laporan 3 (uji protein).doc
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Biokimia : Uji Proteinby Ibnu Darmawanto (06111010008)FKIP KIMIA Universitas SriwijayaTRANSCRIPT
I. Judul Praktikum : Reaksi Uji Protein
II. Tujuan : Untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam protein
III. Landasan Teori :
Protein adalah instrumen yang mengekspresikan informasi genetik. Seperti juga
terdapat ribuan gen di dalam inti sel, masing-masing mencirikan satu sifat nyata dari
organisme, di dalam sel terdapat ribuan jenis protein yang berbeda, masing-masing
membawa fungsi spesifik yang ditentukan oleh gen yang sesuai. Protein, karenanya, bukan
hanya merupakan makromolekul yang paling berlimpah, tetapi juga amat bervariasi
fungsinya (Lehninger, 1982).
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup. Fungsinya terutama
ialah sebagai unsur pembentuk struktur sel, misalnya dalam rambut, wol, kolagen, jaringan
penghubung, membran sel, dan lain-lain. Selain itu dapat pula berfungsi sebagai protein
aktif, seperti misalnya enzim, yang berperan sebagai katalis segala proses biokimia dalam
sel. Protein aktif selain enzim, yaitu hormone, pembawa oksigen (hemoglobin), protein yang
terikat pada gen, toksin, antibodi/antigen, dan lain-lain (Wirahadikusumah, 1989).
Dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam
tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi
sebagai biokatalis. Di samping itu hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit
yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah
salah satu jenis protein. Demikian pula zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri
penyakit atau yang disebut antigen, juga suatu protein (Poedjiadi, 2005).
Sangat luar biasa pula bahwa semua protein di dalam semua makhluk, tanpa
memandang fungsi dan aktivitas biologinya, dibangun oleh susunan dasar yang sama, yaitu
20 asam amino baku, yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas biologi. Lalu,
apakah yang memberikan suatu protein aktivitas enzimnya, protein lain aktivitas hormon,
dan yang lain lagi aktivitas antibody ? Bagaimana kimiawi protein-protein ini berbeda ?
Secara cukup sederhana, protein berbeda satu sama lain karena masing-masing mempunyai
deret unit asam amino sendiri-sendiri. Asam amino merupakan abjad struktur protein,
karena molekul-molekul ini dapat disusun dalam jumlah deret yang hampir tidak terbatas,
untuk membuat berbagai protein dalam jumlah yang hampir tidak terbatas pula (Lehninger,
1982).
Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan
kuartener. Struktur primer menunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam
molekul protein. Oleh karena ikatan antar asam amino ialah ikatan peptide, maka struktur
primer protein juga menunjukkan ikatan peptida yang urutannya diketahui. Untuk
mengetahui jumlah, jenis, dan urutan asam amino dalam protein dilakukan analisis yang
terdiri dari beberapa tahap, yaitu (Poedjiadi, 2005) :
1. Penentuan jumlah ikatan rantai polipeptida yang berdiri sendiri.
2. Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut.
3. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida, dan
4. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida.
Ditinjau dari strukturnya, protein dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu
golongan protein sederhana dan protein gabungan. Yang dimaksud dengan protein
sederhana ialah protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam amino, sedangkan
protein gabungan ialah protein yang terdiri atas protein dan gugus bukan protein. Gugus ini
disebut gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid, atau asam nukleat (Poedjiadi,
2005).
Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk molekulnya, yaitu
protein fiber dan protein globular. Protein fiber mempunyai bentuk molekul panjang seperti
serat atau serabut, sedangkan protein globular berbentuk bulat (Poedjiadi, 2005).
Berbagai fungsi biologi pada enzim (Lehninger, 1982) :
Enzim
Protein yang paling bervariasi dan mempunyai kekhususan tinggi adalah protein yang
mempunyai aktivitas katalisa, yakni enzim. Hampir semua reaksi kimia biomolekul organik
di dalam sel dikatalisa oleh enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim, masing-masing dapat
mengkatalisa reaksi kimia yang berbeda, telah ditemukan di dalam berbagai bentuk
kehidupan.
Protein Transport
Protein transport di dalam plasma darah mengikat dan membawa molekul atau ion
spesifik dari satu organ ke orga lain. Hemoglobin pada sel darah merah mengikat oksigen
ketika darah melalui paru-paru, dan membawa oksigen ini ke jaringan periferi. Di sini
oksigen dilepaskan untuk melangsungkan oksidasi nutrien yang menghasilkan energy.
Plasma darah mengandung lipoprotein, yang membawa lipid dari hati ke organ lain. Protein
transport lain terdapat di dalam membran sel dan menyesuaikan strukturnya untuk mengikat
dan membawa glukosa, asam amino, dan nutrient lain melalui membran menuju ke dalam
sel.
Protein Nutrient dan Penyimpanan
Biji berbagai tumbuhan menyimpan protein nutrient yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan embrio tanaman. Terutama, contoh yang telah dikenal adalah protein biji dari
gandum, jagung, dan beras. Ovalbumin protein utama putih telur, dan kasein, protein utama
susu merupakan contoh lain dari protein nutrient. Ferritin jaringan hewan merupakan
protein penyimpan besi.
