uji efek antihiperglikemik ekstrak...

113
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL 70% BIJI RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN SKRIPSI FIKA HILMIYATU DURRY NIM. 1112102000070 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN JAKARTA 2016

Upload: dophuc

Post on 31-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK

ETANOL 70% BIJI RAMBUTAN (Nephelium lappaceum

L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN DENGAN METODE

INDUKSI ALOKSAN

SKRIPSI

FIKA HILMIYATU DURRY

NIM. 1112102000070

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

2016

Page 2: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK

ETANOL 70% BIJI RAMBUTAN (Nephelium lappaceum

L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN DENGAN METODE

INDUKSI ALOKSAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

FIKA HILMIYATU DURRY

NIM. 1112102000070

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

2016

Page 3: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

iii

Page 4: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

iv

Page 5: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

v

Page 6: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

vi

ABSTRAK

Nama : Fika Hilmiyatu Durry

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Efek Antihiperglikemik Ekstrak Etanol 70% Biji Rambutan

(Nephelium lappaceum L.) pada Tikus Putih Jantan dengan

Metode Induksi Aloksan

Rambutan (Nephelium lappaceum L.) merupakan salah satu tanaman yang banyak

ditemui di Indonesia, di mana bijinya digunakan secara tradisional oleh

masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol 70% biji rambutan tehadap penurunan

kadar glukosa darah dan perubahan histologi pankreas tikus diinduksi aloksan,

serta terhadap penghambatan aktivitas enzim α glukosidase. Pada uji dengan

metode induksi aloksan, tikus dibagi menjadi enam kelompok yaitu kontrol

normal, kontrol positif, kontrol negatif, dan tiga kelompok uji diberi ekstrak dosis

80; 160; dan 320 mg/kgBB. Perlakuan dilakukan selama 21 hari, dimulai 7 hari

setelah induksi aloksan dosis 150 mg/kgBB secara intraperitoneal. Pengukuran

kadar glukosa darah puasa (GDP) dilakukan pada waktu sebelum induksi, hari ke-

0, 7, 14, dan 21 perlakuan. Pada hari ke-21 setelah pengukuran GDP, satu tikus

dari tiap kelompok diambil organ pankreasnya untuk diamati secara histologi.

Parameter pengamatan histologi yaitu penghitungan jumlah sel pulau langerhans

pankreas. Untuk uji penghambatan enzim α glukosidase, tikus dibagi dalam tiga

kelompok yaitu kontrol positif, kontrol negatif, dan kelompok ekstrak dosis 320

mg/kg BB. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada menit ke-0, 30, 60,

90, dan 120 setelah pemberian sukrosa. Hasil penelitian menunjukkan persentase

penurunan kadar GDP pada dosis ekstrak 80; 160; dan 320 mg/kgBB yaitu

42,10%, 48,83%, 57,36% sedangkan pada kontrol positif yaitu 63,96%. Pada

pengamatan histologi, tikus kelompok ekstrak 320 mg/kgBB memiliki jumlah sel

pada langerhans pankreas yang hampir sama dengan kelompok kontrol positif.

Pada uji penghambatan enzim α glukosidase, ekstrak dosis 320 mg/kgBB terbukti

mampu menghambat peningkatan kadar glukosa darah postprandial tikus dengan

lebih cepat dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Penelitian ini

membuktikan bahwa ekstrak etanol biji rambutan memiliki efek antihiperglikemia

dan berpotensi dalam pengobatan diabetes.

Kata Kunci : Antihiperglikemia, aloksan, biji rambutan, histologi, α

glukosidase, Nephelium lappaceum L.

Page 7: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

vii

ABSTRACT

Name : Fika Hilmiyatu Durry

Major : Pharmacy

Title :Antihyperglycemic Activity of 70% Ethanolic Extract of

Rambutan Seed (Nephelium lappaceum L.) in Alloxan Induced

White Male Rats

Rambutan (Nephelium lappaceum L.) is one of the local plant from Indonesia that

its seed used traditionally to decrease blood glucose level. This study aim to know

the affect of 70% ethanolic extract of rambutan seed in lowering blood glucose

level and pancreatic histology of alloxan induced rats and α glucosidase enzyme

blocking activity. For alloxan induced method, 30 rats divided into six groups,

normal control, positive control, negative control, and test groups were treated

with extract in three different dose:80, 160, and 320 mg/kg BB. Before treatment,

rats were induced by alloxan at a dose of 150 mg/kgBB, intraperitoneally. After 7

days of induction, rats were treated orally for 21 days. Blood glucose

measurement performed before induction, day 0, 7, 14, and 21 after treatment. At

21st day treatment after measuring blood glucose level, one rat from each groups

were sacrificed and the pancreas was taken to be observed histologically.

Histology observation parameter was to calculate the cell in rat’s pancreas islet. In

α glucosidase enzyme blocking activity test, rats divided into three groups,

positive control, negative control, test group treated with extraxt at dose 320

mg/kgBB. Blood glucose level then measured at 0 30, 60, 90, and 120 minutes

after sucrose treatment. Result showed that extract ethanol of rambutan seed can

control blood glucose level. Percentage of decreasing blood glucose level of

glybenclamide and extract treatment at doses 80, 160, and 320 mg/kgBB are

63.96%, 42.10%, 48.83%, and 57.36% respectively. As the result of histological

study, rat which treated with extract at dose 320 mg/kg BB has similar amount of

islet cell with positive control group. In α glucosidase enzyme blocking activity

test, the result shows that extract at dose 320 mg/kgBB can inhibit the rising of

postprandial blood glucose level faster than positive control. This study proved

that 70% ethanolic extract of rambutan seed has antihyperglycamic effect and

potential as diabetic treatment.

Keyword : Antihyperglycemic, alloxan, rambutan seed, histology, α

glucosidase, Nephelium lappaceum L.

Page 8: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala

nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan skripsi. Serta shalawat dan salam untuk baginda Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa petunjuk bagi seluruh umat manusia, semoga kelak kita

mendapatkan syafaat beliau. Skripsi ini berjudul “Uji Efek Antihiperglikemik

Ekstrak Etanol 70% Biji Rambutan (Nephelium lappaceum L.) pada Tikus Putih

Jantan dengan Metode Induksi Aloksan” yang telah diajukan sebagai persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi Program Studi Farmasi FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari

bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan

rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Yardi, Ph.D., Apt dan Bapak Drs. Ahmad Musir, M. Sc., Apt.

selaku pembimbing yang memiliki andil besar dalam proses penelitian

dan penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Arief Sumantri, M. Kes selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Nurmeilis, M. Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak dan ibu dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

5. Para staf karyawan dan laboran Program Studi Farmasi yang telah

banyak membantu selama berlangsungnya penelitian ini.

6. Bapak H. Khariri Machmud dan Ibu Nanik Nikmatus Sa’diyah yang

selalu menjadi orang tua terhebat yang telah berjuang keras

membantu, mendo’akan dan mendukung penulis dengan sepenuh hati.

Serta kakak Mayli Faroh Nabila yang selalu memberikan doa dan

semangat.

7. Sahabat seperjuangan selama kuliah, geng 99 Ummi Habibah, Santi

Susilawati, dan Addina Syahida. Terima kasih atas semua kebaikan,

Page 9: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

ix

perhatian, semangat, bantuan, dan do’a selama masa perkuliahan dan

penelitian.

8. Teman seperjuangan penelitian Farmakologi 2012 terima kasih atas

segala bantuan dan semangat selama penelitian berlangsung.

9. Teman-teman Farmasi 2012, terkhusus untuk Farmasi AC yang

banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.

10. Umi Kulsum, Afra, Noni, Endang, Niha (Farmasi 2012), dan Irma

(Hubungan Internasional 2012). Terima kasih atas segala bantuan

selama penelitian berlangsung.

11. Teman-teman Reenable JJBB yang tiada henti memberikan doa,

semangat, dan hiburan selama kepada penulis.

12. Serta kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis selama

penyusunan skripsi ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan pengetahuan khususnya di Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta dan pembaca pada umumnya.

Ciputat, Desember 2016

Penulis

Page 10: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

x

Page 11: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................................i

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................ Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN ............................................. Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK .......................................................................................................................vi

ABSTRACT .................................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................................. viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...... Error! Bookmark not

defined.

DAFTAR ISI ...................................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1. Latar belakang ............................................................................................. 1

1.2. Rumusan masalah........................................................................................ 3

1.3. Hipotesa ...................................................................................................... 3

1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3

1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4

2.1. Rambutan .................................................................................................... 4

2.1.1. Klasifikasi Tanaman .................................................................... 4

2.1.2. Nama lain ..................................................................................... 4

2.1.3. Morfologi ..................................................................................... 5

2.1.4. Persebaran .................................................................................... 5

2.1.5. Kandungan Kimia ........................................................................ 5

2.1.6. Penggunaan .................................................................................. 6

2.1.7. Literatur Review .......................................................................... 6

2.2. Hewan coba ................................................................................................. 9

2.3. Ekstrak dan Ekstraksi ................................................................................ 10

2.3.1. Ekstrak ....................................................................................... 10

2.3.2. Ekstraksi .................................................................................... 10

2.3.3. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut ..................................... 11

2.4. Diabetes Mellitus ...................................................................................... 13

2.4.1. Definisi ...................................................................................... 13

2.4.2. Klasifikasi .................................................................................. 13

2.4.3. Etiologi dan Patofisiologi ........................................................... 14

2.4.4. Faktor risiko ............................................................................... 16

2.4.5. Gejala ......................................................................................... 16

2.4.6. Diagnosa .................................................................................... 17

Page 12: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

xii

2.4.7. Tatalaksana ................................................................................ 17

2.5. Peranan Pankreas dalam mengatur Metabolisme Glukosa ........................ 20

2.6. Aloksan ..................................................................................................... 21

2.7. Glibenklamid ............................................................................................. 22

2.9. Metode Pengujian Diabetes ....................................................................... 24

2.9.1. Metode Induksi oleh Bahan Kimia ............................................. 24

2.9.2. Metode Toleransi Glukosa ......................................................... 24

2.10. Metode Pengukuran Kadar Glukosa Darah ............................................... 24

2.10.1. Metode Oksidasi Reduksi .......................................................... 24

2.10.2. Metode Kondensasi .................................................................... 25

2.10.3. Metode Enzimatik ...................................................................... 25

2.11. Glukometer ............................................................................................... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 28

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 28

3.2. Alat dan Bahan .......................................................................................... 28

3.2.1. Alat ............................................................................................ 28

3.2.2. Bahan ......................................................................................... 28

3.3. Prosedur Kerja ........................................................................................... 29

3.3.1. Penyiapan Ekstrak Etanol 70% Biji Rambutan .......................... 29

3.3.2. Penapisan Fitokimia ................................................................... 30

3.3.3. Pengujian Parameter Spesifik Ekstrak ........................................ 31

3.3.4. Pengujian Parameter Non Spesifik Ekstrak ................................ 31

3.3.5. Uji Antihiperglikemik ................................................................ 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 39

4.1. Determinasi Tanaman ............................................................................... 39

4.2. Penyiapan Sampel ..................................................................................... 39

4.3. Ekstraksi Biji Rambutan ............................................................................ 39

4.4. Penapisan Fitokimia .................................................................................. 40

4.5. Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak ........................................... 42

4.6. Uji Efek Antihiperglikemik ....................................................................... 43

4.6.1. Metode Induksi Aloksan ............................................................ 43

4.6.2. Uji Aktivitas Penghambatan Enzim α Glukosidase .................... 49

4.6.2. Pengamatan Histologi Pankreas ................................................. 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 55

5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 55

5.2. Saran ......................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 56

LAMPIRAN 61

Page 13: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Buah Rambutan Parakan ............................................................................. 4

Gambar 2.2. Struktur Aloksan ....................................................................................... 21

Gambar 2.3. Struktur Glibenklamid ............................................................................... 22

Gambar 2.4. Struktur akarbosa ...................................................................................... 23

Gambar 2.5. Strip glukometer ........................................................................................ 26

Gambar 4.1. Gambaran Histologi Pankreas Tikus Uji ................................................... 52

Page 14: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kriteria Diagnosa Diabetes Mellitus ............................................................ 17

Tabel 3.1. Kelompok Perlakuan Hewan Uji ................................................................. 32

Tabel 3.2. Kelompok Perlakuan Uji Toleransi Glukosa Oral ........................................ 33

Tabel 4.1. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 70% ........................................... 40

Tabel 4.2. Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak Etanol 70% Biji Rambutan .. 42

Tabel 4.3. Kadar glukosa darah pada uji pendahuluan .................................................. 44

Tabel 4.4. Nilai Rerata dan Standar Deviasi Kadar Glukosa Darah Tikus .................... 46

Tabel 4.5. Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus ..................................... 46

Tabel 4.6. Rata-Rata dan Standar Deviasi Kadar Glukosa Darah ................................. 50

Tabel 4.7. Jumlah Sel Pulau Langerhans Pankreas Tikus Uji ....................................... 53

Page 15: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Determinasi Biji Rambutan ....................................................................... 62

Lampiran 2. Surat Keterangan Kesehatan Hewan ......................................................... 63

Lampiran 3. Surat CoA Aloksan ................................................................................... 64

Lampiran 4. Alur Pembuatan Ekstrak ............................................................................ 65

Lampiran 5. Alur Aklimatisasi Hewan .......................................................................... 66

Lampiran 6. Alur Kerja Uji Induksi Aloksan ................................................................ 67

Lampiran 7. Alur Kerja Uji Toleransi Glukosa ............................................................. 68

Lampiran 8. Perhitungan Dosis ..................................................................................... 69

Lampiran 9. Penapisan Fitokimia Ekstrak ..................................................................... 72

Lampiran 10. Gambar Kegiatan Penelitian ...................................................................... 74

Lampiran 11. Perhitungan Rendemen, Kadar Air, dan Kadar Abu Ekstrak ..................... 75

Lampiran 12 Kadar Glukosa Darah Tikus Uji Pendahuluan ........................................... 76

Lampiran 13. Kadar Glukosa Darah Tikus Uji Induksi Aloksan ..................................... 77

Lampiran 14. Kadar Glukosa Uji Penghambatan Aktivitas Enzim α Glukosidase .......... 78

Lampiran 15. Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah Uji Induksi Aloksan ............ 79

Lampiran 16. Analisis Kadar Glukosa Darah Uji Induksi Aloksan ................................. 80

Lampiran 17. Analisis Kadar Glukosa Darah Uji Aktivitas Penghambatan Enzim α

Glukosidase ............................................................................................... 87

Lampiran 18. Foto Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Tikus Uji Induksi Aloksan 91

Lampiran 19. Foto Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Tikus Uji Aktivitas

Penghambatan Enzim α Glukosidase ........................................................ 96

Page 16: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan kondisi gangguan metabolik yang

ditandai dengan tingginya kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia) dan

beresiko menyebabkan kerusakan mikrovasular seperti retinopati, nefropati, dan

neuropati (WHO, 2006). Tingginya kadar glukosa darah pada pasien diabetes

berkaitan dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

(DiPiro, 2005). Diabetes merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

penurunan sekresi insulin oleh sel β pankreas atau disebabkan oleh resistensi

insulin sehingga tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan

secara efektif.

Diabetes dan komplikasinya merupakan penyebab kematian utama di

banyak negara di dunia, terutama pada negara-negara berkembang. Berdasarkan

International Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas, pada tahun 2015 satu di

antara 11 orang dewasa di dunia menderita diabetes dan diperkirakan pada tahun

2040 akan menjadi satu di antara 10 orang dewasa. Di antara penderita diabetes

ini IDF memperkirakan sebanyak 193 juta di antaranya atau bisa dikatakan salah

satu di antara dua orang yang terkena diabetes, merupakan penderita diabetes

yang tidak terdiagnosa sehingga resiko komplikasi akan lebih besar. Pada tahun

2015 diabetes gestasi terjadi pada satu diantara tujuh kelahiran dan sebanyak

542.000 anak menderita diabetes tipe 1.

Di Indonesia, besar angka kejadian diabetes yang terdiagnosa berdasarkan

laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yaitu sebesar 1,5%.

Menurut WHO hingga tahun 2014 angka kejadian diabetes di Indonesia mencapai

7 % (WHO, 2016). Dan pada tahun 2015 berdasarkan IDF Diabetes Atlas, jumlah

penderita diabetes di Indonesia yaitu sebanyak 6,2% atau sekitar 15 juta orang.

Dengan sekitar 5,2 juta orang di antaranya merupakan pasien diabetes yang tidak

terdiagnosa.

.

Page 17: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak sistem organ dalam tubuh

serta menyebabkan serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, impotensi

dan infeksi yang dapat menyebabkan amputasi. Dampak diabetes tersebut dapat

diminimalkan jika kadar gula darah dikontrol dengan baik. Pasien diabetes tipe 1

bisa menghindari komplikasi jika menjaga kadar gula darah dengan ketat (WHO,

2015).

Pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan penggunaan insulin

serta mengonsumsi obat antidiabetes oral (Depkes RI, 2005). Kadar gula darah

juga dapat dikontrol menggunakan obat herbal (Hosseini, 2015), dibuktikan

dengan berbagai penelitian terkait manfaat fitoterapi terhadap manajemen diabetes

(Ghorbani, 2013). Di Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati yang

begitu luas, memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan fitoterapi

sebagai obat antidiabetes. Rambutan (Nephelium lappaceum L.) yang banyak

ditemui di Indonesia, juga telah menarik peneliti untuk mengeksplorasi aktivitas

terapeutik dari tanaman ini, termasuk sebagai antihiperglikemik.

Penelitian yang dilakukan oleh Afika (2015) membuktikan bahwa

pemberian ekstrak etanol biji rambutan selama 7 hari dapat menurunkan kadar

gula darah puasa mencit model diabet, dengan dosis optimal yaitu 23,4 mg/kgBB.

Pada penelitian yang dilakukan Syifa (2008) menunjukkan bahwa pemberian

ekstrak etanol biji rambutan dosis 50, 100, dan 200 mg/kgBB selama 7 hari

memiliki kemampuan yang sama dengan glibenklamid dalam menurunkan kadar

gula darah puasa tikus jantan yang diinduksi aloksan. Penelitian yang dilakukan

oleh Rahayu (2013) menyatakan bahwa pada mencit yang diberikan air seduhan

biji rambutan dalam dosis tinggi (3,12 g/kgBB), jumlah sel β pankreas yang hidup

hampir sama dengan jumlah sel β yang hidup jika diberikan glibenklamid 0,65

mg/kgBB.`

Berdasarkan dari penelitian yang sebelumnya sudah pernah dilakukan,

maka pada penelitian ini akan dilakukan penelitian lanjutan uji efek antidiabetes

dari ekstrak etanol 70% biji rambutan. Pada penelitian ini peneliti akan menguji

pengaruh ekstrak etanol 70% biji rambutan terhadap penurunan kadar glukosa

darah dan perubahan histologi pankreas tikus yang diinduksi aloksan setelah

pemberian ekstrak selama 21 hari. Selain itu peneliti juga melakukan pengamatan

Page 18: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pengaruh ekstrak etanol 70% biji rambutan terhadap penghambatan enzim α

glukosidase.

1.2. Rumusan masalah

Apakah pemberian ekstrak etanol 70% biji rambutan memiliki efek

tehadap penurunan kadar glukosa darah tikus dan perubahan histologi pankreas

tikus yang diinduksi aloksan serta terhadap penghambatan aktivitas enzim α

glukosidase?

1.3. Hipotesa

Ekstrak etanol 70% biji rambutan memiliki efek tehadap penurunan kadar

glukosa darah tikus dan perubahan histologi pankreas tikus yang diinduksi

aloksan serta terhadap penghambatan aktivitas enzim α glukosidase.

