universitas indonesia - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-s-shelly aprilia.pdf ·...

170
UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWAT DALAM PENERAPAN IPSG (INTERNASIONAL PATIENT SAFETY GOAL) PADA AKREDITASI JCI (JOINT COMMISSION INTERNATIONAL) DI INSTALASI RAWAT INAP RS SWASTA X TAHUN 2011 SKRIPSI SHELLY APRILIA 0806337030 PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT DEPARTEMEN BIOSTATISTIK DAN KEPENDUDUKAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA 2011 Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Upload: hadat

Post on 28-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWAT

DALAM PENERAPAN IPSG (INTERNASIONAL PATIENT

SAFETY GOAL) PADA AKREDITASI JCI (JOINT

COMMISSION INTERNATIONAL) DI INSTALASI RAWAT

INAP RS SWASTA X TAHUN 2011

SKRIPSI

SHELLY APRILIA

0806337030

PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKATDEPARTEMEN BIOSTATISTIK DAN KEPENDUDUKAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS INDONESIA

2011

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWAT

DALAM PENERAPAN IPSG (INTERNASIONAL PATIENT

SAFETY GOAL) PADA AKREDITASI JCI (JOINT

COMMISSION INTERNATIONAL) DI INSTALASI RAWAT

INAP RS SWASTA X TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

SHELLY APRILIA

0806337030

PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKATDEPARTEMEN BIOSTATISTIK DAN KEPENDUDUKAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS INDONESIA

2011

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Shelly Aprilia

Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 23 April 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Raya Gunung Putri No.54 RT 05/09, Gunung

Putri Utara, Kab. Bogor 16961

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan : 1. SD Mardi Yuana Cibinong (1996-2002)

2. SMP Regina Pacis Bogor (2002-2005)

3. SMAN 3 Bogor (2005-2008)

4. FKM UI (2008- Sekarang)

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perawat dalam Penerapan

IPSG (International Patient Safety Goal) pada Akreditasi JCI (Joint

Commission International) di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

(S1) Jurusan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan,

bantuan, masukan, serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Artha Prabawa,S.Kom, S.KM, M.Si, selaku dosen pembimbing

akademik atas segala masukan, kritik dan saran serta kesabaran yang telah

diberikan dari awal hingga akhir disusunnya skripsi ini.

2. Bu Nurseha, selaku manajer keperawatan yang telah membantu penulis

dalam perizinan dan pelaksanaan dalam penyusunan skripsi ini, khususnya

dalam pengambilan data primer.

3. Dr. Angela G. Lilipaly, selaku manajer unit QMR yang telah meluangkan

waktu, tenaga, dan pikirannya untuk datang dan bersedia menjadi penguji

luar dalam sidang skripsi saya.

4. Dr. Besral, SKM, M.Sc, selaku dosen dari Departemen Biostatistik yang

bersedia menjadi penguji dalam sidang skripsi saya.

5. Bu Irma Tri Desi, selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan selama melaksanakan kegiatan pembuatan

skripsi ini.

6. Mbak Ajeng, Mbak Shinta, Mbak Ervina, dan Mbak Louis yang telah

membantu kelancaran pembuatan skripsi ini serta memberikan banyak

informasi kepada penulis serta dukungan.

7. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UI pada umumnya dan Dosen

Departemen Biostatistika dan Ilmu Kependudukan pada khususnya yang

telah membagi ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

8. Orang tua, kakak, dan adik tercinta yang selalu memberikan doa, dorongan,

dan bantuan kepada penulis.

9. Zico Gerinka Putra yang selalu memberikan semangat, dukungan dan

perhatian kepada penulis dan menerima keluh kesah selama proses

penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.

10. Kawan – kawan tercinta (Pituy, Yulia, Rani, Hani) sebagai teman belajar,

bermain, dan bercanda tawa, yang telah memberikan semangat, dukungan,

dan motivasi selama masa perkuliahan dan proses penyusunan skripsi ini.

11. Rekan – rekan Biostatistika 2008 (Dita, Alice, Rahma, Kiki, dan Indah),

MIK (Pituy, Yulia, Hani, Rani, Asti, Almas, Kades, Mbak Yul, dan Umi),

dan Infokes (Zizi, Loli, Gita, Indah, Cici, Fiza, dan Indah Tri) yang telah

berjuang bersama-sama selama kegiatan perkuliahan berlangsung.

12. Kawan-kawan BEM IM FKM UI, atas segala ilmu dan pembelajaran yang

bermanfaat bagi penulis sampai kapanpun.

13. Seluruh responden dalam penelitian ini yang berperan sebagai sumber

analisis dalam penyusunan skripsi ini.

14. Serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan serta pihak-pihak yang berkepentingan. Penulis

juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai bahan

perbaikan di masa yang akan datang.

Depok, Desember 2011

Shelly Aprilia

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

ix Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Shelly ApriliaProgram Studi : Sarjana Kesehatan MasyarakatJudul skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawat dalam Penerapan

IPSG (International Patient Safety Goal) pada Akreditasi JCI (Joint Commission International) di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

xviii + 122 halaman + 31 tabel + 6 grafik + 3 lampiran

Sertifikasi dari JCI sebagai badan akreditasi internasional merupakan achievement yang didambakan oleh setiap rumah sakit. Fokus dari akreditasi JCI adalah patient safety yang tertuang dalam chapter utama yaitu IPSG (International Patient Safety Goals). Chapter tersebut dikembangkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah medik yang berpotensi menimbulkan outcome yang tidak diharapkan. Sebagian besar standar IPSG diterapkan oleh perawat, khususnya perawat di instalasi rawat inap yang dituntut untuk selalu berinteraksi dengan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis variabel individu, organisasi, dan psikologis perawat terhadap penerapan IPSG.

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh perawat di instalasi rawat inap. Analisis statistik yang digunakan analisis bivariat dengan uji chi square serta regresi logistik sederhana, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda model prediksi. Berdasarkan hasil analisis statistik, variabel individu yang memiliki hubungan signifikan dengan perilaku penerapan IPSG adalah usia, status pernikahan, lama kerja di unit, lama kerja sejak lulus pendidikan, jenjang jabatan, frekuensi pelatihan patient safety, dan sosialisasi terkait mutu rumah sakit. Variabel organisasi yang memiliki hubungan dengan penerapan IPSG adalah pengaruh organisasi sedangkan pada variabel psikologis, variabel yang memiliki hubungan dengan penerapan IPSG adalah pengetahuan. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan perilaku penerapan IPSG adalah variabel pengetahuan setelah dikontrol oleh variabel umur, status pernikahan, pelatihan, dan pengaruh organisasi.

Kata kunci : Patient safety, Akreditasi JCI, IPSG

Kepustakaan: 40 (1983 – 2011)

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

x Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Shelly ApriliaStudy Program : Sarjana Kesehatan MasyarakatTitle : The Factors Affecting Nurses in the Implementation of

IPSG (International Patient Safety Goals) on JCI (Joint Commission International) Accreditation in the Inpatient Installation of X Private Hospital Year 2011

xviii + 122 pages + 31 tables + 6 graphs + 3 enclosures

Certification of JCI as an international accreditation corporation is an achievement which are coveted by every hospital. The focus of JCI accreditation is patient safety which contained in the main chapter that is IPSG (International Patient Safety Goals). That chapter were developed to identify medical problems that could potentially lead to an unexpected outcome. Most of the IPSG standards applied by the nurses, especially nurses in inpatient installation whom are required to always interact with patients. The purpose of this study was to analyze the variables of individual, organizational, and psychological of nurses to the implementation of IPSG.

This study is a cross sectional study. The study population was all nurses in inpatient installation. Statistical analysis used bivariate analysis with chi square test and simple logistic regression, and multivariate analysis with multiple logistic regression test prediction model. Based on the results of statistical analysis, the individual variables that have a significant relationship with the behavior of the implementation of IPSG is the age, marital status, length of employment in the unit, length of employment since graduation, hierarchy, the frequency of patient safety training, and socialization-related quality of hospital. Organization variable which related to the implementation of IPSG is the influence of organization, while the psychological variable, variable that have a relationship with the implementation of IPSG is knowledge. The results of multivariate analysis showed that variables significantly associated with the behavior of the implementation of IPSG is knowledge after controlled by the age, marital status, training, and organizational influence.

Key words : Patient safety, JCI Accreditation, IPSG

Bibliography : 40 (1983 – 2011)

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ iHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................. iiSURAT PERNYATAAN......................................................................................iiiHALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ivRIWAYAT HIDUP PENULIS .............................................................................vKATA PENGANTAR .........................................................................................viHALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................viiiABSTRAK ............................................................................................................ixDAFTAR ISI.........................................................................................................xiDAFTAR TABEL.................................................................................................xivDAFTAR GRAFIK...............................................................................................xviDAFTAR GAMBAR ............................................................................................xviiDAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 11.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 41.3 Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 41.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5

1.4.1 Tujuan Umum .................................................................................. 51.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 5

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 61.5.1 Bagi Peneliti ..................................................................................... 61.5.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat .............................................. 61.5.3 Bagi Institusi Penelitian ................................................................... 6

1.6 Ruang Lingkup Penelitian............................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Perilaku ...........................................................................................................8

2.1.1 Definisi Perilaku...............................................................................82.1.2 Jenis Perilaku ...................................................................................82.1.3 Proses Pembentukan Perilaku ..........................................................92.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ...................................10

2.2 Asuhan Keperawatan ......................................................................................132.2.1 Definisi Asuhan Keperawatan..........................................................132.2.2 Hak Perawat .....................................................................................142.2.3 Tugas Perawat ..................................................................................142.2.4 Kegiatan Perawat .............................................................................152.2.5 Pendidikan Perawat..........................................................................162.2.6 Kebutuhan Perawat ..........................................................................16

2.3 Akreditasi JCI .................................................................................................172.3.1 Pengertian Akreditasi .......................................................................172.3.2 Manfaat Akreditasi ..........................................................................172.3.3 Tujuan Akreditasi.............................................................................18

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

2.3.4 Pengertian Akreditasi JCI ................................................................192.3.5 Manfaat JCI......................................................................................202.3.6 Standar JCI .......................................................................................20

2.4 IPSG ................................................................................................................262.5 Rumah Sakit ....................................................................................................35

2.5.1 Definisi Rumah Sakit .......................................................................352.5.2 Tugas Rumah Sakit ..........................................................................372.5.3 Manfaat Rumah Sakit.......................................................................372.5.4 Klasifikasi Rumah Sakit...................................................................38

2.6 Instalasi Rawat Inap ........................................................................................39

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT3.1 Gambaran Umum.......................................................................................... 413.2 Sejarah Organisasi ........................................................................................ 413.3 Visi, Misi, dan Falsafah Organisasi .............................................................. 433.4 Kebijakan ...................................................................................................... 433.5 Struktur Organisasi ....................................................................................... 443.6 Fasilitas ......................................................................................................... 44

BAB IV KERANGKA KONSEP TEORI, KERANGKA KONSEP PENELITIAN, HIPOTESA, DAN DEFINISI OPERASIONAL4.1 Kerangka Teori.............................................................................................. 464.2 Kerangka Konsep.......................................................................................... 474.3 Definisi Operasional...................................................................................... 494.4 Hipotesis........................................................................................................ 51

BAB V METODE PENELITIAN5.1 Rancangan Penelitian ................................................................................... 535.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 535.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................... 535.4 Pengumpulan Data ........................................................................................ 57

5.4.1 Sumber Data .................................................................................. 575.4.2 Cara Pengumpulan Data ................................................................ 575.4.3 Uji Coba Instrumen ....................................................................... 57

5.5 Pengolahan Data............................................................................................ 595.6 Analisis Data ................................................................................................. 59

5.6.1 Analisis Univariat........................................................................... 605.6.2 Analisis Bivariat............................................................................. 605.6.3 Analisis Multivariat........................................................................ 60

BAB VI HASIL PENELITIAN6.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data .................................................................. 626.2 Analisis Univariat.......................................................................................... 63

6.2.1 Variabel Individu ........................................................................... 646.2.2 Variabel Organisasi........................................................................ 726.2.3 Variabel Psikologis ........................................................................ 766.2.4 Perilaku Penerapan IPSG ............................................................... 81

6.3 Analisis Bivariat............................................................................................ 85

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

6.3.1 Hubungan antara variabel individu dengan perilaku ..................... 866.3.2 Hubungan antara variabel psikologis dengan perilaku .................. 936.3.3 Hubungan antara variabel organisasi dengan perilaku................... 94

6.4 Analisis Multivariat....................................................................................... 95

BAB VII PEMBAHASAN7.1 Keterbatasan Hasil Penelitian ...................................................................... 987.2 Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................ 99

7.2.1 Gambaran Perilaku Penerapan IPSG ............................................. 997.2.2 Variabel yang Berhubungan dengan Perilaku Penerapan IPSG .... 1027.2.3 Variabel yang Tidak Berhubungan dengan Perilaku Penerapan

IPSG ............................................................................................... 111

BAB VIII PENUTUP8.1 Kesimpulan ................................................................................................... 1168.2 Saran.............................................................................................................. 118

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 119LAMPIRAN....................................................................................................... 123

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Standar IPSG........................................................................... 26

Tabel 4.1 Definisi Operasional.......................................................................... 49

Tabel 5.1 Proporsi Sampel ................................................................................ 56

Tabel 6.1 Distribusi Responden Menurut Variabel Individu ............................ 64

Tabel 6.2 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Supervisi .................. 72

Tabel 6.3 Proporsi Tingkat Supervisi pada Perawat ......................................... 73

Tabel 6.4 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Pengaruh Organisasi 74

Tabel 6.5 Proporsi Tingkat Pengaruh Organisasi pada Perawat ....................... 75

Tabel 6.6 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan............. 76

Tabel 6.7 Proporsi Tingkat Pengetahuan Perawat ............................................ 78

Tabel 6.8 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Motivasi................... 79

Tabel 6.9 Proporsi Tingkat Motivasi Perawat................................................... 80

Tabel 6.10 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Perilaku.................... 81

Tabel 6.11 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Perawat................ 85

Tabel 6.12 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Tiap Ward ........... 86

Tabel 6.13 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Kelompok Usia ... 86

Tabel 6.14 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Status Pernikahan 87

Tabel 6.15 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Pendidikan........... 88

Tabel 6.16 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Lama Kerja Perawat di Unit Saat Ini .................................................................... 88

Tabel 6.17 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Lama Kerja Perawat Sejak Lulus.......................................................................... 89

Tabel 6.18 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Jam Kerja ............ 90

Tabel 6.19 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Jenjang Jabatan ... 90

Tabel 6.20 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Kecukupan Gaji .. 91

Tabel 6.21 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Frekuensi Pelatihan Patient Safety..................................................................... 91

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

Tabel 6.22 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Sosialisasi Terkait Mutu RS ............................................................................................ 92

Tabel 6.23 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Tingkat Pengetahuan ...................................................................................... 93

Tabel 6.24 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Tingkat Motivasi Perawat.............................................................................................. 93

Tabel 6.25 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Tingkat Supervisi pada Perawat ..................................................................................... 94

Tabel 6.26 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Pengaruh Organisasi pada Perawat ................................................................... 94

Tabel 6.27 Seleksi Bivariat ................................................................................. 95

Tabel 6.28 Model Terakhir Prediksi Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen........................................................................................... 96

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

DAFTAR GRAFIK

Gambar 6.1 Proporsi Jumlah Perawat di Masing-Masing Ward .................... 65

Gambar 6.2 Proporsi Kelompok Usia Perawat ............................................... 66

Gambar 6.3 Proporsi Status Pernikahan Perawat............................................ 67

Gambar 6.4 Proporsi Tingkat Pendidikan Perawat......................................... 67

Gambar 6.5 Proporsi Lama Kerja Perawat di Unit Saat Ini............................ 68

Gambar 6.6 Proporsi Lama Kerja Perawat Sejak Lulus Pendidikan .............. 68

Gambar 6.7 Proporsi Jam Kerja Perawat dalam Seminggu ............................ 69

Gambar 6.8 Proporsi Jenjang Jabatan Perawat ............................................... 70

Gambar 6.9 Proporsi Kecukupan Gaji Perawat .............................................. 70

Gambar 6.10 Proporsi Pelatihan Patient Safety pada Perawat.......................... 71

Gambar 6.11 Proporsi Sosialisasi Terkait Mutu RS pada Perawat................... 72

Gambar 6.12 Proporsi Tingkat Supervisi pada Perawat ................................... 74

Gambar 6.13 Proporsi Tingkat Pengaruh Organisasi pada Perawat ................. 76

Gambar 6.14 Proporsi Tingkat Pengetahuan Perawat ...................................... 78

Gambar 6.15 Proporsi Tingkat Motivasi Perawat............................................. 81

Gambar 6.16 Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Perawat.......... 85

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ruang Lingkup Rumah Sakit ................................................... 26

Gambar 3.1 Logo Mayne Health.................................................................. 42

Gambar 3.2 Logo Affinity Health................................................................ 42

Gambar 3.3 Logo RS Swasta X ................................................................... 42

Gambar 4.1 Kerangka Teori Perilaku dan Kinerja ...................................... 47

Gambar 4.2 Kerangka Konsep Perilaku Penerapan IPSG ........................... 48

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi RS Swasta X

Lampiran 2 Lembar Kuesioner Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 3 Lembar Kuesioner Akhir

Lampiran 4 Output Hasil Uji Alat Ukur

Lampiran 5 Output Hasil Analisis Multivariat

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

1

Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan memiliki

fungsi penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga

dituntut untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Dalam hal ini

semua pihak di dalam rumah sakit saling terkait satu sama lain, mulai dari

manajer, para dokter, dan profesional lainnya serta staf pada umumnya.

Pemerintah, organisasi profesi dan organisasi kemasyarakatan, serta masyarakat

luas perlu turut mengambil peran, karena peningkatan mutu pelayanan di rumah

sakit akan meningkatkan derajat kesehatan bangs. Pemerintah telah menetapkan

UU tentang Perlindungan Konsumen dan hasil amandemen ke dua UUD 1945

pasal 28H ayat I sehingga menimbulkan kesadaran masyarakat sebagai penerima

jasa pelayanan kesehatan untuk mendapatkan hak terhadap jaminan mutu

pelayanan kesehatan. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu pelayanan

kesehatan dapat ditingkatkan dengan adanya status terakreditasi karena standar-

standar yang ditetapkan dalam akreditasi dibuat untuk memenuhi hak-hak pasien.

Berdasarkan UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Peraturan

Menteri Kesehatan No. 659 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas

Dunia, dan SK Menteri Kesehatan No. 1195 Tahun 2010 tentang Lembaga

Akreditasi Rumah Sakit Bertaraf Internasional menunjukkan bahwa pemerintah

tengah melakukan penyempurnaan akreditasi rumah sakit menuju akreditasi

internasional yaitu JCI (Joint Commission International). JCI adalah suatu

organisasi yang independent, nonprofit, dan bukan lembaga pemerintahan yang

berpusat di Amerika Serikat dan merupakan divisi dari Joint Commission

Resources (JCR) cabang dari The Joint Commission. Perbaikan demi perbaikan

dalam mutu pelayanan kesehatan harus dilakukan untuk mendapatkan akreditasi

tersebut, dimulai dari input dalam sistem (yaitu SDM, sarana prasarana, dan

sebagainya), proses berupa komunikasi yang mendukung pencapaian akreditasi,

hingga akhirnya mendapatkan status terakreditasi internasional. Fokus dari

akreditasi JCI adalah keselamatan pasien (patient safety) yang tertuang dalam

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

2

Universitas Indonesia

chapter JCI yang utama yaitu IPSG (International Patient Safety Goals). Chapter

tersebut dikembangkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah medik yang

berpotensi menimbulkan outcome yang tidak diharapkan.

Patient safety merupakan prioritas utama dalam pelaksanaan pelayanan

kesehatan yang menjadi tanggung jawab bersama seluruh profesi yang ada di

pelayanan kesehatan dan terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Patient

safety rumah sakit adalah suatu sistem yang mencegah terjadinya Kejadian Tidak

Diharapkan (KTD) akibat tindakan yang dilakukan atau bahkan tidak dilakukan

oleh tenaga medis maupun non medis. Sistem tersebut meliputi : assessmen

resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko

(Depkes,2008).

Di rumah sakit terdapat berbagai macam obat, prosedur dan tes, serta alat

kesehatan dengan teknologi cangggih yang jumlahnya tidak sedikit. Pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh tenaga profesi dan non profesi semakin kompleks

seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut

memungkinkan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan – KTD (Adverse Event)

bila kompleksitas tersebut tidak dikelola dengan baik.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang jumlahnya terbesar di rumah sakit

(sebesar 40–60 %) memiliki jobdesc yang dituntut untuk selalu menerapkan IPSG

sehingga memiliki peran kunci dalam menentukan keberhasilan akreditasi JCI.

Sikap perawat dalam mendukung penerapan IPSG sangat diutamakan untuk

menjamin keselamatan pasien. Asuhan keperawatan memiliki peran yang sangat

penting dalam mencegah KTD yang terjadi pada pasien dan lingkungan

keperawatan. Jasa perawat dibutuhkan selama 24 jam oleh pasien sehingga

memiliki waktu kontak paling banyak dibanding tenaga kesehatan lain untuk

berhubungan dengan pasien.

WHO menyatakan bahwa peluang terjadinya kecelakaan di rumah sakit

adalah 1 : 300, sedangkan kecelakaan di penerbangan adalah 1 : 3 juta. Data

tersebut menunjukkan bahwa angka kemungkinan terjadinya kecelakaan di rumah

sakit jauh lebih besar dibanding kemungkinan kecelakaan pesawat terbang

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

3

Universitas Indonesia

sehingga membuktikan patient-safety menjadi masalah besar di rumah sakit

seluruh dunia dan memerlukan perhatian utama. Sebuah penelitian

mengestimasikan bahwa lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita

infeksi yang diperoleh dari rumah sakit. Risiko tertular penyakit infeksi di negara

berkembang adalah 2 sampai 20 kali lebih tinggi dibandingkan di negara maju

(WHO, 2005).

Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat meneliti bahwa

dari 33,6 juta pasien rawat inap terdapat 44.000 sampai 98.000 orang meninggal

akibat medical error dan adverse event tindakan medis setiap tahunnya. Publikasi

WHO pada tahun 2004, mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di

berbagai negara : Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD

dengan rentang 3,2 – 16,6 % (Depkes,2008). Di Amerika Serikat, medication

error terjadi pada sekitar 1,5 juta orang yang menyebabkan kematian pada

beberapa ribu orang tiap tahunnya dan mengeluarkan biaya sekitar $ 3,5 juta. Dari

hasil survei internasional lima negara yang dilakukan oleh Communio Lectures,

Ramsay Health Care Clinical Governance Unit tahun 2002, pada pasien dewasa

yang sakit dan dirawat menunjukkan 19% percaya bahwa suatu kesalahan telah

dibuat, 11% percaya terjadi kesalahan obat atau dosis, dan 13% percaya bahwa

masalah kesehatan yang serius diderita disebabkan oleh kesalahan dalam

pelayanan atau perawatan (Gusti, 2010).

Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (Near

Miss) masih langka (Depkes,2008). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh

Ramsay Health Care Clinical Governance Unit tahun 2005 di bidang keperawatan

di suatu rumah sakit swasta di Indonesia, dari total sampel 236 tenaga

keperawatan di rawat inap, sekitar 57 orang (24%) melakukan kesalahan

pemberian obat (Gusti, 2010). Data-data di atas menunjukkan bahwa banyaknya

masalah patient safety yang seharusnya dapat dicegah dengan penerapan chapter

IPSG dalam akreditasi JCI.

RS Swasta X merupakan satu dari empat rumah sakit di Indonesia yang

telah mendapatkan akreditasi JCI. Selama masa persiapan akreditasi JCI, kualitas

RS Swasta X cenderung meningkat secara signifikan terlihat dari hasil skoring

pencapaian standar JCI yang dilakukan dan dibuktikan dengan diraihnya skor

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

4

Universitas Indonesia

100% pada chapter IPSG. Namun pasca akreditasi JCI, pencapaian standar sedikit

demi sedikit menurun terlihat dari hasil audit mutu internal yang dilakukan,

review yang dilakukan dengan menggunakan tracer methodology, serta hasil

pelaporan proses monitoring dan sasaran mutu. Berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan peneliti terhadap supervisor Unit QMR (Quality Management

Representative) di rumah sakit tersebut, salah satu standar dalam JCI yang banyak

mengalami penurunan dalam pencapaian adalah IPSG (International Patient

Safety Goal). Tidak dilakukannya identifikasi saat proses pengambilan darah dan

tindakan medis lainnya merupakan salah satu bukti adanya penurunan dalam

penerapan IPSG oleh tenaga kesehatan di RS Swasta X.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ariyani (2009), ada

hubungan antara pengetahuan perawat dengan sikap mendukung penerapan

program patient safety. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian lain yang

dilakukan oleh Dewi (2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak

mempengaruhi penerapan patient safety. Berdasarkan kontroversi tersebut,

peneliti ingin membuktikan keterkaitan pengetahuan dan faktor-faktor lain yang

mungkin berpengaruh terhadap IPSG. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian secara langsung di RS Swasta X dengan topik Faktor –

Faktor yang Mempengaruhi Perawat dalam Penerapan IPSG (International

Patient Safety Goal) pada Akreditasi JCI (Joint Commission International) di

Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan

yang akan diteliti adalah faktor-faktor apa saja yang mendukung penerapan IPSG

oleh perawat di instalasi rawat inap RS Swasta X tahun 2011. Di rumah sakit

tersebut belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya untuk menganalisis faktor

apa saja yang berpengaruh sehingga penelitian dianggap perlu untuk dilakukan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

5

Universitas Indonesia

1. Bagaimana penerapan IPSG oleh perawat di instalasi rawat inap RS

Swasta X tahun 2011?

2. Bagaimana distribusi variabel individu, variabel organisasi, dan psikologis

perawat pada unit instalasi rawat inap RS Swasta X tahun 2011?

3. Bagaimana hubungan variabel individu dengan penerapan IPSG di

instalasi rawat inap RS Swasta X tahun 2011?

4. Bagaimana hubungan variabel organisasi dengan penerapan IPSG di

instalasi rawat inap RS Swasta X tahun 2011?

5. Bagaimana hubungan variabel psikologis dengan penerapan IPSG di

instalasi rawat inap RS Swasta X tahun 2011?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang

mempengaruhi perawat dalam penerapan IPSG (International Patient Safety

Goal) pada akreditasi JCI (Joint Commission International) di Instalasi Rawat

Inap RS Swasta X tahun 2011.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penerapan IPSG oleh perawat di instalasi rawat inap

RS Swasta X tahun 2011.

2. Untuk mengetahui distribusi variabel individu, variabel organisasi, dan

psikologis perawat pada unit instalasi rawat inap RS Swasta X tahun

2011.

3. Untuk mengetahui hubungan variabel individu perawat dengan

penerapan IPSG di instalasi rawat inap RS Swasta X tahun 2011.

4. Untuk mengetahui hubungan variabel organisasi perawat dengan

penerapan IPSG di instalasi rawat inap RS Swasta X tahun 2011.

5. Untuk mengetahui hubungan variabel psikologis perawat dengan

penerapan IPSG di instalasi rawat inap RS Swasta X tahun 2011.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

6

Universitas Indonesia

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1.5.1 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

1. Terbinanya hubungan kerjasama yang baik dalam bidang kesehatan

antara Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dengan

RS Swasta X.

2. Memperkaya sumber informasi kepustakaan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

1.5.2 Bagi RS Swasta X

1. Sebagai bahan masukan bagi upaya pengembangan sumber daya

manusia (perawat) dalam meningkatkan penerapan IPSG.

2. Meningkatkan upaya pencegahan KTD dan KNC yang merupakan

cerminan upaya pelaksanaan patient safety di rumah sakit.

1.5.3 Bagi peneliti

1. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama di

FKM UI dengan peminatan Biostatistik dan Kependudukan.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi perawat dalam penerapan IPSG dalam akreditasi

JCI.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dibatasi sebagai berikut:

a. Lingkup waktu

Penelitian dilakukan dalam waktu 1 bulan pada bulan November 2011.

b. Lingkup tempat

Penelitian ini dilaksanakan di instalasi rawat inap RS Swasta X dan

berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, yaitu : pelayanan pediatrik

pada Ward Pinguin; pelayanan maternal pada Ward Merpati (Ward,

Labor, Nursery); pelayanan umum pada Ward Merak, Kutilang,

Cendrawasih, dan Camar; serta pelayanan Critical Care.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

7

Universitas Indonesia

c. Lingkup materi

Materi dalam penelitian ini adalah yang berhubungan dengan penerapan

IPSG oleh perawat serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

d. Lingkup responden

Responden penelitian adalah perawat di instalasi rawat inap. Penelitian

ini dilakukan dengan pengambilan data primer yaitu dengan cara

pengisian angket serta dengan data sekunder yaitu menelaah dokumen

profil rumah sakit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

8

Universitas Indonesia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Definisi Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala pengalaman serta interaksi

manusia dengan lingkungannya. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang

terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons

dapat bersifat pasif, yaitu berpikir, berpendapat, bersikap, maupun bersifat aktif

yaitu melalui suatu tindakan.

Menurut Lewit seperti dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perilaku

merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang

terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga diperoleh

keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku

seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan di

dalam diri seseorang (Maulana, 2009).

Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak

langsung (Sunaryo, 2004).

2.1.2 Jenis Perilaku

Pembagian perilaku dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, yaitu :

a. Perilaku tertutup (convert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus sifatnya masih tertutup (convert).

Respons ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau

kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut (misalnya, mengetahui bahaya rokok tetapi ia masih merokok,

mahasiswa mengetahui pentingnya belajar untuk keberhasilan kuliahnya).

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus bersifat terbuka dalam bentuk

tindakan nyata, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain

(misalnya, membaca buku pelajaran, rajin belajar, berhenti merokok, dan

lain-lain) (Notoatmodjo, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

9

Universitas Indonesia

2.1.3 Proses Pembentukan Perilaku

Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Abraham Harold

Maslow dalam Sunaryo (2004), manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu :

a. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama,

yaitu O2, H2O, cairan elektrolit, makanan, dan seks. Apabila kebutuhan ini

tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis.

b. Kebutuhan rasa aman, misalnya : rasa aman terhindar dari kejahatan,

konflik, penyakit, dan lain-lain.

c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya : mendambakan kasih sayang

orang lain, ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada.

d. Kebutuhan harga diri, misalnya : ingin dihargai dan menghargai orang

lain, adanya perhatian dari orang lain

e. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya : ingin disanjung orang lain, ingin

sukses atau berhasil mencapai cita-cita, ingin menonjol dan lebih dari

orang lain (baik dalam karir, usaha, kekayaan, dan lain-lain).

Penelitian Rogers (1974) dalam Effendy (2009) mengungkapkan bahwa sebelum

seseorang mengadopsi perilaku yang baru, di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yakni sebagai berikut :

a. Timbul kesadaran (awareness), yakni orang tersebut menyadari

(mengetahui) stimulus terlebih dahulu.

b. Ketertarikan (interest), yakni orang tersebut mulai tertarik kepada

stimulus.

c. Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus (evaluation), yakni sikap

orang tersebut sudah lebih baik lagi.

d. Mulai mencoba (trial), yakni orang tersebut memutuskan untuk mulai

mencoba perilaku baru.

e. Mengadaptasi (adoption), yakni orang tersebut telah berperilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

10

Universitas Indonesia

2.1.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

1. Karakteristik Individu

Setiap individu memiliki karakteristik tertentu yang mempengaruhi kinerja

individu tersebut. Karakteristik yang dimiliki seseorang berbeda antar individu,

dan kadang-kadang perbedaan tersebut sangat bervariasi. Karakteristik tersebut

melekat dalam diri seorang individu sehingga menjadi ciri khas tertentu.

Karakteristik individu dalam organisasi meliputi karakteristik biografis,

kemampuan, kepribadian, proses belajar, persepsi, sikap, dan kepuasan kerja.

Aspek karakteristik individu yang dibahas dalam penelitian ini meliputi : usia,

jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, masa kerja, masa kerja di unit, jam

kerja di rumah sakit, jenjang jabatan, frekuensi edukasi patient safety.

Robbins (2006) menyatakan bahwa, faktor-faktor yang mudah

didefinisikan dan tersedia, data yang dapat diperoleh sebagian besar dari informasi

yang tersedia dalam berkas personalia seorang pegawai mengemukakan

karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, status perkawinan, banyaknya

tanggungan dan masa kerja dalam organisasi.

2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang berada pada kawasan

kognitif yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan-belajar.

Pengetahuan (knowledge) adalah hierarki pertama dalam taksonomi tujuan

pendidikan kawasan kognitif dengan hierarki selanjutnya adalah comprehension,

application, synthesis, dan evaluation (Bloom dalam Padmowihardjo,1994).

