universitas muhammadiyah surakarta - dalam tinjauan deep …eprints.ums.ac.id/49266/2/02. naskah...

15
PE D ENERAPAN Disusun seba N KONSEP DALAM UNIVER agai salah sa Biolo PROG FAKULT UNIVER P KAMPUS TINJAUA RSITAS M atu syarat m gi Fakultas SUC GRAM STU TAS KEGUR RSITAS MU S RAMAH AN DEEP E MUHAMMA menyelesaik Keguruan d Oleh : CI NOR AF A 420 100 UDI PEND RUAN DAN UHAMMAD 2017 H LINGKUN ECOLOGYD ADIYAH S an Program dan Ilmu Pe FIFAH 148 DIDIKAN B N ILMU PE DIYAH SU NGAN (GR DI KAMPU SURAKAR m Studi Strat endidikan BIOLOGI ENDIDIKA URAKARTA REEN CAM US RTA ta I pada Ju AN A MPUS) rusan

Upload: others

Post on 01-Mar-2020

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PE

D

ENERAPAN

Disusun seba

N KONSEP

DALAM

UNIVER

agai salah sa

Biolo

PROG

FAKULT

UNIVER

P KAMPUS

TINJAUA

RSITAS M

atu syarat m

gi Fakultas

SUC

GRAM STU

TAS KEGUR

RSITAS MU

S RAMAH

AN DEEP E

MUHAMMA

menyelesaik

Keguruan d

Oleh :

CI NOR AF

A 420 100

UDI PEND

RUAN DAN

UHAMMAD

2017

H LINGKUN

ECOLOGYD

ADIYAH S

an Program

dan Ilmu Pe

FIFAH

148

DIDIKAN B

N ILMU PE

DIYAH SU

NGAN (GR

DI KAMPU

SURAKAR

m Studi Strat

endidikan

BIOLOGI

ENDIDIKA

URAKARTA

REEN CAM

US

RTA

ta I pada Ju

AN

A

MPUS)

rusan

1

PENERAPAN KONSEP KAMPUS RAMAH LINGKUNGAN (GREEN CAMPUS)

DALAM TINJAUAN DEEP ECOLOGYDI KAMPUS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Abstrak

Konsep kampus ramah lingkungan (Green Campus) yang diwujudkan dengan

pembangunan kampus berprinsip Green Building merupakan salah satu konsep

penyelamatan lingkungan yang relevan diterapkan di berbagai kampus di Indonesia dan

mewakili aliran deep ecology. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Menganalisis prinsip-

prinsip konsep kampus ramah lingkungan yang diterapkan di kampus Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2) Mendeskripsikan penerapan konsep kampus ramah

lingkungan (green campus) dalam bingkai deep ecology di Universitas Muhammadiyah

Surakarta.Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian, Konsep kampus ramah lingkungan (green campus) yang

diterapkan di kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta sudah sesuai dengan

prinsip kampus Ramah Lingkungan (green campus), namun belum terintergrasi secara

menyeluruh. Penerapan konsep kampus ramah lingkungan (green campus) di

Universitas Muhammadiyah Surakarta belum berjalan sesuai dengan gagasan deep

ecology, namun berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut dengan mengembangkan

kesadaran pengguna kampus (user) kampus UMS, serta pembuatan regulasi yang jelas

oleh penyelenggara kegiatan (owner) di kampus UMS.

Kata kunci: Kampus ramah lingkungan (green campus); deep ecology; Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Abstract

The concept of eco-friendly campus (Green Campus) which implemented with the

construction of the Green Building principled campus is one of the concepts of

environmental protection that are relevant to be applied at various campuses in

Indonesia and represents the flow of deep ecology. The aim of this study were: 1) to

analyze the principles of eco-friendly campus concept implemented on the campus of

MuhammadiyahUniversityofSurakarta, 2) Describe the application of the concept of

eco-friendly campus (green campus) within the framework of deep ecology at the

Muhammadiyah University of Surakarta. The analytical method used is descriptive

qualitative analysis. Based on this research, the concept of eco-friendly campus (green

campus) implemented on the campus of Muhammadiyah University of Surakarta is in

conformity with the principles of eco-friendly campus (green campus), but has not been

thoroughly integrated. The application of the concept of eco-friendly campus (green

campus) atMuhammadiyah University of Surakarta has not been run in accordance with

the idea of deep ecology, but have the potential to be developed further with awareness

of the campus (user) of UMS, and making clear regulations by the organizer (owner) in

UMS campus.

