untouched kompresi syaraf optik

Upload: nur-hanisah

Post on 16-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

syaraf optik

TRANSCRIPT

BAB IILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIENNama: Tn. AUsia: 24 tahunJenis Kelamin : Laki-lakiAgama: IslamPekerjaan : TNI ALAlamat: CilandakStatus: Belum Menikah

II. ANAMNESISAutoanamnesis dilakukan pada tanggal 10 April 2014 pukul 11.00 WIBA. Keluhan utama : mata kanan tidak bisa melihat sejak 7 bulan yang laluB. Keluhan tambahan : - C. Riwayat penyakit sekarangPasien dating ke poli Mata RSAL dr Mintohardjo dengan keluhan mata kanan tidak bisa melihat sejak 7 bulan yang lalu. Pasien mengaku pernah mengalami kecelakaan 7 bulan sebelumnya. Pasiem lansung pengsan setelah kecelakaan dan mengalami kecederaan di bagian leher dan kepala, kelopak mata kanan pasien juga bengkak sehingga menutup mata selama kurang lebih 5 hari, Setelah kelopak mata pasien sembuh, pasein lansung mengeluh tidak bisa melihat. Pasien menyangkal adanya rasa silau, gatal atau keluar sekret dari mata. Pasien juga menyangkal mengalami penyakit diabetes dan hipertensi.D. Riwayat penyakit dahuluPasien mengaku tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya. Pasien juga menyangkal pernah menghadap penyakit mata lainnya. E. Riwayat penyakit keluargaTidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien . Orang tua pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi, diabetes mellitus atau penyakit jantung.

F. Riwayat Kebiasaan Pasien tidak merokok dan tidak menggunakan obat-obatan terlarang.

III. PEMEREKSAAN FISIKStatus GeneralisKeadaan Umum: Tampak sakit ringanKesadaran : Compos MentisTanda-tanda VitalTekanan Darah : 120/80mmHgSuhu: AfebrisPernafasan: 18x/menitNadi: 90x/menitKepala: NormosefaliMata: Lihat status oftalmologiTelinga: Normotia, secret -/-, seruman -/-Hidung: Septum Deviasi (-), Sekret (-/-)Mulut: lidah kotor(-)Leher: KGB dan tiroid tidak teraba membesarThoraks: Paru: SN Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-Jantung : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)Abdomen: tidak diperiksaEkstremitas: Akral hangat +/+. Odem -/-

Status OftamologiOD (mata kanan)OS (Mata kiri)

NolVisus6/7,5

OrtoforiaKedudukan Bola MataOrtoforia

Bola mata dapat bergerak ke segala arahPergerakan Bola MataBola mata dapat bergerak ke segala arah

Ptosis(-), Ligoftalmus (-), Blefaritis (-), Hordeolum (-), Kalazion (-), Ektropion (-),Entropion (-), Odem (-), Trikiasis (-), Hemetoma (-)PalpebraPtosis(-), Ligoftalmus (-), Blefaritis (-), Hordeolum (-), Kalazion (-), Ektropion (-),Entropion (-), Odem (-), Trikiasis (-), Hemetoma (-)

Injeksi Konjungtiva (-), Injeksi Siliar (-), Pterigium (-), Subkonjungtiva Bleeding (-), Pinguekula (-), Folikel (-), Papil (-), Sekret (-)KonjungtivaInjeksi Konjungtiva (-), Injeksi Siliar (-), Pterigium (-), Subkonjungtiva Bleeding (-), Pinguekula (-), Folikel (-), Papil (-), Sekret (-)

Banda asing (-), Oedema (-), Ulkus (-), Perforasi (-), Neovaskularisasi (-), Infiltrat (-)KorneaBanda asing (-), Oedema (-), Ulkus (-), Perforasi (-), Neovaskularisasi (-), Infiltrat (-)

Dalam, Hifema (-), Hipopion (-), Sel (-), Flare (-)COADalam, Hifema (-), Hipopion (-), Sel (-), Flare (-)