Menurut Jann Hidayat Tjakraatmadja dan Donald Crestofel Lantu dalam

bukunya Knowledge Management disebutkan bahwa pengetahuan diperoleh dari

sekumpulan informasi yang saling terhubung secara sistematik sehingga memiliki

makna. Informasi diperoleh dari data yang sudah diolah (disortir, dianalisis, dan

ditampilkan dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan melalui bahasa, grafik

atau tabel), sehingga memiliki arti. Selanjutnya data ini akan dimiliki seseorang

dan akan tersimpan dalam neuron-neuron (menjadi memori) di otaknya.

Kemudian ketika manusia tersebut dihadapkan pada suatu masalah maka

informasi-informasi yang tersimpan dalam neuron-neuronnya dan yang terkait

dengan permasalahan tersebut, akan saling terhubungkan dan tersusun secara

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

11

Universitas Indonesia

sistematik sehingga ia memiliki model untuk memahami atau memiliki

pengetahuan yang terkait dengan permasalahan yang dihadapinya. Kemampuan

memiliki pengetahuan atas obyek masalah yang dihadapi sangat ditentukan oleh

pengalaman, latihan atau proses belajar (proses berfikir) (Jann Hidajat

Tjakraatmadja dalam Ariyani, 2009).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan

sebagai berikut :

a. Mengetahui (know), artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

b. Memahami (comprehension) artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

c. Menggunakan (application) artinya kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.

d. Menguraikan (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Menyimpulkan (synthesis), maksudnya suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

f. Mengevaluasi (evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau obyek (Effendy, 2009).

3. Motivasi

Motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang

memberikan energi, mendorong kegiatan atau gerakan dan mengarah atau

menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau

mengurangi ketidakseimbangan. Motivasi merupakan bagian integral dari

hubungan dalam rangka proses pembinaan, pengembangan, dan pengarahan

sumber daya manusia dalam suatu organisasi (Sinungan,2003).

Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai inisiatif penggerak perilaku

seseorang secara optimal, hal ini di sebabkan karena motivasi merupakan kondisi

internal, kejiwaan dan mental manusia seperti aneka keinginan, harapan

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

12

Universitas Indonesia

kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku

kerja guna mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan atas

perbuatannya (Gibson, 1996).

Untuk meningkatkan motivasi berperilaku dapat dilakukan dengan 4 cara

sebagai berikut :

a. Memberi hadiah dalam bentuk penghargaan, pujian, piagam, hadiah,

promosi pendidikan, dan jabatan

b. Kompetisi atau persaingan yang sehat

c. Memperjelas tujuan atau menciptakan tujuan antara (Pace Making)

d. Memberi informasi keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan untuk

mendorong agar lebih berhasil.

4. Supervisi

Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan

terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan untuk kemudian apabila

ditemukan masalah segera diberikan petunjuk dan bimbingan atau bantuan yang

bersifat langsung guna mengatasinya (Gibson, 1996).

Prinsip supervisi keperawatan yaitu supervisi dilakukan sesuai dengan struktur

organisasi:

a. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, ketrampilan

hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen

dan ketrampilan.

b. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas dan terorganisir dan dinyatakan

melalui petunjuk, peraturan atau kebijakan, uraian tugas, standar.

c. Supervisi adalah proses kerjasama yang demokratis antara supervisor

dengan perawat pelaksana (staf perawat).

d. Supervisi menggunakan proses manajemen termasuk menerapkan misi,

falsafah, tujuan, rencana spesifik untuk mencapai tujuan.

e. Supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi yang

efektif, merangsang kreatifitas dan motivasi.

f. Supervisi mempunyai tujuan utama atau akhir yang memberikan

keamanan, hasil guna, dan daya guna pelayanan keperawatan yang

memberikan kepuasaan kepada pasien, perawat, dan manajer.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

13

Universitas Indonesia

5. Pengaruh Organisasi

Kata organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama, organisasi

berarti sebuah lembaga atau kelompok fungsional ; sebagai contoh, kita mengacu

pada sebuah perusahaan, rumah sakit, instansi pemerintah, dan lain-lain.

Pengertian ke dua merujuk pada proses pengorganisasian sehingga tujuan

perusahaan dapat dicapai secara efisien (Robbins et. al,2007). Sedangkan menurut

Swastha (1996), organisasi adalah “kelompok orang yang bekerja bersama-sama

ke arah suatu tujuan yang umum. Sebuah organisasi itu terdiri atas orang-orang

yang melakukan tugas-tugas yang berbeda yang dikoordinir untuk mencapai

tujuan organisasi tersebut”.

2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1 Definisi Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau kegiatan praktik

keperawatan yang diberikan oleh perawat pada pasien di berbagai tatanan

pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada

standart keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan

(Hamid, 2001).

Perawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap

individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mempunyai masalah

kesehatan. Pelayanan yang diberikan adalah upaya untuk mencapai derajat

kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam

menjalankan kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

dengan menggunakan proses keperawatan sebagai metode ilmiah keperawatan.

Menurut International Council of Nurses, keperawatan adalah fungsi yang

unik membantu individu yang sakit atau sehat, dengan penampilan kegiatan yang

berhubungan dengan kesehatan atau penyembuhan (meninggal dengan damai),

hingga individu dapat merawat kesehatannya sendiri apabila memiliki kekuatan,

kemauan, dan pengetahuan.

American Nurses Asociation mengatakan bahwa praktek keperawatan adalah

pelayanan langsung, berorientasi pada tujuan, dapat diadaptasi oleh kebutuhan

individu, keluarga, masyarakat dalam keadaan sehat dan sakit. (Effendy, 1998)

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

14

Universitas Indonesia

Orang yang melakukan pelayanan ”perawatan-nursing” biasanya disebut

”perawat-nurse”.

2.2.2 Hak Perawat

Perawat memiliki hak yang sama dengan yang umumnya diberikan masyarakat

pada semua orang. Menurut Wolff et al (1984) hak-hak tersebut adalah :

a. Hak menemukan martabat dalam ekspresi diri dan kemajuan diri melalui

pemanfaatan kemampuan khusus dan latar belakang pendidikan.

b. Hak pengakuan andil perawat melalui penyediaan lingkungan berpraktek,

dan imbalan ekonomi profesi yang wajar.

c. Hak memperoleh lingkungan kerja yang menekan serendah mungkin stres

fisik serta emosi dan resiko kesehatan.

d. Hak mengontrol praktek profesi dalam batas-batas hukum.

e. Hak menetapkan standar mutu perawatan.

f. Hak turut serta dalam penyusunan kebijaksanaan yang mempengaruhi

bidang perawatan.

g. Hak aksi sosial dan politik atas nama perawatan dan pembinaan kesehatan.

2.2.3 Tugas Perawat

Griffith (1987) dalam buku The Well Managed Community Hospital menyatakan

bahwa pelayanan keperawatan memiliki tugas, yaitu :

a. Melakukan kegiatan promosi kesehatan, termasuk untuk kesehatan

emosional dan sosial.

b. Melakukan upaya pencegahan penyakit dan kecacatan.

c. Menciptakan keadaan lingkungan, fisik, kognitif, dan emosional

sedemikian rupa yang dapat membantu penyembuhan penyakit.

d. Berupaya meminimalisasi akibat buruk dari penyakit.

e. Mengupayakan kegiatan rehabilitasi.

James Willan (1990) dalam buku Hospital Management menyebutkan bahwa

Nursing Deparment di rumah sakit mempunyai beberapa tugas yaitu :

a. Memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, baik untuk

kesembuhan ataupun pemulihan status fisik dan mentalnya.

b. Memberikan pelayanan lain bagi kenyamanan dan keamanan pasien,

seperti penataan tempat tidur, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

15

Universitas Indonesia

c. Melakukan tugas-tugas administratif.

d. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan berkelanjutan.

e. Melakukan berbagai penelitian/riset untuk senantiasa meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan.

f. Berpartisipasi aktif dalam program pendidikan bagi para calon perawat.

2.2.4 Kegiatan Perawat

John Grifith (1987) menyatakan bahwa kegiatan keperawatan di rumah sakit

dapat dibagi menjadi keperawatan klinik dan manajemen keperawatan. Kegiatan

keperawatan klinik antara lain terdiri dari :

a. Pelayanan keperawatan personal, yang antara lain berupa pelayanan

keperawatan umum dan atau spesifik untuk sistem tubuh tertentu,

pemberian motivasi dan dukungan emosi pada pasien, pemberian obat, dan

lain-lain.

b. Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik, mengingat

perawat selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu sehingga

merupakan petugas yang seyogianya paling tahu tentang keadaan pasien.

c. Berbagai hal tentang keadaan pasien ini perlu dikomunikasikan dengan

dokter atau petugas lain.

d. Menjalin hubungan dengan keluarga pasien.

e. Menjaga lingkungan bangsal tempat perawatan.

f. Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit.

Dalam hal manajemen keperawatan di rumah sakit, tugas yang harus dilakukan

adalah:

a. Penanganan administratif, antara lain dapat berupa pengurusan masuknya

pasien ke rumah sakit, pengawasan pengisian dokumen catatan medik

dengan baik, membuat penjadwalan proses pemeriksaan/pengobatan

pasien, dan lain-lain.

b. Membuat penggolongan pasien sesuai berat ringannya penyakit, dan

kemudian mengatur kerja perawatan secara optimal pada setiap pasien

sesuai kebutuhannya masing-masing.

c. Memonitor mutu pelayanan pada pasien, baik pelayanan keperawatan

secara khusus maupun pelayanan lain secara umumnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

16

Universitas Indonesia

d. Manajemen ketenagaan dan logistik keperawatan, kegiatan ini meliputi

staffing, assignment, dan budgeting.

2.2.5 Pendidikan Perawat

Aditama (2000) dalam bukunya Manajemen Administrasi Rumah Sakit

menyatakan bahwa di masa depan ada beberapa jenis dan jenjang tenaga

keperawatan profesional yang diperlukan, antara lain sebagai berikut :

a. Tenaga keperawatan profesional sebagai pelaksana pelayanan/asuhan

keperawatan, dan pelaksana pendidikan keperawatan, baik yang bersifat

umum maupun dengan kekhususan, atau memiliki kemampuan khusus

dalam keperawatan. Tenaga keperawatan ini dihasilkan melalui Program

Pendidikan D-III Keperawatan, Program pendidikan D-IV Keperawatan

dan Program Pendidikan Sarjana Keperawatan.

b. Tenaga keperawatan profesional sebagai pengelola keperawatan, baik

pengelola pelayanan keperawatan profesional maupun pengelola

pendidikan keperawatan, khususnya pendidikan tinggi keperawatan.

Tenaga keperawatan ini dihasilkan melalui Program Pendidikan Sarjana

Keperawatan dan Program Magister Keperawatan. Tenaga perawatan yang

dihasilkan melalui Program Magister Keperawatan juga ditujukan untuk

pengadaan staf akademik pada Program Pendidikan Sarjana Keperawatan.

c. Tenaga peneliti dan pengembang bidang keperawatan, mencakup

pelayanan/asuhan keperawatan profesional, pendidikan tinggi

keperawatan, riset keperawatan, dihasilkan melalui Program Magister

Keperawatan dan ProgramDoktor Keperawatan.

d. Tenaga pembantu pelaksana pelayanan/asuhan keperawatan yang

merupakan tenaga non profesional (pekarya kesehatan/keperawatan)

dihasilkan melalui pendidikan pada jenjang pendidikan menengah sebagai

pendidikan kejuruan (vokasional).

2.2.6 Kebutuhan Perawat

Proses penghitungan kebutuhan perawat/rumus untuk rawat inap (Aditama, 2000):

a. Jam perawatan yang dibutuhkan/tahun = jumlah pasien rata-rata per hari X

rata-rata jam perawatan/24 jam X jumlah hari perawatan.

b. Jumlah jam kerja/tahun = hari kerja efektif X jam kerja/hari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

17

Universitas Indonesia

c. Jumlah perawat yang dibutuhkan = jam perawatan yang dibutuhkan/tahun

(point 1) : jumlah jam kerja/tahun (point 2).

d. Tambahan tenaga untuk pengganti cuti hamil = jumlah jam karena cuti

hamil : jumlah jam kerja efektif.

e. Tambahan tenaga unutk pengganti cuti dan lain-lain = (minggu efektif :

jumlah minggu/tahun) X jumlah perawat.

f. Jumlah total perawat yang dibutuhkan = point 3 + point 4 + point 5.

g. Rasio tempat tidur/perawat = (jumlah tempat tidur : jumlah perawat) X

shift.

2.3 Akreditasi JCI

2.3.1 Pengertian Akreditasi

Akreditasi adalah suatu pengakuan atau legalisasi, penerimaan, dan

kepercayaan yang diberikan oleh badan akreditasi kepada suatu rumah sakit

dalam hal pemenuhan standar pelayanan, sehingga rumah sakit tersebut dapat

dinilai kemampuannya dalam mengupayakan peningkatan mutu pelayanan

(Mulyadi, 1997).

Akreditasi adalah suatu proses di mana sebuah entitas, yang terpisah, dan

berbeda dari organisasi perawatan kesehatan, biasanya nonpemerintah, menilai

organisasi perawatan kesehatan untuk menentukan jika memenuhi serangkaian

persyaratan (standar) yang dirancang untuk meningkatkan keselamatan dan

kualitas pelayanan. Akreditasi biasanya sukarela. Standar akreditasi biasanya

dianggap sebagai yang optimal dan dapat dicapai. Akreditasi telah mendapat

perhatian di seluruh dunia sebagai evaluasi mutu yang efektif dan alat

manajemen.

2.3.2 Manfaat Akreditasi

Akreditasi rumah sakit bermanfaat untuk berbagai institusi dan

masyarakat antara lain :

a. Bagi rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya :

1) Alat memasarkan (marketing) rumah sakit pada masyarakat

2) RS yang lulus dalam akreditasi dapat meningkatkan status, citra, dan

kepercayaan masyarakat

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

18

Universitas Indonesia

3) Membangkitkan rasa bangga, senang, dan aman bagi para pegawai

kerja di rumah sakit yang telah lulus dalam akreditasi rumah sakit

4) RS yang telah diakreditasi dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan

sehingga kekurangannya dapat diperbaiki dan kelebihannya

dipertahankan

b. Bagi pemerintah :

1) Akreditasi yang dilaksanakan di rumah sakit dapat memberi gambaran

keadaan rumah sakit di Indonesia mengenai mutu pelayanannya

2) Dengan akreditasi rumah sakit, usaha pembinaan menjadi lebih terarah

dan berkesinambungan dan dapat meningkatkan upaya pelaksanaan

konsep mutu pelayanan rumah sakit

c. Bagi pasien/masyarakat :

1) Pasien/masyarakat mendapatkan pelayanan yang bermutu sesuai dengan

standar profesi

2) Hak-hak pasien akan diperhatikan dan dipenuhi oleh rumah sakit/sarana

kesehatan lainnya

3) Sebagai acuan dalam memilih rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya

d. Bagi perusahaan asuransi :

1) Acuan untuk memilih rumah sakit yang telah memenuhi standar

2) Rasa aman oleh karena para peserta asuransi mendapatkan pelayanan

sesuai dengan standar

2.3.3 Tujuan Akreditasi

Pada dasarnya tujuan utama akreditasi rumah sakit adalah agar kualitas

diintegrasikan dan dibudayakan ke dalam sistem pelayanan di rumah sakit.

Tujuan khusus akreditasi rumah sakit, di antaranya :

a. Meningkatkan pelayanan pasien

Standar akreditasi kerangka yang membantu RS secara

berkesinambungan meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan.

b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat

Status akreditasi memberikan kenyataan yang kuat kepada masyarakat

tentang upaya-upaya RS memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik.

c. Perbaikan manajemen pelayanan kesehatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

19

Universitas Indonesia

Memberikan kerangka komprehensif dan membimbing RS menuju

kinerja yang efektif.

d. Meningkatkan rekrutmen staf

Membuat karyawan yang bermutu dan lebih suka bekerja di RS yang

diakui mutunya.

e. Meningkatkan pembayaran pelayanan

Akreditasi digunakan untuk kelancaran pembayaran asuransi atau

pembayar lain.

f. Kepercayaan dari pihak berkepentingan

Menyederhanakan dan memfokuskan tugas-tugas pemantauan yang

ditetapkan oleh pemerintah

2.3.4 Pengertian JCI

JCI (Joint Commission International) merupakan badan akreditasi

internasional, yang merupakan bagian dari Joint Commission on Accreditation

of Healthcare Organization (JCAHO-USA). JCI adalah suatu organisasi yang

independent, nonprofit, dan bukan lembaga pemerintahan.

Semua akreditasi JCI dan program sertifikasi dibentuk berdasarkan :

a. Standar konsensus internasional, dikembangkan dan dipelihara oleh

kekuatan internasional, dan disetujui oleh badan internasional,

merupakan dasar program akreditasi

b. Dasar filosofi dari standar tersebut berdasarkan prinsip manajemen

kualitas dan peningkatan kualitas secara berkelanjutan

c. Proses akreditasi didesain untuk menyesuaikan faktor hukum, agama,

dan atau budaya dalam sebuah negara. Walaupun standar mengatur

keseragaman, ekspektasi tinggi dari keamanan dan kualitas pelayanan

pasien, pertimbangan spesifik negara berhubungan dengan ekpektasi

tersebut yang merupakan bagian dari proses akreditasi

d. Tim survei dan agenda akan bervariasi sesuai ukuran organisasi dan

tipe pelayanan yang disediakan.

e. Akreditasi JCI dibentuk menjadi valid, reliable, dan objektif.

Berdasarkan analisis temuan survei, keputusan akhir akreditasi dibuat

oleh sebuah komite akreditasi internasional.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

20

Universitas Indonesia

Elemen-elemen pengukuran standar merupakan syarat-syarat dari standar dan

pernyataan tersebut akan di-review dan ditetapkan suatu skor selama proses

survei akreditasi.

2.3.5 Manfaat JCI

JCI merupakan standar internasional karena memiliki manfaat :

a. Memperlihatkan komitmen nyata suatu organisasi untuk meningkatkan

kualitas pelayanan pasien, untuk memastikan lingkungan aman, dan

secara berkesinambungan mengurangi resiko terhadap pasien dan staf

b. Bertujuan optimum dalam pencapaian ekspektasi

c. Fokus pada pasien

d. Desain untuk menginterpretasikan atau mensurvei di dalam kultur dan

perundang-undangan yang berlaku

e. Memacu perbaikan berkesinambungan

2.3.6 Standar JCI

Setiap standar JCI terdiri dari 3 komponen :

a. Standar yang merepresentasikan prinsip-prinsip

b. Penjelasan dari alasan standar

c. Unsur-unsur yang terukur adalah persyaratan rinci dari standar dan

tujuan yang tercetak

Standar JCI Rumah Sakit, terdiri dari :

A. Patients Centered Standards

1. International Patient Safety Goals (IPSG)

Goals:

a. Identify patient correctly

b. Improve effective communication

c. Improve the safety of high alert

d. Ensure correct site, correct procedure, correct patient surgery

e. Reduce the risk of health care association infection

f. Reduce the risk of patient harm resulting from fall

Maksudnya :

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

21

Universitas Indonesia

a. Identifikasi pasien saat : pemberian obat, proses pengambilan darah,

dan tindakan medis lainnya. Nomor kamar pasien tidak boleh

digunakan sebagai identifikasi pasien.

b. Adanya konfirmasi dengan membaca kembali.

c. Tingkatkan keamanan untuk pemberian obat yang berisiko tinggi.

Obat yang berisiko tinggi antara lain : insulin, opiat dan narkotika,

injeksi kalium chloride (KCl), antikoagulan intravena (heparin),

natrium chloride (NaCl) /potassium chloride > 0,9%.

d. Menjamin tempat, pasien dan prosedur operasi yang benar

e. Dilakukannya kampanye hand hygiene

f. Reduksi risiko pasien cedera dari jatuh

2. Access to Care and Continuity of Care (ACC)

a. Admission to the organization

b. Continuity Care

c. Discharge, referral, and follow-up

d. Transfer of patient

e. Transportation

Maksudnya :

a. Perawatan harus mulus dari ketika pasien masuk sampai pulang

b. Perawatan harus mulus baik bagi penyedia layanan dan pasien

c. Kebutuhan kesehatan pasien harus sesuai dengan layanan yang

tersedia

d. Layanan yang diberikan harus dikoordinasikan

e. Discharge harus direncanakan dan ditindaklanjuti

3. Patients and Family Rights (PFR)

a. Identify, protect, and promote patients rights

b. Informed consent

c. Research

d. Organ donation

Maksudnya : Pasien adalah unik dan harus diperlakukan sebagai individu.

Hak harus dihormati.

4. Assessment of Patients (AOP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

22

Universitas Indonesia

a. Collecting analyzing patient data and information

b. Laboratory service

c. Radiology and diagnostic imaging service

Maksudnya : hasil proses assessment pasien yang efektif dalam

pengambilan keputusan tentang pengobatan pasien langsung/segera dan

penatalaksanaan berkelanjutan. Assessment pasien terdiri dari :

mengumpulkan informasi pasien, menganalisa informasi ini,

mengembangkan rencana perawatan.

5. Care of Patients (COP)

a. Care delivery for all patient

b. Care of high risk patient and provision of high risk service

c. Food and nutrition therapy

d. Pain management and end of life care

Maksudnya : pelayanan pasien adalah tujuan utama pelayanan organnisasi

kesehatan. Untuk memberikan pelayanan yang terbaik, organisasi harus :

merencanakan dan memberikan pelayanan, memonitor pasien untuk

memahami hasil pelayanan, modifikasi pelayanan bila diperlukan,

melengkapi pelayanan, rencana tindak lanjut (follow up).

6. Anesthesia and Surgical Care (ASC)

a. Organization and Management

b. Sedation care

c. Anesthesia care

d. Surgical care

Maksudnya : anestesi, sedasi (obat penenang), dan intervensi bedah yang

umum dan kompleks. Hal di atas membutuhkan : assessment / penilaian

lengkap dan komprehensif, perencanaan perawatan terpadu, pemantauan

lanjutan pasien, kriteria penentuan transfer untuk melanjutkan perawatan,

rehabilitasi, diakhiri transfer dan pulang.

7. Medication Management and Use (MMU)

a. Organization and Management

b. Selection and Procurement

c. Storage

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

23

Universitas Indonesia

d. Ordering and Transcribing

e. Preparing and Dispensing

f. Administration

g. Monitoring

Manajemen obat meliputi sistem dan proses yang digunakan RS untuk

memberikan farmakoterapi kepada pasien. Hal ini biasanya meliputi :

koordinasi upaya staf, proses desain yang efektif, pengadaan dan

penyimpanan, transkripsi, dispensing, monitoring.

8. Patient and Family Education (PFE)

a. Education to support patient decision

b. Education tailored to each patient (video could be use but make

sure the patient understood)

c. Collaborative delivery of education

d. Education to support care at home

Edukasi membantu pasien dan keluarga mereka mengambil keputusan

pelayanan. Proses yang terbaik : menggunakan pendekatan multidisipliner,

sesuai preferensi belajar individu, nilai, dan kemampuan bahasa,

memberikan edukasi pada waktu yang tepat.

Health Care Organization and Managements Standards

1. Quality Improvement and Patient Safety (QPS)

a. Leadership and planning

b. Design of new and modified processes

c. Data collection for quality monitoring

d. Analysis of data

e. Process improvement

Integral untuk peningkatan kualitas secara keseluruhan adalah penurunan

terus menerus risiko untuk pasien dan staf. Risiko dapat ditemukan dalam

proses klinis dan lingkungan fisik. Pendekatan ini meliputi : memimpin

dan merencanakan peningkatan kualitas dan proses keselamatan pasien,

merancang proses klinis dan manajerial yang efektif, monitoring seberapa

baik proses berlangsung, analisa data, implementasi dan mempertahankan

peningkatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

24

Universitas Indonesia

2. Prevention and Control of Infection (PCI)

a. Program leadership and coordination

b. Focus of the program

c. Isolation procedure

d. Barrier techniques and hand hygiene

e. Integration of program with quality

f. Education of staff about the program

Program pencegahan dan pengendalian infeksi berupaya untuk

mengurangi resiko tertular dan transmisi infeksi. Program yang efektif

memiliki : identifikasi pemimpin, staf yang terlatih, metode untuk

mengidentifikasi dan proaktif mengatasi resiko infeksi, kebijakan dan

prosedur yang tepat, edukasi staf, koordinasi seluruh organisasi.

3. Governance, Leadership, and Direction (GLD)

a. Governance of the organization

b. Leadership of the organization

c. Direction of Departments and Services

d. Organization Ethics

Pelayanan yang excellent memerlukan kepemimpinan yang efektif.

Kepemimpinan harus : mengidentifikasi misi organisasi dan memastikan

sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan itu,

mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan, memahami bagaimana

anggota staf bekerja sama, bersama dengan tanggung jawab masing-

masing, mengatasi hambatan dan perselisihan antara departemen.

4. Facility Management and Safety (FMS)

a. Leadership and planning

b. Safety and security

c. Hazardous materials

d. Emergency management

e. Fire safety

f. Medical equipment

g. Utility Systems

h. Staff education

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

25

Universitas Indonesia

Dalam rangka untuk memberikan fasilitas yang aman dan fungsional bagi

semua, fasilitas fisik, peralatan medis, dan tenaga manusia harus efektif.

Manajemen harus berupaya untuk : mengurangi dan mengendalikan risiko

dan bahaya, mencegah kecelakaan dan cedera, menjaga kondisi aman.

5. Staff Qualification and Education (SQE)

a. Planning

b. Orientation and education

c. Medical staff

d. Nursing staff

e. Other professional staff

Kepemimpinan berkolaborasi untuk mengidentifikasi jumlah dan jenis staf

yang dibutuhkan untuk memenuhi misi organisasi. Merekrut,

mengevaluasi, dan menunjuk staf yang terbaik melalui proses yang

terkoordinasi dan seragam. Dokumentasi merupakan bagian penting dari

proses ini : aplikasi keterampilan/skill, pengetahuan, pendidikan,

pengalaman kerja sebelumnya, credential review (untuk staf klinis)

6. Management of Communication and Information (MCI)

a. Communication with community

b. Communication with patients and families

c. Communication between providers within and outside the

organization

d. Leadership and planning

e. Patient clinical record

f. Aggregate data and information

Kegagalan dalam komunikasi adalah salah satu akar penyebab paling

umum dari insiden keselamatan pasien. Seiring waktu organisasi harus

meningkatkan kemampuan mereka untuk : mengidentifikasi kebutuhan

informasi, desain sistem informasi manajemen, lakukan analisis data dan

mengubahnya menjadi informasi yang dapat dilaporkan, mengintegrasikan

dan menggunakan informasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

26

Universitas Indonesia

2.4 IPSG (International Patient Safety Goals)

IPSG disusun dengan cara yang sama seperti standar JCI lainnya. Keselamatan

pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem di mana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen resiko,

identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.

Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan

oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan

yang seharusnya dilakukan (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit,

Depkes R.I. 2008).

Tujuan :

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian tidak diharapkan

IPSG terdiri dari 3 komponen :

1. Standar, merupakan prinsip

2. Deskripsi, merupakan penjelasan standar

3. ME (Measurable element), merupakan kebutuhan rinci dari standar dan

nilai skor berdasarkan ME.

Semua ME (Measurable element) dirata-ratakan untuk mendapatkan skor standar,

semua standar dirata-ratakan untuk mendapatkan skor chapter, dan semua chapter

dirata-ratakan untuk mendapatkan skor total.

Tabel 2.1 Standar IPSG

Goals, Requirements, Intents, and Measurable Elements

Goal

1

Identify Patient

Correctly

1. Patient are identified

using two patient

identifiers, not

including the use of the

Identifikasi pasien adalah proses

pencatatan data pasien yang benar

sehingga dapat menetapkan dan

mempersamakan data tersebut

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

27

Universitas Indonesia

patient's room number

or location

dengan individu yang

bersangkutan. Identifikasi

dilakukan mulai pendaftaran

hingga keluar rumah sakit.

Identifikasi dilakukan dengan min.

2 cara identifikasi, yaitu nama

lengkap dan tanggal lahir pasien

atau nomor rekam medis. Nomor

kamar dan nama ruangan tidak

boleh dipakai. Untuk pasien yang

tidak sadar melalui gelang tangan.

2. Patient are

identified before

administering

medications, blood, or

blood products

Pasien diidentifikasi sebelum

diberi obat, darah, maupun produk

dari darah.

Pemberian obat : mengetahui jenis

obat, khasiat, efek samping, kontra

indikasi, dosis umum, dan cara

pemberian obat. Siapkan obat

sesuai instruksi yang ada dalam

DO (Daftar Obat). Lakukan

prinsip 5 Benar dan 1

Dokumentasi (benar pasien, benar

obat, benar dosis, benar cara,

benar waktu, benar dokumentasi).

Perawat saksi memberi paraf pada

kolom abu-abu dan yang memberi

obat pada kolom putih bila obat

sudah diberi.

3. Patient are identified

before taking blood and

other specimens for

clinical testing.

Pasien diidentifikasi sebelum

diambil darah dan spesimen lain

untuk uji klinis.

Pemberian transfusi darah :

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

28

Universitas Indonesia

lakukan double check dengan

perawat lain : instruksi dokter,

nama, tanggal lahir, dan golongan

darah pasien, jenis, jumlah darah

dan nomor harus sesuai dengan

form permintaan, form cross

match, dan yang tertulis di

kantong darah dan cek tanggal dan

jam kadaluarsa. Sebelum transfusi

cek tanda vital: tekanan darah,

nadi, pernafasan, suhu, dan skor

nyeri serta keadaan umum pasien.

Setelah transfusi cek tanda vital :

reaksi alergi serta keluhan pasien

setiap 15 menit untuk jam pertama

selanjutnya setiap jam sampai

dengan transfusi selesai dan

dokumentasikan dalam lembar

grafik observasi.

Sampel lab : beri label pasien pada

formulir pemeriksaan

laboratorium.

4. Patients are

identified before

providing treatments

and procedures.

Pasien diidentifikasi sebelum

diberi perawatan dan prosedur.

Misalnya operasi : Serah terima

dari ruangan dilakukan oleh penata

anestesi/perawat bedah dengan

perawat ruangan, cek dokumen

pasien pada status pasien dan

checklist pre dan post operasi.

5. Policies and

procedures support

Adanya SOP sebagai kebijakan

dan / atau prosedur yang

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

29

Universitas Indonesia

consistent practice in

all situation and

locations.

mendukung praktik yang konsisten

di semua situasi dan lokasi.

Goal

2

Improve

Effective

Communication

1. The complete verbal

and telephone order or

test result is written

down by the receive of

the order or test result.

Instruksi verbal, instruksi via

telepon, atau hasil tes penunjang

klinis ditulis oleh penerima

instruksi. Obat : ditulis di kolom

"instruksi obat via telepon" di

halaman terakhir dari DO. Tes

penunjang klinis yang penting

meliputi : tes laboratorium yang

CITO/segera, pemeriksaan

radiologi, elektrokardiogram

(EKG), pemeriksaan lain yang

memerlukan respon yang cepat.

Penunjang medis (laboratorium,

radiologi) : ditulis secara lengkap

di catatan perkembangan integrasi.

2. The complete verbal

and telephone order or

test result is read back

by the receiver of the

order or test result.

Instruksi verbal, instruksi via

telepon, atau hasil tes penunjang

klinis dibacakan kembali oleh

penerima instruksi. Read back

ditulis dengan lengkap dan jelas.

Tulis "read back +" di catatan

perkembangan terintegrasi dengan

tinta warna merah.

3. The order or test

result is confirmed by

the individual who gave

the order or test result.

Verifikasi oleh pemberi instruksi

dalam waktu 1x24 jam sejak

instruksi diberikan dengan cara

tanda tangan instruksi yang telah

ditulis sebelumnya.

4. Policies and Adanya SOP sebagai kebijakan

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

30

Universitas Indonesia

procedures support

consistent practice in

verifying the accuracy

of verbal and telephone

communications.

dan / atau prosedur yang

mendukung praktek yang

konsisten dalam memverifikasi

akurasi komunikasi verbal dan

telepon.

Goal

3

Improve the

Safety of High-

Alert

Medications

1. Policies and /or

procedures are

developed to address

identification,

location, labeling, and

storage of high-alert

medications.

Adanya SOP sebagai kebijakan

dan / atau prosedur yang

dikembangkan untuk identifikasi

alamat, lokasi, pelabelan, dan

penyimpanan obat resiko tinggi

2. The policies and /or

procedures are

implemented.

SOP tersebut diimplementasikan.

3. Concentrated

electrolytes are not

present in patient care

units unless clinically

necessary and actions

are taken to prevent

inadvertent

administration in those

areas where permitted

by policy

Lakukan verifikasi terhadap

konsentrasi obat, kecepatan

pemberian dan jalur IV yang

digunakan.

Pemberian obat yang berisiko

tinggi sebaiknya dengan

infusion/syringe pump dan

kecepatan pemberian harus selalu

dimonitor.

Penyimpanan obat yang berisiko

tinggi harus terpisah dan diberi

label berwarna merah.

