uji potensi antibiotik 093
DESCRIPTION
potensi antibiotikTRANSCRIPT
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
I. KOMPETENSI UMUM
Praktikan dapat mengetahui cara-cara pengujian mikrobiologis
sehingga kita dapat mengetahui bahwa suatu sediaan farmasi
tersebut terkontaminasi atau tidak dengan mikroorganisme.
II. KOMPETENSI KHUSUS
Praktikan dapat mengetahui tingkat pengenceran dari sampel
yang beredar dan juga untuk menghitung jumlah mikroba pencemar
pada sediaan yang beredar di pasaran apakah sampel memenuhi
syarat atau tidak..
III. PRINSIP
Prinsip percobaan adalah menggunakan beberapa medium
seperti NA, PDA, EMBA, PW, VJA, TSB, CETA, SCB, SSA untuk
melihat apakah sampel yang beredar dipasaran sudah memenuhi
syarat atau tidak.
IV. LANDASAN TEORI
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama
fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis
lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau
sintetik penuh. Namun dalam praktek sehari-hari AM sintetik yang
tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamida dan
kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik (Ganiswarna,
2007).
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
Antibiotik adalah bahan kemoterapeutik yang secara primer
bekerja melawan organisme parasit dan bukan terhadap pejamu.
Bahan ini secara luas dapat diklasifikasikan menjadi bakterisidal dan
bakteriostatik. Bahan bakteriostatik menghambat pertumbuhan
mikroorganisme tapi sesungguhnya tidak membunuhnya. Bahan
bakterisidal secara aktif membunuh bakteri. Banyak antibiotic yang
menghambat sintesisi dinding sel bakteri, sementara yang lain
merusak sintesis protein oleh ribosom bakteri. Jenis antibiotik lainnya
mengganggu replikasi DNA bakteri, dan yang lain merusak fungsi
sawar membrane sel (David, 2011).
Suatu antibiotik memperlihatkan toksisitas yang selektif, dimana
obatnya lebih toksis terhadap mikroorganismenya dibandingkan pada
sel hospes. Hal ini terjadi karena pengaruh obat yang selektif
terhadap mikroorganisme atau karena obat pada reaksi-reaksi
biokimia penting dalam sel parasit lebih unggul dari pengaruhnya
terhadap sel hospes. Disamping itu juga struktur sel mikroorganisme
berbeda struktur sel manusia (hospes, inang) (Djide, 2003).
Antibiotik mempunyai mekanisme kerja utama, ada lima cara
antara lain (Djide, 2003) :
1. Bersifat sebagai antimetabolit
2. Penghambat terhadap sintesa dinding sel
3. Penghambat fungsi permeabilitas membran sel
4. Penghambat sintesis protein
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
5. Penghambat asam nukleat
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh
sarjana Inggris dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin).
Tetapi penemuan ini baru diperkembangkan dan dipergunakan dalam
terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain
dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh
dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa
saja yang dapat digunakan sebagai obat (Tjay, 2002).
Komplikasi terapi antibiotik, toksisitas selektif terhadap bakteri
yang menginavasi tidak menjamin pejamu bebas dari efek yang tidak
diinginka, karena obat dapat menimbulkan respons alergik atau
bersifat toksik yang tidak berkaitan dengan aktifitas antimikrobanya.
Reaksi hipersensitivitas terhadap antimikroba atau produk
metabolitnya sering terjadi. Misalnya, penisilin, selain memiliki
kemampuan toksisitas mikroba yang paling selektif, obat ini dapat
menimbulkan masalah hipersensitivitas serius dimulai dari urtikaria
(gatal-gatal) sampai dengan syok anafilaktik ( Mycek, 2001).
Kadar antibiotika tertentu yang tinggi dalam serum dapat
menyebabkan toksisitas melalui proses seluler yang mempengaruhi
tubuh pejamu secara langsung. Sebagai contoh, aminoglikosida dapat
menyebabkna ototoksisitas dengan mempengaruhi fungsi membran
dalam sel rambut organo Korti ( Mycek, 2001).
