uji aktivitas antibakteri dari ekstrak buah parijoto ... · dilakukan dengan metode difusi cakram....

54
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO (Medinilla speciosa Blume) MENGGUNAKAN METODE DIFUSI CAKRAM SKRIPSI LUKLUATUN NISWAH 1110102000032 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SEPTEMBER 2014

Upload: others

Post on 24-Jan-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK

BUAH PARIJOTO (Medinilla speciosa Blume)

MENGGUNAKAN METODE DIFUSI CAKRAM

SKRIPSI

LUKLUATUN NISWAH

1110102000032

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SEPTEMBER 2014

Page 2: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

ii

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK

BUAH PARIJOTO (Medinilla speciosa Blume)

MENGGUNAKAN METODE DIFUSI CAKRAM

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Far)

LUKLUATUN NISWAH

1110102000032

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SEPTEMBER 2014

Page 3: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

iii

Page 4: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

iv

Page 5: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

v

Page 6: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

vi

ABSTRAK

Nama : Lukluatun Niswah

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla

speciosa Blume) Menggunakan Metode Difusi Cakram

Parijoto (Medinilla speciosa Blume) adalah tanaman tropis yang mempunyai buah

berwarna merah muda keunguan. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa, buah

tanaman ini mempunyai kandungan senyawa tanin, saponin, flavonoid dan

glikosida serta mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi. Uji aktivitas

antibakteri dari ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana buah parijoto ini

dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif

terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dibandingkan dengan bakteri

Escherichia coli ATCC 25922. Pada konsentrasi 200, 100, 50, 25, 12,5mg/mL

ekstrak etil asetat mempunyai aktivitas antibakteri lebih besar daripada ekstrak

metanol dan ekstrak n-heksana dengan diameter hambat 17,67; 16,33; 15,67; 14,67;

13,33mm terhadap bakteri S. aureus dan 12,33; 11,33; 10,67; 9; 8mm terhadap

bakteri E. coli.

Kata kunci : Medinilla speciosa Blume, antibakteri, difusi cakram

Page 7: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

vii

ABSTRACT

Name : Lukluatun Niswah

Program Study : Pharmacy

Title : Antibacterial Activity Assay of Parijoto (Medinilla speciosa

Blume) Fruit Extract by Disc Diffusion Method

Parijoto (Medinilla speciosa Blume) is tropic plant that has pink-purplish fruit. In

the previous research, this fruit has tannin, saponin, flavonoid and glicoside

compounds and also has high antioxidant activity. This assay of antibacterial

activity of methanol, ethyl acetate and n-hexane extracts of parijoto fruit were

determined by disc diffusion method. These extracts were more active against

Staphylococcus aureus ATCC 25923 than Escherichia coli ATCC 25922. Ethyl

acetate extract was more active than methanol and n-hexane extracts at

concentration 200, 100, 50, 25, 12,5mg/mL with diameter zone inhibition 17,67;

16,33; 15,67; 14,67; 13,33mm to S. aureus bacteria and 12,33; 11,33; 10,67; 9;

8mm to E. coli bacteria.

Keywords : Medinilla speciosa Blume, antibacterial, disc diffusion

Page 8: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan limpahan

rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi.

Serta shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Rasul Muhammad

SAW yang membawa petunjuk dan penerang bagi umat manusia, semoga kita

mendapat syafaat beliau.

Skripsi dengan judul “Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Buah

Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Menggunakan Metode Difusi Cakram” ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi

di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

dari masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini terasa sulit bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Atiek Soemiati, M.S., Apt selaku pembimbing pertama dan Ibu

Puteri Amelia, M.Farm., Apt selaku pembimbing kedua, yang memiliki

andil besar dalam proses penelitian hingga penulisan skripsi saya ini,

semoga semua bantuan dan bimbingan yang Ibu berikan mendapat imbalan

yang lebih baik disisi Nya.

2. Kementrian Agama RI yang telah memberikan beasiswa sehingga penulis

bisa menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Umar Mansur, M.Sc. selaku Kepala Program Studi Farmasi dan Ibu

Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt selaku dosen Penasehat Akademik yang telah

banyak memberikan dukungan moril kepada penulis.

4. Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program

Studi Farmasi

Page 9: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

ix

5. Kedua orang tua, Bapak Abdul Khafid dan Ibu Siti Rohmah yang selalu

memberikan doa, dukungan, dan ketenangan hati dengan nasihat-

nasihatnya; adik-adikku M. Adib Nuril Mubin, Ahmad Rifa’i, dan terutama

adik tersayang M. Ali Ridlo yang selalu dengan senang hati memberikan

bantuan, terutama saat pengumpulan sampel dari Desa Colo serta Ahmad

Noor Solikhin, S.H.I. yang selalu memberikan semangat dan berbagi

pengalaman.

6. Teman-teman angkatan 2010 “ANDALUSIA”, terkhusus untuk teman-

teman terbaik : Ninik, Rifa, Farida, Finti, Yanti, Liana, Nurul, Citra, Chaya,

Maya, Hanny, Deisy, Desti yang selalu menemani dan mengobati

‘kegalauan’ dengan memberi keceriaan dari awal perkuliahan sampai

selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberi sumbangan

wawasan bagi pembaca, terutama di Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 17 September 2014

penulis

Page 10: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

x

Page 11: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ...............................................................v

ABSTRAK .......................................................................................................... vi

ABSTRACT ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .........................x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xvi

BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................2

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................3

2.1 Medinilla speciosa Blume .....................................................................3

2.1.1 Klasifikasi Tanaman .....................................................................3

2.1.2 Sinonim Medinilla speciosa Blume ...............................................3

2.1.3 Deskripsi Tanaman .......................................................................3

2.1.4 Tempat Tumbuh ...........................................................................4

2.1.5 Kandungan Kimia .........................................................................4

2.1.6 Khasiat .........................................................................................4

Page 12: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

xii

2.2 Ekstraksi ...............................................................................................5

2.2.1 Pengertian Ekstrak ........................................................................5

2.2.2 Metode Ekstraksi ..........................................................................5

2.3 Pewarnaan Bakteri .................................................................................6

2.4 Bakteri Patogen .....................................................................................7

2.4.1 Staphylococcus aureus ..................................................................7

2.4.2 Escherichia coli ............................................................................8

2.5 Antibiotik ..............................................................................................8

2.6 Metode Skrining Antimikroba ...............................................................9

2.6.1 Metode Difusi ............................................................................. 10

2.6.2 Metode Dilusi ............................................................................. 10

2.6.3 Metode Bioautografi ................................................................... 11

2.7 Konsentrasi Hambat Minimum ............................................................ 11

BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 12

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 12

3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 12

3.2.1 Alat ............................................................................................ 12

3.2.2 Bahan ......................................................................................... 12

3.3 Cara Kerja ........................................................................................... 13

3.3.1 Determinasi Tanaman ................................................................. 13

3.3.2 Penyiapan Bahan ........................................................................ 13

3.3.3 Pembuatan Ekstrak ..................................................................... 13

3.3.4 Partisi Ekstrak Metanol ............................................................... 13

3.3.5 Uji Kadar Air Ekstrak ................................................................. 14

3.3.6 Penapisan Fitokimia .................................................................... 14

3.3.7 Skrining Antibakteri ................................................................... 16

3.3.7.1 Pembuatan Media dan Sterilisasi ..................................... 16

3.3.7.2 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Uji................................. 16

Page 13: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

xiii

3.3.7.3 Kontrol Positif dan Kontrol Negatif ................................ 17

3.3.7.4 Pembuatan Suspensi Bakteri ........................................... 17

3.3.7.5 Prosedur Uji Antibakteri ................................................. 17

3.3.7.6 Pewarnaan Bakteri Uji .................................................... 18

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 19

4.1 Determinasi Tanaman ......................................................................... 19

4.2 Ekstraksi dan Partisi ............................................................................ 19

4.3 Penapisan Fitokimia ............................................................................ 21

4.4 Uji Antibakteri .................................................................................... 22

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 27

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 27

5.2 Saran ................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28

LAMPIRAN

Page 14: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Parijoto (Medinilla speciosa Blume) .....................................4

Gambar 4.1 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol terhadap Bakteri S. aureus dan

E. coli ............................................................................................... 24

Gambar 4.2 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat terhadap Bakteri S. aureus

dan E. coli ....................................................................................... 25

Gambar 4.3 Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-heksana terhadap Bakteri S. aureus dan

E. coli .............................................................................................. 25

Page 15: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbedaan Bakteri Gram-Positif dan Gram-Negatif ................................7

Tabel 4.1 Karakterisasi Ekstrak ............................................................................ 20

Tabel 4.2 Berat Ekstrak n-heksana, Etil Asetat dan Metanol ................................. 20

Tabel 4.3 Hasil Uji Kadar Air .............................................................................. 21

Tabel 4.4 Hasil Uji Penapisan Fitokimia Ekstrak n-heksana, Etil Asetat dan

Metanol ................................................................................................ 21

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Diameter (mm) Zona Hambat Ekstrak Metanol, Buah

Parijoto terhadap bakteri S. aureus dan E. coli ...................................... 23

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Diameter (mm) Zona Hambat Ekstrak Etil Asetat Buah

Parijoto terhadap Bakteri S. aureus dan E. coli ...................................... 23

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Diameter (mm) Zona Hambat Ekstrak n-heksana Buah

Parijoto terhadap Bakteri S. aureus dan E. coli ..................................... 24

Page 16: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman Parijoto (Medinilla speciosa Blume)

Lampiran 2. Bagan Alur Kerja Ekstraksi dan Uji Antibakteri Ekstrak Buah

Tanaman Parijoto (Medinilla speciosa Blume)

Lampiran 3. Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa

Blume) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

Lampiran 4. Skrining Fitokimia Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume)

Page 17: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

tinggi. Hal tersebut seharusnya menjadi aset yang perlu digali sehingga dapat

dimanfaatkan. Tanaman dari genus Medinilla adalah tanaman yang tumbuh di

daerah tropis. Salah satu diantaranya adalah Medinilla speciosa. Di Indonesia

tanaman ini dikenal dengan nama daerah parijoto yang merupakan salah satu

tanaman khas dari Desa Colo-Kudus, Jawa Tengah. Tanaman parijoto tumbuh

di lereng-lereng gunung, di hutan dan sekarang sudah mulai dibudidayakan

sebagai tanaman hias (Wibowo et al, 2012; Maria, 2012).