Protein Kontraktil atau Motil
Beberapa protein memberikan kemampuan kepada sel dan organisme untuk
berkontraksi, mengubah bentuk, atau bergerak. Aktin dan myosin adalah protein filamen
yang berfungsi di dalam sistem kontraktil otot kerangka dan juga di dalam banyak sel bukan
otot. Contoh lain adalah tubulin, protein pembentuk mikrotubul . mikrotubul merupakan
komponen penting dari flagel dan silia, yang dapat menggerakkan sel.
Protein Struktural
Banyak protein yang berperan sebagai filamen, kabel, atau lembaran penyanggah
untuk memberikan struktur biologi kekuatan atau proteksi. Komponen utama dari urat dan
tulang rawan adalah protein serabut kolagen, yang mempunyai daya tegang yang amat
tinggi. Hampir semua komponen kulit adalah kolagen murni.
Protein Pertahanan
Banyak protein mempertahankan organisme dalam melawan serangan oleh spesies
lain atau melindungi organisme tersebut dari luka. Immunoglobulin atau antibodi pada
vertebrata adalah protein khusus yang dibuat oleh limposit yang dapat mengenali dan
mengendapkan atau menetralkan serangan bakteri, virus, atau protein asing dari spesies lain.
Protein Pengatur
Beberapa protein membantu mengatur aktivitas selular atau fisiologi. Di antara jenis
ini terdapat sejumlah hormone, seperti insulin, yang mengatur metabolism gula, dan
kekurangannya, menyebabkan penyakit diabetes, hormon pertumbuhan pada pituitary dan
hormon paratiroid, yang mengatur transport Ca2+ dan fosfat. Protein pengatur lain, yang
disebut reseptor mengatur biosintesa enzim oleh sel bakteri.
Protein Lain
Terdapat banyak protein lain yang fungsinya agak eksotik dan tidak mudah
diklasifikasikan. Monelin, suatu protein tanaman dari Afrika mempunyai rasa yang amat
manis. Protein ini sedang dipelajari sebagai pemanis makanan yang tidak menggemukkan
dan tidak beracun, untuk manusia. Plasma darah beberapak ikan Antartika mengandung
protein antibeku yang melindungi darah ikan dari pembekuan. Persendian sayap beberapa
insekta dibuat dari protein resilin, yang bersifat hampir sempurna elastis.
IV. Alat dan bahan :
a. Alat :
- Tabung reaksi - Pengaduk kaca
- Gelas beker - Bunsen
- Penjepit tabung reaksi - Pipet tetes
- Labu ukur - Neraca analitik
- Erlenmeyer - Corong pemisah
- Botol semprot - Botol kaca
- Rak tabung reaksi
b. Bahan :
1. Uji Biuret
- NaOH 2.5 N
- CuSO4 0.01 N
- Larutan albumin 10 %
- Larutan putih telur 10 %
- Larutan kuning telur 10 %
- Larutan ikan giling 10 %
1. Pengendapan dengan Logam
- HgCl2 0.2 M
- Timbal asetat 0.2 M
- Larutan albumin 10 %
- Larutan putih telur 10 %
- Larutan kuning telur 10 %
- Larutan ikan giling 10 %
2. Pengendapan dengan Garam
- Larutan (NH4)2SO4
- Reagen Millon
- Reagen untuk uji biuret
- Larutan albumin
- Larutan putih telur
- Larutan kuning telur
- Larutan ikan giling
3. Uji Koagulasi
- Asam asetat 1 M
- Reagen Millon
- H2O
- Larutan albumin
- Larutan putih telur
- Larutan kuning telur
- Larutan ikan giling
4. Pengendapan dengan Alkohol
- HCl 0.1 M
- NaOH 0.1 M
- Buffer asetat, pH 4.7
- Etil asetat 95 %
- Larutan albumin
- Larutan putih telur
- Larutan kuning telur
- Larutan ikan giling
5. Denaturasi Protein
- Buffer asetat pH 4.7 ( 1M )
- HCl 0.1 M
- NaOH 0.1 M
- Larutan albumin 10 %
- Larutan putih telur 10 %
- Larutan kuning telur 10 %
- Larutan ikan giling 10 %
6. Uji Sulfur dalam Protein
- Serbuk fusion mixture
- Serbuk albumin
- HCl
- Larutan BaCl2
V. Prosedur Percobaan :
1. Uji Biuret
Menambahkan 1 ml NaOH 2.5 N ke dalam 3 ml larutan protein dan aduk.
Kemudian menambahkan CuSO4 0.01 M. Setelah itu diaduk, jika tidak timbul
warna tambahkan lagi setetes atau 2 tetes CuSO4.
2. Pengendapan dengan Logam
Ke dalam 3 ml larutan protein tambahkan 5 tetes HgCl2 0.2 M. Ulangi percobaan
dengan menggunakan Pb asetat 0.2 M.
