universitas kristen satya wacana...universitas kristen satya wacana 1 1 “spedagi” (studi...

28
Universitas Kristen Satya Wacana 1 1 “SPEDAGI” (Studi Sosiologis Peran Aktor dalam Memfasilitasi Pembangunan Pasar Papringan Melalui Modal Sosial Pada Masyarakat Desa Caruban, Kabupaten Temanggung) JURNAL Oleh WIWIT KHOIRINA 352012006 POGRAM STUDI SOSIOLOGI POGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Universitas Kristen Satya Wacana 1

    1

    “SPEDAGI”

    (Studi Sosiologis Peran Aktor dalam Memfasilitasi Pembangunan Pasar

    Papringan Melalui Modal Sosial Pada Masyarakat Desa Caruban,

    Kabupaten Temanggung)

    JURNAL

    Oleh

    WIWIT KHOIRINA

    352012006

    POGRAM STUDI SOSIOLOGI

    POGRAM STUDI SOSIOLOGI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2017

  • Universitas Kristen Satya Wacana 2

    2

    “SPEDAGI”

    (Studi Sosiologis Peran Aktor dalam Memfasilitasi Pembangunan Pasar

    Papringan Melalui Modal Sosial Pada Masyarakat Desa Caruban,

    Kabupaten Temanggung)

    Oleh:

    Wiwit Khoirina1, Royke R. Siahainenia

    2, Elly E. Kudubun

    3

    ABSTRAC

    The village today is in a serious degradation process, as happened in the village

    Caruban that the behavior of people throw plastic waste in a bamboo forest.

    Bamboo forests should not as a landfill but instead must be preserved. A

    movement "Sepeda Pagi" see the bamboo forest as a potential village and

    transform the forest into Papringan market through the concept of social capital.

    The purpose of this study was to elucidate the role of the actor in facilitating

    market development Papringan through social capital in society Caruban village,

    Temanggung regency. This research uses descriptive research method, a method

    that is used to describe the role of the actor in facilitating market development

    Papringan through social capital in rural communities Caruban, district of

    Temanggung using a qualitative approach, the research model that generates the

    data description of the words spoken or written, and behavior that can be

    observed from the people studied. The unit of observation in this study is the actor

    in facilitating villagers Caruban. The unit of analysis in this study is the role of

    the actor in facilitating market development Papringan through social capital in

    society Caruban village, Temanggung regency.

    The survey results revealed that the actor's role in facilitating market development

    Papringan that by negotiating, dialogue between actors in society as well as

    governments through door to door, facilitating the bringing mentor training

    experts and product development in the village Caruban. Social capital occurs

    because of the accumulation of capital, namely cultural actors, symbolic,

    economic and network building trust and harmony between the actors and

    villagers Caruban.

    Keywords: Role of Actors, Facilitation, Papringan Market, Social Capital,

    Village Of Caruban.

    1 Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi Program Studi Sosiologi UKSW, Salatiga.

    2Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi UKSW, Salatiga.

    3Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi UKSW, Salatiga.

  • Universitas Kristen Satya Wacana 3

    3

    1. PENDAHULUAN

    Pembangunan adalah visi terpenting dari suatu bangsa untuk menuju

    negara yang makmur dan sejahtera. Indonesia adalah salah satu negara

    berkembang, jika berbicara tentang keterbelakangan bangsa Indonesia maka

    alamat utama yang harus dituju adalah desa-desa beserta masyarakatnya. Hal

    tersebut dapat dimaklumi karena sebagian besar warga masyarakat Indonesia

    berdomisili di wilayah pedesaan (Raharjo, 2004).

    Sejak jaman Kolonial, Orde Lama dan Orde Baru pembangunan selalu

    dibuat dengan model sentralistik, yang menjadikan masyarakat sebagai obyek

    pembangunan. Pelaksanaan pembangunan masa lalu menempatkan pemerintah

    seolah-olah sebagai agen tunggal pembangunan, sedang masyarakat desa

    dianggap tidak memiliki kemampuan dan masih tertinggal (Wastutiningsih, 2004).

    Namun mulai masa reformasi model pembangunan kemudian beralih menjadi

    desentralisasi yakni masyarakat menjadi subyek pembangunan. Masyarakat

    kemudian diharapkan terlibat dalam rencana proyek pembangunan atau

    pembangunan partisipatif. Pembangunan partisipatif erat kaitannya dengan modal

    sosial yang menggerakan masyarakat. Proyek pembangunan partisipatif pada

    masa reformasi seperti sekarang ini khususnya era pemerintahan Jokowidodo

    telah mengagendakan program Nawa Cita4 dari tahun 2014 sampai 2019

    mendatang. Dimana dalam program pemerintah tersebut pada butir ke 3

    menegaskan bahwa “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

    daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan5”. Hal ini tentunya akan

    berdampak positif pada peningkatan mutu kehidupan masyarakat desa dengan

    menggali potensi-potensi yang ada di desa serta memungkinkan desa untuk

    berdikari sehingga masyarakat desa tidak perlu berurbanisasi kekota untuk mencari

    pekerjaan.

    4 Sembilan agenda prioritas pemerintah untuk menuju Indonesia yang berdaulat secara politik,

    mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka dirumuskan agenda

    prioritas dalam pemerintahan Jokowidodo-Jusuf Kala. 5 http://kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_Jokowi-JK.pdf

  • Universitas Kristen Satya Wacana 4

    4

    Dampak Industrialisasi modern juga turut merambah desa Carubanterbukti

    dengan adanya fenomena penumpukan sampah plastik pada hutan bambu.

    Aktivitas masyarakat dengan membuang sampah sembarangan ini akan

    berdampak pada kerusakan ekosistem lingkungan dan kesehatan manusia.

    Masyarakat desa Caruban perlu diberikan edukasi agar dapat memelihara dan

    memanfaatkan sumber daya yang ada di desa melalui pendampingan-

    pendampingan yang dilakukan oleh peran aktor. Mengingat sebenarnya

    masyarakat Indonesia terutama desa sangatlah komunal dan mempunyai banyak

    sekali nilai-nilai yang sangat mendukung pengembangan dan penguatan modal

    sosial. Modal sosial memberikan pencerahan tentang makna kepercayaan,

    kebersamaan, toleransi dan partisipasi sebagai pilar penting pembangunan

    masyarakat.

    Bapak Singgih Susilo Kartono6akhirnya pada awal tahun 2014 beliau

    resmi membentuk gerakan revitalisasi desa yang bernama Spedagi7 yang berarti

    sepeda pagi bertujuan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan bersama

    sumber daya yang ada. Gerakan ini juga sekaligus menjadi nama dari produk

    sepeda yang ia buat sendiri sebagai media promosi, uniknya sepeda ini terbuat

    dari bahan dasar bambu. Berbekal modal ekonomi, sosial, kultural, dan simbolik

    Bapak Singgih Susilo Kartono kemudian mecoba memfasilitasi kebutuhan

    masyarakat baik secara materil maupun moril, tanpa mengesampingkan norma

    yang ada dalam masyarakat.Proyek pertama yang digarap Spedagi yaitu membuat

    sebuah pasar dibawah hutan bambu di desa Caruban yang diberi nama pasar

    Papringan. Berangkat dari keadaan sosial masyarakat yang ada di desa Caruban

    tersebut, maka penulis ingin meneliti lebih dalam tentang peran aktor dalam

    memfasilitasi pembangunan pasar Papringan melalui modal sosial di desa

    Caruban kabupaten Temanggung.

