ummi suraya dan haryuni -...

13
Ummi Suraya dan Haryuni Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 ISSN 1402-2006 1 KELIMPAHAN UDANG JERBUNG (Penaeus indicus) DAN UDANG BROWN (Metapenaeus ensis) DI PERAIRAN PESISIR SERUYAN KALIMANTAN TENGAH (Abundance of Jerbung Shrimp and Brown Shrimp in the Waters of Seruyan Coastal- Central Kalimantan) UMMI SURAYA dan HARYUNI Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya (UNPAR) E-mail: [email protected] ABSTRACT This study aims to determine the density Jerbung Shrimp shrimp (Penaeus indicus ) and Brown Shrimp (Metapenaeus ensis ), and obtain the distribution of Jerbung Shrimp (Penaeus indicus ) and Brown Shrimp (Metapenaeus ensis ) based on the depth of the coastal waters in Seruyan District. The number of the caught of Brown Shrimp (Metapenaeus ensis) was 889 individuals (3,893 grams ) and Jerbung shrimp (Penaeus indicus ) was 6282 individuals (20 575g) . For Brown Shrimp (Metapenaeus ensis ) , the lowest catch was obtained in (zone III , line 1 = 14 animals) and the highest (zone I, line 1 = 537 animals). For Jerbung Shrimp ( Penaeus indicus ) , the lowest catch was obtained in ( zone III , lane 3 = 331 animals) and highest (zone II , Line 1 = 2681 tail) . The comparison of Brown Shrimp catch composition is always less than that of shrimp Jerbung sweep in all areas, except the first zone lane 1 , Brown Shrimp amounted to 537 individual compared to Shrimp Jerbung only amounted to 288 individuals. Brown shrimp carapace length (Metapenaeus ensis ) = 8.mm minimum and maximum carapace length = 39.mm while Jerbung shrimp ( Penaeus indicus ) minimum = maximum = 7 mm and 34 mm . Comparison of length distribution carapace between Brown Shrimp (Metapenaeus ensis ) with Jerbung shrimp (Penaeus indicus) in nearly all trawling area is always longer than the Brown Shrimp Shrimp Jerbung, except in zone I and zone III line and line 3. Keywords: abundance, distribution, Penaeus indicus, Metapenaeus ensis PENDAHULUAN Kabupaten Seruyan merupakan pemekaran dari kabupaten induknya Kotawaringin Timur sejak tahun 2002. Kabupaten Seruyan merupakan salah satu diantara tujuh kabupaten di Kalimantan Tengah yang mempunyai wilayah pesisir dengan memilki panjang garis pantai kurang lebih 100 km (www.seruyankab.go.id). Sumberdaya udang dan crustasea merupakan komoditas ekspor bagi sektor perikanan sehingga menjadi jenis sasaran (target spesies) yang cukup penting usaha penangkapan di laut. Perairan pesisir Kabupaten Seruyan sampai saat ini masihmerupakan perairan yang cukup potensialdalam perikanan yang menurutLaporan Tahunan Perikanan Kabupaten Seruyanproduksinya sekitar5.974ton tahun 2011 (BPS Kab. Seruyan, 2011). Produksi ikan yang melimpah terutama pada jenis udang (udang brown, udang putih/manis, udang tiger, udang sayur dan udang galah). Akan tetapi sebarandari populasi udang itu sendiri di perairantersebut masih belum banyak diketahui.Sehingga dalam operasipenangkapannya, nelayan hanyamelakukannya atas dasar pengalamanmereka pada operasi penangkapanterdahulu. Hal ini akanmenimbulkantidak efisiennya operasi penangkapan,karena para nelayan belum dapat secaralangsung

Upload: vuongxuyen

Post on 18-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Ummi Suraya dan Haryuni

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006 1

KELIMPAHAN UDANG JERBUNG (Penaeus indicus)

DAN UDANG BROWN (Metapenaeus ensis)

DI PERAIRAN PESISIR SERUYAN KALIMANTAN TENGAH

(Abundance of Jerbung Shrimp and Brown Shrimp

in the Waters of Seruyan Coastal- Central Kalimantan)

UMMI SURAYA dan HARYUNI

Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan,

Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya (UNPAR)

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

This study aims to determine the density Jerbung Shrimp shrimp (Penaeus indicus ) and Brown

Shrimp (Metapenaeus ensis ), and obtain the distribution of Jerbung Shrimp (Penaeus indicus )

and Brown Shrimp (Metapenaeus ensis ) based on the depth of the coastal waters in Seruyan

District. The number of the caught of Brown Shrimp (Metapenaeus ensis) was 889 individuals

(3,893 grams ) and Jerbung shrimp (Penaeus indicus ) was 6282 individuals (20 575g) . For

Brown Shrimp (Metapenaeus ensis ) , the lowest catch was obtained in (zone III , line 1 = 14

animals) and the highest (zone I, line 1 = 537 animals). For Jerbung Shrimp ( Penaeus indicus ) ,

the lowest catch was obtained in ( zone III , lane 3 = 331 animals) and highest (zone II , Line 1 =

