uji efektifitas kombinasi pupuk organonitrofos dan …digilib.unila.ac.id/56820/3/skripsi tanpa bab...

44
UJI EFEKTIFITAS KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK AN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN SERAPAN HARA TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA MUSIM TANAM KETIGA DI GEDUNG MENENG (Skripsi) Oleh DWIKA PUTRI SURI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • UJI EFEKTIFITAS KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN

    PUPUK AN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN

    SERAPAN HARA TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

    PADA MUSIM TANAM KETIGA DI GEDUNG MENENG

    (Skripsi)

    Oleh

    DWIKA PUTRI SURI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2018

    http://www.kvisoft.com/pdf-merger/

  • ABSTRAK

    UJI EFEKTIFITAS KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN

    PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN

    SERAPAN HARA TANAMAN UBI KAYU (ManihotesculentaCrantz)

    PADA MUSIM TANAM KETIGA DI GEDUNG MENENG

    Oleh

    DWIKA PUTRI SURI

    Ubi kayu dikenal sebagai tanaman yang memiliki daya adaptasi yang kuat

    sehingga sangat potensial dibudidayakan dilahan marginal. Penelitian ini

    bertujuan untuk menguji keefektifan pupuk Organonitrofos dan kombinasinya

    dengan pupuk kimia, serta menetapkan dosis terbaik dari kombinasi pupuk

    Organonitrofos dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, serapan hara, dan

    produksi tanaman ubi kayu pada musim tanam ketiga. Penelitian lapang

    dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung pada bulan

    November 2014 hingga Agustus 2015. Penelitian ini dilakukan dengan

    Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan yaitu T1 (kontrol),

    T2 (urea 200 kg ha-1

    , SP36 300 kg ha-1

    , KCl 400 kg ha-1

    ), T3 (urea 150 kg ha-1

    ,

    SP36 100 kg ha-1

    , KCl 300 kg ha-1

    , Organonitrofos 500 kg ha-1

    ), T4 (urea 100 kg

    ha-1

    , SP36 100 kg ha-1

    , KCl 200 kg ha-1

    , Organonitrofos 1.000 kg ha-1

    ), T5 (urea

    50 kg ha-1

    , SP36 50 kg ha-1

    , KCl 200 kg ha-1

    , Organonitrofos 2.000 kg ha-1

    ), dan

    T6 (Organonitrofos 5.000 kg ha-1

    ) dengan 3 ulangan. Hasil penelitian

    menunjukan bahwa perlakuan urea 100 kg ha-1

    , SP36 100 kg ha-1

    , KCl 200 kg

  • ha-1

    , Organonitrofos 1.000 kg ha-1

    menghasilkan produksi (bobot umbi), dan panen

    hara N, P, K, dan C tanaman ubi kayu lebih tinggi dibandingkan perlakuan

    kombinasi lainnya. Sedangkan pupuk anorganik dengan dosis urea 200 kg ha-1

    ,

    SP36 300 kg ha-1

    , KCl 400 kg ha-1

    menghasilkan tinggi tanaman tertinggi

    dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya.

    Kata kunci:Kombinasi pupuk, Organonitrofos, Pemupukan, Produksi ubi kayu

    Serapan hara, Tanah ultisol,Ubi kayu.

  • UJI EFEKTIFITAS KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN

    PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN

    SERAPAN HARA TANAMAN UBI KAYU (Manihotesculenta Crantz)

    PADA MUSIM TANAM KETIGA DI GEDUNG MENENG

    (Skripsi)

    Oleh

    DWIKA PUTRI SURI

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

    SARJANA PERTANIAN

    pada

    Jurusan Agroteknologi

    PFAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2018

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis yang dilahirkan di Bandar Lampung pada 26 Mei 1993 adalah anak kedua

    dari Bapak Sukamto dan Ibu Rini Andayani.

    Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Kartika Jaya II-8

    Bandar Lampung, Tahun 1999. Pada 2005, penulis menyelesaikan sekolah dasar

    di SD Kartika Jaya II-5 Bandar Lampung. Penulis melanjutkan kesekolah

    menengah pertama di SMPN 23 Bandar Lampung dan lulus pada 2008. Penulis

    menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Perintis 2 Bandar

    Lampung pada 2011.

    Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program StudiAgroteknologi, Fakultas

    Pertanian, Universitas Lampung pada 2011 melalui jalur Mandiri. Selama di

    bangku perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan. Pada

    2012-2013, penulis aktif dan sebagai anggota bidang dana dan usaha (DANUS) di

    Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA-AGT).

    Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PTPN VII Unit Rejosari Natar,

    Lampung Selatan, Lampung mulai Juli sampai Agustus 2015. PadaTahun 2015,

    dari Januari sampai Maret Penulis melaksanakan Kuliah KerjaNyata (KKN) di

    Desa Gunung Tiga, Kecamatan Ulubelu, Tanggamus.

  • Aku persembahkan karya ini kepada:

    Kedua orangtuaku

    Bapak Sukamto dan Ibu Rini Andayani yang telah mencurahkan

    seluruh kasih sayang, perhatian, didikan, nasihat, kesabaran, motivasi,

    serta doa yang tiada henti;

    Kedua saudara kandungku Kak Tangguh Urubelgiyanto

    terima kasih atas segala dukungan, perhatian,

    kasih sayang selama ini;

    Sahabat-sahabat yang selalu setia di saat suka dan duka,

    terima kasih atas bantuan, dukungan, motivasi, dan pengorbanan yang

    telah kalian berikan

    selama ini;

    Saudara-saudaraku yang selalu memberikan motivasi,

    doa, dukungan, dan perhatian selama ini; serta

    Almamater tercinta.

    Universitas Lampung

  • Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan;

    jangan pula lihat masa depan dengan

    kekuatan; tapi lihatlah sekitar

    anda Dengan penuh

    kesadaran

  • SANWACANA

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat,

    karunia, hidayah, dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

    penulisan skripsi yang berjudul ‘Uji Efektifitas Kombinasi Pupuk Organonitrofos

    dan Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan, Produksi, dan Serapan Hara

    Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) pada Musim Tanam Ketiga di

    Gedung Meneng’.

    Penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, arahan, saran, dan dorongan

    dari berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima

    kasih kepada:

    1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si., selaku Dekan Fakultas Partanian

    Universitas Lampung;

    2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M. Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi;

    3. Prof. Ir. Jamalam Lumbanraja, Ph.D., selaku Pembimbing Utama yang telah

    memberikan bimbingan, motivasi, nasehat, arahan, dan kritik selama

    penelitian dan proses penyelesaian skripsi ini;

    4. Ir. Hery Novpriansyah, M. S., selaku Pembimbing Kedua yang telah

    memberikan bimbingan, motivasi, nasehat, arahan, dan kritik selama

    penelitian dan proses penyelesaian skripsi ini;

  • 5. Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M. Agr. Sc, selaku Pembimbing dan Penguji atas

    saran selama penelitian dan penyelesaian skripsi;

    6. Ir. Setyo Widagdo, M. Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah

    memberikan bimbingannya;

    7. Kedua orang tuaku: Ayahanda dan Ibunda yang tercinta atas segala cinta

    kasih, semangat, dukungan, dan doa tulus yang diberikan, serta pengorbanan

    yang tiada pernah putus diberikan;

    8. Kakak tersayang serta Seseorang atas segala cinta kasih, semangat, dan

    dukungan, serta doa tulus yang diberikan;

    9. Sahabat : Gom-gom, Puput, Meilida, Rezkiani, Fitri, Erma, Sepria, Ayu,

    Gusti, dan Amel. Terima kasih atas bantuan, dukungan, dan motivasi serta

    kebersamaan.

