universitas indonesia optimalisasi pembatasan cairan...

79
UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENDAPATKAN HEMODIALISIS DI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA KARYA ILMIAH AKHIR NERS ARIF RAHMAN 1106129575 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2014 Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Upload: phamdan

Post on 01-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

UNIVERSITAS INDONESIA

OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN

PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG

MENDAPATKAN HEMODIALISIS DI RSUPN DR. CIPTO

MANGUNKUSUMO JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ARIF RAHMAN

1106129575

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI NERS

DEPOK

JULI 2014

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

UNIVERSITAS INDONESIA

OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN

PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG

MENDAPATKAN HEMODIALISIS DI RSUPN DR. CIPTO

MANGUNKUSUMO JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR

ANALISIS PRAKTIK KLINIK

KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Ners Keperawatan

ARIF RAHMAN

1106129575

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI

DEPOK

JULI 2014

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

IIALAMAN PERNYATAA}I ORISINALITAS

Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama

NPM

Tanda Tangan

Tanggal

Arif Rahman

1106t29575

/4-14 Juli20l4

Universitas lndonesia

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

HALAMAN PENGESAHAN

Karya ilmiah akhir (KIAN) ini diajukan oleh:

NamaNPMProgram StudiJudul KIAN

Arif Rahman1106129575ProfesiNersOptimalisasi Pembatasan Cairan pada Pasien Gagal GinjalKronik yang Mendapatkan Hemodialisis di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo J akarta

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelarSarjana Profesi Ners pada Program Studi IImu Keperawatan, Fakultas IlmuKeperawatan, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Penguji I Hanny Handiyani S.Kp.. M.Kep. (

Penguji II

Ditetapkan diTanggal

Ns. Ester Hutapea, S.Kep ( E )

-r"

Depokl1 Juli2014

Universitas lndonesia

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

iii

Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidaya-Nya,

sehingga Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Optimalisasi

Pembatasan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Mendapatkan

Hemodialisis di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta” sesuai waktu yang

ditentukan.

Selama proses penyusunan ini, Penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Pada

kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada

yang terhormat:

1. Ibu Kuntarti, SKp., M. Biomed selaku ketua Program Studi Sarjana Fakultas

Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.

2. Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep. Sp.Kep.An selaku koordinator mata ajar

karya ilmiah akhir Ners.

3. Ibu Hanny Handiyani, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing karya ilmiah akhir

yang telah memberikan bimbingan dengan sabar, tekun, bijaksana, dan sangat

cermat memberikan masukan serta motivasi kepada penulis.

4. Ibu Ns. Ester Hutapea, S.Kep selaku pembimbing klinik di RSCM yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dalam

menyusun karya ilmiah akhir ini.

5. Rekan-rekan Profesi_2013 dan semua pihak yang telah memberikan dukungan

selama penyusunan karya ilmiah ini.

Semoga amal ibadah dan budi baik ibu-ibu serta rekan-rekan mendapatkan rahmat

yang berlimpah dari Allah SWT.

Depok, 14 Juli 2014

Penulis

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

TIALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTT'K KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama

NPM

Program Studi

Fakultas

Jenis Karya

Arif Rahman

1106129s7s

Profesi Ners

IImu Keperawalan

Karyi Ilmiah Akhir

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak bebas Royalti Nonekslusif (Non-eksklusive Royulty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Optimalisasi Pembatasan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang

Mendapatkan Hemodialisis di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihkan

media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,

dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : DepokPada Tanggal : 1 1 Juli 2013

NnZffi ,akan

(Arif Rahman)

IV Universitas lndonesia

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

v Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Arif Rahman

NPM : 1106129575

Program Studi : Profesi Ners

Judul KIAN : Optimalisasi Pembatasan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik

yang Mendapatkan Hemodialisis di RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo Jakarta

Gagal Ginjal Kronik (GKK) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi

di daerah perkotaan. Salah satu masalah yang dialami pasien GGK akibat tidak

berfungsinya ginjal adalah masalah kelebihan cairan. Pengaturan pemasukan

cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh di antara dua waktu

hemodialisis (HD). Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis

evidence based mengenai pembatasan cairan dalam mengatasi masalah kelebihan

volume cairan di antara dua waktu dialisis. Metode penulisan ini adalah studi

kasus dan studi literatur. Pembatasan cairan pada pasien ini terbukti optimal

dalam mengurangi risiko kelebihan cairan di antara dua waktu dialisis.

Rekomendasi penulisan ini ialah agar perawat perlu mengajarkan pembatasan

cairan kepada pasien GGK di antara dua waktu dialisis untuk mengatasi masalah

kelebihan volume cairan.

Kata kunci: gagal ginjal kronik, keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan,

pembatasan cairan.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

vi Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Arif Rahman

NPM : 1106129575

Study Program : Ners Title : Optimazation of Fluid Restriction in Chronic Kodney

Disease at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Chronic Kidney Disease (CKD) is one of prominent health problem in urban

area. Fluid overload is one of problems in CKD. Arrangement of intake fluids will

reduce fluids excess in the body inter-dialysis time. This aims to analyze evidence

based practice of fluid restriction to treat fluid excess inter-dialysis time. Methode

of this paper is case study and literature study The results showed that fluid

restriction is optimal to reduce the risk of fluid excess inter-dialysis time. It’s

important for nurses to teach the patient about restriction to prevent

overload/fluid excess in chronic kidney disease.

Keywords: chronic kidney disease, urban community health nursing, fluid

restriction.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

vii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………. i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR……………………………………………….……..

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………….

iii

iv

ABSTRAK .…………………………………………………………………

ABSRACT ………………………………………………………………….

v

vi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. vii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………. ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………................ 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………......................... 1

1.2 Perumusan Masalah …………………………………………….………. 3

1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………….…. …….. 4

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………..…….......... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……………………..………………........ 6

2.1 Konsep keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan ……………….... 6

2.2 Gagal ginjal kronik ……………………………..………………………. 7

2.2.1 Definisi ……………………………………………………………..… 7

2.2.2 Klasifikasi …………………………………………..……..….……..... 7

2.2.3 Etiologi…………………………. …………………………………..… 8

2.2.4 Manifestasi klinis…………………………….…………..……….….... 8

2.2.5 Penatalaksanaan ………………………………….………………...… 8

2.2.6 Asuhan keperawatan pada pasien GGK …………….…..……….……. 8

2.3 Pembatasan cairan ……………. ……………………………………….. 11

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

viii Universitas Indonesia

BAB 3 TINJAUAN KASUS KELOLAAN ………………………........... 13

3.1 Pengkajian ………………………………………………………….…… 13

3.1.1 Identitas pasien ………………………………………………………...

3.1.2 Anamnesis …………………………………………………………......

3.1.3 Pemeriksaan laboratorium ………………………………………...…..

3.2 Analisis data ………… ….…………………………………………........

13

13

15

17

3.3 Rencana asuhan keperawatan………………………………..………..…

3.4 Evaluasi keperawatan ………………………………………..………….

19

19

BAB 4 ANALISIS SITUASI…. …………………………………………... 21

4.1 Analisis terkait KKMP…………………………………………..…......... 21

4.2 Analisis kasus…………………………………………………………..... 22

4.3 Analisis intervensi dengan konsep dan penelitian terkait ………………. 25

4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan…...……………………..…. 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN……………………………………………..

29

5.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 29

5.2 Saran…………………………………………………………………….. 29

DAFTAR PUSTAKA

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

ix Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan darah ………………….………………….… 15

Tabel 3.3 Analisis data …………………….………………………..…….. 16

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

x Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkajian

Lampiran 2 Hasil pemeriksaan laboratorium lengkap

Lampiran 3 Rencana asuhan keperawatan

Lampiran 4 Catatan perkembangan

Lampiran 5 Lembar pemantauan cairan

Lampiran 6 Konsep map gagal ginjal kronik berdasarkan kasus Tn. D

Lampiran 7 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Lampiran 8 Daftar riwayat hidup

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Chronic Kidney Disease (CKD) atau yang dikenal Gagal Ginjal Kronik (GGK)

merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat perkotaan, yang

membutuhkan asuhan keperawatan dan pelayanan dengan konsep keperawatan

komunitas. Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang,

perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada

perilaku dan gaya hidup masyarakat, serta situasi lingkungan misalnya perubahan

pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya polusi

lingkungan (Depkes RI, 2006).

Gagal ginjal kronik menempati urutan pertama masalah urologi yang diikuti

infeksi saluran kemih (ISK) dan Benigh Prostatic Hyperplasia (BPH). Insiden

penyakit GGK meningkat setiap tahunnya. Black & Hawks (2009)

mengungkapkan bahwa di Amerika Serikat, insiden penyakit ini terjadi 268 kasus

baru per satu juta populasi setiap tahun. Di Indonesia sendiri prevalensi penderita

gagal ginjal diperkirakan mencapai 70 ribu lebih (Yayasan Ginjal Diatrans

Indonesia (YDGI), 2008). Penelitian Word Health Organisation (WHO) tahun

1999 memperkirakan di Indonesia akan mengalami peningkatan penderita gagal

ginjal antara tahun 1995-2025 sebesar 414 persen.

Penyebab awal GGK dapat berupa dehidrasi (kurang minum) yang membuat

tubuh rawan kena infeksi saluran kemih, dan kemudian dapat berkembang

menjadi infeksi ginjal (Graves, 2008). Selain itu, di perkotaan sendiri sangat

banyak pekerjaan dan aktivitas yang menuntut seseorang untuk memenuhi

kebutuhan makanan dan minuman secara mudah. Sejalan dengan menjamurnya

minuman ringan yang menarik perhatian dan tidak melihat kandungan yang

terdapat didalamnya seperti, fruktosa, serta bahan pengawet lainnya, yang akan

berdampak buruk terhadap kesehatan.

1

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

2

Universitas Indonesia

GGK merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible

mengakibatkan perubahan fisiologis yang tidak dapat diatasi lagi dengan cara

konservatif, sehingga membutuhkan terapi pengganti ginjal. Terapi pengganti

ginjal terdiri dari hemodialisis (HD), peritoneal dialysis, dan transplantasi ginjal

(Tovazzi & Mazzoni, 2012). Terapi HD merupakan terapi pengganti ginjal yang

paling banyak dilakukan dan jumlahnya dari tahun ke tahun terus meningkat. Di

Indonesia sendiri, ada sekitar 70 ribu penderita GGK yang memerlukan HD

(Gatot, 2003).

HD merupakan proses tindakan pembersihan darah dengan menggunakan dialyzer

untuk mengeluarkan produk sampah dan air dari tubuh, karena ketidakmampuan

ginjal melakukan proses tersebut. Sesuai dengan LeMone, Burke, & Bauldoff

(2011) dan Thomas (2003) bahwa HD adalah suatu cara untuk mengeluarkan

produk sisa metabolisme berupa larutan (ureum dan kreatinin) dan air yang ada

pada darah melalui membran semi permeabel atau yang disebut dengan dialyzer.

Proses HD ini dapat dilakukan dua sampai tiga kali seminggu yang memakan

waktu empat hingga lima jam setiap kali HD (Smeltzer & Bare, 2008).

Meskipun HD dapat memperpanjang usia, tindakan ini tidak akan mengubah

perjalanan alami penyakit ginjal dan juga tidak akan mengembalikan seluruh

fungsi ginjal. Pasien akan mengalami sejumlah masalah dan komplikasi (Smeltzer

& Bare, 2008). Salah satu masalah yang paling sering dihadapi pasien adalah

peningkatan volume cairan di antara dua waktu dialisis yang dimanifestasikan

dengan edema dan penambahan berat badan. Tujuan dilakukannya HD adalah

untuk membantu memperbaiki komposisi cairan tubuh sehingga mencapai

keseimbangan cairan, meskipun dalam menjalani HD pasien harus tetap

melakukan pembatasan masukan cairan (fluid restriction) dan diet. Masalah

kelebihan cairan yang dialami pasien tidak hanya diperoleh dari masukan

minuman yang berlebihan, akan tetapi juga dapat berasal dari makanan yang

mengandung kadar air tinggi, seperti agar-agar, soup, dan es krim (Welch &

Austin, 199 dalam Perkins, et al, 2006)

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

3

Universitas Indonesia

Penambahan berat badan di antara dua dialisis merupakan indikator masukan

cairan selama periode HD yang dapat ditandai dengan perubahan klinis pasien

seperti peningkatan tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, peningkatan vena

sentral, dispnea, rales basah, batuk, edema, peningkatan berat badan sejak terakhir

dialisis (Tovazzi & Mazzzoni, 2012). Terjadinya penambahan berat badan di

antara dua waktu dialisis akan menimbulkan berbagai masalah baru bagi pasien di

antaranya adalah hipertensi, edema perifer, edema pulmonal, dan dapat

meningkatkan risiko dilatasi serta hipertropi jantung (Smeltzer dan Bare, 2008).

Pasien yang mendapatkan terapi HD perlu dilatih untuk melakukan pembatasan

konsumsi cairan sesuai dengan kebutuhan, berdasarkan penghitungan

keseimbangan cairan dalam 24 jam. Tujuan pembatasan cairan adalah untuk

mencegah terjadinya kelebihan volume cairan yang dapat berakibat terhadap

gangguan fungsi dari organ lain, seperti paru-paru dan jantung (Tovazzi &

Mazzoni, 2012). Karya ilmiah ini akan menganalisis praktik klinik KKMP pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani HD di ruang rawat penyakit dalam

gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo.

1.2 Rumusan Masalah

Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang telah dibuktikan sangat

efektif mengeluarkan cairan-elektrolit dan sisa-sisa metabolisme tubuh. Banyak

hal yang dialami pasien selama menjalani HD di antaranya adalah penambahan

berat badan di antara dua waktu dialisis. Penambahan berat badan ini berkaitan

erat dengan terapi pembatasan cairan (fluid restriction) yang benar (Gatot, 2003,

Welch & Austin, 1999 dalam Perkins, et al, 2006 ).

Selama praktik di RSCM pembatasan cairan pasien GGK dengan HD yang satu

dan yang lainnya sama yaitu 600 ml dalam 24 jam, sementara kebutuhan cairan

individu satu dengan yang lainnnya jelas berbeda sesuai dengan luas tubuh dan

kondisi fisiknya. Pengaturan asupan cairan adalah berdasarkan keluaran urin

dalam 24 jam + insensible water loss (IWL) total (kehilangan cairan yang tidak

disadari) + EWL (muntah dan diare) IWL total terdiri dari IWL normal (1%

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

4

Universitas Indonesia

dari BB) ditambah dengan IWL akibat peningkatan suhu (apabila peningkatan

suhu maka rumus yang digunakan 10% x IWL normal) (LeMone, Burke &

Bauldoff, 2011; Pace, 2007).

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan ini memiliki beberapa tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus:

1.2.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan ini adalah agar tergambarkan analisis praktik klinik

KKMP pada pasien GGK di ruang rawat.

1.2.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan ini adalah agar teridentifikasinya:

1. Gambaran masalah keperawatan terkait dengan kasus GGK dan konsep

KKMP.

