ujji adaptasi dan preferensi konsumen terhadap varietas...

13
Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011 60 Uji Adaptasi dan Preferensi Konsumen Terhadap Varietas Unggul Nasional Krisan di Bandungan, Kabupaten Semarang Yayuk Aneka Bety, K. Budiarto, dan Suhardi Balai Penelitian Tanaman Hias, Jl. Raya Ciherang, Segunung, Pacet, Cianjur PO Box 8 Sdl Tlp 0263-512607, Fax 514138, E-mai:[email protected] ABSTRAK. Uji adaptasi merupakan tahapan penting untuk mendapatkan varietas unggul krisan di daerah tertentu. Penelitian bertujuan untuk menguji pertumbuhan dan penerimaan konsumen terhadap enam varietas unggul nasional krisan. Penelitian dilaksanakan di Bandungan, kabupaten Semarang pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2009. Enam varietas unggul nasional yang telah dilepas Balai penelitian Tanaman Hias (Balithi), yaitu Puspita nusantara, Nyi Ageng Serang, Shakuntala, Puspita Asri, Dewi ratih, and Cut Nya’ Dien diuji pertumbuhan vegetatif dan generatifnya dan tingkat penerimaan konsumen terhadap enam varietas tersebut. Penelitian dirancang menggunakan rancang acak kelompok, ulangan tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Shakuntala, Puspita nusantara, dan Puspita asri merupakan varietas yang paling disukai konsumen. Untuk ketahanan terhadap penyakit karat, Puspita asri teridentifikasi sangat tahan, sedangkan Puspita nusantara dan Dewi Ratih agak tahan. Berdasarkan diameter bunga pita dan bunga tabung, Puspita nusantara, Shakuntala, Dewi ratih dan Nyi Ageng Serang tergolong grade AA, sedangkan Puspita asri and Cut Nya’ Dien tergolong grade A. Puspita asri memiliki tinggi tanaman tertinggi dan Cut Nya’Dien memiliki jumlah bunga per tanaman terbanyak. Kata kunci : krisan, adaptasi, preferensi konsumen ABSTRACT. Bety, Y.A., K. Budiarto, and Suhardi. 2011. Adaptation study and consumer preference of National superior varieties of Chrysanthemum sp. in Bandungan, Semarang district. Adaptation study and consumer preference are prerequisite step in supporting successful introduction of new superior varieties in a certain area, involving Chrysanthemum sp. The experiment was aimed to study the growth of some National superior varieties of chrysanthemum and consumer acceptability to these varieties. The experiment was carried out at Bandungan, Semarang on August to December 2009. The six superior varieties released by Indonesian Ornamental Crops Research Institute (IOCRI) i.e. Puspita nusantara, Nyi Ageng Serang, Shakuntala, Puspita Asri, Dewi ratih, and Cut Nya’ Dien were studied to observe their growth and consumer acceptability. The experiment was arranged

Upload: others

Post on 04-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ujji Adaptasi dan Preferensi Konsumen Terhadap Varietas …balithi.litbang.pertanian.go.id/file/pf2011-060-072-uji...oleh varietas Puspita Nusantara (Bety dan Suhardi, 2010), sedangkan

Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011

60

Uji Adaptasi dan Preferensi Konsumen Terhadap Varietas

Unggul Nasional Krisan di Bandungan, Kabupaten

Semarang

Yayuk Aneka Bety, K. Budiarto, dan Suhardi

Balai Penelitian Tanaman Hias, Jl. Raya Ciherang, Segunung, Pacet, Cianjur PO Box 8 Sdl Tlp 0263-512607, Fax 514138, E-mai:[email protected]

