uji protein web

33
UJI PROTEIN (KELAS XII) Tujuan : 1. Mengetahui adanya ikatan peptida dalam protein dengan tes biuret. 2. Mengetahui adanya inti benzena dengan uji Xanthoproteat. 3. Mengetahui adanya ikatan belerang (S) dengan uji Timbal asetat. Alat dan Bahan : Alat dan Bahan Gelas kimia Agar-agar Pipet tetes Gelatin Tabung reaksi Kapas Penjepit tabung Larutan Tembaga (II) asetat 1% (CuSO 4 ) Kaki 3 dan kasa Larutan Natrium hidroksida 6 M (NaOH) Spatula kaca Larutan Natrium hidroksida 3 M (NaOH) Gelas Ukur Larutan Timbal (II) asetat {Pb (CH 3 COO) 2 } Susu Larutan CH 3 COOH 3 M Cara Kerja : 1. Uji biuret Jika positif (+) akan berwarna ungu. Masukkan 1 ml putih telur ke dalam tabung reaksi. Tambahkan ± 2-3 tetes CuSO 4 . Kemudian masukkan 1 ml NaOH 0,1 M. amati perubahan yang terjadi. Ulangi cara kerja tersebut menggunakan susu, gelatin, agar- agar, dan kapas. Bila ada yang tidak larut setelah ditambahkan NaOH, panaskan dahulu beberapa menit hingga semua larut, lalu dinginkan.

Upload: dhesa-hidayat

Post on 29-Dec-2015

104 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

oke

TRANSCRIPT

UJI PROTEIN (KELAS XII)

Tujuan :

1. Mengetahui adanya ikatan peptida dalam protein dengan tes biuret.2. Mengetahui adanya inti benzena dengan uji Xanthoproteat.3. Mengetahui adanya ikatan belerang (S) dengan uji Timbal asetat.

Alat dan Bahan :

Alat dan BahanGelas kimia Agar-agarPipet tetes GelatinTabung reaksi KapasPenjepit tabung Larutan Tembaga (II) asetat 1% (CuSO4)Kaki 3 dan kasa Larutan Natrium hidroksida 6 M (NaOH)Spatula kaca Larutan Natrium hidroksida 3 M (NaOH)Gelas Ukur Larutan Timbal (II) asetat {Pb (CH3COO)2}Susu Larutan CH3COOH 3 M

Cara Kerja :

1. Uji biuret

Jika positif (+) akan berwarna ungu.

Masukkan 1 ml putih telur ke dalam tabung reaksi. Tambahkan ± 2-3 tetes CuSO4. Kemudian masukkan 1 ml NaOH 0,1 M. amati perubahan yang terjadi.

Ulangi cara kerja tersebut menggunakan susu, gelatin, agar-agar, dan kapas. Bila ada yang tidak larut setelah ditambahkan NaOH, panaskan dahulu beberapa menit hingga semua larut, lalu dinginkan.

1. Tes Xanthoproteat

Untuk mendeteksi ada tidaknya inti benzena.

Jika positif (+) berwarna kuning jingga.

Masukkan 1 ml putih telur ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 2 tetes HNO3 pekat, panaskan selama ± 2 menit. Kemudian dinginkan, setelah dingin masukkan NaOH 6 M tetes demi tetes hingga berlebih. Amati perubahan yang terjadi.

Ulangi cara kerja tersebut dengan menggunakan susu, gelatin, agar-agar, dan kapas.

1. Uji Timbal asetat

Untuk menguji ada tidaknya ikatan belerang (S).

Jika positif (+) akan berwarna kehitaman.

Masukkan 1 ml putih telur ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 0,5 ml NaOH 6 M dan panaskan ± 2 menit. Kemudian dinginkan, setelah itu masukkan 2 ml CH3COOH 3 M. tutup tabung reaksi dengan kertas saring yang sudah dibasahi dengan  Pb(CH3COO)2. Panaskan ± 2 menit. Amati perubahan yang terjadi.

Ulangi langkah kerja tersebut menggunakan susu, gelatin, agar-agar, dan kapas.

Hasil Pengamatanm :

Bahan Uji Biuret Uji Xanthoproteat Uji Timbal asetatPutih telur Ungu (+) Oranye (+) Tidak hitam (-)Susu Ungu (+) Oranye (+) Hitam (+)Gelatin Ungu (+) Kuning (+) Hitam (+)Agar-agar Ungu (+) Oranye (+) Hitam (+)Kapas Biru (-) Putih bening (-) Hitam (+)

Kesimpulan :

1. Ikatan peptida bereaksi dengan larutan biuret akan berwarna ungu. Sedangkan yang tidak berwarna ungu berarti mengandung glikosida.

