universitas indonesia laporan praktek kerja … masitoh-rscm.pdfklasifikasi rumah sakit khusus ........

143
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JL. DIPONEGORO NO. 71 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 30 MARET 2012 SITI MASITOH, S.Farm 1106047360 ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012 Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Upload: others

Post on 20-Nov-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN)

DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

JL. DIPONEGORO NO. 71 JAKARTA PUSAT

PERIODE 6 FEBRUARI – 30 MARET 2012

SITI MASITOH, S.Farm

1106047360

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK

JUNI 2012

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN)

DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

JL. DIPONEGORO NO. 71 JAKARTA PUSAT

PERIODE 6 FEBRUARI – 30 MARET 2012

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

SITI MASITOH, S.Farm

1106047360

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK

JUNI 2012

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

iii

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga dapat terselesaikannya laporan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional

Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Laporan ini disusun sebagai syarat untuk

memenuhi kurikulum Program Profesi Apoteker di Departemen Farmasi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia (FMIPA UI).

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Akmal Taher, selaku Direktur Utama RSCM dan Ibu

Dra.Yulia Trisna, Apt., M. Pharm., selaku Kepala Instalasi Farmasi RSCM

yang telah memberikan izin pada penulis untuk melaksanakan PKPA di

RSCM.

2. Ibu Yustika Novianti, S.Si., Apt, selaku pembimbing di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan selama PKPA.

3. Ibu Santi Purna Sari, M.Si., Apt., selaku pembimbing dari Departemen

Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA),

Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan

selama PKPA.

4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt, MS. selaku kepala Departemen Farmasi,

FMIPA, Universitas Indonesia.

5. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku kepala Program Apoteker Departemen

Farmasi, FMIPA UI.

6. Seluruh dosen dan staf Departemen Farmasi FMIPA UI yang telah

memberikan ilmu yang berharga dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis.

7. Karyawan dan karyawati Instalasi Farmasi RSCM yang telah memberikan

bantuan dan perhatian serta kerjasamanya selama PKPA.

8. Keluarga yang telah memberikan doa dan bantuan moril serta materil sehingga

pelaksanaan PKPA dapat berjalan lancar.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

v

9. Semua rekan-rekan Apoteker Universitas Indonesia angkatan 74 dan semua

pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama

pelaksanaan PKPA.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis

peroleh selama menjalani PKPA ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sejawat

dan semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Juni 2012

Penulis

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

vi Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................. 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT ....................................... 4

2.1 Rumah Sakit ........................................................................ . 4

2.1.1. Definisi Rumah Sakit ............................................... . 4

2.1.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ................................. . 4

2.1.3. Klasifikasi Rumah Sakit............................................ . 4

2.1.3.1. Klasifikasi Rumah Sakit Umum .................. . 6

2.1.3.2. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus ................. . 6

2.1.4. Struktur Organisasi Rumah Sakit ............................. . 7

2.1.5. Tenaga Kesehatan Rumah Sakit ................................ . 7

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ............................................. . 8

2.2.1. Definisi ..................................................................... . 8

2.2.2. Tugas Pokok ............................................................. . 8

2.2.3. Fungsi ....................................................................... . 8

2.2.3.1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi ................. . 8

2.2.3.2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan

Obat dan Alat Kesehatan ............................. . 9

2.2.4. Struktur Organisasi IFRS .......................................... . 10

2.2.5. Tugas dan Tanggung Jawab IFRS ............................. . 11

2.2.6. Sumber Daya Manusia Farmasi Rumah Sakit ............ . 11

2.3 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) ......................................... . 12

2.3.1. Definisi ..................................................................... . 12

2.3.2. Tujuan ...................................................................... . 13

2.3.3. Fungsi dan Ruang Lingkup ...................................... . 13

2.3.4. Kewajiban ................................................................ . 13

2.3.5. Organisasi dan Kepanitiaan ....................................... . 14

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO ........ 15

3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ............................. . 15

3.1.1. Sejarah Singkat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo .. . 15

3.1.2. Visi, Misi, Komitmen, dan Nilai Utama RSUPN

Dr. Cipto Mangunkusumo ........................................ . 16

3.1.3. Nilai Budaya, Motto, dan Logo RSUPN Dr. Cipto

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

vii Universitas Indonesia

Mangunkusumo ........................................................ . 16

3.2 Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo............ . 17

3.2.1. Visi .......................................................................... . 17

3.2.2. Misi .......................................................................... . 17

3.2.3. Falsafah ................................................................... . 18

3.2.4. Nilai Budaya ............................................................ . 18

3.2.5. Tujuan Umum ........................................................... . 18

3.2.6. Tujuan Khusus .......................................................... . 18

3.2.7. Tugas dan Fungsi ...................................................... . 19

3.2.8. Organisasi ................................................................. . 20

3.3 Sub Instalasi Perbekalan Farmasi ......................................... . 20

3.4 Sub Instalasi Produksi .......................................................... . 22

3.5 Sub Instalasi Farmasi Klinik dan Pendidikan, Pelatihan,

dan Pengembangan............................................................... . 23

3.5.1. Farmasi Klinik di Ruang Rawat Inap ........................ . 24

3.5.2. Farmasi Klinik pada Pasien Rawat Jalan ................... . 26

3.6 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan .............................. . 27

3.6.1. Pelaksana Pengendalian Resistensi Antimikroba

(PPRA) .................................................................... . 27

3.6.2. Panitia Farmasi dan Terapi ........................................ . 29

3.7 Pasien Jaminan yang Dilayani di RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo.................................................................... . 30

3.7.1. Pasien Tidak Mampu ............................................... . 30

3.7.2. Pasien Keluarga Miskin (Gakin) ............................... . 31

3.7.3. Pasien Jamkesmas ..................................................... . 31

3.7.4. Pasien Askes ............................................................. . 31

3.7.5. Pasien Jaminan Perusahaan ...................................... . 31

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ....................... 32

4.1 Gudang Perbekalan Farmasi ................................................. . 33

4.1.1. Perencanaan dan Pengadaan Perbekalan Farmasi ...... . 34

4.1.2. Penerimaan Perbekalan Farmasi ................................ . 36

4.1.3. Pendistribusian Perbekalan Farmasi .......................... . 36

4.1.4. Pengawasan dan Pengendalian Perbekalan Farmasi. .. . 37

4.1.5. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). ... . 37

4.1.6. Pemusnahan Perbekalan Farmasi .............................. . 38

4.2 Unit Rawat Inap Gedung A .................................................. . 38

4.2.1. Satelit Farmasi Gedung A ......................................... . 38

4.2.2. Farmasi Klinik Satelit Gedung A .............................. . 40

4.3 Satelit Instalasi Gawat Darurat ............................................. . 42

4.3.1. Pelayanan Satelit IGD ............................................... . 42

4.3.2. Pengadaan Perbekalan Farmasi di Satelit IGD........... . 42

4.3.3. Distribusi Perbekalan Farmasi di Satelit IGD ............ . 43

4.4 Satelit Intensive Care Unit (ICU) ......................................... . 43

4.4.1. Prosedur Pelayanan Resep ........................................ . 44

4.4.2. Peran Apoteker ......................................................... . 44

4.4.3. Sistem Penyimpanan Obat ........................................ . 45

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

viii Universitas Indonesia

4.5 Satelit Farmasi Pusat ............................................................ . 45

4.5.1. Pelayanan Resep ....................................................... . 46

4.5.2. Sistem Pengelolaan Obat .......................................... . 46

4.6 Satelit Kirana ....................................................................... . 47

4.6.1. Pelayanan Farmasi Satelit Kirana .............................. . 48

4.6.2. Pengadaan Perbekalan Farmasi Satelit Kirana ........... . 48

4.6.3. Distribusi Perbekalan Farmasi Satelit Kirana ............ . 48

4.6.4. Hasil Pengamatan di Satelit Kirana. .......................... . 49

4.7 Sub Instalasi Produksi .......................................................... . 50

4.7.1. Produksi Sediaan Farmasi ......................................... . 51

4.7.2. Aseptic Dispensing.................................................... . 51

4.7.2.1. Repacking Obat Steril ................................. . 52

4.7.2.2. Penyiapan Obat Kanker .............................. . 52

4.7.2.3. Pencampuran Obat Suntik (IV Admixture) . .. . 57

4.7.2.4. Pelayanan Nutrisi Parenteral ....................... . 58

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 59

5.1 Kesimpulan ......................................................................... . 59

5.2 Saran... ................................................................................. . 60

DAFTAR ACUAN…................................................................................. . 62

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

ix Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1. Alur Pengelolaan Perbekalan Farmasi RSCM .................... 34

Gambar 4.2. Alur dan Tata Ruang Pelayanan di Satelit Kirana ............... 49

Gambar 4.3. Alur Penyiapan Obat Kanker di Gedung A, Lantai 8 .......... 55

Gambar 4.4. Alur Penyiapan Obat Kanker di CMU 2 ............................. 56

Gambar 5.1. Usulan Alur dan Tata Ruang Pelayanan di Satelit Kirana.... 61

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

x Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ......... 63

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo ..................................................................... 64

Lampiran 3. Resep yang Berlaku di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo .... 65

Lampiran 4. Etiket yang Berlaku di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo .... 66

Lampiran 5. Formulir Daftar Obat Sebelum Perawatan ............................. 67

Lampiran 6. Formulir Monitoring Pengobatan........................................... 68

Lampiran 7. Formulir Informasi Obat Pulang ............................................ 69

Lampiran 8. Formulir Pelayanan Pencampuran Obat Sitostatika

Instalasi Farmasi ................................................................... 70

Lampiran 9. Formulir Penitipan Obat Pelayanan Aseptik Dispensing

Farmasi CMU−2 ................................................................... 70

Lampiran 10. Formulir Pemantauan Temperatur Lemari Pendingin ............. 71

Lampiran 11. Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun .................. 72

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus

dapat diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan

kesehatan yang merupakan salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan

guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Tujuan utama

dalam pembangunan di bidang kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan

yang optimal untuk mencapai suatu kehidupan sosial dan ekonomi yang produktif.

Oleh sebab itu, perlu dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang terpadu

yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan memperhatikan aspek–

aspek kemanusiaan dalam pelaksanaannya, dilaksanakan secara menyeluruh,

terpadu, dan berkesinambungan. Pembangunan kesehatan tersebut harus didukung

oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan.

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang

digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi

Balai Pengobatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Umum, dan Rumah

Sakit Khusus (UU No. 36, 2009). Rumah sakit sebagai salah satu sarana

pelayanan kesehatan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat sehingga perlu di tingkatkan mutu pelayanannya (Siregar,

2004).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat. Pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit meliputi

pelayanan medis, penunjang medis, keperawatan, rehabilitasi, pencegahan,

peningkatan kesehatan dan pendidikan, pelatihan serta pengembangan di bidang

kesehatan.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

2

Universitas Indonesia

Pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari pelayanan

kefarmasian. Oleh sebab itu, pelayanan kefarmasian merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan. Keberadaan pelayanan farmasi yang

baik akan memberikan dampak yang baik, seperti peningkatan mutu pelayanan

kesehatan, penurunan biaya kesehatan, dan peningkatan perilaku yang rasional

dari seluruh tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan masyarakat lain.

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit berada di bawah naungan Instalasi Farmasi

(Siregar, 2004). Instalasi Farmasi sebagai bentuk pelayanan kefarmasian di rumah

sakit memerlukan peran apoteker di dalamnya. Apoteker yang bekerja di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit harus mampu menjalankan peran sebagai pengelola

perbekalan farmasi dan sebagai penggerak kegiatan farmasi klinik. Oleh sebab itu,

apoteker dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam

melaksanakan peran tersebut, antara lain berupa pengetahuan dan keterampilan di

bidang manajemen, komunikasi, dan ilmu kefarmasian itu sendiri.

Untuk memahami fungsi apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan di

rumah sakit dalam memberikan pelayanan kefarmasian, Departemen Farmasi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia

menyelenggarakan PKPA di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto

Mangunkusumo. Pelaksanaan PKPA tersebut berlangsung mulai tanggal 6

Februari – 30 Maret 2012. Dengan pelaksanaan PKPA tersebut, diharapkan calon

apoteker dapat mengetahui kegiatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit sekaligus

menambah pengetahuan mengenai peranan dan tanggung jawab apoteker di

Rumah Sakit, khususnya di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

1.2. Tujuan

Tujuan pelaksanaan PKPA di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo antara

lain:

a. Memahami tugas dan peran apoteker dalam kegiatan manajemen farmasi

rumah sakit sesuai dengan etika dan ketentuan yang berlaku di dalam sistem

pelayanan kesehatan.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

3

Universitas Indonesia

b. Memahami tugas dan peran apoteker dalam kegiatan farmasi klinik di rumah

sakit sesuai dengan etika dan ketentuan yang berlaku di dalam sistem

pelayanan kesehatan.

c. Memahami tugas dan peran apoteker dalam kegiatan produksi sediaan farmasi

dan pelaksanaan aseptic dispensing di rumah sakit sesuai dengan etika dan

ketentuan yang berlaku di dalam sistem pelayanan kesehatan.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

4 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1 Rumah sakit

2.1.1 Definisi rumah sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 44, 2009).

2.1.2 Tugas dan fungsi rumah sakit

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud,

rumah sakit mempunyai fungsi (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44,

2009):

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.3 Klasifikasi rumah sakit

Rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan

pengelolaannya. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit

dikategorikan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit

umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua

bidang dan jenis penyakit. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

5

Universitas Indonesia

memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu,

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, atau jenis penyakit.

Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah

sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik dikelola oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik

yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan

pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit publik yang

dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi rumah

sakit privat. Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan

hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

Rumah sakit dapat ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan setelah

memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan yang ditetapkan oleh

Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi urusan

pendidikan. Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang

menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang

pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan

pendidikan tenaga kesehatan lainnya (Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 44, 2009).

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang

dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan

berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit. Setiap rumah sakit

wajib mendapatkan penetapan kelas dari Menteri, dan dapat ditingkatkan kelasnya

setelah lulus tahapan pelayanan akreditasi kelas dibawahnya. Klasifikasi rumah

sakit umum ditetapkan berdasarkan pelayanan, sumber daya manusia, peralatan,

sarana dan prasarana, serta administrasi dan manajemen. Rumah sakit harus

mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-kurangnya pelayanan medik umum,

gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat jalan, rawat inap, operasi/bedah,

pelayanan medik spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam

medik, pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan

masyarakat, pemulasaran jenazah, laundry, ambulance, pemeliharaan sarana

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

6

Universitas Indonesia

rumah sakit, serta pengolahan limbah (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

340, 2010).

2.1.3.1 Klasifikasi rumah sakit umum

Rumah sakit umum diklasifikasikan menjadi 4 kelas (Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 340, 2010), antara lain:

a. Rumah sakit umum kelas A

Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, 5 pelayanan

spesialis penunjang medik, 12 pelayanan medik spesialis lain, dan 13 pelayanan

medik sub spesialis.

b. Rumah sakit umum kelas B

Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, 4 pelayanan

spesialis penunjang medik, 8 pelayanan medik spesialis lainnya, dan 2 pelayanan

medik subspesialis.

c. Rumah sakit umum kelas C

Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4

Pelayanan Spesialis Penunjang Medik

d. Rumah sakit umum kelas D

Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 2 pelayanan medik spesialis dasar.

2.1.3.2 Klasifikasi rumah sakit khusus

Jenis rumah sakit khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak,

Jantung, Kanker, Orthopedi, Paru, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan Obat,

Stroke, Penyakit Infeksi, Bersalin, Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga

Hidung Tenggorokan, Bedah, Ginjal, Kulit dan Kelamin. Klasifikasi dari unsur

pelayanan meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat sesuai

kekhususannya, Pelayanan Medik Spesialis Dasar sesuai kekhususan, Pelayanan

Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

7

Universitas Indonesia

Keperawatan, Pelayanan Penunjang Klinik, Pelayanan Penunjang Non Klinik

(Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 340, 2010).

2.1.4 Struktur organisasi rumah sakit

Struktur organisasi rumah sakit tergantung dari besarnya rumah sakit,

fasilitas yang dimiliki, dan kebijakan direktur rumah sakit. Umumnya terdiri dari

beberapa tingkat manajemen. Direktur rumah sakit mewakili tingkat teratas dari

manajemen rumah sakit. Direktur rumah sakit bertanggung jawab terhadap segala

kebijakan rumah sakit, mengatur segala kegiatan rumah sakit, keuangan, dan

sumber daya manusia di rumah sakit tersebut. Secara periodik, direktur rumah

sakit melaporkan perkembangan rumah sakit dalam mencapai misi dan tujuan

rumah sakit (Siregar, 2004).

Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,

organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau

Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur

penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi

umum dan keuangan.

2.1.5 Tenaga kesehatan rumah sakit

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996

mengenai Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan di rumah sakit dibagi menjadi:

a. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.

b. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.

c. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi, dan asisten apoteker.

d. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi mikrobiologi, penyuluh, dan

administrator kesehatan.

e. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisian.

f. Tenaga keterampilan fisik meliputi fisioterapi, terapi wicara.

g. Tenaga keteknisan medis meliputi radiografer, teknis gigi, elektromedia,

analis kesehatan, teknisi transfusi, dan perekam medis.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

8

Universitas Indonesia

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.2.1 Definisi

Instalasi Farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu unit di bawah rumah

sakit yang merupakan fasilitas penyelenggaraan kefarmasian di bawah pimpinan

seorang apoteker dan memenuhi persyaratan secara hukum untuk mengadakan,

menyediakan, dan mengelola seluruh aspek penyediaan perbekalan kesehatan di

rumah sakit yang berintikan pelayanan produk yang lengkap dan pelayanan

farmasi klinik yang sifat pelayanannya berorientasi kepada kepentingan pasien

(Siregar, 2004).

2.2.2 Tugas pokok (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 , 2004).

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etika profesi.

c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).

d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi.

e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit.

2.2.3 Fungsi

2.2.3.1 Pengelolaan perbekalan farmasi

Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai

dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta

evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Tujuannya adalah mengelola

perbekalan farmasi yang efektif dan efesien, menerapkan farmakoekonomi dalam

pelayanan, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi, mewujudkan

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

9

Universitas Indonesia

Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna, dan melaksanakan

pengendalian mutu pelayanan. Penjelasan mengenai kegiatan pengelolaan adalah

sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 , 2004):

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan.

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit.

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang

berlaku.

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian.

h. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

2.2.3.2 Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

Pelayanan kefarmasian adalah pendekatan profesional yang bertanggung

jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi,

efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan,

keahlian, keterampilan, dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien

dan profesi kesehatan lainnya (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 , 2004). Tujuan antara lain:

a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah

sakit.

b. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan,

dan efisiensi penggunaan obat.

c. Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang

terkait dalam pelayanan farmasi.

d. Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan

penggunaan obat secara rasional.

Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien dengan seleksi persyaratan

administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratan klinis.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

10

Universitas Indonesia

b. Melakukan dispensing pencampuran obat suntik, parenteral nutrisi, dan obat

kanker.

c. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat.

d. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien, atau keluarga.

e. Memberi konseling kepada pasien/keluarga.

f. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

g. Ronde atau visite pasien.

h. Melakukan pencatatan dan pelaporan setiap kegiatan.

2.2.4 Struktur organisasi IFRS

Struktur organisasi dasar (segmentasi utama) dari IFRS adalah pengadaan,

pelayanan, dan pengembangan. Struktur organisasi dasar ini juga disebut

kumpulan berbagai pekerjaan atau disebut juga pilar kerja karena dalam struktur

organisasi dasar tersebut berkumpul berbagai kegiatan atau pekerjaan. Struktur

organisasi dapat dikembangkan dalam tiga tingkat, yaitu tingkat puncak, tingkat

menengah, dan garis depan (Siregar, 2004).

Manajer tingkat puncak bertanggung jawab untuk perencanaan, penerapan,

dan penggunaan yang efektif dari sistem mutu secara menyeluruh. Manajer

tingkat menengah, kebanyakan kepala bagian atau unit fungsional bertanggung

jawab untuk mendesain dan menerapkan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan

mutu dalam daerah atau bidang fungsional mereka untuk mencapai mutu produk

atau pelayanan yang diinginkan. Manajer garis depan terdiri atas personil

pengawas yang secara langsung memantau dan mengendalikan kegiatan yang

berkaitan dengan mutu selama berbagai tahap pelayanan.

Setiap personil perseorangan dari IFRS harus mengetahui lingkup,

tanggung jawab, kewenangan fungsi, dan dampak mereka pada suatu produk dan

atau pelayanan. Mereka harus mempunyai pengertian yang jelas tentang

kewenangan mereka dan bebas mengambil tindakan. Setiap personil dalam IFRS

harus merasa bertanggung jawab untuk mencapai mutu produk dan atau

pelayanan.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

11

Universitas Indonesia

2.2.5 Tugas dan tanggung jawab IFRS

Tugas utama IFRS adalah pengelolaaan. Tugas tersebut mencakup

perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung

kepada pasien sampai dengan pengendalian semua perbekalan yang beredar dan

digunakan dalam rumah sakit, baik untuk pasien rawat inap, rawat jalan, maupun

untuk semua unit pengguna. IFRS harus menyediakan terapi obat yang optimal

bagi semua pasien dan menjamin pelayanan bermutu tinggi dan yang paling

bermanfaat dengan biaya minimal.

IFRS bertanggung jawab untuk mengembangkan suatu pelayanan farmasi

yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat. Di samping itu, IFRS juga

bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan berbagai bagian/unit diagnosis

dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik, dan rumah sakit keseluruhan

untuk kepentingan pelayanan pasien yang lebih baik (Siregar, 2004).

2.2.6 Sumber daya manusia farmasi rumah sakit

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi

profesional yang berwewenang berdasarkan undang-undang, memenuhi

persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun

kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan,

keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu

profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan

dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi

rumah sakit.

Pengelolaan sumber daya manusia farmasi dimaksudkan demi terciptanya

pelayanan kefarmasian, antara lain sebagai berikut:

a. IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh apoteker.

b. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh apoteker yang

mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit.

c. Apoteker telah terdaftar di Kementerian Kesehatan dan mempunyai surat izin

kerja.

d. Pada pelaksanaannya apoteker dibantu oleh tenaga ahli madya farmasi (D3)

dan tenaga menengah farmasi (AA).

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

12

Universitas Indonesia

e. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan

peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun

administrasi barang farmasi.

f. Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan

mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang

bertanggung jawab bila kepala farmasi berhalangan.

g. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.

h. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan

kebutuhan.

i. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau

tenaga farmasi lainnya, harus ditunjuk apoteker yang memiliki kualifikasi

pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.

j. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait dengan

pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang

dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.

2.3 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

2.3.1 Definisi

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah panitia ahli di bawah Komite

Medik yang membantu Direktur Utama dalam merumuskan dan melaksanakan

kebijakan dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi

di suatu rumah sakit. Menurut Keputusan MENKES RI No.

1197/MENKES/SK/X/2004, Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi

yang mewakili hubungan komunikasi antara staf medis dengan staf farmasi,

sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi

yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta

tenaga kesehatan lainnya. PFT merupakan sekelompok penasihat dari staf medik

dan bertindak sebagai garis komunikasi organisasi antara staf medik dan IFRS.

PFT diketuai oleh dokter, jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli

farmakologi klinik, maka sebagai ketua adalah ahli farmakologi. Sekretarisnya

adalah apoteker dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau apoteker yang ditunjuk.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

13

Universitas Indonesia

2.3.2 Tujuan

Tujuan Panitia Farmasi dan Terapi di rumah sakit adalah sebagai berikut:

a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat,

serta evaluasi obat.

b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru

yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai kebutuhan.

2.3.3 Fungsi dan ruang lingkup

Fungsi dan ruang lingkup PFT adalah :

a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya.

b. Mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk baru atau dosis obat

yang diusulkan oleh staf medik lain.

c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang

termasuk kategori khusus.

d. Membantu IFRS dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-

kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit

sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.

e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan

mengkaji rekam medik dibandingkan dengan standar diagnosis dan terapi.

f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.

g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medik

dan perawat.

2.3.4 Kewajiban

a. Memberikan rekomendasi pada Pimpinan Rumah Sakit untuk mencapai

budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional.

b. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah

sakit, pedoman penggunaan antibiotika, dan lain-lain.

c. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat

terhadap pihak-pihak yang terkait.

d. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat serta

memberikan umpan balik atas hasil pengkajian tersebut.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

14

Universitas Indonesia

2.3.5 Organisasi dan kepanitiaan

Susunan kepanitiaan PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap rumah

sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat. Struktur

organisasi PFT adalah sebagai berikut:

a. Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga)

dokter, apoteker, dan perawat. Untuk rumah sakit besar, tenaga dokter bisa

lebih dari tiga orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada.

b. Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika rumah

sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua adalah

ahli farmakologi. Sekretarisnya adalah apoteker dari Instalasi Farmasi atau

Apoteker yang ditunjuk.

c. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali

dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Rapat PFT

dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit yang

dapat memberikan masukan bagi pengelolaan PFT.

d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh sekretaris,

termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.

e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang

sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

15 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL

(RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

3.1.1 Sejarah singkat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) tidak terlepas dari sejarah

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia karena perkembangan kedua instansi

ini saling bergantung dan saling mengisi satu sama lain. Pada tahun 1896, Dr. H.

Roll ditunjuk sebagai pimpinan pendidikan kedokteran di Batavia (Jakarta), saat

itu laboratorium dan sekolah Dokter Jawa masih berada pada satu pimpinan.

Kemudian tahun 1910, Sekolah Dokter Jawa diubah menjadi STOVIA, yaitu cikal

bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Pada tanggal 19 November 1919, didirikan CBZ (Centrale Burgelijke

Ziekenhuis) yang disatukan dengan STOVIA. Sejak saat itu, penyelenggaraan

pendidikan dan pelayanan kedokteran semakin maju dan berkembang fasilitas

pelayanan kedokteran spesialistik bagi masyarakat luas. Bulan Maret 1942, saat

Indonesia diduduki Jepang, CBZ dijadikan rumah sakit perguruan tinggi (Ika

Daigaku Byongin). Pada tahun 1945, CBZ diubah namanya menjadi Rumah Sakit

Oemoem Negeri (RSON) yang dipimpin oleh Prof. Dr. Asikin Widjaya-

Koesoema dan selanjutnya dipimpin oleh Prof. Tamija. Tahun 1950, RSON

berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP).

Pada tanggal 17 Agustus 1964, Menteri Kesehatan Prof. Dr. Satrio

meresmikan RSUP menjadi Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (RSTM), sejalan

dengan perkembangan ejaan baru Bahasa Indonesia, maka diubah menjadi

RSCM. Pada tanggal 13 Juni 1994, sesuai SK MENKES nomor

553/MENKES/SK/VI/1994, berubah namanya menjadi RSUP Nasional Dr. Cipto

Mangunkusumo. Berdasarkan PP nomor 116 tahun 2000, tanggal 12 Desember

2000, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan

(Perjan) RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Sejak tahun 2005, berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005, status Perjan

RSCM telah diubah menjadi BLU, yaitu instansi di lingkungan Pemerintah yang

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

16

Universitas Indonesia

dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan

barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan

dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

RSCM dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi lima

direktorat, yaitu Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat Pengembangan

dan Pemasaran, Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan, Direktorat

Keuangan, dan Direktorat Umum dan Operasional. yang terkait dengan pelayanan

rumah sakit. Struktur organisasi RSCM dapat dilihat secara lebih jelas pada

Lampiran 1.

3.1.2 Visi, Misi, Komitmen, dan Nilai Utama RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo

Visi RSCM adalah “Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Pusat Rujukan

Nasional Terkemuka di Asia Pasifik Tahun 2014”.

