uji reliabilitas kuesioner littlears...

77
UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS BERBAHASA INDONSIA PADA ORANG TUA DENGAN ANAK USIA 6 24 BULAN DI DESA KAPLONGAN LOR, KABUPATEN INDRAMAYU Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: ZAKIYAH SAFITRI NIM: 11161030000018 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441/2019

Upload: others

Post on 05-Apr-2020

19 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS BERBAHASA INDONSIA

PADA ORANG TUA DENGAN ANAK USIA 6 – 24 BULAN DI DESA

KAPLONGAN LOR, KABUPATEN INDRAMAYU

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

ZAKIYAH SAFITRI

NIM: 11161030000018

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441/2019

Page 2: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa
Page 3: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa
Page 4: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa
Page 5: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur kehdirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan

hidayahnya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW yang memimpin manusia menumpas kebatilan.

Penyusunan skripsi ini ditunjukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna

mencapai gelar Sarjana Kedoktera di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan

dari berbagai macam pihak, baik berupa materil maupun moril. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini, terimakasih kepada:

1. dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Kepala Program Studi

Kedokteran, Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL selaku pembimbing satu yang sudah

dengan sabar meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberi

masukan mengenai judul penelitian dan membimbing kami dalam

melaksanakan penelitian dan proses penyusunan skripsi ini.

4. dr. Cut Warniani, MPH. selaku pembimbing dua yang sudah meluangkan

waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dalam melakukan penelitian

dan menyusun penelitian serta mengoreksi tulisan ini

5. drg. Laifah Annisa Hendarmin PhD, selaku penanggung jawab modul riset

yang selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

6. Kepala Puskesmas Kaplongan Lo dan, Bd. Lilis, Amd. Selaku bidan desa

Puskesmas Kaplongan, ibu Alifah selaku kader desa dan Mba Azizah Al

Habsy selaku sepupu penulis yang sudah mengizinkan dan membantu

penulis dalam pengambilan data responden di desa Kaplongan Lor.

7. Seluruh responden yang sudah bersedia dan meluangkan waktu untuk

mengisi kuesioner dan diwawancari terkait perkembangan putra-putrinya.

Page 6: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

v

8. Kepada orang-orang yang penulis sayangi, kedua orang tua penulis Nur

Komarul Badri Al Hinduan dan Durotin Al Hinduan, adik penulis Aisyah

Al Hinduan, dan Alm. Zaenal Abidin Al Hinduan, Kakak Penulis

Muhammad Munawar Al Hinduan, Siti Yuliati Al Hinduan, Syabron

Mulasy Al Hinduan. Dan segenap keluarga besar H. Zaenal Abidin Al

Hinduan dan H. Sholeh Al Hinduan yang selalu mendukung dan

mendo’akan penulis.

9. Teman-teman satu Kelompok penelitian : Ade Nurmyla Fauziati, Hibban

Ahmad Daffa, Khanisa Aghnia Afwa, Sumaya Al Jufri yang telah

berjuang bersama dalam melakukan dan menyelesaikan penyusunan

penelitian ini. Terimakasih atas kerjasama dan selalu memberikan

dukungan kepad penulis.

10. Sahabat-sahabat penulis Vika Nurazizah, Putri Aliphiyah Nur Azmi,

Rahayu, Laulaka laula, Hasna Chairunnisa terimakasih atas do’a dan

dukungannya selalu untuk penulis

11. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini baik secara

langsung maupun tidak langsung yang tidak mungkin penulis sebutkan

satu per satu.

Semoga dengan selesainya Laporan Penelitian ini dapat menambah

pengetahuan kita semua mengenai uji reliabilitas kuesioner berbahasa Indonesia

di desa Kaplonganlor ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ciputat, November 2019

Zakiyah Safitri

Page 7: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

vi

ABSTRAK

Zakiyah Safitri. Program Studi Kedokteran. Uji Reliabilitas Kuesioner LittlEars

Bahasa Indonesia kepada Orang Tua dengan anak Usia 6 – 24 bulan di Desa

Kaplongan Lor, Indramayu.2019

Latar Belakang : Di dunia terdapat 5% populasi atau 360 juta jiwa menderita

tuna rungu dan 32 juta diantaranya adalah anak-anak. Kuesioner littlEARS adalah

salah satu instrument untuk mendeteksi gangguan dengar pada anak. Pada

penelitian ini bertujuan untuk melihat reliabilitas Kuesioner LittlEars berbahasa

Indonesia di desa Kaplongan Lor, serta menilai korelasi usia anak dengan total

skor kuesioner. Metode : peneltian ini dilakukan di Desa Kaplongan Lor, dari

bulan Juni 2019 – Agustus 2019 dengan desain cross sectional. Jumlah responden

pada penelitian sebanyak 60 orang tua dengan anak usia 6 – 24 bulan tanpa risiko

gangguan dengar. Dengan laki-laki 36,3% dan perempuan 73,7%. Hasil :

Kuesioner LittlEars berbahasa Indonesia Valid dan Reliabel dengan Cronbach’s

Alpha Mandiri : 0,902 dan metode wawancara : 0,901 dengan Guttman Split-Half

metode mandiri : 0,93 dan metode wawancara : 0,942. Kuesioner LittlEars bahasa

Indonesia memiliki korelasi positif antara usia anak dengan jumlah skor kuesioner

dengan metode wawancara memilki nilai korelasi tertinggi dengan nila r

koefisien: 0,765 (p value < 0.05). Kesimpulan : Kuesioner LittlEars memiliki

reliabilitas baik dan dapat digunakan di desa Kaplongan Lor dengan Metode

Wawancara.

Kata Kunci : Validitas, Kuesioner LittlEars, Gangguan dengar Anak.

Abstract

Zakiyah Safitri. Medical Studies. Examine the reliability of Indonesian LittlEARS

Questionnaire to Parents with Children Age 6 – 24 months in Kaplongan lor,

Indramayu Regency. 2019.

Background :In the world there ara 5% of the population or 360 million people

suffer hearing loss and hearing impairment on children were 32 million people.

To Exemine the reliability of Indonesian LittlEars questionnaire to Parents with

children age 6 – 24 months in Kaplongan lor, Indramayu, and assess the

correlation between age children and total scores questionnaire. Methode : the

study was conducted in Kaplongan Lor, Indramayu city from June 2019 – Augst

2019 used cross sectional design. Number of respondents 60 parents who have

children age 6 – 24 months without the risk of hearing loss. Boys 22 children

(36,3%) and girls children 38(73,7%). Results : Indonesian LittlEars

Questionnaire is valid and reliable with Cornbach’s Alpha self-administer : 0.902

and interview method: 0.901 with Guttman Split-Half independent method: 0.93

and interview method: 0.942. The Indonesian LittlEars questionnaire has a

positive correlation between the age of the child and the total score of the

questionnaire. The interview method has the highest correlation value with the

value coefficient: 0.765 (p value <0.05). Conclusion : The LittlEars questionnaire

has good reliability values and can be used in the Kaplongan Lor, Indrmayu City,

with the Interview Method

Keywords : Validity, LittlEars Questionnaire, Child Hearing

Page 8: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIANERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

KATA PENGANTAR ................................................................................................ III

ABSTRAK .................................................................................................................. VI

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... IX

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... X

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ XI

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. XII

BAB I PENDAHULUAN………………………………….……………………...1

1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH : .............................................................................. 3

1.3 HIPOTESIS ................................................................................................. 3

1.4 TUJUAN PENELITIAN .................................................................................. 3

1.4.1 Tujuan Umum: ...................................................................................... 3

1.4.2 Tujuan Khusus : .................................................................................... 3

1.5 MANFAAT PENELITIAN : ............................................................................ 3

1.5.1 Bagi peneliti : ........................................................................................ 3

1.5.2 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah : .................................................. 4

1.5.3 Bagi kalangan medis: ............................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..…………………………………………5

2.1 LANDASAN TEORI ..................................................................................... 5

2.1.1. Fisiologi pendengaran ....................................................................... 5

2.1.2. Tumbuh kembang pendengaran dan bicara .................................... 10

2.1.3. Faktor yang memengaruhi tumbuh kembang pendengaran ............ 12

2.1.4. Gangguan pendengaran pada anak dan bayi. .................................. 13

2.1.5. Pemeriksaan Pendengran Pada Bayi dan Anak............................... 16

2.1.6. Kuesioner LittEARS ....................................................................... 17

2.1.7. Faktor yang Memengaruhi Kuesioner ............................................ 19

2.1.8. Validasi Kuesioner .......................................................................... 20

2.3 KERANGKA KONSEP ................................................................................ 23

2.4 DEFINISI OPERASIONAL ........................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN…….…………………………………………25

3.1 DESAIN PENELITIAN ................................................................................ 25

3.2 WAKTU PENELITIAN ................................................................................ 25

3.3 TEMPAT PENILITIAN ................................................................................ 25

3.4 POPULASI ................................................................................................ 25

Page 9: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

viii

3.4.1 Populasi Umum .................................................................................. 25

3.4.2 Populasi Terjangkau ........................................................................... 25

3.5 SAMPEL PENELITIAN DAN CARA PENGAMBILAN SAMPEL ....................... 25

3.5.1. Besar Sampel .................................................................................. 26

3.6 VARIABEL PENELITIAN ............................................................................ 26

3.6.1 Variabel terikat ................................................................................... 26

3.6.2 Variabel bebas .................................................................................... 26

3.7 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI ........................................................... 27

3.7.1 Kriteria Inklusi : .................................................................................. 27

3.7.2 Kriteria Eklusi :................................................................................... 27

3.8 ALAT DAN BAHAN ................................................................................... 27

3.9 CARA KERJA ........................................................................................... 28

3.10 ALUR PENELITIAN ................................................................................... 28

3.11 MENEJEMEN DATA .................................................................................. 29

3.11.1 Cleaning data .................................................................................. 29

3.11.2 Analisis Data ................................................................................... 29

3.11.3 Penyajian Data ................................................................................ 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..……………………………………….31

4.1 STATISTIK DESKRIPTIF ............................................................................ 31

4.1.1. Karakteristik Responden ................................................................. 31

4.2 STATISTIK ANALITIK BIVARIAT .............................................................. 33

4.2.1. Reliabilitas dan Uji Validitas .......................................................... 33

4.2.2. Reliabilitas dengan Metode Guttman Split-Half ............................. 34

4.2.3. Uji Komperatif Kesesuaian Katagorik ( Kohen’s Kappa) .............. 35

4.2.4. Regresi Non Linier .......................................................................... 39

4.2.5. Korelasi Usia dengan Jumlah Skor ................................................. 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…..……………………………………...45

5.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 45

5.2 SARAN ..................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...47

LAMPIRAN…………………………………………………………………….51

Page 10: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Tumbuh Kembang Anak………………………………………… 12

Tabel 2.2 : Perkiraan adanya gangguan pendengaran pada bayi…………… 16

Tabel 4.1 : Karakteristik Responden………………………………………… 33

Tabel 4.2 : Sebaran R esponden……………………………………………… 34

Tabel 4.3 : Uji Reliabilitas Alpha……………………………………………. 35

Tabel 4.4 : Reliabilitas Guttman Split-Half…………………………………. 36

Tabel 4.5 : Uji Komperatif Kesesuaian Kategorik…………………………… 38

Tabel 4.6 : Perbandingan Uji Reliabilitas pada Kuesioner LittlEARS.………. 39

Tabel 4.7 : Uji Regresi Non Linier Kuadratik Metode Mandiri……………… 40

Tabel 4.8 : Uji Regresi Non Linier Kuadratik Metode Wawancara………….. 40

Tabel 4.9 : Korelasi Usia Anak dengan Jumlah Skor………………………… 42

Page 11: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Anatomi Telinga Manusia…………………………………….... 5

Gambar 2.2 : Anatomi Transmisi gelombang suara…………………………... 7

Gambar 2.3 : Struktur Koklea (potongan melintang)...……………………….. 7

Gambar 2.4 : Anatomi Organ Korti…………………………………………… 8

Gambar 2.5 : Peran Sterosilia dalam Transduksi Suara……………………… 8

Gambar 2.6 : Proses Pendengaran pada Manusia……………………………... 9

Gambar 2.7 : Kurva normal LittlEARS……………………………………….. 19

Gambar 2.8 : Kerangka Teori…………………………………………………. 22

Gambar 2.9 : Kerangka Konsep……………………………………………….. 23

Gambar 4.1 : Persebaran Responden Metode Mandiri………………………... 40

Gambar 4.2 : Persebaran Responden Metode Wawancara……………………. 41

Gambar 4.3 : Grafik Scatter pada Metode Mandiri dan Wawancara………….. 43

Page 12: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

xi

DAFTAR SINGKATAN

ABR : Auditory Brainstem Respone

ASSR : Auditory Steady State Respone

BERA : Brainstem Evoked Response Audiometry

LEAQ : The LittlEARS Auditory Questionnaire

NICU : Neonatal Intensive Care Unit

OAE : Otoaccouistic Emission

RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

WHO : World Health Organization

Page 13: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian……………………………………………. 45

Lampiran 2 Surat Izin Dinas Kesehatan……………………………………... 46

Lampiran 3 Lembar Informed Consent……………………………………… 47

Lampiran 4 Form Karakteristik Responden…………………………………. 48

Lampiran 5 Kuesioner LittlEars Bahasa Indonesia…………………………. 49

Lampiran 6 Lampiran 6 Kuesioner LittlEars Bahasa Inggris……………….. 52

Lampiran 7 Hasil Uji Statistik……………………………………………….. 54

Lampiran 8 Riwayat Penulis………………………………………………… 57

Page 14: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pendengaran adalah organ sensori yang memiliki peran penting dalam kualitas

hidup manusia. Fungsi pendengaran yang terganggu terutama pada bayi baru lahir

dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembanagan anak dalam berbahasa dan

berbicara.1

Gangguan dengar pada anak dan bayi cukup sulit dideteksi, terutama

pada anak usia 0 – 24 bulan. Pada usia tersebut respon anak masih sangat terbatas

sehingga banyak orang tua dan pengasuh tidak menyadari terdapat gangguan

dengar pada anak mereka. Gangguan dengar yang dapat didiagnosis dan

mendapatkan perawatan sebelum usia 6 bulan akan memberikan efek yang lebih

optimal terhadap tumbuh kembang anak setelahnya.4

Berdasarkan data WHO Multicenter Study, Jumlah penderita gangguan

pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa.