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol 70% biji rambutan tehadap

penurunan kadar glukosa darah tikus dan perubahan histologi pankreas tikus yang

diinduksi aloksan serta terhadap penghambatan aktivitas enzim α glukosidase.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan tentang

ekstrak biji rambutan yang digunakan sebagai antihiperglikemia.

b. Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi sebagai landasan

ilmiah untuk mengembangkan obat tradisional terutama sebagai

antihiperglikemia.

Page 19: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rambutan

2.1.1. Klasifikasi Tanaman

Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi rambutan parakan adalah

sebagai berikut (ITIS):

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Viridiplantae

Divisi : Tracheophyta

Subdivisi : Spermatophytina

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Suku : Sapindaceae

Marga : Nephelium L.

Jenis : Nephelium lappaceum L.

Varietas : Parakan

2.1.2. Nama lain

(Dalimartha, 2003) Di Indonesia rambutan dikenal dengan berbagai

nama, antara lain:

Sumatera : Rambutan, rambot, rambut, rambuteun, rambuta, jailan, folui,

bairabit, puru biancak, puru biawak, hahujam, kakapas, likis,

takujung alu

Jawa : Rambutan, corogol, tundun, bunglon, buwa buluwan

Kalimantan : Rambutan, siban, banamon, beriti, sanggalaong, sagalong, beliti,

maliti, kayokan, bengayau, puson

Sulawesi : Rambutan, rambuta, rambusa, barangkasa, bolangkat, balatu,

balatung, walatu, wayatu, wulangas, lelamu, lelamun, toleang

Maluku : Rambutan, rambuta

Rambutan juga dikenal dengan beberapa bahasa asing dengan nama Shao

tzu (China), rambutan (Bahasa Tagalog), dan ramustan (bahasa Spanyol).

Gambar 2.1. Buah Rambutan Parakan

Sumber: Dokumen pribadi

Page 20: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.3. Morfologi

Rambutan merupakan tumbuhan tropis yang tumbuh pada iklim lembab

dengan curah hujan tahunan paling sedikit 2.000 mm. Pohon rambutan mampu

tumbuh hingga ketinggian 15-25 m dan mempunyai banyak cabang. Terdapat

beberapa jenis buah rambutan, anatara lain ropiah, parakan, simacan, sinyonya,

lebakbulus, dan binjei (Dalimartha, 2003).

Rambutan parakan memiliki daunnya bulat cuspidate berujung lancip

serta bertangkai pendek. Daun berwarna hijau tua dengan panjang 14-16 cm dan

lebar 4-5 cm. Bunga rambutan parakan berbentuk bulat kuning dengan warna

kekuningan (Departemen Pertanian, 2003). Rambutan berbunga pada akhir musim

kemarau dan berbuah pada musim hujan yaitu antara bulan November-Februari.

(Dalimartha, 2003). Buah rambutan parakan memiliki bentuk lonjong dengan

warna buah masak yaitu merah kehitaman serta rambut buah berwarna merah dan

kaku. Daging buah berwarna putih kekuningan mudah terkelupas dari bijinya

yang berbentuk lonjong. Rasanya manis dan tidak banyak mengandung banyak air

(Departemen Pertanian, 2003).

2.1.4. Persebaran

Rambutan merupakan tanaman asli Malaysia dan Indonesia. Tanaman ini

banyak ditanam di Asia Tenggara sejak lama. Hingga kini tanaman rambutan juga

ditanam di India, Sri Lanka, dataran rendah di Amerika Selatan, Australia utara,

Papua Nugini, kepulauan Pasifik dan Hawaii (Lim, 2012)

2.1.5. Kandungan Kimia

Kulit batang rambutan mengandung tanin, saponin, flavonoid, dan zat

besi. Daun rambutan mengandung tanin dan saponin. Buah rambutan

mengandung karbohidrat, protein, lemak, fosfor, besi, kalsium, dan vitamin C

(Dalimartha, 2003). Kulit buahnya mengandung tanin, dengan senyawa yang

memiliki konsentrasi terbesar yaitu geraniin (Thitilertdecha, 2010).

Terdapat beberapa penelitian yang telah melakukan penapisan fitokimia

ekstrak biji rambutan, antara lain pada penelitian yang dilakukan oleh Elya (2015)

yang menunjukkan bahwa biji rambutan mengandung alkaloid, flavonoid, dan

glikosida. Uji kandungan metabolit sekunder biji rambutan pada penelitian oleh

Page 21: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Yuda (2015) menunjukkan hasil positif terhadap senyawa fenol, flavonoid, dan

tannin. Dan pada penelitian oleh Soeng (2015) menunjukkan bahwa ekstrak etanol

biji rambutan mengandung triterpenoid, terpenoid, alkaloid, dan fenol.

2.1.6. Penggunaan

Bagian tanaman yang digunakan yaitu kulit buah, kulit kayu, daun, biji,

dan akarnya. Kulit buah rambutan digunakan sebagai terapi disentri dan demam.

Kulit kayu sebagai terapi sariawan, daunnya digunakan sebagai terapi diare dan

untuk menghitamkan rambut, akarnya digunakan sebagai terapi demam.

Sedangkan biji rambutan digunakan pada terapi diabetes melitus (Dalimartha,

2003)

2.1.7. Literatur Review

Berikut merupakan beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang efek

antihiperglikemik biji rambutan.

2.1.7.1. Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.)

dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model

Diabet (Afika, 2015)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak etanol biji

rambutan terhadap kadar glukosa darah puasa (GDP) mencit yang diinduksi

aloksan. Uji dilakukan terhadap 25 ekor mencit jantan galur Swiss Webster, yang

dibagi ke dalam lima kelompok. Kelompok I sebagai kontrol negatif, kelompok II

diberi glibenklamid 0,65 mg/kgBB. Kelompok III IV, dan V sebagai kelompok

uji, diberikan ekstrak etanol biji rambutan dengan dosis berturut-turut sebesar 11,7

mg/kgBB, 23,4 mg/kgBB, dan 46,8 mg/kgBB.

Perlakuan diberikan secara peroral selama 7 hari, dengan sebelumnya

mencit telah diinduksi dengan aloksan dengan dosis 3,36 mg/kg BB. Pengukuran

kadar glukosa darah dilakukan sebelum induksi, 3 hari setelah induksi, dan setelah

7 hari perlakuan. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji

rambutan terbukti menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan, dengan

rata-rata penurunan GDP pada kelompok II, III, IV, V berturut-turut adalah 55

mg/dL, 24,9 mg/dL, 38,2 mg/dL, dan 37,4 mg/dL. Sehingga disimpulkan bahwa

Page 22: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ekstrak etanol biji rambutan dapat menurunkan kadar GDP dengan dosis optimal

23,4 mg/kgBB.

2.1.7.2. Potensi Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium lappaceum L.)

sebagai Penurun Kadar Glukosa Darah pada Tikus Jantan yang

Diinduksi Aloksan (Syifa, 2008)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi ekstrak etanol biji

rambutan sebagai penurun kadar glukosa darah puasa pada tikus Sprague Dawley

jantan yang telah diinduksi aloksan. Parameter yang diukur yaitu kadar glukosa

darah puasa yang ditetapkan dengan metode Glucose Oxidative-Phenyl

Aminoantipirin (GOD-PAP). Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu

kelompok I (kontrol normal), kelompok II (kontrol positif), kelompok III (kontrol

negatif), kelompok IV, V, dan VI (perlakuan variasi dosis ekstrak). Ekstrak etanol

biji rambutan didapat dengan metode ekstraksi perkolasi, diberikan pada tikus

selama 7 hari melalui per oral dengan dosis 50, 100, dan 200 mg/kg BB dimulai

48 jam setelah induksi dengan aloksan (dosis 125 mg/kg melalui subkutan).

Hasil analisa Paired Samples T-Test (p<0,05) menunjukkan adanya

pengaruh induksi aloksan terhadap kenaikan kadar GDP. Persentase penurunan

kadar GDP setelah pemberian ekstrak biji rambutan dosis 50, 100 dan 200 mg/kg

berturut-turut yaitu 48,114%; 47,747 %; dan 49,882 %. Analisa One Way ANOVA

(p>0,05) yang dilanjutkan dengan uji Tukey menunjukkan ketiga dosis ekstrak

etanol biji rambutan ini memiliki kemampuan yang sama dengan glibenklamid

dalam menurunkan kadar GDP tikus jantan yang diinduksi aloksan. Analisa

correlative bivariate (p>0,01) menunjukkan adanya korelasi yang searah antara

peningkatan dosis ekstrak dengan presentase penurunan kadar GDP tikus.

2.1.7.3. Pengaruh Air Seduhan Biji Rambutan (Nephelium lappaceum L.)

terhadap Glukosa Darah dan Histologi Pankreas Mencit yang

diinduksi Aloksan (Rahayu, 2013)

Penelitian ini dilakukan untuk menguji efek seduhan biji rambutan

terhadap penurunan kadar glukosa darah dan berat badan mencit. Uji dilakukan

terhadap 30 ekor mencit yang terbagi menjadi 6 kelompok. Kelompok I sebagai

kelompok normal, kelompok II sebagai kontrol negatif, kelompok III sebagai

Page 23: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kontrok positif, kelompok IV, V, dan VI sebagai kelompok uji yang diberi infusa

biji rambutan dengan dosis masing-masing sebesar 1,56 g/kgBB, 2,34 g/kgBB,

dan 3,12 g/kgBB.

Perlakuan diberikan selama 16 hari, setelah mencit dinyatakan diabetes

akibat pemberian aloksan dosis 250 mg/kgBB. Gula darah puasa diperiksa setiap

4 hari yaitu pada hari ke 1, 4, 8, 12, dan 16 menggunakan glukometer. Dilakukan

pula pengukuran berat badan tikus setiap 2 hari sekali.

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa air seduhan biji rambutan dapat

menurunkan kadar gula darah serta berat badan mencit secara signifikan.

Pemeriksaan histologi pankreas mencit dilakukan terhadap kelompok perlakuan

dan menunjukkan bahwa pada mencit yang diberikan air seduhan biji rambutan

dalam dosis tinggi (3,12 g/kgBB), jumlah sel β pankreas yang hidup hampir sama

dengan jumlah sel β yang hidup jika diberikan glibenklamid. Sehingga

disimpulkan bahwa khasiat air seduhan biji rambutan dosis 3,12 gram/kg BB tidak

berbeda secara signifikan dengan glibenklamid 0,65 mg/kg BB.

2.1.7.4. Kandungan Metabolit Sekunder dan Efek Penurunan Glukosa Darah

Ekstrak Biji Rambutan (Nephelium lappaceum L.) pada Mencit (Mus

musculus) (Yuda, 2015)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit

sekunder, aktivitas, dan dosis efektif ekstrak biji rambutan terhadap penurunan

kadar glukosa darah mencit. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode

maserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak yang telah didapat diuji

kandungan metabolit sekundernya menggunakan reaksi warna serta dilakukan uji

aktivitas penurunan kadar glukosa darah hewan uji.

Uji dilakukan terhadap 20 ekor mencit jantan yang dibagi dalam 4

kelompok uji. Dosis yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebesar 0,05 mg/20

g BB, 0,09 mg/20 g BB, dan 0,18 mg/20 g BB. Sebelum diberikan ekstrak, semua

hewan coba diberi aloksan secara intraperitonial dengan dosis sebesar 150 mg/Kg

BB mencit. Setelah diberikan aloksan, kemudian dilanjutkan dengan uji toleransi

glukosa oral. Pemberian toleransi glukosa secara oral ini tujuannya agar hewan uji

mengalami diabetes. Pemberian toleransi glukosa dilakukan selama 3 hari

Page 24: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berturut-turut dengan volume pemberian 0,5 mL. Mencit yang digunakan pada

penelitian ini yaitu mencit dengan kadar gula darah lebih dari 200 mg/dL.

Pemberian ekstrak dimulai setelah mencit dinyatakan mengalami

hiperglikemia. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-0, 4, dan 8

menggunakan alat glukometer. Data yang didapat dianalisa menggunakan uji

statistik ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur Duncan

(BNJD).

Berdasarkan hasil pengujian kandungan metabolit sekunder, diketahui

bahwa ekstrak mengandung senyawa fenol, flavonoid, dan tannin. Berdasarkan

pengujian kadar glukosa darah, ekstrak biji rambutan terbukti memiliki aktivitas

penurunan kadar glukosa darah. Hasil analisa ANAVA satu arah dan dilanjutkan

dengan uji lanjutan BNJD menunjukan bahwa dosis 0,09 mg/ 20 g BB

merupakan dosis efektif sebagai penurunan kadar glukosa darah.

2.2. Hewan coba

Pada penelitian ini digunakan hewan coba tikus putih galur sprague

dawley. Berdasarkan taksonomi, klasifikasi tikus galur sprague dawley yaitu

sebagai berikut (ITIS):

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Bilateria

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Subkelas : Theria

Ordo : Rodentia

Subordo : Myomorpha

Famili : Muridae

Subfamili : Murinae

Genus : Rattus

Species : Rattus norvegicus

Galur : Sprague Dawley

Page 25: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tikus jenis ini memiliki panjang hingga 400 mm, dengan bobot

bervariasi antara 140 hingga 500 g (Armitage, 2004). Tikus galur sprague dawley

memiliki bulu putih, dengan bentuk kepala yang sempit dan panjang. Tikus ini

memiliki laju reproduksi yang tinggi serta kejadian tumor spontan juga rendah.

Penanganan tikus mudah dan cenderung tenang sehingga sering digunakan

sebagai hewan coba di laboratorium (Johnson, 2012). Tikus juga terbukti sensitif

terhadap induksi dengan aloksan yang bermanfaat pada uji efek antihiperglikemik

(Tyrberg, 2001).

2.3. Ekstrak dan Ekstraksi

2.3.1. Ekstrak

Menurut Farmakope Indonesia edisi 4, ekstrak adalah sediaan kental

yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau

hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir

semua pelarut diuapkan dan massa yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga

memenuhi standar yang telah ditetapkan.

2.3.2. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia dengan pelarut cair

sehingga akan terpisah dari bahan-bahan yang tidak larut (Depkes RI, 2000).

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut yang sesuai (Mukhriani, 2014). Pelarut dan metode

ekstraksi harus disesuaikan dengan struktur kimia senyawa yang dikandung

simplisia, yang nantinya akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas terhadap

pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman (Depkes RI, 2000).

Faktor utama untuk pertimbangan dalam pemilihan cairan penyari antara

lain selektivitas, kemudahan bekerja dan proses menggunakan cairan tersebut,

ekonomis, ramah lingkungan, serta keamanan cairan penyari. Cairan pelarut harus

memenuhi syarat kefarmasian atau disebut juga pharmaceutical grade (Depkes

RI, 2000).

Cairan pelarut yang digunakan disesuaikan untuk penyarian selektif atau

total. Pada ekstraksi selektif, simplisia diekstraksi menggunakan pelarut dengan

polaritas yang sesuai. Pelarut non polar untuk menyari senyawa lipofilik, pelarut

Page 26: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan kepolaran sedang menyari senyawa dengan kepolaran sedang, dan pelarut

polar menyari senyawa yang lebih polar. Ekstraksi selektif juga bisa dilakukan

menggunakan pelarut dengan polaritas bertingkat. Ekstraksi total dilakukan

bertujuan untuk menyari senyawa metabolit sekunder sebanyak mungkin dengan

memanfaatkan kemampuan pelarut alkohol meningkatkan permeabilitas dinding

sel, sehingga dapat menyari senyawa dengan kepolaran tinggi, sedang, maupun

rendah. Ekstraksi total dilakukan menggunakan cairan pelarut organik polar,

misalnya etanol, metanol, atau campuran alkohol-air (Sarker (ed), 2006).

2.3.3. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut

Berdasarkan suhu selama proses ekstraksi, metode ekstraksi

menggunakan pelarut dapat dibedakan menjadi cara panas dan cara dingin.

1. Cara dingin

a. Maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara bahan tanaman yang akan diekstraksi

diletakkan dalam wadah tertutup dan ditambahkan dengan pelarut yang sesuai

(Handa, 2008). Proses pengekstraksian simplisia dilakukan pada suhu kamar,

dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan (Depkes RI, 2000). Maserasi

dilakukan dalam waktu minimal 3 hari, setelah itu cairan dipisahan dari bahan

padat melalui proses filtrasi sehingga didapat maserat (Handa, 2008). Maserat

dipekatkan dengan cara diuapkan pelarutnya hingga didapat ekstrak kental.

Kemudian dilakukan remaserasi yang berarti dilakukan pengulangan maserasi

setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Depkes RI,

2000).

Pada metode maserasi, ekstraksi berlangsung secara lambat melalui

proses difusi. Pengocokan atau pengadukan yang dilakukan bertujuan untuk

menggantikan cairan jenuh yang berada di sekitar permukaan partikel bahan

tanaman dengan pelarut yang belum jenuh. Ekstraksi dilakukan pada wadah

tertutup untuk mencegah penguapan pelarut (Handa, 2008).

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi yang dilakukan pada suhu ruang, dengan

pelarut yang selalu baru sampai semua senyawa kimia terekstrak sempurna.

(Depkes RI, 2000). Pada ekstraksi dengan cara perkolasi, mula-mula simplisia

Page 27: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

direndam dengan pelarut dan di atasnya juga ditambahkan dengan pelarut.

Kemudian pelarut akan mengalir melewati simplisia dan menetes melalui bagian

bawah percolator. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam ekstraksi dengan

perkolasi antara lain kepadatan simplisia yang diletakkan dalam perkolator serta

laju alir pelarut dalam perkolator. Simplisia yang terlalu padat dalam perkolator

akan sulit dialiri oleh pelarut sehingga ekstraksi tidak berjalan maksimal

sedangkan laju alir akan menentukan waktu kontak antara simplisia dan pelarut

(Sarker (ed), 2006).

2. Cara panas

a. Refluks

Refluks adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan

pelarut pada titik didihnya selama waktu tertentu. Jumlah pelarut yang digunakan

pada proses ekstraksi dengan refluks relatif konstan karena adanya pendingin

balik (Depkes RI, 2000).

b. Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, dengan

jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI,

2000). Keuntungan ekstraksi dengan sokletasi yaitu adanya proses yang kontinu,

sehingga sokletasi cenderung hemat waktu dan hemat pelarut dibanding maserasi

maupun perkolasi (Sarker (ed), 2006).

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur di atas suhu ruang, biasanya pada suhu 40-500C (Depkes RI, 2000).

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air dengan temperatur dan waktu

tertentu (15-20 menit). Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, di

mana temperatur terukur 96-980C (Depkes RI, 2000). Kelemahan metode ini yaitu

mudah terkontaminasi dengan jamur dan bakteri (Handa, 2008).

e. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama, yaitu ≥ 30 menit dan

temperatur sampai titik didih air (Depkes RI, 2000).

Page 28: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4. Diabetes Mellitus

2.4.1. Definisi

Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme kronis yang

ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Diabetes

disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin,

atau keduanya, sehingga menyebabkan ketidaknormalan pada metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi

kronis pada mikrovaskular, makrovaskular, serta neuropati (Sukandar, 2009).

2.4.2. Klasifikasi

Diabetes mellitus dapat dibedakan berdasarkan etiologinya yaitu diabetes

tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasi, serta diabetes tipe lain.

1. Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe ini disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas akibat reaksi

autoimun sehingga terjadi defisiensi insulin secara absolut. Reaksi autoimun

umumnya terjadi setelah waktu yang panjang (9-13 tahun) dan ditandai dengan

adanya parameter sistem imun. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

autoimun ini masih belum diketahui (Sukandar, 2009). Diabetes tipe 1

populasinya sangat sedikit, yaitu sekitar kurang dari 5-10% dari semua populasi

diabetes (Depkes RI, 2005).