Misi RSCM sebagai berikut:

a. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau oleh

semua lapisan masyarakat.

b. Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan.

c. Tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat melalui manajemen yang mandiri.

Komitmen RSCM adalah “Kesehatan dan kepuasaan pelanggan adalah

komitmen kami, senantiasa memberikan pelayanan paripurna yang prima untuk

meningkatkan kepuasan dan menumbuhkan kepercayaan pasien sebagai

pelanggan utama kami”. Nilai utama RSCM adalah pasien adalah pelanggan yang

utama dan Good Corporate Culture.

3.1.3 Nilai Budaya, Motto, dan Logo RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Nilai budaya RSCM adalah profesionalisme, integritas, kepedulian,

penyempurnaan berkesinambungan, belajar dan mendidik.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

17

Universitas Indonesia

Motto RSCM adalah R (Respek); S (Sigap); C (Cermat); dan M (Mulia).

Logo RSCM yaitu tulisan RSCM dengan huruf Italic Tahoma ke arah kanan

berwarna biru yang menggambarkan visi RSCM yang bergerak menuju rumah

sakit yang mandiri dan terkemuka. Garis lengkung dinamis merah ke arah atas

tulisan RSCM merupakan gambaran dinamika RSCM dalam menyongsong

perubahan untuk senantiasa meningkatkan pelayanan prima, hasil pendidikan dan

penelitian, produktifitas SDM, dan posisi bisnis RSCM. Lambang kesehatan putih

dengan dasar biru merupakan gambaran penyelenggaraan misi RSCM dalam

memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu serta terjangkau oleh semua

lapisan masyarakat serta penyelenggaraan pendidikan dan penelitian yang

bermutu melalui manajemen yang mandiri sesuai misi RSCM.

3.2 Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Instalasi Farmasi RSCM adalah satuan kerja fungsional sebagai Pusat

Pendapatan di lingkungan RSCM yang berada di bawah dan bertanggungjawab

langsung kepada Direktorat Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi dipimpin

oleh seorang apoteker pejabat pengelola yang disebut Kepala Instalasi Farmasi.

3.2.1 Visi

Menjadi penyelenggara pelayanan farmasi yang komprehensif dengan

kualitas terbaik dan mengutamakan kepuasan pelanggan.

3.2.2 Misi

a. Menyelenggarakan pelayanan farmasi prima untuk kepuasan pelanggan.

b. Menyelenggarakan manajemen perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.

c. Menyelenggarakan pelayanan farmasi klinik untuk meningkatkan keselamatan

pasien dan mencapai hasil terapi obat yang optimal.

d. Menunjang penyelenggaraan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka

meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

e. Memproduksi sediaan farmasi tertentu yang dibutuhkan RSCM sesuai

persyaratan mutu.

f. Berperan serta dalam peningkatan pendapatan rumah sakit.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

18

Universitas Indonesia

g. Berperan serta dalam program pendidikan dan pelatihan, penelitian dan

pengembangan farmasi.

3.2.3 Falsafah

Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada

pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua

lapisan masyarakat.

3.2.4 Nilai budaya

Instalasi Farmasi RSCM memiliki 5 nilai budaya, yaitu rapi, ringkas, resik,

rawat, dan rajin yang dikenal dengan 5R.

3.2.5 Tujuan umum

Menyelenggarakan kebijakan obat di rumah sakit melalui pelayanan

farmasi satu pintu, profesional, berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika

profesi, bekerja sama dengan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang

terkait dalam rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

3.2.6 Tujuan khusus

a. Aspek manajemen, antara lain mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan

efisien, menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan, mewujudkan sistem

informasi tepat guna dan berdaya guna, meningkatkan kemampuan tenaga

kesehatan farmasi melalui pendidikan dan pelatihan, serta mengawasi,

mengendalikan, dan mengevaluasi mutu pelayanan farmasi.

b. Aspek klinik, antara lain mengkaji instruksi pengobatan, mengidentifikasi dan

menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat, memantau

efektifitas dan keamanan penggunaan obat, menjadi pusat informasi obat bagi

tenaga kesehatan, pasien/keluarga, dan masyarakat, melaksanakan konseling

pada pasien, melakukan pengkajian obat, melakukan penanganan obat-obat

kanker, melakukan perencanaan, penerapan, dan evaluasi pengobatan, bekerja

sama dengan tenaga kesehatan lain, dan berperan serta dalam tim/kepanitiaan

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

19

Universitas Indonesia

di rumah sakit seperti Panitia Farmasi dan Terapi serta Panitia Pengendalian

Resistensi Antibiotik (PPRA).

3.2.7 Tugas dan fungsi

Instalasi Farmasi RSCM mempunyai tugas: melaksanakan pengelolaan

perbekalan farmasi yang optimal meliputi perencanaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi dan produksi sediaan farmasi,

serta melaksanakan pelayanan farmasi klinik sesuai prosedur kefarmasian dan

etika profesi. Untuk menjalankan tugasnya tersebut, Instalasi Farmasi RSCM

mempunyai fungsi:

a. Penyusunan standar, kriteria, prosedur, dan indikator kinerja pelayanan

kefarmasian serta administrasi umum dan keuangan.

b. Penyusunan program pelayanan pengelolaan perbekalan farmasi, produksi

sediaan farmasi, pelayanan farmasi klinik rumah sakit serta administrasi dan

keuangan.

c. Penyusunan rencana kebutuhan perbekalan farmasi rumah sakit, tenaga, sarana

dan prasarana penunjang kebutuhan Instalasi Farmasi.

d. Menjamin ketersediaan perbekalan farmasi.

e. Penyelenggaraan penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi.

f. Penyelenggaraan produksi sediaan farmasi dan aseptic dispensing untuk

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

g. Penyelenggaraan pelayanan farmasi klinik.

h. Penyelenggaraan supervisi, pemantauan, pengawasan, dan pengendalian

terhadap mutu pelayanan farmasi.

i. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium.

j. Pengadministrasian penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi.

k. Pengadministrasian SDM dan keuangan farmasi.

l. Pengembangan kompetensi SDM farmasi.

m. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan pelayanan farmasi.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

20

Universitas Indonesia

3.2.8 Organisasi

Susunan organisasi Instalasi Farmasi RSCM (Lampiran 2) terdiri atas:

a. Instalasi Farmasi

b. Sub Instalasi Perbekalan farmasi.

c. Sub Instalasi Produksi.

d. Sub Instalasi Farmasi Klinik dan Diklitbang.

e. Sub Instalasi Administrasi & Keuangan.

3.3 Sub Instalasi Perbekalan Farmasi

Sub Instalasi Perbekalan Farmasi adalah satuan kerja fungsional yang

berada di bawah Instalasi Farmasi. Sub Instalasi Perbekalan Farmasi dipimpin

oleh seorang apoteker pengelola yang disebut Kepala Sub Instalasi Perbekalan

Farmasi dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi. Dalam

menjalankan fungsinya, Kepala Sub Instalasi Perbekalan Farmasi dibantu oleh

staf pelaksana fungsional yang terdiri dari Penanggung Jawab Perencanaan,

Penanggung Jawab Penyimpanan dan Pendistribusian, Penanggung Jawab Satelit,

dan Penanggung Jawab Gas Medis.

Sub Instalasi Perbekalan Farmasi dalam menjalankan tugasnya

mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rancangan kebijakan, standar, kriteria, prosedur, dan indikator

kinerja Sub Instalasi Perbekalan Farmasi.

b. Penyusunan RBA dan RKT Sub Instalasi Perbekalan farmasi.

c. Pengkoordinasian perencanaan perbekalan farmasi dengan Bidang Pelayanan

Medik dan unit kerja terkait.

d. Pengkoordinasian pengadaan perbekalan farmasi dengan Unit Procurement.

e. Pelaksanaan penerimaan perbekalan farmasi sesuai peraturan yang berlaku.

f. Pelaksanaan penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi sesuai

aturan kefarmasian

g. Penyelenggaraan supervisi, pengawasan, dan pengendalian terhadap

pengelolaan perbekalan farmasi baik di satelit farmasi maupun di unit kerja

yang tidak memiliki tenaga farmasi.

h. Pelaporan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

21

Universitas Indonesia

i. Pelaporan kegiatan Sub Instalasi Perbekalan Farmasi.

Kegiatan yang dilakukan oleh Sub Instalasi Perbekalan Farmasi meliputi

perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, supervisi,

pengawasan, pengendalian, dan pelaporan pengelolaan perbekalan farmasi.

Perencanaan dikaitkan dengan proses pengadaannya, memiliki tiga sistem yaitu

reguler, konsinyasi, dan sistem tertutup. Sistem pengadaan perbekalan farmasi

dikaitkan dengan asal sumber dana, yaitu dana operasional dan dana pendapatan.

Penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi sesuai aturan kefarmasian

dilakukan di Gudang Perbekalan Farmasi.

Instalasi Farmasi RSCM memiliki beberapa satelit dan depo yang tersebar

di seluruh rumah sakit, yaitu:

a. Satelit Farmasi Unit Pelayanan Terpadu Rawat Inap Gedung A.

b. Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD).

c. Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU).

d. Satelit Instalasi Bedah Pusat (IBP).

e. Satelit Farmasi Unit Pelayanan Jantung Terpadu (PJT).

f. Satelit Farmasi Pusat.

g. Satelit Farmasi Kelompok Pendidikan Khusus (POKDISUS).

h. Satelit Poli Bedah.

i. Satelit Unit Luka Bakar (ULB).

j. Satelit Farmasi Poliklinik Geriatri.

k. Depo Gas Medis.

Satelit Farmasi mempunyai tugas antara lain :

a. Mengelola perbekalan farmasi untuk kebutuhan di unit pelayanan medik.

b. Mengkoordinasikan pelayanan distribusi perbekalan farmasi dan pelayanan

farmasi klinik di unit pelayanan medik.

c. Mengelola administrasi dan keuangan perbekalan farmasi yang dilaksanakan

satelit.

d. Melaporkan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi kepada Kepala Sub

Instalasi Perbekalan Farmasi.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

22

Universitas Indonesia

3.4 Sub Instalasi Produksi

Sub Instalasi Produksi adalah satuan kerja fungsional yang berada di

bawah Instalasi Farmasi. Sub Instalasi Produksi dipimpin oleh seorang pejabat

pengelola yang disebut Kepala Sub Instalasi Produksi dan bertanggung jawab

langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi. Dalam menjalankan fungsinya, Kepala

Sub Instalasi Produksi dibantu oleh staf pelaksana fungsional yang terdiri dari

Penanggung Jawab Produksi Sediaan Farmasi dan Penanggung Jawab Aseptic

Dispensing. Adapun tugas dari Sub Instalasi Produksi adalah (Surat Keputusan

Dirut Nomor 2632, 2010) :

a. Menyusun rencana program kegiatan Sub Instalasi Produksi.

b. Melaksanakan perencanaan produksi sediaan farmasi dan aseptic dispensing.

c. Menyusun rancangan kebijakan, standar, kriteria, prosedur, dan indikator

kinerja Sub Instalasi Produksi.

d. Melaksanaan perencanaan, penerimaan, dan penyimpanan bahan baku dan

pengemas dari Sub Instalasi Perbekalan Farmasi sesuai peraturan yang

berlaku.

e. Melaksanakan kegiatan pelayanan produksi sediaan farmasi untuk memenuhi

kebutuhan pelayanan kesehatan rumah sakit.

f. Melaksanakan pengemasan kembali (repacking) dan pelayanan aseptic

dispensing untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan rumah sakit.

g. Mengendalikan dan mengawasi mutu produksi sediaan farmasi dan aseptic

dispensing.

h. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi produksi farmasi.

i. Melaporkan kegiatan produksi.

Kegiatan Sub Instalasi Produksi meliputi produksi sediaan farmasi steril

dan non steril, serta aseptic dispensing. Semua produksi sediaan farmasi non steril

dan steril yang akan dibuat merujuk pada buku Formula Induk.

Di unit produksi non steril, dilakukan pengemasan kembali sediaan

farmasi yang dilakukan untuk sediaan obat, seperti povidon iodin dan

pengenceran alkohol. Jumlah dan frekuensi pembuatan serta pengemasan kembali

sediaan farmasi tersebut disesuaikan dengan sediaan yang diperoleh dari Gudang

Perbekalan Farmasi dan kebutuhan RS. Kegiatan aseptic dispensing meliputi

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

23

Universitas Indonesia

kegiatan pengemasan kembali, contohnya gansiklovir, meropenem, dan

amoksisilin-klavulanat (co-amoxiclav), IV Admixture di CMU 2, penanganan obat

kanker (handling cytotoxic) yang terletak di Gedung A lantai 8, CMU 2, dan

Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA), serta penanganan nutrisi parenteral di

CMU 2 dan Departemen IKA.

3.5 Sub Instalasi Farmasi Klinik dan Pendidikan, Penelitian dan

Pengembangan

Sub Instalasi Farmasi Klinik dan Pendidikan, Penelitian dan

Pengembangan (Diklitbang) adalah satuan kerja fungsional yang berada di bawah

Instalasi Farmasi. Sub Instalasi Farmasi Klinik dan Diklitbang dipimpin oleh

seorang apoteker pejabat pengelola yang disebut Kepala Sub Instalasi Farmasi

Klinik dan Diklitbang dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi

Farmasi. Dalam menjalankan fungsinya, Kepala Sub Instalasi Farmasi Klinik dan

Diklitbang dibantu oleh staf pelaksana fungsional yang terdiri dari Penanggung

Jawab Pelayanan Farmasi Klinik dan Penanggung Jawab Diklitbang. Sub Instalasi

Farmasi Klinik dan Diklitbang mempunyai tugas:

a. Penyusunan rancangan kebijakan, standar, kriteria, prosedur, dan indikator

kinerja Sub Instalasi Farmasi Klinik dan Diklitbang.

b. Penyusunan RKT dan RBA Sub Instalasi Farmasi Klinik dan Diklitbang.

c. Pelaksanaan kegiatan pelayanan farmasi klinik meliputi: pengkajian instruksi

pengobatan dan resep pasien, pengidentifikasian masalah terkait penggunaan

obat dan alat kesehatan, pemantauan terhadap efektifitas dan keamanan

penggunaan obat dan alat kesehatan, pemberian konseling kepada pasien dan

keluarga pasien, serta pemberian informasi obat kepada petugas kesehatan,

pasien/keluarga.

d. Pelaksanaan pengembangan profesi SDM farmasi.

e. Pengkoordinasian pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kefarmasian.

f. Pengkoordinasian pelaksanaan penelitian dan pengembangan pelayanan

farmasi.

g. Pemantauan, pengawasan, dan pengendalian terhadap mutu pelayanan

farmasi.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

24

Universitas Indonesia

h. Pelaporan kegiatan farmasi klinik dan diklitbang farmasi.

Kegiatan farmasi klinik di RSCM telah dilakukan di beberapa tempat,

yaitu di ruang Rawat Inap Terpadu Gedung A, IKA, ruang ICU, Poli Geriatri,

Unit Pelayanan Jantung Terpadu (PJT), dan Kencana.

3.5.1 Farmasi klinik di ruang rawat inap

Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di Ruang Rawat Inap antara lain:

a. Skrining Resep

Skrining resep dilakukan pada saat verifikasi resep sebelum resep

disiapkan oleh farmasi. Farmasi akan melakukan skrining terhadap kesesuaian

farmasetik, farmakologi, dan klinis. Kesesuaian farmasetik meliputi bentuk,

kekuatan sediaan, jumlah obat, stabilitas, ketersediaan, aturan, cara dan teknik

penggunaan. Persyaratan klinis meliputi ketepatan indikasi, dosis, waktu

penggunaan obat, adanya duplikasi pengobatan, alergi, interaksi, efek samping

obat, dan kontraindikasi.

b. Medication History Taking (MHT)

MHT dilakukan menurut prioritas yaitu pada pasien yang menerima obat

yang berkelanjutan (pasien kronis), pasien dengan mutiregimen obat atau status

mutipenyakit yang harus mendapat perhatian apoteker, pasien dengan riwayat

efek samping obat, pasien geriatri/pediatri, dan pasien yang menerima obat

dengan indeks terapi yang sempit. Sasaran MHT adalah untuk memperoleh

informasi tentang riwayat penggunaan obat yang dapat membantu dalam

diagnosis dan pengobatan pasien. Proses wawancara bertujuan untuk mengetahui

semua aspek penggunaan obat pasien. Dengan dilakukan MHT, dapat diketahui

informasi apakah pasien alergi terhadap obat tertentu yang mungkin dokter lupa

menanyakan informasi ini, obat yang digunakan pasien sebelum masuk RS baik

obat resep, OTC maupun herbal, apakah masih digunakan atau tidak sehingga

dapat mencegah dan mengatasi duplikasi, interaksi, dan drug related problem

(DRP) lain yang mungkin terjadi.

c. Monitoring atau pemantauan terapi obat

Kegiatan pemantauan pengobatan pasien tidak dilakukan pada semua

resep yang diberikan kepada pasien. Kegiatan tersebut diprioritaskan bagi pasien-

pasien yang memperoleh obat lebih dari 4 macam atau pasien yang memperoleh

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

25

Universitas Indonesia

obat dengan indeks terapi sempit. Monitoring dilakukan dengan pengecekan

terhadap adanya diskrepansi yaitu perbedaan antara resep, kardeks, dan status

pasien. Bila terdapat perbedaan, apoteker menindaklanjuti dengan menghubungi

dokter atau perawat terkait masalah yang ditemukan. Kegiatan monitoring ini

dilakukan dengan mengisi lembar monitoring pengobatan pasien. Contoh formulir

monitoring pengobatan dapat dilihat pada Lampiran 6.

d. Ronde/Visite Pasien

Ronde/visite pasien merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap

bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan dilakukan ronde adalah

untuk memastikan pengobatan yang diterima pasien sesuai dengan rencana,

menilai kemajuan pasien, mendiskusikan rencana pengobatan selanjutnya dan

bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Dengan dilakukannya ronde, dapat

diketahui pula efek samping yang terjadi dan permasalahan lain serta membuat

catatan tentang penyelesaian masalah tersebut. Ronde yang dilakukan di Rawat

Inap Terpadu belum terjadwal, untuk ronde di ICU dilakukan setiap hari.

e. Bedside Counseling

Konseling obat pasien pulang umumnya dilakukan pada pasien-pasien

yang memperoleh resep dengan polifarmasi maupun pasien yang memperoleh

obat dengan cara penggunaan khusus atau yang memerlukan kepatuhan khusus.

Karena di setiap lantai belum terdapat ruang konseling khusus, konseling

dilakukan dengan metode bedside counseling (di sisi tempat tidur) pasien yang

akan pulang. Sebelum memberikan konseling, apoteker harus mengisi formulir

konsultasi yang dibuat rangkap dua. Lembar asli konseling tersebut diberikan

kepada pasien sebagai informasi tertulis. Contoh formulir informasi obat pulang

dapat dilihat di Lampiran 7.

f. Pelayanan informasi obat

Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan farmasi klinik yang bersifat

pasif, dalam arti kegiatan ini baru dilaksanakan apabila ada pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan kepada apoteker penanggung jawab lantai. Pertanyaan dapat

berasal dari berbagai macam pihak, seperti dokter, perawat, pasien, keluarga

pasien, dan lain-lain. Dalam pelayanan informasi obat, digunakan pustaka yang

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

26

Universitas Indonesia

berupa buku-buku teks terbaru yang up-to-date maupun jurnal-jurnal kesehatan

serta akses internet.

Pencatatan perlu dilakukan setelah pelayanan informasi obat dilakukan

sebagai dokumentasi. Dokumentasi akan bermanfaat apabila ada pertanyaan lain

yang serupa di kemudian hari. Selain itu, dari dokumentasi dapat diketahui topik

pertanyaan yang paling sering diajukan sehingga apoteker dapat memperdalam

pengetahuan mengenai topik pertanyaan tersebut.

g. Pemantauan penggunaan antibiotika

Kegiatan pemantauan tersebut dilakukan dengan memantau dosis

antibiotika yang digunakan maupun masalah yang berkaitan dengan antibiotika.

Hasil pemantauan tersebut kemudian didiskusikan dalam pertemuan apoteker

yang membahas kasus klinik setiap hari Rabu. Hasil diskusi umumnya akan

menghasilkan suatu rekomendasi yang harus disampaikan kepada dokter untuk

mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan dari masalah yang berkaitan

dengan antibiotika tersebut. Sebagaimana kegiatan farmasi klinik yang lain,

pemantauan penggunaan antibiotika tersebut juga harus didokumentasikan.

3.5.2 Farmasi klinik pada pasien rawat jalan

Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di Poli Geriatri dan Poli PJT

adalah konseling pasien. Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk

mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan

pengambilan dan penggunaan obat. Konseling dilakukan pada pasien geriatri

dengan kriteria pasien rujukan dokter, pasien dengan penyakit kronis, pasien

dengan obat yang berindeks terapetik sempit atau pasien polifarmasi. Tujuannya

adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien

mengenai nama obat, tujuan pengobatan, cara menggunakan obat, lama

penggunaan obat, efek samping obat, dan cara penyimpanan obat. Konseling

diawali dengan 3 prime question yaitu menanyakan kepada pasien apa yang sudah

dikatakan dokter tentang obat, penyakit, dan harapan/tujuan pengobatan.

Pertanyaan yang diajukan kepada pasien dilakukan dengan metode open-ended

question. Pada akhir konseling, dilakukan verifikasi untuk mengecek pemahaman

pasien tentang apa yang telah dijelaskan dan didiskusikan.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

27

Universitas Indonesia

3.6 Keterlibatan farmasi dalam kepanitiaan

3.6.1 Pelaksana Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA).

Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) merupakan suatu

tim pelaksana yang dibentuk rumah sakit dengan tujuan antara lain:

a. Tercapainya peningkatan mutu dalam pemakaian antibiotik di rumah sakit

melalui kerja sama dengan empat pilar yang terdiri dari Panitia Farmasi dan

Terapi, Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS), Tim Mikrobiologi

Klinik, dan Tim Farmasi Klinik.

b. Terlaksananya pengawasan, pemantauan, dan pengendalian prosedur

pemakaian antibiotik di masing-masing unit agar tidak menyimpang dari

prosedur yang telah ditetapkan.

c. Terlaksananya evaluasi pelaksanaan pemakaian antibiotika.

d. Terselenggaranya pendidikan, pelatihan, dan penelitian dalam pengendalian

resistensi antimikroba.

Tim PPRA melaksanakan pengawasan dan pengendalian penggunaan

antimikroba secara bijak meliputi efikasi, biaya, keamanan, kenyamanan di

RSCM. Tim PPRA terdiri dari:

1. Tim inti yaitu yaitu:

a. Perwakilan dari Panitia Farmasi dan Terapi.

b. PPIRS.

c. Spesialis Farmasi Klinik.

d. Spesialis Mikrobiologi Klinik.

2. Perwakilan dari Departemen Patologi Klinik

3. Perwakilan Departemen Penyakit Dalam, Departemen Bedah, Departemen

Kebidanan dan Kandungan, dan Departemen Ilmu Kesehatan Anak.

4. Perwakilan Divisi Penyakit Tropik Departemen Penyakit Dalam.

5. Perwakilan Bidang Pelayanan Medik dan Bidang Keperawatan.

Organisasi PPRA meliputi Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota

yang terdiri dari unsur klinisi (mewakili Departemen/UPT/Instalasi terkait),

perawat, apoteker, spesialis Mikrobiologi Klinik, spesialis Patologi Klinik,

spesialis Farmakologi Klinik, dan Konsultan Penyakit Tropik Infeksi.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

28

Universitas Indonesia

Dalam melaksanakan tugasnya, Tim PPRA dibantu oleh Pokja PPRA dari

berbagai Departemen/UPT/Instalasi yang pelayanannya berhubungan dengan

penggunaan antimikroba. Pokja departemen terdiri dari Ketua, yang merangkap

sebagai anggota tim PPRA, dan beberapa orang anggota. Pokja PPRA tingkat

Departemen/Instalasi/UPT sebagai berikut (SK No.10281/TU.K/34/VI/2011) :

1. Departemen Penyakit Dalam

2. Departemen Bedah

3. Departemen IKA

4. Departemen Obstetri dan Ginekologi

5. Departemen Kulit dan Kelamin

6. Departemen Gigi dan Mulut

7. Departemen Bedah Saraf

8. Departemen Mata

9. Departemen Neurologi

10. Departemen Urologi

11. Departemen THT

12. ICU

13. Unit Pelayanan Luka Bakar

14. Pelayanan Jantung Terpadu

15. Instalasi Gawat Darurat

Tugas pokok tim PPRA adalah melaksanakan pengendalian resistensi

antimikroba. PPRA meniliki fungsi, antara lain:

a. Menetapkan kebijakan pengendalian penggunaan antibiotik.

b. Menerapkan kebijakan di bidang pengendalian resistensi antimikroba melalui

koordinasi empat pilar.

c. Menyusun program kerja tim PPRA dan Pokja PPRA Departemen/UPT/

Instalasi.

d. Menyebarluaskan dan meningkatkan pemahaman serta kesadaran tentang

prinsip pengendalian resistensi antimikroba yang terkait dengan penggunaan

antibiotik secara bijak.

e. Sebagai konsultan dalam pemilihan antibiotik lini 3.

f. Melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik, pola resistensi

kuman, dan insidens MRSA.

Tim PPRA menyelenggarakan pertemuan berkala secara terencana,

minimal satu bulan sekali untuk membahas program dan kegiatan yang telah

ditetapkan dalam PPRA dan menyampaikan rekomendasi hasil keputusan rapat

secara tertulis kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan pihak terkait

(Departemen/UPT/Instalasi Pelayanan dan empat pilar PPRA).

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

29

Universitas Indonesia

3.6.2 Panitia Farmasi dan Terapi

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah panitia ahli di bawah Komite

Medik yang membantu Direktur Utama dalam merumuskan dan melaksanakan

kebijakan dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi

di RSCM. Keanggotaan PFT adalah berdasarkan pengusulan dari Kepala

Departemen/Bidang/Instalasi dan disahkan oleh Direktur Utama. Keanggotaanya

diperbaharui maksimal setiap lima tahun sekali. Anggota PFT tidak boleh

mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan farmasi manapun. Ketua, sekretaris,

dan dua anggota PFT ditetapkan sebagai pengurus harian. Setiap departemen

memiliki PFT tingkat departemen yang terdiri atas ketua, sekretaris, dan 2-3 orang

anggota. Ketua PFT tingkat departemen menjadi anggota ex officio PFT tingkat

RSCM. PFT menyusun program kerja tentang pemilihan dan penyusunan

formularium. PFT mengajukan anggaran setiap tahun guna mendukung program

kerjanya.

Adapun tugas PFT mencakup antara lain:

a. Sebagai penasihat bagi pimpinan RSCM dan tenaga kesehatan dalam semua

masalah yang ada kaitannya dengan perbekalan farmasi.

b. Menyusun kebijakan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.

c. Menyusun formularium obat, alat kesehatan, dan reagensia; dan

memperbaharuinya secara berkala. Seleksi obat, alat kesehatan, dan reagensia

didasarkan pada kemanjuran, keamanan, kualitas, dan harga. PFT harus

mampu meminimalkan jenis obat yang nama generiknya sama atau jenis obat

yang indikasinya sama.

d. Memantapkan dan melaksanakan program dan agenda kegiatan yang

menjamin berlangsungnya pelaksanaan terapi yang efektif, aman, dan hemat

biaya.

e. Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan dan penyebaran

informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan seleksi, pengadaan, dan

penggunaan obat kepada staf medis RSCM.

f. Berperan aktif dalam penjaminan mutu pemilihan, pengadaan, dan

penggunaan perbekalan farmasi.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

30

Universitas Indonesia

g. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi efek samping obat yang terjadi

di RSCM.

h. Memandu tinjauan penggunaan obat (drug utilization review) dan

mengumpanbalikkan hasil tinjauan itu ke seluruh staf medis.

