hubungan subjective well-being dengan …eprints.ums.ac.id/62222/17/naskah publikasi 109.pdf ·...

14
HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR PADA PERAWAT RUMAH SAKIT DI SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Psikologi Oleh : CHAFIZAH YUNITA F100140109 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: hoangduong

Post on 17-Jul-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN …eprints.ums.ac.id/62222/17/NASKAH PUBLIKASI 109.pdf · Akira dan Jatmika (2015) menjelaskan bahwa perawat memiliki tugas yang padat dan beresiko

HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR PADA PERAWAT RUMAH SAKIT DI

SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Fakultas Psikologi

Oleh :

CHAFIZAH YUNITA

F100140109

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN …eprints.ums.ac.id/62222/17/NASKAH PUBLIKASI 109.pdf · Akira dan Jatmika (2015) menjelaskan bahwa perawat memiliki tugas yang padat dan beresiko

i

Page 3: HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN …eprints.ums.ac.id/62222/17/NASKAH PUBLIKASI 109.pdf · Akira dan Jatmika (2015) menjelaskan bahwa perawat memiliki tugas yang padat dan beresiko

ii

Page 4: HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN …eprints.ums.ac.id/62222/17/NASKAH PUBLIKASI 109.pdf · Akira dan Jatmika (2015) menjelaskan bahwa perawat memiliki tugas yang padat dan beresiko

iii

Page 5: HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN …eprints.ums.ac.id/62222/17/NASKAH PUBLIKASI 109.pdf · Akira dan Jatmika (2015) menjelaskan bahwa perawat memiliki tugas yang padat dan beresiko

1

HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR PADA PERAWAT RUMAH SAKIT DI

SURAKARTA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara Subjective Well-Being (SWB) dengan Organizational Citizenship Behaviour (OCB) pada perawat Rumah Sakit di Surakarta. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan positif antara Subjective Well-Being (SWB) dengan Organizational Citizenship Behaviour (OCB) pada perawat Rumah Sakit di Surakarta. Teknik pengumpulan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan subjek berjumlah 100 orang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat ukur skala Subjective Well-Being (SWB) dan skala Organizational Citizenship Behaviour (OCB). Data pada penelitian ini dianalisis menggunakan SPSS versi 19.0 dengan teknik analisis Spearman. Hasil analisis data memperoleh korelasi sebesar 0,610 dan signifikansi (p) sebesar 0,000 (p < 0,01) yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara Subjective Well-Being (SWB) dan Organizational Citizenship Behaviour (OCB). Sumbangan efektif dari kedua variabel sebesar 37,2% yang ditunjukkan oleh (r2) sebesar 0,372, yang berarti masih terdapat 62,8% variabel lainnya yang dapat mempengaruhi OCB selain SWB. Kategori SWB tergolong tinggi dengan rerata empirik (RE) sebesar 65,84 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 52,5. Kategori OCB pun tergolong tinggi, dapat dilihat dari nilai rerata empirik (RE) sebesar 71,12 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 55 (RE > RH).

Kata Kunci : subjective well-being (swb) dan organizational citizenship behaviour (ocb)

Abstract

This study aims to determine the correlation between Subjective Well-Being (SWB) and Organizational Citizenship Behaviour (OCB) on RS “X” Surakarta nurses. The hypothesis proposed in this study has a positive relationship between Well-Being (SWB) and Organizational Citizenship Behaviour (OCB) at on RS “X” Surakarta nurses. Sampling technique in this research using purposive sampling technique with 100 respondents . This research uses quantitative method with Subjective Well-Being (SWB) scale and Organizational Citizenship Behavior (OCB) scale. Data in this study were analyzed by SPSS version 19.0 with Spearman analysis technique. The results of the data analysis obtained a correlation of 0.610 and the significance (p) of 0.000 (p <0.01) which means there is a very significant positive relationship between Subjective Well-Being (SWB) and Organizational Citizenship Behavior (OCB).. The effective contribution of both variables is 37.2% held by (r2) of 0.372, which means there are still 62.8% other variables that may affect OCB besides

Page 6: HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN …eprints.ums.ac.id/62222/17/NASKAH PUBLIKASI 109.pdf · Akira dan Jatmika (2015) menjelaskan bahwa perawat memiliki tugas yang padat dan beresiko

2

SWB. SWB category is high with empirical average (RE) of 65.84 and hypothetic average (RH) of 52.5. The OCB category is also high, can be seen from the empirical average value (RE) of 71.12 and the hypothetical average (RH) of 55 (RE> RH).