2. Diabetes Tipe 2

DM tipe dua ditandai dengan adanya resistensi insulin dan defisiensi

insulin relatif. Tanda resistensi insulin yaitu adanya peningkatan lipolisis dan

produksi asam lemak bebas, peningkatan produksi glukosa hepatik, serta

penurunan pengambilan glukosa pada otot skelet. DM tipe dua merupakan jenis

diabetes yang lebih umum terjadi dibanding diabetes tipe 1, yaitu terjadi pada 90-

95% dari semua kasus diabetes dan lebih disebabkan oleh gaya hidup penderita

seperti kurang olahraga, kelebihan kalori, dan obesitas (Sukandar, 2009).

3. Diabetes Gestasi

Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi saat kehamilan. Diabetes

gestasi dapat terjadi 7% dari semua kehamilan. Terapi diabetes gestasi perlu

dilakukan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas perinatal (DiPiro, 2005).

Page 29: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Diabetes Tipe Lain

Diabetes tipe lain merupakan diabetes yang tejadi dikarenakan defek

genetik fungsi sel β pankreas, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin

pankreas, endokrinopati, diabetes karena obat atau zat kimia, serta diabetes karena

infeksi (Sukandar, 2009).

2.4.3. Etiologi dan Patofisiologi

1. Diabetes Mellitus Tipe 1

Penderita diabetes tipe 1 mengalami gangguan produksi insulin yang

disebabkan adanya kerusakan pada sel yang mensekresikan insulin, yaitu sel β

pankreas. Hal ini disebabkan adanya reaksi autoimun yang bisa dipicu oleh faktor

lingkungan, misalnya karena paparan virus dan toksin pada individu yang rentan

secara genetik. Destruksi yang disebabkan autoimun pada sel β pankreas akan

mengakibatkan penurunan sekresi insulin (Koda-Kimble (ed), 2009). Penurunan

kadar insulin inilah yang menyebabkan gangguan metabolisme pada diabetes tipe

1. Diabetes tipe 1 dihubungkan dengan beberapa jenis antibodi, yaitu Islet Cell

Cytoplasmic Antibodies (ICCA), Islet Cell Surface Antibodies (ICSA), dan

antibodi terhadap Glutamic Acid Decarboxylase (GAD) (Depkes RI, 2005).

ICCA merupakan antibodi yang cukup akurat untuk mengenali pasien

diabetes tipe 1. Hampir 90% pasien DM tipe 1 di dalam darahnya terdapat ICCA,

dimana pada tubuh non diabetik frekuensi adanya ICCA hanya 0,5-4% saja. ICCA

tidak spesifik dikenali oleh sel β saja pada pulau langerhans, tetapi juga dapat

dikenali oleh sel lain, yaitu sel α dan sel δ pulau langerhans pada pankreas.

Namun, serangan autoimun secara selektif hanya menghancurkan sel-sel β

(Depkes RI, 2005).

ICSA atau antibodi terhadap antigen permukaan sel ditemukan pada 80%

penderita DM tipe 1 serta pada beberapa penderita DM tipe 2. Antibodi terhadap

enzim GAD ditemukan pada 80% pasien yang baru didiagnosis positif menderita

diabetes tipe 1. Adanya antibodi anti-GAD ini merupakan prediktor untuk DM

tipe 1, khususnya pada populasi yang berisiko tinggi (Depkes RI, 2005).

Page 30: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sel β pankreas normal mampu mensekresikan insulin jauh melebihi

jumlah yang dibutuhkan untuk mengontrol metabolisme karbohidrat, lemak, dan

protein. Inilah mengapa pada mulanya pasien DM tipe 1 tidak merasakan gejala

meskipun sel β pankreas mulai mengalami kerusakan. Efek hiperglikemia baru

terlihat saat sel β pankreas telah berkurang sebanyak 80-90%. Reaksi autoimun ini

biasanya mulai berkembang pada masa anak-anak atau pada awal masa dewasa.

Dalam waktu kurang dari 8-10 tahun kerusakan telah terjadi pada seluruh sel β

pankreas sehingga menyebabkan defisiensi insulin absolut (Koda-Kimble (ed),

2009).

2. Diabetes Mellitus Tipe 2

Etiologi diabetes tipe 2 merupakan multifaktor yang masih belum

sepenuhnya jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan berperan penting

dalam menyebabkan terjadinya penyakit diabetes tipe 2. Pasien diabetes tipe 2

memiliki kemungkinan adanya riwayat keluarga menderita diabetes yang lebih

tinggi dibanding pasien diabetes tipe 1. Faktor lingkungan yang berkontribusi

dalam perkembangan resistensi insulin antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan

rendah serat, serta gaya hidup (Depkes RI, 2005).

Pada awalnya patofisiologis diabetes tipe 2 ditandai bukan disebabkan

oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena kurangnya respon pada sel-sel

sasaran insulin, atau disebut juga sebagai resistensi insulin. Resistensi insulin ini

disebabkan antara lain oleh obesitas, gaya hidup kurang gerak dan penuaan

(Depkes RI, 2005). Resistensi insulin akan menyebabkan gangguan ambilan

glukosa ke dalam jaringan dan produksi glukosa hepatik akan meningkat sehingga

akan menyebabkan akumulasi glukosa berlebih pada sirkulasi darah (Koda-

Kimble (ed), 2009).

Pada diabetes tipe 2, selain terjadi resistensi insulin, juga terdapat

gangguan sekresi insulin. Pada awal perkembangan diabetes tipe 2, sel β pankreas

mengalami gangguan pada sekresi insulin yang seharusnya terjadi segera setelah

kadar glukosa darah meningkat. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka akan

terjadi kerusakan sel β pankreas secara progresif dan akan menyebabkan

defisiensi insulin (Depkes RI, 2005).

Page 31: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes Mellitus Gestasional merupakan keadaan diabetes atau

intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan. Sekitar 4-5% wanita

hamil diketahui menderita DM gestasi, dan umumnya terdeteksi pada atau setelah

trimester kedua. Keadaan ini biasanya hanya berlangsung sementara atau

temporer dan umumnya dapat pulih sendiri beberapa saat setelah melahirkan.

Namun, dampak yang ditimbulkan buruk bagi bayi yang dikandung. Akibat buruk

yang dapat terjadi antara lain malformasi kongenital, peningkatan berat badan

bayi ketika lahir dan meningkatnya risiko mortalitas perinatal. Selain itu, ibu yang

pernah menderita DM gestasi akan lebih besar risikonya untuk menderita diabetes

lagi di masa depan (Depkes RI, 2005).

2.4.4. Faktor risiko

Orang yang patut waspada jika memiliki faktor risiko diabetes, antara

lain (Depkes RI, 2005):

1. Memiliki riwayat diabetes dalam keluarga; riwayat diabetes gestasional;

pernah melahirkan bayi dengan berat > 4 kg; kista ovarium; serta riwayat

glukosa darah terganggu dan toleransi glukosa terganggu.

2. Obesitas, dengan berat badan >120% berat badan ideal

3. Umur >65 tahun

4. Memiliki riwayat penyakit hipertensi

5. Memiliki riwayat penyakit hiperlipidemia, dengan kadar HDL <35 mg/dl dan

kadar lipid darah >250mg/dl

6. Kurang olahraga dan pola makan rendah serat

2.4.5. Gejala

Diabetes biasanya tanpa gejala. Tetapi terdapat beberapa gejala yang

harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala yang biasanya

dirasakan antara lain sering buang air kecil (poliuria), sering merasa haus

(polidipsia), dan sering merasa lapar (polifagia). Sering pula muncul keluhan

penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada

tangan dan kaki, timbul gatal yang mengganggu (pruritus), dan berat badan

menurun tanpa sebab yang jelas (Depkes RI, 2005).

Page 32: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada diabetes tipe 1, penderita biasanya memiliki tubuh yang kurus.

Diabetes tipe ini biasanya akan berkembang menjadi diabetes ketoasidosis, karena

insulin pasien sangat rendah disertai dengan meningkatnya hormon glukagon.

Sebanyak 20-40% pasien mengalami diabetes ketoasidosis setelah mengalami

gejala seperti poliuria terutama pada malam hari, polidipsia, polifagia, dan

kehilangan berat badan (DiPiro, 2005).

Pasien diabetes tipe 2 biasanya asimptomatik. Pasien diketahui menderita

diabetes setelah muncul komplikasi yang mengindikasikan bahwa pasien telah

menderita diabetes selama bertahun-tahun. Pasien umumnya terdeteksi adanya

letargi, poliuria, nokturia, polidipsia, dan jarang terdapat penurunan berat badan

yang signifikan (DiPiro, 2005). Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah

terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan

umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, serta komplikasi pada

pembuluh darah dan syaraf (Depkes RI, 2005).

2.4.6. Diagnosa

Berdasarkan American College of Clinical Pharmacy (2013), parameter

diagnosa diabetes mellitus tipe 1 dan 2 untuk pasien yang tidak sedang hamil

yaitu:

Tabel 2.1. Kriteria Diagnosa Diabetes Mellitus

Parameter Nilai

Gula darah puasa > 126 mg/dL

Gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL disertai adanya gejala

hiperglikemia

Gula darah 2 jam setelah makan ≥ 200 mg/dL

Glycated Haemoglobin (HbA1c) ≥ 6,5 %

2.4.7. Tatalaksana (Depkes RI, 2005)

2.4.7.1. Terapi non farmakologi

a. Pengaturan Diet

Diet yang baik berperan dalam keberhasilan penatalaksanaan

diabetes. Penderita diabetes dianjurkan makan dengan komposisi

seimbang sesuai kecukupan gizi yang baik, yaitu karbohidrat 60-70%,

protein 10-15%, dan lemak 20-25%. Asupan kalori disesuaikan dengan

Page 33: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik untuk dapat

mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Penurunan berat badan

telah terbukti dapat mengurangi resistensi insulin serta memperbaiki

respon sel β terhadap stimulus glukosa.

Selain jumlah kalori, jenis bahan makanan yang dikonsumsi juga

perlu diperhatikan. Asupan kolesterol tidak lebih dari 300 mg, dengan

sumber yang berasal dari bahan nabati karena mengandung lebih banyak

asam lemak tak jenuh dibanding asam lemak jenuh. Masukan serat

minimal 25 g per hari, karena dapat membantu mengatasi rasa lapar yang

biasa dirasakan pasien DM tanpa khawatir masukan kalori berlebih.

b. Olah Raga

Olahraga dapat memperbanyak jumlah serta meningkatkan

aktivitas reseptor insulin dalam tubuh, juga akan meningkatkan

penggunaan glukosa. Olahraga yang disarankan bagi penderita diabetes

yaitu bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive,

Endurance Training). Zona sasaran olah raga yang dilakukan yaitu 75-

85% denyut nadi maksimal (220-umur), yang disesuaikan pula dengan

kemampuan dan kondisi penderita. Olah raga yang disarankan antara lain

jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lainnya yang dilakukan

selama total 30-40 menit per hari diawali pemanasan 5-10 menit dan

diakhiri pendinginan selama 5-10 menit.

2.4.6.2. Terapi Farmakologi

a. Terapi Insulin

Terapi insulin wajib diberikan pada penderita diabetes tipe 1.

Pada diabetes tipe 1, sel β kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga

tidak bisa lagi memproduksi insulin. Sehingga penderita harus mendapat

insulin eksogen untuk membantu proses metabolisme dalam tubuh. Pada

penderita diabetes tipe 2, sebagian besar tidak memerlukan terapi insulin

di samping terapi hipoglikemik oral.

Page 34: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Terapi Obat Hipoglikemik Oral

Golongan Sulfonilurea

Obat golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan untuk pasien

diabetes dewasa baru dengan berat badan normal atau kurang serta

pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya. Obat golongan ini

merangsang sekresi insulin oleh kelenjar pankreas, sehingga hanya akan

efektif jika sel β pankreas masih dapat berproduksi. Obat sulfonilurea

sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati, ginjal, dan

tiroid. Yang termasuk golongan sulfonilurea antara lain glibenklamid,

glipizida, glikazida, glimepirida, dan glikuidon.

Golongan Meglitinida dan Turunan Fenilalanin

Obat golongan ini merupakan obat baru yang cara kerjanya mirip

golongan sulfonilurea, yaitu dengan meningkatkan sintesis dan sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas. Umumnya obat golongan meglitinida dan

turunan fenilalanin ini dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat

antidiabetik oral lainnya. Adapun yang termasuk golongan ini yaitu

repaglinida dan nateglinida.

Golongan Biguanida

Obat golongan biguanida bekerja bukan dengan merangsang

sekresi insulin, tetapi langsung pada hati yaitu dengan menurunkan

produksi glukosa hati. Biguanida hampir tidak pernah menyebabkan

hipoglikemia. Satu-satunya senyawa biguanida yang masih dipakai saat

ini adalah metformin.

Golongan Tiazolidindion (TZD)

Golongan tiazolidindion bekerja dengan menurunkan resistensi

insulin dan menurunkan kecepatan glikoneogenesis. Tiazolidindion

meningkatkan kepekaan sel tubuh terhadap insulin, yaitu dengan cara

berikatan dengan peroxisome proliferator activated receptor-gama

(PPARγ) di otot, jaringan lemak dan hati. Adapun yang termasuk

golongan tiazolidindion yaitu rosiglitazine dan pioglitazone.

Page 35: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Golongan Inhibitor α-Glukosidase

Senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus. Enzim ini berfungsi

untuk menghidrolisis oligosakarida pada dinding usus halus. Senyawa

inibitor α-glukosidase juga menghambat enzim α-amilase pankreas yang

bekerja menghidrolisa polisakarida di lumen usus alus. Obat ini efektif

bagi pasien dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar glukosa plasma

puasa kurang dari 180 mg/dL. Adapun yang termasuk golongan inhibitor

α-glukosidase yaitu akarbosa dan miglitol.

2.5. Peranan Pankreas dalam mengatur Metabolisme Glukosa

Pankreas manusia tersusun atas dua bagian, yaitu bagian eksokrin yang

berperan pada pencernaan dan bagian endokrin yang beperan dalam sekresi

hormon. Kelenjar endokrin terdiri dari kumpulan sel, yaitu pulau langerhans, yang

menjaga keseimbangan nutrisi dalam darah dan sel depo. Inti pulau langerhans

terdiri dari sel β (65-90%) yang mensekresikan insulin, dan permukaannya

tersusun atas sel α (15-20%) yang mensekresikan glukagon, sel δ (3-10%) yang

mensekresikan somatostatin, dan sel PP (1%) yang memproduksi polipeptida

(Skelin, 2010).

Insulin dan glukagon merupakan dua hormon yang bekerja bersama

untuk menjaga kadar gula darah tetap dalam rentang normal. Glukosa yang

bersirkulasi dalam darah dapat berasal dari makanan yang diserap melalui usus

halus, proses glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa), dan proses

glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari sumber non karbohidrat) (Aronoff,

2004). Sekresi insulin akan meningkat jika kadar glukosa darah meningkat.

Adanya insulin akan menurunkan kadar glukosa dalam darah, dengan cara

meningkatkan ambilan glukosa ke dalam otot, jaringan adiposa dan jaringan lain

dalam tubuh, serta menstimulasi hati untuk menyimpan glukosa dalam bentuk

glikogen (Bowen, 2002).

Glukagon memiliki efek yang berlawanan dengan insulin, yaitu akan

meningkatan kadar glukosa darah. Sekresi glukagon dari sel α pankreas

dirangsang oleh rendahnya kadar glukosa plasma, serta oleh glukokortikoid dan

Page 36: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

katekolamin. Pelepasan glukagon dihambat oleh insulin, somatostatin, dan

glukosa. Setelah disekresi, glukagon akan merangsang pemecahan glikogen yang

disimpan di hati dan merangsang proses glukoneogenesis hepatik sehingga kadar

glukosa darah akan meningkat (Bowen, 2002)

2.6. Aloksan

Gambar 2.2. Struktur Aloksan

(Sumber : https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Alloxan#section=ChemicaloI)_-Vendors)

Rumus molekul : C4H2N2O4

Bobot molekul : 142,07 gr/mol

Penyimpanan : Simpan aloksan dalam wadah tertutup rapat dan dalam tempat

dengan aliran udara yang baik. Jangan simpan di atas suhu 80 C

atau 46,40 F (National Center for Biotechnology Information,

nd).

Aloksan merupakan turunan urea yang bersifat hidrofilik dan tidak stabil.

Aloksan biasa digunakan untuk menginduksi diabetes pada hewan model diabetes

seperti kelinci, tikus, mencit, dan anjing. Pada hewan coba, aloksan menginduksi

respon keseimbangan kadar glukosa dalam darah sehingga juga akan

mempengaruhi konsentrasi plasma darah yang diikuti dengan perubahan struktur

pada sel β pankreas dan menimbulkan kematian sel (Rohilla, 2012). Tingkat

keparahan penyakit diabetes yang ditimbulkan aloksan bisa diatur dengan

memvariasiakan dosis aloksan yang diberikan pada hewan coba (Etuk, 2010).

Dosis yang biasa digunakan untuk menginduksi diabetes pada tikus yaitu

65 mg/kgBB diberikan secara intravena (Gruppuso, 1990). Jika diberikan secara

intaperitoneal atau subkutan dosis yang diberikan 2-3 kali lebih besar (Szkudelski,

2001). Aloksan dosis tunggal yang diberikan pada semua jenis hewan coba, yaitu

sebanyak 140-180 mg/kgBB (dosis yang biasa digunakan 150 mg/kgBB),

Page 37: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diencerkan dengan aquades 5% b/v dan diberikan melalui vena marginalis kelinci

atau secara intraperitoneal pada mencit atau tikus (Etuk, 2010).

Aloksan memiliki bentuk yang mirip dengan glukosa sehingga akan

diambil secara selektif dan terakumulasi pada sel β pankreas. Kesamaan bentuk

ini memungkinkan aloksan ditransport ke dalam sitosol dengan bantuan

transporter glukosa (GLUT2) menuju membran plasma sel β. Aloksan kemudian

mengalami reaksi reduksi-oksidasi yang menghasilkan produk yang sitotoksik dan

akhirnya akan menyebabkan nekrosis secara selektif pada sel β pankreas. Aloksan

juga dapat mengganggu keseimbangan kadar ion Ca2+ intrasel yang juga

berkontribusi dalam menyebabkan kerusakan sel β pada pulau langerhans. Efek

biologis lain yang juga disebabkan oleh aloksan yaitu dapat menghambat secara

selektif sekresi insulin yang dirangsang oleh glukosa melalui penghambatan

terhadap enzim glukokinase. Penghambatan glukokinase dapat mengurangi

oksidasi glukosa dan pembentukan ATP yang akhirnya dapat menekan sekresi

insulin. (Rohilla, 2012).

2.7. Glibenklamid

Gambar 2.3. Struktur Glibenklamid

(Sumber: Martindale: The Complete Drug Reference 36th edition p. 440)

Nama lain : Glibenclamida, glyburide, glybenclamidum, glibenklamidas

Rumus molekul : C23H28ClN3O5S

Bobot molekul : 494,0 g/mol

Pemerian : Serbuk kristal putih atau hampir putih

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam alkohol,

sukar larut dalam diklorometan

Dosis : Dosis inisiasi 2,5-5 mg per hari

Page 38: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Farmakokinetik : Glibenklamid mudah diabsorpsi pada saluran gastrointestinal,

dengan konsentrasi maksimum biasanya tercapai kurang dari

2-4 jam. Absorpsi dapat diperlambat pada kondisi pasien

hiperglikemik dan dapat berbeda tergantung ukuran partikel

sediaan yang digunakan. Glibenklamid dimetabolisme

hampir seluruhnya di liver. Sebanyak 50% obat diekskresi

melalui urin sementara 50% lainnya melalui empedu dan

dikeluarkan bersama feses (Sweetman, 2009).

2.8. Akarbosa

Gambar 2.4. Struktur akarbosa

(Sumber: Martindale: The Complete Drug Reference 36th edition p. 436)

Nama lain : Acarbosum, akarbosi, akarbos.