2. Gambaran asuhan keperawatan kepada klien kelolaan dengan masalah GGK.

3. Gambaran evidence based practice mengenai pembatasan cairan dalam

mengatasi timbulnya masalah kelebihan volume cairan pada pasien GGK.

4. Gambaran hasil penerapan evidence based practice terhadap pasien yang

berisiko kelebihan volume cairan pada pasien GGK.

1.4 Manfaat penulisan

Tulisan ini bermanfaat bagi pelayanan keperawatan, pendidikan, dan penulis

selanjutnya:

1.3.1 Pelayanan keperawatan

Tulisan ini dapat memberikan inspirasi kepada perawat untuk lebih

memperbaharui dalam menyusun asuhan keperawatan, khususnya dalam

memberikan intervensi keperawatan kepada pasien gagal ginjal kronik

yang mendapatkan HD dengan risiko kelebihan volume cairan.

1.3.2 Pendidikan

Tulisan ini dapat meningkatkan ilmu pengetahuan serta mengembangkan

kualitas pembelajaran yang berkaitan dengan sistem urologi, khususnya

mengenai penyakit gagal ginjal kronik pada pasien yang mendapatkan

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

5

Universitas Indonesia

terapi HD dengan risiko kelebihan volume cairan, sehingga diharapkan

menurunnya angka kekambuhan dan mencegah terjadinya perburukan

kodisi/overload.

1.3.3 Penulis selanjutnya

Tulisan ini dapat menjadi dasar untuk melakukan evidence based yang

serupa dengan kasus yang berbeda sesuai dengan penelitian terbaru.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

6

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

Tingginya laju urbanisasi di Indonesia dalam 10 tahun terakhir ini menyebabkan

banyak masalah kesehatan diperkotaan. Udara dikota banyak dipenuhi asap

kendaraan bermotor, pemukiman kumuh yang tidak sehat, serta minimnya sanitasi

dan ketersediaan air bersih. Urbanisasi menjadi fenomena yang mengglobal, pada

tahun 2009 tercatat 43 persen penduduk Indonesia tinggal diwilayah perkotaan.

Jumlah ini akan terus bertambah hingga lebih dari 60 persen pada tahun 2016. Hal

ini berdampak terhadap kepadatan penduduk, yang berimplikasi kepada masalah-

masalah kesehatan (Kemenkes RI, 2010).

Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) merupakan suatu proses

koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses

keperawatan komunitas khususnya perkotaan. Proses keperawatan kesehatan

masyarakat perkotaan bertujuan untuk mencegah masalah keperawatan

masyarakat di daerah perkotaan. KKMP berfokus pada pemahaman terhadap

multidimensial perkotaan dengan menekankan pada permasalahan kesehatan

perkotaan, dan faktor yang mempengaruhi masalah individu, kelompok dan

masyarakat yang utama pada perkotaan, dan metode pemberdayaan masyarakat

kota dengan pendekatan lintas program dan lintas sektoral (Anderson, 2006;

Kemenkes RI, 2010).

Perkembangan kota yang semakin pesat, mempengaruhi kesehatan lingkungan

yang ada di daerah perkotaan. Kesehatan lingkungan adalah inti dari kesehatan

masyarakat. WHO (2008) mendefiniskan kesehatan lingkungan meliputi faktor

fisik, kimia, dan biologi di luar manusia serta mempengaruhi perilaku manusia,

menekankan analisis dan kontrol faktor-faktor lingkungan yang berpotensi

mempengaruhi kesehatan (Achmadi, 2010). Kesehatan lingkungan meliputi

delapan area yaitu gaya hidup, risiko kerja, kualitas udara, kualitas air, rumah

6 Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

7

Universitas Indonesia

tempat tinggal, kualitas makanan, kontrol sampah, dan risiko radiasi (Mc Ewen &

Nies, 2007).

2.2 Gagal Ginjal Kronik

2.2.1 Definisi

GGK merupakan ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan kesinambungan

lingkungan internal tubuh yang muncul secara bertahap sebelum jatuh ke fase

penurunan fungsi ginjal tahap akhir. Penurunan semua fungsi ginjal yang

bertahap, diikuti dengan penimbunan sisa metabolisme, kegagalan untuk

mempertahankan keseimbangan cairan-elektrolit dan tidak dapat lagi pulih secara

total seperti sediakala. Menurut Black & Hawks (2009) dan Smeltzer dan Bare

(2008) GGK adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible, di

mana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan-elektrolit yang menyebabkan uremia atau retensi urea dan

sampah nitrogen lain dalam darah, dengan laju filtrasi glomerulus yang kurang

dari 60ml/menit/1,73m2 selama lebih dari 3 bulan.

2.2.2 Klasifikasi

Menurut Abbound & Henrich (2010) dan Suwitra (2006) tahapan GGK dapat

ditunjukkan dari laju filtrasi glomerulus (LFG) dengan rumus Kockrofr-Gault,

adalah sebagai berikut:

*Pada perempuan dikalikan dengan 0,85

Menurut Abboud & Henrich (2010) dan Crockell (2012) ada lima derajat GGK:

derajat satu kerusakan ginjal dengan LFG normal atau meningkat ≥ 90

ml/mn/1.73m²; derajat dua kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan 60–89

ml/mn/1.73m²; derajat tiga kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang 30–

59 ml/mn/1.73m²; derajat empat kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat

15–29 ml/mn/1.73m²; dan derajat lima gagal ginjal yang membutuhkan dialisis

dengan LFG < 15 ml/mn/1.73m².

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

8

Universitas Indonesia

2.2.3 Etiologi

Penyebab GGK sangat bervariasi antara satu negara dengan negara lainnya.

Menurut Price dan Wilson (2006) yaitu: glomerulonefritis, diabetes mellitus,

hipertensi, obstruktif dan infeksi saluran kemih, penyakit ginjal bawaan, tumor

ginjal, intoksikasi obat, nefropati urat, penyakit ginjal bawaan dan penyebab yang

tidak diketahui.

2.2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi yang terjadi pada GGK antara lain terjadi kelainan hemapoetik, sistem

kardiovaskuler, dermatologi, gastrointestinal, neurologis, pulmoner,

muskuloskletal, reproduksi dan psikososial (Smeltzer dan Bare, 2008).

2.2.5 Penatalaksanaan

Penderita GGK perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai dengan

derajat penyakit GGK, Suwitra (2006): derajat satu dilakukan terapi pada

penyakit dasarnya, kondisi komorbid, evaluasi pemburukan (progresion) fungsi

ginjal, memperkecil resiko kardiovaskuler; derajat dua menghambat pemburukan

(progresion) fungsi ginjal; derajat tiga mengevaluasi dan melakukan terapi pada

komplikasi; terapi dialisis dan transplantasi dapat dilakukan pada tahap GGK

derajat 4-5, terapi ini biasanya disebut dengan terapi pengganti ginjal.

2.2.6 Asuhan keperawatan pada pasien dengan GGK

2.2.7.1 Pengkajian

Menurut Doenges., et al., (2000), riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:

a. Aktivitas/istirahat

Pasien dengan GGK biasanya memiliki gejala seperti: kelelahan ekstermitas,

kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia/gelisah atau samnolen),

kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

b. Sirkulasi

Pada sistem sirkulasi adanya riwayat hipertensi lama atau berat didapatkan

adanya palpitasi; nyeri dada, nadi kuat, edema jaringan umum & pitting pada

kaki, telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

9

Universitas Indonesia

yang menunjukkan hipovolemia dan jarang terjadi pada GGK tahap akhir,

pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecendrungan terjadinya perdarahan.

c. Integritas Ego

Gejala yang mungkin muncul adalah seperti: stres, perasaan tidak berdaya,

tak ada harapan, tak ada kekuatan, ansietas, menolak, takut, marah, mudah

terangsang, perubahan kepribadian.

d. Eliminasi

Gejala yang dirasakan oleh pasien terkait dengan sistem eliminasi yaitu:

penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal ginjal tahap lanjut),

abdomen kembung, diare atau konstipasi. Perubahan warna urin, kuning

pekat, merah, coklat, berawan, oliguri, dapat menjadi anuria.

e. Makanan dan Cairan

Pasien dengan GGK biasanya mengalami gejala seperti kehilangan nafsu

makan, mual, muntah, nyeri ulu hati, rasa metalik tak sedap pada mulut

(pernafasan ammonia). Penambahan berat badan cepat (edema), penurunan

berat badan (malnutrisi), penggunaan diuretik. Perubahan turgor kulit, edema,

ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah, distensi abdomen/asites.

f. Neurosensori

Kadang pasien merasa sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kebas dan

rasa terbakar pada telapak kaki, kelemahan. Gangguan status mental:

penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan

memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma, kejang, fasikulasi

otot, aktivitas kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.

g. Nyeri dan kenyamanan

Pasien mengeluh nyeri panggul, sakit kepala; kram otot/nyeri kaki

(memburuk pada malam hari), prilaku berhati-hati/distraksi, gelisah.

h. Pernapasan

Nafas pendek; dispnea nocturnal paroksismal; batuk dengan/tanpa sputum

kental dan banyak. Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/ kedalaman

(pernafasan kusmaul). Batuk produktif dengan sputum merah muda, encer

(edema paru).

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

10

Universitas Indonesia

i. Keamanan

Adanya keluhan gatal di kulit, infeksi berulang, pruritus, demam, ptekie,

ekimosis pada kulit. Fraktur tulang; defosit posfat kalsium (kalsifikasi

metastatik) pada kulit, jaringan lunak, sendi; keterbatasan gerak sendi.

j. Penyuluhan/pembelajaran

Riwayat diabetes mellitus keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal),

penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria.

2.2.7.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan GGK antara

lain:

a. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia mual muntah.

c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan

nutrisi ke jaringan sekunder.

d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan

retensi cairan dan natrium.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk

sampah dan prosedur dialisis.

f. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus

sekunder terhadap adanya edema pulmoner.

g. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan

cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler

sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak seimbangan

elektrolit).

h. Risiko kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi toksik

dalam kulit dan gangguan turgor kulit atau uremia.

i. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis, akumulasi

toksik, asidosis metabolik, hipoksia, ketidak seimbangan elektrolit, klasifikasi

metastatik pada otak

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

11

Universitas Indonesia

2.3 Pembatasan Cairan

Pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik, sangat perlu dilakukan.

Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya edema dan komplikasi

kardiovaskular. Air yang masuk kedalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang

keluar, baik melalui urin maupun IWL. Dalam melakukan pembatasan asupan

cairan, bergantung dengan haluaran urin dalam 24 jam dan ditambahkan dengan

IWL, ini merupakan jumlah yang diperbolehkan untuk pasien dengan gagal ginjal

kronik yang mendapatkan dialisis (Almatsier, 2006; Smeltzer & Bare, 2008).

Sebagai contoh seseorang yang mengeluarkan urin 300 cc/24 jam, maka cairan

yang boleh dikonsumsi adalah: 600 cc + 300 cc = 900 cc/24 jam.

Makanan-makanan cair dalam suhu ruang (agar-agar, soup dan es krim) dianggap

cairan yang masuk. Pasien GGK yang mendapatkan terapi hemodialisis harus

mengatur asupan cairan, sehingga berat badan yang diperoleh tidak lebih dari 1,5

kilogram di antara waktu dialisis (Lewis et., al, 2007). Mengontrol asupan cairan

merupakan salah satu masalah bagi pasien yang mendapatkan terapi dialisis,

karena dalam kondisi normal manusia tidak dapat bertahan lebih lama tanpa

asupan cairan dibandingkan dengan makanan. Namun bagi penderita penyakit

gagal ginjal kronik harus melakukan pembatasan asupan cairan untuk

meningkatkan kualitas hidupnya. Ginjal sehat melakukan tugasnya menyaring dan

membuang limbah dan racun di tubuh kita dalam bentuk urin 24 jam, apabila

fungsi ginjal terganggu maka terapi HD yang menggantikan tugas tersebut.

Mayoritas pasien yang mendapatkan terapi HD di Indonesia dilakukan dialisis

dalam 2 kali perminggu, dan 4-5 jam perkali dialisis, itu artinya tubuh harus

menanggung kelebihan cairan di antara dua waktu terapi (YGDI, 2008). Apabila

pasien tidak membatasi jumlah asupan cairan yang terdapat dalam minuman

maupun makanan, maka cairan akan menumpuk di dalam tubuh dan akan

menimbulkan edema di sekitar tubuh. Kondisi ini akan membuat tekanan darah

meningkat dan memperberat kerja jantung. Penumpukan cairan juga akan masuk

ke paru-paru sehingga membuat pasien mengalami sesak nafas, karena itu pasien

perlu mengontrol dan membatasi jumlah asupan cairan yang masuk dalam tubuh.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

12

Universitas Indonesia

Pembatasan tersebut penting agar pasien tetap merasa nyaman pada saat sebelum,

selama dan sesudah terapi hemodialisis (Ferrario, at al, 2014; Smeltzer & Bare,

2002 ; YGDI, 2008).

Penambahan berat badan antara dua waktu dialisis merupakan salah satu indikator

kualitas bagi pasien HD yang perlu dikaji, sehingga dapat digunakan untuk

meningkatkan perawatan berkelanjutan di antara dua waktu dialisis dan

meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan cairan. Kelebihan cairan yang

terjadi dapat dilihat dari terjadinya penambahan berat badan secara cepat,

penambahan berat badan 2 persen dari berat badan normal merupakan kelebihan

cairan ringan, penambahan berat badan 4 persen merupakan kelebihan cairan

sedang, penambahan 6 persen merupakan kelebihan cairan berat. (Price & Wilson,

2006; Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2004 dalam Rahmawati 2008).

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

13

Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KASUS KELOLAAN

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas pasien

Tn. D (51 tahun) datang ke IGD RSCM pada 13 Mei 2014. Pasien merupakan

bapak dengan 2 anak dan memiliki 1 isteri, agama pasien adalah islam. pasien

merupakan mantan dari karyawan perusahaan swasta, yang tinggal di daerah

Jakarta Pusat.

3.1.2 Anamnesis

a. Keluhan utama saat dirawat

Pesien masuk IGD RSCM dengan keluhan sesak napas sejak 2 bulan sebelum

masuk rumah sakit, dan memberat sejak 1 minggu yang lalu. Sesak semakin

parah saat berbaring, seperti ditimpa benda berat dan tidak bertambah saat

beraktivitas. Batuk kadang-kadang, tidak terdapat mengi, nyeri dada tidak

ada. Pasien mengalami hipertensi sejak 1 bulan yang lalu disertai dengan

sakit kepala. pasien minum Captopril 2x12,5mg, tekanan darah (TD) masuk

160/90mmHg.

b. Riwayat kesehatan yang lalu

Pasien mengatakan bahwa tidak ada riwayat diabetes mellitus, hipertensi,

batu ginjal, asma dan penyakit kronik lainnya.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien.

Tidak ada riwayat diabetes mellitus, hipertensi, asma, sakit ginjal dari

keluarga.

d. Aktivitas dan istirahat

Pasien mengeluh kondisinya saat ini membuatnya terbatas dalam

beraktivitas, pasien mengeluh lelah dan capek setelah beraktivitas. Tidak ada

gangguan pada jantung dan pernapasan saat klien beraktivitas, rentang gerak

maksimal, kekuatan otot baik.

