ukm
DESCRIPTION
public healthTRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Puskesmas(2)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat dapat diuraikan sebagai berikut :
2.1.1 Pengertian(2)
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.
1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan
di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan Kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang optimal.
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kesehatan Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuain dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu
puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau
5
RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional
bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan/Kota.
2.1.2 Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan
yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat yang
hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.(2)
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapi mencakup 4 indikator
utama yakni:(2)
a. Lingkungan sehat
b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada
visi pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya
Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat
serta wilayah kecamatan setempat.(2)
2.1.3 Misi(2)
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendunkung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional
Misi tersebut adalah:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatn di wilayah
kerjanya. Puskesmas akan selalu mengerakkan pembangunan sektor
lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan
aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap
lingkungan dan perilaku masyarakat.
6
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap
keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya
makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan
pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup
sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan standart dan memuaskan
masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau
oleh seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan
menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai.
Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan
puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang
bersangkutan.
2.1.4 Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas
agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat 2015.(2)
2.1.5 Fungsi Puskesmas(2)
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
7
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan
dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan
melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan,
upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan
dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya
masyarakat setempat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehjatan tingkat pertama yang menjadi
tanggung jawab puskesmas meliputi :
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit
dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara meningkatkan
8
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.
2.2 Upaya Kesehatan Puskesmas(2)
Di dalam puskesmas terdapat upaya-upaya yang dilakukan, baik
dengan sasaran individu maupun kelompok masyarakat, upaya-upaya
kesehatan puskesmas dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Upaya kesehatan wajib
Upaya kesehatan wajib adalah upaya yang ditetapkan berdasrkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang
ada di wilayah Indonesia, yang termasuk di dalam upaya kesehatan wajib
diantaranya adalah:
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
2. Upaya kesehatan pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya
kesehatan pengembangan dipilih dari upaya kesehatan pokok puskesmas
yang telah ada, yaitu:
a. Upaya kesehatan sekolah
b. Upaya kesehatan olahraga
c. Upaya keperawatan kesehatan masyarakat
d. Upaya kesehatan kerja
9
e. Upaya kesehatan gigi dan mulut
f. Upaya kesehatan jiwa
g. Upaya kesehatan mata
h. Upaya kesehatan usia lanjut
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional
2.3 Sekilas Profil Puskesmas Nelayan Tahun 2012
2.3.1 Visi dan Misi Puskesmas Nelayan
2.3.1.1 Visi :
Terwujudnya pelayanan kesehatan dasar yang ramah, profesional
dan partisipatif untuk mencapai masyarakat sehat.(5)
2.3.1.2 Misi :(5)
Mewujudkan pelayanan kesehatan yang ramah, profesional, dan
partisipatif untuk mencapai masyarakat sehat di wilayah Puskesmas
Nelayan
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau dalam bentuk kesehatan promotif, preventif dan kuratif.
Membangun citra pelayanan dengan memperlakukan pengguna
layanan sebagai pusat perhatian.
Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.
Meningkatkan kualitas SDM dengan Diklat.
2.3.2 Geografis dan demografi(5)
UPT PUSKESMAS Nelayan adalah salah satu dari 32 puskesmas
yang ada di kabupaten gresik.
Terletak di wilayah kecamatan Gresik.
Di Kecamatan Gresik ada 3 puskesmas, yaitu Puskesmas Nelayan,
Puskesmas Alun-alun, dan Puskesmas Industri.
10
Data Wilayah(5)
1. LUAS WILAYAH : 1,79461 km2
Wilayah Dat. Rendah : 100 %
Wilayah Dat. Tinggi : 0 %
2. BATAS WILAYAH
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Wilayah Puskesmas Aloon-Aloon
Sebelah Selatan : Wilayah Puskesmas Industri
Sebelah Barat : Wilayah Puskesmas Manyar
3. JUMLAH DESA : 4
Tlogopojok
Sukodono
Lumpur
Karang Turi
LAKI-LAKI Umur PEREMPUAN
576 >59 th 651
465 55-58 th 479
646 50-54 th 660
662 45-49 th 688
701 40-44 th 712
747 35-38 th 755
814 30-34 th 815
838 25-29 th 862
868 20-24 th 895
986 15-19 th 1008
920 10-14 th 941
861 5-9 th 857
804 0-4 th 831
11
I 0 0
I
1200 1200
4. DATA KEPENDUDUKAN(5)
• Jumlah penduduk : 21.322 Jiwa
• Jumlah Kepala Keluarga : 4.730 KK
• Jumlah Keluarga Miskin : 1.693 Jiwa
• Jumlah Bayi ( < 1 tahun ) : 704 bayi
• Jumlah Anak Balita ( 1-4 tahun ) : 1.747 anak
• Jumlah Anak Pra Sekolah ( 5-6 tahun ) : 760 anak
• Jumlah Wanita Usia Subur : 6.076 orang
• Jumlah Pasangan Usia Subur : 12.083 orang
• Jumlah ibu hamil : 387 orang
• Jumlah ibu bersalin : 356 orang
• Jumlah ibu nifas : 356 orang
• Jumlah ibu meneteki : 704 orang
• Jumlah Usia Lanjut : 1.228 orang
• Jumlah Usia Pra Lansia : 3.551 orang
5. DATA SOSIAL EKONOMI(5)
Tabel 2.1
Data Pekerjaan Penduduk
Tlogopojok
Sukodono
Lumpur KarangTuri Jumlah
PNS 20 19 42 53 134
TNI Polri 4 1 1 10 16
Swasta 559 97 342 361 1359
Pedagang 68 326 785 903 2082
Pengemudi 42 0 0 0 42
Tukang 46 1 0 13 60
12
Petani 0 0 6 0 6
Pensiunan 0 9 8 9 26
Nelayan 0 0 1782 0 1782
Pengusaha 8 0 0 0 8
Dokter 2 0 4 0 6
Lain-lain 1 180 27 7 215
Jumlah 750 633 2997 1356 5736
1. DATA PENDIDIKAN
Jumlah sekolah
• Taman Kanak-Kanak : 4 buah
• SD / MI : 9 buah
• SLTP / MTs : 2 buah
• SMU / MA : -
• Akademi : -
• Perguruan Tinggi : -
Jumlah murid
• Taman Kanak-Kanak : 495 murid
• SD / MI : 2.596 murid
• SLTP / MTs : 560 murid
• SMU / MA : -
• Akademi : -
• Perguruan Tinggi : -
2.3.3 Data Khusus(5)
1. DERAJAT KESEHATAN
• Jumlah Kematian Ibu : 0 orang
• Jumlah Kematian Perinatal : 0 orang
• Jumlah Kematian Neonatal : 0 orang
• Jumlah Lahir Mati : -
• Jumlah Lahir Hidup : 423 orang
• Jumlah Kematian Bayi : 3 bayi
13
• Jumlah Kematian Balita : 2 anak
• Jumlah Kematian semua Umur : 154 orang
2. KETENAGAAN
• Dokter Spesialis : -
• Dokter Umum : 3 orang
• Dokter Gigi : 2 orang
• Dokter Mahir Jiwa : -
• Apoteker : -
• Sarjana Kesehatan Masy. : 1 orang
• Bidan : 8 orang
• Bidan Desa : 4 orang
• Perawat Kesehatan
SPK : 3 orang
D3 Keperawatan : 8 orang
• Perawat Gigi / Tehniker Gigi : 1 / - orang
• Perwat Mahir Jiwa : -
• Sanitarian / D3 Kesling : 1 / - orang
• Petugas Gizi / S1 Gizi : 1 / - orang
• Asisten Apoteker : 1 orang
• Analis Lab / D3 Lab : 2 / - orang
• Juru imunisasi / Juru Malaria : -
• Tenaga Administrasi : 3 orang
• Sopir / Penjaga : 1 / - orang
• Lain – lain : -
2.4. Air Susu ibu ( ASI )
2.4.1 Definisi ASI
Menurut PP no 33 Pasal 1 ayat 1 air susu ibu yang selanjutnya
disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.(6)
Air susu ibu adalah cairan hidup yang mengandung sel-sel darah putih,
imunoglobulin, enzim dan hormon serta protein spesifik, dan zat gizi lainnya
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.(6)
14
ASI adalah suatu cairan tanpa tanding ciptaan Tuhan yang memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan
penyakit. Keseimbangan zat-zat dalam ASI berada dalam tingkat terbaik dan
air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda.
Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan pertumbuhan sistem saraf.(6)
2.4.2 Definisi ASI Eksklusif
Menurut PP no 33 pasal 1 ayat 2 ASI eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan
atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.(6)
2.4.3 Klasifikasi ASI
2.4.3.1 Kolostrum
Merupakan cairan yang pertama kali di sekresi oleh kelenjar payudara
dengan volume berkisar 150-300 ml/24 jam, mengandung tissue debris dan
residual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar payudara
sebelum dan setelah melahirkan. Kolostrum ini disekresi kelenjar payudara dari
hari ke-1 sampai hari ke-3 atau ke-4 dan komposisi dari kolostrum ini dari hari
ke hari selalu berubah. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan
tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar
(pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus
bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini
menyebabkan bayi yang mendapatkan ASI pada minggu pertama sering
defekasi dan feses berwarna hitam. Kolostrum lebih banyak mengandung
protein dibanding ASI matur, perbedaan dengan ASI matur dimana protein
yang utama adalah kasein di dalam kolostrum yang utama “globulin”, sehinnga
dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.(7)
2.4.3.2 Air Susu Masa Transisi / Susu Awal / Fore Milk
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang
matur. ASI ini disekresi pada hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi.
15
Kadar protein semakin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak
makin tinggi. Volume ASI juga akan meningkat.(7)
Warna ASI ini lebih bening dibanding kolostrum dan susu akhir. Apabila
bayi memperoleh susu awal lebih banyak maka semua kebutuhan akhir akan
terpenuhi, bayi tidak memerlukan air minum selain ASI sebelum berusia 6
bulan, walaupun tinggal di daerah yang beriklim panas. Jika bayi haus diberi
tambahan air minum maka bayi akan kurang memperoleh ASI.(7)
2.4.3.3 Air Susu Matur / Susu Akhir / Hind Milk
Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 sampai seterusnya.
ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan
perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai
dikenakan makanan lain selain ASI. Volumenya 300-800 ml/24 jam. Dalam
susu matur terdapat anti mikrobakterial faktor yaitu (7)
- Antibodi terhadap bakteri dan virus
- Cell ( fagosit, granulosit, makrofag, limfosit T)
- Enzim ( lisosim, laktoperoksida )
- Protein ( laktoferin, B12 binding protein )
- Faktor resisten terhadap staphilococcus
- Komplemen ( C3 dan C4 )
Komposisi ASI antara lain 88,1 % mengandung air, 3.8% lemak, 0,9%
protein, 7,0% laktosa, dan 0,2% zat gizi lain. Salah satu fungsi utama air
adalah untuk mengeluarkan kelebihan bahan-bahan larut melalui air seni. Zat-
zat yang dapat larut ( misalnya sodium, potasium, nitrogen, dan klorida )
disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum
sempurna hingga usia 3 bulan, mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut
lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh
karena ASI mengandung sedikit bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air
sebanyak anak-anak atau orang dewasa.(7)
2.4.4 Volume Produksi ASI
Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi
16
lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus
bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai
usia minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menysusui bayinya
selama 6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu
memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu
menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi
oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.(7)
Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak
yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh
bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit.(7)
Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan
mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang
dilakukan pada beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya
variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24
jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.(8)
Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama
sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya
dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang
berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa
kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI. (8)
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya
dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6
bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi.
Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah
pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan
lemak dalam tubuhnya, yang akan digunakan sebagai salah satu komponen
ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang
terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu
dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang
kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan
akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Di daerah-daerah dimana
17
ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali ditemukan “marasmus” pada bayi-
bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI.(8)
2.4.5 Perbedaan ASI, Susu Sapi dan Susu Formula
Berdasarkan sumber dari Food and Nutrition Boart, National
research Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi
Kolostrum ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel
berikut:(7)
Tabel 2.2. Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi
Zat-zat gizi Kolostrum Asi Susu sapi
Energi (K Cal)
Protein (g)
Kasein/whey
Kasein (mg)
Laktamil bumil (mg)
Laktofein
Ig A (mg)
Laktosa (g)
Lemak (g)
Vitamin
Vit A (mg)
Vit B1 (mg)
Vit B2 (mg)
Asam nikotinmik (mg)
58
2,3
140
218
330
364
5,3
2,9
151
1,9
30
75
70
0,9
1:1,5
187
161
167
142
7,3
4,2
75
14
40
65
3,4
1:1,2
-
-
-
-
4,8
3,9
41
43
1145
18
Vit B6 (mg)
Asam pantotenik
Biotin
Asam folat
Vit B12
Vit C
Vit D (mg)
Vit Z
Vit K (mg)
Mineral
Kalsium (mg)
Klorin (mg)
Tembaga (mg)
Zat besi (ferrum) (mg)
Magnesium (mg)
Fosfor (mg)
Potassium (mg)
Sodium (mg)
Sulfur (mg)
-
183
0,06
0,05
0,05
5,9
-
1,5
-
39
85
40
70
4
14
74
48
22
160
12-15
246
0,6
0,1
0,1
5
0,04
0,25
1,5
35
40
40
100
4
15
57
15
82
64
340
2,8
13
0,6
1,1
0,02
0,07
130
108
14
70
12
1120
145
58
30
Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat
pada tabel 1. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak
19
protein daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan
sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein dalam susu sapi
yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi,
sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian
protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak
dan lebih mudah dicerna serta diserap oleh usus bayi.(7)
Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat
dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat
lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi.(7)
Disamping fungsinya sebagai sumber energi, juga didalam usus
sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam laktat
tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan
juga membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain.(7)
Tabel 2.3 Kandungan ASI, Susu Sapi dan Susu Formula
20
2.4.6 Manfaat ASI (8)
1. ASI merupakan sumber gizi sempurna
ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi. Faktor pembentukan
sel-sel otak terutama DHA dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey
(protein utama dari susu yang berbentuk cair) lebih banyak dari casein
(protein utama dari susu yang berbentuk gumpalan).komposisi ini
menyebabkan ASI mudah diserap oleh bayi.
2. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) yang
didapat dari ibunya melalui plasenta. Tapi, segera setelah bayi lahir kadar
zat ini akan turun cepat sekali. Tubuh bayi baru memproduksi
21
immunoglobulin dalam jumlah yang cukup pada usia 3 - 4 bulan. Saat
kadar immunoglubolin bawaan menurun, sementara produksi sendiri belum
mencukupi, bisa muncul kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Di sinilah
ASI berperan bisa menghilangkan atau setidaknya mengurangi
kesenjangan yang mungkin timbul. ASI mengandung zat kekebalan tubuh
yang mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,
dan jamur. Colostrum (cairan pertama yang mendahului ASI) mengandung
zat immunoglobulin 10 - 17 kali lebih banyak dari ASI.