    10. Teman- teman Agroteknologi 2011 dan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu

    persatu atas bantuan, dukungan dan motivasinya;

    11. Teman- teman KKN desa Gunung Tiga , kecamatan Ulubelu, kabupaten

    Tanggamus: Ica, Kadek, Tiffani, Moly, Umpu, Ulung, Okta terima kasih atas

    dukungan, do’a, dan motivasi.

    Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan pihak yang telah

    membantu. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

    Bandar Lampung, 27 Desember 2018

    Penulis

    Dwika Putri Suri

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... iii

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

    I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ............................................................. 1 1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3 1.3 Kerangka Pemikiran........................................................................... 3 1.4 Hipotesis ............................................................................................ 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol ..................................................................................... 7 2.2 Tanaman UbiKayu (Manihot Esculenta Crantz) ............................... 8 2.3 Organonitrofos (organomineral NP) ................................................. 9 2.4 Pemupukan ......................................................................................... 10 2.5 Pengaruh Pemberian Pupuk Kimia N, P, dan K Terhadap

    Pertumbuhan dan Produksi Ubi Kayu................................................ 11

    III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 13

    3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 13

    3.3 Metode Penelitian ............................................................................... 14

    3.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 14

    3.4.1 Pengolahan dan Pembuatan Petak Percobaan ....................... 14

    3.4.2 Pembuatan Guludan ................................................................. 15

    3.4.3 Pemberian Pupuk Organonitrofos ........................................... 15

    3.4.4 Penanaman Sstek ...................................................................... 16

    3.4.5 Aplikasi Pupuk Kimia ............................................................... 16

    3.4.6 Pemeliharaan ............................................................................ 16

    3.4.6.1 Penyiraman ................................................................... 16

    3.4.6.2 Penyiangan Gulma ........................................................ 17

    3.4.6.3 Pengendalian Hama dan Penyakit ................................ 17

    3.4.6.4 Pembumbunan .............................................................. 17

    3.4.7Panen ......................................................................................... 17

    3.4.8Pengambilan Sampel Tanah ...................................................... 18

    3.4.9Analisis di Laboraturium ........................................................... 18

  • 3.5 Variabel Pengamatan .......................................................................... 18

    3.5.1 Tinggi Tanaman ........................................................................ 18

    3.5.2 Analisis Tanah .......................................................................... 18

    3.5.3 Analisis Tanaman...................................................................... 19

    3.5.4 Bobot Basah Umbi .................................................................... 19

    3.5.5 Bobot Kering Sampel Tanaman ................................................ 19

    3.5.6 Uji Efektivitas Pupuk ................................................................ 19

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Tanah Awal dan Akhir Musim Tanam Ketiga ................ 20

    4.2 Pengaruh Pemupukan Organik dan Anorganik terhadap

    Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Ubikayu .......................................... 22

    4.3 Pengaruh Pemupukan Organik dan Anorganik terhadap

    Produksi Tanaman Ubikayu ................................................................ 24

    4.3.1 Bobot Basah .............................................................................. 24

    4.3.2 Bobot Kering Umbi ................................................................... 26

    4.3.3 Bobot Kering Brangkasan......................................................... 27

    4.4Pengaruh Pemupukan Organik dan Anorganik terhadap

    Panen N, P, K, dan C Terangkut Tanaman Ubikayu ............................ 28

    4.4.1 Panen Hara Nitrogen (N) ......................................................... 28

    4.4.2 Panen Hara Fosfor (P) ............................................................. 30

    4.4.3 Panen Hara Kalium (K) ............................................................ 32

    4.4.4 C Terangkut Tanaman .............................................................. 34

    4.5 Analisis RAE (Relative Agronomic Effectiveness) ............................. 35

    V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ............................................................................................. 37

    5.2 Saran ................................................................................................... 37

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38

    LAMPIRAN .................................................................................................... 41

    TABEL ............................................................................................................ 41-81

  • iii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Perlakuan dosis pupuk yang digunakan. ................................................ 14

    2. Hasil analisis kimia tanah awal pada akhir musim tanam pertama dan hasil analisis kimia tanah akhir setelah aplikasi

    pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

    anorganik pada akhir musim tanam ketiga. ............................................ 20

    3. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman

    pada 32 MST. ......................................................................................... 24

    4. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot umbi basah, bobot kulit basah,

    dan bobot total umbi basah padatanaman ubi kayu. ............................... 25

    5. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot umbi kering, batang kering,

    kulit kering, daun kering, dan total biomassa kering pada

    tanaman ubi kayu. ................................................................................... 27

    6. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara N pada umbi, batang,

    daun, kulit, dan total tanaman ubi kayu. ................................................. 29

    7. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara P pada umbi, batang,

    daun, kulit, dan total tanaman ubi kayu. ................................................. 31

    8. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan hara K pada umbi, batang,

    daun, kulit, dan total tanaman ubi kayu. ................................................. 33

    9. Hasil uji BNT pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap C terangkut pada umbi, batang

    daun, kulit, dan total tanaman ubi kayu. .............................................. 34

  • iv

    10. Indeks relative Agronomic Effectiveness (RAE) pada produksi bobot Umbi basah, dan biomassa total ........................................................... 36

    11. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman pada 4 MST. ................................................. 42

    12. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman pada 8 MST. ................................................. 42

    13. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman pada 12 MST. ............................................... 43

    14. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman pada 16 MST. ............................................... 43

    15. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadaptinggi tanaman pada 20 MST. ................................................ 44

    16. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman pada 24 MST. ............................................... 44

    17. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman pada 28 MST. ............................................... 45

    18. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman pada 32 MST. ............................................... 45

    19. Uji homogenitas tinggi tanaman ubikayu pada 32 MST. .................... 46

    20. Analisis ragam tinggi tanaman ubikayu pada 32 MST. ....................... 46

    21. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot daging umbi basah tanaman ubi kayu. ........................ 47

    22. Uji homogenitas bobot daging umbi basah. ......................................... 47

    23. Analisis ragam bobot daging umbi basah. ........................................... 48

    24. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot kulit umbi basah tanaman ubi kayu. ............................ 48

    25. Uji homogenitas bobot kulit umbi basah. ............................................ 49

    26. Analisis ragam bobot kulit umbi kering. .............................................. 49

    27. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot daging umbi kering tanaman ubi kayu. ....................... 50