2. Inti benzena bereaksi dengan larutan Xanthoproteat akan berwarna kuning jingga.3. Ikatan S bereaksi dengan larutan Timbal asetat akan berwarna hitam pada kertas saring.

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

REAKSI UJI PROTEIN

NAMA : RR.DYAH RORO ARIWULAN

NIM : H 411 10 272

KELOMPOK : IV (EMPAT)

ASISTEN : ASMAN KUMIK

HARI/TANGGAL : RABU/26 OKTOBER 2011

LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup. Seperti halnya

unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat dan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi

protein ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi utama protein dalam

organisme kehidupan antara lain; sebagai bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan

pengikat, pembentuk membran sel, mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai

zat antibodi.

Di dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam

tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai

biokatalisator.

Kita dapat memperoleh protein dari bahan makanan yang banyak mengandung protein,

misalnya pada hewan terkandung protein hewani, sedangkan pada tumbuhan terkandung protein

nabati.

Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang terdapat secara alami.

Polipeptida yang memiliki hanya asam amino saja digolongkan sebagai protein sederhana.

Protein terkonjugasi mengandung komponen bukan asam amino yang dikenal sebagai gugus

prostetik di samping kerangka utama asam amino.

Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan senyawa

yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya

perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang

tidak disertai dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi

khas dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda

antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein (albumin)

dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji

lainnya.

Untuk membuktikan kebenaran teori tersebut maka dianggap penting melakukan

percobaan ini

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Untuk mengetahui dan menguji kandungan protein dalam senyawa sampel.

1.2.2 Tujuan Percobaan

1. Untuk mengidentifikasi adanya protein dengan tes biuret.

2. Untuk mengidentifikasi adanya protein dengan tes pengendapan logam.

3. Untuk mengidentiikasi adanya protein dengan tes pengendapan dengan alkohol.

1.3 Prinsip Percobaan

Reaksi Biuret Ikatan peptida yang menyusun protein dalam suasana basa akan berwarna

ungu dengan Cu. Pengendapan dengan Logam Reaksi ion logam dengan protein mengakibatkan

terjadinya endapan. Pengendapan dengan Alkohol menyebabkan penurunan kelarutan protein

akibat penambahan pelarut organik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan kecil penyusunnya yang

disebut asam amino yang tersusun dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu.

Molekul-molekul ini merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein yang paling sederhana

terdiri atas 50 asam amino, tetapi ada beberapa protein yang memiliki ribuan asam amino. Hal

yang terpenting adalah ketidakhadiran, penambahan, atau penggantian satu saja asam amino

pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan protein tersebut menjadi gumpalan molekul

yang tidak berguna. Setiap asam amino harus terletak pada urutan yang benar dan struktur yang

tepat (Poedjiadi, 1994).

Protein yang terdapat dalam makanan kita dicernakan dalam lambung dan usus menjadi

asam-asam amino, yang diabsorsi dan dibawa oleh darah ke hati. Sebagian asam amino diambil

oleh hati, sebagian lagi diedarkan ke dalam jaringan-jaringan di luar hati. Protein dalam sel-sel

tubuh dibentuk dari asam amino. Bila ada kelebihan asam amino dari jumlah yang digunakan

untuk biosintesis protein, kelebihan asam amino akan diubah menjadi asam keto yang dapat

masuk kedalam siklus asam sitrat atau diubah menjadi urea. Hati merupakan organ tubuh dimana

terjadi reaksi katabolisme maupun anabolisme. Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun

yang dihasilkan dari proses katabolisme protein dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk

digunakan. Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi

melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis asam amino dalam sel

(Poedjiadi, 1994).

Asam amino adalah monomer protein yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus

amino dan gugus hidroksil. Jumlah asam amino yang terdapat di alam ada beratus – ratus

jumlahnya, namun yang diketahui ikut membangun protein hanya sekitar 20 macam. Sifat asam

amino antara lain memiliki titik leleh di atas 200 °C, larut dalam senyawa polar dan tidak larut

dalam senyawa nonpolar serta memiliki momen dipol yang besar (Anonim a, 2011).

