelas bahwa dalam Pondok Pesantren Ki

Santri memiliki dua model pendidikan agama yang berlangsung di dalamnya.

Kedua model pendidikan agama tersebut saling bersinergi membentuk santri agar

memiliki nilai maupun karakter islami, dan juga berupaya merubah moral santri

agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Menjadi perhatian tersendiri bagi peneliti untuk melakukan kajian lebih

lanjut mengenai implementasi pendidikan agama yang tentunya didasarkan

kepada model pendidikan agama di dalam Pondok Pesantren Ki Santri. Adapun

judul yang peneliti angkat adalah “Implementasi Pendidikan Agama Untuk Santri

Usia Remaja Bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo

Kabupaten Kendal”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

Page 20: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

6

1. Bagaimana implementasi pendidikan agama untuk santri usia remaja

bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten

Kendal ?

2. Bagaimana respon santri usia remaja bermasalah terhadap pendidikan

agama di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana implementasi pendidikan agama untuk santri usia

remaja bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo

Kabupaten Kendal.

2. Mengetahui bagaimana respon santri usia remaja bermasalah terhadap

pendidikan di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten

Kendal.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Memberikan sumbangan terhadap bidang studi sosiologi dan antropologi,

khususnya dalam bidang studi sosiologi dan antropologi agama.

2. Dapat menambah pustaka pengetahuan mengenai pendidikan agama yang

ada di dalam masyarakat.

3. Sebagai bahan referensi dalam pengembangan penelitian serupa di masa

yang akan datang.

Page 21: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

7

4. Sebagai bahan referensi dalam pelajaran sosiologi di SMA kelas X pokok

bahasan sosialisasi dalam proses pembentukan kepribadian, penyimpangan

dan pengendalian sosial.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai implementasi

pendidikan agama untuk santri usia remaja bermasalah dan respon santri

usia remaja bermasalah terhadap pendidikan agama yang berlangsung di

Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal.

2. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan bagi pemerintah dalam pertimbangan mengambil kebijakan

terhadap pendidikan masyarakat.

3. Bagi Pondok Pesantren Ki Santri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap

perbaikan dan pengembangan sistem pendidikan agama yang telah

dijalankan.

1.5 Batasan Istilah

Suatu penelitian diperlukan gambaran yang jelas mengenai istilah dalam

judul penelitian. Oleh karena itu, perlu diberikan batasan-batasan istilah dengan

tujuan agar peneliti tetap berada dalam pengertian yang dimaksud dalam judul.

Adapun batasan istilah dalam penelitian ini sebagai berikut :

Page 22: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

8

1.5.1 Implementasi

Implementasi bermuara pada aktivitas, tindakan atau adanya mekanisme

suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang

terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan (Usman, 2002:70). Implementasi

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah implementasi pendidikan agama untuk

santri usia remaja bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo

Kabupaten Kendal.

1.5.2 Pendidikan Agama

Pendidikan agama berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis

dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam

(Zuharini, 1981:27). Pendidikan agama yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah pendidikan agama yang ditujukan untuk santri bermasalah di Pondok

Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal.

1.5.3 Santri

Perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, persisnya dari

kata cantrik, yang artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana

guru ini pergi menetap (Madjid,1997:20). Berkaitan dengan penelitian ini santri

yang dimaksudkan adalah santri bermasalah, yaitu santri yang memiliki masalah

moral, berlatar belakang negatif, pernah melakukan penyimpangan dan yang

menetap di dalam lingkungan Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo

Kabupaten Kendal.

1.5.4 Remaja

Page 23: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

9

Menurut WHO yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap

transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO

adalah 12 sampai 24 tahun. Remaja termasuk ke dalam masa ambang dewasa,

dimana remaja mulai bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa, yaitu

merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam

perbuatan seks (Rifa’i,2012:24). Remaja yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah santri yang berada pada kisaran umur 12 sampai 24 tahun dan yang telah

bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa.

1.5.5 Pondok Pesantren

Pendapat Zarkasyi (dalam Ziemek,1986:56) secara definitif Pondok

Pesantren diartikan sebagai lembaga pendidikan islam dengan sistem asrama,

dimana kyai sebagai figur sentralnya, mesjid sebagai pusat kegiatan yang

menjiwainya, dan pengajaran agama islam dibawah bimbingan kyai yang diikuti

santri sebagai kegiatan utamanya. Pondok Pesantren yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten

Kendal.