Keyword: Green Campus; Deep Ecology; Muhammadiyah University of Surakarta.

2

1. PENDAHULUAN

Permasalahan yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini adalah kenyataan

bahwa krisis ekologi di planet bumi ini seolah-olah merupakan sesuatu yang selalu

melekat pada aktivitas pemanfaatan sumber daya alam, dan kini krisis tersebut

sudah menjadi realita yang begitu mencemaskan. Pemanasan global (global

warming) akibat efek rumah kaca (green house effect) (Soemarwoto, 1990),

kerusakan lapisan ozon, deplesi sumber daya alam, kepunahan spesies (Shiva,

1994), penggurunpasiran akibat kerusakan hutan (deforestation), adalah berbagai

contoh masalah lingkungan yang telah begitu mencemaskan dunia.

Menurut Arne Naess (Soni, 2002), krisis ekologi global yang dialami manusia

secara mendasar bersumber pada kesalahan fundamental–filosofis dalam

pemahaman atau cara pandang manusia mengenai dirinya, alam, dan tempat

manusia dalam keseluruhan ekosistem. Manusia keliru memandang alam, dan keliru

menempatkan diri dalam konteks alam semesta seluruhnya. Sehubungan dengan itu,

dalam rangka mengatasi krisis ekologi, maka pembenahannya harus pula

menyangkut pembenahan cara pandang dan perilaku manusia dalam berinteraksi,

baik dengan alam maupun dengan manusia lain dalam keseluruhan ekosistem.

Dalam kajian yang dilakukan oleh Baiquni (2002), kini muncul polarisasi

diantara para penganut Frontier economy dan Deep ecology. Aliran pertama banyak

dipraktekkan oleh para pelaku ekonomi perusahaan multinasional yang memiliki

skala besar dari negara maju dan juga negara industri baru. Para pemilik modal dan

penguasa memperlakukan alam sebagai sumber daya tak terbatas untuk dimanfaatkan

sepenuhnya untuk kepentingan manusia (Baiquni, 2002: 36). Aliran deep ecology

menempatkan manusia sebagai bagian dari alam. Aliran ini juga mempromosikan

persamaan hak organisme dan alam, pemanfaatan yang disesuaikan dengan daya

dukung, berorientasi pada ekonomi tanpa pertumbuhan (Daly, 1989).

Sebuah pembangunan berdimensi lingkungan hidup atau berwawasan

lingkungan yang dikenal dengan istilah pembangunan berkelanjutan, telah disepakati

di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia sebagai konsep, strategi dan

model yang diharapkan mampu menjaga pelestarian fungsi lingkungan (Hadi, S.P.

3

2005. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Cetakan kedua.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.).

Dalam menciptakan pembangunan kampus yang berkelanjutan, maka

Universitas Muhammadiyah Surakarta menerapkan konsep Green Campus. Konsep

Green Campus yang diwujudkan dengan pembangunan kampus berprinsip Green

Building merupakan salah satu konsep penyelamatan lingkungan yang relevan

diterapkan di berbagai kampus di Indonesia karena mewakili aliran deep ecology.

Konsep ini merupakan salah satu gagasan yang dianggap dapat mengurangi

pemanasan global dan kerusakan lingkungan.

2. METODE

Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.Teknik yang digunakan dalam

pengumpulan data ini adalah menggunakan pendekatan studi lapangan (field

research), penelitian ini digunakan untuk memperoleh data kongkrit mengenai

pelaksanaan konsep Kampus Ramah Lingkungan (Green Campus) di UMS.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan

menggunakan metode Observasi, Dokumentasi dan metode Wawancara. Dalam

menganalisis hasil penelitian ini, digunakan analisis deskriptif kualitatif, yang terdiri

dari berbagai kegiatan yaitu pengumpulan data dan reduksi data, penyajian data dan

kesimpulan.Sumber data penelitian ini adalah hasil wawancara yang ditujukan

kepada nara sumber, pendokumentasian lapangan dan studi kepustakaan (library

research).Pelaksanaan penelitian ini ditempuh beberapa cara dalam

mengembangkan validitas data penelitian, yaitu Triangulasi data dan informan

review.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Letak Geografis dan Kondisi Lingkungan di UMS

Kampus Pabelan merupakan kampus utama UMS yang berlokasi di Jl Ahmad

Yani Tromol Pos 1, Pabelan, Kartasura. Secara geografis, Kampus I dan Kampus II

UMS terletak di Desa Pabelan, kecamatan Kartasura yang merupakan bagian dari

kabupaten Sukoharjo dan kampus III terletak di Penumping kecamatan Laweyan.

