universitas indonesialib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-pr-pr-novita damayan… ·...

153
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ASTRAZENECA INDONESIA-CIKARANG SITE JL. TEKNO RAYA BLOK B1A-B1B, CIKARANG, BEKASI, JAWA BARAT PERIODE 6 JANUARI 21 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NOVITA DAMAYANTI, S.Farm 1309343971 ANGKATAN LXXVIII PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2014 Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Upload: others

Post on 01-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT.

ASTRAZENECA INDONESIA-CIKARANG SITE JL. TEKNO

RAYA BLOK B1A-B1B, CIKARANG, BEKASI, JAWA BARAT

PERIODE 6 JANUARI – 21 FEBRUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

NOVITA DAMAYANTI, S.Farm

1309343971

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT.

ASTRAZENECA INDONESIA-CIKARANG SITE JL. TEKNO

RAYA BLOK B1A-B1B, CIKARANG, BEKASI, JAWA BARAT

PERIODE 6 JANUARI – 21 FEBRUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

NOVITA DAMAYANTI, S.Farm

1309343971

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

iii

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas segala rahmat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dan penyusunan laporan PKPA di PT.

AstraZeneca Indonesia pada tanggal 6 Januari – 21 Februari 2014.

Laporan PKPA ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi

mahasiswa program profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Unversitas Indonesia

untuk mencapai gelar profesi apoteker. Selain itu juga memberikan kesempatan

pada mahasiswa untuk memahami peran dan tugas apoteker di industri farmasi.

Penulis menyadari bahwa penulis tidak dapat menyelesaikan Laporan

PKPA ini tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah penulis terima. Pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima

kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Sannaria Uliarta Marpaung, S.Si, Apt., selaku Quality Assurance and

SHE Manager PT. AstraZeneca Indonesia serta Ibu Haryanti Diah Astuti,

S.Farm.,Apt., selaku Quality Assurance Supervisor yang telah memberikan

kesempatan, arahan, dan bimbingan kepada penulis selama pelaksanaan dan

penyusunan laporan PKPA di PT.AstraZeneca Indonesia.

2. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker

Fakultas Farmasi UI dan pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi yang

telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan pengetahuan pada penulis

selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA ini..

3. Bapak Rizman Abudaeri, S.Si, Apt., selaku Site Director PT. AstraZeneca

Indonesia atas izin dan kesempatan yang diberikan sehingga terlaksananya

Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. AstraZeneca Indonesia.

4. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI

5. Seluruh staf dan karyawan PT. AstraZeneca Indonesia yang telah

memberikan bantuan, saran, dan kesempatan selama PKPA.

6. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

v

7. Seluruh keluarga atas segala dukungan, motivasi, perhatian, kasih sayang,

doa dan dana yang diberikan kepada penulis.

8. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia angkatan

LXXVIII atas kebersamaan dan dukungan selama menempuh pendidikan.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat

banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

saran dan kr it ik yang membangun untuk kesempurnaan laporan PKPA ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang

didapatkan penulis selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat

memberikan manfaat bagi teman sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.

Depok, Juni 2014

Penulis

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

ABSTRAK

Nama : Novita Damayanti, S.Farm.

Program Studi : Profesi Apoteker – Fakultas Farmasi UI

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT.

AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site Jl. Tekno Raya Blok

B1A-B1B, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat Periode 6 Januari

– 21 Februari 2014

Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya aktivitas obat

mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi

dikendalikan dan diawasi dengan ketat oleh Pemerintah baik dari segi perizinan,

produksi, peredaran, maupun kualitas obat yang diedarkan. Salah satu upaya yang

dilakukan oleh Pemerintah dalam melakukan pengendalian menyeluruh

pembuatan obat agar menghasilkan produk obat yang memenuhi standar mutu

yang dipersyaratkan adalah mengeluarkan pedoman yang harus diterapkan dan

dilaksanakan secara efektif oleh setiap industri farmasi yakni Cara Pembuatan

Obat yang Baik (CPOB). CPOB mencakup keseluruhan aspek produksi dan

pengendalian mutu mulai dari manajemen mutu, personalia, bangunan dan

fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri,

audit mutu, serta audit dan persetujuan pemasok, penanganan keluhan terhadap

produk dan penarikan kembali produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis

berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi. PT. AstraZeneca Indonesia

mengacu pada AstraZeneca Global Operation Standard dalam penerapan CPOB

untuk menghasilkan produk yang mutunya sesuai persyaratan dan tujuan

penggunaannya. Apoteker mempunyai peranan dan tanggung jawab penting

dalam AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site untuk menjamin diterapkannya

aspek-aspek yang tercantum dalam CPOB tersebut, antara lain sebagai

penanggung jawab produksi, penanggung jawab pengawasan mutu dan

penanggung jawab manajemen (pemastian) mutu.

Kata kunci : obat, industri farmasi, CPOB, apoteker

ix + 82 halaman : 1 gambar; 2 lampiran

Daftar acuan : 12 (2009–2013)

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

ABSTRACT

Name : Novita Damayanti, S.Farm.

Study Program : Apothecary – Faculty of Pharmacy UI

Title : Report of Apothecary Profession Internship at PT.

AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site Jl. Tekno Raya Blok

B1A-B1B Cikarang, Bekasi, Jawa Barat on January 6th -

February 21th 2014

The high demand for drugs in the world of health and vital activity of drugs affect

the human body's physiological functions to support the pharmaceutical industry

is controlled and closely monitored by the government in terms of licensing,

production, distribution, and quality of drugs. One of the efforts was made by the

Government in conducting a thorough control of the manufacture of the drug in

order to produce drug products that meet the required quality standards are issued

guidelines Good Manufacturing Practice (GMP) to be applied and implemented

effectively by all the pharmaceutical industry. GMP covers all aspects of

production and quality control from quality management, personnel, buildings and

facilities, equipment, sanitation and hygiene, production, quality control,

inspection and audit quality itself, and audit and approval of suppliers, handling of

complaints against drugs, drugs recalls, and drug handling returns, documentation,

manufacturing and analysis based on contract, qualification and validation. PT.

AstraZeneca Indonesia refers to AstraZeneca Global Standard Operation for

application of GMP to produce products which its quality meet the requirements

and intended use. Pharmacists have an important role and responsibility in

AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site to ensure the implementing of the aspects

listed in the GMP, among others, as the responsible production, responsible for

oversight and quality assurance.

Keywords : drugs, pharmaceutical industry, GMP, pharmacist

ix +82 pages : 1 pictures; 2 appendixes

Bibliographies : 12 (2009–2013)

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Tujuan ........................................................................................ 3

BAB 2. TINJAUAN UMUM ........................................................................ 4

2.1 Industri Farmasi .......................................................................... 4

2.1.1 Pengertian Industri Farmasi .............................................. 4

2.1.2 Persyaratan Perizinan Industri Farmasi ............................. 4

2.1.3 Pelanggaran dan Pelaporan Industri Farmasi ...................... 6

2.1.4 Pembinaan dan Pengawasan .............................................. 7

2.1.5 Pelanggaran Industri Farmasi ............................................. .8

2.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik ................................................ 9

2.2.1 Ketentuan Umum ............................................................ 9

2.2.2 Manajemen Mutu ............................................................ 10

2.2.3 Personalia ....................................................................... 11

2.2.4 Bangunan dan Fasilitas ................................................... 12

2.2.5 Peralatan ......................................................................... 13

2.2.6 Sanitasi dan Higiene ....................................................... 14

2.2.7 Produksi .......................................................................... 14

2.2.8 Pengawasan Mutu ........................................................... 16

2.2.9 Inspeksi Diri dan Audit Mutu .......................................... 16

2.2.10 Penanganan Keluhan Terhadap Produk,

Penarikan Kembali Produk dan Produk

Kembalian ...................................................................... 17

2.2.11 Dokumentasi ................................................................... 17

2.2.12 Pembuatan dan Analisa Berdasarkan Kontrak ................. 19

2.2.13 Kualifikasi dan Validasi .................................................. 19

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT. ASTRAZENECA INDONESIA .......... 21

3.1 Latar Belakang PT. AstraZeneca Indonesia. ................................ 21

3.2 Visi dan Misi PT. AstraZeneca Indonesia. .................................. 23

3.2.1 Visi ................................................................................... 23

3.2.2 Misi. ................................................................................. 23

3.3 Struktur Organisasi PT. AstraZeneca Indonesia ......................... 23

3.3.1 Departemen QA&SHE ....................................................... 24

3.3.2 Departemen Plant ............................................................... 28

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

vii

3.3.3 Departemen Supply Chain&Logistic .................................. 31

3.3.4 Plant Accountant ................................................................ 33

3.4 Lokasi dan Sarana ....................................................................... 33

3.5 Bangunan dan Fasilitas serta Sarana Penunjang ........................... 33

3.5.1 Desain Pabrik ..................................................................... 34

3.5.2 Sistem HVAC (High Ventilating and Air Conditioning) ..... 41

3.5.3 Sistem Pengolahan Air ....................................................... 43

3.5.4 sistem Pengolahan Limbah ................................................. 44

BAB 4. PEMBAHASAN .............................................................................. 45

4.1 Manajemen Mutu ...................................................................... 46

4.2 Personalia .................................................................................. 47

4.3 Bangunan dan Fasilitas .............................................................. 48

4.4 Peralatan .................................................................................... 52

4.5 Sanitasi dan Higiene .................................................................. 53

4.6 Produksi .................................................................................... 57

4.7 Pengawasan Mutu Produk .......................................................... 60

4.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan Pemasok ... 63

4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan

Kembali Produk dan Produk Kembalian .................................... 65

4.10 Dokumentasi ............................................................................ 70

4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ........................... .73

4.12 Kualifikasi dan Validasi ............................................................ 74

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 78

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 78

5.2 Saran ......................................................................................... 79

DAFTAR ACUAN ....................................................................................... 80

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. PT. AstraZeneca Indonesia Cikarang Site. ................................ 34

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. AstraZeneca Indonesia Cikarang Site. . 81

Lampiran 2. Daftar Produk AstraZeneca Indonesia Cikarang Site.................. 82

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu faktor penentu kualitas hidup manusia.

Oleh karena itu penyelenggaraan upaya kesehatan harus didukung oleh seluruh

sumber daya kesehatan meliputi tenaga kesehatan, biaya kesehatan, pengelolaan,

penelitian dan pengembangan kesehatan termasuk obat-obatan. Industri farmasi

merupakan industri yang berkembang pesat di Indonesia karena industri farmasi

merupakan salah satu elemen yang berperan penting dalam mewujudkan

kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang pembuatan obat. Salah satu

upaya pemerintah dalam mendukung terpenuhinya kualitas kesehatan masyarakat

nasional adalah dengan menjamin ketersediaan obat yang aman, bermutu, dan

berkhasiat.

Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya

aktivitas obat mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri

farmasi menjadi salah satu industri yang dikendalikan dan diawasi dengan ketat

oleh pemerintah baik dari segi perizinan, produksi, peredaran, maupun kualitas

obat yang diedarkan, agar setiap industri farmasi menghasilkan produk obat yang

memenuhi spesifikasi atau standar mutu yang dipersyaratkan.

Salah satu upaya yang dilakukan industri farmasi dalam rangka

mempertahankan kualitas obat yang diproduksinya tetap memnuhi standar mutu

yaitu dengan menerapkan Good Manufacturing Practice (GMP). Di Indonesia,

istilah GMP lebih dikenal dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

CPOB merupakan pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia

yang bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya (BPOM RI,

2012). Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.

43/Menkes/SK/II/1998 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik dan

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No.

05411/A/SK/XII/1988 mengenai Petunjuk Operasional Penerapan CPOB, maka

diterbitkan untuk pertama kali Pedoman CPOB pada tahun 1988, yang diikuti

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

2

Universitas Indonesia

dengan Petunjuk Operasional Penerapan CPOB pada tahun 1989 untuk

memberikan penjelasan dalam penjabaran sehingga pedoman ini dapat diterapkan

secara efektif di setiap industri farmasi. CPOB merupakan suatu petunjuk

(guideline) yang bersifat dinamis, artinya mengikuti perkembangan zaman dan

kemajuan teknologi dengan kriteria kualifikasi yang terus berubah. Sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi,

pedoman CPOB telah direvisi secara berkesinambungan pada tahun 2001,

2006, dan 2012 untuk mengantisipasi era globalisasi dan harmonisasi dalam

bidang farmasi terutama pemenuhan terhadap persyaratan dan standar produk

farmasi global terkini.

CPOB mencakup berbagai aspek yang perlu diperhatikan dalam menjamin

mutu obat yang dihasilkan konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan, dan

sesuai tujuan penggunaanya. Aspek tersebut mulai dari manajemen mutu,

personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi,

pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap

obat dan penarikan kembali obat serta obat kembalian, dokumentasi, pembuatan

dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi. Penerapan CPOB

di lingkungan industri farmasi dapat berbeda antara satu industri dengan industri

lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan fasilitas

pendukung, penerapan sistem, dan personil di setiap industri farmasi.

Penerapan CPOB di dalam industri farmasi dapat terlaksana dengan baik

jika para personil telah memiliki pemahaman yang baik mengenai CPOB.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009

tentang pekerjaan kefarmasian, salah satu tempat pengabdian profesi apoteker

adalah industri farmasi. Peran dan tanggung jawab apoteker dalam industri

farmasi tersebut berada pada bidang pemastian mutu, produksi, serta pengawasan

mutu. Untuk mencapai peran dan tanggung jawab profesi tersebut, apoteker

dituntut memiliki bekal pengetahuan, wawasan, dan keterampilan yang memadai

serta kemampuan mengaplikasikan ilmunya secara professional. Namun,

pemahaman melalui teori yang didapat dari perkuliahan saja masih kurang

mencukupi, maka calon apoteker perlu dibekali dengan pengetahuan dan

pemahaman yang komprehensif antara teori dengan prakteknya secara langsung.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

3

Universitas Indonesia

Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, maka seorang calon Apoteker harus

memahami tanggung jawab profesinya secara nyata. Melalui teori yang dibekali

sebelumnya, calon Apoteker diharapkan memiliki pemahaman mengenai

penerapannya di dunia nyata. Pemahaman tersebut dapat diperoleh melalui sebuah

praktek kerja profesi di industri farmasi. Oleh karena itu, Program Profesi

Apoteker Universitas Indonesia mengadakan kerja sama dengan PT. AstraZeneca

Indonesia-Cikarang Site dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi

Apoteker (PKPA) guna memberikan pengalaman dan pemahaman yang lebih

mendalam mengenai tugas, fungsi, dan tanggung jawab Apoteker di industri

farmasi. Pelaksanaan praktek kerja berlangsung selama 7 minggu mulai dari

tanggal 6 Januari – 21 Februari 2014.

1.2. Tujuan

Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universtas Indonesia di industri

farmasi PT. AstraZeneca Indonesia adalah :

a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas mengenai segala

aspek industri farmasi sesuai dengan konsep Cara Pembuatan Obat yang

Baik (CPOB) pada industri farmasi.

b. Memahami penerapan dan pelaksanaan CPOB di lapangan khususnya di PT.

AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site

c. Memahami peran, tugas, dan tanggung jawab apoteker dalam industri

farmasi yang diharapkan dapat menjadi bekal untuk menghadapi dunia kerja

yang sesungguhnya.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

4 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Industri Farmasi

2.1.1. Pengertian Industri Farmasi (Kementerian Kesehatan RI, 2010)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, yang dimaksud dengan

industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.

Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat,

yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi,

pengemasan, pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai diperoleh obat

untuk didistribusikan. Definisi dari obat adalah bahan atau paduan bahan,

termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelediki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi, sedangkan yang dimaksud dengan bahan obat adalah bahan baik

yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat yang digunakan dalam

pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi.

Proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh

industri farmasi. Industri farmasi dapat melakukan kegiatan proses pembuatan

obat dan/atau bahan obat untuk semua tahapan dan/atau sebagian tahapan.

Industri farmasi yang melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan

obat untuk sebagian tahapan harus berdasarkan hasil penelitian dan

pengembangan yang menyangkut produk sebagai hasil kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

2.1.2. Persyaratan Perzinan Usaha Industri Farmasi (Kementerian Kesehatan RI,

2010)

Industri farmasi wajib memperoleh izin usaha industri farmasi dari

Direktorat Jenderal, karena itu industri tersebut wajib memenuhi persyaratan

yang ditetapkan oleh pemerintah dalam melaksanan tugas. Persyaratan industri

farmasi tercantum dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

5

Universitas Indonesia

1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, adalah sebagai berikut:

a. Setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin industri

farmasi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

b. Industri farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang

termasuk dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus

untuk memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas:

a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas,

b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat,

c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),

d. Memiliki secara tetap paling sedikit tiga orang apoteker Warga

Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian

mutu, produksi dan pengawasan mutu, dan

e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak

langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan.

Dikecualikan dari persyaratan ini bagi pemohon izin industri farmasi

milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Permohonan persetujuan prinsip diajukan secara tertulis kepada

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jika permohonan

persetujuan prinsip dilakukan oleh industri Penanaman Modal Asing (PMA)

atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), maka pemohon harus

memperoleh surat persetujuan penanaman modal dari instansi yang

menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan setelah pemohon memperoleh persetujuan

Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala BPOM. Setelah permohonan

persetujuan prinsip diberikan, pemohon dapat langsung melakukan persiapan,

pembangunan, pengadaan, pemasangan dan instalasi peralatan termasuk

produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan.

Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu tiga tahun dan dapat

diubah berdasarkan permohonan dari pemohon izin yang bersangkutan. Selama

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

6

Universitas Indonesia

melaksanakan pembangunan fisik, industri farmasi yang bersangkutan wajib

menyampaikan laporan informasi kemajuan pembangunan fisik setiap enam bulan

sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana

diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan

hidup. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan

dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku lima tahun sepanjang

memenuhi persyaratan. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara sertifikasi

CPOB diatur oleh Kepala BPOM. Selain wajib memenuhi ketentuan yang telah

disebutkan, industri farmasi juga wajib melakukan farmakovigilans. Apabila

dalam melakukan farmakovigilans, industri farmasi menemukan obat dan/atau

bahan obat hasil produksinya yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan

keamanan, khasiat/kemanfaatan, dan mutu, industri farmasi wajib melaporkan hal

tersebut kepada kepala BPOM.

.

2.1.3 Penyelenggaraan dan Pelaporan Industri Farmasi (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2010)

Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan rekomendasi dari Kepala BPOM. Izin ini

berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut berproduksi dan

memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri farmasi yang akan

melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik

untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan

mendapat persetujuan sesuai ketentuan perundang-undangan.

Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan

pindah lokasi, perubahan penanggung jawab, atau nama industri harus dilakukan

perubahan izin. Perubahan terhadap akte pendirian perseroan terbatas harus

dilaporkan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan

kepala dinas kesehatan provinsi.

Industri farmasi yang menghasilkan obat atau bahan obat dapat

mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada pedagang

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

7

Universitas Indonesia

besar farmasi, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat,

klinik, dan toko obat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Industri farmasi dapat membuat obat secara kontrak kepada industri

farmasi lain yang telah menerapkan CPOB. Industri farmasi pemberi kontrak

wajib memiliki izin industri farmasi dan paling sedikit memiliki satu fasilitas

produksi sediaan yang telah memenuhi persyaratan CPOB. Industri farmasi

pemberi kontrak dan industri farmasi penerima kontrak bertanggung jawab

terhadap keamanan, khasiat/kemanfaatan, dan mutu obat. Ketentuan lebih lanjut

mengenai pembuatan obat kontrak ditetapkan oleh Kepala BPOM.

Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri

wajib:

a. Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya,

yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat

atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam satu tahun.

b. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta

pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup

akibat kegiatan industri farmasi yang dilakukannya.

c. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat,

bahan baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk

pengangkutannya dan keselamatan kerja.

d. Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang berlaku

bagi jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk

melakukannya setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi.

2.1.4 Pembinaan dan Pengawasan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2010)

Pembinaan terhadap pengembangan industri farmasi dilakukan oleh

Direktur Jenderal Binfar Alkes Kemeterian Kesehatan, dan pedoman mengenai

pembinaan tersebut juga ditetapkan oleh Direktur Jenderal Binfar Alkes.

Sedangkan pengawasan terhadap industri farmasi dilakukan oleh Kepala BPOM.

Dalam melaksanakan pengawasan, tenaga pengawas dapat melakukan

pemeriksaan dan memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan

pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

8

Universitas Indonesia

untuk memeriksa, meneliti dan mengambil contoh, membuka dan meneliti

kemasan obat dan bahan obat, serta memeriksa dokumen atau catatan lain yang

diduga memuat keterangan mengenai kegiatan pembuatan, penyimpanan,

pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat. Tenaga pengawas juga

dapat mengambil gambar (foto) seluruh atau sebagian fasilitas dan peralatan yang

digunakan dalam pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan/atau perdagangan

obat dan bahan obat. Setiap orang yang bertanggung jawab atas tempat

dilakukannya pemeriksaan oleh tenaga pengawas mempunyai hak untuk menolak

pemeriksaan apabila tenaga pengawas yang bersangkutan tidak dilengkapi dengan

tanda pengenal dan surat perintah pemeriksaan.

2.1.5 Pelanggaran Industri Farmasi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

2010)

Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang

Industri Farmasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa:

a. Peringatan secara tertulis (diberikan oleh Kepala BPOM).

b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk

penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan

obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat, atau

mutu (diberikan oleh Kepala BPOM).

c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi

persyaratan keamanan, khasiat atau mutu (diberikan oleh Kepala BPOM).

d. Penghentian sementara kegiatan (diberikan oleh Kepala BPOM). e. Pembekuan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM).

f. Pencabutan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM).

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

9

Universitas Indonesia

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

2.2.1 Ketentuan Umum (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) merupsksn suatu konsep dalam

industri farmasi mengenai prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam

suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan

menerapkan “Good Manufacturing Practices” dalam seluruh aspek dan

rangkaian kegiatan produksi dan pengendalian mutu sehingga obat yang

dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan

penggunaannya. Secara Prinsip, CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat

secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan

tujuan penggunaannya.

Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial

untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi.

Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan

untuk menyelamatkan jiwa, atau memulihkan atau memelihara kesehatan. Suatu

produk tidak cukup hanya lulus dari serangkaian pengujian tapi yang lebih

penting adalah bahwa mutu harus dibentuk dalam produk tersebut. Mutu obat

tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian

mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terkualifikasi.

Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian

pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke

dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas,

proses produksi, dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan

personil yang terlibat. Pedoman ini juga dimaksudkan untuk digunakan oleh

industri farmasi sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan.

Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan

pengujian tertentu saja, namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang

dikendalikan dan dipantau secara cermat. CPOB 2012 mencakup dua belas aspek

yaitu manajemen mutu; personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan

higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri, audit mutu dan audit &

persetujuan terhadap pemasok; penanganan keluhan terhadap produk dan

penarikan kembali produk, dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan

kontrak; serta kualifikasi dan validasi.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

10

Universitas Indonesia

2.2.2 Manajemen Mutu (Quality Management) (Badan Pengawasan Obat dan

Makanan, 2012)

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai

dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam

dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang

membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak

efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui

suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari

semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan

para distributor.

Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan,

diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan

diterapkan secara benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik

termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu.

Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu

yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya dan

tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan

tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang

dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.

Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan

ketersediaan personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan

yang cukup dan memadai.

CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat

dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang

sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan

spesifikasi produk. Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai sumber daya

yang memadai untuk memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat

dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan. Pengkajian mutu produk secara

berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat terdaftar biasanya dilakukan

tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang

sebelumnya.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

11

Universitas Indonesia

2.2.3 Personalia (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan

penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang

benar. Oleh sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan

personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan

semua tugas. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta

memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai

higiene yang berkaitan dengan pekerjaan.

Industri farmasi hendaknya memiliki personil yang terkualifikasi dan

berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah

tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari risiko

terhadap mutu obat. Industri farmasi juga harus memiliki struktur organisasi.

Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab

hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Hendaklah aspek

penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam

tanggung jawab yang tercantum dalam uraian tugas.

Di dalam struktur organisasi industri farmasi terdapat personil kunci

mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan kepala

bagian manajemen mutu (pemastian mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh

personil purna waktu. Kepala bagian produksi dan kepala bagian manajemen

mutu (pemastian mutu)/kepala bagian pengawasan mutu merupakan orang yang

berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain

(independen). Masing-masing personil hendaklah diberi wewenang penuh dan

sarana yang memadai yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara

efektif. Hendaklah personil tersebut tidak mempunyai kepentingan lain diluar

organisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya dalam

melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan

pribadi atau finansial.

Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh

personil karena tugasnya harus berada dalam area produksi, gudang

penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan

petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak

pada mutu produk. Disamping pelatihan dasar dalam teori dan praktik

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

12

Universitas Indonesia

CPOB, personil baru hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang

diberikan. Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan

efektivitas penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia

program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing dan catatan

pelatihan hendaklah disimpan. Setelah mengadakan pelatihan, prestasi karyawan

dinilai untuk menentukan apakah mereka telah memiliki kualifikasi yang

memadai untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.

2.2.4 Bangunan dan Fasilitas (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki

desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan

dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata

letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko

terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, dan memudahkan

pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari

pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang

dapat menurunkan mutu obat.

Lokasi bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya

pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara,

tanah dan air maupun dari kegiatan di dekatnya. Bangunan dan fasilitas

hendaklah dikonstruksi, dilengkapi, dan dirawat dengan tepat agar memperoleh

perlindungan maksimal dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan melalui tanah

serta masuk dan bersarangnya binatang kecil, tikus, burung, serangga atau hewan

lainnya. Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan

hama. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan dan

bila perlu, didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci.

Dalam menentukan rancang bangun dan tata letak hendaklah

dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: kesesuaian dengan kegiatan lain,

yang mungkin dilakukan dalam sarana yang sama atau dalam sarana yang

berdampingan. Tata letak ruang yang sedemikian rupa untuk memungkinkan

kegiatan produksi dilaksanakan di daerah yang letaknya diatur secara logis dan

berhubungan mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan

yang disyaratkan; luasnya ruang kerja memungkinkan penempatan peralatan

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

13

Universitas Indonesia

dan bahan secara teratur dan logis serta terlaksananya kegiatan, kelancaran

arus kerja, komunikasi dan pengawasan yang efektif; pencegahan penggunaan

kawasan industri sebagai lalu lintas umum. Daerah pengolahan produk steril

dipisahkan dari daerah produksi lain serta dirancang dan dibangun secara

khusus. Obat yang mengandung golongan penisilin dan sefalosporin diproduksi

dalam suatu bangunan yang terpisah dilengkapi peralatan pengendali udara.

Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai dan langit-langit)

hendaklah licin, bebas dari keretakan dan sambungan yang terbuka serta mudah

dibersihkan dan bila perlu mudah didisinfeksi. lantai dan dinding di daerah

pengolahan dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan memungkinkan

pembersihan secara cepat dan efisien. sudut-sudut antara dinding, lantai dan

langit-langit dalam daerah-daerah kritis hendaklah dibentuk lengkungan.

Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta

ventilasi yang baik. Bangunan memiliki penerangan yang efektif dan mempunyai

ventilasi dengan fasilitas pengendali udara.

2.2.5 Peralatan (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan

konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan

dikualifikasi dengan tepat agar mutu obat terjamin sesuai serta seragam dari

bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat

mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran, dan hal-hal yang

umumnya berdampak buruk pada mutu produk.

Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat sesuai

dengan tujuannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal,

produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau

absorbsi yang dapat yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di

luar batas yang ditentukan.

Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko

kesalahan atau kontaminasi. Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada

jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi

kekeliruan dan kecampurbauran produk.

Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

14

Universitas Indonesia

pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.

Kegiatan perbaikan dan perawatan hendaklah tidak menimbulkan risiko terhadap

mutu produk. Prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat dan

dipatuhi.

2.2.6 Sanitasi dan Higiene (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap

aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,

bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan

segala sesuatu yang dapat merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber

pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan

higienis yang menyeluruh dan terpadu, serta program tersebut senantiasa

dievaluasi secara berkala untuk menjamin efektivitasnya.

Personil hendaklah mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai

dengan tugasnya termasuk penutup rambut untuk menjamin perlindungan produk

dari pencemaran dan demi keselamatan personil sendiri. Program higiene yang

rinci mencakup prosedur yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene dan

pakaian pelindung personil hendaklah dibuat dan dilatih kepada semua personil.

Hendaklah dihindarkan bersentuhan langsung antara tangan operator dengan

bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka dan juga dengan

bagian peralatanyang bersentuhan dengan produk.

Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan

dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Hendaklah

terdapat prosedur tertulis untuk pemakaian rodentisida, insektisida, fumisida, agen

fumigasi, pembersih dan sanitasi beserta penanggung jawabnya.

Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar

maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga

dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Prosedur tertulis yang cukup rinci untuk

pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan dalam pembuatan

obat hendaklah dibuat, divalidasi, dan ditaati.

2.2.7 Produksi (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)

Produksi obat hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang

telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

15

Universitas Indonesia

menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi

ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).

Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.

Penanganan bahan baku dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,

pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,

pengemasan, dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau

instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.

Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan

kesesuaiannya dengan pesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dimana perlu dan

diberi penandaan dengan data yang diperlukan. Kerusakan wadah dan masalah

lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu bahan hendaklah diselidiki,

dicatat dan dilaporkan kepada Bagian Pengawasan Mutu. Bahan yang diterima

dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera

setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau

distribusi.

Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani

seperti penerimaan bahan awal. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan

pada kondisi seperti yang ditetapkan pabrik pembuat dan disimpan secara teratur

untuk memudahkan segregasi antar bets dan rotasi stok. Pemeriksaan hasil nyata

dan rekonsiliasi jumlah hendaklah dilakukan sedemikian untuk memastikan tidak

ada penyimpangan dari batas yang telah ditetapkan.

Pengolahan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan secara bersamaan

atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada risiko terjadi

ketercampurbauran ataupun kontaminasi silang. Produk dan bahan hendaklah

dilindungi terhadap pencemaran mikroba atau pencemaran lain pada tiap tahap

pengolahan.

Semua prosedur produksi hendaknya didokumentasi dan di validasi

dengan tepat, sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya

hendaknya didokumentasikan. Perubahan yang penting dalam proses, baik itu

penggantian alat maupun penggantian asal bahan baku, hendaklah dilakukan

validasi ulang. Hal ini untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap

menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

16

Universitas Indonesia

2.2.8 Pengawasan Mutu (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)

Pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari CPOB untuk

memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa konsisten dan mempunyai

mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keterlibatan dan tanggung

jawab semua pihak yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan

merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari

saat obat dibuat sampai pada distribusi obat jadi.

Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis yang

dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, spesifikasi, serta

termasuk pengaturan, dokumentasi, dan pelulusan yang memastikan bahwa semua

pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai

atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi

persyaratan.

Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan labolatorium, tapi juga

harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Kegiatan

ini juga mencakup uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian

yang dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun

dan memperbarui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya.

2.2.9 Inspeksi Diri dan Audit Mutu (Badan Pengawasan Obat dan

Makanan, 2012)

Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek

produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.

Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan

dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang

diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh

petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan

CPOB secara objektif.

Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan pada situasi khusus,

misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan

yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan.

Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat

program tindak lanjut yang efektif.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

17

Universitas Indonesia

Inspeksi diri meliputi seluruh aspek yang tercantum dalam CPOB,

yaitu antara lain personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil,

perawatan bangunan dan peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas

dan obat jadi, peralatan, pengolahan dan pengawasan selama proses, pengawasan

mutu, dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan revalidasi,

kalibrasi alat atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi,

penanganan keluhan, pengawasan label, hasil inspeksi diri sebelumnya dan

tindakan perbaikan.

Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.

Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem

manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu

umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim

yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga

dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.

2.2.10 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk

dan Produk Kembalian (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan

kemungkinan terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan

prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak hendaklah

disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang

diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.

Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu

atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Tindakan

penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah diketahui ada

produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan.

Pemakaian produk yang berisiko tinggi terhadap kesehatan, hendaklah dihentikan

dengan cara embargo yang dilanjutkan dengan penarikan kembali dengan segera.

Penarikan kembali hendaklah menjangkau hingga tingkat konsumen.

