uas pengembangan kurikulum

20
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum Fakultas / Semester : Tarbiyah / IV Dosen : Tata Somantri 1. Deskripsikan makna kurikulum, baik dari pengertian yang sempit maupun pengertian yang luas menurut berbagai pendapat dan apa esensi kurikulum itu ! 2. Jelaskan kedudukan kurikulum dalam Sistem Pendidikan dan Pendidikan Nasional ! 3. Kemukakan dan jelaskan beberapa komponen kurikulum dan apa kaitannya antara komponen yang satu dengan yang lainnya ! 4. Sebutkan beberapa alasan kurikulum mengalami perubahan dan berikan alasan berupa contoh pada mata pelajaran PAI ! 5. Apa yang anda ketahui tentang rencana di berlakukannya kurikulum 2013 ? Selamat Bekerja !!!!!

Upload: yudi-hamdani

Post on 27-Jul-2015

408 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Uas pengembangan kurikulum

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum

Fakultas / Semester : Tarbiyah / IV

Dosen : Tata Somantri

1. Deskripsikan makna kurikulum, baik dari pengertian yang sempit maupun pengertian yang

luas menurut berbagai pendapat dan apa esensi kurikulum itu !

2. Jelaskan kedudukan kurikulum dalam Sistem Pendidikan dan Pendidikan Nasional !

3. Kemukakan dan jelaskan beberapa komponen kurikulum dan apa kaitannya antara

komponen yang satu dengan yang lainnya !

4. Sebutkan beberapa alasan kurikulum mengalami perubahan dan berikan alasan berupa

contoh pada mata pelajaran PAI !

5. Apa yang anda ketahui tentang rencana di berlakukannya kurikulum 2013 ?

Selamat Bekerja !!!!!

Page 2: Uas pengembangan kurikulum

6. JAWABAN

Nomor 1.

A. Makna Kurikulum

Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latin ”curir” yang artinya

pelari, dan ”curere” yang artinya ”tempat berlari”, yang mengandung pengertian suatu jarak

yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai dengan finish. Dengan

demikian, istilah kurikulum pada awalnya berasal dari dunia olah raga pada zaman Romawi

Kuno di Yunani, dan kemudian diadopsi ke dalam dunia pendidikan. Pengertian tersebut

kemudian digunakan dalam dunia pendidikan, dengan pengertian sebagai rencana dan

pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam

menempuh pendidikan di lembaga pendidikan.

Secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan mengandung

pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau

diselesaikan siswa untuk mencapai satu tujuan pendidikan atau kompetensi yang ditetapkan.

Sebagai tanda atau bukti bahwa seseorang peserta didik telah mencapai standar kompetensi

tersebut adalah dengan sebuah ijazah atau sertifikat yang diberikan kepada peserta didik.

Menurut Prof. Dr. S. Nasution, M. A, Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk

melancarkan proses berlajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau

lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah

pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kulikuler yang formal juga kegiatan yang tak

formal.

Menurut Dr. H. Nana Sudjana Kurikulum adalah program dan pengalaman belajar serta hasil-

hasil belajar yang di harapkan yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang

tersusun secara sistematis, di berikan kepasa siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk

membantu pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan kompetensi sosial anak didik.

Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Kurikulum (curriculum) merupakan suatu

rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Menurut Mashur Muslich, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Menurut Prof.Dr. Henry Guntu Tarigan, Kurikulum adalah suatu formulasi pedagogis yang

termasuk paling penting dalam konteks PBM (Proses Belajar Mengajar).

B. Esensi Kurikulum

Page 3: Uas pengembangan kurikulum

Dunia pendidikan kita terus berkembang sesuai dengan dinamikannya. Ketika pemerintah

sudah melakukan ambivalensi dalam dualisme kebijakannya yaitu deregulasi sekaligus

melakukan regulasi dalam dunia pendidikan dengan menempatkan lembaga pendidikan lebih

otonom dalam mengatur rumah tangganya-namun tetap pemerintah mengatur segi-segi

otoritas berupa standard nilai dan legitimasi yang mengacu kepada sistem pendidikan lokal

(an-sich) serta berbagai regulasi lainnya, maka nilai eksistensi dan kompetensi lembaga

pendidikan menjadi satu-satunya garansi, apakah lembaga pendidikan tersebut bisa survive

atau tidak dalam iklim persaingan pasar pendididikan kita yang sekarang ini semakin ketat

dan kompetitif. Dengan demikian hanya lembaga pendidikan yang mampu membangun

kompetensi keilmuan (kurikulum, SDM, dan regulasi akademis yang dibuat lembaga) dan

kredibilitas akademis (baik infra maupun suprastruktur pendidikan) yang akan direspon pasar

secara memadai.