Page 24: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teoritis

Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisis mengenai implementasi

pendidikan agama untuk santri usia remaja bermasalah di Pondok Pesantren Ki

Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal. Teori yang digunakan adalah teori

institusi total, teori aksi voluntaristik, dan konsep pengendalian sosial. Berikut

penulis paparkan deskripsi teori yang akan digunakan:

2.1.1 Teori Institusi Total

Teori institusi total yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

institusi total yang dikembangkan oleh Erving Goffman. Menurut Goffman

(dalam Ihromi,1999:33) yang dinamakan dengan institusi total adalah suatu

tempat tinggal dan bekerja di dalamnya sejumlah individu dalam situasi sama,

terputus dari masyarakat yang lebih luas untuk jangka waktu tertentu, bersama-

sama menjalani hidup yang terkungkung dan diatur secara formal. Selain itu,

Goffman juga mengemukakan bahwa total institusion turut berperan

“memperbaharui” karakteristik-karakteristik pribadi yang unik dan beragam dari

tiap anggotanya sebagai ciri “home world” mereka sebelumnya. Sesuai dengan

tujuannya, mereka yang terekrut dalam total institution adalah untuk dibentuk,

dididik, dan dilatih agar memiliki kepribadian peran yang sesuai dengan peran

baru yang akan disandangnya. Oleh karena itu, perlu adanya suatu proses belajar

kembali atau resosialisasi. Menurutnya total institution adalah tempat yang paling

efektif. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam total institution keseluruhan

Page 25: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

11

pengalaman subjektif anggota dikendalikan sehingga secara kontinyu dapat

dipersiapkan dan dibangun identitas baru sesuai perannya tanpa memberikan

perubahan berarti terhadap kepribadian aslinya.

Setiap institusi yang ada di masyarakat memiliki karakteristik tertentu.

Demikian pula halnya dengan total institution. Menurut Ihromi (1999) Goffman

menyimbolkan total institution sebagai tempat yang memberikan keterbatasan

dalam hubungan sosial atau berinteraksi sosial dengan dunia luar atau masyarakat

luar. Dalam masyarakat dapat dijumpai beberapa bentuk total institution, Pertama

institusi yang didirikan untuk mendidik anak dan membentuk individu di

dalamnya agar mahir dan memiliki keahlian lebih di dalam menyelesaikan tugas-

tugas rutinnya serta memiliki loyalitas tinggi terhadap almamaternya, kedua

institusi yang didirikan sebagai tempat mengasingkan diri dari dunia luas dan

merupakan sarana pelayanan serta pendidikan agama (Ihromi,1999:66).

Dalam Ihromi (1999:66) menyebutkan pola yang berlaku dalam total

institution adalah sebagai berikut:

1. Seluruh aspek kehidupan dipimpin di suatu tempat yang sama dan berada di

bawah sumber yang sama.

2. Setiap tahap aktivitas sehari-hari tiap anggota dipimpin langsung oleh

lembaga dimana semuanya diperlakukan sama dan dituntut untuk melakukan

hal yang sama.

3. Setiap aktivitas sehari-hari terjadwal secara ketat dimana seluruh rangkaian

kegiatan ditentukan dari atas oleh suatu sistem dan aturan formal yang resmi.

Page 26: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

12

4. Berbagai aktivitas yang dijalankan disatukan dalam satu rencana pokok yang

dirancang untuk memenuhi tujuan resmi dari institusi.

Keanggotaan di dalam sebuah total institution biasanya terbagi menjadi

dua kelompok. Pertama adalah kelompok besar yang dapat disebut “kelompok

penghuni” (inmates), yaitu mereka yang hidup di dalam institusi tersebut dan

mempunyai sedikit kontak dengan dunia luar. Kedua adalah kelompok kecil yang

dapat disebut sebagai “kelompok pengawas” (staff), yakni kelompok yang bekerja

di institusi tersebut dan terintegrasi secara sosial dengan dunia luar.

2.1.2 Teori Aksi Voluntaristik

Teori aksi voluntaristik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

teori yang dikemukakan oleh Parsons. Teori aksi voluntaristik dari Parsons

menyajikan suatu sintesa asumsi-asumsi bermanfaat dan konsep-konsep

utilitarisme, positivisme, maupun idealisme. Hal yang penting adalah parsons

berhasil memilih berbagai konsep dari ketiga aliran tersebut yang kemudian

dijadikan teori aksi voluntaristik ( voluntaristic theory of action ). Hal ini

merupakan titik awal sesuai dengan strateginya untuk mengkonstruksikan teori

fungsional dari organisasi sosial. Beberapa asumsi fundamental teori aksi

dikemukakan oleh Hinkle (dalam Ritzer,2002:46) adalah sebagai berikut :

1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari

situasi eksternal dalam prosesnya sebagai subyek.