ABSTRAK. Uji adaptasi merupakan tahapan penting untuk mendapatkan varietas unggul krisan di daerah tertentu. Penelitian bertujuan untuk menguji pertumbuhan dan penerimaan konsumen terhadap enam varietas unggul nasional krisan. Penelitian dilaksanakan di Bandungan, kabupaten Semarang pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2009. Enam varietas unggul nasional yang telah dilepas Balai penelitian Tanaman Hias (Balithi), yaitu Puspita nusantara, Nyi Ageng Serang, Shakuntala, Puspita Asri, Dewi ratih, and Cut Nya’ Dien diuji pertumbuhan vegetatif dan generatifnya dan tingkat penerimaan konsumen terhadap enam varietas tersebut. Penelitian dirancang menggunakan rancang acak kelompok, ulangan tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Shakuntala, Puspita nusantara, dan Puspita asri merupakan varietas yang paling disukai konsumen. Untuk ketahanan terhadap penyakit karat, Puspita asri teridentifikasi sangat tahan, sedangkan Puspita nusantara dan Dewi Ratih agak tahan. Berdasarkan diameter bunga pita dan bunga tabung, Puspita nusantara, Shakuntala, Dewi ratih dan Nyi Ageng Serang tergolong grade AA, sedangkan Puspita asri and Cut Nya’ Dien tergolong grade A. Puspita asri memiliki tinggi tanaman tertinggi dan Cut Nya’Dien memiliki jumlah bunga per tanaman terbanyak.

Kata kunci : krisan, adaptasi, preferensi konsumen ABSTRACT. Bety, Y.A., K. Budiarto, and Suhardi. 2011. Adaptation study and consumer preference of National superior varieties of Chrysanthemum sp. in Bandungan, Semarang district. Adaptation study and consumer preference are prerequisite step in supporting successful introduction of new superior varieties in a certain area, involving Chrysanthemum sp. The experiment was aimed to study the growth of some National superior varieties of chrysanthemum and consumer acceptability to these varieties. The experiment was carried out at Bandungan, Semarang on August to December 2009. The six superior varieties released by Indonesian Ornamental Crops Research Institute (IOCRI) i.e. Puspita nusantara, Nyi Ageng Serang, Shakuntala, Puspita Asri, Dewi ratih, and Cut Nya’ Dien were studied to observe their growth and consumer acceptability. The experiment was arranged

Page 2: Ujji Adaptasi dan Preferensi Konsumen Terhadap Varietas …balithi.litbang.pertanian.go.id/file/pf2011-060-072-uji...oleh varietas Puspita Nusantara (Bety dan Suhardi, 2010), sedangkan

Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011

61

in randomized complete block design with three replications. The result of the experiment showed that Shakuntala, Puspita nusantara, and Puspita asri were the most favourite varieties. Puspita asri was identified very resistant to rust, while Puspita nusantara was considered moderate resistant. Based on the diameter of ray floret and disk floret, Puspita nusantara, Shakuntala, Dewi ratih, and Nyi Ageng Serang had AA grade and Puspita asri and Cut Nya’ Dien had A grade. Puspita asri was the tallest varieties, while Cut Nya’ Dien had the largest number of flower per plant.

Key words : chrysanthemum, adaptation, consumer preferences.

PENDAHULUAN

Krisan (Chrysanthemum multiflorum) merupakan tanaman

florikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat prospektif

dikembangkan secara komersial. Daerah sentra produksi krisan hingga saat

ini masih didominasi Jawa barat, Jawa timur dan Jawa tengah. Meskipun

demikian beberapa daerah mulai tumbuh menjadi sentra baru seperti

Tomohon, Sulawesi Utara dan Bantaeng, Sulawesi Selatan. Produksi krisan

di Indonesia berkembang sangat pesat dari hanya sebesar 47.500.000

tangkai pada tahun 2005 menjadi lebih dari 106 juta tangkai pada tahun

2009 dan diproyeksikan pada tahun 2014 mencapai 353 juta tangkai (Dit

Budidaya dan Paska Panen Hortikultura, 2011).

Produksi bunga krisan di Indonesia ditujukan terutama untuk

pemenuhan pasar dalam negeri. Dari seluruh bunga yang dihasilkan, 80%

untuk kebutuhan dalam negeri dan 20% untuk diekspor ke berbagai negara

antara lain Singapura, Hongkong, Taiwan, Jepang, dan Timur tengah dan

ekspor krisan tahun 2005 mencapai US $ 15 juta (BPS, 2005). Di Indonesia,

pada umumnya pusat pemasaran bunga krisan berada di kota besar seperti

Rawa belong- Jakarta, Bandung, Medan, Semarang, Surabaya dan Denpasar

(Abidin dan Harahap, 1991). Sebagai contoh, penjualan bunga krisan di

Rawa belong dari tahun 1997-2001 menempati peringkat I dalam volume

penjualan, yaitu sebesar 5.574.670 tangkai per hari (Nurmalinda et. al.,

2004), sedangkan di pasar bunga D.I. Jogyakarta, pada hari biasa terjual

rata-rata 400 tangkai bunga/hari dengan harga antara Rp. 750,00-Rp.