Salah satu variabel dari kompetensi tersebut adalah menyangkut masalah kurikulum yang

senantiasa tetap substansial dan favorable untuk dikaji dan dianalisa segi-segi otentitas dan

kualitasnya. Sebab salah satu indikator sukses tidaknya keberhasilan dalam dunia pendidikan

yang diterapkan dalam lingkungan akademis adalah menyangkut kualitas kurikulum dan

implementasinya dalam kegiatan belajar mengajar. 

Kurikulum memiliki peranan penting dalam upaya mengarahkan dan memberikan persepsi

serta ruang lingkup kajian mengenai standard dan orientasi kegiatan belajar mengajar. Oleh

karenanya kurikulum dalam suatu pendidikan kerap dijadikan barometer penting suatu

eksistensi lembaga pendidikan dalam melihat otentitas budaya dan trend akademis yang terus

menggejala dinamis dalam dunia pendidikan kita. Lembaga pendidikan yang senantiasa

selalu progress dan terus menerus meng-update kurikulumnya, berarti lembaga pendidikan

tersebut memiliki sinergitas kuat dengan relevansi dunia pendidikan dalam melihat tuntutan

real dalam masyarakat.

Tujuan kurikulum adalah arah atau sasaran yang hendak di tuju oleh proses penyelenggaraan

pendidikan. Dalam setiap kegiatan seharusnnya mempunyai tujuan, karena tujuan menuntun

kepada apa yang hendak dicapai, atau gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan.

Maka, dengan mempunyai gambaran jelas tentang hasil yang hendak dicapai itu dapatlah

diupayakan berbagai kegiatan maupun perangkat untuk mencapainya.

Tujuan yang hendak dicapai, ada kalanya memerlukan jangka waktu yang pendek, dan ada

kalanya memerlukan jangka waktu lama atau jangka panjang. Tujuan jangka pendek

merupakan bagian terpadu yang pencapainnya merupakan langkah dalam mencapai tujuan

jangka panjang. Jadi dapat pula dikatakan, bahwa keberadaan jangka panjang adalah tujuan

akhir dari suatu kegiatan.

Untuk mencapai tujuan akhir, maka ditempuh langkah-langkah melalui pencapaian tujuan

jangka pendek, yang keberadaannya bias dikatakan sebagai perantara yang menghubungkan

tujuan-tujuan yang dapat segera dicapai dengan tujuan akhir.

Nomor 2.

A. Kedudukan Kurikulum dalam Sistem Pendidikan

Tugas utama seorang guru adalah membimbing, mengajar, serta melatih peserta didik secara

Page 4: Uas pengembangan kurikulum

professional sehingga dapat mengantarkan peserta didiknya kepada pencapaian tujuan

pendidikan. Sehingga untuk melaksanakan tugas tersebut guru harus berpedoman pada suatu

alat yang disebut kurikulum.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan

pengajaran, serta cara yang digunakan dalam menyelenggarakan belajar mengajar (UU No. 2

Tahun 1989). Dan ini bertujuan sebagai arah, pedoman, atau sebagai rambu-rambu dalam

pelaksanaan proses pembelajaran (belajar mengajar).

Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah, hal ini berarti bahwa

kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pembelajaran. 

Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, apakah

berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial,

ataupun kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan bahan pelajaran, ataupun

mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta

alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga diperlukan cara-cara

dan alat-alat penilaian tertentu pula. Keempat hal tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar, metode-

alat, dan penilaian merupakan komponen-komponen utama kurikulum. Dengan berpedoman

pada kurikulum, interaksi pendidikan antara guru dan siswa berlangsung. Interaksi ini tidak

berlangsung dalam ruang hampa, tetapi selalu terjadi dalam lingkungan tertentu, yang

mencakup antara lain lingkungan fisik, alam, sosial budaya, ekonomi, politik, dan religi. 

Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum

mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. 

Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan

tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.

Kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis

kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis

bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.

B. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan Nasional

Dalam sistem pendidikan nasional, kita mengenal tiga komponen utama, yakni:

(1) peserta didik, 

(2) guru, dan 

(3) kurikulum. 

Dalam proses belajar mengajar, ketiga komponen tersebut terdapat hubungan yang tidak

dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Tanpa peserta didik, guru tidak akan dapat

melaksanakan proses pembelajaran. Tanpa guru para siswa juga tidak akan dapat secara

optimal belajar. Tanpa kurikulum, guru pun tidak akan mempunyai bahan ajar yang akan

diajarkan kepada peserta didik.

Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting di samping guru dan fasilitas. Dengan

kurikulum jelaslah gambaran tentang tujuan yang akan dicapai, bahan pembelajaran yang

akan diolah, program pembelajaran yang akan dilaksanakan, serta kegiatan pembelajaran

yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Kurikulum memberikan pedoman kepada guru

untuk menyusun dan melaksanakan program pembelajaran. Gambaran tentang tinggi mutu

keluaran juga dapat diperkirakan dari kurikulum yang dilaksanakan.

Page 5: Uas pengembangan kurikulum

Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah, hal ini berarti bahwa

kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pembelajaran. 

Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, apakah

berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial,

ataupun kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan bahan pelajaran, ataupun

mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta

alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga diperlukan cara-cara

dan alat-alat penilaian tertentu pula. Keempat hal tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar, metode-

alat, dan penilaian merupakan komponen-komponen utama kurikulum. Dengan berpedoman

pada kurikulum, interaksi pendidikan antara guru dan siswa berlangsung. Interaksi ini tidak

berlangsung dalam ruang hampa, tetapi selalu terjadi dalam lingkungan tertentu, yang

mencakup antara lain lingkungan fisik, alam, sosial budaya, ekonomi, politik, dan religi. 

Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum

mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. 

Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan

tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.

Kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis

kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis

bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.

Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 19 menyatakan bahwa

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Oleh karena itu, kurikulum dan pembelajaran harus menghasilkan

outcomes seperti apa yang diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional tersebut, yaitu

menghasilkan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Nomor 3.

A. Komponen-komponen Kurikulum

Dalam komponen kurikulum ada hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu: 

1) tujuan yang ingin dicapai, 

2) materi yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan, 

3) susunan materi/pengalaman belajar, dan 

4) evaluasi apakah tujuan yang ditetapkan tercapai.

Komponen yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang

tidak bisa dipisahkan.

1) Komponen Tujuan

Page 6: Uas pengembangan kurikulum

Tujuan kurikulum mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional, ditetapkan dalam

UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum menyediakan

kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional khususnya dan menciptakan

sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.

Secara makro tujuan pendidikan nasional bertujuan membentuk organisasi pendidikan

bersifat otonom sehingga mampu melaksanakan inovasi untuk menuju lembaga yang

beretika, menggunakan nalar, social yang positif dan SDM yang tangguh. Secara mikro

pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan, selanjutnya bertanggung jawab dan berbudi pekerti yang luhur.

Zais (1976), mengandaikan tujuan sebagai target, makin dekat target itu maka makin mudah

dibidik. Tujuan yang dekat dan spesifik itu dengan mudah dapat dicapai guru waktu pelajaran

berlangsung, ini disebut tujuan intruksional.

Jadi, tujuan umum menyangkut hasil proses umum pendidikan seperti berbudi pekerti luhur.

Tujuan umum dijabarkan menjadi tujuan institusional yang mengacu pada tujuan institusi

(sekolah). Tujuan instisusional dijabarkan menjadi tujuan bidang studi tertentu yaitu tujuan

kurikuler. Tujuan kurikuler dijabarkan menjadi lebih spesifik lagi yaitu tujuan instruksional.

2) Komponen Materi

Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun

dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

• Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran

yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.

• Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.

• Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Isi atau materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang

dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi kurikulum

itu dapat dikelompokan menjadi :

• Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan.

• Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral.

• Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.

Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsif-prinsif sebagai berikut:

• Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran.

• Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan.

Materi kurikulum mengandung asfek tertentu sesuai dengan tingkat tujuan kurikulum, yang

meliputi :

a). Teori f). Fakta

b). Konsep g). Istilah

c). Generalisasi h). Contoh atau ilusterasi

d). Prinsip i). Definisi

e). Prosedur j). Preposisi

Page 7: Uas pengembangan kurikulum

Hilda Taba (1962:267), kriteria untuk memilih isi materi kurikulum, yaitu:

• Materi harus sahih dan signifikan, artinya menggambarkan pengetahuan mutakir.

• Relevan dengan kenyataan social dan kultur agar anak lebih memahaminya.

• Materi harus seimbang antara keluasan dan kedalaman.

• Materi harus mencakup berbagai ragam tujuan.

• Sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik.

• Materi harus sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.

Banyak kegagalan dalam komponen ini karena guru tidak bisa memberikan pengalaman

belajar pada peserta didiknya. Cara untuk mewujudkan pengalaman peserta didik adalah

dengan merancang dan menjabarkan materi pelajaran menjadi berbagai kegiatan belajar.

Menurut Taba (1062), kegiatan belajar menimbulkan pengalaman belajar (Taba, 1962).

3) Komponen Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi ajar dalam mencapai tujuan

kurikulum. Metode lebih menekankan pada kegiatan guru dan disebut dengan istilah lain

strategi pembelajaran.

Bagaimanapun idealnya tujuan tidak akan berhasil tanpa strategi. Strategi meliputi rencana

metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mecapai tujuan tertentu. T. Rakajoni

mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan dosen-

mahasiswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mecapai tujuan yang telah

ditentukan.

Perlu diperhatikan; Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian

kegiatan) termasuk pemanfaatan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam

pembeajaran. Kedua, strategi disusun untuk tujuan tertentu. Jadi metode adalah upaya untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang

telah disusun tercapai secara optimal. Maka itu satu strategi dapat digunakan beberapa

metode.

Metode pmbelajaran mempunyai fungsi penting dalam kurikulum. Karena itu penyusunannya

harus berdasarkan analisis tugas yang mengacu pada tujuan kurikulumdan berdasarkan

perilaku awal siswa (entry behavior).

Dalam kajian ini ada 3 alternatif pendekatan yang dapat digunakan yaitu :

a) Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran (subject oriented).

b) Pendekatan yang berpusat siswa (student oriented).

c) Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat (social oriented).

Landasan dalam tolak ukur untuk pemakaian jenis metode yaitu bahwa “ tidak ada metode

satupun yang dapat dikatakan lebih baik, namun metode pembelajaran hendaknya bersipat

multi metode”. Untuk memilih metode perlu pendekatan sebagai pedoman, ada beberapa

pendekatan yaiti; Pendekatan Heuristik, adalah pendekatan yang sifatnya menyampaikan

informasi termasuk metode ceramah dan sejenisnya. Pendekatan Ekspositorik, yaitu

pendekatan yang sifatnya praktek, termasuk percobaan, observasi, discovery inquiri dan

sejenisnya.

Rowntree (1974), strategi pembelajaran dibagi atas Strategi Exposition dan Discovery

Page 8: Uas pengembangan kurikulum

Learning; serta strategi Groups dan individual learning. Dalam exposition, bahan ajar sudah

dikemas sedemikian rupa sehingga mahasiswa tinggal menguasai saja dan metode yang

banyak digunakan adalam ceramah. Dalam discovery learning, bahan ajar tidak dikemas

dalam bentuk yang sudah jadi, tetapi mahasiawa harus kreativ secara penuh, mencari dan

mengumpulkan informasi, membandingkan, menganalisa, dan sebagainya maka itu metode

yang sering dipakai adalah metode pemecahan masalah.

4). Komponen Organisasi Kurikulum

Komponen organisasi berkaitan dengan bagaimana materi disusun (diorganisasikan) sehingga

peserta didik memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.

Organisasi materi dan pengalaman belajar memiliki dua dimensi : horizontal dan vertikal.

Organisasi horizontal menyangkut ruang lingkup dan keterpaduan dari keseluruhan materi.