Parijoto adalah tanaman perdu khas, daunnya melengkung, tunggal, dan

bersilang berhadapan; buahnya berwarna merah muda keunguan dan rasanya

asam dan sepat. Secara tradisional, buah parijoto biasa digunakan sebagai obat

sariawan sedangkan daunnya dapat digunakan sebagai obat antiradang.

Masyarakat sekitar daerah Colo, kabupaten Kudus percaya bahwa ibu hamil

yang mengkonsumsi buah parijoto ini anak yang dilahirkan akan terlihat cakap

jika laki-laki dan cantik jika perempuan (Wibowo et al, 2012).

Pada penelitian sebelumnya, disebutkan bahwa buah tanaman parijoto ini

mempunyai kandungan senyawa tanin, flavonoid, saponin dan glikosida

(Wachidah, 2013). Kemudian Wachidah (2013) juga melaporkan bahwa

ekstrak metanol buah tanaman parijoto ini mempunyai kandungan antioksidan

yang cukup tinggi.

Xia JinYao et al (2009) melaporkan sembilan tanaman herbal Cina dari

provinsi Yunnan yang salah satu diantaranya adalah Medinilla luchuenensis

mempunyai nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dengan rentang 0,78-

12,50 mg/mL terhadap bakteri E. coli. Sedangkan Guo-Ying Zuo et al (2011)

menyebutkan bahwa Medinilla luchuenensis mempunyai nilai KHM sebesar

3,12 mg/mL terhadap bakteri E.coli.

Dengan adanya persamaan genus dengan tanaman Medinilla luchuenensis,

diasumsikan bahwa tanaman parijoto juga mempunyai kandungan senyawa

Page 18: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

antibakteri. Untuk itu perlu dilakukan penggalian lebih lanjut terhadap

bioaktivitas kandungan kimia dari tanaman parijoto. Hal inilah yang

melatarbelakangi penelitian uji aktivitas antibakteri dari ekstrak buah parijoto.

1.2 Rumusan Masalah

1. Belum diketahuinya aktivitas antibakteri dari ekstrak buah parijoto

(Medinilla speciosa Blume) terhadap bakteri Gram-negatif Escherichia

coli dan bakteri Gram-positif Staphylococcus aureus.

2. Manakah dari ketiga ekstrak (metanol, etil asetat dan n-heksana) buah

parijoto (Medinilla speciosa Blume) yang mempunyai aktivitas tertinggi

terhadap bakteri Gram-negatif Escherichia coli dan bakteri Gram-positif

Staphylococcus aureus.

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak buah parijoto (Medinilla

speciosa Blume) terhadap bakteri Gram-negatif Escherichia coli dan

bakteri Gram-positif Staphylococcus aureus dengan metode Difusi

Cakram.

2. Untuk mengetahui ekstrak buah parijoto (Medinilla speciosa Blume)

manakah yang mempunyai aktivitas tertinggi terhadap bakteri Gram-

negatif Escherichia coli dan bakteri Gram-positif Staphylococcus aureus.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai potensi

aktivitas ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol dari buah tanaman

Medinilla speciosa Blume sebagai antibakteri

2. Dapat dijadikan dasar penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan

aktivitas antibakteri di bidang kesehatan

Page 19: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Medinilla speciosa Blume

2.1.1 Klasifikasi tanaman

Klasifikasi tanaman Medinilla speciosa Blume adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Filum : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Melastomataceae

Genus : Medinilla

Spesies : Medinilla speciosa Blume

(GBIF, 2013)

2.1.2 Sinonim Medinilla speciosa Blume

Medinilla speciosa (Reinw. ex Blume) Blume, Melastoma speciosum

Reinw. ex Blume (GBIF, 2013).

2.1.3 Deskripsi Tanaman

Parijoto merupakan tanaman perdu dengan tinggi 1-2m; batang

berbentuk bulat, kulit mempunyai lapisan gabus jika tua, bergerigi, kasar,

putih kecoklatan; daun berupa daun tunggal, bersilang berhadapan, tangkai

pendek, bulat, lunak, warna ungu kemerahan, helai daun berbentuk

lonjong, pangkal dan ujung daun runcing, tepi rata, panjang 10-20cm,

lebar 5-15cm, pertulangan daun melengkung, permukaan atas licin,

berwarna hijau, permukaan bawah kasar, warna hijau kelabu; berbunga

majemuk, terletak di ketiak daun, bunga sempurna, kelopak 5 helai, ujung

runcing, pangkal berlekatan, panjang 3-8mm, benang sari 2 kali lipat

jumlah mahkota, kepala sari berupa kuncup membengkok, kepala putik

duduk di atas bakal buah, kepala putik bulat, ungu, mahkota lepas, 5 helai,

panjang 5-8mm, warna merah muda; buah bulat, bagian ujung berbenjol

3

3

Page 20: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bekas pelekatan kelopak, diameter 5-8mm, warna merah keunguan; biji

berbentuk bulat, kecil, jumlah banyak, berwarna putih; akar berupa akar

serabut, berwarna putih kotor (Anonim, 2014).

Gambar 2.1 Tanaman Parijoto (Medinilla speciosa Blume)

[Sumber : Koleksi Pribadi, Februari 2014; www.plantillustrations.org]

2.1.4 Tempat Tumbuh

Medinilla speciosa tumbuh liar di lereng-lereng gunung atau dihutan-

hutan dan kadang dibudidayakan sebagai tanaman hias, tumbuh baik pada

tanah yang berhumus tinggi dan lembab pada ketinggian 800-2300m di

atas permukaan laut, berbunga pada bulan November-Januari dan waktu

panen yang tepat bulan Maret-Mei (Anonim, 2014).

2.1.5 Kandungan Kimia

Daun dan buah parijoto mengandung saponin dan kardenolin, di

samping itu buahnya juga mengandung flavonoid dan daunnya

mengandung tanin (Anonim, 2014). Menurut Wachidah (2013), buah

parijoto mengandung senyawa tanin, flavonoid, saponin dan glikosida.

2.1.6 Khasiat

Secara tradisional buah dan daun parijoto digunakan sebagai obat

sariawan dan anti radang (Anonim, 2014). Sedangkan masyarakat Colo,

Kudus mempunyai keyakinan jika ibu hamil mengonsumsi Parijoto, kalau

Page 21: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

anaknya laki-laki maka terlihat cakap, kalau perempuan terlihat cantik.

Artinya bukan hanya secara fisik anak tapi juga perilakunya yang baik

(Wibowo dkk, 2012).

2.2 Ekstraksi

2.2.1 Pengertian Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan

pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan

dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2000).

Dalam parameter standar umum ekstrak tumbuhan dari Depkes RI

(2000) disebutkan bahwa faktor yang berpengaruh pada mutu ekstrak

adalah:

a. Faktor Biologi

Mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal (tumbuhan obat), dipandang

secara khusus dari segi biologi yaitu identitas jenis, lokasi tumbuhan

asal, periode pemanenan, penyimpanan bahan, umur tumbuhan dan

bagian yang digunakan.

b. Faktor Kimia

Mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal (tumbuhan obat), dipandang

secara khusus dari kandungan kimia, yaitu :

1. Faktor internal, seperti jenis senyawa aktif dalam bahan, komposisi

kualitatif senyawa aktif, kadar total rata-rata senyawa aktif.

2. Faktor eksternal, seperti metode ekstraksi perbandingan ukuran alat

ekstraksi, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan

logam berat, ukuran kekerasan, dan kekeringan bahan

2.2.2 Metode Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.

Cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut ada dua, yaitu cara dingin dan

Page 22: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

cara panas. Ekstraksi cara dingin ada dua macam metode, yaitu maserasi

dan perkolasi. Maserasi ialah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan

pada temperatur ruangan. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan

prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi

kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu (terus-menerus).

Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah

dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Cara ini dapat

menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak

tahan pemanasan (Depkes RI, 2000).

Metode perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru

sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada

temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan,

tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan. Ekstraksi ini membutuhkan

pelarut yang lebih banyak. Sedangkan ekstraksi cara panas ada beberapa

macam metode, yaitu refluks, sokletasi, digesti, infus dan dekok (Depkes

RI, 2000).