3. ASI eklusif meningkatkan kecerdasan dan kemandirian anak
Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan
cerdas bila diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan
pertama kehidupannya. Di dalam ASI terdapat beberapa nutrien untuk
pertumbuhan otak bayi di antaranya taurin, yaitu suatu bentuk zat putih
telur khusus, laktosa atau hidrat arang utama dari ASI, dan asam lemak
ikatan panjang - antara lain DHA dan AA yang merupakan asam lemak
utama dari ASI.
Hasil penelitian tahun 1993 terhadap 1.000 bayi prematur
membuktikan, bayi-bayi prematur yang mendapat ASI eksklusif mempunyai
IQ lebih tinggi secara bermakna yaitu 8,3 poin lebih tinggi dibanding bayi
premature yang tidak diberi ASI. Pada penelitian Dr. Riva dkk.
menunjukkan anak-anak usia 9,5 tahun yang ketika bayi mendapat ASI
eksklusif, ditemukan memiliki IQ mencapai 12,9 poin lebih tinggi
dibandingkan anak-anak yang ketika bayi tidak mendapatkan ASI.
4. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Jalinan kasih sayang yang baik adalah landasan terciptanya
keadaan yang disebut secure attachment. Anak yang tumbuh dalam
suasana aman akan menjadi anak yang berkepribadian tangguh,
percaya diri, mandiri, peduli lingkungan dan pandai menempatkan diri.
Bayi yang mendapat ASI secara eksklusif. akan sering dalam dekapan
ibu saat menyusu, mendengar detak jantung ibu, dan gerakan
22
pernapasan ibu yang telah dikenalnya dan juga akan sering merasakan
situasi seperti saat dalam kandungan: terlindung, aman dan tenteram.
2.4.7 Manfaat Menyusui Bagi Ibu
Menyusui memberi keuntungan untuk ibu, karena tidak perlu
mensterilkan botol, tidak perlu membeli susu formula, menakar dan
mencampurnya. Oleh karena menyusui bayi memerlukan ekstra kalori, maka
ibu yang ingin berat badannya kembali seperti semula dapat terbantu.
Menyusui juga merangsang uterus untuk berkontraksi kembali ke ukurannya
semula sebelum hamil sehingga membantu mengurangi perdarahan setelah
melahirkan.(8)
Menyusui ekslusif selama 6 bulan juga akan meningkatkan kadar
antibodi dalam sirkulasi darah ibu sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya
infeksi setelah lahir. Perdarahan post partum berkurang dihubungkan dengan
peningkatan konsentrasi oksitosin. Resiko kanker payudara, kanker ovarium,
dan osteoporosis pasca menopause dilaporkan juga lebih kecil pada ibu
menyusui.(8)
Selama ini dilaporkan bahwa menyusui dapat berperan sebagai satu
cara kontrasepsi, karena selama menyusui ovulasi akan tertekan sehingga
kemungkinan hamil selama menyusui sangat kecil. Ibu tidak akan mengalami
ovulasi.(8)
2.4.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam produksi ASI antara lain: (3)
1. Frekuensi Penyusuan
Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi
hormon dalam kelenjar payudara.
2. Berat Lahir
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI
yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).
23
Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan
lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal
yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin
dalam memproduksi ASI.
3. Umur Kehamilan
Saat melahirkan Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik
ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan
kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap
secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang
lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi
prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum
sempurnanya fungsi organ.
4. Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga
mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI.
Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks
dan nyaman.
5. Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu
hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan
menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat
pelepasan oksitosin.
6. Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu
merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI,
namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin.
7. Pil Kontrasepsi
24
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin
berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI, sebaliknya bila pil
hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap
volume ASI. Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin
untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.
8. Aspek gizi ibu
Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah
intake pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam
penggunaan zat gizi. Perubahan status gizi ibu yang mengubah
komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau negatif terhadap
bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat gizi
dalam ASI dan volume ASI tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis
ASI diambil dari cadangan ibu atau jaringan ibu.
2.4.9 Alasan Tidak Menggunakan Pengganti ASI
Ketika menyusui secara eksklusif tidak lagi menjadi suatu
‘keharusan’, biasanya para ibu dengan mudahnya berpaling pada susu
formula. Oleh karena itu WHO merekomendasikan para ibu untuk
menyusui secara ekslusif selama 6 bulan, melanjutkannya dengan
pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dari bahan-bahan lokal
yang kaya nutrisi sambil tetap memberikan ASI / menyusui sampai anak
berusia 2 tahun atau lebih.(3)
Resiko pemberian susu formula untuk bayi dan anak-anak(1)
1.4.9.1. Meningkatkan resiko asma
Sebuah penelitian di Arizona, Amerika Serikat yang menggunakan
sampel 1.246 bayi sehat menunjukkan hubungan yang kuat antara
menyusui dan gangguan pernafasan pada bayi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak di bawah umur 6 tahun yang tidak
disusui sama sekali, akan memiliki resiko gangguan pernafasan
tiga kali lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang disusui
25
Penelitian pada 2.184 anak yang dilakukan oleh Hospital for Sick
Children di Toronto, Kanada menunjukkan bahwa resiko asma dan
gangguan pernapasan mencapai angka 50% lebih tinggi pada bayi
yang diberi susu formula, dibandingkan dengan bayi yang
mendapatkan ASI sampai dengan usia 9 bulan atau lebih.
Para peneliti di Australia Barat melakukan penelitian terhadap 2602
anak-anak untuk melihat peningkatan resiko asma dan gangguan
pernafasan pada 6 tahun pertama. Anak-anak yang tidak
mendapatkan ASI beresiko 40% lebih tinggi terkena asma dan
gangguan pernafasan dibandingkan dengan anak-anak yang
mendapatkan ASI eksklusif sekurangnya 4 bulan. Para peneliti ini
merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif sekurangnya 4
bulan untuk mengurangi resiko terkena asma dan gangguan
pernafasan
Para ahli melihat pada 29 penelitian terbaru untuk mengevaluasi
dampak ‘melindungi’ terhadap asma dan penyakit pernapasan
atopik lainnya yang diberikan oleh ASI. Setelah menggunakan
kriteria penilaian yang ketat, terdapat 15 penelitian yang memenuhi
persyaratan untuk dievaluasi, dan ke-15 penelitian tersebut
menunjukkan manfaat/efek melindungi yang diberikan oleh ASI dari
resiko asma. Para ahli menyimpulkan, tidak menyusui atau
memberikan ASI pada bayi akan meningkatkan resiko asma dan
penyakit pernafasan atopik
2.4.9.2 Meningkatkan resiko alergi(1)
Anak-anak di Finlandia yang mendapatkan ASI lebih lama memiliki
resiko lebih rendah untuk terkena penyakit atopik, eksim, alergi
makanan dan gangguan pernafasan karena alergi. Pada usia 17
tahun, resiko gangguan pernafasan karena alergi pada mereka
yang tidak mendapatkan ASI (atau mendapat ASI dalam jangka
waktu pendek) adalah 65%, sementara pada mereka yang disusui
lebih lama hanya 42%
26
Bayi yang memiliki riwayat asma/gangguan pernafasan karena
memiliki riwayat alergi dari keluarganya, diteliti untuk penyakit
dermatitis atopik dalam tahun pertama kehidupannya. Menyusui
eksklusif selama tiga bulan pertama diakui dapat melindungi bayi
dari penyakit dermatitis
Pengaruh dari konsumsi harian ibu akan vitamin C dan E pada
komposisi anti-oksidan di ASI sebagai zat yang melindungi bayi dari
kemungkinan terkena penyakit atopik diteliti. Makanan yang
dikonsumsi oleh ibu yang menderita penyakit atopik dipantau
selama 4 hari, kemudian diambil sampel ASI dari ibu yang memiliki
bayi dengan usia 1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsumsi vitamin C sehari-hari pada makanan ibu dapat
meningkatkan kadar vitamin C pada ASI. Semakin tinggi kadar
vitamin C pada ASI dapat menurunkan risiko terkena penyakit
atopik pada bayi
2.4.9.3 Meningkatkan resiko infeksi saluran pernapasan(1)
Anak-anak di Brazil yang tidak disusui/mendapatkan ASI beresiko
16,7 kali lebih tinggi terkena pneumonia dibandingkan anak-anak
yang semasa bayinya disusui secara eksklusif
Untuk menentukan faktor-faktor resiko dalam mendeteksi ISPA
pada balita, sebuah rumah sakit di India membandingkan 201
kasus dengan 311 kunjungan pemeriksaan. Menyusui adalah salah
satu dari sekian faktor yang dapat menurunkan tingkat risiko ISPA
pada balita
Beberapa sumber yang digunakan untuk meneliti hubungan antara
menyusui dan resiko ISPA pada bayi yang lahir cukup bulan.
