untuk kota hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinck_okt10.pdf ·...

32
Menata Permukiman Untuk Kota Hijau Edisi 10/Tahun VIII/Oktober 2010 PENANGANAN PERMUKIMAN DI DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH LIPUTAN KHUSUS Jambore Sanitasi 2010 9 INFO BARU 2 Mendorong Pengembangan Daerah Melalui Desentralisasi 16

Upload: nguyenkhanh

Post on 09-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

Menata Permukiman

Untuk Kota Hijau

Edisi 10/Tahun VIII/Oktober 2010

Penanganan PermukimanDi Daerah rawangerakan Tanah

LiPuTan khuSuSJambore Sanitasi 2010 9

inFO Baru 2Mendorong Pengembangan DaerahMelalui Desentralisasi 16

Page 2: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

Liputan Khusus9 Jambore Sanitasi 2010

Resensi29 Kilas Balik Perumahan

Rakyat (1900-2000)

Pojok Hukum27 UU No. 32/2009

Pemerintah Wajib Susun Kajian Lingkungan Hidup Strategis

4

daftar isiOKTOBER 2010

http://ciptakarya.pu.go.id

Redaksi menerima artikel, berita, karikatur yang terkait bidang cipta karya dan disertai gambar/foto serta identitas penulis. Naskah ditulis maksimal 5 halaman A4, Arial 12. Naskah yang dimuat akan mendapat insentif.

13 PT PII, Komitmen Pemerintah Menjamin Pembangunan Infrastruktur

16 Mendorong Pengembangan Daerah Melalui Desentralisasi (Laporan Hasil RED Steer Training di Jerman)

20 Permukiman Ramah Lingkungan Ala Kampung Naga

Info Baru

PelindungBudi Yuwono PPenanggung JawabDanny SutjionoDewan RedaksiAntonius Budiono, Tamin M. Zakaria Amin, Susmono, Guratno Hartono, Joessair Lubis, Budi HidayatPemimpin RedaksiDwityo A. Soeranto, SudarwantoPenyunting dan Penyelaras NaskahT.M. Hasan, BukhoriBagian ProduksiDjoko Karsono, Emah Sadjimah,Radja Mulana MP. Sibuea, Djati Waluyo Widodo, Aulia UI Fikri,Indah RaftiartyBagian Administrasi & DistribusiSri Murni Edi K, Ilham Muhargiady,Doddy Krispatmadi, A. Sihombing,Ahmad Gunawan, Didik Saukat Fuadi,Harni Widayanti, Deva Kurniawan,Mitha Aprini, NurfhatiahKontributorPanani Kesai, Rina Agustin Indriani,Nieke Nindyaputri, Hadi Sucahyono,Amiruddin, Handy B. Legowo,Endang Setyaningrum, Syamsul Hadi,Didiet. A. Akhdiat, Muhammad Abid,Siti Bellafolijani, Djoko Mursito,Ade Syaeful Rahman,Th. Srimulyatini Respati,Alex A.Chalik,Bambang Purwanto, Edward Abdurahman, Alfin B. Setiawan,Deddy Sumantri,M. Yasin Kurdi, Lini TambajongAlamat RedaksiJl. Patimura No. 20, Kebayoran Baru 12110 Telp/Fax. [email protected]

4 Hari Habitat Dunia 2010: Better City, Better Life

5 Menata Permukiman untuk Kota Hijau

Berita Utama

13

23

Inovasi23 Penanganan Permukiman

Di Daerah Rawan Gerakan Tanah

Page 3: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

Genangan Air di sekitar Tebet

Ass. Wr.wb. Di sekitar Tebet kalau hujan banyak sekali genangan air. Mungkin banyaknya drainase yang tersumbat dan itu sudah ber-langsung lama. Tolong dibersihkan drainasenya. Terima kasih.Rahmadi

Kepada Yth. Saudara RahmadiMenanggapi pertanyaan Saudara Rahmadi tentang genangan air di sekitar Tebet, bersama ini kami sampaikan bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2007, Tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten dijelaskan bahwa masalah pembangunan dan pemeiliharaan infrastruktur bidang Cipta Karya di daerah adalah

editorialHari Habitat Dunia Perlu Dipopulerkan

Banyak peristiwa yang dianggap penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak dikukuhkan da-lam sebuah peringatan, baik skala nasional maupun internasional. Hari-hari itu membentang panjang dari Januari hingga Desember. Sebagai contoh, tengoklah di Oktober, ada Hari Kesaktian Pancasila (1 Oktober), Hari Batik dan hari Susu Nasional (2 Oktober), Hari Arsitektur Dunia (3 Oktober), Hari Tentara Nasional (5 Oktober), dan seterusnya. Hari Habitat Dunia yang ditetapkan PBB sejak tahun 1985 tidak tercantum dalam wikipedia maupun buku pengetahuan umum seperti Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap (RPUL). Tidak ada pretensi apa-apa tentang fakta populartias tersebut. Tapi setidaknya ada harapan, Hari Habitat Dunia yang diperingati setiap hari Senin di pekan pertama Oktober lebih dikenal luas lagi oleh masyarakat, bukan lingkungan sempit segelintir aparat pemerintah yang membidangi permukiman dan perumahan.

Hari Habitat Dunia 2010 bertemakan Better City, Better Life, atau jika diterjemahkan secara bebas kurang lebih berarti Menuju Kota dan Kehidupan yang Lebih Baik. Di Indonesia, Kementerian Perumahan Rakyat didaulat menjadi penyelenggara dan didukung oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Cq. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Setiap tahun, terutama sejak 2006, peringatan HHD selalu membawa beban tema yang maha berat. Tema perkotaan dengan seabrek problematikanya sejak 2006 selalu menjadi tema utama. Dengan tema yang di atas menara tersebut menantang penyelenggaranya agar di-breakdown menjadi hal-hal kecil yang populis di mata orang awam, karena toh masyarakat pula yang menjadi engine of growth perkotaan.

Buletin Cipta Karya Edisi Oktober ini mencoba mengulas tema pembangunan permukiman perkotaan yang tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tapi butuh peran serta aktif dunia usaha dan masyarakat, serta perwujudan kota hijau. Tema ini diulas langsung oleh Wakil Ketua Harian Sekretaris Nasional Habitat Dunia. Dia menekankan bahwa pembangunan perkotaan diarahkan untuk dapat melayani kebutuhan penduduknya dan dapat menjamin kelayakan kehidupan di masa mendatang.

Tema lain yang tidak kalah menarik adalah gelaran Jambore Sanitasi dalam rangka peringatan HHD 2010. Jambore ini diikuti oleh 128 peserta siswa tingkat pertama dari 32 provinsi di Indonesia. Dari jumlah tersebut akan dipilih 3 Duta Sanitasi yang bertindak sebagai juru kampanye tingkat nasional. Anak biasanya memiliki semangat tinggi dalam menyerap pengetahuaan dan ide baru. Dengan mengikuti rangkaian kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka dapat menjadi agen perubahan yang dapat mempersuasi keluarga dan masyarakat di sekitarnya untuk mewujudkan dan menjaga sanitasi yang berkualitas.

Selamat membaca dan berkarya!

menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat.Pemerintah pusat dalam hal ini Kemeterian Pekerjaan Umum hanya melaksanakan fungsinya sebagai TUBINWASBANG (Pengaturan, Pem­binaan, Pengawasan dan Pembangunan). Pembangunan disini di­maksudkan yaitu pembangunan untuk infrastruktur yang bersifat strategis seperti Banjir Kanal Timur, Jembatan, Waduk atau yang sifatnya lintas daerah.Terkait dengan masalah penyumbatan dan genangan di sekitar Tebet, saudara dapat mengadukannya ke pemerintah daerah setempat da­lam hal ini Pemerintah Kota Jakarta Selatan c.q Suku Dinas Pekerjaan Umum.Demikian jawaban dari kami terima kasih.

Redaksi menerima saran maupun tanggapan terkait bidang Cipta Karya ke email [email protected] atau saran dan pengaduan di www.pu.go.id

.....Suara Anda

Foto Cover : Patung Christina Martha Tiahahu berdiri kokoh di tengah Kota Ambon yang sedang bergeliat menghijau kan kotanya

Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010 3

Page 4: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

P“Pada tahun 2010 penduduk perkotaan di Indonesia mencapai 54%. Diperkirakan pada tahun 2025 mencapai 68%. Hal tersebut me nyebabkan semakin banyak penduduk ber mukim di perkotaan dan terkonsentrasi di Pulau Jawa,” menurut Menteri Pekerjaan Umum saat me-launching buku Kilas Balik Pe rumahan Rakyat 1900-2000 dan Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Permukiman, Senin (18/10) di Jakarta. Permasalahan kota memang tak lekang menjadi pembicaraan seperti karakter kota itu sendiri yang terus bergerak maju. Masya-rakat internasional pun akhirnya mau tidak mau harus sadar. Kesadaran itu ter wujud dalam banyak hal, salah satunya me netapkan Senin pertama di bulan Oktober sebagai Hari Habitat Dunia. Sejak 2005 – 2009, te-ma habitat selalu mengarah pada tema perkotaan. Sebut saja tahun 2005 dengan tema ‘Kota dan Tujuan Pembangunan Mille-nium’, tahun 2007 dengan ‘Menuju Kota yang Aman dan Berkeadilan’, tahun 2008 dengan ‘Kota yang Harmonis’, tahun 2009 dengan ‘Merencanakan Masa Perkotaan Kita’.

Tahun 2010 ini, tema HHD adalah ‘Better City, Better Life’, atau bila diterjemahkan bebas akan bermakna Menuju Kota dan Kehidupan yang Lebih Baik. Secara global, HHD 2010 diperingati di Shanghai Expo, China. Dalam peringatan itu, UN Habitat memberikan penghargaan Habitat Scroll of Honours bagi in di vidu/organisasi/proyek yang dianggap mem punyai kontribusi signifikan dalam bi-dang permukiman. Salah satu putera ter baik In donesia dari Surabaya, yaitu Prof. Johan Silas dan Bank Tabungan Negara berhasil me-ne rima penghargaan tersebut. Tahun ini Indonesia memperingati HHD 2010 di Jakarta dan Surabaya. Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) men jadi tuan rumah meluncurkan buku yang di se-butkan di atas. Tema better city, better life mengimpilkasikan kota yang lebih cerdas. Untuk itu diperlukan upaya membangun

war ga yang mempunyai pengetahuan yang memadai tentang bidang tersebut. Di Su-rabaya, panitia HHD 2010 bekerjasama de -ngan Institut Teknologi 10 November Su ra-baya (ITS) menyelenggarakan Youth Ur ban Forum dengan mengundang wakil ma ha sis-wa beberapa perguruan tinggi untuk mem -ba has isu permukiman dan pe ran pe muda da lam mencapai urbanisasi ber ke lan jutan. Kementerian Pekerjaan Umum juga tak luput berpartisipasi. Melalui Direktorat Jen-deral Cipta Karya, kementerian yang ta hun 2009 menjadi host peringatan HHD 2009 la lu di Palembang ini menyelenggarakan Jam bo re Sanitasi yang berlangsung 5 hari di Ci mang gis, Depok, Jawa Barat. Anak-anak men jadi target dalam upaya memasyaratkan isu per mukiman layak huni agar mereka peduli dan mulai berpikir tentang masa de-pan yang lebih baik. (bcr)

Hari Habitat Dunia 2010:Better City, Better Life

Ber

ita U

tam

a

Sepeda Santai pada peringatan Hari Habitat Dunia 2010

4 Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010

Page 5: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

PPeringatan Hari Habitat Dunia, 4 Oktober 2010 mengangkat tema “Better Cities, Better Life”. Tema ini diangkat United Nations Ha­bitat agar negara-negara di dunia dapat me-wujudkan kota-kota yang lebih baik untuk menciptakan kualitas kehidupan yang lebih layak dan manusiawi. Tema yang relevan dengan kondisi ber-bagai kota di Tanah Air yang memerlukan perhatian untuk ditata. Peringatan Hari Ha-bitat ini sangat penting untuk mening katkan kepedulian semua pemangku kepentingan (stakeholders) yang tekait dengan pem ba-ngunan permukiman dan perkotaan. Pembangunan permukiman dan per ko -

Menata PermukimanUntuk Kota Hijau

Hadi Sucahyono*)

BERITAUTAMA

Ber

ita U

tam

a

Tugu Adipura Kota Bau­Bau yang mencerminkan sebagai kota yang bersih.

taan tidak hanya merupakan tugas pe me-rintah saja, tetapi juga membutuhkan pe-ran serta aktif dunia usaha dan masyarakat. Apalagi saat ini ada beberapa isu strategis yang terkait dengan pembangunan per mu-kiman dan perkotaan di Indonesia saat ini. Isu strategis yang pentng salah satunya adalah semakin meningkatnya jumlah pen-duduk yang bermukim di perkotaan. Pada tahun 2010 ini penduduk perkotaan di In-donesia sudah mencapai 54%, dan diper-ki rakan pada tahun 2025 nanti penduduk Indonesia yang mendiami perkotaan men-capai 68%. Hasil sensus penduduk Indonesia tahun 2010 juga menunjukkan bahwa pen-

duduk yang tinggal di pulau Jawa saat ini mencapai 58%. Artinya, semakin banyak pen duduk bermukim di perkotaan dan ter-konsentrasi di pulau Jawa. Isu strategis lainnya adalah antisipasi ter-hadap dampak negatif perubahan iklim (cli­mate change) agar tidak mengganggu ling-kungan permukiman. Salah satu dampak pe rubahan iklim yang semakin nyata adalah perubahan pola hujan dan meningkatnya per mukaan air laut yang menimbulkan ba ha-ya banjir di perkotaan. Berikutnya adalah tingginya angka kemis-kinan penduduk di tanah air, seperti tercermin dalam Human Development Index (UNDP,

ww

w.fl

ickr

.com

Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010 5

Page 6: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

2010) yang menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan 111 dari 181 negara. Posisi Indonesia ini jauh berada dibawah Singapura yang berada di urutan 23, Malaysia yang berada di urutan 66, dan Thailand di urutan 87.