Warna Coklat, Kripti Baik, Atrofi (-), Neovaskular (-)IrisWarna Coklat, Kripti Baik, Atrofi (-), Neovaskular (-)

Bentuk bulat, Sentral, Regular, RC Lansung (-), RC Tidak lansung (-)PupilBentuk bulat, Sentral, Regular, RC Lansung (+), RC Tidak lansung (-)

Jernih, Shadow Test (-)LensaJernih, Shadow Test (-)

JernihVitreus HumorJernih

RFOD (+), Papil Bulat, batas tegas warna pucat, FunduskopiRFOS (+), Papil Bulat, Batas tega, warna erah kekuningan, c/d (0.3), a/v 2/3

Normal/palpasiTIONormal/Palpasi

NegatifShadow TestNegatif

IV. RESUME

Laki-laki berusia datang ke poli mata RSAL dr. Mintohardjo dengan keluhan mata kanan tidak bisa melihat sejak 7 bulan yang lalu. Pasien mengaku pernah mengalami kecelakaan 7 bulan yang lalu Pasien mengaku pernah mengalami kecelakaan 7 bulan sebelumnya. Pasiem lansung pengsan setelah kecelakaan dan mengalami kecederaan di bagian leher dan kepala, kelopak mata kanan pasien juga bengkak sehingga menutup mata selama kurang lebih 5 hari, Setelah kelopak mata pasien sembuh, pasein lansung mengeluh tidak bisa melihat.Pada pemeriksaan oftamologi didapatkan visus OD nol, OS 6/7,5. Pada pupil pasien didapatkan RAPD (+) Pada pemeriksaan funduskopi ditemukan papil atrofi.

V. DIAGNOSIS KERJAKompresi Nervus Optikus ec. Trauma

VI. DIAGNOSIS BANDINGGloukoma AkutAblatio Retina

VII. PEMERIKSAAN ANJURAN1. CT Scan2. MRI

VIII. TATALAKSANA

Nonmedikamentosa: Hiperbarik

IX. PROGNOSIS

Ad Vitam: Ad BonamAd Sanasionam: Dubia ad BonamAd Fungsionam : Ad Malam

BAB IIANALISA KASUS

Pasien datang ke poli Mata RSAL Mintohardjo dengan keluahan tidak bisa melihat secara tiba-tiba sejak tujuh bulan yang lalu. Pasien mengaku pernah mengalami kecelakaan sebelum visus pasien turun mendadak dan tidak dapat melihat. Pada anamnesis dapat didugakan beberapa jenis penyakit yang menyebabkan visus pasien bisa turun secara mendadak, antaranya ialah kompresi nervus optikus, gloukoma akut dan ablatio retina. Maka harus dipertanyakan apakah pasien dapat melihat seperti sinaran cahaya kerana ini merupakan salah satu simptom yang timbul pada ablation retina.Ditanyakan juga pada pasein apakah visusnya turun perlahan atau turun secara mendadak Harus juga dipertanyakan apakah pasien terasa pusing, riwayat hipertensi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan mata pasien tenang dan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi atau inflamasi. Maka penyakit-penyakit mata dengan etiologi infeksi bisa disingkirkan pada pasien ini. Pada pemeriksaan reflex cahaya lansung dan reflex cahaya tidak lansung ditemukan adanya relative afferent pupil defek. Pemeriksaan ini positif pada penyakit mata yang terdapatnya lesi pada nervus opticus. Kemudian dilakukan juga pemeriksaan palpasi untuk menyingkirkan penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan intraocular. Pada pasien ini ditePada pemeriksaan funduskopi harus daicari apakah terdapat tanda-tanda lepasnya retina, tanda-tanda hemoragik, dan tanda-tanda oklusi dan tanda tanda atrofi pupil. Pada pasien ini ditemukan diskus optikus nya pucat. Ini menandakan adanya atrofi pupil dan menjadi penyebab dari timbulnya symptom seperti RAPD dan penerunun visus pasien. Tetapi pada pemeriksaan funduskopi pasien ini tidak ditemukan kelainan seperti perdarahan atau lepasnya retina. Oleh itu dapat disimpulakn pasien mengalamai Kompresi Nervus Optikus. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mencari penyebab dari penyakit ini adalah CT Scan atau MRI untuk menyari penyebab dari terjadinya kompresi nervus optikus. Pemeriksaan Visual Evoked Respons juga bisa dilakukan untuk menilai keadaan atau prognosis dari penyakit ini.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKANERVUS OPTIKUS Anatomi dan Fisiologi Lintasan Visual1. Bagian-Bagian Lintasan VisualMata merupakan alat optik yang mempunyai sistem lensa (kornea, humor akuos, lensa dan badan kaca), diafragma (pupil dan film untuk membentuk bayangan retina). Selanjutnya dari retina rangsang akan diteruskan ke otak untuk disadari melewati lintasan visual. Lintasan visual dimulai dari sel-sel ganglioner di retina dan diakhiri pada polus posterior korteks oksipitalis.1Dengan demikian lintasan visual terdiri dari : 1.1 Sel-sel ganglioner di retinaReseptor di retina (konus dan basilus) akan dihubungkan dengan sel-sel ganglioner oleh sel bipolar. Pada retina dibedakan retina bagian nasal dan bagian temporal dengan batas vertical yang ditarik melalui macula lutea. Demikian pula pembagian retina bagian atas dan bagian bawah dengan garis yang ditarik juga melewati macula lutea. Akson sel-sel ganglioner akan berkumpul pada diskus optikus (papilla nervus optikus) dengan penataan sebagai berikut :