2.3 Pewarnaan Bakteri

Bakteri adalah organisme berukuran kecil dan terkadang berkelompok.

Untuk memudahkan pengamatan di bawah mikroskop diperlukan pewarnaan

mikroorganisme menggunakan zat pewarna. Pewarnaan yang sering

digunakan adalah pewarnaan Gram, yaitu pewarnaan diferensial yang

menggunakan lebih dari satu zat pewarna dan memiliki reaksi yang berbeda

untuk setiap bakteri, sehingga digunakan untuk membedakan jenis bakteri.

Pewarnaan Gram ini mampu membedakan dua kelompok besar bakteri, yaitu

Gram-positif dan Gram-negatif (Pratiwi, 2008).

Perbedaan warna antara bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif

disebabkan oleh adanya perbedaan struktur pada dinding selnya. Dinding sel

Page 23: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bakteri Gram-positif banyak mengandung peptidoglikan, sedangkan dinding

bakteri Gram-negatif banyak mengandung lipopolisakarida (Pratiwi, 2008).

Tabel 2.1 Perbedaan bakteri Gram-Positif dan Gram-Negatif

(Sumber : Johnson dkk, 2011)

Gram-Positif Gram-Negatif

Dinding sel peptidoglikan berlapis-

lapis (dan biasanya tebal),

beranyam rapat yang mengurung

kompleks besar kristal ungu-

iodium.

Selubung sel memiliki lapisan

peptidoglikan tipis (1-3 lapis) yang

terhubung dengan suatu membran

luar; peptidoglikan ini tidak teranyam

rapat, sehingga mudah kehilangan

kompleks ungu kristal-iodium pada

proses pelunturan dengan alkohol.

Bakteri Gram positif tidak

memiliki membran luar maka tidak

memiliki penghalang (barrier)

hidrofobik untuk membatasi jalan

masuk untuk antibiotika besar.

Membran luarnya memiliki

lipopolisakarida, yang paling sering

dikeluarkan pada saat kematian sel

dan memiliki komponen toksik

Contoh : Bacillus, Staphylococcus,

Streptococcus, Peptostreptoccus,

Clostridium, Enterococcus, dan

lain sebagainya

Contoh : Neisseria, Moraxella,

Brucella, Francisella, Bordetella dan

lain sebagainya

2.4 Bakteri Patogen

2.4.1 Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram-positif, berbentuk bola

atau kokus, berkelompok tidak teratur, berantai pendek atau bergerombol,

diameter 0,8-1,0μm, tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni

berwarna kuning, tidak berkapsul, dan dinding selnya mengandung dua

komponen utama yaitu peptidoglikan dan asam teikoat, tumbuh cepat pada

suhu 370C. Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat halus,

menonjol, berkilau. Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan

luka. S. aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya

Page 24: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan. Metabolisme dapat

dilakukan secara aerob dan anaerob. Infeksi yang disebabkan di golongkan

sebagai penyakit menular/lokal (biasanya) atau menyebar (jarang).

S. aureus menghasilkan koagulase, suatu protein mirip enzim yang dapat

menggumpalkan plasma yang telah diberi oksalat atau sitrat dengan

bantuan suatu faktor yang terdapat dalam banyak serum. Bakteri yang

membentuk koagulase dianggap mempunyai potensi menjadi patogen

invasif (Jawetz, 1996).

2.4.2 Escherichia coli

Escherichia coli adalah bakteri Gram-negatif, aerob atau anaerob

fakultatif, berbentuk bulat cenderung ke batang panjang biasanya

berukuran 0,5 x 1-3μ, terdapat dalam bentuk tunggal, berpasang-pasangan

dan rangkaian pendek, bergerak menggunakan flagella peritrik atau tidak

bergerak, biasanya tidak berbentuk kapsul, tidak membentuk spora. E. coli

merupakan flora normal saluran usus manusia dan hewan. Oleh karena itu

dianggap sebagai organisme indikator adanya kontaminasi pada makanan

dan minuman. E. coli merupakan bakteri patogen penyebab infeksi paling

sering pada manusia. Infeksi ekstraintestinal termasuk infeksi saluran

kemih yang terjadi ketika saluran terhambat atau secara spontan

disebabkan oleh UPEC (Uropathogenic E. coli). Infeksi serius lainnya

adalah kolesistitis, usus buntu, peritonitis, infeksi luka pasca operasi, dan

sepsis. Dalam infeksi saluran kemih akut, E.coli merupakan organisme

penyebab 70-80 % pada kasus kronik, 40-50 % penyebab infeksi persisten

(Kayser, et al., 2005).

2.5 Antibiotik

Pada awalnya istilah yang digunakan adalah antibiosis, yang berarti

substansi yang dapat menghambat pertumbuhan organisme hidup yang lain

dan berasal dari mikroorganisme. Namun pada perkembangannya, antibiosis

ini disebut antibiotik dan istilah ini tidak hanya terbatas untuk substansi yang

berasal dari mikroorganisme, melainkan semua substansi yang diketahui

Page 25: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memiliki kemampuan untuk menghalangi pertumbuhan organisme lain

khususnya mikroorganisme. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik

dibedakan menjadi (Pratiwi, 2008) :

1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel

Antibiotik ini adalah antibiotik yang merusak lapisan peptidoglikan pada

bakteri Gram-positif maupun bakteri Gram-negatif.

2. Antibiotik yang merusak membran plasma

Antibiotik golongan ini umumnya adalah antibiotik golongan peptida yang

bekerja dengan mengubah permeabilitas membran plasma sel

mikroorganisme.

3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein

Antibiotik ini berikatan pada subunit 30S ribosom bakteri (beberapa juga

terikat pada subunit 50S ribosom) dan menghambat translokasi peptidil-

tRNA dan menyebabkan kesalahan pembacaan mRNA dan mengakibatkan

bakteri tidak mampu melakukan proses sintesis protein vital untuk

pertumbuhannya.

4. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat

Penghambatan pada sintesis asam nukleat berupa penghambatan terhadap

transkripsi dan replikasi mikroorganisme.

5. Antibiotik yang menghambat sintesis metabolit esensial

Penghambatan terhadap sintesis metabolit esensial antara lain dengan

adanya kompetitor berupa antimetabolit, yaitu substansi yang secara

kompetitif menghambat metabolit mikoorganisme karena memiliki

struktur yang mirip dengan substrat normal bagi enzim metabolisme.

2.6 Metode Skrining Antimikroba

Metode skrining yang sering digunakan untuk mendeteksi aktivitas

antimikroba produk alam dibagi menjadi 3 kelompok yaitu metode difusi,

dilusi dan bioautografi. Metode difusi dan bioautografi merupakan teknik

secara kualitatif karena metode ini hanya akan menunjukkan ada atau tidaknya

senyawa dengan aktivitas antimikroba. Sedangkan metode dilusi digunakan

Page 26: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kuantitatif yang akan menentukan Konsentrasi Hambat Minimum

(Choma, 2010).

2.6.1 Metode Difusi

Metode difusi dibagi lagi menjadi tiga, yaitu difusi cakram, difusi

silinder dan hole plate. Dalam prosedur cakram, kertas cakram

(berdiameter +6 mm) yang mengandung senyawa uji ditempatkan pada

permukaan agar yang sebelumnya diinokulasi dengan mikroorganisme uji.

Senyawa uji berdifusi ke medium Agar menyebabkan penghambatan

pertumbuhan mikroorganisme. Cawan petri diletakkan pada suhu kamar

sebelum inkubasi, kemudian zona hambat diukur. Konsentrasi Hambat

Minimum (KHM) ditentukan secara visual, karena konsentrasi senyawa

uji terendah, yang dapat menyebabkan zona hambat pertumbuhan dapat

dikenali. Namun, metode difusi kurang cocok untuk menentukan nilai

KHM dari pada dilusi, karena tidak mungkin mengukur jumlah senyawa

uji yang berdifusi ke dalam medium agar (Choma, 2010).

2.6.2 Metode Dilusi

Keuntungan utama dari metode dilusi dapat memperkirakan

konsentrasi senyawa uji dalam medium agar atau suspensi broth, biasanya

digunakan untuk penentuan nilai KHM. Pada metode dilusi agar, medium

diinokulasi dengan organisme uji dan sampel yang diuji dicampur dengan

inokulum. Material yang diinokulasi dan pertumbuhan mikroorganisme

dapat terlihat dan dibandingkan dengan kultur kontrol yang tidak

mengandung sampel uji. Pengujian diulang dengan variasi dilusi sampel

uji dalam medium kultur dan menentukan dilusi yang paling tinggi dapat

mencegah pertumbuhan mikroorganisme sampel (Rahman, et al., 2005).

Dalam tabung uji, berbagai konsentrasi senyawa uji dicampur dengan

suspensi bakteri pada beberapa tabung, konsentrasi terendah menyebabkan

penghambatan pertumbuhan mikroorganisme sesuai dengan nilai KHM.

Pada uji mikrodilusi cair, mikroorganisme yang tumbuh di sumur plat,

dimana berbagai konsentrasi senyawa uji ditambahkan. Pertumbuhan

Page 27: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mikroorganisme ditunjukkan oleh adanya kekeruhan dalam sumur

(Choma, 2010).