Rumus molekul : C25H43NO18

Bobot molekul : 645,6 g/mol

Pemerian : Serbuk higroskopis, amorf, berwarna putih atau kekuningan.

Kelarutan : Sangat larut dalam air, larut dalam metil alkohol, praktis tidak

larut dalam diklorometan.

Dosis : Dosis inisiasi 25-50 mg per hari, kemudian dinaikkan

bertahap hingga 25-50 mg tiga kali sehari.

Farmakokinetik : Di saluran cerna, sebagian besar akarbosa tetap dalam bentuk

aktifnya sehingga bisa menimbulkan efek farmakologis di

saluran cerna. Akarbosa dimetabolisme oleh enzim intestinal

dan flora dalam usus. Akarbosa terabsorbsi dalam bentuk

metabolitnya hingga sebesar 35% dari dosis yang diberikan.

Akarbosa diekskresi melalui urin dan feses (Sweetman,

2009).

Page 39: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.9. Metode Pengujian Diabetes

2.9.1. Metode Induksi oleh Bahan Kimia

Metode pengujian diabetes dapat dilakukan pada hewan coba model

diabet yang telah diinduksi bahan kimia. Bahan kimia yang paling umum

digunakan yaitu streptozotosin dan aloksan. Kedua bahan ini memiliki sifat

diabetogenik jika diberikan melalui parenteral (intravena, intraperitoneal,

subkutan). Dosis yang dibutuhkan untuk menginduksi diabetes tergantung pada

spesies hewan coba yang digunakan, rute pemberian, dan status gizi hewan (Etuk,

2010).

2.9.2. Metode Toleransi Glukosa

Metode toleransi glukosa merupakan metode yang umum digunakan

untuk menguji bahan uji obat diabetes pada tikus. Dengan dilakukannya uji ini

akan diketahui kemampuan tubuh dalam menggunakan karbohidrat. Ketika

pemberian glukosa melalui peroral, kadar glukosa dalam darah akan meningkat

dan mencapai puncak dalam waktu ½-1 jam, kemudian akan kembali normal

setelah 2-3 jam.

Prosedur uji dilakukan dengan cara hewan uji dipuasakan sepanjang

malam, kemudian diukur kadar glukosa puasa tikus (sebagai baseline) lalu

diberikan bahan uji obat diabetes dan glukosa melalui per oral sebanyak 1-2,5

g/kgBB. Pengukuran kadar glukosa darah selanjutnya dilakukan lagi pada interval

waktu tertentu setelah dilakukan pemberian glukosa (Etuk, 2010).

2.10. Metode Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Pemeriksaan kadar gula darah bisa dilakukan dengan tiga macam

metode, yaitu metode oksidasi reduksi, metode kondensasi, dan metode enzimatik

(McMillin, 1990).

2.10.1. Metode Oksidasi Reduksi

Metode ini dilakukan berdasarkan sifat glukosa sebagai zat pereduksi

dalam larutan alkali panas. tetapi metode ini non spesifik karena adanya zat non

glukosa lain yang juga bersifat mereduksi (McMillin, 1990).

Page 40: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.10.2. Metode Kondensasi

Prinsip metode ini yaitu kondensasi glukosa dengan amin aromatis

primer dalam asam asetat glasial panas (reagen o-toluidin). Metode ini spesifik

mengukur glukosa saja dan dapat digunakan untuk mengukur glukosa dalam

berbagai cairan tubuh, termasuk dalam darah (Dubowski, 2008). Protein dalam

darah mula-mula diendapkan dengan asam trikloroasetat. Kemudian glukosa pada

filtrat direaksikan dengan reagen o-toluidin sehingga akan menghasilkan warna

hijau, dan diukur menggunakan kolorimetri (WHO, 2003).

2.10.3. Metode Enzimatik

Pada metode ini menggunakan enzim-enzim yang bekerja secara spesifik

pada glukosa. Sehingga hasil yang didapat relatif lebih tepat dibanding metode

lainnya. Enzim yang paling sering digunakan pada analisa glukosa secara

enzimatik yaitu heksokinase dan glucose oxidase. Pada metode dengan enzim

heksokinase, glucose-6-fosfat yang berasal dari glukosa dan ATP dari heksokinase

akan dioksidasi oleh NAD. Reaksi ini dikatalis dengan adanya glucose-6-fosfat

dehidrogenasi sehingga akan membentuk NADH yang dapat dianalisa dengan

spektrofotometer. Pada metode dengan enzim glucose oxidase, glukosa dioksidasi

oleh glucose oxidase membentuk glukonolakton dan hidrogen peroksida.

Hidrogen peroksida selanjutnya teroksidasi oleh peroksidase membentuk senyawa

yang dapat dianalisa dengan spektrofotometer (Duxbury, 2004).

2.11. Glukometer

Glukometer merupakan alat kesehatan yang digunakan untuk mengukur

kadar glukosa darah. Glukometer banyak digunakan di rumah sakit, klinik, ruang

gawat darurat, serta penggunaan di rumah. Glukometer memberikan analisa kadar

glukosa darah secara cepat, sehingga dapat segera dilakukan managemen kondisi

hipoglikemik atau hiperglikemik yang dialami pasien (Toyushkina, 2009).

Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan glukometer memiliki

kelebihan antara lain metode pengukuran yang mudah, cepat, hanya memerlukan

sampel darah dalam jumlah yang sedikit, dan akurat. Tetapi kerugiannya antara

lain harganya yang relatif mahal, serta ketepatan hasil yang didapat bisa

dipengaruhi oleh suhu (King, 1995).

Page 41: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glukometer terdiri dari dua bagian yaitu bagian reaksi enzimatik dan

detektor. Bagian enzimatik berada pada strip atau kuvet dalam kondisi

terdehidrasi. Glukosa dalam sampel darah akan menghidrasi kemudian bereaksi

dengan enzim dan menghasilkan senyawa yang dapat terdeteksi. Hingga saat ini

terdapat tiga reaksi enzimatik yang biasa digunakan pada glukometer antara lain

glucose oxidase, glucose dehydrohenase, dan hexokinase. (Toyushkina, 2009).

Gambar 2.5. Strip glukometer (Heller, 2008)

Terdapat beberapa prinsip kerja glukometer, antara lain dengan prinsip

kolorimetri dan prinsip elektrokimia. Pada glukometer dengan prinsip kolorimetri,

reaksi antara glukosa dan enzim menghasilkan hidrogen peroksida atau senyawa

antara lain yang dapat bereaksi dengan pewarna, sehingga akan menghasilkan

perubahan warna yang intensitasnya berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa

pada sampel (Toyushkina, 2009). Prinsip reaksi pada glukometer kolorimetri

dijelaskan sebagai berikut (Yamada, 2011):

Glucose oxidase

Glukosa + O2 Asam glukoronat + H2O2

Peroksidase

Kromogen + H2O2 Warna

Sedangkan pada glukometer dengan prinsip elektrokimia mengandung

enzim sebagai biosensor yang menghasilkan elektron sehingga dapat terdeteksi

Page 42: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

oleh detektor. Reaksi pada glukometer ini dijelaskan sebagai berikut (Wang,

2008):

Glukosa + GOX(ox) asam glukoronat + GOX (red)

GOX(red) + 2M (ox) GOX(ox) + 2M(red) +2H+

2M(red) 2M(ox) + 2e-

Page 43: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

28 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian I dan Laboratorium

Animal House FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Maret 2016

sampai dengan bulan September 2016.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain perangkat alat

destilasi, vacum rotary evaporator (EYELA), erlenmeyer (pyrex), timbangan

analitik, blender, spatula, corong, batang pengaduk, alumunium foil, kapas steril,

kertas saring, lemari pendingin, desikator, botol maserasi, tabung reaksi, botol

maserasi, botol maserat, alokoholmeter, kandang tikus beserta wadah makan dan

minumnya, alas bedah, alat bedah, stoples, timbangan, glukometer GlucoDR.

3.2.2. Bahan

1. Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji rambutan

(Nephelium lappaceum L). Biji diambil dari buah rambutan segar yang diambil

dari Serang, Banten pada bulan Februari 2016. Jenis rambutan yang digunakan

yaitu rambutan parakan yaitu dengan ciri buah berbentuk lonjong, warna buah

masak yaitu merah kehitaman serta rambut buah berwarna merah dan kaku.

Daging buah berwarna putih kekuningan, rasanya manis dan tidak banyak

mengandung banyak air, serta mudah terkelupas dari bijinya yang berbentuk

lonjong. Selain itu digunakan pula glibenklamid (Indofarma) dan akarbosa

sebagai kontrol positif, sukrosa, serta aloksan (Sigma-aldrich) sebagai

penginduksi.

Page 44: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

galur spreague dawley berumur 2-3 bulan dengan berat 150-200 g yang diperoleh

dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

3. Bahan Kimia

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah etanol 70%, H2SO4

pekat, amonia encer, etil asetat, FeCl3, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendroff,

asam klorida, NaOH, aquadest, Na CMC, formalin, dan larutan saline.

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1. Penyiapan Ekstrak Etanol 70% Biji Rambutan

3.3.1.1. Penyiapan Bahan Uji

Buah rambutan parakan segar dikumpulkan dari Serang, Banten.

Sebelum biji diproses menjadi simplisia, sampel tanaman rambutan (Nephelium

lappaceum L.) yaitu berupa ranting, daun, dan buah diidentifikasi di Pusat

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, LIPI, Bogor untuk memverifikasi identitas

tanaman.

3.3.1.2. Pembuatan Simplisia

Simplisia biji rambutan dibuat dengan tahap sebagai berikut:

1. Biji rambutan dipisahkan dari daging buahnya dan didapat biji segar

sebanyak 2 kg.

2. Biji dicuci dengan air mengalir.

3. Biji dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan dihindarkan dari

sinar matahari.

4. Setelah kering, dilakukan sortasi kembali untuk memastikan

simplisia bebas dari pengotor.

5. Simplisia digiling hingga menjadi serbuk kemudian ditimbang dan

disimpan dalam wadah yang kering, tertutup rapat, serta terhindar

dari cahaya matahari. Simplisia yang didapat yaitu sebanyak 903

gram.

Page 45: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.1.3. Ekstraksi

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol

70%. Sebanyak 451,5 g serbuk simplisia masing-masing dimasukkan ke dalam

dua wadah botol berwarna cokelat, kemudian ditambahkan pelarut hingga setinggi

kurang lebih 2,5 cm di atas serbuk simplisia. Jumlah total pelarut etanol 70% yang

digunakan adalah sebanyak 7 L. Campuran disimpan di tempat gelap dengan

sesekali dilakukan pengadukan. Maserasi dilakukan dalam waktu 3 hari, setelah

itu cairan dipisahkan dari simplisia melalui proses filtrasi menggunakan kapas dan

kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dengan rotary evaporator hingga

didapat ekstrak kental. Maserasi dilakukan berkali-kali hingga pelarut berwarna

jernih. Ekstrak kental selanjutnya dikeringkan kembali dengan menggunakan

freeze dry. Proses pengeringan ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia Gedung

Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Jawa Barat.

3.3.2. Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan dengan menguji adanya golongan

senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan fenolik. Prosedur pengujian

dilakukan sebagai berikut:

1. Identifikasi Alkaloid

Identifikasi alkaloid dilakukan dengan cara ekstrak diuapkan di cawan

porselen, kemudian dilarutkan dengan asam klorida encer 2 M. Larutan yang

diperoleh kemudian dibagi ke dalam tiga tabung reaksi. Tabung pertama sebagai

kontrol, tabung kedua diuji menggunakan pereaksi Mayer, dan tabung ketiga diuji

dengan pereaksi Dragendroff. Pada penambahan pereaksi Mayer, hasil positif jika

terbentuk dengan endapan berwarna putih atau kuning. Sedangkan pada

penambahan pereaksi Dragendroff hasil positif ditunjukkan dengan adanya

endapan berwarna oranye hingga merah (Farnsworth, 1966).

2. Identifikasi Flavonoid

Ekstrak diencerkan dengan etanol 70%, lalu ditambahkan dengan 2 mg

serbuk magnesium dan ditambahkan dengan asam klorida. Hasil menunjukkan

positif mengandung flavonoid jika terbentuk warna merah muda, oranye, atau

warna merah hingga ungu (Fransworth, 1966; Evans, 2002).

Page 46: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Identifikasi Saponin

Ekstrak ditambahkan aquades, lalu dikocok kuat. Hasil positif

ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil selama tidak kurang dari 10

menit (Fransworth, 1966).

4. Identifikasi Tanin

Ekstrak dipanaskan dalam 10 mL aquades dalam tabung reaksi,

kemudian disaring. Filtrat ditambahkan FeCl3 0,1% dan diamati, hasil positif jika

terbentuk warna biru, hijau, biru kehijauan, hijau kecoklatan atau biru kehitaman

(Evans, 2002; Fransworth, 1966).

5. Identifikasi Steroid/Triterpenoid

Sebanyak 1 mL ekstrak dicampur dengan 3 mL kloroform kemudian

ditambahkan 2 mL asam sulfat pekat dan 2 mL asam asetat anhidrat (reagen

Liebermann-Burchard). Hasil menunjukkan positif mengandung steroid jika

terjadi perubahan warna menjadi biru atau biru kehijauan. Sedangkan hasil positif

mengandung triterpenoid jika terbentuk warna merah, pink, atau ungu

(Farnsworth, 1966).

6. Identifiasi Antrakuinon

Ekstrak dididihkan dengan 10 mL asam sulfat dan disaring selagi masih

panas. Kemudian filtrat dikocok dengan 5 ml kloroform. Fraksi kloroform diambil

menggunakan pipet dan ditempatkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan

dengan amonia encer. Hasil positif jika terjadi perubahan warna pada larutan

(Ayoola, 2008).

3.3.3. Pengujian Parameter Spesifik Ekstrak

Uji parameter spesifik yang dilakukan meliputi parameter organoleptik

ekstrak yaitu warna, bentuk, dan bau ekstrak yang diuji menggunakan panca

indera (Depkes RI, 2000).

3.3.4. Pengujian Parameter Non Spesifik Ekstrak

Uji parameter non spesifik yang dilakukan yaitu kadar air dan kadar abu

ekstrak (Depkes RI, 2000).

Page 47: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Kadar Air (Metode Gravimetri)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan ekstrak ditimbang 3 gram dalam

wadah yang telah ditara. Kemudian ekstrak dipanaskan pada suhu 1050C selama 5

jam kemudian ditimbang kembali. Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada

jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari

0,25%.

2. Kadar Abu

Ekstrak ditimbang seksama 2-3 gram, dimasukkan dalam krus platina

atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, ekstrak diratakan. Dipijarkan

perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan, lalu ditimbang. Jika arang tidak

dapat hilang, ditambahkan air panas, disaring menggunakan kertas saring bebas

abu, kemudian dipijarkan sisa abu dan kertas saring dalam krus yang sama. Filtrat

dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dan dipijarkan hingga bobot tetap lalu

ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap berat ekstrak dan dinyatakan dalam %

b/b.

3.3.5. Uji Antihiperglikemik

3.3.5.1. Pengelompokan Hewan Uji

Hewan uji dikelompokkan menjadi enam kelompok untuk uji dengan

metode induksi aloksan (tabel 3.1.) dan menjadi tiga kelompok untuk uji toleransi

glukosa oral (tabel 3.2.). Setiap kelompok uji terdiri dari 5 ekor tikus sesuai

dengan syarat oleh WHO (WHO, 2000).

Tabel 3.1. Kelompok Perlakuan Hewan Uji

Kelompok Jumlah Perlakuan

I 5 Kontrol normal, diberi suspensi NaCMC 0,5%

II 5 Kontrol negatif, diinduksi aloksan dan suspensi

NaCMC 0,5%

III 5 Kontrol positif, diinduksi aloksan kemudian diberi

suspensi glibenklamid 0,1 mg/200 g BB

IV 5 Diinduksi aloksan dan diberi suspensi ekstrak etanol

70% biji rambutan dosis 80 mg/kgBB

V 5 Diinduksi aloksan dan diberi suspensi ekstrak etanol

70% biji rambutan dosis 160 mg/kgBB

VI 5 Diinduksi aloksan dan diberi suspensi ekstrak etanol

70% biji rambutan dosis 320 mg/kgBB

Page 48: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 3.2. Kelompok Perlakuan Uji Aktivitas Penghambatan Enzim α Glukosidase

Kelompok Jumlah Perlakuan

I 5 Kontrol negatif, diberi larutan sukrosa

II 5 Kontrol positif, diberi akarbosa kemudian larutan sukrosa

III 5 Diberi ekstrak etanol 70% biji rambutan dosis 320

mg/kgBB kemudian larutan sukrosa

3.3.5.2. Aklimatisasi Hewan Uji

Hewan uji diaklimatisasi selama dua minggu agar dapat menyesuaikan

dengan lingkungannya. Selama proses adaptasi ini diamati kondisi umum hewan

coba serta dilakukan penimbangan berat badan.

3.3.5.3. Pembuatan Sediaan Dosis Uji

1. Dosis Ekstrak Biji Rambutan (Nephelium lappaceum L.)

Dosis ekstrak etanol biji rambutan (Nephelium lappaceum L.) yang

digunakan yaitu 80 mg/kgBB, 160 mg/kgBB, dan 320 mg/kgBB atau sebesar 16

mg/200 gr BB, 32 mg/200 gr BB, dan 64 mg/200 gr BB yang diberikan kepada

tikus masing-masing kelompok uji. Pemilihan dosis diambil berdasarkan dosis

yang paling optimal pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu oleh

Syifa (2008) dan Afika (2015). Ekstrak dibuat dalam bentuk suspensi dengan

suspending agent NaCMC konsentrasi 0,5%. Proses pembuatan sediaan yaitu

sebagai berikut:

a. NaCMC dikembangkan dengan air panas sebanyak 20 kali berat Na

CMC.

b. Setelah mengembang, NaCMC digerus hingga homogen dengan perlahan

ditambahkan akuades.

c. Ekstrak ditambahkan dalam suspensi dan digerus hingga homogen.

2. Dosis Glibenklamid

Glibenklamid diberikan dalam bentuk suspensi dengan suspending agent

NaCMC sesuai dosis efektif pemberian oral pada manusia yaitu 5 mg/60kgBB.

Dosis ini dikonversikan berdasarkan perhitungan menggunakan luas permukaan

tubuh sehingga didapat dosis untuk setiap 200 g BB tikus yaitu 0,1 mg/200g BB.

Proses pembuatan sediaan yaitu sebagai berikut:

a. NaCMC dikembangkan dengan air panas sebanyak 20 kali berat Na

CMC.

Page 49: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Setelah mengembang, NaCMC digerus hingga homogen dengan perlahan

ditambahkan akuades.

c. Glibenklamid ditambahkan dalam suspensi dan digerus hingga homogen.

3. Dosis Aloksan

Dosis aloksan yang diberikan dalam percobaan yaitu 150 mg/kgBB yang

dilakukan melalui intraperitoneal. Aloksan diberikan dalam bentuk larutan dalam

saline dingin. Aloksan yang sudah dilarutkan segera diberikan pada hewan uji.

4. Dosis Akarbosa

Akarbosa diberikan dalam bentuk suspensi dengan suspending agent

NaCMC 0,5 % sesuai dosis efektif pemberian oral pada manusia yaitu 50 mg/60

kg BB. Dosis ini dikonversikan berdasarkan perhitungan menggunakan luas

permukaan tubuh sehingga didapat dosis untuk setiap 200 g BB tikus yaitu 1 mg/

200 g BB. Proses pembuatan sediaan yaitu sebagai berikut:

a. NaCMC dikembangkan dengan air panas sebanyak 20 kali berat Na

CMC.

b. Setelah mengembang, NaCMC digerus hingga homogen dengan perlahan

ditambahkan akuades.

c. Akarbosa ditambahkan dalam suspensi dan digerus hingga homogen.