Berkas papilomakular akan berada di bagian temporal diskus optikusBerkas arkuata superior akan berada di polus superior diskusKampus : berkas arkuata inferior akan berada di polus inferior diskusSerabut radier yang berasal dari nasal papil akan berada di bagian nasalPada perjalanan akson selanjutnya menuju korpus genikulatum laterale serabut-serabut akson tadi akan mengalami sedikit pemutaran (terpirin) sehingga terjadi sedikit perubahan penataan pada lintasan berikutnya. 1.2 Nervus optikusNervus optikus merupakan kumpulan akson yang berasal dari sel-sel ganglioner pada seluruh retina. Satu mata mengandung kira-kira 1,25 juta akson. Nervus optikus membentang dari bagian polus posterios mata sampai khiasma optikum. Setelah bersilangan, serabut saraf berjalan melalui traktus optikus menuju badan genikulatum laterale dengan total panjang nervus optikus 35-55 mm.1,4Bagian intraokular yaitu diskus optikus atau papilla nervus optikus, merupakan bagian saraf yang berhubungan dengan mata. Bagian ini dapat terlihat melalui pemeriksaan oftalmoskopi, yaitu dengan terlihatnya optik disc. Semua serat-serat saraf retina berkumpul di bagian ini dan pembuluh darah retina masuk dan keluar melalui bagian ini. Ketiadaan photoreseptor secara total pada lokasi akan menciptakan suatu gap di jalur visual yang kita kenal dengan istilah blind spot.Bagian intraorbitaBagian intraossea atau intraanalikular yang berasa pada kanalis optikusBagian intrakranialDiskus optikus terletak 3-4 mm di sebelah nasal fovea dengan diameter kira-kira 1,5 mm. Karena diskus optikus merupakan berkas saraf, maka di tempat itu tidak ada sel-sel fotoreseptor (konus dan basilus), sehingga merupakan tempat yang tidak dapat menerima cahaya dan memberikan skotoma absolute pada pemeriksaan lapangan pandang dengan diameter 5 sampai 7. Tetapi skotoma negative ini tidak kita sadari dan hanya teridentifikasi pada pemeriksaan. Setelah melewati lamina kribrosa pada sclera, maka nervus optikus mendapatkan selubung myelin dan diselubungi pula oleh ketiga lapisan meninges, dari luar ke dalam adalah : duramater, arakhnoid, dan piamater. Dengan demikian nervus optikus intraorbita sampai bagian belakangnya mempunyai diameter yang jauh lebih besar disbanding diskus optikus. Antara nervus optikus dengan duramater terdapat celah. Duramater sendiri melapisi nervus optikus sejak saraf di dalam kanalis optikus sampai tepi belakang bola mata. Duramater juga ikut membentuk periorbita dan sebagian dari sclera.

