geriatri fraktur kompresi

35
SEORANG WANITA USIA 68 TAHUN DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG KELOMPOK 13 CAROLINA ARIESTA ROMAULI 030.07.047 DEFRI RAHMAN 030.07.061 ALTAMA 030.08.019 AMANDA PRAHASTIANTI 030.08.020 DIAN ROSA ARI ZONA 030.08.081 DIAZ RAHMADI 030.08.082 M SYARIF HIDAYATULLAH 030.08.148 MARIA ASTIKA DEWI 030.08.153 SHANE TUTY CORNISH 030.08.223 SHANTI HANDAYANI 030.08.224 MOHD FIRDAUS BIN MOHD ISA 030.08.278 MUHAMMAD AZMUDDIN 030.08.282 1

Upload: mnda

Post on 09-Aug-2015

221 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Fraktur Kompresi

TRANSCRIPT

Page 1: GERIATRI Fraktur Kompresi

SEORANG WANITA USIA 68 TAHUN DENGAN KELUHAN

NYERI PINGGANG

KELOMPOK 13

CAROLINA ARIESTA ROMAULI 030.07.047

DEFRI RAHMAN 030.07.061

ALTAMA 030.08.019

AMANDA PRAHASTIANTI 030.08.020

DIAN ROSA ARI ZONA 030.08.081

DIAZ RAHMADI 030.08.082

M SYARIF HIDAYATULLAH 030.08.148

MARIA ASTIKA DEWI 030.08.153

SHANE TUTY CORNISH 030.08.223

SHANTI HANDAYANI 030.08.224

MOHD FIRDAUS BIN MOHD ISA 030.08.278

MUHAMMAD AZMUDDIN 030.08.282

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Jakarta, 10 Desember 2010

1

Page 2: GERIATRI Fraktur Kompresi

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur kompresi vertebra sering terjadi akibat jatuh pada lansia, diderita oleh 200.000

lebih lansia di AS pertahun, sebagian besar wanita. Di estimasikan 1% lansia yang jatuh akan

mengalami fraktur vertebra, 5% akan mengalami fraktur tulang lain seperti colum femoris,

iga, humerus, pelvis dan lain-lain, 5% akan mengalami perlukaan jaringan lunak. Perlukaan

jaringan lunak yang serius seperti subdural hematom, hemarthroses, memar dan keseleo otot

juga sering merupakan komplikasi akibat jatuh (Kane et al, 1994).

Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di dalamnya,

baik faktor intrinsik dalam diri lansia tersebut seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot

ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizzines, serta faktor ekstrinsik seperti lantai

yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya kurang

terang, dan sebagainya.

BAB II

LAPORAN KASUS

2

Page 3: GERIATRI Fraktur Kompresi

STATUS PASIEN

Anamnesis:

Identitas :

Nama : Ny.Rumiyati

Umur : 68 tahun

Alamat : Jl. Kapuk Muara no 4, Jakarta Selatan

Pendidikan : SMA

Status : menikah

Suku : Jawa

Keluhan utama :

Nyeri pinggang sejak dua hari yang lalu

Riwayat penyakit sekarang :

- Dua hari yang lalu, sehabis mandi, ketika membuka pintu untuk keluar dari kamar

mandi, pasien kehilangan keseimbangan dan jatuh.

- Pasien jatuh pada posisi terduduk

- Saat jatuh, pasien sadar dan merasak an nyeri bokong dan pinggang.

- Setelah jatuh pasien tidak mampu bangkit sendiri.

- Pasien merasakan nyeri pada pinggang bila menggerakkan badannya yaitu saat

perubahan posisi dari berbaring keduduk, perubahan posisi dari duduk ke berdiri dan

saat berdiri dan jalan.

- Tidak ada penjalaran nyeri ke kaki.

3

Page 4: GERIATRI Fraktur Kompresi

- Nyeri terutama di pinggang, kadang kadang terasa sampai ke bokong dan paha

belakang.

- Pasien lebih banyak berdiri di tempat tidur.

Riwayat penyakit dahulu :

- Pasien menderita kencing manis sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu.

- Berobat ke dokter dekat rumah dan mendapat obat:

metformin 3x 500 mg , glibenklamid 1x1/2 (obat untuk diabetes), kaptopril 3x12,5

mg(obat untuk hipertensi), neurobion 1x1.