Beberapa Reaksi Uji Protein (Page, 1989) :

A. Percobaan berdasarkan reaksi warna:

1) Percobaan kadar-N

Kapur natron, yaitu campuran NaOH dan Ca(OH)2 dalam tabung reaksi dengan larutan

protein dipanaskan. Keluarlah Amoniak dan Amina.Lakmus merah yang dibasahi

menjadi biru.

2) Reaksi Xantoprotein

Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah

dicampur terjadi pengendapan putih yang dapat berubah menjadikuning apabila

dipanaskan.. reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti Benzen yang terdapata pada

molekul protein. Jadi, reaksi ini positif untuk protein, fenilalanin dan triptofan. Kulit kita

bila kena asam nitrat berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi xantoprotein ini.

3) Reaksi Millon

Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat, apabila

pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang

dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk

fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang

berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan reaksi positif.

4) Reaksi Biuret

Larutan Protein + NaOH + CuSO4 lembayung Berlaku untuk

senyawaan yang mempunyai jumlah ikatan peptida > 1. Reaksi ini dapat dipakai untuk

penentuan protein secara kualitatif dan kuantitatif.

Beberapa reaksi uji terhadap protein, tes biuret merupakan salah satu cara untuk

mengidentifikasi adanya protein, dalam larutan basa biuret memberikan warna violet dengan

CuSO4 karena akan terbentuk kompleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida

dalam suasana basa. Pengendapan dengan logam diketahui bahwa protein mempunyai daya

untuk menawarkan racun. Salting out, apabila terdapat garam-garam anorganik alam presentase

tinggi dalam larutan protein, maka kelarutan protein akan berkurang, sehingga mengakibatkan

pengendapan. Pengendapan dengan alkohol, penambahan pelarut organik seperti aseton atau

alkohol akan menurunkan kelarutan protein pada kedudukan dan distribusi dari gugus hidrofil

polar dan hidrofob polar di dalam molekul hingga menghasilkan protein yang dipol (Tim Dosen

Kimia, 2011).

Fungsi protein di dalam tubuh kita sangat banyak, bahkan banyak dari proses

pertumbuhan tubuh manusia dipengaruhi oleh protein yang terkandung di dalam tubuh kita. Di

bawah ini beberapa fungsi protein yaitu (Anonim b, 2011):

a. Sebagai enzim

Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh suatu senyawa makromolekul

spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang

sangat sederhana seperti reaksi transportasi karbon dioksida sampai yang sangat rumit seperti

replikasi kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam

sistem biologis.

b. Alat pengangkut dan penyimpan

Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh

protein-protein tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedangkan

mioglobin mengangkut oksigen dalam otot. Pengatur pergerakan Protein merupakan komponen

utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.

c. Penunjang mekanis

Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen, suatu protein

berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut. Pertahanan tubuh atau imunisasi

Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus yang dapat

mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti

virus, bakteri, dan sel- sel asing lain.

d. Media perambatan impuls syaraf

Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya rodopsin, suatu

protein yang bertindak sebagai reseptor

penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata.

e. Pengendalian pertumbuhan

Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi

bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan

Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus:

gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari

residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan

asam amino lainnya. Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan

senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil.

Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-

amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut

menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa

lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar (Anonim a, 2010).

Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu

gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino

dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino

mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang

mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino

juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa

kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat (Girindra, 1986).

Semua asam amino yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus

karboksil dan amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan

yang lain pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan

kelarutan dalam air. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan

gugus R-nya (Girindra, 1986).

Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi

berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar

dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin,

Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada

gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin.

Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat

yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada,

dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin,

Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri

oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya

(Girindra, 1986).

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaOH 2,5 M, CuSO4 0,01 M, HgCL2

0,2 M, (CH3COO)2Pb 0,2 M, Larutan albumin, HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, Etanol 95 % dan

buffer pH 4,7, larutan asam amino (glisin, asam aspartat, alanin, albumin).

3.2 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes,

pipet skala, sikat tabung.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Tes Biuret

3 ml larutan protein ditambah dengan 1 ml NaOH 2,5 M, dicampurkan dengan baik,

ditambahkan dengan setetes CuSO4 0,01 M kemudian dicampurkan, jika timbul warna,

ditambahkan lagi setetes atau lebih CuSO4, diulangi percobaan ini dengan menggunakan larutan

asam amino.

