umkm1.pdf

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pada saat krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UMKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Peranan UMKM, terutama sejak krisis ekonomi dapat dipandang sebagai katup pengaman dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional maupun penyerapan tenaga kerja. Suryadharma Ali (2008) menyatakan bahwa UMKM merupakan benteng pertahanan ekonomi nasional sehingga bila sektor tersebut diabaikan sama artinya tidak menjaga benteng pertahanan Indonesia. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peranan serta kelembagaan UMKM dalam perekonomian nasional, maka pemberdayaan tersebut perlu dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan Masyarakat secara menyeluruh, sinergis dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah mengesahkan UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Undang-undang ini disusun dengan maksud untuk memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah. Walaupun usaha mikro kecil menengah telah menunjukkan peranannya dalam perekonomian nasional namun masih menghadapi berbagai hambatan dan 1 Universitas Sumatera Utara

Upload: yekti-rinni

Post on 26-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang

    strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pada saat krisis ekonomi yang

    terjadi tahun 1997, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi

    bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UMKM terbukti lebih tangguh dalam

    menghadapi krisis tersebut. Peranan UMKM, terutama sejak krisis ekonomi dapat

    dipandang sebagai katup pengaman dalam proses pemulihan ekonomi nasional,

    baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional maupun penyerapan

    tenaga kerja. Suryadharma Ali (2008) menyatakan bahwa UMKM merupakan

    benteng pertahanan ekonomi nasional sehingga bila sektor tersebut diabaikan

    sama artinya tidak menjaga benteng pertahanan Indonesia.

    Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peranan serta

    kelembagaan UMKM dalam perekonomian nasional, maka pemberdayaan

    tersebut perlu dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha,

    dan Masyarakat secara menyeluruh, sinergis dan berkesinambungan. Untuk

    mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah mengesahkan UU No 20 Tahun 2008

    tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Undang-undang ini disusun dengan

    maksud untuk memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah.

    Walaupun usaha mikro kecil menengah telah menunjukkan peranannya

    dalam perekonomian nasional namun masih menghadapi berbagai hambatan dan

    1

    Universitas Sumatera Utara

  • kendala. Pada dasarnya hambatan dan kendala yang dihadapi para pelaku UMKM

    dalam meningkatkan kemampuan usaha sangat kompleks dan meliputi berbagai

    aspek yang mana satu dengan yang lainnya saling berkaitan antara lain: kurangnya

    permodalan baik jumlah maupun sumbernya, kurangnya kemampuan manajerial

    dan keterampilan beroperasi serta tidak adanya bentuk formil dari perusahaan,

    lemahnya organisasi dan terbatasnya pemasaran. Disamping itu terdapat juga

    persaingan yang kurang sehat dan desakan ekonomi sehingga mengakibatkan

    ruang lingkup usaha menjadi terbatas. Beragamnya hambatan dan kendala yang

    dihadapi UMKM, tampaknya masalah permodalan masih merupakan salah satu

    faktor kritis bagi UMKM, baik untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja maupun

    modal investasi dalam pengembangan usaha.

    Untuk mengatasi persoalan yang dihadapi UMKM, Bapak Presiden Susilo

    Bambang Yudhoyono meluncurkan kredit bagi UMKM dan Koperasi dengan pola

    penjaminan pada tanggal 5 November 2007 di lantai 21 gedung kantor pusat BRI

    dengan nama Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR dapat diakses oleh UMKM dan

    koperasi yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable atau

    berkembang pesat. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis

    yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan.

    KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber

    dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan

    terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30% ditanggung

    oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan untuk meningkatkan akses

    UMKM pada sumber pembiayaan. Dengan adanya KUR, para pelaku UMKM

    Universitas Sumatera Utara

  • dapat meminjam modal hanya dengan jaminan kelayakan usaha dan diharapkan

    kepada pelaku UMKM tersebut dapat mengembangkan usahanya. Tahap awal

    program, KUR ini disediakan hanya terbatas oleh bank-bank yang ditunjuk oleh

    pemerintah saja, yaitu : Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia

    (BNI), Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Tabungan Negara dan Bank

    Bukopin. Penyaluran pola penjaminan difokuskan pada lima sektor usaha, yaitu

    pertanian, perikanan dan kelautan, koperasi, kehutanan, serta perindustrian dan

    perdagangan. KUR ini ditujukan untuk membantu ekonomi usaha rakyat kecil

    dengan cara memberi pinjaman untuk usaha yang didirikannya. Atas diajukannya

    permohonan peminjaman kredit tersebut, tentu saja harus mengikuti berbagai

    prosedur yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, pemohon harus

    mengetahui hak dan kewajiban yang akan timbul dari masing-masing pihak yaitu

    debitur dan kreditur dengan adanya perjanjian KUR, mengingat segala sesuatu

    dapat saja timbul menjadi suatu permasalahan apabila tidak ada pengetahuan yang

    cukup tentang KUR.

    Kredit yang diberikan oleh pemerintah melalui program KUR ini,

    diharapkan sesuai dengan kemampuan UMKM khususnya bagi usaha mikro dan

    kecil (UMK). Pelaksanaan dari KUR ini diharapkan dapat menjadi solusi dari

    permasalahan yang dihadapi oleh UMK dalam mendapatkan tambahan modal

    usaha yang mereka butuhkan dengan kredit yang terjangkau dan prosedur yang

    sederhana. Dengan tambahan modal yang didapatkan oleh UMK, diharapkan

    dapat meningkatkan pendapatan serta mengembangkan usaha yang dimiliknya.

    Universitas Sumatera Utara

  • Kota Bukittinggi merupakan daerah yang potensial untuk penyaluran KUR,

    karena sebagian besar usaha produktif di Bukittinggi terdiri dari Usaha Mikro dan

    Kecil. Dengan keikutsertaan Bank Nagari sebagai Bank Pelaksana KUR

    diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pengembangan sektor riil dan

    program-program pengentasan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran

    dan perluasan lapangan pekerjaan serta peningkatan taraf hidup masyarakat.

