peranan keluarga
DESCRIPTION
PKTRANSCRIPT
PERAN KELUARGA DAN PETUGAS PUSKESMAS TERHADAP PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI PERUMNAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2009
TESIS
Oleh
KARMILA 077033020/IKM
S
EK O L A
H
PA
SC A S A R JANA
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
PERAN KELUARGA DAN PETUGAS PUSKESMAS TERHADAP PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI PERUMNAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2009
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kekhususan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
KARMILA 077033020/IKM
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Judul Tesis : PERAN KELUARGA DAN PETUGAS PUSKESMAS TERHADAP PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PERUMNAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2009
Nama Mahasiswa : Karmila Nomor Pokok : 077033020 Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM) Ketua
(Ir. Indra Chahaya, M.Si) Anggota
Ketua Program Studi,
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Tanggal lulus: 15 Juni 2009
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Telah diuji pada
Tanggal : 11 Juni 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM
Anggota : 1. Ir. Indra Chahaya, M.Si
2. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK
3. Drs. Eddy Sahrial, M.Kes
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
PERNYATAAN
PERAN KELUARGA DAN PETUGAS PUSKESMAS TERHADAP PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI PERUMNAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2009
KARMILA NIM. 077033020
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRAK
Demam berdarah dengue disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti sampai saat ini masih menjadi masalah yang belum dapat ditanggulangi. Di seluruh wilayah Sumatera Utara, kasus demam berdarah bermunculan dan memakan korban yang sangat banyak. Kecamatan Helvetia merupakan daerah endemis demam berdarah dan penyumbang korban yang cukup banyak pada tahun 2006. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, pada keluarga dan petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran keluarga dan petugas kesehatan dalam penanggulangan demam berdarah dengue. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara mendalam. Penelitian ini dilakukan selama Februari-April 2009, dengan subjek penelitian 4 keluarga, seorang petugas pemegang program penanggulangan demam berdarah dan seorang kepala lingkungan. Penganalisisan data dilakukan dengan tehnik “on going analysis”. Hasil penelitian menunjukkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya demam berdarah. Kebersihan rumah tangga dan sanitasi lingkungan mempunyai kontribusi terjadinya demam berdarah. Kebersihan rumah tangga yaitu rumah dan semua yang ada di dalamnya seperti kebersihan kamar mandi, bak mandi dan wadah-wadah penampungan air. Ketersediaan air yang kurang menyebabkan banyaknya wadah-wadah untuk menyimpan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk. Faktor penyebab yang lain yaitu sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat. Mengatasi hal di atas diharapkan petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada masyarakat dalam hal ini keluarga secara berkesinambungan sehingga keluarga menjadi lebih proaktif dalam penanggulangan demam berdarah.
Kata Kunci: Peran Keluarga, Petugas Kesehatan, Penanggulangan, Demam Berdarah Dengue.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRACT
Up to now, Dengue Hemorrhage Fever (DHF) spread by the Aedes Aegypthi is still an unresolved problem. In the whole area of Sumatera Utara, the incident of DHF has brought about many cases with a great number of victims. Helvetia Sub-district is a DHF endemic area with a great number of victims in 2006.
The purpose of this descriptive study with qualitative approach conducted among the families and health workers in the working area of Helvetia Community Health Center from February to April 2009 is to analyze the roles of family and health workers in preventing prevent the incident of DHF. The respondents of this study consisted of 4 (four) families, an executive staff of DHF prevention program, and a neighborhood head. The data for this study were obtained through observation and in-depth interview. The data obtained were analyzed through an on-going analysis technique.
The result of the study shows that many factors which caused the incident of DHF. Household hygiene including the cleanliness of the house itself, its bathroom, its bathtub, and because of the unadequate water supply, the many water containers found in the house that can be the breeding place for the mosquitoes as well as the environmental sanitation that does not meet the sanitation requirement are the factors that contribute to the incident of DHF.
To solve the problem mentioned above, it is suggested that health workers provide the community especially the familie living in the area with a continuous extension that the families can be more proactive in preventing the incident of DHF. Key Words: Role of Family, Health Worker, Prevention, Dengue Hemorrhage Fever.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul “Peran Keluarga
dan Petugas Puskesmas terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2008”.
Dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan,
dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan
juga selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu
dengan sabar serta tulus hati membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis
ini.
3. Ibu Ir. Indra Chahaya, M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan
tulus dan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK., selaku Dosen Pembanding yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan saran-saran dan perbaikan bagi tesis ini.
5. Bapak Drs. Eddy Sahrial, M.Kes., selaku Dosen Pembanding yang telah
memberikan saran-saran dan perbaikan bagi tesis ini.
6. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.Si., yang telah banyak memberikan dukungan,
masukan dan saran dalam pelaksanaan tesis ini.
7. Bapak Dr. Fikarwin Zuska., yang telah bersedia membagi ilmu kualitatifnya
kepada penulis dalam mengerjakan tesis ini.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
8. Bapak dr. Edwin, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah
memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian.
9. dr. Anjelimery Paulina, selaku Kepala Puskesmas Helvetia, beserta stafnya,
yang telah memberikan izin dan keleluasaan bagi penulis dalam melakukan
pengumpulan data.
10. Irforman yang telah sangat membantu penulis dengan memberikan informasi
yang sangat dibutuhkan.
11. Ibunda (Alm) dan Abah tercinta yang senantiasa memberi semangat dan
dukungan serta doa kepada penulis.
12. Abang tersayang yang memberikan doa, dukungan dan warna yang indah dalam
kehidupan penulis.
13. Adikku yang telah memberikan dukungan dan semangat serta doa kepada
penulis.
14. Seluruh Dosen dan Administrasi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kekhususan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi pengajaran, bimbingan dan
arahan selama penulis dalam masa pendidikan.
15. Teman-teman seangkatan di peminatan Ilmu Kesehatan Masyarakat, yang selalu
memberikan saat-saat berbagi cerita dan penuh tawa.
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penulisan tesis ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran-saran yang membangun sangat
diharapkan. Semoga semua ini bermanfaat bagi kita.
Penulis
Karmila
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
1. Nama : Karmila
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Agama : Islam
4. Tempat/Tgl lahir : Rantau, 13 April 1976
5. Alamat : Jl. Durung Gg. Amal No. 5 Medan
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD YPDP Pertamina Rantau Tahun 1982 - 1988
2. SMP Dharma Patra Rantau Tahun 1989 - 1991
3. SMA Negeri I Kuala Simpang Tahun 1992 - 1994
4. Akper DepKes RI Medan Tahun 1995 - 1998
5. DIV Perawat Pendidik USU Tahun 2000 - 2001
6. Fakultas Kesehatan Masyarakat Tahun 2002 - 2005
7. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kekhususan Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku Sekolah Pascasarjana USU Tahun 2007 - 2009
C. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Dosen Akademi Kebidanan Nusantara Tahun 2005 – sekarang
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK.......................................................................................................
i
ABSTRACT.....................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP...........................................................................................
v
DAFTAR ISI......................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL...............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................
xi
BAB 1
PENDAHULUAN.......................................................................
1
1.1. LatBelakang........................................................................
1
1.2. Permasalahan...........................................................................
7
1.3. TujuaPenelitian......................................................................
7
1.4. ManfaPenelitian...................................................................
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA................................................................
9
2.1. PeraKeluarga........................................................................
9
2.1.1. PengertiaKeluarga.......................................................
9
2.1.2. Peran PetugaKesehatan...............................................
12
2.1.3. Tanggung Jawab Petugas terhadaDBD.....................
14
2.2. Pengetahuan dan SikaMasyarakat........................................
14
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
2.3. PromoKesehatan..................................................................
16
2.3.1. Strategi PromoKesehatan..........................................
16
2.3.2. Promosi Kesehatan olePuskesmas.............................
18
2.4. Penyakit Demam Berdarah Dengu(DBD)............................
19
2.4.1. Tanda-tanda PenyakDBD...........................................
22
2.4.2. VektoPenular..............................................................
23
2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penulara Penyakit DBD............................................................... 2
5 2.5. Upaya Penanggulanga
DBD.................................................. 26
2.5.1. PenemuaPenderita.....................................................
26
2.5.2. Pelaporan dan Tindak Lanjut PenanggulangaDBD....
29
2.5.3. PenataaLingkungan....................................................
31
2.6. Faktor-faktor yang Menyebabkan Sulitnya PenanggulangaDBD........................................................................................ 3
3 2.7. Kerangka Pik
Penelitian........................................................ 35
BAB 3
METODE PENELITIAN...............................................................
36
3.1. JenPenelitian........................................................................
36
3.2. Lokasi Penelitian dan WaktPenelitian...................................
36
3.3. PemilihaInforman.................................................................
37
3.4. Metode PengumpulaData.....................................................
38
3.5. Metode Pengolahan dan AnalisData....................................
42
BAB 4
HASIL PENELITIAN.....................................................................
44
4.1. Gambara 4Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Umum.................................................................... 4 4.1.1. Kecamatan Meda
Helvetia.......................................... 44
4.1.2. Kependudukan..............................................................
44
4.1.3. MaPencaharian..........................................................
45
4.1.4. Penduduk yanMutasi.................................................
46
4.2. SubjePenelitian.....................................................................
46
4.2.1. Deskripsi SubjePenelitian..........................................
46
4.2.2. Petugas Penanggulangan DemamBerdarah.................
55
4.3. Penyebab Terjadinya Demam Berdarah padKeluarga...........
61
4.3.1. Kebersihan dalam RumaKeluarga..............................
61
4.3.2. KetersediaaAir............................................................
62
4.3.3. PengetahuaKeluarga...................................................
63
4.3.4. SanitaLingkungan........................................................
64
4.4. Peran PetugaKesehatan..........................................................
66
4.5. Penanggulangan Demam Berdarah oleKeluarga...................
68
4.5.1. Menjaga Kebersihan Rumah Tangga dan KamMandi..
68
4.5.2. Mengantisipasi KetersediaaAir......................................
69
4.5.3. Menjaga Kebersihan SanitaLingkungan.........................
71
4.6. Perlindungan Keluarga terhadaDBD.....................................
72
4.7. Penanggulangan Demam Berdarah olePemerintah..............
74
BAB 5
PEMBAHASAN...........................................................................
77
5.1. Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti oleKeluarga............
77
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
5.1.1. Cara Pemberantasan Nyamuk Aedeaegypti..................
77
5.1.2. SanitaLingkungan........................................................
81
5.1.3. PengetahuaKeluarga....................................................
85
5.2. PeraPetugas...........................................................................
86
5.2.1. Tanggung JawaPetugas...............................................
86
5.2.2. PromoKesehatan........................................................
89
5.2.3. Pemberantasan SaranNyamuk......................................
90
5.3. Penanggulangan terhadaDBD..............................................
91
5.4. Promosi Kesehatan dalam Pencegahan DemamBerdarah.......
94
BAB 6
KESIMPULAN DASARAN.......................................................
96
6.1. Kesimpulan.............................................................................
96
6.1.1. PeraKeluarga..............................................................
96
6.1.2. Peran PetugaKesehatan................................................
97
6.1.3. PenanggulangaDBD...................................................
97
6.2. Saran........................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
98
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul Halaman
4.1. Luas Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan PenduduPer Km2 di Kecamatan MedaHelvetia.......................................
45
4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian PadWilayah Kecamatan MedaHelvetia.............................................
45
4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mutasi pada WilayaKecamatan MedaHelvetia...........................................................
46
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul Halaman
2.1. Alur Pelaporan KasuDBD...........................................................
30
2.2. Kerangka Pikir Penelitia.............................................................
35
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul Halaman
1. Lembaran Wawancara..................................................................
101
2. Lembaran Observasi Sanitasi Lingkunga.................................
102
3. Lembaran Observasi Sanitasi Lingkungan KeluargBapak Sugi..................................................................................
104
4. Lembaran Observasi Sanitasi Lingkungan KeluargBapak Apri..................................................................................
106
5. Lembaran Observasi Sanitasi Lingkungan KeluargBapak Sitorus...............................................................................
108
6. Lembaran Observasi Sanitasi Lingkungan KeluargBapak Nainggolan.......................................................................
110
7. Surat IzPenelitan.....................................................................
112
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Demam berdarah dengue menjadi masalah kesehatan yang sangat serius
di Indonesia. Kejadian demam berdarah tidak kunjung berhenti walaupun telah
banyak program dilakukan oleh pemerintah. Keluarga dan petugas kesehatan
memegang peranan yang sangat penting dalam penanggulangan demam berdarah
sehingga dengan melihat upaya-upaya yang mereka lakukan untuk mencegah
demam berdarah dapat mengurangi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) di
masyarakat pada saat ini.
Penyakit Demam Berdarah Dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan
dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung
meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Kerugian sosial yang
terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian
anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan hidup penduduk. Dampak
ekonomi langsung pada penderita adalah kehilangan waktu kerja, waktu sekolah
dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti transportasi dan
akomodasi selama perawatan penderita (Depkes RI, 2006).
Kejadian luar biasa atau KLB DBD di Indonesia terbesar terjadi pada
tahun 1998 yaitu dengan IR (Insident Rate) sebanyak 35,19 per 100.000 ribu Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
penduduk, lalu menurun pada tahun 1999 dengan IR 10,17 per 100.000 ribu
penduduk, mengalami peningkatan kembali pada tahun 2000 dengan IR 15,99 per
100.000 ribu penduduk dan kembali meningkat pada tahun 2001 dengan IR 21,66
per 100.000 ribu penduduk, kembali menurun pada tahun 2002 yaitu IR 19,24 per
100.000 ribu penduduk dan meningkat tajam kembali pada tahun 2003 yaitu IR
23,87 per 100.000 ribu penduduk. Data di atas menunjukkan bahwa penyakit
DBD di Indonesia menjadi fenomena yang sangat sulit diatasi di mana kejadian
DBD setiap tahunnya berfluktuasi (Depkes RI, 2004).
Penyakit DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera
Utara sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi.
Berdasarkan data di wilayah Propinsi Sumatera Utara terdapat 8 daerah endemis
DBD yaitu: Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten
Langkat, Kabupaten Asahan, Kota Tebing Tinggi, Kota Pematang Siantar dan
Kabupaten Karo. Daerah Sporadis DBD sebanyak 15 daerah, yaitu: Kota Sibolga,
Tanjung Balai, Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi, Tapanuli
Tengah, Mandailing Natal, Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Labuhan Batu,
Humbang Hasundutan, Pak-Pak Barat, Serdang Bedagai dan Kabupaten Samosir.
Daerah Potensial/Bebas DBD adalah Nias dan Nias Selatan dikarenakan daerah
tersebut berada di tempat dataran tinggi di mana suhu udara rendah sehingga tidak
memungkinkan nyamuk hidup dan berkembang biak (Dinkes Kota Medan, 2006).
Angka kejadian penyakit DBD di Sumatera Utara dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Tahun 2002 jumlah penderita (IR) adalah 3,6/100.000 Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
penduduk (353 penderita), tahun 2003 sampai 2004 naik menjadi 8,79/100.000
penduduk (1093 penderita). Pada tahun 2005 terjadi ledakan kasus yang sangat
tajam yaitu 30,75/100.000 penduduk (3.657) penderita dan tahun 2006 terjadi
penurunan yaitu 17,58/100.000 penduduk (2.091 penderita), tahun 2007 terjadi
kembali peningkatan kasus yaitu menjadi 34,5/100.000 penduduk. Angka ini
masih jauh dari target Indonesia Sehat 2010 yaitu 2/100.000 penduduk.
Sebaliknya, walaupun jumlah penderita naik, tapi angka kematian DBD (CFR)
mengalami penurunan sejak tahun 2002 yaitu 2,84% menjadi 1,53% pada tahun
2006 dan menurun lagi menjadi 0,83% pada tahun 2007. Penurunan CFR ini
menunjukkan bahwa penanganan kasus di sarana pelayanan kesehatan sudah
mengalami peningkatan, namun tingginya IR menunjukkan masih banyak tempat-
tempat berkembang biak (Breeding Places) dan tempat peristirahatan (Resting
Places) nyamuk Aedes aegypti di lingkungan penduduk (Dinkes Provinsi
Sumatera Utara, 2006).
Berdasarkan SK Menkes Nomor 581 Tahun 1992, kegiatan pokok upaya
penanggulangan penyakit DBD yang dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh
pemerintah adalah pencegahan, penemuan, pertolongan dan pelaporan,
penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit DBD, penanggulangan
seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan (Depkes, 1996).
Pemerintah pada tanggal 12 Nopember 1999 yang bertepatan dengan Hari
Kesehatan Nasional ke-40 mencanangkan Gerakan PSN DBD. Oleh karena itu
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
yang menjadi penggeraknya dipilih oleh pemerintah Jumantik (Juru Pemantau
Jentik) dan supervisor dari masyarakat sendiri (Depkes RI, 2006).
Upaya program penanggulangan penyakit DBD yang dilaksanakan sangat
banyak tetapi belum optimal karena lebih banyak mempengaruhi epidemiologi
penyakit DBD. Angka kematian DBD cenderung menurun walaupun kasus
bertambah, hal ini menunjukkan bahwa penatalaksanaan kasus cukup efektif
di pelayanan kesehatan yang ada tetapi peran serta masyarakat untuk pencegahan
penyakit demam berdarah belum ada (Depkes RI, 2000).
Menurut Kepala Dinas Kesehatan melalui Kasubdin Program Pencegahan
Penyakit/P2P (Pulungan, 2007), bahwa DBD bukan hanya menyerang orang
dewasa, hal tersebut sesuai data tahun 2007, yang diketahui 27% penderita
penyakit yang berasal dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti di Medan korbannya
balita, dan dari 27% tersebut, 9% balita 0-4 tahun dan 18% berusia 5-12 tahun
dan sisanya paling banyak berusia 20-24 tahun. Saat ini seluruh kecamatan di
Medan berstatus endemis DBD. Kecamatan tersebut adalah Medan Tuntungan
sebanyak 69 orang, Medan Johor sebanyak 74 orang, Medan Amplas sebanyak
69, Medan Denai sebanyak 92 orang, Medan Area sebanyak 27 orang, Medan
Kota sebanyak 68 orang, Medan Maimun sebanyak 12 orang, Medan Polonia
sebanyak 27 orang, Medan Baru sebanyak 113 orang, Medan Selayang sebanyak
83 orang, Medan Sunggal sebanyak 127 orang, Medan Helvetia sebanyak 213
orang, Medan Petisah sebanyak 77 orang, Medan Barat sebanyak 28 orang,
Medan Timur sebanyak 65 orang, Medan Perjuangan sebanyak 51 orang, Medan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Tembung sebanyak 75 orang, Medan Deli sebanyak 53 orang, Medan Labuhan
sebanyak 12 orang, Medan Marelan sebanyak 28 orang dan Medan Belawan
sebanyak 15 orang. Kecamatan Helvetia merupakan daerah yang terbanyak
penderita demam berdarah (Dinkes Kota Medan, 2007).
Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi dan mencegah
penyakit DBD oleh Dinas Kesehatan Kota Medan antara lain: (1) Pertolongan
pertama pada penderita DBD, dan selanjutnya dirujuk kerumah sakit apabila perlu
(2) Penyuluhan terus menerus kepada masyarakat (berkoordinasi dengan Sie.
Promosi Kesehatan dan Lintas Sektoral) (3) Fogging Foccus dan Fogging ULV
(4) Penaburan bubuk Abate pada tempat-tempat penampungan air (5)
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara bergotong royong yang
melibatkan masyarakat dan Lintas Sektoral. Namun upaya yang telah dilakukan
belum dapat merubah status daerah endemis DBD di Kota Medan. Kondisi di atas
mengingatkan bahwa kasus penyakit DBD belum dapat ditanggulangi secara
maksimal walaupun telah dilakukan berbagai upaya (Dinkes Kota Medan, 2006).
Pada tahun 2000, Sub Direktorat Arbovirus Departemen Kesehatan yang
membidangi upaya pemberantasan penyakit yang bersumber dari binatang
termasuk di dalamnya upaya pemberantasan penyakit DBD, mensosialisasikan
Rencana Strategis (Renstra) Program Pemberantasan Penyakit DBD Tahun 2001-
2005. Dalam Renstra tersebut dikemukakan banyak faktor yang mendukung
peningkatan kasus, antara lain kurangnya upaya penggerakan masyarakat dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN DBD), kurangnya keterlibatan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
keluarga dalam pencegahan penyakit demam berdarah dan kurang aktif petugas
dalam menjalankan fungsinya.
Terlihat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti tanggal 3 Nopember
2008 pada keluarga yang salah seorang anggota keluarganya terkena penyakit
demam berdarah dengue didapat bahwa pada awalnya si ibu tidak tahu akan
pentingnya PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dikarenakan kurangnya petugas
memberi informasi dan penyuluhan. Petugas menjadi aktif apabila ada kasus dan
petugas kesehatan di Puskesmas Helvetia yang bertugas untuk menangani
pencegahan demam berdarah dengue hanya 1 (satu) orang.
Pengadaan kampanye kebersihan yang intensif dan penyebaran leaflet
merupakan upaya di tingkat masyarakat yang telah dilakukan oleh pemerintah,
tetapi hal ini sering gagal karena tidak adanya keterlibatan keluarga di dalamnya.