2.6.3 Metode Bioautografi

Prosedur dalam metode bioautografi mirip dengan yang digunakan

dalam metode difusi agar. Perbedaannya adalah bahwa senyawa uji

berdifusi dari kertas kromatografi ke media agar yang diinokulasi. Metode

bioautografi dibagi lagi menjadi bioautografi kontak, imersi dan langsung.

(Choma, 2010).

2.7 Konsentrasi Hambat Minimum

Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) didefinisikan sebagai konsentrasi

terendah obat yang akan menghambat pertumbuhan dari organisme setelah

inkubasi semalam (periode ini diperpanjang untuk organisme seperti bakteri

anaerob, yang membutuhkan inkubasi lama untuk pertumbuhan). KHM

dianggap sebagai "gold standard" untuk menentukan kerentanan organisme

terhadap antimikroba dan digunakan untuk menilai kinerja dari semua metode

pengujian kerentanan. KHM digunakan di laboratorium diagnostik untuk

mengkonfirmasi resistensi yang tidak biasa, untuk memberikan jawaban pasti

ketika hasil batas diperoleh dengan metode lain yang tidak sesuai, misalnya

ketika menentukan kerentanan koagulase-negatif staphylococci. Kisaran

konsentrasi antibiotik yang digunakan untuk menentukan KHM diterima

secara universal menggandakan dilusi diatas dan dibawah konsentrasi 1 mg/L

sesuai yang diperlukan (Andrew, 2001).

Page 28: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

12 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia dan

Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta mulai dari bulan Februari-Juli 2014 menggunakan

metode eksperimental.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan

analitik (AND, GH202), blender (Philip), peralatan gelas standar (Duran),

pompa vakum (ULVAC DTC-21), vacuum rotary evaporator (N-1001S-

W, EYELA-USA), digital waterbath (SB-1000 EYELA-USA), corong

pisah, Laminar Air Flow, autoklaf, inkubator (MEMMERT), pembakar

bunsen, cawan petri, pinset, tabung reaksi, jarum ose.

3.2.2 Bahan

Sampel uji yang digunakan adalah ekstrak metanol, ekstrak etil asetat

dan ekstrak n-heksana dari buah tanaman parijoto (Medinilla speciosa

Blume) yang diperoleh dari daerah Gunung Muria, desa Colo kabupaten

Kudus, Nutrient Agar (Pronadisa), Nutrient Broth (Criterion), cakram

kertas (diameter ±6 mm), cakram antibiotik kloramfenikol 30µg (Oxoid),

Alkohol 70%, Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli

ATCC 25922 yang didapatkan dari laboratorium Mikrobiologi FKUI,

pelarut n-heksana (teknis), etil asetat (teknis), metanol (teknis), aquades

dan reagen untuk skrining fitokimia (Mayer, Dragendorff, FeCl3 0,1%,

H2SO4 10%, NaOH 1M, HCl 1N dan CHCl3).

Page 29: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Determinasi Tanaman

Untuk memastikan kebenaran simplisia yang digunakan dalam

penelitian ini, maka dilakukan determinasi di Pusat Penelitian Herbarium

Bogoriense, LIPI, Cibinong, Bogor (Lampiran 1).

3.3.2 Penyiapan Bahan

Tiga kilogram buah segar parijoto (Medinilla speciosa Blume) diambil

buahnya yang berwarna ungu dan disortasi basah untuk dipisahkan dari

kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, kemudian dicuci dengan air

mengalir hingga bersih, ditiriskan dan dikering-anginkan sehingga bebas

dari sisa air. Buah parijoto diblender +2 menit sehingga didapatkan sampel

buah parijoto halus. Didalam buah parijoto terdapat biji yang berukuran

sangat kecil dan banyak didalamnya.

3.3.3 Pembuatan Ekstrak

Sebanyak 1748 gram buah parijoto (Medinilla speciosa Blume) yang

telah diblender dimaserasi menggunakan metanol di dalam wadah tertutup

dan terhindar dari cahaya. Hasil maserasi disaring menggunakan kapas

kemudian disaring kembali dengan kertas saring 2 lapis. Remaserasi

dilakukan 1-3 hari sekali hingga warna pelarut metanol bening. Filtrat

yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan vaccum rotary

evaporator pada suhu ±40oC hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak

yang diperoleh kemudian ditimbang dan dihitung rendemennya terhadap

berat sampel awal.

% kadar ekstrak =

3.3.4 Partisi Ekstrak Metanol

Ekstrak metanol yang didapatkan kemudian dilarutkan dengan 100mL

metanol, dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan 100mL

n-heksana yang telah didestilasi. Corong pisah dikocok dengan hati-hati

Page 30: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

selama ±5 menit, sesekali keran corong pisah dibuka. Corong pisah

didiamkan hingga terdapat lapisan antara metanol dan n-heksana. Lapisan

n-heksana di bagian atas dan lapisan metanol di bagian bawah. Keran

corong pisah dibuka untuk memisahkan kedua lapisan. Lapisan atas

dikumpulkan dan lapisan bawah dimasukkan kembali ke dalam corong

pisah dan dipartisi dengan n-heksana baru dengan melakukan prosedur

yang sama sampai lapisan n-heksana bening. Fraksi n-heksana

dikumpulkan dan dipekatkan menggunakan vaccum rotary evaporator

hingga diperoleh ekstrak kental n-heksana.

Ekstrak metanol dipartisi kembali dengan 100mL etil asetat yang telah

didestilasi. Corong pisah dikocok dengan hati-hati selama ±5 menit dan

sesekali keran corong pisah dibuka. Corong pisah didiamkan hingga

terdapat lapisan antara lapisan etil asetat dan metanol. Partisi dilakukan

lagi sampai lapisan etil asetat bening. Fraksi etil asetat dikumpulkan dan

dipekatkan menggunakan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak

kental etil asetat.

Fraksi metanol yang telah dipisahkan dari etil asetat dipekatkan

menggunakan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak kental

metanol. Masing-masing ekstrak kemudian ditimbang.

3.3.5 Uji Kadar Air Ekstrak

Uji kadar air dilakukan untuk mengetahui sisa air dalam ekstrak.

Prosedur pengujian kadar air ekstrak adalah sebagai berikut: sebanyak 1g

ekstrak metanol dan etil asetat dimasukkan ke dalam cawan porselen yang

telah ditara secara terpisah kemudian dikeringkan dalam oven 105ºC

selama 5 jam dan ditimbang. Pengeringan dilanjutkan kemudian ditimbang

pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut

tidak lebih dari 0,25%. (Depkes RI, 2000)

3.3.6 Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan pada ekstrak metanol, ekstrak etil asetat

dan ekstrak n-heksana. Pengujian ini dilakukan untuk menguji adanya

Page 31: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

golongan senyawa metabolit sekunder flavonoid, terpenoid, saponin,

tanin, alkaloid dan glikosida. Prosedur pengujiannya adalah sebagai

berikut :

a. Uji Alkaloid

Ekstrak dilarutkan dalam asam klorida encer dan disaring. Filtrat

dibagi menjadi dua bagian, salah satu bagian ditetesi dengan pereaksi

Mayer dan bagian lain ditetesi dengan pereaksi Dragendroff.

Pembentukan endapan berwarna kuning pada ekstrak yang ditetesi

dengan pereaksi Mayer dan pembentukan endapan merah pada ekstrak

yang ditetesi dengan pereaksi Dragendroff menunjukkan adanya

alkaloid (Tiwari et al, 2011).

b. Uji Flavonoid

Ekstrak ditetesi dengan larutan NaOH. Pembentukan warna kuning

intens, yang kemudian memudar saat penambahan larutan asam,

menunjukkan adanya flavonoid (Tiwari et al, 2011).

c. Uji Tanin

Sebanyak 0,5g ekstrak direbus dalam 10mL air dalam tabung reaksi

dan kemudian disaring. Ditambahkan beberapa tetes FeCl3 0,1% dan

diamati warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman (Ayoola et al,

2008).

d. Uji Terpenoid

Pada sejumlah 0,5g masing-masing ekstrak ditambahkan 2mL

kloroform. Sebanyak 3mL konsentrat H2SO4 hati-hati ditambahkan

untuk membentuk lapisan. Terbentuknya warna coklat kemerahan pada

permukaan menunjukkan adanya terpenoid (Ayoola et al, 2008).

Page 32: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Uji Saponin

Pada 0,5g ekstrak ditambahkan 5mL air suling dalam tabung reaksi.

Kocok campuran ekstrak dan air dan diamati hingga terbentuk buih

yang stabil (Ayoola et al, 2008).

f. Uji Glikosida

Sejumlah 0,5g ekstrak yang diencerkan dengan 5mL air ditambah

dengan asam asetat glasial yang berisi satu tetes larutan FeCl3.

Kemudian ditambah dengan 1mL asam sulfat pekat. Terbentuknya

cincin coklat pada permukaan mengindikasikan adanya gula deoksi

kardenolida (Ayoola et al, 2008).

