bab i pendahuluan - sinta.unud.ac.id i.pdf · (who) dalam global tuberculosis report 2015,...

9
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2014). TB saat ini masih menjadi salah satu penyebab kematian di dunia, terutama di negara-negara yang sedang berkembang (Prayitno et al., 2006). Menurut World Health Organization (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2015, diperkirakan 9,6 juta orang mengidap TB dan 1,5 juta orang meninggal karena TB pada tahun 2014. Selain itu, diperkirakan sekitar 58% kasus TB di dunia terjadi di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sampai saat ini sedang berjuang menghadapi permasalahan global TB. WHO menyebutkan bahwa pada tahun 2014, diperkirakan jumlah kasus TB di Indonesia yaitu mencapai 700.000 sampai 1.400.000 kasus dengan jumlah kematian akibat TB mencapai 100.000 orang. Hal tersebut menyebabkan Indonesia saat ini menempati peringkat ke-2 sebagai negara dengan beban TB tertinggi (high-burden countries) di dunia setelah negara India, yang menyumbang 10% dari kasus TB di dunia dengan angka insiden mencapai 399 per 100.000 penduduk dan angka prevalensi mencapai 647 per 100.000 penduduk (WHO, 2015). Dalam menanggulangi tingginya angka morbitas dan mortalitas akibat TB, maka upaya penemuan kasus TB lebih dini merupakan hal yang perlu dilakukan agar proses pengobatan penderita semakin cepat dan penularan TB yang semakin luas

Upload: lamtuyen

Post on 25-Aug-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id I.pdf · (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2015, diperkirakan 9,6 juta orang mengidap ... sebagai upaya meningkatkan Case Notification Rate

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan

oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2014). TB saat ini masih

menjadi salah satu penyebab kematian di dunia, terutama di negara-negara yang

sedang berkembang (Prayitno et al., 2006). Menurut World Health Organization

(WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2015, diperkirakan 9,6 juta orang

mengidap TB dan 1,5 juta orang meninggal karena TB pada tahun 2014. Selain itu,

diperkirakan sekitar 58% kasus TB di dunia terjadi di wilayah Asia Tenggara dan

Pasifik Barat.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sampai saat ini

sedang berjuang menghadapi permasalahan global TB. WHO menyebutkan bahwa

pada tahun 2014, diperkirakan jumlah kasus TB di Indonesia yaitu mencapai 700.000

sampai 1.400.000 kasus dengan jumlah kematian akibat TB mencapai 100.000 orang.

Hal tersebut menyebabkan Indonesia saat ini menempati peringkat ke-2 sebagai

negara dengan beban TB tertinggi (high-burden countries) di dunia setelah negara

India, yang menyumbang 10% dari kasus TB di dunia dengan angka insiden

mencapai 399 per 100.000 penduduk dan angka prevalensi mencapai 647 per

100.000 penduduk (WHO, 2015).

Dalam menanggulangi tingginya angka morbitas dan mortalitas akibat TB,

maka upaya penemuan kasus TB lebih dini merupakan hal yang perlu dilakukan agar

proses pengobatan penderita semakin cepat dan penularan TB yang semakin luas

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id I.pdf · (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2015, diperkirakan 9,6 juta orang mengidap ... sebagai upaya meningkatkan Case Notification Rate

2

dapat dicegah. Namun, saat ini diperkirakan ada 1 dari setiap 3 kasus TB yang belum

terdeteksi program (Pusdatin, 2015). Selain itu, hal yang dikhawatirkan yaitu setiap

penderita TB Paru aktif dapat menularkan kuman TB kepada 5-10 orang di

sekitarnya (Rye et al., 2009). Berlakunya fenomena gunung es pada penyakit TB dan

seiring dengan munculnya epidemi HIV-AIDS di dunia, maka diperkirakan jumlah

penderita TB Paru akan terus meningkat. Selain trend meningkatnya kasus koinfeksi

HIV/TB, masalah baru yang kini menjadi perhatian para praktisi kesehatan saat ini

yaitu mulai meningkatknya infeksi TB pada pasien DM.

