universitas indonesia laporan praktek kerja …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-pr-nenden...

154
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI CILANDAK, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN NURHASANAH, S.Farm. 1206329781 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Upload: dangkhuong

Post on 01-Feb-2018

234 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

CILANDAK, JAKARTA SELATAN

PERIODE 2 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

NENDEN NURHASANAH, S.Farm.

1206329781

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

ii Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

CILANDAK, JAKARTA SELATAN

PERIODE 2 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat

Untuk memperoleh gelar Apoteker

NENDEN NURHASANAH, S.Farm.

1206329781

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

iii Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

iv Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

v Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan Kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi

Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak,

Jakarta Selatan Periode 2 September – 31 Oktober 2013.

Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana

untuk mengembangkan wawasan kefarmasian mengenai pelayanan farmasi di

rumah sakit sebelum melakukan pengabdian sebagai Apoteker dan merupakan

salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi

Apoteker di Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok.

Pada penyelesain penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini,

penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan

mengarahkan, yaitu kepada:

1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi atas

izin dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan

Praktek Kerja Profesi Apoteker.

2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt sebagai Pejabat Sementara Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013.

3. Bapak Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker dan

dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan

bantuan selama penulis menempuh pendidikan Apoteker di Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia serta kesempatan untuk melakukan Praktek Kerja

Profesi Apoteker.

4. Dr. Retnosari Andrajati, M.Si, Ph.D., Apt selaku dosen pembimbing yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis

dalam penyusunan laporan ini.

5. Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt selaku Pembimbing umum atas waktu,

bantuan, bimbingan dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

vi Universitas Indonesia

6. Dra. Maria S. Lesilolo, M.Pharm., Apt selaku Pembimbing lapangan,

terimakasih atas waktu serta bimbingan rutin selama berlangsungnya PKPA.

7. Seluruh karyawan Rumah Sakit Umum Fatmawati yang telah memberikan

bantuan dan kerjasama yang baik selama penulis melaksanakan Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA)

8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada

penulis.

9. Keluarga penulis atas dukungan doa, semangat dan materi yang tak pernah

putus.

10. Teman-teman apoteker UI 77, khususnya kelompok PKPA Fatmawati yang

telah menjadi tim yang kompak dalam menjalani hari-hari PKPA. Serta

teman-teman peserta PKPA dari Universitas Pancasila, ISTN, UNTAG dan

UBAYA.

11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Semoga laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini menjadi amal ibadah

yang dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan seluruh pihak yang

membacanya. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita

bimbingan dan balasan kebaikan atas amal ibadah kita. Amin.

Penulis

2014

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

vii Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

viii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Nenden Nurhasanah, S. Farm

NPM : 1206329871

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati Cilandak

Apoteker di rumah sakit merupakan salah satu sumber daya manusia yang

mendukung serta terlibat dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan.

Dengan dilakukannya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, calon Apoteker

diharapkan memahami peran dan tanggung jawab apoteker pada tiap bagian yang

melibatkan Apoteker di RSUP Fatmawati, mempunyai gambaran tentang hal-hal

terkait Farmasi Rumah Sakit serta mengaplikasikan ilmu kefarmasian yang telah

dipelajari secara teoritis berkenaan dengan praktek di rumah sakit oleh calon

Apoteker. Setelah dua bulan PKPA ini dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan

bahwa peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

(IFRS) Fatmawati adalah melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi dan

pelayanan farmasi klinik. Beberapa masukkan yang dikemukakan meliputi

struktur organisasi, sistem pelaporan narkotik dan psikotropik, penyimpanan

sediaan produksi non steril, monitoring BSC produksi steril, pengaktifan kembali

program konseling, pemberian label LASA serta penempatan Apoteker di depo

IBS. Berkenaan dengan fungsi Apoteker dalam pelayanan farmasi klinik, maka

dibuatlah tugas khusus yang bertujuan untuk menilai kesesuaian terapi pasien

rawat inap yang menderita stroke (penyakit serebrovaskular). Terapi yang didapat

pasien dinilai telah sesuai, hanya saja diperlukan suatu neurotropik dan

penambahan dosis simvastatin untuk mencapai profil lipid yang diharapkan.

Kata kunci : RSUP Fatmawati, Laporan PKPA, Apoteker,

Farmasi Rumah Sakit.

Tugas umum : xii + 83 halaman; 16 lampiran

Tugas khusus : iv + 40 halaman; 5 tabel; 3 gambar

Daftar Acuan Tugas Umum : 12 (2003-2013)

Daftar Acuan Tugas Khusus : 27 (1997-2013)

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

ix Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name :Nenden Nurhasanah , S. Farm

NPM :1206329871

Study Program :Profession of Apothecary - Specialization in Hospital Pharmacy

and Community

Title :Report of Advanced Pharmacy Practice Experiences at

Fatmawati Cental General Hospital Cilandak

Pharmacists in hospitals is one of the human resources that support and engage in

efforts to improve health care. This Advanced Pharmacy Practice Experiences

(APPE) expected the pharmacist cadidate to understand the role and

responsibilities of pharmacists in each section in hospital, had an overview of

related matters and apply knowledge of practical hospital pharmacy that

theoretically had been studied with respect with practice in the hospital. After two

months implemented APPE, it deduced that the roles and responsibilities of

pharmacists in hospital pharmacy was conducted pharmaceutical management and

clinical pharmacy services. The advise to increase the pharmacy’s services quality

includes organizational structure, reporting systems of narcotics and

psychotropics drugs, the storage of non sterile preparation product, monitoring

BSC for production sterile, reactivation counseling program, LASA’s labeling and

placement of Pharmacists in the IBS . Linked to the functions of pharmacists in

clinical pharmacy services, the specific task aimed to assess the suitability of

treatment of hospitalized patients who suffer a stroke (cerebrovascular disease).

Therapy patients was obtained appropriate, needed a neurotrophic and additional

doses of simvastatin for achieving expected lipid profile.

Keywords : Central General Hospital Fatmawati, Report

APPE, Pharmacist, Hospital Pharmacy.

General Assignment : xii + 83 pages; 16 appendixes

Specific Assignment : iv + 40 pages; 5 tables; 3 pictures

References of General Assignment : 12 (2003-2013)

References of Specific Assignment : 27 (1997-2013)

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

x Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH.............................................................................................................. vii

ABSTRAK.......................................................................................................... viii

ABSTRACT....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI....................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Tujuan .............................................................................................. 3

BAB 2. TINJAUAN UMUM ............................................................................ 4 2.1 Definisi Rumah Sakit..................................................................... 4

2.2 Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit ................................................... 4

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit ................................................................ 4

2.3.1 Berdasarkan Jenis Pelayanan ............................................ 4

2.3.2 Berdasarkan Pengelolaan .................................................. 6

2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati............................ 6

2.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati ................................. 8

2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati ......................................... 8

2.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati ................................................... 8

2.6 Visi dan Misi .................................................................................. 8

2.6.1 Motto dan Falsafah ............................................................. 9

2.6.2 Nilai .................................................................................... 9

2.6.3 Tujuan................................................................................... 10

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS........................................................... .............. 11 3.1 Instalasi Farmasi ............................................................................. 11

3.1.1 Bagan Organisasi .................................................................. 11

3.1.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan FRS ......................... 11

3.1.3 Analisa Kebutuhan Tenaga ................................................... 12

3.1.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi ........................................... 13

3.1.5 Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alkes 15

3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati................................................ 16

3.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi ........................... 17

3.2.2 Visi Instalasi Farmasi ............................................................. 18

3.2.3 Misi Instalasi Farmasi ............................................................. 18

3.2.4 Tujuan Instalasi Farmasi ......................................................... 18

3.2.5 Nilai – nilai Instalasi Farmasi .................................................. 19

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

xi Universitas Indonesia

3.2.6 Kegiatan Farmasi Klinik ........................................................... 19

3.2.7 Ruang Lingkup Kegiatan Farmasi ........................................... 30

3.3 Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati................................... 55

BAB 4. PEMBAHASAN .................................................................................. 57

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 80

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 80

5.2 Saran ............................................................................................... 80

DAFTAR ACUAN ............................................................................................. 82

LAMPIRAN....................................................................................................... 84

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

xii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi RSUP Fatmawati....................................... 84

Lampiran 2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati........ 85

Lampiran 3 Alur Pengkajian Resep................................................................. 86

Lampiran 4 Alur Pemantauan Efek Samping Obat......................................... 87

Lampiran 5 Alur Kegiatan Pemantauan Interaksi Obat................................. 88

Lampiran 6 Alur Penyimpanan Resep dan Arsip ........................................ 89

Lampiran 7 Alur Pemusnahan Resep dan Arsip ........................................... 90

Lampiran 8 Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi......................................... 91

Lampiran 9 Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi oleh Tim Penerima ..... 92

Lampiran 10 Alur Masuk ke Ruang Produksi Aseptik .................................. 93

Lampiran 11 Alur Pelayanan Obat Sitostatika Rawat Jalan dan Rawat Inap 94

Lampiran 12 Prosedur Penyiapan Obat Rawat Jalan Secara Individual

Prescription.................................................................................. 95

Lampiran 13 Alur Pelayanan Resep di Depo Askes ...................................... 96

Lampiran 14 Alur Distribusi Obat secara Dosis Unit di Instalasi Farmasi

RSUP Fatmawati ......................................................................... 97

Lampiran 15 Alur Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan di Depo

Instalasi Bedah Sentral........................................................... 98

Lampiran 16 Alur Program Pelayanan Informasi Obat................................... 99

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang harus

diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya. Ditegaskan dalam UU No. 36 Tahun 2009, kesehatan

merupakan hak asasi setiap manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus

diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Upaya kesehatan

merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan

berkesinambungan untuk memelihara dan meingkatkan derajat kesehatan

masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peingkatan kesehatan, pengobatan

penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan kesehatan promotif, kuratif dan

rehabilitatif diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan. Rumah Sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang

dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan

teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu

meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar

terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Dalam UU. No 44 tahun 2009 tertulis, Rumah Sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan

pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat.

Dalam keberlangsungannya sebagai fasilitas pelayanan kesehatan, suatu

rumah sakit membutuhkan sediaan farmasi serta alat kesehatan yang bermutu,

bermanfaat, aman dan terjangkau. Adanya bagian kefarmasian merupakan salah

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

2

Universitas Indonesia

satu syarat yang harus dipenuhi oleh rumah sakit. Yang dimaksud dengan

"instalasi farmasi" dalam penjelasan UU. No. 44 Tahun 2009 adalah bagian dari

Rumah Sakit yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur

dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan

pembinaan teknis kefarmasian di Rumah Sakit.

Dalam PP 51 tahun 2009 disebutkan bahwa untuk melakukan pekerjaan

kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran dan pelayanan

sediaan farmasi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian

dan kewenangan yaitu tenaga kefarmasian yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga

Teknis Kefarmasian.

Apoteker di rumah sakit merupakan salah satu sumber daya manusia yang

mendukung serta terlibat dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan, maka

setiap calon Apoteker harus meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan,

dan keahlian di bidang kefarmasian sehingga calon apoteker setidaknya

mempunyai bekal untuk memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang

profesional.

Sesuai dengan Pasal 5 butir c dan d, fungsi rumah sakit adalah

melaksanakan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan dan

penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang

kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan

etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Oleh karena itu pelaksanaan Praktek

Kerja Profesi Apoteker dilakukan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati Jakarta

karena RSUP Fatmawati merupakan rumah sakit pemerintah yang dapat

memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan

penelitian diseluruh disiplin ilmu.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

3

Universitas Indonesia

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini adalah

sebagai berikut :

a. Calon Apoteker memahami peran dan tanggung jawab apoteker pada tiap

bagian yang melibatkan Apoteker di RSUP Fatmawati diantaranya di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit (IFRS), dan Tim Farmasi dan Terapi (TFT).

b. Memberi gambaran pada calon Apoteker tentang hal-hal terkait Farmasi

Rumah Sakit sehingga calon Apoteker mempunyai bekal untuk bertindak

sesuai dengan kode etik dan ketentuan yang berlaku di dalam sistem

pelayanan rumah sakit.

c. Mengaplikasikan ilmu kefarmasian yang telah dipelajari secara teoritis

berkenaan dengan praktek di rumah sakit oleh calon Apoteker.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

4 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Definisi Rumah Sakit

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009,

rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit (UU RI No. 44/2009)

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit

mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit;

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009, rumah sakit dapat diklasifikasikan

berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.

2.3.1 Berdasarkan jenis pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan

dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

5

Universitas Indonesia

2.3.1.1 Rumah Sakit Umum

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Klasifikasi Rumah Sakit Umum

terdiri dari:

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis

dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain, dan

13 (tiga belas) subspesialis.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis

dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2

(dua) subspesialis dasar.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis

dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis

dasar.

2.3.1.2 Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin

ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Klasifikasi

Rumah Sakit Khusus terdiri atas :

a. Rumah Sakit Khusus Kelas A

Rumah Sakit Khusus Kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan

pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

6

Universitas Indonesia

b. Rumah Sakit Khusus Kelas B

Rumah Sakit Khusus Kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik

spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.

c. Rumah Sakit Khusus Kelas C

Rumah Sakit Khusus Kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan

pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal.

2.3.2 Berdasarkan pengelolaan

Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi Rumah

Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat.

2.3.2.1 Rumah Sakit Publik

Rumah Sakit Publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik

yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan

pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit publik yang

dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah

Sakit Privat.

2.3.2.2 Rumah sakit privat

Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum

dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

Pendirian Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati bermula dari

gagasan Ibu Fatmawati Soekarno untuk mendirikan rumah sakit tuberkulose anak

yang dikhususkan untuk penderita TBC anak dan rehabilitasinya. Dengan dana

yang dihimpun oleh Yayasan Ibu Soekarno dan bantuan dari Yayasan Dana

Bantuan Kementerian Sosial RI dilaksanakan pembangunan Gedung Rumah Sakit

Ibu Soekarno.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

7

Universitas Indonesia

Pada tanggal 15 April 1961, status dan fungsi rumah sakit tersebut berubah

menjadi rumah sakit umum dan penyelenggaraan serta pembiayaannya diserahkan

kepada Departemen Kesehatan RI sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai

hari jadi Rumah Sakit Ibu Soekarno. Pada tanggal 20 Mei 1967, nama RSU Ibu

Soekarno diganti menjadi RSU Fatmawati. Selanjutnya pada tahun 1984

RSU Fatmawati ditetapkan sebagai pusat rujukan wilayah Jakarta Selatan dan

tahun 1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B Pendidikan.

Dalam perkembangan Rumah Sakit Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit

Unit Swadana Bersyarat pada tahun 1992 dan dua tahun berikutnya yakni tahun

1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Tanpa Syarat. Pada tahun

1997 sesuai dengan diberlakukannya UU No.27 Tahun 1997, rumah sakit

mengalami perubahan kebijakan dari swadana menjadi PNBP (Penerimaan

Negara Bukan Pajak), selanjutnya pada tahun 2000 Rumah Sakit Fatmawati

ditetapkan sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.117 tahun

2000 tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada

tanggal 11 Agustus 2005 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

No.1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).

Dalam penilaian Tim Akreditasi Rumah Sakit, tahun 1997 RS Fatmawati

memperoleh Status Akreditasi Penuh untuk 5 pelayanan. Pada tahun 2002, RSUP

Fatmawati memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut untuk 12

pelayanan. Kemudian pada tahun 2004 RSUP Fatmawati terakreditasi 16

Pelayanan dan pada tahun 2007 memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat

Lengkap 16 Pelayanan. RSUP Fatmawati pada tanggal 2 Mei 2008 ditetapkan

oleh Departemen Kesehatan RI sebagai Rumah Sakit Umum dengan pelayanan

Unggulan Orthopaedi dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan SK Menteri

Kesehatan No.424/MENKES/SK/V/2008. Pada tahun 2011, RSUP Fatmawati

telah menyandang sertifikat Terakreditasi ISO 9001 : 2008 dan OHSAS 18001 :

2007 dan saat ini (Mei 2013) sedang menuju untuk mendapatkan sertifikat JCI

(Joint Commission International).

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

8

Universitas Indonesia

2.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati

2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati

RSUP Fatmawati Jakarta mempunyai tugas pokok menyelenggarakan upaya

penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi,

terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan

pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan dan menyelenggarakan

pendidikan, pelatihan, dan penelitian.

2.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati

Fungsi RSUP Fatmawati adalah menyelenggarakan:

a. Pelayanan medis

b. Pelayanan penunjang medis dan non medis

c. Pelayanan dan asuhan keperawatan

d. Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit

e. Pelayanan rujukan

f. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan

g. Penelitian dan pengembangan

h. Administrasi umum dan keuangan

2.6 Visi dan Misi

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati memiliki visi terdepan,

paripurna dan terpercaya di Indonesia. Menurut Keputusan Direktur Utama RSUP

Fatmawati Nomor: HK.03.05/II.1/2468/2012 tentang organisasi dan tata kerja

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, yang dimaksud dengan terdepan,

paripurna, dan terpercaya di Indonesia ialah rumah sakit pelopor yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian dengan:

a. Terdepan karena ketersediaan sumber daya yang lengkap;

b. Paripurna karena memberikan pelayanan kesehatan promotif, preventif,

kuratif, rehabilitatif, dan pelayanan berkesinambungan (continuum of care)

serta tuntas;

c. Terpercaya karena senantiasa mengikuti kaidah - kaidah IPTEK terkini;

d. Menjangkau seluruh lapisan masyarakat; dan

e. Berorientasi kepada para pelanggan.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

9

Universitas Indonesia

Misi dari RSUP Fatmawati adalah:

a. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan

penelitian di seluruh disiplin ilmu, dengan unggulan bidang orthopaedi dan

rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen resiko klinis.

b. Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

c. Mengelola keuangan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel serta

berdaya saing tinggi.

d. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK terkini.

e. Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan dan kesejahteraan sumber daya

manusia.

2.6.1 Motto dan Falsafah

Motto RSUP Fatmawati adalah “Percayakan Pada Kami” sedangkan

falsafah yang dianut sebagai pegangan dalam menjalankan organisasi adalah:

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Menjunjung tinggi kehidupan dan nilai - nilai luhur kemanusiaan

c. Menghargai pentingnya persatuan dan kerjasama

d. Menjunjung keseimbangan dan kelestarian lingkungan

e. Kebersamaan dalam kemajuan dan kesejahteraan

2.6.2 Nilai

Nilai yang diterapkan di RSUP Fatmawati adalah jujur, profesional,

komunikatif, dan ikhlas, serta peduli dalam melaksanakan tugas.

2.6.2.1 Jujur

Menerapkan transparansi dalam melaksanakan tugas.

2.6.2.2 Profesional

Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi (pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan peka budaya).

2.6.2.3 Komunikatif

Mampu melaksanakan hubungan interpersonal yang asertif dan responsif.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

10

Universitas Indonesia

2.6.2.4 Ikhlas

Selalu memegang teguh ketulusan dalam memberikan pelayanan kepada

pelanggan.

2.6.2.5 Peduli

Selalu tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.

2.6.3 Tujuan

Tujuan RSUP Fatmawati adalah:

a. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi

kaidah keselamatan pasien (patient safety)

b. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif yang

terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

c. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi

pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian.

d. Terwujudnya SDM yang profesional dan berorientasi kepada pelayanan

pelanggan.

e. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber daya

manusia rumah sakit.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

11 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

3.1 Instalasi Farmasi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit atau

bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu

oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas

penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan

kefarmasian, yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar,

2003).

3.1.1 Bagan organisasi

Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas,

koordinasi, kewenangan, dan fungsi. Kerangka organisasi minimal

mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi

klinik dan manajemen mutu, dan selalu harus dinamis sesuai perubahan yang

dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan. Struktur

organisasi RSUP Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.1.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan Farmasi Rumah Sakit

3.1.2.1 Panitia Farmasi dan Terapi

Panitia Farmasi dan Terapi merupakan badan yang membantu pimpinan

rumah sakit dalam menetapkan kebijakan tentang obat dan penggunaan obat di

rumah sakit. Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili

hubungan komunikasi antara para staf medik dengan staf farmasi, sehingga

anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi - spesialisasi yang ada di

rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan

lainnya. Panitia Farmasi dan Terapi sekurang - kurangnya terdiri dari 3 (tiga)

orang yaitu dokter, apoteker dan perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar tenaga

dokter bisa lebih dari tiga orang yang mewakili semua staf medik fungsional

yang ada. Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

12

Universitas Indonesia

semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di

seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini.

Salah satu fungsi Panitia Farmasi dan Terapi adalah mengembangkan

formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Formularium adalah himpunan

obat yang diterima/ disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di

rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan.

3.1.2.2 Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit

Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit adalah organisasi yang terdiri

dari staf medik, apoteker yang mewakili farmasi rumah sakit dan tenaga kesehatan

lainnya.

3.1.2.3 Panitia lain yang terkait dengan tugas farmasi rumah sakit

Apoteker juga berperan dalam tim/ panitia yang menyangkut dengan

pengobatan antara lain:

a. Panitia mutu pelayanan kesehatan rumah sakit

b. Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri

c. Tim penanggulangan AIDS

d. Tim transplantasi

e. Tim PKMRS, dan lain - lain.

3.1.3 Analisa kebutuhan tenaga

3.1.3.1 Jenis ketenagaan

a. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga apoteker, sarjana farmasi,

dan asisten apoteker (AMF, SMF)

b. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga operator komputer atau

teknisi yang memahami kefarmasian dan tenaga administrasi

c. Pembantu pelaksana

3.1.3.2 Beban kerja

Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor - faktor yang

berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu:

a. Kapasitas tempat tidur dan BOR

b. Jumlah resep atau formulir per hari

c. Volume perbekalan farmasi

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

13

Universitas Indonesia

d. Idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian rawat

inap)

3.1.3.3 Jenis pelayanan

a. Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat)

b. Pelayanan rawat inap intensif

c. Pelayanan rawat inap

d. Pelayanan rawat jalan

e. Penyimpanan dan pendistribusian

f. Produksi obat

3.1.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pengelolaam perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan dimulai dari

pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,

pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang

diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

3.1.4.1 Pemilihan

Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah

kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan

dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,

standardisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan

seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi

untuk menetapkan kualitas dan efektifitas serta jaminan pada transaksi

pembelian.

3.1.4.2 Perencanaan

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,

dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk

menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan dan dasar - dasar perencanaan yang telah ditentukan

antara lain metode konsumsi, metode morbiditas atau epidemiologi, dan

metodekombinasi konsumsi dan mobirditas. Metode konsumsi dan

epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

3.1.4.3 Pengadaan

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

14

Universitas Indonesia

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui, melalui pembelian, produksi atau pembuatan sediaan

farmasi, maupun sumbangan atau droping atau hibah.

3.1.4.4 Produksi

Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan mengemas

kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

3.1.4.5 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah

diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,

tender, konsinyasi (penitipan barang dari pemilik kepada suatu pihak untuk

dijualkan) atau sumbangan.

3.1.4.6 Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut

persyaratan yang ditetapkan dan disertai dengan sistem informasi yang selalu

menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

3.1.4.7 Pendistribusian

Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di

rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat

inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medik.

a. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap

Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap merupakan kegiatan

pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat

inap di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau

desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep

perorangan, sistem unit dosis, dan sistem kombinasi oleh Satelit Farmasi.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

15

Universitas Indonesia

b. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan.

Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan merupakan kegiatan

pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat

jalan di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau

desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh apotik rumah sakit.

c. Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja

Pendistibusian perbekalan farmasi di luar jam kerja merupakan kegiatan

pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar

jam kerja yang diselenggarakan oleh:

1) Apotik rumah sakit/ satelit farmasi yang dibuka 24 jam

2) Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi

3.1.5 Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

Merupakan pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin

penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan

terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan

dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan

lainnya. Kegiatan yang dilakukan antara lain:

3.1.5.1 Pengkajian resep

Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari

seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik

untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

3.1.5.2 Dispensing

Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap

validasi, interpretasi, menyiapkan/ meracik obat, memberikan label/ etiket,

penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem

dokumentasi.

3.1.5.3 Pemantauan dan pelaporan efek samping obat

Pemantauan dan pelaporan efek samping obat merupakan kegiatan

pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan

yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan

profilaksis, diagnosis dan terapi.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

16

Universitas Indonesia

3.1.5.4 Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat merupakan pelayanan yang dilakukan oleh

Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini

kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

3.1.5.5 Konseling

Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk

mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan

pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

3.1.5.6 Pemantauan kadar obat dalam darah

Pemantauan kadar obat dalam darah dilakukan dengan cara melakukan

pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang

merawat karena indeks terapi yang sempit.

3.1.5.7 Ronde atau visite

Ronde atau visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat

inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

3.1.5.8 Pengkajian penggunaan obat

Pengkajian pengguanaan obat merupakan program evaluasi penggunaan

obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang

digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.

3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati merupakan satuan kerja (satker) satu-satunya

di Rumah Sakit yang menjalankan fungsi pengelolaan perbekalan farmasi dengan

sistem satu pintu. Instalasi Farmasi berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP

Fatmawati. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang kepala dengan sebutan

Kepala Instalasi Farmasi dan satu orang Wakil Kepala Instalasi yang membawahi

15 (lima belas) orang Penyelia, yaitu:

a. Penyelia Depo IRJ (Lantai 1, 2, dan 3)

b. Penyelia Depo Askes

c. Penyelia Depo IGD dan IRI

d. Penyelia Depo IBS

e. Penyelia Depo Teratai - IRNA A

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

17

Universitas Indonesia

f. Penyelia Depo Teratai - IRNA B

g. Penyelia Depo Griya Husada

h. Penyelia Depo Gedung Prof. Soelarto

i. Penyelia Gudang Farmasi

j. Penyelia Produksi Farmasi

k. Penyelia Sistem Informasi

l. Penyelia Distribusi dan Penerimaan

m. Penyelia Perencanaan Perbekalan Farmasi

n. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan

o. Penyelia Tata Usaha dan SDM Farmasi

Instalasi Farmasi mempunyai struktur organisasi sebagaimana tercantum dalam

Lampiran 2.

3.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi

Tugas Pokok Instalasi Farmasi adalah:

a. Menjalankan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati.

b. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi dengan kegiatan perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan

farmasi di RSUP Fatmawati.

c. Menjalankan integrasi dan sinkronisasi terkait dengan pelaksanaan tugas

pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati.

d. Turut serta menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan

kefarmasian di RSUP Fatmawati.

e. Melaksanakan kegiatan penelitian dan ikut serta dalam uji klinik obat.

f. Turut serta menyelenggarakan pembinaan etika dan pengembangan profesi

kefarmasian.

Fungsi instalasi farmasi adalah:

a. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dalam pelaksanaan tugas

pelayanan kefarmasian dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati

dengan pihak - pihak terkait.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

18

Universitas Indonesia

b. Melaksanakan pengawasan mutu pelayanan kefarmasian di RSUP

Fatmawati.

c. Turut serta dalam pengembangan pelayanan kefarmasian di RSUP

Fatmawati berdasarkan perkembangan kebutuhan masyarakat, ilmu

pengetahuan dan teknologi.

d. Menetapkan indikator pencapaian kinerja dan pelaksanaan evaluasi

serta tindak lanjut terkait dengan pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi

di RSUP Fatmawati.

3.2.2 Visi Instalasi Farmasi

Visi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah “Terdepan, Paripurna,

Terpercaya dalam Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian di Indonesia.”

3.2.3 Misi Instalasi Farmasi

Misi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:

a. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien.

b. Mengupayakan pencapaian rasionalisasi penggunaan obat di RSUP

Fatmawati.

c. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi rumah sakit secara efektif dan

efisien.

d. Meningkatkan dan mengembangkan pelayanan farmasi terutama bidang

orthopedi dan rehabilitasi medik.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

19

Universitas Indonesia

3.2.4 Tujuan Instalasi Farmasi

Tujuan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:

a. Menjamin pelayanan farmasi rumah sakit yang profesional dan

bertanggung jawab atas semua penggunaan perbekalan farmasi di rumah

sakit.

b. Mewujudkan kerasionalan pengobatan yang berorientasi kepada pasien.

c. Mewujudkan farmasi rumah sakit sebagai pusat informasi obat bagi

seluruh masyarakat rumah sakit.

d. Meningkatkan peran instalasi farmasi sebagai bagian integral dari tim

pelayanan kesehatan untuk mewujudkan manfaat yang maksimal dari

pelayanan farmasi.

e. Ikut menjamin keamanan dan keselamatan kerja seluruh staf rumah sakit,

masyarakat, serta lingkungan.

f. Meningkatkan kemampuan tenaga kefarmasian melalui pendidikan dan

pelatihan.

g. Menjamin pelayanan bermutu melalui pemantauan, analisa dan evaluasi

pelayanan.

h. Mengadakan penelitian dan peningkatan metode di bidang farmasi.