3.3.7 Skrining Antibakteri

3.3.7.1 Pembuatan Media dan Sterilisasi

Serbuk Nutrient agar ditimbang sebanyak 2,3g dan dicampur dengan

100mL aquades dalam erlenmeyer kemudian dipanaskan dan diaduk

menggunakan stirer diatas hotplate hingga larut. Dengan perlakuan yang

sama, 0,8g Nutrient broth dicampur dengan 100mL aquades dalam

erlenmeyer, kemudian dipanaskan dan diaduk menggunakan stirer diatas

hotplate hingga larut. Cawan petri, tabung reaksi, vial, tip beserta wadah

yang telah dicuci bersih dan dikeringkan dibungkus dengan kertas dan

plastik, sedangkan kertas cakram dimasukkan ke dalam cawan petri bersih.

Media dan semua alat disterilisasi dalam autoklaf 1210C selama 15 menit

(Pelczar, 2005). Setelah disterilisasi, semua alat dan bahan disimpan dalam

Laminar Air Flow yang sebelumnya sudah disterilisasi dengan lampu UV

selama 30 menit dan dibersihkan dengan alkohol 70%.

3.3.7.2 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Uji

Pada penelitian ini seri konsentrasi ekstrak uji (ekstrak metanol,

ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksana) yang digunakan adalah 200, 100,

50, 25 dan 12,5mg/mL dengan pelarut dimetilsulfoksida (DMSO) (Natheer

et al, 2012). Ekstrak uji 200mg/mL dibuat dengan cara menimbang 400mg

Page 33: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ekstrak dan dilarutkan dalam 2mL DMSO. Konsentrasi 100, 50, 25 dan

12,5mg/mL dibuat dengan melakukan serial pengenceran ekstrak dengan

DMSO. Kertas cakram steril dijenuhkan dengan 10µL larutan ekstrak uji

dan dikeringkan dalam cawan petri steril pada suhu ruangan.

3.3.7.3 Kontrol Positif dan Kontrol Negatif

Kontrol positif yang digunakan adalah cakram antibiotik kloramfenikol

30µg sedangkan kontrol negatif yang digunakan adalah pelarut DMSO

(Natheer et al, 2012).

3.3.7.4 Pembuatan Suspensi Bakteri

Sebanyak satu ose koloni bakteri diinokulasikan dalam 10mL

Nutrient broth kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.

Densitas optik kultur tersebut diukur menggunakan spektrofotometer pada

panjang gelombang 625nm (OD625). OD625 yang dihasilkan kemudian

dikonversi menjadi 0,1. OD625 0,1 senilai dengan standar 0,5McFarland

(kepadatan sel bakteri 1x108

sel/mL). Suspensi bakteri kemudian

diencerkan menjadi suspensi bakteri dengan kepadatan sel 106 sel/mL

dengan mengambil sebanyak 1mL suspensi bakteri 108 sel/mL

dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9mL Nutrient broth

kemudian divortex dan dihasilkan suspensi bakteri dengan kepadatan sel

107 sel/mL. Kemudian 1mL suspensi bakteri 10

7 sel/mL dimasukkan ke

dalam tabung reaksi yang berisi 9mL Nutrient broth, divortex dan

dihasilkan suspensi bakteri dengan kepadatan sel 106 sel/mL (Lopez, 2003;

Widiastomo, 2013).

3.3.7.5 Prosedur Uji Antibakteri

Sebanyak 1mL suspensi bakteri dengan kepadatan sel 106 sel/mL

dimasukkan ke dalam cawan petri steril, kemudian ditambahkan 15mL

Nutrient agar cair. Cawan petri kemudian digoyangkan berlawanan arah

jarum jam sebanyak 5-10x dan digoyangkan lagi searah jarum jam

sebanyak 5-10x agar media dan suspensi tercampur. Pembuatan media

Page 34: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dilakukan di dekat api bunsen dalam Laminar Air Flow. Setelah agar

memadat, setiap cawan petri dibuat diagram 6 bagian. Kertas cakram

kontrol positif, kontrol negatif dan cakram yang telah dijenuhkan dengan

larutan ekstrak, diletakkan pada masing-masing bagian dan kemudian

diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam (Nufailah, 2008). Uji antibakteri

ini dilakukan pengulangan tiga kali. Area jernih disekeliling cakram

menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri yang kemudian diukur

menggunakan mistar. Hasil pengukuran zona hambat diklasifikasikan

berdasarkan tabel 3.1.

Tabel 3.1 Klasifikasi Aktivitas Antibakteri (Greenwood, 1995)

Diameter zona hambat

(mm)

Aktivitas antibakteri

<10 Tidak aktif

11-15 Lemah

16-20 Sedang

>20 Kuat

3.3.7.6 Pewarnaan Bakteri Uji

Pewarnaan bakteri uji yang dilakukan adalah pewarnaan Gram. Pewarnaan

bakteri dilakukan untuk identifikasi dan untuk memastikan tidak ada

kontaminan pada kultur kerja. Kaca obyek yang akan digunakan terlebih

dahulu dibersihkan dengan alkohol 70% dan dikeringkan. Dibuat

lingkaran dengan pensil warna di bagian bawah kaca obyek untuk

menandai tempat bakteri. Satu ose bakteri diambil dan ditempatkan dalam

batas lingkaran yang sudah ditetesi dengan NaCl 0,9% dan dicampur

hingga merata. Bakteri difiksasi dengan cara melewatkan kaca obyek

diatas api bunsen sehingga membentuk noda pada kaca objek. Preparat

diwarnai dengan crystal violet selama 1 menit kemudian dicuci dengan air

mengalir. Selanjutnya preparat diwarnai dengan iodin selama 1 menit,

dicuci dengan air mengalir dan ditetesi dengan alkohol 96% selama 30

detik. Setelah alkohol 96% dicuci, preparat diwarnai dengan safranin

selama 1 menit. Bakteri yang tetap berwarna ungu digolongkan ke dalam

bakteri Gram positif sedangkan bakteri yang berwarna merah digolongkan

ke dalam bakteri Gram negatif (Pratiwi, 2008).

Page 35: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman parijoto telah dilakukan di Herbarium Bogoriense,

Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor. Hasil determinasi

menunjukkan bahwa sampel tanaman yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Medinilla speciosa Blume dari famili Melastomataceae (Lampiran 1).

4.2 Ekstraksi dan Partisi

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah buah segar parijoto.

Didalam buah parijoto terdapat biji sangat kecil dan banyak sehingga dalam

penelitian ini biji tidak dipisahkan dari buahnya. Sampel yang diambil adalah

buah yang berwarna ungu kemudian disortasi untuk dipisahkan dari kotoran

atau bahan asing. Dari hasil sortasi didapatkan buah parijoto sebanyak 1748g.

Buah parijoto kemudian diblender dan dimaserasi dengan 12,5 liter metanol

yang telah didestilasi. Setelah difiltrasi, maserat kemudian diuapkan dengan

vaccum rotary evaporator.

Proses ekstraksi buah parijoto dilakukan dengan metode maserasi dengan

pelarut metanol tanpa pemanasan, tujuannya agar senyawa-senyawa yang

sensitif dengan suhu tidak terdekomposisi. Pada saat maserasi berlangsung

pelarut berdifusi ke dalam sampel dan melarutkan senyawa-senyawa yang

mempunyai kepolaran yang mirip dengan pelarut. Penghalusan sampel

bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan sehingga meningkatkan proses

ekstraksi dan mempersingkat waktu maserasi (Ncube et al, 2008). Dari hasil

maserasi diperoleh ekstrak kental metanol berwarna merah kecoklatan

sebanyak 60,84 gram dengan rendemen 3,48%. Kecilnya hasil rendemen

kemungkinan disebabkan oleh sampel yang digunakan adalah bagian buah

yang mana mengandung banyak lemak sehingga tidak bisa ditarik oleh

metanol.

Sebanyak 51,46 gram ekstrak metanol yang didapatkan kemudian dipartisi

dengan pelarut n-heksana dan etil asetat yang telah didestilasi menggunakan

19

Page 36: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

corong pisah. Partisi ekstrak bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa

berdasarkan tingkat kepolarannya. Senyawa non-polar pada ekstrak metanol

akan terlarut dalam pelarut n-heksana sedangkan senyawa semi polar akan

terlarut dalam pelarut etil asetat. Hasil partisi yang diperoleh kemudian

diuapkan dengan vaccum rotary evaporator dan dihasilkan tiga ekstrak, yaitu

ekstrak n-heksana 1,88 gram (3,65%), ekstrak etil asetat 15,44 gram (30%)

dan ekstrak metanol 31,72 gram (61,64%). Masing-masing karakterisasi dan

berat ekstrak disajikan dalam tabel 4.1 dan 4.2 berikut :

Tabel 4.1 Karakterisasi ekstrak

Ekstrak Metanol Ekstrak etil asetat Ekstrak n-heksana

Bentuk Ekstrak kental Ekstrak kental Ekstrak kental

Warna Coklat Merah Hijau

Bau Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tabel 4.2 Berat ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol

No. Ekstrak Berat (gram) Rendemen (%)

1 n-heksana 1,88 3,65

2 Etil asetat 15,44 30

3 Metanol 31,72 61,64

Hasil ekstrak kemudian di freeze dry yang bertujuan untuk mengurangi sisa

pelarut sehingga tidak mengganggu hasil uji antibakteri.