Angka ini sekaligus menjadikan Indonesia sebagai Negara ke-4 terbanyak di

dunia yang memiliki jumlah penderita gangguan pendengaran setelah Sri Lanka

(8,8%), Myanmar (8,4%) dan India (6,3%).2,3

Sementara lebih dari 5% populasi dunia atau 360 juta jiwa adalah tuna rungu

(328 Juta orang dewasa dan 32 Juta anak-anak). Sekitar sepertiga orang berusia di

atas 65 tahun mengalami gangguan pendengaran. Prevalensi pada kelompok usia

ini paling banyak terjadi di Asia Selatan, Asia Pasifik dan sub-Sahara Afrika.2,3

Prevalensi ketulian di Indonesia mencapai 0,09%, dan prevalensi tertinggi

ditemukan di Maluku sebesar 0,45% sedangkan prevalensi terendah terdapat di

Kalimantan Timur sebesar 0,03%. Gangguan pendengaran di Indonesia memiliki

prevalensi sebesar 2,6% diantara disabilitas lain.1,4

Gangguan dengar anak memiliki berbagai macam faktor penyebab,

diantaranya; faktor genetik, bayi lahir belum cukup umur (premature), bayi

pernah di rawat di NICU, pada saat hamil ibu menginfeksi virus TORCH

(toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes), hiperbilirubinemia, berat bayi

lahir kurang dari 1500 gram, ventilasi yang lama, Apgar Score yang lama, bayi

pernah mendapat obat yang bersifat toksik pada pendengaran, ataupun bayi yang

mengalami meningitis dapat meningkatkan risiko gangguan pendengaran. 1,4

Page 15: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi gangguan dengar. Pada prinsipnya

tes gangguan dengar dibedakan menjadi tes obyektif dengan alat elektrofisiologik

berupa ABR (Auditory Brain System), ASSR (Auditory Steady State Respone),

dan OAE (Otoacouistic Emission) pemeriksaan ini bersifat tidak invasif dan

dapat mendiagnosis gangguan dengar sejak dini. Selain itu terdapat tes gangguan

dengar secara subyektif berdasarkan pengamatan terhadap perilaku anak dengan

rangsangan suara, tes tersebut berupa BOA (behavioral observation audiometry),

dan visual re-inforcement audiometry. Tetapi kendalanya adalah tidak semua

rumah sakit ataupun klinik dapat menyediakan tes tersebut dan biaya pemeriksaan

yang cukup mahal sehingga tidak terjangkau masyarakat dengan ekonomi

menengah ke bawah.4

Hal ini diperberat dengan rendahnya pengetahuan orang tua

tentang gangguan pendengeran pada anak.4

Oleh karena itu, kita memerlukan instrument lain untuk mendeteksi gangguan

pendengaran pada anak sejak dini, terutama anak berusia 6 – 24 bulan. Salah

satunya metode yang dapat digunakan adalah dengan kuesioner LittlEars.

Kuesioner LittlEars pertama kali digunakan di Jerman. LittlEars yaitu suatu

instrument yang berupa kuesioner yang dikembangkan oleh MedEl yang sudah

diterjemahkan ke dalam 16 bahasa dan mencapai standar validasi yang baik.

LittlEars dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan pendengaran pada anak

usia 0 – 24 bulan. Selain harga yang terjangkau, LittlEars juga dapat digunakan

oleh para ibu dan pengasuh untuk mendeteksi gangguan pendengaran secara dini

pada bayi di usia 0 – 24 bulan dalam masa preverbal pada anak.5

LittlEars mendeteksi kebiasaan auditori anak dalam hal merespon suara

disekitar. LittlEars berisi pertanyaan - pertanyaan yang ditunjukan kepada ibu

ataupun pengasuh anak mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak yang

dapat dijawab dengan kata “YA” atau “TIDAK”. Kuesioner LittlEars ini belum

resmi diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Pada kesempatan ini, peneliti

melakukan validasi kuesioner LittlEars terhadap gangguan pendengaran pada

anak usia 0 – 24 bulan di desa Kaplongan Lor, kabupaten Indramayu.5

Page 16: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

3

1.2 Rumusan Masalah :

Bagaimana nilai reliabilitas kuisioner LittlEars berbahasa

Indonesia kepada orang tua yang memiliki anak usia 6 - 24 bulan untuk

mendeteksi gangguan pendengaran secara dini di Indonesia.

1.3 Hipotesis

Kuisioner LittlEars berbahasa indonesia memiliki nilai reliabilitas yang akurat

terhadap deteksi dini gangguan pendengaran pada anak usia 6 - 24 bulan di

Indonesia.

1.4 Tujuan penelitian

1.4.1 Tujuan Umum:

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa nilai reliabilitas

penggunaan kuisioner LittlEars berbahasa Indonesia sebagai instrumen

seleksi terhadap gangguan pendengaran anak di Indonesia.

1.4.2 Tujuan Khusus :

1. Dilihat gambaran sosiodemografi responden di desa Kaplongan lor,

Kabupaten Indramayu.

2. Dilihat sebaran responden terhadap kuesioner LittlEars berbahasa

Indonesa sebagai instrumen seleksi gangguan dengar pada anak usia 6 – 24

bulan di desa Kaplongan Lor dengan metode mandiri.

3. Dilihat sebaran responden terhadap kuesioner LittlEars berbahasa

Indonesa sebagai instrumen seleksi gangguan dengar pada anak usia 6 – 24

bulan di desa Kaplongan Lor dengan metode wawancara.

4. Dinalisa uji reliabilitas kuesioner LittlEars berbahsa Indonesia sebagai

instrument seleksi gangguan pendengaran pada anak usia 6 – 24 bulan

tanpa risiko gangguan dengar di desa Kaplongan Lor, kabupaten

Indramayu dengan berbagai metode SPSS.

5. Dilihat korelasi skor kuesioner LittlEars berbahasa Indonesia dengan usia

anak tanpa risiko gangguan dengar di desa Kaplongan Lor, Kabupaten

Indramayu.

1.5 Manfaat Penelitian :

1.5.1 Bagi peneliti :

Page 17: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

4

1 Menerapkan ilmu yang sudah diperoleh.

2 Memenuhi salah satu syarat mendapat gelar sarjana kedokteran di

Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3 Menambah ilmu mengenai validasi kuisioner LittlEars terhadap gangguan

pendengaran pada anak usia 0-24 bulan

4 Menambah ilmu mengenai fungsi, dan gangguan pendengaran pada anak.

1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah :

1 Melaksanakan kegiata tri darma perguruan tinggi sebagai sarana

pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat

1.5.3 Bagi kalangan medis:

1 Dapat mengaplikasikan penggunaan LittlEars berbahasa indonesia

terhadap deteksi dini gangguan pendengaran pada anak usia 0 – 24 bulan

2 Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

Page 18: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Fisiologi pendengaran

Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian

tengah dan telinga bagian dalam.6 Pada telinga bagian luar terdapat pina yang

berfungsi untuk menangkap gelombang suara, Meatus auditorius externus yang

berfungsi untuk menyalurkan suara.6 Kemudian telinga tengah terdiri dari

membran timpani yang berfungsi untuk menghantarkan suara.6 Penghantaran

suara ini dipermudah oleh tiga tulang penghubung atau di sebut occulus, yaitu

malleus, inkus, stapes. Tulang pertama malleus yang menempel pada membran

timpani dan tulang terakhir yaitu stapes yang menempel pada membrane ovale. 6

Gambar 2.1 Anatomi telinga

(Sumber : Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke system. Ed. 8. Jakarta

: EGC, 2014)

Sewaktu membran timpani bergetar karena menerima respon gelombang

suara maka tulang occulus akan menyalurkan getaran tersebut ke membrane

ovale dengan frekuensi yang sama seperti gelombang suara asal.7 Ketika

menerima respon gelombang suara dengan frekuensi yang cukup tinggi yaitu

lebih dari 70 dB maka otot-otot halus pada telinga tengah berkontraksi secara

refleks dan membran timpani meregang mengakibatkan gerak occulus

terhambat.7 Membrane ovale berbatasan dengan koklea yang berukuran sebesar

kacang polong dan berbentuk seperti siput yang terdapat dibagian telinga dalam

yang terletak di dalam tulang temporal. Koklea dibagi menjadi tiga

Page 19: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

6

kompertemen, yaitu, skala media yang membentuk terowongan panjang di

seluruh bagian tengah koklea. Skala vestibuli yang mengikuti kontur dalam

spiral. Skala timpani, kompartemen bawah yang mengikuti kontur luar.6,7

Terdapat cairan di dalam duktus koklearis (skala media) yang disebut

endolimfe, dan terdapat perilimfe yaitu cairan di dalam skala vestibuli dan skala

timpani.6 Daerah ujung terluar duktus koklearis terdapat helikotrema yang

menghubungkan skala vestibuli dan skala timpani. Skala vestibuli berbatasan

langsung dengan membrane ovale yang memisahkan dengan telinga tengah.6

Terdapat membran vestibularis sebagai atap dari duktus koklea yang

memisahkan dua kompartemen atas, dan terdapat membran basilaris yang

membentuk dasar duktus koklearis dan memisahkan dengan skala timpani. Di

dalam membran basilaris terdapat organ korti sebagai alat indra pendengaran. 6,7

Gambar2.2 Transmisi gelombang suara

(Sumber : Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke system. Ed. 8. Jakarta

: EGC, 2014)

Gambar 2.3 Struktur koklea

(Sumber : Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke system. Ed. 8. Jakarta

: EGC, 2014)

Page 20: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

7

Organ korti mengandung sel-sel rambut yang merupakan mekanoreseptor

yang akan menghasilkan sinyal saraf apabila permukaan rambut, mengalami

perubahan bentuk secara mekanis akibat pergerakan cairan di telinga dalam.

Setiap organ corti memiliki tiga sel rambut luar dan satu sel rambut dalam.7

Setiap sel rambut memiliki 100 mikrovilus yang kaku oleh adanya aktin yang

disebut sterosilia. Pergerakan pada sel rambut menyebabkan perubahan

potensial berjenjang di sel reseptor. Kanal- kanal ion pada sel reseptor akan

terbuka dan terjadinya depolarisasi. Perubahan potensial aksi akan terus

merambat ke korteks auditorius di lobus temporalis otak untuk persepsi suara. 6,7

Gambar 2.4 Struktur organ corti

(sumber : Netter, Franklin H. Atlas of Human Anatomy 25th

ed. Jakarta :

EGC. 2014)

Gambar 2.5 Peran sterosilia dalam transduksi suara

(sumber :Hall, J. E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physicologi.

Edisi : 12. Singapore: Elsavier.2016)

Page 21: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

8

Serabut saraf dan ganglion spiralis pada organ corti memasuki nucleus

koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak di bagian atas medulla.7 Serabut

saraf akan bersinaps dan neuron yang berlawanan dari batang otak dan beberapa

serabut saraf yang sejajar akan berjalan menuju nucleus olivarius superior. Dari

nucleus olivarius superior jaras pendengaran akan berakhir di leminiskus

lateralis, tetapi sebagian besar impuls akan melewati bagian ini dan berjalan

menuju kolikulus inferior, tempat dimana hampir semua saraf pendengaran

bersinaps.6,7

Kemudian jaras berjalan menuju nucleus genikulatum medial,

tempat dimana serat-serat bersinaps. Kemudian jaras berlanjut melalui radiasio

auditorius ke korteks auditorik yang terletak di gyrus superius lobus temporalis.6

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, pertama, suara dari kedua

telinga akan dihantarkan melalui jaras pada kedua sisi otak, dan penghantaran

yang besar terdapat pada sisi kontralateral. Berdasarkan pernyataan tersebut

terdapat tiga tempat persilangan antar kedua jaras, yaitu : 1. Di korpus

trapoizoid, 2. Di komisura antara dua inti leminiskus lateralis, dan 3. Di

komisura yang menghubungkan dua kolikulus inferior.6,7

Kedua, banyak serat kolateral dari traktus audiorius berjalan langsung

kedalam sistem aktivasi retikular di batang otak. System in mengaktivasi

seluruh sistem saraf untuk merespon bunyi keras. Serat-serat kolateral menuju

ke vermis serebelum yang akan teraktivasi ketika ada bunyi dengan frekuensi

tinggi secara mendadak.6,7

Page 22: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

9

Gambar 2.6. Proses pendengaran pada manusia :

(Sumber : Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke system. Ed. 8. Jakarta

: EGC, 2014)

Perambatan potensial aksi di korteks

auditorius di lobus temporalis Presepsi suara

Getaran round window

Pembuyaran energi

Getaran membrane timpani

Gelombang suara

Getaran osikulus

Getaran Oval window

Getaran cairan di dalam

koklea

Getaran membrane basilaris

Menekuknya sel rambut reseptor

di organ Corti sewaktu

memberan basilaris menggeser

rambut-rambut terhadap

membrane tektorium di atasnya.