4

UMS hingga tahun akademik 2014/2015 telah memiliki sarana dan prasarana

yang cukup memadai. Dalam buku panduan akademik tahun 2014/2015 dijelaskan

bahwa tanah di komplek Kampus I, seluas 41.556 m2 dimanfaatkan untuk unit-unit

perkantoran. Tanah dan bangunan di komplek Kampus II seluas 66.183 m2.

Tanah dan bangunan di komplek Makamhaji yang dimanfaatkan untuk Pondok

Hajjah Nuriyah Shabran dua lantai sebagai asrama Mahasiswa Pondok Putri, dan

satu unit satu lantai untuk perkuliahan dan kantor Pondok serta Asrama dan pondok

putra seluas 1.512 m2, di atas tanah seluas 10.000 m

2 yang terdiri atas 12 unit

gedung/kopel.

Tanah dan bangunan Kampus III, Fakultas Kedokteran Gigi, di Penumping.

Tanah dan bangunan di Kampus IV, Fakultas Kedokteran dan Pondok Internasional

KH. Mas Mansur, serta tanah seluas 6,5 Ha untuk pembangunan Edupark

3.2 Indikator Kampus Ramah Lingkungan

Data mengenai ketersediaan RTH di UMS didapatkan dari penghitungan: luas

total tanah – luas gedung terbangun. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Diagram batang di atas merupakan perbandingan luas masing-masing kampus di

UMS. Pada kampus I, luas tanah UMS adalah 47.607 Ha. Kampus II dan Gedung

Induk Siti Walidah, seluas 73.907, Kampus III Fakultas Kedokteran Gigi di

Penumping seluas 2.821 Ha, dan Kampus IV (Rusunawa dan Fakultas Kedokteran

Umum) seluas 52.522 Ha.

010.00020.00030.00040.00050.00060.00070.00080.000

luas total

luas gd terbangun

5

Kemudian, luas gedung terbangun masing- masing adalah: Kampus I UMS

seluas 12.641,50 Ha. Kampus II seluas 14.159 Ha, kampus III seluas 2.0 35 Ha dan

kampus IV seluas 13.017Ha.Dengan perincian sebagai berikut: Kampus I dari

seluruh fakultas, tersedia RTH seluas 34.965 Ha (73,50%), kampus II memiliki

RTH seluas 59.753 (80,84%), kampus III seluas 786 Ha (27,80%) dan kampus IV

seluas 41.505 (79,02%). Hasil tersebut disajikan dalam diagram sebagai berikut:

Dari hasil tersebut, diperoleh RTH rata-rata dari total kampus I, kampus II,

kampus III dan kampus IV adalah seluas 65, 29%. Dengan ketersediaan RTH seluas

65, 29% maka dapat dikatakan bahwa UMS telah memenuhi salah satu indikator

kampus ramah lingkungan, yaitu ditinjau dari aspek infrastruktur yang menjamin

ketersediaan RTH minimal 30% dari luas seluruh kampus.

Dari kedua diagram diatas, kampus IV di Penumping tidak memenuhi

standarisasi 30% ketersediaan RTH. Menurut Budi selaku kepala Maintenance, hal

ini disebabkan oleh keberadaan kampus yang terletak di pusat kota Surakarta,

sedangkan pusat kota, khususnya di Penumping, merupakan pusat industri dan

perhotelan, bukan ditujukan untuk pembangunan lembaga pendidikan.

Tingkat konsumsi energi listrik dalam unit-unit bangunan di UMS secara umum

digunakan untuk penerangan, praktikum, perkantoran dan sistem pengkondisian

udara. Gedung dengan desain lama, yaitu gedung yang berada di kampus 1, dan

beberapa gedung di kampus 2 (gedung Fakultas Teknik, Fakultas komunikasi dan

0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%70,00%80,00%90,00%

RTH (%) masing-masing kampus

RTH (%)

6

informatika dan Fakultas Psikologi) merupakan gedung dengan konsumsi energi

yang tinggi. Pelaksanaan efisiensi energi di gedung-gedung tersebut belum

maksimal jika kita melihat dari segi penggunaan AC dan lampu pijar di UMS.