3. Pengendapan dengan Garam
Menjenuhkan 10 ml larutan dengan amonium sulfat. Untuk pekerjaan ini
dilakukan : pertama, tambahkan sedikit garam tersebut, aduk hingga melarut.
Tambahkan lagi sedikit amonium sulfat dan aduk lagi, kontinu sehingga sedikit
garam tertinggal tidak terlarut. Apabila larutan jenuh, kemudian disaring. Uji
kelarutan dari endapan di dalam air. Uji endapan dengan reagen Millon dan filtrat
dengan uji Biuret.
4. Uji Koagulasi
Menambahkan 2 tetes HOAc 1 M ke dalam 5 ml larutan protein. Letakkan tabung
dalam air mendidih selama 5 menit. Ambil endapan dengan batang pengaduk. Uji
kelarutan endapan di dalam air. Uji endapan dengan reagen Millon.
5. Pengendapan dengan Alkohol
Menambahkan 1 ml HCl 0.1 M, 1 ml NaOH 0.1 M, dan 1 ml Buffer asetat pH 4.7
pada tiap tabung yang berbeda, ke dalam larutan protein 5 ml pada tiap-tiap
tabung. Kemudian pada tiap tabung ditambahan 6 ml etil alkohol 95 %. Amati
perbedaan yang terjadi pada tiap-tiap tabung.
6. Denaturasi Protein
Tabung 1 2 3
Larutan Protein 9 ml 9 ml 9 ml
Buffer asetat pH 4.7 ( 1 M ) - - 1 ml
HCl 0.1 M 1 ml - -
NaOH 0.1 M - 1 ml -
Tempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan dinginkan
pada temperatur kamar. Dalam tabung mana yang kelihatan mengendap. Untuk
tabung-tabung (1) dan (2) tambahkan 10 ml buffer asetat pH 4.7. Tulis hasilnya.
7. Uji Sulfur dalam Protein
Campur 0.5 gram serbuk labumin dengan dua kaloi berat dari fusion mixture.
Panaskan dalam cawan porselin sampai tak berwarna. Dinginkan dan dilarutkan
dalam air panas. Saring jika perlu. Asamkan filtrat dengan HCl. Panaskan hingga
mendidih dan tambahkan beberapa tetes larutan BaCl2.
VI. Hasil Pengamatan :
1. Uji Biuret
No. Bahan yang diuji Hasil Pengamatan
Larutan
Albumin 10 %
3 ml Larutan albumin (kuning) + NaOH (tak berwarna) + 2
tetes CuSO4 0.01 M (biru) Larutan berwarna ungu.
Larutan Putih
Telur 10 %
3 ml Larutan putih telur (tak berwarna) + NaOH (tak
berwarna) + 2 tetes CuSO4 0.01 M (biru) Larutan
berwarna ungu.
Larutan Kuning
Telur 10 %
3 ml Larutan kuning telur (tak berwarna) + NaOH (tak
berwarna)
+ 2 tetes CuSO4 0.01 Larutan berwarna ungu.
Larutan Ikan
Giling 10 %
3 ml Larutan ikan giling (tak berwarna) + NaOH (tak
berwarna) + 2 tetes CuSO4 0.01 M (biru) Larutan
berwarna ungu.
2. Uji Pengendapan dengan Logam
No. Bahan yang diuji Hasil Pengamatan
1. Pengujian
dengan HgCl2
Larutan Albumin
10 %
3 ml larutan albumin (tak berwarna) + HgCl2 (tak berwarna)
Larutan berwarna kuning, ada endapan putih
Larutan Putih
Telur 10 %
3 ml larutan putih telur (tak berwarna) + HgCl2 (tak berwarna)
Larutan menjadi keruh, ada endapan putih
Larutan Kuning
Telur 10 %
3 ml Larutan kuning telur (tak berwarna) + HgCl2 (tak
berwarna)
Larutan tidak berwarna, ada endapan putih
Larutan Ikan
Giling 10 %
3 ml Larutan ikan giling (tak berwarna) + HgCl2 (tak
berwarna)
Larutan tidak berwarna, ada endapan putih
2. Pengujian
dengan
Pb(CH3COO)2
Larutan Albumin
10 %
3 ml larutan albumin (tak berwarna) + Pb(CH3COO)2 (tak
berwarna) Larutan berwarna kuning, ada endapan putih
Larutan Putih
Telur 10 %
3 ml larutan putih telur (tak berwarna) + Pb(CH3COO)2 (tak
berwarna) Larutan menjadi keruh, ada endapan putih
Larutan Kuning
Telur 10 %
3 ml Larutan kuning telur (tak berwarna) + Pb(CH3COO)2 (tak
berwarna) Larutan tidak berwarna, tidak ada endapan.
Larutan Ikan
Giling 10 %
3 ml Larutan ikan giling (tak berwarna) + Pb(CH3COO)2 (tak
berwarna) Larutan tidak berwarna, ada endapan putih.
