ulasan terhadap jurnal penelitian humaniora 1

Upload: puspa-indah

Post on 15-Jul-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Ulasan terhadap Jurnal Penelitian Humaniora, Edisi Khusus, Juni 2006: 6483 yang berjudul Sastra Anak sebagai Wahana dan Pengasuhan Ideologi: Sebuah Kajian Wacana karya Riyadi Santosa, Djatmika, dan Fitrian Akhamerti Primasita

Oleh Ida Rohana NIM 20102506076

1.

Judul Judul penelitian yang dimuat dalam Jurnal penelitian Humaniora, Edisi Khusus, Juni

2006:64-83, menurut penulis sangat menarik, karena dari judul tersebut sudah menyiratkan bahwa melalui sastra anak atau cerita yang ditujukan kepada sebuah pengenalan ataupun pengasuhan sebuah ideologi dapat dilakukan. Kalaupun hal itu dilaksanakan berarti sebuah kajian atau sebuah analisis terhadap sebuah wacana sedini mungkin sudah dapat dilakukan.

2.

Pendahuluan Pada bagian pendahuluan dijelaskan bahwa bacaan anak mempunyai genre yang

bermacam-macam, misalnya naratif, rekon, dan lain sebagainya. Setiap genre tersebut mempunyai register (bahasa yang sedang digunakan), mulai dari pilihan kata, tata bahasa, kohesi, dan struktur teks, yang berbeda-beda. Sementara itu, peran genre dan register dalam merealisasikan suatu nilai budaya atau ideologi sangat dominan. Sejauh mana dominannya serta bagaimana bentuk dan maknanya dalam buku cerita itu, penelitian ini akan menjadikan dua hal tersebut sebagai topik bahasan utama. Adapun pendekatan yang dipergunakan dalam analisis pada penelitian ini ialah dengan systemic functional grammar dengan memfokuskan pada kajian genre, register, dan ideologi yang dikonfigurasikan dalam buku-buku cerita anak. Menurut Gerot dan Wignell (dikutip Lukmana http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/6%20iwa %20lukmana.pdf, diunduh 22 September 2011), systemic functional grammar (SFG) adalah teori tata bahasa yang berbasis makna. SFG bergerak jauh dengan mengaitkan berbagai fenomena yang dalam tatabahasa tradisional/formal dianggap hanya bernuansa struktural1

dengan berbagai dimensi makna yang terkandung dalam teks, yaitu makna ideational, interpersonal, dan tekstual. Makna ideational merujuk pada apa yang terjadi (field) dan dianalisis lewat transitivitas yang mencakup proses, partisipan, dan keadaan. Makna interpersonal mengacu pada hubungan sosial (tenor) di antara para pelaku komunikasi, yang dapat teridentifikasi lewat realisasi mood. Makna tekstual menyangkut mode dari sebuah discourse, seperti apakah sebuah discourse direalisasikan secara lisan atau tulisan. SFG dapat dikatakan sebagai awal dari munculnya satu aliran dalam analisis wacana yang dikenal sebagai critical discourse analysis (CDA). Dilihat dari sisi kesejarahannya, CDA merupakan kelanjutan atau bahkan bagian dari discourse analysis analisis wacana. Kajian discourse analysis begitu luas baik dari segi cakupannya, metodologinya, maupun pemaknaannya (lihat Pennycook 1994; Schiffrin 1994). CDA mempunyai ciri yang berbeda dari analisis discourse yang bersifat non-kritis. Analisis discourse yang non-kritis cenderung hanya mendeskripsikan struktur dari sebuah discourse, seperti aspek koherensi dan kohesivitasnya. Sementara itu CDA bertindak lebih jauh, di antaranya dengan menggali alasan-alasan mengapa sebuah discourse memiliki struktur tertentu, yang pada akhirnya akan berujung pada analisis hubungan sosial antara pihak-pihak yang terlibat dalam produksi discourse. Pada bagian pendahuluan jurnal ini dijelaskan pula bahwa penngenalan dan pengasuhan ideologi itu tentu saja akan dilakukan dengan cara mengeksploitasi bahasa. Sementara itu, aspek kebahasaan yang dapat dikaji untuk melihat bagaimana sebuah teks, dalam hal ini buku cerita mentransfer ideologi yang berlaku dalam sebuah masyarakat kepada anak-anak sebagai target pembaca buku itu adalah struktur genre dan konfigurasi register. Oleh karena itu, fokus kajian dan analisis penelitian tersebut melihat genre dan konfigurasi register dari buku-buku cerita yang menjadi data penelitian untuk melihat bagaimanakah bahasa dieksploitasi untuk melangsungkan pengenalan dan pengasuhan ideologi terhadap anak-anak melalui buku cerita. Dalam jurnal ini djelaskan pula mengenai genre pendapat Halliday dan Hasan (1985), yang didefiniskan sebagai suatu makna yang diperoleh dari bahasa yang sedang menegerjakan pekerjaan di dalam suatu konfigurasi kontekstual dikenal dengan istilah genrespecific semantik potential karena mempunayai potensi struktur generic yang melekat pada teks tersebut, sekaligus menjadi ciri tertentu teks itu yang membedakan antara teks yang satu dengan teks yang lainnya. PSG merupakan struktur wajib yang dimiliki oleh sebuah teks yang dapat digunakan untuk menentukan genrenya. Karena sifatnya yang wajib ini, setiap2