2. Sebagai subyek, manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-

tujuan tertentu. Jadi, tindakan manusia bukan tanpa tujuan.

Page 27: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

13

3. Dalam bertindak manusia mengutamakan cara, teknik, prosedur, metode serta

perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.

4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak dapat

diubah dengan sendirinya.

5. Manusia memilih, menilai, mengevaluasi terhadap tindakan yang akan,

sedang dan yang telah dilakukannya.

6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul

pada saat pengambilan keputusan.

Dengan demikian Parsons (dalam Ritzer,2002:48) menyusun skema unit-

unit dasar tindakan sosial dengan beberapa karakteristik sebagai berikut:

1. Adanya individu sebagai aktor.

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan tersebut.

3. Aktor memiliki alternatif cara, alat, serta teknik untuk mencapai tujuan.

4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi

tindakan dalam mencapai tujuan.

5. Aktor di bawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma, dan berbagai ide

abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta

tindakan alternatif untuk mencapai tujuan.

Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkan

dalam memilih alternatif cara dan alat dalam mencapai tujuan. Norma-norma

tersebut tidak menentukan pilihannya terhadap cara atau alat, tetapi ditentukan

oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan ini oleh Parsons disebut

Page 28: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

14

dengan voluntarism, yaitu kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti

menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka

mencapai tujuan. Aktor menurut konsep voluntarism adalah perilaku aktif dan

kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih alternatif tindakan.

2.1.3 Konsep Pengendalian Sosial

Konsep pengendalian sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah

konsep pengendalian sosial yang dikembangkan oleh Roucek. Menurut Roucek,

pengendalian sosial merupakan proses terencana maupun tidak dimana individu

dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan

dan nilai hidup dalam suatu kelompok (Dhohiri,2007:108).

Terdapat beberapa sifat dari pengendalian sosial, yaitu preventif, represif,

gabungan, persuasif, dan koersif (Dhohiri,2007:110). Berikut penjelasan singkat

dari masing-masing sifat pengendalian sosial :

1. Pengendalian Sosial Preventif

Merupakan pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya

penyimpangan sosial. Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk

mencegah agar penyimpangan sosial tidak terjadi.

2. Pengendalian Sosial Represif

Merupakan pengendalian sosial yang dilakukan sesudah terjadinya

penyimpangan sosial. Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk

memulihkan keadaan seperti sebelum terjadi penyimpangan sosial.

Page 29: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

15

3. Pengendalian Sosial Gabungan

Merupakan gabungan antara pengendalian sosial preventif dan

represif. Perpaduan antara kedua sifat pengendalian sosial ini ditujukan

untuk mencegah terjadinya penyimpangan sekaligus memulihkan kembali

keadaan seperti semula setelah terjadi penyimpangan, sehingga suatu

perilaku yang menyimpang tidak sempat merugikan pelaku yang

bersangkutan maupun orang lain.

4. Pengendalian Sosial Persuasif

Merupakan pengendalian sosial yang dilakukan melalui

pendekatan dan sosialisasi agar masyarakat mematuhi norma-norma yang

ada tanpa melalui kekerasan.

5. Pengendalian Sosial Koersif

Merupakan pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara

memaksa agar anggota masyarakat mematuhi norma-norma yang ada.

Pengendalian sosial memiliki beberapa cara diantaranya, yaitu cemoohan,

teguran, pendidikan, agama, gosip atau desas desus, ostrasisme, fraundulens,

intimidasi, hukum (Dhohiri,2007:111). Berikut penjelasan singkat mengenai cara

pengendalian sosial :

1. Cemooh

Cemooh dilakukan apabila seseorang dianggap menyimpang dari

nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dengan tujuan agar tidak

melakukan perbuatan menyimpang lagi.

Page 30: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

16

2. Teguran

Merupakan pengendalian sosial berupa peringatan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Tujuan dari pengendalian ini adalah agar

orang yang melakukan penyimpangan sosial sesegera mungkin menyadari

kesalahannya.

3. Pendidikan

Proses pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara mendidik,

membimbing seseorang agar menjadi manusia yang bertanggungjawab

bagi agama, nusa dan bangsanya. Proses pendidikan diawali sejak lahir,

berlangsung sepanjang hidup, dan merupakan cara pengendalian sosial

yang efektif.

4. Agama

Merupakan pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan di dunia dan

akhirat bagi penganutnya. Jika seseorang meyakini dan patuh pada

agamanya, maka dengan sendirinya perilakunya akan terkendali dari

bentuk perilaku menyimpang.