3. Uji Pengendapan dengan Garam
No. Bahan yang diuji Hasil Pengamatan
1. Larutan
Albumin
10 ml larutan albumin (tak berwarna) + ammonium sulfat
(Kristal putih) Terbentuk endapan (larutan jenuh).
Filtrat + NaOH 2.5 N (tak berwarna) larutan tak
berwarna + CuSO4 (biru bening) larutan berubah
menjadi berwarna biru.
Endapan + reagen Millon (tak berwarna) endapan
berubah warna menjadi merah bata.
2. Larutan Putih
Telur
10 ml larutan putih telur (tak berwarna) + ammonium sulfat
(Kristal putih) Terbentuk endapan (larutan jenuh).
Filtrat + NaOH 2.5 N (tak berwarna) larutan tak
berwarna + CuSO4 (biru bening) larutan berubah
menjadi berwarna biru.
Endapan + reagen Millon (tak berwarna) endapan
berubah warna menjadi merah bata.
3. Larutan Kuning
Telur
10 ml larutan kuning telur (tak berwarna) + ammonium sulfat
(Kristal putih) Terbentuk endapan (larutan jenuh).
Filtrat + NaOH 2.5 N (tak berwarna) larutan tak
berwarna + CuSO4 (biru bening) larutan berubah
menjadi berwarna biru.
Endapan + reagen Millon (tak berwarna) endapan
berubah warna menjadi merah bata.
4. Larutan Ikan
Giling
10 ml larutan ikan giling (tak berwarna) + ammonium sulfat
(Kristal putih) Terbentuk endapan (larutan jenuh).
Filtrat + NaOH 2.5 N (tak berwarna) larutan tak
berwarna + CuSO4 (biru bening) larutan berubah
menjadi berwarna biru.
Endapan + reagen Millon (tak berwarna) endapan
berubah warna menjadi merah bata.
4. Uji Koagulasi
1. Larutan Albumin 5 ml larutan albumin (tak berwarna) + CH3COOH (tak
berwarna)
Larutan tak berwarna Larutan dengan endapan
putih
Endapan putih + aquadest Larutan dengan endapan
putih.
Endapan putih + reagen Millon (tak berwarna)
Larutan dengan endapan merah bata.
2. Larutan Ikan
Giling
5 ml larutan ikan giling (tak berwarna) + CH3COOH (tak
berwarna) Larutan tak berwarna Larutan dengan
endapan putih
Endapan putih + aquadest Larutan dengan endapan
putih.
Endapan putih + reagen Millon (tak berwarna)
Larutan dengan endapan merah bata.
3. Larutan Kuning
Telur
5 ml larutan kuning telur (tak berwarna) + CH3COOH (tak
berwarna) Larutan tak berwarna Larutan dengan
endapan putih
Endapan putih + aquadest Larutan dengan endapan
putih.
Endapan putih + reagen Millon (tak berwarna)
Larutan dengan endapan merah bata.
4. Larutan Putih
Telur
5 ml larutan putih telur (tak berwarna) + CH3COOH (tak
berwarna) Larutan tak berwarna Larutan dengan
endapan putih
Endapan putih + aquadest Larutan dengan endapan
putih.
Endapan putih + reagen Millon (tak berwarna)
Larutan dengan endapan merah bata.
5. Pengendapan dengan Alkohol
No. Bahan yang diuji Hasil Pengamatan
1. Larutan Albumin
10 %
Tabung 1 : 2.5 ml Larutan albumin (kuning) + HCl (tak berwarna) +
Alkohol (tak berwarna) Larutan berwarna putih dan
terbentuk endapan.
Tabung 2 : 2.5 ml Larutan albumin (kuning) + NaOH (tak berwarna) +
Alkohol (tak berwarna) Larutan berwarna putih tanpa
endapan.
Tabung 3 : 2.5 ml Larutan albumin (kuning) + Buffer Asetat (tak
berwarna) + Alkohol (tak berwarna) Larutan berwarna
putih dan terbentuk endapan.
2. Larutan Putih
Telur 10 %
Tabung 1 : 2.5 ml Larutan putih telur (tak berwarna) + HCl (tak berwarna)
+ Alkohol (tak berwarna) Larutan berwarna putih dan
terbentuk endapan.
Tabung 2 : 2.5 ml Larutan putih telur (tak berwarna) + NaOH (tak
berwarna) + Alkohol (tak berwarna) Larutan tidak
berwarna tanpa endapan.
Tabung 3 : 2.5 ml Larutan putih telur (tak berwarna) + Buffer Asetat (tak
berwarna) + Alkohol (tak berwarna) Larutan berwarna
putih dan terbentuk endapan.
3. Larutan Kuning
Telur 10 %
Tabung 1 : 2.5 ml Larutan kuning telur (kuning) + HCl (tak berwarna) +
Alkohol (tak berwarna) Larutan kekuningan dan
terbentuk sedikit endapan.
Tabung 2 : 2.5 ml Larutan kuning telur (kuning) + NaOH (tak berwarna)
+ Alkohol (tak berwarna) Larutan tidak berwarna tanpa
endapan.