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
Yang berguna hanyalah antibiotika yang mempunyai kadar
hambatan minimum (KHM) in vitro lebih kecil dari kadar zat yang
dapat dicapai dalam tubuh dan tidak toksik. Mekanisme kerja
antibiotika umumnya dapat dijelaskan secara terperinci (Mutschler,
2007) :
Antibiotika
oMenghambat biosintesis dinding sel (penisilin, sefalosporin,
sikloserin, basitrasin)
oMeninggikan permeabilitas membran sitoplasma, (sefalosporin,
sikloserin, basitrasin)
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya dan
kerusakan. Hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia,
hewan, serta tanaman, menimbulkan penyakit yang berkisar dari
infeksi ringan sampai kepada kematian. Mikroorganisme pun dapat
mencemari makanan, dan dengan menimbulkan perubahan –
perubahan kimiawi didalamnya, membuat makanan tersebut tidak
dapat dimakan atau bahkan beracun. Karena itu adanya prosedur
untuk mengendalikan perumbuhan dan kontaminasi oleh mikroba
adalah suatu keharusan. Yang dimaksud pengendalian disini adalah
segala kegiatan yang dapat menghambat, membasi, atau
menyingkirkan mikroorganisme. (Tjay,2002).
Banyak zat kimia dapat menghambat atau mematikan
mikroorganisme berkisar dari unsur logam berat, seperti perak dan
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
tembaga sampai kepada molekul organik yang kompleks seperti
persenyawaan ammonium kuartener. Berbagai substansi tersebut
menunjukkan efek antimikrobialnya dalam berbagai cara dan terhadap
berbagai macam mikroorganisme. Efeknya terhadap permukaan
benda atau bahan juga berbeda-beda : ada yang serasi dan ada yang
bersifat merusak. Karena ini dan juga karena variabel-variabel lain,
maka perlu sekali diketahui terlebih dahulu perilaku suatu bahan kimia
setelah digunakan untuk penerapan praktis-praktis tertentu
(Mutschler,2007).
Ada 2 metode umum yang dapat digunakan, yaitu penetapan
dengan lempeng silinder atau cara “lempeng” atau penetapan dengan
turbidimetri atau cara “tabung”. Metode pertama berdasarkan difusi
antibiotic dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar
padat dalam cawan petri atau lempeng. Jadi, mikroorganisme yang
ditambahkan dihambat pertumbuhannya pada daerah
berupalingkaran atau “zona” di sekeliling silinder yang berisi larutan
antibiotic. Metode turbidimetri berdasarkan hambatan pertumbuhan
biakan mikroorganisme dalam larutan antibiotic serba sama dalam
media cair yang dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan cepat
jika tidak terdapat antibiotic (Henry,2009)
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
V. METODE KERJA
A. Alat Yang Dipakai
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain
adalah autoklaf, batang pengaduk, cawan petri, erlenmeyer,
inkubator, lampu spritus, paper disk, pingset, sendok tanduk, spoit
5 ml, dan 10 ml dan timbangan analitik.
B. Bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara
lain adalah alkohol 70 %, aluminum foil, aquadest, kertas label,
kertas timbang, korek api, medium Nutrien Agar (NA),
oxytetracyclin salep kulit dan Staphylococus aureus.
C. Cara Kerja
Pertama-tama dibuat pengenceran dengan 5 variasi dosis
baku (S1 sampai S5). Dibuat 1 variasi dosis uji (U3) yang sesuai
dengan S3 kurva baku. Dibuat suspensi inokulum dengan
mencampurkan NA steril. Dituang kedalam tiap-tiap cawan petri.
Setelah inokulum padat kemudian diletakkan piper disk yang telah
direndam dengan larutan antibiotik. Diinkubasi selama 1x24 jam
pada suhu 37°C. Diamati zona hambat yang terbentuk dan
dilakukan pengukuran garis tengah dengan menggunakan
penggaris. Dihitung potensi antibiotik dari hasil pengukuran.