5. Gosip atau Desas Desus

Merupakan pengendalian sosial dengan cara menyebar berita

secara cepat dan tidak berdasarkan pada kenyataan. Biasanya terjadi kritik

sosial secara terbuka tetapi tidak dapat dilontarkan. Dengan gosip tersebut

individu yang berperilaku menyimpang akan merasa malu dan bersalah

sehingga akan lebih berhati-hati dalam bertindak.

Page 31: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

17

6. Ostrasisme

Merupakan pengendalian sosial yang dapat diartikan sebagai

“pengucilan”. Tujuan ostrasisme ini adalah agar anggota masyarakat yang

bersangkutan atau masyarakat lainnya tidak melakukan pelanggaran

terhadap nilai dan norma yang berlaku.

7. Fraundulens

Merupakan pengendalian sosial dengan jalan meminta bantuan

kepada pihak lain yang dianggap dapat mengatasi masalah. Intimidasi

adalah salah satu bentuk pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara

menekan, memaksa, mengancam, atau menakut-nakuti.

8. Hukum

Merupakan cara pengendalian yang ditujukan untuk merangsang

para anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang

berlaku. Cara pengendalian hukum berupa sanksi negatif diberikan kepada

seseorang yang melanggar peraturan tertulis maupun tidak tertulis.

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya mengenai pendidikan agama

Islam, khususnya yang berorientasi untuk individu bermasalah. Beberapa

penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Izfanna dan Hisyam

(2012), penelitian oleh Saripudin, Suwarta, dan Komalasari (2008), penelitian

oleh Mansur (2012), penelitian oleh Muharom (2012), dan penelitian oleh

Tanshzil (2012).

Page 32: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

18

Penelitian pertama yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh

Izfanna dan Hisyam (2012) dengan judul “A comprehensive approach in

developing akhlaq: A case study on the implementation of character education at

Pondok Pesantren Darunnajah”. Izfanna dan Hisyam menyebutkan bahwa

Pondok Pesantren Darunnajah mengembangkan karakter siswa berdasarkan nilai-

nilai Islam dan diimplementasikan dalam berbagai cara melalui pendidikan

karakter. Pondok Pesantren Darunnajah mengadopsi pendekatan komprehensif

pendidikan karakter berdasarkan nilai-nilai islam sebagai filosofi, visi, misi, dan

prinsip-prinsip dasar karakter. Metode pelaksanaan pendidikan karakter di Pondok

Pesantren Darunnajah melibatkan subyek resmi yang berisi karakter (akhlaq).

Semua guru dan siswa sepakat bahwa kepribadian dan karakter kyai, guru, teman,

dan staf (administrasi), dengan siapa siswa tinggal dan berinteraksi adalah faktor

yang paling berpengaruh untuk mengembangkan karakter siswa. Mayoritas guru

dan siswa melaporkan bahwa Pondok Pesantren Darunnajah mendidik dan

mengembangkan karakter siswa dengan menanamkan pengetahuan, memberikan

kondisi atau lingkungan yang mendukung, kemudian memberikan kesempatan

untuk berlatih dan membentuk diri mereka.

Penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian ini. Penelitian

sama-sama memberikan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai islam untuk

membentuk karakter. Penelitian oleh Izfanna dan Hisyam terfokus kepada

penggambaran bagaimana sistem pendidikan islam yang unik, yaitu Pondok

Pesantren melaksanakan dan memberikan kontribusinya terhadap pendidikan

karakter siswa. Penelitian ini memiliki fokus kepada implementasi pendidikan,

Page 33: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

19

khususnya pendidikan agama yang diberikan kepada santri usia remaja

bermasalah agar santri memiliki karakter islami yang baik.

Penelitian selanjutnya yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh

Saripudin, Suwarta, dan Komalasari (2008) dengan judul “Re-socialization of

Street Children at Open House: A Case Study in the City of Bandung, Indonesia”.

Saripudin, Suwarta, dan Komalasari menyatakan bahwa upaya untuk

mengembalikan sikap dan perilaku anak jalanan agar sesuai dengan sistem nilai

dan norma dilakukan melalui aktivitas resosialisasi dalam bentuk Open House.