Tantangan penataan permukiman di per­kotaanMeningkatnya penduduk yang bermukim di perkotaan telah menimbulkan dampak

ter hadap desakan kebutuhan lahan untuk permukiman dan infrastruktur perkotaan. Sa lah satu tantangan yang ada adalah masih terbatasnya luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan di tanah air. Sebagai con toh, luasan RTH di Jakarta saat ini baru mencapai 9,6% dari total luas wilayah Jakarta. Hingga tahun 2030 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mentargetkan luas RTH di wilayah DKI Jakarta dapat mencapai 14%. Namun, target ini nampaknya akan sulit dicapai, mengingat

daerah hijau sebagai tangkapan air di Jakarta semakin menurun luas arealnya setiap tahun sebesar 10% hingga 15% (Republika, 28 September 2010). Keterbatasan luasan RTH tidak hanya dialami oleh Jakarta, namun juga dialami oleh kota-kota besar lainnya di Indonesia. Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan saat ini baru mencapai 8% dari luas kotanya, RTH di Kota Bandung saat ini sebesar 9%, dan RTH di Kota Makassar sebesar 10%. Data ini

6 Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010

Page 7: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

BERITAUTAMA

Permukiman di Jakarta yang makin padat perlu pengendalian agar tak kumuh.

Taman Ayodya di kawasan Blok M menjadi paru­paru hijau di tengah hiruk pikuk kota Jakarta

Taman Ganesha, Kota Bandung

menunjukkan bahwa kota-kota di Indonesia pada umumnya masih mempunyai Ruang Terbuka Hijau yang relatif kecil luasannya, apalagi dibandingkan dengan ketentuan yang digariskan dalam UU Nomor 26 Ta-hun 2007 Tentang Penataan Ruang yang

mengarahkan agar setiap kota mempunyai total Ruang Terbuka Hijau minimal seluas 30% dari luas wilayah kotanya. Tantangan lainnya yang dihadapi kota-kota di tanah air adalah pengendalian kawasan kumuh agar dapat diperbaiki kon-disinya dan dicegah agar tidak semakin meluas. Saat ini kawasan kumuh di kota-kota di tanah air luasnya sudah lebih dari 55 ribu hektare. Disamping itu, tingkat pelayanan infrastruktur perkotaan juga saat ini masih terbatas cakupannya dan kualitasnya. Tantangan berikutnya bagi kota-kota di

Indonesia adalah mengatasi tingkat pen-cemaran udara yang masih relatif tinggi. Hal ini misalnya tercermin dari posisi negara Indonesia yang masih dikategorikan sebagai negara yang belum menangani emisi CO2 dengan baik (Achieving the Millennium De ve­lopment Goals in an Era of Global Uncertainty; Asia­Pacific Regional Report 2009/10; United Nations).

Pengembangan Kota HijauUntuk mewujudkan permukiman dan per-kotaan yang lebih baik, salah satu stra teginya

Salah satu strategi untuk mewujudkan per mukiman dan perkotaan yang lebih baik adalah dengan mengembangkan

Kota Hi jau (green city) yang dapat mendorong pembangunan kota secara berkelanjutan (sus tainable city).

ww

w.s

tat.k

ompa

sian

a.co

m

Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010 7

Page 8: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

yang bermanfaat untuk mengurangi pe ma-nasan global dan menyerap air hujan. Pengelolaan air limbah ditujukan untuk memanfaatkan kembali air limbah yang di-daur ulang untuk menjadi air bersih. Contoh pengolahan air limbah menjadi air bersih di Singapura yang disebut sebagai NEWater merupakan salah satu contoh yang perlu ditiru. Bahkan air daur ulang ini menjadi andalan untuk mencukupi 30% kebutuhan air bersih di Singapura. Pembangunan infra-struktur hijau seperti itu perlu ditingkatkan di tanah air, termasuk melalui efisiensi peng-hematan penggunaan air dan memperluas konservasi sumber air baku. Sedangkan dalam pengelolaan persam-pahan perlu ditujukan untuk mengurangi timbulan sampah, melakukan daur ulang sampah dan mengurangi emisi pembakaran sampah. Secara terpadu, pengurangan emi-si juga termasuk pengurangan emisi gas bu ang dari alat transportasi kota, yaitu de-ngan mengembangkan alat transportasi kota yang mempunyai emisi sedikit namun mem punyai daya angkut banyak, seperti Mass Rapid Transit (MRT) yang sekaligus dapat mengurangi kemacetan lalulintas. Ketiga, menggalakkan kampanye pub lik (pub lic campaign) untuk mengajak masyara -kat agar mengikuti pola hidup sehat di per-kotaan, misalnya dengan meningkatkan ke-sadaran ma syarakat untuk tidak membuang sampah dan limbah sembarangan. Kampanye publik juga perlu ditujukan agar masyarakat dapat secara partisipatif memperbaiki ku a-litas ka wasan permukimannya, terutama di ka wa san kumuh. Kampanye publik ini juga da pat ditunjukkan melalui contoh nyata, se-bagaimana yang dilakukan oleh komunitas Bike to Works dengan menggalakkan peng-gunaan sepeda sebagai alat transportasi se-hat yang mengurangi pencemaran udara. Keempat, meningkatkan kepedulian du nia usaha untuk turut meningkatkan kualitas permukiman dan infrastruktur per-kotaan, misalnya melalui Corporate Social Responsibility (CSR) yang dapat memberikan kontribusi pendanaan untuk subsidi silang dalam pembangunan infrastruktur hijau bagi masyarakat miskin di perkotaan. Strategi pe nataan permukiman untuk kota hijau tersebut diharapkan dapat menciptakan kota yang lebih baik dan kualitas kehidupan yang lebih baik di tanah air secara terpadu. *) Wakil Ketua Harian Sekretaris Nasional Ha­

bitat Indonesia (Tulisan ini pernah dimuat di Harian Umum Republika, 6 Oktober 2010)

BERITAUTAMA

Perilaku membuang sampah dengan benar dan penyediaan prasarana dan sarana persampahanyang memadai turut mewujudkan green city.

adalah dengan mengembangkan Ko ta Hijau (green city) yang dapat mendorong pem-bangunan kota secara berkelanjutan (sus­tainable city). Artinya, pembangunan kota diarahkan untuk dapat melayani kebutuhan penduduknya, sekaligus menjamin kela ya-k an kehidupan penduduknya dimasa men-datang. Filosofi Pareto yang mendorong ter ciptanya kondisi yang lebih baik tanpa merugikan pihak lain, patut menjadi jiwa dari pembangunan kota hijau. Dalam konteks penataan permukiman per-kotaan dalam Kota Hijau, terdapat be be rapa hal yang perlu dilakukan oleh stakeholders terkait. Pertama, menggalakkan pelaksanaan Ren cana Tata Ruang Ramah Lingkungan (Gre­en Spatial Planning). Rencana Tata Ruang ini harus mampu mengakomodasikan pro por-si Ruang Terbuka Hijau dalam kota secara memadai. Acuan yang digariskan dalam Un dang-Undang Penataan Ruang perlu di-ja dikan pedoman. Proporsi RTH yang me-madai tentunya akan memperluas daerah tangkapan air di kota, yang pada akhirnya dapat mengurangi resiko banjir. Penyusunan Rencana Tata Ruang Ramah Lingkungan untuk setiap kota juga perlu di-perhatikan keseimbangan kepentingan eko-nomis maupun ekologis lahan kota. Prioritas perlu difokuskan untuk menerapkan Rencana

Tata Ruang Ramah Lingkungan ini di kota metropolitan dan kota besar di Indonesia, khususnya di pulau Jawa yang padat pen-duduknya. Pemerintah Daerah (kota dan ka-bupaten) harus mengaplikasikan rencana tata ruang yang ramah lingkungan tersebut secara konsisten di lapangan. Kedua, menggalakkan pembangunan In fra struktur Perkotaan Ramah Lingkungan (Green Urban Infrastructure). Intinya adalah merubah model pembangunan infrastruktur secara linear menjadi model siklus, yaitu meng optimalkan penggunaan input sumber daya dan meminimalkan output tidak ter-pakai (limbah). Beberapa contoh kota yang telah mengembangkan infrastruktur hijau ini adalah Curitiba (Brazil), Hammarby Sjostad (Swedia) dan Singapura. Kota-kota tersebut telah mengembangkan infrastruktur hijau yang mencakup penataan kawasan permukiman, bangunan gedung, pengelolaan air limbah, pengelolaan air mi-num dan pengendalian pencemaran udara (Eco2 Cities: Ecological Cities as Economic Cities , TWB 2010). Penataan kawasan permukiman dilakukan dengan revitalisasi kawasan kota lama dan kawasan terbengkalai (brownfields) secara terpadu. Pembangunan gedung hi -jau (green building) diupayakan untuk men -ciptakan adanya ruang hijau dengan me man -faatkan atap gedung atau balkon gedung

reje

ctge

nera

tion.

files

.wor

dpre

ss.c

om

8 Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010

Page 9: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

LIPUTANKHUSUS

Lipu

tan

Khus

us

Jambore Sanitasi 2010

KKementerian Pekerjaan Umum melalui Direk -torat Jenderal Cipta Karya, menyelengga ra kan kegiatan Jambore Sanitasi 2010 yang diikuti oleh 128 peserta dari 32 provinsi di seluruh Indonesia. Kegiatan yang ber langsung 12 – 16 Oktober 2010 di Wis ma Hijau Mekarsari, Cimanggis, dibuka oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kir manto dan Direktur Jenderal Cipta Karya Budi Yuwono. Djoko Kirmanto mengatakan, Jambore sa nitasi ini merupakan kampanye nasional yang berfokus pada anak sebagai titik sentral. Anak biasanya memiliki semangat tinggi da lam menyerap pengetahuaan dan ide baru. Dengan mengikuti rangkaian kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kem-

bali ke daerah masing-masing, mereka da-pat menjadi agen perubahan yang dapat mempersuasi keluarga dan masyarakat di se kitarnya untuk mewujudkan dan menjaga sanitasi yang berkualitas. “Anak merupakan agen perubahan yang baik. Dari waktu ke waktu duta sanitasi akan semakin bertambah. Dengan semakin bertambahnya duta sanitasi maka tugas me reka dalam mendampingi guru maupun lurah dalam menyampaikan soal sanitasi akan semakin efektif,” kata Djoko Kir manto Ia menambahkan, kondisi sanitasi yang tidak memadai dapat menyebabkan pen ce-maran dan berakibat buruknya kualitas air. Buruknya kualitas air tersebut merupakan

sumber berbagai penyakit, seperti diare, ko lera dan disentri. Hal ini, menurut Djoko, memberikan pengaruh negatif terhadap kon-disi kesehatan dan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, penyelesaian masalah sa-nitasi tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja. “Melalui jambore sanitasi inilah peme-rintah dengan didukung peran aktif ma sya-rakat akan terus melanjutkan secara bahu-membahu untuk mewujudkan sani tasi yang layak, demi meningkatkan kese jahteraan ma-syarakat,” tambahnya. Hal senada juga dikatakan oleh Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono. Menurutnya, Jambore Sanitasi 2010 merupakan gerakan masyarakat untuk mengkampanyekan kepedulian ma-

Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kir manto dan Direktur Jenderal Cipta Karya Budi Yuwono secara simbolik membuka Jambore Sanitasi 2010 di Wis ma Hijau Mekarsari, Cimanggis

Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010 9

Page 10: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

sya rakat luas terhadap sanitasi melalui Du-ta-duta Sanitasi. “Melalui kegiatan ini di ha-rapkan akan lahir Duta Sanitasi Nasional ber kualitas, yang mampu menyampaikan pe san-pesan mengenai sanitasi dalam upaya me ningkatkan kepedulian dan perubahan pe rilaku masyarakat dalam pembangunan sa nitasi,” katanya. Selain para siswa tingkat pertama, kegiatan

Foto Searah Jarum Jam : 1. Poto Bersama dengan para Duta Sanitasi Naisonal, 2. Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto menyematkan Pin kepada salah satu Duta Sanitasi Naisonal, 3.Ibu Herawati

Boediono memperlihatkan salah satu karya gambar dari juara peserta lomba, 4. Peserta JamboreSanitasi 2010 mengunjungi Was te Water Treatment Plan Lippo Karawaci.

ini semakin meriah karena diikuti juga oleh 40 orang Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) 3R (Reuse­Reduce­Recycle). Para beserta akan bersama-sama belajar mengenai peran vital sanitasi dalam meningkatkan kualitas kehidupan. Tahun ini, Jambore Sanitasi mengangkat tema Kita Peduli Kualitas Air. Tema ini me-ngajak masyarakat berpartisipasi dalam me -

10 Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010

Page 11: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

LIPUTANKHUSUS

wu judkan sanitasi yang layak dengan me la-kukan perubahan perilaku untuk me lin dungi kualitas air. Jambore semacam ini me rupakan yang kedua, setelah digelar un tuk per tama kalinya pada tahun 2008. Jam bore Sa nitasi ini merupakan rangkaian acara pe ringatan Hari Habitat Dunia (HHD) Dalam Jambore Sanitasi tersebut, ter da pat juga Pameran Sanitasi yang di bu ka oleh Ibu Sylvi Agung Laksono selaku Ketua III Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB). Turut mendampingi dalam pembukaan tersebut Menteri PU Djoko Kirmanto, Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono dan beberapa anggota SIKIB. Pameran itu terdiri dari program-program, sasaran dan juga contoh kegiatan yang di-lakukan oleh Ditjen Cipta Karya. Selain itu, juga terdapat cara menangani tanah longsor dari Ditjen Bina Marga dan Kondisi Sungai di Indonesia oleh Ditjen Sumber Daya Air. Dalam kesempatan itu, Adhika Hakam, Duta Sanitasi tahun 2008 ber ke sem patan men jelaskan beberapa hal yang di pamerkan terhadap Menteri PU. “Senang dan bangga bisa ketemu dengan bapak menteri, agak se-dikit beban juga tadi,” kata siswa SMU kelas 1 asal Medan itu.

Rangkaian Jambore SanitasiSetelah pembukaan, hari kedua acara Jam-bore para peserta jambore diajari teknik presentasi dan pengembangan diri oleh Loh-jenawi Trinadi dan motivasi bagi anak-anak Duta Sanitasi yang dilakukan oleh SIKIB. Di hari kedua tersebut juga dilakukan penjurian untuk Duta Sanitasi Nasional 2010 untuk karya tulis maupun karya gambar. Tim juri terdiri dari perwakilan Kemenpu, Kemenkes, Kemendiknas, Kemenbudpar, SI-KIB dan Pusat Bahasa. Dari 128 peserta, para juri menyaring menjadi 20 peserta untuk me lakukan presentasi karya masing-masing. Dari 20 peserta tersebut kemudian dipilih tiga peserta sebagai Duta Sanitasi Nasional 2010. Pada hari ketiga, para peserta jambore berkesempatan melakukan audiensi dengan Ibu Herawati Boediono. Dalam kesempatan tersebut, diumumkan juara 1 Duta Sanitasi 2010. Pelajar SMP Islam Al-Azhar Kota Serang, Provinsi Banten, Rayyan Raima Zurriyyatina terpilih menjadi Duta Sanitasi Nasional tahun 2010. Setelah mengunjungi Istana Wapres, para peserta jambore berkesempatan me-lakukan aksi simpatik di Kawasan Ancol Ja-karta. Pada hari keempat, para peserta ber-

Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010 11

Page 12: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

merupakan sarana edukasi bagi para Siswa SD. Para siswa ini diharapkan dapat menjadi sarana efektif untuk menginformasikan ten-tang air limbah maupun lingkungan bersih. “Kunjungan seperti ini akan menambah wawasan para siswa SD. Saya harap, pu-lang dari tempat ini, para siswa ini dapat bercerita kepada teman, keluarga ataupun tetangganya,” katanya saat memberi arahan kepada para siswa. Pada hari terakhir, peserta mengikuti workshop tentang keberlanjutan kampanye sanitasi dan workshop tentang proses daur ulang. Malam harinya terdapat malam ke-akraban yang dihibur oleh artis sekaligus musisi Nugie dan Tasya. (dvt)

LIPUTANKHUSUS

kesempatan untuk mengunjungi Lokasi Pe nge lolaan Sampah 3R Perum Bermis Ser-pong Asri, Cisauk. Siangnya para peserta juga berkesempatan untuk mengunjungi Was te Water Treatment Plan Lippo Karawaci. Disini para peserta berkesempatan melihat langsung bagaimana proses pengelolaan air limbah di kawasan Lippo Karawaci.

Dalam kunjungan ke Waste Water Tre­atment Plan Lippo Karawaci ini, Ditjen Cip-ta Karya juga mengudang anak –anak SD di sekitar Mekarsari Cimanggis dalam rangka mengenalkan secara dini pengelolaan air limbah kepada anak SD. Kasi Data Dan Informasi Ditjen Cipta Karya, Erwin Adhi Setyadhi mengatakan, acara ini

Foto Atas : Peserta Jambore Sanitasi 2010 mengunjungi Lokasi Pe nge lolaan Sampah 3R Perum Bermis Ser pong Asri, Cisauk, Tangerang, Banten.Foto Bawah : Foto bersama peserta Jambore Sanitasi 2010 setelah mengunjungi Was te Water Treatment Plan Lippo Karawaci.

12 Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010

Page 13: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

INFOBARU 1

Info

Bar

u 1

PT PII, Komitmen Pemerintah

Menjamin Pembangunan Infrastruktur

Pemerintah menetapkan bahwa infrastruktur menjadi prioritas utama dan memerlukan partisipasi swasta untuk mengisi financing gap yang tidak bisa dipenuhi APBN. Pada tanggal 30 Desember 2009, Pemerintah Indonesia mendirikan sebuah lembaga penjaminan yang diberi nama PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia atau PT. PII. Pendirian perusahaan ini merupakan bagian dari implementasi komitmen pemerintah terhadap percepatan pembangunan infrastruktur.

Prasetyo Budi Luhur *)

KKeberadaan PT. PII diharapkan dapat me-lengkapi kerangka instrumen keuangan pen dukung program Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS/PPP) di bidang infrastruktur yang sebelumnya telah dibentuk oleh Kementerian Keuangan seperti penyediaan dana land capping, penyediaan dana bergulir untuk pembebasan tanah (land revolving fund) dan pendirian PT. Sarana Multi Infrastruktur (PT. SMI). Sebagai dasar pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Swasta/KPS (Public Private Part­nership, PPP), Pemerintah mengeluarkan Pe r -aturan Presiden Nomor 67/2005 tentang KPS dalam Penyediaan Infrastruktur, yang telah diubah dan disempurnakan dengan Perpres Nomor 13/2010. PT PII (Persero) dibentuk dengan maksud untuk memberi dukungan dalam pem ba-ngunan infrastruktur di Indonesia, yang ber-

kenaan dengan; pertama, penyediaan pen-jaminan pada proyek Kerjasama Peme rintah dan Badan Usaha/Swasta (KPS) di bidang Infrastruktur. Kedua, peningkatkan kelayakan kredit (creditworthiness) atas pro yek-proyek KPS Infrastruktur melalui pem berian Pen-jaminan atas risiko politik yang kredibel. Ketiga, meningkatkan governance dan pro-ses yang transparan dalam pemberian Pen-jaminan atas risiko politik. Dan keempat, ring­fencing eksposure kewajiban kontinjensi Pemerintah. Penjaminan untuk proyek KPS diperlukan untuk melindungi sektor swasta dari ketidak-pastian implementasi Pemerintah atas komit-men dalam kontrak KPS. Selain itu penting untuk memastikan alokasi resiko yang wajar antara pihak pemerintah dan swasta. Peranan yang dimiliki PT. PII adalah, per-

tama, memutus interaksi langsung pihak swasta dengan Kementerian Keuangan (pe-nanganan transaksi dilakukan oleh PT. PII, sedang Pemerintah lebih berperan sebagai Regulator dan Pembuat Kebijakan). Kedua, mengurangi resiko cross­default terhadap utang-utang Pemerintah Indonesia dan sud­den shock terhadap APBN, dengan adanya perpanjangan waktu direct claim. Klaim di-bayarkan oleh PT. PII terlebih dahulu, dan proses direct claim ke APBN lebih lama dari 45 hari. Ketiga, meningkatkan kemampuan perbankan proyek-proyek KPS kepada au­dience yang lebih luas dengan adanya produk penjaminan yang lebih diterima pasar. Ke-empat, mendorong market discipline atas proses penjaminan melalui single window. Kebijakan single window ini sangat penting untuk mewujudkan; (1) Konsistensi dalam proses evaluasi pemberian penjaminan; (2) Kebijakan satu pintu dalam pemrosesan klaim; (3) adanya suatu proses yang trans-paran dan konsisten dalam pemberian pen-jaminan. Dengan demikian kebijakan ini bi sa berdampak terhadap peningkatan ke-per cayaan investor dalam berpartisipasi ik ut membangun proyek infrastruktur di In do-nesia.

Air baku dari Waduk Jatigede yang akan disadap sebesar 6.000 lpd dan direncanakan mampumemenuhi kebutuhan air minum sampai tahun proyeksi 2042.

Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010 13

Page 14: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

• Sektor;sesuaiPerpres13/2010;• Tipekontrak;KPSyangdilakukanmelaluiproseslelang;• Kelayakanproyek;darisegiekonomi,finansial,teknis,danmanfaatsosial;• Regulasi;memenuhiketentuanperundangansektor;• Studikelayakan;dilakukanolehkonsultanyangbaik/bereputasi;• Klausularbitrasi;kesepakatanklausularbitrasidalamperjanjiankonsesi.

Berikut adalah sektor-sektor yang dapat dijamin menurut Perpres No. 13/2010:1. Transportasi – bandar udara, pelabuhan, kereta api;2. Jalan – jalan tol dan jembatan tol;3. Pengairan – saluran pembawa air baku;4. Air minum – instalasi pengambilan air baku, jaringan transmisi, distribusi, dan pengolahan

air minum;5. Air limbah – instalasi pengolahan air lim bah, jaringan pengumpul, jaringan utama, dan

sarana perasampahan;6. Telekomunikasi dan informatika – jaring an telekomunikasi dan infrastruktur e­gover­

ment;7. Pembangkit listrik – pembangkit, transmisi dan distribusi; dan8. Migas – transmisi dan/atau distribusi mi gas.