3.2.5 Nilai - nilai Instalasi Farmasi

Nilai - nilai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:

a. Profesional

b. Benar dan aman (safety)

c. Penuh tanggung jawab

d. Jujur

e. Ramah dan peduli (care)

3.2.6 Kegiatan Farmasi Klinik

3.2.6.1 Pengkajian Resep

Pengkajian resep adalah tata cara dan urutan proses kegiatan analisa dan skrining

resep untuk mengetahui kesesuaian resep dengan persyaratan administratif,

farmasetis dan klinis. Pengkajian peresepanobat dilakukan terhadap resep pasien

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

20

Universitas Indonesia

dengan menggunakan prosedur pengkajian resep. Untuk resep yang telah

memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa stempel keterangan

“Resep atau Obat telah di review Farmasi” pada resep pasien. Untuk resep yang

belum dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan komunikasi dengan Dokter

Penanggung Jawab Pasien (DPJP) untuk menemukan solusi permasalahan yang

ditemukan terkait dengan pengobatan pasien. Prosedur:

a. Penerimaan resep oleh petugas depo farmasi dengan ketentuan:

1) Depo Farmasi Rawat Inap hanya melayani resep pasien rawat inap internal

dari RSUP Fatmawati

2) Depo Farmasi IGD dan Rawat Jalan melayani dari poli rawat jalan RSUP

Fatmawati

b. Pelaksanaan skrining resep oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi Farmasi

untuk menilai kelengkapan:

1) Persyaratan administrasi resep dengan menilai ada atau tidak:

a) Nama dokter

b) Tanggal penulisan resep

c) Tanda tangan / paraf dokter penulis resep

d) Nomor rekam medik pasien

e) Nama pasien

f) Umur pasien

g) Jenis kelamin pasien

h) Berat badan pasien

i) Nama obat

j) Jumlah yang diminta dalam resep obat

k) Aturan pemakaian obat

2) Persyaratan Farmasetis dengan menilai:

a) Bentuk sediaan

b) Kekuatan sediaan

c) Kompatibilitas / ketercampuran farmasetis

d) Stabilitas sediaan

e) Cara penyimpanan obat

3) Persyaratan Klinis dengan menilai:

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

21

Universitas Indonesia

a) Indikasi obat

b) Riwayat alergi obat

c) Duplikasi pengobatan

d) Interaksi obat dengan obat

e) Interaksi obat dengan makanan

f) Kontra indikasi obat

g) Biaya obat

c. Pelaksanaan kegiatan komunikasi oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi

Farmasi dengan dokter penulis resep

1) Untuk konfirmasi bila ditemukan

a) Ketidaklengkapan pada aspek administratif resep

b) Ketidaklengkapan pada aspek farmasetis resep

c) Ketidaklengkapan pada aspek klinis resep

d) Resep tidak terbaca

e) Obat tidak tersedia

f) Temuan masalah resep lainnya

2) Klarifikasi dan problem solving

a) Klarifikasi dan komunikasi verbal langsung ke dokter penulis resep

b) Apabila terjadi hambatan jarak untuk komunikasi langsung, dilakukan

dengan komunikasi melalui telepon

d. Pelaksanaan pencatatan hasil komunikasi dengan dokter oleh Apoteker atau

Penyelia Instalasi Farmasi untuk penyempurnaan dan pembenaran resep.

e. Pelaksanaan penandaan resep yang telah di skrining oleh Apoteker atau

Penyelia Instalasi Farmasi dengan melakukan:

1) Untuk resep yang telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda”

berupa stempel keterangan “Resep telah di review Farmasi” pada resep

pasien.

2) Penandaan cap stempel HETIP yaitu:

a) Harga (billing)

b) Etiket

c) Timbang

d) Isi

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

22

Universitas Indonesia

e) Penyerahan dan pemeriksaan

3) Untuk resep yang tidak dapat dipenuhi dan tidak dapat diklarifikasi

kebenarannya atau resep tidak setuju dibeli, resep dikembalikan kepada user

(pemilik resep)

3.2.6.2 Pengkajian penggunaan obat

Menurut Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pengkajian

penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur

dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang digunakan sesuai

indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Tujuan pengkajian penggunaan

obat adalah:

a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada

pelayanan kesehatan/ dokter tertentu.

b. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/ dokter satu

dengan yang lain.

c. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik.

d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.

Faktor - faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian penggunaan

obat antara lain:

a. Indikator peresepan

b. Indikator pelayanan

c. Indikator fasilitas

Berdasarkan Standar Prosedur Operasional RSUP Fatmawati, pengkajian

penggunaan obat secara prospektif merupakan kegiatan penilaian (assessment)

terhadap pengobatan pasien selama pasien menjalani pengobatan. Kegiatan

pengkajian penggunaan obat secara retrospektif dilakukan dengan mengumpulkan

data dari catatan rekam medik pasien pada periode tertentu. Kegiatan pengkajian

penggunaan obat dilakukan dengan menggunakan Standar Prosedur Operasional

(SPO) pengkajian penggunaan obat. Kegiatan dilakukan oleh apoteker dengan

menilai adanya potensial drug related problem (DRP), yaitu:

a. Kesesuaian indikasi obat dengan diagnosa

b. Ketepatan pemilihan obat

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

23

Universitas Indonesia

c. Dosis terlalu tinggi

d. Dosis terlalu rendah

e. Efek samping obat

f. Interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, obat dengan uji

laboratorium.

g. Ketidakpatuhan pasien, misalnya karena obat tidak tersedia, pasien tidak

mampu mendapatkan obat yang diinginkan, pasien tidak bisa menelan obat,

pasien tidak mengerti instruksi pemberian obat, pasien lebih suka tidak

mendapatkan pengobatan atau pasien lupa dalam pengobatan.

h. Pasien menerima terapi obat yang tidak diperlukan

Apoteker yang dapat melakukan kegiatan review pengobatan adalah apoteker

yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdaftar sebagai tenaga apoteker di RSUP Fatmawati

b. Mempunyai Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

c. Telah selesai mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam orientasi internal

Pada pasien rawat inap, pengkajian resep dan penggunaan obat ditujukan untuk

evaluasi terhadap resep dan pengobatan pasien. Untuk pengobatan yang telah

memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa stempel keterangan

“Resep atau Obat telah di review Farmasi” pada Rekam Medik (RM) pasien.

Untuk obat yang belum dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan

komunikasi dengan DPJP untuk menemukan solusi permasalahan yang ditemukan

terkait dengan pengobatan pasien. Alur pengkajian resep pada Lampiran 3.

3.2.6.3 Visite

Pelayanan kefarmasian saat ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan obat,

namun telah berkembang orientasinya pada pelayanan kepada pasien

(pharmaceutical care). Hal ini juga berlaku bagi apoteker yang berada dalam

lingkup rumah sakit. Apoteker rumah sakit diharapkan mampu memberikan

pelayanan kefarmasian kepada setiap individu pasien untuk memastikan bahwa

pengobatan yang diberikan kepada setiap pasien adalah pengobatan yang rasional.

Salah satu contoh kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

24

Universitas Indonesia

pasien adalah praktek apoteker ruang rawat (ward pharmacist) dengan visite

sebagai salah satu aktivitasnya.

Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker

kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang lebih baik.

Aktivitas ini dapat dilakukan secara mandiri atau kolaborasi secara aktif dengan

tim dokter dan profesi kesehatan lainnya dalam proses penetapan keputusan

terkait terapi obat pasien. Praktek visite yang dilakukan oleh apoteker bertujuan

untuk:

a. Meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien,

perkembangan kondisi klinik , dan rencana terapi secara komprehensif

b. Memberikan informasi mengenai farmakologi farmakokinetika, bentuk sediaan

obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pasien

c. Memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam

pemilihan terapi, implementasi dan monitoring terapi

d. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait penggunaan obat

akibat keputusan klinik yang sudah ditetapkan sebelumnya

Sebelum memulai praktek visite di ruang rawat, seorang apoteker perlu

membekali diri dengan berbagai pengetahuan minimal: patofisiologi, terminologi

medik, farmakokinetika, farmakologi, farmakoterapi, farmakoekonomi,

farmakoepidemiologi, interpretasi data laboratorium, dan data penunjang

diagnostik lainnya. Di dalam melakukan pelayanan visite maka hal lain

yang harus dipertimbangkan adalah jumlah sumber daya manusia

(apoteker). Terkait keterbatasan jumlah apoteker, maka dilakukan pembatasan

pasien yang menerima pelayanan visite oleh apoteker. Beberapa kriteria pasien

yang dapat menerima pelayanan visite oleh apoteker adalah sebagai berikut:

a. Pasien baru (dalam 24 jam pertama);

b. Pasien dalam perawatan intensif;

c. Pasien yang menerima ≥ 5 macam obat;

d. Pasien yang mengalami penurunan fungsi organ terutama organ hati dan ginjal;

e. Pasien yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya mencapai nilai kritis (critical

value), misalnya: ketidakseimbangan elektrolit, penurunan kadar albumin;

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

25

Universitas Indonesia

f. Pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit akan berpotensi

menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) yang fatal.

Setelah melakukan seleksi terhadap pasien yang akan mendapatkan pelayanan

visite maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi

penggunaan obat. Informasi tersebut dapat diperoleh dari rekam medik,

wawancara dengan pasien atau keluarga. Setelah informasi didapatkan maka

selanjutnya dilakukan pengkajian masalah terkait obat. Pengkajian yang dilakukan

yaitu pengkajian bagi pasien dengan terapi obat yang memiliki risiko mengalami

masalah terkait penggunaan obat baik yang aktual (nyata terjadi) maupun yang

potensial (mungkin terjadi).

Kegiatan visite dapat dilakukan oleh apoteker secara mandiri atau bersama dengan

tenaga kesehatan lain sesuai dengan situasi dan kondisi. Kegiatan visite mandiri

dimulai dengan melakukan perkenalan diri kepada pasien, mendengarkan respon

yang disampaikan oleh pasein setelah itu apoteker mengidentifikasi masalah lalu

memberikan rekomendasi berbasis bukti berkaitan dengan masalah terkait

penggunaan obat. Untuk kegiatan visite tim dimulai dengan memperkenalkan diri

kepada pasien dan atau tim, mengikuti dengan seksama presentasi kasus yang

disampaikan, memberikan rekomendasi berbasis bukti berkaitan dengan masalah

terkait penggunaan obat, melakukan pemantauan pelaksanaan rekomendasi dan

melakukan pemantauan efektivitas serta keamanan penggunaan obat.

Setelah melakukan praktek visite, maka tahapan yang harus dilakukan adalah

melakukan dokumentasi yang bertujuan untuk menjamin akuntabilitas dan

kredibilitas, sebagai dasar untuk evaluasi dan perbaikan mutu kegiatan serta

sebagai materi pendidikan dan penelitian kegiatan.

a. Monitoring efek samping obat

Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping.

Pengertian efek samping menurut WHO adalah tiap respon terhadap obat, pada

dosis lazim untuk manusia, yang merugikan atau tidak diharapkan untuk tujuan

profilaksis, diagnosis dan terapi. Efek samping dapat dicegah dengan menghindari

faktor-faktor resiko. Adanya efek samping obat dapat meningkatkan morbiditas

sehingga meningkatkan penderitaan, lama perawatan serta kematian. Alur

pemantauan efek samping obat dapat dilihat pada Lampiran 4. MESO berguna

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

26

Universitas Indonesia

bagi badan pengawas obat, perusahaan obat dan juga akademisi. Tujuan

diadakannya MESO diantaranya adalah :

1) Menemukan efek samping obat sedini mungkin, terutama yang berat, tidak

dikenal dan frekuensinya jarang

2) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang baik yang

sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan.

3) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan atau

mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka

kejadian dan hebatnya efek samping obat

4) Memberi umpan balik adanya interaksi pada petugas kesehatan

5) Membuat peraturan yang sesuai

6) Memberi peringatan pada masyarakat umum bila dibutuhkan

7) Membuat data esensial yang tersedia sesuai sistem yang dipakai WHO

MESO dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :

1) Laporan insidentil

Jenis laporan ini biasanya dikemukakan pada pertemuan di rumah sakit atau

laporan kasus di majalah.

2) Laporan sukarela

Biasa disebut dengan laporan spontan dan dikoordinir oleh pusat

3) Laporan intensif di RS.

Data yang diperoleh untuk laporan ini berasal dari data yang terkumpul

kelompok tim di rumah sakit (dokter, perawat, ahli farmasi, dan lain - lain). Data

yang terkumpul selanjutnya dianalisa oleh tim.

4) Laporan wajib

Adalah peraturan yang mewajibkan setiap petugas kesehatan melaporkan efek

samping obat di tempat tugas atau praktek sehari-hari.

5) Laporan lewat catatan medik

Data yang dikumpul melalui riwayat penyakit serta pengobatan yang diterima.

b. Pelayanan informasi obat

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,

kegiatan pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

27

Universitas Indonesia

oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini

kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Kegiatan

pelayanan informasi obat bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai obat

kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit serta untuk

membuat kebijakan – kebijakan yang berhubungan dengan obat (terutama bagi

Tim Farmasi dan Terapi) untuk menunjang terapi obat yang rasional. Luas

ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi obat adalah:

1) Rumah sakit dengan kapasitas 200 tempat tidur : 20 m2

2) Rumah sakit dengan kapasitas 400 – 600 tempat tidur : 40 m2

3) Rumah sakit dengan kapasitas 1300 tempat tidur : 70 m2

Peralatan yang terdapat di ruang informasi obat meliputi kepustakaan atau sumber

referensi yang memadai, meja, kursi, rak buku, komputer, telepon, lemari arsip

dan kartu arsip. Kegiatan yang dilakukan pada pelayanan informasi obat adalah :

1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif

dan pasif.

2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui

telepon, surat atau tatap muka.

3) Membuat buletin, leaflet serta label obat.

4) Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan

penyusunan Formularium Rumah Sakit.

5) Bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien

rawat jalan dan rawat inap.

6) Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga

kesehatan lainnya.

7) Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan

kefarmasian.

c. Monitoring interaksi obat

Program pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati meliputi tata cara

melakukan pemantauan serta pencegahan terhadap interaksi antara obat dengan

obat maupun antara obat dengan makanan yang digunakan oleh pasien di rawat

inap RSUP Fatmawati. Kegiatan pemantauan interaksi obat dilakukan dengan

tahapan dari proses penilaian interaksi obat hingga pemberian rekomendasi

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

28

Universitas Indonesia

penanggulangan interaksi obat kepada dokter penanggung jawab pasien. Pada saat

mengevaluasi interaksi obat, hal yang perlu dipertimbangkan adalah level

signifikan dari interaksi yang sedang atau akan terjadi. Beberapa alternatif

pemecahan masalah yang dapat digunakan adalah :

1) Penggantian dengan obat yang lebih aman.

2) Pengaturan jadwal penggunaan.

3) Penurunan dosis obat.

4) Pemberian antidot/ pramedikasi sebelum penggunaan obat.

Alur kegiatan pemantauan interaksi obat menurut SPO yang ada dapat dilihat

pada Lampiran 5.

3.6.2.4 Konseling obat

Konseling obat adalah suatu proses yang sistematis untuk menjelaskan dan

memberikan pemahaman bagi pasien tentang pengobatan yang mereka gunakan

serta untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan pasien berkaitan

dengan penggunaan obat. Sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam

penggunaan obat. Prosedur konsultasi obat adalah tata cara dalam pemberian

pemahaman kepada pasien tentang cara penggunaan obat yang benar dan aman.

Seluruh penyerahan obat kepada pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan harus

dilengkapi dengan informasi yang memadai dan dapat menjelaskan kepada pasien

atau keluarga pasien tentang obat yang digunakan sehingga dapat menghindari

kesalahan dalam penggunaan obat. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan

dengan menggunakan prosedur konsultasi obat atau pelayanan informasi obat

(PIO). Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh

apoteker pada pasien dengan kriteria:

a. Pasien dengan rujukan dokter untuk konsultasi obat dengan apoteker.

b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi obat dengan apoteker.

c. Pasien yang akan pulang. Apoteker mendapatkan informasi pasien yang akan

pulang dari perawat ruangan atau petugas depo farmasi rawat inap.

Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh apoteker di

ruang perawatan pasien. Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat jalan

dilakukan oleh apoteker berdasarkan kriteria pasien tertentu diantaranya:

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

29

Universitas Indonesia

a. Pasien dengan rujukan dokter untuk berkonsultasi dengan apoteker.

b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi dengan apoteker.

c. Pasien dengan penggunaan obat khusus seperti:

1) Pasien dengan pengobatan lebih dari 4 macam obat (poli farmasi).

2) Pasien dengan pengobatan kronis.

3) Pasien dengan riwayat alergi.

4) Pasien dengan penggunaan antibiotik tunggal maupun kombinasi.

5) Pasien dengan pengobatan khusus seperti pengobatan Kemoterapi,

pengobatan HIV/ AIDS, pengobatan Tuberkulosis.

Pengisian data pasien dan data informasi obat dalam formulir konsultasi dilakukan

oleh apoteker secara lengkap dan benar. Pelaksanaan konsultasi obat oleh

apoteker dengan tahapan berikut:

a. Perkenalan.

b. Penilaian pemahaman pasien terhadap obatnya.

c. Pemberian penjelasan dan konsultasi obat secara lengkap. Penjelasan obat

meliputi indikasi obat, cara kerja obat, dosis penggunaan obat, cara pemakaian

obat yang benar, waktu pemakaian obat, efek samping obat yang mungkin

terjadi, cara pemakaian obat yang benar, interaksi antara obat dan makanan

baik yang potensial maupun aktual, dan informasi lain yang mendukung.

d. Pengujian pemahaman pasien atas informasi yang telah diberikan.

e. Penutup.

3.6.2.5 Edukasi farmasi

Program edukasi farmasi adalah rangkaian proses pendidikan dan penyampaian

informasi tentang obat kepada pasien, keluarga pasien dan masyarakat. Program

ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman yang benar mengenai obat,

terwujudnya kepatuhan terkait dengan penggunaan obat secara benar. Prosedur

program edukasi farmasi dilakukan dengan pembuatan jadwal apoteker untuk

kegiatan edukasi berdasarkan topik bahasan tentang obat pada tiap bulan oleh

penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi. Pelaksanaan sosialisasi kepada

petugas yang telah ditentukan namanya dalam jadwal oleh penyelia administrasi

dan SDM Instalasi Farmasi tentang waktu pelaksanaan dan tema edukasi yang

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

30

Universitas Indonesia

telah dibuat melalui telepon atau copy lembar jadwal. Pelaksanaan pengumpulan

materi edukasi oleh penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi dalam

bentuk power point atau makalah atau lainnya dalam softcopy atau hardcopy dari

apoteker pembicara minimal dua hari sebelum pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan

kegiatan edukasi oleh apoteker ditentukan dengan metode:

1. Penyampaian materi presentasi terbuka dan diskusi (tanya jawab) antara

pembicara dan peserta selama waktu yang telah disepakati (minimal selama 60

menit).

2. Seluruh peserta yang hadir mengisi daftar hadir yang akan digunakan sebagai

materi evaluasi pelaksanaan kegiatan.

3.2.7 Ruang Lingkup Kegiatan Farmasi

3.2.7.1 Tata Usaha Farmasi

Kegiatan yang dilakukan di Tata Usaha Farmasi adalah seluruh kegiatan

administrasi dan pelaporan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati. Terdapat 2

penyelia Tata Usaha Farmasi, yaitu Penyelia Pencatatan dan Pelaporan serta

Penyelia Tata Usaha (TU) dan SDM Farmasi. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan

bertanggung jawab dalam pencatatan seluruh surat masuk dan surat keluar,

pembuatan laporan dan penyimpanan arsip. Penyelia Tata Usaha dan SDM

Farmasi bertanggung jawab dalam administrasi seluruh pegawai Instalasi Farmasi

RSUP Fatmawati, dari absensi atau kehadiran sampai cuti dan lembur pagawai.

Penyelia Tata Usaha dan SDM juga bertanggung jawab dalam pengurusan klaim

untuk seluruh pasien dengan jaminan sosial.

Pengiriman surat keluar Instalasi Farmasi dalam lingkup rumah sakit

ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi, sedangkan pengiriman surat keluar

untuk lingkungan eksternal rumah sakit melalui Sub Bagian Tata Usaha Rumah

Sakit. Pembuatan laporan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati yang dilakukan

oleh Penyelia Pencatatan dan Pelaporan adalah sebagai berikut:

a. Pengambilan dan perekapan data untuk penyusunan laporan

1) Pengambilan data dari gudang farmasi berupa catatan

permintaan barang floor stock atau pemakaian perbekalan farmasi

dari semua satuan kerja berdasarkan formulir permintaan barang

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

31

Universitas Indonesia

setiap akhir bulan untuk pembuatan laporan keuangan dan catatan

permintaan obat atau alkes depo farmasi ke gudang farmasi untuk

pembuatan laporan pengeluaran perbekalan farmasi per depo

farmasi.

2) Pengambilan data jumlah pemasukan dan pengeluaran obat - obat

narkotika dan psikotropika di gudang farmasi dan seluruh depo

farmasi oleh Kepala Perbekalan Instalasi Farmasi setiap akhir

bulan untuk narkotika dan setiap akhir tahun untuk psikotropika

untuk pembuatan laporan masing-masing penggunaannya.

3) Pengambilan data jumlah penulisan resep obat dengan nama

generik dan non generik dari catatan pemantauan penulisan resep

obat generik di depo - depo farmasi setiap akhir bulan untuk

pembuatan laporan pemantauan penulisan resep obat generik.

4) Pengambilan data catatan tagihan obat pasien per depo farmasi

untuk pembuatan laporan tagihan obat pasien per depo farmasi.

5) Pengambilan data dari catatan lembar resep dan jumlah resep depo

farmasi dari pasien rawat jalan (poliklinik) dan pasien rawat inap

(ruangan) di depo - depo farmasi untuk pembuatan laporan

kegiatan instalasi farmasi.

6) Pengambilan data kwitansi dan faktur pembelian perbekalan

farmasi dari catatan pemakaian kas kecil instalasi farmasi

untuk pembuatan laporan pemakaian kas kecil instalasi farmasi.

b. Penyusunan laporan bulanan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati oleh

Penyelia Pencatatan dan Pelaporan.

1) Penyusunan laporan keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi

tiap depo farmasi, laporan pemantauan penulisan obat generik dan non

generik, laporan tagihan obat pasien tiap depo farmasi, laporan

kegiatan instalasi farmasi, dan laporan pemakaian kas kecil instalasi

farmasi setiap bulan.

2) Pembuatan laporan pemakaian obat narkotika setiap bulan dan laporan

pemakaian obat psikotropika setiap akhir tahun oleh Kepala Instalasi

Farmasi.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

32

Universitas Indonesia

Pengiriman laporan pemakaian obat narkotika dan psikotropika dilakukan ke

Bagian Umum RSUP Fatmawati untuk dibuatkan surat pengantar yang

ditandatangani oleh Direktur Medik dan Keperawatan, lalu dikirim ke Dinas

Kesehatan Jakarta Selatan. Pengiriman laporan keuangan, laporan pengeluaran

perbekalan farmasi per depo farmasi, laporan pemantauan penulisan obat generik

dan non generik, laporan tagihan obat pasien per depo farmasi, dan laporan

kegiatan instalasi farmasi ditujukan kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan

Kepala Instalasi Rekam Medik dan Informasi Kesehatan. Pemisahan arsip yang

akan disimpan oleh Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati didasarkan atas:

a) Arsip surat masuk, surat keluar, SK Direktur RSUP Fatmawati dan SK

Kemenkes. Alur ini dapat dilihat pada lampiran 6 yaitu alur

penyimpanan arsip.

b) Arsip Kepegawaian yang terdiri dari map masing-masing pegawai

Instalasi Farmasi

c) Arsip laporan – laporan

d) Arsip resep rawat jalan dan rawat inap. Alur penyimpanan resep dapat

dilihat pada lampiran 6.

e) Arsip catatan kehadiran pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati.

f) Arsip catatan lembur pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati.

g) Arsip catatan rekapitulasi rencana pengadaan bulanan.

h) Arsip rekapitulasi rencana pengadaan bulanan.

Untuk pemusnahan arsip di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dilakukan pada

awal tahun untuk arsip laporan dan resep yang berumur lebih dari 3 tahun serta

arsip surat masuk dan keluar yang berumur labih dari 5 tahun. Alur pemusnahan

resep dan arsip dapat dilihat pada lampiran 7.

3.2.7.2 Gudang

Kegiatan yang dilakukan di Gudang Farmasi merupakan proses kegiatan

pengelolaan perbekalan farmasi. Dalam menjalankan kegiatannya, terdapat empat

penyelia di gudang farmasi yaitu: penyelia gudang farmasi, penyelia perencanaan

perbekalan farmasi, penyelia distribusi dan penerimaan dan penyelia sistem

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

33

Universitas Indonesia

informasi farmasi. Kegiatan yang dilakukan di gudang farmasi RSUP Fatmawati

antara lain:

a. Perencanaan

Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam

proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuan dari perencanaan

perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi

sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit

(Dirjen Binfar Alkes, 2008).

Perencanaan dilakukan setiap bulan yaitu pada tanggal 10-20 tiap bulan untuk

memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi bulan berikutnya. Perencanaan

dilakukan dengan menggunakan kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi

dan usulan masing-masing depo farmasi. Dalam metode komsumsi, data yang

digunakan adalah analisa penjualan masing-masing depo dan penggunaan obat

dan alkes floor stock masing-masing ruangan selama 3 bulan terakhir; terutama 1

bulan sebelumnya, melihat data stok obat yang ada dan anggaran yang tersedia.

Perencanaan yang dibuat oleh penyelia gudang farmasi diantaranya adalah

perencanaan obat, alkes habis pakai, gas medik, reagen, bahan baku, dan

kebutuhan untuk instalasi radiologi seperti film rontgen. Dasar perencanaan

merujuk pada daftar obat dalam formularium, DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) ,

DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), obat bebas dan generik. Perencanaan

yang telah dibuat akan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi

b. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui. Tujuan pengadaan adalah mendapatkan perbekalan

farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang

terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga dan

waktu berlebihan (Dirjen Binfar Alkes, 2008).

Perencanaan yang telah ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi kemudian

dikirimkan ke Direksi RSUP Fatmawati untuk mendapatkan persetujuan

pengadaan. Pertama, perencanaan dikirimkan ke Direktur Medik dan

Keperawatan yang selanjutnya dikirimkan ke Direktur Keuangan. Direktur

Keuangan mengirimkan ke Bagian Anggaran dan dikirim kembali ke Direktur

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

34

Universitas Indonesia

Keuangan. Direktur Keuangan selanjutnya mengirimkan ke Direktur Utama

sebagai Kuasa Pengguna Anggaran. Setelah mendapat persetujuan pengadaan,

data perencanaan disampaikan ke PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). PPK

akan mengirimkan ke Sekretariat PPK untuk dibuatkan Harga Perkiraan Sendiri

(HPS). HPS dikirimkan kembali ke PPK dan dikirim ke Direktur Keuangan,

yang selanjutnya dikirim ke Bagian Anggaran untuk disetujui dan dikirim

kembali ke Direktur Keuangan. Oleh Direktur Keuangan, HPS akan dikirimkan

ke PPK. Bila perencanaan di bawah 200 juta, maka diberikan kepada Pejabat

Pengadaan Medik untuk dilakukan pemilihan harga. Bila perencanaan di atas

200 juta, maka harus ke ULP untuk dilakukan lelang secara LPSE (Layanan

Pengadaan Secara Elektronik). Sekretariat PPK akan membuatkan Surat Pesanan

(SP) untuk perencanaan di bawah 50 juta, atau membuatkan Surat Perintah

Kerja (SPK) untuk perencanaan antara 50 juta sampai 200 juta, dan

mengirimkan ke distributor terkait. Alur pengadaan perbekalan farmasi dapat

dilihat pada Lampiran 8.

Obat-obat cito dapat diadakan dengan cara pembelian langsung, syarat pembelian

langsung obat-obat cito adalah kurang dari 20 juta. Pengadaannya dilakukan

dengan membuat disposisi untuk meminta persetujuan Direktur Medik dan

Keperawatan untuk menggunakan kas kecil Pejabat Pengadaan Medik,

sedangkan bila di luar jam kerja menggunakan kas kecil Duty Manager.

Pengadaan obat juga dilakukan untuk obat gratis atau hibah dari pemerintah,

yaitu obat HIV, obat TBC dan Metadon. Pengadaan obat-obat ini dilakukan oleh

masing-masing penanggung jawab obat pemerintah, berdasarkan laporan

pemakaian obat yang disusun setiap bulannya.

c. Penerimaan

Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah

diadakan sesuai aturan kefarmasian. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin

perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah

maupun waktu kedatangan (Dirjen Binfar Alkes, 2008).

Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Tim Penerima Barang

berdasarkan Surat Pesanan (SP) yang dibuat oleh ULP (Unit Layanan Penyedia),

tender, konsinyasi atau sumbangan pada. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

35

Universitas Indonesia

lampiran 9 yaitu alur penerimaan perbekalan farmasi oleh tim penerima. Prosedur

penerimaan perbekalan farmasi ialah sebagai berikut:

1) Perbekalan farmasi yang berasal dari distributor atau rekanan atau rumah sakit

atau apotik atau donatur diterima oleh Tim Penerima Barang Medik,

selanjutnya diserahkan ke gudang farmasi untuk disimpan. Penerimaan

perbekalan farmasi di luar jam kerja dilakukan oleh Tim Penerima Barang

Medik untuk obat atau alkes yang termasuk dalam pengadaan rutin. Untuk

obat-obat cito yang datang di luar jam kerja, maka diserahkan ke Depo IGD

untuk selanjutnya diserahterimakan ke Tim Penerima Barang Medik.