Di dalam nervus optikus serabut saraf dari retina tadi juga mengalami penataan tertentu, yaitu : 1 Yang berasal dari makula akan berada di sentral Yang berasal dari retina bagian nasal berada di medial Yang berasal dari retina bagian temporal berada di lateral Kemudian yang berasal dari retina bagian atas (baik dari nasal maupun temporal) berada di atas, dan yang berasal dari bagian bawah retina berada di bawah. 1

Nervus optikus intra orbita tidak berjalan lurus, tetapi seperti huruf S atau sigmoid, sehingga saraf ini tidak mudahteregang pada saat bola mata bergerak. Pada kanalis optikus nervus optikus ini terfiksir dan saat keluar dari kanalis optikus akan berakhir pada khiasma optikus, yang merupakan perssatuan antara nervus optikus kanan dan kiri. 1

1.3 Khiasma optikumKhiasma artinya berbentuk huruf X, merupakan tempat bersatunya nervus optikus intrakranial kanan dan kiri. Dengan demikian jumlah serabut saraf pada khiasma optikus adalah sebesar 2,5 juta akson. Khiasma optikus kira-kira berada di atas sella tursika, tetapi kadang-kadang agak ke belakang atau agak ke depan. Pada khiasma optikus, serabut saraf yang berasal dari retina bagian temporal tidak menyilang, sedangkan yang berasal dari retina bagian nasal mengadakan persilangan. Dengan demikian khiasma optikum merupakan suatu hemidekusasio (menyilang separuh). Bagian nervus optikus yang mengadakan persilangan (yang dari nasal) cara menyilangnya adalah mengikuti penataan tertentu, sehingga di dalam khiasma juga terjadi penataan serabut saraf lebih lanjut, dan kelainan pada tempat tertentu pada khiasma akan memberikan defect lapangan pandang yang khas. Khiasma sangat berhubungan erat dengan bangunan-bangunan tertentu dalam otak, tetapi yang paling penting adalah hubungannya dengan glandula pituitaria dan sisa-sisa epitelium kantung Rathke. 11.4 Traktus optikusTraktus optikus merupakan bagian dari N II setelah meninggalkan khiasma optikum. Ada dua traktus optikus yaitu kanan dan kiri. Traktus optikus kanan terbentuk dari serabut saraf sari retina mata kanan bagian temporal dan retina mata kiri bagian nasal, demikian pula sebaliknya untuk traktus optikus kiri. Dengan demikian traktus optikus kanan untuk menghantarkan rangsang dari lapang pandag kiri dan traktus optikus kiri untuk lapang pandang kanan. Traktus optikus berjalan divergen dan melanjutkan diri ke posterior melingkupi pedunkuli serebri untuk berakhir pada korpus genikulatum laterale dan mengadakan sinapsis di sini. Kecuali sebagai serabut saraf sensoris untuk menghantarkan cahaya, nervus optikus, khiasma, dan traktus optikus juga mengandung serabut aferen untuk refleks pupil, dengan komposisi 80 % berupa serabut visual dan 20 % serabut pupilomotor aferen. 1.4 Korpus genikulatum lateraleKorpus genikulatum laterale merupakan tempat berakhirnya nervus optikus (tepatnya traktus optikus) yang menghantarkan rangsang cahaya untuk berganti neuron disini. Nervus optikus yang membawa serabut aferen pupil tidak berakhir disni, tetapi berakhir pada nukleus Edinger Westphal sebelum mencapai korpus genikulatum laterale. Pada korpus genikulatum laterale terdapat penataan retinotopik yang pasti, artinya daerah retina tertentu adalah bersesuaian dengan tempat tertentu pada korpus genikulatum laterale. Pada korpus genikulatum laterale terdapat rotasi 90, sehingga serabut dari retina bagian atas terdapat di medial, dan yang berasal dari retina bagian bawah akan terletak di lateral. 1.5Radiasio optika dan korteks oksipitalisRadiasio optika disebut pula radiasio genikulokalkarina atau traktus genikokalkarina. Badan sel serabut ini berada pada korpus genikulatum laterale dan aksonnya berasal di dalam korteks oksipitalis. Pada saat serabut keluar dari korpus genikulatum laterale, terjadi rotasi balik, sehingga serabut yang bersesuaian dengan retina bagian atas akan terdapat di bagianatas radiasio optika dan korteks kalkarina dan bersesuaian dengan retina bagian bawah akan terdapat di bagian bawah radiasio optika dan korteks kalkarina. Radiasio optika berjalan ke belakang, berkas bagian atas akan melewati lobus parietalis dan berkas bagian bawah akan melewati lobus temporalis dan melingkupi kornu inferior dan posterior ventrikulus lateralis untuk selanjutnya berakhir pada korteks visual.Korteks oksipitalis merupakan korteks proyeksi visual dan disebut pula korteks striata karena adanya garis (stria) putih yang disebut stria Gennari, dan disebut pula area 17 yang terletak di sepanjang bibir atas dan bawah fisura kalkarina. Pada area 17 ini juga terdapat penataan retinooptik artinya bagian tertentu dari retina adalah bersesuaian dengan bagian tertentu dari area 17 ini. Bagian terbesar korteks visual adalah untuk penglihatan makular dan hanya sebagian kecil untuk penglihatan perifer. Berdekatan dengan area 17 terdapat area asosiasi visual yang lebih tinggi yaitu area 18 (korteks parastriata) dan area 19 (korteks peristriata) untuk integrasi visual. Area 17 terutama terdiri dari sel-sel simpleks sedangkan area 18 dan area 19 terutama terdiri dari sel-sel kompleks dan sel-sel hiperkompleks. Dengan kerja ketiga macam sel inilah terdapat integrasi visual. Untuk intrgrasi visual dan kesadaran visual juga dibutuhkanadanya hubungan antara korteks visual kanan dan kiri lewat splenium dan korpus kalosum. 1