Tabung 3 : 2.5 ml Larutan kuning telur (kuning) + Buffer Asetat (tak
berwarna) + Alkohol (tak berwarna) Larutan
kekuningan dan terbentuk endapan yang lebih banyak.
4. Larutan Ikan
Giling 10 %
Tabung 1 : 2.5 ml Larutan ikan giling (tak berwarna) + HCl (tak
berwarna) + Alkohol (tak berwarna) Larutan berwarna
putih dan terbentuk endapan.
Tabung 2 : 2.5 ml Larutan ikan giling (tak berwarna) + NaOH (tak
berwarna) + Alkohol (tak berwarna) Larutan berwarna
putih tanpa endapan.
Tabung 3 : 2.5 ml Larutan ikan giling (tak berwarna) + Buffer Asetat (tak
berwarna) + Alkohol (tak berwarna) Larutan berwarna
putih dan terbentuk endapan.
6. Denaturasi Protein
No. Bahan yang diuji Hasil Pengamatan
1. Larutan Albumin
10 %
Tabung 1 : 4.5 ml Larutan albumin (kuning) + HCl (tak berwarna)
Larutan berwarna putih + Buffer Asetat (tak berwarna)
terbentuk 2 lapisan larutan, lapisan atas tak berwarna, lapisan
bawah terbentuk endapan putih padat.
Tabung 2 : 4.5 ml Larutan albumin (kuning) + NaOH (tak berwarna)
Larutan berwarna putih + Buffer Asetat (tak berwarna)
larutan tidak berwarna dan terbentuk endapan putih..
Tabung 3 : 4.5 ml Larutan albumin (kuning) + Buffer Asetat (tak
berwarna) Endapan putih padat
2. Larutan Putih
Telur 10 %
Tabung 1 : 4.5 ml Larutan putih telur (tak berwarna) + HCl (tak berwarna)
Larutan tidak berwarna dengan endapan putih + Buffer
Asetat (tak berwarna) Larutan putih.
Tabung 2 : 4.5 ml Larutan putih telur (tak berwarna) + NaOH (tak
berwarna) Larutan tidak berwarna + Buffer Asetat (tak
berwarna) Larutan keruh .
Tabung 3 : 4.5 ml Larutan putih telur (tak berwarna) + Buffer Asetat (tak
berwarna) Endapan putih seperti gel.
3. Larutan Kuning
Telur 10 %
Tabung 1 : 4.5 ml Larutan kuning telur (tak berwarna) + HCl (tak
berwarna)
Larutan kuning + Buffer Asetat (tak berwarna)
Larutan berwarna kuning.
Tabung 2 : 4.5 ml Larutan kuning telur (tak berwarna) + NaOH (tak
berwarna) Larutan kuning + Buffer Asetat (tak
berwarna) Larutan berwarna kuning.
Tabung 3 : 4.5 ml Larutan kuning telur (tak berwarna) + Buffer Asetat
(tak berwarna) Larutan kuning.
4. Larutan Ikan
Giling 10 %
Tabung 1 : 4.5 ml Larutan ikan giling (tak berwarna) + HCl (tak
berwarna)
Larutan kuning, terdapat endapan + Buffer Asetat (tak
berwarna) Larutan putih keruh.
Tabung 2 : 4.5 ml Larutan ikan giling (tak berwarna) + NaOH (tak
berwarna)
Larutan tak berwarna, terdapat endapan + Buffer
Asetat (tak berwarna) Larutan putih keruh.
Tabung 3 : 4.5 ml Larutan ikan giling (tak berwarna) + Buffer Asetat (tak
berwarna) Terdapat endapan putih.
7. Uji Sulfur dalam Protein
No. Bahan yang diuji Hasil Pengamatan
1 Serbuk Albumin 0.1 gr serbuk albumin + 0.2 gr serbuk fusion mixture
serbuk campuran tak berwarna, dinginkan.
Serbuk + air panas, kemudian disaring.
Filtrat + HCl larutan tak berwarna + BaCl2
Terdapat endapan putih pada larutan.