Keywords: subjective wellbeing (swb) and organizational citizenship behavior (ocb)

1. PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan instansi yang pelayanannya disediakan oleh tenaga medis

seperti dokter, perawat, dan lain sebagainya. Rumah sakit dewasa ini menjadi

alternatif utama bagi masyarakat di semua golongan, mulai dari ekonomi bawah,

menengah, hingga atas untuk menjalani pengobatan. Banyaknya pasien atau

pengguna jasa layanan rumah sakit, maka penting bagi rumah sakit untuk selalu

meningkatkan kualitas pelayanan.

Akira dan Jatmika (2015) menjelaskan bahwa perawat memiliki tugas yang padat

dan beresiko tinggi, sehingga perawat diharapkan tidak hanya menjalankan tugas

berdasarkan SOP (Standard Operational Procedure) saja, namun juga melakukan

Organizational Citizenship Behavior (OCB). Hal tersebut dianjurkan agar perawat

dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan optimal.

Filsafati dan Ratnaningsih (2016) menjelaskan bahwa OCB merupakan perilaku

yang dilakukan karyawan berdasarkan kesadaran diri sendiri dan secara sukarela

diluar deskripsi formal pekerjaan tanpa berkaitan langsung dengan sistem

penghargaan atau hadiah, dimana perilaku ini dapat meningkatkan efektivitas dan

produktivitas perusahaan.

Jex dan Britt (dalam Purwito, Nurtjahjanti, & Ariati, 2012) menjelaskan bahwa

tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai jika dilandasi oleh OCB yang dimiliki

karyawan. Kemunculan OCB disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu

seberapa sering karyawan merasakan afek positif atau istilah psikologisnya yaitu

tingkat Subjective Well-Being (SWB). Kemauan untuk membantu orang lain dan

melakukan hal positif lainnya didorong oleh afek positif yang dirasakan oleh masing-

masing individu.

Page 7: HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN …eprints.ums.ac.id/62222/17/NASKAH PUBLIKASI 109.pdf · Akira dan Jatmika (2015) menjelaskan bahwa perawat memiliki tugas yang padat dan beresiko

3

Purwito, Nurtjahjanti, dan Ariati (2012) menjelaskan bahwa individu yang lebih

sering merasakan afek positif dibanding afek negatif dalam dirinya disebut juga

dengan individu yang memiliki Subjective Well-Being (SWB) yang tinggi. SWB

merupakan situasi ketika individu secara subjektif percaya bahwa kehidupan yang

sedang dijalaninya merupakan kehidupan yang ia inginkan, menyenangkan dan baik.

Dari uraian diatas, peneliti ingin membuktikan yaitu : ada hubungan positif antara

Subjective Well-Being (SWB) dengan Organizational Citizenship Behaviour (OCB)

pada perawat RS di Surakarta. Semakin tinggi tingkat SWB yang dirasakan, maka

semakin tinggi pula tingkat OCB pada perawat. Begitu pula sebaliknya, semakin

rendah tingkat SWB yang dirasakan, maka semakin rendah pula tingkat OCB pada

perawat.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini

merupakan 100 orang perawat di RS “X” Surakarta. Teknik pengambilan sampel

pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengumpulan data

yang smapelnya telah ditentukan oleh pihak rumah sakit. Pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan skala Subjective Well-Being (SWB) dan skala

Organizational Citizenship Behaviour (OCB). Teknik analisis data dalam penelitian

ini menggunakan teknik analisis Pearson.

Metode yang digunakan dalam metode ini merupakan metode kuantitatif dengan

menggunakan skala. Skala yang digunakan dalam pengumpulan data adalah skala

Subjective Well-Being (SWB) dan skala Organizational Citizenship Behaviour

(OCB). Skala SWB yang digunakan dibuat oleh Ozie Herfin Lufiana (2017) yang

kemudian dimodifikasi dan digunakan oleh peneliti. Adapun aspek-aspek yang

digunakan adalah Subjective Well-Being menurut Diener (2009), yaitu : kepuasan

hidup, aspek menyenangkan, dan aspek tidak menyenangkan. Skala SWB ini

seluruhnya berjumlah 30 aitem yang terdiri dari 21 pernyataan favourable dan 9

pernyataan unfavourable. Kemudian skala kedua yaitu OCB yang dibuat oleh

Arfitian Dea Martha (2014) yang kemudian dimodifikasi dan digunakan oleh peneliti.