1500,00/tangkai, sedangkan pada hari-hari besar rata-rata terjual 350-1000

Page 3: Ujji Adaptasi dan Preferensi Konsumen Terhadap Varietas …balithi.litbang.pertanian.go.id/file/pf2011-060-072-uji...oleh varietas Puspita Nusantara (Bety dan Suhardi, 2010), sedangkan

Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011

62

tangkai/hari (Hanafi et al., 2005). Krisan juga terpantau sebagai bunga yang

paling banyak digunakan di hotel berbintang dan paling mudah dipadukan

dengan bunga jenis lainnya (Nurmalinda dan Yani, 2009)

Dalam upaya memenuhi kebutuhan bibit unggul, Balai Penelitian

Tanaman Hias telah melepas sejumlah varietas unggul nasional krisan yang

memiliki bunga dengan warna, bentuk, dan ukuran bervariasi. Keuntungan

dari penggunaan bibit unggul nasional adalah dapat mengurangi ongkos

produksi karena tidak perlu membayar royalty dan sudah beradaptasi

dengan lingkungan tropis. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang

maksimal, sebelum dikembangkan, masing-masing varietas harus diuji daya

adaptasinya apakah dapat berproduksi dengan baik dan dapat diterima

konsumen di daerah tersebut. Lokasi penanaman secara nyata berpengaruh

terhadap pertumbuhan krisan seperti yang dikemukakan oleh Wasito dan

Marwoto (2004), bahwa krisan yang ditanam pada lokasi dengan ketinggian

tempat berbeda memiliki pertumbuhan vegetatif dan generatif yang

berbeda.

Pengenalan varietas unggul nasional dan cara pembibitannya sangat

membantu petani krisan Bandungan yang terkendala masalah bibit

(Nurmalinda et al., 2004, Komar et al., 2008)). Petani sering menggunakan

bibit yang berasal dari indukan yang berkualitas rendah dan membawa bibit

penyakit. Seperti yang dikemukakan oleh Herlina et al. (1997) bahwa

tingkat generasi dan kualitas tanaman induk menentukan kualitas bibit.

Bibit yang berasal dari generasi lanjut dan tidak diregenerasi menghasilkan

bibit berkualitas rendah. Pengenalan varietas tahan karat akan sangat

membantu petani, karena meskipun penyakit karat dapat ditanggulangi

dengan pemakaian fungisida, namun untuk meningkatkan keuntungan dan

menekan penggunaan bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan,

varietas tahan karat menjadi pilihan yang tepat. Hanudin et al. (2004) dan

Djatnika et al. (1994) telah berhasil mengidentifikasi beberapa galur dan

varietas krisan tahan karat yang dapat digunakan sebagai sumber

ketahanan. Pengenalan varietas di Bandungan juga dimaksudkan untuk

mengetahui tingkat kesukaan pengguna krisan di daerah tersebut. Di

Bandungan, konsumen pada umumnya menyukai krisan yang berwarna

kuning dan putih, bertipe standar, tetapi karena ketersediaan bunga sering

Page 4: Ujji Adaptasi dan Preferensi Konsumen Terhadap Varietas …balithi.litbang.pertanian.go.id/file/pf2011-060-072-uji...oleh varietas Puspita Nusantara (Bety dan Suhardi, 2010), sedangkan

Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011

63

terbatas menyebabkan semua jenis warna dan bentuk bunga tetap terserap

pasar.

Penelitian bertujuan untuk menguji pertumbuhan vegetatif dan

generatif dan penerimaan konsumen enam varietas unggul nasional krisan

di Bandungan, kabupaten Semarang, propinsi Jawa Tengah.

BAHAN DAN METODE

Enam varietas bunga krisan potong diintroduksikan dan diuji daya

adaptasinya di kecamatan Bandungan, kabupaten Semarang. Bandungan

merupakan salah satu sentra produksi tanaman hias propinsi Jawa tengah,

terletak pada ketinggian 900-1000 m d.p.l dengan rata-rata suhu harian 24o

C. Pengujian dilaksanakan pada pada bulan Agustus sampai dengan bulan

Desember 2009. Enam varietas yang diuji adalah varietas unggul nasional

yang dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Hias. Varietas-varietas tersebut

adalah Puspita Nusantara, Nyi Ageng Serang, Puspita Asri, Shakuntala, Dewi

Ratih, dan Cut Nya’ Dien yang memiliki warna bunga bervariasi dari kuning,

putih, dan ungu dan bentuk bunga adalah spray dan standar.