13

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

14

Universitas Indonesia

e. Sirkulasi

Pasien diketahui mengalami hipertensi sejak satu bulan yang lalu, tekanan

darah: 135/90 mmHg, nadi apikal 98 x/menit, nadi radialis 100 x/menit, kuat

dan teratur. Auskultasi dada: tidak ada murmur/gallop. Pada ekstremitas: kaki

hangat bilateral, h 3 C, capillary refill time (CRT) < 3 detik. Mukosa

sedikit kering, bibir lembab, konjungtiva tampak pucat, sklera tidak ikterik,

tidak ada diaphoresis.

f. Eliminasi

Pasien mengatakan BAB teratur 1 kali sehari, karakter feses lunak, BAB

terakhir tadi pagi. Tidak ada riwayat perdarahan, hemoroid, konstipasi dan

diare. Pola BAK: ± 2-3x dalam 24 jam (300 ml), warna kuning pekat, pasien

merasa tuntas ketika BAK. Riwayat nyeri saat BAK tidak ada, riwayat

hematuria tidak ada. Tidak ada nyeri tekan dan masa abdomen, bising usus

normal 6 x/menit.

g. Makanan dan cairan

Pasien sehari-hari makan nasi biasa dan lauk serta sayur. Saat ini klien

mengeluh nafsu makan menurun, tidak ada keluhan muntah, namun klien

mengeluh mual sesekali, tidak ada nyeri ulu hati dan alergi makanan.

Kemampuan untuk mengunyah dan menelan masih baik. BB sebelumnya 59

kg, saat ini berat badan klien 57 kg, dan TB 165 cm. Bentuk tubuh tegak dan

sedikit kurus, turgor kulit elastis, dan sedikit kering. Edema grade I di kedua

ekstremitas bawah, tidak ada distensi vena jugularis. Kondisi gigi ada yang

berlubang, penampilan lidah lembab dan membran mukosa kering. Pada saat

di RS mendapat terapi diet ginjal dengan jumlah kalori 2100 kkal dengan

46,8 gram protein, 58 gram lemak, dan 315 gram karbohidrat.

h. Neurosensori

Pasien mengeluh kadang-kadang pusing, tidak ada rasa ingin pingsan. Tidak

ada kesemutan pada ekstremitas. Tidak ada riwayat stroke dan kejang.

Penglihatan dan pendengaran normal, status mental terorientasi, kesadaran

composmentis, kooperatif. Memori saat ini baik masih ingat juga memori

masa lalu. Tidak ada tanda facial drop, refleks menelan baik, genggaman

baik. Ukuran pupil 2mm/2mm. reaksi pupil terhadap cahaya +/+, isokhor.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

15

Universitas Indonesia

i. Nyeri/ ketidaknyamanan

Pasien mengeluh sering pusing, frekuensi 4-5 kali dalam 24 jam. kualitasnya

seperti ditusuk-tusuk, durasi 1-2 menit, VAS 1-2. Tidak ada penjalaran, saat

nyeri datang pasien tampak mengerutkan wajah serta menjaga area yang

sakit. Respon emosional hanya diam ketika ditanya dan tidak marah. Untuk

menghilangkan nyerinya, pasien melakukan istirahat.

3.1.3 Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 3.1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

13/05/

2014

Hemoglobin

Hematokrit

Jumlah Leukosit

Fungsi ginjal

Ureum

Kreatinin

Analisa Gas Darah

PH

PCO2

PO2

HCO3

SaO2

10,2

28,3

22,90

187

12.89

7.27

25.3

128.5

11.9

98.4

g/dL

%

10^3/ μL

mg/dL

mg/dL

mmHg

mmHg

mmHg

mmol/L

%

12,0-15,0

36,0-46,0

5,0-10,0

<80

0.60-1.20

7.35-745

35-45

75-105

22-26

95-98

19/05/

2014

Hemoglobin

Hematokrit

Jumlah Leukosit

Fungsi Ginjal

Ureum

Kreatinin

eGFR

GDS

Albumin

8.4

24.7

96.20

166

13.4

3.7

74

3.30

g/dL

%

10^3/ μL

mg/dL

mg/dL

mL/min/1.73m^²

mg/dL

12,0-15,0

36,0-46,0

5,0-10,0

<80

0.60-1.20

66.00-96.00

90-130

3.50-4.50

22/06/

2014

Hemoglobin

Hematokrit

Jumlah Leukosit

Fungsi Ginjal

Ureum

Kreatinin

eGFR

8.6

25.7

9.47

51

4.7

13.1

g/dL

%

10^3/ μL

mg/dL

mg/dL

mL/min/1.73m^²

12,0-15,0

36,0-46,0

5,0-10,0

<27

<80

66.00-96.00

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

16

Universitas Indonesia

3.2 Analisis data

No Data Masalah

Keperawatan

Tanggal

1 DS:

- Pasien mengeluh lelah setelah

beraktivitas

- Pasien mengatakan badannya

terasa lemas

DO:

- Pasien lemas

- Pasien tidak mampu

melakukan aktivitas seperti

biasanya

- Konjungtiva anemis

- HB : 8.4 mg/dL

- TD : 130/90 mmHg

N : 90 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36 C

- Ureum : 166 mg/dL

Risiko intoleransi

aktivitas

(Nanda, 2012)

19/05/2014

2 DS:

- Pasien mengatakan urin yang

keluar sedikit

- 1 minggu sebelum masuk

rumah sakit, pasien mengeluh

sesak yang memberat, seperti

tertimpa benda berat

DO:

- Edema grade I dikedua

ekstremitas

- Balance cairan tanggal

19/05/2014 dalam 24 jam

Intake +/- 1100cc

Output (urine dan IWL): 870

cc

- Hasil pemeriksaan

laboratorium tanggal

19/05/2014:

Ureum : 166 mg/dL

Kreatinin : 13.4 mg/dL

eGFR : 3.7 mL/mnt/1.73 m^²

Kelebihan volume

cairan

(Nanda, 2012)

19/05/2014

3 DS:

- Pasien mengeluh mulut terasa

kering dan bibir pecah-pecah

- Saat masuk rumah sakit pasien

mengeluh mual

Ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh

(Nanda, 2012)

19/05/2014

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

17

Universitas Indonesia

No Data Masalah

Keperawatan

Tanggal

DO:

- Membran mukosa kering

- Konjungtiva anemis

- Makan yang diberikan masih

tersisa 1/3 porsi

- Hasil pemeriksaan Lab. Tgl

19/05/2014

Albumin : 3.30 mg/dL

HB : 8. 4 g/dL

- BB turun 2 kg dalam 2

minggu terakhir

- Antropometri:

BB 57 kg

TB 165 cm, BBI : 58,5 kg

4 DS:

- Pasien mengeluh sakit kepala

- Untuk menghilangkan rasa

sakitnya, klien memilih

istirahat saja

DO:

- Pasien tampak menjaga dan

mengerutkan muka saat nyeri

datang

- VAS (1-10): 1-2

Nyeri akut (Nanda,

2012)

19/05/2014

3.3 Rencana asuhan keperawatan

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan, tercantum dalam lampiran 3.

3.4 Evaluasi Keperawatan

Hasil dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan sesui dengan masalah

keperawatan adalah sebagai berikut:

3.4.1. Kelebihan volume cairan

Pasien mengatakan bahwa dokter menganjurkan untuk mengumpulkan

urinnya dalam botol minuman, namun pasien tidak mengetahui manfaat

atau tujuannya. Setelah mendapatkan pengetahuan terkait keseimbangan

cairan, pasien sudah memahami tujuan pengumpulan urin yang berkaitan

erat dengan masalah GGK yang dialami pasien. Saat intervensi dihentikan,

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

18

Universitas Indonesia

pasien sudah mengetahui cara menghitung keseimbangan cairannya dalam

24 jam agar tidak terjadi kelebihan volume cairan, yang dapat

menimbulkan masalah lain kepada anggota tubuh lainnya.

3.4.2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

1 minggu sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh mual, dan saat

pengakajian pasien masih mengeluh mual sesekali, namun sekarang klien

sudah tidak mual lagi. Pasien mengatakan saat ini cepat merasa kenyang,

sehingga ia tidak menghabiskan porsi makan yang diberikan. Tindakan

yang diberikan adalah, memberikan periode makan, makan saat menu

masih hangat, bersihkan lingkungan pasien, anjurkan menjaga kebersihan

mulut. Setelah 2 kali intervensi (Doenges, 2010). Pasien dapat

menghabiskan 80% dari porsi yang diberikan, tidak terdapat penurunan

berat badan, kebutuhan gizi harian pasien telah tercukupi dari diet yang

disediakan oleh rumah sakit, yaitu 3 kali makanan besar dan 2 kali

makanan kecil.

3.4.3. Resiko intoleransi aktivitas

Pada hari pertama pasien mengatakan bahwa adanya lelah setelah

beraktifitas, serta mengeluh badannya terasa lemas. Tindakan yang

dilakukan adalah menganjurkan pasien untuk menghemat energi,

membatasi kegiatan yang tidak mampu dilakukan sendiri oleh pasien

(Wilkinsson & Ahern, 2012). Pada akhir intervensi pasien mengatakan

badannya lebih segar. Tidak ada lelah setelah (jalan-jalan keluar ruangan,

dan pasien tidak melaporkan adanya kelemahan).

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

19

Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS SITUASI

4.1 Analisa Kasus terkait Keperawatan Kesehatan masyarakat Perkotaan

(KKMP)

KKMP yang merupakan suatu metode yang digunakan oleh perawat untuk

mencapai asuhan keperawatan dan pelayanan pada pasien komunitas khususnya

di perkotaan. Konsep keperawatan komunitas ini bisa diterapkan di lahan klinik

dengan memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada dan

penyakit yang ada di masyarakat. Proses keperawatan kesehatan masyarakat

perkotaan bertujuan untuk mencegah masalah keperawatan masyarakat di daerah

perkotaan (Anderson, 2006; Kemenkes RI, 2010).

Masalah yang sering terjadi di daerah perkotaan terkait dengan sistem urologi

adalah gagal ginjal kronik, infeksi saluran kemih (ISK), dan Benign Prostatic

Hyperplasia (BPH). Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia dan

termasuk Indonesia. Data penelitian terbaru mengenai penyakit bedah urologi

mengatakan bahwa di negara-negara berkembang, banyak dijumpai pasien gagal

ginjal sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran

kemih bagian atas. Hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas

pasien sehari-hari, yang bila tidak ditangani dengan segera akan berakibat kepada

gagal ginjal (Suhardjono, 2008)

Di Indonesia penyakit gagal ginjal masih menempati posisi tertinggi dari jumlah

pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti dari penyakit ini di

Indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti. Dari data dalam negeri yang

pernah dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah penderita gagal ginjal kronik

yang mendapat tindakan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari tahun ke

tahun mulai 162 pasien pada tahun 1997 menjadi 647 pasien pada tahun 2002.

Data terbaru menurut Rekam Medik Gedung A RSCM mengatakan bahwa pasien

yang dirawat dengan GGK pada awal tahun 2014 sampai pertengahan juni

19

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

20

Universitas Indonesia

terdapat sebanyak 104 orang. Kondisi ini cukup banyak dibandingkan dengan

daerah pedesaan yang masih terjaga keasriannya.

4.2 Analisis Kasus

Penyakit gagal ginjal kronik sering dialami oleh masyarakat perkotaan. Terjadinya

batu pada saluran kemih, gangguan metabolik pada pasien, tentu disertai adanya

multifaktor baik dari segi host, agent maupun lingkungannya. Dari hasil analisis

didapatkan konsumsi air putih yang kurang, diet tinggi oksalat, pemanis buatan,

pengawet yang berlebihan dalam minuman/makanan dan kolesterol tinggi,

obesitas, merokok, serta konsumsi obat dalam waktu yang lama (Crockell, 2012;

LeMone, Burke, & Bauldoff, 2011).

Berdasarkan klasifikasi, Tn. D tergolong kepada gagal ginjal derajat lima, dimana

LFG pasien 3.7 mL/min/1.73m^2. Pada tahap ini ginjal tidak mampu lagi

menjalankan fungsinya dalam membuang zat-zat sisa metabolisme, sehingga

proses tersebut digantikan oleh dialisis. Menurut Suwitra (2006) pasien dengan

LFG < 15 mL/min/1.73m^² termasuk kepada gagal ginjal tahap akhir atau gagal

ginjal (derajat 5) dimana terjadi peningkatan kadar kreatinin, BUN dan tingginya

kadar ureum dalam darah. Kondisi ini memerlukan terapi pengganti ginjal,

diantaranya HD.

Usia pasien yang tergolong dewasa tengah membuat salah satu pemicu munculnya

penyakit gagal ginjal kronik. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Suryarinilsih (2010) bahwa usia yang rentan untuk terkena gagal ginjal

adalah rentang usia 46-52 tahun yaitu sebanyak 95 persen. Usia dapat

meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tertentu, dimana sel maupun

organ tubuh akan mengalami penurunan fungsi seiring dengan bertambahnya usia

seseorang. Usia merupakan salah satu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

dari GGK dan usia dewasa tengah hingga tua merupakan salah satu dari delapan

faktor risiko terjadinya GGK. LeMone, Burke, dan Bauldoff (2011) berpendapat

bahwa terjadinya peningkatan kejadian GGK pada usia dewasa tua. Pada tahun

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

21

Universitas Indonesia

2006, lebih dari 110.000 orang yang memulai terapi GGK, dan 503.000 orang

yang sedang menjalani terapi GGK pada usia dewasa tua.

Tn. D merupakan sebagian besar dari penderita gagal ginjal dari jenis kelamin,

bahwa ditemukan laki-laki lebih rentan untuk terjadi gagal ginjal. Hal ini

dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Suryarinilsih (2010) bahwa persentasi

laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Hal berbeda diungkapkan peneliti di

Amerika bahwa jenis kelamin perempuan termasuk kedalam delapan faktor risiko

terjadinya GGK (Sahabat ginjal, 2009). Pada dasarnya pasien GGK tidak

dipengaruhi oleh jenis kelamin, antara laki-laki dan perempuan memiliki risiko

yang sama untuk menderita GGK (Crockell, 2012). Menurut penulis, banyaknya

pasien laki-laki kemungkinan disebabkan oleh gaya hidup laki-laki yang suka

merokok, pekerjaan, genetika dan kondisi fisiologis.

Penyebab timbulnya gagal ginjal ini berasal dari beberapa faktor. Keadaan sosial

ekonomi di daerah perkotaan identik dengan daerah industri yang dibangun

gedung-gedung bertingkat. Penyakit gagal ginjal kronik lebih sering diderita oleh

masyarakat industrialis, hal ini dikarenakan di negara maju/industri atau golongan

sosial ekonomi yang tinggi lebih banyak akan protein, terutama protein hewani,

juga karbohidrat dan gula, ini lebih sering menderita batu urin bagian atas. Negara

berkembang atau orang yang sering makan vegetarik dan kurang protein hewani

sering menderita batu urin bagian bawah, apabila dibiarkan akan berdampak

kepada kegagalan ginjal menjalankan fungsinya (Stoller & Boltom (2000) dan

Wurjanto (1987) dalam Bahdarsyam (2003).