2 Vaskularisasi Lintasan Visual Karena gangguan vaskular sering menjadi penyebab adanya gangguan lintasan visual, maka vaskularisasi visual penting untuk diketahui. Sebagian besar lintasan visual mempunyai lebih dari satu sumber vaskularisasi dan secara ringkas adalah sebagai berikut : Sel-sel ganglion pada retina divaskularisasi oleh arteria sentralis retina Diskus optikus mendapat vaskularisasi dari cabang arteria sentralis retina dan arteria siliaris posterior Nervus optikus daerah orbita mendaat vaskularisasi dari arteria oftalmika dengan anastomosis vena meninges Nervus optikus intrakanalikuler mendapat vaskularisasi dari cabang-cabang pia dari arteria karotis interna Nervus optikus intrakranial divaskularisasi oleh vasa-vasa kecil dari arteria karotis interna, arteria serebri media, dan arteria komunikans anterior Khiasma optikumterutama divaskularisasi oleh vasa-vasa dari arteria karotis interna dan arteria komunikas anterior Traktus optikus divaskularisasi dari aa. Choroidales anteriores Radiasio optika dan korteks oksipitalis divaskularisasi oleh arteria serebri media dan posterior

KOMPRESI NERVUS OPTIKUS

DefinisiKompresi Nervus Optikus ialah kondisi dimana terdapatnya sesuatu yang menjepit nervus optikus. Kompresi Nervus Optikus boleh disebabkan oleh bermacam penyebab termasuk infeksi, pembengkakan, tauma dan massa contohnya kanker. Harus dipertimbangkan kemungkinan adanya kompresi nervus optikus pada pasien dengan tanda-tanda neuropati optic atau kehilangan penglihatannya tidak dapat dijelaskan dengan adanya lesi intra ocular.