Gambar 1 Perjanjian Kontrak dan Obligasi Pembayaran

Gambar 2, Model Bisnis PT. PII

Modal PT. PII saat ini terdiri dari modal disetor sebesar Rp 1 Triliun, yang bersumber dari APBN 2009. APBN-P 2010 telah me netapkan tambahan modal Rp 1 Triliun. PT. PII menyediakan jaminan hanya untuk resiko yang menjadi tanggung jawab Contracting Agencies (Kementerian, Pemda, BUMN), se bagaimana terdapat dalam Perjanjian KPS dan didukung oleh komitmen Contracting Agencies dalam Perjanjian Regres. Ilustrasi dapat dilihat pada gambar 1 berikut :

Model bisnis PT. PII dibuat konsisten, mudah, dan efisien, seperti tampak pada gambar 2 berikut

Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi suatu proyek sebagai syarat untuk memperoleh penjaminan adalah sebagai berikut:

Perjanjian kontrak

Jaminan

Persetujuan

Persetujuan

Pembayaran

Pembayaran kembali

klaim

Obligasi Pembayaran

14 Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010

Page 15: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

Berdirinya PT.PII memberikan banyak manfaat. Diantaranya manfaat bagi Contracting Ag­en cies yaitu, pertama, menarik pihak in ves-tor swasta untuk berpartisiasi dalam pro-yek karena mengurangi resiko proyek di Indonesia. Kedua, meningkatkan kepastian tercapainya jadwal penyelesaian proyek. Ke tiga, mengurangi resiko penambahan bia ya operasional akibat terlambatnya pe-nye lesaian proyek infrastruktur. Keempat, me ningkatkan kompetisi dalam proses ten-der untuk menghasikan peningkatan kualitas pro posal tender dan harga yang sangat kom-pe titif. Sedangkan manfaat bagi sektor swasta an tara lain, pertama, mitigasi resiko yang tidak dapat tercakup pada pasar. Kedua, meningkatkan transparansi, kejelasan, dan kepastian akan proses evaluasi dan pem-berian penjaminan bagi proyek. Ketiga, me-ningkatkan kemampuan perbankan proyek sehingga tidak terjadi over­run cost utama -nya pada periode konstruksi. Keempat, me-ngurangi biaya modal bagi pemilik proyek dan memperpanjang jangka waktu pinjaman. Dengan berbagai manfaat diatas di ha-rap kan berdirinya PT. PII dapat membawa manfaat bagi Indonesia secara umum yaitu men du kung pertumbuhan ekonomi melalui KPS yang menghasilkan proyek infrastruktur yang tepat waktu.*) Staff Subdit Wilayah I Dit. Pengembangan Air Minum, DJCK

INFOBARU 1

Kerjasama Pemerintah Swasta dalam pengembangan SPAM dari Waduk Jatiluhur akan membangun Intake 5000 l/det, IPA 5000 lpd, dan akan dimanfaatkan akan dimanfaatkan oleh 2 juta jiwa atau 400.000 SR.

PT PII (Persero) dibentuk dengan maksud untuk

memberi dukungan dalam pem ba ngunan infrastruktur

di Indonesia, yang ber kenaan dengan; pertama, penyediaan

pen jaminan pada proyek Kerjasama Peme rintah dan

Badan Usaha/Swasta (KPS) di bidang Infrastruktur.

Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010 15

Page 16: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

Info

Bar

u 2 Mendorong Pengembangan Daerah

Melalui Desentralisasi(Laporan Hasil RED Steer Training di Jerman)

Elkana Catur Hardiansah *)

Pembangunan Kota di Jerman

RReformasi dan demokratisasi di Indonesia setelah tahun 1998 membawa perubahan baru bagi pembangunan di Indonesia. Pe-rubahan yang dimaksud adalah desakan un-tuk memberikan kewenangan yang lebih luas kepada Pemerintah di tingkat Daerah untuk melaksanakan roda pembangunan. Sesuai dengan amanat konstitusi (Pasal 1 UUD 1945), pe rubahan pendekatan tersebut tetap perlu diwujudkan. Desentralisasi dan otonomi daerah di bu-tuh kan untuk mendorong insiatif dan pra-kar sa daerah sekaligus mem fa si litasi aspirasi daerah sesuai dengan keanekaragaman kon-disinya masing-masing (Handbook Peme rin-tahan Daerah tahun 2006, Bappenas). De-ngan keragaman kondisi dan kemajuan serta ben tang geografis Indonesia yang demikian besar, dan pengalaman pelaksanaan pem-bangunan selama ini, menunjukkan bahwa

“Decentralization is an effective tool for promoting economic development through enhanced local autonomy and initiative, as well as democracy through

the restoration of liberty at the base.” (Worldbank)

kebijakan yang bersifat seragam tidak dapat menjamin keberlanjutan pe laksanaannya. Salah satu implikasi dari desentralisasi ada-lah Pemerintah Daerah diberikan kele luasaan dan kesempatan untuk meng em bangkan wilayah melalui inisiatif dan inovasi kreatif yang datang dari bawah (bottom­up). Peran Pemerintah Pusat ditransformasi menjadi ‘enabler’ bagi Pemerintah Daerah dan Ma-syarakat. Pelaksanaan desentralisasi yang ham pir berjalan satu dekade menunjukkan beberapa Pemerintah Daerah mampu me-man faatkan momen desentralisasi sebagai ru ang untuk mensejahterakan masyarakat, se perti; Kota Cimahi, Kabupaten Sragen, Kota Surabaya, Kabupaten Musi Banyuasin, Kota Bontang, Kabupaten Jembrana, dan lainnya. Di sisi lain, banyak Pemerintah Daerah yang belum mampu memanfaatkan mo men desentralisasi dalam melaksanakan pem ba-

16 Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010

Page 17: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

INFOBARU 2

ngunan daerah. Berbagai persoalan dasar, seperti kualitas layanan publik, kualitas SDM, supremasi hukum dan lain-lain, menghambat pelaksanaan pembangunan daerah. Ke ti da k -mampuan dalam melaksanakan ino vasi me-nye babkan pendekatan yang dilak sanakan dalam mengembangkan wilayah ma sih ter-paku pada pendekatan-pendekatan lama yang tidak sesuai dengan jamannya. Tulisan ini mencoba mengangkat pem-belajaran dan pengalaman pembangunan wilayah yang dilaksanakan di Republik Fe-derasi Jerman. Hal ini dimaksudkan untuk dapat memberikan gambaran mengenai re-levansi pelaksanaan pengembangan wilayah untuk konteks Indonesia.

Regional Economic Development di Jer­manJerman merupakan salah satu negara yang memiliki kedudukan strategis di dunia, ter-utama di bidang ekonomi. Ne gara ang gota dari G20 dan G8 tersebut me nun jukkan dirinya sebagai negara yang segera pulih perekonomianya setelah Perang Du nia II. Negara ini pun menduduki urutan keempat dalam Produk Domestik Bruto dan urutan kelima dalam Keseimbangan Ke mam puan Berbelanja (2009), urutan kedua negara peng-ekspor dan urutan kedua negara peng impor barang (2009), dan menduduki urutan kedua di dunia dalam nilai bantuan pembangunan

dalam anggaran tahunannya (2008). Ekonomi Jerman sepanjang 2007 tum buh solid 2,5 persen akibat kuatnya ekspor. Jerman terdiri dari 16 wilayah federal (lander) yang merupakan gabungan dari wilayah federal di Jerman Timur dan Barat, dimana unit administratif terkecil di Jerman adalah Pemerintah Kota. Sistem Pemerintahan Jerman adalah federasi dimana seluruh tugas pemerintahan telah diotonomikan kepada wilayah federal di bawahnya. Salah satu keberhasilan Jerman dalam mengembangkan wilayah adalah membe-rikan porsi desentralisasi yang besar kepada Pemerintah Federal dan Pemerintah Kota. Karakter Jerman yang sejak dahulu kala menerapkan sistem desentralisasi, me nye-bab kan tidak ditemuinya kesulitan yang sig-nifikan dalam mengimplementasikan pola desentralisasi. Jerman hanya mengalami satu periode pemerintah terpusat yaitu pada saat dipimpin oleh Adolf Hitler sebelum tahun 1945. Tugas-tugas nasional didistribusikan ke berbagai level pemerintahan di bawahnya. Pemerintah lokal memiliki kewenangan di berbagai bidang seperti industrial policy, en­vironmental protection, pendidikan, social ser­vices, pembangunan, kebijakan energy dan public housing. Kebijakan semacam ini mengasumsikan dengan adanya desentralisasi maka ker ja-sama antar daerah akan terjadi karena adanya perbedaan kompetensi wilayah dalam mena-ngani satu persoalan. Salah satu tugas yang masih melekat di Pemerintah Pusat terkait

dengan pengembangan wilayah adalah menarik pa jak dari wilayah federal untuk kemudian dibagikan secara proporsional kepada se luruh wilayah federal. Dalam Konstitusi Jerman ditetapkan kon -disi hidup yang sama harus terwujud dise-luruh wilayah, sehingga wilayah federal me-miliki kewajiban untuk menyeimbangkan antara kelemahan yang disebabkan faktor lokasi dengan penguatan struktur ekonomi wilayah dalam kontek sistem ekonomi pem-bangunan. Peran masing-masing Pemerintah Lokal da lam mendukung pembangunan ekonomi wilayah adalah menjadi pendukung dan ini-siator dalam beberapa hal seperti; pertama, pengembangan pedoman kebijakan yang jelas bagi para pelaku pengembangan eko-nomi; kedua, fasilitasi perencanaan yang par tisipatif dan efektif; ketiga, pelaksanaan komunikasi dan kerjasama yang efektif antar stakeholder. Keempat, menyelaraskan prog-ram pemerintah dengan program lain yang dilakukan oleh lembaga diluar Pe me rintah. Kelima, menyediakan pelayanan dalam ben-tuk jasa dan infrastruktur yang diperlukan untuk mendorong pengembangan wilayah. Salah satu instrumen yang digunakan Pe-merintah Lokal untuk melaksanakan pem ba-ngunan di tingkat lokal adalah penggunaan dokumen Regional Development Plan (RDP). Dokumen RDP mencakup beberapa isu, se-perti orientasi pembangunan wilayah, pri-o ritas pembangunan, daftar proyek pem-bangunan, dll. Dokumen RDP menjadi syarat untuk

Frankfurt airport­salah satu bandara terkemuka Eropa

Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010 17

Page 18: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

men dapatkan dana pembangunan dari Pe-merintah Pusat dan EU Commission. Jika wilayah tersebut tidak berkeinginan untuk mendapatkan dana dari kedua sumber ter-sebut maka wilayah tersebut tidak wajib me nyusun dokumen RDP. Pendekatan yang sama dikembangkan oleh Ditjen Cipta Karya dalam menggunakan dokumen Rencana Program dan Investasi Jangka Menengah (RPIJM). Dokumen RDP disusun oleh Regional De­velopment Agency dengan pendekatan par-tisipatif. Regional Development Agency me-rupakan badan yang terdiri dari perwakilan Pemerintah, Swasta dan Masyarakat yang bertugas untuk mengorganisir penyusunan dokumen RDP. Regional Development Agency bisa diben-tuk menjadi bagian dari pemerintah atau “badan usaha” dil uar Pemerintah dimana Pemerintah menjadi pemegang saham ber-sama swasta dan kelompok masyarakat

lainnya. Di beberapa kota, Regional Deve­lopment Agency juga memiliki tugas untuk fungsi promosi investasi dari kota tersebut. Proses penyusunan dokumen RDP yang dilaksanakan oleh Regional Development Agen cy memberikan kesempatan yang luas ke pada kelompok-kelompok stakeholder un-tuk dapat berpartisipasi dan berkontribusi dalam penyusunannya. Proses penyusunan RDP merupakan kombinasi dari proses tek-nokrasi dan partisipasi . Peran pemerintah dalam penyusunan RDP hanya sebatas fa-si litator dan penyedia informasi yang di-butuhkan.