  • v

    28. Uji homogenitas bobot daging umbi kering. ........................................ 50

    29. Analisis ragam bobot daging umbi kering. .......................................... 51

    30. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia Terhadap bobot batang kering tanaman ubi kayu. ............................... 51

    31. Uji homogenitas bobot batang kering. ................................................. 52

    32. Analisis ragam bobot batang kering. ................................................... 52

    33. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot kulit umbi kering tanaman ubi kayu............................ 53

    34. Uji homogenitas bobot kulit umbi kering. ........................................... 53

    35. Analisis ragam bobot kulit umbi kering. .............................................. 54

    36. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap bobot daun kering tanaman ubi kayu. ................................... 54

    37. Uji homogenitas bobot daun kering. .................................................. 55

    38. Analisis ragam bobot daun kering. ...................................................... 55

    39. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada daging umbi pada tanaman ubi kayu. .......... 56

    40. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada daging umbi pada tanaman ubi kayu

    hasil transformasi. ................................................................................ 56

    41. Uji homogenitas serapan N pada daging umbi. ................................... 57

    42. Analisis ragam serapan N pada daging umbi. ...................................... 57

    43. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada batang tanaman ubi kayu. ............................ 58

    44. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada batang tanaman ubi kayu

    hasil transformasi. ................................................................................ 58

    45. Uji homogenitas serapan N pada batang tanaman. .............................. 59

    46. Analisis ragam serapan N pada batang tanaman. ................................. 59

  • vi

    47. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada kulit umbi tanaman ubi kayu. ...................... 60

    48. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada kulit umbi tanaman ubi kayu

    hasil transformasi. ................................................................................ 60

    49. Uji homogenitas serapan N pada kulit umbi. ....................................... 61

    50. Analisis ragam serapan N pada kulit umbi. ......................................... 61

    51. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapan N pada daun tanaman ubi kayu. ............................... 62

    52. Uji homogenitas serapan N pada daun tanaman .................................. 62

    53. Analisis ragam serapan N pada daun tanaman..................................... 63

    54. Pengaruh kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap serapam P pada daging umbi tanaman ubi kayu. .................. 63

    55. Uji homogenitas serapan P pada daging umbi. .................................... 64

    56. Analisis ragam serapan P pada daging umbi. ...................................... 64

    57. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan P pada batang tanaman ubi kayu. ................................................................................ 65

    58. Uji homogenitas serapan P pada batang tanaman ubi kayu. ................ 65

    59. Analisis ragam serapan P pada batang tanaman ubi kayu. .................. 66

    60. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan P pada kulit umbi tanaman ubi kayu. ................................................................................ 66

    61. Uji homogenitas serapan P pada kulit umbi......................................... 67

    62. Analisis ragam serapan P pada kulit umbi. .......................................... 67

    63. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan P pada daun tanaman ubi kayu. ................................................................................ 68

    64. Uji homogenitas serapan P pada daun tanaman. .................................. 68

    65. Analisis ragam serapan P pada daun tanaman ..................................... 69

    66. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan K pada daging umbi tanaman ubi kayu. ................................................................................ 69

  • vii

    67. Uji homogenitas K pada daging umbi. ................................................ 70

    68. Analisis ragamK pada daging umbi. .................................................... 70

    69. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan K pada batang tanaman ubi kayu. ................................................................................ 71

    70. Uji homogenitas K pada batang tanaman. ........................................... 71

    71. Analisis ragam K pada batang tanaman. .............................................. 72

    72. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan K pada kulit umbi tanaman ubi kayu. ................................................................................ 72

    73. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan K pada kulit umbi tanaman ubi kayu hasil transformasi. ................................................... 73

    74. Uji homogenitas K pada kulit umbi. .................................................... 73

    75. Analisis ragam K padakulit umbi. ....................................................... 74

    76. Pengaruh pengolahan tanah terhadap serapan K pada daun tanaman ubi kayu. ................................................................................ 74

    77. Uji homogenitas K pada daun tanaman. .............................................. 75

    78. Analisis ragam K pada daun tanaman. ................................................. 75

    79. Pengaruh pengolahan tanah terhadap C terangkut pada daging umbi tanaman ubi kayu. ................................................................................ 76

    80. Uji homogenitas C terangkut pada daging umbi. ................................. 76

    81. Analisis ragam C terangkut pada daging umbi. ................................... 77

    82. Pengaruh pengolahan tanah terhadap C terangkut pada batang tanaman ubi kayu. ................................................................................ 77

    83. Uji homogenitas C terangkut pada batang ubi kayu. ........................... 78

    84. Analisis ragam C terangkut pada batang ubi kayu. .............................. 78

    85. Pengaruh pengolahan tanah terhadap C terangkut pada kulit umbi tanaman ubi kayu. ................................................................................ 79

    86. Uji homogenitas C terangkut pada kulit umbi. .................................... 79

  • viii

    87. Analisis ragam C terangkut pada kulit umbi. ....................................... 80

    88. Pengaruh pengolahan tanah terhadap C terangkut pada daun tanaman ubi kayu. ................................................................................ 80

    89. Uji homogenitas C terangkut daun tanaman. ....................................... 81

    90. Analisis ragam C terangkut daun tanaman. ......................................... 81

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Tata Letak Percobaan ............................................................................ 15

    2. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organonitrofos dengan Pupuk Kimia Terhadap Tinggi Tanaman Ubikayu ..................................................... 22

  • I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang dan Masalah

    Di Indonesia, ubikayu merupakan makanan pokok ke-tiga setelah padi dan

    jagung. Ubikayu merupakan salah satu komoditas yang layak dikembangkan

    untuk mendukung program ketahanan pangan, karena komoditi ini dapat diolah

    menjadi berbagai macam produk makanan yang dapat dikonsumsi langsung

    sebagai pengganti beras (Tandi, dkk., 2011).

    Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS,2018), total produksi ubikayu di

    Indonesia pada tahun 2015 mencapai 21.801.415Mg dengan luas lahan 949.916

    ha setara dengan 22Mg ha-1

    tahun-1

    . Sedangkan total produksi ubikayu di

    Provinsi Lampung pada tahun 2014 mencapai 8.034.016Mgdengan luas lahan

    304.468 ha, sedangkan pada tahun 2015produksi ubikayu mencapai 7.387.084Mg

    dengan luas lahan279.337 ha. Itu artinya produksi ubikayu di Provinsi Lampung

    mengalami penurunan sebesar 646.932Mg dan lahan berkurang sebesar 25.131 ha.

    Konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara tropis sekitar 300

    juta ton ubikayu setiap tahun dan 45% dari total produksi ubikayu dunia langsung

    dikonsumsi oleh produsen sebagai sumber kalori (Rukmana,1997).

  • 2

    Menurut Prasetyo dan Suriadikata (2006), kendala yang dihadapi dalam usaha

    meningkatkan produksi ubikayu di Provinsi Lampung yaitu dari jenis Tanah

    Ultisol. Beberapa kendala Tanah Ultisol sebagian besar berkembang dari batuan

    sedimen masam sehingga membuat reaksi tanah masam, kejenuhan basa rendah

    (

  • 3

    Organonitrofos dan pupuk kimia dengan dosis urea 100 kg ha-1

    , SP36 100 kg ha-1

    ,

    KCl 200 kg ha-1

    , Organonitrofos 1.000 kg ha-1

    mampu meningkatkan produksi

    dan serapan hara N dan K pada tanaman ubikayu.