Gejala Pasien dengan compressive optic neuropathy (CON) seringnya dating dengan keluhan penurunan visus yang perlahan atau penurunan visus yang kronik. Kasus bilateral jarang terjadi kecuali pada kondisi yang sistemik. (eg: Orbitopati Graves). Hilangnya penglihatan,dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan (tergantung pada penyebab atropi papil) dan bersifat parsial atau total (tergantung derajat atropi papil). Bisa juga visus pasien menurun secara mendadak akibat perdarahan dan penekanan yang terjadi pada nervus optiks. Komplain visual bisa tidak spesifik. Pasein bisa mengeluh pandangan kabur, kesulitan untuk membaca atau pandangan menjadi gelap. Bisa juga pasien mengeluh mengalami kehilangan penglihatan peripheral atau tunnel vision. Durasi dari kehilangan penglihatan bisa sulit dikenal pasti; atrofi optic bisa timbul 6 minggu sebelum timbulnya gejala pada mata pasien. CON bisa ditemukan secara tiba-tiba pada pemeriksaan mata rutin atau pada pasien yang mengalami penurunan visus yang tidak diketahui penyebabnya. Pasien bisa mengeluh warna terlihat kurang jelas.. Pasien atau keluarga pasien bisa memerhatikan perubahan pada mata pasien jika ada timbulnya ptosis atau eksoftalmos..

Pemeriksaan Fisik1. Kelainan pada pemeriksaan refleks pupil Reaksi pupil terhadap cahaya dapat menghilang atau berkurang jika terdapat lesi yang mengenai jaras penglihatan pada lintasan saraf yang berperan pada refleks pupil atau refleks cahaya tersebut Relative efferent pupillary defect Bila terdapat suatu lesi di nervus opticus, refleks pupil terhadap cahaya (baik refleks langsung di mata yang dirangsang dan refleks konsensual di mata sebelahnya) kurang kuat saat mata yang sakit dirangsang dibandingkan dengan saat mata yang normal dirangsang. Fenomena ini disebut defek pupil afferent relative (Relative Afferent Pupillary Defect) atau sering dikenal dengan nama Marcus-Gunn Pupil. Fenomena ini juga akan positif bila terdapat suatu lesi besar di retina atau lesi berat di makula. Pada lesi di brachium colliculus superioris, dapat terjadi defek pupil aferen relative dengan fungsi pengelihatan yang normal. Penyebab Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD) dapat terjadi karena berbagai penyebab, namun tidak ada yang menyebabkan hilangnya persepsi pengelihatan secara total : 1) Central Retinal Artery occlusion (CRAO) 2) Central Retinal Vein occlusion (CRVO) 3) Optic Atrophy 4) Marked retinal detachment 5) Anterior Ischemic Optic Neuropathy (AION) 6) Branch Retinal Vein Occlusion (BRVO) 7) Asymmetric Primary Open Angle Glaucoma (POAG) 8) Optic Neuritis Diagnosis RAPD adalah dengan Swinging Flashlight Test. Pada saat tes, pasien diharuskan memfiksasi pengelihatan pada satu target untuk menghindari akomodasi. Cahaya yang diberikan harus langsung sesuai pada axis mata untuk mengiluminasi pupil yang satu dengan yang lainnya. Tes ayun cahaya didiamkan selama 3 5 detik tiap mata dan harus dilakukan bergantian.

2. Kelainan pada pemeriksaan lapang pandang Jika terdapat lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik, akan menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang atau medan penglihatan. Lesi pada nervus optikus akan mengakibatkan kebutaan atau anopsia pada mata yang disarafinya. Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri centralis retina yang mendarahi retina tanpa kolateral, ataupun arteri karotis interna yang akan bercabang menjadi arteri oftalmika yang kemudian menjadi arteri centralis retina. Kebutaan tersebut terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugax . Lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan temporal yang disebut hemianopsia bitemporal, sedangkan lesi pada kedua bagian lateralnya akan menimbulkan hemianopsia binasal. Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan hemianopsia homonim kontralateral. Lesi pada radiasio optika bagian medial akan menyebabkan quadroanopsia inferior homonim kontralateral, sedangkan lesi pada serabut lateralnya akan menyebabkan quadroanopsia superior homonim kontralateral.