Aktivitas resosialisasi anak jalanan di dalam Open House dilakukan melalui 5

langkah, yaitu : 1) Menjangkau, langkah ini dimaksudkan untuk menjalin kontak

pengantar dan kepercayaan dari anak jalanan kepada agen sosial, dan juga untuk

mensosialisasikan alternatif semi-institutional pendidikan; 2) Penilaian, langkah

ini dilakukan untuk mengetahui masalah dan kebutuhan belajar anak, juga untuk

mengetahui motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran; 3) Persiapan belajar,

langkah ini dilakukan berdasarkan hasil penilaian kebutuhan pembelajaran anak-

anak. Dalam hal ini, agen sosial seperti pekerja sosial, guru, dan kepala dari Open

House berpartisipasi merumuskan niat, waktu, materi, metode, strategi, fasilitas,

media, dan evaluasi pembelajaran yang didasarkan pada situasi menyenangkan; 4)

Pelaksanaan pembelajaran, dalam langkah ini agen sosial berfungsi sebagai

fasilitator anak dalam mencapai kebutahan mereka, baik kebutuhan pengetahuan

atau pencapaian kompetensi, dan memberikan bimbingan dalam memecahkan

kasus yang dialami anak sehingga potensi anak meningkat; 5) Penghentian,

langkah ini dilakukan setelah semua kebutuhan yang diharapkan telah tercapai.

Page 34: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

20

Indikatornya anak menunjukkan sikap produktif dan mandiri, kembali ke keluarga

orang tua, keluarga atau orang tua pengganti, masuk ke sekolah maupun pesantren

atau anak-anak mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Penelitian di atas memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian ini.

Kedua penelitian sama-sama menunjukkan adanya upaya resosialisasi atau

mengembalikan sikap dan perilaku anak agar dapat bertindak sesuai dengan

sistem nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Upaya resosialisasi

juga sama-sama dipusatkan ke dalam suatu lingkungan tertentu. Dalam penelitian

yang dilakukan oleh Saripudin, Suwarta, dan Komalasari terpusat di dalam

lingkungan Open House, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan

terpusat di dalam lingkungan Pondok Pesantren. Dalam kedua penelitian ini juga

memiliki perbedaan. Perbedaan terdapat pada fokus penelitian. Dalam penelitian

yang dilakukan oleh Saripudin, Suwarta, dan Komalasari terfokus pada bagaimana

resosialisasi anak jalanan di dalam Open House yang dilakukan melalui

pendidikan atau pembelajaran yang didasarkan pada kebutuhan belajar anak,

sedangkan dalam penelitian ini terfokus pada resosialisasi santri usia remaja

bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri yang dilakukan melalui pendidikan

agama.

Penelitian selanjutnya yang juga relevan adalah penelitian yang dilakukan

oleh Mansur (2012) dengan judul “Peranan Pendidikan Islam Di Pesantren

Dalam Mengantisipasi Dampak Negatif Era Globalisasi (Penelitian di Pondok

Pesantren Nurul Huda A1-Manshuriyyah Kampung Cimaragas Desa Karangsari

Kecamatan Pangatikan Kabupaten Garut)”. Mansur menyebutkan pendidikan

Page 35: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

21

Islam di Pondok Pesantren Nurul Huda Al Mansyuriyyah dimulai dari perbaikan

akhlak para santri dan masyarakat sekitar. Baik sebagai pribadi muslim maupun

anggota masyarakat dan untuk menjadi penangkal perubahan jaman yang semakin

bebas, maka pesantren memberikan pendidikan islam melalui pengadaaan

pengajian di semua kalangan, baik untuk umum, ibu-ibu, bapak-bapak, maupun

para remaja. Hal ini dilakukan karena peran pesantren di tengah keterbatasan dan

dominasi negara menjadikan lembaga tersebut berkonsentrasi pada hal-hal

substansial kepesantrenan sebagai transformasi nilai-nilai dan pengajaran

keagamaan, serta mengambil peran pendidikan, sosial kemasyarakatan dan

lingkungan.

Penelitian oleh Mansur memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu

sama-sama memberikan pendidikan agama, yaitu agama islam guna memberi

individu kemampuan dalam bidang keagamaan agar individu menjadi pribadi

muslim yang baik. Penelitian oleh Mansur ini terfokus kepada peran pendidikan

agama islam yang diberikan oleh santri dan masyarakat sekitar Pondok Pesantren

dalam mengantisipasi dampak negatif globalisasi melalui pengadaan pengajian,

sehingga santri memiliki pegangan dasar agama yang kuat. Dalam penelitian ini

fokus penelitian adalah implementasi pendidikan agama yang diberikan kepada

santri usia remaja bermasalah yang juga ditujukan agar santri memiliki pegangan

dasar agama yang kuat pula.

Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh

Muharom (2012) dengan judul “Rehabilitasi Penghuni Rumah Tahanan

Surakarta Melalui Pendidikan Agama”. Muharom menunjukkan adanya

Page 36: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

22

pendidikan Islam secara informal yang ditunjukkan dengan kegiatan membaca Al-

qur’an, menghafal dan menghayati surat dan ayat setelah salat Dzuhur, Asar, Isya

dan Tarawih. Selanjutnya, biasanya tadarus Al-Qur’an dilaksanakan setelah sholat

Tarawih. Faktor yang mendukung terlaksananya kegiatan ini adalah adanya kerja

sama antara pihak lembaga pemasyarakatan dengan instansi terkait lainnya.