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu faktor risiko terjadinya TB

(Elloriaga et al., 2014). Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa DM dan TB

memiliki hubungan yang kuat. DM diduga dapat meningkatkan frekuensi maupun

tingkat keparahan suatu infeksi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya abnormalitas

dalam sistem imun yang menyebabkan penurunan fungsi fagitosis sehingga lebih

mudah terinfeksi TB (Cahyadi et al., 2011). Sedangkan, TB dapat menyebabkan

kenaikan gula darah dan memacu terjadinya “laten diabetes” atau menjadi faktor

dekompensasi DM (Reviono et al., 2013).

Sampai saat ini, belum ada laporan resmi mengenai jumlah kasus infeksi TB

pada pasien DM di dunia. Namun, kasus TB cenderung lebih banyak ditemukan pada

negara-negara dengan angka prevalensi DM yang cukup tinggi. Pada 22 negara yang

dinyatakan dengan beban TB tertinggi di dunia, prevalensi DM pada populasi umum

berkisar 2-9% (Baghaei et al., 2013). Selain itu, 8 dari 10 negara dengan insiden DM

tertinggi di dunia juga diklasifikasikan sebagai negara dengan beban TB tertinggi di

dunia (Restrepo, 2007). Data hasil skrining TB Paru pada pasien DM di China tahun

2012 menunjukkan bahwa Case Notification Rate (CNR) TB pada pasien DM jauh

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id I.pdf · (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2015, diperkirakan 9,6 juta orang mengidap ... sebagai upaya meningkatkan Case Notification Rate

3

lebih tinggi yaitu berkisar antara 334 sampai 804/100.000 dibandingkan CNR TB

pada populasi umum yang hanya 78/100.000 penduduk (Lin et al., 2012).

Di Indonesia, data infeksi TB pada pasien DM belum banyak dilaporkan.

Namun, diperkirakan peningkatan kasus TB pada pasien DM juga terjadi seiring

dengan peningkatan prevalensi DM di Indonesia (Cahyadi et al., 2011). Hasil

penelitian oleh Livia et al. (2015) menunjukkan bahwa dari 738 pasien DM yang

diperiksa di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, 28% diantaranya terjangkit TB

dan 9,3% memiliki riwayat pernah menderita TB. Berdasarkan hal tersebut,

mengingat adanya potensi penemuan kasus TB Paru pada pasien DM, maka

diperlukan upaya skrining TB Paru pada pasien DM dalam rangka meningkatkan

CNR TB dan pengobatan kombinasi TB-DM yang lebih dini.

Salah satu kunci keberhasilan penemuan kasus TB Paru pada pasien DM yaitu

tindakan atau keputusan pasien DM untuk melakukan skrining TB Paru. Belum ada

penelitian yang mengungkapkan faktor yang memengaruhi pasien DM melakukan

skrining TB Paru. Namun, penelitian hampir terkait yang sama-sama meneliti

tentang keputusan melakukan skrining TB Paru yaitu penelitian Kurniawan (2015)

mengenai faktor yang memengaruhi pemeriksaan kontak serumah pada penderita

TB. Hasil penelitian tersebut mendapatkan hanya 55,7% anggota keluarga penderita

TB yang melakukan skrining TB Paru. Mereka yang tidak melakukan skrining

beralasan bahwa skrining TB hanya diperlukan pada orang yang sudah tertular atau

telah menunjukkan gejala TB. Hasil penelitian tersebut mendapatkan bahwa perilaku

skrining dipengaruhi persepsi pribadi terkait risiko menderita penyakit (p=0,01).

Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak semua atau 100%

yang melakukan skrining TB Paru. Tingginya risiko tertular TB pada anggota

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id I.pdf · (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2015, diperkirakan 9,6 juta orang mengidap ... sebagai upaya meningkatkan Case Notification Rate

4

keluarga penderita tentunya sebanding dengan risiko penularan TB pada pasien DM

karena pasien DM mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga lebih

mudah terinfeksi TB. Maka dari itu, penerapan skrining TB Paru perlu juga

dilakukan pada pasien DM. Namun, jika bercermin pada hasil penelitian tersebut

yaitu tingkat partisipasi melakukan skrining hanya sebesar 55,7%, maka

kemungkinan partisipasi pasien DM melakukan skrining TB Paru juga akan rendah.

Skrining TB Paru pada pasien DM merupakan program yang mulai

dilaksanakan pada bulan Januari 2016 di sebelas puskesmas yang ada di Kota

Denpasar sebagai hasil konsensus pengendalian kasus TB-DM yang difasilitasi oleh

Kementrian Kesehatan RI. Program ini bertujuan untuk meningkatkan notifikasi

kasus mengingat rendahnya CNR TB di Provinsi Bali pada tahun 2014 yang hanya

sebesar 74/100.000 penduduk dari yang ditargetkan sebesar 78/100.000 penduduk

(Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2015). Nantinya, dalam program ini akan dilihat

pula feasibility penerapan skrining TB Paru pada pasien DM dengan melihat tingkat

partisipasi pasien DM dalam melakukan prosedur pemeriksaan TB Paru. Sejalan

dengan kemungkinan rendahnya partisipasi pasien DM melakukan skrining TB Paru,

maka penting untuk mengetahui faktor yang memengaruhi pasien DM melakukan

skrining TB Paru. Selain itu, mengingat belum ada penelitian terkait faktor yang

memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru yang pernah dilakukan di

Kota Denpasar.

Penelitian yang mempelajari hubungan beberapa variabel bebas dengan satu

variabel tergantung kategorikal dikotom tidak dapat dianalisis menggunakan uji Chi

Square. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, maka dikembangkan suatu model

analisis multivariabel berupa Regresi Poisson (Poisson Regression). Metode regresi

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id I.pdf · (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2015, diperkirakan 9,6 juta orang mengidap ... sebagai upaya meningkatkan Case Notification Rate

5

poisson dipilih dalam penelitian ini karena dapat mengetahui pengaruh variabel

bebas secara parsial atau simultan terhadap variabel tergantung dengan memakai

ukuran asosiasi berupa prevalence ratio (PR). Berdasarkan hal tersebut, maka

peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian berupa “Faktor yang

Memengaruhi Pasien Diabetes Mellitus (DM) Melakukan Skrining Tuberkulosis

(TB) Paru di Kota Denpasar” dengan memanfaatkan regresi poisson dalam

analisisnya.

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa penelitian menunjukkan kecendrungan pasien DM terinfeksi TB Paru

sehingga perlu dilakukan skrining TB Paru pada pasien DM. Skrining TB Paru pada

pasien DM merupakan program yang mulai dilaksanakan di Kota Denpasar dalam

upaya meningkatkan notifikasi kasus yang belum mencapai target. Dalam program

ini, akan dilihat pula feasibility penerapan skrining TB Paru pada pasien DM dengan

melihat tingkat partisipasi pasien DM dalam melakukan skrining TB Paru. Penelitian

terkait tindakan skrining TB Paru menunjukkan bahwa hanya 55,7% anggota

keluarga penderita TB yang berpartisipasi melakukan skrining yang seharusnya

diikuti oleh 100% anggota keluarga. Hal tersebut cukup menjadi cerminan

kemungkinan rendahnya partisipasi saat penerapan program skrining TB Paru pada

pasien DM dilakukan di Kota Denpasar. Maka dari itu, penting untuk mengetahui

tingkat partisipasi dan faktor yang memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB

Paru di Kota Denpasar. Hal ini mengingat belum ada penelitian sejenis yang pernah

dilakukan di Kota Denpasar. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui

tingkat partisipasi pasien DM dalam melakukan skrining TB Paru dan faktor yang

memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru di Kota Denpasar.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id I.pdf · (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2015, diperkirakan 9,6 juta orang mengidap ... sebagai upaya meningkatkan Case Notification Rate

6

1.3 Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah tersebut yaitu

sebagai berikut.