Selanjutnya dilakukan uji kadar air pada ekstrak metanol dan etil asetat.

Ekstrak n-heksana tidak diuji kadar air karena jumlah ekstrak yang dihasilkan

sedikit. Uji kadar air dijadikan indikator sisa air dalam ekstrak. Dalam

penelitian ini, uji kadar air dilakukan dengan metode gravimetri, yaitu dengan

mengeringkan ekstrak metanol dan etil asetat secara terpisah dalam oven

105ºC selama 5 jam kemudian dilanjutkan pengeringan pada jarak 1 jam

sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%.

Hasil uji kadar air ekstrak metanol dan etil asetat dapat dilihat pada tabel 4.3

berikut ini:

Page 37: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.3 Hasil Uji Kadar Air

No. Sampel Bobot

awal (g)

Bobot

akhir (g)

Kadar air

(%)

Rata-rata

(%)

1 Ekstrak

Metanol

1,0420 0,9402 9,76 9,72

1,0020 0,9051 9,67

2 Ekstrak Etil

Asetat

1,0045 0,8361 16,76 17,55

1,0090 0,8239 18,34

Hasil uji kadar air ekstrak metanol yang diperoleh adalah 9,72% dan

ekstrak etil asetat adalah 17,55% sedangkan dalam parameter standar umum

ekstrak tumbuhan dari Depkes RI (2000) batas kadar air ekstrak adalah <10%.

Hal ini menunjukkan bahwa kadar air ekstrak etil asetat melebihi parameter

standar kadar air ekstrak. Kadar air yang tinggi pada ekstrak etil asetat

kemungkinan disebabkan oleh pengerjaan partisi yang tidak sempurna pada

saat pemisahan lapisan metanol dan etil asetat.

4.3 Penapisan Fitokimia

Ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol yang diperoleh kemudian diuji

penapisan fitokimia menggunakan metode yang dikembangkan oleh Ayoola

et al (2008) dan Tiwari et al (2011).

Tabel 4.4 Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak n-heksana, etil asetat dan

metanol

No. Metabolit

Sekunder

Ekstrak

n-heksana

Ekstrak

Etil Asetat

Ekstrak

Metanol

1 Alkaloid - - -

2 Flavonoid - + +

3 Saponin - + +

4 Tanin - + +

5 Glikosida - + +

6 Terpenoid + - - Keterangan:

+ = memberikan reaksi positif

- = memberikan reaksi negatif

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui adanya metabolit

sekunder seperti flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, glikosida dan terpenoid

dalam ekstrak uji. Dari hasil skrining fitokimia ekstrak metanol dan ekstrak

etil asetat mengandung senyawa flavonoid, saponin, tanin dan glikosida

Page 38: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sedangkan ekstrak n-heksana mengandung senyawa terpenoid. Adanya

senyawa metabolit sekunder pada masing-masing ekstrak dikarenakan sifat

kepolaran dari tiap pelarut yang dapat menarik senyawa tersebut. Senyawa

flavonoid, saponin, tanin dan glikosida umumnya dapat ditarik oleh pelarut

polar seperti metanol (Ncube et al, 2008) dan etil asetat sedangkan senyawa

terpenoid adalah senyawa non-polar yang umumnya dapat tertarik pada

pelarut non polar seperti kloroform dan n-heksana (Tiwari et al, 2011).

4.4 Uji Antibakteri

Metode uji aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode difusi

cakram. Proses peremajaan bakteri dilakukan dengan menggunakan media

nutrient broth sehingga lebih mudah pada saat pengukuran kepadatan sel

bakterinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Panjang gelombang yang

digunakan adalah λ 625nm. Hasil absorban yang didapatkan kemudian

dikonversi menjadi 0,1 dengan menambahkan nutrient broth sebagai

pengencer (Lopez et al, 2003). Suspensi bakteri dengan absorban 0,1 setara

dengan suspensi bakteri dengan kepadatan sel bakteri 108 sel/mL (Widiastomo

et al, 2012). Pada saat inokulasi, suspensi bakteri yang digunakan adalah

suspensi dengan kepadatan sel 106 sel/mL yang telah diencerkan dengan

menambahkan nutrient broth (Lopez et al, 2003).

Kontrol negatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelarut

DMSO yang diteteskan pada cakram kertas steril. Natheer et al (2012)

menyebutkan bahwa zat yang dijadikan sebagai kontrol negatif adalah pelarut

yang digunakan sebagai pengencer ekstrak. Tujuannya adalah sebagai

pembanding bahwa pelarut yang digunakan sebagai pengencer tidak

mempengaruhi hasil uji antibakteri ekstrak. Oleh karena itu kontrol negatif

yang digunakan adalah DMSO 100%. Hasil zona hambat kontrol negatif

terhadap kedua bakteri uji adalah 0 mm. Hal ini menunjukkan bahwa

penggunaan pelarut DMSO tidak mempengaruhi hasil uji antibakteri dari

ekstrak.

Kontrol positif yang digunakan adalah cakram antibiotik kloramfenikol

30µg. Kloramfenikol merupakan golongan antibiotik berspektrum luas.

Kloramfenikol dikatakan resisten apabila diameter hambat pertumbuhan

Page 39: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bakteri yang dihasilkan <20mm dan sensitif apabila hasil diameter hambat

>21mm (Andrews, 2011). Hasil diameter hambat kloramfenikol terhadap

kedua bakteri uji dalam penelitian ini berkisar antara 26-31mm. Hal ini

menunjukkan bahwa cakram kloramfenikol yang digunakan sensitif terhadap

kedua bakteri uji.

Tabel 4.5 Hasil pengukuran diameter hambat ekstrak metanol buah

Parijoto terhadap bakteri S. aureus dan E. coli

Konsentrasi

Ekstrak

Diameter Zona Hambat (mm)

S. aureus E. coli

I II III Rata2 I II III Rata2

200 mg/mL 18 14 15 15,67 10 10 12 10,67

100 mg/mL 15 15 14 14,67 9 10 11 10

50 mg/mL 13 14 14 13,67 8 9 8 8,33

25 mg/mL 13 14 11 12,67 0 0 0 0

12,5 mg/mL 11 8 10 9,67 0 0 0 0

Kontrol positif

(cakram

kloramfenikol

30µg)

28 25 29 27,33 27 28 28 27,67

Kontrol negatif

(DMSO) 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan : I = pengulangan pertama; II = pengulangan kedua; III = pengulangan ketiga

Tabel 4.6 Hasil pengukuran diameter hambat ekstrak etil asetat buah

Parijoto terhadap bakteri S. aureus dan E. coli

Konsentrasi

Ekstrak

Diameter Zona Hambat (mm)

S. aureus E. coli

I II III Rata2 I II III Rata2

200 mg/mL 19 16 18 17,67 12 13 12 12,33

100 mg/mL 16 15 18 16,33 11 12 11 11,33

50 mg/mL 17 14 16 15,67 10 11 11 10,67

25 mg/mL 15 13 16 14,67 10 9 8 9

12,5 mg/mL 15 13 16 13,33 9 8 7 8

Kontrol positif

(cakram

kloramfenikol

30µg)

28 27 28 27,67 29 30 29 29,33

Kontrol negatif

(DMSO) 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan : I = pengulangan pertama; II = pengulangan kedua; III = pengulangan ketiga

Page 40: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.7 Hasil pengukuran diameter hambat ekstrak n-heksana buah

Parijoto terhadap bakteri S. aureus dan E. coli

Konsentrasi

Ekstrak

Diameter Zona Hambat (mm)

S. aureus E. coli

I II III Rata2 I II III Rata2

200 mg/mL 17 11 10 13 8 7 7 7,33

100 mg/mL 14 8 9 10,33 6 6 6 6

50 mg/mL 10 0 0 3,33 0 0 0 0

25 mg/mL 0 0 0 0 0 0 0 0

12,5 mg/mL 0 0 0 0 0 0 0 0

Kontrol positif

(cakram

kloramfenikol

30µg)

30 26 30 28,67 29 28 28 28,33

Kontrol negatif

(DMSO) 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan : I = pengulangan pertama; II = pengulangan kedua; III = pengulangan ketiga

Berdasarkan data diatas dapat dilihat perbandingan diameter hambat rata-

rata ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana terhadap bakteri S. aureus dan

E.coli pada kurva berikut ini:

Gambar 4.1 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol terhadap Bakteri

S. aureus dan E. coli

15.67 14.67 13.67 12.67

9.67 10.67 10 8.33

0 0 0

5

10

15

20

200 100 50 25 12.5

Zon

a H

amb

at (m

m)

Konsentrasi ekstrak metanol (mg/mL)

S. aureus

E. coli

Page 41: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.2 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat terhadap Bakteri

S. aureus dan E. coli

Gambar 4.3 Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-heksana terhadap Bakteri

S. aureus dan E. coli

Dari hasil pengukuran diameter hambat pada tabel 4.5-4.7, secara umum

menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat mempunyai daya hambat yang lebih

besar dibandingkan ekstrak metanol dan ekstrak n-heksana. Hal tersebut

dikarenakan adanya senyawa metabolit sekunder pada ekstrak uji. Hasil uji

penapisan fitokimia menunjukkan ekstrak etil asetat dan metanol mempunyai

kandungan senyawa tannin, flavonoid, saponin dan glikosida sedangkan

ekstrak n-heksana mengandung senyawa terpenoid.