Page 8: HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN …eprints.ums.ac.id/62222/17/NASKAH PUBLIKASI 109.pdf · Akira dan Jatmika (2015) menjelaskan bahwa perawat memiliki tugas yang padat dan beresiko

4

Adapun aspek-aspek yang digunakan adalah Organizational Citizenzhip Behaviour

menurut Organ, Podsakoff, dan MacKenzie (2006) yang terdiri dari lima aspek OCB,

yaitu : altruism (perilaku menolong), conscientiousness (disiplin), courtesy (perilaku

hormat), sportmanship (perilaku menghindari perselisihan), dan civic virtue

(partisipasi). Skala OCB ini seluruhnya berjumlah 29 aitem yang terdiri dari 17

pernyataan favourable dan 12 pernyataan unfavourable.

Berdasarkan hasil expert judgements dan perhitungan dengan formula Aiken’s V,

maka ditetapkan batas nilai valid untuk skala SWB dan OCB sebesar 0,667. Aitem

yang bernilai lebih besar atau sama dengan 0,667 (≥ 0,667) dinyatakan layak untuk

digunakan dalam penelitian. Kemudian untuk aitem yang bernilai kurang dari 0,667

(<0,667) dinyatakan tidak layak untuk digunakan dalam penelitian.

Aitem OCB mempunyai aitem-total correlation sebesar 0,363 hingga 0,685 dan

koefisien reliabilitas Alpha sebesar 0,910. Kemudian aitem SWB pada memiliki

aitem-total correlation sebesar 0,344 hingga 0,681 dan koefisien reliabilitas Alpha

sebesar 0,884.

Teknik analisis dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan

teknik Pearson dengan menggunakan SPSS 19.0 (Statistical Product and Service

Solution).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data diketahui terdapat hubungan positif yang sangat

signifikan antara Subjective Well-Being (SWB) pada Organizational Citizenship

Behaviour (OCB) dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,610 dan p = 0,000 (p <

0,01) yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara Subjective

Well-Being (SWB) dan Organizational Citizenship Behaviour (OCB). Hasil ini sesuai

dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Semakin tinggi tingkat SWB, maka

semakin tinggi pula tingkat OCB pada perawat. Begitu pula sebaliknya, semakin

rendah tingkat SWB, maka semakin rendah pula tingkat OCB pada perawat.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Podsakoff,

MacKenzie, Paine, dan Bachrach (2000) yang menyatakan bahwa OCB salah satunya

Page 9: HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN …eprints.ums.ac.id/62222/17/NASKAH PUBLIKASI 109.pdf · Akira dan Jatmika (2015) menjelaskan bahwa perawat memiliki tugas yang padat dan beresiko

5

dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu, disebutkan pula bahwa karakteristik

individu yang dapat mempengaruhi OCB salah satunya adalah perasaan positif

maupun negatif yang dimiliki setiap individu. Semakin sering individu merasakan

suasana hati yang positif, maka semakin besar peluang individu melakukan OCB.

Begitu pula sebaliknya, semakin sering individu merasakan suasana hati yang negatif,

maka semakin kecil peluang individu melakukan OCB. Individu yang lebih sering

merasakan suasana hati yang positif dibanding suasana hati yang negatif merupakan

individu yang memiliki Subjective Well-Being (SWB) yang tinggi.

Organ, Podsakoff, dan MacKenzie (2006) mengungkapkan bahwa OCB adalah

kebebasan individu dalam berperilaku yang secara tidak langsung diakui sistem

reward, serta perilaku ini dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada

perusahaan. Diener, Oishi, & Lucas (2003) menjelaskan bahwa Subjective Well-Being

(SWB) merupakan penilaian diri terhadap pengalaman hidup dalam berbagai

perspektif, yang di dalamnya mencakup konsep-konsep seperti kepuasan hidup,

pencapaian karir, emosi positif, dan lain sebagainya. Diener juga mendefinisikan

bahwa SWB merupakan keadaan individu yang berkaitan dengan afek positif.