Perubahan potensial

berjenjang di reseptor

Page 23: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

10

Ketiga, orientasi spasial berderet tinggi akan dipertahankan dari koklea

sampai ke korteks. Terdapat tiga pola spasial yang dapat menghentikan berbagai

frekuensi bunyi di inti koklea, dua pola spasial di kolikulus inferior, satu pola

spasial yang spesifik di korteks auditori untuk frekuensi bunyi yang khas, dan

sekurang-kurangnya lima pola spasial lain di korteks auditori yang kurang

spesifik dan area asosiasi auditorik.6,7

2.1.2. Tumbuh kembang pendengaran dan bicara

Perkembangan auditorik pada manusia berkaitan dengan perkembangan

otak. Neuron bagian korteks mengalami proses pematangan pada 3 tahun

pertama kehidupan, dan pada 12 bulan pertama adalah masa perkembangan otak

yang sangat cepat.9,10

Pada usia gestasi berumur 20 minggu, terjadi perkembangan koklea yang

telah mencapai fungsi seperti orang dewasa. Pada usia tersebut kandungan dapat

memberi respon pada suara di sekitarnya. Namun refleks janin masih bersifat

refleks Moro. 10

Perkembangan pendengaran pada anak dapat dikelompokan dalam

berbagai usia, yaitu kelompok usia 0-4 bulan, 7-9 bulan, dan 9-13 bulan.

Kemampuan pendengaran anak usia 0-4 bulan bila di beri stimulus bunyi akan

memberikan respon berupa auto palpebral, denyut jantung meningkat, mata

melebar, cessation, dan grimacing (mengerutkan wajah).9,10

Perkembangan pendengaran anak usia 4 - 7 bulan yaitu jika anak berusia 4

bulan dan diberi stimulus bunyi maka anak tersebut dapat memutarkan kepala

dengan lemah dan pada usia 7 bulan, apabila diberi stimulus bunyi maka anak

dapat memutar kepala kesisi horizontal dengan cepat namun apabila kesisi

vertikal masih lemah. Ketika usia 7 – 9 bulan, apabila diberi stimulus bunyi

maka dapat memutar kepala dengan cepat dan dapat mengidentifiasi sumber

bunyi dengan tepat.10

Menginjak usia 9-13 bulan dapat mengidentifikasi bunyi yang bersumber

dari atas kepala, ketika menginjak usia 13 bulan, anak dapat mengidentifikasi

sumber bunyi dari berbagai arah dengan cepat.9

Page 24: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

11

Tabel 2.1 Tumbuh Kembang Anak

(sumber : Aminullah A, S. I. 2010. Buku panduan tatalaksana bayi baru lahir di Rumah

sakit. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI)

Usia Bahasa Reseptif Bahasa Ekspresif

0 – 6

bulan

Bereaksi dan menoleh terhadap suara,

memahami nada suara (misalnya:

marah atau senang)

Mendengkur, seperti suara burung (cooing),

seperti suara berkumur (gurgles), Berceloteh dan

tertawa (babbling), tangisan dengan nada yang

berbeda

6 – 12

bulan

Memahami gerak isyarat memahami

beberapa kata dan frasa

Bersuara dengan nada yang berbeda, mulai

menggunakan beberapa kata pertama yang tidak

mengandung arti (jargon), pada usia 10 bulan

mampu menirukan suara sendirir (ecolalia)

12 – 18

bulan

Memahami kalimat umum yang

singkat dan sederhana, menunjuk

beberapa bagian tubuh, dapat

mengenali gambar yang tidak asing

Mengucapkan kata-kata tunggal yang memiliki

arti (true speech), menggunakan kata tersebut

untuk beberapa pengertian berbeda, meneruskan

celotehan yang diciptakan

18 – 24

bulan

Memahami beberapa kata depan dan

kata ganti orang, mendengar dan

memahami cerita sederhana,

menunjuk gambar bila ditanya

Mengucapkan kombinasi 2 atau 3 kata,

mengekspresikan penolakan dengan

mengucapkan “tidak”

2 – 3

tahun

Dapat mengikuti arah tiga bagian,

memahami sebagian besar kalimat

orang dewasa, memahami konsep

seperti “satu” dan “beberapa”

Kalimat 3 dan 4 kata menggunakan beberapa

kata depan dan kata ganti, sekitar 50% dapat di

mengerti

3 – 4

tahun

Dapat mengenali objek bila diberikan

fungsinya, memahami lebih banyak

kata depan, mengerti informasi yang

lebih abstrak

Hampir seluruhnya dapat dimengerti, kalimat

dengan 4 hingga 6 kata dengan berbagai jenis

kalimat, (pertanyaan, perintah, dan kalimat

negative)

4 – 5

tahun

Diluar keterbatasan kosa kata, dapat

memahami sebagian besar

pembicaraan orang dewasa

Telah menyelesaikan 90% pelajaran berbicara,

dapat berbicara dengan bahasa yang lazim pada

orang dewasa.

Page 25: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

12

2.1.3. Faktor yang memengaruhi tumbuh kembang pendengaran

Kemampuan berbahasa seseorang mencerminkan kemampuan mendengar

dan memperoses informasi dengan baik. Terdapat beberapa faktor yang

memengaruhi tumbuh kembang pendengaran pada anak. Penyebab gangguan

pendengaran pada bayi dan anak dapat dibedakan berdasarkan kapan terjadinya

gangguan, yaitu, masa prenatal, perinatal dan postnatal.4

a). Masa Pranatal

1). Genetik/ herediter

Pada bayi atau anak yang memiliki riwayat keluarga yang memiliki tuli

sensori neural sejak lahir maka memiliki risiko tinggi menderita tuli kongenital.

Selain itu bentuk wajah dan telinga sangat memengaruhi proses pendengaran

anak.4

2). Non Genetik

Pada masa kehamilan janin membutuhkan nutrisi yang cukup untuk

perkembangan janin. Gizi yang kurang pada saat kehamilan dapat mengakibatkan

kelainan struktur anatomi. Selain itu periode trimester pertama sangat penting bagi

pertumbuhan janin, sehingga apabila ibu terinfeksi virus ataupun bakteri seperti

Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegallo virus, Herpes virus dan Sifillis dapat

menyebabkan gangguan pendengaran.13

Obat-obat yang bersifat ototoksik dan teratogenik seperti, salisilat, kina,

neomisisn, dihidrostreptomisin, gentamisin, barbiturate, thalidomide dll, apabila

dikonsumsi ibu hamil dapat berpotensi mengganggu organogenesis pada janin

sehingga dapat merusak sel rambut-rambut koklea. Selain itu dapat terjadi

malformasi struktur telinga, seperti atresia liang telinga dan aplasia koklea yang

dapat menyebabkan gangguan pendengaran.13

b). Masa Perinatal

Beberapa keadaan dapat dialami bayi ketika proses kelahiran. Pada saat

kelahiran ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan

pedengaran, seperti bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah (< 2500 gram),

hiperbilirubinemia, afiksia berat (lahir tidak menangis), nilai APGAR skor rendah.

Page 26: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

13

Umumnya faktor risiko pada saat prenatal dan perinatal akan menyebabkan tuli

sensorineural berat dan sangat berat. 13,4

c). Masa post natal

Adanya infeksi bakteri atau virus seperti rubella, campak, parotis, infeksi

otak (meningitis atau ensefalitis), perdarahan telinga tengah akibat trauma, infeksi

telinga tengah (otitis Media) trauma temporal juga dapat menyebabkan tuli sensori

neural ataupun tuli konduktif.4,13

Tetapi dalam praktek di masyarakat didapat 50% bayi dengan gangguan

pendengaran tidak mempunyai faktor risiko tersebut, sehingga apabila hanya

menggunakan kriteria faktor risiko tersebut maka banyak bayi yang mempunyai

gangguan pendengaran tidak dapat terdiagnosis dan mengalami keterlambatan

tumbuh kembang. Dalam hal ini skrining pendengaran sangat direkomendasikan

untuk bayi baru lahir agar bayi yang memiliki gangguan pendengaran dapat

dilakukan habilitasi sejak dini sehingga hasil pengobatan akan optimal dan anak

akan tumbuh dan berkembang dengan normal. Namun faktor risiko sangat penting

sebagai antisipasi gangguan pendengaran mengingat sulitnya mendeteksi

gangguan dengar.11

,13

Selain hal-hal tersebut, kesehatan mental dapat memengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan pendengaran pada anak. Anak yang memiliki retradasi mental

akan kesullitan dalam berkomunikas.9

2.1.4. Gangguan pendengaran pada anak dan bayi.

Gangguan pendengaran dibagi dalam beberapa klasifikasi. yaitu gangguan

telinga luar, gangguan telinga tengah dan gangguan telinga dalam. Kualitas bicara

atau berbahas individu tergantung oleh apa yang dia dengar dan pelajari. Adanya

gangguan pendengaran ringan, sedang ataupun berat dapat memengaruhi

pertumbuhan berbahasa dan berkomunikasi. Pengaruh ketulian sangat berat,

dapat terlihat nyata pada perkembangan berbahasa anak., sehingga pentingnya

deteksi dini gangguan pendengaran anak.4,11

Gangguan pendengaran dibagi menjadi 3 jenis, yaitu gangguan tuli

konduktif, gangguan sensori neural dan gangguan campuran. Gangguan

Page 27: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

14

pendengaran tuli konduktif adalah gangguan yang terjadi di telinga luar atau

telinga tengah sehingga suara tidak dapat diteruskan ke telinga dalam. Gangguan

ini mengakibatkan suara yang masuk ke dalam telinga tidak dapat diamplikasi

telinga tengah sehingga kekuatan suara yang di dapat pasien menurun. Gangguan

ini tidak menyebabkan distorsi atau efek negatif terhadap kejernihan suara. Pada

bebagai kasus dengan gangguan ini dapat diperbaiki dengan pengobatan.4,11

Gangguan pendengaran sensori neural, gangguan pendengaran yang

diakibatkan oleh kerusakan organ pada telinga bagian dalam atau jalur persarafan

yang di presepsikan di otak. Pada kasus ini tidak hanya kejernihan suara yang

terganggu, tetapi persepsi suara juga terganggu yang mengakibatkan pasien tidak

dapat memahami suara yang dia dengar. Pada pasien yang mengalami gangguan

tersebut maka perumbuhan berbahasanya akan terhambat. Gangguan

pendengaran campuran, gangguan dengar kombinasi antara gangguan

pendengaran sensori neural dengan gangguan dengar tuli konduktif.11

Sulitnya mendeteksi gangguan dengar secara dini mengakibatkan banyak

bayi atau balita mengalami keterlambatan penanganan. Untuk maksud tersebut

Joint commite on infant hearing (2000) menetapkan pedoman register risiko

tinggi terhadap ketulian sebagai berikut : 11

Untuk bayi 0 - 28 hari :

1 Riwayat keluarga dengan tuli sensori neural sejak lahir

2 Infeksi masa hamil : Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalo virus,

herpes dan sifillis.

3 Berat badan lahir , ≤ 1500 mg

4 Hiperbilirubinemia yang memerlukan transfus tukar.

5 Obat ototoksik

6 Meningitis bakterialis

7 Nilai APGAR skor 0-4 pada menit pertama dan 0-6 pada menit ke

lima.

8 Ventilasi mekanik 5 hari atau lebih di ruang NICU

9 Sindrom yang berhubungan dengan gangguan pendengaran dan sensori

neural

10 Kelainan kraniofasial termasuk kelainan pinna, dan liang telinga.

Page 28: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

15

Untuk bayi 29 hari – 2 tahun :

1. Kecurigaan orang tua atau pengasuh tentang gangguan pendengaran,

keterlambatan bicara, berbahasa, dan atau keterlambatan

perkembangan.

2. Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga sejak anak.

3. Infeksi postnatal yang menyebabkan gangguan pendengaran seperti

meningitis bakterialis.

4. Adanya faktor risiko ketika masa kehamilan.

5. Adanya neurodegeneratif, seperti Hunter syndrome, kelainan neuropati

sensomotorik, misalnya Friederich’s ataxia, Charrot Marrie Tooth

Syndrome.

6. Trauma kapitis

7. Otitis media yang berulang atau menetap hinggga efusi telinga tengah

minimal 3 bulan.

Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan pendengaran

dapat dipengaruhi oleh penyakit penyerta lain, dan usia anak dapat berpengaruh

terhadap gangguan pendengaran anak. Terdapat hal-hal yang perlu dicurigai

apabila anak memiliki gangguan dengar. Anak akan tumbuh kembang sesuai

dengan usia pertumbuhannya.9,10,11

Tabel 2.2 Perkiraan adanya gangguan pendengaran atau keterlambatan

bicara pada anak.18

Usia Kemampuan Bicara

12 bulan Belum dapat mengoceh (babbling) atau meniru bunyi

18 bulan Tidak dapat menyebutkan 1 kata yang mempunyai arti

24 bulan Perbendaharaan kata kurang dari 10 kata

30 bulan Belum dapat merangkai 2 kata

(Sumber : Tjandra J, Widjaja J A, Burhany A A. Karakteristik Keterlambatan

bicara di Klinik Khusus Tumbuh Kembang di Rumah Sakit Anak dan Ibu

Harapan Kita tahun 2008 - 2009. Sari Pediatri.2012)

Page 29: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

16

2.1.5. Pemeriksaan Pendengran Pada Bayi dan Anak

Kemampuan mendengar dan berbicara pada anak adalah hal terpenting

untuk mendukung tumbuh kembang anak. Pada tahun 2016 berdasarkan data

yang dikumpulkan CDC (Centers for Disease Control and Prevention) terdapat

lebih dari 98% bayi baru lahir di Amerika Serikat mendapatkan skrining

gangguan dengar. Bayi baru lahir sangat penting dilakukan skrining untuk

mendeteksi gangguan dengar secara dini. bayi yang mempunyai gangguan

pendengaran didapat ataupun bawaan yang diintervensi sebelum 6 tahun akan

memiliki pertumbuhan berbahasa yang normal setelah usia 3 tahun. Selain itu,

gangguan dengar pada bayi sulit dideteksi, adanya periode kritis perkembangan

pada usia 6 bulan pertama dan berlanjut sampai 2 tahun. Skrining dapat

dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya respon terhadap pendengaran tetapi

tidak dapat membedakan jenis tuli dan tingkat keparahannya.11

Pemeriksaan pendengaran pada bayi dan anak terdapat berbagai macam.