Kampus I UMS yang berlokasi di desa Pabelan, mengonsumsi listrik paling

tinggi yaitu sebesar 482 Kwh. Hal ini disebabkan karena kampus dengan jumlah

mahasiswa dan ruang kelas terbanyak, terdapat pada kampus I. Selain itu, pada

tahun 2016, kampus I merupakan kampus utama dengan jumlah kelas, laboratorium

dan pusat perkantoran (rektorat) sebelum dipindah ke gedung induk Siti Walidah.

Selain itu, kampus I merupakan kampus yang cukup tua dan belum menerapkan

energi terbarukan yang lebih hemat energi.

Kampus II merupakan kampus pengonsumsi listrik tertinggi kedua setelah

kampus I. Kampus II UMS yang terletak bersampingan dengan kampus I,

mengonsumsi listrik sebesar 221,6 KWh. Hal ini disebabkan pembangunan ruang

kelas yang cukup banyak, sejalan dengan jumlah mahasiswa. Selain itu, terdapat

gedung pascasarjana yang menggunakan lift sebagai sarana transportasi vertikal

sehari-hari memerlukan daya listrik yang cukup besar.

Kampus III Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) merupakan kampus dengan tingkat

konsumsi paling rendah, yaitu sebesar 22,3 KWh. Hal ini disebabkan, jumlah kelas

untuk proses belajar mengajar tidak terlalu banyak. Selain itu, penggunaan tangga

konvensional juga merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi listrik.

Untuk Kampus IV Fakultas Kedokteran Umum, hampir sama dengan kampus III

FKG. Untuk penggunaan listrik, kampus IV mengonsumsi daya sebesar 209,6 KWh.

Hal ini cukup tinggi bagi kampus yang hanya memiliki sedikit mahasiswa dan luas

lahan terpakai. Namun, penggunaan lift sebagai sarana transportasi vertikal

merupakan faktor tingginya pemakaian listrik di kampus IV.

Hasil penelitian diatas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Iskandar (2004) yang menyatakan bahwa dalam konteks pemakaian lify/elevator,

satu kali pemakaian lift memakan daya 5,5 KW. Jika naik dan turun, maka 5.5KW

dikalikan dua menjadi 11 KW. Sehingga, total pemakaian lift untuk sekali naik dan

turun adalah 11 KW atau setara dengan 4,158 Kg batu bara.

7

Sistem transportasi vertikal yang terdapat di UMS, sebagian besar masih

menggunakan tangga biasa. Sistem Lift digunakan pada kampus Pasca-sarjana dan

Kampus IV Fakultas Kedokteran UMS. Jumlah rata-rata lantai gedung di

lingkungan UMS adalah dua hingga lima lantai di setiap gedung. Sistem transportasi

vertikal yang bersifat konvensional (tidak menggunakan sistem lift) merupakan

salah satu sistem yang efisien dalam melakukan penghematan energi.

Pembuangan sampah di UMS telah menggunakan sistem pembedaan antara

sampah organik dan non-organik, namun hal tersebut belum dilakukan menyeluruh

di kampus UMS. Pembuangan sampah saat ini masih belum jelas. UMS belum

memiliki sistem pembuangan sampah yang disertai dengan alat pengelolaan sampah

tersebut.

Sejauh ini, UMS telah memiliki sistem pengelolaan limbah biasa dan belum

memiliki Recycling program terpadu yang digunakan untuk membuang limbah cair

yang dihasilkan oleh kegiatan praktikum di UMS. Kegiatan praktikum yang

merupakan kegiatan rutin di FKIP (Pendidikan Biologi UMS), Fakultas Farmasi,

Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu

Kesehatan menghasilkan limbah cair domestik dengan intensitas yang tinggi.

Pembangunan sistem saluran limbah cair yang terintegrasi merupakan upaya yang

dapat ditempuh untuk mengurangi pencemaran lingkungan.

Kampus UMS telah berencana melakukan program konservasi air berupa

biopori dan sumur resapan, seperti yang telah dilakukan oleh Fakultas Geografi

UMS dan Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) program Studi Pendidikan

Geografi UMS. Program tersebut yaitu dengan cara membuat penampungan air

hujan agar air hujan tidak sia-sia mengalir sebagai air permukaan dan terbuang ke

laut.

