universitas indonesia perbandingan peranan …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-t33044-akira...

135
i UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN KOMISI PERSAINGAN USAHA DI AMERIKA SERIKAT, AUSTRALIA, PERANCIS, JEPANG DAN INDONESIA DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERSAINGAN USAHA TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Hukum (MH) AKIRA MAIRILIA 1106109586 FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM KEKHUSUSAN HUKUM EKONOMI JAKARTA JANUARI 2013 Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Upload: nguyenque

Post on 22-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

i

UNIVERSITAS INDONESIA

PERBANDINGAN PERANAN KOMISI PERSAINGAN USAHA DI AMERIKA SERIKAT, AUSTRALIA, PERANCIS, JEPANG DAN

INDONESIA DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERSAINGAN USAHA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Hukum (MH)

AKIRA MAIRILIA

1106109586

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

KEKHUSUSAN HUKUM EKONOMI

JAKARTA

JANUARI 2013

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Akira Mairilia

NPM : 1106109586

Tanda Tangan :

Tanggal : 21 Januari 2013

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh:

Nama : Akira Mairilia

NPM : 1106109586

Program Studi : Magister Ilmu Hukum

Judul Tesis : Perbandingan Peranan Komisi Persaingan Usaha Di Amerika Serikat, Australia, Perancis, Jepang dan Indonesia Dalam Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Hukum pada Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Kurnia Toha, S.H., LL.M., Ph.D

Penguji : Dr. Freddy Harris, S.H., LL.M.

Penguji : Teddy Anggoro, S.H., M.H

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 21 Januari 2013

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan

karunia-Nya yang selalu menuntun dan memberikan rahmat dalam penyelesaian tugas

akhir ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Magister Hukum. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi

Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Dalam penulisan tesis ini, penulis telah mendapatkan bimbingan, nasihat,

motivasi dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Bapak Kurnia Toha, SH., LL.M., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktunya dan selalu memberika pengetahuan untuk

membimbing penulisan tesis.

2. Bapak Dr. Freddy Harris, S.H., LL.M. dan Bapak Teddy Anggoro, S.H.,

M.H., selaku dewan penguji yang telah berkenan meluangkan waktu untuk

menguji penulisan tesis.

3. Ibu Prof. Dr. Rosa Agustina, SH.MH, selaku Dosen, sekaligus Ketua Program

Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang telah mengajar dan

memberikan ilmu pengetahuan.

5. Kedua orang tuaku tercinta, Papa Drs. Husni Nasution dan Mama Syahfitri

Purnama, SH., MH., M.Pd., yang selalu menjadi orang tua dengan kasih

sayang, selalu memberikan semangat dan doa yang tidak pernah ada habisnya.

6. Adik Yumeina Tiffani, yang selalu siap menemani penulis dalam keadaan

apapun.

7. Nurul Meiliza, SH., Raja Larisayuni, SH., Fransisca Sanafi, SH., yang

menjadi motivator dan banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

v

pendidikan ini. Keberadaan mereka membuat penulis selalu bersemangat

dalam hal apapun.

8. Aditya Mahendra SH, yang semangat dan doa terbaik kepada penulis.

9. Sahabat-sabahabat Wida Diny Larasati, S.A.B., Putri Cep Alam, Risnasary,

SH., Iqbal Praherdiansyah, SH., Yanuar Wicaksono, SH., Rachmita Virdany,

SH., yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.

10. Teman-teman Kepengurusan ALSA LC UNDIP 2008-2010, yang selalu

memberikan motivasi, semangat, doa, dan persaudaraan hangat kepada

penulis. ALSA ALWAYS BE ONE.

11. Bapak dan Ibu Sekretariat Magister Hukum Ekonomi Fakultas Hukum

Universitas Indonesia yang telah banyak membantu penulis pada saat

penulisan tesis.

12. Teman- teman di Magister Hukum Ekonomi Universitas Indonesia.

13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

penulis untuk menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.

Penulis menyadari dalam penulisan ini masih banyak kekurangan yang perlu

disempurnakan. Oleh karena itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan tesis ini. Semoga tesis ini

nantinya akan memberikan manfaat dan pembelajaran yang baik di kemudian hari.

Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam

penulisan ini. Dengan mengucapkan terima kasih, semoga semua bantuan dan

dukungan yang telah diberikan memperoleh imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Jakarta, Januari 2013

Akira Mairilia

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Akira Mairilia

NPM : 1106109586

Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Ekonomi

Fakultas : Hukum

Jenis karya : Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Perbandingan Peranan Komisi Persaingan Usaha Di Amerika Serikat, Australia, Perancis, Jepang dan Indonesia Dalam Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Univeristas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : 21 Januari 2013

Yang menyatakan

(Akira Mairilia)

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

vii

ABSTRAK

Nama : Akira Mairilia

Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Ekonomi

Judul : Perbandingan Peranan Komisi Persaingan Usaha Di Amerika Serikat, Australia, Perancis, Jepang dan Indonesia Dalam Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha

Tesis ini membahas dua permasalahan utama. Pertama, bagaimanakah sistem penyelesaian perkara persaingan usaha di negara Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Jepang? Dan kedua, bagaimanakah peranan KPPU dalam penanganan perkara persaingan usaha dibandingkan dengan negara Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Jepang? Penelitian dilakukan dengan metode yuridis normatif, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan perbandingan penyelesaian perkara persaingan usaha di berbagai negara, yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau pilihan penyelesaian perkara persaingan usaha yang sesuai dan dapat membawa KPPU bekerja lebih baik di masa datang. Penyelesaian perkara persaingan usaha dibebankan kepada Federal Trade Commission (FTC) dan Antitrust Division of The Department of Jusrice (DOJ-AD); the Australian Competition and Consumer Commission (ACCC), Autorité; Japan Fair Trade Commission (JFTC); dan Komisi Perngawas Persaingan Usaha (KPPU). Terdapat perbedaan peranan antara tiap komisi dalam penyelesaian perkara. Perbedaan tersebut dapat ditemukan dalam tata cara penyelesaian perkara, perbedaan kewenangan dan tugas pada tiap-tiap komisi, perbedaan dalam penggunaan pembuktian dalam suatu kasus, program-program yang telah dilaksanakan dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KPPU sebagai organ penegak Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat masih banyak kekurangan dalam menjalankan peranannya. Kekurangan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya kelembagaan KPPU yang belum jelas, kewenangan KPPU yang cenderung bersifat absolute, dan sebagainya. Diperlukan penyempurnaan dari UU No.5 Tahun 1999 melalui pengaturan yang tegas mengenai hukum acara persaingan usaha guna menciptkan keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan bagi Indonesia yang berpengaruh terhadap perekonomian negara.

Kata kunci:

KPPU, perbandingan peranan komisi persaingan usaha, hukum persaingan usaha

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

viii

ABSTRACT

Name : Akira Mairilia

Study Program : Law, Economic Law

Title : The Role of the Competition Commission in the United States, Australia, France, Japan and Indonesia in the Competition Settlement

This thesis mainly discusses about two issues. First, how does the dispute settlement system of competition in United States, Australia, France and Japan? And second, how does the role of KPPU to handling of competition dispute as compared to the United States, Australia, France and Japan? This research is conducted on a juridical normative method, the purpose of this research is provide a comparison of the settlement competition in many countries, which is intended to give an overview or option in dispute settlement that appropriate and could bring the KPPU to work better in the future. Competition settlement imposed on the Federal Trade Commission (FTC) and the Antitrust Division of the Department of Justice (DOJ-AD), the Australian Competition and Consumer (ACCC), Autorité, Japan Fair Trade Commission (JFTC) and Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). There are differences between each commission in settling cases. The differences can be found in the settlement procedure, the differences in the powers and duties each commission, the differences in the use evidence to a case, and so on. The result showed that KPPU as a law enforcement organ of Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 on prohibition of monopolistic practices and unfair business competition are still many lacks to execute its role. The lacks is caused by many factors, including the institutional of KPPU is not yet clear, the authority tend to be absolute, and so on. Required refinement of Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 by setting strict regulation regarding antitrust law in order to establish competition for justice, legal certainty and the benefits to Indonesia that effect to the economy.

Key words:

KPPU, the Role of Competition Commission, Antitrust Law

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR ……………………………………………………………………. vi

ABSTRAK ………………………………………………………………... vii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… ix

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………….. 1

1.2 Pokok Permasalahan ……………………………… 15

1.3 Tujuan Penelitian …………………………………. 15

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………... 15

1.5 Kerangka Teori …………………………………… 16

1.6 Kerangka Konsepsional ………………………… 19

1.7 Metode Penelitian ………………………………… 22

1.8 Sistematika Penelitian ……………………………. 24

BAB 2 SISTEM PENYELESAIAN PERKARA PERSAINGAN USAHA di NEGARA AMERIKA SERIKAT, AUSTRALIA, PERANCIS dan JEPANG …………………………………………… 26

2.1 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Amerika Serikat …………………………………………… 26

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

x

2.1.1 Clayton Act dan Federal Trade Commission (FTC) Act………………………………………… 26

2.1.2 Kewenangan dan Fungsi Federal Trade Commission (FTC)……………………………………… 29

2.1.3 Kewenangan dan Fungsi Antitrust Division of the Departement of Justice (DOJ-AD)………. 33

2.1.4 Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Amerika Serikat…………………………………….. 36

2.2 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Australia………………………………………….. 37

2.2.1 Competition and Consumer Act 2010……. 37

2.2.2 Kewenangan dan Fungsi Australia Competition and Consumer Commission (ACCC)………… 41

2.2.3 Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Australia…………………………………… 44

2.3 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Perancis……………………………………………. 45

2.3.1 Undang-Undang Persaingan Usaha Perancis……………………………………. 45

2.3.2 Kewenangan dan Fungsi Autorité de la Concurrence

(Komisi Persaingan Usaha Perancis)…….. 49

2.3.2 Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Perancis…………………………………… 51

2.4 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Jepang……………………………………………. 53

2.4.1 Japanese Antimonopoly Law (the Antimonopoly Law (AML))…………………………………… 53

2.4.2 Kewenangan dan Fungsi Japan Fair Trade Commission (JFTC)……………………………… ……... 56

2.4.3 Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Jepang…………………………………….. 58

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

xi

2.4 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Indonesia…………………………………………… 63

2.4.1 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat……………………………………… 63

2.4.2 Kewenangan dan Fungsi Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)…………………………… 65

2.4.3 Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Indonesia………………………………… 75

BAB 3 PERANAN KPPU DALAM PENANGANAN PERKARA PERSAINGAN USAHA DIBANDINGKAN DENGAN AMERIKA SERIKAT, AUSTRALIA, PERANCIS dan JEPANG………………………………………………… 86

3.1 Putusan Perkara Persaingan Usaha oleh KPPU…………………………………………….. 86

3.1.1 Putusan KPPU Nomor 17/KPPU-I/2010 Terhadap Perseroan Terbatas PT. Pfizer Indonesia dan PT. Dexa Medica atas Dugaan Kartel Obat Anti Hipertensi dengan Kandungan Amlodipine Besylate…………………………………… 86

3.1.2 Putusan KPPU Nomor 35/KPPU-I/2010 Terhadap PT. Pertamina dkk. Atas Proses Beauty Contest Donggi-Senoro…………………………………….. 96

3.1.3 Putusan KPPU Nomor 23/KPPU-L/2010 terkait Persetujuan Perpanjangan Give Away Gaji Oleh PT. Garuda Indonesia (Persero) Kepada PT. Gaya Bella Diantama dan PT. Uskarindo Prima untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011………………………………… 100

3.2 Leniency Program bagi KPPU…………………… 102

3.3 Prosedur Penyelesaian Perkara oleh KPPU………... 105

3.4 Tantangan dalam Melakukan Penanganan Perkara Persaingan Usaha……………………………………………… 107

BAB 4 PENUTUP ………………………………………………. 112

4.1 KESIMPULAN …………………………………... 112

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

xii

4.2 SARAN ………………………………………….. 113

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 115

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 US Department and Justice………………………………. 34

Gambar 2.1 Prosedur Dalam Penyelesaian Perkara JFTC…………… 60

Gambar 2.2 Tahapan Proses Penyelesaian Sengketa Dalam Putusan KPPU…………………………………………………….. 76

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

1 UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu negara tidak lepas dari peranan perekonomian yang

berkembang dengan cepat dan efisien. Perekonomian yang berkembang dengan maju

dapat dilihat berdasarkan persaingan yang berlangsung antar pelaku usaha. Ketika

terdapat persaingan antar pelaku usaha dalam suatu negara, dapat pasti negara

tersebut maju dengan pesat karena pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi

disebabkan oleh pemanfaatan tekhnologi dan peningkatan produktifitas yang

didorong oleh pasar yang kompetitif.

Teori ekonomi pasar bebas yang diperkenalkan Adam Smith dikenal sebagai

persaingan sempurna. Dalam pasar sempurna, terdapat banyak perusahaan yang

beroperasi untuk menjual barang dengan karakteristik yang serupa. Kemampuan

mereka untuk mengatur harga pasar ditentukan oleh mekanisme penawaran (supply)

dan permintaan (demand) sendiri yang bisa dicapai oleh pasar (price equilibrium),

maksudnya ketika pelaku usaha menaikkan harga, maka kemungkinan mereka akan

kehilangan sejumlah pembeli yang mencari perusahaan atau penjual yang menjual

dengan harga murah.1

Persaingan merupakan inti dari operasi pasar, dan mendorong inovasi,

produktivitas dan pertumbuhan yang dapat menciptakan kesejahteraan. Persaingan

merupakan rivalitas antar perusahaan untuk mencapai penjualan dan mendapatkan

keuntungan, yang merupakan kekuatan pendorong dalam pasar. Pasar yang efisien

1 D. Carlton dan J. Perloff, Modern Industrian Organization, (New York: Addison-Wesley Longman, Inc, 1999), hlm. 68.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

2

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

dan adil sangat penting untuk mempercepat pembangunan sektor swasta dan

pertumbuhan ekonomi. 2

Salah satu esensi penting bagi terselenggaranya pasar sempurna adalah

persaingan pelaku pasar dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam hal ini,

persaingan usaha merupakan sebuah proses di mana pelaku usaha dipaksa menjadi

perusahaan yang efisien dengan menawarkan pilihan-pilihan produk dan dalam harga

yang lebih rendah. Untuk merebut hati konsumen, para pelaku usaha berusaha

menawarkan produk dan jasa yang menarik, baik dari segi harga, kualitas dan

pelayanan.3

Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena

sistem pasar ini dianggap merupakan struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya

efisiensi kegiatan memproduksi barang atau jasa. Pasar ini didefinisikan sebagai

struktur pasar atau industri di mana terdapat banyak penjuak dan pembeli, dan setiap

penjual atau pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan pasar.

Selain itu, karakteristik dari pasar yang bersaing secara sempurna adalah

dengan memberikan informasi secara luas kepada penjual maupun pembeli,

mudahnya untuk masuk dan keluar dari pasar, infrastruktur di dalam pasar layak, dan

kontrak yang dibuat antara penjual dan pembeli dapat dengan mudah dilaksanakan

(contracts can be enforced easily). Ketika semua karateristik ini terpenuhi, maka akan

tercapailah maksimalisasi keuntungan yang akan diterima oleh pelaku usaha maupun

konsumennya.

Persaingan ini dapat terjadi dalam beberapa cara, diantaranya, pelaku usaha

bersaing pada harga, fokus pada pengembangan kualitas produk atau jasa, sementara

yang lain menggunakan kewirausahaan atau keterampilan riset untuk

mengembangkan produk baru atau jasa. Konsekuensi dari hal ini adalah bahwa harga

akan sampai ke tingkat biaya yang tepat, keragaman produk yang ditawarkan akan

2 Nick Godfrey, Why Is Competition Important For Growth And Poverty Reduction?, Global Forum VII on International Investment 27-28 March 2008, hlm. 3. 3 Andi Fahmi Lubis, et. al., Hukum Persaingan Usaha antara Teks & Konteks, (Jakarta: ROV Creative Media, 2009), hlm. 2.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

3

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

membuat pasar yang sesuai dengan heterogenitas kebutuhan konsumen dan selera,

dan tingkat inovasi akan menjadi tinggi.

Dari sudut pandang pelaku usaha, persaingan kuat memberikan banyak

keuntungan. Di satu sisi, persaingan seringkali membuat orang bekerja dengan

memberikan yang terbaik, memberikan tantangan yang sering kali menghasilkan

respon yang benar-benar inovatif, dan dapat memberikan sesuatu yang terbaik dari

sebuah perusahaan.

Dalam pasar persangan sempurna, jumlah pelaku usaha sangat banyak dan

kemampuan setiap pelaku usaha dianggap sedemikian kecilnya, sehingga tidak

mampu mempengaruhi pasar. Beberapa karakteristik agar sebuah pasar dapat

dikatakan pasar persaingan sempurna, yaitu:4

1) Semua pelaku usaha memproduksi barang yang homogeny (homogenitas

produk);

Produk yang homogeny adalah produk yang mampu memberikan kepuasaan

(utilitas) kepada konsumen tanpa perlu mengetahui siapa produsennya.

2) Produsen dan konsumen memiliki pengetahuan atau informasi sempurna

(perfect knowledge);

Para pelaku ekonomi (konsumen dan produsen) memiliki pengetahuan

sempurna tentang harga produk dan input yang dijual sehingga konsumen

tidak akan mengalami perlakuan harga jual yang berbeda dari satu pelaku

usaha dengan pelaku usaha lannya.

3) Output sebuah perusahaan relatif lebih kecil dibanding out pasar (small

relatively output);

Jumlah output perusahaan secara individu dianggap relative kecil

dibandingkan dengan jumlah output seluruh perusahaan dalam industri.

4 Masyhurri, Ekonomi Mikro, (Malang: UIN Press, 2007), hlm. 201.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

4

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

4) Perusahaan menerima harga yang ditentukan pasar (price taken);

Perusahaan menjual produknya dengan berpatokan pada harga yang

ditetapkan pasar (price taker) karena perusahaan tidak mampu mempengaruhi

pasar.

5) Semua perusahaan bebas masuk dan keluar pasar (free entry and exit);

Dalam pasar persaingan sempurna, factor mobilitasnya tidak terbatas dan

tidak ada yang harus dikeluarkan untuk memindahkan factor produksi.

Semua ini bertujuan untuk menumbuh kembangkan kapasitas pengusaha

nasional yang handal dan kuat bersaing di pasar regional dan internasional. Selain itu,

kebijakan ekonomi pemerintah mampu meyakinkan para investor asing dan ekportir

luar negeri mendapat kesempatan yang sama untuk bersaing di pasar dalam negeri

dengan pengusaha lokal atau nasional dalam mekanisme pasar yang sehat.

Pada era globalisasi perekonomian dunia saat ini, mendorong masuknya

barang dan/atau jasa dari berbagai negara yang meramaikan pasar dalam negeri di

berbagai negara yang berpotensi membuat suasana persangan pasar menjadi tidak

sempurna. Awal masa globalisasi ekonomi ini terjadi, pasar didominasi oleh

monopoli dan oligopoli, yang mengakibatkan mematikan proses mekanisme pasar

serta merugikan konsumen karena pasar hanya dikuasai oleh beberapa pelaku usaha.

Persaingan antara perlaku usaha yang tidak sempurna kerap kali merugikan

konsumen dan juga negara karena sektor-sektor ekonomi bergabung menjadi satu

dengan produk dan/atau jasa yang tidak saling berhubungan dan bermacam-macam

yang dapat mematikan pasar. Oleh karena itu, pengaturan hukum mengenai

persaingan usaha tidak sehat diperlukan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Gobalisasi membuat transaksi ekonomi bersifat transnasional sehingga

pendayaan sumber daya tidak hanya dengan batas negara. Negara tidak dilarang

menerapkan kebijakan industry untuk melindungi kepentingan sektoral dan strategis

nasionalnya sepanjang memang dialokasikan untuk meningkatkan daya saing dan

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

5

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

kesejahteraan rakyatnya serta diterapkan dalam kebijakan persaingan (competition

policy) yang mengutamakan efisiensi, inovasi dan produktivitas.5

Dengan berlakunya pasar bebas (free trade) pada masa globalisasi menjadikan

setiap negara untuk memiliki aturan hukum mengenai persaingan ini. Salah satu

esensi penting bagi terselenggaranya pasar bebas tersebut adalah persaingan para

pelaku usaha dalam memenuhi kebutuhan konsumen.6 Dalam persaingan usaha

merupakan sebuah proses di mana para pelaku usaha dipaksa menjadi perusahaan

yang efisien dengan penawaran pilihan-pilihan produk dan jasa dalam harga yang

lebih rendah. Persaingan hanya ada bila ada dua pelaku usaha atau lebih yang

menawarkan produk dan jasa kepada para pelanggan dalam sebuah pasar. Untuk

merebut hati konsumen, para pelaku usaha berusaha menawarkan produk dan jasa

yang menaruk, baik segi harga, kualitas dan pelayanan.7

Fungsi penegakan hukum bertujuan untuk menghilangkan berbagai hambatan

persaingan berupa perilaku bisnis yang tidak sehat. Sementara proses pemberian

saran pertimbangan kepada pemerintah akan mendorong proses reformasi regulasi

menuju tercapainya kebijakan persaingan yang efektif di seluruh sektor ekonomi.

Selama ini, baik dalam proses penegakan hukum maupun dalam analisis kebijakan

Pemerintah, seringkali ditemui bahwa kebijakan menjadi sumber dari lahirnya

berbagai praktek persaingan usaha tidak sehat di beberapa sektor.

Salah satu peran pemerintah adalah bahwa mengatur monopoli dan

memastikan kompetisi. Pedoman Kebijakan Persaingan merupakan sesuatu yang

baik, dilihat sebagai pendukung baik makro-ekonomi (manajemen ekonomi nasional)

strategi dan restrukturisasi ekonomi mikro (mempromosikan perusahaan lebih efisien

dan industri). Dukungan ini membutuhkan konsistensi di berbagai bidang terkait

dengan kebijakan persaingan, terutama perdagangan dan kebijakan industri,

5 Benny Pasaribu, Jurnal Persaingan Usaha Edisi 2, (Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia, 2009), hlm. iii. 6 Andi Fahmi Lubis, et. Al., Opcit. 7 Ditha Wiradiputra, Hukum Persaingan Usaha: Suatu Pengantar, Bahan Ajar Hukum Persaingan Usaha Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

6

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

restrukturisasi aset negara, dan pendekatan untuk memberdayakan pengusaha-

pengusaha kecil.

Kebijakan persaingan usaha merupakan salah satu bentuk intervensi yang

dilakukan oleh pemerintah terhadap pasar. Dalam konsep kebijakan publik, segala

macam bentuk intervensi pemerintah di pasar dinamakan sebagai regulasi.8 Dalam

arti sempit, regulasi dapat diterjemahkan bebas sebagai bentuk intervensi pemerintah

untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul di pasar berdasarkan mandate

yang diperoleh dari legislatif.

Agar pasar tetap bersaing, tidak boleh ada hambatan yang tidak perlu masuk

ke dalamnnya sehingga perusahaan baru bisa masuk ketika mereka melihat peluang

bisnis. Hambatan untuk keluar tidak boleh berlebihan, memungkinkan perusahaan

untuk meninggalkan pasar ketika tidak dapat berjalan secara efektif. Sebuah

kebijakan persaingan yang efektif juga harus melindungi hak-hak pengusaha untuk

masuk dan meninggalkan pasar.9

Hampir di seluruh negara telah memiliki kebijakan persaingan dalam

melindungi kegiatan pasar. Tujuan dari kebijakan persaingan adalah:10

1) Untuk mendorong daya guna ekonomi, yang terdiri dari tiga komponen,

yaitu:

a. Efisiensi Produktif – Perusahaan menggunakan biaya paling rendah untuk

memproduksi barang dan jasa dengan maksimal dari masukan yang

diberikan.

b. Efisiensi Alokasi – Sumber daya yang disalurkan ke sector-sektor di

mana tempat untuk menghasilkan barang dan jasa yang dihargai

konsumen.

c. Efisiensi Dinamis – Pelaku usaha berusaha untuk mempertahankan daya

saing mereka dengan berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan,

inovasi, pemasaran dan manajemen untuk tetap mengikuti perubahan

teknologi, prefensi, dan produk. 8 Ibid, hlm. 489. 9 Ibid. 10 <http://www.tariffcommission.gov.ph/competit.html>, diakses 6 November 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

7

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

2) Untuk memperbaiki kekurangan pasar;

3) Untuk meningkatkan kesejahteraan konsumen;

4) Untuk mencapai perumbuhan ekonomi yang lebih tinggi ;

5) Untuk meningkatkan daya saing, baik di pasar domestik dan luar negeri.

Pada dasarnya dalam dunia bisnis, upaya untuk memperoleh keuntungan yang

sebesar-besarnya merupakan perilaku yang wajar, akan tetapi langkah-langkah yang

diambil untuk mencapai tujuan tersebut harus tetap dalam koridor yang

diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Persaingan yang

sehat akan terjadi hanya dan jika ada perubahan perilaku berusaha yang sehat yang

nantinya akan dihasilkan suatu produk atau jasa dengan banyak ragam pilihan,

kualitas yang lebih baik serta harga yang sangat kompetitif.

Untuk menjaga pasar yang sempurna ini dibentuklah undang-undang anti

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (antitrust laws). Antitrust laws awalnya

berasal dari aturan hukum yang ditujukan untuk mencegah pengelompokan kekuatan

insutri-industri yang membentuk “trust” (sejenis kartel atau penggabungan) untuk

memonopoli komoditi-komoditi strategis dan menyingkirkan para pesaing lain yang

tidak tergabung dalam trust tersebut.11

Antitrust laws telah diuraikan sebagai sebuah piagam yang komprehensif

mengenai kebebasan ekonomi yang bertujuan untuk membangun persaingan bebas

sebagai aturan perdagangan.12 Pembuatan undang-undang dilakukan oleh pemerintah

untuk mengatur berbagai perdagangan dan perdangangan dengan mencegah dari

perbuatan yang melanggar hukum, penetapan harga dan monopoli, untuk

menyelenggarakan persaingan, dan untuk mendorong produksi barang dan jasa yang

berkualitas dengan harga yang rendah dengan tujuan utama uantuk menjaga

kesejahteraan masyarakat dengan memastikan bahwa tuntutan konsumen akan

dipenuhi oleh pembuatan dan penjualan barang pada harga yang wajar.

11 Andi Fahmi Lubis, et. Al, Opcit, hlm. 4. 12 Wilbur L. Fugate, Foreign Commerce and The Antitrust Laws, (Canada: Little, Brown & Company, 1982), hlm. 1.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

8

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Kebijakan tentang hukum antitrust bukanlah hal yang baru diakui oleh

negara-negara di dunia. Amerika Serikat sudah melarang praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat sejak tahun 1890 dengan adanya Sherman Act.13

Dengan diadakannya Kongres Amerika Serikat yang mengesahkan undang-

undang berjudul “Act to Protect Trade and Commerce Against Unlawful Restraints

and Monopolies”, yang lebih dikenal dengan Sherman Act, kekuasaan pasar dari

berbagai konglomerasi swasta yang besar dan kuat, yang pada waktu itu dipandang

sangat dominan dalam perekonomian dapat dikontrol dari perilaku-perilaku

diksriminatif yang merugikan konsumen akibat kekuatan monopolistik atau

oligopolistik yang mereka peroleh dari posisi dominan di pasar. Mahkamah Agung

Amerika Serikat mendefinisikan antitrust adalah suatu perjanjian komprehensif yang

bebas dan tidak terganggu sebagai prinsip utama perdagangan.14

The Sherman Act dimaksudkan untuk memerangi persekongkolan bisnis dari

perekonomian Amerika selama abad ke-19, dan sampai saat terdapat 2 kategori

prilaku yang tetap menjadi landasan penegakan antitrust law. Pertama, menyatakan

pelanggaran, melarang kontrak, persekongkolan dan konspirasi yang membatasi

perdagangan, dan mengatur penjara dan denda untuk pelanggaran. Pelaku usaha yang

membentuk kombinasi seperti itu ajan didenda sebesar $5.000 dan satu tahun penjara.

Individu dan perusahaan yang menderita kerugian karena persekongkolan

diperbolehkan untuk menuntut di pengadilan federal untuk ganti rugi. Kedua,

melarang monopoli, berusaha untuk berkonspirasi untuk memonopoli "setiap bagian

dari perdagangan atau perdagangan di antara beberapa negara, atau dengan negara

asing".

Selanjutnya, muncul empat perundang-undangan sebagai perubahan atau

tambahan untuk memperkuat aturan hukum sebelumnya. Antitrust law terbukti dapat

mencegah pemusatan kekuatan ekonomi pada sekelompok perusahaan sehingga

perekonomian lebih tersebar, membuka kesempatan usaha bagi para pendatang baru,

13 Ernest Gellhorn dan William E. Kovacic, Antitrust Law and Economics, (United States of America: West Publishing Co., 1994), hlm. 1. 14 Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2006), hlm. 405.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

9

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

serta memberikan perlindungan hukum bagi terselenggaranya proses persaingan yang

berorientasi pada mekanisme pasar.

Pertama, terjadi pada tahun 1914 diterbitkan undang-undang baru yaitu

Clyton Act untuk memperkuat Sherman Act. Undang-undang ini mencantumkan

empat jenis persaingan yang tidak adil yang melanggar hukum, diantaranya adalah

diskriminasi harga, kontrak eksklusif dan mengikat, pembelian saham

antarperusahaan, direksi yang merangkap.15 Pada tahun ini juga diterbitkan Act to

Create a Federal Trade Commission, to Define Its Powers and Duties, and For Other

purposes yang dikenal dengan nama Federal Trade Commission Act (FTC).16

Kedua, dilakukan pada tahun 1936 yaitu dengan nama Robinson-Patman Act,

dan melarang penjualan yang lebih murah kepada seorang pembeli atau `pasar

dibanding lainnya atau untuk menjual pada "harga rendah" dengan tujuan merusak

persaingan atau menyingkirkan pesaing. Undang-undang ini juga berusaha

melindungi pengecer kecil (terutama toko-toko makanan dan obat-obatan kecil) dari

persaingan harga yang dilakukan pengusaha jaringan toko ritel, karena kemampuan

mereka untuk memperoleh harga yang lebih murah dan biaya konsesi perantara atas

pembelian dalam jumlah besar dari pemasok.17

Ketiga, dilakukan pada tahun 1938 yaitu dengan nama Wheeler-Lea Act yang

mengamandemen FTC dan melarang penayangan iklan yang salah dan menyesatkan

atas produk makanan, obat-obatan, alat-alat korektif dan produk kosmetik yang

diperdagangkan antarnegara bagian. Tujuan utamanya adalah melindungi konsumen

dari penayangan iklan yang menyesatkan.18

Keempat, pada tahun 1950 terbentuklah Celler-Kefauver Antimerger Act.

Undang-undang ini menutup kelemahan dalam Pasal 7 Clyton Act yang melarang

membeli saham perusahaan pesaing tetapi mengizinkan pembelian asset perusahaan

persaing. Undang-undang ini melarang tidak hanya melarang pembelian saham tetapi

15 Suparno, Regulasi Pemerintah Untuk Mendukung Kalangan Bisnis Serta Melindungi Konsumen, Pekerja dan Lingkungan, <www.kk.mercubuana,ac,id>, diakses 9 Oktober 2012. 16 Ayudya D. Prayoga, et. Al. (Ed.), Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia, (Jakarta: Proyek Elips, 1999), hlm. 31. 17 Suparno, Loc.cit. 18 Ibid.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

10

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

juga asset perusaan saingan, jika pembelian tersebut secara nyata mengurangi

persaingan atau cenderung menciptakan monopoli.19

Hampir semua negara pada sekarang ini memiliki undang-undang antitrust

untuk menjaga keseimbangan perekonomiannya dan agar selalu tercipta persaingan

yang sempurna. Negara-negara yang menganut sistem common law tidak sedikit yang

berkiblat pada Sherman Act dan perubahan-perubahannya dalam menegakkan

peraturan antitrust laws.