3.3.2 Pengendapan dengan Logam

3 ml larutan protein ditambahkan dengan 5 tetes HgCl2 0,2 M. Ulangi percobaan dengan

menggunakan (CH3COO)2Pb.

3.3.3 Pengendapan dengan Alkohol

Tabung I diisi dengan 2,5 ml larutan albumin lalu ditambahkan dengan 0,5 ml HCl 0,1 M

dan3 ml etanol 95 %. Tabung II diisi dengan 2,5 ml larutan albumin lalu ditambahkan dengan

0,5 ml NaOH 0,1 M kemudian ditambahkan dengan 3 ml Etanol 95 %. Tabung III diisi dengan

2,5 ml larutan albumin lalu ditambahkan dengan 0,5 ml buffer asetat pH 4,7 kemudian

ditambahkan dengan 3 ml etanol 95 %.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Pada reaksi uji protein dengan tes Biuret bereaksi positif dengan menghasilkan larutan yang

berwarna violet/ungu.

2. Pada reaksi uji protein dengan penambahan logam berat seperti logam Hg dan Pb bereaksi

positif dengan adanya pengendapan.

3. Pada reaksi uji protein dengan pengendapan alkohol bereaksi positif pada suasana asam dan

basa serta tergantung pada pH reaksi.

5.2 Saran

Untuk asisten dan laboratorium sudah baik, sedang untuk percobaan mungkin bisa

ditambahkan asam amino lain sebagai pembanding.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a, 2011, Asam Amino. http://id.wikipedia.org/wiki/asam_amino, diakses tanggal 21 oktober 2011,pukul 18.00 WITA.

Anonim b, 2011, Fingsi protein. http://chem-is-try.org/fungsi_protein , diakses tanggal 28 oktober 2011,pukul 20.15 WITA.

Fessenden, Ralph J., Joan S. Fessenden, 1997, Dasar-dasar Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.

Girindra, A., 1986, Biokimia I, Gramedia, Jakarta.

Page, D., S., 1998, Prinsip-prinsip Biokimia, Erlangga, Jakarta.

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Tim Dosen Kimia., 2011, Penuntun Praktikum Biokimia Umum, Laboratorium Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Winarno, F., G., 1991, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 26 Oktober 2011

Asisten Praktikan

ASMAN KUMIK RR.DYAH RORO ARIWULAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tes Biuret

Larutan contoh NaOH 2,5 M CuSO4 0,01 MCuSO4 0,01 M

berlebih

Glisin

Alanin

Asam aspartat

Albumin

Bening

Bening

Bening

Bening

Biru

Biru

Bening

Bening keunguan

Biru

Biru tua

bening

Ungu muda(violet)

4.1.2 Pengendapan dengan Logam

No Larutan contoh HgCl2 0,2 M (CH3COO)2Pb

1.

2.

3.

4.