Varietas-varietas tersebut diuji dalam rancangan acak kelompok,

ulangan 3 kali. Tiap varietas ditanam pada bedengan berukuran 3 m x 1 m,

di dalam rumah plastik yang mampu menahan UV dan dilengkapi dengan

instalasi listrik dengan tambahan penyinaran selama 4 jam/hari dari pukul

22.00-02.00 sampai 30-35 HST atau setelah tanaman mencapai tinggi

minimal 30 cm. Tambahan cahaya diperlukan untuk mengatur agar fase

pembungaan (generatif) dimulai pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman

dinilai sudah cukup atau sudah mencapai pertumbuhan optimalnya. Tanam

dilakukan 2 minggu setelah tanah diolah, dibuat bedengan dan kemudian

diberi pupuk kandang 30 t/ha, SP 36 300 kg/ha, urea 200 kg/ha dan KCl 350

kg/ha. Jarak tanam adalah 12,5 cm x 12,5 cm, 1 tanaman/lubang, dan diatas

bibit yang baru ditanam dipasang jaring agar tanaman dapat berdiri tegak.

Pemupukan susulan dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan

menggunakan pupuk NPK (16-16-16) 50 g/m2 dan 5 minggu setelah tanam

menggunakan pupuk NPK (18-20-20) 50 g/m2. Pupuk daun (label hijau/biru)

Page 5: Ujji Adaptasi dan Preferensi Konsumen Terhadap Varietas …balithi.litbang.pertanian.go.id/file/pf2011-060-072-uji...oleh varietas Puspita Nusantara (Bety dan Suhardi, 2010), sedangkan

Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011

64

dan pupuk bunga (label orange) diberikan 4 minggu setelah tanam dan

dilanjutkan 2 kali per minggu dengan dosis sesuai yang tertera pada label

kemasan. Perompesan dilakukan 2-3 minggu setelah tanam. Topping

(membuang bakal bunga pertama untuk tipe spray) dilakukan pada 3

minggu setelah tanam. Pinching (membuang bakal bunga berikutnya untuk

tipe standar) 7 minggu setelah tanam. Pengendalian hama dilakukan

dengan pemberian insektisida Agrimec dan Confidor secara bergantian

dengan interval 7 hari. Sampai umur 28 hari menggunakan ½ dosis anjuran,

setelah 28 HST menggunakan dosis sesuai anjuran. Untuk mengendalikan

penyakit digunakan Antracol dan Dithane secara bergantian dengan interval

7 hari. Sampai umur 28 hari menggunakan ½ dosis anjuran, setelah 28 HST

menggunakan dosis sesuai anjuran. Penyiangan dilakukan setiap 2 minggu

sekali dan penyiraman dilakukan dengan cara digenangi (Jawa: “leb”)

dengan frekuensi sesuai dengan kebutuhan.

Kemampuan varietas tersebut untuk berdaptasi di lokasi percobaan

diukur dengan melakukan pengamatan terhadap tinggi tanaman, jumlah

bunga/tangkai, panjang rangkaian bunga, diameter bunga pita, diameter

bunga tabung, dan vase life. Penerimaan pengguna terhadap varietas yang

diuji dilakukan dengan melakukan wawancara dan pengisian kuisener oleh

petani, pedagang bunga, ibu rumah tangga dan petugas pertanian

Intensitas serangan diperoleh dengan menentukan indeks penyakit skala 0-

4 (Djatnika., 1994) pada 5 tanaman contoh pada setiap ulangan dan setiap

varietas. Selanjutnya intensitas serangan dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

IP = Jumlah (n x v) x 100%

N x Z

Keterangan :

IP = intensitas penyakit

N = jumlah tanaman yang diamati

Z = nilai skala tertinggi

N = jumlah tanaman dalam setiap kategori serangan

V = nilai skala penyakit

Page 6: Ujji Adaptasi dan Preferensi Konsumen Terhadap Varietas …balithi.litbang.pertanian.go.id/file/pf2011-060-072-uji...oleh varietas Puspita Nusantara (Bety dan Suhardi, 2010), sedangkan

Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011

65

Tabel 1. Kriteria ketahanan tanaman krisan terhadap penyakit karat putih.