4. Concentrated

electrolytes that are

store in patient care

unit are clearly labeled

and stored in a maner

Obat yang berisiko tinggi antara

lain : insulin, opiat dan narkotika,

injeksi kalium chloride (KCl),

antikoagulan intravena (heparin),

natrium chloride (NaCl) 3%,

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

31

Universitas Indonesia

that restricts access. potassium chloride, potasium

fosfat, sodium korida > 0,9%,

MgSO4 40% dan Dextrose 40%.

Konsentrat elektrolit yang

disimpan di unit perawatan pasien

dengan jelas diberi label dan

disimpan dalam lemari dengan

akses khusus.

Goal

4

The

organization

develops an

approach to

Ensure Correct-

Site, Correct-

Procedure,

Correct-Patient

Surgery

1. The organization

uses an instantly

recognizable mark for

surgical site

identification and

involves the patient in

the marking process.

Gunakan tanda lingkaran (o) untuk

memberi tanda pada lokasi operasi

dan libatkan pasien dalam

memberi tanda.

2. The organization

uses a checklist or

other process to verify

preoperatively the

correct site, correct

procedure, and correct

patient and that all

documents and

equipment needed are

on hand, correct and

functional.

Lakukan “surgical safety

checklist” dengan benar pada

semua pasien yang akan dilakukan

prosedur operasi.

Lakukan checklist terhadap

kelengkapan dokumen medis

(termasuk informed consent),

pemeriksaan radiologi dan alat-alat

operasi yang akan digunakan.

Benar sisi, benar pasien, dan benar

prosedur juga harus dipastikan

pada prosedur endoskopi, aspirasi

perkutan, biopsy, katerisasi

jantung dan vaskuler serta

tindakan invasive lainnya

3. The full surgical

team conducts and

Lakukan “Time Out” sebelum

incisi pembedahan. “Time out” ini

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

32

Universitas Indonesia

documents a time-out

procedure just before

starting a surgical

procedure

harus berupa pengecekan aktif

(secara lisan), dilakukan di sisi di

mana tindakan itu akan dilakukan

dan melibatkan semua anggota tim

dari operasi/ prosedur, termasuk

pula dari pasien, bila

memungkinkan

4. Policies and

procedures are

developed that will

support uniform

processes to ensure the

correct site, correct

procedure, and correct

patient, including

medical and dental

procedures done in

settings other that the

operating theatre.

Adanya SOP sebagai kebijakan

prosedur pembedahan dan / atau

prosedur yang dikembangkan yang

akan mendukung proses seragam

untuk memastikan sisi yang benar,

prosedur yang benar, dan pasien

yang benar.

Goal

5

Reduce the Risk

of Health Care-

Associated

Infections

1. The organization has

adopted or adapted

currently published and

generally accepted

hand hygiene

guidelines.

Seluruh pihak di rumah sakit telah

mengadopsi atau menyesuaikan

dengan pedoman kebersihan

tangan yang telah dipublikasikan

dan diterima secara umum.

Tangan merupakan media

penyebaran bakteri patogen yang

paling sering.

Cuci tangan adalah faktor

terpenting untuk mencegah

penyebaran bakteri patogen dan

resistensi terhadap antibiotika.

2. The organization Seluruh pihak di rumah sakit telah

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

33

Universitas Indonesia

implements an effective

hand hygiene program.

menerapkan program kebersihan

tangan yang efektif.

Cuci tangan pada saat : sebelum

menyentuh pasien, sebelum

melakukan tindakan aseptik,

sebelum terkontaminasi dengan

cairan tubuh pasien dan setelah

melakukan tindakan-tindakan

invasive, setelah menyentuh

pasien, setelah menyentuh daerah

sekitar pasien.

3. Policies and /or

procedures are

developed that support

continued reduction of

health care-associated

infections.

Adanya SOP sebagai kebijakan

dan / atau prosedur yang

dikembangkan dalam mendukung

pengurangan perawatan kesehatan

terkait infeksi

Goal

6

Reduce the Risk

of Patient Harm

Resulting from

Falls

1. The organization

implements a process

for the initial

assessment of patients

for fall risk and

reassessment of patient

when indicated by a

change in condition,

medications, among

other.

Kaji pasien resiko jatuh dengan

form pengkajian pasien resiko

jatuh pada setiap pasien masuk

rawat.

Lakukan pengkajian ulang risiko

jatuh setiap 3 hari atau sewaktu-

waktu bila ada perubahan antara

lain : mendapatkan medikasi baru

yang dapat berisiko pasien jatuh,

pasca tindakan atau prosedur yang

mengurangi mobilitas pasien,

mengalami perubahan perilaku,

tingkat kesadaran atau kondisi

klinis, setelah pasien jatuh, pindah

dari unit satu ke unit lainnya

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

34

Universitas Indonesia

2. Measures are

implemented to reduce

fall risk for those

assessed to be at risk.

Untuk pasien dengan resiko jatuh

dengan level 2 dipasang gelang

warna hijau. Letakkan papan

resiko jatuh pada meja pasien atau

pada papan di atas kepala pasien.

Jelaskan pada keluarga. Pasang

pagar pengaman tempat tidur.

Gunakan pengikat tangan atau

baju apollo sesuai kondisi.

Dekatkan bel ke pasien dan

jelaskan penggunaannya kepada

pasien dan keluarga. Lakukan

observasi tiap 2-3 jam sekali. Saat

observasi pastikan posisi pasien

aman dan nyaman misal : posisi

tidur tidak merosot, bagian tubuh

tidak keluar pagar tempat tidur,

dan lain - lain. Pastikan

lingkungan pasien aman (rem

tempat tidur terkunci, pagar tempat

tidur terpasang, lantai tidak basah,

penerangan cukup) sebelum

meninggalkan pasien.

Dokumentasikan pada catatan

perkembangan terintegrasi tentang

kondisi dan tindakan yang

dilakukan pada setiap ronde dan

laporkan ke penanggungjawab

shift. Beritahukan keluarga bahwa

pasien harus ada yang menunggu.

Beritahukan keluarga untuk

menginformasikan kepada

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

35

Universitas Indonesia

perawat apabila ada pergantian

keluarga yang menunggu agar

dapat dijelaskan kembali

pengamanan yang dilakukan agar

pasien tidak jatuh. Beritahu

penunggu bila meninggalkan

pasien harus memberitahu

perawat.

3. Measures are

monitored for results,

both succesful fall

injury reduction and

any unintended related

consequences.

Kaji ulang setelah 3 hari. Pastikan

semua tindakan pencegahan sudah

dilakukan, gunakan checklist

intervensi keperawatan pasien

yang beresiko jatuh.

4. Policies and/or

procedures support

continued reduction of

risk of patient harm

resulting from falls in

the organization.

Adanya SOP sebagai kebijakan

dan / atau prosedur yang

mendukung pengurangan resiko

pasien jatuh yang membahayakan.

Sumber : disari dari SOP Keperawatan RS Swasta X

2.5 Rumah Sakit

2.5.1 Definisi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menkes RI Nomor 340/Menkes/PER/III/2010, rumah

sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah sakit (hospital) adalah suatu organisasi yang meliputi tenaga

medis profesional yang terorganisir serta adanya sarana kedokteran yang

permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan

yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

36

Universitas Indonesia

pasien. Rumah sakit juga diartikan sebagai tempat di mana orang sakit mencari

dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat di mana pendidikan klinik untuk

mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga profesi kedokteran lainnya

(Anwar, 1996).

Istilah hospital konon berakar dari bahasa Latin hostel yang biasa

digunakan di abad pertengahan sebagai tempat bagi para pengungsi yang sakit,

menderita, dan miskin. Pendapat lain oleh Willan (1990) mengatakan bahwa kata

hospital berasal dari bahasa Latin hospitium , yang artinya suatu tempat/ruangan

unutk menerima tamu. Sementara itu, Yu (1997) menyatakan bahwa istilah

hospital berasal dari bahasa Perancis kuno dan medieval English yang dalam

kamus Inggris Oxford didefiniskan sebagai :

a. Tempat untuk istirahat dan hiburan

b. Institusi sosial untuk mereka yang membutuhkan akomodasi, lemah, dan

sakit

c. Institusi sosial untuk pendidikan dan kaum muda

d. Institusi untuk merawat mereka yang sakit dan cedera

American Hospital Association di tahun 1978 menyatakan bahwa rumah

sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan

kepada pasien-diagnostik dan terapeutik- untuk berbagai penyakit dan masalah

kesehatan, baik yang bersifat bedah maupun non bedah. Rumah sakit harus

dibangun, dilengkapi, dan dipelihara dengan baik untuk menjamin kesehatan dan

keselamatan pasiennya dan harus menyediakan fasilitas yang lapang, tidak

berdesak-desakan dan terjamin sanitasinya bagi kesembuhan pasien (Aditama,

2000). Kini rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

kesehatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

37

Universitas Indonesia

Gambar 2.1 Ruang Lingkup Rumah Sakit

Sumber : Aditama (2000)

2.5.2 Tugas Rumah Sakit

Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk

pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

RI No: 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan

upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan

upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan

terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.

2.5.3 Fungsi Rumah Sakit

Milton Roemer dan Friedman dalam buku Doctors in Hospital (1971) menyatakan

bahwa rumah sakit setidaknya memiliki lima fungsi, yaitu :

a. Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan

terapeutiknya. Berbagai jenis spesialisasi, baik bedah maupun non bedah,

harus tersedia. Pelayanan rawat inap ini juga meliputi pelayanan

Rumah Sakit

Selalu siap berubah

GlobalLokal

Kompleks & efektif

Sumber daya yang unggul

Paradigma sehat

Bagian sistem pelayanan kesehatan

Kepuasan pasien/ masyarakat

Promotif

Preventif

Kuratif

Rehabilitatif

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

38

Universitas Indonesia

keperawatan, gizi, farmasi, laboratorium, radiologi, dan berbagai

pelayanan lainnya.

b. Harus memiliki pelayanan rawat jalan.

c. Melakukan pendidikan dan pelatihan.

d. Melakukan penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan, karena

keberadaan pasien di rumah sakit merupakan modal dasar untuk penelitian

ini.

e. Mempunyai tanggung jawab untuk program pencegahan penyakit dan

penyuluhan kesehatan bagi populasi di sekitarnya.

Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, fungsi

rumah sakit adalah :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.5.4 Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menkes RI Nomor 340/Menkes/PER/III/2010, rumah sakit

diklasifikasikan berdasarkan jenis pelayanan :

a. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum

diklasifikasikan menjadi :

1) Rumah Sakit Umum Kelas A, harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik

Spesialis Dasar, 5 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 Pelayanan

Medik Spesialis Lain dan 13 Pelayanan Medik Sub Spesialis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

39

Universitas Indonesia

2) Rumah Sakit Umum Kelas B, harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik

Spesialis Dasar, 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan

Medik Spesialis Lainnya dan 2 Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

3) Rumah Sakit Umum Kelas C, harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik

Spesialis Dasar dan 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.

4) Rumah Sakit Umum Kelas D, harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 Pelayanan Medik

Spesialis Dasar.

b. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan

disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit. Jenis Rumah

Sakit khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Jantung,

Kanker, Orthopedi, Paru, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan Obat, Stroke,

Penyakit Infeksi, Bersalin, Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga

Hidung Tenggorokan, Bedah, Ginjal, Kulit dan Kelamin.

Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Khusus

diklasifikasikanmenjadi :

1) Rumah Sakit Khusus Kelas A;

2) Rumah Sakit Khusus Kelas B;

3) Rumah Sakit Khusus Kelas C.

2.6 Instalasi Rawat Inap

Ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan

dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam (Depkes, 2006).

Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama

sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh

pihak rumah sakit kepada pasiennya.

Menurut Keputusan Menkes RI Nomor 560/Menkes/SK/IV/2003, yang

dimaksud dengan pelayanan rawat inap, yaitu : “Pelayanan pasien untuk

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

40

Universitas Indonesia

observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik, dan atau upaya pelayanan

kesehatan lainnya dengan menginap di rumah sakit.”

Pada rumah sakit, instalasi rawat inap merupakan bagian penting dari pelayanan

kesehatan kepada pasien Rumah Sakit yang kegiatannya meliputi (Depkes, 2006) :

1. Perawatan kepada pasien rawat inap

2. Melakukan penyuluhan kepada pasien dalam melakukan pencegahan dan

pengobatan terhadap penyakit yang diderita

3. Pendidikan dan pelatihan kepada para tenaga medis dan paramedic dalam

meningkatkan mutu pelayanan

Tipe ruang rawat inap, terdiri dari :

a) Ruang rawat inap 1 tempat tidur setiap kamar (VIP).

b) Ruang rawat inap 2 tempat tidur setiap kamar (Kelas 1)

c) Ruang rawat inap 4 tempat tidur setiap kamar (Kelas 2)

d) Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar (kelas 3)

Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan (Ruang Isolasi), seperti :

a) Pasien yang menderita penyakit menular.

b) Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti penyakit

tumor, ganggrein, diabetes, dan sebagainya).

c) Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam ruangan).

Keseluruhan ruang-ruang ini harus terlihat jelas dalam kebutuhan jumlah

dan jenis pasien yang akan dirawat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

41

Universitas Indonesia

BAB III

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

3.1 Gambaran Umum

RS Swasta X terletak di tengah kawasan terpadu Bintaro Jaya yang

dibangun di atas areal seluas 14.000 m² dengan konsep desain yang unik dan

memulai kegiatan operasionalnya pada tanggal 12 Oktober 1998 dengan

menggunakan nama internasional dan terhitung mulai tanggal 12 Agustus 2010

rumah sakit tersebut berubah nama. Perubahan nama rumah sakit ini dilakukan

untuk memenuhi ketentuan peraturan perundangan yang berlaku tentang Rumah

Sakit Indonesia Kelas Dunia.

Alamat : Jl. M.H Thamrin Blok B3 No. 1 Sektor 7 Kawasan Niaga Bintaro

Jaya, Tangerang 15224

Telp : (62-21) 7455 500 / 600, Fax : (62-21) 7455 800

RS Swasta X merupakan bagian dari Ramsay Health Care Group,

Australia. Group rumah sakit swasta terbesar di Australia yang memiliki lebih dari

100 rumah sakit serta fasilitas day surgery di Australia, Inggris, Perancis, dan

Indonesia.

3.2 Sejarah RS Swasta X

Sejak awal berdiri, RS Swasta X dikenal dengan nama internasional.

Rumah sakit ini sudah mengalami beberapa kali perubahan kepemilikan. Pada

Desember 2001 rumah sakit ini dikelola oleh PT. Mitra Jaya Medikatama yang

merupakan gabungan antara PT. Ensevall (Kalbe Group) dengan perusahaan

Australia yang bernama Mayne Nickless Limited.

Tahun 2002, rumah sakit sepenuhnya hanya dimiliki oleh Mayne Health

Nickless Limited, yang selanjutnya bernama Mayne Health International. Maka

dengan itu terciptalah logo pertama rumah sakit sebagai berikut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

42

Universitas Indonesia

Gambar 3.1 Logo Mayne Health

Sumber : www.barrettconsulting.com

Pada tahun 2004, Mayne Health menjual divisi Healthnya kepada

konsorium lain, bernama Affinity Health, yang selanjutnya di Indonesia bernama

Affinity Health Indonesia. Dengan demikian logo rumah sakit berubah menjadi

seperti berikut.

Gambar 3.2 Logo Affinity Health

Sumber : www.esvc000216.wic050u.server-web.com/invest/affinity.htm

Pada 26 Desember 2005, rumah sakit tersebut dinyatakan terakreditasi dan

ditetapkan sebagai rumah sakit tipe B oleh KARS (Komisi Akreditasi Rumah

Sakit). Pada awal tahun 2006 , kepemilikian rumah sakit ini beralih dari Affinity

Health Indonesia ke tangan Ramsay Health Care. Perubahan kepemilikan tersebut

mengakibatkan perubahan logo yang masih berlaku sampai saat ini.

Gambar 3.3 Logo RS Swasta X

Sumber : situs RS Swasta X

Di tahun 2007, rumah sakit tersebut memperoleh ISO 9001 : 2000 yang

merupakan sertifikasi untuk Sistem Manajemen Mutu. Tahun 2009, rumah sakit

tersebut memperoleh akreditasi 16 bidang pelayanan dan pencapaian terbaru RS.

Pada 12 Agustus 2010, untuk memenuhi peraturan perundangan mengenai rumah

sakit Indonesia kelas dunia, nama rumah sakit tersebut diubah. Awal tahun 2011,

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

43

Universitas Indonesia

RS Swasta X meraih Akreditasi Internasional dari JCI (Joint Commission

International).

3.3 Visi, Misi, dan Falsafah RS Swasta X

Visi Ramsay Health Care Australia yang ditetapkan adalah : Ramsay Health Care

is committed to being a leading provider of health care services by delivering

high quality outcomes for patients and ensuring long term profitability.

Visi, Misi, dan Falsafah yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :

Falsafah : People caring for people

Visi : RS Swasta X bertekad untuk menjadi penyedia jasa

layanan kesehatan yang terkemuka dengan memberikan

pelayanan kesehatan yang berkualitas serta memastikan

profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang.

Misi : RS Swasta X senantiasa mengupayakan keberhasilan

klinik, keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan serta

perbaikan yang berkesinambungan dari waktu ke waktu,

sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan

pelanggan.

3.4 Kebijakan RS Swasta X

Kebijakan mutu di RS Swasta X adalah :

Kami memberikan pelayanan yang handal, cepat, tepat, ramah, proaktif,

dan konsisten kepada pasien dan keluarganya sesuai dengan sistem

manajemen mutu RS Swasta X.

a. Handal : melayani dengan sumber daya manusia terlatih dan terampil

dengan fasilitas yang dapat diandalkan.

b. Cepat : memberikan pelayanan dengan sesegera mungkin.

c. Tepat : memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan kebutuhan.

d. Ramah : memberikan pelayanan dengan senyum dan salam dengan

bersahabat.

e. Proaktif : memberikan pelayanan dengan tanggap dan penuh inisiatif

dengan kepedulian yang tinggi.

f. Konsisten : melayani sesuai dengan standar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

44

Universitas Indonesia

3.5 Struktur Organisasi

(terlampir)

3.6 Fasilitas RS Swasta X

Fasilitas yang dimiliki RS Swasta X adalah :

1. Pelayanan Rawat Jalan

Terdapat 30 kamar konsultasi. Pelayanan rawat jalan terdiri dari : klinik

anak (paru, syaraf, jantung, pencernaan), klinik kandungan dan kebidanan

(feto maternal, fertility endokrin reproduksi, onkologi), klinik penyakit

dalam (gastroentero hepatologi, rhematologi, hemato onkologi, metabolic,

dan endokrin), klinik bedah (bedah umum, bedah tulang, bedah tulang

belakang, bedah anak, bedah saluran kemih, bedah saluran cerna, bedah

plastik, bedah syaraf, bedah vaskuler), klinik jantung dan pembuluh darah,

klinik syaraf, klinik paru-paru, klinik mata, klinik THT, klinik gizi, klinik

psikiatri, klinik andrologi, klinik kulit dan kelamin, klinik nyeri, klinik

akupuntur, klinik imunisasi dewasa, klinik edukasi dan kaki diabetes,

klinik psikologi, klinik umum, klinik gigi.

2. Pelayanan Rawat Inap

Terdapat 200 tempat tidur dengan fasilitas perawatan : SVIP, VIP, Utama,

Kelas I (2 beds), Kelas II (3 beds), Kelas III (5 beds), Kamar operasi,

Isolasi, one day care, ICU, HDU, NICU, Perinatology.

3. Pelayanan Penunjang Diagnostik dan Terapi

Terdiri dari : Laboratorium (patologi klinik, patologi anatomi, bank darah),

radiologi (MRI 1,5 tesla, MSCT-Scan, USG 4 dimensi, general x ray,

panoramic, mammografi, fluoroskopi, dll), farmasi, rehabilitasi medik,

EKG, treadmil, angiografi, ESWL, EEG, EMG, CTG, spirometri,

audiometri, uroflowmetri, endoskopi (bronchoscopy, gastroscopy,

colonoscopy), laparoskopi, artroskopi, hemodialisa

4. Pelayanan Ortopedi

5. Layanan Unggulan Ramsay Spine Center

6. Unit Gawat Darurat

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

45

Universitas Indonesia

7. Kamar Bersalin

8. Unit Rekam Medik

9. Medical check up : MCU standard, executive, platinum, diamond, pra

nikah, calon pegawai

10. Ruang Jenazah

11. Ambulans

12. Kafetaria

13. Sport Clinic

14. Latihan Senam Hamil

15. Infection Control

16. Toko

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

46

Universitas Indonesia

BAB IV

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

4.1 Kerangka Teori

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja personal, dilakukan

kajian terhadap teori kinerja. Secara teori ada tiga kelompok variabel yang

mempengaruhi perilaku dan kinerja yaitu : Variabel individu, variabel organisasi,

dan variabel psikologis. Ke tiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi

perilaku kerja yang pada akhirnya berpengaruh teradap kinerja personal.

Gibson menyampaikan model teori kinerja dan melakukan analisis terhadap

sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja adalah individu,

perilaku, psikologi dan organisasi. Variabel individu terdiri dari kemampuan dan

keterampilan, latar belakang, dan demografi. Kemampuan dan ketrampilan

merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu. Variabel

demografis mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu,

Variabel psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.

Variabel banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja

sebelumnya. Variabel psikologis seperti sikap, kepribadian, dan belajar

merupakan hal yang kompleks, sulit diukur dan sukar mencapai kesepakatan

tentang pengertian dari variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan

bergabung dengan organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya dan

ketrampilan yang berbeda satu dengan lainnya.

Berikut gambaran teori perilaku dan kinerja menurut Gibson :

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

47

Universitas Indonesia

Gambar 4.1 Kerangka Teori Perilaku dan Kinerja

Sumber : Gibson (1996)

4.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori menurut Gibson di atas, dibentuklah kerangka konsep

sebagai berikut :

Variabel individu :

Kemampuan dan keterampilan :o mentalo fisik

Latar belakang :o keluargao tingkat sosialo pengalaman

Demografis :o umuro etniso jenis kelamin

Variabel perilaku(apa yang dikerjakan)

Prestasi(hasil yang diharapkan)

Variabel Organisasi :

Sumber daya

Kepemimpinan

Imbalan

Struktur

Desain pekerjaan

Supervisi

Control

Psikologis :

Persepsi

Sikap

Kepribadian

Belajar (pengetahuan)

Motivasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

48

Universitas Indonesia

Gambar 4.2 Kerangka Konsep Perilaku Penerapan IPSG

Kerangka konsep di atas dibuat berdasarkan seleksi yang dilakukan oleh peneliti

dengan memperhatikan berbagai aspek.

Supervisi

Pengaruh organisasi

Pengetahuan perawat

Motivasi perawat

Perilaku perawat dalam penerapan

IPSG

Karakteristik perawat :

Ward

Usia

Status pernikahan

Pendidikan

Masa kerja di unit

Masa kerja sejak lulus

Jam kerja di RS

Jenjang jabatan

Gaji

Frekuensi pelatihanpatient safety

Sosialisasi mutu RS

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

49

Universitas Indonesia

4.3 Definisi operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala

Ukur

Hasil Ukur

VARIABEL DEPENDENT

1 Perilaku

perawat

dalam

penerapan

IPSG

Kegiatan sebagai

tanggapan/respon

perawat terhadap

ketentuan-ketentuan yang

tercantum dalam standar

IPSG.

Kuesioner Ordinal Rendah

(< batas

standar JCI),

Tinggi

( > batas

standar JCI)

Batas standar

JCI = 85%

VARIABEL INDEPENDENT

1 Karakteristik perawat

1a Ward Unit instalasi rawat inap

di mana perawat bekerja

berdasarkan jenis

pelayanan yang diberikan

Kuesioner Nominal Umum,

Maternal,

Critical

Care,

Pediatrik

1b Usia Lama waktu hidup

perawat dihitung dalam

tahun penuh sejak lahir

sampai dengan ulang

tahun terakhir.

Kuesioner Ordinal < 30 tahun,

> 30 tahun

1c Status

pernikahan

Ikatan yang diakui oleh

negara dan agama di

antara 2 orang yang

berbeda jenis.

Kuesioner Nominal Belum

menikah,

Menikah,

Duda/janda

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

50

Universitas Indonesia

1d Pendidikan Jenjang pendidikan

formal dalam

keperawatan berdasarkan

ijazah terakhir responden.

Kuesioner Ordinal Diploma III,

S1,

Profesi

1e Lama kerja

di unit

keperawatan

saat ini

Lama bekerja dimulai

sejak perawat bekerja di

unit tempat ia bekerja

saat penelitian

dilaksanakan.

Kuesioner Ordinal < 2 tahun,

> 2 tahun

1f Lama kerja

sejak

pertama kali

lulus

pendidikan

Lama bekerja dimulai

sejak perawat bekerja

pertama kali baik di unit

sebelum ia bekerja

maupun di unit tempat ia

bekerja saat penelitian

dilaksanakan.

Kuesioner Ordinal < 5 tahun,

> 5 tahun

1g Jam kerja di

RS (dalam

seminggu)

Akumulasi jumlah lama

kerja perawat dalam

seminggu di unit tempat

ia bekerja.

Kuesioner Ordinal < 40 jam,

> 40 jam

1h Jenjang

jabatan

Posisi jabatan perawat

saat penelitian dilakukan.

Kuesioner Ordinal Junior/Madya,

Senior

1i Gaji Kecukupan yang

dirasakan perawat dalam

menerima imbalan

finansial hasil kinerjanya.

Kuesioner Ordinal Cukup,

Kurang

1j Frekuensi pelatihan patient safety

Jumlah pelatihan terkait

patient safety (dalam 5

tahun terakhir) yang telah

didapatkan perawat.

Kuesioner Ordinal < 2 kali,

> 2 kali

1k Sosialisasi

mutu RS

Keikutsertaan perawat

terhadap sosialisasi

Kuesioner Ordinal Tidak,

Ya

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

51

Universitas Indonesia

4.4 Hipotesis

Hipotesa penelitian adalah penjelasan sementara yang diajukan tentang

hubungan antara dua atau lebih fenomena terukur atau variabel untuk pembuktian

terkait mutu rumah sakit

seperti sosialisasi survei

akreditasi JCI, KARS,

audit internal, audit

eksternal, dan lain-lain

(dalam 5 tahun terakhir).

2 Pengetahuan

perawat

Kemampuan intelektual

dan tingkat pemahaman

kinerja klinis perawat

berdasarkan penerapan

IPSG.

Kuesioner Ordinal Rendah (<

mean)

Tinggi (>

mean)

3 Motivasi

perawat

Kemauan atau keinginan

di dalam diri seseorang

perawat yang

mendorongnya untuk

bertindak berdasarkan

penerapan IPSG yang

meliputi tanggung jawab,

prestasi kerja, dan kerja

sama.

Kuesioner Ordinal Rendah (<

mean)

Tinggi (>

mean)

4 Supervisi Pengawasan yang

dilakukan terhadap

kinerja perawat dalam

menerapkan IPSG.

Kuesioner Ordinal Rendah (<

mean)

Tinggi (>

mean)

5 Pengaruh

organisasi

Pengaruh tempat perawat

bekerja, dilihat dari segi

manajemen, uraian tugas,

dan antar unit.

Kuesioner Ordinal Rendah (<

mean)

Tinggi (>

mean)

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

52

Universitas Indonesia

secara empirik, yaitu: ada hubungan antara variabel independent dengan variabel

dependen yang tercantum pada kerangka konsep yaitu :

1. Ada hubungan antara faktor karakteristik perawat dengan penerapan IPSG

di instalasi rawat inap RS Swasta X tahun 2011.

2. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan

IPSG di instalasi rawat inap RS Swasta X tahun 2011.

3. Ada hubungan antara tingkat motivasi perawat dengan penerapan IPSG di

instalasi rawat inap RS Swasta X tahun 2011.

4. Ada hubungan antara tingkat supervisi pada perawat dengan penerapan

IPSG di instalasi rawat inap RS Swasta X tahun 2011.

5. Ada hubungan antara pengaruh organisasi pada perawat dengan penerapan

IPSG di instalasi rawat inap RS Swasta X tahun 2011.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

53

Universitas Indonesia

BAB V

METODE PENELITIAN

5.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei

Cross Sectional melalui cara pengisian kuesioner, diukur dan diamati pada saat

yang sama. Alasan menggunakan desain ini didasari bahwa penelitian ini

bermaksud mendapatkan gambaran penerapan IPSG dalam akreditasi JCI serta

faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam penerapannya.

5.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di instalasi rawat inap RS Swasta X dan

berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, yaitu : pelayanan pediatrik pada

Ward Pinguin; pelayanan maternal pada Ward Merpati (Ward, Labor, Nursery);

pelayanan umum pada Ward Merak, Kutilang, Cendrawasih, dan Camar; serta

pelayanan Critical Care. Waktu penelitian pada Bulan November tahun 2011.

5.3 Populasi dan Sampel Penelitian

5.3.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan individu dalam suatu batas tertentu.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di instalasi

rawat inap RS Swasta X (tidak termasuk supervisor masing-masing ward)

yang berjumlah 208 orang yang terdiri dari :

1. Camar berjumlah 34 orang

2. Cendrawasih berjumlah 39 orang

3. Critical Care berjumlah 20 orang

4. Kutilang berjumlah 32 orang

5. Merak berjumlah 21 orang

6. Merpati – Ward berjumlah 20 orang

7. Merpati – Labor berjumlah 8 orang

8. Merpati – Nursery berjumlah 14 orang

9. Pinguin berjumlah 20 orang

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

54

Universitas Indonesia

5.3.2 Sampel

Pengambilan sampel penelitian untuk perawat yang bertugas di ruang

rawat inap RS Swasta X ditentukan melalui Proportional Stratified Random

Sampling. Yaitu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak

dan berstrata secara proporsional dan berdasarkan ruangan di mana perawat

berada. Selain itu berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria inklusi :

Kriteria inklusi adalah kriteria yang dijadikan karakteristik umum subjek

penelitian pada populasi target atau populasi aktual, sehingga subjek dapat

diikutkan dalam penelitian, yaitu :

1) Bersedia menjadi responden

2) Minimal pendidikan D3 Keperawatan

3) Bertugas di ruang rawat inap

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria yang memungkinkan sebagian subjek

yang memenuhi kriteria inklusi yang tidak dijadikan responden dalam

penelitian oleh karena berbagai sebab, yaitu :

1) Supervisor perawat

2) Perawat yang sedang cuti

3) Perawat yang sedang melakukan tugas belajar

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan tujuan penelitian

(Besral,2011), yaitu :

1. Estimasi parameter populasi

Perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus estimasi proporsi pada

populasi terbatas dengan teknik sampel acak sederhana dan presisi mutlak,

yaitu :

P)-P(1z+1)-(Nd

P)N-P(1z=n2

/2-12

2/2-1

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

55

Universitas Indonesia

Z1- /2 = Tingkat kepercayaan sebesar 95% = 1,96

P = Proporsi keadaan yang akan dicari = 50% (0,5)

d = sampling error sebesar 10%

Berdasarkan rumus di atas, dari jumlah populasi sejumlah 208 perawat

dilakukan perhitungan besar sampelnya sebagai berikut:

)-(1+1)-(

)-(1=n

22

2

5,05,096,12081,0

2085,05,096,1

n = 65,91 dibulatkan menjadi 66

2. Uji Hipotesis

Perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda

proporsi, yaitu :

Keterangan:

n = jumlah sampel untuk masing-masing kelompok

P = (P1+P2)/2

Berdasarkan penelitian sebelumnya :

Proporsi penerapan patient safety tinggi pada pengetahuan rendah, P1 = 0%

Proporsi penerapan patient safety tinggi pada pengetahuan tinggi, P2 = 25%

Berdasarkan rumus di atas, dilakukan perhitungan besar sampel sebagai

berikut :

n = 27/kelompok

Untuk populasi terbatas maka besar sampel dapat dihitung ulang dengan rumus

berikut:

n’ = jumlah sampel setelah koreksi

n = jumlah sampel sebelum koreksi

2

21

2

221112/1

)(

)1()1()1(2

PP

PPPPzPPzn

nN

nN

Nn

nn

*

1'

2

2

)25,00(

)25,01(25,0)01(084,0)125,01(125,0*296,1

n

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

56

Universitas Indonesia

N = besar populasi

Sehingga dilakukan perhitungan ulang besar sampel sebagai berikut :

n’ = 24/kelompok

Berarti sampel yang dibutuhkan adalah perawat dengan penerapan patient safety

tinggi pada pengetahuan rendah 24 orang, dan pengetahuan tinggi 24 orang. Total

48 orang perawat.

Kesimpulan : Berdasarkan perbandingan dua jenis tujuan di atas, maka

perhitungan besar sampel untuk estimasi yang akan digunakan karena besar

sampel yang dihasilkan lebih besar, dan untuk menghindari terjadinya drop out

maka jumlah sampel ditambah 10% sehingga jumlah sampel menjadi 73 orang.