VII. Mekanisme Reaksi Kimia :
Uji Biuret
O O
- C – N – CH – C – N – CH - + Cu2+ OH O = C C = O
H R H R HN NH
Protein RCH HCR
Cu2+
O = C C = O
HN NH
RCH HCR
Kompleks Ungu
Uji Pengendapan Logam
Dengan HgCl2
O O – Hg – O O = C O = C C = O
n
NH NH NH 2 H – C – R + Hg2+ HCR HCR C = O C = O C = O NH NH NH H – C – R HCR H CR
(Garam Netral Proteanat)
Dengan Pb-asetat
O O – Pb – O O = C O = C C = O NH NH NH 2 H – C – R + Pb2+ HCR HCR C = O C = O C = O NH NH NH H – C – R HCR HC R
Uji Pengendapan garam
O O
[ - NHCHC – NHCHC - ]n NH2Cl + COOH + NH2CHCOOH R R R R
n
n
kalor
H2O,H+
Endapan + Reagen Millon
Filtrat + Air (H2O)
H
[ R – C – COO- ]n + H+ (suasana asam)
Atau
H
[ R – C – COOH]n (suasana basa)
NH2
Pengendapan dengan Alkohol
O O
[-HNCHC – NHCHC-]n H3N+ - CH – COOH ROH H3N+ - CH –COOR
R R R R
Denaturasi Protein
O O
H2O
H2O
NH2
[ - NHCHC – NHCHC - ]n H2O, H+ H2NCHCO2H + H2NCHCO2H
R R kalor R R
COO - COOH
H3N+ - C – H + H+ H3N+ - C – H
R asam R
COO - COO -
H3N+ - C – H + OH- H2N – C – H + H2O
R basa R
Uji Sulfur
Pb2+ + 4OH- PbO22- + 2H2O
S 2- + 2H2O + PbO2 2- PbS + 4OH –
VII. Pembahasan :
Pada percobaan kali ini dilakukan percobaan uji terhadap protein. Ada 7 cara
pengujian untuk mengetahui kandungan protein di dalam suatu sample. Uji protein yang
dilakukan yaitu : uji biuret, pengendapan dengan logam, pengendapan dengan garam, uji
koagulasi, pengendapan dengan alcohol, denaturasi protein, dan uji sulfur dalam protein.
Pada uji biuret, sample yang kami gunakan yaitu : : larutan albumin 10 %, larutan
putih telur 10 %, larutan kuning telur 10 %, dan larutan ikan giling 10 %. Hasil pada semua
sample yang diujikan menghasilkan warna violet. Hal ini disebabkan penambahan CuSO4
sehingga terbentuk kompleks antar Cu2+ dengan gugus amino dari protein. Sehingga,
semakin kuat intensitas warna ungu yang dihasilkan ini menunjukan makin panjang ikatan
peptidanya. Dengan perubahan warna ungu yang diperoleh ini menunjukan bahwa semua
sampel positif terhadap biuret.
Pada reaksi uji yang kedua, yaitu pengendapan dengan logam sampel yang kami
gunakan yaitu : larutan albumin 10 %, larutan putih telur 10 %, larutan kuning telur 10 %,
dan larutan ikan giling 10 %. Terhadap uji pengendapan logam ini, hampir semua sampel
yang kami gunakan menghasilkan endapan berwarna putih dan larutan keruh kecuali pada
albumin yang menghasilkan warna kuning dan terdapan endapan putih pada semua
perlakuan yaitu dengan menggunakan Pb asetat dan HgCl2. Endapan yang terbentuk pada
setiap sampel merupakan endapan yang berasal dari protein pada sampel yang diuji,
endapan ini terjadi karena adanya reaksi logam Pb dengan protein. Logam Pb ini merupakan
logam yang mengandung ion positif. Dimana salah satu sifat dari logam yang mengandung
ion positif dapat menghasilkan endapan jika direaksikan dengan protein. Sama halnya
dengan Hg yang juga merupakan logam yang mengandung ion positif yang juga dapat
menghasilkan endapan jika direaksikan dengan protein dasar reaksi pengendapan oleh
logam berat adalah penetralan muatan. Dimana pengendapan akan terjadi bila protein
berada dalam bentuk isoelektrik yang bermuatan negatif, dengan adanya muatan positif dari
logam berat akan terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam protein yang
mengendap.
Percobaan pada uji pengendapan dengan garam dengan menggunakan sample protein
yang sama seperti percobaan sebelumnya, yaitu : larutan albumin, larutan putih telur, larutan
kuning telur, dan larutan ikan giling. Hasil yang diperoleh yaitu terdapatnya endapan pada
setiap sample. Endapan ini menunjukkan atau merupakan hasil dari garam-garam organik
dalam persentase tinggi yang dapat mempengaruhi sifat kelarutan protein. Pengendapan
yang dikarenakan penambahan ammonium sulfat menyebabkan terjadi dehidrasi protein
atau sering dikenal dengan kehilangan air, sehingga proses dehidratasi ini molekul protein
yang mempunyai kelarutan paling kecil akan mudah mengendapan. Hasil pencampuran
antara serbuk ammonium sulfat dengan protein menghasilkan endapan dan filtrate. Untuk
endapan dilakukan pengujian menggunakan reagen Millon dan menghasilkan larutan
dengan endapan merah bata, hal ini dikarenakan karena pereaksi Millon adalah larutan
merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrit. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada
larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat menjadi merah pada
pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol dikarenakan terbentuknya
senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang bewarna, protein yang mengandung
tirosin akan memberikan uji positif. Sedangkan filtrate yang dihasilkan diuji menggunakan
penguji biuret, warna yang dihasilkan yaitu biru bening. Warna biru sendiri berasal dari
warna larutan CuSO4. Ini menandakan bahwa filtrat tidak menghasilkan uji positif terhadap
uji biuret.
