skripsi optimasi pertumbuhan sp yang dibudidayakan …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
OPTIMASI PERTUMBUHAN Caulerpa sp YANG DIBUDIDAYAKANPADA SUBSTRAT YANG BERBEDA
SYAMSURIJAL1059400596 11
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
OPTIMASI PERTUMBUHAN Caulerpa sp YANG DIBUDIDAYAKAN
PADA SUBSTRAT YANG BERBEDA
SKRIPSI
SYAMSURIJAL1059400596 11
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Perikanan padaProgram Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : OPTIMASI PERTUMBUHAN Caulerpa sp YANG
DIBUDIDAYAN PADA SUBSTRAT YANG BERBEDA
Nama : Syamsurijal
NIM : 1059400596 11
Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian
Telah Diperiksa dan Disetujui
Komisi Pembimbing
Diketahui
Tanggal Pengesahan :
Pembimbing Utama
(Ir. Darmawati, M.Si)
Pembimbing Anggota
(Rahmi, S.Pi., M.Si)
Ketua Program Studi
(Murni, S.Pi.,M.Si)NIDN : 0903037304
Dekan
( Ir.H. Saleh Molla, M.M)
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : OPTIMASI PERTUMBUHAN Caulerpa sp YANG
DIBUDIDAYAN PADA SUBSTRAT YANG BERBEDA
Nama : Syamsurijal
NIM : 1059400596 11
Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian
Universitas : Muhammadiyah Makassar
SUSUNAN KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Ir. Darmawati, M.Si ( )Pembimbing 1
2. Rahmi, S.Pi., M.Si ( )Pembimbing 2
3. Murni, S.Pi., M.Si ( )Peguji I
4. H. Burhanuddin, S.Pi., MP ( )Penguji 2
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
NAMA : Syamsurijal
NIM : 1059400 596 11
Program Studi : Budidaya Perairan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Bontonompo, 1 Juni 2015
Syamsurijal
ABSTRAK
SYAMSURIJAL. Optimasi pertumbuhan Caulerpa sp yang
dibudidayakan pada substrat yang berbeda (dibimbing oleh DARMAWATI dan
RAHMI)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui substrat dasar yang sesuai dan
layak terhadap pertumbuhan dan produksi Caulerpa sp. Rancangan perekayasaan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Terdapat 3 (Tiga) percobaan (substrat), yaitu; A. Subsrat Pasir ; B. Substrat
Pecahan Karang; C. Substrat Lumpur. Tiap perlakuan diulang 3 (tiga) kali,
sehingga terdapat 9 unit percobaan. rata-rata pertumbuhan mutlak Caulerpa sp
selama penelitian , diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan B (Substrat Pecahan
karang) yaitu 123,5 gr dan terendah pada perlakuan A (Substrat pasir) yaitu 78,3
gr. Rata-rata pertumbuhan mutlak pada perlakuan B (substrat pecahan karang)
jauh lebih tinggi dibanding dengan perlakuan A (substrat pasir) dan C (Substrta
lumpur) yang masing-masing pertumbuhan mutlak yaitu 78,3 gr dan 80,8 gr.
Adapun kisaran parameter kualitas air selama perekayasaan masih dalam kisaran
yang dapat ditolerir terhadap pertumbuhan biomassa Caulerpa sp.
Kata kunci : substrat, pertumbuhan, Caulerpa sp
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kepada tuhan yang maha kuasa yang
telah memberikan hidayah dan rahmatnya, tak lupa pula penulis kirim salam dan
shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW selaku pengembang amanah mulia
dan guru ilmu pengetahuan bagi umat manusia, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul Optimasi pertumbuhan Caulerpa sp
yang dibudidayakan pada substrat yang berbeda, Di Balai Perikanan
Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar.
Penyusunan skripsi ini dapat terlaksana berkat bantuan berbagai pihak
sehingga dapat selesai tepat pada waktunya. Olehnya itu, penulis dengan segala
kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga yang selalu
memberi dukungan, motivasi dan doa yang tulus kepada penulis. Sebagai
penghargaan atas segala bimbingan dan bantuan kepada penulis dalam menyusun
skripsi ini, maka penulis dengan tulus dan ikhlas menyampaikan terima kasih
kepada pembimbing dan penguji: Ibu Ir. Darmawati, M.Si selaku pembimbing
pertama yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
arahan, dan saran dalam menyusun skripsi ini, Ibu Rahmi, S.Pi, M,Si selaku
pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu memberikan
bimbingan, arahan, dan saran dalam menyusun skripsi ini, Ibu Murni, S.Pi, M.Si
selaku penguji pertama yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji,
memberikan arahan, dan saran dalam menyusun skripsi ini, Burhanuddin, S. pi
MP selaku penguji kedua yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji,
memberikan arahan, dan saran dalam menyusun skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pihak pembaca
terutama bagi penulis sendiri dan selalu mendapat ridho Allah SWT.
Amin….
Bontonompo, 1 Juni 2015
Syamsurijal
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul......................................................................................... i
Halaman Pengesahan .............................................................................. ii
Halaman Pengesahan Komisi Penguji .................................................... iii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi .................................................... iv
Abstrak .................................................................................................... v
Kata Pengantar ........................................................................................ vi
Daftar Isi.................................................................................................. viii
Daftar Tabel ............................................................................................ x
Daftar Gambar......................................................................................... xi
Daftar Lampiran ...................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi Dan Morfologi Caulerpa sp................................... 4
2.2 Habitat Dan Penyebaran ........................................................... 6
2.3 Sistem Reproduksi Caulerpa sp................................................ 9
2.4 Kualitas air Caulerpa sp ........................................................... 9
2.4.1 Suhu ................................................................................ 9
2.4.2 Salinitas........................................................................... 11
2.4.3 Kedalaman ...................................................................... 12
2.4.4 Kecerahan ....................................................................... 13
2.4.5 Arus................................................................................. 14
2.5 Pertumbuhan Caulerpa sp.......................................................... 15
2.6 Menfaat Caulerpa sp ................................................................. 15
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat ................................................................... 17
3.2 Alat Dan Bahan......................................................................... 17
3.3 Prosedur Kerja .......................................................................... 18
3.3.1 Wadah dan media Penelitian ............................................ 18
3.3.2 Tanaman Uji ..................................................................... 18
3.3.3 Persiapan Air Media ......................................................... 19
3.4 Pengukuran Pertumbuhan Caulerpa sp .................................... 19
3.5 Rancangan Percobaan ............................................................... 20
3.6 Analisa Data.............................................................................. 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengukuran pertumbuhan mutlak Caulerpa sp 22
4.2 Laju pertumbuhan harian Caulerpa sp .................................... 23
4.3 Kualitas Air............................................................................... 26
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 29
5.2 Saran ......................................................................................... 29
VI. DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 30
VII. DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. 32
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ............................................... 17
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian 17
3. Pertumbuhan mutlak Caulerpa sp selama penelitian 22
4. Laju rata-rata pertumbuhan harian Caulerpa sp 24
5. Kisaran Parameter Kualitas Air Media Pemeliharaan Rumput
Laut Caulerpa sp Setiap Perlakuan 26
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Gambar Caulerpa sp 4
2. Gambar Caulerpa sp tallus yang berbeda 5
3. Posisi wadah penelitian setelah pengacakan 21
4. Grafik pertumbuhan mutlak rata rata perlakuan Caulerpa sp 22
5. Grafik Laju pertumbuhan harian Caulerpa sp pada setiap perlakuan 25
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Pertumbuhan Caulerpa sp setiap perlakuan selama penelitian ..........32
2. Rata-rata Pertumbuhan harian Caulerpa sp setiap ............................33Perlakuan selama penelitian
3. Analisis data ANOVA........................................................................34
4. Gambar Penelitian 35
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makroalga yang umum dijumpai di laut terkenal pula dengan nama rumput
laut. Rumput laut sudah menjadi komoditas primadona bagi masyarakat pesisir
mengingat kontribusi positifnya terhadap serapan tenaga kerja dan peningkatan
pendapatan. Rumput laut merupakan salah satu produsen pantai dan jenis-jenis
yang ditemukan di pantai berbatu karang umumnya adalah dari kelas
Chlorophyceae, Phaeophyceae, dan Rhodophyceae. Salah satu rumput laut dari
kelas Chlorophyceae yaitu Caulerpa sp merupakan sumberdaya hayati.