Intensitas penyakit (%) Kriteria

01,00 – 10,99 11,00 – 35,99 36,00 – 65,99 70,00 – 00,00

Tahan Kurang tahan

Peka Sangat peka

PEMBAHASAN

Tingkat adaptasi suatu varietas di lingkungan tertentu dapat

ditentukan berdasarkan pertumbuhan vegetatif dan generatifnya. Enam

varietas krisan yang diintroduksikan di Bandungan dapat tumbuh dengan

baik selama masa pengujian. Kondisi agroklimat dan intensitas serangan

hama penyakit normal.

a. Pertumbuhan vegetatif tanaman

Pertumbuhan vegetatif sangat penting, karena vigor tanaman

menentukan kualitas bunga. Tanaman yang sehat akan menghasilkan

bunga yang berpenampilan bagus dan ukurannya optimal. Enam varietas

yang diintroduksikan di Bandungan tumbuh dengan optimal dan memiliki

rata-rata tinggi tanaman 104-127 cm. Puspita asri memiliki tinggi tanaman

tertinggi diantara lima varietas yang diuji dan Cut Nya’Dien yang terpendek.

Pada tanaman krisan, tinggi tanaman sebenarnya tidak mempengaruhi

kualitas bunga asalkan panjang tangkainya memenuhi standar mutu bunga

krisan. Yang harus diperhatikan adalah varietas yang memiliki tinggi

tanaman tinggi, batangnya harus kokoh agar tidak mudah patah. Hal ini

mengingat krisan biasanya dikembangkan di dataran tinggi yang sering

dilewati angin kencang. Varietas Puspita asri yang memiliki tinggi tanaman

tinggi tetapi batangnya agak rapuh sebaiknya ditanam dibagian tengah

rumah plastik.

Pengujian varietas di Bandungan menunjukkan bahwa pertumbuhan

tinggi tanaman varietas yang diuji berbeda dengan pertumbuhan tinggi

tanaman pada penelitian sebelumnya di Magelang. Di Magelang, dengan

Page 7: Ujji Adaptasi dan Preferensi Konsumen Terhadap Varietas …balithi.litbang.pertanian.go.id/file/pf2011-060-072-uji...oleh varietas Puspita Nusantara (Bety dan Suhardi, 2010), sedangkan

Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011

66

menggunakan lima varietas yang sama, tinggi tanaman tertinggi dicapai

oleh varietas Puspita Nusantara (Bety dan Suhardi, 2010), sedangkan di

Bandungan Puspita nusantara menempati peringkat dua, lebih rendah

secara nyata dari Puspita asri (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa

varietas Puspita nusantara dan Puspita asri memiliki kemampuan yang

berbeda untuk pertumbuhan vertikalnya bila ditanam pada lokasi yang

berbeda. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wasito dan Marwoto (2003)

menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman krisan yang antara

lain tinggi tanaman ternyata dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Hal ini

disebabkan masing-masing varietas adaptif di daerah tertentu, sehingga

verietas yang berbeda memiliki kemampuan yang berbeda untuk

mengoptimalkan pertumbuhan tinggi tanamannya.

Tabel 2. Karakter vegetatif, generatif dan ketahanan terhadap penyakit karat enam varietas unggul krisan di Bandungan, kabupaten Semarang, Jawa tengah, Agustus-November 2009.

Varietas Tinggi tan

(cm)

Jml bunga/

tangkai

Panj rangk

bunga

(cm)

Diameter

bunga pita

(cm)

Diameter

bunga tabung

(cm)

Dewi ratih

Shakuntala

P. Nusantara

Nyi Ageng S

Puspita asri

11.33 c*)

121.40 b

122.87 b

111.13 c

127.47 a

18,46 ab

1.00 c

11.33 b

13.27 b

16.40 ab

32.33 b

-

35.47 b

31.00 b

45.40 a

6.03 b

10.87 a

6.08 b

4.77 cd

4.23 d

1.83 a

-

1.65 a

1.75 a

1,16 b

*) Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5%

Pertumbuhan bagian generatif tanaman krisan seperti diameter

bunga pita, diameter bunga tabung, jumlah bunga/tangkai, dan panjang

tangkai bunga merupakan hal yang sangat penting karena mutu bunga

krisan potong segar dinilai dari karakter-karakter tersebut. Pada pengujian

ini diamati pertumbuhan generatif tanaman, yaitu jumlah bunga/tangkai,

diameter bunga pita, diameter bunga tabung dan panjang rangkaian bunga.