    6Seorang pengusaha sekaligus desainer produk lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) penerima

    beberapa penghargaan internasional lewat karya radio kayu “Magno” dan penggagas Spedagi. 7Gerakan yang bergerak dalam bidang pembangunan desa dengan memberikan edukasi-edukasi

    kepada masyarakat melalui potensi-potensi ekonomi yang ada dalam desa , baik dari segi

    pertanian, kuliner, kerajinan dan keterampilan.

  • Universitas Kristen Satya Wacana 5

    5

    2. KAJIAN TEORITIS

    2.1Konsep Aktor dan Perannya dalam Masyarakat

    2.1.1 Konsep Aktor Pierre Bourdieu

    Bourdieu melihat arena sebagai sebuah arena pertarungan dan juga

    lingkungan perjuangan, arena adu kekuatan, sebuah medan dominasi dan

    konflik antar individu, antar kelompok demi mendapatkan posisinya. Posisi

    posisi ini ditentukan oleh banyaknya kapital atau modal yang mereka miliki.

    Modal merupakan aset yang dimiliki individu dalam lingkungan sosialnya

    yang digunakan untuk menentukan posisi dalam suatu ranah. Modal itu harus

    selalu di produksi dan direproduksi kembali. Menurut Bourdieu terdapat empat

    jenis modal, yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal kultural, dan modal

    simbolik (Bourdieu, 1990).

    Konsep aktor yang dimaksud diatas adalah seorang individu yang

    memiliki modal dalam dirinya yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal

    budaya dan modal-modal simbolik sehingga melalui modal tersebut

    memungkinkan dirinya atau seorang aktor memiliki power untuk menduduki

    suatu ranah. berdasarkan modal-modal yang dimiliki oleh aktor dimana dalam

    pasar Papringan disebutkan adalah pak Singgih memiliki modal, seperti

    pengalaman, pengetahuan, modal simbolk seperti status pendidikan, prestasi,

    penghargaan, jabatan dan lain-lain. Serupa dengan yang dikatakan oleh

    Bourdieu bahwa modal simbolik ini berupa, akumulasi prestasi, penghargaan,

    harga diri, jabatan, status, kehormatan, wibawa, reputasi, termasuk gelar

    akademis (Bourdieu, 1993).

    2.1.2. Teori Tindakan Aktor

    Upaya Bourdieu untuk menjembatani antara objektivisme dengan

    subjektivisme, dapat dilihat dari konsep Bourdieu tentang habitus dan

    lingkungan (ranah) dan hubungan dialektik antara keduanya (Ritzer, 2003).

  • Universitas Kristen Satya Wacana 6

    6

    Menurut Beurdieu habitus merupakan hasil dari keterampilan yang

    menjadi tindakan praktis (tidak harus selalu disadari, etos misalnya), lalu

    diterjemahkan menjadi kemampuan yang kelihatannya ilmiah dan berkembang

    dalam lingkugan sosial tertentu. Habitus juga berfungsi sebagai prinsip

    penggerak dan mengatur praktik-praktik hidup dan merepresentasi masyarakat

    (Soyomukti, 2010). Habitus berada di dalam pikiran aktor sedangkan ranah

    berada di luar pikiran aktor. Meskipun sebenarnya semua konsep dari Bourdieu

    saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Seperti yang diterapkan oleh aktor

    pada pasar Papringan dari dirinya (pak Singgih) yakni seorang

    pengusaha,wiraswasta, seseorang yang kreatif dan senang berinovasi pada hal-

    hal baru dan unik kemudian ia terapkan pada kehidupan masyarakat desa

    Caruban yang notabene habitus masyarakatnya adalah bercocok tanam, pasif

    dalam berinovasi, kemudiania internalisasikan melalui aktifitas pada rangkaian

    acara di Pasar Papringan. mereka tidak lagi meniru habitus petani yang pasif

    melainkan habitus wirausahawan.

    2.1.3 Konsep Fasilitasi

    Adapun penjelasan dalam teori tindakan aktor diatas sebenaarnya

    sejalan dengan konsep “Fasilitasi”, dalam proses fasilitasi seorang aktor harus

    memiliki modal-modal yang dapat memberi ranah baginya. Fasilitasi secara

    harfiah merujuk pada “Upaya dalam memberikan kemudahan” kepada siapa

    saja agar mampu mengerahkan kemampuan dan sumber daya dengan

    tujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Sumpeno, 2009).

    Sedangkan fasilitator adalah peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi,

    kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat. beberapa tugas yang berkaitan

    dengan peran ini antara lain menjadi model, melakukan mediasi dan negosiasi,

    memberi dukungan, membangun konsensus bersama,serta melakukan

    pengorganisasian dan pemanfaatan sumber (Suharto, 2009).

    Dalam upaya pembangunan pasar Papringan di desa Caruban, seorang

    aktor harus mampu memfasilitasi atau mengkoordinir masyarakat desa dengan

  • Universitas Kristen Satya Wacana 7

    7

    baik. Adapun teknik dasar fasilitator adalah8Pembelajaran, Membelajarkan

    merupakan kegiatan sistematis dan dilakukan secara sengaja oleh seseorang

    (fasilitator) untuk membantu peserta agar melakukan kegiatan belajar. Belajar.

    Tidak menggurui, karena itu , tak ada „ guru‟ dan tak ada „murid yang

    digurui. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah „guru

    sekaligus murid‟ pada saat yang bersamaan. Dialogis, karena tidak ada lagi

    guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi proses „ mengajar –

    belajar‟ yang bersifat satu arah, tetapi proses „komunikasi‟ dalam berbagai

    bentuk kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran dan sebagainya) dan media

    (peraga, grafika, audio visual, dan sebagainya) yang lebih memungkinkan

    terjadinya dialog kritis antar semua orang.

    Model pendekatan pendidikan menurut Knowles adalah andragogi.

    Andragogi atau pendekatan pendidikan „orang dewasa‟ merupakan pendekatan

    yang menempatkan peserta belajar sebagai orang dewasa. (Rahardjo,

    2000).Dalam membangun pasar Papringan di desa Caruban pendekatan

    andragogi dipakai untuk memberikan kebebasan orang dewasa untuk

    mengembangkan kreatifitas juga untuk lebih merangsang imajinasi dan

    kreatifitas masyarakat dalam mengembangkan produk sesuai dengan gaya

    berfikir masing-masing.

    2.2 Teori Modal Sosial

    2.2.1. Konsep Modal Sosial

    Modal sosial menunjuk pada jaringan sosial, norma sosial, dan

    kepercayaan yang berpotensi pada produktivitas masyarakat (Field, 2011).