Australia adalah salah satu negara common law yang berkiblat kepada

Sherman Act dalam mengatur persaingan usaha di negaranya. Pada tahun 1906,

Australia mengundangkan The Australian Industries Preservation Act (AIPA). Dalam

hal ini, masing-masing negara memiliki batasan-batasan tersendiri sesuai dengan

konstitusi negara masing-masing. Pada tahun 1965, Restrictive Trade Practice Act

menggantikan undang-undang sebelumnya. Pada saat pemerintah buruh berkuasa,

Trade Practice Act (TPA) menjadi undang-undang sesudah amandemen yang

substansial dilakukan pada tahun 1973 dan kemudian efektif diberlakukan pada

tanggal 24 Agustus 1974.20

Berdasarkan amandemen undang-undang ini, kemudian didirikanlah suatu

lembaga yang diberi kewenangan untuk mengawasi dan melindungi prilaku anti

persaingan usaha yang bernama Australian Competition and Consumer Commission

atau ACCC.21

Berbeda dengan Perancis yang menganut sistem civil law, memiliki sistem

yurisdiksi yaitu líordre judiciaire (mencakup pengadilan sipil dan komersial, serta

pengadilan pidana) dan líordre administratif (pengadilan administratif). Semua ini

pengadilan mungkin menerapkan hukum pesaingan, baik ketika pelanggaran hukum

persaingan adalah obyek dari tindakan utama atau obyek dari tindakan kedua.22

Lain lagi di Jepang, negara ini memiliki antitrust law yang diberi nama the

Antimonopoly Law (AML). Dengan berlakunya undang-undang tersebut, beberapa

19 Ibid. 20 Andi Fahmi Lubis, et.al., Opcit, hlm. 7. 21 Ibid, hlm. 8. 22 Nicholas Bessot, France, <www.ec.europa.eu>, diakses 10 Oktober 2012, hlm. 1.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

11

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

industry raksasa di Jepang terpaksa direstrukturisasi dengan memecah diri menjadi

perusahaan lebih kecil.

Di Indonesia, antitrust law diatur dalam Undang-Undang Nomkor 5 Tahun

1999 Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 33 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang kemudian disebut UU Anti

Monopoli.23 Untuk mewujudkan konsep perekonomian yang menganut sistem

ekonomi pasar (market economy) dan persaingan sehat seperti yang diinginkan oleh

dunia usaha serta program pemulihan ekonomi Indonesia maka bulan Januari 1998

dilakukan penandatanganan Memorandum Kesepakatan (letter of intent) antara

pemerintah Indonesia dengan International Monetary Fund (IMF), yang kemudian

dipertegas dan dituangkan dalam Memorandum Tambahan Mengenai Kebijakan

Ekonomi dan Keuangan Pemerintah Ri (Supplementary Memorandum of Economic

and Financial Policies/MEFP of the Government of Indonesia) pada 10 April 1998.24

Pemerintah Indonesia menyepakati untuk melaksanakan berbagai pembaharuan

sturtural, salah satunya adalah untuk mempersiapkan Rancangan UU Anti Monopoli

yang bertujuan untuk mengubah ekonomi Indonesia menjadi suatu ekonomi yang

terbuka, kompetitif dan efisien.25

Suatu UU Anti Monopoli yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi

berjalannya ekonomi pasar. Undang-undang ini melarang perjanjian yang

menghambat persaingan, penyalahgunaan kekuasaan monopoli dan penggabungan

perusahaan-perusahaan besar yang menguasai pasar. Undang-undang ini menjamin

terbukanya akses pasar untuk semua pihak.26 Tujuan dari pembentukan UU Anti

Monopoli ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus. Secara umum tujuan diberlakukannya UU Anti Monopoli, seperti yang

23 Sutan Remi Sjahdeni, Latar Belakang, Sejarah, dan Tujuan Undang-Undang Larangan Monopoli, (Jakarta: Jurnal Hukum Bisnis May-Juni, 2002), hlm. 13. 24 L. Budi Kagramanto, Larangan Persengkokolan Tender (Perspektif Hukum Persaingan Usaha), (Yogyakarta: Srikandi, 2008), hlm. 7 25 Thee Kian Wie, Aspek-Aspek Ekonomi Ynag Perlu DIperhatikan Dalam Implementasi Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, (Jakarta: Jurnal Hukum Bisnis Vol. 7, 1999), hlm. 64. 26 Kartte, Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha TIdak Sehat, (Jakarta: Etcetera&Katalis, 2002), hlm. 1.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

12

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

terdapat di berbagai negara adalah untuk menjaga kelangsungan persaingan antar

pelaku usaha itu sendiri agar tetap hidup dan diakui keberadannya.27

Di samping tujuan umum, ada beberapa tujuan khusus dari UU Anti

Monopoli, terutama di beberapa negara yang telah lama menganut sistem

perekonomian yang antimonopoli dan persaingan sehat. Tujuan khusus tersebut

adalah negara ingin melindungi sistem kompetetisi, seperti apa yang telah lama

terjadi di Amerika Serikat, dengan menerapkan preserve competitive system atau

memelihara sistem kompetisi.28

Suatu aturan dapat ditegakkan secara baik diperlukan organ penegak hukum.

Suatu aturan hukum yang baik secara formil tidak akan berjalan baik jika tidak

didukung organ penegak hukumnya. Beberapa negara yang memiliki antitrust laws

diantaranya Amerika Serikat, Australia, Jepang, Perancis dan Indonesia otomatis

memerlukan suatu badan penegakan persaingan usaha (competition law enforcement

agency). Penegakan persaingan usaha ini dilakukan dengan membentuk komisi

sebagai pengawasan terhadap perjalannya pasar agat berjalan dengan sempurna.

Peranan komisi persaingan usaha di tiap-tiap negara dalam penyelesian perkara

persaingan usaha adalah berbeda tetapi pada dasarnya adalah untuk memberikan

penilaian apakah terjadi perjanjian-perjanjian yang dilarang dan kegiatan usaha yang

dilarang. Jika komisi ini menilai telah terjadi perjanjian-perjanjian yang dilarang atau

kegiatan usahanya dilarang, maka komisi ini dapat menggunakan wewenang dan

fungsinya untuk memerintahkan penghentian perjanjian-perjanjian dan kegiatan-

kegiatan yang dilarang tersebut.29

Diperlukannya komisi persaingan usaha adalah ditujukan untuk meningkatkan

interaksi dengan para pihak dalam proses anti persaingan usaha dan untuk

memperkuat mekanisme untuk melindungi hak-hak procedural para pihak tersebut.

Langkah-langkah ini akan meningkatkan transparansi dan keadilan dari proses

kompetisi. Mereka memberikan gambaran yang jelas apa yang diharapkan dari

27 L. Budi Kagramanto, Op.Cit, hlm. 13. 28 Ernest Gellhorn dan William E. Kovacic, Opcit, hlm. 38. 29 Marsiyem, Penegakan Hukum Persaingan Usaha, Jurnal Hukum Volume XIV, No. 1, April 2004, <www.isjd.pdii.lipi.go.id>, diakses 10 Oktober 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

13

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

berbagai tahap penyelidikan antitrust dan meningkatkan kemampuan untuk

berinteraksi dalam bentuk pelayanan komisi. Apabila ada pihak yang memiliki

sengketa mengenai hak-hak procedural, mereka dapat menyerahkannya kepada

petugas pemeriksaan kompetisi, yang memiliki peran yang ditingkatkan selama

proses keseluruhan antitrust.30

Penegakan hukum persaingan di Amerika Serikat dibebankan kepada dua

institusi yaitu FTC dan Antitrust Division of the Department of Jusrice (DOJ-AD).

FTC berwenang untuk melalukan penyelidikan and investigasi serta menindak

pelanggaran atas antitrust law, sedangkan DOJ-AD berwenang untuk menuntut

pelanggaran tertentu dari antitrust law.31 dengan mengajukan tuntutan kriminal yang

dapat mengakibatkan denda dan hukuman penjara. Lembaga pengawasan untuk

persaingan usaha di Australia adalah the Australia Competition and Consumer

Commission (ACCC).

Perancis meiliki otoritas administrative independen untuk menganalisis dan

mengatur operasi pasar yang kompetitif untuk menjaga tatanan ekonomi yang

bernama Autorité, yang sebelumnya bernama le Conceil de la Concurrence.32 The

Japanese Fair Trade Commission (JFTC) merupakan komisi yang menangani

persaingan usaha di Jepang yang dibentuk meniru FTC di Amerika Serikat.33

Di Indonesia dalam pengawasan praktik anti monopoli dan persiangan usaha

tidak sehat memiliki suatu komisi yang bernama Komisi Pengawas Persaingan Usaha

(KPPU) sesuai dengan Pasal 30 ayat (1) UU N0. 5 Tahun 1999, yang berbunyi:34

(1) Untuk mengawasi pelaksaaan undang-undang ini dibentuk Komisi

Pesaingan Usaha yang selanjutnya disebut Komisi.

30 Commission Reforms Antitrust Procedures and Expands Role of Hearing Officer, <www.europa.eu>, diakses 21 November 2012. 31 Hisory of DOJ-AD, <www.justice.gov>, dikases 18 Desember 2012. 32 Reform of The French Competition Regulatory System: The Conceil De La Concurrence Becomes The Autoritie De La Concurrence, <www.autoritedelaconcurrence.fr> diakses 10 Oktober 2012. 33 Mashahiro Murakami, The Japanese Antimonopoly Act 2003, hlm. 64. 34 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli dan Persaingan Usaha TIdak Sehat.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

14

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

(2) Komisi adalah suatu lembaga independen yang terlepas dari pengaruh dan

kekuasaan pemerintah serta pihak lain.

(3) Komisi bertanggung jawab terhadap presiden.

KPPU merupakan lembaga negara yang state auxiliary organ. Secara

sederhana state auxiliary organ adalah lembaga negara yang dibentuk di luar

konstruksi dan merupakan lembaga yang membantu pelaskanaan tugas lembaga

negara pokok (eksekutif, legislative dan yudkatif).35 Dalam mengemban tugas

menegakkan UU Anti Monopoli, kekuasaan KPPU bersifat absolut, monopolistik

serta berposisi dominan, sehingga mampu berbuat apa saja, tanpa ada yang dapat

dilakukan pihak lain untuk menghentikan.

Banyak pro kontra terhadap penilaian kekuasaan KPPU yang bersifat absolute

ini, diperparah dengan banyaknya kasus perkara persaingan usaha yang mengalahkan

KPPU di depan pengadilan sampai Mahkamah Agung. Contoh pada Kasus Kartel

Obat PT. Pfizer Indonesia dan PT. Dexa Medica melawan KPPU; Kasus PT.

Carrefour yang mengalahkan KPPU; dan beberapa kasus lainnya memperlihatkan

bahwa KPPU sulit untuk membuktikan dugannya-dugaannya terhadap perkara

persaingan usaha. KPPU yang juga berwenang untuk menjatuhkan putusan dapat

bertindak tidak objektif karena dia merupakan lembaga yang di beri kewenangan dari

penyelidikan sampai penjatuhan putusan.

Dalam penulisan ini, penulis akan membandingkan peranan komisi

persaingan usaha di berbagai negara yaitu Amerika Serikat, Australia, Perancis dan

Jepang dalam penyelesaian perkara persaingan usaha berdasarkan tugas dan

kewenangan komisi di negara masing-masing. Kekalahan yang sering terjadi pada

KPPU dapat saja menunjukkan bahwa KPPU belum melaksanakan peranan yang

sangat besar ini dengan baik. Kekuasaan KPPU bersifat absolut, monopolistik serta

berposisi dominan, sehingga mampu berbuat apa saja, tanpa ada yang dapat dilakukan

pihak lain untuk menghentikan ini dapat merugika dunia usaha.

35 Jumly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, (Jakarta: Tim Konpress, 2006), hlm. 24.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

15

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah

yang akan penulis angkat dalam rencana penelitian ini, antara lain:

1. Bagaimanakah sistem penyelesaian perkara persiangan usaha di negara

Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Jepang?

2. Bagaimanakah peranan KPPU dalam pengangan perkara persaingan usaha

dibandingkan dengan Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Jepang?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memberikan perbandingan sistem

penyelesaian perkara persaingan usaha di berbagai negara, yaitu Amerika

Serikat, Australia, Perancis dan Jepang yang dimaksud untuk memberikan

gambaran atau pilihan penyelesaian persaingan usaha yang lebih baik

untuk KPPU agar ke depannya berkerja lebih baik.

2. Tujuan khusus dalam penelitian ini, antara lain:

a. Untuk mengetahui perbandingan sistem penyelesaian perkara

persaingan usaha di Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Jepang.

b. Untuk menganalisis peranan KPPU dalam penanganan perkara

persaingan usaha dibandingkan dengan di Amerika Serikat, Australia,

Perancis dan Jepang.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat diperoleh dari penulisan tesis

ini adalah diharapkan dapat memberi masukan kepada KPPU agar dapat bekerja lebih

baik dan juga kepada pemerintah agar mengkaji ulang mengenai peranan KPPU

dalam penyelesaian perkara persaingan usaha berdasarkan tugas dan kewenangan

komisi di negara. Selain itu juga diharapkan menjadi materi bagi pembacanya, baik

umum maupun para akademisi khususnya mengkaji sistem penyelesaian perkara

pesaingan usaha oleh KPPU.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

16

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

1.5 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan pernyataan yang saling berhubungan dan tersusun

dalam sistem deduksi.36 Rencana penelitian tesis ini menerapkan teori hukum dalam

menganalisis data. Menurut Bruggink, teori hukum adalah seluruh pernyataan yang

saling berkaitan berkenaan dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan

putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut untuk sebagian yang dipositifkan.

Kerangka teori yang digunakan untuk menganalisis data dalam rencana

penelitian tesis ini adalah teori kewenangan. Teori ini dimaksudkan untuk membahas

dan menganalisis tentang perbandingan penyelesaian perkara persaingan usaha di

berbagai negara, yaitu Amerika Serikat, Australia, Perancis, Jepang dan Indonesia,

dalam hal ini untuk mengalisis bagaimana kewenangan dan fungsi KPPU dalam

menyelesaikan perkara persaingan usaha dibandingkan dengan komisi persaingan

usaha dari negara-negara tersebut. Secara konseptual, istilah wewenang atau

kewenangan sering disejajarkan dengan istilah Belanda “bevoegdheid” (wewenang

atau berkuasa).

Dalam hukum publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan. Kekuasaan

memiliki makna yang sama dengan wewenang karena kekuasaan yang dimiliki oleh

eksekutif, legislative dan yudikatif adalah kekuasaan formal. Kekuasaan merupakan

unsure esensial dari suatu negara dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di

samping unsure-unsur lainnya, yaitu hukum; kewenangan (wewenang); keadilan;

kejujuran; kebijakbestarian; dan kebijakan.37

Menurut Ateng Syafrudin ada perbedaan antara pengertian kewenangan dan

wewenang.38 Kita harus membedakan antara kewenangan (authority, gezag) dengan

wewenang (competence, bevoegheid). Kewenangan adalah apa yang disebut

kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh

36 Jan Gijssels dan Mark Van Hoecke dalam B. Arif Sidharta, Apakah Teori Hukum itu?,

(Bandung: Laboratorium Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, 2001), hlm. 3. 37 Rusadi Kantaprawira, Hukum dan Kekuasaan, (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 1998), hlm. 37. 38 Ateng Syarifudin, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV, (Bandung, Universita Parahyangan, 2000), hlm. 22.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

17

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

undang-undang, sedangkan wewenang hanya mengenai suatu “onderdeel” bagian

tertentu saja dari kewenangan. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenanng

(rechtsbe voegdheden). Wewenang merupakan lingkup tindakan hukum public,

lingkup wewenang pemerintahan, tidak hanya meliputi wewenang membuat

keputusan pemerintah (bestuur), tetapi meliputi wewenang dalam rangka pelaksanaan

tugasm dan memberikan wewenang serta distribusi wewenang utamanya ditetapkan

dalam peraturan perundang-undangan.

F.P.C.L. Tonner dalam Ridwan HR berpendapat “Overheidsbevoegdheid

wordt in dit verband opgevad als het vermogen om positief recht vast te srellen en

Aldus rechtsbetrekkingen tussen burgers onderling en tussen overhead en te

scheppen”. Kewenangan pemerintah dalam kaitan ini dianggap sebagai kemampuan

untuk melaksanakan hukum positif, dan dengan begitu dapat diciptakan hubungan

hukum antara pemerintahan dengan waga negara.39

Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai

dasar dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan disetiap negara

hukum. Dengan kata lain, setiap penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan

harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang.

Dengan demikian, substansi asas legalitas adalah wewenang, yaitu suatu kemampuan

untuk melakukan suatu tindakan-tindakan hukum tertentu.

Dengan begitu, kewenangan memiliki pengertian yang berbeda dengan

wewenang. Kewenangan merupakan kekuasaan formal yang berasal dari undang-

undang, sedangkan wewenang adalah suatu spesifikasi dari kewenangan, artinya

siapa saja yang diberikan kewenangan oleh undang-undang, maka ia berwenang

untuk melakukan sesuatu yang tersebut dalam kewenangan itu.

I Dewa Gede Atmadja, dalam penafsiran konstitusi, menguraikan sebagai

berikut :

“Menurut sistem ketatanegaraan Indonesia dibedakan antara wewenang otoritatif dan wewenang persuasif. Wewenang otoritatif ditentukan secara

39 Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), hlm. 100.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

18

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

konstitusional, sedangkan wewenang persuasif sebaliknya bukan merupakan wewenang konstitusional secara eksplisit”.40

Wewenang otoritatif untuk menafsirkan konstitusi berada ditangan MPR,

karena MPR merupakan badan pembentuk UUD. Sebaliknya wewenang persuasif

penafsiran konstitusi dari segi sumber dan kekuatan mengikatnya secara yuridis

dilakukan oleh :

1. Pembentukan undang-undang; disebut penafsiran otentik;

2. Hakim atau kekuasaan yudisial, disebut penafsiran Yurisprudensi;

3. Ahli hukum; disebut penafsiran doctrinal.

Setiap tindakn pemerintahan dan/atau pejabat umum harus bertumpu pada

kewenangan yang sah. Kewenangan itu diperoleh melalui 3 sumber:

Atribusi: wewenang yang diberikan atau ditetapkan untuk jabatan tertentu.

Dengan demikian wewenang atribusi merupakan wewenang yang melekat

pada suatu jabatan.

Pelimpahan

a. Delegasi: wewenang yang bersumber dari pelimpahan suatu organ

pemerintahan kepada organ lain dengan dasar peraturan perundang-undangan

b. Mandat: wewenang yang bersumber dari proses atau prosedur pelimpahan

dari pejabat atau badan yang lebih tinggi kepada pejabat yang lebih rendah

(atasan bawahan).

Wewenang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga komponen yaitu pengaruh,

dasar hukum, dan konformitas hukum. Komponen pengaruh ialah bahwa penggunaan

wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan prilaku subyek hukum, komponen

dasar hukum ialah bahwa wewenang itu harus ditunjuk dasar hukumnya, dan

komponen konformitas hukum mengandung adanya standard wewenang yaitu

standard hukum (semua jenis wewenang) serta standard khusus

(untuk jenis wewenang tertentu).41

40 I Dewa Gede Atmadja, Penafsiran Konstitusi Dalam Rangka Sosialisasi Hukum: Sisi Pelaksanaan UUD 1945 Secara Murni dan Konsekuen, Pidato Pengenalan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Hukum Tata Negara Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana 10 April 1996, hlm. 2.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

19

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

KPPU adalah sebuah lembaga yang bertugas untuk menjalankan amanat yang

tertuang dalam Undang-Udang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sampai saat ini, sudah banyak

kasus/sengketa persaingan usaha tidak sehat yang dinyatakan tidak bersalah maupun

yang dihukum secara administratif. KPPU dalah sebuah lembaga yang independen,

tidak terpengaruh oleh kepentingan dari manapun, baik eksekutif maupun dari pihak

lain.42

Hal ini menenjukkkan bahwa KPPU sebagai satu-satunya lembaga penegak

hukum di bidang praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat diberi

kepercayaan penuh oleh Presidan dan Dewan Perwakilan Rakyat dan bertanggung

jawab kepada Presiden.

1.5 Kerangka Konsepsional

Dalam upaya mendapatkan pemahaman yang baik dan menghindari

interpretasi yang berlainan, akan dijelaskan pengertian dari berbagai istilah yang

sering digunakan dalam rencana penelitian tesis ini. Adapun kerangka konsepsional

yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang

dan/atau atas penggunaan jasa tertenti oleh satu pelaku usaha atau satu

kelompok pelaku usaha.43

2. Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih

pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau

pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan

persaingan usaha tidak sehat dan daoat merugikan kepentingan umum.44

41 Philipus M. Hadjon, Penataan Hukum Administrasi, Tentang Wewenang, (Surabaya: Fakultas Hukum Unair, 1998), hlm. 2. 42 Sukarmi, Peran Kepolisian Republik Indonesia Dalam Penegakan Hukum Persiangan Usaha, Jurnal Persaingan Usaha Edisi 4, (Jakarta: KPPU, 2010), hlm. 28. 43 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 1 Angka 1. 44 Ibid, Pasal 1 Angka 2.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

20

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

3. Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu

pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat

menentukan harga barang dan/atau jasa.45

4. Posisi dominan adalah keadaan di mana pelaku usaha tidak mempunyai

pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa

yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara

pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan

keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta

kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa

tertentu.46

5. Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara

Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian,

menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.47

6. Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam

menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa

yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau

menghambat persaingan usaha.48

7. Perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk

mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lan dengan nama

apa pun, baik tertulis maupun tidak tertulis.49

8. Persengkongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerjasama yang

dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud

untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang

bersekongkol.50

45 Ibid, Pasal 1 Angka 3. 46 Ibid, Pasal 1 Angka 4. 47 Ibid, Pasal 1 Angka 5. 48 Ibid, Pasal 1 Angka 6. 49 Ibid, Pasal 1 Angka 7. 50 Ibid, Pasal 1 Angka 8.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

21

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

9. Pasar adalah lembaga ekonomi di mana para pembeli dan penjual baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat melakukan transaksi

perdagangan barang dan/atau jasa.51

10. Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan daerah

pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan/atau jasa yang sama

atau sejenis atau substitusi dari barang dan/atau jasa tersebut.52

11. Struktur pasar adalah keadaan pasar yang memberikan petunjuk tentang

perilaku pelaku usaha dan kinerja pasar antara lain jumlah penjual dan

pembeli, hambatan masuk dan keluar pasar, keragaman produk, sistem

distribusi, dan penguasaan pangsa pasar.53

12. Perilaku pasar adalah tindakan yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam

kapasitasnya sebagai pemasok atau pembeli barang dan/atau jasa untuk

mencapai tujuan perusahaan antara lain pencapaian laba, pertumbuhan

asset, target penjualan, dan metode persaingan yang digunakan.54

13. Pangsa pasar adalah presentase nilai jual atau eli barang atau jasa tertentu

yang dikuasai oleh pelaku usaha pada pasar bersangkutan dalam tahun

kalender tertentu.55

14. Harga pasar adalah harga yang dibayar dalam transaksi barang dan/atau jasa

sesuai kepastian antara para pihak di pasar bersangkutan.56

15. Konsumen adalah setiap pemakai dan/atau pengguna barang dan/atau jasa

baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan orang lain.57

16. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik

bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,

dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha.58

51 Ibid, Pasal 1 Angka 9. 52 Ibid, Pasal 1 Angka 10. 53 Ibid, Pasal 1 Angka 11. 54 Ibid, Pasal 1 Angka 12. 55 Ibid, Pasal 1 Angka 13. 56 Ibid, Pasal 1 Angka 14. 57 Ibid, Pasal 1 Angka 15. 58 Ibid, Pasal 1 Angka 16.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

22

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

17. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang

diperdagangkan dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau

pelaku usaha.59

18. Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah komisi yang dibentuk untuk

mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak

melakukan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.60

19. Pengadilan Negeri adalah pengadilan, sebagaimana dimaksud dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku, di tempat kedudukan usaha

pelaku usaha.61

20. Mahkamah Agung adalah lembaga negara yang melakukan kekuasaan

kehakiman, yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk

menegakkan hukum dan keadilan yang berwenang mengadili pada tingkat

kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang

dan wewenang lain yang diberikan Undang-undang.62

21. Kartel adalah suatu kerjasama dari pelaku usaha produk tertentu yang

bertujuan untuk mengawasi produksi, penjualan dan harga serta untuk

melakukan monopoli terhadap komoditas atau industri tertentu.63

1.7 Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam upaya pengumpulan data

atau bahan dalam rencana penelitian ini adalah metode penelitian normatif

yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka

atau data sekunder, karena yang dikaji adalah norma hukum berdasarkan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan peraturan larangan praktik

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat lainnya. Tipe penelitian rencana

59 Ibid, Pasal 1 Angka 17. 60 Ibid, Pasal 1 Angka 18. 61 Ibid, Pasal 1 Angka 19. 62 Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 20 Ayat 1. 63 Hendy Campbell dalam Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 63.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

23

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

tesis ini merupakan penellitian doktrinal, yang penelitian-penelitian atas

hukum yang dikonsepkan dan dikembangkan atas doktrin yang dianut sang

pengembangnya.

2. Jenis Data

Data yang digunakan untuk rencana penelitian ini adalah data sekunder,

yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka. Dalam rencana penelitian ini,

data yang digunakan meliputi:

a. Bahan hukum primer, yaitu berupa ketentuan hukum dan perundang-

undangan yang terkait, antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2) Peraturan Mahkamah AGung Republik Indonesia Nomor 03 Tahun

2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan

terhadap Putusan KPPU;

3) Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 1 Tahun 2010

tentang Tata Cara Penanganan Perkara;

4) Peraturan Komisi Pengawa Persaingan Usaha No. 04 Tahun 2010

tentang Pedoman Pelaksanaan Pasal 11 tentang Kartel;

5) Sherman Act 1890

6) Clyton Act 1914

7) Robinson-Patman Act 1936

8) Wheeler-Lea Act 1938

9) Trade Practice Act 1974

10) Competition and Consumer Act 2010

11) Ordonansi 1986

12) Nouvelles Regulations Economiques (RNE)

13) Japanese Antitrust Law(the Antimonopoly Law)

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

24

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi

atau hal-hal yang berkaitan isi sumber hukum primer serta

implementasinya, antara lain:

1) Buku-buku yang berkaitan dengan larangan praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat, khususnya peranan KPPU dalam

penyelesaian perkara persaingan usaha.

2) Jurnal dan makalah yang terkait dengan permasalahan pada rencana

penelitian tesis ini.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan hukum yang memebrikan

penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan sekunder yaitu

hukum dan berbagai hukum lain yang relevan.

3. Alat Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data terhadap rencana penelitian tesis ini dengan

melakukan suatu kegiatan studi dokumen terhadap data sekunder, yaitu

penulis akan melakukan studi dokumen atau bahan pustaka.

4. Analisis Data

Dalam rencana penelitian tesis ini, penulis menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif. Data primer dan sekunder yang diperoleh akan

dikemukakan dan dianalisis untuk memperoleh jawaban dan masakah yang

akan diteliti.

1.8 Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam tesis ini akan diuraikan secara sistematis. Penulisan ini

terbagi ke dalam empat bab, antara lain:

Bab 1. Pendahuluan

Bab ini akan memberikan pandangan umum tentang tulisan ini, dimana akan

diuraikan mengenai latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian,

kerangka terori, kerangka konsepsional, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

25

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Bab 2. Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Negara Amerika Serikat,

Australia, Perancis dan Jepang.

Dalam bagian ini penulis mencoba menjabarkan perbandingan mengenai

sistem penyelesaian perkara persaingan usaha Amerika Serikat, Australia, Perancis

dan Jepang.

Bab 3. Peranan KPPU dalam Penanganan Perkara Persaingan Usaha Dibandingkan

di Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Jepang.

Bab ini akan dibahas mengenai peranan KPPU dalam penanganan perkara

persaingan usaha melalui contoh-contoh kasus yang pernah ditangani KPPU

dibandingkan dengan Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Jepang. Pada bab ini

juga akan menjelaskan apakah peranan KPPU dalam menyelesaikan perkara

persaingan usaha di Indonesia sudah tepat atau belum tepat.

Bab 4. Penutup

Bab ini terdiri dari dua sub bab, yaitu kesimpulan penulis berdasarkan pokok

permasalahan dan analisis data serta saran bagi pihak-pihak terkait.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

26 UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

BAB 2

SISTEM PENYELESAIAN PERKARA PERSAINGAN USAHA di NEGARA AMERIKA SERIKAT, AUSTRALIA, PERANCIS dan JEPANG

2.1 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Amerika Serikat

2.1.1 Clayton Act dan Federal Trade Commission (FTC) Act

The Clayton Act disetujui pada tahun 1914, memperluas peran pemerintah

dalam mengatur usaha dan menjadi dasar peraturan untuk mengatur sebagian besar

persaingan usaha pada saat ini. Berbeda dengan Sherman Act yang menjadi dasar

untuk peraturan antitrust di Amerika Serikat, Clayton Act menjelaskan dengan lebih

rinci mengenai bahaya praktik anti persaingan usaha dengan memberikan “fair

warning” kepada para pelaku usaha.64

Section 2 dari undang-undang ini melarang penjual melakukan diskriminasi

harga terhadap para pembeli yang membeli barang-barang yang sama kualitasnya,

apabila perbuatan itu mengakibatkan secara berarti berkurangnya persaingan atau

dapat menimbulkan praktik monopoli. Tujuan dari section 2 ini adalah untuk

melindungi para pengusaha kecil terhadap penetapan harga yang rendah yang

dilakukan oleh mereka yang memiliki posisi dominan yang bertujuan untuk

menyingkirkan para pengusaha kecil.

Clayton Act secara khusus melarang beberapa jenis perilaku yang berbahaya

bagi persaingan, seperti:

1) Diskriminasi harga;

2) Pembagian khusus;

3) Tying;

64 Brian Gongol, The Clayton Antitrust Act, <www.gongol.com>, diakses 26 November 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

27

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

4) Marger dan akusisi.

Dalam kasus di atas, perilaku tersebut hanya dilarang jika secara substansial

membatasi persaingan atau menciptakan monopoli. Selain itu, Clayton Act melarang

individu menjadi pemimpin dari dua atau lebih usaha yang bersaing di pangsa pasar

yang sama Clayton Act mendirikan FTC dan AD-DOJ.65 Pihak swasta juga

diperbolehkan untuk menuntut ganti rugi (termasuk kerugian) dan penegasan

keputusan apabila mereka dirugikan oleh perilaku yang dilarang oleh undang-undang

ini. Clayton Act tidak secara tegas melarang “pembesaran”, namun mengatur “cara

pembesaran” itu tercapai. Clayton Act diinterpretasikan atas tanggung jawab suatu

usaha dan para pihak yang terkena dampak tindakan bisnis.

Pada tahun yang sama, 1914, diterbitkan Act to Create a Federal Trade

Commission to Define Its Power and Duties, and For Other purposes, atau yang lebih

dikenal dengan FTC Act.66 FTC Act melarang metode, tindakan dan praktik

persaingan curang dalam perdagangan antarnegara. Undang-undang ini membuat

FTC, komisi bipartisan dari lima yang ditunjuk oleh presiden, diperkuat oleh Senat,

pelanggaran ditindak oleh polisi berdasarkan Title 15 U.S.C. §§ 41-58 FTC Act.

FTC adalah salah satu lembaga administrasi awal, sebagai bagian dari

diberlakukannya Clayton Act dan FTC Act. Kedua undang-undang ini melarang

praktik bisnis yang anti persaingan atau menghilangkan persaingan yang merugikan

konsumen, investor dan pelaku usaha secara umum.