Glisin

Alanin

Albumin

Asam Aspartat

Bening

Bening

Putih pekat + endapan

putih

Bening

Bening

Bening

Putih kekuningan, pekat,

endapan

Bening

4.1.3 Pengendapan dengan Alkohol

Larutan Contoh Tabung I Tabung II Tabung III

Putih keruh Terbentuk 2

lapisan

Terbentuk 2

Lapisan, endapan

4.2 Reaksi

4.2.1 Tes Biuret

Albumin

O O

ll ll

2 H2N - CH-C - NH-CH - C - OH + 2 NaOH + CuSO4

R R n

CH - C NH - CH

o

Cu2+

O

CH - NH C - Cu

Serin

2 CH - CH-COOH + 2 NaOH + CuSO4

l l

OH NH2

Glisin

O O

H-CH-C-OH + NaOH H-CH-C-ONa + H2O + CuSO4

NH2 NH2

Alanin

H3C - CH-COOH + 2 NaOH + CuSO4

l

NH2

4.2.2 Pengendapan dengan Logam

HgCl2

O O O

2H2N-CH-C - NH-CH-C - NH-CH- C -OH + HgCl2

R R n R

O O O

2H2N-CH-C - NH-CH-C - NH-CH- C- O

R R n R

Hg2+ + 2 HCl

O O O

2H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C - O

R R n R

Serin

CH2 – CH - COOH + HgCl2

l l

OH NH2

Glisin

H - CH-COOH + HgCl2

l

NH2

Alanin

H3C-CH – COOH + HgCl2

l

NH2

(CH3COO)2 Pb

O O

ll ll

2 H2N - CH-C - NH-CH - C - OH + (CH3COO)2 Pb

R R n

O O

ll ll

H2N - CH-C – NH–CH - C - O

R n

Pb6+ + H+ + CH3COO -

O O

ll ll

H2N - CH-C – N – CH - C - O

R R n

Glisin

H - CH-COOH + (CH3COO)2 Pb

l

NH2

Alanin

H3C-CH – COOH + (CH3COO)2 Pb

l

NH2

4.2.3 Pengendapan dengan Alkohol

NaOH

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + OH-

R R n R

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –O- + C2H5OH

R R n R

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + OH- + H2O

R R n R

HCl

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + H+

R R n R

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –+OH2 + C2H5OH

R R n R

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + H+ + H2O

R R n R

Buffer pH 4,7

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + C2H5 OH

R R n R

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + H2O

R R n R

4.3 Pembahasan

4.3.1 Tes Biuret

Tes biuret merupakan salah satu tes uji protein, bekerja pada suasana basa, dan akan

memberikan perubahan warna pada larutan yang diuji menjadi berwarna violet dengan CuSO4 ,

karena terbentuk kimpleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam

suasana basa.

Pada tes biuret ini, penambahan NaOH 2,5 M akan mengendapkan protein pada larutan

Albumin, hal ini ditandai dengan bertambah jernihnya larutan albumin yang keruh. Pada larutan

asam amino, penambahan NaOH 2,5 M tidak menyebabkan perubahan yang berarti. Pada

penambahan CuSO4 0,01 M sebanyak 1 tetes menyebabkan larutan albumin mengalami

perubahan yaitu larutan ini tidak tercampur dengan baik dan perubahan warna menjadi ungu

muda atau violet hanya pada permukaan saja, sedangkan pada larutan asam amino glisin dan

alanin terjadi perubahan warna pada permukaanya yaitu berwarna biru, sedangkan pada serin

tidak terjadi perubahan warna. Hal ini disebabkan karena glisin dan alanin mengandung gugus

hidroksil yang dapat membentuk kompleks dengan Cu2+. Warna biru makin pekat dengan

penambahan CuSO4 berlebih. Setelah dilakukan penambahan CuSO4 0,01 M berlebih, terjadi

perubahan pada semua larutan, baik pada larutan albumin maupun larutan asam amino. Larutan

albumin berwarna ungu muda, dan asam amino yang lain (Serin, Glisin, Alanin,) berwarna biru

muda.

4.3.2 Pengendapan dengan Logam

Diketahui bahwa protein mampu menawarkan racun karena asam amino yang merupakan

penyusun suatu protein dapat mengikat logam seperti Hg (merkuri klorida) dan Pb (timbal

asetat), racun atau logam yang terikat dalam reaksi ini ditandai dengan adanya endapan putih.

Pada reaksi ini, albumin ditambahkan dengan HgCl2 . Pada penambahan ini larutan

berubah dari bening menjadi putih pekat. Hal ini disebabkan karena adanya kemampuan protein

atau asam amino untuk berikatan dengan ion logam di atas titik isoelektriknya. Kemampuan ini

disebabkan karena pada saat pH berada di atas titik isoelektrik protein atau asam amino, maka ia

akan bermuatan negatif sehingga mampu mengikat ion logam yang bermuatan positif.

Berdasarkan teori, titik isoelktrik albumin adalah : 4,55-4,90, alanin 6,00 , glisin 5,97 dan serin

5,68 (titik isoelektrik adalah keadaan pH dimana protein /asam amino memiliki jumlah muatan

positif dan negatif yang sama). Adanya pertambahan ion logam menyebabkan putusnya jembatan

disulfida dan ikatan kovalen S-S pada protein yang mengandung gugus sulfuhidril.

Dengan adanya endapan saat penambahan albumin dan glisin dengan (CH3COO)2 Pb

menunjukkan bahwa protein dan asam amino dapat bertindak sebagai antidotum/penawar racun

pada keracunan logam berat seperti Hg dan Pb. Sedangkan untuk asam amino seperti asam

aspartat, serin, dan alanin tidak membentuk endapan karena suasana larutan masih berada di

bawah titik isoelektrik kedua asam amino tersebut, sehingga asam amino yang bermuatan positif

tidak mampu berikatan dengan ion logam yang bermuatan positif pula. Selain itu, ketiga jenis

asam amino tersebut tidak mengandung gugus sulfuhidril.