    Tabel 1.1 Jumlah Peminjam KUR Bank Nagari Tahun 2011-2013

    Jenis KUR 2011 2012 2013

    KUR Mikro 313 orang 449 orang 614 orang

    KUR Ritel 165 orang 432 orang 583 orang

    Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014

    Pada saat ini sudah 1.197 pedagang UMK yang mendapatkan dana KUR

    dari Bank Nagari Cabang Bukittinggi, tercatat 51 persen di antaranya dari

    kalangan pengusaha mikro (pedagang kaki lima, pedagang asongan, warung di

    rumah tangga serta pedagang kecil lainnya dengan besaran KUR Rp 20 juta ke

    bawah tanpa agunan). Sementara lebih dar 48 persen lagi terdiri dari

    pengusahakecil ke atas yang beraktifitas di berbagai toko di Pasar Simpang Aur,

    Pasar Bawah dan Pasar Atas, dengan besaran kredit beragunan yang dikucurkan

    Rp 20 juta ke atas. (http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=13745 diakses pada tanggal

    12 November 2013 pukul 21.05 WIB).

    Melihat keberadaan sektor UMK yang dikelola oleh pengusaha golongan

    ekonomi lemah (pengusaha kecil) dan permasalahan yang dihadapi pengusaha

    terutama tentang keterbatasan dana (keterbatasan modal), serta melihat potensi

    Universitas Sumatera Utara

  • besar yang dimiliki pengusaha yang layak untuk dikembangkan, maka atas dasar

    pemaparan tersebut penulis menetapkan judul Pengaruh Kredit Usaha Rakyat

    (KUR) Terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kota

    Bukittinggi (Studi pada PT. Bank Nagari Cabang Bukittinggi).

    1.2 Perumusan Masalah

    Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya

    dengan apa yang benar benar terjadi. Jadi untuk mengarahkan penelitian dan

    memperlancar data dan fakta ke dalam bentuk penulisan ilmiah, maka perlu

    perumusan masalah dengan jelas, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan

    kajian dan pedoman arah penelitian. Setiap penelitian dimulai dengan perumusan

    masalah, yaitu yang memberikan gambaran adanya sesuatu yang perlu

    diselesaikan. Masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan

    antara pengalaman dengan kenyataan, anatar apa yang direncanakan dengan

    kenyataan, adanya pengaduan dan kompetisi (Sugiyono, 2005: 32). Berdasarkan

    latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi perumusan

    masalah penelitian ini adalah Seberapa Besar Pengaruh Kredit Usaha Rakyat

    (KUR) Terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kota

    Bukittinggi?.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Setiap penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai sasaran yang hendak

    dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui

    sebelumnya. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya

    Universitas Sumatera Utara

  • bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu

    pengetahuan itu sendiri. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR)

    pada Bank Nagari.

    2. Untuk mengetahui hambatan dalam pengembangan Usaha Mikro dan Kecil

    (UMK) di Kota Bukittinggi.

    3. Untuk melihat pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap

    pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Kota Bukittinggi.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian yang dimaksud dalam hal ini mencakup hal-hal sebagai

    berikut:

    1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan

    kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan kemampuan untuk

    menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori

    dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

    2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

    terhadap Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

    Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara mengenai program Kredit Usaha

    Rakyat.

    3. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau

    sumbangan pemikiran dalam peningkatan usaha mikro dan kecil yang

    dikelola oleh pengusaha kecil.

    Universitas Sumatera Utara

  • 1.5 Kerangka Teori

    Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya teori yang akan menjadi

    landasan teoritis dan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian dan bukan

    sekedar penelitian coba-coba (trial and error ). Menurut Hoy dan Miskel, teori

    adalah seperangkap konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk

    mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi (Sugiyono,

    2005:55). Selanjutnya, kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat

    peneliti memberikan penjelasan tentang hal hal yang berhubungan dengan

    variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian

    (Arikunto, 2006:92). Berdasarkan rumusan di atas, maka penulis akan

    mengemukakan beberapa teori, gagasan ataupun pendapat yang akan dijadikan

    sebagai titik tolak landasan berpikir dalam penelitian ini.

    1.5.1 Konsep Kredit

    1.5.1.1 Pengertian Kredit

    Kata kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan.

    Kepercayaan yang dimaksud di dalam perkreditan adalah antara si pemberi dan si

    pemenerima kredit. Kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang dan barang)

    dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu mendatang

    (Simorangkir, 2004:100). Dalam Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun

    1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

    dengan itu, berdasarkan kesepakatan persetujuan atau kesepakatan pinjam-

    meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

    Universitas Sumatera Utara

  • untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,

    imbalan atau pembagian hasil keuntungannya.

    Menurut Hasibuan (2008:87), kredit adalah semua jenis pinjaman yang

    harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian

    yang telah disepakati. Jadi dapat disimpulkan bahwa kredit adalah pemberian

    sesuatu yang berharga kepada pihak lain, apakah uang, barang atau jasa dengan

    janji, bahwa di hari tertentu penerimanya akan membayarnya secara

    ekivalen/sebanding.

    Tujuan pemberian kredit tidak terlepas dari misi pendirian suatu bank.

    Adapun tujuan utama pemberian kredit yaitu:

    1. Mencari keuntungan, tujuannnya untuk memperoleh hasil dari pemberian

    kredit tersebut.

    2. Membantu usaha nasabah, tujuannya untuk membantu usaha nasabah yang

    memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.

    3. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak

    perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti

    adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor (Kasmir, 2007:95).

    1.5.1.2 Unsur-Unsur Kredit

    Setiap pemberian kredit sebenarnya jika dijabarkan secara mendalam

    mengandung beberapa arti. Jadi dengan menyebutkan kata kredit sudah

    terkandung beberapa arti atau dengan kata lain pengertian kata kredit jika dilihat

    secara utuh mengandung beberapa makna. Sehingga jika kita bicara kredit maka

    Universitas Sumatera Utara

  • termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Menurut

    Kasmir (2007:94) unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas

    kredit yaitu:

    a. Kepercayaan

    Kepercayaan dari si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikannya (berupa

    uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu

    di masa yang akan datang.

    b. Kesepakatan

    Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing

    pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

    c. Jangka waktu

    Suatu masa yang memisahkan antara pemberi kredit dengan penerima kredit

    yang mana dana tersebut akan diterima pada masa yang akan datang. Jangka

    waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, biasa

    berbentuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

    d. Resiko

    Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu

    resiko tidak tertagihnya atau macetnya pemberian kredit. Suatu resiko yang

    akan dihadapi sebagai akibat dari jangka waktu yang memisahkan antara

    pemberi kredit dengan penerima kredit yang akan diterima kemudian hari.