Organisasi horizontal merupakan kaitan antara satu mata pelajaran dengan pelajaran lain pada

kelas yang sama. Organisasi vertikal mencakup urutan dan kesinambungan materi pelajaran

berupa hubungan longitudinal/pengalaman belajar peserta didik.

Beberapa jenis organisasi kurikulum yaitu:

a) Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subject).

Kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah sendiri-sendiri tanpa ada

hubungan dengan mata pelajaran lain. Diberikan waktu tertentu tanpa melihat perbedaan

siswa semua dipandang sama.

b) Mata pelajaran berkorelasi (correlated).

Korelasi berfungsi untuk mengurangi kelemahan-kelemahan akibat pemisahan mata

pelajaran.

c) Bidang studi (broad field).

Organisasi kurikulum berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran dan mengkorelasikan

beberapa mata pelajaran dan sejenis yang memiliki ciri-ciri yang sama dan difungsikan disatu

bidang mata pelajaran.

d) Program yang berpusat pada anak (child centered).

Program yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan siswa, bukan pada mata pelajaran.

e) Inti masalah (core programs).

Core program adalah program berupa unit-unut masalah, dimana masalah diambil dari suatu

mata ajar tertentu, disini bermaksud untuk dapat memecahkan masalah.

f) Eclectic program

Yaitu suatu program mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat pada

mata ajar dan peserta didik.

Ada 5 kriteria organisasi materi pelajaran/pengalaman belajat yaitu :

• Kriteria ruang lingkup, mencakup materi dan pengalaman belajar. Menyangkut jawaban atas

pertanyaan : “materi dan pengalaman belajar apa yang harus diajarkan? Berapa jauh ruang

lingkup dan organisasi materi itu harus ditetapkan untuk mencapai tujuan?”

• Kriteria integrasi menyangkut mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain

yang terkait. Bertujuan untuk membantu peserta didik melihat kesatuan yang ada antara

Page 9: Uas pengembangan kurikulum

semua materi pelajaran yang terkait.

• Kriteria urutan menyangkut usaha untuk menghasilkan belajar kumulatif dan berkelanjutan

secara vertikal.

• Kriteria kontinuitas, menyangkut hubungan vertikal materi/kegiatan belajar. Umpama untuk

mengembangkan kemampuan menulis, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

latihan terus-menerus dan berulang-ulang.

• Kriteria keseimbangan, memperhatikan agar ada tekanan yang seimbang pada semua asfek

yang ada. Keseimbangan dicapai kalau semua peserta didik berkesempatan memahami

materi, baik pada asfek personal, sosial maupun intelektual.

5). Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks

kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan

telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang

ditetapkan.

Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum, dengan evaluasi dapat diperoleh

informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan

proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum

itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan.

Aspek yang dinilai bertitik tolak dari tujuan yang akan dicapai. Sedangkan jenis penilaian

tergantung pada tujuan diselenggarakannya penilaian itu sendiri. Jenis-jenis penilaian

meliputi:

• Penilaian awal pembelajaran

• Penilaian proses pembelajaran

• Penilaian akhir pembelajaran.

B. Hubungan antara komponen yang satu dengan yang lainnya

Kurikulum terdiri dari komponen-komponen yang membentuknya, dan antara komponen

yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang tidak bisa

dipisahkan. Komponen kurikulum terdiri dari komponen tujuan, komponen materi,

komponen metode, komponen organisasi dan komponen evaluasi. Sebagai mana tiap

komponen memiliki peran-peran yang sangat menentukan agar tercipta kurikulum yang baik

dan benar.

Dari ke semua komponen yang ada pada dasarnya semuanya berfungsi, berperan atau

bertujuan ingin mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Kurikulum mengacu kearah

pencapaian pendidikan nasional. Sesuai dengan UU No. 2 tahun 1989 tentang pendidikan

nasional,” Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk

mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional

khususnya dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya”.

Page 10: Uas pengembangan kurikulum

Nomor 4.