Pada dasarnya pemeriksaan pendengaran dibagi menjadi tes subyektif berupa

pengamatan anak terhadap rangsangan suara seperti behavioral observation

audiometry (BOA), play audiometri (audiometri bermain) dan visiual re-

inforcement audiometry. Dan pemeriksaan obyektif dengan menggunakan alat

elektrofisiologik. Beberapa pemeriksaan pendengaran secara obyektif yang dapat

dilakukan berupa Auditory Brainstem Response (ABR/BERA), Auditory Steady

State Response (ASSR), Ottoacoustic Emission (OAE). Pemeriksaan

perkembangan pada bayi dan anak lebih sulit dibandingkan dengan orang

dewasa, memerlukan ketelitian dan kesabaran. Selain itu, pemeriksa harus bisa

mengetahui hubungan antara pertumbuhan motorik dengan perkembangan

auditorik. Berdasarkan hal tersebut, skrining dibutuhkan pemeriksaan berulang

atau pemeriksaan tambahan untuk konfirmasi pemeriksaan sebelumnya. 11

Alat yang di rekomendasikan untuk skrining pendengeran bayi adalah

Otoacuostic Emissions (OAE) atau Automated Auditory Brainstem Response

(AABR). OAE dilakukan pada bayi lahir berusia 2 hari. Di RSCM 0 - 28 hari.

Bila hasil OAE pass dan bayi tidak memiliki faktor risiko maka dilakukan

pemeriksaan AABR atau click 30dB pada usia 1 – 3 bulan. Bila hasilnya pass,

maka tidak perlu di tindak lanjuti tetapi bila hasilnya refer maka dilakukan

Page 30: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

17

pemeriksaan lanjutan seperti ABR click dan tone B 500 Hz atau ASSR, tripano

high frequency apabila terdapat neuropati auditorik maka dilakukan habilitasi

pada usia 6 bulan. 11

Bila OAE pass atau refer pada bayi yang memiliki faktor risiko gangguan

pendengaran dilakukan pemeriksaan AABR 35dB pada usia 0 – 3 bulan,

kemudian pada usia 3 bulan dilakukan pemeriksaan otoskopi, timpanometri,

AABR, OAE. Bila hasilnya pass, dilakukan pemantauan perkembangan

berbicara dan audiologi tiap 3-6 bulan sampai usia 3 tahun. Apabila hasilnya

refer maka dilakukan pemeriksaan lanjutan, dan bila ada gangguan dengar maka

dilakukan habilitasi usia 6 bulan.11

2.1.6. Kuesioner LittEARS

LittlEars adalah salah satu kuesioner yang digunakan untuk mendeteksi

gangguan dengar pada anak usia 0-24 bulan. Kuesioner ini berisi daftar

pertanyaan mengenai tumbuh kembang anak, baik secara verbal maupun

auditorik dengan cara menilai respon-respon anak selama masa pertumbuhan.

Kuesioner ini berisi 35 daftar pertanyaan yang ditunjukan kepada orang tua atau

pengasuh anak yang berisikan jawaban ya dan tidak. Daftar pertanyaan pada

kuesioner LittlEars ini berisi mengenai kasus tumbuh kembang pada anak

sehingga diharapkan orang tua dapat memahami pertanyaan dengan mudah.

Kuesioner LittlEars sudah di adaptasi oleh berbagai Negara dan mendapatkan

skor validasi yang akurat sehingga dapat digunakan diberbagai Negara.

Kuesioner LittlEars ini sebagai dasar analisis item penilaian sejak dini gangguan

pendengaran. Skala parameter yang dihasilkan menunjukan hasil yang signifikan

dalam penerapan kuesioner LittlEars.5

LitllEars pertamakali digunakan di Jerman. Penelitian ini dilakukan oleh

corninx et all. Pada penelitian tersebut didapatkan responden 218 anak yang

berumur 5 hari – 24 bulan tanpa gangguan dengar yang diambil di Austria dan

Jerman. Pada penelitian teersebut didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi

positif antara usia anak dengan skor total kuesioner LittlEars memiliki koefisien

korelasi yang tinggi dengan nilai r = 0.91. selain itu corninx juga menilai

konsistensi internal kuesioner dengan Cronbach’s Alpha dan didapat hasil α =

0.96 yang artinya memiliki nilai konsistensi yang tinggi. Pada uji Guttman Split-

Page 31: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

18

Half didapatkan nilai koefisien r = 0.88 yang artinya memiliki nilai reliabilitas

yang baik.5

Setelah versi Jerman dikatakan valid maka Kuesioner LittlEars di adaptasi

kedalam bahasa inggris. Dalam versi bahasa inggris yang kemudian diadaptasi

kedalam bahasa lainnya untuk digunakan serta divalidasi di berbagai Negara.

Penelitian ini dilaporkan akan dilakukan validasi kuesioner LittlEars kedalam 15

bahasa. Pada penelitian adaptasi dan validasi kuesioner didapatkan 3309 anak

dari 16 negara yang menjadi responden. 15 grup validasi yang masuk kedalam

penelitian ini, tidak termasuk validasi original Jerman. Beberapa validasi grup di

tulis dalam berbagai versi bahasa, sperti dari Switzeland dengan bahasa

daerahnya, kemudian 2 bahasa yang bebeda divalidasi di United State seperti

American English dan American Spanish. Hasilnya menunjukan bahwa kuesioner

LittlEars secara statistik dikatakan valid dan dapat digunakan untuk mendeteksi

dengan cepat dan mudah pada perkembangan auditory anak dengan pendengaran

normal.5

Untuk melihat kurva normal tumbuh kembang pada anak, Corninx et al

melakukan analisa terhadap perkembangan anak dimana usia anak sebagai

variabel terikat sedangkan skor kuesioner sebagai variabel bebas. Didapatkan

persamaan regresi yang dapat digunakan oleh berbagai sampel, yaitu :

Y = 3,470 + 2,163x – 0,038x2

Keterangan :

Y = ekspetasi skor

X = Usia anak

Dari persamaan tersebut maka akan didapat skor dalam usia anak tertentu.5

Di Indonesia Kuesioner pernah digunakan di RS. Budi Kemuliaan, Jakarta.

Selain itu dilakukan juga beberapa penelitian di daerah Jakarta, bogor, depok dan

tanggerang, pada tahun 2013 oleh mahasiswa PSKPD UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta angkatan 2010 dan dilakukan juga penelitian di kota Bandung pada tahun

2017 oleh mahasiswa PSKPD UIN Syarif Hidyatullah angkatan 2014. Hasil dari

penelitian tersebut menunjukan kuesioner LittlEars Valid digunakan pada

orangtua yang memilliki anak usia 0 – 24 bulan baik dengan resiko gangguan

pendengaran maupun tanpa resiko gangguan dengar.22,23,24

Page 32: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

19

Gambar 2.7 Kurva Normal LittlEARS

Sumber : Coninx F, Wheichbold V, Tsiakpini L, Bescond G, Autrique E, Tamas

L. Validation of Questionnaire in children with normal hearing. Int J Pediatric

Otorhinolaryngol. 17 Oktober 2009;73:1761 – 8.

2.1.7. Faktor yang Memengaruhi Kuesioner

Terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi skor kuesioner

LittlEars. Faktor yang berasal dari kuesioner itu sendiri, seperti pertanyaan ganda

dan pemilihan kata pada proses adaptasi kuesioner. Bahasa Indonesia sendiri

memiliki berbagai macam kata kiasan yang tidak semua orang mampu

memahaminya. Selain itu, Indonesia memiliki jumlah total populasi sekitar 260

juta penduduk, dan Indonesia sebagai Negara berpenduduk terpadat nomor empat

di dunia. Memiliki 17.504 pulau yang berpengaruh terhadap etnis di Indonesia

yang sangat bervariasi. Negara ini memiliki ratusan ragam suku dan budaya,

berbagai macam agama, dan karakteristik sosial. Laju Pertumbuhan Penduduk

(LPP) Indonesia masih tergolong tinggi. Hingga akhir 2018, LPP Indonesia

berada di posisi 1,39% yang berarti setiap tahun ada 4,2 juta sampai 4,8 juta bayi

baru lahir di Indonesia. Angka ini turun dari 2010 sebesar 1,49%, tetapi proses

penurunan tiap tahunnya sangat lamban. Hal tersebut mendasari bahwa populasi

di Indonesia akan terus bertambah.44

Keberagaman bahasa, budaya, agama, serta

Page 33: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

20

berbagai latar belakang social ataupun pendidikan masyarakat dapat memengaruhi

skor adaptasi kuesioner LittlEars.

2.1.8. Validasi Kuesioner

Validasi adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan untuk

menguji suatu instrument tersebut sudah tepat atau belum untuk menjadi suatu

alat ukur. Untuk melakukan validasi terdapat analisa validitas dan reliabilitas

yang dapat digunakan.40,43

Validitas bertujuan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur

mengukur secara tepat sesuai dengan konsep yang akan diukur. Jika alat ukur

yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah kuesioner, maka

kuesioner yang disusun harus menggambarkan topik yang akan diteliti.40,42

Validitas dibagi menjadi validitas eksterna dan interna. Validitas eksterna

yaitu untuk menilai apakah instrument dapat digunakan secara umum pada

populasi tempat sampel itu diambil. Jika validitas positif maka hasil penelitian

dapat mewakili poplasi tempat sampel yang ada. Sedangkan validitas interna

digunakan untuk menilai penelitian sudah sesuai konsep yang seharusnya.40,41,42.

Validitas interna terdiri dari validita isi, validitas kriteria dan validitas

konstruk. Validitas isi adalah validitas yang menggambarkan bahwa setiap item

yang representative telah diperhitungkan dalam menyusun konsep instrument.

Hal ini menunjukan untuk melihat fungsi gambaran dimensi dan elmen dalam

sebuah konsep. Sedangkan untuk membutikan validitas kriteria biasanya peneliti

membandingkan instrument yang digunakan dengan instrument lain. Misalkan

menggunakan instrument untuk melihat pemahaman akademis siswa maka

instrument tersebut harus dibandingkan dengan hasil IPK yang di dapat.

Sedangkan validitas konstruk bertujuan untuk membuktikan seberapa bagus hasil

yang diperoleh dari instrument penelitian yang digunakan sesuai dengan teori

pengujian.41,42

Selain Validitas terdapat juga analisa reliabilitas. Reliabilitas adalah

ketetapan atau keajegan suatu instrumen dalam pengukurannya. Artinya

Instrument tersebut dapat digunakan diwaktu kapanpun dan akan mendapatkan

hasil yang sama. Terdapat tiga cara pendekatan untuk menilai reliabilitas pada

Page 34: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

21

suatu instrument, Yaitu : koefisien stabilitas, koefisien ekuivalen dan konsistensi

internal.41,42,43

Pada koefisen stabilitas terdapat metode Tes-Retest Reliability dimana

pada penelitian menggunakan instrument yang sama pada subjek penelitian

tertentu sebanyak dua kali pada waktu yang berbeda. Bertujuan untuk melihat

jawaban responden dari waktu ke waktu dengan cara menghitung koefisien

korelasi pada skor jawaban responden dari waktu ke waktu dengan instrument

yang sama. Biasanya perhitungan menggunakan Pearson Correlation.

Kelemahan konsep ini adalah memungkinkan adanya perubahan pada kondisi

subjek sehingga memengaruhi jawaban responden pada waktu berikutnya,

sulitnya mencari tenggat waktu yang sesuai dan sulitnya mencari responden yang

sama diperiode waktu yang berbeda.41,42,43

Konsep yang kedua yaitu, koefisien ekuivalen. Koefisien ekuivalen adalah

suatu pengukuran menggunakan dua instrument yang berbeda pada responden

yang sama pada periode waktu yang bersamaan. Menilai korelasi skor jawaban

responden dengan dua instrument yang berbeda. Kemudian hasil kedua

instrument tersebut dihitung menggunakan rumus Product Moment

Pearson.40,41,42,43

Konsep yang ketiga yaitu, Konsistensi internal terdapat metode

Cronbach’s Alpha untuk menilai reliabilitas tiap bagian yang dihitung dan

melihat konsistensi item dengan skor kuesioner. Selain itu terdapat metode Split-

Half Reliability Coefficient yang bertujuan untuk menilai korelasi antar item

pertanyaan. Uji ini dilakukan dengan cara membagi dua item kuesioner relatif

sama sehingga terdapat korelasi antara item ganjil dengan item genap.

Berdasarkan penjelasan tersebut. Pada penalitian ini berfokus pada analisa

reliabilitas kuesioner.41,42,43

Page 35: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

22

2.2 Kerangka Teori

Gambar 2.8 Kerangka Teori

Kuesioner LittlEARS

Gangguan Dengar

Perkembangan auditorik

Factor Eksternal

Prenatal Post natal

Infeksi

TORCH

Gangguan

struktur

Factor internal

Infeksi Telinga

Skor APGAR

BBLR

Premature

Afiksia

Orang Tua Lingkungan

Pola asuh

Skrining

gangguan

dengar

Subjektif Objektif

ABR

ASSR

OAE

Behavioral observation audiometry

Visual re-inforcement audiometry

Page 36: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

23

2.3 Kerangka Konsep

Gambar 2.8

Kerangka konsep penelitian

Pada penelitian ini usia anak merupakan variabel bebas yang akan dianalisis

dan total skor kuesioner sebagai variabel terikat. Bahasa yang digunakan, budaya

masyarakat, tumbuh kembang anak dan faktor risiko gangguan pendengeran

sebagai variable kontrol yang tidak dilakukan penilaian pada penelitian ini.