Pada percobaan uji koagulasi sample yang digunakan juga sama seperti sample
sebelumnya yaitu, larutan albumin, larutan ikan giling, larutan putih telur, dan larutan
kuning telur. Semua sample menghasilkan endapan berwarna putih. Ini berarti hasil
praktikum sama dengan teori yang telah ada, dimana jika protein ditambahkan dengan
larutan asam atau basa, maka akan terdenaturasi atau terjadi penggumpalan. Penggumpalan
ini dapat juga terjadi karena pemanasan yang dilakukan, dengan proses pemanasan struktur
protein akan menjadi rusak. Setelah endapan diperoleh kemudian ditambahkan dengan
reagen Millon dan menghasilkan larutan bening dan endapan merah bata. Hal ini
menunjukkan bahwa uji koagulasi menghasilkan positif terhadap uji Millon. Sedangkan
pembandingnya, sample hanya ditambahkan aquades yang menghasilkan uji negative.
Dimana endapan tetap berwarna putih. Pada pemanasan 50 derajat protein sudah mengalami
koagulasi. Koagulasi ini terjadi bila larutan protein berada pada titik isoelektriknya. Ion-ion
logam berat yang masuk ke dalam tubuh akan bereaksi dengan sebagian protein, sehingga
menyebabkan terjadinya koagulasi (penggumpalan).
Pada percobaan pengendapan dengan alcohol, sample yang digunkan masih sama
yaitu : larutan albumin 10 %, larutan putih telur 10 %, larutan kuning telur 10 %, dan
larutan ikan giling 10 %. Hasil yang diperoleh pada semua larutan sample untuk tabung II
tidak terdapat endapan dan larutan berwarna bening, sedangkan tabung I dan III terdapat
endapan putih, hal ini menunjukkan bahwa tabung I dan III pada semua larutan sample
positif terhadap uji ini. Dimana masing-masing mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda,
untuk tabung 1 protein yang ditambahakan HCl, begitu juga dengan tabung II yaitu dengan
penambahan NaOH, dan pada rabung III ditambahkan buffer asetat.
Pada uji denaturasi protein, terbentuknya endapan pada larutan protein yang direaksikan menandakan bahwa telah terjadi proses denaturasi pada protein tersebut. Denaturasi terjadi karena terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam, dan terbentuknya lipatan molekul protein.
Pada percobaan uji sulfur, percobaan yang kami lakukan yaitu menambahkan serbuk albumin dengan fussion mixture dan dipanaskan lalu ditambahkan air mendidih didapatkan endapan berwarna kuning dan filtrat berwarna bening. Setelah itu filtrat diasamkan dengan HCl dan ditambahkan BaCl2 dan terbentuk larutan yang keruh.
VIII. Kesimpulan :
1. Pada uji biuret, semakin kuat intensitas warna ungu yang dihasilkan ini menunjukan
makin panjang ikatan peptidanya.
2. Pada uji pengendapan logam, endapan yang dihasilkan bewarna putih dan larutan
yang keruh, endapan yang dihasilkan tersebut berasal dari protein yang diuji, endapan
ini terjadi karena adanya reaksi logam Pb dengan protein.
3. Pada uji pengendapan garam, endapan yang bewarna merah merupakan hasil dari
garam-garam organik dalam persentase tinggi yang dapat mempengaruhi sifat
kelarutan protein.
4. Pada uji koagulasi, koagulasi dapat terjadi bila larutan protein berada pada titik
isoelektriknya. Ion-ion logam berat yang masuk ke dalam tubuh akan bereaksi dengan
sebagian protein, sehingga menyebabkan terjadinya koagulasi (penggumpalan).
5. Pada percobaan pengendapan dengan alcohol, tabung yang ditambahkan HCl dan
Buffer asetat menghasilkan endapan, sedangkan yang ditambahkan NaOH tak
menghasilkan endapan. Sampel yang menghasilkan endapan dengan menambahkan
HCl dan buffer asetat memberikan uji positif. Sedangkan yang ditambahkan NaOH
memberikan uji negative.
6. Dalam uji denaturasi protein, terdapatnya endapan merupakan protein yang
terkoagulasi, ini dikarenakan pemanasan. Protein sangat peka terhadap lingkungan
apalagi adanya perubahan suhu, hal ini menyebabkan larutan menjadi keruh dan
adanya gumpalan-gumpalan dari protein yang terdenaturasi.
7. Pada percobaan uji sulfur, endapan yang dihasilkan berwarna kuning dan filtrat
berwarna kuning.Setelah diasamkan dengan HCl dan ditambahkan BaCl2 terbentuk
larutan yang keruh.
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia : Jilid I. Diterjemahkan oleh : Maggy
Thenawidjaja. Jakarta : Erlangga.
Poedjiadi, Ana dan F.M. Titin Supriyanti. 2005. Dasar-Dasar Biokimia : Edisi Revisi.
Bandung : UIP (UI-Press).
Wirahadikusumah, Muhamad. 1989. Biokimia : Protein, Enzim, dan Asam Nukleat.
Bandung : ITB.