Fungsi FTC adalah untuk melawan tindakan penipuan dan praktik perilaku

anti persaingan usaha. FTC memberlakukan Clayton Act dan FTC Act, serta sejumlah

undang-undang anti monopoli dan perlindungan konsumen lainnya.67

FTC terdiri dari lima komisaris, yang diangkat oleh Presiden, oleh dan dengan

nasihat dan persetujuan dari Senat. Tidak lebih dari tiga Komisaris menjadi anggota

dari partai politik yang sama. Para Komisaris yang diangkat pertama kali akan terus

65 Departement of Justice (DOJ), <www.uslf.practicallaw.com>, diakses 26 November 2012. 66 Ayuda D. Prayoga, et. Al, Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia, (Jakarta: Proyek ELips, 1999), hlm. 31. 67 Federal Trade Commission of Promotion of Export Trade and Prevention of Unfair Methods of Competition, Legal Information Institute, <www.law.cornell.ed>, diakses 27 November 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

28

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

menjabat dalam jangka masing-masing tiga, empat, lima, enam dan tujuh tahun,

mulai 26 September 1914, jangka waktu masing-masing akan ditunjuk oleh Presiden,

namun penerus mereka akan diangkat untuk jangka waktu tujuh tahun, kecuali orang

tersebut dipilih untuk mengisi lowongan hanya diangkat untuk jangka waktu yang

belum berakhir dari Komisaris yang akan digantikan. Setelah berakhirnya masa

jabatan tersebut, harus tetap melayani tugasnya sampai penerusnya telah diangkat dan

berkualitas.68

Presiden harus memilih seorang ketua dari keanggotaan Komisi. Komisaris

tidak boleh terlibat dalam usaha atau jabatan lainnya. Setiap Komisaris dapat dipecat

oleh Presiden karena inefisiensi, pengabaian tugas atau pelanggaran jabatan.

Kekosongan di Komisi tidak akan merugikan hak komisaris yang tersisa untuk

melaksanakan semua kekuasaan Komisi. Komisi harus memiliki segel resmi, yang

harus diperhatikan secara hukum.69

Visi dari FTC adalah sebuah perekonomian Amerika Serikat yang ditandai

oleh persangan yang kuat antara produsen dan konsumen untuk akses informasi yang

akurat, menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan harga rendah dan mendorong

efisiensi, inovasi dan pilihan konsumen.70

Misi dari FTC adalah untuk mencegah praktik bisnis yang anti persaingan

atau menipu atau tidak adil kepada konsumen, untuk meningkatkan pilihan informasi

kepada konsumen dan pemahaman public tentang proses yang kompetitif, dan untuk

mencapai semua ini tanpa harus membebani kegiatan usaha yang sah.71

Meskipun terdapat perbedaan mengenai efektivitas kebijakan antitrust dengan

para konsumen, pesaing dan pelaku usaha yang mendapatkan keuntungan dari

perekonomian yang kompetitif, kebijakan antitrust merupakan elemen penting dalam

68 Federal Trade Commission Established, <www.law.cornell.edu>, diakses 21 November 2012. 69 Ibid. 70 About the Federal Trade Commission, <www.ftc.gov>, diakses 21 November 2012. 71 Ibid

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

29

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

kebijakan public mengenai bisnis. FTC mendorong persaingan perdagangan yang

bebas dan adil dengan melakukan penyelidikan dan mencagah pelanggaran hukum.72

2.1.2 Kewenangan dan Fungsi Federal Trade Commission

Sejak berdirinya Federal Trade Commission (FTC) pada tahun 1914, komisi

ini telah melindungi para konsumen, investor dan juga pelaku usaha dari praktik anti

persaingan usaha, seperti monopoli, merger, penetapan harga, persekongkolan tender,

penipuan dan atau iklan yang menyesatkan dan klaim yang tidak berdasar. Komisi ini

penting untuk membantu menjalankan ekonomi Amerika Serikat agar berjalan lancar,

aman dan adil untuk para pelaku usaha, konsumen dan investor.

Pada awalnya, FTC dibebankan dengan tanggung jawab untuk mencegah atau

meredam monopoli dan untuk membawa gugatan hukum perdata terhadap

pelanggaran hukum. Monopoli menurut sifatnya adalah anti kompetitif, dan karena

itu berbahaya bagi kepentingan konsumen, investor, pelaku usaha dan perekonomian

pada umumnya.

Berdasarkan FTC Act, FTC berwenang, antara lain:73

1) Mencegah sistem persaingan yang tidak adil, dan tindakan tidak adil atau menipu

atau praktik yang mempengaruhi perdagangan;

2) Mencari ganti rugi dan bantuan lainnya atas tindakan yang merugikan konsumen;

3) Menjelaskan aturan perundang-undangan perdagangan dengan menjelaskan

praktik yang tidak adil atau penipuan, dan menetapkan persyaratan untuk

mencegah tindakan tersebut;

4) Melakukan investigasi berkaitan dengan organisasi, bisnis, praktik, dan

pengelolaan perusahaan yang bergerak di perdagangan;

5) Membuat laporan dan rekomendasi legislatif kepada Kongres.

72 Federal Trade Commission of Promotion of Export Trade and Prevention of Unfair Methods of Competition, Legal Information Institute, <www.law.cornell.ed>, diakses 27 November 2012. 73 Legal Resources –Statutes Relating to Both Missions, <www.ftc.gov>, diakses 27 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

30

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Setiap pelaku, kemitraan atau korporasi yang diharuskan oleh komisi untuk

berhenti dan menghentikan sistem persaingan yang digunakannya, dapat memperoleh

pertimbangan pemerintah melalui pengadilan banding Amerika Serikat, dalam setiap

daerah di mana sistem atau tindakan atau praktik persaingan tersebut dilaksanakan,

atau di mana pelaku, kemitraan atau korporasi tersebut tinggal atau menjalankan

usahanya, dalam waktu enam puluh hari sejak tanggal pelayangan perintah tersebut.

Komisi dapat merubah temuannya mengenai fakta-fakta, atau membuat temuan

baru, dengan alasan bukti tambahan, dan akan mengajukan perubahan atau temuan

baru, yang didukung oleh bukti dan rekomendasi final. Keputusan pengadilan bersifat

final, kecuali bahwa hal yang sama akan ditinjau kembali oleh Mahkamah Agung.74

Setiap pelaku, kemitraan atau korporasi yang melanggar perintah komisi yang

telah menjadi final, dan berlaku, didenda dan harus membayar hukuman perdata tidak

lebih dari $ 10.000 untuk setiap pelanggaran.75

Kedudukan FTC dipertegas dengan adanya penegasan di dalam FTC Act yang

menggambarkan penegasan peradilan terhadap kedudukan FTC sebagai lembaga

yang memiliki kewenangan khusus di bidang persaingan usaha.76 Biro Persaingan

FTC bekerja bersama-sama dengan Biro Ekonomi, memberlakukan antitrust law

untuk kepentingan para konsumen. Biro Persaingan diusulkan untuk memberikan

ulasan mengenai merger dan akuisisi serta peraktik bisnis lainnnya yang mungkin

anti persaingan, dan bila perlu menyerankan komisi melakukan penegakan hukum

untuk melindungi konsumen.77

Biro Persaingan FTC merupakan pembela hak-hak konsumen Amerika

dengan mendukung dan melindungi persaingan secara bebas dan kuat. Ada tiga biro

dari FTC, diantaranya adalah:78

a. Biro Perlindungan Konsumen;

74 §§ 45(c) Review of Order:Rehearing, FTC Act. 75 §§ 45(l) Review of Order:Rehearing, FTC Act. 76 Ningrum Natasya Sirait, et. Al (Ed), Peran Lembaga Peradilan dalam Menangani Perkara Persaingan Usaha, (Jakarta: Partnership for Business Competition, 2003), hlm. 61. 77 Competition Enforcement, <www.ftc.gov>, diakses 27 November 2012. 78 Marc Davis, History of the US FTC, <www.investopedia.com>, diakses 27 November 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

31

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Melindungi konsumen terhadap praktik bisnis menipu atau curang. Termasuk

mandat FTC adalah iklan yang sifatnya menipu dan produk dan/atau klaim

layanan palsu.

b. Biru Ekonomi;

Bekerja sesuai dengan Biro Persaingan untuk mempelajari efek ekonomi dari

inisiatif pembuatan undang-undang FTC dari hukum yang ada. Dalam hal

merger dan akuisisi, misalnya pemberitahuan merger yang berakibat dengan

perdagangan bebas atau harga monopoli yang memberikan dampak besar pada

perekonomian.

c. Biro Persaingan;

Menyelidiki dan mencoba pencegahan praktik bisnis anti persaingan, seperti

monopoli, penetapan harga dan pelanggaran peraturan serupa yang secara

negative dapat mempengaruhi persaingan usaha. Pelanggaran pidana pada hal

ini, ditangani oleh DOJ-AD yang bekerjasama dengan Biro Persaingan.

Kewenangan Biro Persaingan meliputi:79

1) Memberikan ulasan mengenai merger dan akuisisi, serta tantangan yang

akan mereka hadapi yaitu mengakibatkan harga yang lebih tinggi, pilihan

menjadi lebih sedikit atau kurangnya inovasi;

2) Berusaha untuk melawan perilaku anti persaingan usaha, termasuk

monopoli dan kartel;

3) Mendukung persaingan di dunia industri yang memberikan dampak baik

bagi konsumen, seperti perawatan kesehatan, perumahan, minyak dan

gas, tekhnologi dan barang sehari-hari;

4) Memberikan informasi dan menyelenggarakan konferensi dan lokakarya,

bagi konsumen, bisnis dan membuat kebijakan-kebijakan tentang isu-isu

persaingan dan analisis pasar.

Hukum menentukan bahwa FTC hanya bisa menangani pelanggaran Antitrust

Law secara perdata dan tidak memiliki juridiksi kriminal terhadap tindakan pidana

pelanggaran ketentuan Antitrust.80 79 Welcome to the Berau of Competition, <www.ftc.gov>, diakses 27 November 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

32

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Dalam hal penanganan kasus pelanggaran ketentuan persaingan dari sisi

pidana (criminal prosecutions) dilakukan oleh DOJ_AD. Dalam hal penanganan

secara perdata atas Antitrust DOJ-AD, organ ini memiliki kewenangan yang sama

dengan FTC. Untuk mencegah tumpang tindih dalam penanganan kasus; pelanggaran

Antitrust Law secara perdata, maka FTC dan DOJ-AD membagi juridiksi mereka atas

dasar jenis industri serta mengembangkan komunikasi intensif tentang penanganan

kasus-kasus pelanggaran ketentuan persaingan secara perdata.81 Untuk penanganan

kasus pelanggaran ketentuan persaingan dari sisi pidana (criminal prosecutions)

hanya dapat dilakukan oleh DOJ-AD, bukan oleh FTC, sehingga kemungkinan

tumpang tindih kewenangan dalam penegakan hukum persaingan secara pidana tidak

akan terjadi.

Dalam hubungannya mengenai penegakan hukum dan advokasi, FTC

memberikan panduan tentang penerapan undang-undang antitrust AS untuk

mendukung transparansi dan mendorong kepatuhan terhadap hukum. Sumber daya ini

membantu praktisi antitrust, pembuat kebijakan, bisnis, dan konsumen dengan

pertanyaan tentang antitrust law atau kebijakan persaingan. 82

Banyak dari dokumen panduan telah dikembangkan bersama DOJ-AD untuk

mempromosikan kebijakan persaingan yang sehat. Biro Persaingan telah

mengembangkan sumber daya tambahan untuk meningkatkan kepercayaan di pasar

melalui upaya pendidikan dan penjangkauan masyarakat yang diarahkan untuk

konsumen dan bisnis. Sumber daya pendidikan, termasuk Hitungan Persaingan dan

Pedoman Antitrust Law, menginformasikan konsumen mengenai bisnis yang serupa,

menjelaskan manfaat pasar kompetitif dan kerja Komisi untuk mendorong harga yang

80 Roger E. Meiners, Antitrust Enforcement and the Consumer, (Washington DC: US Department of Justice-Antitrust Division, 1998), hlm. 2. 81 Lukman Hakim, Sengketa Kewenangan Kelembagaan Negara dan Penataannya Dalam Kerangka Sistem Nasional, Jurnal Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, hlm. 14, <www.widyagama.ac.id> , diakses 6 Januari 2013. 82 Competition Policy Guidance, <www.ftc.gov>, diakses 27 November.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

33

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

kompetitif, kualitas barang dan jasa yang lebih tinggi, dan memberikan pilihan yang

beragam melalui tindakan penegakannya.83

2.1.3 Kewenangan dan Fungsi Antitrust Division of the Departement of Justice

(DOJ-AD)

DOJ-AD berfungsi sebagai konsultan bagi warga Amerika Serikat. DOJ-AD

mewakili mereka dalam menegakkan hukum demi kepentingan umum. Melalui

ribuan jaksa, penyidik dan agen, Departemen memainkan peran kunci dalam

perlindungan terhadap penjahat dan subversi, untuk memastikan bahwa persaingan

sistem perdagangan berjalan dengan sehat.84

DOJ sendiri, didirikan oleh undang-undang pada tanggal 22 Juni 1870, dengan

Jaksa Agung sebagai kepala, sedangkan urusan dan kegiatan DOJ umumnya

dijalankan oleh Jaksa Agung. DOJ menuntut pelanggaran hukum federal dan

mewakili Pemerintah Amerika Serikat di pengadilan, jaksa mewakili hak dan

kepentingan rakyat Amerika, serta menegakkan hukum pidana dan perdata federal,

termasuk antitrust, hak sipil, lingkungan dan pajak; hakim imigrasi menjamin

pengadilan yang cepat bagi tahanan; agen khusus menyelidiki kejahatan terorganisir

dan kekerasan, obat-obatan terlarang, senjata dan pelanggaran bahan peledak; Deputi

Marshal melindungi peradilan federal, menangkap buronan dalam tahanan federal;

petugas pemasyarakatan menghukum pelaku pelanggaran dan menahan imigran

illegal. DOJ juga memberikan sokongan dana pelatihan untuk negara, daerah dan

mitra berbagai suku; untuk bersama-sama menjaga keamanan nasional, melawan

terorisme, mendukung intelejen dan operasi intelejen asing di bawah pengawas

otoritas tunggal.85

83 Ibid, diakses 27 November. 84 Robert Longley, About the US Department of Justice (DOJ), <www.usgovinfo.about.com>, diakses 18 Desember 2012. 85 US Department of Justice Overview, <www.justice.gov>, diakses 18 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

34

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Gambar 1.1: US Department and Justice86

Pada tahun 1933, di bawah pemerintahan Presiden Franklin D. Roosevelt dan

Jaksa Agung Homer S. Cummings, Divisi Antitrust (DOJ-AD) didirikan, dengan

menunjuk Harold M. Stephens sebagai Asisten Jaksa Agung pertama yang

bertanggung jawab atas Divisi Antitrust. Divisi ini menuntut pelanggaran tertentu dari

antitrust law dengan mengajukan tuntutan criminal yang dapat mengakibatkan denda

besar dan hukuman penjara.87

86 Ibid. 87 History of DOJ-AD, <www.justice.gov>, diakses 18 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

35

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Selain penegakan antitrust law, DOJ-AD juga bertindak sebagai advokat

untuk persaingan, berusaha untuk mendukung persaingan di sektor-sektor ekonomi

yang mungkin tunduk pada peraturan pemerintah. Sektor-sektor tersebut meliputi:88

Industri yang diatur secara federal, seperti komunikasi, perbankan, pertanian,

sekuritas, transportasi, energy dan perdagangan internasional;

Industri yang diatur oleh negara bagian atau lokal, seperti asuransi,

perumaham, perawatan, kesehatan, utilitas umum, lisensi professional dan

pekerjaan

Upaya advokasi Divisi meliputi partisipasi Cabang Executif dalam pembuatan

kebijakan tugas, persiapan pernyataan dalam segala tindakan legislatif, publikasi

laporan diatur dalam kinerja industri dan intervensi pada peraturan tindakan badan

pengawas.89

Kewenangan DOJ-AD diperkuat dengan disahkannya the Tunney Act pada

tahun 1974, yang secara formal dikenal sebagai Antitrust Procedures and Penalities

Act. The Tunney Act mewajibkan DOJ-AD untuk membuat pernyataan mengenai

dampak persaingan, menjelaskan, antara lain, perkara dan keringanan dalam

keputusan yang disetujui, mengevaluasi penyelesaian alternatif, dan mendiskusikan

solusi yang tesedia kepada pihak yang dirugikan

Pernyataan DOJ-AD harus diajukan bersama dengan keputusan persetujuan

yang diusulkan dan harus diterbitkan dalam Federal Register setidaknya enam puluh

hari sebelum keputusan tersebut menjadi final. DOJ-AD kemudian harus

mempertimbangkan komentar tertulis yang diajukan oleh masyarakat dan

mempublikasikan responnya ke dalam Federal Register setelah enam puluh hari.

Selanjutnya pengadilan mempertimbangkan apakah keputusan persetujuan tersebut

merupakan untuk kepentingan umum.90

88 Mission of DOJ-AD, Ibid. 89 Ibid. 90 15 U.S.C. §§ 16(b), 16 (e), dalam Jopseph G. Krauss, et. al., the Tunney Act: A House still Stand, hlm. 2, <www.americanbar.org>, diakses 18 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

36

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

2.1.4 Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Amerika Serikat

Penyelesaian perkara kompetitsi di Amerika Serikat dapat dilihat dari

penyelesaian kasus-kasus antitrust di Amerika Serikat, salah satunya adalah kasus

FTC v. Standard Oil Co. of California, 449 U.S. 232 (1980). FTC mengeluarkan

keluhan terhadap Standard Oil dan beberapa perusahaan minyak bersar, yang

menyatakan bahwa FTC memiliki “anggapan” bahwa perusahaan tersebut melanggar

praktik persaingan tidak adil atau curang. Sementara penyelesaian pengaduan di

hadapan Hakim Hukum Administrasi masih tertunda, Standard Oil, setelah gagal

menarik pengeaduan tersebut, membawa tindakan ini ke Pengadilan Distrik Federal,

menyatakan bahwa FTC telah mengeluarkan keluhan tanpa harus “menganggap”

bahwa Standard Oil telah melanggar undang-undang dan meminta perintah yang

menyatakan keluhan merupakan perbuatan melangggar hukum dan mengharuskan

untuk ditarik. Tindakan tersebut ditolak oleh Pengadilan Dsitrik. Pengadilan Banding

memutar balikan dengan berpendapat bahwa Pengadilan Distrik dapat menanyakan

apakah FTC telah membuat penetapan yang menganggap Standard Oil telah

melanggar undang-undang dan pengeluaran keluhan merupakan tindakan lembaga

final di bawah §10 (c) dari the Administrative Procedure Act (APA).91

Dalam kasus di atas, FTC hanya sebagai pemberi opini terhadap suatu

tindakan yang diindikasikan melanggar antitrust law, bukan sebagai pengadilan yang

memutuskan perkara tersebut. Sistematika penyelesaian perkara persaingan usaha di

Amerika Serikat tidak melalui FTC. Proses perkara persaingan ini melalui Pengadilan

Distrik, kemudian apabila belum merasa adil, dapat diteruskan ke Pengadilan

Banding, dan terakhir dapat diajukan ke Mahkamah Agung Amerika Serikat. FTC

hanya sebagai penyelidik dan mencoba melakukan pencegahan praktik bisnis anti

persaingan, seperti monopoli, jual-rugi dan pelanggaran peraturan serupa yang secara

negative dapat mempengaruhi persaingan usaha.

91 FTC v. Standard Oil Co. of California, <www.supreme.justica.com>, diakses 4 Januari 2013.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

37

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

2.2 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Australia

2.2.1 Competition and Consumer Act 2010

Sebelum tahun 1906 tidak ada undang-undang di Australia yang mengatur

khusus mengenai persaingan usaha, walaupun setidaknya ada tiga bentuk serangan

terhadap perilaku anti persaingan yang dilihat dari hukum adat. Serangan ini terdiri

dari monopoli, pembatasan dari doktrin perdagangan dan persekongkolan dini.

Namun, pada abad ke-20, dampak dari hukum adat yang dimiliki daerah ini telah

pudar karena penafsiran yang semakin luas atas kata “kewajaran”, di mana

pembatasan tersebut diperbolehkan asalkan pembatasan pada pihak secara “wajar”.92

Undang-undang persaingan usaha pertama Australia muncul dengan nama

Australia Industries Pelestarian Act (1906) (AIPA). Ini sangat dipengaruhi oleh

Sherman Act, bahasa dan larangan nyatanya serupa.93 Pada Bab 4 dan 7 melarang

monopoli dan trust yang berkaitan dengan perdagangan atau perdagangan dengan

negara lain dan antar negara-negara di Australia, sedangkan bagian penggabungan

dilarang apabila terlibat membatasi perdagangan dengan perusahaan asing atau

perdangangan, memperdagangkan atau perusahaan yang didirikan di Australia.

AIPA mengalami pukulan pada tahun 1913, Privy Council di Inggris (yang

mampu mengadili banding terhadap keputusan Pengadilan Tinggi Australia)

menyatakan bahwa pelanggaran hanya dapat dikatakan berdasarkan undang-undang

ketika pelaku memiliki maksud yang spesifik untuk merugikan masyarakat.

Menangkap dari keputusan utama ini bahwa AIPA sebagian besar tidak

mampu ditegakan kecuali terhadap pelanggaran antar negara yang relative kecil.

Banyak perubahan yang telah dibuat selama bertahun-tahun, masing-masing berusaha

92 Clarke and Corones, Competition Law and Policy: Cases and Materials, (South Melbourne: Oxford University Press, 2005), hlm. 1. 93 A.I. Tonking dan R. Baxt, Australian Trade Practice Reporter, (Sydney: CCH, 2005), hlm. 150.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

38

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

untuk meningkatkan keberhasilannya, tapi ini semua tidak efektif dan undang-undang

ini dicabut pada tahun 1965 setelah relative tidak efektif.94

Dalam kepatuhan kepada Kabinet, Maret 1962, Jaksa Agung Commonwealth,

Sir Garfield Barwick mengatakan bahwa ia yakin bahwa terdapat sejumlah hal

penting yang membatasi praktik perdagangan yang terjadi di Australia. Praktik-

prakitk yang dianggap paling merusak kegiatan perdagangan adalah:95

a) Jual-rugi;

b) Kartel;

c) Tying;

d) Pembagian khusus;

e) Diskriminasi harga;

f) Fixed pricing; dan

g) Kolusi tender.

Pada tahun 1965, Pemerintah Australia mengesahkan Restrictive Trade

Practice Act 1965 (‘the 1965 Act’) dan dengan demikian sesuai dengan Pembukaan

Undang-Undang itu adalah untuk menjaga persaingan di dalam perdagangan

Australia dan perdangan yang dibutuhkan untuk kepentingan umum.96

Dalam pelaksanaan dan tinjauannya, 1965 Act tidak efisien dan sulit karena

prosedur yang panjang, mahal dan terlalu terfokus, contohnya adalah keuangan pada

akhir tahun 1972-1973, pendaftaran memuat 12.360 perjanjian yang diurus oleh

Komisaris Trade Practice, hanya sekitar 193 perjanjian yang telah didaftarkan

setahun sebelumnya.97 Sementara Komisaris telah melakukan semua dengan

kekuasaannya untuk mengurangi jumlah perjanjian terdaftar, dengan bernegosiasi

94 David K. Round, et.al., Australasian Competition Law: History, Harmonisation, Issues and Lessons, <www.cepr.org>, diakses 2 Desember 2012. 95 H. Spier, Submission to 2002 review of the Trade Practices Act 1974, attachment B, <http://www.tpareview.treasury.gov.au/submissions.asp> , diakses 2 Desember 2012. 96 Ibid , diakses 2 Desember 2012. 97 Australia, Senate 1973, Debates, 27 September, dalam Ibid , diakses 2 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

39

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

dengan perusahaan-perusahaan untuk mengubah hal-hal yang merugikan

masyarakat.98

Tingkat pengagguran rendah dalam 20 tahun, suku bunga tetap pada tingkat

terendah dalam lebih dari 30 tahun terkahir, dipacu oleh inovasi dalam komunikasi,

jasa keuangan dan informasi berbasis tekhnologi perusahaan Australia bersaing

sukses melawan seluruh dunia.99 Faktor kunci pada kesuksesan ini ada pada Trade

Practice Act 1974 (TPA) yang membuat perekonomian Australia lebih terbuka dan

kompetitif.

Tujuan dari TPA adalah untuk meningkatkan kesejahteraan Australia melalui

dujungan terhadap persaingan, perdagangan yang adil dan perlindungan terhadap

konsumen (Bab 2 TPA), yang secara khusus terfokus pada:100

a. Harga yang adil;

b. Penyalahgunaan kekuatan pasar; dan

c. Pelanggaran hak-hak konsumen

Untuk mengawasi dan melindungi prilaku anti persaingan pasar, TPA

mendirikan suatu komisi yang mendorong praktik persiangan dan perdaganan yang

adil demi menguntungkan pelaku usaha, konsumen dan masyarakat, yang bernama

Australian Competition and Consumer Commission (ACCC) di tahun 1995.

Tanggung jawab utamanya adalah untuk memastikan bahwa praktik perdagangan

berjalan sesuai dengan persaingan Commonwealth perdagangan yang adil dan hukum

perlindungan konsumen.101

Pada tahun 2010, TPA yang mengatur perilaku kompetitif dan konsumen

bisnis di Australia selama lebih dari 36 tahun digantikan dengan Competition and

Consumer Act 2010 (CCA). Perubahan berarti yang dibawa oleh CCA adalah akan

memaksa organiasasi dan individu yang melakukan kegiatan usaha di Australia untuk

98 H. Spier, Submission to 2002 review of the Trade Practices Act 1974, attachment B, <http://www.tpareview.treasury.gov.au/submissions.asp> , diakses 2 Desember 2012. 99 Graeme Samuel, The Practice Act-the First 30 years, ACCC Update, Desember 16th, 2004, hlm. 3. 100 The ACCC and the Trade Practice Act, <www.news.csu.edu.au>, diakses 3 Desember 2012. 101 What We do, <www.accc.gov.au>, diakses 3 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

40

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

membiasakan diri dan mematuhi sejumlah ketentuan baru, serta perintah baru dan

penataan kembali yang sebelumnya terdapat pada TPA.

Inti ketentuan hukum persaingan Australia tercantum dalam Bab IV CCA.

Berikut ini merupakan gambaran singkat tentang unsure-unsur inti dari ACCC,

diantaranya adalah:102

a. Kartel;

Kartel dilarang oleh Bab IV Bagian 1 dari ACC. Hal ini dilarang secara perdata

dan merupakan tindak pidana. Ketentuan lama mengenai penetapan harga pada ayat

45A telah dicabut, ketentuan ini diganti dengan Pasal 44ZZRD yang meliputi empat

bentuk kegiatan yaitu penetapan harga, pembagian pasarm pembatasan output dan

persekongkolan tender. Perilaku ini dilarang ketika dilakukan atau dapat memberikan

dampak terhadap “kontrak, perjanjian atau rencana yang melibatkan dua pihak atau

lebih.

Dalam kaitannya dengan penetapan harga, ketentuan tersebut harus memiliki

“tujuan dan efek” dari penetapan harga. Apabila ditemukan adanya pelanggaran

terhadap kartelm hukuman pidana hingga $ 220.000 per pelanggaran atau sampai

dengan 100 tahun penjara. Hukuman perdata untuk praktik kartel sama dengan

pelanggaran-pelanggaran lain yang terdapat pada Bab IV.

a. Trust

Pasal 45 CCA melarang perjanjian, pengaturan atau kesepakatan yang

mengadung tujuan, dampak atau dampak yang memungkinkan mengurangi

persaingan.

b. Boikot

Selain melarang perjanjian anti persangan, Pasal 45 melarang ketentuan eksklusif

(boikot).

c. Penyalahgunaan Kekuasaan Pasar

Pasal 46 ayat (1) melarang pelaku usaha mengambil keuntungan dari kekuataan

pasar yang besar dengan tujuan untuk praktik anti persaingan.

102 Australian Competition Law Overview, <www.australiancompetitionlaw>, diakses 3 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

41

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Pasal 46 ayat (1AA) memperkenalkan secara khusus mengenai jual-rugi.

Berdasarkan ketentuan ini, jual-rugi dilarang pada sebuah perusahaan yang memiliki

pangsa pasar yang besar untuk memasok barang dan/atau jasa di bawah harga pasar

untuk jangka waktu tertentu yang bertejuan untuk perilaku anti persaingan.

d. Perjanjian Tertutup

Pasal 47 CCA melarang berbagai bentu perjanjian tertutup. Secara umum,

terdapat dua kenis praktik anti persaingan dalam transaksi vertical, yaitu:

(1) Pasokan bersyarat terhadap barang atau jasa;

(2) Menolak untuk memasok dengan alsan tertentu (misalnya, pembeli

menyetujui pasokan bersyarat).

Sebagian besar bentuk perjanjian tertutup hanya dapat ditangkap apabila dapat

dibuktikan bahwa secara besar menguragi praktik persaingan (Pasal 47 ayat (10)).

e. Merger

Merger di larang apabila dapat dibuktikan bahwa memberikan dampak atau

kemungkinan terhadap persaingan usaha secara besar (Pasal 50 CCA).

2.2.2 Kewenangan dan Fungsi Australia Competition and Consumer

Commission (ACCC)

ACCC merupakan lembaga persaingan dan perlindungan konsumen di

Australia. Ini merupakan otoritas independen pemerintah yang wajib melayani

kepentingan masyarakat. Sebagian besar tugas ACCC berdasarkan TPA yang

bertujuan untuk meningkatakan kesejahteraan warga Australia dengan:103

a. Mendorong persaingan antar pelaku usaha;

b. Mendorong perdagangan yang adil oleh pelaku usaha;

c. Memberikan perlindungan bagi hubungan antara konsumen dengan pelaku

usaha.

103 Section 87B of the Trade Practice Act, 2009, hlm. 3, <www.accc.gpv.au>, diakses 3 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

42

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Berdasarkan penegakan TPA, tujuan utama ACCC adalah sebagai berikut:104

1. Menghentikan tindakan melawan hukum;

2. Mencegah perilaku yang menyinggung masa depan;

3. Membatalkan kerugian yang disebabkan oleh perilaku yang bertentangan

(misalnya dengan iklan perbaikan atau ganti rugi terhadap konsumen dan

pelaku usaha yang terkena dampak);

4. Mendorong penggungaan sistegm kepatuhan yang efektif;

5. Jika perlu, menghukum kesalahan dengan pengenaan hukuman atau denda.

Dalam hal pelaksanaan kebijakan yang terkait dengan perbuatan anti

persaingan, pembatasan perdagangan (restrictive trade practice) dan kebijakan harga

(pricing policy), ACCC bertanggung jawab pada Menteri Keuangan. Namun dalam

hal-hal yang terkait dengan perlindungan terhadap konsumen, ACCC bertanggung

jawab pada Menteri Perindustrian, teknologi, dan urusan Pariwisata. Struktur,

wewenang, dan fungsi ACCC.105

Berdasarkan ketentuan Bagian VIIA TPA, ACCC memiliki wewenang untuk:

1. Melakukan pengawasan harga (sesuai dengan penjelasan undang-undang);

Berdasarkan Ketentuan bagia VIIA mengenai pengawasan harga, sebuah

perusahaan yang telah ”dilaporkan” dalam kaitannya dengan barang dan/atau jasa

tertentu tidak bisa meningkatkan harga barang dan/atau jasa yang dijualnya, tanpa

terlebih dahulu memberitahukan ACCC. Obyek dari bagian ini adalah pengawasan

terhadap harga, dengan menggunakan pengawasan pasar, pendapat menteri, tekanan

persangan yang tidak cukup untuk mencapai harga yang tepat dan melindungi

konsumen.106

Pembeitahuan merupakan inti dari fungsi pengawasan harga oleh ACCC. Dalam

ketentuan pemberitahuan harga, pelaku yang dilaporkan harus memberitahu ACCC

akan kenaikan harga jika harga yang diusulkan lebih tinggi dari tingkat harga operasi,

104 Ibid, diakses 3 Desember 2012. 105 Bab 2 Pasal 6-29 Trade Practice Act. 106 Section 95E Trade Practice Act.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

43

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

12 bulan sebelumnya. Kesalahan perusahaan yang dilaporkan dinyatakan dengan

pemberitahuan pelanggaran mengenai barang dan/atau jasa yang menimbulkan

pelanggaran terhadap undang-undang dan pelaku dapat dikenakan denda. Dalam

Bagian VIIA , ACCC harus menilai pemberitahuan harga oleh perusahaan yang

dilaporkan untuk menyatakan bahwa barang dan/atau jasa sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan dalam undang-undang, termasuk harus untuk:107

Mempertahankan investasi dan lapangan kerja, termasuk pengaruh dari

profitabilitas investasi dan pekerjaaan;

Mencegah orang atau perusahaan yang berada dalam posisi tinggi untuk

secara substansial mempengaruhi pasar atas barang dan/atau jasa dengan

mengambil keuntungan dari kekuatan tersebut untuk menetapkan hara;

Mencegah kenaikan biaya yang timbul dari kenaikan upah dan perubahan

konsisi kerja, yang relevan dengan prinsip yang ditetapkan oleh pengadilan

industrial.