    1.2 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

    1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya

    dengan pupuk anorganik yang tertinggi terhadap pertumbuhan, serapan hara

    NPK dan C-organik, dan produksi tanaman ubikayu pada musim tanam

    ketiga.

    2. Menetapkan dosis kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk anorganik

    yang paling efektif terhadap produksi bobot umbi basah, dan biomassa total

    tanaman ubikayu pada musim tanam ketiga.

    1.3 Kerangka Pemikiran

    Pemakaian pupuk anorganik secara terus menerus akan memberikan efek buruk

    bagi tanah. Kerusakan tanah yang terjadi adalah rusaknya sifat kimia, biologi, dan

    fisika tanah yang berdampak pada menurunnya kesuburan tanahnya dan

    menurunnya hasil produksi. Penerapan pupuk berimbang merupakan satu cara

    untuk meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan berimbang selain pupuk

    anorganik diberikan juga pupuk organik, karena dapat meningkatkan manfaat

    pupuk N, P, K dan kesuburan tanah sehingga pemupukan yang diberikan akan

    lebih efisien (Kuncoro, 2008).

  • 4

    Bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation menjadi lebih tinggi.

    Bahan organik juga dapat mengikat unsur hara kalium yang rentan terhadap

    pencucian dan fiksasi oleh mineral liat, karena bahan organik memiliki muatan

    negatif dari gugus karboksil dan fenol. Bahan organik juga berfungsi sebagai

    bahan ameliorasi yang membebaskan unsur hara fosfor yang diikat oleh Al dan

    Fe. Penggunaan bahan organik meningkatkan efisiensi pemupukan P dan K.

    Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa

    panen, limbah ternak, limbah industri, dan pupuk puyuh. Pupuk puyuh

    merupakan pupuk organik yang berasal dari kotoran puyuh, pupuk puyuh juga

    sebagai penyuplai unsur hara antara lain N, P dan K (Kuncoro, 2008).

    Perbaikan kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk anorganik secara terus

    menerus dapat diatasi dengan penggunaan pupuk organik. Pupuk organik yang

    sedang dikembangkan yaitu pupuk Organonitrofos. Merancang sebuah pupuk

    organik baru yaitu pupuk organomineral NP (Organonitrofos). Pupuk tersebut

    terbentuk dari kotoran sapi segar yang dikembangkan dengan bahan mineral

    berupa batuan fosfat dan melibatkan mikroba penambat N dan pelatut fosfat untuk

    dapat menyuplai unsur hara N dan P. Pupuk Organonitrofos ini mengandung

    N-organik 2,64%, P-total 4,91, P-terlarut 1,66 %, dan C-organik 14,93 %

    (Nugroho, dkk., 2012).

    Penelitian pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan

    pupuk anorganik terhadap tanaman ubikayu telah dilakukan oleh Maulidia dilahan

    yang sama pada musim tanam pertama tahun 2013. Menurut Maulidia (2013),

    hasil percobaan lapangan dimusim tanam pertama bahwa pemberian kombinasi

  • 5

    pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik dengan dosis urea 100 kg ha-1

    , SP36

    100 kg ha-1

    , KCl 200 kg ha-1

    , Organonitrofos 1.000 kg ha-1

    menghasilkan

    produksi ubikayu 56 Mg ha-1

    dibandingkan oleh perlakuan dengan dosis urea 50

    kg ha-1

    , SP36 50 kg ha-1

    , KCl 200 kg ha-1

    , Organonitrofos 2.000 kg ha-1

    menghasilkan produksi ubikayu sebesar 35 Mg ha-1

    . Berarti pemberian kombinasi

    pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik dengan dosis urea 100 kg ha-1

    , SP36

    100 kg ha-1

    , KCl 200 kg ha-1

    , Organonitrofos 1.000 kg ha-1

    mampu meningkatkan

    produksi ubikayu dibanding dengan perlakuan lainnya (Maulidia, 2013).

    Menurut Agsari (2014), hasil percobaan lapangan dimusim tanam kedua bahwa

    pemberian kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik dengan dosis

    urea 100 kg ha-1

    , SP36 100 kg ha-1

    , KCl 200 kg ha-1

    , Organonitrofos 1.000 kg ha-1

    menghasilkan produksi ubikayu 44 Mg ha-1

    dibandingkan oleh perlakuan dengan

    dosis urea 50 kg ha-1

    , SP36 50 kg ha-1

    , KCl 200 kg ha-1

    , Organonitrofos 2.000 kg

    ha-1

    menghasilkan produksi ubikayu sebesar 30 Mg ha-1

    . Berarti pemberian

    kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik dengan dosis urea 100 kg

    ha-1

    , SP36 100 kg ha-1

    , KCl 200 kg ha-1

    , Organonitrofos 1.000 kg ha-1

    mampu

    meningkatkan produksi ubikayu dibanding dengan perlakuan lainnya (Agsari,

    2014).

    Berdasarkan hasil produksi ubikayu pada musim tanam pertama dan pada musim

    tanam kedua, pada perlakuan dengan dosis urea 100 kg ha-1

    , SP36 100 kg ha-1

    ,

    KCl 200 kg ha-1

    , Organonitrofos 1.000 kg ha-1

    menurun produksinya sebesar 12

    Mg ha-1

    , hasil analisis tanah sebelumnya menunjukkan penurunan kandungan

    unsur hara (Maulidia, 2013).

  • 6

    Penelitian ini merupakan lanjutan untuk mengetahui dosis yang paling efektif

    antara pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik yang akan meningkatkan

    pertumbuhan, serapan hara NPK, dan produksi tanaman ubikayu pada musim

    tanam ketiga.

    1.4 Hipotesis

    Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat disusun beberapa hipotesis

    sebagai berikut :

    1. Pemberian campuran pupuk Organonitrofos dengan pupuk anorganik akan

    meningkatkan pertumbuhan, serapan hara NPK dan C-organik, dan produksi

    tanaman ubikayu pada musim tanam ketiga.

    2. Terdapat dosis yang paling efektif antara kombinasi pupuk Organonitrofos

    dan pupuk anorganik yang akan meningkatkan produksi bobot umbi basah

    dan biomassa total tanaman ubikayu pada musim tanam ketiga.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tanah Ultisol

    Tanah Ultisol pada umumnya memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Reaksi

    tanah Ultisol umumnya masam hingga sangat masam, kecuali tanah Ultisol dari

    batu gamping yang mempunyai reaksi netral hingga agak masam. Kapasitas tukar

    kation tanah Ultisol dari granit, sedimen, dan tufa tergolong rendah masing-

    masing berkisar antara 2,90−7,50 cmol kg-1

    , 6,11−13,68 cmol kg-1

    , dan 6,10−6,80

    cmol kg-1

    , sedangkan yang dari bahan volkan andesitik dan batu gamping

    tergolong tinggi (>17 cmol kg-1

    ) (Prasetyo dan Suryadikata, 2006).