Meskipun demikian, program tersebut masih menyisakan masalah dalam hal

malasnya para nara pidana untuk ikut serta dan jadwal kegiatan mereka.

Terdapat kesamaan dari penelitian ini dengan penelitian ini, yaitu sama-

sama memberikan pendidikan agama kepada individu yang memiliki latar

belakang negatif dan termarginalkan dari masyarakat. Namun terdapat perbedaan

diantara penelitian Muharom dengan penelitian ini. Dalam penelitian yang

dilakukan Muharom, fokus penelitiannya adalah implementasi pendidikan islam

yang dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan bagi narapidana. Untuk penelitian

ini berfokus pada implementasi pendidikan agama islam yang dilaksanakan untuk

santri usia remaja bermalasah di Pondok Pesantren.

Penelitian relevan terakhir dalam penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Tanshzil (2012) dengan judul “Model Pembinaan Pendidikan

Karakter Pada Lingkungan Pondok Pesantren Dalam Membangun Kemandirian

Dan Disiplin Santri (Sebuah kajian pengembangan Pendidikan

Kewarganegaraan)”. Tanshzil menemukan bahwa unsur-unsur nilai karakter

yang dikembangkan dalam lingkungan Pondok Pesantren K.H.Zainal Mustofa

meliputi nilai fundamental, instrumental serta praksis yang bersumber dari Al-

Qur’an dan Al-Hadist serta nilai-niai luhur Pancasila. Proses pembinaan

Page 37: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

23

pendidikan karkater dalam membangun kemandirian dan disiplin santri di

lingkungan Pondok Pesantren KH.Zainal Mustofa dilaksanakan dengan

pendekatan menyeluruh, melalui pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler,

pembiasaan, serta kerjasama dengan masyarakat dan keluarga. Metode yang

digunakan dalam membangun kemadirian serta kedisiplinan santri pada

lingkungan Pondok Pesantren KH.Zainal Mustofa dilaksanakan melalui metode

pembiasaan, pemberian pelajaran atau nasihat, metode pahala dan sanksi, serta

metode keteladanan dari para kyai serta pengajarnya.

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan metode pembinaan karakter

dalam membangun kemandirian dan kedisiplinan santri pada Pondok Pesantren

KH.Zainal Mustofa bersifat internal dan eksternal. Keunggulan hasil yang

dikembangkan dalam membangun kemandirian dan kedisiplinan santri pada

Pondok Pesantren KH. Zainal Mustofa dibuktikan dengan adanya perubahan

sikap, tatakrama serta prilaku santri, munculnya kemandirian santri dalam berfikir

dan bertindak, munculnya kedisiplinan santri dalam mengelola waktu dan menaati

tata peraturan, serta lahirnya figur-figur panutan dalam lingkungan masyarakat,

baik dalam bidang pendidikan, keagamaan, kesehatan serta organisasi

kemasyarakatan.

Kesamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Tanshzil dengan penelitian

ini adalah subyek penelitian, yaitu santri yang ada di Pondok Pesantren. Dimana

santri diberi pendidikan yang berorientasi pada pembentukan karakter santri agar

menjadi pribadi yang baik. Hanya saja, pendidikan yang diberikan pada santri dari

penelitian Tanshzil berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam

Page 38: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

24

penelitian Tanshzil untuk membentuk santri agar menjadi pribadi yang baik

menggunakan pendidikan karakter, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan

pendidikan agama. Fokus penelitian dalam Tanshzil adalah model pendidikan

karakter pada lingkungan Pondok Pesantren dalam membangun kemandirian dan

disiplin santri saja, sedangkan dalam penelitian ini berfokus pada implementasi

pendidikan agama untuk santri usia remaja bermasalah di Pondok Pesantren yang

berujung pada pengharapan agar santri dapat menjadi pribadi muslim yang

berkarakter tidak hanya dalam hal kedisiplinan dan kemandirian. Pengharapan

santri memiliki karakter atau budi pekerti yang luhur lebih diutamakan dalam

penelitian ini.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir adalah alur peneliti dalam melakukan penelitian.

Kerangka berfikir dibuat berdasarkan permasalahan dan fokus penelitan, serta

menggambarkan secara singkat alur penelitian yang dilakukan.

Alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah bahwa Pondok

Pesantren Ki Santri merupakan salah satu lembaga pendidikan nonformal yang

ada di Desa Sukorejo Kapubaten Kendal. Terdapat keunikan tersendiri dari

Pondok Pesantren tersebut. Keunikan terletak pada unsur Pondok Pesantren yaitu

santri yang notabene bermasalah, termasuk santri bermasalah dalam usia remaja.

Dapat dikatakan sebagai santri bermasalah karena dahulunya para santri memiliki

latar belakang negatif, dan sering melakukan penyimpangan. Santri mulai

bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa yang merokok, minum minuman

keras, dan mengonsumsi obat-obatan terlarang.

Page 39: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

25

Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan nonformal dijadikan

sebagai tempat bagi mereka yang ingin memperoleh pendidikan dan memperbaiki

diri. Dalam Pondok Pesantren tentunya memiliki sistem pendidikan agamanya

masing-masing. Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kendal pun memiliki

implementasi pendidikan agama sendiri. Berbagai macam pendidikan di berikan

seperti pendidikan yang bersumber pada al-Qur’an dan kitab, pendidikan melalui

alam dan budaya, pendidikan jasmani dan rohani, pendidikan pada lembaga

formal dan pendidikan keterampilan. Berbagai macam pendidikan agama di

Pondok Pesantren Ki Santri merupakan salah satu wujud nyata dari bentuk sebuah

institusi total yang didirikan sebagai tempat mengasingkan diri dari dunia luas dan

merupakan sarana pelayanan pendidikan agama. Implementasi dari semua

pendidikan agama yang dijalankan ditujukan untuk memperbaiki moral santri agar

menjadi pribadi yang lebih baik. Setelah mengikuti pendidikan agama, nyatanya

santri memang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini tidak

terlepas dari tindakan aksi voluntaristik kyai yang mampu menentukan berbagai

macam pendidikan agama sebagai cara yang digunakan untuk memperbaiki moral

santri bermasalah.

Respon santri memandang Pondok Pesantren Ki Santri sebagai tempat

yang nyaman, aturan bersifat longgar, dan proses pendidikan menekankan

kesadaran hati. Manfaat yang diperoleh santri setelah mengikuti pendidikan

agama yaitu pengetahuan agama Islam, pengetahuan umum dan juga

keterampilan. Selain itu, santri memiliki kontrol diri, menjadi pribadi yang lebih

baik, menemukan makna hidup dan guru yang tepat. Pandangan serta manfaat

Page 40: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

26

yang didapat santri mampu mencerminkan bagaimana peran Pondok Pesantren Ki

Santri dalam pengendalian sosial santri bermasalah. Cara pengendalian sosial

yang dilakukan di Pondok Pesantren Ki Santri melalui pendidikan juga agama dan

bersifat represif serta persuasif. Berikut disajikan bagan alur kerangka berpikir

dalam penelitian ini :

Bagan 01. Kerangka Berpikir

Sumber : Data Primer Peneliti

Santri Usia Remaja

Bermasalah

Pendidikan Agama Untuk Santri

Usia Remaja Bermasalah

Implementasi Pendidikan

Agama Untuk Santri Usia

Remaja Bermasalah

Respon Santri Usia Remaja

Bermasalah Terhadap

Pendidikan Agama

Pondok Pesantren Ki Santri Desa

Sukorejo Kabupaten Kendal

Teori Institusi Total

Teori Aksi Voluntaristik

Pengendalian Sosial

Page 41: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

115

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1) Implementasi pendidikan agama di Pondok Pesantren Ki Santri bersumber

pada al-Qur’an, kitab, alam dan budaya. Selain itu, terdapat pula

pendidikan jasmani dan rohani. Pendidikan umum atau formal diberikan

melalui sekolah kejar paket. Untuk pendidikan keterampilan terdapat

keterampilan bercocok tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan

desain. Berbagai macam pendidikan agama di Pondok Pesantren Ki Santri

merupakan salah satu wujud nyata dari bentuk sebuah institusi total yang

didirikan sebagai tempat mengasingkan diri dari dunia luas dan merupakan

sarana pelayanan pendidikan agama. Setelah mengikuti pendidikan agama,

santri mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini tidak terlepas

dari tindakan aksi voluntaristik kyai yang mampu menentukan berbagai

macam pendidikan agama sebagai cara yang digunakan untuk

memperbaiki moral santri bermasalah.

2) Santri memandang Pondok Pesantren Ki Santri sebagai tempat yang

nyaman, aturan bersifat longgar, dan proses pendidikan menekankan

kesadaran hati. Manfaat yang diperoleh santri setelah mengikuti

pendidikan agama yaitu pengetahuan agama Islam, pengetahuan umum

dan juga keterampilan. Selain itu, santri memiliki kontrol diri, menjadi

Page 42: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

116

pribadi yang lebih baik, menemukan makna hidup dan guru yang tepat.