2.2.11 Dokumentasi (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

18

Universitas Indonesia

Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap

personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga

memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul

karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi

Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan

harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen

adalah sangat penting.

Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi

produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen

ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu.

Dokumen Produksi Induk, Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur

Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi

Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang

digunakan serta menguraikan semua operasi pengolahan dan pengemasan.

Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu, misalnya pembersihan,

berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan sampel, pengujian, dan

pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk

distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh pada mutu

produk akhir.

Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, dikaji dan didistribusikan dengan

cermat. Bagian dokumen pembuatan dan hendaklah sesuai dengan dokumen

persetujuan izin edar yang relevan. Dokumen hendaklah disetujui, ditandatangani

dan diberi tanggal oleh personil yang berwenang. Dokumen hendaklah juga dikaji

ulang secara berkala dan dijaga agar selalu mutakhir. Bila suatu dokumen direvisi,

hendaklah dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan penggunaan dokumen

yang sudah tidak berlaku secara tidak sengaja. Semua perubahan yang dilakukan

terhadap pencatatan pada dokumen hendaklah ditandatangani dan diberi tanggal;

perubahan hendaklah memungkinkan pembacaan informasi semula; alasan

perubahan hendaklah dicatat jika diperlukan.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

19

Universitas Indonesia

2.2.12 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak (Badan Pengawasan Obat

dan Makanan, 2012)

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,

disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat

menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.

Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat

secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing

pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk

untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepada bagian Manajemen

Mutu (Pemastian Mutu).

Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan dan/atau

analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua

pegaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul

perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan

izin edar untuk produk bersangkutan. Dalam hal analsis berdasarkan kontrak,

pelulusan akhir harus diberikan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian

Mutu) Pemberi Kontrak.

2.2.13 Kualifikasi dan Validasi (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012)

CPOB menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di

indusri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi

validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis

dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan teradap fasilitas, peralatan dan

proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan

dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan

cakupan validasi.

Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan unsur utama program

validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana

Induk Validasi atau dokumen setara.

Seluruh kegiatan validasi harus direncanakan terlebih dahulu. Unsur utama

program validasi dirinci dengan jelas dan dikomentasikan dalam Rencana Induk

Validasi (Validation Master Plan). RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya

data sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi;

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

20

Universitas Indonesia

ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format

dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal

pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan.

Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan

validasi yang akan dilakukan. Hendaklah dibuat laporan yang mengacu pada

protokol kualifikasi/validasi yang memuat ringkasan hasil yang diperoleh,

tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi

perbaikan. Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan, hendaklah diberikan

persetujuan tertulis untuk dapat melakukan tahap kualifikasi dan validasi

selanjutnya.

Kualifikasi terdiri dari kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi

operasional, dan kualifikasi kinerja. Hendaklah tersedia bukti untuk mendukung

dan memverifikasi parameter operasional dan batas variabel kritis pengoperasian

alat. Selain itu, kalibrasi, prosedur pengoperasian, pembersihan, perawatan

preventif serta prosedur dan catatan pelatihan operator hendaklah

didokumentasikan.

Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan

[validasi prospektif]. Dalam keadaan tertentu, jika validasi sebelum produk

dipasarkan tidak memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses

produksi rutin dilakukan [validasi konkruen]. Proses yang sudah berjalan

hendaklah juga divalidasi [validasi retrospektif].

Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas

prosedur pembersihan. Biasanya validasi prosedur pembersihan dilakukan hanya

untuk permukaan alat yang bersentuhan langsung dengan produk. Prosedur

pengendalian perubahan hendaklah memastikan bahwa data pendukung cukup

untuk menunjukkan bahwa data pendukung cukup untuk menunjukkan bahwa

proses perubahan yang diperbaiki akan menghasilkan suatu produk sesuai mutu

yang diinginkan dan konsisten dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

21 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS PT. ASTRAZENECA INDONESIA

3.1 Latar Belakang PT. AstraZeneca Indonesia

AstraZeneca merupakan suatu perusahaan biofarmasetikal global yang

digerakkan oleh inovasi yang memperkerjakan sekitar 57,200 orang (tahun 2012,

46% di Eropa, 31% di Amerika serta 23% di Asia Pasifik). Perusahaan

AstraZeneca telah menemukan, mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan

obat-obatan resep untuk enam area penting kesehatan, yang mencakup beberapa

penyakit dunia yang paling serius seperti kanker, jantung, pencernaan, infeksi,

neuroscience, dan pernapasan dan peradangan dengan tujuan meningkatkan derjat

hidup seseorang (AstraZeneca Global, 2012).

PT. AstraZeneca berawal dari terbentuknya Astra AB dan Imperial

Chemical Industries Ltd. (ICI). Astra AB merupakan sebuah perusahaan Swedia

yang berdiri pada tahun 1913 di Soldertatje, Stockholm bagian selatan.

ICI merupakan salah satu industri di Inggris yang didirikan pada tahun

1926. Bertahun-tahun kemudian, yaitu pada tahun 1970, dibentuklah PT. ICI

Farmasi Indonesia dan dua tahun setelahnya dibangun pabrik Pandaan di daerah

Pandaan-Pasuruan, Jawa Timur. Namun, pada bulan Juni 1993 mulai tejadi

pemisahan bidang di ICI yaitu bahan kimia dan biosciences (termasuk obat-

obatan) sehingga terbentuk Zeneca Group PLC di Inggris. Setahun setelahnya,

Zeneca Pharma memperluas jaringannya ke Indonesia sehingga terbentuk Zeneca

Pharma Indonesia.

Astra AB dari Swedia dan Zeneca Group PLC bergabung dan sepakat

menggunakan nama PT. AstraZeneca pada tanggal 6 April 1999. Astra AB dan

Zeneca Group PLC merupakan dua perusahaan yang memiliki budaya science-

based yang serupa dan bersama-sama memiliki visi untuk industri farmasi.

Penggabungan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan

untuk memberikan pertumbuhan jangka panjang dan meningkatkan nilai

pemegang saham. Akibat penggabungan tersebut, Zeneca Pharma Indonesia

berubah menjadi PT. AstraZeneca Indonesia pada bulan Agustus 1999. Awalnya,

PT AstraZeneca Indonesia memiliki kantor pusat yang berlokasi di Deutsche

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

22

Universitas Indonesia

Bank 12th Floor, Jl. Imam Bonjol no. 80, Jakarta. Sedangkan produksi obat-obatan

dilakukan di pabrik yang bertempat di Pandaan, Surabaya. Untuk pendistribusian

obat-obatan dilakukan oleh distributor tunggal yaitu PT. Parit Padang yang

berkantor pusat di Jakarta. Pada tahun 2007, pabrik Pandaan ditutup dan

diputuskan untuk mendirikan pabrik baru di Cikarang, Bekasi. Pabrik tersebut

merupakan pabrik pengemasan tablet dengan target ekspor ke beberapa negara

Asia dan Australia.

Pabrik AstraZeneca Indonesia (AZI)-Cikarang Site didirikan pada tanggal

5 Oktober 2010, diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI, Endang Rahayu

Sedyaningsih, dan mulai produktif sejak November 2010. Menteri Kesehatan

mengapresiasikan langkah PT. AstraZeneca untuk mengoperasikan fasilitasnya di

Indonesia dikarenakan reputasi PT. AstraZeneca di tingkat internasional sudah

tidak diragukan lagi, sehingga masyarakat Indonesia semakin mudah memperoleh

obat-obatan untuk mewujudkan Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan

(Pusat Komunikasi Publik Sekjen Kemenkes RI, 2010).

Pabrik PT. AstraZeneca Indonesia menyediakan beberapa fasilitas yang

berperan dalam mengakomodasi kegiatan pengemasan primer dan sekunder untuk

melakukan pengemasan sediaan solid oral (Fase I) dan fasilitas produksi (Fase II)

yang masih dalam tahap pengembangan.

Fase I merupakan tempat dilaksanakannya proses pengemasan primer dan

sekunder serta tempat pendukung lainnya, seperti gudang, ruang sampling,

laboratorium bahan kemas, laboratorium preparasi, laboratorium mikrobiologi,

laboratorium kimia dan fisika, area teknik, High Ventilating and Air Conditioning

(HVAC), dan kantor. Fase II merupakan tempat yang direncanakan untuk

mendukung fasilitas formulasi dan dan sistem pengolahan purified water.

Kegiatan di pabrik PT. AstraZeneca Indonesia adalah pengemasan primer,

pengemasan sekunder, pengemasan ulang (repacking) dan penambahan hologram

(redressing). Pabrik PT.AstraZeneca Indonesaia hanya melakukan proses

pengemasan primer dan sekunder pada produk ruahan (bulk) sediaan solid oral

non steril untuk diekspor ke beberapa negara Asia Pasifik (Australia, Taiwan,

Malaysia) dan pengemasan ulang/penambahan stiker hologram pada produk jadi

(finished goods). Pabrik PT. AstraZeneca Indonesia tidak memproduksi atau

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

23

Universitas Indonesia

mengemas berbagai substansi obat yang toksik atau berbahaya atau produk obat

seperti antibiotik beta laktam dan sefalosporin, hormon dan sitostatik. Pabrik ini

juga tidak mengemas atau mengemas ulang (repack) obat hewan. Pengemasan

ulang/repacking yang dilakukan pada fasilitas fase I berupa mengemas kembali

produk jadi impor dengan mengubah kemasan standar ekspor menjadi kemasan

dengan desain dan penulisan lokal sesuai dengan persyaratan lokal (Indonesia).

Penambahan hologram/redressing berupa penambahan hologram pada kemasan

sekunder pada produk jadi yang sudah memenuhi persyaratan lokal. Pabrik AZI

juga melakukan kontrak produksi sediaan solid terhadap penyediaan untuk market

Indonesia melalui pihak ketiga (Astuti, 2012).

3.2 Visi dan Misi PT. AstraZeneca Indonesia

3.2.1 Visi

Visi yang menjadi panutan bagi PT. AstraZeneca Indonesia adalah

menjadi mitra terpercaya dan layak untuk profesional kesehatan, berkomitmen

untuk meningkatkan kesehatan pasien dan menyediakan akses yang lebih luas

untuk obat-obatan yang inovatif.

3.2.2 Misi

Misi PT. AstraZeneca Indonesia yaitu sebagai perusahaan farmasi global

yang memiliki tekad untuk membuat perbedaan berarti bagi kesehatan pasien

melalui obat-obatan yang membawa manfaat bagi pasien dan menambah nilai

bagi para stakeholder dan masyarakat melalui kekuasaan dan jangkauan global

dalam penjualan dan pemasaran, program penelitian dan pengembangan yang kuat

untuk pertumbuhan inovasi dan fleksibilitas strategi keuangan yang lebih besar.

2.3 Struktur Organisasi PT. AstraZeneca Indonesia

Dalam menjalankan tugas-tugas yang terdapat di dalam perusahaan

diperlukan suatu organisasi dan manajemen yang tepat, sehingga akan jelas

tanggung jawab dan wewenang masing-masing individu.

PT. AstraZeneca Indonesia dipimpin oleh seorang Site Director yang

membawahi 4 kepala departemen secara langsung, yaitu Plant Manager, QA and

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

24

Universitas Indonesia

SHE Manager, Supply Chain Manager, dan Plant Accountant. Plant Manager

secara langsung akan membawahi Engineering Asc Manager, Production

Supervisor, Assc Purchasing Manager dan GA&P Supervisor. QA&SHE

Manager akan membawahi QC Supervisor dan QA&SHE Supervisor. Sedangkan

Supply Chain Manager akan membawahi Logistic Supervisor dan Supply Chain

Supervisor. Bagan struktur organisasi PT. AstraZeneca Indonesia dapat dilihat

pada Lampiran 1.

3.3.1. Departemen QA&SHE (Quality Assurance and Safety, Healthy,

Environment)

Departemen QA&SHE yang terdapat pada PT. AstraZeneca Indonesia-

Cikarang Site bertanggungjawab terhadap aktivitas QA (pemastian mutu) dan QC

(pengawasan mutu) untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan sesuai

dengan kebijakan pemasaran atau spesifikasi yang diinginkan, GMP dan

persyaratan internal dari AstraZeneca. Departemen QA&SHE ini berada di bawah

naungan Global Quality Operations. Wakil direktur dari Global Quality

Operations membawahi, secara tidak langsung, kepala Departemen QA dari

berbagai negara pelaksana Operations dan juga kepala departemen QA dalam

bidang Pharmaceutical Development, R&D (Research and Development).

Fungsi QA dalam Operations yaitu bertanggung jawab untuk memastikan

pelaksanaan kerja dan produksi produk dan penyediaan untuk komersial sesuai

dengan persyaratan internal, regulatori dan standar lainnya.

3.3.1.1 QA&SHE Manager

Departemen QA&SHE dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan

QA and SHE Manager yang memiliki tanggung jawab:

a. mengesahkan berbagai standar, prosedur, dan sistem kualitas untuk menjamin

pemenuhan kebijakan (kaidah GMP) dalam kesehatan dan keselamatan dan

memastikan implementasinya berjalan dengan komunikasi dan pelatihan

kepada seluruh personalia

b. melaksanakan, memimpin, menangani, dan memantau implementasi quality

system sesuai yang direncanakan

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

25

Universitas Indonesia

c. menjaga sistem manajemen mutu (Quality Management System) selalu

mengikuti perkembangan perubahan kebijakan pemerintahan dan peraturan

internal AZ untuk diaplikasikan dan menjaga Licence to Operate

d. memastikan GMP dan persyaratan internal AZ diimplementasikan dengan

baik di area pabrik

e. menanamkan, mengimplementasikan, memantau dan meninjau SHE

Management system sesuai standar AZ dan regulasi lokal untuk mencapai

tujuan dan Global SHE objective

f. mengesahkan sistem manajemen resiko dan menjamin implementasinya terus

berlangsung

g. mengelola kontraktor atau pihak ketiga dalam mendukung kepentingan AZ

untuk mencapai kualitas

h. mengelola sistem dokumentasi

i. menetapkan peraturan, hak dan tanggung jawab dari Quality Unit

j. memastikan seluruh perizinan dan pelatihan dilaksanakan pada tempatnya

k. berpartisipasi aktif dalam Regional External Supply Network

QA&SHE Supervisor di PT. AstraZeneca Indonesia dijabat oleh seorang apoteker

yang memiliki tanggung jawab:

a. menyiapkan, menyediakan, meninjau, mengimplementasikan, memantau,

dan memperbarui sistem manajemen mutu bersama-sama dengan QA and

SHE Manager dan personel QA sehingga menjamin produk yang

dihasilkan berkualitas tinggi dan memenuhi persyaratan GMP, persyaratan

lokal, dan standar PT AstraZeneca

b. merancang dan menjamin implementasi sistem komunikasi dan pelatihan

GMP dan SHE

c. meninjau ulang AstraZeneca Quality & Compliance Manual (QCM)

secara berkala sesuai ketentuan AstraZeneca dan memastikan semua

peraturan dalam QCM diimplementasikan

d. menyiapkan, meninjau, menyetujui, dan menjamin implementasi

manajemen dokumentasi

e. membuat program pemantauan melalui audit internal untuk menjamin

prosedur dokumentasi terimplementasi dengan baik

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

26

Universitas Indonesia

f. memberikan izin untuk bekerja dan mengimplementasikan sistem

keselamatan dalam bekerja

g. membuat, meninjau, mengesahkan, dan menjamin implementasi berbagai

standar prosedur operasional/SOP dan instruksi kerja (Working

Instruction/WI) dengan mengatur distribusinya secara komunikasi ataupun

pelatihan ke personel terkait

h. menyediakan dan melaksanakan program audit internal

i. menyediakan laporan SHE setiap tiga bulan

j. mendukung aktivitas kualifikasi dengan membuat, meninjau, dan

menyetujui sistem pelaksanaan dan pelaporan kualifikasi

k. membuat, menyetujui, menjelaskan, mengadakan, dan memantau sistem

pelatihan yang baik untuk menjamin terimplementasi dan terdokumentasi .

l. menyediakan dan menyetujui protokol validasi dan laporan validasi

(Validation Master Plan dan Validation Master Report)

m. meninjau nomor bets dan masa kadaluarsa dari produk jadi berdasarkan

sertifikat analisis bulk dari industri pembuatnya

n. menyediakan catatan bets (batch packaging record) dan meninjau ulang

catatan bets sebelum disetujui

o. membuat keputusan mengesahkan atau menolak material yang baru masuk

dan produk jadi

p. menyediakan sertifikat analisis (Certificate of Analysis) dari produk jadi

q. menyediakan dan memperbarui Site Master File

r. menyediakan dan menyetujui review product bersama dengan personel

QA dan QC supervisor

s. mengatur dan mengawasi prosedur change control, deviasi, dan OOS

t. mengelola keluhan, menginvestigasi, dan menanggapi keluhan

u. mengawasi Corrective and Preventive Action (CAPA)

v. membuat dan menyetujui kesepakatan perjanjian dengan pemasok serta

mengevaluasi pemasok secara berkala untuk memastikan kinerja pemasok

sesuai dengan yang diinginkan sehingga dapat mengambil keputusan

memperpanjang atau memutus perjanjian tersebut.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

27

Universitas Indonesia

3.3.1.2 Pengawasan Mutu (Quality Control/QC)

Pengawasan mutu (Quality Control/QC) adalah subfungsi dari pemastian

mutu (QA Operations) yang bertanggung jawab terhadap pengujian fisika, kimia,

dan mikrobiologi yang berhubungan dengan komponen pengemasan dan produk

jadi untuk memastikan terpenuhinya spesifikasi yang ditentukan AZ. Quality

Control terdiri dari QC supervisor yang memimpin fungsi analyst dan inspector.

Tanggung jawab dari fungsi pengawasan mutu (QC) mencakup:

a. membuat spesifikasi dari bahan awal, bahan pengemas, dan produk jadi

termasuk di dalamnya kriteria kelas defek

b. melakukan pengembangan, mengeluarkan, dan menyetujui metode

pengujian dan spesifikasi

c. melakukan pengembangan dari sampling dan rencana inspeksi yang sesuai

dengan prosedur dan spesifikasi

d. menentukan jumlah pengambilan contoh, mengambil contoh (sampling)

dan menganalisis hasil dari pengujian bahan pengemas dan produk jadi

e. menyimpan contoh per tinggal dari bahan awal dan produk jadi

f. menganalisis hasil validasi metode

g. melakukan pengujian fisika/kimia/mikrobiologi terhadap bahan awal,

bahan pengemas, dan produk jadi sesuai dengan prosedur dan spesifikasi

h. melakukan pengujian selama proses produksi berlangsung (sampel awal,

tengah, dan akhir)

i. melakukan pengujian mikrobiologi dari purified water

j. melakukan pemantauan mikrobiologi di Area Kelas Bersih

k. melakukan pengujian mikrobiologi untuk pemantauan lingkungan dari

fasilitas, media, peralatan, dan personil

l. menyimpan hasil pengujian laboratorium dan data

m. mengevaluasi data stabilitas dan temperatur yang menyimpang dari

produk selama pengiriman

n. menganalisis akar masalah penyimpangan dan Corrective and Preventive

Action (CAPA)

o. mengimplementasikan, memantau, dan memperbarui Quality&SHE

Management System dalam cakupan laboratorium QC

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

28

Universitas Indonesia

3.3.2. Departemen Plant

Departemen ini dipimpin oleh seorang Plant Manager. Plant Manager

bertanggung jawab terhadap semua fase dari plant operation mencakup produksi,

pengawasan mutu, penjaminan mutu, pemeliharaan, penerimaan, dan pengiriman.

Tanggung jawab tersebut antara lain: mengembangkan dan menjaga kapasitas,

pelaksanaan, produktivitas produksi mencapai produksi yang sesuai dengan

permintaan secara efektif dan efisien; memastikan bahwa area produksi,

peralatan, dan fasilitas yang digunakan sesuai dengan GMP dengan peralatan dan

mesin yang terkualifikasi dan secara rutin dikalibrasi; memelihara fasilitas

produksi dan peralatan, bersih dan rapi dalam penyelenggaraan yang optimum

untuk memastikan fasilitas layak digunakan untuk produksi; mengalokasikan dan

memanage sumber daya manusia dan peralatan dengan baik untuk mencapai

tujuan perusahaan; melakukan SHE di tempat untuk memastikan tanggung

jawabnya terhadap pengurangan akan penggunaan energi, kecelakaan dan alarm;

menjaga lisensi dan izin untuk beroperasi; serta bekerja sama dengan Assc

Purchasing Manager untuk dapat mengembangkan operasi dengan biaya produksi

yang rendah dengan tetap menjaga kualitas dan menjalin hubungan baik dengan

pemasok. Plant manager memimpin beberapa bagian, yaitu Produksi, Teknik

(Engineering), Pembelian (Purchasing), dan General Affair&Personnel (GA&P).

3.3.2.1 Produksi

Departemen produksi terdiri dari beberapa operator dan packer yang

dipimpin oleh seorang supervisor (pengawas) yang merupakan seorang apoteker.

Proses produksi yang berlangsung di PT. AstraZeneca Indonesia - Cikarang Site

saat ini mencakup pengemasan primer dan sekunder terhadap sediaan solid oral

non-steril (tablet), yaitu Inderal (Propranolol hidroklorida); pengemasan ulang

(repacking); serta penambahan sticker (redressing). Proses pengemasan ulang

(repacking) produk yang diimpor dari beberapa negara ke dalam kemasan baru

yang berbeda dari kemasan sebelumnya, dimana pada kemasan baru ini telah

didesain sedemikian rupa sehingga memenuhi spesifikasi dan standar lokal pada

negara yang dituju tempat nantinya produk tersebut akan dijual. Pada kemasan

yang baru ini juga dicantumkan nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan pharmacode

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

29

Universitas Indonesia

dari masing-masing produk. Proses penambahan sticker (redressing) produk yang

diimpor dari beberapa negara dengan kemasan yang telah memenuhi spesifikasi

dan standar lokal hanya perlu penambahan sticker hologram maupun generik.

Peranan dari bagian produksi di PT. AstraZeneca Indonesia - Cikarang

Site yaitu bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses pengemasan produk

farmasetikal; menyelesaikan produksi tepat waktu sesuai jadwal; bertanggung

jawab mematuhi peraturan cGMP Global Quality Policy terkait pelaksanaan

pengemasan; mengimplementasikan SHE dan DEPNAKER’s UKK (Industrial

Hygiene and Safety) dalam area produksi; melakukan line clearance atau

pembersihan lini; membantu QC dalam proses pengambilan sampel dalam rangka

kualifikasi performa (Performance Qualification), proses validasi (Validation

Process), dan apabila terjadi cacat (defect) pada penampilan tablet; melakukan

pemeriksaan kelengkapan dan variabel data setiap setengah jam selama proses

produksi berlangsung; serta melakukan dokumentasi dengan mengisi catatan bets.

3.3.2.2 Teknik (Engineering)

Bagian Teknik (Engineering) dipimpin oleh seorang Engineering Asc

Manager yang bertanggung jawab dalam mengatur dan mengawasi semua

kegiatan Teknik yang terkait dengan produk, serta memastikan setiap peralatan,

bangunan, dan fasilitas yang digunakan telah menerapkan standar GMP, termasuk

pelaksanaan kalibrasi dan kualifikasi. Engineering Asc Manager membawahi tiga

personel, yaitu Engineering Leader, Engineering Administrator, dan Engineering

Technician.

Engineering Leader melakukan pengembangan kontrol, meninjau hasil

dari perawatan mesin, kalibrasi dan status; membuat perencanaan mingguan untuk

perawatan mesin; menjalankan fasilitas yang terdapat dalam pabrik (sistem BAS,

access control, sistem pengolahan air, sistem HVAC, dsb); menyelenggarakan

CAPA yang berhubungan dengan analisis resiko, audit internal, dan mendukung

program kualifikasi.

Engineering Administrator melakukan berbagai tugas administrasi dan

dokumentasi di bagian Engineering, seperti memperbaharui status dari Work

Orders, perawatan mesin dan kalibrasi; menyiapkan jadwal pelaksanaan

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

30

Universitas Indonesia

perawatan mesin dan kalibrasi; menyiapkan acceptance sheet untuk kalibrasi dan

label kalibrasi pada mesin.

Engineering Technician bertugas untuk melakukan pemantauan sistem

BAS, tekanan, temperatur, dan filter pada AHU; melakukan perawatan mesin

sesuai jadwal; menjaga level klorin dalam domestic water pump; melakukan Job

Orders sesuai jadwal dan melaksanakan kalibrasi sesuai permintaan.

3.3.2.3 Pembelian (Purchasing)

Bagian pembelian dikerjakan oleh seorang Assc Purchasing Manager

yang bertanggung jawab dalam pengadaan pembelian barang atau jasa dari user.

Bagian ini di AstraZeneca Indonesia berperan penting mulai dari proses

penawaran harga (quotation) hingga pembelian barang yang dilakukan secara

PTP (Purchase to Pay). Vendor yang melakukan penawaran harga senantiasa

dilakukan penilaian resiko terlebih dahulu terhadap produk yang dibuat (Risk

Assesment Vendor) oleh QA. Selain penilaian resiko, vendor juga dinilai dari segi

bisnis oleh purchasing, yaitu terkait kesesuaian harga dan kualitas dari produk

yang ditawarkan vendor. Terkadang purchasing juga dapat melakukan

perbandingan harga (bidding) dari beberapa vendor yang berbeda karena nilai

yang dikeluarkan dianggap bermakna sehingga dapat terhindar dari conflict of

interest.

3.3.2.4 General Affair&Personnel (GA&P)

GA&P di AstraZeneca Indonesia membawahi manajemen hama/pest

control (ISS bagian IPM/Integrated Pest Management), manajemen kebersihan

(Cleaning), keamanan/access control (Security), GA umum dan administrasi, dan

transportasi (Operational Driver). Bagian ini juga berhubungan langsung dengan

kantor pusat di Jakarta. Departemen GA&P dipimpin oleh seorang supervisor

yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan memonitor administrasi dan

operasional umum, termasuk kebersihan, keamanan, dan pelayanan di kantor

sehingga sesuai dengan standar. GA&P Supervisor mengepalai GA officer yang

berperan dalam melakukan perjanjian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan

pemerintahan (mengidentifikasi organisasi yang terdapat dalam Dinas Tenaga

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

31

Universitas Indonesia

Kerja/Disnaker Bekasi; memperkenalkan AZI ke Disnaker; sosialisasi Anti

Bribery Anti Corruption/ABAC; mengadakan kegiatan kerjasama dengan

Dinasker), tiket, akomodasi, logistik, vendor (sosialisasi ABAC), pembayaran,

perizinan, penyediaan makan (catering), serta mengurus faktur (invoice),

inventaris dan barang non inventaris.

Manajemen hama dikerjakan oleh satu orang yang bertanggung jawab

untuk memastikan tidak adanya pest, hama, dan serangga dalam semua ruangan di

AZI (kelas E, F, dan G); mengidentifikasi/menutup segala bentuk jalan masuknya;

menempatkan perangkap, pengecekan umpan, dan pengontrolan check list pada

log book perangkap; bertanggung jawab terhadap bahan kimia terhadap

lingkungan dan tidak mengkontaminasi produk; menanggapi dengan cepat bila

ditemukan hama; melaporkan aktivitas harian; serta membuat laporan bulanan.

Manajemen kebersihan dikerjakan atas vendor dengan ISS yang terdiri

dari seorang pemimpin dan dibantu oleh 4 orang lainnya. Bagian ini bertanggung

jawab terhadap kebersihan keseluruhan gedung mencakup memastikan tidak

terdapat debu dan partikel di semua ruangan (kelas E, F, dan G); penyimpanan

alat kebersihan yang teratur; menjamin kertersediaan stock consumable; merespon

dengan cepat bila terdapat temuan; mengisi log book; melaporkan aktivitas harian;

serta membuat laporan bulanan.

Manajemen keamanan terdiri dari seorang pemimpin yang dibantu oleh 6

orang lainnya. Bagian ini bertugas untuk memastikan seluruh karyawan, tamu,

dan kontraktor yang masuk maupun keluar dari pabrik teridentifikasi dengan jelas

dalam kondisi aman; memastikan seluruh area pabrik dalam kondisi aman dari

ancaman pihak luar; memastikan serah terima barang sampai ke penerima;

melaporkan aktivitas harian; serta membuat laporan bulanan.

3.3.3. Departemen Supply Chain&Logistic

Departemen ini dipimpin oleh seorang Supply Chain&Logistic Manager

yang bertanggung jawab untuk memastikan penyediaan (supply) kepada

pelanggan dengan persediaan yang minimum dan efisiensi yang optimum;

memberikan dukungan kepada perusahaan agar tujuan komersialnya dapat

tercapai; melakukan pengembangan dan menjaga kapasitas gudang, kinerja,

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

32

Universitas Indonesia

produktivitas, dan kinerja supply tercapai efisiensinya dengan biaya optimal; serta

memastikan area gudang, peralatan, fasilitas, dan sistem memenuhi peraturan.

Supply Chain&Logistic Manager memimpin bagian Supply Chain dan Logistic.

3.3.3.1 Supply Chain

Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor yang memiliki tanggung

jawab untuk mengoptimalkan pengadaan persediaan (daftar kebutuhan yang

dibutuhkan dan stok yang ada); memastikan kapasitas produksi baik dan

memenuhi permintaan seperti yang direncanakan; menjaga penyaluran dengan

kinerja yang optimal kepada pelanggan dengan menjadwalkan pelulusan (release)

produk dan pengiriman barang; mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan

secara optimal; mengkoordinasi dan follow-up Toll (kerjasama kontrak);

mempersiapkan dan memeriksa pembayaran untuk vendor/kontraktor;

bertanggung jawab mengimplementasikan AstraZeneca SHE dan DEPNAKER’s

Upaya Kesehatan Kerja-UKK (Industrial Hygiene and Safety); membuat Process

Order Number (PON) untuk dokumentasi penyerahan barang dari gudang ke

bagian produksi serta memelihara dokumentasi pendukung yang diperlukan

secara akurat sesuai standar GMP dan perusahaan dalam sistem Supply Chain.

3.3.3.2 Logistic

Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor yang mengepalai dua orang

warehouse operator. Peran Logistic supervisor antara lain bertanggung jawab atas

keadaan penyimpanan bahan baku, kemasan, produk bulk dan produk jadi sesuai

standar GMP dan kriteria produk; bertanggung jawab untuk mengadakan

distribusi material ke produksi dan produk jadi ke distributor tepat waktu;

melakukan koordinasi dengan bagian produksi, QC dan Purchasing untuk

memastikan kapasitas dan mutu produksi terjamin; menganalisis dan

mengusulkan perbaikan gudang; memelihara dokumen penyimpanan dan sistem

pencarian supaya tetap menjamin pelaksanaan FEFO (first expired-first out);

memelihara daerah yang sudah ditentukan sebagai tempat penyimpanan bahan

awal, kemasan, produk bulk dan produk jadi; memastikan pengendalian internal

yang baik untuk meminimalkan dampak kerugian dari segi keuangan;

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

33

Universitas Indonesia

bertanggung jawab mengimplementasikan AstraZeneca SHE dan DEPNAKER’s

Upaya Kesehatan Kerja-UKK (Industrial Hygiene and Safety); menjaga lisensi

dan izin yang berhubungan dengan gudang; serta memastikan pengolahan limbah

yang dilakukan oleh vendor telah memenuhi standar.

3.3.4. Plant Accountant

Bagian ini bertanggung jawab untuk pengadaan kerja sama dengan area

bisnis yang relevan untuk memastikan ketepatan waktu dalam pengiriman;

memastikan laporan manajemen dan anggaran sesuai dengan pedoman dan

kebutuhan manajemen; bekerjasama dengan plant management, bagian produksi,

QA, GA&A untuk mendukung anggaran dan analisis laporan bulanan, mengelola

kerjasama kontrak antar AstraZeneca (AstraZeneca Indonesia dengan UK,

Sweden, Australia, dan lainnya); serta terlibat dalam kontrol pembangunan,

proses, pelaporan manajemen yang sedang berlangsung, transaksi keuangan dan

masalah pajak.

3.4 Lokasi dan Sarana

Pabrik AstraZeneca Indonesia bertempat di Jababeka Phase III

TechnoPark Jl. Tekno Raya Blok B1A-B1B Cikarang, Bekasi, Jawa Barat yang

merupakan kawasan industri sehingga berdekatan dengan beberapa industri

lainnya dan pemukiman penduduk. Sedangkan kantor pusatnya bertempat di

Perkantoran Hijau Arkadia Tower F, 3rd F1, Jl. Letjen TB Simatupang Kav 88

Jakarta, 12520.