Peran keluarga sangat dibutuhkan untuk mendorong mereka mau melaksanakan
kegiatan 3M secara intensif di rumah dan juga melibatkan keluarga agar turut
serta dalam kegiatan PSN yang ada di lingkungannya (Depkes, 2005).
Petugas mempunyai peran yang juga tidak kalah pentingnya. Selama ini
petugas hanyalah sebatas penyuluh kesehatan yang bertugas memberikan
informasi. Padahal seorang petugas kesehatan bukan hanya memberikan
informasi tetapi juga harus membagi pengetahuan mereka di setiap kesempatan di
manapun petugas berada. Pada dasarnya pemeliharaan kesehatan dasar adalah
keterlibatan masyarakat. Hubungan yang erat antara petugas pelayanan kesehatan
dan masyarakat sangat penting dan harus merupakan proses dua arah. Petugas Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
kesehatan harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat yang mereka layani
(Tarimo, 1994).
Seharusnya melalui program pencegahan dan penanggulangan penyakit
DBD yang matang dan ditunjang oleh informasi kesehatan khususnya yang
menyangkut penyakit DBD, maka diharapkan keikut sertaan masyarakat terutama
keterlibatan keluarga dalam pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M di
lingkungan tempatnya tinggal, sehingga penyebaran penyakit DBD dapat diatasi
(Depkes RI, 1992).
Berdasarkan paparan di atas, di mana program penanggulangan penyakit
demam berdarah dengue belum sepenuhnya dapat menanggulangi kasus penyakit
demam berdarah dengue maka sangat penting dilakukan upaya pemberdayaan
masyarakat khususnya keluarga, sehingga perlu dilakukan penelitian yang dapat
menggali peran keluarga dan petugas puskesmas dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit demam berdarah dengue.
1.2. Permasalahan
Bagaimana peran keluarga dan petugas Puskesmas dalam
penanggulangan penyakit demam berdarah dengue di Perumnas Helvetia Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran keluarga dan petugas
Puskesmas dalam upaya penanggulangan penyakit demam berdarah dengue, Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
sehingga didapat suatu model pemberdayaan masyarakat untuk penanggulangan
penyakit demam berdarah dengue yang tepat dan sesuai dengan keinginan
masyarakat.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Dinas Kesehatan Kota Medan mendapat masukan bagaimana kinerja petugas
pelayan kesehatan dan keberhasilan program penanggulangan serta
pencegahan penyakit demam berdarah dengue.
2. Memotivasi keluarga agar dapat mencegah penyakit demam berdarah dengue
secara berkelanjutan.
3. Sebagai bahan masukan kepada petugas kesehatan di Puskesmas Helvetia
dalam pencegahan penyakit demam berdarah dengue tentang metode promosi
yang tepat sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
4. Menambah wawasan penulis dalam bidang penelitian kualitatif.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peran Keluarga
2.1.1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988).
Menurut Friedman (1986) yang dikutip oleh Setiawati (2008), fungsi
keluarga adalah:
1. Fungsi Afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan
keluarga. Di dalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung
dan saling menghargai antar anggota keluarga.
2. Fungsi Sosial adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam
keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi.
3. Fungsi Reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi Ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
keluarganya yaitu: sandang, pangan dan papan.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
5. Fungsi Keperawatan Kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah
terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan.
Menurut Setiawati (2008), ada beberapa alasan perlunya keterlibatan keluarga
dalam pelayanan kesehatan antara lain:
1. Keluarga dipandang sebagai sumber daya kritis untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan.
Kasus meningkatnya angka kesakitan akibat DBD membuat pemerintah
dengan gencar menggalakkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dalam
skala nasional, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat berperan
dalam penyampaian pesan betapa pentingnya PSN agar terhindar dari wabah
demam berdarah.
2. Keluarga sebagai satu unit antar anggota dalam keluarga.
Keluarga dipandang sebagai kesatuan dari sejumlah anggota keluarga, berada
dalam satu ikatan dan saling mempengaruhi.
3. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya.
Peran keluarga sangat penting dalam tahapan-tahapan perawatan kesehatan,
mulai dari tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan sampai
dengan rehabilitasi.
4. Keluarga sebagai tempat penentuan kasus dini.
Adanya masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga akan
memungkinkan munculnya faktor resiko pada anggota keluarga lainnya. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
5. Individu dipandang dalam konteks keluarga.
Seorang dapat mencapai pemahaman yang lebih jelas terhadap individu dan
fungsinya apabila individu tersebut dipandang dalam konteks keluarga
mereka.
6. Keluarga sebagai sumber pendukung bagi anggota keluarga lainnya.
Peran keluarga dalam penanggulangan demam berdarah adalah sebagai
berikut (Depkes RI, 1992):
1. Keluarga turun serta melaksanakan pemberantasan nyamuk demam berdarah
dengan melakukan 3M + 1T yaitu menguras, menutup dan mengubur serta
telungkup.
2. Apabila ada keluarga yang anggota keluarganya menunjukkan gejala penyakit
demam berdarah maka keluarga mengerti cara pertolongan pertama (memberi
minum banyak, kompres dingin dan obat penurun panas yang tidak
mengandung asam siali silat) dan segera memeriksakan diri kepada dokter
atau unit pelayanan kesehatan.
3. Keluarga segera melaporkan kepada Lurah melalui kader atau kepala
lingkungan/kepala dusun.
4. Keluarga melakukan PSN secara serentak dan mengikuti petunjuk dalam
pelaksanaan pananggulangan demam berdarah.
5. Keluarga mengikuti/menghadiri kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh
petugas Puskesmas.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Keterlibatan atau partisipasi keluarga ditujukan untuk memperkenalkan
perilaku baru (yang mungkin sebagai pengganti dari perilaku yang selama ini
dipraktikkan keluarga tersebut). Misalnya buang air besar dijamban,
mengkonsumsi garam beryodium, memelihara tanaman obat keluarga, menguras
bak mandi-menutup persediaan air-mengubur benda-benda buangan yang dapat
menahan/menampung air (Kutuk), mengkonsumsi makanan berserat (Depkes RI,
2005).
2.1.2. Peran Petugas Kesehatan
Penempatan tenaga atau personil merupakan bagian yang paling banyak
mengeluarkan biaya dalam kebanyakan sistem pemeliharaan kesehatan. Penting
bagi petugas kesehatan untuk turut mendukung dan berpartisipasi dalam proyek
masyarakat misalnya, mereka dapat membantu mengetahui penyebab masalah
kesehatan dan mengusulkan cara perbaikannya. Hendaknya, petugas kesehatan
terutama memikirkan keseluruhan masyarakat sebagai tanggung jawabnya, tidak
hanya sebagai penunjang klinik saja (Tarimo, 1994).
Hal yang membuat petugas kesehatan sangat berharga karena mereka
mengenal secara pribadi semua keluarga di daerah mereka. Petugas kesehatan
merupakan anggota yang sangat penting dalam Tim Kesehatan karena
pengetahuan yang mereka miliki tentang keadaan setempat. Sebagai
tenaga/petugas kesehatan kunjungan rumah merupakan tugas tambahan yang
penting bagi pemeliharaan kesehatan dan membutuhkan orang tertentu untuk
melaksanakan dengan baik (Tarimo, 1994). Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Keterlibatan petugas dalam hal ini adalah petugas puskesmas adalah dengan
melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga, yaitu keluarga dari individu
pengunjung Puskesmas, atau keluarga-keluarga lain yang berada di wilayah kerja
Puskesmas. Dalam kunjungan rumah ini dikumpulkan semua anggota keluarga
dan diberikan informasi berkaitan dengan perilaku yang diperkenalkan.
Pemberian informasi dilakukan secara sistematis sehingga anggota-anggota
keluarga itu bergerak dari tidak tahu ke tahu, dan dari tahu ke mau. Bila sarana
untuk melaksanakan perilaku yang bersangkutan tersedia, diharapkan juga sampai
tercapai fase mampu melaksanakan (Depkes RI, 2005).
Peran petugas kesehatan dan sektor terkait dalam penanggulangan demam
berdarah adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1992):
1. Camat dan Lurah/Kepala Desa yang menerima laporan rencana
penanggulangan, memerintahkan warga setempat melalui kepala lingkungan/
kepala dusun untuk melakukan PSN dan membantu kelancaran pelaksanaan
penanggulangan demam berdarah.
2. Petugas kesehatan atau tenaga terlatih melakukan penyemprotan insektisida 2
siklus dengan interval 1 minggu dan memberikan penyuluhan kepada
masyarakat.
3. Kepala lingkungan/Kepala Dusun dibantu pemuka masyarakat dan kader
menyampaikan informasi tentang rencana penanggulangan demam berdarah
dan membantu pelaksanaan penyuluhan.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
4. Kepala Lingkungan dan kader mendampingi petugas kesehatan dalam
pelaksanaan penyemprotan.
5. Keluarga melakukan PSN secara serentak sesuai petunjuk pelaksanaan
penanggulangan demam berdarah.
2.1.3. Tanggung Jawab Petugas terhadap DBD
Tanggung jawab petugas Kesehatan dalam penangulangan DBD adalah
(Depkes RI, 2006):
1. Petugas DBD mempunyai tanggung jawab untuk melakukan kunjungan
rumah.
Kunjungan rumah ini dimaksudkan agar keluarga mengerti dan mau
melaksanakan penanggulangan DBD.
2. Melakukan pemeriksaan jentik secara berkala di rumah-rumah.
Untuk melihat ada tidaknya jentik dibak-bak penampungan air yang ada
rumah keluarga yang ada di wilayah kerjanya.
3. Berperan sebagai penggerak dan pengawas dalam pemberantasan sarang
nyamuk DBD.
4. Membuat catatan/rekapitulasi hasil pemeriksaan jentik.
5. Melaporkan hasil pemeriksaan jentik kepada puskesmas sebulan sekali.
2.2. Pengetahuan dan Sikap Masyarakat
Analisis dari Green (1980), menyatakan bahwa kesehatan dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu, faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor non perilaku Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
(non behaviour causes). Sedangkan perilaku itu sendiri, khusus perilaku
kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh 3 (tiga) faktor yakni:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yaitu terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya dari
seseorang.
b. Faktor-faktor penunjang (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan
fisik.
c. Faktor-faktor pendukung (Reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan dan petugas-petugas lainnya termasuk di dalamnya
keluarga dan teman sebaya.
Green (1980), kemudian berkesimpulan bahwa setiap perilaku kesehatan
dapat dilihat sebagai fungsi dari pengaruh kolektif ketiga faktor. Gagasan
penyebab kolektif itu penting terutama karena perilaku merupakan suatu
fenomena yang majemuk.
Jika menelaah dari ketiga faktor tersebut maka proses perubahan perilaku
sangat berhubungan dengan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Kepercayaan terhadap kesehatan dengan dimensi pembentukan (determinant)
adalah pengetahuan dan sikap. Kedua dimensi ini berkaitan erat dengan
karakteristik demografis individu.
b. Kemampuan mendapatkan informasi, kemudahan mendapatkan pelayanan
serta ketersediaan alat dan bahan dalam melakukan pencegahan.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Pengetahuan dan sikap masyarakat yang kurang mengetahui tentang
tanda/ gejala, cara penularan dan pencegahan penyakit DBD mempunyai resiko
terkena penyakit DBD. Dengan demikian upaya peningkatan pengetahuan
mengenai gejala/ tanda, cara penularan dan pencegahan serta pemberantasan
penyakit DBD perlu mendapat perhatian utama agar masyarakat lebih berperan
aktif untuk melakukan pembersihan dan pemberantasan sarang nyamuk.
Kebiasaan menggantungkan pakaian di dalam rumah merupakan kesenangan
nyamuk Aedes aegypti untuk beristirahat (Depkes, 1992).
2.3. Promosi Kesehatan
2.3.1. Strategi Promosi Kesehatan
Menurut Depkes RI (2005), kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah
menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu:
1. Gerakan pemberdayaan adalah proses pemeberian informasi secara terus
menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta
proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tahu menjadi
tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude),
dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan
(aspek practice). Sarasan utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga,
serta kelompok masyarakat.
2. Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat mau melakukan perilaku yang Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu apabila
lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang yang
menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain
bahkan masyarakat umum) memiliki opini positif terhadap perilaku tersebut.
Terdapat tiga pendekatan bina suasana, antara lain:
a. Bina suasana individu ditujukan kepada individu-individu tokoh
masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarkan
opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan seperti
“gerakan 3M +1T”. Di samping itu diharapkan mereka juga bersedia
memperkenalkan atau mau mempraktekkan perilaku yang sedang
diperkenalkan tersebut (misal seorang pemuka agama rajin melakukan 3M
yaitu menguras, mengubur dan menutup serta telungkup).
b. Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok masyarakat seperti
Kepala Lingkungan, majelis pengajian, majelis gereja, organisasi pemuda
dan lain-lain. Pendekatan ini dilakukan bersama tokoh masyarakat
sehingga mereka perduli dan mau mendukung perubahan perilaku yang
sedang diperkenalkan dan menyetujui untuk mempraktekkan perilaku
yang sedang diperkenalkan yaitu 3M + 1 T tersebut.
c. Bina suasana masyarakat umum dilakukan terhadap masyarakat umum
dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi seperti
radio, televisi, koran, majalah, situs internet dan lain-lain, sehingga
dengan media komunikasi tersebut diharapkan media-media massa Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
tersebut perduli dan mendukung perubahan perilaku yang diperkenalkan.
Dengan demikian media massa tersebut dapat menjadi mitra dalam rangka
penyebarluasan informasi dan akhirnya diharapkan terbentuklah sebuah
opini publik yang positif terhadap perubahan perilaku baru yang
diperkenalkan dan akhirnya mereka masyarakat mau melaksanakan
perilaku baru tersebut dalam kehidupannya.
3. Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis atau terencana untuk
mendapatkan komitmen adan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(stakeholders). Advokasi diarahkan untuk mendapatkan dukungan yang
berupa kebijakan (misal dalam bentuk perundang-undangan), dana,
sarana, dan lain-lain sejenisnya. Stakeholders yang dimaksud bisa berupa
tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu
kebijakan pemerintah dan penyandang dana pemerintah. juga dapat berupa
tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya berperan sebagai
penentu kebijakan di bidangnya.
2.3.2. Promosi Kesehatan oleh Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai visi “Indonesia Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Sehat”. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga
fungsi, yaitu sebagai: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
(2) pusat pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata
pertama.
2.4. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang
ditandai dengan deman mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang
jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai dengan tanda-tanda
perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae), lembam (ecchymosis)
atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah,
kesadaran menurun/renjatan atau syok (Depkes, 2006).
Penyebab penyakit adalah virus Dengue. Virus ini termasuk kelompok
Arthropoda. Borne Viruses (Arbovirosis). Sampai saat ini dikenal ada 4 serotype
virus yaitu: (1). Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944 (2). Dengue 2
diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944 (3). Dengue 3 diisolasi oleh Sather (4).
Dengue 4 diisolasi oleh Sather
Keempat type virus tersebut telah ditemukan diberbagai daerah di Indonesia
dan yang terbanyak adalah type 2 dan type 3. Penelitian di Indonesia
menunjukkan dengue type 3 merupakan serotype virus yang dominan
menyebabkan kasus yang berat. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
maupun Aedes albopictus. Yang paling berperan dalam penularan penyakit ini
adalah nyamuk aedes aegypti karena hidupnya di dalam dan sekitar rumah,
sedangkan aedes albopictus hidupnya di kebun-kebun sehingga jarang kontak
dengan manusia. Kedua jenis nyamuk terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di
atas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah
sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan berkembangbiak
(Depkes RI, 1991).
Penularan penyakit DBD dapat terjadi apabila seorang penderita yang
di dalam darahnya mengandung virus dengue, yang kemudian menularkan kepada
orang lain dengan perantaraan gigitan nyamuk Ae. Aegypti atau Ae.albopictus.
Dalam darah penderita, virus dengue mengalami inkubasi selama 4-7 hari
(viremia) yang disebut dengan masa inkubasi intrinsik. Pada masa viremia ini
penderita berperan sebagai sumber infeksi kepada orang lain (Sumarmo, 1999).
Penularan demam berdarah dengue melalui bermacam cara antara lain:
a. Demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina.
b. Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah
orang yang sakit DBD dan tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat
virus dengue.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
c. Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar keseluruh
tubuh nyamuk, termasuk kelenjar liurnya.
d. Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus akan
berpindah bersama air liur nyamuk.
e. Bila orang yang tertular itu tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak)
maka virus itu akan menyerang sel pembeku darah dan merusak dinding
pembuluh darah kecil (kapiler). Akibatnya terjadi pendarahan dan kekurangan
cairan yang ada dalam pembuluh darah orang itu.
f. Bila orang yang tertular mempunyai zat anti kekebalan yang cukup maka virus
tersebut dibuat tidak berdaya sehingga orang tersebut tidak sakit.
g. Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu
lebih kurang satu minggu (Depkes RI, 2006).
Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan
sumber penular penyakit DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari
mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular,
maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk kedalam lambung nyamuk.
Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaraingan
tubuh nyamuk termasuk dalam kelenjar liurnya (Depkes RI, 1992).
Penyakit Demam Berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit, mengisap darah orang
yang sakit demam berdarah dengue atau tidak sakit tetapi dalam darahnya
terdapat virus dengue. Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue
berada dalam darah selama 4-7 hari mulai hari 1-2 hari sebelum demam. Bila
penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut
terhisap masuk dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak
diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar
liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut
siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini
akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu
nyamuk aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue itu menjadi penular
(infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk
menusuk/mengigit, sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui
alat tusuknya (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur
inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain (Depkes RI, 1992).
2.4.1. Tanda-tanda Penyakit DBD
Pada hari pertama sakit, penderita panas mendadak secara terus menerus dan
badan terasa lemah dan lesu. Pada hari kedua dan ketiga akan timbul bintik-bintik
perdarahan, lembam atau ruam pada kulit di muka, dada, lengan atau kaki dan
nyeri ulu hati serta kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah. Antara hari
ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang
selanjutnya adalah penderita sembuh atau keadaan memburuk yang ditandai
dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin dan banyak mengeluarkan keringat.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Bila keadaan berlanjut, akan terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi lemah
atau tidak teraba). Kadang-kadang kesadarannya menurun (Depkes, 1992).
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simtomatik dan suportif yaitu
pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat
diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau neyeri perut yang
berlebihan, maka cairan intravena (biasanya cairan ringer laktat atau NaCL) perlu
diberikan. Transfusi darah diberikan kepada penderita yang mengalami
perdarahan yang membahayakan seperti hematemesis, melena, serta penderita
yang menunjukkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht) pada
pemeriksaan berkala. Indikasi pemberian transfusi pada penderita yaitu jika ada
perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang semakin tegang dengan
penurunan kadar Hb yang mencolok (Depkes RI, 2004).
Pada fase demam dianjurkan (Depkes RI, 2006): (1) Istirahat di tempat
tidur (bed rest) selama masih demam (2) Obat antipiretik atau kompres hangat
diberikan bila diperlukan (3) Memberikan minum sebanyak-banyaknya, karena
penderita DBD mengalami kekurangan cairan di dalam tubuh. Oleh sebab itu
pertolongan pertama yang paling penting adalah memberi minum sebanyak-
banyaknya. Minuman dapat berupa jus buah, air teh manis, sirop, susu, serta
larutan oralit.
2.4.2. Vektor Penular
Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Aedes aegypti merupakan faktor penting di daerah perkotaan (daerah urban)
sedangkan di daerah pedesaan (daerah rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak
di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes albopictus
berkembangbiak di lubang-lubang pohon dalam bambu, dalam lipatan daun dan
dalam genangan air lainnya (Soedarto, 1995).
Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti adalah tempat-
tempat penyimpanan air di dalam atau di luar rumah, atau di tempat-tempat
umum, biasanya berjarak tidak lebih 500 meter dari rumah. Nyamuk ini tidak
dapat berkembang biak di genangan air yang berhubungan langsung dengan tanah
(Depkes, 1992).
Nyamuk-nyamuk ini berkembang biak di dalam air bersih dan tempat-tempat
gelap yang lembab, baik di dalam maupun dekat rumah. Nyamuk betina
meletakkan telurnya di bejana-bejana atau tempat-tempat penyimpanan air di
dalam atau di sekitar rumah, sekolah atau gedung perkantoran. Tempat yang
sering dijadikan bertelur adalah batok kelapa, drum, kaleng bekas, pot bunga,
ember, vas bunga, tatakan pot bunga, tangki air, tempat penampungan air pada
lemari es, baskom, pipa air, benda-benda yang terbuang dari kaca atau plastik,
ban-ban bekas dan botol-botol kosong, dan talang atap rumah yang tergenang sisa
air hujan (Depary, 2003).
Nyamuk ini mendapatkan virus dengue pada waktu mengisap darah penderita
DBD. Jika nyamuk kelak menggigit orang lain, maka virus dengue akan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang
tersebut dapat menderita sakit DBD. Virus DBD memperbanyak diri dalam tubuh
manusia dan akan ada dalam darah selama 1 minggu. Setelah nyamuk menggigit
dan menghisap darah penderita yang sedang dalam masa viremia, lalu dalam
tubuh nyamuk akan mangalami multiplikasi dan menyebar di berbagai jaringan
tubuh termasuk dalam kelenjar air liur. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap
darah penderita, nyamuk tersebut telah siap untuk menularkan virus kepada orang
lain dengan tenggang waktu itu disebut masa inkubasi ekstrinsik (Sumarmo,
1999).
Virus dengue akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya.
Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang menghisap virus dengue ini menjadi
penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan terjadi karena setiap kali nyamuk
menggigit, sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui salauran
alat tusuknya (probocis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air
liur itulah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Nyamuk Aedes
aegypti hidupnya antara 1-2 bulan (Depkes RI, 1992).
2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penularan Penyakit DBD
Lingkungan merupakan tempat interaksi vektor penular penyakit DBD dengan
manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit DBD. Hal-hal yang
diperhatikan di lingkungan yang berkaitan dengan vektor penularan DBD antara
lain:
a. Sumber air yang digunakan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Air yang digunakan dan tidak berhubungan langsung dengan tanah
merupakan tempat perindukan yang potensial bagi vektor DBD.
b. Kualitas Tempat Penampungan Air (TPA)
Tempat penampungan air yang berjentik lebih besar kemungkinan terjadinya
DBD dibandingkan dengan tempat penampungan air yang tidak berjentik.
c. Kebersihan Lingkungan
Kebersihan halaman dari kaleng/ban bekas, tempurung, dan lain-lain juga
merupakan faktor terbesar terjadinya DBD (Depkes, 1997).
2.5. Upaya Penanggulangan DBD
2.5.1. Penemuan Penderita
Selama hampir dua abad, penyakit dengue digolongkan sejajar dengan
demam, pilek atau diare. Penyakit ini dianggap sebagai penyesuaian diri
seseorang terhadap iklim tropis. Tetapi, hal ini berubah sejak timbulnya wabah
demam dengue di Manila pada tahun 1953-1954, yang disertai renjatan (shock)
dan perdarahan gastrointestinal yang berakhir dengan kematian penderita,
menyebabkan pandangan ini berubah (Soedarmo, 1988).
Pada awal perjalanan penyakit DBD tanda/gejalanya tidak spesifik. Oleh
karena itu masyarakat/keluarga diharapkan waspada jika terdapat tanda/gejala
yang mungkin merupakan awal perjalanan penyakit DBD (Depkes RI, 1992).
Apabila keluarga/masyarakat menemukan tanda/gejala di atas, maka penderita
segera diberi obat penurun panas golongan parasetamol. Beri kompres hangat dan
minum banyak seperti air teh, susu, sirop, oralit dan lain-lain. Jika dalam dua hari Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
panas tidak turun atau timbul tanda/gejala lanjut seperti perdarahan kulit (seperti
gigitan nyamuk), muntah-muntah, gelisah, mimisan dianjurkan segera dibawa
berobat ke dokter atau ke unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS) atau sarana
pelayanan kesehatan lain untuk segera mendapat pemeriksaan dan pertolongan
(Depkes RI, 2006).
Dokter atau petugas kesehatan yang menentukan penderita DBD maka wajib
dilaporkan dalam 1 kali 24 jam ke Puskesmas sesuai dengan tempat tinggal
penderita. Pelaporan resmi dilakukan dengan jalan mengirim formulir
pemeriksaan spesimen DBD atau tanpa spesimennya kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun
1984 dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 Tahun 1989 (Depkes RI, 1992).
Penanggulangan seperlunya adalah kegiatan untuk mencegah atau membatasi
penularan penyakit DBD di rumah penderita/tersangka DBD dan lokasi sekitarnya
yang diperkirakan dapat menjadi sumber penularan lebih lanjut.
Jenis kegiatan yang dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi
sebagai berikut (Depkes RI, 1992):
a. Bila ditemukan penderita/tersangka DBD lainnya atau ditemukan satu atau
lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentik, dilakukan
penyemprotan (fogging focus) di rumah penderita dan sekitarnya dalam radius
200 meter, 2 siklus dengan interval 1 minggu (siklus 1 untuk mematikan
nyamuk Aedes aegypti yang ada dan siklus II untuk mematikan nyamuk Aedes
aegypti pada siklus 1 belum menjadi nyamuk atau masih berstadium pupa), Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk Pemberantasan Sarang
Nyamuk.
b. Bila ditemukan penderita tetapi tidak ditemukan jentik, dilakukan
penggerakan masyarakat PSN dan penyuluhan.
c. Bila tidak ditemukan penderita dan tidak ditemukan jentik dilakukan
penyuluhan terhadap masyarakat.
Penanggulangan lain yang dilakukan di desa/kelurahan rawan dilaksanakan
oleh petugas kesehatan dibantu masyarakat untuk mencegah terjadinya KLB dan
membatasi penyebaran penyakit ke wilayah lain. Jenis kegiatan disesuaikan
dengan stratifikasi daerah rawan sebagai berikut (Soegijanto, 2004):
a. Desa/kelurahan rawan I (endemis) yaitu apabila dalam tiga tahun terakhir setiap
tahun terjangkit DBD maka dilakukan:
i. Penyemprotan massal sebelum musim penularan, yaitu penyemprotan yang
dilakukan di sebagian atau di seluruh wilayah Desa/Kelurahan rawan I
sebelum masa penularan untuk membatasi penularan dan mencegah KLB.
ii. Pemeriksaan jentik berkala di rumah dan di tempat umum yaitu pemeriksaan
tempat-tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurang-
kurangnya tiga bulan sekali untuk mengetahui populasi jentik nyamuk penular
DBD dengan menggunakan indikator Angka Bebas Jentik (ABJ).
iii. Penyuluhan pada masyarakat.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
b. Desa/kelurahan rawan II (sporadis) yaitu apabila dalam tiga tahun terakhir
terjangkit DBD tetapi tidak setiap tahun maka dilakukan:
i. Pemeriksaan jentik berkala.
ii. Penyuluhan pada masyarakat.
c. Desa/Kelurahan rawan III (potensial) yaitu apabila dalam tiga tahun terakhir
tidak pernah terjangkit penyakit DBD tetapi penduduknya padat, mempunyai
hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah lain dan persentase ditemukan
jentik lebih dari 5%, maka dilakukan:
i. Pemeriksaan Jentik Berkala di rumah dan tempat umum akan tetapi
pemeriksaan di rumah di lakukan jika ada Desa/Kelurahan rawan I atau II
di kecamatan yang sama.
ii. Penyuluhan kepada masyarakat.
d. Desa/Kelurahan bebas yaitu desa/kelurahan yang tidak pernah terjangkit DBD,
dan ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut atau yang
ketinggiannya kurang dari 1000 meter tetapi persentase rumah yang ditemukan
jentik kurang dari 5% maka dilakukan:
i. Pemeriksaan jentik berkala di tempat umum.
ii. Penyuluhan kepada masyarakat.
2.5.2. Pelaporan dan Tindak Lanjut Penanggulangan DBD
Dokter atau petugas kesehatan yang menemukan kasus/tersangka DBD
diwajibkan melapor kepada Puskesmas setempat sesuai dengan domisili (tempat
tinggal) pasien dan membuat surat pengantar untuk disampaikan kepada kepala Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
desa/kelurahan melalui keluarga pasien. Laporan kasus/tersangka DBD dari
Rumah Sakit dan Puskesmas Perawatan lalu dikirim kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota, dengan tembusan kepada Puskesmas sesuai dengan tempat
tinggal pasien yang bersangkutan. Pelaporan dilakukan 24 jam setelah diagnosa
sementara ditegakkan.
Puskesmas yang menerima laporan adanya kasus DBD melaksanakan
penyelidikan Epidemiologis dan penanggulangan focus untuk membatasi
penularan penyakit DBD:
1. Penyelidikan Epidemiologi: meliputi kegiatan pencarian penderita DBD
tambahan/tersangka DBD, serta pemeriksaan jentik di rumah pasien dan 20
rumah sekitarnya. Tujuan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui ada/
tidaknya risiko penularan lebih lanjut.
2. Penanggulangan fokus di lapangan meliputi kegiatan:
a. Penyemprotan insektisida (fogging focus) bila sesuai indikasi, yaitu:
ditemukan ≥ 1 kasus DBD lainnya, ditemukan 3 penderita panas tanpa
sebab yang jelas (tersangka DBD) serta ditemukan jentik > 5% rumah/
bangunan yang diperiksa.
b. Penggerakan masyarakat untuk PSN secara bersama-sama yang
dikoordinasi olrh Kepala Desa/Kelurahan setempat.
c. Jika diperlukan dilakukan larvadinasi (terutama untuk daerah sulit air).
d. Penyuluhan kepada masyarakat tentang gejala/tanda dini DBD dari
pertolongan pertama oleh masyarakat serta PSN DBD. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Dinas Kesehatan
Desa Puskesmas dan Penyelidikan Epidemiologi
Puskesmas Perawatan
Keluarga RS/Unit pelayanan Kesehatan
Gambar 2.1. Alur Pelaporan Kasus DBD
2.5.3. Penataan Lingkungan
Penataan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang menyangkut
upaya pencegahan atau mengurangi perkembangbiakan vektor sehingga
mengurangi kontak antara vektor dengan manusia adalah dengan melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat perkembangbiakan buatan manusia, dan perbaikan desain rumah (Depkes
RI, 2003).
Pencegahan perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD adalah dengan
cara modifikasi lingkungan yaitu (Depkes RI, 2003):
1. Perbaikan saluran air: Apabila aliran sumber air tidak memadai dan hanya
tersedia sedikit, maka harus diperhatikan kondisi penyimpanan air tersebut
pada berbagai jenis wadah karena hal tersebut dapat meningkatkan
perkembangbiakan aedes. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
2. Talang air/tangki air bawah tanah atau sumber air bawah tanah anti nyamuk:
Perindukan jentik Ae.aegypti termasuk di talang air/tangki air bawah tanah
bangunan dari batu (masonary), saluran pipa air, maka strukturnya harus
dibuat anti nyamuk.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan cara (Depkes RI, 2003):
1. Mengeringkan instalasi penampungan air: genangan air/kebocoran di ruang
berdinding batu, pipa penyaluran, katup, katup pintu air, kotak keran hidran,
meteran air dan lain-lain, akan dapat menampung air dan menjadi tempat
perindukan jentik Ae.aegypti bila tidak dirawat.
2. Tempat penampungan air di lingkungan rumah tangga: Sumber utama
perkembangbiakan Ae. Aegypti sebagian besar adalah wadah-wadah
penampungan air untuk keperluan rumah tangga, termasuk wadah dari
keramik, tanah liat dan bak semen, galon dan wadah-wadah yang lebih kecil
sebagai penampungan air bersih atau hujan. Wadah penampungan air harus
ditutup dengan penutup rapat atau kasa.
3. Jamban/vas bunga dan perangkap semut: Merupakan sumber
perkembangbiakan Ae.aegypti yang banyak dijumpai. Semua harus dilubangi
sebagai lubang pengeringan. Untuk vas bunga dapat diberi campuran pasir dan
air. Jambangan bunga dari kuningan, bukan merupakan tempat perindukan
larva yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti wadah dari kaca.
Perangkap semut dapat dibubuhi garam atau minyak.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
4. Diwadah tertentu lainnya: Alat pendingin air, wadah kondensasi air di bawah
kulkas, dan pendingin ruangan harus secara teratur diperiksa, dikeringkan dan
dibersihkan.
5. Pembuangan sampah padat: Sampah padat seperti kaleng, botol, ember atau
sejenisnya yang tersebar di sekitar rumah harus dipindahkan dan dikubur
di dalam tanah.
6. Pembuangan Ban: Ban bekas merupakan tempat perkembangbiakan utama
Aedes. Ban dapat didaur ulang untuk menghasilkan barang-barang.
7. Mengisi lubang pagar: Pagar atau pembatas pagar yang terbuat dari tanaman
berlubang seperti bambu harus dipotong pada ruasnya dan pagar beton harus
dipenuhi dengan pasir, pecahan gelas, atau semen untuk mengurangi
perindukan Aedes.
8. Botol, Kaca dan Kaleng: Semuanya merupakan wadah penampung air yang
harus dikubur di dalam tanah atau dihancurkan dan didaur-ulang untuk
keperluan industri.
Pengawasan kualitas lingkungan adalah cara pemberantasan vektor DBD
melalui pengawasan kebersihan lingkungan oleh masyarakat. Cara ini bertujuan
untuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk Ae.aegypti dari daerah
pemukiman penduduk. Kegiatan yang dilakukan adalah: (1) Pengawasan
kebersihan lingkungan disetiap rumah termasuk sekolah, tempat-tempat umum
(TTU) dan tempat-tempat industri (TTI) oleh masyarakat seminggu sekali, (2)
Penyuluhan kebersihan lingkungan dan penggerakan masyarakat dalam Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
kebersihan lingkungan dan masyarakat dalam kebersihan lingkungan melalui
gotong royong secara berkala, (3) Pemantauan kualitas menggunakan indikator
kebersihan dan indeks vektor DBD (Chahaya, 2003).
2.6. Faktor-faktor yang Menyebabkan Sulitnya Penanggulangan DBD
Faktor manusia erat kaitannya dengan peran serta dalam penanggulangan
vektor DBD di masyarakat. Mobilitas penduduk yang tinggi dapat memudahkan
penyebarluasan DBD dari suatu tempat ke tempat lain. Menurut Depkes RI
(2003), bahwa populasi penduduk, kepadatan penduduk di suatu wilayah dengan
mobilitas yang tinggi mempunyai potensi yang besar untuk meningkatnya jumlah
kasus serta bertambahnya wilayah terjangkitnya penyakit DBD.
Dari laporan Depkes RI tahun 2003, penyebab sulitnya pemberantasan DBD
disebabkan antara lain:
1. Tenaga pemantau jentik tetap di masyarakat yang bertugas untuk memantau
jentik secara berkala ada tapi belum berjalan maksimal.
2. Faktor biaya juga salah satu penghambat pelaksanaan program pemberantasan
penyakit DBD. Tidak adanya dana khusus menyebabkan banyaknya pokja-
pokja (kelompok kerja) DBD yang telah dibentuk di kecamatan tidak berjalan
dan berfungsi seperti yang diharapkan, padahal peran serta masyarakat pada
pokja sangat potensial dalam memberantas penyakit DBD.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
3. Sistem surveilans yang sangat penting belum dilakukan dengan baik, terlihat
dari beberapa perencanaan kegiatan surveilans yang tidak direalisasikan dan
minimnya dana operasional kegiatan surveilans.
4. Penentuan diagnosis yang cepat dan tepat sebagai deteksi dini kasus dan
pemutusan rantai penularan juga belum dilakukan secara optimal. Tidak
adanya peralatan untuk menghitung trombosit dan hematokrit, yang
merupakan penunjang diagnosis secara laboratorium di puskesmas sangat
mempengaruhi kecepatan penetapan diagnosis (Depkes RI, 2003).
2.7. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan landasan teoritis yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
didapat kerangka pikir penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian
Peran Keluarga
- Pemberantasan sarang Nyamuk
- Sanitasi Lingkungan
Peran Petugas Kesehatan
- Tanggung Jawab Petugas - Promosi Kesehatan - Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN)
Penanggulangan
Terhadap
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang berupaya melihat sedalam mungkin
kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat. Dengan melihat fenomena
kehidupan pribadi individu dan kelompok, serta bagaimana kehidupan itu
mempengaruhi motif, tindakan, serta komunikasi mereka (Daymon, 2001).
Pendekatan dengan melihat fenomena yang ada di masyarakat ditujukan untuk
membantu memasuki sudut pandang orang lain, dan berupaya untuk memahami
bagaimana mereka menjalankan kehidupannya dengan cara mereka, serta
pemahaman bahwa realitas pemahaman setiap individu berbeda.
Penelitian ini, fenomena yang akan digali adalah faktor-faktor penyebab
terjadinya penyakit demam berdarah dengue dan upaya-upaya penanggulangan
yang telah dilakukan.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perumnas Helvetia Medan. Alasan pemilihan
lokasi penelitian di Perumnas Helvetia dikarenakan Perumnas merupakan
perumahan dengan padat penduduk yang juga mobilitas masyarakatnya sangat
tinggi sehingga sampai saat ini masih ditemukan penderita penyakit demam Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
berdarah dengue, walaupun telah dilakukan upaya-upaya penanggulangan
penyakit demam berdarah dengue.
Pengamatan dan wawancara saya lakukan di wilayah kerja Puskesmas
Helvetia yaitu di sekitar Perumnas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia,
penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Februari 2009 – April 2009.
3.3. Pemilihan Informan
Informan pada penelitian ini adalah keluarga yang dapat memberikan
informasi ataupun keterangan yang dibutuhkan yaitu keluarga baik itu ibu, bapak
maupun anggota keluarga yang lain yang tinggal dalam satu rumah baik yang
pernah menderita demam berdarah dengue maupun yang tidak menderita demam
berdarah dengue. Informan selanjutnya dan petugas penunjang lain yaitu kepala
lingkungan yang juga sebagai petugas Jumantik.
Informan atau keluarga yang menjadi subjek penelitian ini sebanyak 4
(empat) keluarga yang diambil dari warga Perumnas Helvetia. Dari kempat
keluarga yang menjadi subjek penelitian ini, ternyata secara kebetulan ada dua
keluarga yang anggota keluarganya pernah menderita penyakit demam berdarah
dan dua keluarga lagi belum pernah menderita demam berdarah. Walaupun
ternyata secara kebetulan terdapat jumlah yang sama antara yang pernah
menderita dan tidak pernah menderita demam berdarah bukanlah suatu
kesengajaan apalagi untuk membuat perbandingan perilaku keluarga dalam
penanggulangan penyakit demam berdarah. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Selain mewawancarai keluarga saya juga mewawancarai petugas
kesehatan yaitu petugas penanggung jawab program demam berdarah di
Puskesmas Helvetia dan Kepala lingkungan yang juga bertindak sebagai
jumantik.
Untuk melengkapi data yang dibutuhkan saya juga mewawancarai
tetangga keluarga sehingga informasi yang didapat lengkap sehingga kedalaman
informasi tercapai sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Untuk keabsahan data
saya melakukan teknik triagulasi data. Saya memastikan bahwa catatan harian
wawancara dengan informan dan catatan observasi telah terhimpun. Kemudian
dilakukan uji silang terhadap materi catatan harian, untuk memastikan tidak ada
informasi yang bertentangan antara catatan harian wawancara dengan catatan
harian observasi.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data saya lakukan dengan cermat atas kegiatan-kegiatan yang
berlangsung dan didapat pada rumah keluarga dan tempat kerja petugas
kesehatan. Data-data yang saya dapat lalu dikumpulkan untuk mengkaji penelitian
ini. Hasil wawancara saya peroleh dari 4 keluarga dan 1 orang petugas
penanggulangan demam berdarah. Wawancara juga saya lakukan kepada seluruh
keluarga yang tinggal di rumah keluarga tersebut juga kepada tetangga keluarga.
Wawancara saya lakukan langsung di dalam rumah keluarga, di halaman rumah
atau di luar rumah keluarga, sedangkan untuk petugas kesehatan saya lakukan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
wawancara di Puskesmas Helvetia kalau kepada petugas penunjang lain yaitu
jumantik saya juga melakukan di rumah jumantik tersebut dan di kantor
Kelurahan dikarenakan jumantik juga sebagai Kepala Lingkungan.
Hasil wawancara atau percakapan mendalam serta hasil observasi, saya tulis
langsung di tempat, tetapi ada juga percakapan yang saya tulis setelah berlalu
beberapa saat atau agak lama. Hal ini sangat beresiko terhadap kemungkinan
terlupakannya beberapa data yang telah diperoleh, oleh sebab itu kemungkinan
saya mengingat atas apa yang baru saya lihat dan dengar dari informan sangat
dibutuhkan. Pengambilan data yang saya lakukan, kemungkinan besar bahwa ada
beberapa data yang lupa dan lolos dari pencatatan saya, karena semua
pembicaraan tidak didukung dengan alat rekaman. hal ini saya lakukan atas dasar,
ketika saya melakukan wawancara dengan merekam mereka menolak
pembicaraan mereka direkam karena mereka merasa seperti diwawancarai oleh
wartawan. Dan ketika saya tidak menggunakan alat perekam tersebut mereka
lebih rileks dan lebih leluasa menjawab pertanyaan yang saya berikan, sehingga
saya memutuskan untuk tidak menggunakan alat perekam tersebut.
Hambatan-hambatan yang saya temukan pada penelitian ini adalah setelah
saya memperoleh data tentang keluarga yang terkena demam berdarah dari data
Puskesmas lalu saya mencari rumah mereka tetapi kebanyakan mereka susah saya
temui dikarenakan pada umumnya rumah mereka kosong dan terkunci
dikarenakan keluarga tersebut bekerja dan setelah saya temukan keluarga yang
ada dirumah mereka menolak untuk saya wawancarai dengan alasan repot tetapi Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
pada kenyataannya mereka merasa risih dan tidak bersedia menjawab pertanyaan
apalagi bila rumah mereka di lihat-lihat terutama kamar tidur, kamar mandi dan
dapur mereka. Walaupun begitu keluarga baru mau bekerjasama setelah saya
mengajak petugas Puskesmas untuk menemani pertama sekali kerumah keluarga
tersebut dan memperkenalkan saya merupakan bagian dari petugas Puskesmas
yang sedang melakukan pendataan penderita demam berdarah.