- Riwayat operasi katarak 6 tahun lalu

- Sejak lima tahun terakhir pasien mengeluh kedua kakinya terasa kesemutan dan tebal

Riwayat penyakit keluarga :

- Kakak laki- laki pasien menderita kencing manis dan stroke 5 tahun lalu

Riwayat psikososial :

- Memiliki seorang suami dan 3 orang anak.

- Pasien tinggal di rumah bersama suami dan anak bungsunya

- Anak dan mantunya bekerja

- Dirumah pasien dan suaminya dibantu oleh dua orang pembantu.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum :

Raut wajah nampak menahan sakit, postur tubuh memungkuk. Perubahan posisi dari

duduuk ke berdiri sulit dilakukan karena nyeri pinggang

4

Page 5: GERIATRI Fraktur Kompresi

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital:

- Suhu :36.7° C

- TD : 140/90 mmHg Hipertensi Grade I

- N : 90 x /m

- RR : 20x/m

Antropometri

TB : 148 cm

BB : 64 kg

BMI = 29.2 (Overweight)

Konjungtiva : tidak anemis, slera tidak ikterik, visus baik

Jantung : BJ I dan II murni, murmur (-), gallop (-)

Paru : sonor, vesicular, ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen : hati dan limpa tidak teraba, bising usus normal

Punggung :

kifosis (+)

nyeri tekan pada daerah lumbal 4 dan 5 tanda fraktur

otot – otot pinggang spasme fraktur, imobilisasi

nyeri gerak (+) fraktur

Ekstremitas :

gerak ekstremitas atas dan bawah dapat digerakan

krepitasi +/+ degeneratif

lutut genu varus +/+

kulit kering dehidrasi

sensibilitas kaki berkurang

5

Page 6: GERIATRI Fraktur Kompresi

kekuatan otot dorsofleksi 4 plantarfleksi 5 degeneratif

refleks fisiologis ankle berkurang pada sisi kanan dan kiri degeneratif

BAK : normal

BAB : normal

Pemeriksaan Lab :

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi hasil

Hb 11,8 mg/dl 12-16 mg/dl Sedikit menurun

Hematokrit 35,5 % 37-43% Menurun

Leukosit 8800/uL 5 ribu – 10ribu/uL Normal

Trombosit 286.000/uL 150 ribu – 450ribu u/L Normal

LED 18 mm/jam 0 – 15 mm/jam Meningkat

SGOT 42 U/L 5 ribu – 10ribu/uL Menurun

SGPT 46 U/L 150 ribu – 450ribu u/L Sedikit menurun

Ureum 32 mg/dL 10 – 50 mg/dL Normal

Kreatinin 1.2 mg/dL 0.6 – 1.3 mg/dL Normal

Asam urat 5.7 mg/dL 3.5 – 8.5 mg/dL Normal

Kolestrol total 208 mg/dL < 200 mg/dL Sedikit meningkat

LDL 132 mg/dL < 130 mg/dL Sedikit meningkat

HDL 36 mg/dL >65 mg / dL Menurun

Trigliserida 198 mg/dL <190 mg/dL (u >50 th) Meningkat

6

Page 7: GERIATRI Fraktur Kompresi

Gula darah sewaktu 167 mg/dL < 120 mg /dL Meningkat

Natrium 136 meq/l 135 – 145 meq/l Normal

Kalium 3.7 meq/l 3.5 – 5 meq/l Normal

Urinalisis :

Pemeriksaan Hasil Interpretasi hasil

BJ 1.035Meningkat (n =1,003-

1,030)

pH 7.5 Normal

Nitrit - Normal

Albumin +1 Normal

Glukosa - Normal

Keton - Normal

Bilirubin - Normal

Darah - Normal

Sedimen Urin :

Pemeriksaan Hasil Interpretasi hasil

Eritrosit 1/LBP Normal

7

Page 8: GERIATRI Fraktur Kompresi

Leukosit 4/LBP Normal

Silinder - Normal

Epitel 0-2/LBP Normal

Bakteri + normal

Kristal - Normal

Warna Kuning Normal

Kejernihan Jernih Normal

Pemeriksaan Penunjang :

X-Ray tulang belakang :

- tulang osteoporotik

- Fraktur kompresi pada os vertebra lumbal 5

Diagnosis

Fraktur kompresi os vertebra L5 et causa trauma

Tatalaksana :

Medikamentosa :

- Analgetik parasetamol

- AINS ibuprofen

8

Page 9: GERIATRI Fraktur Kompresi

- Obat-obatan sebelumnya untuk mengatasi DM, hipertensi, dan parestesi yaitu

metformin, glibenklamid, kaptopril, dan neurobion dilanjutkan pemakaiannya

dengan monitoring lebih lanjut.