3.5 Bangunan dan Fasilitas serta Sarana Penunjang

Desain Pabrik AZI-Cikarang Site menerapkan principle of minimum

distance, yaitu prinsip penempatan ruangan untuk proses yang berurutan diatur

hingga berdekatan satu dengan yang lainnya sehingga efisiensi dalam proses

produksi dapat tercapai. Bangunan dan fasilitas serta sarana penunjang yang ada

didesain sedemikian rupa hingga kualitas produk dapat terjamin dan spesifikasi

CPOB terpenuhi.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

34

Universitas Indonesia

Gambar 3.1. PT. AstraZeneca Indonesia - Cikarang Site

Konstruksi pabrik dibangun dengan menggunakan tiang pondasi. Secara

arsitektur, desain bagian luar bangunan mendukung citra kegiatan sebagai industri

farmasi modern yang bersih dan terawat dengan baik.

Prioritas pertama dalam desain bagunan dan fasilitas serta sarana

penunjang adalah pemenuhan spesifikasi GMP dan kebersihan. Semua ruangan

memiliki standar kenyamanan kerja, seperti suhu yang sesuai dan pengaturan

cahaya, khususnya pada siang hari sehingga pegawai dapat bekerja secara

produktif dan efektif.

3.5.1 Desain pabrik

Ruang penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan bahan

awal dan bahan pengemas, penimbangan dan penyerahan produk, pengolahan,

pencucian peralatan, penyimpanan peralatan, penyimpanan produk ruahan,

pengemasan, karantina produk jadi sebelum pelulusan akhir, pengiriman produk,

dan laboratorium pengawasan mutu berada di area terpisah satu sama lain. Area

produksi terbagi atas ruang pengemasan primer dan sekunder yang terpisah dan

berbeda kelas kebersihannya, dimana ruang pengemasan primer merupakan area

kelas E dan ruang pengemasan sekunder merupakan area kelas F. Selain itu juga

terdapat ruang untuk granulating, milling, tablet press, spare room, cleaned

equipment storage, intermediate product storage dan in process control room yang

masih belum aktif dan belum beroperasi disebabkan PT AZI-Cikarang Site hingga

saat ini tidak memformulasikan produk jadi hanya melakukan pengemasan.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

35

Universitas Indonesia

Pada area-area yang memerlukan perhatian khusus terhadap sistem aliran

udaranya seperti area produksi, sampling room, dan laboratorium mikrobiologi

maka ditanamkan suatu magnehelic di dinding pembatas ruangan tersebut dengan

ruangan luar. Magnehelic ini berfungsi untuk menunjukkan perbedaan tekanan

antara ruang-ruang yang dibatasi oleh magnehelic, dimana spesifikasi perbedaan

tekanan yaitu sekitar 5-20 kPa.

Sedangkan pada area-area yang memerlukan perhatian khusus terhadap

suhu dan kelembapan, seperti area produksi, sampling room, laboratorium, gudang,

retained sample and QA document room, maka diletakkan suatu termometer digital

yang dapat menunjukkan suhu dan kelembapan di masing-masing ruangan

tersebut. Pemeriksaan terhadap magnehelic dan termometer digital perlu dilakukan

setiap hari untuk memastikan kondisi ruangan memenuhi spesifikasi.

3.5.1.1 Area produksi

Area produksi di AstraZeneca Indonesia dikelompokkan menjadi dua kelas,

yaitu ruang kelas E dan ruang kelas F. Ruang kelas E ditujukan untuk pengemasan

primer, washing room, dispensing, bulk staging dan beberapa ruang yang tidak

aktif yang disediakan untuk granulating, milling, tablet press, spare room, cleaned

equipment storage, intermediate product storage dan in process control room.

Ruangan-ruangan ini masih belum beroperasi karena pada fase 1 AstraZeneca

Indonesia hanya melakukan pengemasan.

Sedangkan ruang kelas F adalah ruang yang digunakan untuk pengemasan

sekunder, pengemasan ulang (repacking) dan penambahan stiker hologram

(redressing) sediaan impor yang telah diproduksi dan dikemas oleh Supplying Site.

Selanjutnya, sediaan yang mengalami pengemasan primer dan sekunder yaitu

Inderal akan diekspor ke beberapa negara, seperti Taiwan, Australia dan Malaysia,

sedangkan sediaan yang dikemas ulang dan ditambahkan stiker hologram akan

dijual ke market lokal.

Selain itu, di area produksi juga terdapat loker, ruang ganti, toilet, dan

mushola. Diantara ruang pengemasan primer dan pengemasan sekunder terdapat

airlock room (ruang penyangga), ruang ganti pakaian, dan cuci tangan.

Luas area produksi dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

36

Universitas Indonesia

penempatan alat-alat yang digunakan selama proses produksi secara teratur dan

operator mesin dapat bekerja di dalam ruangan tersebut dengan nyaman.

Permukaan dinding dan lantai untuk area produksi dilapisi dengan cat epoksi. Hal

ini bertujuan untuk memperoleh permukaan yang rata dan tidak berpori sehingga

tahan terhadap bahan kimia, mudah dibersihkan, dan mudah dibilas dengan air.

Sebagian besar dinding dibangun menggunakan fire rated insulated metal dan

diakhiri dengan powder coating yang dapat menahan zat kimia pembersih untuk

pemeliharaan dan perawatan higienis dan dilengkapi dengan aksesoris listrik untuk

mengakomodasi standar GMP dan mudah dibersihkan.

Pertemuan antara dinding dengan lantai dibuat sedemikian rupa sehingga

menghindari adanya sudut (melengkung/curving). Konstruksi beton dilengkapi

dengan penghalang kelembaban dimana diharapkan di area produksi tetap berada

dalam kelembaban yang relatif rendah.

Celah antara rangka jendela dengan kaca, celah pada pemasangan lampu

serta pipa harus dihindari untuk mengurangi kontaminasi dan memudahkan

pembersihan. Salah satu caranya dengan menggunakan sealant atau dengan

mendesain pemasangannya sedemikian rupa seperti lampu ditutupi dengan kaca.

Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah

dipasang sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk.

Semua pintu terbuat dari stainless steel sesuai persyaratan GMP dan juga

digunakan untuk mempermudah pemeliharaan. Langit-langit di area produksi

dibangun dengan menggunakan panel sandwich yang mendukung berat tambahan

untuk memungkinkan akses personil sehingga dapat berjalan di atasnya untuk

GMP dan tujuan pemeliharaan.

3.5.1.2 Gudang

Gudang secara visual tampak bersih dan dilapisi dengan cat enamel pada

bagian dindingnya sesuai standar. Gudang dirancang sedemikian rupa untuk

mencegah terpaparnya dengan sinar dan panas matahari langsung. Atap gudang

juga dilapisi oleh lapisan aluminium foil yang bertujuan untuk menahan panas dari

sinar matahari sehingga suhu di area penyimpanan tetap terjaga. Sama hal nya

seperti di ruang produksi, permukaan dinding dan lantai gudang juga dilapisi

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

37

Universitas Indonesia

dengan cat epoksi. Pertemuan antara dinding dengan lantai dibuat sedemikian rupa

sehingga menghindari adanya sudut (curving). Hal ini bertujuan untuk memperoleh

permukaan yang rata dan tidak berpori sehingga tahan terhadap bahan kimia,

mudah dibersihkan, dan mudah dibilas dengan air.

Berdasarkan fungsi penyimpanannya gudang terbagi atas ambient

warehouse dan cool warehouse. Ambient warehouse digunakan sebagai tempat

penyimpanan kemasan, label dan karton untuk mengemas produk. Tempat

penyimpanan label dan etiket berupa lemari yang dapat dikunci. Suhu pada

ambient warehouse tidak memerlukan pengaturan secara khusus. Di sebelah

ambient warehouse terdapat ruang tempat penyimpanan limbah B3 (hazardous

waste) dan barang yang ditolak sebelum dimusnahkan oleh vendor PPLI (Persada

Pemusnah Limbah Industri). Bersebelahan dengan area ini juga terdapat material

air lock sebelum sampling room (kelas E) yang digunakan sebagai tempat

pengambilan contoh bahan pengemas yang diterima oleh QC. Cool Warehouse

digunakan sebagai tempat penyimpanan produk ruahan dan produk jadi sehingga

suhu pun diatur menjadi <25°C dan telah dirancang agar memungkinkan untuk

menampung banyak produk. Terdapat empat rak besar dalam ruang Cool

Warehouse dengan adanya pemisahaan antara finished good dan semi finished

good. Lantai terbuat dari beton yang memungkinkan untuk menahan beban sebesar

3 ton/m2 (Astuti, 2012).

Kedua jenis gudang ini beserta bulk staging di area produksi memiliki

indikator suhu yaitu termometer chart recorder yang berada di dalam panel di area

ambient warehouse. Termometer ini melakukan pencatatan suhu tiap waktu di

setiap ruangan tersebut melalui suatu chart paper. Setiap minggu dilakukan

penggantian chart paper yang menyebabkan termometer ini tidak beroperasi.

Apabila termometer ini tidak beroperasi atau dalam kondisi rusak, maka harus

tetap dilakukan pencatatan suhu di area cool warehouse menggunakan

thermometer max-min secara berkala oleh operator gudang. Termometer chart

recorder memiliki alarm yang akan aktif apabila suhu di ketiga area tersebut tidak

sesuai spesifikasinya. Alarm ini juga terhubung ke pos keamanan sehingga dapat

mengantisipasi keadaan dimana tidak ada personil di area gudang.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

38

Universitas Indonesia

3.5.1.3 Office

Lantai pada area office berbahan dasar vinyl dan menggunakan keramik.

Dinding dibuat secara partisi dengan menggunakan gipsum yang diisi dengan

bahan terisolasi sehingga dapat menyerap bunyi dan kaca sehingga memberikan

kesan seperti ruangan modern dan luas, dengan detail yang berbeda untuk ruangan

khusus. Langit-langit didesain menggunakan atap yang dapat menyerap bunyi dan

dikombinasikan dengan gipsum terisolasi (Astuti, 2012).

3.5.1.4 Laboratorium Bahan Pengemas

Laboratorium bahan pengemas terletak di antara ruang preparasi dan

pantry. Laboratorium bahan pengemas memiliki konstruksi bangunan sedemikian

rupa untuk memudahkan dalam proses pembersihan. Laboratorium ini digunakan

untuk memeriksa kemasan yang digunakan (label, karton, sticker, dan lainnya)

untuk mengemas produk AstraZeneca baik berupa dimensi dan kebenaran bahan

pengemas yang digunakan terhadap spesifikasinya. Selain itu laboratorium ini juga

merupakan office room untuk QC supervisor dan staf-nya. Laboratorium ini

dilengkaoi dengan komputer, spektrofotometri IR, jangka sorong, handbook

pantone, timbangan, dan alat lainnya yang digunakan dalam pengujian serta loker

untuk menyimpan dokumen-dokumen (packaging material specification dan

analysis sheet)

3.5.1.5 Laboratorium Preparasi

Laboratorium preparasi terletak di sebelah laboratorium mikrobiologi.

Laboratorium ini digunakan untuk melakukan preparasi media dan sampel sebagai

persiapan untuk melakukan pengujian di laboratorium mikrobiologi. Di dalam

laboratorium ini terdapat pass box yang merupakan tempat antara yang berupa

airlock system untuk pemindahan material dan media yang diperlukan dalam

pengujian di laboratorium mikrobiologi. Laboratorium ini dilengkapi autoklaf

untuk sterilisasi dan dekontaminasi, inkubator, dan peralatan lainnya.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

39

Universitas Indonesia

3.5.1.6 Laboratorium Mikrobiologi

Laboratorium mikrobiologi merupakan ruangan dengan tingkat kelas yang

sama dengan ruang produksi yaitu kelas E. Lantai laboratorium terbuat dari beton

dengan yang dilapisi oleh epoksi hingga lantai bertemu dengan bagian dinding

untuk mencegah terjadinya sudut. Dinding terbuat dari blok beton ringan yang

diplester dan dilapisi juga dengan cat epoksi sehingga mudah dibersihkan. Langit-

langit ditutup menggunakan kalsium silikat mulus dan dilapisi dengan cat epoksi.

Bingkai pintu dan jendela menggunakan aluminium dan dikombinasikan dengan

kaca. Laboratorium ini mendapatkan pengaturan suhu, kelembaban, dan tekanan

(magnehelic mengatur tekanan).

Laboratorium mikrobiologi digunakan untuk tujuan pengujian bahan,

seperti water for injection (WFI) untuk keperluan produksi secara mikrobiologi

dan pembuatan media untuk pertumbuhan mikroorganisme. Untuk masuk ke dalam

laboratorium mikrobiologi, personil harus melewati ruang ganti serta mengenakan

pakaian dan alas kaki khusus serta alat pelindung diri (APD) yang terdiri dari

masker dan sarung tangan selama berada di laboratorium ini.

Laboratorium ini memiliki pass box yang tertanam di dinding dan

berhubungan dengan ruangan preparasi yang berada di sebelahnya. Pass box ini

merupakan airlock system yang digunakan untuk melakukan pemindahan material

dan media dari ruangan preparasi ke dalam laboratorium mikrobiologi.

3.5.1.7 Laboratorium Kimia dan Fisika

Laboratorium kimia dan fisika merupakan ruang kelas G dengan konstruksi

bangunan sedemikian rupa untuk memudahkan dalam proses pembersihan.

Laboratorium ini digunakan untuk melakukan pengujian air dan melakukan

pencampuran bahan-bahan kimia dalam lemari asam (fume hood) namun untuk

saat ini laboratorium kimia dan fisika ini masih belum terlalu sering digunakan

sesuai fungsinya karena AZI tidak melakukan formulasi dan pemeriksaan produk

ruahan yang dikemas hanya melalui sertifikat analisa. Di samping kiri dan kanan

lemari asam terdapat eye washer dan water shower yang dapat mengeluarkan air

secara praktis sebagai antisipasi jika bagian tubuh personil terkena bahan kimia.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

40

Universitas Indonesia

3.5.1.8 Technical area

Area teknik terdapat di lantai 2 office merupakan ruangan tempat

penempatan alat-alat teknik yang diperlukan untuk menunjang kinerja dari pabrik

AZI-Cikarang Site. Salah satunya merupakan alat-alat penunjang sistem High

Ventilated Air Conditioner/HVAC di pabrik. Sistem HVAC adalah integrasi dari

komponen pemanas, sirkulasi udara, dan pendingin yang dikontrol oleh sistem

komputerisasi dan berfungsi sebagai pengkondisi ruangan dengan suhu dan

kelembaban tertentu. Sistem HVAC terdiri dari beberapa perangkat alat

diantaranya Air Handling Unit (AHU), Fan Coolling Unit (FCU), Dehumidifier,

dan Air Distribution and Return Unit (Ducting).

AHU merupakan rangkaian mesin pengkondisi udara yang terdiri dari

beberapa filter, element cooling oil, element heating, dan fan sehingga parameter

kritis dari kualitas udara dalam ruangan dapat dikontrol. FCU adalah unit

pendingin udara yang menggunakan refrigerant sebagai media pendinginnya yang

berfungsi untuk mendinginkan ruangan atau bidang tertentu dengan suhu yang

telah ditentukan oleh sistem BAS. Dehumidifier adalah peralatan yang berfungsi

sebagai pengering udara atau menghilangkan lembab yang terinstalasi dalam

sistem HVAC. Ducting merupakan sebuah instalasi saluran yang terbuat dari

susunan plat berbentuk kotak atau silinder yang digunakan untuk mendistribusikan

udara dari mesin pendingin udara AHU/FCU dan fan ke ruangan/area yang akan

disupply/dikondisikan, dan menarik/membuang udara yang ada di ruangan/area

tersebut. Adapun mekanisme sistem HVAC akan dijelaskan kemudian.

Di area teknik tersebut juga terdapat electric water heater yang berfungsi

untuk memanaskan air di dalam tangki yang memiliki elemen sistem pemanas

listrik. Selain itu di area teknik juga terdapat panel-panel listrik yang berhubungan

dengan berbagai alat penunjang di dalam pabrik. Area teknik ini terbentang sampai

ke langit-langit area produksi dan gudang. Area ini harus selalu dipantau secara

berkala oleh personil engineering. Kebersihan area teknik juga harus dijaga dan

dilakukan pengendalian hama dan binatang pengerat yang dapat masuk ke area ini.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

41

Universitas Indonesia

3.5.1.9 Retained sample and QA document room

Retained sample and QA document room merupakan ruangan yang

digunakan untuk menyimpan sampel pertinggal dan dokumen-dokumen QA,

seperti dokumen kualifikasi, validasi, catatan bets/batch record, analysis result,

annual product review, dokumen-dokumen obsolete, dan sebagainya. Suhu dalam

ruangan ini dijaga agar dokumen dan sampel pertinggal tetap tersimpan dalam

kondisi baik.

3.5.1.10 Server Room

Di dalam ruangan ini terdapat panel listrik yang berhubungan dengan

bagian-bagian di area pabrik.

3.5.1.11 Utility building

Utility building terletak terpisah dari bangunan utama pabrik. Letak gedung

ini terdapat di bagian paling belakang pabrik. Bangunan penunjang ini terdiri dari

dua lantai. Pada lantai dasar terdapat pump house, fuel tank room, spare room, dan

LV/MDP room, trafo room, hydrant tank, dan domestic water tank. Sedangkan

pada lantai atas terdapat chiller area dan compressor room.

3.5.2 Sistem HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning)

Pabrik AZI-Cikarang Site berpedoman pada International Guidelines untuk

persyaratan kondisi lingkungan pada proses manufaktur. Klasifikasi ini sejalan

dengan Uni Eropa (EU) dan FDA GMP bagi produk steril. Produk nonsteril dan

API diproduksi dalam lingkungan terkendali yang dirancang untuk melindungi

produk dari kontaminasi.

Mekanisme kerja sistem HVAC dengan AHU (Air Handling Unit) adalah

sebagai berikut, udara luar (fresh air) dan udara hasil resirkulasi di dalam ruangan

masuk ke dalam mixing chamber yang kemudian disaring menggunaan pre filter

G4 (efisiensi 35%) dan medium filter F7 (efisiensi 85%) untuk mengurangi jumlah

partikel. Udara kemudian didinginkan dengan pendinginan oleh cooling coil

sebagai hasil pendinginan oleh chiller. Udara hasil pendinginan melewati electric

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

42

Universitas Indonesia

heater/dehumidifier untuk dipanaskan sesuai dengan kelembapan udara yang

dibutuhkan ruangan kemudian didorong oleh motor menuju filter F9 (95%).

Udara hasil penyaringan filter F9 akan mengalami penyaringan akhir oleh

HEPA filter H14 (99,95%) dan keluar melalui outlet untuk selanjutnya

didistribusikan melalui pipa-pipa (ducting). Udara hasil penyaringan HEPA filter

selanjutnya dijadikan udara pasokan untuk ruangan produksi yang dikenal dengan

nama supply air. Supply air dari AHU disalurkan melalui ducting menuju ke

ruangan dengan melalui lubang supply air yang terdapat di atap ruangan. Udara

yang telah dikondisikan dan disaring kemudian masuk ke ruang-ruang produksi.

HEPA merupakan singkatan dari High Efficiency Particulate Air. Efisiensi

HEPA tergantung dari jenisnya. HEPA H14 sanggup menyaring 99,95% dari

semua partikel yang lebih besar dari 0,3 mikron. Hal ini berarti untuk setiap 10.000

partikel yang berukuran lebih besar dari 0,3 mikron, hanya ada peluang 5 partikel

yang lolos dari HEPA.

Sedangkan mekanisme kerja sistem HVAC dengan FCU (Fan Colling

Unit) yaitu udara luar (fresh air) dan udara hasil resirkulasi di dalam ruangan

masuk ke dalam mixing chamber yang kemudian disaring menggunaan filter G4

(efisiensi 35%) untuk mengurangi jumlah partikel. Udara kemudian didinginkan

dengan pendinginan oleh cooling coil sebagai hasil pendinginan terhadap freon

yang berasal dari compressor. Udara hasil pendinginan kemudian didorong oleh

motor supaya keluar melalui outlet untuk selanjutnya didistribusikan melalui pipa-

pipa (ducting). Supply air dari FCU disalurkan melalui ducting menuju ke ruangan

dengan melalui lubang supply air yang terdapat di atap ruangan. Udara yang telah

dikondisikan suhu dan disaring kemudian masuk ke ruang-ruang seperti office,

control room dan koridor.

Sistem pengolahan udara harus mampu mempertahankan perbedaan

tekanan positif dan negatif yang diinginkan untuk tiap ruangan dan aliran udara

relatif terhadap daerah sekitarnya untuk kelas yang lebih rendah di bawah kondisi

operasional.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

43

Universitas Indonesia

3.5.3 Sistem Pengolahan Air

Pabrik AZI-Cikarang Site berpedoman pada International Guidelines untuk

standar air yang digunakan pada berbagai bentuk sediaan, keperluan untuk desain,

pemeliharaan, pemantauan pengambilan sampel, dan pengujian dari berbagai

standar air. Air yang digunakan untuk kegiatan produksi ada dua macam, yaitu air

domestik dan air murni (purified water). Air domestik digunakan untuk keperluan

pembersihan dan aktivitas rumah tangga lainnya, seperti keperluan toilet dan

kantin. Purified water (air murni) atau Water for injection (WFI) digunakan untuk

kebutuhan proses produksi. Sistem pengolahan purified water pada proyek Fase I

untuk pengoperasian di pabrik Cikarang sangat terbatas. Purified water yang

digunakan untuk pembilasan akhir (final rinsing) peralatan yang digunakan dalam

produksi dan media laboratorium mikrobiologi/persiapan sampel dibeli dari

pemasok, sedangkan air domestik untuk keperluan pencucian alat yang tidak

kontak dengan produk dan keperluan rumah tangga disediakan oleh pemasok yang

telah disetujui, yaitu Jababeka Water Treatment Plant (Jababeka WTP).

Kualitas purified water diperiksa sesuai dengan SOP lokal. Spesifikasi dari

purified water yang dibeli mengacu pada Pharmacopoeia (USP, EP, FI) dan

AstraZeneca QCM.

Air yang diperoleh dari pemasok akan masuk ke dalam tangki

penyimpanan yang terdapat di lantai dasar dan diberikan penambahan klorin sesuai

dosis yang telah ditetapkan. Kemudian air akan dialirkan untuk dilakukan

penyaringan dengan filter karbon yang terdapat di bagian belakang utility building.

Air yang sudah diolah tersebut akan dialirkan menuju chiller unit dan pompa air

domestik. Air yang dialirkan menuju pompa air domestik akan langsung dialirkan

ke berbagai tempat di area pabrik untuk keperluan domestik/rumah tangga. Air

pada chiller akan didinginkan, kemudian digunakan untuk sumber udara dingin

pada AHU dalam sistem HVAC dan akan terus diresirkulasikan hingga jenuh.

Untuk mencegah kejenuhan air tersebut, garam akan ditambahkan pada air melalui

brine tank. Disamping itu, air juga diperlukan untuk keperluan fire pump. Air yang

digunakan untuk keperluan tersebut langsung diambil dari tangki penyimpanan air

dan tidak membutuhkan pengolahan lebih lanjut setelah dari pemasok.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

44

Universitas Indonesia

3.5.4 Sistem Pengolahan Limbah

Penanganan limbah di PT. AZI-Cikarang Site termasuk dalam tanggung

jawab dari subdepartemen GA & P (General Affair&Personnel) dan Supply Chain.

Jenis limbah yang ditangani ada dua jenis, yaitu limbah B3 (Bahan Berbahaya dan

Beracun) dan limbah domestik.

Limbah B3 merupakan limbah baik berupa padat maupun cair, yang

sifatnya bila tidak dikelola/dimusnahkan dengan tepat dapat mencemarkan

lingkungan maupun menimbulkan efek yang tidak baik untuk makhluk hidup, atau

dapat juga membahayakan, dikarenakan sifatnya yang beracun, reaktif, mudah

terbakar, dan lain-lain. Jenis limbah B3 yang terdapat di PT. AZI-Cikarang Site,

antara lain limbah sisa analisa padat/cair, produk ruahan yang ditolak, produk jadi

yang ditolak, produk kembalian, oli bekas, kemasan reagen, reagen kadaluarsa dan

kemasan yang terkontaminasi.

Limbah domestik adalah limbah non B3 yang berasal dari kegiatan sehari-

hari (kegiatan kantor, sampah taman, kemasan air minum) maupun kemasan yang

tidak terkontaminasi oleh produk/bahan (botol, tutup, boks, karton, label dan lain-

lain).

Pemusnahan dan pengolahan limbah B3 dan bahan pengemas primer yang

berasal dari kegiatan sehari-hari dilakukan oleh pihak ketiga, yaitu PPLI (Pusat

Pengolah Limbah Industri), sedangkan untuk limbah domestik dilakukan oleh

Jababeka Infrastructure yang dilakukan berkala apabila limbah domestik telah

mencapai 3 m3.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

45 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

AstraZeneca aktif beroperasi di banyak negara di dunia, salah satunya

adalah Indonesia. Pabrik AstraZeneca Indonesia (AZI)-Cikarang Site berdiri pada

tanggal 5 Oktober 2010 (K. Anna, L., 2010) dan diresmikan oleh Menteri

Kesehatan RI, Endang Rahayu Sedyaningsih. Pabrik tersebut merupakan pabrik

pengemasan produk obat dengan target pemasaran di Indonesia dan juga diekspor

ke beberapa negara Asia Pasifik. Fasilitas yang dibangun di pabrik AstraZeneca

Indonesia bertujuan untuk mengakomodasi kegiatan pengemasan primer dan

sekunder untuk mengemas sediaan solid oral (primer dan sekunder), pengemasan

ulang, dan penambahan sticker hologram; dan fasilitas produksi yang masih dalam

tahap pengembangan (Astuti, 2012).

Sebagai industri farmasi yang terdapat di Indonesia, PT. AZI-Cikarang

Site berkewajiban memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI melalui Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Pedoman CPOB dan

ditindaklanjuti dengan ditetapkannya SK Dirjen POM No. 05411/A/SK/XII/1989

tentang penerapan CPOB pada industri farmasi. Hal ini bertujuan untuk

memberikan jaminan bahwa produk obat yang dihasilkan selalu memenuhi

persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Penerapan CPOB di lingkungan industri farmasi dapat berbeda antara satu industri

dengan industri lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan

fasilitas pendukung dan personil di setiap industri farmasi (Presiden Republik

Indonesia, 2009).

PT. AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site merupakan bagian dari

AstraZeneca Global Operations. Oleh karena itu, PT. AstraZeneca Indonesia-

Cikarang Site (AZI-Cikarang Site) harus selalu berpedoman kepada Global

Quality Standard yaitu standar mutu yang ditetapkan oleh induk perusahaan dan

dikombinasikan dengan standar mutu Good Manufacturing Practice (GMP) dan

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sehingga dapat menghasilkan produk

yang kualitasnya terjamin sesuai standar. Sertifikat GMP telah diterbitkan oleh

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

46

Universitas Indonesia

Badan POM untuk PT. AZI-Cikarang Site setahun setelah pabrik ini berdiri, yaitu

pada Januari 2011. Selain itu, PT. AZI-Cikarang Site juga harus memiliki

sertifikat untuk melakukan pengemasan sediaan oral padat dari Australia

Therapeutic Good Administration (TGA) (diterbitkan pada Februari 2011) dan

Taiwan FDA (diterbitkan pada Juni 2011). Hal ini disebabkan, karena PT AZI-

Cikarang Site akan mengekspor produknya ke Australia dan Taiwan sehingga ia

harus memenuhi standar yang berlaku di negara-negara tersebut. PT. AZI-

Cikarang Site juga melakukan ekspor ke Malaysia. PT. AZI-Cikarang Site tidak

memiliki serifikat dari badan pemerintahan obat di Malaysia karena Indonesia

sudah memiliki lisensi yang berasal dari TGA dan Taiwan FDA yang diakui oleh

otoritas di Malaysia.

4.1 Manajemen Mutu

PT. AstraZeneca Indonesia Cikarang Site telah menerapkan aspek

manajemen mutu sesuai dengan konsep CPOB. PT. AZI Cikarang Site melakukan

pengemasan obat yang telah dipastikan sesuai dengan tujuan penggunaannya,

teregistrasi, dan tidak menimbulkan yang membahayakan penggunanya. PT. AZI

memiliki Unit Pemastian Mutu yang bertanggung jawab untuk memastikan

produk yang dihasilkan sesuai dengan Kebijakan Marketing/Spesifikasi Produk,

GMP, CPOB, dan Peraturan Internal AstraZeneca.

QA&SHE manager memimpin Unit Pemastian Mutu pada PT. AZI

Cikarang Site yang terdiri dari QA&SHE dan QC yang masing-masing

independen terhadap bagian yang lain. Aktivitas unit pemastian mutu tersebut

telah mengamalkan prinsip-prinsip CPOB ditambah dengan faktor lain di luar

pedoman ini, seperti The Global for Police Regulatory Compliance dengan tujuan

memastikan bahwa obat yang dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan

pemakaiannya dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. Unit

Pemastian Mutu bertanggung jawab terhadap pengendalian mutu secara

menyeluruh, termasuk pengawasan mutu oleh QC, pengkajian mutu produk secara

berkala setiap tahun, manajemen risiko mutu, penilaian terhadap pemasok dan

distributor.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

47

Universitas Indonesia

Selain pematian mutu, QA&SHE juga bertanggung jawab terhadap SHE

(Safety, Health, and Environment) di lingkungan pabrik. Hal ini dilakukan karena

PT.AZI-Cikarang Site hanya memiliki cakupan yang relatif kecil dan pelaksanaan

keselamatan kerja, kesehatan, dan lingkungan sama pentingnya dengan mutu.

4.2 Personalia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan

sistem pemastian mutu yang benar. PT. AZI-Cikarang Site memiliki personalia

dalam jumlah memadai yang telah terkualifikasi memenuhi persyaratan yang

ditetapkan oleh CPOB, seperti memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

dibutuhkan, memiliki tingkat pendidikan yang sesuai dengan bidang

pekerjaannya serta sehat fisik dan mental. Dalam menjalankan kegiatannya, PT.

AZI-Cikarang Site telah memiliki struktur organisasi yang baik dan uraian tugas

dan wewenang yang jelas dengan pembagian tanggung jawab yang sesuai

dengan kapasitasnya. Uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab tersebut di

PT. AZI-Cikarang Site ditinjau setiap tahun untuk menentukan keperluan

pengubahannya.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 dan Penerapan

Pedoman CPOB 2012, personil kunci di PT. AZI-Cikarang Site, yaitu Kepala

Bagian Produksi, Kepala Bagian Pengawasan Mutu dan Kepala Bagian

Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dijabat oleh Apoteker yang terdaftar dengan

orang yang berbeda, terkualifikasi, dan independen satu terhadap yang lain.

Personil kunci tersebut telah mempunyai wewenang penuh dan sarana memadai

untuk melaksanakan tugasnya secara efektif dan tidak mempunyai kepentingan

lain di luar organisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya.

Setiap karyawan baru yang akan memulai pekerjaannya di PT.

AZICikarang Site wajib mengikuti Induction Training, diantaranya adalah GMP

Training dan SHE Induction Training. Hal ini juga berlaku bagi para mahasiswa

PKPA agar segala kegiatan yang dilakukan sesuai dengan prinsip GMP.

Disamping itu, seluruh personil diharuskan untuk mengikuti pelatihan sesuai

dengan tugasnya maupun mengenai prinsip CPOB. Pada PT. AZI Cikarang Site,

personil mengikuti pelatihan berdasarkan TNA (Training Need Analysis) yang

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

48

Universitas Indonesia

dibuat oleh Kepala Departemen dan QA. TNA diperbaharui setiap tahun dan

disiapkan berdasarkan standar dan pelatihan yang diperlukan selama setahun

tersebut. Pelatihan tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan dengan

frekuensi yang memadai untuk menjamin agar personalia terbiasa dengan

persyaratan CPOB yang berkaitan dengan tugasnya.

Seluruh personil PT.AZI Cikarang Site diwajibkan mengisi dan

memperbaharui catatan pelatihan personalia (Training History Card) setiap kali

mengikuti pelatihan. Seluruh catatan pelatihan tersebut disimpan dalam folder

khusus di departemen masing-masing dan diatur oleh masing-masing personalia.

Efektivitas program pelatihan tersebut ditinjau secara berkala untuk terus-

menerus meningkatkan keahlian kerja setiap personalia. Setelah mengadakan

pelatihan, dilakukan penilaian terhadap prestasi personalia untuk menentukan

apakah mereka memiliki kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan tugas

yang diberikan kepadanya.

Seluruh tamu yang datang ke PT. AZI-Cikarang Site diawasi dan

diberikan penjelasan peraturan untuk tamu, informasi jalur evakuasi, dan

informasi lain sesuai dengan keperluan. Tamu yang ingin masuk ke dalam area

produksi dan laboratorium harus diawasi dan diberi penjelasan terlebih dahulu,

terutama mengenai pakaian pelindung dan higiene. Untuk dapat menjangkau ke

dalam area produksi, gudang dan laboratorium personil harus memiliki akses

terbatas untuk menghindari orang yang tidak berkepentingan masuk.

4.3 Bangunan dan Fasilitas

CPOB mempersyaratkan lokasi bangunan untuk memperhatikan faktor

iklim, letak geografis, kegiatan industri lain yang berdekatan, pengawasan

terhadap polusi, limbah, kebisingan dan ketersediaan layanan infrastruktur seperti

listrik, air, telekomunikasi, jalan, dan pembuangan limbah. PT. AZI-Cikarang Site

berusaha untuk memenuhi persyaratan CPOB, yang ditunjukan dengan lokasi

perusahaan yang berada di kawasan industri Jababeka Cikarang sehingga

meminimalkan pencemaran ke area hunian penduduk. Selain itu, pada lokasi

tersebut dapat terjangkau oleh layanan infrastruktur yang cukup baik, seperti

listrik yang dapat dipasok oleh Bekasi Power, air yang dipasok dari Jababeka

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

49

Universitas Indonesia

Water Treatment Plant dan pengolahan limbah B3 yang dilakukan oleh PPLI

(Prasadha Pamunah Limbah Industri), sedangkan untuk pengolahan limbah

domestik dilakukan oleh Jababeka Infrastructure.

Secara garis besar, bangunan dan fasilitas yang terdapat di PT. AZI-

Cikarang Site telah memenuhi persyaratan CPOB yaitu memiliki desain,

konstruksi, dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat

dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar sesuai dengan

persyaratan CPOB. PT. AZI-Cikarang Site juga memiliki sarana penunjang seperti

kantin, ruang ganti pakaian, dan kelengkapannya. Bagunan dan fasilitas PT. AZI-

Cikarang Site dirawat dengan cermat, dibersihkan, dan didisinfeksi dibantu oleh

pihak ketiga yaitu PT. ISS sesuai dengan prosedur yang tercantum pada SOP.

Perlindungan terhadap adanya serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau

hewan lain (pest control) juga dilakukan di setiap bangunan dan fasilitas yang

berada di PT. AZI-Cikarang Site melalui pihak ketiga yaitu PT. ISS oleh personil

IPM (Integrated Pest Management) sesuai dengan prosedur yang tertera pada

SOP. Pada bangunan dan fasilitas dilakukan pengaturan yang baik terhadap tenaga

listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban, dan ventilasi agar tidak

mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap produk selama proses pengemasan dan penyimpanan sehingga

ruangan produksi PT. AZI Cikarang Site dilengkapi dengan sistem AHU (Air

Handling Unit) untuk mengatur kondisi udara, suhu, tekanan, kelembaban dan

sirkulasi udara agar sesuai untuk proses produksi.

Ruangan produksi di PT. AZI-Cikarang Site dikelompokan menjadi

beberapa ruangan yang aktif digunakan, dimana setiap satu ruangan

diperuntukkan untuk satu kegiatan produksi, seperti ruangan dispensing, bulk

staging, washing room, serta ruang pengemasan primer dan sekunder. Selain itu di

dalam area produksi juga terdapat ruangan-ruangan yang belum berfungsi dan

masih berupa ruangan kosong (tidak aktif), seperti ruangan granulating, milling,

tablet press, spare room, cleaned equipment storage, intermediate product

storage dan in process control room. Hal ini dikarenakan PT. AZI-Cikarang Site

untuk sementara hanya melakukan kegiatan pengemasan baik pengemasan primer,

sekunder, pengemasan ulang, dan penambahan sticker. Ruang pengemasan

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

50

Universitas Indonesia

primer, ruang dispensing, bulk staging, dan washing room serta ruangan produksi

yang tidak aktif berada di area kelas E, sedangkan ruang pengemasan sekunder

berada di area kelas F.

Seluruh permukaan dinding, lantai, dan langit-langit bagian dalam ruangan

produksi dilapisi epoksi yang bersifat kedap air, licin, dan tahan goresan logam

atau roda untuk memudahkan pembersihan dan mencegah perembesan air.

Konstruksi lantai di area produksi juga dibuat dari bahan kedap air, permukaannya

rata, dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi

tumpahan bahan. Tiap sudut ruangan produksi dibuat melengkung mudah untuk

pembersihan, sanitasi dan, perawatan. Celah antara rangka jendela dengan kaca,

celah pada pemasangan lampu serta pipa didesain sedemikian rupa atau

menggunakan sealant untuk mengurangi kontaminasi. Lampu tertutup oleh kaca

sehingga tidak terdapat celah di antaranya yang dapat menimbulkan kontaminasi.

Pintu di dalam area produksi yang berfungsi sebagai penghalang terhadap

pencemaran silang selalu ditutup apabila sedang tidak digunakan. Langit-langit di

area produksi dibangun dengan menggunakan panel sandwich yang mendukung

berat tambahan untuk memungkinkan akses personil sehingga dapat berjalan di

atasnya untuk GMP dan tujuan pemeliharaan.

Bangunan produksi dibuat bersebelahan dengan gudang dengan akses

pintu yang berbeda untuk memudahkan transfer orang dan material. Antara

gudang dan area produksi terdapat ruang transit untuk transfer material dari

gudang ke produksi atau sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menghindari

penyebaran debu dari gudang ke area produksi. Selain itu, terdapat gowning area

yang bersifat airlock dilengkapi dengan wastafel untuk meminimalkan terjadinya

pengotoran oleh partikel debu yang terbawa oleh karyawan sehingga kebersihan

ruang produksi tetap memenuhi persyaratan CPOB.

Area penyimpanan barang di gudang dikelompokkan berdasarkan suhu

penyimpanan (cool warehouse dan ambient warehouse), status material yang

bersangkutan (quarantine, released, atau rejected), dan tipe material (produk

ruahan, produk jadi, bahan pengemas). Cool warehouse merupakan area

penyimpanan yang dikondisikan suhunya ( 25°C) dengan kondisi penyimpanan

produk karena digunakan untuk menyimpan produk ruahan dan produk jadi,

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

51

Universitas Indonesia

dimana area ini merupakan area. Pengaturan suhu dibutuhkan untuk menjaga

kualitas produk sehingga terdapat alarm yang mendeteksi ketidak sesuaian suhu

dalam ruangan dengan spesifikasi yang diinginkan pada ambient warehouse

sehingga dapat dilakukan tindakan antisipisasi sesegera mungkin dalam

mempertahankan kualitas produk. Ambient warehouse digunakan untuk

menyimpan bahan pengemas (botol, tutup, boks, karton) dan label sehingga pada

area ini tidak memerlukan pengaturan suhu. Pada kenyataannya saat ini, ambient

warehouse di PT. AZI-Cikarang Site belum digunakan sesuai dengan fungsinya.

Bahan pengemas dan label ditempatkan di area cool warehouse. Hal ini dilakukan

karena cool warehouse mempunyai area yang cukup luas dan mampu menampung

bahan pengemas dan label sehingga dapat memudahkan dalam pengangkutan ke

area pengemasan. Selain itu, adanya bahan pengemas dan label di area cool

warehouse dipastikan tidak akan mengganggu kualitas produk ruahan dan produk

jadi yang disimpan di cool warehouse ataupun kualitas bahan pengemas dan label

itu sendiri.

Bersebelahan ambient warehouse, terdapat sampling room, rejected area

dan hazardous waste room. Keseluruhan area tersebut dan gudang merupakan

kelas G, kecuali sampling room yang merupakan area kelas E sehingga terdapat

air lock sebelum memasuki sampling room. Sampling room digunakan untuk

mengamati kondisi visual botol dan tutup yang digunakan dalam pengemasan

primer, serta mengambil contoh botol dan tutup tersebut, yang selanjutnya akan

dibawa ke laboratorium bahan pengemas untuk dianalisa. Rejected area

digunakan untuk menyimpan barang-barang yang ditolak oleh personil QA.

Sedangkan hazardous waste room digunakan untuk menyimpan limbah-limbah

berbahaya (limbah B3). Limbah yang berasal dari rejected area akan

dikelompokan terlebih dahulu menjadi limbah domestik dan limbah B3. Limbah

B3 dari rejected area dan yang berasal dari hazardous waste room akan dikelola

oleh pihak ketiga, yaitu PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri), sedangkan

untuk limbah domestik akan dikelola oleh Jababeka Infrastructure.

Laboratorium pengawasan mutu juga telah memenuhi persyaratan CPOB.

Laboratorium pengawasan mutu di PT. AZI-Cikarang Site terdiri dari

laboratorium bahan pengemas, laboratorium preparasi, laboratorium mikrobiologi,

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

52

Universitas Indonesia

serta laboratorium kimia dan fisika. Laboratorium ini termasuk ke dalam area

kelas G, kecuali laboratorium mikrobiologi yang merupakan area kelas E.

Laboratorium pengawasan mutu terpisah dari area produksi dan dibuat area

tersendiri untuk laboratorium mikrobiologi. Di dalam laboratorium mikrobiologi

terdapat gowning area untuk berganti pakaian. Luas seluruh ruangan tersebut

sudah memadai untuk mencegah pencampurbauran dan pencemaran silang.

Seluruh bangunan PT. AZI-Cikarang Site terawat dengan baik, senantiasa

dalam keadaan rapi dan bersih serta dilengkapi dengan peralatan dan sarana untuk

menunjang pelaksanaan kegiatan dengan memprioritaskan pada terciptanya

sanitasi, higiene, keamanan dan keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan

sekitar. Selain itu, setiap bangunan PT. AZI-Cikarang Site dilengkapi dengan

pintu emergency untuk digunakan dalam keadaan darurat. Pintu ini selalu ditutup

rapat untuk mencegah terjadinya pencemaran.

4.4 Peralatan

Peralatan yang digunakan oleh PT. AZI-Cikarang Site untuk proses

produksi telah memenuhi kriteria CPOB yaitu memiliki desain dan konstruksi

yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan

tepat agar mutu obat terjamin. Hal ini juga akan memudahkan pembersihan,

perawatan, dan perbaikan dari peralatan tersebut. Permukaan peralatan yang

bersentuhan langsung dengan produk ruahan, atau produk jadi terbuat dari

stainless steel yang bersifat inert sehingga tidak menimbulkan reaksi yang dapat

mempengaruhi identitas, mutu, atau kemurnian produk di luar batas yang

ditentukan. Peralatan didesain sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan.

Peralatan dipilih dan diletakkan sesuai dengan fungsinya. Peralatan juga

dibersihkan secara teratur, sesuai jadwal dan prosedur pembersihan alat yang

dirinci dalam prosedur tetap, untuk mencegah kontaminasi yang dapat merubah

identitas, kualitas atau kemurnian suatu produk. Validasi pembersihan dilakukan

pada setiap peralatan yang mempengaruhi kualitas produk untuk menyediakan

verifikasi bahwa prosedur pembersihan tersebut reprodusibel. Mesin dan peralatan

juga dilengkapi dengan penandaan atau label mengenai status mesin (bersih,

kotor, sedang dalam perbaikan, dan lainnya). Mesin akan dibersihkan terlebih

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

53

Universitas Indonesia

dahulu sebelum digunakan, mesin yang telah dibersihkan tersebut ditandai

pemberian label bersih, sedangkan untuk mesin-mesin yang kotor atau telah

digunakan ditandai dengan label kotor. Hal ini bertujuan untuk menghindari

kontaminasi produk dari hal-hal yang mempengaruhi mutu produk termasuk bets

produk yang dibuat sebelumnya.

Setiap peralatan utama diberi tanda dengan nomor identitas yang jelas.

Seluruh peralatan utama dan kritis yang digunakan harus dikualifikasi terlebih

dahulu meliputi kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional,

dan kualifikasi kinerja. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur,

memeriksa, dan mencatat secara rutin diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi

sesuai dengan program dan prosedur yang ditetapkan. Setiap peralatan yang akan

digunakan, harus dilakukan challenge test untuk memeriksa ketepatan alat yang

digunakan seperti timbangan dengan menimbang anak timbangan yang sudah

diketahui bobotnya. Setiap peralatan yang akan digunakan untuk pengujian harus

dipastikan bahwa jadwal kalibrasi peralatan tersebut masih berlaku sehingga

diperoleh hasil yang sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Hasil

pemeriksaan dan kalibrasi selalu didokumentasikan dan disimpan dengan baik.

Pemeriksaan dan kalibrasi serta pendokumentasiannya dilakukan oleh departemen

engineering yang bekerja sama dengan pihak ketiga yang sudah memiliki

akreditasi untuk melakukan kalibrasi, seperti Almega. Jika terdapat kerusakan

pada mesin dan departemen engineering tidak bisa mengatasi kerusakan mesin

tersebut, maka untuk tindakan perbaikannya akan diserahkan pada pemasok.

Disamping mesin harus terdapat SOP penggunaan mesin tersebut untuk mencegah

terjadinya kesalahan pengoperasian mesin tersebut.

Setiap peralatan yang digunakan selalu dilengkapi dengan log book yang

menerangkan pemeliharaan, penggunaan, kalibrasi, dan perbaikan serta dilengkapi

dengan keterangan tanggal dan waktu.

4.5 Sanitasi dan Higiene

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam CPOB, PT. AZI-Cikarang

Site menerapkan tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi, meliputi personalia,

bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

54

Universitas Indonesia

pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber

pencemaran produk. Mutu produk harus dijaga agar terbebas dari kontaminasi

akibat pengaruh lingkungan maupun karyawan. Oleh karena itu, penerapan

sanitasi dan higiene karyawan mutlak diperlukan dalam proses pembuatan obat.

Sanitasi dan higiene ini juga memberikan dampak yang positif bagi karyawan

dalam rangka mendukung SHE (Safety, Health and Environment) yang diterapkan

oleh PT. AZI-Cikarang Site.

Prosedur higiene perorangan diantaranya persyaratan untuk mengenakan

pakaian pelindung dan perlengkapan lain yang sesuai diberlakukan bagi semua

personil dan tamu yang memasuki area produksi tanpa kecuali. Perlengkapan yang

harus dikenakan antara lain penutup rambut, sepatu khusus, masker, dan sarung

tangan. Penggunaan sarung tangan diperlukan untuk menghindari kontak

langsung tangan operator dengan produk ruahan. Sarung tangan kerja tidak boleh

dibawa ke ruangan lain untuk menghindari kontaminasi silang. Perlengkapan

pelindung yang digunakan oleh personalia di gudang berupa helm pelindung

untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Cara penggunaan pakaian dan perlengkapan tersebut juga harus memenuhi

ketentuan yang terdapat di setiap ruang ganti pakaian. Personil yang bekerja pada

bagian pengemasan primer mengenakan pakaian seragam berupa overall (kuning),

personil yang bekerja di ruang pengemasan sekunder mengenakan seragam kerja

(abu-abu), personil yang bekerjadi laboratorium preparasi dan laboratorium kimia

fisika mengenakan jas laboratorium, sedangkan personil yang bekerja di

laboratorium mikrobiologi mengenakan pakaian seragam overall (biru). Pakaian

kerja tersebut dikenakan di ruang ganti pakaian (gowning room) sebelum

karyawan memasuki daerah produksi atau laboratorium. Pada gowning room di

daerah produksi terdapat wastafel untuk mencuci tangan yang dilengkapi dengan

keterangan cara mencuci tangan yang baik serta kaca untuk melihat kelengkapan

pakaian yang digunakan. Setiap personil dan tamu yang akan memasuki ruang

produk wajib untuk memeriksakan kelengkapan pakaiannya dan mencuci tangan.

Personil dan tamu yang mengidap penyakit atau luka terbuka dilarang untuk

bekerja di area produksi.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

55

Universitas Indonesia

Personil yang hendak meninggalkan area pekerjaannya, seperti makan

siang harus mengganti pakaiannya dengan pakaian yang mereka pakai dari rumah.

Para karyawan harus mengganti pakaian kerja mereka secara teratur setidaknya

dua hari sekali. PT.AZI-Cikarang Site memiliki loker untuk pemisahan pakaian

yang baru dipakai satu kali dan dua kali. Ruangan-ruangan dan lemari untuk

menyimpan pakaian bekerja yang bersih termasuk sepatu diatur sesuai dengan

prosedur tetap yang ada (Nugroho, 2009). Pakaian yang kotor akan dikumpulkan

dan dibersihkan atas bantuan pihak ketiga jasa laundry. Prosedur higiene tersebut

secara rinci telah dibuat diadaptasikan ke personil.

Sanitasi bangunan dan fasilitas dilakukan secara rutin. Sanitasi ruangan

produksi menjadi tanggung jawab bersama antara bagian GA&P dan produksi.

Setelah proses produksi selesai, operator wajib membersihkan alat atau mesin

sesuai dengan SOP pembersihan dan melakukan sanitasi ruangan. Pembersihan

dan penyimpanan peralatan dilakukan di ruangan terpisah dari ruangan

pengolahan, yaitu di ruang pencucian (washing room).

Pembersihan mesin produksi terbagi atas dua jenis, yaitu total cleaning

dan dry cleaning. Total/wet cleaning dilakukan pada proses penggantian produk

dengan bahan aktif sama dari dosis yang tinggi ke dosis yang rendah, atau dari

produk yang sebelumnya tidak disalut dan produk yang akan berjalan setelahnya

tidak disalut yang menyebabkan resiko perubahan warna atau dari produk yang

sebelumnya tidak disalut dan produk yang akan berjalan disalut, dan penggantian

produk dengan bahan aktif yang berbeda. Sedangkan dry cleaning dilakukan pada

proses penggantian produk dengan bahan aktif sama dari dosis yang rendah ke

dosis yang tinggi, penggantian bets untuk produk dengan bahan aktif sama dimana

produk sebelumnya dan produk yang akan berjalan disalut atau dari produk

sebelumnya disalut dan produk yang akan berjalan tidak disalut dan dilakukan bila

line/mesin akan digunakan kembali setelah bets yang sebelumnya selesai (Efendy,

2012).

PT. AZI-Cikarang Site tidak memiliki pengolahan limbah sendiri.

Pemusnahan dan pengolahan limbah B3 dan limbah domestik yang berasal dari

kegiatan sehari-hari dilakukan oleh pihak ketiga. Pengolahan limbah B3 dilakukan

oleh PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri), sedangkan untuk pengolahan

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

56

Universitas Indonesia

limbah domestik dilakukan oleh Jababeka Infrastructure yang dilakukan berkala

apabila limbah domestik telah mencapai 3 m³. Kegiatan pemantauan lingkungan

juga dilakukan secara rutin oleh bagian pengawasan mutu (QC).

GA&P bertanggung jawab dalam proses pembersihan di area pabrik, serta

pengendalian hama dan binatang pengerat. Kedua proses tersebut dilakukan sesuai

dengan SOP yang berlaku. Pembersihan bangunan dan fasilitas termasuk di

dalamnya pengendalian hama dan binatang pengerat untuk mencegah gangguan

dari hewan dan serangga yang tidak diinginkan di area PT. AZI-Cikarang Site

terutama area produksi dilakukan melalui kerjsama dengan pihak ketiga, yaitu PT.

ISS. PT. AZI-Cikarang Site sangat memprioritaskan kesehatan dan keselamatan

kerja karyawan dan lingkungannya agar terhindar dari paparan produk yang

berbahaya. Setiap karyawan PT. AZI-Cikarang Site menjalani pemeriksaan

kesehatan (medical check up) setiap tahun. Tindakan nyata yang telah

dilaksanakan oleh departemen QA & SHE, yaitu pelatihan yang menyangkut

kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan.

Bangunan PT. AZI-Cikarang Site dilengkapi dengan toilet dan tempat cuci

tangan dalam jumlah yang cukup dan letaknya terjangkau dari tempat kerja

karyawan. Di ruangan dan area tertentu seperti di dalam laboratorium kimia dan

fisika, tersedia eye washer dan water shower yang dapat digunakan sebagai

pertolongan pertama pada saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tabung

pemadam kebakaran dan kotak P3K juga terdapat di berbagai tempat serta mudah

ditemukan. Kegiatan-kegiatan yang berpotensi membawa pencemaran seperti

makan, dan minum dapat dilakukan di ruangan-ruangan tertentu, seperti kantin

atau pantry untuk makan dan minum yang telah disediakan oleh PT. AZI-

Cikarang Site. Pada kawasan, PT. AZI-Cikarang Site tidak diperbolehkan untuk

merokok. Semua peralatan yang digunakan harus dibersihkan menurut prosedur

yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih.

Sebelum dipakai, kebersihan alat harus selalu diperiksa ulang untuk memastikan

bahwa seluruh produk atau bahan di bets sebelumnya telah dihilangkan.

Setiap selesai melaksanakan pembersihan dan sanitasi, personil yang

melakukan hal tersebut wajib mengisi catatan. Catatan mengenai pelaksanaan

pembersihan dan sanitasi disimpan dengan baik. Selain itu, prosedur sanitasi dan

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

57

Universitas Indonesia

higiene dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa hasil penerapan

prosedur yang bersangkutan cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan.

4.6 Produksi

Proses produksi dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah

ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB agar dapat menghasilkan produk yang

memenuhi persyaratan mutu serta ketentuan izin pembuatan dan izin edar

(registrasi). PT. AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site hanya melakukan proses

produksi berupa pengemasan produk yaitu mulai dari pemasukkan produk ruahan

yang berupa tablet Inderal ke dalam botol dan tutup sebagai kemasan primer, serta

dilanjutkan pemberian label dan pemasukan ke dalam boks dan karton yang

merupakan kemasan sekunder. Produk ruahan tersebut diperoleh dari negara asal

pembuatnya, seperti Sweden dan UK. Produk ruahan tersebut dan bahan

pengemas sebelum digunakan untuk produksi akan dilakukan permeriksaan

sertifikat analisa, fisik, dan temp tracer. Temp tracer digunakan untuk merekam

perubahan data temperatur saat distribusi dari pemasok ke AZI maupun dari AZI

ke luar sehingga memastikan produk tetap berada pada suhu penyimpanan yang

diperbolehkan. Produk jadi tersebut akan diekspor ke beberapa negara, seperti

Taiwan, Australia, dan Malaysia. Selain itu di pabrik ini juga berlangsung proses

pengemasan ulang (repacking) produk yang diimpor dari beberapa negara ke

dalam kemasan baru yang berbeda dari kemasan sebelumnya, dimana pada

kemasan baru ini telah didesain sedemikian rupa sehingga memenuhi spesifikasi

dan standar lokal pada negara yang dituju tempat nantinya produk tersebut akan

dijual. Pada kemasan yang baru dicantumkan nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan

Harga Eceran Tertingi (HET) dari masing-masing produk. PT. AZI-Cikarang Site

juga melakukan proses penambahan sticker hologram atau sticker Askes

(redressing) produk yang diimpor dari beberapa negara dengan menggunakan

kemasan yang sama dari produsennya karena kemasan tersebut telah memnuhi

spesifikasi dan standar lokal pada negara yang dituju. Produk yang dihasilkan oleh

PT.AZI-Cikarang Site terbagi menjadi dua yaitu marketing company (hasil

redressing dan repacking) dan manufacturing site (Inderal)

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

58

Universitas Indonesia

Proses produksi di PT. AZI-Cikarang Site dilaksanakan oleh operator dan

diawasi oleh personil yang kompeten. Penanganan produk ruahan dan produk jadi

dilakukan sesuai dengan prosedur dan didokumentasikan. Semua bahan yang

diterima departemen produksi diperiksa nomor bets, kuantitas, dan label

releasenya terlebih dahulu untuk memastikan kesesuaiannya dengan pemesanan

(transfer note dan Process Order Number). Wadah selalu dibersihkan dan diberi

penandaan, dengan data yang sesuai dengan bahannya.

Ruangan produksi memiliki airlock sebagai ruang antara yang membatasi

ruang produksi dan lingkungan luar. Setiap ruangan produksi dilengkapi dengan

Magnehelic yang mampu mengukur perbedaan tekanan antara dua ruang yang

membatasinya. Perbedaan tekanan antara ruangan produksi dengan koridor di

luarnya sekitar 10-20 kPa. Adapun aliran udaranya adalah dari dalam ruang

produksi ke koridor luar, hal ini dilakukan untuk mencegah adanya kontaminan

yang masuk ke area produksi.

Semua bahan pengemas dan produk ruahan yang digunakan dalam

kegiatan produksi telah dinyatakan lulus oleh bagian pengawasan mutu QC.

Pemindahan barang dari gudang ke area pengemasan melewati ruang transit

material menggunakan sistem airlock untuk menghindari pencemaran ke area

produksi. Pemindahan barang tersebut dilakukan di atas palet kayu atau palet

plastik untuk di area gudang menggunakan forklift atau stacker dan stainless steel

trolley untuk di area produksi. Proses pengemasan dilakukan di dua kelas, yaitu

pengemasan primer dilakukan di area kelas E, sedangkan pengemasan sekunder

dilakukan di area kelas F.

Sebelum pengemasan dimulai, dilakukan line clearance untuk memastikan

bahwa peralatan dan ruangan atau jalur pengemasan dalam keadaan bersih dan

bebas dari produk lain yang tidak diperlukan dalam pengemasan terutama

dipastikan bersih dari produk sebelumnya. Apabila bahan-bahan yang digunakan

telah diserahkan ke produksi sedangkan line clearance belum selesai, bahan-

bahan tersebut akan disimpan sementara di dalam ruang bulk staging. Mesin yang

digunakan untuk pengemasan primer terdiri dari beberapa bagian, di antaranya

adalah unscramble bottle, tablet filling, dan capper. Unsramble bottle terdiri dari

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

59

Universitas Indonesia

suction (penyedot), ionisasi (menghilangkan listrik statis), dan compressor (untuk

membersihkan dinding botol). Kualifikasi dilakukan terhadap suction.

Proses pengemasan dilaksanakan dengan pengawasan yang ketat untuk

menjamin identitas, keutuhan, kelengkapan, dan kualitas produk yang telah

dikemas. Penandaan pada label, dus ataupun komponen lain dengan nomor bets,

tanggal kadaluarsa, dan informasi lain diawasi secara ketat pada setiap tahap

pengemasan. Selama proses pengemasan dilakukan In Process Control (IPC)

sebagai suatu bentuk pengawasan mutu produk. IPC dilaksanakan setiap 30 menit

oleh personil produksi. IPC di ruang pengemasan primer yang dilakukan

mencakup kesesuaian jumlah tablet/bulk di dalam botol dan mengukur nilai

energi/tenaga putar (torque) dari suatu tutup botol yang tepasang pada botol

produk. IPC di ruang pengemasan sekunder mencakup kelengkapan bahan

pengemas yang digunakan dan pemastian kesesuaian pelabelan sesuai dengan

spesifikasi yang diinginkan, khususnya nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan Harga

Eceran Tertinggi (HET). Sedangkan personil QC hanya melakukan IPC di awal,

tengah, dan akhir proses produksi berlangsung. Kemasan primer yang digunakan

juga diujikan torsinya. Selain itu, terdapat juga pengujian fisik tablet untuk

menentukan kelas defeknya berdasarkan ketentuan Global Appearance Standard

yang dibuat oleh AstraZeneca. Mesin yang digunakan juga dilengkapi dengan

sensor yang mendeteksi kesalahan pencetakan variabel data dan jumlah tablet

dalam kemasan. Selain pengawasan selama proses, dilakukan pemeriksaan hasil

nyata (yield) untuk memastikan tidak terdapat penyimpangan dari batas yang telah

ditetapkan.Pengawasan juga dilakukan terhadap produk jadi seperti peninjauan

catatan bets oleh produksi, disetujui oleh plant manager dan diteruskan ke QA

untuk diputuskan direlease/direject; serta pengujian secara mikrobiologis jika

terdapat persyaratan bebas dari mikroba.

Apabila pada suatu proses ditemukan adanya penyimpangan atau

kegagalan maka harus diselidiki, diatasi, dan didokumentasikan. Sisa produk atau

produk yang rusak selama pengemasan, dihitung persen rekonsiliasinya, dicatat,

kemudian dihancurkan. Selanjutnya, produk jadi dikirim ke gudang untuk

dikarantina.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

60

Universitas Indonesia

Produk jadi diangkut dengan cara sedemikian rupa sehingga keutuhannya

dan kondisi penyimpanan terjaga. Catatan pengiriman disimpan yang menyatakan

minimal tanggal pengiriman, nama dan alamat pengirim, uraian tentang produk,

kondisi pengangkutan dan penyimpanan. Semua catatan mudah diakses dan

tersedia apabila diminta. Proses pengiriman dan pengangkutan berada di bawah

pengawasan bagian gudang (warehouse).

4.7 Pengawasan Mutu Produk

Pengawasan mutu merupakan salah satu bagian yang esensial dalam

menerapkan CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten

mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan

komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan

keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan hingga

distribusi produk jadi.

PT. AZI-Cikarang Site memiliki sistem pengawasan mutu yang secara

menyeluruh dikendalikan oleh Departemen QA&SHE (Quality Assurance and

Safety, Health, Environment). Departemen QA&SHE memimpin dua unit kerja,

yaitu QA&SHE Supervisor (QA Unit) dan QC Supervisor (QC Unit).

Sebagaimana diketahui PT. AstraZeneca Indonesia hanya melakukan kegiatan

produksi berupa pengemasan primer dan pengemasan sekunder, sehingga

pengawasan mutu dilakukan terhadap produk ruahan, bahan pengemas dan produk

jadi, termasuk di dalamnya penilaian terhadap pemasok dan distributor.

QA Unit bertanggung jawab penuh terhadap mutu obat yang dihasilkan

dan diterima berkualitas tinggi tinggi, serta mengimplementasikan, memonitor

dan memperbarui sistem manajemen mutu sesuai dengan standar AZI dan regulasi

lokal, melaksanakan GMP dan pelatihan SHE, serta bertanggung jawab terhadap

dokumentasi, validasi, kualifikasi dan kalibrasi, penanganan penyimpangan dan

hasil uji diluar spesifikasi, inspeksi diri dan audit internal, pengendalian terhadap

perubahan, pelatihan personalia, audit pemasok, penanganan distribusi obat jadi,

serta penangan keluhan. Di lain hal, QC Unit memiliki tanggung jawab penuh

pada kegiatan pemeriksaan spesifikasi baik produk ruahan, bahan pengemas

maupun produk jadi. Tugas utama bagian pengawasan mutu adalah melaksanakan

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

61

Universitas Indonesia

kegiatan pengambilan contoh dan pemeriksaan produk ruahan/bahan

pengemas/produk jadi, melakukan analisa, atau meluluskan/menolak berdasarkan

spesifikasi yang telah ditentukan, pemutakhiran spesifikasi dan metode analisa

sesuai perubahan peraturan maupun referensi terbaru seperti farmakope. Adapun

tanggung jawab bagian pengawasan mutu dapat diuraikan menjadi :

a. Bertanggung jawab untuk memantau dan memeriksa secara mikrobiologi,

fisika atau kimia, termasuk pemantauan ruangan.

b. Bertanggung jawab atas operasi laboratorium analisis, dan penyimpanan

contoh pertinggal, dan dokumen pengawasan mutu.

c. Bertanggung jawab untuk membuat dokumen-dokumen spesifikasi dan

metode analisis bahan baku, produk jadi, SOP, dan Work Instruction (WI).

PT. AZI-Cikarang Site telah memiliki sarana laboratorium yang sangat

baik dalam melakukan pemeriksaan. Laboratorium didesain, dilengkapi peralatan,

dan memiliki ruang yang memadai sehingga dapat melaksanakan semua kegiatan

terkait. Selain itu juga terdapat sarana dan cara penanganan yang sesuai dan aman

untuk limbah yang akan dibuang. Laboratorium pada PT. AZI-Cikarang Site yang

digunakan untuk pemeriksaan terdiri dari laboratorium bahan pengemas,

laboratorium preparasi, laboratorium mikrobiologi, dan laboratorium kimia dan

fisika. Di dalam laboratorium bahan pengemas dapat dilakukan identifikasi bahan

pengemas untuk melihat apakah bahan tersebut telah sesuai dengan spesifikasi

yang telah dipersyaratkan. Laboratorium preparasi ditujukan untuk melakukan

penyiapan media dan sampel, melakukan dekontaminasi, serta untuk melakukan

sterilisasi panas dan basah terhadap alat-alat yang digunakan untuk melakukan

pengujian di laboratorium mikrobiologi. Laboratorium mikrobiologi digunakan

untuk melakukan pengujian larutan yang digunakan selama proses produksi secara

mikrobiologi, pengujian produk ruahan, botol, dan tutup yang berhubungan

dengan produk Inderal dan pengujian lain yang berhubungan dengan

mikroorganisme. Sedangkan laboratorium kimia dan fisika digunakan untuk

melakukan pengujian yang bersifat kimia dan fisika, seperti pengecekan pH,

konduktivitas, pengujian kandungan logam pada air yang digunakan, serta

pembuatan reagen-reagen kimia.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

62

Universitas Indonesia

Tiap personil yang bertugas melakukan pengawasan atau melakukan

kegiatan laboratorium memiliki pendidikan, mendapat pelatihan dan pengalaman

yang sesuai atau kombinasinya untuk memungkinkan pelaksanaan tugas yang

baik. Personil diwajibkan untuk mengenakan pakaian pelindung dan alat

pengaman diri, seperti masker dan sarung tangan yang disesuaikan dengan

keperluannya saat melakukan kegiatan terutama di laboratorium mikrobiologi.

Peralatan, instrument, dan perangkat lunak yang digunakan dikualifikasi/

divalidasi, dirawat, dan dikalibrasi dalam selang waktu yang ditetapkan dan

dokumentasinya disimpan. Pemeriksaan untuk memastikan bahwa instrument

masih berfungsi baik juga dilakukan tiap hari atau sebelum instrument tersebut

digunakan untuk pengujian untuk analitis.

Pada pemeriksaan, pembuatan dan penggunaan pereaksi dan media

pembenihan dilakukan berdasarkan prosedur yang ada dan diberi label yang

sesuai. Pada label dicantumkan nama pereaksi, konsentrasi, faktor standardisasi

ulang dan kondisi penyimpanan. Dari semua kegiatan pemeriksaan hasilnya

didokumentasikan di dalam catatan analisis.

Produk jadi yang telah diproduksi dan diedarkan tetap dilakukan

pengawasan atau program uji stabilitas oleh Quality Unit di AstraZeneca

Indonesia. Uji stabilitas terhadap produk dilakukan oleh pihak Stability Site.

AstraZeneca Indonesia akan mengirimkan sampel produk yang telah diedarkan ke

Stability Site untuk dilakukan pengujian stabilitas produk.

QA dan QC Unit harus dapat menjamin bahwa obat yang dibuat dan

dipasarkan telah memenuhi persyaratan CPOB, Global and Compliance Manual

dan Quality Regulatory Standards. Pengawasan mutu di PT. AZI-Cikarang Site

tidak bertanggung jawab terhadap bagian produksi sehingga bagian pengawasan

mutu tidak tergantung dengan bagian produksi dan dapat mengerjakan kegiatan

dengan baik tanpa pengaruh dari pihak lain. Pengawasan mutu ini dilakukan

terhadap bahan pengemas, produk ruahan sampai dengan produk jadi yang siap

digunakan, termasuk di dalamnya penilaian terhadap pemasok dan distributor.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

63

Universitas Indonesia

4.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok

Inspeksi diri dilakukan untuk menilai kesesuaian antara seluruh aspek

produksi dan pengawasan mutu dalam industri farmasi dengan ketentuan CPOB,

serta untuk mengevaluasi dan menentukan tindakan apa yang harus diambil

sebagai langkah perbaikan jika terjadi suatu penyimpangan. Program inspeksi diri

merupakan langkah peninjauan kembali sarana, prasarana dan seluruh tata kerja

pabrik yang mungkin dapat berpengaruh pada jaminan mutu. Kegiatan ini harus

dilakukan secara rutin untuk menjamin tercapainya kesesuaian secara kontinu dan

dapat dilakukan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali

produk jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Inspeksi juga harus dilakukan

secara sistematis, yaitu terdapat langkah-langkah pengerjaan yang jelas dan daftar

hal-hal yang harus diperiksa untuk mendapatkan standar inspeksi yang seragam.

Inspeksi juga dilakukan secara objektif, dimana inspeksi dilakukan oleh seseorang

yang tidak terkait dengan departemen yang sedang diperiksa.

Audit yang dilakukan di PT. AZI-Cikarang Site bersifat internal (terhadap

sistem, prosedur, dan data) maupun eksternal (terhadap kontraktor, vendor). Audit

internal/inspeksi diri yang terdapat di PT. AZI-Cikarang Site dilakukan sekali

dalam setahun dan dibagi per unit atau departemen. Tiap departemen akan diaudit

oleh departemen lain. QA mebuat jadwal audit (Internal Audit Program) termasuk

cakupan area dan aktivitas, dan timescale. PT. AZI-Cikarang Site akan diaudit

oleh global QA/compliance group tiap satu tahun.

Pelaksanaan audit internal dilakukan oleh suatu tim yang beranggotakan

minimal tiga personil yang berasal dari departemen lain (bukan dari departermen

yang diaudit) dan dipimpin oleh seorang lead auditor, dimana personil tersebut

harus kompeten, telah melakukan pelatihan, memiliki pengalaman, dan segala

kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan audit. Auditor juga harus bersifat

independen, serta memahami peraturan atau regulasi yang terkait secara teoritis

maupun praktis.

Observasi audit harus diklasifikasikan dalam kategori kritis (butuh

tindakan perbaikan segera), major (memerlukan respon dan timescale untuk

tindakan perbaikan), dan minor (hanya memerlukan tindakan perbaikan).

Tindakan perbaikan dan pencegahan akan dilakukan oleh departemen yang

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

64

Universitas Indonesia

bersangkutan jika pada saat audit ditemukan ada hal-hal yang tidak sesuai dengan

penerapan CPOB. Laporan audit internal mencakup hasil, penilaian, kesimpulan

dan usulan tindakan perbaikan dan pencegahan. Semua prosedur, catatan, dan

laporan audit internal di PT. AZI-Cikarang Site didokumentasikan dan disimpan

oleh departemen QA & SHE. Laporan inspeksi ini selanjutnya diserahkan kepada

QA & SHE Manager yang akan mengevaluasi laporan dan menetapkan tindakan

perbaikan yang diperlukan agar penyimpangan yang terjadi tidak terulang dimasa

mendatang.

Audit mutu merupakan pelengkap dari inspeksi diri. Audit mutu meliputi

pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu

dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu di PT.

AZICikarang Site dilaksanakan oleh tim dari WWAG (World Wide Audit Group).

Audit mutu dilakukan secara berkala minimum sekali tiap setahun. Audit mutu

juga harus dilakukan terhadap pemasok dan penerima kontrak dalam pemenuhan

standar CPOB. Audit juga dapat dilakukan oleh pihak luar seperti BPOM, TGA

dan TFDA terhadap PT. AZI-Cikarang Site.

Hasil audit dapat dibedakan atas Critical Observation, Major Observation

dan Minor Observation. Critical observation menyebabkan terjadinya resiko yang

signifikan dan segera terhadap kualitas produk, keamanan pasien dan integritas

data. Major observation berpotensial menimbulkan resiko yang signifikan

terhadap kualitas produk, keamanan pasien dan integritas data. Sedangkan minor

observation merupakan hasil audit yang kurang berdampak pada produk namun

tetap memerlukan tindakan perbaikan atau saran untuk meningkatkan sistem atau

prosedur. Untuk hasil pengamatan kritis (critical observation), memerlukan

tindakan perbaikan yang segera dan dilaporkan kepada Manajemen. Semua

pengamatan kritis juga harus dilaporkan kepada senior manajemen melalui

Compliance Issue.

Selain itu, PT. AZI-Cikarang Site juga melakukan audit kepada pihak luar

(vendor audit), yaitu pemasok dan distributor yang bekerja sama dengan PT. AZI-

Cikarang Site untuk memastikan kesesuaian pemasok dengan peraturan dan

regulasi yang berlaku. Manajemen mutu terhadap pemasok yang dilakukan terdiri

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

65

Universitas Indonesia

dari 4 (empat) tahap, yaitu penyeleksian, pengesahan, pemeliharaan, dan

pemutusan kerjasama.

Quality unit turut serta dalam tim yang bertugas memilih pemasok baru,

mengevaluasi kualitas dan kesesuaian sistem, memberikan rekomendasi, jika

mungkin membuat rencana pengembangan kualitas bersama pemasok sebelum

produksi dimulai. Pada tahap penyeleksian, dilakukan evaluasi mutu dan

kesesuaian sistem calon pemasok dengan regulasi yang berlaku dan ketetapan dar

PT. AZI-Cikarang Site melalui pertemuan berkala, kuisioner, pemeriksaan

kesesuaian dokumen mutu dan audit mutu. Penyeleksian pemasok tersebut

didokumentasikan dengan Supplier Selection Form. Penilaian dan evaluasi

pemasok terdiri dari supplier audit, supplier quality review, dan supplier

observation/comparison. Selanjutnya, dilakukan pengesahan calon pemasok yang

ditetapkan memenuhi persyaratan dan pembuatan perjanjian kerjasama dalam

Quality Assurance Agreement (QAA). Pemasok juga dievaluasi dan disertifikasi

untuk diberikan status penerimaan oleh PT. AZI-Cikarang Site, yang meliputi

status certified, pending certification, not certified, decertified, dan discontinued.

Selama masa kerjasama dengan pemasok, dilakukan peninjauan terhadap

mutu produk secara berkala, manajemen perubahan dan keluhan, serta rapat mutu

berkala dengan pemasok. Status penerimaan pemasok juga ditinjau secara

periodik untuk memastikan mutu produk yang kinerja pemasok tetap memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan peraturan dan regulasi yang

berlaku melalui Quality Assurance Risk Assessment. Status penerimaan yang

diberikan kepada pemasok dapat berupa “Green” (dapat diterima), “Amber”

(major issue) atau “Red” (tidak dapat diterima/critical issue). Terhadap pemasok

yang tidak mampu mempertahankan mutu produk dan kinerja akan dilakukan

pemutusan kerjasama, dalam hal ini berada di bawah kendali manajerial

pemastian mutu.

4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk

dan Produk Kembalian

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan

terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

66

Universitas Indonesia

tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu

sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau

diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. PT. AZI-Cikarang Site telah

memiliki sistem manajemen yang baik dalam menangani keluhan, penarikan

kembali produk, dan produk kembalian.

Keluhan di PT. AZI-Cikarang Site dapat berasal dari pihak internal AZI,

distributor, Health Care Professional (dokter, apoteker, rumah sakit, puskesmas,

dan lain-lain), pasien atau pemerintah secara lisan atau tertulis, dengan atau

tanpa sampel dan terjustifikasi atau tidak terjustifikasi.

Keluhan yang terdapat di PT. AZI-Cikarang Site diklasifikasikan atas

Product Quality Complaint (PQC), Supply&Logistic Complaint (S&L), dan

Product Security Complaint. Product Quality Complaint (PQC) merupakan

keluhan terhadap kualitas produk yang berupa terjadinya kerusakan secara fisik

dalam fomulasi produk maupun kemasannya, tapi tidak termasuk keluhan

pelanggan mengenai jumlah, harga, transportasi ataupun pengiriman.

Supply&Logistic Complaints (S&L) merupakan keluhan yang terkait dengan

proses bisnis mencakup pengangkutan, pengumpulan dan transportasi produk ke

unit AstraZeneca yang lain yang mungkin merupakan tempat produksinya ke

Marketing Company untuk dijual. Product Security Complaints merupakan

laporan terhadap adanya indikasi pemalsuan produk dalam hal ini terkait

registrasi obat.

Selain itu, berdasarkan pelapornya, keluhan juga terbagi atas Internal

Complaint dan External Complaint. Internal Complaint merupakan keluhan yang

muncul dari internal AstraZeneca yang mungkin terkait dengan kemasan

penjualan atau sebagian produksi atau pengiriman produk ruahan. Keluhan ini

dapat berupa PQC atau S & L. Keluhan yang berasal dari kontraktor tentang

material yang diperoleh dari AstraZeneca untuk proses juga termasuk dalam

Internal Complaint. Sedangkan External Complaint merupakan keluhan yang

muncul dari individu atau organisasi di luar AstraZeneca. Keluhan dapat berasal

dai wholesalers, tenaga kesehatan (dokter, apoteker, dan lainnya), lembaga

kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan lainnya), dan pasien. External complaint

dapat berupa PQC atau Product Security Complaint.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

67

Universitas Indonesia

Semua karyawan AstraZeneca yang mengetahui adanya keluhan yang

berasal dari luar organisasi (external complaint) bertanggung jawab untuk

melaporkannya departemen medical dan mengisi formulir keluhan (complaint

form) tanpa ditunda. Sampel keluhan (complaint sample) ditujukan distributor

lokal untuk penggantian produk (jika memungkinkan), kemudian dilanjutkan ke

departemen medical. Kemudian departemen medical mengevaluasi dan menilai

apakah keluhan terkait efek samping atau tidak. Jika keluhan terkait efek

samping, keluhan akan dilaporkan oleh departemen medical ke GCM (Global

Complaint Management) dan Global Patient Safety dengan GCM number sesuai

dengan timeline.

Jika keluhan tidak terkait dengan efek samping (hanya terkait kualitas

produk), departemen medical akan meneruskan keluhan tersebut ke unit QA.

Unit QA akan mengajukan keluhan melalui sistem GCM dan mengirimkan

sampel ke Supplying Site. Keluhan yang valid harus memasuki ke dalam sistem

GCM dalam waktu 24 jam berupa laporan keluhan beserta lampiran foto sampel

namun tidak semua keluhan langsung dimasukkan ke dalam sistem GCM 24 jam

setelah penerimaan, karena keluhan tersebut harus disertai data sampel/foto yang

relevan. Untuk keluhan yang dikombinasi (seperti PQC dengan efek

samping/kombinasi keluhan) departemen medical seharusnya melaporkan

kerusakan tersebut ke GCM dan membuat surat balasan untuk pelanggan

eksternal berdasarkan hasil investigasi. Unit QA akan membuat surat balasan

kepada pelanggan eksternal untuk keluhan PQC tanpa efek samping, minimal 5

hari kerja setelah menerima hasil investigasi.

Keluhan kualitas produk secara internal dapat muncul dari hasil

penemuan kerusakan fisik dalam produk atau selama proses pengemasan.

Keluhan internal ini dilaporkan oleh process owner dengan form pengembalian

material rusak dan dinilai oleh unit QA. Quality unit mengkoordinir investigator

dan menugaskan departemen terkait untuk investigasi. Tingkat investigasi

tersebut terbagi atas level 1, 2, 3, dan 4.Apabila penyebab dari kerusakan

tersebut berasal dari Supplying Site, unit QA akan melaporkan keluhan tersebut

ke dalam sistem GCM dan mengajukannya kepada Supplying Site.

Apabila terdapat keluhan terhadap Supply & Logistics (S & L) yang

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

68

Universitas Indonesia

berasal dari AstraZeneca Indonesia atau Site lain, keluhan tersebut akan

diteruskan kepada QA & SHE Manager dengan “Cargo Dmaged/Missing

Report”. QA & SHE Manager akan mengajukan keluhan kepada Supplying Site

untuk melakukan investigasi secara bersama-sama dan akan menugaskan

departemen yang bersangkutan untuk melakukan investigasi apabila keluhan

terjadi pada AZI-Cikarang Site. Investigator tersebut menyiapkan laporan hasil

investigasi yang kemudian akan ditinjau dan disetujui oleh unit QA.

Pada Security Complaint yang berasal dari karyawan AstraZeneca, maka

karyawan yang mengetahui bertanggung jawab untuk melengkapi Suspect

Product Sighting Form dan meneruskannya ke Global Security. Sampel yang

dicurigai tersebut sebaiknya disimpan tersegel dalam tas sebagai bukti (evidence

bag). Jika keluhan berasal dari distributor atau sumber lain, Regulatory Manager

atau wakilnya dapat mengisi Suspect Product Sighting Form dan dikirim ke

departemen Regulatory Affair. Regulatory Affair akan melakukan penilaian awal

terhadap produk/kemasan dengan membandingkannya terhadap kemasan asli di

pasaran. Hasil penemuan dan bukti digital dapat dimasukkan ke dalam laporan

GCM. Produk yang dicurigai akan diinvestigasi di Authentication Site.

Pemantauan dan investigasi tersebut bertujuan untuk mencegah keluhan

yang sama terulang kembali dan mencegah terjadinya keluhan. Tindak lanjut dari

keluhan tersebut dapat berupa penggantian produk atau penarikan produk.

Berdasarkan hasil investigasi dapat dilakukan tindakan perbaikan sebagai

tindakan pencegahan sementara jika diperlukan atau tindakan lain yang tepat.

Investigasi wajib diselesaikan dalam waktu selama-lamanya 23 hari.

Keluhan tersebut wajib ditutup dalam waktu 30 hari setelah dilaporkan ke GCM.

Trending terhadap keluhan dilakukan berdasarkan produk dan kategori

kerusakan, dilakukan oleh departemen yang terkait. QA unit akan melakukan

trending S&L Complaint dan PQC-internal yang kemudian ditinjau dalam

Product Review Report.

Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali (recall)

dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets tertentu dari peredaran. Penarikan

kembali obat jadi dilakukan bila ditemukan ada produk obat yang tidak

memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

69

Universitas Indonesia

obat yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Penarikan obat jadi ini dapat

dilakukan atas keinginan produsen (misalnya karena stabilitas obat tidak baik)

atau keinginan Badan POM (keluhan dari segi medis dan farmasi). Setiap

masalah kualitas harus diberitahukan kepada QA & SHE Manager, yang

kemudian akan mengkaji ulang apakah masalah tersebut berpotensi

menyebabkan penarikan produk.

Penarikan kembali produk harus dilakukan segera setelah evaluasi

laporan dan didapatkan hasil pemeriksaan contoh pertinggal (retained sample).

Produk yang dikembalikan akan diterima oleh warehouse dan dibuat laporan

penerimaan produk yang dikembalikan. Poduk tersebut kemudian akan

dimusnahkan dan dibuat berita acara pemusnahannya.

PT. AstraZeneca Indonesia juga melakukan audit kepada distributor yang

akan dipilih. Hal ini dilakukan untuk menjaga mutu produk PT. AstraZeneca

Indonesia agar setelah produk keluar dari pabrik dapat terjamin mutunya saat

sampai ke konsumen. Salah satu penilaiannya adalah distributor harus

mempunyai suatu sistem distribusi yang baik artinya mengetahui kemana saja

produk tersebut didistribusikan.

Produk kembalian adalah obat jadi yang telah didistribusikan ke pihak

ketiga (distributor, baik berupa apotek ataupun rumah sakit) yang kemudian

dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan,

kadaluarsa atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat

menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang

bersangkutan. Dalam penanganan produk kembalian, terdapat prosedur tetap

dalam menyelidiki dan menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan

apakah obat tersebut dapat diolah kembali atau dimusnahkan. Obat kembalian

disimpan di gudang pada tempat khusus dan menunggu keputusan QA & SHE

apakah akan dikemas ulang, dirework, atau dimusnahkan. Sedangkan QA &

SHE bertanggung jawab untuk memeriksa dokumen yang menyertainya,

menyaksikan dan membuat berita acara proses pemusnahan, membuat label

reject untuk produk expired, defective, dan damage (Astuti, 2013b).

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

70

Universitas Indonesia

4.10 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu hal yang sangat fundamental dalam

pengoperasian suatu perusahaan farmasi agar dapat memenuhi persyaratan CPOB.

Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang meliputi

spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi, perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat. Sistem

dokumentasi yang dirancang atau digunakan hendaknya mengutamakan tujuannya

yaitu menentukan, memantau atau mencatat mutu dari seluruh aspek produksi dan

pengendalian mutu. Dokumentasi dapat digunakan untuk memastikan bahwa

setiap personil mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas

yang harus dilaksanakan sehingga memperkecil risiko kekeliruan. Selain itu,

apabila terjadi kesalahan atau keluhan terhadap produk, maka penelusuran dapat

dilakukan karena adanya dokumentasi. Hal ini dikarenakan sistem dokumentasi

menggambarkan riwayat lengkap dari setiap bets atau lot suatu produk, sehingga

memungkinkan penyelidikan serta penelusuran terhadap bets atau lot produk yang

bersangkutan. Selain itu, sistem dokumentasi digunakan pula dalam pemantauan

dan pengendalian kondisi lingkungan, perlengkapan, dan personalia (Badan

Pengawas Obat dan Makanan RI, 20012).

PT. AZI-Cikarang Site telah menerapkan pendokumentasian yang baik.

Setiap dokumen yang ada di perusahaan ini telah didesain, disiapkan dan dikaji

sedemikian rupa serta didistribusikan dengan cermat ke seluruh bagian yang

berkepentingan. Dokumen yang hendak didistribusikan harus disetujui,

ditandatangani dan diberi tanggal terlebih dahulu oleh personil yang sesuai dan

mempunyai wewenang agar dapat dinyatakan valid. Seluruh dokumen tersedia

dalam bentuk hard copy dan soft copy dan disimpan oleh personil yang

berkepentingan. Semua dokumen secara jelas mempunyai judul, tujuan dan isi,

serta semua dokumen harus dijaga dan didistribusikan secara rahasia.

Dokumentasi pada PT.AZI-Cikarang Site memiliki prinsip yaitu

permanen, mudah terbaca, akurat, dicatat segera, jelas, konsisten, lengkap,

langsung, dan benar. Dalam dokumentasi kegiatan yang telah dilaksanakan, tidak

boleh ada kolom kosong, tetapi harus diberi tanda NA (Not Applicable) atau

coretan menyilang seperti huruf Z, dan setiap perubahan yang dilakukan terhadap

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

71

Universitas Indonesia

pencatatan dokumen (koreksi penulisan) sebaiknya dihindari. Koreksi tersebut

dapat dilakukan dengan mencoret tulisan yang salah dengan satu garis lurus,

diberi paraf, diberi tanggal, dan ditulis data yang benar tepat disamping data yang

salah, dimana perubahan tersebut harus memungkinkan pembacaan informasi

semula (tidak dihilangkan), bila perlu diberikan penjelasan alasannya. Informasi

berulang tidak boleh diberi tanda ditto (“) atau panah melainkan harus dituliskan

ulang pada baris yang diperlukan. Apabila terdapat data yang ditulis di kertas

thermal atau kertas lain yang mudah rusak, data bisa dibuat salinannya, dituliskan

pada salinannya “as of original” dengan lampiran data yang asli.

Setiap dokumen yang memerlukan pencatatan dilakukan menggunakan

pulpen dengan tinta biru yang tidak mudah luntur untuk membedakan dokumen

yang asli dengan hasil salinan, tulisan terbaca, rapi dan mudah dimengerti, serta

kata-kata yang tertulis tidak menimbulkan arti ganda dan langsung pada tujuan

(Astuti, 2013c).

Setiap prosedur, kontrol, pencatatan, distribusi atau pencatatan terkait atau

file elektronik yang perlu untuk dikelola dan dijaga sebagai bukti pemenuhan

GMP disebut Dokumentasi GMP. Sedangkan, setiap kebijakan, prosedur,

petunjuk, protokol, laporan, template, dan form terkontrol dalam kertas atau

bentuk elektronik yang diperlukan untuk pemenuhan GMP dan/atau standar PT.

AstraZeneca Indonesia disebut Master GMP Document. Contoh Master GMP

Document adalah Dokumen Kebijakan, Standard Operating Procedure, Working

Instruction, Spesifikasi Produk, Metode Analisis, Dokumen kualifikasi dan

Validasi dan lain-lain.

Setiap fungsi/departemen harus membangun, menjaga dan memantau

pelaksanaan manajemen Master GMP Document. Setiap staff harus memverifikasi

validitas dokumen sebelum penggunaannya. Setiap pembaharuan atau revisi

master GMP Document harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan manajemen,

unit operasional dan Bagian Pemastian Mutu dan diputuskan melalui Sistem

Manajemen Perubahan (change control). Penomoran setiap dokumen yang

diberikan dapat diidentifikasi secara spesifik yang memudahkan penelusuran

apabila diperlukan dan menunjukkan perbedaan versi. Sistem penomoran tersebut

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

72

Universitas Indonesia

dijaga agar selalu aktual sehingga setiap dokumen dapat ditinjau ulang secara

berkala atau dilakukan perbaikan bila diperlukan.

Setelah disetujui, Master GMP Document harus dikembalikan dan

dipelihara oleh Bagian Pemastian Mutu. Akses terhadap Master GMP Document

dibatasi. Salinan dari dokumen ini dapat dibuat dan digunakan. Dokumen salinan

tersebut diberi cap ‘controlled copy’ untuk meyakinkan validitas dokumen.

‘Uncontrolled copy’ adalah cap untuk salinan dokumen yang tidak resmi dan

hanya dapat digunakan untuk pengkajian ulang, pelatihan atau tujuan audit. Setiap

Dokumentasi GMP yang tidak valid dan dokumen-dokumen yang berada pada

akhir periode penyimpanannya dimusnahkan dan didokumentasikan.

Dokumentasi pemusnahan tersebut harus disimpan.

Dokumen-dokumen terkait dengan pengemasan produk obat terformulasi

disebut dengan Manufacturing Document. Dokumen-dokumen tersebut

diantaranya :

a. Packaging Material Specification

Packaging Material Specification adalah dokumen yang berisi ketentuan

spesifikasi dari bahan pengemas, produk ruahan, dan produk jadi,

termasuk di dalamnya master formulae dan packing configuration.

b. Master Formulae

Master Formulae adalah compendium informasi yang mendekskripsikan

semua aspek manufaktur, pengemasan, dan pengendalian produk obat

terformulasi.

c. Packing Configuration

Packing Configuration adalah dokumen yang mendeskripsikan formula

yang digunakan pada proses pengemasan, tahap utama dari prosedur

pengemasan dan konfigurasi pengemasan.

d. Master Batch Packaging Record (MBPR)

MBPR adalah dokumen yang mendekskripsikan prosedur pengemasan dan

mencatat setiap aktivitas pengemasan. Dokumen ini berisi spesifikasi,

bahan-bahan, line clearance, instruksi, in process control, rework, label

dan rekonsiliasi.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

73

Universitas Indonesia

e. Batch Specific Copies of Master Batch Packaging Record

Dokumen ini adalah salinan dari MBPR yang digunakan untuk batch

spesifik.

Dokumen lain yang terdapat di PT.AZI-Cikarang Site adalah laporan deviasi,

laporan keluhan, supplier selection form, laporan kualifikasi dan validasi, APR,

dan lainnya.

4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,

disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat

menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.

Sebelum kontrak dibuat, perlu adanya pemastian status GMP dan standar

mutu dari pabrik yang ditunjuk untuk membuat produk. PT. AZI-Cikarang Site

memiliki kontrak dengan salah satu perusahaan farmasi yaitu PT. Boehringer-

Ingelheim Indonesia (PT. BII), di mana PT. AZI-Cikarang Site bertindak sebagai

pemberi kontrak dan PT. BII sebagai penerima kontrak. Hal ini disebabkan

keterbatasan fasilitas pada PT. AZI-Cikarang Site sehingga produk tersebut dibuat

oleh pabrik lain yang ditunjuk. Produk AZI yang diprodukksi di BII adalah

produk-produk dengan tujuan dijual pada pasar lokal.

Kontrak tertulis antara PT. AZI-Cikarang Site dengan PT. BII menjelaskan

tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak, meliputi pembuatan dan

analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait yang sesuai

dengan izin edar untuk produk tersebut, serta juga memuat izin PT. AZI-Cikarang

Site untuk melakukan inspeksi sarana PT. BII.

PT. AZI-Cikarang Site menyediakan semua informasi yang diperlukan

kepada PT. BII untuk melakukan pekerjaan kontrak secara benar sesuai izin edar

dan persyaratan legal lain. PT. AZI-Cikarang Site memastikan bahwa semua

produk yang diproses dan bahan yang dikirmkan oleh PT. BII memenuhi

spesifikasi yang ditetapkan atau produk telah diluluskan oleh kepala bagian

Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

74

Universitas Indonesia

4.12 Kualifikasi dan Validasi

CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk menerapkan prinsip

kualifikasi dan validasi sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari

kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan, dan

proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi (Badan

Pengawas Obat dan Makanan RI, 2012). PT. AZI Cikarang-Site telah menerapkan

prinsip kualifikasi dan validasi sesuai dengan persyaratan pada CPOB.

Kualifikasi merupakan pembuktian secara tertulis berdasarkan data yang

menunjukkan bahwa suatu peralatan, fasilitas sistem penunjang (utility) komputer

dan proses pengemasan secara otomatis bekerja sesuai dengan spesifikasi yang

telah ditetapkan sehingga secara konsisten dapat menghasilkan produk dengan

standar mutu yang telah ditetapkan. Kualifikasi dimulai dengan process map,

Product User Requirements Specification (PURS), Product Impact Assessment

(PIA), Component Impact Assessment (CIA), User Requirements Specification

(URS), dan Traceability Matrix. Process map adalah bagan proses yang

menunjukkan gambaran proses saat ini, dan batas-batas prosesnya. PURS

mengidentifikasi dan mendaftar nilai yang ditambahkan ke produk demi mencapai

persyaratan kualitas dan menjaga kualitas produk yang telah dicapai pada tahap

sebelumnya. PIA mengidentifikasi kegagalan produk yang potensial karena tidak

terpenuhinya syarat PURS. CIA mengidentifikasi sistem dan komponen yang

berdampak pada produk, proses, dan cGMGP yang tidak terdapat pada

PURS/PIA. URS menjelaskan persyaratan operasi teknis dan mengelompokannya

sebagai I (information), Q (GMP critical requirement), C (non GMP requirement)

kemudian dilakukan penilaian. Traceability Matrix mengidentifikasi informasi

yang didapat dari vendor yang kemudian dikualifikasi (ditransfer ke Design

Qualification)

Di lain hal, kualifikasi terdiri atas empat tahap, yaitu Kualifikasi

Desain/Design Qualification (DQ), Kualifikasi Instalasi/Installation Qualification

(IQ), Kualifikasi Operasional/Operational Qualification (OQ), dan Kualifikasi

Kinerja/Performance Qualification (PQ). Keempat tahapan kualifikasi dilakukan

untuk peralatan dan sistem baru, sedangkan untuk peralatan dan sistem yang

dimodifikasi tidak dilakukan tahap Kualifikasi Desain/Design Qualification.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

75

Universitas Indonesia

PT. AZI-Cikarang Site sebagai salah satu industri farmasi juga melakukan

kualifikasi untuk memastikan alat maupun ruangan yang digunakan memenuhi

standar atau tidak. PT.AZI-Cikarang Site melakukan kualifikasi berdasarkan

protkol yang terdiri dari parameter uji, prosedur, dan kriteria penerimaan.

Kualifikasi Instalasi (IQ) dilakukan pada fasilitas, sistem dan peralatan yang baru

atau dimodifikasi. IQ memastikan bahwa sistem yang diinstal telah memenuhi

spesifikasi kualifikasi desain. Kualifikasi Operasional (OQ) hanya dapat

dilakukan setelah IQ. OQ memastikan bahwa peralatan dapat beroperasi sesuai

kegunaanya dengan rentang toleransi yang dinyatakan (terdapat batas atas dan

batas bawah). OQ juga mencakup pengujian kondisi yang mengarah ke ‘worst

case’ condition. Jika diperlukan, Kualifikasi Kinerja (PQ) dapat dilakukan setelah

selesai melakukan IQ dan OQ. PQ memastikan sistem untuk terkoneksi bersama

sehingga dapat bekerja secara efektif dan reprodusibel di lingkungan produksi.

Apabila pelaksanaan kualifikasi tidak dilakukan secara berurutan, maka hal ini

dilaporkan sebagai penyimpangan.