Individu yang lebih sering merasakan afek positif atau afek menyenangkan

merupakan individu yang memiliki tingkat SWB yang tinggi. Menurutnya, SWB

adalah keadaan internal pada individu yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang.

Ketika individu memiliki suasana hati yang menyenangkan, maka individu cenderung

akan melakukan hal-hal positif yang mencerminkan OCB seperti membantu rekan

kerja, bekerja lembur, menjaga hubungan baik terhadap sesama karyawan, dan lain

sebagainya.

Deww Zhang (2011) mengemukakan empat faktor yang dapat mempengaruhi

OCB. Empat faktor yang dimaksud yaitu kepribadian, sikap, karakteristik pemimpin,

karakteristik individu, dan karakteristik kelompok.

Menurut Titisari (2014) terdapat faktor internal yang dapat mempengaruhi tingkat

OCB pada individu yaitu kepuasan kerja, komitmen organisasi, kepribadian, moral

karyawan dan motivasi. Selain itu disebutkan pula faktor eksternal yang dapat

Page 10: HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN …eprints.ums.ac.id/62222/17/NASKAH PUBLIKASI 109.pdf · Akira dan Jatmika (2015) menjelaskan bahwa perawat memiliki tugas yang padat dan beresiko

6

mempengaruhi OCB yaitu kepemimpinan situasional, kepercayaan pada pemimpin,

budaya organisasi dan kepemimpinan transformasional. SWB adalah bagian fari

faktor internal yang menggambarkan sejauh mana individu merasa puas terhadap

pekerjaannya.

Variabel SWB memiliki rerata empirik (RE) sebesar 65,84 dan rerata hipotetik

(RH) sebesar 52,5 (RE > RH) yang menunjukkan bahwa tingkat SWB perawat RS X

Surakarta tergolong tinggi. Kondisi tinggi ini dapat terlihat dari perilaku perawat

yang peduli terhadap rekan kerja, optimis pada setiap keputusan yang diambil, dan

dapat diandalkan di tempat kerja.

Tingginya SWB tersebut nantinya akan dapat menyebabkan perawat melakukan

Organizational Citizenship Behaviour (OCB), karena individu yang memiliki SWB

yang tinggi berarti individu tersebut memiliki perasaan menyenangkan dan kepuasan

terhadap pekerjaannya. Yuniar, Nurtjahjanti & Rusmawati (2011), juga membuktikan

bahwa kepuasan kerja yang dirasakan individu akan mempengaruhi tingkat OCB

yang dilakukannya di tempat ia bekerja.

Tingginya tingkat OCB pada perawat RS X Surakarta dapat dilihat dari nilai

rerata empirik (RE) variabel OCB sebesar 71,12 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 55

(RE > RH). Kondisi tinggi seperti ini dapat terlihat dari perilaku perawat yang suka

menolong rekan kerja, rela bekerja lembur, dan menaati peraturan di tempat kerja.

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa SWB berpengaruh

terhadap OCB perawat di RS X Surakarta. Berdasarkan hasil analisis data diketahui

bahwa sumbangan efektif variabel Subjective Well-Being (SWB) pada Organizational

Citizenship Behaviour (OCB) sebesar 37,2% yang diperoleh dari koefisien

determinan (r2) sebesar 0,372. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat 62,8%

variabel lainnya yang dapat mempengaruhi OCB selain SWB.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara

SWB dengan OCB pada perawat RS X Surakarta. Hal ini membuktikan bahwa

hipotesis yang diajukan peneliti terbukti, yaitu ada hubungan positif antara SWB

dengan OCB. Oleh karena itu, variabel SWB dapat digunakan sebagai prediktor

Page 11: HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN …eprints.ums.ac.id/62222/17/NASKAH PUBLIKASI 109.pdf · Akira dan Jatmika (2015) menjelaskan bahwa perawat memiliki tugas yang padat dan beresiko

7

untuk mengukur variabel OCB, atau dengan kata lain bahwa SWB dapat dikatakan

sebagai salah satu faktor penentu untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat OCB.