Non medikamentosa :

- Tirah baring

- Imobilisasi

- Lumbal protection

- Edukasi

Fisioterapi untuk penguatan otot dan sendi

Prognosis:

Ad vitam : ad bonam

Ad functionam : dubia ad malam

Ad sanationam : dubia ad malam

BAB III

9

Page 10: GERIATRI Fraktur Kompresi

PEMBAHASAN

Anamnesis Tambahan

- Kapan haid pertama( menarche)?

- Kapan menoupause?

- Apakah ada riwayat keluarga dengan osteoporosis?

- Apakah ada pasien perokok berat / peminum alkohol?

- Apakah pasien dalam kesahariannya aktif bergerak/ tidak?

- Bagaimana dengan asupan kalsium?

- Apakah pernah mengkonsumsi obat- obat hormonal?

Daftar Masalah dan Hipotesis

Masalah Dasar Pemikiran Hipotesis

Jatuh Anamnesis penyakit yang diderita pasien

(DM, parestesi) kekuatan

otot berkurang hilang

keseimbangan

DM Anamnesis

GDS : 167 mg/dL

Riwayat keluarga

Hipertensi TD 140/90

10

Page 11: GERIATRI Fraktur Kompresi

Overweight BMI : 29,2

Osteoporosis X Ray : lesi porotik

Perjalanan Penyakit

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

Immobilisasi

DEFINISI

Imobilisasi adalah ketidak mampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit

atau impairment (gangguan pada alat/ organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental.

11

Hipertensi DM Osteoporosis

Parestesi Tulang rapuh

Riw. keluargaDiet? Lifestyle? Menopause

Hilang keseimbangan

Jatuh Fraktur Imobilisasi

Page 12: GERIATRI Fraktur Kompresi

Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan tubuhnya sendiri.

Imobilisasi dikatakan sebagai faktor resiko utama pada munculnya luka dekubitus baik di

rumah sakit maupun di komunitas. Kondisi ini dapat meningkatkan waktu penekanan pada

jaringan kulit, menurunkan sirkulasi dan selanjutnya mengakibatkan luka dekubitus.

Imobilisasi disamping mempengaruhi kulit secara langsung, juga mempengaruhi beberapa

organ tubuh. Misalnya pada system kardiovaskuler,gangguan sirkulasi darah perifer, system

respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk mengambil oksigen dari udara (ekspansi paru)

dan berakibat pada menurunnya asupan oksigen ke tubuh. (Lindgren et al. 2004)

PENYEBAB

Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya imobilisasi, sebagai contoh:

Gangguan sendi dan tulang:

Penyakit rematik seperti pengapuran tulang atau patah tulang tentu akan menghambat

pergerakan (mobilisasi)

Penyakit saraf:

Adanya stroke, penyakit Parkinson, dan gangguan sarap

Penyakit jantung atau pernafasan

Gangguan penglihatan

Masa penyembuhan

AKIBAT IMOBILISASI

Imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sebagai berikut:

Infeksi saluran kemih

Sembelit

Infeksi paru

12

Page 13: GERIATRI Fraktur Kompresi

Gangguan aliran darah

Luka tekansendi kaku

- Menimbulkan penurunan kapsitas fungsional pada beberapa sistem tubuh

Immobility (imobilisasi), adalah keadaan tidak bergerak/ tirah baring (bed rest)

selama 3 hari atau lebih. Kondisi ini sering dijumpai pada lansia akibat penyakit yang

dideritanya seperti infeksi yang berat, kanker, selain akibat penyakit yang diderita,

imobilisasi juga sering ditemukan pada lansia yang “dikekang” untuk melakukan

segalanya sendiri oleh keluarga yang merawatnya, sehingga ia hanya tidur dan duduk,

atau juga ditemukan pada lansia yang “manja”. Banyak gangguan yang dapat

ditimbulkan akibat imobilisasi seperti ulkus dekubitus (koreng pada punggung karena

luka tekan dan sulit disembuhkan) dan ulkus-ulkus di permukaan tubuh lainnya,

trombosis vena (bekuan darah pada pembuluh darah balik) yang dapat menyumbat

aliran darah (emboli) pada paru-paru yang berujung pada kematian mendadak.