Status kualifikasi dan dokumen yang telah disetujui harus tersedia dan

dipelihara. Perubahan terhadap sistem, fasilitas, dan peralatan yang telah

terkualifikasi harus diatur dengan manajemen sistem perubahan (change control).

Status kualifikasi dapat ditinjau kembali setiap 3 tahun. Apabila tidak terdapat

perubahan yang signifikan yang mempengaruhi status kualifikasi, cukup

dilakukan peninjauan ulang dengan bukti bahwa fasilitas, sistem dan peralatan

memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk menunjukan bahwa fasilitas, sistem

dan peralatan tersebut dapat digunakan lebih lanjut. Kualifikasi di PT. AZI-

Cikarang Site, dilakukan oleh departemen engineering bersama dengan system

owner. Setiap sistem dan peralatan yang ada di PT. AZI-Cikarang Site telah

terkualifikasi sesuai dengan Global Quality Standard. Kualifikasi dilakukan saat

pertama kali mesin datang ke pabrik dan akan dijalankan. Sedangkan rekualifikasi

dilakukan secara berkala sekali dalam tiga tahun.

Validasi proses adalah salah satu jenis validasi yang dilakukan untuk

memastikan dan memberi pembuktian terdokumentasi bahwa proses (berlangsung

dalam parameter desain yang telah ditentukan) mampu dan dapat dipercaya

menghasilkan produk sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

76

Universitas Indonesia

tingkat keberulangan yang tinggi. Terdapat tiga jenis proses validasi, yaitu

validasi prospektif, validasi konkuren dan validasi retrospektif. Validasi

retrospektif tidak boleh dilakukan. Selain itu, juga dilakukan validasi pembersihan

yang bertujuan untuk memastikan bahwa prosedur pembersihan yang dilakukan

dapat menghilangkan residu bahan aktif dan deterjen serta mikroba sesuai

persyaratan yang ditetapkan.

Validasi di PT. AZI-Cikarang Site dilakukan secara bersama oleh bagian

QC (Quality Control), QA (Quality Assurance) dan Produksi. Seluruh kegiatan

validasi di PT. AZI-Cikarang Site memiliki perencanaan yang tertuang dalam

bentuk Validation Master Plan. Protokol validasi tersedia untuk setiap validasi

dan kualifikasi dan setiap kali selesai melakukan validasi dibuat laporan yang

mengacu pada protokol tersebut. Validasi yang dilakukan di PT. AZI-Cikarang

Site, meliputi validasi proses/pengemasan, validasi pembersihan dan validasi

sistem komputer. Validasi tersebut dilakukan terhadap fasilitas, peralatan dan

proses yang dapat mempengaruhi mutu produk.

Validasi pengemasan harus menjamin bahwa suatu proses dapat

menghasilkan produk yang sesuai dengan kualitas yang diinginkan secara

berulang dan reliable. Validasi dilaksanakan sesuai dengan yang tertera dalam

protokol. Protokol validasi setidaknya mencakup: tujuan mendetail; deskripsi

proses; daftar produk dan kekuatannya; daftar proses, fasilitas, sistem, dan mesin

yang digunakan; rangkuman parameter kritis dan aktivitas evaluasinya; jumlah

bets yang digunakan; spesifikasi dan metode analisa; kriteria penerimaan; IPC; uji

tambahan yang akan dilakukan; rencana sampling dan prosedur pengujian; metode

pencatatan dan evaluasi hasil; waktu dan agenda; dan referensi. Dalam penentuan

protokol tersebut, dilakukan penilaian resiko dan identifikasi parameter kritis.

Validasi harus dilakukan dalam kondisi yang sama dengan kondisi yang akan

digunakan dalam produksi rutin. Ukuran bets yang digunakan harus sama atau

mewakili urusan bets komersial. Proses validasi diuji dengan melakukan worst

case dan challenge test sebelum validasi maupun proses rutin dilaksanakan.

Validasi pengemasan yang dilakukan meliputi validasi prospektif dan

konkuren. Validasi prospektif dilakukan sebelum distribusi komersial dari produk

baru atau produk existing yang dikemas dengan proses yang baru atau

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

77

Universitas Indonesia

dimodifikasi. Validasi konkuren dilakukan selama produksi rutin. Dalam kondisi

khusus, diperbolehkan tidak harus menyelesaikan aktivitas validasi sebelum

produksi rutin dilakukan. Alasan yang jelas dari pendekatan ini harus diberikan

dalam protokol dan laporan validasi.

Validasi konkuren juga dapat dilakukan bila frekuensi produksi tidak

cukup memenuhi persyaratan validasi prospektif dan dapat dilakukan untuk proses

yang dimodifikasi bila produk memiliki waktu penyimpanan yang pendek

(Efendy, 2013). Validasi yang dilaksanakan oleh PT. AZI-Cikarang Site selama

proses produksi berlangsung adalah validasi konkruen. Validasi telah

dilaksanakan sebelum produksi bets dan ditutup dengan pembuatan laporan

Packing Validation Report. Laporan validasi harus menyimpulkan evaluasi

antara data mentah dengan kriteria penerimaan, dan dituliskan apakah validasi

selesai dengan sukses atau tidak. Laporan validasi juga mencakup tinjauan

penyimpangan, dan pengaruhnya terhadap hasil, serta tindakan perbaikannya.

Validasi pembersihan (Cleaning Validation) dilakukan untuk setiap

prosedur pembersihan alat yang digunakan dalam produksi. Kegiatan validasi

prosedur pembersihan meliputi pemeriksaan visual dan pengujian kontaminasi

mikrobiologi. Sebelum melakukan validasi, dilakukan pembuatan prosedur

pembersihan tertulis. Validasi dilakukan terhadap tiga bets secara berturut-turut.

Alur proses validasi adalah penilaian validasi prosedur pembersihan,

pembuatan protokol metode analisis, pengerjaan analisis, pembuatan laporan

validasi erode, pembuatan protokol validasi pembersihan oleh QA, pengerjaan

pembersihan, pengambilan sampel dan pengujian sampel oleh QC, evaluasi hasil

dan pembuatan laporan oleh QA. Kriteria penerimaan validasi pembersihan

adalah seluruh ruangan tampak bersih secara visual, memenuhi batas kontaminasi

mikroba pada alat tertentu yang memerlukan pembersihan antar bets harus

ditentukan lamanya waktu tunggu antara pembersihan dan proses.

Terhadap validasi tersebut, dilakukan penilaian kembali secara periodik

untuk melihat kesesuaian dan validitas prosedur. Apabila ditemukan adanya

permasalahan atau perubahan, perlu dipertimbangkan kemungkinan untuk

revalidasi. Dokumen validasi prosedur pembersihan ditinjau setiap tiga tahun atau

jika diperlukan.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

78 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. PT. AstraZeneca Indonesia memiliki standar internal yang mengatur

berbagai aspek dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yakni

manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi

dan higienis, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu,

penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan

produk kembalian, dokumentasi, serta kualifikasi dan validasi.

b. PT. AstraZeneca Indonesia mengacu pada AstraZeneca Global Operation

Standard dalam penerapan CPOB untuk menghasilkan produk yang

mutunya sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya.

PT. AZI memiliki Unit Pemastian Mutu yang bertanggung jawab untuk

memastikan produk yang dihasilkan bermutu dan aman. Personalia dalam

jumlah memadai yang telah terkualifikasi; bangunan dan fasiitas dengan

desain, konstruksi, dan letak yang memadai, serta dirawat dengan baik

untuk memudahkan pelaksanaan operasi. Peralatan yang digunakan untuk

proses produksi ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat. PT. AZI-

Cikarang Site menerapkan tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi. Proses

produksinya berupa pengemasan diawasi oleh personil yang kompeten

untuk menjaga mutunya. PT. AZI-Cikarang Site memiliki sistem

pengawasan mutu yang secara menyeluruh oleh Departemen QA&SHE.

PT, AZI-Cikarang Site melakukan audit internal dan eksternal, untuk audit

mutu dilaksanakan oleh World Wide Audit Group. PT. AZI-Cikarang Site

telah memiliki sistem manajemen yang baik dalam menangani keluhan,

penarikan kembali produk, dan produk kembalian. Setiap kegiatan yang

dilakukan oleh PT.AZI terdokumentasi dengan baik termasuk beberapa

QA agreement dengan pemasok. Setiap sistem dan peralatan yang ada

telah terkualifikasi sesuai Global Quality Standard dan validasi proses

dilakukan secara konkruen serta validasi pembersihan juga dilaksanakan.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

79

Universitas Indonesia

c. Apoteker memegang peranan yang sangat penting dalam PT. AstraZeneca

Indonesia-Cikarang Site, yakni sebagai Penanggung Jawab Produksi,

Penanggung Jawab Pengawasan Mutu dan Penanggung Jawab Manajemen

Mutu (Pemastian Mutu). Pentingnya peranan tersebut karena tugas dan

tanggung jawabnya dalam mendukung proses produksi berjalan yang

memenuhi ketentuan CPOB guna menghasilkan produk yang bermutu,

aman, dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Semua bagian dalam

struktur organisasi PT. AstraZeneca Indonesia telah melakukan tugas dan

tanggung jawabnya dengan baik sehingga semua kegiatan dapat

dilaksanakan dengan baik

5.2 Saran

a. Penerapan aspek CPOB dokumentasi di PT. AstraZeneca Indonesia

hendaklah ditingkatkan dengan penempatan dokumen sesuai dengan

kapasitas outner sehingga memudahkan penelusuran hal-hal yang

berkaitan dengan produk agar konsistensi mutunya terjaga.

b. PT. AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site hendaklah senantiasa

meningkatkan kesadaran para karyawan akan pentingnya penerapan CPOB

dan pentingnya pembaharuan pengetahuan terutama persyaratan-

persyaratan yang berlaku untuk mutu produk.

c. Pentingnya peningkatan komunikasi antar divisi maupun PT. AstraZeneca

Indonesia dengan pihak luar sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan

efektivitas kerja.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

80 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

AstraZeneca Global. (2012, Mei). AstraZeneca. Retrieved January 31, 2014, from

http://www.astrazeneca.com.

Astuti, H. D. (2012). Site Master File AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site.

Bekasi: PT. AstraZeneca Indonesia.

Astuti, H. D. (2013a). SOP Audit. Bekasi: PT. AstraZeneca Indonesia.

Astuti, H. D. (2013b). SOP Complaint. Bekasi: PT. AstraZeneca Indonesia.

Astuti, H. D. (2013c). SOP Raw Data. Bekasi: PT. AstraZeneca Indonesia.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2012). Penerapan Pedoman Cara

Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.

Efendy. (2012). SOP Pembersihan Mesin. Bekasi: PT. AstraZeneca Indonesia.

Efendy. (2013). SOP Validation. Bekasi: PT. AstraZeneca Indonesia.

K. Anna, L. (2010). Pabrik AstraZeneca Siap Beroperasi. Retrieved September

10, 2013, from http://health.kompas.com/

Menteri Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1799 Tentang Industri Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

Nugroho, A. (2009). SOP Alat Pengaman Diri (APD). Bekasi: PT. AstraZeneca

Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

LAMPIRAN

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

81

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. AstraZeneca Indonesia Cikarang-Site.

Site Director

QA&SHE Manager

QA&SHE Supervisor

QA Staff

QC Supervisor

QC Analyst

Supply Chain

Manager

Warehouse Supervisor

Warehouse Operator

Supply Chain

Supervisor

Plant Manager

Engineering Assc.

Manager

Engineering Leader

Adm. Engineering

Technician

Production Supervisor

Packing Operator

Operator

Packer

Assc Purchasing Manager

GA&P Supervisor

GA Officer

Plant Accountant

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

82

Lampiran 2. Daftar Produk AstraZeneca Indonesia Cikarang-Site

No Nama Produk No Nama Produk

1 Accolate 20 mg 2x14’s Blister 34 Naropin7.5 mg 20 ml 2 Arimidex 1 mg 28’s Tablet 35 Nexium 40 mg Injection 3 Bricasma Injection 5 Amp 36 Nexium MUPS 20 mg 28’s Tablet 4 Bricasma Injection 5 Amp-Askes 37 Nexium MUPS 40 mg 14’s caps 5 Bricasma Respules 2.5 mg/ml 10

Respules 38 Niften 50 mg/20 mg 28’s capsule

6 Bricasma Turbu 0.50 mg 39 Onglyza 5 mg 28’s Tablet 7 Bricasma Turbu 0.50 mg-Askes 40 Pulmicort Respules 0.25 mg/ml 20 Resp 8 Bricasma Tablet 2.5 mg 100’s 41 Pulmicort Respules 0.50 mg/ml 20 Resp 9 Brilinta 90 mg 28’s Tablet 42 Pulmicort 200 mcg turbu 10 Casodex 50 mg 28’s Tablet 43 Pulmicort 200 mcg turbu-Askes 11 Casodex 150 mg 28’s Tablet 44 Rhinocort Aqua 32 mcg 12 Crestor 5 mg 28’s Tablet 45 Seloken 50 mg 100s 13 Crestor 10 mg 28’s Tablet 46 Seroquel 25mg 60’s Tablet 14 Crestor 20 mg 28’s Tablet 47 Seroquel 50 mg 60’s Tablet 15 Crestor 40 mg 28’s Tablet 48 Seroquel 100 mg 60’s Tablet 16 Diprivan Injection 5 x 20 ml 49 Seroquel 200 mg 10’s Tablet 17 Emla Cream 5% 5 gr tubes 50 Seroquel 200 mg 60’s Tablet 18 Fulcin 500 mg 28’s Tablet 51 Seroquel 300 mg 10’s Tablet 19 Imdur 60 mg 28’s Tablet 52 Seroquel 300 mg 60’s Tablet 20 Imdur 60 mg 30’s Tablet 53 Seroquel 400 mg 10’s Tablet 21 Inderal 10 mg Tablet ex Corden

Pharma 54 Symbicort 80 mg 60’s Turbu

22 Inderal 10 mg Tablet ex Macclesfield 55 Symbicort 160 mg 60’s Turbu 23 Inderal 40 mg Tablet ex Corden

Pharma 56 Symbicort 160 mg 120’s Turbu

24 Inderal 40 mg Tablet ex Macclesfield 57 Tenormin 50 mg 28’s 25 Iressa 250 mg 58 Xylocaine 2% 10’s syringe 26 Kombiglyze 59 Xylocaine 2% 2 ml 50’s ampul 27 Losec 20 mg Blister 14’s 60 Xylocaine 2% 20 ml 5’s ampul 28 Losec 40 mg IV Injection 61 Xylocaine 10% 50 ml Spray 29 Losec 40 mg IV Injection-Askes 62 Zestril 10 mg 28s 30 Marcain 0.50% PDF 63 Zestril 5 mg 28 s 31 Marcain Spinal 0.50% hvy 64 Zoladex 3.6 mg Tablet 32 Meronem 1 gr 10’s Injection 65 Zoladex 10.8 mg 33 Meronem 500 mg 10’s Vial

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

UNIVERSITAS INDONESIA

PEMBUATAN ANNUAL PRODUCT REVIEW (APR)

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

NOVITA DAMAYANTI, S.Farm

1309343971

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

PEMBUATAN ANNUAL PRODUCT REVIEW (APR)

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

NOVITA DAMAYANTI, S.Farm

1309343971

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Tujuan ............................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3

2.1. Annual Product Review (APR) ........................................................ 3

2.2. Peninjauan Catatan Bets (Batch Record Review) ............................... 6

2.3. Catatan Pengemasan Bets (Batch Packaging Record) ...................... 8

2.4. Spesifikasi, Formula Pembuatan, dan Instruksi Pengemasan ............ 8

2.5. Pengolahan dan Pengerjaan Ulang ................................................... 9

2.6. Pengendalian Perubahan ................................................................ 10

2.7. Stabilitas .......................................................................................... 11

2.8. Hasil Uji di Luar Spesifikasi (HULS) dan Penyimpangan ................ 11

2.9. Keluhan, Recall, dan Produk Kembalian .......................................... 12

2.10. Validasi Proses dan Kualifikasi ..................................................... 13

2.11. Analisis Data ................................................................................. 14

2.11.1 Grafik Kontrol ................................................................... 14

2.11.2 Kapabilitas Proses .............................................................. 15

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 16

3.1 Waktu dan Tempat Pembuatan Materi ............................................ 16

3.2 Metode Pembuatan Materi ............................................................. 16

3.3 Prosedur Pembuatan Materi ........................................................... 18

BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................. 17 4.1 Annual Product Review (APR) ........................................................ 17

4.2 Catatan Bets .................................................................................... 26

4.3 Packaging Material Specification .................................................... 27

4.4 Studi Perbandingan APR ................................................................. 28

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 29

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 29

5.2 Saran ............................................................................................. 29

DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 30

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Bagian-bagian dalam APR……………………………………. 19

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh APR AstraZeneca Indonesia ............................................. 31

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produk farmasi merupakan salah satu komoditi penting dalam

kehidupan manusia, baik berupa suplemen, vitamin, maupun obat-obatan. Obat

sangat erat kaitannya dengan industri farmasi karena proses pembuatan obat

hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi. Permintaan akan obat tidak pernah

berhenti bahkan terus meningkat setiap waktu. Industri farmasi menghasilkan

produk dengan berbagai macam, jenis, dan inovasi baru dalam rangka pemenuhan

permintaan masyarakat. Mengingat obat akan masuk ke dalam tubuh atau kontak

langsung dengan tubuh dan memberikan efek kepada tubuh sehingga

aktivitasnya mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh, maka produksi obat

dikendalikan dan diawasi dengan sangat ketat. Setiap industri farmasi harus

menjamin obat yang diproduksi tidak hanya memiliki khasiat (efficacy), tetapi

juga aman (safety) dan bermutu (quality).

Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh sangat esensial untuk

menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Oleh karena itu

pemerintah mengeluarkan pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

sebagai ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap industri

farmasi. CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten,

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannnya

(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Di dalam CPOB terdapat 12 aspek umum yang berlaku untuk industri

farmasi. Salah satu aspek umum CPOB adalah manajemen mutu yang mencakup

pemastian mutu, CPOB, pengawasan mutu, dan pengkajian mutu produk. Quality

Assurance (QA) atau pemastian mutu adalah bagian yang harus ada di industri

farmasi dalam melaksanakan CPOB. QA dibentuk untuk memastikan bahwa

industri farmasi telah melaksanakan seluruh aspek-aspek yang ada dalam CPOB

yang dapat mempengaruhi kualitas produk. Sistem pemastian mutu juga

memastikan bahwa obat yang didistribusikan ke konsumen adalah obat yang

bermutu dengan spesifikasi yang telah ditentukan, salah satunya dengan

melakukan pengkajian mutu produk melalui semua dokumen yang terkait selama

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

2

Universitas Indonesia

proses (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Annual Product Review (APR) merupakan salah satu bagian dari

manajemen mutu yaitu pengkajian mutu produk dan tanggung jawab dari QA atau

pemastian mutu yang harus dilakukan oleh seluruh industri farmasi untuk

meninjau dan menilai seluruh rangkaian proses produksi dan mengevaluasi

produk dalam periode satu tahun berkaitan dengan persyaratan CPOB. Laporan

APR menggambarkan profil produk yang diproduksi dalam waktu satu tahun dan

pertimbangan hasil kajian sebelumnya yang berguna untuk membuktikan

konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas, dan

produk jadi; melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk

produk dan proses sehingga dapat meningkatkan kualitas produk pada bets

produksi periode tahun yang akan datang. Penyusunan APR yang tepat dan akurat

secara efektif memberikan informasi yang berguna dalam evaluasi maupun

pengembangan kualitas produk. Selain itu, APR juga akan membantu

meningkatkan kinerja investigator (auditor) karena review ini akan menghemat

waktu dan biaya untuk memperoleh data yang berhubungan dengan keseluruhan

produk yang diproduksi (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Kegiatan penyusunan APR di PT. AstraZeneca-Cikarang Site berada

dibawah tanggung jawab departemen QA & SHE, khususnya Quality Assurance

(QA) dan Quality Control (QC). Pada tugas khusus ini akan dibahas mengenai

mekanisme penyusunan APR di PT. AstraZeneca-Cikarang Site. Mekanisme

penyusunan APR yang dijelaskan dalam tugas khusus ini meliputi isi dari APR di

PT. AstraZeneca-Cikarang Site dengan perbandingannya terhadap CPOB.

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya Pembuatan Annual Product Review (APR) di PT.

AstraZeneca-Cikarang Site adalah sebagai berikut:

a. Mempelajari tujuan pembuatan Annual Product Review (APR) di PT.

AstraZeneca-Cikarang Site

b. Mempelajari alur proses dan teknik pembuatan Annual Product

Review (APR) di PT. AstraZeneca-Cikarang Site

c. Mempelajari perbandingan antara implementasi APR di PT.

AstraZeneca-Cikarang Site dengan persyaratan CPOB

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Annual Product Review (APR)

Annual Product Review (APR) atau Product Quality Review (PQR) dapat

didefinisikan sebagai peninjauan setiap produk jadi untuk membuktikan bahwa

proses produksi telah berjalan dengan konsisten dan spesifikasi terpenuhi,

penyesuaian tren (perubahan) dengan tujuan menentukan kebutuhan perubahan

spesifikasi dari bahan baku dan produk jadi atau pembuatan atau kontrak selama

setahun (Health Science Authority, 2013).

APR disusun dengan tujuan untuk:

a. Menentukan kebutuhan untuk melakukan perubahan pada proses pembuatan,

proses pengendalian, pengujian selama proses, ataupun spesifikasi produk

b. Membuktikan pemenuhan kebijakan pemerintahan

c. Membuktikan konsistensi proses pembuatan

d. Menentukan kebutuhan revalidasi proses yang ada

e. Mengidentifikasi perbaikan produk atau proses

f. Mengidentifikasi tren dan kebutuhan untuk corrective action preventive

action/CAPA

g. Menentukan kesesuaian bahan baku dan produk (Health Science Authority,

2013).

Penyusunan atau pembuatan APR ditargetkan untuk:

a. Menurunkan terjadinya keluhan produk, pengembalian produk, dan penarikan

kembali produk

b. Menurunkan resiko dari hasil yang tidak memenuhi spesifikasi/HULS (out-of

specification)

c. Meminimalkan resiko rework atau reprocessing

d. Meningkatkan hasil produksi

e. Memperpanjang interval kalibrasi dan pemeliharaan

f. Meningkatkan komunikasi antara produksi, teknik, pengawasan mutu,

pemastian mutu, dan fungsi regulasi

g. Melakukan pemeriksaan status validasi

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

4

Universitas Indonesia

h. Pemuktahiran limit dan penerimaan (seperti yield limit) (Gausepohl, 2013)

Peninjauan mutu secara berkala biasanya dilakukan setiap tahun dan

didokumentasikan, dengan memperhatikan hasil kajian ulang sebelumnya, dan

hendaklah meliputi paling sedikit:

a) Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk

produk, terutama yang dipasok dari sumber baru;

Ringkasan seluruh bets bahan awal dan bahan pengemas yang diterima

selama setahun dan status penerimaannya;

Ringkasan pemasok bahan-bahan;

Gabungan dan analisis hasil pengujian kualitas seperti deskripsi,

identifikasi, susut pengeringan/kadar air dengan Karl Fisher, ukuran

partikel, senyawa sejenis dan kadar;

Gabungan sertifikat analisa yang didapatkan dari pemasok;

Ringkasan penyimpangan signifikan.

b) Kajian terhadap pengawasan selama proses yang kritis dan hasil pengujian

produk jadi;

Gabungan dan analisis dari hasil pengawasan selama proses dari bets yang

diproduksi selama setahun seperti keragaman bobot, dimensi, keregasan,

kekerasan, waktu hancur, variasi pengisian volume (seperti ampul, vial,

botol), pH, dan lain-lain

Gabungan dan analisis dari hasil pemeriksaan produk jadi seperti

deskripsi.penampilan, identifikasi, pH, susut pengeringan/air dengan KF,

viskositas, uji disolusi, cemaran dan senyawa sejenis, produk degradasi

dan kadarnya

c) Kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan

dan investigasi yang dilakukan;

Ringkasan jumlah bets/produk yang gagal memenuhi spesifikasi. Daftar

ini akan mengidentifikasikan bets yang tidak memenuhi spesifikasi dan

akar masalah dari kegagalan ini

Ringkasan alasan kegagalan

Ringkasan laporan investigasi menyeluruh dan tindakan perbaikan yang

diambil

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

5

Universitas Indonesia

d) Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang signifikan,

investigasinya dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan yang

dilakukan;

Ringkasan seluruh penyimpangan bersama dengan penyebab, disusun

berdasarkan pada data trending

Gabungan (menggunakan analasis tren) atau tindakan perbaikan dan

pencegahan yang diambil (corrective and preventive actions/CAPA)

e) Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau

metode analisis;

Ringkasan perubahan terhadap proses (jika ada) contohnya perubahan

waktu pencampuran, waktu pengeringan, perubahan dalam proses

penyalutan, perubahan dalam waktu/kecepatan pencetakan, dan lainnya

Ringkasan perubahan metode analisis contohnya perubahan pelarut,

buffer, perubahan dalam parameter metode HPLC/GC, dan lain-lain

Tinjauan/laporan pengaruh perubahan terhadap kualitas produk

f) Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen

registrasi yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk

ekspor;

Ringkasan jumlah produk teregistrasi

Ringkasan perubahan spesifikasi produk dan status persetujuan

Ringkasan jumlah produk yang diajukan tetapi ditolak oleh pemerintah

g) Kajian terhadap hasil program pengamatan stabilitas dan segala tren yang

tidak diinginkan;

Ringkasan jumlah bets yang dilakukan pengujian stabilitas selama periode

peninjauan dan alasan pemilihannya

Ringkasan laporan pengujian stabilitas dan hasilnya

h) Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang

terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan;

Ringkasan bets yang dikembalikan karena kualitas, berserta alasannya

Ringkasan keluhan yang diterima selama setahun, bersama-sama dengan

sifat-sifat dasar keluhan

Ringkasan produk yang ditarik kembali beserta alasannya

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

6

Universitas Indonesia

Gabungan laporan investigasi dan tindakan untuk mencegah terrjadinya

pengulangan

i) Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan

yang sebelumnya;

Ringkasan seluruh tindakan perbaikan dari APR sebelumnya

j) Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru

mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran;

Ringkasan perubahan spesifikasi, registrasi dengan kebijakan

pemerintahan

Keterangan komitmen pasca pemasaran dan peninjauan status komitmen

k) Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata udara

(HVAC), air, gas bertekanan, dan lain-lain,

Ringkasan jumlah peralatan yang digunakan dalam produksi dan

laboratorium

Ringkasan status kualifikasi/rekualifikasi peralatan/sarana yang digunakan

dalam proses produksi dan laboratorium QC mengindikasikan apakah

telah dilakukan kualifikasi dan rencana kualifikasi selanjutnya (berkaitan

dengan waktu/kebijakan). Hasil kualifikasi, pemeliharaan, kalibrasi, dan

lainnya tidak perlu dicantumkan dalam PQR

l) Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikan selalu mutakhir.

Peninjauan kontrak tertulis terkait kesepakatan teknis untuk pemeliharaan

peralatan produksi dan laboratorium secara periodik

Peninjauan kontrak tertulis antara pemberi dan penerima kotrak

Kesepakatan teknis perlu ditinjau setiap tahun untuk menentukan

keperluan untuk revisi/pemutakhirannya (Badan Pengawas Obat dan

Makanan, 2012 dan Health Science Authority, 2013)

2.2. Peninjauan Catatan Bets (Batch Record Review)

Catatan bets merupakan suatu dokumen yang dibuat oleh industri

farmasi. Catatan bets hendaklah dijaga agar cukup rinci mencantumkan urutan

kegiatan untuk kemudian ditentukan secara akurat sehingga dapat menjadi

panduan secara langsung bagi operator untuk membuat suatu produk. Setiap

suatu produk akan dibuat, operator akan mengeluarkan salinan dari catatan bets.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

7

Universitas Indonesia

Di dalam catatan bets juga berisi bagian-bagian kosong yang nantinya akan diisi

oleh operator apa yang telah mereka kerjakan (Barazia, 2005).

Catatan bets menyediakan sejarah setiap bets produk, mencakup

distibusinya, dan juga keadaan relevan kualitas produk jadi. Catatan bets

hendaklah memuat keterangan yang relevan yang membenarkan prosedur yang

digunakan dan perubahan apapun yang dilakukan, peningkatan pengetahuan

tentang produk dan pengembangan kegiatan pembuatan. Catatan bets hendaklah

mencakup:

a. tanggal dan, jika sesuai, waktu;

b. identitas peralatan utama yang digunakan;

c. identifikasi spesifik tiap bets, mencakup berat, ukuran, dan nomor bets bahan

baku, produk antara atau bahan-bahan yang diproses ulang yang digunakan

selama pengolahan;

d. hasil nyata yang dicatat untuk parameter proses kritis;

e. pengambilan sampel yang dilakukan;

f. tanda tangan personil yang melakukan dan personil yang secara langsung

mengawasi atau memeriksa tiap tahap kritis selama aktivitas;

g. hasil pengujian selama-proses dan laboratorium;

h. hasil nyata pada tahap atau waktu yang sesuai;

i. deskripsi pengemasan dan label untuk produk antara atau bahan aktif obat

(BAO);

j. spesimen label BAO atau produk antara jika dibuat untuk tujuan komersial;

k. penyimpangan yang dicatat, hasil evaluasi, investigasi (bila dilakukan) atau

acuan terhadap investigasi tersebut jika disimpan terpisah, laporan hasil uji di

luar spesifikasi/HULS (Out of Spesification/OOS); dan

l. hasil pengujian untuk pelulusan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Pelulusan tiap bets dilakukan oleh QA setelah melakukan pengkajian

catatan bets, termasuk laporan pengawasan, laporan pengujian selama-proses dan

laporan pelulusan yang membuktikan pemenuhan terhadap Dokumen Spesifikasi

Produk, order, protokol, dan kode pengacakan. Catatan tersebut hendaklah

mencakup seluruh penyimpangan yang terjadi, perubahan yang direncanakan,

dan tiap pemeriksaan tambahan berikutnya atau uji lanjutan hendaklah

dilengkapi dan disahkan oleh personil yang berwenang (BPOM, 2012).

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

8

Universitas Indonesia

Prosedur tertulis untuk meninjau (review) dan menyetujui catatan bets

dan pengendalian laboratorium, mencakup pengemasan dan pelabelan hendaklah

disahkan dan diikuti untuk memastikan terpenuhinya spesifikasi sebelum bets

diluluskan (released). Semua laporan penyimpangan (deviasi), investigasi, dan

HULS sebaiknya ditinjau sebagai bagian dari peninjauan catatan bets sebelum

bets diluluskan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.3. Catatan Pengemasan Bets (Batch Packaging Record)

Catatan Pengemasan Bets hendaklah disimpan untuk setiap bets yang

dihasilkan. Catatan ini sebaiknya berdasarkan pada instruksi pengemasan.

Catatan ini hendaklah menyediakan nomor bets dan jumlah produk ruahan yang

dikemas. Sebelum proses pengemasan dimulai, sebaiknya terdapat pencatatan

pemeriksaan peralatan dan area kerja dipastikan bersih dari produk sebelumnya.

Informasi terkait hendaklah dimasukkan pada waktu pengerjaan, setelah lengkap,

catatan hendaklah diberi tanggal dan ditandatangani oleh pihak terkait. Catatan

pengemasan bets meliputi nama produk; tanggal dan waktu pengemasan; nama

dan tanda tangan orang yang bertanggung jawab atas proses pengemasan;

pencatatan pemeriksaan untuk pengidentifikasian dan pemastian dengan

instruksi pengemasan termasuk pemeriksaan selama proses; penjelasan proses

pengemasan termasuk peralatan yang digunakan; contoh bahan pengemas yang

digunakan (kode bahan, tanggal kadaluarsa, dan adanya kelebihan pencetakan);

catatan jika ada permasalahan termasuk penyimpangan dari Formula

Pengemasan dan Instruksi Pengemasan; jumlah dan nomor referensi atau

identifikasi seluruh bahan pengemas dan produk ruahan yang digunakan, rusak,

atau dikembalikan ke penyimpanan, dan jumlah produk yang dihasilkan dengan

tujuan untuk menyediakan rekonsiliasi (BPOM, 2012).

2.4. Spesifikasi, Formula Pembuatan, dan Instruksi Pengemasan

Di dalam industri farmasi hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal,

bahan pengemas, dan produk jadi yang disahkan dengan benar dan diberi

tanggal. Spesifikasi menjelaskan secara merinci mengenai persyaratan

penerimaan bahan baku, bahan pengemas, produk, atau bahan lain yang

digunakan selama pembuatan. Spesifikasi ini digunakan sebagai dasar untuk

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

9

Universitas Indonesia

melakukan pengujian kualitas. Spesifikasi bahan baku dan bahan pengemas

meliputi deskripsi (desain dan nomor item), referensi, dokumen dari pemasok,

dan contoh material), prosedur pengambilan sampel dan pengujian, persyaratan

kualitatif dan kuantitatif dengan batas yang diterima, kondisi penyimpanan, dan

lama penyimpanan. Spesifikasi untuk produk antara sama seperti pada bahan

baku dan produk jadi, melalui pertimbangan yang tepat. Spesifikasi untuk

produk jadi meliputi desain nama produk dan nomer item, formula atau

referensi, deskripsi bentuk sediaan dan pengemas, prosedur pengambilan sampel

dan pengujian, persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas yang diterima,

kondisi penyimpanan, dan waktu kadaluarsa (Guide to Good Manufacturing

Practice for Medicinal Products Part I, 2009).

Formula Pembuatan (Manufacturing Formulae), Instruksi Pembuatan

dan Pengemasan (Processing and Packaging Instructions) menjelaskan bahan

baku yang digunakan dan proses pembuatan dan pengemasan. Formula

pembuatan yang sah secara formal hendaklah tersedia untuk setiap produk dan

ukuran bets yang dibuat. Formula pembuatan meliputi nama produk dengan

referensi kode produk terkait dengan spesifikasi; deskripsi bentuk farmasetikal,

kekuatan produk, dan ukuran bets; daftar bahan-bahan yang digunakan dengan

jumlah untuk setiap produk; pernyataan hasil akhir yang diharapkan dengan

batas penerimaan. Instruksi pengemasan meliputi nama produk; deskripsi bentuk

farmasetikal dengan kekuatannya; ukuran pengemasan dalam angka, berat, atau

volume produk dalam wadah akhir; daftar bahan pengemas (jumlah, ukuran dan

tipe, kode atau nomor referensi terkait spesifikasi setiap bahan); perhatian

tertentu (pemeriksaan area dan peralatan untuk pembersihan jalur/line clearance

sebelum proses produksi dimulai); deskripsi proses pengemasan; serta pengujian

selama proses dengan instruksi pengambilan sampel dan batas penerimaan

(Guide to Good Manufacturing Practice for Medicinal Products Part I, 2009).

2.5. Pengolahan dan Pengerjaan Ulang

Mengembalikan produk ruahan atau bahan awal, termasuk yang tidak

memenuhi standar atau spesifikasi, ke dalam proses dan pengolahan ulang

dengan mengulangi tahap kristalisasi atau tahap manipulasi kimia atau fisika

yang tepat (misal: destilasi, filtrasi, kromatografi, penggilingan) yang merupakan

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

10

Universitas Indonesia

bagian dari proses pembuatan, secara umum dapat diterima. Bagaimanapun, jika

pengolahan ulang seperti itu dilakukan terhadap sebagian besar bets, pengolahan

ulang tersebut hendaklah dimasukkan sebagai bagian dari proses pembuatan

standar. Pelanjutan suatu langkah proses setelah suatu uji pengawasan- selama

proses yang menunjukkan bahwa langkah tersebut tidak lengkap, dianggap

sebagai bagian dari proses normal. Hal ini tidak dianggap sebagai pengolahan

ulang (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012).

Sebelum keputusan diambil terhadap pengerjaan ulang bets yang tidak

sesuai standar atau spesifikasi yang ditetapkan, hendaklah dilakukan investigasi

terhadap alasan ketidaksesuaian. Terhadap bets yang dikerjakan ulang hendaklah

dilakukan evaluasi dan pengujian yang sesuai, uji stabilitas bila diperlukan dan

dokumentasi yang menunjukkan bahwa produk hasil pengerjaan ulang memiliki

mutu setara dengan yang diproduksi melalui proses orisinal. Validasi konkuren

sering merupakan pendekatan validasi yang tepat untuk prosedur pengerjaan

ulang. Hal ini memungkinkan suatu protokol menetapkan prosedur pengerjaan

ulang, cara pelaksanaan dan hasil yang diharapkan. Jika hanya ada satu bets yang

harus dikerjakan ulang, maka satu laporan dapat dibuat dan bets tersebut

diluluskan untuk distribusi segera setelah dinyatakan lulus pengujian (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.6. Pengendalian Perubahan

Sistem pengendalian perubahan yang resmi perlu dibuat untuk

mengevaluasi segala perubahan yang mungkin berefek pada proses produksi dan

mengontrol produk ruahan dan zat aktif/active pharmaceuticals ingredients

(API). Prosedur tertulis yang merinci harus tersedia untuk identifikasi,

dokumentasi, tinjauan yang tepat, perubahan bahan baku yang disetujui,

spesifikasi, metode analisis, fasilitas, sistem yang mendukung, peralatan

(termasuk hardware komputer), langkah-langkah proses, pelabelan dan bahan

pengemas, dan software komputer. Prosedur pengendalian perubahan hendaklah

memastikan bahwa data pendukup cukup untuk menunjukkan bahwa proses

perubahan yang diperbaiki akan menghasilkan suatu produk sesuai mutu yang

diinginkan dan konsisten dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Segala

perubahan yang dapat mempengaruhi mutu produk atau reprodusibilitas proses

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

11

Universitas Indonesia

hendaklah didokumentasikan, ditinjau, dan disetujui oleh departemen yang tepat,

dan ditinjau serta disetujui oleh departemen quality. Kemungkinan dampak

perubahan fasilitas, sistem, dan peralatan terhadap produk hendaklah dievaluasi,

termasuk analisis risiko. Pertimbangan ilmiah hendaklah menetapkan pengujian

dan studi validasi tambahan yang tepat untuk menjustifikasi suatu perubahan

dalam proses yang tervalidasi. Ketika perubahan yang telah disetujui

terimplementasi, diperlukan adanya pengukuran untuk memastikan semua

dokumen terkait dengan perubahan tersebut telah direvisi. Setelah perubahan

sudah terimplementasi, harus ada suatu evaluasi dari bets pertama yang

diproduksi dari hasil perubahan tersebut. (Badan Pengawas Obat dan Makanan,

2012).

2.7. Stabilitas (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012)

Studi stabilitas hendaklah dilakukan dalam hal berikut :

a. Produk baru (biasanya dilakukan dalam skala pilot).

b. Kemasan baru yaitu yang berbeda dari standar yang telah ditetapkan.

c. Perubahan formula, metode pengolahan atau sumber/pembuat bahan awal

dan bahan pengemas primer.

d. Bets yang diluluskan dengan pengecualian, misalnya bets yang sifatnya

berbeda dari standar atau bets yang diolah ulang.

2.8. Hasil Uji di Luar Spesifikasi (HULS) dan Penyimpangan

Tiap HULS yang diperoleh selama pengujian bahan atau produk

hendaklah diinvestigasi dan didokumentasikan berdasarkan suatu prosedur.

Prosedur ini hendaklah mensyaratkan analisis data, penilaian apakah ada suatu

masalah yang signifikan, alokasi tugas untuk tindakan perbaikan dan kesimpulan.

Pengambilan sampel ulang dan/atau pengujian ulang setelah HULS hendaklah

dilakukan berdasarkan prosedur terdokumentasi (Badan Pengawas Obat dan

Makanan, 2012).

Tiap penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan hendaklah

didokumentasikan dan dijelaskan. Penyimpangan kritis hendaklah diselidiki dan

penyelidikan serta kesimpulannya hendaklah didokumentasikan. Tiap

penyimpangan hasil yang tidak dapat dijelaskan atau tiap kegagalan untuk

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

12

Universitas Indonesia

memenuhi spesifikasi hendaklah diselidiki secara teliti dengan

mempertimbangkan bets atau produk lain yang mungkin juga terpengaruh (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.9. Keluhan, Recall, dan Produk Kembalian

Segala keluhan yang berkaitan dengan mutu, apakah yang diterima secara

lisan atau tertulis hendaklah dicatat dan diinvestigasi menurut suatu prosedur

tertulis. Catatan keluhan hendaklah mencakup:

a. nama dan alamat pengaju keluhan;

b. nama [dan, jika perlu jabatan] dan nomor telepon orang yang

menyampaikan keluhan;

c. sifat keluhan (termasuk nama dan no bets produk);

d. tanggal keluhan diterima;

e. tindakan awal yang diambil (termasuk tanggal dan identitas personil

pengambil tindakan);

f. tindak lanjut yang telah diambil;

g. respon yang diberikan kepada pengaju asal keluhan (termasuk tanggal

respon dikirimkan); dan

h. keputusan akhir terhadap bets/lot produk

Catatan keluhan hendaklah disimpan untuk mengevaluasi tren, frekuensi produk

terkait dan tingkat keseriusan dengan pertimbangan untuk mengambil tindakan

tambahan dan jika perlu, tindakan perbaikan secepatnya (BPOM, 2012).

Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani

keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang

memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan kepala bagian

Manajemen Mutu (pemastian mutu), maka orang tersebut hendaklah memahami

cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan kembali produk,

penanganan keluhan dan laporan suatu produk (BPOM, 2012).

Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian

dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,

atau alasan lain misalnya kesalahan ekspedisi, kondisi wadah atau kemasan yang

dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah, dan keamanan obat

yang bersangkutan. Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

13

Universitas Indonesia

hendaklah didokumentasikan dan dilaporkan. Berdasarkan hasil evaluasi, produk

kembalian dikategorikan sebagai produk kembalian yang masih memenuhi

spesifikasi (dapat dikembalikan ke dalam persediaan); yang dapat diproses ulang;

yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses ulang (Badan Pengawas

Obat dan Makanan, 2012).

Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu

atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan

kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila

ada laporan mengenai reaksi merugikan yang serius serta berisiko terhadap

kesehatan. Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan dan mengkoordinasi penarikan kembali yang independen terhadap

bagian penjualan dan pemasaran. Jika personil ini bukan kepala bagian

manajemen mutu (pemastian mutu), maka ia hendaklah memahami segala operasi

penarikan kembali. Hendaklah tersedia prosedur tertulis, yang diperiksa secara

berkala dan dimutakhirkan jika perlu, untuk mengatur segala tindakan penarikan

kembali. Prosedur penarikan kembali hendaklah menetapkan siapa yang

dilibatkan dalam mengevaluasi informasi, bagaimana penarikan kembali dimulai,

siapa yang diinformasikan tentang penarikan kembali dan bagaimana bahan yang

ditarik kembali diperlakukan. Pada situasi yang serius atau berpotensi mengancam

kehidupan, BPOM dan/atau otoritas internasional hendaklah diinformasikan dan

dimintakan sarannya (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Catatan dan laporan termasuk hasil tindakan embargo dan penarikan

kembali produk hendaklah didokumentasikan dengan baik. Perkembngan proses

penarikan kembali hendaklah dicatat dan dibuat laporan akhir, termasuk hasil

rekonsiliasi antara jumlah produk yang dikirim dan yang ditemukan kembali.

Efektivitas penyelenggaraan penarikan kembali hendaklah dievaluasi dari waktu

ke waktu (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.10. Validasi Proses dan Kualifikasi

Validasi proses berlaku untuk pembuatan sediaan obat yang mencakup

validasi proses baru, validasi bila ada perubahan, dan validasi ulang. Pada

umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan (validasi

prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal tersebut tidak dimungkinkan,

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

14

Universitas Indonesia

validasi dapat dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi

konkuren). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi

retrospektif) (BPOM, 2012).

Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan

validasi yang akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji dan disetujui oleh kepala

bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Protokol validasi hendaklah merinci

langkah kritis dan kriteria penerimaan. Hendaklah dibuat laporan yang mengacu

pada protokol kualifikasi dan/atau protokol validasi dan memuat ringkasan hasil

yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan

rekomendasi perbaikan. Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam

protokol hendaklah didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai. Setelah

kualifikasi selesai dilaksanakan, hendaklah diberikan persetujuan tertulis untuk

dapat melaksanakan tahap kualifikasi dan validasi selanjutnya (BPOM, 2012).

Langkah-langkah dari proses kualifikasi adalah kualifikasi desain (KD),

kualifikasi instalasi (KI), kualifikasi operasional (KO), dan kualifikasi kinerja

(KK). Kualifikasi desain adalah unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap

fasilitas, sistem atau peralatan baru. Kualifikasi instalasi hendaklah mencakup

kesesuaian instalasi dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain;

pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan peralatan

dari pemasok; ketentuan dan persyaratan kalibrasi; serta verifikasi bahan

konstruksi. Kualifikasi operasional hendaklah mencakup pengujian yang perlu

dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, sistem, dan peralatan; serta

pengujian kondisi terburuk. Kualifikasi kinerja handaklah dilakukan setelah KI

dan KO selesai dilaksanakan, dikaji, dan disetujui (BPOM, 2012).

2.11. Analisis Data

2.11.1. Grafik Kontrol

Grafik ini menunjukkan bahwa proses yang dilakukan telah sepenuhnya

terkontrol atau belum terkontrol. Pada umumnya grafik yang digunakan adalah

grafik kontrol Shewhart seperti grafik X bar, grafik R bar, dan grafik moving-

range. Grafik ini memungkinkan produsen untuk menentukan batas kontrol atas

(UCL) dan batas kontrol bawah (LCL) serta mengidentifikasi tren. Sehingga dapat

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

15

Universitas Indonesia

diambil tindakan yang tepat sebelum produk keluar dari spesifikasi yang

ditetapkan (Health Science Authority, 2013).

2.11.2. Kapabilitas Proses

Kapabilitas proses digunakan untuk menentukan apakah suatu proses

stabil dan kapabel. Indeks kemampuan proses digunakan untuk mengukur

seberapa baik data cocok menjadi batas spesifikasi. Indeks kapabilitas proses yang

umum digunakan yaitu Cp dan Cpk. Cp digunakan untuk mengevaluasi variasi

proses, sedangkan Cpk digunakan untuk mengevaluasi proses konvergensi.

Disarankan untuk nilai Cp dan Cpk lebih dari 1,33 (Health Science Authority,

2013).

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

16 Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pembuatan Materi

Pembuatan materi dilakukan selama masa Praktek Kerja Profesi Apoteker

(PKPA) 7 minggu, yaitu pada tanggal 6 Januari - 21 Februari 2014 di PT.

AstraZeneca Indonesia Cikarang Site.

3.2 Metode Pembuatan Materi

Metode pembuatan materi dilakukan dengan praktek pembuatan Annual

Product Review/APR dan studi literatur CPOB 2012, terutama pada bagian

pengkajian mutu produk sebagai bahan pembanding untuk melihat konteks yang

perlu dipelajari secara umum.

3.3 Prosedur Pembuatan Materi

Pembuatan materi dilakukan dengan cara, yaitu:

a. Studi literatur Cara Pembuatan Obat yang baik yang berhubungan dengan

pengkajian mutu produk dan SOP “Product Review Reports” dari PT.

AstraZeneca Indonesia Cikarang Site

b. Perancangan APR dengan memasukkan data-data yang diperlukan dari

batch record, master formulae, packing configuration, packaging material

specification, laporan penyimpangan, APR sebelumnya, catatan

pengemasan bets yang digunakan untuk bets yang terdapat dalam APR,

QA agreement, analysis data sheet, dan laporan kualifikasi.

c. Penyusunan APR dengan pengaturan yang berasal dari PT. AstraZeneca

Indonesia Cikarang Site

d. Pemeriksaan APR dari tim QA & SHE

e. Studi perbandingan APR antara PT. AstraZeneca Indonesia Cikarang Site

dengan persyaratan yang tertera pada CPOB 2012

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

17 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Annual Product Review (APR)

Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, penulis mendapatkan

sebuah tugas dari PT. AstraZeneca Indonesia untuk melakukan pembuatan

Annual Product Review (APR) untuk beberapa produk hasil pengemasan ulang

(repacking) periode Januari-Desember 2013. Pengemasan ulang/repacking yang

dilakukan pada fasilitas fase I PT AZI berupa mengemas kembali produk jadi

impor dengan mengubah kemasan standar ekspor menjadi kemasan dengan desain

dan penulisan lokal sesuai dengan persyaratan lokal (Indonesia).

APR dan PQR merupakan bagian dari Product Review Reports (PRR).

APR adalah evaluasi produk jadi yang diproduksi selama setahun merupakan

verifikasi konsistensi proses, pemenuhan spesifikasi, dan penyesuaian tren

(perubahan) dengan tujuan menentukan kebutuhan perubahan spesifikasi produk,

perubahan terhadap proses pembuatan maupun pengujian, perubahan pada bahan-

bahan yang digunakan, perubahan kontrak (persetujuan QA), kebutuhan akan

validasi maupun revalidasi suatu proses, dan menangkap peluang untuk

melakukan perbaikan atau efisiensi. Product Quality Review/PQR adalah evaluasi

umum secara periodik terhadap zat aktif, produk ruahan, maupun produk jadi.

Dalam penyusunan PRR terbaru, PRR terakhir yang tersedia harus

dijadikan sumber (perbandingan). PRR perlu diperbaharui agar dapat menganalisa

perubahan utama yang mungkin mempengaruhi kualitas mutu produk. PRR di PT.

AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site diperbaharui setiap 12 bulan dalam dua

periode Juni dan Desember. PRR di PT. AstraZeneca Indonesia sebaiknya ditulis

dalam bahasa Inggris sekurang-kurangnya pada bagian ringkasan dan judul dari

setiap bab. PRR harus selesai dan disetujui paling lambat tiga bulan setelah hari

terakhir periode review. Nomor dokumen untuk Product Review Reports adalah

PRR-YYYY-CM di mana YYYY adalah tahun pembuatan laporan dan CM

adalah kode produk.

Sebelum memulai proses pembuatan, dilakukan pengumpulan data-data

dari catatan bets yang dibutuhkan dalam pembuatan PRR dan dimasukkan ke

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

18

Universitas Indonesia

dalam sistem komputer di antaranya nomor bets; PON; nomor batch packaging

record; tanggal pengemasan; tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa dari

sertifikat analisa bahan awal; hasil nyata; nomor bets dari bahan-bahan yang

digunakan; waktu dan hasil pengawasan selama proses; ada tidaknya

penyimpangan dan bets yang mengalami pengolahan/pengerjaan ulang.

Proses pembuatan hingga penerbitan product review pada AZI terdiri dari

enam tahap. Tahap pertama adalah membuka file template product review yang

telah tersedia dari PT.AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site. Tahap kedua adalah

penyiapan product review tahunan dilakukan oleh QA staff & QC supervisor

sehingga didapatkan rancangan laporan lengkap. Tahap kedua terdiri dari empat

langkah yaitu mendefinisikan ruang lingkup dan isi yang diperlukan; menuliskan

setiap bagian; menulis ringkasan; tanda tangan dan tanggal oleh penulis pada

setiap halaman. Perbandingan data dengan PRR sebelumnya harus ada, harus

diakhiri dengan kesimpulan di mana hasilnya teringkas dan kesimpulan

tergambar. Kesimpulan terdiri dari penjelasan bagian-bagian penting dari PRR,

pernyataan status validasi, dan rekomendasi dari setiap langkah perbaikan dan

pencegahan dan/atau revalidasi. Tahap ketiga adalah pemeriksaan laporan

sehingga diperoleh laporan yang siap untuk disetujui. Pemeriksaan formal dan

persetujuan isi PRR, kesimpulan, dan rekomendasi sebaiknya dilakukan oleh

direktur (site director), plant manager dan QA (Quality Assurance)&SHE (Safety,

Health, and Environment) supervisor. Tahap keempat adalah pelulusan laporan

oleh QA&SHE manager. Tahap kelima adalah pengarsipan laporan (product

review report/PRR). PRR yang asli disimpan oleh QA untuk penggunaan lokal

seperti inspeksi. Langkah keenam berupa penyediaan laporan agar dapat

digunakan oleh pihak-pihak terkait dengan cara semua PRR harus tersedia dalam

bentuk pdf dalam folder GQO “Product Review” tetapi tidak boleh tersimpan

selama lebih dari tiga tahun.

APR terdiri dari 15 bab seperti yang tertera pada tabel 3.1 ditambah

lampiran 1 bahan-bahan yang digunakan, lampiran 2 hasil pengujian dari bahan

awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk produk tersebut, lampiran 3 hasil

analisis pengujian selama proses pengemasan, lampiran 4 product review produk

ruahan/bahan awal dari pemasok.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

19

Universitas Indonesia

Tabel 3.1. Bagian-bagian dalam APR

Bab Bagian dalam template Produk akhir

1 ringkasan dan kesimpulan

2 catatan bets (disetujui dan ditolak)

3 bets yang mengalami

pengolahan/pengerjaan ulang

4

pemeriksaan ringkasan product review

terbaru yang tersedia dari produk ruahan

atau produk sediaan jadi (tablet, kapsul,

dan lainnya)

5 bahan awal dan bahan pengemas

6 data analisis

7 perubahan

8 data stabilitas

9 penyimpangan

10 penanganan keluhan kualitas produk

11 penarikan kembali, stock recoveries,

field alerts

12 sisa barang dan barang yang

dikembalikan

13 persetujuan QA (kontrak kerja sama

dengan pemasok)

14 status kualifikasi dari peralatan dan

sarana yang relevan

15 lainnya **

Ringkasan dan kesimpulan mencakup penjelasan poin penting;

perbandingan antara review saat ini dengan sebelumnya (diringkas); tren

(perubahan umum baik peningkatan maupun penurunan hasil) saat ini dari

sebelumnya; sumber untuk menyelesaikan beberapa rekomendasi dari review

sebelumnya; pernyataan status validasi mencakup review periodik fasilitas,

sistem, dan peralatan; rekomendasi untuk beberapa perbaikan dan pencegahan

untuk meningkatkan efisiensi produk selanjutnya. Kesimpulan sebaiknya

menggambarkan tinjauan segala aspek terhadap keseluruhan bets yang diproduksi

selama setahun dan rekomendasi untuk proses produksi selanjutnya. Rekomendasi

tersebut harus dipantau penyelesaiaannya.

Semua bets yang telah ditetapkan statusnya selama periode review harus

dicantumkan dalam APR. Semua bets yang dibuat dengan proses yang sama harus

ada dalam review tanpa tergantung pada negara mana yang dituju. Pemeriksaan

harus dilakukan terhadap APR yang sebelumnya untuk memastikan bahwa bets

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

20

Universitas Indonesia

yang tercantum tidak mengalami duplikasi. Semua bets tersebut disertai dengan

informasi hasil nyata yang diperoleh untuk menentukan produk yang dihasilkan

sesuai dengan spesifikasi jumlah bahan yang digunakan. Daftar semua bets yang

ditolak (sebagian/seluruhnya dapat karena kegagalan memenuhi spesifikasi,

pengujian selama proses, atau alasan lainnya), alasan, dan kesimpulannya harus

tercantum dalam APR. Alasan bets ditolak dapat dijadikan acuan agar hal tersebut

tidak terulang lagi untuk produksi selanjutnya. Kesimpulan menggambarkan tren

dari penolakan. Data-data ini didapatkan dari gabungan catatan bets dari seluruh

bets yang dihasilkan selama periode review

Bets yang mengalami pengolahan (reprocessed batch) dan pengerjaan

ulang (reworked batch) harus terdapat dalam APR. Reprocessed batch adalah bets

yang ditemukan menyimpang pada saat proses belum selesai sehingga perlu

pengulangan proses. Reworked batch adalah bets yang ditemukan menyimpang

setelah proses selesai. Semua data bets tersebut terdapat dalam catatan bets. Bets

yang mengalami pengolahan dan pengerjaan ulang menggunakan huruf R pada

bagian akhir dari nomor bets. Bets yang mengalami penyimpangan (deviasi) harus

dianalisis akar masalahnya serta pencarian langkah pencegahan dan perbaikan,

salah satunya adalah pengolahan atau pengerjaan ulang. Jumlah bets yang

mengalami pengolahan atau pengerjaan ulang dihitung persentasenya terhadap

jumlah keseluruhan bets selama periode review untuk menggambarkan berapa

persen keberhasilan proses produksi yang dilakukan. Alasan bets tersebut

mengalami pengolahan dan pengerjaan ulang harus dicantumkan dalam APR agar

dapat menjadi acuan mencegah terulangnya kembali sehingga meminimalkan

resiko rework atau reprocessing. Status bets setelah mengalami pengolahan atau

pengerjaan ulang harus didefinisikan dengan jelas dalam APR untuk memastikan

keberhasilan/keefektifan proses pengolahan atau pengerjaan ulang yang dilakukan

dan penentuan produk tersebut dapat dipasarkan atau tidak.

PT. AstraZeneca Indonesia Cikarang Site hanya melakukan kegiatan

pengemasan dari produk yang diimpor sehingga spesifikasi bahan awal berupa

produk ruahan atau produk jadi didapatkan dari pemeriksaan ringkasan product

review terbaru yang tersedia dari pemasok. Product Review Report dari pemasok

tersebut akan dilampirkan bersama APR. Pemeriksaan terhadap adanya bets yang

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

21

Universitas Indonesia

ditolak, bets yang mengalami pengolahan/pengerjaan ulang, bets produk

ruahan/produk jadi yang mendapatkan keluhan, bets yang mengalami

penyimpangan, bets produk yang dikembalikan atau ditarik kembali serta hal-hal

lain yang memiliki dampak terhadap mutu produk diperlukan untuk melakukan

peninjauan mutu produk yang dihasilkan oleh pemasok yang berdampak pada

kualitas produk PT. AstraZeneca Indonesia.

Bahan awal yang diimpor dan bahan pengemas yang dapat mempengaruhi

kualitas produk dilakukan peninjauan terpenuhinya batas spesifikasi sebelum

diluluskan untuk dapat digunakan. Spesifikasi bahan awal dan bahan pengemas;

master formulae; dan packing configuration terdapat dalam packaging material

specification. Pemasok untuk bahan awal dan bahan pengemas dapat dilihat pada

spesifikasi dan dibandingkan dengan PRR sebelumnya untuk melihat ada tidaknya

perubahan pemasok. Hasil analisis bahan awal dan bahan pengemas dilihat dari

analysis sheet untuk setiap nomor bets dari bahan tersebut yang telah diisi oleh

QC saat melakukan pemeriksaan dan status bahan telah diputuskan oleh Quality

unit. Data-data hasil analisis tersebut dengan kriteria penerimaan berserta

statusnya dimasukkan ke dalam lampiran dua kemudian diringkas dalam bab 5.

Ringkasan hasil analisis tersebut diperlukan untuk memastikan bahan awal dan

bahan pengemas yang digunakan adalah yang telah memenuhi spesifikasi dan

statusnya telah diluluskan untuk digunakan. Hasil pengujian yang tidak memenuhi

spesifikasi dapat dilaporkan sebagai Damage Material Report (DMR), Hasil Uji

di Luar Spesifikasi (HULS), penyimpangan, keluhan terhadap pemasok yang

dimasukkan ke dalam sistem GCM (Global Complaint Management). Setelah

pelaporan, dilakukan investigasi oleh pemasok dan ditetapkan statusnya yang

akan diinformasikan ke QA PT. AZI-Cikarang Site. Apabila terjadi hasil uji di

luar spesifikasi akibat temperatur, keputusan dapat diambil berdasarkan data yang

terdapat pada Storage Life Document. Data-data bahan-bahan yang digunakan ini

bermanfaat untuk memastikan bahwa produk jadi telah menggunakan bahan yang

memenuhi spesifikasi dengan pemasok yang sudah terkualifikasi. Kesimpulan

dari bagian ini harus mencakup bahan yang tidak memenuhi spesifikasi beserta

dengan statusnya.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

22

Universitas Indonesia

Hasil pengujian selama proses tercantum dalam catatan bets yang

kemudian dimasukkan ke dalam APR lampiran 3 yang diringkas ke dalam bab 6.

Analisis hasil pengujian selama proses untuk seluruh bets yang diproduksi selama

setahun termasuk ke dalam bagian APR untuk menentukan keberadaaan hasil uji

di luar spesifikasi (HULS/OOS). Peninjauan terhadap hasil pengujian tersebut

menjadi penting untuk menurunkan resiko dari hasil yang tidak memenuhi

spesifikasi.

Daftar perubahan utama (perubahan proses pembuatan atau pengujian,

perubahan spesifikasi, perubahan pada bahan pengemas, perubahan pada variasi

pemasaran, perubahan pada komitmen pasca pemasaran) harus tercakup ke dalam

APR. Efek kumulatif dari setiap-tiap perubahan harus dipertimbangkan

pengaruhnya terhadap mutu produk. Perubahan major tersebut didokumentasikan

pada sistem Operation Change Management (OCM) dengan sistem penomoran

OCM CC XXXXX. Adanya sistem penomoran pada OCM memudahkan untuk

menganalisis perubahan yang terjadi dengan nomor yang sama maka

perubahannya pun sama. Perubahan dapat dilihat dari change history dari

dokumen tersebut. Data perubahan pada variasi pemasaran dan komitmen pasca

pemasaran serta data dari pengujian stabilitas tidak terdapat dalam APR AZI

karena AZI hanya melakukan kegiatan pengemasan dan hal itu menjadi tanggung

jawab dari pemasok produk ruahan/produk jadi tersebut dan tergambar dari APR

pemasok yang juga ditinjau dalam APR AZI. Identifikasi adanya perubahan

tersebut penting untuk ditinjau dengan tujuan menilai pengaruh perubahan

tersebut terhadap produk.

Semua data dari pengujian stabilitas untuk bets yang diperoduksi selama

periode review harus dimasukkan ke dalam APR dan kesimpulan dibuat untuk

memastikan kebenaran data waktu penyimpanan dan periode pengecekan kembali.

Pengujian stabilitas dilakukan oleh pemasok sehingga tidak dicantumkan dalam

APR AZI dan dapat dilihat pada lampiran product review report dari pemasok

yaitu The Global Stability Management group with Global Quality

Operation/GQO.

Hasil uji di luar spesifikasi (HULS) dapat terlihat dari analisis hasil

pengujian. Hasil uji di luar spesifikasi tercantum dalam OOS report (OOS-XX-

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

23

Universitas Indonesia

YY di mana XX adalah tahun dan YY adalah nomor) (Astuti, 2013c). Catatan

HULS/OOS report tersebut disimpan beserta catatan investigasinya termasuk

kesimpulan dan tindak lanjutnya untuk melihat akar permasalahan terjadinya

HULS dan dampaknya terhadap bets yang lain. Bets yang terkait dengan HULS

beserta hasil investigasi akar masalah dan tindakan penanganannya merupakan

cakupan dari APR. Tinjauan terhadap hal tersebut bermanfaat untuk

mengidentifikasi penyebab yang paling sering terjadi sehingga dapat mengurangi

resiko terjadinya hasil uji di luar spesifikasi untuk periode selanjutnya. Jika

diperlukan rekomendasi, harus didokumentasikan dengan baik. Selain itu, status

penyelesaiannya harus tercantum sebelum menentukan status dari bets tersebut.

Penyimpangan harus terdapat dalam review terutama penyimpangan kelas

1, 2, dan repeat level 1 (penyimpangan level 1 yang terjadi berulang dalam jangka

waktu 2 tahun dengan akar masalah yang sama/hampir sama). Penyimpangan

dilihat dari catatan bets, di mana jika terdapat penyimpangan maka terdapat

tulisan DIR-xx-yyy (contohnya: DIR-13.060). Penyimpangan kelas 1 (critical

deviation) adalah penyimpangan yang membahayakan pasien. Penyimpangan

kelas 2 (major deviation) adalah penyimpangan yang mempengaruhi kualitas

produk tapi tidak membahayakan pasien. Penyimpangan kelas 3 (minor deviation)

adalah penyimpangan yang tidak langsung berpengaruh pada kualitas (Astuti,

2013b). Selain berdasarkan dampaknya, penyimpangan diklasifikasikan

berdasarkan penyebabnya yaitu manusia, mesin, metode, pembuatan, bahan,

lingkungan, dan lainnya. Penyimpangan dilihat pada DIR (Deviation/Incident

Report) dan repeat level 1 dilihat dari trending, dicari yang penyimpangannya

sama. DIR terdiri dari tiga form yaitu form 1 dokumentasi penemuan

penyimpangan; form 2 identifikasi akar masalah, langkah perbaikan dan

pencegahan; form 3 penyelesaian penyimpangan. Deskripsi lengkap mengenai

penyimpangan yang terjadi dan produk/proses yang terkena dampak

penyimpangan tersebut tercantum dalam form 1. Akar masalah, tindakan

pencegahan, dan tindakan perbaikan yang dilakukan tercantum dalam form 2.

Status penyelesaiaannya tercantum dalam form 3. Penyimpangan tersebut perlu

ditinjau bersama akar masalah, tindakan perbaikan, dan pencegahan yang

dilakukan serta status penyelesaiannya sehingga mencegah terulangnya kembali

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

24

Universitas Indonesia

penyimpangan tersebut dan menyelesaikan secepatnya penyimpangan yang belum

terselesaikan. Hasil uji di luar spesifikasi dan penyimpangan pada APR yang

dibuat dilakukan perbandingan terhadap APR sebelumnya untuk menilai

terjadinya perbaikan/penurunan kinerja yang berdampak terhadap produk. Jika

terjadi penurunan kinerja berupa peningkatan HULS dan penyimpangan, maka

sebaiknya direkomendasikan untuk diianalisis akar masalahnya dan tindakan

perbaikan yang perlu dilakukan.

Keluhan berdasarkan sumbernya diklasifikasikan menjadi keluhan

eksternal (luar AZI) dan internal. Berdasarkan jenis keluhan terbagi atas Product

Quality Complaint (segala keluhan yang terkait mutu produk), Supply and

Logistic Complaint (keluhan yang terkait masalah persediaan), dan Product

Security Complaint (terkait produk illegal) (Astuti, 2013a). Keluhan

eksternal/internal (kecuali “Product Security”) harus terdapat dalam review. Akar

masalah penyebab keluhan dapat berupa “dengan kontrol AZ” atau “di luar

kontrol AZ”. Tiga kategori/penyebab umum keluhan harus diringkas dan

dibandingkan dengan APR terakhir yang tersedia. Evaluasi terhadap keseluruhan

keluhan dilakukan untuk mengidentifikasi tren atau hubungan penyebab yang

umum terjadi. Remedial actions on going (penanganan keluhan sementara) dan

rekomendasi lanjutan terdapat pada APR. Penarikan kembali, stock recoveries,

dan field alerts harus terdapat dalam APR termasuk semua investigasi. Stock

recoveries adalah stok yang tidak memenuhi persyaratan sehingga harus

dikembalikan lagi. Field alerts adalah penyimpangan berdasarkan persyaratan US

Code of Federal Regulations. Daftar produk yang dikembalikan dan produk sisa

mencakup setiap status akhirnya harus tercantum dalam APR. Tinjauan ini

menjadi penting untuk menurunkan terjadinya keluhan, penarikan kembali, atau

pengembalian produk.

Produk hasil repacking merupakan produk jadi dari pemasok yang

mengalami pengemasan ulang maka keluhan terhadap kualitas produk, penarikan

kembali, stock recoveries, field alerts, produk yang dikembalikan dan produk sisa

menjadi tanggung jawab pemasok yang tercantum dalam APR pemasok sehingga

pada APR produk hasil repacking mencantumkan tidak terdapatnya hal tersebut

selama periode review.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

25

Universitas Indonesia

Perjanjian kesepakatan QA PT.AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site

dengan pemasok baik untuk bahan awal maupun bahan pengemas (QA agreement)

perlu ditinjau apakah pemasok tersebut memenuhi spesifikasi dan keperluan untuk

memperpanjang kesepakatan tersebut atau membuat kesepakatan yang belum ada,

atau mengakhiri perjanjian jika bahan tersebut sudah tidak digunakan lagi maupun

banyaknya kesalahan yang dilakukan pemasok. APR pada PT. AZI-Cikarang Site

mencantumkan perjanjian dan statusnya telah disetujui dan waktu terakhir QA

agreement tersebut valid serta rekomendasi untuk membuat QA agreement yang

belum ada/memutuskan kontrak untuk bahan yang telah tidak terpakai lagi atau

pemasok yang tidak memenuhi kualifikasi. Status kualifikasi dari peralatan dan

pelayanan pembuatan yang relevan (seperti HVAC, air, gas terkompresi, dan

lainnya) diperiksa setiap produksi lebih baik dibandingkan setiap produk dilihat

dari laporan kualifikasi. Dalam laporan kualiikasi tersebut tercantum kesimpulan

mengenai status kualifikasinya. Status kualifikasi ditinjau untuk menentukan

kebutuhan untuk rekualifikasi agar peralatan dan fasilitas yang digunakan dan

berdampak terhadap produk tetap memenuhi persyaratan sehingga mutu produk

tetap terjamin.

APR dapat juga ditambahkan kesimpulan dari laporan tren seperti sistem

air/pemantauan lingkungan (dimasukkan ke dalam bab 15 lainnya), keluhan

terhadap pemasok (dicantumkan dalam bab 15 apabila jumlah keluhan dari AZI

ke pemasok tersebut cukup banyak), perubahan utama dalam SOP, dan lainnya.

Pemantauan lingkungan yang dicantumkan ke dalam APR adalah ruangan yang

berdampak terhadap mutu produk seperti ruang bulk staging (ruang penyimpanan

sementara produk ruahan apabila line clearance belum selesai), ruang dispensing,

ruang pengemasan primer dan sekunder. Pemantauan lingkungan tersebut berupa

pengukuran jumlah mikroorganisme menggunakan metode contact plate dan

settle plate atau air sampler dan pengukuran jumlah partikel dengan particle

count yang dilakukan secara periodik sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan

oleh PT. AZI-Cikarang Site. Pengukuran jumlah mikroorganisme menggunakan

dua cara karena mikroba terdapat di udara (menggunakan air sampler) dan

menempel pada permukaan (contact plate). Pemantauan lingkungan ini penting

untuk memastikan ruangan yang digunakan dalam proses produksi telah

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

26

Universitas Indonesia

memenuhi persyaratan. Selain pengemasan ulang, PT. AZI-Cikarang Site juga

melakukan pengemasan primer dan sekunder produk Inderal. Pengujian kemasan

berupa torque tester terhadap kemasan primer yang akan digunakan untuk

pengemasan produk Inderal tersebut harus dicantumkan dalam APR beserta

trendingnya.

APR di AZI memenuhi target menurunkan terjadinya keluhan produk,

pengembalian produk, dan penarikan kembali produk; meminimalkan resiko

rework atau reprocessing; meningkatkan hasil produksi; meningkatkan

komunikasi antara produksi, teknik, pengawasan mutu, pemastian mutu, dan

fungsi regulasi; melakukan pemeriksaan status validasi; serta pemuktahiran yield

limit.

4.2 Catatan Bets

Catatan bets merupakan ringkasan dari keseluruhan data-data dari proses

yang dilakukan untuk menghasilkan bets tersebut. Catatan bets berperan penting

dalam pembuatan APR karena sebagian besar data yang diperlukan tercantum

dalam catatan bets. Data-data tersebut terlebih dahulu dimasukkan ke dalam

sistem sebelum memulai pembuatan APR agar pembuatan APR menjadi lebih

mudah dan meminimalkan kesalahan dalam pembuatan APR.

Catatan bets berawal dari bagian pemasaran menentukan produk dan

jumlah yang akan diproduksi kemudian disampaikan ke supply chain untuk

membuat daftar bahan-bahan yang dibutuhkan (Process Order Number/PON).

PON ditanda tangani oleh supply chain, produksi, dan QA. PON dibuat salinan

sebanyak dua buah yang diserahkan ke QA dan warehouse. QA bertugas untuk

menyiapkan catatan bets (nomor bets dari PON dan tanggal kadaluarsa dari

sertifikat analisa). Warehouse bertugas untuk menyiapkan material sesuai PON

dan diserahkan ke produksi dengan good transfer note. Produksi akan melakukan

pengecekan kesesuaian bahan dengan PON kemudian melakukan proses produksi

(pengemasan) sesuai dengan prosedur yang tertera pada catatan pengemasan bets

(Batch Packaging Record/BPR). Jika dalam proses pengemasan, ditemukan bahan

yang rusak akan dicatat oleh orang produksi, barang tersebut diserahkan ke

warehouse dan dilaporkan ke QA dengan form pengembalian material rusak.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

27

Universitas Indonesia

Selama proses pengemasan, dilakukan pengujian selama proses oleh produksi

(setiap 30 menit) dan QC (awal, tengah, akhir) yang dicatat dalam BPR. Setelah

proses produksi selesai, dilakukan rekonsilisasi (pengecekan persentase yang

terpakai) dan hasilnya dicatat dalam BPR. Produksi akan membuat good transfer

note (good issue) dan form pengiriman produk jadi untuk menyerahkan produk

jadi ke warehouse. QC akan mengambil sampel dari produk jadi dan melakukan

pengujian kemudian hasilnya dicatat dalam final inspection of finished product.

Catatan bets terdiri dari Batch Packaging Record, PON, sertifikat analisa

yang disiapkan oleh QA, good transfer note, good transfer note (good issue),

form pengembalian material rusak, form permintaan tambahan material oleh

produksi, material receiving form disiapkan oleh warehouse, good receipt note

oleh warehouse, form pengiriman produk jadi, final inspection of finished

product, quality conformity unit, deviasi, dan rework/reprocessed BPR. Catatan

bets ditinjau oleh supervisor produksi, plant manager, dan QC supervisor

kemudian diluluskan/tidak oleh QA&SHE manager.

Ringkasan berupa identifikasi dari bets yang diproduksi selama periode

review (setahun) berupa nomor PON, nomor bets, tanggal pengemasan, persentase

hasil, dan status bets (diluluskan, ditolak, diolah/dikerjakan ulang) didapatkan dari

catatan bets. Kode bahan awal dan bahan pengemas serta adanya penyimpangan

tercantum dalam catatan bets. Hasil pengujian selama proses pengemasan

berlangsung tercatat dalam BPR.

4.3 Packaging Material Specification

Packaging Material Specification pada PT. AstraZeneca Indonesia-

Cikarang Site mencakup Master Formulae; Packing Configuration; spesifikasi

dan analysis sheet dari produk jadi, produk ruahan, bahan pengemas. Perubahan

pada Master Formulae; Packing Configuration; spesifikasi dari produk jadi,

produk ruahan, dan bahan pengemas harus tercantum dalam APR.

Master Formulae dan Packing Configuration menjelaskan bahan-bahan

yang digunakan dan produr dalam proses pengemasan yang dilakukan. Master

Formulae dan Packing Configuration mencakup nama bahan dan kode bahan

yang akan dicantumkan dalam bab 5 APR.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

28

Universitas Indonesia

Spesifikasi menjelaskan secara merinci mengenai persyaratan penerimaan

bahan baku, bahan pengemas, produk jadi, atau bahan lain yang digunakan selama

pembuatan. Spesifikasi ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengujian

kualitas dalam analysis sheet. Analysis sheet mencantumkan hasil pengujian untuk

setiap bahan sebelum diluluskan untuk dapat digunakan. Hasil pengujian dalam

analysis sheet untuk bahan-bahan yang digunakan dalam produksi produk yang

dihasilkan selama periode review dicantumkan dalam APR.

4.4 Studi Perbandingan APR

Annual Product Review di PT.AstraZeneca Indonesia telah memenuhi

persyaratan yang terdapat pada GMP dan CPOB. Pengkajian mutu produk telah

dilakukan secara berkala setiap tahun. Tujuan APR pada CPOB untuk

membuktikan konsistensi proses; kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan

pengemas, dan produk jadi; penyesuaian tren (perubahan) dengan tujuan

menentukan kebutuhan perubahan spesifikasi atau pembuatan atau kontrak sama

dengan yang tercantum dalam SOP Product Review Report dan telah menjadi

dasar dalam pembuatan APR pada PT. AstraZeneca Indonesia. PT.AstraZeneca

Indonesia telah melakukan evaluasi terhadap kajian; dokumentasi alasan tindakan

perbaikan; pengkajian aktivitas dan efektivitas prosedur manajemen seperti yang

tercantum dalam persyaratan CPOB. Pengkajian mutu produk mencakup kajian

bahan awal dan bahan pengemas; pengawasan selama proses dan hasil pengujian

produk jadi; semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi dan investigasinya;

kajian terhadap penyimpangan dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan

pencegahan; semua perubahan terhadap proses atau metode analisis; variasi yang

diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen registrasi yang telah disetujui termasuk

dokumen registrasi untuk prosedur ekspor; hasil pemantauan stabiitas dan segala

tren; semua produk kembalian, keluhan dan penarikan kembali termasuk

investigasinya; tindakan perbaikan proses/peralatan; komitmen pasca pemasaran;

status kualifikasi;serta kesepakatan teknis.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

29 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. APR merupakan pengkajian mutu produk setiap tahun yang bertujuan

menentukan kebutuhan perubahan spesifikasi produk, perubahan

terhadap proses pembuatan maupun pengujian, perubahan kontrak,

kebutuhan akan validasi maupun revalidasi suatu proses, dan

memanfaatkan peluang untuk melakukan perbaikan atau efisiensi.

b. APR disusun oleh QA staff dan QC supervisor; ditinjau oleh QA&SHE

supervisor dan plant manager; disetujui oleh site director; dan diluluskan

oleh QA&SHE manager. APR disusun dengan menggabungkan data-data

produk dari batch record, master formulae, packing configuration,

packaging material specification, laporan penyimpangan, APR

sebelumnya, catatan pengemasan bets yang digunakan untuk bets yang

terdapat dalam APR, QA agreement, analysis data sheet, dan laporan

kualifikasi. Selain penggabungan data diperlukan analisis terhadap

pengkajian mutu produk dengan data tersebut dan rekomendasi yang

diperlukan untuk selanjutnya.

c. APR AZI terdiri dari 15 bab dan tiga lampiran yang memenuhi cakupan

persyaratan dari CPOB dan GMP.

5.2 Saran

a. Data-data dari catatan bets tiap produk perlu dimasukkan ke dalam sistem

komputer secara berkala sekurang-kurangnya setiap dua bulan sehingga

data tidak menumpuk saat penyusunan APR agar penyelesaiannya lebih

cepat sebelum batas waktu yang ditetapkan memudahkan perancangan

strategi perbaikan dan pengembangan produk kedepannya

b. Data pengujian bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan dalam

sistem komputer perlu disusun dengan lebih sistematis agar penyusunan

APR menjadi lebih mudah dengan cara setelah pengujian terhadap bahan

awal dan bahan pengemas dilakukan, datanya diinput ke dalam sistem

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

30

Universitas Indonesia

komputer dibuat per produk dalam folder tahun pengujian bahan yang

dipakai untuk semua produk seperti sticker hologram dan askes dibuat

tersendiri dalam folder tahun pembuatan.

c. Beberapa hal sebaiknya ditambahkan dalam APR PT. AstraZeneca

Indonesia di antaranya gambar grafik yang menggambarkan hasil nyata

dari seluruh bets serta status dari proses dan validasi pembersihan

sehingga APR menjadi lebih lengkap menggambarkan keseluruhan proses

dan produk.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

31 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Astuti, Haryanti Diah (2013a). Complaint Management. Bekasi: PT. AstraZeneca

Indonesia.

Astuti, Haryanti Diah (2013b). Deviation Management. Bekasi: PT. AstraZeneca

Indonesia.

Astuti, Haryanti Diah (2013c). Out of Specification (OOS) Procedure (including

OOT) / Prosedur HULS termasuk HULT 2012. Bekasi: PT. AstraZeneca

Indonesia

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Cara

Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Barazia, M. (2005). Be an Auditor: Find the Errors in This batch Record.

Madison area technical project.

Health Science Authority. (2013). Regulatory Guidance: Guidance Notes on

Product Quality Review. Singapura.

Pharmaceutical Inspection Convention/Pharmaceutical Inspection co-operation

Scheme. (2009). Guide to Good Manufacturing Practice for Medicinal

Products Part I. Geneva

Suryani, Mega Dewi (2013). Standard Operational Procedure: Product Review

Report. Bekasi: PT. AstraZeneca Indonesia

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

LAMPIRAN

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

32

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Contoh APR AstraZeneca Indonesia

PRODUCT QUALITY REVIEW / ANNUAL PRODUCT REVIEW

FOR DRUG PRODUCT

BRICASMA RESPULES 2.5 mg/ml 10 Respules

MF-XXXX.YY

01st January 2013 – 31

st December 2013

Prepared by :

Date:

QA Staff

Prepared by :

Date:

QC Supervisor

Reviewed by :

Date:

QA and SHE Supervisor

Reviewed by :

Date:

Plant Manager

Approved by :

Date:

Site Director

Released by :

Date:

QA and SHE Manager

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

33

Universitas Indonesia

Table of content

1 Summary and conclusion

2 Batches reviewed (approved and rejected)

3 Reprocessed & reworked batches

4 Review of the Summaries of the latest available Product Reviews

from bulk formulated products or drug product (for Packaging Site

of finished products)

5 Starting and Packaging Materials

6 Analytical Data

7 Changes

7.1 Changes - Test Method and/or Equipment (including microbial)

7.2 Changes – Manufacturing and/or packaging process

7.3 Changes – Excipients and packaging materials

7.4 Changes – Manufacturing/in-process control equipment,

systems and facilities

7.5 Changes – Specifications

7.6 Marketing Authorization variations

7.7 Post-marketing commitments

8 Stability data

9 Deviations

9.1 OOS results

9.2 Deviation reports

10 Complaints (Product Quality)

11 Recalls, Stock recoveries, Field Alerts

12 Returned and Salvaged goods

13 QA agreements

14 Qualification status of relevant Equipment and utilities

15 Other

Enclosure Pages Enclosure 1 Materials for Bricasma Respules 2.5 mg/ml 10 Respules 1

Enclosure 2 Starting material and packaging material 8

Enclosure 3 IPC Analytical data 5

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

34

Universitas Indonesia

1 Summary and conclusion

Time period and batches (approved and rejected) covered by the review

A total of X batches Bricasma Respules 2.5 mg/ml were packed from

period January 1st 2013 – December 31

st 2013. All of these batches were

released

Reprocessed & reworked batches

There was (total) reworked batch during the review period because

(reason)

Review of latest Summaries from Product Reviews from bulk formulated

products or drug product (for Finished Product Packaging site)

N/A

Starting and Packaging Materials

All batches of semi finished product and packaging material met

specification requirements and were released for use during review period.

Change of supplier from old supplier to new supplier was happened before

this review period.

Analytical Data

There were no OOS for finished product during this review period.

Changes

All change made during review period is to generate process

improvement, and all changes was in control during review period.

Stability Data

N/A

Deviations

There were (total) deviations during the review period due to

(investigation). The problems were (solved/not).

Complaints

There were no complaints during the review period

Recalls, Stock recoveries, Field Alerts

There were no recalls, stock recoveries or field alerts during the review

period

Returned and Salvaged goods

There were no returned and salvaged goods during the review period

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

35

Universitas Indonesia

QA agreement

QA agreement for packaging materials between AstraZeneca Indonesia

and PT. AAAA was initiated for hologram. QA agreement for hologram

was approved and still valid. There were no QA agreements semi finished

product with BBBB and packaging material with suppliers. We should

create QA agreements with BBBB and suppliers

Qualification status of relevant Equipment and Utilities

The required validation and qualification was conducted with scheduled

times and validated state of equipment was maintained during review

period.

Other

N/A

Reference to completion of recommendations from the previous review

This is the second review of Bricasma Respules 2.5 mg/ml at Cikarang site

Conclusion statement

A total of X batches Bricasma Respules 2.5 mg/ml were packed from

period January 1st 2013 – December 31

st 2013. All of these batches were

released

Recommendation for next review

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

36

Universitas Indonesia

2 Batches reviewed (approved and rejected)

Batches (with batch number) included in this report:

Product Name PON Batch

Number Packaging Date Yield

Bricasma Respules

2.5 mg/ml 10

Respules

AAAA BBBB DD MM YYYY C%

Batches reviewed Number of batches

Final dispositions during the period

Batches approved

Batches rejected

Batches rejected during the PR-period.

Batch No. Reason

N/A N/A

N/A N/A

Conclusion:

There were X batches packed during the review period. All of these batches were

released

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

37

Universitas Indonesia

3 Reprocessed & reworked batches

Has there been any reworked/reprocessed batches during the period x Yes No

Total number of reprocessed or reworked batches:N

Total number of batches reviewed: O

Percentage: N/Ox100%

Reprocessed and reworked batches during the PR-period.

Batch

No.

Reprocess/

Rework

Reason New

batch

identity

Final

disposition

HHHH Rework PPPP HHHHR Released

Conclusion: There was (total) reworked batch during the review period because PPPP

(reason).

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

38

Universitas Indonesia

4 Review of the Summaries of the latest available Product Reviews from

bulk formulated products or drug product (for Packaging Site of

finished products)

Product

Review Report

Ref

Products

included

Time period Adverse

trends/issues

identified

Yes/No

Actions taken

N/A N/A N/A N/A N/A

Conclusion:

N/A

5 Starting and Packaging Materials

Identify Starting and Packaging Material from new sources

Starting material/Packaging

Material

Old source New source

Bricanyl Respules 2.5 mg/ml

20xml

N/A SSSS

Carton Bricasma Respules 2.5

mg/1 ml

N/A IIIII

Leaflet Bricasma Respules 2.5

mg/1 ml

N/A EEEE

Pouch Sticker Bricasma Respules

2.5 mg/1 ml

PT. VVVV PT. QQQQ

Stiker hologram AZ N/A LLLLL

CBO Bricasma Respules 2.5/1 ml N/A FFFFF

Starting material/

Packaging Material

Key quality

parameter

Release results

con-sistently

meeting

specifi-cation

YES/NO

If NO what

follow-up

actions

needed

Comments on results

and trends. Give

reference to trend

charts

Bricanyl Respules

2.5 mg/ml 20xml

(Batch Number

BBBB)

KKKK, ZZZZ Yes N/A See enclosure 2

Carton Bricasma

respules 2.5

mg/1ml Material

Code GGGG

(Batch Number

KKKK, Packaging

RRRR, PPPPP Yes N/A See enclosure 2

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

39

Universitas Indonesia

Code WWW)

Leaflet Bricasma

Respules 2.5 mg/1

ml Material Code

UUUU (Batch

Number 3333,

Packaging Code

4444)

DWDW, GGJJ Yes N/A See enclosure 2

Pouch Sticker

Bricasma Respules

2.5 mg/1 ml

Material Code JJJJ

(Batch Number

1111, Packaging

Code 2222)

MMMM, JJJJJ Yes N/A See enclosure 2

CBO Bricasma

Respules 2.5 mg/1

ml Material Code

NFNF (Batch

Number 555)

TYTY, HNHN Yes N/A See enclosure 2

Hologram

Material Code

SCSC (Batch

Number 666)

FVFV, EDED Yes N/A See enclosure 2

Conclusion:

All batches of semi finished product and packaging material met specification

requirements and were released for use during review period. Change of supplier

from old supplier to new supplier was happened before this review period.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

40

Universitas Indonesia

6 Analytical Data

(include critical in-process controls)

The review of analytical data encompasses/Number of batches - X

Are all batches with dispositions reviewed during the

period represented in Enclosure 3 and table below?

x Yes

No

If not,

reason or comment

Batch No. Reason/Comment

Test Method

Requirements according

to specification and

critical in-process controls

No. of

deviating

results

Reference

or

comments

BPR-XXXX-ZZ

Check completeness

Quantity in 1 carton is

complete and sticker in

each pouch is complete

0/1

N/A

Check variable data Meet the specifications

and stick well and

correctly

0/1

N/A

BPR-XXXX-ZZ

Check completeness

Quantity in 1 carton is

complete and sticker in

each pouch is complete

0/X-1

N/A

Check variable data Meet the specifications

and stick well and

correctly

0/X-1

N/A

Conclusion:

There were no OOS for finished product during this review period.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

41

Universitas Indonesia

7 Changes

7.1 Changes - Test Method and/or Equipment (including microbial)

Test method/ Equipment ID-

number

nnnnnnn

nnnnnnn

nnnnnnu

mbernu

mber

Type of change Implementation

date N/A N/A N/A N/A

Comments : There were no change in the test method and/or equipment including

microbial test during this review period

7.2 Changes - Manufacturing and/or packaging process

Manufacturing/pack

aging process

ID-

number

Type of change Implementation date

Batch Packaging

Record

OCM xxx Change Batch Packaging

Record from version 04 to

version 05: change.......

DD MMM YYYY

Master Formulae OCM xxx Change Master Formulae from

version 03 to 04: change......

DD MMM YYYY

Packing

Configuration

OCM xxx Change Packing Configuration

from version 04 to version 05:

change......

DD MMM YYYY

Comments: Change made to revise document batch packaging record, master

formulae, and packing configuration because changing on material and format of

Batch Packaging record.

7.3 Changes - Excipients and packaging materials

Name of Excipient/packaging

material

ID-

number

Type of change Implementation

date Carton Bricasma Resp OCM xxxx Changing on material code

of Carton Bricasma Resp

DD MMM

YYY

Comments: Change in excpients and packaging materials because there are

changing on material code from different source of carton, leaflet, pouch sticker

Bricasma Resp and remove plakband and CBO label.

7.4 Changes - Manufacturing/in-process control equipment, systems and

facilities

Manufacturing/in-process

control equipment, systems

and facilities

ID-number Type of change Implementation date

N/A N/A N/A N/A

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

42

Universitas Indonesia

Comments: There were no changes in manufacturing/in-process control

equipment, system and facilities during the review period.

7.5 Changes - Specifications

Specification No ID-number Type of change Implementation

date

PMS-yyyy.zzz OCM xxx Change packaging material

specification from version 01 to 02:

Changing on material code of Carton

Bricasma Resp

DD MMM

YYYY

Comments : Change made because there were changing on material code of

carton, etc.

7.6 Marketing Authorization variations

Status:

Variations submitted in total: 0

Variations granted: 0

Variations refused: 0

Comments: No New Marketing Authorisation Variations were submitted during

the review period

7.7 Post-marketing commitments

Status:

Number of post-marketing commitments: 0

Fulfilled commitments: 0

Comments: No post marketing commitments during the review period

Conclusion: All change made during review period is to generate process

improvement, and all changes was in control during review period

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 146: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

43

Universitas Indonesia

8 Stability data

Summary and review of stability studies including a summary of stability

failures and any remedial actions are presented in Enclosure x.

N/A

Conclusion:

There were no stability data

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 147: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

44

Universitas Indonesia

9 Deviations

OOS results

Previous Review Actual Review

Total number OOS N/A N/A

Comment on trend within the review period and from previous review: N/A

Most common cause: N/A

Effectiveness of corrective and preventive actions taken

Comment on deviation trend analysis within the review period and from previous

review: N/A

Deviation reports

1. Deviation DIR-xx-yyy: found mix-up in batch packaging record Bricasma

Respules 2.5 mg/ml 10 resp. There was batch packaging record Xylocaine

2% 20 ml 5 Amp.

Total Number of deviation reports

Previous Review Actual Review

Total N/A 1

Number of level 1 deviations

N/A 0

Number of repeat level 1 deviations

N/A 0

Number of level 2 deviations

N/A 1

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 148: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

45

Universitas Indonesia

Classify and compare with previous period (number of deviations per category)

Root cause category

Previous Review Actual Review

Man 0 1

Machine

0 0

Method

0 3

Manufacturing

0 0

Material 0 0

Environment 0 0

Other

0 0

Comment on any trend within the review period and from previous review:

1. DIR-xx-yyy

Mix-up in batch packaging record Bricasma Respules 2.5 mg/ml 10 resp

BPR-IDNTASA 46-07. There was batch packaging record Xylocaine 2%

20 ml 5 Amp.

Impacted product is Bricasma Respules 2.5 mg/ml 10 resp BN BBBB

(PON AAAA). Packaging date: DD MMM YYYY.

Root cause :

Incorrect printed page after evaluation Master Batch Packaging Record

(BPR) Briscasma Respules 2.5 mg/ml 10 resp by production personnel. He

was printed page 13-15 from Master BPR Xylocaine 2% 20 ml 5 Amp.

Corrective Action :

Revise Master BPR Bricasma Respules 2.5 mg/ml 10 resp and conduct

training Master new BPR Bricasma Respules 2.5 mg/ml 10 resp .

Preventive Action :

Review all Master BPR which used for production process.

Effectiveness of corrective and preventive actions taken for level 1 deviations

Comment on deviation trend analysis within the review period and from previous

review: N/A

Conclusion:

There was one deviation during the review period due to human problem. That

problem was solved.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 149: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

46

Universitas Indonesia

10 Complaints (Product Quality)

Has there been any complaints during the period? Yes X No

Total number (internal complaints included):N/A

Number of complaints closed:N/A

Any batches recalled from market as a result of a complaint? Yes X No

If Yes, reason:N/A

All complaints received and investigated during the PR-period are listed below or enclosed

Batch No. Reason for

complaint

Receiving date Root cause

Within AZ

control/Outside

AZ control*

Reference

no.

N/A N/A N/A N/A N/A

* Within AZ control means that investigation shows that the root cause is found

within AZ

Outside AZ control means that investigation shows that the root cause is found

outside AZ

Evaluate and comment on any trends within the PR period and from previous

review (numbers of complaints and category)

Previous Review Actual Review

Total number of complaints N/A N/A

Internal complaints N/A N/A

Category/Cause N/A N/A

Category/Cause N/A N/A

Category/Cause N/A N/A

Any remedial actions taken? Highlight.

N/A

Conclusion:

There were no complaints during the review period.

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 150: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

47

Universitas Indonesia

11 Recalls, Stock recoveries, Field Alerts

Has there been any recalls during the period? Yes x No

Batch No. Reason N/A N/A

N/A N/A

Has there been any Stock recoveries* during the period?

Yes x No

Batch No. Reason N/A N/A

N/A N/A

Has there been any Field Alerts* during the period (for US products)

only)? Yes x

No

Batch No. Reason N/A N/A

N/A N/A

Conclusion:

There were no recalls, stock recoveries or field alerts during the review period

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 151: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

48

Universitas Indonesia

12 Returned and Salvaged goods

Any Returned batches during the period? Yes x No

Total number Number of returns related to product quality deficiency N/A N/A

Most common cause: N/A

All returns received and investigated during the PR-period are listed below.

Batch No. Reason of return Receiving

date

Final disposition N/A N/A N/A N/A

N/A N/A N/A N/A

N/A N/A N/A N/A

N/A N/A N/A N/A

Any Salvaged* batches during the period? Yes x No

Total number Number of Salvaged batches related to product quality deficiency N/A N/A

Most common cause: N/A

All Salvaged batches received and investigated during the PR-period are listed

below.

Batch No. Reason Receiving

date

Final disposition N/A N/A N/A N/A

N/A N/A N/A N/A

N/A N/A N/A N/A

N/A N/A N/A N/A

* are drug products that may have been exposed to improper storage

conditions and therefore require to be investigated

Conclusion:

There were no returned and salvaged goods during the review period

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 152: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

49

Universitas Indonesia

13 QA agreements

Name of the

contractor

Reference

number

Comments

QAA PT

AstraZeneca

Indonesia-

Operations – PT.

AAAA

QAA-AAAA-01 QA agreement was approved in DD

MMM YYYY and still valid

Conclusion: QA agreement for packaging materials between AstraZeneca Indonesia and PT.

AAAA was initiated for hologram. QA agreement for hologram was approved and

still valid.

There were no QA agreements semi finished product with BBBB and packaging

material with suppliers. We should create QA agreements with BBBB and

suppliers

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014

Page 153: UNIVERSITAS INDONESIAlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390689-PR-PR-Novita Damayan… · mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia mendukung industri farmasi dikendalikan

50

Universitas Indonesia

14 Qualification status of relevant Equipment and Utilities

List qualification status of relevant equipment and utilities

- Qualification of HVAC AHU 04 was conducted on MM YYYY with

result Qualified

- Qualification of Scale for shipping box checking IND 780+KB60s2

Mettler Toledo + printer Zebra S4M (QU-031-01) was conducted on MM

YYYY with result need requalification due to additional Printer Zebra

S4M. After qualification process of Printer Zebra S4M, the printer was

qualified.

- Qualification of Bottle Line was conducted on MM YYYY with result

Qualified

Conclusion:

The required validation and qualification was conducted with scheduled times and

validated state of equipment was maintained during review period.

15 Other

N/A

Conclusion: N/A

Laporan praktek…, Novita Damayanti, FFar UI, 2014