    Modal sosial yang ada di Pasar Papringan desa Caruban mempengaruhi

    kelancaran kegiatan dan keberlangsungan pasar yang terdiri dari kepercayaan,

    jaringan, dan norma sosial. Dengan adanya modal sosial memungkinkan

    terjalinnya kerja sama dan membentuk kerukunan di pasar Papringan dusun

    Kelingan desa Caruban.

    8 Modul Khusus Fasilitator Pnpm Mandiri Perkotaan Departemen Pekerjaan Umum : Teknik

    Fasilitasi

  • Universitas Kristen Satya Wacana 8

    8

    Michaell Wollcock (dalam Field, 2011) membuat pemisahan yang

    berguna dalam melihat modal sosial , antara lainmodal sosial yang mengikat,

    yang berarti ikatan antar orang dalam situasi yang sama, seperti keluarga

    dekat, teman akrab, dan rukun tetangga. Modal sosial yang menjembatani,

    mencangkup ikatan yang lebih longgar dari beberapa orang, seperti teman jauh

    dan rekan kerja, dan modal sosial yang menghubungkan, menjangkau orang-

    orang yang berada pada situasi yag berbeda, seperti mereka yang sepenuhnya

    ada di luar komunitas, sehingga mendorong anggotanya memanfaatkan banyak

    sumber daya daripada yang tersedia didalam komunitas.

    Ekonomi masyarakat desa Caruban akan sulit berkembang jika tidak

    diimbangidengan adanya kerukunan dan kerja sama yang sinergi. Adapun tiga

    unsur modal sosial tersebut menurut para ahli, yaitu:

    2.2.2 Kepercayaan

    Fukuyama (2002) mendefinisikan kepercayaan yaitu norma-norma

    kooperatif seperti kejujuran dan kesediaan untuk menolong yang bisa dibagi-

    bagi antara kelompok-kelompok terbatas masyarakat dan bukan dengan yang

    lainnya dari masyarakat atau dengan lainnya dalam masyarakat yang sama.

    Mollering merumuskan bahwa kepercayaan membawa konotasi aspek

    negosiasi harapan dan kenyataan yang dibawakan oleh tindakan sosial

    individu-individu atau kelompok dalam kehidupan kemasyarakatan

    (Dharmawan, 2002). Dari rumusan Mollering itu trust membawa konotasi

    aspek negosiasi harapan dan kenyataan yang dibawakan oleh tindakan sosial

    individu-individu atau kelompok dalam kehidupan kemasyarakatan.

    Terwujudnya kepercayaan dalam sistem pasar papringan juga nampak

    dalam setiap individu antar pedagang dengan pedagang, antar pedagang dengan

    aktor. Bagaimana mereka menjalin komunikasi yang baik dalam membangun

    pasar Papringan sehingga terjadi kesepakatan kolektif dan saling bekerja sama

    atas dasar jalinan rasa percaya satu sama lain. Dengan begirtu pula

  • Universitas Kristen Satya Wacana 9

    9

    penyederhanaan pekerjaan juga dapat dilakukan, ketertiban, pemeliharaan

    kohesivitas sosial terjalin dan berjalan dengan modal sosial yang utuh.

    2.2.3 Jaringan Sosial

    Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus, di mana ikatan

    yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan

    sosial (Agusyanto, 2007). Sedangkan, (Fukuyama, 2002) mendefinisikan

    jaringan sebagai sekelompok agen-agen individual yang berbagi norma-norma

    atau nilai-nilai informal melampaui nilai-nilai atau norma-norma yang penting

    untuk transaksi-transaksi pasar biasa. Granovetter (Ritzer, 2010) membedakan

    antara “ikatan kuat dan lemah”. Ikatan kuat misalnya hubungan antara

    seseorang dan teman karibnya, dan ikatan lemah misalnya hubungan antara

    seseorang dan kenalannya. Ikatan lemah dapat menjadi sangat penting, seorang

    tanpa ikatan lemah akan merasa dirinya terisolasi dalam sebuah kelompok yang

    ikatannya sangat kuat dan akan kekurangan informasi tentang apa yang terjadi

    di kelompok lain ataupun masyarakat luas.

    Menurut Robert M.Z Lawang (Damsar, 2011), jaringan merupakan

    gabungan kata net dan work, sehingga menjadi network, yang penekanannya

    terletak pada kerja bukan pada jaring, dimengerti sebagai kerja (bekerja) dalam

    hubungan antar simpul-simpul seperti halnya jaring (net).

    Terbentuknya sebuah jaringan tentunya didasari oleh sebuah

    komunikasi yang kemudian menghasilkan sebuah interaksi sosial sehingga

    terjadi hubungan antara satu dengan yang lainnya atau hubungan sosial antara

    aktor dengan para relawan baik eksternal pasar maupun internal pasar

    Papringan (masyarakat lokal desa Caruban).

    2.2.4 Norma Sosial

    Norma-norma masyarakat merupakan patokan untuk bersikap dan

    berperilaku secara pantas yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar,

    yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai suatu tata tertib

    (Soekanto, 2002). Norma sosial yang ada di masyarakat dapat dibedakan

  • Universitas Kristen Satya Wacana 10

    10

    menjadi norma sosial formal dan informal. (Fukuyama, 1995), norma

    merupakan bagian dari modal sosial yang terbentuknya tidak diciptakan oleh

    birokrat atau pemerintah. Norma terbentuk melalui tradisi, sejarah, tokoh

    kharismatik yang membangun sesuatu tata cara perilaku seseorang atau sesuatu

    kelompok masyarakat, didalamnya kemudian akan timbul modal sosial secara

    spontan dalam kerangka menentukan tata aturan yang dapat mengatur

    kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok.

    Dalam pasar Papringan terdapat norma-norma yang mengikat para

    pedagang dan pembeli dalam hubungan sosialnya. Semua sub sistem dalam

    pasar Papringan saling terikat dengan norma-norma yang telah di tetapkan oleh

    bapak Singgih beserta pasukan relawannya yang mewajibkan para pedagang

    dan pembeli menaati setiap nilai nilai yang tertanam didalamnya.

    3. METODE PENELITIAN

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma

    konstruktivisme (Salim, 2006) mengungkapkan bahwa konstruktivisme

    merupakan paham yang digunakan untuk menggambarkan realitas, karena setiap

    realitas adalah unik serta khas, untuk mendapatkan validitasnya lebih banyak

    tergantung pada kemampuan penelitian dalam mengkonstruksi realitas tersebut.

    Realitas yang dimaksud adalah peran aktor dalam memfasilitasi pembangunan

    pasar Papringan melalui modal sosial pada masyarakat desa caruban kabupaten

    Temanggung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

    Kualitatif merupakan metode alamiah yang melihat realitas sebagai “apa adanya”,

    khusus, spesifik dan berusaha mendiskripsikan kenyataan secara lebih mendalam

    (Salim, 2006).