Transformasi RDP ke Indonesia Mentransfromasikan pembelajaran yang di -dapatkan dari Jerman untuk konteks In do-nesia tentunya tidak semata-mata me replikasi secara utuh pendekatan yang digunakan di Jerman. Dalam melaksanakan Regional Economic Development (RED) di Jerman ter-

dapat pra-kondisi yang tidak dimiliki oleh Indonesia, salah satunya adalah desentralisasi yang berjalan dengan baik disebabkan Jerman sejak ratusan tahun lalu telah terdiri dari daerah-daerah otonom yang memiliki kewenangan yang luas. Karakter demikian tidak dimiliki oleh Indonesia, sehingga pe-laksanaan desentralisasi tidak memiliki ke-majuan yang seragam antar wilayah. Selain itu, kualitas SDM yang baik memudahkan Pemerintah dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat baik dalam penyusunan doku-men perencanaan ataupun pelaksanaan pem bangunan. Terlepas dari beberapa pra-kondisi yang belum dapat dipenuhi, hal-hal yang pen-ting untuk diperhatikan sebagai upaya pe ng embangan ekonomi wilayah di Indo-ne sia, antara lain; pertama, keberhasilan Jerman dalam mengembangkan wilayah yang mengalami restrukturisasi ekonomi. Res trukturisasi ekonomi adalah perubahan

Kantor Regional Development Agency wilayah Bradenburg

18 Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010

Page 19: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

ekonomi dan lapangan peker jaan. Sedang-kan untuk pelayanan dasar relatif tidak ada kesenjangan dikarenakan dijamin oleh kons-titusi dasar. Inovasi dan kompetisi yang terjadi dimak-sudkan untuk mengurangi kesenjangan eko-nomi antar wilayah. Pendekatan dan tools yang dilaksanakan di Jerman telah di adap-tasi oleh beberapa Kementerian untuk me-ningkatkan perekonomian lokal. Ketiga, pengunaan dokumen RDP yang disusun dengan proses partisipasi yang luas kepada seluruh stakeholder menyebabkan do kumen tersebut berhasil menangkap ke-butuhan masyarakat yang prioritas untuk diusulkan didanai oleh Pemerintah Pusat dan EU commission. Selain itu partisipasi juga menyebabkan “sense of belonging” kelompok masyarakat terhadap dokumen perencanaan menjadi tinggi. Keempat, kualitas dokumen RDP menjadi salah satu indikator bagi Pemerintah Jerman ataupun EU comission dalam menentukan jumlah dan jenis kegiatan yang akan di-danai. Kualitas RDP yang di kompetisikan menyebabkan Pemerintah Kota menyusun RDP dengan pendekatan-pendekatan baru. Untuk mengalokasikan dana pembangu-n an, Pemerintah Jerman dan EU commission tidak semata-mata bertumpu pada kualitas dari RDP masing-masing kota. Kriteria lain seperti Daerah yang relatif tertinggal di lihat dari GDP percapita dan jumlah pe ngang-guran, daerah yang sedang melakukan res -trukturisasi ekonomi, dan wilayah-wila yah melakukan kerjasama, menjadi per tim bang-an juga dalam mengalokasikan sumber pen-danaan. Pengalaman di Jerman, dapat direplikasi untuk konteks Direktorat Jenderal Cipta Kar ya Kementerian Pekerjaan Umum, teru-tama untuk meningkatkan hubungan ku-a litas RPIJM wilayah dengan alokasi pen-danaan pembangunan bidang Cipta Kar ya. Dokumen RDP yang merefleksikan re le van-si proyek yang diusulkan dengan st ra tegi pengembangan wilayah merupakan pende -katan yang dapat dioptimalkan untuk kon-teks RPIJM. Mengalokasikan pendanaan de-ngan tools RPIJM dapat menjadi perangkat ampuh bagi Pemerintah Pusat dalam me nga-rahkan pembangunan wilayah untuk men ca-pai tujuan nasional yang lebih luas.*) Wakil Ketua Central Project Management Unit (CPMU) Urban Sector Development Re form Project (USDRP), Kementerian Peker jaan Umum

INFOBARU2

Saat ini beberapa wilayah sedang mengalami restrukturisasi ekonomi, seperti Kota Sawahlunto yang bertransformasi dari

wilayah tambang menjadi wilayah pariwisata.

ekonomi basis sebuah wilayah misal dari sektor pertambangan ke sektor perdagangan, dll. Perubahan struktur ekonomi biasanya disebabkan sektor yang tidak kompetitif lagi apabila dibandingkan negara-negara lain seperti Indonesia, Cina, dll. Perubahan struktur ekonomi pada suatu wilayah membutuhkan pembangunan in-fra struktur pendukung, pelatihan SDM un-tuk beraktivitas di sektor yang baru, pro-mosi investasi untuk menarik investor baru ke dalam wilayah tersebut, dan lain-lain. Langkah-langkah strategis tersebut dirang -kum dalam Regional Development Plan yang disusun masing-masing wilayah. Kedua, pelaksanaan desentralisasi men-dorong wilayah-wilayah untuk berkom pe ti si meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

menyerap tenaga kerja. Pen dekatan yang umum dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah (i) melakukan promosi wi-layah untuk meningkatkan investor baru; (ii) meningkatkan layanan untuk mem per-tahankan investor eksisting; dan (iii) me-num buhkan kegiatan ekonomi lokal me lalui entrepreneur pemula (start­up). Ketiga pendekatan ini dilakukan melalui tools yang beragam seperti inkubator bis-nis, paket investasi yang menarik, peng-embangan business location centre dan lain sebagainya. Kompetisi melahirkan inovasi-inovasi bagi masing-masing wilayah untuk melaksanakan ketiga pendekatan ter se but dengan semaksimal mungkin. Hal ini dise-babkan masih terdapat persoalan ke senjang-an di Jerman, terutama untuk per tumbuhan

Terowongan Mbah Suro, Bekas Tambang Batubara, Menjadi Objek Wisata di Kota Sawahlunto.

Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010 19

Page 20: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

Permukiman Ramah Lingkungan

Ala Kampung NagaIn

fo B

aru

3

BBangsa kita, adalah bangsa yang sangat kaya akan keluhuran budaya dan tradisi. Beraneka ragam kebudayaan dan tradisi terbentang mulai dari sabang sampai me rauke, dan ke-semuanya itu memiliki ke unik an dan ke khas-an masing-masing. Kam pung Naga me ru pa-kan salah satu con toh perumahan tra di sional yang juga merupakan kam pung yang sangat unik, yang dihuni oleh sekelompok ma-syarakat dengan keteguhannya dalam me -megang adat istiadat dan tradisi pening galan para le luhurnya. Kampung Naga berada di lembah subur yang dikelilingi perbukitan dengan luas are-al yaitu 1,5 ha dan dibagi menjadi hutan, sungai, daerah persawahan, dan daerah per kampungan. Setiap area memiliki batas-batas yang tak boleh dilanggar. Masyarakat Kampung Naga percaya bahwa pada batas-batas antar daerah tersebut apabila dilanggar, di kemudian hari kita akan mendapatkan suatu musibah yang tidak disangka-sangka. Kampung yang juga terkenal dengan ke-ramahan khas sundanya ini berlokasi di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Ta-sikmalaya, Prop. Jawa Barat. Awalnya nama Kampung Naga berasal dari bahasa sunda

Elvia Nasrul *)

yaitu ‘Kampung dina gawir’ yang berarti sebuah kampung yang berada di lembah. Lokasi kampung ini memang berada di sebuah lembah yang dibagian dasarnya di-lalui oleh sungai Ciwulan. Untuk mencapai Kampung Naga cukup sulit. Ada sekitar 300an anak tangga dari bahan semen dengan sudut yang curam yang harus dilewati, yaitu mencapai sekitar 45 derajat, hingga akhirnya bisa mencapai dataran di lembah, di tepi Sungai Ciwulan. Tidak ada pagar yang bisa dipakai untuk pegangan, membuat kita mesti lebih berhati-hati menuruni anak tangga, karena tangga inilah satu-satunya jalur masuk paling layak menuju Kampung Naga. Setelah mencapai dataran kita akan melewati jalan setapak menyusuri Sungai Ciwulan yang mengalir di samping permukiman penduduk. Selain melewati tangga, akses keluar masuk kam-pung bias juga dari lading di perbukitan, tapi hanya penduduk setempat yang bisa memanfaatkannya.

Tata Bangunan dan LingkunganJika kita berkesempatan singgah ke Kampung Naga, kita akan disuguhi bentuk bangunan

ww

w.fl

ickr

.com

20 Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010

Page 21: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

INFOBARU 3

atau rumah khas Kampung Naga dengan tipe rumah panggung dengan umpak dari batu. Setiap rumah memiliki dua pintu utama, satu pintu menuju ruang tamu, dan satu pintunya lagi menuju dapur. Satu kamar yang luasnya tak lebih dari sepuluh meter persegi terdapat di bagian belakang rumah. Banyak aturan ketat yang diperuntukkan bagi rumah masyarakat Kampung Naga. Selain rumah yang berbentuk panggung, dinding rumah juga terbuat dari anyaman bambu atau bilah-bilah kayu, yang dibiarkan mentah begitu saja, atau dicat dengan meng-gunakan kapur putih yang berguna untuk melindungi dinding dari serangan rayap. Khusus anyaman bambu pada pintu dapur memiliki banyak lubang yang berfungi sebagai ventilasi. Sementara atapnya terbuat dari daun nipah, ijuk dan alang-alang. Pem-bangunan rumah dilaksanakan secara go-tong royong yang didahului dengan upa-cara adat. Di depan rumah biasanya terdapat semacam teras atau serambi kecil yang di-gunakan untuk melakukan aktivitas dan ber-interaksi dengan sesama penduduk. Keunikan lain dari Kampung Naga adalah semua rumah selalu menghadap utara atau selatan, untuk menghindari panas matahari dari barat dan timur yang masuk ke dalam rumah. Rumah-rumah tersebut berbaris ber hadapan sehingga membentuk suatu lorong di depan masing-masing rumah. Le-bar lorong di masing-masing kelompok pe-rumahan bervariasi, tak kurang dari 3 meter. Setiap lorong memanjang kearah timur

dan barat memiliki kearah timur. Lo rong ini memiliki dwi fungsi, selain untuk koridor tempat berjalan, juga berfungsi se bagai drainase kering. Di saat hujan air dari atap dan permukaan tanah akan turun ke tengah lorong yang elevasinya paling rendah, ke-mudian mengalir ke arah timur melintasi lorong-lorong lainnya. Akhirnya air menuju sisi luar kampung dan masuk ke sungai Ciwulan. Setelah hujan berhenti permukaan lorong kembali kering tanpa ada genangan air.

Di setiap rumah tidak terdapat kamar mandi. Aktivitas MCK dilakukan di pemandian umum yang terdapat di bagian yang dekat dengan sungai. Kamar mandi dan WC yang bentuknya segi empat dengan dinding tapi tanpa atap, sengaja dibuat terpisah dan berada di luar area permukiman agar tak menimbulkan polusi. Terdapat kolam-kolam di sekitar pemandian yang digunakan untuk beternak ikan, seperti ikan gurame, ikan lele, dan ikan mas yang setiap waktu siap dipanen dan memberikan penghasilan lumayan buat

Foto Atas : Orientasi rumah memanjang barat timur, pintu masuk masing­masing rumah menghadap arah utara selatan.Foto Bawah : Dinding dapur menggunakan anyaman kayu agar terjadi Sirkulasi udara lebih lancar karena didalamnya dilakukan kegiatan memasak menggunakan kayu bakar yang menimbulkan asap.

Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010 21

Page 22: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

sampah organik dan anorganik. Meskipun tidak ada pengetahuan mengenai pemilahan sampah, masyarakat secara tidak biasa sudah melakukan pemilahan, sampah organik se-ring dibuang ke kolam sebagai pakan ikan. Sampah anorganik berupa kertas, plastik atau botol dibuang ke keranjang sampah ditiap rumah, kemudian sampah itu akan dibuang ke bak sampah yang berada di tepi sungai Ciwulan. Jika sudah penuh, warga akan membakarnya. Merupakan kebiasaan penduduk setempat membakar sampah di pinggir sungai, agar sisa arang turut terbawa air. Dalam hal penanganan sampah khususnya sampah domestik masih dilakukan pola li-near, diakhiri dengan dibakar. Namun untuk pengolahan padi menjadi beras, seluruh sisa proses dimanfaatkan. Sisa jerami digunakan untuk rambut, sisa kulit padi digunakan un-tuk pakan ternak, dan jerami digunakan untuk atap dan sapu. Dalam hal ini penduduk memperlakukan sisa proses tersebut dengan sistem loop, tidak ada yang dibuang dan dimanfaatkan seluruhnya.