genre yang sama bisa bervariasi pada struktur teksnya karena struktur teks bervariasi menurut konteks situasinya sehingga memungkinkan elemen opsional atau pilihan yang berbeda-beda. Dalam pendahuluan pada jurnal ini juga dijelaskan pula pendapat Martin (1992) yang melihat ideologi pertama,secara statis atau sinoptis. Kedua, ideologi dinamis untuk melihat hubungan hegemoni kekuasaan dengan genre yang digunakan. Lebih lanjut, pada bagian pendahuluan dijelaskan pula mengenai register yang merupakan konsep semantik yang dihasilkan dari suatu konfigurasi makna atau konfigurasi kontekstual antara: medan, pelibat, dan sarana di dalan konteks situasi tertentu. Berkaitan dengan analisis percakapan, Levinson (1986) melihat percakapan mempunyai 3 aspek sentral di dalamnya. Pertama percakapan, mempunyai overall organization atau tata organisasi, yang terdiri dari opening, body, dan closing. Kedua, percakapan mempunyai struktur turn-taking atau giliran berbicara. Ketiga, percakapan mempunyai struktur adjacency pairs atau pasangan mesra. 3. Metode Penelitian Dalam jurnal penelitian ini dijelaskan bahwa sumber penelitian adalah karya sastra anak dalam bentuk cerita yang ditulis oleh orang Indonesia dan diterbitkan oleh penerbit di Indonesia Data penelitiannya berupa struktur teks, kohesi, dan leksikogramatika buku cerita anak tersebut. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling purposiv. Menurut Sugiyono (2010;1240) sampling purposiv adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria sumber data yang diambil adalah 1. buku cerita anak-anak berbahasa Indonesia, 2. ditulis oleh penulis Indonesia, 3. diterbitkan oleh penerbit yang ada di Indonesia, dan 4. ditujukan untuk kalangan pembaca anak-anak berusia 2-10 tahun. Menurut penulis, penentuan teknik sampling yang digunakan cukup tepat karena kriteria sumber data telah ditentukan oleh peneliti sebelum meneliti dengan beberapa kriteria. 4. Hasil dan Pembahasan Genre Berdasarkan genrenya, dari 4 jenis buku cerita tersebut,dapat diklasifikasikan menjadi 3 genre, yaitu naratif, rekon (murni, dengan prosedur, dengan eksposisi, dan dengan3

eksplanasi, dan report. Genre naratif buku cerita anak ini umumnya memiliki pentahapan: orientasi, komplikasi, dan resolusi. Sementara itu, genre rekon, umumnya mempunyai unsur wajib orientasi dan diikuti dengan kejadian detil. Jika ada unsur lain, seperti eksplanasi, prosedur, dan eksposisinya itu memang merupakan bagian dari kejadian di dalam rekon tersebut. Di pihak lain, genre report, tampaknya memang digunakan oleh penulisnya untuk mengenalkan makanan, hewan, dan perilakunya. Oleh karena itu, isi genre tersebut hanya terdiri dari deskripsi mengenai makanan dan hewan.

Register Buku Cerita Register adalah suatu variasi bahasa yang dipengaruhi oleh konteks situasi dan konteks budaya atau genrenya. Adapun sebagai gambaran, register yang dieksploitasi dalam buku cerita anak dapat dicontohkan dalam genre naratif yang mempunyai karakteristik berikut.

a.

Struktur Teks Struktur teks genre naratif dalam buku bacaan anak umumnya berupa: orientasi,

komplikasi, dan resolusi. Akan tetapi, ada beberapa buku yang menggunakan evaluasi. Tidak adanya evaluasi ini kemungkinan disebabkan adanya unsur kesengajaan bisa jadi karena ketidaktahuan penulisnya. Akan tetapi, menurut Martin (1992), tidak adanya evaluasi dalam naratif tidak mengganggu atau tidak mengubah genre naratif karena unsur ini sifatnya hanya opsional atau pilihan.

b.