Tanda dan gejala GGK yang terjadi pada Tn. D adalah hipertensi, kondisi ini telah

terjadi semenjak satu bulan sebelum masuk rumah sakit. Sesuai dengan pendapat

Shantier & O’Neill (2010) bahwa sekitar 50-75 persen pasien GGK mengalami

hipertesi. Tekanan darah Tn. D saat dilakukan pengkajian adalah 140/90 mmHg

dan telah mendapatkan terapi captopril 3 kali 12,5 mg. Hipertensi terjadi akibat

retensi cairan dan sodium, hal ini akibat dari GGK yang mengakibatkan aliran

darah ke ginjal menurun, sehingga mengaktivasi apparatus juxtaglomerular untuk

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

22

Universitas Indonesia

memproduksi enzim renin yang menstimulasi angiotensin I dan II (Smeltzer &

Bare, 2008).

Keluhan pasien bahwa kedua ekstremitas bawahnya bengkak, dan saat sebelum

masuk rumah sakit pasien mengeluh sesak napas yang memberat seperti ditimpa

benda berat, kondisi ini terjadi akibat dari penurunan laju filtrasi glomerulus

(LFG) yang berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan

natrium terjadi karena ginjal tidak mampu mengkonsentrasikan atau

mengencerkan urin secara normal pada GGK tahap akhir. Respon ginjal yang

sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi,

sehingga natrium dan cairan tertahan di dalam tubuh (Ferrario, at al, 2014;

LeMone, Burke, & Bauldoff, 2011; Shantier & O’Neil, 2010; Smeltzer & Bare,

2002).

Klien dengan GGK akan mengalami asidosis metabolik, begitu juga dengan Tn.

D, hasil pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) pada tanggal 13 Mei 2014 (pH:

7.27mmHg, dan HCO3: 11.9 mmol/L). Asidosis metabolik terjadi akibat

ketidakmampuan ginjal mensekresikan muatan asam (H+) yang berlebihan.

Sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mensekresi

amonia (NH3-) dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan sekresi

fosfat dan asam organik lain juga terjadi pada pasien GGK (Abboud & Henrich,

2010).

Hasil pemeriksaan laboratorium pada 19 Mei 2014 diketahui Hemoglobin Tn. D

adalah 8.4 g/dL, dari pemeriksaan fisik dikatahui kontungtiva tampak anemis,

bibir tampak pucat dan pasien mudah lelah. Anemia sering terjadi pada pasien

GGK akibat dari produksi eritopoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel

darah merah, defisiensi nutrisi (zat besi, asam folat dan vitamin B12), atau

kehilangan nutrisi selama HD, dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan

akibat status uremik pasien, terutama pada saluran gastrointestinal. Eritropoetin

adalah substansi yang diproduksi ginjal dalam keadaan normal, menstimulasi

sumsum tulang yang menghasilkan sel darah merah (Crockell, 2012).

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

23

Universitas Indonesia

Pasien sehari-hari jarang minum air putih, minuman yang disukai pasien adalah

kopi, minuman ringan dan berenergi. Faktor kebiasaan minum-minuman ringan

dan minuman berenergi memicu terjadinya GGK, dimana kandungan zat pemanis

buatan (aspartam) yang merupakan senyawa asam amino sintetik yang

mempunyai berat molekul (BM) yang besar. Bahan pengawet dan zat pewarna,

jika dikonsumsi melewati batas aman konsumsi akan berakibat kepada

penambahan beban kerja ginjal. Fungsi ginjal adalah sebagai penyaring bahan-

bahan toksik tersebut akan mengakibatkan lelah ginjal, yang berakibat rusaknya

tubulus dan glomerulus didalam ginjal dan berakhir dengan GGK (Levey &

Coresh, 2011; Smeltzer & Bare, 2008).

Tn. D saat ini mendapatkan terapi HD dua kali dalam seminggu, dengan tujuan

untuk mengambil zat-zat nitrogen yang merupakan toksik dari dalam darah dan

mengeluarkan cairan dan elektrolit yang berlebihan. Ada tiga prinsip yang

mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat

limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak

dari darah, yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan dialisat yang

konsentrasinya rendah (LeMone, Burke, & Bauldoff, 2011). Keuntungan dari

tindakan HD adalah untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam

tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut (Smeltzare &

Bare, 2008).

Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis.

Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan: dengan

kata lain, air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien)

ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapat ditingkatkan

melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin

dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan pengisap pada

membran dan memfasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat

mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga

tercapai isovolemia (keseimbangan cairan) (Smeltzer & Bare, 2008).

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

24

Universitas Indonesia

Pasien GGK yang mendapatkan HD juga menimbulkan beberapa masalah

keperawatan terkait dengan penyakit tersebut. Penegakan masalah keperawatan

pada pasien ini berdasarkan hasil pengkajian, pemeriksaan fisik dan data

penunjang. Dari hasil pengkajian didapatkan data pasien laki-laki berumur 51

tahun datang dengan keluhan kedua ekstremitas bawah klien edema grede I, sesak

napas sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, dan memberat sejak 1 minggu

sebelum masuk rumah sakit, sesak semakin parah saat berbaring, sesak seperti

ditimpa benda berat dan tidak bertambah saat beraktivitas. Batuk kadang-kadang,

mengi tidak ada, tidak ada nyeri dada. Pasien mengalami hipertensi sejak 1 balan

yang lalu disertai sakit kepala sejak, pasien minum Captopril 2x12,5mg, TD

masuk 160/90mmHg.

Masalah yang kedua dari Tn. D adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh. Perubahan nutrisi biasanya terjadi karena adanya anoreksia,

mual, muntah, rasa logam pada mulut, asites penurunan otot, sehingga

mengakibatkan penurunan lemak subkutan. Smeltzer dan Bare (2008)

menyebutkan manifestasi yang dapat di temukan pada pasien post HD adalah

anoreksia atau kehilangan nafsu makan, mual sampai dengan terjadinya muntah,

konstipasi, perdarahan GIT. Penyebabnya masih belum diketahui tetapi

kemungkinan dapat disebabkan oleh hidrasi serta restriksi protein. Selain itu

tanda dan gejala yang khas yaitu terjadinya faktor uremik, terjadi salvisasi urea

mengalami gangguan serta terdapat ammonia yang menyebabkan rasa ammonia

pada pernafasan. Mukosa bibir kering, serta lidah berwarna kuning kecoklatan.

Gastritis, penyakit peptik ulser, esofagitis, colitis serta luka pada mulut (uremik

stomatitis) biasa terjadi.

Pasien juga mengalami intoleransi terhadap aktivitas sejak 1 minggu sebelum

masuk rumah sakit, pasien mengeluh sesak serta terjadinya hemodilusi, sehingga

oksigen yang dibawa keseluruh tubuh berkurang. Berdasarkan hasil pemeriksaan

laboratorium tanggal 19/05/2014 bahwa hemoglobin pasien 8.4 g/dL. Menurut

Abrams, Druck, dan Cerra (2005) dan LeMone, Burke, dan Bauldoff (2011)

anemia sering terjadi pada pasien GGK akibat dari produksi eritopoetin yang tidak

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

25

Universitas Indonesia

adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan

kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien.

Eritropoetin adalah substansi yang diproduksi ginjal dalam keadaan normal,

menstimulasi sumsum tulang yang menghasilkan sel darah merah. Terjadinya

anemia berkontribusi terhadap gejala yang ditimbulkan seperti kelemahan,

kelelahan, depresi, gangguan kognitif, angina dan sesak nafas.

4.3 Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Salah satu masalah keperawatan dari Tn. D yang perlu mendapatkan intervensi

lebih adalah kelebihan volume cairan di antara dua waktu dialisis. Terjadinya

kelebihan volume cairan ini karena ketidakmampuan ginjal untuk

mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit, sehingga

menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

(smeltzer & Bare, 2008). Data yang didapatkan dari pasien dan hasil pemeriksaan

fisik menunjukkan bahwa pasien mengalami retensi cairan yang ditandai dengan

adanya edema ekstremitas bawah. Hal ini didukung oleh teori yang menjelaskan

bahwa seringnya terjadi kenaikan berat badan di antara dua waktu HD karena

intake cairan dan garam berlebih atas ketidak patuhan dalam regiment terapeutik.

Sesuai penelitian yang dilakukan Tovazzi & Mazzoni (2012) bahwa terjadinya

peningkatan berat badan dari 35 % reponden hingga 2,4 kg antar sesi hemodialisa.

Apabila kondisi ini tidak segera ditangani, maka berisiko terjadinya masalah-

masalah keperawatan lain pada pasien.

Terapi untuk mengatasi kelebihan volume cairan di antara dua waktu HD pada Tn.

D adalah fluid restriction atau pembatasan cairan. Pembatasan cairan adalah

pengaturan asupan cairan sampai 1 liter perhari, ini dilakukan untuk

meminimalkan risiko kelebihan cairan di antara dua waktu HD. Cairan yang

dikonsumsi pasien dibatasi dengan menjumlahkan urin dalam 24 jam ditambah

600 ml (IWL) (Almatsier, 2004; Pace, 2007). Jumlah urin dalam 24 jam ditambah

600 ml merupakan jumlah cairan yang dapat dikonsumsi pasien dan masih dapat

ditoleransi oleh ginjal pasien dalam 24 jam. Jumlah asupan cairan pasien baik

cairan yang diminum langsung ataupun yang dikandung oleh makanan (es krim,

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

26

Universitas Indonesia

agar-agar, sup) dapat di akumulasi secara langsung sebagai pemasukan cairan

pasien.

Setelah dilakukan perawatan selama empat hari, didapatkan penambahan berat

badan pasien di antara dua waktu HD tidak lebih dari 2% atau 1 kg BB, ini

dilakukan dengan cara mengukur kenaikan berat badan di antara dua waktu HD

(Interdialytic weight gain/IDWG) (Pace, 2007; Tovazzi & Mazzoni, 2012).

Penimbangan berat badan dilakukan dari sesaat pasien post HD yang merupakan

berat kering pasien, dan sesaat sebelum pasien menjalani terapi HD selanjutnya.

IDWG adalah peningkatan berat badan antar HD yang paling utama dihasilkan

oleh asupan garam dan cairan, serta makanan-makanan cair dalam suhu ruang

(agar-agar, es krim, dan soup).

Pasien GGK yang menjalani terapi HD, harus menjalani pengaturan asupan cairan

sehingga berat badan yang diperoleh tidak lebih dari 1 sampai 2 kg diantara waktu

dialisis dengan cara pembatasan cairan (Lewis et al, 2007). Manfaat dari

pembatasan cairan adalah mencegah terjadinya kelebihan volume cairan yang

tidak dapat menyebabkan terjadinya edema paru, asites, dan komplikasi

kardiovaskular pada pasien hemodialisis.

4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien memiliki beberapa kendala.

Langkah yang diambil mahasiswa adalah mencari alternatif solusi yang tepat

untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang terjadi. Solusi yang dimaksud

dapat bersumber dari perawat dengan peran utamanya sebagai pemberi asuhan

keperawatan, fasilitas layanan kesehatan, peran kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain, ataupun pelibatan pasien dan keluarga dalam proses pemberian

asuhan keperawatan. Dengan adanya alternatif penyelesaian masalah, diharapkan

intervensi keperawatan yang diperlukan dapat menyelesaikan masalah

keperawatan pasien dengan efektif. Masalah keperawatan yang masih harus

memerlukan perawatan sesuai dengan analisis adalah mengenai risiko kelebihan

volume cairan diantara dua waktu dialisis pada pasien yang menjalani HD.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

27

Universitas Indonesia

Terdapat beberapa kekurangan dalam melakukan latihan ini yaitu penulis merasa

referensi terkait evidence based practice yang sesuai dengan kasus ini terbatas.

Selain itu penulis juga merasakan belum ada yang menjamin kontinuitas kegiatan

ini tetap dilakukan pasien di rumah, sehingga pasien dirasa perlu dibekali

jadwal sebelum pulang seperti yang terdapat pada lampiran 5. Solusi bisa

ditawarkan kepada perawat ruangan untuk memperkaya cara perawatan pasien

khususnya masalah urologi dengan kelebihan volume cairan dan berisiko

terjadinya kelebihan volume cairan yaitu dengan membimbing pasien untuk

melakukan pembatasan cairan. Perawat ruangan dapat melanjutkan tindakan

pembatasan cairan setelah ada contoh sederhana ini, sampai ada penemuan baru

yang lebih baik daripada pembatasan cairan.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

28

Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis praktik klinik, gagal ginjal kronik (GGK) merupakan

salah satu penyakit yang sering dialami oleh masyarakat perkotaan. Penyakit ini

merupakan penyakit ginjal tahap akhir yang progressif dan irreversible. GGK

sering disebabkan oleh beberapa hal yang banyak terjadi di kota besar misalnya

saja keadaan sosial ekonomi yang mayoritas di daerah industri, pola diet, jenis

pekerjaan dengan aktivitas fisik yang minimal, iklim yang cenderung panas,

riwayat pasien dengan gaya hidup merokok serta sering meminum-minuman

berenergi memicu terjadinya gagal ginjal. Ada beberapa terapi yang dianjurkan

pada pasien dengan GGK tahap akhir, salah satunya adalah hemodialisis (HD).

Terapi HD biasanya beresiko untuk terjadinya kelebihan volume cairan diantara

dua waktu dialisis. Apabila risiko kelebihan ini tidak segera ditangani akan

menjadi kelebihan volume cairan atau overload. Tahap awal untuk mengatasi

kondisi ini biasanya dokter menganjurkan klien untuk tidak minum lebih dari 600

ml, langkah selanjutnya, pasien akan diberikan terapi diuretik. Perawat dapat

melakukan terapi perilaku untuk mengatasi risiko kelebihan volume cairan yaitu

dengan fluid restriction atau pembatasan cairan. Tujuan dari terapi ini adalah

untuk mengontrol intake cairan sesuai dengan kebutuhan dalam 24 jam. Sehingga

dapat mengatasi risiko kelebihan volume cairan diantara dua waktu dialisis.

5.2 Saran

Rekomendasi kepada penulis selanjutnya dalam melakukan asuhan keperawatan

pada pasien GGK untuk mengatasi masalah kelebihan volume cairan.

5.2.1 Penulis selanjutnya dapat melakukan terapi pembatasan cairan dan

elektrolit sekaligus untuk mengatasi kelebihan volume cairan pada GGK,

sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal. Selain itu

penulis selanjutnya dapat mencari jurnal yang lebih banyak dengan metode

yang lebih baru lagi sehingga hasil penulisan dapat memberi informasi

yang lebih luas kepada pembaca. Penulis juga sebaiknya melakukan

28

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

29

Universitas Indonesia

asuhan keperawatan tidak hanya kepada pasien kelolaan namun juga

kepada pasien yang lain sehingga penulis mengetahui kelebihan dan

kekurangan metode yang dilakukakan. Pada saat mengevaluasi

pembatasan cairan baiknya penulis mendampingi pasien dan memeriksa

intake dan output secara keseluruhan sehingga pasien mengetahui cara

yang benar dalam pembatasan cairan.