Berikut pengambilan sampel dari setiap ward di instalasi rawat inap:

Tabel 5.1 Proporsi Sampel

No WardJumlah

populasiPerhitungan Hasil Sampel

1 Camar 34 34/208 x 73 11,93 12

2 Cendrawasih 39 39/208 x 73 13,68 14

3 Critical Care 20 20/208 x 73 7,01 7

4 Kutilang 32 32/208 x 73 11,23 11

5 Merak 21 21/208 x 73 7,37 7

6 Merpati – ward 20 20/208 x 73 7,01 7

7 Merpati – labor 8 8/208 x 73 2,80 3

8 Merpati – nursery 14 14/208 x 73 4,91 5

9 Pinguin 20 20/208 x 73 7,01 7

Total 208 73

208

271

27'

n

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

57

Universitas Indonesia

5.4 Pengumpulan Data

5.4.1 Sumber Data

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan

dicatat oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil

kuesioner pada 73 perawat pelaksana di instalasi rawat inap RS Swasta X

dengan tujuan untuk mendapatkan data kuantitatif tentang karakteristik,

pengetahuan, motivasi, supervisi, pengaruh organisasi, dan perilaku perawat

pelaksana terhadap penerapan IPSG.

Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung diperoleh dari

sumbernya, tetapi melalui pihak kedua. Dalam hal ini peneliti mempergunakan

data yang diambil dari bagian QMR (Quality Management Representative),

bagian HRD, dan data lain yang berhubungan dengan penerapan IPSG.

5.4.2 Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data melalui kuesioner yang dibagikan kepada

responden dan telaah dokumen data sekunder.

5.4.3 Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen merupakan hal yang perlu dilakukan sebelum

melakukan pengumpulan data. Uji coba dilakukan kepada perawat di RS

Swasta X yang berjumlah 20 orang yang bukan merupakan bagian dari sampel

penelitian ini dan tidak diuji secara statistik.

Uji coba kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui apakah isi pertanyaan

kuesioner tersebut telah sesuai dan dapat dimengerti oleh responden serta

mengetahui di mana tingkat kesulitan dari kuesioner tersebut.

1. Uji validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas suatu

intrumen dikatakan tinggi apabila besaran hasil ukur mencerminkan secara

tepat fakta atau keadaan yang ingin diukur. Untuk mengetahui sejauh mana

validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan

nilai r hitung. Berikut merupakan langkah-langkah dalam menentukan

validitas (Hastono, 2006):

a) Menentukan nilai r tabel

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

58

Universitas Indonesia

Nilai r tabel dilihat dengan tabel r dengan menggunakan df = n- 2.

b) Menentukan nilai r hasil perhitungan

Nilai r hasil dapat dilihat pada kolom “Corrected item-Total Correlation”

c) Keputusan

Masing-masing pertanyaan/variabel dibandingkan nilai r hasil dengan nilai

r tabel, ketentuan: bila r hasil > r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.

2. Uji reliabilitas

Setelah semua pertanyaan valid semua, analisis dilanjutkan dengan uji

reliabilitas. Reliabilitas suatu pengukuran dengan memakai suatu instrument

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat

ukur yang sama. Indeks reliabilitas dinyatakan dalam bentuk koefisien

korelasi atau koefisien reliabilitas, yang dapat diartikan sebagai korelasi antara

dua set skor yang diperoleh dalam pengukuran pada subyek yang sama.

Untuk mengetahui reliabilitas caranya adalah menggunakan uji statistik Alpha

Cronbach, dengan rumus sebagai berikut (Ariyani, 2009) :

Keterangan :

r = koefisien reliabilitas

k = banyaknya faktor

sj2 = skor korelasi masing faktor

sx2 = skor total

Suatu variabel dikatakan reliabel jika mempunyai nilai Alpha Cronbach >

0,60.

Jika jawaban pertanyaan dalam kuesioner bersifat dikotomi (benar/salah),

maka menggunakan metode Kuder Richardson dengan rumus :

Keterangan :

n = jumlah butir soal/pernyatan yang ada

2

2

11 1 t

t

s

pqs

n

nr

21

1 xs

sj

k

kr

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

59

Universitas Indonesia

st2 = varians skor total

p = proporsi jawaban yang benar

q = proporsi jawaban yang salah

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, dapat diketahui bahwa nilai Alpha Cronbach

pada semua variabel pertanyaan lebih besar dari 0,6 sehingga kuesioner

tersebut sudah reliabel dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

5.5 Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan tujuan untuk menarik kesimpulan dengan langkah-langkah:

1. Mengkode data (coding) merupakan kegiatan klasifikasi data dan memberi

kode pada masing-masing data yang dikembangkan saat

mengembangkan kuesioner.

2. Menyunting data (editing) merupakan penyeleksian data yang salah atau

meragukan. Dilakukan dilapangan agar kesalahan dapat ditelusuri kembali

pada responden yang bersangkutan sebelum proses pemasukan data.

3. Membuat Struktur data adalah suatu cara untuk menetapkan nama, Skala,

jumlah digit dari data yang ada.

4. Entry data adalah memasukkan data kedalam program pengolahana data

secara komputerisasi dengan program SPSS for window.

5. Data cleaning adalah suatu cara untuk menjaga kualitas data dengan cara

pembersihan data dari kesalahan (human error) yang mungkin terjadi,

yakni dilakukan dengan metode pencarian missing data, variasi data dan

konsistensi data dengan analisa frekuensi sederhana dari masing-masing

variabel.

5.6. Analisa Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer. Untuk

data dengan metode kuantitatif menggunakan analisis univariat, bivariat, dan

multivariat:

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

60

Universitas Indonesia

a. Analisis univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mendiskripsikan setiap variabel dengan

gambaran distribusi frekuensi. Variabel data katagorik disajikan dalam bentuk

proporsi masing-masing kategori. Analisa univariat ini untuk mengetahui

gambaran karakteristik perawat, pengetahuan perawat, motivasi perawat,

supervisi, pengaruh organisasi, dan perilaku perawat dalam penerapan IPSG.

b. Analisis bivariat

Metode bivariat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji statistik yang

digunakan adalah chi square untuk variabel independen berbentuk data katagorik

dan dependennya katagorik. Sedangkan untuk variabel yang memiliki lebih dari 2

kategori, uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik sederhana, yaitu salah

satu pendekatan model matematis yang digunakan untuk menganalisis hubungan

satu variabel independen dengan sebuah variabel dependen katagorik yang

bersifat dikotom/binary.

Analisis bivariat dengan menggunakan analisis tabulasi silang (crosstab)

yaitu menyajikan data dalam bentuk tabulasi yang meliputi baris dan kolom yang

datanya berskala nominal atau kategori. Dengan uji chi-square menguji adakah

asosiasi antar masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen

penelitian, sehingga diketahui variabel independen mana yang secara bermakna

berhubungan dan layak untuk diuji secara bersama-sama (multivariat). Apabila

hasil chi-square nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan atau asosiasi

antara variabel bebas dan terikat. Selanjutnya variabel bebas yang mempunyai

hubungan bermakna dengan variabel terikat dimasukkan dalam analisis

multivariat (Hastono, 2006).

c. Analisis Multivariat

Analisa multivariat bertujuan untuk melihat atau mempelajari hubungan

antar beberapa variabel independent secara bersama-sama dengan variabel

dependent, yang mana untuk memperoleh jawaban faktor-faktor yang dominan.

Dari analisa diharapkan diperoleh informasi variabel penentu yang paling

berpengaruh atau paling berhubungan dengan variabel dependen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

61

Universitas Indonesia

Uji statistik yang digunakan yaitu regresi logistik berganda karena variabel

dependennya berbentuk variabel katagorik. Model yang digunakan dalam analisis

multivariat ini adalah model prediksi. Pemodelan dengan tujuan untuk

memperoleh model yang tediri dari beberapa variabel independen yang dianggap

terbaik untuk memprediksi kejadian variabel dependen. Pada pemodelan ini

semua variabel dianggap penting sehingga dapat dilakukan estimasi beberapa

koefisien regresi logistik sekaligus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

62

Universitas Indonesia

BAB VI

HASIL PENELITIAN

6.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data

Berdasarkan proses pengambilan data yang dilakukan selama 1 minggu

pada awal bulan November 2011, total perawat yang dapat diambil sebagai

responden adalah sejumlah 73 orang perawat. Pertama - tama peneliti meminta

izin untuk melakukan penelitian kepada Manajer Keperawatan RS Swasta X.

Setelah mendapat izin dan manajer keperawatan telah melakukan sosialisasi

penelitian kepada supervisor masing – masing ward keperawatan, peneliti

melakukan uji coba kuesioner pada 20 orang perawat di RS Swasta X. Peneliti

mendatangi perawat yang akan menjadi responden untuk uji coba kuesioner dan

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta menyerahkan kuesioner untuk

diisi. Setelah seluruh kuesioner uji coba telah lengkap diisi, peneliti melakukan uji

validitas dan reliabilitas. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas telah yang

dilakukan, diperoleh bahwa pada kuesioner pengetahuan diperoleh 17 pertanyaan

yang valid dan reliabel serta 3 pertanyaan yang tidak valid dan reliabel, yaitu

nomor b1, b4, dan b5. Tiga pertanyaan tersebut dikeluarkan dalam analisis

selanjutnya.

Kuesioner tentang motivasi responden terhadap kinerja, khususnya

penerapan IPSG yang telah diuji validitas dan reliabilitas menghasilkan bahwa

dari 14 pertanyaan terdapat 2 pertanyaan yang tidak valid dan reliabel. Dua

pertanyaan yang tidak valid dan reliabel tersebut adalah pertanyaan nomor 1 dan

14. Dua pertanyaan tersebut dikeluarkan dalam analisis selanjutnya.

Kuesioner tentang supervisi terhadap kinerja perawat, khususnya

penerapan IPSG yang telah diuji validitas dan reliabilitas menghasilkan bahwa

dari 14 pertanyaan semuanya valid dan reliabel sehingga tidak ada pertanyaan

yang dikeluarkan.

Pada variabel pertanyaan pengaruh organisasi, berdasarkan hasil uji

validitas dan reliabilitas dari 8 pertanyaan terdapat 1 pertanyaan yang tidak valid

dan reliabel, yaitu pertanyaan nomor 5 sehingga dikeluarkan dalam analisis

selanjutnya. Sama halnya dengan variabel supervisi, pada pertanyaan tentang

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

63

Universitas Indonesia

perilaku penerapan IPSG dari 35 pertanyaan semuanya valid dan reliabel sehingga

tidak ada pertanyaan yang dibuang. Hal ini karena penyusunan pertanyaan

berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam standar IPSG sehingga

pertanyaan terjamin tingkat validitas dan reliabilitasnya.

Setelah diketahui komponen kuesioner yang valid dan reliabel, maka

proses selanjutnya adalan peneliti melakukan pengumpulan data dengan

menggunakan kuesioner yang sudah valid dan reliabel.

Peneliti mendatangi masing - masing ward keperawatan yang sudah

ditentukan dan menemui supervisor masing - masing ward untuk menyebarkan

kuesioner, kemudian atas saran dari manajer keperawatan kuesioner dititipkan

kepada masing - masing supervisor atau perawat lain yang ditunjuk sebagai

penanggung jawab. Sebelum kuesioner dititipkan, peneliti menjelaskan maksud,

tujuan, dan cara mengisi kuesioner. Kuesioner dibagikan sesuai dengan jumlah

proporsi yang telah ditentukan berdasarkan perhitungan. Kuesioner setelah diisi

dikumpulkan kepada supervisor/perawat lain yang ditunjuk sebagai penanggung

jawab pengumpulan kemudian diserahkan kepada peneliti. Pengambilan kuesioner

yang telah terisi dilakukan pada beberapa hari berikutnya, karena masing –

masing perawat memiliki jadwal dan kesibukan yang berbeda – beda. Peneliti

memeriksa kelengkapan terhadap jawaban kuesioner di hadapan masing – masing

supervisor/perawat penanggung jawab.

Setelah seluruh kuesioner terkumpul maka dilakukan pengolahan data.

Hasilnya akan dijabarkan pada uraian berikut. Uraian berupa hasil yang dituliskan

di bawah ini memuat hasil yang terkait dengan tujuan penelitian.

6.2 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi atau

proporsi dari seluruh variabel independen dan variabel dependen yang diteliti.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel individu yang terdiri

dari karakteristik responden, variabel organisasi yang terdiri dari supervisi dan

pengaruh organisasi, serta variabel psikologis yang terdiri dari pengetahuan dan

motivasi. Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah perilaku

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

64

Universitas Indonesia

penerapan IPSG yang meliputi tinggi rendahnya penerapan IPSG pada perawat di

instalasi rawat inap RS Swasta X.

6.2.1 Deskripsi Responden Menurut Variabel Individu

Variabel individu merupakan karakteristik yang melekat pada diri perawat yang

berjumlah 73 orang tersebut, secara terperinci variabel individu dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 6.1Distribusi Responden Menurut Variabel Individu

NoVariabel yang

ditelitiKategori Frekuensi

Persentase(%)

1 WardUmum 44 60,3

Pediatrik/Maternal 22 30,1Critical care 7 9,6

2 Usia< 30 tahun 39 53,4 > 30 tahun 30 46,6

3 Jenis kelamin Perempuan 73 100 Laki-laki 0 0

4 Status Pernikahan Menikah 43 58,9 Belum menikah 30 41,1

5 PendidikanD3 45 61,6 S1 19 26,0

Profesi 9 12,3

6 Lama kerja di unit saat ini

< 2 tahun 23 31.5

> 2 tahun 50 68.5

7 Lama kerja sejak lulus< 5 tahun 25 34.2 > 5 tahun 48 65.8

8Jam kerja dalam

seminggu20 – 39 jam 19 26,0 40 – 59 jam 54 74,0

9Jenjang

Junior/Madya 30 41,1 Senior 43 58,9

10Kecukupan gaji

Kurang 32 43,8 Cukup 41 56,2

11Pelatihan patient

safety<= 2 kali 13 17.8 > 2 kali 60 82.2

12Sosialisasi terkait

mutu RSTidak 13 17.8

Ya 60 82.2 Sumber : data primer diolah, 2011

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

65

Universitas Indonesia

Berikut penjelasan masing-masing variabel :

6.2.1.1 Ward

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan masing-

masing ward tempat mereka bekerja.

Sumber : Data primer diolah, 2011

Hasil analisis didapatkan proporsi jumlah perawat berdasarkan masing-masing

ward. Dalam 73 perawat terdapat 44 orang perawat bekerja di ward dengan

pelayanan umum (60,3%), 22 perawat di pelayanan pediatric/maternal (30,1%),

dan 7 perawat di Critical care (9,6%). Berdasarkan proporsi tersebut, paling

banyak perawat berasal dari Ward dengan pelayanan umum dan paling sedikit dari

Ward Critical Care.

6.2.1.2 Usia

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan kelompok

umur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

66

Universitas Indonesia

Sumber : Data primer diolah, 2011

Dari total 73 orang perawat proporsi kelompok usia perawat cenderung merata.

Kelompok usia perawat lebih kecil atau sama dengan 30 tahun berjumlah 39

orang (53,4%). Hal tersebut menyatakan bahwa kelompok tersebut sedikit lebih

banyak dari kelompok usia lebih dari 30 tahun yang berjumlah 30 orang (46,6%).

6.2.1.3 Jenis kelamin

Hasil analisis didapatkan proporsi perawat berdasarkan jenis kelamin. Sebanyak

100% perawat di instalasi rawat inap yang menjadi responden berjenis kelamin

perempuan. Sedangkan di ward lain yang bukan merupakan populasi penelitian,

terdapat perawat dengan jenis kelamin laki-laki.

6.2.1.4 Status pernikahan

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan status

pernikahan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

67

Universitas Indonesia

Sumber : Data primer diolah, 2011

Dari total 73 orang perawat proporsi status pernikahan cukup berbeda. Mayoritas

perawat memiliki status menikah dengan jumlah 43 orang (58,9%) dan 30 orang

perawat belum menikah (41,1%).

6.2.1.5 Pendidikan

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan tingkat

pendidikan.

Sumber : Data primer diolah, 2011

Tingkat pendidikan ditentukan berdasarkan banyaknya tahun yang telah ditempuh

responden dalam menyelesaikan pendidikan terakhir yang diluluskannya. Tingkat

pendidikan perawat dari yang terbesar adalah tamat D3 sebanyak 45 orang

(61,6%), 19 perawat berpendidikan tamat S1 (26,0%), dan 9 orang perawat

berpendidikan tamat profesi (12,3%).

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

68

Universitas Indonesia

6.2.1.6 Lama kerja di unit keperawatan saat ini

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan lama kerja di

unit keperawatan saat ini.

Sumber : Data primer diolah, 2011

Dari total 73 orang perawat proporsi kelompok lama kerja perawat di unit

keperawatan saat ini cukup berbeda. Kelompok lama kerja lebih kecil atau sama

dengan 2 tahun berjumlah 23 orang (31.5%). Mayoritas perawat berada pada

kelompok lama kerja lebih dari 2 tahun yang berjumlah 50 orang (68.5%).

6.2.1.7 Lama kerja sejak pertama kali lulus

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan lama kerja

sejak pertama kali lulus pendidikan.

Sumber : Data primer diolah, 2011

Dari total 73 orang perawat proporsi kelompok lama kerja perawat sejak lulus

pendidikan cukup berbeda. Kelompok lama kerja lebih kecil atau sama dengan 5

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

69

Universitas Indonesia

tahun berjumlah 25 orang (34.2%). Mayoritas perawat berada pada kelompok

lama kerja lebih dari 5 tahun yang berjumlah 48 orang (65.8%).

6.2.1.8 Jam Kerja

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan jam kerja

perawat dalam seminggu.

Sumber : Data primer diolah, 2011

Hasil analisis didapatkan proporsi jam kerja perawat dalam seminggu. Dalam 73

perawat terdapat 19 orang perawat memiliki jam kerja 20 – 39 jam (26%), dan 54

orang perawat memiliki jam kerja 40 – 59 jam (74%). Hal tersebut menunjukkan

bahwa sebagian besar perawat memiliki jam kerja lebih dari 40 jam.

6.2.1.9 Jenjang Jabatan

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan jenjang

jabatan perawat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

70

Universitas Indonesia

Sumber : Data primer diolah, 2011

Hasil analisis didapatkan proporsi jenjang jabatan perawat. Dalam 73 perawat

terdapat 30 orang perawat memiliki jenjang jabatan junior/madya (41,1%), dan 43

orang perawat memiliki jenjang jabatan senior (58,9%). Hal tersebut

menunjukkan bahwa mayoritas perawat yang menjadi responden memiliki jenjang

jabatan senior.

6.2.1.10 Gaji

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan kecukupan

gaji perawat.

Sumber : Data primer diolah, 2011

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

71

Universitas Indonesia

Hasil analisis didapatkan proporsi kecukupan gaji perawat. Dari total 73 perawat,

terdapat 32 orang perawat mendapatkan gaji kurang (43,8%) dan 41 orang

mendapatkan gaji cukup (56,2%). Hal itu menunjukkan bahwa terdapat proporsi

yang cukup berbeda dalam kecukupan gaji perawat.

6.2.1.11 Pelatihan Patient Safety

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan frekuensi

pelatihan patient safety pada perawat.

Sumber : Data primer diolah, 2011

Hasil analisis didapatkan proporsi pelatihan patient safety yang diikuti perawat.

Dari total 73 orang perawat sebagai responden, terdapat 13 orang yang mendapat

pelatihan patient safety kurang dari atau sama dengan 2 kali (17,8%), dan 60

perawat mengikuti pelatihan lebih dari 2 kali(82.2%). Hal itu menunjukkan bahwa

terdapat proporsi yang cukup berbeda dalam frekuensi pelatihan patient safety

yang diikuti oleh perawat.

6.2.1.12 Sosialisasi terkait mutu RS

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan sosialisasi

terkait mutu RS yang diikuti perawat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

72

Universitas Indonesia

Sumber : Data primer diolah, 2011

Hasil analisis didapatkan proporsi keikutsertaan perawat terhadap sosialisasi mutu

RS. Dari total 73 orang perawat sebagai responden, terdapat 13 orang yang tidak

mengikuti sosialisasi mutu RS (17,8%), dan 60 perawat mengikuti sosialisasi

mutu RS (82.2%). Hal itu menunjukkan bahwa terdapat proporsi yang cukup

berbeda dalam keikutsertaan perawat terhadap sosialisasi mutu RS.

6.2.2 Deskripsi Responden Menurut Variabel Organisasi

6.2.2.1 Supervisi

Gambaran supervisi pada perawat instalasi rawat inap RS Swasta X dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.2

Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Supervisi

No PernyataanJawaban (%)

TD KD SD SSD1 Supervisor mendengar dan mempertimbangkan

sungguh-sungguh masukan dari staf untuk meningkatkan keselamatan pasien.

0 16,4 74,0 9,6

2 Supervisor mau mendengarkan keluhan dan kesulitan stafnya.

0 20,5 72,6 6,8

3 Supervisor keperawatan benar-benar mengawasi satu per satu perawat yang bekerja, khususnya dalam penerapan IPSG.

6,8 38,4 54,8 0

4 Bila terjadi kesalahan dalam penerapan IPSG 0 11,0 73,6 16,4

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

73

Universitas Indonesia

akan ditindaklanjuti dan diberikan bimbingan, teguran serta diberikan umpan balik oleh supervisor.

5 Kegiatan monitoring yang dilakukan unit QMR (Quality Management Representative) RS pada unit keperawatan dilaksanakan secara rutin sesuai jadwal yang direncanakan.

1,4 21,9 61,6 15,1

6 Hasil kegiatan monitoring dan evaluasi disosialisasikan ke semua ruang rawat inap.

0 23,2 50,7 26,0

7 Penghargaan diberikan oleh supervisor kepada perawat yang mampu menjalankan tugasnya dengan baik, khususnya dalam penerapan IPSG.

37,0 28,8 26,0 8,2

8 Adanya pertemuan rutin oleh tim supervisor keperawatan yang membahas kasus-kasus keperawatan, khususnya dalam penerapan IPSG.

9,6 13,7 58,9 17,8

9 Setiap pemecahan masalah berdasarkan kasus yang terjadi selalu dilaksanakan sehingga kasus tidak terulang kembali.

1,4 20,5 57,5 20,5

Tabel 6.2 di atas menunjukkan pengukuran persentase variabel supervisi

pada perawat yang berjumlah 9 pertanyaan, jawaban sangat sering dilakukan pada

nomor 6 tertinggi (26%) menjawab tentang hasil kegiatan monitoring dan evaluasi

disosialisasikan ke semua ruang rawat inap. Sedangkan jumlah jawaban supervisi

terendah (0%) pada jawaban sangat sering dilakukan adalah pada nomor 3 tentang

supervisor keperawatan benar-benar mengawasi satu per satu perawat yang

bekerja, khususnya dalam penerapan IPSG.

Nilai supervisi pada perawat berkisar antara 15 – 34. Tingkat supervisi

pada perawat dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah.

Distribusi tingkat supervisi pada perawat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.3

Proporsi Tingkat Supervisi pada Perawatdi Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Supervisi Jumlah PersentaseRendah (≤ mean) 39 53,4Tinggi (> mean) 34 46,6

TOTAL 73 100,0

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

74

Universitas Indonesia

Berdasarkan tabel 6.3 terlihat bahwa terdapat proporsi yang cenderung

merata dalam tingkat supervisi pada perawat. Sebagian besar perawat

mendapatkan supervisi yang rendah sebanyak 39 orang (53,4%), dibandingkan

perawat yang mendapat supervisi tinggi sebanyak 34 orang (46,6%).

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan

tingkat supervisi pada perawat.

Sumber : Data primer diolah, 2011

6.2.2.2 Pengaruh Organisasi

Gambaran pengaruh organisasi pada perawat di instalasi rawat inap RS

Swasta X dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.4

Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Pengaruh Organisasi

No PernyataanJawaban (%)

STS TS R S SS1 Manajemen RS baru peduli terhadap

keselamatan pasien jika terjadi KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).

12,3 28,8 8,2 31,5 19,2

2 Struktur organisasi menyebabkan birokrasi yang berbelit.

8,2 45,2 13,7 27,4 5,5

3 Saya seringkali merasa tidak nyaman bila harus bekerja sama dengan staf unit lain di RS ini.

12,3 60,3 19,2 8,2 0

4 Masalah sering terjadi saat pemindahan 1,4 61,6 21,9 13,7 1,4

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

75

Universitas Indonesia

pasien dari unit satu ke unit lain.5 Kebijakan RS mendukung saya

melaksanakan pekerjaan secara optimal.1,4 1,4 17,8 65,8 13,7

6 Ada batasan wewenang dan uraian tugas yang jelas sesuai dengan struktur organisasi.

0 4,1 17,8 68,5 9,6

7 Unit-unit di RS bekerja sama dengan baik untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien.

0 1,4 9,6 68,5 20,5

Berdasarkan tabel 6.4 dapat dilihat bahwa dari 7 pertanyaan tentang

pengaruh organisasi, sebagian besar responden menjawab sangat setuju pada

pernyataan nomor 7 (20,5%) mengenai unit-unit di RS bekerja sama dengan baik

untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien. Sedangkan jawaban

pengaruh organisasi bersifat negatif yang memiliki proporsi terendah adalah

pertanyaan nomor 3 mengenai perawat yang seringkali merasa tidak nyaman bila

harus bekerja sama dengan staf unit lain di RS tersebut. Hal itu menandakan

bahwa sebagian besar perawat merasa nyaman bekerja sama dengan staf unit lain.

Skor pengaruh organisasi pada perawat berkisar antara 19 - 32. Tingkat

pengaruh organisasi pada perawat dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu tinggi

dan rendah. Distribusi tingkat pengaruh organisasi pada perawat dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 6.5

Proporsi Tingkat Pengaruh Organisasi pada Perawatdi Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Berdasarkan tabel 6.5 terlihat bahwa terdapat proporsi yang cukup berbeda

dalam tingkat pengaruh organisasi pada perawat. Sebagian besar perawat

mendapatkan pengaruh organisasi yang tinggi sebanyak 42 orang (57,5%),

dibandingkan perawat yang mendapat pengaruh organisasi rendah sebanyak 31

orang (42,5%).

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan

tingkat pengaruh organisasi pada perawat.

Pengaruh Organisasi Jumlah PersentaseRendah (≤ mean) 31 42,5Tinggi (> mean) 42 57,5

TOTAL 73 100,0

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

76

Universitas Indonesia

Sumber : Data primer diolah, 2011

6.2.3 Deskripsi Responden Menurut Variabel Psikologis

6.2.3.1 Pengetahuan

Gambaran pengetahuan pada perawat instalasi rawat inap RS Swasta X

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.6

Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan

No PernyataanJawaban

Salah Benar1 Waktu identifikasi pasien dilakukan. 46,6 53,42 Yang perlu dilakukan saat menerima instruksi

hasil tes penunjang klinis90,4 9,6

3 Prinsip pemberian obat kepada pasien 35,6 64,44 Yang tidak perlu di-check saat sebelum

pemberian tranfusi darah68,5 31,5

5 Patient safety rumah sakit adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Yang termasuk dalam sistem tersebut.

72,6 27,4

6 Waktu pelaksanaan cuci tangan. 5,5 94,57 Waktu pengkajian resiko pasien jatuh dengan

form.8,2 91,8

8 Waktu pengkajian ulang risiko jatuh 0 100

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

77

Universitas Indonesia

dilakukan bila tidak ada perubahan pada perawatan pasien.

9 Yang tidak dilakukan terhadap pasien dengan risiko jatuh level 2.

91,8 8,2

10 Nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis dan nomor ruangan dapat dipakai untuk identifikasi pasien.

97,3 2,7

11 Menginformasikan kondisi pasien serta program yang telah dan akan dilakukan dari satu shift ke shift berikutnya tidak perlu dilakukan.

1,4 98,6

12 Mengulang kembali instruksi tersebut sudah cukup menjamin bahwa instruksi sudah benar-benar jelas dimengerti.

65,8 34,2

13 Antikoagulan intravena (heparin) merupakan salah satu obat beresiko tinggi yang disimpan terpisah dan diberi label berwarna merah.

6,8 93,2

14 Konsentrat elektrolit yang disimpan di unit perawatan pasien dengan jelas diberi label dan diletakkan di dekat pasien agar mudah dijangkau.

26,0 74,0

15 Pemberian obat yang berisiko tinggi seharusnya dilakukan dengan infusion / syringe pump.

1,4 98,6

16 Penggunaan sarung tangan menyebabkan tidak adanya keharusan perawat untuk mencuci tangan terlebih dahulu.

1,4 98,6

17 Pengkajian ulang risiko jatuh pada pasien yang pindah dari unit satu ke unit lainnya wajib dilakukan.

0 100

Berdasarkan tabel 6.6 dapat dilihat bahwa dari 17 pertanyaan tentang

pengetahuan, seluruh responden menjawab benar pada pernyataan nomor 8

tentang waktu pengkajian ulang risiko jatuh dilakukan bila tidak ada perubahan

pada perawatan pasien dan nomor 17 tentang pengkajian ulang risiko jatuh pada

pasien yang pindah dari unit satu ke unit lainnya wajib dilakukan. Pada

pertanyaan nomor 10 mengenai nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis

dan nomor ruangan dapat dipakai untuk identifikasi pasien, hampir seluruh

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

78

Universitas Indonesia

perawat menjawab salah. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak perawat yang

kurang memahami tentang identifikasi pasien.

Nilai pengetahuan pada perawat berkisar antara 8 - 15. Tingkat

pengetahuan pada perawat dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan

rendah. Distribusi tingkat pengetahuan pada perawat dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 6.7

Proporsi Tingkat Pengetahuan pada Perawatdi Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Berdasarkan tabel 6.7 terlihat bahwa terdapat proporsi yang cenderung

merata dalam tingkat pengetahuan perawat. Sebagian besar perawat memiliki

tingkat pengetahuan yang tinggi sebanyak 40 orang (54,8%), dibandingkan

perawat yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 33 orang (45,2%).

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan

tingkat pengetahuan pada perawat.

Sumber : Data primer diolah, 2011

Pengetahuan Jumlah PersentaseRendah (≤ mean) 33 45,2Tinggi (> mean) 40 54,8

TOTAL 73 100,0

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

79

Universitas Indonesia

6.2.3.2 Motivasi

Gambaran motivasi pada perawat di instalasi rawat inap RS Swasta X

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.8

Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Motivasi

No PernyataanJawaban (%)

STS TS R S SS

1Saya akan mendukung penerapan IPSG agar masyarakat lebih percaya dengan Rumah Sakit tempat saya bekerja.

1,4 0 9,6 38,4 50,7

2Saya menerapkan IPSG karena sebelumnya banyak kasus patient safety yang menyebabkan adanya komplain dari pasien.

0 26,0 9,6 50,7 13,7

3Saya mendukung penerapan IPSG karena mempengaruhi kesejahteraan saya.

6,8 16,4 15,1 49,3 12,3

4

Kondisi dan keadaan pasien tertentu menyebabkan saya tidak melakukan identifikasi pasien yang seharusnya dilakukan.

41,4 41,4 4,1 12,3 1,4

5

Kegiatan read back dalam menerima instruksi wajib dilakukan hanya pada instruksi yang sifatnya penting dan mendesak.

42,5 43,8 2,7 9,6 1,4

6Saya mendukung penerapan IPSG karena perawat yang lain juga mendukung IPSG.

13,7 34,2 12,3 37,0 2,7

7

Saya tidak perlu benar-benar memperhatikan ketentuan IPSG karena saya sudah mempunyai banyak pengalaman dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan, sehingga tindakan saya pasti aman.

39,7 52,1 1,4 6,8 0

8Saya tidak terdorong menerapkan IPSGkarena tidak mempengaruhi perubahan pada jenjang karir saya sebagai perawat saat ini.

27,4 61,6 4,1 5,5 1,4

9Ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung penerapan IPSG membuat saya semakin giat dalam melaksanakannya.

0 4,1 12,3 68,5 15,1

10Adanya pengawasan dari atasan menyebabkan saya semakin giat dalam menerapkan IPSG.

5,5 30,1 17,8 41,1 5,5

11 Penerapan IPSG saat pemberian asuhan 0 2,7 1,4 65,8 30,1

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

80

Universitas Indonesia

keperawatan menghindarkan saya dari tuntutan terhadap resiko kerugian yang menimpa pasien.

12Dengan atau tanpa dukungan, saya tetap menerapkan IPSG dalam pekerjaan sehari-hari saya.

0 4,1 4,1 61,6 30,1

Berdasarkan tabel 6.8 dapat dilihat bahwa dari 12 pertanyaan tentang

motivasi perawat, sebagian besar responden menjawab sangat setuju pada

pernyataan nomor 1 tentang dukungan penerapan IPSG agar masyarakat lebih

percaya dengan Rumah Sakit tempatnya bekerja. Sedangkan jawaban motivasi

bersifat negatif yang memiliki proporsi terendah adalah pertanyaan nomor 7

mengenai perawat yang tidak perlu benar-benar memperhatikan ketentuan IPSG

karena sudah mempunyai banyak pengalaman dalam pemberian pelayanan asuhan

keperawatan, sehingga tindakannya pasti aman. Hal itu menandakan bahwa

perawat yang sudah berpengalaman tetap berusaha menerapkan IPSG secara

maksimal.

Skor motivasi pada perawat berkisar antara 25 - 55. Tingkat motivasi pada

perawat dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Distribusi

tingkat motivasi pada perawat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.9

Proporsi Tingkat Motivasi pada Perawatdi Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Berdasarkan tabel 6.9 terlihat bahwa terdapat proporsi yang cenderung

merata dalam tingkat motivasi perawat. Perbedaan motivasi perawat antara yang

tinggi dan rendah sangat berbeda tipis. Sebagian besar perawat memiliki tingkat

motivasi yang tinggi sebanyak 37 orang (50,7%), dibandingkan perawat yang

memiliki tingkat motivasi rendah sebanyak 36 orang (49,3%).

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan

tingkat motivasi pada perawat.

Motivasi Jumlah PersentaseRendah (≤ mean) 36 49,3 %Tinggi (> mean) 37 50,7 %

TOTAL 73 100,0

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

81

Universitas Indonesia

Sumber : Data primer diolah, 2011

6.2.4 Deskripsi Responden Menurut Perilaku Penerapan IPSG

Gambaran perilaku penerapan IPSG pada perawat di instalasi rawat inap

RS Swasta X dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.10

Distribusi Jawaban Responden pada Perilaku Penerapan IPSG

Goal No Pernyataan

Jawaban (%) Nilai =(Rata-rata

skor/nilai max)*100

TD KD SD SSD

1

1Saya menggunakan minimal 2 cara identifikasi pada setiap pasien.

1,4 8,2 58,9 31,5

37,25/44 =84,65

2

Identifikasi pasien saya lakukan saat sebelum melakukan pemberian obat, darah, maupun produk dari darah lainnya.

0 1,4 50,7 47,9

3

Sebelum pemberian obat, saya sudah mengetahui jenis obat, khasiat, efek samping, kontra indikasi, dosis umum, dan cara pemberian obat.

0 2,7 61,6 35,6

4

Saya menjelaskan kepada pasien mengenai jenis obat, khasiat, efek samping, kontra indikasi, dosis umum, dan cara pemberian obat.

0 8,2 64,4 27,4

5Identifikasi pasien saya lakukan saat sebelum melakukan pengambilan darah

0 0 60,3 39,7

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

82

Universitas Indonesia

dan spesimen lain untuk uji klinis.

6Saat pemberian transfusi darah, saya melakukan double check dengan perawat lain.

0 0 43,8 56,2

7Sebelum dan sesudah transfusi darah, saya melakukan cek tanda vital pada pasien.

0 0 52,1 47,9

8

Setiap kondisi pasien baik sebelum maupun sesudah tindakan, saya dokumentasikan pada lembar grafik observasi dan catatan perkembangan terintegrasi.

0 0 49,3 50,7

9Saya memperkenalkan perawat pengganti kepada pasien pada saat operan tugas.

0 6,8 41,1 52,1

10Saya memberikan penjelasan tentang asuhan keperawatan kepada keluarga pasien.

0 9,6 65,8 24,7

11Saya tidak mempercayakan keluarga pasien untuk mengawasi kelancaran tetesan infus.

2,7 9,6 21,9 65,8

2

12Saya menulis instruksi yang saya terima secara verbal maupun telepon.

0 0 61,6 38,4

16,97/20 =84,86

13Saya membacakan kembali instruksi yang telah diterima dan ditulis tersebut.

0 0 52,1 47,9

14

Jika instruksi sudah saya bacakan kembali, saya memberi tanda “read back +” pada catatan perkembangan terintegrasi.

0 1,4 42,5 56,2

15Hasil read back tersebut ditandatangani oleh pemberi instruksi dalam waktu 1 x 24 jam setelah instruksi diberikan.

013,7

52,1 34,2

16

Jika menerima instruksi mengenai obat, saya menulisnya di kolom khusus untuk “instruksi obat via telepon” di halaman terakhir dari Daftar Obat.

0 4,1 56,2 39,7

317

Saya melakukan prosedur pemberian obat kepada pasien sesuai dengan SOP yang telah ditentukan rumah sakit.

0 1,4 43,8 54,817,05/20 =

85,2718

Saya melakukan verifikasi terhadap konsentrasi obat yang diberikan kepada

0 4,1 57,5 38,4

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

83

Universitas Indonesia

pasien.

19Kecepatan pemberian obat dengan resiko tinggi saya monitor dengan ketat.

0 0 49,3 50,7

20Penyimpanan obat yang berisiko tinggi dilakukan terpisah dan diberi label berwarna merah.

0 0 42,5 57,5

21

Konsentrat elektrolit yang disimpan di unit perawatan pasien dengan jelas diberi label dan disimpan dalam lemari terkunci.

6,8 9,6 50,7 32,9

5

22

Saya melaksanakan pedoman kebersihan tangan yang telah dipublikasikan dan diterima secara umum.

0 1,4 56,2 42,5

17,86/20 =89,32

23Sebelum dan sesudah menyentuh pasien, saya mencuci tangan.

0 1,4 41,1 57,5

24Sebelum dan sesudah melakukan tindakan aseptik saya mencuci tangan. 0 0 38,4 61,6

25Sebelum dan sesudah terkontaminasi dengan cairan tubuh pasien saya mencuci tangan.

0 0 34,2 65,8

26Setelah menyentuh daerah sekitar pasien saya mencuci tangan.

0 1,4 35,6 63

6

27Setiap pasien yang baru masuk rawat inap saya kaji dengan form pengkajian pasien resiko jatuh.

0 4,1 38,4 57,5

30,75/36 =85,43

28Pengkajian ulang saya lakukan setiap 3 hari sekali jika tidak ada perubahan pada pasien.

0 1,4 46,6 52,1

29Pengkajian ulang saya lakukan jika pasien mendapatkan medikasi baru yang dapat berisiko pasien jatuh.

0 4,1 50,7 45,2

30

Pengkajian ulang saya lakukan jika pasien pasca mendapat tindakan atau prosedur yang mengurangi mobilitas pasien.

0 4,1 60,3 35,6

31Pengkajian ulang saya lakukan jika tingkat kesadaran atau kondisi klinis pasien berubah.

0 1,4 61,6 37,0

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

84

Universitas Indonesia

32Pengkajian ulang saya lakukan jika ada pasien yang baru dipindahkan ke unit satu ke unit lainnya.

0 2,7 58,9 38,4

33

Tindakan terhadap pasien resiko jatuh dilakukan berdasarkan tingkat/level resiko jatuh hasil dari pengkajian pasien resiko jatuh tersebut.

0 1,4 56,2 42,5

34Saya melakukan observasi tiap 2-3 jam sekali pada pasien dengan resiko jatuh tinggi.

0 9,6 52,1 38,4

35

Sebelum meninggalkan pasien, saya memastikan lingkungan pasien aman (rem tempat tidur terkunci, pagar tempat tidur terpasang, lantai tidak basah, penerangan cukup).

0 0 42,5 57,5

Berdasarkan tabel 6.10 dapat dilihat bahwa dari pertanyaan tentang

perilaku penerapan IPSG, sebagian besar responden memiliki nilai penerapan

paling tinggi pada goal ke 5 tentang “Reduce the Risk of Health Care-Associated

Infections”, khususnya dalam hal kebersihan tangan dengan nilai 89,32 (range

nilai : 0 – 100). Sedangkan goal pada IPSG yang memiliki nilai paling rendah

dalam penerapan adalah goal 1 yaitu “Identify Patient Correctly” dengan nilai

84,65. Goal ke 4 tidak diterapkan oleh perawat di instalasi rawat inap sebab goal

yang berisi tentang “The organization develops an approach to Ensure Correct-

Site, Correct-Procedure, Correct-Patient Surgery” hanya dilakukan oleh perawat

di instalasi bedah / OT (Operating Theatre).

Nilai perilaku penerapan IPSG pada perawat berkisar antara 98 - 140.

Tingkat penerapan IPSG pada perawat dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu

tinggi dan rendah. Distribusi tingkat perilaku penerapan IPSG pada perawat dapat

dilihat pada tabel berikut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

85

Universitas Indonesia

Tabel 6.11

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG pada Perawatdi Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Berdasarkan tabel 6.11 terlihat bahwa terdapat proporsi yang cenderung

merata dalam tingkat penerapan IPSG pada perawat. Sebagian besar perawat

memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG yang tinggi sebanyak 40 orang

(54,8%), dibandingkan perawat yang memiliki tingkat penerapan rendah sebanyak

33 orang (45,2%).

Gambar di bawah ini adalah proporsi responden dilihat berdasarkan

tingkat perilaku penerapan IPSG pada perawat.

Sumber : Data primer diolah, 2011

6.3 Analisis Bivariat

Variabel dependen dan independen dalam penelitian ini berbentuk data katagorik

sehingga analisis bivariat yang digunakan adalah analisis chi square dan regresi

logistik sederhana.

Perilaku penerapan IPSG

Jumlah Persentase

Rendah (≤ mean) 33 45,2 %Tinggi (> mean) 40 54,8 %

TOTAL 73 100,0

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

86

Universitas Indonesia

6.3.1 Hubungan Antara Variabel Individu dengan Perilaku Penerapan IPSG

6.3.1.1 Ward dan perilaku penerapan IPSG

Tabel 6.12

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG Pada Tiap Ward

di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Ward

Perilaku penerapan IPSG

TotalP

valueOR

95% CI for OR

rendah tinggiLower Upper

n % n %

Umum 19 43.2 25 56.8 44 - 1 - -

Pediatrik/Maternal 12 54.5 10 45.5 22 0.38 0.63 0.23 1.77

Critical care 2 28.6 5 71.4 7 0.47 1.90 0.33 10.88

Total 33 40 73

Hasil analisis didapatkan proporsi tingkat perilaku penerapan IPSG pada

tiap ward berdasarkan pelayanan yang diberikan. Ward yang memiliki proporsi

pada penerapan IPSG yang cukup berbeda adalah Ward Critical Care. Pada

tingkat kepercayaan 95%, tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat

perilaku penerapan IPSG dengan ward tempat perawat bekerja.

6.3.1.2 Usia dan perilaku penerapan IPSG

Tabel 6.13

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG Pada Kelompok Usia Perawat

di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

UsiaPerilaku penerapan IPSG

Total OR(95%CI)

p valueRendah TinggiN % N % N %

< 30 tahun 23 59.0 16 41.0 39 1003,5

(1,3 – 9,1)0.022> 30 tahun 10 29.4 24 70.6 34 100

Jumlah 73

Hasil analisis hubungan kelompok usia perawat dengan tingkat penerapan

IPSG diperoleh bahwa terdapat sebanyak 23 (59%) perawat yang berusia di

bawah atau sama dengan 30 tahun memiliki tingkat penerapan IPSG rendah. Di

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

87

Universitas Indonesia

antara perawat dengan usia lebih dari 30 tahun, terdapat 10 (29,4%) perawat yang

memiliki tingkat penerapan IPSG rendah. Pada tingkat kepercayaan 95%, ada

perbedaan proporsi tingkat penerapan IPSG pada kelompok usia perawat. Hasil

analisis diperoleh nilai OR= 3,5, artinya perawat yang berusia lebih dari 30 tahun

memiliki peluang 3,5 kali untuk memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG tinggi

dibanding perawat yang berusia di bawah atau sama dengan 30 tahun.

6.3.1.3 Status pernikahan dan perilaku penerapan IPSG

Tabel 6.14

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG Pada Status Pernikahan Perawat

di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Status menikahPerilaku penerapan IPSG

Total OR(95%CI)

p valueRendah TinggiN % N % N %

Belum menikah 20 66,7 10 33,3 30 1004,6

(1,7 – 12,5)0.005Menikah 13 30,2 30 69,8 43 100

Jumlah 73

Hasil analisis hubungan status pernikahan dengan tingkat penerapan IPSG

diperoleh bahwa terdapat sebanyak 20 (66,7%) perawat yang belum menikah yang

memiliki tingkat penerapan IPSG rendah. Di antara perawat yang sudah menikah,

terdapat 13 (30,2%) perawat yang memiliki tingkat penerapan IPSG rendah. Pada

tingkat kepercayaan 95%, ada perbedaan proporsi tingkat penerapan IPSG pada

status pernikahan perawat. Hasil analisis diperoleh nilai OR= 4,6, artinya perawat

yang sudah menikah memiliki peluang 4,6 kali untuk memiliki tingkat perilaku

penerapan IPSG tinggi dibanding perawat yang belum menikah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

88

Universitas Indonesia

6.3.1.4 Pendidikan dan perilaku penerapan IPSG

Tabel 6.15

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG Pada Tingkat Pendidikan Perawat

di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Pendidikan

Perilaku penerapan IPSG

TotalP

valueOR

95% CI for OR

rendah tinggiLower Upper

n % n %

D3 22 48,9 23 51,1 46 - 1 - -

S1 7 36,8 12 63,2 19 0.378 1.64 0.55 4.92

Profesi 4 44,4 5 55,6 9 0.808 1.19 0.28 5.04

Total 73

Hasil analisis didapatkan proporsi tingkat perilaku penerapan IPSG pada

tingkat pendidikan perawat. Proporsi penerapan IPSG memiliki perbedaan cukup

besar pada pendidikan S1, sedangkan pada pendidikan D3 dan profesi proporsi

penerapan IPSG cenderung merata. Pada tingkat kepercayaan 95%, tidak ada

perbedaan yang signifikan antara tingkat perilaku penerapan IPSG pada perawat

dengan pendidikan.

6.3.1.5 Lama kerja di unit saat ini dan perilaku penerapan IPSG

Tabel 6.16

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG Pada Lama Kerja Perawat di Unit Saat

Ini di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Lama kerja di unit saat ini

Perilaku penerapan IPSGTotal OR

(95%CI)p valueRendah Tinggi

N % N % N %< 2 tahun 15 65.2 8 34.8 23 100

3,3(1,2 – 9,4)

0.038> 2 tahun 18 36.0 32 64.0 50 100Jumlah 73

Hasil analisis hubungan lama kerja di unit saat ini dengan tingkat

penerapan IPSG diperoleh bahwa terdapat sebanyak 15 (65,2%) perawat yang

lama kerja di unit keperawatan saat ini kurang atau sama dengan 2 tahun yang

memiliki tingkat penerapan IPSG rendah. Di antara perawat yang lama kerjanya

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

89

Universitas Indonesia

lebih dari 2 tahun, terdapat 18 (36,0%) perawat yang memiliki tingkat penerapan

IPSG rendah. Pada tingkat kepercayaan 95%, ada perbedaan proporsi tingkat

penerapan IPSG dengan lama kerja perawat di unit saat ini. Hasil analisis

diperoleh nilai OR= 3,3, artinya perawat yang lama kerja di unitnya lebih dari 2

tahun memiliki peluang 3,3 kali untuk memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG

tinggi dibanding perawat yang lama kerja di unit kurang atau sama dengan 2

tahun.

6.3.1.6 Lama kerja sejak lulus dan perilaku penerapan IPSG

Tabel 6.17

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG Pada Lama Kerja Perawat Sejak Lulus

di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Lama kerja sejak lulus

Perilaku penerapan IPSGTotal OR

(95%CI)p valueRendah Tinggi

N % N % N %< 5 tahun 16 64.0 9 36.0 25 100

3,2(1,2 – 8,8)

0.037> 5 tahun 17 35.4 31 64.6 48 100Jumlah 73

Hasil analisis hubungan kelompok lama kerja perawat sejak lulus dengan

tingkat penerapan IPSG diperoleh bahwa terdapat sebanyak 16 (64%) perawat

yang lama kerja sejak lulus kurang atau sama dengan 5 tahun yang memiliki

tingkat penerapan IPSG rendah. Di antara perawat yang lama kerjanya lebih dari

5 tahun, terdapat 17 (35,4%) perawat yang memiliki tingkat penerapan IPSG

rendah. Pada tingkat kepercayaan 95%, ada perbedaan proporsi tingkat

penerapan IPSG dengan lama kerja perawat sejak lulus. Hasil analisis diperoleh

nilai OR= 3,2, artinya perawat yang memiliki lama kerja sejak lulus lebih dari 5

tahun memiliki peluang 3,2 kali untuk memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG

tinggi dibanding perawat yang memiliki lama kerja kurang atau sama dengan 5

tahun.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

90

Universitas Indonesia

6.3.1.7 Jam kerja di RS dan perilaku penerapan IPSG

Tabel 6.18

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG Pada Jam Kerja Perawat

di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Jam kerja (dalam

seminggu)

Perilaku penerapan IPSGTotal OR

(95%CI)p valueRendah Tinggi

N % N % N %< 40 jam 7 36.8 12 63.2 19 100

0.63(0.21 – 1.84)

0.559> 40 jam 26 48.1 28 51.9 54 100Jumlah 73

Hasil analisis hubungan jam kerja perawat dalam seminggu dengan tingkat

penerapan IPSG diperoleh bahwa terdapat sebanyak 7 (36,8%) perawat yang jam

kerjanya kurang dari 40 jam dalam seminggu yang memiliki tingkat penerapan

IPSG rendah. Di antara perawat yang jam kerjanya lebih dari atau sama dengan

40 jam, terdapat 26 (48,1%) perawat yang memiliki tingkat penerapan IPSG

rendah. Pada tingkat kepercayaan 95%, tidak ada perbedaan proporsi tingkat

penerapan IPSG dengan jam kerja perawat dalam seminggu.

6.3.1.8 Jenjang jabatan dan perilaku penerapan IPSG

Tabel 6.19

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG Pada Jenjang Jabatan Perawat

di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Jenjang JabatanPerilaku penerapan IPSG

Total OR(95%CI)

p valueRendah TinggiN % N % N %

Junior/Madya 19 63,3 11 36,7 30 1003,6

(1,3 – 9,5)0.018Senior 14 32,6 29 67,4 43 100

Jumlah 73

Hasil analisis didapatkan proporsi tingkat perilaku penerapan IPSG pada

jenjang jabatan perawat. Proporsi penerapan IPSG memiliki perbedaan cukup

besar. Pada tingkat kepercayaan 95%, ada perbedaan proporsi tingkat penerapan

IPSG dengan jenjang jabatan perawat. Hasil analisis diperoleh nilai OR= 3,6,

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

91

Universitas Indonesia

artinya perawat dengan jenjang jabatan senior memiliki peluang 3,6 kali untuk

memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG tinggi dibanding perawat junior/madya.

6.3.1.9 Gaji dan perilaku penerapan IPSG

Tabel 6.20

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG Pada Kecukupan Gaji Perawat

di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Kecukupan gaji

Perilaku penerapan IPSGTotal OR

(95%CI)p valueRendah Tinggi

N % N % N %Kurang 16 50.0 16 50.0 32 100

1.41(0.56 – 3.58)

0.624Cukup 17 41.5 24 58.5 41 100Jumlah 73

Hasil analisis hubungan kecukupan gaji perawat dengan tingkat penerapan

IPSG diperoleh bahwa terdapat sebanyak 16 (50%) perawat yang mendapat gaji

kurang memiliki tingkat penerapan IPSG rendah. Di antara perawat yang

mendapat gaji cukup, terdapat 17 (41,5%) perawat yang memiliki tingkat

penerapan IPSG rendah. Pada tingkat kepercayaan 95%, tidak ada perbedaan

proporsi tingkat penerapan IPSG pada kecukupan gaji perawat.

6.3.1.10 Frekuensi pelatihan patient safety dan perilaku penerapan IPSG

Tabel 6.21

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG Pada Frekuensi Pelatihan Patient

Safety di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Frekuensi pelatihan

Perilaku penerapan IPSGTotal OR

(95%CI)p valueRendah Tinggi

N % N % N %< 2 pelatihan 10 76,9 3 23,1 13 100

5,4(1,3 –21,5)

0.026> 2 pelatihan 23 38,3 37 61,7 43 100Jumlah 73

Hasil analisis hubungan status pernikahan dengan tingkat penerapan IPSG

diperoleh bahwa terdapat sebanyak 10 (76,9%) perawat yang mendapat pelatihan

kurang dari 3 kali yang memiliki tingkat penerapan IPSG rendah. Pada tingkat

kepercayaan 95%, ada perbedaan proporsi tingkat penerapan IPSG pada

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

92

Universitas Indonesia

frekuensi pelatihan. Hasil analisis diperoleh nilai OR= 5,4, artinya perawat yang

sudah mendapat pelatihan lebih dari atau sama dengan 3 kali memiliki peluang 5,4

kali untuk memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG tinggi dibanding perawat

yang sudah mendapat pelatihan kurang dari 3 kali.

6.3.1.11 Sosialisasi mutu RS dan perilaku penerapan IPSG

Tabel 6.22

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG Pada Sosialisasi Terkait Mutu RS

di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Ikut Serta dalam

Sosialisasi

Perilaku penerapan IPSGTotal OR

(95%CI)p valueRendah Tinggi

N % N % N %Tidak 10 76.9 3 23.1 13 100

5.4(1.3 – 21.5)

0.026Ya 23 38.3 37 61.7 60 100Jumlah 73

Sosialisasi terkait mutu RS yang dimaksud di sini adalah sosialisasi

terhadap pelaksanaan kegiatan akreditasi dan audit mutu internal maupun

eksternal rumah sakit. Hasil analisis hubungan sosialisasi terkait mutu RS dengan

tingkat penerapan IPSG diperoleh bahwa terdapat sebanyak 10 (76.9%) perawat

yang tidak ikut serta dalam sosialisasi terkait mutu RS memiliki tingkat penerapan

IPSG rendah. Di antara perawat yang ikut serta dalam sosialisasi, terdapat 23

(38.3%) perawat yang memiliki tingkat penerapan IPSG rendah. Pada tingkat

kepercayaan 95%, ada perbedaan proporsi tingkat penerapan IPSG pada

keikutsertaan perawat dalam sosialisasi terkait mutu RS. Hasil analisis diperoleh

nilai OR= 5,4, artinya perawat yang mengikuti sosialisasi terkait mutu RS

memiliki peluang 5,4 kali untuk memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG tinggi

dibanding perawat yang tidak mengikuti sosialisasi tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

93

Universitas Indonesia

6.3.2 Hubungan Antara Variabel Psikologis dengan Perilaku Penerapan IPSG

6.3.2.1 Pengetahuan

Tabel 6.23

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG Pada Tingkat Pengetahuan Perawat

di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

PengetahuanPerilaku penerapan IPSG

Total OR(95%CI)

p valueRendah TinggiN % N % N %

Rendah 20 60.6 13 39.4 33 1003.2

(1.2 – 8.3)0.030Tinggi 13 32.5 27 67.5 40 100

Jumlah 73

Hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan tingkat

penerapan IPSG diperoleh bahwa terdapat sebanyak 20 (60,6%) perawat yang

berpengetahuan rendah memiliki tingkat penerapan IPSG rendah. Di antara

perawat yang berpengetahuan tinggi, terdapat 13 (32,5%) perawat yang memiliki

tingkat penerapan IPSG rendah. Pada tingkat kepercayaan 95%, ada perbedaan

proporsi tingkat penerapan IPSG pada tingkat pengetahuan perawat.

6.3.2.2 Motivasi

Tabel 6.24

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG Pada Tingkat Motivasi Perawat

di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

MotivasiPerilaku penerapan IPSG

Total OR(95%CI)

p valueRendah TinggiN % N % N %

Rendah 17 47.2 19 52.8 36 1001.2

(0.5 – 3)0.915Tinggi 16 43.2 21 56.8 37 100

Jumlah 73

Hasil analisis hubungan tingkat motivasi perawat dengan tingkat

penerapan IPSG diperoleh bahwa terdapat sebanyak 17 (47,2%) perawat yang

bermotivasi rendah memiliki tingkat penerapan IPSG rendah. Di antara perawat

yang bermotivasi tinggi, terdapat 16 (43,2%) perawat yang memiliki tingkat

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

94

Universitas Indonesia

penerapan IPSG rendah. Pada tingkat kepercayaan 95%, tidak ada perbedaan

proporsi tingkat penerapan IPSG pada tingkat motivasi perawat.

6.3.3 Hubungan Antara Variabel Organisasi dengan Perilaku Penerapan IPSG

6.3.3.1 Supervisi

Tabel 6.25

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG Berdasarkan Tingkat Supervisi Pada

Perawat di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

SupervisiPerilaku penerapan IPSG

Total OR(95%CI)

p valueRendah TinggiN % N % N %

Rendah 18 46.2 21 53.8 39 1001.1

(0.4 – 2.7)1.000Tinggi 15 44.1 19 55.9 34 100

Jumlah 73

Hasil analisis hubungan tingkat supervisi pada perawat dengan tingkat

penerapan IPSG diperoleh bahwa terdapat sebanyak 18 (46,2%) perawat yang

mendapat supervisi rendah memiliki tingkat penerapan IPSG rendah. Di antara

perawat yang mendapat supervisi tinggi, terdapat 15 (44,1%) perawat yang

memiliki tingkat penerapan IPSG rendah. Pada tingkat kepercayaan 95%, tidak

ada perbedaan proporsi tingkat penerapan IPSG pada tingkat supervisi perawat.

6.3.3.2 Pengaruh Organisasi

Tabel 6.26

Proporsi Tingkat Perilaku Penerapan IPSG Berdasarkan Pengaruh Organisasi

Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011

Pengaruh organisasi

Perilaku penerapan IPSGTotal OR

(95%CI)p valueRendah Tinggi

N % N % N %Rendah 19 61.3 12 38.7 31 100

3.2(1.2 – 8.3)

0.033Tinggi 14 33.3 28 66.7 42 100Jumlah 73

Hasil analisis hubungan tingkat pengaruh organisasi pada perawat dengan

tingkat penerapan IPSG diperoleh bahwa terdapat sebanyak 19 (61,3%) perawat

yang mendapat pengaruh organisasi rendah memiliki tingkat penerapan IPSG

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

95

Universitas Indonesia

rendah. Di antara perawat yang mendapat pengaruh organisasi tinggi, terdapat 14

(33,3%) perawat yang memiliki tingkat penerapan IPSG rendah. Pada tingkat

kepercayaan 95%, ada perbedaan proporsi tingkat penerapan IPSG pada tingkat

pengaruh organisasi pada perawat.

6.4 Analisis Multivariat

Seleksi bivariat pada masing-masing variabel independen dengan variabel

dependen dilakukan sebelum melakukan analisis multivariat. Variabel independen

yang memiliki nilai p > 0,25 dapat masuk ke dalam pemodelan multivariat.

Berdasarkan analisis bivariat yang telah dilakukan dengan Omnibus Tests of

Model Coefficients, didapatkan nilai p pada masing-masing variabel yang

dijabarkan pada tabel 6.27 berikut ini.

Tabel 6.27 Seleksi Bivariat

Variabel Independen P value Model Multivariat

1. Ward 0.436 Tidak masuk model

2. Usia 0.011 Masuk model

3. Status pernikahan 0.002 Masuk model

4. Pendidikan 0.673 Tidak masuk model

5. Lama kerja di unit 0.019 Masuk model

6. Lama kerja sejak lulus 0.019 Masuk model

7. Jam kerja 0.392 Tidak masuk model

8. Jenjang jabatan 0.018 Masuk model

9. Kecukupan gaji 0.467 Tidak masuk model

10. Pelatihan 0,010 Masuk model

11. Sosialisasi 0.010 Masuk model

12. Pengetahuan 0.016 Masuk model

13. Motivasi 0.733 Tidak masuk model

14. Supervisi 0.862 Tidak masuk model

15. Pengaruh organisasi 0.017 Masuk model

Variabel yang memiliki p value > 0,25 tidak dimasukkan ke dalam

pemodelan multivariat. Dalam pemodelan multivariat, variabel yang memiliki

nilai p > 0,05 akan dilakukan pengeluaran dari model multivariat secara satu per

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

96

Universitas Indonesia

satu dengan mendahulukan variabel yang memiliki nilai p paling besar. Apabila

pengeluaran variabel tersebut menyebabkan perubahan OR yang besar (> 10%)

maka variabel tersebut tidak jadi dikeluarkan dan dimasukkan kembali ke dalam

model karena dianggap sebagai variabel confounding. Perubahan nilai OR dilihat

dari nilai koefisien B. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga seluruh

variabel yang memiliki nilai p > 0,05 dicoba dikeluarkan dari model.

Setelah dilakukan uji confounding, selanjutnya adalah uji interaksi dengan

memperkirakan variabel independen mana saja yang mungkin akan berinteraksi

satu sama lain. Jika variabel interaksi tersebut memiliki nilai p < 0,05 maka

interaksi terhadap ke dua variabel tersebut dimasukkan ke dalam model.

Pemodelan multivariat menghasilkan bahwa variabel pengetahuan perawat

berhubungan dengan perilaku penerapan IPSG dengan variabel yang menjadi

faktor confounding yaitu umur, status pernikahan, lama kerja di unit, pelatihan

patient safety, dan pengaruh organisasi. Berdasarkan hasil uji interaksi, tidak ada

variabel independen yang memiliki hubungan interaksi satu sama lain.

Tabel 6.28

Model Terakhir Prediksi Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

Variabel B Sig OROR 95% CI

Lower Upper

Pengetahuan 2.011 0.006 7.469 1.793 31.114

Umur 0.995 0.225 2.705 0.542 13.499

Status pernikahan 1.206 0.091 3.341 0.825 13.529

Pelatihan 0.967 0.226 2.629 0.550 12.554

Pengaruh organisasi 0.949 0.113 2.584 0.799 8.353

Constant -4.590

Logit (Penerapan IPSG tinggi) = -4.590 + 0.995*umur + 1.206*nikah +

0.967*pelatihan + 2.011*pengetahuan + 0.949*pengaruh organisasi

Penelitian ini bersifat cross sectional sehingga model regresi logistik tidak

dapat digunakan, interpretasi yang dapat dilakukan hanya menjelaskan nilai OR

(Exp B) pada masing-masing variabel.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

97

Universitas Indonesia

Dari analisis multivariat ternyata variabel yang berhubungan bermakna

dengan perilaku penerapan IPSG adalah variabel pengetahuan dengan nilai OR

terbesar dibanding variabel lainnya sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel

pengetahuan memiliki pengaruh paling besar terhadap penerapan IPSG dibanding

variabel lainnya. Sedangkan variabel umur, status pernikahan, pelatihan, dan

pengaruh organisasi adalah variabel konfounding.

Hasil analisis didapatkan Odds Ratio (OR) dari variabel pengetahuan

adalah 7,469, artinya perawat yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi

berpeluang 7,469 kali memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG tinggi dibanding

perawat yang memiliki tingkat pengetahuan rendah setelah dikontrol oleh variabel

umur, status pernikahan, pelatihan, dan pengaruh organisasi. Hal ini berarti

variabel pengetahuan memiliki pengaruh yang paling besar terhadap penerapan

IPSG.

Hasil analisis didapatkan OR dari variabel umur adalah 2.705 artinya

perawat yang berumur lebih dari 30 tahun berpeluang 2.705 kali memiliki tingkat

perilaku penerapan IPSG tinggi dibanding perawat yang berumur kurang dari atau

sama dengan 30 tahun setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan, status

pernikahan, pelatihan, dan pengaruh organisasi.

OR dari variabel status pernikahan adalah 3.341 artinya perawat yang

sudah menikah berpeluang 3.341 kali memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG

tinggi dibanding perawat yang belum menikah setelah dikontrol oleh variabel

pengetahuan, umur, pelatihan, dan pengaruh organisasi.

OR dari variabel pelatihan adalah 2.629 artinya perawat yang ikut serta

dalam pelatihan patient safety berpeluang 2.629 kali memiliki tingkat perilaku

penerapan IPSG tinggi dibanding perawat yang tidak ikut serta dalam pelatihan

setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan, umur, status pernikahan, dan

pengaruh organisasi.

OR dari variabel pengaruh organisasi adalah 2.584 artinya perawat yang

mendapat pengaruh organisasi tinggi berpeluang 2.584 kali memiliki tingkat

perilaku penerapan IPSG tinggi dibanding perawat yang mendapat pengaruh

organisasi rendah setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan, umur, status

pernikahan, dan pelatihan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

98

Universitas Indonesia

BAB VII

PEMBAHASAN

7.1 Keterbatasan Penelitian

7.1.1 Kualitas Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data melalui kuesioner

yang diisi secara subyektif oleh perawat sebagai responden sehingga kejujuran

dan keterbukaan responden sangat menentukan kebenaran data yang diperoleh.

Selain itu, kejelasan dan ketelitian perawat dalam mengisi setiap butir

pertanyaan juga merupakan faktor penentu kebenaran data. Untuk mengatasi

hal tersebut, sebelum kuesioner langsung dibagikan kepada responden, terlebih

dahulu dilakukan sosialisasi kuesioner terhadap supervisor masing-masing

ward keperawatan. Kuesioner diisi terlebih dahulu oleh supervisor atau perawat

lain yang kemudian akan menjadi penanggung jawab dalam pengisian dan

pengumpulan kuesioner di ward masing-masing. Selama masa pengisian

kuesioner, responden didampingi oleh supervisor atau perawat penanggung

jawab atau bahkan peneliti sendiri. Hal tersebut untuk menghindari kesalahan

dalam pengisian kuesioner oleh responden.

