uas pengembangan kurikulum
TRANSCRIPT
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum
Fakultas / Semester : Tarbiyah / IV
Dosen : Tata Somantri
1. Deskripsikan makna kurikulum, baik dari pengertian yang sempit maupun pengertian yang
luas menurut berbagai pendapat dan apa esensi kurikulum itu !
2. Jelaskan kedudukan kurikulum dalam Sistem Pendidikan dan Pendidikan Nasional !
3. Kemukakan dan jelaskan beberapa komponen kurikulum dan apa kaitannya antara
komponen yang satu dengan yang lainnya !
4. Sebutkan beberapa alasan kurikulum mengalami perubahan dan berikan alasan berupa
contoh pada mata pelajaran PAI !
5. Apa yang anda ketahui tentang rencana di berlakukannya kurikulum 2013 ?
Selamat Bekerja !!!!!
6. JAWABAN
Nomor 1.
A. Makna Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latin ”curir” yang artinya
pelari, dan ”curere” yang artinya ”tempat berlari”, yang mengandung pengertian suatu jarak
yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai dengan finish. Dengan
demikian, istilah kurikulum pada awalnya berasal dari dunia olah raga pada zaman Romawi
Kuno di Yunani, dan kemudian diadopsi ke dalam dunia pendidikan. Pengertian tersebut
kemudian digunakan dalam dunia pendidikan, dengan pengertian sebagai rencana dan
pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam
menempuh pendidikan di lembaga pendidikan.
Secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan mengandung
pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau
diselesaikan siswa untuk mencapai satu tujuan pendidikan atau kompetensi yang ditetapkan.
Sebagai tanda atau bukti bahwa seseorang peserta didik telah mencapai standar kompetensi
tersebut adalah dengan sebuah ijazah atau sertifikat yang diberikan kepada peserta didik.
Menurut Prof. Dr. S. Nasution, M. A, Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses berlajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau
lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah
pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kulikuler yang formal juga kegiatan yang tak
formal.
Menurut Dr. H. Nana Sudjana Kurikulum adalah program dan pengalaman belajar serta hasil-
hasil belajar yang di harapkan yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang
tersusun secara sistematis, di berikan kepasa siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk
membantu pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan kompetensi sosial anak didik.
Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Kurikulum (curriculum) merupakan suatu
rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Menurut Mashur Muslich, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Prof.Dr. Henry Guntu Tarigan, Kurikulum adalah suatu formulasi pedagogis yang
termasuk paling penting dalam konteks PBM (Proses Belajar Mengajar).
B. Esensi Kurikulum
Dunia pendidikan kita terus berkembang sesuai dengan dinamikannya. Ketika pemerintah
sudah melakukan ambivalensi dalam dualisme kebijakannya yaitu deregulasi sekaligus
melakukan regulasi dalam dunia pendidikan dengan menempatkan lembaga pendidikan lebih
otonom dalam mengatur rumah tangganya-namun tetap pemerintah mengatur segi-segi
otoritas berupa standard nilai dan legitimasi yang mengacu kepada sistem pendidikan lokal
(an-sich) serta berbagai regulasi lainnya, maka nilai eksistensi dan kompetensi lembaga
pendidikan menjadi satu-satunya garansi, apakah lembaga pendidikan tersebut bisa survive
atau tidak dalam iklim persaingan pasar pendididikan kita yang sekarang ini semakin ketat
dan kompetitif. Dengan demikian hanya lembaga pendidikan yang mampu membangun
kompetensi keilmuan (kurikulum, SDM, dan regulasi akademis yang dibuat lembaga) dan
kredibilitas akademis (baik infra maupun suprastruktur pendidikan) yang akan direspon pasar
secara memadai.