5.2.2 Perawat khususnya perawat penyakit dalam sebaiknya dapat meneruskan

terapi untuk merawat pasien yang sedang menjalani hemodialisis dengan

pembatasan cairan. Perawat penyakit dalam juga dapat memberikan

inspirasi lebih banyak lagi dalam menyusun asuhan keperawatan.

Khususnya dalam memberikan intervensi keperawatan kepada penderita

GGK dengan risiko kelebihan volume cairan sesuai dengan penelitian

terbaru.

5.2.3 Institusi pendidikan seharusnya memberikan tambahan informasi kepada

mahasiswa mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah

sistem urologi, khususnya mengenai penyakit GGK dengan pasien yang

menjalani HD dan berisiko untuk mengalami kelebihan volume cairan.

Cara yang tepat bisa memasukkan terapi ini dalam sub bab sistem urologi

dengan kasus penyakit GGK, sehingga dapat menurunkan angka

kekambuhan atau terjadinya komplikasi pada pasien GGK yang menjalani

HD.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

30

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Abboud, H. & Henrich, W. L. (2010). Stage IV chronic kidney disease. The New

England Journal Of Medicine. N Engl J Med 2010;362:56-65

Abrams, J. H., Druck, P., Cerra, F. B. (2005). Surgical critical care. Second

edition. Taylor & Francis Group, LLC

Achmadi U. F. (2010). Manajemen penyakit berbasis wilayah . Jakarta:

Universitas Indonesia.

Almatsier, S. (2006). Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anderson, E.T. (2006). Buku ajar keperawatan komunitas teori dan praktik.

Jakarta: EGC.

Bahdarsyam. (2003). Spektrum bakteriologik pada berbagai jenis batu saluran

kemih bagian atas. Sumatera Utara: Bagian Patologi Klinik, FK USU

Black, J. M & Hawks, J. H. (2009). Medical surgical nursing (8th ed). St Louis,

Missouri: Saunders

Crockell, Y. J. (2012). Management of chronic kidney disease: an emphasis on

delaying disease progression and treatment optionts. Formulary Journal.

June 2012, Vol. 47.

Depkes RI. (2006). Profil kesehatan Indonesia 2004: Menuju Indonesia sehat

2010. Jakarta: Depkes RI.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., Geissler, A. C. (2000). Rencana asuhan

keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian

perawatan pasien. Jakarta: EGC

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., Murr, A. C. (2010). Nursing care plans:

guidelines for individualizing client care across the life span (8th ed.).

Philadelphia: Davis Company.

Ferrario, M., et, al. (2014). Effects of fluid on heart rate variability in chronic

kidney disease patiens on hemodialysis. BMC Nephrology 2014, 15:2. doi:

10.1186/1471-2369-15-26.

Gatot, D. (2003). Resiko reduksi ureum dalam dialisis. Juni 10, 2014

http://library.usu.ac.id/download/file/penydalam_dairot_gatot.pdf.

Graves, J. W. (2008). Diagnosis and management of chronic kidney disease.

Mayo Clinic Proceeding; sep 2008; 83,9; Prouest Public Health

Guyton dan Hall. (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran Edisi II. Jakarta: EGC

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

31

Universitas Indonesia

Kemenkes RI. (2010). Pengembangan kota sehat untuk mengatasi masalah

urbanisasi. Jakarta: Sekjen Kemenkes.

http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=997

LeMone, P., Burke, K., Bauldoff, G. (2011). Medical Surgical Nursing: Critical

thinking in patient care (5th

ed). Person Education, Inc.

Levey, A. S. & Coresh, J. (2011). Chronic kidney disease. Lancet 2012;279: 165-

80. Doi: 10.1016/S0140-6736(11)60178-5.

Lewis, S. M., Heitkemper, M. M., Dirksen, S. R. (2000). Medical surgical nursing

assesment and management of clinical problem (5th ed). Philadelphia:

Mosby Year Book Inc.

McEwen,M & Nies,M.A. (2007). Community/public health nursing: promoting

the health of populations. Fourth edition. USA: Saunders Elsevier.

Herdman, T. H. (2012). Nanda international: Diagnosis Keperawatan definisi

dan klasifikasi. (Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tian: Penerjemah).

Jakarta: EGC

Pace, R. C. (2007). Fluid management in patients on hemodialysis. Nephrology

Nursing Journal. September-october 2007; Vol. 34, No. 5

Perkins, S. M., Welch, J. L., Johnson, C. S., Kraus, M. A. (2006). Patterns of

interdialytic weight gain during the year of hemodialisys. Nefrology

Nursing Journal. Sept-Oct 2006. Juni 02, 2014.

http://findarticles.com/p/articles

Price, S. A., Wilson, L. M. (1995). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses

penyakit. Jakarta: EGC.

Rahmawati. (2008). Pengaruh Pengaturan Interval dan Suhu Air Minum

Terhadap Sensasi Haus Pasien pada Penyakit Ginjal Tahap Akhir di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Tesis-Universitas

Indonesia.

Sahabat ginjal. (2009). Delapan faktor resiko mendeteksi penyakit ginjal kronik.

Juni 02, 2014. http://www.sahabatginjal.com/display.articles.aspx?artid

Shantier, M., & O’Neil, D. (2010). Complication and management of chronic

kidney disease. Irish Medical Times; Nov, 5, 2010;44,45; ABI/INFORM

Trade & Industri.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Brunner & Suddarth’s textbook of medical-

surgical nursing vol.1. (8th

Ed). (Waluyo, A., Kariasa, M., Julia, Kuncara,

A., & Asih, Y., Penerjemah). Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher.

-----------------------------. (2008). Brunner & Sddarth’s Textbook of medical

surgical nursing (11th Ed

). Philadephia: Lippincott William & Wilkins.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

32

Universitas Indonesia

Stoller, Bolton.(2000). Urinary stone disease In : Tanagho EA, Mc Aninch JW

Smith’s general urology. 15th

edition. New York: Mc Graw-Hill Companie.

Suharjono. (2008). Ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC.

Suryarinilsih, Y. (2010). Hubungan penambahan berat baddan antara dua waktu

dialissis dengan kualitas hidup pasien hemodialisis di RS. Dr. M. Jamil

Padang. Tesis

Suwitra, K. (2006), dalam Sudoyo., Alwi., Simadibrata., Setiadi., 2006. Buku ajar

ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam.

Thomas, N. (2003). Renal nursing (Second Ed). London: Bailliere Tindall

Tovazzi, M. E, & Mazzoni, V. (2012). Personal paths of fluid restriction in

patients on hemodialiysis. Nephrologi Nursing Journal, 39(3), 207-215

World Health Organization (WHO). (2008). Environmental Health. 25 Juni

2014. http://www.WHO.int.

Yayasan Ginjal Diatrash Indonesia (2008). Cuci Darah demi kualitas hidup.

http://www.ygdi.org.2008. Mei 15 2014

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Lampiran 1

PENGKAJIAN

I. Identitas pasien

Tn. D (51 tahun) datang ke IGD RSCM pada 23 Mei 2014. Pasien merupakan

bapak dengan 2 anak dan memiliki 1 isteri, agama pasien adalah islam. Pasien

merupakan mantan dari karyawan swasta yang saat ini tinggal di daerah Jakarta

Pusat.

II. Anamnesis

a. Keluhan utama saat dirawat

Pesien masuk IGD RSCM dengan keluhan sesak napas sejak 2 bulan

sebelum masuk rumah sakit, dan memberat sejak 1 minggu sebelum

masuk rumah sakit, sesak semakin parah saat berbaring, sesak seperti

ditimpa benda berat dan tidak bertambah saat beraktivitas. Batuk kadang-

kadang, tidak terdapat mengi, nyeri dada tidak ada. Pasien mengalami

hipertensi sejak 1 balan yang lalu disertai dengan sakit kepala, hemiparise

tidak ada dan minum Captopril 3 x 12,5 mg, TD masuk 160/90 mmHg.

b. Riwayat kesehatan yang lalu

Pasien mengatakan bahwa tidak ada riwayat diabetes mellitus, hipertensi,

batu ginjal, asma dan penyakit kronik lainnya.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit yang sama dengan

pasien. Tidak ada riwayat diabetes mellitus, hipertensi, asma, sakit ginjal

dari keluarga.

d. Aktivitas dan istirahat

Pasien mengeluh kondisinya saat ini membuatnya terbatas dalam

beraktivitas, untuk menghilangkan kejenuhannya, pasien duduk-duduk di

pinggir tempat tidur dan berjalan keluar ruangan, namun pasien mengeluh

lelah dan capek setelah beraktivitas. Tidak ada gangguan pada jantung dan

pernapasan saat beraktivitas, rentang gerak maksimal, kekuatan otot baik,

namun tidak mampu beraktivitas seperti biasanya. Tonus otot 5555 5555

5555 5555

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

e. Sirkulasi

Pasien diketahui mengalami hipertensi sejak satu bulan yang lalu,

sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Kesemutan tidak

ada, kebas tidak ada, sedikit perubahan frekuensi berkemih saat sebelum

masuk rumah sakit, dan saat ini jumlah BAK 300-400 cc dalam 24 jam.

Tekanan darah berbaring: 135/90 mmHg, duduk: 130/90 mmHg, berdiri:

130/80mmHg. Nadi apikal 98 x/menit, nadi radialis 100 x/menit, kuat dan

teratur. Auskultasi dada: tidak terdapat ronkhi/wheezing, tidak ada

murmur/gallpop. Pada ekstremitas: kaki hangat bilateral, C,

capillary refill time (CRT) < 3 detik. Mukosa sedikit kering, bibir lembab,

konjungtiva tampak pucat, sklera tidak ikterik, tidak ada diaphoresis.

f. Integritas Ego

Pasien mengatakan tidak ada ancaman serta stres yang dialaminya saat ini,

pasien mengatakan bahwa semua biaya pengobatannya ditanggung oleh

asuransi yang di ikutinya. Pasien beragama islam dan melakukan sholat

lima wakt ditempat tid r dan elal berdo’a nt k ke emb annya. D l ,

sebelum sakit, pasien mempunyai kebiasaan merokok, minum-minuman

ringan dan berenergi, dan makan-makanan sembarangan yang tidak

memikirkan kandungan yang terdapat didalam makanan tersebut. Namun

semenjak sejak 2 bulan yang lalu pasien sangat memperhatikan

makanannya, serta mengatur dietnya. Tidak ada perasaan

ketidakberdayaan dan putus asa. Pasien tampak tenang, sabar dan

menerima setiap kondisi tubuhnya.

g. Eliminasi

Pasien mengatakan BAB teratur 1 kali sehari, karakter feses lunak, BAB

terakhir tadi pagi. Tidak ada riwayat perdarahan, hemoroid, konstipasi dan

diare. Pola BAK: ± 2-3x dalam 24 jam, pasien merasa tuntas ketika BAK.

Riwayat nyeri saat BAK tidak ada, riwayat hematuria tidak ada. Tidak ada

nyeri tekan dan massa abdomen, bising usus normal 6 x/menit.

h. Makanan dan cairan

Pasien biasa makan nasi biasa dan lauk serta sayur. Tidak ada keluhan

mual dan muntah, nyeri ulu hati, dan alergi makanan. Kemampuan untuk

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

mengunyah dan menelan masih baik. BB sebelum masuk rumah sakit 59

kg, saat ini berat badan klien 57 kg, dan TB 165 cm. Bentuk tubuh tegak

dan sedikit kurus. Turgor kulit elastis, dan sedikit kering. Edema grade I di

kedua ekstremitas bawah, tidak ada distensi vena jugularis. Kondisi gigi

ada yang berlubang, penampilan lidah lembab dan membran mukosa

kering. Pada saat di RS mendapat terapi diet ginjal dengan jumlah kalori

2100 kkal dengan 46,8 gram protein, 58 gram lemak, dan 315 gram

karbohidrat.

i. Kebersihan/Hygiene

Sebagian aktivitas sehari-hari dilakukan sendiri oleh pasien, pemenuhan

kebutuhan sehari-hari mampu dilakukan secara mandiri. mobilitas berjalan

sendiri dengan memegang furnitur namun kadang juga dibantu satu orang.

Penampilan umum pasien bersih, rapi, cara berpakaiana sesuai, dan tidak

ada bau badan. Kulit kepala sedikit berminyak, tidak ada ketombe.

j. Neurosensori

Pasien mengeluh kadang-kadang pusing, tidak ada rasa ingin pingsan.

Tidak ada kesemutan pada ekstremitas. Tidak ada riwayat stroke dan

kejang. Penglihatan dan pendengaran normal. Status mental terorientasi,

kesadaran composmentis dan kooperatif. Memori saat ini baik masih ingat

juga memori masa lalu. Tidak ada tanda facial drop, refleks menelan baik,

genggaman baik. Ukuran pupil 2mm/2mm, reaksi pupil terhadap cahaya

+/+, isokhor.

k. Nyeri/ketidaknyamanan

Pasien mengeluh sering pusing, frekuensi 4-5 kali dalam 24 jam.

kualitasnya seperti ditusuk-tusuk, durasi 1-2 menit, VAS 1-2. Tidak ada

penjalaran, ekspresi saat menahan nyeri: pasien tampak mengerutkan

wajah serta menjaga area yang sakit. Respon emosional hanya diam ketika

ditanya dan tidak marah. Untuk menghilangkan nyerinya, pasien

melakukan istirahat.

l. Pernapasan

Pasien mengatakan tidak mengeluh batuk atau sesak. Tidak ada riwayat

bronkhitis, TB, asma, empisema, pneumonia. Tidak menggunakan

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

oksigen. Frekuensi pernapasan 20 x/menit. Pengembangan dada simetris,

tidak menggunakan otot bantu napas. Bunyi napas vesikuler. Tidak ada

sianosis, tidak ada sputum. Tenang, kesadaran compos mentis.

m. Keamaanan

Pasien tidak ada riwayat alergi obat, cuaca, maupun makanan, tidak ada

riwayat kecelakaan. Tidak ada masalah hubungan seksual. Pasien

mengeluh sedikit gatal diseluruh anggota tubuhnya. ROM aktif, tonus otot

5555 5555

5555 5555

n. Interaksi sosial

Pasien sudah menikah +/- sejak 20 tahun yang lalu, tidak ada masalah

yang rumit selama hidup bersama isterinya. Pasien memiliki dua orang

anak, dalam keluarga pasien berperan sebagai suami dan ayah.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Lampiran 2

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

13/05/

2014

Hematologi

Darah perifer lengkap

Hemoglobin

Hematokrit

Eritrosit

MCV/VER

MCH/HER

MCHC/KHER

Jumlah Trombosit

Jumlah Leukosit

GDS

Elektrolit

Natrium (Na) Darah

Kalium (K) Darah

Klorida (Cl) Darah

SGPT

SGOT

Fungsi ginjal

Ureum

Kreatinin

APTT

Pasien

kontrol

Masa protrombin (PT)