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium:Nutrien AgarBakteri:Staphylococus aureus
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
VI. HASIL PRAKTIKUM
A. Gambar Pengamatan
Medium
Paper Disk
Zona Hambat
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
B. Tabel Pengamatan
NoBakteri
Uji
Diameter Zona Hambat Pertumbuhan
Baku Pembanding
S1 S3 S2 S3 S4 S3 S5 S3 U3 S3
1 SA 1,2 1,4 1,3 1,5 15 17 13 9 10 9
2 SA 1,1 1,5 1,2 1,3 15 13,1 15 11 9 10
3 SA 1,1 1,4 1,1 1,3 15 12 13 10 11 9
4 SA 1,3 1,3 1,1 1,4 15 15 12 13 10 12
5 SA 1,1 1,2 1,1 1,3 13 14 15 15 8 9
6 SA 1,3 1,2 1 1,5 15 12 14 15 10 11
7 SA 1,3 1,5 1 1,3 13 14 11 11 10 10
8 SA 1,2 1,4 1 1,3 12 15 11 13 9 10
9 SA 1,2 1,5 1,1 1,3 14 14 10 11 11 9
Jumlah 10,8 12,4 9,9 12,2 127 123,1 114 108 88 89
Rata-Rata 1,2 1,38 1,1 1,35 14,11 13,68 12,67 12 9,78 9,89
Hasil Kerektor 1,29 1,225 13,895 12,335 9,83
Korektor 0,09 0,125 -0,215 -0,335 0,05
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
VII. PEMBAHASAN
Uji potensi antibiotika adalah suatu teknik untuk menetapkan potensi
suatu antibiotika dengan mengukur efek senyawa-senyawa tersebut
pada pertumbuhan suatu mikroorganisme. Efek yang ditimbulkan berupa
daya hambatnya terhadap mikroorganisme. Uji potensi antibiotik dapat
dilakukan dengan cara kimia, fisikokimia dan secara mikrobiologi atau
biologik. Pada praktikum ini dilakukan secara mikrobiologik karena dapat
menunjukkan penurunan aktivitas mikroba sehingga terjadi perubahan
yang kecil yang tidak dapat ditunjukkan secara kimia.
Uji potensi secara mikrobiologi dapat dilakukan dengan 2 metode
yaitu metode lempeng (difusi agar) serta metode tabung (turbidimetri).
Pada pengujian potensi suatu antibiotika dengan difusi agar, digunakan
media padat, yang pada permukaannya telah diinokulasikan
mikrorganisme uji yang sensitif terhadap antibiotika yang secara merata.
Pada permukaan media tersebut diletakkan blank disk yang telah
direndam dalam antibiotik yang akan diuji. Selama masa inkubasi akan
terjadi proses difusi antibiotika ke dalam gel agar dan membentuk zona
hambatan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang pengujian
antibiotik, maka dapat diketahui bahwa antibiotik adalah bahan yang
dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil
mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya.
Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam.
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
Prosedur difusi-kertas cakram-agar yang distandardisasikan (metode
Kirby-Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik
untuk bakteri. Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan
oleh diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya
maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar
acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka terhadap
suatu antibiotik.
Pada pengujian yang telah dilakukan, terbentuk zona bening
disekitar piper disk. Ini menunjukan bahwa antibiotik yang digunakan
berpotensi menghambat pertumbuhan Staphylococus aureus.
Pada percobaan ini medium yang digunakan adalah medium NA
(Nutrien Agar), karena medium ini dispesifikasikan untuk pembiakan
bakteri.
Berdasarkan hasil pengamatan setelah sampel diinkubasi selama 48
jam, diperoleh hasil bahwa pada cawan petri yang diberikan antibiotik
oxytetracyclin, terdapat zona hambat yang ditandai dengan daerah
sekitar antibiotik berwarna bening. Terdapatnya zona hambat pada
percobaan tersebut disebabkan karena khamir tersebut tidak resisten
terhadap antibiotik yang ditanam pada media yang sama. Resistensi ini
merupakan suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh
antimikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah untuk
bertahan hidup. Resistensi dari khamir tersebut biasanya disebabkan
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
karena khamir tersebut dapat menghasilkan suatu enzim yang dapat
menghancurkan antibiotik tersebut.
Pada percobaan ini maka diperoleh hasil perhitungan untuk S1 yaitu
0,09, untuk S2 = 0,125, S4 = -0,215, S5 = -0,335, U5 = 0,05. Dan untuk
potensi uji diperoleh 85,83 %.
Adapun desain pengujian yang digunakan adalah 5 + 1 yaitu 5 baku
pembanding yang berbeda konsentrasi dengan 1 sampel pembanding.
Digunakan desain pengujian 5 + 1 karena tingkat dosis dan satu sampel
dengan satu tingkat dosis yang setara dengan dosis menengah (dosis
acuan) baku pembanding. Pada desain S1 + S3 (S2 + S3) dimaksudkan
untuk desain S4 + S3 (S5 + S3) dimaksudkan untuk membandingkan
dosis diatas maksimum. Dan untuk U + S3 dimaksudkan untuk
membandingkan dosis baku dengan dosis yang beredar dipasaran.
Kelebihan metode difusi agar dengan metode turbidimetri, 1.) cara
turbidimetri, biasanya mempunyai range daerah pengerjaan yang sempit
dengan perbandingan tingkat dosis kurang dari 5 : 1, sebaliknya pada
cara difusi agar, range tersebut lebih lebar sehingga dimungkinkan
perbandingan tingkat dosis sampai 100 : 1. 2.) Cara turbidimetri adalah
mengukur aktivitas total dari antibiotika yang diuji, sedangkan cara difusi
agar tergantung pada kecepatan difusi zat aktif, sehingga ada
kemungkinan tidak mengukur aktivitas totalnya. 3.) Cara turbidimetri tidak
dipengaruhi oleh sifat difusibilitas dari zat aktif, sedangkan cara difusi agar
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
sangat dipengaruhi oleh hal lain tersebut.
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
VIII. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pengaruh konsentrasi antibiotika oxytetracyclin terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylacoccus aureus adalah semakin
besar konsentrasi dari antibiotika maka kemampuan antibiotika
untuk menghambat atau membunuh bakteri akan semakin besar
(efektifitas kerja antibiotika meningkat).
2. Pada percobaan ini maka diperoleh hasil perhitungan untuk S1
yaitu 0,09, untuk S2 = 0,125, S4 = -0,215, S5 = -0,335, U5 = 0,05.
Dan untuk potensi uji diperoleh 85,83 %.
B. Saran
Pada percobaan ini diharapkan asisten mampu mendampingi
praktikannya dengan baik agar proses praktikum dapat berjalan
dengan lancar.
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
IX. DAFTAR PUSTAKA
Djide, M.N, 2003. Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.
Dwidjoseputro, D.1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.
Gaman, P. M., dan Sherrington, K. B., 1992, Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi, Edisi Kedua, Yogyakarta, UGM – Press.
Ganiswarna, S.G, 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 1991, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, Jakarta, EGC.
Pelczar, Michael J, 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-Press, Jakarta.
Suhendrayatna, 2001, Bioremoval logam berat dengan menggunakan mikroorganisme,Disampaikan padaseminar on-Air Bioteknologi untuk Indonesia Abad 21. 1-14 Februari 2001, Sinergy Forum-PPI Tokyo Institute of Technology.
Sumadio, H., dan Harahap, 1994, Biokimia dan Farmakologi Antibiotika, USU Press, Medan.
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
X. LAMPIRAN
A. Skema Kerja
Diambil 9 ml medium NA
Dimasukkan ke dalam vial
Ditambahkan 1 ose suspensi bakteri, dihomogenkan
Dituang ke dalam cawan petri (dipatron menjadi 6 bagian)
dibiarkan hingga memadat
Diletakkan paper disk
Diinkubasi selama 1 x 24 jam
Diukur zona hambat yang terbentuk
B. Uraian Bahan
1. Air suling (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Aqua Destillata.
Nama lain : Air suling/aquades
RM/BM : H2O/18,02
Rumus sturktur : H – O –H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut.
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
2. Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Alkohol, etanol
BM / RM : 46,07 / C2H6O
Pemerian : Cairan mudah menguap, tak berwarna, bau
khas, mendidih pada suhu 78oC
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai antiseptik.
3. Agar (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : AGAR
Nama Lain : Agar-agar
Pemerian : Berkas potongan memanjang tipis seperti
selaput dan berlekatan atau berbentuk
keping, serpih atau butiran jingga lemah
kekuningan sampai kuning pucat atau tidak
berwarna; rasa berlendir; jika kering rapuh.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin, larut dalam
air mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pemadat
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
4. Ekstrak Beef (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : EXTRACT BEEF
Sinonim : Ekstrak daging
Pemerian : Berbentuk pasta, berwarna coklat kekuningan
sampai coklat tua, bau dan rasa seperti
daging dan sedikit asam.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai sumber protein komposisi medium
NA dan NB (sumber vitamin dan garam-
garam).
C. Uraian Sampel
Oksitetrasiklin® salep kulit
Komposisi : Per gram, Oksitetrasiklin 5 mg, Hidrokortison 5
mg.
D. Uraian Mikroba
a) Klasifikasi Staphylococus aureus (Garrity, 2004)
Kingdom : Prokariotik
Divisio : Scotobacteria
Class : Bacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Staphylococus
Spesis : Staphylococus aureus
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
b) Morfologi
Kuman ini berbentuk sferis, bila menggerombol dalam
susunan yang tidak teratur mungkin sisinya, agak rata karena
tertekan. Diameter kuman antara 0,8-1,0 mikron. Pada sediaan
langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri,
berpasangan menggerombol dan bahkan dapat tersusun
seperti rantai pendek. Susunan gerombol yang tidak teratur
biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari
pembenihan padat, sedangkan dari pembenihan kaldu
biasanya ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai rantai
pendek. Kuman ini tidak bergerak, tidak berspora dan positif
gram. Hanya kadang-kadang yang gram negative dapat
ditemukan pada bagian tengah gerombolan kuman, pada
kuman yang telah difagositopsis dan pada biakan tua yang
hampir mati.
E. Perhitungan
a. Perhitungan Bahan
Nutrien Agar (NA)
Dibuat untuk 200 mL :
NA = 100 mL / 1000 x 23
= 2,3 gram
b. Perhitungan Hasil Korektor
1) Hasil Korektor ¿ rata−rata S1+rata−rata S32
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
¿ 1,2+1,382
¿1,29
2) Hasil Korektor ¿ rata−rata S2+rata−rata S32
¿ 1,1+1,352
¿1,225
3) Hasil Korektor ¿ rata−rata S 4+rata−rata S32
¿ 14,11+13,682
¿13,895
4) Hasil Korektor ¿ rata−rata S5+rata−rata S32
¿ 12,67+122
¿12,335
5) Hasil Korektok ¿ rata−rataU 3+rata−rata S 32
¿ 9,78+9,892
¿9,835
c. Perhitungan Korektor
1) Korektor S1 = Hasil Korektor – rata-rata S1
= 1,29 – 1,2
= 0,09
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
2) Korektor S2 = Hasil Korektor – rata-rata S2
= 0,125 – 1,1
= 0,125
3) Korektor S4 = Hasil Korektor – rata-rata S4
= 13,895 – 14,11
= -0,215
4) Korektor S5 = Hasil Korektor – rata-rata S5
= 12,67 – 12,67
= -0,335
5) Korektor U3 = Hasil Korektor – rata-rata U3
= 9,835 – 9,78
= 0,05
d. Perhitungan Potensi Antibiotik
Larutan baku
Log s = xDiameter
zona hambatan = y
X2 Y2 XY
Dosis S1
= 0,1536- 0,813 1,29 0,661 1,664 - 1,049
Dosis S2
= 0,192- 0,716 1,225 0,513 1,500 - 0,877
Dosis S3
= 0,24- 0,619 9,83 0,383 96,629 - 6,085
Dosis S4
= 0,3- 0,522 13,895 0,272 193,071 - 7,253
Dosis S5
= 0,375- 0,425 12,335 0,180 152,152 - 5,242
Jumlah - 3,095 38,575 2,009 445,016 - 20,506
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
Persamaan garis :
Y = a + bx Di mana, a = 29,812
Y = 29,812 + 35,676 (-0,619) b = 35,676
= 29,812 - 22,083 r = 0,905
= 7,729
Yu = (Y + (U-S3)
Yu = (7,729 + (9,78 – 9,89)
= 7,729 – 0,11
= 7,619
Yu = a + bXu
7,729 = 29,812 + 35,676Xu
7,729 – 29,812Xu =
35,676 - 22,193= 35,676
= 0,622
Xu = 0,622 = log dosis uji = - 0,206
Potensi Uji = U x 100 %
S3
= 0,206 x 100 %
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092
ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIK
0,24
= 85,83 %
Husnul Khatimah Ulfa ASNUR ASWAD, S.Farm 150 2012 0092