Analisis dari data-data yang diteliti menunjukkan pada negara-
negara berkembang, bayi yang diberikan susu formula mengalami
3 kali lebih sering gangguan pernafasan yang membutuhkan
perawatan intensif di rumah sakit, dibandingkan dengan bayi yang
diberikan ASI eksklusif selama 4 bulan atau lebih
27
2.4.9.4 Meningkatkan resiko infeksi dari susu formula yang
terkontaminasi(1)
Pada kasus tercemarnya susu formula dengan Enterobacter
Sakazakii di Belgia, ditemukan 12 bayi yang menderita Necrotizing
Enetrocolitis (NEC) dan 2 bayi yang meninggal setelah
mengkonsumsi susu formula yang tercemar bakteri tersebut
Sebuah kasus di Amerika Serikat menyebutkan bahwa seorang
bayi berusia 20 hari meninggal dunia karena menderita panas,
tachyardia¸dan mengalami penurunan fungsi pembuluh darah
setelah diberikan susu formula yang tercemar bakteri E-Sakazakii
di NICU
2.4.9.5 Meningkatkan infeksi saluran pencernaan(1)
Tujuh ratus tujuh puluh enam bayi dari New Brunswick, Kanada,
diteliti untuk mengetahui hubungan antara pernapasan dan
penyakit gastrointestinal dengan menyusui selama enam bulan
pertama kehidupan. Meskipun angka pemberian ASI ekslusif
rendah, hasil menunjukkan efek perlindungan yang signifikan
terhadap total penyakit selama enam bulan pertama
kehidupan. Bagi mereka yang disusui ASI , insidensi infeksi
gastrointestinal adalah 47 per persen lebih rendah; tingkat penyakit
pernapasan adalah 34 persen lebih rendah daripada mereka yang
tidak disusui.
Perbandingan antara bayi yang menerima ASI terutama selama 12
bulan pertama kehidupan dan bayi yang secara eksklusif diberikan
susu formula atau disusui ASI selama selama tiga bulan atau
kurang, menemukan bahwa penyakit diare dua kali lebih tinggi
untuk bayi yang diberikan susu formula dibandingkan mereka yang
disusui ASI.
Dukungan menyusui di Belarus secara signifikan mengurangi
insiden infeksi gastrointestinal sampai dengan 40 persen
28
2.4.10 Cara Perawatan Payudara
Perawatan payudara dilakukan 2x sehari sebelum mandi. Berikut ini
adalah langkah-langkah perawatan payudara yang baik dan benar: (3)
1. Sediakan alat-alat sebagai berikut : handuk, kapas, minyak kelapa, bedak
talk dan dua waskom, masing-masing berisi air hangat dan air dingin.
2. Oleskan minyak kelapa ke payudara dengan kapas. Dengan kedua tangan
urutlah kedua payudara yaitu dari tengah ke samping kemudian ke
bawah, dari tengah ke samping kemudian ke bawah, dari tengah ke
samping kemudian ke bawah, kemudian dari pangkal payudara ke arah
putting susu.
3. Ketuk-ketuklah sekeliling puting dengan ujung-ujung ruas jari.
4. Tarik-tariklah puting susu keluar, terutama kalau putting susu kecil dan
letaknya masuk ke dalam agar terbentuk puting susu sehingga
memudahkan bayi untuk menyusui
5. Mandikanlah payudara dengan air hangat, kemudian dengan air dingin
berganti-ganti beberapa kali. Keringkanlah dengan handuk bersih bila
perlu beri bedak talk.
6. Pakailah kutang atau BH yang sesuai besarnya dengan pertumbuhan
payudara. Ingat jangan bersihkan puting dengan sabun atau alkohol
karena menyebabkan puting lecet/sakit.
Langkah-langkah pengurutan payudara diatas tampak pada gambar
dibawah ini:
29
Gambar 2.1 Pengurutan buah dada dari tengah ke samping kemudian ke
bawah(3)
Gambar 2.2 Pengurutan buah dada berputar dari tengah ke samping
kemudian ke atas3)
Gambar 2.3 Pengurutan buah dada berputar dari tengah ke samping
kemudian ke bawah(3)
30
Gambar 2.4 Pengurutan buah dada dari pangkal ke puting(3)
2.4.11 Cara menyusui yang baik dan benar
Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusui : (3)
1. Posisi badan ibu dan badan bayi
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang
tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
1) Ibu duduk, berdiri atau berbaring santai.
2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.
3) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.
4) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah
payudara ibu.
5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
6) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam
satu garis dengan leher dan lengan bayi.
7) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan
pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam
Gambar 2.5 Posisi menyusui sambil berdiri yang benar(3)
31
Gambar 2.6 Posisi menyusui sambil duduk yang benar(3)
Gambar 2.7 Posisi menyusui sambil rebahan yang benar(3)
2. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu(3)
1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain
menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara
dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), di belakang
areola (kalang payudara).
2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex)
dengan cara:
(1) Menyentuh pipi dengan puting susu.
32
(2) Menyentuhkan sisi mulut bayi dengan putting susu
3) Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar
dan lidah ke bawah.
4) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara
menekan bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala.
5) Posisikan putting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-
hadapan dengan hidung bayi.
6) Kemudian masukkan putting susu ibu menelusuri langit-langit mulut
bayi.
7) Usahakan sebag ian besar areola (kalang payudara) masuk ke
mulut bayi, sehingga putting susu berada diantara pertemuan
langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang
lunak (palatum molle).
8) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan
gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus latiferus
yang terletak dibawah kalang payudara.
9) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan
hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas.
Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari
payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-
elus bayi.
33
Gambar 2.8 Cara memegang payudara(3)
Gambar 2.9 Cara merangsang mulut bayi(3)
Gambar 2.10 Perlekatan benar(3)
3. Tanda-tanda posisi menyusui yang benar(3)
1) Tubuh bagian depan bayi menepel pada tubuh ibu.
2) Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
34
3) Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar
payudara (payudara bagian bawah)
4) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan
bayi.
5) Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka.
6) Sebagian besar areola tidak tampak.
7) Bayi menghisap dalam dan perlahan dan diberi jeda untuk bayi
bernafas.
8) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu.
9) Terkadang terdengar suara bayi bernafas.
10) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet.
Gambar 2.11 Teknik menyusui yang benar(3)
1. Tanda-tanda posisi menyusu yang salah(3)
1) Mulut tidak terbuka lebar, dagu tidak menempel pada payudara.
2) Dada bayi tidak menempel pada dada ibu, sehingga leher bayi
terputar.
3) Sebagian besar daerah areola masih terlihat.
4) Bayi menghisap sebentar-bentar.
5) Bayi tetap gelisah pada akhir menyusu.
35
6) Kadang-kadang bayi minum berjam-jam.
7) Puting ibu lecet dan sakit.
Gambar 2.12 Perlekatan salah(3)
2.4.12 Lama dan frekuensi menyusui
Waktu atau lama menyusui tidak perlu dibatasi dan frekuensi tidak
perlu dijadwal. Susuiah sesuai kebutuhan bayi biasanya 8-10 kali sehari,
termasuk menyusui waktu malam hari.(3)
2.4.13 Cara menghentikan bayi menyusu
Apabila bayi selesai disusui tapi mulutnya masih melekat pada putting
susu ibu, maka ibu dapat menekan sudut mulut bayi dengan jari atau tekan
dagu bayi dan bayi akan melepas putting dengan perlahan.(3)
2.4.14 Cara menyendawakan bayi
Letakkan bayi tegak lurus pada bahu dan topang kepala bayi atau
letakkan bayi pada pangkuan ibu dan perlahan-lahan diusap belakangnya
sampai bersendawa. Kalau bayi sudah tertidur baringkan miring ke kanan
atau tengkurap. Udara akan keluar dengan sendirinya.(3)
36
Gambar 2.13 Menyendawakan dengan meletakkan bayi pada bahu ibu(3)
Gambar 2.14 Menyendawakan dengan meletakkan bayi tengkurap pada
pangkuan ibu.(3)
2.4.15 Cara mengosongkan payudara
Menurut Depkes, 2005 langkah-langkah mengosongkan payudara
adalah sebagai berikut: (3)
1. Mengosongkan payudara secara manual (dengan tangan atau dengan
pompa ASI)
2. Menyiapkan perlengkapan untuk mengeluarkan ASI
1) Sediakan cangkir, gelas dengan mulut culup lebar.
2) Cuci cangkir, gelas dengan air dan sabun dan keringkan.
3) Rendam cangkir, gelas pada air mendidih.
4) Gelas diangkat apabila pada saat akan mengeluarkan ASI.
37
3. Mengeluarkan ASI(3)
1) Cuci tangan ibu sehinga bersih.
2) Duduk dengan santai dan pegang mangkok dekat payudara ibu.
3) Letakkan jari jempol diatas areola di bawah puting pada bagian
berlawanan.
4) Tekan jempol dan ibu jari ke arah pangkal payudara.
5) Tekan bagian areola di sekitar puting, tekan dan lepas, tekan dan lepas.
6) Ubah posisi jari-jari pada areola dan tekan dengan cara yang sama.
7) Keluarkan ASI dari payudara yang satu selama sekurang-kurangnya 3-5
menit sampai ASI berkurang, kemudian ulangi pada payudara lainnya.
8) Jangan menekan pada putting, karena tidak akan mengeluarkan ASI
Pengeluaran ASI memakan waktu 20-30 menit
Gambar 2.15 Mengosongkan payudara dengan tangan(3)
2.4.16 Cara menyimpan ASI di rumah dan di tempat kerja
Menurut Depkes, 2001 cara menyimpan ASI di rumah adalah sebagai
berikut: (6)
1. ASI yang disimpan di udara kamar/luar akan tahan 6 – 8 jam pada suhu
26° C atau lebih rendah.
38
2. ASI yang disimpan di dalam termos berisi es batu tahan 24 jam.
3. ASI yang disimpan di lemari es di tempat buah dibagian paling dalam
dimana tempat terdingin tahan 2 – 3 x 24 jam (4°C atau lebih rendah)
4. ASI yang disimpan di freezer yakni lemari es dengan satu pintu, tahan 2
minggu.
5. ASI yang disimpan di freezer yang mempunyai pintu terpisah sendiri,
tahan 3 bulan.
6. ASI yang disimpan di deep freezer (-18°C atau lebih rendah) akan tahan
6–12 bulan
Sebelum diminumkan dengan sendok atau gelas plastik, ASI dapat
dihangatkan didalam mangkok berisi air hangat. Jangan dihangatkan di atas
api karena beberapa zat kekebalan dan enzim dapat berkurang.(6)
2.4.17 Hambatan Menyusui dan Cara Mengatasi
Berikut ini adalah hambatan dalam menyusui dan cara mengatasinya(1)
1. Puting susu datar/terbenam.
Puting susu ditarik-tarik sampai menonjol, kalau perlu dengan bantuan
pompa susu.
2. Puting lecet dan nyeri.
Hal ini disebabkan oleh karena posisi menyusui atau cara mengisap
yang salah, puting susu belum meregang (belum siap untuk disusui),
dan hisapan bayi sangat kuat.
Cara mengatasinya:
1) Mulai menyusui pada putting yang tidak sakit
2) Susui sebelum bayi sangat lapar agar hisapannya tidak terlalu
kuat.
39
3) Perbaiki cara menghisap, bibir bayi menutup areola diantara
gusi atas dan bawah.
4) Jangan bersihkan puting dengan sabun atau alcohol.
5) Perhatikan cara melepaskan mulut bayi dari putting setelah
selesai menyusui. Letakkan jari kelingking di sudut mulut bayi.
6) Keluarkan sedikit ASI untuk dioles pada puting setelah selesai
menyusui.
7) Biarkan puting kering sebelum memakai BH.
8) Kalau lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke Puskesmas.
9) Usahakan bayi menghisap sampai areola mamae.
3. Payudara bengkak.(1)
Sekitar hari ketiga sampai keempat sering terasa penuh atau tegang disertai
rasa nyeri.
Cara mengatasinya:
1) Susukan bayi tanpa dijadwal sesuai kebutuhan.
2) Keluarkan ASI dengan pompa atau dengan tangan bila ASI melebihi
kebutuhan bayi.
3) Untuk mengurangi rasa sakit, kompres dengan air hangat
4) Lakukan pengurutan mulai dari puting kearah pangkal payudara
4. Saluran ASI tersumbat.(1)
Akibat payudara membengkak dan pemakaian BH yang ketat dapat
mengakibatkan penyumbatan saluran ASI.
Cara mengatasinya:
1) Keluarkan ASI dengan tangan/pompa.
40
2) Kompres air hangat sebelum menyusui, kompres air dingin
setelah menyusui
5. Radang payudara(1)
Radang pada payudara dapat disebabkan oleh karena radang yang dapat terjadi
pada 1 – 3 minggu setelah melahirkan.
Tanda-tandanya adalah:
1) Kulit payudara nampak lebih merah.
2) Payudara mengeras.
3) Nyeri dan berbenjol-benjol
Cara mengatasinya:
1) Tetap menyusui bayi.
2) Bila disertai demam dan nyeri dapat diberi obat penurun demam dan
menghilangkan rasa nyeri.
3) Bila tidak berhasil segera rujuk ke Puskesmas.
4) Lakukan perawatan payudara secara baik dan teratur.
6. Payudara abses(1)
Abses pada payudara disebabkan karena radang payudara. Untuk sementara
payudara yang abses jangan disusukan. Rujuk ke Puskesmas.