    Semakin lama jangka waktu pemberian kredit, maka semakin besar tingkat

    resikonya. Dengan adanya resiko dalam pemberian kredit, maka dapat

    menimbulkan jaminan dalam pemberian kredit.

    Universitas Sumatera Utara

  • e. Balas Jasa

    Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang

    dikenal dengan nama bunga.

    1.5.1.3 Jenis-Jenis Kredit

    Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan

    jenis kreditnya. Dalam praktiknya kredit yang ada terdiri dari beberapa jenis,

    begitu pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada masyarakat.

    Pemberian fasilitas kredit oleh bank dikelompokan kedalam jenis yang masing-

    masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai

    sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap usaha memiliki berbagai

    karakteristik tertentu.

    Jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2010: 103-106) yang diberikan oleh

    bank dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain:

    1. Kredit dilihat dari segi tujuannya

    a. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi

    secara pribadi

    b. Kredit Produktif, yaitu kredit yang diberikan untuk meningkatkan

    usaha atau produksi atau investasi

    c. Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang diberikan kepada pedagang dan

    digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk

    membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil

    penjualan barang dagang tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Kredit dilihat dari jangka waktunya

    a. Kredit Jangka Pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum

    1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja

    b. Kredit Jangka Menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu 1 sampai

    3 tahun dan biasanya digunakan untuk melakukan investasi

    c. Kredit Jangka Panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3

    tahun.

    3. Kredit dilihat dari segi jaminannya

    a. Kredit Tanpa Jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan

    barang atau orang tertentu.

    b. Kredit Jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan menggunakan

    suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berupa barang berwujud atau

    tidak berwujud atau jaminan orang.

    4. Kredit dari segi kegunaanya

    a. Kredit Modal Kerja, yaitu kredit berjangka waktu pendek yang

    diberikan oleh suatu bank untuk membiayai kebutuhan modal kerja

    perusahaan sehingga dapat meningkatkan produksi dalam

    operasionalnya.

    b. Kredit Investasi, yaitu kredit jangka menengah atau jangka panjang

    yang diberikan oleh suatu bank untuk melakukan investasi atau

    penanaman modal, yang ditujukan untuk memperluas usahanya atau

    membangun proyek/pabrik baru untuk keperluan rahabilitasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 1.5.1.4 Fungsi dan Manfaat Kredit

    Menurut Firdaus, H. Rachmat dan Maya Ariyanti (2003 : 5-6) menyatakan :

    Fungsi kredit dewasa ini pada dasarnya ialah pemenuhan jasa untuk melayani

    kebutuhan masyarakat (to serve the society) dalam rangka mendorong dan

    melancarkan perdagangan, mendorong dan melancarkan produksi, jasa-jasa dan

    bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk menaikkan

    taraf hidup rakyat banyak. Hal yang sama dijelaskan juga oleh Kasmir (2010:

    101), fungsi dari kredit adalah sebagai berikut: (1) untuk meningkatkan daya guna

    uang, (2) untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, (3) untuk

    meningkatkan daya guna uang, (4) untuk meningkatkan peredaran barang, (5)

    sebagai alat stabilisasi ekonomi, (6) untuk meningkatkan pemerataan pendapatan,

    (7) untuk meningkatkan kegairahan usaha, (8) untuk meningkatkan hubungan

    internasional.

    Manfaat kredit dilihat dari pihak-pihak yang berkepentingan antara lain

    (Hasibuan, 2008:88-90):

    1. Manfaat kredit bagi bank, antara lain:

    a. Bank memperoleh pendapatan berupa bungan yang diterima dari

    debitur, sehingga akan meningkatkan laba bank.

    b. Dengan menyalurkan kredit, bank sekaligus dapat memasarkan

    produk-produk pelayanan perbankan yang lainnya.

    c. Bank memperoleh keuntungan dibidang sumber daya manusia

    khususnya dalam dunia kredit perbankan, sehingga dimasa yang akan

    datang akan memiliki tenaga tenaga perkreditan yang berkualitas.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Manfaat kredit bagi pemerintah atau negara, antara lain;

    a. Kredit bank dapat dipakai sebagai alat untuk mendorong laju

    perekonomian nasional.

    b. Kredit dapat dijadikan alat pengendali moneter.

    c. Kredit dapat meningktkan lapangan usaha atau pekerjaan.

    d. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.

    e. Dapat meningkatkan pendapatan negara malalui pajak dari bunga.

    3. Manfaat kredit bagi masyarakat luas, antara lain;

    a. Dengan adanya kredit akan meningkatkan perluasan lapangan kerja

    sehingga akan mengurangi penganguran.

    b. Untuk kelompok masyarakat yang memiliki keahlian dan profesi

    tertentu dapat terlibat dalam proses pemberian kredit, misalnya

    sebagai konsultan kredit dan lain- lain.

    4. Manfaat kredit bagi pedagang, yaitu;

    a. Sebagai sumber permodalan untuk menjaga kelangsungan atau

    meningkatkan usahanya, dengan kredit, debitur dapat meningkatkan

    pengadaan barang dagangannya.

    b. Dengan memperoleh kredit bank, maka secara tidak langsung akan

    meningkatkan keuntungan usaha dengan adanya tambahan modal,

    sehingga debitur dapat memperoleh kesempatan untuk mendapatkan

    pelayanan fasilitas perbankan yang lainnya.

    c. Bank akan menjaga privasi atau kerahasiaan nasabah.

    Universitas Sumatera Utara

  • d. Dalam meningkatkan usahanya, maka jangka waktu kredit dapat

    disesuaiakan dengan kebutuhan.