5. Dosis Sukrosa

Sukrosa diberikan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 80% b/v.

Dosis sukrosa yang diberikan yaitu sebesar 4 g/kg BB atau setara dengan 0,8

g/200 g tikus.

3.3.5.4. Uji Pendahuluan Induksi Aloksan

Uji pendahuluan induksi aloksan dilakukan untuk menentukan metode

induksi yang tepat yang nantinya akan dilakukan saat penelitian. Uji dilakukan

dengan prosedur sebagai berikut:

1. Disiapkan empat ekor tikus yang akan digunakan. Satu ekor nantinya

sebagai kontrol dan tiga tikus akan dilakukan induksi. Tikus

diaklimatisasi selama tujuh hari dengan dilakukan pemantauan berat

badan setiap harinya.

Page 50: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Sebelum dilakukan induksi, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 12

jam namun tetap mendapat akses untuk minum, kemudian dilakukan

pemeriksaan kadar glukosa darah puasa.

3. Aloksan monohidrat yang telah dilarutkan dalam salin normal steril

diinjeksikan pada tikus 1, 2, dan 3 melalui rute intraperitoneal dengan

dosis sebesar 30 mg/200 g BB tikus.

4. Hewan uji diberikan larutan glukosa 5% selama 24 jam penuh, dimulai 1

jam setelah dilakukannya induksi. Hal ini dilakukan karena aloksan dapat

menyebabkan kondisi hipoglikemia parah pada hewan uji.

5. Kadar glukosa darah puasa tikus diperiksa kembali pada hari ke-3 dan

ke-7 setelah induksi. Sebelum dilakukan pemeriksaan, tikus dipuasakan

dahulu selama 12 jam. Hewan uji dikatakan mengalami kondisi

hiperglikemia jika kadar glukosa darah lebih dari 140 mg/dL (Wang,

2010; Ulas, 2015).

3.3.5.5. Induksi Aloksan

Induksi yang dilakukan bertujuan untuk menimbulkan kondisi diabetes

pada hewan uji. Prosedur induksi dilakukan sebagai berikut:

1. Sebelum dilakukan induksi, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 12

jam dengan tetap mendapat akses untuk minum.

2. Aloksan monohidrat yang telah dilarutkan dalam salin normal steril

diinjeksikan pada tikus kelompok II sampai kelompok VI melalui rute

intraperitoneal dengan dosis 30 mg/200 g BB tikus.

3. Hewan uji diberikan larutan glukosa 5% selama 24 jam penuh, dimulai 1

jam setelah dilakukannya induksi. Hal ini dilakukan karena aloksan dapat

menyebabkan kondisi hipoglikemia parah pada hewan uji.

4. Kadar glukosa darah puasa tikus diperiksa kembali pada hari-7 setelah

induksi. Sebelum dilakukan pemeriksaan, tikus dipuasakan dahulu

selama 12 jam. Hewan uji dikatakan mengalami kondisi hiperglikemia

jika kadar glukosa darah lebih dari 140 mg/dL (Wang, 2010; Ulas, 2015).

Page 51: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.5.6. Pemberian Bahan Uji

Setelah tikus dinyatakan mengalami kondisi hiperglikemik, selanjutnya

dilakukan pemberian bahan uji. Pemberian dilakukan melalui peroral pada

masing-masing kelompok uji sesuai dengan yang tertera pada tabel kelompok

perlakuan hewan uji. Bahan uji diberikan setiap hari selama 21 hari dengan

frekuensi pemberian satu kali dalam sehari. Selama masa ini hewan uji mendapat

akses makan sebanyak 10% dari berat badannya dan minum secara ad libitum.

3.3.5.7. Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Sampel darah pada pengukuran kadar glukosa darah diambil dari vena

ekor tikus. Pengambilan darah dilakukan dengan cara tikus dimasukkan ke dalam

kandang, lalu ekor tikus dibersihkan dengan alkohol 70%. Darah diambil melalui

intravena yaitu dengan membuat torehan pada ujung ekor menggunakan gunting

bedah lalu ekor dipijat perlahan agar darah keluar. Kadar gula darah diukur

menggunakan alat glukometer GlucoDR Biosensor dengan cara tetesan darah

tikus ditempatkan pada strip yang telah dimasukkan pada glukometer. Nilai kadar

glukosa darah yang terukur dinyatakan dalam satuan miligram per desimeter.

Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan setiap 7 hari yaitu pada hari ke-0, 7,

14, dan 21 pemberian bahan uji dengan sebelumnya tikus dipuasakan dahulu

selama 12 jam.

3.3.5.8. Uji Penghambatan Aktivitas Enzim α Glukosidase

Sebelum dilakukan uji, tikus dipuasakan selama 12 jam. Tikus kemudian

diberikan sediaan uji melalui oral, yaitu suspensi NaCMC 0,5% untuk kontrol

negatif, akarbosa untuk kelompok kontrol positif, dan ekstrak etanol 70% biji

rambutan dosis 320 mg/kgBB untuk kelompok uji. Selang 30 menit kemudian

setiap kelompok diberikan larutan sukrosa melalui peroral, serta kadar glukosa

darah tikus segera diukur sebagai kadar glukosa darah menit ke-0. Selanjutnya

kadar glukosa darah tikus diukur pada menit ke 30, 60, 90, dan 120.

3.3.5.9. Penyiapan Preparat Jaringan Pankreas

Pengambilan jaringan pankreas dilakukan pada hari ke-21 setelah

dilakukan pengukuran kadar darah. Hewan uji diterminasi menggunakan eter,

kemudian dibedah dan diambil organ pankreasnya. Organ pankreas tikus difiksasi

Page 52: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan formalin 10%. Kemudian dilakukan dehidrasi yang bertujuan untuk

mengeluarkan air yang terkandung dalam jaringan. Dehidrasi dilakukan

menggunakan cairan dehidran, yaitu dengan etanol selama 20-30 menit. Setelah

itu dilakukan clearing dengan xylol selama 10 menit, kemudian dilakukan

infiltrasi paraplas dengan titik cair 45-60˚C selama 30 menit dan dilakukan

embedding. Jaringan selanjutnya dipotong dengan ketebalan 5-7 μm (Anonim,

2014).

Jaringan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin eosin untuk

pengamatan mikroskopik. Setelah itu preparat diberi entelan dan ditutup

menggunakan cover glass dengan hati-hati agar tidak terdapat gelembung.

Preparasi jaringan pankreas dilakukan di Laboratorium Histopatologi Departemen

Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

3.3.5.10. Pengamatan Histologi Pankreas

Pengamatan histologi dilakukan untuk mengetahui perbedaan struktur

jaringan pankreas pada masing-masing perlakuan. Parameter yang diamati yaitu

gambaran deskriptif serta penghitungan jumlah sel pulau langerhans pankreas

tikus. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop cahaya Olympus SZ61

dengan perbesaran 400x. Hasil pemeriksaan preparat dianalisa secara deskriptif.

3.3.5.11.Metode Pengolahan dan Statistik Data

1. Pengolahan data

Data yang diperoleh selanjutnya diolah secara statistik menggunakan

aplikasi SPSS. Data yang didapat dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

Uji normalitas dilakukan menggunakan metode Kolmogorof-Smirnof, sedangkan

uji homogenitas dilakukan menggunakan metode Levene. Jika data yang didapat

terdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen, selanjutnya dilakukan

analisa data menggunakan metode analisis varian satu arah (ANOVA) yang

dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Jika data yang didapat tidak

terdistribusi normal atau memiliki varian yang tidak homogen, maka analisa data

dilakukan menggunakan metode Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji

Mann-Whitney (Dahlan, 2012).

Page 53: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hipotesis:

Ho : Tidak terdapat perbedaan bermakna antara setiap kelompok.

Ha : Terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok.

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima.

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak.

2. Presentase penurunan kadar glukosa darah

Perhitungan persentase penurunan kadar glukosa darah dilakukan untuk

mengetahui kemampuan ekstrak dalam menurunkan kadar glukosa, yang dihitung

dengan cara:

Presentase penurunan kadar glukosa darah = Go−Gt

Go x 100%

Keterangan:

Go = Gula darah puasa sebelum diberikan sediaan uji

G t = Gula darah puasa setelah diberikan sediaan uji

Page 54: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

39 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Determinasi Tanaman

Determinasi dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang akan

digunakan. Determinasi dilakukan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya,

LIPI, Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan yaitu

Nephelium lappaceum L. suku Sapindaceae (Lampiran 1).

4.2. Penyiapan Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu tanaman rambutan

(Nephelium lappaceum L.), yaitu pada bagian bijinya. Jenis rambutan yang

digunakan yaitu rambutan parakan. Sampel diambil dari Serang, Banten pada

bulan Februari 2016. Sampel yang dikumpulkan sesuai dengan deskripsi rambutan

varietas parakan menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian (2003), yaitu buah

rambutan parakan memiliki bentuk lonjong dengan warna buah masak yaitu

merah kehitaman serta rambut buah berwarna merah dan kaku. Daging buah

berwarna putih kekuningan mudah terkelupas dari bijinya yang berbentuk

lonjong. Rasanya manis dan tidak banyak mengandung banyak air.

Buah rambutan yang telah dikumpulkan dikupas dan diambil bijinya. Biji

lalu dicuci dengan air mengalir kemudian dirajang dan dikeringkan dengan cara

diangin-anginkan serta terhindar dari sinar matahari langsung. Setelah kering, biji

disortasi kembali kemudian dihaluskan. Hal ini bertujuan untuk memperbesar luas

permukaan kontak dengan pelarut, sehingga proses ekstraksi bisa berjalan

maksimal. Serbuk simplisia biji rambutan yang didapat yaitu sebanyak 903 gram.

4.3. Ekstraksi Biji Rambutan

Ekstraksi biji rambutan dilakukan dengan metode maserasi menggunakan

pelarut etanol 70%. Jika dibandingkan dengan metode ekstraksi dingin lainnya,

maserasi lebih mudah dilakukan serta membutuhkan alat yang lebih sederhana.

Etanol 70% merupakan salah satu pelarut pilihan utama yang digunakan untuk

Page 55: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ekstraksi metabolit sekunder yang belum diketahui strukturnya karena daya

ekstraksinya yang luas dapat menyari semua metabolit sekunder (Saifudin, 2014).

Sebanyak 903 g serbuk simplisia biji rambutan direndam dengan pelarut

dalam botol gelap pada suhu ruang. Maserat yang didapat disaring menggunakan

kapas dan kertas saring hingga didapat filtrat. Filtrat selanjutnya dipekatkan

menggunakan rotary evaporator hingga didapat ekstrak kental. Sedangkan serbuk

simplisia dimasukkan kembali dalam botol untuk dilakukan pengulangan maserasi

(remaserasi). Pengulangan dilakukan hingga maserat berwarna hampir jernih.

Ekstrak kental yang didapat dari proses ekstraksi yaitu sebanyak 68,77 g.

Ekstrak kental yang didapat masih memiliki kadar air yang cukup tinggi,

sehingga dilakukan pengeringan kembali menggunakan metode freeze-dry. Proses

pengeringan dilakukan selama 10 jam di Laboratorium Fitokimia Gedung Biologi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Jawa Barat. Ekstrak yang

didapat setelah freeze dry sebanyak 49,19 gram dan dihitung rendemen yang

didapat yaitu sebesar 5,45 %.

4.4. Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit

sekunder yang terdapat dalam sampel. Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan

dapat dilihat pada tabel 4.1. (Lampiran 9).

Tabel 4.1. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Biji Rambutan

Pengujian

senyawa

Indikator hasil

positif Hasil Kesimpulan

Alkaloid a) Pereaksi

Dragendroff:

adanya endapan

berwarna oranye

hingga merah

b) Pereaksi Mayer:

terbentuk dengan

endapan

berwarna putih

atau kuning.

(a) Menggunakan

pereaksi

dragendorf

terbentuk endapan

(b) Menggunakan

pereaksi meyer

terbentuk endapan

putih kekuningan

+

Flavonoid Terbentuk warna

merah muda, oranye,

atau warna merah

hingga ungu

Terdapat endapan

berwarna oranye

+

Page 56: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saponin Terbentuknya buih

yang stabil selama

tidak kurang dari 10

menit

Setelah pengocokan

terbentuk busa yang

hilang setelah 10

menit

-

Tanin Terbentuk warna

biru, hijau, biru

kehijauan, hijau

kecoklatan atau biru

kehitaman

Terbentuk warna

hijau kecokelatan

+

Steroid Terjadi perubahan

warna menjadi biru

atau biru kehijauan.

Tidak terjadi

perubahan warna

-

Triterpenoid Terbentuk warna

merah, pink, atau

ungu

Tidak terjadi

perubahan warna

-

Antrakuinon Terjadi perubahan

warna pada larutan

Tidak terjadi

perubahan warna

-

Keterangan: (+) Memberikan reaksi positif; (-) Memberikan reaksi negatif

Terdapat beberapa penelitian yang telah melakukan penapisan fitokimia

ekstrak biji rambutan. Penelitian yang dilakukan oleh Zulhipri (2007)

membuktikan bahwa biji rambutan mengandung senyawa fenolik dan flavonoid.

Uji fitokimia juga dilakukan oleh Elya (2015) yang menunjukkan bahwa biji

rambutan mengandung alkaloid, flavonoid, dan glikosida. Uji kandungan

metabolit sekunder biji rambutan pada penelitian oleh Yuda (2015) menunjukkan

hasil positif terhadap senyawa fenol, flavonoid, dan tannin. Kemudian pada

penelitian oleh Soeng (2015) menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji rambutan

mengandung triterpenoid, terpenoid, alkaloid, dan fenol.

Hasil penapisan fitokimia yang didapat pada penelitian ini menunjukkan

bahwa ekstrak etanol 70% biji rambutan positif terhadap senyawa alkaloid,

flavonoid dan tanin, serta menunjukkan hasil negatif untuk saponin, steroid,

triterpenoid, dan antrakuinon. Hasil yang didapat sedikit berbeda dengan

penapisan fitokimia yang pernah dilakukan oleh Soeng (2015), di mana pada

penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji rambutan juga mengandung

triterpenoid. Adanya perbedaan hasil ini bisa disebabkan lingkungan tempat

tumbuh tanaman yang berbeda. Kadar kandungan senyawa metabolit sekunder

pada suatu tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor biotik dan abiotik. Faktor

Page 57: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

abiotik yaitu segala faktor pada habitat tempat tumbuh tanaman seperti intensitas

cahaya, ketersediaan air, temperatur tempat tumbuh, serta komposisi tanah

(Pavarini, 2012).

4.5. Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak

Parameter spesifik dan non spesifik merupakan proses standardisasi yang

dilakukan untuk menjamin mutu ekstrak. Parameter spesifik ekstrak yang

dilakukan pada penelitian ini yaitu identifikasi organoleptis meliputi bentuk,

warna, dan bau yang menjadi karakter spesifik ekstrak. Serta dilakukan pengujian

dua parameter non spesifik yaitu pengujian kadar air dan kadar abu. Pengujian

kadar air dilakukan untuk memberikan batasan minimal atau rentang besarnya

kandungan air dalam ekstrak. Sedangkan pengujian kadar abu dilakukan untuk

memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari

proses awal pembuatan hingga terbentuk ekstrak (Depkes, 2000). Hasil pengujian

parameter spesifik dan non spesifik ekstrak dijelaskan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak Etanol 70% Biji Rambutan

No. Parameter Hasil

1 Identitas ekstrak Nama latin tumbuhan: Nephelium lappaceum L.

Nama Indonesia : Rambutan

Bagian tumbuhan yang digunakan : biji

2 Organoleptis Warna : Cokelat gelap

Bentuk : Kental

Bau : Aromatik

3 Kadar air 8,98 %

4 Kadar abu 6,78 %

Parameter kadar air ekstrak penting untuk diketahui karena kadar air dapat

memengaruhi stabilitas dan bentuk ekstrak. Kadar air ekstrak etanol 70% biji

rambutan yang didapat dari uji kadar air yaitu sebesar 8,98%, di mana batas kadar

air ekstrak yang masih memenuhi syarat yaitu kurang dari 10%. Kadar air yang

tinggi dapat menyebabkan cepatnya pertumbuhan jamur dalam ekstrak.

Sedangkan kadar abu ekstrak yang didapat dari uji kadar abu yaitu sebesar 6,78%.

Kadar abu ekstrak masih memenuhi persyaratan yaitu di bawah 16,67% (Depkes

RI, 1995).

Page 58: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.6. Uji Efek Antihiperglikemik

4.6.1. Metode Induksi Aloksan

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui efek hiperglikemik ekstrak

etanol biji rambutan. Uji dilakukan terhadap 30 ekor tikus putih jantan galur

Sprague Dawley berusia 2-3 bulan dengan bobot 150-200 g. Tikus dipilih karena

tikus memiliki fisiologi yang menyerupai manusia (NABR, 2015). Tikus uji

dikelompokkan menjadi enam kelompok yang terdiri dari 3 kelompok kontrol dan

3 kelompok dosis uji. Kelompok kontrol meliputi kontrol normal, kontrol negatif,

dan kontrol positif. Kelompok kontrol pada penelitian digunakan untuk

memastikan bahwa perubahan kadar glukosa darah hanya disebabkan oleh sediaan

uji yang diberikan (Pithon, 2013).

Sebelum dilakukan induksi, tikus diaklimatisasi selama 7 hari. Selama

proses aklimatisasi ini, tikus diberi makan dan minum secara ad libitum serta

ditimbang berat badannya setiap hari. Tikus digunakan dalam penelitian jika tidak

mengalami penurunan berat badan lebih dari 10% (Foltz, 1999; IACUC, 2014).

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan perubahan kadar glukosa darah

setelah pemberian sediaan uji pada tikus diabetes. Aloksan digunakan sebagai

senyawa diabetogen untuk menimbulkan kondisi hiperglikemik pada tikus. Tikus

putih terbukti sensitif terhadap efek diabetogenik oleh aloksan (Rerup, 1970

dikutip dari Lenzen, 2007). Aloksan menyebabkan diabetes dengan cara merusak

secara spesifik sel β pada pankreas tikus (Gorus, 1982), sehingga pankreas tidak

mampu memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup.

Sebelum dilakukan induksi dengan aloksan, tikus dipuasakan selama 12

jam. Hal ini dikarenakan glukosa dapat memberikan sifat proteksi terhadap efek

diabetogenik aloksan, meskipun efek proteksi dipengaruhi juga oleh konsentrasi

glukosa. Kemiripan struktur antara glukosa dan aloksan menyebabkan glukosa

dapat menghambat secara kompetitif ambilan aloksan ke dalam sel β pankreas

(Jorns, 1997). Tikus dipuasakan terlebih dahulu untuk meminimalkan kadar

glukosa dalam darah.

Penginduksian menggunakan aloksan dilakukan secara intraperitoneal

dengan dosis yang digunakan sebesar 150 mg/kgBB dan konsentrasi larutan 30

mg/ml. Aloksan bersifat diabetogenik jika diberikan secara parenteral, baik

Page 59: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

melalui rute intravena, intraperitoneal, atau subkutan (Rohilla, 2012). Rute

pemberian dilakukan melalui rute intraperitoneal karena lebih ditoleransi oleh

tikus (Federiuk, 2004; Radenkovi`c, 2015). Dosis yang diberikan pada penelitian

ini diambil dari penelitian sebelumnya oleh Radenkovi`c (2013). Pemberian

aloksan dosis 150 mg/kgBB melalui rute intraperitoneal juga telah dilakukan pada

uji pendahuluan, yang terbukti dapat menyebabkan diabetes pada hari ke-7 setelah

induksi. Kadar glukosa darah puasa tikus saat uji pendahuluan dapat dilihat pada

tabel 4.3.