2. Memantau harga pasar, dengan pendapat mentri terkait, keadaan tertentu

memerlukannya

Pemantauan berhubungan dengan penyediaan barang dan/atau jasa dalam

industri tertentu atau penyediaan barang dan/atau jasa oleh orang tertentu. Wewenang

atas pemantauan harga berdasarkan Bagian VIIA memungkinkan ACCC

mendapatkan informasi dan dokumen yang relevan dan akan ada hukuman jika tidak

diberikan.

3. Menyelidiki dugaan pelanggaran dari undang-undang yang berpotensi

memerlukan penegakan hukum ataas pelanggaran undang-undang.

ACCC memiliki kewenangan untuk memanggil dan memeriksa saks-saksi untuk

mendapatkan dokumen, mendapatkan bukti secara pribadi dan mewajibkan pelaku

untuk memberikan informasi secaar tertulis. Apabila orang-orang tersebut tidak dapat

107 Section 95G (7) Trade Practice Act.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

44

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

bekerjasama selama penyidikan atau semacam itu, dapat dianggap melakukan

pelanggaran terhadap undang-undang dan dimungkinkan dikenakan denda.108

2.2.3 Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Australia

Penegakan hukum persaingan usaha oleh ACCC dapat dinilai dari

pelaksanaan tugas dan kewenangan dalam penanganan penyelesaian kasus-kasus

antitrust di Australia, salah satunya adalah kasus ACCC v. April International

Marketing Service Australia Ltd. Asia Pulp & Paper Company Ltd. (Singapura) dan

PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (Indonesia), di antara tahun 2000 sampai 2004,

mengadakan perjanjian dengan pesaing untuk memberi pasokan kertas potong

uncoated woodfree folio (UWF) kepada konsumen di Australia yang berisi ketentuan

dengan tujuan dan dampak kemungkinan adanya penetapan, pengendalian atau

mempertahankan harga rata-rata per ton di mana mereka akan memasok kertas UWF

kepada konsumen di Australia dan berpengaruh terhadap ketentuan-ketentuan

pasokan harga kertas UWF di Australia. Ini bertentangan dengan Pasal 45a dan pasal

45b Competition and Consumer Act 2010.

Perintah-perintah yang telah dikeluarkan oleh ACCC atas kasus berikut

adalah:

1. Perusahaan dapat dibatasi dalam waktu lima tahun untuk membuat kontrak

atau perencanaan atau persetujuan apapun dengan satu atau lebih pesaing

penyedia kertas UWF untuk konsumen di UWF, yang memuat ketentuan

tujuan, dampak atau kemungkinan dampak atas penetapan, pengendalian atau

mempertahankan harga di mana para pihak dalam kontrak, perjanjian atau

persetujuan, atau perusahaan terkait atau agen, yang akan memasok kertas

UWF untuk konsumen di Australia (kontrak lain yang dibuat langsung dengan

pesaing yang merupakan pelanggan atau agen dari responden);

2. Bahwa Asia Pulp & Paper Company Ltd. (Singapura) harus membayar uang

sebesar $ 3.400.000; 108 Part VIIA, division 3, subdivision C Trade Practice Act.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

45

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

3. Bahwa PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (Indonesia) harus membayar uang

denda sebesar $ 800.000;

4. Bahwa perusahaan-perusaah tersebut juga harus membayar kontribusi kepada

pemohon sebesar $ 300.000.

Terhadap putusan KPPU yang dapat diajukan keberatan ke Pengadilan

Negeri, kemudian putusan tersebut dapat dimintakan kasasi ke Mahkamah Agung. Di

Australia, putusan ACCC dapat langsung dimintakan banding ke the Australian

Competition Tribunal. Selain itu, keputusan ACCC dapat direview oleh

Commonwealth Administrative Law Principles.109

Apabila dari hasil penelitian dan penyelidikan dapat disimpulkan bahwa

memang ada indikasi pelanggaran, ACCC akan memutuskan adanya pelanggaran dan

memberitahukannya kepada pelaku usaha melalui surat. Dalam surat tersebut

disebutkan tindakan yang harus dilakukan oleh pelaku usaha dan batas waktu harus

dipenuhinya perintah tersebut. Jika pelaku usaha tidak mengajukan banding ke the

Australian Competition Tribunal dan tidak mengindahkan perintah tersebut, ACCC

dapat memulai proses litigasi di Federal Court of Australia. Putusan dari Federal

Court ini dapat dimintakan banding ke Full Court of the Federal Court. Putusan dari

Full of the Federal Court dapat dimintakan kasasi ke High Court of Australia.110

2.3 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Perancis

2.3.1 Undang-Undang Persaingan Usaha Perancis

Tahap transformasi ekonomi Perancis ditandai dengan perubahan terhadap

pengawasan ekonomi yang sebelumnya dilakukan oleh pemerintah, menjadi

bergantung pada pasar. Pemerintah telah seluruhnya atau sebagian besar

memprivatisasi perusahaan dari berbagai sector, seperti perbankan dan asuransi,

mengendalikan saham perusahaan yang listed, sperti Air France, France Telcom,

Renault dan Thales. Pemerintah juga dominan di beberapa sector lainnya, terutama di

109 Roles and Activities, The Australian Competition and Consumer Commission, <www.accc.gov.au>, diakses 3 Desember 2012. 110 Ibid.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

46

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

bidang pembangkit listrik, transportasi umum dan industry. Sektor telekomunikasi

secara bertahap dibuka untuk persaingan.111

Landasan awal ditetapkannya hukum persaingan adalah untuk mengendalikan

kartel selama Revolusi. The Le Chapelier Law 1791 mengandung ketentuan yang

melarang anggota himpunan pasar yang sama untuk berkumpul dengan tujuan atas

“kepentingan bersama” mereka. Pada tahun 1980, Penal Code melarang setiap

tindakan manipulasi harga yang dapat menghambat persaingan bebas. Ini dilarang

berdasarkan Pasal 419, dan berlaku sampai awal abad ke-19, mengikuti Pengadilan

Perancis.112

Undang-undang ini kemudian diubah di tahun 1926 dengan menggabungkan

ketentuan atas larangan Pasal 419. Pada World Economic Conference di tahun 1927,

Delegasi Perancis menyampaikan rencana pengendalian kartel, akhirnya pada waktu

itu Perancis tidak mengadopsi undang-undang persaingan tersebut. Sebuah Ordonansi

dibentuk pada tahun 1945 yang mengangap penolakan atas pembagiam diskriminasi

harga dan beberapa praktik lainnya adalah pelanggaran hukum. Parlemen berusaha

untuk meloloskan Undang-Undang Persaingan pada tahun 1953, namun gagal

disepakati. Sebaliknya, pemerintah mengeluarkan dekrit untuk melaksanakan

Ordinansi 1945. Keputusan ini berlaku hanya untuk tindakan bersama, bukan untuk

perusahaan tunggal.113

Pada tahun 1986, pemerintahan baru Perancis terpilih di bawah Perdana

Menteri Jacques Chirac yang mengatur pengahpusan Ordonansi 1945 yang

memungkinkan pemerintah untuk mengendalikan harga dan mengubah ulang hukum

persaingan usaha.114

Ordonansi 1986 melarang beberapa praktik yang dapat menghalangi

persaingan usaha, yaitu kartel dan persekongkolan yang dilarang dalam Pasal 7.

Perilaku posisi dominan diatur dalam paragraf pertama dan penyalahgunaan

kekuasaan untuk bernegosiasi dilarang oleh paragraf kedua dari Pasal 8. Pasal 10

111 François Souty, France, (South France: CUTS International, 2006), hlm. 378. 112 Ibid. 113 Ibid. 114 Frédéric Jenny, France: 1987-1994, hlm. 87, <www.piie.com>, diakses 4 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

47

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

memberikan dua jenis pengecualian terhadap praktik anti persaingan, yaitu

pengecualian hukum ketika hukum menentukan praktik anti persaingan, dan

pengecualian ekonomi ketika pelaku dapat menunukkan bahwa praktik-praktik

tersebut menyebabkan kemajuan ekonomi yang tidak mungkin diperoleh apabila

tidak dilakukan dan memberikan manfaat kepada konsumen.115

Meskipun pada prinsipnya praktik-praktik tersebut dilarang, kecuali pada

perusahaan yang memenuhi syarat pengecualian hukum atau ekonomi. Pengecualian

hukum selanjutnya berlaku ketika hukum penetapkan praktik anti persaingan di

bidang sector pertanian, misalnya beberapa professional melakukan perjanjian yang

mengenakan kuota atau membatasi harga untuk tanaman tertentu apabila telah

disetujui oleh Menteri Pertanian Perancis atau Komisi Uni Eropa.116

Selain itu, hak untuk meyerahkan kasus ke dewan, sebelumnya hanya

terbuka bagi menteri ekonomi, organisasi perdagangan, organisasi konsumen tertentu,

dan pemerintah daerah, diperpanjang sampai perusahaan. Hukum mengenai tindakan

anti persaingan dan penyalahgunaan posisi dominan mengalami perubahan tidak

begitu besar pada Ordonansi 1986. Selain itu juga muncul beberapa ketentuan dalam

melihat hukum pada praktik anti persiangan.117

Peran utama dalam menegakkan ketentuan antitrust dari peraturan baru ini

adalah mempercayakan kepada otoritas administrasi independen, yaitu le Conceil de

la Concurrence, atau Dewan Persaingan. Dewan ini terdiri dari 16 anggota, yang

sebagian besar dari sipil maupun hakim hukum administrasi, meskipun beberapa

anggota lain memiliki keahlian di bidang usaha.118

Penting untuk dicatat bahwa hukum telah banyak berubah mengenai

pembatasan perdagangan. Terdapat empat tipe pembatasan perdaganan yang dilarang

dalam Ordonansi 1945, yaitu diskriminasi harga, RPM, jual rugi dan refusal to deal.

Dua dari larangan ini, refusal to deal dan diskriminasi harga telah dihapuskan oleh 115 Frédéric Jenny, Media Under French Competition Law, Fordham International Law Journal, Volume 21, Issue 3, 1997, hlm. 679. 116 Frédéric Jenny, loc.cit, diakses 4 Desember 2012. 117 Ibid, hlm. 87 , diakses 4 Desember 2012. 118 Ibid, diakses 4 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

48

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Ordonansi 1986. Diskriminasi harga dianggap memiliki dampak terhadap kegiatan

persaingan. Pemerintah juga menetapkan larangan perihal tentang refusal to deal

berdasarkan Ordonansi 1986 dan ini dianggap penting unutk pengecer tradisional,

atas penolakan untuk menjual dengan skala besar, pengecer dengan margin kecil

tidak lagi penting.119

Tahun 2001, hukum persaingan Perancis secara lengkap disajikan dan

dikodifikasikan kembali dalam Nouvelles Régulations Économiques (RNE). RNE

memperbaharui proses penyelidikan dan keputusan dan memberikan pemberitahuan

penambahan atas persyaratan premerger, sanksi yang lebih kuat dan ketentuan yang

dapat meringankan hukuman. Dalam perhatian tehadap subjek hukum anti

persaingan, baik secara tertulis maupun dalam praktik penegakan, khususnya pada

Direction Générale de la Concurrence, de la Consummation on et da la Répression

des Fraudes (DGCCRF) mengungkapkan pentingnya konsep dari yurisprudensi

tradisional Perancis atas persaingan tidak sehat.

Perubahan Hukum Persaingan Perancis didorong dan dimediasi oleh hukum

persiangan yang menyerukan untuk memikirkan ulang mengenai sturktur Hukum

Perancis. Perubahan telah diminta tidak hanya oleh UE karena mutu hukum

persiangan mengenai negara dan bantuan terhadap pelayanan public, tetapi juga

keputusan-keputusan oleh Conseil di bawah huukum Perancis

Pada tanggal 2 Maret 2009, otoritas persaingan Perancis yang baru telah resmi

melaksanakan funginya sebagai pengatur, memberlakukan undang-undang baru

mengenai persaingan. Ini merupakan kelembagaan baru dan hasil dari kerangka

undang-undang berdasarkan modernisasi ekonomi tanggal 4 Agustus 2008 (LME)

dan Peraturan 13 November 2008 mengenai modernisasi peraturan persaingan.

Peraturan baru ini merupakan bagian dari kecenderungan menuju pembaharuan atas

Hukum Persaingan Perancis yang dimulai pada tahun 2001 yang dipengaruhi oleh

hukum European Commission (EC). Reformasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan

119 Ibid, hlm. 91, diakses 4 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

49

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

efisiensi hukum persangan Perancis, terutama melalui pembentuan Authority

Competition. 120

Garis besar hukum Perancis adalah mengikuti contoh dari Uni Eropa (UE) dan

prinsip-prinsip tentang perjanjian pembatasan, perusahaan yang dominan, merger,

dan kegiatan anti persaingan lainnya. Krieria untuk pengecualian diterapkan secara

langsung, tanpa persyaratan atau ketentuan untuk meminta persetujuan. Jadi, Perancis

telah menggunakan sistem yang sama untuk menerapkan hukumnya dengan sistem

penegakan hukum di UE. Di Perancis, menyeimbangkan manfaat ekonomi dapat

menyebabkan pengecualian atas larangan terhadap doinasi. Hukum Perancis meliputi

peninggalan istimewa untuk Commercial Code mengenai anti persaingan dan

pengawasan merger, serta berisi kewenangan untuk mengendalikan harga dan segala

praktik anti persaingan.121

2.3.2 Kewenangan dan Fungsi Autorité de la Concurrence (Komisi Persaingan

Usaha Perancis)

Kebijakan mengenai persaingan di Perancis sangat kompeks, maka

dibentuklah suatu lembaga pembuat keputusan persaingan independen yang bekerja

sama dengan pemerintah di Perancis, yang bernama le Conceil de la Concurrence (le

Counceil). Le Concei) memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan sebagai

bentuk penegakan dari kegiatan persaingan usaha. Lembaga ini merupakan lembaga

quasi-yudisial, penerus dari le Conceil, yang dibentuk tahun 1977, menggantikan

Conceil Technique des Entetes, yang dibentuk tahun 1953. Le Conceil memiliki

kewenangan untuk mengeluarkan putusan dan mengenakan denda setelah pengadilan

melakukan pemeriksaan.

Selain itu, Direktorat Persaingan dan Konsumen di Departemen Ekonomi,

Keuangan dan indsutri juga bertanggung jawab atas penerapan kebijakan persaingan.

Kedua lembaga ini mungkin menjadi sumber sinergi, tetapi juga memiliki risiko

120 Clearly Gottlieb Steen & Hamilton LLP, The New French Competition Authority and Competition Law Regime, March 30st 2009, hlm. 1, <www.csgh.com>, diakses 4 Desember 2012. 121 OECD Reviews of Regulatory Reform Review of France, October 2003, hlm. 6, <www.oecd.org>, diakses 4 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

50

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

gesekan. Beberapa aspek struktur yang bermasalah, seperti komisi independen dalam

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sankso, memiliki sedikit kehati-hatian

dalam mengatasi sejumlah kasus yang mungkin menyebabkan keterlambatan dalam

mencapai keputusan akhir.122

Akibat modernisasi ekonomi di tahun 2008, komisi atas kewenangan

persaingan le Conceil berganti menjadi Autorité de la Concurrence (Autorité).

Perubahan ini menunjukkan tekad politik yang kuat yaitu untuk memberikan

kekuatan kepada suatu lembaga dengan kekuasaan dan sarana dengan harapan dapat

meningkatkan efisiensi untuk kepentingan bisnis dan konsumen. Perubahan ini

bertujuan untuk meningkatkan efisiensi persaingan Perancis terutama dalam

pembentukan Autorité. Ketentuan utamanya adalah, sebagai berikut:123

1. Memperluas kekuasaan dan cara untuk Otoritas Kompetisi baru;

2. Mengalihkan yuridiksi atas control merger dari Kementrian Ekonomi kepada

Otoritas Kompetisi;

3. Memperkuat kekuasaan penyelidikan, terutama oleh penyelidik untuk

memungkinkan mengajukan pertanyaan yang tidak terbatas atas permintaan

penjelasan nyata.

Autorité memiliki kewenangan yang merupakan gabungan dari kewenangan

DGCCRF dan le Conseil. Penggabungan ini memberikan manfaat dalam hal kualitas,

efisiensi dan efektivitas sealam fase penyelidikan dan analisis perkara. Autorité juga

memiliki kewenangan untuk memberikan pendapat atas setiap isu persaingan dan

merumuskan rekomendasi kepada Pemerintah dalam rangka meningkatkan “fungsi

kompetitif pasar”.124

Seperti di negara-negara Eropa lainnya, otoritas kompetisi Perancis akan

dijalankan secara modern dan konsolidasi dalam melaksanakan semua praktik 122 Bruno Lasseree, The New French Competition Law Enforcement Regime, Competition Law International, October 2009, hlm. 16. 123 Clearly Gottlieb Steen & Hamilton, Opcit, hlm. 1. 124 Reform of The French Competition Regulatory System: the Conseil de la Concurrence becomes the Autorité de la Concurrence (Competition Authority), <www.autoritedelaconcurrence.fr>, diakses 6 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

51

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

peraturan-peraturan persangan usaha, diantaranya penyelidikan, praktik antitrust,

pengendalian merger, publikasi opini dan rekomendasi. Reformasi telah memberikan

kekuasaan kepada Autorité untuk bertindak sebagai “advocate kompetisi”, yang dapat

dianggap tepat untuk mengungkapkan pendapat dari sudut pandang seorang ahli

kompetisi. Selain itu juga dapat berkontribusi menyusun udang-undang atau

merekomendasikan langkah-langkah atau tindakan dalam rangka meningkatkan

fungsi kompetitif pasar. 125

Kemungkinan yang sangat penting adalah Autorité dapat mengembangkan

pengetahuan persaingan dalam rangkan mendidik masyarakat dan pelaku ekonomi

tentang pentingnya kompetisi. Oleh karena itu, Autorité berada dalam kedudukan

untuk memberi nasihat dan memperingatkan, selain tugas represif yang terus

dilaksanakannya.126

Apabila dibandingkan dengan kewenangan KPPU dengan Autorité jelas

berbeda. Autorité bukan merupakan pengadilan yang dapat memutuskan perkara.

Autorité hanya memberika opini dan rekomendasi kepada para pihak yang

bersengketa yang kemudian diteruskan kepada lembaga lain yang memiliki

kewenangan dalam hal memutus perkara. Berdasarkan hal ini Autorité menjadi

lembaga “kokoh” dalam melaksanakan kewenangannya demi mengawasi jalannya

kegiatan persaingan usaha di Perancis.

2.3.2 Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Perancis

Banyak kasus yang dilaporkan oleh beberapa penggugat yang bertindak

karena kerugian langsung kepada Pengadilan Perancis, dalam perkara pelanggaran

atas praktik anti persaingan yang diatur dalam peraturan persaingan EC. Seringkali

penggugat lebih memilih untuk mengajukan klaim pertama kepada Autoritié dalam

rangka atas dugaan harus dibuktikan dan dinyatakan melanggar hukum, kemudian

125 Ibid, diakses 6 Desember 2012. 126 Ibid, diakses 6 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

52

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

dilanjutkan dengan penuntutan ganti rugi ke pengadilan berdsarkan keputusan

Autoritié.127

Hukum Persaingan Perancis membedakan antara dua jenis pelaksanaan

praktik persaingan (ìpratiques anticoncurrentiellesî. Article 420-1 to Artcle L. 420-5

of the French Commercial Code 1, equivalent to Article 81 and 82 EC) dan praktik

pembatasan (ìpratiques restrictivesî. Article L.442-1 et. Seq. Commercial Code).

Tidak ada perbedaan mendasar antara tindakan ganti rugi atas pelanggaran hukum

persaingan EC dan tindakan atas dua jenis praktik yang didefinisikan dalam hukum

nasional.128

Sistem yuridiksi Perancis terdiri dari Pengadilan Perdata, mencakup

Pengadilan Sipil dan Komersial; Pengadilan Pidana; dan Pengadilan Administratif.

Ketiga pengadilan ini dapat melaksanakan kompetensinya baik ketika obyek

utamanya merupakan pelanggaran hukum persaingan, maupun sebagai obyek

sekunder.129

Pengadilan Komersial Perancis merupakan pengadilan Perancis yang

memiliki yuridiksi lebih litigasi antara pelaku usaha (ìcommerÁantasî) atas setiap

perkara mengenai tindakan komersial. Sebagi tindakan pelanggaran hukum

persaingan, biasanya menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita dalam hal

komersial, pengadilan ini adalah yang paling mungkin untuk memberika keputusan

atas tindakan tersebut. Selanjutnya, dimungkinkan untuk banding ke Mahkamah

Agung (íCour de Cassation) adalah mungkin, tetapi hanya untuk masalah-masalah

hukum yang bertentangan dengan masalah-masalah faktual.130

Pengadilan Perdata biasanya hanya berkompeten untuk mengadili tindakan

perbuatan melawan hukum, masalah kontraktual, dan tindakan ganti rugi atas

pelanggaran hukum persaingan. Namun mengenai masalah persaingan, tindakan ini

dibawa ke Pengadilan Komersial. Pengadilan Perdata merupakan satu-satunya

127 Chantal Momège, et.al, France, <www.ec.europa.eu>, hlm.1, diakses 6 Desember 2012. 128 Ibid, diakses 6 Desember 2012. 129 Ibid, hlm.1, diakses 6 Desember 2012. 130 Ibid, hlm.3, diakses 6 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

53

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

pengadilan yang berwenang ketika penggugat atau tergugat tidak professional dengan

memutuskan untuk tidak membawa tindakannya ke Pengadila Komersial.131

Apabila nilai klaim tersebut tidak lebih dari 7.600 EUR, Pengadilan Perdata

yang berwenang adalah the Tribunal díInstance, dan apabila nilai klaim melebih

tersebut atau tidak dapat ditentukan, maka Pengadilan Perdata yang berwenanang

adalah the Tribunal de Grance Instance.132

2.4 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Jepang

2.4.1 Japanese Antitrus Law (the Antimonopoly Law (AML))

AML merupakan alat penting dalam upaya Pemerintah Jepang untuk

membuka dan merestrukturisasi ekonomi Jepang untuk membuatnya lebih sejajar

dengan ekonomi negara-negara lainnya. Sebelum berakhirnya Perang Dunia II, ada

pemahaman yang terbatas mengenai konsep persaingan usaha yang bebas di Jepang.

Dengan datangnya Pasukan Sekutu yang memperkenalkan kebijakan demokratisasi

ekonomi dengan membubarkan zaibatsu133 dan memberlakukan AML.

Undang-undang Monopoli Jepang melarang monopoli yang dilakukan oleh

swasta (private monopolization), hambatan tidak wajar pada perdagangan

(unreasonable restraint of trade) dan praktik bisnis yang tidak sehat (unfair business

practice).134

Jepang memberlakukan hukumm persaingan, AML tahun 1947, setelah kalah

dalam Perang Dunia II, dengan menggunakan antitrust law AS sebagai model. Pada

saat yang sama, Jepang meresmikan Japan Fair Trade Commission (JFTC) sebagai

lembaga yang bertugas menegakan undang-undang antimonopoli. Setelah akhir

kependudukan sekutu, Parlemen Jepang merevisi Undang-Undang Antimonopoli dua

131 Ibid, hlm.4, diakses 6 Desember 2012. 132 Ibid, diakses 6 Desember 2012. 133 Kepemilikan secara ekslusif oleh keluarga. 134 Ayuda D. Prayoga, et. al., Opcit, hlm. 35.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

54

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

kali (tahun 1949 dan 1953), menambahkan klausul baru untuk membedakannya dari

hukum Amerika Serikat.135

Berbeda dengan antitrust law Amerika Serikat, undang-undang Jepang pada

dasarnya adalah hukum administrasi yang ditegakkan oleh personel pemerintah

melalui konsultasi pribadi dengan para pihak.

Pada awal berlakunya Undang-Undang Antimopoli Jepang, undang-undang

ini diberlakukan secara ketat, namun dalam perjalanannya, pemberlakuaannya tidak

seketat pada awalnya. Bahkan seorang pengamat dari Amerika mengatakan bahwa

penegakan hukum Undang-Undang Anti Monopoli Jepang dilakukan setengah hati

apabila dibandingkan dengan Amerika Serikat.

Penegakan AML oleh JFTC memburuk di bawah bayang-bayang kebijakan

industry yang diumumkan oleh Kementrian Perdagangan Internasional dan Industri

(MITI). Namun demikian, dimulai pada pertengahan tahun 1970, AML mulai

menunjukkan kebangkitan, dam pada tahun 1977, Jepang diperkuat dengan ketentuan

baru (terutama sebagai ukuran untuk memerangi peningkatan inflasi yang disebabkan

ileh krisis minyak di Timur Tengah). Terpenting adalah pengenalan biaya tambahan

untuk memberantas kartel illegal. Pungutan biaya memainkan peran penting dalam

pembuatan larangan yang benar-benar efektif terhadap kartel oleh JFTC. Sebelum

tahun 1977, JFTC tidak bisa memberikan sanksi untuk kartel, Namun tekanan

eksternal (terutama dari Amerika Serikat) mempengaruhi Jepang untuk memperkuat

AML dan JFTC.136

AML dibetuk untuk memberikan pembatasan pada tiga jenis perilaku, yaitu:

(1) Monopoli;

(2) Kartel;

(3) Praktik bisnis yang ridak adil.

135 Toshiaki Takigawa, The Prospect of Antitrust Law and policy in The Twenty-First Century: in Reference to the Japanese Antimonopoly Law and Japan Fair Trade Commission, Washington University Global Studies Law Review, Vol.1 2002, hlm. 276. 136 Ibid, hlm. 277.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

55

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Selain ketiga kategori diatas, AML juga mencakup ketentuan yang mengatur tentang

meger dan akuisisi. Dua undang-undang khusus juga diberlakukan untuk melengkapi

AML, yaitu the Law to Regulate Unreasonable Premium and Unreasonable

Representation dan the Law to Prevent Unreasonable Delav in Payment of

Subcintractors and Related Matters. Ini adalah kerangka peraturan yang masih

berlaku sampai dengan saat ini 137

Biaya tambahan 2% untuk melawan perusahaan yang bepartisipasi dalam

kartel dirumuskan dalam amandemen tahun 1977. Pada tahun 1992, amandemen

menigkatkan biaya tambahan sampai 6%. Amandemen tahun 2005, meningkat

menjadi 10% dan tahun 2010, akan dinaikan menjadi 15% untuk kelompok kartel dan

untuk pelanggaran berulang. Amandemen 2005 juga memperkenalkan program

kelonggaran dan ini membuat penegakan JFTC lebih efektif dalam menangani kartel

internasional.138

Kenaikan harga yang tajam pada awal 1960-an, menyebabkan AML dianggap

sebagai cahaya baru, sebagai senjata untuk memerangi harga tinggi yang dapat

dikatakan disebabkan oleh kartel, jual-rugi dan predatory pricing yang disebabkan

oleh struktur oligopolistic dalam perekonomian. Penegakan signigikan dari AML di

tahun 1960 diperjelas dengan peningkatan jumlah kasus yang ditangani oleh JFTC

mengenai penetapan harga kartel antara perusahaan dan asosasi perdagangan.139

Selain itu, peristiwa penting di tahun 1960 adalah liberalisasi perdagangan

asing dan transaksi saham. Sampai pertengahan tahun 1960, perdagangan luar negeri

dan investasi yang diatur secara ketat melalui kuota impor dan pembatasa pada

pengenalan modal asing ke Jepang. Akibatnya, ada ruang yang relative kecil untuk

persaingan bebas sebagai perkembangan liberalisasi. Peran AML meningkat di

berbagai bidang seperti lisensi paten internasional. Sebagai respon terhadap situasi

baru, JFTC mengumumkan pedoman baru uang mengatur bagaimana komisi

137 Mitsuo Matsushita, Reforming the Enforcement of the Japanede Antimonopoly Law, Loyola University Chicago Law Journal, hlm. 523, <www.luc.edu>, diakses 11 Desember 2012. 138 Ibid, hlm. 524. 139 Mitsuo Matsushita, the Antimonopoly Law of Japan, hlm. 153, <www.iie.com>, diakses 11 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

56

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

perdagangan akan mengawasi ketentuan secara ketat dalam konrak internasional

antara perusahan Jepang dan asing.140

Hukum monopoli Jepang berubah secara mendasar pada tahun 2005. Pada

tahun 2005, proses penegakan AML tersebut diubah. Suatu prosedur diperkenalkan

JFTC untuk mengeluarkan perintah untuk menghentikan dan berhenti kepada dugaan

pelanggar, mengharuskan mereka untuk menghentikan perilaku tersebut setelah

penyelidikan. Perbahan ini juga membebankan biaya tambahan administrative kepada

dugaan pelanggar dimana biaya tersebut harus dikenakan. 141

Berdasarkan prosedur ini, JFTC berinisiatif melakukan penyelidikan dan

menyimpulkan suatu pelanggara apabila terbukti, yang kemudian memberitahukan

kepada pihak yang melakukan pelanggaran. JFTC juga berwenang untuk mengambil

tindakan yang merugikan.142

2.4.2 Kewenangan dan Fungsi Japan Fair Trade Commission

Dalam rangka mempertahankan persaingan yang adil dan bebas dalam pasar,

JFTC memberlakukan AML. JFTC berupaya untuk memulihkan ketertiban dengan

memberikan perintah ketika praktik illegal telah terdeteksi, kartel, dan sebagainya.

JFTC diberi wewenang dengan undang-undang secara langsung.143 Berdasarkan Pasal

49 dari AML, memungkinkan JFTC memberikan keluhan atas sesuatu yang diduga

melanggar undang-undang, melakukan gelar pendapat, dan berhenti dan

menghentikan tindakan lainnya yang diperlukan untuk melenyapkan berbagai

pelanggaran.