    1.5.1.5 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

    Dalam setiap pemberian kredit atau pembiayaan bank harus memperhatikan

    asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat dan

    berdasarkan prinsip kehati-hatian. Untuk itu sebelum memberikan kredit atau

    pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank harus melakukan penilaian yang

    seksama terhadap berbagai aspek. Menurut Kasmir (2010 : 109) terdapat prinsip-

    prinsip pemberian kredit yang dikenal dengan prinsip 5 C yaitu :

    1. Penilaian Watak (Character), tujuannya adalah untuk memberikan

    keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan

    diberikan kredit benar-benar dipercaya. Character merupakan ukuran untuk

    menilai kemauan nasabah membayar kreditnya.

    2. Penilaian Kemampuan (Capacity), untuk melihat kemampuan calon nasabah

    dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya

    mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada

    akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang

    disalurkan.

    3. Penilaian Terhadap Modal (Capital), untuk mengetahui sumber-sumber

    pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai bank.

    4. Penilaian Terhadap Agunan (Collateral), merupakan jaminan yang

    diberikan calon nasabah baik yang berupa fisik maupun non fisik. Fungsi

    jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. Penilaian Terhadap Prospek Usaha Nasabah (Condition of Economy), dalam

    menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk

    di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing.

    1.5.1.6 Pengawasan Kredit

    Pengawasan kredit merupakan langkah pengawasan terhadap fasilitas kredit

    yang diberikan secara keseluruhan maupun secara individual kepada debitur

    dimana apakah pelaksanaan pengawasan kredit sesuai dengan rencana yang

    disusun atau tidak. Menurut Fahmi dan Lavianti, ada dua bentuk pengawasan

    kredit yang dapat dilakukan oleh pihak lembaga pembiayaan yaitu:

    1. Pengawasan dengan model preventif control

    Pengawasan dengan model ini dilakukan oleh pihak perbankan sebelum

    kredit tersebut dicairkan atau diberikan kepada calon debitur.Tujuannya

    adalah untuk menghindari kesalahan yang lebih fatal di kemudian hari.

    Kondisi ini mencerminkan kelengkapan berkas yang diajukan hingga tahap

    survey lapangan seperti jaminan dan bentuk usaha yang dilakukan calon

    debitur.

    2. Pengawasan dengan model represif control

    Pengawasan dalam model ini dilakukan pada saat kredit tersebut telah

    diberikan kepada debitur. Pengawasan ini diberikan dengan tujuan agar

    kreditur membangun kedisiplinan yang kuat untuk melunasi setiap

    pinjamannnya secara tepat waktu (dalam Marantika, 2013:32).

    Pengawasan kredit dilakukan oleh pihak bank sebagai salah satu upaya

    menghindari kredit bermasalah di kemudian hari. Pengawasan ini meliputi

    Universitas Sumatera Utara

  • beberapa aspek, yang meliputi keberadaan administrasi kredit yang memadai,

    kewajiban debitur menyampaikan laporan-laporan usaha yang dibutuhkan,

    kewajiban bagi pihak bank untuk melakukan kunjungan sewaktu-waktu ke

    perusahaan yang dibiayai oleh kredit, adanya konsultasi yang terstruktur antara

    pihak bank dengan debitur, dan aspek adanya suatu peringatan.

    1.5.2 Konsep Kredit Usaha Rakyat

    1.5.2.1 Pengertian Kredit Usaha Rakyat

    Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR, adalah

    kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi yang khusus diperuntukkan bagi

    Usaha Mikro Kecil Menengah dan koperasi (UMKMK) di bidang usaha produktif

    yang usahanya layak (feasible) namun mempunyai keterbatasan dalam

    pemenuhan persyaratan yang ditetapkan Perbankan (belum bankable)

    (http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kredit-usaha-rakyat-kur/, diakses pada tanggal

    16 Oktober 2013 pukul 12.20 WIB).

    Pengertian KUR dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    135/PMK.05/2008 adalah kredit atau pembiayaan kepada UMKM dalam bentuk

    pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk

    usaha produktif. KUR ini merupakan kredit tanpa jaminan (unsecured loan).

    Pemerintah memberikan penjaminan terhadap risiko KUR sebesar 70% sementara

    sisanya sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan

    dalam rangka meningkatkan akses UMKM pada sumber pembiayaan dalam

    rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

    Universitas Sumatera Utara

  • KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber

    dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. KUR disalurkan oleh bank yang ikut

    menandatangani Nota Kesepahaman Bersama tentang Penjaminan

    Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi

    (UMKMK) yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri

    (BSM) serta seluruh Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang tersebar di

    Indonesia. Kredit Usaha Rakyat ini penyalurannya difokuskan untuk 5 sektor,

    yaitu pertanian, perikanan dan kelautan, koperasi, kehutanan, serta perindustrian

    dan perdagangan.

    1.5.2.2 Jenis-Jenis Kredit Usaha Rakyat

    Jenis KUR yang diberikan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi, antara

    lain :

    1. Dilihat dari tujuan penggunaan

    a. Investasi

    KUR untuk tujuan investasi adalah KUR yang digunakan untuk

    pembelian barang modal, seperti pembangunan/pembelian tempat

    usaha, pembelian mesin/peralatan kerja/kendaraan, pembelian barang

    modal, pembelian/pengadaan objek pembiayaan dan lain-lain.

    b. Modal kerja

    KUR untuk modal kerja adalah KUR yang digunakan untuk tambahan

    modal kerja usaha, seperti penambahan persediaan barang dagang,

    kebutuhan biaya untuk operasional usaha, pembelian/pengadaan

    bahan mentah atau bahan baku usaha, dan lain-lain.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Dilihat dari jumlah kredit/pembiayaan

    a. KUR Mikro yaitu KUR yang diberikan dengan plafond maksimal Rp

    20.000.000,- (dua puluh juta rupiah).

    b. KUR Ritel yaitu KUR yang diberikan dengan plafond diatas Rp

    20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp

    500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

    c. KUR Linkage Pola Executing yaitu KUR yang diberikan Bank kepada

    Lembaga Linkage dengan plafond kredit maksimal Rp

    2.000.000.000,- (dua miliar rupiah), Sedangkan plafond dari lembaga

    Linkage kepada end user dipersyaratkan tidak melebihi Rp

    100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk setiap end user.

    d. KUR Linkage Pola Channeling yaitu KUR yang diberikan Bank

    kepada Lembaga Linkage dengan jumlah plafond sesuai daftar

    nominatif yang diajukan dan layak menurut Bank, sepanjang limit

    kredit/pembiayaan kepada masing-masing end user (debiturnya

    Lembaga linkage) tidak melebihi Rp 500.000.000,- (lima ratus juta

    rupiah) dan jumlah plafond kredit/pembiayaan disesuaikan dengan

    daftar nominatif yang diajukan oleh lembaga linkage.