Tabel 4.3. Kadar glukosa darah puasa pada uji pendahuluan

Tikus Kadar Glukosa Darah (mg/dL)

Sebelum induksi 3 hari setelah induksi 7 hari setelah induksi

1 100 128 166

2 126 136 161

3 125 287 492

4 (Normal) 92 99 91

Aloksan dapat menimbulkan diabetes pada tikus dengan mengalami empat

fase. Fase pertama merupakan fase hipoglikemia yang berlangsung selama 30

menit setelah injeksi aloksan. Fase kedua merupakan fase hiperglikemia, yang

terjadi sekitar satu jam setelah injeksi aloksan, dan berlangsung selama 2-4 jam.

Fase ketiga yaitu fase hipoglikemia lagi, yang biasanya terjadi 4-8 jam setelah

injeksi aloksan (Lenzen, 2007). Fase ini berlangsung selama beberapa jam dan

dapat berakibat fatal jika tanpa asupan glukosa (Radenkovic, 2015). Untuk

mencegah kematian hewan uji, selang 1 jam setelah injeksi aloksan tikus

diberikan larutan glukosa 5% secara ad libitum selama 24 jam. Sedangkan fase

keempat yaitu fase hiperglikemia permanen yang ditimbulkan oleh aloksan

(Lenzen, 2007).

Pengecekan kadar glukosa darah dilakukan 7 hari setelah induksi. Tikus

dinyatakan diabetes jika kadar glukosa darah tikus lebih dari 140 mg/dL (Wang,

2010; Ulas, 2015). Setelah tikus dinyatakan diabetes, masing-masing tikus mulai

diberikan sediaan uji. Pada pengujian ini, sediaan dibuat dalam bentuk suspensi

dengan suspending agent NaCMC konsentrasi 0,5%. Hal ini dikarenakan

glibenklamid yang digunakan sebagai kontrol positif, tidak larut dalam air

sehingga didispersikan dalam bentuk suspensi. NaCMC konsentrasi 0,5%

Page 60: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

digunakan karena dapat mendispersikan glibenklamid dan ekstrak pada setiap

konsentrasi.

Kontrol positif menggunakan glibenklamid dengan dosis tikus sebesar 0,5

mg/kgBB. Glibenklamid bekerja dengan cara meningkatkan pelepasan insulin dari

sel β pankreas (Brunton, 2008). Glibenklamid digunakan sebagai pembanding

positif karena pada penelitian ini diharapkan ekstrak mampu mengurangi

kerusakan sel β pankreas sehingga dapat memproduksi insulin lebih banyak. Pada

kelompok kontrol negatif, tikus yang telah diinduksi diberi NaCMC 0,5% untuk

memastikan bahwa kadar glukosa darah tikus yang diinduksi tetapi tidak diberi

ekstrak, tetap berada pada kondisi hiperglikemia. Kelompok kontrol normal tidak

diperlakukan apapun, untuk memastikan bahwa kadar glukosa darah tikus yang

tidak diberi perlakuan berada pada rentang normal.

Sedangkan pada kelompok dosis, tikus diberi ekstrak etanol biji rambutan

dengan dosis masing-masing sebesar 80 mg/kgBB, 160 mg/kgBB, dan 320

mg/kgBB. Waktu pemberian ekstrak dilakukan satu kali perhari (pukul 09.00-

10.00) selama 21 hari, dengan dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah

dilakukan pada hari ke 7, 14, dan 21 setelah pemberian ekstrak. Kadar glukosa

darah diukur menggunakan alat glukometer GlucoDR biosensor.

Pada manusia, pemeriksaan kadar gula darah puasa (GDP) dilakukan pagi

hari sebelum sarapan, setelah dilakukan puasa pada malam harinya. Pemeriksaan

paling baik dilakukan pada jam tersebut, karena pada waktu kadar glukosa darah

meningkat, atau biasa disebut dawn phenomenon. Dawn phenomenon merupakan

kondisi normal terjadinya peningkatan kadar glukosa darah di pagi hari sebagai

persiapan tubuh untuk melakukan aktivitas. Pada manusia normal, peningkatan

kadar glukosa darah ini diimbangi pula dengan produksi insulin, sehingga kadar

glukosa tetap dalam batas normal. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan

pasien diabetes, di mana kadar glukosa darah cukup tinggi (ADA, 2013).

Dawn phenomenon juga terjadi pada tikus laboratorium (Bailey, 2014)

namun terjadi pada awal malam hari karena tikus merupakan hewan nokturnal

(Gale, 2011). Sehingga pemeriksaan kadar GDP dilakukan sekitar pukul 18.00 –

19.00 setelah tikus dipuasakan selama siang hari. Selain itu, pada penelitian oleh

Sun (2016) juga telah membuktikan bahwa tikus yang dipuasakan selama siang

Page 61: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

hari memiliki variasi nilai GDP yang konsisten lebih rendah dibanding tikus yang

dipuasakan selama malam hari. Pada penelitian ini pemeriksaan kadar GDP

dilakukan pada jam 18.00-19.00 petang. Nilai rerata dan standar deviasi kadar

GDP tikus selama uji dijelaskan pada tabel 4.4. dan nilai persentase penurunan

kadar glukosa darah tikus dijelaskan pada tabel 4.5.

Tabel 4.4. Nilai Rerata dan Standar Deviasi Kadar Glukosa Darah Tikus

Waktu Kadar Glukosa Darah (mg/dL)

Kontrol Positif Dosis Tinggi Dosis Sedang Dosis Rendah

Sebelum Induksi 104,2 ± 19,31 110 ± 9,08 98,2 ± 13,57 94,6 ± 11,87

Setelah Induksi 354,6 ± 163,34 289 ± 85,4 282,6 ± 122,24 325,4 ± 143,63

Hari Ke-7 237,4 ± 139,37 147,2 ± 19,25 220,4 ± 77,82 290 ± 133,84

Hari Ke-14 188,6 ± 103,23 162,2 ± 54,04 189,6 ± 111,37 259 ± 110,24

Hari Ke-21 127,8 ± 30,51 122,8 ± 19,38 144,6 ± 44,55 188,4 ± 76,66

Data ditampilkan dalam bentuk Rerata ± Standar Deviasi

Tabel 4.5 Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus

Kelompok Uji Hari Ke-7 Hari Ke-14 Hari Ke-21

Kontrol Positif 33,05% 46,81% 63,96%

Dosis Tinggi 48,89% 43,87% 57,36%

Dosis Sedang 22,01% 32,91% 48,83%

Dosis Rendah 10,88% 20,41% 42,10%

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Kad

ar G

luko

sa d

arah

(m

g/d

L)

Grafik Rerata Kadar Glukosa Darah Tikus Uji Metode Induksi Aloksan

dosis tinggi

dosis sedang

dosis rendah

kontrol positif

kontrol negatif

kontrol normal

Page 62: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa di antara kelompok dosis rendah,

sedang, dan tinggi, kelompok dosis yang menunjukkan persentase penurunan

kadar glukosa darah dari paling besar adalah kelompok dosis tinggi (57,36%),

kemudian kelompok dosis sedang (48,83 %) dan kelompok dosis rendah (42,1%).

Persentase penurunan ketiga dosis yang diberikan ini masih di bawah penurunan

kadar glukosa oleh kontrol positif yaitu sebesar 63,96%. Berdasarkan persentase

penurunan kadar glukosa darah, dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar

glukosa darah bersifat dose-dependent, di mana peningkatan dosis ekstrak

menyebabkan peningkatan efek penurunan kadar glukosa darah tikus yang

diinduksi aloksan.

Analisa hasil pengukuran kadar glukosa darah tikus dilakukan

menggunakan program SPSS 22.0. Hasil analisa data dapat dilihat pada lampiran

16. Uji yang pertama dilakukan yaitu uji normalitas dan homogenitas. Uji

normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data di setiap kelompok uji

memiliki sebaran yang normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan menggunakan

metode Kolmogorov-Smirnof. Sedangkan uji homogenitas dilakukan bertujuan

untuk mengetahui apakah antar kelompok uji memiliki varian data yang sama atau

tidak. Uji homogenitas dilakukan menggunakan metode Levene. Data dikatakan

memiliki sebaran normal dan homogen jika memiliki nilai signifikansi ≥ 0,05

(Dahlan, 2012).

Secara statistika, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian analitik

komparatif numerik tidak berpasangan. Untuk analisa data, uji yang pertama

dilakukan yaitu uji normalitas dan homogenitas. Jika data terdistribusi normal dan

memiliki varian yang homogen, data dianalisa dengan metode One-Way ANOVA

yang dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Jika data tidak

terdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen, maka data dianalisa

dengan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney (Dahlan,

2012).

Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa data yang diperoleh tidak

tersebar normal pada hari ke-21 (p ≤ 0,05). Data juga tidak memiliki varian yang

homogen pada waktu setelah induksi, hari ke-7, dan hari ke-21 setelah pemberian

ekstrak (p ≤ 0,05). Karena terdapat data yang tidak terdistribusi normal serta tidak

Page 63: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

homogen, maka pengolahan data tidak bisa dilakukan dengan metode One-Way

ANOVA. Pengolahan data selanjutnya dilakukan dengan metode Kruskal-Wallis.

Berdasarkan hasil analisa dengan metode Kruskal-Wallis, diketahui bahwa

semua kelompok memiliki perbedaan secara bermakna pada waktu setelah

induksi, pada hari ke-7, ke-14, dan ke-21 (p ≤ 0,05) serta tidak memiliki

perbedaan bermakna pada waktu sebelum induksi (p ≥ 0,05). Analisis selanjutnya

dilanjutkan dengan metode Mann-Whitney untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan secara bermakna antara kelompok.

Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa secara statistik kelompok

kontrol positif, dosis 160 mg/kgBB, dan dosis 320 mg/kgBB memiliki perbedaan

bermakna dengan kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok ini

memiliki aktivitas dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus. Senyawa

metabolit sekunder yang dikandung ekstrak etanol biji rambutan berperan penting

dalam aktivitas antihiperglikemik yang ditimbulkan. Berdasarkan penapisan

fitokimia yang sudah dilakukan, ekstrak etanol 70% biji rambutan positif

mengandung alkaloid, flavonoid, serta tannin.

Alkaloid terbukti memiliki efek antihiperglikemik dengan cara

menurunkan transport glukosa melewati epitel intestinal. Alkaloid juga terbukti

berperan dalam regenerasi sel islet pankreas serta menghambat enzim α

glukosidase (Narender, 2011). Flavonoid terbukti mampu menurunkan kadar

glukosa darah dengan cara menghambat absorpsi glukosa serta meningkatkan

toleransi glukosa. Flavonoid juga terbukti mampu menghambat kerja enzim α

glukosidase. Selain itu, flavonoid juga terbukti bekerja menyerupai insulin, yaitu

bekerja dengan menstimulasi ambilan glukosa pada jaringan perifer serta berperan

dalam ekspresi enzim yang berperan dalam jalur metabolisme karbohidrat

(Brahmachari, 2011).

Tanin terbukti memiliki efek sebagai antioksidan (Amarowicz, 2007) yang

bermanfaat dalam mengendalikan kadar glukosa darah. Pada kondisi

hiperglikemia, jumlah stres oksidatif meningkat yang menyebabkan menurunnya

jumlah sel β pankreas dan sekresi insulin. Adanya antioksidan dapat

meningkatkan jumlah sel β pankreas serta menstimulasi sekresi insulin (Kajimoto

dan Kaneto, 2004). Pada penelitian yang dilakukan oleh Thitilertdecha (2010)

Page 64: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

membuktikan bahwa senyawa tanin yang paling banyak terkandung pada kulit

buah rambutan adalah geraniin. Namun masih perlu dilakukan penelitian lanjutan

apakah senyawa tersebut juga merupakan senyawa tanin yang terkandung pada

biji rambutan.

4.6.2. Uji Aktivitas Penghambatan Enzim α Glukosidase

Penelitian oleh Zulhipri (2007) membuktikan bahwa ekstrak metanol biji

rambutan memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim α glukosidase.

Sehingga pada penelitian ini akan dibuktikan bagaimana aktivitas ekstrak etanol

biji rambutan terhadap enzim α glukosidase.

Enzim α glukosidase merupakan enzim pada intesinal yang bekerja

menghidrolisis karbohidrat sehingga terpecah menjadi monosakarida dan dapat

diabsorpsi dalam saluran cerna. Penghambat enzim α glukosidase dapat

menghambat absorpsi karbohidrat sehingga menghambat peningkatan kadar

glukosa darah postprandial (Brunton (ed), 2008; Hayakawa, 1984). Pada uji

aktivitas enzim α glukosidase ini, digunakan pembanding positif akarbosa, suatu

oligosakarida yang bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α

glukosidase seperti α amilase, sukrase, dan maltase (Hayakawa, 1984). Larutan

gula yang dibebankan pada tikus uji yaitu sukrosa yang termasuk dalam golongan

disakarida.

Uji dilakukan pada tiga kelompok uji, yaitu kelompok kontrol positif,

kelompok kontrol negatif, serta kelompok dosis uji. Dosis yang diberikan untuk

kelompok dosis uji yaitu ekstrak etanol 70% biji rambutan dosis 320 mg/kgBB.

Pemilihan dosis ini dilakukan berdasarkan kelompok dosis yang memberikan

aktivitas paling optimum pada uji dengan metode induksi aloksan.

Sebelum perlakuan, hewan uji dipuasakan selama 12 jam dengan tetap

mendapat akses air minum. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kadar glukosa

darah awal yang seragam serta untuk memastikan perubahan kadar glukosa darah

tikus nantinya tidak dipengaruhi apapun selain sediaan uji dan larutan sukrosa

yang diberikan. Nilai rerata dan standar deviasi kadar glukosa darah tikus dari

setiap kelompok dijelaskan pada tabel 4.6.

Page 65: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.6. Rata-Rata dan Standar Deviasi Kadar Glukosa Darah

Waktu Kadar Glukosa Darah (mg/dL)

Kontrol Negatif Kontrol Positif Dosis 320 mg/kgBB

Menit ke-0 103,4 ± 9,29 99,8 ± 8,23 99,8 ± 13,44

Menit ke-30 140,4 ± 21,89 126,4 ± 14,21 155,6 ± 11,37

Menit ke-60 193,8 ± 25,06 165,6 ± 21,76 134,6 ± 11,37

Menit ke-90 133,8 ± 22,08 128,2 ± 8,53 126,4 ± 10,78

Menit ke-120 106,8 ± 28,31 113,6 ± 16,26 101,4 ± 18,49

Data ditampilkan dalam bentuk Rerata ± Standar Deviasi

Analisa data dilakukan menggunakan aplikasi SPSS 22.0. Hasil analisa

data dapat dilihat pada lampiran 17. Uji yang pertama dilakukan yaitu uji

normalitas menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov serta uji homogenitas

menggunakan metode Levene. Berdasarkan hasil analisa, data yang didapat

terdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen (p ≥ 0,05) sehingga uji

bisa dilanjutkan menggunakan metode One-Way ANOVA.

Berdasarkan uji One-Way ANOVA, diketahui bahwa terdapat perbedaan

bermakna pada menit ke-60 (p ≤ 0,05). Analisa data dilanjutkan dengan uji Beda

Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui kelompok manakah yang memiliki

perbedaan secara bermakna. Berdasarkan uji BNT, diketahui bahwa kelompok

dosis tinggi berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif pada menit ke-60 (p

≤ 0,05). Hal ini menunjukkan adanya efek penghambatan peningkatan kadar

glukosa darah yang signifikan pada kelompok dosis tinggi.

0

50

100

150

200

250

0 30 60 90 120 150

Kad

ar G

luko

sa D

arah

(m

g/d

L)

Menit ke-

Grafik Rerata Kadar Glukosa Darah Tikus Uji Penghambatan Enzim α Glukosidase

Kontrol Positif

Kontrol Negatif

Dosis 320 mg/kgBB

Page 66: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan uji BNT juga terlihat adanya perbedaan yang bermakna

antara kelompok kontrol positif dan kelompok dosis uji pada menit ke-60 (p ≤

0,05). Meskipun demikian, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan dalam waktu

puncak kadar glukosa darah tertinggi. Pada kelompok dosis uji, kadar glukosa

darah tertinggi terlihat pada menit ke-30 dan mengalami penurunan pada menit

ke-60. Sedangkan pada kelompok kontrol positif, kadar glukosa darah menit ke-

30 tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol dosis uji, dan masih

mengalami kenaikan serta mengalami puncak kadar glukosa darah pada menit ke-

60. Hal ini menunjukkan ekstrak etanol biji rambutan dosis tinggi lebih kuat

berikatan dengan enzim α glukosidase jika dibandingkan dengan kontrol positif.

Aktivitas penghambatan peningkatan kadar glukosa darah dari ekstrak

etanol biji rambutan disebabkan adanya senyawa metabolit sekunder yang

terkandung. Senyawa metabolit sekunder yang terkandung yaitu alkaloid dan

flavonoid terbukti memiliki aktivitas dalam penghambatan enzim α glukosidase

(Narender, 2011; Brahmachari, 2011).

4.6.2. Pengamatan Histologi Pankreas

Pada penelitian ini pengamatan histologi dilakukan untuk memberikan

gambaran histologi pulau langerhans tikus uji. Setelah dilakukan pengukuran

kadar glukosa darah puasa tikus pada hari ke-21, tikus diterminasi kemudian satu

tikus dari setiap kelompok diambil organ pankreasnya untuk dilakukan

pengamatan histologi. Tikus yang diambil organ pankreasnya dipilih berdasarkan

nilai persentase penurunan kadar glukosa darah yang paling besar dalam satu

kelompok. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop cahaya (Olympus

SZ61) secara dekskriptif dengan perbesaran 400 x.

Pulau langerhans tikus terdiri dari beberapa macam sel yaitu sel α, sel β,

sel δ, dan sel PP. Jumlah sel β pada pulau langerhans tikus paling banyak

dibandingkan dengan sel lain, yaitu mencapai 60-80% dari pulau langerhans

(Steiner, 2010). Pada penelitian ini, preparat pankreas diberi pewarnaan

hematoksilin eosin. Pada pewarnaan dengan metode ini mampu untuk

menggambarkan pulau langerhans tikus uji. Parameter dalam pengamatan

histologi ini adalah gambaran deskriptif pulau langerhans serta penghitungan

jumlah sel pada pulau langerhans pankreas tikus uji. Penggambaran pulau

Page 67: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

langerhans tikus uji ditunjukkan pada gambar 4.1. dan jumlah sel pada pulau

langerhans masing-masing kelompok dijelaskan dalam tabel 4.7.

Berdasarkan pengamatan mikroskopik, dapat terlihat bahwa pada tikus

kelompok kontrol normal, kontrol positif dan pada kelompok dosis 320 mg/kgBB

pulau langerhans tikus terlihat dengan jelas dan luas. Berbeda halnya dengan pada

kelompok kontrol negatif, kelompok dosis 80 mg/kgBB dan dosis 160 mg/kgBB

pulau langerhans tikus terlihat jauh lebih sempit.

Gambar 4.1. Gambaran Histologi Pankreas Tikus Uji

Kontrol normal

Kontrol positif

Kontrol negatif

Dosis rendah

Dosis sedang

Dosis tinggi

Page 68: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan penghitungan sel pada pulau langerhans tikus juga diketahui

bahwa jumlah sel pada pulau langerhans paling banyak terdapat pada kelompok

normal. Sedangkan jumlah sel pulau langerhans yang paling sedikit terlihat pada

kelompok kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa aloksan terbukti dapat

menyebabkan kematian sel β pankreas. Sedangkan untuk kelompok dosis uji, hasil

pengamatan membuktikan bahwa ekstrak etanol biji rambutan dosis tinggi mampu

mengurangi kerusakan pada pulau langerhans tikus dengan paling baik

dibandingkan kelompok dosis sedang dan dosis rendah. Hal ini dilihat dari jumlah

sel pada kelompok dosis tinggi paling mendekati jumlah sel pada kelompok

kontrol positif.