7. Produksi kurang/ let-down reflex berkurang(1)
Berkurangnya produksi ASI disebabkan karena reflex menghisap berkurang dan
keadaan emosi ibu.
Cara mengatasinya:
1) Ibu perlu memperhatikan suasana emosi ibu. Hindarkan rasa khawatir yang
berlebihan.
41
2) Ibu perlu menjaga ketenangan pikiran.
3) Cukup istirahat dan mempertinggi rasa percaya diri akan kemampuan
menyusui bayinya.
2.4.18 Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care terdiri dari 10 T, yaitu:(9)
1. Ukur tinggi badan dan timbang berat badan Ibu.
2. Nilai status gizi buruk.
3. Tensi. Tekanan darah ibu hamil dipantau dengan baik untuk mencegah
terjadinya pre-eklampsi / eklampsi.
4. Tinggi fundus uteri, untuk menilai usia kehamilan ibu.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin.
6. Tetanus toksoid. Status imunisasi tetanus Ibu diperhatikan, apabila belum
pernah imunisasi sebaiknya sebelum hamil diberikan imunisasi tetanus,
untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum pada bayi.
7. Tes laboratorium. Ibu sebelum hamil dan saat hamil tes apakah dirinya
terkena penyakit menular seksual atau penyakit yang lainnya apa tidak
untuk mencegah terjadinya abortus, lahir premature, IUFD (intra uterine
fetal death), maupun bayi lahir cacat). Hal ini terdiri dari : syphilis,
HIV/AIDS, hepatitis B/C, herpes, tiroid
8. Tablet Fe. Setiap ibu hamil diberikan tablet Fe yang diminum 1x/hari.
9. Temu Wicara. Temu wicara mengenai kondisi kesehatan maupun
rencana persalinan ibu hamil.
10.Tatalaksana kasus. Dilakukan terapi pada kasus-kasus ibu hamil yang
mempersulit.
2.5 Dasar Hukum Tentang ASI Eksklusif
a. UU no 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (lihat lampiran)
b. UU no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (lihat lampiran)
42
c. UU no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
d. PP no 24 tahun 1976 tentang Cuti PNS (lihat lampiran)
e. Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan,
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri Kesehatan
Nomor : 48/MEN.PP/XII/2008, Nomor: PER.27/MEN/XII/2008 dan
Nomor: 1177/MENKES/PB/XII/2008 tentang Peningkatan Pemberian
Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja.
f. PP no 33 tahun 2012 tentang pemberian pemberian ASI Eksklusif
2.6 Kesetaraan Gender
Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran,
fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang
merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai
dengan perkembangan zaman dan dukungan masyarakat itu sendiri.(9)
Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi dan posisi bagi laki-
laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya
sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan
politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, pertahanan, keamanan sosial
dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan yang dampaknya
seimbang.(9)
Komitmen dan kepedulian kita semua dalam mendorong upaya
diterapkannya 10 langkah menyusui yang responsif gender harus
diwujudkan dalam langkah konkret. Pemberian ASI tidak hanya menjadi
persoalan ibu dan bayi. Suami, keluarga, masyarakat, lembaga
masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, dunia usaha,
media massa dan pemerintah harus bekerja sama dan berperan serta aktif
untuk memberikan dukungan bagi tercapainya tujuan menyusui yang
responsif gender
Beberapa langkah konkret yang diharapkan dilakukan oleh pihak
terkait dalam mendukung penerapan sepuluh langkah menyusui yang
responsif gender: (9)
a. Suami
43
- Memperhatikan asupan gizi bagi istri yang menyusui
- Membantu mengerjakan pekerjaan rumah yang menjadi tugas istri sehari-hari
- Menciptakan kondisi, situasi, suasana yang tenang, nyaman, penuh kasih sayang dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri ibu untuk menyusui
- Memberikan waktu bagi istri untuk beristirahat yang cukup
- Terlibat dalam pemberian ASI, dengan memberikan ASI perahan kepada bayi
- Terlibat dan memberikan dukungan dalam KP-ASI
- Memberikan dukungan dalam melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini
- Siap Antar dan Jaga (SIAGA) dalam mengatasi kesulitan dalam menyusui
b. Keluarga
- Memberikan dukungan psikologis bagi ibu menyusui yang mengalami
kesulitan dalam memberikan ASI
- Menciptakan kondisi, situasi, suasana yang tenang, nyaman, penuh kasih
sayang dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri ibu untuk menyusui
- Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran ibu, ayah dan
keluarga tentang besarnya manfaat ASI bagi bayi, ibu, keluarga,
masyarakat dan negara. Karena keberhasilan dan kelancaran ibu dalam
menyusui memerlukan kondisi kesetaraan antara laki-laki dan perempuan
- Terlibat dan memberikan dukungan dalam Kelompok Pendukung ASI
- Memprioritaskan asupan gizi yang optimal bagi ibu hamil dan selama
menyusui
- Menghapus mitos yang tidak mendukung keberhasilan ibu dalam
menyusui termasuk larangan memakan suatu jenis makanan tertentu
yang sebenarnya nilai gizinya sangat diperlukan
c. Masyarakat
- Revitalisasi Posyandu dan forum PKK untuk mengefektifkan pemberian
layanan informasi mengenai pentingnya dukungan bagi ibu menyusui.
44
- Memberikan perhatian khusus kepada ibu menyusui, sehingga terbangun
empati dan simpati dari masyarakat kepada ibu yang menyusui.
- Terlibat dan memberikan dukungan melalui KP-ASI di lingkungannya.
- Menjadikan menyusui sebagai sebuah gerakan/budaya yang merupakan
suatu bentuk ibadah.
- Menciptakan kondisi yang kondusif bagi berlangsungnya kegiatan
menyusui.
- Melakukan advokasi di tingkat kelompok masyarakat dan pemangku
kepentingan untuk mendukung Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui.
- Menggencarkan kampanye tentang pentingnya Peningkatan Pemberian
ASI.
- Meluruskan persepsi masyarakat tentang mitos, stigma serta stereotipe
yang kurang mendukung pemberian ASI Eksklusif.
- Mensosialisasikan bahwa pemberian ASI merupakan salah satu bentuk
ibadah.
d. Tempat kerja / Dunia Usaha / Perusahaan
- Memberikan cuti hamil dan melahirkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
- Menyediakan fasilitas ruang menyusui/ruang ASI yang memenuhi standar
kesehatan.
- Memberikan kesempatan bagi tenaga kerja perempuan yang sedang
menyusui untuk menyusui/memerah ASI selama waktu kerja di tempat
kerja.
- -Mengelola CSR (Community Sosial Responsibilities) untuk memberikan
dukungan pada upaya menyusui.
e. Ruang Publik
- Mengupayakan didirikannya ruang ASI/Ruang Menyusui di ruang publik
(pusat perbelanjaan, terminal, stasiun, bandara, pelabuhan).
f. Pemerintah
- Menyusun kebijakan yang terkait dengan pelaksanaan penerapan sepuluh
langkah menuju keberhasilan menyusui.
45
- Melakukan sosialisasi, pembinaan, pengawasan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui.
- Menyediakan anggaran untuk pelaksanaan penerapan sepuluh langkah
menuju keberhasilan menyusui.
- Melakukan pembinaan dan upaya peningkatan kapasitas bagi stakeholder
strategis mengenai pemberian ASI.
- Memastikan Rumah Sakit di Indonesia telah mengikuti konsep
BFHI/Sayang Bayi dan telah melaksanakan sepuluh langkah menuju
keberhasilan menyusui.