    Sesuai dengan tujuan yang dicapai, penelitian ini menggunakan jenis

    penelitian deskriptif. Jenis penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam

    meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

    pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir, 1999). Satuan

    pengamatan adalah sesuatu yang dijadikan sumber untuk memperoleh data dalam

  • Universitas Kristen Satya Wacana 11

    11

    rangka menggambarkan atau menjelaskan tentang satuan analisis (Ihalauw,

    2003).Dalam penelitian ini satuan pengamatan yakni aktor dalam memfasilitasi

    masyarakat desa Caruban. Satuan analisis adalah hakekat dari populasi yang

    tentangnya hasil penelitian akan berlaku (Ihalauw, 2003). Oleh karena itu, satuan

    analisis dalam penelitian ini adalah peran aktor dalam memfasilitasi pembangunan

    pasar Papringan melalui modal sosial pada masyarakat desa caruban, kabupaten

    Temanggung.

    Informan kunci adalah inisiator Pasar Papringan adalah bapak Singgih

    Susilo Kartono selaku aktor utama, dibantu oleh Sisca Calista sebagai manager

    koordinator Pasar Papringan, dan Pak Samsudin selaku birokrat desa Caruban.

    Penelitian ini dilakukan di “Pasar Papringan” desa Caruban, Kecamatan

    Kandangan, Kabupaten Temanggung. Adapun pertimbangan penulis karena

    tempat tersebut sangat menarik melihat tempat yang tergolong terpencil namun

    didirikan pasar dengan sistem yang unik juga mengedukasi dengan memotifasi

    kreatifitas dan kemandirian masyarakat lokal , serta memanfaatkan sumberdaya

    alam dan manusia, juga akses yang terjangkau karena penulis berasal dari

    kab.Temanggung.

    4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Mengenal Spedagi

    Spedagi adalah sebuah gerakan yang bergerak dalam bidang revitalisasi

    desa yang melahirkan pasar Papringan. Spedagi berasal dari kata “sepeda pagi”.

    Kegiatan bersepeda pagi yang ditekuni oleh bapak Singgih Susilo Kartonoselaku

    pendiri Spedagi sekaligus penggagas pasar Papringan ini awalnya ditujukan

    untuk menurunkan kadar kolesterol di dalam tubuhnya. Tidak disangka, kegiatan

    ini kemudian menjadi cara awal dalam mengembangkan desa. Pada tahun 2014,

    desa Caruban menjadi desa pertama yang di gagas oleh Spedagi. Melalui Spedagi

    dibuatlah sepeda bambu buatan pak Singgih. Sepeda yang kemudian menjadi ikon

    Spedagi.

    http://www.magno-design.com/?id=skartono

  • Universitas Kristen Satya Wacana 12

    12

    Komunitas desa saat ini tidak mampu lagi memecahkan berbagai

    permasalahan yang dihadapi akibat brain drain9 dari desa ke perkotaan. Perlu

    upaya untuk membawa para “pemikir” desa untuk datang dan membantu

    memecahkan masalah yang ada. Dengan pendidikan dan keahlian yang dimiliki

    kehadiran pihak luar akan membantu masyarakat desa memecahkan permasalahan

    sekaligus mengembangkan potensi desa. Spedagi membawa desa kembali

    menemukan jati dirinya sebagai komunitas lestari dan mandiri. Peran Spedagi

    adalah mengupayakan desa dalam keberhasilan membangun kehidupan yang

    berkelanjutan di masa kini dan masa mendatang. Berikut adalah tiga Program

    Spedagi: Melihat.Bertujuan menumbuhkan pemahaman lebih utuh tentang desa,

    Terlibat.Kegiatan melihat diharapkan akan mendorong peserta untuk

    terlibat dalam proyek-proyek revitalisasi desa,dan Sahabat. Partisipan kemudian

    dapat menjadi sahabat desa, yang bersepakat untuk berkolaborasi dalam jangka

    panjang.

    Sebagai bukti keseriusannya dalam membangun desa, Spedagi kemudian

    membuat konferensi tingkat Internasional pertama kali pada tahun 2014 yang

    diberi nama ICVR (International Conference on Village Revitalization) dan

    konferensi kedua dilakukan pada tahun 2016 di Jepang. ICVR adalah kegitan rutin

    dua tahunan Spedagi yang berfokus pada Revitalisasi Desa meliputi aktivitas

    ekskursi (studi banding), diskusi, presentasi/seminar dan workshop yang

    melibatkan peserta lokal dan internasional. Spedagi dalam struktur organisasinya

    sangat sederhana, hanya terdapat pak Singgih sebagai pendiri, dan selebihnya

    dibawah pak Singgih adalah koordinator proyek Spedagi yang dapat dijabat oleh

    siapa saja untuk menjadi tim relawan Spedagi. Tentunya dengan kriteria dan

    loyalotas berdasarkan standarisasi yang ditentukan oleh pak Singgih.

    4.2 Profil dan Sejarah Pasar Papringan

    Pasar Papringan adalah pasar yang dibangun dibawah rumpun pohon

    bambu, dalam bahasa jawa “papringan” berarti rumpun pohon bambu. Pasar ini

    9Istilah yang dipakai untuk menjelaskan fenomena hengkangnya para pemikir, tenaga ahli,

    intelektual potensial ke tempat yang lebih maju daripada tempat asalnya.

  • Universitas Kristen Satya Wacana 13

    13

    pertama dibuka pada tanggal 10 januari 2016 di dusun Kelingan desa Caruban

    dengan luas lahan sekitar 1000 meter persegi dandigelar setiap 35 hari sekali atau

    setiap hari minggu wage10

    disebut juga “selapan sepisan”. Pasar Papringan

    dibuka mulai pukul 06.00 sampai dengan pukul 12.00 WIB.Pasar Papringan

    memang terkenal karena keunikannya, tentang produk unggulan meliputi (kuliner,

    hasil tani dan kerajinan), adanya workshop, tata tertib pasar, alat transaksi jual beli

    dengan menggunakan koin pring dan hiburan kesenian yang diberikan.

    Sejarah pasar papringan berawal dari kebiasaan masyarakat yang

    menjadikan hutan bambu sebagai tempat pembuangan sampah, baik organik

    maupun non organik. Hutan bambu juga dijadikan kandang ternak oleh

    masyarakat sehingga keadaan lingkungan hutan bambu semakin kumuh dan

    berbau tidak sedap. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan masyarakat karena

    menjadi tempat bersarangnya nyamuk dan penyakit juga pencemaran lingkungan

    karena sampah. Realitas tersebut kemudian membuat pak Singgih berinisiatif

    ingin mengubah masyarakat menjadi masyarakat yang lestari dan berdaya guna

    dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki termasuk hutan bambu.

    Sehingga dengan digunakannya bambu sebagai sumber kehidupan maka

    masyarakat akan lebih menghargai dan menjaga kelestarian hutan bambu yang

    mereka miliki.