    Tanah Ultisol memiliki beberapa kekurangan antara lain potensi keracunan Al dan

    kandungan bahan organik yang rendah. Tanah Ultisol kekurangan kandungan

    hara lainnya terutama fosfor dan kation-kation dapat tertukar lainnya, seperti Ca,

    dan Mg. Al tinggi, KTK rendah, dan peka terhadap erosi. Dalam skala besar

    tanah Ultisol digunakan untuk perkebunan kelapa sawit, karet dan hutan tanaman

    industri (Sudaryono, 2009).

    Tanah Ultisol dicirikan oleh banyaknya liat pada horizon bawah permukaan

    sehingga mengurangi daya resap air, meningkatkan aliran permukaan dan erosi

    tanah. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah Ultisol yang sangat

  • 8

    merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Kesuburan tanah Ultisol

    hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada lapisan atas. Bila lapisan

    ini tererosi maka tanah menjadi kurang bahan organik dan unsur hara (Agusni dan

    Satiawan, 2012).

    2.2 Tanaman Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz)

    Ubi kayu dikenal sebagai tanaman yang memiliki daya adaptasi yang kuat

    sehingga sangat potensial dibudidayakan di wilayah yang beriklim kering, lahan

    marginal maupun lahan yang optimal. Tanaman ubi kayu dianggap sebagai

    tanaman yang memerlukan unsur hara tinggi yang dapat mengakibatkan tanah

    kekurangan hara.Bila ubi kayu dikelola dengan benar dan diberi pupuk yang

    sesuai kebutuhan maka maka tidak akan terjadi tanah kekurangan hara (Budhi,

    dkk., 2014).

    Di Indonesia ubi kayu merupakan makanan pokok ke-tiga setelah padi dan

    jagung. Ubi kayu merupakan salah satu komoditas yang layak dikembangkan

    untuk mendukung program ketahanan pangan. Ubi kayu dapat diolah menjadi

    berbagai macam produk makanan yang dapat dikonsumsi secara langsung sebagai

    pengganti beras dan berperan sebagai bahan baku industri dalam bentuk tepung

    tapioka atau makanan olahan (Tandi, dkk., 2011).

    Ubi kayu merupakan tanaman pangan yang mempunyai nama lain ketela pohon

    atau cassava. Ubi kayu berasal dari kawasan benua Amerika beriklim tropis lebih

    tepatnya Brazil, Amerika Selatan. Tanaman ubi kayu masuk ke wilayah

    Indonesia pada tahun 1852. Daerah sentrum produksi ubi kayu yang masuk lima

  • 9

    besar terluas areal panennya tahun 1991 adalah Provinsi Jawa Timur (295.244

    ha), Jawa Tengah (272.912 ha), Jawa Barat (160.215 ha), Lampung (144.487 ha),

    dan NTT (73.929 ha) (Rukmana, 1997).

    Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom Plantae (tumbuh-

    tumbuhan), Divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji), Subdivisi Angiospermae

    (berbiji tertutup), Kelas Dicotyledonae (biji berkeping dua), Ordo Euphorbiales,

    Famili Euphorbiaceae, Genus Manihot, dan Spesies Manihot esculenta crantz

    (Rukmana, 1997).

    Tanaman ubi kayu sensitif terhadap pemupukan N yang berlebihan, yang akan

    menghasilkan pembentukan daun yang berlebih dibanding pertumbuhan akar.

    Penggunaan N yang berlebihan selain mengurangi indek panen dan hasil umbi,

    dan juga dapat mengurangi kadar pati (Budhi, dkk., 2014).

    2.3 Organonitrofos (organomineral NP)

    Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas

    bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia antara

    lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk padat atau cair

    yang telah mengalami dekomposisi (Balai Penelitia Tanah, 2004).

    Nugroho, dkk.,(2012) telah merumuskan pupuk organik (Organonitrofos) dengan

    campuran bahan baku kotoran sapi segar dan batuan fosfat. Sehingga pupuk

    memiliki kemampuan untuk mencukupi tersedia unsur N dan unsur P melalui

    proses pengomposan aerob. Bahan baku kotoran sapi segar dapat membusuk oleh

    mikroba untuk menghasilkan beberapa senyawa organik, kompos dan mineralisasi

  • 10

    N organik untuk membentuk N anorganik yang dapat tersedia untuk tanaman.

    Bahan baku untuk membuat pupuk organik bersumber dari sumber daya lokal,

    Kotoran sapi yang digunakan untuk membuat pupuk organik adalah dalam bentuk

    kompos. Pengolahan kotoran sapi yang mempunyai kandungan N, P dan K yang

    tinggi sebagai pupuk organik dapat menyalurkan unsur hara. Manfaat dari

    penggunaan pupuk organik : (1) menambah kandungan unsur hara yang tersedia

    dan diserap oleh tanaman, (2) menyediakan semua unsur hara dalam jumlah yang

    seimbang, (3) mencegah kehilangan hara karena bahan organik mempunyai

    kapasitas pertukaran ion yang tinggi (Ningsih, 2015).

    Pupuk hayati (biofertilizers) yang sangat potensial untuk pertanian terpadu

    berbasis organik (environmentally friendly agiculture), antara lain meliputi:

    penambat N (simbiotik dan nonsimbiotik), mikroba pelarut P, mikroba pelarut K,

    mikroba penghasil fitohormon pemacu tumbuh tanaman (plant growth promoting

    rhizobacteria), mikroba perombak bahan organik (decomposer) dan mikroba yang

    berperan sebagai agen hayati. Pupuk hayati dapat berfungsi ganda (multipurpose)

    yaitu meningkatkan ketersediaan hara, menghasilkan pemacu tumbuh (PGPR),

    dan agen hayati yang dapat menekan pertumbuhan mikroba pathogen (Simarmata,

    2012).

    2.4 Pemupukan

    Pemupukan bertujuan mengganti dan menambahkan unsur hara yang dibutuhkan

    tanaman untuk meningkatkan produksi tanaman. Ketersediaan unsur hara yang

    berimbang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan

    pertumbuhan dan produksi tanaman (Dewanto, dkk., 2013).

  • 11

    Nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan unsur-unsur makro yang esensial bagi

    tanaman. Unsur-unsur tersebut dibutuhkan dalam jumlah yang relatif banyak

    dibandingkan unsur-unsur lainnya, sehingga ketersediaan di dalam tanah sangat

    penting. Nitrogen yang tercuci akan sangat tergantung dari iklim terutama curah

    hujan, tekstur, tingkat kemiringan tanah dan pengelolaan lahan. Fosfor dalam

    tanah terbagi atas dua jenis yaitu P-organik dan P-anorganik. Bentuk fosfor

    dalam tanah berada dalam bentuk: P yang terlarut dalam air tanah, P dalam bentuk

    yang dijerap oleh liat (bentuk retensi P), P dalam bentuk terfiksasi dan

    terimmobilisasi, dan P dalam bentuk bahan organik (Suryadinata, 2009).