Pasien

Kontrol

Analisa Gas Darah

PH

PCO2

PO2

HCO3

SaO2

10,2

28,3

4,10

101,5

33,2

32,2

299

22,90

150

142

3.30

106

12

17

187

12.89

26.5

12

14.6

12.0

7.27

25.3

128.5

11.9

98.4

g/dL

%

10^ /μL

fL

pq

g/dL

10^ / μL

10^ / μL

mg/dL

mEq/L

mEq/L

mEq/L

g/L

g/L

mg/dL

mg/dL

detik

detik

detik

detik

mmHg

mmHg

mmHg

mmol/L

%

12,0-15,0

36,0-46,0

3,8-4,8

80-95

27-31

32-36

150-400

5,0-10,0

90-130

132-147

3,30-5,40

94,0-111,0

<34

<27

<80

0.60-1.20

31.0-47.0

31.0-47.0

7.35-745

35-45

75-105

22-26

95-98

19/05/

2014

Hematologi

Darah perifer lengkap

Hemoglobin

Hematokrit

Eritrosit

MCV/VER

MCH/HER

MCHC/KHER

Jumlah Trombosit

8.4

24.7

4.03

97.8

32.7

33.5

252

g/dL

%

10^ /μL

fL

pq

g/dL

10^ / μL

12,0-15,0

36,0-46,0

3,8-4,8

80-95

27-31

32-36

150-400

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Jumlah Leukosit

Fungsi Ginjal

Ureum

Kreatinin

eGFR

GDS

Elektrolit

Natrium (Na) Darah

Kalium (K) Darah

Klorida (Cl) Darah

Albumin

96.20

166

13.4

3.7

74

135

4.2

94.1

3.30

10^ / μL

mg/dL

mg/dL

mL/min/1.73m^²

mg/dL

mEq/L

mEq/L

mEq/L

5,0-10,0

<80

0.60-1.20

66.00-96.00

90-130

132-147

3,30-5,40

94,0-111,0

3.50-4.50

22/06/

2014

Hematologi

Darah perifer lengkap

Hemoglobin

Hematokrit

Eritrosit

MCV/VER

MCH/HER

MCHC/KHER

Jumlah Trombosit

Jumlah Leukosit

Elektrolit

Natrium (Na) Darah

Kalium (K) Darah

Klorida (Cl) Darah

Fungsi Ginjal

Ureum

Kreatinin

eGFR

Masa protrombin (PT)

Pasien

Kontrol

APTT

Pasien

kontrol

Analisa Gas Darah

PH

PCO2

PO2

HCO3

SaO2

8.6

25.7

4.70

99.2

32.7

32.9

267

9.47

137

3.45

94.5

51

4.7

13.1

13.3

12.9

32.4

33.0

7.46

34

94.8

24.5

97

g/dL

%

10^ /μL

fL

pq

g/dL

10^ / μL

10^ / μL

mEq/L

mEq/L

mEq/L

mg/dL

mg/dL

mL/min/1.73m^²

detik

detik

detik

detik

mmHg

mmHg

mmHg

mmol/L

%

12,0-15,0

36,0-46,0

3,8-4,8

80-95

27-31

32-36

150-400

5,0-10,0

132-147

3,30-5,40

94,0-111,0

<27

<80

66.00-96.00

31.0-47.0

31.0-47.0

7.35-745

35-45

75-105

22-26

95-98

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

3.1.1. Pemeriksaan urin

Tabel 3.2. Pemeriksaan urin

Jenis pemeriksaan Hasil Unit Nilai normal

Urin lengkap

Warna

Kejernihan

pH

Berat Jenis

Albumin

Glukosa

Nitrat

Urobilirubin

Biliribin

Darah samar

Leukosit esterase

Kuning

Agak keruh

5.5

1.015

-

-

-

0.2

-

-

-

UE

Kuning

Jernih

5,0-8,0

1005-1030

Neg

Neg

Neg

0,1-1

Neg

Neg

Neg

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

Lampiran 3

RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

PADA TN. D DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan

Kriteria Hasil/Evaluasi

Intervensi Rasional

1.

Kelebihan volume cairan b/d mekanisme

regulatori (gagal ginjal) dengan retensi

air, ditandai dengan:

Data Subjektif:

1 mgg sebelum RS pasien mengeluh

sesak yang memberat, seperti ditimpa

benda berat.

Pasien mengatakan urin yang keluar

sedikit

Data Objektif:

Edema grade I di kedua ekstremitas

bawah

TD: 140/90 mmHg.

JVC 5 + 2 cm H2O

Balance cairan 19/05/2014: + 230cc

Hasil pemeriksaan laboratorium

tanggal 19/05/2014:

Ureum: 166 mg/dL

Kreatinin: 13.4 mg/dL

eGFR: 3.7 mL/mnt/1.73 m^2

Tujuan :

Cairan tubuh adekuat.

Kriteria hasil:

Menunjukkan haluaran urin

tepat dengan BJ/hasil

laboratorium normal.

Berat badan stabil.

Tanda-tanda vital dalam

batas normal 120/80

mmHg.

Tidak ada edema.

Mandiri

1. Awasi denyut jantung, TD, dan

CVP.

2. Catat pemasukan dan pengeluaran

akurat

3. Awasi berat jenis urin.

4. Timbang berat badan tiap hari

dengan alat dan pakaian yang

sama.

5. Kaji kulit, wajah, area tergantung

untuk edema. Evaluasi derajat

edema (pada skala +1 sampai +4).

6. Auskultasi paru dan bunyi

jantung.

7. Kaji tingkat kesadaran; selidiki

perubahan mental, adanya

gelisah.

Takikardia dan hipertensi terjadi karena (1)

kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urin, (2)

perubahan pada sistem renin-angiotensin.

Perlu untuk menentukan fungsi ginjal,

kebutuhan penggantian cairan, dan penurunan

risiko kelebihan cairan.

Mengukur kemampuan ginjal untuk

mengkonsentrasikan urine. Pada gagal

intrarenal, berat jenis biasanya sama/kurang dari

1,010 menunjukkan kehilangan kemampuan

untuk memekatkan urine

Penimbangan berat badan harian adalah

pengawasan status cairan terbaik. Peningkatan

berat badan lebih 0,5 kg/hari diduga ada retensi

cairan.

Edema terjadi terutama pada jaringan yang

tergantung pada tubuh. BB dapat meningkat

sampai 4,5 kg cairan sebelum pitting edema

terdeteksi.

Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema

paru dan gagal jantung dibuktikan oleh

terjadinya bunyi napas tambahan, dan bunyi

jantung ekstra.

Dapat menunjukkan perpindahan cairan,

akumulasi toksin, asidosis, ketidakseimbangan

elektrolit, atau terjadinya hipoksia.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan

Kriteria Hasil/Evaluasi

Intervensi Rasional

8. Batasi cairan sesuai indikasi.

Kolaborasi

9. Awasi pemeriksaan laboratorium:

BUN, kreatinin.

Natrium serum

Kalium serum.

Hb/Ht

10. Berikan obat sesuai indikasi:

Diuretik, contoh furosemid

(Lasix), mannitol (Osmitrol):

Antihipertensif, contoh

klonidin (Catapres); metildopa

(Aldomet); prazosin

(Minipress).

Manajemen cairan diukur untuk menggantikan

pengeluaran dari semua sumber ditambah

perkiraan kehilangan yang tak tampak

(metabolisme, diaforesis).

Mengkaji berlanjutnya dan penanganan gagal

ginjal. Kreatinin adalah indikator yang lebih

baik untuk fungsi ginjal karena tidak

dipengaruhi oleh hidrasi, diet, dan katabolisme

jaringan.

Hiponatremia dapat diakibatkan dari kelebihan

cairan (dilusi) atau ketidakmampuan ginjal

untuk menyimpan natrium. Hipernatremia

menunjukkan defisit cairan tubuh total.

Kekurangan ekskresi ginjal dan/atau retensi

selektif kalium untuk mengekskresikan

kelebihan ion hidrogen (memperbaiki asidosis)

menimbulkan hiperkalemia.

Penurunan nilai dapat mengindikasikan

hemodilusi (hipervolemia); namun selama gagal

lama, anemia sering terjadi sebagai akihat

kehilangan/penurunan produksi eritropetin

Diberikan dini pada fase oliguria pada GGA

pada upaya mengubah ke fase nonoliguria,

untuk melebarkan lumen tubular dan debris,

menurunkan hiperkalemia, dan meningkatkan

volume urine adekuat. Diberikan untuk

mengatasi hipertensi dengan efek berbalikan

dari penurunan aliran darah ginjal, dan/atau

kelebihan volume sirkulasi

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan

Kriteria Hasil/Evaluasi

Intervensi Rasional

2.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b/d mual dan

pembatasan diet, ditandai dengan:

Data Subjektif:

Klien mengeluh mulut terasa kering

dan bibir pecah-pecah

Saat masuk rumah sakit klien

mengeluh mual

Data Objektif:

Konjungtiva anemis

Makan yang diberikan masih tersisa

1/3 porsi

Hasil pemeriksaan Lab. Tgl

19/05/2014

Albumin : 3.30 mg/dL

HB : 8. 4 g/dL

BB turun 2 kg dalam 2 minggu

terakhir

Antropometri:

BB 57 kg

TB 165 cm

BBI : 58,5 kg

Tujuan :

Mempertahankan nutrisi yang

adekuat.

Kriteria Hasil :

Status Nutrisi klien

terpenuhi.

Tidak mual

1. Kaji status nutrisi, meliputi:

Perubahan berat badan,

pengukuran antropometrik, nilai

laboratorium (elektrolit, serum,

BUN, kreatinin, Protein).

2. Kaji pola diet nutrisi klien:

riwayat diet, makanan kesukaan,

dan hitung kalori.

3. Kaji faktor yang berperan dalam

merubah masukan nutrisi:

anoreksi, mual dan muntah, diet

yang tidak menyenangkan bagi

klien, kurang memahami

pembatasan diet dan stomatitis.

4. Anjurkan cemilan tinggi kalori,

rendah protein, rendah natrium

diantara waktu makan.

5. Jelaskan rasional pembatsan diet

dan hubngan dengan penyakit

ginjal, peningkatan ureum dan

kreatinin.

6. Timbang berat badan setiap

minggu.

7. Kaji bukti adanya masukan

protein yang tidak adekuat,

seperti :edema, pennyembuhan

yang lambat, penurunan kadar

albumin serum.

Menyediakan data dasar untuk memantau

perubahan dan mengevaluasi hasilnya.

Pada diet dahulu dan sekarang dapat

dipertimbangkan dalam menyusun menu.

Menyediakan informasi mengenai faktor lain

yang dapat diubah atau dihilangkan untuk

meningkatkan masukan diet.

Mengurangi makanan dan protein yang dibatasi

dan menyediakan kalori untuk energi, membagi

protein untuk pertumbuhan dan penyembuhan

jaringan.

Meningkatkan pemahaman klien antara diet,

urea dan kadar kreatinin dengan penyakit ginjal.

Untuk memantau status cairan dan nutrisi.

Masukan protein yang tidak edekuat dapat

menyebabkan penurunan albumin dan protein

lain. Pembentukan edema dan perlambatan

penyembuhan.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan

Kriteria Hasil/Evaluasi

Intervensi Rasional

3

Resiko intoleransi aktivitas b/d

ketidakseimbangan suplai O2 dan

keletihan, ditandai dengan:

Data Subjektif:

Klien mengeluh lelah setelah

beraktivitas

Klien mengatakan badannya terasa

lemas

Data Objektif:

Klien tampak lemas

Klien tidak mampu melakukan

aktivitas seperti biasanya

Konjungtiva anemis

HB : 8.4 mg/dL

TD : 128/74 mmHg

N : 90 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36 C

Ureum : 166 mg/dL

Tujuan :

Klien berpartisipasi dalam

beraktivitas yang dapat

ditoleransi.

Kriteria Hasil :

Pasien melaporkan tidak

adanya kelelahan saat atau

setelah beraktivitas

Konjungtiva tidak

pucat/anemis

Hb dalam batas normal :

14-16 g/dL

Mandiri

1. Kaji faktor yang menimbulkan

keletihan, seperti anemia, ketidak

seimbangan cairan dan elektrolit,

retensi produk sampah, depresi.

2. Tingkatkan kemandirian dalam

aktivitas perawatan diri yang

dapat ditoleransi, bantu jika

keletihan terjadi.

3. Anjurkan aktivitas alternatif

sambil istirahat.

4. Kaji kemampuan untuk

berpartisipasi pada aktifitas yang

diinginkan/dibutuhkan.

5. Awasi kadar elektrolit termasuk

kalsium, magnesium, dan kalium

Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat

keletihan .

Meningkatkan aktivitas ringan atau sedang dan

memperbaiki harga diri.

Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-

batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang

adekuat.

Meningkatkan aktivitas ringan/ sedang dan

memperbaiki harga diri.

Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-

batas yang dapat ditoleransi.

Ketidak seimbangan dapat mengganggu fungsi

neuromuskuler

(Doenges, Moorhouse, & Murr, 2010)

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

Lampiran 4

CATATAN KEPERAWATAN

TN. D DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK

20 Mei 2014

Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

12.00 Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh b/d mual dan

pembatasan diet, ditandai dengan :

Data Subjektif:

Klien mengeluh mulut terasa

kering dan bibir pecah-pecah

Saat masuk rumah sakit klien

mengeluh mual

Data Objektif:

Konjungtiva anemis

Makan yang diberikan masih

tersisa 1/3 porsi

Hasil pemeriksaan Lab. Tgl

19/05/2014

Albumin : 3.30 mg/dL

HB : 8. 4 g/dL

BB turun 2 kg dalam 2 minggu

terakhir

Antropometri:

BB 57 kg

TB 165 cm

BBI : 58,5 kg

Mengkaji status nutrisi, meliputi: Perubahan

berat badan, pengukuran antropometrik,

nilai laboratorium (elektrolit, serum, BUN,

kreatinin, Protein).

Mengkaji pola diet nutrisi klien: riwayat

diet, makanan yang tidak disukai, dan

hitung kalori.

Mengkaji faktor yang berperan dalam

merubah masukan nutrisi: anoreksi, mual

dan muntah, diet yang tidak menyenangkan

bagi klien, kurang memahami pembatasan

diet dan stomatitis.

Menimbang berat badan setiap minggu.

Mengkaji adanya masukan protein yang

tidak adekuat, seperti :edema

pennyembuhan yang lambat, penurunan

kadar albumin serum

S: Klien mengatakan mual

Nafsu makan masih kurang.

O:

Porsi makan habiskan1/2 dari yang

disediakan

Hasil pemeriksaan lab. 19/05/2014

HB: 8,4 gr/dl

BB: 57 kg

Albumin 3.30

A:

Masalah belum teratasi

P:

Kaji dan catat pemasukan diet.

Evaluasi daftar makanan atau cairan

yang dibolehkan

Evaluasi pembatasan diet dan

hubungannya dengan penyakit ginjal.

Kolaborasi dengan ahli gizi dalam

pemberian diet.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

13.30 Kelebihan volume cairan b/d

mekanisme regulatori (gagal ginjal)

dengan diet berlebih, retensi air,

ditandai dengan :

Data Subjektif :

1 mgg sebelum RS pasien

mengeluh sesak yang memberat,

seperti ditimpa benda berat.