Dalam mengemban tugas tersebut di atas, PFT perlu mengadakan rapat

rutin sekurang-kurangnya 1 bulan sekali guna membicarakan implementasi dari

kebijakan dan peraturan tentang seleksi, pengadaan, penyimpanan, dan

penggunaan obat. Keputusan rapat pleno yang menyangkut kebijakan diambil

berdasarkan musyawarah. Bila musyawarah tidak berhasil, dapat dilakukan

pemungutan suara. Setiap anggota PFT dalam pengambilan keputusan harus bebas

dari kepentingan pribadi atau kelompok, dan semata-mata adalah untuk

kepentingan pasien (Formularium RSCM, 2012).

3.7 Pasien jaminan yang dilayani di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Pasien jaminan dilayani oleh RSCM, dimana pengelolaan kegiatan

pelayanan administrasi dan pelaporan pasien tersebut dilakukan oleh Unit

Pelayanan Pasien Jaminan (UPPJ). Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi

pasien jaminan dalam menebus obat, yaitu melampirkan Surat Jaminan Pelayanan

(SJP) asli dan fotokopi bagi semua pasien, fotokopi Identitas Pasien Rawat Inap

bagi pasien rawat inap, bukti pendaftaran atau kwitansi dari poliklinik bagi pasien

rawat jalan serta fotokopi kartu Askes bagi peserta Askes. Pasien jaminan yang

dilayani RSCM diantaranya pasien tidak mampu, pasien keluarga miskin, pasien

jamkesmas, pasien askes, dan pasien jaminan perusahaan.

3.7.1 Pasien tidak mampu

Pasien dengan membawa Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta dengan disertai kebijakan

mengenai pembayaran dan biaya perawatan. Ada 2 jenis pasien SKTM :

a. Pasien SKTM Penuh, yaitu pasien tidak mampu yang tidak perlu membayar

seluruh biaya perawatannya.

b. Pasien SKTM terbatas, yaitu pasien tidak mampu yang harus membayar 50%

dari biaya perawatan. Pasien SKTM luar DKI Jakarta, disebut pasien

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

31

Universitas Indonesia

Jamkesda, dimana biaya pengobatan menjadi tanggungan Pemerintah Daerah

setempat.

3.7.2 Pasien Keluarga Miskin (Gakin).

Pasien miskin dan tidak mampu yang terdaftar, memiliki kartu/surat

keterangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan.

3.7.3 Pasien Jamkesmas.

Pasien miskin dan tidak mampu yang terdaftar, memiliki kartu/surat

keterangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah di luar DKI Jakarta dan

berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.

3.7.4 Pasien Askes.

Warga masyarakat yang pelayanan kesehatannya dijamin oleh PT Askes

sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. Terdapat 2 jenis Pasien Askes, yaitu:

a. Pasien Askes sosial

Pasien yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dijamin oleh PT

Askes sesuai ketentuan yang telah ditetapkan berdasarkan golongan.

b. Pasien Asuransi Jiwa in Health

Pasien umum yang dijamin oleh PT Askes sesuai ketentuan yang telah

ditetapkan.

3.7.5 Pasien Jaminan Perusahaan.

Pasien umum yang pelayanan kesehatannya dijamin oleh perusahaan

tertentu sesuai ketentuan dan perjanjian kerjasama yang telah disepakati bersama

dengan RSCM.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

32 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo (RSCM) dilaksanakan pada tanggal 6 Februari – 30 Maret 2012.

Kegiatan yang dilakukan selama PKPA adalah mengamati dan mengikuti

serangkaian kegiatan manajemen dan klinik pelayanan farmasi di Instalasi

Farmasi RSCM. Kegiatan manajemen farmasi meliputi pengelolaan perbekalan

farmasi, terdiri dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

dispensing, dan pendistribusian perbekalan farmasi di beberapa unit pelayanan

kefarmasian di RSCM. Sedangkan kegiatan farmasi klinik yang dilakukan antar

lain, wawancara sejarah pengobatan, skrining resep, pelayanan informasi obat,

konseling, dan monitoring terapi obat. Kegiatan PKPA ini dilakukan di beberapa

tempat yang terdapat di RSCM yang terkait dengan farmasi, antara lain Satelit

Farmasi Unit Pelayanan Terpadu Rawat Inap Gedung A, Instalasi Gawat Darurat,

ICU, Satelit Farmasi Pusat, Poliklinik Geriatri, Satelit Kirana, gudang perbekalan

farmasi, dan produksi di Sub Instalasi Produksi RSCM.

Penyimpanan perbekalan farmasi di satelit RSCM dipisahkan berdasarkan

jenis obat dan alat kesehatan, bentuk sediaan (oral, topikal, injeksi), obat generik,

obat nama dagang, dan disusun secara alfabetis. Perbekalan farmasi juga disimpan

berdasarkan stabilitas penyimpanannya pada suhu tertentu, yaitu suhu ruangan

(15-30°C ), suhu sejuk (8-15°C ), suhu dingin (2 – 80 C), atau suhu beku (-20 dan

-10 °C). Suhu lemari pendingin dan suhu ruangan selalu dipantau setiap hari oleh

petugas dengan mengisi formulir pemantauan temperatur lemari pendingin obat

(Lampiran 10). Obat-obat khusus seperti obat narkotika, psikotropika, dan obat

mahal juga harus dipisah penyimpanannya. Narkotika disimpan dalam lemari

khusus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Obat psikotropika dan obat mahal

juga dipisah dalam lemari yang berbeda. Penyimpanan juga berdasarkan pada

sistem First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO). Menurut

standar Joint Comission International (JCI), beberapa obat tertentu perlu

diberikan label pada kemasan primer dan lemari tempat penyimpanannya seperti

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

33

Universitas Indonesia

obat high alert dan obat kanker. Selain itu, terdapat pula pelabelan pada kotak

penyimpanan, yaitu obat LASA (Look Alike Sound Alike).

4.1 Gudang Perbekalan Farmasi

Kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja profesi apoteker di Gudang

Perbekalan Farmasi adalah mengamati dan melaksanakan proses pengelolaan

perbekalan farmasi yang terdiri atas perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pengawasan dan pengendalian, serta pemusnahan.

Pada proses perencanaan, pengadaan, dan pendistribusian, terjadi kerja sama

antara Gudang Perbekalan Farmasi dengan unit – unit kerja lain. Waktu pelayanan

gudang perbekalan farmasi yaitu dari jam 08.00 hingga 21.00 yang terbagi dalam

2 shift.

Perbekalan farmasi yang dikelola oleh Instalasi Farmasi RSCM meliputi

obat, alat kesehatan, reagensia, radiofarmaka, dan gas medis. Perbekalan farmasi

ini kemudian dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Perbekalan Farmasi Dasar, yaitu perbekalan farmasi yang merupakan

kebutuhan dasar dalam perawatan atau tindakan di ruang rawat atau perbekalan

farmasi untuk pemakaian bersama oleh pasien–pasien, petugas rumah sakit,

ruangan, dan alat. Contoh: kapas, cairan antiseptik, verband, plester,

desinfektan.

b. Perbekalan Farmasi Emergensi, yaitu perbekalan farmasi yang diperlukan

segera untuk menyelamatkan jiwa pasien, seperti: adrenalin, dobutamin, cairan

infus dasar (NaCl 0,9% dan ringer laktat).

c. Perbekalan Farmasi Pelengkap, yaitu perbekalan farmasi kebutuhan individu

selain perbekalan farmasi dasar dan emergensi. Contoh: amlodipin tablet,

metformin tablet, paracetamol tablet, propepsa suspensi, dan lain–lain.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

34

Universitas Indonesia

Proses pengelolaan perbekalan farmasi digambarkan sebagai berikut ini.

Gambar 4.1. Alur pengelolaan perbekalan farmasi RSCM

4.1.1 Perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi

Proses perencanaan dilakukan untuk periode pemakaian perbekalan

farmasi selama enam bulan. Tiap departemen / UPT/ instalasi mengajukan usulan

kebutuhan ke Instalasi Farmasi, kemudian Instalasi Farmasi akan mengolah,

menilai, dan mengompilasi usulan kebutuhan perbekalan farmasi tersebut menjadi

perencanaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan RSCM. Masing-masing

departemen/ UPT/ instalasi harus mengajukan usulan kebutuhan sebelum tanggal

1 September untuk kebutuhan periode Januari-Juni tahun berikutnya dan sebelum

tanggal 1 Maret untuk kebutuhan periode Juli-Desember tahun berjalan.

Perencanaan perbekalan farmasi harus mengacu kepada formularium serta

daftar alat kesehatan dan bahan diagnostik yang telah disepakati oleh pengguna

(departemen/UPT/instalasi) dan ditetapkan oleh Direksi RSCM. Selain itu,

perencanaan perbekalan farmasi juga harus memperhatikan pedoman pelayanan

medik departemen, volume kegiatan pelayanan, laporan penggunaan tiga bulan

terakhir, rencana pengembangan pelayanan, serta sisa stok perbekalan farmasi di

unit pelayanan. Perencanaan perbekalan farmasi yang akurat sangat diperlukan

guna mencegah terjadinya kekosongan atau bahkan kelebihan stok.

PROSES PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI

Bidang Yanmed /

Direktur Medik

Panitia

Penerimaan

Unit Layanan

PengadaanPemasok

Direktur

KeuanganDept / UPT / Inst Instalasi Farmasi

Menyusun kebutuhan PF

Menilai dan merekapitulasi kebutuhan PF

Dept / UPT / InstMenilai dan

merekapitulasi kebutuhan PF

Perlu revisi?

Ya Tidak

Perlu revisi?

Ya Tidak

GUDANG PERBEKALAN

FARMASIMenerima

MenyimpanMendistribusikan PF

Menginstruksi-kan kepada

ULP

Memroses pembelian

Menentukan pemasok

Mengirim PF

Menerima PF

Menerima dan menggunakan

PF

KETERANGAN :Garis tipis : arus dokumenGaris tebal :arus barang

Yanmed: Pelayanan MedikULP: Unit Layanan PengadaanPF; Perbekalan Farmasi

SATELIT FARMASI

Menerima Menyimpan

Mendistribusikan PF

LANGSUNG

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

35

Universitas Indonesia

Perencanaan perbekalan farmasi yang telah dirumuskan oleh Instalasi

Farmasi diajukan ke Bidang Pelayanan Medik untuk dinilai dan direkapitulasi.

Setelah perencanaan perbekalan farmasi disetujui oleh Direktur Medik dan

Keperawatan, dokumen perencanaan akan diteruskan ke Direktur Keuangan.

Setelah disetujui, Direktur Keuangan akan menginstruksikan Unit Layanan

Pengadaan (ULP) untuk mengadakan barang sesuai perencanaan dengan

mengeluarkan Surat Keterangan Persetujuan Penggunaan Anggaran. Lalu ULP

akan melakukan seleksi pemasok-pemasok perbekalan farmasi dengan cara

pelelangan (tender), yang kemudian akan dikontrak oleh RSCM selama periode

enam bulan tersebut. Para pemasok perbekalan farmasi akan memberikan

penawaran-penawaran untuk produknya, kemudian ULP menentukan pemasok

yang menang tender sesuai dengan penawaran terbaik dan reputasi pemasok yang

juga baik. Kemudian ULP akan menerbitkan Surat Perintah Kerja kepada para

pemasok yang telah terpilih dan juga menginformasikan kepada Instalasi Farmasi

mengenai daftar pemasok yang terpilih. Maka Instalasi Farmasi kemudian akan

menerbitkan SP ke pemasok – pemasok tersebut untuk mengadakan barang sesuai

kebutuhan.

Bagian pemesanan akan membuat SP kepada pemasok setelah ada

permintaan dari Gudang Perbekalan Farmasi yang dilakukan pada hari Senin dan

Rabu. SP yang dibuat hanya berlaku dalam tiga hari. Jika melebihi batas waktu

tersebut, perbekalan farmasi yang dipesan belum juga dikirim oleh pemasok,

maka harus dibuat SP yang baru. Sedangkan pengadaan perbekalan farmasi yang

tidak ada dalam kontrak menggunakan uang muka kerja dan pengadaannya harus

dilakukan seefisien mungkin sesuai kebutuhan, karena uang muka kerja terbatas

jumlahnya. Pembelian obat yang tidak tercantum dalam formularium pada

keadaan emergensi hanya dapat dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari

PFT departemen dan disetujui oleh direksi.

4.1.2 Penerimaan perbekalan farmasi

Pemasok menerima SP dari Instalasi Farmasi kemudian mengirimkan

perbekalan farmasi yang dipesan ke Gudang Perbekalan Farmasi. Perbekalan

farmasi akan diterima di gudang oleh Panitia Penerimaan RSCM, asisten

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

36

Universitas Indonesia

apoteker, dan perwakilan Bidang Pelayanan Medik. Selanjutnya diperiksa

kesesuaian jumlah, jenis, spesifikasi, batas kadaluarsanya, kondisi fisik sediaaan,

kemasan, cara pengiriman dan MSDS/Material Safety Data Sheet (untuk bahan

berbahaya). Selain itu, Panitia Penerimaan juga memeriksa kelengkapan dan

keabsahan dokumen, antara lain: SP, Faktur/Surat Jalan, dan Surat Perintah Kerja

Kontrak. Jika semua sudah sesuai, Panitia Penerimaan RSCM, asisten apoteker,

dan perwakilan Bidang Pelayanan Medik akan menandatangani disertai nama

jelas dan tanggal penerimaan pada Faktur/Surat Jalan. Setelah itu petugas

Administrasi Gudang akan melakukan pencatatan faktur ke dalam stok di sistem

informasi farmasi.

4.1.3 Pendistribusian perbekalan farmasi

Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan dengan sistem sentralisasi

dan desentralisasi. Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi

yang dipusatkan pada satu tempat yaitu Instalasi Farmasi. Pada sentralisasi,

seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pengguna disuplai langsung dari

Instalasi Farmasi. Sedangkan desentralisasi adalah sistem pendistribusian

perbekalan farmasi yang mempunyai cabang di dekat unit perawatan atau

pelayanan yang dikenal dengan istilah depo farmasi atau satelit farmasi.

Perbekalan farmasi dari Gudang Perbekalan Farmasi didistribusikan ke

satelit dan unit pengguna sesuai dengan jadwalnya masing-masing. Ada 61 unit

pelayanan yang dilayani oleh Gudang Perbekalan Farmasi. Prosedur

pendistribusian perbekalan farmasi ke satelit dan unit pengguna dimulai dari tahap

penerimaan formulir permintaan perbekalan farmasi secara manual. Isi dari

formulir permintaan tersebut meliputi nama perbekalan farmasi, jumlah yang

diminta, dan satuan perbekalan farmasi. Petugas gudang akan mengisi jumlah

perbekalan farmasi pada formulir permintaan sesuai dengan jumlah yang dapat

dipenuhi. Setelah perbekalan farmasi yang diminta disiapkan, dilakukan proses

serah terima dari petugas gudang kepada petugas satelit atau unit pengguna yang

meminta. Saat serah terima, dilakukan pula pencatatan tanggal kadaluarsa dari

masing-masing perbekalan farmasi. Kemudian setelah selesai proses serah terima,

pada permintaan di sistem informasi farmasi, petugas gudang dan satelit atau unit

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

37

Universitas Indonesia

pengguna akan melakukan penandaan pada sistem yang menyatakan nama

perbekalan farmasi, jumlah, dan satuannya yang didistribusi, sehingga jumlah

yang terdapat di kartu stok pada sistem informasi farmasi berubah.

4.1.4 Pengawasan dan pengendalian perbekalan farmasi

Pengawasan dan pengendalian perbekalan farmasi dilakukan pada tahap

penyimpanan dan pendistribusian, terutama untuk obat narkotika, psikotropika,

dan obat mahal. Bentuk pengawasan dan pengendalian lainnya adalah melakukan

stock opname di gudang setiap tiga bulan. Dengan dilakukannya pengawasan dan

pengendalian perbekalan farmasi, diharapkan akan menjaga ketersediaan obat

yang optimum dan efisiensi biaya pembelian perbekalan farmasi.

4.1.5 Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Bahan berbahaya dan beracun meliputi kimia beracun (toxic), korosif

(corrosive), mudah terbakar (flammable), oksidator, reaktif terhadap asam, gas

bertekanan, dan radioaktif. Dalam penyimpanan B3, setiap kemasan B3 wajib

diberikan simbol dan label (Lampiran 11), dilengkapi dengan lembar data

keselamatan bahan (Material Safety Data Sheet), serta harus sesuai dengan

kelompok.

Tempat penyimpanan B3 di Gudang Perbekalan Farmasi belum memadai

meskipun telah dikelompokkan sesuai dengan jenis dan diberi label. Hal tersebut

dikarenakan tidak terdapat fasilitas penyimpanan seperti lemari besi dan tidak

terdapat sarana seperti kran untuk irigasi mata. Petugas yang mengambil B3 juga

belum menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

4.1.6 Pemusnahan perbekalan farmasi

Pemusnahan perbekalan farmasi dilakukan pada perbekalan farmasi yang

sudah tidak memenuhi syarat untuk digunakan atau sudah sampai waktu

kadaluarsanya. Pemusnahan dilakukan oleh panitia pemusnahan dengan frekuensi

2-3 kali pemusnahan dalam setahun. Proses pemusnahan disaksikan oleh

perwakilan dari Kementrian Kesehatan dan Balai Pengawas Obat dan Makanan.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

38

Universitas Indonesia

Pada saat pemusnahan, dibuat berita acara yang ditandatangani oleh panitia, saksi,

dan Direktur Utama RSCM.

4.2 Unit Rawat Inap Gedung A

4.2.1 Satelit Farmasi Gedung A

Satelit Farmasi Gedung A terletak di lantai dasar gedung unit rawat inap

terpadu gedung A. Satelit Farmasi gedung A melayani permintaan perbekalan

farmasi dari depo setiap lantai di Gedung A. Gedung A terdiri dari 8 lantai yang

merupakan integrasi dari beberapa departemen yang ada di RSCM. Penulisan

resep di Gedung A dilakukan dengan sistem elekronik yang disebut dengan

Electronic Health Record (EHR), kecuali untuk lantai 1, 3, dan 6 menggunakan

formulir resep resmi dari RSCM. Resep diterima oleh petugas depo melalui EHR,

kemudian diperiksa ketersediaan perbekalan farmasi yang diminta. Apabila tidak

tersedia, petugas depo akan melakukan permintaan (defekta) ke gudang

perbekalan farmasi yang dilakukan pada hari senin, rabu, dan jumat. Khusus

untuk barang-barang ortopedi, pengadaan dengan cara konsinyasi atau penitipan.

Alur defekta dimulai dengan melakukan sampling terhadap perbekalan

farmasi, yaitu kesesuaian dengan kartu stok, stok fisik, dan sistem informasi

farmasi (SIF). Sampling dilakukan secara rutin setiap hari terutama untuk barang-

barang yang mahal. Daftar barang yang akan diminta dimasukkan ke dalam SIF,

kemudian gudang akan menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta. Petugas

dari Gedung A akan mengambil barang serta memeriksa kesesuaian dengan daftar

defekta dan tanggal kadaluarsa dari barang. Kemudian daftar defekta yang telah

sesuai dimasukkan ke dalam SIF.

Sistem distribusi obat yang digunakan di Gedung A adalah sistem dosis

unit yang dikombinasikan dengan floor stock. Dengan sistem dosis unit, setiap

resep dikerjakan dan dikemas dalam kemasan yang dibagi tiap waktu penggunaan,

yaitu pagi (kantong merah), siang (transparan), sore (biru), dan malam (hijau).

Alur pelayanan resep secara umum adalah resep diterima oleh depo kemudian

obat disiapkan di depo dan diantarkan ke ruang rawat oleh tenaga farmasi. Pada

pelayanan resep TPN, resep yang telah diverifikasi dapat langsung diterima oleh

bagian produksi di gedung CMU 2 melalui SIF. Petugas di bagian produksi akan

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

39

Universitas Indonesia

langsung menyiapkan TPN yang diminta dan akan diantarkan ke satelit gedung A

untuk diserahkan ke depo. Pelayanan resep yang memerlukan repacking

(pengemasan kembali), misalnya obat antibiotik yang mahal, obat akan disiapkan

di satelit gedung A kemudian dibawa ke bagian produksi untuk dikemas kembali

secara aseptis. Obat yang telah siap diantarkan kembali ke satelit pusat, lalu

diantarkan ke depo. Pada pelayanan resep sitostatika, obat berasal dari satelit

gedung A karena ruang sitostatika di lantai 8 dan depo tidak meyimpan obat

sitostatika. Pada saat pelayanan obat sitostatika, tenaga kefarmasian harus

memahami dengan baik protokol kemoterapi pasien, karena proses perhitungan

pelarut pada saat penyiapan obat kemoterapi harus sesuai dengan konsentrasi yang

tertera pada protokol kemoterapi masing-masing pasien. Pada saat pelayanan obat

sitostatika, petugas harus mengisi formulir pencampuran obat sitostatika Instalasi

Farmasi (Lampiran 8). Pasien juga tidak boleh membawa pulang obat sitostatika.

Apabila obat telah terlanjur disiapkan tetapi proses kemoterapi tertunda, pasien

dapat menitipkan obat sitostatika di ruang sitostatika dengan mengisi formulir

penitipan obat pelayanan aseptik dispensing farmasi CMU 2 (Lampiran 9).

Proses pengerjaan resep dimulai dengan melakukan verifikasi resep yang

mencakup legalitas resep, kesesuaian sediaan farmasetika, kesesuaian obat yang

diresepkan dengan jenis jaminan pasien (untuk pasien jaminan) dan pertimbangan

klinis. Setelah seluruh resep selesai diverifikasi, selanjutnya dilakukan

pengambilan obat dari rak dan obat dimasukkan ke dalam keranjang-keranjang

untuk tiap pasien. Setelah semua obat diambil, dilakukan pengemasan obat ke

dalam bentuk dosis unit serta pemberian etiket. Tahap selanjutnya adalah

pemeriksaan ulang resep yang telah dikerjakan. Orang yang melakukan

pemeriksaan berbeda dengan orang yang mengerjakan resep. Hal tersebut

dilakukan dengan tujuan sebagai pengecekan ganda untuk menghindari

medication error. Kemudian obat diantarkan ke ruang rawat dan dilakukan proses

serah terima obat dengan perawat. Keseluruhan proses tersebut ditandai dengan

melakukan check list dan menuliskan nama petugas yang mengerjakan etiket,

mengambil obat, dan melakukan serah terima pada keterangan V (verifikasi), H

(harga), D (dispensing), S (serah) pada lembar resep.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

40

Universitas Indonesia

4.2.2 Farmasi klinik Satelit Gedung A

Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di Gedung A adalah medication

history taking (pengambilan riwayat pengobatan pasien), ronde (ronde bersama

dan visite mandiri), skrining resep, monitoring resep, konseling pasien pulang,

pemberian informasi obat pasif dan aktif, serta mendokumentasikan kegiatan.

Pengambilan riwayat pengobatan pasien dilakukan untuk mengetahui

informasi mengenai obat yang digunakan pada terapi sebelumnya, riwayat alergi,

atau adverse drug reaction (ADR). Informasi yang diperoleh menjadi dasar untuk

pengobatan selanjutnya dan memastikan bahwa pengobatan yang dilakukan

berkesinambungan.

Kegiatan ronde adalah kegiatan mengunjungi untuk mendiskusikan

rencana pengobatan selanjutnya oleh seluruh tenaga kesehatan, baik dokter,

perawat dan apoteker secara bersama-sama. Apoteker dapat memberikan

rekomendasi kepada dokter terkait dengan rencana pengobatan tersebut.

Skrining dilakukan pada saat verifikasi sebelum resep disiapkan oleh

farmasi. Farmasi akan melakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian farmasetik,

farmakologi, dan klinik. Selain itu, dilakukan juga monitoring pengobatan pasien

dengan mengisi formulir monitoring pengobatan yang dapat dilihat pada

Lampiran 6. Salah satu bentuk monitoring adalah dengan melakukan pemeriksaan

terhadap adanya diskrepansi, yaitu perbedaan antara resep, kardeks, dan status

pasien. Perbedaan tersebut ditelusuri untuk mengetahui kemungkinan terjadinya

medication error.

Konseling di Gedung A dilakukan untuk pasien pulang yang menerima

obat sampai waktu untuk kontrol kembali ke rumah sakit (bedside counseling).

Apoteker akan mengisi formulir informasi obat pulang yang berisi petunjuk

singkat tentang obat yang diberikan. Formulir informasi obat pulang dapat dilihat

pada Lampiran 7. Hal tersebut perlu dilakukan karena saat di rumah sakit

pemberian obat pasien diawasi oleh perawat sedangkan di rumah pengawasan

berkurang sehingga dapat menurunkan tingkat kepatuhan minum obat dari pasien

dan meningkatkan medication error.

Pemberian informasi obat terdiri dari pemberian informasi secara aktif dan

pasif. Pemberian informasi aktif dilakukan dengan pemberian brosur atau lembar

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

41

Universitas Indonesia

informasi seperti cara pemakaian inhaler sedangkan pemberian informasi pasif

dilakukan dengan melayani pertanyaan dari tenaga kesehatan lain, profesi lain,

dan masyarakat terkait dengan obat. Pertanyaan diajukan pada apoteker klinis di

ruang apoteker klinis yang ada di lantai dasar gedung A.

Seluruh kegiatan klinik yang dilakukan oleh apoteker akan

didokumentasikan dengan tujuan sebagai penilaian atau evaluasi kinerja apoteker.

Apoteker juga melakukan supervisi yaitu pengecekan terhadap lemari obat.

Seorang apoteker bertanggung jawab untuk memastikan pengobatan yang

diberikan pada pasien telah tepat. Supervisi tersebut merupakan salah satu langkah

untuk mencapai tujuan tersebut. Jika terdapat obat yang tertinggal di lemari obat,

apoteker harus segera melakukan pengecekan silang dengan perawat mengenai

alasan mengapa pasien tidak memperoleh obat yang seharusnya. Kejadian

kehilangan obat juga harus menjadi perhatian khusus bagi apoteker karena selain

merugikan rumah sakit, hal tersebut juga berpotensi untuk menimbulkan

medication error. Hal yang paling berbahaya adalah apabila pasien sebenarnya

telah menerima obat, tetapi memperoleh lagi obat yang sama karena perawat

mengira obat hilang dan meminta kembali ke satelit farmasi. Oleh karena itu,

apabila terjadi kejadian seperti itu, apoteker tidak boleh langsung memberikan

obat kecuali dalam keadaan pasien sangat membutuhkan obat untuk kelangsungan

hidupnya. Setelah obat diberikan kembali pun, masih harus terus dilakukan

pengusutan mengenai obat yang hilang tersebut. Supervisi juga perlu dilakukan

secara rutin untuk menghindari retur obat yang banyak dari ruang rawat.