2. Kelainan pada pemeriksaan funduskopi

Dalam bidang neurologi, kelainan papil nervus optikus yang perlu diperhatikan adalah papil yang mengalami atrofi dan sembab atau papiledema. Pada papil yang mengalami atrofi, warna papil menjadi pucat, batasnya tegas dan pembuluh darah berkurang. Pada atrofi sekunder warna papil juga pucat tetapi batasnya tidak tegas. Lamina cribrosa terlihat pada atrofi primer. Atrofi primer dijumpai pada kasus lesi nervus optikus atau kiasma optikum (misalnya pada tumor hipofise atau arachnoiditis opto-kiasmatis). Atrofi sekunder merupakan akibat lanjut dari papiledema, misalnya pada pasien yang menderita tekanan tinggi intrakranial yang lama. Papiledema dapat disebabkan oleh radang aktif ataupun bendungan. Bila oleh radang aktif hal ini disebut papilitis atau neuritis optik yang biasanya disertai perburukan visus yang hebat. Bila di bagian distal N.II yang mengalami inflamasi, sedangkan papilnya normal, hal ini disebut neuritis retrobulbar.

PenatalaksanaanPenatalaksanaan tergantung dari penyebab yang mengakibatkan terjadinya kompresi nervus optic. Kortikosetroid berguna untuk neuropati optic yang disebabkan oleh inflamasi dan membantu mengurangkan pembekakan Terapi radiasi sering diperlukan untuk malignansi dan bisa membantu pada meningioma intracanalikular atau meningioma intraorbital.

Dekompresi Nervus Optik Indikasi dekompresi nervus optik. :1. Neuropati optik pasca traumaKerusakan nervus optik dapat secara langsung atau tidak langsung setelah trauma kranio-orbital. Penurunan ketajaman penglihatan dan menurunnya lapangan pandang serta penurunan fungsi pupil pada cedera nervus optik. Kerusakan nervus optik dapat secara langsung atau tidak langsung dapat berupa transeksi serabut saraf, terputusnya pembuluh darah, atau sekunder karena hematoma atau edema yang memerlukan penangan medis atau terapi bedahPenangan cedera nervus optik tetap masih kontroversi, penentuan derajat beratnya cedera sangat sulit. Jika terdapat fraktur sfenoid, perdarahan retro-orbital,dekompresi orbital perlu penangan pembedahan dalam waktu kurang 1 jam. Pemberian steroid dosis tinggi sebagai terapi pertama pada neuropati optik pasca trauma. Metilpredisolon 30 mg/kgBB pemberian bolus secara intravena, kemudian diikuti dengan 5,4 mg/kgBB melalui infus dalm 23 jam. Thomas Shooper). Metilpredisolon 30 mg/kgBB pemberian bolus secara intravena, kemudian 5,5 mg/kgBB dalam waktu 36-48 jam.Selain akibat trauma, dekompresi nervus optik non trauma seperti mukosel, neuropati optik iskemia akibat penekanan terhadap pembuluh darah, meningioma nervus optik, dysplasia fibrosa. Pada penyakit graves terjadi sekitar 8,6 % dapat menyebabkan penekanan pada nervus optik yang dikenal sebagai neuopati optik endokrin.

Kontraindikasi Kontraindikasi dekompresi endoskopik orbital dan nervus optik sama dengan kontraindikasi bedah sinus endoskopik fungsional pada umumnya :(4)1. Osteitis atau osteomielitis tulang frontal yang disertai pembentukan sekuester.2. Pasca operasi radikal dengan sinus yang mengecil3. Penderita yang disertai hipertensi maligna, diabetes mellitus, kelainan hemostatisyang tidak terkontrol oleh dokter yang sesuai.