Pasien mengatakan urin yang

keluar sedikit

Data Objektif:

Edema grade I di kedua

ekstremitas bawah

TD : 140/90 mmHg. JVC 5 + 2 cm H2O

Balance cairan 19/05/2014 : +

230cc

Hasil pemeriksaan laboratorium

tanggal 19/05/2014:

Ureum : 166 mg/dL

Kreatinin : 13.4 mg/dL

eGFR : 3.7 mL/mnt/1.73 m^2

Mengawasi denyut jantung, TD, dan CVP.

Mencatat pemasukan dan pengeluaran

akurat

Menimbang berat badan tiap hari dengan

alat dan pakaian yang sama.

Mengkaji kulit, wajah, area tergantung

untuk edema. Evaluasi derajat edema (pada

skala +1 sampai +4).

S: Klien mengatakan urinnya sangat

sedikit

O: TD 130/90, Nadi: 100x/menit

CVP 5+2cmH2O

Tidak ada edema ekstremitas maupun

edema periorbital

Turgor kulit agak kering

BB 57.5 kg

Mukosa membrane lembab

Imbalance cairan 24 jam (+150 ml)

A: Resiko kelebihan volume cairan masih

dapat terjadi

P: Awasi denyut jantung, TD, dan JVP.

Catat pemasukan dan pengeluaran

akurat

Awasi berat jenis urine.

Timbang berat badan tiap hari dengan

alat dan pakaian yang sama.

Kaji kulit, wajah, area tergantung

untuk edema. Evaluasi derajat edema

(pada skala +1 sampai +4).

Auskultasi paru dan bunyi jantung.

Kaji tingkat kesadaran; selidiki

perubahan mental, adanya gelisah

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

21 Mei 2014

Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

12.00 Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh b/d mual dan

pembatasan diet, ditandai dengan :

Data Subjektif:

Klien mengeluh mulut terasa

kering dan bibir pecah-pecah

Saat masuk rumah sakit klien

mengeluh mual

Data Objektif:

Konjungtiva anemis

Makan yang diberikan masih

tersisa 1/3 porsi

Hasil pemeriksaan Lab. Tgl

19/05/2014

Albumin: 3.30 mg/dL

HB: 8. 4 g/dL

BB turun 2 kg dalam 2 minggu

terakhir

Antropometri:

BB 57 kg

TB 165 cm

BBI: 58,5 kg

Mengkaji faktor yang berperan dalam

mengubah masukan nutrisi: anoreksi,

mual dan muntah, diet yang tidak

menyenangkan bagi klien, kurang

memahami pembatasan diet dan

stomatitis.

Menganjurkan cemilan tinggi kalori,

rendah protein, rendah natrium

diantara waktu makan.

Mengkaji ulang adanya masukan

protein yang tidak adekuat, seperti:

edema, penyembuhan yang lambat.

S: Klien sudah tidak mual lagi

Nafsu makan masih kurang dan mulut

masih terasa kering.

O:

Porsi makan habiskan ¾, dari yang

disediakan

Mukosa bibir lembab

Tidak ada edema dan penyembuhan yang

lambat

Konjungtiva pucat

A:

Intake nutrisi belumadekuat

P:

Kaji status nutrisi, meliputi: Perubahan

berat badan, pengukuran antropometrik,

nilai laboratorium (elektrolit, serum,

BUN, kreatinin, Protein).

Kaji faktor yang berperan dalam merubah

masukan nutrisi: anoreksi, mual dan

muntah, diet yang tidak menyenangkan

bagi klien, kurang memahami pembatasan

diet dan stomatitis.

Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah

protein, rendah natrium diantara waktu

makan.

Timbang berat badan setiap minggu.

Kaji bukti adanya masukan protein yang

tidak adekuat, seperti :edema,

pennyembuhan yang lambat, penurunan

kadar albumin serum.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

14.10 Kelebihan volume cairan b/d

mekanisme regulatori (gagal ginjal)

dengan retensi air, diet berlebih,

ditandai dengan :

Data Subjektif :

1 mgg sebelum RS pasien

mengeluh sesak yang memberat,

seperti ditimpa benda berat.

Pasien mengatakan urin yang

keluar sedikit

Data Objektif:

Edema grade I di kedua

ekstremitas bawah

TD: 140/90 mmHg. JVC 5 + 2 cm H2O

Balance cairan 19/05/2014 : +

230cc

Hasil pemeriksaan laboratorium

tanggal 19/05/2014:

Ureum: 166 mg/dL

Kreatinin: 13.4 mg/dL

eGFR: 3.7 mL/mnt/1.73 m^2

Mengawasi denyut jantung, TD, dan

CVP.

Mencatat pemasukan dan

pengeluaran akurat

Menimbang berat badan dengan alat

dan pakaian yang sama.

Kaji kulit, wajah, area tergantung

untuk edema. Evaluasi derajat edema

(pada skala +1 sampai +4).

Mengauskultasi bunyi paru dan

bunyi jantung.

Mengkaji ulang tingkat kesadaran;

selidiki perubahan mental, adanya

gelisah

Intake cairan dalam 24 jam: 850 cc

S: Klien mengatakan urinnya masih sedikit

Klien mengatakan tidak ada sesak

O: TD 140/90, Nadi: 98x/menit

CVP 5+2cmH2O

Tidak ada edema ekstremitas maupun

edema periorbital

Turgor kulit kering

BB 58 kg

Membran mukosa lembab

Bunyi paru vesikuler, wheezing dan ronkhi

tidak ada pada kedua lapang pary

Imbalance cairan 24 jam (+100 ml)

Kesadaran CM, orientasi baik

A: Resiko kelebihan volume cairan masih

dapat terjadi

P: Awasi denyut jantung, TD, dan CVP.

Catat pemasukan dan pengeluaran akurat

Awasi berat jenis urine.

Timbang berat badan tiap hari dengan alat

dan pakaian yang sama.

Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk

edema. Evaluasi derajat edema (pada skala

+1 sampai +4).

Auskultasi paru dan bunyi jantung.

Kaji tingkat kesadaran; selidiki perubahan

mental, adanya gelisah\

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

14.20 Resiko intoleransi aktivitas b/d

ketidakseimbangan suplai O2 dan

keletihan, ditandai dengan :

Data Subjektif:

Klien mengeluh lelah setelah

beraktivitas

Klien mengatakan badannya terasa

lemas

Data Objektif :

Klien tampak lemas

Klien tidak mampu melakukan

aktivitas seperti biasanya

Konjungtiva anemis

HB : 8.4 mg/dL

TD : 128/74 mmHg

N : 90 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36 C

Ureum : 166 mg/dL

Mengkaji faktor yang menimbulkan

keletihan, seperti anemia, ketidak

seimbangan cairan dan elektrolit,

retensi produk sampah, depresi.

Meningkatkan kemandirian dalam

aktivitas perawatan diri yang dapat

ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.

Menganjurkan aktivitas alternatif

sambil istirahat.

Mengkaji kemampuan untuk

berpartisipasi pada aktifitas yang

diinginkan/dibutuhkan.

S:

Klien mengeluh mudah lelah

O:

Klien tampak lemah

Klien terbaring ditempat tidur

HB 19/05/2014: 8.4 g/dL

Nilai elektrolit serum dalam batas normal

Sebagian aktivitas klien dibantu keluarga

A:

Toleransi aktivitas belum adekuat

P:

Kaji faktor yang menimbulkan keletihan

seperti anemia, ketidak seimbangan cairan

dan elektrolit, retensi produk sampah, depresi.

Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada

aktifitas yang diinginkan/dibutuhkan.

Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas

perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu

jika keletihan terjadi

Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat

Menwasi kadar elektrolit termasuk kalsium,

magnesium, dan kalium

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

22 Mei 2014

Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

10.15 Resiko intoleransi aktivitas b/d

ketidakseimbangan suplai O2 dan

keletihan, ditandai dengan :

Data Subjektif:

Klien mengeluh lelah setelah

beraktivitas

Klien mengatakan badannya

terasa lemas

Data Objektif :

Klien tampak lemas

Klien tidak mampu melakukan

aktivitas seperti biasanya

Konjungtiva anemis

HB : 8.4 mg/dL

TD : 128/74 mmHg

N : 90 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36 C

Ureum : 166 mg/dL

Mengkaji ulang faktor yang menimbulkan

keletihan, seperti anemia, ketidak

seimbangan cairan dan elektrolit, retensi

produk sampah, depresi.

Meningkatkan kemandirian dalam

aktivitas perawatan diri yang dapat

ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.

Menganjurkan aktivitas alternatif sambil

istirahat.

Kaji kemampuan untuk berpartisipasi

pada aktifitas yang

diinginkan/dibutuhkan.

Mengawasi kadar elektrolit termasuk

kalsium, magnesium, dan kalium

S:

Klien mengatakan bahwa hari ini ia lebih

bersemangat dan tidak ada hambatan dalam

beraktivitas.

O:

Klien mulai mandiri dalam memenuhi

kebutuhannya

Tidak tampak kelelahan dalam beraktivitas

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Kaji faktor yang menimbulkan keletihan seperti

anemia, ketidak seimbangan cairan dan

elektrolit, retensi produk sampah, depresi.

Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada

aktifitas yang diinginkan/dibutuhkan.

Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas

perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika

keletihan terjadi

Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

12.10 Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh b/d mual dan

pembatasan diet, ditandai dengan :

Data Subjektif:

Klien mengeluh mulut terasa

kering dan bibir pecah-pecah

Saat masuk rumah sakit klien

mengeluh mual

Data Objektif:

Konjungtiva anemis

Makan yang diberikan masih

tersisa 1/3 porsi

Hasil pemeriksaan Lab. Tgl

19/05/2014

Albumin : 3.30 mg/dL

HB : 8. 4 g/dL

BB turun 2 kg dalam 2 minggu

terakhir

Antropometri:

BB 57 kg

TB 165 cm

BBI : 58,5 kg

Kaji faktor yang berperan dalam merubah

masukan nutrisi : anoreksi, mual dan

muntah, diet yang tidak menyenangkan

bagi klien, kurang memahami

pembatasan diet dan stomatitis.

Menganjurkan cemilan tinggi kalori,

rendah protein, rendah natrium diantara

waktu makan.

Menganjurkan klien menimbang berat

badan setiap minggu.

Mengkaji bukti adanya masukan protein

yang tidak adekuat, seperti :edema,

pennyembuhan yang lambat, penurunan

kadar albumin serum

S: Klien mengatakan tidak ada mual dan telah

menghabiskan makan siang.

Nafsu makan sudah baik.

O:

Porsi makan habiskan 90 % dari yang

disediakan

Tidak ada edema dan penyembuhan lama

A:

Intake nutrisi adekuat

P:

Intervensi dihentikan

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

14.10 Kelebihan volume cairan b/d

mekanisme regulatori (gagal ginjal)

dengan retensi air, diet berlebih,

ditandai dengan :

Data Subjektif :

1 mgg sebelum RS pasien

mengeluh sesak yang memberat,

seperti ditimpa benda berat.

Pasien mengatakan urin yang

keluar sedikit

Data Objektif:

Perut tampak bengkak, tegang,

buncit.

Edema grade I di kedua

ekstremitas bawah

TD : 140/90 mmHg. JVC 5 + 2 cm H2O

Balance cairan 19/05/2014 : +

230cc

Hasil pemeriksaan laboratorium

tanggal 19/05/2014:

Ureum : 166 mg/dL

Kreatinin : 13.4 mg/dL

eGFR : 3.7 mL/mnt/1.73 m^2

Mengawasi denyut jantung, TD, dan

CVP.

Mencatat pemasukan dan pengeluaran

akurat

Menimbang berat badan dengan alat

dan pakaian yang sama.

Mengkaji kulit, wajah, area tergantung

untuk edema. Evaluasi derajat edema

(pada skala +1 sampai +4).

Auskultasi paru dan bunyi jantung.

Kaji tingkat kesadaran; selidiki

perubahan mental, adanya gelisah

Intake cairan dalam 24 jam: 900 cc

S: Klien mengatakan urinnya sangat sedikit

Klien mengatakan sudah mengurangi

munimnya, serta mencatat minum dan urinnya

dalam 24 jam

O: TD 125/75, Nadi: 88x/menit

CVP 5+2cmH2O

Tidak ada edema ekstremitas maupun edema

periorbital

BB 58 kg

Mukosa membrane lembab

Balance cairan 24 jam (-50 ml)

Bunyi paru vesikuler, tidak terdapat

wheezing/ronkhi pada kedua lapang paru

BJ I-II regular, murmur/gallop tidak ada

Kesadaran CM, orientasi baik

A: Risiko kelebihan volume cairan masih dapat

terjadi

P: Awasi denyut jantung, TD, dan JVP.

Catat pemasukan dan pengeluaran akurat

Awasi berat jenis urine.

Timbang berat badan tiap hari dengan alat

dan pakaian yang sama.

Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk

edema. Evaluasi derajat edema (pada skala

+1 sampai +4).

Auskultasi paru dan bunyi jantung.

Kaji tingkat kesadaran; selidiki perubahan

mental, adanya gelisah

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

23 Mei 2014

Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

13.30 Resiko intoleransi aktivitas b/d

ketidakseimbangan suplai O2

dan keletihan, ditandai dengan :

Data Subjektif:

Klien mengeluh lelah setelah

beraktivitas

Klien mengatakan badannya

terasa lemas

Data Objektif :

Klien tampak lemas

Klien tidak mampu

melakukan aktivitas seperti

biasanya

Konjungtiva anemis

HB : 8.4 mg/dL

TD : 128/74 mmHg

N : 90 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36 C

Ureum : 166 mg/dL

Meningkatkan kemandirian dalam aktivitas

perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu

jika keletihan terjadi.

Mengnjurkan aktivitas alternatif sambil

istirahat.

Mengkaji ulang kemampuan untuk

berpartisipasi pada aktifitas yang

diinginkan/dibutuhkan.

Mengobservasi kadar elektrolit termasuk

kalsium, magnesium, dan kalium

S:

Klien mengatakan bahwa ia dapat mandiri

dalam memenuhi kebutuhannya

O:

Klien tampak segar

Klien duduk disisi tempat tidur dan bersiap

untuk pulang

Klien mampu dalam aktivitas yang diinginkan

Elektrolit dalam batas normal

HB: 8.6 gr/dL

A:

Masalah teratasi

P:

Intervensi dihentikan

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

13.30 Kelebihan volume cairan b/d

mekanisme regulatori (gagal

ginjal) dengan retensi air,

ditandai dengan :

Data Subjektif :

1 mgg sebelum RS pasien

mengeluh sesak yang

memberat, seperti ditimpa

benda berat.

Pasien mengatakan urin yang

keluar sedikit

Data Objektif:

Balance cairan 19/05/2014 :

+ 80cc

Perut tampak bengkak,

tegang, buncit.

Edema grade I di kedua

ekstremitas bawah

TD : 140/90 mmHg. JVC 5 + 2 cm H2O

Balance cairan 19/05/2014 :

+ 230cc

Hasil pemeriksaan

laboratorium tanggal

19/05/2014:

Ureum : 166 mg/dL

Kreatinin : 13.4 mg/dL

eGFR : 3.7 mL/mnt/1.73 m^2

Mengawasi denyut jantung, TD, dan CVP.