Salah satu makroalga dari kelas Chlorophyceae yaitu Caulerpa sp
merupakan sumber daya hayati kelautan. Pada umumnya Caulerpa sp tumbuh di
laut dangkal dan di aliran air yang tenang. Menurut Prud’homme Van Reine dan
Trono (2001) distribusi Caulerpa sp secara luas tersebar di pantai daerah tropik
sampai subtropik dengan keanekaragaman paling besar adalah di daerah tropik.
Marga Caulerpa sp banyak dijumpai pada daerah pantai yang mempunyai rataan
terumbu karang. Tumbuh pada substrat yang mati, Pecahan karang mati, Pasir
lumpur dan lumpur serta Caulerpa sp tumbuh pada subtrat pasir. Kebanyakan
jenis ini tidak tahan pada kekeringan tumbuh pada kedalaman perairan yang pada
saat pasang surut terendah dan masih tergenang oleh air (Kadi dan Atmaja, 1988).
Menurut Svendelius dan Borgersen dalam Sabhithah (1999), Caulerpa sp
berdasarkan habitatnya di bagi menjadi 3 kategori yaitu 1) Jenis yang terdapat
dalam lumpur dan tumbuh epitit pada akar mangrove misalnya Caulerpa
verticilara, 2) jenis yang terdapat pada subtrat lumpur diperairan dangkal
misalnya Caulerpa crassifolia, dan 3) jenis yang menempel pada batu karang
misalnya Caulerpa racemosa. Sedangkan menurut Kadi (1995) bahwa makroalga
hijau lebih banyak dijumpai di paparan terumbu karang dengan kedalaman 1–200
cm. Caulerpa sp tumbuh pada bagian tengah sampai bagian bawah zona eutorial
dengan subtrat lumpur atau pasir. Tetapi ditemui juga tumbuh soliter pada batuan
mati. Caulerpa sp tumbuh pada subtrat pasir dan panjangnya dapat mencapai 2 M.
Menurut Prud’homme Van Reine dan Trono (2001) distribusi vertikal
Caulerpa sp sangat luas. Sedangkan Pong Masak, dkk., 2007), Caulerpa sp
membutuhkan substrat sebagai fungsi akar yang dimiliki untuk menyerap unsur
hara dari dalam tanah. Selanjutnya pengembangan budidaya Caulerpa sp karena
harus dalam substrat, maka lahan-;lahan tambak terlantar yang berbatasan
langsung dengan pantai dapat dimanfaatkan.
Melihat kenyataan bahwa informasi tentang percobaan budidaya rumput
laut jenis Caulerpa sp masih sedikit yang meneliti dan mengembangkan. Untuk
itu diperlukan penelitian budidaya rumput laut Caulerpa sp dengan beberapa jenis
substrat dasar sebagai media dalam budidaya.
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan substrat dasar yang
memberikan pertumbuhan Caulerpa sp tertinggi.
Sedangkan manfaat dari hasil penelitiaan ini diharapkan sebagai data dan
informasi bagi pembudidaya untuk menjamin kontinuitas produksi, disamping
diharapkan pula dapat memberikan pengetahuan terhadap para pembudidaya
Caulerpa sp.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Taksonomi Dan Morfologi
2.1.1. Taksonomi
Klasifikasi dari rumput laut Caulerpa sp menurut Dawson (1946) dalam
Soegiarto dkk. (1978) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Caulerpales
Famili : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa
Spesies : Caulerpa racemosa
Gambar 1. Caulerpa sp
Gambar 2. Caulerpa sp : tallus yang berbeda.
Keterangan : F = Frond (frond primer)
FR = Cabang frond (frond sekunder)
B = Branclets (juga dinamakan ramuli)
S = Stolon
RP = Rhizoidal pillars (percabangan stolon berbentuk kerucut
memiliki sejumlah rhizoid yang tipis)
R = Rhizoid
Caulerpa sp merupakan salah satu genus alga laut dari Famili
Caulerpaceae dan termasuk spesies dari Kelas Chlorophyceae (alga hijau)
(Atmadja dkk. 1996). Caulerpa sp secara luas terdistribusi di daerah tropis hingga
subtropis (Verlaque, 2003). Analisis genetik menunjukkan tidak seperti
C.taxifolia, yang hampir semua berasal dari satu sumber, populasi Caulerpa sp di
Laut Mediterania menunjukkan variasi genetic.
2.1.2. Morfologi
Ciri umum Caulerpa sp adalah:
1. Tallus utama tumbuh menjalar
2. Ruas batang ditumbuhi akar menyerupai akar serabut
3. Bentuk percabangan seperti bentuk daun yang beragam menyerupai daun
tunggal bundar seperti anggur, seperti daun pakis, seperti daun kelapa dan
seperti daun ketela pohon.
Caulerpa sp yang memiliki ciri-ciri khusus, yaitu : Tanaman tumbuh yang
dapat mencapai ketinggian 8,5 Cm dan cabang yang berdiri memiliki bentuk daun
seperti anggur. Caulerpa sp memiliki tallus yang menjalar dan pada bagian-
bagian tertentu dan terdapat akar rambut yang berfungsi mengambil makanan dari
substrat. Biasanya tumbuh dilaguna dangkal, bisa tumbuh di substrat karang, atau
batu, hingga substrat berpasir hingga berlumpur.
Caulerpa sp adalah salah satu genus alga yang dapat diidentifikasi
berdasarkan bentuk pertumbuhan dan morfologinya. Semua spesies dan sub
spesies Caulerpa sp hidup di laut, tetapi ada juga yang dapat hidup di laguna
(Silva 2003). Laporan mengenai jumlah spesies Caulerpa sp bervariasi antara 70-
100 species.
2.2. Habitat Dan Penyebaran
Marga Caulerpa sp banyak dijumpai pada daerah pantai yang mempunyai
rataan terumbu karang. Tumbuh pada substrak yang mati, Pecahan karang mati,
Pasir lumpur dan lumpur. Kebanyakan jenis ini tidak tahan pada kekeringan,
tumbuh pada kedalaman perairan yang pada saat pasang surut terendah dan masih
tergenang oleh air (Kadi dan Atmaja, 1988).
Beberapa spesies Caulerpa sp memiliki bentuk morfologi dan fisiologi
yang dapat beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda. Spesies Caulerpa sp
yang bersifat endemis pada habitat laguna, cenderung memiliki jarak rhizoma
antar assimilator yang lebih panjang, sementara itu Caulerpa sp yang tumbuh
pada ekosistem terumbu karang dengan energi gelombang yang tinggi, cenderung
memperlihatkan bentuk yang rapi dan tersusun rapat. Caulerpa sp yang hidup
pada lingkungan dengan intensitas cahaya yang tinggi memiliki kandungan
klorofil yang lebih rendah, dibandingan spesies seperti Caulerpa verticillata yang
beradaptasi untuk tumbuh rapat dengan alga lain atau rumput laut lain (Collado,
dkk, 1999).
Beberapa karakteristik biologi spesies Caulerpa sp meliputi :
1. Kecepatan pertumbuhan yang tinggi
Jumlah meristem stolon Caulerpa sp yang tumbuh di Pelabuhan Hutingon,
California adalah 727/m2. Tingginya kepadatan meristem ini menunjukkan
kemampuan untuk melintasi sedimen dan melewati organisme lain (Williams,
2002).
2. Kemampuan membelah diri
Implikasi ekologi dari reproduksi membelah diri adalah adanya gangguan
seperti badai atau pemangsaan oleh hewan herbivora dapat menghasilkan
fragmen-fragmen yang dapat menyebar dan menjadi Caulerpa sp yang baru
(Smith 1999). Kemampuan spesies untuk membelah diri dapat menjadi
keuntungan dalam berkompetisi dengan makhluk hidup multiseluler yang
bereproduksi secara seksual (Vroom, 2001). Kesuksesan penyebaran melalui
fragmentasi tampaknya menjadi faktor kritis bagi spesies Caulerpa sp untuk
mengkolonisasi area yang baru (Smith, 1999).
3. Kemampuan mengambil nutrien dari sedimen
Kebanyakan makroalga yang menempel pada sedimen dan mengambil
nutrient dari kolom air, spesies dari genus Caulerpa sp memiliki rhizoid yang
dapat masuk ke dalam sedimen dan mengambil nutrient dari sedimen. Rhizoid
dari C.taxifolia yang menyerupai akar dari tanaman berpembuluh dapat secara
langsung mengikat karbon, nitrogen, dan fosfor dari substrat. Kemampuan
mengakses nutrient dari substrat membuat Caulerpa sp menjadi kompetitor
unggulan di lingkungan yang miskin nutrient.
4. Kemampuan mentolerir temperatur air yang rendah
Spesies Caulerpa sp adalah salah satu alga yang dapat menyebar luas baik
di perairan tropis ataupun subtropis (Silva, 2003). Kemampuan spesies Caulerpa
sp untuk bertahan pada temperatur yang relatif rendah menyebabkan spesies ini
dapat mengeksploitasi tempat hidup yang baru jika mereka diintroduksi.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 12 dari 14
spesies Caulerpa sp yang biasa tersedia untuk diperdagangkan di California
Selatan memiliki distribusi alami yang luas hingga ke perairan tropis (Frish,
2003).
5. Konsumen Herbivor
Vetebrata dan invetebrata di daerah subtropis ditemukan mudah sekali
terkena senyawa toksik dari Caulerpa sp (caulerpenyne) sehingga mereka tidak
dapat memangsa Caulerpa sp (Paul, 1986).
2.3 Sistem Reproduksi Caulerpa sp
Caulerpa sp diketahui bereproduksi secara seksual maupun aseksual
dengan fragmentasi acak. Caulerpa sp dapat menyebar melalui fragmentasi
(Smith dan Walters 1999 ; Ceccherelli 2001 dalam Capiomont, 2005). Penelitian
menunjukkan bahwa Caulerpa racemosa tidak berkompetisi dengan Caulerpa
taxifolia dan kehadiran Caulerpa taxifolia dapat memfasilitasi penyebaran
Caulerpa racemosa (Ceccherelli 2002). Pada lingkungan yang sama Caulerpa
racemosa memiliki kecepatan penyebaran yang lebih tinggi dibandingkan
Caulerpa taxifolia yang mengindikasikan tingginya potensi penyebaran dari
Caulerpa racemosa (Piazzi dkk. 2001).
2.4. Kualitas Air Caulerpa sp
2.4.1 Suhu
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi
secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan
kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur
proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang
secara kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang
relative sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa
ganggang hijau biru mampu mentolerir suhu sampai 85°C. Selain itu, suhu juga
sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi
baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena
itu, tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat
di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu.
Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut
bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat
stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir
suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat.
Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada
pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik. Caulerpa sp
hidup di pantai pada suhu air hangat 250C-30oC (Piazzi 2002).
Menurut Kausar dan Ali (1986) dalam Ravsi (2003) dalam budidaya
Rumput Laut Coulerpa sp sebaiknya temperatur air dikelola pada 27-30 0C untuk
produksi yang oktimum. Gattuso dan jaubert, 1985 dalam. Li, dkk. (2008) bahwa
suhu optimum dari Caulerpa sp 300C. Sedangkan menurut Taylor, (1967) dalam
Lie, dkk. (2008) Caulerpa sp dapat terus hidup diperairan dari suhu 120C-250C.
Suhu mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan pertumbuhan
rumput laut.
Rumput laut tersebut memerlukan sinar matahari untuk pertumbuhannya,
sehingga hanya mungkin hidup pada kedalaman sejauh sinar matahari masih
mampu mencapainya (lapisan fotik). Selain kecerahan yang diperlukan rumput
laut dalam proses fotosintesis, parameter lain yang sangat penting adalah suhu.
Rumput laut mempunyai kisaran suhu yang spesifik karena adanya enzim pada
rumput laut. Rumput laut akan tumbuh subur pada daerah yang sesuai dengan
suhu laut. Pada daerah tropis rumput laut dapat tumbuh pada kisaran suhu 20-
300C.( Efendi, 2011).
Menurut Aslan (1995) bahwa kisaran suhu yang dibutuhkan dalam
budidaya rumput laut di tambak adalah berkisar antara 18 oC – 30oC. Namun pada
umumnya rumput laut tumbuh dengan baik pada perairan yang mempunyai
kisaran suhu 26 oC-30 oC (Kamiso dkk, 2004). Menurut Fritsch (1986), kisaran
temperatur untuk pertumbuhan alga yang baik adalah 21 – 31,2 0˚C
2.4.2 Salinitas
Parameter kimia lain yang sangat berperan dalam budidaya rumput laut
adalah salinitas. Salinitas merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan
rumput laut. Mekanisme osmoregulasi pada rumput laut dapat terjadi dengan
menggunakan asam amino atau jenis-jenis karbohidrat. Kisaran salinitas yang
rendah dapat menyebabkan pertumbuhan rumput laut menjadi tidak normal.
Caulerpa sp berada di perairan yang tenang dengan salinitas antara 25- 30 ppt
(Carruthers, 1993).
Menurut Lobban dan Harrison (1994) dan Choi dkk. (2010) parameter
kualitas air yang sangat berperan terhadap pertumbuhan, pembetukan tallus dan
perkembangan morfogenetik rumput laut adalah salinitas, karena terkait langsung
dengan osmoregulasi yang terjadi di dalam sel. Kepekatan yang berbeda antara
cairan di dalam dan di luar sel, mendorong badan golgi untuk terus berusaha
menyeimbangkan hingga menjadi isotonis. Hal tersebut berdampak pada
pemanfaatan energi yang lebih besar sehingga berpengaruh terhadap rendahnya
pertumbuhan dan perkembangan rumput laut (Xiong dan Zhu, 2002).
Menurut Choi dkk. (2010) rumput laut akan mengalami pertumbuhan yang
lambat, apabila salinitas terlalu rendah (kurang 15 ppt) atau terlalu tinggi (lebih 35
ppt) dari kisaran salinitas yang sesuai dengan syarat hidupnya hingga jangka
waktu tertentu. Menurut Hurtado dkk. (2009) pertumbuhan eksplan yang lambat
bisa disebabkan oleh penyerapan nutrien tidak optimal akibat kondisi media kultur
kurang sesuai untuk pertumbuhan rumput laut. ( Rumampuk dkk. 2004)
menyatakan kondisi media kultur yang kurang sesuai dengan kisaran hidup
rumput laut dapat mengganggu kerja enzim dan turunnya tekanan turgor di dalam
sel yang pada akhirnya menghambat pembelahan sel. Menurut Choi dkk. (2010)
perbedaan salinitas mempengaruhi mekanisme fisiologi dan biokimia, sebab
proses perubahan tekanan osmosis berkaitan erat dengan peran membran sel
dalam proses transpor nutrien.
Dalam kondisi di laboratorium, Caulerpa sp berhenti tumbuh ketika
salinitas turun hingga 20 ppt, tetapi tidak mati hingga dua puluh hari. Caulerpa sp
dapat bertahan sebentar ketika terkena paparan salinitas yang lebih rendah dari 20
ppt (Carruthers, dkk. 1993).
2.4.3. Kedalaman
Kedalaman perairan merupakan suatu kondisi yang menunjukkan
kemampuan organisme untuk berinteraksi dengan cahaya (kedalaman tumbuh),
kedalaman antara organisme (rumput laut) dengan substrat adalah jarak antara
tanaman rumput laut dengan dasar perairan, sedangkan kedalaman perairan adalah
jarak dari permukaan air hingga ke dasar perairan. Pengukuran terhadap
kedalaman tumbuh dan kedalaman antara organisme dengan substrat (dasar
perairan) dilakukan. Kondisi ini merupakan hal penting untuk diketahui karena
berkaitan dengan faktor cahaya yang masuk ke perairan untuk proses fotosintesis.
Untuk penanaman di dekat permukaan perairan, kedalaman saat
penanaman disesuaikan terhadap permukaan air laut sehingga kedalaman
penanaman tidak secara nyata mempangaruhi pertumbuhan rumput laut dan aspek
pencahayaan (fotosintesis) kecuali dari aspek suplai nutrisi (pengadukan).
Kedalaman antara organisme dengan substrat merupakan hal yang penting
untuk diketahui karena berkaitan dengan kondisi substrat perairan (berkarang,
berlumpur, berpasir) dan nutrisi yang mendukung pertumbuhan rumput laut. Pada
kondisi ini yang perlu diperhatikan adalah jarak antara organisme dengan substrat
untuk menjaga agar tidak terjadi kekeruhan berkepanjangan yang menghambat
pertumbuhan dari rumput laut tersebut. Dengan perkataan lain agar ada
pengadukan yang mensuplai nutrisi bagi rumput laut tetapi tidak sampai suatu
kekeruhan.
Kebanyakan Caulerpa sp jenis ini tidak tahan pada kekeringan, tumbuh
pada kedalaman perairan yang pada saat pasang surut terendah dan masih
tergenang oleh air (Kadi dan Atmaja, 1988).
2.4.4. Kecerahan
Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan
cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami
kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesis.
Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesa dan produksi primer
dalam suatu perairan. Seperti diketahui fotosintesa rumput laut sangat
membutuhkan cahaya dan apabila aktifitas fotosintesa terganggu maka akan
mengakibatkan pertumbuhan rumput laut yang tidak optimal.
Kecerahan perairan merupakan kebalikan dari kekeruhan. Kecerahan air
memberikan petunjuk tentang daya tembus atau penetrasi cahaya ke dalam air
laut. Perairan yang keruh mempunyai banyak partikel-partikel halus yang
melayang didalam air dan banyak partikel-partikel tersebut menempel pada tallus,
sehingga dapat menghambat penyerapan makanan dan proses fotosintesis.
2.4.5. Arus
Arus merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan rumput laut
dimana arus mempunyai peranan dalam transportasi unsur hara sebagai sumber
makanan. Jika gerakan air yang bagus maka akan membawa nutriens yang cukup
dan dapat mencuci kotoran-kotoran halus yang menempel pada tallus. Sebaliknya
dalam pengembangan usaha budidaya rumput laut perlu diperhatikan kondisi
lokasi agar terlindung dari arus yang kuat. kecepatan arus untuk budidaya
Caulerpa sp. adalah 13-39 cm/detik. Kadi dan Atmadja (1988) yang menyatakan
bahwa kecepatan arus yang baik untuk budidaya Caulerpa sp adalah 20-40
cm/detik. Adanya arus air yang baik dapat menjamin tersedianya makanan yang
tetap bagi rumput laut.
Kecepatan arus yang sering berfluktuasi, hal ini disebabkan oleh kondisi
perairan, gaya hidrologi dan pengaruh fisika oseanografi lainnya.
2.5. Pertumbuhan Caulerpa sp
Caulerpa sp bisa tumbuh antara 10-13 kali setelah 3 bulan masa
pemeliharaan (berat awal 500 gr menjadi 6000 gr). Dengan bibit awal 120-140 kg,
bisa dipanen setelah 20 hari, mencapai 900 kg–1400 kg dan berikutnya bisa
dipanen tiap hari (40 kg-80kg) selama 15 hari (Putra, dkk. 2012).
Pertumbuhan Caulerpa sp menunjukkan peningkatan ketika kepadatan
meningkat, tetapi dengan derajat yang lebih rendah dibandingkan Caulerpa
taxifolia (Piazzi, 2002). Bagaimanapun, pada penelitian kompetisi menunjukkan
ketika Caulerpa racemosa dan Caulerpa taxifolia hadir bersama- sama, Caulerpa
racemosa akan menjadi spesies yang lebih unggul (Piazzi, 2002).
2.6. Manfaat Caulerpa sp
Keberadaan ganggang dalam perairan air tawar seringkali menjadi gulma
sebagai penyaing dan gangguan tumbuhan budidaya, namun alga atau ganggang
laut sangatlah berarti bagi pemenuhan kebutuhan manusia , misalnya sebagai
bahan makanan, obat-obatan misalnya, obat bius ikan, anti oksidan anti tumor dan
penurunan tekanan darah serta sebagai pupuk.
Selain sebagai bahan pangan Caulerpa sp dapat digunakan sebagai pakan
ternak dan obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan obat reumatik
(Novaczek 2001 dalam Chew dkk. 2008), Peranan antioksi dan sangat penting
dalam menetralkan dan menghancurkan radikal bebas yang dapat menyebabkan
kerusakan sel dan juga merusak biomolekul, seperti DNA, protein, dan lipoprotein
di dalam tubuh yang akhirnya dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif,
seperti kanker, jantung, artritis, katarak, diabetes dan hati (Novaczek 2001 dalam
Chew dkk. 2008). Penelitian menunjukkan bahwa radikal bebas pada manusia
dapat menyebabkan kerusakan oksidatif terhadap molekul lain seperti lemak,
protein, dan asam nukleat yang merupakan bagian dari fase inisiasi beberapa
penyakit degenaratif. Menyikapi hal tersebut peranan antioksidan menyita banyak
perhatian sebagai kandidat yang dapat menghambat penyakit tertentu dan
mencegah proses penuaan (Slater 1991 dalam Yee dkk. 2007). Karaginan
merupakan suatu jenis galaktan dan berbentuk garam apabila bereaksi dengan
sodium, kalsium dan potassium, umum digunakan pada industri makanan,
khususnya sebagai emulsifier pada industri minuman (Ricohermoso dkk., 2007).
Di negara Jepang dan Philipina, Caulerpa sp dijadikan sebagai salah satu
komoditas perikanan budidaya. Caulerpa sp mengandung Iodium 480,665 µg
dalam 100 g berat basah. Kandungan Iodium ini lebih tinggi dibanding jenis yang
lain, yaitu: Gracilaria gigas, G. verrucosa, Sargassum sp. dan Eucheuma cottoni.
Unsur ini diperlukan oleh manusia untuk perkembangannya. Selanjutnya di
Jepang dan Filiphina, Caulerpa sp dimanfaatkan sebagai substansi yang
memberikan efek anastetik dan sebagai bahan campuran untuk obat anti jamur.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai Januari
2015 pada di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar. Desa
Mappakalompo, Kec. Galesong, Kab. Takalar.
1.2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada
Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Alat–alat yang digunakan dalam penelitian
No. Nama Alat Kegunaan1 Baskom Plastik Wadah penelitian2 Mistar Alat mengukur3 Gunting Memotong tallus4 Instalasi Aerasi Suplay oksigen5 Thermometer Mengukur suhu6 Timbangan elektrik Menimbang sample7 pH Meter Mengukur pH air media8 Hand Refraktometer Mengukur salinitas
Tabel 2. Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian
No. Nama Alat Kegunaan1 Rumput laut jenis Caulerpa sp Tanaman uji2 Substrat pecahan karang Substrat uji3 Substrat pasir Substrat uji4 Substrat lumpur Substrat uji5 Aquadest Penetralisir alat ukur6 Tissu Pembersih alat
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Wadah dan Media Penelitan
Berat awal Caulerpa sp yang digunakan pada setiap perlakuan dalam
penelitian ini adalah 100 gram/wadah yang akan digunakan pada metode
percobaan ini adalah baskom plastik sebanyak 9 buah. Sebelum pengisian substrat
terlebih dahulu baskom dilubangi pada bagian dinding bertujuan agar pada saat
dilakukan pengisian air, air yang kotor bisa keluar melalui bocoran tersebut
dengan menggunakan soulder setelah itu barulah diisi dengan masing-masing
substrat dasar yang berbeda yang sudah sesuai dengan hasil dari pencampuran
substrat yang telah dirancanakan. Substrat dasar dalam percobaan adalah, Pasir,
pecahan karang, dan lumpur.
3.3.2 Tanaman Uji
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah makroalga jenis
Caulerpa sp (Caulerpa racemosa), yang didapatkan dari tambak pembudidaya di
Desa Laikang Kabupaten Takalar. Sebelum penelitian dilakukan diadakan
adaptasi lebih dahulu dengan lingkungan tempat penelitian kurang lebih selama 1
hari di Bangsal Pembenihan, demi untuk menjaga kesegaran kemudian
dimasukkan kedalam bak pemeliharaan Caulerpa sp di Balai Budidaya Air Payau
Takalar demi untuk memperbaiki kualitas dan mutu bibit.
3.3.3. Persiapan Air Media dan pemeliharaan
Air yang akan digunakan sebagai media pemeliharaan dalam penelitian ini
yakni air yang dipompa langsung dari laut melalaui sistem sumur atau penggalian
dasar laut kemudian dimasukkan pipa yang sudah diberi saringan ijuk pada ujung
pipa kedalam galian tersebut, kemudian dialirkan melewati filter fisik dan
kemudian ditampung di tandom. Perlu diketahui bahwa pada salinitas dibawah 20
ppt warna akan berubah menjadi kuning dan lama kelamaan akan menyebabkan
kematian massal. Sehingga harus dijaga serta dipastikan salinitas/kadar garamnya
dipastikan diatas 25 ppt, pergantian airnya dilakukan satu kali dalam satu minggu
air dimasukkan kedalam baskom sampai penuh agar air keluar melalui bocoran
yang ada pada dinding baskom.
3.3.4. Pengukuran pertumbuhan Caulerpa sp
1. Pertumbuhan Mutlak
Pengukuran pertumbuhan mutlak Caulerpa sp dihitung dengan rumus
Effendi(1997)
H= Wt-Wo .............(1)
Dimana : H = Pertumbuhan Mutlak
Wt = Berat Caulerpa sp pada akhir penelitian (gr)
Wo = Berat Caularpa sp pada awal penelitian (gr)
2. Laju Pertumbuhan Harian
Pengukuran laju pertumbuhan harian (DGR) dilakukan dengan cara
penimbangan bobot rumput laut pada setiap minggu, dengan rumus sebagai
berikut (Hurtado, et., al. 2001) :
........ .....
.......... (2)
Dimana : DGR = Laju pertumbuhan harian (%/hari)
Wt = Bobot sampel (rata/rata) pada waktu t (gram)
Wo = Bobot sampel awal (gram)
T = lama pemeliharaan (hari)
3. Pengukuran Kualitas Air
Sebagai data penunjang, maka dilakukan pengukuran parameter kualitas
air seperti: Salinitas, pH, dan Suhu. pengukuran ini akan dilakukan satu kali
dalam satu minggu sekali dalam penelitian dengan menggunakan alat
pengukurannya masing-masing di laboratorium.
3.3.5. Perlakuan dan Perancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan pengukuran
berulang sebagai rancangan utama penelitiaan. Perlakuan berupa berbagai substrat
dasar budidaya Caulerpa sp terdiri atas 3 perlakuan dan masing-masing perlakuan
diulang 3 kali, sehingga ada 9 unit percobaan.
DGR =lnWt - lnWo
Tx 100%
Perlakuan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah substrat dasar
yang berbeda, Substrat yang akan digunakan dalam metode percobaan tersebut
adalah :
Perlakuan A = Substrat Pasir
Perlakuan B = Substrat Pecahan Karang
Perlakuan C = Substrat Lumpur
Desain percobaan
Gambar 3. Posisi wadah penelitian setelah dilakukan pengacakan
3.3.6. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA).
Apabila perlakuan berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT untuk
mengetahui perlakuan terbaik. Data parameter kualiatas air dianalisis secara
deskriptif sesuai kelayakan tumbuh rumput laut Caulerpa sp.
A 1 C1 B 2
C 3 B 1 A 3
B 3 A 2 C 2
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengukuran pertumbuhan mutlak Caulerpa sp
Pengukuran hasil penimbangan pertumbuhan mutlak rata-rata bobot basah
Caulerpa sp selama penelitian berbagai jenis substrat disajikan pada tabel
dibawah ini.
Tabel 3. Pertumbuhan mutlak Caulerpa sp selama penelitian.
PERLAKUANULANGAN (gr)
JumlahRata-rata
(gr)1 2 3
A 76,9 94 64 234,9 78,3
B 193,5 98,3 78,7 370,5 123,5
C 164,4 26 52 242,4 80,8
Gambar 4. Grafik pertumbuhan mutlak rata rata perlakuan Caulerpa sp
Berdasarkan gambar 4, rata-rata pertumbuhan mutlak Caulerpa sp selama
penelitian , diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan B (Substrat Pecahan karang)
yaitu 123,5 gr dan terendah pada perlakuan A (Substrat pasir) yaitu 78,3 gr.
78.3
123.5
80.8
0
20
40
60
80
100
120
140
A B C
Rat
a-ra
ta (g
r)
perlakuan
pertumbuhan mutlak
Rata-rata pertumbuhan mutlak pada perlakuan B (substrat pecahan karang) jauh
lebih tinggi dibanding dengan perlakuan A (substrat pasir) dan C (Substrat
lumpur) yang masing-masing pertumbuhan mutlak yaitu 78,3 gr dan 80,8 gr. Hal
ini diduga bahwa pertumbuhan mutlak Caulerpa sp yang dicobakan sesuai dengan
pertumbuhan yang terjadi di alam. Pada substrat pecahan karang mengalami
pertumbuhan relatif agak tinggi dari substrat lain karena pecahan karang
mempunyai bentuk yang keras sehingga batang Caulerpa sp dapat menempel kuat
pada dasar pecahan karang, serta air media pada substrat karang lebih jernih
sehingga Caulerpa sp dapat berfotosintesis dengan baik. Sedangkan pada substrat
pasir dan lumpur air media yang digunakan agak keruh sehingga membuat
Caulerpa sp tdk dapat berkembang dengan baik.
Berdasarkan hasil uji ANOVA terlihat bahwa pertumbuhan mutlak
Caulerpa sp selama penelitian masing-masing perlakuan tidak berpengaruh
terhadap substrat. Hal ini dikarenakan substrat pada masing-masing perlakuan
masih dalam kondisi yang layak bagi pertumbuhan Caulerpa sp. Dengan
demikian sesuai pernyataan Pong Masak, dkk., (2007), Caulerpa sp
membutuhkan substrat sebagai fungsi akar yang dimiliki untuk menyerap unsur
hara dari dalam tanah, pecahan karang mati, pasir berlumpur dan lumpur.
4.2 Laju Pertumbuhan Harian Caulerpa sp
Laju pertumbuhan harian rat-rata rumput laut Caulerpa sp pada setiap
interval perminggu selama delapan minggu (56 hari) pengamatan selama
penelitian. Adapun rata-rata laju pertumbuhan harian bobot basah Caulerpa sp
setiap perlakuan dapat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4. Laju rata-rata pertumbuhan harian Caulerpa sp
PERLAKUANULANGAN (gr)
Jumlah Rata-rata1 2 3
A 1,37 1,67 1,14 4,18 1,39
B 3,45 1,75 1,35 6,55 2,18
C 2,93 0,46 0,92 4,31 1,43
Berdasarkan tabel 4, menunjukkan pertumbuhan harian rata-rata Caulerpa
sp nilai tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu substrat pecahan karang sebesar
2,18 gram dan yang terendah adalah perlakuan A(substrat pasir) yaitu hanya 1,39
gr. Rata-rata laju pertumbuhan harian perlakuan B lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan C (substrat lumpur) dengan laju pertumbuhan yang hanya 1,43
gr.
Laju pertumbuhan harian Caulerpa sp pada setiap perlakuan selama
penelitian dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Laju pertumbuhan harian Caulerpa sp pada setiap perlakuan
Berdasarkan gambar 5. Bahwa pertumbuhan harian Caulerpa sp terjadi
peningkatan sejak penebaran mulai minggu pertama(7 hari) sampai dengan
minggu ke tujuh (49 hari). Pada minggu ke 7 perlakuan B (substrat pecahan
karang) diperoleh laju pertumbuhan harian tertinggi 3,1 gr per hari, sedangkan
pada pada perlakuan A(substrat pasir) dan perlakuan C(substrat tanah) diperoleh
laju pertumbuhan tertinggi pada minggu ke 6 (hari 42) dengan laju pertumbuhan
harian tertinggi perlakuan A dengan pertumbuhan harian 2,1 gr per hari dan
perlakuan C dengan 1,8 gr per hari. Namun, pada minggu ketujuh sampai akhir
penelitian semua perlakuan mengalami penurunan laju pertumbuhan harian.
Penurunan laju pertumbuhan harian terjadi pada minggu ketujuh dan kedelapan
akibat adanya perubahan warna keputihan pada stolon dan remuli lepas pada
stolon rumput laut yang dipelihara. Perubahan terjadi pada seluruh rumpun stolon
dan ramuli yang mulai agak kecoklatan. Walaupun demikian masih menyisahkan
0
0.4
0.9
1.41.6
2.0 2.1
1.701.39
0 0.10.5
1.51.9
2.4
2.83.1
2.2
0 0.10.4
0.91.2
1.61.8 1.6 1.5
0
1
2
3
4
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Laju
pert
umbu
han
haria
n(%
per
har
i)
Waktu pengamatan
Pertumbuhan Harian
A
B
C
potongan-potongan stolon yang masih terdapat pada wadah penelitian. Selain itu,
pada minggu ketujuh dan kedelapan ketersedian unsur hara pada stolon dan ramuli
Caulerpa sp sudah berkurang sehingga terjadi penurunan laju pertumbuhan
harian, akibatnya pertumbuhan Caulerpa sp menjadi menurun. ini juga sesuai
dengan yang dilakukan para petambak budidaya Caulerpa sp dimana biasanya
pemaneman Caulerpa sp dilakukan pada umur kurang lebih satu bulan untuk
mendapatkan hasil yang terbaik. Hal ini sesui dengan petunjuk Azizah (2006)
bahwa laju pertumbuhan Caulerpa sp semakin menurun dengan bertambahnya
umur pemeliharaan. Hal ini tampak jelas pada umur tanaman Caulerpa sp mulai
menurun pada minggu ketujuh dan kedelapan . keadaan ini juga sesuai yang
dikemukakan Mubarak (1982) bahwa pertumbuhan berjalan cepat pada awal
percobaan dan semakin lambat sejalan dengan umur pemeliharaan.
4.4 Kualitas air
Pengukuran parameter kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 5. Kisaran Parameter Kualitas Air Media Pemeliharaan Rumput Laut
Caulerpa sp Setiap Perlakuan.
Parameter
Suhu
pH
Salinitas
Perlakuan
A
27,21-31,59
7.0-8.6
31-35
B
28,71-32,49
7.0-8.5
32-35
C
28,15-32,07
7.0-8.6
31-36
Parameter suhu air media pemeliharaan yang diperoleh selama penelitian
berkisar 28,71-32,490C. Kisaran suhu pada media penelitian masih dapat ditolerir
untuk budidaya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Piazzi, 2002 dalam Fithriani,
2009), Caulerpa sp hidup di pantai pada suhu air hangat 25-300C. Sedangkan
menurut (Kausar, et al, 1986 dalam Fithriani, 2009), budidaya Caulerpa sp
sebaiknya temperatur air dikelola pada suhu 25-30 oC. Suhu perairan yang tinggi
dapat menyebabkan kematian pada rumput laut seperti dalam proses fotosintesis,
kerusakan enzim dan membran yang bersifat labil, sedangkan pada suhu rendah.
membran protein dan lemak dapat mengalami kerusakan sebagai akibat
terbentuknya kristal di dalam sel, sehingga mempengaruhi kehidupan rumput laut
(Luning, 1990 dalam Fithriani, 2009).
pH air media pemeliharaan yang diperoleh selama perekayasaan berkisar
7,0-8,6. Kisaran pH air media ini ternyata masih berada dalam ambang batas
toleransi mendukung pertumbuhan dan kehidupan rumput laut Caulerpa sp. Hal
ini sesuai penyataan (Luning, 1990 dalam Setiaji, 2012), rumput laut Caulerpa sp
tumbuh pada pH berkisar antara 6,5-9,6. Selanjutnya menurut (Odum, 1971 dalam
Azizah, 2006), pH yang baik untuk pertumbuhan alga adalah 5-8. Sedangkan
menurut (Effendi, 2003 dalam Budiyani, 2012), menyatakan pH yang berkisar
5,0-5,5 akan menghambat nitrifikasi.
Kisaran salinitas air media pemeliharaan yang didapatkan selama
penelitian berkisar 32-35 ppt dan hal ini masih dalam kisaran yang layak menurut
(Sadhori, 1992 dalam Budiyani et.al, 2012), kisaran salinitas yang layak bagi
pertumbuhan rumput laut adalah 33-35 g/L. Namun, dalam kondisi di
laboratorium. Sedangkan menurut (Azizah, 2006), bahwa salinitas di laut berkisar
antara 33,28-34,33 ppt, selanjutnya Caulerpa sp berada di perairan yang tenang
dengan salinitas antara 25- 30 ppt (Carruthers, et al, 1993 dalam Fithriani, 2009).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Implementasi berbagai jenis substrat dasar sebagai media produksi tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas rumput laut Caulerpa sp
2. Pertumbuhan mutlak terbaik didapat pada perlakuan substrat B (substrat
pecahan karang) yaitu 123,5 gr.
4. Kisaran parameter kualitas air selama penelitian masih dalam kisaran yang
dapat ditolerir terhadap pertumbuhan biomassa Caulerpa sp.
5.2. Saran
Pemeliharaan rumput laut Caulerpa sp pada tempat terkontrol belum bisa
memberikan pertumbuhan yang sesuai dengan pertumbuhan di alam, dan perlu
dilakukan penelitian lanjutan dengan metode yang lain seperti sirkulasi atau
resirkulasi untuk memperoleh pertumbuhan optimal rumput laut Caulerpa sp.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Profil rumput laut Indonesia. Direktorat Jenderal PerikananBudidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. 152 pp.
Azizah, R.T.N. 2006. Percobaan Berbagai Macam Metode Budidaya LatohCaulerpa racemosa Sebagai Upaya Menunjang Kontinuitas Produksi.ILMU KELAUTAN. Vol. 11 (2): 101–105. ISSN 0853–7291. JurusanIlmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UniversitasDiponegoro, Kampus Tembalang, Semarang, Indonesia.
Brandt K, Molgaard JP. 2001. Organic agriculture: Does it enhance or reduce thenutritional value of plant foods?. Journal of Science Food Agricultural 81:924-931.
Budiyani, F., B., Sunaryo, Suwartimah, K., 2012. Pengaruh PenambahanNitrogen dengan Konsentrasi yang Berbeda terhadap Laju PertumbuhanRumput Laut Caulerpa racemosa var. uvifera. Journal Of MarineResearch. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10-18 Online di:http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr.
Carruthers, T.J.B., Walker D.I., and Huisman J.M. 1993. Culture studies on twomorphological types of Caulerpa (Chlorophyta) from Perth, WesternAustralia, with a description of a new species. Botanica Marina 36: 589-596.
Ceccherelli, Giulia. 2002. The spread of Caulerpa taxifolia in the Mediterranean:Dispersal strategy, interactions with native species, and competitive ability.Proceedings of International Caulerpa taxifolia Conference. San Diego, 31Jan–1 Feb 2002. San Diego :C.A USA.
Chong, C., 2005. Experiences with wastes and composts in Nursery subtrates.Jurnal 739.full COELERPA.pdf
Collado-Vides, Liga and Robledo, Daniel. 1999. Morphology and photosynthesisnof Caulerpa (Chlorophyta) in relation to growth form. Journal ofPhycology 35: 325-330.
Davis, AR, Roberts DE, Cummins SP. 1997. Rapid invasion of a sponge-dominated deep-reef by Caulerpa scalpelliformis (Chlorophyta) in BotanyBay, New South Wales; Aust. Journal of Ecology. 22:146-150.
Meyer KD, Paul VJ (1992). Intraplant variation in secondary metaboliteconcentration in three species of Caulerpa (Chlorophyta: Caulerpales) andits effects on herbivorous fishes. Mar. Ecol. Prog. Ser. 82, 249–257.
Fithriani, D. 2009. Potensi Anti Oksidan Caulerpa racemosa Diperairan TelukHurun Lampung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Frish, Susan M. 2003. Taxonomic Diversity, Geographic Distribution, andCommercial Availability of Aquarium-Traded Species of Caulerpa(Chlorophyta, Caulerpaceae) in Southern California, USA (Thesis) .Fullerton : California State University.
Heddy, S. 2001. Ekofisiologi Tumbuhan :Suatu Kajian Kuantitatif PertumbuhanTanaman. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.: 154 hal.
Hurtado, A. Q., R. F. Agbayani, R. Sanares, and de Castro-Mallare Ma. 2001. TheSeasonality and Economic Feasibility of Cultivating Kappaphycusstriatum in Panagatan Cays. Caiuya, Antique. Philliphines. Elsevier.Aquaculture 199 : 295–310.
Jaya, I., dan Rasyid, J., A. 2009. Kajian kondisi oseanografi untuk kelayakanbudidaya beberapa spesies rumput laut di perairan pantai barat sulawesiselatan. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. Vol. 19 (3) Desember 2009:129–136 ISSN: 0853-4489. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.Universitas Hasanuddin.
LAMPIRAN 1
PERTUMBUHAN MINGGUAN Caulerpa sp selama penelitian
Perlakuan UlanganBerat(gr)/Minggu
0 I II III IV V VI VII VIII
A
A1 100 129,3 184,4 213,2 227 268,1 254,2 206,2 176,9 1659,3
A2 100 107,5 131,6 164,3 174,7 197,6 229,5 217,8194 1417
A3 100 131,4 143,3 161,1 168,5 172,6 174,1 161,9 164 1276,9
Jumlah (gram) A 122,7 153,1 179,5 190,1 212,8 219,3 195,3 178,3
Rata-rata (gram) A
B
B1 100 107,6 134,7 196,5 235,7 278,6 349,5 315,9293,5 1912
B2 100 110,4 128,6 183,6 187,5 210,9 235,8 215,4198,3 1470,5
B3 100 106,8 121,5 173,8 190,1 210,7 185,2 183,8178,7 1350,6
Jumlah (gram) B 108,3 128,3 184,6 204,4 233,4 256,8 238,4 223,5
Rata-rata (gram) B
C
C1 100 101,8 131,7 180,3 212,3 250,6 283,8 278267,4 1705,9
C2 100 102,7 117,7 133,2 144,3 157,3 151,9 136,6 126 1069,7
C3 100 113,6 120 132,1 152,9 160 159,8 156 152 1146,4
Jumlah (gram) C 106,0 123,1 148,5 169,8 189,3 198,5 190,2 181,8
Rata-rata (gram) C
LAMPIRAN 2
ANALISIS RAGAM ANOVADescriptivesUlangan
N Mean Std.Deviation
Std. Error 95% ConfidenceInterval for Mean
Minimum Maximum
LowerBound
UpperBound
A 3 78.3000 15.04892 8.68850 40.9164 115.6836 64.00 94.00B 3 123.5000 61.40879 35.45438 -29.0479 276.0479 78.70 193.50C 3 80.8000 73.55760 42.46850 -101.9272 263.5272 26.00 164.40
Total 9 94.2000 53.25533 17.75178 53.2643 135.1357 26.00 193.50
ANOVAUlangan
Sum ofSquares
df MeanSquare
F Sig.
BetweenGroups
3872.580 2 1936.290 .617 .570
Within Groups 18816.460 6 3136.077Total 22689.040 8
Multiple ComparisonsDependent Variable: UlanganLSD
(I)perlakuan
(J)perlakuan
MeanDifference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% ConfidenceInterval
LowerBound
UpperBound
AB -45.20000 45.72437 .361 -157.0835 66.6835
C -2.50000 45.72437 .958 -114.3835 109.3835
BA 45.20000 45.72437 .361 -66.6835 157.0835C 42.70000 45.72437 .386 -69.1835 154.5835
CA 2.50000 45.72437 .958 -109.3835 114.3835
B -42.70000 45.72437 .386 -154.5835 69.1835
LAMPIRAN 3
LAJU PERTUMBUHAN HARIAN SETIAP PERLAKUAN
Perlakuan UlanganBerat(gr)/Minggu
0 I II III IV V VI VII VIII
A
A1 100 0,52 1,5 2,02 2,26 3 2,75 1,89 1,37 1659
A2 100 0,13 0,56 1,14 1,33 1,74 2,31 2,11,67 1417
A3 100 0,56 0,77 1,09 1,22 1,29 1,32 1,1 1,14 1277
Jumlah(gram)
A 0 0,4 0,9 1,4 1,6 2,0 2,1 1,70 1,39
Rata-rata (gram) A
B
B1 100 0,13 0,61 1,72 2,42 3,18 4,45 3,85 3,45 1912
B2 100 0,18 0,51 1,49 1,56 1,98 2,42 2,061,75 1471
B3 100 0,12 0,38 1,31 1,6 1,97 1,52 3,281,4 1351
Jumlah(gram)
B 0 0,1 0,5 1,5 1,9 2,4 2,8 3,1 2,2
Rata-rata (gram) B
C
C1 100 0,03 0,56 1,43 2 2,68 3,28 3,17 2,98 1706
C2 100 0,04 0,31 0,59 0,79 1,02 0,92 0,65 0,46 1070
C3 100 0,24 0,35 0,57 0,94 1,07 1,06 10,92 1146
Jumlah(gram)
C 0 0,1 0,4 0,9 1,2 1,6 1,8 1,6 1,5
Rata-rata (gram) C
LAMPIRAN 4
GAMBAR SELAMA PENELITIAN
Pengambilan sampel kualitas air Gambar Caulerpa sp dalam wadah
Gambar proses sirkulasi air Gambar penimbangan Caulerpa sp
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 22 Mei 1991 di Ujung
Pandang. Penulis adalah anak kedua dari dua orang
bersaudara, dari pasangan Muhammad Saleh Daeng Ngoyo
dan Subaedah Daeng Ti’no. Pada tahun 1997 penulis bersekolah di SDI
Salekowa, Kab. Gowa dan tamat pada tahu 2003. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Galesong Selatan, Kab. Takalar dan tamat pada
tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 1 Bontonompo Kab. Gowa dan tamat pada tahun 2009.
Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar dan memilih Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan
Program Studi Budidaya Perairan dan selesai pada tahun 2015.
Penulis telah melaksanakan penelitian di BPBAP Takalar, Kabupaten
Takalar, Propinsi Sulawesi Selatan, pada bulan Desember tahun 2014 sampai
bulan Januari 2015 dan memilih judul “Optimasi pertumbuhan Caulerpa sp
yang dibudidayakan pada substrat yang berbeda”