Air hujan tersebut selanjutnya dapat mengisi air tanah, kemudian tersimpan

sebagai air persediaan pada saat musim kemarau. Dalam upaya mewujudkan

pengadaan biopori, UMS telah membentuk Komunitas 1000 biopori oleh Badan

Mitigasi dan Penanggulangan Bencana (BMPB) UMS.

Saat ini, UMS belum menerapkan konsep green transportation sebagaimana

mestinya. Menurut hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti

8

kepada Budi kepala bagian maintenance UMS, jumlah kendaraan di UMS adalah

kurang lebih 15.000 unit kendaraan yang sebagian besar merupakan kendaraan roda

dua, selebihnya berupa kendaraan roda empat (mobil). Dengan jumlah parkir

sebanyak tiga area parkir kampus I UMS, dua area parkir kampus II UMS, satu area

parkir kampus III UMS dan satu area parkir di kampus IV UMS.

Transportasi merupakan penyumbang emisi karbondioksida ketiga terbesar

Surabaya. Menurut data yang dihimpun oleh Badan Lingkungan Hidup tahun 2011,

menyebutkan bahwa 1.827.806 kendaraan bermotor (sepeda motor, mobil bensin,

mobil solar, mikrolet, bus, dan truk) memiliki kekuatan emisi 5.269.460 ton

CO2/tahun. Pada tahun 2016, kekuatan emisi diproyeksikan mencapai 8.045.644 ton

CO2/tahun.

Konsep Green Campus yang diwujudkan dengan pembangunan kampus

berprinsip Green Building merupakan salah satu konsep penyelamatan lingkungan

yang relevan diterapkan di berbagai kampus di Indonesia karena mewakili aliran

deep ecology. Konsep ini merupakan salah satu gagasan yang dianggap dapat

mengurangi pemanasan global dan kerusakan lingkungan.Secara garis besar,

kampus UMS dapat dikatakan sebagai kampus yang ramah lingkungan. Hal ini

dapat dilihat dari beberapa aspek yang ditentukan oleh UI Greenmetric, yaitu

sebagai berikut. Pertama, UMS telah memenuhi syarat ketersediaan Ruang Terbuka

Hijau (RTH) sebesar 30% dari luas seluruh tanah di UMS.

Kedua, UMS sedang mengimplementasikan kebijakan dan program untuk

pengurangan emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim, salah satunya diwujudkan

dalam bentuk penanaman pohon yang dilakukan pada lahan sekitar UMS dan

pembangunan Edupark. Selain Edupark, Pusat Studi Energi Alternatif (PSEA) telah

didirikan di Fakultas Teknik UMS. Ketiga, UMS telah membentuk Komunitas 1000

biopori oleh Badan Mitigasi dan Penanggulangan Bencana (BMPB) UMS.

Pengelolaan sampah, pendidikan ramah lingkungan dan transportasi hijau di

UMS masih belum diterapkan secara maksimal. Pengelolaan limbah merupakan dan

transportasi hijau merupakan bagian penting dari penerapan konsep kampus yang

ramah lingkungan, sebagaimana dijelaskan oleh Mujiburrohman dalam

wawancaranya. Kampus yang ramah lingkungan, tentu saja tidak mencamari

9

lingkungan dengan limbah dan polusi, sekaligus turut serta dalam meminimalisir

pemanasan global

4. PENUTUP

Dalam penelitian Penerapan Konsep Kampus Ramah Lingkungan (Green

Campus) dalam Tinjauan Deep Ecology di Kampus Universitas Muhammadiyah

Surakarta, diambil kesimpulan sebagai berikut; 1) Konsep kampus ramah

lingkungan (green campus) yang diterapkan di kampus Universitas Muhammadiyah

Surakarta sudah sesuai dengan prinsip kampus Ramah Lingkungan (green campus),

namun belum terintergrasi secara menyeluruh. Berdasarkan UI Greenmetric World

University Ranking 2013, ukuran keberhasilan green campus adalah: tata letak dan

infrastruktur, energi dan perubahan iklim, sampah, air, transportasi, dan pendidikan.