JFTC merupakan lembaga penegakan AML. JFTC tediri dari seorang ketua

komisi, empat komisaris dan sekertariat. Secara kesuluran, JFTC mempekerjakan

lebih dari 500 pengacara dan pegawai lainnnya. Ketua dinominasikan oleh Perdana

Menteri, sesuai dengan persetujuan dari kedua Majelis the National Diet, kesesuaian

140 Ibid. 141 Mitsuo Matsushita, loc.cit, hlm. 526, diakses 11 Desember 2012. 142 Ibid. 143 Mary Faith Higgins, Japanese Fair Trade Commission Review of International Agreements, hlm. 45, <www.digitalcommons.lmu.edu>, diakses 1 Januari 2013.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

57

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

calon juga harus diverifikasi oleh Kaisar. Komisaris adalah yang ditunjuk oleh

Perdana Menteri dengan persetujuan the National Diet. JFTC memiliki kekuasaan

administrative, quasi administrative dan quasi yudisial. Lingkup administrasi meliputi

kekuatan lisensi (misalnnya, kekuatan untuk membenarkan kartel dengan kompetisi

adil), keharusan untuk menerima dan memeriksa pemberitahuan (seperti

pemberitahuan pembentukan asosiasi perdaganan dan penandatanganan kontrak), hak

prerogratif untuk berkonsultasi dengan kementrian lainnya dan memberikan masihat

kepada industry, juga memiliki kewenangan untuk melakukan penelitian ekonomi

dan kekuatan lainnya.144

Kekuasaan quasi legislative, diantaranya adalah kekuasaan untuk mengawasi

dan menjelaskan tentang prakti persaingan usaha tidak sehat dan untuk komoditas

RPM. Kekuasaan quasi yudisial termasuk kekuasaan untuk melakukan investigasi,

uantuk megadakan dengar pendapat administratif dan untuk membuat keputusan

mengenai kesahan atas perilaku.145

Ketika JFTC menganggap bahwa adanya pelanggaran, JFTC dapat memilih

untuk mengeluarkan pernyataan kepada pihak yang melakukan pelanggaran dan

merekomendasikan bahwa pihak tersebut harus menghentikannya. Jika pihak tersebut

menerima rekomendasi, JFTC tidak perlu melanjutkan proses dengan mengeluarkan

keputusan resmi. Apabila seperti ini,keputusan JFTC disebut dengan rekomendasi.

Apabila sidang administrasi digelar, Responden dapat mengusulkan kepada

JFTC bahwa ia akan menerima tuduhan fakta dan hukum sebagaimana tercantum

dalam pengaduan kepada JFTC dan JFTC dapat mengambil tindakan yang diperlukan

guna menghentikan perilaku tersebut dan memulihkan iklim persaingan. Keputusan

JFTC dapat diajukan banding ke Pengadilan Tinggi Tokyo dan Mahkamah Agung.

Namun, pihak yang menerima keputusan rekomendasi atau putusan tersebut, tidak

dapat membahas gugatan tersebut berdasarkan kesepakatan antara responden dan

JFTC.146

144 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha, Filosofi, Teori dan Implikasi Penerapannya di Indonesia, (Malang: Banyumedia Publishing, 2006), hlm. 160. 145 Ibid. 146 Pasal 80 AML

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

58

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Meskipun eksistensi JFTC pada dasarnya adalah sebagai sebuah organ

administratif yang independen, namun masih terbuka celah bagi campur tangan pihak

luar yang dapat mempengaruhi independensi JFTC. Celah-celah campur tangan pihak

lain misalnya disebabkan karena aktivitas JFTC diawasi oleh Parlemen, lagipula

penunjukan ketua komisi harus dilakukan dengan persetujuan Parlemen. Di samping

itu, setiap tahun JFTC wajib menyampaikan laporan aktivitas penegakan AML pada

parlemen. Sementara itu, kewenangan rekrutmen ketua dan anggota komisi JFTC

mengusulkan perangkat aturan-aturan terkait, serta mengusulkan anggaran, berada di

tangan Perdana Menteri. Celah-celah ini yang masih memungkinkan intervensi yang

dapat mempengaruhi kinerja JFTC sebagai sebuah lembaga yang independen.147

2.4.3 Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Jepang

Pada tahun 2010, rancangan undang-undang untuk merivisi AML

mengusulkan untuk merevisi prosedur internal JFTC, yaitu meniadakan post-order

sidang dan sistem pemeriksaan yang terjadi pada JFTC, dan memberikan yuridiksi

ekslukif kepada Pengadilan Distrik Tokyo untuk memeriksa banding atas perintah

JFTC. Secara khusus, JFTC telah dikatakan sebagai organisasi quasi yudisial,

sebagian karena JFTC melakukan tindakan pemeriksaan. Penghapusan sistem

pemeriksaan, tidak akan mengubah status JFTC sebagai komisi administrasi

independen, tetapi secara substantive, dari segi struktur, JFTC akan menjadi tidak

berbeda dengan instransi pemerintah lainnya.

Berdasarkan Pasal 56, dalam hal penyusunan petugas pemeriksa dan penyidik

terpisah, dan petugas pemeriksa juga diperbantukan dari luar (misalnya hakim) untuk

menjamin ketidakberpihakan. Penyelidikan JFTC dan prosedur pemeriksaan biasanya

memakan waktu setidaknya dua tahun, faktanya bahwa sangat mahal bagi perusahaan

utuk melalui penyelidikan dan pemeriksaan, dan kemudian mengajukan banding ke

Pengadilan Tinggi Tokyo untuk membatalkan keputusan JFTC. Juga, transparansi

147 Johnny Ibrahim, Opcit.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

59

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

kemungkinan akan ditingkatkan bila banding dari perintah JFTC dipindahkan ke

Pengadilan Negeri.148

148 Mitsuo Matsushita, loc.cit, hlm. 530, diakses 11 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

60

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Gambar 2.1 : Prosedur Dalam Penyelesaian Perkara JFTC

nj

Detection by the JFTC

Report by the Public to the JFTC

Submission by informents based on Leniency Program

Request by the Small and Medium Enterprise Agency (under the Act establishment of the Agency)

Administrative Investigation

Compulsory investigation for criminal cases

caution

closure

Advance notification (Cases and desist order)

warning

Advance notification (Surcharge payment order)

Opportunity to present views and to submit evidence

Opportunity to present views and to submit evidence

Cease and desist order

Surcharge payment order

Final and conclusive

Healing procedure

desicion

Decision (Revocation or modification of orders)

Lawsuit

Position of urgent injuction (Tokyo High Court)

File an accusation with the Prosecutor General

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

61

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Penjelasan

A clue for starting investigation: Apabila JFTC mendeteksi tersangka melalui

penyelidikan mantan pegawainya, informasi yang diberikan oleh masyarakat dan

Leniency Program149, ini akan memperlancar penyelidikan.150

Administrative investigation: Inspeksi di tempat dilakukan terhadap pengusaha yang

diduga melakukan tindakan illegal dalam rangka untuk menyelidiki buku akuntansi

dan dokumen terkait, dan mengikutsertakan pihak tertentu untuk melakukan

pemeriksaan secara rinci jika diperlukan.151

Compulsory investigation for criminal cases: Sesuai dengan surap perintah yang

diterbitkan oleh hakim, kunjungan dan pencarian terhadap pengusaha bersangkutan

dilakukan untuk penyitaan benda-benda yang diperlukan. Jika tuduhan pidana

dianggap beralasan sebagai hasil dari investigasi, tuduhan diajukan kepada jaksa

penuntut umum.152

Advance notification: Apabila tindakan illegal diakui sebagai hasil dari penyelidikan,

JFTC memutuskan dalam perintah untuk menghentikan dan berhenti, dan perintah

pembayaran biaya tambahan, yang dianggap wajar dan memberikan pemberitahuan

terlebih dahulu kepada para pengusaha dalam isi perintah tersebut.

Opportunity to present views and to submit evidence: Pelaku usaha dapat

menyampaikan pendangan mereka atas isi perintah dalam pemberitahuan

sebelumnya. Untuk mebjamin ukuran keputusan administrative yang adil, mereka

149 Keistimewaan bagi pelaku usaha yang terindikasi melakukan kartel atau praktik lainnya. Syaratnya, pelaku usaha tersebut bersedia membuka data dan informasi kepada KPPU mengenai kartel atau praktik lainnya yang dilakukan. 150 International Affairs Division JFTC, For Fair and Free Market Competition, hlm. 20, <www.jftc.go.jp>, diakses 1 Januari 2013. 151 Ibid. 152 Ibid.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

62

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

tidak bisa hanya menyampaikan pandangan mereka, tetapi harus turut mengajukan

bukti.153

Cease and desist orders: Perintah untuk menghentikan dan berhenti merupakan

ukuran administrasi yang ditujukan untuk mendorong penghapusan tindakan illegal.

Dalam kasus kartel, pelaku usaha yang terlibat diperintahkan untuk mencabut

kenaikan harga, dan sebagainya.154

Surcharge payment orders: Perintah pembayaran biaya tambahan adalah tindakan

administrative yang diberlakukan pada kasus-kasus seperti kartel, praktik curang dan

monopoli swasta, tambahan atas penhapusan tindakan illegal. Pembayaran biaya

tambahan dihitung sesuai dengan formula tertentu dan dibuat untuk kas negara.155

Hearing procedures and decision: Apabila permintaan untuk prosedur pemeriksaan

dibuat, penetapan fakta-fakta pelanggaran dan tinjauan yang berlaku dilakukan.

Setelah prosedur pemeriksaan, keputusan dibuat berdasarkan pada fakta-fakta

pelanggaran.156

Lawsuit: Apabila pelaku usaha tidak puas dengan keputusan, mereka dapat

mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Tokyo untuk meminta pencabutan. Atas

ketiadaan bukti substansial pada keputusan atau dalam kasus pelanggaran Konstitusi,

pengadilan mencabut keputusan tersebut.157

153 Ibid. 154 Ibid. 155 Ibid. 156 Ibid. 157 Ibid.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

63

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

2.4 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Indonesia

2.4.1 Undang-Undang No. 5 Tahun 199 Tentang Larangan Praktek Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat, disebut juga Undang-Undang Anti Monopoli.

Undang-Undang ini merupakan Undang-Undang yang secara khusus mengatur

tentang persaingan dan praktik monopoli. Latar belakang dibentuknya Undang-

Undang Anti Monopoli adalah akibat terjadinya ketidak adilan antara para pelaku

pasar. Reformasi sistem ekonomi yang luas dan khususnya kebijakan regulasi yang

dilakukan sejak tahun 1980, menimbulkan situasi yang sangat kritis. Timbul

konglomerasi pelaku usaha yang dikuasai oleh keluarga atau partai tertentu.

Konglomerasi tersebut menyingkirkan pelaku usaha kecil dan menengan melalui

praktik usaha yang kasar.

Lahirnya Undang-Undang Anti Monopoli juga tidak lepas dari krisis moneter

yang kemudian berlanjut kepada krisis ekonomi yang melanda Indonesia di

pertengahan tahun 1997, di mana pemerintah didasarkan bahwa sebenarnya

fundamental ekonomi Indonesia pada waktu itu ternyata begitu lemah, lemahnya

fundamental ekonomi Indonesia terjadi karena berbagai kebijakan pemerintah di

berbagai sector ekonomi yang kurang tepat yang menyebabkan pasar menjadi

terdistorsi.158 Terdistorsinya pasar membuat harga yang terbentuk di pasar tidak lagi

melrefleksikan hukum permintaan dan hukum penawaran yang riil, proses

pembentukan harga dilakukan secara sepihak (oleh pengusaha atau produsen) tanpa

memperhatikan kualitas produk yang menerka tawarkan terhadap konsumen.159

Sesuai dengan Pasal 2 huruf a dan b Undang-Undang Anti Monopoli, asas

yang terkandung dalam Undang-Undang tersebut adalah demokrasi ekonomi.

Menurut Kurnia Toha, ciri demokrasi ekonomi adalah kolaborasi pemerintah dengan

dunia usaha, lembaga-lembaga keuangan serta lembaga-lembaga lainnya tersebut,

158 Penjelasan Undang-Undang Anti Monopoli. 159 Sutan Remi Sjahdeini, Opcit, hlm. 14.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

64

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

guna memberikan proteksi untuk melindungi, membantu, dan meringankan beban

golongan menengah ke bawah dalam mengatur kehidupan ekonomi agar tercapai

kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya.160 Undang-Undang Anti Monopoli

mencegah sistem yang melanggar proses persaingan usaha dan mencegah terjadinya

dominasi pasar.

Monopoli dan persaingan usaha merupakan hal yang biasa dalam kegiatan

ekonomi. Sejauh kegiatan itu dilakukan dalam rambu-rambu hukum, implikasi

penerapan monopoli dan persiangan usaha tidak bisa dihindari dalam mekanisme

pasar. Oleh karena itu implementasi Undang-Undang Anti Monopoli ini adalah dalam

rangka mengantisipasi pasar bebas pada era globalisasi ekonomi guna dapat

mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana teramanatkan

dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam rangka penegakan Undang-Undang Anti Monopoli dibutuhkan apartur

penegak hukum yang dapat mengawasi jalannya kegiatan pasar yang sempurna.

Lembaga ini merupakan syarat agar persaingan dapat berjalan dengan efektif. Di

Indonesia, penegakan hukum persaingan usaha diserahkan kepada Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU). Komisi ini dikatakan sebagai suatu lembaga independen

yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lain.161

KPPU bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berhubungan dengan

hukum antimonopoli atau hukum persaingan usaha. Alasan sosiologis sebagai dasar

pembentukan KPPU adalah menurunnya citra pengadilan dalam memeriksa dan

mengadili suatu perkara serta beban perkara pengadilan yang sudah menumpuk.

Alasan lain adalah dunia usaha membutuhkan penyelesaian yang cepat dan proses

pemeriksaan yang bersifat rahasia. Oleh karena itu, diperlukan suatu lembaga khusus

yang terdiri dari orang-orang yang ahli dalam bidang ekonomi dan hukum sehingga

penyelesaian yang cepat dapat terwujud.162

160 Wawancara Kurnia Toha (Dosen dan Pakar Hukum Persaingan Usaha Universitas Indonesia), 13 Desember 2012. 161 Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, (Jakarta: SInar Grafika, 2009), hlm. 136. 162 Ayudha D. Prayoga, et al., Opcit, hlm. 128.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

65

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

KPPU tidak hanya terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah,

melainkan juga pengaruh pihak lain, seperti misalnya lembaga kemasyarakatan atau

kelompok masyarakat yang memegang kekuasaan keuangan atau ekonomi.

Kemandirian komisi yang termuat dalam undang-undang tersebut adalah hak

istimewa yang diperlukan untuk dapat melaksanakan undang-undang secara efisien,

dan dengan demikian, komisi berkewajiban untuk memelihara ketidaktergantungan

tersebut dan tidak dapat membuka diri terhadap dunia luar.163

Sesuai Pasal 35 huruf g UU Anti Monopoli, KPPU diwajibkan untuk

memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada Presiden dan

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Kewajiban ini semata-mata merupakan

pelaksanaan prinsip administrasi yang baik, jadi KPPU tetap bebas dari pengaruh dan

kekuasaan Pemerintah.164

Perkembangan dan peningkatan aktifitas pelaku usaha di Indonesia yang

didominasi oleh beberapa penguasa mengakibatkan derivasi ekonomi dan sosial

antara pengusaha kecil dan menegah, praktik-praktik persaingan usaha tidak sehat

masih sangat sering dijumpai, untuk itulah KPPU memerankan perannya sebagai

komisi pengawas dalam elaborasi pasar agar tidak terjadi persaingan usaha yang

curang.

2.4.2 Kewenangan dan Fungsi Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

Pengawasan terhadap pelanggaran Undang-Undang Anti Monopoli di

Indonesia diserahkan kepada KPPU tersurat dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang

Anti Monopoli. Untuk menindaklanjuti undang-undang ini, lahirlah Keputusan

Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha

tertanggal 8 Juli 1999 yang bertujuan untuk membentuk komisi dan menetapkan

tugas dan fungsi struktur organisasi.165

163 Suyud Margono, Opcit, hlm. 140. 164 Undang-Undang Anti Monopoli. 165 Suyud Margono, Opcit, hlm. 144.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

66

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Undang-undang Anti Monopoli memberikan wewenang kepada KPPU dalam

menangani perkara dugaan pelanggaran terhadap Undang-undang Anti Monopoli.

Dalam penanganan perkara pelanggaran terhadap hukum persaingan usaha terdapat

beberapa aturan yang digunakan menjadi dasar, antara lain:166

a) Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentan Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat;

b) Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawa

Persaingan Usaha, keputusan, pedoman maupun petunjuk teknis mengenai

KPPU;

c) Keputusan KPPU No. 1 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Penanganan

Perkara;

d) Hukum acara perdata, yaitu untuk ketentuan hukum acara perdata jika

pelaku usaha menyatakan keberatan atas putusan KPPU sesuai dengan

Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 atau apabila gugatan

perdata yang didasarkan pada adanya perbuatan melanggar hukum.

Alasan dibutuhkannya institusi yang secara khusus menyelesaikan kasus

praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat adalah karena hukum persaingan

usaha membutuhkan orang-orang yang memiliki latar belakang dan/atau mengerti

seluk beluk bisnis dalam rangka menjaga mekanisme pasar. Institusi yang melakukan

penegakan hukum persaingan usaha beranggotakan orang-orang yang terkait erat

dengan hukum, ekonomi dan bisnis.167

Alasan filosofis yang dapat dijadikan dasar pembentukan KPPU yaitu

dalam mengawasi pelaksanaan suatu aturan hukum diperlukan suatu lembaga yang

mendapat kewenangan dari negara ini, diharapkan lembaga pengawas ini dapat

menjalankan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya serta sedapat mungkin

mampu untuk bertindak secara independen.168

166 Jimli Assidiq, Opcit, hlm. 145. 167 Ayudha D. Prayoga, Opcit, hlm. 16. 168 Marsiyem, Loc.cit, diakses 10 November 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

67

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Adapun alasan sosiologis yang dapat dijadikan dasar pembentukan KPPU

adalah merosotnya citra pengadilan yang sudah menumpuk. Alasan lain adalah dunia

usaha metnbutuhkan penyelesaian yang cepat dan proses pemeriksaan yang

bersifat rahasia. Oleh karena itu, diperlukan suatu lembaga khusus yang ahli

dalam bidang ekonomi dan hukum sehingga penyelesaian yang sehat dapat

terwujud.169

Sesuai dengan sifat penegakan hukum persaingan usaha, penegakan UU No. 5

Tahun 1999 adalah penegakan hukum publik yaitu jenis penegakan dimana individu

yang mengetahui terjadinya peristiwa pelanggaran tidak dapat langsung melakukan

upaya penegakannya melalui pengadilan, akan tetapi harus terlebih dahulu

disampaikan kepada KPPU dan institusi inilah yang kemudian mengambil tindakan

atas nama publik.170

Sebagai pengawas dan penegak hukum persaingan usaha, KPPU mempunyai

kedudukan yang sangat vital, karena lembaga tersebut diberikan status pengawas

pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999. Proses penegakan hukum dapat melalui dua

sudut pandang. Dari sudut pandangan kultural, penegakan hukum adalah upaya yang

dilaksanakan oleh dan untuk melaksanakan internalisasi hukum pada warga

masyarakat. Dari sudut pandangan structural proses penegakan hukum adalah

bekerjanya roda lembaga untuk menciptakan keamanan dan ketertiban sesuai dengan

ideologi.171

Dalam konteks ketatanegaraan, KPPU merupakan lembaga negara

komplementer (state auxiliary organ)172 yang mempunyai kewenangan berdasarkan

UU No. 5 Tahun 1999 untuk melakukan penegakan hukum persaingan usaha. Secara

sederhana, state auxiliary organ adalah lembaga negara yang dibentuk di luar

konstitusi dan merupkam lembaga yang membantu pelaksanaan tugas lembaga negara

pokok yang sering disebut dengan lembaga independen semu negara (quasi). Peran 169 Ibid. 170 Syamsul Maarif dalam Hanif Nur Widhiyanti, et. al, Efektivitas Putusan KPPU sebagai Lembaga Penegak Hukum Persaingan, hlm. 127, <www.isjd.pdii.lipi.go.id, diakses 11 Desember 2012. 171 Mulyanah Kusumah dalam Ibid. 172 Budi L. Kagramanto dalam Andi Fahmi Lubis, et. al., Opcit, hlm. 312.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

68

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

sebuah lembaga quasi menjadi penting sebagai upaya responsive bagi negara-negara

yang tengah transisi dari otoriterisme ke demokrasi.173

Pembentukan lembaga-lembaga auxiliary state organ di luar lembaga-

lembaga utama (main state organ) pada proses transisi menuju demokrasi tersebut

merupakan bagian dari demokratisasi kelembagaan lembaga negara dan upaya positif

bagi penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan yang lebih baik melalui peranan-

peranan tertetntu yang dijalankan oleh lembaga-lembaga negara khusus tersebut

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Kontribusi positif

yang diharapkan dari keberadaan lembaga-lembaga negara khusus ini bagi

perkembangan demokrasi di Indonesia merupakan indikasi telah berkalan dengan

baiknya proses transisi dmeokrasi menuju konsilidasi demokrasi.

Lembaga quasi tersebut menjalankan kewenangan yang sebenarnya sudah

diakomodasi oleh lembaga negara yang sudah ada, tetapi dengan ketidakpercayaan

publik (public distruct) kepada eksekutif, maka dipandang perlu dibentuk lembaga

yang sifatnya independen, dalam arti tdak merupakan bagian dari tiga pilar

kekuasaan. Lembaga-lembaga ini biasanya dibentuk pada sektor-sektor cabang

kekuasaan seperti yudikatif (quasi-judicial), eksekutif (quasi-public) yang fungsinya

bisa berupa pengawasan terhadap lembaga negara yang berada di sektor yang sama

atau mengambil alih beberapa kewenangan lembaga di sektor yang sama.174

Penegakan hukum anti monopoli dan persaingan usaha berada dalam peranan

KPPU. Namun demikian, tidak berarti bahwa lembaga lain tidak memiliki peranan

dalam menangani perkara monopoli dan persaingan usaha. Pengadilan Negeri (PN)

dan Mahkamah Agung (MA) juga diberi peranan dalam menyelesaikan perkara

tersebut. Peranan PN yaitu untuk menangani keberatan terhadap putusan KPPU dan

menangani pelanggaran hukum persaingan yang menjadi perkara pidana karena tidak

dijalankannya putusan KPPU yang sudah in kracht. Peranan MA diperlukan apabila

terjadi kasasi terhadap keputusan PN tesebut.175

173 Jimly Asshiddiqie dalam Opcit. 174 Andi Fahmi Lubis, Opcit, hlm. 312. 175 Ibid.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

69

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Peranan KPPU tersebut telah dirumuskan dalam UU No. 5 tahun 1999 pada

pasal 35 mengenai tugas KPPU, yaitu:176

a) Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai Pasal 16.

b) Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku

usaha yang dapat mengekibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau

perwsaingan usaha tidak sehat, sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai

dengan Pasal 24.

c) Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan

posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli

dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Paal 25

sampau dengan Pasal 28.

d) Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang KPPU sebagaimana diatur

dalam Pasal 36.

e) Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang

berkaitan dengan praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

f) Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-

Undang ini.

g) Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja KPPU kepada

Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Berdasarkan Pasal 35 ayat huruf a dikatakan bahwa tugas KPPU adalah

melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya

praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, seperti oligopoli,

diskriminasi harga, penetapan harga, pembagian wilayah, pemboikotan, kartel, trust,

oligopsomi, integrasi vertical, perjanjian tertutup dan perjanjian dengan pihak luar

negeri. Selanjutnya huruf b menugaskan KPPU untuk melakukan penilaian terhadap

kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dilarang, seperti monopoli, 176 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

70

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

monopsoni, penguasaan pasar dan persekongkolan. Sedangkan dalam huruf c KPPU

ditugaskan untuk melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya

penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, yang dapat timbul melalui posisi

dominan, jabatan rangkap, pemilikan saham, penggabungan, peleburan, serta

pengambilalihan saham.177

Dalam Pasal 35 huruf e dan f menugaskan KPPU untuk memberikan saran

dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan praktik

monopoli dan atau persangan usaha tidak sehat, serta menyusun pedoman dan atau

publikasi yang berkaitan dengan persaingan usaha tidak sehat. Hal ini memberikan

tanggung jawab kepada KPPU untuk bertindak aktif untuk mempengaruhi kebijakan

Pemerintah dalam membuat peraturan yang berkaitan dengan praktik monopoli dan

atau persaingan usaha tidak sehat.178

Dengan kata lain, tugas KPPU adalah melakukan penilaian apakah telah

terjadi perajanjian-perjanjian yang dilarang dan kegiatan usaha yang dilarang. Jika

KPPU menailai telah terjadi perjanjian-perjanjian yang dilarang atau kegiatan usaha

yang dilarang, maka KPPU dapat menggunakan wewenangnya untuk

memerintahkan penghentian perjanjian-perjanjian dan kegiatan-kegiata usaha yang

dilarang tersebut

Dalam Pasal 36 Undang-Undang Anti Monopoli, ditentukan wewenang KPPU

yang meliputi:179

a) Menerima laporan dari masyarakat dan/atau dari pelaku usaha tentang

dugaan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

b) Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan/atau

tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjdinya tindakan pelaku

usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau

persaingan usaha tidak sehat.

177 Marsiyem, Loc.cit, hlm. 58, diakses 11 Desember 2012. 178 Ibid. 179 Undang-Undang Anti Monopoli.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

71

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

c) Melakukan penyelidikan dan/atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan

praktik monopoli dan/atau persangan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh

masyarakat atau oleh pelaku usaha atu yang ditemukan oleh komisi sebagai

hasil dari penelitiannya.

d) Menyimpulkan hasil penyelidikan dan/atau pemeriksaan tentang ada atau

tidak adanya praktik monopoli dan/atau persaingan tidak sehat.

e) Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap

ketantuan undang-undang ini.

f) Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang

dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan ini undang-undang ini.

g) Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi ahli atau

setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f, yang tidak bersedia

memenuhi panggilan komisi.

h) Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan

penyelidikan dan/atau pemeriksaan terhada pleaku usaha yang melanggar

ketentuan undang-undang ini.

i) Mendapatkan, meneliti, dan/atau menilai surat, dokumen atau bukti lain

guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan.

j) Memutuskan dan menetapkan ada atu tidaknya kerugian di pihak pelaku

usaha lain atau masyarakat.

k) Memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga

melakukan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

l) Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrative kepada pelaku usaha

yang melanggar ketentuan undang-undang ini.

KPPU diberikan kewenangan dan tugas yang sangat luas meliputi eksekutif,

yudikatif, legislatif dan konsultatif. Kewenangan-kewenangan tersebut menyebabkan

komisi dapat dikatakan memiliki fungsi-fungsi yang menyerupai lembaga konsultatif,

yudikatif, legislatif maupun eksekutif, sehingga sering dikatakan bahwa komisi

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

72

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

memiliki wewenang yang tumpang tindih karena bertindak sebagai investigator

penyidik pemeriksa, penuntut, dan pemutus.180

Kelembagaan KPPU masih dipertanyakan sejak berdiri hingga saat ini oleh

berbagai pihak, termasuk lingkup pemerintahan sendiri. Masalah ini mengkondisikan

pagar penghalang bagi KPPU untuk berkembang menjadi lembaga negara yang

seutuhnya. Ada beberapa pendapat bahwa walaupun KPPU bukan lembaga judicial

ataupun penyidik, tetapi KPPU adalah lembaga penegak hukum yang tepat untuk

menyelesaikan masalah persangan usaha karena peran multifungsi serta kehlian yang

dimiliknya mampu mempercepat proses penangan perkara.181

Adapun kewenangan komisi yang dianggap meyerupai lembaga yudikatif atau

bahkan dapat dikatakan melebihi kewenangan lembaga yudikatif yaitu komisi

melakukan fungsi-fungsi penyelidikan, serta memutus, bahkan menjatuhkan

hukuman administratif atas perkara-perkara yang diperiksanya termasuk memberikan

sanksi pemberian ganti rugi kepada pihak yang dirugikan dan denda kepada pihak

yang melanggar Undang-Undang Anti Monopoli.182

Hukum pidana merupakan ultitum remedium bagi UU Anti Monopoli, yang

lebih mengedepankan tindakan administrative yang dapat ditempuh oleh KPPU

dalam menyelesaikan suatu perkara persaingan usaha tidak sehat. Sebagaimana diatur

dalam UU Anti Monopoli, kewenangan KPPU adalah untuk melakukan pemanggilan

dan pemeriksaan terhadap seseorang, di sisi lain, undang-undang ini tidak melengkapi

KPPU sebagai organ yang memiliki kewenangan untuk memaksa.183 Pentingnya

penyidik dalam penegakan hukum persaingan usaha sebagai ultitum remedium sangat

terasa ketika permasalahan secara administratif tidak lagi mampu sebagai jalan keluar

dalam penyelesaian perkara persaingan usaha.

Berdasarkan Pasal 36 huruf g yang menyebutkan “meminta bantuan penyidik

untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana 180 Santosa Maulana dalam Lukman Hakim, Ibid, hlm. 12. 181 Syamsul Maarif, Tantangan Penegakan Hukum Persangan Usaha di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 19, 2002, hlm. 13. 182 Lukman Hakim, Locit. 183 Mohammad Reza, Kerjasama KPPU dengan Penyidik dalam Penanganan TIndak Pidana Hukum Persaingan Usaha, Jurnal Persaingan Usaha Edisi 5 Tahun 2011, hlm. 91.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

73

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

dimaksud huruf e dan huruf f, yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi”.

Penyidik dalam pasal tersebut merupakan pejabat polisi negara Republik Indonesia

atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-

undang untuk melakukan penyidikan, sesuai dengan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang

No. 8 Tahun 1981. KPPU memiliki kewenangan untuk memanggil pelaku usaha,

saksi, saksi ahli atau setiap orang, tetapi kewenangan tersebut tidak menyertakan

sanksi bagi orang yant tidak memenuhi panggilan tersebut. Oleh karena itu, KPPU

tidak dapat memaksakan pihak-pihak tersebut untuk memenuhi panggilan tersebut.

Kewenangan lain KPPU yang dikatakan menyerupai lembaga legislatif

dikarenakan berdasarkan kewenangannya, komisi dapat membuat peraturan-

peraturan. Menurut Erman Radjagukguk, Peraturan Komisi (Perkom) yang

dikeluarkan KPPU tidak dapat mengikat secara eksternal. Jadi, KPPU hanya

berwenang untuk menerbitkan peraturan yang mengikat internal KPPU sendiri. Selain

itu, apabila Perkom yang diterbitkan adalah untuk memperjelas isi undang-undang

dan tidak mengadakan peraturan baru, hal itu dibolehkan.184

Adapun kewenangan yang menyerupai lembaga eksekutif pada kewenangan

KPPU untuk dapat melaksanakan atau mengeksekusi kewenangan yang diberikan

oleh Undang-Undang Anti Monopoli serta peraturan pelaksanaannya termasuk

pengaturan yang dibuat oleh komisi dalam rangka pengimplementasian hukum

persaingan usaha di Indonesia.185

Apabila melihat Pasal 44 dan Pasal 45 UU no. 5 tahun 1999, pasal-pasal

tersebut banyak berbicara kaitannya dengan peradilan. Masalah yang dihadapi adalah

UU No. 5 Tahun 1999 memberikan kewenangan yang besar kepada KPPU, dimana

dalam undang-undang tersebut terdapat aspek pidana dan aspek administrasi sehingga

di dalam pelaksanaannya arus ditetapkan suatu batasan apakah KPPU merupakan

suatu badan peradilan dalam arti kekuasaan kehakiman.

184 Erman Radjagukguk, Draft Peraturan KPPU tentang RAngkap Jabatan Tidak Memuat Pranotifikasi, <www.hukumonline.com>, diakses 5 Januari 2012. 185 Lukman Hakim, Locit

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

74

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman yang menyebutkan:

“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.”

Badan peradilan adalah badan yang termasuk di dalam kekuasaan kehakiman

sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, antara lain Peradilan Pajak, Peradilan

Niaga, Peradilan Hak Asasi Manusia dan kesemuanya itu mempunyai tempat dan

pegangan pada Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945. Itulah yang disebut badan

peradilan, tetapi di samping itu banyak juga badan-badan yang secara formal

organisatoris bukan kekuasaan kehakiman tetapi badan tersebut mempunyai

kewenangan untuk menjatuhkan sanksi dan hukuman. Salah satunya adalah KPPU.