2681 tail) . The comparison of Brown Shrimp catch composition is always less than that of shrimp

Jerbung sweep in all areas, except the first zone lane 1 , Brown Shrimp amounted to 537 individual

compared to Shrimp Jerbung only amounted to 288 individuals. Brown shrimp carapace length

(Metapenaeus ensis ) = 8.mm minimum and maximum carapace length = 39.mm while Jerbung

shrimp ( Penaeus indicus ) minimum = maximum = 7 mm and 34 mm . Comparison of length

distribution carapace between Brown Shrimp (Metapenaeus ensis ) with Jerbung shrimp (Penaeus

indicus) in nearly all trawling area is always longer than the Brown Shrimp Shrimp Jerbung,

except in zone I and zone III line and line 3.

Keywords: abundance, distribution, Penaeus indicus, Metapenaeus ensis

PENDAHULUAN

Kabupaten Seruyan merupakan pemekaran dari kabupaten induknya Kotawaringin Timur sejak

tahun 2002. Kabupaten Seruyan merupakan salah satu diantara tujuh kabupaten di Kalimantan Tengah

yang mempunyai wilayah pesisir dengan memilki panjang garis pantai kurang lebih 100 km

(www.seruyankab.go.id).

Sumberdaya udang dan crustasea merupakan komoditas ekspor bagi sektor perikanan sehingga

menjadi jenis sasaran (target spesies) yang cukup penting usaha penangkapan di laut. Perairan pesisir

Kabupaten Seruyan sampai saat ini masihmerupakan perairan yang cukup potensialdalam perikanan yang

menurutLaporan Tahunan Perikanan Kabupaten Seruyanproduksinya sekitar5.974ton tahun 2011 (BPS

Kab. Seruyan, 2011). Produksi ikan yang melimpah terutama pada jenis udang (udang brown, udang

putih/manis, udang tiger, udang sayur dan udang galah). Akan tetapi sebarandari populasi udang itu

sendiri di perairantersebut masih belum banyak diketahui.Sehingga dalam operasipenangkapannya,

nelayan hanyamelakukannya atas dasar pengalamanmereka pada operasi penangkapanterdahulu. Hal ini

akanmenimbulkantidak efisiennya operasi penangkapan,karena para nelayan belum dapat secaralangsung

Ummi Suraya dan Haryuni

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006 2

mendapatkan suatu daerahyang kepadatan udangnya cukup baik.Operasi penangkapan yang

hanyaberdasarkan pengalaman ini besarkemungkinan dapat menggangguorganisme lain yang tidak

menjaditarget operasi penangkapannya danmerusak lingkungan yang sebenarnyadapat dihindari apabila

nelayan tahubahwa didaerah tersebut kepadatanudangnya tidak cukup baik sehinggatidak akan dilakukan

operasipenangkapan didaerah itu.

Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Kabupaten Seruyan untuk mengetahui apakah

kelimpahan/kepadatan udangnya merata, ataukah adadaerah daerah tertentu yang merupakandaerah padat,

sedang ataupun kurang, yangdalam hal ini kepadatannya dihitung dalaminduvidu per satuan luas dan juga

biomasanya,sehingga akan dapat diketahui sebarandistribusi kelimpahan udang di perairan pesisir

Kabupaten Seruyan.

Tujuan dari penelitian ini adalah : a) mengetahui kepadatan udang Udang Jerbung (Penaeus

indicus) dan Udang Brown (Metapenaeus ensis);dan b) didapatkandistribusi/sebaran Udang

Jerbung (Penaeus indicus) dan Udang Brown (Metapenaeus ensis)bberdasarkan kedalaman

perairan di pesisir Kabupaten Seruyan.

METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitiandilaksanakan selama 4 (empat) bulan yaitu dari bulan Mei - Agustus2013, sedang tempat

penelitian dilaksanakan di wilayah pesisir Kabupaten Seruyan.

2. Penentuan Stasiun

Penentuan stasiun penelitian dilakukan berdasarkan survei pendahuluan dan masukan informasi,

baik yang berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Seruyan juga dari nelayan berkaitan

dengan perikanan tangkap udang di wilayah pesisir Kabupaten Seruyan. Sehingga kriteria stasiun (zona)

penelitian ditentukan dengan memperhatikan: a) daerah fishing ground yang biasa dilakukan aktivitas

penangkapan udang oleh nelayan setempat; b) Lokasi-lokasi yang menjadi konsentrasi perkampungan

nelayan terkait dengan fishing ground udang; dan c) kewenangan pengelolaan wilayah pesisir kabupaten

sejauh 4 mil laut dari pantai.