2. Instability (instabilitas) dan jatuh, dapat terjadi akibat penyakit muskuloskeletal

(otot dan rangka) seperti osteoartritis, rematik, gout, dsb., juga dapat disebabkan oleh

penyakit pada sistem syaraf seperti Parkinson, sequellae (penyakit yang mengikuti)

stroke. Akibat dari instabilitas dan jatuh ini dapat berupa cedera kepala dan

perdarahan intrakranial (di dalam kepala), patah tulang, yang dapat berujung pada

kondisi imobilisasi.

3. Incontinence (inkontinensia) urine dan alvi. Inkontinensia adalah kondisi dimana

seseorang tidak dapat mengeluarkan “limbah” (urin dan feses) secara terkendali atau

sering disebut ngompol. Inkontinensia dapat terjadi karena melemahnya otot-otot dan

katup, gangguan persyarafan, kontraksi abnormal pada kandung kemih, pengosongan

kandung kemih yang tidak sempurna seperti yang terjadi pada hipertrofi (pembesaran)

prostat, sedangkan pada inkontinensia alvi dapat terjadi akibat konstipasi, penyakit

13

Page 14: GERIATRI Fraktur Kompresi

pada usus besar, gangguan syaraf yang mengatur proses buang air, hilangnya refleks

anal.

4. Irritable bowel (usus besar yang sensitif -mudah terangsang-) sehingga

menyebabkan diare atau konstipasi/ impaksi (sembelit). Penyebabnya tidak jelas,

tetapi pada beberapa kasus ditemukan gangguan pada otot polos usus besar, penyeab

lain yang mungkin adalah gangguan syaraf sensorik usus, gangguan sistem syaraf

pusat, gangguan psikologis, stres, fermentasi gas yang dapat merangsang syaraf,

kolitis.

5. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh), banyak hal yang

mempengaruhi penurunan sistem kekebalan tubuh pada usia lanjut seperti atrofi

thymus (kelenjar yang memproduksi sel-sel limfosit T) meskipun tidak begitu

bermakna (tampak bermakna pada limfosit T CD8) karena limfosit T tetap terbentuk

di jaringan limfoid lainnya. Begitu juga dengan barrier infeksi pertama pada tubuh

seperti kulit dan mukosa yang menipis, refleks batuk dan bersin -yang berfungsi

mengeluarkan zat asing yang masuk ke saluran nafas- yang melemah. Hal yang sama

terjadi pada respon imun terhadap antigen, penurunan jumlah antibodi. Segala

mekanisme tersebut berakibat terhadap rentannya seseorang terhadap agen-agen

penyebab infeksi, sehingga penyakit infeksi menempati porsi besar pada pasien lansia.

6. Infection (infeksi), salah satu manifestasi akibat penurunan sistem kekebalan tubuh

dan karena kemampuan faali (fisiologis) yang berkurang. Sebagai contoh, agen

penyebab infeksi saluran pernafasan dapat dikeluarkan bersama dahak melalui refleks

batuk, tetapi karena menurunnya kemampuan tubuh, agen tersebut tetap berada di

paru-paru. Selain itu, pada pasien usia lanjut, gejala-gejala infeksi yang tampak tidak

seperti pada orang dewasa-muda. Pada pasien lansia, demam sering tidak mencolok,

14

Page 15: GERIATRI Fraktur Kompresi

bahkan dalam keadaan sepsis beberapa menunjukkan penurunan temperatur -

hipotermia - bukan demam. Contoh lain pada pneumonia, gejala yang tampak bukan

demam, batuk, sesak nafas, dan leukositosis (jumlah sel darah putih meningikat)

melainkan nafsu makan turun, lemah, dan penurunan kesadaran, gejala inilah yang

umumnya tampak pada penyakit infeksi pada lansia, ditambah dengan inkontinensia

dan jatuh (akibat penurunan kesadaran). Sehingga terkadang pasien dengan infeksi

yang datang ke instalasi gawat darurat karena penurunan kesadaran atau jatuh disalah-

artikan sebagai serangan stroke.