Page 8: Ujji Adaptasi dan Preferensi Konsumen Terhadap Varietas …balithi.litbang.pertanian.go.id/file/pf2011-060-072-uji...oleh varietas Puspita Nusantara (Bety dan Suhardi, 2010), sedangkan

Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011

67

Hasil pengujian menunjukkan bahwa varietas Cut Nya’ Dien memiliki

jumlah bunga/tangkai paling tinggi, yaitu 24,20 bunga/tangkai, lebih tinggi

dibandingkan dengan jumlah bunga/tangkai Puspita Nusantara dan Nyi

Ageng Serang, tetapi tidak berbeda nyata dengan Dewi ratih dan Puspita

asri (Tabel 1). Khusus untuk krisan jenis spray, varietas yang memiliki

jumlah bunga/tangkai tinggi menguntungkan perangkai bunga karena

makin banyak jumlah bunga/tangkai makin sedikit tangkai bunga yang

digunakan. Pedagang bunga di daerah Magelang menyukai jenis krisan

yang memiliki jumlah bunga/tangkai yang tinggi dengan alasan

memperbesar ukuran ikatan bunga. Sedangkan di Bandungan pengguna

sangat menyukai tipe standar yang dalam satu tangkainya hanya terdapat

satu bunga dengan ukuran besar. Varietas Shakuntala berjenis bunga

standar, bunga dengan sengaja dipelihara hanya satu bunga per tanaman

dengan tujuan untuk mendapatkan ukuran bunga yang maksimal. Bunga

jenis standar juga dibutuhkan dalam rangkaian sebagai bunga utama, yang

kemudian akan dilengkapi dengan bunga pengisi (filler) yang umumnya

berukuran kecil

Diameter bunga pita dan diameter bunga tabung varietas krisan yang

diuji beragam (Tabel 2). Pada SOP mutu bunga potong krisan, ditetapkan

bahwa bunga dengan diameter bunga pita > 5 cm masuk grade AA dan 4-5

cm masuk grade A (Dit Tanaman Hias, 2010). Diameter bunga pita ke enam

varietas masuk dalam kategori grade AA dan A, yaitu varietas Puspita asri

dan Cut Nya’ Dien tergolong grade A, sedangkan empat yang lain masuk

dalam kategori grade AA.

Panjang rangkaian bunga varietas krisan yang diuji juga beragam.

Varietas Puspita asri memiliki panjang rangkaian bunga yang terpanjang dan

Nyi Ageng Serang yang terpendek (Tabel 2). Keragaman panjang rangkaian

bunga dari enam varietas yang diuji memberikan alternatif bagi pengguna

untuk memilih sesuai dengan selera dan peruntukannya.

Page 9: Ujji Adaptasi dan Preferensi Konsumen Terhadap Varietas …balithi.litbang.pertanian.go.id/file/pf2011-060-072-uji...oleh varietas Puspita Nusantara (Bety dan Suhardi, 2010), sedangkan

Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011

68

(a) Dewi ratih (b) Puspita nusantara

(c) Shakuntala (d) Puspita asri

(f) Cut Nya’ Dien (g) Nyi Ageng Serang

Gambar 1. Keragaan enam varietas unggul nasional krisan di Bandungan, kabupaten Semarang. Tahun 2009

Page 10: Ujji Adaptasi dan Preferensi Konsumen Terhadap Varietas …balithi.litbang.pertanian.go.id/file/pf2011-060-072-uji...oleh varietas Puspita Nusantara (Bety dan Suhardi, 2010), sedangkan

Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011

69

3. Ketahanan terhadap penyakit karat

Penyakit karat putih yang disebabkan oleh jamur Pucciana horiana

merupakan penyakit utama pada pertanaman krisan. Enam varietas yang

diuji di Bandungan memiliki tingkat ketahanan yang berbeda terhadap

serangan karat (Tabel 3). Hasil ini sesuai dengan hasil pengujian di

Magelang. Di Bandungan, Shakuntala merupakan varietas yang paling peka

terhadap serangan karat bersama-sama dengan varietas Nyi Ageng Serang,

sedangkan varietas Puspita asri secara konsisten menunjukkan sebagai

varietas yang sangat tahan. Varietas Puspita asri menunjukkan sifat sangat

tahan terhadap karat karena sampai menjelang panen tidak ditemukan

becak karat putih pada varietas tersebut. Varietas Puspita nusantara yang

teridentifikasi tahan karat pada waktu dilepas, pada pengujian ini menjadi

agak tahan, dan hal ini sesuai dengan hasil di Magelang (Tabel 3).

Keindahan bunga krisan tidak hanya dinilai dari kualitas bunganya,

keindahan dan kebersihan daun ikut menentukan, becak-becak putih dan

benjolan-benjolan pada permukaan daun yang disebabkan penyakit karat

menurunkan kualitas bunga.

Tabel 3. Ketahanan enam varietas unggul krisan terhadap penyakit karat di Bandungan, kabupaten Semarang, Jawa tengah. Agustus-November 2009.

Varietas Bandungan (2009) Magelang (2007)

Dewi ratih Sakuntala Puspita Nusantara Nyi Ageng Serang Puspita Asri Cut Nyak Dien

Agak tahan Sangat peka Agak tahan Sangat peka Sangat tahan Agak peka

Agak tahan Sangat peka Agak tahan Sangat tahan Peka

Page 11: Ujji Adaptasi dan Preferensi Konsumen Terhadap Varietas …balithi.litbang.pertanian.go.id/file/pf2011-060-072-uji...oleh varietas Puspita Nusantara (Bety dan Suhardi, 2010), sedangkan

Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011

70

4. Respon Pengguna

Tabel 4. Respon pengguna (petani, pedagang bunga, ibu-ibu rumah tangga dan petugas Pertanian) terhadap enam varietas yang dikenalkan di Bandungan, Kabupaten Semarang. Jawa Tengah pada Agustus-November, 2009.

Varietas Warna bunga

Bentuk bunga

Ukuran bunga

Jml bunga/ tan

Ketahanan thd karat

Kekuatan tangkai bunga

Dewi ratih Sakuntala Puspita Nusantara Nyi Ageng Serang Puspita Asri Cut Nyak Dien

Suka Sangat suka Sangat suka Tidak suka Sangat suka Suka

Suka Sangat suka Sangat suka Suka Sangat suka Suka

Suka Sangat suka Suka Suka Suka Suka

Sangat suka Sangat suka Suka Suka Suka Suka

Suka Tidak suka Sangat suka Sangat Tidak suka Sangat suka Suka

Suka Suka Suka Suka Suka Suka

Hasil wawancara memberikan indikasi bahwa pengguna menyukai

warna, bentuk, ukuran, produktivitas, pasca panen, dan ketahanan hama

penyakit beberapa varietas yang diperkenalkan (Tabel 4). Di Bandungan,

Shakuntala, Puspita nusantara dan Puspita asri lebih diapresiasi oleh

pengguna daripada Dewi ratih, Cut Nya’ Dien, dan Nyi Ageng Serang.

Shakuntala paling disukai karena bertipe standar, diameter bunga besar,

warna bunga pita kuning cerah. Pengguna di Bandungan menyukai tipe

standar karena sudah terbiasa dengan varietas impor yang kebanyakan

bertipe standar. Shakuntala memiliki kelemahan sangat peka terhadap

karat, tetapi kekurangan ini dapat ditekan dengan melakukan wiwil lebih

awal, yaitu 14 hari setelah tanam dan dilakukan paling lama satu minggu

sekali untuk mengeliminir sumber inokulum. Puspita nusantara adalah tipe

spray yang paling disukai karena warna dan bentuk bunganya menarik,

jumlah bunga/tangkai tinggi, dan agak tahan karat. Puspita nusantara juga

disukai di lokasi percobaaan Magelang (Bety dan Suhardi, 2009). Puspita

asri disukai pengguna karena memiliki warna dan bentuk bunga yang

menarik serta tahan karat. Puspita sari memiliki warna bunga pita ungu tua

cerah, dengan bunga tabung yang menonjol dan berdiameter besar (bila

dibandingkan dengan diameter bunga pita) dan berwarna kuning cerah

Page 12: Ujji Adaptasi dan Preferensi Konsumen Terhadap Varietas …balithi.litbang.pertanian.go.id/file/pf2011-060-072-uji...oleh varietas Puspita Nusantara (Bety dan Suhardi, 2010), sedangkan

Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011

71

tengah hijau (Gambar d). Ketahanan Puspita asri dapat dideteksi dari tidak

terdapatnya pustul pada seluruh organ tanaman sampai menjelang panen

meskipun ditanam di dekat sumber inokulum.