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I
“ REAKSI UJI PROTEIN ”
DISUSUN OLEH :
NAMA : IBNU DARMAWANTO
NIM : 06111010008
SEMESTER : V
KELOMPOK : 5
DOSEN PENGASUH : 1. Drs.MADE SUKARYAWAN, M.Si
2. DESI, S.Pd, M.T.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
Lampiran
Pertanyaan dan Jawaban Soal
Uji Biuret
1. Warna apa yang terjadi ?
Jawab :
Warna violet
2. Mengapa harus dihindarkan kelebihan CuSO4 ?
Jawab :
Karena dapat terbentuk garam ammonium dan Cu merupakan logam berat. Jika
penggunaannya terlalu banyak maka albumin akan terdenaturasi membentuk
koagulan. Pada suasana alkalis akan terbentuk Cu(OH)2 dari reaksi :
Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2 (ungu). Cu2+ berwarna biru intensif, jika berlebihan akan
mengakibatkan warna ungu terkalahkan sehingga hasilnya negatif.
3. Mengapa garam amonium mengganggu ?
Jawab :
Karena ion-ion dari garam ammonium lebih mudah dalam mengikat air, sehingga
menyebabkan kelarutan protein dalam air berkurang.
4. Sebutkan 2 macam zat lain selain protein yang memberikan uji biuret positif ?
Jawab :
Zat lain yang dapat memberikan uji biuret yaitu peptida dan asam amino.
Pengendapan dengan Logam
1.Apa hasilnya ?
Jawab :
Terbentuknya endapan putih. Pada percobaan ini proses yang terjadi yaitu saat sampel
ditambahkan HgCl2 maka warna berubah menjadi putih seperti telur masak, tetapi
campuran reaksi tersebut belum membeku atau masih dalam keadaan encer. Dan saat
ditambahkan dengan Pb (CH3COO)2, warna pada campuran kemudian berubah
menjadi putih, campuran matang tapi belum membeku.
2. Terangkan mengapa putih telur digunakan sebagai antidote pada keracunan Pb dan Hg ?
Jawab :
Putih telur digunakan sebagai antidote pada keracunan Pb dan Hg karena protein yang
terdapat dalam putih telur berfungsi sebagai biokatalis pengganti se-sel yang telah
rusak akibat gas-gas kimia beracun dari Pb dan Hg. Selain itu putih telur juga
digunakan sebagai antidotum terhadap keracunan logam berat karena putih telur
mengandung albumin, sehingga apabila tubuh keracunan logam berat maka ion logam
berat tersebut akan bereaksi dengan albumin membentuk koagulan sehingga logam
berat tersebut tidak akan mengganggu atau merusak aktivitas enzim lain di dalam
tubuh.
Pengendapan dengan Garam
1. Terangkan hasil-hasilnya ?
Jawab :
Pada percobaan ini hasil pencampuran antara serbuk amonium sulfat dengan protein
menghasilkan endapan dan filrat. Untuk endapan yang dihasilkan dilakukan uji millon
yang menghasilkan endapan merah bata. Endapan itu juga diuji kelarutannya didalam
air dan hasilnya adalah larut dalam air. Sedangkan untuk filtrat dilakukan uji biuret
yang menghasilkan larutan berwarna ungu.
Uji Koagulasi
1. Mengapa ditambahkan asam ?
Jawab :
Untuk mengkoagulasikan protein
2. Protein apa yang menggumpal pada pendidihan ?
Jawab :
Semua protein kecuali gelatin
Uji pengendapan dengan pada alkohol
Apakah kelarutan albumin dalam air terjadi pada titik isoelektriknya ?
Jawab:
Ya, kelarutan albumin dalam air terjadi pada titik isoelektriknya yang ditandai dengan
endapan berwarna putih.
Uji denaturasi
1. Sifat fisik apakah dari protein yang mempengaruhi kelarutan protein dalam percobaan ?
Jawab: Sifatnya sangat peka terhadap lingkungan, apabila konfirmasi molekul protein berubah, misalnya oleh perubahan suhu, pH atau karena terjadinya suatu reaksi dengan senyawa lain, maka keaktifan biokimianya berkurang. Hal ini dinamakan dengan denaturasi.
2. Metode lain yang dapat digunakan pada denaturasi protein ?
Jawab:
Yaitu metode pemanasan, metode kromatografi dan metode pemurnian enzim.
3. Perubahan apa yang berhubungan dengan denaturasi protein?
Jawab:
Perubahan suhu, pH, dan pelarut organik.
Uji sulfur
1. Mengapa protein memberikan uji positif pada sulfur?
Jawab:
Karena protein dengan sulfur menghasilkan endapan putih dan larutan kuning
sehingga protein memberikan uji positif terhadap uji sulfur. Karena dalam protein juga
terdapat asam amino sistein yang memiliki gugus tiol yang mengandung unsur S
(sulfur).
2. Unsur-unsur apa yang bisa dalam protein tetapi tidak ada dalam lipid dan karbohidrat?
Jawab :
Unsur P (phosphor), nitrogen, dan sulfur.