4. PENUTUP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan

antara Subjective Well-Being (SWB) dengan Organizational Citizenship Behaviour

(OCB). Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat SWB maka

semakin tinggi pula tingkat OCB, begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat

SWB maka semakin rendah pula tingkat OCB. Selain itu diketahui pula bahwa

tingkat Subjective Well-Being (SWB) dan Organizational Citizenship Behaviour

(OCB) pada perawat di RS X Surakarta tergolong tinggi. Berdasarkan umbangan

efektif variabel Subjective Well-Being (SWB) pada Organizational Citizenship

Behaviour (OCB) sebesar 37,2% , hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat 62,8%

variabel lainnya yang dapat mempengaruhi OCB selain SWB, seperti karakteristik

tugas, karakteristik individu, karakteristik organisasi, perilaku kepemimpinan,

kepribadian, sikap, karakteristik pemimpin, karakteristik kelompok, kepuasan kerja,

budaya organisasi, dan motivasi kerja.

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan maka peneliti

mengemukakan beberapa saran, yaitu : 1) Bagi Pihak RS X Surakarta agar dapat

memberikan lebih banyak penghargaan kepada perawat yang dinilai berprestasi,

sehingga perawat akan puas terhadap pekerjaan yang dilakukan; pimpinan diharapkan

dapat meningkatkan intensitas dalam memberikan dukungan moral kepada perawat,

sehingga perawat merasa lebih diperhatikan; serta rumah sakit diharapkan dapat

meningkatkan kenyamanan pada atmosfer kerja, misalnya dengan memperkuat

budaya saling bertukar senyum dan menyapa antar perawat yang telah ditanamkan

sebelumnya, sehingga dapat membuat perawat senang bekerja di rumah sakit ini, 2)

Bagi Perawat RS X Surakarta diharapkan agar dapat menanamkan rasa peduli dan

rela menolong rekan kerja yang sedang kesulitan dalam bekerja; menjalin hubungan

yang harmonis dengan sesama rekan kerja, misalnya dengan makan bersama atau

saling sapa dan bertukar senyum ketika bertemu satu sama lain; aktif mengikuti

Page 12: HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN …eprints.ums.ac.id/62222/17/NASKAH PUBLIKASI 109.pdf · Akira dan Jatmika (2015) menjelaskan bahwa perawat memiliki tugas yang padat dan beresiko

8

kegiatan yang diadakan oleh rumah sakit dan peduli terhadap perkembangan serta

perubahan yang terjadi di rumah sakit; mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dan

mengedepankan kepentingan organisasi; serta menerima ketetapan dan keputusan

yang telah ditetapkan pihak rumah sakit; 3) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil

penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam melakukan penelitian, sehingga dapat

ikut berkontribusi dalam bidang pendidikan. Selain itu peneliti selanjutnya

diharapkan dapat meneliti variabel lain yang dapat mempengaruhi OCB selain SWB,

karena masih terdapat 62,8% variabel lainnya yang dapat mempengaruhi OCB,

seperti karakteristik tugas, karakteristik individu, karakteristik organisasi, perilaku

kepemimpinan, kepribadian, sikap, karakteristik pemimpin, karakteristik kelompok,

kepuasan kerja, budaya organisasi, dan motivasi kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Ahdiyana, M. (2010). Dimensi Organizational Citizenship Behaviour (OCB) dalam Kinerja Organisasi. Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta, 10, 3-4.

Ariati, J. (2010). Subjective Well-Being (Kesejahteraan Subjektif) dan Kepuasan Kerja pada Staf Pengajar (Dosen) di Lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip, 8, 119-120.

Arthur, R. (2015). Leader Integrity : A Predictor of Organizational Citizenship Behaviour and Counterproductive Work Behaviour among Ghanainan Civil Servants. Ghana: University of Ghana.

Azimzadeh, S. M., Khabiri, M., & Asadi, H. (2014). Determining The Relationship Between Personality and Organizational Citizenship Behavior and The Moderating Role of Demographic Variables.

Davila, M. C., & Finkelstein, M. A. (2013). Organizational Citizenship Behaviour and Well-Being : Preliminary Results. International Journal of Applied Psychology, 45.

Diener, E., Oishi, S., & Lucas, R. E. (2003). Personality, Culture, and Subjective Wellbeing : Emotional and Cognitive Evaluations of Life. Annual Review of Psychology, 54, 403-425.

Page 13: HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN …eprints.ums.ac.id/62222/17/NASKAH PUBLIKASI 109.pdf · Akira dan Jatmika (2015) menjelaskan bahwa perawat memiliki tugas yang padat dan beresiko

9

Dovidio, J. F., Piliavin, J. A., Schroeder, D. A., & Penner, L. A. (2006). The Social Psychology of Prosocial Behavior. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Elanain, H. A. (2007). Relationship Between Personality and Organizational Citizenhsip Behavior: Does Personality influence Cmployee Citizenship? International Review of Business Reaserch Papers, 3, 31-43.

Filsafati, A. I., & Ratnaningsih, I. Z. (2016). Hubungan antara Subjective Well-Being dengan Organizational Citizenship Behavior pada Karyawan PT. Jateng Sinar Agung Sentosa Jawa Tengah & DIY. Jurnal Empati, 5, 757 - 758.

Ibrahim. (2013). Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Organizational Citizenship Behavior dan Dampaknya pada Perawat Rumah Sakit Umum Anutapura dan Rumah Sakit Undata Palu. e-Jurnal Katalogis, 1, 134.

Indrayani, P. A. (2013). Model Pengembangan Subjective Well-being pada Masa Pensiun. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2, 3-4.

Kolade, O. J., Oluseye, O. O., & A., O. O. (2014). Organizational Citizenship Behaviour, Hospital Corporate Image and Performance. Journal of Competitiveness, 6, 38.

Liqwiyanti, A. E., & Jangkung, D. Y. (2016). Hubungan Subjective Well-being dan Organizational Citizenship Behaviour pada Karyawan Hotel Aryaduta Jakarta. Jurnal Ilmiah Psikologi, 9, 154, 158.

Mohamadtabar, S., Eskandari, H., Borjali, A., Abbaspour, A., & Farrokhi, N. (2017). Constructing Causal Model of Organizational Citizenship Behaviors by Personality Factors with Mediating of Job Involvment, Job Self-Efficacy, Subjective Well-Being, and Organizational Commitment Among Aluminum Iran Corporation. Iranian Journal of Educational Sociology, 1, 8.

Musianto, L. S. (2012). Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif dalam Metode Penelitian. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, 4, 125.

Nurhayati. (2008). Studi Perbandingan Metode Sampling antara Simple Random dengan Stratified Random. Jurnal Basis Data, 3, 20-22.

Oplatka, I. (2009). Organizational Citizenship Behaviour in Teaching: The Consequences for Teachers, Pupils, and the School. International Journal of Educational, 23, 275-389.

Page 14: HUBUNGAN SUBJECTIVE WELL-BEING DENGAN …eprints.ums.ac.id/62222/17/NASKAH PUBLIKASI 109.pdf · Akira dan Jatmika (2015) menjelaskan bahwa perawat memiliki tugas yang padat dan beresiko

10

Organ, D. W., Podsakoff, P. M., & MacKenzie, S. B. (2006). Organizational Citizenship Behavior: Its Nature, Antecedents, and Consequences. USA: Sage Publications, Inc.

Podsakoff, P. M., Mackenzie, S. B., Paine, J. B., & Bachrach, D. G. (2000). Organizational citizenship behaviors: A Critical Review of The Theoretical and Empirical Literature and Suggestions for Future Research. Journal of Management, 26, 513-563.

Purwito, S., Nurtjahjanti, H., & Ariati, J. (2012). Hubungan antara Subjective Well-being dan Organizational Citizenship Behaviour pada Petugas Customor Service di Plasa Telkom Regional Division IV. Jurnal Psikologi UNDIP, 11, 184-186.

Samman, E. (2007). Psychological and Subjective Well-being : A Proposal for Internationally Comparable Indicators. OPHI Working Paper, 10.

Yurcu, G., & Akinci, Z. (2017). Influence of Organizational Citizenship Behavior on Hotel Employees' Job Satisfaction and Subjective Well-Being. An International Journal of Akdeniz University Tourism Faculty, 5, 60 - 61.

Yurcu, G., & Colakoglu, U. (2015). The Effect of Organizational Citizenship Behaviour on Subjective Well-Being. International Journal of Business and Social Science, 6, 121.

Zhang, D. (2011). Organisational Citizenship Behaviour. White Paper, 6 - 7.