KESIMPULAN

1. Enam varietas yang diuji dapat beradaptasi dengan baik di Bandungan,

kabupaten Semarang.

2. Berdasarkan diameter bunga pita dan bunga tabung, empat varietas

tergolong grade AA dan dua varietas grade A. Puspita asri memiliki

tinggi tanaman tertinggi dan Cut Nya’Dien memiliki jumlah

bunga/tangkai terbanyak.

3. Varietas Puspita asri sangat tahan penyakit karat, Puspita nusantara dan

Dewi Ratih agak tahan, tiga varietas yang lain agak peka dan sangat

peka.

4. Berdasarkan tingkat kesukaan pengguna di daerah Bandungan terhadap

varietas yang diuji, varietas Shakuntala, Puspita nusantara dan Puspita

asri paling banyak diminati.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, I.S. dan R.A. Harahap. 1991. Prospek Pengembangan Industri Bunga di Indonesia. Hal. 15-23. Prosiding Seminar Tanaman Hias. Cipanas, 25 Agustus 1991. Sub Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas. Hal. 15-23.

Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Tanaman Obat-obatan dan Tanaman Hias. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Hal. 23.

Bety, Y.A. dan Suhardi.. 2009. Keragaan Tanaman dan Respon Pengguna Terhadap Varietas Unggul Nasional Krisan di Kabupaten Magelang. J. Agrosains 11(2): 52-57.

………….. dan T. Sarwana, 2008. Ketahanan Beberapa Varietas Unggul Nasional Krisan (Chrysanthemum sp.) Terhadap Penyakit Karat. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. BBP2TP, BPTP Jateng, Badan Litbang Pertanian, Semarang 8 November 2007. Hal. 239-243.

Page 13: Ujji Adaptasi dan Preferensi Konsumen Terhadap Varietas …balithi.litbang.pertanian.go.id/file/pf2011-060-072-uji...oleh varietas Puspita Nusantara (Bety dan Suhardi, 2010), sedangkan

Prosiding Seminar Nasional Florikultura 2011

72

Dit Budidaya dan Paska Panen Florikultura. 2011. Integrasi Sistem Pengembangan Industri Krisan di Indonesia. Dit Budidaya dan Paska Panen Florikultura, Dirjen Hortikultura, Kementan. 71 hal.

Djatnika, I., Dwiatmini, K., dan L. Sanjaya. 1994. Ketahanan beberapa kultivar krisan terhadap penyakit karat. Bull. Penel. Tan. Hias (11)2:19-25.

Hanafi, H., Martini, T., MF. Masyhudi. 2006. Analisis Finansial Bunga Potong Krisan di kecamatan Pakem, kabupaten Sleman, DI Jogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Pedesaan. Malang, 13 Desember 2005. BP2TP, Badan Litbang Pertanian. Hal. 197-202.

Hanudin, Kardin, K., dan Suhardi. 2004. Evaluasi ketahanan klon-klon krisan terhadap penyakit karat putih. J. Hortikultura. 14 (Edisi khusus):430-435.

Herlina, D., Sutater, T., dan M. Reza. 1997. Pengaruh kultivar dan umur tanaman induk terhadap kualitas dan produksi stek krisan. J. Hortikultura 6:440-446.

Komar, R, D., Nurmalinda, Komariah, N., dan Suhardi. 2008. Agribisnis krisan di Jawa Tengah. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 30, No 2.

Nainggolan, K. 1995. Analisis Peluang Bisnis Hortikultura Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Hortikultura. Perhorti. Jakarta, 23 September 1995.

Nurmalinda, Herlina, D., dan Satsiyati. 2004. Studi Diagnostik Ekploratif Perkembangan Tanaman Hias Potensial. J. Hortikultura 14(Ed khusus):442-453.

Wasito, A. dan B. Marwoto. 2004. Daya hasil dan klon-klon harapan krisan di tiga zona elevasi. J. Hortikultura 14(Ed khusus): 390-397.

……………………………. 2003. Evaluasi daya hasil dan adaptasi klon-klon harapan krisan. J. Hortikultura 13: 236-243.