Dalam pengumpulan data di lapangan, saya lakukan dengan pengamatan atas
aktivitas yang dilakukan keluarga sehari-hari sedangkan kepada petugas
kesehatan selain saya mewawancarai mereka di Puskesmas, saya juga melakukan
pengamatan yang mereka lakukan di lapangan dengan mengikuti kegiatan mereka
sewaktu melakukan penyelidikan Epidemiologi serta melakukan
penyemprotan/fogging
di rumah keluarga yang menderita demam berdarah. Aktivitas yang dilakukan
oleh keluarga maupun oleh petugas kesehatan dan petugas penunjang, cara-cara
penanggulangan demam berdarah yang dilakukan oleh objek menjadi catatan
lapangan peneliti.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh keluarga dan petugas kesehatan,
meliputi bagaimana cara keluarga melakukan pencegahan demam berdarah yaitu
3M, kebersihan rumah tangga dan sanitasi lingkungan serta penanggulangan
demam berdarah yang dilakukan petugas saya catat langsung ketika melakukan
pembicaraan. Hal tersebut untuk menghindari terjadinya kelupaan yang
menyebabkan berkurangnya data yang saya peroleh. Selanjutnya data yang saya Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
kumpulkan melalui pengamatan dan wawancara, kemudian ditarik kesimpulan
yang perlu dikoreksi, dan dijadikan sebagai catatan penulisan dalam pengkajian
pada penelitian.
Dalam pengumpulan data saya memulainya dari semua keluarga yang
bersedia saya wawancarai lalu kemudian setelah saya mendapatkan respon yang
cukup positif dari mereka maka saya memilih keluarga yang terkena demam
berdarah terlebih dahulu yang saya amati untuk mengetahui bagaimana mereka
sampai terkena demam berdarah dan melihat bagaimana keadaan sanitasi dan
kebersihan rumah mereka serta tindakan 3 M keluarga tersebut, sedangkan
keluarga yang tidak terkena saya dapati keluarga mereka telah melakukan 3M
serta kepada petugas peneliti mengikuti kegiatan mereka dalam penanggulangan
demam berdarah.
Dari 2 keluarga yang terkena demam berdarah dari hasil perbincangan, saya
berpendapat bahwa keluarga Bapak Sugi dan Bapak Apri tidak mengetahui secara
pasti apa yang menjadi penyebab anak mereka sakit demam berdarah. Sehingga
keluarga mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk melakukan
pencegahan dikarenakan kurangnya petugas kesehatan memberikan penyuluhan
walaupun informasi bukan hanya bisa didapat dari petugas kesehatan tetapi
petugas kesehatan seharusnya juga merasa bahwa mereka juga bagian dari
masyarakat sehingga masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan.
Untuk memperoleh data secara mendalam dari 4 keluarga tersebut saya
mendatangi mereka secara kontinu sehingga mereka merasa dekat dengan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
peneliti, terutama kepada 2 keluarga yang menderita demam berdarah yaitu
keluarga Bapak Sugi dan Bapak Apri yang menerima saya dengan sangat terbuka.
Hal ini memungkinkan penelitian yang dilakukan dapat lebih mendalam.
Jumlah informan yang peneliti ambil berdasarkan azas kecukupan, yaitu bila
dalam proses pengumpulan data tidak ditemukan lagi variasi informasi maka saya
tidak perlu mencari informan lagi, saya akan terus mencari informan apabila
informasi yang diterima masih berubah-ubah (bervariasi), sampai diperoleh hasil
yang sama serta tidak bervariasi. Oleh karena itu walaupun informan kunci hanya
4 keluarga tetapi saya sudah mendapat data yang cukup mengenai peran keluarga
dalam penanggulangan demam berdarah. Begitu juga dengan petugas dikarenakan
untuk penanggung jawab program hanya satu orang maka saya hanya menggali
informasi kepada petugas tersebut karena petugas tersebutlah yang turun langsung
ke lapangan sedangkan Kepala Puskesmas hanya mengetahui segala tindakan
yang dilakukan petugasnya serta menerima laporan dari petugas dan untuk
melengkapi maka saya juga menggali informasi kepada kepala lingkungan yang
juga bertugas sebagai jumantik.
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis jawaban-jawaban yang
diberikan informan. Penganalisisan data dilakukan dengan tehnik “on going
analysis” yaitu analisis yang terjadi di lapangan berdasarkan data-data yang
diperoleh. Metode analisis yang digunakan adalah analisis bingkai, yaitu suatu Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
metode yang digunakan untuk menemukan bingkai dari suatu perspektif untuk
melihat sebuah perspektif yang digunakan untuk melakukan pengamatan, analisis,
dan interpretasi terhadap sebuah realitas di masyarakat (Bungin, 2007).
Cara analisis bingkai yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
mengidentifikasi dan mengkategori penyebab masalah, faktor-faktor pendukung
yang menjadi kemungkinan masalah tersebut ada di masyarakat. Kemudian
dilakukan penilaian dan evaluasi terhadap penyebab-penyebab masalah.
Hal yang ingin dicapai dalam melakukan analisis data kualitatif adalah
menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena dan memperoleh gambaran
tuntas terhadap proses tersebut, serta menganalisis makna yang ada dibalik
informasi, data dan proses suatu fenomena.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum
4.1.1. Kecamatan Medan Helvetia
Kecamatan Medan Helvetia luasnya ± 11,55 km2 (1.155 Ha), terdiri dari 7
kelurahan. Kecamatan Medan Helvetia dibagi berdasarkan wilayah kerja
Puskesmas. Puskesmas Helvetia mengelola 7 kelurahan sebagai wilayah kerjanya.
Puskesmas Helvetia terletak di jalan Kemuning Raya Perumnas Helvetia.
Kecamatan Medan Helvetia merupakan daerah padat penduduk dengan
ketinggian 27 meter dari permukaan laut, letak Lintang Utara: 030 – 2´ LU
Lintang Selatan: 620 – 41¨ LS Bujur Timur: 980 – 39´ BT. Adapun batas-batas
kecamatan ini, yaitu:
Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Sunggal
Sebelah Barat : Kecamatan Medan Sunggal
Sebelah Timur : Kecamatan Medan Barat dan Medan Petisah
4.1.2. Kependudukan
Berdasarkan data statistik maka jumlah penduduk pada Kecamatan Medan
Helvetia adalah sebesar 130.581 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar
65.548 jiwa dan perempuan sebesar 65.033 jiwa. Adapun luas kelurahan, jumlah
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
penduduk dan kepadatan penduduk per Km2 di Kecamatan Medan Helvetia,
seperti terlihat pada Tabel 4.1:
Tabel 4.1. Luas Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per
Km2 di Kecamatan Medan Helvetia
No Kelurahan Luas
(Km2)
Jumlah
Pendudu
k
Kepadatan
(Km2)
1 Helvetia 1,25 13.149 10.519
2 Helvetia Tengah 1,50 22.275 14.850
3 Helvetia Timur 1,82 22.094 12.140
4 Dwikora 2,00 23.137 11.568
5 Sei Sikambing 0,98 13.179 13.448
6 Cinta Damai 1,80 17.708 9.838
7 Tanjung Gusta 2,20 19.309 8.654
Jumlah 11.55 130.581 11.306
Sumber: Kantor Camat Medan Helvetia, 2007
4.1.3. Mata Pencaharian
Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian pada wilayah kerja
Puskesmas Medan Helvetia, seperti pada Tabel 4.2:
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian pada Wilayah
Kecamatan Medan Helvetia
Mata Pencaharian
No Desa/Kelurahan
PNS A
B
RI
Swa
sta
Pet
ani
Pedaga
ng
Pensiun
an
1
Helvetia 1.23
6
14
5
1.93
2
- 1.364 530
2
Helvetia Tengah 2.48
8
24
5
758 - 496 840
3
Helvetia Timur 661 45
2
607 15 1.085 91
4 Dwikora 460 76 536 24 377 105
5 Sei Sikambing 361 16 203 - 1.923 93
6
Cinta Damai 396 26
6
663 26 582 318
7
Tanjung Gusta 403 10
3
298 40 141 110
Jumlah
6.00
5
1.
30
3
4.99
7
103 5.266 2.056
Sumber: Kantor Lurah Se Kec. Medan Helvetia, 2007
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Pada Tabel 4.2. terlihat bahwa distribusi mata pencaharian penduduk yang
berada pada Kecamatan Medan Helvetia yang terbesar adalah sebagai PNS,
diikuti oleh Pedagang dan yang terkecil adalah petani. Pada penelitian ini
pekerjaan informan adalah Swasta dan PNS.
4.1.4. Penduduk yang Mutasi
Distribusi penduduk berdasarkan mutasi di wilayah kerja Puskesmas
Medan Helvetia, seperti yang terlihat pada Tabel 4.3:
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mutasi pada Wilayah Kecamatan
Medan Helvetia
N Kelurahan Lahir Mati Datang Pindah1 Helvetia 53 54 384 274 2 Helvetia
Tengah 87 6 519 317
3 Helvetia Timur
94 44 689 204
4 Dwikora 78 23 734 156 5 Sei
Sikambing 5 29 428 136
6 Cinta Damai 34 26 441 190 7 Tanjung
Gusta 58 52 456 87
Jumlah 409 289 8.054 1.364 Sumber: Kantor Camat Medan Helvetia, 2007.
Pada Tabel 4.3. Terlihat bahwa mutasi (pindah) penduduk yang berada
di Medan Hevetia cukup banyak tetapi tetap saja Datang lebih besar.
Menunjukkan tingginya mobilisasi dari penduduk sehingga memungkinkan
menjadi daerah endemis demam berdarah.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
4.2. Subjek Penelitian
4.2.1. Deskripsi Subjek Penelitian
Keluarga yang menjadi subjek penelitian ada 4 keluarga serta satu orang
petugas pemegang program penanggulangan DBD di Puskesmas Helvetia
Kecamatan Medan Helvetia. Keluarga yang menjadi subjek penelitian ini
semuanya bertempat tinggal di Perumnas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia.
Walaupun subjek bertempat tinggal di Perumnas di mana semuanya tertata
dengan baik dengan kehomogenan dari lingkungan mereka tetapi tetap saja
demam berdarah terjadi. Perumnas Helvetia merupakan perumahan masyarakat
dengan tatanan letak rumah yang berdempetan dan memanjang sebanyak 25
rumah dan didepannya juga memanjang rumah sebanyak 25 rumah. Perumnas
Helvetia dengan jumlah penduduk yang cukup banyak dan mobilisasi dari
warganya yang tinggi sehingga memungkinkan terjangkitnya demam berdarah.
Perumnas Helvetia tidak menyediakan ruang atau halaman bagi penghuninya
sehingga warga hanya memiliki halaman yang sangat kecil dan juga sempit.
Halaman warga merupakan jalan yang memisahkan rumah yang ada didepan.
Halaman yang sempit tersebut juga dimanfaatkan warga Perumnas untuk banyak
hal seperti untuk bermain oleh anak-anak. Adapun gambaran umum dari subjek
penelitian dapat dilihat di bawah ini:
1. Informan I (Keluarga Bapak Sugi)
Bapak Sugi berumur 41 tahun bekerja sebagai penarik becak mesin,
pendidikan Bapak Sugi adalah SMA dan bersuku Jawa. Bapak Sugi mempunyai Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
seorang istri yang bernama Ibu Dita yang berusia 44 tahun, bersuku Jawa dengan
pendidikan terakhir adalah PGTK (Pendidikan Guru TK) atau setingkat DI dan
bekerja sebagai guru TK sebelum menikah dengan Bapak Sugi, tetapi setelah
menikah berhenti menjadi guru TK dan hanya sebagai ibu rumah tangga. Bapak
Sugi dan Ibu Dita mempunyai seorang anak yang bernama Rizdin berusia 5 tahun
dan bersekolah di TK Paut Muhabah. Rizdin inilah yang terkena demam berdarah
dengue. Bapak Sugi dan keluarga bertempat tinggal di Perumnas Helvetia Medan.
Semua pekerjaan rumah tangga dilakukan oleh Ibu Dita, dari mulai
membersihkan rumah sampai mengantar jemput anaknya sekolah. Ibu Dita dalam
melakukan pekerjaan rumah juga dibantu oleh suami dan seorang keponakannya
seperti dalam hal membersihkan kamar mandi dan bak mandi.
Rumah Bapak Sugi berada di Perumnas Helvetia dengan type rumah 36,
terdapat ruang tamu, dapur, dua kamar tidur dan dua buah kamar mandi. Kamar
mandi yang satu berukuran kecil yaitu 1x 1 M2 yang bertugas membersihkan
adalah Bapak Sugi, sedangkan bak yang lebih besar yaitu berukuran 2½ x 1 M2
dan dalam keadaan baik serta air selalu penuh berada satu ruang dengan tempat
mencuci pakaian dan mencuci piring serta tempat menjemur pakaian. Kamar
mandi tersebut dalam keadaan lembab dan kotor serta baru terang ketika
dinyalakan lampu. Adapun yang bertugas membersihkan kamar mandi tersebut
adalah sang keponakan tetapi di karenakan banyaknya kegiatan di sekolah maka
keponakan tersebut sangat jarang memberihkan kamar mandi tersebut. Ibu Dita
menjemur pakaian di dalam rumah dikarenakan Ibu Dita jarang di rumah serta Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
halaman rumah yang tidak ada sehingga Ibu Dita harus menjemur dipagar
rumahnya tetapi karena takut hilang dan merasa bahwa kalau dijemur di dalam
rumah pakaian lebih awet.
Didekat kamar mandi selain berfungsi sebagai tempat menjemur juga
merupakan tempat mencuci piring Ibu Dita sehingga banyak ember berserakan
untuk menampung air dikarenakan air PAM yang sering mati, piring-piring
tersebut akan dicuci setelah air hidup. Keluarga Bapak Sugi baru melakukan
secara rutin membersihkan bak mandi dan wadah yang menampung air setelah
anaknya terkena demam berdarah sedangkan menutup wadah/ember yang
digunakan untuk menampung air tidak dilakukan karena menurut Ibu Dita air
yang mereka tampung langsung habis dipakai jadi tidak pernah lama disimpan.
Ibu Dita mengatakan mereka tidak pernah mengubur barang-barang bekas karena
barang-barang bekas selalu dibuang ditempat sampah di depan rumah mereka dan
kemudian diangkut petugas sampah hal ini juga dikarenakan ketidakadaan lahan
mereka, bahkan ketika mereka ingin membuat sumur untuk mengantisipasi
seringnya mati air tidak dapat mereka lakukan karena ketidakadaan lahan
tersebut.
Selokan di depan rumah keluarga Bapak Sugi dalam keadaan lancar karena
tetangga depan dan samping rumah “rajin” membersihkan selokan.
Tetapi selokan belakang rumah dalam keadaan yang tidak terurus dan
mampet juga banyak sampah di dalam selokan tersebut bahkan banyak sampah
yang dapat menampung air seperti bekas cup aqua, plastik bahkan dikarenakan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
selokan tersebut seluruhnya dibuat dari semen sehingga bila air tidak mengalir
dapat menjadi perindukan nyamuk. Semua keluarga yang tinggal merasa tidak
penting dan tidak memperhatikan selokan yang mampet tersebut karena berada di
belakang rumah mereka.
2. Informan II (Keluarga Bapak Apri)
Bapak Apri berusia 32 tahun, bekerja sebagai supir dengan pendidikan SMA.
Bapak Apri mempunyai istri yang bernama Ibu Ida yang berusia 25 tahun dengan
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, adapun pendidikan Ibu Ida adalah SLTP.
Bapak Apri dan Ibu Ida bersuku Jawa dan bertempat tinggal di Perumnas Helvetia
Medan.
Keluarga Bapak Apri mempunyai dua orang anak yang bernama Arif
berumur 6 tahun tetapi belum bersekolah menurut Ibu Ida nanti tahun ajaran baru
Arif langsung masuk SD, dan anak kedua bernama Yolanda berumur 3 tahun,
adapun anak Bapak Apri yang terkena demam berdarah adalah Yolanda. Keluarga
Bapak Apri tinggal di sebelah rumah orang tua Bapak Apri, mereka menumpang
di rumah orang tuanya Bapak Apri tetapi tidak satu rumah.
Rumah Bapak Apri sangat kecil yang hanya terdiri dari tiga ruangan yaitu
ruang depan tamu yang mereka “jadikan” kamar tidur, ruang tengah yang
merupakan dapur tempat Ibu Ida memasak dan yang terakhir adalah kamar mandi
di mana mereka tidak menggunakan bak mandi tetapi hanya “ember sedang”
tanpa penutup dan dibiarkan terbuka untuk mempung air dan “jamban”. Ibu Ida
mencuci pakaian di kamar mandi tersebut, kamar mandi tersebut juga berfungsi Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
untuk menjemur pakaian kelurga Ibu Ida apabila belum kering ataupun Iibu Ida
malas menjemur di halaman. Kamar mandi tersebut ada ventilasi yang juga
merupakan sumber cahaya bagi kamar mandi tersebut dan tanpa “kawat kasa”
padahal ventilasi tersebut langsung berhubungan dengan rumah tetangga mereka
yang terkena demam berdarah empat orang yaitu bapak, ibu dan dua ponakan
mereka kejadian tersebut sebelum “Yolanda” terkena demam berdarah.
Rumah Bapak Apri tidak mempunyai “jendela” sama sekali karena rumah
mereka terhimpit antara rumah orang tua Bapak Apri dan “warung sarapan pagi”
orang tua Bapak Apri, satu-satunya sumber ventilasi adalah pintu masuk
rumahnya.
Rumah Bapak Apri terlihat bersih dan rapi dikarenakan Ibu Ida “rajin”
menjaga kebersihan rumah mereka. Walaupun bersih tetapi rumah mereka
langsung berhadapan dengan gudang tempat penyimpanan barang-barang berkas
milik ibu mertua Ibu Ida di ruang gudang tersebut tidak berdinding rapat
melainkan setengah terbuka karena bekas “warung sarapan pagi” mereka yang
tidak dipakai lagi. Di dalam gudang berukuran 2 x 3 m2 tersebut banyak
berserakan barang-barang tidak terpakai lagi seberti kaleng bekas cat, tumpukan
kayu, tumpukan kardus, bekas tempat “rak” piring dan ada kran air serta ember
untuk menampung air karena ibu mertua sering mencuci piring dan kadang-
kadang pakaian di tempat tersebut, gudang tersebut gelap dan lembab.
Sebelum Yolanda terkena demam berdarah Ibu Ida mengatakan bahwa
mereka pulang kampung dikarenakan ibu kandung Ibu Ida meninggal dunia Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
sehingga mereka meninggalkan rumah dalam kedaan terkunci selama lebih dari
seminggu. Sewaktu pulang kembali kerumah mereka Ibu Ida mengatakan bahwa
ember penampung air yang ada di kamar mandi dalam keadaan penuh terisi air
walaupun Ibu Ida tidak bisa memastikan ada tidaknya jentik nyamuk di dalam
ember tersebut. Dikarenakan hari sudah malam mereka langsung tidur sehingga
tidak sempat membuang air yang ada dalam ember penampung tersebut dan
keesokan harinya ketika mau “memasak” barulah air dalam ember tersebut
dibuang dan diganti baru.
Selokan di sekitar rumah Bapak Apri dalam keadaan lancar walaupun
sebelumnya dalam keadaan mampet hal itu dilakukan setelah kepala lingkungan
mereka meminta seluruh warganya agar bergotong royong. Selokan di belakang
rumah Ibu Ida lancar hanya selokan ibu mertuanya dalam keadaan mampet karena
tersumbat “batu besar”.
3. Informan III (Keluarga Bapak Sitorus)
Bapak Sitorus berusia 44 tahun bersuku Batak Toba, pekerjaan Bapak Sitorus
adalah Polisi yang bertugas di Binjai adapun pendidikan terakhir Bapak Sitorus
SMA. Bapak Sitorus memiliki istri yang bernama Ibu Lasma yang berusia 43
tahun, bekerja sebagai penjahit pakaian wanita dan kebaya. Ibu Lasma juga
bersuku Batak Toba dengan pendidikan terakhir adalah SMA. Keluarga Bapak
Sitorus bertempat tinggal di Perumnas Helvetia Medan. Bapak Sitorus dan Ibu
Lasma mempunyai tiga orang anak yaitu anak pertama dan kedua mereka adalah
kembar yaitu Nila dan Nola yang berusia 8 tahun dan sekolah di SD, sedangkan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
adik mereka yang bernama Ketrin berusia 4 tahun belum bersekolah. Keluarga
Bapak Sitorus tidak ada yang menderita demam berdarah.
Walaupun Bapak Sitorus merupakan seorang polisi yang bertugas di Binjai,
dan pekerjaannya sebagai polisi membuat Bapak Sitorus jarang di rumah tetapi
Bapak Sitorus “sangat suka” bersih-bersih terutama membakar sampah, walaupun
sampah di rumah mereka diangkut oleh pengangkut sampah tetapi mereka
memisahkan sampah yang bisa dibakar untuk dijadikan pupuk dari sisa-sisa
pembakaran sampah yang digunakan untuk tanaman “bunga” istri Bapak Sitorus
selain itu juga biasa mengusir nyamuk karena asap dari pembakaran sampah
tersebut.
Rumah Bapak Sitorus bertipe 36 di Perumnas Helvetia. Rumah tersebut terdiri
dari ruang tamu, ruang keluarga, dua kamar tidur, dapur dan satu kamar mandi.
Di dalam ruang tamu yang juga merangkap sebagai tempat istri Bapak Sitorus
menjahit ada empat buah mesin jahit, dua buah lemari kaca untuk menyimpan
baju-baju yang telah dijahit dan tertutup rapat. Dalam melakukan pekerjaannya
Ibu Lasma dibantu oleh adiknya baik dalam menjahit pakaian maupun
membersihkan rumah mereka.
Ibu Lasma selalu membersihkan kamar mandi serta menguras bak mandi
dikarenakan Ibu Lasma tidak bisa melihat bak mandi yang kotor. Ibu Lasma
setiap habis mandi selalu menguras bak mandi mereka yang dibuat sengaja kecil
sehingga hanya menampung air yang tidak terlalu banyak. Di dalam kamar mandi
Ibu Lasma ada beberapa ember yang ditelungkupkan untuk menampung air Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
apabila terjadi mati air tetapi sudah agak jarang sehingga ember tersebut
ditelungkupkan.
Halaman rumah Ibu Lasma walaupun tidak luas di samping merupakan
tempat untuk menjemur pakaian juga terdapat banyak tanaman bunga. Walaupun
Ibu Lasma suka tanaman tetapi pot-pot bunga tempat menanam bunga tersebut
tidak menyimpan air dan tanaman tersebut selalu digemburkan dan ketika
menyiram tanaman hanya secukupnya saja. Untuk menyiram tanaman Ibu Lasma
juga menggunakan kran air yang diberi ember dan setelah selesai menyiram
tanaman embernya ditelungkupkan kembali.
Selokan di depan rumah keluarga Bapak Sitorus dalam keadaan lancar
karena dengan rutin masyarakat dan Bapak Sitorus membersihkannya tetapi
karena rumah keluarga Bapak Sitorus dekat dengan pasar Helvetia di mana
kurangnya kesadaran pedagang dan pengelola pasar untuk membersihkan selokan
tersebut sehingga selokan tersebut tersumbat dan penuh dengan sampah,
walaupun “masyarakat” sudah “protes” kepada pengelola pasar Helvetia tetapi
tindakan pengelola belum juga ada.
4. Infoman IV (Keluarga Bapak Nainggolan)
Bapak Nainggolan berprofesi sebagai pengacara bersuku Batak, berumur 40
tahun dengan pendidikan Sarjana. Sedangkan istri Bapak Nainggolan bernama
Ibu Lisbet berusia 32 tahun bekerja sebagai PNS dengan pendidikan terakhir
Sarjana dan bersuku Batak juga, rumah yang mereka tempati sekarang ini di
Perumnas Hevetia bukan rumah mereka pribadi tetapi mereka “sewa”. Keluarga Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Bapak Nainggolan menempati rumah tersebut sejak tahun 2004 setelah mereka
menikah. Rumah yang mereka tempati tersebut bertipe 36 dengan ruang tamu, 2
kamar tidur, satu kamar mandi dan dapur. Semua ventilasi di rumah ini kami
pasangi dengan “kasa” nyamuk supaya nyamuk tidak bisa masuk kerumah.
Kamar mandi mempunyai sebuah bak yang tidak terlalu besar dan selalu
dikuras oleh Bapak Nainggolan. Ibu Lisbet mengatakan “maklumlah air PAM
suka kotor”, di dalam kamar mandi tersebut juga terdapat “tong penampung air”
dan banyak ember. Ibu Lisbet mengatakan bahwa air PAM “suka mati” sehingga
mereka harus menampung air untuk keperluan rumah tangga mereka seperti
mencuci pakaian dan lain-lain kedalam “tong penampung air” dan ember-ember
tersebut.
Ibu Lisbet menjemur pakaian diteras rumah mereka dengan menggunakan
jemuran dari besi, hal tersebut dikarenakan ketiadaan halaman rumah mereka.
Sampah rumah tangga Ibu Lisbet diangkut oleh petugas sampah yang
datang secara rutin sehingga tidak ada barang-barang bekas yang berserakan.
Sampah padat seperti kaleng bekas, botol bekas dan ember bekas selalu mereka
kumpulkan selanjutnya setelah banyak mereka jual, sehingga tidak perlu mereka
kubur juga dikarenakan tidak ada lahan untuk mengubur benda-benda bekas
tersebut.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
4.2.2. Petugas Penanggulangan Demam Berdarah
1. Petugas Puskesmas (Informan I)
Petugas yang bertugas sebagai pemegang program penanggulangan demam
berdarah di puskesmas bernama Ibu Herta. Ibu Herta berusia 41 tahun dengan
pendidikan DIII Keperawatan dan sekarang ini sedang mengambil S1
Keperawatan. Ibu Herta baru bekerja di puskesmas tersebut sejak tahun 2006
sebelumnya Ibu Herta bekerja di Puskesmas pembantu. Sehari-harinya ibu Herta
selain bertugas sebagai pemegang program pencegahan demam berdarah, Ibu
Herta juga bertugas mendampingi dokter umum maupun dokter spesialis yang
bertugas di puskesmas tersebut. Ibu Herta mempunyai dua orang anak yang sudah
besar yaitu Samuel berumur 16 tahun dan Rut berumur 13 tahun.
Ibu Herta bertugas menjadi pemegang program sudah hampir 1 tahun 6 bulan
yang mencakup seluruh wilayah kerja puskesmas yaitu Helvetia, Helvetia
Tengah, Helvetia Timur, Dwikora, Sei Sikambing, Cinta Damai dan Tanjung
Gusta. Ibu Herta dalam menjalankan tugasnya sebagai pemegang program
mendapat fasilitas berupa kendaraan roda dua dikarenakan luasnya wilayah kerja
Puskesmas tersebut sehingga dengan adanya kendaraan roda dua akan
memudahkan Ibu Herta dalam menjalankan tugasnya untuk melakukan
peninjauan dan melakukan penyelidikan apabila ada masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas yang terkena ataupun melapor menderita demam berdarah.
Ibu Herta mengatakan bahwa tugasnya sebagai pemegang program antara
lain adalah membuat laporan tiap bulan tentang DBD ke pada Dinas Kesehatan, Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
mengadakan penyuluhan ke sekolah-sekolah dan lapangan setiap bulan, apabila
ada kasus DBD maka Ibu Herta akan turun untuk melakukan Penyelidikan
Epidemiologi (PE) lalu dilaksanakanlah fogging kepada rumah keluarga yang
terkena demam berdarah, setiap Jumat Ibu Herta dan petugas Puskesmas secara
bergantian melaksanakan PSN dengan kegiatan Jumat bersih dan pemberian abate
secara gratis kepada warga, setiap ada kasus DBD maka setelah dilaksanakan PE
maka hasilnya harus segera diantar ke Dinas Kesehatan Kota Medan, serta setiap
bulan membuat laporan berapa jumlah kasus DBD dan berapa yang difogging.
Ibu Herta mengatakan mengapa sampai sekarang masih saja terjadi demam
berdarah adalah karena masyarakat kurang perduli tentang masalah kebersihan
di lingkungannya seperti membersihkan bak kamar mandi dan menjaga
lingkungan rumahnya seperti selokan yang banyak sampah plastik dan cup-cup
aqua sehingga selokan tersebut menjadi tersumbat. Ibu Herta juga mengatakan
kalau ada kasus DBD pada masyarakat, mereka hanya merasa bahwa fogginglah
yang paling perlu tanpa menyadari bahwa kebersihan rumah dan lingkunganlah
yang harusnya dijaga.
Ibu Herta mengatakan promosi tentang DBD tidak ada yang ada hanyalah
promosi kesehatan pada anak sekolah dengan pemberian hadiah seperti tas yang
bertuliskan pencegahan DBD.
Program-program yng telah Ibu Herta jalankan antara lain adalah dengan
kegiatan kebersihan lingkungan seperti Jumat bersih, lalu penyuluhan pada
masyarkat dan anak sekolah setiap bulannya. Pemeriksan jentik yang rutin Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
dilakukan setiap hari jumat sekalian jumat bersih dan ketika ada kasus di suatu
lingkungan rumah warga maka seluruh warga yang ada di lingkungan tersebut
akan diperiksa bak mandinya untuk melihat ada jentik atau tidak, dan bila ada
maka akan diberikan bubuk abate kepada setiap warga dan mengadakan fogging
kepada warga yang terkena kasus DBD. Ibu Herta mengatakan bahwa jumantik
(juru pemantau jentik) juga secara rutin memeriksa jentik di rumah-rumah warga
di lingkungan jumantik tersebut. Dan bila ada kasus jumantik dan petugas
pemegang program penanggulangan DBD akan turun melihat bagaimana kasus
tersebut terjadi.
Ibu Herta mengatakan bahwa penanggulangan DBD selalu dilakukan dan
apabila pada Jumat bersih dilakukan pemeriksaan bak mandi dan di dalam baknya
ada jentik maka akan diberikan bubuk abate serta memberikan penyuluhan
dengan memberitahukan untuk membersihkan bak kamar mandi minimal dua kali
seminggu serta membuang air yang telah mengandung jentik tersebut.
Bila ada kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Helvetia ibu Herta
mengatakan bahwa bila ada laporan dari Kepling masuk bahwa ada penderita
DBD pada pagi hari maka petugas puskesmas akan langsung turun ke tempat yag
berkasus bersama Kepling lalu dilakukan pemeriksaan epidemiologi lalu
dilaksanakanlah fogging dirumah warga yang terkena kasus dan petugas akan
langsung melaporkan hasil PE nya kepada Dinas Kesehatan Kota Medan.
Ibu Herta mengatakan bila ada kasus DBD lalu dilakukanlah PE oleh petugas
Puskesmas dan diperiksalah bak mandi warga tersebut dan bila terdapat jentik Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
ketika “aku menyuruh mereka untuk mengosongkan bak mandi tersebut segera
tetapi mereka suka menolak dengan alasan sayang airnya bisa kami jadikan untuk
membersihkan kain lap dan kain pel, maklum saja di Perumnas air sering mati
karena itu mereka merasa sayang membuang air walaupun sudah berjentik.
2. Kepala Lingkungan (Informan II)
Kepala Lingkungan merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah.
Kepala lingkungan sangat dibutuhkan keterlibatan mereka karena mereka sangat
mengenal masyarakat yang ada di wilayah mereka.
Bapak Dodot berusia 43 tahun bersuku Jawa dengan pendidikan SMA.
Bapak Dodot merupakan salah seorang kepala lingkungan yang sudah
mengabdikan diri selama sepuluh tahun di lingkungannya. Selain sebagai seorang
Kepala Lingkungan Bapak Dodot juga sebagai salah seorang tenaga pemanjau
jentik atau disebut juga “jumantik”. Program jumantik mulai berjalan sejak tahun
2002 dan Bapak Dodot sudah mulai menjalaninya setelah mereka dikader oleh
petugas Puskesmas sehingga mereka memiliki pengetahuan dan seiring dengan
waktu mereka juga semakin berpengalaman di bidang “jumantik” tersebut.
Walaupun gaji sebagai Kepala Lingkungan tidak terlalu memadai dan dibayar tiga
bulan sekali tetapi Bapak Dodot mengatakan setiap mereka membantu warga
mereka membuat KTP ataupun surat lain mereka diberi imbalan yang cukup
lumayan dan menutupi kebutuhan mereka.
Keluarga Bapak Dodot bertempat tinggal di Perumnas Helvetia, istri Bapak
Dodot bernama Ibu Ani berusia 36 tahun juga terlibat menjadi kader baik kader Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Posyandu juga merupakan kader yang melakukan pendataan bila melakukan
pemeriksaan jentik dari rumah kerumah masyarakat di Kelurahan Helvetia selain
itu juga Ibu Ani membuka warung kecil-kecilan di dekat Kelurahan. Pak Dodot
dan istri mempunyai dua orang anak yang pertama berusia 15 tahun bernama Tuti
dan anak kedua berusia 10 tahun bernama Iwan.
Pak Dodot memiliki rumah bertipe 36 dengan 2 kamar, ruang tamu dan 1
buah kamar mandi. Ibu Ani setiap pagi membersihkan rumah mereka seperti
menyapu dan mengepel baru setelah itu Ibu Ani pergi ke Kelurahan untuk
berjualan. Kamar mandi keluarga Bapak Dodot selalu dikuras seminggu sekali
bergantian oleh seluruh keluarga tetapi menurut Bapak Dodot setiap kali kamar
mandi dan bak mandi terlihat kotor maka selalu dibersihkan oleh Bapak Dodot.
Bapak Dodot sebagai seorang Kepling selalu mengajak warganya untuk
bergotong royong tetapi dikarenakan warganya kebanyakan adalah pekerja maka
gotong royong tersebut jarang dilakukan kecuali bila sudah banjir karena selokan
mampet penuh sampah barulah warganya mau ikut serta bergotong royong semua.
Kepala lingkungan sebagai perpanjangan tangan dari Pemerintah sudah
bekerja secara maksimal tetapi “adakalanya” kesadaran masyarakatlah yang
sangat kurang, bahkan ada masyarakat yang ketika diperiksa bak mandi mereka
untuk melihat ada atau tidak jentik mereka menolak tetapi setelah “ditelusuri”
ternyata mereka takut diperiksa bak mandinya karena “sangat jorok” dan banyak
jentik-jentiknya.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Pak Dodot juga merasa sudah sangat banyak hal yang telah mereka
lakukan seperti memberikan penyuluhan dan setiap minggu turun ke rumah warga
untuk memeriksa jentik di bak mandi sekalian memberikan penyuluhan kepada
warga akan bahaya demam berdarah dan pentingnya kebersihan rumah dan
lingkungan bahkan, Bapak Dodot pernah menyebarkan “selebaran” yang salah
satu isinya tentang pencegahan demam berdarah.
Kepala lingkungan mengatakan banyaknya warga mereka yang terkena
demam berdarah dikarenakan rumah yang ditinggalkan dalam waktu yang lama
seperti pulang kampung ataupun rumah yang sudah tidak disewakan kembali dan
dalam keadaan kosong, di mana penghuninya lupa mengosongkan air bak mandi
sehingga menjadi perindukan dari nyamuk demam berdarah.
Kepala lingkungan mengatakan bahwa jumantik sekarang ini tidak berjalan
lagi semenjak “Pak Walikota masuk bui” juga disebabkan tidak ada lagi perintah
dari Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan secara rutin kerumah-rumah warga
untuk melihat jentik, tetapi sama sekali tidak ada aktivitas yaitu semenjak bulan
sepuluh tahun 2008. Dulu semasa masih ada Pak Walikota Kepala Lingkungan
“menurut” Pak Dodot masih diberikan “uang jalan” sebesar Rp. 20.000.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
4.3. Penyebab Terjadinya Demam Berdarah pada Keluarga
4.3.1. Kebersihan dalam Rumah Keluarga
Narasi berikut ini menggambarkan bagaimana keluarga dalam menjaga
kebersihan rumah dan kamar mandi di rumah mereka:
I Rumah keluarga Bapak Sugi mempunyai dua kamar mandi
yang dipakai oleh keluarga mereka, istri Bapak Sugi tidak
pernah membersihkan kamar mandi mereka karena
menyerahkan tugas tersebut kepada sang suami dan
keponakannya. Bapak Sugi selalu membersihkan kamar
mandi terutama baknya seminggu sekali sedangkan
keponakannya Bapak Sugi baru membersikan kamar mandi
beserta bak mandi ketika Ibu Dita istri dari Bapak Sugi sudah
“memperingatkan” berulang-ulang. Padahal bak mandi yang
menjadi tugas keponakaannya tersebut lah yang besar dan
selalu menjadi tempat penampungan air dan selalu penuh
dengan air. Kamar mandi keluarga Bapak Sugi juga dalam
keadaan lembab dan tanpa penerangan. Ibu Dita juga
menjemur pakaian mereka di dalam rumah di depan kamar
mandi dikarenakan rumah mereka tidak mempunyai halaman
dan biasanya menjemur dipagar rumah tetapi karena ibu Dita
sering tidak dirumah maka Ibu Dita merasa lebih aman
menjemur pakaian di dalam rumah dan lebih awet serta tidak Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
cepat pudar warna bajunya disebabkan tidak terkena sinar
matahari secara langsung ……
II Kamar mandi keluarga Bapak Apri sangat sederhana disana
tidak ada bak mandi hanya ada ember sedang untuk
menampung air tetapi kamar mandi tersebut dalam keadaan
lembab dan tanpa penerangan, di dalam kamar mandi
tersebut istri Bapak Apri yaitu Ibu Ida juga suka menjemur
pakaian walaupun tidak setiap hari hanya digunakan bila
pakaiannya masih belum kering saja, tetapi untuk menjemur
handuk setiap hari dilakukan oleh Ibu Ida di dalam kamar
mandi tersebut………
III Kamar mandi keluarga Bapak Sitorus selalu membersihkan
kamar mandi terutama bak mandi yang dibuat tidak terlalu
bersar sehingga tidak menyimpan air terlalu banyak, walau
banyak wadah penampung air didalam kamar mandi tersebut
tetapi dalam keadaan ditelungkupkan dan tidak ada air
di dalamnya….
IV Kamar mandi keluarga Bapak Nainggolan dalam keadaan
bersih dan ventilasi di dalam kamar mandi tersebut dipasangi Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
dengan kasa nyamuk. Bapak Nainggolan beserta istri selalu
membersihkan kamar mandi tersebut minimal 2 hari sekali,
karena kotornya air PAM….
Dari narasi di atas terlihat bahwa ada 2 keluarga yang kurang menjaga kebersihan
kamar mandi keluarga mereka sehingga dalam keadaan lembab dan kemungkinan
nyamuk untuk berkembang biak sangat besar sedangkan 2 keluarga selalu
menjaga kebersihan kamar mandi keluarga mereka.
4.3.2. Ketersediaan Air
Narasi di bawah ini menggambarkan bagaimana keadaan ketersediaan air
di Perumnas Helvetia:
I Maka nya “kami” jarang membersihkan bak mandi dikarenakan
air PAM yang selalu mati pagi hari lalu hidup kembali jam 10
pagi dan mati lagi jam 2 siang barulah hidup kembali jam 4 sore.
Jadi kalau air yang ada di bak mandi digunakan untuk
membersihkan bak mandi otomatis untuk yang lain pakai air
apa? Sedangkan untuk menampungnya udah susah bahkan aku
aja harus bangun pagi-pagi untuk mencuci pakaian supaya ada
air, dan mencuci piring serta mengepel lantai aku lakukan sore
hari karena air selalu mati kalaupun hidup airnya sangat kecil.
Wadah penampung air dalam keadaan terbuka tanpa penutup
karena tidak ada penutupnya…… Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
II Aku menampung air selain yang didalam bak mandi tersebut,
aku tampung juga dengan ember-ember dan tong besar untuk
menyimpan air. Maklumlah perumnas Helvetia sering mati air,
sehingga untuk mandi, mencuci dan kakus harus ditampung
dalam “tong” dan ember-ember dan tidak aku tutup karena
memakai ember tong dan ember yang tidak ada tutupnya…….
III Saya selalu menyediakan tong ataupun ember-ember karena
di Perumnas Helvetia ini sering kali mati air terutama kalau
pagi karena semua masyarakat Perumnas pake air PAM. Jadi
kalau tidak ditampung dalam ember pada waktu air hidup
maka tidak bisa mandi nanti kami semua. Wadah penampung
air selalu aku tutup rapat dan setelah dipakai airnya maka aku
tutup kembali dan dibersihkan secara teratur minimal
seminggu sekali atau setelah airnya habis…..
IV Walau sekarang sudah jarang mati air tapi tetap aja aku selalu
menampung air di dalam tong air di dalam kamar mandi karena
takut kalau tiba-tiba mati air sedangkan persediaan air tidak
ada. Tong air selalu aku tutup kembali setelah aku gunakan
airnya dan dibersihkan bila air sudah habis….. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Keempat keluarga di atas semuanya menampung air dengan wadah-wadah
penampung air dikarenakan kurangnya ketersediaan air di Perumnas Helvetia
di mana dengan sering mati air PAM pada saat-saat masyarakat sangat
membutuhkan air untuk beraktivitas maupun untuk keperluan rumah tangga
seperti memasak dan mencuci. Ada dua keluarga yang selalu menutup dan
membersihkan wadah penampung air secara teratur dan dua keluarga lagi tidak
menutup wadah penampungan air ataupun membersihkan wadah tersebut.
4.3.3. Pengetahuan Keluarga
Pengetahuan keluarga tentang penyakit demam berdarah terlihat dari narasi
keluarga berikut ini:
I Ibu Dita merasa panik setelah anaknya demam turun naik tanpa
penyebab, setelah dibawa ke bidan ternyata anaknya menderita
demam berdarah. Ibu Dita mengatakan tidak tahu dengan pasti
di mana anaknya terkena demam berdarah dan bagaimana
pencegahannya demam berdarah tersebut padahal Ibu Dita juga
pernah terkena demam berdarah sewaktu remaja di Surabaya. Ibu
Dita mengatakan belum pernah mendapat penyuluhan ataupun
informasi apapun dari petugas kesehatan tentang demam berdarah …
II Setelah pulang dari kampung beberapa hari kemudian anak Ibu Ida
yaitu Yolanda mulai menderita demam lalu dibawa ke bidan tetapi
bidan mengatakan hanya demam biasa, bahkan ketika Ibu Ida
menanyakan tentang “bintik-bintik merah” dikaki putrinya ibu bidan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
mengatakan “tidak apa-apa” biasa digigit nyamuk. Aku mulai
khawatir karena kakak pernah terkena demam berdarah dan tanda-
tandanya “bintik-bintik merah”. Tetapi karena kata sibidan tidak
apa-apa aku “tenang” saja, tetapi karena demam putriku terus turun
naik maka kami bawa lagi ke bidan yang lain dan setelah periksa
darah maka “positif” putriku demam berdarah lalu diopname
di Rumah sakit. Tetapi setelah sembuh dan suamiku “melapor” ke
Puskesmas tetap aja tidak ada penyuluhan atau pun informasi
tentang demam berdarah dari petugas kesehatan….
III Demam berdarah saya ketahui dari televisi dan dari bacaan tentang
demam berdarah, di mana penderita biasanya panas turun naik tanpa
sebab yang jelas dan adanya bintik-bintik merah seperti gigitan
nyamuk di tangan dan kaki. Biasanya kalau demam harus diberi
minum banyak, dikompres dan obat penurun panas. Kalau
penyuluhan dari petugas saya tidak pernah mendapatkan…..
IV Penyakit demam berdarah disebabkan oleh nyamuk aedes kalau
terkena biasanya demam tanpa sebab yang jelas dan turun naik
sebaiknya diberi minum banyak dan dikompres. Kalau mau
memastikan harus diperiksa darah ke laboratorium karena kadang-
kadang tanda bintik-bintik merah itu tidak ada….. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Narasi keluarga di atas terlihat bahwa 2 keluarga mempunyai
pengetahuan yang kurang sedangkan 2 keluarga lagi mempunyai
pengetahuan yang sudah baik bahkan mereka sudah mengetahui
tentang penanggulangan demam berdarah bila keluarga mereka
terkena demam berdarah.
4.3.4. Sanitasi Lingkungan
Narasi berikut ini menggambarkan bagaimana sanitasi lingkungan kurang
terjaga oleh keluarga:
I Kebersihan lingkungan ditempat kami tinggal ini kami lakukan
sendiri-sendiri oleh masing-masing keluarga. Kalau sempat saja
kami lakukan karena kami jarang di rumah. Ada beberapa keluarga
didepan tempat tinggal keluarga Bapak Sugi yang selalu
membersihkan lingkungannya tetapi ada keluarga yang tidak mau
membersihkan sama sekali sehingga selokan mereka mampet
seperti “orang Batak” yang jualan, sampahnya dibuang diselokan
dan malas membersihkannya. Selama Ibu Dita tinggal di Perumnas
Helvetia baru sekali kepala lingkunganya turun meminta warga
untuk bergotong royong membersihkan selokan yaitu setelah “si
Rizdin” sembuh dari demam berdarahnya dan Ibu Dita melaporkan
bahwa anaknya terkena demam berdarah…..
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
II Selokan kami ini jarang kami dibersihkan karena kebanyakan
keluarga yang tinggal di sini sibuk dan jarang di rumah. Kalaupun
mau membersihkan selokan harus keluarga masing-masing. Karena
kejadian anak saya terkena demam berdarah makanya kepala
lingkungan turun dan mengajak warga membersihkan selokan.
Padahal Ibu Ida selalu membersihkan selokan bersama ibu
mertuanya tetapi hanya selokan di belakang rumah tetapi kalau
di depan jarang…..
III Kebersihan lingkungan kami karena kami secara rutin mengadakan
gotong royong setiap hari minggu kalaupun tidak semua keluarga
yang tinggal di sini ikut tetapi kami selalu melakukannya
sehingga selokan tidak mampet dan bersih. Hanya karena kami
tinggal didekat pasar Helvetia di mana banyak pedagang yang
buang sampah sembarangan, makanya selokan dekat pasar
Helvetia itu mampet dan bila hujan maka airnya mengalir
kerumah keluarga yang berdekatan dengan pasar tersebut, padahal
kami sudah mengajukan keberatan kepada pengelola pasar
Helvetia tetapi belum juga ada tanggapan……
IV Semua keluarga di lingkungan kami selalu membersihkan selokan
rumahnya walaupun sendiri-sendiri, tetapi umumnya selokan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
kami ditutupi dengan semen sehingga susah untuk
membersihkannya. Hal itulah yang kadang-kadang membuat
selokan kurang lancar…..
Dari narasi keluarga di atas terlihat 2 keluarga tidak pernah melakukan kegiatan
gotong royong di lingkungan tempat mereka tinggal dan 2 keluarga secara rutin
melakukannya. Sanitasi lingkungan harus dijaga oleh masing-masing keluarga
karena kesibukan dari masing-masing keluarga menyebabkan mereka tidak tidak
sempat bergotong royong apalagi untuk melakukan 3M bersama-sama, padahal
3M tersebut sangat penting untuk pemberantasan demam berdarah.
4.4. Peran Petugas Kesehatan
Berikut ini narasi dari Petugas Kesehatan dan petugas penunjang demam
berdarah terhadap masyarakat yang tidak perduli akan kesehatan mereka sendiri:
I Masyarakat tidak perduli akan pentingnya kebersihan bahkan ada
masyarakat yang ketika mau diperiksa bak mandi mereka
“menolak”, setelah dipaksa ternyata memang bak mandinya tidak
pernah dibersihkan. Ketika ada ditemukan jentik di dalam bak
mandinya disuruh buang airnya juga menolak karena nanti mau
digunakan untuk mencuci kain lap dan mengepel lantai, setelah itu
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
apakah bak mandinya dikeringkan atau tidak aku tidak tahu lah
“habis” dikasih tahu pemilik rumahnya “membandel”….
II Siapa yang ingin warganya terkena demam berdarah kata pak Dodot
tetapi bila terjadi bagaimana? apa saya yang salah padahal mereka
pergi ke Tembung lalu digigit oleh nyamuk Tembung terus mereka
pulang ke Helvetia dan mereka demam selanjutnya positif demam
berdarah “nah” kalau seperti ini siapa yang salah? makanya kalau
warga saya terkena demam berdarah saya selalu tanyakan pergi
kemana mereka sebelumnya…..
Dari kedua narasi petugas terlihat bahwa peran petugas kesehatan terhadap
penanggulangan demam berdarah sudah berjalan walaupun belum maksimal, hal
ini dikarenakan kurangnya penyuluhan yang petugas berikan sehingga masyarakat
merasa bahwa yang mereka lakukan sudah benar.
Sedangkan petugas penunjang penanggulangan demam berdarah menurut
Ibu Herta sebagai Petugas Kesehatan yang bertanggung jawab terhadap
penangulangan demam berdarah bahwa Jumantik berjalan seperti narasi berikut:
I Tenaga jumantik berjalan dan pemeriksaan jentik selalu dilakukan
setiap hari Jumat dan sekalian Jumat bersih. Dan apabila ada
kasus pada suatu lingkungan maka seluruh rumah dilingkungan
warga tersebut akan diperiksa bak mandinya untuk melihat ada Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
jentik atau tidak, hal ini dilakukan bersama kepala lingkungan
wilayah setempat….
Tetapi kenyataan yang didapati di lapangan bahwa jumantik sudah tidak
berjalan lama, seperti narasi Pak Dodot sebagai Kepala Lingkungan yang juga
sebagai tenaga jumantik berikut:
II Kami para Jumantik sudah lama tidak melakukan pemeriksaan
jentik lagi sejak bulan Nopember 2008 dikarenakan tidak ada lagi
perintah dari Pemerintah daerah, selama ini kami bekerja sebagai
pemantau jentik karena ada tugas dari Bapak Walikota tetapi
sekarang tidak berjalan lagi…..
Petugas juga terlihat kurang aktif dan tidak memberikan penyuluhan
tentang pencegahan dan penanggulangan demam berdarah pada masyarakat di
wilayah kerjanya terlihat dari narasi dua keluarga yang terkena demam berdarah
ketika meraka melapor kepada Puskesmas:
I Setelah kakak melapor ke Puskesmas bahwa anak kakak terkena
demam berdarah maka datanglah petugas Puskesmas. Selanjutnya
rumah kakak diperiksa begitu juga “dua puluh” rumah yang ada
di lingkungan sekitar rumah kakak dan dikatakan oleh petugas
Puskesmas itu hanya dua rumah saja yang tidak ada jentik, lalu
sore hari sekitar jam 14.00 wib dilakukan penyemprotan tetapi Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
“herannya” hanya rumah kakak saja padahal hampir semua rumah
berjentik kata petugasnya bahkan ada yang “mau” memberikan
“uang” kalau rumah mereka disemprot juga tetapi petugasnya
menolak. Waktu dilakukan penyemprotan semua kamar dibuka
begitu juga kamar mandi tetapi mereka tidak meminta kakak untuk
menyimpan dan menutup makanan hanya inisiatif kakak sendiri
untuk menyimpan makanan. Waktu dilakukan penyemprotan
hanya penyemprotnya saja yang turun sedangkan petugas
puskesmas tidak turun lagi. Setelah dilakukan penyemprotan dan
asapnya hilang maka seluruh perabotan dapur kakak cucu kembali
seperti piring, gelas dan lain-lainnya karena kakak khawatir ada
sisa-sisa zat kimia nya menempel. Dan setelah itu petugas
kesehatan tidak pernah muncul lagi apalagi untuk memberikan
penyuluhan demam berdarah kepada kami…..
II Suami melapor ke Puskesmas bahwa anak saya terkena demam
berdarah tetapi baru dua hari kemudian petugas Puskesmasnya
turun memeriksa kerumah setelah suami saya kembali datang ke
Puskesmas dengan membawa hasil laboratorium anak saya sebagai
bukti bahwa anak saya memang benar terkena demam berdarah.
Tetapi karena saya tidak di rumah dan pulang kampung karena
meninggalnya ibu saya di mana rumah saya dalam keadaan kunci Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
maka Petugas penyemprot tidak dapat masuk kedalam rumah
sehingga yang disemprot hanya luarnya rumah saja dan selokan
seluruhnya, petugas penyemprot berjanji akan datang untuk
menyemprot kembali tetapi sampai sekarang mereka tidak pernah
datang lagi untuk menyemprot ulang apalagi untuk memberikan
penyuluhan tentang demam berdarah kapada keluarga kami….
4.5. Penanggulangan Demam Berdarah oleh Keluarga
4.5.1. Menjaga Kebersihan Rumah Tangga Dan Kamar Mandi
Narasi keluarga berikut menggambarkan penanggulangan demam
berdarah yang dilakukan dalam menjaga kebersihan kamar mandi dan wadah-
wadah penampungan air:
I Supaya jangan terkena demam berdarah lagi Ibu Dita selalu
mengawasi dan memeriksa kamar mandi dan apabila bak mandi
kelihatan air nya kotor maka ibu Dita segera meminta suami dan
keponakannya membersihkan bak mandi. Dan untuk menjaga
agar kamar mandi mereka terang dan tidak lembab maka ibu Dita
mengganti atap kamar mandinya dengan seng plastik sehingga
cahaya matahari bisa masuk ke kamar mandi, sedangkan ember-
ember penampung air selalu ditelungkupkan oleh Ibu Dita setelah
ember tidak dipakai lagi….. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
II Walaupun kami tidak pakai bak mandi tetapi sekarang kami bila
ember penampung air sudah habis airnya langsung aku
telungkupkan, pakaian yang dijemur di kamar mandi selalu aku
angkat bila sudah kering dan tidak aku biarkan pakaian sampai
bermalam dan handuk setelah dipakai dijemur diluar. Aku
khawatir sekarang “takutnya” nyamuk bersarang dipakaian lembab
itu. Kamar mandi kami pun sudah diganti atap seng nya dengan
atap plastik supaya terang….
III Kakak selalu membersihkan bak mandi bahkan bak mandinya
sengaja kakak minta kecil saja karena tidak tahan kakak melihat
bak mandi yang kotor itupun hampir setiap hari kakak bersihkan
maklum sekarang air PAM airnya selalu kotor padahal sudah
kakak buat penyaring dikran air tetapi tetap saja tidak bertahan
lama. Bak mandi selalu kakak bersihkan bahkan lebih bersih bak
mandi dari lantai kamar mandinya. Ember-ember penampung air
diwaktu air mati kakak telungkupkan supaya jangan sampai air
masuk dan lupa dibuang bisa-bisa ada jentik pula….
IV Kamar mandi beserta bak mandinya selalu kami bersihkan bersama-
sama setiap kali airnya terlihat kotor dan biasanya air sudah Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
terlihat kotor dalam dua hari padahal kami memakai PAM. Air
PAM disini sering mati karena itu selalu aku sediakan “tong air”
yang kami tutup rapat dan ember-ember yang bila sudah tidak ada
airnya kami langsung telungkupkan kembali. Kamar mandi kami
juga atap sengnya sudah kami ganti dengan tap seng plastik
sehingga matahari bisa masuk dan kamar mandi terang serta tidak
lembab….
Dari keempat keluarga di atas terlihat bahwa telah ada upaya pencegahan demam
berdarah yang dilakukan oleh keluarga sehingga mereka dapat mencegah
terjadinya demam berdarah di keluarga mereka.
4.5.2. Mengantisipasi Ketersediaan Air
Selama ini yang menjadi masalah yang cukup “rumit” di Perumnas
Helvetia adalah ketersediaan air yang cukup, sehingga banyak warga atau
keluarga menyediakan tempat penampungan air seperti tong air dan ember-ember
yang banyak di kamar mandinya sehingga dapat menjadi tempat perindukan
jentik. Hal ini terlihat dari narasi keluarga berikut:
I Air selalu mati sehingga kami sangat kesulitan untuk memperoleh
air tetapi untuk menyimpan air di “tong” tidak kami lakukan
karena takut kalau tidak langsung habis airnya bisa-bisa jadi
tempat jentik nyamuk. Untuk mengantisipasi agar air tetap cukup
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
maka saya bangun pagi untuk mencuci pakaian dan
membereskan rumah serta membersihkan kamar mandi beserta
bak mandinya disore hari sehingga air ada….
II Air selalu mati jadi harus berhemat dan supaya tidak harus
menampung air dengan banyak wadah maka disimpan dalam
tong besar dan ditutup rapat dan seminggu sekali “tong air”
dikuras airnya dan dibersihkan…
III Supaya air tetap ada maka aku selalu berusaha untuk menampung
air diwaktu air hidup, biasanya memakai ember dan tong air.
Kalau membersihkan kamar mandi dan bak mandi selalu aku
lakukan bila kotor dan airnya mulai “jorok”. Bak mandinya
dikuras dan airnya dibuang setiap 3 hari sekali atau paling lama
seminggu sekali supaya tidak ada jentik-jentik nyamuk….
IV Kami selalu menampung air di tong air karena PAM sering mati.
Walaupun kami menampung air aku selalu membersihkan tong
air dan mengeringkannya bila tidak kami pakai……
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Dengan banyaknya wadah tempat penampungan air tersebut dikhawatirkan akan
menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk aedes tetapi bila setiap keluarga tetap
menbersihkan secara teratur dan menutup tempat penampungan air tersebut maka
dapat dicegah terjadinya perkembangbiakan nyamuk tersebut.
4.5.3. Menjaga Kebersihan Sanitasi Lingkungan
Berikut narasi bagimana sanitasi lingkungan dan pembuangan sampah
padat yang dilakukan keluarga sehingga penyakit demam berdarah tidak terjadi:
I Sampah keluarga saya kata ibu Dita, selalu diangkut oleh
pengangkut sampah, sedangkan sampah yang kering seperti
botol bekas, plastik bekas ataupun ember bekas selalu saya
kumpulkan saya periksa dulu ada atau tidak air di dalamnya
kalau tidak saya satukan didalam “kotak” dan saya susun rapi
di dalam gudang setelah terkumpul banyak barulah saya jual ke
tukang “Botot”, sedangkan sampah-sampah yang menyumbat
selokan seperti bungkus plastik, minuman dan jajanan anak-
anak dalam “cup” yang bisa menampung air dan dibuang
sembarangan kedalam selokan selalu saya angkut dan masukkan
ke dalam tempat sampah….
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
II Kalau sampah saya selalu dibuang ditempat sampah dan diangkut
pengangkut sampah, tetapi kalau sampah yang bisa saya jual
selalu saya pisahkan dengan sampah biasa dan saya kumpulkan
didalam “karung” supaya tidak berserakan dipermainkan anak-
anak saya setelah banyak baru saya jual ke tukang “botot”.
Selokan kami memamg selalu penuh dengan sampah karena
banyak yang jualan tetapi saya meminta mereka membersihkan
selokan setelah mereka selesai berjualan dan memasukkan
sampah tersebut ke tempat sampah….
III Sampah kakak selalu diangkut tukang sampah tetapi hanya yang
bisa membusuk aja seperti sisa sayuran dan nasi sedangkan kalau
sampah-sampah yang bisa kakak bakar akan kakak bakar untuk
kakak jadikan kompos dan menurut kakak tanah bekas sampah
yang dibakar tersebut membuat tanaman bunga kakak subur
kalau tanah yang dibeli kurang bagus menurut kakak. Kalau
sampah kaleng, botol bekas dan ember bekas ataupun sampah
yang laku dijual selalu kakak kumpulkan ke dalam karung
disimpan rapi jangan sampai diganggu anak-anak lalu setelah
banyak kakak jual ke “botot”….
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
IV Bapak Sitorus selalu membuang sampah rumah tangga mereka ke
tempat sampah dan kemudian akan diangkut oleh pengangkut
sampah, bila ada sampah yang bisa mereka manfaatkan seperti
sampah kering (botol, ember-ember bekas dan plastik) akan
mereka kumpulkan lalu mereka jual. Keluarga Bapak Naigolan
juga selalu menjaga kebersihan lingkungan mereka seperti
selokan mereka dari sampah yang bisa menampung air sehingga
selokan depan rumah mereka selalu bersih….
Dari narasi keempat keluarga tersebut dapat terlihat bahwa pengelolan sanitasi
lingkungan dan sampah yang baik dapat memberikan manfaat yang sangat besar
selain terhindar dari penyakit demam berdarah juga menghasilkan pemasukan
bagi keluarga yaitu dengan mengumpulkan sampah yang laku dijual.
4.6. Perlindungan Keluarga terhadap DBD
a. Menggunakan Pakaian Pelindung
Berikut narasi bagaimana keluarga melindungi anggota keluarganya dari
gigitan nyamuk demam berdarah:
I Kalau tidak sekolah si Rizdin dan aku bepergian ke “Binjai” selalu
aku pakaikan Rizdin celana panjang dan baju panjang tangan
karena takut nanti Rizdin nya di gigit nyamuk…..
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
II Setiap bepergian ke tempat saudara saya selalu memberi pakaian
kepada anak-anak saya dengan pakaian tangan panjang dan celana
panjang dan sedikit besar dan tebal supaya kalau nyamuk mau
menggigit terhalang pakaian yang dipakai anak saya….
III Biasanya kalau bepergian aja aku pakaikan anak-anak pakaian
yang agak tebal dan tertutup, karena takut juga mereka digigit
nyamuk tapi tidak selalu karena anak-anak malas pakai pakaian
yang seperti itu…..
IV Karena anakku masih sangat kecil maka aku sangat khawatir
anakku digigit nyamuk, makanya selalu aku pakaikan pakaian
yang tebal dan menutupi seluruh badannya kecuali di rumah
karena anakku suka rewel kalau kepanasan….
Narasi di atas terlihat bahwa keempat keluarga tersebut berupaya agar
anak-anak mereka memakai pakaian yang tebal dan longgar serta menutup
seluruh badan ketika berpergian ketempat-tempat yang belum pernah mereka
datangi ataupun daerah yang mereka takuti banyak nyamuk.
b. Menggunakan Obat Anti Nyamuk dan Kelambu
Narasi berikut menggambarkan keluarga yang menggunakan obat nyamuk
baik bakar maupun elektrik serta Kelambu: Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
I Kalau aku tidak suka dengan obat nyamuk bakar karena khawatir
dengan asapnya kasihan pula anakku nanti “sesak nafas” pula
dan kalau obat anti nyamuk oles seperti “autan” juga takut
karena belum tahu akan efek sampingnya, jadi kami biasa pakai
obat nyamuk “hit” elektrik karena aku rasa lebih aman….
II Kalau keluarga kakak selalu pakai obat nyamuk bakar karena
“murah” dan gampang memperolehnya kalau kakak pakai obat
nyamuk semprot anak-anak tidak tahan bau dari obat nyamuk
semprot tersebut tetapi kalau pakai obat nyamuk bakar anak-anak
bisa tidur hanya supaya asapnya jangan sampai terhirup anak-
anak diletakkan saja obat nyamuk bakarnya sedikit agak jauh dan
disudut ruangan atau kamar…..
III Saya takut sekali kalau anak saya kembali terkena demam
berdarah, sehingga anak-anak saya biarkan bermain didalam
kelambu bahkan ketika makan juga mereka di dalam kelambu.
Saya tidak membiarkan anak-anak saya bermain di luar kecuali
mereka jajan di sebelah itupun tidak saya biarkan mereka lama
diluar. Saya menggunakan kelambu ini karena keluarga saya
tidak tahan dengan obat nyamuk bakar, semprot dan obat
nyamuk lainnya. karena saya belum tahu efek dari pakai obat Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
nyamuk tersebut lagian semuanya mengandung zat kimia. Kalau
pakai kelambu saya merasa lebih aman untuk anak-anak hanya
kelihatan berserakan rumah karena ada kelambu ini….
IV Aku lebih suka pakai obat nyamuk semprot karena bisa aku pakai
sampai sebulan dan hemat. Kalau di televisi dikatakan bahwa
obat nyamuk semprot sisa-sisa aerosol bisa nempel di bantal atau
di mana-mana maka selalu aku semprot satu jam sebelum tidur
lalu aku kibas-kibas dulu bantal dan “seprei” sehingga yang sisa-
sisa zat kimia yang tertinggal bisa “hilang” setelah itu aku sapu
kembali ruangan yang disemprot baru aku tidur begitu juga kalau
aku seprot obat nyamuk siang hari supaya jangan terhirup oleh
anakku….
Dari narasi keluarga di atas terlihat bahwa keluarga biasa keluarga untuk
mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan obat anti nyamuk baik bakar,
elektrik maupun semprot, tetapi ternyata ada keluarga yang memang
menggunakan kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk demam berdarah di siang
hari.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
4.7. Penanggulangan Demam Berdarah oleh Pemerintah
a. Pencegahan
Narasi berikut menggambarkan bagaimana petugas Puskesmas turun ke
warga untuk melakukan pemeriksaan jentik:
I Seluruh petugas Puskesmas secara kontinu melaksanakan
pemeriksaan jentik setiap hari Jumat. Puskesmas Helvetia
memiliki 7 wilayah kerja dan kami membaginya menjadi empat
kelompok dan setiap Jumat secara bergiliran kelompok tersebut
mengadakan PSN kepada warga di wilayah kerja puskesmas …..
II Kami sekarang tidak pernah melakukan pemeriksaan jentik lagi
tetapi setahu kami petugas Puskesmaslah yang sekarang turun
melakukannya setiap hari Jumat melakukan pemeriksaan jentik
ke rumah-rumah warga…
Dari narasi di atas memang untuk pemeriksaan jentik sudah dilakukan oleh
petugas Puskesmas tetapi belum merata mereka lakukan karena keterbatasan
tenaga dan waktu. Sudah seharusnya petugas pemantau jentik ini diaktifkan
kembali dan diberikan insentif yang memadai sehingga mereka bisa bekerja
maksimal.
Pemberantasan sarang nyamuk walaupun dikatakan oleh petugas telah
dilakukan melalui Jumat bersih tetapi kenyataannya yang dilakukan hanyalah Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
sebatas pemeriksaan jentik bukan kegiatan bergotong royang dengan melakukan
kegiatan 3M yaitu menguras bak mandi, menutup wadah-wadah penampungan
air, dan mengubur barang-barang tidak terpakai dan dapat menampung air.
b. Penemuan, Pertolongan dan Pelaporan
Berikut narasi petugas kesehatan yang bertanggung jawab terhadap
penanggulangan demam berdarah:
I Apabila ada masyarakat yang berobat ke Puskesmas dan terindikasi
penyakit demam berdarah maka diberikan pengobatan yaitu
pemberian obat penurun panas, dan apabila harus dirujuk ke rumah
sakit maka dirujuklah penderita ke rumah sakit. Tetapi bila ada
laporan dari Lurah bahwa ada warga mereka yang terkena demam
berdarah maka kakak lihat hasil laboratoriumnya benar atau tidak
terkena demam berdarah dari hasil trobositnya yang menurun,lalu
kalau laporannya diterima pagi maka kakak akan langsung
menjumpai kepala lingkungannya dan bersama kepala lingkungan
kakak akan turun kerumah penderita demam berdarah tersebut
setelah itu kakak melakukan penyelidikan epidemiologi seperti
menanyakan kapan sakitnya, sejak kapan terkenanya dan
bepergian kemana. Setelah dilakukan PE tersebut maka dilakukan
fogging ke rumah warga yang terkena demam berdarah tersebut
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
selanjutnya maka dibuatlah laporan langsung ke Dinas Kesehatan
Kota tentang penderita demam berdarah serta foggingnya….
II Kalau ada warga yang terkena demam berdarah maka saya langsung
melapor ke Puskesmas dan selanjutnya bersama petugas Puskesmas
kami turun melihat rumah dan penderita demam berdarah, dan
biasanya kami memeriksa bak mandinya ada tidak jentik begitu
juga tempat-tempat yang ada mengandung air bersih seperti tempat
penampung air Dispenser, selanjutnya petugas kesehatanlah yang
bekerja yaitu untuk fogging…..
Dari narasi di atas petugas kesehatan hanya menunggu laporan dari kelurahan
ataupun ada penderita demam berdarah yang datang ke Puskesmas, petugas tidak
pernah menjemput bola sehingga kejadian demam berdarah dapat diantisipasi
secara dini.
c. Pengamatan Penyakit dan Penyelidikan Epidemiologi
Berikut merupakan narasi dari petugas kesehatan yang menjadi penanggung
jawab program penanggulangan demam berdarah tentang pengamatan dan
penyelidikan epidemiologi yang dilakukannya:
I Bila ada masyarakat yang menderita penyakit demam berdarah
maka saya turun kelapangan untuk melakukan penyelidikan
Epidemiologi serta melakukan pengamatan kepada seluruh warga Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
yang ada di lingkungan tersebut ada tidak yang sebelumnya
terkena demam berdarah dan pemeriksaan jentik ke seluruh
rumah warga…..
Dari narasi petugas kesehatan tersebut dapat dilihat bahwa pengamatan penyakit
demam berdarah baru dilakukan apabila ada masyarakat yang terkena demam
berdarah saja kalau tidak maka petugas kesehatan tidak turun. Sedangkan
penyelidikan Epidemiologi memang dilakukan setelah ada masalah untuk melihat
perjalanan penyakit demam berdarah tersebut dan apa penyebabnya.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1. Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti oleh Keluarga
5.1.1. Cara Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti
Seperti influenza atau penyakit infeksi lain, infeksi virus dengue dapat
berulang, mungkin seseorang bisa mengalami infeksi virus dengue dua, tiga, atau
empat kali. Virus dengue dapat menyerang siapapun melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti sebagai vektornya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan
segala upaya untuk menghindari demam berdarah berulang.
Ada dua faktor yang menyebabkan seseorang dapat tertular demam berdarah,
termasuk orang yang pernah mengalami sakit demam berdarah. Dua faktor ini
sangat menentukan seseorang akan terkena DBD atau tidak, terutama saat
penyakit DBD meningkat. Dua faktor tersebut adalah faktor ekternal dan internal.
Faktor eksternal meliputi ketahanan tubuh atau stamina seseorang. Jika kita
mampu menjaga kondisi badan tetap bugar, kemungkinan kecil untuk terkena
demam berdarah. Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar tubuh
manusia. Faktor ini tidak mudah dikontrol karena melibatkan lingkungan dan
perilaku orang-orang disekitar kita. Oleh karena itu, untuk menghindarinya perlu
usaha yang lebih keras (Satari, 2004).
Penyakit DBD menjadi masalah kesehatan masyarakat karena jumlah
penderitanya tinggi dan penyebarannya yang makin luas, terutama di musim Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
penghujan. Sejumlah pakar kesehatan setuju bahwa kondisi ini juga dipengaruhi
oleh budaya masyarakat yang senang menampung air untuk keperluan rumah
tangga dan kebersihan dirinya. Hal ini menjadi faktor eksternal yang
memudahkan seseorang menderita DBD. Masyarakat kita lebih senang mandi
dengan menampung air dahulu ke dalam bak mandi daripada menggunakan
shower. Padahal kondisi ini memberikan kesempatan pada nyamuk Aedes
aegypti untuk hidup dan berkembang (Satari, 2004).
Hal tersebut sesuai dengan yang ditemukan di masyarakat Perumnas
Helvetia yang menampung air dengan wadah penampung air yaitu tong walaupun
hal tersebut terpaksa mereka lakukan karena keterbatasan air bersih seperti narasi
keluarga berikut: “Maklumlah perumnas Helvetia sering mati air, sehingga untuk
mandi, mencuci dan kakus harus ditampung dalam “tong” dan ember-ember”.
Nyamuk ini sangat senang berkembang biak ditempat penampungan air
karena tempat itu tidak terkena sinar matahari langsung. Nyamuk ini tidak dapat
hidup dan berkembang biak di daerah yang berhubungan langsung dengan tanah.
Dan dari berbagai tempat berkembang biak, bak mandi merupakan tempat
penampungan air yang paling banyak mengandung larva Aedes aegypti. Hal ini
dikarenakan kamar mandi masyarakat kita umumnya lembab, kurang sinar
matahari dan sanitasi atau kebersihannya kurang terjaga.
Nyamuk Aedes lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap, lembab,
tepat bersembunyi di dalam rumah atau bagunan, termasuk tempat tidur, kloset,
kamar mandi dan dapur. Walaupun jarang, juga ditemukan di luar rumah Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
ditanaman atau tempat berlindung lainnya, tempat beristirahat di dalam rumah
adalah di bawah perabotan, benda-benda yang digantung seperti baju dan tirai dan
dinding.
Keluarga memegang peranan penting dalam menjaga kebersihan rumah,
apabila keluarga selalu menjaga kebersihan rumahnya maka nyamuk penyebab
demam berdarah tidak dapat berkembang biak dikarenakan sifat dari nyamuk
demam berdarah sendiri yang sangat senang hidup dan berkembang biak ditempat
yang lembab dan bersih. Selama ini kita terlalu banyak berharap kepada
Pemerintah agar dapat mencegah penyebaran demam berdarah padahal hal
tersebut dapat dicegah oleh keluarga melalui kebersihan rumah dan lingkungan
(Anonim, 2007).
Kebersihan di dalam rumah bukan hanya dalam menjaga rumah tersebut
bersih tetapi juga dari semua hal yang dapat menjadi peristirahatan nyamuk
seperti baju yang bergantungan dan kurangnya ventilasi sehingga rumah lembab.
Biasanya kebersihan di dalam rumah terdiri dari membersihkan rumah secara
teratur setiap hari dan menjaga kebersihan rumah lainnya yaitu antara lain kamar
mandi.
Adapun cara membersihkan bak mandi yaitu secara berkala keluarga
melakukan pengurasan dan pembersihan dinding dalamnya, lalu taburi air dengan
larvasida untuk membunuh jentik-jentik yang ada, serta bila rumah akan
ditinggalkan untuk beberapa hari maka bak mandi harus dikosongkan/keringkan.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Mungkin hampir setiap rumah di Indonesia memiliki tempat
penampungan air. Itu artinya di setiap rumah jentik Aedes aegypti dapat
berkembang biak. Oleh karena itu, gerakan memberantas nyamuk harus dilakukan
pada setiap keluarga di rumahnya. Kegiatan ini harus dilakukan secara serempak
mengingat nyamuk ini mempunyai kemampuan terbang yang cukup jauh dengan
radius 100-200 meter. Jadi, jika anda sudah membersihkan seluruh rumah, bukan
tidak mungkin salah satu keluarga kita atau bahkan kita sendiri tetap tertular
DBD.
Penelitian Satari (2004), menunjukkan di daerah dengan persediaan air tanpa
pipa atau PAM, perkembangan nyamuk Aedes aegypti-nya lebih tinggi karena
penampungan air lebih banyak dibandingkan di daerah yang sudah tersedia air
dengan saluran pipa. Hal ini tidak sejalan dengan hasil pengamatan saya karena
walaupun masyarakat Perumnas Helvetia menggunakan PAM tetap saja
masyarakatnya terkena demam berdarah.
Apabila aliran sumber air tidak memadai dan hanya tersedia pada jam-jam
tertentu atau sedikit, maka harus diperhatikan kondisi penyimpanan air pada
berbagai jenis wadah karena hal tersebut dapat meningkatkan perkembangan
Aedes. Kebanyakan wadah tersebut besar dan berat (seperti tangki penyimpanan
air) dan sulit untuk dikeringkan atau dibersihkan, bahkan sumur bersih apabila
tidak dimanfaatkan juga bisa menjadi tempat kembang biak nyamuk. Sangat
penting tersedianya air minum dalam jumlah yang cukup, berkualitas baik dan
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
terus menerus untuk mengurangi kemungkinan penyimpanan air dalam wadah
yang dapat berfungsi sebagai tempat perindukan jentik (Depkes RI, 2007).
Sumber utama perkembangbiakan Ae. aegypti sebagian besar adalah
wadah-wadah penampungan air untuk keperluan rumah tangga, termasuk wadah
dari keramik, tanah liat dan bak semen yang berkapasitas besar. Wadah
penampungan harus ditutup dengan penutup yang rapat atau kasa. Setelah
menggunakan air harus dijaga agar wadah tertutup kembali (Depkes RI, 2003).
Dari hasil penelitian yang saya lakukan maka di Perumnas Helvetia dari
empat keluarga tersebut yang diamati seluruhnya melakukan penampungan air
untuk kebutuhan sehari-hari. Sudah seharusnya keluarga dalam mengantisipasi
ketersediaan air tersebut dengan menggunakan wadah penampungan air yang
tertutup dan terjaga baik. Walaupun menggunakan tong yang besar untuk
menampung air karena keterbatasan air tetapi selama tong penampung air tersebut
tertutup rapat dan bila selesai mengambil air lalu tong tersebut ditutup kembali
serta membersihkan dan membuang air sisa yang ada di dalam tong secara
berkala dan menyikat tong penampung air tersebut maka jentik demam berdarah
tidak akan ada di dalamnya.
5.1.2. Sanitasi Lingkungan
Menurut Depkes (2003), kebersihan lingkungan dari media seperti kaleng,
ban bekas, plastik, tempurung dan lain-lain merupakan aspek lingkungan yang
mempengaruhi terjadinya DBD.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Sanitasi lingkungan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh keluarga
dan warga, sanitasi lingkungan biasanya dilakukan secara bergotong royong oleh
seluruh warga di lingkungan tersebut, tetapi tidak semua warga yang merasa
bertanggung jawab akan keadaan sanitasi lingkungannya apalagi yang tinggal di
perumahan. Warga baru mau bergotong royong apabila kepala lingkungan mereka
aktif dan mau bersama-sama warga bergotong royong. Kepala lingkungan sebagai
tokoh masyarakat seharusnya berperan aktif tetapi hal tersebut sangat jarang
sekarang ini.
Sanitasi lingkungan yaitu bagaimana menjaga kebersihan lingkungan
di sekitar keluarga. Selama ini kejadian yang terjadi di masyarakat mereka kurang
sadar akan pentingnya sanitasi lingkungan. Masyarakat hanya mau membersihkan
lingkungan di rumah mereka saja. Masyarakat tidak sadar bahwa nyamuk Aedes
aegypti bisa terbang dalam radius sampai 100 meter, jadi bukan mereka saja yang
bisa terkena tetapi tetangga mereka juga bisa terkena.
Menurut Soegijanto (2004), dari semua pengendalian nyamuk Aedes
seperti pengendalian kimiawi tetap saja yang paling penting dari semua itu adalah
menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau memperhatikan
kebersihan lingkungannya dan memahami tentang mekanisme penularan penyakit
DBD sehingga dapat berperan aktif menanggulangi penyakit DBD.
Sejalan dengan hal di atas maka kepala lingkungan dianggap sebagai
orang yang sangat dekat dengan masyarakat dan merupakan perpanjangan dari
Pemerintah. Selama ini masyarakat merasa bahwa kepala lingkungan merekalah Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
yang harusnya berperan serta aktif untuk mengajak warganya membersihkan dan
menjaga sanitasi lingkungan. Kepala lingkungan sudah seharusnya tanggap akan
situasi yang ada pada warganya apalagi warga merasa mereka yang mengangkat
kepala lingkungan melalui musyawarah bersama.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahidin (2003) dan Kusdi (2003),
menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor keadaan
lingkungan berupa kebersihan halaman rumah dari sampah yang dapat
menampung air seperti botol bekas, tempurung dan lain-lain.
Hal tersebut berlawanan dengan yang peneliti dapatkan karena sampah
juga dapat menimbulkan DBD bila sampah tersebut dibiarkan berserakan dan
tanpa memeriksa ada tidak air di dalamnya serta menempatkan sampah tersebut
dengan baik, keluarga hanya membuang sampah yang tidak berguna seperti
sampah sayuran, sisa nasi, dan sampah belanjaan seperti bekas kantongan dan
sampah kertas, tetapi sampah seperti kaleng bekas cat, botol plastik, botol kaca
dan benda-benda yang bisa mereka jual selalu mereka simpan padahal bila benda-
benda tersebut tidak disimpan dengan benar dan benar-benar bersih dari air maka
akan menyebabkan demam berdarah karena jentik nyamuk bisa tinggal ditempat
tersebut.
Menurut Satari H (2004), penanggulangan demam berdarah pada keluarga
sampai saat ini masih belum berjalan dengan baik, penyakit demam berdarah
terus saja terjadi dikarenakan kurangnya kesadaran untuk menjaga lingkungan
oleh keluarga. Penderita demam berdarah menjadi sangat tinggi dan menyebar Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
sangat luas biasanya pada musim penghujan. Kondisi ini dipengaruhi oleh budaya
masyarakat yang senang menampung air untuk keperluan rumah tangga dan
kebersihan dirinya.
Pemberantasan nyamuk demam berdarah yang paling efektif adalah
dengan tindakan PSN sehingga tempat-tempat perindukan dan peristirahatan
nyamuk dapat dihilangkan.
Menjaga lingkungan sekitar menjadi prioritas agar kasus DBD tidak
terjadi lagi. Memang, tidak mudah karena usaha ini membutuhkan kerjasama. Jika
mau bergerak sendiri akan sulit. Oleh karena itu, sebaiknya meminta aparat
setempat memberikan himbauan atau gerakan langsung mengajak masyarakat
untuk melakukan aksi 3 M.
Sampah merupakan masalah bagi setiap keluarga, apalagi masyarakat kita
masih mempunyi sifat “sayang” membuang “masih” bisa dipakai, padahal
sampah merupakan sumber penyakit bila tidak dibuang pada tempatnya dan
dengan benar.
Masyarakat yang tinggal diperumahan biasanya tidak terlalu pusing
dengan sampah karena “biasanya” selalu diangkut oleh pengangkut sampah tetapi
kalau pengangkut sampahnya selalu tepat waktu mengangkut sampah, ketika hal
tersebut tidak terjadi maka sampah akan bertumpuk di pekarangan dan
menimbulkan masalah.
Sampah padat, kering seperti kaleng, botol, ember atau sejenisnya yang
tersebar di sekitar rumah harus dipindahkan dan dikubur di dalam tanah atau Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
sebelum dimusnahkan harus disimpan secara baik. Perlengkapan rumah tangga
harus disimpan terbalik seperti mangkok, ember dan alat penyiram tanaman
sehingga tidak menampung air hujan. Sedangkan botol, kaca, kaleng dan wadah
kecil lainnya harus dikubur di dalam tanah atau dihancurkan dan didaur ulang
untuk keperluan industri (Depkes RI, 2004).
Pembuangan sampah padat di Perumnas Helvetia tidak dapat dilakukan
dengan cara mengubur/menanam karena keterbatasan lahan dari warga
masyarakat Perumnas sehingga pencegahan yang mereka lakukan hanya
menguras bak mandi dan kontainer lain yang mengandung air, menutup wadah
penampung air dan penyimpanan air lainnya serta telungkupkan wadah-wadah
yang tidak terpakai serta dapat menyimpan air.
5.1.3. Pengetahuan Keluarga
Penelitian yang dilakukan Paiman (2000), menjelaskan bahwa penderita DBD
umumnya mempunyai pengetahuan yang kurang, sehingga berdampak terhadap
upaya pencegahan dan penanggulangan DBD. Pengetahuan yang kurang
merupakan salah satu faktor resiko terhadap kejadian DBD. Masyarakat dengan
tingkat pengetahuan tinggi cenderung lebih memahami dan mengerti dalam
menjaga kesehatan dirinya dan anggota keluarganya, apabila mengenai penyakit
menular seperti DBD.
Sesuai dengan penelitian di atas, didapati bahwa dari keluarga yang
terkena demam berdarah, setelah ditanyakan kepada keluarga tersebut ternyata
keluarga mengetahui dan mengenal demam berdarah selama ini hanya dari Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
“televisi”, tetapi begaimana tanda/gejala, cara penularan dan pencegahan penyakit
demam berdarah tidak mereka ketahui secara jelas. Pengetahuan mereka dapatkan
selain dari televisi biasanya dari “mulut ke mulut” melalui tetangga ataupun
saudara mereka yang pernah terkena demam berdarah serta pengalaman pribadi.
Tetapi kalau pengetahuan yang diberikan oleh petugas kesehatan sangatlah jarang
bahkan tidak pernah mereka dapatkan.
Dari dua keluarga yaitu keluarga Ibu Dita dan Ibu Ida dalam mengobati
demam berdarah hanya secara naluriah sebagai seorang ibu yang anaknya
mengalami sakit dengan membawa anak mereka berobat tanpa pengetahuan yang
cukup sehingga kemungkinan untuk terulang kembali demam berdarah kepada
keluarga mereka sangat besar, karena demam berdarah bisa menular keanggota
keluarga yang lain bila mereka tidak tahu akan penyebab demam berdarah dan
gejala-gejalanya.
Pengetahuan yang kurang dan sikap ibu yang tidak mau tahu akan pentingnya
penanggulangan demam berdarah juga menjadi kendala yang sangat besar
dikarenakan mereka ketidak mau tahuan keluarga akan pentingnya 3 M, bukan
kalau telah di fogging mereka sudah dapat terhindar dari demam berdarah.