Tabel 4.7. Jumlah Sel Pulau Langerhans Pankreas Tikus Uji

Kelompok Perlakuan Jumlah Sel pada Pulau

Langerhans Tikus Uji

Kontrol normal 143

Kontrol positif 120

Kontrol negatif 28

Dosis tinggi 98

Dosis sedang 47

Dosis rendah 39

Aloksan merupakan salah satu senyawa kimia yang sering digunakan

sebagai penginduksi diabetes. Aloksan merupakan turunan urea yang dapat

menyebabkan nekrosis secara selektif pada sel β pankreas (Etuk, 2010). Di dalam

tubuh, aloksan dapat membentuk reactive oxygen species (ROS) yang merupakan

mediator penting dalam perusakan sel β pankreas (Hosseini, 2015). Sel β pankreas

rentan terhadap stres oksidatif karena sel β pankreas menunjukkan aktivitas serta

ekspresi enzim yang sangat rendah dibandingkan dengan jaringan lainnya, di

mana enzim ini penting dalam proteksi sel terhadap stres oksidatif. Enzim yang

dimaksud antara lain katalase, glutathione peroxidase, cytosolic Cu2+/Zn2+

dismutase dan mitochondrial Mn2+ dismutase (Lenzen, 1996).

Sel β pankreas memiliki kemampuan untuk beregenerasi demi

mempertahankan keseimbangan kadar glukosa darah, meskipun kemampuan

regenerasi ini akan menurun dan prosesnya akan semakin lambat seiring dengan

bertambahnya usia (Hosseini, 2015). Regenerasi sel β pankreas dapat terjadi

Page 69: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

melalui replikasi sel β yang masih hidup atau melalui neogenesis stem cell dan sel

progenitor. Neogenesis dapat berasal dari sel tipe lain pada pankreas, misalnya sel

α, sel δ, epitel duktus, sel acinar, dan sel sentroacinar. Namun, proses ini

membutuhkan aktivator seperti hormon, growth factor, dan aktivator lainnya

(Bouwens, 2005).

Penelitian mengenai efek ekstrak biji rambutan terhadap histologi

pankreas mencit pernah dilakukan sebelumnya oleh Rahayu (2013). Hasil

pemeriksaan histologi pada penelitian ini membuktikan bahwa air seduhan biji

rambutan memiliki aktivitas pada proses regerasi sel β pankreas, dengan jumlah

sel β pankreas yang hidup pada mencit kelompok dosis tinggi (3,12 g/kg BB)

hampir sama dengan jumlah sel β pankreas mencit kelompok kontrol positif.

Kemampuan perbaikan sel islet pankreas oleh ekstrak etanol biji rambutan

disebabkan oleh senyawa metabolit sekunder yang terkandung. Senyawa

metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak etanol biji rambutan yaitu

alkaloid terbukti berperan dalam regenerasi sel islet pankreas (Narender, 2011).

Page 70: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

55 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Setelah dilakukan pemberian ekstrak etanol 70% biji rambutan selama 21

hari, presentase penurunan kadar glukosa darah terbesar ditunjukkan pada

kelompok uji dosis 320 mg/kgBB yaitu sebesar 57,36%. .

2. Ekstrak etanol biji rambutan dosis 320 mg/kgBB terbukti mampu

menghambat peningkatan kadar glukosa darah postprandial tikus uji

dengan lebih cepat dibandingkan dengan kelompok kontrol positif.

3. Pada pengamatan histologi, ekstrak biji rambutan dosis 320 mg/kgBB

terbukti paling baik dalam perbaikan kerusakan langerhans pankreas tikus.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai dosis efektif maksimal

dalam menurunkan kadar glukosa darah serta uji toksisitas dari ekstrak etanol

70% biji rambutan.

Page 71: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

56 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Afika, M., Sastramihardja, H. S., Indriyanti, R. A. 2015. Efek Ekstrak Etanol Biji

Rambutan (Nephelium lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa

Darah Puasa Mencit Model Diabet. Prosiding Pendidikan Dokter ISSN:

2460-657X

Amarowicz, R. 2007. Tannin: The New Natural Antioxidants. European Journal

of Lipid Science and Technology Vol. 109 page 549-551

American College of Clinical Pharmacy. 2013. Pharmacotherapy Review

Program for Advanced Clinical Pharmacy Practice. Lenexa, Kansas:

American College of Clinical Pharmacy

American Diabetes Association. 2013. Dawn Phenomenon.

http://www.diabetes.org/living-with-diabetes/treatment-and-care/blood-

gluc ose-control/dawn-phenomenon.html

Anonim. 2014. Standard Operating Procedure Preparing Pancreas Section for

Histology. Duarte, California: Integrated Islet Distribution Program

Armitage, D. 2004. Rattus norvegicus. Animal Diversity Web. Diakses tanggal 28

Maret 2016 dari http://animaldiversity.org/accounts/Rattus_norvegicus/

Aronoff, S. L. et al. 2004. Glucose Metabolism and Regulation: Beyond Insulin

and Glucagon. Diabetes Spectrum Vol. 17 (3)

Ayoola, G. A. et al. 2008. Phytochemical Screening and Antioxidant Activities of

Some Selected Medicinal Plants Used for Malaria Therapy in

Southwestern Nigeria. Tropical Journal of Pharmaceutical Research 7 (3)

1019-1024

Bailey, S. M., Udoh, U. S., dan Young, M. E. 2014. Circadian Regulation of

Metabolism. Journal of Endocrinology Vol. 222 No. 2

Bouwens, L., Rooman, I. 2005. Regulation of Pancreatic Beta-Cell Mass.

Physiological Reviews Vol 85 Page 1255-1270

Bowen, R. 2002. The Endocrine Pancreas: Introduction and Index. Diakses pada

25 April 2016 dari http://arbl.cvmbs.colostate.edu/hbooks/pathphys/

endocrine/pancreas/

Brahmachari, G. 2011. Bio-Flavonoids with Promising Antidiabetic Potentials: A

Critical Survey. Opportunity, Challange, and Scope of Natural Product in

Medicinal Chemistry page 187-212

Brunton, L. L. et al (ed). 2008. Goodman & Gilman’s: Manual of Pharmacology

and Therapeutics. United States: McGraw-Hill Companies

Page 72: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dahlan, S. M. 2012. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif,

Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS.

Jakarta: Salemba Medika

Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta: Puspa

Swara

Departemen Kesehatan RI. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes

Mellitus. Direktorat Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia

Departemen Pertanian. 2003. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor

518Kpts/PD.210/10/2003 tentang Pelepasan Rambutan Parakan sebagai

Varietas Unggul Jakarta

DiPiro, J. T. et al. 2005. Pharmacotherapy: A phisiologic Approach. McGraw-

Hill

Dubowski, K. M. 2008. An o-Toluidine Method for Body Fluid Glucose

Determination. Clinical Chemistry 54:11 1919-1920

Duxbury, M. 2004. An Enzymatic Clinical Chemistry Laboratory Experiment

Incorporating an Introduction to Mathematical Method Comparison

Techniques. Biochemistry and Molecular Biology Education Vol. 32, No.

4, Page 246–249,

Etuk, E. U. 2010. Animal Model for Studying Diabetes Mellitus. Agriculture and

Biology Journal of North America 1 (2): 130-134

Evans, W. C. 2002. Trease & Evans Pharmacognosy 15th Edition. Elsevier

Federiuk, I. F. et al. 2004. Induction of Type-1 Diabetes Mellitus in Laboratory

Rats by Use of Alloxan: Route of Administration, Pitfalls, and Insulin

Treatment. Comparative Medicine Vol. 54 No. 3 Page 252-257

Foltz, C. J., Ullman-Cullere, M. 1999. Guidelines for Assessing the Health and

Condition of Mice. Lab Animal Vol. 28 No. 4

Fransworth, N. R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants.

Journal of Pharmaceutical Sciences Vol. 55 No. 3

Page 73: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gale, J. E. et al. 2011. Disruption of Circadian Rhythms Accelerates Development

of Diabetes through Pancreatic Beta-Cell Loss and Dysfunction. Journal of

Biological Rhythms Vol 26 No 5 Page 423-433

Ghorbani, A. 2013. Best Herbs for Managing Diabetes: A Review of Clinical

Studies. Braz. J. Pharm. Sci., V.49, P.413-422

Ghorbani, A. 2013. Phytotherapy for Diabetic Dyslipidemia: Evidence from

Clinical Trials. Clin. Lipidol., V.8, P.311-319, 2013b.

Gorus, F. K., Malaisse, W. J., Pipeleers, D. G. 1982. Selective uptake of Alloxan

by Pancreatic B-Cells. The Biochemical Journal Vol. 208 No. 2 Page 513-

515

Gruppuso, P. A. et al. 1990. Hepatic Protein Phosphotyrosine Phosphatase:

Dephosphorylation of Insulin and epidermal Growth Factor Receptors in

Normal and Alloxan Diabetic Rats. Journal of Clinical Investigation Vol.

85; 1754-1760

Handa, S. S., Khanuja, S. P. S., Longo, G., Rakesh, D. D. (ed). 2008. Extraction

Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Trieste, Italia:

International Center for Science and High Technology

Hayakawa, Tetuo et al. 1984. Effect of Acarbose, an α-glucosidase inhibitor (Bay

G 5421), on Orally Loaded Glucose, Maltose, and Sucrose and on Blood

Glucose Control in Non-Insulin-Dependent Diabetics. Nagoya Journal of

Medicine Scienc 47 page 35-41

Heller, A. Feldman, B. 2008. Electrochemical Glucose Sensors and Their

Application in Diabetes Management. Chemical Reviews, 108, page 2482-

2506

Hosseini, A., Shafiee-Nick, R., Ghorbani, A. 2015. Pancreatic Beta Cell

Protection/Regeneration with Phytotherapy. Brazilian Journal of

Pharmaceutical Sciences Vol. 51 No. 1

IDF Diabetes Atlas, 7th edition. 2015. International Diabetes Federation

Integrated Taxonomic Information System. nd. Nephelium lappaceum L..

http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&searc

h_value=506073

Integrated Taxonomic Information System. nd. Rattus norvegicus.

http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&searc

h_value=180363

Johnson, M. 2012. Laboratory Mice and Rats. http://www.labome.com/method/

Laboratory-Mice-and-Rats.html

Jorns, A. et al. 1997. Comparative Toxicity of Alloxan, N-Alkylalloxans and

Ninhydrin to Isolated Pancreatic Islets In Vitro. Journal of Endocrinology

Vol. 155 page 283-293

Page 74: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kajimoto, Y. dan Kaneto, H. 2004. Role of Oxidative Stress in Pancreatic Beta-

Cell Dysfunction. Annals of The New York Academy of Science page 168-

176

King, J. M., Eigenmann, C. A., Colagiuri, S. 1995. Effect of Ambient

Temperature and Humidity on Performance of Blood Glucose Meters.

Diabetic Medicine: A Journal of The British Diabetic Association Vol. 12,

No. 4, Page 337-340

Koda-Kimble, M. A. et al (ed). 2009. Apllied Therapeutics: The Clinical Use of

Drugs Ninth Edition. USA : Lippincott Williams & Wilkins

Lenzen, S. 2007. Alloxan and Streptozocin Diabetes In Endokrinologie III

Vorträge im Rahmen des Projektes ‘Zeitstrukturen endokriner Systeme’

[Endocrinology III lectures within the ‘time structures of endocrine

systems’ project framework]. Abhandlung der Sächs. Akad. Wiss.,

Mathnaturwiss Klasse, Publisher Saxon Academy of Sciences, Leipzig,

commissioned by S. Hirzel Verlag, Stuttgart/ Leipzig, pp 119–138

Lenzen, S., Drinkgern, J., and Tiedge, M. 1996. Low Antioxidant Enzyme Gene

Expression in Pancreatid Islets Compared with Various Other Mouse

Tissues. Free Radical Biology and Medicine Vol. 20 Issue 3 Page 463-466

Lim, T. K. 2012. Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants: Volume 6 p. 62-71.

DOI 10.1007/978-94-007-5628-1

McMillin. 1990. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory

Examinations. Third Edition. Boston: Butterworths Publisher

Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.

Jurnal Kesehatan Vol. VII No. 2

Narender, T. Khaliq, T. and Madhur, G. 2011. Naturally Occuring

Antihyperglycemic and Antidyslipidemic Agents. Opportunity, Challange,

and Scope of Natural Product in Medicinal Chemistry page 155-185

National Association for Biomedical Research (NABR). 2015. Mice and Rats:

The Essential Need for Animals in Medical Research. Washington DC

National Center for Biotechnology Information. nd. PubChem Compound

Database; Alloxan CID 5781, https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/

compound/5781

Pavarini, D. P. et al. 2012. Exogenous influences on plant secondary metabolite

levels. Animal Feed Science and Technology Vol 176 Page 5-16

Pithon, M. M. 2013. Importance of the Control Group in Scientific Research.

Dental Press Journal of Orthodontics Vol. 18 No. 6

Radenkovi´c, M., Stojanovi´c, M., dan Prostran, M. 2015. Experimental Diabetes

Induced by Alloxan and Streptozotocin: The Current State of The Art.

Page 75: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Journal of Pharmacological and Toxicological Methods DOI:

10.1016/j.vascn.2015.11.004.

Rahayu, L. dkk. 2013. Pengaruh Air Seduhan Biji Rambutan (Nephelium

lappaceum L.) terhadap Glukosa Darah dan Histologi Pankreas Mencit

yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 11 No.

1 28-35

Rohilla, A. and Ali, S., 2012. Alloxan Induced Diabetes: Mechanism and Effect.

International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical

Science Vol. 3 (2)

Saifudin, Azis. 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder: Teori, Konsep, dan

Teknik Pemurnian. Yogyakarta: Deepublish.

Sarker, S. D., Latif, Z., and Gray, A. I. 2006. Natural Products Isolation Second

Edition. Totowa, New Jersey: Humana Press

Skelin, M., Rupnik, M., Cencic, A. 2010. Pancreatic Beta Cell Lines and Their

Application in Diabetes Mellitus Research. Altex Vol. 27 2/10

Soeng, S. et al. 2015. Inhibitory Potential of Rambutan Seeds Extract and

Fractions on Adipogenesis in 3T3-L1 Cell Line. Journal of Experimental

and Integrative Medicine Vol. 5 Issue 1

Steiner, D. J. et al. 2010. Pancreatic Islet Plasticity: Interspecies Comparison of

Islet Architecture and Composition. Islets Vol. 2 Page 135-145

Sukandar, E. Y. dkk. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: ISFI Penerbitan

Sun, C. et al. 2016. Effect of Fasting Time on Measuring Mouse Blood Glucose

Level. International Journal of Clinical and Experimental Medicine Vol. 9

Page 4186-4189

Sweetman, S.C. (Ed). 2009. Martindale: The Complete Drug Reference 36th

Edition. Pharmaceutical Press

Syifa’, N. 2008. Potensi Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium lappaceum L.)

sebagai Penurun Kadar Gluosa Darah pada Tikus Jantan yang diinduksi

Aloksan. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia. Skripsi

Szkudelski T. 2001. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action B

Cells of Rat Pancreas. Physiological Research Vol. 50 Page 536-546

The Institutional Animal Care and Use Committee (IACUC). 2014. Weight Loss

in Research Animals (approved script 2003)

Thitilertdecha, N. et al. Identification of Major Phenolic Compounds from

Nephelium lappaceum L. and Their Antioxidant Activities. Molecules Vol

15 page 1453-1465

Page 76: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tonyushkina, K., Nichols, J. H. 2009. Glucose Meters: A Review of Technical

Challenges to Obtaining Accurate Results. Journal of Diabetes Science

and Technology 3(4): 971–980.

Tyrberg, B., Andersson, A., and Borg, L. A. 2001. Species Differences in

Susceptibility of Transplanted and Cultured pancreatic islets to the beta-

cell toxin alloxan. General and Comparative Endocrinology 122 (3), 238-

251

Ulas, M. et al. 2015. Anti-Diabetic Potential of Chromium Histidin in Diabetic

Retinopathy Rats. BioMed Central Complementary and Alternative

Medicine 15:16

Wang, J. 2008. Electrochemical Glucose Biosensors. Chemical Reviews 108 (2)

page 814-825

Wang, Z. et al. 2010. Estimation of Normal Range of Blood Glucose in

Rats. Journal of Hygiene Research. vol. 39(2): pp 133-7, 142.

World Health Organization. 2000. General Guidelines for Methodologies on

Research and Evaluation of Traditional Medicine. Geneva: World Health

Organization

World Health Organization. 2003. Manual of Basic Techniques for Health

Laboratory 2nd Edition. Geneva: World Health Organization

World Health Organization. 2006. Defintion and Diagnosis of Diabetes Mellitus

and Intermediate Hyperglycemia: Report of a WHO/IDF Consultation.

Geneva: World Health Organization

World Health Organization. 2015. Diabetes programme: World Diabetes Day

2015. http://www.who.int/diabetes/wdd_2015/en/

World Health Organization. 2016. Diabetes Country Profiles 2016.

http://www.who.int/diabetes/country-profiles/en/

Yamada, S. 2011. Historical Achievements of Self-Monitoring of Blood Glucose

Technology Development in Japan. Journal of Diabetes Science and

Technology Vol. 5, Issue 5

Yuda, A. A. G. P., Rusli R., dan Ibrahim A. 2015. Kandungan Metabolit Sekunder

dan efek Penurunan Glukosa Darah Ekstrak Biji Rambutan (Nephelium

lappaceum L.) pada Mencit (Mus musculus). Jurnal Sains dan Kesehatan

Vol. 1 No. 3

Zulhipri, Kartika, I. R., Sumaji, I. 2007. Uji Fitokimia dan Aktivitas Antidiabetes

ekstrak Biji Rambutan (Nephelium lappaceum L.) dengan Berbagai

Pelarut. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Tarumanagara Vol. 13 No. 03 89-97

Page 77: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Determinasi Biji Rambutan

Page 78: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Surat Keterangan Kesehatan Hewan

Page 79: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Surat CoA Aloksan

Page 80: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Alur Pembuatan Ekstrak

Biji Rambutan Nephelium lappaceum L.

Biji dipisahkan dari daging buahnya

Dicuci dengan air bersih dan mengalir

Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan

Sortasi kering

Dihaluskan hingga menjadi serbuk

Determinasi tanaman

Simplisia biji rambutan

903 gram serbuk biji rambutan dimaserasi dengan

etanol 70%. Disimpan di tempat gelap dan

sesekali diaduk. Pelarut diganti setiap 3 hari.

Ekstrak kental

Maserat dipekatkan dengan rotary

evaporator

Disaring dengan kapas dan kertas saring.