    KedatanganSpedagi ke desa Caruban sempat menuai penolakan dari

    masyarakat, rencana pembangunan pasar tidak di dukung oleh masyarakat melihat

    desa Caruban adalah desa terpencil dan jauh dari keramaian.Namun pak Singgih

    tidak menyerah begitu saja, setelah berbincang dengan salah satu warga yakni pak

    Sam11

    pak Singgih merasa gagasannya di dukung. Pak Sam sangat terbuka atas

    ide-ide kreatif yang bertujuan memajukan desa Caruban beliau juga salah satu

    perangkat desa Caruban yang kesehariannya juga berternak. Beliau berperan

    penting dalam membawa pak Singgih kepada pemerintah desa Caruban agar

    diberi ijin membangun pasar Papringan.

    10

    Hitungan hari dalam kalender jawa, seperti wage,pon, kliwon, legi dan pahing. 11

    Pak Sam adalah seorang perangkat desa Caruban yang juga aktif dalam membangun desa lewat

    program pemerintah desa setempat.

  • Universitas Kristen Satya Wacana 14

    14

    Sebelumnya pak Singgih mengadakan konferensi tingkat internasional

    pada desa Caruban, membahas tentang revitalisasi desa dengan segala

    permasalahan desa. Setelah melakukan konferesi, pak Singgih melakukan

    pendekatan-pendekatan secara intensif kepada masyarakat dengan memberikan

    penawaran-penawaran yang berpihak kepada masyarakat. Sadar bahwa dirinya

    tidak dapat bekerja sendiri, pak Singgih dibantu oleh pak Sam sebagai

    penyambung lidah dengan pemerintah desa setempat untuk mendapatkan

    legitimasi baik dari pemerintah maupun masyarakat. Selain itu pak Singgih juga

    dibantu oleh Fransisca Callista atau mbak Siska yang nantinya berperan sebagai

    koordinator pasar Papringan, mbak Siska yang notabene bersifat ramah, gampang

    bergaul dan humoris, kemudian tinggal dan berbaur dengan masyarakat setempat

    demi mencapai kedekatan secara emosional dengan masyarakat desa Caruban.

    Mbak Siska setiap harinya berdiskusi dengan masyarakat untuk memberi

    pengertian tentang pentingnya melestarikan lingkungan sekaligus berwirausaha

    melalui sumber daya lokal yang ada.

    4.3 Peran Aktor

    4.3.1 Negosiasi dengan Masyarakat Desa Caruban

    Menciptakan jalinan kerjasama antara masyarakat desa Caruban dan

    aktor dalam pasar Papringan merupakan tujuan utama Spedagi. Hal pertama

    yang dilakukan pak Singgih adalah melakukan negosiasi kepada tuan tanah dan

    masyarakat. Pak Singgih dalam komunikasinya bersama masyarakat

    menawarkan modal ekonomi dan modal simbolik yang ia punya sebagai

    pertaruhan. Modal ekonomi ini berupa uang sebagai modal awal

    mengembangkan produk yang akan dipinjamkan kepada masyarakat. Selain itu

    pak Singgih memanfaatkan jaringan ekslusif yang ia miliki, jabatan serta status

    akademisnya untuk meyakinkan warga, modal ini masuk dalam modal simbolik.

    Atas dasar modal-modal tersebut kemudian menghasilkan kepercayaan

    masyarakat kepada pak Singgih yang memposisikan pak Singgih sebagai

    pemegang kekuasaan tertinggi pada pembangunan pasar Papringan.

  • Universitas Kristen Satya Wacana 15

    15

    Disisi lain dalam negosiasi bersama tuan tanah dan masyarakat pak

    Singgih juga dibantu oleh pak Sam untuk berdialog secara terbuka antara pak

    Sam dan masyarakatagar tercapai kesepakatan. Tuan tanah yang sebelumnya

    tidak ingin tanahnya di gunakan secara cuma-cuma, oleh pak Sam kemudian

    ditawarkan dua pilhan kepada tuan tanah atas kesepakatan pak Singgih yakni

    adanya sistem sewa atau jual beli tanah. Dengan pilihan yang diberikan, tuan

    tanah akhirnya menyetujui adanya sistem sewa yang diberikan. Upaya negosiasi

    ini juga dilakukan pak Singgih demi memperoleh akses hierarki yang

    menguntungkan bagi dirinya. Dimana dengan seluruh modal yang ia miliki

    berpeluang untuk dapat mengkonversi antar modal. Pertukaran modal ini

    diartikan seperti pak Singgih mempunyai modal ekonomi, modal sosial, modal

    kultural, dan prestis yang di tawarkan dan diberikan kepada warga dengan

    menampilkan kesan kedermawaan pak Singgih membantu warga desa Caruban

    secara materil (modal ekonomi) dan moril yang bertujuan untuk memperoleh

    image sebagai orang yang baik, mempunyai otoritas dan legitimasi sebagai

    pembela orang miskin (modal simbolik). Selain itu pak Singgih memiliki

    otoritas penuh dalam memamerkan produk yang ia miliki didalam pasar

    Papringan sehingga menambah relasinya dalam berbisnis.

    4.3.2 Negosiasi dengan Pemerintah Desa Caruban

    Pemerintah dalam proses pembangunan di pasar Papringan tentunya

    juga turut membawa angin segar bagi para aktornya dengan memberikan izin

    atas pembangunan pasar Papringan. Meski demikian, keterlibatan pemerintah

    di pasar Papringan tidak lebih hanya sebagai penyemangat. Sebelumnya dialog

    antara kepala desa dan pak Singgih tidak begitu saja membuahkan hasil.

    Pemerintah berdalih bahwa pembangunan pasar Papringan hanya membawa

    manfaat dan keuntungan bagi beberapa orang saja yang bermain di dalamnya.

    Artinya ada elite-elite yang bermain dalam pasar Papringan. Namun hal ini

    dibantah keras oleh pak Singgih. Pak Singgih mengakuSemua upaya dilakukan

    semata-mata untuk membangun desa. Audiensi juga dilakukan oleh pak Sam

    bersama pemerintah. pak Sam mencoba meyakinkan kepala desa bahwa

    pembangunan pasar Papringan ini dibangun atas dasar kesepakatan warga yang

  • Universitas Kristen Satya Wacana 16

    16

    ingin mengembangkan diri dalam pasar Papringan. Dengan alasan demi

    kesejahteraan masyarakat, pihak pemerintah kemudian memberikan ijin untuk

    mendirikan pasar di dusun kelingan desa Caruban kepada pak Singgih dan

    kawan-kawan, juga memberikan kepercayaan kepada pak Sam untuk

    memantau jika ada hal-hal yang menyimpang dalam sistem pasar Papringan.

    Menurut pengakuan pak singgih sebelumya ia telah mengajukan

    proposal ke bupati namun tidak mendapat respon positif. Hal inilah yang

    membuat pak Singgih tidak ingin berharap lebih kepada pihak pemerintah dan

    memutuskan untuk menjalankan proyek desa tanpa melibatkan pemerintah.

    Pak Singgih bahkan sempat mengundang menteri Pariwisata dan Ekonomi

    Kreatif Indonesia untuk menghadiri pembukaan konferensi Internasional yang

    ia buat juga gubernur Jawa Tengah bapak Ganjar Pranowo pada gelaran pasar

    Papringan tanpa melibatkan pemerintah kabupaten Temanggung.Sikap ini dia

    lakukan untuk membuktikan kepada pemerintah bahwa upayanya dalam

    membangun desa Caruban tidaklah main-main. Berbagai media online serta

    televisi turut hadir dalam kunjungan Gubernur Jawa Tengah tersebut.