Sedangkan dua keluarga yang tidak terkena demam berdarah yaitu
keluarga Bapak Sitorus dan Bapak Nainggolan didapati bahwa pengetahuan
mereka sudah baik terhadap penanggulangan demam berdarah bahkan mereka
telah mengetahui bagaimana cara pencegahan demam berdarah tersebut sehingga
keluarga mereka tidak terkena demam berdarah. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
5.2. Peran Petugas
5.2.1. Tanggung Jawab Petugas
Petugas kesehatan dalam penanggulangan DBD mempunyai tanggung jawab
yaitu melakukan kunjungan rumah dalam hal ini untuk melakukan penyuluhan
kepada masyarakat yaitu keluarga agar mereka mengerti dan melaksanakan
penanggulangan DBD, melakukan pemeriksaan jentik di rumah-rumah
masyarakat, menggerakkan dan mengawasi pemberantasan sarang nyamuk serta
membuat laporan hasil pemeriksaan jentik serta melaporkannya setiap bulan
(Depkes RI, 2006).
Dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010
diakui oleh Departemen Kesehatan bahwa kelemahan pembangunan kesehatan
dari sudut tenaga adalah yang menyangkut penyebaran yang belum merata, mutu
pendidikan yang belum memadai, komposisi tenaga kesehatan yang timpang
(Depkes RI, 1999).
Hal tersebut sesuai dengan yang peneliti dapati di lapangan di mana tenaga
kesehatan program penanggulangan DBD hanya satu orang dengan pendidikan
DIII keperawatan dengan luas wilayah kerja yang sangat luas yaitu 7 wilayah,
dengan minim pengetahuan dan pengalaman serta sering berganti-ganti petugas
penanggung jawab sehingga kinerja petugas kesehatan tersebut kurang.
Petugas kesehatan selama ini merasa bahwa tugas mereka bukan hanya
untuk mengontrol masyarakat agar mau menjaga keluarga mereka terhadap
demam berdarah. Petugas merasa bahwa masyarakat lah yang tidak aktif dan Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
sangat pasif, karena selama masyarakat merasa bahwa “fogginglah” yang paling
penting dalam pencegahan demam berdarah maka demam berdarah akan terus
terjadi, padahal fogging hanya membunuh nyamuk dewasa tetapi tidak
membunuh jentik-jentik nyamuk jadi semua harus “berpulang” ke masyarakat
kembali untuk menjaga rumah dan lingkungannya sehingga tidak menjadi tempat
perindukan nyamuk demam berdarah.
Petugas dalam menjalankan tanggung jawabnya sudah seharusnya
melakukan kunjungan rumah untuk melakukan penyuluhan tentang
pemberantasan demam berdarah kepada keluarga tetapi pada kenyataannya hal itu
tidak mereka lakukan, hanya ketika terjadi kasus demam berdarah saja mereka
melakukan kunjungan rumah hal itu pun dikarenakan harus melakukan
penyelidikan Epidemiologi.
Selain melakukan kunjungan rumah petugas kesehatan juga melakukan
pemeriksaan jentik berkala ke rumah-rumah masyarakat yang dilakukan secara
rutin yaitu pada waktu yang telah ditetapkan bersama. Ibu Herta selaku petugas
penanggung jawab penanggulangan demam berdarah di Puskesmas Helvetia
mengatakan, mereka secara rutin melakukan pemeriksaan jentik pada hari Jumat,
di mana dikerahkan seluruh petugas yang ada di Puskesmas dan dijadwalkan
secara terperinci kapan saja mereka turun melakukan melakukan pemeriksaan
jentik tersebut karena mereka dibagi sebanyak empat kelompok di seluruh
wilayah kerja Puskesmas.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Selain itu petugas kesehatan juga merupakan penggerak dan pengawas
dalam pemberantasan sarang nyamuk tetapi melihat kenyataan di lapangan di
mana petugas penanggung jawab penanggulangan demam berdarah hanya satu
orang saja maka hal tersebut sulit dilakukan. Di mana seharusnya petugas
kesehatan mengawasi dan mengajak masyarakat agar mau melakukan PSN secara
serentak dan mengingat wilayah kerja Puskesmas Helvetia yang sangat luas
dengan 7 wilayah kerja maka petugas sangat kewalahan untuk melakukannya.
Petugas kesehatan dalam hal ini penanggung jawab program
penanggulangan demam berdarah setiap melakukan pemeriksaan jentik yaitu
setiap hari Jumat membuat catatan atau hasil rekapan pemeriksaan jentik, tetapi
dari hasil yang saya lihat sewaktu saya mengikuti pemeriksaan jentik yang
mereka lakukan rekap itu hanya sekedar catatan berapa jumlah rumah yang
diperiksa dan itu dicatat hanya pada selembar kertas bukan pada kertas rekapan
tetap dan nama pemilik rumah tidak dicatat secara lengkap.
Setiap selesai melakukan pemeriksaan jentik maka hasil catatan
pemeriksaan itu lalu diserahkan kepada petugas penanggulangan DBD lalu si
petugas tersebutlah yang merekap hasil pemeriksaan jentik tersebut lalu
dilaporkanlah kepada Kepala Puskesmas.
5.2.2. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan di Puskesmas Helvetia tidak berjalan di mana seharusnya
hal ini dilakukan mengingat angka kejadian demam berdarah yang tinggi
di Puskesmas Helvetia. Promosi kesehatan sangat penting dilakukan sehingga Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
masyarakat tergugah untuk mengubah perilaku mereka dari yang tidak baik
menjadi perilaku yang baik.
Petugas kesehatan penanggung jawab program penanggulangan DBD
di Puskesmas Helvetia bahkan tidak tahu apa itu promosi kesehatan atau apa saja
yang dilakukan dalam melakukan promosi kesehatan, bahkan ketika ditanya hal
yang paling sederhana tentang penyuluhan apa saja yang mereka lakukan
sepertinya petugas tersebut juga kurang mengerti.
Promosi kesehatan yang mereka lakukan hanya sekedar himbauan kepada
keluarga agar melakukan 3 M tanpa menunjukkan dan mempraktekkan apa-apa
saja 3M tersebut. Bahkan brosur dan leafleat Puskesmas Helvetia mengenai DBD
tidak ada, padahal itu sangatlah banyak di Dinas Kesehatan tinggal bagaimana
cara mereka untuk bisa memperoleh dan membagi-bagikan kepada masyarakat
yang datang ke Puskesmas Helvetia.
Promosi kesehatan yang mereka akui hanya pada waktu “Gerakan Bulan
DBD” berupa pergerakkan yang dilakukan Pemerintah melalui Dinas Kesehatan
dengan pemberian tas dan kaos yang bertuliskan pencegahan demam berdarah
kepada anak-anak SD dan hal tersebut telah sangat lama tidak ada lagi.
Promosi kesehatan dengan melakukan penyuluhan sangat penting dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat. Hal tersebut merupakan proses jangka
panjang untuk mencapai perubahan perilaku manusia, yang harus dilaksanakan
secara berkelanjutan. Penuluhan kesehatan dinilai cukup efektif untuk daerah-
daerah endemis dan beresiko terjangkitnya DBD (Depkes RI, 2003). Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Penyuluhan kesehatan dilakukan melalui berbagai saluran komunikasi
personal meliputi kegiatan pendidikan kelompok dan berbagai media massa
seperti televisi, Koran dan majalah.
5.2.3. Pemberantasan Sarang Nyamuk
Dari hasil pengamatan saya petugas kesehatan melakukan kegiatan PSN
setiap hari Jumat sudah dilaksanakan dengan baik tetapi karena setiap melakukan
yang “kata mereka” adalah PSN tetapi kenyataannya hanyalah pemeriksaan
“jentik”
di dalam rumah dikarenakan pelaksanaan“PSN” tersebut dilakukan pada wilayah
kerja Puskesmas yang didapati penderita demam berdarah. Ketika petugas
Puskesmas ditanya mengapa hanya di wilayah atau lingkungan yang terkena
kasus demam berdarah saja yang dilakukan Jumat bersih “kata” petugas
Puskesmas karena luasnya wilayah kerja Puskesmas.
PSN sebenarnya bagaimana mengajak masyarakat agar turut serta dalam
pemberantasan sarang nyamuk dengan bergotong royong bersama membersihkan
lingkungan tetapi karena umumnya warga Perumnas Helvetia adalah pekerja
maka hal tersebut sangat sulit untuk dilakukan bersama dengan warga. Salah satu
cara hanya dengan memeriksa ada tidaknya jentik di wadah penampungan air
warga serta memberikan penyuluhan langsung kepada keluarga agar selalu
melakukan 3M+1T.
PSN dapat dilakukan secara serentak oleh warga hanya harus diatur dan
disepakati waktu yang tepat seperti hari Minggu atau hari libur di mana Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
masyarakat tidak bekerja dan berada di rumah, sehingga semua masyarakat dapat
bersama melakukan kegiatan PSN tersebut karena tindakan PSN tersebut harus
serenpak sehingga nyamuk demam berdarah tidak dapat berpindah tempat dan
dapatlah diputuskan rantai kehidupan nyamuk demam berdarah tersebut.
Masyarakat sebenarnya mau untuk diajak melakukan kegiatan PSN tersebut jika
semua warga turun dan kepala lingkungan mereka juga mau turut serta bersama
mereka.
5.3. Penanggulangan terhadap DBD
Penanggulangan DBD pada dasarnya adalah pemutusan mata rantai penularan
dari nyamuk demam berdarah yang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
sebagai berikut:
a. Perlindungan Perorangan
Nyamuk Aedes aegypti menghisap darah manusia dan merupakan spesies
yang aktif disiang hari. Nyamuk betina mempunyai waktu menggigit, yaitu
beberapa jam diwaktu pagi hari dan beberapa jam sebelum gelap. Pada umumnya
Aedes aegypti tidak menggigit di malam hari, namun mungkin menggigit dalam
ruangan yang terang di malam hari (Depkes RI, 2003).
Menurut Depkes RI (2003), pakaian dapat mengurangi resiko gigitan nyamuk
bila pakaian tersebut cukup tebal dan longgar, lengan panjang dan celana panjang
dengan kaki yang merupakan daerah gigitan nyamuk.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Merujuk hal di atas maka anak sekolah seharusnya mengenakan pakaian
semacam itu. Selama ini pakaian anak sekolah tidak seperti itu apalagi kalau anak
TK dan SD di mana seragam anak TK dan SD adalah jelana pendek untuk anak
laki-laki dan rok pendek untuk anak perempuan. Tidak banyak anak TK dan SD
yang memakai seragam yang menutup seluruh badannya, sehingga nyamuk
dengan mudah menggigit mereka.
Produk insektisida rumah tangga, seperti obat nyamuk bakar, semprotan
pyrentrum dan aerosol (semprot) banyak digunakan sebagai alat perlindungan diri
terhadap nyamuk (Depkes RI, 2003).
Membunuh nyamuk dewasa dengan memanfaatkan penyemprot aerosol yang
dijual dan tersedia secara aman. Adapun cara penggunaannya dengan
menyemprot kamar-kamar tidur termasuk kamar mandi, kloset dan dapur selama
beberapa detik dan tutup kamar-kamar tersebut selama 15 – 20 menit. Waktu
penyemprotan harus berbarengan dengan saat puncak waktu menggigit diawal
pagi hari dan sore hari. Hal tersebut dilakukan oleh keluarga Bapak Nainggolan
untuk mencegah gigitan nyamuk.
Menurut Depkes RI (2003), dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit
demam berdarah, tirai yang telah dicelupkan ke larutan insektisida mempunyai
manfaat yang terbatas dalam program pemberantasan dengue karena spesies
vector menggigit pada siang hari. Walaupun demikian, kelambu dapat digunakan
secara efektif melindungi bayi dan pekerja malam. Yang sedang tidur siang
kelambu tersebut dapat juga secara efektif. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Keluarga Bapak Sugi untuk mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan
kelambu nyamuk yang mereka pakai setiap hari dan anak-anak Bapak Sugi juga
bermain di dalam kelambu hal tersebut menunjukkan bahwa ketakutan yang amat
sangat dari Ibu Ida terhadap kemungkinan anak-anaknya terkena demam berdarah
kembali, terlihat dari narasi berikut: Saya takut sekali, sehingga anak-anak saya
bermain di dalam kelambu bahkan ketika makan juga mereka di dalam kelambu.
b. Pemberantasan Vektor Jangka Panjang
Cara yang harus dilakukan terus menerus untuk meniadakan Ae. aegypti
adalah membuang secara baik kaleng, botol, ban dan semua yang memungkinkan
dapat menjadi tempat bersarang nyamuk. Vas bunga satu minggu sekali ditukar
airnya. Dinding bagian dalam bak mandi dan tempat penyimpanan air lain
digosok secara teratur pada saat permukaan air rendah untuk menyingkirkan telur
nyamuk. Sebelum mengisi kembali, tempat penyimpanan air sebaiknya
dikosongkan terlebih dahulu untuk menyingkirkan larva (Soedarmo, 2005).
Hal ini merupakan pemberantasan vector yang paling tepat dilakukan
di samping biaya murah dan sangat gampang melakukannya hanya membutuhkan
kemauan yaitu dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN secara
kontinu di setiap keluarga.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
5.4. Promosi Kesehatan dalam Pencegahan Demam Berdarah
a. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dengan mengajak masyarakat serta memberikan
penyuluhan secara terus menerus melalui berbagai media komunikasi massa
seperti televisi, koran, majalah dan lain-lain, sehingga masyarakat dalam hal ini
adalah keluarga menjadi tahu akan pemberantasan dan pencegahan demam
berdarah, setelah tahu maka diharapkan masyarakat menjadi mau melakukan
tindakan pencegahan yaitu dengan melakukan kegiatan PSN serta 3M. Setelah
masyarakat mau melakukan tindakan pencegahan maka diharapkan hal tersebut
menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya.
Upaya yang dapat dilakukan sehingga masyarakat dapat berdaya dalam
penanggulangan demam berdarah yaitu dengan membentuk organisasi
kemasyarakatan yang di dalamnya terlibat tokoh agama, masyarakat dan orgamas
pemuda serta ibu-ibu kader di mana organisasi tersebut merupakan organisasi
yang sadar lingkungan sehingga penanggulangan demam berdarah dapat
dilakukan secara terus menerus dan jangka panjang.
b. Bina Suasana
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Bina suasana dalam hal ini adalah dengan mengajak tokoh masyarakat agar
mau menyebarkan opini-opini yang positif terhadap perlunya perubahan perilaku
dalam hal ini adalah melakukan 3M dan pemberantasan sarang nyamuk.
Tokoh masyarakat yang berperilaku menguras, menutup dan mengubur
sehingga dengan perilaku tersebut tokoh masyarakat dan keluarganya terhindar
dari demam berdarah akan menjadi perhatian bagi masyarakat dan akhirnya
diharapkan masyarakat/keluarga mau meniru perilaku dari tokoh masyarakat
tersebut.
c. Advokasi
Melakukan berbagai lobi sehingga penanggulangan demam berdarah dapat
berjalan yaitu kepada Lurah sehingga Lurah mau memberikan keputusan yang
mendukung penanggulangan demam berdarah dengan cara pemberantasan sarang
nyamuk setiap hari Jumat yang disebut juga jumat bersih secara kontinu di
wilayah kerjanya. Bersama Lurah mengadakan advokasi untuk mendapatkan
dukungan dari Camat sehingga didapatkan dukungan yang lebih besar dan pada
akhirnya didapat sebuah kesepakatan bersama sehingga terbentuk sebuah
ketetapan yang bisa mengikat seluruh masyarakat seperti peraturan yang melarang
masyarakat membuang sampah secara sembarangan terutama sampah yang dapat
menampung air di dalamnya seperti ban bekas, ember bekas dan sampah padat
lainnya sehingga akhirnya masyarakat sadar dan mau melakukan tindakan
pencegahan demam berdarah yaitu PSN serta 3M.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan berdasarkan
aspek penelitian, sebagai berikut:
6.1.1. Peran Keluarga
1. Dua keluarga yang tidak terkena demam berdarah merupakan keluarga yang
menjaga kebersihan rumah dan kamar mandi, sedangkan dua keluarga kurang
menjaga kebersihan rumah dan kamar mandi sehingga keluarga tersebut
terkena demam berdarah.
2. Sanitasi lingkungan yang terjaga ada dua keluarga sehingga keluarga tidak
terkena demam berdarah, sedangkan dua keluarga yang terkena demam
berdarah tidak menjaga sanitasi lingkungan karena kesibukan dan jarang
di rumah.
3. Dua keluarga yang terkena demam berdarah mempunyai pengetahuan yang
kurang di mana keluarga tidak mengetahui penanggulangan demam berdarah,
sedangkan dua keluarga mempunyai pengetahuan yang baik serta mengetahui
penanggulangan demam berdarah.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
6.1.2. Peran Petugas Kesehatan
1. Peran petugas tidak berjalan dengan baik di mana petugas kurang memberikan
penyuluhan kepada masyarakat sehingga masyarakat masih banyak yang
menderita demam berdarah.
2. Petugas kurang aktif dalam menjalankan tugasnya terutama dalam hal
melakukan pemberantasan sarang nyamuk sehingga pemberantasan sarang
nyamuk tidak berhasil.
6.1.3. Penanggulangan DBD
1. Penanggulangan DBD hanya dilakukan ketika terjadi wabah demam berdarah
sehingga penanggulangan tidak berjalan secara terus menerus.
6.2. Saran
1. Pemerintah melalui Dinas Kesehatan lebih meningkatkan kualitas dan
kuantitas petugas kesehatan terutama dalam penanggulangan demam
berdarah.
2. Diharapkan masyarakat lebih proaktif dalam mencari tahu upaya
penanggulangan demam berdarah sehingga masyarakat mempunyai motivasi
yang baik dalam hal penanggulangan demam berdarah tersebut.
3. Petugas kesehatan agar mau memberikan penyuluhan kepada masyarakat
tentang penanggulangan demam berdarah secara berkesinambungan.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Alsa A, 2003, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Bungin B, 2007, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya, Kencana, Jakarta.
Chahaya, I, 2003, Pemberantasan Vektor Demam Berdarah di Indonesia, Digitized by USU Digital Library, Medan.
Depkes RI, 1992, Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular dan
Pelaporan DBD, Ditjen PPM & PLP Depkes RI, Jakarta. ________, 1992, Kumpulan Surat Keputusan/Edaran tentang Pemberantasan
Penyakit Demam Berdarah Dengue, DepKes RI, Jakarta. ________, 1999, Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam Berdarah
Dengue, Ditjen PPM & PLP, Jakarta. ________, 2003, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan
Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM & PLP, Jakarta. ________, 2004, Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Jakarta. ________, 2005, Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
di Indonesia, Depkes RI, Ditjen PPM & PLP, Jakarta. ________, 2005, Rencana Strategis 2005-2009 Program Pencegahan dan
Pemberantasan Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM & PLP, Jakarta.
, 2006, Buku Saku Promosi Kesehatan, Pusat Promosi Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dinkes Medan, 2006, Profil Kesehatan Kota Medan, Medan. Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2006, Profil Kesehatan Sumatera Utara,
SUMUT. Dever G. E Alan, 1984, Epidemiology in Health Services Management an Aspen
Publication, Aspen Sytems Corporation Rockville, Maryland Royal Tunbridge Wells.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Green, L, 1991, Health Promotion Planning and Education and Environtment
Approch, Institue of Health Promotion Research University of British Colombia.
Notoadmodjo S, 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar,
Rineka Cipta, Jakarta. ________, 2003, Pendidikan dan perilaku Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta. ________, 2005, Promosi Kesehatan dan Aplikasi, PT. Rineka Cipta, Jakarta. ________, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, PT. Rineka Cipta,
Jakarta. Nawar, S, 2005, Kajian Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Daerah
Endemis dan Non Endemis di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005, Tesis, USU.
Soedarmo S.P. Sumarmo, Demam Berdarah (Dengue) pada Anak, UI, Jakarta,
1988. Sumodiningrat G, 1999, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sutomo S, 2003, Rencana Strategi Pencegahan dan Pemberantasan Demam
Dengue/Demam Berdarah Dengue 2004-2008: Laporan Konsultan WHO Project INO CPC 001 September-Desember 2003, Ditjen P2M & PLP.
Soegijanto, S, 2003, Demam Berdarah Dengue, Tinjauan dan Temuan Baru
di Era 2003. Airlangga University Press, Surabaya. Soegijanto, S, 2006, Demam Berdarah Dengue, Airlangga University Press,
Surabaya. Suhardiono, 2004, Analisis Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit
Demam Berdarah Dengue oleh Puskesmas di Kabupaten/Kota Endemis Sumatera Utara tahun 2002, Tesis, USU.
Siregar, F.A, 2004, Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
Indonesia, Digitized by USU Digital Library.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008
Soedjajadi dkk, 2005, Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku terhadap penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram, Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 2, NTB.
Tarimo E, 1994, Pemanduan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak dengan
Pemeliharaan Kesehatan Dasar, Pertimbangan-pertimbangan praktis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Wang W, 1997, Control of Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever in China, Dengue
Bulletin, Volume 21 Desember 1997, www, Whosea.org. WHO, 2000, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah
Dengue. Terjemahan dari WHO regional Publication SEARO No. 29: Prevention Control of dengue and Dengue Haemorrhagic Fever, Depkes RI, Jakarta.