7.1.2 Generalisasi Hasil Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah rumah sakit yang memiliki karakteristik

berbeda dengan rumah sakit lainnya, khususnya ketercapaian akreditasi JCI

sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan pada rumah sakit lain

yang belum meraih akreditasi JCI.

7.1.3 Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross

sectional. Variabel independen dan dependen dalam penelitian cross sectional

diukur secara bersamaan sehingga jenis penelitian ini memiliki kelemahan

yaitu tidak dapat menggambarkan hubungan sebab akibat, tetapi hanya dapat

menggambarkan hubungan antar variabel.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

99

Universitas Indonesia

7.1.4 Referensi

Penelitian yang mengkaji tentang penerapan standar JCI masih sangat

langka sehingga sangat sulit mendapatkan referensi pembanding. Untuk itu

peneliti mengerucutkan penelitian pada penerapan standar IPSG mengenai

patient safety di mana referensi terkait topik tersebut tidak terlalu sulit untuk

ditemukan meskipun jumlahnya pun masih tergolong sedikit. Oleh karena itu

dalam penelitian ini peneliti masih cukup kesulitan dalam melakukan

perbandingan secara empirik.

7.2 Pembahasan Hasil Penelitian

7.2.1 Gambaran Perilaku Penerapan IPSG

Berdasarkan hasil penelitian gambaran perilaku penerapan IPSG, perawat

yang memiliki tingkat perilaku penerapan yang tinggi sebesar 54,8% dan rendah

sebesar 45,2%. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat proporsi yang cenderung

merata dalam tingkat penerapan IPSG pada perawat. Padahal diharapkan bahwa

proporsi tersebut memiliki perbedaan yang sangat signifikan di mana proporsi

penerapan yang tinggi jauh lebih besar dibanding penerapan yang rendah dan

bahkan mencapai 100%. Faktanya, proporsi yang ada cenderung merata sehingga

dapat disimpulkan bahwa penerapan IPSG oleh perawat memiliki tingkat yang

cukup seimbang antara tinggi dan rendah.

Namun jika dibandingkan dengan penelitian lain di beberapa rumah sakit

yang belum meraih sertifikat akreditasi JCI, tingkat penerapan patient safety yang

tinggi masih sangat minim dibandingkan yang rendah. Hal tersebut terlihat dalam

penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2010) di salah satu rumah sakit swasta yang

menyatakan bahwa 75% perawat di rumah sakit tersebut memiliki sikap

penerapan patient safety yang rendah. Selain itu juga seperti yang dinyatakan

dalam penelitian Nurhasanah (2010) dengan hasil sebanyak 66,7% perawat yang

memiliki perilaku penerapan patient safety yang rendah. Jika dibandingkan

dengan penggunaan instrumen penelitian lain, penelitian ini menggunakan

instrumen pengukuran skor perilaku berdasarkan ketentuan standar JCI yang

sangat bermutu. Jadi, jika intrumen penelitian ini digunakan pada penelitian lain

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

100

Universitas Indonesia

yang tidak berdasarkan JCI maka rumah sakit lain tersebut akan mendapat hasil

jauh lebih rendah lagi.

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala pengalaman serta interaksi

manusia dengan lingkungannya. Karakteristik rumah sakit yang telah meraih

sertifikasi JCI tentu sangat berpengaruh terhadap perilaku sumber daya

manusianya, baik tenaga kesehatan maupun non kesehatan. Pada akhirnya,

perilaku tersebut akan mempengaruhi outcome berupa pelayanan kesehatan yang

lebih bermutu. Akreditasi JCI yang telah diraih akan mendukung perilaku perawat

dalam menerapkan IPSG.

Berdasarkan pembagian masing-masing goal dari standar IPSG, perawat

memiliki perilaku penerapan paling tinggi pada goal ke-5 tentang “Reduce the

Risk of Health Care-Associated Infections”, khususnya dalam hal kebersihan

tangan dengan nilai 89,32 (range 0 – 100). Mencuci tangan merupakan aktifitas

yang paling mudah untuk dilaksanakan karena fasilitasnya sudah tersedia dan

mudah dijangkau di unit keperawatan sehingga memungkinkan seluruh perawat

untuk giat dalam hal mencuci tangan. Cara transmisi dari infeksi yang paling

sering adalah melalui tangan. Di RS Swasta X telah dilakukan upaya untuk

mengurangi risiko infeksi nosokomial. Para perawat melakukan prosedur cuci

tangan maupun memelihara kebersihan tangan dengan prosedur handsrub

menggunakan cairan Glykol (hanya butuh waktu 20 – 30 detik untuk

melakukannya). Faktor yang mungkin dapat mengakibatkan perawat tidak

mencuci tangan di antaranya adalah waktu yang terlalu padat dan rasa malas.

Penerapan IPSG tertinggi ke-2 adalah goal 6 “Reduce the Risk of Patient

Harm Resulting from Falls” yang berisi tentang pengkajian pasien resiko jatuh

dengan nilai 85,43 (range 0 – 100). Jatuh merupakan salah satu penyebab cedera

pasien di rumah sakit. Salah satu poin penting yang harus diperhatikan adalah

pada pertanyaan “saya melakukan observasi tiap 2-3 jam sekali pada pasien

dengan resiko jatuh tinggi”. Hasil penelitian didapatkan bahwa 9,6% perawat

menjawab kadang dilakukan. Hal ini menandakan bahwa beberapa perawat

kadang tidak melakukan observasi setiap 2-3 jam sehingga membahayakan pasien

yang memiliki resiko jatuh tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

101

Universitas Indonesia

Selanjutnya, goal dengan penerapan tertinggi ke-3 adalah goal 3 “Improve

the Safety of High-Alert Medications” dengan nilai 85,27 (range 0 – 100). Goal

tersebut berisi tentang prosedur pemberian obat yang aman. Perawat memiliki

tugas dan tanggung jawab yang paling besar saat pemberian obat sebab memiliki

resiko yang sangat tinggi. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses

pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu

diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum. Jika obat yang

diberikan kepada pasien salah maka akan mengakibatkan efek yang sangat fatal,

misalnya over dosis, efek samping, komplikasi, dan bahkan kematian. Kesadaran

perawat akan hal tersebut menuntutnya untuk selalu berhati-hati dalam pemberian

dan penyimpanan obat. Penerapan goal yang cukup tinggi mengenai pemberian

obat tersebut membuktikan bahwa proses pemberian obat yang dilakukan oleh

perawat di RS Swasta X sudah memperhatikan prinsip 5 Benar dan 1

Dokumentasi (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu,

benar dokumentasi).

Goal ke-2 pada IPSG yaitu “Improve Effective Communication” memiliki

penerapan tertinggi ke-4 setelah goal 5, 6, dan 3 atau dengan kata lain memiliki

tingkat penerapan terendah ke-2 dengan nilai 84,86 (range 0 – 100). Pada

pertanyaan “hasil read back tersebut ditandatangani oleh pemberi instruksi dalam

waktu 1 x 24 jam setelah instruksi diberikan” memiliki proporsi terbesar untuk

jarang dilakukan yaitu 13,7%. Dalam hal ini banyak faktor yang mempengaruhi,

di antaranya adalah faktor dari pemberi instruksi yang sulit ditemui. Faktor

tersebut cukup sulit untuk diintervensi karena berasal dari faktor luar perawat.

Sebagian besar perawat sudah melakukan upaya komunikasi yang efektif terhadap

instruksi yang diterima secara lisan maupun melalui telepon.

Sedangkan goal pada IPSG yang memiliki proporsi paling rendah dalam

penerapannya oleh perawat adalah goal pertama yaitu “Identify Patient Correctly”

dengan nilai 84,65 (range 0 – 100). Identifikasi pasien adalah proses pencatatan

data pasien yang benar sehingga dapat menetapkan dan menyamakan data tersebut

dengan individu yang bersangkutan. Perawat di instalasi rawat inap sebagian besar

sudah memahami pentingnya identifikasi, di antaranya dilakukan dengan minimal

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

102

Universitas Indonesia

2 cara identifikasi, yaitu nama lengkap dan tanggal lahir pasien atau nomor rekam

medis. Perawat selalu melakukan identifikasi pasien terlebih dahulu untuk

memperoleh keyakinan bahwa pasien yang dihadapi adalah benar-benar pasien

yang akan memperoleh pelayanan sesuai dengan berkas rekam medis (status)

yang tersedia. Pada pertanyaan “saya tidak mempercayakan keluarga pasien untuk

mengawasi kelancaran tetesan infus” mengalami proporsi paling besar untuk tidak

dilakukan, yaitu sebesar 2,7%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perawat yang

masih mengandalkan laporan dari keluarga pasien untuk mengawasi kondisi

pasien, khususnya kelancaran tetesan infus. Situasi ini dapat membahayakan

pasien sebab terkadang ada keluarga pasien sebagai orang awam yang tidak

mengerti mengenai dunia keperawatan sehingga dibutuhkan monitoring terus

menerus oleh perawat untuk melakukan identifikasi pasien.

Goal ke 4 tidak diterapkan oleh perawat di instalasi rawat inap sebab goal

yang berisi tentang “The organization develops an approach to Ensure Correct-

Site, Correct-Procedure, Correct-Patient Surgery” hanya dilakukan oleh perawat

di instalasi bedah / OT (Operating Theatre).

7.2.2 Variabel yang Berhubungan dengan Perilaku Penerapan IPSG

7.2.2.1 Variabel Individu

a. Usia

Proporsi usia responden dalam penelitian ini cukup merata. Sebagian besar

perawat berusia < 30 tahun dengan jumlah 53,4% dan sisanya lebih dari 30 tahun.

Responden dengan rentang usia 21 – 43 tahun merupakan responden yang

digolongkan ke dalam usia produktif sehingga masih memiliki kemampuan untuk

bekerja secara optimal. Secara fisiologis, pertumbuhan dan perkembangan

seseorang dapat digambarkan dengan pertambahan umur. Dengan peningkatan

umur diharapkan terjadi pertumbuhan kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh

kembangnya,yang identik dengan idealisme tinggi, semangat tinggi dan tenaga

yang prima.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

103

Universitas Indonesia

Usia yang semakin tinggi diharapkan memiliki perilaku penerapan IPSG

yang semakin tinggi pula karena telah memiliki pengetahuan yang luas,

pengalaman yang banyak, dan pemahaman yang tinggi akan pentingnya menjaga

mutu pelayanan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa usia mempengaruhi

perilaku penerapan IPSG. Artinya semakin besar usia perawat maka semakin

tinggi penerapan IPSG-nya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dewi (2010) tetapi tidak sejalan dengan penelitian Nurhasanah (2010) dan Utami

(2011). Hasil analisis didapatkan OR dari variabel umur adalah 2,7 artinya

perawat yang berumur lebih dari 30 tahun berpeluang 2,7 kali memiliki tingkat

perilaku penerapan IPSG tinggi dibanding perawat yang berumur kurang dari atau

sama dengan 30 tahun setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan, status

pernikahan, pelatihan, dan pengaruh organisasi.

b. Status Pernikahan

Sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki status sudah

menikah sebanyak 58,9%. Status pernikahan memiliki hubungan yang kuat

dengan usia responden. Semakin besar usia responden, semakin besar pula

peluangnya untuk memiliki status menikah. Dengan demikian diharapkan bahwa

perawat yang sudah menikah memiliki perilaku penerapan IPSG lebih tinggi

dibanding perawat yang belum menikah. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa

status pernikahan mempengaruhi perilaku penerapan IPSG. Artinya bahwa

harapan yang telah disebutkan sebelumnya telah terbukti. Hasil analisis diperoleh

nilai OR dari variabel status pernikahan adalah 3,3 artinya perawat yang sudah

menikah berpeluang 3,3 kali memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG tinggi

dibanding perawat yang belum menikah setelah dikontrol oleh variabel

pengetahuan, umur, pelatihan, dan pengaruh organisasi. Status pernikahan

menimbulkan adanya rasa tanggung jawab yang besar terhadap kehidupan.

Tanggung jawab tersebut menuntut perawat untuk mengusahakan pekerjaan yang

terbaik bagi diri dan keluarganya sehingga akan melakukan tugas dan fungsinya

semaksimal mungkin, termasuk penerapan IPSG dalam pekerjaan sehari-harinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

104

Universitas Indonesia

c. Lama kerja di unit keperawatan saat ini

Perawat dengan masa kerja lebih lama cenderung memiliki pengalaman

kerja lebih banyak dibanding perawat yang baru bekerja, Lama kerja di unit

keperawatan saat ini menentukan banyaknya pengalaman perawat mengenai

patient safety yang telah atau hampir dialami. Pengalaman bekerja banyak

memberikan keahlian dan ketrampilan kerja. Hal tersebut menyebabkan perawat

dengan masa kerja lebih lama akan lebih memahami pentingnya penerapan IPSG

agar terhindar dari kejadian-kejadian tidak diharapkan yang dapat membahayakan

pasien.

Dalam penelitian ini diharapkan ada kecenderungan semakin lama perawat

yang bekerja di unit keperawatan saat ini, maka akan semakin tinggi penerapan

IPSG-nya. Sebagian besar perawat instalasi rawat inap memiliki lama kerja di unit

lebih dari 2 tahun sebanyak 68,5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian

besar responden sudah lama menjalankan profesinya sebagai perawat Hasil uji

statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama kerja

perawat di unit saat ini dengan perilaku penerapan IPSG. Hasil analisis diperoleh

nilai OR= 3,3, artinya perawat yang lama kerja di unitnya lebih dari 2 tahun

memiliki peluang 3,3 kali untuk memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG lebih

tinggi dibanding perawat yang lama kerja di unit kurang atau sama dengan 2

tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dewi (2010).

Namun hasil akhir dalam pemodelan multivariat didapatkan bahwa lama

kerja sejak di unit keperawatan saat ini dengan perilaku penerapan IPSG tidak

memiliki hubungan yang signifikan jika dilakukan interaksi secara bersama-sama

dengan variabel pengetahuan, usia, status pernikahan, pelatihan, dan pengaruh

organisasi.

d. Lama kerja sejak lulus pendidikan

Sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki lama kerja sejak

lulus pendidikan lebih dari 5 tahun sebanyak 65,8%. Lama bekerja ini dimulai

sejak perawat bekerja pertama kali baik di unit sebelum ia bekerja maupun di unit

tempat ia bekerja saat penelitian dilaksanakan. Sama halnya dengan lama kerja di

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

105

Universitas Indonesia

unit keperawatan saat ini, lama kerja sejak lulus pendidikan menentukan

banyaknya pengalaman perawat mengenai patient safety yang telah atau hampir

dialami. Dalam penelitian ini diharapkan ada kecenderungan semakin lama

perawat yang bekerja sejak lulus pendidikan, maka akan semakin tinggi penerapan

IPSG-nya. Hal tersebut juga dapat didukung oleh pengalaman perawat dalam

membandingkan kondisi tempat bekerjanya yang lama dengan tempat bekerja saat

ini. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

lama kerja perawat sejak lulus pendidikan dengan perilaku penerapan IPSG. Hasil

analisis diperoleh nilai OR= 3,2, artinya perawat yang lama kerja sejak lulus lebih

dari 5 tahun memiliki peluang 3,2 kali untuk memiliki tingkat perilaku penerapan

IPSG lebih tinggi dibanding perawat yang lama kerja sejak lulus kurang atau sama

dengan 5 tahun.

Namun hasil akhir dalam pemodelan multivariat didapatkan bahwa lama

kerja sejak lulus pendidikan dengan perilaku penerapan IPSG tidak memiliki

hubungan yang signifikan jika dilakukan interaksi secara bersama-sama dengan

variabel pengetahuan, usia, status pernikahan, pelatihan, dan pengaruh organisasi.

e. Jenjang jabatan

Jenjang jabatan perawat memiliki hubungan yang relevan dengan lama

bekerja di unit keperawatan saat ini. Jadi, semakin tinggi jenjang jabatan perawat

maka semakin besar lama kerja perawat di unit saat ini sehingga menentukan

banyaknya pengalaman perawat mengenai patient safety yang telah atau hampir

dialami. Seorang perawat memiliki jenjang jabatan junior jika pendidikan terakhir

S1 Keperawatan dengan lama kerja 0 – 3 tahun atau D3 Keperawatan dengan

lama kerja 0 – 4 tahun, jenjang madya jika pendidikan terakhir S1 Keperawatan

dengan lama kerja 3 – 5 tahun atau D3 Keperawatan dengan lama kerja 4 – 7

tahun, dan jenjang jabatan senior jika pendidikan terakhir S1 Keperawatan dengan

lama kerja lebih dari 5 tahun atau D3 Keperawatan dengan lama kerja lebih dari 7

tahun. Dalam penelitian ini diharapkan ada kecenderungan semakin tinggi jenjang

jabatan perawat, maka akan semakin tinggi penerapan IPSG-nya. Hasil uji

statistik menunjukkan bahwa perawat dengan jenjang jabatan senior memiliki

perilaku penerapan IPSG lebih tinggi dibanding perawat junior/madya. Hasil

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

106

Universitas Indonesia

analisis diperoleh nilai OR= 3,6, artinya perawat dengan jenjang jabatan senior

memiliki peluang 3,6 kali untuk memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG tinggi

dibanding perawat junior/madya. Namun hasil akhir dalam pemodelan multivariat

didapatkan bahwa jenjang jabatan perawat dengan perilaku penerapan IPSG tidak

memiliki hubungan yang signifikan jika dilakukan interaksi secara bersama-sama

dengan variabel pengetahuan, usia, status pernikahan, pelatihan, dan pengaruh

organisasi.

f. Frekuensi pelatihan patient safety

Pelatihan merupakan hal yang mutlak menjadi keharusan dan kebutuhan

bagi seorang perawat, termasuk pelatihan patient safety. Lama kerja perawat

memiliki hubungan yang relevan dengan frekuensi pelatihan patient safety yang

pernah diikuti. Semakin lama masa kerja perawat maka semakin besar frekuensi

pelatihan yang pernah diikutinya. Tujuan dari pelatihan patient safety adalah

untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan perawat terhadap segala aspek

yang berhubungan dengan patient safety agar dapat memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelatihan merupakan bagian

dari pendidikan. Pelatihan bersifat spesifik, praktis dan segera. Spesifik berarti

pelatihan berhubungan dengan bidang pekerjaan yang dilakukan. Praktis dan

segera berarti yang sudah dilatihkan dapat dipraktikkan. Hal ini dilaksanakan

untuk memberi keterampilan dan pengetahuan baru maupun untuk pelatihan

penyegaran. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara frekuensi pelatihan patient safety oleh perawat dengan perilaku penerapan

IPSG. Sebagian besar perawat sudah mendapat pelatihan patient safety lebih dari

2 kali sebesar 82,2%. Hasil analisis diperoleh nilai OR dari variabel pelatihan

adalah 2,6 artinya perawat yang ikut serta dalam pelatihan patient safety

berpeluang 2,6 kali memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG tinggi dibanding

perawat yang tidak ikut serta dalam pelatihan setelah dikontrol oleh variabel

pengetahuan, umur, status pernikahan, dan pengaruh organisasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan

bahwa betapa pentingnya pelatihan patient safety bagi perawat agar mencegah

terjadinya kejadian near miss maupun adverse event dan hubungan ini memiliki

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

107

Universitas Indonesia

pengaruh yang sangat kuat. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian lain yang

diungkapkan oleh Utami (2011), Dewi (2010), dan Nurhasanah (2010). Dengan

diadakannya pelatihan patient safety secara rutin diharapkan adanya peningkatan

mutu pelayanan rumah sakit secara terus menerus dan berkesinambungan.

Pada RS Swasta X tersebut, kegiatan upgrading pelatihan mengenai

patient safety tidak dilakukan berdasarkan pencapaian penerapan IPSG saat ini

sehingga materi yang diberikan terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan perawat.

Hal tersebut menyebabkan terdapat goal tertentu pada IPSG yang memiliki

penerapan rendah menjadi semakin rendah karena tidak mendapat perhatian

khusus untuk dilakukan pelatihan. Selain itu, dalam kegiatan pelatihan tidak

dilakukan pretest dan post test sehingga perkembangan hasil pelatihan yang telah

diberikan kepada perawat tentang patient safety tidak dapat dimonitor.

g. Sosialisasi mutu RS

Sebagian besar perawat sudah pernah mendapat sosialisasi terkait mutu

RS. Kegiatan sosialisasi yang dilakukan berupa pertemuan yang diadakan di ruang

tertutup untuk melakukan pemberitahuan (sosialisasi) terhadap kegiatan audit

mutu internal, eksternal, maupun akreditasi yang dijalankan oleh unit QMR

(Quality Management Representative). Sosialisasi tersebut memaparkan tujuan

dari penyelenggaraan kegiatan, konfirmasi waktu pelaksanaan, unit-unit terkait,

dan pada akhirnya akan mengingatkan seluruh lapisan bahwa rumah sakit tersebut

benar-benar memperhatikan mutu pelayanan yang diberikan sehingga dituntut

untuk memiliki kinerja yang semakin baik.

Audit mutu internal adalah kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh

rumah sakit secara sistematis dan independen untuk menentukan jika aktivitas

mutu rumah sakit dan hasilnya sesuai dengan pengaturan yang telah direncanakan

dan apakah pengaturan tersebut diimplementasikan secara efektif dan cocok untuk

mencapai tujuan. Sedangkan audit mutu eksternal dilakukan berdasarkan standar

ISO (International Standard Organization) dengan versi 9001 : 2008 yang diaudit

oleh Lembaga Sertifikasi PSB TÜV SÜD. ISO melakukan penilaian kinerja

rumah sakit dengan menggunakan standar untuk sistem mutu dibandingkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

108

Universitas Indonesia

dengan penilaian terhadap fungsi dan tujuan rumah sakit (SOP Unit QMR RS

Swasta X). Selain itu, kegiatan mutu RS juga dilakukan melalui sertifikasi

akreditasi. Survey akreditasi pada RS Swasta X dilakukan oleh 2 badan akreditasi,

yaitu akreditasi nasional oleh KARS (Komisi Akreditasi RS dan Sarana

Kesehatan Lainnya) dan akreditasi internasional oleh JCI (Joint Commission

International). KARS merupakan standar akreditasi khusus untuk rumah sakit

yang berada di bawah naungan Departemen Kesehatan RI, khususnya Direktorat

Jenderal Pelayanan Medik. Rumah sakit dituntut untuk memenuhi standar

akreditasi yang telah ditetapkan oleh KARS. Sedangkan JCI merupakan badan

akreditasi internasional, yang merupakan bagian dari Joint Commission

Accreditation of Healthcare Organization (JCAHO-USA). JCI adalah suatu

organisasi yang independent, nonprofit, dan bukan lembaga pemerintahan.

Pada RS Swasta X tersebut, kegiatan sosialisasi yang sering dilakukan

secara formal oleh Unit QMR di ruang tertutup terhadap seluruh lapisan sudah

tidak dilakukan kembali. Begitupula dengan sosialisasi secara internal bidang dan

penggunaan media sosialisasi yang sudah tidak diaktifkan kembali. Hal tersebut

memiliki peluang yang cukup besar untuk menjadi penyebab rendahnya

penerapan IPSG oleh perawat.

Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara

frekuensi sosialisasi mutu RS yang pernah diikuti oleh perawat dengan perilaku

penerapan IPSG. Hasil analisis diperoleh nilai OR = 5,4, artinya perawat yang

sudah mengikuti sosialisasi terkait mutu RS memiliki peluang 5,4 kali untuk

memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG lebih tinggi dibanding perawat yang

belum mengikutinya. Namun hasil akhir dalam pemodelan multivariat didapatkan

bahwa sosialisasi mutu RS dengan perilaku penerapan IPSG tidak memiliki

hubungan yang signifikan jika dilakukan interaksi secara bersama-sama dengan

variabel pengetahuan, usia, status pernikahan, pelatihan, dan pengaruh organisasi.

7.2.2.2 Variabel Psikologis

Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang berada pada kawasan

kognitif yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan-belajar (Bloom

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

109

Universitas Indonesia

dalam Padmowihardjo,1994). Sebelum seseorang mengadopsi perilaku ia harus

tahu terlebih dahulu tahu apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau

bagi organisasi. Pelatihan merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk

meningkatkan pengetahuan. Tingkat pengetahuan pada perawat dikelompokkan

menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Sebagian besar perawat memiliki

tingkat pengetahuan yang tinggi. Salah satu cara meningkatkan pengetahuan yang

berguna untuk memperbaiki kinerja perawat dalam mencapai hasil kerja yang

ditetapkan demi keselamatan dan kepuasan pasien dengan melakukan pelatihan

secara rutin. Hasil uji statistik dengan analisis chi square menunjukkan bahwa

tingkat pengetahuan perawat memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku

penerapan IPSG. Artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan perawat maka

semakin tinggi pula penerapan IPSG-nya. Hasil analisis didapatkan OR dari

variabel pengetahuan adalah 7,5, artinya perawat yang memiliki tingkat

pengetahuan tinggi berpeluang 7,5 kali memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG

tinggi dibanding perawat yang memiliki tingkat pengetahuan rendah setelah

dikontrol oleh variabel umur, status pernikahan, pelatihan, dan pengaruh

organisasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Ariyani (2009).

Berdasarkan hasil penelitian, ada jawaban beberapa perawat yang perlu

mendapatkan perhatian tentang pengetahuan yaitu ” nama pasien, tanggal lahir,

nomor rekam medis dan nomor ruangan dapat dipakai untuk identifikasi pasien”.

Sebagian responden menjawab salah pada pertanyaan tersebut sehingga

membuktikan masih rendahnya pengetahuan perawat terhadap identifikasi pasien

dan terbukti dalam hasil gambaran perilaku penerapan IPSG oleh perawat di mana

goal 1 mengenai identifikasi pasien menduduki urutan terendah dalam

penerapannya.

Hasil dalam pemodelan multivariat menyatakan bahwa pengetahuan

merupakan faktor yang paling dominan terhadap penerapan perilaku IPSG setelah

dikontrol oleh variabel umur, status pernikahan, pelatihan, dan pengaruh

organisasi sebagai faktor confounder.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

110

Universitas Indonesia

7.2.2.3 Variabel Organisasi

Organisasi merupakan kelompok orang yang bekerja bersama-sama ke

arah suatu tujuan yang umum. Sebuah organisasi itu terdiri atas orang-orang yang

melakukan tugas-tugas yang berbeda yang dikoordinir untuk mencapai tujuan

organisasi tersebut (Swastha,1996). Pengaruh organisasi dalam penelitian ini

merupakan tempat perawat bekerja yang dilihat dari segi manajemen, uraian

tugas, dan antar unit.

Sebagian besar responden menjawab sangat setuju pada pertanyaan

mengenai unit-unit di RS bekerja sama dengan baik untuk memberikan pelayanan

yang terbaik bagi pasien. Sedangkan jawaban pengaruh organisasi bersifat negatif

yang memiliki proporsi terendah adalah pertanyaan mengenai perawat yang

seringkali merasa tidak nyaman bila harus bekerja sama dengan staf unit lain di

RS tersebut. Hal itu menandakan bahwa sebagian besar perawat merasa nyaman

bekerja sama dengan staf unit lain dan kerja sama antar lapisan merupakan

pengaruh yang besar terhadap kinerja perawat khususnya dalam penerapan IPSG.

Sebagian besar perawat mendapatkan pengaruh organisasi yang tinggi sebanyak

57,5%, artinya kondisi organisasi yang ada di RS Swasta X sudah cukup baik

sehingga mendukung kinerja perawat.

Hasil uji statistik dengan analisis chi square menunjukkan bahwa tingkat

pengaruh organisasi pada perawat memiliki hubungan yang signifikan dengan

perilaku penerapan IPSG. Hasil analisis diperoleh nilai OR dari variabel pengaruh

organisasi adalah 2,6 artinya perawat yang mendapat pengaruh organisasi tinggi

berpeluang 2,6 kali memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG tinggi dibanding

perawat yang mendapat pengaruh organisasi rendah setelah dikontrol oleh

variabel pengetahuan, umur, status pernikahan, dan pelatihan. Hal ini tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Utami (2011) yang menyatakan bahwa

pengaruh pimpinan dan organisasi tidak mempengaruhi perawat dalam penerapan

patient safety.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

111

Universitas Indonesia

7.2.3 Variabel yang Tidak Berhubungan dengan Perilaku Penerapan IPSG

7.2.3.1 Variabel Individu

a. Ward

Penelitian dilakukan pada masing-masing ward di instalasi rawat inap

dengan memperhatikan persamaan proporsi dalam jumlah populasi perawat tiap

ward sehingga dapat dikatakan bahwa keterwakilan sampel dalam setiap ward

sama. Analisis dalam variabel ward dilakukan berdasarkan jenis pelayanan yang

diberikan, yaitu : pelayanan pediatrik pada Ward Pinguin; pelayanan maternal

pada Ward Merpati (Ward, Labor, Nursery); pelayanan umum pada Ward Merak,

Kutilang, Cendrawasih, dan Camar; serta pelayanan Critical Care.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

antara tingkat perilaku penerapan IPSG dengan ward tempat perawat bekerja.

Artinya di ward manapun perawat bekerja, perilaku penerapan IPSG pada perawat

tidak akan terpengaruh terhadap tinggi rendahnya penerapan. Ini disebabkan

karena setiap perawat di masing-masing ward dituntut untuk selalu menerapkan

IPSG tanpa membeda-bedakan pasien sebagai penerima layanan kesehatan

sehingga membuktikan bahwa manajemen keperawatan yang dilaksanakan di RS

Swasta X sudah baik. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Nurhasanah (2010)

yang menyatakan bahwa unit tempat perawat bekerja mempengaruhi perilaku

patient safety. Hal tersebut mungkin disebabkan karena terdapat perbedaan

karakteristik antara instalasi rawat inap di RS Swasta X dengan RS yang dijadikan

obyek penelitian oleh Nurhasanah.

b. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan akan lebih rasional dan kreatif serta

terbuka dalam menerima adanya bermacam usaha pembaharuan dan dapat

menyesuaikan diri terhadap pembaharuan. Tingkat pendidikan seseorang

berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar

(Purwanto, 2005). Seluruh perawat di RS Swasta X telah menempuh pendidikan

minimal DIII Keperawatan karena merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi

saat recruitment staf. Ciri-ciri perawat profesional adalah lulusan pendidikan

tinggi keperawatan minimal D III Keperawatan karena mampu melaksanakan

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

112

Universitas Indonesia

asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, menaati kode etik,

mampu berkomunikasi dengan pasien dan keluarga, serta mampu memanfaatkan

sarana kesehatan yang tersedia secara berdaya guna dan berhasil guna, mampu

berperan sebagai agen pembaharu dan mengembangkan ilmu serta teknologi

keperawatan. (K. Jernigan et al, 1983).

Urutan proporsi tingkat pendidikan perawat di instalasi rawat inap RS

Swasta X dari yang paling banyak hingga sedikit adalah tamat D3 sebesar 61,6%,

tamat S1 sebesar 26%, dan berpendidikan tamat profesi sebesar 12,3%. Hal

tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan perawat maka semakin

kecil proporsinya. Diharapakan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan

perawat maka penerapan IPSG-nya akan semakin tinggi pula karena perawat

tersebut lebih mampu melaksanakan asuhan keperawatan dengan pendekatan

proses keperawatan serta lebih menaati kode etik. Hasil uji statistik menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat perilaku penerapan

IPSG dengan pendidikan perawat. Berarti perawat dengan tingkat pendidikan

apapun, perilaku penerapan IPSG-nya tidak akan terpengaruh terhadap tinggi

rendahnya penerapan. Hasil penelitian ini sejalan dengan banyak penelitian

lainnya di antaranya adalah Utami (2011), Dewi (2010), dan Nurhasanah (2010).

Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tingkat pendidikan memang tidak

mempengaruhi perilaku penerapan patient safety. Meskipun usia dan lama kerja

mempengaruhi perilaku penerapan, namun seseorang yang memiliki usia dan

lama kerja yang tinggi belum tentu menempuh pendidikan yang tinggi pula.

c. Jam kerja di RS dalam seminggu

Frekuensi jam kerja pada perawat di rumah sakit menyatakan tingkat

kesibukan perawat jika dibandingkan dengan kehidupan sehari-harinya.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) berjudul Decent Work Indonesia

diungkapkan, jumlah jam kerja pekerja Indonesia rata-rata adalah 8 jam sehari dan

5 hari dalam seminggu. Artinya pekerja di Indonesia memiliki rata-rata minimum

jam kerja 40 jam per minggu. Sama halnya dengan perawat, rata-rata jam kerja

perawat dalam seminggu adalah 40 jam. Sebagian besar perawat di RS Swasta X

memiliki jam kerja lebih dari 40 jam yaitu sebesar 74%. Hasil uji statistik

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

113

Universitas Indonesia

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat perilaku

penerapan IPSG dengan jam kerja perawat. Berarti perawat dengan jam kerja

berapa lama pun, perilaku penerapan IPSG-nya tidak akan terpengaruh terhadap

tinggi rendahnya penerapan.

d. Gaji

Gaji merupakan imbalan finansial yang diterima karyawan (perawat)

terhadap hasil jerih payahnya selama bekerja yang diberikan secara teratur,

biasanya bulanan. Dengan imbalan yang setara dengan kinerja, semangat dan

motivasi setiap pekerja akan lebih tinggi lagi. Variabel gaji dalam penelitian ini

dikategorikan menjadi 3 yaitu kurang, cukup, dan berlebih. Sebagian besar

perawat merasa berkecukupan dalam menerima gaji, yaitu sebesar 56% dan

sisanya merasa kurang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara tingkat perilaku penerapan IPSG dengan tingkat

kecukupan gaji perawat. Berarti perawat dengan tingkat kecukupan gaji apapun,

perilaku penerapan IPSG-nya tidak akan terpengaruh terhadap tinggi rendahnya

penerapan. Hal ini dimungkinkan karena dalam melaksanakan fungsi perawat

dalam menjalankan asuhan keperawatan, khususnya patient safety perawat lebih

menekannkan pada pelayanan yang bermutu dan tanggung jawab yang besar,

tidak semata karena imbalan. Secara rutin perawat telah menerima gaji bulanan

yang sesuai dengan standar perawat pada umumnya sehingga proporsi perawat

yang merasa cukup dalam menerima gaji sudah cukup besar. Hasil penelitian ini

sejalan dengan Utami (2011) dan Nurhasanah (2010) yang sama-sama

menyatakan bahwa imbalan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan

perilaku patient safety.

7.2.3.2 Variabel Psikologis

Variabel psikologis pada perawat yang tidak mempengaruhi perilaku

penerapan IPSG adalah motivasi. Motivasi merupakan bagian integral dari

hubungan dalam rangka proses pembinaan, pengembangan, dan pengarahan

sumber daya manusia dalam suatu organisasi (Sinungan,2003). Motivasi kerja

memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kinerja seseorang. Seorang perawat

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

114

Universitas Indonesia

dengan motivasi yang tinggi akan bekerja secara maksimal dengan memanfaatkan

kemampuan dan ketrampilannya. Diharapkan perawat yang memiliki motivasi

tinggi juga memiliki penerapan IPSG yang tinggi pula. Pada RS Swasta X

tersebut, tidak diberlakukan sistem reward and punishment terhadap prestasi yang

diraih oleh perawat dalam penerapan IPSG. Perawat dengan penerapan IPSG

rendah dan tinggi diperlakukan sama.

Proporsi tingkat motivasi perawat di RS Swasta X cenderung merata

antara tinggi dan rendah dengan proporsi tinggi lebih tinggi sebesar 1,4%. Hasil

uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara

tingkat perilaku penerapan IPSG dengan tingkat motivasi perawat. Berarti perawat

dengan tingkat motivasi apapun, perilaku penerapan IPSG-nya tidak akan

terpengaruh terhadap tinggi rendahnya penerapan. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Ariyani (2009).

Sebagian besar responden menjawab sangat setuju pada pernyataan

tentang dukungan penerapan IPSG agar masyarakat lebih percaya dengan rumah

sakit tempatnya bekerja. Sedangkan jawaban motivasi bersifat negatif yang

memiliki proporsi terendah adalah pertanyaan mengenai perawat yang tidak perlu

benar-benar memperhatikan ketentuan IPSG karena sudah mempunyai banyak

pengalaman dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan, sehingga

tindakannya pasti aman. Hal itu menandakan bahwa perawat yang sudah

berpengalaman tetap berusaha menerapkan IPSG secara maksimal.

7.2.3.3 Variabel Organisasi

Variabel organisasi pada perawat yang tidak mempengaruhi perilaku

penerapan IPSG adalah supervisi. Supervisi adalah melakukan pengamatan secara

langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh

bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah segera diberikan petunjuk

dan bimbingan atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Gibson,

1996).

Proporsi tingkat supervisi perawat di RS Swasta X cenderung merata

antara tinggi dan rendah dengan proporsi supervisi rendah lebih besar yaitu

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

115

Universitas Indonesia

53,4%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan antara tingkat perilaku penerapan IPSG dengan tingkat supervisi pada

perawat. Berarti perawat dengan tingkat supervisi apapun, perilaku penerapan

IPSG-nya tidak akan terpengaruh terhadap tinggi rendahnya penerapan.

Perlu diperhatikan pada pertanyaan mengenai “supervisor keperawatan

benar-benar mengawasi satu per satu perawat yang bekerja, khususnya dalam

penerapan IPSG”. Terdapat beberapa responden yang menyatakan tidak setuju

sehingga membuktikan beberapa perawat merasa bahwa supervisor kurang

melaksanakan supervisinya secara lebih mendalam lagi. Pada pertanyaan

mengenai sosialisasi hasil monitoring, sebagian besar responden menjawab sering

dilakukan. Supervisor menginformasikan kepada staf hasil monitoring yang telah

dilakukan. Bila terjadi penyimpangan, supervisor akan mendiskusikan masalah

tersebut bersama dengan pihak terkait dan hasilnya dilaporkan kepada pimpinan

sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan tindak lanjut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

116

Universitas Indonesia

BAB VIII

PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Proporsi perawat yang menjadi responden dalam penelitian ini terbanyak

berasal dari ward yang memberikan pelayanan umum. Mayoritas perawat

berpendidikan lulusan D3 dengan masa kerja di unit keperawatan saat ini di atas 2

tahun, masa kerja sejak lulus di atas 5 tahun, serta memiliki jenjang jabatan

senior. Jam kerja perawat sebagian besar lebih dari 40 jam dalam seminggu

dengan gaji cukup. Pelatihan patient safety yang telah diikuti dalam 5 tahun

terakhir sebagian besar lebih dari 2 kali dan telah mengikuti sosialisasi terkait

mutu RS.

Dari total 73 orang perawat sebagai responden, terdapat : 33 orang perawat

memiliki pengetahuan rendah (45,2%) dan 40 perawat memiliki pengetahuan

tinggi (54,8%); 36 orang perawat memiliki motivasi rendah (49,3%), dan 37

perawat memiliki motivasi tinggi (50,7%); 39 orang perawat mendapat supervisi

rendah (53,4%), dan 34 perawat mendapat supervisi tinggi (46,6 %); 31 orang

perawat mendapat pengaruh organisasi rendah (42,5%), dan 42 perawat mendapat

pengaruh organisasi tinggi (57,5 %).

Hasil penelitian didapatkan gambaran perilaku penerapan IPSG pada

perawat di instalasi rawat inap RS Swasta X, perawat yang memiliki tingkat

perilaku penerapan yang tinggi sebesar 54,8% dan rendah sebesar 45,2%.

Berdasarkan pembagian masing-masing goal dari standar IPSG, perawat memiliki

perilaku penerapan paling tinggi pada goal ke-5 tentang “Reduce the Risk of

Health Care-Associated Infections”, khususnya dalam hal kebersihan tangan.

Sedangkan goal pada IPSG yang memiliki proporsi paling rendah dalam

penerapan oleh perawat adalah goal 1 yaitu “Identify Patient Correctly”.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, variabel individu yang

memiliki hubungan signifikan dengan perilaku penerapan IPSG adalah usia, status

pernikahan, lama kerja di unit, lama kerja sejak lulus pendidikan, jenjang jabatan,

frekuensi pelatihan patient safety, dan sosialisasi terkait mutu rumah sakit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

117

Universitas Indonesia

Sedangkan variabel individu yang tidak memiliki hubungan signifikan dengan

penerapan IPSG adalah ward, pendidikan, jam kerja dalam seminggu, dan gaji.

Hasil analisis didapatkan OR dari variabel umur adalah 2,7 artinya perawat

yang berumur lebih dari 30 tahun berpeluang 2,7 kali memiliki tingkat perilaku

penerapan IPSG tinggi dibanding perawat yang berumur kurang dari atau sama

dengan 30 tahun setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan, status pernikahan,

pelatihan, dan pengaruh organisasi. Pada variabel status pernikahan, didapatkan

hasil OR sebesar 3,3 artinya perawat yang sudah menikah berpeluang 3,3 kali

memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG tinggi dibanding perawat yang belum

menikah setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan, umur, pelatihan, dan

pengaruh organisasi. Pada variabel lama kerja di unit saat ini, hasil analisis

diperoleh nilai OR= 3,3, artinya perawat yang lama kerja di unitnya lebih dari 2

tahun memiliki peluang 3,3 kali untuk memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG

lebih tinggi dibanding perawat yang lama kerja di unit kurang atau sama dengan 2

tahun. Hasil analisis diperoleh nilai OR= 3,2 pada variabel lama kerja sejak lulus,

artinya perawat yang lama kerja sejak lulus lebih dari 5 tahun memiliki peluang

3,2 kali untuk memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG lebih tinggi dibanding

perawat yang lama kerja sejak lulus kurang atau sama dengan 5 tahun.

Pada variabel jenjang jabatan, nilai OR = 3,6, artinya perawat dengan

jenjang jabatan senior memiliki peluang 3,6 kali untuk memiliki tingkat perilaku

penerapan IPSG tinggi dibanding perawat junior/madya. Hasil analisis diperoleh

nilai OR dari variabel pelatihan adalah 2,6 artinya perawat yang ikut serta dalam

pelatihan patient safety berpeluang 2,6 kali memiliki tingkat perilaku penerapan

IPSG tinggi dibanding perawat yang tidak ikut serta dalam pelatihan setelah

dikontrol oleh variabel pengetahuan, umur, status pernikahan, dan pengaruh

organisasi. Pada variabel sosialisai mutu RS, nilai OR = 5,4, artinya perawat yang

sudah mengikuti sosialisasi terkait mutu RS memiliki peluang 5,4 kali untuk

memiliki tingkat perilaku penerapan IPSG lebih tinggi dibanding perawat yang

belum mengikutinya.

Variabel organisasi yang memiliki hubungan dengan penerapan IPSG

adalah pengaruh organisasi pada perawat dengan nilai OR yaitu 2,6 artinya

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

118

Universitas Indonesia

perawat yang mendapat pengaruh organisasi tinggi berpeluang 2,6 kali memiliki

tingkat perilaku penerapan IPSG tinggi dibanding perawat yang mendapat

pengaruh organisasi rendah setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan, umur,

status pernikahan, dan pelatihan. Sedangkan variabel organisasi yang tidak

berhubungan adalah supervisi.

Pada variabel psikologis, variabel yang memiliki hubungan dengan

penerapan IPSG adalah pengetahuan dengan nilai OR yaitu 7,5 artinya perawat

yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi berpeluang 7,5 kali memiliki tingkat

perilaku penerapan IPSG tinggi dibanding perawat yang memiliki tingkat

pengetahuan rendah setelah dikontrol oleh variabel umur, status pernikahan,

pelatihan, dan pengaruh organisasi. Sedangkan variabel yang tidak berhubungan

dengan penerapan IPSG adalah motivasi.

Berdasarkan hasil analisis multivariat, variabel yang berhubungan

bermakna dengan perilaku penerapan IPSG adalah variabel pengetahuan.

Sedangkan variabel umur, status pernikahan, pelatihan, dan pengaruh organisasi

merupakan variabel konfounding.

8.2 Saran

Adapun saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah :

1. Melakukan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kinerja perawat

dengan mengadakan upgrading pelatihan secara rutin dan berkesinambungan,

khususnya pada IPSG goal ke-1. Setiap kali ada pelatihan tentang patient

safety harus dilakukan pretest dan post test agar dapat dimonitor seberapa

jauh perkembangan pengetahuan individu tentang patient safety.

2. Memberikan perhatian khusus pada perawat yang berusia muda (< 30 tahun),

khususnya yang belum menikah, misalnya dengan diberikan pengawasan dan

bimbingan langsung oleh supervisor.

3. Membuat kebijakan organisasi dengan memberlakukan sistem punish and

reward kepada perawat sesuai dengan kinerjanya, misalnya perawat yang

memiliki penerapan IPSG yang tinggi serta konsisten dalam penerapannya

diberikan reward berupa pemberian bonus, peluang promosi jabatan, dan

kesempatan belajar ke jenjang lebih tinggi lagi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

119

Universitas Indonesia

Daftar Pustaka

Aditama, Tjandra Yoga. 2000. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta :

Universitas Indonesia (UI Press). ISBN: 979-456-203-3

Anwar, Asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi 3. Jakarta : Bina

Rupa Aksara.

Ariyani. 2009. Analisis Pengetahuan dan Motivasi Perawat yang Mempengaruhi

Sikap Mendukung Penerapan Program Patient Safety di Instalasi

Perawatan Intensif RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2008. Tesis.

Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

http://eprints.undip.ac.id/16529/1/Ariyani.pdf, diakses tanggal 23

Agustus 2011 pukul 12.30

Besral, 2011. Perhitungan Besar Sampel. Departemen Biostatistika Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Departeman Kesehatan RI KKP RS. 2006. Panduan Nasional Keselamatan

Pasien Rumah Sakit (Patient Safety).

Departeman Kesehatan RI KKP RS. 2008. Panduan Nasional Keselamatan

Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) Edisi 2.

Departemen Kesehatan RI Pusat Sarana, Prasarana, dan Peralatan Kesehatan.

2006. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi

Rawat Inap (Umum).

Departemen QMR. Newsletter Update JCI@RSIB Edisi 1 (Maret – April 2010).

Departemen QMR. Newsletter Update JCI@RSIB Edisi 3 (Oktober-November

2010).

Dewi, Gusti Kumala. 2010. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap Patient

Safety Perawat Instalasi Rawat Inap di RS Bhayangkara Tingkat I

Raden Said Sukanto Tahun 2010. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

120

Universitas Indonesia

Effendy, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas (Teori

dan Praktik dalam Keperawatan). Jakarta : Salemba Medika. ISBN :

978-979-3027-94-4

Effendy, Nasrul Drs,. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.

Edisi 2. Jakarta : EGC. ISBN : 979-448-408-3

Gibson, JK, et al. 1996. Perilaku-Struktur-Proses, Jilid I Edisi Kedelapan. Adiami

N (Alih Bahasa). Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Hafizzurachman. 2008. Manajemen Mutu RS. Depok : Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia

Hamid, A.Y.S., 2001. Peran Profesi Keperawatan Dalam Meningkatkan Tangung

Jawab Perawat Untuk Memberikan Asuhan Keperawatan Profesional

Sehubungan Dengan Undang-Undang Konsumen. 005/BS/PPNI

Hastono, Sutanto Priyo. 2006. Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia.

K, Jernigan D. P, Young A. 1983. Standars Job Descriptions and Performance

Evaluation for Nursing Practice Connecticut : Pretice Hall.

John R Griffith. 1987. The Well-Managed Community Hospital. Michigan: Health

Administration Press.

Joint Commission International. 2010. Joint Commission International

Accreditation Standards for Hospitals. 4th Edition. USA. ISBN : 978-1-

59940-434-9

Joint Commission International. 2007. Meeting the International Patient Safety

Goals. ISBN: 978-1-59940-158-4

Lemeshow, S. & David W.H.Jr, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan

(terjemahan). Yogyakarta : Gadjahmada University Press.

Lilipaly, Angela G., Dr. 2011. JCI Compliance Standard. Shared from JCI

Getting Starter & Practicum by QMR RSPB.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

121

Universitas Indonesia

Maulana. Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

ISBN : 978-979-448-959-8

Mulyadi, B. 1997. Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia. Direktorat Jenderal

Pelayanan Medis. Departemen Kesehatan. Makalah Bebas.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

Nurhasanah. 2010. Analisis Hubungan Karakteristik Individu, Organisasi, dan

Budaya dengan Perilaku Patient Safety pada Perawat di RS Tria Dipa

Jakarta Tahun 2010. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia.

Padmowihardjo, S. 1994. Psikologi Belajar Mengajar. Modul 1 – 6. Jakarta :

Universitas Terbuka

Purwanto H. 2005. Pengantar Perilaku Manusia. EGC. Jakarta.

Robbins, Stephen P. and Mary Coulter. 2007. Manajemen. Edisi ke-8. Jakarta. PT

Indeks.

Sinungan, Muchdarsyah Drs,. 2003. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Edisi 2.

Jakarta : Bumi Aksara. ISBN 979-526-099-5

SOP Unit QMR RS Swasta X, diakses tanggal 4 Juli 2011, pukul 10.00.

SOP Unit Keperawatan RS Swasta X, diakses tanggal 7 Juli 2011, pukul 14.00.

Sunaryo, Drs. M.Kes. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC. ISBN : 979-448-662-0

Swastha, Basu. 1996. Azas-Azas Manajemen Modern. Yogyakarta : Liberty.

Utami, Mundi Silo. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Patient Safety pada Perawat Unit rawat Inap RS Tugu Ibu Depok Tahun

2011. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Willan JA. 1990. Hospital Management. London : MacMillan Education Ltd.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

122

Universitas Indonesia

Wolff, Lu Verne et al. 1984. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta: PT

Gunung Agung

World Health Organization. 2005. World Alliance for Patient Safety, Global

Patient Safety Challenge 2005-2006: Clean Care is Safer Care. Geneva:

World Health Organization.

Peraturan :

Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 983/Menkes/SK/XI/1992

Peraturan Menkes RI Nomor 340/Menkes/PER/III/2010

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

Ket : * Staff Corporate

Komite KPRS

Manajer SDM

Manajer Keuangan dan Administrasi

Komite Medik

Manajer Pelayanan dan Penunjang Medis

Komite Etik Komite Mutu Komite Perinaristi Komite K3

Manajer Keperawatan

Manajer Pemasaran

Manajer Pelayan-an Umum

Komite PPI

Komite Keperawatan

Koordinator IT

Manajer Mutu(QMR)

KoordinatorPengelolaanMaterial

President Direktur*President Director AHI

Group Finance*Manager AHI

Group Tax*Manager AHI

Group HR*Manager AHI

DirekturGroup IT*Manager AHI

Konsultan Klinik*Clinical Consultant AHI

Group Purchasing*Manager AHI

Lampiran 1. Struktur Organisasi RS Swasta X

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

KUESIONER PENELITIAN

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perawat dalam Penerapan IPSG (International

Patient Safety Goal) pada Akreditasi JCI (Joint Commission International) di

Instalasi Rawat Inap RS Swasta Tahun 2011

Kode : ________________________________

Ward : ________________________________

Tanggal diisi : __________________ Pukul :________

IDENTITAS INFORMAN

Nama

Usia TahunJenis Kelamin � Perempuan � Laki-Laki

Status Pernikahan �Menikah � Belum Menikah � Janda/Duda

Pendidikan Terakhir � Diploma III � Master (S2)

� S1 Ilmu Keperawatan � Lain-lain, sebutkan ________

� Ners (S1 profesi)

Masa Kerja Sejak Pertama KaliLulus

� < 1 tahun � 11-15 tahun

� 1 - 5 tahun � 16-20 tahun

� 6 - 10 tahun � > 20 tahun

Masa Kerja di Unit Keperawatan RS Premier Bintaro (Ward)

� < 1 tahun � 11-15 tahun

� 1 - 5 tahun � 16-20 tahun

� 6 - 10 tahun � > 20 tahun

Jam kerja di RS (dalam seminggu)

� < 20 jam � 60 - 79 jam

� 20 – 39 jam � 80 – 99 jam

� 40 – 59 jam � > 100 jam

Jenjang jabatan � Junior � Madya � Senior

Jumlah pelatihan patient safety yang saat ini telah diikuti :1. Wajib RS

______ Sebutkan __________________________________

Lampiran 2. Kuesioner Uji

Validitas dan Reliabilitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

_________________________________________________

2. Di luar kewajiban RS______ Sebutkan __________________________________

_________________________________________________

PENGETAHUAN INFORMAN

A. Petunjuk pengisian :

Berilah jawaban pada pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda ( ) pada jawaban yang menurut

Anda benar.

Tidak menutup kemungkinan satu pertanyaan memiliki jawaban lebih dari satu.

No Pertanyaan

1 Identifikasi pasien dilakukan saat ....................

� Pemberian

perawatan

� Hendak ke toilet � Pemberian obat � Pasien hendak tidur

2 Yang perlu dilakukan saat menerima instruksi hasil tes penunjang klinis adalah kecuali

.....................

� Read back � Tulis instruksi

dengan lengkap

� Tulis "read back +"

pada integrated note

dengan tinta biru.

� Verifikasi oleh

pemberi instruksi dalam

waktu 2 x 24 jam.

3 Pemberian obat kepada pasien dilakukan dengan prinsip ...............

� 7 Benar 1

Dokumentasi

� 6 Benar 1

Dokumentasi

� 5 Benar 1

Dokumentasi

� 4 Benar 1

Dokumentasi

4 Yang tidak perlu di-check saat sebelum pemberian tranfusi darah adalah ................

� Skor nyeri � Suhu udara � Instruksi dokter � Pernafasan pasien

5 Patient safety rumah sakit adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan

pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi, kecuali .................

� Asesmen resiko � Kemampuan

belajar dari insiden

dan tindak lanjutnya

� Pelaporan dan

analisis insiden

� Implementasi solusi

untuk meminimalkan

timbulnya resiko

6 Cuci tangan perlu dilakukan saat, kecuali................

� sebelum menyentuh

pasien

� setelah melakukan

tindakan - tindakan

invasive

� setelah menyentuh

daerah sekitar pasien

� setelah menyentuh

keluarga pasien

7 Pengkajian resiko pasien jatuh dengan form dilakukan saat ...........

� Pasien mengalami � Angka Kejadian Tak � Pasien masuk � Ada instruksi dari

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

cedera akibat jatuh Diharapkan (KTD)

meningkat

rawat inap dokter

8 Bila tidak ada perubahan pada perawatan pasien, pengkajian ulang risiko jatuh dilakukan setiap

........... hari sekali.

� 2 � 3 � 4 � 5

9 Yang tidak dilakukan terhadap pasien dengan risiko jatuh level 2 adalah .......

� Letakkan papan

resiko jatuh pada

meja pasien

� Pasang gelang

berwarna merah

� Pasang pagar

pengaman tempat

tidur

� Observasi oleh

perawat setiap 5 jam

sekali.

B. Petunjuk pengisian :

Berilah jawaban pada pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda ( ) pada jawaban yang benar atau

salah.

No Pertanyaan Benar Salah

1 IPSG mewajibkan penggunaan gelang tangan untuk identifikasi.

2 Nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis dan nomor ruangan dapat

dipakai untuk identifikasi pasien.

3 Menginformasikan kondisi pasien serta program yang telah dan akan

dilakukan dari satu shift ke shift berikutnya tidak perlu dilakukan.

4 Perawat harus menjelaskan tujuan, manfaat dan kemungkinan resiko kepada

pasien sebelum melakukan tindakan.

5 Instruksi baik secara verbal maupun telepon wajib dibacakan kembali oleh

penerima instruksi.

6 Mengulang kembali instruksi tersebut sudah cukup menjamin bahwa

instruksi sudah benar-benar jelas dimengerti.

7 Antikoagulan intravena (heparin) merupakan salah satu obat beresiko tinggi

yang disimpan terpisah dan diberi label berwarna merah.

8 Konsentrat elektrolit yang disimpan di unit perawatan pasien dengan jelas

diberi label dan diletakkan di dekat pasien agar mudah dijangkau.

9 Pemberian obat yang berisiko tinggi seharusnya dilakukan dengan infusion /

syringe pump.

10 Penggunaan sarung tangan menyebabkan tidak adanya keharusan perawat

untuk mencuci tangan terlebih dahulu.

11 Pengkajian ulang risiko jatuh pada pasien yang pindah dari unit satu ke unit

lainnya wajib dilakukan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 146: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

MOTIVASI INFORMAN

Petunjuk pengisian :

Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda ( ) pada

kolom yang tersedia.

Pilihan jawaban Nilai 1 = Sangat tidak setuju

Nilai 2 = Tidak setuju

Nilai 3 = Ragu-ragu

Nilai 4 = Setuju

Nilai 5 = Sangat Setuju

No VARIABEL

NILAI

1 2 3 4 5

1 Keberhasilan patient safety di rumah sakit turut dirasakan sebagai

keberhasilan saya juga.

2 Saya akan mendukung penerapan IPSG agar masyarakat lebih percaya

dengan Rumah Sakit tempat saya bekerja.

3 Saya menerapkan IPSG karena sebelumnya banyak kasus patient safety

yang menyebabkan adanya komplain dari pasien.

4 Saya mendukung penerapan IPSG karena mempengaruhi kesejahteraan

saya.

5 Kondisi dan keadaan pasien tertentu menyebabkan saya tidak melakukan

identifikasi pasien yang seharusnya dilakukan.

6 Menurut saya kegiatan read back dalam menerima instruksi benar-benar

wajib dilakukan pada instruksi yang sifatnya penting dan mendesak.

7 Saya mendukung penerapan IPSG karena perawat yang lain juga

mendukung IPSG.

8 Saya tidak perlu benar-benar memperhatikan ketentuan IPSG karena saya

sudah mempunyai banyak pengalaman dalam pemberian

pelayanan asuhan keperawatan, sehingga tindakan saya dipastikan

aman.

9 Saya tidak terdorong menerapkan IPSG karena tidak mempengaruhi

perubahan pada jenjang karier saya sebagai perawat saat ini.

10 Ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung penerapan IPSG

membuat saya semakin giat dalam melaksanakannya.

11 Adanya pengawasan dari atasan menyebabkan saya semakin giat dalam

menerapkan IPSG.

12 Penerapan IPSG saat pemberian asuhan keperawatan menghindarkan saya

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 147: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

dari tuntutan terhadap resiko kerugian yang menimpa pasien.

13 Dengan atau tanpa dukungan, saya tetap menerapkan IPSG dalam

pekerjaan sehari-hari saya.

14 Meskipun dalam keadaan lelah dan kurang bersemangat, saya selalu

menerapkan IPSG dalam pekerjaan sehari-hari saya.

SUPERVISI

Petunjuk pengisian :

Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda ( ) pada

kolom yang tersedia.

Keterangan : TD = Tidak dilakukan

KD = Kadang dilakukan

SD = Sering dilakukan

SSD = Sangat sering dilakukan

No Pertanyaan TD KD SD SSD

1 Supervisor keperawatan melakukan kegiatan supervisi dalam penerapan

IPSG setiap hari.

2 Supervisor mau mendengarkan keluhan dan kesulitan stafnya.

3 Supervisor keperawatan benar-benar mengawasi satu per satu perawat

yang bekerja, khususnya dalam penerapan IPSG.

4 Bila terjadi kesalahan dalam penerapan IPSG akan ditindaklanjuti dan

diberikan bimbingan, teguran serta diberikan umpan balik.

5 Kegiatan monitoring yang dilakukan unit QMR (Quality Management

Representative) RS pada unit keperawatan dilaksanakan secara rutin

sesuai jadwal yang direncanakan.

6 Hasil kegiatan monitoring dan evaluasi disosialisasikan ke semua ruang

rawat inap.

7 Penghargaan diberikan oleh supervisor kepada perawat yang mampu

menjalankan tugasnya dengan baik, khususnya dalam penerapan IPSG.

8 Adanya pertemuan rutin oleh tim supervisor keperawatan yang

membahas kasus-kasus keperawatan, khususnya dalam penerapan IPSG.

9 Setiap pemecahan masalah berdasarkan kasus yang terjadi selalu

dilaksanakan sehingga kasus tidak terulang kembali.

PENGARUH ORGANISASI

Petunjuk pengisian :Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda ( ) pada

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 148: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

kolom yang tersedia. Pilihan jawaban Nilai 1 = Sangat tidak setuju Nilai 2 = Tidak setuju Nilai 3 = Ragu-ragu Nilai 4 = Setuju Nilai 5 = Sangat Setuju

No VARIABEL

NILAI

1 2 3 4 5

1 Manajemen RS baru peduli terhadap keselamatan pasien jika terjadiKTD (Kejadian Tidak Diharapkan).

2 Struktur organisasi menyebabkan birokrasi yang berbelit.3 Saya seringkali merasa tidak nyaman bila harus bekerja sama

dengan staf unit lain di RS ini.4 Masalah sering terjadi saat pemindahan pasien dari unit satu ke unit

lain.5 Masalah sering terjadi saat pergantian shift dari satu perawat ke

perawat lain.6 Kebijakan RS mendukung saya melaksanakan pekerjaan secara

optimal.7 Ada batasan wewenang dan uraian tugas yang jelas sesuai dengan

struktur organisasi.8 Unit-unit di RS bekerja sama dengan baik untuk memberikan

pelayanan yang terbaik bagi pasien.

PERILAKU PENERAPAN IPSG

Petunjuk pengisian :Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan keadaan diri anda, dengan cara memberi tanda ( ) pada kolom yang tersedia. Keterangan : TD = Tidak dilakukan

KD = Kadang dilakukanSD = Sering dilakukanSSD = Sangat sering dilakukan

No Pertanyaan TD KD SD SSD

1 Saya selalu menggunakan minimal 2 cara identifikasi pada setiap pasien.

2 Identifikasi pasien selalu saya lakukan saat sebelum melakukan

pemberian obat, darah, maupun produk dari darah lainnya.

3 Sebelum pemberian obat, saya selalu sudah mengetahui jenis obat,

khasiat, efek samping, kontra indikasi, dosis umum, dan cara

pemberian obat.

4 Saya selalu menjelaskan kepada pasien mengenai jenis obat, khasiat,

efek samping, kontra indikasi, dosis umum, dan cara pemberian

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 149: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

obat.

5 Identifikasi pasien selalu saya lakukan saat sebelum melakukan

pengambilan darah dan spesimen lain untuk uji klinis.

6 Saat pemberian transfusi darah, saya selalu melakukan double

check dengan perawat lain.

7 Sebelum dan sesudah transfusi darah, saya selalu melakukan cek tanda

vital pada pasien.

8 Setiap kondisi pasien baik sebelum maupun sesudah tindakan, saya

selalu dokumentasikan pada lembar grafik observasi dan catatan

perkembangan terintegrasi.

9 Saya selalu memperkenalkan perawat pengganti kepada pasien pada saat

operan tugas.

10 Saya selalu memberikan penjelasan tentang asuhan keperawatan kepada

keluarga pasien.

11 Saya selalu mempercayakan keluarga pasien untuk mengawasi

kelancaran tetesan infus.

12 Saya selalu menulis instruksi yang saya terima secara verbal maupun

telepon.

13 Saya selalu membacakan kembali instruksi yang telah diterima dan

ditulis tersebut.

14 Jika instruksi sudah saya bacakan kembali, saya selalu memberi

tanda “read back +” pada catatan perkembangan terintegrasi.

15 Hasil read back tersebut selalu ditandatangani oleh pemberi instruksi

dalam waktu 1 x 24 jam setelah instruksi diberikan.

16 Jika menerima instruksi mengenai obat, saya selalu menulisnya di kolom

khusus untuk “instruksi obat via telepon” di halaman terakhir dari Daftar

Obat.

17 Saya selalu melakukan prosedur pemberian obat kepada pasien sesuai

dengan SOP yang telah ditentukan rumah sakit.

18 Saya selalu melakukan verifikasi terhadap konsentrasi obat yang

diberikan kepada pasien.

19 Kecepatan pemberian obat dengan resiko tinggi selalu saya monitor

dengan ketat.

20 Penyimpanan obat yang berisiko tinggi selalu dilakukan terpisah

dan diberi label berwarna merah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 150: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

21 Konsentrat elektrolit yang disimpan di unit perawatan pasien

dengan jelas selalu diberi label dan disimpan dalam lemari

terkunci.

22 Saya selalu melaksanakan pedoman kebersihan tangan yang telah

dipublikasikan dan diterima secara umum.

23 Sebelum dan sesudah menyentuh pasien, saya selalu mencuci

tangan.

24 Sebelum dan sesudah melakukan tindakan aseptik saya selalu

mencuci tangan.

25 Sebelum dan sesudah terkontaminasi dengan cairan tubuh pasien

saya selalu mencuci tangan.

26 Setelah menyentuh daerah sekitar pasien saya selalu mencuci

tangan.

27 Setiap pasien yang baru masuk rawat inap saya selalu kaji dengan form

pengkajian pasien resiko jatuh.

28 Pengkajian ulang saya lakukan setiap 3 hari sekali jika tidak ada

perubahan pada pasien.

29 Pengkajian ulang selalu saya lakukan jika pasien mendapatkan

medikasi baru yang dapat berisiko pasien jatuh.

30 Pengkajian ulang selalu saya lakukan jika pasien pasca mendapat

tindakan atau prosedur yang mengurangi mobilitas pasien.

31 Pengkajian ulang selalu saya lakukan jika tingkat kesadaran atau

kondisi klinis pasien berubah.

32 Pengkajian ulang selalu saya lakukan jika ada pasien yang baru

dipindahkan ke unit satu ke unit lainnya.

33 Tindakan terhadap pasien resiko jatuh dilakukan berdasarkan

tingkat/level resiko jatuh hasil dari pengkajian pasien resiko jatuh

tersebut.

34 Saya selalu melakukan observasi tiap 2-3 jam sekali pada pasien

dengan resiko jatuh tinggi.

35 Sebelum meninggalkan pasien, saya selalu memastikan lingkungan

pasien aman (rem tempat tidur terkunci, pagar tempat tidur

terpasang, lantai tidak basah, penerangan cukup).