    Atas dasar realitas yang terjadi, penulis melanjutkan penelitian ke

    balai desa Caruban untuk mengambil data wawancara dari pihak pemerintah.

    Pemerintah desa Caruban mempunyai sudut pandang tersendiri mengenai

    pembangunan pasar Papringan. Menurut ibu Ratna sebagai kepala desa

    Caruban, bahwa12

    :

    “jane apik (sebenarnya bagus) ya mbak kegiatan seperti ini.

    Tapi itu kan pengeolaannya pribadi mbak. Kita liat itu bisnis

    pribadi. Kita selaku pemerintah hanya sebatas menyemangati

    warga desa aja biar mereka semangat berwirausaha. saya juga

    ndak (tidak) enak sama nduwurane (petinggi) saya to mbak.

    Jadi saya juga gak (tidak) berani mau gimana-gimana..”

    Hasil wawancara di atas menunjukan adanya differences in perception

    yakni cara pandang yang berbeda antara aktor dan pemerintah desa Caruban

    dalam mengembangkan potensi desa Caruban. Namun kecenderungan

    12

    Wawancara bersama bu Ratna sebagai kepala desa Caruban di balai desa Caruban 30 januari

    2017 pukul 11.30 WIB

  • Universitas Kristen Satya Wacana 17

    17

    memiliki rasa segan dan takut terhadap petinggi pemerintah kabupaten

    Temanggung atas tidak harmonisnya ikatan antara pak Singgih dan bupati

    Temanggung membuat kepala desa Caruban tidak bisa berbuat apa-apa dalam

    mensuportpasar Papringan secara materil. Hal ini tentunya sangat disayangkan

    ketika kepentingan pribadi antara pemerintah (bupati) dan pak Singgih masuk

    dalam kepentingan publik yang menyebabkan pejabat desa Caruban dalam

    tekanan dilematis untuk mendukung pasar Papringan tanpa perintah dari

    pemerintah kabupaten. Masyarkat yang seharusnya di bina bersama dan upaya

    untuk mengembangkan desa agar lebih maju malah menjadi tumbal

    perselisihan.

    Hal yang menarik bagi peneliti dari realitas diatas adalah upaya

    mendatangkan pejabat tinggi negara tersebut dilakukan pak Singgih sebagai

    penanda bahwa ranah kekuasaan yang dimilikinya dapat melampaui kekuasaan

    yang dimiliki bupati Temangung dalam mendukung pembangunan desa lewat

    pasar Papringan. Menurut Bourdieu, agen mendapatkan kembali kreasinya

    melalui posisi-posisi yang terdapat dalam sebuah ranah, maka situasi ini

    membuka ruang yang besar bagi pelaku untuk menggunakan pelbagai strategi

    (Fashri, 2014). Dalam hal ini aktor memanfaatkan modal-modal yang

    dimilikinya yaitu modal simbolik, sebagai orang yang memiliki akumulasi

    prestasi dan penghargaan, dan jaringan yang dimiliki melalui Spedagi.

    4.3.3 Aktor Sebagai Fasilitator dalam Pembangunan Pasar Papringan

    Fasilitasi menjadi inti dari kegiatan pendampingan yang dilakukan

    oleh aktor untuk membantu masyarkat dalam meningkatkan kualitas hidup

    desa Caruban. Untuk mempermudah dalam teknik fasilitasi, aktor

    menggunakan modal Simbolik dalam interaksi sosial bersama masyarakat.

    Modal simbolik ini bermacam-macam, mulai dari penggunaan bahasa untuk

    membujuk masyarakat agar mau melakukan apa yang di inisiasikan aktor

    seperti, melalui bahasa kemudian masyarakat mau bekerja bakti bersama, dan

    mau menyepakati norma-norma yang ada dalam pasar Papringan. Bahasa juga

    dapat menginternalisasikan suatu habitus yang dibawa dari aktor. Seperti

    realitas pak Singgih yang mendampingi masyarakat desa Caruban untuk

  • Universitas Kristen Satya Wacana 18

    18

    menghasilkan sebuah produk dan berinovasi untuk kemudian dijual kepada

    khalayak publik, hal ini sama seperti yang dilakukan oleh pribadi pak Singgih

    sebagai seorang wirausahawan, menciptakan sebuah produk yang kemudian

    terinternalisasi kepada masyarakat desa Caruban.

    Pak Singgih melalui mbak Siska kemudian berlanjut pada

    pendampingan kepada warga yakni memberi gambaran umum tentang pasar

    Papringan melalui sketsa pasar yang akan dibangun dan alat-alat yang

    diperlukan dalam pembangunan pasar. Metode ini dilakukan untuk

    mempermudah masyarakat memahami simbol-simbol yang ada dalam

    gambaran umum pasar Papringan sehingga memungkinkan masyarakat untuk

    berimajinasi. Selain itu mbak Siska bersama para relawan ahli lainnya

    (jaringan ekslusif pak Singih) turut mendampingi masyarakat dalam

    mengembangkan produk-produk lokal yang akan di jual melalui pasar

    Papringan. Seperti yang dilakukan relawan ahli dari India bernama

    Burhanuddin dengan memanfaatkan kembali kulit bambu yang biasa dibuang

    oleh pengrajin bambu sebagai tas kranjang. Bersama masyarakat mbak Siska

    juga mempersiapkan properti-properti yang dibutuhkan dalam oprasional pasar,

    seperti tempat lapak, penunjuk lokasi pasar, tenda pasar, uang koin, meja

    penukaran uang dan lain-lain.

    4.4Aktor Meihat, Terlibat, dan Membangun Jaringan Sahabat

    Program Spedagi yang di rancang aktor demi kemajuan desa Caruban

    adalah Melihat, Terlibat dan sahabat melalui relawan baik aktor maupun jaringan

    ekslusif aktor utama (pak Singgih) dalam membantu mendampingi masyarakat

    selama proses pembangunan pasar Papringan. Keterlibatan seorang relawan ini

    berfungsi sebagai inducing behavior yakni merangsang perilaku masyarakat untuk

    menciptakan tatanan sosial yang tertib melalui pasar Papringan, seperti yang

    dilakukan oleh mbak Siska dan teman-teman relawan lainnya dengan memberikan

    motivasi terhadap warga, sharing, hingga pengembangan produk. Berikut adalah

    skema ikatan simpul yang terjadi dalam proses modal sosial pada pasar

    Papringan:

  • Universitas Kristen Satya Wacana 19

    19

    Bagan 1. Pola Konsep Modal Sosial Aktor

    Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2017

    Seorang fasilitator mendedikasikan dirinya kepada desa Caruban dengan

    menyumbangkan ide, ilmu, dan gagasannya yang kemudian menghasilkan pasar

    Papringan. Adapun ekspresi modal sosial yang terkandung pada setiap konsep

    melihat, terlibat dan sahabat, akan dijelaskan sebagai berikut.