Salah satu variabel dari kompetensi tersebut adalah menyangkut masalah kurikulum yang
senantiasa tetap substansial dan favorable untuk dikaji dan dianalisa segi-segi otentitas dan
kualitasnya. Sebab salah satu indikator sukses tidaknya keberhasilan dalam dunia pendidikan
yang diterapkan dalam lingkungan akademis adalah menyangkut kualitas kurikulum dan
implementasinya dalam kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum memiliki peranan penting dalam upaya mengarahkan dan memberikan persepsi
serta ruang lingkup kajian mengenai standard dan orientasi kegiatan belajar mengajar. Oleh
karenanya kurikulum dalam suatu pendidikan kerap dijadikan barometer penting suatu
eksistensi lembaga pendidikan dalam melihat otentitas budaya dan trend akademis yang terus
menggejala dinamis dalam dunia pendidikan kita. Lembaga pendidikan yang senantiasa
selalu progress dan terus menerus meng-update kurikulumnya, berarti lembaga pendidikan
tersebut memiliki sinergitas kuat dengan relevansi dunia pendidikan dalam melihat tuntutan
real dalam masyarakat.
Tujuan kurikulum adalah arah atau sasaran yang hendak di tuju oleh proses penyelenggaraan
pendidikan. Dalam setiap kegiatan seharusnnya mempunyai tujuan, karena tujuan menuntun
kepada apa yang hendak dicapai, atau gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan.
Maka, dengan mempunyai gambaran jelas tentang hasil yang hendak dicapai itu dapatlah
diupayakan berbagai kegiatan maupun perangkat untuk mencapainya.
Tujuan yang hendak dicapai, ada kalanya memerlukan jangka waktu yang pendek, dan ada
kalanya memerlukan jangka waktu lama atau jangka panjang. Tujuan jangka pendek
merupakan bagian terpadu yang pencapainnya merupakan langkah dalam mencapai tujuan
jangka panjang. Jadi dapat pula dikatakan, bahwa keberadaan jangka panjang adalah tujuan
akhir dari suatu kegiatan.
Untuk mencapai tujuan akhir, maka ditempuh langkah-langkah melalui pencapaian tujuan
jangka pendek, yang keberadaannya bias dikatakan sebagai perantara yang menghubungkan
tujuan-tujuan yang dapat segera dicapai dengan tujuan akhir.
Nomor 2.
A. Kedudukan Kurikulum dalam Sistem Pendidikan
Tugas utama seorang guru adalah membimbing, mengajar, serta melatih peserta didik secara
professional sehingga dapat mengantarkan peserta didiknya kepada pencapaian tujuan
pendidikan. Sehingga untuk melaksanakan tugas tersebut guru harus berpedoman pada suatu
alat yang disebut kurikulum.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pengajaran, serta cara yang digunakan dalam menyelenggarakan belajar mengajar (UU No. 2
Tahun 1989). Dan ini bertujuan sebagai arah, pedoman, atau sebagai rambu-rambu dalam
pelaksanaan proses pembelajaran (belajar mengajar).
Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah, hal ini berarti bahwa
kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pembelajaran.
Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, apakah
berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial,
ataupun kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan bahan pelajaran, ataupun
mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta
alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga diperlukan cara-cara
dan alat-alat penilaian tertentu pula. Keempat hal tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar, metode-
alat, dan penilaian merupakan komponen-komponen utama kurikulum. Dengan berpedoman
pada kurikulum, interaksi pendidikan antara guru dan siswa berlangsung. Interaksi ini tidak
berlangsung dalam ruang hampa, tetapi selalu terjadi dalam lingkungan tertentu, yang
mencakup antara lain lingkungan fisik, alam, sosial budaya, ekonomi, politik, dan religi.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum
mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan
tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.
Kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis
kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis
bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.
B. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan Nasional
Dalam sistem pendidikan nasional, kita mengenal tiga komponen utama, yakni:
(1) peserta didik,
(2) guru, dan
(3) kurikulum.