Okeke et al (2001) dan Rahman et al (2010) menyebutkan bahwa beberapa

senyawa metabolit sekunder seperti glikosida, saponin, tanin, flavonoid,

terpenoid dan alkaloid telah dilaporkan mempunyai aktivitas antibakteri.

Quercetin, salah satu senyawa turunan golongan flavonoid dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (Bimlesh Kumar et al, 2011)

sedangkan Indoquinolin dari Cryptolepsis sanguinolenta mempunyai aktivitas

17.67 16.33 15.67 14.67

13.33 12.33 11.33 10.67 9 8

0

5

10

15

20

200 100 50 25 12.5

Zon

a H

amb

at (m

m)

Konsentrasi ekstrak etil asetat (mg/mL)

S. aureus

E. coli

13

10.33

3.33

0 0

7.33 6

0 0 0 0

5

10

15

200 100 50 25 12.5

Zon

a H

am

ba

t (m

m)

Konsentrasi ekstrak n-heksana (mg/mL)

S. aureus

E. coli

Page 42: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

antibakteri terhadap bakteri Gram negatif dan kapang (Silva et al, 1996).

Tanaman menyintesis senyawa flavon, flavonoid dan flavonol untuk merespon

infeksi mikrobial (Ncube et al, 2008). Anyasor et al (2011) menyatakan

bahwa aktivitas antibakteri dari ekstrak tanaman kemungkinan disebabkan

oleh adanya senyawa tanin dan flavonoid yang berikatan dengan dinding sel

bakteri dan menghambat biosintesisnya.

Dari daya hambat terhadap bakteri uji, ketiga ekstrak buah parijoto lebih sensitif

terhadap bakteri S. aureus daripada E. coli. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan

susunan dinding sel bakteri dimana E. coli mempunyai lapisan dinding sel yang lebih

kompleks dibandingkan S. aureus (Natheer et al, 2012).

Page 43: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian uji antibakteri dari ekstrak metanol, etil asetat

dan n-heksana buah parijoto yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Dari ketiga ekstrak uji dengan konsentrasi 200, 100, 50, 25, 12,5mg/mL

secara berturut-turut ekstrak etil asetat mempunyai diameter hambat

pertumbuhan bakteri paling tinggi yaitu 17,67; 16,33; 15,67; 14,67;

13,33mm terhadap bakteri S. aureus dan 12,33; 11,33; 10,67; 9; 8mm

terhadap bakteri E. coli.

2. Dari ketiga ekstrak uji, ekstrak etil asetat buah parijoto mempunyai potensi

aktivitas antibakteri tertinggi daripada ekstrak metanol dan n-heksana

terhadap bakteri E. coli dan S. aureus.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap senyawa aktif pada ekstrak

buah parijoto yang mempunyai aktivitas antibakteri.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bioaktivitas lain

dari ekstrak buah parijoto.

27

Page 44: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Andrews, Jennifer M. 2001. Determination of Minimum Inhibitory Concentration.

Journal of Antimicrobial Chemotherapy (2001) 48, Suppl. S1,5-16

Andrews, J.M. and R.A. Howe. 2011. BSAC standardized disc susceptibility

testing method (version 10). J. Antimicrob Chemotheraphy 2011; 66: 2726–

2757

Anonim.2013.http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs194/en.[30 November

2013]

Anonim.2014.http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/

depkes/5-062.pdf. [19 januari 2014]

Anyasor GN, Aina DA, Olushola M, Aniyikaya AF (2011). Phytochemical

constituent, proximate analysis, antioxidant, antibacterial and wound

healing properties of leaf extracts of Chromolaena odorata. Ann. Biol. Res.,

2: 441-451.

Arora, D.S., Jasleen Kaur. 1999. Antimicrobial activity of spices. International

Journal of Antimicrobial Agents 12 (1999) 257–262

Arora, D.S., G.J. Kaur. 2007. Antibacterial activity of some Indian medicinal

plants. J Nat Med (2007) 61:313–317

Ayoola, GA., dkk. 2008. Phytochemical Screening and Antioxidant Activities of

Some Selected Medicinal Plants Used for Malaria Therapy in Southwestern

Nigeria. Tropical Journal of Pharmaceutical Research, September 2008; 7

(3): 1019-1024

Basri DF, Fan SH (2005). The potential of aqueous and acetone extracts of galls

of Quercus infectoria as antibacterial agents. Ind. J. Pharmacol., 37(1): 26-

29.

Bimlesh Kumar, Harleen Kaur Sandhar, Sunil Prasher, Prashant Tiwari, Manoj

Salhan, Pardeep Sharma. 2011. A Review of Phytochemistry and

Pharmacological of Flavonoids. International Pharmaceutica Sciencia

Choma, Irena M, Edyta M Grzelak. 2010. Bioautography Detection in Thin-Layer

Chromatography. Journal of Chromatography A Chroma-351708

CLSI.2012.Performance Standards for Antimicrobial Disk Susceptibility Tests;

Approved Standard—Eleventh Edition. Clinical and Laboratory Standards

Institute, 950 West Valley Road, Suite 2500 Wayne, PA 19087 USA

Djide dan Sartini. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Lephas, Makasar.

Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat

Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat

Tradisional, Jakarta.

28

Page 45: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

European Committee for Antimicrobial Susceptibility Testing (EUCAST) of the

European Society of Clinical Microbiology and Infectious Diseases

(ESCMID). 2000. Determination of minimum inhibitory concentrations

(MICs) of antibacterial agents by agar dilution. EUCAST DEFINITIVE

DOCUMENT E.Def 3.1

Greenwood. 1995. Antibiotics, Susceptibility (Sensitivity) Test Antimicrobial And

Chemoterapy. Mc. Graw Hill Company, USA

Guo-Ying Zuo, Fan-Yan Meng, Jun Han, Xiao-Yan Hao, Gen-Chun Wang, Yun-

Ling Zhang and Qing Zhang. In Vitro Activity of Plant Extracts and

Alkaloids against Clinical Isolates of Extended-Spectrum β-Lactamase

(ESBL)-Producing Strains. Molecules 2011, 16, 5453-5459;

doi:10.3390/molecules16075453

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan, terbitan ke-2, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan

Iwang Soediro. Penerbit ITB : Bandung

Jawetz, Ernest. 1996. Mikrobiologi Kedokteran edisi 20. EGC : Jakarta

Johnson, Arthur G. dkk. 2011. Essensial Mikrobiologi dan Imunologi, edisi

kelima, diterjemahkan oleh Prof. Dr. Julius E. Surjawidjaja. Binarupa

Aksara Publisher : Tangerang Selatan

Kayser, Fritz H., Kurt A. Bienz, Johannes Eckert, Rolf M. Zinkernagel, . 2005.

Medical Microbioly. New York : Thieme Stuttgart

Lopez, Crisanto Maglaque., Sunee Nitisiprasert., Penkhae Wanchaitanawong and

Ngamtip Poovarodom. Antimicrobial Activity of Medicinal Plant Extracts

Against Foodborne Spoilage and Pathogenic Microorganisms. Kasetsart J.

(Nat. Sci.) 37 : 460-467 (2003)

Maria, C., Buta Erszebet, Horţ Denisa. 2012. Medinilla: An Exotic and Attractive

Indoor Plant With Great Value. Journal of Horticulture, Forestry and

Biotechnology. 16 (2) : 9-12

Melki, dkk. 2011. Uji Antibakteri Ekstrak Gracilaria sp (Rumput Laut) Terhadap

Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

Natheer, S.E., C. Sekar., P. Amutharaj., M. Syed Abdul Rahman and K. Keroz

Khan. 2012. Evaluation of Antibacterial Activity of Morinda citrifolia,

Vitex trifolia and Chromolaena odorata. African journal of Pharmacy and

Pharmacology Vol. 6 (11), pp. 783-788

Ncube, NS, Afolayan AJ, Okoh AI. Assesment Technique of Antimicrobial

Properties of Natural Compounds of Plant Origin: Current Methods and

Future Trends. African Journal of Biotechnology 2008; 7 (12): 1797-1806

Page 46: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nufailah, Dina.,dkk. 2008. Uji Aktivitas Antibakteri Produk Reduksi Asam

Palmitat Dalam Sistem NaBH4/ BF3.Et2O Terhadap Escherichia coli Dan

Staphylococcus aureus. Universitas Diponegoro

Okeke MI, Iroegbu CU, Eze EN, Okali AS, Esimone CO (2001). Evaluation of

extracts of the root of Landolphia owerrience for antibacterial activity. J.

Ethnopharmacol., 78: 119-127.

Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga : Jakarta

Radji, Maksum., Ratna Chandra Sari, Atiek Sumiati. 2008. Uji Aktivitas

Antimikroba Dan Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol Akar Tanaman Akar Kucing

(Acalypha Indica Linn), Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria

Macrocarpa (Sheff) Boerl) Dan Sari Buah Merah (Pandanus Conoideus

Lam). Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. V, No. 1, April 2008, 40 - 46

Rahman, Md Ajijur, Md Mohamad Zahidul Islam, Md.Anwar U.I. Islam. 2011.