Belum tingginya kesadaran pengguna (user) dan belum adanya regulasi yang jelas

oleh penyelenggara (owner) mengenai penerapan konsep kampus ramah lingkungan

(green campus), dan 2) Penerapan konsep kampus ramah lingkungan (green

campus) di Universitas Muhammadiyah Surakarta belum berjalan sesuai dengan

gagasan deep ecology, namun berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut dengan

mengembangkan kesadaran pengguna kampus (user) kampus UMS, serta

pembuatan regulasi yang jelas oleh penyelenggara kegiatan (owner) di kampus

UMS.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samir. 2000. “Sistem Dalam Krisis: Runtuhnya Mekanisme Pengaturan

Kapitalis. Jurnal WACANA no. V. Insist.

Ardani, Irfan. 2007.”Eksistensi Manusia dalam Aliran Deep Ecology Movement: Study

Filsafat Manusia”.Skripsi

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Baiquni, M. 2002. “Integrasi Ekonomi dan Ekologi: Dari Mimpi Menjadi Aksi”. Jurnal

WACANA no. XII. Insist.

Basuki, A. 2012. Mewujudkan Green Building. Diperoleh 26 Februari 2013 dari

http://sipil.ft.uns.ac.id.

10

Bellamy, John; Foster. 2000. Ekologi Marx; Materialisme dan Alam. Terjemahan oleh

Pius Ginting. Jakarta: WALHI.

Candraningrum, Dewi. 2013. Ekofeminisme; Dalam Tafsir Agama, Pendidikan,

Ekonomi dan Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.

Capra, Fritjof. 2005. Titik Balik Peradaban. Yogyakarta: Bentang Budaya press.

Creswell, John W. 2010 Edisi ke-3. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed. Yogyakarta.

Daly, H. 1989. “Steady State and Growth, Concepts for the Next Century”, dalam

Archibugi, F. Dan Nijkamp, P (Eds.), Economy and Ecology: Toward

Suistanable Development. Dordrech/Boston/London: Kluwer Academic

Publisher.

Doni, Koesoema A. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman

Modern. Jakarta: Grasindo.

Keraf, A. Sonny. 2010. Etika Lingkungan Hidup, Penerbit Buku Kompas, Jakarta.

Ki Hadjar Dewantara. 1977. Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman

Siswa.

Marimba. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif.

Peraturan rektor Universitas Sebelas Maret Tentang pengelolaan kampus ramah

lingkungan Universitas Sebelas Maret, bab I, pasal I, ayat I

Rahayu, Wilujeng Sri. 2010, “Mencari Landasan Etis Bagi Upaya Membudayakan

Pengelolaan Lingkungan Yang Bertanggungjawab”. Jurnal lingkungan: hlm 2.

Republika Online. 2015. Diakses padaJumat, 02 Januari 2015

Resosoedarmo, Soedjiran. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Karya CV.

Samin, Alim. 2000. Wacana: Krisis dan Bencana pembangunan. Yogyakarta: Insist

press.

Shiva, Vandana. 1990. “Development as a new project of Western Patriarchy” In I.

Diamond and G.F Orenstein (Eds), Reweaving the World: The Emergence of

Ecofeminism. San Francisco: Sierra Club Book.

Soemarwoto, Otto. 1997. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

11

Sriyono, Sriyono. 2011. “Penerapan Green Campus For My City Sebagai Model

Pembelajaran Kontekstual Pada Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup

(Plh) Untuk Meningkatkan Afeksi Mahasiswa Jurusan Geografi Fis Unnes

Dalam Mewujudkan Konservasi Alam”.Jurnal Geografi. 8 (1): 6.

Susilo, Rachmad Dwi. 2014. Sosiologi Lingkungan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tim. 2014. Buku Pedoman Akademik 2013/2014 Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Surakarta: UMS Press.

Tim. 2015. Buku Pedoman Akademik 2013/2014 Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Surakarta: UMS Press.

UU RI Tahun 2005.Tentang Guru dan Dosen serta UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas, Ibid. h. 74

UU No. 12 Tahun 2012, Pasal 1 Ayat 9.

Wulansari, Yan Warisma Tri. 2009. “Sampah Plastik sebagai Masalah Lingkungan

Hidup ditinjau dari Konsep Deep Ecology Arne Naess”. Skripsi. Yogyakarta.

Zigenfus, R. E. (2008). Element Analysis of the Green Building Process. Tesis,

Rochester Institute of Technology, Rochester, NY.