Mencatat pemasukan dan pengeluaran

akurat

menimbang berat badan tiap hari dengan

alat dan pakaian yang sama.

Mengkaji kulit, wajah, area tergantung

untuk edema. Evaluasi derajat edema (pada

skala +1 sampai +4).

Intake cairan dalam 24 jam: 950 cc

S: Klien mengatakan urinnya masih sedikit

Klien mengatakan tadi malam ia sudah

melaksanakan hemodialisa

O: TD 120/80, Nadi: 90x/menit

CVP 5+2cmH2O

Hasil lab. Tgl 22/05/2014

Ureum : 51mg/dL

Kreatinin: 4.7 mg/dl

eGFR: 13.1 mL/min/1.73m^2

elektrolit dalam batas normal

Tidak ada edema ekstremitas maupun

edema periorbital

Turgor kulit agak kering

BB 57 kg

Mukosa membrane lembab

Balance cairan 8 jam (-0 ml)

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

Lampiran 5

CATATAN MINUM DAN URIN SELAMA 24 JAM

Nama Pasien/Umur:

Tanggal :

Waktu Minum Urin

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

01

02

03

04

05

06

Jumlah

Tanggal :

Waktu Minum Urin

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

01

02

03

04

05

06

Jumlah

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

Lampiran 6

KONSEP MAP GAGAL GINJAL KRONIK BERDASARKAN KASUS TN. D

Sekresi protein terganggu

Zat toksik masuk mll minuman/makanan

Zat toksik tertimbun di

ginjal

LFG: 3.7 ml/min/1.73m^2

Edema ekstremitas gr I

Tekanan kapiler naik

BUN meningkat

Ureum (166 mg/dL)

kreatinin (13.4)

meningkat

Volume interstinal naik

Bendungan atrium kiri naik

Resiko

intoleransi aktivitas

Asam lambung naik

Oksihemoglobin

turun

Prod asam meningkat

Retensi Na+

Cardiac output turun

Hipertropi ventrikel kiri

Suplai O2 turun:

pusing, kelelahan

Beban jantung

Preload meningkat Kelebihan volume

cairan

Sindrom uremia

Gangguan keseimbangan-asam

basa: PH: 7.27mmHg, HCO3

11.9mmHg (asidosis metabolik)

Sekresi

eritropoetin

Produksi HB

turun (8.4 g/dL)

Mual/ nafsu makan

Resiko

ketidakseimbanga

n nutrisi

Tek. Vena pulmonalis

Edema paru

Gangguan pertukaran gas

Aliran darah ginjal menurun

Retensi natrium dan H2O

Kelebihan

volume cairan

Aktivasi renin

angiotensin–

sekresi aldosreron

Hipertensi (TD:

140/90mmHg)

Ketidaksei

mba-ngan

nutrisi Total CES meningkat

GGK

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Lampiran 7

SATUAN ACARA PENGAJARAN

PERAWATAN KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS DI

RUMAH

Disusun oleh:

ARIF RAHMAN

110612955

PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

TAHUN 2014

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Topik : Chronik Kidney Desease dan cara perawatannya di rumah

Tujuan : Pasien dan keluarga memahami tentang Chronik Kidney Desease

dan cara perawatannya di rumah.

Tempat : Ruangan kamar 705 bed A

Waktu : Kamis 22 Mei 2014 (pukul 13.00-14.00 WIB)

Sasaran : Keluarga (anak klien) dan klien

Metode : Diskusi, ceramah, dan tanya jawab

Media : Leaflet dan lembar balik

TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang Chronik Kidney Desease, klien dan

keluarga memahami tentang penyakitnya, khususnya cara perawatan di rumah.

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah diberikan penyuluhan, klien dan keluarga mampu :

1. Menyebutkan pengertian Cronik Kidney Desease

2. Menyebutkan penyebab Cronik Kidney Desease

3. Menyebutkan tanda dan gejala Cronik Kidney Desease dan mengidentifikasi

tanda dan gejala yang ada pada klien.

4. Menyebutkan akibat lanjut Cronik Kidney Desease bila tidak ditangan dengan

segera.

5. Menyebutkan cara perawatan di rumah

6. Menyebutkan kondisi yang dapat terjadi pada klien dan mengharuskannya

untuk segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

RENCANA PELAKSANAAN

No. Waktu Kegiatan Metode/Media Respon Klien dan

Keluarga

1. 13.00-

13.05

Pembukaan

1. Mengucapkan

salam

2. Orientasi

validasi

(menanyakan

perasaan klien

hari ini)

3. Kontrak topik,

waktu, dan

tujuan

Tanya jawab

Klien dan keluarga

memperhatikan dan

menjawab perawat

Klien dan keluarga

menyetujui kontrak

waktu, tempat, dan

topik

2. 13.05-

13.40

Isi

1. Menjelaskan

pengertian dari

Chronik Kidney

Desease

2. Menjelaskan dan

mendiskusikan

penyebab

Chronik Kidney

Desease dan

kemungkinan

penyebab pada

klien

3. Mengevaluasi

pengetahuan

klien tentang

pengertian dan

penyebab

Chronic Kidney

Desease

4. Memberi

reinforcement

positif

5. Menjelaskan

tanda dan gejala

Chronik Kidney

Desease dan

meminta klien

dan keluarga

untuk

mengidentifikasi

pada klien

Ceramah/

lembar balik

Ceramah,

diskusi/ lembar

balik

Diskusi/

lembar balik

Ceramah,

diskusi/ lembar

balik

Klien dan keluarga

mendengarkan dengan

aktif

Klien dan keluarga

mendengarkan dengan

aktif

Klien dan keluarga

mampu menyebutkan

penyebab Chronic

Kidney Desease dan

kemungkinan penyebab

pada klien

Klien dan keluarga

tersenyum dan

menerima

reinforcement

Klien dan keluarga

memperhatikan

perawat dan aktif

dalam pembelajaran

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

No. Waktu Kegiatan Metode/Media Respon Klien dan

Keluarga

6. Menjelaskan

akibat lanjut dari

Chronik Kidney

Desease bila

tidak segera

ditangani

7. Mengevaluasi

pengetahuan

klien tentang

tanda gejala dan

akibat lanjut dari

Chronik Kidney

Desease yang

tidak ditangani

8. Memberi

reinforcement

positif

9. Menjelaskan

cara perawatan

klien Chronik

Kidney Desease

di rumah

10. Menjelaskan

kemungkinan

kondisi yang

dapat terjadi

pada klien dan

segera untuk

dibawa ke RS

atau fasilitas

kesehatan

terdekat.

11. Mengevaluasi

pengetahuan

klien tentang

cara perawatan

di rumah, cara

pencegahan

penularan, dan

kondisi yang

mengharuskan

Ceramah,

diskusi/ lembar

balik

Diskusi/

lembar balik

Ceramah,

diskusi/ lembar

balik

Ceramah,

diskusi/ lembar

balik

Diskusi/

lembar balik

Klien dan keluarga

memperhatikan

perawat dan aktif

dalam pembelajaran

Klien dan keluarga

mampu menyebutkan 6

dari 8 tanda dan gejala

Chronic Kidney

Desease dan

mengidentifikasinya

pada klien;

menyebutkan 2 dari 3

akibat lanjut dari

Chronic Kidney

Desease bila tidak

segera ditangani

Klien dan keluarga

tersenyum dan

menerima

reinforcement

Klien dan keluarga

memperhatikan

perawat dan aktif

dalam pembelajaran

Klien dan keluarga

memperhatikan

perawat dan aktif

dalam pembelajaran

Klien dan keluarga

mampu menyebutkan 6

dari 8 cara perawatan

klien Chronic Kidney

Desease di rumah, , dan

3 dari 4 kemungkinan

kondisi yang dapat

terjadi pada klien dan

segera untuk dibawa ke

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

No. Waktu Kegiatan Metode/Media Respon Klien dan

Keluarga

untuk segera

dibawa ke

fasilitas

kesehatan

terdekat

12. Memberi

reinforcement

positif

RS atau fasilitas

kesehatan terdekat.

Klien dan keluarga

tersenyum dan

menerima

reinforcement

3 13.40-

13.45

Penutup

1. Mengucapkan

salam

2. Evaluasi respon

subjektif dan

objektif

3. Membuat RTL

bersama klien

Diskusi Keluarga

memperhatikan dan

setuju untuk melakukan

perawatan klien di

rumah

EVALUASI

Klien dan keluarga mampu:

1. Menyebutkan pengertian dari Chronic Kidney Desease

2. Menyebutkan penyebab Chronic Kidney Desease dan kemungkinan penyebab

pada klien

3. Menyebutkan 5 dari 8 tanda dan gejala Chronic Kidney Desease dan

mengidentifikasinya pada klien

4. Menyebutkan 2 dari 3 akibat lanjut dari Chronic Kidney Desease bila tidak

segera ditangani

5. Menyebutkan 6 dari 8 cara perawatan klien Chronic Kidney Desease di rumah

6. Menyebutkan 3 dari 4 kemunkinan kondisi yang dapat terjadi pada klien dan

segera untuk dibawa ke RS atau fasilitas kesehatan terdekat.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

MATERI CHRONIC KIDNEY DESEASE

PENGERTIAN

Chronic Kidney Desease adalah ketidakmampuan ginjal untuk mengerjakan

fungsinya dimana ginjal sudah tidak mampu membuang produk sisa,

mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit (termasuk keseimbangan

asam dan basa), serta tidak mampu mengendalikan tekanan darah.

PENYEBAB

1. Peradangan pada glomerulus

2. DM

3. Penyakit ginjal keturunan

4. Hipertensi

5. Kematian jaringan syaraf yang disebabkan tumor, hipertrofi prostate, sumbatan

uretra.

TANDA DAN GEJALA

1. Kelainan darah: Anemia

2. Kelainan saluran cerna: mual, muntah, anoreksia, konstipasi, Perdarahan

saluran cerna.

3. Kelainan mata:saraf mata terganggu.

4. Kulit: kering bersisik, gatal-gatal, kuku tipis dan rapuh, serta rambut tipis dan

kasar.

5. Persyarafan: lemah dan letih, kejang, perubahan pada perilaku.

6. Jantung dan Paru: , hipertensi, edema paru, bengkak daerah sekitar mata.

7. Tulang: nyeri tulang, kelemahan otot dan kram.

8. Reproduksi: infertil, penurunan libido, impotensi, tidak teratur atau haid

berhenti.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

AKIBAT LANJUT

1. Kehilangan fungsi ginjal

2. Penyakit tulang

3. Kematian

CARA PERAWATAN DI RUMAH

1. Istirahat yg cukup

2. Tidak mengkonsumsi alkohol atau minum obat warung dengan sembarangan

3. Minum hanya air putih saja

4. Ukur haluaran urin setiap hari, dan sesuaikan dengan minum/24 jam

5. Hindari makanan dan minuman kemasan dan berbahan

6. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.

7. Pembatasan ketat konsumsi protein (0,6-0,8 gr/kg BB/hari)

8. Cegah infeksi

Segera ke RS atau fasilitas kesehatan terdekat bila terjadi:

1. Kaki bengkak

2. Sesak napas

3. Buang air kecil sedikit atau tidak ada sama sekali

4. Penurunan kesadaran: pasien gelisah, bicara kacau dan tidak nyambung,

tremor/gemetaran pada tangan, cenderung tidur, dan sulit untuk dibangunkan.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

DAFTAR PUSTAKA

Black, J.M. & Hawks, J.H. (2009). Medical-surgical nursing clinical

management for positive outcomes eight edition. Philadelphia: WB

Saunders Company.

Doenges, M. E. (2010). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian pasien. Ed. 8. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C.& Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah

Brunner & Suddart. Ed. 8. Jakarta: EGC.

Suyono. (2001). Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi ketiga. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Universitas Indonesia

Lampiran 8

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata:

Nama : Arif Rahman

Tempat/Tanggal lahir : Pekan Kamis/02 Mei 1985

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Alamat Rumah

Email

:

:

Jorong Pincuran Anduriang Munggu Gadang - Pekan

Kamis. Kec. Tilatang Kamang, Kab. Agam -

Sumatera Barat

[email protected]

Riwayat Pendidikan:

1. SDN 032 Tilatang Kamang : Lulus tahun 1997

2. Pondok Pesantren Modern Al-Ma’arif Bukittinggi : Lulus tahun 2000

3. MAN Batumandi Tilatang Kamang : Lulus tahun 2003

4. Akademi Keperawatan Yarsi Bukittinggi : Lulus tahun 2006

5. Program Sarjana FIK UI, Depok : Lulus tahun 2013

6. Program Profesi Ners FIK UI, Depok : Lulus tahun 2014

Riwayat Pekerjaan:

1. Perawat RSUD Teluk Kuantan - RIAU :Tahun 2007- 2011

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Oleh :

ARIF RAHMAN

MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia

2014

.

Apakah

gagal ginjal

kronis itu??

adalah ketidakmampuan ginjal untuk mengerjakan fungsinya dimana ginjal sudah tidak mampu membuang produk sisa, mempertahankan keseimbangan cairan, dan elektrolit, serta tidak mampu mengendalikan tekanan darah.

Apa yang menyebabkan

gagal ginjal kronis? Peradangan pada

glomerulus DM Penyakit

Ginjal keturunan

Hipertensi Kematian

jaringan syaraf yang disebabkan tumor, sumbatan uretra. hipertrofi prostat

Akibat

Lanjut dari

gagal ginjal

kronis Kehilangan fungsi ginjal

Penyakit tulang

Kematian

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Tanda dan Gejala

Kelainan darah: Anemia Kelainan saluran cerna:

mual, muntah, anoreksia, konstipasi.

Kelainan mata: visus, retina, saraf mata.

Kulit: kering bersisik,kuku tipis dan rapuh, serta rambut tipis dan kasar.

Persyarafan: lemah dan letih, kejang, disorientasi, perubahan pada perilaku.

Jantung dan paru: hipertensi, edema paru, bengkak di paru, bengkak derah disekitar mata.

Tulang: nyeri tulang, kelemahan otot dan kram.

Reproduksi: infertil, penurunan libido, impotensi, tidak teratur atau haid berhenti.

Bagaiman Cara perawatan

dirumah??

Istirahat yg cukup

Tidak mengkonsumsi alkohol atau

minum obat warung dengan

sembarangan

Minum hanya air putih saja

Ukur haluaran urin setiap hari, dan

sesuaikan dengan minum/ 24 jam

Hindari makanan dan minuman

kemasan dan berbahan

Restriksi konsumsi cairan, protein,

dan fosfat.

Pembatasan ketat konsumsi protein

(0,6-0,8 gr/kg BB/hari)

Cegah infeksi

Segera ke RS atau fasilitas kesehatan terdekat bila terjadi…

Kaki bengkak Sesak napas Buang air kecil sedikit

atau tidak ada sama sekali

Penurunan kesadaran: pasien gelisah, bicara kacau dan tidak nyambung, tremor/gemetaran pada tangan, cenderung tidur, dan sulit untuk dibangunkan.

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA OPTIMALISASI PEMBATASAN CAIRAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391021-PR-Arif Rahman.pdf · cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh

Optimalisasi pembatasan ..., Arif Rahman, FIK UI, 2014