7. Iatrogenics (iatrogenesis), karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu

multipatologik, seringkali menyebabkan pasien tersebut perlu mengkonsumsi obat

yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan

efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa. Pemberian obat

pada lansia haruslah sangat hati-hati dan rasional karena obat akan dimetabolisme di

hati sedangkan pada lansia terjadi penurunan fungsi faal hati sehingga terkadang

terjadi ikterus (kuning) akibat obat. Selain penurunan faal hati juga terjadi penurunan

faal ginjal (jumlah glomerulus berkurang), dimana sebagaian besar obat dikeluarkan

melalui ginjal sehingga pada lansia sisa metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan

dengan baik dan dapat berefek toksik.

8. Intellectual impairment (Intelektual menurun) dan demensia, banyak hal yang

terkait dengan terjadinya penurunan fungsi intelektual dan kognitif pada usia lanjut.

Mulai dari menurunnya jumlah sel-sel syaraf (neuron) hingga penyakit yang

berpengaruh pada metabolisme seperti diabetes melitus dan gangguan hati dimana

semua metabolisme terjadi disini. Otak adalah organ yang sangat tergantung pada

glukosa sebagai sumber energi sehingga pada diabetes melitus -terjadi gangguan

metabolisme glukosa- pasokan energi untuk otak terganggu. Selain diabetes,

15

Page 16: GERIATRI Fraktur Kompresi

hipertensi juga mempengaruhi fungsi otak karena sirkulasi darah ke otak terganggu,

gangguan respirasi seperti Chronic Obstructive Pulmonary Disease/ Penyakit Paru

Obstruktif Menahun (COPD/PPOM) juga dapat menurunkan jumlah oksigen ke otak.

Penyebab lain penurunan fungsi intelektual adalah iatrogenesis.

9. Isolation (terisolasi) dan depresi, penyebab utama depresi pada usia lanjut adalah

kehilangan seseorang yan disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang

peliharaan. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,

menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai

mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup

sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat

depresi yang berkepajangan.

10. Impairment of vision and hearing (gangguan peglihatan dan pendengaran),

gangguan penglihatan disebabkan oleh mengendornya otot dan kuit kelopak mata,

perubahan sistem lakrimal (air mata), proses penuaan pada kornea (organ yang

menerima rangsang cahaya), penurunan produksi aqueous humor, perubahan refraksi,

perubahan struktur dalam bola mata, katarak, dan glaukoma. Sedangkan gangguan

fungsi pendengaran dapat terjadi karena, penurunan fungsi syaraf-syaraf pendengaran,

perubahan organ-organ di dalam telinga. Penurunan fungsi kedua panca indera ini

mengakibatkan sulitnya komunikasi bagi lansia, sehingga akibat lainnya adalah

penderita terisolasi atau mengisolasi diri.

11. Inanition (malnutrisi), diakibatkan oleh pengaruh perubahan faal organ-organ

pencernaan seperti air liur, atrofi kuncup kecap, penurunan syaraf-syaraf penciuman

dan pusat haus, gangguan menelan karena otot yang melemah, Gastro-Esophageal

Reflux Disease (GERD), sekresi HCl yang meningkat, penurunan aktivitas enzim,

dsb. Banyak penyakit yang dapat timbul akibat kurangnya asupan gizi atau lebihnya

16

Page 17: GERIATRI Fraktur Kompresi

asupan gizi, selain itu lansia juga perlu menjaga pola makan sehat dengan mengurangi

makanan-makanan yang dapat memperburuk keadaan lansia tersebut. Banyaklah

mengkonsumsi sayur, buah dan air, serta mineral-mineral seperti besi, yodium dan

kurangi konsumsi minyak, lemak dan kolesterol.

12. Insomnia, dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan

seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan

insomnia seperti diabetes melitus dan hiperaktivitas kelenjar thyroid, gangguan

neurotransmitter di otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah

berubah juga dapat menjadi penyebabnya.

