sejarah kerajaan samudra pasai
TRANSCRIPT
TUGAS KERAJAAN SAMUDRA PASAI
Nama kelompok :
1 . Putri ning rahayu
2. Seva sahrul jini
3. Triyani
Kelas : x – ips 2
MADRASAH ALIYAH NEGRI KLATEN
GURU PEMBIMBING KAMIBapak
Suratno
PETA
SAMUDRA PASIFIK
SUMATRA
SEJARAH AWAL
Kesultanan Pasai, juga dikenal
dengan Samudera Darussalam, atau
Samudera Pasai, adalah kerajaan Islam
yang terletak di pesisir pantai utara
Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota
Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi
Aceh, Indonesia.
PEMBENTUKAN AWAL
Berdasarkan Hikayat Raja-raja Pasai,
menceritakan tentang pendirian Pasai oleh
Marah Silu, setelah sebelumnya ia
menggantikan seorang raja yang bernama
Sultan Malik al-Nasser.[2] Marah Silu ini
sebelumnya berada pada satu kawasan yang
disebut dengan Semerlanga kemudian setelah
naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, ia
wafat pada tahun 696 H atau 1297 M
PEMERINTAHAN
Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antara Krueng
Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai),
Aceh Utara. Menurut ibn Batuthah yang menghabiskan waktunya
sekitar dua minggu di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak
memiliki benteng pertahanan dari batu, namun telah memagari
kotanya dengan kayu, yang berjarak beberapa kilometer dari
pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, dan
pasar serta dilalui oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan
menambahkan, walau muaranya besar namun ombaknya menggelora
dan mudah mengakibatkan kapal terbalik
PEREKONOMIAN
Sementara masyarakat Pasai umumnya telah
menanam padi di ladang, yang dipanen 2 kali
setahun, serta memilki sapi perah untuk
menghasilkan keju. Sedangkan rumah penduduknya
memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat
menjadi beberapa bilik, dengan lantai terbuat dari
bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang
disusun dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan
tikar rotan atau panda
AGAMA YANG DIANUT
Islam merupakan agama yang dianut oleh
masyarakat Pasai, walau pengaruh Hindu dan Buddha
juga turut mewarnai masyarakat ini. Dari catatan Ma
Huan dan Tomé Pires,[7] telah membandingkan dan
menyebutkan bahwa sosial budaya masyarakat Pasai
mirip dengan Malaka, seperti bahasa, maupun tradisi
pada upacara kelahiran, perkawinan dan kematian
LONCENG CAKRA DONYA
SILSILAH KESULTANAN
1 . 1267 - 1297 Sultan Malikussaleh (Meurah Silu)
2 . 1297 - 1326 Sultan Al-Malik azh-Zhahir I /
Muhammad I
3 . 1326 - 133? Sultan Ahmad I
4 . 133? - 1349 Sultan Al-Malik azh-Zhahir II
5 . 1349 - 1406 Sultan Zainal Abidin I
6 . 1406 - 1428 Ratu Nahrasyiyah
7 . 1428 - 1438 Sultan Zainal Abidin II
8 . 1438 – 1462 Sultan Shalahuddin
9 . 1462 – 1464 Sultan Ahmad II
10 . 1464 - 1466 Sultan Abu Zaid Ahmad III
11 . 1466 - 1466 Sultan Ahmad IV
12 . 1466 – 1468 Sultan Mahmud
13 . 1468 - 1474 Sultan Zainal
Abidin III
14 . 1474 - 1495 Sultan Muhammad
Syah II
15 . 1495 - 1495 Sultan Al-Kamil
16 . 1495 - 1506 Sultan Adlullah
17 . 1506 - 1507 Sultan Muhammad Syah
III
18 . 1507 - 1509 Sultan Abdullah
19. 1509 - 1514 Sultan Ahmad V
20. 1514 - 1517 Sultan Zainal Abidin IV
WARISAN SEJARAH
Penemuan makam Sultan Malik as-
Saleh yang bertarikh 696 H atau 1297
M, dirujuk oleh sejarahwan sebagai
tanda telah masuknya agama Islam di
Nusantara sekitar abad ke-13. Walau
ada pendapat bahwa kemungkinan
Islam telah datang lebih awal dari itu