uji triterpen & steroid dan uji alkaloid
DESCRIPTION
UJI TRITERPEN & STEROID DAN UJI ALKALOIDTRANSCRIPT
![Page 1: UJI TRITERPEN & STEROID DAN UJI ALKALOID](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013103/563db791550346aa9a8c4871/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051)
PERCOBAAN 8 & 9
UJI TRITERPEN & STEROID DAN UJI ALKALOID
Nama : Bunga Indraswari Sekaton
NIM : 10614047
Kelompok : 5
Tanggal Percobaan : 22 Oktober 2015
Asisten : Riga / 20515005
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
PROGAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015
![Page 2: UJI TRITERPEN & STEROID DAN UJI ALKALOID](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013103/563db791550346aa9a8c4871/html5/thumbnails/2.jpg)
PERCOBAAN 8
UJI TRITERPEN DAN STEROID
I. TUJUAN
1. Menentukan keberadaan senyawa triterpen dan steroid pada daun
tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) dengan uji Lieberman-
Burchard.
2. Menentukan keberadaan senyawa triterpen dan steroid pada daun
tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) dengan uji busa.
3. Menentukan kemurnian senyawa triterpen dan steroid pada daun
tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) dengan uji Kromatorgrafi
Lapis Tipis (KLT) dengan berdasarkan nilai Rf noda.
II. DATA PENGAMATAN
2.1. Sampel
Sampel 1 : Tapak Dara
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Catharanthus
Spesies : Catharanthus roseus
Sampel 2 : Dadap Merah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
![Page 3: UJI TRITERPEN & STEROID DAN UJI ALKALOID](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013103/563db791550346aa9a8c4871/html5/thumbnails/3.jpg)
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Erythrina
Spesies : Erythrina variegata
2.1. Uji Liebermann-Burchard
Tabel 2.1. Data Pengamatan Uji Liebermann-Burchard Pada Daun Tapak Dara
No Sampel Pengamatan Foto
1 Ekstrak kering daun
tapak dara
Setelah ditambahkan
anhidrida asetat, diaduk
kemudian ditambahkan
asam sulfat pekat,
warna larutan awalnya
kuning dan setelah
beberapa menit warna
larutan berubah menjadi
warna hijau gelap
2 Ekstrak kering daun
dadap merah
2.2. Uji Busa
Tabel 2.2 Data Pengamatan Uji Busa pada Daun Tapak Dara
No Sampel Pengamatan Foto
1 Ekstrak daun tapak dara
yang tidak larut dalam
eter
Setelah ditambahkan air
5 mL, pengamatan awal
tidak terdapat busa.
Setelah pengocokan
terdapat busa pada
permukaan (+)
2 Ekstrak daun dadap
![Page 4: UJI TRITERPEN & STEROID DAN UJI ALKALOID](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013103/563db791550346aa9a8c4871/html5/thumbnails/4.jpg)
merah yang tidak larut
dalam eter
2.3. Analisis KLT
III. PEMBAHASAN
Uji millon adalah sebuah uji menggunakan reagen millon yang merupakan
sebuah reagen yang digunakan untuk mendeteksi adanya protein terlarut.. hasil
positifnya berupa perubahan warna menjadi jingga-merah yang terbentuk saat
pemanasan, yang mengindikasikan adanya tyrosine, yakni asam amino yang
terdapat pada semua protein pada umumnya. Reagen millon adalah larutan
yang terdiri dari mercury nitrates (III) dan (V) di dalam nitric acid.
Nitrophenols, terbentuk dari reaksi tyrosine oleh nitric acid (V), dimana akan
membentuk komplek jingga-merah dengan mercury. Prinsip reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Prinsip reaksi pada uji Millon (www.edubio.info)
Hasil pada percobaan menunjukkan sampel kasein baik pada wujud cair
maupun kasein serbuk yang diencerkan dengan akuades ketika diberikan uji
millon terjadi endapan dengan warna jingga pada larutan. Hal ini
mengindikasikan adanya protein terlarut pada kasein.
Uji ninhidrin adalah sebuah reaksi kimia yang dilakukan untuk mendeteksi
keberadaan asam amino. Ninhydrin (triketohydrindene hydrate) adalah sebuah
oxidating agent yang akan melakukan oxidative deamination pada gugus
alpha-amino. Ketika ninhidrin bereaksi dengan asam amino, akan terbentuk
CO2 dimana menyebabkan hasil positif berupa warna biru atau ungu. Asam
![Page 5: UJI TRITERPEN & STEROID DAN UJI ALKALOID](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013103/563db791550346aa9a8c4871/html5/thumbnails/5.jpg)
amino berupa proline dan hydroxyproline juga bereaksi terhadap reagen
ninhidrin, namun menghasilkan kompleks kuning. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.2 Reaksi pada uji ninhidrin (vlab.amrita.edu)
Hasil dari percobaan menunjukkan adanya kompleks biru tua keunguan yang
terbentuk. Hal ini menyatakan adanya asam amino (kecuali asam amino proline
dan hydroxyproline) baik pada kasein maupun glisin.
Uji sulfur adalah salah satu uji untuk menentukan keberadaan sulfur atau
belerang pada asam amino dengan atom sulfur, misalnya sistein dan methionin.
Pada uji ini dalam suasana basa, Pb asetat akan bereaksi dengan sulfur dari
asam amino membentuk garam PbS yang akan menghasilkan kompleks hitam.
Penambahan NaOH berfungsi untuk mendenaturasi protein yang akan
mengakibatkan ikatan pada atom S yang terputus. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.3. Reaksi pada uji sulfur (Dokumentasi pribadi, 2015)
Hasil dari pengamatan diperoleh bahwa kasein hanya berwarna keruh
sedangkan sistein terdapat endapan hitam. Hal ini mengindikasikan bahwa
sistein mengandung atom sulfur sedangkan kasein tidak mengandung asam
amino yang memiliki atom sulfur.
![Page 6: UJI TRITERPEN & STEROID DAN UJI ALKALOID](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013103/563db791550346aa9a8c4871/html5/thumbnails/6.jpg)
Reaksi asam nitrit dengan glisin akan menghasilkan gas nitrogen (N2) dan
asam karboksilat. Keberadaan gas nitrogen ini ditandai dengan larutan yang
berubah warna menjadi biru muda. HCl yang ditambahkan pada reaksi ini akan
bereaksi dengan asam amino membentuk senyawa lain, dan muncullah warna
biru muda ini. HCl murni saja yang direaksikan dengan asam nitrit hanya
membuat sedikit gelembung dan larutan berwarna bening. Reaksi ini bertujuan
untuk mengetahui keberadaan gugus amina bebas pada asam amino dan protein
yang ditandai dengan terbentuknya gas nitrogen dan reaksinya menunjukkan
adanya amina primer pada pengujian protein. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.4 Reaksi glisin dengan asam nitrit (harpercollege.edu)
Reaksi antara kasein dan asam nitrit akan menghasilkan endapan putih yang
mengindikasikan tidak ada reaksi yang terjadi.
Uji biuret adalah sebuah tes kimia yang dilakukan untuk mendeteksi
adanya ikatan peptida. Reaktan NaOH disini berfungsi untuk memutuskan
ikatan peptida untuk membentuk kompleks ungu. Dan ion copper(II) dari
penambahan CuSO4 akan bereaksi dengan adanya peptida membentuk
kompleks ungu. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Gambar 3.5 Reaksi pada uji biuret (uwplatt.edu)
Uji xanthoproteat digunakan untuk menentukan keberadaan tyrosine,
trypthopane, dan phenylalanine pada protein. Hasil tes positif akan muncul
![Page 7: UJI TRITERPEN & STEROID DAN UJI ALKALOID](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013103/563db791550346aa9a8c4871/html5/thumbnails/7.jpg)
pada protein dengan asam amino yang membawa gugus aromatik, khususnya
tyrosine. Gugus aromatic pada asam amino akan dinitrasi oleh HNO3. Derivat
nitro ini akan menghasilkan warna kuning-jingga. Reaksi adisi dari nitric acid
ini umumnya sebagai tanda adanya tyrosine atau tryptophan pada protein.
Penambahan basa kuat berupa NaOH akan membuat kompleks warna yang
dihasilkan menjadi tua mendekati jingga. Reaksi yang terjadi pada uji ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 3.6 Reaksi pada uji xanthoproteat (uwplatt.edu)
Uji molisch adalah uji kimia yang digunakan untuk menunjukkan
keberadaan karbohidrat. Semua jenis karbohidrat (monosakarida, disakarida,
oligosakarida, dan polisakarida) akan menunjukkan hasil positif dengan uji ini.
Reagen molisch yang digunakan pada praktikum ini adalah naftal. H2SO4
yang turut ditambahkan pada uji ini yang menyebabkan terjadinya dehydration
pada sampel (gula) dari pentosa menjadi bentuk furfural, seperti yang
ditunjukkan pada gambar dibawah:
Gambar 3.7. Dehydration pada sampel (gula) dari pentosa/hexosa menjadi bentuk furfural
(harpercollege.edu)
![Page 8: UJI TRITERPEN & STEROID DAN UJI ALKALOID](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013103/563db791550346aa9a8c4871/html5/thumbnails/8.jpg)
Selanjutnya bentuk furfural ini akan bereaksi dengan naftal yang ada pada
reagen uji untuk membentuk kompleks ungu. Hasil pengamatan menunjukkan
semua sampel adalah senyawa karbohidrat.
Uji benedict akan menghasilkan hasil positif pada gula pereduksi.
Komposisi pereaksi benedict adalah Na-sitrat, Na2CO3 anhidrat, CuSO4 dan air.
Gula pereduksi akan teroksidasi oleh ion Cu di larutan reagen untuk
membentuk asam karboksilat dan kompleks merah copper (I) oxide, seperti
reaksi di bawah ini:
Gambar 3.8 Reaksi pada uji benedict (harpercollege.edu)
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sukrosa bukanlah gula pereduksi
karena tidak adanya kompleks merah yang terbentuk dari hasil uji ini.
Uji barfoed menyatakan hasil positif pada gula monosakarida pereduksi.
Reagen barfoed terdiri dari copper acetate dan acetic acid. Monosakarida
pereduksi akan teroksidasi oleh ion Cu di larutan membentuk asam karboksilat
dan kompleks merah copper (I) oxide selama kurang lebih 3 menit. Disakarida
pereduksi juga mengalami reaksi yang sama hanya saja dengan laju reaksi yang
lebih lambat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Gambar 3.9 Reaksi pada uji barfoed (harpercollege.edu)
Hasil dari pengamatan menunjukkan fruktosa dan glukosa merupakan gula
monosakarida pereduksi dengan ditandai munculnya endapan merah bata.
Pada uji hidrolisis gula, HCl pekat bertindak sebagai asam yang akan
menghidrolisis sampel gula (disakarida dan monosakarida) menjadi
monosakarida penyusunnya. Sedangkan tes tape dilakukan untuk menguji
kandungan glukosa. Tape ini mengandung enzim glukosa oksidase dan
peroksidase, dan orto-toluidin. Glukosa oksidase mengoksidasi glukosa
menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Lalu hidrogen peroksida akan
![Page 9: UJI TRITERPEN & STEROID DAN UJI ALKALOID](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013103/563db791550346aa9a8c4871/html5/thumbnails/9.jpg)
bereaksi dengan peroksidase menghasilkan oksigen yang mengoksidasi orto-
toluidin menghasilkan larutan berwarna hijau. Sedangkan larutan NaOH
digunakan sebagai penetralan larutan apabila masih terlalu asam.
![Page 10: UJI TRITERPEN & STEROID DAN UJI ALKALOID](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013103/563db791550346aa9a8c4871/html5/thumbnails/10.jpg)
IV. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa:
Kasein memiliki kandungan asam amino tyrosine
Glisin dan kasein mengandung asam amino (kecuali asam amino
proline dan hydroxyproline)
Sistein memiliki unsur belerang (S).
Glisin memiliki gugus amina bebas
Kasein mengandung gugus aromatik
Glukosa, fruktosa, maltosa, laktosa dan sukrosa merupakan
senyawa karbohidrat
Glukosa, fruktosa, maltosa dan laktosa adalah gula pereduksi. Gula
pereduksi dapat dideteksi dengan uji benedict.
Glukosa dan fruktosa adalah monosakarida pereduksi sedangkan
laktosa, maltosa dan sukrosa adalah disakarida pereduksi
Kandungan glukosa pada:
sukrosa: 2000 mg/dL
laktosa: 100 mg/dL
maltosa: 250 mg/dL
kanji: 0
![Page 11: UJI TRITERPEN & STEROID DAN UJI ALKALOID](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013103/563db791550346aa9a8c4871/html5/thumbnails/11.jpg)
V. DAFTAR PUSTAKA
Arthur, W. Devor, J. 1950. “Carbohydrate Tests Using Sulfonated α-
Naphthol”. Chem. Soc. , 1950, 72 (5), pp 2008–2012.
Boyer, R. 2000. Modern Experimental Biochemistry, 3rd ed. California:
Addison Wesley Longman, Inc.
Cooper, A. J. L. 1983. “Biochemistry of Sulfur-Containing Amino Acids”.
Annual Review of Biochemistry. Vol. 52: 187-222
Gornall, G., Bardawill, C., & David, M. 1949. “Determination of Serum
Proteins by means of the Biuret Reaction”. J. Biol. Chem., 177, 751-766.
Helmpkamp, G. K., Johnson, Jr., H. W. 1964. Selected Experiments in
Organic Chemistry. San Francisco: H. Freeman and Company. p. 128.
Karl H. Van Norman. 1909. “The Biuret Reaction and the Cold Nitric Acid
Test in the Recognition of Protein”. Biochem J. 1909; 4(3-4): 127–135.
Wilcox, C. F., Wilcox, M. F. 1998. Experimental Organic Chemistry: A
Small Scale Approach. New York: Prentice Hall. P. 506