A. Alasan Kurikulum mengalami Perubahan

Kurikulum di Indonesia mengalami perubahan secara berkala, karena adanya perubahan

landasan-landasan pendidikan di Indonesia. Landasan- landasan tersebut digunakan sebagai

landasan untuk melaksanakan pendidikan di Indonesia. Landasan ini ada 5, yaitu:

1. Landasan filosofis (Pancasila)

2. Landasan psikologis

3. Landasan Sosial budaya (Sosbud)

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)

5. Landasan Hukum

Landasan yang cepat berubah adalah landasan Sosbud, Iptek, dan Hukum, sedangkan

landasan filosofis dan psikologis sifatnya stabil. Jika landasan-landasan tersebut di atas

berubah, maka kurikulum pun ikut berubah.

Sebagai contoh jika landasan hukum berubah, yaitu dengan lahirnyaUU No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan berakibat berubahnya kurikulum di Indonesia. UU No. 20 tahun 2003 dan PP No.

19 tahun 2005 mengamanatkan bahwa kurikulum pada jenjang Pendidikan Dasar dan

Menengah dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Kurikulum berubah menjadi

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh

dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

Contoh lain terjadi perubahan landasan hukum dengan lahirnya UU RI no. 14/2005. Sebelum

lahir UU RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, kualifikasi akademik seorang guru

boleh Diploma 2 (D2), sekarang setelah berlakunya UU RI nomor 14 tahun 2005 kualifikasi

akademik seorang guru wajib Sarjana (Strata-1) atau diploma empat (pasal 8 jo pasal 9 UU

RI no. 14/2005).

Kurikulum disusun dan dilaksanakan oleh sekolah itu sendiri. Landasan penyusunannya

adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP), yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standar Nasional Pendidikan (SNP) ini

meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga

kependidikan, standar sarana-prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan

standar penilaian pendidikan merupakan acuan dan pedoman dalam mengembangkan,

melaksanakan, mengevaluasi keterlaksanaannya, dan menindaklanjuti hasil evaluasi

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan

serta potensi peserta didik, masyarakat, dan lingkungannya.

Sebagai konsekuensinya pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan berdasarkan

standar nasional memerlukan langkah dan strategi yang harus dikaji berdasarkan analisis

yang cermat dan teliti. Analisis dilakukan terhadap tuntutan kompetensi yang tertuang dalam

rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar; Analisis mengenai kebutuhan dan potensi

peserta didik, masyarakat, dan lingkungan; Analisis peluang dan tantangan dalam memajukan

pendidikan pada masa yang akan datang dengan dinamika dan kompleksitas yang semakin

tinggi.

Sebagai contoh di salah satu satuan pendidikan di Samarinda setelah melalui analisis

mengenai kebutuhan dan potensi peserta didik yang mayoritas etnis Tionghoa, maka

Page 11: Uas pengembangan kurikulum

ditambahkan mata pelajaran bahasa Mandarin.

KTSP dikembangkan sendiri oleh masing-masing sekolah namun harus mengacu pada

standar isi yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Menurut Panduan

penyusunan KTSP, Standar Isi (SI) mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk

mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI

adalah: kerangka dasar dan struktur kurikulum, standar kompetensi (SK) dan kompetensi

dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang

pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 22 Tahun 2006.

Pengembangan KTSP oleh sekolah-sekolah yang berpedoman kepada Standar Isi perlu

mempertimbangkan dan memperhatikan beberapa faktor, antara lain: satuan pendidikan,

potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. (ps

17 PP 19/2005).

Daerah yang memiliki potensi pertambangan, maka sekolah yang ada di daerah tersebut dapat

mengembangkan kurikulumnya, antara lain dengan menambahkan mata pelajaran tentang

pertambangan di daerah tersebut. Daerah yang memerlukan SDM yang memiliki memahami

pertambangan, maka dapat mengembangan kurikulumnya antara lain dengan memberikan

mata pelajaran mengenai ilmu pertambangan.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut: 

• Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan 

• peserta didik dan lingkungannya

• Beragam dan terpadu

• Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

• Relevan dengan kebutuhan kehidupan

• Menyeluruh dan berkesinambungan

• Belajar sepanjang hayat

• Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

KTSP meninggalkan celah besar dalam upaya pencapaian standar lulusan dan standar

kelulusan. Antara standar isi dan standar kelulusan jelas memiliki korelasi, bahwa standar isi

memberikan arahan bagi pengembangan silabus di tingkat sekolah yang selanjutnya

diharapkan dapat mencapai standar kompetensi lulusan. Sekolah yang mengembangkan

KTSP sesuai dengan karakteristik, dan kebutuhan sekolah sementara pemerintah

menggunakan Ujian Nasional (UN) sebagai alat satu-satunya untuk mengukur kompetensi

lulusan. Padahal mekanisme ini sendiri masih belum sesuai dengan aturan dalam ketentuan

PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), "Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada

pendidikan dasar dan menengah setelah: 

• menyelesaikan seluruh program pembelajaran; 

• memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok

mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian,

kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan

kesehatan; 

• lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan

teknologi; dan 

Page 12: Uas pengembangan kurikulum

• lulus Ujian Nasional. 

Keunggulan KTSP adalah sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas sekolah dan

sarana mengembangkan keunggulan lokal di Indonesia. Sekolah di Kaltim yang kaya hasil

tambangnya, dapat mengajarkan ke anak didiknya tentang ilmu pertambangan, sehingga

kelak lulusannya bisa menjadi tenaga yang mampu mengeksplorasi hasil tambang di Kaltim.

B. Alasan perubahan kurikulum pada mata pelajaran PAI

Penerapan kurikulum PAI dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan makro dan

mikro. Pendekatan makro, dapat dilihat misalnya merancang program pengajaran untuk

mengklasifikasikan tugas-tugas yang akan menjadi tuntunan atau agenda utama yang harus

dikerjakan dalam proses pengajaran; merumuskan kembali tujuan kurikulum yang

disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik di sekolah agar standar mutu yang

diharpkan tercapai; menciptakan sumber belajar sebagai pendukung penerapan kurikulum,

pembelajaran PAI diarahkan sebagai materi yang mengarah tercapainya tri kompetensi, yakni

pemahaman, penghayatan dan perilaku atau perbuatan yang disemangati ajaran Islam.

Sementara pendekatan mikro sebagai tujuan yang lebih sempit, sekolah dapat menentukan

tujuan materi agar sesuai dengan kecakapan dan kemampuan peserta didik; mengukur

kemampuan awal siswa dan memberikan solusi/alternatif atas ragamnya kemampuan peserta

didik sehingga mereka mendapatkan materi yang sesuai dengan tingkatannya, pembentukan

perfomansi (perilaku), artinya tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa mampu dan

sesuai dengan kemampuannya; Menyusun evaluasi yang sesuai dengan tingkatan kemampuan

para siswa.

Upaya-upaya yang harus dilakukan guru dalam menerapkan kurikulum PAI yaitu:

1) Menyusun pendekatan pembelajaran, seperti pendekatan rasional, emosional, pengalaman,

pembiasaan, fungsional, dan keteladanan. 

2) Menerapkan sembilan prinsip impelementasi kurikulum pendidikan Al-Islam, seperti;

pembelajaran berpusat pada siswa, belajar untuk berbuat atau melakukan, mengembangkan

kemampuan atau kepekaan sikap sosialnya, mengembangkan ketrampilan memecahkan

masalah (problem solving), mengembangkan kreativitas siswa, mengembangkan kemampuan

menggunakan ilmu dan teknologi, Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik,

belajar sepanjang hayat, memadukan kompetensi, kerjasama, dan solidaritas.

3) Membangkitkan motivasi belajar siswa kurikulum Al-Islam, seperti; prinsip

kebermaknaan, prinsip pengetahuan dan keterampilan prasyarat, prinsip menjadi model,

prinsip komunikasi terbuka, memberi tugas yang menantang, Latihan yang tepat dan aktif,

penilaian tugas, menciptakan kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan, keragaman

pendekatan, mengembangkan beragam kemampuan, melibatkan sebanyak mungkin indra,

keseimbangan pengaturan pengalaman belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, 1992. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru.

E. Mulyasa. 2002. “Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Page 13: Uas pengembangan kurikulum

Didi, Sukiyudi, dkk. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI Press.

Hasibuan dan Moedjino, 1995. Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tafsir, Ahmad, 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosdakarya.

Diposkan oleh Doni Pupuh Tandian   di 05.05