13. Impecunity (kemiskinan), usia lansia dimana seseorang menjadi kurang produktif

(bukan tidak produktif) akibat penurunan kemampuan fisik untuk beraktivitas. Usia

pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari tunjangan hari

tuanya. Pada dasarnya seorang lansia masih dapat bekerja, hanya saja intensitas dan

beban kerjanya yang harus dikurangi sesuai dengan kemampuannya, terbukti bahwa

seseorang yang tetap menggunakan otaknya hingga usia lanjut dengan bekerja,

membaca, dsb., tidak mudah menjadi “pikun” . Selain masalah finansial, pensiun juga

berarti kehilangan teman sejawat, berarti interaksi sosialpun berkurang memudahakan

seorang lansia mengalami depresi.

Osteoporosis

Definisi :

adalah penyakit tulang dimana terjadi penurunan kekuatan tulang sedemikian hingga

meningkatkan resiko patah tulang. Kekuatan tulang terdiri dari densitas tulang (kwantitatif)

dan kwalitas tulang.

17

Page 18: GERIATRI Fraktur Kompresi

Komposisi tulang terdiri dari matriks tulang 90% kolagen Tipe 1, 10% protein, Mineral

tulang (hydroxyapatite, kalsium dan posfat) dansel-sel tulang

(osteoklas,oseoblas,osteocyt.lining sel).

Tulang tumbuh sebagai akibat dari modeling :perubahan bentuk dan ukuran tulang selama

masa pertumbuhan (anak-anak). Tulang dewasa sehat setiap kali diperbaharui melalui proses

remodelling yakni penggantian tulang lama dengan tulang baru.

Siklus remodeling ialah aktifasi, resorpsi dan formasi. Proses ini dikerjakan oleh sel osteoklas

(berasal dari sumsum tulang) yang menghancurkan tulang tua (resorpsi) sedangkan osteoblas

(berasal dari sel mesenchym) menghasilkan bone matriks baru yang kemudian mengalami

mineralisasi (formasi). Kehilangan masa tulang terjadi apabila resorpsi lebih besar dari

formasi.

Puncak massa tulang adalah densitas tulang yang maksimal sepanjang hidup kita, hal ini

tercapai bila masa pertumbuhan tulang berhenti/stabil baik dalam bentuk ukuran maupun

jumlah mineral yang dikandungnya (konsolidasi).

Faktor-faktor yang menentukan puncak massa tulang adalah herediter (70-80%), sex dan ras,

gaya hidup (20-30%).

Densitas tulang meningkat luar biasa selama masa pubertas, puncaknya dicapai pada usia di

atas 10 hingga permulaan 20 tahun, kemudian mendatar , setelah usia 30 th terjadi kehilangan

massa tulang dengan kecepatan 0.5%-1% pertahun, kemudian masuk masa menopause turun

1%-2% pertahun berlangsung hingga 5-10 tahun.

Densitas tulang terus menurun karena usia hingga mencapai level seperti sebelum masa

pubertas. Umumnya massa tulang pria lebih tinggi daripada wanita dan ras hitam lebih tinggi

dari kulit putih

18

Page 19: GERIATRI Fraktur Kompresi

80% rangka manusia terdiri dari tulang kortikal namun luasnya hanya 20 %. Sekitar 3 %

tulang kortikal diperbaharui tiap tahunnya.Sisanya 20% terdiri tulang kanselaus namum

memiliki luas 80%, dan terjadi perbaharuan 25% setiap tahun. Berkurangnya tulang

kanselaus(Cancellous bone loss) cepat terjadi pada masa menopause, mengakibatkan resiko

patah tulang pergelangan tangan, kemudian proses ini berlanjut mengakibatkan resiko patah

tulang vertebra.

Pengurangan tulang kortikal berjalan lebih lambat, Meningkatnya resiko patah tulang

panggul sebagai akibat pengurangan kedua jenis tulang . Osteoporosis dapat terjadi akibat

puncak massa tulang yang rendah dan kehilangan tulang atau keduanya Wanita memiliki

puncak massa tulang lebih rendah dari pria, ras kulit putih lebih rendah puncak massa

tulangnya dibandingkan kulit hitam.

kehilangan massa tulang terjadi pada usia lanjut karena resorpsi lebih besar dari formasi, jika

terjadi pengurangan tulang(bone loss) terjadi pula penurunan kwantitas dan kwalitas tulang.