TERIMAKASIH

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 151: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

KUESIONER PENELITIAN

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perawat dalam Penerapan IPSG (International Patient Safety

Goal) pada Akreditasi JCI (Joint Commission International) di Instalasi Rawat Inap

RS Premier Bintaro Tahun 2011

No. Kuesioner : ______________________(*diisi petugas)

Ward : __________________________________

Tanggal diisi : __________________ Shift :___________ Pukul :________

IDENTITAS INFORMAN

Usia .................. Tahun

Jenis Kelamin � Perempuan � Laki-Laki

Status Pernikahan �Menikah � Belum Menikah � Janda/Duda

Pendidikan Terakhir � Diploma III � Master (S2)

� S1 Ilmu Keperawatan � Lain-lain, sebutkan __________

� Ners (S1 profesi)

Lama Kerja :

1. Di Unit Keperawatan (Ward) saat ini .............. Tahun .............. Bulan

2. Sejak Pertama Kali Lulus Pendidikan .............. Tahun .............. Bulan

Jam kerja di RS (dalam seminggu)

� < 20 jam � 40 – 59 jam � > 80 jam

� 20 – 39 jam � 60 - 79 jam

Jenjang jabatan perawat � Junior � Madya � Senior

Gaji/imbalan/kompensasi � Kurang � Cukup � Lebih dari cukup

Pelatihan/seminar terkait

Patient Safety yang pernah

diikuti :

(dalam 5 tahun terakhir)

(jawaban boleh lebih dari 1)

� INOK .............. kali

� Hand Hygiene .............. kali

� Pemberian Obat .............. kali

� Komunikasi SBAR .............. kali

� Lainnya, sebutkan ......................................., ................ kali

Lampiran 3. Kuesioner Akhir

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 152: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

Sosialisasi terkait mutu RS

yang pernah diikuti :

(dalam 5 tahun terakhir) (jawaban boleh lebih dari 1)

� Akreditasi KARS .............. kali

� ISO .............. kali

� JCI .............. kali

� Lainnya, sebutkan ......................................., ................ kali

PENGETAHUAN INFORMAN

A. Petunjuk pengisian :

Berilah jawaban pada pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda ( ) pada jawaban yang benar.

Tidak menutup kemungkinan satu pertanyaan memiliki jawaban lebih dari satu atau bahkan

tidak memiliki jawaban sama sekali.

No Pertanyaan

1 Identifikasi pasien dilakukan saat ....................

� Pemberian

perawatan

� Hendak ke toilet � Pemberian obat � Pasien hendak tidur

2 Yang perlu dilakukan saat menerima instruksi hasil tes penunjang klinis adalah kecuali ..................

� Read back � Tulis instruksi

dengan lengkap

� Tulis "read back +"

pada integrated note

dengan tinta biru.

� Verifikasi oleh

pemberi instruksi dalam

waktu 2 x 24 jam.

3 Pemberian obat kepada pasien dilakukan dengan prinsip ......

� 7 Benar 1

Dokumentasi

� 6 Benar 1

Dokumentasi

� 5 Benar 1

Dokumentasi

� 4 Benar 1

Dokumentasi

4 Yang tidak perlu di-check saat sebelum pemberian tranfusi darah adalah ................

� Skor nyeri � Suhu udara � Instruksi dokter � Pernafasan pasien

5 Patient safety rumah sakit adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan

pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi, kecuali .................

� Asesmen resiko � Kemampuan

belajar dari insiden

dan tindak lanjutnya

� Pelaporan dan

analisis insiden

� Implementasi solusi

untuk meminimalkan

timbulnya resiko

6 Cuci tangan perlu dilakukan saat, kecuali................

� sebelum menyentuh

pasien

� setelah melakukan

tindakan invasive

� setelah menyentuh

daerah sekitar pasien

� setelah menyentuh

keluarga pasien

7 Pengkajian resiko pasien jatuh dengan form dilakukan saat ...........

� Pasien mengalami

cedera akibat jatuh

� Angka Kejadian Tak

Diharapkan (KTD)

meningkat

� Pasien masuk

rawat inap

� Ada instruksi dari

dokter

8 Bila tidak ada perubahan pada perawatan pasien, pengkajian ulang risiko jatuh dilakukan setiap

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 153: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

........... hari sekali.

� 2 � 3 � 4 � 5

9 Yang tidak dilakukan terhadap pasien dengan risiko jatuh level 2 adalah .......

� Letakkan papan

resiko jatuh pada

meja pasien

� Pasang gelang

berwarna merah

� Pasang pagar

pengaman tempat

tidur

� Observasi oleh

perawat setiap 5 jam

sekali.

B. Petunjuk pengisian :

Berilah jawaban pada pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda ( ) pada kolom yang sesuai.

No Pertanyaan Benar Salah

1 Nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis dan nomor ruangan dapat

dipakai untuk identifikasi pasien.

2 Menginformasikan kondisi pasien serta program yang telah dan akan

dilakukan dari satu shift ke shift berikutnya tidak perlu dilakukan.

3 Mengulang kembali instruksi tersebut sudah cukup menjamin bahwa

instruksi sudah benar-benar jelas dimengerti.

4 Antikoagulan intravena (heparin) merupakan salah satu obat beresiko tinggi

yang disimpan terpisah dan diberi label berwarna merah.

5 Konsentrat elektrolit yang disimpan di unit perawatan pasien dengan jelas

diberi label dan diletakkan di dekat pasien agar mudah dijangkau.

6 Pemberian obat yang berisiko tinggi seharusnya dilakukan dengan infusion /

syringe pump.

7 Penggunaan sarung tangan menyebabkan tidak adanya keharusan perawat

untuk mencuci tangan terlebih dahulu.

8 Pengkajian ulang risiko jatuh pada pasien yang pindah dari unit satu ke unit

lainnya wajib dilakukan.

MOTIVASI INFORMAN

Petunjuk pengisian :Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda ( ) pada kolom yang tersedia. Pilihan jawaban Nilai 1 = Sangat tidak setuju Nilai 2 = Tidak setuju Nilai 3 = Ragu-ragu Nilai 4 = Setuju Nilai 5 = Sangat Setuju

No VARIABEL

NILAI

1 2 3 4 5

1 Saya akan mendukung penerapan IPSG agar masyarakat lebih percaya

dengan Rumah Sakit tempat saya bekerja.

2 Saya menerapkan IPSG karena sebelumnya banyak kasus patient safety

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 154: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

yang menyebabkan adanya komplain dari pasien.

3 Saya mendukung penerapan IPSG karena mempengaruhi kesejahteraan

saya.

4 Kondisi dan keadaan pasien tertentu menyebabkan saya tidak melakukan

identifikasi pasien yang seharusnya dilakukan.

5 Kegiatan read back dalam menerima instruksi wajib dilakukan hanya

pada instruksi yang sifatnya penting dan mendesak.

6 Saya mendukung penerapan IPSG karena perawat yang lain juga

mendukung IPSG.

7 Saya tidak perlu benar-benar memperhatikan ketentuan IPSG karena saya

sudah mempunyai banyak pengalaman dalam pemberian

pelayanan asuhan keperawatan, sehingga tindakan saya pasti aman.

8 Saya tidak terdorong menerapkan IPSG karena tidak mempengaruhi

perubahan pada jenjang karir saya sebagai perawat saat ini.

9 Ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung penerapan IPSG

membuat saya semakin giat dalam melaksanakannya.

10 Adanya pengawasan dari atasan menyebabkan saya semakin giat dalam

menerapkan IPSG.

11 Penerapan IPSG saat pemberian asuhan keperawatan menghindarkan saya

dari tuntutan terhadap resiko kerugian yang menimpa pasien.

12 Dengan atau tanpa dukungan, saya tetap menerapkan IPSG dalam

pekerjaan sehari-hari saya.

SUPERVISI

Petunjuk pengisian :Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda ( ) pada kolom yang tersedia.Keterangan : TD = Tidak dilakukan

KD = Kadang dilakukanSD = Sering dilakukanSSD = Sangat sering dilakukan

No Pertanyaan TD KD SD SSD

1 Supervisor mendengar dan mempertimbangkan sungguh-sungguh

masukan dari staf untuk meningkatkan keselamatan pasien.

2 Supervisor mau mendengarkan keluhan dan kesulitan stafnya.

3 Supervisor keperawatan benar-benar mengawasi satu per satu perawat

yang bekerja, khususnya dalam penerapan IPSG.

4 Bila terjadi kesalahan dalam penerapan IPSG akan ditindaklanjuti dan

diberikan bimbingan, teguran serta diberikan umpan balik oleh

supervisor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 155: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

5 Kegiatan monitoring yang dilakukan unit QMR (Quality Management

Representative) RS pada unit keperawatan dilaksanakan secara rutin

sesuai jadwal yang direncanakan.

6 Hasil kegiatan monitoring dan evaluasi disosialisasikan ke semua ruang

rawat inap.

7 Penghargaan diberikan oleh supervisor kepada perawat yang mampu

menjalankan tugasnya dengan baik, khususnya dalam penerapan IPSG.

8 Adanya pertemuan rutin oleh tim supervisor keperawatan yang

membahas kasus-kasus keperawatan, khususnya dalam penerapan IPSG.

9 Setiap pemecahan masalah berdasarkan kasus yang terjadi selalu

dilaksanakan sehingga kasus tidak terulang kembali.

PENGARUH ORGANISASI

Petunjuk pengisian :Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda ( ) pada kolom yang tersedia. Pilihan jawaban Nilai 1 = Sangat tidak setuju Nilai 2 = Tidak setuju Nilai 3 = Ragu-ragu Nilai 4 = Setuju Nilai 5 = Sangat Setuju

No VARIABEL

NILAI

1 2 3 4 5

1 Manajemen RS baru peduli terhadap keselamatan pasien jika terjadiKTD (Kejadian Tidak Diharapkan).

2 Struktur organisasi menyebabkan birokrasi yang berbelit.3 Saya seringkali merasa tidak nyaman bila harus bekerja sama

dengan staf unit lain di RS ini.4 Masalah sering terjadi saat pemindahan pasien dari unit satu ke unit

lain.5 Kebijakan RS mendukung saya melaksanakan pekerjaan secara

optimal.6 Ada batasan wewenang dan uraian tugas yang jelas sesuai dengan

struktur organisasi.7 Unit-unit di RS bekerja sama dengan baik untuk memberikan

pelayanan yang terbaik bagi pasien.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 156: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

PERILAKU PENERAPAN IPSG

Petunjuk pengisian :Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan keadaan diri anda, dengan cara memberi tanda ( ) pada kolom yang tersedia. Keterangan : TD = Tidak dilakukan

KD = Kadang dilakukanSD = Sering dilakukanSSD = Sangat sering dilakukan

No Pertanyaan TD KD SD SSD

1 Saya selalu menggunakan minimal 2 cara identifikasi pada setiap pasien.

2 Identifikasi pasien selalu saya lakukan saat sebelum melakukan

pemberian obat, darah, maupun produk dari darah lainnya.

3 Sebelum pemberian obat, saya selalu sudah mengetahui jenis obat,

khasiat, efek samping, kontra indikasi, dosis umum, dan cara

pemberian obat.

4 Saya selalu menjelaskan kepada pasien mengenai jenis obat, khasiat,

efek samping, kontra indikasi, dosis umum, dan cara pemberian

obat.

5 Identifikasi pasien selalu saya lakukan saat sebelum melakukan

pengambilan darah dan spesimen lain untuk uji klinis.

6 Saat pemberian transfusi darah, saya selalu melakukan double

check dengan perawat lain.

7 Sebelum dan sesudah transfusi darah, saya selalu melakukan cek tanda

vital pada pasien.

8 Setiap kondisi pasien baik sebelum maupun sesudah tindakan, saya

selalu dokumentasikan pada lembar grafik observasi dan catatan

perkembangan terintegrasi.

9 Saya selalu memperkenalkan perawat pengganti kepada pasien pada saat

operan tugas.

10 Saya selalu memberikan penjelasan tentang asuhan keperawatan kepada

keluarga pasien.

11 Saya selalu mempercayakan keluarga pasien untuk mengawasi

kelancaran tetesan infus.

12 Saya selalu menulis instruksi yang saya terima secara verbal maupun

telepon.

13 Saya selalu membacakan kembali instruksi yang telah diterima dan

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 157: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

ditulis tersebut.

14 Jika instruksi sudah saya bacakan kembali, saya selalu memberi

tanda “read back +” pada catatan perkembangan terintegrasi.

15 Hasil read back tersebut selalu ditandatangani oleh pemberi instruksi

dalam waktu 1 x 24 jam setelah instruksi diberikan.

16 Jika menerima instruksi mengenai obat, saya selalu menulisnya di kolom

khusus untuk “instruksi obat via telepon” di halaman terakhir dari Daftar

Obat.

17 Saya selalu melakukan prosedur pemberian obat kepada pasien sesuai

dengan SOP yang telah ditentukan rumah sakit.

18 Saya selalu melakukan verifikasi terhadap konsentrasi obat yang

diberikan kepada pasien.

19 Kecepatan pemberian obat dengan resiko tinggi selalu saya monitor

dengan ketat.

20 Penyimpanan obat yang berisiko tinggi selalu dilakukan terpisah

dan diberi label berwarna merah.

21 Konsentrat elektrolit yang disimpan di unit perawatan pasien

dengan jelas selalu diberi label dan disimpan dalam lemari

terkunci.

22 Saya selalu melaksanakan pedoman kebersihan tangan yang telah

dipublikasikan dan diterima secara umum.

23 Sebelum dan sesudah menyentuh pasien, saya selalu mencuci

tangan.

24 Sebelum dan sesudah melakukan tindakan aseptik saya selalu

mencuci tangan.

25 Sebelum dan sesudah terkontaminasi dengan cairan tubuh pasien

saya selalu mencuci tangan.

26 Setelah menyentuh daerah sekitar pasien saya selalu mencuci

tangan.

27 Setiap pasien yang baru masuk rawat inap saya selalu kaji dengan form

pengkajian pasien resiko jatuh.

28 Pengkajian ulang saya lakukan setiap 3 hari sekali jika tidak ada

perubahan pada pasien.

29 Pengkajian ulang selalu saya lakukan jika pasien mendapatkan

medikasi baru yang dapat berisiko pasien jatuh.

30 Pengkajian ulang selalu saya lakukan jika pasien pasca mendapat

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 158: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

tindakan atau prosedur yang mengurangi mobilitas pasien.

31 Pengkajian ulang selalu saya lakukan jika tingkat kesadaran atau

kondisi klinis pasien berubah.

32 Pengkajian ulang selalu saya lakukan jika ada pasien yang baru

dipindahkan ke unit satu ke unit lainnya.

33 Tindakan terhadap pasien resiko jatuh dilakukan berdasarkan

tingkat/level resiko jatuh hasil dari pengkajian pasien resiko jatuh

tersebut.

34 Saya selalu melakukan observasi tiap 2-3 jam sekali pada pasien

dengan resiko jatuh tinggi.

35 Sebelum meninggalkan pasien, saya selalu memastikan lingkungan

pasien aman (rem tempat tidur terkunci, pagar tempat tidur

terpasang, lantai tidak basah, penerangan cukup).

TERIMAKASIH

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 159: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

1. PENGETAHUAN

Jawaban bersifat dikotomi (benar/salah), maka menggunakan metode Kuder Richardson

dengan rumus :

Keterangan :

n = jumlah butir soal/pernyatan yang adast

2 = varians skor totalp = proporsi jawaban yang benarq = proporsi jawaban yang salah

Perhitungan menggunakan program Ms. Excel.

Didapatkan nilai r = 0,70. Artinya pertanyaan reliabel ( batas nilai r ≥ 0,6)

Terdapat beberapa pertanyaan yang memiliki jawaban benar semua dan salah semua,

sehingga pertanyaan tersebut dikeluarkan.

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas pada variabel pengetahuan, pertanyaan yang

akan dibuang/ dikeluarkan adalah :

Pertanyaan B1 : “IPSG mewajibkan penggunaan gelang tangan untuk identifikasi.”

Pertanyaan B4 : “Perawat harus menjelaskan tujuan, manfaat dan kemungkinan resiko kepada

pasien sebelum melakukan tindakan..”

Pertanyaan B5 : “Instruksi baik secara verbal maupun telepon wajib dibacakan kembali oleh

penerima instruksi.”

2

2

11 1 t

t

s

pqs

n

nr

Lampiran 4. Hasil Uji Alat Ukur

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 160: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

No responden

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 total skor (x-x bar) (x-x bar)2

1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 15 1.25 1.56252 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 13 -0.75 0.56253 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 14 0.25 0.06254 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 1.25 1.56255 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 0.25 0.06256 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 -0.75 0.56257 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 15 1.25 1.56258 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 -1.75 3.06259 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13 -0.75 0.5625

10 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13 -0.75 0.562511 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 -0.75 0.562512 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 2.25 5.062513 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 14 0.25 0.062514 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 -0.75 0.562515 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 0.25 0.062516 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 12 -1.75 3.062517 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 2.25 5.062518 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 0.25 0.062519 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 14 0.25 0.062520 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 12 -1.75 3.0625

14 5 18 13 9 18 16 18 1 0 5 18 20 20 12 17 15 18 19 19 13.75 varian 1.3875

No. of respondent failing item6 15 2 7 11 2 4 2 19 20 15 2 0 0 8 3 5 2 1

p 0.7 0.25 0.9 0.65 0.45 0.9 0.8 0.9 0.05 0 0.25 0.9 1 1 0.6 0.85 0.75 0.9 0.95q 0.3 0.75 0.1 0.35 0.55 0.1 0.2 0.1 0.95 1 0.75 0.1 0 0 0.4 0.15 0.25 0.1 0.05pq 0.21 0.188 0.09 0.228 0.248 0.09 0.16 0.09 0.048 0 0.188 0.09 0 0 0.24 0.128 0.188 0.09 0.048S pq 2.32

0.707N/(N-1)*((S2-SPQ)/S2) =

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 161: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

2. MOTIVASI

Cronbach's Alpha(a) N of Items

-.692 14

Scale Variance if

Item Deleted

Cronbach's Alpha if Item

Deletedkeberhasilan 5.958 -.802(a)masyarakat percaya 5.537 -.966(a)banyak kasus 6.050 -.710(a)kesejahteraan 7.292 -.270(a)kondisi pasien 7.082 -.519(a)penting dan mendesak 5.537 -.904(a)perawat lain 5.818 -.691(a)pengalaman 7.011 -.535(a)jenjang karir 7.474 -.365(a)sarana dan prasarana 7.566 -.296(a)pengawasan 6.766 -.429(a)tuntutan 5.671 -.777(a)dukungan 5.355 -.908(a)lelah 6.063 -.762(a)

Berdasarkan output di atas, nilai cronbach’s alpha = 0.692

Pertanyaan yang memiliki nilai “Cronbach's Alpha if Item Deleted” lebih dari nilai “cronbach’s alpha”yaitu : (berdasarkan urutan paling tinggi)

1. Masyarakat percaya

2. Dukungan

3. Keberhasilan

4. Tuntutan

5. Lelah

Dan jika dilihat variasinya, maka variasi yang paling tinggi terdapat pada pertanyaan :

“lelah”. Maka dicoba dengan mengeluarkan pertanyaan tersebut.

Cronbach's Alpha(a) N of Items

-.762 13

Scale Variance if

Item Deleted

Cronbach's Alpha if Item

Deletedkeberhasilan 5.695 -.817(a)masyarakat percaya 5.379 -.950(a)banyak kasus 5.313 -.881(a)kesejahteraan 5.882 -.522(a)

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 162: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

kondisi pasien 6.934 -.493(a)penting dan mendesak 4.747 -1.149(a)perawat lain 4.618 -1.063(a)pengalaman 6.853 -.511(a)jenjang karir 7.674 -.271(a)sarana dan prasarana 6.239 -.522(a)pengawasan 5.945 -.567(a)tuntutan 5.818 -.658(a)dukungan 5.924 -.647(a)

Berdasarkan output di atas, nilai cronbach’s alpha = 0.762

Hasil yang diperoleh memiliki perubahan yang cukup signifikan (0.7620.817). Jadi

pertanyaan “lelah” dikeluarkan dari kuesioner.

Pertanyaan yang memiliki nilai “Cronbach's Alpha if Item Deleted” lebih dari nilai “cronbach’s alpha”yaitu : (berdasarkan urutan paling tinggi)

1. Penting dan mendesak

2. Perawat lain

3. Masyarakat percaya

4. Banyak kasus

5. Keberhasilan

Dan jika dilihat variasinya, maka variasi yang paling tinggi terdapat pada pertanyaan :

“keberhasilan”. Maka dicoba dengan mengeluarkan pertanyaan tersebut.

Cronbach's Alpha(a) N of Items

-.817 12

Scale Variance if

Item Deleted

Cronbach's Alpha if Item

Deletedmasyarakat percaya 5.432 -.863(a)banyak kasus 4.471 -1.172(a)kesejahteraan 5.461 -.578(a)kondisi pasien 6.829 -.462(a)penting dan mendesak 4.379 -1.256(a)perawat lain 4.303 -1.137(a)pengalaman 6.484 -.545(a)jenjang karir 7.411 -.267(a)sarana dan prasarana 5.608 -.637(a)pengawasan 5.208 -.730(a)tuntutan 5.608 -.658(a)dukungan 5.713 -.646(a)

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 163: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

Berdasarkan output di atas, nilai cronbach’s alpha = 0.817

Hasil yang diperoleh memiliki perubahan yang cukup signifikan (0.8170.863). Jadi

pertanyaan “keberhasilan” dikeluarkan dari kuesioner.

Pertanyaan yang memiliki nilai “Cronbach's Alpha if Item Deleted” lebih dari nilai “cronbach’s alpha”yaitu : (berdasarkan urutan paling tinggi)

1. Penting dan mendesak

2. Banyak kasus

3. Perawat lain

4. Masyarakat percaya

Dan jika dilihat variasinya, maka variasi yang paling tinggi terdapat pada pertanyaan :

“masyarakat percaya”. Maka dicoba dengan mengeluarkan pertanyaan tersebut.

Cronbach'sAlpha(a) N of Items

-.863 11

Scale Variance if

Item Deleted

Cronbach's Alpha if Item

Deletedbanyak kasus 4.050 -1.350(a)kesejahteraan 4.724 -.786(a)kondisi pasien 6.724 -.448(a)penting dan mendesak 4.116 -1.350(a)perawat lain 4.092 -1.193(a)pengalaman 6.326 -.545(a)jenjang karir 7.253 -.260(a)sarana dan prasarana 4.976 -.807(a)pengawasan 4.682 -.883(a)tuntutan 5.713 -.580(a)dukungan 5.924 -.540(a)

Berdasarkan output di atas, nilai cronbach’s alpha = 0.863

Hasil yang diperoleh memiliki perubahan tidak terlalu signifikan(0.8630.883). Jadi

pertanyaan “masyarakat percaya” tidak dikeluarkan dari kuesioner.

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas pada variabel motivasi, pertanyaan yang akan

dibuang/ dikeluarkan adalah :

Pertanyaan 1 : “Keberhasilan patient safety di rumah sakit turut dirasakan sebagai keberhasilan saya

juga.”

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 164: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

Pertanyaan 14 : “Meskipun dalam keadaan lelah dan kurang bersemangat, saya selalu menerapkan

IPSG dalam pekerjaan sehari-hari saya.”

3. SUPERVISI

Cronbach's Alpha N of Items

.818 9

Scale Variance if

Item Deleted

Cronbach's Alpha if Item

Deletedmasukan 14.787 .787keluhan 14.029 .779mengawasi 13.842 .778kesalahan 14.261 .782monitoring 14.997 .772hasil monitoring 16.411 .824penghargaan 17.147 .858pertemuan rutin 15.103 .791pemecahan masalah 16.366 .810

Berdasarkan output di atas, nilai cronbach’s alpha = 0.818

Pertanyaan yang memiliki nilai “Cronbach's Alpha if Item Deleted” lebih dari nilai “cronbach’s alpha”yaitu : (berdasarkan urutan paling tinggi)

1. Penghargaan2. Hasil monitoring

Dan jika dilihat variasinya, maka variasi yang paling tinggi terdapat pada pertanyaan :

“penghargaan”. Maka dicoba dengan mengeluarkan pertanyaan tersebut.

Cronbach's Alpha N of Items

.858 8

Scale Variance if

Item Deleted

Cronbach's Alpha if Item

Deletedmasukan 12.905 .829keluhan 12.116 .821mengawasi 12.345 .832kesalahan 12.905 .839monitoring 13.568 .823hasil monitoring 14.892 .876pertemuan rutin 13.674 .844pemecahan masalah 14.747 .859

Berdasarkan output di atas, nilai cronbach’s alpha = 0.858.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 165: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

Hasil yang diperoleh memiliki perubahan tidak terlalu signifikan(0.8580.876). Jadi

pertanyaan “penghargaan” tidak dikeluarkan dari kuesioner.

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas pada variabel supervisi, tidak ada pertanyaan

yang akan dibuang/ dikeluarkan.

4. PENGARUH ORGANISASI

Cronbach's Alpha N of Items

.655 8

Scale Variance if

Item Deleted

Cronbach's Alpha if Item

DeletedKTD 10.379 .679struktur organisasi 9.145 .584kerja sama dengan staf lain 9.818 .591

pemindahan pasien 9.832 .575kebijakan RS 8.737 .537unit di RS 9.200 .547batasan wewenang 12.555 .697pergantian shift 13.208 .713

Berdasarkan output di atas, nilai cronbach’s alpha = 0.655

Pertanyaan yang memiliki nilai “Cronbach's Alpha if Item Deleted” lebih dari nilai “cronbach’s alpha”yaitu : (berdasarkan urutan paling tinggi)

5. Pergantian shift6. Batasan wewenang

Dan jika dilihat variasinya, maka variasi yang paling tinggi terdapat pada pertanyaan :

“pergantian shift”. Maka dicoba dengan mengeluarkan pertanyaan tersebut.

Cronbach's Alpha N of Items

.713 7

Scale Variance if

Item Deleted

Cronbach's Alpha if Item

DeletedKTD 10.092 .728struktur organisasi 9.063 .643kerja sama dengan staf lain 9.937 .659

pemindahan pasien 10.471 .670kebijakan RS 9.103 .627

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 166: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

unit di RS 9.418 .624batasan wewenang 13.095 .770

Berdasarkan output di atas, nilai cronbach’s alpha = 0.713

Hasil yang diperoleh memiliki perubahan yang cukup signifikan (0.710.77). Jadi

pertanyaan “pergantian shift” dikeluarkan dari kuesioner.

Pertanyaan yang memiliki nilai “Cronbach's Alpha if Item Deleted” lebih dari nilai “cronbach’s alpha”yaitu batasan wewenang. Maka dicoba dengan mengeluarkan pertanyaan tersebut.

Cronbach's Alpha N of Items

.770 6

Scale Variance if

Item Deleted

Cronbach's Alpha if Item

DeletedKTD 9.674 .795struktur organisasi 8.976 .727kerja sama dengan staf lain 9.882 .740

pemindahan pasien 10.326 .745kebijakan RS 9.042 .711unit di RS 9.168 .695

Berdasarkan output di atas, nilai cronbach’s alpha = 0.770.

Hasil yang diperoleh memiliki perubahan tidak terlalu signifikan(0.7700.795). Jadi

pertanyaan “batasan wewenang” tidak dikeluarkan dari kuesioner.

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas pada variabel pengaruh organisasi,

pertanyaan yang akan dibuang/ dikeluarkan adalah :

Pertanyaan 5 : “Masalah sering terjadi saat pergantian shift dari satu perawat ke perawat lain”

5. PERILAKU PENERAPAN IPSG

Cronbach's Alpha N of Items

.973 35

Scale Variance if

Item Deleted

Cronbach's Alpha if Item

Deletedcara identifikasi 206.411 .972identifikasi pasien 205.292 .972

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 167: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

sebelum pemberian obat 201.208 .972penjelasan pada pasien 204.934 .973pengambilan darah 206.155 .972double check 205.116 .972tanda vital 205.221 .972dokumentasi 205.221 .972perawat pengganti 206.471 .972penjelasan keluarga 197.958 .973mempercayai keluarga 208.589 .973menulis instruksi 204.892 .972membacakan kembali 204.832 .972tanda read back + 204.976 .972tandatangan 208.366 .973daftar obat 208.000 .973prosedur pemberian obat 210.526 .974verifikasi 204.892 .972monitor obat 205.674 .972penyimpanan obat 206.484 .972konsentrat elektrolit 194.568 .974kebersihan tangan 205.147 .972menyentuh pasien 208.168 .973tindakan aseptik 206.829 .972terkontaminasi 211.503 .973daerah sekitar pasien 211.958 .974masuk rawat inap 205.355 .972tidak ada perubahan 208.408 .973medikasi baru 206.274 .972pasca mendapat tindakan

207.713 .972

tingkat kesadaran berubah206.345 .972

pasien baru pindah 203.208 .973hasil pengkajian 202.411 .972observasi 203.987 .973sebelum meninggalkan pasien 207.524 .972

Berdasarkan output di atas, nilai cronbach’s alpha = 0.973

Tidak ada pertanyaan yang memiliki nilai “Cronbach's Alpha if Item Deleted” lebih dari nilai “cronbach’s alpha” (perbedaan tidak terlalu signifikan).

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas pada variabel perilaku, tidak ada pertanyaan

yang akan dibuang/ dikeluarkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 168: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

Page 1

Perubahan nilai OR

Sosialisasi dikeluarkan

Variabel OR adjusted OR crude Perubahan ORumur 3.15 3.22 2%nikah 4.48 4.46 1%

lamakerr1 2.01 1.96 2%lamakerr2 0.77 0.78 2%jenjang2 1.24 1.20 3%edukasi 3.28 3.44 5%

sos 1.10 - -penget_kat 7.18 7.27 1%

PO_kat 2.58 2.59 0%

Kesimpulan : sosialisasi dikeluarkan dari pemodelan

Jenjang dikeluarkan

Variabel OR adjusted OR crude Perubahan ORumur 3.15 3.36 7%nikah 4.48 4.48 0%

lamakerr1 2.01 1.89 6%lamakerr2 0.77 0.70 9%jenjang2 1.24 - -edukasi 3.28 3.50 7%

penget_kat 7.18 7.32 2%PO_kat 2.58 2.59 0%

Kesimpulan : jenjang dikeluarkan dari pemodelan

Lama kerja sejak lulus dikeluarkan

Variabel OR adjusted OR crude Perubahan ORumur 3.15 3.30 5%nikah 4.48 4.35 3%

lamakerr1 2.01 2.02 0%lamakerr2 0.77 - -

edukasi 3.28 3.42 4%penget_kat 7.18 7.46 4%

PO_kat 2.58 2.55 1%

Kesimpulan : lamakerja2 (sejak lulus pendidikan) dikeluarkan dari pemodelan

Lampiran 5. Hasil Analisis Multivariat

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 169: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

Page 2

Lama kerja di unit keperawatan dikeluarkan

Variabel OR adjusted OR crude Perubahan ORumur 3.15 2.91 8%nikah 4.48 4.34 3%

lamakerr1 2.01 - -edukasi 3.28 3.29 0%

penget_kat 7.18 7.47 -4%PO_kat 2.58 2.58 0%

Kesimpulan : lamakerja1 (di unit keperawatan saat ini) dikeluarkan dari pemodelan

Pelatihan dikeluarkan

Variabel OR adjusted OR crude Perubahan ORumur 3.15 3.00 5%nikah 4.48 3.83 15%

edukasi 3.28 - -penget_kat 7.18 7.96 11%

PO_kat 2.58 2.57 0%

Kesimpulan : edukasi (pelatihan) dimasukkan kembali ke dalam pemodelan

Umur dikeluarkan

Variabel OR adjusted OR crude Perubahan ORumur 3.15 - -nikah 4.48 5.07 13%

edukasi 3.28 2.91 11%penget_kat 7.18 5.25 27%

PO_kat 2.58 3.12 21%

Kesimpulan : umur dimasukkan kembali ke dalam pemodelan

Pengaruh organisasi dikeluarkan

Variabel OR adjusted OR crude Perubahan ORumur 3.15 3.74 19%nikah 4.48 2.95 34%

edukasi 3.28 2.61 20%penget_kat 7.18 7.43 3%

PO_kat 2.58 - -

Kesimpulan : pengaruh organisasi dimasukkan kembali ke dalam pemodelan

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011

Page 170: UNIVERSITAS INDONESIA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly Aprilia.pdf · Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana

Page 3

Pernikahan dikeluarkan

Variabel OR adjusted OR crude Perubahan ORumur 3.15 5.05 60%nikah 4.48 - -

edukasi 3.28 3.19 3%penget_kat 7.18 7.00 3%

PO_kat 2.58 2.30 11%

Kesimpulan : status pernikahan dimasukkan kembali ke dalam pemodelan

UJI INTERAKSI

Variabel interaksi P Value Keputusan

Nikah*umur 0.330 Tidak ada interaksi

Pelatihan*pengetahuan 0.817 Tidak ada interaksi

Faktor-faktor yang mempengaruhi..., Shelly Aprilia, FKM UI, 2011