Dikaitkan dengan kewenangan luar biasa yang diberikan KPPU berdasarkan

Pasal 36 Huruf j yang mengatakan bahwa KPPU dapat memutuskan dan menetapkan

ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain atau masyarakat, Pasal

tersebut menjadi kontradiktif dengan arti dari kata “Putusan” sebagaimana diartikan

dalam peraturan perundang-undangan seperti dalam Undang-Undang Nomor 48

Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman dimana secara garis besar dapat

dikatakan bahwa yang berwenang untuk melaksanakan kekuasaan kehakiman

hanyalah sebuah lembaga Pengadilan. Hal tersebut di atas tentunya akan

menimbulkan kerancuan dan ketidakpastian hukum dalam proses penegakkan hukum

persaingan usaha, bahkan dikhawatirkan akan terjadi keadaan yang lebih buruk lagi

yakni terhambatnya pertumbuhan ekonomi nasional akibat dari adanya ketidakpastian

hukum tersebut.186

Upaya KPPU dalam menegakkan amanat UU No. 5 Tahun 1999 masih

mengalami banyak kekurangan dalam hukum acara yang harus dibenahi demi

menciptakan iklim yang sehat dan jujur serta upaya menciptakan lembaga hukum

186 Sigit Handoyo Subagiono, dalam Paper Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Luar Biasa KPPU Dalam Memberikan Putusan, hlm 6.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

75

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

yang bersih dan terpecaya. KPPU sesungguhnnya merupakan harapan yang cerah

bagi masyarakat khususnya pelaku usaha dalam menciptakan iklim persaingan sehat

di Indonesia.

2.4.3 Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Indonesia

Berdasarkan seluruh tugas yang diamanatkan oleh UU No. 5 Tahun 1999,

penegakan hukum adalah tugas utama dari seluruh tugas yang diberikan kepada

KPPU. Tugas tersebut dilaksanakan melalui penanganan perkara pelanggaran

terhadap UU No. 5 Tahun 1999 di mana proses penanganan perkara di KPPU

dilakukan melalui berbagai tehapan, hal ini dapat dilihat dalam skema penanganan

perkara oleh KPPU.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

76

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Gambar 2.2: Tahapan Proses Penyelesaian Sengketa Dalam Putusan KPPU

tidak menerima putusan

keberatan

menerima putusan

dilaksanakan

tidak ada keberatan tidak dilaksanakan

Inisiatif KPPU

Laporan Pemeriksaan Pendahuluan

Pemeriksaan Lanjutan

Penyidikan

Pembuatan Putusan

Pembacaan Putusan

PN

Penetapan Eksekusi oleh PN

Kasasi ke MA

Pelaksanaan

Selesai

Diserahkan kepada penyidik

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

77

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Tata cara penanganan perkara diatur dalam Bab VII mulai dari Pasal 38

sampai dengan Pasal 46. Dari rumusan ketentuan Pasal 38 tersebut, dapat diketahui

bahwa tidak hanya pihak yang dirugikan saja, sebagai akibat dari terjadinya

pelanggaran terhadap undang-undang ini, yang dapat melaporkan secara tertulis

kepada KPPU dengan keterangan lengkap dan jelas tentang telah terjadinya

pelanggaran serta kerugian yang ditumbulkan, melainkan juga setiap orang yang

mengetahui telah terjadi atau patut diduga telah terrjadi pelanggaran terhadap

undang-undang ini dapat melaporkan secara tertulis kepada KPPU dengan keterangan

yang jelas tentang telah terjasinya pelanggaran, dengan menyertakan identitas

pelapor. Jelas bahwa pelanggaran yang dilakukan atas undang-undang ini bukanlah

delik yang bersifat aduan dari pihak yang dirugikan.

Atas dasar ketentuan tersebut maka pemeriksaan yang dilakukan KPPU terdiri

dalam dua tahap, yaitu:187

a) Pemeriksaan Pendahuluan

Berdasarkan Pasal 39 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1999, dimana jangka

waktunya adalah 30 hari sejak tanggal surat penetapan dimulainya suatu

pemeriksaan pendahuluan. Pemeriksaan pendahuluan ini didasarkan pada dua

hal, yaitu:

1. Pemeriksaan atas dasar inisiatif;

Pemeriksaan atas dasar inisiatif dilakukan atas dasar inisiatif KPPU

sendiri yang tidak didsarkan pada laporan dari pihak yang merasa

dirugikan sesuai dengan ketentuan Pasal 40 UU No. 5 Tahun 1999 dalam

pemeriksaan atas dasar inisiatif KPPU pertama-tama akan membentuk

Majelis Komisi untuk melakukan pemeriksaan terhadap pelaku usaha dan

saksi-saksi. Majelis Komisi kemudian dengan surat penetapan menetapkan

dimulanya pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan pendahuluan

dilakukan untuk mendapatkan pengakuan terlapor berkaitan dengan

dugaan pelanggaran yang dituduhkan dan/atau mendapatkan bukti awal 187 Destivano Wibowo dan Harjon Sinaga, Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta: Rajawali Press, 2005), hlm. 18.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

78

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

yang cukup mengenai dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh terlapor

serta merekomendasikan pada komisi untuk menetapkan perlu atau

tidaknya dilakukan pemeriksaan lanjutan.

2. Pemeriksaan atas dasar laporan.

Pemeriksaan atas dasar laporan ini adalah pemeriksaan yang dilakukan

oleh KPPU karena adanya laporan yang disampaikan baik karena ada

laporan masyarakat maupun dari pelaku usaha yang dirugikan oleh

tindakan pelaku usaha yang dilaporkan. Segera setah laporan yang

diterima oleh KPPU dianggap telah lengkap, oleh KPPU menetapkan

Majelis Komisi yang akan melakukan pemeriksaan dan penyelidikan

kepada pelaku usaha yang dilaporkan dengan surat keputusan.

Berdasarkan Pasal 38 ayat (3) UU Anti Monopoli, identitas setiap orang

yang melaporkan mengenai telah terjadinya pelanggaran terhadap UU

Anti Monopoli, selain pihak yang dirugikan, wajib dirahasiakan oleh

KPPU.

b) Pemeriksaan Lanjutan

Pemeriksaan lanjutan diatur dalam Pasal 39 UU No. 5 Tahun 1999, sebagai

berikut:

(1) Berdasarkan laporan, KPPU wajib melakukan pemeriksaan pendahuluan,

dan dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah

menerima laporan, KPPU wajib menetapkan perlu atau tidaknya

dilakukan pemeriksaan lanjutan.

(2) Dalam pemeriksaan lanjutan, KPPU wajib melakukan pemeriksaan

terhadap pelaku usaha yang dilaporkan.

(3) KPPU wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari pelaku

usaha yang dikategorikan sebagai rahasia perusahaan.

(4) Apabila dipandang perlu, KPPU dapat mendengar keterangan saksi, saksi

ahli, dan/atau pihak lain.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

79

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Kegiatan pemeriksaan lanjutan diatur dalam Pasal 50 sampai dengan Pasal 54

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 1 tahun 2010, hal ini

dilakukan untuk menemukan ada tidaknya bukti pelanggaran yang dituduhkan

kepada terlapor, maka Tim Pemeriksa Lanjutan melakukan serangkaian

kegiatan berupa:

a. Memeriksa dan meminta keterangan Terlapor;

b. Memeriksa dan meminta keterangan dari saksi, saksi ahli dan instansi

pemerintah;

c. Memintah, mendapatkan dan menilai surat, dokumen atau alat bukti lain;

d. Melakukan penyelidikan terhadap kegiatan Terlapor atau pihak lain terkait

deengan dugaan pelanggaran.

c) Sidang Majelis Komisi

Dalam Pasal 52 Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 1 Tahun

2006, bahwa “Sidang Majelis Komisi dilakukan untuk menilai,

menyimpulkan dan memutuskan perkara berdasarkan bukti yang cukup

tentang terlah terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran”, yaitu pelanggaran

terhadap UU No. 5 Tahun 1999.

d) Putusan Komisi

Setelah melalui pemeriksaan pedahuluan, pemeriksaan lanjutan dan sidang

komisi, maka Majelis Komisi harus membuat putusan komisi sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 43 ayat (3) dan (4) UU No. 5 Tahun 1999.

Selanjutnya dalam memutuskan perkara yang dilakukan melalui musyawarah,

daitur dalam Pasal 55 Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 1

Taahun 2006, sebagai berikut:

1. Pengabulan Putusan Komisi dilakukan melalui musyawarah untuk

mufakat;

2. Apabila musyawarah tidak mencapai mufakat, Putusan diambil melalui

pemungutan suara;

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

80

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

3. Putusan Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berdasarkan

mayoritas Anggota Majelis.

Pengambilan putusan melalui sidang majelis merupakan hal yang biasa dan

juga dilakukan oleh komisi-komisi negara lain seperti Amerika Serikat.188

Konsep pengaturan di atas sangat dipengaruhi oleh pengaturan pengambilan

keputusan sidang majelis pada peradilan umum dimana suatu putusan

dikatakan sebagai putusan majelis hakim, walaupun mungkin ada anggota

majelis yang tidak setuju terhadap putusan tersebut.

Dalam Pasal 44 UU No. 5 tahun 1999 menyatakan bahswa Putusan KPPU

yang telah diterima oleh pelaku usaha, dalam jangka waktu 30 hari sejak

diterimanya pemberitahuan putusan tersebut, pelaku usaha wajib

melaksanakannya dan melaporkan pelaksanannnya kepada KPPU. Namun,

apabila kewajiban KPPU tidak dijalankan oleh pelaku usaha, KPPU akan

menyerahkan putusan tersebut kepada penyidik untuk disidik sesuai dengan

ektentuan perundang-udangan yang berlaku. Putusan KPPU dapat dijadikan

sebagai bukti permulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan

penyidikan.

Dalam penetepan putusan, KPPU berwenang untuk menjatuhkan sanksi

kepada pihak yang berlasah berupa tindakan administratif terhadap pelaku

usaha yang melanggar ketentuan UU Anti Monopoli. Berdasarkan Pasal 2

Perkom No.4 Tahun 2009 tentang Pedoman Tindakan Administratif Sesuai

Ketentuan Pasal 47 UU Anti Monopoli, yang menyebutkan bahwa:

(a) Pelaku usaha atau pihak lain yang berkepentingan dalam memahami

Pasal 47 UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat;

(b) KPPU sendiri dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 35 dan 36 UU No. 5 Tahun 1999 jo. Pasal 4 dan

188 Rahmadi Usman, Hukum Persangan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Graham Media Pustaka Utama, 204), hlm. 136.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

81

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Pasal 5 Keppres No. 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas

Persaingan Usaha.

Dalam Pedoman Pasal 47 ditentukan bahwa dalam menentukan besaran

denda, KPPU menempuh 2 (dua) langkah yaitu (i) menentukan besaran nilai

dasar dan (ii) melakukan penyesuaian dengan menambahkan atau mengurangi

besaran nilai dasar tersebut. Nilai dasar denda akan terkait dengan proporsi

dari nilai penjualan, tergantung dari tingkat pelanggaran, dikalikan dnegan

jumlah tahun pelanggaran. Penentuan tingkat pelanggaran akan dilakukan

secara kasus perkasus untuk setiap tipe pelanggaran, dengan

mempertimbangkan seluruh situasi yang terkati dengan kasus terebut.189

Dalam menentukan proporsi tersebut, KPPU harus mempertimbangkan

berbagai macam faktor, seperti skala perusahaan; jenis pelanggaran; gabungan

pangsa pasar dari para Terlapor; cakupan wilayah geografis pelanggaran; dan

telah atau belum dilaksanakannya pelanggaran tersebut. Sedangkan terkait

penyesuaian, Pedoman Pasal 47 menentukan KPPU dapat mempertimbangkan

keadaan yang menghasilan penambahan atau pengurangan nilai dasar denda

tersebut, seperti Terlapor mengulangi pelanggaran yang sama (memberatkan)

atau Terlapor bersikap baik dan kooperatif (meringankan).190

Dalam praktik, KPPU sering kali mendasarkan penentuan besaran denda pada

konsep yang tidak jelas dan bahkan mengabaikan ketentuan yang dibuatnya

sendiri. Pembuktian dari hal-hal tersebut akan penulis bahas dalam bab

selanjutnya.

e) Eksekusi Putusan

Terhadap putusan KPPU dapat dilakuakan dengan dua cara, yaitu:

1. Eksekusi secara sukarela

2. Eksekusi secara paksa

189 Peraturan KPPU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pedoman TIndakan Administratif Sesuai Ketentuan Pasal 47 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, hlm. 8. 190 Ibid, hlm. 9.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

82

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Eksekusi ini dilaksanakan secara paksa dengan dua cara yaitu:191

a. KPPU meminta penetapan eksekusi terhadap pengadilan negeri;

b. KPPU menyerahkan putusa tersebut untuk dilakukan penyidikan.

Pembentukan UU No. 5 Tahun 1999 memiliki dua aspek hukum, yaitu

aspek hukum perdata dan pidana. Permintaan eksekusi kepada PN

adalah melaksanakan sanksi administrative yang dikenakan KPPU,

sebagimana idmaksud dalam Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1999, bersifat

perdata.

Sedangkan penyerahan putusan KPPU kepada penyidik adalah

merupakan upaya penerapan sanksi pidana kepada pelaku usaha yang

diduga telah melanggar tindak pidana berdasarkan UU No. 5 Tahun

1999, penyerahan ini dilakukan karena KPPU tidak berwenang

menjatuhkan sanksi pidana kepada pelaku usaha tetapi ini merupakan

wewenang peradilan umum.

Dalam praktik, pelaksanaan Eksekusi Putusan KPPU kerap kali mengalami

hambatan terutama dalam bentuk ketidakpastian eksekusi. KPPU cenderung

mengharapkan pelaksanaan putusan oleh pelaku usaha Terlapor secara sukarela.

Berdasarkan Pasal 68 ayat (2) Perkom No.1 Tahun 2010 yaitu “Dalam rangka

menjamin efektifitas Putusan, Komisi dapat mengambil langkah-langkah lain

dilluar upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.” Pasal ini menentukan KPPU dapat melakukan

tindakan selain mengajukan permintaan penetapan eksekusi, salah satunya melalui

komunikasi persuasif dengan pelaku usaha. Hal ini berbeda dengan Pasal 46 UU

Anti Monopoli yang tidak menyebutkan menengai pelaksanaan eksekusi putusan

KPPU selain dengan meminta penetapan eksekusi kepada PN.

Terhadap putusan KPPU, Pasal 44 ayat (1) UU Anti Monopoli192 mengatur

bahwa Terlapor memiliki kewajiban untuk melaksanakan dan menyampaikan

191 I Ketut Karmi Nurjaya, Peranan KPPU Dalam Menegakkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha TIdak Sehat, Jurnal DInamika Hukum Vol. 9 no. 1 Januari 2009, hlm. 88.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

83

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

laporan pelaksanaannya kepada KPPU dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari

sejak menerima pemberitahuan putusan. Penjelasan pasal tersebut menerangkan 30

(tiga puluh) hari dihitung sejak diterimanya putusan KPPU oleh Terlapor atau

kuasa hukumnya. Ketentuan tersebut berbeda dengan yang terdapat dalam Pasal

66 ayat (1) Perkom No. 1 tahun 2010193 yang menyatakan “Terlapor wajib

melaksanakan Putusan Komisi dan menyampaikan laporan pelaksanaannya kepada

Komisi paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya jangka waktu

pengajuan keberatan”. Hal ini menyimpulkan adanya ketidakharmonisan

pengaturan antara Perkom No. 1 tahun 2010 dengan UU No. 5 tahun 1999 yang

sangat mungkin akan menimbulkan permasalahan dalam kepastian hukum.

BANDING

Permasalahan yang lain muncul ketika pihak yang diputus bersalah oleh

KPPU mengajukan banding ke PN. Penyelesaian perkara persaingan usaha pada

tingkat banding dilakukan oleh PN, PN dapat menangani:

a) Pengajuan keberatan atas putusan KPPU;

b) Penetapan eksekusi putusan atas putusan yang telah diperiksa;

c) Pelimpahan perkara dari penuntut umum terhadap putusan KPPU yang tidak

dijalankan oleh terlapor ke PN.

Dalam UU Anti Monopoli tidak dijelaskan lebih lanjut mengenai ketentuan

dan tata cara pengajuan banding. Undang-undang hanya menyebutkan bahwa jangka

waktu pemeriksaan maksimal empat hari sejak diterimanya keberatan dan jangka

192 Pasal Pasal 44 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1999 berbunyi “Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pelaku usaha menerima pemberitahuan putusan Komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (4), pelaku usaha wajib melaksanakan putusan tersebut dan menyampaikan laporan pelaksanaannya kepada Komisi”. 193 Pasal 66 ayat (1) Perkom No. 1 Tahun 2010 berbunyi “Dalam hal Terlapor tidak mengajukan keberatan terhadap Putusan Komisi sampai dengan lewat waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 665, maka Terlapor wajib melaksanakan Putusan Komisi dan menyampaikan laporan pelaksanaannya kepada Komisi paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya jangka waktu pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65”.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

84

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

waktu penjatuhan putusan maksimal 30 hari sejak dimulai pemeriksaan.194 Pengajuan

keberatan kemudian diatur pada Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 03 Tahun

2005 yang mengatur mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan tata cara

pengajuan upaya hukum keberatan terhadap putusan KPPU.

Terdapat beberapa permasalahan dengan diterbitkannya Perma ini.

Berdasarkan Pasal 2 Butir 1 Perma No. 03 Tahun 2005 menyebutkan bahwa

“Keberatan terhadap Putusan KPPU hanya diajukan oleh Pelaku Usaha Terlapor

kepada Pengadilan Negeri ditempat kedudukan hukum usaha Pelaku Usaha tersebut”.

Dalam hal ini timbul pertanyaan mengenai hak para pelapor untuk mengajukan

banding atau tidak yang tidak dijelaskan apabila KPPU menyatakan tidak ada

pelanggaran.

Pasal 6 Perma No. 03 Tahun 2005 yang menyebutkan bahwa “Dalam hal

Majelis Hakim berpendapat perlu pemeriksaan tambahan, maka melalui putusan sela

memerintahkan kepada KPPU untuk dilakukan pemeriksaan tambahan”. Terhadap

ketentuan pasal tersebut timbul keraguan pada hasil pemeriksaan tambahan yang

dilakukan oleh KPPU, baik tambahan berupa dokumen dan juga tambahan berupa

saksi-saksi yang diperintahkan PN. Dapat pasti dokumen-dokumen maupun saksi-

saksi yang meringankan pelaku usaha yang mengajukan banding akan menjadi sia-sia

karena tidaklah mungkin KPPU dalam melakukan pemeriksaan tambahan yang

memperlemah putusannya sendiri. Tentu saja KPPU akan memperkuat putusan yang

diajukan banding oleh pelaku usaha, karena posisi KPPU merupakan pihak dalam

perkara banding di PN.

Dalam Pasal 42 UU Anti Monopoli, alat-alat bukti pemeriksaan komisi berupa

keterangan saksi, keterangan ahli, surat dan/atau dokumen, dan keterangan pelaku

usaha. Maka, tidaklah dimungkinkan bagi KPPU untuk menggunakan indirect

evidence dalam pembuktian. America Serikat menggunakan indirect evidence dengan

sangat hati-hati, hanya untuk pelanggaran-pelanggaran yang termasuk pelanggaran

kriminal.

194 Pasal 45 Ayat (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Praktek Anti Monopoli dan Persangan Usaha TIdak Sehat.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

85

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Ketidak konsistenan hukum acara, khususnya mengenai penggunaan alat

bukti, sangat mungkin menimbulkan masalah terkait pertimbangan atau pengambilan

keputusan. Tidak jarang putusan KPPU hanya mengedepankan alat bukti indirect

evidence dimana pembuktian tersebut sangatlah lemah di hadapan hukum acara

perdata yang lebih mengedepankan hard evidence. Maka, dalam praktek, tidak sedikit

putusan KPPU yang akhirnya dibatalkan oleh pengadilan negeri yang memeriksa

perkara Keberatan.195

Pembentuk suatu komisi dengan kewenangan yang cukup luas seperti KPPU

diperlukan ketentuan-ketentuan hukum acara yang sangat lengkap. Memang

walaupun pada akhirnya KPPU memiliki kewenangan yang luas dimana

kewenangan-kewenangan yang luas tersebut harus tetap ada batasnya. KPPU sering

melanggar banyak kewenangan sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum.

195 HMBC Rikrik Rizkiyana, et.al, Catatan Kritis Terhadap Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia, hlm. 42, <www.ri-advocates.com>, diakses 5 Januari 2013.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

86 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 3

PERANAN KPPU DALAM PENANGANAN PERKARA PERSAINGAN USAHA DIBANDINGKAN DENGAN AMERIKA SERIKAT, AUSTRALIA,

PERANCIS dan JEPANG

3.1 Putusan Perkara Persaingan Usaha oleh KPPU

Pada bab ini akan diuraikan mengenai peranan KPPU dalam penyelesaian

persaingan usaha dibandingkan dengan Amerika Serikat, Australia, Perancis dan

Jepang. Uraian ini akan dijelaskan melalui beberapa kasus yang telah ditangani oleh

KPPU.

3.1.1 Putusan KPPU Nomor 17/KPPU-I/2010 Terhadap Perseroan Terbatas

(PT.) Pfizer Indonesia dan Perseroan Terbatas (PT.) Dexa Medica atas

Dugaan Kartel Obat Anti Hipertensi dengan Kandungan Amlodipine

Besylate.196

Pada dugaan pelanggaran ini, para pelaku usaha yang diduga melakukan

pelanggaran dan ditetapkan sebagai terlapor adalah PT. Pfizer Indonesia (Terlapor I),

PT. Dexa Medica (Terlapor II), Pfizer Inc. (Terlapor III), Pfizer Overseas LLC – d/h.

Pfizer Overseas Inc. (Terlapor IV), Pfizer Global Trading – co. Pfizer (Terlapor V)

dan Pfizer Corporation Panama (Terlapor VI). Kelompok Usaha Pfizer dengan PT.

Dexa Medica diduga melakukan pelanggaran Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999 yaitu

menetapkan Anti Hipertensi dengan Zat Aktif Amlodipine Besylate.

Pfizer Inc. adalah induk dari Pfizer Corporation Panama sebagai pemegang

saham mayoritas dari PT. Pfizer Indonesia. Pfizer Inc. adalah pemegang paten zat

aktif Amlodipine Besylate, dengan Nomor Paten ID 0 000 321 tertanggal 10

November 1995, masa berlaku patern adalah 20 tahun sejak tanggal permintaan

patern yaitu tanggal 3 April 1987, maka masa paten berakhir tanggal 3 April 2007.

PT. Pfizer Indonesia mempunyai kewenangan terhadap operasional Pfizer Inc.

di Indonesia termasuk pemasaran, penjualan dan produksi secara terbatas, sedangkan 196 Putusan KPPU, <www.kppu.goi.id>, diakses 12 September 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

87

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

keputusan bisnis terkait raw material merupakan kewenangan Pfizer Inc. PT. Pfizer

Indonesia memiliki produk dalam kategori obat anti hipertensi dengan bahan dasar

Amlodipine Besylate. Pfizer inc. dan Pfizer Indonesia tidak memiliki perjanjian

lisensi antara tahun 1990-2007, mengacu pada fakta bahwa Pfizer Indonesia

merupakan afiliasi dari Pfizer Inc dan oleh sebab itu dapat menggunakan paten dan

merek dagang tersebut.

Pada tanggal 12 Desember 1995, PT. Dexa Medica mempunyai izin edar obat

yang mengandung zat aktif Amlopidine Besilate dengan Merek Tensivask sediaan 5

mg dengan Nomor Pendaftaran DKL 9405014110A1. Bahan baku zat aktif

Amlopidine Besylate yang dipergunakan untuk memproduksi Tensizask pada tahun

1955 didapatkan oleh PT. Dexa Medica dari Eropa. Kemudian, Pfizer Inc. melalui

PT. Pfizer Indonesia mengumumkan (somasi) terjadi pelanggaran paten atas zat aktif

Amlopidine Besylate yang dilakukan oleh PT. Dexa Medica.

Penyelesaian sengketa paten dilakukan PT. Dexa Medica dengan menemui

PT. Pfizer Indonesia untuk menanyakan kemungkinan pembelian bahan baku zat aktif

Amlopidine Besylate kepada Pfizer Inc. Untuk menyelesaikan pelanggaran atas paten

Amlopidine Besylate yang dimiliki leh Pfizer Inc, maka PT. Dexa Medica melakukan

Supply Agreement atau perjanjian pemasokan bahan baku dengan Pfizer Overseas

LLC (d/h Pfizer Overseas Inc.) yang merupakan anak perusahaan dari Pfizer Inc.

Dalam pelaksanaan Supply Agreement, yang menerima Planing Order,

memberikan persetujuan supplu, mengirimlan zat aktif Amlopidine Besylate,

menerbitkan invoice packing list, dan memberikan certificate of analysis kepada PT.

Dexa Medica adalah Pfizer Global Trading yang merupakan bagian dari Pfizer

Overseas LLC (d/h Pfizer Overseas Inc.). Berdasarkan Supply Agreement, semua

bentuk komunikasi dari PT. Dexa Medica dengan Pfizer Overseas LLC. Disampaikan

tembusan ke PT. Pfizer Indonesia, yaitu Presiden Direktur.

Setelah masa paten berakhir, PT. Dexa Medica berhak memberli zat

Amlodipine Besylate dari supplier manapun, namun PT. Dexa Medica tetap membeli

za tersebut dari Pfizer Overseas Inc. dengan pertimbangan bahwa PT. Dexa Medica

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

88

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

ingin memastikan mempertahankan efek klinis Tensivask yang sama pada saat

sebelum dan sesudah paten.

Dalam pendistribusian Novask dan Tensivask, PT. Pfizer Indonesia dan PT.

Dexa Medica sama-sama menggunakan PT. Anugerah Argon Medica. PT. Anugerah

Argon Medica merupakan anak perusahaan dari PT. Dexa Medica dengan

kepemilikan saham sebesar 98.13%. Perjanjian kerjasama distribusi antara PT. Dexa

Medica dan PT. Anugerah Argon Medica dibuat pada tanggal 30 November 1999

oleh PT. Dexa Medica dan PT. Anugerah Argon Medica yang berlaku selama 1 (satu)

tahun sejak Desember 1999. Pfizer Distribution Agreement dibuat oleh PT. Pfizer

Indonesia dan PT. Anugerah Argon Medica pada tanggal 22 November 1996.

Perjanjian distribusi antara PT. Pfizer Indonesia dengan PT. Anugerah Argon Medica

ini tidak hanya meliputi Norvask saja, melainkan juga obat-obatan lainnya.

Berdasarkan Pasal 40 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1999, KPPU dapat melakukan

pemeriksaan berdasarkan inisiatif sendiri apabila ada dugaan terjadi pelanggaran.

perdata yang diterima KPPU dari PT. IMS Health, selaku penyedia layanan survey

produk kesehatan, kenaikan harga Norvask dan Tensivask terjadi secara berkala.

Pasca paten berakhir muncul perusahaan-perusahaan lain yang memproduksi

obat anti hipertensi dengan zat aktif Amlopidine Besylate, namun dari sisi penjualan

per volume atau unit, merek Norvask dan Tensivask dalam berbagai kemasan, tetap

menjadi obat yang banyak diresepkanoleh dokter. Muncul dugaan kartel yang terjadi

antara PT. Pfizer Indonesia dan PT. Dexa Medica dalam penjualan obat yang

berbahan dasar Amlopidine Besilate.

PUTUSAN KPPU

1) PT. Pfizer Indonesia, Pfizer Inc., Pfizer Overseas LLC., PT. Pfizer Global

Trading dan Pfizer Corporation Panama terbukti secara sah dan meyakinkan

lemanggar Pasal 5, Pasal 11, Pasal 16, Pasal 25 ayat (1) huruf a UU No. 5 Tahun

1999.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

89

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

2) PT. Dexa Medica terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 5, Pasal

11, Pasal 16 UU No. 5 Tahun 1999.

3) Memerintahkan kepada PT. Pfizer Indonesia untuk menurunkan harga obat

Norvask sebesar 65 % dari HNA samoai saat outusan berkekuatan hukum tetap.

4) Memerintahkan kepada PT. Dexa Medica untuk menurunkan harga obat

Tensivask sebesar 60% dari HNA sampai saat putusan berkekuatan hukum tetap.

5) PT. Pfizer Indonesia membayar denda RP 25.000.000.000,- yang harus disetor ke

Kas Negara

6) PT. Dexa Medica membayar denda sebesar RP 20.000.000.000,-yang harus

disetor ke Kas Negara.

Atas dasar putusan KPPU tersebut, para terlapor, PT. Pfizer Indonesia, Pfizer

Inc., Pfizer Overseas LLC., Pfizer Global Trading dan Pfizer Corporation Panama

dan PT. Dexa Medica mengajukan keberatan terhadap putusan KPPU No. 17/KPPU-

I/2010. Permohonan keberatan tersebut kemudian di daftarkan di Kepaniteraan

Pengadilan Negeri Jakarta pusat tertanggal 3 November 2012 dengan Nomor:

05/KPPU/2010/PN/Jkt.Pst. Dalam rapat Permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat pada hari Rabu, tanggal 31 Agustus 2011, memutuskan untuk

mengabulkan permohonan keberatan yang diajukan oleh Pemohon Keberatan I, II,

III, IV, V, dan VI untuk seluruhnya dan membatalkan putusan KPPU Nomor.

17/KPPU-I/2010 tertanggal 27 September 2010 untuk seluruhnya.

KPPU sebagai pihak yang kalah dalam putusan Pengadilan Negeri atas kasus

ini, mengajukan kasasi ke MA, yang kemudian ditolak oleh MA berdasarkan Putusan

Perkara Nomor Register 294 K/PDT.SUS/2012.197 Putusan kasasi ini menguatkan

putusan pada tingkat pertama di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang telah

mengabulkan keberatan Kelompok Usaha Pfizer dan PT Dexa Medica atas putusan

KPPU. Putusan KPPU dibatalkan karena melanggar keputusan UU Nomor 5 Tahun

1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat serta

UU Nomor 14 Tahun 2001 Lembaran Negara RI Nomor 109 tentang Paten.

197 MA Tolak Permohonan Kasasi KPPU Terkait Kartel Obat, <www.tribunnews.com>, diakses 12 September 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

90

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Dengan mempelajari putusan KPPU dalam perkara di atas, ditemukan

beberapa persoalan sebagai berikut:

a) KPPU dalam memutus perkara ini menggunakan indirect evidence.

Dalam kasus ini, KPPU sebagai komisi persaingan yang menyatakan bahwa

PT. Pfizer dan PT. Dexa Media melakukan perjanjian kartel menggunakan indirect

evidence dalam pembuktiannya. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumya

bahwa dalam menyimpulkan alat bukti yang digunakan adalah ketentuan hukum

acara perdata, yang mana indirect evidence tidak dikenal dalam hal ini. Putusan

KPPU hanya mengedepankan alat bukti indirect evidence dimana pembuktian

tersebut sangatlah lemah di hadapan hukum acara perdata yang lebih mengedepankan

hard evidence. Dengan kata lain, petunjuk merupakan alat bukti yang bergantung kepada alat

bukti lain. Jika tidak ada alat bukti lain yang menunjukan adanya pelanggaran UU

Anti Monopoli, maka KPPU tidak dapat menyatakan adanya petunjuk perlanggaran

tersebut sedangkan indirect evidence berdiri sendiri tanpa ada kaitannya dengan alat

bukti lain dan lebih mengarah kepada dugaan, penafsiran atau interpretasi, dan logika. Dalam kasus ini KPPU tidak dapat membuktikan secara sah dan meyakinkan

dengan sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti yang sah tentang adanya perjanjian,

baik tertulis maupun tidak tertulis, yang dimaksudkan untuk menetapkan harga dan

kartel. Putusan KPPU tersebut kemudian dibatalkan oleh pengadilan negeri yang

memeriksa upaya hukum banding yang diajukan pelaku usaha Terlapor dengan

pertimbangan, salah satunya, alat bukti indirect evidence tidak dikenal dalam

peraturan perundang-undangan.