    4.4.1 Ekspresi Modal Aktor dalam Melihat Realitas

    Konsep melihat berawal dari perilaku aktor yang mengamati tentang

    permasalahan-permasalahan yang ada di desa Caruban sehingga mampu

    merefleksikan kebutuhan sekaligus menyadari potensi yang ada di desa.

    Realitas perilaku masyarakat yang membuang sampah pada hutan bambu

    turut mengancam kelestarian hutan tersebut. Dari keadaan tersebut, munculah

    visi aktor untuk memberikan nilai lebih kepada hutan bambu agar dapat

    lestari dan dimanfaatkan oleh masyarakatdengan membuat pasar Papringan.

    Bagan 2. Ekspresi Modal Aktor dalam Melihat Realitas

    Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2017

    Bagan 2 menunjukan ekspresi modal aktor dalam melihat relaitas

    yang ada di desa Caruban. Dengan modal simbolik yang dimiliki aktor pak

    Singgih,seperti prestasi membuat inovasi dalam berwirausaha, jabatan

    sebagai pemilik perusahaan Radio kayu yang mendunia, pengetahuan,

    wawasan, serta memiliki jaringan eksklusif seperti orang-orang yang

    sahabat terlibat melihat

    Aktor

    Jaringan Eksklusif Aktor (Relawan) Masyarakat

  • Universitas Kristen Satya Wacana 20

    20

    berkompeten,dan pengalaman berwirausaha, Aktor kemudian membawa

    modal-modal tersebut masuk terlibat kedalam masyarakat yang bertujuan

    untuk mengelola hutan bambu dan sumber daya manusia yang ada di desa

    Caruban.

    4.4.2 Ekspresi Modal Aktor dalam Membangun Keterlibatan Jaringan

    Konsep terlibat adalah refleksi dari konsep melihat yaitu dengan

    melakukan tindakan sosial yang dilakukan aktor yaitu pak Singgih, pak Sam,

    dan mbak Siska melalui negosiasi bersama pemerintah desa dan warga desa

    Caruban untuk membangun pasar Papringan. Negosiasi ini dilakukan dengan

    cara berdialog dari pintu ke pintu bersama masyarakat yang kemudian

    menghasilkan kesepakatan atas dasar kepercayaan. Kepercayaan terjalin

    antara aktor dan masyarakat, serta aktor dan jaringan relawan. Namun, garis

    keterikatan antara masyarakat dan relawan belum kuat dikarenakan keduanya

    masih dalam tahap adaptasi satu sama lain. maka usaha aktor dalam proses

    membangun kepercayaan masyarakat harus terus dilakukan. Jika melihat

    korelasinya dengan teori Mollering yakni kepercayaan yang dibangun

    berdasarkan tindakan sosial aktor.

    Bagan 3. Ekspresi Modal Aktor dalam Membangun Keterlibatan

    Jaringan

    Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2017

    Aktor sengaja membuka jaringan dari luar (relawan ahli) agar

    terjalin hubungan sosial yang bermanfaat yang menghasilkan “ikatan lemah”

    yaitu hubungan baru antara warga desa dengan para relawan yang membuka

    peluang informasi baru satu sama lain. Tanpa ikatan lemah ini seseorang akan

    kekurangan informasi tentang perkembangan dunia atau masyarakat luar.

    Norma sosial juga sangat penting dalam adanya keterlibatan antara aktor,

    Aktor

    Masyarakat Jaringan Eksklusif Aktor (Relawan)

  • Universitas Kristen Satya Wacana 21

    21

    relawan dan masyarakat agar terjadi suatu tatanan yang tertib dan mengarah

    pada perubahan yang lebih maju. Seperti norma yang terkandung dalam tata

    tertib pasar Papringan. Pada dasarnya norma dalam pasar Papringan ini

    bersifat formal karena setiap individu atau kelompok diwajibkan untuk

    mematuhi semua tata tertib dan visi yang telah dibuat.

    4.4.3 Ekspresi Modal Aktor dalam Memperkuat Jaringan Persahabatan

    Hubungan saling terlibat yang menghasilkan kerjasama ini kemudian

    membawa seorang aktor dalam ranah “sahabat”. Sahabat membawa

    masyarakat dan relawan kedalam sebuah keterlibatan secara continue atau

    terus-menerus, berulang-ulang yang kemudian erat dalam sebuah ikatan yang

    disebut “hubungan antar simpul”. Mbak Siska sebagai koordinator pasar

    berperan penting sebagai net atau jaring penghubung penguat ikatan antar

    simpul dimana terdapat hubungan-hubungan sosial yang diikat dengan

    kepercayaan. Kemudian menghasilkan kerjasama, kerjasama ini masuk dalam

    ranah work atau bekerja yakni kerja sama bukan kerja bersama-sama atau

    disebut kerja antar simpul.

    Bagan 4. Ekspresi Modal Aktor dalam Memperkuat Jaringan

    Persahabatan

    Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2017

    Hubungan yang dilakukan karena adanya komitmen-komitmen yang

    dipertahankan secara harmonis adalah ekspresi modal aktor dalam

    mempertahankan jaringan persahabatan. Contohnya saja mbak Siska aktor

    sekaligus relawan yang ikut dan tinggal bersama dengan warga desa Caruban

    lebih dari satu tahun yang mendedikasikan dirinya untuk pasar Papringan

    mulai tahun 2016 sampai dengan sekarang, juga aktivitas masyarakat yang

    Jaringan Eksklusif Aktor (Relawan) Masyarakat

    Aktor

  • Universitas Kristen Satya Wacana 22

    22

    berkomitmen mengembangkan diri di pasar Papringan hingga waktu yang

    tidak bisa ditentukan adalah bukti terjalinnya jaringan persahabatan yang

    tidak terputus antara aktor, masyarakat,dan relawan.

    4.5 Mengetahui Seberapa Jauh Peran Aktor dalam Melakukan Fasilitasi

    Melalui Modal Sosial

    Dalam melakukan fasilitasi aktor tentu tidak sendirian, aktor memiliki

    tim yang mengemban masing-masing tugas. Pak Singgih memiliki peranan yang

    sangat penting beliau adalah penggagas dan inisiator dalam pasar Papringan

    sekaligus pemberi modal ekonomi selama proses fasilitasi berlangsung. Visi misi

    yang dijalankan untuk mengembangkan potensi desa Caruban muncul dari

    pemikiran pak Singgih Susilo Kartono

    Setelah melihat realitas desa Caruban, pak Singgih kemudian menjalin

    modal sosial bersama pak Samsudin, seorang birokrat desa Caruban yang juga

    mendukung visi misinya dalam membangun desa Caruban. pak Sam sebagai aktor

    kedua sangat berperan dalam membangunlegitimasi pemerintah dan masyarakat

    desa Caruban. kepercayaan pemerintah terhadap kegiatan pasar Papringan yang

    ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat desa Caruban. Atas keterlibatan pak

    Sam dalam membangun kepercayaan pemerintah desa dengan piihak Sspedagi

    kemudian terjalinlah izin kesepakatan pembukaan pasar Papringan.