Dalam proses belajar mengajar, ketiga komponen tersebut terdapat hubungan yang tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Tanpa peserta didik, guru tidak akan dapat
melaksanakan proses pembelajaran. Tanpa guru para siswa juga tidak akan dapat secara
optimal belajar. Tanpa kurikulum, guru pun tidak akan mempunyai bahan ajar yang akan
diajarkan kepada peserta didik.
Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting di samping guru dan fasilitas. Dengan
kurikulum jelaslah gambaran tentang tujuan yang akan dicapai, bahan pembelajaran yang
akan diolah, program pembelajaran yang akan dilaksanakan, serta kegiatan pembelajaran
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Kurikulum memberikan pedoman kepada guru
untuk menyusun dan melaksanakan program pembelajaran. Gambaran tentang tinggi mutu
keluaran juga dapat diperkirakan dari kurikulum yang dilaksanakan.
Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah, hal ini berarti bahwa
kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pembelajaran.
Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, apakah
berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial,
ataupun kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan bahan pelajaran, ataupun
mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta
alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga diperlukan cara-cara
dan alat-alat penilaian tertentu pula. Keempat hal tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar, metode-
alat, dan penilaian merupakan komponen-komponen utama kurikulum. Dengan berpedoman
pada kurikulum, interaksi pendidikan antara guru dan siswa berlangsung. Interaksi ini tidak
berlangsung dalam ruang hampa, tetapi selalu terjadi dalam lingkungan tertentu, yang
mencakup antara lain lingkungan fisik, alam, sosial budaya, ekonomi, politik, dan religi.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum
mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan
tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.
Kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis
kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis
bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 19 menyatakan bahwa
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Oleh karena itu, kurikulum dan pembelajaran harus menghasilkan
outcomes seperti apa yang diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional tersebut, yaitu
menghasilkan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Nomor 3.
A. Komponen-komponen Kurikulum
Dalam komponen kurikulum ada hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu:
1) tujuan yang ingin dicapai,
2) materi yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan,
3) susunan materi/pengalaman belajar, dan
4) evaluasi apakah tujuan yang ditetapkan tercapai.
Komponen yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan.
1) Komponen Tujuan
Tujuan kurikulum mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional, ditetapkan dalam
UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum menyediakan
kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional khususnya dan menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.
Secara makro tujuan pendidikan nasional bertujuan membentuk organisasi pendidikan
bersifat otonom sehingga mampu melaksanakan inovasi untuk menuju lembaga yang
beretika, menggunakan nalar, social yang positif dan SDM yang tangguh. Secara mikro
pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan, selanjutnya bertanggung jawab dan berbudi pekerti yang luhur.
Zais (1976), mengandaikan tujuan sebagai target, makin dekat target itu maka makin mudah
dibidik. Tujuan yang dekat dan spesifik itu dengan mudah dapat dicapai guru waktu pelajaran
berlangsung, ini disebut tujuan intruksional.
Jadi, tujuan umum menyangkut hasil proses umum pendidikan seperti berbudi pekerti luhur.
Tujuan umum dijabarkan menjadi tujuan institusional yang mengacu pada tujuan institusi
(sekolah). Tujuan instisusional dijabarkan menjadi tujuan bidang studi tertentu yaitu tujuan
kurikuler. Tujuan kurikuler dijabarkan menjadi lebih spesifik lagi yaitu tujuan instruksional.
2) Komponen Materi
Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
• Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran
yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.
• Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
• Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Isi atau materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi kurikulum
itu dapat dikelompokan menjadi :
• Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan.
• Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral.
• Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.
Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsif-prinsif sebagai berikut:
• Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran.
• Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan.
Materi kurikulum mengandung asfek tertentu sesuai dengan tingkat tujuan kurikulum, yang
meliputi :
a). Teori f). Fakta
b). Konsep g). Istilah
c). Generalisasi h). Contoh atau ilusterasi
d). Prinsip i). Definisi
e). Prosedur j). Preposisi
Hilda Taba (1962:267), kriteria untuk memilih isi materi kurikulum, yaitu:
• Materi harus sahih dan signifikan, artinya menggambarkan pengetahuan mutakir.