    Kredit Usaha Rakyat memiliki beberapa sifat yaitu sebagai berikut :

    1. Kredit ditetapkan hanya untuk kategori Pinjaman dan Piutang.

    2. Bersifat term loan (pinjaman berjangka) yang diberikan dengan jumlah dan

    waktu yang telah ditentukan.

    3. Bersifat non revolving atau tidak berulang-ulang.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Nasabah hanya diperbolehkan menikmati satu jenis KUR, yaitu KUR modal

    kerja saja atau KUR investasi saja. Dengan demikian nasabah tidak

    diperbolehkan menikmati secara bersamaan antara modal kerja dengan KUR

    investasi.

    5. Kredit dapat diperbaharui dan/atau diperpanjang, sepanjang sesuai dengan

    persyaratan kriteria batasan pola pemberian, plafond, jangka waktu dan

    lainnya yang diatur dalam peraturan pelaksanaan ini.

    6. Debitur yang sedang menikmati KUR tidak diperbolehkan diberikan

    tambahan pinjaman dengan skim kredit komersial selain KUR (skim non-

    KUR) baik program maupun non program.

    Apabila debitur yang sedang menikmati KUR ingin pindah (migrasi) ke

    kredit skim komersial selain KUR (skim non-KUR), baik program maupun non

    program, maka debitur harus melunasi KUR yang sedang berjalan tersebut

    terlebih dahulu.

    1.5.2.3 Ketentuan Penyaluran Kredit Usaha Rakyat

    Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) diatur oleh pemerintah melalui

    Peraturan Menteri Keuangan No. 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan

    Kredit Usaha Rakyat yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.

    10/PMK.05/2009. Beberapa ketentuan yang dipersyaratkan oleh pemerintah

    dalam penyaluran KUR adalah sebagai berikut :

    1. UMKM-K yang dapat menerima fasilitas penjaminan adalah usaha

    produktif yang feasible namun belum bankable dengan ketentuan :

    Universitas Sumatera Utara

  • a. Merupakan debitur baru yang belum pernah mendapat kredit/

    pembiayaan dari perbankan yang dibuktikan dengan melalui Sistem

    Informasi Debitur (SID) pada saat Permohonan Kredit/Pembiayaan

    diajukan dan/ atau belum pernah memperoleh fasilitas Kredit Program

    dari Pemerintah

    b. Khusus untuk penutupan pembiayaan KUR antara tanggal Nota

    Kesepakatan Bersama (MoU) Penjaminan KUR dan sebelum

    addendum I (tanggal 9 Oktober 2007 s.d. 14 Mei 2008), maka fasilitas

    penjaminan dapat diberikan kepada debitur yang belum pernah

    mendapatkan pembiayaan kredit program lainnya

    c. KUR yang diperjanjikan antara Bank Pelaksana dengan UMKM-K

    yang bersangkutan.

    2. KUR disalurkan kepada UMKM-K untuk modal kerja dan investasi dengan

    ketentuan :

    a. Untuk kredit sampai dengan Rp. 5 juta, tingkat bunga kredit atau

    margin pembiayaan yang dikenakan maksimal sebesar atau setara

    24% efektif pertahun

    b. Untuk kredit di atas Rp. 5 juta rupiah sampai dengan Rp. 500 juta,

    tingkat bunga kredit atau margin pembiayaan yang dikenakan

    maksimal sebesar atau setara 16% efektif pertahun.

    3. Bank pelaksana memutuskan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR)

    berdasarkan penilaian terhadap kelayakan usaha sesuai dengan asas-asas

    Universitas Sumatera Utara

  • perkreditan yang sehat, serta dengan memperhatikan ketentuan yang

    berlaku.

    Penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dilakukan ini memiliki

    tujuan penyaluran yaitu:

    a. Mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan Usaha Mikro,

    Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK)

    b. Meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan Usaha Mikro, Kecil,

    Menengah (UMKM) dan koperasi kepada Lembaga Keuangan.

    c. Sebagai upaya penganggulangan atau pengentasan kemiskinan dan

    perluasan kesempatan kerja (http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kredit-

    usaha-rakyat-kur/, diakses pada tanggal 16 Oktober 2013 pukul 12.20 WIB).

    Manfaat dari disalurkannya dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini sendiri

    adalah untuk memberi kesempatan bagi masyarakat untuk dapat mengembangkan

    usaha yang dimilikinya. Bagi para masyarakat yang memiliki usaha tetapi

    terkendala di bidang modal untuk dapat mengembangkan usaha yang dimilikinya

    dapat mengajukan permohonan kredit dan mendapatkan pinjaman. Dengan begitu,

    usaha yang dimiliki oleh mereka akan dapat lebih maju dan berkembang baik itu

    dari segi produksi, pemasaran serta untung yang diperoleh kemudian.

    1.5.3 Konsep Usaha Mikro dan Kecil

    1.5.3.1 Usaha Mikro

    Usaha Mikro sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik

    Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yaitu

    Universitas Sumatera Utara

  • usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang

    memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

    Adapun kriteria usaha Mikro dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20

    Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, antara lain:

    1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 tidak termasuk

    tanah dan bangunan tempat usaha; atau

    2. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 300.000.000,00

    Karakteristik-karakteristik usaha mikro adalah sebagai berikut :

    1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat

    berganti,

    2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat,

    3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan

    tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha,

    4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha

    yang memadai,

    5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah,

    6. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka

    sudah akses ke lembaga keuangan non bank, dan

    7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya

    termasuk NPWP.

    Contoh usaha mikro, antara lain:

    1. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan

    pembudidaya;

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan

    rotan,industri pandai besi pembuat alat-alat;

    3. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll.;

    4. Peternakan ayam, itik dan perikanan;

    5. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit

    (konveksi).

    Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar

    yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi

    intermediasi-nya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik

    yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain :

    1. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana

    yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap

    berjalan bahkan terus berkembang

    2. Tidak sensitive terhadap suku bunga

    3. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter

    4. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan

    asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

    Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang

    sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi

    usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri.

    Profil usaha mikro yang selama ini berhubungan dengan Lembaga

    Keuangan, adalah:

    1. Tenaga kerja, mempekerjakan 1-5 orang termasuk anggota keluarganya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Aktiva Tetap, relatif kecil, karena labor-intensive.

    3. Lokasi, di sekitar rumah, biasanya di luar pusat bisnis.

    4. Pemasaran, tergantung pasar lokal dan jarang terlibat kegiatan ekspor-

    impor.

    5. Manajemen, ditangani sendiri dengan teknik sederhana.

    6. Aspek hukum: beroperasi di luar ketentuan yang diatur hukum, seperti:

    perijinan, pajak, perburuhan, dan lain-lain.

    Jika melihat sekeliling kita, banyak sekali usaha mikro yang terus berjalan.

    Waktu telah menunjukkan bahwa pada saat krisis ekonomi terjadi di Indonesia,

    maka usaha mikro termasuk usaha yang tahan dalam menghadapi krisis, karena

    biasanya tidak mendapat pinjaman dari luar, pasar domestik, biaya tenaga kerja

    murah karena dibantu oleh anggota keluarga dan rata-rata usaha mikro banyak

    yang telah bertahan lebih dari 8 tahun, dan tetap bertahan, bahkan ada yang

    memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun.

    1.5.3.2 Usaha Kecil

    Usaha kecil merupakan usaha yang integral dalam dunia usaha nasional

    yang memiliki kedudukan, potensi, dan peranan yang signifikan dalam

    mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan

    ekonomi pada khususnya. Selain itu, usaha kecil juga merupakan kegiatan usaha

    dalam memperluas lapangan pekerjaan dan memberikan pelayanan ekonomi yang

    luas, agar dapat mempercapat proses pemerataan dan pendapatan ekonomi

    masyarakat.

    Universitas Sumatera Utara

  • Definisi usaha kecil dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20

    Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yaitu usaha ekonomi

    produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan yang

    dilakukan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

    cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

    maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi

    kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang. Adapun

    kriteria usaha kecil dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun

    2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, antara lain:

    1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 sampai dengan

    paling banyak Rp 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan

    tempat usaha; atau

    2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 sampai

    dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00

    Perbedaan usaha kecil dengan usaha lainnya, seperti usaha menengah dan

    usaha kecil, dapat dilihat dari:

    1. Usaha kecil tidak memiliki sistem pembukuan, yang menyebabkan

    pengusaha kecil tidak memiliki akses yang cukup menunjang terhadap jasa

    perbankan.

    2. Pengusaha kecil memiliki kesulitan dalam meningkatkan usahanya, karena

    teknologi yang digunakan masih bersifat semi modern, bahkan masih

    dikerjakan secara tradisional.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Terbatasnya kemampuan pengusaha kecil dalam mengembangkan usahanya,

    seperti: untuk tujuan ekspor barang-barang hasil produksinya.

    4. Bahan-bahan baku yang diperoleh untuk kegiatan usahanya, masih relatif

    sulit dicari oleh pengusaha kecil.

    Secara umum bentuk usaha kecil adalah usaha kecil yang bersifat

    perorangan, persekutuan atau yang berbadan hukum dalam bentuk koperasi yang

    didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota, ketika menghadapi

    kendala usaha. Dari bentuk usaha kecil tersebut, maka penggolongan usaha kecil

    di Indonesia adalah sebagai berikut:

    1. Usaha Perorangan. Merupakan usaha dengan kepemilikan tunggal dari jenis

    usaha yang dikerjakan, yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga/pihak

    lain. maju mundurnya usahanya tergantung dari kemampuan pengusaha

    tersebut dalam melayani konsumennya. harta kekayaan milik pribadi dapat

    dijadikan modal dalam kegiatan usahanya.

    2. Usaha Persekutuan. Penggolongan usaha kecil yang berbentuk persekutuan

    merupakan kerja sama dari pihak-pihak yang bertanggung jawab secara

    pribadi terhadap kerja perusahaan dalam menjalankan bisnis.

    Sedangkan, pada hakikatnya penggolongan usaha kecil, yaitu:

    1. Industri kecil, seperti: industri kerajinan tangan, industry rumahan, industri

    logam, dan lain sebagainya.

    2. Perusahaan berskala kecil, seperti: toserba, mini market, koperasi, dan

    sebagainya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Usaha informal, seperti: pedagang kaki lima yang menjual barang-barang

    kebutuhan pokok.

    Contoh Usaha Kecil, antara lain:

    1. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;

    2. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;

    3. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan

    rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri

    kerajinan tangan;

    4. Peternakan ayam, itik dan perikanan.

    1.5.3.3 Permasalahan Usaha Mikro dan Kecil

    Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil dihalangi oleh banyaknya hambatan.

    Hambatan-hambatan tersebut bisa berbeda di satu daerah dengan daerah lain,

    antara perdesaan dan perkotaan, antarsektor, ataupun antarsesama perusahaan di

    sektor yang sama. Namum demikian, ada sejumlah persoalan yang umum untuk

    semua Usaha Mikro dan kecil di Negara manapun juga. Rintangan-rintangan yang

    umum tersebut termasuk keterbatasan modal kerja maupun investasi, kesulitan-

    kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku dan input,

    keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang pasar, keterbatasan pekerja

    dengan keahlian tinggi, kualitas sumber daya manusia yang rendah, kemampuan

    teknologi, biaya transportasi dan energy yang tinggi, keterbatasan komunikasi,

    biaya yang tinggi akibat prosedur administrasi dan birokrasi yang kompleks,

    khususnya dalam pengurusan izin usaha, dan ketidakpastian akibat peraturan-

    peraturan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas atau tak

    Universitas Sumatera Utara

  • tentu arah. Permasalahan umum yang biasa terjadi pada Usaha Mikro dan Kecil

    tersebut secara garis besar antara lain :

    1. Kesulitan dalam Pemasaran

    Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang paling kritis

    bagi perkembangan Usaha Kecil dan Mikro. Dari hasil studi yang dilakukan

    Kenneth James dan Narongchai Akrasanee pada tahun 1988 di sejumlah

    Negara ASEAN, dalam bukunya menyimpulkan bahwa Usaha Mikro dan

    Kecil tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait

    dengan pemasaran seperti penigkatan kualitas produk dan kegiatan promosi.