Tidak ada gejala klinis yang timbul akibat rendahnya densitas dan bone loss. Osteoporosis

dapat ditegakkan berdasarkan pada adanya riwayat trauma minimal atau fragility

fracture( fraktur akibat jatuh pada sikap berdiri atau keadaan dimana dalam keadaan normal

tidak akan terjadi

Penyebab osteoporosis

Primer, disebabkan karena defisiensi estrogen (tipe1), atau usia lanjut(tipe2)

Sekunder, karena berbagai penyakit, kondisi atau konsumsi obat2an tertentu

idiopathic (tidak diketahui)

19

Page 20: GERIATRI Fraktur Kompresi

Gejala Klinis Osteoporosis

Osteoporosis dapat terjadi tanpa gejala (silent disease) , kita tidak mengetahui sampai

terjadinya patah tulang.Patah tulang yang sering adalah vertebra, hip, wrist, dan tulang lain.

Patah tulang vertebra bisa bentuk wedge, biconcave atau crush. Keluhan bisa nyeri pinggang

tiba-tiba atau nyeri pinggang kronik. Kebanyakan terjadi secara spontan atau kegiatan sehari

–hari(mengangkat benda ,mendorong, menarik,dll).

Nyeri pinggang adalah keluhan yang paling banyak datang ke dokter dan kadang dirujuk ke

rumah sakit untuk di rawat.Umumnya nyeri pinggang datang pada serangan pertama , 10%

pasien mengeluh nyeri pinggang lebih 6 minggu, 5% mengeluh nyeri pinggang lebih dari 3

bulan.Hubungan antara osteoporosis fraktur dan nyeri pinggang masih dalam perdebatan.

Kesimpulan bahwa patah tulang vertebra akibat osteoporosis bukan merupakan penyebab

utama terjadinya nyeri pinggang. Gejala lain adalah tinggi badan berkurang, kyphosis, perut

membuncit, fungsi paru menurun,kwalitas hidup menurun,kehilangan percaya diri,

ketergantungan obat anti nyeri, depresi, tidak dapat hidup mandiri dan angka kematian

meningkat.

Diagnosis Fraktur Vertebra

Ditegakkan dengan pemeriksaan xray foto lateral view, lalu di ukur tinggi corpus vertebra

bagian depan dan belakang dan dibandingkan rationya, dikatakan fraktur bila terjadi

pengurangan tinggi lebih sama dengan 20 %, atau lebih atau sama dengan 4 mm atau rasio

lebih kecil sama dengan 0.8.

Kadang sebagian fraktur vertebra sulit tervisualisasi dengan foto xray, karena anatomi tulang

yang komplek seperti pada stress fraktur tulang sakral, depresi bagian tengah endplate. Untuk

itu dibutuhkan pemeriksaan lain (bone scanning, MRI). Tidak ada klassifikasi khusus untuk

20

Page 21: GERIATRI Fraktur Kompresi

fraktur vertebra akibat osteoporosis Ada 3 jenis fraktur vertebra ; kompressi, biconcave,

crush.

Pasien dengan patah tulang vertebra pertama kali beresiko 6,1 kali terjadi patah kembali.

Pasien dengan patah tulang vertebra lebih dari satu level resiko terjadi patah kembali selama

1 tahun 24,1 % -44%. Pada laporan C Roux dkk, (C Roux et al.Ann Rheum Dis 2007;66:81-

85) dilakukan pemeriksaan pada wanita post menopause yang didiagnosis osteoporosis

(klasifikasi WHO) dengan keluhan back pain oleh rheumatologis di dapat hasil 410 pasien

yang diperiksa, 215(52,4 %) didiagnosis minimal satu fraktur vertebra. 38,1% patah 1

vertebra, 27% patah 2 vertebra dan 14% patah 3 vertebra.

Lokasi patahnya yang satu vertebra paling sering L1 dan L2 sebanyak 18(22%) dan 12 pasien

(14%) pada level Th12. Dibandingkan dengan kelompok yang tidak fraktur, kelompok yang

fraktur vertebra didapatkan 3.1 tahun lebih tua, 1,9 cm lebih pendek dengan rata-rata

berkurang tinggi badan 6,1 cm lebih besar dari pasien tanpa fraktur 3,8 cm.

Hasil lain didapat pada fraktur vertebra nyeri pinggang lebih sering dengan durasi lebih

pendek lebih sering terjadi tiba-tiba dan nyeri menetap pada malam hari dan nyeri lebih hebat

bila melakukan fleksi pada tulang belakang.Francis RM dkk melaporkan dari 1042 pasien

dengan nyeri pinggang tidak respon dengan pengobatan konservatif dilakukan pemeriksaan

MRI didapat 82 patah tulang vertebra osteoporosisterdiri 51 kasus baru dan 31 kasus lama .

Penatalaksanaan Fraktur Vertebra Osteoporosis

Management nyeri dengan memberikan obat-obatan (anagetik parasetamol, NSAID,COX-2

non-opioid,amitriptilin), terapi fisik, exercise, spinal orthosis, edukasi,mengurangi stress,

meningkatkan kemampuan untuk ADL.selain itu tetap diberikan obat2an untuk mengatasi

osteoporosisnya yaitu asupan cukup kalsium dan vit D3, serta pemberian HRT, SERM,

bifosfonat , calcitonin,teriparatide.

21

Page 22: GERIATRI Fraktur Kompresi

Pada penelitian Liritis dkk melaporkan bahwa calcitonin 100-200 IU secara signifikan

mengurangi nyeri memperbaiki mobilisasi dini pada pasien yang dirawat dengan fraktur

vertebra (crush). Pengurangan nyeri berefek pada minggu pertama sampai 4 minggu

kemudian. Bisphosphonate (Ibandronate) telah digunakan utuk mengobati nyeri tulang

disertai patah tulang vertebra akut.

Ibandronate menurunkan resiko terjadinya patah tulang vertebra 62%, . Penggunaan

ibandronate satu kali sebulan lebih efektif menurunkan resiko patah tulang pada tulang

vertebra dibandingkan dengan penggunaan satu minggu sekali, tapi relatif sama pada kasus

patah lainnya.Metode lain yaitu dengan cara vertebroplasty atau kyphoplasty, Tehnik ini

adalah memasukkan semen (PMMA), dengan cara disuntikkan ke vertebra yang patah karena

osteoporosis atau bisa juga karena tumor.

Kedua prosedur ini dilakukan secara lokal atau Anestesi umum. Selama prosedur ini

berlangsung semua dibantu dengan C-Arm.Keuntungan kedua prosedur di atas untuk

mengurangi nyeri secara cepat, sehingga memperbaiki mobilitas pasien, pasien dapat berdiri

dan berjalan 24 jam pertama.

22

Page 23: GERIATRI Fraktur Kompresi

BAB V

KESIMPULAN

Pada kasus kali ini, kelompok kami mendiagnosa Ny. R mengalami Fraktur Kompresi

pada L-5 dikarenakan adanya trauma. Faktor resiko seperti Osteoporosis, Diabetes Mellitus

juga punya peran penting dalam terjadinya fraktur patologis yang terjadi pada Ny.R.

Perhatian dari keluarga sangat dibutuhkan bagi lansia untuk menjaga agar hal seperti ini tidak

terjadi lagi di kemudian hari.

23

Page 24: GERIATRI Fraktur Kompresi

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.

2. Harrisson. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Ed 13. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2000

3. Sherwood, Lauralee., 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta

4. Price, A. Sylvia, dan Wilson, Lorraine M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

proses Penyakit Edisi 6 Volume 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

5. Guyton dan Hall, 2006, Medical Physiology 11th Edition, Elsevier, Philadelphia.

24

Page 25: GERIATRI Fraktur Kompresi

BAB VII

PENUTUPAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH

Demikian hasil diskusi kelompok kami yang telah kami sajikan dalam bentuk

makalah ini. Kesimpulan kelompok kami, Ny. N menderita fraktur vertebra akibat trauma

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah disajikan

pada kasus ini.

Terimakasih kepada Tuhan YME atas berkah dan rahmatnya sehingga kami dapat

merampungkan makalah ini. Terimakasih kepada tutor yang telah memberikan waktunya

untuk membimbing kami dan terimakasih kepada senmua anggota kelompok yang telah

berpartisipasi aktif dalam proses diskusi maupun pembuatan makalah ini.

Kami memohon maaf atas keterbatasan dan ketidaksempurnaan makalah ini, oleh

karena itu kami mengharapkan saran dari para dosen untuk menyempurnakan keterbatasan

kami serta memnambah wawasan kami selaku mahasiswa.

25