Pandangan serta manfaat yang didapat santri mampu mencerminkan

bagaimana peran Pondok Pesantren Ki Santri dalam pengendalian sosial

santri bermasalah. Cara pengendalian sosial yang dilakukan di Pondok

Pesantren Ki Santri melalui pendidikan juga agama dan bersifat represif

serta persuasif.

5.2 Saran

Berdasarakan hasil pembahasan serta simpulan, dapat disampaikan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut:

1) Pondok Pesantren Ki Santri

Pihak Pondok Pesantren diharapkan lebih dapat menyediakan tenaga

pengajar yang disesuaikan dengan bidangnya masing-masing, khususnya bagi

tenaga pengajar pendidikan formal.

2) Santri

Santri diharapkan dapat menumbuhkan rasa semangat dari dalam hati

untuk berubah menjadi orang yang lebih baik. Santri juga diharapkan dapat

menghargai setiap usaha yang dilakukan Pondok Pesantren guna memperbaiki

kepribadian mereka yang dapat dibuktikan dengan melaksanakan pendidikan

agama yang dijalankan dengan benar.

Page 43: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

117

3) Masyarakat

Masyarakat diharapkan dapat membuka fikiran mereka bahwa

pendidikan berhak diberikan kepada siapa saja, termasuk kepada anak-anak

yang bermasalah. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dari masyarakat

dalam mendidik anak bermasalah dan dukungan masyarakat terhadap lembaga

pendidikan yang berusaha mengentaskan berbagai macam masalah yang

dimiliki anak.

4) Pemerintah

Pemerintah diharapkan tidak hanya mengambil kebijakan terhadap

lembaga pendidikan formal, namun pmerintah juga harus mengambil

kebijakan terhadap lembaga pendidikan nonformal yang turut memberikan

kontribusi dalam mendidik anak, utamanya bagi anak-anak yang bermasalah.

Page 44: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

118

DAFTAR PUSTAKA

Dhohiri, Wartono. Wiraatmadja. Sosiologi 1 (Suatu Kajian Kehidupan

Masyarakat). 2007. Jakarta: Yudhistira

Ghazali, Bahri. Pesantren Berwawasan Lingkungan. 2003.Jakarta: CV Prasasti

Hisyam, Izfanna. 2012. “A Comprehensive Approach In Developing Akhlaq: A

Case Study on The Implementation of Character Education at Pondok

Pesantren Darunnajah”: Multicultural Education & Technology; Vol. 6.(2).

Hal.77-86

Ihromi, T.O. 1999. Sosiologi keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-bilik Pesantren. Jakarta: Paramadina.

Malikha. 2014. Model Pendidikan Agama Untuk Anak Bermasalah di Pondok

Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal. Skripsi : IAIN

Walisongo

Mansur, Habib. C. 2012. “Peranan Pendidikan Islam di Pesantren Dalam

Mengantisipasi Dampak Negatif Era Globalisasi (Penelitian di Pondok

Pesantren Nurul Huda AL-Manshuriyyah Kampung Cimargas Desa

Karangsari Kecamatan Pangatikan Kabupaten Garut)”: Jurnal Pendidikan

Universitas Garut. Vol. 6.(1). Hal. 52-64

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya Offset.

Muharom, Fauzi. 2012. “Rehabilitasi Penghuni Rumah Tahanan Surakarta

Melalui Pendidikan Agama”: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan. Vol.

6.(2). Hal. 371-392

Rifa’i, Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan

MKU/MKDK-LP3 Unnes

Ritzer, George. 2002. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada

Saripudin, Suwarta, Komalasari. 2008. “Re-Socializarion of Street Children at

Open House: A Case Study in the City of Bandung, Indonesia”:

International Journal of Educational Studies. Vol. 1.(1). Hal. 91-102

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Tanshzil, Wahyuni. S. 2012. “Model Pembinaan Pendidikan Karakter Pada

Lingkungan Pondok Pesantren dalam Membangun Kemandirian dan

Page 45: Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Aida ...lib.unnes.ac.id/27774/1/3401412075.pdf · tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan

119

Disiplin Santri (Sebuah Kajian Pengembangan Pendidikan

Kewarganegaraan)”:Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol. 1.(1). Hal. 1-17

Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada

Ziemek, M. 1986. Pesantren dalam Perubahan Sosial. Jakarta: P3M.

Zuharini, dkk. 1981. Methodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usana

Offset Printing