Berdasarkan ketiga kriteria tersebut maka ditetapkan stasiun (zona) penelitian :

Stasiun (Zona) I =

Dari muara sungai Seruyan ke arah timur, sejajar garis

pantai dan tegak lurus garis pantai sejauh 4 mil atau berada

pada wilayah perairan pesisir Desa Sungai Bakau. Stasiun (Zona) II

= Dari muara sungai Seruyan ke arah barat, sejajar garis pantai

dan tegak lurus garis pantai sejauh 4 mil atau berada pada

wilayah perairan pesisir Desa Pembuang II. Stasiun (Zona) III

= Lebih kearah barat lagi dari stasiun (zona) II, sejajar garis

pantai dan tegak lurus garis pantai sejauh 4 mil atau berada

pada wilayah perairan pesisir Desa Sungai Gintung

3. Pengambilan Sampel Udang

Teknik pengambilan sampel udang dilakukan dengan sistem penangkapan dengan menggunakan

jaring lampara dasar/traw. Pengambilansampel udang pada stasiun/zona penelitian dilaksanakan

selama 4 (empat) bulan dengan selang waktu pengambilan selama 30 hari. Metode penyapuan trawl pada

stasiun/zona (fishing ground) didasarkan kepada stratifikasi isodept, direncanakan pada 3 strata

kedalaman laut, yaitu: < 5 meter, 5 – 10 meter, dan > 10 meter. Ditetapkannya tiga strata tersebut dengan

Ummi Suraya dan Haryuni

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006 3

dasar pertimbangan bahwa perikanan tangkap udang di wilayah pesisir Kabupaten Seruyan secara umum

merupakan perikanan rakyat (artisanal fisheries).

Jaring trawl akan “menyapu” suatu alur tertentu, yang luasnya adalah perkalian antara panjang alur

dengan lebar mulut jaring, yang kemudian disebut swept area atau “alur sapuan efektif” (Gamba 1).

metode luas sapuan (swept area) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui luasnya daerah perairan yang

disapu oleh trawl nelayan, sekaligus memberikan gambaran luasnya fishing ground dalam upaya

penangkapan udang. Jaring trawl akan menyapu suatu alur tertentu yang luasnya adalah perkalian antara

panjang alur dengan lebar mulut jaring, yang kemudian disebut swept area atau alur sapuan efektif.

.

Gambar 1. Luas swept area

4. Kelimpahan Udang

Sparre dan Venema (1999), pendugaan biomassa dengan metode swep area, dimana rata-rata hasil

tangkapan (dalam bobot atau jumlah) persatuan upaya atau luas adalah indeks kepadatan stok udang atau

yakni dianggap proporsionaldengan kelimpahan (persamaan rumus 1).

a =( D= V * t) * hr * X2,................................. (1)

dimana:

A = luas area yang disapu (m2).

V = kecepatan tarikan trawl pada permukaan dasar perairan (m/jam).

T = lama penarikan trawl (jam).

Hr = lebar alur yang disapu trawl (“bukaan sayap”, X2 * hr).

X2 = fraksi panjang ris atas (0.5)

)2( ..................................a

Cw

t

at

Cw

dimana:

Cw = hasil tangkapan dalam bobot pd satu tarikan (Kg).

Cw/t = hasil tangkapan tsb per jam.

T = lama tarikan (jam).

A = luas daerah sapuan.

Ummi Suraya dan Haryuni

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006 4

(3) ........................,.........1

/

X

aCwb

dimana:

X1 = fraksi biomassa pd alur efektif yg disapu trawl.

aCw / = Rata-rata hasil tangkapan persatuan area dr semua tarikan.

b

= rata-rata biomassa persatuan luas (Kg/Km2).

(4) .................................,1

*/

X

A

BaCw

dimana:

B = dugaan total biomassa pada suatu fising ground (Kg/ Km2)

.

A = Luas keseluruhan perairan yang disurvei (Km2).

X1 =

0.5 (Isarankura, 1971; Saeger, Martosubroto dan Pauly, 1980 dalamSparre

dan Venema, 1999).

5. Distribusi/sebaran Udang

Untuk mendapatkan ketepatan hasil estimasi biomassa karena distribusi dari udang berdasarkan

siklus hidupnya sangat terkait dengan kedalaman (isodept) dari dasar perairan. Stratifikasi berdasarkan

faktor kedalaman, yaitu:a) jalur 1 (< 5 m); b) jalur 2 (sekitar 5 – 10 m); dan c) jalur 3( > 10 M). Sehingga

akan di dapatkan disribusi/sebaran berdasarkan data ukuran panjang/berat udang.

6. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel, tabulasi dan grafik,

selanjutnya deskriptif statistik digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh.

HASIL PENELITIAN

1. Keadaan Umum Daerah Penelitian

Kabupaten Seruyan terletak di posisi geografis antara 111º 49’ BT - 112º 84’BT dan 0º 77’ LS -

3º 56’LS, yang memiliki luas wilayah kurang lebih 16.404 Km2/1.670.040,76 Ha(BPS Kab. Seruyan,

2012). Beberapa sungai yang membelah wilayah daratan di pesisir Kabupaten Seruyan yaitu dari muara

sungai Seruyan ke arah timur, diantaranya : 1) Sungai Bakau; dan 2).Sungai Amin Klaru. Sedangkan

kearah barat, diantaranya: 1). Sungai Udang ; 2) Sungai Patin; 3) Sungai Sarai; 4)Sungai Gintung; dan 5)

Sungai Perlu dan lainnya yang kesemuanya bermuara ke Laut Jawa.