Penggunaan EnergiAdat istiadat di kampung Naga tidak mem-perbolehkan warganya untuk menik mati ali ran listrik, penerangan malam dirumah-rumah hanya menggunakan petromaks dan cempor minyak tanah. Namun warga di ijin-kan untuk memiliki dan menonton TV atau men dengarkan radio dengan sumber listrik meng gunakan accu. Kondisi ini membuat peng hematan dalam hal penggunaan listrik, namun tetap diperlukan minyak tanah (non renewable) untuk menerangi kampung di-malam hari. Kampung ini tidak memiliki akses yang dapat dilalui kendaraan baik roda dua atau roda empat, baik akses masuk maupun di-dalam lingkungan kampung itu sendiri. Kon-disi ini membuat kampung bebas polusi uda-ra yang berasal dari kendaraan bermotor. Di luar semua itu, Kampung Naga pastinya akan menyuguhkan nuansa lain dari Wisata Budaya manapun, karena masing-masing tem pat atau lokasi wisata yang dimiliki bangsa kita ini memiliki karakter yang ber-be da dalam menyajikan keunikan dan ke-khasannya. Untuk itu masyarakat se tem-pat, pemda dan seluruh pihak terkait harus menjaga salah satu ke kayaan budaya Bangsa Indonesia ini. *) Staf Subdit Kebijakan dan Strategi, Dit. Bina Program Ditjen Cipta Karya

INFOBARU 3

para penduduk. Selain itu tempat menumbuk padi dan kandang ternak juga diposisikan di luar area permukiman sehingga tidak mengganggu perkampungan.

Air MinumKampung Naga mempunyai dua sumber air minum, dengan mengandalkan air ba-ku yang bersumber dari mata air di bukit yang berada di atas kampung, digunakan untuk kebutuhan masak dan minum dan air sungai Ciwulan yang digunakan untuk kegiatan mencuci. Air dari kedua sumber tersebut dialirkan melalui pipa PVC tidak ke masing-masing rumah tetapi ke tengah area perumahan agar dapat digunakan secara bersama-sama. Sebagian air juga dialirkan

ke area kamar mandi. Sumber air tersebut dialirkan melalui pipa dan dibiarkan terbuka mengalir seperti pancuran, tidak memerlukan kran air karena itu sepanjang waktu mengalir terus dari pegunungan yang tidak perlu buka tutup. Air yang tidak digunakan akan mengalir kembali ke sungai melalui saluran terbuka dan tertutup yang berada di tengah perkampungan.

PersampahanLingkungan perkampungan Kampung Naga secara umum terlihat bersih, tak ada sampah bertebaran. Secara berkala sampah yang telah dikumpulkan dibakar di tepi sungai Ciwulan. Sampah domestik dari masing-masing rumah dibagi dalam 2 jenis yaitu

Foto Kanan Atas : Keranjang sampah didepan rumah Terbuat dari anyaman bambu.Foto Kiri Atas : Permukaan lahan diseluruh area perumahan berupa tanah sehingga memudahkan air menyerap kedalamnya (rain harvesting).Foto Bawah : Bak air dengan air yang berasal dari 2 sumber, mata air dan sungai ciwulan Mata air digunakan untuk memasak, air sungai digunakan untuk kegiatan mencuci. Air dibiarkan mengalir tanpa kran.

22 Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010

Page 23: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

INOVASI 1

Inov

asi 1

Penanganan Permukiman

Di Daerah Rawan Gerakan TanahSugianto Tarigan *)

PPemanfaatan ruang yang tidak sesuai de-ngan penetapan dan fungsinya telah ba-nyak terbukti menimbulkan dampak ben-cana akhir-akhir ini. Hal itu antara lain ber kaitan dengan tidak seimbangnya pe-man faatan sumber daya keruangan dari aspek pemanfaatannya dengan aspek ak-tifitas penduduk (ekonomi). Sebagaimana di ketahui, sumber daya lahan memiliki ke-terbatasan dalam penyediaan lahan untuk pemanfaatannya bagi para pelaku pengguna ruang sehingga lahan terkadang berubah fung sinya dengan dialokasikan fungsi-fungsi lahan tersebut tidak secara proporsinya. Dengan sangat lantang kita bisa berteriak

Dalam teori pengembangan kawasan di wilayah perkotaan, aspek politik seringkali mengalahkan aspek yang lain seperti fisik, sosial, maupun ekonomi. Secara keruangan, faktor fisik seharusnya menjadi pertimbangan pertama dan utama dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan. Namun akibat beragamnya kepentingan yang mendasari suatu perencanaan pengembangan kota, faktor politik akhirnya mengalahkan aspek daya dukung fisik, dengan alasan bahwa hal tersebut dapat dijawab dengan peluang penggunaan teknologi dan adanya keuntungan ekonomi apabila proyek tersebut terlaksana.

bahwa saat ini pemenuhan keinginan dari masing-masing pihak secara proporsional terhadap pemenuhan fungsi ruang dan fungsi lahan belum bisa terpadu. Maka perlu adanya penataan ruang, yaitu suatu proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pe-rencanaan tata ruang mencakup pe rencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang meliputi tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara, dan tata guna sumber daya alam lainnya. Dalam struktur dan pola pemanfaatan ruang sebenarnya telah tergambarkan alo-kasi pemanfaataan ruang dengan memper-

hatikan indikator yang berpengaruh dari aspek-aspek yang ada dalam ruang itu sen diri. Penetapan kawasan-kawasan yang meng-gambarkan alo kasi ruang bagi ke pentingan-kepentingan sesuai dengan per masalahan, dimaksudkan se cara tepat di carikan upaya penanganannya. Na mun kenyataannya, banyak lokasi yang telah dikategorikan rawan bencana memiliki po sisi strategis dan ekonomis sehingga tidak jarang terjadi konfik pemanfaatan walaupun secara fisik terkategori rawan bencana, lokasi permukiman menempati lokasi tersebut dengan tujuan memaksimalkan keuntungan penghuninya. Argumentasi keterbatasanla -han adalah salah satu pertimbangan peram -bahan dimaksud. Dalam konteks ini per -tum buh an penduduk, trade off dengan pe nye dia an lahan untuk permukiman.

Titik Rawan di Kota SemarangKita bisa mengambil pelajaran dari ibukota Provinsi Jawa Tengah yang dikenal dengan julukan Kota Atlas, yaitu Kota Semarang.

Bencana tanah longsor di Manyaran

Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010 23

Page 24: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

Berdasarkan jenis tanah dan batuannya, Kota Semarang memiliki lokasi-lokasi rawan bencana gerakan tanah. Lokasi tersebut se-cara tata ruang diperuntukkan sebagai da-erah hijau atau vegetasi dan tidak ter bangun. Pemanfaatan yang demikian itu didasarkan atas daya dukung lahan yang terbatas se-bagai wadah aktivitas penduduk. Lokasi-lokasi pergerakan tanah yang ter iden tifikasi antara lain adalah Kecamatan Gunungpati 16 titik, Banyumanik 7 titik, Gajahmungkur 1 titik, Semarang Barat 1 titik, dan Ngaliyan 2 titik. Namun demikian, lokasi-lokasi yang se-benarnya rawan terhadap bahaya per gerakan tanah tersebut - akibat keter batasan lahan di Kota Semarang dan kurangnya konsistensi pelaku pembangunan-tetap dimanfaatkan un tuk perumahan dan permukiman. Peru-mahan Bukit Regency contohnya di kem -bang kan di atas tanah rawan gerakan ta-nah dengan prasarana sarana yang cukup memadai mengingat kawasan permukiman ini didesain untuk perumahan menengah atas. Berkenaan dengan perkembangan dan pertumbuhan permukiman, salah satu per-masalahan yang ada adalah penyediaan sa-rana dan prasarana permukiman disatu sisi, dan pertumbuhan penduduk disisi lain. Ham-pir semua perubahan fungsi lahan terkait dengan peningkatan jumlah penduduk. Per -tumbuhan penduduk mengakibatkan mun -cu lnya kebutuhan-kebutuhan yang ha rus ter- sedia sesuai dengan kebutuhan. Se lain me-ngalami peningkatan yang cukup ta jam, distribusi dan pertumbuhan tempat ting-gal umumnya menunjukkan gejala ke tidak seimbangan dari fungsi lahan itu sen diri. Sehingga untuk pemenuhan ke bu tuhan per mukiman diperlukan suatu alo kasi lahan yang relatif sulit untuk di hindari. Hal lain yang tidak kalah penting dari munculnya di-kotomi ini adalah implikasi fi nansial berupa pembiayaan yang timbul da lam penyediaan permukiman tersebut. Karenanya yang mengemuka adalah upa ya sinergitas yang memadukan antara pen capaian tujuan pengelolaan kawasan ra wan bencana gerakan tanah kawasan per-mukiman yang optimal. Dengan menge-tahui lokasi kawasan rawan bencana gerakan tanah, permasalahan dan dampak yang akan diakibatkan dari perubahan fungsi la han dapat diperkecil dapat dicari alternatif pe-nyelesaian masalahnya. Memahami lahan rawan bencana perlu

membandingkan antara kondisi nor matif yang ideal berdasarkan teoritis dengan kon-disi di lapangan yang terjadi. Di samping itu pendapat para pakar mengenai kondisi bencana, akibat/dampak, dan penang gula -ngan nya juga menjadi per tim bangan da-lam menentukan kelayakan lahan untuk pe-rumahan dan permukiman di lokasi rawan bencana gerakan tanah. Dalam teori pengembangan kawasan di-kenal berbagai pendekatan yang se harusnya menjadi hal yang saling terkait, namun dalam kenyataannya ada hal-hal yang dapat menjadi prioritas sehingga mengesampingkan aspek-aspek penting lainnya. Aspek tersebut adalah politik, sosial, ekonomi dan fisik. Aspek po litik biasanya lebih dikedepankan dalam pem-bangunan di wilayah perkotaan. Secara keruangan faktor fisik seharusnya menjadi pertimbangan pertama dan utama dalam kerangka pembangunan yang ber-kelanjutan. Namun akibat bera gam nya ke-pen tingan yang mendasari suatu pe ren-canaan pengembangan kota, faktor politik akhirnya mengalahkan aspek daya dukung fisik, dengan alasan bahwa hal tersebut da-pat dijawab dengan peluang penggunaan teknologi dan adanya keuntungan ekonomi apabila proyek tersebut terlaksana. Apabila dalam penerapan teknologi tersebut

memang telah sesuai dengan kebutuhan (tepat guna), kekhawatiran terhadap dampak negatif da pat diminimalisasi. Sebaliknya apabila ter nyata teknologi yang digunakan tersebut belum sepenuhnya memenuhi ketentuan teknis dan kelayakan lainnya, justru akan menimbulkan beban biaya penanggulangan akibat bencana yang terjadi.

Permukiman Bukit Manyaran Permai (BMP)Perumahan Bukit Manyaran Permai (BMP) yang terletak di Kelurahan Sadeng Ke ca-ma tan Gunungpati, Kota Semarang, me -miliki ketinggian sekitar 300 m dpl. Ke lu-rahan yang dilintasi daerah aliran sungai (DAS) Kali Kreo dan memiliki kelerengan sekitar 30%, merupakan perumahan yang awalnya dikembangkan oleh pengembang. Pengembangan perumahan ini cenderung pada aspek politis, karena berdasarkan in-for masi bahwa proyek tersebut se benar-nya belum layak dilaksanakan, na mun ka -

Bencana tanah longsor di tepi sungai

Secara ideal ruang terbuka hijau yang harus tersedia

dalam sebuah kawasan atau kota secara lebih luas minimal

30%.