KETERANGAN :

= VARIABELBEBAS

= VARIABEL KONTROL

= VARIABEL TERIKAT

Skor Kuesioner

LittlEars

Usia anak

Faktor risiko gangguan

dengar

Jumlah anak

Interaksi dengan anak

Tingkat pendidikan

Budaya masyarakat

Bahasa yang digunakan

Tumbuh kembang anak

Faktor

orang tua

Faktor

anak

Uji Reliabilitas

Kuesioner

Pengisian

Madiri

Pengisian

wawancara

Page 37: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

24

2.4 Definisi Operasional

Variable Definisi Pengukuran Alat ukur Skala Pengukuran

Jenis kelamin Laki-laki atau perempuan Peneliti - Nominal :

1. Laki-laki

2. Perempuan

Usia anak Jangka waktu ketika anak

dilahirkan sampai dengan

pengisian kuesioner

Peneliti - Ordinal

Dalam satuan bulan

Skor

kuesioner

LittlEars

Angka yang diperoleh dari

hasil pengisian kuesioner

dengan anak tanpa risiko

gangguan dengar

Peneliti Kuesioner

LittlEars

Numeric

Dengan skor 0 - 35

Pendidikan Pendidikan terakhir

responden

Peneliti - Ordinal :

1. SD

2.SMP

3.SMA

4.Lain-lain

Lama asuhan lamanya orang tua atau

pengasuh berinteraksi,

bermain, dan berkomunikasi

dengan anak.

Orang

tua/Pengasuh

- Numeric

Dengan satuan jam

Pengasuh/

Orang Tua

Orang yang mendampingi,

berinteraksi dan mengurus

anak sepanjang hari.

35 item

pertanyaan

Kuesioner

LittlEars

Pertanyaan meliputi tumbuh

kembang pendengaran anak

sesuai dengan usia 0 – 24

bulan

Responden

(Orang

Tua/Pengasuh)

Kuesioner

LittlEars

Bila sesuai dengan

contoh jawaban “YA”

bila tidak sesuai

“TIDAK”

Page 38: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

25

BAB III

METODE PENELITI AN

3.1 Desain penelitian

Penelitian yang digunakan metode analisis observatif untuk melihat

validasi kuesioner LittlEars, dengan desain penilitian ini berupa Cross sectional

yang dilakukan 2 cara pengambilan sampel yaitu mengisi kuesioner secara

mandiri dan dikonfirmasi dengan wawancara. Penelitian diambil dengan interval

waktu minimal 2 minggu dan maksimal 3 bulan.

3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2019 – Agustus 2019

3.3 Tempat Penilitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas, Posyandu, dan rumah warga di desa

Kaplongan lor, Indramayu, Jawa barat.

3.4 Populasi

3.4.1 Populasi Umum

Populasi umum penelitian ini adalah orang tua atau pengasuh yang

memiliki anak dengan usia 6 – 24 bulan yang tidak memiliki faktor risiko

gangguan dengar di Indonesia.

3.4.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah orang tua yang dapat

berbahasa Indonesia dan bisa membaca yang memiliki anak dengan usia 6

- 24 bulan yang tidak memiliki faktor risiko gangguan dengar di Desa

Kaplongan lor, Kecamatan Karang Ampel, Kabupaten Indramayu

3.5 Sampel Penelitian dan Cara Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak dengan usia 6

– 24 bulan dengan metode pemilihan sampel yaitu consecutive sampling

di puskesmas Kaplongan Lor.

Page 39: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

26

3.5.1. Besar Sampel

{

[ ]

}

Keterangan :

N : sampel

Z : derivate alfa dengan tingkat kepercayaan 5% dengan nilai 1,96

Z : derivate beta dengan tingkat kepercayaan 10% dengan nilai 0,84

r : Korelasi bernilai 0,424 berdasarkan penelitian sebelumnya Witha Novialy

Barnas

Sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah

{

[ ]

}

{

[ ]}

{

}

{ }

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut nilai N didapat 39. Dengan risiko drop out

sebesar 20%, Maka didapat jumlah sampel 47 responden.

3.6 Variabel Penelitian

3.6.1 Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah Kuesioner LittlEars

3.6.2 Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah orang tua atau pengasuh

dengan usia anak 6 – 24 bulan, orang tua atau pengasuh dengan latar

belakang pendidikan yang berbeda, lamanya orang tua atau pengasuh

berinteraksi dengan anak, Jumlah anak, bahasa yang digunakan orang tua

atau pengasuh, cara pengisian kuesioner.

Page 40: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

27

3.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.7.1 Kriteria Inklusi :

Kriteria Inklusi pada penelitian :

a) Orang tua atau pengasuh anak usia 6 – 24 bulan tanpa faktor risiko

gangguan pendengaran

b) Orang tua atau pengsuh yang aktif berinteraksi dengan anak minimal 3

jam perhari

3.7.2 Kriteria Eklusi :

Kriteria eklusi pada penelitian ini :

a) Orang tua atau pengasuh yang tidak bersedia menjadi responden.

b) Orang tua atau pengasuh yang tidak bisa Berbahasa Indonesia

c) Orang tua atau pengasuh yang tidak bisa membaca

d) Anak yang memiliki gangguan pendengaran yang telah di konfirmasi

dengan OAEABR

e) Anak yang memiliki faktor risiko gangguan pendengaran :

Anak lahir kurang bulan (37 minggu)

Berat lahir anak <2 Kg

Anak sering pilek

Anak memiliki riwayat kejang

Anak dengan riwayat sakit kuning ( bilirubin >20mg/dL)

Ibu dengan riwayat infeksi selama kehamilan

Anak dengan alat bantu nafas

Terdapat gangguan neurodevelopment

3.8 Alat dan Bahan

Kuesioner LittlEars dibuat dan divalidasi oleh coninx et all yang berasal

dari Jerman. Kemudian diadaptasi dan divalidasi oleh berbagai Negara

kedalam bahasa Inggris. Pada penelitian sebelumnya kuesioner tersebut

dikatakan valid. Pada kali ini kuesioner LittlEars yang berasal dari bahasa

Inggris sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan akan di uji

validitasnya. Kuesioner LittlEars memilliki 35 pertanyaan tertutup dengan

jawaban “Ya” dan “Tidak”. Pertanyaan tersebut membahas mengenai

tumbuh kembang anak usia 0 – 24 bulan. Hasil dari penelitian ini akan di

Page 41: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

28

lihat korelasinya antara kuesioner LittlEars dengan usia anak dan jawaban

wawancara ke 2.5

3.9 Cara Kerja

Kuesioner LittlEars yang telah diadaptasi ke dalam bahasa

Indonesia dan sudah tervalidasi dari penelitian sebelumnya akan

digunakan pada penelitian ini di puskesmas Kaplongan dan

melanjutkannya. Pengambilan data dilakukan sebanyak 2 kali dengan

metode mandiri dan wawancara dalam interval waktu 2 minggu setelah

pengambilan data pertama sampai 3 bulan. Pengambilan data yang

pertama dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada responden yang

memiliki kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian responden mengisi

kuesioner secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Pengambilan data yang

ke dua dilakukan dengan cara wawancara seputar petanyaan pada

kuesioner LitllEars yang akan dilakukan oleh peneliti. Setelahnya data di

input kedalam SPSS dan hasilnya dianalisis.

3.10 Alur Penelitian

Input data Mengolah data

dengan SPSS Analisis data

Pemilihan responden

berasal dari kriteria

inklusi dan eksklusi

Pengisian kuesioner

oleh respoden secara

mandiri

Wawancara

responden dalam

kurun waktu 2

minggu sampai 3

bulan setelah

pengisian kuesioner

Kuesioner littlEars

yang telah

diterjemahkan

kedalam bahasa

Indonesia

Uii coba penelitian

kuesioner

Izin penelitian dan

surat etik

Page 42: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

29

3.11 Menejemen Data

3.11.1 Cleaning data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, dimana

data diambil langsung dari responden. Kemudian data akan diolah dengan

beberapa tahapan, yaitu :

a Editing yaitu utuk memeriksa kelengkapan data, kesesuaian jawaban

dan tulisan

b Coding yaitu untuk mengubah data kedalam bentuk angka agar

mudah dalam analisis

c Data Entery yaitu untuk memasukan data kedalam system SPSS di

komputer

d Cleaning yaitu untuk memeriksa kelengkapan data dalam SPSS dan

memastikan tidak adanya kesalahan dalam menginput data.

3.11.2 Analisis Data

Pada penelitian ini terdapat berbagai analisis data yang digunakan antara

lain :

1) Analisis univariate :

a. Untuk menilai karakteristik setiap responden.

b. Menganalisa sebaran jawaban responden

2) Analisis bivariate untuk menilai uji reliabilitas kuesioner LittlEars :

a. Cronbach’s Alpha pada metode ini tinggi atau rendahnya

reliabilitas instrument dapat dinilai secara empirik dengan

angka yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabel

dikatakan sangat tinggi apabila nilai koefisien ≥0.8.41,42

b. Guttman Split-half. Metode ini dikatakan reliabel apabila

memiliki kriteria jika r hitung > r table. Pada penelitian ini

terdapat 60 responden sehingga r table dengan signifikansi

95% sebesar 0.25. 41,42

c. Kohen’s Kappa. Metode ini memiliki reliabilitas cukup

(moderat) apabila nilai koefisien kappa 0.04 – 0.06, dikatakan

kuat apabila nilai kappa 0.06 – 0.08 dan dikatakan sangat kuat

apabila nilai koefisien ≥ 0.08.41,42

Page 43: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

30

d. Regresi Non Linier. Metode ini menjelaskan mengenai

hubungan antar vaiabel.41,42

3.11.3 Penyajian Data

Hasil dari penelitian tersebut data akan disajikan dalam bentuk

narasi, tabel dan grafik dari hasil analisis.

Page 44: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif

4.1.1. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilaksanakan di desa Kaplongan lor, Kecamatan Karang

Ampel, Kabupaten Indramayu. Kecamatan Karang Ampel memiliki satu

puskesmas utama dan satu puskesmas pembantu yaitu Puskesmas Kaplongan.

Terdapat 3 desa yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Kaplongan, yaitu desa

Pringgacala, desa Kaplongan Lor, dan desa Kaplongan Kidul. Desa Kaplongan

lor memiliki 12 Rukun Tetangga dan memiliki 12 posyandu yang mewakili tiap

rukun tetangga. Program posyandu berjalan rutin tiap bulan yang dilaksanakan

oleh bidan desa dan kader kesehatan.

Mayoritas penduduk desa Kaplongan menggunakan bahasa Jawa untuk

berkomunkasi sehari-hari dan Mayoritas penduduk desa Kaplongan bekerja

sebagai wiraswasta.

Pada penelitian ini diikuti oleh 70 responden sebagai ibu atau pengasuh

dari anak. Dalam tahap pengolahan data terdapat 5 responden yang diduga anak

lahir premature, 1 responden yang diduga anak memiliki hiperbilirubinemia, dan

4 responden yang menghilang pada saat metode wawancara sehingga terdapat 10

responden yang tereksklusi. Sehingga terdapat 60 responden yang mengikuti

penelitian dan masuk kedalam kriteria inklusi yang tinggal di desa Kaplongan

Lor, kecamatan Karang Ampel, kabupaten Indramayu. Kemudian data diolah

dengan SPSS. Dengan karakteristik responden yang tertera pada Tabel 4.1

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata usia anak

responden 14,4 bulan, pendidikan terakhir responden terbanyak adalah SMP

dengan jumlah 46,7%. Status pekerjaan responden terbanyak di kategorikan

tidak bekerja atau ibu rumah tangga sebesar 58,3%. Dan dari jumlah seluruh

responden terdapat 40% responden mengaku memiliki satu anak.

Page 45: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

32

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Pada table 4.2 sebaran responden terhadap skor kuesioner LittlEARS pada

metode mandiri dengan responden yang memiliki pendidikan SMA mendapatkan

nilai rata-rata skor 27.8 5.7. Pada variabel Jumlah anak satu memiliki nilai rerata

lebih baik (27.7 5.6) dibandingkan jumlah anak lebih dari satu. Sedangkan pada

orangtua yang bekerja memiliki nila rerata skor lebih baik (28.5 5.8)

dibandingkan yang tidak bekerja. Sedangkan pada metode wawancara didapatkan

pada orang tua dengan pendidikan SMA memiliki nilai rerata lebih baik

(27.8 5.1) dibandingkan dengan SMP, pada orang tua yang memiliki anak lebih

dari satu memiliki nilai rerata yang lebih baik (27.7 5.7) sedangkan pada orang

tua yang bekerja ataupun tidak bekerja memiliki nilai rerata yang sama.

Pada penelitian ini usia anak responden terbanyak berkisar antara 13 – 24

bulan. Pada usia tersebut anak yang memiliki perkembangan normal akan

memperoleh jumlah skor kuesioner 24 - 35. Berdasarkan table 4.2 didapatkan data

Karakteristik Responden Jumlah Presentase

Jenis Kelamin Anak

Laki-Laki 22 36,7%

Perempuan 38 63,3 %

Usia Anak

6 – 12 bulan 29 46,7%

13 – 24 bulan 31 53,3%

Pendidikan Orang Tua

≤ SMP 39 65%

≥ SMA 21 35%

Pekerjaan Orang Tua

Tidak Bekerja (Ibu Rumah Tangga) 35 58,3%

Bekerja 25 41,7%

Jumlah Anak

Satu 24 40%

Lebih dari satu 36 60%

Page 46: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

33

responden masih dalam rentang normal dengan rerata masih dalam rentang 24 -

35 dan dapat mengisi kuesioner dengan baik.

Table 4.2 sebaran responden secara linier terhadap sosiodemografi kuesioner

LittlEars dengan metode Mandiri dan Wawancara.

Variable Skor LittlEars

Mandiri Wawancara

Mean SD Mean SD

Tingkat pendidikan

SMP 27.9 6.5 27.5 5.9

SMA 27.8 5.7 27.8 5.1

Jumlah Anak

Satu 27.7 5.6 27.5 5.6

Lebih dari satu 27.9 6.7 27.7 5.7

Pekerjaan Orang tua

Tidak Bekerja 27.3 6.5 27.5 5.5

Bekerja 28.5 5.8 27.7 5.7

4.2 Statistik Analitik Bivariat

4.2.1. Reliabilitas dan Uji Validitas

Uji validitas adalah penilaian kemampuan instrument (alat ukur) dalam

melakukan fungsi ukurnya. Validitas bertujuan mengukur sejauh mana

ketepatan instrument dalam menilai konsep ukurnya. Jika instrument berupa

kuesioner maka, kuesioner harus menggambarkan topik yang akan diteliti.

Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah Kuesioner LittlEars.

Kuesioner LittlEars berasal dari bahasa Jerman dan sudah diadaptasi oleh

beberapa negara untuk mendeteksi perkembangan pendengaran secara akurat.

Kuesioner LittlEars yang sudah diterjamakan kedalam bahasa Indonesia akan

diuji validasi. Uji validasi kuesioner LittlEars bertujuan untuk menilai

penggunaa kuesioner kedalam bahasa Indonesia. Kuesioner dikatakan valid atau

sahih apabila dapat mengukur apa yang diukur dengan karakteristik responden

yang sama.40,41

Page 47: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

34

Pada penelitian sebelumnya telah diuji coba mengenai validitas kuesioner

LittlEars dan kuesioner LittlEars dikatakan valid. Tetapi terdapat berbagai

macam faktor yang memengaruhi pemahaman terhadap isi kuesioner. pada

penelitian ini dilakukan dua metode pengambilan sampel yaitu dengan metode

mandiri dan metode wawancara.

Konsep reliabilitas adalah melihat sejauh mana hasil kepercayaan suatu

alat pengukuran. Uji reliabilitas digunakan untuk melihat konsistensi sebuah alat

ukur, sehingga hasil akan tetap konsisten apabila pengukuran diulang dengan

karakteristik responden yang sama. Untuk melihatnya konsistensi kuesioner

LittlEars dilakukan uji reliabilitas Cronbach’s Alpha. Jika nilai Cornbach’s

Alpha meningkat maka akan sejalan dengan korelasi peningkatan

konsistensi.40,41

Tabel.4.3 Uji Reliabilitas Alpha

Cronbach’s alpha N of items

Mandiri 0,902 35

Wawancara 0,901 35

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil Cronbach’s Alpha dengan

metode mandiri dan wawancara >0,901 dan dikatakan reliable sehingga

memiliki nilai konsistensi yang tinggi. Berdasarkan data tersebut instrument

dengan metode mandiri ataupun wawancara dikatakan reliable atau memiliki

konsistensi yang baik dengan nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,8. Yang berarti

kuesioner dapat digunakan pada populasi yang sama dengan karakteristik

responden yang sama. Pada metode mandiri responden membaca dan mengisi

tiap pertanyaan sendiri. Sedangkan pada metode wawancara peneliti

mewawancara secara langsung responden mengenai pertanyaan pada kuesioner

LittlEars.40,41

4.2.2. Reliabilitas dengan Metode Guttman Split-Half

Uji Guttman Split-Half pada dasarnya menguji nilai reliabilitas dengan

cara membagi dua butir pertanyaan antara ganjil dan genap lalu menghubungkan

dua butir pertanyaan tersebut dengan rumus korelasi Guttman Split-Half.

Metode ini digunakan untuk melihat konsistensi jawaban kuesioner pada

Page 48: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

35

pengambilan sampel metode mandiri dan metode wawancara dengan cara

membelah dua tiap butir pertanyaan.41,42,43

Tabel 4.4 Reliabilitas Guttman Split-Half

Metode Koefisien Guttman Split-Half

Mandiri 0,929

Wawancara 0,942

Pada metode mandiri didapatkan hasil koefisien Guttman Split-Half sebesar

0,93. Hal ini menujukan bahwa skor Kuesioner LittlEars pada metode mandiri

memiliki nilai reliabilitas yang cukup tinggi. Sedangkan pada metode

wawancara didapatkan nilai koefisien Guttman Split-Half sebesar 0,942. Yang

artinya pada metode wawancara dihasilkan nilai reliable yang tinggi. Maka

didapatkan kedua metode memiliki nilai reliabilitas yang tinggi, dengan metode

wawancara memiliki koefisien tertinggi dibandingkan metode mandiri. Hal

tersebut berbanding terbalik dengan hasil Cornbach’s Alpha, tetapi perbedaan

tidak terlalu signifikan.41,42,43

4.2.3. Uji Komperatif Kesesuaian Katagorik ( Kohen’s Kappa)

Uji komperatif kesesuaian katagerok dilakukan untuk mencari hubungan

dan konsistensi responden dalam menjawab setiap pertanyaan. Kappa

dinyatakan tinggi apabila nilai kappa ≥ 0,8 yang berarti pertanyaan kuesioner

memiliki kesesuaian yang kuat sedangkan nilai kappa dikatakan memiliki

kesesuain cukup (moderate) apabila kappa > 0.4. Nilai kappa akan semakin

tinggi apabila jawaban responden konsisten pada metode mandiri dan

wawancara. Pada Tabel diurutkan berdasarkan nilai kappa terendah sampai

nilai tetinggi. 42,43

Pada Tabel 4.5 didapatkan bahwa pertanyaan 1,2,3,6,7, 11, 12, 13

memiliki niai kappa 1,00 yang berarti butir pertanyaan tersebut memiliki nilai

konsistensi yang baik antar metode mandiri ataupun metode wawancara dan

responden mengisi jawaban sama pada setiap pertanyaan baik pada metode

mandiri ataupun metode wawancara. Sedangkan pada butir pertanyaan

Page 49: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

36

18,17,9,4,5, memiliki nilai koefisien kappa yang rendah yang berarti responden

tidak menjawab dengan konsisten pada pertanyaan tersebut.

Ada berbagai macam faktor yang dapat memengaruhi hasil penelitian

tersebut, pada pertanyaan nomor 18 “apakah anak anda merespon dengan

sesuai terhadap ucapan pendek atau sederhana?” seperti “berhenti, jangan”.

Pertanyaan tersebut dapat dipahami anak pada fase perkembangan usia 9 – 12

bulan. Pada data dengan metode mandiri didapatkan 56 responden menjawab

“iya” sedangkan pada metode wawancara terdapat 54 responden menjawab

“iya”, terdapat 6 responden dengan usia 6 – 9 bulan mengganti jawaban mejadi

tidak pada metode wawancara, dan terdapat 4 responden yang mengganti

jawaban menjadi “Ya” pada saat wawancara dengan usia anak 8 – 10 bulan.

Dalam pertumbuhan normal anak dapat memahami perintah verbal ketika usia

9 – 12 bulan. Lain halnya pada butir pertanyaan nomor 17 “Apakah anak Anda

mengetahui bahwa suara tertentu berasal dari objek atau kejadian tertentu?”

seperti “Sang anak mendengar suara pesawat dan melihat kearah langit. Atau

mendengar mobil dan melihat ke arah jalan.” Terdapat 5 responden pada

metode mandiri menjawab “tidak” dan ketika metode wawancara berubah

menjadi “ya” pada rentang usia 10 – 16 bulan dikarenakan letak rumah yang

berada dibelakang dan jauh dari jalan membuat orang tua salah memahami

pertanyaan tersebut dan ketika metode wawancara dan dijelaskan secara rinci

pertanyaan tersebut responden merubah jawaban sesuai dengan pertumbuhan

dan perkembangan anak.

Pada pertanyaan nomor 5 “Apakah anak Anda mencari orang yang

berbicara yang tidak terlihat olehnya?” pada perkembangan normal usia 5 – 7

bulan anak dapat menoleh ke arah sumber suara yang didengar di luar lapang

pandang. Namun, terdapat 7 responden dengan rentang usia anak 10 – 18 bulan

tidak memahami pertanyaan sehingga menjawab “Tidak”, dan ketika metode

wawancara responden merubah jawaban menjadi “Ya”.

Pada pertanyaan nomor 9 “Apakah anak Anda merespon dengan ketakutan

(kegelisahan) ketika mendengar suara marah?” misalnya “menjadi sedih dan

mulai menangis”. Terdapat 7 responden denga rentang usia 8 – 13 bulan

Page 50: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

37

menjawab “Tidak” pada metode mandiri dan berubah jawaban menjadi “Ya”

pada metode wawancara.

Pada metode mandiri terdapat beberpa responden yang kurang memahami

soal dengan baik, hal tersebut dikarenakan butuh fokus dan konsenterasi dalam

mengisi pertanyaan sedangkan responden terburu-buru dalam mengisi

kuesioner dan cenderung malas membaca sebanyak 35 pertanyaan. Sedangkan

pada metode wawancara peneliti menanyakan tiap butir kuesioner secara rinci

kepada responden sehingga responden tidak perlu repot untuk menulis, dan

responden lebih memahami pertanyaan sehingga merubah jawaban sesuai

dengan tumbuh kembang anak.

Pada table 4.5 pada item soal nomor 26, 16, 35, 20, 23, 31, 24, 29, 34, 32,

dan 25 memiliki nilai reliabilitas cukup dan signifikan dimana koefisien kappa

≥ 0.4 (p value ≤ 0.05) yang berarti responden dapat menjawab cukup konsisten

pada item soal tersebut.

Page 51: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

38

Tabel.4.5 Uji Komperatif Kesesuaian Kategorik.

Pertanyaan Koefisisen Kappa P value

18 -0,087 0,490

17 -0,067 0,592

5 -0,03 0,714

9 -0,029 0,737

4 -0,017 0,896

14 0,175 0,016

15 0,217 0,089

8 0,25 0,03

30 0,279 0,022

28 0,328 0,007

33 0,345 0,003

22 0,359 0,00

27 0,361 0,004

21 0,368 0,003

10 0,38 0,00

19 0,384 0,003

26 0,401 0,002

16 0,446 0,00

35 0,447 0,00

20 0,500 0,00

23 0,502 0,00

31 0,505 0,00

24 0,519 0,00

29 0,543 0,00

34 0,547 0,00

32 0,55 0,00

25 0,643 0,00

1 1,00 -

2 1,00 -

3 1,00 -

6 1,00 -

7 1,00 -

11 1,00 1,00

12 1,00 1,00

13 1,00 -

Dapat disimpulkan berdasarkan hasil uji reliabilitas Cronbach’s Alpha

menunjukan bahwa nilai korelasi antara butir pertanyaan terhadap jumlah skor

Page 52: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

39

kuesioner pada metode mandiri lebih tinggi sebesar 0.902 dibandingkan dengan

metode wawancara sebesar 0.901. Pada uji guttman split-half menunjukan bahwa

korelasi antara butir pertanyaan ganji dengan butir pertanyaan genap pada metode

wawancara lebih tinggi sebesar 0.942 dibandingkan dengan metode mandiri

sebesar 0.929. Sedangkan pada analisa kohen’s kappa dapat menunjukan nilai

konsistensi antara item pertenyaan pada metoe mandiri dengan metode

wawancara. Nilai kappa dikatakan sedang apabila > 0.4 (p value <0.05). pada

tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden menjawab dengan konsisten antar

metode mandiri dengan metode wawancara pada pertanyaan nomor 26, 16, 35, 20,

23, 31, 24, 29, 34, 32, 25. Padaa butir pertanyaan tersebut nilai kappa >0.04 (p

value 0.05) memiliki konsistensi yang cukup dan bermakna.

Tabel 4.6. Perbandingan Uji Reliabilitas Kuesioner LittlEARS

Uji Mandiri Wawancara

Cronbach’s

Alpha

0.902 0.901

Guttman Split-

Half

0.929 0.942

Nilai Kappa per

item

26 16 35 20 23 32 24 29 34 32 25

Nilai Kappa >0.4 (p value ≤ 0.05)

4.2.4. Regresi Non Linier

Regresi Non Linier bertujuan untuk mencari hubungan secara non linier

antara satu variabel dependent dengan variabel independent lainnya. Variabel

dependent berupa skor kuesioner LittlEars dan variabel independent berupa usia

anak. Hubungan antar variabel ini menggunakan model polynomial atau

kuadratik. Nilai R menjelaskan mengenai besarnya nilai korelasi (hubungan)

antara variabel dependent dan variabel independent.40

Pada metode Mandiri

didapatkan hasil seperti pada Tabel berikut:

Page 53: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

40

Tabel 4.7 Hasil Regresi Non Linier Kuadratik Metode Mandiri

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

.609 .371 .349 5.016

Pada Tabel 4.6 tersebut nilai R 0,609 yang berarti memiliki hubungan yang

kuat antar variabel.

R squere (koefisien determinasi= R2) menjelaskan seberapa besar variasi

variable dependent (Y) dapat dijelasakan oleh variable independent (X). pada

data ini R squere sebesar 0.371 yang artinya pengaruh variable independent

(usia anak) terhadap variable dependent (skor kuesioner) sebesar 37,1%.

Pada Metode wawancara di dapatkan hasil berikut :

Tabel 4.8 Hasil Regresi Non Linier Metode Wawancara

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

.781 .610 .596 3.556

Pada Meode wawancara didapatkan nilai R 0.781 yang berarti memiliki

hubungan yang kuat antar variable. Dengan nilai R squere sebesar 0.610 yang

artinya pengaruh variable independent (usia anak pada metode wawancara)

terhadap variable dependent (skor kuesioner pada metode wawancara) sebesar

61%.

Dalam uji ini dapat disimpulkan bahwa usia anak sebagai variabel

independent dengan skor sebagai variabel dependent memiliki hubungan non

linier. Pada uji ini didapatkan pada metode wawancara sebanyak 61%

responden dapat menjawab dengan baik kuesioner LittlEars di bandingan

metode mandiri hanya 37.1% responden yang mampu menjawab dengan baik

dari seluruh total responden sebanyak 60 orang.

Page 54: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

41

Gambar 4.1 Persebaran Responden Metode Mandiri

Gambar 4.2. Persebaran Responden Metode Wawancara.

Pada gambar 4.1 terdapat persebaran responden dengan metode mandiri

dan gambar 4.2 terdapat persebaran responden dengan metode wawancara.