2.7 Penyuluhan Kesehatan
a. Pengertian
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah
atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun
masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan
yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,
tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara
perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan.
b. Sasaran
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit,
klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan
kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga
yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah, keluarga
dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk
dan sebagainya. Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan
pada kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok
masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia,
kelompok yang ada di berbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah,
pekerja dalam perusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran
46
masyarakat dapat dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat
nelayan, masyarakat pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain.
c.Materi/pesan
Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi
yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak
terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya
menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk
menarik perhatian sasaran.
d. Metode
Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode
yang dikemukakan antara lain :
1. Metode penyuluhan perorangan (individual)
Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku
baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku
atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang
mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara
lain :
a. Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap
masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu
penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan
kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut.
b. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali
informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau
belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang
47
sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran
yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode penyuluhan kelompok
Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk
kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil.
Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran
penyuluhan. Metode ini mencakup :
a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang.
Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.
1).Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah
adalah :
a. Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai
materi apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus
mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik.
Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema dan
mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.
b. Pelaksanaan
Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah
dapat menguasai sasaran Untuk dapat menguasai sasaran
penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang
meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu- ragu dan gelisah. Suara
hendaknya cukup keras dan jelas. Pandangan harus tertuju ke seluruh
peserta. Berdiri di depan /dipertengahan, seyogianya tidak duduk dan
menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.
2). Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari
seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
48
b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang.
Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah
pendapat, bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi.
3. Metode penyuluhan massa
Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang
sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti
tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi,
tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan
disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh
massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung,
biasanya menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah
ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien
dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan di majalah atau koran, bill board yang
dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya (Notoatmodjo 2007).
Alat Bantu dan Media Penyuluhan
Alat Bantu Penyuluhan (Peraga)
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam
menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi
untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo,
2007). Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada
pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin
banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan
semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat
peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada
suatu objek sehingga mempermudah persepsi. Secara terperinci, fungsi alat peraga
adalah untuk menimbulkan minat sasaran, mencapai sasaran yang lebih banyak,
membantu mengatasi hambatan bahasa, merangsang sasaran untuk melaksanakan
pesan kesehatan, membantu sasaran untuk belajar lebih banyak dan tepat,
merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yang diterima kepada orang lain,
mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran, mendorong keinginan orang
untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberikan pengertian
49
yang lebih baik, dan membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Pada garis
besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu :
a. Alat bantu lihat
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu
terjadinya penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikan
misalnya slide, film dan alat yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi,
tiga dimensi, gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan lain-lain.
b. Alat bantu dengar
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktu
proses penyampaian bahan penyuluhan misalnya piringan hitam, radio, pita
suara dan lain-lain.
c. Alat bantu lihat-dengar
Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran pada
waktu proses penyuluhan, misalnya televisi, video cassette dan lain-lain.
Media Penyuluhan
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat
meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke
arah positif terhadap kesehatan. Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media
karena melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami,
sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sehingga sampai memutuskan
untuk mengadopsinya ke perilaku yang positif.
Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan
penyuluhan kesehatan antara lain adalah :
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Media dapat memperjelas informasi.
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.
g. Media dapat memperlancar komunikasi.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini dibagi
menjadi 3 yakni :
50
a. Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam
media ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik),
rubric atau tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang
mengungkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak
antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa
kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat
meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat
menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
b. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk
dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti
halnya media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih
mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka,
mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan
diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini
adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk
produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan
berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk
mengoperasikannya.
c. Media luar ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak
maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan
televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami,
lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut
sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan
jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi,
sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang,
peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan
penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya. Media penyuluhan
kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau
pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran,
51
sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan
pesan yang disampaikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan
Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor
penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan.
1. Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang
akan dijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang
digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil dan
kurang dapat didengar serta penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton
sehingga membosankan.
2. Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit
menerima pesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah
sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena
lebih memikirkan kebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat
kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubahnya, kondisi
lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan
perilaku.
3. Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai
dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan
keramaian sehingga menggangu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah
sasaran penyuluhan yang terlalu banyak, alat peraga yang kurang, metoda
yang digunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran serta bahasa
yang digunakan kurang dimengerti oleh sasaran.
Negosiasi
Negosiasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses
tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna
mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak dengan pihak lainnya. Ada juga
yang berpendapat bahwa negosiasi adalah proses perundingan dua belah pihak
atau lebih yang masing-masing memiliki sesuatu yang dibutuhkan oleh pihak lainnya
untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
Ibarat sebuah persahabatan, negosiasi memerlukan trik dan strategi. Sifat
manusia umumnya tidak mau kalah, tidak mau dipaksa dan tidak mau ditindas. Oleh
52
karena itu win-win solution adalah jalan dan pilihan terbaik.
Mengetahui cara bernegosiasi yang benar sangat menguntungkan posisi kita
dibidang sosial, lebih-lebih dibidang bisnis. Menurut pakar Negosiasi, Arbono
Lasmahadi ( 2005 ), upaya negosiasi diperlukan apabila :
1. Kita tidak mempunyai pilihan yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah
yang kita hadapi atau mendapatkan sesuatu yang kita inginkan.
2. Kita tidak mempunyai kekuasaan untuk memaksakan suatu hasil yang kita
inginkan.
3. Terjadi konflik antar pihak-pihak, yang masing-masing pihak tidak mempunyai
cukup kekuatan atau mempunyai kekuasaan yang terbatas untuk
menyelesaikannya secara sepihak.
4. Keberhasilan kita dipengaruhi oleh kekuasaan atau otoritas dari pihak lain.
Advokasi
Pengertian
Menurut JHU 1999 , advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan
publik melalui macam-macam bentuk komuikasi persuasif. Advokasi adalah usaha
mempengaruhi kebijakan publik melalui berbagai macam bentuk komunikasi
persuasif, seperti dikutip UNFPA dan BKKBN, mengungkapkan bahwa, “Advocacy is
a combination on individual and social action design to gain political commitment,
policy support, social acceptance and systems support for particular healrh goal or
programme”. Dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi kegiatan individu
dan sosial yang dirancang untuk memperoleh komitmen politis, dukungan kebijakan,
penerimaan sosial dan sistem yang mendukung tujuan atau program kesehatan
tertentu.
1. Advokasi Kesehatan
Adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh komitmen atau dukungan
dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung pengembangan lingkungan dan
perilaku sehat (Maulana, 2007).
2. Tujuan
Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), tujuan advokasi adalah sebagai
berikut:
53
Tujuan Umum
Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa
kebijakan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, keikutsertaan dalam kegiatan,
maupun berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan usaha.
Tujuan Khusus
1. Adanya pemahaman atau pengenalan atau kesadaran.
2. Adanya ketertarikan atau peminatan atau tanpa penolakan.
3. Adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan untuk membantu dan
menerima perubahan.
4. Adanya tindakan/perbuatan/kegiatan nyata (yang diperlukan).
5. Adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan)
3. Sasaran dan Pelaku dalam Advokasi
Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak yang diharapkan dapat
memberikan dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil
keputusan dan penentu kebijakan di pemerintah, lembaga perwakilan rakyat,
mitra di kalangan pengusaha atau swasta, badan penyandang dana, media
massa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan. Semuanya bukan hanya
berpotensi mendukung, tetapi juga mentang atau berlawanan atau merugikan
kesehatan.
Pelaku Advokasi adalah siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan
memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku
advokasi dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi,
organisasi profesi, LSM, dan tokoh berpengaruh. Diharapkan mereka
memahamipermaalahan kesehatan, mempunyai kemampuan advokasi khusunya
melakukan pendekatan persuaif, dapat dipercaya, dan sedapat mungkin dihormati
atau setidaknya tidak tercela khusunya di depan kelompok sasaran.
4. Pendekatan dan Langkah dalam Advokasi
Kata kunci dalam proses atau kegiatan advokasi ini adalah pendekatan persuasif,
secara dewasa, dan bijak, sesuai keadaan, yang memungkinkan tukar pikiran
secara baik (free choice). Menurut UNFPA dan BKKBN (2002), terdapat lima
pendekatan utama dalam advokasi, yaitu melibatkan para pemimpin, bekerja
sengan media massa, membangun kemitraan, memobilisasi massa, dan
54
membangun kapasitas. Strategi advokasi dilakukan melalui pembentukan koalisi,
pengembangan jaringan kerja, pembangunan institusi, pembuatan forum, dan
kerjasama bilateral.
a. Langkah-langkah Pokok dalam Advokasi (Menurut Maulana, 2007)
1. Identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan advokasi.
2. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran
3. Siapkan dan kemas bahan informasi.
4. Rencanakan teknik atau cara kegiatan operasional.
5. Laksanakan kegiatan, pantau dan evaluasi serta lakukan tindak lanjut.
Negosiasi dan lobi
Dalam advokasi terdapat dua bentuk, yaitu formal dan informal. Bentuk
formalnya disebut negosiasi sedangkan bentuk informalnya disebut lobi. Proses lobi
tidak terikat oleh waktu dan tempat, serta dapat dilakukan secara terus-menerus
dalam jangka waktu panjang sedangkan negosiasi tidak, negosiasi terikat oleh waktu
dan tempat (Maulana, 2007). Pengertian negosiasi adalah proses interaksi antara
dua pihak atau lebih yang perlu terlibat secara bersama-sama untum mendapat hasil
akhir, yang pada awalnya mempunyai sasaran berbeda, berusaha menunakan
argumen dan persuasi untuk menghilangkan atau mengurangi perbedaan.
Proses Negosiasi
Pihak yang memiliki program (pihak pertama) menyampaikan maksud dengan
kalimat santun, jelas, dan terinci.
Pihak mitra bicara menyanggah mitra bicara dengan santun dan tetap
menghargai maksud pihak pertama.
Pemilik program mengemukakan argumentasi dengan kalimat santun dan
meyakinkan mitra bicara disertai dengan alasan yang logis.
Pada akhirnya terjadi pembahasan dan kesepakatan terlaksananya program
atau maksud negosiasi.
Kemampuan-kemampuan dasar bernegosiasi
1. Ketajaman pikiran / kelihaian
2. Sabar
3. Kemampuan beradaptasi
55
4. Daya tahan
5. Kemampuan bersosialisasi
6. Konsentrasi
7. Kemampuan berartikulasi
8. Memiliki selera humor
Sosialisasi
Sosialisasi menunjuk pada semua faktor dan proses yang membuat setiap
manusia menjadi selaras dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat. Seorang
anak dikatakan telah melakukan sosialisasi dengan baik, apabila ia bukan hanya
menampilkan kebutuhannya sendiri saja, tetapi juga memerhatikan kepentingan dan
tuntutan orang lain.
Pengertian sosialisasi secara umum dapat diartikan sebagai proses belajar
individu untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai sosial
sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau
perilaku masyarakatnya.
Proses pembelajaran berlangsung secara bertahap, perlahan tapi pasti dan
berkesinambungan. Pada awalnya, proses itu berlangsung dalam lingkungan
keluarga, kemudian berlanjut pada lingkungan sekitarnya, yaitu lingkungan tetangga,
kampung, kota, hingga lingkungan negara dan dunia. Di samping itu, individu
mengalami proses enkulturasi (pembudayaan), yaitu individu mempelajari dan
menyesuaikan alam pikiran dan sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, dan
peraturan yang berlaku dalam kebudayaan masyarakatnya.
Manusia lahir ke dunia sebagai bayi yang penuh dengan segala macam
kebutuhan fisik. Kemudian ia menjadi seorang manusia dengan seperangkat nilai
dan sikap, kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan serta maksud, pola reaksi dan
konsep yang mendalam, serta konsisten dengan dirinya. Setiap orang memperoleh
semua itu melalui suatu proses belajar yang kita sebut sebagai sosialisasi, yakni
proses belajar yang mengubahnya menjadi seorang pribadi yang manusiawi.
Sosialisasi adalah suatu proses di mana seseorang menghayati (internalize) norma-
norma kelompok di mana ia hidup sehingga timbullah ‘diri’ yang unik. Definisi
sosialisasi ialah proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakuan untuk menjadi
suatu bagian dari suatu masyarakat, sebagian adalah proses mempelajari peran.
56
Pengertian sosialisasi menurut para ahli:
1 Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses sosial tempat seorang individu mendapatkan
pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan perilaku orang-orang
di sekitarnya.
2. Peter L. Berger
Sosialisasi ialah proses pada seorang anak yang sedang belajar menjadi
anggota masyarakat. Adapun yang dipelajarinya ialah peranan pola hidup dalam
masyarakat yang sesuai dengan nilai dan norma-norma maupun kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat.
3. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan
menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir
kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
4. Koentjaraningrat
Sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang individu sejak masa
kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan
menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat
sekitarnya.
5. Irvin L. Child
Sosialisasi adalah segenap proses yang menuntut individu
mengembangkan potensi tingkah laku aktualnya yang diyakini kebenarannya
dan telah menjadi kebiasaan serta sesuai dengan standar dari kelompoknya.
6. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Sosialisasi artinya suatu proses belajar seorang anggota masyarakat
untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya.
7. Bruce J. Cohen
Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara
kehidupan dalam masyarakat untuk memperoleh kepribadian dan membangun
kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai
anggota.
8. Paul B. Horton
57
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta
memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan
membentuk kepribadiannya.
9. Prof. Dr. Nasution, S.H.
Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial
(sebagai warga masyarakat yang dewasa).
10. Sukandar Wiraatmaja
Sosialisasi adalah proses belajar mulai bayi untuk mengenal dan
memperoleh sikap, pengertian, gagasan dan pola tingkah laku yang disetujui
oleh masyarakat.
11. Jack Levin dan James L. Spates
Sosialisasi adalah proses pewarisan dan pelembagaan kebudayaan ke
dalam kepribadian individu.
12. John C. Macionis
Sosialisasi adalah pengalaman sosial seumur hidup di mana individu
dapat mengembangkan potensinya dan mempelajari pola-pola kehidupan.
Berdasarkan pengertian sosialisasi yang dikemukakan di atas, dapat
ditarik beberapa kesimpulan berikut.
Sosialisasi ditempuh seorang individu melalui proses belajar untuk
memahami, menghayati, menyesuaikan, dan melaksanakan suatu tindakan
sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya.
Sosialisasi ditempuh seorang individu secara bertahap dan
berkesinambungan, sejak ia dilahirkan hingga akhir hayatnya.
Sosialisasi erat sekali kaitannya dengan enkulturasi atau proses
pembudayaan, yaitu suatu proses belajar seorang individu untuk belajar
mengenal, menghayati, dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya
terhadap sistem adat dan norma, serta semua peraturan dan pendirian yang
hidup dalam lingkungan kebudayaan masyarakatnya.
58