24 Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010

Page 25: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

INOVASI 1

rena desakan penguasa proyek ter se but dilanjutkan. Akibat dipaksakan se cara politis, pembangunan perumahan tersebut di ba ng-un tanpa memperhatikan kon disi fisik lahan yang belum siap di bangun. Ini menunjukkan aspek politis lebih mendominasi dalam pe-ngembangan pe ru mahan dengan alasan eko nomi atau be nefit lainnya. Perbandingan kondisi normatif dengan kondisi existing di lapangan, disertai juga pertimbangan aspek fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan serta pendapat pakar yang dapat dijabarkan yakni aspek fisik, aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan. Aspek Fisik; Struktur tanah di lokasi ini merupakan tanah hasil lapukan yang dikenal dengan formasi Damar. Secara teori, jenis tanah ini termasuk dalam kategori yang rawan terhadap gerakan tanah. Gerakan tanah dapat dipicu oleh berbagai faktor antara lain infiltrasi air ke dalam lereng, getaran dan aktivitas manusia. Gerakan tanah yang terjadi di Perumahan Bumi Manyaran Permai (BMP) merupakan gerakan tanah yang disebabkan oleh faktor hidrologi dan geologi. Lokasi perumahan tersebut terdapat Su-ngai Kreo yang melintasi bagian utara pe-rumahan. Sungai tersebut semula lurus, na-mun karena ada pergerakan tanah longsor, sungai tersebut menjadi berbelok. Aliran air dari muara secara perlahan menggerus tanah

yang berbatasan dengan lokasi perumahan, sehingga menimbulkan longsor dengan tipe rotasi atau setengah rotasi. Hal lainnya yang menyebabkan per ge-rakan tanah adalah faktor hidrologi. Dengan kondisi tanah yang berupa tanah hasil la-pukan dan lempung yang jenuh terhadap air, sehingga jika teraliri air, dengan daya kohesi rendah, tanah tersebut menjadi mudah ber-gerak. Akibat longsor yang beberapa kali terjadi di daerah ini, saluran drainase yang semula dibangun dengan sistem pipa yang langsung dialirkan ke sungai, drainse tersebut jebol. Hal ini semakin memperparah sistem drainase, karena air hujan masuk ke dalam tanah yang labil, sehingga kemungkinan frekuensi gerakan tanah makin tinggi. Aspek Sosial; Dari 400 KK yang tinggal sebelum terjadi bencana pergerakan tanah, 200 KK yang tetap tinggal di BMP. Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi warga untuk tinggal di Perumahan Bumi Ma nya-ran Permai, salah satunya adalah faktor kenyamanan. Faktor ini sulit sekali diukur secara kuantitatif karena sangat relatif dari masing-masing warga. Meskipun lokasi ini rawan pergerakan tanah, namun warga tetap bersedia tinggal di lokasi tersebut. Kondisi lahan, kondisi prasarana sarana dan ternyata tidak mempengaruhi motivasi penduduk. Sebagian masyarakat masih tetap ber-tahan di lokasi ini dengan alasan, suasana perumahan tenang dan membuat nyaman “homy”, meskipun dilihat dari kondisinya saat ini rawan terhadap bencana gerakan tanah dan resiko yang akan dialaminya. Selain me -rasa nyaman di lingkungan perumahan ter-sebut, sebagian warga percaya bahwa hoki keluarganya di rumah itu, sehingga keluarga enggan untuk pindah dari BMP. Sebagian kecil masyarakat merasa bahwa tinggal di BMP merupakan hal yang harus atau karena keterpaksaan, karena belum ada pilihan un-tuk pindah ke daerah lain. Aspek Ekonomi; Dalam perencanaan pe rumahan dan permukiman seharusnya mem perhatikan berbagai aspek yang ber-pe ngaruh terhadap keberhasilan aktivitas per mukiman antara lain adalah aspek spa-sial, sumber daya alam, energi, sumber daya air, dan waste disposal. Sebelum terjadi ge-rakan tanah, penghuni perumahan BMP me-lakukan aktivitas dengan baik oleh adanya kelengkapan prasarana dan sarana yang me nunjang perumahan ini. Namun akibat ge rakan tanah, sebagian penduduk pindah meninggalkan BMP dan aktivitas penghuni

yang masih tinggal di kawasan ini agak terganggu. Aspek Lingkungan; Daerah rawan per-gerakan tanah sesuai dengan kondisinya, sebenarnya hanya cocok untuk lokasi peng-hijauan, bukan merupakan daerah budidaya. Sehingga jika digunakan untuk permukiman, amat tidak sesuai dan rawan terjadi bencana yang akan mengakibatkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Sebagaimana di-jelaskan oleh beberapa pakar Geologi bahwa kawasan patahan sangat rawan terhadap gerakan tanah yang sewaktu-waktu da pat longsor. Apabila dikaitkan dengan kese-imbangan lingkungan, pemanfaatan lahan yang rawan bencana gerakan tanah ini, selain mempunyai resiko yang dapat dirasakan saat ini, juga dalam jangka panjang. Secara ideal ruang terbuka hijau yang harus tersedia dalam sebuah kawasan atau kota secara lebih luas minimal 30%. Angka ini didasarkan atas kebutuhan daerah tang-kapan air hujan dalam upaya pe me nuhan kebutuhan air bersih bagi ma sya rakat pen-duduk daerah tersebut. Ke bi jakan delta zero Q mensyaratkan kese imbangan antara kuantitas air yang mengalir di permukan dan air yang harus meresap dalam tanah. Dampak jangka panjang apabila hal ini dibiarkan berlanjut, keseimbangan air tanah dan daya dukung lahan akan semakin tergganggu. Pergerakan tanah, longsor dan banjir di-mung kinkan dapat terjadi pada musim peng-hujan, dan ini menimbulkan kerugian yang cukup signifikan bagi masyarakat sendiri dan pemerintah sebagai penanggung jawab wilayah Pendapat Pakar; Dalam rangka pena nga-nan perumahan dan permukiman di daerah rawan gerakan tanah, pendapat para ahli di bidang geologi dan lingkungan sangat dibutuhkan. Sebagian kawasan Semarang atas, memiliki banyak patahan yang bisa me ngakibatkan longsor. Hal itu diperparah oleh tindakan masyarakat yang seenaknya menggunakan lahan di atas kawasan patahan untuk pemukiman tanpa penimbunan yang sempurna. Tingkat kerentanan tanah di zona rawan longsor sulit diatasi dengan teknologi, sebab rekayasa untuk mengurangi pergerakan ta-nah sangat mikro dan biayanya sangat besar. “Jadi, lebih baik kita yang mengalah pada alam,”. Mengingat bahaya longsor, zona rawan longsor harus dibebaskan dari pemukiman, sementara warga yang telanjur menetap di kawasan bahaya itu sebaiknya dipindah ke

ww

w.fl

ickr

.com

Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010 25

Page 26: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

rapa metode penanggulangan sebagai pen-dukung. Untuk jangka pendek, proyek ini dinilai efektif karena akan mempu mengurangi re-siko longsoran, namun untuk jangka pan jang akan kurang efektif, karena kejadian longsoran ini disebabkan sifat dasar tanahnya yang labil dan perkembangan kehidupan masyarakat akan terus bertambah. Tumbuhan dapat digunakan untuk mengontrol erosi tanah yang tidak stabil. Metode penanaman ini bertujuan untuk melindungi lereng, karena akar-akar pohon akan menyerap air dan mencetak air berinfiltrasi ke dalam zona tanah tidak stabil. Akar-akaran dalam kelompoknya membetuk rakit yang menahan partikel tanah tetap di tempatnya. Dalam kondisi demikian umumnya akar-akar tumbuhan menambah kuat geser tanah. Keempat, sementasi. Ini merupakan me-tode untuk memperkuat tanah/batuan atau memperkecil permeabilitas tanah/ba tuan de ngan cara menyuntikan pasta semen atau bahan kimia ke dalam lapisan tanah/batuan. Kelima, Escaping dan Relokasi Warga. Ren-cana relokasi warga dari daerah yang rawan bencana longsor ke derah lain yang dianggap aman tidak terlalu ditanggapi oleh warga BMP. Hal ini karena mereka sudah bermukim di sana sejak tahun 1980-an, dan sudah terbiasa dengan kejadian tanah longsor. Secara pribadi, penulis berpesan untuk mengurangi peningkatan resiko bahaya long soran pada perumahan tersebut, hen-daknya warga tidak melakukan pe nambahan bangunan baru yang akan menambah beban pada tanah, sebaliknya dianjurkan untuk menggunakan bahan-bahan dan struktur yang ringan dan kuat sehingga mampu ber-tahan apabila terjadi pergerakan tanah, serta meminimalisir bidang-bidang resapan pada tanah untuk mengurangi tingkat ke jenuhan air dalam tanah. Pemerintah hendaknya memberikan per-hatian yang serius terhadap lokasi-loaksi yang memiliki kerawanan-kerawanan terhadap ben cana, dan melakukan pengetatan dalam pengendalian tata ruang khususnya daerah-daerah yang memiliki kerawanan tinggi ter-ha dap bencana. Semua pihak hendaknya mem berikan perhatian melalui langkah-lang -kah kongkrit untuk menjaga kelestarian ling -kungan demi pembangunan yang keber lan-jutan.*) Staf Subdit Pengembangan Permukiman Baru, Direktorat Pengembangan Permukim an, Ditjen Cipta Karya

INOVASI 1

lokasi yang aman. Begitu pula lokasi yang berpotensi longsor. Kendati proses longsor tidak secepat di zona rawan, daerah ini tetap berbahaya. Daerah gerakan tanah cukup berbahaya untuk ditinggali, perumahan BMP ter sebut demi keselamatan penghuni dan ke seim-bang an lingkungan, agar tidak dikem bali-kan sesuai fungsinya semula yaitu dae rah hijau. Apabila dipaksakan sebagai tempat bermukim, harus ada upaya-upaya yang cukup serius dengan memanfaatkan tek-no logi yang tepat dan memperhatikan ling kungan sekitar serta dampak yang di-timbulkan.

Upaya Penanganan Permukiman Rawan Gerakan TanahAda beberapa upaya penanganan terhadap permukiman rawan gerakan tanah, yaitu pertama; mengubah Geometri Kelerengan; Perubahan geometri lereng ini pada prin-sipnya bertujuan untuk mengurangi gaya pendorong dari masa tanah atau gaya-gaya yang menggerakan yang menyebabkan ge-rakan lereng. Perbaikan dengan perubahan geometri lereng ini meliputi pelandaian kemiringan lereng dan pembuatan trap-trap/bangku/teras (benching) dengan per-hitungan yang tepat.

Kedua, penguatan Tebing dari analisis sosial dan psikologis masyarakat, maka pem buatan talud / bronjong dan turap pe-na han tebing untuk sementara waktu akan membawa perasaan aman bagi warga, wa-lau pun hal tersebut tidak sama sekali meng-hi langkan potensi kerawanan terhadap long-sor. Ketiga, melalui penanaman vegetasi bu-kan semusim, dengan melibatkan ma sya-rakat setempat akan membawa me re ka un tuk merasa ikut serta bertanggung ja-wab dalam pelestarian lingkungan hunian mereka. Langkah yang penting untuk jangka pendek adalah Normalisasi Sungai. Air me-rupakan salah satu faktor penumbang ke-tidakmantapan lereng, karena akan me-ning gikan tekanan air pori. Pengendalian air ini dapat dilakukan dengan cara sistem pe ngaturan drainase lereng baik dengan drainase permukiman mapun bawah per mu-kaan. Pekerjaan normalisasi sungai ini sedikit banyak akan membawa rasa aman bagi warga yang bermukim di atas bukit tersebut, meskipun tidak sepenuhnya menghilangkan kekhawatiran masyarakat. Pemilihan metode ini cocok digunakan dalam upaya pen ce-gahan tetapi jika pada sebelumnya telah ter jadi gerakan tanah maka diperlukan be be-

Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan penetapan dan fungsinya telah banyak terbukti menimbulkan dampak bencana.

ww

w.fl

ickr

.com

26 Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010

Page 27: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

UU No. 32/2009 Pemerintah Wajib Susun

Kajian Lingkungan Hidup StrategisAflin Budi Setiawan *)

POJOKHUKUM

Pojo

k H

ukum

ww

w.w

allp

aper

s-di

q.ne

t

Satau potensi dampak negatif yang men ce -mari dan merusak lingkungan. Peman fa at-an sumber daya alam dari kegiatan pem ba-ngunan di beberapa tempat dan ka sus te lah mengakibatkan menurunnya ku ali tas ling -kungan atau bahkan telah me ng aki bat kan kerusakan lingkungan. Hal ini di karenakan ku-rangnya perhatian pe mang ku kepentingan untuk menjaga daya dukung dan daya tam pung lingkungan. Bila kegiatan pem-bangunan dan aktivitas perkehidupan te-lah melampaui daya dukung dan daya tam pung lingkungan sudah barang tentu akan mengganggu ke seimbangan alami ah ekosistem, atau bah kan akan men do r ong ter-jadinya bencana, yang dapat mengakibat kan kerugian eko nomi jangka pan jang dan kese-lamatan jiwa manusia sen diri.