Kohesi Kohesi di dalam genre naratif dalam buku cerita itu mempunyai variasi yang sangat

lengkap, baik kohesi gramatikal maupun leksikal.

c. Leksikogramatika4

1.

Transivitas Di dalam tatabahasa SFL terdapat 6 jenis proses, yaitu materi, mental, verbal, perilaku

(verbal dan mental), relasional, dan eksistensial. 2. Mood: Proposisi dan Proposal

Proposisi Di pagi hari, tampaklah empat bebek kecil yang cantik dan lincah: Lini, Tini, Wini, dan Dini.

Proposal -Lihatlah mereka sudah berada di tengah danau.

3. Struktur Tema 4. Klausa: Simpleks dan Kompleks 5. Kelompok Nomina Simpleks dan Kompleks 6. Lexis Deskriptif Atitudinal 7. Reported Speech 8. Adjacent Pairs

Dukungan Genre dan Register dalam Pengenalan Ideologi Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa nilai ideologis dapat dikategorikan menjadi tiga tipe berdasarkan tempat anak bersosialisasi, yaitu nilai sosial rumah tangga, nilai sosial, lingkungan sosial, dan nilai sosial sekolah. Dalam buku cerita tersebut, ada dua cara pengenalan yang digunakan para penulis untuk memperkenalkan nilai-nilai tersebut, yaitu menggunakan teknik satu sisi dan dan dua sisi. Adapun yang dimaksud satu arah ialah bahwa para penulis memperkenalkan nilai-nilai ideologis melalui interaksi sosial para tkoh tanpa ada5

tantangan terhadap nilai-nilai tersebut. Adapun teknik penyajian dua arah ialah suatu cara pengenalan ideologi oleh penulisnya disertai dengan tantangan melalui alur cerita dan tokohtokohnya. Dalam teknik ini, nilai ideologis, misalnya takhayul sandekala atau candekala, mendapat tantangan baik secara verbal bahwa sandekala itu tidak benar dan melalui perilaku fisik untuk membuktikan adanya sandekala. Dengan demikian, nilai takhayul tersebut dilihat dari sisi setuju dan tidak setuju atau diskusi di dalam cerita tersebut secara du sisi. Contoh buku cerita yang seprti ini dengan teknik penyajian dua sisi tidak begitu banyak, yaitu sekitar 28 buku cerita.

Dukungan Genre terhadap Pengenalan dan Pengasuhan Ideologi Genre yang paling tepat untuk memperkenalkan nilai-nilai ideologis kepada anak ialah genre naratif dengan teknik penyajian dua sisi. Adapun genre rekon yang hanya terdiri dari pentahapan orientasi dan detil kejadian kurang memberikan alasan yang jelas mengapa suatu ideologis itu baik atau buruk. Genre report pun semakin kurang bisa digunakan untuk memperkenalkan nilai-nilai ideologis. Kalaupun bisa itu nanti merupakan hasil interpretasi berikutnya, pada hakikatnya genre report hanya digunakan untuk memperkenalkan suatu makhluk hidup atau benda mati, jenisnya termasuk apa, dan gambaran bagian-bagiannya.

Dukungan Register terhadap Pengenalan dan Pengasuhan Ideologi Dukungan register menjadi sangat penting karena seluruh nilai ideologis dan genrenya selalu direalisasikan pada registernya. 1. Struktur Teks Dukungan struktur teks sangat penting karena melalui struktur teks, penahapan genre direalisasikan dan berarti nilai-nilai ideologis akan kelihatan melalui struktur teksnya. Di dalam penelitian ini, banyak genre yang tidak dimulai dengan opening atau pembukaan. Misalnya rekon tanpa orientas, dan report tanpa pembuka definisi. Hal ini menyulitkan anak untuk menangkap nilai-nilai dengan baik karena hanya dengan struktur teks yang baik unsurunsur wajib dalam genre akan muncul.

6

2.

Kohesi Kohesi memang bergantung pada target pembaca. Misalnya, di beberapa buku untuk

target pembaca balita kohesi tidak muncul lengkap. Misalnya, subtitusi dan hiponim sering tidak muncul karena balita masih belum bisa memahami subtitusi dan hiponim tersebut.