Persebaran respoden pada scatter dot ini kemudian dianalisa dengan kurva normal

Page 55: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

42

yang didapat dan sudah valid pada validasi kuesioner littlEARS berbahasa

Indonesia. Didapatkan hasil pada persebaran responden metode mandiri maupun

wawancara tidak ada yang melewati batas bawah Convidence Interval yang sudah

di terapkan pada penelitian sebelumnya.

Pada gambar tersebut dapat di analisa bahwa pada metode wawancara

responden yang mampu menjawab pertanyaan kuesioner dengan baik dapat

meningkat dibandingkan dengan metode mandiri. Dalam hal ini responden lebih

memahami pertanyaan kuesioner dengan baik menggunakan metode wawancara.

4.2.5. Korelasi Usia dengan Jumlah Skor

Nilai korelasi bertujuan untuk melihat hubungan antar variabel yang

terdapat pada penelitian ini. Pada penelitian ini dilakukan uji korelasi bertujuan

untuk mengidentifikasi hubungungan usia dengan jumlah skor kuesioner. Untuk

mengetahui nilai korelasi variabel maka digunakan uji Pearson. Terdapat

beberapa syarat untuk menggunakan uji Pearson ini, yaitu variabel dalam skala

numerik dan numerik, kemudian nilai normalitas dari data yang didapat. Pada

penelitian ini didapatkan bahwa usia anak pada metode mandiri berdistribusi

normal Mean±SD (14,4±5,34) dan usia anak pada metode wawancarapun

berdistribusi normal Mean±SD (15,383 ±5,3491) sedangkan untuk normalitas

jumlah skor pada metode mandiri berdistribusi tidak normal Median( min-max)

(29,500(16,00-35,00)) dan pada metode wawancara berdistribusi tidak normal

Median( min-max) (28,5(16-35)). 40

Dari hasil tersebut apabila salah satu variabel berdistribusi normal dan

syarat linearitaspun terpenuhi maka dapat menggunakan uji korelasi Pearson.

Tabel 4.9 Uji Normalitas Levene’s dan Korelasi Usia Anak dengan Jumlah Skor

Metode

Uji Normalitas Levene’s Uji Pearson

F Sig. r (koefisien

Korelas)

p

Usia Mandiri 0.591 0.292 0.593 0.00

Total Skor Mandiri 0.303 1.080

Usia Wawancara 0.605 0.44 0.765 0.00

Total Skor Wawancara 0.329 0.568

Page 56: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

43

Pada uji korelasi yang dinilai adalah koefisien korelasi, arah korelasi, dan

makna korelasi. Hasil yang didapat bahwa pada metode mandiri memiliki nilai

koefisien korelasi 0,593 yang bernilai positif dengan derajat korelasi sedang dan

bermakna (p value <0.05). Pada metode wawancara didapat hasil koefisien

korelasi 0,765 yang bernilai positif dengan derajat korelasi kuat dan bermakna (p

value <0,05).

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini

baik metode mandiri ataupun wawancara memiliki korelasi positif dan bermakna

(p value <0.05). Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara total skor dengan usia anak, sehingga makin bertambahnya usia anak

maka total skor kuesionerpun akan semakin bertambah.

Gambar 4.3 Grafik Scatter pada Metode Mandiri dan Metode Wawancara

Pada gambar 4.3 dapat di jelaskan bahwa terdapat perubahan jawaban

responden antara metode mandiri dengan metode wawancara. Pada metode

wawancara jawaban responden lebih sesuai dengan usia anak dalam bulan

sehingga hasil yang didapat sesuai dengan scatter dot tersebut.

Page 57: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

44

4.4. Keterbatasan Penelitian

Pada Penelitian ini di lakukan dengan dua metode pengambilan sample

mandiri dan wawancara dengan waktu 3 – 4 minggu. Pada metode wawancara

terdapat beberapa responden yang tidak ada di rumah sehingga tereksklusi dan

beberapa responden yang kurang kooperatif ketika sesi wawancara sehingga

memungkinkan bias saat wawancara.

Page 58: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pada penelitian ini terdapat 60 responden dimana 53,3% memiliki usia

anak 13 – 24 bulan, pada pendidikan orang tua terbanyak ≤ SMP

sebanyak 65%, terdapat 58.3% orang tua yang tidak bekerja, dan

terdapat 60% responden memilika anak >1.

2. Pada persebaran metode mandiri responden yang memiliki pendidikan

SMA mendapatkan nilai rata-rata skor 27.8 5.7, responden dengan

jumlah anak 1 memiliki nilai rerata skor lebih baik 27.7 5.6,

sedangkan pada orangtua yang bekerja memiliki nila rerata skor lebih

baik sebesar 28.5 5.8 dibandingkan yang tidak bekerja.

3. Pada persebaran responden metode wawancara didapatkan pada orang

tua dengan pendidikan SMA memiliki nilai rerata lebih baik

(27.8 5.1) dibandingkan dengan SMP, pada orang tua yang memiliki

anak > 1 memiliki nilai rerata yang lebih baik (27.7 5.7) sedangkan

pada orang tua yang bekerja ataupun tidak bekerja memiliki nilai rerata

yang sama

4. Kuesioner LittlEars berbahasa Indonesia dapat digunakan sebagai

instrument deteksi dini gangguan dengar pada anak usia 6 – 24 bulan

di desa Kaplongan Lor dengan nilai validitas dan nilai reliabilitas

tinggi dengan hasil Cornbach’s Alpha pada metode mandiri 0,902 dan

metode wawancara 0,901 dan dengan Guttman Split-Half dengan

metode mandiri 0,93 dan metode wawancara 0,942.

5. Penggunaan kuesioner LittlEars bahasa Indonesia memiliki korelasi

positif antara usia anak dengan jumlah skor kuesioner dengan metode

wawancara memilki nilai korelasi tertinggi dengan nila r koefisien:

0,765 dengan p value : 0,00.

5.2 Saran

1. Deteksi gangguan dengar dengan menggunakan kuesioner LittlEars

berbahasa Indonesia lebih baik dengan wawancara kepada ibu yang

memiliki anak usia 6 – 24 bulan.

Page 59: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

46

2. Penggunaan kuesioner LittlEars dengan wawancra dilakukan oleh

tenaga yang sudah mengikuti pelatihan.

3. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas pada populasi lain maka

dilakukan uji pada daerah dengan bahasa lokal dan budaya yang

berbeda.

Page 60: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

47

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Telinga Sehat Pendengaran Yang

Baik.2010. Diakses Pada tanggal 15 Februari 2018. Dari :

https://www.depkes.go.id/article/print/840/telinga-sehat-pendengaran-

baik.html

2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Penyandang Disabilitas.

Informasi Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2013.

3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Penyandang Disabilitas pada

Anak. Informasi Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2014.

4. Lily Rundjan, Idham Amir, Ronny Suwento, Irawan Mangunatmadja..

Skrining Gangguan Pendengaran pada Neonatus Risiko Tinggi Risiko Tinggi

Risiko Tinggi. Sari Pediatri. Maret 2005. Vol. 6, No. 4: 149-154

5. Coninx F, Weichbold V, tsiakpini L, Bescond G, Autrique E. Validation of the

LittlEars Auditory Questionnare in Children With Normal Hearing.

ELSEVIER.2009. Volume: 1761–8.

6. Sherwood, Laurent. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Edisi : 9. Jakarta:

EGC. 2016.

7. Hall, J. E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physicologi. Edisi : 12.

Singapore: Elsavier. 2016.

8. Sadler T.W. Embriologi Kedokterang Langman Edisi 12. Jakarta: EGC. 2014.

9. Rundjan L, Amir I, Suwento R, Mangunatmadja I. Skrinning Gangguan

Dengar pada Neonatus Risiko Tinggi. Sari Pediatri. 2005.

10. Adam G.L, Boies L.R, Higler P.A. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT Ed.6.

Jakarta : EGC. 1994.

11. Arsyad, S. E. Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher edisi ketujuh.

Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. 2012.

12. Netter Frank H. Atlas Anatomi Manusia. Edisi : 6. Singapore: Elsavier. 2014.

13. Aminullah A, S. I. Buku panduan tatalaksana bayi baru lahir di Rumah sakit.

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI. 2010

Page 61: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

48

14. Hartanto F, Selina H, Zuhriah H, Fitra S. Pengaruh Perkembangan Bahasa

Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia 1-3 Tahun. Sari Pediatri. 2011.

Vol.12(6):386-90.

15. Mahgoub A, E. M. Mother‟s Health Awareness and Nutritional Status of

Children in Khartoum State-Sudan. Med J Islam World Acad Sci.2014

16. Supramiati A, Ismail D, Sitaresmi N.M. Hubungan Ibu Bekerja dengan

Keterlambatan Bicara Anak. Sari Pediatri. 2013.

17. Tjandra J, Widjaja J A, Burhany A A. Karakteristik Keterlambatan bicara di

Klinik Khusus Tumbuh Kembang di Rumah Sakit Anak dan Ibu Harapan Kita

tahun 2008 - 2009. Sari Pediatri. 2012.

18. Fadhilah, H. validasi kuesioner LittlEARS berbahahasa Indonesia pada bayi

usia 0-6 bulan di jakarta. 2014. http://repository.uinjkt.ac.id.

19. Maulana MF. Validasi Kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia pada anak

usia 19 - 24 bulan di Jakarta. 2014. http://repository.uinjkt.ac.id.

20. Nalendra H. Validasi Kuesioner LittlEARS Berbahasa Indonesia Pada

Pertumbuhan dan Perkembangan Pendengaran Anak Usia 0 - 24 bulan dengan

faktor risiko gangguan pendengaran. 2013. http://repository.uinjkt.ac.id.

21. Prisilia M. Validasi Kuesioner LittlEARS Berbahasa Indonesia Untuk Menilai

Tumbuh Kembang Pendengaran Pada Anak Usia 7 - 12 bulan di Jakarta. 2013.

http://repository.uinjkt.ac.id.

22. Raniah N. Validasi Kuesioner LittlEARS Berbahasa Indonesia pada Orang

Tua dengan Anak Usia 7 - 12 bulan di Kota Serang. 2017.

http://repository.uinjkt.ac.id

23. Agustine SO. Validasi Kuesioner LittlEARS Berbahasa Indonesia pada Orang

Tua dengan Anak Usia 7 - 12 bulan di desa Nagrak. 2017.

http://repository.uinjkt.ac.id

24. Barnas WN. Validasi Kuesioner LittlEARS Berbahasa Indonesia pada Orang

Tua dengan Anak Usia 0 - 6 bulan di desa Nagrak. 2017.

http://repository.uinjkt.ac.id.

25. Mahgoub A, E. M. Mother‟s Health Awareness and Nutritional Status of

Children in Khartoum State-Sudan. Med J Islam World Acad Sci, 61. 2014.

Page 62: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

49

26. Quelhas A, S. A. Biases in questionnaire construction; how much do they

influence the answers given. Fac Med Universadade Proto.2011.

27. Memy Y.D, Ghanie Alba, Sari S.N.L. Angka Kejadian Delayed Speech

disertai Dengan Gangguan Pendengaran pada Anak yang Menjalani

Pemeriksaan Pendengaran di Bagian Neurootologi IKTHT - KL RSUP Dr.

Moh.Hoesin. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 2015. Volume 2, No. 1,

Januari 2015: 121-127.

28. Rahman S, Azman F, Rahmadona. Deteksi & Solusi Gangguan Pendengaran

dalam Meningkatkan Kualitas Hidup (Tingkat Layanan Kesehatan Primer

sampai Tersier). diterbitkan : THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas Padang. 2015.

29. Azwar . Deteksi Dini Gangguan Pendengaran pada Anak. Jurnal Kedokteran

Syiah Kuala Volume 13 Nomor 1 April 2013.

30. Sarosa G.I, Putranti A.H, Susanto J.C. Risiko Gangguan Pendengaran pada

Neonatus Hiperbilirubinemia. Sari Pediatri. 2010.

31. Adriana, D. Tumbuh kembang dan terapi bermain pada anak. Jakarta: Salemba

Medika. 2011.

32. Mariyana Rina. Hubungan Riwayat Prematur Dengan Tumbuh Kembang

Anak Usia Satu Tahun. Keperawatan, STIKes Fort De Kock. Jurnal Human

Care. 2018. Volume 3;No.3(October,2018): 183-188

33. Dmayanti M. Kuesionar Preskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari

Pediatri. 2006. Vol. 8, No. 1, Juni 2006: 9 - 15.

34. Obrycka A, Pankwoska A, Lorens A, Skarzynkis H. Production and

Evaluation of a Polish Version of The LittlEars Questionnair for the

Assessment of Auditory Development in Infants. International Journal of

Pediatric Otorhinolaryngology. 2009. vol.73: 1035 - 1045

35. Bagatto Marlene P. Development and Evaluation of an Audiological Outcome

Measure Guidline for Use with Infants, Toddlers, and Preschool Children. The

School of Graduate and Postdoctoral Studies The University of Western

Ontario London, Ontario, Canada. 2012.

36. May- Mederake B, Kuehn H, Vogel Arno, Keilmann A. Evaluation of

auditory development in infant sand toddlers who received cochlear implants

Page 63: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

50

under the age of 24 months with the LittlEars Auditory Questionnaire.

International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology. 2010. Vol. 74: 1149–

1155.

37. Schramm B, Bohnert A, Keilmann A. Auditory, speech and language

development in young children with cochlear implants compared with children

with normal hearing. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology.

2010. Vol. 74: 812–819.

38. Ramawati N.M. Pengaruh Interaksi Antara Ayah dan Ibu dengan Anak

Terhadap Permasalahan Perilaku Sosial Emosi Anak Usia Sekolah.

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor. 2017.

39. James M, Kumar P, Ninan P J. A study on prevalence and risk faktors of

hearing impairment among newborns. International Journal of Contemporary

Pediatrics James M et al. Int J Contemp Pediatri. 2018. Mar;5(2):304-309.

40. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Deskriptif, Bivariat

dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS. Edisi 6. Jakarta :

Epidemiologi Indonesia. 2014.

41. Matondang Z. Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrument Penelitian. Jurnal

Tabularasa PPS Universitas Negeri Medan. 2009. Volume 6: No.01.

42. Sudjana. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito. 2002

43. Nazir M. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. 2003

44. Badan Pusat Statistik. Kependudukn Indonesia. 2018.

Page 64: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

51

Lampiran

Lampiran 1

Surat Izin Penelitian

Page 65: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

52

Lampiran 2

Surat Izin Dinas Kesehatan

Page 66: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

53

Lampiran 3

Surat Kaji Etik

Page 67: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

54

Lampiran 4

Lembar Informed Consent

Lembar Persetujuan (Informed Consent) Responden Validasi Kuesioner LittlEars

Berbahasa Indonesia untuk Mendeteksi Gangguan Pendengaran Anak Usia 6 – 24

bulan

Assalamualaikum wr. wb.

Saya, Zakiyah Safitri, mahasiswi S1 Program Studi Pendidikan

Dokter, Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bermaksud

mengadakan penelitian untuk validasi kuesioner LittlEars berbahasa Indonesia

dalam mendeteksi gangguan pendengaran anak usia 6-24 bulan. Penelitian ini

bertujuan untuk menyelesaikan studi saya di Program Studi Pendidikan Dokter,

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kuesioner ini bertujuan untuk mengadaptasi kuesioner

perkembangan pendengaran anak usia 6 – 24 buln di Indonesia. Semua informasi

dari hasil kuesioner ini kami jamin kerahasiaannya. Oleh karena itu, kami harap

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan

bersedia untuk mengisi kuesioner ini lagi melalui telepon atau wawancara dalam

rentang waktu 2 minggu sampai 1 bulan kedepan..

Jika Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia untuk mengisi kuesioner

ini, silahkan mengisi identitas dan tanda tangan di bawah ini. Terima kasih atas

waktu yang telah Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan untuk mengisi kuesioner ini.

Wassalamualaikum wr. wb.

Yang menyetujui,

Peneliti Responden

__________________ ___________________

Zakiyah Safitri

Page 68: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

55

Lampiran 5

Form Karakteristik Responden

KETERANGAN RESPONDEN PENELITIAN

Tanggal:___________________

Nama anak : ________________________________________

Tanggal lahir anak : ________________________________________

Usia : ________________________________________

Nama orang tua/wali : ________________________________________

Nomor yang bisa dihubungi :

Rumah : ________________________________________

HP 1/WA : _______________________________________

HP 2 (Suami/Istri) : ________________________________________

HP 3 (Kaka/Adik) : ________________________________________

HP 4 : ________________________________________

Pekerjaan orang tua/wali : ________________________________________

Pendidikan orang tua/wali : ________________________________________

Lama menemani anak (dalam jam per hari) :______________________________

Anak ke : _________________________________________

Bahasa yang digunakan sehari-hari :_____________________________________

Riwayat selama kehamilan :

Rutin cek ke dokter : (ya/tidak)

Konsumsi obat/jamu : (ya/tidak)

Sakit selama kehamilan : (ada/tidak ada)

Riwayat infeksi selama kehamilan : (ada/tidak ada)

Riwayat kelahiran :

Lahir cukup bulan, ≥ 37 minggu : (ya/tidak)

Berat lahir > 2 kg : (ya/tidak)

Normal/tidak : (ya/tidak)

Perlu alat bantu nafas : (ya/tidak)

Riwayat kuning : (ya/tidak)

Riwayat anak

Imunisasi rutin sesuai jadwal : (ya/tidak)

Anak sering pilek : (ya/tidak)

Page 69: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

56

Lampiran 6

Kuesioner LittlEars

KUESIONER PERKEMBANGAN PENDENGARAN ANAK LittlEars

No Respon Auditori Jawaban Contoh

1 Apakah anak Anda merespon

suara yang sudah lazim?

( ) Ya

( ) Tidak

Tersenyum; melihat ke arah

sumber, berbicara dengan

ekspresi

2 Apakah anak Anda

mendengar orang lain yang

sedang berbicara?

( ) Ya

( ) Tidak

Mendengar; menunggu dan

mendengar; melihat ke arah

orang yang berbicara untuk

waktu lama

3 Ketika seseorang berbicara,

apakah anak Anda menoleh

ke arah pembicara?

( ) Ya

( ) Tidak

Menoleh melihat pembicara

4 Apakah anak Anda tertarik

dengan mainan yang

mengeluarkan suara atau

bunyi?

( ) Ya

( ) Tidak

Mainan yang diremas berbunyi

keretak keretuk

5 Apakah anak Anda mencari

orang yang berbicara yang

tidak terlihat olehnya?

( ) Ya

( ) Tidak

Orang yang berbicara berada di

ruangan lain yang tidak terlihat

oleh anak.

6 Apakah anak Anda

mendengarkan ketika radio

atau pemutar CD atau

pemutar kaset dimainkan?

( ) Ya

( ) Tidak

Mendengar: menoleh ke arah

suara, memperhatikan, tertawa

atau bernyanyi/berbicara

“mengikuti suara”

7 Apakah anak Anda merespon

suara yang jauh?

( ) Ya

( ) Tidak

Ketika dipanggil di ruang lain

8 Apakan anak Anda berhenti

menangis ketika Anda

berbicara dengannya

walaupun ia tak melihat

Anda?

( ) Ya

( ) Tidak

Anda mencoba membuat nyaman

sang anak dengan suara lembut

atau lagu tanpa adanya kontak

mata

9 Apakah anak Anda merespon

dengan ketakutan

(kegelisahan) ketika

mendengar suara marah?

( ) Ya

( ) Tidak

Menjadi sedih dan mulai

menangis

10 Apakah anak Anda

“mengenali” tanda-tanda

akustik?

( ) Ya

( ) Tidak

Kotak musik menjelang tidur;

nina bobo; air mengalir dalam

tabung

11 Apakah anak Anda mencari

sumber suara yang berada di

kiri, kanan, atau belakangnya?

( ) Ya

( ) Tidak

Anda memanggil atau

mengucapkan sesuatu, anjing

menggonggong, dan lain-lain.

Dan anak Anda mencari dan

menemukan sumber suara

tersebut.

Page 70: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

57

12 Apakah anak Anda bereaksi

ketika nama dipanggil?

( ) Ya

( ) Tidak

Menengok apabila dipanggil

13 Apakah anak Anda mencari

sumber suara yang berada di

atas atau bawahnya?

( ) Ya

( ) Tidak

Jam dinding yang berbunyi atau

sesuatu yang jatuh di lantai

14 Ketika anak Anda sedih atau

murung, bisakah ia

ditenangkan atau dipengaruhi

dengan musik?

( ) Ya

( ) Tidak

Berhenti menangis ketika

dinyanyikan lagu.

15 Apakah anak Anda

mendengarkan di telepon dan

apakah ia tampak mengetahui

adanya orang yang sedang

berbicara?

( ) Ya

( ) Tidak

Ketika nenek atau ayah menelpon,

sang anak mengambil alat

penerima dan “mendengarkan”

16 Apakah anak Anda merespon

musik dengan menari sesuai

irama?

( ) Ya

( ) Tidak

Sang anak menggerakan lengan

atau kaki sesuai dengan alunan

music.

17 Apakah anak Anda

mengetahui bahwa suara

tertentu berasal dari objek

atau kejadian tertentu?

( ) Ya

( ) Tidak

Sang anak mendengar suara

pesawat dan melihat kearah langit.

Atau mendengar mobil dan

melihat ke arah jalan

18 Apakah anak Anda merespon

dengan sesuai terhadap

ucapan pendek atau

sederhana?

( ) Ya

( ) Tidak

“Berhenti!”

“Yekh!”

“! Jangan!”

19 Apakah anak Anda merespon

kata “jangan” dengan

menghentikan kegiatannya

saat itu?

( ) Ya

( ) Tidak

Kata “Jangan, jangan” – yang

diucapkan dengan intonasi kuat

meski si anak tidak melihat Anda

(!) – sangatlah efektif

20 Apakah anak Anda

mengetahui yang mana

anggota keluarganya?

( ) Ya

( ) Tidak

Mana-ayah, Ibu, Mark, …

21 Apakah anak Anda

menirukan suara ketika

ditanya?

( ) Ya

( ) Tidak

Ketika anak anda di minta

katakana “Aaa”, “Ooo”, “Iii” anak

anda menirukannya.

22 Apakah anak Anda mengikuti

perintah sederhana?

( ) Ya

( ) Tidak

“Kesini”; “Lepas sepatumu”

23 Apakah anak Anda mengerti

perintah sederhana?

( ) Ya

( ) Tidak

“Mana perut ibumu?”; “Mana

ayah?”

24 Apakah anak Anda

membawakan barang yang

diminta?

( ) Ya

( ) Tidak

“Ambilkan saya bola dan lain-

lain”

25 Apakah anak Anda meniru

suara atau kata-kata yang

Anda ucapkan?

( ) Ya

( ) Tidak

“Ucapkan: Guk, Guk”; katakan:

m-o-b-i-l

26 Apakah anak Anda ( ) Ya “Brum” untuk mobil, “Moo” untuk

Page 71: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

58

menirukan suara yang sama

dengan mainan?

( ) Tidak sapi

27 Apakah anak Anda

menirukan suara tertentu

yang muncul dari binatang

tertentu?

( ) Ya

( ) Tidak

Guk guk = anjing, meong =

kucing, kukuruyuk = suara ayam

jantan muda/ayam jantan

28 Apakah anak Anda mencoba

meniru suara di

sekelilingnya?

( ) Ya

( ) Tidak

Suara binatang, suara alat-alat

rumah tangga, suara sirine mobil

polisi

29 Apakah anak Anda

mengulang rangkaian suku

kata pendek dan panjang

dengan benar?

( ) Ya

( ) Tidak

“La-la-laa”

30 Apakah anak Anda memilih

benda yang benar dari

sekumpulan benda ketika

ditanya?

( ) Ya

( ) Tidak

Anda memainkan mainan

berbentuk hewan dan menanyakan

“Kuda”; Anda memainkan bola

warna-warni dan menanyakan

“Bola warna merah”

31 Apakah anak Anda mencoba

ikut menyanyikan lagu ketika

mendengar sebuah lagu?

( ) Ya

( ) Tidak

“Sajak anak-anak”

32 Apakah anak Anda

mengulang kata tertentu

ketika diminta?

( ) Ya

( ) Tidak

Mengatakan halo/salam dengan

jelas ketika diminta.

33 Apakah anak Anda suka

mendengarkan dongeng?

( ) Ya

( ) Tidak

Dari buku atau dari buku gambar

34 Apakah anak Anda mengikuti

perintah yang rumit?

( ) Ya

( ) Tidak

“Lepas sepatumu dan kesinilah”

35 Apakah anak Anda mencoba

menyanyikan lirik lagu-lagu

tertentu?

( ) Ya

( ) Tidak

Menyanyikan lagi yang sering

didengar sepert “Nina bobo”

Page 72: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

59

Lampiran 7

Kuesioner LittlEars Berbahasa Inggris

Page 73: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

60

Page 74: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

61

Lampiran 8

Hasil Statistik

Table Reliabilitas Metode Mandiri Guttman Split-half

Cronbach's Alpha Part 1 Value .823

N of Items 18a

Part 2 Value .808

N of Items 17b

Total N of Items 35

Correlation Between Forms .869

Spearman-Brown

Coefficient

Equal Length .930

Unequal Length .930

Guttman Split-Half Coefficient .929

Tabel Reabilitas Metode Wawancara Guttman Split-Half

Cronbach's Alpha Part 1 Value .817

N of Items 18a

Part 2 Value .801

N of Items 17b

Total N of Items 35

Correlation Between Forms .896

Spearman-Brown

Coefficient

Equal Length .945

Unequal Length .945

Guttman Split-Half Coefficient .942

CorrelationsSkor dengan Usia

Jumlah

skor usia Mandiri

Jumlah

Kuesioner

Mandiri

Pearson Correlation 1 .593**

Sig. (2-tailed) .000

N 60 60

usia Mandiri Pearson Correlation .593**

1

Sig. (2-tailed) .000

N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Skor dengan Usia

Page 75: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

62

Jumlah skor

Wawancara

usia

Wancara

Jumlah skor

Wawancara

Pearson

Correlation 1 .765

**

Sig. (2-tailed) .000

N 60 60

usia Wancara 1 Pearson

Correlation .765

** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Quadratik Model Summary Metode Mandiri

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

.609 .371 .349 5.016

The independent variable is usia_mandiri.

Coefficients Metode Mandiri

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

usia_mandiri 1.786 .829 1.534 2.156 .035

usia_mandiri **

2 -.036 .027 -.952 -1.338 .186

(Constant) 10.630 5.746 1.850 .070

Page 76: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

63

Quadratik Model Summary Metode Wawancara

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

.781 .610 .596 3.556

The independent variable is usia_wawancara.

Metode Wawancara

Coefficients

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

usia_wawancara 1.981 .627 1.894 3.159 .003

usia_wawancara **

2 -.037 .019 -1.139 -1.901 .062

(Constant) 6.787 4.679 1.451 .152

Page 77: UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49126...pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa

64

Lampiran 9

Riwayat Penulis

Riwayat Penulis

Identitas

Nama : Zakiyah Safitri

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Indramayu, 21 Mei 1998

Agama : Islam

Alamat : Desa Kaplongan Lor Rt.05/Rw.02,

Kecamatan Karang Ampel, Kabupaten

Indramayu, Jawa Barat.

e-Mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2002-2004 : TK Islam Zahrotul Ulum

2004-2010 : SDN Karang Ampel Kidul 1

2010-2013 : SMPN 1 Karang Ampel

2013-2016 : SMAN 1 Krangkeng

2016-sekarang : Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta