uin syarif hidayatullah jakarta karakterisasi...

115
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum Wight) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH DI INDONESIA SKRIPSI ARUM SAMUDRA 1110102000046 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA SEPTEMBER 2014

Upload: vankhuong

Post on 30-Jul-2019

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

KARAKTERISASI EKSTRAK ETANOL DAUN

SALAM (Syzygium polyanthum Wight) DARI TIGA

TEMPAT TUMBUH DI INDONESIA

SKRIPSI

ARUM SAMUDRA

1110102000046

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

SEPTEMBER 2014

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

KARAKTERISASI EKSTRAK ETANOL DAUN

SALAM (Syzygium polyanthum Wight) DARI TIGA

TEMPAT TUMBUH DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

ARUM SAMUDRA

1110102000046

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

SEPTEMBER 2014

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

Dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Arum Samudra

NIM : 1110102000046

Tanda tangan :

Tanggal : 4 September 2014

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Arum Samudra

NIM : 1110102000046

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Karakterisasi Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum

Wight) Dari Tiga Tempat Tumbuh Di Indonesia

Disetujui oleh

Pembimbing I

Puteri Amelia, M. Farm., Apt

NIP. 198012042011012004

Pembimbing II

Marissa Angelina, M. Farm., Apt

NIP. 198212312005022001

Mengetahui

Ketua Program Studi Farmasi

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. Umar Mansur, M.Sc.,Apt

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

v

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Arum Samudra

NIM : 1110102000046

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Karakterisasi Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum

Wight) Dari Tiga Tempat Tumbuh Di Indonesia

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Dewan Penguji

Pembimbing I : Puteri Amelia, M. Farm., Apt ( )

Pembimbing II : Marissa Angelina, M. Farm., Apt ( )

Penguji I : Ismiarni Komala, M.Sc., PhD., Apt ( )

Penguji II : Prof. Dr. Atiek Soemiati, MS., Apt ( )

Ditetapkan di : Ciputat

Tanggal : 4 September 2014

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

vi

ABSTRAK

Nama : Arum Samudra

Program Studi : Farmasi

Judul : Karakterisasi Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium

polyanthum Wight) Dari Tiga Tempat Tumbuh Di

Indonesia

Standardisasi ekstrak tanaman obat perlu dilakukan untuk melindungi masyarakat

dari penggunaan obat herbal yang tidak memenuhi persyaratan mutu. Pada

penelitian ini dilakukan karakterisasi sebagai langkah awal standardisasi ekstrak

etanol daun Salam (Syzygium polyanthum Wight) dari tiga tempat tumbuh di

Indonesia yaitu Tangerang Selatan, Sukoharjo, dan OKU Timur. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menetapkan beberapa parameter spesifik dan non

spesifik sehingga menjamin bahwa ekstrak tersebut mempunyai nilai dan

parameter yang terukur. Hasil karakterisasi untuk parameter spesifik

menunjukkan organoleptik ekstrak (bentuk ekstrak kering, warna hitam

kecoklatan, bau aromatik lemah, dan rasa pahit), dengan kadar senyawa terlarut

dalam air 31,167 % ± 0,756 - 49,011 % ± 0,577, dan terlarut dalam etanol 38,545

% ± 0,5829 - 58,091 % ± 0,671. Kandungan kimia ekstrak daun Salam ini yaitu

flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan terpenoid. Hasil uji parameter non spesifik

menunjukkan susut pengeringan (8,420 % ± 0,2979 sampai 12,624 % ± 1,5844),

bobot jenis (1,002 % ± 0,0005 - 1,005 % ± 0,0016), kadar air (4,999 % ± 0,2403 -

7,298 % ± 0,1807), kadar abu total (7.242 % ± 0,5365 - 14,438 % ± 0,4065),

kadar abu tidak larut asam (0,380 % ± 0,0315 - 1,314 % ± 0,0220). Pada

pengujian cemaran logam Pb (Tidak terdeteksi - 95,43 µg/g), logam Cd (4,42 -

8,62 µg/g), dan logam As (<0,005 µg/g).

Kata Kunci : Standardisasi, karakterisasi, daun Salam (Syzygium polyanthum

Wight), parameter spesifik, parameter non spesifik

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

vii

ABSTRACT

Name : Arum Samudra

Program Study : Pharmacy

Title : Characterization of Ethanol Leaf Extract Salam

(Syzygium polyanthum Wight) From Three Places to

Grow in Indonesia

Standardization of medicinal plant extracts needs to be done to protect the public

from the use of herbal remedies that do not meet the quality requirements. In this

research, the characterization as a first step to standardization of the ethanol

extract of leaves of Salam (Syzygium polyanthum Wight) of the three places to

grow in Indonesia, South Tangerang, Sukoharjo, and East OKU. The purpose of

this study is to establish some specific and non-specific parameters so as to ensure

that the extract has a value and the measured parameters. Characterization results

for a specific parameter indicating the organoleptic extract (dry extract form,

brownish black color, weak aromatic odor and bitter taste), with levels of

dissolved compounds in water 31,167 % ± 0,756 - 49,011 % ± 0,577, dissolved in

ethanol 38,545 % ± 0,5829 - 58,091% ± 0.671. Greetings leaf chemical

constituents of this extract are flavonoids, alkaloids, tannins, saponins, and

triterpenoids. The test results indicate non-specific parameters of drying shrinkage

(8.420% ± 0.2979 - 12.624% ± 1.5844), specific gravity (1.002% ± 0.0005 - 1.005

± 0.0016%), water content (4.999% ± 0,2403 - 7.298% ± 0.1807), total ash

content (7242% ± 0.5365 - 14.438% ± 0.4065), acid insoluble ash content

(0.380% ± 0.0315 - 1.314 ± 0.0220%). The testing of Pb contamination (Not

detected - 95.43 mg/g), metal Cd (4.42 - 8.62 mg/g), and metal As (<0.005 mg/g).

Keywords: Standardization, characterization, leaves Salam (Syzygium

polyanthum Wight), specific parameters, the parameters of non-specific

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak tak pernah lelah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta

penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari lembah

kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Skripsi yang berjudul “Karakterisasi Ekstrak Etanol Daun Salam

(Syzygium polyanthum Wight) Dari Tiga Tempat Tumbuh Di Indonesia” ini

disusun sebagai salah satu syarat tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana

Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT yang selalu memberikan nikmat dan karunia yang tak

terhingga.

2. Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Puteri Amelia, M. Farm., Apt dan Ibu Marissa Angelina, M. Farm.,

Apt selaku pembimbing yang selalu memberikan arahan serta meluangkan

waktu, tenaga, dan juga pikiran dalam penelitian dan penyusunan skripsi

ini.

6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Musthofa Suyadi dan Ibu Saginah, yang

selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil, serta kasih

sayang dan do’a tiada henti. Kepada kedua adikku, Lirra Apriansyah dan

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

ix

Kurnia Istiqomah, yang selalu menghibur dan memberikan semangat serta

do’a.

7. Kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang telah memberi

kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan melalui program

beasiswa “Santri Jadi Dokter”.

8. Para peneliti di LIPI, Ibu Lia, Ibu Lala, Ibu Tatik, Ibu Mimin, Ibu Lisna,

Ibu Mega, Mas Udin, Pak Rokib, serta Mas Lili yang telah membantu

penulis selama melakukan penelitian di LIPI.

9. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis

menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Para staf, karyawan dan laboran Program Studi Farmasi yang telah banyak

membantu.

11. Keluarga besar Harjo Wiyoto dan Soekaryo yang selalu memberikan

dukungan dan semangat.

12. Untuk yang selalu mendengar keluh kesah dan selalu memberi semangat

serta bantuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini, Finti Muliati.

13. Teman yang berjuang bersama di LIPI, Arsyadanie Saifi Adli, serta “The

Pavillioons” yang selalu berbagi dalam suka ataupun duka.

14. Teman-teman Farmasi angkatan 2010 (Andalusia) yang tidak membuat

penulis menyesal telah menjadi bagian dari kalian.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun

harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ciputat, 4 September 2014

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

x

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Arum Samudra

NIM : 1110102000046

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya

ilmiah saya dengan judul :

KARAKTERISASI EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium

polyanthum Wight) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH DI INDONESIA

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat

dengan sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat

Pada Tanggal : 4 September 2014

Yang menyatakan

(Arum Samudra)

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.........................................

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI........................................................

ABSTRAK................................................................................................

ABSTRACT..............................................................................................

KATA PENGANTAR.................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIK......................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

DAFTAR GAMBAR......................................................................................

DAFTAR TABEL.......................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................

1.1 Latar Belakang .......................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................

2.1 DAUN SALAM (Syzygium polyanthum Wight).....................................

2.1.1 Klasifikasi Tanaman .....................................................................

2.1.2 Nama Daerah.................................................................................

2.1.3 Deskripsi Tanaman .......................................................................

2.1.4 Tempat Tumbuh.............................................................................

2.1.5 Kandungan Kimia Tumbuhan........................................................

2.1.6 Kegunaan Tanaman ......................................................................

2.2 STANDARISASI..................................................................................

2.2.1 Karakterisasi Simplisia................................................................ 2.2.2 Parameter Standardisasi ..............................................................

2.2.2.1 Aspek Parameter Spesifik ................................................... 2.2.2.2 Aspek Parameter Non Spesifik ...........................................

2.2.3 Manfaat Standardisasi .................................................................

2.2.3.1 Standardisasi menjamin keseragaman khasiat (efikasi) .....

2.2.3.2 Standardisasi untuk uji klinik .............................................

2.2.3.3 Standardisasi menjamin aspek keamanan dan stabilitas

ekstrak/bentuk sediaan ........................................................

2.2.3.4 Standardisasi meningkatkan nilai ekonomi.........................

2.3 SIMPLISIA ........................................................................................... 2.4 EKSTRAK.............................................................................................

2.3.4.1 Faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak .................................. 2.5 EKSTRAKSI.........................................................................................

2.5.1 Proses Pembuatan Ekstrak ..........................................................

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xiv

xv

xvi

1

1

3

4

4

5

5

5

6

6

7

7

7

9

9

10

10

12

13

13

13

14

14

15

16

18

20

20

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

xii

2.5.1.1 Pembuatan serbuk simplisia...............................................

2.5.1.2 Pelarut ................................................................................

2.5.1.3 Pemekatan/penguapan (vaporasi dan evaporasi) ...............

2.5.1.4 Pengeringan ekstrak ...........................................................

2.5.1.5 Rendemen ..........................................................................

2.5.2 Metode Ekstraksi..........................................................................

2.6 KROMATOGRAFI............................................................................... 2.6.1 Kromatografi Lapis Tipis............................................................. 2.6.2 Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (KG-SM).......................

2.6.3 High Performance Liquid Chromatography (HPLC).......................

2.7 SPEKTROFOTOMETRI .....................................................................

2.7.1 Spektrofotometri UV-Vis ............................................................ 2.7.2 Spektrofotometri Serapan Atom .................................................

BAB 3 METODE PENELITIAN.................................................................. 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN............................................. 3.2 BAHAN DAN ALAT ...........................................................................

3.2.1 Bahan Uji .................................................................................... 3.2.2 Bahan Kimia................................................................................

3.2.3 Alat .............................................................................................. 3.3 PROSEDUR KERJA.............................................................................

3.3.1 Pengambilan Sampel....................................................................

3.3.2 Determinasi Sampel....................................................................

3.3.3 Penyiapan Simplisia.....................................................................

3.3.4 Pengamatan Makroskopik ..................................................

3.3.5 Pembuatan Ekstrak ......................................................................

3.3.6 Penentuan Parameter-parameter Standarisasi .............................

3.3.6.1 Parameter Spesifik .............................................................

3.3.6.2 Parameter Non Spesifik .....................................................

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................

4.1 HASIL PENELITIAN...........................................................................

4.1.1 Hasil Determinasi Sampel..........................................................

4.1.2 Pengamatan Makroskopik Daun Salam......................................

4.1.3 Hasil Ekstraksi Daun Salam......................................................

4.1.4 Parameter Spesifik...................................................................

4.1.4.1 Identitas Ekstrak.............................................................

4.1.4.2 Organoleptik Ekstrak......................................................

4.1.4.3 Penentuan Kadar Senyawa Terlarut dalam Pelarut

Tertentu...............................................................................

4.1.4.4 Identifikasi Kandungan Kimia Ekstrak...............................

4.1.4.5 Pola Kromatogram.............................................................

4.1.4.6 Kadar Total Flavonoid......................................................

4.1.5 Parameter Non Spesifik.............................................................

4.2 PEMBAHASAN...............................................................................

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................

20

20

21

21

22

22

23

24

27

31

32

32

33

37

37

37

37

37

37

38

38

38

38

39

39

39

39

43

47

47

47

47

48

48

48

49

49

50

50

52

53

55

64

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

xiii

5.1 KESIMPULAN.................................................................................

5.2 SARAN.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

LAMPIRAN.....................................................................................................

64

65

66

69

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pohon salam..................................................................................

Gambar 2 Buah, bunga, dan daun salam........................................................

Gambar 3 Kromatografi lapis tipis.................................................................

Gambar 4 kromatografi gas – spektrometri massa.........................................

Gambar 5 High performance liquid chromatography....................................

Gambar 6 Spektrofotometri UV-Vis...............................................................

Gambar 7 Spektrofotometri serapan atom......................................................

Gambar 8 Hasil uji Kromatografi Lapis Tipis................................................

Gambar 9 Hasil uji HPLC...............................................................................

Gambar 10 Hasil Uji GCMS...........................................................................

Gambar L.1 Maserator....................................................................................

Gambar L.2 Tanur/Furnace............................................................................

Gambar L.3 Spektrofotometri UV-Vis.........................................................

Gambar L.4 Timbangan analitik...................................................................

Gambar L.5 Desikator...................................................................................

Gambar L.6 Oven..........................................................................................

Gambar L.7 HPLC........................................................................................

Gambar L.8 Simplisia daun Salam...............................................................

Gambar L.9 Rotary evaporator.....................................................................

Gambar L.10 Pilot plan..................................................................................

5

6

27

31

32

33

36

50

51

54

98

98

98

98

98

98

99

99

99

99

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pengamatan makroskopik daun Salam.........................................

Tabel 4.2 Hasil rendemen daun Salam...........................................................

Tabel 4.3 Identitas ekstrak..............................................................................

Tabel 4.4 Organoleptik ekstrak.......................................................................

Tabel 4.5 Kadar senyawa terlarut dalam pelarut tertentu...............................

Tabel 4.6 Identifikasi kandungan kimia ekstrak.............................................

Tabel 4.7 Nilai Rf...........................................................................................

Tabel 4.8 Data Kromatogram HPLC..............................................................

Tabel 4.9 Kadar Total Flavonoid....................................................................

Tabel 4.10 Parameter non spesifik daun Salam..............................................

Tabel L.1 Senyawa terlarut air........................................................................

Tabel L.2 Senyawa terlarut etanol..................................................................

Tabel L.3 Susut pengeringan..........................................................................

Tabel L.4 Bobot jenis......................................................................................

Tabel L.5 Kadar abu.......................................................................................

Tabel L.6 Kadar abu tidak larut asam.............................................................

Tabel L.7 Kadar air.........................................................................................

Tabel L.8 Standar kuersetin............................................................................

Tabel L.9 Kadar total flavonoid......................................................................

Tabel L.10 Standar logam Pb..........................................................................

Tabel L.11 Standar logam Cd.........................................................................

Tabel L.12 Standar logam As.........................................................................

47

48

48

49

49

50

50

52

52

53

73

75

77

79

81

83

85

87

87

94

95

97

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alur penelitian.........................................................................

Lampiran 2 Hasil determinasi.......................................................................

Lampiran 3 Rendemen ekstrak.......................................................................

Lampiran 4 Perhitungan kadar senyawa terlarut air.......................................

Lampiran 5 Perhitungan kadar senyawa terlarut etanol.................................

Lampiran 6 Pehitungan susut pengeringan.....................................................

Lampiran 7 Perhitungan bobot jenis...............................................................

Lampiran 8 Perhitungan kadar abu.................................................................

Lampiran 9 Perhitungan kadar abu tidak larut asam......................................

Lampiran 10 Perhitungan kadar air.................................................................

Lampiran 11 Perhitungan kadar total flavonoid.............................................

Lampiran 12 Hasil uji cemaran logam berat...................................................

Lampiran 13 Perhitungan cemaran logam berat.............................................

Lampiran 14 Bahan dan alat penelitian..........................................................

69

70

72

73

75

77

79

81

83

85

87

89

94

98

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar

didunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga

saat ini, tercatat 7000 spesies tanaman telah diketahui khasiatnya. Namun, kurang

dari 300 tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi secara

regular. Sekitar 1000 tanaman telah diidentifikasi dari aspek botani sistematik

tumbuhan dengan baik (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

Dengan kekayaan hayati yang berlimpah tersebut, tidak sedikit masyarakat

Indonesia yang memanfaatkannya untuk berbagai keperluan, diantaranya sebagai

obat tradisional. Obat tradisional telah digunakan sejak zaman dahulu baik di

Indonesia maupun di negara-negara lainnya. Sampai sekarangpun tetap

dimanfaatkan dan bahkan cenderung meningkat. Namun, eksistensinya belum

dapat disetarakan dengan pelayanan pengobatan modern dengan menggunakan

obat kimia, karena memang belum seluruhnya teruji keamanan dan manfaatnya.

Selama ini kebanyakan manfaat dan pengembangannya hanya dari data empiris

dan dari pengalaman yang diwariskan dari generasi ke generasi (Hariyati, 2005).

WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68% penduduk dunia masih

menggantungkan sistem pengobatan tradisional yang mayoritas melibatkan

tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80% penduduk dunia

menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka (Saifudin, Rahayu,

& Teruna, 2011).

Kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam meneguhkan peran

penting tumbuhan sebagai sumber obat bahkan berpotensi nilai ekonomi tinggi.

Namun isu besar yang menjadi pemikiran pemerintah saat ini adalah bagaimana

menjamin obat yang berbasis herbal memiliki mutu yang terukur, mampu

mendukung derajat kesehatan dan terjamin keamanan, terbebas dari bahan dan

mikroba berbahaya serta bagaimana menaikkan nilai ekonomi sehingga menjadi

negara produsen yang bermartabat (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

1

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam rangka mengembangkan obat tradisional diperlukan pengendalian

mutu simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau sediaan galenik.

Pengendalian mutu simplisia dapat dilakukan salah satunya dengan cara

melakukan standardisasi simplisia. Standardisasi perlu dilakukan untuk menjaga

kualitas bahan baku obat alam baik yang berupa simplisia maupun yang berbentuk

ekstrak atau sediaan galenik (Hariyati, 2005). Standardisasi dalam kefarmasian

tidak lain adalah serangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran yang

hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam

artian memenuhi syarat standar (kimia, biologi dan farmasi), termasuk jaminan

(batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian umumnya. Persyaratan mutu

ekstrak terdiri dari berbagai parameter standar umum dan parameter standar

spesifik. Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan serta melindungi

konsumen untuk tegaknya trilogi “mutu-keamanan-manfaat”. Pengertian

standardisasi juga berarti proses menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak atau

produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan (ajeg) dan

ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu (Anonim, 2000).

Salah satu tanaman yang mempunyai banyak manfaat yaitu daun salam

(Syzygium polyanthum Wight). Daun salam telah dikenal secara luas oleh

masyarakat indonesia. Biasanya daun salam digunakan untuk bumbu berbagai

macam masakan. Namun dibalik itu semua, ternyata daun salam mempunyai

aktivitas farmakologis yang sangat berguna bagi tubuh kita. Menurut Nuratmi dkk

(1998), pemberian sirup daun salam pada tikus putih dengan dosis yang berbeda-

beda, memperlihatkan adanya efek antidiare. Semakin besar dosis yang diberikan

maka efeknya juga semakin besar. Pada dosis 450 mg/100 g BB sama dengan

tikus yang diberi loperamid 0,12 mg/100 g BB. Penelitian selanjutnya juga

menunjukkan bahwa ekstrak etanolik 30% daun salam memberikan aktivitas

antidiare pada hewan uji (Malik & Ahmad, 2013).

Berdasarkan data uji praklinik antihiperurisemia, ekstrak daun salam dan

jinten hitam dan kombinasinya dengan dosis tunggal 200 mg/kgBB terbukti

berpotensi menurunkan kadar asam urat dalam darah mencit putih jantan galur

Balb-C yang diinduksi Potassium oksonat dengan prosentase penurunan kadar

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

asam urat berturut-turut adalah kurang lebih sebesar 79,35 %, 61,29 %, dan

72,90 % (Muhtadi, Suhendi, W., & Sutrisna, 2012)

Sementara itu, ekstrak metanol daun salam memiliki aktivitas sebagai

antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli (Rambe,

Pasaribu, & Nst, 2012). Ekstrak metanol daun salam juga dapat menghambat

pertumbuhan vegetatif F.oxysporum, meskipun persentase penghambatan tertinggi

hanya sebesar 57,16 % pada konsentrasi 5 %. Pada media cair, ekstrak daun salam

efektif menurunkan jumlah konidia dan berat hifa. Selain itu, ekstrak metanol

daun salam mampu menghambat perkecambahan konidia F. oxysporum.

Persentase penghambatan perkecambahan konidia pada perlakuan ekstrak daun

salam 3 % sebesar 84,67 % pada jam ke-4 setelah inkubasi (Noveriza &

Miftakhurohmah, 2010).

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun salam

dengan dosis 2,62 mg/20 g BB dan 5,24 mg/20 g BB dapat menurunkan secara

bermakna kadar glukosa darah mencit jantan yang diinduksi dengan aloksan

(Studiawan & Santosa, 2005). Sedangkan ekstrak metanol daun salam

menunjukkan adanya aktivitas antioksidan pada lC50 sebesar 90,85 μg/mL (Har &

Ismail, 2012).

Mengingat begitu banyak manfaat pada daun salam (Syzygium

polianthum) berdasarkan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan, maka

perlu dilakukan upaya penetapan standar mutu dan juga keamanan dari ekstrak

daun salam. Selain itu, untuk mendukung program LIPI (Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia) yang menguji tentang aktivitas daun salam sebagai

Antiviral Dengue, maka dalam penelitian ini dilakukan karakterisasi ekstrak

etanol daun salam dari tiga tempat tumbuh di Indonesia (OKU Timur, Sukoharjo,

dan Tangerang Selatan).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari hasil penelusuran pustaka yang telah dilakukan, belum ada penelitian

mengenai karakterisasi ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum Wight).

Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini dilakukan karakterisasi

terhadap ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum Wight).

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui beberapa hasil uji parameter spesifik dan non spesifik

dari ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum Wight) sehingga nantinya

dapat menjamin bahwa sampel tersebut mempunyai mutu dan nilai-nilai

parameter yang terstandar.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan data awal standardisasi

sehingga dapat menjamin kualitas, mutu, dan keamanan ekstrak etanol daun salam

(Syzygium polyanthum Wight)

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DAUN SALAM (Syzygium polyanthum Wight)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Secara ilmiah, tanaman salam diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Sub Kelas : Dialypetalae

Bangsa : Myrtales

Suku : Myrtaceae

Marga : Syzygium

Jenis : Syzygium polyanthum

(Tjitrosoepomo, 1988)

Gambar 1. Pohon salam (Sumber : Koleksi pribadi)

5

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2. Buah, bunga, dan daun salam (sumber : Ibujempol.com)

2.1.2 Nama Daerah

Daun salam memiliki banyak nama lain di daerah, diantaranya adalah

Sumatera : meselangan, ubar serai (Melayu), Jawa : salam, gowok (Sunda), salam,

manting (Jawa), salam (Madura), Kangean : kastolam. Nama asing daun salam

yaitu salam leaf dan sinonimnya Eugenia polyantha Wight (Dalimartha, 2000).

2.1.3 Deskripsi Tanaman

Tinggi pohon mencapai 25 m, batang bulat, permukaan licin, bertajuk

rimbun dan berakar tunggang. Daun tunggal, letak berhadapan, panjang tangkai

daun 0,5-1 cm. Helaian daun berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur

sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata pertulangan menyirip,

permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah berwarna hijau muda,

panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, jika diremas berbau harum. Bunga majemuk

tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, berwarna putih, baunya

harum. Biji bulat, diameter sekitar 1 cm berwarna cokelat.Buahnya buah buni,

bulat diameter 8-9 mm,buah muda berwarna hijau, setelah masak menjadi merah

gelap, rasanya agak sepat (Dalimartha, 2000).

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.4 Tempat Tumbuh

Salam menyebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indocina, Thailand,

Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Salam tumbuh liar di

hutan dan pegunungan, atau ditanam di pekarangan dan sekitar rumah. Pohon ini

dapat ditemukan didaerah dataran rendah sampai ketinggian 1.400 m dpl

(Dalimartha, 2000).

2.1.5 Kandungan Kimia Tumbuhan

Tanaman salam (Syzygium polyanthum Wight) mengandung banyak

senyawa. Menurut Hariana (2008) antara lain minyak atsiri, tanin, flavonoid.

Anggota famili Myrtaeae memiliki sifat rasa kelat, wangi, dan astringen

(Enda, 2009).

Bagian tanaman salam yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian

daunnya. Daun salam mengandung tanin, minyak atsiri (salamol dan eugenol),

flavonoid (Kuersetin, Kuersitrin, mirsetin dan mirsitrin), seskuiterpen,

triterpenoid, fenol, steroid, sitral, lakton, saponin, dan karbohidrat (Fitri, 2007).

Menurut Purwati (2004), daun salam oleh Badan POM ditetapkan sebagai salah

satu dari sembilan tanaman obat unggulan yang telah diteliti atau diuji secara

klinis untuk menanggulangi masalah kesehatan tertentu (Fitri, 2007).

Menurut Sudarsono (2002) Kandungan tanaman salam lainnya adalah

saponin,triterpenoid, flavonoid, polifenol, alkaloid, tanin dan minyak atsiri yang

terdiri dari sesquiterpen, lakton dan fenol (Adrianto, 2012).

Uji fitokimia dari daun salam menunjukkan adanya beberapa senyawa

metabolit sekunder yaitu flavonoid, fenolik, dan kumarin (Hermansyah, 2008)

2.1.6 Kegunaan Tanaman

Daun salam umumnya digunakan sebagai rempah pengharum masakan di

sejumlah negeri di Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur mayur,

maupun nasi. Daun dicampur dalam keadaan utuh, kering ataupun segar dan turut

dimasak hingga masakan tersebut matang. Dari segi kesehatan, daun salam efektif

menurunkan kadar gula darah, menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kolesterol darah, menurunkan kadar asam urat, mengobati sakit maag (gastritis),

gatal-gatal (pruritis), kudis (scabies), dan eksim (Enda, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak etanolik 30%

daun salam memberikan aktivitas antidiare pada hewan uji (Malik &

Ahmad, 2013).

Winarto (2004) menyatakan bahwa daun salam mempunyai kandungan

kimia yaitu tanin, flavonoid, dan minyak atsiri 0,05 % yang terdiri dari eugenol

dan sitral. Minyak atsiri atau dikenal orang dengan nama minyak ateris atau

minyak terbang (essential oil) dihasilkan oleh tanaman tertentu. Mekanis

metoksisitas fenol dalam minyak atsiri menyebabkan denaturasi protein pada

dinding sel kuman dengan membentuk struktur tersier protein dengan ikatan

nonspesifik atau ikatan disulfida (Adrianto, 2012).

Minyak atsiri mengandung sitral dan eugenol yang berfungsi sebagai

anestetik dan antiseptik (Adrianto, 2012). Antiseptik adalah obat yang

meniadakan atau mencegah keadaan sepsis, zat ini dapat membunuh atau

mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Ganiswara, 1995). Eugenol adalah

sebuah senyawa kimia aromatik, berbau, sedikit larut dalam air dan larut pada

pelarut organik. Bidang medis sering menggunakan eugenol. Kandungan eugenol

merupakan analgesik dan antiseptik lokal yang baik. Beberapa minyak atsiri dapat

digunakan sebagai bahan antiseptik internal dan eksternal, bahan analgesik,

hemolitik atau enzimatik, sedatif, stimulan, untuk obat sakit perut, bahan pewangi

kosmetik dan sabun (Adrianto, 2012).

Selain minyak atsiri terdapat kandungan tanin. Tanin, tannic acid atau

gallotanic acid dapat ditemukan pada berbagai macam tanaman. Tanin telah

terbukti mempunyai efektifitas antioksidan dan menghambat pertumbuhan tumor

(Robinson, 1995). Tanin menyebabkan denaturasi protein dengan membentuk

kompleks protein. Pembentukan kompleks protein melalui kekuatan nonspesifik

seperti ikatan hidrogen dan efek hidrofobik sebagaimana pembentukan ikatan

kovalen, menginaktifkan adhesi kuman (molekul untuk menempel pada sel

inang), menstimulasi sel-sel fagosit yang berperan dalam respon imun selular

(Soebowo, 1993).

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Flavonoid adalah senyawa yang terdapat pada sebagian besar tumbuh-

tumbuhan. Sebagian besar tumbuhan obat mengandung flavonoid (Adrianto,

2012). Pada tumbuhan, flavonoid tidak hanya berperan sebagai pigmen yang

memberi warna pada bunga dan daun saja, namun juga sangat penting bagi

pertumbuhan, perkembangan dan pertahanan tumbuhan. Misalnya sebagai enzim

inhibitor, prekusor bahan toksik, melindungi tumbuhan (dari bakteri, virus, radikal

bebas dan radiasi sinar UV) (Sabir, 2003). Beberapa penelitian terakhir

menunjukan bahwa flavonoid memiliki efek antimikroba, antiinflamasi,

merangsang pembentukan kolagen, melindungi pembuluh darah, antioksidan dan

antikarsinogenik (Sabir, 2003). Flavonoid sebagai antibakterial dapat menekan

pertumbuhan bakteri yang mengkontaminasi luka sehingga infeksi dapat

dihindarkan (Dharmayanti, 2000).

Pelezar (1988) menyatakan bahwa sebagai antibakteri, flavonoid bekerja

dengan menghambat perkembangan mikroorganisme karena mampu membentuk

senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen. Mekanisme kerjanya

dengan mendenaturasikan molekul-molekul protein dan asam nukleat yang

menyebabkan koagulasi dan pembekuan protein yang akhirnya akan terjadi

gangguan metabolisme dan fungsi fisiologis bakteri. Jika metabolisme bakteri

terganggu maka kebutuhan energi tidak tercukupi sehingga mengakibatkan

rusaknya sel bakteri secara permanen yang pada akhirnya menyebabkan kematian

bakteri (Adrianto, 2012).

2.2 STANDARDISASI

2.2.1 Karakterisasi Simplisia

Karakterisasi merupakan langkah awal dari standardisasi. Standardisasi

simplisia dilakukan untuk mengendalikan mutu simplisia. Standarisasi diperlukan

agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin

efek farmakologi tanaman tersebut (Hariyati, 2005). Standarisasi simplisia

mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat sebagai

bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu (Krisyanella, Dachriyanus, &

Marlina, n.d.).

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Standardisasi dalam kefarmasian tidak lain adalah serangkaian parameter,

prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait

paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi syarat standar (kimia,

biologi dan farmasi), termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk

kefarmasian umumnya. Persyaratan mutu ekstrak terdiri dari berbagai parameter

standar umum dan parameter standar spesifik. Pengertian standardisasi juga

berarti proses menjamin bahwa produk akhir obat (obat, ekstrak atau produk

ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan (ajeg) dan ditetapkan

terlebih dahulu (Anonim, 2000).

Standardisasi suatu simplisia tidak lain pemenuhan terhadap persyaratan

sebagai bahan dan penetapan nilai berbagai parameter dari suatu produk.

Standardisasi simplisia juga mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan

digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan yang

tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan (Materia

Medika Indonesia) (Anonim, 2000).

Objek standardisasi adalah ekstrak tumbuhan yakni material yang

diperoleh dengan cara menyari bahan tumbuhan dengan pelarut tertentu. Kecuali

dinyatakan lain pelarut yang diperbolehkan adalah etanol (Anonim, 1995). Pelarut

organik selain etanol memiliki potensi toksisitas yang lebih tinggi. Etanol

memiliki kemampuan menyari dengan polaritas yang lebar mulai senyawa

nonpolar sampai dengan polar. Sedangkan penyari air cukup sulit diuapkan pada

suhu rendah sehingga berpotensi terdegradasinya komponen aktif atau

terbentuknya senyawa lain karena pemanasan. Ekstraksi dengan non pelarut

seperti superkritikal gas diperkenankan namun yang menjadi masalah aplikasi di

Indonesia untuk industri masih sangat terbatas karena peralatan yang cukup mahal

(Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

2.2.2 Parameter Standardisasi

2.2.2.1 Aspek Parameter Spesifik (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011)

Parameter spesifik yakni parameter yang berfokus pada senyawa atau

golongan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologis.

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Analisis kimia yang dilibatkan ditujukan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif

terhadap senyawa aktif.

Menurut Anonim (2000), Parameter spesifik meliputi :

a. Parameter identitas ekstrak, meliputi deskripsi tata nama (Nama ekstrak,

Nama latin tumbuhan, Bagian tumbuhan yang digunakan, dan Nama

Indonesia tumbuhan) dan senyawa identitas (senyawa tertentu yang

menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu). Tujuannya adalah

untuk memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari senyawa

identitas.

b. Parameter organoleptik ekstrak, yaitu penentuan parameter yang

menggunakan pancaindra untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan

rasa dari suatu ekstrak.

c. Parameter senyawa terlarut dalam pelarut tertentu, yaitu parameter yang

diuji dengan cara melarutkan ekstrak dengan pelarut tertentu (air atau

alkohol) untuk ditentukan jumlah solut yang identik dengan jumlah

senyawa kandungan secara gravimetri. Dalam hal tertentu dapat diukur

senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana, diklorometan, dan

metanol.

d. Parameter kandungan kimia ekstrak

1) Pola kromatogram

Tujuannya untuk memberikan gambaran awal komposisi kandungan

kimia berdasarkan pola kromatogram.

2) Kadar kandungan kimia tertentu

Dengan tersedia suatu kandungan kimia yang berupa senyawa

identitas atau senyawa kimia utama ataupun kandungan kimia lainnya,

maka secara kromatografi instrumental dapat dilakukan penetapan

kadar kandungan kimia tersebut. Instrumen yang dapat digunakan

adalah densitometer, kromatografi gas, KCKT atau instrumen yang

sesuai. Tujuannya memberikan data kadar kandungan kimia tertentu

sebagai senyawa identitas atau senyawa yang diduga bertanggung

jawab pada efek farmakologi.

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.2.2 Aspek Parameter Non Spesifik (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011)

Parameter non spesifik yakni aspek yang berfokus pada aspek kimia,

mikrobiologi dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan

stabilitas. Aspek ini tidak berpengaruh pada aktivitas farmakologi secara

langsung.

Aspek parameter nonspesifik diantaranya (Anonim, 2000) :

a. Parameter susut pengeringan, adalah pengukuran sisa zat setelah

pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat

konstan, yang dinyatakan sebagai nilai prosen. Dalam hal khusus (jika

bahan tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut organik menguap)

identik dengan kadar air karena berada di atmosfer/lingkungan udara

terbuka. Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang

besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.

b. Parameter bobot jenis, adalah masa per satuan volume pada suhu kamar

tertentu (25oC) yang ditentukan dengan alat khusus piknometer atau alat

lainnya. Tujuannya untuk memberikan batasan tentang besarnya masa

persatuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai

ektrak pekat (kental) yang masih dapat dituang dan untuk memberikan

gambaran kandungan kimia terlarut.

c. Parameter kadar air, adalah parameter pengukuran kandungan air yang

berada di dalam bahan, dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara

titrasi, destilasi atau gravimetri. Tujuannya untuk memberikan batasan

minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan.

d. Parameter kadar abu, yaitu parameter yang dilakukan dengan cara

memanaskan bahan pada temperatur dimana senyawa orgaik dan

turunannya terdestruksi dan menguap. Sehingga tinggal unsur mineral dan

anorganik. Tujuannya untuk memberikan gambaran kandungan mineral

internal dan eksternal yagn berasal dari proses awal sampai terbentuknya

ekstrak.

e. Parameter sisa pelarut, parameter yang diuji dengan cara menentukan

kandungan sisa pelarut tertentu (yang memang ditambahkan) yang secara

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

umum dengan kromatografi gas. Untuk ekstrak cair berarti kandungan

pelarutnya, misalnya kadar alkohol.

f. Parameter cemaran logam berat, adalah penentuan kandungan logam berat

secara spektroskopi serapan atom atau lainnya yang lebih valid. Tujuannya

untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat

tertentu melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi

kesehatan.

2.2.3 Manfaat Standardisasi

2.2.3.1 Standardisasi menjamin keseragaman khasiat (efikasi)

Mayoritas penggunaan bahan obat berbasis herbal di Indonesia masih

bersifat tidak terukur baik kepastian tanaman, takaran, cara penyiapan sehingga

tidak menjamin konsistensi khasiat. Salah satu tujuan dari standardisasi adalah

menjaga konsistensi dan keseragaman khasiat dari obat herbal. Standardisasi

melibatkan pemastian kadar senyawa aktif farmakologis melalui analisis

kuantitatif metabolit sekunder yang akan menjamin keseragaman khasiat

(Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

Tercatat sekitar 997 industri obat tradisional di Indonesia dan 98

diantaranya adalah produsen dengan skala besar dan sedang. Produsen dengan

skala besar dan sedang telah mampu mengekspor produknya ke negara lain.

Selain itu juga banyak bahan mentah rempah dan obat herbal diekspor ke luar

negeri tanpa mengalami pengolahan. Problem yang seringkali dihadapi adalah

belum terstandarnya bahan baku yang diperdagangkan bahkan dijumpainya

kontaminan mikrobiologis pada produk obat herbal (Saifudin, Rahayu, &

Teruna, 2011).

2.2.3.2 Standardisasi untuk uji klinik

Uji Klinik adalah uji senyawa kimia obat, obat herbal, ekstrak dan

berbagai sediaan pada dosis tertentu dengan target biologis manusia agar

memberikan respon biologis berupa parameter-parameter klinik perbaikan dari

kondisi patologis yang terkait dengan penyakit tertentu. Untuk itu semua aspek

dituntut terdesain dan dikontrol dengan baik. Respon uji klinik sangat ditentukan

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

oleh konsistensi dosis. Jika jumlah zat aktif yang diberikan tidak konsisten maka

disini peran besar standardisasi untuk menjaga senyawa-senyawa aktif selalu

konsisten terukur antar perlakuan. Jadi, penentuan dosis senyawa marker untuk uji

klinik ekstrak atau obat herbal sangatlah fundamental (Saifudin, Rahayu, &

Teruna, 2011).

2.2.3.3 Standardisasi menjamin aspek keamanan dan stabilitas

ekstrak/bentuk sediaan

Tempat tumbuh tanaman, penanganan pasca panen, proses ekstraksi,

penyimpanan simplisia tanaman dan ekstrak juga mempengaruhi elemen

keamanan terhadap pemakaian logam berat, pestisida dalam tanah, udara dan air,

jenis dan jumlah mikroorganisme dan metabolit pencemar berbahaya. Keberadaan

air di dalam suatu ekstrak juga mempengaruhi stabilitas bahan baku bahkan

bentuk sediaan yang nantinya dihasilkan. Untuk itu dilakukan berbagai analisis

untuk menentukan batas minimal kadar air, zat dan jumlah mikroba pencemar.

Upaya ini disebut dengan penentuan parameter spesifik dan non spesifik

(Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

Proses standardisasi yang meliputi aspek kimiawi metabolit sekunder,

jumlah cemaran mikroba minimal dan cemaran logam berat sangatlah penting

karena terkait dengan khasiat dan keamanan pada konsumen. Keberadaan residu

air yang cukup tinggi menyebabkan tumbuhnya mikroba yang akan

memperpendek stabilitas ekstrak atau bentuk sediaan yang dibuat (Saifudin,

Rahayu, & Teruna, 2011).

2.2.3.4 Standardisasi meningkatkan nilai ekonomi

Tanaman obat dan rempah Indonesia mempunyai potensi besar sebagai

produk unggulan. Belum tingginya upaya lintas sektoral dan terpadu antara

swasta-pemerintah-perguruan tinggi untuk mengangkat secara sistematis natural

product Indonesia mengakibatkan banyak produk ekspor herbal yang berdaya

tawar rendah. Hingga kini Cina dan India adalah raja produk herbal dunia, bahkan

Singapura yang merupakan negara mungil adalah salah satu pengolah dan penjual

produk alam yang cukup besar dan negara inilah yang menerapkan standar bagi

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

eksportir sehingga banyak sekali bahan mentah Indonesia yang diekspor dengan

harga yang cukup murah. Namun, melalui pabrikasi dan proses di negara yang

bersangkutan tersebut dijual dengan nilai yang jauh lebih tinggi. Standardisasi

adalah upaya penting untuk menaikkan nilai ekonomi produk alam Indonesia

(Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

2.3 SIMPLISIA

Dalam buku Materia Medika Indonesia ditetapkan definisi bahwa simplisia

adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami

pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah

dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan

simplisia pelikan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh,

bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang

secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu

dikeluarkan dari selnya, atau senyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu

dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni

(Anonim, 2000).

Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar

(wild crop) tentu saja kandungan kimianya tidak dapat dijamin selalu ajeg

(konstan) karena disadari adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi

(umur dan cara) panen, serta proses pasca panen dan preparasi akhir. Walaupun

ada juga pendapat bahwa variabel tersebut tidak besar akibatnya pada mutu

ekstrak nantinya dan dapat dikompensasi dengan penambahan/pengurangan bahan

setelah sedikit prosedur analisis kimia dan sentuhan inovasi teknologi farmasi

lanjutan sehingga tidak berdampak banyak pada khasiat produknya

(Anonim, 2000).

Proses panen dan preparasi simplisia merupakan proses yang dapat

menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi senyawa

kandungan, kontaminasi dan stabilitas bahan. Namun demikian simplisia sebagai

produk olahan, variasi senyawa kandungan dapat diperkecil, diatur atau diajegkan.

Hal ini karena penerapan iptek pasca panen yang terstandar (Anonim, 2000).

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap

dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan 3 konsep untuk menyusun

parameter standar umum (Anonim, 2000) :

1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya memenuhi 3

parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis

(identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis)

serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi).

2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai

obat tetap diupayakan memenuhi 3 paradigma seperti produk

kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (Mutu-Aman-

Manfaat).

3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang

bertanggung jawab terhadap respon biologis haru mempunyai

spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa

kandungan.

2.4 EKSTRAK

Menurut buku Farmakope Indonesia Edisi 4, disebutkan bahwa ekstrak

adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari

simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara

perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan

pengurangan tekanan, agar bahan sesedikit mungkin terkena panas

(Anonim, 2000).

Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol

sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-

masing monografi tiap ml ekstrak mengandung senyawaaktif dari 1 gr simplisia

yang memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat

didiamkan dan disaring atau bagian yang bening dienap tuangkan (dekantasi)

(Anonim, 2000).

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia

nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit. Simplisia dicampur dengan

derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, lalu dipanaskan di

atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90oC sambil

sesekali diaduk. Diserkai selagi panas melalui kain flanel, lalu ditambahkan air

panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang

dikehendaki (jika dikatakan lain, dibuat infus 10%) (Anonim, 2000).

Menurut Saifudin dkk (2011), lingkungan tempat tumbuh tanaman sangat

mempengaruhi kualitas dan keamanan bahan baku ekstrak dan produk akhir yang

dihasilkan. Umumnya tanaman liar heterogen dari berbagai aspek misalnya

kandungan metabolitnya secara kuantitatif (bahkan kualitatif yakni beberapa

senyawa tidak terdeteksi), kemungkinan adanya pencemar dan kontaminan yang

berasal dari air dan tanah yang tidak terkontrol. Tanaman budidaya mungkin lebih

bisa dikontrol berbagai aspek yang mengurangi mutu. Keseragaman genetik juga

mempengaruhi kualitas dan kuantitas metabolit sekunder yang dihasilkan.

Senyawa kimia dalam ekstrak ditinjau dari asalnya dapat dibedakan

menjadi 4 kelompok yaitu (Anonim, 2000) :

1. Senyawa kandungan asli dari tumbuhan asal

2. Senyawa hasil dari perubahan senyawa asli

3. Senyawa kontaminasi

4. Senyawa hasil interaksi kontaminasi dengan senyawa asli atau senyawa

perubahan.

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.1 Faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mutu ekstrak. Faktor-

faktor itu diantaranya (Anonim, 2000) :

1. Faktor biologi

Mutu ekstrak dipengaruhi oleh bahan asal yaitu tumbuhan obatnya dan

khusus dipandang dari segi biologi. Faktor biologi, baik untuk bahan dari

tumbuhan obat hasil budidaya (kultivar) ataupun dari tumbuhan liar (wild

crop) yang meliputi beberapa hal yaitu (Anonim, 2000) :

a. Identitas jenis (spesies)

Jenis tumbuhan dari sudut keragaman hayati dapat dikonfirmasi sampai

informasi genetik sebagai faktor internal untuk validasi jenis (spesies).

b. Lokasi tumbuhan asal

Lokasi berarti faktor eksternal, yaitu lingkungan (tanah dan atmosfer)

dimana tumbuhan berinteraksi berupa energi (cuaca, temperatur,

cahaya) dan materi (air, senyawa organik dan anorganik)

c. Periode pemanenan hasil tumbuhan

Faktor ini merupakan dimensi waktu dari proses kehidupan tumbuhan

terutama metabolisme sehingga menentukan senyawa kandungan.

Kapan senyawa kandungan mencapai kadar optimal dari proses

biosintesis dan sebaliknya kapan senyawa tersebut dikonversi atau

dibiotransformasi ataupun dibiodegradasi menjadi senyawa lain.

Menurut Saifudin dkk (2011), pemanenan sebaiknya dilakukan pada

saat tanaman mengandung kadar metabolit tertinggi. Untuk itu perlu

diperhatikan musim panen, kematangan organ terpilih dan siklus

biosintesis harian. Hal itu perlu didasarkan pada penelitian ilmiah

terkait, setidaknya dengan penelusuran pustaka yang relevan.

d. Penyimpanan bahan tumbuhan

Merupakan faktor eksternal yang dapat diatur karena dapat berpengaruh

pada stabilitas bahan serta adanya kontaminasi (biotik dan abiotik).

Menurut Saifudin dkk (2011), penyimpanan yang baik adalah

penyimpanan yang menghindarkan dari kontaminasi dan menjaga

stabilitas ekstrak serta metabolit yang dikandung. Keberadaan lembab

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menyebabkan uap air terabsorpsi ke dalam ekstrak sehingga kadar air

meningkat. Penyimpanan didalam ruang berpengatur udara sangatlah

direkomendasikan. Penyimpanan ekstrak di dalam pendingin atau

freezer bersuhu 0oC tidak direkomendasikan karena menyebabkan

pembacaan coliform positif bahkan cukup tinggi hingga ekstrak tidak

memenuhi syarat terkait kadar bakteri coliform. Penyimpanan ekstrak

pada kotak dengan dasar dilapisi kapur tohor cukup baik mencegah

pertumbuhan kapang dan bakteri. Namun demikian umumnya tanaman

yang mengandung minyak atsiri ekstraknya cukup resisten terhadap

pertumbuhan mikroba selama lebih dari 0,5-1 tahun apalagi dengan

ruang berpengatur udara.

e. Umur tumbuhan dan bagian yang digunakan

2. Faktor kimia

Mutu ekstrak dipengaruhi oleh bahan asal yaitu tumbuhan obatnya,

khususnya dipandang dari segi kandungan kimianya. Faktor kimia, baik

untuk bahan dari tumbuhan obat hasil budidaya (kultivar) ataupun dari

tumbuhan liar (wild crop), meliputi beberapa hal yaitu (Anonim, 2000) :

a. Faktor internal

1) Jenis senyawa aktif dalam bahan

2) Komposisi kualitatif senyawa aktif

3) Komposisi kuantitatif senyawa aktif

4) Kadar total rata-rata senyawa aktif

b. Faktor eksternal

1) Metode ekstraksi

2) Perbandingan ukuran alat ekstraksi (diameter dan tinggi alat)

3) Ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan

4) Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi

5) Kandungan logam berat

6) Kandungan pestisida

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 EKSTRAKSI

Pengambilan bahan aktif dari suatu tumbuhan, dapat dilakukan dengan

cara ekstraksi. Pengertian ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia

yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut. Pengetahuan

mengenai golongan senyawa aktif yang dikandung dalam simplisia akan

mempermudah proses pemilihan pelarutan dan cara ekstraksi yang tepat (Anonim,

2000). Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan

senyawa non polar dalam senyawa non polar. Metode ekstraksi dipilih

berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, daya

penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi, dan kepentingan dalam

memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna (Ansel, 1989).

2.5.1 Proses Pembuatan Ekstrak

2.5.1.1 Pembuatan serbuk simplisia (Anonim, 2000)

Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk

simplisia kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan

peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat

mempengaruhi mutu ekstrak dengan dasar beberapa hal sebagai berikut :

1. Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif-efisien,

namun makin halus serbuk, maka makin rumit secara teknologi perlatan

untuk tahapan filtrasi.

2. Selama penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan

interaksi dengan benda keras (logam dll) maka akan timbul panas (kalori)

yang dapat berpengaruh pada kandungan senyawa. Namun hal ini dapat

dikompensasi dengan penggunaan nitrogen cair.

2.5.1.2 Pelarut (Anonim, 2000)

Pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik

(optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan

demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa

kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut yang

dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit skunder yang terkandung.

Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan pelarut adalah sebagai

berikut (Anonim, 2000) :

1. Selektivitas

2. Kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut

3. Ekonomis

4. Ramah lingkungan

5. Keamanan

Pada prinsipnya, Pelarut harus memenuhi syarat kefarmasian atau dalam

perdagangan dikenal dengan kelompok spesifikasi “pharmaceutical grade”.

Sampai saat ini berlaku bahwa pelarut yang diperbolehkan adalah air dan alkohol

(etanol) serta campurannya. Jenis pelarut seperti metanol dan lainnya (alkohol

turunannya), heksana dan lainnya (hidrokarbon aliphatik), toluen dan lainnya

(hidrokarbon aromatik), kloroform, aseton, umumnya digunakan sebagai pelarut

untuk tahap separasi dan tahap pemurnian (fraksinasi). Khusus metanol, dihindari

penggunaannya karena sifatnya yang toksik akut dan kronik. Namun demikian

jika dalam uji ada sisa pelarut dalam ekstrak menunjukkan negatif, maka metanol

sebenarnya pelarut yang lebih baik dari etanol (Anonim, 2000).

2.5.1.3 Pemekatan/penguapan (vaporasi dan evaporasi) (Anonim, 2000)

Pemekatan berarti peningkatan jumlah partial solute (senyawa terlarut)

secara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kondisi kering, ekstrak hanya

menjadi kental/pekat.

2.5.1.4 Pengeringan ekstrak (Anonim, 2000)

Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga

menghasilkan serbuk, masa kering-rapuh, tergantung proses dan peralatan yang

digunakan. Ada berbagai proses pengeringan ekstrak yaitu :

1. Pengeringan Evaporasi

2. Pengeringan Vaporasi

3. Pengeringan Sublimasi

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Pengeringan konveksi

5. Pengeringan Kontak

6. Pengeringan Radiasi

7. Pengeringan Dielektrik

2.5.1.5 Rendemen (Anonim, 2000)

Rendemen adalah perbandingan antara berat ekstrak yang diperoleh

dengan berat simplisia awal.

2.5.2 Metode Ekstraksi (Anonim, 2000)

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut (Anonim, 2000)

yaitu:

1). Cara dingin

a. Maserasi

Maserasi ialah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan

pengadukan yang kontinyu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan

pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama,

dan seterusnya.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur

ruangan. Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi

antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus

menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2). Cara Panas

a. Refluks

Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi

sempurna.

b. Sokletasi

Sokletasi ialah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru

yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendinginan balik.

c. Digesti

Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50oC.

d. Infusa

Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

mendidih, temperatur terukur 96oC-98

oC selama waktu tertentu (15-20 menit).

e. Dekok

Dekok adalah infus yang waktunya lebih lama (lebih dari 30 menit) dan

temperatur sampai titik didih air.

2.6 KROMATOGRAFI

Kromatografi adalah suatu prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu

proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau

lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah

tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan

adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul

atau kerapatan muatan ion (Anonim, 1995).

Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada

pengelompokannya. Berdasarkan mekanisme pemisahannya dibedakan menjadi

kromatografi adsorbsi, kromatografi partisi, kromatografi pasangan ion,

kromatografi penukar ion, kromatografi eksklusi ukuran, dan kromatografi

afinitas. Sedangkan berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat

dibagi menjadi kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi cair

kinerja tinggi, dan kromatografi gas (Gandjar & Rohman, 2007). Pemisahan dan

pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan mengunakan salah

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

satu atau gabungan dari beberapa teknik tersebut dan dapat digunakan pada skala

mikro maupun makro (Harbone, 1987).

Dalam penggunaan kromatografi untuk tujuan kualitatif dapat

mengungkapkan ada atau tidak adanya senyawa tertentu dalam cuplikan.

Sedangkan untuk tujuan kuantitatif dapat menunjukkan banyaknya masing-

masing komponen campuran. Selain penggunaan kualitatif dan kuantitatif,

kromatografi dapat digunakan untuk tujuan preparatif yaitu untuk memperoleh

komponen campuran dalam jumlah memadai dalam keadaan murni. Selama

pemisahan kromatografi, solut individual akan membentuk profil konsentrasi

yanng simetris atau dikenal juga dengan profil Gaussian dalam arah aliran fase

gerak. Profil dikenal juga dengan puncak atau pita, secara perlahan-lahan akan

melebar dan sering juga membentuk profil yang asimetrik karena solut-solut

melanjutkan migrasinya ke fase diam (Gandjar & Rohman, 2007).

2.6.1 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu metode pilihan

kromatografi secara fisikokimia (Gandjar & Rohman, 2007). KLT merupakan

bentuk planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada KLT fase

diamnya berupa lapisan yang seragam pada permukaan bidang datar yang

didukung oleh lempeng kaca, pelat alumunium atau plat plastik. Meskipun

demikian, kromatografi planar ini merupakan bentuk terbuka dari kromatografi

kolom.

KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai untuk mencapai

hasul kualitatif, kuantitatif atau preparatif. Kedua dipakai untuk menjajaki sistem

pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom.

Kromatografi lapis tipis (KLT) dapat digunakan untuk tujuan analitik dan

preparatif, KLT analitik digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organik

dalam jumlah kecil, misalnya menentukan jumlah komponen dalam campuran dan

menentukan pelarut yang tepat untuk pemisahan dengan KLT preparatif.

Sedangkan KLT preparatif digunakan untuk memisahkan campuran senyawa dari

sampel dalam jumlah besar berdasarkan fraksinya, yang selanjutnya fraksi-fraksi

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tersebut dikumpulkan dan digunakan untuk analisa berikutnya

(Townshend, 1995).

Plat KLT yang umum digunakan adalah plat KLT analitik dengan

ketebalan 0,1-0,2 nm dengan ukuran 20x20 cm yang dilapisi dengan adsorben

silika gel 60 F254 dengan ketebalan 0,2 mm. Plat kemudian ditempatkan ke dalam

bejana dengan fase gerak yang sesuai, dimana ketinggian fase gerak cukup untuk

membasahi bagian bawah plat dan tidak sampai membasahi dimana sampel

diaplikasikan. Fase gerak kemudian bermigrasi melewati adsorben dengan gaya

kaliper, dan proses ini dikenal sebagai pengembangan (Sarker, Latif, & Gray,

2006).

Jumlah volume fase gerak harus mampu mengelusi lempeng sampai

ketinggian lempeng yang telah ditentukan. Setelah lempeng terelusi, dilakukan

deteksi bercak. Laju pergerakan fase gerak terhadap fase diam dihitung sebagai

retardation factor (Rf). Nilai Rf diperoleh dengan membandingkan jarak yang

ditempuh oleh zat terlarut dengan jarak yang ditempuh oleh fase gerak (Gandjar &

Rohman, 2007). Fase gerak harus memiliki kemurnian yang tinggi. Hal ini

dikarenakan KLT merupakan teknik yang sensitif. Fase gerak yang digunakan

adalah pelarut organik yang memiliki tingkat polaritas tersendiri, melarutkan

senyawa contoh, dan tidak bereaksi dengan penjerap (Gocan, 2002). Adsorben

yang umumnya digunakan dalam KLT meliputi :

1. Silika Gel

Silika gel adalah yang paling banyak digunakan sebagai adsorben dan fase

stasioner yang dominan untuk KLT. Sebagian besar analisa dengan KLT

dilakukan dengan menggunakan fase normal lapisan silika gel.

Silika gel ini dapat digunakan sebagai fase polar maupun non polar. Untuk

fase polar, merupakan silika yang dibebaskan dari air dan bersifat sedikit asam.

Silika gel perlu ditambah gips (kalsium sulfat) untuk memperkuat pelapisannya

pada pendukung. Sebagai pendukung biasanya lapisan tipis digunakan kaca

dengan ukuran 20x20 cm, 10x20 cm, atau 5x10 cm. Pendukung yang lain berupa

lembaran alumunium atau plastik seperti ukuran diatas yang umumnya dibuat oleh

pabrik.

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Silika gel kadang-kadang ditambah senyawa fluoresensi, agar bila disinari

dengan sinar UV dapat berfluoresensi atau berpendar, sehingga dikenal sebagai

silika gel 60 F254 yang berarti silika gel untuk fase non polar terbuat dari silika

yang dilapisi dengan senyawa non polar misalnya, lemak, parafin, minyak silikon

raber gom, atau lilin, dengan fase gerak air yang bersifat polar dapat digunakan

sebagai eluen. Fase diam ini dapat memisahkan banyak senyawa namun elusinya

sangat lambat dan keterulangannya kurang bagus (Sumarno, 2001).

2. Alumina

Alumina ini bersifat sedikit basa, lebih jarang digunakan. Saat akan

digunakan harus diaktifkan kembali dengan pemanasan. Alumina yang digunakan

sebagai fase diam untuk KLT umunya yang bebas air, sehingga mempunyai

aktivitas penjerapan lebih tinggi (Sumarno, 2001).

3. Perlit Mineral

Perlit mineral adalah adsorben baru untuk KLT, yang dibuat dengan

mengkonversi SiO2 (70-75%) menjadi silikat yang larut dengan Na2CO3

(Gocan, 2002).

4. Kiselgur

Kiselgur ini sebenarnya merupakan asam silika yang berbentuk amorf,

berasal dari kerangka diatomae, maka lebih dikenal dengan nama tanah diatome,

kurang bersifat adsorptif dibanding silika (Sumarno, 2001).

5. Magnesium Silikat

Magnesium silikat hanya digunakan bila adsorben atau penjerap lain tidak

dapat digunakan. Nama lain dalam perdagangan dikenal floresil (Sumarno, 2001).

Floresil (magnesium silikat) adalah endapan silika dan magnesium. Sifat dan

aplikasi dari floresil pada KLT dan KCKT ditinjau dan dibandingkan dengan

adsorben lainnya (Gocan, 2002).

6. Selulosa

Selulosa mempunyai polaritas tinggi sehingga dapat digunakan sebagai

pemisahan secara partisi, baik dengan bentuk kertas maupun bentuk lempeng.

Kedua bentuk tersebut masih sering digunakan untuk pemisahan flavonoid.

Ukuran partikel yang digunakan kira-kira 50 µm. Fase diam ini sekarang sudah

diganti dengan bubuk selulosa yang dapat dilapisi pada kaca seperti halnya fase

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diam yang lain sehingga lebi efisien dan lebih banyak digunakan untuk

memisahkan senyawa-senyawa polar atau isomernya (Sumarno, 2001).

7. Resin

Resin berfungsi sebagai fase pada KLT penukar ion. Resin merupakan

polimer dari stirendifenil yang mengalami kopolimerisasi, bersifat non polar. Fase

diam ini sangat berguna untuk memisahkan senyawa berbobot molekul tinggi dan

bersifat amfoter seperti asam amino, protein, enzim, nukleotida. Sebagai fase

gerak digunakan larutan asam kuat atau basa kuat (Sumarno, 2001).

Gambar 3. Kromatografi Lapis Tipis

(Sumber : http://www.chemguide.co.uk/analysis/chromatography/thinlayer.html)

Harga Rf dapat dihitung dengan menggunakan perbandingan sebagaimana

persamaan berikut :

Harga maksimum Rf adalah 1, sampel bermigrasi dengan kecepatan sama

dengan fase gerak. Harga minimum Rf adalah 0, dan ini teramati jika sampel

tertahan pada posisi titik awal di permukaan fase diam (Gandjar & Rohman,

2007).

2.6.2 Kromatografi Gas – Spektrometri Massa/Gas Chromatography Mass

Spectrometry

Kromatografi Gas (KG) merupakan metode yang dinamis untuk

pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

campuran. Kegunaan umum KG yaitu untuk melakukan pemisahan dinamis dan

identifikasi semua jenis senyawa organik yang mudah menguap dan juga untuk

melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran

(Gandjar & Rohman, 2007).

KG merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut yang mudah

menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang mengandung

fase diam dengan suatu kecepatan yang bergantung pada rasio distribusinya. Pada

umumnya solut akan terelusi berdasarkan pada peningkatan titik didihnya, kecuali

jika ada interaksi khusus antara solut dengan fase diam. Pemisahan pada KG

didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang

mungkin terjadi antara solut dengan fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan

mengelusi solut dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detektor.

Penggunaan suhu yang meningkat (biasanya pada kisaran 50oC-350

oC) bertujuan

untuk menjamin bahwa solut akan menguap dan karenanya akan cepat terelusi

(Gandjar & Rohman, 2007).

Komponen utama pada KG adalah kontrol dan penyedia gas pembawa,

ruang suntik sampel, kolom yang diletakkan pada oven yang dikontrol secara

termostatik, sistem deteksi dan pencatat (detektor dan recorder) serta komputer

yang dilengkapi dengan perangkat pengolah data (Gandjar & Rohman, 2007).

1. Fase gerak pada KG

Fase gerak ada KG disebut juga sebagai gas pembawa karena tujuan

awalnya adalah membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak

berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa yaitu tidak reaktif,

murni/kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor, dan dapat

disimpan dalam tangki tekanan tinggi.

Gas pembawa biasanya mengandung gas helium, nitrogen, hidrogen, atau

campuran argon dan metana. Pemilihan gas pembawa tergantung pada

penggunaan spesifik dan jenis detektor yang digunakan.

2. Ruang suntik sampel pada KG

Fungsi dari ruang suntik ini adalah untuk mengantarkan sampel ke dalam

aliran gas pembawa. Penyuntikan sampel dapat dilakukan secara manual atau

otomatis.

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sampel yang akan dikromatografi dimasukkan ke dalam ruang suntik

melalui gerbang suntik yang biasanya berupa lubang yang ditutupi dengan septum

atau pemisah karet. Ruang suntik harus dipanaskan tersendiri (terpisah dari

kolom) dan biasanya 10 o

C -15oC lebih tinggi daripada suhu kolom maksimum.

3. Kolom pada KG

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya

terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada

KG. Jenis kolom pada KG yaitu kolom kemas (packing column) dan kolom

kapiler (capillary column).

Kolom kemas (packing column) terbuat dari gelas atau logam tahan karat

atau dari tembaga dan alumunium. Panjang jenis kolom ini adalah 1-5 meter

dengan diameter dalam 1-4 mm. Efisiensi kolom akan meningkat dengan semakin

bertambah halusnya partikel fase diam ini. ukuran partikel fase diam biasanya

berkisar antara 60-80 mesh (250-170 μm)

Sedangkan kolom kapiler (capillary column) berbeda dengan kolom

kemas, dalam hal adanya rongga pada bagian dalam kolom yang menyerupai pipa

(tube). Oleh karena itu, sering disebut “open tubular columns”. Banyak macam

bahan kimia yang digunakan sebagai fase diam antara lain : squalen, dietilglikol

suksinat, OV-17 (phenyl methyl silicone oil). Semakin tipis lapisan penyalut

sebagai fase diam, maka semakin tinggi suhu operasionalnya.

4. Detektor pada KG

Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat

keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan.

Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi

mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi

sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis

kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah

diantara fase diam dan fase gerak.

Jenis-jenis detektor yang sering digunakan antara lain : detektor hantar

panas, detektor ionisasi nyala, detektor tangkap elektron, detektor nitrogen-fosfor,

detektor fotometri nyala, detektor konduktivitas elektrolitik, detektor foto-ionisasi,

dan detektor spektrofotometer massa.

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Komputer

KG modern menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat

lunaknya (software) untuk digitalisasi sinyal detektor dan mempunyai beberapa

fungsi antara lain :

a. Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen.

b. Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan

menggunakan grafik berwarna.

c. Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan

statistik.

d. Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu.

Spektrometri Massa adalah suatu instrumen yang dapat menyeleksi

molekul-molekul gas bermuatan berdasarkan massanya. Spektrum massa

diperoleh dengan dengan mengubah senyawa cuplikan menjadi ion-ion yang

bergerak cepat yang dipisahkan berdasarkan perbandingan massa terhadap muatan

(Fessenden & Fessenden, 1992).

Prinsip kerja KG-SM yaitu cuplikan disuntikkan ke dalam injektor. Aliran

gas dari gas pengangkut akan membawa cuplikan yang telah teruapkan masuk ke

dalam kolom. Kolom akan memisahkan komponen-komponen dari cuplikan.

Komponen-komponen tersebut akan terelusi sesuai dengan urutan semakin

membesarnya koefisien partisi, selanjutnya masuk ke dalam spektrometri massa.

Pada spektrometri massa komponen cuplikan ditembaki dengan berkas elektron

dan diubah menjadi ion-ion bermuatan positif yang bertenaga tinggi dan dapat

pecah menjadi ion-ion yang lebih kecil. Lepasnya elektron dari

molekul/komponen-komponen menghasilkan radikal kation. Ion-ion molekul, ion-

ion pecahan, dan ion-ion radikal pecahan dipisahkan oleh ion pembelokan dalam

medan magnet yang berubah sesuai dengan massa dan muatannya. Perubahan

tersebut menimbulkan arus ion yang kemudian dicatat sebagai spektra massa

(Sastrohamidjojo, 1985).

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4. Kromatografi Gas – spektrofotometri massa

(sumber : http://prezi.com/j9bkyznkpt-w/gcms/)

2.6.3 High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

HPLC digunakan untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik

maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian, analisis senyawa yang tidak

mudah menguap, penetuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion,

isolasi dan pemurnian senyawa, dll. HPLC metode yang tidak destruktif dan dapat

digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif ( (Gandjar & Rohman,

2007).

Hampir semua jenis campuran solut dapat dipisahkan dengan HPLC

karena banyaknya fase diam yang tersedia dan selektifitas yang dapat ditingkatkan

dengan mengatur fase gerak. Pemisahan dapat dilakukan dengan fase normal atau

fase terbalik tergantung pada polaritas relatif fase diam dan fase gerak (Gandjar &

Rohman, 2007).

Komponen-komponen penting dalam HPLC yaitu :

a. Wadah fase gerak

b. Sistem penghantaran fase gerak

c. Injektor

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Kolom

e. Detektor

f. Wadah penampungan buangan fase gerak

g. Tabung penghubung

h. Suatu komputer

Gambar 5. High Performance Liquid Chromatography

(sumber : http://pioneer.netserv.chula.ac.th/~skitipat/hplc/howto.html)

2.7 SPEKTROFOTOMETRI

2.7.1 Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur

serapan yang dihasilkan dari interaksi kimia antara radiasi elektromagnetik

dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia pada daerah ultraviolet dan sinar

tampak.

Absorbsi cahaya UV-Vis mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi

elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital

keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Energi yang terserap kemudian

terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan dalam reaksi kimia. Absorbsi cahaya

tampak dan radiasi ultraviolet meningkatkan energi elektronik sebuah molekul,

artinya energi yang disumbangkan oleh foton-foton memungkinkan elektron-

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

eletron itu mengatasi kekangan inti dan pindah keluar ke orbital baru yag lebih

tinggi energinya. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis

karena mereka mengandung elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat

dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi (Day & Underwood, 1999).

Sumber lampu pada Spektrofotometer UV-Vis berdasarkan panjang

gelombang terbagi menjadi dua, yaitu lampu deuterium dan tungstent. Lampu

deuterium menghasilkan sinar 190-350 nm, sementara lampu tungsten digunakan

untuk daerah visibel (pada panjang gelombang antara 350-900 nm) (Gandjar &

Rohman, 2007).

Suatu spektrofotometri UV-Vis tersusun dari sumber spektrum tampak

yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko

dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blangko

ataupun pembanding (Khopkar, 2003).

Gambar 6. Spektrofotometri UV-Vis

(sumber : Gandjar & Rohman,2007)

2.7.2 Spektrofotometri Serapan Atom

Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-

unsur logam dalam jumlah sedikit (trace) dan sangat sedikit (ultratrace). Cara

analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak

tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok

untuk analisis sedikit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana. Spektroskopi

serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan

sinar diserap biasanya sinar tampak atau ultraviolet. Perbedaan terletak pada

bentuk spektrum, cara pengerjaan sampel dan peralatannya (Gandjar dan

Rohman, 2007).

Metode spektroskopi serapan atom mendasarkan pada prinsip absorbsi

cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang

tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang tertentu

mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom yang

mana transisi elektronik suatu atom bersifat spesifik. Dengan menyerap suatu

energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan

dasar dapat ditingkatkan energinya ke tingkat eksitasi (Gandjar dan

Rohman, 2007).

Keberhasilan analisis dengan spektroskopi serapan atom ini tergantung

pada proses eksitasi dan cara memperoleh garis resonansi yang tepat serta

temperatur nyala harus sangat tinggi (Gandjar dan Rohman, 2007). Pengukuran

dalam spektroskopi serapan atom ini didasarkan pada radiasi yang diserap oleh

atom yang tidak tereksitasi dalam bentuk uap (Hermanto, 2009).

Bagian-bagian dari instrumen spektrofotometri serapan atom diantarnya (Gandjar

& Rohman, 2007) :

1. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow

cathode lamp). Lampu ini terdiri dari atas tabung kaca tertutup yang mengandung

suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat

dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas

mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr). Bila antara anoda

dan katoda diberi suatu selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan

memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana

kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan energi tinggi ini

dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan dengan gas-gas mulia yang

diisikan. Akibat dari tabrakan-tabrakan ini membuat unsur-unsur gas mulia akan

kehilangan elektron dan menjadi ion bermuatan positif. Ion-ion gas mulia yang

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bermuatan positif ini akan bergerak ke katoda yang mana pada katoda ini terdapat

unsur yang sesuai dengan unsur yang akan dianalisis. Atom-atom unsur dari

katoda ini kemudian akan mengalami eksitasi ke tingkat energi-energi elektron

yang lebih tinggi dan akan memancarkan spektrum pancaran dari unsur yang

sama dengan unsur yang akan dianalisis.

2. Nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan

menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Pada cara

spektrofotometri serapan atom, nyala ini berfungsi atom dari tingkat dasar ke

tingkat yang lebih tinggi. Sumber nyala yang paling banyak digunakan adalah

campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi.

3. Monokromator

Pada spektrofotometer serapan atom, monokromator dimaksudkan untuk

memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Di

samping sistem optik, dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang

digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan

chopper (pemotong radiasi).

4. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui

tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung pengandaan foton

(photomultiplier tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi

yaitu (a) yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu

dan (b) yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi.

5. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai

sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah

terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan

dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan

absorbansi atau intensitas emisi.

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 7. Spektrofotometri Serapan Atom

(sumber : Gandjar & Rohman,2007)

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari hingga bulan Juli 2014 di

Laboratorium Bahan Alam, Pusat Penelitian Kimia–Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI), Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serpong.

3.2 BAHAN DAN ALAT

3.2.1 Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan adalah bagian daun dari tanaman Salam

(Syzygium polyanthum ) yang diperoleh dari tiga daerah tempat tumbuh yaitu :

Ogan Komering Ulu (OKU) Timur (Desa Nusa Tunggal Kec. Belitang III Kab.

OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan) sebanyak 1.613,6 gram, Sukoharjo

(Tegalmiri RT 02/05, Puhgogor, Bendosari, Sukoharjo) sebanyak 1.893,3 gram,

dan Tangerang Selatan (kawasan Puspiptek, jalan Raya Puspiptek Serpong,

Tangerang Selatan, Banten) sebanyak 3.158,8 gram.

3.2.2 Bahan Kimia

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah : etanol

70 %, kloroform LP, aquadest, etanol 95 %, metanol, n-heksan, etil asetat, H2SO4

2 N, pereaksi Meyer, pereaksi Dragendorf, serbuk Mg, HCl pekat, FeCl3 1 %,

NaOH 1 N, eter, pereaksi Lieberman-Buchard, HCl 4 N, AlCl3 10%, Na asetat 1

M, kuersetin (sigma), HNO3 pekat, HNO3 pekat, dan HClO4.

3.2.3 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik

(mettler toledo AB 204-s/FOC), labu erlenmeyer, cawan penguap, kertas saring,

tabung reaksi, pipet tetes, oven, piknometer, labu ukur, plat KLT, hot plate,

desikator, gelas kimia, gelas ukur, corong, spatula, batang pengaduk, mikropipet,

kertas saring, kertas saring bebas abu, botol timbang, krus silikat, waterbath,

magnetic stirrer, Pilot plant (Buchi glassuster), Rotary evaporator (Buchi), oven

(XMT-152A), plat KLT, Furnace (Sibata SMS-160), Atomic Absorpsion

37

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Spectrophotometer (AAS) (AA Shimadzu-6300), Spectrophotometer UV-Vis

(Mecasys), High Performance Liquid Chromatography (HPLC) (Shimadzu-

10AVP), dan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GCMS) (Shimadzu-

QP2010).

3.3 PROSEDUR KERJA

3.3.1 Pengambilan Sampel

Sampel daun salam yang digunakan diperoleh dari tiga daerah yang

berbeda yaitu Ogan Komering Ulu (OKU) Timur (Desa Nusa Tunggal Kec.

Belitang III Kab. OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan), Sukoharjo (Tegalmiri

RT 02/05, Puhgogor, Bendosari, Sukoharjo), dan Tangerang Selatan (kawasan

Puspiptek, jalan Raya Puspiptek Serpong Tangerang Selatan, Banten).

Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari. Sampel yang diambil dalam

keadaan masih segar.

3.3.2 Determinasi Sampel

Determinasi sampel daun salam (Syzygium polyanthum Wight) dari ketiga

tempat tumbuh dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi-

LIPI, Bogor, Jawa Barat.

3.3.3 Penyiapan Simplisia

Simplisia yang telah didapat kemudian dipisahkan berdasarkan lokasi

pengambilan agar masing-masing simplisia tidak tercampur. Penyiapan simplisia

daun salam dilakukan dengan cara sortasi basah untuk memisahkan kotoran atau

bahan-bahan asing lainnya pada daun. Kemudian dilakukan pencucian dengan air

mengalir untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang masih menempel

pada bahan yang sudah disortasi basah. Tahap selanjutnya adalah proses

pengeringan dengan cara dikering anginkan dan dilakukan sortasi kering.

Kemudian simplisia yang sudah benar-benar kering dilakukan penggilingan untuk

mendapatkan serbuk simplisia.

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.4. Pengamatan Makroskopik

Pengamatan makroskopik meliputi uji fisik terhadap daun salam (Syzygium

Polyanthum) yang digunakan seperti bentuk daun, bau, rasa, dan warna daun.

3.3.5 Pembuatan Ekstrak

Masing-masing simplisia dimaserasi dengan cara mencampurkan ±1kg

simplisia kering daun salam yang sudah dibuat serbuk dengan etanol 70%. Proses

maserasi dilakukan sampai hasil maserat mendekati tidak berwarna dan dilakukan

penyaringan setiap 24 jam. Maserat dikumpulkan lalu dikentalkan dengan

menggunakan rotary evaporator. Kemudian dihitung rendemen dari ekstrak

kental tersebut.

3.3.6 Penentuan Parameter-Parameter Standardisasi

3.3.6.1 Parameter spesifik

a. Identitas Ekstrak

Deskripsi tata nama meliputi : nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian

tumbuhan yang digunakan, dan nama Indonesia tumbuhan (Anonim, 2000).

b. Organoleptik Ekstrak

Penentuan organoleptik ekstrak dilakukan dengan menggunakan

pancaindra untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa. Tujuannya

untuk pengenalan awal yang sederhana seobyektif mungkin (Anonim, 2000).

c. Penentuan kadar senyawa terlarut dalam pelarut tertentu (Anonim, 2000)

Penentuan kadar senyawa terlarut dilakukan dengan cara melarutkan

ekstrak dengan pelarut (alkohol atau air) untuk ditentukan jumlah solut yang

identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri. Dalam hal

tertentu dapat diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya n-heksan,

diklorometan, metanol. Tujuannya untuk memberikan gambaran awal jumlah

senyawa kandungan.

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Kadar senyawa yang larut dalam air

Sejumlah 1,0 g ekstrak dimasukkan ke dalam labu bersumbat dan

ditambahkan 25,0 mL air-kloroform LP (2,5 mL kloroform dimasukkan

dalam labu ukur 1000 mL dan ditambahkan air hingga tanda batas).

Kemudian didiamkan selama 24 jam sambil dikocok berkali-kali selama

6 jam pertama dan dibiarkan selama 18 jam lalu disaring. Sebanyak 5,0

mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata

yang telah ditara. Lalu residu dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot

tetap. Kadar dalam persen senyawa yang larut air dihitung terhadap

ekstrak awal (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

Keterangan : A1 = Bobot cawan + Residu setelah pemanasan (g)

A0 = Bobot cawan kosong (g)

B = Bobot sampel awal (g)

2. Kadar senyawa larut dalam etanol

Sejumlah 1,0 g ekstrak dimasukkan ke dalam labu bersumbat dan

ditambahkan 25,0 mL etanol (96%). Kemudian didiamkan selama 24 jam

sambil dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama dan dibiarkan selama

18 jam. Lalu disaring dengan cepat untuk menghindarkan penguapan

etanol. Sebanyak 5,0 mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan

dangkal berdasar rata yang telah ditara. Residu dipanaskan pada suhu

105oC hingga bobot tetap. Kadar dalam persen senyawa yang larut etanol

(95%) dihitung terhadap ekstrak awal

Keterangan : A1 = Bobot cawan + Residu setelah pemanasan (g)

A0 = Bobot cawan kosong (g)

B = Bobot sampel awal (g)

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Identifikasi kandungan kimia ekstrak

1. Penapisan golongan kimia ekstrak

a) Uji terpenoid dan steroid

Ekstrak sebanyak 0,5 g dimasukkan dalam tabung reaksi dan

ditambahkan 1 mL kloroform dan disaring. Filtrat ditambahkan beberapa

tetes asam sulfat dan dikocok. Terbentuknya warna kuning emas

mengindikasi positif terpenoid (tes salkowski). Sedangkan untuk steroid,

setelah filtrat disaring dan ditambahkan asam sulfat maka akan terbentuk

cincin berwarna coklat (Lieberman-burchard) (Tiwari, et al, 2011).

b) Uji flavonoid

Ekstrak sebanyak 1 g ditambahkan serbuk Mg, lalu ditambahkan HCl

pekat. Apabila terbentuk warna orange, merah, atau kuning, berarti positif

flavonoid (Arifin, Anggraini, Handayani, & Rasyid, 2006)

c) Uji tanin

Sejumlah 1 g ekstrak ditambahkan 10 mL air dididihkan selama 15

menit. Filtratnya disaring dan direaksikan dengan FeCl3 1 %. Tanin positif

apabila terbentuk warna biru tua atau hitam kehijauan (Mutiatikum,

Alegantina, & Astuti, 2010).

d) Uji saponin

Sebanyak 0,5 gram serbuk dimasukkan dalam tabung pereaksi

ditambahkan 10 mL air panas dan didinginkan. Kemudian dikocok dengan

kuat selama 10 detik sehingga terbentuk buih yang mantap selama 10

menit setinggi 1 sampai 10 cm, dengan penambahan 1 tetes HCl 2 N buih

tidak hilang (Mutiatikum, Alegantina, & Astuti, 2010).

e) uji alkaloid

Sebanyak 5 gram serbuk ditambahkan 10 mL HCl 0,1 N lalu dimaserasi

selama 2 jam dan disaring. Kemudian sebanyak 1 mL filtrat ditambahkan 5

tetes pereaksi dragendorf sehingga terjadi endapan coklat kemerahan.

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk memperjelas, sebanyak 1 mL filtrat ditambahkan 5 tetes pereaksi

meyer terbentuk endapan putih (Mutiatikum, Alegantina, & Astuti, 2010).

2. Pola kromatogram

Pada pengujian pola kromatogram ini menggunakan Kromatografi Lapis

Tipis. Prosedurnya yaitu dengan cara melarutkan sebanyak 5 mg ekstrak dari

ketiga sampel masing-masing dalam 1 mL metanol. Masing-masing larutan

uji kemudian ditotolkan pada plat KLT yang berupa silika gel sebagai fase

diam, lalu dielusi dengan fase gerak yang sesuai. Kemudian diamati

pemisahan senyawa di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan

365 nm. Untuk menampakkan bercak pada plat KLT, disemprotkan H2SO4

pada plat KLT (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

Pada pengujian pola kromatogram menggunakan High Performance

Liquid Chromatography (HPLC), dilakukan dengan berbagai kombinasi fase

gerak air, metanol, dan asetonitril.

3. Penentuan Kadar Flavonoid Total

a. Pembuatan Standar

Sebanyak 10 mg Quersetin dilarutkan dalam etanol 80 % dan

dilarutkan menjadi 5, 10, 15, dan 20 μg/mL. Larutan standar 0,5 mL pada

masing-masing konsentrasi dicampurkan dengan 1,5 mL etanol 95% lalu

ditambahkan 0,1 mL AlCl3 10%, 0,1 mL CH3COOK 1 M dan 2,8 mL

aquadest. Larutan diinkubasikan dalam suhu kamar selama 30 menit lalu

dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang

415 nm dan digunakan larutan tanpa Quersetin sebagai blanko.

b. Pengukuran Sampel

Sebanyak 0,1 gram ekstrak dilarutkan dalam 1 mL aquadest lalu

0,5 mL larutan sampel diambil dan dicampurkan dengan 1,5 mL alkohol

95% dan ditambahkan 0,1 mL AlCl3 10%, 0,1 mL CH3COOK 1 M, dan

2,8 mL aquadest lalu diinkubasikan dalam suhu kamar selama 30 menit.

Absorbansi dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 415

nm dan aquadest tanpa ekstrak digunakan sebagai blanko standar. Data

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diekspresikan dalam milligram Quersetin Equivalent (QE/100 gram).

Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali.

3.3.6.2 Parameter Non Spesifik

a. Parameter Susut Pengeringan

Ekstrak ditimbang sebanyak 1-2 g dan dimasukkan dalam botol timbang

dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC selama

30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol

timbang, dengan menggoyangkan botol hingga merupakan lapisan setebal

lebih kurang 5-10 mm. Kemudian dimasukkan dalam ruang pengering dengan

tutup botol dibuka. Dikeringkan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Lalu

botol dalam keadaan tertutup dibiarkan mendingin dalam desikator hingga

suhu kamar (Anonim, 2000). Kemudian bobot yang diperoleh dicatat.

Ket : A = Bobot sampel sebelum dipanaskan (g)

B = Bobot sampel setelah dipanaskan (g)

b. Parameter Bobot Jenis

Pada penetapan bobot jenis ini digunakan ekstrak dengan pengenceran 5

%. Penetapan bobot jenis menggunakan piknometer yang bersih dan kering

serta telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air

yang baru dididihkan pada suhu 25oC. Suhu ekstrak cair diatur hingga lebih

kurang 20oC, lalu dimasukkan dalam piknometer. Suhu piknometer yang

telah diisi diatur hingga 25oC, kelebihan ekstrak cair dibuang dan piknometer

ditimbang. Bobot piknometer kosong dikurangkan dengan bobot piknometer

yang telah diisi. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan

membagi bobot ekstrak dengan bobot air, dalam piknometer pada suhu 25oC

(Anonim, 2000).

Bobot Jenis

x BJ Air

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket : W0 = bobot piknometer kosong (g)

W1 = bobot piknometer + air (g)

W2 = bobot piknometer + ekstrak (g)

BJ Air = bobot jenis air (1)

c. Parameter Kadar Air

Sebanyak 10 g ekstrak dimasukkan dalam wadah yang telah ditara.

Kemudian dikeringkan pada suhu 105oC selama 5 jam lalu ditimbang.

Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan

antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25 % (Anonim, 2000).

Ket : A = Bobot sampel sebelum dipanaskan (g)

B = Bobot sampel setelah dipanaskan (g)

d. Parameter Kadar Abu

Lebih kurang 2-3 gr ekstrak digerus dan ditimbang dengan seksama, lalu

dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian

diratakan. Dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, lalu didinginkan dan

ditimbang. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas

dan disaring melalui kertas saring bebas abu. Sisa kertas dan kertas saring

dipijarkan dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan dalam krus, lalu

diuapkan dan dipijarkan hingga bobot tetap. Kemudian ditimbang dan

dihitung kadar abu terhadap berat sampel awal.

Ket : A1 = Bobot krus + ekstrak setelah pemijaran (g)

A0 = Bobot krus kosong (g)

B = Bobot sampel awal (g)

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk pengukuran kadar abu tidak larut asam, abu yang diperoleh pada

penetapan kadar abu dididihkan dengan 25 ml asam sulfat encer P selama 5

menit, dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam disaring dengan

kertas saring bebas abu yang sebelumnya telah ditimbang. Lalu dicuci dengan

air panas dan dipijarkan hingga bobot tetap, kemudian ditimbang. Kemudian

dihitung kadar abu tidak larut asam terhadap berat sampel awal.

Ket : A1 = Bobot krus + ekstrak setelah pemijaran (g)

A0 = Bobot krus kosong (g)

B = Bobot sampel awal (g)

C = Bobot kertas saring bebas abu (g)

0,0076 = Bobot kertas saring bebas abu bila menjadi abu

e. Penetapan Sisa Pelarut

Penetapan sisa pelarut pada ekstrak menggunakan GCMS (Gas

Chromatography-Mass Spectrometry). Larutan baku yang digunakan yaitu

etanol mutlak. Larutan uji dibuat dengan menimbang ekstrak daun salam

sebanyak 10 mg lalu ditambahkan metanol hingga tanda batas pada labu ukur

100 mL. Larutan uji sebanyak 0,5 mL disuntikkan ke dalam kromatograf, lalu

diamati perbandingan respon puncak antara larutan baku dan larutan uji

dalam rekam kromatogram (Anonim, 2000).

f. Parameter Uji Cemaran Logam Berat

1. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Pembuatan kurva baku diantaranya Pb, Cd, dan As. Larutan induk timbal

(Pb) 1000 ppm, dibuat stok larutan standar 10 ppm dengan cara mengambil

sebanyak 1 mL larutan induk 1000 ppm kemudian ditambahkan aquabidest

hingga 100 mL. Kemudian dibuat larutan seri kadar Pb 0,05; 0,10; 0,50; 1,00;

1,50; 2,00; 2,50 ppm. Lalu diukur absorbansinya dari larutan standar

diperoleh persamaan kurva baku y = a + bx dengan r mendekati 1.

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Larutan induk Cd 1000 ppm dibuat stok larutan standar 1000 ppb dengan

cara mengambil sebanyak 0,1 mL larutan induk 1000 ppm kemudian

ditambahkan aquabidest hingga 100 mL. Kemudian dibuat seri kadar Cd

0,0005; 0,001; 0,005; 0,01; 0,05; 0,1 ppm. Lalu diukur absorbansinya dari

larutan standar diperoleh persamaan kurva baku y = a + bx dengan r

mendekati 1.

Untuk kurva baku As dibuat dengan konsentrasi 0,5; 1,0; 5; 10; 50 ppb.

Lalu diukur absorbansinya dari larutan standar diperoleh persamaan kurva

baku y = a + bx dengan r mendekati 1.

2. Penetapan Kadar Logam Berat pada Ekstrak

Penetapan kadar logam berat (As, Pd, dan Cd) dilakukan dengan cara

digesti basah dengan menggunakan metode AAS. Sebanyak 1 gr ekstrak

ditimbang dan ditambahkan 10 ml HNO3 pekat, setelah itu dipanaskan

dengan Heating mantel hingga kental atau kering. Setelah didinginkan,

ekstrak ditambahkan aquabidest 10 ml dan asam perkolat 5 ml. Kemudian

panaskan hingga kental dan disaring ke labu ukur 50 ml. Setelah itu

ditambahkan aquabidest hingga 50 ml. Lalu sampel diukur dengan AAS,

khusus arsen dengan tambahan alat HVG (Hydride Vapor Generator).

(Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 Hasil Determinasi Sampel

Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Borgoriense, Pusat

Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi

menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan spesies Syzygium

polyanthum (Wight) Walp.

4.1.2 Pengamatan Makroskopik Daun Salam

Pengamatan makroskopik dilakukan dengan cara mengamati secara

langsung kondisi fisik sampel daun salam yang digunakan. Dari hasil pengamatan

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Pengamatan makroskopik daun Salam

No Pengujian Tangerang Selatan Sukoharjo OKU Timur

1 Bentuk

daun

Helaian daun

berbentuk lonjong

sampai bulat telur,

pangkal dan ujung

meruncing, tepi

rata, pertulangan

menyirip, dan

permukaan atas

licin.

Helaian daun

berbentuk lonjong

sampai bulat telur,

pangkal dan ujung

meruncing, tepi

rata, pertulangan

menyirip, dan

permukaan atas

licin.

Helaian daun

berbentuk lonjong

sampai bulat telur,

pangkal dan ujung

meruncing, tepi

rata, pertulangan

menyirip, dan

permukaan atas

licin.

2 Bau Aromatik lemah. Aromatik lemah. Aromatik lemah.

3 Rasa Rasa khelat. Rasa khelat. Rasa khelat.

4 Warna

daun

Daun segar

permukaan atas

berwarna hijau tua

dan permukaan

bawah berwarna

Daun segar

permukaan atas

berwarna hijau tua

dan permukaan

bawah berwarna

Daun segar

permukaan atas

berwarna hijau tua

dan permukaan

bawah berwarna

47

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

hijau muda.

Daun yang sudah

kering berwarna

kecoklatan.

hijau muda.

Daun yang sudah

kering berwarna

kecoklatan.

hijau muda.

Daun yang sudah

kering berwarna

kecoklatan.

4.1.3 Hasil Ekstraksi Daun Salam

Dari hasil maserasi simplisia daun salam dengan menggunakan pelarut

etanol 70% didapatkan hasil rendemen dari masing-masing sampel sebagai

berikut :

Tabel 4.2 hasil rendemen daun salam

No Asal Tanaman Berat simplisia

yang diekstrak (g)

Berat ekstrak

yang didapat (g)

Rendemen

(%)

1 Tangerang Selatan 3158,8 192,2 6,08

2 Sukoharjo 1893,3 156,1 8,24

3 OKU Timur 1613,6 249,8 15,48

Dilihat dari tabel di atas, ekstrak etanol 70 % daun salam yang berasal dari

OKU Timur mempunyai hasil rendemen paling besar yaitu sebesar 15,48 %

sedangkan ekstrak etanol 70 % daun salam yang berasal dari Sukoharjo sebesar

8,24 % dan dari Tangerang Selatan sebesar 6,08 %.

4.1.4 Parameter Spesifik

Adapun hasil-hasil pengujian parameter spesifik adalah sebagai berikut :

4.1.4.1 Identitas Ekstrak

Tabel 4.3 Identitas ekstrak

No Identitas ekstrak Tangerang

Selatan

Sukoharjo OKU Timur

1 Nama ekstrak Ekstrak daun

salam

Ekstrak

daun salam

Ekstrak daun

salam

2 Nama latin

tumbuhan

Syzygium

polyanthum

Syzygium

polyanthum

Syzygium

polyanthum

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Wight Wight Wight

3 Bagian tumbuhan

yang digunakan

Daun Daun Daun

4 Nama Indonesia

tumbuhan

Daun salam Daun salam Daun salam

4.1.4.2 Organoleptik Ekstrak

Tabel 4.4 Organoleptik Ekstrak

No Organoleptik

ekstrak

Tangerang

Selatan

Sukoharjo OKU Timur

1 Bentuk Ekstrak kering Ekstrak kering Ekstrak kering

2 Warna Hitam

kecoklatan

Hitam

kecoklatan

Hitam

kecoklatan

3 Bau Aromatik lemah Aromatik lemah Aromatik

lemah

4 Rasa Pahit Pahit Pahit

4.1.4.3 Penetuan Kadar Senyawa Terlarut Dalam Pelarut Tertentu

Tabel 4.5 Kadar senyawa terlarut dalam pelarut tertentu

No Asal Ekstrak Kadar senyawa

larut air

Kadar senyawa

larut etanol

1 Tangerang Selatan 45,039 ± 0,44 52,050 % ± 0,93

2 Sukoharjo 49,011 ± 0,58 58,091 % ± 0,67

3 OKU Timur 31,167 ± 0,76 38,545 % ± 0,58

Rentang Nilai

31,167 ± 0,76 - 49,011 ± 0,58

38,545% ± 0,58-

58,091% ± 0,67

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.4.4 Identifikasi Kandungan Kimia Ekstrak

Tabel 4.6 Identifikasi kandungan kimia ekstrak

Senyawa Ekstrak daun salam

Tangerang Selatan Sukoharjo OKU timur

Flavonoid + + +

Alkaloid + + +

Tanin + + +

Saponin + + +

Steroid - - -

Triterpenoid + + +

4.1.4.5 Pola Kromatogram

Gambar 8. Hasil uji Kromatografi Lapis Tipis

UV 254 nm UV 365 nm Setelah disemprot H2SO4

Keterangan : T=Tangerang Selatan, S=Sukoharjo, O=OKU Timur. Menggunakan

pelarut n-heksan:etil asetat dengan perbandingan 4:6.

Tabel 4.7 Nilai Rf

Rf Tangerang Selatan Sukoharjo OKU Timur

Rf1 0,08 0,08 0,08

Rf2 0,273 0,227 0,267

Rf3 0,573 0,573 -

Rf4 0,747 0,72 0,72

Rf5 0,8 0,8 0,8

Rf6 0,853 0,853 0,853

Rf7 0,933 0,933 0,933

T S O T S O T S O

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 9. Hasil uji HPLC

Ekstrak daun Salam Tangerang Selatan

Ekstrak daun Salam Sukoharjo

Ekstrak Daun Salam OKU Timur

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.8 Data Kromatogram HPLC

Daerah Asal

Ekstrak

Waktu Retensi

(menit)

Luas Area (%) Tinggi Puncak

(%)

Tangerang

Selatan

2,25 3,63 2,98

12,37 21,11 18,49

13,30 14,46 21,68

14,03 34,66 31,32

16,78 13,38 10,37

20,84 3,04 5,48

40,00 3,25 3,02

Sukoharjo 12,57 15,29 12,64

13,19 11,28 11,44

15,41 30,41 28,97

16,71 7,62 8,58

18,95 7,58 7,47

21,89 2,94 4,40

39,64 20,54 21,67

OKU Timur 13,59 11,83 12,89

16,81 5,46 7,09

24,16 8,50 14,86

43,35 74,14 64,55

4.1.4.6 Kadar Total Flavonoid

Tabel 4.9 Kadar total flavonoid

Sampel Kadar Total Flavonoid (%)

Tangerang selatan

Sukoharjo

OKU Timur

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.5 Parameter Non Spesifik

Tabel 4.10 Parameter non spesifik ekstrak etanol 70 % daun salam

Parameter Tangerang

Selatan

Sukoharjo OKU

Timur

Rentang Nilai Syarat

Susut

pengeringan

8,420 %

± 0,30 9,824 % ±

0,27 12,624%

± 1,58 8,420 %± 0,30 -

12,624%±1,58 -

Bobot jenis 1,004 %

± 0,0012 1,002 % ±

0,0005 1,005 %

± 0,0016 1,002 % ± 0,0005

-1,005 % ±0,0016 -

Kadar abu 14,438 %

± 0,41

9,615 %

±0,50

7,242 %

±0,54

7,242 %± 0,54-

14,438 ±0,41

-

Kadar abu

tidak larut

asam

1,314 %

± 0,02

0,667 %

±0,03

0,380 %

±0.03 0,380 %± 0,03 -

1,314%±0,02

-

Kadar air 7,298 %

±0,18

7,087 %

±0,13

4,999 %

±0.24

4,999 % ±0.24

7,298 % ±0,18

<10 %

Sisa pelarut

(menggunakan

GCMS)

-

-

-

-

-

Cemaran

logam Pb

60,18

µg/gram

Tidak

terdeteksi

95,43

µg/gram

Tidak terdeteksi -

95,43 µg/gram

10

mg/kg

Cemaran

logam Cd

8,62

µg/gram 4,42

µg/gram 4,61

µg/gram 4,42 µg/gram - 8,62 µg/gram

0,3

mg/kg

Cemaran

logam As

<0,005

µg/g

<0,005 µg/g <0,005

µg/g

<0,005 µg/g 5 µg/kg

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 10. Hasil Uji GCMS

Etanol

Tangerang Selatan

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukoharjo

OKU Timur

4.2 PEMBAHASAN

Penelitian karakterisasi ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum

Wight) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui beberapa parameter spesifik

dan non spesifik dari daun salam. Penelitian ini juga mendukung penelitian di

Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang

menguji aktivitas ekstrak etanol daun salam sebagai Antiviral Dengue.

Pada penelitian ini, ada tiga sampel daun salam yang diambil dari tiga

daerah berbeda di indonesia yaitu Tangerang Selatan, Sukoharjo dan OKU Timur.

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari hasil determinasi yang dilakukan di Herbarium Borgoriense, Pusat Penelitian

Biologi LIPI, Cibinong, Bogor, Jawa Barat menunjukkan didapatkan hasil bahwa

sampel yang digunakan merupakan spesies Syzygium polyanthum (Wight) Walp.

Selanjutnya dilakukan pengamatan makroskopik yang bertujuan untuk

mengetahui ciri-ciri fisik dari daun salam. Pengamatan ini dilakukan dengan cara

mengamati secara langsung kondisi fisik dari daun salam (Syzygium polyanthum

Wight) segar. Hasil pengamatan makroskopik daun salam dapat dilihat pada tabel

4.1.

Sampel daun Salam yang telah didapatkan dari tiga daerah berbeda

tersebut kemudian dilakukan preparasi simplisia. Tahap pertama dilakukan sortasi

basah untuk memisahkan kotoran atau bahan-bahan asing lainnya pada daun.

Kemudian dilakukan pencucian dengan air mengalir untuk menghilangkan tanah

dan pengotor lainnya yang masih menempel pada bahan yang sudah disortasi

basah. Tahap selanjutnya adalah proses pengeringan dengan cara dikering

anginkan. Sampel dari Tangerang Selatan dikeringkan selama 6 hari, sampel daun

Salam Sukoharjo dikeringkan selama 7 hari, dan sampel daun Salam OKU Timur

dikeringkan selama 6 hari. Sampel dinyatakan kering ketika sampel tersebut dapat

di remas. Selanjutnya dilakukan sortasi kering. Kemudian simplisia yang sudah

benar-benar kering dilakukan penggilingan untuk mendapatkan serbuk simplisia.

Berat masing-masing simplisia dapat dilihat pada tabel 4.3.

Selanjutnya serbuk simplisia daun Salam diekstraksi dengan metode

maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Penggunaan etanol sebagai

pelarut adalah karena etanol mempunyai kemampuan penyari dengan polaritas

yang lebar, mulai dari senyawa non polar sampai dengan polar (Saifudin, Rahayu,

& Teruna, 2011). Proses maserasi ini dilakukan sampai hasil maserat mendekati

tidak berwarna dan dilakukan penyaringan setiap 24 jam. Maserat dikumpulkan

lalu dikentalkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 50oC.

Setelah didapatkan ekstrak kental, selanjutnya dapat dihitung rendemen

dari masing-masing ekstrak. Tujuan dari penghitungan rendemen ini adalah untuk

mengetahui persentase perolehan hasil ekstrak sehingga nantinya dapat diketahui

jumlah simplisia yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah ekstrak kental

tertentu. Dilihat dari tabel 4.3, perolehan rendemen dari ekstrak daun Salam OKU

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Timur paling besar yaitu 15,48 %, sedangkan dari Sukoharjo 8,24 %, dan dari

Tangerang Selatan 6,08 %. Adanya variasi persentase rendemen ini kemungkinan

disebabkan karena musim, umur tanaman, dan perbedaan lokasi tumbuh dari

masing-masing sampel.

Ekstrak yang didapatkan dari masing-masing simplisia kemudian

dilakukan pengujian parameter spesifik dan parameter non spesifik. Parameter

spesifik meliputi identitas, organoleptik, senyawa terlarut dalam pelarut tertentu,

identifikasi kandungan kimia ekstrak, dan profil kromatogram. Sedangkan untuk

parameter non spesifik meliputi susut pengeringan, bobot jenis, kadar air, kadar

abu, penetapan sisa pelarut, dan cemaran logam.

Parameter spesifik untuk identitas ekstrak yaitu ekstrak daun Salam

dengan nama latin Syzygium polyanthum Wight. Bagian tumbuhan yang

digunakan yaitu daunnya. Untuk organoleptiknya berupa ekstrak kering dengan

warna hitam kecoklatan, berbau aromatik lemah, rasa pahit. Tujuannya untuk

pengenalan awal yang sederhana terhadap sampel dengan menggunakan panca

indra dengan cara seobyektif mungkin (Anonim, 2000)

Penentuan kadar senyawa terlarut menggunakan pelarut air dan juga

pelarut etanol. Hasil dari penentuan kadar senyawa terlarut air yaitu Tangerang

Selatan (45,039 % ± 0,44), Sukoharjo (49,011 % ± 0,58), dan OKU Timur

(31,167 % ± 0,76). Untuk hasil senyawa terlarut etanol yaitu Tangerang Selatan

(52,050 % ± 0,93), Sukoharjo (58,091 % ± 0,67), dan OKU Timur (38,545 % ±

0,58). Hal ini menunjukkan bahwa ketiga ekstrak etanol daun Salam lebih larut

dalam etanol. Penetapan kadar senyawa terlarut ini tidak terkait efek

farmakologis, namun menjadi perkiraan kasar senyawa-senyawa yang bersifat

polar (larut air) dan senyawa yang bersifat semi-nonpolar (larut etanol) (Saifudin,

Rahayu, & Teruna, 2011).

Parameter spesifik selanjutnya yaitu identifikasi golongan senyawa kimia

yang terkandung dalam ekstrak etanol daun Salam. Identifikasi ini meliputi

penentuan pola Kromatogram, penapisan fitokimia dan penentuan kadar senyawa

tertentu. Pada penentuan pola kromatogram dilakukan dengan menggunakan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan High Performance Liquid Chromatography

(HPLC). Pada penentuan pola kromatogram menggunakan KLT dilakukan dengan

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menggunakan berbagai perbandingan fase gerak. Fase gerak yang digunakan yaitu

n-heksan (nonpolar) dan etil asetat (semipolar). Perbandingan fase gerak antara n-

heksan dengan etil asetat yang digunakan yaitu heksan 100%, 7:3, 1:1, 3:7, 4:6

dan etil asetat 100 %. Dari perbandingan tersebut pola pemisahan senyawa yang

baik ditunjukkan pada perbandingan 4:6. Bercak belum terlihat jelas setelah

sampel ditotolkan pada plat KLT. Kemudian ketika di UV 245 nm, ada 3 bercak

yang terlihat jelas pada masing-masing ekstrak. Pada UV 365 nm terlihat bercak

yang berfluoresensi. Setelah di semprot dengan H2SO4, pada ekstrak daun Salam

Tangerang Selatan terdapat 7 bercak yang terlihat jelas. Bercak tersebut

mempunyai nilai Rf 0,08, 0,273, 0,573, 0,747, 0,8, 0,853, dan 0,933. Ekstrak daun

Salam Sukoharjo mempunyai 7 bercak yang mempunyai nilai Rf 0,08, 0,227,

0,573, 0,72, 0,8, 0,853, dan 0,933. Sedangkan pada OKU Timur muncul 6 bercak

yang mempunyai nilai Rf 0,08, 0,267, 0,72, 0,8, 0,853, dan 0,933. Bercak

berwarna orange-kekuningan setelah di semprot H2SO4 pada Rf 0,747 untuk

ekstrak dari Tangerang Selatan dan Rf 0,72 untuk ekstrak dari Sukoharjo dan

OKU Timur. Bercak berwarna hijau muncul pada Rf 0,8 dan bercak berwarna

merah muda pada Rf 0,853 untuk masing-masing ekstrak. Pada Rf 0,933 muncul

bercak berwarna kuning pada masing-masing ekstrak.

. Untuk pola kromatogram menggunakan HPLC dengan perbandingan fase

gerak air : metanol (8:2). Pada ekstrak Tangerang Selatan terbentuk peak pada

waktu retensi 2,25, 12,38, 13,30, 14,03, 16,78, 20,84, dan 40,00. sedangkan

ekstrak Sukoharjo 12,57, 13,19, 15, 41, 16,71, 18,95, 21,89, dan 39,64. Untuk

ekstrak OKU Timur muncul peak pada waktu retensi 13,59, 16,80, 24,16, dan

43,35. Dari profil HPLC yang terlihat, peak-peak yang muncul memiliki waktu

retensi yang hampir sama. Namun, secara kuantitas peak yang muncul berbeda

pada setiap daerah. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh

dan penanganan pasca panen.

Pola kromatogram juga didapatkan pada penentuan sisa pelarut dengan

menggunakan GCMS. Dari data yang didapatkan, terdapat 3 senyawa yang sama

pada masing-masing sampel yaitu asam asetat, asam heksanoat, dan gliserol.

Asam asetat terdeteksi pada ekstrak asal Tangerang Selatan, Sukoharjo, dan OKU

Timur dengan waktu retensi masing-masing yaitu 2,86 (nilai kesamaan 96%),

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2,95 (nilai kesamaan 95%), dan 2,78 (nilai kesamaan 94%) . Asam heksanoat

terdeteksi pada waktu retensi 5,65 (nilai kesamaan 80%) pada ekstrak asal

Tangerang Selatan, 5,67 (nilai kesamaan 90%) pada ekstrak asal Sukoharjo, dan

5,67 (nilai kesamaan 90%) pasa ekstrak asal OKU Timur. Untuk gliserol muncul

pada waktu retensi 6,70 (nilai kesamaan 91%) pada ekstrak asal Tangerang

Selatan, 6,45 (nilai kesamaan 92%) pada ekstrak asal Sukoharjo, dan 6,45 (nilai

kesamaan 91%) pada ekstrak asal OKU Timur.

Pada identifikasi ini dilakukan penapisan fitokimia terhadap masing-

masing ekstrak etanol daun Salam. Dari hasil penapisan fitokimia ini diketahui

bahwa ekstrak etanol daun mengandung alkaloid, tanin, flavonoid, saponin, dan

terpenoid.

Pada uji alkaloid, masing-masing ekstrak diambil 5 g kemudian

ditambahkan 10 mL HCl 0,1 N lalu dimaserasi selama 2 jam dan disaring. Hal

ini dilakukan untuk menghilangkan protein. Adanya protein yang mengendap

pada penambahan pereaksi yang mengandung logam berat dapat memberikan

reaksi positif palsu pada beberapa senyawa. Penambahan pereaksi dragendorf

pada 1 mL masing-masing filtrat menghasilkan endapan coklat sehingga dapat

disimpulkan bahwa masing-masing ekstrak mengandung alkaloid. Untuk

memperjelas hasilnya, maka dilakukan penambahan pereaksi Meyer pada 1 mL

masing-masing filtrat dan terbentuk endapan putih. Hal ini karena nitrogen pada

alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II)

membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap.

Pada pengujian tanin, masing-masing sebanyak 1 g dari ketiga ekstrak

ditambahkan 10 mL air dan dididihkan selama 15 menit. Kemudian filtrat disaring

dan direaksikan dengan FeCl 1 %. Hasil yang diperoleh adalah ketiga sampel

membentuk warna biru tua kehitaman. Perubahan warna ini kemungkinan

disebabkan FeCl bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada

senyawa tanin. Hasil reaksi itulah yang akhirnya menimbulkan warna. Hal ini

menunjukkan bahwa ketiga sampel positif mengandung tanin. Ketiga sampel

mempunyai intensitas warna yang sama.

Flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air dan senyawa aktifnya

dapat diekstraksi dengan etanol 70 % (Harbone, 1987). Pada pengujian ini, ketiga

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sampel masing-masing ditambahkan serbuk Mg lalu ditambahkan HCl pekat.

Ketiga sampel menunjukkan adanya flavonoid dengan warna merah-orange.

Warna merah yang dihasilkan ini akibat dari reduksi oleh asam klorida pekat dan

magnesium (Sangi, Runtuwene, Simbala, & Makang, 2008). Intensitas warna

yang ditunjukkan masing-masing ekstrak berbeda-beda. Ekstrak daun Salam

Tangerang Selatan mempunyai intensitas yang paling tinggi dibanding ekstrak

Sukoharjo dan ekstrak OKU Timur.

Pada pengujian saponin, masing-masing ekstrak ditambahkan 10 mL air

panas dan kemudian didinginkan. Kemudian dikocok selama 10 detik dan

membentuk buih yang mantap selama 10 menit. Ketika ditambahkan HCl, buih

tidak hilang. Pada ekstrak OKU Timur buih yang terbentuk setinggi 2,1 cm,

ekstrak Tangerang Selatan setinggi 1,6 cm dan ekstrak Sukoharjo setinggi 1,2 cm.

Saponin pada umumnya berada dalam bentuk glikosida sehingga cenderung

bersifat polar (Harbone, 1987). Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang

dapat menimbulkan busa jika dikocok dalam air. Hal tersebut terjadi karena

saponin memiliki gugus polar dan gugus nonpolar yang membentuk misel. Pada

struktur misel gugus polar akan menghadap ke luar dan gugus nonpolar

menghadap ke dalam. Keadaan inilah yang tampak seperti busa (Sangi,

Runtuwene, Simbala, & Makang, 2008).

Pada pengujian terpenoid dan steroid, masing-masing ekstrak dilarutkan

dalam kloroform dan kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh dari ketiga sampel

kemudian dibagi menjadi 2. Filtrat pertama untuk masing-masing sampel

ditambahkan asam sulfat dan dikocok. Ketiga sampel berubah warna menjadi

kuning keemasan dengan intensitas yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa

ketiga sampel mengandung terpenoid. Untuk filtrat yang kedua dari masing-

masing sampel ditambahkan asam asetat anhidrat lalu dipanaskan dan kemudian

didinginkan. Setelah dingin, ditambahkan asam sulfat melalui pinggir tabung.

Hasil dari ketiga sampel tidak membentuk cincin yang berwarna coklat. Hal ini

menunjukkan bahwa sampel tidak mengandung steroid.

Pada penentuan kadar senyawa tertentu, dilakukan penentuan kadar

flavonoid total. Alat yang digunakan yaitu spektrofotometer UV-Vis. Standar yang

digunakan pada penetapan kadar flavonoid total ini adalah kuersetin. Kuersetin ini

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

digunakan karena sebagian besar tumbuhan yang mengandung flavonoid terdapat

kuersetin. Pada pembuatan kurva kalibrasi, kuersetin dibuat dalam 5 seri

konsentrasi yaitu 0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, dan 20 ppm. Selanjutnya

nantinya persamaan dari kurva kalibrasi yang didapat digunakan untuk

menghitung kadar flavonoid total ekstrak daun Salam. Dari hasil penetapan kadar

flavonoid total ini, ekstrak daun Salam Tangerang Selatan mempunyai kadar

flavonoid total paling tinggi yaitu 19,810 %, sedangkan ekstrak Sukoharjo 13,284

% dan ekstrak OKU Timur 15,915 %. Kadar flavonoid total yang bervariasi ini

kemungkinan disebabkan beberapa faktor diantaranya lokasi tempat tumbuh

tanaman, umur tanaman, dan perlakuan cara panen tanaman.

Selanjutnya uji yang dilakukan adalah penentuan parameter non spesifik.

parameter non spesifik yang pertama yaitu susut pengeringan. Susut pengeringan

bertujuan untuk memberikan batasan maksimal tentang besarnya senyawa yang

hilang pada proses pengeringan. Metode yang digunakan pada susut pengeringan

ini adalah metode gravimetri. Prinsipnya adalah mengeringkan ekstrak dalam

oven pada suhu 1050C sampai berat konstan. Susut pengeringan ini sering

diidentikkan dengan kadar air, namun bedanya jika kadar air hanya untuk

mengetahui batasan maksimal air dalam ekstrak sedangkan susut pengeringan

tidak hanya air, tetapi juga senyawa menguap lain yang hilang. Pada pengujian

susut pengeringan ketiga ekstrak daun Salam didapatkan hasil yaitu ekstrak daun

Salam Tangerang Selatan sebesar 8,420 % ±0,30, Sukoharjo sebesar 9,824 %

±0,22, dan OKU Timur sebesar 12,624 % ±1,58. Ini menunjukkan bahwa rentang

senyawa yang hilang sebesar 8,420 % ± 0,30 - 12,624 % ±1,58.

Penetapan kadar air dilakukan menggunakan metode gravimetri.

Prinsipnya adalah menguapkan air yang ada pada ekstrak dengan cara

memanaskan dalam oven dengan suhu 1050C selama 5 jam. Untuk hasil

penentuan kadar air pada ketiga ekstrak yaitu ekstrak Tangerang Selatan sebesar

7,298 % ±0,18, ekstrak Sukoharjo sebesar 7,087 % ± 0,13, dan ekstrak OKU

Timur sebesar 4,999 % ± 0.24. Jadi rentang yang didapat yaitu sebesar 4,999 % ±

0.24 - 7,298 % ± 0,18. Kadar air ini tidak berpengaruh langsung ke efek

farmakologis, namun mempengaruhi keamanan dan kemurnian suatu bahan.

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penetapan sisa pelarut (etanol) dalam ekstrak bertujuan untuk mengetahui

kadar pelarut yang masih tersisa dalam suatu ekstrak. Pada penetapan sisa pelarut

kali ini menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS).

Pembuatan larutan standar yaitu dengan melarutkan 10 µL etanol dalam 5 mL air.

Selanjutnya diencerkan lagi sehingga konsentrasinya menjadi 4 x 10-4

%. Lalu

diambil 1 mL untuk disuntikkan ke GCMS. Setelah didapatkan hasil

kromatogram standar, kemudian dilanjutkan pada sampel dengan cara melarutkan

masing-masing ekstrak sebanyak 0,5 mg ke dalam 3 mL aquadest. Setelah larut

lalu sampel ekstrak disaring dan filtratnya diambil 1 mL untuk disuntikkan ke

GCMS. Hasil dari ketiga sampel menunjukkan bahwa tidak ada peak yang

menyatakan bahwa ada etanol dalam masing-masing sampel.

Penetapan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan

mineral yang terkandung dalam ekstrak. Prinsipnya dengan memanaskan ekstrak

hingga senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai hanya

tinggal unsur mineral dan anorganik saja. Pengujian ini menggunakan alat yaitu

tanur dengan cawan penguap untuk wadah ekstrak. Pada pengujian ekstrak daun

salam untuk masing-masing daerah diperlukan waktu sampai 5 jam untuk

mendapatkan abu yang sempurna. Hasil dari penetapan kadar abu menunjukkan

bahwa ekstrak dari Tangerang Selatan memiliki kadar abu paling besar yaitu

sebesar 14,438 % ± 0,41, sedangkan Sukoharjo sebesar 9,615 % ± 0,50, dan OKU

Timur sebesar 7,242 % ± 0,54. Untuk hasil kadar abu tidak larut asam, ekstrak

dari Tangerang Selatan memiliki kadar paling besar yaitu sebesar 1,314 % ± 0,02,

sedangkan ekstrak Sukoharjo sebesar 0,667 % ± 0,03, dan ekstrak OKU Timur

sebesar 0,380 % ± 0,03. Besarnya kadar abu total dalam ekstrak menunjukkan

bahwa ekstrak yang diperoleh dari proses maserasi banyak mengandung mineral,

sedangkan adanya kadar abu tidak larut asam menunjukkan bahwa adanya kotoran

atau pasir yang terikut.

Parameter bobot jenis ekstrak diukur dengan menggunakan piknometer.

Piknometer yang digunakan harus dipastikan kering dan bersih karena nantinya

akan berpengaruh pada bobot piknometer kosong jika ada pengotor pada

piknometer. Sebelumnya piknometer dikalibrasi dulu dengan aquadest pada suhu

250C. Kemudian dilakukan pengenceran ekstrak 5 %, lalu dilakukan penetapan

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menggunakan piknometer. Hasil yang diperoleh dari penetapan bobot jenis ini

yaitu ekstrak Tangerang Selatan sebesar 1,004 g/mL ± 0,0012, Sukoharjo sebesar

1,002 g/mL ± 0,0005, dan OKU Timur sebesar 1,005 g/mL ± 0,0016.

Cemaran logam berat yang ditentukan yaitu logam Timbal (Pb), Cadmium

(Cd), dan Arsen (As). Penentuan cemaran logam berat ini menggunakan alat

AAS. Persyaratan yang telah ditetapkan dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan

Obat Indonesia Volume II yaitu kadar logam Pb < 10 mg/kg, kadar logam Cd <

0,3 mg/kg, dan kadar logam As < 5 µg/kg. Hasil dari pengukuran cemaran logam

Pb didapatkan hasil bahwa ekstrak sukoharjo tidak terdeteksi adanya logam Pb.

Sedangkan ekstrak tangerang selatan dan OKU Timur terdeteksi logam Pb yang

melebihi batas yang telah ditetapkan. Hasil pengukurannya yaitu ekstrak

Tangerang Selatan sebesar 60,81 µg/gram, ekstrak Sukoharjo tidak terdeteksi, dan

ekstrak OKU Timur 95,43 µg/gram. Adanya logam Pb yang berlebih ini

kemungkinan disebabkan karena daun salam yang diambil dari Tangerang Selatan

dan OKU Timur pohonnya tumbuh di dekat jalan, sehingga daun Salam dari

Tangerang Selatan dan OKU Timur terpapar oleh gas buang kendaraan.

Sedangkan hasil cemaran logam Cd yaitu ekstrak Tangerang Selatan sebesar 8,62

µg/gram, ekstrak Sukoharjo sebesar 4,42 µg/gram, dan ekstrak OKU Timur

sebesar 4,61 µg/gram. Untuk logam As didapatkan hasil bahwa ketiga sampel

tidak terdeteksi adanya Arsen pada limit deteksi alat < 0,005 µg/kg.

Logam-logam tersebut diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu

organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai

racun (Kristanto, 2002). Menurut Lu (2006) akumulasi timbal dalam tubuh

menimbulkan gejala keracunan pada setiap orang, antara lain sistem pernapasan,

darah, dan sistem saraf. Menurut Darmono (2008) kadmium dalam tubuh

terakumulasi pada hati dan ginjal terutama terikat sebagai metalotienin.

Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd disebabkan oleh interaksi antara Cd

dan protein tersebut sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja

enzim dalam tubuh

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian parameter ekstrak daun Salam, dapat disimpulkan

bahwa :

1. Sampel daun Salam yang digunakan pada penelitian ini berasal dari tiga

tempat tumbuh di Indonesia yaitu Tangerang Selatan, Sukoharjo dan OKU

Timur. Organoleptik ekstrak yaitu ekstrak kering, berwarna hitam

kecoklatan, berbau aromatik lemah, dan rasanya pahit. Kadar senyawa

terlarut dalam air 31,167 % ± 0,76 – 49,011 % ± 0,58 dan kadar senyawa

terlarut dalam etanol 38,545 % ± 0,58 – 58,091 % ± 0,68. Kandungan

kimia ekstrak daun Salam ini yaitu flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan

triterpenoid.

2. Susut pengeringan yang diperoleh yaitu 8,420 % ± 0,30 – 12,624 % ±

1,58. Bobot jenis ekstrak sebesar 1,002 % ± 0,0005 – 1,005 % ± 0,0016.

Kadar air sebesar 4,999 % ± 0,24 – 7,298 % ± 0,18. Kadar abu total

sebesar 7.242 % ± 0,54 – 14,438 % ± 0,41, sedangkan kadar abu tidak

larut asam sebesar 0,380 % ± 0,03 – 1,314 % ± 0,02.

3. Cemaran logam Pb untuk ekstrak daun Salam Tangerang Selatan sebesar

60,18 µg/g, ekstrak Sukoharjo tidak terdeteksi, dan ekstrak OKU Timur

sebesar 95,43 µg/g. Cemaran logam Cd untuk ekstrak daun salam

Tangerang Selatan sebesar 8,62 µg/g, ekstrak Sukoharjo 4,42 µg/g, dan

ekstrak OKU Timur 4,61 µg/g. Logam Pb dan Cd pada ekstrak daun salam

tersebut sangat tinggi, hanya pada ekstrak daun salam sukoharjo yang

tidak terdeteksi logam Pb. Menurut persyaratan, batas logam Pb yaitu 10

mg/kg dan Cd 0,3 mg/kg. Cemaran logam As untuk ketiga sampel yaitu

<0,005 µg/g, sehingga memenuhi persyaratan yang ditentukan yaitu

sebesar 5 µg/kg.

64

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.2 SARAN

Diperlukan penelitian lanjutan ekstrak etanol daun Salam sehingga

nantinya dapat dibuat formulasi sediaan yang sesuai untuk ekstrak etanol daun

Salam.

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, A. W. (2012). Uji Daya Antibakteri Ekstrak Daun Salam (Eugenia

polyantha Wight) Dalam Pasta Gigi Terhadap Pertumbuhan Streptococcus

mutans. Jember: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

Anonim. (1995). Farmakope Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Anonim. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

Ansel, H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahan Farida Ibrahim.

Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Arifin, H., Nelvi, A., Handayani, D., & Rasyid, R. (2006). Standarisasi Ekstrak

Etanol Daun Eugenia Cumini Merr. J. Sains Tek. Far. , hal. 88-93.

Chang, C. C., Yang, M. H., Wen, H. M., & Chern, J. C. (2002). Estimation of

Total Flavonoid Content in Propolis by Two Complementary Colorimetric

Methods. Journal of Food and Drug Analysis , Vol. 10, No. 3, Hal. 178-182.

Dalimartha, S. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (Ed. II ed.). Jakarta:

Trubus Agriwidya.

Day, R. A., & Underwood, A. L. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif (Penerjemah

Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Ph. D). Jakarta: Erlangga.

Dharmayanti, S. E. (2000). Efektifitas Pemberian Propolis Lebah Dan Royal Jelly

Pada Abses Yang Disebabkan Saphylococcus aureus. Pusat Penelitian

Bogor: LIPI.

Enda, W. G. (2009). Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam

(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan. Medan:

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S. (1992). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Fitri, A. (2007). Pengaruh Penambah Daun Salam (Eugenia polyantha Wight)

Terhadap Kualitas Mikrobiologis, Kualitas Organoleptis dan Daya Simpan

Telur Asin pada Suhu Kamar. Surakarta: Jurusan Mikrobiologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.

Gandjar, I. G., & Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Ganiswara, T. (1995). Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi

dan Terapeutik FKUI.

66

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gocan, S. (2002). Stationary Phases for Thin Layer Chromatography. Journal of

Chromatographic Science , Vol. 40.

Har, L. W., & Ismail, I. S. (2012). Antioxidant Activity, Total Phenolic and Total

Flavonoids of Syzygium polyanthum (Wight) Walp Leaves. Int. J. Med.

Arom. Plants , Vol. 2, No. 2, Hal. 219-228.

Harbone, J. (1987). Metode Fitokimia : Penentuan Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan. (K. Padmawinata, & I. Soediro, Penerj.) Bandung: ITB.

Hariyati, S. (2005). Standardisasi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Salah Satu

Tahapan Penting dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia. Info POM

Badan Pengawas Obat dan Makanan , Vol. 6 No. 4, hal 1-5.

Hermansyah. (2008). Isolasi dan karakterisasi Flavonoid Dari Daun Salam

(Polyanthi folium). Padang: Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Andalas.

Krisyanella, Dachriyanus, & Marlina. (n.d.). Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak

serta Isolasi Senyawa Aktif Antibakteri dari Daun Karamunting

(Rhodomyrtus tomentosa (W.Ait) Hassk). Pasca Sarjana Prodi Farmasi

Universitas Andalas .

Malik, A., & Ahmad, A. R. (2013). Antidiarrheal Acvity of Etanolic Extract of

Bay Leaves (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp). International Research

Journal of Pharmacy, 106-108.

Muhtadi, Suhendi, A., W., N., & Sutrisna, E. (2012). Potensi Daun Salam

(Syzygium polyanthum Walp.) dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa Linn)

Sebagai Kandidat Obat Herbal Terstandar Asam Urat. Pharmacon , Vol. 13,

No. 1, Hal. 30-36.

Mutiatikum, D., Alegantina, S., & Astuti, Y. (2010). Standardisasi Simplisia dari

Buah Miana (Plectranthus seutellaroides (L) R.Bth) Yang Berasal dari 3

Tempat Tumbuh Menado, Kupang dan papua. Puslitbang Biomedis dan

Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan , Vol. 38, No. 1,

hal. 1-16.

Noveriza, r., & Miftakhurohmah. (2010, Maret). Ekstrak Metanol Daun Salam

(Eugenia polyantha) dan Daun Jeruk Purut (Cytrus histrix) sebagai

Antijamur pada Pertumbuhan Fusarium oxysporum. JURNAL LITTRI VOL

16 NO. 1 , 6-11.

Pelezar W, C. E. (1988). Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI Press.

Rambe, k. n., Pasaribu, a., & Nst, r. b. (2012). Uji Antibakteri Ekstrak Metanol

Daun Salam (Sygyzium pholyanthum). Jurnal Saintia Kimia , 1, Vol.1, No.

1.

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung : ITB.

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sabir, A. (2003). Pemanfaatan Flavonoid di Bidang Kedokteran Gigi. Surabaya:

Airlangga University Press.

Saifudin, A., Rahayu, V., & Teruna, H. Y. (2011). Standardisasi Bahan Obat

Alam. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sangi, m., Runtuwene, m. R., Simbala, h. E., & Makang, v. M. (2008). Analisis

Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara. Chem. Prog. Vol.

1, No. 1 , 47-53.

Sarker, D. S., Latif, Z., & Gray, I. A. (2006). Natural Product Isolation (Second

Edition ed.). Totowa, New Jersey: Humana Press.

Sastrohamidjojo, H. (1985). Kromatografi (Vol. edisi pertama). Yogyakarta:

Liberty.

Soebowo. (1993). Imunologi Klinik. Bandung: Angkasa.

Studiawan, H., & Santosa, M. H. (2005). Uji Aktivitas Penurun Kadar Glukosa

Darah Ekstrak Daun Eugenia polyantha pada Mencit yang diinduksi

Aloksan. Media Kedokteran Hewan , Vol. 21, No. 2, Hal. 62-65.

Sumarno. (2001). Kromatografi Teori Dasar. Yogyakarta: Bagian Kimia Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.

Tjitrosoepomo, G. (1988). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Townshend, A. (1995). Encyclopedia of Analytical Science, Vol. 2. London:

Academic Press Inc.

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN 1

ALUR PENELITIAN

Daun salam (Syzygium polyanthum Wight) segar

Penyaringan

Penguapan dengan Rotary evaporator

Ekstraksi (Maserasi dengan pelarut etanol 70% sampai mendekati tidak berwarna

Sortasi basah, pencucian,

pengeringan, sortasi kering,

dan penggilingan.

Ampas

Filtrat

Ekstrak kental etanol Rendemen

Uji parameter spesifik :

1. Identitas

2. Organoleptik

3. Senyawa terlarut dalam pelarut

tertentu

4. Identifikasi kandungan kimia

ekstrak

5. Pola kromatogram

Uji parameter non spesifik :

1. Susut pengeringan

2. Bobot jenis

3. Kadar air

4. Kadar abu

5. Kadar abu tidak larut asam

6. Penetapan sisa pelarut

7. Cemaran logam berat

Analisis data Analisis data

Determinasi sampel di

Herbarium Bogoriense,

Bidang Botani Puslit LIPI,

Bogor

Uji makroskopik

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN 2

HASIL DETERMINASI

Daun Salam Tangerang Selatan

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Daun Salam Sukharjo dan OKU Timur

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN 3

RENDEMEN EKSTRAK

Tangerang Selatan

% Rendemen ekstrak =

x 100 %

=

x 100 %

= 6,08 %

Sukoharjo

% Rendemen ekstrak =

x 100 %

=

x 100 %

= 8,24 %

OKU Timur

% Rendemen ekstrak =

x 100 %

=

x 100 %

= 15,48 %

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN 4

PERHITUNGAN KADAR SENYAWA TERLARUT AIR

Tabel L.1 Senyawa terlarut air

Tangerang Selatan

1. % Kadar senyawa terlarut air

x 100 % = 45,539%

2. % Kadar senyawa terlarut air

x 100 % = 44,827%

3. % Kadar senyawa terlarut air

x 100 % = 44,751%

Sukoharjo

1. % Kadar senyawa terlarut air

x 100 % = 49,463%

No Cawan

Kosong/Ao

(g)

Cawan +

Ekstrak/A1

(g)

Bobot

Ekstrak

Awal/B (g)

Senyawa

Terlarut

Air (%)

Rata-rata

Tangerang Selatan

1 34,0078 34,4662 1,0066 45,539 45,039%±0,44

2 34,2198 34,6687 1,0014 44,827

3 49,3400 49,7897 1,0049 44,751

Sukoharjo

1 43,3478 43,8453 1,0058 49,463 49,011%±0,58

2 38,6458 39,1398 1,0039 49,208

3 37,7095 38,1965 1,0070 48,361

OKU Timur

1 36,7663 37,0734 1,0028 30,624 31,167%±0,76

2 34,8650 35,1878 1,0078 32,030

3 35,9413 36,2501 1,0011 30,846

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. % Kadar senyawa terlarut air

x 100 % = 49,208%

3. % Kadar senyawa terlarut air

x 100 % = 48,361%

OKU Timur

1. % Kadar senyawa terlarut air

x 100 % = 30,624%

2. % Kadar senyawa terlarut air

x 100 % = 32,030%

3. % Kadar senyawa terlarut air

x 100 % = 30,846%

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN 5

PERHITUNGAN KADAR SENYAWA TERLARUT ETANOL

Tabel L.2 Senyawa terlarut etanol

Tangerang Selatan

1. % Kadar senyawa terlarut etanol

x 100 % = 52,271 %

2. % Kadar senyawa terlarut etanol

x 100 % = 52,850 %

3. % Kadar senyawa terlarut etanol

x 100 % = 51,030 %

Sukoharjo

1. % Kadar senyawa terlarut etanol

x 100 % = 58,799 %

No Cawan

Kosong/Ao

(g)

Cawan +

Ekstrak/A1

(g)

Bobot

Ekstrak

Awal/B (g)

Senyawa

Terlarut

Etanol

Rata-rata

Tangerang Selatan

1 48,7001 49,2283 1,0105 52,271 % 52,050 ± 0.93

2 49,6599 50,1911 1,0051 52,850 %

3 36,1209 36,6458 1,0286 51,030 %

Sukoharjo

1 34,3224 34,9295 1,0325 58,799 % 58,091 ± 0,67

2 34,3238 34,9081 1,0168 57,464 %

3 35,9616 36,5453 1,0062 58,010 %

OKU Timur

1 49,6601 50,0524 1,0008 39,199 % 38,545 ± 0,58

2 48,5133 48,9000 1,0081 38,359 %

3 36,3799 36,7632 1,0066 38,079 %

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. % Kadar senyawa terlarut etanol

x 100 % = 57,464 %

3. % Kadar senyawa terlarut etanol

x 100 % = 58,010 %

OKU Timur

1. % Kadar senyawa terlarut etanol

x 100 % = 39,199 %

2. % Kadar senyawa terlarut etanol

x 100 % = 38,359 %

3. % Kadar senyawa terlarut etanol

x 100 % = 38,079 %

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN 6

PERHITUNGAN SUSUT PENGERINGAN

Tabel L.3 Susut pengeringan

Tangerang Selatan

1. % Susut pengeringan

x 100 % = 8,203 %

2. % Susut pengeringan

x 100 % = 8,760 %

3. % Susut pengeringan

x 100 % = 8,298%

No Cawan

Kosong (g)

Cawan +

Ekstrak

Setelah

Pemanasan

(g)

Bobot

Ekstrak

Awal/ A (g)

Bobot

Ekstrak

Akhir/ B

(g)

Susut

Pengeringan

(%)

Tangerang Selatan Rata-rata 8,420 ± 0,30

1 38,8403 39,7613 1,0033 0,9210 8,203 %

2 40,4771 41,3999 1,0114 0,9228 8,760 %

3 38,8241 39,7447 1,0039 0,9206 8,298%

Sukoharjo Rata-rata 9,824 ± 0,27

1 40,9273 41,8314 1,0051 0,9041 10,049 %

2 37,3290 38,2358 1,0033 0,9068 9,618 %

3 39,3959 40,2999 1,0023 0,9040 9,807 %

OKU Timur Rata-rata 12,624 ± 1,58

1 37,2729 38,1624 1,0075 0,8895 11,712 %

2 39,1503 40,0361 1,0108 0,8858 12,366 %

3 38,8797 39,7738 1,0067 0,8941 11,185 %

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukoharjo

1. % Susut pengeringan

x 100 % =10,049 %

2. % Susut pengeringan

x 100 % = 9,618 %

3. % Susut pengeringan

x 100 % = 9,807 %

OKU Timur

1. % Susut pengeringan

x 100 % = 11,712 %

2. % Susut pengeringan

x 100 % = 12,366 %

3. % Susut pengeringan

x 100 % = 11,185 %

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN 7

PERHITUNGAN BOBOT JENIS

Tabel L.4 Bobot jenis

Bobot Jenis

BJ Air

Tangerang Selatan

1. Bobot Jenis

x 1 = 1,0047 g/mL

2. Bobot Jenis

x 1 = 1,0053 g/mL

3. Bobot Jenis

x 1 = 1,0029 g/mL

Sukoharjo

1. Bobot Jenis

x 1 = 1,0031 g/mL

2. Bobot Jenis

x 1 = 1,0023 g/mL

No Pikno

kosong/ Ao

(g)

Pikno +

etanol +

ekstrak/A1 (g)

Pikno +

air/A2 (g)

Bobot Jenis

(g/mL)

Rata-rata

Tangerang Selatan

1 17,6665 27,8688 27,8206 1,0047 1,004 ±

0.0012 2 17,6662 27,8757 27,8209 1,0053

3 17,6664 27,8505 27,8202 1,0029

Sukoharjo

1 17,6666 27,8520 27,8201 1,0031 1,002 ±

0.0005 2 17,6662 27,8440 27,8198 1,0023

3 17,6667 27,8430 27,8210 1,0022

OKU Timur

1 17,6664 27,8720 27,8204 1,0051 1,005 ±

0,0016 2 17,6665 27,8944 27,8208 1.0072

3 17,6663 27,8619 27,8209 1.0040

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bobot Jenis

x 1 = 1,0022 g/mL

OKU Timur

1. Bobot Jenis

x 1 = 1,0051 g/mL

2. Bobot Jenis

x 1 = 1.0072 g/mL

3. Bobot Jenis

x 1 = 1.0040 g/mL

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN 8

PERHITUNGAN KADAR ABU

Tabel L.5 Kadar abu

Tangerang Selatan

1. % Kadar Abu

x 100 % = 14,655 %

2. % Kadar Abu

x 100 % = 14,690 %

3. % Kadar Abu

x 100 % = 13,969 %

Sukoharjo

1. % Kadar Abu

x 100 % = 10,189 %

No Cawan

kosong/ Ao

(g)

Cawan +

Abu

Ekstrak/A1

(g)

Bobot

Ekstrak

awal/B (g)

Kadar Abu

Rata-rata

Tangerang Selatan

1 41,4335 41,7268 2,0014 14,438 ±

0,41 2 40,4767 40,7708 2,0020

3 38,8888 39,1690 2,0059

Sukoharjo

1 39,0654 39,2697 2,0050 9,615 ± 0,50

2 39,0033 39,1926 2,0149

3 37,2718 37,4587 2,0178

OKU Timur

1 49,2436 49,3769 2,0112 7,242 ± 0,54

2 47,3640 47,5143 2,0093

3 56,9410 57,0940 2,0082

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. % Kadar Abu

x 100 % = 3,395 %

3. % Kadar Abu

x 100 % = 9,262 %

OKU Timur

1. % Kadar Abu

x 100 % = 6,628 %

2. % Kadar Abu

x 100 % = 7,480 %

3. % Kadar Abu

x 100 % = 7,619 %

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN 9

PERHITUNGAN KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM

Tabel L.6 Kadar abu tidak larut asam

Tangerang Selatan

1. % Kadar Abu Tidak Larut Asam

x

100 % = 1,293 %

2. % Kadar Abu Tidak Larut Asam

x

100 % = 1,337 %

3. % Kadar Abu Tidak Larut Asam

x

100 % = 1,312 %

No Cawan

kosong/ Ao

(g)

Cawan + Abu

Ekstrak/A1

(g)

Bobot

Ekstrak

awal/B (g)

Bobot

Kertas

Saring/C(g)

Kadar Abu

tidak larut

asam

Tangerang Selatan Rata-rata = 1,314 ± 0,0220

1 38,8766 38,9105 2,0014 1,0549

2 39,1899 39,2244 2,0020 1,0184

3 37,2711 37,3056 2,0059 1,0757

Sukoharjo Rata-rata = 0,667 ± 0,0348

1 39,0654 39,0874 2,0050 1,0307

2 39,0033 39,0243 2,0149 1,0656

3 37,2718 37,2930 2,0178 1,0528

OKU Timur Rata-rata = 0,380 ± 0.0315

1 49,2436 49,2584 2,0112 1,0337

2 47,3640 47,3801 2,0093 1,0445

3 56,9410 56,9571 2,0082 1,0900

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukoharjo

1. % Kadar Abu Tidak Larut Asam

x

100 % = 0,706 %

2. % Kadar Abu Tidak Larut Asam

x

100 % = 0,640 %

3. % Kadar Abu Tidak Larut Asam

x

100 % = 0,654 %

OKU Timur

1. % Kadar Abu Tidak Larut Asam

x

100 % = 0,345 %

2. % Kadar Abu Tidak Larut Asam

x

100 % = 0,460 %

3. % Kadar Abu Tidak Larut Asam

x

100 % = 0,389 %

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN 10

PERHITUNGAN KADAR AIR

Tabel L.7 Kadar air

No

Cawan

kosong

(g)

Cawan +

Ekstrak

setelah

pemanasan

(g)

Berat

Ekstrak

awal

(g)/A

Berat

Ekstrak

setelah

pemanasan

(g)/B

Kadar Air

Rata-rata

Tangerang Selatan

1 56,9435 61,5970 5,0091 4,6535 7,298

±0,1807 2 47,3644 52,0156 5,0257 4,6512

3 49,2387 53,8964 5,0270 4,6577

Sukoharjo

1 38,8795 43,5342 5,0177 4,6547 7,087

±0,1321 2 39,1887 43,8418 5,0022 4,6531

3 37,2734 41,9292 5,0089 4,6558

OKU Timur

1 37,4560 42,2266 5,0265 4,7706 4,999

±0.2403 2 39,0686 43,8505 5,0432 4,7819

3 38,8267 43,6132 5,0240 4,7865

Tangeran Selatan

1. % Kadar Air

x 100 % = 7,099 %

2. % Kadar Air

x 100 % =7,451 %

3. % Kadar Air

x 100 % = 7,346 %

Sukoharjo

1. % Kadar Air

x 100 % = 7,234 %

2. % Kadar Air

x 100 % =6,978 %

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. % Kadar Air

x 100 % = 7,049 %

OKU Timur

1. % Kadar Air

x 100 % = 5,091 %

2. % Kadar Air

x 100 % = 5,181 %

3. % Kadar Air

x 100 % = 4,727 %

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN 11

PERHITUNGAN KADAR TOTAL FLAVONOID

Tabel L.8 Standar Kuersetin

No Konsentrasi (ppm) Absorbansi

1 0 0,005

2 5 0,060

3 10 0,119

4 15 0,159

5 20 0,195

Tabel L.9 Kadar total flavonoid

Sampel Absorbansi Absorbansi

rata-rata

Kons.

awal

(µg/m

L)

Kons.

akhir

(µg/m

L)

Faktor

Pengenceran

Kadar Total

Flavonoid

(%) 1 2

Tangerang

selatan

0,206 0,194 0,200 1000 100 10

Sukoharjo

0,133 0,143 0,138 1000 100 10

OKU

Timur

0,158 0,168 0,163 1000 100 10

0,000

0,050

0,100

0,150

0,200

0,250

0 5 10 15 20 25

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi

Kurva Kalibrasi Kuersetin

y = 0,00958x + 0,0118

R2 = 0,9944

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tangerang selatan

Sukoharjo

OKU Timur

Page 105: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN 12

HASIL UJI CEMARAN LOGAM BERAT

Page 106: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 107: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 108: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 109: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 110: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN 13

PERHITUNGAN CEMARAN LOGAM BERAT

a. Pb

Dari hasil pengukuran standar Timbal (Pb) didapatkan data sebagai

berikut :

Tabel L.10 standar logam Pb

No Konsentrasi Absorbansi

1 0 -0,0039

2 5 0,0534

3 10 0,1047

Berdasarkan pengukuran pada masing-masing sampel, maka didapatkan

hasil sebagai berikut :

Tangerang Selatan

y = 0,0109x - 0,0029

0,0109 = 0,0109x - 0,0029

x = 0,0109 + 0,0029

0,0109

x = 1,2699

Kadar Logam =

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

0,12

0 2 4 6 8 10 12

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi

Kurva Kalibrasi Pb

y = 0,0109x – 0,0029

R2 = 0,9994

Page 111: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

=

= 60,18 µg/gram = 60,18 ppm

Sukoharjo

Tidak terdeteksi

OKU Timur

y = 0,0109x - 0,0029

0,0194 = 0,0109x - 0,0029

x =

x = 2,0471

Kadar Logam =

=

= 95,43 µg/gram = 95,43 ppm

b. Cd

Dari hasil pengukuran standar kadmium (Cd) didapatkan data sebagai

berikut :

Tabel L.11 standar logam Cd

No Konsentrasi Absorbansi

1 0 -0,0009

2 5 0,8856

3 10 1,7638

Page 112: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan pengukuran pada masing-masing sampel, maka didapatkan

hasil sebagai berikut :

Tangerang Selatan

y = 0,1764x + 0,0004

0,0325 = 0,1764x + 0,0004

x =

x = 0,1819

Kadar Logam =

=

= 8,62 µg/gram = 8,62 ppm

Sukoharjo

y = 0,1764x + 0,0004

0,0173 = 0,1764x + 0,0004

x =

x = 0,0958

Kadar Logam =

=

-0,5

0

0,5

1

1,5

2

0 2 4 6 8 10 12

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi

Kurva Kalibrasi Cd

y = 0,1764x + 0,0004

R2 = 0,9999

Page 113: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

= 4,42 µg/gram = 4,42 ppm

OKU Timur

y = 0,1764x + 0,0004

0,0178 = 0,1764x + 0,0004

x =

x = 0,0989

Kadar Logam =

=

= 4,61 µg/gram = 4,61 ppm

c. As

Dari hasil pengukuran standar Arsen (As) didapatkan data sebagai

berikut :

Tabel L.12 standar logam As

No Konsentrasi (ug/L) Abs.

1 0 0,0024

2 5 0,0658

3 10 0,1212

4 15 0,1839

5 20 0,2413

Dari hasil pengukuran pada masing-masing sampel didapatkan hasil bahwa

pada masing-masing sampel tidak tedeteksi adanya Arsen (As).

y = 0,0119x + 0,0037 R² = 0,9996

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0 5 10 15 20 25

Kurva Kalibrasi As

Page 114: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

98

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN 14

BAHAN DAN ALAT PENELITIAN

Gambar L.1 Maserator

Gambar L.2 tanur/Furnace

Gambar L.3 Spektrofotometri UV-Vis

Gambar L.4 Timbangan analitik

Gambar L.5 Desikator

Gambar L.6 Oven

Page 115: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26062/1/ARUM SAMUDRA-fkik.pdf · Nama : Arum Samudra . ... 12.624% ± 1.5844),

99

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar L.7 HPLC

Gambar L.8 Simplisia Daun Salam

Gambar L.9 Rotary evaporator

Gambar L.10 Pilot plan