    Tanaman ubi kayu sangat memerlukan unsur hara P dan unsur hara K buat

    pembentukan umbi. Panen hara P dan K yang cukup dapat meningkatkan bobot

    umbi, meningkatkan kadar pati dan penurunan kandungan HCN dalam umbi.

    Tanaman yang kekurangan unsur hara P akan mengganggu proses metabolisme

    dalam tanaman dan sangat menghambat proses pembentukan dan pembesaran

    umbi (Ispandi, 2003).

    Tanah yang ditanami ubikayu kurang dari 10 tahun mempunyai kesuburan yang

    lebih tinggi yaitu pH, N, C-organik, P dan basa-basa dapat ditukar lebih tinggi

    dibandingkan dengan tanah yang telah ditanami ubikayu lebih dari 30 tahun

    (Wijanarko, dkk., 2012).

    2.5 Pengaruh Pemberian Pupuk Kimia N, P, dan K Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Kayu

    Berdasarkan hasil penelitian pada musim tanam pertama dengan tanaman ubi

    kayu dilakukan oleh Maulidia (2013), bahwa pemberian pupuk Organonitrofos

  • 12

    dan pupuk anorganik dengan dosis urea 100 kg ha-1

    , SP36 100 kg ha-1

    , KCl 200

    kg ha-1

    , Organonitrofos 1.000 kg ha-1

    mampu meningkatkan produksi sebesar

    56Mg ha-1

    dan pertumbuhan pada 32 minggu setelah tanam 111 cm, dibandingkan

    dengan perlakuan lainnya. Perlakuaan tersebut juga mampu meningkatkan

    produksi dan pertumbuhan pada musim tanam kedua dilakukan oleh Agsari

    (2014), dengan produksi sebesar 44 Mg ha-1

    dan pertumbuhan pada 32 minggu

    setelah tanam 229 cm.

  • III. BAHAN DAN METODE

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini merupakan satu musim dari penelitian jangka panjang tanaman ubi

    kayu. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan oleh Maulidia (2013)

    di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakutas Pertanian Universitas Lampung pada

    5o 22’ 10” LS dan 105

    o 14’ 38” LU dan Laboratorium Kimia Tanah Fakultas

    Pertanian Universitas Lampung dari bulan Maret 2012 sampai dengan Febuari

    2013.Penelitian pada musim tanam kedua dilakukan oleh Agsari (2014) dilahan

    yang sama dengan musim tanam pertama, dari bulan Maret 2013 hingga Febuari

    2014. Penelitian pada musim ketiga ini juga dilaksanakan di lahan yang sama

    dengan musim tanam pertama dan musim tanam kedua. Penelitian ini dilakukan

    pada bulan November 2014 sampai dengan Agustus 2015.

    3.2 Alat dan Bahan

    Alat-alat yang digunakan cangkul, sabit, ember, meteran, alat tulis, neraca digital,

    timbangan, oven, ayakan, serta alat-alat lain untuk analisi tanah dan tanaman.

    Bahan-bahan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah stek tanaman singkong,

    pupuk Organonitrofos, pupuk urea, KCl, dan SP36, serta bahan-bahan lain untuk

    analisis sampel tanah dan tanaman di laboraturium.

  • 14

    3.3 Metode Penelitian

    Percobaandilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap. Percobaan tersebut terdiri

    dari 6 perlakuan (Tabel 1). Masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 3

    ulangan.

    Tabel 1. Perlakuan dosis pupuk yang digunakan

    Perlakuan Dosis (kg ha

    -1)

    Urea SP36 KCl Organonitrofos

    T1 (kontrol) - - - -

    T2 200 300 400 -

    T3 150 200 300 500

    T4 100 100 200 1000

    T5 50 50 100 2000

    T6 - - - 5000

    Terhadap data yang didapat kemudian akan dilakukan homogenitas data dengan

    uji bartlett, sifat aditifitas data dengan uji Tukey, analisis ragam, dan uji lanjut

    dengan BNT 5%.Uji RAE untukmelihatdosispupuk yang paling efektif.

    3.4 Pelaksanaan Penelitian

    3.4.1. Pengolahan dan Pembuatan Petak Percobaan

    Pengolahan tanah dilakukan dengan intensif. Pertama tanah dicangkul dan digaru

    untuk memperbaiki struktur tanahnya. Satu plot tanah berukuran 3 x 3 m.

  • 15

    T

    U S

    B

    Keterangan : T (perlakuan), U (ulangan)

    Gambar 1. Tata letak percobaan

    3.4.2. Pembuatan Guludan

    Setelah dilakukan olah tanah, selanjutnya dibuat guludan. Dalam satu plot lahan

    dengan ukuran 3 x 3 m terdapat 4 guludan. Jarak antar guludan yang digunakan

    ialah 1 m.

    3.4.3. Pemberian Pupuk Organonitrofos

    Setelah dibentuk guludan, kemudian didalam guludan dimasukkan pupuk

    Organonitrofos sesuai dosis perlakuan. Kemudian guludan ditutup tanah kembali.

    Pupuk Organonitrofos diaplikasikan hanya sekali, yaitu sebelum penanaman

    tanaman ubikayu.Dosis pupuk organonitrofos yang dipakai T1 = tidak pakai, T2 =

    tidak pakai, T3 = 500 kg ha-1

    = 450 g plot-1

    , T4 = 1000kg ha-1

    = 900g plot-1

    , T5 =

    2000kg ha-1

    = 1,8 kg plot-1

    , T6 = 5000 kg ha-1

    = 4,5 kg plot-1

    .

  • 16

    3.4.4. Penanaman Stek

    Stek ditanam di atas guludan dengan sedikit miring. Hal ini bertujuan supaya akar

    lebih banyak dan lebih mudah tumbuh. Adapun jarak tanam stek adalah 0,7 m di

    dalam guludan.

    3.4.5. Aplikasi Pupuk Kimia

    Aplikasi pupuk kimia dilakukan dua kali, yaitu setelah penanaman stek dan

    setelah tanaman berusia 4 bulan. Aplikasi pertama yaitu pupuk SP36, KCl, dan

    setengah dosis pupuk ureapadat. Aplikasi kedua yaitu setengah dosis pupuk

    urea.Dosispupuk urea yang digunakanadalah T1 = tidakpakai, T2 = 200kg ha-1

    =

    180 g plot-1

    , T3 = 150kg ha-1

    = 135 g plot-1

    , T4 = 100 kg ha-1

    = 90 g plot-1

    , T5 =

    50 kg ha-1

    = 45 g plot-1

    , T6 = tidakpakai. Dosispupuk SP36 yang

    digunakanadalah T1 = tidakpakai, T2 = 300kg ha-1

    = 270 g plot-1

    ,T3 = 200 kg ha-1

    = 180 g plot-1

    , T4 = 100 kg ha-1

    = 90 g plot-1

    , T5 = 50 kg ha-1

    = 45 g plot-1

    , T6 =

    tidakpakai. DosispupukKCl yang digunakanadalah T1 = tidakpakai, T2 = 400kg

    ha-1

    = 360 g plot-1

    , T3 = 300kg ha-1

    = 270 g plot-1

    , T4 = 200 kg ha-1

    = 180 g plot-1

    ,

    T5 = 100 kg ha-1

    = 90 g plot-1

    , T6 = tidakpakai.

    3.4.6. Pemeliharaan

    3.4.6.1. Penyiraman

    Penyiraman dilakukan secara rutin apabila tidak turun hujan. Apabila turun hujan

    penyiraman dilakukan ketika tanah cukup kering. Penyiraman menggunakan

    selang terhubung oleh pompa air.

  • 17

    3.4.6.2. Penyiangan Gulma

    Penyiangan gulma dilakukan apabila keberadaan gulma sudah mengganggu

    proses pertumbuhan tanaman.Saat tanaman berumur 4-12 MST penyiangan gulma

    dilakukan setiap hari.

    3.4.6.3. Pengendalian Hama dan Penyakit

    Pengendalian hama dana penyakit dilakukan secara mekanis, baik dengan bantuan

    alat atau air. Pengendalian kutu tanaman yang terdapat pada tanaman ubi kayu

    dilakukan dngan menyemprotkan air sehingga populasi kutu-kutu tersebut

    berkurang.

    3.4.6.4. Pembumbunan

    Pembumbunan dilakukan saat tanaman mencapai usia 3 MST

    (MingguSetelahTanam). Mekanisme pembumbunan dilakukan dengan cara tanah

    disekitar tanaman digembur dengan menggunakan cangkul kecil dan dibumbun

    menggunakan tangan agar akar yang tumbuh bisa tertutup. Pembumbunan

    betujuan agar menutupi pertumbuhan akar agar umbi terbentuk sempurna.

    3.4.7. Panen

    Panen dilakukan pada saat tanaman mencapai usia 32MST (Minggu Setelah

    Tanam). Panen dilakukan dengan mencabut tanaman ubikayu secara hati-hati,

    agar umbi yang didalam tanah tidak terputus dari batangnya. Sampling tanaman

    yang diambil untuk dilakukan analisis di laboraturium adalah tanaman yang

    diambil sebanyak 5 tanaman per plot yang terletak pada bagian tengah saja.

  • 18

    3.4.8. Pengambilan Sampel Tanah

    Sampel tanah diambil pada setiap perlakuaan dengan 5 titik dan kedalaman 0 - 20

    cm. Tanah untuk analisis tanah per plot dilakukan pengambilan sampel tanah

    sebanyak 5 titik dan dilakukan sebanyak 3 ulangan dalam 1 perlakuan lalu

    dikompositkan setiap perlakuan tersebut. Sehingga terdapat 6 sampel tanah.

    3.4.9. Analisis di Laboraturium

    Analisis di laboraturium dilakukan pada tanah dan tanaman terhadap batang,

    umbi, dan daun. Pada analisis tanaman dilakukan analisis serapan hara N, P, K

    dan Cterhadap batang, umbi, dan daun.

    3.5 Variabel Pengamatan

    3.5.1 Tinggi Tanaman

    Pengamataan tinggi tanaman dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan cara

    mengukur tinggi tanaman dari permukaan tanah sampai titik tumbuh

    tanaman. Pengukuran dilakukan dalam satuan centimeter (cm) dengan

    jumlah sampel tanaman 5 sampel pada tiap plot. Sampel yang digunakan

    adalah sampel terpusat.

    3.5.2 Analisis Tanah

    Pada penelitian ini dilakukan analisis pH(Aquades), % C-organik dengan

    metode Walkey-Black, N-total dengan metode Kjeldahl, P-tersedia dengan

    metode bray-1, Kdd(NH4OAc 1N pH 7). Analisis tersebut dilakukan pada

    saat sebelum penanaman dan saat panen.

  • 19

    3.5.3 Analisis Tanaman

    Analisis tanaman dilakukan setelah tanaman dipanen yang bertujuan untuk

    mengetahui N, P, K dan C terangkut pada tanaman terhadap batang, daun,

    dan daun.

    3.5.4 Bobot Basah Umbi

    Bobot basah umbi diamati setelah panen, yaitu pada usia 32 MST.

    3.5.5 Bobot Kering Sampel Tanaman

    Penghitungan bobot kering sampel tanaman dilakukan setelah tanaman ubi

    kayu dipanen dan setelah proses pengovenan selama 3x24 jam pada suhu

    700C. Tanaman yang diambil untuk dijadikan sampel adalah satu tanaman

    per petak.

    3.5.6 Uji Efektivitas Pupuk

    Menilai efektivitas pupuk organik dan kombinasinya dengan pupuk

    anorganik dilakukan analisis Relative Agronomic Effectiiveness (RAE).

    Realitve Agronomic Effectiveness (RAE) merupakan perbandingan antara

    kenaikan hasil karena penggunaan pupuk rock phosphate dengan kenaikan

    hasil akibat penggunaan pupuk superphosphatedikalikan 100% (Mackay,

    dkk., 1984). Persamaan tersebut dapat digunakan untuk menilai

    efektivitas pupuk akibat penggunaan suatu pupuk dengan pupuk

    rekomendasi, yaitu dengan menggunakan persamaan berikut:

    Keterangan :nilai RAE >100% maka pupuk yang di uji efektif

    dibandingkan perlakuan pupuk rekomendasi.

  • V. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan

    Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini :

    1. Pertumbuhan, produksi, dan panen hara NPK dan C tertinggi terdapat pada

    perlakuan keempat dengan dosis pupuk urea 100 kg ha-1

    , SP36 100 kg ha-1

    ,

    KCl 200 kg ha-1

    , Organonitrofos 1000 kg ha-1

    , dibandingkan dengan perlakuan

    lainnya.

    2. Dosis pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik yang paling efektif

    meningkatkan bobot umbi basah dan biomass total terdapat adanya dosis pupuk

    urea 100 kg ha-1

    , SP36 100 kg ha-1

    , KCl 200 kg ha-1

    , Organonitrofos 1000 kg

    ha-1

    sebesar 105% bobot umbi dan 153% biomassa total.

    5.2 Saran

    Perlu dilakukan penelitian kembali pada dosis perlakuan 100 kg ha-1

    , SP36 100 kg

    ha-1

    , KCl 200 kg ha-1

    , Organonitrofos 1000 kg ha-1

    , karena hasil analisis tanah

    menunjukkan penurunan kandungan unsur hara dari analisis tanah awal hingga

    analisis tanah akhir musim tanam ketiga padahal perlakuan ini memiliki produksi

    tertinggi dibandingkan dengan dosis lainnya.

  • 38

    DAFTAR PUSTAKA

    Agusni, dan H. Satiawan. 2012. Perubahan Tanah Ultisol Akibat Penambahan

    Berbagai Sumber Bahan Organik. Lentera. 12(3): 32-36.

    Agsari, D. 2014. Uji efektivitas Pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan

    Pupuk Kimia terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara dan Produksi Tanaman

    Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) di musim tanam kedua pada Tanah

    Ultisol Gedung Meneng. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

    122 hlm.

    Balai Penelitian Tanah. 2004. Uji Mutu dan Efektifitas Pupuk Alternatif

    Anorganik. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 59 hlm.

    Balai Penelitian Tanah. 2007. Teknologi Pemupukan Spesifikasi Lokasi dan

    Konservsi Tanah. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 28 hlm.

    Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk.

    Balai Penelitian Tanah. Bogor. 246 hlm.

    BPS. 2018. Produksi Ubi Kayu di Indonesia. http://bps.go.id. Diakses tanggal 7

    Juli 2018.

    Budhi, S, Y. Radjit, N. Widodo, Saleh, dan N. Prasetiaswati. 2014. Teknologi

    untuk Meningkatkan Produktivitas dan Keuntungan Usahatani Ubikayu di

    Lahan Kering Ultisol. J. Iptek Tanaman Pangan. 9(1):51-62.

    Dewanto, F. G., J. J. M. R. Londok, R. A. V. Tuturong, dan W. B. Kaunang.

    2013. Pengaruh Pupuk dan Pemupukan terhadap Pertumbuhan Jagung (Zea

    mays L) sebagai Sumber Pakan. J. Zootek, 32 (5): 1-8.

    Firmansyah, I., dan Sumarni, N. 2013. Pengaruh Dosis Pupuk N dan Varietas

    Terhadap pH Tanah, N-Total, Serapan N, dan Hasil Umbi Bawang (Allium

    ascalonicum L) pada Tanah Entisols Brebes Jawa Tengah. J. Hort. 23 (4):

    358-364.

    Herman., D. I. Roslim., dan I. Y. Fitriani. 2016. Respon Genotipe Ubi Kayu

    (Manihot Esculent Crantz) Terhadap Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi

    Taluk Kuantan. J. Dinamika Pertanian. 32 (2): 135-142.

    http://bps.go.id/

  • 39

    Indriati, T. R. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Organik dan Populasi Tanaman

    terhadap Pertumbuhan serta Hasil Tumpang Sari Kedelai (Glycine max L)

    dan jagung (Zea mays L). Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 77

    hlm.

    Ispandi, A. 2003. Pemupukan P, K dan Waktu Pemberian Pupuk K pada Tanaman

    Ubi Kayu di Lahan Kering Vertisol. J. Ilmu Pertanian. 10(2): 35-50.

    Kuncoro, H. 2008. Efisiensi Serapan P dan k serta Hasil Tanaman padi (Oryza

    sativa L.) pada berbagai Imbangan Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk

    Anorganik di Lahan Sawah Palur Sukoharjo. Skripsi. Surakarta: Universitas

    Sebelas Maret. 85 hlm.

    Mackay, A. D., J. K. Syers and P. E. H. Gregg. 1984. Ability of chemical

    extraction procedures to assess the agronomic effectiveness of phosphate

    rock materials. New Zealand Jounal of Agricultural Research 27:219-230.

    Maulidia, O. 2013. Uji Efektivitas Kombinasi Pupuk Organonitrofos dan Pupuk

    Anorganik terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara dan Produksi Tanaman

    Ubikayu. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 84 hlm.

    Napitupulu, D., dan L. Winarto. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk N dan K

    terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah. J. Hort. 20 (1): 27-35.

    Ningsih, P. Y. 2015. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar

    Ungu (Ipomea batatas Poiret) Akibat Pemberian Beberapa Dosis Pupuk

    Organo Kompleks. Skripsi. Payakumbuh: Universitas Muhammadiyah

    Sumatra Barat. 45 hlm.

    Nugroho, S.G., Dermiyati, J. Lumbanraja, S. Triyono, H. Ismono, Y.T. Sari, and

    E. Ayuandari. 2012. Optimum Ratio of Fresh Manure and Grain Size of

    Phosphate Rock Mixture in a Formulated Compost for Organomineral NP

    Fertilizer. J. Tanah Trop. 17(2): 121-128.

    Prasetyo, B. H, dan D. A. Suryadikata. 2006. Karakteristi, Potensi, dan Teknologi

    Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di

    Indonesia.Jurnal Litbang Pertanian. 25(2): 39-47.

    Prayitno, A. 2015. Respon Pemberian Kapur Dolomit dan Pupuk Organik

    Granule Moderen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium

    ascalonicum L) pada Tanah Berpasir. Skripsi. Palangkaraya: Universitas

    Muhammadiyah Palangkaraya. 61 hlm.

    Rukmana, R. 1997. Budidaya Ubi Kayu dan Pascapanen. Kasinius.

    Yogyakarta. 77 hlm.

  • 40

    Simarmata, T., B. Joy, dan N. Danapriatna. 2012. Peranan Penelitian dan

    Pengembangan Pertanian pada Industri Pupuk Hayati (Biofertilizer).

    Proseding Semnas.Teknologi Pemupukan dan Pemulihan Lahan

    Terdegradasi. Bogor. 14 hlm.

    Sinaga, J. H. K.A. J., Supriyadi, dan A. Lubis. 2014. Analisis Pengaruh Tekstur

    dan C-organik Tanah terhadap Produksi Tanaman Ubikayu (Manihot

    esculenta Crantz) Di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai.

    Jurnal Online Agroekoteknologi. 2(4): 1-12.

    Sudaryono. 2009. Tingkat Kesuburan Tanah Ultisol pada Lahan Pertambangan

    Batu Bara Sangatta, Kalimantan Timur.Jurnal Teknik Lingkungan. 10(3):

    337-346.

    Suryadinata, A. 2009. Aplikasi Sludge Limbah Industri Kertas terhadap Sifat

    Kimia dan Biologi Tanah Gambut. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 73 hlm.

    Susanto, E., N. Herlina, dan N. E. Suminarti. 2014. Respon Pertumbuhan dan

    Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) pada Beberapa Macam dan

    Waktu Aplikasi Bahan Organik. Jurnal Produksi Tanaman. 2 (5): 412-418.

    Tandi, I., P. M. Malen, Samaria, dan Ramli. 2011. Analisis Agribisnis Ubi Kayu

    Studi Kasus di Kampung Macuan, Distrik Masni, Kabupaten Manokwari.

    Jurnal Agrisistem. 7(2): 63-70.

    Tumewu, P., C.P. Paruntu, dan T. D. Sondakh. 2015. Hasil Ubi Kayu (Mannihot

    esculenta Crantz) terhadap Perbedaan Jenis Pupuk. Jurnal LPPM Bidang

    Sains dan Teknologi. 2 (2): 16-27.

    Wijanarko, A., B. H. Purwanto, D. Shiddieq, danD. Indradewa. 2012. Pengaruh

    Kualitas Bahan Organik dan Kesuburan Tanah terhadap Mineralisasi

    Nitrogen dan Serapan N oleh Tanaman Ubi Kayu di Ultisol. Jurnal

    Perkebunan & Lahan Tropika. 2(2): 1-14.