Berbeda dengan Indonesia, Amerika Serikat mengenal alat bukti indirect

evidence. Dalam yuridiksi Amerika Serikat tidak mengharuskan pembuktian bahwa

pelaku usaha menandatangani atau menyatakan perjanjian secara tertulis. Penetapan

harga, persekongkolan tender, kartel, and perjanjian lainnya dapat dibuktikan baik

oleh bukti langsung, seperti kesaksian pelaku tersebut, atau dengan bukti tidak

langsung, seperti tawaran yang mencurigakan, contohnya, laporan biaya perjalanan,

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

91

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

rekaman telepon, catatan harian bisnis. Sadar akan tanggung jawab atas rencana jahat,

dapat dibuktikan dengan bukti langsung maupun tidak langsung.198

Ada dua jenis bukti tidak langsung, yaitu bukti komunikasi dan bukti

ekonomi, yaitu:199

Communication Evidence: bukti bahwa pelaku kartel telah bertemu atau

berkomunikasi, tetapi tidak mengutarakan isi pokok komunikasi mereka. Ini

meliputi, rekaman percakapan telepon antara pelaku kartel, namun tidak

temasuk isi pokok yang sebenarnya dari komunikasi tersebut. Selain itu,

perjalanan dalam partisipasi rapat. Bukti lain yang menunjukan komunkasi

mengenai kartel, seperti waktu pertemuan membahas tentang pemanfaatan

harga permintaan atau kekuatan harga, dokumen internal yang membuktikan

pengetahuan ataau pemahaman strategi harga pesaing, seperti pengetahuan

harga yang akan datang.

Economic Evidence: pertama, ekonomi dapat membantu untuk

mengidentifikasi pasar yang cenderung terkartelisasi. Kedua, kartel dapat

dibuktian pada bukti ekonomi. Dengan kata lain, ekonomi dapat membantu

untuk, membuktikan adanya kartel dengan menganalisis perilaku pelaku usaha

di pasar.

Indirect evidence diterapkan diberbagai negara, termasuk Australia& Jepang,

dengan keadaan yang berbeda. Dalam kasus antitrust terbaru di Amerika Serikat,

otoritas persaingan cenderung menggunakan teknik ekonometrik, yang merupaka

salah satu jenis bukti tidak langsung, untuk membuktikan adanya perjanjian

penetapan harga, meskipun kebanyakan kasus, bukti ekonometrik diperlakukan

sebagai suatu hal yang diperlukan namun tidak cukup untuk membuktikan adanya

perjanjian penetapan harga.

Di Amerika Serikat, kartel dituntut sebagai tindak pidana berdasarkan

Sherman Act. Salah satu bagian Sherman Act menyebutkan bahwa “setiap perjanjian,

198 Shriya Lukee, Role of Circumstantial Evidence in the Prosecution of Cartels, hlm. 37 <www.cii.gov.in>, diakses 6 Januari 2013. 199 Ibid, diakses 6 Januari 2013.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

92

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

penggabungan dalam bentuk trust atau lainnya, atau konspirasi, yang menghalangi

perdagangan atau perdagangan antara negara bagian, atau dengan bangsa asing,

dinyatakan illegal. Pelanggaran Pidana Sherman Act dapat dihukum dengan denda

hingga $100 juta untuk perusahaan terdakwa dan $1 juta bagi perseorangan. Denda

juga dapat diatur dua kali lipat dari jumlah bruto atas kerugian para korban.

Pelanggaran pidana oleh individu atas Sherman Act juga dapat dihukum sampai

sepuluh tahun penjara.

DOJ-AD biasanya memproses penuntutan hanya bila ada bukti langsung dari

perjanjian yang melanggar hukum. Dalam kasus di mana terdakwa tidak mengaku,

bukti langsung yang diajukan adalah kesaksian dari seorang pelaku kartel, yang

menjadi pemohon kelonggaran, saksi yang kooperatif, termasuk juga video atau

dokumen yang membuktikan perjanjian melanggar hukum.200

Hanya dalam keadaan tertentu, DOJ-AD akan melanjutkan penuntutan pidana

apabila kekurangan bukti. Salah satu kasus, seperti United States v. Champion

International Corporation, yang terlibat persekongkolan tender dengan

perusagahaan-perusahaan kayu pada lelang yang diselenggarakan oleh US Forest

Service. Sebelum waktu yang dicakup pada surat dakwaan, perusahaan tersebut

sangat kompetitif. Sidang pengadilan menemukan bahwa pada waktu tertentu sidang

berakhir ketika salah satu terdakwa tidak menemukan pesaingnya dalam pelelangan

dan kemudian memutuskan untuk tidak menawarkan pada penjual lain.201

Sidang pengadilan setuju dengan terdakwa bahwa pola penawaran baru telah

berkembang oleh kekuatan ekonomi normal, kiranya tidak dalam perkembangan

perjanjian kolusi. Awal dari hal ini, perwakilan para terdakwa mulai bertemu dan

mendiskusikan penjualan mereka di masa datang dan keinginan mereka dari setiap

perusahaan. Ada atau tidaknya kesepakatan yang dibuat pada pertemuan-pertemuan

mengenai penawaran dengan cara apapun, tidak diragukan bahwa terdakwa memiliki

kesepakatan tentang penawaran. Pengadilan Banding memperkuat pengadilan yang

200 Policy Roundtables Prosecuting Cartels within Direct Evidence 2006, hlm. 174, <www.oecd.org>, diakses 6 Januari 2013. 201 Ibid, diakses 6 Januari 2013.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

93

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

menemukan bahwa adanya bukti perjanjian, meskipun DOJ tidak mampu untuk

menunjukan bukti langsung dari kesepakatan tersebut.202

Penegak hukum persaingan selalu berusaha untuk memperoleh bukti langsung

dari perjanjian dalam penuntutan kasus kartel tetapi memang sulit untuk

membuktikannya. Dalam penggunaan bukti tidak langsung, terdapat batas, karena

bukti tersebut dapat ambigu, karena itu, harus diinterpretasikan secara benar oleh

pene;iti, lembaga persaingan dan pengadilan. Terpenting adalah, bukti tersebut

digunakan bersama dengan bukti langsung.203

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa dalam Pasal 8

Perma No. 03 Tahun 2005 yang menyebutkan “kecuali ditentukan lain dalam

Peraturan Mahkamah Agung ini, ukum Acara Perdara yang berlaku diterapkan pula

terhadap Pengadilan Negeri”. Perma menyimpulkan bahwa alat bukti yang digunakan

dalam pemeriksaan perkara banding adalah alat bukti yang dikenal dalam hukum

acara perdata. Sebagaimana diatur Pasal 164 HIR, alat bukti dalam hukum acara

perdata adalah surat, saksi, persangkaan, pengakuan, dan sumpah. Maka, tidaklah

dimungkinkan bagi KPPU untuk menggunakan indirect evidence dalam pembuktian.

America Serikat menggunakan indirect evidence dengan sangat hati-hati, hanya untuk

pelanggaran-pelanggaran yang termasuk pelanggarna criminal.

Oleh sebab itu, apabila KPPU menggunakan indirect evidence dalam

pembuktian perkara kartel atau lainnya, hukum persangan usaha di sini tidak dapat

menggunakan pendekatan hukum acara perdata melainkan menggunakan pendekatan

hukum acara tersendiri atau setidaknya menggunakan pendekatan hukum acara

pidana.

b) KPPU melampaui kewenangannya

Dalam putusannya, KPPU memerintahkan perusahaan farmasi nasional itu

menurunkan harga Tensivask sebesar 60 persen dari harga neto apotek. Putusan ini

melanggar UU Anti Monopoli, yang tidak memberikan kewenangan kepada KPPU

untuk menetapkan harga.

202 Ibid, diakses 6 Januari 2013. 203 Ibid, hlm. 9, diakses 6 Januari 2013.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

94

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Timbul banyak pertanyaan mengenai eksistensi dari kewenangan KPPU yang

begitu besar. Menurut Prof. Hikmahanto, banyak putusan yang bermasalah ini

disebabkan karena ketidak sinkronan antara pertimbangan hukum dan pertimbangan

ekonomi. Selain itu, KPPU sebaiknya harus memisahkan ketiga fungsi eksekutif,

legislative dan yudikatif secara internal.204

c) KPPU tidak paham mengenai pengecualian UU Anti Monopoli

Dalam kasus ini, PT. Pfizer melakukan supply agreement adalah perjanjian

terkait hak atas kekayaan intelektual, sehingga termasuk dalam perjanjian yang

dikecualikan dari ketentuan UU Anti Monopoli. Supply agreement yang dinyatakan

KPPU sebagai bukti adanya kartel merupakan hal keliru, supply agreement tidak

mengatur harga, produksi, pemasaran, dan distribusi Tensivask maupun Norvask.205

Berdasarkan Pasal 50 UU Anti Monopoli menyebutkan bahwa yang

dikecualikan dari ketentuan undang-undang ini adalah perjanjian yang berkaitan

dnegan hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi, paten, merek dagang, hak cipta,

desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang, serta

perjanjian yang berkaitan dengan waralaba; atau perjanjian penetapan standar teknis

produk barang dan atau jasa yang tidak mengekang dan atau menghalangi persaingan;

atau perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat ketentuan untuk

memasok kembali barang dan atua jasa dengan harga yang lebih rendah daripada

harga yang telah diperjanjikan.

Apabila masalah sumber daya manusia yang tidak menguasai persaingan

usaha ini dapat diperkecil dengan menghadirkan saksi-saksi ahli yang berkompeten di

bidang persaingan usaha, dari segi hukum maupun ekonomi oleh KPPU sebagai

pencerah perkara yang ditanganinya.

Hal ini juga yang dilakukan FTC dalam penanganan perkara persaingan

usaha. Supply Agreement diperbolehkan tetapi perbuatan tersebut harus dilakukan

dengan tujuan usaha yang mendukung persaingan. Apabila perjanjian tersebut

204 Seminar Ikatan Keluarga Advokat universitas Indonesia, 8 Desember 2012. 205 Ignatius Andy, Obat Generik Tapi Mahal, Gatra 14 Oktober 2010.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

95

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

merupakan hasil pemaksaan atau karena kekuatan pasar yang sedemikian rupa

sehingga pemasok merasa tidak memiliki pilihan atas perjanjian, perjanjian tersebut

dainggap anti persaingan.206

d) KPPU sebagai pihak yang berperkara

Pada tingkat banding, KPPU sebagai komisi pemutus perkara tersebut menjadi

pihak yang berperkara di PN. Menurut penulis, hal ini adalah tepat, karena FTC,

ACCC, autoritie dan FTC pun merupakan pihak dalam perkara persaingan usaha.

Selain itu menurut UU Anti Monopoli, setiap orang yang melaporkan atas terjadinya

pelanggaran terhadap UU Anti Monopoli, selain pihak yang dirugikan, wajib

dirahasiakan oleh KPPU. Apabila, KPPU tidak menjadi pihak, berarti kerahasiaan

pelapor akan bocor kepada terlapor. Ketidak tepatan terjadi ketika bukti awal

pemeriksaan yang merupakan putusan KPPU dikembalikan kepada KPPU untuk

diperiksa lebih lanjut

Kewenangan KPPU yang sangat luas dalam menegakkan hukum persaingan

usaha, yang dimulai dengan menerima laporan atas dugaan praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat, melakukan penelitian, penyelidikan, memutuskan

sampai menjatuhkan sanksi bagi pelaku usaha yang melanggar undang-undang, pada

praktiknya dapat menimbulkan presumption of guilty dalam proses penegakkan

hukum persaingan usaha di KPPU karena mungkin ada penghentian perkara atau

perbedaan persepsi dalam praktik penegakan hukum persaingan usaha.

Permasalahan mengenai prosedur penanganan perkara persaingan usaha juga

pernah dialami oleh JFTC. Ketika prosedur penegakan perkara mulai diberlakukan

pada tahun 2006, Keidanren, mewakili kelompok usaha mengkritik hal itu. Asosiasi,

akademisi dan lainnya mengusulkan untuk mereformasi prosedur tersebut. Keidanren

menyatakan bahwa prosedur pemutusan tidak adil karena JFTC yang melakukan

penyelidikan, kemudian yang memperkarakan dan juga sebagai peninjau.207

206 Agreement Between Supplier and Costumer, hlm, 266, <www.pli.edu>, diakses 6 Januari 2013. 207 Mitsuo Matsushita, Loc.cit, hlm. 527, diakses 6 Januari 2013.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

96

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Oleh karena itu, pemeriksa dan komisaris JFTC tidak bisa diharapkan untuk

membuat penilaian yang objektif dan jujur mengenai putusan yang mereka keluarkan.

Keindanren menyatakan bahwa prosedur pemeriksaan administrasi harus dihapuskan

dan digantikan dengan suatu prosedur di mana para pihak dapat langsung

mengadakan permohonan kepada pengadilan.208

3.1.2 Putusan KPPU Nomor 35/KPPU-I/2010 Terhadap PT. Pertamina dkk.

atas Proses Beauty Contest Proyek Donggi-Senoro.209

Salah satu contoh penafsiran atas undang-undang dilakukan KPPU pada

perkara Nomor 35/KPPU-I/2010 dengan terlapor adalah Pertamina dkk Perkara ini

bermula dari KPPU terhadap PT Pertamina (Persero) dan tiga perusahaan lainnya

yang mempersalahkan mereka melanggar Pasal 22 Undang-Undang No. 5 Tahun

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Yang Sehat. KPPU

memutuskan bahwa keempat perusahaan tersebut telah melakukan persekongkolan

dan diskriminasi dalam pemilihan partner strategis. KPPU berpendapat, bahwa

pemilihan partner itu yang dilakukan melalui “beauty contest” sama dengan

pengadaan barang dan jasa.210 Pasal 22 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999

menyatakan:

“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat”.

Istilah beauty contest tidak terdapat dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Istilah ini

berasal dari kepustakaan Hukum Persaingan di luar negeri. Beauty Contest tidak sama

dengan pemilihan mitra untuk mendapatkan calon partner guna mengembangkan

suatu proyek. Pemilihan mitra tidak sama dengan tender pengadaan barang atau jasa.

Pemilihan mitra tersebut tidak masuk dalam ruang lingkup Pasal 22 Undang-

Undang No. 5 Tahun 1999 karena pemilihan mitra adalah pemilihan calon partner 208 Ibid. 209 Putusan KPPU, <www.kppu.goi.id>, diakses 12 September 2012. 210 Perkara Nomor 35/KPPU-I/2010, <www.kppu.go.id>, diakses 109 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

97

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

untuk membangun suatu usaha, bukan mengenai pengadaan barang/jasa.211 Pemilihan

partner sebagai mitra strategis dalam membangun suatu usaha didasarkan kepada

kemampuan permodalan, keahlian, dan pengalaman calon partner tersebut untuk

mengadakan investasi, bukan mengenai pengadaan barang/jasa.

Menurut Erman Rajagukguk, tindakan melampaui kewenangan terkait

penafsiran Pasal 22 yang dilakukan oleh KPPU. Seharusnya, KPPU tidak boleh

menafsirkan suatu undang-undang, yang dapat menafsirkan undang-undang adalah

hakim dalam rangka penemuan hukum. Pasal 22 mengatur tentang persekongkolan

tender. Melalui Peraturan KPPU No 2 Tahun 2010, KPPU lalu memperluas

penafsiran persekongkolan tender yang tidak hanya meliputi persekongkolan secara

horizontal, tetapi juga vertikal. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 harus dirubah

terlebih dahulu apabila ada perluasan penafsiran pada Pasal 22, satu-satunya yang

dapat melakukan penafsiran dalam rangka penemuan hukum adalah hakim, bukanlah

KPPU.212

Pada dasarnya, undang-undang bagi seorang hakim hanyalah teks yang belum

selesai dan bukan teks yang sudah final. Undang-undang yang berisi norma hukum

yang bersifat umum dan abstrak hanya mengatur secara garis besar hal-hal yang

wajib dilakukan (obligattere), yang dilarang dilakukan (prohibere) dan yang boleh

dilakukan (permittere).213 Karena itulah undang-undang bagi penyelenggara

pemerintahan bukan teks yang sudah selesai, tetapi masih perlu diatur lebih lanjut

dengan delegated legislations, sebagai secondary legislations. Oleh karena undang-

undang merupakan salah satu unsur dari sistem hukum, maka sifat dasar sistem

hukum juga menjadi sifat dasar undang-undang. 214

211 Erman Rajagukguk, Komentar Putusan Nomor 34/PDT.G/KPPU/2011/PN.JKT.PST.: Pemilihan Partner Usaha Tidak Sama Dengan Pengadaan Barang dan Jasa, <www.jurnalhet.com>, diakses 19 Desember 2012. 212 Akademisi Melarang KPPU Menafsirkan Undang-Undang, <www.hukumonline.com>, diakses 19 Desember 2012. 213 Anthon Freddy Susanto dalam A.A. Oka Mahendra, Penafsiran Undang-Undang dari Perspektif Penyelenggara Pemerintah, <www.djpp.depkumham.go.id>, diakses 19 Desember 2012. 214 Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, hlm. 13, <www.jimly.com>, diakses 19 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

98

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Dalam hukum, metode penafsiran atau interpretasi terdiri dari beberapa jenis,

yaitu:

a) Interpretasi Gramatikal;

Titik tolak dalam penafsiran menurut bahasa adalah bahasa sehari-hari.

Ketentuan atau kaidah hukum yang tertulis dalam undang-undang diberi arti

menurut kalimat atau bahasa sehari-hari. Metode interpretasi ini disebut

interpretasi gramatikal karena untuk mengetahui makna ketentuan undang-

undang dengan cara menguraikannya menurut bahasa, susunan kata atau

bunyinya. Dalam interpretasi bahasa ini biasanya digunakan kamus bahasa

atau dimintakan keterangan ahli bahasa sebagai narasumber.215

b) Interpretasi Teleologis;

Menafsirkan undang-undang dengan menyelidiki maksud pembuatan dan

tujuan dibuatkannya undang-undang tersebut. Dengan interpretasi teleologis

ini, undang-undang yang masih berlaku (tetapi sudah usang atau sudah tidak

sesuai lagi) diterapkan terhadap suatu peristiwa, hubungan, kebutuhan dan

kepentingan pada masa kini. Di sini, peraturan perundang-undangan

disesuaikan dengan hubungan dan situasi sosial yang baru. 216

c) Interpretasi Sistematis;

Menafsirkan undang-undang yang menjadi bagian dari keseluruhan sistem

perundang-undangan dengan cara menghubungkan dengan undang-undang

lain itulah yang dinamakan interpretasi sistematis. Dengan metode penafsiran

sistematis ini hendak dikatakan bahwa dalam menafsirkan undang-undang

tidak boleh menyimpang dari sistem perundang-undangan.217

215 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2008), hlm. 344. 216 Ibid, hlm. 349. 217 Ibid, 347.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

99

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

d) Interpretasi Historis

Untuk mengetahui makna suatu kaidah dalam perundang-undangan sering

pula dilakukan dengan meneliti sejarah, atau riwayat peraturan perundang-

undangan yang bersangkutan. 218

Ada 2 (dua) jenis interpretasi historis yaitu:

a. Interpretasi menurut sejarah hukum (rechts historische-interpretatie)

b. Interpretasi menurut sejarah penetapan suatu ketentuan perundang-

undangan (wet historische-interpretatie)

e) Interpretasi Komparatif;

Metode penafsiran ini penting terutama bagi hukum yang timbul dari

perjanjian internasional, karena dengan pelaksanaan yang seragam akan dapat

direalisir kesatuan hukum yang melahirkan perjanjian internasional sebagai

hukum obyektif atau kaedah hukum untuk beberapa negara. Di luar hukum

perjanjian internasional, kegunaan metode ini terbatas.219

f) Interpretasi Futuristis;

Intepretasi ini merupakan metode penemuan hukum yang bersifat antisipatif.

Metode ini dilakukan dengan menafsirkan ketentuan perundang-undangan

dengan berpedoman pada kaedah-kaedah perundang-undangan yang belum

mempunyai kekuatan hukum.220

g) Interpretsi Restriktif&Ekstensif.221

Penafsiran restriktif adalah cara penafsiran yang mempersempit arti suatu

istilah atau pengertian dalam (pasal) undang-undang.

Penafsiran ekstensif adalah menafsirkan dengan memperluas arti suatu

istilah atau pengertian dalam (pasal) undang-undang.

Menurut penulis, metode penafsiran yang digunakan dalam perkara Pertamina

(Persero) dkk. v. KPPU adalah metode penafsiran ekstensif. KPPU memperluas

218 Ibid, hlm. 345. 219 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 347. 220 A.A. Oka Mahendra, Locit, diakses 19 Desember 2012. 221 C. Asser dan Paul Scholtes, Penuntun dalam Mempelajari Hukum Perdata belanda, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2986), hlm. 85.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

100

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

penafsiran dari Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999. Berdasarkan penejalsan mengenai

penafsiran di atas, penulis berpendapat bahwa adalah hal yang diperbolehkan untuk

KPPU sebagai penyelenggara negara untuk menafsirkan undang-undang, asalkan

metode yang digunakannya tepat. Perkara Pertamina (Persero) dkk. v. KPPU dinilai

tidak tepat karena KPPU tidak memiliki kewenangan untuk memperluas suatu istilah

atau pengertian dalam pasal 22 pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1999. Untuk

perkara lain atau perkara yang akan datang, KPPU hendaknya lebih mematangkan

metode penafsiran yang akan digunakan, jika benar-benar diperlukan.

3.1.3 Putusan KPPU Nomor 23/KPPU-L/2010 terkait Persetujuan

Perpanjangan Give Away Haji oleh PT. Garuda Indonesia (Persero)

kepada PT. Gaya Bella Diantama dan PT. Uskarindo Prima untuk

Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011

Dalam putusan tersebut, KPPU menyatakan bahwa Garuda secara sah dan

meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf d UU Anti Monopoli. Selain itu juga

menghukum PT. Gaya Bella Diantama dan PT. Uskarindo Prima, sebagai rekanan

Garuda. Kdua perusahaan tersebut tidak diizinkan mengikuti tender dalam lingkup

PT. Garuda Indonesia selama satu tahun sejak putusan tersebut berkekuatan hukum

tetap.

Putusan tersebut terkait atas give away haji, yaitu paket perlengkapan haji,

berupa koper, label plastik dan buklet. Atas tindakan tersebut, Garuda dipersalahkan

telah melakukan praktik diskriminasi karena maskpai tersebut telah menutup

kesempatan dengan memilih PT. Gaya Bella Diantama dan PT. Uskarindo Prima

tanpa mekanisme tender, sehingga perusahaan lain sulit masuk unteuk memberikan

harga paket haji yang lebih menarik. KPPU menjelaskan bahwa cara terbaik dalam

menentukan harga pasar adalah dengan mekanisme tender, yang tidak dilakukan

Garuda.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

101

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Putusan KPPU

1. Menyatakan Terlapor I: PT Garuda Indonesia (Persero), Terlapor II: PT. Gaya

Bella Diantama, dan Terlapor III: PT. Uskarindo Prima terbukti secara sah dan

meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf (d) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menghukum Terlapor I: PT. Garuda Indonesia (Persero) untuk membayar denda

sebesar Rp. 1.000.000.000,- (Satu miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas

Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan

Usaha, Sekretariat Jenderal Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank

pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di

Bidang Persaingan Usaha);

3. Menghukum Terlapor II: PT. Gaya Bella Diantama, untuk membayar denda

sebesar Rp. 1.000.000.000,- (Satu miliar rupiah), yang harus disetorkan ke Kas

Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan

Usaha, Sekretariat Jenderal Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank

pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di

Bidang Persaingan Usaha);

4. Menghukum Terlapor III: PT. Uskarindo Prima untuk membayar denda sebesar

Rp. 1.000.000.000,- (Satu miliar rupiah), yang harus disetorkan ke Kas Negara

sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha,

Sekretariat Jenderal Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank pemerintah

dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang

Persaingan Usaha);

5. Menghukum Terlapor II: PT. Gaya Bella Diantama dan Terlapor III: PT.

Uskarindo Prima untuk tidak mengikuti tender di lingkungan PT Garuda Indonesia

(Persero) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun sejak Putusan ini berkekuatan hukum

tetap;

6. Memerintahkan kepada Terlapor I: PT. Garuda Indonesia (Persero) untuk

mengembalikan kelebihan jumlah pembayaran biaya transportasi khususnya

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

102

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

komponen Give Away Haji kepada jemaah haji Indonesia sejumlah Rp.

7.075.620.468.41,- (Tujuh milyar tujuh puluh lima juta enam ratus dua puluh ribu

empat ratus enam puluh delapan rupiah dan empat puluh satu sen) melalui

Kementerian Agama RI;

Merujuk pada Perkom No. 04 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pasal 47 UU No.

5 Tahun 1999 yang menyebutkan bahwa:

“Ganti rugi merupakan kompensasi yang harus dibayarkan oleh pelanggar terhadap kerugian yang timbul akibat tindakan anti persaingan yang dilakukannya. Besar kecilnya ganti rugi ditetapkan oleh KPPU berdasarkan pada pembuktian kergian senyatanya oleh pelaku usaha yang merasa dirugikan.”

Perkom No. 04 Tahun 2009 juga menyebutkan bahwa:

“Proses perhitungan ganti rugi dilakukan berdasar pihak yang menerima kompensasi ganti rugi. Untuk itu melakukan perhitungan kompensasi ganti rugi pada pelaku usaha maka pelaku usaha tersebut wajib membuktikan besar kerugian senyatanya yang isa derita, lalu KPPU melakukan perhitungan mengenai kebenaran (validitas) perhitungan berdasar asas kesesuaian, keadilan dan kepatutan”.

Berdasarkan putusan KPPU di atas, KPPU memutus Terlapor agar membayar

ganti rugi kepada jemaah haji, yang mana bukan pelaku usaha. Keputusan ini tidak

sinkron dengan peraturan yang KPPU buat sendiri.

3.2 Leniency Program bagi KPPU

Dalam hal kesulitan untuk memulai pemeriksaan atas dugaan kartel dan

persaingan usaha tidak sehat lainnya, KPPU dapat menerapkan Leniency Program

seperti halnya FTC dan JFTC. Banyak negara telah menerapkan Leniency Program

sebagai insentif bagi perusahaan atau individu yang menjadi whistle-blower atas

suatu praktik kartel. Insentif itu berupa penghapusan denda seluruhnya atau

pengurangan denda secara signifikan.

Melalui program ini, kepercayaan antara sesama anggota kartel akan

ditantang. Pihak pertama yang membocorkan adanya praktik kartel pada lembaga

persaingan, akan mendapatkan imunitas atau penghapusan denda hingga 100%,

sedangkan teman-teman anggota kartel lainnya akan dikenakan denda yang besar.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

103

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Dengan demikian, lahir destabilisasi dalam setiap perjanjian kartel dan berujung pada

penurunan praktik kartel secara signifikan. 222

DOJ-AD telah menjadikan program tersebut mudah dan menarik bagi

perusahaan untuk mendekati dan berkerjasama dengan divisi tersebut. Perubahan

tersebut mencakup hal-hal berikut, yaitu:223

1) amnesti secara otomatis apabila belum dilakukan investigasi sebelumnya;

2) amnesti yang masih dapat diberikan setelah investigasi dimulai,;

3) semua pejabat, direksi serta karyawan yang bekerjasama dibebaskan dari tuntutan

pidana.

Sebagai hasil dari perubahan-perubahan tersebut, program leniency menjadi andalan

utama DOJ-AD dalam penuntutan terhadap kasus-kasus kartel internasional, dan

menjadi program leniency DOJ-AD yang paling berhasil, dan banyak dicontoh badan

otoritas persaingan Negara lain di seluruh dunia.

Penerapan program leniency di Jepang sejak pengesahan perubahan atas UU

Antimonopoli tahun 2005 JFTC untuk melaksanakan program leniency. Apabila

suatu perusahaan mengidentifikasikan adanya masalah antimonopoly yang bersifat

global, perusahaan tersebut harus mempertimbangkan untuk mengambil tindakan di

Jepang seiring dengan pengajuan permohonan berdasarkan program leniency di

Amerika Serikat dan Uni Eropa. 224

Perbedaan yang paling mencolok antara program leniency Amerika, Eropa

(Perancis), dan Jepang terletak pada leniency yang diberikan sebelum dan sesudah

dimulainya investigasi. Sebelum investigasi dimulai oleh JFTC, semua denda dapat

dihapus berdasarkan leniency. Selain perusahaan pertama, dua perusahaan yang lain

dapat menerima leniency sebagian. Setelah investigasi dimulai, leniency dapat

diberikan kepada tiga perusahaan, namun hanya leniency yang bersifat sebagian,

tanpa memperhatikan urutan perusahaan yang melapor, dimana masing-masing

222 Farid Nasution, Perlunya Leniency Program, <www.hukum.kompasiana.com>, diakses 2 Januari 2013. 223 James F. Griffin dalam Anna Maria Tri Anggraini, Program Leniency dalam Mengungkap Kartel Menurut Persaingan Usaha, Jurnal Persaingan Usaha KPPU Edisi 6 –Tahun 2011, hlm. 108, <www.kppu.go.id> , diakses 6 Januari 2013. 224 Ibid, hlm. 112.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

104

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

perusahaan akan menerima penghapusan denda sebesar 30%. Berbeda dengan

Amerika Serikat dan Eropa (Perancis), leniency penuh dapat diberikan, bukan hanya

kepada pihak pertama yang melapor, tetapi juga kepada pihak yang melapor sebelum

investigasi dimulai, sedangkan leniency sebagian dapat diperoleh baik sebelum atau

setelah investigasi dimulai, meskipun ada perusahaan lain yang memperoleh leniency

sebelumnya225

Di Perancis, pada tanggal 8 Desember 2011, Autorité menetapkan adanya

kartel antara empat produsen deterjem di Perancis, yaitu Unilever, Procter & Gamble,

Henkel dan Colgate Palmolive, dan didenda dengan total sejumlah € 367. 900.000.

Perusahaan-perusahaan ini telah mengkoordinasikan strategi penjualan mereka

melalui penentuan harga penjualan dan potongan harga yang ditujukan kepada

Supermarket dan Hipermarket Perancis.226

Pada saat itu, terjadi kelonggaran yang diberikan oleh Autorité yang

melibatkan kerjasama dari semua peserta dalam program leniency Perancis. Dalam

proses pemeriksaan, Autorité bekerja sama dengan EU, memberikan sanksi kepada

perusahaan atas penetapan harga deterjen (COMP/39.579- Consumer detergents,

Decision of 13 April 2011). Ini merupakan prima facie227, tanpa prejudging ketetapan

akhir dari kedua otoritas.228

Pada akhir proses tersebus, dalam keputusannya tanggal 8 Desember 2011,

Autorité menyimpulkan bahwa dua pelanggaran atau pelanggaran yang jelas terpisah.