• Relevan dengan kenyataan social dan kultur agar anak lebih memahaminya.
• Materi harus seimbang antara keluasan dan kedalaman.
• Materi harus mencakup berbagai ragam tujuan.
• Sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik.
• Materi harus sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.
Banyak kegagalan dalam komponen ini karena guru tidak bisa memberikan pengalaman
belajar pada peserta didiknya. Cara untuk mewujudkan pengalaman peserta didik adalah
dengan merancang dan menjabarkan materi pelajaran menjadi berbagai kegiatan belajar.
Menurut Taba (1062), kegiatan belajar menimbulkan pengalaman belajar (Taba, 1962).
3) Komponen Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi ajar dalam mencapai tujuan
kurikulum. Metode lebih menekankan pada kegiatan guru dan disebut dengan istilah lain
strategi pembelajaran.
Bagaimanapun idealnya tujuan tidak akan berhasil tanpa strategi. Strategi meliputi rencana
metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mecapai tujuan tertentu. T. Rakajoni
mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan dosen-
mahasiswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mecapai tujuan yang telah
ditentukan.
Perlu diperhatikan; Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk pemanfaatan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam
pembeajaran. Kedua, strategi disusun untuk tujuan tertentu. Jadi metode adalah upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang
telah disusun tercapai secara optimal. Maka itu satu strategi dapat digunakan beberapa
metode.
Metode pmbelajaran mempunyai fungsi penting dalam kurikulum. Karena itu penyusunannya
harus berdasarkan analisis tugas yang mengacu pada tujuan kurikulumdan berdasarkan
perilaku awal siswa (entry behavior).
Dalam kajian ini ada 3 alternatif pendekatan yang dapat digunakan yaitu :
a) Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran (subject oriented).
b) Pendekatan yang berpusat siswa (student oriented).
c) Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat (social oriented).
Landasan dalam tolak ukur untuk pemakaian jenis metode yaitu bahwa “ tidak ada metode
satupun yang dapat dikatakan lebih baik, namun metode pembelajaran hendaknya bersipat
multi metode”. Untuk memilih metode perlu pendekatan sebagai pedoman, ada beberapa
pendekatan yaiti; Pendekatan Heuristik, adalah pendekatan yang sifatnya menyampaikan
informasi termasuk metode ceramah dan sejenisnya. Pendekatan Ekspositorik, yaitu
pendekatan yang sifatnya praktek, termasuk percobaan, observasi, discovery inquiri dan
sejenisnya.
Rowntree (1974), strategi pembelajaran dibagi atas Strategi Exposition dan Discovery
Learning; serta strategi Groups dan individual learning. Dalam exposition, bahan ajar sudah
dikemas sedemikian rupa sehingga mahasiswa tinggal menguasai saja dan metode yang
banyak digunakan adalam ceramah. Dalam discovery learning, bahan ajar tidak dikemas
dalam bentuk yang sudah jadi, tetapi mahasiawa harus kreativ secara penuh, mencari dan
mengumpulkan informasi, membandingkan, menganalisa, dan sebagainya maka itu metode
yang sering dipakai adalah metode pemecahan masalah.
4). Komponen Organisasi Kurikulum
Komponen organisasi berkaitan dengan bagaimana materi disusun (diorganisasikan) sehingga
peserta didik memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.
Organisasi materi dan pengalaman belajar memiliki dua dimensi : horizontal dan vertikal.
Organisasi horizontal menyangkut ruang lingkup dan keterpaduan dari keseluruhan materi.
Organisasi horizontal merupakan kaitan antara satu mata pelajaran dengan pelajaran lain pada
kelas yang sama. Organisasi vertikal mencakup urutan dan kesinambungan materi pelajaran
berupa hubungan longitudinal/pengalaman belajar peserta didik.
Beberapa jenis organisasi kurikulum yaitu:
a) Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subject).
Kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah sendiri-sendiri tanpa ada
hubungan dengan mata pelajaran lain. Diberikan waktu tertentu tanpa melihat perbedaan
siswa semua dipandang sama.
b) Mata pelajaran berkorelasi (correlated).
Korelasi berfungsi untuk mengurangi kelemahan-kelemahan akibat pemisahan mata
pelajaran.
c) Bidang studi (broad field).
Organisasi kurikulum berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran dan mengkorelasikan
beberapa mata pelajaran dan sejenis yang memiliki ciri-ciri yang sama dan difungsikan disatu
bidang mata pelajaran.
d) Program yang berpusat pada anak (child centered).
Program yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan siswa, bukan pada mata pelajaran.
e) Inti masalah (core programs).
Core program adalah program berupa unit-unut masalah, dimana masalah diambil dari suatu
mata ajar tertentu, disini bermaksud untuk dapat memecahkan masalah.
f) Eclectic program
Yaitu suatu program mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat pada
mata ajar dan peserta didik.
Ada 5 kriteria organisasi materi pelajaran/pengalaman belajat yaitu :
• Kriteria ruang lingkup, mencakup materi dan pengalaman belajar. Menyangkut jawaban atas
pertanyaan : “materi dan pengalaman belajar apa yang harus diajarkan? Berapa jauh ruang
lingkup dan organisasi materi itu harus ditetapkan untuk mencapai tujuan?”
• Kriteria integrasi menyangkut mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain
yang terkait. Bertujuan untuk membantu peserta didik melihat kesatuan yang ada antara
semua materi pelajaran yang terkait.
• Kriteria urutan menyangkut usaha untuk menghasilkan belajar kumulatif dan berkelanjutan
secara vertikal.
• Kriteria kontinuitas, menyangkut hubungan vertikal materi/kegiatan belajar. Umpama untuk
mengembangkan kemampuan menulis, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
latihan terus-menerus dan berulang-ulang.
• Kriteria keseimbangan, memperhatikan agar ada tekanan yang seimbang pada semua asfek
yang ada. Keseimbangan dicapai kalau semua peserta didik berkesempatan memahami
materi, baik pada asfek personal, sosial maupun intelektual.
5). Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks
kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan
telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang
ditetapkan.
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum, dengan evaluasi dapat diperoleh
informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan
proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum
itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan.
Aspek yang dinilai bertitik tolak dari tujuan yang akan dicapai. Sedangkan jenis penilaian
tergantung pada tujuan diselenggarakannya penilaian itu sendiri. Jenis-jenis penilaian
meliputi:
• Penilaian awal pembelajaran
• Penilaian proses pembelajaran
• Penilaian akhir pembelajaran.
B. Hubungan antara komponen yang satu dengan yang lainnya
Kurikulum terdiri dari komponen-komponen yang membentuknya, dan antara komponen
yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan. Komponen kurikulum terdiri dari komponen tujuan, komponen materi,
komponen metode, komponen organisasi dan komponen evaluasi. Sebagai mana tiap
komponen memiliki peran-peran yang sangat menentukan agar tercipta kurikulum yang baik
dan benar.
Dari ke semua komponen yang ada pada dasarnya semuanya berfungsi, berperan atau
bertujuan ingin mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Kurikulum mengacu kearah
pencapaian pendidikan nasional. Sesuai dengan UU No. 2 tahun 1989 tentang pendidikan
nasional,” Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk
mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
khususnya dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya”.
Nomor 4.
A. Alasan Kurikulum mengalami Perubahan
Kurikulum di Indonesia mengalami perubahan secara berkala, karena adanya perubahan
landasan-landasan pendidikan di Indonesia. Landasan- landasan tersebut digunakan sebagai
landasan untuk melaksanakan pendidikan di Indonesia. Landasan ini ada 5, yaitu:
1. Landasan filosofis (Pancasila)
2. Landasan psikologis
3. Landasan Sosial budaya (Sosbud)
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)
5. Landasan Hukum
Landasan yang cepat berubah adalah landasan Sosbud, Iptek, dan Hukum, sedangkan
landasan filosofis dan psikologis sifatnya stabil. Jika landasan-landasan tersebut di atas
berubah, maka kurikulum pun ikut berubah.
Sebagai contoh jika landasan hukum berubah, yaitu dengan lahirnyaUU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan berakibat berubahnya kurikulum di Indonesia. UU No. 20 tahun 2003 dan PP No.
19 tahun 2005 mengamanatkan bahwa kurikulum pada jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Kurikulum berubah menjadi
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Contoh lain terjadi perubahan landasan hukum dengan lahirnya UU RI no. 14/2005. Sebelum
lahir UU RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, kualifikasi akademik seorang guru
boleh Diploma 2 (D2), sekarang setelah berlakunya UU RI nomor 14 tahun 2005 kualifikasi
akademik seorang guru wajib Sarjana (Strata-1) atau diploma empat (pasal 8 jo pasal 9 UU
RI no. 14/2005).
Kurikulum disusun dan dilaksanakan oleh sekolah itu sendiri. Landasan penyusunannya
adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP), yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standar Nasional Pendidikan (SNP) ini
meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana-prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan merupakan acuan dan pedoman dalam mengembangkan,
melaksanakan, mengevaluasi keterlaksanaannya, dan menindaklanjuti hasil evaluasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
serta potensi peserta didik, masyarakat, dan lingkungannya.
Sebagai konsekuensinya pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan berdasarkan
standar nasional memerlukan langkah dan strategi yang harus dikaji berdasarkan analisis
yang cermat dan teliti. Analisis dilakukan terhadap tuntutan kompetensi yang tertuang dalam
rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar; Analisis mengenai kebutuhan dan potensi
peserta didik, masyarakat, dan lingkungan; Analisis peluang dan tantangan dalam memajukan
pendidikan pada masa yang akan datang dengan dinamika dan kompleksitas yang semakin
tinggi.
Sebagai contoh di salah satu satuan pendidikan di Samarinda setelah melalui analisis
mengenai kebutuhan dan potensi peserta didik yang mayoritas etnis Tionghoa, maka
ditambahkan mata pelajaran bahasa Mandarin.
KTSP dikembangkan sendiri oleh masing-masing sekolah namun harus mengacu pada
standar isi yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Menurut Panduan
penyusunan KTSP, Standar Isi (SI) mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI
adalah: kerangka dasar dan struktur kurikulum, standar kompetensi (SK) dan kompetensi
dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang
pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 Tahun 2006.
Pengembangan KTSP oleh sekolah-sekolah yang berpedoman kepada Standar Isi perlu
mempertimbangkan dan memperhatikan beberapa faktor, antara lain: satuan pendidikan,
potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. (ps
17 PP 19/2005).
Daerah yang memiliki potensi pertambangan, maka sekolah yang ada di daerah tersebut dapat
mengembangkan kurikulumnya, antara lain dengan menambahkan mata pelajaran tentang
pertambangan di daerah tersebut. Daerah yang memerlukan SDM yang memiliki memahami
pertambangan, maka dapat mengembangan kurikulumnya antara lain dengan memberikan
mata pelajaran mengenai ilmu pertambangan.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
• Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
• peserta didik dan lingkungannya
• Beragam dan terpadu
• Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
• Relevan dengan kebutuhan kehidupan
• Menyeluruh dan berkesinambungan
• Belajar sepanjang hayat
• Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
KTSP meninggalkan celah besar dalam upaya pencapaian standar lulusan dan standar
kelulusan. Antara standar isi dan standar kelulusan jelas memiliki korelasi, bahwa standar isi
memberikan arahan bagi pengembangan silabus di tingkat sekolah yang selanjutnya
diharapkan dapat mencapai standar kompetensi lulusan. Sekolah yang mengembangkan
KTSP sesuai dengan karakteristik, dan kebutuhan sekolah sementara pemerintah
menggunakan Ujian Nasional (UN) sebagai alat satu-satunya untuk mengukur kompetensi
lulusan. Padahal mekanisme ini sendiri masih belum sesuai dengan aturan dalam ketentuan
PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), "Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada
pendidikan dasar dan menengah setelah:
• menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
• memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian,
kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan;
• lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi; dan
• lulus Ujian Nasional.