Secara administrasi wilayah Kabupaten Seruyan memilki batas-batas sebagai berikut: a) Sebelah

Utara berbatasan dengan Kabupaten Melawi Provinsi Kalimantan Barat; b) Sebelah Selatan berbatasan

dengan Laut Jawa; c) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kabupaten

Katingan; dan d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten

Lamandau. Peta administrasi Kabupaten dapat dilihat pada Seruyan Gambar 2.

Ummi Suraya dan Haryuni

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006 5

Gambar 2. Peta administrasi Kabupaten Seruyan

2. Luas Area Sapuan Lampara Dasar/Trawl

Pengambilan sampel udang dilaksanakan selama 4 kali sampling dengan selang waktu pengambilan

selama 30 hari dengan menggunakan lampara/trawlpada tiga zona/stasiun penelitian yang sudah

ditentukan yaitu : a) zona I; b) zona II ; dan c) zona III. Dan dikombinasikan pada tiga strata kedalaman

laut, yaitu: a) jalur 1 : kedalam laut < 5 meter;b) jalur2 : kedalaman laut 5 – 10 meter; dan b) jalur3 :

kedalaman laut >10 meter. Penetapan zona/stasiun penelitian dan strata kedalaman dianggap dapat

mewakili kondisi daerah penelitian. Dari tiga zona/stasiun penelitian dan tiga strata kedalaman laut

tersebut maka ditetapkan sembilan kombinasi area sapuan trawl selama penelitian. Pada saat

dilaksanakan sampling I ditentukan titik-titik ordinatnya (Tabel 5.1, kolom d dan e). Dengan

menggunakan pilihan piture tracking pada GPS maka setiap sampling-sampling selanjutnya diusahakan

area sapuan trawl selalu mendekati ordinat yang sudah didapatkan pada sampling I tersebut.

Berdasarkan pengoperasian alat tangkap trawl yang dilaksanakan pada saat penelitian didapatkan

luasan sapuan (swept area) trawl pada masing-masing area sapuan (Tabel 1, kolom f), dimana :

V = 304 sampai 712 (m/jam). t = 0,5 jam. hr = 7 m X2 = 0.5 Adanya kisaran nilai kecepatan V = 304 sampai 712 (m/jam) pada saat penarikan trawl (towing)

diperkirakan karena adanya perbedaan kecepatan arus yang tidak sama pada masing-masing area sapuan

sehingga mempengaruhi kecepatan kapal pada saat towing. Dengan Kisaran kecepatan tersebut maka

luas sapuan trawl berkisar antara 532,2 – 1246,1 m2. Sehingga satu kali towing rata-rata luas area sapuan

trawl adalah 928,9 m2.

Tabel.1 Luasan dan area sapuan trawl serta ordinatnya pada saat setting - hauling

No. Area Sapuan Way Point Ordinat Luas Sapuan

Lintang Selatan Bujur Timur (m2)

a b c d e f

1 Zona I, jalur 1 Setting 030 26. 394' 1120 36. 631'

1221,2 Hauling 030 25. 762' 1120 37. 705'

2 Zona I, jalur 2 Setting 030 27. 724' 1120 36. 284' 558,5

Ummi Suraya dan Haryuni

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006 6

No. Area Sapuan Way Point Ordinat Luas Sapuan

Lintang Selatan Bujur Timur (m2)

a b c d e f

Hauling 030 28. 165' 1120 35. 923'

3 Zona I, jalur 3 Setting 030 27. 716' 1120 37. 667'

532,2 Hauling 030 28. 014' 1120 37. 213'

4 Zona II, jalur 1 Setting 030 27. 058' 1120 32. 037'

971,3 Hauling 030 27. 072' 1120 33. 028'

5 Zona II, jalur 2 Setting 030 28. 088' 1120 33. 103'

1246,1 Hauling 030 27. 896' 1120 34. 460'

6 Zona II, jalur 3 Setting 030 28. 492' 1120 34. 217'

980,7 Hauling 030 28. 529' 1120 33. 733'

7 Zona III, jalur 1 Setting 030 27. 111' 1120 30. 649'

1068,8 Hauling 030 27. 289' 1120 31. 725'

8 Zona III, jalur 2 Setting 030 28. 135' 1120 31. 231'

917,9 Hauling 030 28. 205' 1120 30. 297'

9 Zona III, jalur 3 Setting 030 28. 513' 1120 29. 940'

863,4 Hauling 030 28. 502' 1120 30. 821'

Rata-rata 928,9

3. Kelimpahan Udang Jerbung (Penaeus indicus) dan Udang Brown (Metapenaeus ensis)

Udang yang didapatkan dengan menggunakan alat tangkap lampara dasar (trawl) di daerah pesisir

kabupaten Seruyan selama penelitian terdiri dari beberapa jenis. Hasil tangkapan dikelompokkan

berdasarkan jenis udangnya, yaitu: 1) Udang Krosok (Parapenaeopsis hardwickii); 2)Udang Brown

(Metapenaeus ensis); 3)Udang Jerbung (Penaeus indicus); 4) Udang Windu (Penaeus monodon); 5)

Udang Belang (Parapenaeopsis hungerfordi); 6) Udang Manis/Udang Putih (Penaeus merguiensis); 7)

dan Udang Kulit Keras (Parapenaeopsis sculptilis); 8) serta Udang pasir (Metapenaeopsis barbata).