4.3 Satelit Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Kegiatan yang dilakukan di Satelit IGD selama PKPA adalah mengamati

proses pelayanan mulai dari verifikasi administrasi resep berdasarkan status

jaminan pasien, dispensing obat/alkes sampai penyerahan obat/alkes, membantu

penempelan label high alert pada kemasan primer, membantu membuka kemasan

obat, serta membuat daftar obat yang disimpan di lemari narkotik, obat mahal, dan

obat yang disimpan di lemari pendingin.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

42

Universitas Indonesia

4.3.1 Pelayanan Satelit IGD

Satelit IGD memberikan pelayanan 24 jam untuk pasien gawat darurat

RSCM. Terdapat dua satelit yaitu satelit lantai 1 dan lantai 4. Satelit lantai 1

melayani ruang resusitasi, ruang emergensi, ruang urgent, ruang non urgent, dan

ruang post−emergensi. Sedangkan satelit lantai 4 melayani ruang OK. Ruangan

tersebut dibagi berdasarkan kondisi dan tingkat kegawatan pasien saat masuk

IGD. Ruang resusitasi merupakan ruang perawatan untuk pasien dalam kondisi

gawat darurat yang harus segera ditangani langsung oleh dokter. Ruang

emergensi, untuk pasien yang harus ditangani dalam waktu 5−10 menit. Ruang

urgent, untuk pasien yang ditangani dalam waktu 30 menit. Ruang non urgent

untuk pasien yang ditangani dalam waktu 60 menit dan ruang post emergensi

dalam waktu 120 menit. Satelit gawat darurat melayani pasien gawat darurat

dengan jaminan, pasien terlantar, dan pasien umum. Alur pelayanan di satelit

gawat darurat yaitu mulai dari penerimaan resep, memeriksa kelengkapan

administrasi, verifikasi resep, input ke dalam komputer, dispensing, lalu

penyerahan perbekalan farmasi sesuai resep.

4.3.2 Pengadaan perbekalan farmasi di Satelit IGD

Alur pengadaan perbekalan farmasi di satelit IGD yaitu mulai dari

perencanaan, pembuatan defekta yang ditujukan ke gudang pusat, pengambilan

barang yang didefekta sampai barang dibawa ke satelit gawat darurat. Pengadaan

dilakukan dua kali dalam seminggu, defekta terpisah antara alat kesehatan dan

obat. Defekta bisa dilakukan lebih dari dua kali yang disebut dengan defekta cito

yaitu defekta untuk obat/alkes yang dibutuhkan dalam kondisi mendesak. Jika

defekta cito terjadi pada saat gudang pusat tutup, pihak satelit IGD harus

menghubungi petugas gudang pusat untuk menanyakan ketersediaan barang yang

akan diminta. Jika barang tersebut ada stok di gudang pusat, gudang dapat dibuka.

Jika terjadi kekosongan barang di gudang pusat, satelit IGD dapat melakukan

peminjaman barang ke satelit lain yang mempunyai stok.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

43

Universitas Indonesia

4.3.3 Distribusi perbekalan farmasi di Satelit IGD

Sistem distribusi obat dan alkes di satelit IGD merupakan sistem distribusi

individual prescription, floor stock, dan sistem paket. Dengan sistem individual

prescription, obat/alkes disiapkan sesuai dengan resep yang ditulis dokter untuk

satu kali penggunaan. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan obat menumpuk di

ruangan dan obat retur. Untuk sistem floor stock, hanya terbatas untuk obat

emergensi dalam troli emergensi yang tersedia di ruang perawatan pasien. Satelit

IGD juga menerapkan sistem paket untuk distribusi obat/alkes yang sering

digunakan. Daftar obat/alkes yang termasuk paket ditentukan oleh unit perawatan.

Dengan sistem paket akan memudahkan farmasi dalam memberikan pelayanan

yang lebih cepat dan perawat lebih mudah mendapatkan obat/alkes yang

diperlukan dalam kondisi cito.

4.4 Satelit Intensive Care Unit (ICU)

ICU melayani resep yang berasal dari ruang ICU yang memiliki kapasitas

15 tempat tidur, terdiri dari 12 tempat tidur digunakan untuk penanganan pasien, 2

tempat tidur untuk pasien isolasi, dan 1 tempat tidur digunakan sebagai cadangan.

Kriteria-kriteria pasien yang masuk ke ruang ICU yaitu pasien-pasien yang

mengalami penurunan tanda vital seperti penurunan kesadaran, gagal nafas,

sepsis, dan pasien-pasien post-operasi yang membutuhkan penanganan khusus.

Prosedur memasuki ruang ICU bagi dokter, perawat, apoteker, petugas

kebersihan, dan pengunjung pasien adalah melepas alas kaki, mencuci tangan

dengan cairan pencuci tangan (hand rub), serta menggunakan masker.

Satelit farmasi di ICU memiliki 2 apoteker, yaitu apoteker klinik dan

apoteker manajemen yang dibantu oleh 3 asisten apoteker dengan pelayanan resep

yang terbagi dalam dua shift, yaitu shift pagi (jam 08.00-16.00) dan shift sore

(jam 14.00-20.00). Untuk kebutuhan perbekalan farmasi pasien ICU di malam

hari, pelayanan resep dialihkan ke satelit farmasi pusat.

4.4.1 Prosedur pelayanan resep

Prosedur pelayanan obat di ICU dimulai ketika resep diterima dari pasien,

kemudian dilakukan verifikasi administrasi sesuai status pasien dan skrining resep

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

44

Universitas Indonesia

sesuai prosedur yang berlaku. Selanjutnya dilakukan input resep ke dalam sistem

informasi farmasi dengan menu resep yang sesuai dengan status pasien (umum

dan jaminan), kemudian dicetak surat penyerahan barang (SPB). Perbekalan

farmasi disiapkan sesuai dengan resep dan aturan kefarmasian. Setelah itu,

perbekalan farmasi yang telah disiapkan dapat diserahkan kepada pasien.

Pendistribusian perbekalan farmasi di ICU dilakukan dengan menerapkan sistem

daily dose, yaitu perbekalan farmasi disiapkan untuk pemakaian pasien selama

satu hari.

4.4.2 Peran apoteker

Apoteker klinik berperan dalam monitoring pengobatan pasien yang

dilakukan dengan cara menilai interaksi obat dan membuat FPO (Formulir

Pemberian Obat) secara manual ataupun komputerisasi dari kardeks pasien.

Apoteker klinik juga berperan dalam diskusi klinik (parade) setiap pagi bersama

dokter dan perawat dengan tujuan untuk menilai perkembangan pasien dan

merencanakan tindakan dan/atau pengobatan yang akan diberikan kepada tiap

pasien juga informasi obat yang dibutuhkan dalam perawatan pasien, seperti

kesesuaian obat dengan Formularium RSCM, ketersediaan obat di Instalasi

Farmasi, kesesuaian dosis obat dengan indikasinya, dan interaksi obat.

Selain itu, apoteker melakukan pengkajian terhadap resep seperti ketepatan

dan kelengkapan penulisan resep oleh dokter (penulisan nama obat, jumlah, dan

bentuk sediaan juga interval pemakaian) dan kesesuaian antara obat yang

dituliskan dalam resep dengan obat yang dituliskan pada kardeks (diskrepansi). Di

satelit ICU banyak ditemukan resep-resep yang tidak lengkap, seperti tidak

terdapat regimen pengobatan. Jika hal ini terjadi sebaiknya asisten apoteker

melakukan verifikasi ke dokter atau perawat yang merawat pasien.

Apoteker menajemen di satelit ICU bertanggung jawab atas pengelolaan

perbekalan farmasi, seperti pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian

perbekalan farmasi. Satelit ICU melakukan pengadaan/defekta ke gudang farmasi

pusat setiap dua kali dalam seminggu.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

45

Universitas Indonesia

4.4.3 Sistem penyimpanan obat

Ruang penyimpanan yang terbatas di satelit ICU membuat apoteker di

satelit ICU harus dapat memanfaatkan ruang yang ada. Namun, penempatan

lemari pendingin di satelit ICU kurang sesuai karena terhalang meja kerja

apoteker. Hal ini akan mempersulit petugas dalam mengambil obat-obat yang

disimpan dalam lemari es, dan dapat menyebabkan terjadinya medication error.

Sebaiknya dilakukan relokasi terhadap susunan lemari penyimpanan di satelit

ICU.

Apoteker di satelit ICU sebaiknya meningkatkan kegiatan pengawasan

terhadap obat-obat yang disimpan di laci dekat tempat tidur pasien. Hal ini

disebabkan pernah ditemukannya cairan elektrolit pekat (KCl 7,46%) disimpan

pada laci dekat tempat tidur pasien dan adanya beberapa obat tanpa identitas yang

terdapat di ruang perawatan. Sesuai standar JCI, cairan elektrolit pekat ini tidak

boleh disimpan di laci dekat tempat tidur pasien, tetapi harus disimpan pada

lemari khusus di ruang perawatan.

4.5 Satelit Farmasi Pusat

Kegiatan yang dilakukan selama PKPA di Satelit Farmasi Pusat antara lain

mengamati dan melaksanakan pelayanan resep, meliputi prosedur administrasi

resep yang masuk berdasarkan status pasien dan proses pengerjaan resep, dimulai

dari penerimaan resep, penyiapan obat, hingga penyerahan obat kepada pasien

Satelit Farmasi Pusat memberikan pelayanan selama 24 jam yang terbagi

menjadi 3 shift dan memiliki seorang apoteker penanggung jawab yang dibantu

oleh 11 asisten apoteker dan 3 pekarya. Apoteker di Satelit Farmasi Pusat

bertanggung jawab atas semua kegiatan yang berlangsung di Satelit Farmasi

Pusat, seperti pengelolaan perbekalan farmasi dan masalah lain yang berhubungan

dengan pelayanan obat kepada pasien.

4.5.1 Pelayanan resep

Pelayanan resep yang diberikan oleh Satelit Farmasi Pusat adalah resep

pasien-pasien rawat jalan dan rawat inap, baik pasien jaminan maupun pasien

umum. Pasien rawat inap yang mendapat pelayanan dari Satelit Farmasi Pusat

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

46

Universitas Indonesia

yaitu pasien-pasien BCH, Perinatologi, Unit Luka Bakar (ULB), Bedah Toraks,

Psikiatri, ICCU, ICU (hanya pada malam hari), dan PJT. Sedangkan pasien rawat

jalan yang mendapatkan pelayanan dari satelit farmasi pusat yaitu pasien-pasien

Poli Bedah Tumor, Poliklinik Thalasemia, Hematologi, dan Onkologi.

Pemberian obat-obat khusus seperti obat sitostatika harus melampirkan

protokol pengobatan dan jadwal terapi dari dokter, albumin harus melampirkan

hasil pemeriksaan laboratorium, dan obat-obat mahal harus mendapatkan

persetujuan dari pejabat Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang ditunjuk (untuk

pasien Gakin).

4.5.2 Sistem pengelolaan obat

Alur pengadaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat, yaitu mulai

dari perencanaan, pembuatan defekta yang ditujukan ke gudang pusat,

pengambilan perbekalan farmasi sesuai dengan defekta sampai barang perbekalan

farmasi dibawa ke Satelit Farmasi Pusat. Defekta obat/alkes ke gudang pusat

dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu.

Sistem pendistribusian yang dilakukan di Satelit Farmasi Pusat adalah

resep individual. Sistem distribusi resep individual memberikan keuntungan untuk

rumah sakit, yaitu memudahkan perhitungan biaya sediaan farmasi yang akan

dibebankan kepada penderita dan akan memudahkan pengawasan obat-obatan

yang ada, sedangkan kerugiannya yaitu sediaan farmasi memerlukan waktu yang

lebih lama untuk sampai ke pasien, khususnya untuk pasien rawat inap, selain itu

kestabilan obat juga tidak terjamin karena pasien ataupun keluarga pasien tidak

benar-benar mengetahui penyimpanan yang sesuai.

Satelit Farmasi Pusat memiliki kartu kendali pengobatan pasien yang

berisi jumlah obat yang diberikan kepada pasien. Kartu kendali ini digunakan

untuk memantau dan mengendalikan penggunaan obat pada pasien-pasien khusus

seperti obat kanker, Koate®, Hemapo

®, Ferriprox

®, Eprex

®, dan sebagainya.

Untuk pengendalian terhadap pemberian obat bagi pasien jaminan, petugas di

satelit farmasi pusat menuliskan nama obat dan jumlah yang diberikan di bagian

belakang surat jaminan. Sama seperti kartu kendali, penulisan nama dan jumlah

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

47

Universitas Indonesia

obat di belakang surat jaminan bertujuan untuk memantau dan mengendalikan

pemberian obat agar obat yang diberikan tidak berlebih ataupun kurang.

Pengawasan dan pengendalian perbekalan farmasi juga dilakukan melalui

resep. Di setiap lembar resep terdapat kolom VHDS yang wajib diisi/diparaf oleh

petugas farmasi yang melaksanakan kegiatan tersebut. Untuk verifikasi dan

pemberian harga dapat dilakukan oleh petugas yang sama, tetapi untuk petugas

pengemas dan pemberi obat harus dilakukan oleh petugas yang berbeda. Pengisian

kolom VHDS ini dapat dijadikan sebagai cara pengawasan dan pengendalian,

terutama jika terjadi kesalahan dalam pelayanan resep.

4.6 Satelit Kirana

Kegiatan yang dilakukan di Satelit Kirana selama PKPA adalah

mengamati proses pelayanan resep mulai dari administrasi resep berdasarkan

status jaminan pasien, penyiapan obat/alkes sampai penyerahan dan pelayanan

informasi obat, serta mengisi kertas formulir monitoring pasien jaminan.

4.6.1 Pelayanan farmasi Satelit Kirana

Satelit Kirana memberikan pelayanan 1 shift kerja, yaitu pukul 08.00-

16.30 untuk pasien poli mata Kirana, baik pasien umum maupun pasien jaminan.

Di lantai 3 terdapat depo yang hanya melayani ruang bedah di Gedung Kirana.

Apoteker yang bertanggungjawab di Satelit Kirana hanya apoteker manajemen,

belum tersedia apoteker klinik sehingga kegiatan klinik belum berjalan optimal.

4.6.2 Pengadaan perbekalan farmasi Satelit Kirana

Alur pengadaan perbekalan farmasi di satelit Kirana dimulai dari

perencanaan, pembuatan defekta yang ditujukan ke gudang pusat, pengambilan

perbekalan farmasi yang didefekta sampai perbekalan farmasi dibawa ke satelit

Kirana. Defekta obat/alkes ke gudang pusat dilakukan sebanyak dua kali dalam

seminggu, yaitu hari selasa dan kamis. Depo melakukan defekta ke satelit setiap

minggu, yaitu hari jumat. Defekta perbekalan farmasi dasar, seperti masker, spuit,

dan lain-lain dari depo ke satelit dilakukan tiap bulan, sedangkan untuk

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

48

Universitas Indonesia

perbekalan farmasi dasar berupa obat topikal dilakukan 2-3 kali seminggu.

Pengadaan untuk lensa dilakukan melalui konsinyasi.

4.6.3 Distribusi perbekalan farmasi di Satelit Kirana

Sistem distribusi di Satelit Kirana adalah individual prescription. Satelit

Kirana juga menyediakan sistem paket untuk tindakan di kamar bedah lantai 3,

paket yang tersedia contohnya paket angkat jahitan, paket extract capsular

cataract extraction (ECCE), paket vitrektomi, keratoplasty, trabekulektomi,

secondary implant, pterygium, reposisi iris, intraocular lens (IOL),

phacoemulsification, injeksi avastin, enukleasi, dan strabismus. Sistem paket

diadakan dengan tujuan agar pelayanan lebih cepat. Obat/alkes yang dipakai untuk

tindakan akan dikenakan biaya, sedangkan yang tidak terpakai akan diretur ke

satelit. Penyerahan obat pasien disertai pelayanan informasi obat dilakukan oleh

asisten apoteker. Untuk obat yang stabil pada suhu 2-80C, disediakan es batu

untuk menjaga stabilitas obat, terutama untuk pasien yang bertempat tinggal jauh

dari RSCM. Dokter mata di Kirana juga meresepkan obat mata racikan untuk obat

yang tidak tersedia di pasaran dengan tujuan alternatif terapi yang lebih murah,

terutama untuk pasien jaminan. Resep racikan tersebut diracik oleh Divisi Infeksi

Imunologi di ruang bedah.

4.6.4 Hasil pengamatan di Satelit Kirana

Hasil pengamatan yang dilakukan mengenai alur dan tata ruang pelayanan

resep tampak belum optimal karena pintu penerimaan resep dan administrasi sama

dengan pintu penyerahan resep (Gambar 4.2), sehingga pasien yang akan

menerima obat sering terhalang pasien yang akan menyerahkan resep. Selain itu,

monitoring pengobatan pasien jaminan juga cukup menyita waktu dalam

pelayanan pasien karena asisten harus mencari data pasien secara manual dalam

tumpukan dokumen.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

49

Universitas Indonesia

Gambar 4.2 Alur dan tata ruang pelayanan di Satelit Kirana

Satelit kirana menerima 100-130 resep setiap hari dan dalam setiap

minggunya terdapat resep racikan dengan 3 asisten apoteker. Hasil pengamatan

yang dilakukan selama di Satelit Kirana menunjukkan bahwa pelayanan resep di

Satelit Kirana relatif cukup lambat.

Pengadaan di Satelit Kirana belum optimal karena seringkali terjadi

kekosongan obat. Terkait dengan penyimpanan obat di Satelit Kirana, terdapat

temuan beberapa obat yang seharusnya disimpan dalam lemari pendingin, tetapi

disimpan pada suhu kamar, antara lain Pantocain 0,5%, Polygren EO, Tropin

0,5%, dan Xitrol EO. Penyimpanan obat narkotik sudah tepat, tetapi pengelolaan

kunci narkotik belum memenuhi syarat karena kunci menggantung di lemari

narkotik. Walaupun di Satelit Kirana jarang menerima resep narkotik, tetapi

pengelolaan penyimpanan narkotik harus dilaksanakan dengan disiplin. Penulisan

kartu stok di Satelit Kirana juga masih belum lengkap, yaitu pada kolom paraf

tidak diisi oleh asisten yang mengambil sediaan farmasi.

Penulisan aturan pemakaian pada etiket untuk obat mata topikal sudah

baik, tetapi untuk obat oral jarang dilengkapi karena tidak ada signa dalam resep

dokter. Penyerahan dan pelayanan informasi obat dilakukan oleh asisten apoteker.

Farmasi juga belum dilibatkan dalam peracikan obat mata yang diresepkan oleh

dokter. Dari pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Satelit Kirana

membutuhkan apoteker klinik disamping apoteker manajemen.

Keterangan: = arah pasien masuk = arah pasien keluar A = pintu masuk & keluar B = tempat penyerahan obat & PIO C= komputer tempat administrasi resep dan cek harga D = kasir E = komputer tempat input data pasien jaminan F = penyimpanan sementara obat/alkes yang didefekta dari gudang G = penyimpanan obat oral H = penyimpanan alkes I = penyimpanan obat topikal dan injeksi J = lemari pendingin L = penyiapan obat, etiket, dan monitoring pasien jaminan

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

50

Universitas Indonesia

4.7 Sub Instalasi Produksi

Sub Instalasi Produksi terletak di Gedung CMU 2 lantai 3 yang terbagi

menjadi 2 bagian, yaitu produksi sediaan farmasi dan aseptic dispensing. Produksi

sediaan farmasi terdiri dari produksi sediaan steril dan nonsteril. Aseptic

dispensing terdiri dari pengemasan kembali obat steril, penyiapan obat kanker,

pencampuran obat suntik, dan penyiapan nutrisi parenteral. Kriteria perbekalan

farmasi yang diproduksi oleh Sub Instalasi Produksi RSCM adalah sediaan

formula khusus, kemasan yang lebih kecil, sediaan yang tidak ada di pasaran,

sediaan untuk penelitian, sediaan yang dapat dibuat dengan harga lebih murah,

dan produk recenter paratus (harus dibuat segar).

Kegiatan produksi merupakan salah satu sumber pengadaan perbekalan

farmasi. Hasil produksi disimpan dalam gudang untuk didistribusikan ke unit

pengguna atau departemen yang membutuhkan. Sub Instalasi Produksi

memberikan harga dasar (netto) ke gudang, dan gudang memberikan harga jual

(yang berbeda dari harga beli dari Instalasi Produksi) kepada pasien. Harga jual

dari Sub Instalasi Produksi dihitung berdasarkan total bahan yang digunakan serta

biaya operasional seperti air, listrik, bangunan, maupun alat-alat yang digunakan

selama proses produksi.

4.7.1 Produksi sediaan farmasi

Produksi sediaan farmasi steril dan nonsteril yang akan dibuat merujuk

pada buku Formula Induk Sediaan Steril dan Nonsteril. Buku tersebut berisi

tentang produk, indikasi, cara pembuatan, penyimpanan, dan pelabelan. Hingga

tahun 2012, kurang lebih ada 40 jenis sediaan farmasi steril dan nonsteril yang

secara rutin diproduksi oleh Sub Instalasi Produksi.

Sediaan steril yang diproduksi jumlahnya lebih sedikit dibandingkan

dengan sediaan nonsteril karena fasilitas yang tersedia masih terbatas. Produk

steril yang dihasilkan antara lain kemitule dan metilen blue. Beberapa faktor perlu

yang diperhatikan saat memproduksi sediaan steril, yaitu ruangan khusus, lemari

pencampuran/LAF yang dilengkapi lampu UV, dan HEPA filter yang berfungsi

untuk menyaring udara yang masuk sehingga jumlah dan ukuran partikel udara

terkontrol.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

51

Universitas Indonesia

Beberapa produk nonsteril yang dibuat yaitu hand rub, kapsul campur,

puyer, sirup omeprazol, OBH, salycil talc, dan lain−lain. Hand rub merupakan

pembersih tangan tanpa air, berbasis alkohol yang dibuat berdasarkan Formula

WHO dan dikemas dalam botol dispenser isi 100 ml dan 500 ml. Hand rub

merupakan salah satu produk unggulan RSCM. Pembuatannya dapat menghemat

hingga satu milyar setiap tahun. Penggunaan Hand rub RSCM telah tersebar luas,

tidak hanya digunakan oleh pasien dan tenaga kesehatan yang berada di RSCM,

tetapi sudah terjual untuk umum dan beberapa rumah sakit lain.

4.7.2 Aseptic Dispensing

Aseptic dispensing adalah penyiapan atau pencampuran obat dengan

prinsip teknik aseptik yang tepat dan berkualitas. Teknik aseptik yang dilakukan

dapat menjamin ketepatan sediaan yang dibuat dan bebas kontaminasi.

4.7.2.1 Pengemasan kembali obat steril

Pengemasan kembali obat steril yang dilayani di Sub Instalasi Produksi

RSCM, yaitu pengemasan kembali sediaan serbuk dan sediaan cairan (termasuk

obat sitostatika), yang masing-masing dilakukan dalam tempat yang berbeda.

Tujuannya untuk memudahkan penggunaan, meminimalkan terjadinya

kontaminasi, menghemat biaya, dan memudahkan perhitungan biaya. Sediaan

serbuk yang dikemas kembali antara lain amoksisilin-klavulanat, piperacillin-

tazobactam, ganciclovir, dan meropenem. Sediaan cair yang dikemas kembali

antara lain amikasin, flukonazol, somatostatin, dan ampicillin-sulbactam.

Berdasarkan penelitian terhadap stabilitas mikrobiologi yang telah dilakukan

RSCM, sediaan serbuk yang telah dikemas ulang memiliki waktu stabilitas selama

28 hari sejak tanggal dilakukannya pengemasan kembali, sedangkan sediaan cair

selama 7 hari.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan saat pengemasan kembali sediaan

serbuk adalah penimbangan bahan karena berat serbuk dalam vial dapat berbeda

dengan berat yang tercantum dalam etiket luarnya. Hal ini disebabkan karena

adanya zat tambahan, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan berapa persen

penambahan berat yang harus ditimbang agar dosis yang dibutuhkan pasien sesuai

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

52

Universitas Indonesia

dengan dosis. Misalnya, cefoperazon-sulbactam 1 gram butuh penambahan 5 %

setiap kali penimbangan. Jika pasien membutuhkan 250 mg untuk 4 vial, berat

cefoperazon-sulbactam yang ditimbang masing-masing vial adalah 262,5 mg.

4.7.2.2 Penyiapan obat kanker

Penyiapan obat kanker dilakukan di Gedung A lantai 8 dan Gedung CMU

2 lantai 3. Penyiapan obat kanker di Gedung A dimulai sejak bulan Desember

2009 dan melayani semua lantai di Gedung A. Penyiapan obat kanker di Gedung

CMU 2 dimulai sejak bulan Februari 2012 dan melayani pasien Askes,

Jamkesmas, pasien Kencana, dan kebidanan. Tempat rekonstitusi obat akan

direncanakan secara terpusat di dua tempat tersebut agar jarak pengiriman obat

sedekat mungkin dengan ruang rawat yang dilayani sehingga dapat menjaga

stabilitas obat.

Alur pelayanan penyiapan obat kanker di Gedung A lantai 8 ada 4 jenis,

yaitu alur untuk pasien rawat inap gedung A, pasien rawat inap yang membeli

obat di Satelit Farmasi Pusat, pasien rawat inap yang membeli obat dari apotek

Kimia Farma, dan pasien rawat inap yang membeli obat dari apotek luar

(misalnya apotek Sana Farma). Secara umum, alur pelayanan resep yang ada di

Gedung A lantai 8 adalah sebagai berikut:

a. Bon ambil obat dari pasien atau obat kanker, protokol, dan formulir

permintaan penyiapan obat diantarkan oleh perawat ke petugas penyiapan obat

kanker (petugas farmasi).

b. Obat dan dokumen diperiksa kesesuaiannya oleh petugas farmasi untuk

memastikan bahwa obat yang diserahkan termasuk perlengkapan lainnya

(botol infus, spuit, dan sebagainya) sesuai dengan protokol pengobatan.

c. Dokumen-dokumen yang diperlukan diverifikasi oleh petugas farmasi. Tahap

ini harus dilakukan dengan baik untuk mencegah kesalahan penyiapan obat.

Setiap hal yang kurang jelas atau bermasalah, seperti jumlah obat yang

kurang, protokol yang tidak jelas, atau kesalahan dalam mengisi formulir

permintaan harus ditanyakan pada perawat. Verifikasi yang dilakukan oleh

petugas sitostatika masih terbatas dalam hal farmasetika, seperti pelarut yang

cocok digunakan, kepekatan, atau konsentrasi obat dalam pelarut.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

53

Universitas Indonesia

d. Obat kanker disiapkan oleh petugas farmasi.

e. Perawat dihubungi oleh petugas farmasi untuk mengambil obat yang telah

disiapkan.

f. Serah terima obat yang telah disiapkan antara perawat dan petugas farmasi.

Obat dibawa oleh perawat dengan kotak pembawa untuk menghindari

kebocoran akibat jatuh atau hal tidak terduga lainnya.

Untuk pasien yang membeli obat di Satelit Farmasi Pusat, pasien

mendapatkan bon ambil obat kanker agar pasien tidak membawa langsung obat

kanker, tetapi petugas Satelit Farmasi Pusat yang akan mengantarkan obat tersebut

ke ruang sitostatika lantai 8. Bon ambil dari pasien akan diberikan ke perawat,

kemudian perawat akan memberikan bon ambil tersebut ke ruang pelayanan

penyiapan obat kanker. Petugas kemoterapi akan segera menelepon Satelit

Farmasi Pusat untuk mengantarkan obat kemoterapi pasien ke ruang sitostatika

lantai 8. Setelah petugas Satelit Farmasi Pusat datang, petugas akan memeriksa

kesesuaian obat dengan resep serta mencatat obat-obat tersebut dalam buku

penitipan obat. Jika protokol pasien telah datang dan pasien siap dikemoterapi,

petugas segera menyiapkan obat sitostatika tersebut.

Sama seperti Satelit Farmasi Pusat, pasien rawat jalan yang membeli obat

kanker di Apotek Kimia Farma mendapatkan bon ambil obat kanker. Selama

belum mendapatkan ruangan untuk kemoterapi, obat dititipkan di Apotek Kimia

Farma. Jika pasien telah mendapatkan ruangan, pasien mengambil obat dan

mengantarkannya ke ruang penyiapan obat kanker langsung ataupun melalui

perawat.

Untuk pasien rawat jalan yang membeli obat di apotek lain (misalnya,

Sana Farma), obat yang sudah dibeli pasien tidak dititipkan ke apotek tersebut

tetapi langsung dibawa oleh pasien dan mengantarkannya ke ruang penyiapan

obat kanker langsung ataupun melalui perawat. Hal ini cukup membahayakan

karena pasien tidak memiliki pengetahuan mengenai penanganan obat kanker

secara hati-hati.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

54

Universitas Indonesia

Gambar 4.3. Alur penyiapan obat kanker di Gedung A Lantai 8

Alur pelayanan penyiapan obat kanker di CMU 2 lantai 3 tidak jauh

berbeda dengan alur di Gedung A lantai 8, dimulai dari petugas datang ke CMU 2

membawa resep beserta formulir peracikan obat sitostatika (kecuali Kencana yang

disertai juga protokol pengobatan dan membawa obat, cairan, dan alkes yang akan

digunakan). Kemudian, resep, formulir penyiapan obat kanker, dan protokol

pengobatan pasien diverifikasi oleh petugas farmasi. Setelah diverifikasi, petugas

farmasi menyiapkan obat kanker lalu menghubungi perawat agar mengambil obat

yang telah disiapkan.

Pasien Rawat Inap

Gedung A

Obat yang berasal dari

apotek lain

Obat yang berasal dari apotek

Kimia Farma

Obat yang berasal dari

satelit ISP

Obat kanker, protokol, dan formulir permintaan penyiapan

obat kepada petugas

Petugas memeriksa kesesuaian obat

dengan resep dan protokol pengobatan

Petugas verifikasi protokol dan formulir permintaan

penyiapan obat kanker

Penyiapan obat

Hubungi perawat jika

obat telah siap

Serah terima obat dari

petugas ke perawat

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

55

Universitas Indonesia

Gambar 4.4 Alur penyiapan obat kanker di CMU 2

Penyiapan obat kanker bukan hanya memperhatikan prinsip yang

menjamin keamanan pasien, tetapi juga menjamin keamanan petugas farmasi dari

risiko bahaya obat kanker. Oleh sebab itu, perlu dilakukan persiapan sebelum

melakukan penyiapan obat kanker. Persiapan yang dilakukan petugas sebelum

memasuki ruangan pengoplosan, misalnya mengeluarkan obat dari kemasan

tersiernya dan menyiapkan etiket yang akan ditempelkan pada sediaan jadi obat

kanker. Pengisian etiket sangat penting karena membantu petugas yang akan

menyiapkan obat. Apabila informasi yang ditulis kurang jelas, atau bahkan salah,

penyiapan obat juga berpotensi salah yang akan menjadi kerugian bagi pasien dan

rumah sakit. Selain itu, petugas yang akan masuk ke dalam ruang steril harus

masuk ke dalam ruangan persiapan terlebih dahulu untuk memakai baju steril dan

alat pelindung diri seperti penutup kepala, sarung tangan, masker, penutup mata

(google), dan penutup kaki. Dalam ruang aseptis, petugas memakai sarung tangan

rangkap dua.

Pada proses pencampuran obat kanker, dilakukan penghematan obat

melalui sharing obat yang sama, baik milik satu pasien, maupun antar pasien. Sisa

Petugas ke CMU 2 membawa resep, formulir permintaan penyiapan obat

kanker (Untuk Kirana, disertai Obat, Cairan, Alkes, dan Protokol)

Petugas memeriksa kesesuaian

obat dengan resep dan protokol

pengobatan

Petugas verifikasi protokol dan formulir permintaan

penyiapan obat kanker

Penyiapan obat

Hubungi perawat

jika obat telah siap

Serah terima obat

dari petugas HC

ke perawat

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

56

Universitas Indonesia

obat pasien setelah direkonstitusi disimpan di tempat yang sesuai dengan

kestabilannya. Jika masih stabil, obat tersebut digunakan lagi untuk pasien yang

lain, kecuali untuk obat mahal yang dapat digunakan lagi untuk pasien yang sama

pada kemoterapi selanjutnya. Melalui penghematan tersebut, diperoleh obat

kanker utuh yang dapat diretur ke gudang sebanyak satu sampai dua kali dalam

sebulan dan tercatat sebagai barang masuk. Hal ini dapat menjadi pemasukan

tambahan bagi rumah sakit.

Ada beberapa rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh bagian

penyiapan obat kanker di gedung A lantai 8. Ruang sitostatika akan menyimpan

stok obat-obat, cairan, dan alat kesehatan yang diperlukan dalam pencampuran

obat kanker di ruangan seperti halnya yang telah ada di CMU 2 agar obat kanker

tidak banyak berada di tangan pasien dan untuk mempercepat waktu penyiapan

karena tidak perlu menunggu pasien, perawat, atau petugas Satelit Farmasi Pusat

datang untuk mengantarkan obat. Selain itu, direncanakan juga adanya double

checking ketika pencampuran obat kanker. Double checking dilakukan oleh

seseorang yang ikut serta ke dalam ruangan aseptik dan bertugas memeriksa dan

memastikan bahwa pencampuran obat benar sesuai dengan prosedur yang diminta

dalam protokol. Double checking dapat mengurangi terjadinya kesalahan, tetapi

menambah jumlah petugas farmasi, membutuhkan waktu lebih lama dalam

penyiapan sediaan jadi, dan mengurangi konsentrasi petugas farmasi yang

biasanya melakukan pencampuran sendiri dalam ruangan.

4.7.2.3 Pencampuran obat suntik (IV Admixture)

Pelayanan pencampuran obat suntik dimulai pada pertengahan tahun 2011.

Kegiatan yang dilakukan di tempat ini antara lain melarutkan serbuk kering steril,

menyiapkan suntikan IV dari 1 vial atau 1 ampul obat ke dalam syringe atau

kantong infus, dan menyiapkan suntikan IV dari beberapa vial atau ampul obat

yang sama ke dalam kantong infus. Sediaan yang telah dibuat, yaitu premixed KCl

yang menghasilkan beberapa konsentrasi (12,5 meq; 25 meq; dan 50 meq). Untuk

pasien anak, seringkali dibuat permintaan khusus diluar dari sediaan premixed

KCl tersebut.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

57

Universitas Indonesia

Pelayanan pencampuran obat suntik sebelumnya dilakukan oleh perawat di

ruang rawat. Namun, saat ini pembuatan sediaan harus dilakukan oleh farmasi

karena farmasi yang kompeten dan memahami teknik aseptik penyiapan obat

suntik. Selain itu juga karena KCl 7,46 % tidak boleh berada di ruang rawat,

kecuali ICU dan IGD sehingga perawat sebenarnya tidak boleh melakukan

penyiapan di ruang rawat.

4.7.2.4 Pelayanan Nutrisi Parenteral

Pembuatan Total Parenteral Nutrition (TPN) yang dilayani hanya untuk

anak karena keterbatasan fasilitas. Pencampuran yang sering dibuat untuk pasien

anak, yaitu premixed KCl 7,46 % dalam dextrose 40 % dan Ka EN 1B. Pada saat

ini, Sub Instalasi Produksi sedang merencanakan pengembangan tempat untuk

pembuatan TPN untuk pasien dewasa.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

59 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Sistem manajemen perbekalan farmasi sudah cukup baik, tetapi masih terdapat

kendala dalam perencanaan pengadaan perbekalan farmasi karena tidak semua

unit pengguna mampu melakukan perencanaannya dengan baik. Penyimpanan

perbekalan farmasi di gudang perbekalan farmasi dan satelit sudah memenuhi

standar JCI dan peraturan perundangan, tetapi masih ditemukan beberapa

sediaan farmasi yang penyimpanannya belum sesuai. Pengaturan ruang

pelayanan di Satelit Kirana kurang baik sebab tidak dipisahkan tempat antara

penyerahan resep dengan pengambilan obat. Pelayanan resep di satelit IGD

dan satelit farmasi pusat masih belum baik dilihat dari adanya komplain

pasien terkait kecepatan dan keramahan petugas dalam memberikan

pelayanan.

b. Kegiatan farmasi klinik meliputi skrining resep, medication history taking,

monitoring terapi obat, ronde/visite pasien, bedside counseling, pelayanan

informasi obat, dan pemantauan penggunaan antibiotik. Kegiatan tersebut

sudah terlaksana dengan baik, tetapi belum semua pasien mendapatkannya

karena keterbatasan sumber daya apoteker.

c. Apoteker memiliki tugas dan peran penting dalam pelaksanaan kegiatan

produksi sediaan farmasi, terutama untuk menjamin tersedianya produk yang

aman dan berkualitas bagi pasien. Produksi yang telah dilakukan meliputi

produksi sediaan farmasi steril, nonsteril, serta pelayanan aseptic dispensing

yang terdiri dari penanganan obat kanker, pelayanan IV admixture, pembuatan

TPN, dan pengemasan kembali. Namun, tidak semua kegiatan aseptic

dispensing dilakukan di Sub Instalasi Produksi, seperti penyiapan obat kanker

di Bedah Tumor dan peracikan obat tetes mata di Kirana.

5.2 Saran

a. Dalam sistem manajemen perbekalan farmasi, perlu dilakukan evaluasi

perencanaan perbekalan farmasi pada setiap unit pengguna. Sistem

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

60

Universitas Indonesia

penyimpanan perbekalan farmasi di gudang perbekalan farmasi, satelit

farmasi, dan unit pengguna perlu diperhatikan dengan penerapan nilai budaya

IF RSCM 5R, misalnya perbekalan farmasi yang diterima oleh unit pengguna

harus diberi alas palet agar tidak bersentuhan dengan lantai atau disimpan ke

dalam kotak penyimpanan obat yang sesuai. Selain itu, penghematan obat

kanker yang akan dikembalikan ke gudang sebaiknya ditata lebih rapi.

b. Sebaiknya dilakukan analisis beban kerja terhadap tenaga kefarmasian, seperti

asisten apoteker dan apoteker, khususnya di Sub Instalansi Produksi, Satelit

IGD, dan Kirana. Sub Instalansi Produksi membutuhkan seorang apoteker

untuk menjadi penanggung jawab produksi sediaan farmasi dan memonitoring

terapi obat kanker. Satelit IGD membutuhkan apoteker klinik terutama untuk

monitoring pengobatan pasien selama perawatan di IGD, monitoring

pengobatan pasien yang stagnant (pasien akan dipindahkan ke gedung A atau

ICU tetapi belum memperoleh tempat), pasien pulang (mengantarkan obat

pulang dan memberikan informasi pasien pulang), serta memeriksa obat

emergensi dan obat yang menumpuk di ruangan. Sedangkan di Satelit Kirana,

apoteker klinik dibutuhkan untuk memberikan informasi obat dan

mengevaluasi resep obat mata racikan.

c. Kualitas kerja petugas kefarmasian perlu ditingkatkan dalam hal pelayanan

resep dan kedisiplinan, yaitu petugas harus dapat menerapkan 3S (senyum,

salam, dan sapa), tidak menolak resep saat briefing terutama petugas satelit

farmasi pusat, dan selalu menggunakan APD terutama petugas di Sub Instalasi

Produksi dan petugas yang meracik obat, menyediakan tempat sampah di

ruangan LAF dan BSC, menutup lemari asam saat tidak digunakan, menutup

rapat ruang peracikan, dan menyediakan tempat cuci tangan di ruang

peracikan.

d. Pengawasan dan pengendalian mutu sediaan farmasi perlu ditingkatkan,

seperti adanya quality control pada sediaan yang dikemas kembali dan

pemeriksaan ganda (double checking) dengan orang yang berbeda pada

pembuatan obat steril, nonsteril, dan aseptic dispensing. Selain itu, perlu

dilakukan pengawasan terhadap obat high alert dan obat yang tidak memiliki

identitas.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

61

Universitas Indonesia

e. Perlu dilakukan sosialisasi kepada perawat agar tidak melakukan pengoplosan

obat kanker di ruang rawat, tetapi menyerahkannya kepada petugas farmasi di

ruang penyiapan obat kanker serta membawa obat yang telah dioplos

menggunakan kotak pembawa.

f. Alur pelayanan dan penyiapan obat kanker perlu disederhanakan agar efektif

dan efisien. Serah terima obat kanker sebaiknya tidak perlu melalui perawat,

tetapi langsung dari depo ke ruang penyiapan obat kanker, atau dengan

menyimpan obat di ruang penyiapan. Sedangkan di Satelit Kirana, penataan

ruang pelayanan resep belum efektif. Sebaiknya, tempat penerimaan resep dan

penyerahan obat dipisahkan. Tata ruang yang kami sarankan adalah sebagai

berikut.

Gambar 5.1 Usulan alur dan tata ruang pelayanan di Satelit Kirana

Keterangan: = arah pasien masuk

= arah pasien keluar A = pintu masuk B = tempat penyerahan berkas administrasi C= komputer tempat cek harga D = kasir E = komputer tempat input dan pemantauan pasien jaminan F = tempat penyerahan obat dan PIO G= penyimpanan sementara obat/alkes yang didefekta dari gudang H = penyimpanan obat oral I = penyimpanan alkes J = penyimpanan obat topikal dan injeksi K = kulkas L = penyiapan obat, etiket, dan pemantauan pasien jaminan M = pintu keluar

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

62 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Formularium Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. (2012). Jakarta.

Kelly, W.N. (2002). Pharmacy, what it is and how it works. Boca Raton: CRC

Press LLC.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di

Rumah Sakit. (2004). Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 tahun 2010 tentang

Klasifikasi Rumah Sakit. (2010). Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 mengenai Tenaga

Kesehatan. (1996). Jakarta.

Siregar, C. (2004). Farmasi rumah sakit teori dan penerapan. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran ECG.

Surat Keputusan Dirut Nomor 2632/TU.K/34/III/2010 tentang Struktur

Organisasi dan Tata Kerja Instalasi Farmasi RSUP. Nasional Dr. Cipto

Mangunkusumo. (2010). Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

(2009). Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.

(2009). Jakarta.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

63

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

64

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalansi Farmasi RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo

PJ Gas Medis

Kepala Instalansi

Farmasi

PJ Admin & SDM PJ Keuangan

PJ Akuntansi &

IT

Ka. Sub Intalasi Adminkeu

Ka. Sub Instalasi

Perbekalan Farmasi

PJ Perencanaan

PJ Penyimpanan

&

Pendistribusian

PJ Satelit

Farmasi

Ka. Sub Instalasi

Produksi

PJ Produksi

PJ Aseptic

Dispensing

Ka. Sub Instalasi

Farklin Diklitbang

PJ Farklin

PJ Diklitbang

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

65

Lampiran 3. Resep yang Berlaku di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

68

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

66

Lampiran 4. Etiket yang Berlaku di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

(a)

(b)

(c)

Keterangan:

(a) : Etiket untuk Obat Dalam

(b) : Etiket untuk Obat Luar

(c) : Etiket untuk Alat Kesehatan

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

67

Lampiran 5. Formulir Daftar Obat Sebelum Perawatan

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

68

Lampiran 6. Formulir Monitoring Pengobatan

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

69

Lampiran 7. Formulir Informasi Obat Pulang

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

70

Lampiran 8. Formulir Pelayanan Pencampuran Obat Sitostatika Instalasi Farmasi

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

71

Lampiran 9. Formulir Penitipan Obat Pelayanan Aseptik Dispensing Farmasi

CMU−2

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

Lampiran 10. Formulir Pemantauan Temperatur Lemari Pendingin

72

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

73

Lampiran 11. Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun

Mudah meledak

(explosive)

Bersifat

pengoksidasi

(oxidizing)

Bersifat pengoksidasi

(oxidizing)

Bersifat beracun (toxic) Bersifat iritasi (irritatif) Bersifat berbahaya

(harmful)

Bersifat korosif (corrosive) Bersifat berbahaya bagi

lingkungan (dangerous for

environment)

Bersifat bahaya gas

bertekanan (pressure gas)

Bersifat karsinogenik, teratogenik

dan mutagenik

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

UNIVERSITAS INDONESIA

STABILITAS KIMIA OBAT SUNTIK KEMAS ULANG (REPACKING)

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

SITI MASITOH, S.Farm 1106047360

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK JUNI 2012

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2 Tujuan ....................................................................................... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .. ................................................................ 3 2.1 Pengemasan Obat Kembali (Repacking) ................................... 3 2.2 Faktor Pertimbangan dalam Pengemasan Kembali ................... 3 2.3 Stabilitas Obat ............................................................................ 4 2.3.1 Stabilitas Kimia ................................................................. 4 2.3.2 Stabilitas Fisika ................................................................. 6 2.3.3 Stabilitas Mikrobiologi ..................................................... 7 2.3.4 Stabilitas Terapi ................................................................ 7 2.3.5 Stabilitas Toksikologi ....................................................... 7 BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 8 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 8 3.2 Metode Penelitian ...................................................................... 8 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 9 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 14 5.1 Kesimpulan ............................................................................... 14 5.2 Saran ......................................................................................... 14 DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 15

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pengaruh Suhu, Udara, Cahaya, dan Kelembaban terhadap Stabilitas Kimia Obat Suntik Kemas Ulang ................................................................................ 10

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Komponen biaya obat bisa mencapai 45 % dari total biaya kesehatan di

Indonesia. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh WHO terhadap beberapa

penduduk negara berkembang, termasuk Indonesia, terungkap adanya efek

memiskinkan dari membeli obat dan mengakibatkan pasien semakin bertambah

beban hidupnya (Anna, 2011).

Salah satu pelayanan yang disediakan di RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo (RSCM) untuk meringankan beban pasien dan menghemat biaya

adalah pengemasan kembali (repacking). Repacking merupakan proses mengemas

kembali sediaan awal ke dalam kemasan yang lebih kecil sesuai kebutuhan

individu pasien (Siregar, 2003). Repacking di RSCM dilakukan untuk obat suntik

yang harganya mahal. Pasien cukup membayar obat sesuai dosis yang digunakan

dengan penambahan biaya jasa pelayanan repacking sehingga biaya yang

dikeluarkan pasien dapat lebih murah.

Proses pengemasan kembali harus dilakukan secara aseptic dispensing

untuk melindungi pasien terhadap kontaminasi mikroba. Proses aseptic dispensing

yang dilakukan diharapkan tetap mempertahankan stabilitas produk baik selama

penyimpanan (shelf life) juga saat produk digunakan. Secara mikrobiologi, obat

suntik yang dikemas ulang di RSCM sudah aman dari kontaminasi mikroba. Hal

ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh RSCM. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa obat suntik yang telah dikemas ulang selama satu bulan masih

bebas dari kontaminasi mikroba. Hal ini dikarenakan repacking di RSCM telah

dilakukan dengan teknik aseptic dispensing. Ruangan, fasilitas, dan tenaga yang

mengerjakan proses pengemasan ulang sudah memenuhi standar aseptik.

Selain stabilitas mikrobiologi, untuk menjamin keamanan obat suntik

kemas ulang juga ditentukan oleh stabilitas kimia obat tersebut. Stabilitas kimia

obat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu, udara, cahaya, dan

kelembaban. Pada saat obat dibuka dari kemasan aslinya, obat tersebut akan

terpapar oleh lingkungannya sehingga akan mempengaruhi waktu kadaluarsa obat

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

2

Universitas Indonesia

suntik kemas ulang. Untuk menjaga keamanan dalam penggunaan obat suntik

kemas ulang di RSCM, dilakukan penelusuran literatur mengenai pengaruh suhu,

udara, cahaya, dan kelembaban terhadap stabilitas obat suntik tersebut.

1.2 Tujuan

Menganalisa pengaruh suhu, udara, cahaya, dan kelembaban terhadap

stabilitas kimia dua puluh tiga obat suntik kemas ulang (repacking) dengan

frekuensi penggunaan tertinggi di RSCM.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

3 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengemasan obat kembali (repacking)

Pengemasan sediaan obat dari wadah besar ke dalam wadah siap pakai

oleh pasien disebut pengemasan kembali atau pengemasan ulang atau pengemasan

unit penggunaan. Pengemasan kembali biasanya dipertimbangkan apabila sediaan

obat dapat dibeli dalam kuantitas besar (kemasan rumah sakit dengan harga lebih

menguntungkan) kemudian dikemas kembali oleh IFRS dengan biaya lebih murah

dalam kemasan rangkaian terapi (kemasan selama terapi), maupun dalam kemasan

dosis unit (Siregar, 2003).

2.2. Faktor pertimbangan dalam pengemasan kembali

Penentuan jenis dan jumlah sediaan yang dikemas kembali di suatu rumah

sakit tergantung dari kebijakan masing-masing rumah sakit. Namun, beberapa

faktor yang dapat dijadikan pertimbangan adalah:

1. Permintaan terhadap suatu sediaan obat

a. Permintaan selama satu tahun atau musim.

b. Asal permulaan dari klinik atau ruangan perawatan penderita.

c. Sediaan obat yang dikemas dalam unit kecil oleh manufakturnya memiliki

harga lebih rendah daripada biaya yang dikeluarkan rumah sakit untuk

pengemasan kembali sediaan obat yang sama dalam wadah yang serupa.

2. Ukuran unit yang dikemas dan jumlah produk kemasan dari tiap ukuran.

3. Jenis wadah dan tutup yang harus digunakan untuk mempertahankan keutuhan

terapi.

4. Etiket khusus yang diperlukan.

5. Cara pengemasan sediaan obat, dengan mesin atau secara manual.

6. Stabilitas dan tanggal kadaluarsa sediaan obat.

7. Biaya unit dari pengemasan kembali dan pihak yang membiayai pengemasan

kembali itu (Siregar, 2003)

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

4

Universitas Indonesia

2.3. Stabilitas obat

Stabilitas obat adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan

sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat

(identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan

sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (shelf life). Sediaan obat yang

stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima

selama periode penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya

sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Jenis-jenis stabilitas obat yang

umum dikenal ada lima yaitu stabilitas kimia, stabilitas fisika, stabilitas

mikrobiologi, stabilitas terapi, dan stabilitas toksikologi.

Sediaan obat yang tidak stabil dapat mengakibatkan perubahan sifat dan

karakteristik suatu obat. Perubahan tersebut antara lain hilangnya zat aktif,

naiknya konsentrasi zat aktif, berubahnya bioavaibilitas, hilangnya keseragaman

kandungan, menurunnya status mikrobiologi, hilangnya elegansi produk, dan

patient acceptability, terbentuknya hasil urai yang toksik, hilangnya kekedapan

kemasan, menurunnya kualitas label, dan modifikasi faktor hubungan fungsional.

2.3.1. Stabilitas kimia

Stabilitas kimia adalah kemampuan mempertahankan keutuhan kimiawi

dan potensi zat aktif yang tertera pada etiket dalam batasan spesifikasi.

Penguraian zat aktif secara kimia dapat terjadi melalui berbagai reaksi antara lain

reaksi hidrolisis, reaksi oksidasi-reduksi, reaksi isomerisasi, reaksi fotolisis, dan

reaksi polimerisasi.

2.3.1.1. Reaksi hidrolisis

Hidrolisis adalah penguraian oleh air yang dapat dikatalisis oleh ion

hidrogen (asam) atau ion hidroksil (basa). Obat yang mengandung gugus fungsi

ester, amida, laktam, imida, akan rentan mengalami hidrolisis. Salah satu cara

untuk menjaga stabilitas obat-obat yang cenderung terurai dengan cara hidrolisis

adalah mereduksi atau mengeliminasi air pada sediaan jadi. Namun, sediaan

farmasi ini tetap harus dilindungi dari kelembaban atmosfer. Untuk sediaan tablet,

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

5

Universitas Indonesia

dilakukan dengan menggunakan suatu penyalut pelindung tahan air atau dengan

menutup dan menjaga obat dalam wadah tertutup kuat (Martin, 1983).

2.3.1.2. Reaksi oksidasi-reduksi

Penguraian oksidatif senyawa farmasi menjadi sebab ketidakstabilan

banyak sediaan farmasi. Yang menjadi perantara pada reaksi itu adalah radikal

bebas atau oksigen molekuler. Suatu zat disebut teroksidasi apabila zat itu

melepaskan elektron. Bentuk penguraian oksidatif yang paling umum terjadi

dalam sediaan farmasi adalah autooksidasi yang melibatkan proses berantai

radikal bebas. Secara umum, autooksidasi dapat didefinisikan sebagai reaksi

bahan apapun dengan bahan molekuler (Lachman, Liebermann, & Kanig, 1994).

2.3.1.3. Reaksi isomerisasi

Reaksi isomerisasi adalah reaksi perubahan suatu zat kimia menjadi

isomer optis atau geometrisnya. Komposisi kimia dari obat akan tetap sama tetapi

aktivitas biologis dari isomer-isomernya bisa sangat berbeda sehingga perubahan

ini dianggap sebagai suatu reaksi penguraian (Martin, 1983).

2.3.1.4. Reaksi fotolisis/fotokimia

Reaksi-reaksi peruraian seperti oksidasi-reduksi, pengubahan struktur

cincin, atau modifikasi dan polimerisasi dapat terjadi karena penyinaran cahaya

dengan panjang gelombang tertentu. Makin kecil panjang gelombang cahaya,

makin banyak energi yang terserap per mol. Dalam banyak zat yang mengalami

fotolisis, dihasilkan radikal bebas yang mengalami reaksi lebih lanjut.

Kinetika reaksi fotokimia lebih rumit daripada kinetika reaksi termal

karena lebih banyak variable yang terlibat. Intensitas, panjang gelombang cahaya,

ukuran, dan bentuk wadah dapat berpengaruh besar pada laju reaksinya. Dalam

reaksi fotodegradatif, kemungkinan reaksi yang terjadi adalah reaksi orde nol,

orde satu, dan orde dua (Lachman, Liebermann, & Kanig, 1994).

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

6

Universitas Indonesia

2.3.1.5. Reaksi polimerisasi

Polimerisasi terjadi bila obat bergabung membentuk molekul polimer yang

rumit atau kompleks strukturnya yang diikuti oleh hilangnya aktivitas biologis

(Martin, 1983).

2.3.2. Stabilitas fisika

Stabilitas fisika adalah kemampuan mempertahankan sifat fisika awal dari

suatu sediaan yang meliputi penampilan, kesesuaian, keseragaman, disolusi,

disintegrasi, kekerasan, dan kemampuan disuspensikan. Adapun perubahan sifat

suatu obat yang terjadi akibat ketidakstabilan fisika antara lain perubahan struktur

kristal, perubahan keadaan distribusi, perubahan konsistensi dan agregat,

perubahan perbandingan kelarutan, dan perubahan perbandingan hidratasi.

2.3.2.1. Perubahan struktur kristal

Banyak bahan obat menunjukkan sifat polimorf artinya obat memiliki

kemampuan untuk muncul dalam modifikasi yang berlainan. Selama

penyimpanan, perubahan polimorf dapat terjadi sebagai akibat perubahan

lingkungan. Perubahan ini tidak dapat dilihat secara organoleptik, tetapi umumnya

menyebabkan perubahan dalam pelepasan dan reabsorbsinya (Ansel, 1985).

2.3.2.2. Perubahan keadaan distribusi

Pada cairan sistem berfase, banyak kemungkinan terjadi proses pemisahan,

yang mula-mula terlihat sebagai pergeseran tingkat dispersitas yang dapat diamati

secara mikroskopis. Namun, dalam stadium yang lebih lanjut dapat juga dilihat

secara makroskopis sebagai sedimentasi atau pengapungan (Ansel, 1985).

2.3.2.3. Perubahan konsistensi dan agregat

Sediaan obat semisolid seperti salep dan pasta seringkali mengeras selama

penyimpanan dan kemudian dalam kasus ekstrim mengarah pada suatu perubahan

daya adhesi (Ansel, 1985).

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

7

Universitas Indonesia

2.3.2.4. Perubahan perbandingan kelarutan

Pada sistem dispersi molekular (misalnya larutan bahan obat) dapat terjadi

pemisahan bahan terlarut (kristalisasi atau pengedapan) melalui perubahan

konsentrasi akibat penguapan bahan pelarut (Ansel, 1985).

2.3.2.5. Perubahan perbandingan hidratasi

Melalui pengambilan atau pelepasan cairan dapat mempengaruhi

perbandingan hidratasi senyawa sekaligus sifatnya secara nyata (Ansel, 1985).

2.3.3. Stabilitas mikrobiologi

Stabilitas mikrobiologi adalah kemampuan mempertahankan jumlah

mikroba dengan menekan pertumbuhannya sesuai dengan persyaratan yang

dinyatakan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada

sediaan antara lain adalah kesesuaian pH, suhu, kelembaban, keberadaan air,

nutrisi, dan faktor cahaya.

2.3.4. Stabilitas terapi

Stabilitas terapi adalah kemampuan mempertahankan suatu obat agar efek

terapi tidak berubah selama waktu simpan (shelf life) sediaan.

2.3.5. Stabilitas toksikologi

Stabilitas toksikologi adalah kemampuan mempertahankan suatu obat agar

tidak terjadi peningkatan toksisitas yang bermakna selama penyimpanan.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

8 Universitas Indonesia

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilakukan melalui studi literatur pada bulan Februari – Maret

2012, selama PKPA di RSCM.

3.2 Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam analisa stabilitas obat suntik kemas ulang

(repacking) adalah studi literatur (studi pustaka). Studi pustaka difokuskan pada

pengkajian pengaruh suhu, udara, cahaya, dan kelembaban terhadap stabilitas

kimia dua puluh tiga obat suntik kemas ulang (repacking) dengan frekuensi

penggunaan tertinggi di RSCM. Adapun tahapan yang dilakukan dalam

pengkajian adalah:

a. Mengambil data dua puluh tiga obat suntik kemas ulang (repacking) dengan

frekuensi penggunaan tertinggi di RSCM.

b. Penelusuran literatur (studi pustaka).

c. Menganalisa pengaruh suhu, udara, cahaya, dan kelembaban terhadap

stabilitas kimia obat suntik kemas ulang.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

9 Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Repacking merupakan proses mengemas kembali produk jadi ke dalam

kemasan yang lebih kecil sesuai kebutuhan individu pasien. Pengemasan kembali

dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan penggunaan, meminimalkan

terjadinya kontaminasi, dan menghemat biaya. Beberapa faktor utama

pertimbangan suatu obat dikemas ulang di RSCM adalah biaya dan stabilitas.

Biaya merupakan salah satu pertimbangan dalam menentukan suatu obat

suntik bisa dikemas ulang atau tidak di RSCM. Harga satuan obat dibandingkan

dengan harga obat kemas ulang ditambah dengan harga jasa pelayanan kemas

ulang. Di RSCM, jasa pelayanan kemas ulang adalah Rp 15.000,00/sediaan. Jika

obat yang dikemas ulang harganya murah, tentunya akan merugikan pasien jika

dilakukan pelayanan kemas ulang. Untuk itu, RSCM membuat kebijakan obat

suntik yang dapat dikemas ulang adalah obat dengan harga satuan diatas Rp

100.000,-. Pihak yang membiayai pengemasan kembali juga menjadi

pertimbangan. Misalnya pasien Askes menggunakan obat A dengan dosis 500 mg,

sedangkan sediaan yang ada di pasaran adalah 1000 mg dengan harga Rp

250.000,00. Sebenarnya, obat tersebut dapat dikemas ulang, tetapi mengakibatkan

pasien mengeluarkan biaya jasa pelayanan kemas ulang. Jika pasien tidak mampu

dan merasa terbebani dengan biaya jasa pelayanan kemas ulang tersebut, lebih

baik obat digunakan tanpa harus dikemas ulang karena biaya akan ditanggung PT.

Askes.

Selain biaya, stabilitas merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan

dalam proses kemas ulang. Stabilitas suatu obat harus diketahui untuk memastikan

bahwa obat masih dalam keadaan baik dan pasien menerima dosis tepat sesuai

dengan yang diresepkan. Farmasi bertanggung jawab untuk memastikan obat

tersebut masih stabil dan dalam batas waktu kadaluarsa saat digunakan oleh

pasien.

Stabilitas obat yang masih dalam kemasan asli dengan obat yang telah

dikemas ulang berbeda tergantung sifat fisikokimia obat tersebut. Hal ini

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

10

Universitas Indonesia

dikarenakan setelah kemasan awal dibuka, obat akan terpapar oleh berbagai faktor

lingkungan seperti suhu, udara, cahaya, dan kelembaban.

Sub Instalasi Produksi RSCM yang melayani pengemasan ulang obat suntik

melakukan pengemasan ulang di tempat yang berbeda antara sediaan padat,

sediaan cair, dan sediaan sitostatik. Sediaan padat dan cair masing-masing di

dalam LAF (Laminar Air Flow), sedangkan obat sitostatik di dalam ruang

Biological Safety Cabinet (BSC)

Tabel 4.1. Pengaruh suhu, udara, cahaya, dan kelembaban terhadap

stabilitas kimia obat suntik kemas ulang

No Nama Obat Suhu Udara Cahaya Kelembaban 1 Acyclovir n/a n/a Tidak

Sensitif Tidak

Higroskopik 2 Amfoterisin B n/a Sensitif Sensitif Tidak

Higroskopik 3 Amikacin n/a n/a Sensitif Tidak

Higroskopik 4 Amoxicillin-Clavulanat Sensitif n/a Sensitif Higroskopik 5 Ampicillin-Sulbactam n/a n/a Sensitif Higroskopik 6 Cefepime Sensitif n/a Sensitif Tidak

Higroskopik 7 Cefoperazone-Sulbactam n/a n/a Sensitif Higroskopik 8 Esomeprazole n/a n/a Sensitif Tidak

Higroskopik 9 Fluconazole n/a n/a Tidak

Sensitif Higroskopik

10 Fosfomicin n/a n/a Sensitif Tidak Higroskopik

11 Ganciclovir Sensitif n/a Sensitif Tidak Higroskopik

12 Imipenem-Cilastatin Sensitif n/a Tidak Sensitif

Higroskopik

13 Meropenem Sensitif n/a Tidak Sensitif

Tidak Higroskopik

14 Mesna n/a n/a Sensitif Higroskopik 15 Methotrexate n/a n/a Sensitif Higroskopik 16 Omeprazol Sensitif n/a Sensitif Higroskopik 17 Paracetamol Sensitif n/a Sensitif Tidak

Higroskopik 18 Piperacillin-Tazobactam n/a n/a Tidak

Sensitif Tidak

Higroskopik 19 Somatostatin n/a n/a Sensitif Tidak

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

11

Universitas Indonesia

Higroskopik 20 Teicoplanin Sensitif n/a Tidak

Sensitif Tidak

Higroskopik 21 Tigecycline n/a n/a Tidak

Sensitif Tidak

Higroskopik 22 Vancomicin Sensitif n/a Sensitif Higroskopik 23 Vincristin n/a n/a Sensitif Higroskopik

Keterangan : n/a : data tidak tersedia.

Berdasarkan Tabel 4.1, ada sembilan obat yang sensitif terhadap suhu, satu

obat yang sensitif terhadap udara, enam belas obat yang sensitif terhadap cahaya,

dan sepuluh obat yang sensitif terhadap kelembaban. Untuk menjamin keamanan

obat tersebut terhadap suhu, udara, cahaya, dan kelembaban, perlu ada upaya

untuk menjaga stabilitas obat.

Upaya menjaga stabilitas obat suntik yang sensitif terhadap suhu adalah

menjaga kondisi penyimpanan dan penyiapan sesuai dengan suhu stabilitas obat

suntik tersebut. Suhu dapat mempercepat proses degradasi suatu obat. Menurut

hukum Arrhenius, laju reaksi akan naik 2-3 kali untuk setiap kenaikan suhu 100C.

Perlindungan untuk obat-obat yang sensitif terhadap udara (mudah teroksidasi)

antara lain mengganti udara dengan gas inert, melarutkan obat dalam pH yang

sesuai, menghindari pelarut dari cemaran logam, menambahkan antioksidan,

menghindari cahaya, dan menyimpan pada suhu rendah.

Cahaya dapat bekerja sebagai katalis untuk reaksi oksidasi. Reaksi

penguraian seperti oksidasi-reduksi, perubahan struktur cincin, atau modifikasi

dan polimerisasi suatu obat dapat disebabkan karena penyinaran cahaya dengan

panjang gelombang tertentu. Usaha penstabilan untuk obat yang sensitif terhadap

cahaya antara lain mengemas dalam gelas berwarna yang dapat menahan

masuknya cahaya dan membatasi intensitas penyinaran, suhu, serta sumber

radiasi.

Adapun usaha penstabilan pada beberapa obat yang mudah terhidrolisis

antara lain mengetahui pH dimana obat tersebut stabil, menggunakan larutan

dapar pada konstanta seminimal mungkin, menyimpan pada temperatur kamar,

dan menggunakan pelarut bukan berbahan air.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

12

Universitas Indonesia

Namun, usaha menjaga stabilitas obat-obat suntik kemas ulang tidak semua

dapat dijalankan di RSCM, mengingat masih terbatasnya fasilitas dan dana. Usaha

yang masih dapat dilakukan untuk mengoptimalkan kondisi suatu obat agar tetap

stabil secara kimiawi dalam menahan pengaruh suhu, udara, cahaya, dan

kelembapan antara lain:

1. Menjaga suhu obat suntik pada saat proses pengemasan kembali dan

penyimpanan.

2. Menjaga kelembaban relatif ruang pengemasan kembali dan ruang

penyimpanan.

3. Melindungi botol dengan kertas wrap atau menggunakan botol berwarna gelap

untuk obat yang sensitif terhadap cahaya.

4. Memantau adanya perubahan organoleptis, misalnya penggumpalan, perubahan

warna, bentuk, atau bau.

Permasalahan lain yang muncul ketika obat dikemas ulang adalah berapa

lama obat tersebut masih stabil setelah terpapar lingkungan sehingga tidak

mempengaruhi khasiat obat tersebut. Namun, pencarian data mengenai hal ini

masih terbatas. Keterbatasan data ini dapat disebabkan karena obat yang dikemas

kembali di RSCM belum tentu dilakukan juga di rumah sakit lain. Hanya ada dua

obat suntik yang dikemas ulang di RSCM yang diperoleh datanya. Obat tersebut

adalah meropenem dan vincristin.

Pernah ada sebuah penelitian yang membandingkan stabilitas injeksi

kering meropenem repacking dengan pengendalian terhadap kelembaban, suhu,

dan udara antara produk inovator dan paten “X” selama penyimpanan. Reaksi

dekomposisi serbuk meropenem repacking untuk injeksi menunjukkan kinetika

orde satu. Stabilitas produk inovator meropenem yang dikemas ulang adalah 13

hari (minimal) dan pada produk mee too selama 10 hari. Hasil tersebut

menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap t90 dari produk inovator dan

produk me too (Airlangga, 2009).

Sebuah jurnal Eropa menjelaskan bahwa injeksi vincristine (5 mg/5 mL)

dalam vial original memiliki stabilitas kimia (mempertahankan konsentrasi >

95%) 28 hari saat disimpan dalam refrigerator atau suhu ruangan, dengan atau

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

13

Universitas Indonesia

tanpa perlindungan cahaya, dengan kondisi vial sampel tersebut telah ditusuk

(menggambarkan vial telah dibuka) (Trittler & Sewell, 2011).

Pada tahun 2005, FDA mengeluarkan draft petunjuk mengenai waktu

kadaluarsa obat kemas ulang unit dosis. Waktu kadaluarsa obat kemas ulang tidak

melebihi 1 tahun dari waktu dibukanya kemasan atau tidak boleh melebihi waktu

kadaluarsa dari kemasan aslinya. Jika tidak ada keterangan mengenai stabilitas

terhadap suhu pada label kemasan, suhu ruangan perlu dikontrol selama proses

pengemasan ulang dan penyimpanan, baik pada sediaan solid maupun liquid. Jika

tidak ada keterangan mengenai stabilitas terhadap kelembaban pada label

kemasan, relative humidity (RH) tidak boleh melebihi 75 % pada suhu 230C

selama proses pengemasan ulang dan penyimpanan sediaan solid (FDA, 2005).

Pada tahun 2010, ada revisi pada ketentuan waktu kadaluarsa dari FDA.

Waktu kadaluarsa obat yang telah dikemas ulang tidak boleh melebihi enam bulan

dan enam bulan periode expired date tersebut tidak boleh lebih dari 25 % waktu

antara waktu repacking dengan waktu kadaluarsa yang tertera pada kemasan

primer obat dengan syarat wadah tersebut belum dibuka kembali setelah proses

pengemasan kembali (FDA, 2010). Misalnya obat akan dikemas ulang pada

Januari 2012 dimana waktu kadaluarsa yang tertera pada kemasan primer adalah

Desember 2012. Obat tersebut masih boleh digunakan selama enam bulan setelah

dikemas ulang yaitu Juni 2012. Namun, karena 25 % waktu antara pengemasan

ulang dengan waktu kadaluarsa tinggal adalah tiga bulan, maka waktu kadaluarsa

dimana obat masih dapat digunakan adalah tiga bulan atau sampai Maret 2012.

Untuk saat ini, RSCM belum menggunakan data stabilitas kimia obat dalam

menentukan waktu kadaluarsa. Waktu kadaluarsa obat suntik kemas ulang yang

digunakan adalah 7 hari untuk sediaan cair dan 28 hari sediaan solid. Kebijakan

ini berdasarkan stabilitas mikrobiologi obat-obat tersebut melalui penelitian yang

pernah dilakukan RSCM.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

14 Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Suhu, udara, cahaya, dan kelembaban dapat mempengaruhi stabilitas

kimia dua puluh tiga obat suntik kemas ulang (repacking) sehingga menyebabkan

perubahan waktu kadaluarsa obat tersebut. Berdasarkan penelusuran literatur, ada

dua obat suntik yang diperoleh data waktu stabilitasnya setelah dibuka yaitu

meropenem dan vincristin, sedangkan dua puluh satu yang lain belum diketahui

waktu stabilitasnya. Untuk memaksimalkan keamanan penggunaan obat suntik

kemas ulang, obat yang tidak diketahui data kestabilannya harus disimpan pada

suhu 230 C dan kelembapan relatif tidak lebih dari 75 %. Sedangkan untuk lama

penyimpanan, disesuaikan dengan data stabilitas mikrobiologinya, yaitu 30 hari

untuk sediaan padat dan 7 hari untuk sediaan cair.

5.2 Saran

Penelitian mengenai stabilitas kimia obat suntik kemas ulang masih

terbatas sehingga keterangan waktu kadaluarsa obat tersebut tidak diketahui.

Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh lingkungan

terhadap kestabilan masing-masing obat suntik kemas ulang di RSCM.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

15

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN Ansel, Howard C. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : UI

press.

FDA. (2005). Draft Guidance on Expiration Dating of Unit-Dose Repackaged Drugs; Availability. Februari 25, 2012. https://www.federalregister.gov/articles/2005/05/31/05-10702/draft-guidance-on-expiration-dating-of-unit-dose-repackaged-drugs-availability

FDA. (2010). CPG Sec. 480.200 Expiration Dating of Unit Dose Repackaged Drugs. Maret 15, 2012. http://www.fda.gov/ICECI/ComplianceManuals/CompliancePolicyGuidanceManual/ucm074409.htm

Anna, L. K. (2011). Obat Mahal Punya Efek Memiskinkan. April 10, 2012. http://health.kompas.com/read/2011/10/28/13174413/Obat.Mahal.Punya.Efek.Memiskinkan.

Lachman, L., Liebermann, H. A., Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi ketiga, diterjemahkan oleh: Suyatmi, S., Jakarta : UI Press.

Martin, Alfred. (1983). Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press.

Airlangga. (2009). Perbandingan Stabilitas Injeksi Kering Meropenem Repacking Dengan Pengendalian Terhadap Kelembaban, Suhu dan Udara Antara Produk Inovator dan Paten “X” Selama Penyimpanan. Airlangga Journal of Pharmacy.

Siregar, Charles J. P. (2003). Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Terapan. Jakarta : EGC.

Trittler, R., Sewell, G. (2011). Stability of vincristine (Teva) in original vials after re-use, and in dilute infusions in polyolefin bags and in polypropylene syringes. European Journal of Oncology Pharmacy, Volume 5.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

UNIVERSITAS INDONESIA

EVALUASI PERENCANAAN UNIT PELAYANAN JANTUNG

TERPADU TERHADAP PENDISTRIBUSIAN GUDANG DAN

PEMAKAIANNYA PERIODE JULI-DESEMBER 2011

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

SITI MASITOH, S.Farm

1106047360

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK

JUNI 2012

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

ii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

DAFTAR RUMUS ......................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................... ....... 1

1.1 LatarBelakang ......................................................................... 1

1.2 Tujuan ..................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.. ............................................................... 3 2.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi .............................................. 3

2.2 Perencanaan Perbekalan Farmasi ............................................. 3

2.3 Pengadaan ............................................................................... 7

2.4 Penerimaan........ ...................................................................... 7

2.5 Penyimpanan ........................................................................... 7

2.6 Distribusi ................................................................................. 7

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................... 9 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 9

3.2 Sampel Penelitian .................................................................... 9

3.2 Metode Penelitian .................................................................... 9

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 11

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 29

5.1 Kesimpulan.............................................................................. 29

5.2 Saran ....................................................................................... 29

DAFTAR ACUAN ........................................................................................ 31

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

iii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel2.1 Analisa Kombinasi ABC dan VEN................................................. 6

Tabel4.1 Nilai Rupiah Perencanaan, Distribusi, dan Pemakaian Perbekalan

Farmasi Periode Juli–Desember 2011 dan Perencanaan Periode

Januari-Juni 2012............................................................................ 12

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

iv Universitas Indonesia

DAFTAR RUMUS

Rumus 3.1 Persentase Penyimpangan Distribusi terhadap Perencanaan.............. 9

Rumus 3.2 Persentase Penyimpangan Pemakaian terhadap Perencanaan............ 9

Rumus 3.3 Persentase Penyimpangan Pemakaian terhadap Distribusi................ 10

Rumus 3.4 Persentase Total Item Alat Kesehatan............................................. 10

Rumus 3.5 Persentase Total Item Obat-obatan................................................. 10

Rumus 3.6 Selisih Nilai Rupiah Distribusi terhadap Perencanaan...................... 10

Rumus 3.7 Selisih Nilai Rupiah Pemakaian terhadap Perencanaan..................... . 10

Rumus 3.8 Selisih Nilai Rupiah Pemakaian terhadap Distribusi......................... . 10

Rumus 3.9 Persentase Penyimpangan Nilai Rupiah Distribusi terhadap

Perencanaan.................................................................................... 10

Rumus 3.10 Persentase Penyimpangan Nilai Rupiah Pemakaian terhadap

Perencanaan................................................................................. 10

Rumus 3.11 Persentase Penyimpangan Nilai Rupiah Pemakaian terhadap

Distribusi.................................................................................... 10

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

v Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar4.1 GrafikPerbandinganNilai Rupiah Perencanaan, Distribusi, dan

PemakaianPeriodeJuli–Desember 2011 dan Perencanaan Periode

Januari-Juni 2012........................................................................ 12

Gambar4.2 Grafik Perbandingan antara Distribusi terhadap Perencanaan

Perbekalan Alkes.. ......................................................................... 14

Gambar4.3 Grafik Perbandingan antara Pemakaian terhadap Perencanaan

Perbekalan Alkes.......................................................................... 16

Gambar4.4 Grafik Perbandingan antara Pemakaian terhadap Pendistribusian

Perbekalan Alkes......................................................................... 19

Gambar4.5 Grafik Perbandingan antara Distribusi terhadap Perencanaan

Perbekalan Obat-Obatan............................................................... 21

Gambar4.6 Grafik Perbandingan antara Pemakaian terhadap Perencanaan

Perbekalan Obat-Obatan............................................................... 23

Gambar4.7 Grafik Perbandingan antara Pemakaian terhadap Pendistribusian

Perbekalan ObatObatan................................................................. 25

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

vi Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisa Distribusi terhadap Perencanaan Alat Kesehatan Unit

Pelayanan Jantung Terpadu. ............................................................ 32

Lampiran 2 Analisa Pemakaian terhadap Perencanaan Alat Kesehatan Unit

Pelayanan Jantung Terpadu. ............................................................ 33

Lampiran 3 Analisa Distribusi terhadap Pemakaian Alat Kesehatan Unit

Pelayanan Jantung Terpadu. ............................................................ 34

Lampiran4 Analisa Distribusi terhadap Perencanaan Obat-Obatan Unit

Pelayanan Jantung Terpadu. ............................................................ 35

Lampiran5 Analisa Pemakaian terhadap Perencanaan Obat-Obatan Unit

Pelayanan Jantung Terpadu. ............................................................ 36

Lampiran6 Analisa Pemakaian terhadap Distribusi Obat-Obatan Unit

Pelayanan Jantung Terpadu. ............................................................ 37

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2010). Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di

rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut

diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang

menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada

pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi

klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2004).

Untuk peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan rumah sakit serta

pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kesehatan, perlu ada pengaturan rumah sakit dengan Undang-undang. Salah satu

yang diatur dalam Undang-undang No. 44 Tahun 2009 adalah tentang

kefarmasian. Dalam pasal 15, ayat 3, dinyatakan bahwa pengelolaan alat

kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di rumah sakit harus dilakukan

oleh Instalansi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), sistem satu pintu (Pemerintah

Republik Indonesia, 2009).

Sistem pengelolaan satu pintu ini telah dilakukan oleh Instalansi Farmasi

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Namun, beberapa tahun berjalan,

IFRS belum dapat mencukupi seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dari seluruh

unit kerja. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor sehingga diperlukan

adanya evaluasi terhadap perencanaan yang dibuat oleh masing-masing unit kerja.

Unit Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) merupakan salah satu unit yang

menyerap dana cukup besar dalam pengadaan perbekalan farmasi. Baik tidaknya

perencanaan yang dibuat memiliki pengaruh signifikan terhadap efektifitas

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

2

Universitas Indonesia

pengelolaan perbekalan farmasi. Perencanaan perbekalan farmasi yang baik dari

unit PJT dapat mendukung lancarnya perputaran barang dan mencegah

penghentian distribusi perbekalan farmasi dari distributor.

Untuk mengetahui efektifitas perencanaan unit PJT, dilakukan analisa

perbandingan data distribusi dan pemakaian perbekalan farmasi terhadap

perencanaan unit PJT pada periode Juli-Desember 2011. Batas penyimpangan

atau ketidaksesuaian distribusi dan pemakaian terhadap perencanaan yang masih

ditoleransi sebesar ±10 % yaitu 90 % - 110 %.

1.2.Tujuan

Menganalisa efektifitas perencanaan alat kesehatan (alkes) dan obat-

obatan yang dibuat oleh unit Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) berdasarkan data

distribusi dan pemakaiannya pada periode Juli – Desember 2011.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

3 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan perbekalan farmasi

Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses kegiatan yang dimulai

dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan penyerahan.

Tujuannya adalah tersedianya perbekalan farmasi yang bermutu serta jumlah,

jenis, dan waktu yang tepat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008b).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,

fungsi dari pengelolaan perbekalan farmasi antara lain :

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah

dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit.

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang

berlaku.

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian.

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

2.2 Perencanaan perbekalan farmasi

Perencanaan perbekalan farmasi adalah suatu proses kegiatan seleksi

perbekalan farmasi untuk menentukan perbekalan farmasi sesuai dengan jumlah,

jenis, dan waktu yang tepat. Tujuan perencanaan adalah mendapatkan jenis dan

jumlah perbekalan farmasi yang sesuai kebutuhan serta menghindari terjadinya

kekosongan obat atau penumpukan obat. Kegiatan pokok dalam perencanaan

adalah memilih dan menentukan perbekalan farmasi yang akan diadakan

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008b).

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

4

Universitas Indonesia

Sesuai Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek, dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi

perlu memperhatikan pola penyakit, tingkat perekonomian masyarakat, dan

budaya masyarakat (Hartini, 2004). Pedoman yang dapat digunakan untuk

membuat perencanaan di rumah sakit antara lain Daftar Obat Esensial Nasional

(DOEN), formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit, ketentuan setempat

yang berlaku, data catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas,

siklus penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, dan rencana

pengembangan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2004)

Adapun tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi:

1. Pemilihan, yaitu untuk menentukan apakah perbekalan farmasi benar-benar

diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit yang ada.

2. Kompilasi penggunaan, yaitu untuk memperoleh informasi pemakaian tiap

jenis obat setiap tahun, persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total

pemakaian setahun, dan pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat secara

periodik.

3. Perhitungan kebutuhan dapat dilakukan dengan empat metode yang sering

dipakai yaitu metode epidemiologi, metode konsumsi, metode kombinasi, dan

metode just in time (Hartini, 2004):

a. Metode epidemiologi

Metode ini menggunakan data dari pasien pengguna fasilitas kesehatan yang

ada dan tingkat morbiditas (frekuensi masalah kesehatan yang umum) untuk

membuat rencana kesehatan obat yang dibutuhkan berdasarkan asumsi

tentang bagaimana masalah itu dapat diatasi. Dasarnya adalah jumlah

kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan. Metode ini

membutuhkan sebuah daftar tentang masalah kesehatan umum, sebuah

daftar obat-obatan yang penting mencakup terapi untuk masalah-masalah

tersebut dan satu set pengobatan standar untuk tujuan perhitungan

(berdasarkan pada praktek rata-rata atau panduan perlakuan ideal).

b. Metode konsumsi

Metode konsumsi menggunakan konsumsi obat individual dalam

memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan analisa data

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

5

Universitas Indonesia

konsumsi obat periode sebelumnya. Dasarnya adalah data riil konsumsi obat

setiap periode yang lalu dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.

Selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam kelompok fast moving

maupun slow moving.

c. Metode kombinasi

Metode ini merupakan gabungan dari metode epidemiologi dan metode

konsumsi. Perencanaan pengadaan barang dibuat berdasarkan pola

penyebaran penyakit dan melihat kebutuhan sediaan farmasi periode

sebelumnya.

d. Metode just in time

Perencanaan dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat yang ada di apotek

dalam jumlah terbatas. Perencanaan ini untuk obat-obat yang jarang dipakai

atau diresepkan dan harganya mahal serta memiliki waktu kadaluarsa yang

pendek.

4. Evaluasi perencanaan

Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk tahun yang

akan datang, biasanya akan diperoleh jumlah kebutuhan dan idealnya diikuti

dengan evaluasi. Cara evaluasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Analisa ABC dilakukan dengan mengelompokkan item obat berdasarkan

kebutuhan dananya, yaitu :

Kelompok A adalah kelompok obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah

dana obat keseluruhan.

Kelompok B adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.

Kelompok C adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah

dana obat keseluruhan.

b. Analisa VEN dilakukan dengan mengelompokkan obat yang didasarkan

kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan, yaitu :

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

6

Universitas Indonesia

Kelompok V (Vital) adalah kelompok obat yang vital, meliputi obat

penyelamat, obat untuk pelayanan kesehatan pokok, obat untuk

mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian terbesar.

Kelompok E (Esensial) adalah kelompok obat yang bekerja kausal, yaitu

obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit.

Kelompok N (Nonesensial) adalah kelompok obat penunjang, yaitu obat

yang kerjanya ringan dan biasa dipergunakan untuk menimbulkan

kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan.

c. Analisa kombinasi ABC dan VEN digunakan untuk menetapkan prioritas

untuk pengadaan obat dimana anggaran yang ada tidak sesuai dengan

kebutuhan.

Tabel 2.1. Analisa kombinasi ABC dan VEN

V E N

A VA EA NA

B VB EB NB

C VC EC NC

Metode gabungan ini digunakan untuk melakukan pengurangan obat.

Adapun mekanisme untuk menganalisanya adalah sebagai berikut:

• Obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas pertama untuk dikurangi

atau dihilangkan dari rencana kebutuhan. Bila dana masih kurang, obat

kategori NB menjadi prioritas selanjutnya dan obat yang masuk kategori

NA menjadi prioritas berikutnya. Jika setelah dilakukan dengan

pendekatan ini dana yang tersedia masih juga kurang, lakukan langkah

selanjutnya.

• Pendekatan yang sama dengan pada saat pengurangan obat pada kriteria

NC, NB, NA dimulai dengan pengurangan obat kategori EC, EB, dan EA

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008a).

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

7

Universitas Indonesia

2.3. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

telah direncanakan dan disetujui. Pengadaan dapat dilakukan melalui pembelian

(baik secara tender oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi atau secara langsung

dari pabrik/distributor/Pedagang Besar Farmasi (PBF)/rekanan),

produksi/pembuatan sediaan farmasi (sediaan steril maupun non steril), dan

sumbangan/droping/hibah (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

2.4. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang

telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,

tender, konsinyasi, atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan

farmasi antara lain pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa, barang harus

bersumber dari distributor utama, harus mempunyai Material Safety Data Sheet

(MSDS), khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai Certificate of

Origin, dan expire date minimal 2 tahun (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2004).

2.5. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut

persyaratan yang ditetapkan. Pengaturan perbekalan farmasi dapat dibedakan

menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhunya dan kestabilannya, mudah tidaknya

meledak/terbakar, serta tahan/tidaknya terhadap cahaya (disertai dengan sistem

informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai

kebutuhan) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

2.6. Distribusi

Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi

di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat

inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi

dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan

mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada dengan

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

8

Universitas Indonesia

menggunakan metode sentralisasi atau desentralisasi, sistem floor stock, resep

individu, dan dispensing dosis unit atau kombinasi (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2004).

a. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap merupakan

kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien

rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau

desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep

perorangan, sistem unit dosis, dan sistem kombinasi oleh satelit farmasi.

b. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan merupakan

kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien

rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau

desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh apotek rumah sakit.

c. Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja merupakan kegiatan

pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar

jam kerja yang diselenggarakan oleh apotek rumah sakit/satelit farmasi yang

dibuka 24 jam dan ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi

emergensi.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

9 Universitas Indonesia

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1.Waktu dan tempat penelitian

Pengkajian dilakukan pada bulan Februari – Maret 2012, selama PKPA di

RSCM.

3.2.Sampel penelitian

Sampel yang digunakan untuk penelitian adalah perbekalan farmasi

spesifik yang memiliki nilai rupiah yang tinggi pada unit PJT RSCM. Total

sampel yang dianalisa sebanyak 424 item yang terdiri dari 273 item alat kesehatan

(alkes) dan 151 item obat-obatan.

3.3.Metode penelitian

Penelitian dilakukan dengan melalui beberapa tahap sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data perencanaan, data distribusi (distribusi dari gudang ke

unit PJT atau permintaan unit PJT ke gudang), dan data pemakaian (distribusi

unit kerja ke pasien) perbekalan farmasi periode Juli-Desember (Jul-Des)

2011 serta data perencanaan Januari-Juni (Jan-Jun) 2012. Data perencanaan

dan pemakaian diperoleh dari unit PJT sedangkan data distribusi diperoleh

dari gudang.

2. Memisahkan data alkes dan obat-obatan.

3. Merekap data perencanaan, data distribusi, dan data pemakaian perbekalan

farmasi periode Juli-Desember 2011 serta data perencanaan Januari-Juni

2012.

4. Memasukan nilai rupiah masing-masing perbekalan farmasi dengan

menggunakan harga beli+ppn periode Januari-Juli 2011.

5. Membandingkan kuantitas antara distribusi terhadap perencanaan, pemakaian

terhadap perencanaan, dan pemakaian terhadap distribusi (% penyimpangan).

Distribusi terhadap perencanaan = Jumlah item distribusi

Jumlah item perencanaan x 100 % (3.1)

Pemakaian terhadap perencanaan = Jumlah item pemakaianJumlah item perencanaan

x100 % (3.2)

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

10

Universitas Indonesia

Pemakaian terhadap distribusi = Jumlah item pemakaianJumlah item distribusi

x 100 % (3.3)

6. Memisahkan perbekalan farmasi sesuai dengan kategori penyimpangan yang

telah ditentukan. Kategori-kategori tersebut adalah <90%, 90%-100%, 100

%-110%, dan >110 %.

7. Menghitung jumlah item dan nilai rupiah pada masing-masing kategori.

8. Membandingkan jumlah item masing-masing kategori dengan total item

seluruhnya (% item).

Alkes % item = Jumlah item kategoriTotal item alkes (273)

x 100 % (3.4)

Obat-Obatan % item = Jumlah item kategori

Total item obat−obatan (151)x 100 % (3.5)

9. Menghitung selisih nilai rupiah masing-masing kategori pada analisa

distribusi terhadap perencanaan, pemakaian terhadap perencanaan, dan

pemakaian terhadap distribusi.

Distribusi terhadap perencanaan

= Nilai rupiah distribusi - Nilai rupiah perencanaan (3.6)

Pemakaian terhadap perencanaan

= Nilai rupiah pemakaian - Nilai rupiah perencanaan (3.7)

Pemakaian terhadap distribusi

= Nilai rupiah pemakaian - Nilai rupiah distribusi (3.8)

10. Menghitung persentase penyimpangan nilai rupiah.

Distribusi terhadap perencanaan = Selisih nilai rupiah

Nilai rupiah total perencanaan x 100 %

(3.9)

Pemakaian terhadap perencanaan = Selisih nilai rupiah

Nilai rupiah total perencanaan x 100 %

(3.10)

Pemakaian terhadap distribusi = Selisih nilai rupiah

Nilai rupiah total distribusi x 100 %

(3.11)

11. Membandingkan perencanaan Januari-Juni 2012 dengan Juli-Desember 2011.

12. Melakukan analisa.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

11 Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) merupakan salah satu unit kerja

yang menggunaan dana cukup besar dalam pengelolaan perbekalan farmasi. Hal

ini disebabkan karena nilai kebutuhan perbekalan farmasi unit PJT terus

meningkat sehingga mengakibatkan Instalasi Farmasi belum dapat memenuhi

seluruh kebutuhan unit PJT. Melihat hal ini, perlu dilakukan evaluasi efektifitas

perencanaan yang dibuat unit PJT berdasarkan data distribusi dan pemakaian.

Dalam mengevaluasi perencanaan, dibutuhkan data yang dilaporkan secara

tertib oleh unit kerja. Unit PJT merupakan salah satu unit kerja yang tertib

administratif. Unit tersebut membuat perencanaan dan melaporkan pemakaian

perbekalan farmasi setiap periodenya. Data perencanaan dan pemakaian yang

diperoleh dari unit PJT digunakan untuk mengevaluasi efektifitas

perencanaannya.

Evaluasi perencanaan dilakukan dengan membandingkan kuantitas dan

nilai rupiah dari perencanaan, distribusi, dan pemakaian perbekalan farmasi pada

periode Juli-Desember 2011. Evaluasi dilakukan dengan tiga cara yaitu

membandingkan kuantitas dan nilai rupiah distribusi terhadap perencanaan,

membandingkan kuantitas dan nilai rupiah pemakaian terhadap perencanaan, dan

membandingkan kuantitas dan nilai rupiah pemakaian terhadap distribusi. Selain

itu, dilihat juga efektifitas perencanaaan periode Januari-Juni 2012 berdasarkan

perencanaan, distribusi, dan pemakaian periode sebelumnya (Juli-Desember

2011).

Jumlah sampel atau jenis perbekalan farmasi yang dianalisa berjumlah 424

item yang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu 273 item alkes dan 151 item obat-

obatan. Perbekalan farmasi yang dianalisa adalah perbekalan farmasi spesifik

yang memiliki nilai rupiah yang tinggi pada unit PJT. Perbekalan farmasi spesifik

(khususnya alkes) merupakan perbekalan farmasi yang khusus digunakan oleh

unit PJT untuk pelayanan unit kerja dan tidak dapat digunakan oleh unit kerja lain.

Harga yang digunakan untuk pengolahan data adalah harga beli Unit

Layanan Pengadaan (ULP) ke distributor dengan memperhatikan diskon yang

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

12

Universitas Indonesia

diberikan dan 10 % pajak yang harus dibayar. Adapun total nilai rupiah alkes dan

obat-obatan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Nilai rupiah perencanaan, distribusi, dan pemakaian periode Juli–

Desember 2011 dan perencanaan periode Januari-Juni 2012

Nilai rupiah

perencanaan

Jul-Des 2011

Nilai rupiah

distribusi Jul-

Des 2011

Nilai rupiah

pemakaian

Jul-Des 2011

Nilai rupiah

perencanaan

Jan-Jun 2012

Alkes 2.492.117.290 2.733.998.033 3.100.152.311 3.292.588.475

Obat 1.217.659.653 1.403.307.548 1.166.203.214 1.101.381.885

Total 3.709.776.943 4.137.305.581 4.266.355.525 4.393.970.360

Gambar 4.1. Grafik perbandingan nilai rupiah perencanaan, distribusi, dan

pemakaian periode Juli – Desember 2011 dan perencanaan periode Januari-

Juni 2012

Gambar 4.1 dapat menunjukkan secara umum efektifitas perencanaan yang

dibuat oleh unit PJT. Pada alkes, terdapat peningkatan nilai rupiah dari

perencanaan, distribusi, hingga pemakaian. Data ini memperlihatkan bahwa

perencanaan yang dibuat belum efektif karena distribusi lebih besar dari

perencanaan. Selisih rupiah antara perencanaan dan distribusi sebesar Rp

241.880.743,-. IFRS akan melakukan usaha lebih untuk memenuhi permintaan

- 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0

Alkes Obat Total

Nila

i Rup

iah

(Mily

ar)

Perbekalan Farmasi

Nilai Rupiah PerencanaanJul-Des 2011Nilai Rupiah DistribusiJul-Des 2011Nilai Rupiah PemakaianJul-Des 2011Nilai Rupiah PerencanaanJan-Jun 2012

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

13

Universitas Indonesia

unit PJT yang meningkat dengan melakukan pembelian menggunakan Uang

Muka Kerja (UMK).

Nilai rupiah pemakaian alkes unit PJT lebih besar dari distribusi dan

perencanaan. Selisih nilai rupiah antara pemakaian dan distribusi sebesar Rp

366.154.278,- dan selisih nilai rupiah antara pemakaian dan perencanaan sebesar

Rp 608.035.021,-. Hal ini menggambarkan bahwa unit PJT memiliki buffer stock

yang besar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Besarnya nilai rupiah pemakaian

dapat menjadi salah satu alasan belum efektifnya perencanaan unit PJT karena

adanya pengembangan pelayanan pada unit kerja tersebut.

Pada obat-obatan, nilai rupiah distribusi paling besar dan nilai rupiah

pemakaian paling kecil. Dari Gambar 4.1., terlihat bahwa perencanaan yang

dibuat unit PJT belum efektif karena merencanakan lebih dari kebutuhan dan

meminta lebih dari perencanaan dan pemakaian. Perencanaan seperti ini dapat

mengakibatkan peningkatan UMK untuk memenuhi permintaan unit PJT. Selain

itu, gudang juga akan berusaha mendistribusikan obat yang sebenarnya

dialokasikan untuk unit kerja lain ke unit PJT.

Pada perencanaan Januari-Juni 2012, terdapat peningkatan total nilai

rupiah perbekalan farmasi pada alkes dan penurunan nilai rupiah pada obat-

obatan. Perencanaan yang dibuat unit PJT pada periode Januari-Juni 2012 harus

menyesuaikan dengan data distribusi dan pemakaian pada periode Juli-Desember

2011 dengan mempertimbangkan juga kemungkinan adanya pengembangan

pelayanan.

Untuk menganalisa lebih jauh dan spesifik mengenai efektivitas

perencanaan perbekalan farmasi unit PJT, dilakukan analisa terhadap persentase

penyimpangan terhadap kuantitas dan nilai rupiah barang tersebut. Penyimpangan

kuantitas yang masih ditoleransi adalah ± 10 % dengan presentase 90 % - 110 %.

Penyimpangan 10 % masih ditoleransi dengan mempertimbangkan adanya buffer

stock, kemungkinan adanya kenaikan harga, dan kemungkinan adanya

pengembangan pelayanan di unit kerja tersebut. Pada analisa kali ini, dibuat

beberapa kategori utama untuk mempermudah analisa, yaitu <90%, 90%-100%,

100 %-110%, dan >110 %.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

14

Universitas Indonesia

4.1. Analisa perencanaan alat kesehatan (Alkes)

4.1.1. Perbandingan distribusi terhadap perencanaan alkes unit PJT

Keterangan : Lain-Lain A : Tidak ada perencanaan, tetapi ada distribusi; Lain-Lain B : Tidak ada

perencanaan dan distribusi, tetapi ada pemakaian.

Gambar 4.2. Grafik perbandingan antara distribusi terhadap perencanaan

alkes unit PJT

Penyimpangan yang masih dalam kategori baik adalah penyimpangan

sebesar ± 10 %, yaitu 90 % - 100 % dan 100 % - 110 % masing-masing sebanyak

11 dan 14 item atau 4 % dan 6 % dari seluruh total alkes. Pada Gambar 4.2.,

terlihat bahwa penyimpangan sebesar 10 % tidak mengakibatkan selisih nilai

rupiah yang signifikan antara distribusi dan perencanaan. Grafik penyimpangan

nilai rupiah yang ke bawah menunjukkan besarnya dead inventory sedangkan

grafik ke atas menunjukkan besarnya UMK yang digunakan pada masing-masing

kategori. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Penyimpangan < 90 % terdapat sebanyak 43 item atau 17 % dari total

alkes dengan range 1 % sampai dengan 87 %. Selisih rupiah pada penyimpangan

tersebut sebesar Rp 783.408.459,-. Hal ini menunjukkan bahwa banyak alkes yang

tersimpan dalam gudang karena pendistribusian ke Unit PJT lebih kecil daripada

perencanaan dan mengakibatkan meningkatnya dead inventory di dalam gudang.

Jika periode berikutnya alkes tersebut tidak digunakan oleh unit kerja PJT,

sebaiknya alkes tersebut segera dikembalikan ke distributor karena alkes tersebut

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%Pr

esen

tase

(%)

Kategori

% item

% penyimpangannilai rupiah

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

15

Universitas Indonesia

spesifik, hanya dapat digunakan oleh unit PJT. Penyimpanan alkes yang terlalu

banyak di gudang akan menyebabkan ruang penyimpanan untuk alkes lain

ditempati oleh alkes tersebut sedangkan penyimpanan yang terlalu lama di gudang

akan menyebabkan alkes melewati waktu kadaluarsa jika tidak dikontrol dengan

baik. Enam bulan sebelum waktu kadaluarsa, sebaiknya alkes tersebut

dikembalikan ke distributor.

Penyimpangan > 110 % terdapat sebanyak 40 item atau 16 % dari total

alkes dengan range 120 % sampai dengan 1317 %. Selisih rupiah distribusi

terhadap perencanaan sebesar Rp 343.721.036,-. Untuk mengatasi penyimpangan

ini, Instalasi Farmasi melakukan upaya lebih untuk memenuhi kebutuhan unit PJT

dengan menambah jumlah pemesanan alkes tersebut kepada distributor.

Pemesanan ini akan mengakibatkan respon time dalam pelayanan pasien lebih

panjang dan mempengaruhi Key Performance Indicator (KPI) dari Instalasi

Farmasi itu sendiri. Pemesanan yang diluar perencanaan akan menggunakan Uang

Muka Kerja (UMK) sehingga jika selisih antara distribusi dan perencanaannya

besar, maka pemakaian UMK juga akan besar.

Selain dalam kategori diatas, terdapat juga kategori yang memberikan nilai

0 % yang artinya ada perencanaan, tetapi tidak ada distribusi sejumlah 24 item

atau 10 % dari total alkes. Unit PJT belum bisa merencanakan dengan baik

sehingga barang yang direncanakan tidak diminta dari gudang. Alkes yang sudah

dipesan ke distributor akan menumpuk di gudang dan mengakibatkan

meningkatnya dead inventory di dalam gudang. Kondisi ini sama dengan

penyimpangan < 90 %. Jika periode berikutnya alkes tersebut tidak digunakan

oleh unit kerja PJT, sebaiknya alkes tersebut segera dikembalikan ke distributor

untuk mencegah penumpukan barang di gudang dan alkes yang kadaluarsa.

Kategori lain (Lain-Lain A) adalah ada distribusi, tetapi tidak ada

perencanaan sebanyak 68 item atau 27 % dari total alkes. Kategori ini kebalikan

dari kategori 0 %, dimana PJT meminta barang yang tidak ada dalam

perencanaan. Instalasi Farmasi melakukan upaya lebih untuk memenuhi

permintaan unit PJT dengan memesan alkes yang tidak ada dalam perencanaan.

Proses ini cukup panjang karena dilakukan dari awal alur pengadaan perbekalan

farmasi. Pemesanan ini akan mengakibatkan respon time lebih panjang dan

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

16

Universitas Indonesia

mempengaruhi Key Performance Indicator (KPI). Pemesanan yang diluar

perencanaan akan menggunakan UMK. Pada periode berikutnya, sebaiknya PJT

memasukkan 68 item tersebut ke dalam perencanaan agar kebutuhannya dapat

terpenuhi lebih baik dan juga tidak mengambil alokasi anggaran perbekalan

farmasi untuk unit lain untuk mencukupi kebutuhannya. Kategori lainnya (Lain-

Lain B) adalah tidak ada perencanaan dan distribusi, tetapi ada pemakaian.

Kategori ini menunjukkan bahwa unit PJT memiliki buffer stock untuk memenuhi

kebutuhan pasien, tanpa harus meminta ke gudang.

4.1.2. Perbandingan pemakaian terhadap perencanaan alkes unit PJT

Keterangan : Lain-Lain A : Tidak ada perencanaan, tetapi ada pemakaian; Lain-Lain B : Tidak ada

perencanaan dan pemakaian, tetapi ada pendistribusian.

Gambar 4.3. Grafik perbandingan antara pemakaian terhadap perencanaan

alkes unit PJT

Penyimpangan yang masih dalam kategori baik adalah penyimpangan

sebesar 10 %, yaitu 90 % - 100 % dan 100 % - 110 % masing-masing sebanyak

12 dan 15 item atau 5 % dan 6 % dari total alkes. Pada Gambar 4.3., terlihat

bahwa penyimpangan sebesar 10 % tidak mengakibatkan selisih nilai rupiah yang

signifikan antara pemakaian dan perencanaan. Grafik penyimpangan nilai rupiah

yang ke bawah menunjukkan besarnya dead inventory sedangkan grafik ke atas

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

Pres

enta

se (%

)

Kategori

% item

% penyimpangannilai rupiah

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

17

Universitas Indonesia

menunjukkan besarnya UMK yang digunakan pada masing-masing kategori. Data

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Penyimpangan < 90 % terdapat sebanyak 53 item atau 21 % dari total

alkes dengan range 3 % sampai dengan 88 %. Selisih rupiah pada penyimpangan

tersebut adalah Rp 604.627.669,-. Hal ini menunjukkan bahwa banyak alkes yang

tersimpan dalam unit kerja karena pemakaian unit PJT lebih kecil daripada

perencanaan dan mengakibatkan meningkatnya dead inventory di unit kerja. Jika

periode berikutnya alkes tersebut tidak digunakan oleh unit kerja PJT, sebaiknya

alkes tersebut segera dikembalikan ke gudang untuk dikembalikan lagi ke

distributor. Penyimpanan alkes yang terlalu banyak di unit kerja akan

menyebabkan penumpukan barang dan alkes dapat menjadi kadaluarsa.

Penyimpangan > 110 % terdapat sebanyak 42 item atau 17 % dari total

alkes dengan range 112 % sampai dengan 1117 %. Selisih rupiah pada

penyimpangan tersebut sebesar Rp 267.056.007,-. Untuk mengatasi

penyimpangan ini, Instalasi Farmasi melakukan upaya lebih untuk memenuhi

kebutuhan unit PJT dengan menambah jumlah pemesanan alkes tersebut kepada

distributor. Pemesanan ini akan mengakibatkan respon time lebih panjang dan

mempengaruhi Key Performance Indicator (KPI). Pemesanan yang diluar

perencanaan akan menggunakan UMK sehingga jika selisih antara distribusi dan

perencanaannya besar, maka pemakaian UMK juga akan besar.

Selain dalam kategori diatas, terdapat juga kategori yang memberikan nilai

0 % yang artinya ada perencanaan, tetapi tidak ada pemakaian sejumlah 10 item

atau 4 % dari total alkes. Unit PJT belum bisa merencanakan dengan baik

sehingga barang yang direncanakan tidak didistribusikan ke pasien. Alkes yang

sudah dipesan ke distributor akan menumpuk di unit kerja dan mengakibatkan

meningkatnya dead inventory di dalam unit kerja. Kondisi ini sama dengan

penyimpangan < 90 %. Jika periode berikutnya alkes tersebut tidak digunakan

oleh unit kerja PJT, sebaiknya alkes tersebut segera dikembalikan ke gudang.

Kategori lain (Lain-Lain A) adalah ada pemakaian, tetapi tidak ada

perencanaan sebanyak 58 item (ada distribusi gudang) dan 51 item (tidak ada

distribusi gudang). Hal ini adalah kebalikan dari kategori 0 %, dimana PJT

memakai barang yang tidak ada dalam perencanaan dengan total 109 item atau 43

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

18

Universitas Indonesia

% dari total alkes. Instalasi Farmasi melakukan upaya lebih untuk memenuhi

permintaan unit PJT dengan memesan alkes yang tidak ada dalam perencanaan.

Proses ini cukup panjang karena dilakukan dari awal alur pengadaan perbekalan

farmasi. Pemesanan ini akan mengakibatkan respon time lebih panjang dan

mempengaruhi Key Performance Indicator (KPI). Sebaiknya, pada periode

berikutnya, barang-barang tersebut dimasukan dalam perencanaan agar

kebutuhannya dapat terpenuhi lebih baik dan juga tidak mengambil alokasi

anggaran perbekalan farmasi untuk unit lain untuk mencukupi kebutuhannya.

Kategori lainnya (Lain-Lain B) adalah tidak ada perencanaan dan

pemakaian, tetapi ada pendistribusian sebanyak 10 item atau 4 % dari total alkes.

Kategori ini termasuk dalam permintaan insidentil. Instalasi Farmasi melakukan

upaya lebih untuk memenuhi permintaan unit PJT dengan memesan alkes yang

tidak ada dalam perencanaan. Proses ini cukup panjang karena dilakukan dari

awal alur pengadaan perbekalan farmasi. Pemesanan ini akan mengakibatkan

respon time lebih panjang dan mempengaruhi Key Performance Indicator (KPI).

Hal yang menjadi penting pada kategori ini adalah bahwa alkes yang baru dipesan

tersebut tidak digunakan oleh unit PJT. Kategori ini dapat mengakibatkan

penumpukan barang di unit PJT karena barang yang diminta dari gudang tidak

didistribusikan ke pasien. Jika periode berikutnya alkes tersebut tidak digunakan

oleh unit kerja PJT, sebaiknya alkes tersebut segera dikembalikan ke gudang.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

19

Universitas Indonesia

4.1.3. Perbandingan pemakaian terhadap pendistribusian alkes unit PJT

Keterangan : Lain-Lain A : Tidak ada pendistribusian, tetapi ada pemakaian; Lain-Lain B : Tidak

ada pendistribusian dan pemakaian, tetapi ada perencanaan.

Gambar 4.4. Grafik perbandingan antara pemakaian terhadap

pendistribusian alkes unit PJT

Penyimpangan yang masih dalam kategori baik adalah penyimpangan

sebesar 10 %, yaitu 90 % - 100 % dan 100 % - 110 % masing-masing sebanyak 15

dan 44 item atau 6 % dan 18 % dari total alkes. Pada Gambar 4.4., terlihat bahwa

penyimpangan sebesar 10 % tidak mengakibatkan selisih nilai rupiah yang

signifikan antara pemakaian dan pendistribusian. Grafik penyimpangan nilai

rupiah yang ke bawah menunjukkan besarnya dead inventory sedangkan grafik ke

atas menunjukkan besarnya buffer stock yang ada di unit PJT. Data selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 3.

Penyimpangan < 90 % terdapat sebanyak 56 item atau 22 % dari total

alkes dengan range 10 % sampai dengan 89 %. Selisih rupiah pada penyimpangan

tersebut adalah Rp 330.703.941,-. Hal ini menunjukkan bahwa banyak alkes yang

tersimpan dalam unit kerja karena pemakaian unit PJT lebih kecil daripada

pendistribusian dan mengakibatkan meningkatnya dead inventory di unit kerja.

Jika periode berikutnya alkes tersebut tidak digunakan oleh unit kerja PJT,

sebaiknya alkes tersebut segera dikembalikan ke gudang. Penyimpanan alkes yang

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

Pres

enta

se (%

)

Kategori

% item

% penyimpangannilai rupiah

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

20

Universitas Indonesia

terlalu banyak di unit kerja akan menyebabkan penumpukan barang dan alkes

menjadi kadaluarsa.

Penyimpangan > 110 % terdapat sebanyak 50 item atau 20 % dari total

alkes dengan range 111 % sampai dengan 10000 %. Selisih nilai rupiah

pemakaian dengan distribusi sebesar Rp 426.542.934,-. Hal ini menunjukkan

bahwa unit PJT dapat memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi tanpa harus

meminta ke gudang. Hal ini disebabkan unit PJT memiliki buffer stock yang

cukup banyak yang bisa terlihat dari besarnya selisih antara distribusi dan

pemakaian.

Selain dalam kategori diatas, terdapat juga kategori yang memberikan nilai

0 % yang artinya ada pendistribusian, tetapi tidak ada pemakaian sejumlah 11

item atau 4 % dari total alkes. Hal yang menjadi penting pada kategori ini adalah

bahwa alkes yang dipesan tersebut tidak digunakan oleh unit PJT. Kategori ini

dapat mengakibatkan penumpukan barang (dead inventory) di unit PJT karena

barang yang diminta dari gudang tidak didistribusikan ke pasien. Sebaiknya alkes

tersebut segera dikembalikan ke gudang.

Kategori lain (Lain-Lain A) adalah ada pemakaian, tetapi tidak ada

pendistribusian sebanyak 66 item atau 26 % dari total alkes. Hal ini adalah

kebalikan dari kategori 0 %, dan menunjukkan bahwa unit PJT memiliki buffer

stock untuk memenuhi kebutuhan pasiennya. Selain itu, ada 9 item atau 4 % dari

total alkes yang tidak ada pendistribusian dan pemakaian, tetapi ada perencanaan

(Lain-Lain B). Hal ini menunjukkan unit PJT belum dapat merencanakan

kebutuhan pasien dengan baik karena dapat menyebabkan alkes tersebut

tersimpan dalam gudang karena tidak ada pendistribusian dan pemakaian oleh unit

PJT. Alkes tersebut akan menjadi dead inventory di dalam gudang dan sebaiknya

alkes tersebut segera dikembalikan ke distributor.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

21

Universitas Indonesia

4.2. Analisa Perencanaan Obat-Obatan

4.2.1. Perbandingan distribusi terhadap perencanaan obat-obatan unit PJT

Keterangan : Lain-Lain A : Tidak ada perencanaan, tetapi ada distribusi; Lain-Lain B : Tidak ada

perencanaan dan distribusi, tetapi ada pemakaian.

Gambar 4.5. Grafik perbandingan antara distribusi terhadap perencanaan

obat-obatan unit PJT

Penyimpangan yang masih dalam kategori baik adalah penyimpangan

sebesar 10 %, yaitu 90 % - 100 % dan 100 % - 110 % masing-masing sebanyak 12

dan 8 item atau 8 % dan 5 % dari total obat-obatan. Pada Gambar 4.5., terlihat

bahwa penyimpangan sebesar 10 % tidak mengakibatkan selisih nilai rupiah yang

signifikan antara distribusi dan perencanaan. Grafik penyimpangan nilai rupiah

yang ke bawah menunjukkan besarnya dead inventory sedangkan grafik ke atas

menunjukkan besarnya UMK yang digunakan pada masing-masing kategori. Data

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Penyimpangan < 90 % terdapat sebanyak 49 item atau 32 % dari total

obat-obatan dengan range 8 % sampai dengan 89 %. Selisih rupiah pada

penyimpangan tersebut adalah Rp 168.691.393,-. Hal ini menunjukkan bahwa

banyak obat yang tersimpan dalam gudang karena pendistribusian ke Unit PJT

lebih kecil daripada perencanaan dan mengakibatkan meningkatnya dead

inventory di dalam gudang. Penyimpanan obat yang terlalu banyak di gudang

akan menyebabkan ruang penyimpanan untuk obat lain ditempati oleh obat

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%Pr

esen

tase

(%)

Kategori

% Item

% penyimpangannilai rupiah

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

22

Universitas Indonesia

tersebut dan dikhawatirkan banyaknya obat kadaluarsa jika tidak digunakan oleh

unit kerja lain. Sebaiknya obat tersebut didistribusikan ke unit kerja lain yang

membutuhkan atau dikembalikan ke distributor untuk mencegah obat yang

kadaluarsa.

Penyimpangan > 110 % terdapat sebanyak 40 item atau 26 % dari total

obat-obatan dengan range 113 % sampai dengan 500 %. Selisih nilai rupiah

distribusi dengan perencanaan sebesar Rp 154.290.047,-. Untuk mengatasi

penyimpangan ini, Instalasi Farmasi melakukan upaya lebih untuk memenuhi

kebutuhan unit PJT dengan menambah jumlah pemesanan obat tersebut kepada

distributor atau menggunakan persediaan obat yang sebenarnya direncanakan oleh

unit kerja lain. Pemesanan ini akan mengakibatkan respon time lebih panjang dan

mempengaruhi Key Performance Indicator (KPI). Pemesanan yang diluar

perencanaan akan menggunakan Uang Muka Kerja (UMK) sehingga jika selisih

antara distribusi dan perencanaannya besar, maka pemakaian UMK juga akan

besar.

Selain dalam kategori diatas, terdapat juga kategori yang memberikan nilai

0 % yang artinya ada perencanaan, tetapi tidak ada distribusi sejumlah 3 item atau

2 % dari total obat-obatan. Unit PJT belum bisa merencanakan dengan baik

sehingga obat yang direncanakan tidak diminta dari gudang. Obat yang sudah

dipesan ke distributor akan menumpuk di gudang dan mengakibatkan

meningkatnya dead inventory di dalam gudang. Kondisi ini sama dengan

penyimpangan < 90 % yang dapat menyebabkan penumpukan obat dan

kemungkinan obat kadaluarsa jika tidak digunakan oleh unit kerja lain.

Kategori lain (Lain-Lain A) adalah ada distribusi, tetapi tidak ada

perencanaan sebanyak 35 item atau 23 % dari total obat-obatan. Hal ini adalah

kebalikan dari kategori 0 %, dimana PJT meminta barang yang tidak ada dalam

perencanaan. Instalasi Farmasi melakukan upaya lebih untuk memenuhi

permintaan unit PJT dengan memesan obat yang tidak ada dalam perencanaan

atau menggunakan persediaan obat yang sebenarnya direncanakan oleh unit kerja

lain. Proses ini cukup panjang sehingga respon time lebih panjang dan

mempengaruhi Key Performance Indicator (KPI). Sebaiknya, pada periode

selanjutnya unit PJT memasukkan barang-barang tersebut ke dalam perencanaan

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

23

Universitas Indonesia

agar kebutuhannya dapat terpenuhi lebih baik dan juga tidak mengambil alokasi

anggaran perbekalan farmasi untuk unit lain untuk mencukupi kebutuhannya.

Kategori lainnya (Lain-Lain B) adalah tidak ada perencanaan dan distribusi, tetapi

ada pemakaian. Kategori ini menunjukkan bahwa unit PJT memiliki buffer stock

untuk memenuhi kebutuhan pasien, tanpa harus meminta dari gudang.

4.2.2. Perbandingan pemakaian terhadap perencanaan obat-obatan unit PJT

Keterangan : Lain-Lain A : Tidak ada perencanaan, tetapi ada pemakaian; Lain-Lain B : Tidak ada

perencanaan dan pemakaian, tetapi ada distribusi.

Gambar 4.6. Grafik perbandingan antara pemakaian terhadap perencanaan

obat-obatan unit PJT

Penyimpangan yang masih dalam kategori baik adalah penyimpangan

sebesar 10 %, yaitu 90 % - 100 % dan 100 % - 110 % masing-masing sebanyak 9

dan 11 item atau 6 % dan 7 % dari total obat-obatan. Pada Gambar 4.6., terlihat

bahwa penyimpangan sebesar 10 % tidak mengakibatkan selisih nilai rupiah yang

signifikan antara pemakaian dan perencanaan. Grafik penyimpangan nilai rupiah

yang ke bawah menunjukkan besarnya dead inventory sedangkan grafik ke atas

menunjukkan besarnya UMK yang digunakan pada masing-masing kategori. Data

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Penyimpangan < 90 % terdapat sebanyak 55 item atau 36 % dari total

obat-obatan dengan range 11 % sampai dengan 87 %. Selisih rupiah pada

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

Pres

enta

se (%

)

Kategori

% item

% penyimpangannilai rupiah

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

24

Universitas Indonesia

penyimpangan tersebut adalah Rp 209.402.473,-. Hal ini menunjukkan bahwa

banyak obat yang tersimpan dalam unit kerja karena pemakaian lebih kecil dari

perencanaan dan mengakibatkan meningkatnya dead inventory di unit kerja.

Sebaiknya, unit PJT mengembalikan obat tersebut ke gudang untuk

didistribusikan ke unit kerja lain yang membutuhkan atau dikembalikan ke

distributor.

Penyimpangan > 110 % terdapat sebanyak 37 item atau 25 % dari total

obat-obatan dengan range 112 % sampai dengan 850 %. Selisih nilai rupiah

pemakaian dengan perencanaan sebesar Rp 99.816.649,-. Untuk mengatasi

penyimpangan ini, Instalasi Farmasi melakukan upaya lebih untuk memenuhi

kebutuhan unit PJT dengan menambah jumlah pemesanan obat tersebut kepada

distributor atau menggunakan persediaan obat yang sebenarnya direncanakan oleh

unit kerja lain. Pemesanan ini akan mengakibatkan respon time dalam pelayanan

pasien lebih panjang dan mempengaruhi Key Performance Indicator (KPI) dari

Instalasi Farmasi itu sendiri.

Kategori lain (Lain-Lain A) adalah ada pemakaian, tetapi tidak ada

perencanaan sebanyak 27 item atau 18 % dari total obat-obatan. Hal ini

menunjukkan PJT memakai barang yang tidak ada dalam perencanaan. Instalasi

Farmasi melakukan upaya lebih untuk memenuhi permintaan unit PJT dengan

memesan obat yang tidak ada dalam perencanaan atau menggunakan persediaan

obat yang sebenarnya direncanakan oleh unit kerja lain. Proses ini cukup panjang

sehingga respon time lebih panjang dan mempengaruhi KPI. Sebaiknya, pada

periode selanjutnya unit PJT memasukan barang-barang tersebut dalam

perencanaan agar kebutuhannya dapat terpenuhi lebih baik dan juga tidak

mengambil alokasi anggaran perbekalan farmasi unit lain untuk mencukupi

kebutuhannya.

Kategori lainnya (Lain-Lain B) adalah tidak ada perencanaan dan

pemakaian, tetapi ada pendistribusian sebanyak 12 item atau 8 % dari total obat-

obatan. Kategori ini termasuk dalam permintaan insidentil. Instalasi Farmasi

melakukan upaya lebih untuk memenuhi permintaan unit PJT dengan memesan

obat yang tidak ada dalam perencanaan atau menggunakan persediaan obat yang

sebenarnya direncanakan oleh unit kerja lain. Proses ini cukup panjang karena

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

25

Universitas Indonesia

dilakukan dari awal alur pengadaan perbekalan farmasi. Pemesanan ini akan

mengakibatkan respon time lebih panjang dan mempengaruhi Key Performance

Indicator (KPI). Pemesanan yang diluar perencanaan akan menggunakan UMK.

Hal yang menjadi penting pada kategori ini adalah bahwa obat yang baru dipesan

tersebut tidak digunakan oleh unit PJT. Kategori ini dapat mengakibatkan

penumpukan obat di unit PJT karena obat yang diminta dari gudang tidak

didistribusikan ke pasien dan mengakibatkan meningkatnya dead inventory di unit

kerja. Sebaiknya, unit PJT mengembalikan obat tersebut ke gudang untuk

didistribusikan ke unit kerja lain yang membutuhkan.

4.2.3. Perbandingan pemakaian terhadap pendistribusian obat-obatan unit PJT

Keterangan : Lain-Lain A : Tidak ada pendistribusian, tetapi ada pemakaian.

Gambar 4.7. Grafik perbandingan antara pemakaian terhadap

pendistribusian obat-obatan unit PJT

Penyimpangan yang masih dalam kategori baik adalah penyimpangan

sebesar 10 %, yaitu 90 % - 100 % dan 100 % - 110 % masing-masing sebanyak

20 dan 44 item atau 13 % dan 29 % dari total obat-obatan. Pada Gambar 4.7.,

terlihat bahwa penyimpangan sebesar 10 % tidak mengakibatkan selisih nilai

rupiah yang signifikan antara distribusi dan perencanaan. Grafik penyimpangan

nilai rupiah yang ke bawah menunjukkan besarnya dead inventory sedangkan

grafik ke atas menunjukkan besarnya buffer stock di unit PJT. Data selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 6.

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

Pres

enta

se (%

)

Kategori

% item

% penyimpangannilai rupiah

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

26

Universitas Indonesia

Penyimpangan < 90 % terdapat sebanyak 47 item atau 31 % dari total

obat-obatan dengan range 20 % sampai dengan 89 %. Selisih rupiah pada

penyimpangan tersebut adalah Rp 90.177.039,-. Hal ini menunjukkan bahwa

banyak obat yang tersimpan dalam unit kerja karena pemakaian unit PJT lebih

kecil daripada pendistribusian dan mengakibatkan meningkatnya dead inventory

di unit kerja. Sebaiknya obat tersebut segera dikembalikan ke gudang secepatnya.

Penyimpangan > 110 % terdapat sebanyak 21 item atau 14 % dari total

obat-obatan dengan range 113 % sampai dengan 1133 %. Selisih nilai rupiah

pemakaian dengan distribusi sebesar Rp 17.952.753,-. Hal ini menunjukkan

bahwa unit PJT dapat memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi tanpa harus

meminta ke gudang. Hal ini disebabkan unit PJT memiliki buffer stock yang

cukup banyak yang bisa terlihat dari besarnya selisih antara distribusi dan

pemakaian.

Selain dalam kategori diatas, terdapat juga kategori yang memberikan nilai

0 % yang artinya ada pendistribusian, tetapi tidak ada pemakaian sejumlah 12

item atau 8 % dari total obat-obatan. Kategori ini dapat mengakibatkan hal yang

sama seperti kategori < 90 % yaitu dead inventory di unit PJT sehingga sebaiknya

obat tersebut dikembalikan ke gudang untuk mencegah obat kadaluarsa dan

menghindari penumpukan obat di unit kerja atau didistribusikan ke unit kerja lain

yang membutuhkan.

Kategori lain (Lain-Lain) adalah ada pemakaian, tetapi tidak ada

pendistribusian sebanyak 7 item atau 5 % dari total obat-obatan. Hal ini adalah

kebalikan dari kategori 0 %, dan menunjukkan bahwa unit PJT memiliki buffer

stock untuk memenuhi kebutuhan pasiennya.

4.3. Analisa perencanaan perbekalan farmasi periode Januari-Juni 2012

Berdasarkan perencanaan unit PJT periode Januari-Juni 2012, ada 22 item

barang yang baru diadakan, sedangkan di periode sebelumnya barang tersebut

belum pernah digunakan. Barang-barang tersebut meliputi alat kesehatan dan gas

medis. Total rupiah untuk pengadaan tersebut adalah Rp 381.999.849,-. Hal ini

dilakukan dalam rangka pengembangan unit Pelayanan Jantung Terpadu.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

27

Universitas Indonesia

Alat kesehatan yang belum direncanakan pada periode Jul-Des 2011 tetapi

didistribusikan dan atau dikonsumsi oleh unit PJT, sudah direncanakan pada

periode selanjutnya (Januari-Juni 2012) sebanyak 83 item. Namun, ada juga

beberapa barang yang tidak ada dalam perencanaan Januari-Juni 2012 walaupun

ada data pemakaiannya. Alkes tersebut berjumlah 37 item. Hal ini dapat

disebabkan karena masih adanya sisa stok alkes tersebut di unit PJT pada

pemakaian periode sebelumnya. Namun, sebaiknya alkes tersebut dimasukan ke

dalam perencanaan untuk mencegah pengadaan yang menggunakan UMK dan

sebagai buffer stock di unit kerja PJT.

Obat yang belum direncanakan pada periode Jul-Des 2011 tetapi

didistribusikan dan atau dikonsumsi oleh unit PJT, sudah direncanakan pada

periode selanjutnya (Januari-Juni 2012) sebanyak 17 item. Namun, ada juga

beberapa obat yang tidak ada dalam perencanaan pada periode berikutnya

sebanyak 14 item. Sebaiknya, obat tersebut dimasukan ke dalam perencanaan

untuk mencegah pemakaian obat yang sebenarnya dialokasikan untuk unit kerja

lain.

Evaluasi perencanaan Januari-Juni 2012 dilakukan secara umum dengan

menggunakan metode konsumsi yaitu berdasarkan data pemakaian periode

sebelumnya. Untuk mengevaluasi perencanaan, dibutuhkan juga data stok barang

yang masih ada di unit kerja. Karena keterbatasan waktu dalam analisa, evaluasi

ini hanya melihat perbandingan perencanaan Juli-Desember 2011 dengan

perencanaan Januari-Juni 2012 dari segi kuantitas dan nilai rupiah saja.

Kesulitan yang dialami dalam mengolah data ini antara lain tidak semua

item perbekalan farmasi terdapat harganya pada sistem maupun dokumentasi

IFRS sehingga harga yang dimasukan adalah harga pembelian di bulan terdekat

pada periode Juli-Desember 2011. Hal ini menyebabkan tidak semua nilai rupiah

menggambarkan nilai rupiah aslinya. Namun, karena itemnya tidak terlalu

banyak, nilai rupiah masih dapat menggambarkan data yang sebenarnya. Harga

yang tidak tercatat pada sistem ataupun pendokumentasian dapat disebabkan

karena beberapa hal, misalnya barang tersebut memang diadakan sendiri oleh unit

PJT (sebelum kebijakan satu pintu berlaku) sehingga gudang memang tidak

mendistribusikan barang tersebut ke unit PJT. Selain itu, barang tersebut memang

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

28

Universitas Indonesia

baru diadakan pada periode selanjutnya sehingga di data pembelian periode

Januari-Juni 2011 barang tersebut belum ada atau terjadinya kesalahan dalam

pendokumentasian atau ketidaktelitian pada pencarian data.

Selain itu, penamaan perbekalan farmasi dari gudang dan dari unit PJT

sering kali berbeda. Hal ini mengakibatkan kesulitan dalam pencarian data

perbekalan farmasi sehingga data harus dilihat satu per satu item dan menanyakan

kepada pihak yang mengerti tentang perbekalan farmasi unit PJT untuk

meminimalisir kesalahan. Penting diperhatikan bahwa keseragaman dan kerapihan

dalam pendokumentasian akan memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

29 Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Perencanaan alat kesehatan unit PJT periode Juli-Desember 2011 belum

efektif berdasarkan permintaan alkes yang sesuai dengan perencanaan

sebanyak 25 item atau hanya 10 %, pemakaian alkes yang sesuai dengan

perencanaan sebanyak 27 item atau hanya 11 %, dan pemakaian alkes yang

sesuai dengan distribusi sebanyak 59 item atau hanya 24 %..

2. Perencanaan obat-obatan unit PJT periode Juli-Desember 2011 belum efektif

berdasarkan permintaan obat-obatan yang sesuai dengan perencanaan

sebanyak 20 item atau hanya 13 %, pemakaian obat-obatan yang sesuai

dengan perencanaan sebanyak 20 item atau hanya 13 %, dan pemakaian obat-

obatan yang sesuai dengan distribusi sebanyak 64 item atau hanya 42 %.

5.2. Saran

1. Untuk mempermudah evaluasi perencanaan oleh IFRS, diperlukan laporan

mutasi kerja untuk mengetahui asal seluruh perbekalan farmasi yang

digunakan unit kerja.

2. Evaluasi perencanaan dapat juga dilakukan dengan metode analisa ABC

dengan mengelompokan perbekalan kesehatan berdasarkan nilai rupiah

dan metode analisa VEN dengan mengelompokan perbekalan kesehatan

berdasarkan dampak tiap jenis obat terhadap kesehatan.

3. Untuk meningkatkan efektivitas perencanaan, unit PJT perlu

memperhatikan data pemakaian periode sebelumnya, data stok yang masih

ada di unit kerja, buffer stock, dan kemungkinan adanya pengembangan

pelayanan pada unit kerjanya.

4. Permintaan yang melebihi perencanaan sebaiknya melalui jalur khusus

dalam permohonan pengadaan perbekalan farmasi untuk mendisiplinkan

unit kerja agar membuat perencanaan yang lebih baik di periode

selanjutnya.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

30

Universitas Indonesia

5. Distribusi yang baik seharusnya sesuai dengan perencanaan dan

pemakaian masing-masing unit kerja.

6. Nama-nama seluruh perbekalan farmasi di gudang dan unit PJT harus

diseragamkan agar pendokumentasian lebih rapih dan juga mempermudah

evaluasi dalam pengolahan data.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

31

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008a). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008b). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK NOMOR 1027/MENKES/SK/IX/2004). Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Hartini, Yustina Sri. (2006). Apotek : Ulasan Beserta Naskah Peraturan Perundang-Undangan Terkait Apotek. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Lembar Negara Republik Indonesia.

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

32

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Analisa Distribusi Terhadap Perencanaan Alat Kesehatan Unit Pelayanan Jantung Terpadu

NO KATEGORI KETERANGAN JUMLAH ITEM % item

NILAI RUPIAH PERENCANAAN

(P)

NILAI RUPIAH DISTRIBUSI (D) SELISIH (D-P) % PENYIMPANGAN

NILAI RUPIAH

1 0% Ada perencaaan, tetapi tidak ada

distribusi 24 10%

251.954.986 -

(251.954.986) -10,11%

2 < 90 % 1 % - 87 % 43 17% 1.240.488.751 457.080.292 (783.408.459) -31,44% 3 90 - 100 % 90 % - 98 % 11 4% 439.993.675 413.901.604 ](26.092.072) -1,05% 4 100 % - 110 % 100 % - 109 % 14 6% 122.983.450 127.654.105 4.670.655 0,19% 5 >110 % 120 % - 1317 % 40 16% 436.696.428 780.417.464 \343.721.036 13,79%

6 Lain-Lain A Tidak ada

perencanaan, tetapi ada distribusi

68 27% - 954.944.568 954.944.568 38,32%

7 Lain-Lain B

Tidak ada perencanaan dan

distribusi, tetapi ada pemakaian

51 20% - - #VALUE! #VALUE!

TOTAL 251 100% 2.492.117.290 2.733.998.033 (241.880.743)

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

33

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Analisa Pemakaian Terhadap Perencanaan Alat Kesehatan Unit Pelayanan Jantung Terpadu

NO KATEGORI KETERANGAN JUMLAH ITEM

% item NILAI RUPIAH

PERENCANAAN (P)

NILAI RUPIAH PEMAKAIAN

(K)

SELISIH (K-P) % PENYIMPANGAN

NILAI RUPIAH

1 0% Ada perencanaan,

tetapi tidak ada pemakaian

10 4%

61.048.482 -

(61.048.482)

-2,45%

2 < 90 % 3 % - 88 % 53 21% 1.386.701.155 782.073.486 (604.627.669) -24,26% 3 90 - 100 % 90 % - 99 % 12 5% 322.624.429 301.482.286 (21.142.143) -0,85% 4 100 % - 110 % 100 % - 110 % 15 6% 437.865.095 468.836.361 30.971.266 1,24% 5 >110 % 112 % - 1117% 42 17% 283.878.129 550.934.136 267.056.007 10,72%

6 Lain-Lain A Tidak ada

perencanaan, tetapi ada pemakaian

109 43% -

996.826.043 996.826.043 40,00%

7 Lain-Lain B

Tidak ada perencanaan dan

pemakaian, tetapi ada distribusi

10 4% -

-

-

0,00%

TOTAL 251 100% 2.492.117.290 3.100.152.311 608.035.021

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

34

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Analisa Distribusi Terhadap Pemakaian Alat Kesehatan Unit Pelayanan Jantung Terpadu

NO KATEGORI KETERANGAN JUMLAH ITEM % item NILAI RUPIAH

DISTRIBUSI (D)

NILAI RUPIAH PEMAKAIAN

(K) SELISIH (K-D) % PENYIMPANGAN

NILAI RUPIAH

1 0% Tidak ada

pemakaian, tetapi ada pendistribusian

11 4% 27.505.486 - (27.505.486) -1,01%

2 < 90 % 10 % - 89 % 56 22% 1.654.854.778 1.324.150.837 (330.703.941) -12,10% 3 90 - 100 % 90 % - 99 % 15 6% 336.669.292 320.397.141 (16.272.150) -0,60% 4 100 % - 110 % 100 % - 110 % 44 18% 374.349.582 386.962.992 12.613.410 0,46% 5 >110 % 111 % - 10000 % 50 20% 340.618.895 767.161.829 426.542.934 15,60%

6 Lain-Lain A Tidak ada

pendistribusian, tetapi ada pemakaian

66 26% 301.479.512 301.479.512 11,03%

7 Lain-Lain B

Tidak ada pendistribusian dan

pemakaian, tetapi ada perencanaan

9 4% -

-

- 0,00%

TOTAL 251 100% 2.733.998.033 3.100.152.311 366.154.278

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

35

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Analisa Distribusi Terhadap Perencanaan Obat-Obatan Unit Pelayanan Jantung Terpadu

NO KATEGORI KETERANGAN JUMLAH ITEM % item

NILAI RUPIAH PERENCANAAN

(P)

NILAI RUPIAH DISTRIBUSI (D) SELISIH (D-P) % PENYIMPANGAN

NILAI RUPIAH

1 0% Ada perencanaan,

tetapi tidak ada distribusi

3 2% 3.791.700

-

(3.791.700) -0,31%

2 < 90 % 8 % - 89 % 49 32% 455.435.404

286.744.012

(168.691.393) -13,85%

3 90 - 100 % 90 % - 99 % 12 8% 223.888.967

212.590.484

(11.298.483) -0,93%

4 100 % - 110 % 101 % - 109 % 8 5% 166.345.137

181.249.345

14.904.209 1,22%

5 >110 % 113 % - 500 % 40 26% 368.198.445

522.488.492

154.290.047 12,67%

6 Lain-Lain A Tidak ada

perencanaan, tetapi ada distribusi

35 23% -

200.235.215

200.235.215 16,44%

7 Lain-Lain B

Tidak ada perencanaan dan

permintaan, tetapi ada pemakaian

4 3% -

-

- 0,00%

TOTAL 151 100% 1.217.659.653 1.403.307.548 185.647.895

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

36

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Analisa Pemakaian Terhadap Perencanaan Obat-Obatan Unit Pelayanan Jantung Terpadu

NO KATEGORI KETERANGAN JUMLAH ITEM % item

NILAI RUPIAH PERENCANAAN

(P)

NILAI RUPIAH PEMAKAIAN

(K) SELISIH (K-P) % PENYIMPANGAN

NILAI RUPIAH

1 0% Ada perencanaan,

tetapi tidak ada pemakaian

0 0% -

-

- 0,00%

2 < 90 % 11 % - 87 % 55 36% 651.290.942

441.888.469

(209.402.473) -17,20%

3 90 - 100 % 90 % - 99 % 9 6% 126.858.491

124.465.755

(2.392.736) -0,20%

4 100 % - 110 % 100 % - 110 % 11 7% 128.866.376

132.306.222

3.439.846 0,28%

5 >110 % 112 % - 850 % 37 25% 310.643.843

410.460.492

99.816.649 8,20%

6 Lain-Lain A Tidak ada

perencanaan, tetapi ada pemakaian

27 18% -

298.254

298.254 0,02%

7 Lain-Lain B

Tidak ada perencanaan dan

pemakaian, tetapi ada distribusi

12 8% -

-

- 0,00%

TOTAL 151 100% 1.217.659.653 1.109.419.192 (108.240.461)

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … Masitoh-RSCM.pdfKlasifikasi Rumah Sakit Khusus ..... . 6 . 2.1.4. ... oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan

37

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Analisa Pemakaian Terhadap Distribusi Obat-Obatan Unit Pelayanan Jantung Terpadu

NO KATEGORI KETERANGAN JUMLAH ITEM % item NILAI RUPIAH

DISTRIBUSI (D)

NILAI RUPIAH PEMAKAIAN

(K) SELISIH (K-D) % PENYIMPANGAN

NILAI RUPIAH

1 0% Tidak ada

pemakaian, tapi ada pendistribusian

12 8% 133.835.327

-

(133.835.327) -9,54%

2 < 90 % 20 % - 89 % 47 31% 507.395.629

417.218.590

(90.177.039) -6,43%

3 90 - 100 % 90 % - 99 % 44 29% 576.444.696

535.446.447

(40.998.250) -2,92%

4 100 % - 110 % 100 % - 109 % 20 13% 157.598.642

166.001.931

8.403.289 0,60%

5 >110 % 113 % - 1133 % 21 14% 28.033.253

45.986.006

17.952.753 1,28%

6 Lain-Lain A Tidak ada

pendistribusian, tetapi ada pemakaian

7 5% - 1.550.240 1.550.240 0,11%

7 TOTAL 151 100% 1.403.307.548

1.166.203.214

(237.104.334)

Laporan praktek..., Siti Masitoh, FMIPA UI, 2012