    Akibatnya, sulit sekali bagi Usaha Kecil dan Mikro untuk dapat turut

    berpartisipasi dalam era perdagangan bebas. Masalah pemasaran yang

    dialami yaitu tekanan persaingan baik di pasar domestik dari produk yang

    serupa buatan sendiri dan impor, maupun di pasar internasional, dan

    kekurangan informasi yang akurat serta up to date mengenai peluang pasar

    di dalam maupun luar negeri.

    2. Keterbatasan Finansial

    Ada dua masalah utama di dalam kegiatan Usaha Mikro dan Kecil di

    Indonesia, yaitu dalam aspek finansial (mobilisasi modal awal dan akses ke

    modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat

    dibutuhkan demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada

    umunya modal awal bersumber dari modal atau tabungan sendiri atau

    sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering

    tidak memadai dalam kegiatan produksi maupun investasi. Walaupun

    Universitas Sumatera Utara

  • banyak skim-skim kredit dari perbankan dan bantuan Badan Usaha Milik

    Negara (BUMN), sumber pendanaan dari sektor informal masih tetap

    dominan dalam pembiayaan kegiatan Usaha Mikro dan Kecil. Hal ini

    disebabkan karena lokasi bank terlalu jauh bagi pengusaha yang tinggal di

    daerah, persyaratan yang terlalu berat, urusan administrasi yang rumit, dan

    kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada beserta

    prosedurnya. Lagipula, sistem pembukuan yang belum layak secara teknis

    perbankan menyebabkan Usaha Mikro dan Kecil juga sulit memperoleh

    kredit.

    3. Keterbatasan SDM

    Salah satu kendala serius bagi banyak Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia

    ialah keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam aspek-

    aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan

    produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis akuntansi, data

    processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian ini

    sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas

    produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi,

    memperluas pangsa pasar dan menembus pasar barang.

    4. Masalah Bahan baku

    Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam memperolehnya dapat

    menjadi salah satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output ataupun

    kelangsungan produksi bagi banyak Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia.

    Hal ini dapat disebabkan karena harga yang relatif mahal. Banyak

    Universitas Sumatera Utara

  • pengusaha yang terpaksa berhenti dari usahanya dan berpindah profesi ke

    kegiatan ekonomi lainnya akibat masalah keterbatsan bahan baku.

    5. Keterbatasan Teknologi

    Usaha Kecil dan Mikro di Indonesia umumnya masih menggunakan

    teknologi yang tradisional, seperti mesin-mesin tua atau alat-alat produksi

    yang bersifat manual. Hal ini membuat produksi menjadi rendah, efisiensi

    menjadi kurang maksimal dan kualitas produk relatif rendah.

    6. Kemampuan Manajemen

    Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen

    yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap pengembangan usahanya membuat

    pengelolaan usaha menjadi terbatas. Dalam hal ini, manajemen merupakan

    seni yang dapat digunakan atau diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan

    Usaha Mikro dan Kecil, baik dari unsur perencanaan, pelaksanaan dan

    pengawasan.

    7. Kemitraan

    Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antara pengusaha dengan

    tingkatan yang berbeda yaitu antara pengusaha kecil dan pengusaha besar.

    Istilah kemitraan sendiri mengandung arti walaupun tingkatannya berbeda,

    hubungan yang terjadi adalah hubungan yang setara sebagai mitra kerja.

    1.5.4 Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil

    Pengembangan adalah suatu tindakan, proses, hasil atau pertanyaan menjadi

    labih baik (Thoha, 1997:7). Pengertian pengembangan tersebut memiliki dua

    Universitas Sumatera Utara

  • unsur, yaitu : (1) pengembangan itu sendiri bisa berupa suatu tindakan, proses

    atau pernyataan dari suatu tujuan, (2) pengembangan itu bisa menunjukkan

    kepada perbaikan atas sesuatu. Menurut Warren G. Bennis dalam Sutarto

    (1995:416) pengembangan adalah suatu jawaban terhadap perubahan, suatu

    strategi pendidikan yang kompleks yang diharapkan untuk merubah kepercayaan,

    sikap, nilai dan susunan organisasi, sehinga organisasi dapat lebih baik

    menyesuaikan dengan teknologi, pasar, dan tantangan yang baru serta perputaran

    yang cepat dari perubahan itu sendiri.

    Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dengan pengembangan

    UMK adalah suatu tindakan atau proses untuk memajukan kondisi UMK ke arah

    yang lebih baik, sehinga UMK dapat lebih baik menyesuaikan dengan teknologi,

    pasar, dan tantangan yang baru serta perputaran yang cepat dari perubahan yang

    terjadi. Pengembangan Usaha mikro dan kecil (UMK) merupakan komponen

    penting dalam program pembangunan nasional untuk meletakkan landasan

    pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan. Adapun yang

    menjadi sasaran dalam upaya pengembangan dan pembinan UMK, yaitu :

    1. Tercapainya lapangan usaha dan lapangan kerja yang luas

    2. Tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat

    3. Terwujudnya UMK yang semakin efesien dan mampu berkembang mandiri

    4. Terwujudnya pesebaran industri yang merata

    5. Tercapainya peningkatan kemampuan UMK dalam aspek penyediaan

    produk jadi, bahan baku baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) merupakan langkah yang

    strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian

    dari sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya melalui penyediaan lapangan

    kerja, mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Dengan demikian upaya

    untuk memberdayakan UMK harus terencana, sistematis dan menyeluruh yang

    meliputi: (1) penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan

    berusaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha dan adanya efisiensi

    ekonomi; (2) pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMK untuk

    meningkatkan akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan

    kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal

    yang tersedia; (3) pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha

    mikro dan kecil ; dan (4) pemberdayaan usaha mikro untuk meningkatkan

    pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sector

    informal yang berskala usaha mikro, terutama yang masih berstatus keluarga

    miskin. Inti dari pembinaan dan pengembangan UMK pada dasarnya terletak pada

    upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya sumber

    daya manusia yang bermutu, maka UMK akan dapat tumbuh dan berkembang

    menjadi UKM yang tangguh.

    Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro dan kecil

    dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi

    ekonomi dalam proses pembangunan nasioanal khususnya dalam rangka

    mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan

    peningkatan pendapatan sehingga dapat menurunkan angka kemiskinan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Usaha mikro dan kecil pada hakekatnya merupakan tanggung jawab

    bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan mencermati permasalahan

    yang dihadapi oleh UMK, maka upaya untuk mengembangkan UMK dapat dilihat

    dari dua sisi, yaitu faktor dari dalam perusahaan (faktor internal) dan faktor dari

    luar perusahaan (faktor eksteral), sebagai berikut :

    a. Faktor Internal

    1. Meningkatkan kemampuan usaha dan kewirausahaan

    2. Melakukan perencanaan usaha dan investasi dalam jangka panjang

    3. Mengembangkan Research & Development

    b. Faktor Eksternal

    1. Menciptakan iklim yang kondusif untuk pengembangan usaha

    (penyedeerhanaan perizinan dan birokrasi)

    2. Mengupayakan adanya program pendampingan

    3. Mengupayakan tersedianya produk-produk pendukung dalam proses

    produksi

    4. Mengupayakan tersedianya infra struktur sosial

    5. Mengupayakan tersedianya biaya dari kredit

    6. Perlu memberikan fleksibilitas dalam penerapan prinsip penyaluran

    kredit, diantaranya faktor kapasitas dan kemampunan debitor dalam

    menghasilkan keuntungan dan juga masalah anggunan

    7. Kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang mendukung

    pengembangan UKM (Suseno, 2005:45-46).

    Universitas Sumatera Utara

  • 1.6 Hipotesis

    Menurut Sugiyono (2008:64) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap

    rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian dinyatakan

    dalam bentuk kalimat pernyataan. Pembuktian dari hipotesa tersebut memerlukan

    teori yang didukung oleh data dan fakta yang jelas. Berdasarkan perumusan

    masalah di atas, peneliti mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

    1. Hipotesis Alternatif

    Ada pengaruh antara KUR dengan perkembangan usaha mikro dan kecil di

    Kota Bukittinggi.

    2. Hipotesis Nol

    Tidak ada pengaruh antara KUR dengan perkembangan usaha mikro dan

    kecil di Kota Bukittinggi.

    1.7 Definisi Konsep

    Menurut Singarimbun (1995:33) konsep adalah istilah dan definisi yang

    digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan,

    kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial. Melalui konsep,

    peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan

    menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan

    lainnya.

    Untuk menghindari batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep

    yang diteliti, maka dalam hal ini penulis mengemukakan defenisi dari konsep

    yang dipergunakan, yaitu:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit atau pembiayaan modal kerja

    atau investasi kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi

    (UMKMK) di bidang usaha produktif dan layak namun belum bankable

    dengan pemberian melalui pola langsung, secara tidak langsung dengan cara

    executing/channeling dan KUR tersebut dijamin oleh Perusahaan Penjamin.

    2. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

    badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria: memiliki kekayaan bersih

    paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk

    tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan paling

    banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Sedangkan Usaha Kecil

    adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

    perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

    bukan cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai atau menjadi bagian baik

    langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar

    yang memenuhi kriteria : memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp

    50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

    500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

    tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp

    300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

    2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

    3. Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil adalah upaya yang dilakukan

    untuk membantu usaha kecil dalam mengatasi kelemahan-kelemahan yang

    Universitas Sumatera Utara

  • dimiliki guna meningkatkan atau mengembangkan usaha sehingga dapat

    meningkatkan pendapatan yang diperoleh.

    1.8 Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

    bagaimana cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional

    adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel

    (Singarimbun, 1995:46). Definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang

    sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan

    operasionalisasi dari suatu penelitian. Sedangkan indikator adalah fakta-fakta,

    kejadian yang digunakan untuk mengukur suatu variabel.

    Adapun indikator-indikator yang dapat mengukur variabel-variabel tersebut

    antara lain, adalah:

    a. Variabel bebas (X) yaitu Kredit Usaha Rakyat, yang dapat diukur melalui

    indikator:

    1. Kemudahan dalam memperoleh Kredit Usaha Rakyat,

    2. Sosialisasi oleh petugas Bank mengenai Kredit Usaha Rakyat,

    3. Ketepatan penggunaan Kredit Usaha Rakyat ,

    4. Pengawasan dari petugas Bank terhadap pedagang yang menerima

    kredit mengetahui sampai sejauh mana Kredit Usaha Rakyat mampu

    membantu meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja UMK.

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Variabel terikat (Y) yaitu pengembangan Usaha Kecil dan Menengah, yang

    dapat diukur melalui indikator:

    1. Peningkatan produktivitas dan omset,

    2. Pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan dan

    pengarahan dalam mengembangkan usaha,

    3. Membantu UMK dalam menjalankan usaha.

    1.9 Sistematika Penulisan

    Adapun sistematika penulisan ini ditulis dalam enam bab, yang terdiri

    dari:

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah,

    tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis,

    definisi konsep, definisi operasional dan sistematika penulisan.

    BAB II : METODE PENELITIAN

    Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

    sampel, teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor dan

    teknik analisis data.

    BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

    Bab ini memuat gambaran umum atau karakteristik lokasi

    penelitian.

    BAB IV : PENYAJIAN DATA

    Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan

    atau berupa dokumen-dokumen yang akan diteliti.

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB V : ANALISIS DATA

    Bab ini memuat pembahasan dari data-data yang telah diperoleh

    kemudian diinterprestasikan dengan menggunakan korelasi

    hubungan antar variabel.

    BAB VI : PENUTUP

    Bab ini memuat kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil

    penelitian.

    Universitas Sumatera Utara