Selanjutnya untuk Udang Brown (Metapenaeus ensis) dan Udang Jerbung (Penaeus indicus) dihitung

jumlah ekor masing-masing, dilakukan pengukuran dan penimbangan untuk mengetahui panjang karapas

serta berat/bobot individu kedua udang tersebut.

Sparre dan Venema (1999), pendugaan biomassa dengan metode swep area, dimana rata-rata hasil

tangkapan (dalam bobot atau jumlah) persatuan upaya atau luas adalah indeks kepadatan stok udang atau

yakni dianggap proporsionaldengan kelimpahan/kepadatan.Selama penelitian diperoleh hasil tangkapan

masing-masing untuk Udang Brown (Metapenaeus ensis) dan Udang Jerbung (Penaeus indicus) adalah

889 ekor (3.893 gram) dan 6282 ekor (20.575 gram). Sedangkan komposisi hasil tangkapan untuk Udang

Brown (Metapenaeus ensis) danUdang Jerbung (Penaeus indicus) baik dalam jumlah (ekor) maupun

komposisi berat (%) pada masing-masing area sapuan lampar/trawl secara berturut-turut bisa dilihat pada

Gambar 3 dan Gambar 4.

Ummi Suraya dan Haryuni

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006 7

Gambar 3. Grafik komposisi hasil tangkapan Udang Brown (Metapenaeus ensis) dan Udang Jerbung

(Penaeus indicus) dalam jumlah (ekor) pada area sapuan lamparan/trawl.

Berdasarkan Gambar 3 di atas, terlihat bahwa komposisi hasil tangkapanjumlah (ekor) untuk

Udang Brown (Metapenaeus ensis), hasil tangkapan paling rendah di dapatkan pada (zona III, jalur 1 = 14

ekor) dan tertinggi pada (zona I, jalur 1 = 537 ekor). Sedangkan untuk Udang Jerbung (Penaeus

indicus), hasil tangkapan paling rendah di dapatkan pada (zona III, jalur 3 = 331 ekor) dan tertinggi pada

(zona II, jalur 1 = 2681 ekor). Pada zona I jalur 1, Udanga Brown tertangkap lebih banyak (537 ekor)

dibandingkan dengan Udang Jerbung (288 ekor) tetapi untuk area sapuan trawl yang lain hasil tangkapan

Udang Brown selalu lebih sedikit dibandingkan dari Udang Jerbung

Gambar 4. Grafik komposisi hasil tangkapan Udang Brown (Metapenaeus ensis) danUdang Jerbung

(Penaeus indicus) dalam berat (%) pada area sapuan lampara/ trawl.

Berdasarkan Gambar 4 di atas, terlihat bahwa komposisi hasil tangkapanberat (%)untuk Udang

Brown (Metapenaeus ensis), hasil tangkapan paling sedikit di dapatkan pada (zona II, jalur 1 = 2,8 %)

dan terbanyak pada (zona I, jalur 1 = 62,7 %). Sedangkan untuk Udang Jerbung (Penaeus indicus)),

hasil tangkapan paling sedikit di dapatkan pada (zona I, jalur 1 = 37,3 %) dan terbanyak pada (zona II,

jalur 1 = 97,2 %).

Berdasarkan Gambar 2 dan Gambar 3maka perbandingan komposisi hasil tangkapan untuk Udang

Brown (Metapenaeus ensis) dengan Udang Jerbung (Penaeus indicus) baik dalam jumlah (ekor) maupun

537

86 54 61 15 21 14 29 72288

973

494

2681

655415 302 341

133

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Jum

lah

(e

kor)

Area Sapuan Trawl

Udang Brown

Udang Jerbung

62.7

18.8 24.4

2.8 5.0 9.4 4.713.1

38.137.3

81.2 75.6

97.2 95.0 90.6 95.3

61.9

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

Be

rat

(%)

Area Sapuan Trawl

Udang Brown

Udang Jerbung

Ummi Suraya dan Haryuni

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006 8

komposisi berat (%), hanya pada zona I jalur 1 tertangkap lebih banyak untuk Udang Brown

(Metapenaeus ensis) daripada Udang Jerbung (Penaeus indicus), yaitu secara berturut-turut sebanyak

537 ekor atau berat (62.7%) dan sebanyak 288 ekor atau berat (37.3%). Sedangkan pada zona yang

lainnya selalu tertangkap lebih sedikit untuk Udang Brown (Metapenaeus ensis) dibandingkan Udang

Jerbung (Penaeus indicus).