    Setelah mendapat dukungan secara moril dari pemerintah desa, pak

    Singgih membawa mbak Siska masuk sebagai aktor ketiga yang terlibat dalam

    proses pembangunan pasar Papringan. Dimana mbak Siska berperan sebagai

    koordinator pasar Papringan, sekaligus pendamping untuk pengembangan produk

    yang akan dipasarkan masyarakat melalui pasar Papringan.

  • Universitas Kristen Satya Wacana 23

    23

    5. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang peran aktor dalam

    memfasilitasi pasar Papringan melalui modal sosial pada masyarakat desa caruban

    kabupaten temanggung, kesimpulan yang diperoleh adalah Aktor melihat

    kebiasaan buruk masyarakat desa Caruban yaitu membuang sampah plastik pada

    hutan bambu sebagai masalah yang krusial yang harus dihilangkan. Aktor juga

    melihat potensi dari hutan bambu untuk di jadikan sumber kekuatan ekonomi

    pada desa Caruban dengan melakukan fasilitasi dan pembangunan pasar

    Papringan dibawah rumpun hutan bambu yan dimanfaatkan sebagai media atau

    wadah pengembangan kreatifitas.

    Pasar Papringan dibangun melalui pendekatan aktor yang merujuk pada

    beberapa modal aktor, berawal dari peran aktor di desa Caruban yang melakukan

    negosiasi dengan cara berdialog bersama masyarakat dengan menawarkan modal

    kultural, dan modal simbolik dan mengajak masyarakat untuk melihat, terlibat,

    dan menjadi sahabat, itulah basis modal sosial aktor. Namun modal-modal

    tersebut tidak cukup dalam membangun jaringan dengan masyarakat sehingga

    perlu ditambahkan modal ekonomi dibarengi dengan modal simbolik, dan modal

    kultural yang dipakai untuk menjadi modal sosial sehingga terjalinlah

    kepercayaan, jaringan, dan norma yang di implemetasikan dalam pembangunan

    pasar Papringan di desa Caruban .

    Peran masing-masing aktor yaitu pak Singgih sebagai inisiator sekaligus

    penggagas pasar Papringan, pak Sam sebagai mediator kepada pemerintah untuk

    mendukung inisiasi pak Singgih, dan mbak Siska sebagai eksekutor dilapangan

    mengkoordinasi jalannya pasar Papringan termasuk proses pendampingan

    masyarakat dan relawan yang berjalan atas dasar visi misi dari Spedagi yang

    datang dari gagasan pak Singgih. Masing-masing memiliki modal sosial tersendiri

    yang dibangun berdasarkan modal ekonomi, kultural, dan simbolik. Peran aktor

    juga sangat dipengaruhi oleh habitus yang dimiliki setiap aktor. Ranah aktor

  • Universitas Kristen Satya Wacana 24

    24

    didapatkan atas hasil perjuangan melalui negosiasi terhadap masyarakat dan

    pemerintah. Legitimasi warga desa Caruban yang telah di tingkatkan

    kreatifitasnya oleh Spedagi menambah akumulasi modal ekonomi, kultural, dan

    simbolik aktor sehingga dapat mengundang pemerintah provinsi dan pusat dengan

    mendatangkan menteri dan gubernur ke desa Caruban.

    5.2 Rekomendasi Penelitian

    1. Pemerintah desa Caruban lebih baik jika pro aktif bekerja sama dengan

    aktor-aktor yang ingin melakukan pengembangan desa dalam kegiatan

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya dalam kegiatan UKM

    (usaha kecil dan menengah) dengan memberikan dukungan penuh dan

    tulus iklhas tanpa ada interfensi dari pihak manapun.

    2. Akan lebih baik jika pemerintah kabupaten Temanggung

    mengenyampingkan masalah-masalah internal individual ataupun

    kelompok yang berpotensi merugikan masyarakat atau menghambat

    pembangunan serta turut memberikan support dana dan moril untuk

    mengembangkan produk-produk unggulan desa seperti yang ada di desa

    Caruban, misalnya memberikan pinjaman modal usaha atau melakukan

    pendekatan aktivitas keseharian bukan hanya teori yang njlimet.

    3. Bagi aktor alangkah baiknya jika melakukan penguatan modal sosial lewat

    negosiasi kepada pemerintah terlebih dahulu, baik pemerintah desa

    maupun kabupaten untuk menghindari kesalah pahaman di kemudian hari.

    Aktor juga dapat merangkul dinas-dinas terkait seperti Balai Lingkungan

    Hidup, dinas Pariwisata, untuk bekerjasama menyediakan fasilitas pasar.

    4. Bagi masyarakat desa Caruban sebaiknya lebih bisa membuka diri

    terhadap hal-hal yang baru terutama dalam hal pengembangan diri, seperti

    pengembangan kreatifitas dan ilmu. Hal ini nantinya juga akan membawa

    perubahan masyarakat kearah yang sustainablity.

  • Universitas Kristen Satya Wacana 25

    25

    DAFTAR PUSTAKA

    Agusyanto, Ruddy. 2007. Jaringan Sosial dalam Organisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

    Bourdieu, Pierre. 1990. The Logic of Practice. California: Atanford University Press

    --------------------. 1993. The Field of Cultural Production: Essays on Art and Literature. Cambridge: Polity P

    Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Kencana

    Dharmawan, Arya Hadi. 2002. Kemiskinan Kepercayaan (The Poverty of Trust), Stok Modal Sosial dan Disintegrasi Sosial. Makalah Seminar dan Kongres Nasional IV Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) bertemakan

    Field, John. 2011. Modal sosial. Yogyakarta : Kreasi Wacana

    Fukuyama, Francis.1995.The end of History and the last man.New York: Free Press

    ----------------------.2002. The Great Disruption: Hakikat Manusia dan Rekontruksi Tatanan Sosial. Yogyakarta: Qalam

    Modul Khusus Fasilitator Pnpm Mandiri Perkotaan,Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya: Teknik Fasilitasi

    Nasir, Moh, 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

    Rahardjo, Toto, et, al., (eds). 2000. Pendidikan Populer (Membangun Kesadaran Kritis). Yogyakarta : Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI)

    Raharjo. 2004. Pembangunan Desa: Mengapa Selalu Sisip Dari Harapan?. Dinamika Pedesaan dan Kawasan. Vol 4. No. 4 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131808675/Jurnal- Kepatihan.pdf diakses pada 30 Juli 2016

    Ritzer, George. 2010. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers

    Ritzer & Goodman. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana

    Salim, Agus, 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku Sumber untuk Penelitian Kualitatif. Edisi ke-2. Jogyakarta: Tiara Wacana

    Soekanto, Soerjono.2002.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafmdo Persada

    Soyomukti, Nurani. 2010. Pengantar Sosiologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

    Wastutiningsih, Sri Peni. 2004. Pemberdayaan Petani dan Kemandirian Desa. Dinamika Pedesaan dan Kawasan.Vol 4. No. 4