Pembangunan fisik terjadi dengan ce-pat, reklamasi pantai dan konversi lahan hi jau DAS menjadi kawasan permukiman semakin sering terjadi, dan ekstraksi air ta-nah perkotaan di kawasan DKI Jakarta dan sekitarnya sudah sangat berlebihan. Se la in faktor perubahan iklim, factor-fak tor di atas diyakini telah memberikan kon tribusi ter-hadap terjadinya land sub si den ce, serta me-ningkatnya tingkat dan fre kuensi kejadian ban jir. Hal itu secara ag regatif dan hubungan kasual kegiatan pembangunan telah me-lam paui batas atau threshold daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kondisi ini menuntut upaya-upaya penanganan yang sudah barang tentu menuntut biaya pe-mulihan lingkungan yang sangat mahal atau mungkin kondisi ling kungan tidak da-

Secara geografis Indonesia terletak pada posisi yang strategis di silang antar dua benua dan dua samudera di daerah khatulistiwa dengan iklim tropis yang bersahabat untuk kehidupan dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan keanekaragaman hayati. Sesuai dengan Undang-Undang No-mor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ling-kungan Hidup (PPLH) mengamanatkan untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup dengan yang dilakukan secara terpadu dan menyeluruh dalam wadah wawasan nusantara. Kegiatan pembangunan yang dilakukan dalam rangka mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional, tetap mengandung ri siko

Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010 27

Page 28: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

kan KLHS menghasilkan formulasi RKP pem-bangunan yang mempertimbangkan adanya prinsip (i) interdependency atau keterkaitan/ketergantungan sejauhmana tingkat par ti-sipasi atau keterlibatan pemangku kepen-tingan, (ii) sustainability atau keberlanjutan sejauhmana pembangunan telah memper-timbangkan keamanan jangka panjang ter -hadap daya dukung, daya tampung dan optimalisasi dan produktivitas dari pe man-fataan lingkungan sebagai sumber daya. Te rakhir adalah adanya (iii) socio­economic justice atau keadilan sosial dan ekonomi dalam pemanfaatan sumber daya alam, yang mencegah meningkatnya marjinalisasi dan kemiskinan serta ketidakadilan dalam perolehan akses dan pemanfaatan infra truk-tur dan SDAnya. Perbedaan yang mendasar dari UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pe nge-lolaan Lingkungan Hidup terhadap UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang lama adalah adanya penguatan yang terdapat dalam pelaksanaan prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan ling-kungan hidup yang didasarkan atas Tata Ke-lola Pemerintahan yang baik dalam setiap proses perumusan dan penerapan ins tru-men pencegahan pencemaran dan/atau ke -rusakan lingkungan hidup serta pe nang gu-langan dan atau penegakan hu kum, yang mewajibkan adanya penerapan prinsip-prin-sip transparansi, partisipasi, akun tabilitas dan keadilan. UU No. 32/2009 mengatur pula konsepsi dan manajemen yang utuh dari unsur-unssur lingkungan hidup dan kejelasan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Dae rah. UU No. 32/2009 memberikan pe-nguatan pula terhadap instrumen pen ce-gahan kerusakan lingkungan hidup, me-la lui formulasi KLHS dan penataan ruang, penetapan baku mutu dan kriteria baku ke rusakan lingkungan hidup, penyusunan AMDAL, UPL/ UKL. Penguatan instrumen-instrumen lain dari UU No. 32/2009 adalah hal yang terkait dengan perizinan, justifikasi ekonomi, pengaturan perundang-undangan, penganggaran yang berbasis lingkungan hi-dup, analisis risiko lingkungan hidup, dan penerapan instrumen lain yang yang terkait dengan penerapan perkembangan IPTEK ser ta perkembangan lingkungan komunitas global.*) Kasi Wilayah I Subdit Pengembangan Per­

mukiman Baru, Direktorat Pengem bang an Permukiman.

POJOKHUKUM

pat dipulihkan kembali se perti kondisi se-belumnya. Pasal 15 ayat 1 UU No. 32/2009 men-syaratkan Pemerintah Pusat dan Pe me rintah Daerah wajib untuk membuat se macam Stra­tegic Environmental Assessment (SAE) atau Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pem ba-ngun an berkelanjutan telah menjadi da sar dan terintegrasi dalam perencanaan pem-bangunan wilayah, yang dituangkan dalam kebijakan, rencana, dan program (RKP) pem-bangunan. Dengan kata lain, hasil KLHS harus dapat dijadikan dasar kegiatan pembangunan da-lam suatu wilayah atau dari suatu eco­region yang disepakati. Bila hasil KLHS menyatakan bahwa RKP pembangunan telah melampaui

daya dukung dan daya dukung yang telah dihitung, maka RKP pembangunan tersebut wajib diperbaiki, atau bahkan dapat ditolak. Pertanyaaan yang sering muncul adalah perbedaan dan kedudukan KLHS terhadap AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Ling-kungan). Dimana AMDAL dan KLHS adalah sesuatu yang berbeda tetapi keduanya saling melengkapi dan mengkait. AMDAL berada di aras hilir proses perencanaan kegiatan pembangunan, sedangkan KLHS di aras RKP pembangunan. AMDAL bersifat spesifik ter-hadap lokasi dan kedalaman substansinya, sedangkan KLHS cenderung umum dan ber muatan substansi arahan strategis. Dari aspek tujuan, AMDAL bertujuan untuk me-nilai kelayakan lingkungan dari ke giatan pembangunan yang direncanakan, se dang-

Foto Atas : Pemanfaatan sumber daya alam dari kegiatan pembangunan di beberapa tempat mengakibatkan menurunnya kualitas dan mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Foto Bawah : Banjir disalah satu kawasan di Jakarta salah satu akibatnya karena terganggunya keseimbangan alamiah ekosistem.

ww

w.fl

ickr

.com

28 Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010

Page 29: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

berpenghasilan rendah atau kelompok keluarga miskin, baik yang hidup di perkotaan maupun di pedesaan, belum pernah terpenuhi seperti yang diharapkan.

Keadaan bertambah parah sejak Indonesia dilanda krisis politik dan krisis ekonomi di 1997-1998 an, di mana pembangunan perumahan rakyat benar-benar terhempas dan kalaupun kegiatan itu ada, hasilnya terkesan kurang memihak lagi bagi rakyat yang sungguh-sungguh membutuhkan hunian.

Di lain sisi ada hal yang mungkin agak ironis, yaitu bagaimana sekarang melalui berbagai media massa, informasi mengenai pe-ngembangan perumahan massal bersifat sangat komersial. Di ta-warkan rumah impian yang bergaya asing, apartemen yang mewah dan seterusnya, sangat gencar. Pemasaran yang demikian sah-sah saja hanya disayangkan tidak diimbangi dengan informasi bagaimana dengan perumahan yang terjangkau yang pernah diperankan oleh PERUMNAS. Berbagai isu dan perkembangan perumahan setelah kemerdekaan di kupas tuntas dalam bab ini.

Terlepas dari masih belum lengkapnya data dan informasi yang disajikan tetapi sebagai upaya awal, buku ini sudah sangat membantu bagi pemangku kepentingan pembangunan perumahan. Banyak pembelajaran yang dapat dipetik, tidak hanya dari aspek desain tetapi juga dari aspek sosial budayanya. Pembagian era pembangunan pe-rumahan menjadi dua yaitu sebelum dan setelah era kemerdekaan, serta tulisan tentang perkembangan rumah murah sangat membantu member gambaran keseluruhan pembangunan perumahan rakyat di Indonesia.

Semoga keberadaan buku ini dapat memberi secercah pencerahan bagi kita semua dalam upaya kita meningkatkan kinerja pembangunan perumahan khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah. (dvt)

RESENSI

Rese

nsi

Kilas BalikPerumahan Rakyat(1900-2000)

AAcara puncak peringatan Hari Habitat Dunia 2010 ditandai dengan

peluncuran buku, salah satunya adalah buku dengan judul Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900-2000. Buku setebal 201 halaman ini berisi tentang perjalanan selama satu abad perumahan di Indonesia.

Buku ini terbagi dalam tiga Bab. Dalam Bab I diuraikan tentang perumahan di Indonesia di akhir era kolonialisasi Belanda, dengan perhatian khusus perihal tokoh-tokohnya dan peran dari pemerintah serta bagaimana keterpautan di antara keduanya.

Dalam bab ini diceritakan bagaimana perkembangan perkotaan mulai tahun 1870-1930. Disitu diceritakan bagaimana berbagai atu-ran seperti tanam paksa dan undang-undang desentralisasi mem-pengaruhi urbanisasi penduduk yang mempengaruhi pem ba ngunan permukiman perkotaan.

Di bab II berisi berbagai artikel atau tulisan jaman dahulu. Penulis seperti Ir. Herman Thomas Karsten, Pakubuwono IX, Mohammad Hatta, Ir Thomas Nix sampai dengan Abdurahman Wahid alias Gus Dur. Tulisan-tulisan tersebut dilengkapi dengan gambar–gambar do-kumentasi zaman dahulu. Salah satunya adalah peta Kampung Mlaten Semarang tahun 1925.

Di Bab terakhir berisi tentang perumahan rakyat di Indonesia setelah kemerdekaan. Seperti kita ketahui, memasuki tahun ke-63 Indonesia Merdeka, masalah perumahan bagi rakyat yang

Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010 29

Page 30: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

Pemerintah Provinsi Jambi meluncurkan program Rural Infra­structure Support to PNPM Mandiri tahap II dan Program Pembanginan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Senin (11/10). Hal itu ditandai pe-nye rahan dana BLM tahap pertama sebesar Rp 100 juta secara sim-bolis kepada tujuh Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) di Desa Sepunggur, Kecamatan Bathin II Babeko, Kabupaten Muaro Bungo. Wakil Gubernur Jambi, Fachrori Umar saat meluncurkan program ini mengatakan, total sebanyak 231 desa yang tersebar di 10 kabupaten/kota terpilih akan menerima total Rp 57,75 miliar dengan masing-masing desa Rp 250 juta. ”BLM merupakan wujud nyata kepercayaan pemerintah kepada masyarakat desa sasaran untuk mengatasi per-soalan kemiskinan dengan menentukan apa yang menjadi ke butuhan desanya, mereka yang merencanakan, melaksanakan, me melihara dan menikmati hasilnya,” kata Fachrori. (bcr)

Lagi, Pemerintah melalui Ditjen Cipta Karya Ke menterian Pekerjaan Umum tawarkan Program Hibah Air Minum untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) kepada 24 kabupaten di Indonesia. Program hibah ini berasal dari bantuan pemerintah Amerika melalui United States Agency for Inter na­tional Development (USAID) dengan total bantuan hibah 10 juta USD. Jika 24 daerah ini berminat, maka total 59 daerah telah mendapatkan bantuan hibah air minum.

Direktur Bina Program Antonius Budiono me-ngatakan, program hibah ini merupakan tero bosan yang dilakukan pemerintah. Terobosan seperti ini dilakukan untuk mencapai target Mille nium De ve­lopment Goals (MDGs) 2015, dimana sebanyak 68%

Ibu Negara Ani Yudhoyono meninjau lokasi pembangunan SanitasiOleh Masyarakat (Sanimas plus++) di Dusun Segajih, Desa Hargotirto, Kokap, Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (29/9). Peninjauan itu merupakan rangkaian dari peresmian Desa Se-jahtera Hargotirto yang dipusatkan di Waduk Sermo, DIY, kerjasama antara Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UGM dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB). Tampak hadir mendamping Ani Yudhoyono dalam kesempatan tersebut, antara lain, Herawati Boediono, Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, GKR Hemas, Wakil Rektor UGM Retno Sunarminingsih dan Ketua LPPM UGM yang juga Staf Ahli Menteri PU Danang Parikesit. Beberapa anggota SIKIB yang hadir antara lain, Ratna Djoko Suyanto, Okke Hatta Radjasa, Sylvi Agung Laksono dan Sri Hermanto Dardak dari Kementerian PU. (dvt)

SEPUTARKITA

Ani Yudhoyono Tinjau Sanimas Desa SejahteraHargotirto

Sepu

tar K

itaPU Tawarkan

Hibah Air Minum Kepada 24 Daerah

Jambi Luncurkan RIS PNPMTahap II Senilai Rp. 57,75 M

penduduk Indonesia terlayani air minum. “Hanya kota-kota yang siap akan kita berikan. Saya harap kerjasama

yang baik antara pusat dan daerah. Pemda dapat mempersiapkan penyertaan modalnya, sementara pusat akan memproses penyaluran hibah dengan sebaik-baiknya,” katanya saat membuka Sosialisasi Program Air Minum di Jakarta, Jumat (22/10). (dvt)

30 Buletin Cipta Karya - 10/Tahun VIII/Oktober 2010

Page 31: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

dengan memperingati hari kesaktian pancasila 1 oktober 2010

kita perkokohpersatuan dan kesatuanbangsa

Page 32: Untuk Kota Hijau - ciptakarya.pu.go.idciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_okt10.pdf · kegiatan Jambore Sanitasi ini diharapkan ketika kembali ke daerah masing-masing, mereka

Jambore Sanitasi 2010Jambore Sanitasi 2010

Wisma Hijau, Cimanggis, Bogor12-17 Oktober 2010