4. Distribusi/sebaran Udang Jerbung (Penaeus indicus) dan Udang Brown (Metapenaeus ensis)

berdasarkan panjang karapas

Penjelasan untuk distribusi ukuran panjang karapas,panjang minimum dan panjang maksimum

karapas antara Udang Jerbung (Penaeus indicus) dan Udang Brown (Metapenaeus ensis)pada lokasi

masing-masing area sapuan trawl sebagai berikut:

1. Zona I Jalur 1

Gambar 5. Grafik distribusi frekuensi ukuran panjang karapas Udang Brown (Metapenaeus ensis)

danUdang Jerbung (Penaeus indicus)pada zona I jalur 1.

Berdasarkan Gambar 5 di atas, distribusi ukuran panjang karapasuntuk Udang Brown

(Metapenaeus ensis) paling banyak ditemukan pada panjang karapas (CL) = 12 mm, sebanyak 363 ekor.

Sedangkan untuk Udang Jerbung (Penaeus indicus) distribusi ukuran panjang karapas paling banyak

ditemukan pada panjang karapas (CL) = 15 mm, sebanyak 57 ekor. Baik untuk Udang Brown

(Metapenaeus ensis) maupun Udang Jerbung (Penaeus indicus),pada lokasi ini ukuran panjang minimum

dan maksimum karapas keduanya sama, yaitu secara berturut-turut 9 mm dan 25 mm.

2. Zona I Jalur 2

Berdasarkan Gambar 6 di bawah, pada zona I jalur 2 ini distribusi ukuran panjang karapas Udang Brown

(Metapenaeus ensis) paling banyak ditemukan pada panjang karapas (CL) = 23 mm, sebanyak 19 ekor.

Sedangkan untuk Udang Jerbung (Penaeus indicus) distribusi ukuran panjang karapas paling banyak

ditemukan pada panjang karapas (CL) = 17 mm, sebanyak 193 ekor. Untuk Udang Brown

(Metapenaeus ensis) panjang karapas minimum = 11 mm dan maksimum = 35 mm. Sedangkan Udang

Jerbung (Penaeus indicus) panjang karapas minimum = 8 mm dan maksimum = 26 mm.

0

100

200

300

400

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Fre

kue

nsi

(e

kor)

Panjang Karapas (mm)

Brown

Jerbung

Ummi Suraya dan Haryuni

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006 9

Gambar 6. Grafik distribusi frekuensi ukuran panjang karapas Udang Brown (Metapenaeus ensis)

danUdang Jerbung (Penaeus indicus)pada zona I jalur 2.

3. Zona I Jalur 3

Gambar 7. Grafik distribusi frekuensi ukuran panjang karapas Udang Brown (Metapenaeus ensis) dan

Udang Jerbung (Penaeus indicus)pada zona I jalur 3.

Berdasarkan Gambar 7 di atas, distribusi ukuran panjang karapas Udang Brown (Metapenaeus

ensis) paling banyak ditemukan pada panjang karapas (CL) = 16 mm, sebanyak 21 ekor. Sedangkan

untuk Udang Jerbung (Penaeus indicus) distribusi ukuran panjang karapas paling banyak ditemukan pada

panjang karapas (CL) = 14 mm, sebanyak 306 ekor. Untuk Udang Brown (Metapenaeus ensis) panjang

karapas minimum = 16 mm dan maksimum = 39 mm. Sedangkan Udang Jerbung (Penaeus indicus)

panjang karapas minimum = 8 mm dan maksimum = 25 mm.

4. Zona II Jalur 1

Berdasarkan Gambar 8 di bawah, distribusi ukuran panjang karapas Udang Brown (Metapenaeus ensis)

paling banyak ditemukan pada panjang karapas (CL) = 13 mm, sebanyak 36 ekor. Sedangkan untuk

Udang Jerbung (Penaeus indicus) distribusi ukuran panjang karapas paling banyak ditemukan pada

panjang karapas (CL) = 12 mm, sebanyak 910 ekor. Udang Brown (Metapenaeus ensis) panjang

karapas minimum = 12 mm dan maksimum = 24 mm. Sedangkan Udang Jerbung (Penaeus indicus)

panjang karapas minimum = 9 mm dan maksimum = 30 mm.

0

50

100

150

200

250

8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34Fr

eku

en

si (

eko

r)

Panjang Karapas (mm)

Brown

Jerbung

0

50

100

150

200

250

300

350

8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Fre

kue

nsi

(e

kor)

Panjang Karapas (mm)

Brown

Jerbung

Ummi Suraya dan Haryuni

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006 10

Gambar 8. Grafik distribusi frekuensi ukuran panjang karapas Udang Brown (Metapenaeus ensis)

danUdang Jerbung (Penaeus indicus)pada zona II jalur 1.

5. Zona II Jalur 2

Gambar 9. Grafik distribusi frekuensi ukuran panjang karapas Udang Brown (Metapenaeus ensis)

danUdang Jerbung (Penaeus indicus)pada zona II jalur 2.

Berdasarkan Gambar 9 di atas, pada zona ini distribusi ukuran panjang karapas Udang Brown

(Metapenaeus ensis) paling banyak ditemukan pada panjang karapas (CL) = 21 mm, sebanyak 4 ekor.

Sedangkan untuk Udang Jerbung (Penaeus indicus) distribusi ukuran panjang karapas paling banyak

ditemukan pada panjang karapas (CL) = 11 mm, sebanyak 157 ekor. Untuk Udang Brown

(Metapenaeus ensis) panjang karapas minimum = 13 mm dan maksimum = 31 mm. Sedangkan Udang

Jerbung (Penaeus indicus) panjang karapas minimum = 9 mm dan maksimum = 31 mm.

6. Zona II Jalur 3

Berdasarkan Gambar 10 di bawah, pada zona zona II jalur 3 distribusi ukuran panjang karapas

Udang Brown (Metapenaeus ensis) paling banyak ditemukan pada panjang karapas (CL) = 10 mm,

sebanyak 4 ekor. Sedangkan untuk Udang Jerbung (Penaeus indicus) distribusi ukuran panjang karapas

paling banyak ditemukan pada panjang karapas (CL) = 14 mm, sebanyak 300 ekor. Untuk Udang

Brown (Metapenaeus ensis) panjang karapas minimum = 10 mm dan maksimum = 29 mm. Sedangkan

Udang Jerbung (Penaeus indicus) panjang karapas minimum = 10 mm dan maksimum = 22 mm.

0

200

400

600

800

1000

9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29Fr

eku

en

si (

eko

r)

Panjang Karapas (mm)

Brown

Jerbung

0

50

100

150

200

9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Fre

kue

nsi

(e

kor)

Panjang Karapas (mm)

Brown

Jerbung

Ummi Suraya dan Haryuni

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006 11

Gambar 10. Grafik distribusi frekuensi ukuran panjang karapas Udang Brown (Metapenaeus ensis)

danUdang Jerbung (Penaeus indicus)pada zona II jalur 3.

7. Zona III Jalur 1

Gambar 11. Grafik distribusi frekuensi ukuran panjang karapas Udang Brown (Metapenaeus ensis)

danUdang Jerbung (Penaeus indicus)pada zona III jalur 1.

Berdasarkan Gambar 11 di atas, distribusi ukuran panjang karapas Udang Brown (Metapenaeus

ensis) paling banyak ditemukan pada panjang karapas (CL) = 15 mm, sebanyak 4 ekor. Sedangkan untuk

Udang Jerbung (Penaeus indicus) distribusi ukuran panjang karapas paling banyak ditemukan pada

panjang karapas (CL) = 14 mm, sebanyak 28 ekor. Untuk Udang Brown (Metapenaeus ensis) panjang

karapas minimum = 12 mm dan maksimum = 23 mm. Sedangkan Udang Jerbung (Penaeus indicus)

panjang karapas minimum = 10 mm dan maksimum = 34 mm.

8. Zona III Jalur 2

Gambar 12. Grafik distribusi frekuensi ukuran panjang karapas Udang Brown (Metapenaeus ensis)

danUdang Jerbung (Penaeus indicus)pada zona III jalur 2.

050

100150200250300350

10 12 14 16 18 20 22 24 26 28

Fre

kue

nsi

(e

kor)

Panjang Karapas (mm)

Brown

Jerbung

0

20

40

60

80

100

9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33

Fre

kue

nsi

(e

kor)

Panjang Karapas (mm)

Brown

Jerbung

0

20

40

60

80

8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Fre

kue

nsi

(e

kor)

Panjang Karapas (mm)

Brown

Jerbung

Ummi Suraya dan Haryuni

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006 12

Berdasarkan Gambar 12 di atas, distribusi ukuran panjang karapas Udang Brown (Metapenaeus

ensis) paling banyak ditemukan pada panjang karapas (CL) = 13 mm, sebanyak 5 ekor. Sedangkan untuk

Udang Jerbung (Penaeus indicus) distribusi ukuran panjang karapas paling banyak ditemukan pada

panjang karapas (CL) = 12 mm, sebanyak 73 ekor. Untuk Udang Brown (Metapenaeus ensis) panjang

karapas minimum = 8 mm dan maksimum = 30 mm. Sedangkan Udang Jerbung (Penaeus indicus)

panjang karapas minimum = 8 mm dan maksimum = 31 mm.

9. Zona III Jalur 3

Gambar 13. Grafik distribusi frekuensi ukuran panjang karapas Udang Brown (Metapenaeus ensis)

danUdang Jerbung (Penaeus indicus)pada zona III jalur 3.