Keputusan Perancis berkaitan antara lain mengenai jangka waktu dan daerah yang

berbeda, jangkauan produk, dan pihak lain yang memiliki tujuan yang berbeda, yaitu

kartel terhadap harga dan promosi dari semua format bubuk cuci Perancis. Autorité

dan EC dapat secara sah mengenakan sanksi yang berbeda menyangkut masalah yang

225 Ibid, hlm. 114. 226 France: Thanks its Leniency Programme, the Autorité de la concorrunce detects Cartel of World four major Detergent Manufactures and imposes Fines amounting to € 368.000.000, <www.ec.europa.eu>, diakses 6 Januari 2013. 227 Agar hukum ditaati 228 Loc.cit, diakses 6 Januari 2013.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

105

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

sama, tanpa bertentangan dengan ne bis in idem atau pun hukum yang berlaku du

Eropa.229

Banyak kalangan meyakini bahwa program yang menghapuskan denda atau

memberikan imunitas bagi pelaku pelanggaran hukum tidak dikenal dalam sistem

hukum Indonesia, sehingga Leniency Program tidak mungkin diberlakukan di

Indonesia. Padahal, dalam memutus suatu perkara, hakim-hakim di pengadilan

Indonesia selalu mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan

dari seorang terdakwa. KPPU sendiri dalam putusannya selalu mempertimbangkan

hal-hal yang meringankan dan memberatkan sebelum menjatuhkan sanksi kepada

terlapor.230

Menurut penulis, dengan diberlakukannya Leniency Program ini dapat

menjadi jalan keluar bagi KPPU dalam kesulitannya mendapatkan direct evidence

dalam memutuskan perkara kartel dan perkara-perkara lainnya.

3.3 Prosedur Penyelesaian Perkara oleh KPPU

Ketidak jelasan kualifikasi bentuk kelembagaan KPPU, merupakan penyebab

pula dari ketidakjelasan kewenangan KPPU dalam sistem penyelesaian perkara

persaingan usaha. Pasal 36 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tidak memberikan

kewenangan penuh bagi KPPU untuk menjalankan fungsinya baik sebagai lembaga

peradilan maupun sebagai lembaga penyelidikan, penyidikan, atau penuntutan. Oleh

karena itu, diperlukan adanya kejelasan kualifikasi bentuk kelembagaan KPPU.

Menurut penulis, kewenangan KPPU dalam hal penyelidikan dan penuntutan

dapat dipisah sehingga KPPU hanya menjalankan kewenangan penyelidikan,

sedangkan kewenangan penuntutan dapat diambil alih oleh kejaksaan sebagai

lembaga negara yang memang berwenang melaksanakan kekuasaan negara di bidang

penuntutan. Untuk itu sumber daya manusia KPPU tertutama yang memiliki

kapasitas keahlian untuk melakukan penyelidikan di bidang persaingan usaha yang

229 Ibid, diakses 6 Januari 2013 230 Farid Nasution , loc.cit.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

106

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

ada dapat dialihkan dan dibuatkan direktorat sendiri di bawah Kejaksaan seperti DOJ-

AD Amerika Serikat.

Jika menghendaki KPPU sebagai suatu lembaga penyelidikan, penyidikan

atau penuntutan, maka KPPU sepatutnya diberikan kewenangan terkait penyelidikan,

penyidikan, dan penuntutan seperti penangkapan, larangan meninggalkan tempat,

penggeledahan, penyitaan atau kewenangan lain yang dalam praktek mendukung

kualifikasi lembaga itu. Selama ini memang berkembang kerjasama KPPU dengan

penyidik, dalam hal ini Bareskrim Polri, dalam rangka membantu penanganan

perkara dugaan pelanggaran Undang-Undang No .5 Tahun 1999.231 Namun, jika

mengacu kepada ketentuan Pasal 36 huruf g Undang-Undang No. 5 Tahun 1999,

KPPU hanya berwenang meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku

usaha, saksi, ahli atau pihak lain yang tidak memenuhi panggilan KPPU; tidak untuk

melakukan penggeledahan, penyitaan yang bertujuan untuk memperoleh bukti

pelanggaran.

Di perancis, sering kali penggugat lebih memilih mengajukan klaim kepada

Autoritiè, yang kemudian dilanjutkan ke pengadilan. Pengadilan yang berwenang

untuk menangani perkara ini adalah Pengadilan Komersial, yang biasanya

menjatuhkan tuntutan ganti rugi terhadap terlapor, dan dapat diteruskan kepada

MA.232

Berbeda dengan Jepang, setelah dilakukan pemeriksaan pendahuluan, JFTC

mengeluarkan putusan, baik tentang pelanggaran maupun upaya hukum yang harus

ditempuh. Apabila sesuai, secara bersamaan mengeluarkan putusan untuk membayar

denda. Terhadap putusan-putusan tersebut, dapat diajukan keberatan dalam

pemeriksaan administratif, dan kemudian ke pengadilan.

JFTC memainkan dua peran dalan penenagkan AML, yaitu administrasi dan

quasi yudisial. Dalam fungsi administrasi, JFTC berpedoman atas interprasi masalah,

menanggapi konsultasi dan pertanyaan dari pengusaha ata lembaga pemerintah,

231 HMBC Rikrik Rizkiyana, Loc.cit, diakses 2 Januari 2013. 232 Chantal Momège, et.al, Loc.cit, diakses 6 Januari 2013.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

107

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

membuat hubungan dengan masyarakat, pendukung kebijakan persaingan, dan

sebagainya. Dalam fungsi quasi yudisial, menyelidiki dan memutuskan kasus.233

Berdasarkan sistem ini, JFTC diberikan kewenangan untuk melakukan

investigasi pidana, sehingga JFTC dapat melakukan investigasi secara independen

(berdasarkan perintah pengadilan) apabila menurut pertimbangannya diperlukan

penuntutan pidana. Ini akan memungkinkan JFTC melakukan penegakan hukum

secara agresif terhadap pelanggaran anti monopoli. Pada saat yang bersamaan,

terdakwa akan memperoleh due process of law terkait dengan penggeledahan dan

penyitaan, dan akan menyelesaikan perdebatan tentang keabsahan penggunaan barang

bukti yang diperoleh dalam investigasi administratif yang dilakukan oleh JFTC dalam

proses penuntutan pidana.234

3.4 Tantangan KPPU dalam Melakukan Penanganan Perkara Persaingan

Usaha

KPPU sendiri merasakan kendala-kendala yang mereka hadapi merupakan

suatu tantangan dalam penegakkan hukum, baik tantangan konseptual maupun

tantangan implementatif.235 Tantangan tersebut meliputi:

1. Tantangan Konseptual

Tantangan ini muncul akibat dari konsep atau prinsip yang diberlakukan

UU No. 5 Tahun 1999. Beberapa tantangan tersebut yaitu:

a) Tercapainya Berbagai Tujuan.

Tantangan pertama berkaitan dengan tujuan UU No. 5 Tahun 1999

mengenai ketentuan yang diatur dalam Pasal 3. Pasal ini sulit dipahami

karena terlihat dalam beberapa hal mencampuradukkan antara tujuan dan

pendekatan. Efisiensi kegiatan usaha adalah sebuah tujuan sedangkan

233 Shoji Ishii, Hearing Examiner, Fair Trade Commission of Japan, the International Symposium on Justice and Efficiency in Law Enforcement, Republic of China, <www.jftc.go.jp>, diakses 6 Januari 2013. 234 Anna Maria Tri Anggraini, loc.cit, diakses 6 Januari 2013. 235 Syamsul Maarif, Tantangan Penegakan Hukum Persangan Usaha di Indonesia, Jurnal Hukum Bisni, Vol. 19 Mei-Juni 2002, hlm. 44-54

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

108

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

iklim usaha adalah sebuah pendekatan. Rumusan Pasal ini juga tidak

memisahkan antara tujuan jangka panjang dan jangka pendek. KPPU

harus mengawal upaya penegakkan undang-undang ini demi tercapainya

tujuan. Jika dilihat, tujuan UU No.5 Tahun 1999 mengandung dua hal

yaitu persaingan dan non persaingan. Tujuan persaingan di sini adalah

efisensi usaha, sedangkan tujuan non persaingan adalah menjaga

kepentingan umum. UU No.5 Tahun 1999 juga tidak mendifinisikan

kepentingan umum dan kepentingan usaha yang menimbulkan kembali

kerancuan dalam kalimatnya.

b) Fleksibilitas Penegakkan Hukum Persaingan

Dalam penegakkan UU No.5 Tahun 1999 hendaknya menampilkan

dirinya sebagai lembaga yang tidak menakutkan bagi pelaku usaha.

Fleksibilitas dalam penegakkan hukum persaingan usaha dimungkinkan

oleh UU No.5 Tahun 1999 karena tidak semua pengaduan harus diproses

sampai ke tingkat pemeriksaan lanjutan. KPPU berwenang untuk tidak

meneruskan suatu perkara dan pengakuan pelaku usaha bias menjadi

alasannya. Di Amerika Serikat, prosedur ini dikenal dengan settlement

dimana pelaku usaha pada prinsipnya mengakui kesalahannya dan

bersedia membayar sejumlah ganti rugi atas praktik usahanya yang oleh

FTC ditemukan melanggar ketentuan antitrust. Pendekatan settlement ini

dapat dikembangkan sepanjang proses dan isinya disampikan kepada

masyarakat, sehingga masyarakat menilai sejauhmana penyelesaian yang

telah dicapai KPPU cukup adil. Tantangan kemudian adalah membangun

suatu mekanisme penegakkan hukum yang fleksibel serta settlement

tersebut tidak mengarah pada terjadnya praktik kolusi antara oknum

KPPU dan pelaku usaha yang sedang diperiksa.

c) Sanksi Hukum Bagi Pejabat Pemerintah

Tantangan berikutnya terkait dengan dukungan pemerintah dalam

pengenaan sanksi hukum kepada pejabat yang terlibat pelanggara UU

No.5 Tahun 1999. Meskipun tidak secara tegas undang-undang ini

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

109

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

tampaknya membatasi wewenang KPPU yaitu hanya menjatuhkan sanksi

hukum kepada pelaku usaha.

Apabila pembatasan ini benar, maka KPPU tidak dapat menjatuhkan

sanksi hukum paling tidak secara langsung, bukian pelaku usaha termasuk

di dalamnya pimpinan proyek atau panitia lelang proyek pemerintah.

Hal ini dapat menjadi penghambat tercapainya tujuan UU No.5 Tahun

1999 khususnya dalam tender proyek pemerintah karena meskipun dapat

membuktikan adanya keterlibatan seorang pejabat pemerintah dalam

suatu pelanggaran, KPPU tidak dapat menjatuhkan sanksi hukum.

Tantangannya adalah mendapatkan dukungan langsung dari pejabat

terkait, khususnya ketika KPPU melalui putusannya meminta agar pejabat

yang terlibat dalam peanggaran undang-undang diberikan tindakan

administratif sesuai dengan wewenang yang dimilikinya.

2. Tantangan Implementasi

Tantangan implememtasi di sini dimaksudkan sebagai tantangan yang

muncul bukan karena prinsip yang terkandung dalam UU No.5 Tahun

1999 melainkan lebih sebagai tantangan yang muncul pada tingkat

impelentasi, diantaranya sebagai berikut:

a) Penyelesaian Perkara di KPPU

Dalam UU No.5 Tahun 1999 tidak disebutkan bahwa hanya perkara

dengan nilai tertentu yang perlu diperiksa di KPPU. Pencegahan

munculnya suatu perkara melalui pembatasan nilai ekonomi tampaknya

sulit dilakukan sebab tidak sesuai dengan rasa keadilan. Tugas KPPU

adalah melakukan pemeriksaan sebaik mungkin dan memberikan putusan

subyektif sehingga pelaku usaha menerima dan melaksanakan putusan.

b) Penanganan Dugaan Pelanggaran di Daerah

Ada kemungkinan besar banyak terjadi dugaan pelanggaran UU No.5

Tahun 1999 di daerah. Berdawarkan pengalaman dalam melakukan

pemeriksaan di KPPU menemukan banyak hambatan terutama karena

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

110

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

factor dan biaya. Hal ini juga dapat disebabkan karena sumber daya pada

KPPU yang kurang. Jadi terkesan KPPU hanya menyelesaikan perkara

yang ada di Jakarta.

c) Kesediaan Menjadi Pelapor dan Saksi

Dalam menegakkan UU No.5 Tahun 1999, ada dua pihak yang

memegang peranan penting yaitu pelapor dan saksi. UU No.5 Tahun 1999

tidak memberikan kewenagan kepada KPPU untuk memberikan jaminan

perlinfungan hukum kecuali kaminan bahwa identitas pelapor

dirahasiakan. Yang menjadi tantangan adalah meyakinkan kepada semua

pihak untuk segera melaporkan kepada KPPU apabila mereka mengetahui

terjadinya pelanggaran UU No.5 Tahun 1999 serta kesediaan semua pihak

yang mengetahui terjadinya pelanggaran untuk memberikan kesaksian di

KPPU

Instrumen UU No.5 Tahun 1999 memerlukan persyaratan kerjasam

dengan institusi lain, misalnya dengan pihak Kepolisian, Hakim, Jaksa

dan masyarakat pada umumnya. Tanpa kerjasama teersebut akan sulit

untuk menunjukkan eksistensi undang-undang tersebut. Dengan pihak

Kepolisian, yaitu bagaimana KPPU mendatangkan saksi. Dalam hal ini,

KPPU masih beruntung karena saksi bersedia datang walaupun ada

hukumnya. Namun KPPU bisa saja menghadapi saksi yang tidak mau

datang memenuhi panggilan KPPU. Untuk itu KPPU dapat meminta

bantuan pihak Kepolisian untuk mendatangkan saksi, walaupun Polisi

kadangkala tidak mau mendatangkan saksi sehingga KPPU bekerjasama

dengan Polisi dengan pembuatan MoU.236

d) Mendapatkan Bukti Tertulis

Tantangan bagi kita semua untuk mengarahkan pada upaya perubahan

praktik usaha bukan pada upaya perubahan praktik usaha bukan pada

upaya penghilangan barang bukti seprti merubah pada upaya

236 Pande Radja Silalahi dalam Emmy Yuhassarie, Undang-undang No. 5 Tahun 1999 dan KPPU, (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2005), hlm.171.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

111

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

penghilangan barang bukti seprti merubah bentuk perjanjian tertulis

menjadi tidak tertulis, tetapi lebih pada perubahan perilaku dan praktik

secara tidak sehat menjadi sehat.

e) Tantangan Penasihat Hukum

Untuk menjamin due process pihak-pihak yang diperiksa oleh KPPU

berhak didampingi penasihat hukum. Tantangan bagi KPPU adalah untuk

membangun sistem yang mendorong semua pihak yang terlibat dalam

pemeriksaan tertama pihak-puhak yang diperiksa dan penasihat hukum

untuk mengungkap fakta-fakta dan kebenaran secara lebih cepat bukan

menghalang-halangi apalagi menutup fakta dan kebenaran tersebut.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

112 UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Dalam rangka mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Anti Monopoli

pada tiap-tiap negara, dibentuklah suatu komisi persaingan usaha. Komisi

ini merupakan suatu lembaga independen yang memiliki kewenangan

sangat besar. Kewenangan komisi adalah berbeda di tiap-tiap negara. Salah

satu kewenangan yang diberikan kepada komisi persaingan usaha adalah

dalam halnya penyelesaian perkara persaingan usaha.

Di Amerika Serikat, Komisi yang menangani persaingan usaha adalah

FTC. Hukum menentukan bahwa FTC hanya bisa menangani pelanggaran

Antitrust Law secara perdata dan tidak memiliki juridiksi kriminal terhadap

tindakan pidana pelanggaran ketentuan Antitrust. Dalam hal penanganan

kasus pelanggaran ketentuan persaingan dari sisi pidana (criminal

prosecutions) dilakukan oleh DOJ-AD, sehingga kemungkinan tumpang

tindih kewenangan dalam penegakan hukum persaingan secara pidana tidak

akan terjadi.

Di Australia adalah ACCC. ACCC dapat melakukan penelitian,

penyelidikan dan memberikan panduan kepada kalangan pelaku usaha dan

konsumen tentang hak dan kewajiban yang mereka miliki berkaitan

dengan hukum persaingan. Di Indonesia, terhadap putusan KPPU dapat

diajukan keberatan ke Pengadilan Negeri. Kemudian, terhadap putusan PN

tersebut, dapat dimintakan kasasi ke Mahkamah Agung. Di Australia,

lembaga keberatan seperti ini tidak dikenal. Keputusan ACCC dapat

langsung dimintakan banding ke the Australian Competition Tribunal.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

113

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Selain itu, keputusan ACCC juga dapat direview oleh Commonwealth

administrative law principles.

Pengadilan Komersial Perancis merupakan pengadilan Perancis yang

memiliki yuridiksi lebih litigasi antara pelaku usaha (ìcommerÁantasî) atas

setiap perkara mengenai tindakan komersial. Sebagi tindakan pelanggaran

hukum persaingan, biasanya menuntut ganti rugi atas kerugian yang

diderita dalam hal komersial, pengadilan ini adalah yang paling mungkin

untuk memberika keputusan atas tindakan tersebut. Selanjutnya,

dimungkinkan untuk banding ke Mahkamah Agung (íCour de Cassation)

adalah mungkin, tetapi hanya untuk masalah-masalah hukum yang

bertentangan dengan masalah-masalah faktual.

Komisi penegakan undang-undang anti monopoli Jepang adalah JFTC.

Ketika JFTC menganggap bahwa adanya pelanggaran, JFTC dapat memilih

untuk mengeluarkan pernyataan kepada pihak yang melakukan

pelanggaran dan merekomendasikan bahwa pihak tersebut harus

menghentikannya. Jika pihak tersebut menerima rekomendasi, JFTC tidak

perlu melanjutkan proses dengan mengeluarkan keputusan resmi. Apabila

seperti ini,keputusan JFTC disebut dengan rekomendasi.

2. Terdapat beberapa peranan antara KPPU dibandingkan dengan Amerika

Serikat, Australia, Perancis dan Jepang dalam penanganan perkara

persaingan usaha. Perbedaan tersebut terlihat dari proses penanganan

perkara di tiap-tiap negara, kewenangan masing-masing komisi persaingan

usaha dan beberapa hal seperti pembuktian dalam penganan perkara, dsb.

4.2 Saran

Peranan KPPU sangatlah penting dan dibutuhkan dalam menjalankan tugas

dan wewenangnya sebagai pengawas pelaksanaan UU No.5 Tahun 1999 dan

juga dalam melakukan penanganan atas perkara persaingan usaha.

Penyempurnaan dari UU No.5 Tahun 1999. Indonesia membutuhkan

pengaturan yang tegas mengenai hukum acara persaingan usaha guna

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

114

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

menciptakan keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan bagi Indonesia yang

berpengaruh terhadap perekonomian negara.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Asser, C. dan Paul Scholtes, Penuntun dalam Mempelajari Hukum Perdata Belanda,

(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006. Asshiddiqie, Jimly, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi, Jakarta: Tim Konpress, 2006. Carlton, D. dan J. Perloff, Modern Industrian Organization, New York: Addison-

Wesley Longman, Inc, 1999. Clarke and Corones, Competition Law and Policy: Cases and Materials, South

Melbourne: Oxford University Press, 2005. Fuady, Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003. Fugate, Wilbur L., Foreign Commerce and The Antitrust Laws, Canada: Little,

Brown & Company, 1982. Gellhom, Ernest dan William E. Kovacic, Antitrust Law and Economics, United

States of America: West Publishing Co., 1994. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta: Penerbit Salemba Empat,

2006. Hadjon, Philipus M. Hadjon, Penataan Hukum Administrasi, Tentang Wewenang,

Surabaya: Fakultas Hukum Unair, 1998. Ibrahim, Johnny, Hukum Persaingan Usaha, Filosofi, Teori dan Implikasi

Penerapannya di Indonesia, Malang: Banyumedia Publishing, 2006. Kagramanto, L. Budi, Larangan Persengkokolan Tender Perspektif Hukum

Persaingan Usaha), Yogyakarta: Srikandi, 2008. Kantaprawira, Rusadi, Hukum dan Kekuasaan, Yogyakarta: Universitas Islam

Indonesia, 1998.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Kartte, Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat, Jakarta: Etcetera & Katalis, 2002. Lubis, Andi Fahmi, et.al., Hukum Persaingan Usaha antara Teks & Konteks, Jakarta:

ROV Creative Media, 2009. Margono, Suyud, Hukum Anti Monopoli, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Marzuki, Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2008. Masyhurri, Ekonomi Mikro, Malang: UIN Press, 2007. Meiners, Roger E. Meiners, Antitrust Enforcement and the Consumer, Washington

DC: US Department of Justice-Antitrust Division, 1998. Prayoga, Ayudya D., et.al, Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di

Indonesia, Jakarta: Proyek Elips, 1999. Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000. R. Ridwan H., Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Press, 2006. Sidharta, Jan B. Arif, Apakah Teori Hukum itu?, Bandung: Laboratorium Fakultas

Hukum Universitas Katolik Parahyangan, 2001. Sirait, Ningrum Natasya Sirait, et.al (ed), Peran Lembaga Peradilan dalam

Menangani Perkara Persaingan Usaha, Jakarta: Partnership for Business Competition, 2003.

Souty, François, France, South France: CUTS International, 2006. Tonking, A.I. dan R. Baxt, Australian Trade Practice Reporter, Sydney: CCH, 2005. Usman, Rahmadi Usman, Hukum Persangan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Graham

Media Pustaka Utama, 2004.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Wibowo, Destivano dan Harjon Sinaga, Hukum Persaingan Usaha, Jakarta: Rajawali Press, 2005.

Wiradiputra, Ditha, Hukum Persaingan Usaha: Suatu Pengantar, Bahan Ajar Hukum

Persaingan Usaha (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008.

Yuhassarie, Emmy, Undang-undang No. 5 Tahun 1999 dan KPPU, Jakarta: Pusat

Pengkajian Hukum, 2005.

Jurnal: Godrey, Nick, Why Is Competition Important For Growth And Poverty Reduction?,

Global Forum VII on International Investment 27-28 March 2008. Jenny, Frédéric, Media Under French Competition Law, Fordham International Law

Journal, Volume 21, Issue 3, 1997. Lasserre, Bruno Lasseree, The New French Competition Law Enforcement Regime,

Competition Law International, October 2009. Maarif, Syamsul Maarif, Tantangan Penegakan Hukum Persangan Usaha di

Indonesia, Jurnal Hukum Bisni, Vol. 19 Mei-Juni 2002. Nurjaya, I Ketut Karmi Nurjaya, Peranan KPPU Dalam Menegakkan UU No. 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 9 no. 1 Januari 2009.

Pasaribu, Benny, Jurnal Persaingan Usaha Edisi 2, Jakarta: Komisi Pengawas

Persaingan Usaha Republik Indonesia, 2009. Review of Order: Rehearing, FTC Act. Reza, Mohammad, Kerjasama KPPU dengan Penyidik dalam Penanganan Tindak

Pidana Hukum Persaingan Usaha, Jurnal Persaingan Usaha Edisi 5 Tahun 2011.

Sjahdeni, Sutan Remi,, Latar Belakang, Sejarah, dan Tujuan Undang-Undang

Larangan Monopoli, Jakarta: Jurnal Hukum Bisnis May-Juni, 2002.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Sukarmi, Peran Kepolisian Republik Indonesia Dalam Penegakan Hukum

Persiangan Usaha, Jurnal Persaingan Usaha Edisi 4, Jakarta: KPPU, 2010.

Syarifudin, Ateng, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan

Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV, Bandung, Universita Parahyangan, 2000.

Takigawa, Toshiaki, The Prospect of Antitrust Law and policy in The Twenty-First

Century: in Reference to the Japanese Antimonopoly Law and Japan Fair Trade Commission, Washington University Global Studies Law Review, Vol.1 2002.

Wie, Thee Kian, Aspek-Aspek Ekonomi Yang Perlu Diperhatikan Dalam

Implementasi Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, Jakarta: Jurnal Hukum Bisnis Vol. 7, 1999.

Makalah: Atmadja, I Dewa Gede, Penafsiran Konstitusi Dalam Rangka Sosialisasi Hukum: Sisi

Pelaksanaan UUD 1945 Secara Murni dan Konsekuen, Pidato Pengenalan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Hukum Tata Negara Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana 10 April 1996.

Murakami, Mashahiro Murakami, The Japanese Antimonopoly Act 2003. Samuel, Graeme, The Practice Act-the First 30 years, ACCC Update, Desember 16th,

2004. Subagiono, Sigit Handoyo, Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Luar Biasa

KPPU Dalam Memberikan Putusan. Peraturan Perundang-Undangan: Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Praktek Anti Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2005 tentang Tata

Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan terhadap Putusan KPPU. Peraturan KPPU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pedoman TIndakan Administratif Sesuai

Ketentuan Pasal 47. Peraturan KPPU Nomor 1 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penanganan Perkara. Peraturan KPPU Nomor 04 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pasal 11

tentang Kartel. Federal Trade Commission Act Trade Practice Act Anti Monopoly Law Putusan: Putusan Nomor 17/KPPU-I/2010 tentang Industri Farmasi Kelas Terapi Almodipine. Putusan Nomor 23/KPPU-L/2010 tentang Persetujuan Perpanjangan Give Away Haji. Putusan Nomor 35/KPPU-I/2010 tentang Beauty Contest Proyek Donggi-Senoro. Situs Internet: About the Federal Trade Commission, <www.ftc.gov>, diakses 21 November 2012.

Anggraini, Anna Maria Tri, Program Leniency dalam Mengungkap Kartel Menurut Persaingan Usaha, Jurnal Persaingan Usaha KPPU Edisi 6 –Tahun 2011, <www.kppu.go.id> , diakses 6 Januari 2013

Asshiddiqie, Jimly, Perihal Undang-Undang, hlm. 13, <www.jimly.com>, diakses 19

Desember 2012. Australian Competition Law Overview, <www.australiancompetitionlaw>, diakses 3

Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Bessot, Nicholas, France, <www.ec.europa.eu>, diakses 10 Oktober 2012. Commission Reforms Antitrust Procedures and Expands Role of Hearing Officer,

<www.europa.eu>, diakses 21 November 2012. Competition Enforcement, <www.ftc.gov>, diakses 27 November 2012. Competition Policy Guidance, <www.ftc.gov>, diakses 27 November 2012. Davis, Marc, History of the US FTC, <www.investopedia.com>, diakses 27

November 2012. Departement of Justice (DOJ), <www.uslf.practicallaw.com>, diakses 26 November

2012. Federal Trade Commission of Promotion of Export Trade and Prevention of Unfair

Methods of Competition, Legal Information Institute, <www.law.cornell.ed>, diakses 27. November 2012.

Federal Trade Commission Established, <www.law.cornell.edu>, diakses 21

November 2012. Federal Trade Commission of Promotion of Export Trade and Prevention of Unfair

Methods of Competition, Legal Information Institute, <www.law.cornell.ed>, diakses 27 November 2012.

FTC v. Standard Oil Co. of California, <www.supreme.justica.com>, diakses 4 Januari 2013. Gonggol, Brian, The Clayton Antitrust Act, <www.gongol.com>, diakses 26

November 2012. Hakim, Lukman, Sengketa Kewenangan Kelembagaan Negara dan Penataannya

Dalam Kerangka Sistem Nasional, Jurnal Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, <www.widyagama.ac.id>, diakses 6 Januari 2013.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Higgins, Mary Faith Higgins, Japanese Fair Trade Commission Review of International Agreements, <www.digitalcommons.lmu.edu>, diakses 1 Januari 2013.

History of DOJ-AD, <www.justice.gov>, dikases 18 Desember 2012. International Affairs Division JFTC, For Fair and Free Market Competition, hlm. 20,

<www.jftc.go.jp>, diakses 1 Januari 2013. Ishii, Shoji, Hearing Examiner, Fair Trade Commission of Japan, the International

Symposium on Justice and Efficiency in Law Enforcement, Republic of China, <www.jftc.go.jp>, diakses 6 Januari 2013.

Jenny, Frédéric Jenny, France: 1987-1994, <www.piie.com>, diakses 4 Desember

2012. Krauss, Jopseph G., et.al, the Tunney Act: A House still Stand,

<www.americanbar.org>, diakses 18 Desember 2012. Legal Resources –Statutes Relating to Both Missions, <www.ftc.gov>, diakses 27

Desember 2012. Longley, Robert, About the US Department of Justice (DOJ), <www.usgovinfo.about.com>, diakses 18 Desember 2012. Lukee, Shriya, Role of Circumstantial Evidence in the Prosecution of Cartels,

<www.cii.gov.in>, diakses 6 Januari 2013. Mahendra, A.A. Oka, Penafsiran Undang-Undang dari Perspektif Penyelenggara

Pemerintah, <www.djpp.depkumham.go.id>, diakses 19 Desember 2012.

Marsiyem, Penegakan Hukum Persaingan Usaha, Jurnal Hukum Volume XIV, No. 1, April 2004, <www.isjd.pdii.lipi.go.id>, diakses 10 Oktober 2012.

Matsushita, Mitsuo, Reforming the Enforcement of the Japanede Antimonopoly Law,

Loyola University Chicago Law Journal, <www.luc.edu>, diakses 11 Desember 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

__________, the Antimonopoly Law of Japan, <www.iie.com>, diakses 11 Desember 2012.

Momège, Chantal, et.al, France, <www.ec.europa.eu>, diakses 6 Desember 2012. Nasution, Farid, Perlunya Leniency Program, <www.huukm.kompasiana.com>,

diakses 2 Januari 2013. OECD Reviews of Regulatory Reform Review of France, October 2003, hlm. 6,

<www.oecd.org>, diakses 4 Desember 2012. Radjagukguk, Erman, Draft Peraturan KPPU tentang Rangkap Jabatan Tidak

Memuat Pranotifikasi, <www.hukumonline.com>, diakses 5 Januari 2012.

__________, Komentar Putusan Nomor 34/PDT.G/KPPU/2011/PN.JKT.PST.:

Pemilihan Partner Usaha Tidak Sama Dengan Pengadaan Barang dan Jasa, <www.jurnalhet.com>, diakses 19 Desember 2012.

Reform of The French Competition Regulatory System: The Conceil De La

Concurrence Becomes The Autoritè De La Concurrence, <www.autoritedelaconcurrence.fr> diakses 10 Oktober 2012.

Rizkiyana, HMBC Rikrik, et.al, Catatan Kritis Terhadap Hukum Acara Persaingan

Usaha di Indonesia, <www.ri-advocates.com>, diakses 5 Januari 2013. Round, David K., et.al., Australasian Competition Law: History, Harmonization,

Issues and Lessons, <www.cepr.org>, diakses 2 Desember 2012. Roles and Activities, The Australian Competition and Consumer Commission,

<www.accc.gov.au>, diakses 3 Desember 2012. Steen, Clearly Gottlieb & Hamilton LLP, The New French Competition Authority and

Competition Law Regime, March 30st 2009, <www.csgh.com>, diakses 4 Desember 2012.

Suparno, Regulasi Pemerintah Untuk Mendukung Kalangan Bisnis Serta Melindungi

Konsumen, Pekerja dan Lingkungan, <www.kk.mercubuana.ac.id>, diakses 9 Oktober 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN PERANAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335106-T33044-Akira Mairilia.pdf · i universitas indonesia perbandingan peranan komisi persaingan usaha

UNIVERSITAS INDONESIA - 2013

Spier, H., Submission to 2002 review of the Trade Practices Act 1974, attachment B,

<http://www.tpareview.treasury.gov.au/submissions.asp>, diakses 2 Desember 2012.

The ACCC and the Trade Practice Act, <www.news.csu.edu.au>, diakses 3

Desember 2012. US Department of Justice Overview, <www.justice.gov>, diakses 18 Desember 2012. Welcome to the Berau of Competition, <www.ftc.gov>, diakses 27 November 2012. What We do, <www.accc.gov.au>, diakses 3 Desember 2012. Widhiyanti, Hanif Nur Widhiyanti, et.al, Efektivitas Putusan KPPU sebagai

Lembaga Penegak Hukum Persaingan, <www.isjd.pdii.lipi.go.id, diakses 11 Desember 2012.

<http://www.tariffcommission.gov.ph/competit.html>, diakses 6 November 2012.

Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013