1. Bagaimana tingkat partisipasi pasien DM dalam melakukan skrining TB Paru?

2. Apakah karakteristik sosio-demografi seperti umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, status bekerja, dan pendapatan perkapita memengaruhi pasien DM

melakukan skrining TB Paru?

3. Apakah pengalaman mengenai TB seperti riwayat menderita TB dan riwayat

anggota keluarga pernah menderita TB memengaruhi pasien DM melakukan

skrining TB Paru?

4. Apakah pengetahuan mengenai TB memengaruhi pasien DM melakukan

skrining TB Paru?

5. Apakah sikap mengenai TB memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB

Paru?

6. Apakah akses geografis yaitu jarak dan waktu tempuh ke pelayanan kesehatan

memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru?

7. Apakah akses finansial yaitu jenis pembiayaan pelayanan kesehatan

memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru?

8. Apakah dukungan petugas kesehatan memengaruhi pasien DM melakukan

skrining TB Paru?

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id I.pdf · (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2015, diperkirakan 9,6 juta orang mengidap ... sebagai upaya meningkatkan Case Notification Rate

7

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat partisipasi

pasien DM dalam melakukan skrining TB Paru dan mengidentifikasi faktor yang

memengaruhi pasien diabetes mellitus (DM) melakukan skrining TB Paru di Kota

Denpasar.

1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui tingkat partisipasi pasien DM dalam melakukan skrining TB

Paru.

2. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik sosio-demografi seperti umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, status bekerja, dan pendapatan perkapita terhadap

keputusan pasien DM melakukan skrining TB Paru.

3. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman mengenai TB seperti riwayat

menderita TB dan riwayat anggota keluarga pernah menderita TB terhadap

keputusan pasien DM melakukan skrining TB Paru.

4. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan mengenai TB terhadap keputusan

pasien DM melakukan skrining TB Paru.

5. Untuk mengetahui pengaruh sikap mengenai TB terhadap keputusan pasien DM

melakukan skrining TB Paru.

6. Untuk mengetahui pengaruh akses geografis yaitu jarak dan waktu tempuh ke

pelayanan kesehatan terhadap keputusan pasien DM melakukan skrining TB

Paru.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id I.pdf · (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2015, diperkirakan 9,6 juta orang mengidap ... sebagai upaya meningkatkan Case Notification Rate

8

7. Untuk mengetahui pengaruh akses finansial yaitu pembiayaan pelayanan

kesehatan terhadap keputusan pasien DM melakukan skrining TB Paru.

8. Untuk mengetahui pengaruh dukungan petugas kesehatan terhadap keputusan

pasien DM melakukan skrining TB Paru.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmiah yang menyangkut

bidang kesehatan masyarakat khususnya mengenai infeksi TB pada pasien DM serta

faktor yang memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru. Selain itu, hasil

penelitian ini dapat dijadikan masukan awal bagi penelitian selanjutnya yang lebih

mendalam.

1.5.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi Dinas Kesehatan

atau Puskesmas dalam pengembangan program skrining TB Paru pada pasien DM

sebagai upaya meningkatkan Case Notification Rate (CNR) TB Paru. Selain itu,

dapat diketahui faktor yang menyebabkan pasien DM tidak melakukan skrining

TB Paru sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya

meningkatkan partisipasi pasien DM dalam melakukan skrining TB Paru.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai risiko pasien DM

untuk menderita TB Paru sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan

penularan ke orang lain.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id I.pdf · (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2015, diperkirakan 9,6 juta orang mengidap ... sebagai upaya meningkatkan Case Notification Rate

9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian di bidang kesehatan masyarakat untuk

mengetahui tingkat partisipasi pasien DM melakukan skrining TB Paru dan

menganalisis faktor yang memengaruhi pasien DM melakukan skrining TB Paru di

Kota Denpasar.