2) Serah terima perbekalan farmasi yang diterima dari Tim Penerima Barang

Medik dengan Petugas Gudang Farmasi disesuaikan dengan:

a) Faktur perbekalan farmasi;

b) Kesesuaian nama perbekalan farmasi dengan Surat Pesanan atau SPK;

c) Kondisi perbekalan farmasi;

d) Jumlah perbekalan farmasi;

e) Tanggal kadaluwarsa minimal 2 tahun, kecuali untuk perbekalan farmasi

tertentu (vaksin atau reagensia) dapat kurang dari 2 tahun dengan

persetujuan user;

f) Certificate of analysis untuk bahan baku obat; Certificate of origin untuk

alat kesehatan sedangkan Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan

berbahaya.

3) Pelaksanaan verifikasi administrasi penerimaan barang oleh Penyelia Gudang

Farmasi berdasarkan Bukti Penyerahan Barang dari Tim Penerima Barang

Medik yang disesuaikan dengan faktur barang datang.

4) Pembuatan Bukti Penerimaan Barang oleh Penyelia Gudang Farmasi yang

akan diserahkan ke Bagian Akuntansi.

5) Pembuatan Berita Acara Penerimaan Barang oleh Tim Penerima Barang

Medik, Penyelia Gudang Farmasi, dan Kepala Instalasi Farmasi.

6) Penyimpanan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi.

d. Penyimpanan

Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara

menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

36

Universitas Indonesia

dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat (Dirjen Binfar

Alkes, 2008). Prosedur penyimpanan perbekalan farmasi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati adalah:

1) Pelaksanaan penyimpanan perbekalan farmasi oleh petugas farmasi dengan

memperhatikan faktor - faktor sebagai berikut:

a) Jenis perbekalan farmasi harus disimpan pada tempat yang terpisah

sesuai dengan pengelompokannya, yaitu dikelompokan berdasarkan

bentuk sediaan serta jenisnya dan disusun secara alfabetis.

P enyimpanan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi RSUP Fatmawati

dibedakan menjadi empat ruang besar yakni :

i. Ruang penyimpanan alat kesehatan. Alat kesehatan disusun berdasarkan

kegunaan (fungsi) dan ukurannya.

ii. Ruang penyimpanan cairan atau elektrolit (infus). Cairan disimpan di

ruang yang terpisah dengan sediaan injeksi dan alat kesehatan.

Disusun di dalam dus dan diletakkan di atas pallet.

iii. Ruang penyimpanan sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid sediaan

tablet, obat injeksi dan semisolid disusun berdasarkan suhu kestabilan,

bentuk sediaan dan alfabetis.

iv. Ruang penyimpanan gas medik. Gas medik disimpan di gedung

terpisah, terletak dibelakang gedung teratai. Penyimpanannya

disusun berdasarkan jenis gas medik dan ukurannya.

b) Penyusunan perbekalan farmasi

i. Penyusunan perbekalan farmasi dengan metode FIFO (First In First

Out) berdasarkan waktu kedatangan perbekalan farmasi atau FEFO

(First Expired First Out) berdasarkan waktu kadaluwarsa. Metode

FIFO dan FEFO akan meletakkan perbekalan farmasi di muka atau

di depan perbekalan farmasi yang datang kemudian atau kadaluwarsa

lebih lama.

ii. Perbekalan farmasi yang mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka

penyimpanan memperhatikan sistem FEFO. Perbekalan farmasi yang

tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka penyimpanan

memperhatikan sistem FIFO.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

37

Universitas Indonesia

iii. Penyimpanan obat memperhatikan LASA (Look Alike Sound Alike)

untuk patient safety. Perbekalan farmasi yang bentuknya mirip dan

nama atau pengucapannya mirip tidak boleh diletakkan berdekatan

walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama, harus diselingi

dengan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya dan pada

rak atau tempat obat diberikan stiker LASA.

iv. Penempatan perbekalan farmasi yang mudah pecah di rak yang

kondisinya masih layak pakai, disusun dengan rapi sehingga tidak

ada kemungkinan jatuh karena tersenggol dan diberikan tanda

peringatan “Awas Hati - Hati Perbekalan Farmasi Mudah Pecah”

v. Penempatan perbekalan farmasi mudah pecah atau perbekalan farmasi

masih dalam kemasan besar tidak boleh pada posisi rak yang tinggi

untuk mencegah resiko jatuh dan menimpa petugas.

vi. Penempatan perbekalan farmasi dalam kemasan besar yang berat

diletakkan di lantai menggunakan alas pallet plastik atau kayu untuk

menghindari kelembaban.

c) Suhu selama penyimpanan

i. Penyimpanan pada suhu kamar (25oC) untuk obat - obat, cairan infus,

alat kesehatan, pembalut, dan gas medik.

ii. Penyimpanan suhu dingin (dalam lemari pendingin) pada suhu 2- 8

oC untuk obat – obat tertentu, produk biologis, dan reagensia yang

membutuhkan suhu dingin untuk mempertahankan stabilitasnya sesuai

dengan persyaratan penyimpanan pada etiket. Setiap hari ada petugas

yang mencatat suhu lemari pendingin pada “kartu monitor suhu”.

iii. Sediaan vaksin membutuhkan “pharmaceutical refrigerator” khusus

dan harus dilindungi dari kemungkinan matinya aliran listrik

menggunakan alarm yang akan berbunyi jika aliran listrik mati.

d) Kelembaban

Kelembaban dipantau menggunakan alat termohigrometer atau pemantau

kelembaban udara di ruang penyimpanan perbekalan farmasi antara 65 % - 98

%.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

38

Universitas Indonesia

e) Cahaya matahari

Penyimpanan obat tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.

f) Sirkulasi udara

Tempat penyimpanan perbekalan farmasi harus mempunyai ventilasi yang

cukup untuk pertukaran udara di ruangan penyimpanan.

g) Resiko kebakaran

Bahan berbahaya mudah terbakar atau mudah meledak harus disimpan pada

Gudang Tahan Api yang dilengkapi dengan APAR (Alat Pemadam Api

Ringan).

h) Kebersihan tempat dan sarana penyimpanan dari debu atau kotoran lainnya.

i) Pengaturan tata ruang gudang farmasi dengan memperhatikan kemudahan

bergerak dan mobilisasi perbekalan farmasi.

j) Pengawasan dan monitoring tempat dan fasilitas penyimpanan untuk

menjamin mutu perbekalan farmasi yang ada.

k) Obat narkotika dan psikotropika yang sudah diterima dari Tim Penerima

Barang Medik RSUP Fatmawati, dicatat pada kartu stok sesuai jenis,

jumlah, expire date, dan nama distributor khusus obat narkotika, yaitu

PT. Kimia Farma. Prosedur Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika:

i. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yang sudah dicatat/

dokumentasi dengan ketentuan:

i). Menggunakan lemari sesuai ketentuan, yaitu lemari double lock

(kunci ganda) pada dua pintu dengan susunan berlapis.

ii). Kondisi kunci kedua pintu dapat berfungsi dengan baik dan dalam

kondisi terkunci guna pembatasan akses pengambilan obat.

iii). Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak

dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya.

iv). Dilengkapi dengan kartu stok.

ii. Pengaturan penyimpanan obat narkotika dan psikotropika berpedoman

kepada beberapa ketentuan dan persyaratan sebagai berikut:

i). Menurut bentuk sediaan dan jenisnya.

ii). Menurut suhu dan kestabilan sediaan:

Obat disimpan dalam lemari dingin, yaitu suhu 2 - 8oC

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

39

Universitas Indonesia

Obat disimpan dalam suhu kamar, yaitu 15 - 25oC

iii). Menurut sifatnya mudah terbakar

iv). Menurut ketahanan terhadap cahaya

iii. Penyusunan penyimpanan berdasarkan sistem FIFO (First In First Out)

atau berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out).

iv. Penyusunan urutan pada lemari penyimpanan dilakukan secara

alfabetis, yaitu berdasarkan urutan abjad, dimulai dari huruf “A” dan

seterusnya.

v. Pencatatan obat narkotika dan psikotropika, yaitu jumlah keluar, jumlah

stok awal, jumlah stok akhir, dan petugas yang mengambil.

vi. Monitoring selama proses penyimpanan dengan melakukan pengecekan

fasilitas penyimpanan dan pengecekan kondisi fisik sediaan dan jumlah

stok narkotika dan psikotropika setiap hari.

l) Prosedur Identifikasi, Penandaan, dan Penyimpanan Obat High Alert:

i. Penerimaan obat high alert oleh Gudang Farmasi dari distributor

melalui Tim Penerima Barang Medik RSUP Fatmawati.

ii. Pemeriksaan kebenaran obat high alert yang diterima dengan memeriksa

nama, jumlah, tanggal kadaluwarsa, dan kondisi fisik obat high alert,

serta kondisi penyimpanan khusus obat high alert bila dipersyaratkan.

iii. Pemberian penanda khusus (sticker) obat high alert golongan

elektrolit konsentrasi tinggi yang diterima oleh Gudang Farmasi

dilakukan pada kardus terluar obat high alert.

iv. Pencatatan stok obat high alert yang diterima oleh Gudang Farmasi

dilakukan dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan kartu stok

gudang farmasi sebagai penambahan jumlah.

v. Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan obat yang

bertanda khusus (stiker high alert) dan tidak tercampur dengan obat

lainnya.

vi. Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan dengan metode

FIFO dan FEFO berdasarkan urutan alfabetis dengan cara:

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

40

Universitas Indonesia

i). Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu

dingin, yaitu antara 2 – 8OC, maka disimpan pada lemari

pharmaceutical refrigerator dengan suhu terkendali.

ii). Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu

ruangan, yaitu 25OC, maka disimpan dalam lemari yang telah

diberikan penanda khusus.

iii). Untuk obat high alert yang memenuhi kriteria LASA (Look Alike

Sound Alike), maka obat tersebut diletakkan secara terpisah dengan

memberikan selingan minimal 2 obat non kategori LASA di

antaranya.

e. Pendistribusian

Proses pendistribusian yang terdapat pada gudang farmasi adalah distribusi

perbekalan dari gudang ke depo farmasi dan ke ruang- ruang rawat (floor stock).

Distribusi perbekalan farmasi ke depo-depo secara sistem komputerisasi yang

dilakukan setiap hari. Pada pagi hari staf gudang farmasi akan mengecek

permintaan dari masing-masing depo, kemudian akan dinilai secara keseluruhan

pembagian stok ke depo – depo farmasi agar manajemen persediaan di gudang

farmasi tetap baik. Setelah perbekalan farmasi disiapkan oleh petugas gudang

farmasi, maka akan dilakukan serah terima dengan petugas depo. Saat serah

terima dilakukan pengecekan volume dan tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi

Petugas menandatangani bila telah dilakukan pengecekan dan telah sesuai,

kemudian dilakukan proses pemasukkan data (input) ke sistem kemudian dicetak

untuk mendapatkan print out. Setelah itu, petugas gudang farmasi mengecek

pengeluaran sesuai atau tidak. Stok gudang farmasi akan berpindah ke depo

farmasi bila telah diverifikasi.

Proses distribusi obat dan alkes floor stock dilakukan setiap bulan sesuai jadwal

pemgambilan barang masing-masing ruang satuan medik. Permintaan

perbekalan farmasi dilakukan secara manual atau dengan mengisi formulir

permintaan dan penerimaan barang, untuk kemudian diambil oleh petugas

ruangan.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

41

Universitas Indonesia

f. Pelaporan

Pelaporan perbekalan farmasi di gudang farmasi, antara lain:

1) Rekapitulasi penerimaan barang

2) Rekapitulasi pengeluaran barang

3) Rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran gas medis

4) Laporan stok opname

5) Laporan persediaan floor stock

6) Laporan narkotik (setiap bulan) dan psikotropik (setiap tahun)

7) Laporan barang sumbangan

3.2.7.3 Produksi

a. Produksi Non Steril

Kegiatan yang dilakukan di produksi non steril adalah pembuatan sediaan

farmasi, pengenceran sediaan, dan pengemasan kembali. Bentuk sediaan yang

diproduksi mencakup bentuk sediaan padat, sediaan cair, dan sediaan semipadat.

Semua bentuk sediaan dibuat berdasarkan master formula RSUP Fatmawati. Di

ruang produksi RSUP Fatmawati saat ini terdapat 43 master formula sebagai

panduan pelaksanaan produksi farmasi. Tujuan dilakukannya produksi di RSUP

Fatmawati antara lain adalah untuk penghematan anggaran, terdapat sediaan

dengan formula khusus dan sediaan obat dibutuhkan segar seperti rekonstitusi

obat suntik dan obat kanker.

Bahan baku yang digunakan di produksi non steril diperoleh dari gudang

farmasi. Perencanaan dilakukan setiap bulan berdasarkan laporan bulanan

sebelumnya kemudian perencanaan ini dikirimkan ke gudang farmasi untuk

dilanjutkan dengan proses pengadaan. Produksi non steril mendistribusikan

produknya ke gudang farmasi. Penyimpanan di produksi non steril terbagi

menjadi 2, yaitu penyimpanan bahan baku (disusun berdasarkan kegunaannya)

dan penyimpanan produk (berdasarkan alfabetis). Pelaporan yang dilakukan oleh

produksi non steril adalah laporan jumlah perbekalan farmasi, laporan produk

yang rusak, dan laporan produk yang kadaluwarsa.

b. Produksi steril

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

42

Universitas Indonesia

Produksi steril merupakan bagian dari Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Kegiatan yang melakukan rekonstitusi obat kemoterapi. Untuk sediaan steril,

preparasi dilakukan di ruang produksi steril dengan menggunakan SPO (Standar

Prosedur Operasional) Aseptic dispensing preparation. Salah satu kebijakan yang

berkaitan dengan produksi steril yaitu seluruh pencampuran atau rekonstitusi obat

kemoterapi dilakukan dengan menggunakan SPO handling cytotoxic. Kegiatan

pencampuran obat kemoterapi ini hanya dilakukan di Instalasi Farmasi RSUP

Fatmawati di ruang steril/semi steril dengan menggunakan BSC. BSC atau

Biological Safety Cabinet merupakan sebuah alat kerja untuk pencampuran obat

kemoterapi yang mempunyai sistem sirkulasi udara melalui HEPA filter

sedemikian rupa sehingga dapat melindungi petugas, lingkungan serta menjaga

terhindarnya produk steril dari paparan kontaminan. Kegiatan ini dilakukan oleh

tenaga kefarmasian yang telah melakukan pelatihan internal. APD (Alat

Pelindung Diri) wajib digunakan dengan tujuan tercapainya perlindungan petugas

dari paparan obat dan bahan berbahaya saat kegiatan pelarutan obat dilakukan,

terjaganya mutu dan sterilitas produksi injeksi.

Untuk menjaga mutu sterilitas alat BSC dan LAF (Laminar Air Flow) maka perlu

dilakukan desinfeksi BSC dan LAF agar menghilangkan kontaminan infeksius

organik. Prosedur ini rutin dilakukan baik sebelum dan sesudah BSC dan LAF

digunakan. Desinfeksi ini menggunakan alkohol 95%. Sedangkan dekontaminasi

BSC dan LAF dilakukan rutin setiap 2 minggu sekali. Tujuan dekontaminasi ini

adalah untuk membersihkan BSC atau LAF tempat dilakukannya pelarutan atau

peracikan obat injeksi guna menghilangkan segala bentuk kontaminasi pada BSC

atau LAF baik organik (mikroba) maupun organik (partikel sisa obat) pada BSC

atau LAF.

Petugas produksi steril diharuskan memeriksakan kondisi fisiologisnya secara

klinik di Instalasi Patologi klinik dan Poli pegawai untuk menilai tingkat

kesehatan fisik dan mental petugas secara keseluruhan. Ini dilakukan agar kondisi

kesehatan operator terkontrol dan terjamin dalam keadaan normal tanpa adanya

kelainan akibat paparan obat kanker maupun pengaruh stress lainnya. Serta agar

tercapainya peningkatan motivasi operator/ petugas rekonstitusi bekerja secara

hati - hati dan disiplin.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

43

Universitas Indonesia

Untuk alur masuk ke ruang produksi aseptic dispensing dan pelayanan obat

sitostatika dapat dilihat pada Lampiran 10 dan lampiran 11. Pembuangan limbah

kemoterapi merupakan kegiatan membuang limbah atau sisa barang tidak terpakai

sepetri vial, ampul, syringe setelah dilakukan proses pelarutan atau pencampuran

obat kemoterapi. Pengelolaan limbah ini meliputi persiapan kontainer sampah

hingga sampah kemoterapi di kirim ke Bagian Instalasi Sanitas dan Pertamanan

(ISP) untuk dimusnahkan dengan incenerator.

3.2.7.4 Depo Rawat Jalan

Gedung Instalasi Rawat Jalan terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 terdapat

poliklinik bedah, poliklinik OK minor, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik

ortopedi, poliklinik pegawai, poliklinik medik umum dan poliklinik jantung.

Lantai 2 terdapat poliklinik penyakit dalam, poliklinik bedah saraf, poliklinik

kebidanan dan kandungan, poliklinik edukasi, poliklinik diabetes melitus,

poliklinik gizi dan poliklinik rehabilitasi medik. Lantai 3 terdapat poliklinik

paru, poliklinik Pusat Pelayanan Kanker Terpadu (PPKT), poliklinik anestesi

anak, poliklinik akupuntur, poliklinik kulit dan kelamin, poliklinik mata dan

poliklinik THT (Telinga Hidung Tenggorokan). Prosedur penyiapan obat rawat

jalan secara individual dapat dilihat dalam lampiran 12. Depo farmasi terdapat di

setiap lantai gedung Instalasi Rawat Jalan. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan

lantai 1 berjumlah 5 orang yang terdiri dari 1 Apoteker, 2 Tenaga Teknis

Kefarmasian, dan 1 Juru Racik. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2

terdiri atas 1 Apoteker, 3 Tenaga Teknis Kefarmasian, 1 Juru Racik dan 1 bagian

Administrasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 hanya terdiri dari 1 Apoteker

dan 2 Tenaga Teknis Kefarmasian.

Setiap pagi masing - masing lantai depo farmasi melakukan permintaan ke

gudang farmasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 melayani pasien tunai,

jaminan kantor, dan pasien HIV. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2 melayani

pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS). Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 melayani

pasien Jamkesmas, Jamkesda Depok, Jamkesda Tangerang, dan pasien TBC.

Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien Jamkesmas, Jamkesda

Depok, dan Jamkesda Tangerang Selatan serta pasien KJS yaitu: resep asli, SJP

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

44

Universitas Indonesia

asli yaitu kertas warna merah muda dari loket 9 IRJ lantai 1, fotocopy bukti

pendaftaran, dan surat rujukan asli puskesmas yang ditujukan untuk RSUP

Fatmawati.

Depo Instalasi Rawat Jalan menerapkan sistem distribusi obat rawat jalan secara

individual prescription. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual

prescription merupakan tata cara dan urutan proses kegiatan menyiapkan obat

pasien rawat jalan berdasarkan resep pasien. Jumlah obat diberikan seluruhnya

sesuai yang tertera dalam resep yang telah melalui kajian peresepan oleh

Apoteker. Tujuan prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual

prescription adalah agar:

a. Tercapainya jaminan kebenaran dan keamanan dalam proses dispensing obat

pada pasien rawat jalan.

b. Tercapainya peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keamanan dalam

penggunaan obat.

Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription Lampiran

12 :

a. Penerimaan resep dari dokter / perawat ruangan oleh petugas farmasi.

b. Pelaksanaan skrining resep untuk menilai kesesuaian penulisan resep.

c. Pelaksanaan pelayanan obat pasien yang telah memenuhi persyaratan pada

skrining resep.

d. Pemeriksaan berkas kelengkapan resep untuk pasien jaminan / asuransi: pasien

Jamkesmas, pasien Jamkesda, atau pasien KJS.

e. Pembuatan billing transaksi untuk resep yang telah memenuhi persyaratan dari

skrining dan kajian peresepan obat.

f. Pembayaran resep berdasarkan billing resep untuk pasien tunai. Pembayaran

dilakukan di kasir RSUP Fatmawati.

g. Pelaksanaan permohonan izin prinsip:

1) Resep pasien Jamkesmas dengan verifikasi oleh penjamin Jamkesmas, atau

2) Resep pasien KJS dengan verifikasi oleh penjamin KJS, atau

3) Verifikasi izin prinsip Direktur RSUP Fatmawati untuk perbekalan

farmasi yang tidak terjamin dalam paket pembiayaan atau menjadi beban

RSUP Fatmawati.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

45

Universitas Indonesia

h. Pembuatan etiket obat dengan pemilihan etiket:

1) Etiket warna putih untuk penggunaan melalui enteral (oral / sublingual /

dan lain - lain).

2) Etiket warna biru untuk penggunaan melalui parenteral dan topikal.

Pembuatan etiket obat dengan mencantumkan nomor rekam medik, nama

pasien, nama obat, dosis obat, waktu dan frekuensi pemberian, rute

pemberian, dan tanggal kadarluwarsa.

i. Pelaksanaan pembuatan copy resep untuk obat yang tidak jadi dibeli pasien

atau obat yang tidak terlayani oleh depo farmasi.

j. Pengecekan obat tentang kebenaran obat yang sudah disiapkan dengan

klarifikasi 7 benar, yaitu benar obat, benar dosis, benar waktu dan frekuensi

pemberian, benar rute pemberian, benar pasien, benar informasi, dan benar

dokumentasi.

k. Pelaksanaan penyerahan obat yang sudah disiapkan kepada pasien.

Pemanggilan nama pasien rawat jalan melalui pengeras suara untuk menuju

loket pengambilan obat. Pelaksanaan penyerahan obat kepada pasien rawat

jalan dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian dengan kriteria:

1) Apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

2) Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang telah mendapatkan Surat Tanda

Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK)

3) Terdaftar sebagai tenaga kefarmasian di RSUP Fatmawati

4) Selesai mengikuti masa orientasi

l. Pelaksanaan konseling obat apabila pasien membutuhkan penjelasan lebih

lanjut.

m. Pendokumentasian resep dan bukti print out dalam file sesuai dengan status

pembiayaan pasien.

3.2.7.5 Depo Askes

Depo Askes adalah depo farmasi yang khusus melayani semua pasien rawat jalan

peserta Askes. Sumber daya manusia yang terdapat di depo Askes terdiri dari 1

orang apoteker sebagai penyelia, 6 orang asisten apoteker, 2 orang juru resep, dan

3 orang petugas administrasi. Pengadaan obat dilakukan setiap hari langsung dari

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

46

Universitas Indonesia

Gudang Farmasi dengan menggunakan formulir permintaan barang melalui

komputer secara online (RSUP Fatmawati, 2012a). Penyimpanan barang disusun

berdasarkan obat DPHO Askes dan non DPHO Askes, bentuk sediaan, dan

disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari

tersendiri dan terkunci (double lock) (RSUP Fatmawati, 2012b). Obat - obat fast

moving diletakkan terpisah di meja. Penyimpanan barang menggunakan sistem

FIFO dan FEFO.

Persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien untuk mendapatkan

pelayanan pengobatan pasien Askes di Depo Farmasi Askes adalah (PT. Askes,

2004) :

a. Resep Asli

b. Surat rujukan asli dari Puskesmas dengan 2 lembar fotokopi surat rujukan

c. Fotokopi kartu Askes

d. Surat Jaminan Pasien (SJP) yang didapat dari gedung Askes

Dalam melayani pasien, Depo Askes mengacu pada pedoman – pedoman yang

disesuaikan dengan status pasien. Pedoman yang digunakan di depo askes adalah

Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes merupakan acuan obat bagi pasien

peserta Askes. Dalam DPHO terdapat dua daftar obat yang dapat diberikan

kepada pasien Askes yaitu, obat peresepan umum dan obat khusus untuk penyakit

kanker. Dalam DPHO juga terdapat daftar obat dengan batasan jumlah peresepan

maksimal yang dapat diberikan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan

Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2009).

Alur pelayanan pasien di depo Askes dimulai dari masuknya resep ke bagian

penerimaan resep (bagian sortir). Pada bagian ini petugas depo Askes akan

memeriksa kelengkapan berkas yang menjadi persyaratan yang harus dibawa oleh

pasien. Apabila persyaratan yang diperlukan sudah lengkap, selanjutnya dilakukan

skrining resep. Setelah itu, pasien akan mendapatkan nomor pengambilan obat

yang sama dengan nomor yang ada pada resep. Kemudian resep distempel dan

datanya dimasukkan ke komputer. Setelah data dimasukkan ke komputer,

selanjutnya resep diberikan kepada petugas untuk dibuatkan etiketnya. Setelah itu

resep diberikan kepada petugas penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat

racikan. Obat yang telah siap dikemas dan diserahkan ke pasien disertai

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

47

Universitas Indonesia

pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat. Alur pelayanan resep

depo Askes dapat dilihat pada lampiran 13.

Laporan - laporan yang dibuat oleh depo Askes, yaitu (RSUP Fatmawati, 2012c):

a. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.

b. Laporan penulisan obat generik dan non generik.

c. Laporan penulisan obat yang masuk DPHO Askes dan non DPHO Askes.

d. Laporan analisa penjualan.

e. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.

f. Laporan jumlah lembar resep dan jumlah resep.

Depo Askes memiliki pasien terbanyak dengan jumlah 200 – 300 resep per hari.

Obat yang paling sering diresepkan adalah obat untuk penyakit jantung dan

penyakit dalam. Pembayaran pasien Askes dapat diklaim ke PT Askes

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri

Republik Indonesia, 2009)

3.2.7.6 Depo Rawat Inap (Teratai A dan B)

Depo farmasi rawat inap (Depo Teratai) berada tepat di tengah lantai pertama

gedung teratai. Gedung ini terdiri dari enam lantai dan memiliki kapasitas 516

tempat tidur. Dengan rincian tiap lantai sebagai berikut :

a. Lantai pertama yaitu ruangan kebidanan (emergency kebidanan, contohnya

pada kondisi pre eklampsia berat), high care unit di selatan Teratai, ruang

Thalasemia dan ruang kemoterapi.

b. Lantai kedua yaitu ruangan perawatan khusus kebidanan dan high care unit di

selatan Teratai.

c. Lantai ketiga yaitu ruangan khusus pasien anak – anak (< 18 tahun) dan yang

belum menikah, ruang isolasi serta high care unit di selatan Teratai.

d. Lantai keempat yaitu ruangan pasien pasca bedah dan high care unit di utara

Teratai.

e. Lantai kelima yaitu ruangan pasien penyakit dalam (internis) dan high care

unit di selatan Teratai.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

48

Universitas Indonesia

f. Lantai keenam yaitu ruangan untuk pasien penyakit saraf dan high care unit

di selatan Teratai.

Penanggung jawab depo farmasi rawat inap terdiri dari dua penyelia. Penyelia

pertama bertanggung jawab terhadap IRNA A yang terdiri dari lantai 1, 2 dan 3,

sedangkan penyelia kedua bertanggung jawab pada IRNA B yang terdiri dari

lantai 4, 5 dan 6. Jumlah SDM di depo teratai adalah sebanyak 29 orang,

dengan perincian apoteker sebanyak 3 orang, petugas perincian (billing)

sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 3 orang dan 17 orang merupakan

tenaga teknis kefarmasian.

Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari Instalasi

Farmasi. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat perincian

kebutuhan yang diinput ke komputer yang online dengan sistem di gudang

farmasi. Perbekalan farmasi di depo rawat inap, disimpan terpisah berdasarkan

bentuk sediaan, obat generik, dan non generik yang disusun berdasarkan alfabetis

dan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out). Obat

LASA (Look Alike Sound Alike) penyusunannya diberi jarak 2 box antar obat

LASA dan diberikan stiker LASA. Terdapat pharmaceutical refrigerator untuk

penyimpanan obat - obat yang membutuhkan suhu dingin untuk kestabilannya.

Obat – obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari dengan

double lock dan setiap obat - obat tersebut diambil maka dilakukan

pencatatan di buku penggunaan.

Sistem distribusi yang diterapkan di depo farmasi rawat inap beragam,

diantaranya adalah sistem distribusi dosis unit atau dikenal dengan UDD (unit

dose dispensing). Dalam sistem UDD petugas menyiapkan sejumlah obat

dengan dosis sekali pakai dan disiapkan untuk keperluan pasien selama 24

jam per hari selama pasien menjalani rawat inap. Alur sistem distribusi dosis

unit tertera Lampiran 14.

Sistem selanjutnya yaitu sistem floor stock dan sistem resep individual berupa

resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sistem resep individual ini

diterapkan di lantai dua dan lantai tiga untuk pasien anak - anak yang masih

mendapatkan puyer. Depo Rawat Inap terdapat beberapa paket untuk

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

49

Universitas Indonesia

penanganan pasien. Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama

halnya dengan depo - depo farmasi lain, di antaranya adalah:

a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.

b. Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika yang dibuat setiap bulan.

c. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap

bulan.

d. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.

e. Laporan barang rusak dan kadaluwarsa yang dibuat setiap 3 bulan.

3.2.7.7 Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI)

Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu pelayanan dari Rumah Sakit Umum

Pusat Fatmawati melayani kegawatdaruratan medik selama 24 jam. Didukung

oleh tenaga profesional dan tenaga ahli yang berpengalaman lebih dari 40 orang

yang bertugas secara shift dan akan memberikan pelayanan secara maksimal

mengatasi kegawatdaruratan medik. IGD memiliki pelayanan pendukung seperti

laboratorium Instalasi Gawat Darurat 24 jam, radiologi (USG, CT Scanning),

kamar operasi, bank darah, apotik, dan ambulance 24 jam (RSUP Fatmawati,

2009). IGD terdiri dari beberapa ruangan:

a. Ruang resusitasi (ruang merah)

Di ruang ini terdapat delapan tempat tidur, lemari emergency, dan paket resusitasi.

Lemari emergency sangat penting keberadaannya dalam ruang ini dikarenakan

pasien - pasien yang masuk ruang ini merupakan pasien dengan kondisi yang

cukup parah, sehingga jika pasien mengalami kegawatdaruratan dan butuh

penanganan segera, perawat tidak perlu berlari ke depo farmasi di IGD untuk

mengambil obat maupun alat kesehatan sehingga dapat menghemat waktu dalam

menolong pasien. Lemari emergency di cek setiap hari pada pagi hari dan

dilengkapi jumlahnya sesuai dengan daftar yang ditetapkan oleh RSUP

Fatmawati.

b. Ruang P2 (Ruang kuning)

Ruang ini dibagi menjadi ruang bedah dan ruang non bedah dimana di ruang ini

terdapat paket, namun tidak disediakan lemari emergency.

c. Ruang Triase

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

50

Universitas Indonesia

Pasien yang masuk ruangan ini dalam kondisi yang tidak terlalu parah sehingga

tidak mendapat tindakan dan tidak ada paket di ruang ini.

d. Ruang Intermediate Ward

Ruang ini digunakan pada pasien yang menunggu untuk dipindahkan ke ruang

rawat inap atau ruang lainnya.

Depo IGD dan IRI memiliki 1 orang apoteker penyelia, 1 orang administrasi, dan

14 orang asisten apoteker. Depo IGD dan IRI buka 24 jam dengan 3 shift dan

melayani pasien rawat inap serta pasien rawat jalan. Pasien rawat inap terdiri dari

pasien yang masuk ruang Intensive Care Unit (ICU), Neonatus Intensive Care

Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Intensive Cardiac Care Unit

(ICCU). Sedangkan pasien rawat jalan merupakan pasien yang masuk ruang IGD

seperti ruang resusitasi, ruang P2, ruang triase, maupun poli IGD.

Paket-paket yang ada di depo IGD antara lain :

a. Paket Alat Kesehatan (Alkes) ICU

b. Paket Alat Kesehatan (Alkes) NICU / PICU

c. Paket Infus Dewasa

d. Paket Resusitasi Anak

e. Paket Resusitasi Dewasa

Depo farmasi IGD dan IRI melakukan permintaan obat dan alat kesehatan ke

gudang farmasi setiap hari secara online (RSUP Fatmawati, 2012a). Obat - obatan

disusun berdasarkan abjad dan dipisahkan menurut jenis sediaan. Untuk obat -

obat yang tidak stabil pada suhu ruang maka penyimpanannya di lemari

pendingin. Obat - obat jenis narkotika dan psikotropika ditempatkan di lemari

khusus tersendiri dengan double lock pada dua pintu dengan susunan berlapis.

Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat

dipindahkan kecuali dengan membongkarnya (RSUP Fatmawati, 2012b). Alat

kesehatan ditempatkan di rak tersendiri dan diberi nama pada tempat atau box alat

kesehatan tersebut. Jenis sediaan obat yang sering digunakan di Depo IGD dan

IRI adalah sediaan injeksi. Laporan - laporan yang disiapkan oleh Depo Farmasi

IGD adalah (RSUP Fatmawati, 2012c):

a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.

b. Laporan pemakaian obat – obat narkotika yang dibuat setiap bulan.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

51

Universitas Indonesia

c. Laporan pemakaian obat – obat psikotropika yang dibuat setiap bulan.

d. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap

bulan.

e. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.

f. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.

g. Laporan jumlah resep dan lembar resep setiap bulan.

3.2.7.8 Depo Instalasi Bedah Sentral

Lantai 1 Instalasi Bedah Sentral terdapat OK Cito sebanyak 2 kamar. Pasien yang

masuk ke OK Cito merupakan pasien yang tidak direncanakan jadwal operasinya

atau yang sifatnya cito. Pada OK Cito terdapat Paket obat dan alkes OK Cito dan

lemari emergensi. Lemari emergensi terdiri dari lemari emergensi bedah dan

lemari emergensi anestesi. Lemari emergensi bedah berisi antibiotik, sedangkan

lemari emergensi anestesi berisi obat anestesi dan alat kesehatan. Saat pasien

masuk ke OK Cito, maka penata anestesi mengambil Paket obat dan alkes OK

Cito yang telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Bila obat dan alat kesehatan

dalam paket kurang, maka penata anestesi dapat mengambilnya di lemari

emergensi dan mencatatnya di Lembar Pemakaian. Setelah selesai operasi,

Lembar Pemakaian dimasukkan ke dalam Paket obat dan alkes OK Cito yang

telah terpakai oleh pasien. Lemari emergensi akan dicek jumlah pemakaian dan

pemakai, serta diisi kembali oleh petugas depo farmasi.

Lantai 2 Instalasi Bedah Sentral terdapat OK Elektif sebanyak 8 kamar dan 1

Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral. Pasien yang masuk ke OK Elektif telah

memiliki jadwal operasi. Sehari sebelum operasi, depo farmasi menerima jadwal

operasi pasien dan permintaan anestesi umum atau spinal. Depo farmasi kemudian

menyiapkan paket anestesi dan memberi label nama pasien pada paket tersebut,

sehingga pada hari operasi penata anestesi cukup meminta paket berdasarkan

nama pasien. Penata bedah akan mencatat permintaan di buku pada hari operasi,

kemudian paket bedah akan disiapkan oleh petugas depo farmasi.

Bila terdapat kekurangan obat dan alat kesehatan saat operasi sedang berlangsung,

maka penata bedah atau penata anestesi dapat meminta secara langsung ke depo

farmasi dengan menyebutkan nama pasien dan kamar operasi. Petugas depo

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

52

Universitas Indonesia

farmasi akan mencatat permintaan obat dan alat kesehatan. Bila pasien telah

selesai dioperasi, maka paket akan dikembalikan ke depo farmasi dan petugas

depo farmasi akan merekapitulasi semua penggunaan obat dan alat kesehatan ke

administrasi perincian. Perincian selanjutnya akan dikirimkan ke depo farmasi di

mana pasien dirawat. Depo Instalasi Bedah Sentral juga menyiapkan Paket Bedah

Prima yang merupakan sistem paket untuk pasien tunai. Sebelum operasi, pasien

tunai harus melunasi pembayaran terlebih dahulu. Pasien tunai dengan Paket

Bedah Prima dapat menjalankan operasi di OK Elektif atau OK Cito. Alur

pelayanan obat dan alat kesehatan di depo instalasi bedah sentral dapat dilihat

Lampiran 15.

Obat - obatan disusun berdasarkan abjad dan dipisahkan menurut jenis sediaan.

Untuk obat - obat yang tidak stabil pada suhu ruang maka penyimpanannya di

lemari pendingin. Obat - obat jenis narkotika dan psikotropika ditempatkan di

lemari khusus tersendiri dengan double lock pada dua pintu dengan susunan

berlapis. Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat

dipindahkan kecuali dengan membongkarnya (RSUP Fatmawati, 2012b). Alat

kesehatan ditempatkan di rak tersendiri dan diberi nama pada tempat atau box alat

kesehatan tersebut.

SDM yang ada di Depo Instalasi Bedah Sentral berjumlah 1 Penyelia dan 2

Asisten Apoteker. Paket anestesi spinal terdiri dari Spinocan (spinal and

diagnostic puncture) 27G x 3”, bupivacain HCl 5 mg / ml, ondansetron 4 mg / 2

ml, klonidin HCl 150 μg / ml, dan ketolorac 3%. Paket anestesi umum terdiri dari

propofol 10 mg / ml, atracurium besilat, fentanyl, ondansetron 4 mg / 2ml, dan

ketolorac 3%.

3.2.7.9 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,

kegiatan pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang

dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias

dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan

pasien. Kegiatan pelayanan informasi obat bertujuan untuk menyediakan

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

53

Universitas Indonesia

informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan

rumah sakit serta untuk membuat kebijakan - kebijakan yang berhubungan

dengan obat (terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi) untuk menunjang terapi

obat yang rasional. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi

obat adalah:

a. 200 tempat tidur : 20 m2

b. 400 - 600 tempat tidur : 40 m2

c. 1300 tempat tidur : 70 m2

Peralatan yang terdapat di ruang informasi obat meliputi kepustakaan yang

memadai, meja, kursi, rak buku, komputer, telepon, lemari arsip, kartu arsip.

Kegiatan yang dilakukan pada pelayanan informasi obat adalah:

a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan

pasif.

b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,

surat atau tatap muka.

c. Membuat buletin, leaflet, label obat.

d. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan

penyusunan Formularium Rumah Sakit.

e. Bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat

jalan dan rawat inap.

f. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga

kesehatan lainnya.

g. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

b. Alur program pelayanan informasi obat dapat dilihat pada Lampiran 16.

3.3 Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati

Tim Farmasi dan Terapi (TFT) adalah suatu unit kerja yang dibentuk untuk

membantu Direktur Rumah Sakit dalam hal membuat kebijakan tentang

penggunaan obat dan pengelolaan obat di Rumah Sakit. Tujuan dibentuknya TFT

adalah :

a. Menjamin tersedianya obat dan alat kesehatan (alkes) habis pakai yang

bermutu untuk kebutuhan pasien di RSUP Fatmawati.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

54

Universitas Indonesia

b. Tersusunnya standar obat yang berlaku di RSUP Fatmawati.

c. Terwujudnya pelaksanaan kebijakan penggunaan obat dan pengelolaan yang

baik bagi pengguna maupun penyedia obat di RSUP Fatmawati.

d. Terselenggaranya penggunaan obat yang rasional dan aman di RSUP

Fatmawati.

e. Terlaksananya pengawasan, pengendalian, dan evaluasi penggunaan dan

pengelolaan obat dan alkes di RSUP Fatmawati.

Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di bawah koordinasi dan bertanggung jawab

kepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Fatmawati. Struktur organisasi

TFT terdiri dari:

a. Ketua : Dokter

b. Sekretaris : Apoteker

c. Anggota : Dokter, Apoteker, dan Perawat

Tugas pokok dari TFT adalah:

a. Melaksanakan uji coba dan memberikan rekomendasi dalam pemilihan

penggunaan obat dan alkes habis pakai.

b. Menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes

habis pakai di Rumah Sakit dan apabila perlu dapat diadakan perubahan secara

berkala.

c. Menyusun Antibiotic Guideline bersama-sama dengan Komite Pengendalian

Penyakit Infeksi.

d. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi penulisan resep dan

penggunaan obat generik serta alkes habis pakai bersama-sama Instalasi

Farmasi.

e. Melaksanakan edukasi pada staf farmasi, profesi lainnya tentang obat dan

perbekalan kesehatan lainnya .

Formularium Obat RSUP Fatmawati adalah daftar dari seluruh item obat yang

ada di RSUP Fatmawati dalam periode waktu tertentu, yaitu maksimal 3 tahun.

Daftar obat di Formularium Obat disusun berdasarkan kelas terapi dan berisi

nama generik produk (1 item), nama merek original dari pabrik tertentu (1 item),

nama merek dagang dari pabrik tertentu (2 item), serta keterangan mengenai

bentuk sediaan, kekuatan produk dalam kemasan, dan nama pabrik pembuat.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

55

Universitas Indonesia

Formularium Obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun 1990,

kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada tahun

1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Pembuatan revisi

formularium RSUP Fatmawati tidak dilakukan setiap tahun, dikarenakan kendala

biaya untuk mencetak formularium baru dan kesulitan untuk mengumpulkan

anggota TFT.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

56 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk

melakukan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan rujukan dan atau upaya

kesehatan penunjang, salah satunya RSUP Fatmawati. Dalam upaya memberikan

pelayanan kesehatan, RS tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kefarmasian yang

berorientasi pada pasien. Untuk menunjang hal tersebut maka dibentuk suatu

badan organisasi yaitu IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit). IFRS dipimpin oleh

seorang Kepala IFRS yaitu Apoteker dan bertanggung jawab terhadap segala

aspek hukum dan peraturan – peraturan farmasi baik terhadap pengawasan

distribusi maupun administrasi barang farmasi.

Salah satu tugas Tim Farmasi dan Terapi (TFT) RSUP Fatmawati adalah

menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes

habis pakai di Rumah Sakit. Salah satu cara untuk mengetahui berjalan atau

tidaknya TFT rumah sakit adalah dengan melihat formularium yang disusunnya.

Pada tiap 6 bulan atau maksimal 1 tahun dilakukan evaluasi atau review untuk

penyempurnaan Formularium. Di RSUP Fatmawati, formularium obat tidak dapat

direvisi tiap setahun sekali karena masalah biaya untuk mencetak Formularium

terbaru dan kesulitan untuk mengumpulkan anggota TFT. Revisi formularium

obat yang dilakukan oleh TFT RSUP Fatmawati adalah setiap 3 tahun sekali.

Formularium obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun 1990,

kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada tahun

1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Dengan adanya

kesinambungan proses revisi, dapat dikatakan bahwa TFT RSUP Fatmawati sudah

berjalan dengan baik.

Salah satu tugas pokok farmasi klinik RSUP Fatmawati ialah

meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Farmasi dengan melaksanakan farmasi

klinik. Berikut ini merupakan pembahasan dari pelaksanaan kegiatan farmasi

klinik.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

57

Universitas Indonesia

a. Pengkajian Resep

Pengkajian resep merupakan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencegah

terjadinya kesalahan dalam pelayanan obat pasien. Selain itu, pengkajian resep

juga dilakukan agar tercapainya rasionalisasi penggunaan obat. Kegiatan dalam

pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan

farmasetis, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat

jalan. Di RSUP Fatmawati, pengkajian resep tidak sepenuhnya dilakukan. Hal ini

terlihat dari masih adanya resep yang tidak lengkap. Misalnya pada resep untuk

pasien bayi atau anak, berat badan dan umur pasien sering kali tidak tertera pada

lembar resep, padahal hal tersebut diperlukan terutama untuk menghitung dosis

maksimal pada pasien bayi atau anak. Sering kali hanya nama pasien yang tertera

pada lembar resep. Pada lembar instruksi pemberian obat pada pasien rawat inap,

terkadang tidak semua lembar ada penanda berupa stempel keterangan “Resep

telah di review Farmasi”.

Pengkajian resep yang tidak sepenuhnya dilakukan disebabkan oleh

banyaknya resep atau pasien yang harus dilayani oleh petugas farmasi di RSUP

Fatmawati. Selain itu, untuk melakukan pengkajian resep secara keseluruhan

cukup membutuhkan waktu sementara pelayanan obat pasien harus dilakukan

secara cepat karena banyaknya pasien yang harus dilayani terutama untuk pasien

rawat jalan.

b. Pengkajian Penggunaan Obat

Pengkajian penggunaan obat merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengetahui gambaran pengobatan yang diberikan kepada pasien. Pengkajian

penggunaan obat juga dilakukan untuk menilai ada tidaknya drug related problem

selama pasien menjalani pengobatan. Di RSUP Fatmawati, pengkajian

penggunaan obat dilakukan terhadap pasien rawat jalan dengan melihat instruksi

pemberian obat yang terdapat pada rekam medik pasien. Data yang diperoleh dari

rekam medik pasien dipindahkan ke dalam lembar Formulir Terapi Pasien untuk

selanjutnya dinilai ada tidaknya masalah - masalah yang terkait dengan

pengobatan pasien.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

58

Universitas Indonesia

c. Visite

Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker

kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang lebih baik.

Apoteker melakukan praktik di ruang rawat sesuai dengan kompetensi dan

kemampuan farmasi klinik yang dikuasai. Visite pasien yang dilakukan di RSUP

Fatmawati diaplikasikan kepada pasien yang berada dalam perawatan intensif dan

memiliki resiko mengalami terjadinya kesalahan obat (medication errors).

Beberapa tempat dilakukannya praktik apoteker ruang rawat di RSUP Fatmawati

contohnya pada ruang perawatan pasien Intensive Care Unit (ICU), Neonatal

Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Intensive

Cardiac Care Unit (ICCU), High Care Unit (HCU), dan ruang perawatan pasien

pra operasi dan post operasi.

Kegiatan visite yang dilakukan apoteker di RSUP Fatmawati dilakukan secara

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dan disesuaikan dengan situasi dan

kondisi. Tipe visite ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah dapat

memperoleh informasi terkini dan komprehensif, dapat dijadikan sebagai fasilitas

pembelajaran, serta dapat langsung dikomunikasikan masalah terkait penggunaan

obat dan mengimplementasikan rekomendasi yang dibuat. Namun, kegiatan visite

ini juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah jadwal visite harus

disesuaikan dengan jadwal tim dan waktu pelaksanaan terbatas sehingga diskusi

dan penyampaian informasinya kurang lengkap.

Visite yang dilakukan di RSUP Fatmawati sebagian besar terjadwalkan dan

umumnya dilakukan setiap seminggu sekali contohnya pada ruang perawatan

Rehabilitasi Medik dan High Care lantai 6 Selatan Teratai. Sedangkan untuk

pasien Intensive Care Unit (ICU) umumnya dilakukan 3-4 kali dalam seminggu,

hal ini disebabkan kondisi pasien pada ruang perawatan tersebut merupakan

pasien yang menderita penyakit komplikasi sehingga memungkinkan pasien

menerima bermacam - macam jenis obat. Hal ini memungkinkan terjadinya

masalah terkait obat yang dapat mempengaruhi outcome pasien sehingga

diperlukan visite yang lebih sering untuk memastikan terapi obat yang diterima

oleh pasien.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

59

Universitas Indonesia

Dalam kegiatan visite, sebelum apoteker memberikan rekomendasi maka

apoteker berdiskusi dengan anggota tim secara aktif untuk saling mengklarifikasi,

mengkonfirmasi, dan melengkapi informasi penggunaan obat. Pada saat visite

secara tim rekomendasi lebih ditujukan kepada dokter yang merawat pasien.

Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa pertanyaan atau rekomendasi yang

diminta oleh tim visite kepada apoteker diantaranya adalah pemilihan terapi obat,

misalnya dalam pemilihan jenis dan regimen, obat pengganti yang dapat diberikan

kepada pasien, efek samping obat, interaksi obat, segi cost effectiveness, dan lain -

lain.

Setelah rekomendasi yang diberikan oleh apoteker disetujui, selanjutnya

apoteker melakukan pemantauan pelaksanaan rekomendasi dari sisi efektifitas dan

keamanan. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rekomendasi yang

diterima aman bagi pasien. Tahap akhir dari visite adalah melakukan dokumentasi

praktik visite yang dikelola dengan baik dan terjaga kerahasiaannya. Dengan

adanya pendokumentasian yang baik dapat dijadikan sebagai jaminan

terlaksananya kegiatan visite, serta sebagai bahan evaluasi untuk peningkatan

mutu pelayanan.

d. Monitoring Efek Samping Obat

Prosedur program monitoring efek samping obat (MESO) adalah tata cara

menganalisa kejadian efek samping obat yang terjadi pada pasien. Proses ini

merupakan kegiatan kolaboratif yang melibatkan semua tenaga kesehatan baik

dokter, perawat, apoteker dan semua tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit

termasuk pasien dan keluarga pasien. Di RSUP Fatmawati kegiatan monitoring

penggunaan obat dilakukan untuk mengetahui efek terapi dari proses pengobatan

serta kemungkinan terjadinya efek terapi dari proses pengobatan serta

kemungkinan terjadinya efek samping obat. Setiap temuan efek samping obat

dilakukan pengkajian oleh tenaga kesehatan. Seluruh kronologis kejadian efek

samping obat dan tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya harus

terdokumentasi dalam catatan rekam medik pasien dan dibuatkan laporan untuk

disampaikan pada Komite Mutu dan Manajemen Risiko (KMMR) dalam waktu

maksimal 48 jam.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

60

Universitas Indonesia

Prosedur pemantauan efek samping obat meliputi :

1) Pelaksanaan kegiatan pemantauan oleh tenaga kesehatan terhadap timbulnya

efek samping obat.

2) Pelaksanaan penerimaan laporan kejadian efek samping obat tenaga

kesehatan, keluarga pasien atau petugas lainnya.

3) Pelaksanaan kegiatan penyusunan laporan temuan kejadian efek samping obat

dalam formulir pelaporan.

4) Pelaksanaan kegiatan komunikasi atau interview oleh tim kerja (tim

monitoring efek samping obat) yang terdiri dari DPJP, perawat ruangan,

apoteker ruangan.

5) Pelaksanaan kegiatan analisa oleh tim monitoring efek samping obat terhadap

hasil interview maupun laporan efek samping obat dari semua sumber.

6) Pelaksanaan kegiatan diskusi setara komprehensif sebagai media problem

solving oleh tim monitoring efek samping obat atas hasil analisa yang telah

dilakukan.

7) Pencatatan di rekam medik pasien oleh DPJP atau tim monitoring efek

samping obat tentang kejadian efek samping obat pasien. Pencatatan terkait

bentuk kejadian efek samping obat, tindakan pengatasian efek samping obat

yang terjadi dan tindakan pencegahan efek samping obat yang akan datang.

8) Pembuatan formulasi rekomendasi oleh tim monitoring efek samping obat.

Pilihan rekomendasi antara lain menghentikan pengobatan, mengganti obat

dengan yang lebih aman, mengatur jadwal penggunaan, menurunkan dosis

obat, memberikan antidot atau premedikasi sebelum penggunaan obat, dan

membuat laporan kejadian insiden dengan mengisi formulir laporan insiden

(internal).

9) Pelaksanaan implementasi rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi

efek samping obat.

10) Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi tingkat keberhasilan

intervensi yang dilakukan.

11) Pelaksanaan diskusi lanjutan oleh tim monitoring efek samping obat jika

diperlukan guna mencapai hasil intervensi yang telah diberikan.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

61

Universitas Indonesia

12) Pendokumentasian rekomendasi penanganan efek samping obat pada formulir

laporan MESO Nasional.

Penyampaian laporan efek samping obat yang terjadi segera

ditindaklanjuti oleh tim monitoring efek samping obat menjadi laporan ke Tim

Farmasi dan Terapi (TFT) dan Komite Mutu dan Manajemen Resiko (KMMR)

dalam waktu 48 jam; bila kejadian efek samping obat masuk dalam kategori

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Sentinel.

e. Pelayanan Informasi Obat

RSUP Fatmawati telah melakukan pelayanan informasi obat yang dilakukan

oleh apoteker selama 24 jam atau on call. Berbagai bentuk kegiatan pelayanan

informasi obat seperti yang ada pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi

telah dilakukan di RSUP Fatmawati. Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan

meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi, stabilitas, harga, efek

samping, dosis, interaksi, kompatibilitas, ketersediaan, kontraindikasi,

farmakokinetik, farmakodinamik, toksisitas, cara pemakaian, cara penyimpanan,

indikasi, dan keracunan dari suatu obat, serta pertanyaan lain-lain. Untuk dapat

menjawab setiap pertanyaan dengan tepat, maka dilakukan usaha penggalian

informasi penanya mengenai identitas pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat

pengobatan pasien, dan riwayat alergi atau efek samping obat yang pernah dialami

pasien. Literatur yang digunakan di pelayanan informasi obat RSUP Fatmawati

adalah literatur tersier.

Pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati juga dilakukan

dokumentasi yang bertujuan untuk:

1) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam

menjawab pertanyaan dengan lengkap.

2) Sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa.

3) Sebagai catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya.

4) Sebagai media pelatihan tenaga farmasi.

5) Sebagai basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan pelayanan.

6) Sebagai bahan audit dalam melaksanakan quality assurance dari pelayanan

informasi obat.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

62

Universitas Indonesia

Evaluasi yang dilakukan terkait dengan pelayanan informasi obat mencakup

penilaian atau pengukuran keberhasilan pelayanan informasi obat dengan cara

membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan

pelayanan informasi obat serta pemberian masukan kepada pimpinan dalam

membuat kebijakan di waktu mendatang. Selama tahun 2012, sempat terjadi

penurunan tajam pada jumlah pertanyaan di pelayanan informasi obat. Sekalipun

demikian, setiap pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh apoteker. Kecepatan

menjawab pertanyaan juga telah diusahakan untuk segera dijawab (< 1 jam).

Masalah yang masih dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi

obat adalah keterbatasan jumlah literatur, literatur yang tidak terkini (tidak up to

date), apoteker yang tidak selalu di ruang pelayanan informasi obat, dan jumlah

pertanyaan yang masih sedikit.

f. Monitoring Interaksi Obat

Kegiatan pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati telah dilakukan

seiring dengan dilakukannya pemantauan terapi obat untuk menemukan masalah

yang berkaitan dengan penggunaan obat. Menurut Standar Prosedur Operasional

(SPO) yang ada, kegiatan pemantauan interaksi obat dilakukan dengan

menggunakan software interaksi obat, namun pada pelaksanaannya kegiatan

analisis masih menggunakan literatur pustaka sehingga membutuhkan waktu yang

lebih lama dalam menemukan interaksi obat yang berpotensi terjadi. Kegiatan

pemantauan interaksi obat juga tidak dilakukan rutin karena kesibukan apoteker di

pelayanan kefarmasian lainnya sehingga seringkali kegiatan pemantauan interaksi

obat yang dilakukan tidak sampai pada pemberian rekomendasi penanggulangan.

g. Konsultasi Obat

Konsultasi obat diawali dengan memperkenalkan diri kepada pasien.

Kemudian, apoteker mulai menanyakan masalah yang dihadapi pasien terkait

penggunaan obatnya. Apoteker mulai menjelaskan obat-obat yang diterima pasien

dengan memberitahukan nama obat dan indikasi obat. Dalam menjelaskan atau

memecahkan masalah pasien, apoteker menggunakan alat tulis untuk

memudahkan pasien dalam memahami penjelasan dari apoteker, misalnya

masalah waktu dan frekuensi penggunaan obat pada pasien yang mendapat

polifarmasi. Pasien yang mendapat polifarmasi sering mengalami kesulitan dalam

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

63

Universitas Indonesia

hal waktu penggunaan obat. Pasien sering menanyakan apakah semua obat yang

diberikan harus diminum bersamaan atau harus diberi jarak waktu. Pasien juga

menanyakan obat mana yang harus diminum sebelum dan sesudah makan. Setelah

pasien mendapat penjelasan tentang obatnya, apoteker akan meminta pasien untuk

mengulangi penjelasan yang dipaparkan tadi untuk menguji pemahaman pasien.

Jika pasien masih kurang jelas dengan penjelasan yang diberikan, apoteker akan

mengulangi penjelasan tersebut dan meminta pasien untuk mengulangi penjelasan

dari apoteker tersebut. Setelah pasien memahami yang dijelaskan apoteker,

apoteker akan menanyakan masalah lainnya yang dialami pasien yang dapat

dibantu penanganannya oleh apoteker.

Dalam melakukan konsultasi obat, apoteker kurang menggali informasi

dari pasien seperti obat, vitamin, atau jamu apa saja yang pernah atau sedang

dikonsumsi pasien. Apoteker juga tidak menanyakan apakah pasien memiliki

riwayat alergi. Apoteker hanya memberikan informasi tentang obat yang

ditanyakan oleh pasien, informasi lain seperti aturan pakai obat, efek samping

yang mungkin terjadi dan cara mengatasinya, interaksi yang mungkin terjadi

antara obat dengan obat lain termasuk vitamin dan jamu atau interaksi antara obat

dengan makanan.

h. Edukasi Farmasi

Program edukasi farmasi dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah orang

dalam ruangan tertentu guna mendengarkan penjelasan dari apoteker mengenai

tema tertentu misalnya tema tentang penggunaan dan penyimpanan obat yang

benar. Kegiatan tersebut dilaksanakan kurang lebih satu jam, dimulai dengan

presentasi dari apoteker kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta

diperkenankan bertanya mengenai obat berupa cara pakai, penyimpanan obat, dan

masalah-masalah terkait obat lainnya. Untuk melakukan kegiatan program

edukasi farmasi di rumah sakit diperlukan fasilitas penunjang seperti infocus,

layar, laptop, microphone, dan lain-lain. Pada saat kegiatan, dilakukan pembagian

questioner mengenai tanggapan peserta terhadap kegiatan tersebut. Hasil

questioner tersebut berguna untuk perbaikan dan koreksi terhadap kegiatan

edukasi selanjutnya. Peserta program edukasi banyak yang tidak mengisi

questioner dikarenakan tidak membawa alat tulis. Saat dilaksanakan program

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

64

Universitas Indonesia

edukasi di Depo Askes, perhatian peserta edukasi terbagi antara mendengarkan

pemaparan presenter dengan mendengarkan panggilan petugas depo farmasi yang

akan memberikan obat.

Dalam melaksanakan kegiatannya, Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

dibagi menjadi beberapa sub bagian, antara lain:

1) TU Farmasi dan SDM Farmasi serta Pencatatan dan Pelaporan

Seluruh kegiatan administrasi dan pelaporan Instalasi Farmasi RSUP

Fatmawati dilakukan di Tata Usaha Farmasi. Tujuan kegiatan administrasi dan

pelaporan dalam pelayanan kefarmasian adalah:

a) Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi

b) Tersedianya informasi yang akurat

c) Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan

d) Tersedianya data yang lengkap untuk perencanaan.

Selain itu, kegiatan administrasi dan pelaporan merupakan dasar dari

akreditasi yang dilakukan di rumah sakit. RSUP Fatmawati sebagai RS

pemerintah wajib melaporkan seluruh kegiatan yang dilakukan, pengawasan dari

pemerintah dilakukan dengan melakukan audit-audit baik secara internal maupun

eksternal. Jika proses administrasi dan pelaporan yang dilakukan baik, akan

mempermudah audit.

Salah satu laporan yang dilakukan adalah laporan penggunaan obat narkotika

dan psikotropika. Laporan penggunaan obat narkotika dilakukan setiap bulan dan

laporan penggunaan obat psikotropika dilakukan setiap tahun, namun tetap

dilakukan perekapan penggunaan obat psikotropika setiap bulannya.

2) Gudang Farmasi

Gudang Farmasi melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan kesehatan di

RSUP Fatmawati dari perencanaan sampai pembuatan laporan. Perencanaan

dibuat berdasarkan analisa penjualan masing-masing depo dan pemakaian obat

serta alkes floor stock tiap ruang, selain itu perencanaan juga dibuat berdasarkan

data epidemiologi di RSUP Fatmawati. Data epidemiologi bisa didapat dari

laporan 10 besar penyakit di RSUP Fatmawati yang selalu diberikan IRMIK ke

TU Farmasi setiap bulan. Dalam perencanaan pengadaan perbekalan farmasi,

usulan-usulan dari depo-depo farmasi juga bisa menjadi rujukan perencanaan,

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

65

Universitas Indonesia

untuk mengetahui obat apa saja yang belum terlayani atau untuk mengetahui obat

yang banyak diresepkan oleh dokter. Pemilihan perbekalan farmasinya

berdasarkan DOEN, DPHO Askes, dan Formularium RSUP Fatmawati. Tahap

perencanaan merupakan tahap yang krusial dimana perencanaan harus dibuat

sebaik mungkin untuk menjamin ketersediaan perbekalan farmasi di RSUP

Fatmawati.

Pengadaan yang dilakukan oleh RSUP Fatmawati dengan cara pembelian

telah sesuai dengan ketentuan dalam Perpres No. 70 tahun 2012 tentang

Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah karena sebagai rumah sakit pemerintah aset

yang ada di RSUP Fatmawati merupakan aset pemerintah. Kegiatan produksi di

RSUP Fatmawati juga merupakan salah satu kegiatan pengadaan. Selain dengan

pembelian dan produksi, pengadaan juga dilakukan untuk obat-obat program

pemerintah yang gratis. Syarat pengadaan obat-obat ini adalah pengajuan

permohonan kepada Dinas Kesehatan dan pembuatan laporan penggunaan obat

program tersebut secara periodik. Obat program ini juga hanya dapat

dipergunakan bagi pasien tertentu yang sesuai dengan kriteria.

Setelah barang datang, dilakukan proses penerimaan barang oleh tim

penerima. Ruang tim penerima sudah strategis karena terletak di bagian depan

gudang farmasi sehingga pengecekan barang bisa langsung dilakukan. Jika semua

syarat yang harus dicek sudah lengkap dan sesuai dengan faktur, tim penerima

menyerahkan barang ke gudang farmasi untuk disimpan. Penyerahan barang

dilakukan dengan membuat Berita Acara Penerimaan barang sebagai bukti bahwa

barang yang diterima terjamin kesesuaiannya. Penyimpanan seluruh perbekalan

farmasi dilakukan di gudang famasi secara terpisah sesuai dengan

pengelompokannya. Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun masih ada atau

sebagian ditempatkan bersama dengan ruang penyimpanan obat. Seluruh label

untuk obat karsinogen, bahan berbahaya dan beracun telah ditempelkan sesuai

dengan tempatnya. Begitu pula dengan lembar MSDS untuk bahan B3, tidak

seluruhnya ditempel di dinding, tetapi ada juga berupa buku yang diletakkan di

dekat bahan B3 tersebut. Penyimpanan gas medis dilakukan di tempat yang

terpisah dari gudang induk, gas medis yang terdapat di RSUP Fatmawati antara

lain O2 kecil (1 m3) dan O2 besar (6 m

3), N2O 25 kg dan CO2 25 kg disimpan

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

66

Universitas Indonesia

berdasarkan ukuran dan pada tabung terdapat tanda B3 mudah meledak. Tempat

dan sarana penyimpanan perbekalan farmasi secara keseluruhan terlihat bersih.

Petugas melaksanakan pencatatan pemasukan, pengeluaran, dan stok perbekalan

farmasi ke dalam kartu persediaan dan dalam Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit (SIRS).

3) Produksi Farmasi

Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati memiliki ruang produksi farmasi untuk

sediaan farmasi non steril dan steril. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan

merupakan produksi untuk keperluan rumah sakit itu sendiri, sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

Kegiatan produksi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pengadaan obat tertentu (mendapatkan obat dengan harga yang lebih murah

sehingga pasien tidak membayar terlalu mahal untuk suatu obat dan lebih

menjamin kualitas obat yang dihasilkan). Selain itu, produksi juga memudahkan

penerimaan obat oleh pasien atau tenaga kesehatan lainnya karena sudah dikemas

kembali menjadi sediaan yang telah sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan

produk yang tidak dijual di pasaran seperti pembuatan kapsul NaCl dan kapsul

Natrium Bikarbonat.

Sebenarnya terdapat 73 formula standar yang terdapat di ruang produksi

RSUP Fatmawati, namun hanya 43 item yang masih diproduksi sampai saat ini.

Artinya, hanya 58,9 % item obat yang masih diproduksi. Setiap kali petugas akan

melakukan produksi, petugas harus mengisi formulir master formula baik untuk

pembuatan atau pengenceran atau pengemasan kembali pada setiap tahapan

kegiatan produksi. Formulir master formula berfungsi sebagai dokumentasi dari

kegiatan produksi yang dilakukan dan juga merupakan bukti bahwa produksi yang

dilaksanakan sesuai dengan CPOB.

Setelah produk dihasilkan, produk dikemas dan diberi etiket serta tanggal

kadaluwarsa. Penyimpanan produk jadi masih dilakukan di ruang produksi sendiri

karena keterbatasan sumber daya, sementara obat-obat hasil produksi merupakan

persediaan gudang. Petugas depo farmasi yang membutuhkan produk dari

produksi non steril datang ke gudang farmasi untuk mendapatkan formulir bon

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

67

Universitas Indonesia

obat lalu datang ke produksi farmasi non steril untuk mendapatkan produknya

kemudian melaporkannya ke gudang farmasi dengan membawa formulir bon

obat. Pendistribusian obat seperti ini memiliki kekurangan karena dapat

menyebabkan timbulnya kesalahan pencatatan stok produk.

Peran apoteker sangat penting dalam mempersiapkan rekonstitusi obat kanker,

diantaranya memastikan dosis yang sesuai dengan luas permukaan tubuh pasien.

Walaupun dalam prakteknya rekonstitusi dilakukan oleh tenaga teknis

kefarmasian, akan tetapi di RSUP Fatmawati diberlakukan kebijakan agar semua

tenaga teknis kefarmasian bisa melakukan rekonstitusi termasuk apoteker. Ini

dilakukan karena paparan obat kanker secara terus menerus akan membahayakan

petugas, serta perlu tenaga kesehatan yang paham akan ketelitian dosis,

melakukan teknis aseptis dan melakukan semua prosedur secara hati-hati. Sebagai

apoteker yang bertugas di produksi steril ini, harus mampu menghitung dosis yang

tepat dari suatu zat anti kanker, serta dikaji apakah obat tersebut sesuai dengan

diagnosis pasien. apoteker juga harus dapat menentukan macam pelarut serta

mengetahui dari literatur tentang kestabilan zat aktif obat kanker.

Bagi pasien kanker, pelaksanaan kegiatan penitipan obat sitostatika

dilakukan minimal 3 hari sebelum obat digunakan untuk perawatan. Pada saat

obat diperlukan untuk perawatan, maka dilakukan permintaan pencampuran obat

sitostatika dari ruang kemoterapi pasien ke produksi farmasi steril. Obat

sitostatika harus disiapkan selalu baru karena pada umumnya, obat sitostatika

memiliki waktu kadaluwarsa selama 24 jam sehingga obat yang telah disiapkan

harus segera digunakan. Setelah obat selesai disiapkan, petugas produksi farmasi

akan membawa obat tersebut ke ruang kemoterapi pasien.

Beberapa waktu terakhir ini, pasien dengan diagnosa kanker payudara dan

serviks merupakan pasien yang paling banyak ditemui. Petugas biasanya

merekonstitusi 12 hingga 15 resep. Beberapa temuan yang diperoleh dari

kegiatan orientasi produksi steril adalah tidak dilakukan pemantauan atau

monitoring lingkungan seperti jumlah mikroba dan pemantauan jumlah partikel

di BSC misalnya dengan metode settle plate (cawan papar) atau menggunakan

alat particle counter dikarenakan keterbatasan waktu serta SDM untuk

melakukannya.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

68

Universitas Indonesia

4) Depo Instalasi Rawat Jalan

Depo Instalasi Rawat Jalan telah melakukan prosedur penyiapan obat rawat

jalan secara individual prescription dengan baik. Depo Instalasi Rawat Jalan

lantai 1 khusus melayani pasien tunai, jaminan kantor, dan pasien HIV. Depo

Instalasi Rawat Jalan lantai 2 khusus melayani pasien Kartu Jakarta Sehat

(KJS). Sedangkan depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 khusus melayani pasien

Jamkesmas, Jamkesda Depok dan Tangerang Selatan, serta pasien TBC. Obat-

obatan HIV dan TBC merupakan obat-obatan program pemerintah yang

pengeluarannya dipantau oleh tim HIV dan tim TBC untuk kemudian dilaporkan

setiap bulannya ke Departemen Kesehatan RI.

Berdasarkan pengamatan penyimpanan obat-obat LASA di Depo Instalasi

Rawat Jalan lantai 1, 2 dan 3 masih ada beberapa obat yang belum ditempel label

LASA serta pada penyusunannya tidak diselingi dengan minimal 2 obat non

kategori LASA di antaranya, hal ini disebabkan karena keterbatasan luas

ruangan dan kendala kesulitan untuk mencari obat karena penyusunan obat

secara alfabetis akan terganggu oleh banyaknya obat-obatan yang termasuk

LASA. Pada depo farmasi IRJ lantai 1, 2 dan 3 juga ditemukan beberapa obat

keras yang terpajang di etalase depan umumnya berupa sediaan sirup dan topikal,

seharusnya obat keras ini disimpan di dalam depo. Selain itu, pada depo farmasi

IRJ lantai 1, 2, dan 3 persyaratan lemari narkotika telah sesuai dengan ketentuan

yang berlaku yaitu terdiri dari dua pintu dengan kunci terpisah, namun dalam hal

ini penyimpanan narkotika dan psikotropika berada di dalam satu lemari

narkotika, hal ini dikarenakan jumlah sediaan narkotika yang sedikit sehingga

pada pelaksanaannya di dalam salah satu lemari terdapat pintu lagi di dalamnya

dengan kunci terpisah dari dua kunci pintu yang ada di depan.

Pembayaran di IRJ lantai 1 berdasarkan harga obat dengan persyaratan hanya

berupa resep asli, sedangkan pembayaran pada IRJ lantai 2 dan 3 berdasarkan

jaminan INA-CBGs (Indonesia Case Based Groups). Besarnya jaminan INA-

CBGs per hari yaitu sebesar Rp 350.000 – Rp 400.000,- untuk keseluruhan

pelayanan kesehatan dengan pembatasan farmasi sebesar Rp 150.000,-. Jika

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

69

Universitas Indonesia

jumlah obat yang harus diberikan kepada pasien lebih dari Rp 150.000,- maka

pasien akan diberi copy resep yang dapat dilayani dikemudian hari beserta

persyaratan SJP asli yaitu kertas warna merah muda dari loket 9 yang terdapat

pada IRJ lantai 1, fotokopi pendaftaran dan rujukan asli dari puskesmas yang

ditujukan untuk RSUP Fatmawati.

5) Depo Askes

Pasien Askes merupakan pasien yang paling banyak di RSUP Fatmawati.

Mulai tanggal 1 April 2013, pasien Askes yang semula dilayani di lantai 2 dan 3

gedung Instalasi Rawat Jalan, sekarang dilayani di Depo Askes. Depo farmasi

instalasi rawat jalan lantai 2 melayani pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS),

sedangkan depo farmasi instalasi rawat jalan lantai 3 melayani pasien Jamkesmas

dan Jamkesda (seperti Jamkesda Tangerang, Jamkesda Bogor, Jamkesda Depok,

dan lain-lain). Acuan yang dapat digunakan dalam melayani pasien Askes adalah

DPHO Askes. Acuan tersebut digunakan untuk mengetahui obat-obat apa saja

yang dapat diberikan kepada pasien Askes beserta batasan jumlah maksimal yang

dapat diberikan.

Alur pelayanan resep dimulai dari pasien membawa resep beserta berkas-

berkas yang diperlukan sebagai persyaratan dan diberikan kepada petugas.

Petugas akan melakukan pengecekan kelengkapan berkas dan pengecekan obat-

obat dalam resep (apakah obat-obat tersebut sesuai dengan pedoman dan dapat

diserahkan kepada pasien). Kemudian, resep diinput untuk pemotongan stok obat,

lalu dilakukan pembuatan etiket, penyiapan obat, dan penyerahan. Masing-masing

tahap dikerjakan oleh orang yang berbeda. Pada masing-masing tahap akan

dilakukan pemberian stempel HETIP (Harga Etiket Timbang Isi Penyerahan).

Pemberian stempel tersebut dimaksudkan agar dapat dilakukan pengecekan

kembali apabila terjadi kesalahan.

Sebelum pembuatan etiket, petugas terlebih dahulu memeriksa kartu rujukan

dan menuliskan keterangan tanggal dan obat-obat yang diberikan pada kartu

rujukan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat dilakukan pengecekan apabila

pasien sebelumnya telah mendapatkan obat yang sama atau pasien sebelumnya

telah menebus obat tersebut dengan jumlah maksimal. Pada bagian ini, petugas

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

70

Universitas Indonesia

akan membuatkan salinan resep untuk obat-obat yang tidak terdapat di Depo

Askes sehingga pasien dapat menebusnya di apotek lain.

Setelah etiket dibuat, selanjutnya petugas akan melakukan penyiapan obat,

baik obat jadi maupun obat racikan. Penyiapan obat jadi dilakukan dengan

memasukkan obat ke dalam etiket sesuai dengan jumlah yang tertera di etiket.

Untuk mempermudah penyiapan, obat-obat fast moving diletakkan di meja

tersendiri sehingga petugas akan lebih cepat dalam mengambil obat yang

dibutuhkan. Untuk obat yang tidak dikemas dalam kemasan blister, obat

dimasukkan ke dalam etiket dengan menggunakan peralatan seadanya karena

tidak tersedia alat hitung tablet. Hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi obat

apalagi jika obat dimasukkan ke dalam etiket menggunakan tangan.

Setelah obat disiapkan, obat dibawa oleh petugas ke bagian penyerahan. Alur

penyerahan obat meliputi verifikasi nomor pasien, verifikasi identitas pasien,

pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat, kemudian petugas

meminta nomor telepon pasien yang dapat dihubungi, dan meminta tanda tangan

pasien. Pemberian informasi obat dilakukan secara singkat. Informasi yang

diberikan kepada pasien hanyalah informasi mengenai indikasi dan aturan pakai

obat. Hal tersebut dikarenakan banyaknya jumlah pasien yang dilayani sehingga

waktu pemberian informasi obat menjadi sangat singkat. Jumlah resep yang

dilayani Depo Askes lebih kurang 200-300 resep per hari.

Dengan jumlah tersebut, terkadang tidak semua pasien dapat terlayani.

Terkadang masih terdapat pasien yang belum dilayani, meskipun jam pelayanan

telah selesai. Hal ini dikarenakan kurangnya SDM yang terdapat di Depo Askes.

Selain itu, seringkali pekerjaan yang berbeda dilakukan oleh orang yang sama,

misalnya selain melakukan penyerahan obat, petugas tersebut juga melakukan

penyiapan obat.

Obat yang sering diresepkan di Depo Askes adalah obat - obat jantung. Selain

itu, terdapat obat spesifik yang dilayani di Depo Askes yaitu obat-obat

kemoterapi. Namun, untuk obat-obat kemoterapi, yang dilayani di Depo Askes

hanya berkas-berkasnya saja, sedangkan obatnya dititipkan di ruang produksi

steril di Instalasi Farmasi. Hal ini dikarenakan hanya gudang farmasi dan produksi

farmasi steril yang boleh menyimpan obat - obat kemoterapi. Obat akan diberikan

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

71

Universitas Indonesia

kepada pasien setelah direkonstitusi dan diantarkan ke ruang kemoterapi pada saat

kemoterapi akan dilakukan. Selain melayani obat DPHO Askes, Depo Askes juga

melayani obat non DPHO Askes, tetapi untuk obat-obat tersebut pasien dikenakan

biaya. Untuk obat non DPHO Askes, pembayaran dilakukan setelah penyerahan

obat. Sedangkan untuk pasien peserta Askes yang mendapatkan obat-obat DPHO

Askes, pembayaran dilakukan dengan cara melakukan klaim ke PT. ASKES.

Setelah selesai pelayanan, dilakukan input data kembali menggunakan

program yang terhubung dengan PT. ASKES. Klaim Askes dilakukan oleh

Instalasi Penagihan Pasien (IPP). Oleh karena itu, di Depo Askes disediakan

komputer yang digunakan untuk klaim Askes. Pembayaran untuk pasien peserta

Jamkesda menggunakan sistem INA CBG’s yaitu pembayaran berdasarkan paket-

paket yang telah ditentukan. Apabila tagihan pasien melebihi biaya paket yang

diberikan, selebihnya akan menjadi beban rumah sakit. Sedangkan bila tagihan

pasien kurang dari paketnya, kelebihan tersebut akan menjadi keuntungan rumah

sakit yang dapat digunakan untuk menutupi tagihan pasien yang menjadi beban

rumah sakit. Dengan demikian, terjadi subsidi silang antara pasien yang

tagihannya melebihi paket dengan pasien yang tagihannya kurang dari paket.

Penyimpanan barang di Depo Askes dilakukan berdasarkan jenis sediaannya, suhu

penyimpanan, dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan psikotropika

disimpan di lemari khusus (double lock). Pelaporan yang dibuat oleh Depo Askes

antara lain laporan analisa penjualan antara lain obat generik dan non generik,

narkotika dan psikotropika, jumlah resep dan jumlah R/. Penghitungan jumlah

resep dan jumlah R/ dilakukan untuk mengetahui jumlah pasien yang dilayani dan

mengetahui beban kerja pegawai di Depo Askes.

6) Depo Teratai A dan B

Depo farmasi rawat inap merupakan depo yang menyediakan perbekalan

farmasi (obat dan alkes) bagi pasien rawat inap gedung teratai. Depo ini memiliki

SDM sebanyak 29 orang, dengan perincian apoteker sebanyak 3 orang,

petugas perincian (billing) sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 3 orang dan

17 orang merupakan tenaga teknis kefarmasian. Kegiatan - kegiatan yang

dilakukan di depo farmasi rawat inap diantaranya pengadaan obat, penyiapan

obat, distribusi hingga dokumentasi.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

72

Universitas Indonesia

Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari

Instalasi Farmasi. IFRS bertanggung jawab terhadap obat yang beredar dan

penggunaan obat yang aman dan efektif di rumah sakit secara keseluruhan.

Tanggung jawab ini termasuk pengadaan, penyimpanan, penyiapan obat untuk

konsumsi dan distribusi obat ke unit perawatan penderita. Oleh karena itu,

sistem pendistribusian obat dari IFRS ke daerah perawatan pasien harus sesuai

untuk efisiensi penggunaan sarana, personel, waktu dan juga mencegah

kesalahan atau kekeliruan agar dapat terpenuhi persyaratan penyampaian obat

yang baik yaitu benar obat, benar waktu dan frekuensi, benar dosis, benar rute

pemberian, benar pasien, benar informasi dan benar dokumentasi.

Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan setiap

rumah sakit bervariasi, hal ini tergantung pada kebijakan rumah sakit, kondisi

dan keberadaan fasilitas fisik, personel dan tata ruang rumah sakit. Di antara

sistem distribusi yang digunakan di depo farmasi rawat inap,

sistem dosis unit merupakan sistem distribusi yang paling menguntungkan

diantara sistem distribusi lainnya. Sistem ini memiliki beberapa keuntungan

diantaranya adalah pasien menerima pelayanan 24 jam sehari dan pasien hanya

membayar obat yang dikonsumsinya saja, semua dosis yang diperlukan pada

ruang perawat telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Hal ini membuat

perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung pasien,

sistem ini juga menghemat ruangan perawat dengan meniadakan persediaan

obat- obatan dan kemasan dosis unit dapat mengurangi kesempatan terjadinya

kesalahan obat, juga membantu penelusuran kembali kemasan apabila terjadi

penarikan obat. Namun, sistem ini juga memiliki beberapa keterbatasan

diantaranya adalah sistem ini mengharuskan obat harus sudah siap

dikonsumsi sebelum jam makan pasien sehingga perlu teknik kerja yang cepat

dan tepat, serta kebutuhan tenaga farmasi lebih banyak. Namun pada

kenyataannya, peran apoteker belum optimal, karena proses mulai dari

penerimaan resep hingga penyerahan obat ke ruang pasien lebih banyak dilakukan

oleh asisten apoteker sehingga evaluasi kerasionalan penggunaan obat pasien

masih belum dapat dilakukan secara maksimal.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

73

Universitas Indonesia

Tiap pasien memiliki map yang berisi formulir instruksi obat, kardeks, lembar

resep dan formulir pemberian obat insidentil. Formulir pemberian obat insidentil

adalah formulir untuk mencatat obat atau alat kesehatan yang diambil dari lemari

emergency yang digunakan oleh pasien. Dalam formulir ini tercantum nama,

alamat, umur pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis, diagnosa, nama dan

jumlah obat yang digunakan per hari dan tanda tangan petugas administrasi

farmasi.

Pengadaan barang di depo rawat inap berasal dari gudang farmasi,

permintaan barang dilakukan setiap hari dengan menggunakan formulir

permintaan barang. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat

perincian kebutuhan yang diinput ke komputer secara online dengan sistem

di gudang farmasi dan selanjutnya permintaan perbekalan farmasi akan

disiapkan oleh petugas gudang farmasi. Setelah perbekalan farmasi yang diminta

disiapkan, petugas gudang farmasi akan mengkonfirmasi petugas depo farmasi

melalui telepon untuk pengambilan barang dan selanjutnya dilakukan serah

terima barang antara petugas gudang farmasi dan petugas depo farmasi. Pada

saat penerimaan barang, petugas depo farmasi harus mengecek barang yang

diminta untuk memastikan kesesuaian jenis atau bentuk sediaan, jumlah, tanggal

expired date, kondisi fisik barang dan kekuatan sediaan. Setelah dilakukan

verifikasi, secara otomatis maka stok barang yang diminta oleh depo farmasi

rawat inap telah menjadi stok di depo rawat inap di dalam sistem. Dengan adanya

sistem ini, maka memungkinkan stok obat di depo farmasi dan di sistem sama

besarnya (real stock). Namun, hal ini terkadang masih belum berjalan dengan

baik, stok di depo farmasi terkadang berbeda dengan stok yang ada di sistem.

Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kurangnya SDM untuk

memantau stok yang ada. Terkadang obat-obat yang sudah digunakan lupa

untuk diinput ke sistem.

Penyimpanan perbekalan farmasi yang tersedia di depo farmasi ini cukup

lengkap dan disusun dengan teratur. Obat dipisahkan antara generik dan non

generik, bentuk sediaan dan disusun berdasarkan alfabetis agar memudahkan

pengambilan sehingga mempercepat pelayanan. Obat-obat yang memerlukan

penyimpanan suhu dingin ditempatkan pada pharmaceutical refrigerator. Obat-

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

74

Universitas Indonesia

obat mahal dan mudah pecah disimpan di dalam lemari kaca dan terkunci. Hal

ini bertujuan agar mencegah hilang atau pecahnya obat. Sediaan nutrisi juga

disimpan rapi dan terlindung dari cahaya dengan tujuan untuk menjaga kestabilan

sediaan tersebut.

Depo Farmasi Teratai memiliki beberapa unit lemari emergency

yang berisi obat dan alat kesehatan life saving. Lemari-lemari ini disediakan di

ruang HCU (High Care Unit) lantai 4 Utara, 5 Selatan dan 6 Selatan. Obat dan

alkes yang terdapat dalam lemari emergency dapat langsung digunakan tanpa

harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Setiap petugas mengambil obat

dan alkes dari lemari emergency harus mencatat di lembar insidentil per pasien

guna dimasukkan ke dalam tagihan pasien. Isi dari lemari emergency memiliki

standar baku. Jumlah obat yang disediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan

dalam satu malam. Setiap harinya petugas depo farmasi memiliki tugas

untuk mengecek persediaan obat dan alkes dalam lemari emergency, mencatat

pasien yang menggunakan dan mengisi kembali jika terdapat kekurangan sesuai

dengan standar baku.

Selain lemari emergency, depo farmasi juga menyiapkan kit emergency yang

disimpan di ruang perawat, dimana yang bertanggung jawab terhadap kit

emergency tersebut adalah kepala ruangan (perawat) pada masing-masing

ruangan. Kit emergency dilengkapi gembok sekali pakai dengan nomor seri yang

ditulis oleh petugas depo farmasi.

Depo farmasi rawat inap juga menyediakan paket-paket kebidanan yang

digunakan di lantai satu gedung teratai (emergency kebidanan). Paket-paket ini

disediakan agar mempercepat pelayanan obat dan alkes sampai kepada pasien

tanpa harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Paket-paket ini berisi obat

dan alkes yang dibutuhkan untuk pasien yang membutuhkan tindakan

penanganan yang cepat karena berhubungan dengan nyawa. Terdapat delapan

jenis paket yang tersedia antara lain Paket Kehamilan Ektopik Terganggu

(KET), Paket Ketuban Pecah Dini (KPD), Paket Hamil Kontraksi, Paket

Partus Sectio, Paket Abortus Curetage, Paket Haemorogic Post Partum

(HPP), Paket PreEklampsia Berat (PEB) dan Paket Partus Normal.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

75

Universitas Indonesia

Sistem distribusi yang digunakan cukup beragam diantaranya resep

individual, floor stock dan dosis unit. Sistem distribusi resep individual adalah

sistem order atau resep yang ditulis dokter untuk tiap pasien melalui perawat ke

ruang pasien tersebut. Dalam sistem ini, resep orisinil oleh perawat dikirim ke

depo farmasi, kemudian resep diproses sesuai kaidah dispensing yang baik dan

obat disiapkan untuk didistribusikan kepada pasien. Sistem ini diterapkan di lantai

tiga untuk pasien anak-anak yang masih mendapatkan puyer dan lantai 2

kebidanan. Selanjutnya, sistem distribusi floor stock merupakan suatu sistem

dengan cara kelompok obat tertentu disimpan di ruang perawatan untuk

digunakan oleh seluruh pasien, biaya penggunaan obat-obat ini dihitung sebagai

biaya perawatan. Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah obat

penggunaan umum yang terdiri atas obat yang tertera dalam daftar yang telah

ditetapkan oleh TFT dan IFRS yang tersedia di ruang perawat, seperti

kapas, alkohol, masker. Apoteker bertanggung jawab dan bekerja sama

dengan bidang keperawatan untuk menyediakan obat dan meningkatkan

pelayanan. Sistem distribusi terakhir adalah sistem distribusi dosis unit, yaitu

sistem distribusi obat yang diresepkan oleh dokter untuk penderita selama 24

jam atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit

tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu.

Untuk penyediaan dosis unit, satu petugas depo farmasi bertanggung jawab

terhadap sejumlah pasien yang dirawat pada bagian utara dan selatan Teratai

di tiap lantai yang menerapkan sistem ini. Proses penyiapan dosis unit oleh

petugas dimulai dari pagi hari, dimulai dari pemilahan obat, penyiapan obat ke

dalam kemasan dosis unit, pengecekan kembali hingga peletakkan di dalam

trolley dosis unit sesuai dengan nama pasien. Selanjutnya, sore hari pukul 15.00

petugas depo farmasi yang bertanggung jawab mengantarkan obat dengan

menggunakan trolley dosis unit ke ruangan perawat untuk selanjutnya

dilakukan serah terima dan dilakukan pengecekan kembali. Hal ini sangat efektif

untuk memastikan bahwa obat yang diterima oleh pasien adalah obat yang

sesuai dengan yang diresepkan dan tidak ada duplikasi obat.

Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama halnya dengan

depo-depo farmasi lainnya, diantaranya adalah laporan analisa penjualan dan

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

76

Universitas Indonesia

laporan tagihan pasien, laporan pemakaian obat-obat narkotika dan psikotropika,

laporan penulisan resep obat generik dan non generik, laporan medication error

dan stok opname setiap 3 bulan.

7) Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI)

Pasien-pasien yang masuk Instalasi Gawat Darurat dipilih atau dipisahkan

sesuai kondisi dan tingkat keparahan pasien. Pasien yang butuh penanganan

segera atau dalam kondisi parah akan masuk ruangan resusitasi untuk

mendapatkan tindakan medis sesuai yang dibutuhkan pasien. Pasien yang

membutuhkan tindakan bedah akan di bawa ke ruang P2 atau ruang kuning.

Pasien yang masuk ruang triase tidak mendapat tindakan apapun dan hanya

diperiksa tanda-tanda vital dari pasien tersebut. Pasien yang masuk ruang

Intermediate Ward (IW) merupakan pasien rawat inap yang mengantri kamar di

gedung rawat inap. Pendistribusian obat untuk pasien-pasien rawat inap dilakukan

dengan sistem unit dose, sedangkan pasien rawat jalan pendistribusiannya

dilakukan dengan sistem individual prescription. Di instalasi gawat darurat

terdapat lemari emergency yang selalu diperiksa setiap pergantian shift sebanyak

tiga kali sehari, sedangkan di ruang rawat inap seperti ruang ICU, NICU, PICU

lemari emergency hanya diperiksa satu kali sehari. Lemari emergency diperiksa

jumlahnya dan siapa yang menggunakan obat tersebut pada lembar insidentil. Jika

terjadi ketidaksesuaian antara jumlah obat yang tersisa di lemari emergency

dengan yang terdapat pada lembar insidentil maka petugas depo farmasi akan

mencatatnya dan mengkonfirmasikan hal tersebut kepada perawat.

Alur permintaan obat dan alat kesehatan di depo IGD dimulai dengan pasien

masuk IGD, kemudian pasien ditempatkan di ruang sesuai kondisi pasien. Pasien

yang masuk ruang P2 akan mendapat paket yang berisi obat maupun alat

kesehatan ke depo farmasi IGD. Pasien yang masuk ruang resusitasi akan

mendapatkan paket yang telah ada di ruang resusitasi tersebut melalui perawat.

Perawat akan mencatat nama pasien yang menggunakan paket tersebut. Barang

dalam paket yang tidak digunakan oleh pasien akan dikembalikan ke depo farmasi

IGD dan dibuat rincian penagihan untuk obat dan alat yang telah dipakai oleh

pasien.

8) Depo Instalasi Bedah Sentral

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

77

Universitas Indonesia

Lemari emergensi hanya terdapat di OK Cito karena operasi bersifat segera

dan depo farmasi berada di lantai 2. Permintaan obat dan alat kesehatan antara

penata anestesi dan penata bedah dibedakan untuk mempermudah pendistribusian

keperluan setiap penata. Pada saat perincian biaya, permintaan obat dan alat

kesehatan penata anestesi dan bedah akan digabungkan. Obat di Depo Instalasi

Bedah Sentral disimpan pada lemari yang terpisah dari alat kesehatan, namun obat

tidak disusun sesuai abjad. Menurut ketentuan yang berlaku, obat seharusnya

disusun sesuai abjad untuk mempermudah pengambilan saat diperlukan. Obat

tidak disusun sesuai abjad karena fasilitas lemari penyimpanan yang sempit. Obat

yang memerlukan suhu dingin disimpan di pharmaceutical refrigerator yang

dilengkapi dengan monitor suhu.

9) PIO

RSUP Fatmawati telah melakukan pelayanan informasi obat yang

dilakukan oleh apoteker selama 24 jam atau on call dengan nomor 1382.

Berbagai bentuk kegiatan pelayanan informasi obat seperti yang ada pada

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi telah dilakukan

di RSUP Fatmawati. Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan meliputi

pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi, stabilitas, harga, efek samping,

dosis, interaksi, kompatibilitas, ketersediaan, kontraindikasi, farmakokinetik,

farmakodinamik, toksisitas, cara pemakaian, cara penyimpanan, indikasi, dan

keracunan dari suatu obat, serta pertanyaan lain-lain. Pertanyaan terbanyak

adalah mengenai dosis obat. Untuk dapat menjawab setiap pertanyaan dengan

tepat, maka dilakukan usaha penggalian informasi penanya mengenai identitas

pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat pengobatan pasien, dan riwayat alergi

atau efek samping obat yang pernah dialami pasien. Literatur yang digunakan di

pelayanan informasi obat RSUP Fatmawati adalah literatur tersier, paling banyak

menggunakan DIH (Drug Information Handbook).

Pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati juga

dilakukan dokumentasi yang bertujuan untuk:

a) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam

menjawab pertanyaan dengan lengkap.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

78

Universitas Indonesia

b) Sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa.

c) Sebagai catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya.

d) Sebagai media pelatihan tenaga farmasi.

e) Sebagai basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan pelayanan.

f) Sebagai bahan audit dalam melaksanakan quality assurance dari pelayanan

informasi obat.

Evaluasi yang dilakukan terkait dengan pelayanan informasi obat

mencakup penilaian atau pengukuran keberhasilan pelayanan informasi obat

dengan cara membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah

dilaksanakan pelayanan informasi obat serta pemberian masukan kepada

pimpinan dalam membuat kebijakan di waktu mendatang. Selama tahun 2012

sempat terjadi penurunan tajam pada jumlah pertanyaan di pelayanan informasi

obat. Sekalipun demikian, setiap pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh

apoteker. Kecepatan menjawab pertanyaan juga telah diusahakan untuk segera

dijawab (< 1 jam). Berdasarkan hasil perhitungan pada bulan September

2013, sebanyak 69,23 % pertanyaan dapat dijawab dalam waktu < 1 jam.

Masalah yang masih dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi

obat adalah keterbatasan jumlah literatur, literatur yang tidak terkini (tidak up

to date), tidak ada jaringan internet untuk mengupdate informasi maupun

literatur, apoteker yang tidak selalu di ruang pelayanan informasi obat, dan

jumlah pertanyaan yang masih sedikit.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

79 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh setelah melakukan praktek kerja profesi

Apoteker di RSUP Fatmawati adalah:

a. Peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

(IFRS) Fatmawati adalah melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan

farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan perbekalan farmasi

merupakan suatu s iklus , dimulai dari proses perencanaan, pengadaan,

penyimpanan hingga pendistribusian dengan menggunakan sistem satu pintu.

b. Peran dan fungsi Apoteker dalam kegiatan farmasi klinik di RSUP Fatmawati

yang bersifat profesional antara lain melakukan visite pasien, monitoring

atau review penggunaan obat, monitoring efek samping obat, pemberian dan

edukasi bagi staf farmasi.

c. Kegiatan PKPA di RSUP Fatmawati memberikan wadah bagi calon apoteker

untuk dapat mengaplikasikan ilmu kefarmasian yang telah diperoleh

sebelumnya.

5.2 Saran

Kegiatan kefarmasian yang dilakukan di RSUP Fatmawati sudah berjalan

baik, namun untuk mempertahankan kinerja serta meningkatkan mutu pelayanan

kefarmasian maka penulis menyarankan beberapa upaya berikut :

a. Untuk meringankan dan memperjelas pembagian kegiatan di Instalasi

Farmasi RSUP Fatmawati, sebaiknya Wakil Kepala Instalasi dibagi menjadi

3 bagian, yaitu: Waka IFRS Pelayanan, Waka IFRS Perbekalan dan Waka

IFRS Farmasi Klinik.

b. Untuk mempermudah proses pelaporan pemakaian Narkotik dan Psikotropik,

maka IFRS dapat melakukan secara online sebagaimana yang telah diterapkan

pada fasilitas pelayanan lain.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

c. Pelaporan psikotropik hendaknya dilakukan setiap satu bulan sekali

bersamaan dengan pelaporan narkotik, hal ini dilakukan untuk menjamin data

yang dilaporkan tersebut.

d. Sebaiknya penyimpanan produk hasil produksi disimpan di gudang Farmasi,

untuk mempermudah akses distribusi dan memaksimalkan ruang produksi

hanya untuk kegiatan produksi saja.

e. Untuk rekonstisusi obat yang memerlukan kondisi steril, setelah pengamatan

kami menyarankan agar perlu dilakukan monitoring lingkungan pada saat

dilakukan rekonstitusi.

f. Untuk menunjang kegiatan farmasi klinik, maka perlu diaktifkan kembali

kegiatan konseling (tanpa harus diminta oleh pasien, apoteker harus berperan

aktif dalam menentukan pasien yang membutuhkan konseling).

g. Untuk depo rawat jalan, beri Label LASA pada obat-obat LASA yang belum

dilengkapi penanda untuk meminimalisir kesalahan dalam pengambilan obat,

simpan obat keras di depo bagian dalam atau bagian yang tidak terjangkau

dengan konsumen, dan sediakan lemari psikotropik terpisah.

h. Untuk depo IBS, sebaiknya ditempatkan seorang apoteker sebagai penyelia

depo IBS.

i. Hasil dari tugas yang di berikan kepada para peserta PKPA di RSUP

Fatmawati sangat baik dijadikan acuan atau evaluasi dari kegiatan pelayanan

kefarmasian

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

81 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Daris, Azwar. (2012). Pengantar Hukum dan Etika Farmasi. Tangerang : Duwo

Okta.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2004).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2006)

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di

Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan (2008). Pedoman

Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri

Republik Indonesia. (2009). Pedoman Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi

Peserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas,

Balai Kesehatan Masyarakat, dan Rumah Sakit Daerah. Jakarta :

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam

Negeri Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta : Sekretariat

Negara RI.

PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia. (2004). Pedoman Bagi Peserta

Askes Sosial. Jakarta : PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia.

RSUP Fatmawati. (2012a). Keputusan Direktur Utama No. HK.

03.05/II.1/1686/2012 (025/FAR) tentang Standar Prosedur Operasional

Hak Akses Sistem Informasi Farmasi. Jakarta : RSUP Fatmawati.

RSUP Fatmawati. (2012b). Keputusan Direktur Utama No. HK.

03.05/II.1/779/2012 tentang Penyimpanan Narkotika Dan Psikotropika.

Jakarta: RSUP Fatmawati.

RSUP Fatmawati. (2012c). Keputusan Direktur Utama No. HK.

03.05/II.1/1612/2012 (025/FAR) tentang Standar Prosedur Operasional

Tata Cara Persuratan, Pelaporan, Pengarsipan di Instalasi Farmasi.

Jakarta : RSUP Fatmawati.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

RSUP Fatmawati. (2013) Diunduh dari

http://www.fatmawatihospital.com/konten/details/profil#sejarahsingkat.

Pada : 28 Oktober 2013 Pukul 22.00 WIB.

Siregar, Charles J.P. (2003). Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Terapan. Jakarta :

EGC

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

LAMPIRAN

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

Un

ivers

itas In

do

nesia

2

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Universitas Indonesia

85

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Alur Pengkajian Resep

90

86

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Alur Pemantauan Efek Samping Obat

87

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Alur Kegiatan Pemantauan Interaksi Obat

Universitas Indonesia

88

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Alur Penyimpanan Resep dan Arsip (surat masuk, surat keluar, SK,

Laporan-laporan dan arsip Kepegawaian)

Resep

Arsip

89

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Alur Pemusnahan Resep dan Arsip

90

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Alur Pengadaan Perbekalan Farmas

91

Un

ivers

itas In

do

nesia

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi oleh Tim Penerima

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Alur Masuk ke Ruang Produksi Aseptik

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Alur Pelayanan Obat Sitostatika Rawat Jalan dan Rawat Inap

Rawat Jalan

Rawat Inap

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Lampiran 12. Prosedur Penyiapan Obat Rawat Jalan Secara Individual Prescription

2

Un

ivers

itas In

do

nesia

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

Lampiran 13. Alur Pelayanan Resep di Depo Askes

96

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

Lampiran 14. Alur Distribusi Obat Secara Dosis Unit di Instalasi Farmasi RSUP

Fatmawati

97

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

Lampiran 15. Alur Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan di Depo Instalasi Bedah

Sentral

OK Cito

OK Elektif

Universitas Indonesia

98

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

Lampiran 16. Alur Program Pelayanan Informasi Obat

Tidak Ya

Ya

User (pasien/lainnya)

Menyampaikan pertanyaan secara lisan/tertulis

Apoteker

1. Menerima pertanyaan

2. Penilaian penanya dan pertanyaan sesungguhnya

Apoteker

1. Pencatatan pertanyaan pada formulir pelayanan informasi obat.

2. Penelusuran jawaban atas pertanyaan dalam literatur.

3. Penyusunan jawaban dalam formulir pelayanan informasi obat.

4. Penyampaian jawaban kepada user.

User

1. Menerima jawaban pertanyaan

2. Memberi respon atas informasi yang telah diberikan

Selesai

Tidak

99

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

PENILAIAN KESESUAIAN TERAPI PASIEN RAWAT INAP

TERATAI LANTAI VI SELATAN RSUP FATMAWATI

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

NENDEN NURHASANAH, S. Farm.

1206329871

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

DAFTAR TABEL .........................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................

1.1 Latar Belakang ..............................................................................

1.2 Tujuan ...........................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2.1 Penilaian Kesesuaian Terapi .......................................................

2.2 Sumber Pengkajian dan Penilaian Terapi ...................................

2.2.1 Pengumpulan Data Dasar (Database) Pasien ....................

2.2.2 Melakukan penilaian terapi................................................

2.3 Stroke ..........................................................................................

2.3.1 Gambaran Umum ..............................................................

2.3.2 Terapi .................................................................................

2.4 Hipertensi ....................................................................................

2.4.1 Gambaran Umum...............................................................

2.4.2 Terapi .................................................................................

2.5 Dislipidemia ................................................................................

2.5.1 Gambaran Umum...............................................................

2.5.2 Terapi .................................................................................

2.6 Diabetes Mellitus ........................................................................

2.6.1 Gambaran Umum...............................................................

2.6.2 Terapi Farmakologi ...........................................................

2.6.2.1 Oral ........................................................................

2.6.2.2 Suntikan .................................................................

2.6.3 Terapi Kombinasi ..............................................................

BAB 3 METODE PENGKAJIAN ............................................................... 3.1 Metode Pengkajian ......................................................................

3.2 Lokasi dan Waktu Pengkajian .....................................................

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................

DAFTAR ACUAN .......................................................................................

i

ii

iii

iv

1

1

2

3

3

3

3

4

8

8

9

10

10

10

11

11

12

13

13

14

14

15

15

16

16

16

17

37

38

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Stroke iskemik ............................................................................ 22

Gambar. 4.2 Algoritma terapi hipertensi ........................................................ 25

Gambar. 4.3 Indikasi untuk golongan obat secara individual ....................... 25

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan laboratorium Ny.DN........................................... 17

Tabel 4.2 Hasil pengukuran tekanan darah Ny.DN.......................................... 17

Tabel 4.3 Rekomendasi farmakoterapi stroke iskemik..................................... 24

Tabel 4.4 Efek langsung anti diabetik pada pasien diabetes tipe 2

yang memiliki faktor resiko kardiovaskuler.................................... 26

Tabel 4.5 Terapi pasien Ny.DN ....................................................................... 26

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

1 Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan obat yang rasional mengharuskan pasien menerima

pengobatan serta dosis yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya masing-masing,

pada periode waktu yang cukup (adekuat) serta biaya pengobatan yang rasional

(seminimal mungkin) (WHO, 1987). Peresepan yang tidak rasional merupakan

masalah global. Kebiasaan peresepan tersebut akan mengarah kepada pengobatan

yang tidak aman dan tidak efektif, memperburuk atau memperpanjang keadaan

sakit, menyusahkan dan membahayakan pasien (Desalegn, 2013).

Pemantauan terapi obat merupakan suatu proses yang mencakup

kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi

pasien. Tujuan pemantauan terapi obat adalah meningkatkan efektivitas terapi

dan meminimalkan resiko ROTD (Reaksi Obat yan Tidak Diinginkan). Salah satu

tahap dari proses pemantauan obat yaitu penilaian atau seleksi terapi obat yang

bertujuan untuk menjamin semua terapi obat terindikasi, efektif dan aman serta

mengidentifikasi masalah terapi obat. (Siregar, 2004). Untuk menilai kesesuaian

dan efektivitas terapi maka hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi

yang berharga untuk membedakan diagnosis, mengkonfirmasi diagnosis, menilai

status klinik pasien, mengevaluasi efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat

yang tidak diinginkan (KEMENKES RI, 2011). Salah satu metode sistematis yang

dapat digunakan untuk menilai kesesuaian terapi adalah metode Subjective

Objective Assessment Planning (SOAP) (DEPKES RI, 2009).

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Cilandak merupakan rumah sakit

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara paripurna dengan

tersedianya pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat serta menjadi

rujukan Unit Pelayanan Kesehatan lainnya. Informasi yang didapat dari bagian

Penelitian dan Pengembangan RSUP Fatmawati bulan Juli 2013, salah satu dari

10 kondisi klinis pasien rawat inap terbesar yaitu pasien dengan penyakit

serebrovaskular.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

2

Universitas Indonesia

Stroke merupakan salah satu jenis penyakit serebrovaskular. Stroke dapat

terjadi sekunder akibat adanya kelainan jantung dan sirkulasi demikian pula

sebaliknya stroke dapat menyebabkan kelainan jantung dan sirkulasi. Faktor

resiko stroke antara lain yaitu hipertensi, diabetes, hiperlipidemik, rokok, ras,

umur dan riwayat keluarga (Jauch, 2013).

Pasien rawat inap yang menderita penyakit serebrovaskular biasanya

dirawat di IRNA Teratai lantai VI Selatan RSUP Fatmawati yang menangani

kebanyakan kasus penyakit serebrovaskular dan kardiovaskular. Berdasarkan

uraian diatas, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kesesuaian terapi pada

pasien di IRNA Teratai lantai VI Selatan RSUP Fatmawati.

1.2 Tujuan

Mengkaji kesesuaian terapi pasien rawat inap dengan ganggunan

serebrovaskular dan kardiovaskular yang dirawat di IRNA Teratai lantai VI

Selatan RSUP Fatmawati.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penilaian Kesesuaian Terapi

Pemantauan terapi obat merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan

untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.

Pemantauan terapi obat merupakan salah satu bentuk dari pelayanan farmasi

klinik (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Tujuan pemantauan

terapi obat adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko

ROTD (Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan). Salah satu tahap dari proses

pemantauan obat yaitu penilaian atau seleksi terapi obat yang bertujuan untuk

menjamin semua terapi obat terindikasi, efektif dan aman serta mengidentifikasi

masalah terapi obat (Siregar, 2004).

Terapi obat modern berperan penting dalam memperbaiki kesehatan

dengan cara meningkatkan kualitas hidup dan dengan memperpanjang harapan

hidup. Kemajuan teknologi telah memungkinkan munculnya banyak senyawa

unik untuk mencegah dan mengobati penyakit (Cipolle, 2004).

Cakupan penilaian kesesuaian terapi obat adalah sebagai berikut

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009):

a. Kesesuaian terapi dan regimen obat pasien

b. Kesesuaian penggunaan obat (rute, dosis, jadwal)

c. Interaksi obat-obat, obat-makanan, obat-uji laboratorium, atau obat-penyakit

d. Data laboratorium klinik dan farmakokinetik untuk mengevaluasi efikasi

terapi obat serta untuk mengantisipasi efek samping, toksisitas atau efek

merugikan

e. Tanda fisik dan gejala klinik yang relevan dengan terapi obat pasien.

2.2 Sumber Pengkajian dan Pemilihan Terapi

2.2.1 Pengumpulan Data Dasar (Database) Pasien

Data dasar pasien merupakan komponen penting dalam proses pemantauan

terapi obat. Informasi yang dikumpulkan dan digunakan sebagai bertujuan untuk

mencegah, mendeteksi, memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat. Data

dasar yang dikumpulkan yaitu demografi, riwayat medis pasien, terapi obat, hasil

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

4

Universitas Indonesia

laboratorium klinis serta kebiasaan (sosial) pasien sehari-hari (Departemen

Kesehatan, 2006).

Data dasar tersebut dapat diperoleh dari rekam medik, profil pengobatan

pasien/ pencatatan penggunaan obat, wawancara dengan pasien, anggota keluarga,

dan tenaga kesehatan lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).

Profil pengobatan pasien di rumah sakit dapat diperoleh dari catatan pemberian

obat oleh perawat dan kartu/formulir penggunaan obat oleh tenaga farmasi.

Untuk menilai kesesuaian terapi obat, apoteker perlu memiliki

pengetahuan tentang bagaimana menginterpretasikan hasil uji laboratorium terkait

kondisi pasien serta menganalisis data klinik pasien terkait penggunaan obat.

Kompetensi interpretasi data laboratorium sangat mendukung peran apoteker

ruang rawat. Dalam prakteknya, kemampuan ini akan memudahkan apoteker

untuk melakukan pengkajian penggunaan obat secara aktif dan berdiskusi dengan

profesi kesehatan lain tentang terapi obat (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2011).

2.2.2 Melakukan penilaian terapi

Setelah data terkumpul, perlu dilakukan analisis untuk identifikasi adanya

masalah terkait. Data dasar pasien harus dinilai untuk melihat adanya masalah

yang berkaitan dengan obat seperti (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2006) :

a. Adanya obat-obat tanpa indikasi

b. Kondisi medis tetapi tidak ada obat yang diresepkan

c. Pilihan obat tidak cocok untuk kondisi medis tertentu.

d. Dosis, bentuk sediaan, jadwal minum obat, rute pemberian atau metoda

pemberian kurang cocok.

e. Duplikasi terapeutik dan polifarmasi.

f. Pasien alergi dengan obat yang diresepkan. Harus dilihat apakah pasien dapat

metoleransi reaksi efek samping atau obat harus diganti.

g. Adanya interaksi: obat-obat, obat-penyakit, obat-nutrien, obat-tes laboratorium

yang potensial dan aktual dan bermakna secara klinis.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

5

Universitas Indonesia

Keberhasilan dicapai ketika hasil pengukuran parameter klinis sesuai

dengan sasaran terapi yang telah ditetapkan. Apabila hal tersebut tidak tercapai,

maka dapat dikatakan mengalami kegagalan mencapai sasaran terapi. Penyebab

kegagalan tersebut antara lain: kegagalan menerima terapi, perubahan fisiologis/

kondisi pasien, perubahan terapi pasien, dan gagal terapi.

Salah satu metode sistematis yang dapat digunakan dalam penilaian terapi

obat adalah Subjective Objective Assessment Planning (SOAP) (DEPKES RI,

2009). Metode ini digunakan dalam rangkaian pemantauan terapi terdiri dari

empat bagian yaitu (Cipolle, 2004):

a. S : Subjective

Data subyektif adalah gejala yang dikeluhkan oleh pasien contohnya

“Saya merasa kembung” atau “Saya terbangun karena batuk yang tidak berhenti”.

Keluhan utama atau chief complaint merupakan pernyataan singkat mengenai

alasan mengapa pasien datang ke rumah sakit atau mendatangi dokter, yang

dinyatakan menggunakan kata‐kata pasien sendiri. Agar dapat menyatakan

seakurat mungkin gejala (symptoms) pasien, maka tidak digunakan istilah dan

diagnosis medis (Cipolle, 2004).

Setelah keluhan lalu dilanjutkan dengan mendapatkan informasi seperti

tentang riwayat-riwayat seperti (Schwinghammer, 2005) :

1) Riwayat penyakit sekarang (history of present illness/HPI)

HPI merupakan keterangan deskriptif gejala (symptoms) pasien yang lebih

lengkap. Biasanya mencakup:

a) Waktu/tanggal awitan (onset/mulai timbul/dirasakan) gejala

b) Lokasi (precise location)

c) Sifat, kegawatan/tingkat keparahan (severity), dan lama/periode awitan

gejala

d) Ada tidaknya perburukan (eksaserbasi) dan perbaikan (remisi) kondisi

e) Efek dari terapi yang diberikan

f) Hubungan antara gejala lain jika ada, fungsi tubuh, atau aktivitas

(misalnya aktivitas, makan).

g) Tingkat gangguan terhadap aktivitas sehari‐hari.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

6

Universitas Indonesia

2) Riwayat penyakit dahulu (past medical history/PMH)

PMH meliputi penyakit serius, prosedur tindakan (misalnya bedah), dan jejas

(injury) yang dialami pasien sebelumnya.

3) Riwayat penyakit keluarga (family history/FH)

Riwayat keluarga meliputi usia dan kesehatan orangtua pasien, saudara

kandung dan anak‐anak. Untuk keluarga yang telah meninggal, usia dan sebab

kematian dicantumkan. Terutama, penyakit menurun dan resiko/kecenderungan

(misalnya diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, keganasan/kanker,

arthritis rematik, obesitas).

4) Riwayat sosial (social history/SH)

Riwayat sosial meliputi karakteristik pasien dan faktor lingkungan dan

kebiasaan yang berperan pada perkembangan penyakit. Termasuk di sini status

perkawinan, jumlah anak, latarbelakang pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik,

hobi, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan obat lain.

5) Riwayat pengobatan (medical history/Meds)

Riwayat pengobatan mencakup dokumentasi akurat obat‐obat yang dipakai

oleh pasien saat ini baik yang diresepkan maupun digunakan tanpa resep.

6) Alergi (All)

Alergi terhadap obat, makanan, hewan peliharaan dan faktor lingkungan

(misalnya rumput, debu, serbuk sari bunga) juga dicantumkan. Deskripsi akurat

mengenai reaksi alergi yang timbul juga dicantumkan. Juga harus diperhatikan

apakah reaksi yang timbul merupakan efek samping obat (“upset stomach”)

ataukah merupakan reaksi alergi yang sesungguhnya (“hives”).

7) Tinjauan sistem organ (review of systems/ROS)

Pada tinjauan sistem organ, pemeriksa (examiner) bertanya kepada pasien

mengenai adanya gejala yang berkaitan dengan setiap sistem (organ) tubuh.

Pada kebanyakan kasus, hanya temuan positif dan negatif yang relevan yang

dicatat. Pada ROS yang lengkap, sistem organ tubuh didaftar mulai dari kepala

sampai kaki dan dapat termasuk di dalamnya kulit, kepala, mata, telinga, mulut

dan tenggorokan, leher, kardiovaskular, pernafasan/respirasi, gastrointestinal,

genitourinari, endokrin, muskuloskeletal, dan sistem neuropsikiatri. Tujuan

ROS adalah untuk mengevaluasi status setiap sistem oragan tubuh dan untuk

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

7

Universitas Indonesia

mencegah pengabaian informasi yang penting. Informasi yang sudah tercantum

pada HPI tidak diulang pada ROS (Schwinghammer, 2005).

b. O: Objective

Data obyektif adalah tanda/gejala yang terukur oleh tenaga kesehatan.

Tanda-tanda obyektif mencakup tanda vital (tekanan darah, suhu tubuh, denyut

nadi, kecepatan pernafasan), hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik

(Cipolle, 2004).

1) Pemeriksaan fisik

Prosedur yang dilakukan selama pemeriksaan fisik bervariasi tergantung pada

keluhan utama dan riwayat kesehatan pasien. Pada beberapa klinik, mungkin

hanya dilakukan beberapa pemeriksaan fisik tertentu. Pada klinik psikiatri,

misalnya, pemeriksaan lebih ditekankan pada jenis dan keparahan gejala dan

tidak terlalu pada pemeriksaan fisik. Dianjurkan untuk merujuk pada buku teks

yang relevan untuk mengerti prosedur khusus yang dilakukan untuk tiap sistem

organ (Schwinghammer, 2005).

2) Hasil laboratorium klinik

Hasil uji laboratorium dicantumkan pada hampir semua kasus. Nilai/rentang

rujukan dapat berbeda‐beda pada setiap laboratorium. Pada situasi yang

sebenarnya, selalu gunakan nilai/ rentang rujukan setiap laboratorium

lembaga/institusi yang terkait. Semua kasus mencantumkan pemeriksaan fisik

dan hasil laboratorium dalam batasan normal. Hasil laboratorium pada

presentasi kasus dinyatakan seperti pernyataan yang tercantum pada hasil

laboratorium yang sebenarnya (dan bukan pernyataan sederhana seperti

“pemeriksaan jantung dan sodium serum normal”) untuk menggambarkan apa

yang akan ditemui pada situasi pada praktek di klinik. Menunjukkan hasil‐hasil

pemeriksaan baik yang normal maupun abnormal akan memacu mahasiswa

untuk dapat menilai seluruh data lengkap dan mengidentifikasi informasi mana

yang penting dan relevan (Schwinghammer, 2005).

c. A : Assessment

Apoteker menganalisis dan menyatukan informasi yang didapat dari S dan

O untuk menilai keberhasilan terapi, meminimalkan efek yang tidak dikehendaki

dan kemungkinan adanya masalah baru terkait obat (Cipolle, 2004).

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

8

Universitas Indonesia

d. P : Planning

Apoteker menyusun rencana terkait tiap permasalahan yang dialami

pasien, menetapkan langkah untuk mencapai sasaran yang diharapkan dari terapi.

Setelah semua informasi penting yang relevan diperoleh dan masalah

teridentifikasi, langkah berikutnya adalah menentukan tujuan khusus dari

farmakoterapi. Luaran/hasil terapi primer meliputi (Schwinghammer, 2005):

1) Menyembuhkan penyakit (misalnya infeksi bakteri)

2) Mengurangi atau meredakan gejala (misalnya rasa nyeri pada kanker)

3) Menghentikan atau memperlambat progresi penyakit (misalnya rheumatoid

arthritis, infeksi HIV)

4) Mencegah penyakit atau timbulnya gejala (misalnya penyakit jantung koroner).

Hasil farmakoterapi lain yang penting termasuk:

1) Tidak menimbulkan komplikasi atau memperparah penyakit lain yang diderita

pasien

2) Menghindari atau meminimalkan efek samping terapi

3) Menyediakan terapi yang cost‐effective

4) Menjaga/mempertahankan kualitas hidup pasien

Sumber informasi untuk melakukan langkah ini adalah pasien atau

keluarga pasien, dokter pasien atau profesional kesehatan lain, rekam medik dan

buku teks Farmakoterapi atau pustaka rujukan lainnya. Setiap sasaran

(peningkatan yang diharapkan) dinyatakan pada kondisi yang dapat terukur

(Cipolle, 2004).

Setelah melakukan rangkaian SOAP, maka apoteker dapat mengambil

kesimpulan tentang penilaian kesesuaian terapi berdasarkan acuan atau guideline

terkait kondisi pasien.

2.3 Stroke

2.3.1 Gambaran umum

Istilah stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap

gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya

aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Price & Wilson, 2002). Stroke

adalah penurunan sistem syaraf utama secara tiba-tiba ynag berlangsung selama

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

9

Universitas Indonesia

24 jam dan diperkirakan berasal dari pembuluh darah. (ISFI, 2008). Stroke dapat

diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya seperti stroke iskemik (88% ) dan

stroke hemoragik (12%) (Dipiro, 2008).

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain: umur, jenis

kelamin, ras, suku, keturunan. Faktor resiko berpotensi yang dapat dimodifikasi

ialah hipertensi, penyakit jantung (fibrilasi arteri, stenosis mitral, pembesaran

atrium kiri, struktur abnormal seperti aneurism septal atrium, penyakit miokard),

trancient ischemic attacks (TIA), diabetes, hiperkolesterolemia, merokok, alkohol,

narkoba ( kokain, heroin, amfetamin, LSD, dan lain-lain), gaya hidup (obesitas,

fisik tidak aktif, diet, stress emosional), kontrasepsi oral,dan lain-lain.

2.3.2 Terapi farmakologi

Tujuan pengobatan stroke akut adalah (ISFI, 2008):

a. Mengurangi luka sistem syarafyang sedang berlangsung dan menurunkan

kematian dan cacat jangka panjang.

b. Mencegah komplikasi sekunder untuk imobilitas dan disfungsi sistem syaraf

c. Mencegah berulangnya stroke.

Obat-obat untuk penanganan stroke yaitu (ISFI, 2008) :

a. Anti koagulan

Anti koagulan ada yang bekerja secara tidak langsung dan secara

langsung. Yang bekerja secara langsung contohnya heparin, heparinoid,

danaparoid, hirudin, lepirudin, desirudin. Penggunaan terapi ditujukkan untuk

profilaksis trombosis vena, terapi infark miokard dan serangan serebrovaskuler,

trombosis permukaan, tromboflebitis dan hematoma permukaan.

b. Penghambat agregasi trombosit

Mekanisme kerja dari masing-masing obat golongan ini bermacam-

macam. Contohnya antara lain asam asetil salisilat, dipiridamol, tiklopidin,

klopidogrel, absiksimab dan tirofiban.

c. Fibrinolitik

Obat golongan ini membuka kembali pembuluh darah yang tersumbat oleh

berbagai sebab dan lokasi, misalnya emboli paru-paru, infark miokard akut,

trombosis vena, serta serangan serebral embolik. Contoh macam obat dari

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

10

Universitas Indonesia

golongan ini yaitu tPA (Aktivator plasminogen jaringan), streptokinase dan

urokinase.

2.4 Hipertensi

2.4.1 Gambaran umum

Hipertensi merupakan kondisi medis yang heterogen. Pada kebanyakan

pasien, penyebab hipertensi belum diketahui secara pasti, sedangkan sebagian

pasien lainnya dapat diidentifikasi penyebab terjadinya hipertensi. Berdasarkan

etiologinya, hipertensi dapat di bagi atas hipertensi esensial dan hipertensi

sekunder (Dipiro, 2008).

Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Hipertensi

merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain

mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal

maupun penyakit serebrovaskular. Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama

akan merusak endothel arteri dan mempercepat atherosklerosis (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Ini merupakan status klinis yang banyak

ditemui pada pasien rawat inap RSUP Fatmawati. Hipertensi adalah faktor resiko

utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit

arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi.

Pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk

penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung.

2.4.2 Terapi farmakologi

Obat-obat yang paling berguna adalah diuretik, penghambat enzim

konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), penyekat

beta, dan antagonis kalsium (CCB). Kebanyakan pasien dengan hipertensi

memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan

darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai

apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan

darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat

dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Yang harus diperhatikan

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

11

Universitas Indonesia

adalah resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasien-pasien dengan

diabetes, disfungsi autonomik, dan lansia (Semchuk, 2003).

2.5 Dislipidemia

2.5.1 Gambaran umum

Kolesterol, trigliserida dan fosfolipid merupakan jenis lemak yang terdapat

dalam tubuh yang diangkut sebagai kompleks lipoprotein yang terdiri dari lemak

dan protein (apolipoprotein) (Dipiro, 1997). Hiperlipidemia atau dislipidemia

adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid,

atau trigliserid. Ketidaknormalan lipid plasma dapat menyebabkan pengaruh yang

buruk terhadap koroner, serebrovaskular dan penyakit pembuluh arteri perifer

(ISFI, 2008).

Secara etiologi, dislipidemia dibagi menjadi dua kategori yaitu dislipidemia

primer dan dislipidemia sekunder. Dislipidemia Primer merupakan dislipidemia

yang disebabkan karena kelainan genetik. Adapun yang termasuk dalam

klasifikasi ini antara lain (Walker, 2002) :

a. Hiperkolesterolemia poligenik

b. Hiperkolesterolemia familial

c. Dislipidemia remnan

d. Hiperlipidemia kombinasi familial

e. Sindroma kilomikron

f. Hipertrigliseridemia familial

Sedangkan dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang disebabkan

oleh penyakit atau keadaan lain misalnya penggunaan obat-obatan. Adapun

beberapa penyakit atau keadaan yang dapat menyebabkan hiperlipidemia

sekunder antara lain (Walker, 2002):

a. Diabetes melitus

b. Gagal ginjal kronis

c. Sindroma nefrotik

d. Hipotiroidisme

e. Alkoholisme

f. Kholestasis

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

12

Universitas Indonesia

g. Gangguan hati

h. Obesitas

i. Obat-obatan

2.5.2 Terapi farmakologi

Tujuan terapi yang ingin dicapai dalam pengobatan adalah penurunan

kolesterol total dan LDL untuk mengurangi resiko pertama dan berulang dari

infark miokard, angina, gagal jantung, stroke iskemik atau kejadian lain pada

penyakit arterial perifer (ISFI, 2008).

2.5.2.1 Resin asam empedu

Kerja utama dari resin asam empedu adalah mengikat asam empedu dalam

lumen saluran cerna, dengan mekanisme mengganggu stimulasi terhadap sirkulasi

enterohepatik asam empedu sehingga akan menurunkan penyimpanan asam

empedu yang meransang hepatik sintesis asam empedu dari kolesterol. Dengan

berkurangnya penyimpanan kolesterol maka akan meningkatkan biosintesis

kolesterol dan sejumlah reseptor LDL pada membran hepatosit yang akan

menstimulasi katabolisme dari plasma sehingga akan menurunkan kadar LDL.

Contoh obat yang beredar yaitu kolesteramin, kolestipol (ISFI, 2008).

2.5.2.2 Niasin

Niasin atau asam nikotinat mengurangi sintesis hepatik VLDL yang akan

mengarah pada pengurangan sisntesis LDL. Niasin juga meningkatkan HDL

dengan mengurangi katabolismenya (ISFI, 2008). .

2.5.2.3 Inhibitor HMG CoA (3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim) Reduktase

Yang termasuk golongan obat ini yaitu atorvastatin, fluvastatin, lovastatin,

pravastatin, rosuvastatin, simvastatin. Golongan obat ini bekerja dengan cara

menghambat HMG CoA reduktase, mengganggu konversi HMG CoA reduktase

menjadi mevalonat (senyawa yang berperan dalam biosintesis kolesterol)

sehingga akan mengurangi sintesis LDL dan meningkatkan katabolisme LDL

(ISFI, 2008).

2.5.2.4 Asam fibrat

Yang termasuk golongan obat ini yaitu gemfibrozil, fenofibrat, klofibrat.

Golongan obat ini berperan dalam penurunan VLDL. Gemfibrozil misalnya, akan

meningkatkan kecepatan pemindahan lipoprotein kaya trigliserida dari plasma

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

13

Universitas Indonesia

karena perannya dalam mengurangi sistesis VLDL khususnya apolipoprotein B

(ISFI, 2008).

2.5.2.5 Ezetimibe

Obat ini bekerja dengan cara mengganggu absorpsi kolesterol dari

membran fili saluran cerna (ISFI, 2008).

2.5.2.6 Suplementasi minyak ikan

Zat ini mampu meningkatkan kolesterol HDL, menguragi kolesterol,

trigliserid, LDL dan VLDL. Minyak ikan mengandung omega-3 yang dapat

ditemukan dalam makanan ataupun suplemen yang banyak beredar di pasaran.

2.6 Diabetes Melitus

2.6.1 Gambaran umum

Diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak dapat diobati

oleh obat, sehingga tujuan terapi untuk penyakit tersebut adalah mengurangi atau

menghilangkan gejala, menormalkan nilai-nilai parameter serta memperlambat

progres penyakit (PERKENI, 2011).

Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang dikarakterisasi

(ditandai) dengan hiperglikemia. Keadaan ini berhubungan dengan keadaan

abnormal dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta menyebabkan

komplikasi kronis termasuk gangguan mikrovaskular, makrovaskular, dan

neuropatik (Dipiro, 2008). Pasien dengan kelainan toleransi glukosa ringan

(gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapat tetap beresiko

mengalami komplikasi metabolik diabetes (Price, 2002). Pasien diabetes

diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu diabetes tipe 1 karena defisiensi absolut

insulin dan diabetes tipe 2 karena resistensi insulin disertai kompensasi

peningkatan sekresi insulin yang tidak mencukupi (Dipiro, 2008).

Kasus diabetes yang terbanyak dijumpai adalah DM tipe 2, yang

umumnya mempunyai latar belakang kelainan berupa resistensi insulin. Kasus

DM tipe 1 yang mempunyai latar belakang kelainan berupa kurangnya insulin

secara absolut akibat proses autoimun tidak begitu banyak ditemukan di Indonesia

(PERKENI, 2011).

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

14

Universitas Indonesia

2.6.2 Terapi farmakologi

Terapi farmakologi terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan (PERKENI,

2011) :

2.6.2.1 Hipoglikemik Oral

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan antara lain:

a. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue):sulfonilurea dan glinid.

1) Sulfonilurea

Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh

sel beta pankreas.

2) Glinid

Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea.

Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat)

dan Nateglinid (derivat fenilalanin).

Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi

secara cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post

prandial.

b. Sensitivitas terhadap Insulin

Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan

meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan

ambilan glukosa di perifer. Contohnya: Tiazolidindion.

c. Penghambat glukoneogenesis

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati

(glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer.

Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk, contohnya Metformin.

Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan

tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan. Selain itu harus

diperhatikan bahwa pemberian metformin secara titrasi pada awal penggunaan

akan memudahkan dokter untuk memantau efek samping obat tersebut.

d. Penghambat Absorpsi Glukosa/ Penghambat Glukosidase Alfa.

Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus, sehingga

mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan, contohnya

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

15

Universitas Indonesia

Acarbose. Acarbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia. Efek

samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan flatulens.

e. DPP-IV (Enzim Dipeptidylpeptidase-4) Inhibitor

Obat ini dapat merangsang pelepasan insulin serta menghambat pelepasan

glukagon.

2.6.2.2 Suntikan

Insulin diperlukan pada keadaan penurunan berat badan yang cepat,

hiperglikemia berat yang disertai ketosis, ketoasidosis diabetik, hiperglikemia

hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan asidosis laktat, gagal dengan

kombinasi OHO dosis optimal, stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA,

stroke), DM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan,

gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat dan pasien yang kontraindikasi dan

atau alergi terhadap OHO

Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:

a. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)

b. Insulin kerja pendek (short acting insulin)

c. Insulin kerja menengah (intermediate acting in)

d. Insulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah (premixed insulin).

2.6.3 Terapi Kombinasi

Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,

untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa

darah. Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan

dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi

dengan OHO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-combination dalam bentuk

tablet tunggal), harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai

mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat

pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi

OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana

insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga OHO

dapat menjadi pilihan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

16 Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PENGKAJIAN

3.1 Metode Pengkajian

Untuk menyusun tugas khusus ini metode yang digunakan adalah metode

pengkajian kesesuaian terapi pasien dengan mengacu pada literatur (pedoman atau

guideline). Langkah-langkah yang dilakukan yaitu pencatatan resep, interpretasi

data klinis dan pengkajian berdasarkan acuan terkait diagnosis kondisi klinis

pasien.

Pencatatan resep dilakukan setiap hari mengingat terkadang ada perubahan

dari regimen atau jenis obat yang diberikan dokter terkait kondisi klinis pasien.

Pengkajian dilakukan berdasarkan pedoman sesuai kondisi klinis masing-masing

yaitu, Guidelines for the Early Management of Patients With Acute Ischemic

Stroke (American Heart Association/American Stroke Association 2013),

Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach (Dipiro, JT., 2008), Konsensus

Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia (PERKENI,

2011) serta beberapa jurnal yang relevan untuk dijadikan acuan dalam pengkajian.

Untuk interpretasi data klinis, acuan yang digunakan yaitu Pedoman Interpretasi

Data Klinik (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

3.2 Lokasi dan Waktu Pengkajian

Sumber data berasal dari rekam medik pasien lantai VI Selatan Gedung

Teratai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Cilandak – Jakarta. Waktu

pengkajian dilakukan pada bulan Oktober 2013.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

Universitas Indonesia 17

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Subjektif

Pasien wanita berumur 73 tahun berinisial DN. Masuk rumah sakit tanggal 27

september 2013 kemudian tanggal 8 oktober 2013 diperbolehkan pulang.

4.1.1 Keluhan :

a. Pasien mengeluhkan lemah anggota tubuh sisi kiri 1 hari SMRS.

b. Kelemahan sisi kiri dirasakan secara tiba-tiba saat pasien sedang duduk.

Awalnya seperti terasa kesemutan dan kebal.

c. Tidak ada keluhan sakit kepala, mual, muntah atau kejang.

4.1.2 Diagnosis :

a. Stroke iskemik

b. Hipertensi

c. Diabetes melitus tipe 2

d. Dislipidemia

4.1.3 Riwayat kesehatan:

Pasien mempunyai riwayat diabetes tipe 2 dan hipertensi

4.1.4 Riwayat keturunan penyakit :

Keluarga pasien memiliki riwayat penyakit stroke.

4.1.5 Riwayat pengobatan :

Pasien tidak melakukan pengobatan, tetapi jamu serta tolak angin.

4.1.6 Alergi :

Pasien tidak memiliki riwayat alergi.

4.2. Objektif

4.2.1 Pemeriksaan fisik :

Tekanan darah 140/80 mmHg

Frekuensi nadi 100x/menit,

Frekuensi nafas 20x/menit.

Terjadi perubahan motorik.

4.2.2 Pemeriksaan CT Scan:

Infark di ganglia basalis kanan

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

18

Universitas Indonesia

4.2.3 Data laboratorium

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan laboratorium Ny.DN

Paramater Nilai Rujukan Tanggal

27 sept' 30 sept' 02 okt'

Hb 13,2 - 17,3 g/dl 15,1

Hct 33 - 45% 44

Leukosit 5 - 10 ribu/uL 9,4

Eritrosit 4,4 - 5,9 % 4,94

Trombosit 150 - 440 rb/mm3 229 382

Darah negatif trace

Globulin 2,5 - 3 3,8

LED 0 - 10 mm 42 36

Bilirubin Direk < 0,2 0,3

SGOT 0 - 34 U/I 30 39

SGPT 0 - 40 U/ I 19 60

GDS (6) 70 - 140 217

GDP 80 - 100 132 92

GDPP 80 - 145 197 161

Natrium 125 - 147 mmol/L 138

Kalium 3,5 - 5,1 4,19

Klorida 97 - 111 111

HbA1c 4,5 - 6,3 % 5,80%

Trigliserid < 150 mg/dl 146

Kolesterol total < 200 238

Kolesterol HDL 28 - 63 mg/dl

Kolesterol LDL < 130 153

Urubilinogen < 1 1

Ureum 20 - 40 mg/dl 32 30

Kreatinin 0,6 - 1,5 mg/dl 0,9 0,7

Tabel 4.2 Hasil pengukuran tekanan darah Ny.DN

Nilai rujukan : 120/80 mmHg

Pemeriksaan 27-Sep 28-Sep 29-Sep 30-Sep 01-Okt 02-Okt 03-Okt 04-Okt 05-Okt 06-Okt 07-Okt

1 140/80 140/80 130/80 120/80 120/90 120/90 150/90 140/80 130/80 120/80 120/80

2 140/80 140/80 160/100 160/100 120/90 120/90 140/80 130/80 130/80 120/80 120/80

3 140/80 140/80 130/80 120/80 120/90 120/90 130/80 130/80 130/80 120/80 120/80

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

19

Universitas Indonesia

4.3. Assesment

Pasien Ny. DN mengalami suatu keadaan kompleks yang saling berkaitan.

Berikut kajian korelasi penyakit yang dibuat berdasarkan data subjektif dan

objektif sebelumnya.

4.3.1. Faktor resiko

4.d.1.1 Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi

a. Riwayat stroke pada keluarga pasien

Ny. DN memiliki riwayat stroke dalam keluarganya. Alasan paling masuk

akal untuk faktor keturunan adalah peniruan dalam pola hidup atau pola makan

sesama anggota keluarga.

b. Usia

Dua pertiga stroke terjadi pada orang berusia lebih dari 65 tahun

(Price&Wilson, 2002). Pada usia tua (> 60 tahun), pasien dengan penyakit

kardiovaskular seperti hipertensi, mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami

stroke (Zulkarnaini, 2008) begitu pula dengan yang terjadi pada Ny. DN.

c. Jenis kelamin

Laki-laki memiliki faktor resiko mengalami stroke dibandingkan

perempuan, namun kemungkinan besar perempuan lebih sering mengalami

kematian akibat stroke (Dipiro, 2008).

4.d.1.2 Faktor resiko yang dapat dimodifikasi

a. Diabetes

Diabetes, hipertensi, roko, dislipidemia, atrial fibrillation (AF),

merupakan faktor resiko stroke. Stroke pada penderita diabetes berhubungan

dengan tingginya angka kematian. Pada polpulasi penderita diabetes terlihat

adanya penurunan kemampuan neurological setelah terkena stroke. Komplikasi

mikrovaskular diabetes melitus berhubungan dengan patogenesis penyakit

serebrovaskular (Tziomalos, 2008). Kadar gula darah yang tinggi secara

berkepanjangan akan menyebabkan disfungsi sel endotel sehingga pembuluh

darah akan lebih resisten, hal ini akan memicu terbentuknya aterosklerosis. Hal

lain yang menyebabkan keterkaitan dengan diabetes adalah terjadinya kelainan

metabolisme yang dikenal sebagai keadaan protombik yaitu terjadi peningkatan

kadar inhibitor aktivator plasminogen-1, kecenderungan membentuk bekuan

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

20

Universitas Indonesia

abnormal semakin dipercepat oleh keadaan resistensi insulin sehingga

kecenderungan mengalami koagulasi semakin meningkat (Prive & Wilson, 2002).

Mekanisme terjadinya diabetes yang mengarah pada kerusakan

mikrovaskular sehingga menyebabkan penyakit serebrovaskular yaitu :

a. Peningkatan produksi radikal bebas dan stres oksidatif.

b. Peningkatan produksi produk terglikosilasi

c. Peningkatan aktivitas aldose reductase pada polyol pathway, yang mengarah

ke akumulasi sorbitol dan fruktosa intraseluler.

d. Aktivasi protein kinase C (PKC) isoforms.

Pembentukan oksigen reaktif akibat hiperglikemia dan resistensi insulin

menyebabkan kerusakan sel. Radikal oksigen bebas menurunkan bioavailabilitas

endothelium-derived nitric oxide menyebabkan vasokonstriksi, aktivasi platelet,

dan proliferasi sel otot. Radikal bebas dapat juga menyebabkan deposisis LDL

pada dinding pembuluh. Glikosilasi non enzimatik protein dan lipoprotein pada

dinding pembuluh terjadi seiring tingkat glikemik. Glikosilasi yang terjadi secara

berkelanjutan akan membentuk produk akhir yang berikatan dengan reseptor

menginduksi deposisi LDL dan reaksi oksidatif sehingga terbentuk sel busa (foam

cell). Sel busa yang terbentuk akan saling berikatan membentuk gumpalan yang

makin lama makin besar sehingga membentuk suatu lekukan atau benjolan yang

mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah.Hiperglikemia akan merusak

sel syaraf dalam penumbra (daerah yang mengalami penurunan aliran darah otak

regional), menyebabkan terjadinya laktat asidosis sehingga akan mengurangi

perfusi dan menyebabkan meluasnya daerah yang mengalami infark (Tziomalos,

2008).

b. Dislipidemia

Banyak kemungkinan mekanisme yang terlibat dalam kondisi yang saling

berkaitan dan berperan dalam memperburuk kondisi pasien Ny.DN yang juga

mengalami kondisi dislipidemia. Pada pasien dengan diabetes, profil lemak

biasanya tinggi pada trigliserida, LDL dan rendah HDL (Tziomalos, 2008). Pasien

memiliki nilai LDL 153 mg/dL. Dislipidemia pada penyandang diabetes lebih

meningkatkan risiko timbulnya penyakit kardiovaskular. Dislipidemia yang akan

menimbulkan stres oksidatif umum terjadi pada keadaan resistensi insulin/

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

21

Universitas Indonesia

sindrom metabolik. Keadaan ini terjadi akibat gangguan lipoprotein yang sering

disebut lipid triad, meliputi : peningkatan LDL, penurunan HDL dan terbentuknya

small dense LDL yang bersifat aterogenik (mampu memicu aterosklerosis) (Price

& Wilson, 2002).

c. Hipertensi

Faktor resiko utama untuk stroke adalah hipertensi, dengan demikian

karena sebagian besar kasus hipertensi dapat diobati dan karena penurunan

tekanan datah ke tingkat normal akan mencegah stroke, diagnosis dan terapi

agresif hipertensi merupakan fokus utama. Faktor resiko demografi mencakup

usia lanjut serta riwayat stroke dalam keluarga (Price & Wilson, 2002). Faktor

resiko yang memodifikasi adalah fibrilasi atrium, diabetes melitus, kecanduan

alkohol dan merokok (Price & Wilson, 2002).

4.d.2 Penyebab keluhan

Pasien mengeluhkan lemah anggota tubuh sisi kiri yang dirasakan secara

tiba-tiba saat pasien sedang duduk. Awalnya seperti terasa kesemutan dan kebal.

Tidak ada keluhan sakit kepala, mual, muntah atau kejang.

Kesemutan dapat juga timbul karena komplikasi pada sistem

kardiovaskuler dan sarafnya. Jika sampai ada bekuan darah menempel, yang

kemudian terbawa aliran darah ke atas, dan menyumbat salah satu pembuluh

darah di otak. Bila sumbatan di otak itu mengenai daerah yang mengatur sistem

sensorik, maka pasien akan merasakan kesemutan sebelah. Bila daerah yang

mengatur sistem motorik juga terkena, kesemutan akan menjadi kelumpuhan.

Keluhan pasien juga dapat berkaitan dengan saat kadar glukosa darah

tinggi dalam jangka waktu yang lama, pembuluh darah di berbagai jaringan di

seluruh tubuh mulai mengalami gangguan fungsi dan perubahan struktur yang

berakibat ketidakcukupan suplai darah ke jaringan. Sehingga pada pasien diabetes

sering merasakan rasa kebal dan kesemutan pada kaki.

Sebagian besar stroke iskemik tidak menimbulkan nyeri, karena jaringan

otak tidak peka terhadap nyeri. Tanda utama stroke muncul secara tiba-tiba.

Gejala umum berupa baal atau lemas mendadak di wajah, lengan, tungkai

terutama di salah satu bagian tubuh. Hilangnya koordinasi atau terjadi perubahan

motorik (Price & Wilson, 2002).

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

22

Universitas Indonesia

4.d.3 Stroke iskemik

Sekitar 80% - 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat

obstruksi bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi

ini disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh

atau organ distal yang kemudian trombus tersebut dibawa melalui sistem arteri ke

otak sebagai suatu embolus. Pada orang dengan usia lanjut, penyebab yang paling

sering ditemukan adalah akibat adanya pembentukan plak aterosklerotik di

pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan atau stenosis (Price & Wilson,

2002).

Gambar 4.1 Stroke iskemik

Sumber : www.stroke.org

Darah dapat melalui sistem vaskular akibat adanya gradien tekanan, tetapi

dengan adanya penyempitan tersebut maka gradien tekanan akan menurun di

tempat konstriksi tersebut. Apabila penyempitan mencapai suatu tingkat kritis

tertentu akan berakibat meningkatnya turbulensi di sekitar penyumbatan sehingga

akan menyebabkan penurunan tajam kecepatan aliran. Iskemia serebrum

disebabkan oleh berkurangnya aliran darah yang berlangsung selama beberapa

detik sampai menit, jika lebih dari beberapa menit (15 – 20 menit) terjadi

pengurangan aliran darah maka akan terjadi infark jaringan otak. Patofisiologis

berkurangnya aliran darah ke otak dapat berupa (Price & Wilson, 2002):

a. Keadaan penyakit pada pembuluh (aterosklerosis dan trombosis, robeknya

dinding pembuluh atau peradangan)

b. Gangguan status aliran darah misalnya akibat syok atau hiperviskositas darah

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

23

Universitas Indonesia

c. Gangguan aliran darah akibat bekuan yang berasal dari jantung atau pembuluh

ekstrakranial

d. Ruptur vaskular di dalam jaringan otak.

Ada empat subtipe dasar stroke iskemik berdasarkan penyebab, yaitu

lakunar, trombosis pembuluh besar dengan aliran pelan, embolik dan kriptogenik

(Price & Wilson, 2002) . Pasien Ny.DN dapat dikatakan mengidap stroke lakunar

karena tipe ini biasanya dialami oleh pasien yang berusia lebih tua, memiliki

kadar kolesterol lebih tinggi dan mengidap diabetes. Retinopati proliferasi

berhubungan dengan meningkatnya resiko infark lakunar dan iskemi otak

(Tzimalos, 2008).

4.4 Planning

4.4.1 Tujuan terapi

Tujuan terapi untuk pasien Ny. DN :

a. Pemulihan aliran darah otak

b. Melindungi sel-sel otak dengan pemberian neuroproteksi.

c. Memperbaiki profil lemak dengan target penurunan LDL yaitu <70 mg/dL,

trigliserida < 150 mg/dL dan HDL >50 mg/dL.

d. Karena pasien Ny.DN sudah berumur >60 tahun maka sasaran kendali kadar

glukosa darah dapat lebih tinggi dari biasa yaitu (puasa 100-125 mg/dL, dan

sesudah makan 145-180 mg/dL). Hal ini dilakukan mengingat sifat-sifat

khusus pasien usia lanjut dan juga untuk mencegah kemungkinan timbulnya

efek samping hipoglikemia dan interaksi obat.

e. Memperbaiki tekanan darah hingga <130/80 mmHg. Pengobatan hipertensi

harus diteruskan walaupun sasaran sudah tercapai.

4.4.2 Pedoman terapi

Dasar untuk terapi pasien Ny.DN harus mempertimbangkan kondisi secara

keseluruhan karena selain terdiagnosa stroke iskemik, pasien juga memiliki

riwayat dislipidemia, hipertensi serta diabetes melitus tipe 2.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

24

Universitas Indonesia

4.4.2.1 Acuan pemilihan terapi

1) Dasar pemilihan terapi stroke iskemik

Tabel 4.3 Rekomendasi farmakoterapi stroke iskemik (Dipiro, 2008)

Keterangan : ACEI = angiotensin-converting enzim inhibitor; ASA=aspirin; INR= International

Normalize ratio; t-PA = tissue plasminogen activator

2) Dasar pemilihan terapi diabetes tipe 2

Tabel 4.4 Efek langsung anti diabetik pada pasien diabetes tipe 2

yang memiliki faktor resiko kardiovaskuler.

Resiko

kardiovaskuler Sul fonilurea Metformin Thiazolidindion

α-Glucosidase

inhibitors

Resistensi

Insulin - ↓↓ ↓↓↓ -

Nilai LDL - ↓ - atau ↓ -

Nilai HDL - - ↑↑↑ -

Trigliser ida - ↓ ↓↓ - PAI – 1 - ↓↓ ↓↓ -

Fungsi endotel - ↑ ↑↑↑ -

Berat badan ↑↑ ↓↓ ↑↑ - Adiposit

viseral ↑ ↓↓ - atau ↓

Lp (a) - ↓↓ ↑ -

Sumber : Josl in’s Diabetes Meli tus 14 edit ion (Josl in, 2006)

HDL, high-density lipoprotein; LDL, low-density lipoprotein; Lp(a), lipoprotein little A antigen;

PAI, plasminogen activator inhibitor-1. ↑↑↑, peningkatan yang berarti; ↑↑, peningkatan sedang; ↑,

peningkatan kecil; -, tidak memiliki efek.

Rekomendasi Terapi akut t-PA 0.9 mg/kg IV (Maksimal

90 kg) selama 1 jam

Dalam 3 jam onset

ASA 160–325 mg sehari,

Dimulai dalam 48 jam onset

Pencegahan penyakit

sekunder

Tanpa emboli jantung Terapi antiplatelet

Aspirin 50-325 mg/hari

Clopidogrel 75 mg/hari

Aspirin 25 mg + extendedrelease

dipiridamol 200 mg 2x sehari

Emboli jantung (fibrilasi atrium)

Semua

Warfarin (INR=2,5)

Terapi antihipertensi

Hipertensi ACEI + diuretik

Normotensi ACEI + diuretik

Dislipidemi Statin

Lipid normal Statin

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

25

Universitas Indonesia

3) Dasar pemilihan terapi hipertensi

Gambar. 4.2 Algoritma terapi hipertensi

Keterangan : rekomendasi indikasi obat-obat spesifik berdasarkan evidence-based. Kekuatan

rekomendasi ; A,B,C = baik, sedang, kurang. Kualitas evidence: 1=evidence lebih dari satu RCT.

2= evidence berdasarkan minimal satu uji klinik dengan randomisasi. 3= Bukti dari pendapat

otoritas dihormati, berdasarkan pengalaman klinis, penelitian deskriptif, atau laporan masyarakat

ahli. (ACE, angiotensin-converting enzyme; ARB, angiotensin receptor blocker; CCB, calcium

channel blocker, DBP, diastolic blood pressure; SBP, systolic blood pressure).

Gambar. 4.3 Indikasi untuk golongan obat secara individual Keterangan : rekomendasi indikasi obat-obat spesifik berdasarkan evidence-based. Kekuatan

rekomendasi ; A,B,C = baik, sedang, kurang. Kualitas evidence: 1=evidence lebih dari satu RCT.

2= evidence berdasarkan minimal satu uji klinik dengan randomisasi . 3 = Bukti dari pendapat

otoritas dihormati, berdasarkan pengalaman klinis, penelitian deskriptif, atau laporan masyarakat

ahli. (ACE, angiotensin-converting enzyme; ARB, angiotensin receptor blocker; CCB, calcium

channel blocker.)

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

26

Universitas Indonesia

Aspirin, clopidogrel dan dipyridamol merupakan terapi lini pertama

sebagai anti platelet yang direkomendasikan oleh American College of Chest

Physicians (ACCP). Rekomendasi farmakoterapi lain sebagai pencegah sekunder

stroke yaitu penurun tekanan darah dan statin (Dipiro, 2008).

4.4.3 Aspek kesesuaian terapi

Penilaian kesesuaian terapi yang diberikan dapat dilihat dari :

a. Indikasi obat

b. Hubungan terapi dengan kondisi pasien

c. Hubungan pengobatan dengan data klinik dan lab.

d. Dosis Obat

e. Aturan pemakaian obat

f. Interaksi Obat

g. Efek Samping Obat

Berikut jenis dan regimen obat yang diterima Ny. DN selama dirawat di

IRNA Teratai lantai VI Selatan RSUP Fatmawati.

Tabel 4.5 Terapi pasien Ny.DN

Obat

Tanggal

28-

Sep

29-

Sep

30-

Sep

01-

Okt

02-

Okt

03-

Okt

04-

Okt

05-

Okt

06-

Okt

07-

Okt

Ora

l

Aptor 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1

Simvastatin (10 mg) 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1

Reotal caps (400 mg) 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1

Glibenklamid (5 mg) 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1

Omeprazol 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1

Anemolat 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1

Metformin 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1

Amlodipin (10 mg) 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1

Laxadin 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1

Par

ente

ral

Neulin 500 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1

Citicolin 2x2 2x2 2x2 2x2 2x2 2x2 2x2 2x2 2x2

NaCl 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1

a. Aptor (Asetosal 100 mg)

1) Indikasi Obat

Pengobatan nyeri ringan – sedang, peradangan dan demam. Dapat digunakan

sebagai profilaksis: infark miokard, stroke dan atau TIA. Penata laksanaan

rheumatoid arthritis, rheumatic fever, osteoarthritis, dan gout (dosis besar);

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

27

Universitas Indonesia

terapi tambahan dalam prosedur revaskularisasi (coronary artery bypass graft

[CABG], percutaneous transluminal coronary angioplasty [PTCA], carotid

endarterectomy), stent implantation (Lacy, 2012)

2) Hubungan terapi dengan kondisi pasien

Bagi pasien Ny.DN sebagai penyandang diabetes tipe 2, pasien dengan usia

>40 tahun, memiliki riwayat keluarga penyakit kardiovaskular, menderita

hipertensi, dislipidemia diberikan terapi aspirin 75 -160 mg/hari sebagai

strategi pencegahan sekunder (PERKENI, 2011).

3) Hubungan pengobatan dengan data laboratorium

Asetosal berkaitan dengan data LED (laju endap darah) yang menggambarkan

ukuran kecepatan endap eritrosit, komposisi plasma serta perbandingan

seritrosit dan plasma (KEMENKES RI, 2011). Asetosal dalam dosis yang kecil

berfungsi sebagai terapi antiplatelet. Laju endap darah sebagai model prediktif

dari outcome stroke. LED merupakan sebuah penanda tidak langsung untuk

pembentukan trombus. Kadar LED yang lebih tinggi ditemukan pada pasien

lebih tua dengan lesi lebih besar dan defisit yang lebih parah saat pasien dalam

masa perjukkan maka, semua faktor ini menunjukkan kapasitas yang kurang

untuk sirklasi kolateral, yang akan mempermudah stasis darah dan

perkembangan trombus sekunder (Imran, 2004).

4) Dosis Obat

Dosis obat untuk pasien stroke , dapat diberikan oral: 75-325 mg satu sehari.

Pasien mendapat dosis 100 mg per hari.

5) Aturan pemakaian obat

1 kali sehari setelah makan.

6) Interaksi Obat (Lacy, 2012):

i). Calcium Channel Blockersv(Amlodipin): meningkatkan efek antikoagulan

ii). Sulfonylurea (glibenklamid): Aptor dapat menigikatkan efek hipoglikemik

dari glibenklamid.

iii). Asam folat (Anemolat): Hipereksresi folat. Aptor dapat menyebabkan

defisiensi asam folat dalam tubuh yang menyebabkan anemia macrocytic.

7) Efek Samping Obat

Gangguan pada gastro intestinal. (Lacy, 2012).

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

28

Universitas Indonesia

b. Simvastatin (10 mg)

1) Indikasi obat

Menurunkan kolesterol total dan LDL.

2) Hubungan terapi dengan kondisi pasien

Pasien dengan usia >40 tahun, dianjurkan diberi terapi statin untuk

menurunkan LDL sebesar 30- 40% dari kadar awal (PERKENI, 2011). Sebuah

penelitian menunjukkan sebanyak 62% pasien diabetik yang diberi terapi

dengan santin menunjukkan hasil yang baik (Tzimalos, 2008). Pemberian obat

statin penurun lemak pada orang yang diketahui mengidap PJK dapat

mengurangi resiko mereka mengalami stroke (Price & Wilson, 2002). Untuk

menambah kemampuan statins berperan dalam penurunan nilai LDL,

memperbaiki fungsi endotelial dan aliran darah ke otak (AHA/ASA, 2013).

3) Hubungan pengobatan dengan data laboratorium

Parameter klinik pasien Ny.DN yang berhubungan yaitu profil lipid meliputi

nilai trigliserida, kolesterol total, LDL.

4) Dosis Obat (Lacy, 2012).

i. Untuk pasien dengan kondisi dislipidemia diberikan oral: 20-40 mg satu kali

sehari pada malam hari.

ii. Pasien dengan nilai LDL-kolesterolnya sedang dapat diberikan dosis awal

10 mg satu kali sehari.

iii. Pasien geriatri dapat diberikan dosis 20 mg satu kali sehari.

Pasien mendapat dosis 10 mg per hari, dimunim pada malam hari.

5) Aturan pemakaian obat

Obat diminum di malam hari.

6) Interaksi Obat

Tidak terdapat interaksi antara simvastatin dengan obat-obat yang diberikan

untuk pasien.

7) Efek Samping Obat

Keluhan abdominal ringan, ruam kulit, ransangangatal, nyeri kepala, lelah,

gangguan tidur, kenaikan konsentrasi transaminase, nyeri otot, kejang otot

(ISFI, 2008).

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

29

Universitas Indonesia

c. Reotal (Pentoxifylline 400 mg)

1) Indikasi obat

Pentoksifilin digunakan sebagai terapi intermiten untuk mengobati sumbatan

arteri perifer dan gangguan peredaran darah atas dasar penyakit arteri oklusif

kronis pada tungkai (Lacy, 2012).

2) Hubungan terapi dengan kondisi pasien

Zat ini bekerja dengan cara mengurangi viskositas darah dengan cara

meningkatkan kemampuan deformasi leukosit dan eritrosit dan menurunkan

adesi beutrofil sehingga akan meningkatkan oksigenisasi jaringan periferal

melalui peningkatan aliran darah (DIH, 2013).

Pada pasien stroke iskemik, untuk meningkatkan vasodilatasi, obat ini berperan

dalam mengurangi viskositas darah, meningkatkan fleksibilitas eritrosit,

menghambat agregasi platelet, dan menurunkan produksi radikal bebas

(AHA/ASA, 2013)

3) Hubungan pengobatan dengan data laboratorium

Pemeriksaan klinik penggunaan obat ini berhubungan dengan pemeriksaan

darah seperti nilai eritrosit, leukosit dan juga laju endap darah.

4) Dosis Obat

Dosis oral untuk geriatri sama dengan dosis dewasa yaitu 400 mg 3 kali sehari

bersama makan (Lacy, 2012).

5) Aturan pemakaian obat

Pasien dapat meminum obat saat sedang makan. Untuk hasil yang maksimal,

terapi sebaiknya dilakukan 2-4 minggu. Direkomendasikan untuk memperbaiki

kondisi pasien, terapi dilakukan paling sedikit 8 minggu (Lacy, 2012).

6) Interaksi Obat

Tidak terdapat interaksi antara Reotal dengan obat-obat lain yang diberikan

untuk pasien.

7) Efek Samping Obat

Mual, malaise, gangguan lambung, vertigo, pruritis, urtikaria, edema

angioneuritk(ISFI, 2008).

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

30

Universitas Indonesia

d. Glibenklamid (5 mg)

1) Indikasi obat

Diabetes melitus tipe 2 apabila diet saja kurang adekuat.

2) Hubungan terapi dengan kondisi pasien

Pasien mempunyai riwayat diabetes tipe 2 yang terkontrol bila dilihat dari

kadar HbA1c 5,8%. Nilai GDPP pasien saat 197 mg/dL.

3) Hubungan pengobatan dengan data laboratorium

Obat ini mempengaruhi nilai kadar gula (GDS, GDP, GDPP dan HbA1c).

4) Dosis Obat

Dari sediaan yang mengandung 5 mg glibenklamid, dosis awal diberikan ½

tablet dan dapat ditingkatkan menjadi 1 tablet satu kali sehari.

5) Aturan pemakaian obat

15 - 30 menit sebelum makan

6) Interaksi Obat

Tidak terdapat interaksi antara metformin dengan obat-obat lain yang diterima

pasien.

7) Efek Samping Obat

Efek gastrointestinal, reaksi hipoglikemia dan reaksi alergi kulit (IAI, 2012).

e. Metformin

1) Indikasi obat

Terapi untuk diabetes mellitus tipe 2 (noninsulin dependent, NIDDM) sebagai

monoterapi saat hiperglikemi tidak dapat dikendalikan dengan diet dan latihan.

2) Hubungan terapi denga kondisi pasien

Pasien mempunyai riwayat diabetes tipe 2 yang terkontrol bila dilihat dari

kadar HbA1c 5,8%. Pada awal pengobatan pasien diberikan monoterapi

dengan glibenklamid. Nilai GDPP pasien saat itu masih tetap tinggi dan tidak

menunjukkan adanya perbaikan (197 mg/dL) sehingga pasien diberi terapi

kombinasi dengan metformin. Nilai GDPP pasien mengalami perbaikan

menjadi 161 mg/dL.

Pasien yang tidak menunjukkan adanya perbaikan dengan sulfonil urea tunggal

dapat diberikan terapi kombinasi dengan maksimum dosis metformin 500

mg/hari. Metformin ditoleransi dengan baik pada pasien geriatri (Lacy, 2012).

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 146: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

31

Universitas Indonesia

Tanggal 4 oktober 2013 pasien diberi monoterapi metformin saja dengan

alasan metformin mempunyai efek yang lebih baik dalam mengurangi faktor

resiko kardiovaskuler (lihat tabel 4.4).

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati

(glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer

(PERKENI, 2011).

3) Hubungan pengobatan dengan data laboratorium.

Obat ini mempengaruhi nilai kadar gula (GDS, GDP, GDPP dan HbA1c).

4) Aturan pemakaian obat

Metformin dapat diberikan sebelum atau pada saat atau sesudah makan.

Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan

tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan (PERKENI, 2011).

5) Dosis Obat

500 mg 2 kali sehari atau 850 mg satu kali sehari

6) Interaksi Obat

Tidak terdapat interaksi antara metformin dengan obat-obat lain yang diterima

pasien.

7) Efek Samping Obat

Gangguan saluran cerna, asidosis laktat (IAI, 2012).

f. Omeprazol

1) Indikasi obat

Tukak dudodental, tukak gastrik, tukak peptik, refluks esofagitis

erosif/ulseratif, sindrom Zollinger-Ellison (IAI, 2012).

2) Hubungan terapi dengan kondisi pasien

Pasien Ny.DN adalah pasien geriatri yang sangat beresiko mengalami gastro

intestinal adverse effect dari pemakaian Aptor. Omeprazol digunakan sebagai

profilaksis untuk mencegah terjadinya NSAID-induced ulcers (unlabeled

indication) (Lacy, 2012).

3) Hubungan pengobatan dengan data klinik dan lab.

Tidak terdapat hubungan antara omeprazol dan data laboratorium pasien.

4) Dosis Obat

Dosis untuk dewasa diberikan sehari sekali 20 – 40 mg.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 147: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

32

Universitas Indonesia

5) Aturan pemakaian obat

Obat diminum secara utuh 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.

6) Interaksi Obat

Tidak terdapat interaksi antara omeprazol dengan obat-obat lain yang diberikan

untuk pasien

7) Efek Samping Obat

Sakit kepala, diare, ruam serta gatal-gatal (ISFI, 2008).

g. Anemolat

1) Indikasi obat

Untuk mengobati anemia megaloblastik dan makrositik akibat defisiensi folat,

sebagai suplemen untuk mencegah kerusakan pembuluh syaraf (Lacy, 2012).

2) Hubungan terapi dengan kondisi pasien

Ny.DN adalah pasien geriatri yang terdiagnosis stroke iskemik. Homosistein

dalam plasma memiliki hubungan dengan faktor resiko kardiovaskuler (Lacy,

2012). Asam folat melindungi pembuluh darah arteri dan kerusakan akibat

pengaruh homosistein dengan cara mengubah homosistein menjadi sistein yang

akhirnya dapat dikeluarkan melalui urin. Homosistein merupakan asam amino

sulfur yang terbentuk sebagai hasil demetilasi metionin. kadar homosistein

yang tinggi berhubungan dengan meningkatnya resiko penyakit jantung, stroke

dan menurunnya fungsi kognitif (Tiantari, 2011).

3) Hubungan pengobatan dengan data laboratorium.

Pemeriksaan darah berhubungan dengan terapi ini.

4) Dosis Obat

Pasien diberi Anemolat 1 mg dua kali sehari

5) Interaksi Obat

Tidak terdapat interaksi obat dengan terapi obat pasien.

6) Efek Samping Obat

Tidak ada efek samping

h. Amlodipin (10 mg)

1) Indikasi obat

Hipertensi, angina stabil dan atau angina varian (IAI, 2012).

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 148: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

33

Universitas Indonesia

2) Hubungan terapi dengan kondisi pasien

Adanya hipertensi akan memperberat disfungsi endotel. Maka perlu adanya

obat anti hipertensi untuk mencapai tekanan darah<130/80mmHg. Salah satu

obat yang efektif mengatasi kasus hipertensi seperti yang dialami pasien adalah

dengan mengkonsumsi sediaan yang mengandung Amlodipin. Amlodipin

merupakan kelompok Calcium Channel Blocker (CCB) yang bekerja dengan

merelaksasi otot jantung dan dinding pembuluh darah melalui penghambatan

suplai ion kalsium sehingga dapat mencegah pengerasan pembuluh darah dan

otot jantung (AHA/ASA, 2013).

Pasien yang berumur 40-79 tahun dengan tekanan darah 160/100 mmHg atau

140/90 mmHg lebih efektif menggunakan calcium channel blocker/ACE dalam

menurunkan kardiovaskuler outcomes dibandingkan dengan pemberian

regimen beta-blocker/diuretic (Lacy, 2012).

3) Hubungan pengobatan dengan data laboratorium

Tekanan darah memiliki hubungan dengan penggunaan obat ini sebab, seperti

yang sudah dibahas sebelumnya, hipertensi merupakan faktor paling

berpengaruh terhadap stroke iskemik yang dialami pasien.

4) Dosis Obat

5 – 10 mg 1 kali sehari

5) Interaksi Obat

Tidak terdapat interaksi obat dengan terapi obat pasien.

6) Efek Samping Obat

Pusing, kemerahan, somnolen, kelelahan otot, edema perifer, palpitasi, nyeri

abdomen, mual, mengantuk.

j. Laxadin

1) Indikasi obat

Kondisi konstipasi/susah air besar yang memerlukan perbaikan peristaltis usus,

pelicin jalannya feses, penambahan volume feses secara sistematis sehingga

feses mudah dikeluarkan. Laxadine digunakan sebagai antisipasi penggunaan

beberapa obat yang mempunyai efek samping konstipasi.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 149: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

34

Universitas Indonesia

2) Hubungan terapi dengan kondisi pasien

Laxadine adalah obat pencahar yang bekerja dengan cara merangsang gerakan

peristaltis usus besar, mengfhambat reabsorpsi air dan merangsang gerakan

tinja. Laxadine dapat membantun pengobatan susah buang air besar/konstipasi.

Pasien mendapatkan terapi Reotal (Pentoxifylline 100 mg) yang mempunyai

efek samping konstipasi. Maka keadaan penumpukan kotoran di usus

menyebabkan rasa tidak enak pada perut pasien oleh karena itu pasien

mengeluhkan rasa begah. Dengan pemberian laxadin sebagai terapi pencahar

diharapkan pasien dapat mengalami defekasi keesokan harinya

3) Hubungan pengobatan dengan data laboratorium

Tidak terdapat hubungan antara Laxadin dengan data laboratorium

4) Dosis Obat

Laxadine diminum 1 kali sehari pada malam hari menjelang tidur (1 sendok

makan=15 ml)

5) Aturan pemakaian obat

Hindarkan pemakaian Laxadine yang terus menerus dalam waktu lama karena

dapat menyebabkan penurunan berat badan, kelemahan otot, kehilangan

caairan dan elektrolit. Hentikan penggunaan Laxadine jika terjadi gangguan

saluran pencernaan seperti mual dan muntah. Laxadine tidak dianjurkan untuk

anak-anak dibawah 6 tahun, wanita hamil & menyusui dan usia lanjut kecuali

atas petunjuk dokter (IAI, 2012).

6) Interaksi Obat

Tidak terdapat ineraksi obat

7) Efek Samping Obat

Alergi kulit

k. Citicolin

1) Indikasi obat

Kehilangan kesadaran akibat kerusakan otak, trauma kepala atau operasi otak

dan serebral infark. Percepatan rehabilitasi ekstremitas atas pada pasien

hemiplegia paska apopleksia serebral, pasien dengan ektrimitas paralisis bawah

yang relatif ringan yang muncul dalam satu tahun dan sedang direhabilitasi

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 150: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

35

Universitas Indonesia

atau diberi terapi oabtaoal biasa (dengan onbat yang mengaktivasi metabolisme

serebral atau memperbaiki sirkulasi otak) (IAI, 2012).

2) Hubungan terapi denga kondisi pasien

Ny.DN memerlukan upaya neuroproteksi untuk mencegah

terjadinya/meluasnya infark otak dilakukan dengan memberikan obat-obatan

neuroprotektan sesegera mungkin dalam masa tertentu. Pada stroke iskemik

terdapat daerah yang mengalami penurunan aliran darah otak regional yang

dikenal sebagai penumbra. Daerah ini apabila tidak segera diobati akan

berakibat terjadinya perluasan kematian sel otak (infark otak). Sel-sel pada

penumbra masih dapat diselamatkan dengan melakukan reperfusi dan

neuroproteksi (Zulkarnaini, 2008).

Citicoline pada tingkat neuronal akan meningkatkan pembentukan choline.

Pada metabolisme neuron akan meningkatkan ambilan glukosa, menurunkan

pembentukan asam laktat, mempercepat pembentukan asetilkolin dan

menghambat radikalisasi asam lemak dalam keadaan iskemia, meningkatkan

biosintesa dan mencegah hidrolisis kardiolipin, memelihara asam arachidonat

terikat pada fosfatidilkolin, merangsang pembentukan glutation yang

merupakan antioksidan endogen otak terhadap radikal bebas hidrogen

peroksida dan lipid peroksidasi, mengurangi peroksidasi lipid dan

mengembalikan aktivitas Na+/K+ATP ase. Pada tingkat vaskular citicoline

akan meningkatkan aliran darah otak, meningkatkan konsumsi oksigen,

menurunkan resistensi vascular. Hasil akhir metabolisme citicoline adalah

asetilkolin, glutation, dan phosphatidyl-choline (Zulkarnaini, 2008).

3) Hubungan pengobatan dengan data laboratorium

Citicoline dapat mempengaruhi nilai tekanan darah dan nilai saturasi oksigen

pasien.

4) Dosis Obat

Untuk stroke iskemik: 250 – 1000 mg/hari i.v. terbagi dalam 2 - 3 kali perhari

selama 2-4 hari

5) Aturan pemakaian obat

Pemberian secara intravena harus perlahan-lahan

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 151: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

36

Universitas Indonesia

6) Interaksi Obat

Tidak terdapat interaksi antara citicoline dengan obat-obat lain yang diterima

pasien.

7) Efek Samping Obat

Ruam kulit, insomnia, sakit kepala, pusing, kejang, mual, anoreksia, nilai

fungsi hati abnormal, diplopia, perubahan tekanan darah sementara dan

malaise.

l. NaCl

1) Indikasi obat

Mengembalikan keseimbangan elektrolit tubuh

2) Hubungan terapi dengan kondisi pasien

Ny.DN diberi infus NaCl selama dirawat untuk menjaga keseimbangan

elektrolit pasien.

3) Hubungan pengobatan dengan data laboratorium.

NaCl infus mempengaruhi nilai kadar natrium, kalium dan klorida pasien.

4) Dosis Obat

Infus IV diberikan 2,5 ml/kg BB/jam atau 60 tetes/70 kg BB/menit atau 180

ml/70 kg BB/jam atau disesuaikan dengan kondisi pasien (IAI, 2012).

5) Interaksi Obat

Tidak terdapat interaksi antara infus NaCl dengan obat-obat lain yang diterima

pasien.

6) Efek Samping Obat

Panas, infeksi pada tempat penyuntikan, ekstravasasi.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 152: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

37 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Terapi yang diterima oleh Ny.DN saat dirawat di IRNA Teratai lantai VI

selatan RSUP Fatmawati dinilai telah sesuai.

5.2 Saran

a. Ny. DN adalah pasien geriatri yang telah mengalami penurunan kemampuan

kognitif terlebih dengan adanya stroke iskemik, maka perlu adanya

penambahan nutrisi (vitamin dan mineral) untuk syaraf (neurotropik).

b. Perlunya peningkatan dosis simvastatin menjadi 20 mg jika tidak ada perbaikan

dari profil lipid pasien.

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 153: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

38 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

American Heart Association/American Stroke Association. 2013. Guidelines for the

Early Management of Patients With Acute Ischemic Stroke: A Guideline for

Healthcare Professionals From the American Heart Association/American

Stroke Association. Greenville Avenue, Dallas, Texas : American Heart

Association

Aslam M, Tan CK, Prayitno A, 2003. Farmasi Klinis, Jakarta: Gramedia Elex Media

Komputindo.

BPOM RI. 2004. Pedoman Penilaian Efikasi dan Keamanan Antihipertensi. Jakarta

Cipolle PharmD, Robert J., Linda M. Strand, PharmD,PhD, DSc (Hon)., Peter C

Morley, PhD. 2004. Pharmaceutical Care Practice: The Clinician’s Guide 2nd

Edition. Minneapolis, Minnesota : Peters Institute of Pharmaceutical Care

College of Pharmacy University of Minnesota,.

Departemen Kesehatan Indonesia. 2009. Pedoman Pemantauan Terapi Obat. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care Untuk

Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta

Desalegn, Anteneh Assefa. 2013. Assessment of drug use pattern using WHO

prescribing indicators at Hawassa University teaching and referral hospital,

south Ethiopia: a cross-sectional study. BMC Health Srvice Research 2013,

13:170 doi:10.1186/1472-6963-13-170. Hawassa, Ethiopia : Pharmacology

Unit, School of Medicine, Hawassa University

Dipiro, JT.et al.,1997. Pharmacotherapy : A Pathophysiologic 3rd

edition. UK :

Stamford : Appleton & Lange.

Dipiro, T. Joseph PharmD. 2008. Pharmacotherapy, A Phatophysiologic approach 7th

edition. The McGraw-Hill Companies, inc. USA.

Imran, kemal. 2004. Laju Endap Darah Sebagai Prediktor Awal Keluaran. Jakarta :

Ilmu Penyakit Syaraf Fakultas Kedokteran UI

Joslin, Elliott Proctor., C. Ronald Kahn & Gordon C. Weir. 2006. Diabetes Mellitus

14th

Edition. Boston : Lippincot Williams & Welkins

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik.

Jakarta

Koda-Kimble M.A., Young L.Y., Kradjan W.A., Guglielmo B.J., 2005, Applied

Theurapeutics : The Clinical Use of Drugs, 8th edition, Philadelphia :

Lippincott Williams and Wilkin,

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014

Page 154: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20366909-PR-Nenden Nurhasanah.pdf · Daftar Acuan Tugas Umum : 12 ... LASA’s labeling and ... 3.1.5

39

Universitas Indonesia

Lacy, Charles., Lora Armstrong, Morton Goldman, Leonard Lance. 2013. Drug

Information Handbook 22nd

Edition. Lexicomp's Drug Reference Handbooks.

Malone, P.M., Mosdell, K.W., Kier, K.L., and Stanovich, J.E., 2001, Drug

Information A Guide for Pharmacists, 2nd edition, New York: McGraw-Hill,

McGuire, K Darren. 2012. Diabetes and The Cardiovascular System. Braunwald’s

Heart Disease 9th

ed. Philadelphia : Elsevier,

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengelolaan dan

Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta

Price, S.A. dan Wilson, L.M. 2002. Patofisiology : Konsep klinis proses terjadinya

penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Ricklia, Hans., Steinerb, Simon. 2004.The European Journal of Heart Failure 6

Betablockers in heart failure: Carvedilol Safety Assessment (CASA 2-trial).

2004. Division of Cardiology, University Hospital, CH-3010 Bern,

Switzerland Roche Pharma (Schweiz) AG, Reinach, Switzerland.

Semchuk. 2003. Hypertension and Adherence. Canada : Ce Compliance Centre

National

Siregar Charles, JP., Amalia Lia. Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Praktek, 2003.

Penerbit EGC, Jakarta.

Terry Schwinghammer, Julia Koehler. 2005. Pharmacotherapy Casebook: A Patient-

Focused Approach, 8th

Edition. The McGraw-Hill Companies.

Tiantara, Rizka. 2011. Hubungan Asupan Vitamin B6, Vitamin B12, Asam Folat,

Aktifitas Fisik dan Kadar Homosistein dengan Status Kognitif Lansia. Semarang

: Program Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro.

Tziomalosa Konstantinos, et al., 2008. Diabetes mellitus and cerebrovascular disease:

which are the actual data?. Journal of Diabetes and Its Complications 23 (2009)

283–296 : Elsevier

Walker, Roger & Clive Edwards. 2002. Clinical Pharmacy and Therapeutics 3rd

edition. London : Churcill Livingston Elsevier.

WHO. 1985. The Rational Use of Drugs. Report of a conference of experts, Nairobi,

25–29 November 1985. Geneva: World Health Organization.

Zulkarnaini. 2008. Stroke Iskemik Pasca Terapi Fibrinolitik. J Kardiol Ind 2008;

29:32-9 ISSN 0126/3773

Laporan praktek…., Nenden Nurhasanah, FFar UI, 2014