Keunggulan KTSP adalah sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas sekolah dan
sarana mengembangkan keunggulan lokal di Indonesia. Sekolah di Kaltim yang kaya hasil
tambangnya, dapat mengajarkan ke anak didiknya tentang ilmu pertambangan, sehingga
kelak lulusannya bisa menjadi tenaga yang mampu mengeksplorasi hasil tambang di Kaltim.
B. Alasan perubahan kurikulum pada mata pelajaran PAI
Penerapan kurikulum PAI dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan makro dan
mikro. Pendekatan makro, dapat dilihat misalnya merancang program pengajaran untuk
mengklasifikasikan tugas-tugas yang akan menjadi tuntunan atau agenda utama yang harus
dikerjakan dalam proses pengajaran; merumuskan kembali tujuan kurikulum yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik di sekolah agar standar mutu yang
diharpkan tercapai; menciptakan sumber belajar sebagai pendukung penerapan kurikulum,
pembelajaran PAI diarahkan sebagai materi yang mengarah tercapainya tri kompetensi, yakni
pemahaman, penghayatan dan perilaku atau perbuatan yang disemangati ajaran Islam.
Sementara pendekatan mikro sebagai tujuan yang lebih sempit, sekolah dapat menentukan
tujuan materi agar sesuai dengan kecakapan dan kemampuan peserta didik; mengukur
kemampuan awal siswa dan memberikan solusi/alternatif atas ragamnya kemampuan peserta
didik sehingga mereka mendapatkan materi yang sesuai dengan tingkatannya, pembentukan
perfomansi (perilaku), artinya tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa mampu dan
sesuai dengan kemampuannya; Menyusun evaluasi yang sesuai dengan tingkatan kemampuan
para siswa.
Upaya-upaya yang harus dilakukan guru dalam menerapkan kurikulum PAI yaitu:
1) Menyusun pendekatan pembelajaran, seperti pendekatan rasional, emosional, pengalaman,
pembiasaan, fungsional, dan keteladanan.
2) Menerapkan sembilan prinsip impelementasi kurikulum pendidikan Al-Islam, seperti;
pembelajaran berpusat pada siswa, belajar untuk berbuat atau melakukan, mengembangkan
kemampuan atau kepekaan sikap sosialnya, mengembangkan ketrampilan memecahkan
masalah (problem solving), mengembangkan kreativitas siswa, mengembangkan kemampuan
menggunakan ilmu dan teknologi, Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik,
belajar sepanjang hayat, memadukan kompetensi, kerjasama, dan solidaritas.
3) Membangkitkan motivasi belajar siswa kurikulum Al-Islam, seperti; prinsip
kebermaknaan, prinsip pengetahuan dan keterampilan prasyarat, prinsip menjadi model,
prinsip komunikasi terbuka, memberi tugas yang menantang, Latihan yang tepat dan aktif,
penilaian tugas, menciptakan kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan, keragaman
pendekatan, mengembangkan beragam kemampuan, melibatkan sebanyak mungkin indra,
keseimbangan pengaturan pengalaman belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, 1992. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru.
E. Mulyasa. 2002. “Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Didi, Sukiyudi, dkk. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI Press.
Hasibuan dan Moedjino, 1995. Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad, 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosdakarya.
Diposkan oleh Doni Pupuh Tandian di 05.05