Antibacterial Activities of Actinomcete Isolates Collected from Soils of

Rajshahi, Bangladesh. Biotechnology Research International 2011, Article

ID 857925\

Rahman MA, Ahsna T, Islam S. (2010). Antibacterial and antifungal properties of

methanol extract from the stem of Argyreia argentea. Bang. J. Pharmacol.,

5: 41-44.

Rinawati, N.D._____. Daya Antibakteri Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)

terhadap Bakteri Vibrio alginolyticus. Biologi, Fakultas Matematika Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Silva, O., Duarte A, Cabrita J, Pimentel M, Diniz A and Gomez E. 1996.

Antimicrobial Activity of Guinea-Bissau Traditional Remedies. J.

Ethnopharmacol. 50: 53-59

Tapas, AR., DM Sarkarkar dan RB Kakde. 2008. Flavonoids as Ntraceuticals: a

Review. Tropical Journal of Pharmaceutical Research

The Global Biodiversity Information Facility: GBIF Backbone Taxonomy, 2013-

07-01. Accessed via http://www.gbif.org/species/3870285 on 2014-02-11

Tiwari, Phrasant., Bimlesh Kumar., Mandeep Kaur., Gurpreet Kaur., Harleen

Kaur. Phytochemical Screening and Extraction : A Review. Internationale

Pharmaceutica Sciencia Jan-March 2011, Vol. 1, Issue 1.

Wachidah, Leliana.N. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan serta Penentuan

Kandungan Fenolat dan Flavonoid Total dari Buah Parijoto (Medinilla

speciosa Blume). Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah

Wibowo, H.A., Wasino & Dewi Lisnoor Setyowati. 2012. Kearifan Lokal dalam

Menjaga Lingkungan Hidup (Studi Kasus Masyarakat di Desa Colo

Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus). Journal of Educational Social Studies

1 (1) : 25-30

Page 47: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Widiastomo, Bobby Wahyu.,dkk. 2013. Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Daun

Pepaya (Carica papaya L) Terhadap Bakteri Shigella dysentriae Kode

Isolat 2312-F Secara In Vitro. Universitas Brawijaya.

Wiegand, Irith., Kai Hilpert & Robert E W Hancock. 2008. Agar and broth

dilution methods to determine the minimal inhibitory concentration (MIC)

of antimicrobial substances. NATURE PROTOCOLS | VOL.3 NO.2 | 2008

Xia JinYao; Zuo GuoYing; Wang GenChun; Xu GuiLi; Zhao YiBin. Screen of

Chinese herbal medicines originated in Yunnan province against drug

resistant, Escherichia coli producing ESBLs in vitro. Journal Medical Journal

of National Defending Forces in Southwest China 2009 Vol. 19 No. 7 pp. 664-666.

http://www.cabdirect.org/abstracts/20093239234.html;jsessionid=F9DDA0

DEA880EE78CB4AD971DDCB41C0#

Page 48: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman Parijoto (Medinilla speciosa Blume)

Page 49: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Bagan Alur Kerja Ekstraksi dan Uji Antibakteri Buah Tanaman

Parijoto (Medinilla speciosa Blume)

Pembuatan Ekstrak Buah Parijoto

Dievaporasi dg Vaccum

rotary evaporator

Dievaporasi dg Vaccum

rotary evaporator

Fraksi metanol

+ 100mL metanol

dipartisi dengan 100mL n-heksana

hingga fase n-heksana jernih

dipartisi dengan 100mL etil asetat

hingga fase etil asetat jernih

Penapisan fitokimia Uji antibakteri menggunakan

metode difusi cakram

Ext. n-heksana Ext. metanol Ext. etil asetat

Fraksi etil asetat Fraksi metanol

Sampel dihaluskan

menggunakan blender

Sampel ditimbang

sebanyak 1748g

Sampel dimaserasi menggunakan

metanol yang sudah didestilasi

Maserat difiltrasi

Buah parijoto (Medinilla

speciosa Blume) segar

disortasi basah

Dicuci dengan air mengalir

kemudian ditiriskan

Ampas filtrat

Ekstrak kental

Fraksi n-heksana

Page 50: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pembuatan Media dan Sterilisasi (Pelczar, 2005)

Preparasi Ekstrak Uji

Kertas cakram steril dijenuhkan dengan 10µL larutan ekstrak uji dan dikeringkan

dalam cawan petri steril pada suhu ruangan.

Pembuatan Suspensi Bakteri (Lopez, 2003; Widiastomo 2012)

Dipanaskan diatas hotplate dan diaduk

dg magnetic stirrer sampai mendidih

Cawan petri, tabung reaksi, vial, tip

beserta wadah dicuci bersih, dikeringkan

dan dibungkus dengan kertas

Erlenmeyer 250mL diisi dg

2,3g NA 100mL aqudes steril

Erlenmeyer 250mL diisi dg 0,8g

NB dan 100mL aquades steril

Disterilisasi menggunakan autoklaf

suhu 1210C selama 15 menit

Medium NA dan NB

OD625 0,1 setara dg 0,5McF, sementara standar 0,5McF setara

dg kepadatan sel bakteri 108 cfu/mL.

.

Hasil OD625 kemudian dikonversi menjadi 0,1 dg

menambahkan NB.

Diinkubasi pada suhu

37ºC selama 24 jam

Satu ose bakteri diinokulasikan

ke dalam 10mL NB

Suspensi bakteri OD625 0,1

OD625 diukur menggunakan

spektrofotometer

Page 51: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Aktivitas Antibakteri

Suspensi bakteri OD

0,1 = 108 cfu/mL

Suspensi divortex

dahulu sebelum

diambil 1mL 9mL NB

107 cfu/mL 106 cfu/mL

Suspensi bakteri

106 cfu/mL

1 mL

Diinokulasikan ke

petri kosong

Ditambahkan NA cair

Petri diputar agar media NA

dan bakteri tercampur

(-)

5

4

3

2 1

(+)

Cakram ditanam diatas media

yang sudah memadat

Cawan diinkubasi pada suhu

370C, selama 24 jam

Keterangan :

1 = cakram berisi ekstrak uji konsentrasi 200 mg/mL 2 = cakram berisi ekstrak uji konsentrasi 100 mg/mL 3 = cakram berisi ekstrak uji konsentrasi 50 mg/mL 4 = cakram berisi ekstrak uji konsentrasi 25 mg/mL 5 = cakram berisi ekstrak uji konsentrasi 12,5 mg/mL (-) = cakram berisi pelarut DMSO (+) = cakram antibiotik kloramfenikol 30µg

Page 52: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa

Blume) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

a. Pewarnaan Gram Bakteri Uji

Staphylococcus aureus

Escherichia coli

b. Uji Antibakteri

Bakteri Pengulangan Ekstrak

Metanol

Ekstrak Etil

Asetat

Ekstrak n-

heksana

Staphylococcus

aureus

I

II

III

Escherichia

coli

I

II

III

Page 53: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Skrining Fitokimia Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa

Blume)

Skrining

fitokimia

Gambar

Eksrak metanol Ekstrak etil asetat Ekstrak n-heksana

Uji

Alkaloid

(Pereaksi

Dragendorf)

Filtrat

ekstrak

metanol +

HCl encer

Penambahan P.

Dragendorf

Tidak terdapat

endapan merah

(-)

Filtrat

ekstrak etil

asetat +

HCl encer

Penambahan

P. Dragendorf

Tidak terdapat

endapan merah

(-)

Filtrat ekstrak

n-heksana +

HCl encer

Penambahan P.

Dragendorf

Tidak terdapat

endapan merah

(-)

Uji

Alkaloid

(Pereaksi

Meyer)

Filtrat

ekstrak

metanol +

HCl encer

Penambahan P.

Meyer

Tidak terdapat

endapan

kuning (-)

Filtrat

ekstrak etil

asetat +

HCl encer

Penambahan

P. Meyer

Tidak terdapat

endapan

kuning (-)

Filtrat ekstrak

n-heksana +

HCl encer

Penambahan P.

Meyer Tidak

terdapat

endapan kuning

(-)

Uji

Flavonoid

ekstrak

metanol +

NaOH

Penambahan

H2SO4

warna kuning

memudar (+)

ekstrak etil

asetat +

NaOH

Penambahan

H2SO4

warna kuning

memudar (+)

ekstrak n-

heksana +

NaOH

Penambahan

H2SO4

warna kuning

tidak memudar

(-)

Page 54: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK BUAH PARIJOTO ... · dilakukan dengan metode difusi cakram. Ketiga ekstrak buah parijoto lebih aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Saponin

Terbentuk busa yang stabil

(+)

Terbentuk busa yang stabil (+) Tidak terbentuk busa yang stabil

(-)

Uji Tanin

Terbentuk warna kehitaman

(+)

Terbentuk warna kehitaman

(+)

Tidak terbentuk warna

kehitaman (-)

Uji

Terpenoid

Tidak terbentuk cincin coklat

kemerahan (-)

Tidak terbentuk cincin coklat

kemerahan (-)

Terbentuk cincin coklat

kemerahan (+)

Uji

Glikosida

Terbentuk cincin coklat (+) Terbentuk cincin coklat (+) Tidak terbentuk cincin coklat (-)