Berdasarkan Gambar 13 di atas, distribusi ukuran panjang karapas Udang Brown (Metapenaeus

ensis) paling banyak ditemukan pada panjang karapas (CL) = 14 mm, sebanyak 9 ekor. Sedangkan untuk

Udang Jerbung (Penaeus indicus) distribusi ukuran panjang karapas paling banyak ditemukan pada

panjang karapas (CL) = 14 mm, sebanyak 38 ekor. Untuk Udang Brown (Metapenaeus ensis) panjang

karapas minimum = 9 mm dan maksimum = 37 mm. Sedangkan Udang Jerbung (Penaeus indicus)

panjang karapas minimum = 7 mm dan maksimum = 29 mm.

PENUTUP

1. Kesimpulan

Selama penelitian diperoleh hasil tangkapan untuk Udang Brown (Metapenaeus ensis) sebanyak

889 ekor (3.893 gram) danUdang Jerbung (Penaeus indicus) sebanyak 6282 ekor (20.575 gram).

Komposisi hasil tangkapan untuk Udang Brown (Metapenaeus ensis), hasil tangkapan paling

rendah di dapatkan pada (zona III, jalur 1 = 14 ekor) dan tertinggi pada (zona I, jalur 1 = 537 ekor).

Untuk Udang Jerbung (Penaeus indicus), hasil tangkapan paling rendah di dapatkan pada (zona III, jalur

3 = 331 ekor) dan tertinggi pada (zona II, jalur 1 = 2681 ekor). Perbandingan komposisi hasil tangkapan

Udang Brown selalu lebih sedikit dibandingkan dari Udang Jerbung pada semua area sapuan , kecuali

pada zona I jalur 1, Udanga Brown tertangkap lebih banyak , yaitu berjumlah 537 ekor dibandingkan

dengan Udang Jerbung hanya berjumlah 288 ekor.

Panjang karapas Udang Brown (Metapenaeus ensis) minimum = 8.mm dan maksimum = 39.mm

sedangkan panjang karapas Udang Jerbung (Penaeus indicus) minimum = 7 mm dan maksimum = 34

mm. Perbandingan distribusi panjang kasapas antara Udang Brown (Metapenaeus ensis)dengan Udang

Jerbung(Penaeus indicus)hampir pada semua area sapuan trawl didapatkan selalu lebih panjang Udang

Brown daripada Udang Jerbung,kecuali pada zona I jalur 1 dan zona III dan jalur 3.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

Fre

kue

nsi

(e

kor)

Panjang Karapas (mm)

Brown

Jerbung

Ummi Suraya dan Haryuni

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 19. No. 2, April 2014 – ISSN 1402-2006 13

2. Saran

Hasil analisis baik untuk kelimpahan/kepadatan udangdan distribusi/sebaran pada Udang Jerbung

(Penaeus indicus) dan Udang Brown (Metapenaeus ensis) berdasarkan kedalaman perairan di pesisir

Kabupaten Seruyan memberikan gambaran sebagian tentang aspek dinamika populasi kedua udang

tersebut. Sehingga untuk melengkapi hasil penelitian ini, sebagai dasar pertimbangan dalam

pengelolaannya diperlukan penelitian/kajian lebih lanjut dari aspek biologinya

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa, 1984. Metode Penangkapan Ikan, Penerbit Yayasan Dewi Sri, Bogor

Bailey-Brock, J.H. and Moss, S.M. 1992. Penaeid taxonomy, biology and zoogeography, p. 9-27. In: Fast

A.W. and Lester L.J. (Eds). Marine shrimp culture: principles and practices. Developments in

aquaculture and fisheries science, volume 23. Elsevier Science Publisher B.V., The Netherlands.

BPS Kab. Seruyan, 2012. Kabupaten Seruyan Dalam Angka.

FAO, 1998. FAO Species Identification Guidefor Fishery Purposes, TheLiving Marine Resourcesof The

Western Central Pacific, Cephalopods, crustaceans, holothurians and sharks, Foodand

Agruculture Organization of The United Nations, Rome. (2).

FAO, 2002. The State of the Word Fisheries and Aquaculture 2002, FAO, Rome, FAO,150 pp.

Kirkegaard, I.D, J Tuma, RH Walker. 1970. Synopsis of Biologycal Data on The Banana Prawn, Penaeus

merguiensis de Man 1888. Aust. CSIRO Div. Fish.Oceanogr.Fish.Synop., No. 8,42pp.

Munro ISR. 1968. The Prawn, its Habitat and Life.The Life of Banana Prawn.Predicting When to Catch

Banana Prawns.Austr.Fish. Newsletter, 27 (1) : 25-33

Penn JW. 1975. Tagging Experiments with The Western King Prawn (Penaeus latisulcatus Kishinouye).

First Australian National Prawn Seminar.Maroochydore, Queensland, 22-27 Nov. 1973: 84-103 p

Sparre P, and SC. Venema 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Food and Agricultural

Organization of The United Nations. 438 p

Unar M. 1965. Beberapa Aspek tentang Daerah Penangkapan (fishing ground) udang di Perairan

Indonesia. Simposium Udang, Jakarta. 22-27 Pebruari 1965.

Garcia. 1988. Tropical Pinaeid Prawns .John Wiley & sons Ltd. New York