3. Leksikogramatika a. Transitivitas b. Mood c. Tema d. Klausa, kelompok nomina, dan leiksis e. Reported speech dan Adjacency Pairs

Ideologi dalam Sastra Anak atau Cerita Anak Ideologi yang terkandung dalam buku cerita anak dalam penelitiana ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu antagonis kanan dan protagonist kanan. Cerita yang termasuk berideologi antagonis kanan ialah buku cerita dengan penyajian satu sisi. Cerita yang termasuk berideologis kanan adalah cerita dengan penyajian dua sisi, artinya nilai cultural atau ideologis dalam ceritanya disajikan secara dua pihak. Satu pihak ada tokoh yang mendukung nilai itu dan lain pihak menantang nilai tersebut untuk berubah walaupun pada akhirnya cerita itu diakhiri dengan nilai-nilai lama yang didukung umum.

5.

Simpulan Genre di dalam buku cerita anak ini terdiri dari tiga, yaitu genre naratif, rekon, dan

report. Genre naratif merupakan genre yang dominan karena terdiri dari 111 cerita dengan penahapan, komplikasi, dan resolusi. Genre rekon hanya terdapat 21 dengan struktur orientasi dan detil kejadian. Ada beberapa yang tidak menggunakan orientasi secara jekas dan hanya satu genre report tanpa definisi, hanya detil deskripsi.7

Buku cerita untuk anak SD 46 bergaya antara lisan dan tulis, gaya bahasa buku cerita untuk SD kelas 13 bergaya cenderung lisan. Sementara itu, ada tiga jenis nilai cultural ideologis, yaitu nilai sosial rumah tangga, nilai sosial lingkungan, dan nilai sosial sekolah yang terdiri dari 45 macam nilai-nilai sosial yang lebih detil. Peranan genre dan register dalam pengenalan dan pengasuhan kepada anak menjadi sangat penting. Selain itu, ada dua macam ideologi di dalam buku cerita dalam penelitian, yaitu antagonis kanan dan protagonis kanan. Buku cerita yang berhaluan antagonis kanan adalah cerita-cerita yang menggunakan penyajian dua sisi.

6. Ulasan/Komentar 6.1 Kelengkapan Pada bagian pendahuluan dijelaskan secara jelas mengenai buku bacaan anak yang mempunyai genre yang bermacam-macam, pendekatan yang digunakan berupa systemic functional grammar yang memfokuskan pada kajian genre, register, dan ideologi yang dikonfigurasikan dalam buku-buku cerita anak-anak, pengenalan dan pengasuhan ideologi yang dilakukan dengan cara mengeksploitasi bahasa, dan register bahasa.

6.2

Keseimbangan Isi Keseimbangan isi dalam jurnal penelitian ini menurut penulis sudah cukup memadai

karena terdapat bagian-bagian yang berupa pendahuluan, metode penelitian, hasil dan pembahasan, dan simpulan.

6.3 Ketepatan Metodologi Secara tersurat tidak dijelaskan metode apa yang digunakan karena penulis jurnal hanya menjelaskan bahwa pendekatan yang digunakan untuk menganalisis adalah systemic functional grammar dengan memfokuskan pada kajian genre, register, dan ideologi yang dikonfigurasikan dalam buku cerita anak yang dijelaskan pada bagian pendahuluan. Pada8

bagian metode dijelaskan sumber data penelitian adalah karya sastra anak dalam buku cerita anak. Adapun teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling purposive. Menurut penulis, metodologi yang digunakan penulis jurnal sudah cukup tepat karena sudah sesuai dengan materi yang akan dianalisis.

6.4

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan dari 4 jenis buku cerita dapat

diklasifikasikan menjadi 3 genre, yaitu naratif, rekon (murni, dengan prosedur, dengan eksposisi, dan dengan eksplanasi), dan report. Adapun pengenalan ideologi, yaitu menggunakan teknik satu sisi atau arah dan dua sisi atau arah. Genre yang paling tepat untuk memperkenalkan nilai-nila ideologis kepada anak ialah genre naratif dengan teknik penyajian dua sisi.

6.5 Kesesuaian Simpulan dengan Masalah/Tujuan dan Hasil Penelitian

Simpulan hasil penelitian sudah baik dan berhubungan dengan masalah/tujuan dan hasil penelitian.

Sumber Rujukan: Lukmana, Iwa. Analisis Bahasa untuk Kajian Sosial: Pemaknaan Kritis terhadap Praktek Berwacana sebagai Praktek Sosial. Univesitas Pendidikan Indonesi. I (http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/6%20iwa%20lukmana.pdf, diunduh 22 September 2011).

9