Kemudian dilakukan remaserasi hingga

didapat filtrat bening

Page 81: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Alur Aklimatisasi Hewan Uji Metode Induksi Aloksan

Disiapkan 30 ekor tikus putih jantan

dengan bobot 150-250 gr

Tikus dikelompokkan secara acak

menjadi 6 kelompok:

5 ekor kelompok kontrol normal

5 ekor kelompok kontrol positif

5 ekor kelompok kontrol negatif

5 ekor kelompok ekstrak etanol biji

rambutan dosis 80 mg/kgBB

5 ekor kelompok ekstrak etanol biji

rambutan dosis 160 mg/kgBB

5 ekor kelompok ekstrak biji rambutan

dosis 320 mg/kgBB

Diadaptasikan selama 14 hari

Page 82: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Alur Kerja Uji Induksi Aloksan

Kontrol

normal

Dosis 320

mg/kgBB

Dosis 160

mg/kgBB

Dosis 80

mg/kgBB

Kontrol

Positif

Kontrol

negatif

Persiapan tikus puasa selama 12 jam

Perkembangan hewan uji selama 7 hari

Pengukuran kadar hiperglikemia awal

Induksi aloksan dosis 30 mg/200 gr BB tikus

Ekstrak

Dosis 320

mg/kgBB

Ekstrak

Dosis 160

mg/kgBB

Ekstrak

Dosis 80

mg/kgBB

Glibencla

mid 0,1

mg/200 gr

Suspensi

NaCMC

0,5%

Ukur kadar gula darah pada hari ke 7, 14, 21, 28 hari

Ambil jaringan pankreas pada hari ke 28 setelah dilakukan pengukuran

kadar gula darah

Analisa data

Suspensi

NaCMC

0,5%

Page 83: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Alur Kerja Uji Toleransi Glukosa

Tikus dipuasakan selama 12 jam

Kontrol negatif Kontrol positif Dosis tinggi

Na CMC 0,5 % Akarbosa Ekstrak etanol 70 % biji

rambutan dosis 320 mg/kgBB

Larutan sukrosa 80% sebanyak 4 gr/kg BB tikus atau setara dengan 0,8

g/200 g tikus, lalu segera cek kadar glukosa darah puasa pada menit ke-0

Pemeriksaan kadar glukosa darah pada menit ke 30, 60, 90, dan 120

Page 84: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Perhitungan Dosis

A. Aloksan

Dosis 30 mg/200 g BB tikus

Untuk satu ekor tikus 200 g, maka volume larutan aloksan adalah :

VAO = Dosis × Berat Badan

Konsentrasi

=

30 mg200 g BB⁄ ×200 g

30 mgmL⁄

= 1 mL

B. Glibenklamid

HED (mg/kg) = dosis hewan (mg/kg) x km hewan

km manusia

5 mg/60 kg = dosis hewan (mg/kg) x 6

37

0,083 mg/kg ` = dosis hewan (mg/kg) x 0,162

Dosis hewan ` = 0,083 mg/kg

0,162

Dosis hewan = 0,5 mg/kg

= 0,1 mg/200 g BB

Untuk satu ekor tikus 200 g, maka volume suspensi sediaan glibenklamid

adalah :

VAO = Dosis × Berat Badan

Konsentrasi

=

0,1 mg200 g BB⁄ ×200 g

0,1 mgmL⁄

= 1 mL

C. Akarbosa

HED (mg/kg) = dosis hewan (mg/kg) x km hewan

km manusia

50 mg/60 kg = dosis hewan (mg/kg) x 6

37

Page 85: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0,83 mg/kg = dosis hewan (mg/kg) x 0,162

Dosis hewan = 0,083 mg/kg

0,162

= 5 mg/kg

= 1 mg/ 200 g

Untuk satu ekor tikus 200 g, maka volume suspensi sediaan akarbosa adalah :

VAO = Dosis × Berat Badan

Konsentrasi

=

1 mg200 g BB⁄ ×200 g

1 mgmL⁄

= 1 mL

D. Sukrosa

Dosis = 4 g/kg BB

= 0,8 g/200 g BB

Konsentrasi sukrosa 80 % = 80 mg/ 100 mL = 0,8 mg/mL

Untuk satu ekor tikus 200 g, maka volume larutan adalah :

VAO = Dosis × Berat Badan

Konsentrasi

=

0,8 mg200 g BB⁄ ×200 g

0,8 mgmL⁄

= 1 mL

E. Ekstrak biji rambutan

Ekstrak etanol biji rambutan diberikan dalam dosis:

Dosis rendah = 80 mg/kgBB

Dosis sedang = 160 mg/kgBB

Dosis tinggi = 320 mg/kgBB

1. Dosis rendah

Untuk satu ekor tikus 200 g, maka volume suspensi sediaan untuk dosis

rendah adalah :

Dosis rendah = 80 mg/kgBB = 16 mg/200 g BB

Page 86: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

VAO = Dosis × Berat Badan

Konsentrasi

=

16 mg200 g BB⁄ ×200 g

16 mgmL⁄

= 1 mL

2. Dosis sedang

Untuk satu ekor tikus 200 g, maka volume suspensi sediaan untuk dosis

sedang adalah :

Dosis sedang = 160 mg/kgBB = 32 mg/200 g BB

VAO = Dosis × Berat Badan

Konsentrasi

=

32 mg200 g BB⁄ ×200 g

32 mgmL⁄

= 1 mL

3. Dosis tinggi

Untuk satu ekor tikus 200 g, maka volume suspensi sediaan untuk dosis

tinggi adalah :

Dosis tinggi = 320 mg/kgBB = 64 mg/200 g BB

VAO = Dosis × Berat Badan

Konsentrasi

=

64 mg200 g BB⁄ ×200 g

64 mgmL⁄

= 1 mL

Page 87: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Penapisan Fitokimia Ekstrak

No. Uji

kandungan

Keterangan gambar Indikator hasil positif Hasil

1 Alkaloid

(a) (b)

(a) Pereaksi

Dragendroff:

adanya endapan

berwarna oranye

hingga merah

(b) Pereaksi Mayer:

terbentuk dengan

endapan berwarna

putih atau kuning.

Hasil : +

(a) Menggunakan

pereaksi dragendorf

terbentuk endapan

(b) Menggunakan

pereaksi meyer

terbentuk endapan

putih kekuningan (+)

2 Flavonoid

Terbentuk warna

merah muda, oranye,

atau warna merah

hingga ungu

Hasil : (+)

Terdapat endapan

berwarna oranye

3 Tanin

Terbentuk warna biru,

hijau, biru kehijauan,

hijau kecoklatan atau

biru kehitaman

Hasil : +

Terbentuk warna hijau

kecokelatan

4 Saponin

Terbentuknya buih

yang stabil selama

tidak kurang dari 10

menit

Hasil : (-)

Setelah pengocokan

terbentuk busa yang

hilang setelah 10 menit

Page 88: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5 Steroid dan

triterpenoid

i. Steroid : Terjadi

perubahan warna

menjadi biru atau

biru kehijauan.

ii. Triterpenoid :

terbentuk warna

merah, pink, atau

ungu

Hasil : -

Tidak terjadi perubahan

warna

6 Antrakuinon

Terjadi perubahan

warna pada larutan

Hasil : -

Tidak terjadi perubahan

warna

Page 89: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Gambar Kegiatan Penelitian

Buah rambutan parakan

Simplisia biji rambutan

Proses filtrasi

Ekstraksi dengan

metode maserasi

Penguapan filtrat dengan rotary

evaporator

Ekstrak etanol 70%

biji rambutan

Penimbangan hewan uji

Pemberian sediaan uji

Glukometer GlucoDR

Pengukuran kadar

glukosa darah tikus

Page 90: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Perhitungan Rendemen, Kadar Air, dan Kadar Abu Ekstrak

Perhitungan Rendemen Ekstrak

Persentase rendemen ekstrak = Bobot Ekstrak

Bobot Simplisia × 100%

= 49,19 gram

903 gram × 100%

= 5,44 %

Pemeriksaan Kadar Air

Berat botol timbang kosong = 12,0533 gram

Berat sampel (A) = 2,5365 gram

Berat botol timbang + sampel sebelum dioven (B) = 14,5898 gram

Berat botol timbang + sampel sesudah dioven (C) = 14,3619 gram

% Kadar Air = B - C x 100%

A

= 14,5898 – 14,3619 x 100%

2,5365

= 8,98 %

Pemeriksaan Kadar Abu

Berat kurs kosong (A) = 37,3845 gram

Berat sampel = 2,5469 gram

Berat kurs + sampel sebelum ditanur (B) = 39,9314 gram

Berat kurs + sampel sesudah ditanur (C) = 37,5573 gram

% Kadar Abu = C – A x 100%

B – A

= 37,5573 – 37,3845 x 100%

39,9314 – 37,3845

= 6,78%

Page 91: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12 Kadar Glukosa Darah Tikus Uji Pendahuluan

Tikus

Kadar glukosa darah (mg/dL)

Sebelum induksi 3 hari setelah

induksi

7 hari setelah

induksi

1 100 128 166

2 126 136 161

3 125 287 492

4 (Normal) 92 99 91

Page 92: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Kadar Glukosa Darah Tikus Uji Induksi Aloksan

Kelompok

Perlakuan

Kadar Glukosa Darah (mg/dL)

Sebelum

induksi

Setelah

induksi

Hari7 Hari14 Hari21

Kontrol

normal

1 111 95 105 102 99

2 82 113 57 89 114

3 75 117 111 116 119

4 97 60 87 115 97

5 139 55 96 80 66

Kontrol

negatif

1 91 471 355 399 420

2 92 411 327 328 281

3 115 423 549 554 600

4 111 160 168 168 170

5 88 273 254 281 284

Kontrol

positif

1 138 580 470 372 123

2 101 443 264 143 154

3 98 155 141 123 77

4 93 268 169 153 142

5 91 327 143 152 143s

Dosis 80

mg/kgBB

1 99 232 178 183 156

2 79 486 426 375 284

3 95 462 435 379 254

4 111 289 254 212 143

5 89 158 154 146 105

Dosis 160

mg/kgBB

1 98 399 216 338 179

2 100 379 284 276 196

3 119 332 313 109 129

4 82 159 139 83 83

5 92 144 150 142 136

Dosis 320

mg/kgBB

1 106 338 131 157 114

2 122 178 159 155 133

3 109 216 152 126 108

4 98 359 124 119 107

5 115 354 170 254 152

Page 93: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Kadar Glukosa Uji Penghambatan Aktivitas Enzim α Glukosidase

Kelompok

Kadar Glukosa Darah (mg/dL)

Menit ke-

0

Menit ke-

30

Menit ke-

60

Menit ke-

90

Menit ke-

120

Kontrol

negatif

94 180 222 160 82

107 162 216 147 72

113 149 189 124 122

138 156 189 135 129

110 125 180 125 120

Kontrol

positif

97 138 174 126 116

106 139 162 125 102

109 139 164 125 122

88 124 145 117 85

99 136 143 134 121

Ekstrak dosis

tinggi

113 142 132 111 104

82 160 137 132 108

103 167 153 133 119

90 142 126 118 106

111 137 112 93 70

Page 94: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah Uji Induksi Aloksan

A. Kontrol Positif (Glibenklamid)

Hari ke-7 pemberian ekstrak 354,6−237,4

354,6× 100 % = 33,05 %

Hari ke-14 pemberian ekstrak 354,6−188,6

354,6× 100 % = 46,81 %

Hari ke-21 pemberian ekstrak 354,6−127,8

354,6× 100 % = 63,96 %

B. Dosis Rendah (Ekstrak 80 mg/kg BB)

Hari ke-7 pemberian ekstrak 325,4−289,4

325,4× 100 % = 11,06 %

Hari ke-14 pemberian ekstrak 325,4−259

325,4× 100 % = 20,41 %

Hari ke-21 pemberian ekstrak 325,4−188,4

325,4× 100 % = 42,10 %

C. Dosis Sedang (Ekstrak 160 mg/kg BB)

Hari ke-7 pemberian ekstrak 282,6−220,4

282,6× 100 % = 22,01 %

Hari ke-14 pemberian ekstrak 282,6−189,6

282,6× 100 % = 32,91 %

Hari ke-21 pemberian ekstrak 282,6−144,6

282,6× 100 % = 48,83 %

D. Dosis Tinggi (Ekstrak 320 mg/kg BB)

Hari ke-7 pemberian ekstrak 272,75−147,2

272,75× 100 % = 49,07 %

Hari ke-14 pemberian ekstrak 272,75−162,2

272,75× 100 % = 43,88 %

Hari ke-21 pemberian ekstrak 272,75−122,8

272,75× 100 % = 57,51 %

Page 95: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Analisis Kadar Glukosa Darah Uji Induksi Aloksan

1. Uji Normalitas dan Homogenitas kadar glukosa darah

a. Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov

Tujuan : Untuk melihat distribusi data kadar glukosa darah tikus

Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus terdistribusi normal

Ha = Data kadar glukosa darah tikus tidak terdistribusi

normal

Pengambilan Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Keputusan : Kadar glukosa tikus tidak terdistribusi normal pada data hari

ke-21 setelah pemberian ekstrak (p ≤ 0,05)

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data kadar glukosa darah tikus uji homogen

atau tidak

Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus homogen

Ha = Data kadar glukosa darah tikus tidak homogen

Pengambilan Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Page 96: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kesimpulan : Data kadar glukosa darah tidak homogen pada waktu setelah

induksi, hari ke-7, dan hari ke-21 (p ≤ 0,05) sehingga analisis dilanjutkan

dengan uji Kruskal-Wallis.

2. Uji Kruskal-Wallis

Tujuan : Untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan secara

bermakna pada data kadar glukosa darah tikus uji

Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara

bermakna

Ha = Data kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna

Pengambilan Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna pada waktu setelah induksi,

hari ke-7, ke-14, dan ke-21. Sedangkan pada waktu sebelum induksi tidak

terdapat perbedaan secara bermakna. Analisis dilanjutkan dengan uji Mann

Whitney.

3. Uji Mann Whitney

Tujuan : Untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna

pada data kadar glukosa darah tikus uji

Page 97: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara

bermakna

Ha = Data kadar glukosa darah tikus berbeda secara

bermakna

Pengambilan Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

a. Kontrol Positif vs Kontrol Negatif

Tidak ada perbedaan secara bermakna antara kadar glukosa darah

tikus kontrol positif dengan kontrol negatif pada waktu sebelum

induksi, setelah induksi, serta pada hari ke-7.

Terdapat perbedaan secara bermakna antara kadar glukosa darah

tikus kelompok kontrol positif dengan kontrol negatif pada hari ke-

14 dan ke-21.

b. Kontrol Positif vs Dosis Tinggi

Page 98: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tidak ada perbedaan secara bermakna antara kadar glukosa darah

tikus kontrol positif dengan dosis tinggi pada waktu sebelum

induksi, setelah induksi, serta pada hari ke-7, ke-14 dan ke-21

pemberian ekstrak.

c. Kontrol Positif vs Dosis Sedang

Tidak terdapat perbedaan secara bermakna antara kadar glukosa

darah tikus kelompok kontrol positif dan dosis sedang pada waktu

sebelum induksi, setelah induksi, hari ke-7, ke-14, dan ke-21

pemberian ekstrak.

d. Kontrol Positif vs Dosis Rendah

Tidak terdapat perbedaan secara bermakna antara kadar glukosa

darah tikus kelompok kontrol positif dan dosis rendah pada waktu

sebelum induksi, setelah induksi, serta pada hari ke-7, ke-14, dan

ke-21pemberian ekstrak.

Page 99: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Kontrol Negatif vs Dosis Tinggi

Tidak terdapat perbedaan secara bermakna antara kadar glukosa

darah tikus kelompok kontrol negatif dan dosis tinggi pada waktu

sebelum dan setelah induksi.

Terdapat perbedaan secara bermakna antara kadar glukosa darah

tikus kelompok kontrol negatif dengan dosis tinggi pada hari ke-7,

ke -14, dan ke-21 pemberian ekstrak.

f. Kontrol Negatif vs Dosis Sedang

Tidak terdapat perbedaan secara bermakna antara kadar glukosa

darah tikus kelompok kontrol negatif dan dosis sedang pada waktu

sebelum induksi, setelah induksi, hari ke-7 dan ke-14 pemberian

ekstrak.

Terdapat perbedaan secara bermakna antara kadar glukosa darah

tikus kelompok kontrol negatif dengan dosis sedang pada hari ke-

21 pemberian ekstrak

Page 100: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

g. Kontrol Negatif vs Dosis Rendah

Tidak terdapat perbedaan secara bermakna antara kadar glukosa

darah tikus kelompok kontrol negatif dan dosis rendah pada waktu

sebelum induksi, setelah induksi, hari ke-7, ke-14, dan ke-21

pemberian ekstrak.

h. Dosis Tinggi vs Dosis Sedang

Tidak terdapat perbedaan secara bermakna antara kadar glukosa

darah tikus dosis tinggi dan dosis sedang pada waktu sebelum

induksi, setelah induksi, serta pada hari ke-7, ke-14, dan ke-21

pemberian ekstrak.

Page 101: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

i. Dosis Tinggi vs Dosis Rendah

Tidak terdapat perbedaan secara bermakna antara kadar glukosa

darah tikus kelompok dosis tinggi dan dosis rendah pada waktu

sebelum induksi, setelah induksi, hari ke-14, dan ke-21 pemberian

ekstrak.

Terdapat perbedaan secara bermakna antara kadar glukosa darah

tikus kelompok dosis tinggi dengan dosis rendah pada hari ke-7

pemberian ekstrak

j. Dosis Sedang vs Dosis Rendah

Tidak terdapat perbedaan secara bermakna antara kadar glukosa

darah tikus dosis sedang dan dosis rendah pada waktu sebelum

induksi, setelah induksi, serta pada hari ke-7, ke-14, dan ke-21

pemberian ekstrak.

Page 102: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Analisis Kadar Glukosa Darah Uji Aktivitas Penghambatan Enzim

α Glukosidase

1. Uji Normalitas dan Homogenitas kadar glukosa darah

a. Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov

Tujuan : Untuk melihat distribusi data kadar glukosa darah tikus

Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus terdistribusi normal

Ha = Data kadar glukosa darah tikus tidak terdistribusi

normal

Pengambilan Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Keputusan : Kadar glukosa tikus terdistribusi normal pada data menit ke-0,

30, 60, 90, dan 120 (p ≥ 0,05)

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data kadar glukosa darah tikus uji homogen

atau tidak

Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus homogen

Ha = Data kadar glukosa darah tikus tidak homogen

Pengambilan Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Page 103: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kesimpulan : Data kadar glukosa darah homogen pada menit ke-0, 30, 60,

90, dan 120 (p ≥ 0,05) sehingga analisis dilanjutkan dengan uji analisa

varian (ANOVA) satu arah.

2. Uji analisa varian (ANOVA) satu arah

Tujuan : Untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan secara

bermakna pada data kadar glukosa darah tikus uji

Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara

bermakna

Ha = Data kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna

Pengambilan Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Page 104: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna pada menit ke-60 (p ≤ 0,05).

Sedangkan pada menit ke-0, 30, 90, dan 120 tidak terdapat perbedaan secara

bermakna (p ≥ 0,05). Analisis dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil.

3. Uji Beda Nyata Terkecil

Tujuan : Untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna

pada data kadar glukosa darah tikus uji

Hipotesis : Ho = Data kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara

bermakna

Ha = Data kadar glukosa darah tikus berbeda secara

bermakna

Pengambilan Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Page 105: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol

positif, kontrol negatif, dan kelompok uji pada menit ke-60 (p ≤ 0,05).

Page 106: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Foto Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Tikus Uji Induksi

Aloksan

Kelompok

Perlakuan

Sebelum

Induksi

7 Hari

Setelah

Induksi

7 Hari

Setelah

Pemberian

Sediaan

14 Hari

Setelah

Pemberian

Sediaan

21 Hari

Setelah

Pemberian

Sediaan

Kontrol

Normal

Kontrol

negatif

Page 107: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kontrol

positif

Page 108: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dosis

rendah

Page 109: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dosis

sedang

Dosis

tinggi

Page 110: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 111: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 19. Foto Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Tikus Uji Aktivitas

Penghambatan Enzim α Glukosidase

Kelompok

Perlakuan

Menit Ke-0

Setelah

Pemberian

Larutan

Sukrosa

Menit Ke-30

Setelah

Pemberian

Larutan

Sukrosa

Menit Ke-60

Setelah

Pemberian

Larutan

Sukrosa

Menit Ke-90

Setelah

Pemberian

Larutan

Sukrosa

Menit Ke-

120 Setelah

Pemberian

Larutan

Sukrosa

Kontrol

Negatif

Kontrol

Positif

Page 112: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dosis

Tinggi

Page 113: UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34314...mana bijinya digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk menurunkan kadar glukosa

98

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta