uji daya antibakteri pada sediaan hand sanitizer...

44
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER KITOSAN TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli Eko Kusumawati 1) , Supomo 2) dan Libiyah 2) 1) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mulawarman Samarinda 2) Akademi Farmasi Samarinda ABSTRACT This study aimed to compare the effevtiveness of antibacterialgel hand sanitizer of chitosan shrimp shells ini suppressing the growth of bacteria Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Antibacterial effectiveness was analyzed using a diffusion method.Data were analyzed statistically using One Way ANOVA. The results showed that hand sanitizer with chitosan concentration of 1% had a greater inhibitory against Staphylococcus aureus that is 2,49 mm and against Escherichia coli that is 0,705 mm, while the results of positive control (Dettol) of inhibition greater than formula 1,which is 6,31 mm for Staphylococcus aureus and 4,75 mm for Escherichia coli. The resulting inhibition of hand sanitizer formula shrimp shell chitosan weak category. Basedonthe results of this study concluded that chitosan concentration of 1% which is formulated in the form of hand sanitizer gel had weakinhibition against bacteria Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Keywords: antibacteri, chitosan, gel, hand sanitizer PENDAHULUAN Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan tangan adalah dengan menggunakan gel antiseptik tangan (hand sanitizer). Sebagai alternatif praktis menggantikan sabun dan air untuk mencuci tangan, gel antiseptik tangan diformulasikan sebagai pembersih tangan yang mudah dibawa serta dapat diperoleh dengan mudah. Dewasa ini penggunaan gel antiseptik tangan mendapat respon positif dari masyarakat, namun kebanyakan produk gel antiseptik tangan di pasaran berbahan dasar alkohol yang memiliki kekurangan dapat mengiritasi kulit dan membuat kulit kering bila digunakan berulang- ulang. Sebagai salah satu alternatif, kulit udang yang mengandung kitosan dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri dalam sediaan hand sanitizer. Nurainy et al. (2008) menyatakan bahwa terdapat aktivitas penghambatan kitosan dari kulit udang sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan diameter penghambatan tertinggi pada penambahan kitosan dengan konsentrasi 0,2% sebesar 20,27 mm/mg kitosan dan terendah dengan konsentrasi 0,8% sebesar 6,82 mm/mg kitosan, sementara untuk aktivitas penghambatan antibakteri Escherichia coli dengan diameter penghambatan tertinggi pada penambahan kitosan dengan konsentrasi 0,2% sebesar 31,53 mm/mg kitosan dan terendah pada penambahan kitosan dengan konsentrasi 0,8% sebesar 14,22 mm/mg kitosan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas antibakteri gel hand sanitizer berbahan dasar kitosan dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Upload: dangnhan

Post on 12-Mar-2019

280 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1

UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER KITOSAN

TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus

DAN Escherichia coli

Eko Kusumawati1)

, Supomo2)

dan Libiyah2)

1) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mulawarman Samarinda

2) Akademi Farmasi Samarinda

ABSTRACT

This study aimed to compare the effevtiveness of antibacterialgel hand sanitizer of

chitosan shrimp shells ini suppressing the growth of bacteria Staphylococcus aureus

and Escherichia coli. Antibacterial effectiveness was analyzed using a diffusion

method.Data were analyzed statistically using One Way ANOVA. The results showed

that hand sanitizer with chitosan concentration of 1% had a greater inhibitory against

Staphylococcus aureus that is 2,49 mm and against Escherichia coli that is 0,705 mm,

while the results of positive control (Dettol) of inhibition greater than formula 1,which

is 6,31 mm for Staphylococcus aureus and 4,75 mm for Escherichia coli. The resulting

inhibition of hand sanitizer formula shrimp shell chitosan weak category. Basedonthe

results of this study concluded that chitosan concentration of 1% which is formulated in

the form of hand sanitizer gel had weakinhibition against bacteria Staphylococcus

aureus and Escherichia coli.

Keywords: antibacteri, chitosan, gel, hand sanitizer

PENDAHULUAN

Salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk menjaga kebersihan

tangan adalah dengan menggunakan gel

antiseptik tangan (hand sanitizer).

Sebagai alternatif praktis menggantikan

sabun dan air untuk mencuci tangan, gel

antiseptik tangan diformulasikan

sebagai pembersih tangan yang mudah

dibawa serta dapat diperoleh dengan

mudah. Dewasa ini penggunaan gel

antiseptik tangan mendapat respon

positif dari masyarakat, namun

kebanyakan produk gel antiseptik

tangan di pasaran berbahan dasar

alkohol yang memiliki kekurangan

dapat mengiritasi kulit dan membuat

kulit kering bila digunakan berulang-

ulang. Sebagai salah satu alternatif,

kulit udang yang mengandung kitosan

dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri

dalam sediaan hand sanitizer.

Nurainy et al. (2008) menyatakan

bahwa terdapat aktivitas penghambatan

kitosan dari kulit udang sebagai

antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dengan diameter penghambatan

tertinggi pada penambahan kitosan

dengan konsentrasi 0,2% sebesar 20,27

mm/mg kitosan dan terendah dengan

konsentrasi 0,8% sebesar 6,82 mm/mg

kitosan, sementara untuk aktivitas

penghambatan antibakteri Escherichia

coli dengan diameter penghambatan

tertinggi pada penambahan kitosan

dengan konsentrasi 0,2% sebesar 31,53

mm/mg kitosan dan terendah pada

penambahan kitosan dengan konsentrasi

0,8% sebesar 14,22 mm/mg kitosan.

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui perbandingan

efektivitas antibakteri gel hand

sanitizer berbahan dasar kitosan dalam

menghambat pertumbuhan bakteri

Page 2: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 2

Escherichia coli dan Staphylococcus

aureus.

METODE PENELITIAN

Persiapan Sampel dan Perlakuan

Sampel kitosan yang akan

digunakan sebagai sediaan gel

antiseptik tangan diperoleh dari CV.

M&H Farm, selanjutnya diberi

perlakuan sebagai berikut :

P1 = Kontrol (+) Dettol terhadap

bakteri Staphylococcus aureus

P2 = Formula 1 (Kitosan 1%)

terhadap bakteri Staphylococcus

aureus

P3 = Kontrol negatif (Larutan DMSO

1%) terhadap bakteri

Staphylococcus aureus

P4 = Kontrol (+) Dettol terhadap

bakteri Escherichia coli

P5 = Formula 1 (Kitosan 1%)

terhadap bakteri Escherichia coli

P6 = Kontrol negatif (Larutan DMSO

1%) terhadap bakteri

Escherichia coli

Pembuatan Media 1. Media Agar Miring

Bubuk NA merk Oxoid ditimbang

sebanyak 2,8 gram, dimasukkan ke

dalam labu erlenmayer ditambahkan

aquadest 100 ml. Kemudian

diletakkan diatas hotplate dan

diaduk menggunakan magnetic

stirrer sampai mendidih. Sebanyak

5 ml dituangkan masing-masing

pada 5 tabung reaksi steril dan

ditutup dengan aluminium foil.

Media tersebut disterilkan dalam

autoklaf pada suhu 121oC selama 15

menit, kemudian dibiarkan pada

suhu ruangan selama 1 malam

sampai media memadat pada

kemiringan 45o. Media agar miring

digunakan untuk peremajaan

bakteri.

2. Media Mueller Hinton Agar (MHA)

Bubuk MHA ditimbang sebanyak

38 gram, dimasukkan ke dalam labu

erlenmayer ditambahkan aquadest

1000 ml. Kemudian diletakan diatas

hotplate dan diaduk menggunakan

magnetic stirrer. Setelah mendidih,

ditutup dengan kapas lalu dilapisi

dengan aluminium foil. Selanjutnya

disterilkan dalam autoklaf dengan

tekanan 2 atm pada suhu 121°C

selama 15 menit.

3. NaCl 0,9%

Sebanyak NaCl 0,9 gram ditimbang,

kemudian dimasukkan ke dalam

beaker glass ditambahkan dengan

aquadest sampai 100 ml, diaduk

hingga homogen. Selanjutnya

dimasukkan ke dalam 5 tabung

reaksi masing-masing berisi 9 ml.

4. Inokulasi Bakteri pada Media Agar

Miring

Bakteri uji diambil dengan jarum

ose steril, lalu ditanamkan pada

media agar miring dengan cara

menggores. Selanjutnya diinkubasi

pada suhu 37oC selama 48 jam.

5. Pembuatan Standar Kekeruhan

Larutan (Larutan Mc.Farland)

Larutan H2SO40,36 N sebanyak 99,5

ml dicampurkan dengan larutan

BaCl2.2H2O 1,175% sebanyak 0,5

ml dalam erlenmeyer. Kemudian

dikocok sampai terbentuk larutan

yang keruh. Kekeruhan ini dipakai

sebagai standar kekeruhan suspensi

bakteri uji.

6. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji

Bakteri uji yang telah diinokulasi

diambil dengan kawat ose steril lalu

dimasukkan ke dalam tabung reaksi

yang berisi 9 ml larutan NaCl 0,9%

kemudian divortex hingga diperoleh

kekeruhan yang sama dengan

standar kekeruhan larutan Mc.

Farland. Perlakuan yang sama

dilakukan pada setiap jenis bakteri

uji.

Page 3: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 3

Aktivitas Antibakteri

Media MHA dituang ke dalam 5

cawan petri masing-masing sebanyak 15

ml, dibiarkan hingga memadat. Tabung

yang telah berisi suspensi bakteri uji

diambil dan disterilkan pinggiran

tabung reaksi di atas lampu bunsen.

Setelah itu lidi kapas dicelupkan ke

dalam tabung reaksi. Pinggiran cawan

petri difiksasi di atas lampu bunsen.

Lidi kapas tadi diswab ke dalam cawan

petri hingga merata. Kemudian

pinggiran cawan petri yang berisi kertas

cakram difiksasi di atas lampu bunsen.

Lalu dicelupkan pinset ke dalam

alkohol 70%, setelah itu difiksasi di atas

lampu bunsen kemudian diangin-

anginkan. Kertas cakram diambil

dengan pinset, lalu dicelupkan ke dalam

gel hand sanitizer kitosan setelah itu

ditanamkan kertas cakram ke dalam

cawan petri dan dianggap sebagai

ulangan pertama. Pengulangan ini

dilakukan hingga 3 kali. Setelah selesai

diberi label, lalu diinkubasi secara

terbalik selama 24 jam dengan suhu

37oC.

Analisis Data

Data hasil penelitian berupa data

kuantitatif. Data kuantitatif berupa daya

antibakteri yang terbentuk pada uji

aktivitas anti bakteri. Data kuantitatif

diuji dengan menggunakan metode

ANOVA (jika data yang diperoleh

berdistribusi normal) atau uji Friedman

(jika data tidak berdistribusi normal).

Sebelum diuji dengan menggunakan

metode One Way ANOVA, terlebih

dahulu dilakukan uji Shapiro-Wilkuntuk

menentukan apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Selanjutnya,

dilakukan uji lanjutan yaitu dengan uji

Duncan untuk mengetahui perbedaan

secara nyata pada perbedaan perlakuan

dan hasil yang diperoleh. Data diolah

dengan menggunakan program

Microsoft Excel2010dan SPSS20.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan uji

antibakteri terhadap formula gel hand

sanitizer kitosan dengan konsentrasi 1%

dengan metode Kirby Bauer (kertas

cakram). Sebagai pembanding

digunakan kontrol positif (Dettol) dan

kontrol negatif (larutan DMSO 1%).

Hasil penelitian yang dilakukan dapat

dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Aktivitas antibakteri gel pembersih tangan berbahan dasar kitosan terhadap

bakteriStaphylococcus aureusdan Escherichia coli

Perlakuan Rata-rata zona hambat (mm) Kriteria zona hambat (mm)

P1 4,75 < 5 (Lemah)

P2 4,57 < 5 (Lemah)

P3 0,00 Tidak ada

P4 6,31 5-10 (Sedang)

P5 2,49 < 5 (Lemah)

P6 0,00 Tidak ada Keterangan:

P1 = Kontrol (+) Dettol terhadap bakteri Staphylococcus aureus

P2 = Formula 1 (Kitosan 1%) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

P3 = Kontrol negatif (Larutan DMSO 1%) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

P4 = Kontrol (+) Dettol terhadap bakteri Escherichia coli

P5 = Formula 1 (Kitosan 1%) terhadap bakteri Escherichia coli

P6 = Kontrol negatif (Larutan DMSO 1%) terhadap bakteri Escherichia coli

Page 4: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 4

Dari data yang diperoleh seperti

pada Tabel 1 diketahui bahwa formula

hand sanitizer memiliki daya hambat

kategori lemah baik terhadap bakteri

Staphylococcus aureus maupun

Escherichia coli. Hasil daya hambat

tersebut lebih kecil bila dibandingkan

dengan kontrol positif (Dettol). Pada

kontrol negatif (Lautan DMSO 1%)

tidak ada daya hambat yang dihasilkan.

Pada penelitian ini digunakan

metode cakram kertas. Metode ini

digunakan karena memliki kelebihan;

mudah dilakukan, tidak memerlukan

peralatan khusus dan relatif murah.

Sedangkan kelemahannya adalah

ukuran zona bening yang terbentuk

tergantung oleh kondisi inkubasi,

inokulum, predifusi dan preinkubasi

serta ketebalan medium. Apabila

keempat faktor tersebut tidak sesuai

maka hasil dari metode cakram kertas

relatif sulit untuk ditentukan. Selain itu,

metode cakram kertas ini tidak dapat

diaplikasikan pada mikroorganisme

yang pertumbuhannya lambat dan

mikroorganisme yang bersifat anaerob

obligat (Jawetz et al., 2005).

Bahan aktif yang digunakan

dalam formula gel hand sanitizer ini

adalah kitosan. Kitosan yang

merupakan polimer kationik yang

bersifat nontoksik, dapat mengalami

biodegradasi dan bersifat

biokompatibel. Kitosan merupakan

senyawa polikationik alam yang unik

memiliki aktivitas antibakteri (Liu et

al., 2006). Berdasarkan sifat antibakteri

kitosan dari penelitian sebelumnya

maka digunakan konsentrasi 1% pada

setiap formula. Sebagai kontrol positif

digunakan Dettol dan kontrol negatif

digunakan larutan DMSO 1%.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pada formula hand sanitizer

dengan konsentrasi kitosan 1%

memiliki daya hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu sebesar

2,49 mm. Hal ini menunjukkan bahwa

daya hambat hand sanitizer kitosan

pada bakteri Staphylococcus aureus

lemah. Darmanto et al. (2010)

menyatakan bahwa mekanisme aktivitas

antimikroba dari kitosan terhadap

Staphylococcus aureus yaitu kitosan

akan membentuk membran polimer

pada permukaan sel Staphylococcus

aureus sehingga akan menghambat

nutrisi masuk kedalam sel. Hal ini

disebabkan oleh adanya gugus amina

pada kitosan yang mempunyai muatan

kationik yang dapat mengikat sumber

makan bagi bakteri tersebut seperti

alginat, pektin, protein, dan

polielektrolit anorganik seperti

polifosfat. Aktivitas antibakteri kitosan

terhadap Staphylococcus aureus

meningkat dengan peningkatan berat

molekul kitosan. Selain itu, aktivitas

antibakteri kitosan dipengaruhi oleh

derajat deasetilasi, konsentrasi dalam

larutan, dan pH media. Pada penelitian

ini data yang diperoleh dianalisis

menggunakan uji One Way ANOVA

dengan taraf kepercayaan 95% sehingga

dapat diketahui bahwa hand sanitizer

kitosan 1% tidak menunjukkan daya

hambat yang signifikan pada bakteri

Staphylococcus aureus. Hal ini

dimungkinkan terjadi karena kurang

homogennya kitosan dengan basis gel

sehingga efektivitasnya pun ikut

berkurang.

Staphylococcus aureus

merupakan jenis bakteri Gram positif.

Menurut Pelczar dan Chan (1998),

struktur dinding bakteri Gram positif

relatif sederhana sehingga memudahkan

senyawa antibakteri menemukan

sasaran untuk bekerja. Kitosan dapat

berikatan dengan lipid yang ada pada

permukaan dinding sel bakteri. Menurut

Yusman (2006), bakteri Gram positif

memiliki kandungan peptidoglikan yang

tinggi dibandingkan dengan bakteri

Gram negatif. Kandungan

Page 5: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 5

peptidoglikan yang tinggi akan

mengakibatkan tingginya kandungan

lipid. Menurut Widodo et al. (2006),

kitosan bersifat polikationik dapat

mengikat lipid dan logam berat.

Rusaknya lipid pada dinding sel bakteri

akan mengakibatkan rusaknya

pertahanan sel. Bakteri Gram positif

memiliki asam teikoat, polimer yang

bersifat asam yang mengandung ribitol,

fosfat, atau gliserol fosfat. Menurut

Yusman (2006), asam teikoat yang

bersifat asam dan mengandung ulangan

rantai gliserol fosfat dan ribotol fosfat

pada bakteri Gram positif menyebabkan

bakteri Gram positif bermuatan negatif.

Muatan negatif pada dinding sel bakteri

akan berikatan dengan muatan positif

dari kitosan membentuk senyawa yang

tidak bermuatan. Selain asam teikoat

akan berikatan dengan kitosan yang

bersifat basa.

Berdasarkan Tabel 1 dapat

diketahui bahwa pada formula hand

sanitizer dengan konsentrasi kitosan 1%

memiliki daya hambat yang lemah pada

bakteri Escherichia coli yaitu sebesar

4,57 mm. Kemungkinan besar sasaran

agen antibakteri kitosan adalah dinding

sel, membran sitoplasma dan

mengganggu sintesis DNA sel bakteri.

Bahan antibakteri khususnya dengan

gugus ammonium kuaterner berinteraksi

dengan dinding sel yang mengandung

protein, lipopolisakarida atau

peptidoglikan, serta asam teikoat yang

mengandung alkohol dan fosfat.

Escherichia coli merupakan bakteri.

Gram negatif yang memiliki dinding sel

yang tersusun dari peptidoglikan yang

merupakan lipopolisakarida dan asam

teikoat yang terdiri dari alkohol dan

fosfat. Membran sitoplasma

mengandung protein dan phospolipida.

Adanya phospat, protein, alkohol, asam

teikoat dan phospolipid menyebabkan

bakteri memiliki gugus hidrofilik yang

cenderung bermuatan negatif dan lebih

polar, walaupun di sisi lain memiliki

gugus hidrofobik. Gugus hidrofilik yang

cenderung bermuatan negatif ini

kemudian berinteraksi dengan kitosan.

Maka dengan adanya kitosan maka

dapat mengganggu metabolisme bakteri

dengan melapisi permukaan sel bakteri,

mencegah masuknya nutrien ke dalam

sel, berikatan dengan DNA kemudian

menghambat RNA dan sintesis protein.

Menurut Helander et al. (2001)

mekanisme aktivitas antibakteri kitosan

bisa dijelaskan sebagai berikut muatan

positif NH3+

glukosamin kitosan

berinteraksi dengan muatan negatif

(lipopolisakarida, protein) membran sel

mikroba sehingga menyebabkan

kerusakan membran luar sel dan

keluarnya konstituen intraselullar

bakteri.

Hasil daya hambat terhadap

bakteri pada formula hand sanitizer

dengan konsentrasi kitosan 1%

menunjukkan bahwa daya hambat dari

hand sanitizer tersebut tergolong lemah

baik terhadap bakteri Staphylococcus

aureus maupun Escherichia coli yaitu

sebesar 2,49 mm dan 4,57 mm. Hal ini

dikarenakan hand sanitizer tersebut

kental, sehingga mempengaruhi pada

saat perendaman kertas cakram. Akibat

zat aktif kitosan tidak terserap sempurna

pada saat perendaman sehingga

mempengaruhi hasil pengukuran daya

hambat yang diperoleh. Hasil ini juga

dimungkinkan dapat dipengaruhi oleh

ketidakcocokkan metode yang dipilih

dan digunakan sehingga hasil yang

diperoleh tidak maksimal. Metode ini

dipengaruhi banyak faktor di samping

interaksi antara obat dan bakteri

(misalnya sifat perbenihan, daya difusi,

ukuran molekul dan stabilitas obat).

Kelemahan metode difusi adalah

metode ini tidak dapat menentukan

apakah suatu obat bersifat bakterisid

dan bakteriostatik (Jawetz et al., 1996).

Page 6: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 6

Daya hambat yang dihasilkan dari

formula hand sanitizer menunjukkan

perbedaan yang signifikan terhadap

bakteri Staphylococcus aureus bila

dibandingkan dengan kontrol positif

(Dettol) begitu pula terhadap kontrol

negatif (Larutan DMSO 1%). Hasil

tersebut berbeda dengan daya hambat

hand sanitizer terhadap bakteri

Escherichia coli. Daya hambat yang

dihasilkan tidak memiliki perbedaan

yang signifikan dengan kontrol positif

namun memilki perbedaan yang

signifikan dengan kontrol negatif. Hal

ini sesuai hasil uji One WayANOVA

dengan nilai p > 0,05.

DMSO 1% sebagai kontrol

negatif tidak menunjukkan adanya zona

hambat pada bakteri Gram positif

Staphylococcus aureus dan bakteri

Gram negatif Escherichia coli. Hal ini

mengindikasikan bahwa kontrol yang

digunakan tidak berpengaruh pada uji

antibakteri. Sedangkan Dettol sebagai

kontrol positif berpengaruh pada bakteri

Gram positif Staphylococcus aureus dan

bakteri Gram negatif Escherichia coli.

Dettol sebagai kontrol positif

dengan zat aktif alkohol 60% berfungsi

sebagai antiseptik. Mekanisme kerjanya

mengganggu membran sel bakteri yang

akan menurunkan kemampuan

membran sel untuk memproduksi ATP

sebagai sumber energi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa daya hambat

Dettol terhadap bakteri Staphylococcus

aureus sebesar 6,31 mm dan

Escherichia coli sebesar 4,75 mm. Hal

ini berarti Escherichia coli lebih

resisten terhadap zat aktif Dettol, yang

ditunjukkan dengan daya hambat yang

lebih kecil.

Terbentuknya zona hambat,

membuktikan bahwa kandungan

senyawa dalam larutan kitosan mampu

berfungsi sebagai zat penghambat

pertumbuhan. Hal ini didukung karena

kitosan mengandung gugus amino bebas

yang bermuatan positif sehingga dapat

berikatan dengan senyawa lain yang

mempunyai muatan negatif. Sebagai

kation, kitosan mempunyai potensi

untuk mengikat banyak komponen,

seperti protein, pektin, alginat, dan

polielektrolit anorganik. Muatan positif

dari gugus NH3+

pada kitosan dapat

berinteraksi dengan muatan negatif pada

permukaan sel bakteri, yaitu asam

teikoat pada bakteri Gram positif dan

lipopolisakarida pada bakteri Gram

negatif. Interaksi ini diperkirakan akan

mengganggu pembentukan

peptidoglikan sehingga sel tidak

mempunyai selubung yang kokoh dan

mudah mengalami lisis sehingga

aktivitas metabolisme akan terhambat

dan pada akhirnya mengalami kematian

(Sarjono et al, 2008).

KESIMPULAN

Gel hand sanitizer kitosan

memiliki daya hambat dalam

menghambat pertumbuhan bakteri

Escherichia coli dan Staphylococcus

aureus yang ditunjukkan dengan

terbentuknya zona hambat. Zona

hambat yang terbentuk dari gel hand

sanitizer kitosan terhadap bakteri

Staphylococcus aureus sebesar 2,49 mm

sedangkan terhadap bakteri Escherichia

coli sebesar 4,57 mm. Daya hambat

yang terbentuk termasuk dalam kategori

lemah.

DAFTAR PUSTAKA

Darmanto, M. L. Atmaja, dan M.

Nadjib. 2010. Studi Analisis

Antibakteri dari Film Gelatin-

Kitosan Menggunakan

Staphylococcus aureus. Skripsi.

Jurusan Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Institut

Sepuluh November.

Page 7: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 7

Helander, I.M., E.L. Numiaho, R.

Ahvenainen, J. Rohoades, and S.

Roller. 2001. Chitosan disrupts

the barrier properties of the outer

membrane of Gram negative

bacteria. International Journal of

Food Microbiol. 71: 235-244.

Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A .

Adelberg., G.F. Brooks., J.S .

Butel., dan L.N. Ornston. 2005.

Mikrobiologi Kedokteran. Edisi

ke -20 (Alih bahasa : Nugroho &

R.F.Maulany). Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC. hal.

211,213,215.

Jawetz, et al,. 1996. Mikrobiologi

Kedokteran. Edisi ke 23. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Liu, N., X.G. Chen, H.J. Park, C.G. Liu,

C.S. Liu, X.H. Meng, and L.J. Yu.

2006. Effect of MW and

Concentration of Chitosan on

Antibacterial Activity of

Escherichia Coli, Carbohydr.

Polym.Jumal. 64: 60 – 65.

Nurainy F., S. Rizal, dan Yudiantoro.

2008. Pengaruh Konsentrasi

Kitosan terhadap Aktivitas

Antibakteri dengan Metode Difusi

Agar Sumur. Jurnal. Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

Lampung.

Pelczar, M.J., dan E.C.S Chan. 1998.

Mikrobiologi Dasar.

Diterjemahkan oleh Ratna Sri

Hadioetomo et al. Universitas

Indonesia Press. Jakarta.

Sarjono PR, N.A. Mulyani, dan N.

Wulandari. 2008. Uji Antibakteri

Kitosan Dari Kulit Udang Windu

(Penaeus monodon) Dengan

Metode Difusi Cakram Kertas.

Proceeding Seminar Nasional

Kimia dan Pendidikan

Kimia.(UNS-UNDIP-UNNES).

Widodo, A., Marida, dan A. Prasetyo.

2006. Potensi Kitosan dari

Limbah Udang sebagai Koagulan

Logam Berat Limbah Cair

Industri Tekstil. Skripsi. Jurusan

Teknik Kima Institut Sepuluh

November (ITS).

Yusman, D.A. 2006. Hubungan Antara

Aktivitas Antibakteri Kitosan dan

Ciri Permukaan Dinding Sel

Bakteri. Jurnal Penelitian IPB.

Departemen Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam IPB. Bogor.

Page 8: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 8

KINERJA BUNDARAN SIMPANG BUPATI

JALAN BRIGJEND. H. HASAN BASRY KABUPATEN TAPIN

Dewi Yuniar1)

, Eka Pertiwi1)

dan Adi Susetyo Dermawan1)

1)

Program Studi Teknik Sipil Universitas Achmad Yani Banjarmasin

[email protected]

ABSTRAK

Bundaran Simpang Bupati merupakan salah satu bundaran yang cukup penting di

Kabupaten Tapin yang melayani arus lalu lintas dan mengendalikan persimpangan

sebagai titik pertemuan antara beberapa ruas jalan dari arah Jalan Brigjend. Hasan Basry

HSS, Jalan Pelita, Jalan Brigjend. H. Hasan Basry Pasar Raya dan Jalan Perintis.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kinerja dari bundaran Simpang Bupati, besarnya

kapasitas bundaran (C), derajat kejenuhan (DS) dan Tundaan (DT) yang terjadi dan

mengevaluasi bundaran. Metode penelitian menggunakan Manual Kapasitas Jalan

Indonesia (MKJI 1997). Pengumpulan data berdasarkan data primer yaitu survey

lapangan dan data sekunder dari Dinas Perhubungan Kabupaten Tapin. Hasil penelitian

menunjukkan kapasitas bundaran di jalan Brigjend. H. Hasan Basry HSS adalah

1960,15 smp/jam, di jalan Pelita adalah 2155,62 smp/jam, di jalan Brigjend. H. Hasan

Basry Pasar Raya adalah 3003,97 smp/jam dan di jalan Perintis adalah 2921 smp/jam.

Kapasitas terbesar terjadi pada jalan Brigjend. H. Hasan Basry Pasar Raya, yaitu

3003,97 smp/jam. Derajat kejenuhan yang terjadi di jalan Brigjend. H. Hasan Basry

HSS adalah 0,76, di jalan Pelita adalah 0,78, di jalan Brigjend. H. Hasan Basry Pasar

Raya adalah 0,55 dan di jalan Perintis adalah 0,54. Rata-rata derajat kejenuhan ≤ 0,85

berarti tidak jenuh. Tundaan (DT) di jalan Brigjend. H. Hasan Basry HSS adalah 4,65

det/smp, di jalan Pelita 5,03 det/smp, di jalan Brigjend. H. Hasan Basry Pasar Raya

adalah 2,56 det/smp dan di jalan Perintis adalah 2,53 det/smp.

Kata kunci : bundaran, MKJI 1997, derajat kejenuhan, tundaan

PENDAHULUAN

Pesatnya arus lalu lintas

disebabkan oleh meningkatnya

kebutuhan masyarakat akan

kepemilikan kendaraan, terbatasnya

sumberdaya pembangunan jalan raya

dan belum optimalnya fasilitas lalu

lintas yang ada berakibat pada masalah-

masalah yang dapat menggangu arus

lalu lintas. Dilihat dari jumlah penduduk

Kabupaten Tapin yang berjumlah

181.778 Jiwa (Badan Pusat Statistik

Kabupaten Tapin, 2015). Membuat lalu

lintas di Kabupaten Tapin semakin

padat setiap harinya, yang salah satunya

sering terjadi kemacetan, antrian

panjang, dan tundaan yang terdapat di

ruas jalan dan simpang.

Bundaran (roundabout)

merupakan salah satu jenis

pengendalian persimpangan yang

umumnya dipergunakan pada daerah

perkotaan dan luar kota sebagai titik

pertemuan antara beberapa ruas jalan.

Bundaran berfungsi membelokkan

kendaraan-kendaraan dari suatu lintasan

yang lurus, sehingga akan

memperlambat kecepatannya dan

mengurangi konflik yang terjadi di

persimpangan. Bundaran Simpang

Bupati yang terletak di Kota Rantau

merupakan bundaran di 4 (empat)

persimpangan yaitu dari Jalan Brigjend.

Page 9: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 9

H. Hasan Basry HSS, Jalan Pelita, Jalan

Brigjend. H. Hasan Basry Pasar Raya

dan Jalan Perintis. Bundaran ini berada

di perkotaan dan perkantoran Kota

Rantau dengan jumlah volume

kendaraan yang sangat ramai dan selalu

dilewati bagi pengguna jalan baik dari

wilayah Kota Rantau maupun pengguna

jalan dari luar kota yang akan menuju

arah Kalimantan Timur.

Masalah yang terjadi di bundaran

Simpang Bupati yaitu seringnya terjadi

kemacetan disetiap lengannya baik pada

pagi hari, siang hari maupun sore hari.

Hal ini disebabkan oleh banyaknya

jumlah kendaraan yang ingin melintas

serta fasilitas perlengkapan jalan yang

kurang lengkap seperti tidak adanya alat

pemberi isyarat lalu lintas (APILL)

serta kurangnya kesadaran masyarakat

dalam berlalu lintas mengakibatkan

sering terjadinya kepadatan kendaraan

di daerah persimpangan sekitar

bundaran. Tujuan penelitian adalah

menganalisis kinerja dan kapasitas

bundaran Simpang Bupati dengan

menggunakan metode MKJI 1997

beserta derajat kejenuhan dan tundaan

yang terjadi.

METODOLOGI PENELITIAN

Tahapan-tahapan penelitian dapat

dilihat pada bagian alir berikut ini :

Mulai

Kajian Pustaka (MKJI 1997)

Pengumpulan Data

Identifikasi Masalah

Data Primer

- V

olume lalu lintas

- l

ebar pendekat W1 dan W2

- L

ebar jalinan (Ww)

- P

anjang jalinan (Lw)

Data Sekunder

- Jumlah Penduduk

- V

olume lalu lintas

- K

ondisi Geometrik bundaran

Pengolahan Data

Analisis Data

Kesimpulan

Analisis dam Pembahasan

Selesai

Gambar 1. Alur penelitian

Page 10: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 10

Tahap persiapan ini meliputi :

1. Mengetahui lokasi yang akan

diteliti

2. Menentukan waktu penelitian

3. Menentukan peralatan yang

digunakan

4. Studi pustaka materi untuk proses

pelaksanaan

Pengumpulan Data

a. Pengumpulan Data Primer

Data yang diperoleh meliputi volume

lalu lintas, lebar pendekat (W1 dan

W2), lebar jalinan (Ww) dan panjang

jalinan (Lw). Jenis kendaraan yang

diambil adalah LV (kendaraan

ringan), HV (kendaraan berat), MC

(sepeda motor) dan UM (kendaraan

tak bermotor). Pengambilan data

volume lalu lintas dilaksanakan

selama 3 (tiga) hari, yaitu pada hari

Sabtu, Minggu dan Senin pada jam

puncak, pagi pukul 07.00-09.00

WITA, siang pukul 12.00-14.00

WITA dan sore 16.00-18.00 WITA.

Jam ini dianggap jam sibuk karena

pada saat jam berangkat

sekolah/kantor/pasar, istirahat dan

pulang.

b. Pengumpulan Data Sekunder

Survey data sekunder meliputi data

jumlah penduduk dari Badan Pusat

Statistik Kabupaten Tapin serta data

volume lalu lintas dan kondisi

geometric dari dinas Perhubungan

Kabupaten Tapin.

Pengolahan dan analisis data

Hasil survey dicatat pada formulir

pencatatan sesuai dengan jenis

kendaraan dan arah pergerakan seperti

belok kiri (LT), lurus (ST) dan belok

kanan (RT) dari tiap-tiap lengan

persimpangan dan hasilnya

dikonversikan kedalam satuan mobil

penumpang (smp). Analisis data

dilanjutkan untuk perhitungan kinerja

bundaran. seperti besarnya kapasitas,

derajat kejenuhan dan tundaan. Analisis

kinerja bundaran menggunakan metode

Manual Kapasitas Jalan Indonesia

(MKJI 1997).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geometrik bundaran

Simpang Bupati

Bundaran Simpang Bupati

memiliki 4 (empat) lengan

persimpangan. Setiap lengan diberi

notasi A, B, C, dan D, sesuai arah jarum

jam.

1. Jalan Brigjend. H. Hasan Basry

HSS, diberi notasi A

2. Jalan Pelita, diberi notasi B

3. Jalan Brigjend. H. Hasan Basry

Pasar Raya, diberi notasi C

4. Jalan Perintis, diberi notasi D

Gambar 2. Kondisi Geometrik

Bundaran Simpang Bupati

Sumber : Dinas Perhubungan

Kabupaten Tapin, 2016

Page 11: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 11

Kondisi Lalu Lintas bundaran Simpang Bupati

Tabel 1. Data Volume Lalu Lintas Sabtu, 24 September 2016 (Kend/Jam)

Jam Pergerakan Lengan A Lengan B Lengan C Lengan D Total

07.00-

08.00

LT 436 374 195 475

4425 ST 580 238 627 288

RT 245 482 318 167

08.00-

09.00

LT 276 185 267 316

4147 ST 739 324 521 405

RT 183 352 196 383

12.00-

13.00

LT 324 397 214 420

3937 ST 485 168 673 239

RT 170 272 264 311

13.00-

14.00

LT 153 437 219 186

3378 ST 264 321 532 173

RT 215 375 176 327

16.00-

17.00

LT 245 382 186 341

3893 ST 471 196 639 218

RT 306 492 154 263

17.00-

18.00

LT 187 432 345 391

4099 ST 586 219 562 274

RT 266 343 168 326

Jumlah 23879

Sumber : Data Survey 2016

Tabel 2. Data Volume Lalu Lintas Minggu, 25 September 2016 (Kend/Jam)

Jam Pergerakan Lengan A Lengan B Lengan C Lengan D Total

07.00-

08.00

LT 320 473 255 384

4565 ST 563 196 689 174

RT 287 520 418 286

08.00-

09.00

LT 259 412 245 451

3887 ST 571 178 499 236

RT 167 324 268 277

12.00-

13.00

LT 193 204 271 316

3792 ST 396 285 612 184

RT 323 370 401 237

13.00-

14.00

LT 338 236 262 145

3312 ST 574 177 417 243

RT 168 269 202 281

16.00-

17.00

LT 376 427 308 259

4165 ST 624 274 485 167

RT 252 391 219 383

17.00-

18.00

LT 161 347 348 287

3521 ST 475 185 556 218

RT 233 294 161 256

Jumlah 23242

Sumber : Data Survey 2016

Page 12: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 12

Tabel 3. Data Volume Lalu Lintas Senin, 26 September 2016 (Kend/Jam)

Jam Pergerakan Lengan A Lengan B Lengan C Lengan D Total

07.00-

08.00

LT 348 532 467 572

5712 ST 887 359 743 347

RT 375 481 406 195

08.00-

09.00

LT 236 393 168 370

3773 ST 472 237 639 182

RT 191 285 254 346

12.00-

13.00

LT 283 172 367 502

3846 ST 294 364 518 149

RT 227 453 280 237

13.00-

14.00

LT 197 632 425 314

4902 ST 702 158 863 257

RT 349 323 274 408

16.00-

17.00

LT 283 376 425 487

4631 ST 634 280 714 223

RT 421 367 172 249

17.00-

18.00

LT 128 276 342 436

4424 ST 473 324 829 183

RT 294 402 385 352

Jumlah 27288

Sumber : Data Survey 2016

Tabel 4. Data Volume Lalu Lintas Total (Kend/Jam)

Jam Sabtu, 24 Mei 2016 Minggu, 25 Mei 2016 Senin, 26 Mei 2016

07.00-08.00 4425 4565 5712

08.00-09.00 4147 3887 3773

12.00-13.00 3937 3792 3846

13.00-14.00 3378 3312 4902

16.00-17.00 3893 4165 4631

17.00-18.00 4099 3221 4424

Total 23879 22942 27288

Sumber : Data Survey 2016

Dari data hasil survey yang

dilakukan selama 3 (tiga) hari maka

didapat arus maksimum pada periode

pengamatan hari Senin, 26 September

2016 pada jam 07.00-08.00 WITA.

Tabel 5. Data Arus Lalu Lintas Maksimum (Kend/Jam)

Lengan Pergerakan Kend. Bermotor Kend. Tak Bermotor Total

LV HV MC UM

A

LT 32 7 286 23

1610 ST 216 15 639 17

RT 73 5 289 8

B

LT 41 18 467 6

1372 ST 23 4 332 0

RT 92 2 383 4

Page 13: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 13

Tabel 5. Lanjutan

Lengan Pergerakan Kend. Bermotor Kend. Tak Bermotor Total

LV HV MC UM

C

LT 71 2 382 12

1616 ST 182 11 523 27

RT 39 0 349 18

D

LT 56 4 503 9

1114 ST 24 5 317 1

RT 27 9 156 6

Sumber : Data Survey 2016

Tabel 6. Perhitungan Arus Lalu Lintas Dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP)

Tipe

Kendaraan LV HV MC

MV

UM

Emp Emp = 1,0 Emp = 1,3 Emp = 0,5

Gerakan

Kend

/

Jam

Smp

/

jam

Kend/

jam

Smp

/

jam

Kend

/

jam

Smp/

jam

Kend/

jam

Smp/

jam

Kend/

jam

A

LT

ST

RT

Total

32

216

73

321

32

216

73

321

7

15

5

27

9,1

19,5

6,5

35,1

286

639

289

1214

143

319,5

144,5

607

325

870

367

1562

184,1

555

224

963,1

23

17

8

48

B

LT

ST

RT

Total

41

23

92

156

41

23

92

156

18

4

2

24

23,4

5,2

2,6

31,2

467

332

383

1182

236,5

166

193,5

596

526

359

477

1362

300,9

194,2

288,1

783,2

6

0

4

10

C

LT

ST

RT

Total

71

182

39

292

71

182

39

292

2

11

0

13

2,6

14,3

0

16,9

382

523

349

1254

191

261,5

174,5

627

455

716

388

1559

264,6

457,8

213,5

935,9

12

27

18

57

D

LT

ST

RT

Total

56

24

27

107

56

24

27

107

4

5

9

18

5,2

6,5

11,7

23,4

503

317

156

976

251,5

158,5

78

488

563

346

192

1101

312,7

189

116,7

618,4

9

1

3

13

Total 5584 3300,6 128

Sumber : Hasil Perhitungan, 2016

Page 14: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 14

Tabel. 7. Perhitungan Arus Menjalin

Gerakan

Kendaraan

Bermotor Total

MV

A B C D

(UM) QW QTOT QW QTOT QW QTOT QW QTOT

Kend/

jam

Smp/

jam

Smp/

jam

Smp/

jam

Smp/

jam

Smp/

Jam

Smp/

jam

Smp/

jam

Smp/

jam

Smp

/jam

Smp/

jam

A

LT 325 184,1 23

ST 870 555 555 555 555 17

RT 367 224 224 224 224 224 8

UT 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 1562 963,1 963,1 48

B

LT 526 300,9 6

ST 359 194,2 194,2 194,2 194,2 0

RT 477 288,1 288,1 288,1 288,1 288,1 4

UT 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 1362 783,2 783,2 10

C

LT 455 264,6 12

ST 716 457,8 457,8 457,8 457,8 27

RT 388 213,5 213,5 213,5 213,5 213,5 18

UT 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 1559 935,9 935,9 57

D

LT 563 312,7 9

ST 346 189 189,5 189,5 189,5 1

RT 192 116,7 116,7 116,7 116,7 120,6 6

UT 0 0 0 0 0 0 0

Total 1101 618,4 618,4 13

Total 5584 3300,6 1181,5 1482,3 1154 1678,9 1089,5 1642,2 1051,6 1577,8 128

Rasio Menjalin (PW) 0,797 0,687 0,663 0,666

Rasio Kendaraan Tak Bermotor (PUM) 0,023

Sumber : Hasil Perhitungan, 2016

Keterangan :

QW

QTOT

PW

=

=

=

Arus Menjalin

Arus Total

Rasio Menjalin

Page 15: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 15

Tabel 8. Perhitungan Rasio Jalinan

Bagian

Jalinan

Qmasuk

(Smp/jam)

QTOT

(Smp/jam)

QW

(Smp/jam)

PW

(Smp/jam)

AB

A= +

+ +

A=184,1+555+22

4+0

=963,1

= A+D-

+ + +

= 963,1+618,4-

312,7+213,5

+0+0 = 1482,3

= A-

+ + +

= 963,1-

184,1+189+213,5

+0 = 1181,5

=

/

=

1181,5/148

2,3

= 0,797

BC

B= +

+ +

B=300,9+194,2+2

88,1 +0= 783,2

= B+A-

+ + +

= 783,2+963,1-

184,1+116,7

+0+0 = 1678,9

= B-

+ + +

= 783,2-

300,9+555+116,7

+0 = 1154

=

/

=

1154/1678,

9

= 0,687

CD

C= +

+ +

C=264,6+457,8+2

13,5 +0=935,9

= C+B-

+ + +

= 935,9+783,2-

300,9+224

+0+0 = 1642,2

= C-

+ + +

= 935,9-

264,6+194,2+224

+0 = 1089,5

=

/

=

1089,5/164

2,2

= 0,663

DA

D= +

+ +

D=312,7+189+11

6,7+0

=618,4

= D+C-

+ + +

= 618,4+935,9-

264,6+288,1

+0+0 = 1577,8

= D-

+ + +

= 618,4-

312,7+457,8+

288,1+0 = 1051,6

=

/

=

1051,6/157

7,8

= 0,666

Sumber : Hasil Perhitungan, 2016

Keterangan :

Bagian Jalinan

QMASUK

QTOT

QW

PW

=

=

=

=

=

Ruang gerak lebih pada sisi kiri jalan

Arus masuk bundaran

Arus Total

Arus menjalin

Rasio menjalin

Gambar 3. Parameter Geometri Bundaran

Sumber : Hasil Survey, 2016

Page 16: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 16

Perhitungan parameter geometri bisa dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 9. Parameter Geometri Bagian Jalinan

Bagian

Jalinan

W1

(m)

W2

(m)

WE

(m)

Ww

(m)

We/Ww

( m)

Lw

( m)

Ww/Lw

( m)

AB 7 5 9,5 8,9 1,07 13,7 0,65

BC 2,8 10,2 7,9 9,3 0,85 18,9 0,49

CD 4 13 10,5 12,4 0,85 23,4 0,53

DA 3,7 16,4 11,9 11,4 1,04 19,3 0,59

Sumber : Hasil Perhitungan, 2016

Keterangan :

Bagian jalinan

W1, W2

WE

WW

WE / Ww

LW

Ww / Lw

=

=

=

=

=

=

=

Ruang gerak lebih pada sisi kiri jalan

Lebar Pendekat

Lebar masuk rata-rata

Lebar Jalinan

Rasio lebar masuk rata-rata atau lebar jalinan

Panjang jalinan

Rasio lebar atau panjang jalinan

Lebar masuk rata-rata (WE) dihitung dengan rumus : WE = W1+ W2 / 2

Kapasitas bundaran Simpang Bupati

Kapasitas dihitung menggunakan

persamaan berikut :

C = CO X FCS X FRSU (smp/jam)

Keterangan :

C

CO

FCS

FRSU

=

=

=

=

Kapasitas

Kapasitas dasar

Faktor penyesuaian

ukuran kota

Faktor penyesuaian tipe

lingkungan jalan,

hambatan samping dan

kendaraan tak bermotor

Langkah-langkah perhitungan

kapasitas sebagai berikut :

Menentukan Kapasitas Dasar (CO)

CO = 135 x 1,3

x

(1+ /1,5

x (1- /0,5

x (1+ /

-1,8

Menentukan Faktor Penyesuaian

Ukuran Kota (FCS)

Faktor Penyesuaian Ukuran Kota

(FCS) ditentukan dari tabel dibawah

ini berdasarkan jumlah penduduk

kota (Juta Jiwa).

Tabel 10. Faktor Penyesuaian Ukuran

Kota (FCS)

Ukuran kota Junlah

penduduk

Juta

Faktor

penyesuaian

ukuran Kota

( )

Sangat kecil

Kecil

Sedang

Besar

Sangat besar

< 0,1

0,1 – 0,5

0,5 – 1,0

1,0 – 3,0

> 3,0

0,82

0,88

0,94

1,00

1,05

Sumber : MKJI 1997

Berdasarkan jumlah penduduk

Kabupaten Tapin yaitu sebanyak

181.778 Jiwa, maka Faktor Penyesuaian

Ukuran Kota (FCS) adalah 0,88 dengan

ukuran kota kecil (0,1 – 0,5 juta jiwa).

Menentukan Faktor Penyesuaian

Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan

Samping dan Kendaraan Tak Bermotor

(FRSU).

Page 17: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 17

Tabel 11. Faktor Penyesuaian Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping dan

Kendaraan Tak Bermotor (FRSU)

Kelas tipe lingkungan

jalan RE

Kelas hambatan

samping SF

Rasio kendaraan tak bermotor

0,00 0,05 0,10 0,15 0,2 ≥0,25

Komersial

Tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70

Sedang 0,94 0,89 0,85 0,80 0,75 0,70

Rendah 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,71

Permukiman

Tinggi 0,96 0,91 0,86 0,82 0,77 0,72

Sedang 0,97 0,92 0,87 0,83 0,77 0,73

Rendah 0,98 0,93 0,88 0,83 0,78 0,74

Akses terbatas Tinggi/sedang/

rendah 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75

Sumber : MKJI 1997

Berdasarkan dari hasil

pengamatan di lapangan kelas tipe

lingkungan jalan RE bundaran simpang

bupati adalah komersial dengan

hambatan samping rendah. Dari hasil

perhitung rasio kendaraan tak bermotor

sebesar 0,023. Maka Faktor

Penyesuaian Tipe Lingkungan Jalan,

Hambatan Samping dan Kendaraan Tak

Bermotor (FRSU) adalah 0,93

(interpolasi).

Perhitungan Kapasitas

Kapasitas dapat dihitung

berdasarkan rumus :

C = CO x x

Derajat kejenuhan ditetapkan

sebagai : DS = QTOT/C

Hasil perhitungan kapasitas

bundaran dan derajat kejenuhan pada

Tabel 12.

Tabel 12. Perhitungan Kapasitas dan derajat kejenuhan

Jalinan CO

(Smp/jam)

Faktor

Penyesuaian C

(Smp/jam)

QTOT

(smp/jam) DS Keterangan

FCS FRSU

AB 2395,10 0,88 0,93 1960,15 1482,3 0,76 Tidak

jenuh

BC 2633,94 0,88 0,93 2155,62 1678,9 0,78 Tidak

jenuh

CD 3670,54 0,88 0,93 3003,97 1642,2 0,55 Tidak

jenuh

DA 3569,31 0,88 0,93 2921,12 1577,8 0,54 Tidak

jenuh

Sumber : Hasil Perhitungan, 2016

Keterangan

CO

FCS

FRSU

C

=

=

=

=

Kapasitas Dasar

Ukuran Kota

Lingkungan Jalan, Hambatan Samping dan Kendaraan Tak Bermotor

Kapasitas (Smp/jam)

QTOT

DS

=

=

Arus total (smp/jam)

Derajat kejenuhan

Page 18: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 18

Tundaan Bundaran Simpang Bupati

(DT) Tundaan rata-rata lalu lintas per

kendaraan yang masuk ke bagian

jalinan, dapat dihitung sebagai berikut :

DT

DT

=

=

2 + 2,68982 x DS

– (1-DS) x 2

1 / (0,59186 –

0,52525 x DS) –

(1-DS) x 2

Untuk

DS < 0,6

Untuk

DS > 0,6

Hasil perhitungan Tundaan

bundaran Simpang Bupati bisa dilihat

pada Tabel 13.

Tabel 13. Tundaan bundaran Simpang

Bupati

Jalinan Derajat

Kejenuhan

DS

Tundaan Lalu

Lintas

DT (det/smp)

AB 0,76 4,65

BC 0,78 5,03

CD 0,55 2,56

DA 0,54 2,53

Sumber : Hasil Perhitungan 2016

Derajat kejenuhan yang

diisyaratkan kurang dari 0,85 smp/jam

(DS≤0,85). Berdasarkan perhitungan

pada 4 (empat) arah jalan derajat

kejenuhan masih kurang dari 0,85

menunjukkan tidak terjadi kejenuhan

dan jalan tersebut tidak perlu di evaluasi

saat ini kecuali terjadi peningkatan

pertumbuhan arus lalu lintas.

KESIMPULAN

1. Kapasitas bundaran di jalan

Brigjend. H. Hasan Basry HSS

adalah 1960,15 smp/jam, di jalan

Pelita adalah 2155,62 smp/jam, di

jalan Brigjend. H. Hasan Basry

Pasar Raya adalah 3003,97

smp/jam dan di jalan Perintis

adalah 2921 smp/jam. Kapasitas

terbesar terjadi pada jalan Brigjend.

H. Hasan Basry Pasar Raya, yaitu

3003,97 smp/jam.

2. Derajat kejenuhan yang terjadi di

jalan Brigjend. H. Hasan Basry

HSS adalah 0,76, di jalan Pelita

adalah 0,78, di jalan Brigjend. H.

Hasan Basry Pasar Raya adalah

0,55 dan di jalan Perintis adalah

0,54. Rata-rata derajat kejenuhan ≤

0,85 berarti tidak jenuh.

3. Tundaan (DT) di jalan Brigjend. H.

Hasan Basry HSS adalah 4,65

det/smp, di jalan Pelita adalah 5,03

det/smp, di jalan Brigjend. H.

Hasan Basry Pasar Raya adalah

2,56 det/smp dan di jalan Perintis

adalah 2,53 det/smp.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah

Penduduk. Kabupaten Tapin.

Bina Marga, Direktorat Jendral. 1997.

Manual Kapasitas Jalan

Indonesia (MKJI). Jakarta.

Dinas Perhubungan. 2016. Geometrik

Bundaran Simpang Bupati dan

Volume Lalu Lintas. Kabupaten

Tapin.

Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas

Angkutan Kota. 1999. Rekayasa

Lalu Lintas. Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat. Jakarta.

Harpiati. 2015. Analisa Kinerja

Bundaran Jalan Jepang Kuala

Kapuas. Universitas Achmad

Yani. Banjarmasin.

Januwinata, A. 2009. Evaluasi Kinerja

Bundaran Pada Persimpangan

Jalan P. Samudera-Jalan MT.

Haryono di Banjarmasin.

Universitas Lambung Mangkurat.

Banjarbaru.

Munawar, A. 2004. Manajemen Lalu

Lintas Perkotaan. Beta Offset.

Yogyakarta.

Risantika, S. 2015. Evaluasi Bundaran

di Simpul Jalan Cipto

Page 19: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 19

Mangunkusumo Kota Bontang.

Universitas 17 Agustus 1945.

Samarinda.

Setiawan, A. D. 2009. Evaluasi Kinerja

Bundaran (Studi Kasus Bundaran

Gelora Manahan Solo).

Universitas Islam Indonesia.

Yogyakarta.

Warpani, S. 1993. Rekayasa Lalu

Lintas. Barata Karya Aksara.

Jakarta.

Page 20: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 20

RANCANG BANGUN MESIN PEMARUT KELAPA DENGAN KERJA

OTOMATIS DAN MANUAL KAPASITAS 1,09 KG/MENIT

Anhar Khalid

Jurusan Teknik Mesin Program Studi Teknik Mesin Produksi

Politeknik Negeri Banjarmasin

[email protected]

ABSTRAK

Rancang Bangun mesin pemarut kelapa dengan sistem kerja otomatis dan manual

adalah untuk mempercepat hasil produksi dari hasil pemutaran kelapa. Mesin pemarut

kelapa ini terdiri dari mesin utama dan system manual. Mesin utama berupa silinder

pemarut yang fungsinya untuk memarut kelapa kuapasan yang siap diambil santannya

serta digunakan dalam aneka macam makanan. Mesin pemarut kelapa ini menggunakan

motor listrik ½ HP dengan putaran mesin 1400 rpm. Adapun kapasitas yang dapat oleh

mesin ini dalam memarut kelapa yaitu 1,09 kg/menit, dan apabila menggunakan system

manual kapasitas yang dihasilkan tergantung pada operator yang mengoperasikannya.

Kata kunci : Kelapa, Mesin Pemarut, Silinder

PENDAHULUAN

Mesin pemarut kelapa ini

menggunakan sistem motor listrik dan

sistem pemutaran manual, sehingga

pada saat penggunaan mesin pemarut

kelapa ini dan arus listrik mati, mesin

masih bisa tetap digunakan dengan

pemutaran manual. Walaupun

penggunaan alat pemutar ini hanya

secara manual, namun alat ini sangat

membantu dalam proses produksi.

Tujuan penelitian adalah

merancang suatu alat yang diharapkan

akan berguna dan bermanfaat bagi

masyarakat luas dan mencoba untuk

merencanakan konstruksi dari sebuah

peralatan, dengan demikian kita dapat

menentukan berapakah beban yang

layak atau mampu untuk diberikan pada

kontruksi yang sudah kita rencanakan.

METODE PENELITIAN

Rumus perhitungan yang

digunakan untuk perencanaan daya pada

motor penggerak adalah sebagai

berikut:

Sumber : Elemen Mesin, Ir. Sularso

dan kiyokatsu Suga.1983 Halaman

45…………………..(3.1)

Keterangan :

P = Daya (Kw)

ω = Kecepatan Sudut (rad/s)

T = Torsi (Kg.m)

Keterangan dimana untuk

mengubah satuan watt ke HP (Horse-

Power) maka dibagikan dengan 746

watt (1 HP). Dimana rumus untuk

mencari ω (kecepatan sudut) dan T

(Torsi) adalah sebagai berikut :

Sumber : Elemen Mesin, Ir. Sularso

dan kiyokatsu Suga.1983 Halaman

47…………………..(3.2)

P = ω . T

Page 21: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 21

Sumber : Elemen Mesin, Ir. Sularso

dan kiyokatsu Suga.1983 Halaman

45…………………..(3.3)

Sumber : Elemen Mesin, Ir. Sularso

dan kiyokatsu Suga.1983 Halaman

45…………………..(3.4)

Keterangan :

n = Putaran poros (rpm)

V = kecepatan (m/s)

D = Diameter poros (mm)

F = Beban yang terjadi (Kg)

r = Jari-jari poros pada motor (m)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Diketahui : 1 HP = 746 watt Motor listrik dengan daya ½ Hp

o V (mm/det) adalah kecepatan

putaran pada penggerak

Dimana :

D = Diameter poros motor penggerak

17 (mm)

nt = Putaran rencana 1400 (rpm)

jadi :

mm/det (pers

3.24)

V= 1245,5 mm/det

Jadi kecepatan putaran (V) adlah

1245,5 mm/det

o n adalah putaran motor penggerak

n = 1400 rpm

putaran motor 1400 rpm

efesiensi mekanis (n) = 0,85

Ditanya ;daya yang digunakan ?

Jawab : daya motor (P)

P (rencana) = ½ HP = 0,5 x

0,746 = 0,373 K

Putaran rencana ( )

Putaran dari motor listrik ke

pully,

dp (diameter pully motor listrik)

= 100 mm

Dp (diameter pully transmisi)

= 80 mm

Catatan : Diameter Pully sesuai dengan

yang ada di pasaran.

Putaran yang keluar ( n2 )

…………………………………

…….. (pers. 3.10)

n2 (rencana) = = 1750

Rpm

Fc (factor koreksi) = 1,2 Daya

rata-rata yang diperlukan (Tabel

3.2)

Daya Rencana (Pd)

………………………………(p

ers 3.5)

Pd (daya rencana) = 2,0 .0,373

kw = 0,746 Kw

ds (diameter poros)= 1/3

= 16,74 mm = 17 mm

o Momen puntir rencana (T)

o ………..(Pers 3.6)

T (momen puntir rencana) = 9,74 .

105 .

T (momen puntir rencana) = 9,74 .

105 . 0,00042

T (momen puntir rencana) =

409,08 Kg.mm

o Bahan

poros yang di pakai : S30C = b =

48 kg/mm2……..(table 3.1)

o Faktor

keamanan :

Page 22: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 22

= 6 (Faktor keamanan sesuai

dengan bahan yang digunakan)

= 3 (Faktor keamanan sesuai

denganb pengaruh konstrentasi

tegangan)

= 2 (Faktor koreksi untuk

beban kekuatn)

= 3 (Faktor koreksi untuk

momen puntir)

o Tegangan

geser ( )

……………(pers 3.8)

(tegangan geser) = =2,666

kg/mm2

o Diameter

(ds)

……………(pers 3.9)

ds (diameter poros)= 1/3

ds (diameter poros)= 1/3

ds (diameter poros)= 1/3

= 16,74 mm = 17 mm

o Beban (F)

……………(pers 3.19)

F(beban) =

o Torsi (T)

……(pers 3.19)

T =

T =

T =

T = 3,39 Kg.mm

o Kecepatan Sudut (ω)

ω =

o Daya yang diperlukan untuk

menjalankan mesin (P)

……….(pers 3.1)

P = 3,39 x 146,5= 496,6

Maka daya yang diperlukan dalam

satuan Horse Power (HP) adalah :

P = = 0,6 HP

Karena motor listrik dangan daya

0,6 HP tidak ada dipasaran, jadi

motor yang dipilih adalah dengan

daya sebesar ½ HP.

Proses Kerja Mesin

a. Langkah pertama, siapkan mesin

pemarut kelapa dan memastikan

kondisi mesin pemarut kelapa siap

dipakai, yaitu kondisi motor, rol

pemarut, baut-baut penguat, alat

pengaman dan lainnya.

Gambar 1. mesin pemarut kelapa

b. Langkah kedua, periksa keadaan

mesin apabila terjadi penyumbatan

pada silinder pemarut, bersihkan

dengan air atau dengan sikat dan

periksa pelumasan pada bantalan dan

gearbox.

(tegangan geser) =

ds = (diameter poros) = 1/3

F(beban) =

T =

P = ω . T

Page 23: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 23

Gambar 2. silinder pemarut

c. Langkah ketiga, hubungkan kabel

motor listrik dengan listrik PLN

kemudian hidupkan mesin dengan

menekan tombol “ON” dan biarkan

mesin berjalan sekitar 1 – 2 menit

kemudian matikan mesin.

Gambar 3. on/off mesin pemarut

d. Langkah keempat, bila seumpama

listrik PLN mati ada langkah

alternative yaitu dengan

menggunakan sistem manual dengan

menggunakan tangan untuk memutar

pedal.

Gambar 4. system manual mesin

pemarut

e. Langkah kelima, hidupkan lagi

mesin pemarut dan pastikan mesin

sudah siap dijalankan. Setelah itu

masukkan daging kelapa ke dalam

corong pemasukan sehingga kelapa

dapat didorong dan kelapa diparut

sampai habis.

Gambar 5. masukkan daging kelapa

ke mesin pemarut

f. Langkah keenam, kelapa yang telah

terparut dan menjadi serpihan-

serpihan ditampung pada bak

penampung yang telah disediakan.

Gambar 6. bak pemarut

g. Langkah ketujuh, setelah semua

kelapa diparut, motor tidak langsung

dimatikan dan tetap dibiarkan hidup

serta periksa di lubang corong

pemasukan apakah masih ada tersisa

kelapa yang belum diparut.

h. Langkah kedelapan, setelah semua

kelapa diparut habis dan pemarutan

selesai dilakukan maka mesin

dimatikan.

Page 24: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 24

Gambar 7. tombol on/off

i. Langkah kesembilan, selesai

bekerja dalam pemarutan kelapa

mesin dibersihkan agar tahan lama

langkahnya sebagai berikut :

- Angkat tutup pengaman yang

berupa mika pada corong

pemarut.

Gambar 8. Cara membuka tutup

pengaman

- Bersihkan silinder pemarut dari

sisa-sisa serpihan hasil parutan

dengan menggunakan kuas

pembersih.

Gambar 9. Cara pembersihan

pemarut kelapa

KESIMPULAN

Pada mesin pemarut kelapa ini,

motor listrik yang digunakan adalah

motor listrik dengan daya ½ HP dengan

daya 1400rpm, karena nilainya

mendekati nilai daya awal yang

direncanakan, diameter pully yang

digerakkan motor listik adalah 100mm

dan diameter pully untuk menggerakkan

poros freelock adalah 90mm dan dari

poros freelock ke rol pemarut adalah

90mm, sabuk yang digunakan yaitu

sabuk – V tipe A, yang mana sabuk ini

di sesuaikan dengan daya rencana

terhadap putaran pully. Jarak sumbu

poros yang direncanakan adalah 958,8

mm dan 124 mm, maka nomor sabuk

yang digunakan adalah A30 dan A24.

Poros yang digunakan pada konstruksi

mesin ini adalah poros dengan bahan

S30C, dengan diameter poros freelock

17mm dan poros rol pemarut 17mm.

dan umur bantalan nominal pada

freelock adalah 30 tahun 4 bulan 5 hari.

DAFTAR PUSTAKA

Niemann. G., A. Budiman, Dipl.ing.

1999. Elemen Mesin Jilid 1.

Penerbit Erlangga. Jakarta.

Sularso dan K. Suga. 2004. Elemen

Mesin. Penerbit Erlangga.

Jakarta.

Shaleh, I. M. 2004. Mesin pemarut

kelapa. Laporan Tugas Akhir.

Politeknik Banjarmasin.

Page 25: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 25

EVALUASI LAYANAN PARKIR DI PUSAT PERBELANJAAN KOTA

KANDANGAN (STUDI KASUS KAWASAN PARKIR

LANTAI 2 PASAR LOS BATU KANDANGAN)

Ahmad Rizani dan Muhammad Yamani

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin

[email protected]

ABSTRAK

Peningkatan jumlah kendaraan di daerah perkotaan menyebabkan problem terhadap jalan

raya dan lalu lintas serta yang layanan parkir kendaraan itu sendiri. Masalah perparkiran

sangat mempengaruhi pergerakan kendaraan apalagi di tempat kawasan pusat perkantoran,

sekolah, pusat perekonomian dan kawan lainnya. Salah satu permasalahan parkir adalah

kurangnya lahan parkir terutama di pusat-pusat perbelanjaan yang mengakibatkan

berpengaruhnya pergerakan kendaraan, dimana kendaraan yang melewati tempat-tempat

yang mempunyai aktivitas tinggi, laju pergerakannya akan terhambat oleh kendaraan yang

parkir di badan jalan. Dalam penelitian ini sebagai studi kasus kawasan parkir pada pusat

perbelanjaan Kota Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Provinsi Kalimantan

Selatan adalah pada kawasan pusat Perbelanjaan Pasar Los Batu Kandangan. Survei

dilakukan pada area parkir Lantai 2 Pasar Los Batu Kandangan dengan cara Tapal Batas

(Cordon Count), Wawancara langsung (Direct Interview) dan survei Keliling (Patrol

Survey). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas parkir tidak mampu memenuhi

kebutuhan pengguna parkir. Volume parkir selama 12 jam adalah 1.405 kendaraan, rata-

rata lama parkir atau durasi parkir adalah 0,874 jam/kendaraan atau 52,44

menit/kendaraan. Kapasitas parkir selama 12 jam adalah 52,632 kendaraan/jam untuk

mobil dan 155,844 kendaraan/jam untuk sepeda motor. Untuk nilai indeks parkir mobil

adalah 454,35% dan sepeda motor sebesar 1.243,75%, yang berarti kebutuhan ruang

parkir melebihi kapasitas yang telah tersedia pada area tersebut. Hasil Satuan Ruang

Parkir (SRP) untuk mobil tidak memenuhi kelayakan ukuran SRP yang telah di tentukan

maka dari itu perlu diterapkannya parkir pada Area Drof Off untuk sementara agar

dapat menampung jumlah parkir yang ada. Dari hasil penelitian tersebut untuk

meningkatkan layanan sebagai alternatif solusi adalah perlu diadakan sistem parkir waktu

berbayar serta penambahan pengelola/petugas parkir untuk meningkatkan layanan yang

diharapkan bagi pengguna parkir.

Kata kunci : Indeks Parkir, Layanan Parkir, Parkir

PENDAHULUAN

Pada umumnya kendaraan yang

parkir di pinggir jalan dan

keberadaannya di sekitar tempat atau

pusat kegiatan seperti : perkantoran,

sekolah, rumah sakit dan pusat kegiatan

ekonomi seperti : pasar tradisional,

pasar swalayan, rumah makan dan lain-

lain. Dalam usaha menangani masalah

tersebut, maka diperlukan pengadaan

lahan parkir yang cukup memadai,

dimana kebutuhan akan lahan parkir

(demand) dan pasarana yang dibutuhkan

(supply) haruslah seimbang dan

disesuaikan dengan karakteristik

perparkiran.

Berdasarkan jenisnya parkir di

bagi menjadi dua jenis yaitu : parkir di

badan jalan (on street parking) dan

Page 26: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 26

parkir di luar badan jalan (off street

parking). Di mana parkir di badan jalan

merupakan masalah utama yang

menyebabkan kemacetan di daerah

perkotaan, karena sudah pasti

mengurangi kapasitas ruas jalan yang

bersangkutan. Selain parkir dibadan

jalan, masih ada parkir di luar badan

jalan yang juga harus di perhatikan,

baik pengaturan parkir maupun

penentuan bentuk SRP-nya (Satuan

Ruang Parkir ) yang tepat.

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di pusat

Kota Kandangan tepatnya di Kawasan

Parkir Lantai 2 Pasar Los Batu

Kandangan Kabupaten Hulu Sungai

Selatan Provinsi Kalimantan Selatan.

Metode Pelaksanaan

Ada 3 (tiga) metode pelaksanaan

dilakukan, yaitu :

1. Perhitungan tapal batas daerah studi

(cordon count), yaitu dengan cara

mendirikan pos-pos pencatat

terpisah, di mana masing-masing

pos menghitung jumlah kendaraan

yang datang dan meninggalkan

areal parkir setiap interval waktu

tertentu.

2. Wawancara langsung (direct

interview), yaitu dengan melakukan

wawancara langsung dengan

pengemudi dan pengelola parkir.

3. Survei keliling atau pencacahan

langsung (patrol survey), yaitu

dengan melakukan pencatatan

langsung nomor polisi kendaraan

yang masuk dan keluar dari lokasi

parkir pada interval waktu tertentu.

Pengumpulan Data

Data yang di gunakan terdiri dari

data primer dan data sekunder.

Data Primer

a. Survei Inventarisasi Fasilitas

Parkir

Survei ini adalah untuk

mengetahui pola parkir yang digunakan

pada lokasi penelitian. Pelaksanaan

survei ini dengan menghitung petak-

petak parkir serta mengukur luas lahan

parkir yang terdapat pada lokasi

pengamatan. Dari hasil survei diketahui

luas parkir reguler lantai 2 pasar los

batu kandangan adalah 3.478,2 m2.

b. Survei Kordon Parkir

Digunakan untuk mengetahui

akumulasi kendaraan yang parkir

sehingga dapat diketahui jumlah

kendaraan yang keluar masuk selama

periode waktu tertentu. Selain itu juga

dengan survei kordon parkir dapat di

ketahui lamanya kendaraan yang parkir

di lokasi penelitian.

c. Survei Pelat Nomor Kendaraan

Parkir

Survei dengan cara mencatat pelat

nomor kendaraan yang berhenti atau

parkir pada area parkir dalam waktu

yang bersamaan, dengan interval waktu

pengamatan perlima belas menit.

d. Survei luas lahan parkir

Pengumpulan data geometrik

jalan meliputi lebar lahan parkir,

panjang lahan parkir, lebar trotoar, lebar

median dan lebar lajur.

Data Sekunder

Merupakan data dari hasil

pengumpulan pengelola pasar dan

survey dari dinas perhubungan

setempat.

Page 27: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 27

HASIL DAN PEMBAHASAN

Buah

Waktu

Buah

Page 28: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 28

Tingkat Pergantian Parkir Mobil

Jumlah Kendaraan = 1.405 buah

Jumlah Petak = 46 SRP (Satuan

Ruang Parkir)

Lama Survei = 12 jam

=

Buah Jam/kend

Waktu

Waktu

Jam/kend

Buah

Jam/kend

Jam/kend

Page 29: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 29

Tingkat Pergantian Parkir Sepeda

Motor

Jumlah Kendaraan = 14.808 buah

Jumlah Petak = 144 SRP

Lama Survei = 12 jam

=

Kapasitas Parkir Mobil

Jumlah Petak Mobil = 46 buah

Rata-rata Lama Parkir = 0,874 jam

Kapasitas Parkir (KP)

=

Kapasitas Parkir Sepeda Motor

Jumlah Petak Spd Motor = 14.808 buah

Rata-rata Lama Parkir = 0,924 jam

=

Indeks Parkir Mobil

Akumulasi Parkir Tertinggi = 209 kend.

Jumlah Petak = 46 buah

Indeks Parkir Sepeda Motor

Akumulasi Parkir Tertinggi = 1.791

kend.

Jumlah Petak = 144 buah

Dari hasil perhitungan

menunjukkan bahwa Indeks Parkir

Mobil dan Sepeda Motor melebihi

kapasitas parkir di area Lantai 2 Pasar

Los Batu Kandangan. Hal ini

mengindikasikan bahwa area parkir

tersebut tidak mencukupi lagi untuk

menampung kendaraan yang ada

terutama pada jam puncak.

Analisa Pemecahan

1. Menerapkan parkir berbayar dengan

metode sebagai berikut :

a. Parkir berbayar di terapkan dari

Pukul 08:00 Wita sampai Pukul

18:00 Wita.

b. Untuk parkir di jam pertama di

kenakan tarif Rp. 3000,- untuk

Roda 4 kemudian di jam

berikutnya di kenakan tarif Rp.

1000,-/jam dengan batas

maksimal pembayaran

Rp.10.000/hari biasa dan untuk

hari libur bias diterapkan

pembayaran tanpa batas

maksimal.

2. Dengan menambah petugas parkir

(SDM) untuk membantu

mempercepat proses laju parkir

kendaraan agar terciptanya efesiensi

parkir.

3. Menambah ruang parkir atau

membangun fasilitas parkir di pusat

perbelanjaan kota Kandangan.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang

dilakukan di kawasan parkir lantai 2

Pasar Los Batu Kandangan dapat di

simpulkan sbb:

1. Volume parkir selama 12 jam adalah

1.405 buah mobil dan 14.808 buah

sepeda motor .

Page 30: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 30

2. Rata–rata lama waktu parkir adalah

0,874 jam/kendaraan atau 52,44

menit/kendaraan untuk jenis mobil,

sedangkan untuk jenis sepeda motor

sebesar 0,924 jam/kendaraan atau

55,46 menit/kendaraan.

3. Tingkat pergantian parkir mobil

sebesar 2.545 kend/SRP/jam dan

tingkat pergantian parkir sepeda

motor sebesar 8.569 kend/SRP/jam.

4. Kapasitas parkir selama 12 jam

adalah 52,632 kendaraan/jam untuk

mobil dan 155, 844 kendaraan/jam

untuk sepeda motor.

5. Nilai indeks parkir mobil adalah

454,35 % dan indeks parkir sepeda

motor sebesar 1.243,75%, ini

menunjukkan nilai indeks > 100%

5. Hasil Satuan Ruang Parkir (SRP)

untuk mobil tidak memenuhi

kelayakan ukuran SRP yang telah di

tentukan maka dari itu perlu

diterapkannya parkir pada Area Drof

Off untuk sementara agar dapat

menampung jumlah parkir yang ada.

6. Puncak parkir terjadi pada pukul

11:00–12:00 Wita dimana jumlah

kendaraan melebihi kapasitas daya

tampung sehingga membuat area

drof off menjadi lahan untuk parkir

bagi kendaraan yang baru masuk

area parkir.

DAFTAR PUSTAKA

Hobbs, F D. 1995. Perencanaan Teknik

Lalu Lintas. Gajah Mada

University Perss. Yogyakarta.

Tamin, O. Z. 2008. Perencanaan,

Permodelan dan Rekayasa

Transportasi : Teori, Contoh Soal

dan Aplikasi. Penerbit ITB.

Bandung.

Yamani, M. 2016. Evaluasi Kapasitas

dan Pelayanan Parkir di Pusat

Perbelanjaan Kota Kandangan,

Studi Kasus Kawasan Parkir Lantai

2 Pasar Los Batu Kandangan.

Tugas Akhir. Politeknik Negeri

Banjarmasin. Banjarmasin.

Page 31: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 31

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS MIKROORGANISME

LOKAL (MOL) DALAM PEMBUATAN KOMPOS BERBAHAN BAKU

TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

Jaka Darma Jaya, Ema Lestari, Diah Nur Aini

Program Studi Teknologi Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut

[email protected]

ABSTRAK

Mikroorganisme lokal (MOL) digunakan seagai inducer pada proses komposting karena

mengandung nutrisi mikro dan makro serta mengandung bakteri yang berpotensi

sebagai dekomposer bahan organik, merangsang pertumbuhan, sebagai agen

pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mencari

sumber MOL terbaik yang akan diaplikasikan dalam pembuatan kompos tandan kosong

kelapa sawit, serta melihat pengaruh produk kompos tersebut pada aplikasi terhadap

tanaman sawi dan menguji kadar N, P dan K pada kompos. Bahan sumber

mikroorganisme yang digunakan adalah usus sapi (MOL A), limbah buah (MOL B),

limbah sayuran (MOL C) dan ampas tahu (MOL D). Campuran bahan difermentasi

selam 21 hari. Larutan digunakan sebagai starter kompos tandan kosong kelapa sawit

dengan tiga perlakuan konsentrasi 5, 10 dan 15%. Bahan baku utama kompos adalah

tandan kosong kelapa sawit. Setelah diinkubasi selama 28 hari kompos diaplikasikan

pada tanaman sawi. Pengamatan menunjukkan perlakuan MOL B 5% memberikan

pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman yaitu dengan nilai rata-rata panjang daun 12, 33

cm dan rata-rata berat tanaman sawi dengan rata-rata 7, MOL C 5% berpengaruh nyata

terhadap rata-rata jumlah daun dengan nilai rata-rata 1,14 g. Hasil analisis NPK B 5%

dan C 5% belum memenuhi standar SNI 2803:2012.

Kata kunci: fermentasi, kompos, MOL, sawi.

PENDAHULUAN

Pengomposan dapat dijadikan

sebagai teknologi berkelanjutan yang

bertujuan untuk konservasi lingkungan

dan mempunyai nilai ekonomi. Pupuk

kompos berasal kotoran hewan, daun-

daunan, jerami dan sampah rumah

tangga kecuali plastik. Menurut Puspita

(2015), proses pengomposan

memerlukan aktivator sebagai

dekomposer dalam proses dekomposisi

bahan organik kompleks yang dilakukan

oleh mikroorganisme sehingga menjadi

tersedia dalam bentuk mineral yang

dapat diserap oleh tanaman atau

organisme lain.

Mikroorganisme lokal (MOL)

merupakan larutan fermentasi dari

sumber mikroorganisme yang

digunakan sebagai aktivator dalam

pembuatan pupuk organik cair maupun

padat. Pemanfaatan pupuk organik

yang berasal dari starter MOL menjadi

salah satu alternatif penyediaan unsur

hara dalam tanah. MOL juga berfungsi

sebagai dekomposisi bahan organik dan

biopestisida karena itulah dapat

mengurangi penggunaan pupuk

anorganik (Hesti, dkk., 2015). Salah

satu upaya dalam mendukung pertanian

yang ramah lingkungan, mengatasi

permasalahan pencemaran limbah

pertanian dan rumah tangga yaitu

Page 32: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 32

dengan memanfaatkan hasil limbah

organik pada pembuatan larutan MOL

sebagai aktivator kompos tandan

kosong kelapa sawit.

Banyaknya industri kelapa sawit

di Kabupaten Tanah Laut berpotensi

menghasilkan limbah tandan kosong

yang cukup besar untuk diolah menjadi

kompos sehingga dengan upaya tersebut

dapat meningkatkan nilai ekonomi

terhadap TKKS (Tandan Kosong

Kelapa Sawit). Berdasarkan hal diatas,

penelitian ini bertujuan untuk

membandingkan mutu kompos TKKS

dengan penambahan larutan MOL dari

sumber yang berbeda. Hasil kompos

akan diaplikasikan pada tanaman sawi,

karena tanaman sawi memiliki waktu

panen yang relatif singkat sehingga

mudah pengamatannya untuk aplikasi

kompos.

METODE PENELITIAN

Pembuatan Larutan Mikroorganisme

Lokal (MOL)

Masing-masing bahan sumber

mikroorganisme dimasukkan ke dalam

empat ember yang berbeda, kemudian

ditambahkan dengan gula merah

sebanyak 400 g (yang dicairkan dengan

air cucian beras) dan air cucian beras 4

L, diaduk hingga rata. Setelah itu

ember ditutup dan dirapatkan dengan

lakban. Larutan MOL dipanen setelah

proses fermentasi selama 21 hari.

Pembuatan Kompos TKKS

TKKS dicacah untuk

memperkecil ukuran, kemudian

ditimbang sebanyak 2 kg setiap

perlakuan, ditambahkan dengan bahan

sebanyak 100 g dedak, 100 g pupuk

kandang, 40 ml air kelapa lalu diaduk

hingga rata. Kompos dari masing-

masing sumber mikroorganisme

disemprot larutan MOL dengan 3

konsentrasi yang berbeda yaitu 5, 10

dan 15%. Agar semua bahan tercampur

rata dilakukan pembalikan 3 kali setelah

7 hari proses inkubasi. TKKS

dimasukkan ke dalam karung dan

ditutup terpal yang tebal dan kuat serta

tahan sinar matahari. Kompos

diinkubasi selama 28 hari.

Aplikasi Kompos Pada Tanaman

Sawi

Tanaman sawi terlebih dahulu

disemai selama 5 hari sampai tumbuh

dan siap dipindahkan ke dalam polybag.

Tujuan dari penyemaian adalah agar

pada saat penanaman di dalam polybag

bisa tumbuh seragam karena media

tanah yang digunakan juga seragam,

sehingga mempermudah pengamatan

terhadap tanaman terutama pada

panjang daun. Tanaman yang rata-rata

tingginya sama dan tumbuh dengan baik

dapat dipindahkan pada polybag. Tanah

yang digunakan merupakan tanah

humus sisa pembakaran sampah yang

telah digemburkan dan dihomogenkan

menggunakan cangkul. Selanjutnya

tanah dicampur dengan kompos dengan

perbandingan 2:1, kemudian

dimasukkan ke dalam polybag

berukuran 12 x 24 cm. Pada polybag

yang berbeda diberi tanda K yang

berarti perlakuan tanpa menggunakan

pupuk kemudian tanda A (MOL usus

sapi), B (MOL buah), C (MOL sayuran)

dan D (MOL ampas tahu), masing-

masing dengan penambahan larutan

MOL 5, 10 dan 15% sebanyak 3 kali

ulangan dan 3 kali ulangan kontrol

sehingga terdapat 39 satuan percobaan.

Tanaman disiram setiap pagi dan

sore hari. Masing-masing tanaman

diamati pertumbuhannya yang meliputi

tinggi tanaman (cm), jumlah daun pada

H0, H3, H6, H9, H12, H15, H18 dan H21

hari setelah tanam (hst), berat tanaman

pada H21.

Page 33: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 33

Panjang Daun

Benih yang telah disemai selama

5 hari, telah siap dipindahkan ke dalam

polybag. Dimulai dari pemindahan ke

polybag (H0), dilakukan pengukuran

panjang daun sampai H21. Pengukuran

dilakukan dari permukaan tanah sampai

pucuk tanaman menggunakan

penggaris.

Jumlah Daun

Perhitungan jumlah daun

dilakukan pada saat setelah benih sawi

dipindahkan kedalam polybag, yaitu H0

pada saat dipindahkan kedalam

polybag, sampai dengan H21.

Pengamatan perhitungan jumlah daun

dilakukan setiap pagi sama dengan

pengamatan pengukuran panjang daun.

Berat Tanaman Penimbangan berat tanaman sawi

dilakukan pada H21, terlebih dahulu

dilakukan pemanenan dengan cara

dicabut hati-hati agar terpisah dari

polybag. Kemudian, dibersihkan dari

kotoran dan tanah yang menempel, lalu

dilakukan penimbangan berat tanaman

sawi menggunakan neraca analitik.

Analisis Data

Menurut Musafaah dan Fakhriadi

(2015), perhitungan dalam analisis data

pengamatan pada penelitian ini

menggunakan rumus rata-rata. Rata-rata

atau mean merupakan ukuran statistik

kecenderungan terpusat yang paling

sering digunakan. Penghitungan rata-

rata dilakukan dengan menjumlahkan

seluruh nilai data suatu kelompok

sampel, kemudian dibagi dengan jumlah

sampel tersebut. Berikut adalah rumus

perhitungan pada analisa data:

Panjang daun rata-rata

Jumlah daun rata-rata

Berat tanaman rata-rata =

Keterangan:

P1= percobaan 1; P2= percobaan 2; P3=

percobaan 3

Metode Analisis N,P dan K

Metode analisis yang digunakan

dalam penentuan kadar N, P, K masing-

masing adalah Titrimetri untuk

penentuan kadar N, Spektrophotometer

untuk kadar P, AAS untuk penentuan

kadar K.

Metode Titrimetri

Titrimetri merupakan suatu

metode analisa kuantitatif didasarkan

pada pengukuran volume titran yang

bereaksi sempurna dengan analit. Titran

merupakan zat yang digunakan untuk

mentitrasi. Analit adalah zat yang akan

ditentukan konsentrasi atau kadarnya.

Selanjutnya akan dikatakan titik

ekivalen dari titrasi telah dicapai.

Larutan standar merupakan larutan yang

telah diketahui konsentrasinya. Agar

diketahui kapan harus berhenti

menambahkan titran, kimiawan dapat

menggunakan bahan kimia, yaitu

indikator, bereaksi terhadap kehadiran

titran yang berlebih dengan melakukan

perubahan warna. Perubahan warna ini

bisa saja terjadi persis pada titik

ekivalen, tetapi bisa juga tidak. Titik

dalam titrasi dimana indikator berubah

warnanya disebut titik akhir. Tentu saja

diharapkan, bahwa titik akhir ini

sedekat mungkin dengan titik ekivalen

(Rahmanto, 2015).

Metode Spektrophotometer

Spektrophotometer merupakan

alat yang digunakan untuk mengukur

absorbansi dengan cara melewatkan

cahaya dengan panjang gelombang

tertentu pada suatu obyek kaca atau

kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian

dari cahaya tersebut akandiserap dan

sisanya akan dilewatkan. Nilai

absorbansi dari cahaya yang diserap

Page 34: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 34

sebanding dengan konsentrasi larutan di

dalam kuvet (Rahmanto, 2015).

Metode AAS dan Perhitungan

Spektrrofotometer serapan atom

(AAS) merupakan teknik analisis

kuantitatif dari unsur-unsur yang

pemakaiannya sangat luas, diberbagai

bidang karena prosedurnya selektif,

spesifik, biaya analisa relatif murah,

sensitif tinggi. Waktu analisa sangat

cepat dan mudah dilakukan. Analisis

AAS pada umumnya digunakan untuk

analisa unsur (Rahmanto, 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan MOL

Pembuatan larutan

Mikroorganime Lokal (MOL) dengan

cara fermentasi dilakukan selama 21

hari. Terdapat 4 jenis larutan

mikroorganisme lokal yaitu MOL usus

sapi, limbah buah, limbah sayur dan

ampas tahu. Larutan MOL yang sudah

jadi berwarna kuning kecoklatan dan

mengeluarkan bau asam. Adapun

pengamatan yang dilakukan pada hasil

fermentasi MOL diantaranya warna,

aroma, bentuk dan pH. Hasil fermentasi

MOL disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Pengamatan hasil larutan MOL

sumber

mikroorganisme

Pengamatan

warna awal warna akhir Aroma Bentuk pH

usus sapi (A) putih kecoklatan kuning pekat Asam sedikit pekat 4

buah (B) kuning kecoklatan kuning pucat Asam sedikit pekat 3

sayur (C) hijau kehitaman coklat kekuningan Asam sedikit pekat 4

ampas tahu (D) Kecoklatan kuning muda Asam sedikit pekat 4

Setelah fermentasi selama 21 hari

larutan MOL A berwarna kuning pekat

dengan pH 4, pada MOL B berwarna

kuning pucat dengan pH 3, MOL C

berwarna kuning kecoklatan dengan pH

4 dan MOL D berwarna kuning muda

dengan pH 4. Semua MOL beraroma

asam dan berbentuk sedikit

pekat.Menurut (Marsiningsih, 2014),

perombakan akan menghasilkan

nitrogen dan amonia, sehingga

prombakan ini akan menyebabkan nilai

pH menjadi meningkat.

Pengaruh Penambahan MOL pada

Kompos

Berdasarkan pengamatan warna

pada kompos TKKS dengan

penambahan MOL C pada hari ke 6

telah mengalami perubahan yaitu

kuning kecoklatan, sedangkan MOL A,

B dan D mengalami perubahan warna

pada hari ke 7. Pengamatan terhadap

perubahan suhu kompos menunjukkan

perubahan yang signifikan hal ini

disebakan oleh bahan baku kompos

yang sama. Peningkatan suhu kompos

terjadi pada awal pengomposan yaitu

pada hari ke-1 setelah perlakuan, hal

tersebut disebabkan oleh panas yang

dihasilkan dari proses perombakan

bahan organik oleh mikroorganisme

untuk membantu proses pembusukan.

Pada tahap ini, mikoorganisme

memperbanyak diri secara cepat.

Setelah itu, suhu pengomposan akan

turun kembali hingga mencapai suhu

kamar (25–30°C) yang menandakan

kompos sudah matang. Kenaikan suhu

pada kompos terjadi pada hari ke 1 dan

2 setelah perlakuan pada proses

inkubasi. Perubahan suhu pada kompos

dengan penambahan MOL D (ampas

tahu) 5% pada hari ke 1 setelah

Page 35: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 35

perlakuan menunjukan nilai yang paling

tinggi kemudian pada hari ke 2 setelah

perlakuan mengalami penurunan suhu,

hal tersebut menunjukkan bahwa proses

metabolisme dengan subtrat ampas tahu

mengalami proses perombakan yang

lebih cepat dibandingkan dengan

kompos yang difermentasi

menggunakan MOL A, MOL B dan

MOL C.

Proses inkubasi mengalami

pembusukkan yang ditandai dengan

adanya perubahan warna dan bau pada

hari ke-5 setelah perlakuan. Aktivitas

mikroorganisme mulai berkurang pada

H25 hal tersebut ditunjukkan oleh

turunnya suhu pada kompos.

Pengamatan aroma pada hari ke 0

sampai denganhari ke-4 pada proses

inkubasi belum ada menunjukkan

perubahan, perubahan aroma terjadi

pada hari ke-6. Proses pembusukkan

yang paling cepat terjadi pada kompos

dengan penambahan larutan MOL C

pada setiap perlakuan yang ditunjukkan

dengan adanya aroma busuk pada

kompos. Hal tersebut disebabkan oleh

sayuran yang merupakan bahan mudah

hancur dan busuk. Sehingga proses

pembusukkan pada kompos juga lebih

cepat. Setiap perlakuan kompos dengan

pemberian MOL B dan MOL D

menunjukkaan aroma busuk pada hari

ke 7. Pada kompos dengan pemberian

MOL A yang merupakan MOL

berbahan usus sapi mengalami proses

pembusukan yang lebih lama

dibandingkan dengan kompos yang

diberikan MOL B, C dan D karena

subtrat usus sapi lebih lama hancur

sehingga mikroorganismenya lebih

lambat mengurai bahan kompos.

Aplikasi Kompos Pada Pertumbuhan

Tanaman Sawi

Pengamatan panjang daun

tanaman sawi dilakukan dengan

mengukur tinggi tanaman pada hari 0

setelah pemindahan pada polybag

sampai dengan hari ke 21.

Panjang Daun

Hasil pengamatan panjang daun

tanaman sawi yang diaplikasikan

dengan kompos dengan penambahan

larutan MOL memberikan pengaruh

terhadap panjang daun sawi. Rata-rata

panjang daun sawi pada percobaan

aplikasi berbagai jenis MOL dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata panjang daun tanaman sawi yang diaplikasikan dengan kompos

MOL perlakuan % Panjang daun (cm)

H0 H3 H6 H9 H12 H15 H18 H21

A

5 4 5.43 5.83 6.93 7.3 8.1 8.43 8.83

10 4 5.53 6.26 7.13 7.7 9.16 10 10.66

15 4 4.76 5.73 5.96 7.46 8.5 9.1 9.36

B

5 4 5.96 6.4 7.33 9.63 10.16 11.7 12.33

10 4 5 5.63 6.66 7.4 7.8 8.5 8.86

15 4 5.56 5.8 6 7.93 8.73 9.1 9.86

C

5 4 5.46 6.3 7.26 9.36 10.16 10.7 11.3

10 4 5.46 5.86 7.43 8.9 10.4 10.56 11.96

15 4 5.8 6 7.66 9.36 10.26 10.83 11.96

D

5 4 5.6 5.9 6.73 7.26 8.86 9.96 10.43

10 4 5.63 6.4 7.26 8 9.53 10.13 10.96

15 4 5.16 5.6 6.23 7.16 7.46 7.93 8.46

K

4 4.56 4.73 5.13 5.2 5.76 6.2 6.66

Data menunjukan bahwa hasil

pengamatan panjang daunpaling tinggi

adalah pada perlakuan MOL B 5% yaitu

12,33 cm. Hal tersebut menunjukkan

Page 36: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 36

bahwa unsur jumlah nutrisi yang

diberikan kompos dengan perlakuan

MOL buah 5% memberikan pengaruh

nyata terhadap rata-rata tinggi tanaman

sawi. Menurut Gardner, dkk. (1991),

pertumbuhan tinggi tanaman tidak

hanya dipengaruhi oleh unsur nitrogen,

melainkan unsur yang berperan dalam

proses pertambahan tinggi tanaman

diantaranya adalah fospor (P), seng

(Zn), besi (Fe), dan mangan (Mn).

Panjang daun merupakan parameter

pertumbuhan yang sering diamati

karena dapat menunjukkan pengaruh

lingkungan atau perlakuan yang

diberikan.

Kalium berperan sebagai aktivator

dari berbagi enzim yang esensial dalam

reaksi fotosintesis dan respirasi serta

proses pembentukan protein dan pati.

Peningkatan serapan K akan memacu

proses metabolisme didalam tanaman

diantaranya meningkatkan laju

fotosintesis dalam menghasilkan

karbohidrat (Rahmanto, 2015). Menurut

Salisbury dan Ross (1995) karbohidrat

merupakan substrat respirasi.

Karbohidrat yang tinggi akan

menghasilkan ATP yang banyak

sehingga dapat dimanfaatkan tanaman

dalam meningkatkan tinggi tanaman

sawi.

Sedangkan perlakuan K yang

merupakan perlakuan tanpa pemberian

kompos menunjukkan hasil rata-rata

panjang daun yang terendah, hal

tersebut disebabkan tanaman hanya

tergantung dari hara yang ada pada

media dimana tanaman itu tumbuh.

Keadaan ini yang menyebabkan

kebutuhan hara tidak terpenuhi sehingga

pertumbuhan tanaman sawi kurang

normal, tidak mampu mendukung

pertumbuhan dan produksi tanaman

sawi. Hal ini sesuai dengan penjelasan

yang dikemukakan oleh Setyamidjaja

(1994), bahwa pemberian pupuk yang

sesuai dengan jenis kebutuhan tanaman,

akan aktif mendorong pertumbuhan dan

seluruh jaringan pada tanaman.

Jumlah Daun

Berdasarkan pengamatan jumlah

nilai rata-rata daun sawi terbanyak

adalah perlakuan kompos pemberian

MOL sayuran, taraf perlakuan C 5%

dengan nilai rata-rata 7. Daun

merupakan organ yang paling utama

berfungsi dalam foto sintesis, karena

pada daun terdapat pigmen yang

berperan dalam menyerap cahaya

matahari. Jumlah daun erat kaitannya

dengan tinggi tanaman, dimana dengan

meningkatnya tinggi tanaman maka

jumlah ruas dan buku yang terbentuk

lebih tinggi menyebabkan jumlah daun

meningkat karena daun terbentuk pada

ruas –ruas yang ada (Rahmanto, 2015).

Daun sawi rata-rata berwarna

hijau hal itu diduga disebabkan karena

adanya unsur kalium. Menurut

Rahmanto (2015), kalium berfungsi

untuk memperkuat bagian kayu

tanaman, meningkatkan kualitas buah.

Kekurangan unsur kalium menyebabkan

daun menguning dan semakin lama

berubah menjadi coklat. Jika dibiarkan,

daun-daun tersebut akan rontok.

Bobot Tanaman

Pemberian jenis pupuk dan

perlakuan yang berbeda mengakibatkan

perbedaan pertumbuhan dan

perkembangan pada tanaman sawi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

diketahui bahwa pemberian MOL pada

pembuatan kompos tandan kosong

kelapa sawit perlakuan B (MOL buah)

5% memberikan pengaruh pada berat

tanaman sawi seperti terlihat pada

Gambar 1. Pemberian MOL buah

tersebut memberikan pengaruh nyata

terhadap berat tanaman sawi, disusul

dengan bobot tanaman sawi pada

perlakuan MOL C (MOL sayuran) 5%,

sedangkan perlakuan K lebih kecil

Page 37: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 37

beratnya dibandingkan berat sawi lain

yang diaplikasikan dengan dengan

kompos.

Gambar 1. Pengarus aplikasi kompos pada berat tanaman sawi

Pemberian dosis MOL juga

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan tanaman, pemberian

dosis yang berlebihan akan

menyebabkan terjadinya persaingan

antar mikroorganisme dalam

memperoleh makanan sehingga akan

berpengaruh terhadap kebutuhan nutrisi

mikroorganisme. Hal ini sesuai dengan

hasil kajian secara laboratoris dari Balai

Penelitian Tanah (2009), yang

menyatakan bahwa pupuk organik cair

yang berasal dari saripati limbah

sayuran dan buahan memenuhi syarat

sebagai pupuk, baik sebagai sumber

unsur makro maupun mikro.

Kadar N, P dan K

Nilai analisis N, P dan K pada

pupuk kompos B 5% didapatkan N –

Total= 1,06 %, P= 0,89%, K= 3,58

sedangkan pada pupuk kompos C 5%

didapatkan N –Total= 0,84 %, P=

0,84%, K= 3,43 hasil tersebut belum

memenuhi standar SNI 2803:2012. Hal

tersebut dikarenakan lambatnya analisa

yang dilakukan sehingga kadar unsur

hara pada kompos menjadi berkurang

dan kadar air nya bertambah.

Berdasarkan aplikasi pada tanaman

pada pupuk B 5% dan C 5% yang

dihasilkan sudah memiliki unsur hara

makro NPK yang dapat meningkatkan

kesuburan tanaman sehingga pupuk

tersebut langsung bisa diaplikasikan

pada tanaman sawi.

KESIMPULAN

Mikroorganisme lokal (MOL)

yang diperoleh dengan menambahkan

bahan sumber mikroorganisme

sebanyak 2 kg dengan gula merah cair

sebanyak 400 g dan air cucian beras

sebanyak 4 L, kemudian difermentasi

selama 21 hari. Pengamatan

menunjukkan perlakuan MOL B (buah)

5% memberikan pengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman yaitu dengan

nilai rata-rata panjang daun 12, 33 cm

dan rata-rata berat tanaman sawi dengan

rata-rata 7, MOL C (sayuran) 5%

berpengaruh nyata terhadap rata-rata

jumlah daun dengan nilai rata-rata 1,14

g. Hasil analisis NPK B 5% dan C 5%

belum memenuhi standar SNI

2803:2012.

Page 38: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 38

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah. 2009. Petunjuk

Teknis: Analisis Kimia Tanah,

Tanaman, Air dan Pupuk. Badan

Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Departeman Pertanian.

Bogor Bandung.

Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L.

Mitchell. 1991. Fisiologi

Tanaman Budidaya. Universitas

Indonesia. Jakarta.

Hesti, H.S., A. Yunus, A. Susilowati.

2015. Uji Kualitas Pupuk Organik

Cair Dari Berbagai Macam

Mikroorganisme Lokal (MOL).

http://jurnal.pasca.uns.ac.id.

Marsiningsih, N.W. 2014. Analisis

Kualitas Larutan MOL

(Mikroorganisme Lokal) Berbasis

Ampas Tahu. Skripsi. Konsentrasi

Ilmu Tanah dan Lingkungan

Fakultas Pertanian Universitas

Udayana. Denpasar.

Musafaah dan R. Fakhriadi. 2015.

Modul Biostatistik. Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Lambung

Mangkurat. Banjarbaru.

Puspita, P.N. 2015. Karakter Kimia

Kompos Dengan Dekomposer

Mikroorganisme Lokal Asal

Limbah Sayuran. Fakultas

Pertanian Universitas

Mulawarman Samarinda Kampus

Gunung Kelua Samarinda. 40(1) :

54-60

Rahmanto. 2015. Optimasi Pembuatan

Pupuk Organik Cair Dari Limbah

Padat Pabrik Kelapa Sawit.

Teknologi Industri Pertanian.

Pelaihari.

Salisbury, F.B, dan C.W. Ross. 1995.

Fisiologi Tumbuhan Jilid II. ITB

Press. Jakarta

Setyamidjaja, D. 1994. Pupuk dan

Pemupukan. CV Simplex. Jakarta.

Page 39: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 39

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN

PENDAPATAN MASYARAKAT

Uswatun Chasanah dan Hikma Ellya

Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur

[email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk menguraikan estimasi pembuatan abon mandai sebagai

alternatif tambahan pendapatan masyarakat. Tahapan penelitian dimulai dari analisis

kandungan gizi pada mandai yang belum diolah menjadi abon dan yang sesudah

menjadi abon. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan produk abon mandai sampai

pada pengumpulan data-data yang mendukung dalam analisa pendapatan usaha abon

mandai. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan praktek langsung pengolahan

abon mandai dan wawancara untuk melengkapi informasi tentang objek penelitian.

Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah, buku, internet dan studi literatur yang

terkait dengan penelitian. Hasil analisis kandungan gizi menunjukkan bahwa serat

kasar, kadar abu, kadar lemak, karbohidrat, protein, dan kadar garam abon mandai lebih

tinggi dibandingkan dengan mandai yang belum dijadikan produk abon. Pendapatan

yang diperoleh tiap produksi abon mandai sebesar Rp. 180.323,-. Apabila tiap bulan kita

bisa memproduksi 4 kali abon mandai maka tambahan pendapatan yang diterima oleh

masyarakat sebesar Rp. 721.292,-.

Kata Kunci : abon, analisa pendapatan, mandai

PENDAHULUAN

Kalimantan Selatan merupakan

salah satu provinsi penghasil buah

cempedak di Indonesia. Menurut

keterangan Lempang dan Suhartati

(2013) bahwa umumnya cempedak

banyak ditemukan di daerah Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya.

Banyaknya hasil panen buah cempedak

menjadikan masyarakat Kalimantan

Selatan lebih kreatif dalam

memanfaatkan bagian buah cempedak

selain daging buah yang dapat

dikonsumsi langsung. Salah satu bagian

yang dimanfaatkan masyarakat pada

umumnya adalah kulit bagian dalam

cempedak.

Pemanfaatan kulit cempedak

menjadi produk fermentasi yang biasa

disebut mandai telah dilakukan oleh

banyak masyarakat Kalimantan Selatan.

Akan tetapi sampai saat ini, belum ada

pengolahan produk turunan mandai

tersebut. Abon merupakan salah satu

bahan makan yang banyak disukai

berbagai kalangan masyarakat, sehingga

dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif produk turunan mandai.

Pelaku usahatani selalu

mengupayakan agar usaha yang

dilakukan dapat menguntungkan secara

ekonomis, dimana biaya yang

dikeluarkan dapat menghasilkan

produksi maksimal. Sehingga pada

akhirnya pendapatan petani akan

meningkat, dan dengan meningkatnya

pendapatan maka secara otomatis

tingkat kesejahteraan petani tersebut

akan meningkat. Analisis pendapatan

Abon mandai perlu dilakukan untuk

pengembangan agroindustri komoditas

Page 40: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 40

cempedak bagi masyarakat dari segi

ekonomi.

Tujuan penelitian ini adalah

menguraikan analisis pendapatan abon

mandai sebagai alternatif tambahan

pendapatan masyarakat.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di

Politeknik Hasnur Kota Banjarmasin,

Kalimantan Selatan dengan waktu

penelitian dimulai bulan November

2015 sampai dengan Maret 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan berupa

mandai, santan, bumbu abon, dan

bahan-bahan analisa laboratorium. Alat

yang digunakan berupa wajan, serok,

pisau, blender, sotil, sendok, kompor,

gas, plastik mika, dan alat-alat

laboratorium analisa proksimat.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh

melalui pengamatan dan praktek

langsung pengolahan abon mandai.

Selain itu, data primer berupa

wawancara dapat dilakukan apabila

diperlukan untuk melengkapi informasi

tentang objek penelitian. Data sekunder

diperoleh dari instansi pemerintah yang

terkait seperti Dinas Pertanian dan

Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan

Selatan, buku, internet dan studi

literatur yang terkait dengan penelitian.

Tahapan Pengumpulan Data

Analisis Kandungan Gizi Mandai Analisis kandungan gizi dilakukan

pada mandai yang belum diolah

menjadi abon dan yang sesudah menjadi

abon. Analisis yang dilakukan adalah

uji proksimat berupa kadar air, kadar

abu, protein, lemak, karbohidrat, serat

kasar, dan kadar garam. Analisis

kandungan proksimat bertujuan sebagai

data penunjang yang menjadi landasan

bahwa abon mandai memiliki

kandungan gizi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan mandai yang

belum dijadikan produk abon.

Pembuatan Abon Mandai Proses pembuatan abon mandai

yaitu : (1) Mandai digiling kasar

menggunakan blender; (2) santan dan

bumbu abon dimasukkan ke dalam

wajan sampai merata; (3) mandai yang

telah digiling kemudian dicampurkan ke

dalam santan yang telah merata dengan

bumbu abon; (4) mandai yang telah

digiling kasar diaduk bersama santan

dan bumbu hingga timbul aroma khas

abon dan berubah warna menjadi

kecoklatan; (5) proses pengadukan

dilakukan sampai abon mandai kering

dan terlihat seperti tekstur abon pada

umumnya (6) Abon dikemas dalam

plastik pembungkus untuk dipasarkan.

Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan

menentukan bahan dan alat yang

digunakan untuk usaha pembuatan abon

mandai dari awal hingga akhir proses

pembuatan. Sehingga dapat ditentukan

estimasi harga jual yang dapat

menghasilkan keuntungan usaha abon

mandai.

Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini diperoleh secara tabulasi

untuk mengetahui besarnya pendapatan

suatu usaha. Sedangkan untuk

mengetahui besarnya pembiayaan dari

kegiatan usahatani dapat dirumuskan

sebagai berikut (Pasaribu, 2012).

TC = Total cost (biaya total)

Page 41: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 41

FC = Fixed cost (biaya tetap)

VC = Variable cost (biaya tidak

tetap)

Besarnya penerimaan yang

diperoleh petani dipengaruhi oleh

besarnya jumlah produksi dan harga

jual yang dihasilkan. Sehingga untuk

mengukur besarnya penerimaan dapat

digunakan rumus sebagai berikut

(Pasaribu, 2012).

TR = P.Q

TR = Total Revenue/Penerimaan (Rp)

Q = Quantity/jumlah (Kg)

P = Price/harga per satuan (Rp/Kg)

Sedangkan untuk menghitung

besarnya pendapatan dari usahatani

digunakan rumus sebagai berikut

(Pasaribu, 2012).

π = TR - TC

π = Farm Income/pendapatan (Rp)

TR = Total Revenue/Penerimaan (Rp)

TC = Total Cost (Rp)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Gizi

Analisis kandungan gizi dilakukan

pada mandai yang belum diolah

menjadi abon dan yang sesudah menjadi

abon. Analisis yang dilakukan adalah

uji proksimat berupa kadar air, kadar

abu, protein, lemak, karbohidrat, serat

kasar, dan kadar garam. Analisis

kandungan proksimat bertujuan sebagai

data penunjang yang menjadi landasan

bahwa abon mandai memiliki

kandungan gizi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan mandai yang

belum dijadikan produk abon.

Kandungan gizi mandai sebelum dan

sesudah dijadikan abon disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan gizi mandai

sebelum dan sesudah

dijadikan abon

Kandungan

gizi (%) Mandai

Abon

Mandai Selisih

Serat Kasar 4,26 21,00 16,74

Kadar Air 86,37 20,37 -66,00

Kadar Abu 3,81 9,66 5,85

Lemak 0,96 25,01 24,05

Karbohidrat 2,38 9,03 6,65

Protein 3,41 5,46 2,05

Kadar Garam 3,68 10,23 6,55

Hasil analisis kandungan gizi

menunjukkan bahwa serat kasar, kadar

abu, kadar lemak, karbohidrat, protein,

dan kadar garam abon mandai lebih

tinggi dibandingkan dengan mandai

yang belum dijadikan produk abon.

Kecuali pada kadar air, karena dalam

proses pembuatan abon yang cukup

penting adalah pengeringan. Sehingga

kadar air abon mandai lebih rendah

dibandingkan dengan kadar air mandai

sebelum dijadikan abon.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

standar mutu abon antara lain :

Kadar air berpengaruh terhadap

daya simpan dan keawetan abon.

Kadar air abon mandai pada

penelitian masih di atas maksimu

SII, sehingga perlu ada perlakuan

selanjutnya untuk menyaring

minyak yang menyatu dengan

abon.

Kadar abu berpengaruh

menurunkan derajat penerimaan

dari konsumen. Meningkatnya

kadar abu dalam produk abon mandai

dikarenakan kandungan mineral yang

terdapat dalam abon mandai tidak

hilang selama proses pengolahan.

Kadar protein merupakan nutrisi

terpenting yang menjadi daya tarik

untuk mengkonsumsi abon. Kadar

protein pada produk abon lebih

tinggi dibandingkan dengan mandai

yang belum diolah, tetapi belum

Page 42: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 42

mencapai SII. Penyebab pertama

rendahnya kandungan protein pada

abon mandai adalah bahan baku

berupa mandai yang memang

mengandung protein yang rendah

dibandingkan protein hewani.

Penyebab kedua adalah karena

proses pencokelatan selama proses

pengolahan, sebagaimana

pernyataan Muchtadi (1989) bahwa

penurunan protein pada abon daging

terutama disebabkan karena

terjadinya reaksi pencoklatan

(mailard) selama proses pengolahan,

dimana protein (asam amino) daging

bereaksi dengan gula (pereduksi)

yang ditambahkan sebagai bumbu.

Kadar lemak berhubungan dengan

bahan yang digunakan, ada

tidaknya menggunakan minyak

goreng dalam penggorengan.

Kandungan lemak abon mandai

yang lebih tinggi dibandingkan

dengan mandai sebelum diolah

disebabkan penambahan santan

sebagai bahan dalam pengolahan

abon mandai.

Abon sebagai salah satu produk

industri pangan yang memiliki standar

mutu yang telah ditetapkan oleh

Departemen Perindustrian. Penetapan

standar mutu merupakan acuan bahwa

suatu produk tersebut memiliki kualitas

yang baik dan aman bagi konsumen.

Para produsen abon disarankan

membuat produk abon dengan

memenuhi Standar Industri Indonesia

(SII). Standar SII dapat dilihat pada

Tabel 2.

Menurut Wisena (1998) yang

dikutip oleh Sianturi (2002), semakin

tinggi harga abon, kualitas abon

semakin baik, dimana bahan tambahan

yang digunakan sebagai pencampur

semakin sedikit atau tidak ada sama

sekali.

Tabel 2. Standar Industri Indonesia

untuk abon No 0368-

80,0368-85

Komponen Nilai

Lemak (maksimum) 30%

Gula (maksimum) 30%

Protein 20%

Air (maksimum) 10%

Abu (maksimum) 9%

Aroma, warna dan rasa Khas

Logam berbahaya (Cu,

Pb, Mg, Zn dan As)

Negatif

Jumlah bakteri

(maksimum)

3000/g

Bakteri bentuk koli Negatif

Jamur Negatif

Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan digunakan

untuk mengetahui besarnya keuntungan

yang didapatkan dalam melakukan

suatu produksi dalam periode tertentu.

Sebelumnya akan dilakukan

perhitungan akan biaya-biaya yang

dikeluarkan dalam satu produksi pada

satu periode. Besarnya biaya yang

dikeluarkan dalam satu kali produksi

abon mandai ditunjukkan pada Tabel 3.

Pembuatan abon mandai juga

memerlukan biaya-biaya variable yakni

biaya yang dikeluarkan untuk produksi

abon mandai satu kali habis. Adapun

biaya-biaya tersebut akan ditunjukkan

pada Tabel 4.

Page 43: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 43

Tabel 3. Biaya Tetap/ Fixed Cost (FC) dalam Pembuatan Abon Mandai Tahun 2016

No Alat Kuantitas Harga

(Rp)

Total

Biaya

Umur Alat

(bulan)

Nilai

Penyusutan

1 Timbangan 1 225.000 225.000 12 18.750

2 Pisau 3 15.000 45.000 6 7.500

3 Toples 6 37.250 223.500 12 18.625

4 Serok 3 28.500 85.500 6 14.250

5 Wajan 2 107.000 214.000 12 17.833

6 Kompor 1 450.000 450.000 12 37.500

7 Tabung Gas 1 250.000 250.000 12 20.833

8 Saringan 2 15.000 30.000 6 5000

9 Press plastik 1 250.000 250.000 24 10.416

Total 1.523.000 150.708

Tabel 4. Biaya Tidak tetap/ Variable Cost (VC) dalam Tiap Produksi Tahun 2016

No Bahan-bahan Kuantitas Satuan Harga Satuan (Rp) Total (Rp)

1 Mandai 10 Kg 25.000 250.000

2 Santan 6 Lt 12.000 72.000

3 Bumbu 10 Paket 10.000 100.000

4 Gas 1 Tabung 3 kg 25.000 25.000

5 Plastik 1 1 roll 75.000 75.000

Total 422.000

Berdasarkan Tabel 3 didapatkan

biaya tertinggi pada biaya pembelian

kompor dengan estimasi umur alat 12

bulan bila digunakan dalam produksi

abon mandai 4 kali tiap bulan dengan

kapasitas produksi 10 kg mandai tiap

produksi. Oleh karena satu bulan

dilakukan 4 kali produksi abon mandai

sehingga biaya penyusutan pada Tabel 3

dibagi menjadi 4 sehingga hanya

memerlukan biaya tetap sebesar Rp.

37.677,-.

Berdasarkan Tabel 4 diketahui

bahwa biaya tertinggi dikeluarkan untuk

pembelian mandai yakni Rp. 250.000,-

dan bumbu Rp.100.000,-. Adapun total

dari biaya tidak tetap adalah sebesar Rp.

422.000,- tiap produksi abon mandai.

Dalam produksi abon mandai terdapat

biaya tetap dan biaya tidak tetap. Total

biaya produksi abon mandai

ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Total Biaya Satu Kali

Produksi Abon Mandai

Tahun 2016

No Keterangan Total (Rp)

1 Biaya tetap/Fixed

Cost (FC)

37.677

2 Biaya Tidak

Tetap/Variable

Cost (VC)

422.000

Total 459.677

Berdasarkan Tabel 5 didapatkan

biaya total yakni penjumlahan antara

biaya tetap dan biaya tidak tetap

didapatkan biaya sebesar Rp. 459.677,-

tiap produksi. Dalam tiap produksi abon

mandai menggunakan mandai sebanyak

10 kg didapatkan abon mandai

sebanyak 8 kg. Penyusutan bahan

mentah menjadi produk olahan sekitar

20%.

Page 44: UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA

Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 44

Abon mandai yang dihasilkan bisa

dipasarkan dengan harga kisaran Rp.

80.000,-/kg, tentunya sudah dikemas

siap jual. Supaya lebih jelas akan

ditunjukkan besarnya penerimaan dalam

produksi abon mandai pada Tabel 6.

Tabel 6. Penerimaan/Revenue (R)

Abon Mandai Dalam tiap

Produksi tahun 2016

Keterangan Kuantitas Harga/kg

(Rp)

Total

Abon

Mandai

8 80.000 640.000

Berdasarkan Tabel 6 diketahui

bahwa penerimaan yang diterima tiap

produksi sebesar Rp. 640.000,- dengan

harga abon mandai Rp. 80.000,-/kg dan

abon mandai yang dihasilkan sebanyak

8 kg tiap produksi.

Pendapatan yang dihasilkan dari

tiap produksi abon mandai bisa

diketahui setelah mengurangi

penerimaan dengan total biaya yang

digunakan dalam produksi abon

mandai. Pendapatan produksi abon

mandai tahun 2016 ditunjukkan pada

Tabel 7.

Tabel 7. Pendapatan Produksi Abon

Mandai tahun 2016

No Keterangan Total (Rp)

1 Total

Penerimaan/Total

revenue (TR)

640.000

2 Total Biaya/Total

cost (TC)

459.677

Pendapatan (π) 180.323

Berdasarkan Tabel 7 diketahui

bahwa pendapatan yang diperoleh tiap

produksi abon mandai sebesar Rp.

180.323,-. Apabila tiap bulan kita bisa

memproduksi 4 kali abon mandai maka

tambahan pendapatan yang diterima

oleh masyarakat sebesar Rp. 721.292,-.

KESIMPULAN

1. Hasil analisis kandungan gizi

menunjukkan bahwa serat kasar,

kadar abu, kadar lemak,

karbohidrat, protein, dan kadar

garam abon mandai lebih tinggi

dibandingkan dengan mandai yang

belum dijadikan produk abon.

2. Pendapatan yang diperoleh tiap

produksi abon mandai sebesar Rp.

180.323,-. Apabila tiap bulan kita

bisa memproduksi 4 kali abon

mandai maka tambahan pendapatan

yang diterima oleh masyarakat

sebesar Rp. 721.292,-.

DAFTAR PUSTAKA

Lempang, M. dan Suhartati. 2013.

Potensi pengembangan cempedak

(Artocarpus integer Merr.) pada

hutan tanaman rakyat ditinjau dari

sifat kayu dan kegunaannya. Info

Teknis Eboni 10 ( 2) : 69 – 83.

Muchtadi, D. 1989. Petunjuk

Laboratorium Evaluasi Nilai Gizi

Pangan. Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan. Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat

Antar Universitas Pangan dan

Gizi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Pasaribu, A. M. 2012. Kewirausahaan

Berbasis Agribisnis. CV. Andi

Offset. Yogyakarta.

Sianturi, G. 2002. Mengurangi Susut

Gizi. 2002.

http://www.gizi.net/cgi-

bin/berita/

fullnews.cginewsid1019704624,2

2896. Diakses pada 25 Januari

2016.