u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

119
U PEN MAYOR PROGR UJI COBA NGOPERA AR TEKNOLO RAM STUDI FAKULTA IN A TUTUPA ASIAN BU KEPUL RI NADO S OGI DAN M I PEMANF AS PERIKA NSTITUT P AN IJUK UBU TAM LAUAN SE SYAHRUR MANAJEM FAATAN SU ANAN DAN PERTANIA BOGOR 2011 DAN GO MBUN DI ERIBU RAMADAN MEN PERIK UMBERDA N ILMU KEL AN BOGOR ONI PADA PERAIRA N KANAN TAN AYA PERIK LAUTAN R A AN NGKAP KANAN

Upload: lamdang

Post on 31-Dec-2016

239 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

UPEN

MAYOR PROGR

UJI COBANGOPERA

AR

TEKNOLORAM STUDI

FAKULTAIN

A TUTUPAASIAN BU

KEPUL

RI NADO S

OGI DAN MI PEMANF

AS PERIKANSTITUT P

AN IJUK UBU TAM

LAUAN SE

SYAHRUR

MANAJEMFAATAN SUANAN DANPERTANIA

BOGOR 2011

DAN GOMBUN DI ERIBU

RAMADAN

MEN PERIKUMBERDA

N ILMU KELAN BOGOR

ONI PADAPERAIRA

N

KANAN TANAYA PERIK

LAUTAN R

A AN

NGKAP KANAN

Page 2: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Uji Coba Tutupan Ijuk

dan Karung Goni pada Pengoperasian Bubu Tambun di Perairan Kepulauan

Seribu” adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum

pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 17 Februari 2011

Ari Nado Syahrur Ramadan

Page 3: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

ABSTRAK ARI NADO SYAHRUR RAMADAN. C44070033. Uji Coba Tutupan Ijuk dan Karung Goni pada Pengoperasian Bubu Tambun di Perairan Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh DINIAH dan ROZA YUSFIANDAYANI. Pengoperasian bubu tambun di Perairan Kepulauan Seribu menggunakan terumbu karang sebagai penutup dan kamuflase lingkungan terumbu karang dapat mengakibatkan rusaknya lingkungan terumbu karang. Hal ini dapat menggangu keseimbangan di lingkungan terumbu karang salah satunya ketersediaan sumberdaya ikan karang, sehingga perlu diupayakan solusinya. Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pengganti terumbu karang sebagai tutupan dalam pengoperasian alat tangkap bubu tambun, yaitu menggunakan media tutupan bahan alami ijuk dan goni, di Perairan Kepulauan Seribu. Metode yang digunakan adalah experimental fishing, yaitu mengoperasikan bubu tambun dengan jenis bahan tutupan berbeda. Bahan tutupan bubu tambun yang digunakan dikategorikan sebagai perlakuan, yaitu ijuk dan goni, serta karang sebagai kontrol. Uji coba dilakukan selama 10 trip penangkapan di Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Hasil tangkapan total dalam penelitian ini sebanyak 477 ekor dengan berat mencapai 39.225 g. Hasil tangkapan utama sebanyak 432 ekor dengan berat 33.525 g dan hasil tangkapan sampingan sebanyak 45 ekor dengan berat 5730 g. Komposisi hasil tangkapan total didominasi oleh Famili Pomacentridae sebanyak 159 ekor dengan berat 11,055 g. Hasil tangkapan bubu tambun menggunakan tutupan ijuk berjumlah 137 ekor dengan berat total sebesar 12.895 g. Famili Pomacentridae merupakan hasil tangkapan yang paling banyak pada bubu tambun menggunakan tutupan ijuk yaitu sebanyak 38 ekor. Hasil tangkapan bubu tambun menggunakan tutupan karung goni berjumlah 165 ekor dengan berat total sebesar 12.995 g. Famili Pomacentridae merupakan hasil tangkapan yang paling banyak pada bubu tambun menggunakan tutupan Goni yaitu sebanyak 61 ekor. Hasil tangkapan bubu tambun menggunakan tutupan karang berjumlah 175 ekor dengan berat total sebesar 13.365 g. Famili Pomacentridae merupakan hasil tangkapan yang paling banyak pada bubu tambun menggunakan tutupan karang yaitu sebanyak 60 ekor. Hasil tangkapan yang didapat oleh bubu Ijuk dan bubu goni tidak berbeda nyata dengan hasil bubu karang, sehingga bisa diterapkan dalam pengoperasian bubu tambun di Perairan Kepulauan Seribu. Kata kunci: bubu tambun, ijuk, goni, terumbu karang, Perairan Kepulauan Seribu.

Page 4: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

© Hak cipta IPB, Tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

Page 5: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

UJI COBA TUTUPAN IJUK DAN GONI PADA PENGOPERASIAN BUBU TAMBUN DI PERAIRAN

KEPULAUAN SERIBU

ARI NADO SYAHRUR RAMADAN C44070033

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar

Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 6: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

Judul Skripsi : Uji Coba Tutupan Ijuk dan Karung Goni pada Pengoperasian Bubu Tambun di Perairan Kepulauan Seribu.

Nama : Ari Nado Syahrur Ramadan

NRP : C44070033

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Program Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Disetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Diniah, M.Si. Dr. Roza Yusfiandayani,S.Pi. NIP. 19610924 198602 2 001 NIP.19740823 200801 2 006

Mengetahui,

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP 19621223 198703 1 001

Tanggal lulus: 17 Februari 2011

Page 7: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

KATA PENGANTAR

Kepulauan Seribu merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi

sumberdaya ikan karang yang cukup baik di Perairan Pulau Jawa. Salah satu alat

tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan Kepulauan Seribu untuk menangkap

ikan karang adalah bubu tambun. Dalam pengoperasiannya, nelayan bubu tambun

menggunakan terumbu karang untuk menimbun bubu, sehingga dikhawatirkan

akan semakin merusak ekosistem terumbu karang di Kepulauan Seribu.

Skripsi ini mengungkapkan modifikasi media tutupan bubu tambun dalam

pengoperasiannya, yaitu mengganti media tutupan yang semula terumbu karang

menjadi bahan alami lain, yaitu ijuk dan goni. Hal ini juga dimaksudkan dalam

rangka mancari alternatif upaya mengurangi kerusakan terumbu karang di

Perairan Kepulauan Seribu.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini, sehingga menjadi lebih sempurna.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Februari 2011

Ari Nado Syahrur Ramadan

Page 8: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :

(1) Dr.Ir. Diniah, M.Si. dan Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi. atas segala

bimbingan dan perhatian yang diberikan, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik;

(2) Dr.Ir. Muhammad Imron, M.Si. selaku Komisi Pendidikan Departemen

Pemanfaaatan Sumberdaya Perikanan dan Ir. Moch. Prihatna Sobari, MS.

selaku dosen Penguji Tamu dalam sidang ujian skripsi atas segala masukan

dan saran yang diberikan, sehingga skripsi ini tersusun lebih sempurna;

(3) Kepala Balai, Kepala Seksi III dan staf Taman Nasional Kepulauan Seribu;

(4) Pak Asep dan keluarga atas segala bantuan yang telah diberikan;

(5) Papa, Mama, Nata, Niko dan Nandre atas doa dan segala dukungan yang

diberikan hingga studi dapat diselesaikan dengan baik;

(6) Fifi Dewi Resti dan Muflihati Zainal atas perhatian dan semangat yang

diberikan;

(7) Rekan seperjuangan PSP 44 atas segala semangat dan kebersamaan selama

masa studi;

(8) Rekan seperjuangan di tempat kost kak Anja, kak Haryo, kak Lutfan dan

Hardi atas segala semangat dan kebersamaan selama masa studi; dan

(9) Pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Page 9: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Curup Provinsi Bengkulu pada

tanggal 02 Mei 1989 dari Bapak Drs. M Riduan dan Ibu

Harmini S.Pd. Penulis merupakan anak pertama dari empat

bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Curup pada tahun

2007 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB

melalui Undangan Seleksi Masuk IPB. Pada tahun 2007 penulis

memilih Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah

Dasar-Dasar Perikanan Tangkap pada tahun ajaran 2009/2010, asisten mata kuliah

Metode Observasi Bawah Air pada tahun ajaran 2010/2011, asisten mata kuliah

Rekayasa Tingkah Laku Ikan pada tahun ajaran 2010/2011 dan asisten mata

kuliah Alat Penangkapan Ikan pada tahun 2010/2011. Penulis juga aktif dalam

Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN)

sebagai staf Departemen Pengembangan Profesi pada masa jabatan 2009/2010 dan

sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan Bakat pada masa jabatan

2010/2011.

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian

untuk bahan menyusun skripsi dengan judul “Uji Coba Tutupan Ijuk dan Goni

pada Pengoperasian Bubu Tambun di Perairan Kepulauan Seribu”. Penulis

dinyatakan lulus dalam Sidang Ujian Skripsi yang diselenggarakan oleh Mayor

Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor pada tanggal 17 Februari 2011.

Page 10: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................ i

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... iii

1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Tujuan ...................................................................................................... 3 1.3 Manfaat .................................................................................................... 3

2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4 2.1 Sumberdaya Ikan Karang ........................................................................ 4 2.2 Ekosistem Terumbu Karang .................................................................... 6 2.3 Tingkah Laku Ikan Karang ...................................................................... 9 2.4 Alat Tangkap Bubu (Traps) ..................................................................... 11

2.4.1 Definisi dan klasifikasi ................................................................... 12 2.4.2 Konstruksi alat tangkap bubu (traps) ............................................. 12 2.4.3 Kelengkapan dalam unit penangkapan ........................................... 14

2.4.3.1 Kapal ................................................................................... 14 2.4.3.2 Nelayan ............................................................................... 16 2.4.3.3 Umpan ................................................................................ 16

2.5 Metode Pengoperasian Alat ..................................................................... 17 2.6 Daerah Penangkapan Ikan ....................................................................... 18 2.7 Hasil Tangkapan ...................................................................................... 18 2.8 Bahan Tutupan Bubu Uji Coba ............................................................... 19

2.8.1 Ijuk ................................................................................................... 20 2.8.2 Goni ................................................................................................ 21

3 METODE PENELITIAN ........................................................................... 22 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 22 3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 22

3.2.1 Alat tangkap bubu tambun ............................................................. 22 3.2.2 Perahu ............................................................................................. 24

3.3 Metode Penelitian .................................................................................... 24 3.4 Batasan Penelitian ................................................................................... 30 3.5 Asumsi yang Digunakan .......................................................................... 30 3.6 Metode Analisis Data .............................................................................. 30

4 KEADAAN UMUM PENELITIAN .......................................................... 32

4.1 Kondisi Geografis dan Perairan ............................................................... 32 4.2 Keadaan Penduduk .................................................................................. 33 4.3 Kondisi Perikanan Tangkap ..................................................................... 33 4.3.1 Kapal perikanan .............................................................................. 34 4.3.2 Alat tangkap .................................................................................... 34 4.3.3 Nelayan ........................................................................................... 35

Page 11: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

5 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 36 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Total .......................................................... 36 5.1.1 Komposisi hasil tangkapan bubu tambun menggunakan tutupan ijuk ..................................................................................... 39 5.1.2 Komposisi hasil tangkapan bubu tambun menggunakan tutupan goni .................................................................................... 42 5.1.3 Komposisi hasil tangkapan bubu tambun menggunakan tutupan karang ................................................................................ 44 5.2 Sebaran Panjang Hasil Tangkapan .......................................................... 46 5.3 Hasil Analisis Statistik ............................................................................ 48 5.4 Pengaruh Penggunaan Ijuk dan Goni dalam Operasional Bubu Tambun .......................................................................................... 50

6 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 54 6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 54 6.2 Saran ........................................................................................................ 54 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 55 LAMPIRAN ...................................................................................................... 59

Page 12: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

i

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ............................................... 33

2 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Pulau Panggang ......... 34

3 Jumlah kapal perikanan menurut gross tonage (GT) ................................... 34

4 Jenis dan jumlah alat tangkap di Kelurahan Pulau Panggang ...................... 35

5 Jumlah nelayan dan volume jumlah produksi perikanan menurut jenis alat tangkap yang digunakan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu ..... 35

6 Komposisi hasil tangkapan total berdasarkan jumlah hasil tangkapan ........ 36

7 Komposisi hasil tangkapan bubu tambun menggunakan tutupan Ijuk ......... 40

8 Komposisi hasil tangkapan bubu tambun menggunakan tutupan Goni ....... 42

9 Komposisi hasil tangkapan bubu tambun menggunakan tutupan Karang ... 44

10 Hasil uji Kruskal-Wallis data ketiga jenis bubu penelitian .......................... 49

11 Hasil uji Kruskal-Wallis data hasil tangkapan utama ketiga jenis bubu penelitian ...................................................................................................... 49

12 Hasil uji Kruskal-Wallis data hasil tangkapan sampingan ketiga jenis bubu penelitian ...................................................................................................... 49

11 Hasil tangkapan berdasarkan lama perendaman setelah perendaman awal . 50

Page 13: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Konstruksi bubu tambun .............................................................................. 23

2 Perahu yang digunakan dalam penelitian .................................................... 24

3 Konstruksi bubu tambun uji coba ................................................................ 25

4 Umpan bubu tambun bintang laut bantal (Culcita novaguineae) ................ 26

5 Batu pemberat yang dipasang pada bubu ..................................................... 26

6 Daerah penangkapan ikan perairan Pulau Panggang ................................... 27

7 Bubu tambun menggunakan karang di dalam perairan ................................ 28

8 Posisi pemasangan bubu .............................................................................. 28

9 Pengangkatan bubu tambun dalam penelitian .............................................. 29

10 Ukuran panjang total ikan ........................................................................... 29

11 Komposisi hasil tangkapan total berdasarkan famili ................................... 37

12 Komposisi hasil tangkapan total dalam persen ............................................ 38

13 Hasil tangkapan Famili Serranidae .............................................................. 39

14 Komposisi hasil tangkapan Famili Serranidae penelitian ............................ 39

15 Hasil tangkapan bubu tambun dengan tutupan ijuk ..................................... 41

16 Komposisi hasil tangkapan bubu tambun dengan tutupan ijuk dalam persen .......................................................................................................... 41

17 Hasil tangkapan bubu tambun dengan tutupan Goni ................................... 43

18 Komposisi hasil tangkapan Bubu Tambun dengan tutupan Goni dalam persen ........................................................................................................... 43

19 Hasil tangkapan bubu tambun dengan tutupan karang ................................ 45

20 Komposisi hasil tangkapan bubu tambun dengan tutupan karang dalam persen ................................................................................................ 45

21 Sebaran frekuensi panjang Betok Laut pada bubu Ijuk ............................... 46

22 Sebaran frekuensi panjang Betok Laut pada bubu Goni .............................. 47

23 Sebaran frekuensi panjang Betok Laut pada bubu Karang .......................... 47

24 Hasil uji kenormalan data hasil tangkapan ketiga jenis bubu penelitian ..... 48

25 Hasil tangkapan berdasarkan lama perendaman setelah perendaman awal .............................................................................................................. 51

Page 14: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Proses pembuatan bubu tambun penelitian ................................................... 60

2 Peta Kepulauan Seribu .................................................................................. 62

3 Peta Pulau Panggang tempat penelitian ........................................................ 63

4 Foto ikan hasil tangkapan bubu .................................................................... 64

5 Data hasil tangkapan penelitian .................................................................... 68

Page 15: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan sekitar 50.000 km2 dan

mempunyai keanekaragaman jenis dan produktivitas primer yang tinggi. Terumbu

karang mempunyai keunikan, diantaranya asosiasi atau komunitas lautan yang

seluruhnya dibentuk oleh kegiatan biologis. Namun dibalik produktivitas yang

tinggi tersebut, aktivitas manusia dalam rangka pemanfaatan sumberdaya alam di

daerah pantai, baik secara langsung maupun tidak langsung sering merusak

terumbu karang (Suprihayono 2000 diacu dalam Dahuri 2003).

Pemanfaatan sumberdaya ikan karang di Perairan Kepulauan Seribu antara

lain menggunakan bubu. Penangkapan ikan dengan bubu bersifat sistemik yang

mencakup aspek lingkungan dan melibatkan suatu teknologi pemanfaatan yang

harus dikelola dengan baik, sehingga mencapai proses optimasi pemanfaatan

sumberdaya perikanan yang ada. Menurut Martasuganda (2008), penangkapan

ikan dengan bubu yang berwawasan lingkungan mempunyai aspek yang penting.

Aspek pertama yaitu “lingkungan”, lingkungan adalah lingkungan hidup dalam

arti adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk

hidupnya, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

lainnya. Aspek kedua adalah teknologi penangkapan ikan berwawasan lingkungan

dalam arti upaya sadar dan berencana dalam menggunakan alat tangkap untuk

mengelola sumberdaya ikan secara bijaksana dalam pembangunan yang

berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu hidup tanpa

mempengaruhi atau mengganggu kualitas dari lingkungan hidup.

Pemanfaatan sumberdaya ikan karang di perairan Kepulauan Seribu

menggunakan bubu tambun. Pengoperasian bubu ini seyogyanya mempunyai

keunggulan tersendiri, yaitu ikan hasil tangkapan bubu tertangkap dalam kondisi

hidup dan kualitasnya lebih terjamin, karena hanya sedikit mengalami luka. Selain

itu harga alat tangkap bubu ikan karang relatif lebih murah dibandingkan dengan

alat tangkap ikan karang lainnya.

Page 16: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

2  

Pengoperasian bubu tambun di Kepulauan Seribu pada kenyataannya

dapat dikatakan tidak ramah lingkungan, karena menggunakan bongkahan

terumbu karang, baik yang hidup maupun terumbu karang yang mati. Hal ini yang

mengakibatkan rusaknya terumbu karang yang seharusnya menjadi subtrat bagi

pertumbuhan biota karang lainnya. Rusaknya sistem kehidupan karang akan

menyebabkan populasi ikan dan hewan lain makin berkurang, karena dalam

ekosistem kehidupan karang semua komponen merupakan mata rantai makanan

yang tidak terputus dan terus berinteraksi. Bila keseimbangannya terganggu akan

mengakibatkan terganggunya daya dukung lingkungan di terumbu karang,

akhirnya akan mengancam ekosistem terumbu karang secara keseluruhan.

Salah satu solusi yang ingin dikembangkan adalah pengoperasian bubu

tambun menggunakan bahan alami lain sebagai tutupan, sehingga tidak lagi

menggunakan terumbu karang. Penelitian tentang tutupan alami pernah dilakukan

oleh R. Nugroho Bayu Santoso pada tahun 2009, yaitu menggunakan tutupan

goni. Hasil penelitian tersebut belum menggambarkan hasil yang lebih baik.

Santoso (2009) menggunakan bubu tambun dengan tutupan goni 100 %.

Sehubungan dengan hal tersebut penulis bermaksud melakukan penelitian yang

sama, namun selain goni penulis menggunakan ijuk sebagai media tutupan.

Persentase tutupan goni dan ijuk yang digunakan dalam penelitian ini sebesar

70%. Hal ini dimaksudkan untuk dapat berfungsi sebagai alat kamuflase dari

habitat ikan karang. Pemasangan tutupan goni pada bubu tambun dalam penelitian

Santoso (2009) adalah berupa lembaran goni dan ditutupkan pada bagian atas

bubu tambun. Pada penelitian ini penulis menggunakan cara penutupan yang

berbeda dengan yang dilakukan Santoso (2009), cara penutupan bahan ijuk dan

goni dibentuk sedemikian hingga menjadi seperti sayap kupu–kupu yang

diletakkan sebagai tutupan bubu tambun penelitian. Kemudian potongan tersebut

disusun di bagian atas dan samping bubu, hingga luas tutupan mencapai 70 %.

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

dipakai nelayan dalam pengoperasian bubu tambun, sehingga dapat mengurangi

rusaknya ekosistem terumbu karang.

Page 17: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

3  

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari alternatif pengganti terumbu

karang sebagai tutupan dalam pengoperasian alat tangkap bubu tambun dengan

menggunakan media tutupan bahan alami ijuk dan goni di Perairan Kepulauan

Seribu.

1.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah:

(1) Bagi penulis, hasil penelitian ini akan dimanfaatkan sebagai bahan penyusun

skripsi yang merupakan salah satu tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana

di Institut Pertanian Bogor.

(2) Bagi nelayan, memberikan informasi mengenai media alternatif pengganti

terumbu karang untuk tutupan bubu dalam kegiatan penangkapan ikan karang

di Perairan Kepulauan Seribu.

(3) Bagi lingkungan, dapat mengurangi tekanan kerusakan terumbu karang,

sehingga ekosistem terumbu karang tetap terjaga.

Page 18: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumberdaya Ikan Karang

Sumberdaya ikan karang meliputi ikan konsumsi dan ikan hias. Sebagian

ikan bertulang keras (teleostei) yang merupakan ordo perciformes. Menurut

Hutomo (1995), kelompok ikan karang yang erat kaitannya dengan lingkungan

terumbu karang adalah:

(1) Tiga famili dalam sub ordo Labridei, yaitu famili Labridae (cina-cina),

Scaridae (kakatua) dan Pomacentridae (betok laut). Ketiganya bersifat diurnal;

(2) Tiga famili dari sub ordo Acanthuridae, yaitu famili Acanthuridae (butana),

Siganidae (baronang) dan Zanclidae (bendera atau moorish idol). Ketiganya

bersifat herbivora;

(3) Dua famili dari sub ordo Chaetodontidae yang mempunyai warna yang cerah;

(4) Famili Blennidae dan Gobiidae yang bersifat demersal dan menetap;

(5) Famili Apogonidae (beseng) nokturnal, memangsa avertebrata terumbu dan

ikan kecil;

(6) Famili Ostraciidae, Tetraodontidae dan Balestidae (pakol) yang menyolok

dalam bentuk dan warnanya; dan

(7) Pemangsa dan pemakan ikan (piscivorous) yang besar jumlahnya dan bernilai

ekonomis tinggi, meliputi famili Serranidae (kerapu), Lutjanidae (kakap),

Lethrinidae (lecam), Holocentridae (swanggi).

Menurut Susanto (2001) diacu dalam Dahuri (2003), beberapa

sumberdaya ikan yang hidup di karang mempunyai nilai ekonomis sebagai

berikut:

(1) Suku Chaetodontidae (Butterflyfish). Ikan yang termasuk suku ini

mempunyai bentuk tubuh yang pipih serta lebar, sehingga gerakannya

meliuk-liuk mirip karpet. Sampai sekarang diperkirakan terdapat sekitar 114

jenis ikan kepe-kepe yang tersebar di seluruh dunia, antara lain di Australia

50 jenis, Philipina 45 jenis, Indonesia 44 jenis, Taiwan 33 jenis dan Papua

Nugini 42 jenis. Ikan jenis ini hidup di perairan laut tropis pada kedalaman

perairan sampai 20 meter.

Page 19: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

5  

(2) Suku Pomancanthidae (Angelfishes). Bentuk ikan ini menarik dan dikenal

sebagai ikan bidadari atau enjel. Suku ini hidup di terumbu karang di

perairan tropis. Diperkirakan ada 74 jenis yang termasuk dalam suku

pomacanthidae. Ikan ini hidup pada kedalaman 1-50 meter, seperti marga

Centropype dan Genicanthus. Daerah penyebaran dan jumlah jenis ikan enjel

di perairan Indo-pasifik adalah Australia 23 jenis, Papua Nugini 22 jenis,

Indonesia 21 jenis, Taiwan 20 jenis dan Philipina 19 jenis. Jenis ikan ini

memiliki corak warna yang indah dan menarik.

(3) Suku Balistidae (Triggerfish). Ikan pelatuk atau ikan trigger banyak

ditemukan di perairan Indonesia. Di Perairan Kepulauan Seribu, jenis ikan

ini dikenal sebagai ikan pakol. Ikan pelatuk biasanya hidup soliter atau

menyendiri di habitat terumbu karang.

(4) Suku Labridae (Wrasses). Kelompok ikan ini di Indonesia disebut ikan

keling. Suku ini merupakan ikan diurnal yang aktif mencari makan di siang

hari dan sebagian besar merupakan ikan karnivor. Mangsanya berupa

moluska, cacing, krustase dan ikan kecil.

Widodo et al (1998) menjelaskan bahwa ada sepuluh famili utama dari

perairan Indonesia yang menyumbang produksi ikan karang konsumsi, yaitu

Caesionidae; Holocentridae; Serranidae; Siganidae; Scaridae; Lethrinidae;

Priacanthidae; Labridae; Lutjanidae dan Haemulidae. Beberapa jenis ikan karang

konsumsi yang banyak terdapat di pasaran, yaitu kerapu (Serranidae), lencam

(Lethrinidae), ekor kuning dan pisang-pisang (Caesionidae), baronang

(Siganidae), kakap merah (Lutjanidae), kakak tua (Scaridae), serta napoleon atau

marning atau siomay (Labridae). Ekor kuning atau pisang-pisang merupakan

kelompok ikan karang yang dapat dieksploitasi secara besar-besaran. Ikan ini

pemakan plankton dan membentuk kelompok (school) yang relatif besar.

Penyebaran ikan karang konsumsi terdapat di seluruh terumbu yang tersebar

sepanjang Kepulauan Indonesia.

Menurut Adrim (1993), kelompok ikan karang dibagi menjadi tiga

kategori, yaitu:

Page 20: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

6  

(1) Kelompok ikan target, yaitu ikan karang yang mempunyai manfaat sebagai

ikan konsumsi, seperti kelompok ikan famili Serranidae, Lutjanidae,

Haemulidae dan Lethrinidae;

(2) Kelompok ikan indikator, yaitu kelompok ikan karang yang dinyatakan

sebagai indikator kelangsungan hidup terumbu karang. Hanya satu famili

yang termasuk jenis kelompok ikan indikator, yaitu ikan dari famili

Chaetodontidae; dan

(3) Kelompok ikan utama atau mayor, yaitu ikan yang berperan dalam rantai

makanan, seperti ikan dari famili Pomacentridae, Scaridae, Achanturidae,

Caesionidae, Labridae, Mullidae dan Apogonidae.

2.2 Ekosistem Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang merupakan ciri dominan dari perairan dangkal

di daerah katulistiwa. Terumbu karang merupakan salah satu dari ekosistem pantai

yang sangat produktif dan sangat beraneka ragam. Terumbu karang memang unik

sifatnya diantara asosiasi dan masyarakat biota laut. Terumbu ini dibangun

seluruhnya oleh kegiatan biologik. Terumbu merupakan timbunan masif dari

kapur CaCO3 yang terutama telah dihasilkan oleh hewan karang dengan tambahan

penting dari alga berkapur dan organisme lain penghasil kapur. Proses produksi

kapur dapat dijelaskan secara sederhana seperti berikut. Kerangka atau corallus

dari karang batu terdiri dari CaCO3 terlarut dalam air laut, menurut persamaan

kimia berikut:

CaCO3 + H2CO3 Ca(HCO3)2  Ca + + 2HCO3

Asam karbonik hipotetikal (H2CO3) terdapat sebagai ion-ion hidrogen (H) dan

karbonat (HCO3) yang cenderung untuk memisah menjadi H2O dan CO2. Seluruh

reaksi kimia ini terjadi di dalam jaringan hewan karang, dimana air dan produksi

CO2 sangat dipercepat oleh enzim anhidrase. Karang pembentuk terumbu hidup

dalam simbiosis dengan zooxanthella, yakni alga bersel satu yang terdapat di

dalam endoderma. Zooxanthella mengambil CO2 untuk fotosintesis dan ini

mengakibatkan keseimbangan persamaan di atas terganggu dan bergerak ke kiri,

Page 21: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

7  

sehingga terjadi pengendapan CaCO3. Ini terjadi dalam satu irama harian dan

sebagian besar kapur diendapkan selama siang hari ketika fotosintesis mencapai

puncak kegiatannya, ketika malam hari kegiatan ini berhenti. Pada awalnya kristal

kapur terbentuk pada suatu matrik kitin lepas-lepas yang dikeluarkan oleh sel-sel

ektoderma. Kristal-kristal ini kemudian merekat menjadi kerangka yang terdiri

dari kristal-kristal kapur merekat di lapisan-lapisan bawah (Dahuri 2003).

Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang sangat rentan terhadap

gangguan akibat kegiatan manusia, dan pemulihannya memerlukan waktu yang

lama. Berbagai pendapat menyatakan hal yang sebaliknya, bahwa ekosistem

terumbu karang merupakan ekosistem yang dinamis, tidak mapan dan mampu

memperbaiki dirinya sendiri dari gangguan alami. Hal ini bila parameter

lingkungan utama bagi pertumbuhannya sangat mendukung, misalnya tingkat

kecerahan yang tinggi dan tidak banyak run-off polutan dan sedimen dari daratan

(Dahuri 2003).

Wallace (1994) mengemukakan bahwa ekosistem terumbu karang adalah

unik karena umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap

perubahan lingkungan hidupnya, terutama suhu, salinitas, sedimentasi, eutrofikasi

dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan

perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis

di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang

diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan

tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 0C di atas

suhu normal. Selain dari perubahan suhu, perubahan salinitas juga akan

mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang.

Nybakken (1992) mengelompokkan terumbu karang berdasarkan

hubungannya dengan daratan menjadi tiga tipe umum, yaitu :

(1) Terumbu karang tepi (Fringing reef/shore reef );

Terumbu karang tepi (fringing reef) adalah terumbu karang yang berada dekat

dan sejajar dengan garis pantai. Contoh tipe terumbu karang tepi adalah

terumbu karang yang ada di daerah Mentawai, Pangandaran, Parangtritis di

pantai selatan Pulau Jawa, Lombok dan Sumbawa.

Page 22: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

8  

(2) Terumbu karang penghalang (Barrier reef); dan

Terumbu karang tipe penghalang (Barrief reef) terletak di berbagai jarak

kejauhan dari pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang

terlalu dalam untuk pertumbuhan karang batu (40-70 m). Umumnya

memanjang menyusuri pantai dan biasanya mengelilingi pulau yang

merupakan penghalang bagi pendatang dari luar. Contohnya adalah The Great

Barrier Reef yang berderet di sebelah timur laut Australia dengan panjang

1.350 mil.

(3) Terumbu karang cincin (atol).

Terumbu karang cincin (atol) yang melingkari suatu goba (lagoon).

Kedalaman goba di dalam atol sekitar 45 m, jarang sampai 100 m seperti

terumbu karang penghalang. Contohnya adalah atol di Pulau Takabonerate di

Sulawesi Selatan.

Selain ketiga kelompok besar tersebut, di Indonesia terdapat jenis terumbu gosong

(patch reef), contohnya di Kepulauan Seribu di utara Pulau Jawa.

Dahuri (2003) menyatakan distribusi dan pertumbuhan ekosistem terumbu

karang bergantung pada beberapa parameter fisika, yaitu:

(1) Kecerahan

Cahaya matahari merupakan salah satu parameter utama yang berpengaruh

dalam pembentukan terumbu karang. Penetrasi cahaya matahari merangsang

terjadinya proses fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan

karang. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan

bersamaan dengan itu kemampuan karang untuk membentuk terumbu karang

(CaCo3) akan berkurang pula. Kebanyakan terumbu karang dapat

berkembang dengan baik pada kedalaman 25 meter atau kurang.

(2) Temperatur

Pada umumnya, terumbu karang tumbuh secara optimal pada kisaran suhu

perairan laut rata-rata tahunan antara 25 0C dan 29 0C. Suhu di luar kisaran

tersebut masih bisa ditolerir oleh spesies tertentu dari jenis karang hermatifik

untuk dapat berkembang dengan baik. Karang hermatifik dapat bertahan pada

suhu di bawah 20 0C selama beberapa waktu dan dapat mentolerir suhu

sampai 36 0C dalam waktu yang singkat.

Page 23: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

9  

(3) Salinitas

Banyak spesies karang peka terhadap perubahan salinitas yang besar.

Umumnya terumbu karang tumbuh baik di sekitar wilayah pesisir pada

salinitas 30 ppt - 35 ppt. Meskipun terumbu karang mampu bertahan pada

salinitas di luar kisaran tersebut, pertumbuhannya menjadi kurang baik bila

dibandingkan pada salinitas normal. Ada juga terumbu karang yang mampu

berkembang di kawasan perairan dengan salinitas 42 ppt, seperti di wilayah

timur tengah.

(4) Sirkulasi arus dan sedimentasi

Arus diperlukan dalam proses pertumbuhan karang dalam hal menyuplai

makanan berupa mikroplankton. Arus juga berperan dalam proses

pembersihan dari endapan material dan menyuplai oksigen yang berasal dari

laut lepas. Oleh karena itu, sirkulasi arus sangat berperan penting dalam

proses transfer energi. Arus dan sirkulasi air berperan dalam proses

sedimentasi. Sedimentasi dari partikel lumpur padat yang dibawa oleh aliran

permukaan (surface run off) akibat erosi dapat menutupi permukaan terumbu

karang, sehingga tidak hanya berdampak negatif terhadap hewan karang

tetapi juga terhadap biota yang hidup berasosiasi dengan habitat tersebut.

Partikel lumpur yang tersedimentasi tersebut dapat menutupi polip, sehingga

respirasi organisme terumbu karang dan proses fotosintesis oleh

zooxanthellae tidak terjadi.

2.3 Tingkah Laku Ikan Karang

Arami (2006) menyatakan bahwa ada tiga bentuk interaksi antara ikan

karang dengan terumbu karang yaitu : (1) interaksi langsung, sebagai tempat

berlindung dari predator atau pemangsa terutama bagi ikan muda; (2) interaksi

dalam mencari makan, meliputi hubungan antara ikan karang dan biota yang

hidup pada karang termasuk alga; dan (3) interaksi tak langsung akibat struktur

karang dan kondisi hidrologi sedimen.

Ikan menerima berbagai informasi mengenai keadaan sekeliling melalui

beberapa inderanya, seperti indera penglihat, pendengar, pencium, peraba dan

linea lateralis. Indera tersebut memungkinkan ikan untuk mendeteksi benda-benda

Page 24: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

10  

pada suatu jarak tertentu. Indera pendengar dan linea lateralis pada berbagai jenis

ikan dapat memberikan reaksi terhadap getaran suara yang dipancarkan dari jarak

ratusan bahkan ribuan meter dari tempat mereka berada. Indera penciuman ikan

mampu mengindera bau dari sumber yang cukup jauh, sedangkan indera

penglihatan, perasa dan peraba mempunyai kisaran reaksi yang lebih pendek. Ikan

yang menggunakan alat indera utama mata biasanya aktif pada siang hari atau

sering disebut ikan diurnal. Ikan diurnal banyak ditemukan di lapisan pelagis

dimana lapisan ini menerima sinar matahari lebih banyak. Sebaliknya ikan yang

aktif pada malam hari atau sering disebut ikan nokturnal, maka alat penerima yang

utama adalah linea lateralis, indera penciuman dan indera peraba (Gunarso 1985).

Menurut Furevik (1994), tingkah laku ikan dalam menghadapi bubu dapat

digolongkan ke dalam beberapa fase berurutan, yaitu:

(1) Fase arousal dan location;

Fase ini merupakan fase awal. Ikan akan tertarik untuk mendekati bubu.

Penyebab utama ikan mendekati bubu yang diberi umpan adalah adanya

penyebaran aroma umpan. Hampir seluruh jenis ikan menggunakan indera

penciuman untuk mendeteksi keberadaan mangsa atau umpan. Penyebaran

aroma umpan juga dipengaruhi oleh arus air. Bagi ikan untuk bereaksi

terhadap atraktan makan dari umpan konsentrasinya harus di atas level

tertentu (response level). Penyebaran aroma umpan akan mengundang ikan

untuk mendekati bubu. Ada pula penyebab lain ikan tertarik mendekati bubu,

seperti sifat thigmothasis ikan atau sifat ketertarikan ikan pada benda asing,

perilaku interspesies ikan, adaptasi bubu sebagai tempat tinggal dan stimulus

feromon dari mangsa. Untuk lokasi idealnya jarak antara bubu yang

berdekatan seharusnya diukur sehingga daerah daya tarik (active space) dari

bubu yang berdekatan tidak tumpang tindih. Pada saat tumpang tindihnya

besar, dua atau lebih bubu akan bersaing untuk ikan yang sama selama waktu

perendaman alat tangkap bubu.

(2) Fase nearfield dan ingress;

Fase ini merupakan fase lanjutan dari arousal dan location. Dalam fase ini,

ikan akan berusaha mendekati bubu dan mencoba masuk ke dalamnya.

Sejumlah pengamatan bawah air yang dilakukan telah mengenali pola tingkah

Page 25: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

11  

laku ikan mendekati bubu bergantung pada spesies ikan tersebut. High dan

Breadsley (1970) diacu dalam Furevik (1994) menyatakan beberapa jenis ikan

karang memiliki cara yang berbeda dalam mendekati bubu. Famili

Holocentridae dan Mullidae bergerombol memasuki bubu, sedangkan famili

Scaridae dan Pricanthidae memasuki bubu secara individu.

(3) Fase inside the pot atau aktivitas di dalam bubu; dan

Fase kritis dalam perikanan bubu adalah pada saat ikan bergerak memasuki

jalan pintu masuk. Desain pintu masuk mempengaruhi laju masuk maupun

keluarnya ikan, baik ikan yang berada dari luar bubu ke dalam bubu. Ikan

yang memasuki bubu karena tertarik aroma umpan akan langsung mendatangi

posisi umpan di dalam bubu, namun setelah beberapa lama ikan akan

kehilangan ketertarikannya terhadap umpan. Spesies ikan yang berbeda akan

memiliki perilaku yang berbeda pula di dalam bubu. High dan Breadsley

(1970) diacu dalam Furevik (1994) menyatakan bahwa famili Chaetodontidae,

Mullidae, Holocentridae dan Scaridae aktif berenang mengelilingi bubu,

sedangkan famili Serranidae diam menunggu mangsa di dalam bubu. Aktivitas

ikan di dalam bubu akan mengundang ikan lain untuk memasuki bubu. Famili

Serranidae cenderung tertarik memasuki bubu dikarenakan aktivitas mangsa di

dalam bubu.

(4) Fase escape atau lolos menuju lingkungan.

Laju lepasnya ikan yang terdapat di dalam bubu untuk setiap spesies ikan

bergantung pada aktivitas ikan tersebut di dalam bubu. Setiap ikan yang

tertangkap memiliki kemungkinan untuk lolos menuju lingkungan beberapa

waktu setelah tertangkap di dalam bubu. Ikan akan menyusuri dinding bubu

hingga menemukan celah untuk meloloskan diri, bahkan seringkali ikan dapat

keluar melalui mulut bubu yang terlalu besar.

2.4 Alat Tangkap Bubu (Traps)

Bubu merupakan alat tangkap yang berukuran kecil. Pemakaian bubu

tersebar di seluruh daerah perikanan Indonesia. Bentuk bubu bermacam-macam,

ada yang berbentuk kotak, silinder dan kerucut, bergantung jenis ikan sasaran

tangkap, namun prinsip pengoperasiannya tetap sama. Bahan yang digunakan

Page 26: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

12  

dalam pembuatan bubu bermacam-macam, seperti benang, kawat, rotan, bambu

maupun bahan lainnya (Subani dan Barus 1989).

2.4.1 Definisi dan klasifikasi

Alat tangkap bubu tambun termasuk klasifikasi perangkap dan penghadang.

Perangkap (traps) dan penghadang (guiding barriers) adalah semua alat

penangkap ikan yang berupa jebakan yang bersifat pasif (Subani dan Barus 1989).

Menurut von Brandt (2005), traps adalah salah satu alat tangkap menetap

yang umumnya berbentuk kurungan. Ikan dapat masuk dengan mudah tanpa ada

pemaksaan, tetapi sulit keluar atau lolos, karena dihalangi dengan berbagai cara.

Di tambahkan oleh Sainsburry (1982) bahwa pada dasarnya traps bersifat statis

pada saat dioperasikan, sehingga efektivitasnya bergantung pada gerakan renang

ikan. Pada prinsipnya ikan masuk ke dalam perangkap dimaksudkan sebagai

tempat berlindung. Konstruksi alat dibuat sedemikian rupa, sehingga bila ikan

telah masuk ke dalamnya tidak dapat melarikan diri (Gunarso 1985).

Bubu (portable traps) yaitu perangkap yang mempunyai satu atau dua

pintu masuk. Alat tersebut dipasang di dasar atau di atas permukaan dasar perairan

selama jangka waktu tertentu. Untuk menarik perhatian ikan, kadang-kadang di

dalam atau di luar perangkap tersebut diberi umpan berupa ikan, kulit kambing

atau kelapa (Baskoro 2005).

Bubu tambun adalah alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan

karang. Alat tangkap ini termasuk klasifikasi bubu dasar karena dioperasikan di

dasar perairan karang. Bahan pembuat bubu tambun sebagian besar terbuat dari

anyaman serutan bambu (Susanti 2005).

2.4.2 Konstruksi alat tangkap bubu (traps)

Secara garis besar bubu tambun tediri atas bagian-bagian badan (body),

mulut (funnel) atau ijeb dan pintu. Badan bubu sebagai rongga tempat ikan

terkurung. Mulut bubu berbentuk seperti corong dan merupakan tempat ikan

masuk tetapi tidak dapat keluar. Sementara pintu bubu merupakan tempat

pengambilan hasil tangkapan (Subani dan Barus 1989).

Page 27: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

13  

Pada umumnya bubu terdiri atas beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:

(1) Rangka;

Rangka bubu terbuat dari bahan yang kuat dan mampu mempertahankan

bentuk rangka saat operasi penangkapan ikan dan proses penyimpanan bubu.

Pada umumnya rangka bubu dibuat dari besi atau baja, namun di beberapa

tempat rangka bubu dibuat dari papan atau kayu. Di barat laut Brazil, nelayan

tradisional setempat menggunakan kayu mangrove sebagai rangka pada bubu

rock lobster. Di Kanada dan Barat laut Amerika Serikat, bubu lobster

tradisional dibuat dari kayu, tetapi kini plastik digunakan sebagai bahan

pembuat bubu. Beberapa jenis bubu yang dibuat dari rangka yang fleksibel

seperti rotan, bambu atau kawat besi dan baja. Pada beberapa jenis bubu

rangkanya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dilipat untuk

mengefektifkan ruang yang dibutuhkan untuk menyimpan bubu di atas kapal.

(2) Badan Bubu;

Badan pada bubu moderen biasanya terbuat dari kawat, nylon, baja, bahkan

plastik. Pemilihan material badan bubu bergantung pada kebudayaan atau

kebiasaan masyarakat setempat, kemampuan pembuat dan ketersediaan

material, serta biaya dalam pembuatan. Selain itu, pemilihan material

bergantung pula pada target hasil tangkapan dan kondisi daerah penangkapan.

Di beberapa tempat masih dijumpai badan bubu yang terbuat dari anyaman

rotan dan bambu.

(3) Mulut bubu;

Mulut bubu memiliki beberapa tipe yang berbeda-beda. Salah satunya adalah

yang berbentuk lubang corong bagian dalam mengarah ke bawah dan ukuran

dipersempit untuk menyulitkan ikan keluar dari bubu. Jumlah mulut bubu

bervariasi ada yang hanya satu buah dan ada pula yang lebih dari satu.

(4) Pintu bubu; dan

Pintu bubu adalah bagian dari badan bubu yang digunakan sebagai jalan untuk

memudahkan nelayan mengeluarkan hasil tangkapan. Pada beberapa jenis

bubu lobster, posisi pintu bubu berada di bagian atas.

Page 28: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

14  

(5) Tempat Umpan.

Tempat umpan umumnya terletak di dalam bubu. Umpan terdiri dari dua

macam, yaitu umpan yang dicacah menjadi potongan-potongan kecil dan

umpan yang tidak dicacah. Umpan yang dicacah biasanya dibungkus

menggunakan tempat umpan yang terbuat dari kawat atau plastik. Umpan

yang tidak dicacah biasanya hanya diikatkan pada tempat umpan dengan

menggunakan kawat atau tali.

Keistimewaan bubu sebagai alat tangkap tradisional (Monintja dan

Martasuganda 1990) adalah :

(1) Pembuatan alat mudah dan murah;

(2) Pengoperasiannya mudah;

(3) Kualitas hasil tangkapan segar;

(4) Tidak merusak sumberdaya secara ekologis maupun teknis; dan

(5) Dapat dioperasikan di tempat-tempat dimana alat tangkap lain tidak bisa

dioperasikan.

Monintja dan Martasuganda (1990) menjelaskan beberapa faktor yang

menyebabkan ikan dasar, ikan karang dan udang terperangkap dalam bubu, yaitu :

(1) Tertarik umpan;

(2) Digunakan sebagai tempat berlindung;

(3) Karena sifat thigmotaksis ikan itu sendiri; dan

(4) Digunakan sebagai tempat beristirahat sewaktu ikan bermigrasi.

Bahan yang digunakan oleh nelayan untuk membuat badan bubu sangat

bergantung pada ketersediaan bahan pembuat di lokasi pemukiman nelayan. Di

Indonesia bubu masih banyak yang terbuat dari bahan alami seperti bambu, kayu,

maupun rotan. Hal ini terlihat pada bubu tambun yang bahan utamanya adalah

bambu (Nugraha 2008).

2.4.3 Kelengkapan alat dalam unit penangkapan ikan

2.4.3.1 Kapal

Berdasarkan Statistik Kelautan dan Perikanan Indonesia, kapal perikanan

terdiri atas kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut

Page 29: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

15  

(http:www.pipp.dkp.go.id/pipp2/kapalapi_index.html). kapal penangkap ikan

dikelompokkan menjadi:

(1) Perahu Tanpa Motor (Non Powered boat);

Perahu tanpa motor adalah perahu yang digerakkan menggunakan tenaga

penggerak dayung atau layar. Ada kalanya tipe perahu ini dibuat dari satu

batang pohon utuh yang dilubangi, namun ada juga yang ditambah dengan

beberapa keping papan. Umumnya tipe perahu ini digunakan untuk

mengoperasikan jenis-jenis alat penangkap ikan yang berukuran relatif kecil,

seperti colok, sejenis jaring insang berukuran kecil yang dioperasikan di

perairan sekitar pantai, pancing ulur, tomba, alat pengumpul dan sebagainya:

(2) Perahu Motor Tempel (Outboard motor); dan

Perahu motor tempel adalah kapal atau perahu yang digerakkan menggunakan

tenaga penggerak mesin atau motor yang dipasang di perahu pada saat

dioperasikan dan dilepaskan kembali pada saat selesai dioperasikan. Mesin

atau motor tersebut dinamakan “motor tempel” atau “outboard engine”.

(3) Kapal Motor (Inboard motor).

Kapal motor dikelompokkan lagi berdasarkan bobotnya. Bobot kapal

dinyatakan dalam Gross Tonnage (GT). Kapal motor berdasarkan bobot

dikelompokkan menjadi kapal motor <5 GT, 5-10 GT hingga > 200 GT.

Mesin kapal diletakkan di ruang mesin di dalam bangunan kapal. Tipe kapal

motor umumnya digunakan untuk mengoperasikan berbagai jenis alat

penangkap ikan yang berukuran besar, misalnya pukat udang, pukat cincin,

jaring insang skala besar, rawai tuna, huhate dan sebagainya.

Kapal pengangkut, sebagaimana namanya, kapal ikan hanya berfungsi

sebagai alat pengangkut, baik mengangkut nelayan dari fishing base ke fishing

ground dan sebaliknya, maupun melakukan pengangkutan hasil tangkapan dan

perbekalan. Jenis alat penangkap ikan yang dalam pengoperasiannya memerlukan

bantuan kapal pengangkut adalah bagan tancap, bagan rakit, jermal, sero dan

sebagainya (Diniah 2008).

Wudianto et al (1988) menyatakan bahwa untuk mengoperasikan bubu di

perairan dekat pantai dapat digunakan kapal motor berukuran 2 – 3 GT, sedang

untuk perairan lepas pantai sebaiknya digunakan kapal berukuran lebih dari 40

Page 30: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

16  

GT. Kapal pada pengoperasian bubu tambun digunakan selain untuk membantu

nelayan menuju lokasi pemasangan bubu juga untuk menyimpan hasil tangkapan.

2.4.3.2 Nelayan

Menurut Undang – Undang No 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas

Undang – Undang No 31 Tahun 2004 mengenai Perikanan, nelayan adalah orang

yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Menurut Direktorat

Jendral Perikanan (2002) diacu dalam Isnaini (2008), nelayan dapat

diklasifikasikan berdasarkan waktu kerjanya sebagai berikut :

(1) Nelayan penuh adalah nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk

melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan atau mengumpulkan

binatang air lainnya atau tanaman air lainnya;

(2) Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya

digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan atau binatang air

lainnya atau tanaman air lainnya; dan

(3) Nelayan sambilan tambahan adalah nelayan yang sebagian kecil waktu

kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan atau

binatang air lainnya atau tanaman air lainnya.

Nelayan berperan sebagai operator kapal dan alat tangkap dalam kegiatan

operasi penangkapan ikan menggunakan bubu di Kepulauan Seribu. Pada

umumnya, nelayan yang melakukan pengoperasian alat tangkap bubu tambun

berjumlah hanya satu orang nelayan (Susanti 2005). 

2.4.3.3 Umpan

Jenis umpan yang digunakan dalam operasional bubu tambun yaitu bantal

raja (Cucita novaguineae) dan bulu babi (Diadema setosum). Bantal baja yang

digunakan adalah yang sudah mati dan dikeringkan, sehingga menimbulkan bau

yang sangat menyengat, yang dapat memikat ikan untuk masuk ke dalam bubu.

Bantal baja yang telah mengering dipotong menjadi 5 bagian dan diletakkan pada

dasar bubu. Umpan bulu babi, awalnya dihancurkan terlebih dahulu memakai

ganco, lalu disebarkan pada dasar bubu tambun (Komarudin 2009).

Page 31: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

17  

2.5 Metode Pengoperasian Alat

Pemasangan alat tangkap perangkap berdasarkan pengetahuan tentang

lintasan-lintasan yang merupakan jalan ikan atau berhubungan erat dengan pola

ruaya atau migrasi temporal dan parsial pada waktu tertentu. Efektifitas dari

pengoperasian alat tangkap perangkap ini bergantung pada pola migrasi dan

tingkah laku ikan terhadap penempatan atau pemasangan alat tangkap tersebut.

Faktor dalam keberhasilan penangkapan ikan menggunakan bubu antara lain

desain alat penangkapan ikan dan attraction factor, yaitu umpan, bahan pembuat

alat dan dimensi pintu masuk (Baskoro 2005).

Berdasarkan metode pengoperasiannya, bubu digolongkan menjadi tiga

jenis. Ketiga jenis tersebut adalah bubu yang dipasang secara menetap (stationary

pots), yang diapungkan di permukaan perairan (floating pots) dan yang

dihanyutkan (drifting pots) (Subani dan Barus 1989).

Pengoperasian alat tangkap bubu dapat dilakukan secara tunggal (single

trap) maupun dengan sistem rawai. Menurut Santoso (2008), metode

pengoperasian bubu tambun di Kepulauan Seribu adalah sebagai berikut :

(1) Persiapan;

Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan perbekalan melaut, persiapan alat

tangkap, persiapan alat bantu penangkapan ikan serta persiapan perahu dan

perlengkapannya. Persiapan alat tangkap meliputi persiapan bubu dan rautan

bambu. Rautan bambu digunakan oleh nelayan alat tangkap bubu untuk

memperbaiki bubu yang rusak. Alat bantu penangkapan ikan yang

dipersiapkan meliputi kacamata selam, ganco dan ember (dondang) untuk

membantu kelancaran operasi bubu tambun. Pada tahap ini semua alat yang

akan digunakan disiapkan dan diangkut ke atas kapal.

(2) Pemasangan (setting);

Pemasangan (setting) bubu dilakukan dengan cara ditambun menggunakan

batu karang, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Terakhir yaitu

menyingkirkan benda-benda yang menutupi jalan agar ikan dapat masuk

menuju bubu dan terjebak.

Page 32: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

18  

(3) Perendaman (soaking); dan

Tahap ketiga adalah perendaman bubu (soaking). Bubu yang sudah dipasang

akan dibiarkan di dalam air selama + 24 jam setelah bubu terpasang.

(4) Pengangkatan (hauling).

Tahap yang terakhir adalah pengangkatan bubu atau hauling. Proses

pengangkatan bubu diawali dengan menyingkirkan batu karang yang

digunakan untuk menimbun bubu. Setelah itu, bubu diangkat dan selanjutnya

pintu bubu dibuka untuk mengeluarkan hasil tangkapan. Hasil tangkapan

ditampung dalam wadah. Ikan target tangkapan biasanya langsung dipisahkan

dalam wadah khusus yang memungkinkan ikan tetap hidup.

2.6 Daerah Penangkapan Ikan

Simbolon (2006) menjelaskan bahwa daerah penangkapan ikan merupakan

wilayah perairan tempat berkumpulnya ikan, di lokasi ini operasi penangkapan

ikan dapat dilakukan menggunakan alat tangkap tertentu secara produktif dan

menguntungkan. Daerah penangkapan ikan harus memenuhi persyaratan minimal

sebagai berikut :

(1) Alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah dan sempurna;

(2) Dapat dijangkau oleh kapal ikan; dan

(3) Mengandung sumberdaya ikan yang banyak dan bernilai ekonomis penting.

Simbolon (2006) juga menjelaskan bahwa optimasi penentuan daerah

penangkapan ikan yang ekonomis dan menguntungkan, perlu mempertimbangkan

tiga aspek utama, yaitu :

(1) Aspek sumberdaya ikan;

(2) Lingkungan perairan sebagai habitat sumberdaya ikan; dan

(3) Teknologi alat penangkapan ikan yang digunakan dalam operasi penangkapan.

2.7 Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan utama bubu tambun adalah ikan kerapu (Epinephelus

spp). Hasil tangkapan sampingannya adalah ikan baronang (Siganus spp), ikan

kakap (Lutjanus spp), ikan kakaktua (Scarus spp), ikan ekor kuning (Caesio spp),

Page 33: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

19  

ikan lencam (Lethrinus laticaudatis), rajungan (Portunus pelagicus), betok putih

(Dischitodus prosopotaenia) (Susanti 2005).

2.8 Bahan Tutupan Bubu Uji Coba

Uji coba bubu tambun di Perairan Kepulauan Seribu dalam penelitian ini

menggunakan bahan alami sebagai tutupan bubu. Bahan yang terbuat dari serabut

alami dikatagorikan menjadi bahan yang terbuat dari serat tumbuhan dan serat

hewan. Media yang dipakai dalam penelitian ini mengunakan serabut alami yang

berasal dari serat tumbuhan.

Serabut tumbuh-tumbuhan merupakan bagian dari tanaman yang sudah

mati dan sebagian besar terdiri dari selulosa. Oleh karena itu bila kondisinya

lembab atau terendam dalam air akan diserang oleh mikroorganisme pemakan

selulose dari jenis bakteri. Proses pembusukan dari bahan organik yang sudah

mati ini merupakan proses vital dalam siklus hidup sebab proses pembusukan

membebaskan makanan organik seperti fosfor, nitrogen, potassium dan zat

anorganik yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Dengan demikian

kelangsungan hidup tanaman dan hewan menjadi terjamin (Klust 1983).

Pembusukan merupakan kendala utama penggunaan serabut alami ijuk dan

goni. Pembusukan terjadi karena terurainya selulosa oleh bakteri. Klust (1983)

menyebutkan empat faktor utama penyebab pembusukan pada serabut alami, yaitu

sebagai berikut :

1) Jenis Serabut;

Ketahanan serabut terhadap pembusukan berbeda-beda antar jenis tumbuhan.

Hal ini diduga karena struktur kulit pohon dan kandungan organik tiap

tumbuhan berbeda, sehingga mengakibatkan lama proses penguraian bahan

serabut berbeda-beda. Berdasarkan daya tahannya, maka jenis serabut yang

paling tahan terhadap pembusukan adalah coir diikuti manila, sisal, katun dan

rami.

2) Suhu Air;

Suhu air berpengaruh terhadap aktivitas mikroba. Pada suhu dingin aktivitas

mikroba lambat. Akibatnya pembusukan yang terjadi pada suhu rendah

menjadi lambat. Sebaliknya di daerah tropis aktivitas pembusukan oleh

Page 34: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

20  

mikroba sangat tinggi karena aktivitas mikroba pada suhu tinggi lebih

dinamis.

3) Daya Pembusukan Air; dan

Air merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pembusukan.

Perairan yang subur mempunyai daya pembusukan yang lebih tinggi

dibanding perairan yang miskin dengan unsur hara. Demikian pula dengan air

yang mengalir mempunyai daya pembusukan yang lebih besar dibanding

dengan perairan yang diam.

4) Lama Perendaman.

Selama ini timbul kesalahpahaman bahwa perendaman mengakibatkan umur

teknis bahan baku kayu maupun jaring menjadi lebih baik. Namun fakta

menunjukkan bahwa bahan serat alami yang direndam secara terus menerus di

dalam air sangat rawan untuk menjadi busuk. Demikian pula apabila alat

tangkap tersebut dipasang di dasar perairan hingga menempel pada lumpur,

maka daya pembusukan menjadi lebih besar.

Ketahanan dari berbagai jenis serabut tumbuh-tumbuhan terhadap

pembusukan berbeda-beda dan bertambah menurut urutan berikut: linen, hemp,

rami, cotton, sisal, manila dan coir. Meskipun demikian dalam praktek

penangkapan ikan, perbedaan ini hampir tidak pernah diperlihatkan sama sekali,

dan semua serabut tumbuh-tumbuhan secara umum seharusnya dianggap kurang

tahan pembusukan (Klust 1983).

2.8.1 Ijuk

Serat ijuk yaitu serabut berwarna hitam dan liat, yang terdapat di bagian

pangkal dan pelepah daun pohon aren (Pambudi 2005). Pohon aren menghasilkan

ijuk pada umur 4-5 tahun. Serat ijuk yang mempunyai kualitas bagus diperoleh

dari pohon yang sudah tua tetapi sebelum tandan atau bakal buah muncul, yaitu

sekitar umur 4 tahun, karena saat tandan atau bakal buah muncul ijuk menjadi

kecil-kecil dan jelek.

Ijuk yang dihasilkan pohon aren mempunyai sifat fisik diantaranya: berupa

helaian benang atau serat berwarna hitam, berdiameter kurang dari 0,5 mm,

bersifat kaku dan ulet tidak mudah putus. Selama ini pemanfaatan ijuk belum

terlalu banyak, diantaranya sebagai bahan pembuat sapu dan tali tambang. Masih

Page 35: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

21  

banyak serat ijuk yang belum dimanfaatkan sehingga terbuang percuma. Ijuk

bersifat lentur dan tidak mudah rapuh, sangat tahan terhadap genangan asam

termasuk air laut yang mengandung garam (Pambudi 2005).

2.8.2 Karung goni

Karung goni merupakan bahan pembungkus yang terbuat dari bahan

alami. Beberapa serat yang dapat digunakan untuk membuat karung goni antara

lain serat rosella (Hybiscus sabdriffa), serat knaf (Hybiscus cannbicus), serat jute

(Chorcorus Capsularis) dan serat rami (Boehmeria nivea) (Sudiro 2004).

Page 36: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 di Perairan Pulau

Panggang Kepulauan Seribu. Secara lebih jelas lokasi daerah penangkapan ikan

dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(1) Sembilan buah unit bubu tambun (Gambar 1);

(2) Alat dasar selam berupa masker, snorkel dan fin;

(3) Alat pengukur berupa penggaris dengan skala terkecil 1 mm;

(4) Alat pengukur berat berupa timbangan dengan skala terkecil 1 gram, dan

(5) Alat dokumentasi.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(1) Ijuk;

(2) Karung Goni;

(3) Bulu Babi (Diadema setosum); dan

(4) Bintang Laut Bantal Raja (Culcita novaguineae).

3.2.1 Alat tangkap bubu tambun

Alat tangkap yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubu tambun.

Bubu tambun merupakan alat tangkap yang dioperasikan di perairan karang dan

digunakan untuk menangkap ikan karang. Secara keseluruhan bubu tambun

terbuat dari bambu apus (Gigantochloa apus). Bubu tambun yang digunakan

dalam penelitian ini mempunyai dimensi p x l x t ; 70 x 60 x 20 (cm). Bubu

tambun memiliki satu buah mulut (blongsong) yang berbentuk horse neck

Diameter mulut luar 20 cm dan diameter mulut bagian dalam sebesar 13 cm.

Diameter anyaman bambu pada bubu (mesh size) adalah 3 cm. Konstruksi bubu

tambun ditunjukkan pada Gambar 1.

Page 37: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

23  

Gambar A: mulut bubu Gambar B: mesh size bubu

Gambar 1 Konstruksi bubu tambun.

A

B

AB

3 cm 43 cm

20 cm13 cm

Page 38: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

24  

3.2.2 Perahu

Perahu yang digunakan dalam penelitian ini adalah perahu kayu dengan

dimensi panjang 4 m, lebar 1 m dan dalam 0,75 m. Perahu ini dilengkapi dengan

mesin inboard berkekuatan 5 PK (Gambar 2).

Gambar 2 Perahu yang digunakan dalam penelitian.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental fishing,

yaitu mengoperasikan bubu tambun dengan jenis bahan tutupan berbeda di daerah

penangkapan ikan. Bahan tutupan bubu tambun yang digunakan dikategorikan

sebagai perlakuan yaitu ijuk, goni dan karang (Gambar 3) sebagai kontrol.

Perlakuan tutupan bubu dilakukan sebanyak 70 %. Hal ini disesuaikan dengan

tingkah laku ikan karang yang tidak menyukai tempat berlindung yang terlalu

gelap.

Bubu ijuk, bubu goni dan bubu karang sebagai kontrol diberi perlakuan

awal untuk memperlancar operasionalnya, yaitu dengan merendam bubu di dalam

laut selama 2 hari. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan aroma bambu dan

karung goni. Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk memberikan kesempatan alga

dan perifiton tumbuh.

Page 39: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

25  

Tutupan ijuk

Tutupan goni

Tutupan karang

Gambar 3 Konstruksi bubu tambun uji coba.

Page 40: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

26  

Operasional bubu tambun dilakukan selama dua minggu. Proses

pemasangan dan pengangkatan bubu dilakukan setiap hari. Perendaman bubu

tambun dilakukan selama + 24 jam atau selama sehari.

Tahap-tahap operasi penangkapan ikan dalam penelitian ini adalah:

1) Persiapan

Persiapan awal yang dilakukan adalah mempersiapkan sembilan unit bubu

tambun dan diberi tutupan ijuk sebanyak tiga buah, tutupan goni sebanyak tiga

buah dan tutupan karang sebanyak tiga buah. Kemudian mempersiapkan

umpan, selanjutnya diletakkan di dalam bubu dan di depan mulut bubu. Umpan

yang digunakan adalah bintang laut bantal (Culcita novaguineae) yang telah

dipotong-potong (Gambar 4) dan umpan bulu babi (Diadema sp) yang telah

dihancurkan. Setelah itu memasang pemberat di kedua sisi bubu, yaitu berupa

batu yang dapat ditemukan di sekitar dramaga Pulau Panggang (Gambar 5).

Gambar 4 Umpan bintang laut bantal (Culcita novaguineae).

Gambar 5 Batu pemberat pemberat yang dipasang pada bubu.

Page 41: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

27  

2) Pemilihan daerah penangkapan ikan

Pemilihan daerah penangkapan ikan didasarkan pada pengalaman nelayan atau

berdasarkan hasil tangkapan yang diperoleh sebelumnya. Lokasi pemasangan

bubu tambun di sekitar perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu (Gambar

6).

Gambar 6 Daerah penangkapan ikan perairan Pulau Panggang.

3) Pemasangan bubu di dasar perairan

Pemasangan bubu tambun dilakukan pada pagi hari. Pemasangan bubu

dilakukan secara langsung di dasar perairan (Gambar 7). Dalam proses

pemasangan bubu, nelayan menggunakan alat dasar selam berupa masker dan

sepatu khusus. Semua bubu dipasang di perairan berkarang dengan sistem

tunggal tanpa tali pengikat dan pelampung tanda (Gambar 8). Posisi

penempatan bubu disejajarkan dengan arah datangnya arus.

4) Pengangkatan bubu

Pengangkatan bubu dilakukan pada keesokan harinya. Dalam proses

pengangkatan bubu menggunakan alat bantu berupa pengait. Pengait berfungsi

menaikkan bubu dari dasar perairan ke atas kapal. Hasil tangkapan yang

diperoleh diletakkan di dalam bak penampung sementara. Ada dua jenis bak

penampung yang digunakan. Bak pertama dengan sirkulasi air yang berasal

Page 42: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

28  

dari mesin untuk ikan yang dibiarkan hidup dan bak kedua berupa palka kecil

untuk ikan yang mati. Bubu yang sudah diangkat (gambar 9) dan dikeluarkan

hasil tangkapannya disusun sedemikian rupa di atas kapal untuk memudahkan

pemasangan berikutnya.

Gambar 7 Bubu tambun menggunakan karang di dalam perairan.

20 m 20 m

Gambar 8 Posisi pemasangan bubu.

Page 43: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

29  

Gambar 9 Bubu tambun yang baru diangkat dari dalam laut.

Data primer yang dikumpulkan adalah komposisi jenis, jumlah, berat dan

panjang hasil tangkapan seluruh bubu. Panjang ikan yang diukur adalah panjang

total (Gambar 10). Data kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis bubu yang

digunakan. Data sekunder dikumpulkan dari Dinas Perikanan dan kelautan

Pemerintah Kepulauan Seribu. Data sekunder mencakup kondisi perikanan daerah

penelitian, jumlah dan jenis unit penangkapan ikan.

AKeterangan GambarA : Panjang Total

Gambar 10 Ukuran panjang total ikan.

Page 44: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

30  

3.4 Batasan Penelitian

Batasan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

(1) Penelitian ini hanya membandingkan komposisi hasil tangkapan bubu

berdasarkan jenis tutupan yang berbeda; dan

(2) Uraian tingkah laku ikan karang hanya berdasarkan literatur yang diacu.

3.5 Asumsi yang Digunakan

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(1) Setiap ikan yang berada di daerah pengoperasian bubu memiliki peluang

tertangkap yang sama;

(2) Parameter lingkungan seperti arus, suhu perairan, pasang surut, gelombang

dan musim dalam penelitian ini diabaikan;

(3) Keahlian setiap nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap ini dianggap

sama.

3.6 Metode analisis data

Analisis data dilakukan secara deskriptif terhadap komposisi jenis dan

ukuran ikan hasil tangkapan. Ukuran panjang yang digunakan adalah ukuran

panjang total (total length). Hal ini bertujuan untuk mengetahui distribusi

frekuensi panjang ikan hasil tangkapan yang dominan tertangkap.

Penentuan jumlah selang kelas dan interval kelas untuk ukuran panjang

total dihitung menggunakan rumus distribusi frekuensi (Walpole 1995), yaitu:

K = 1 + 3,3 log n .............................................................. (1)

..................................................... (2)

Keterangan :

K = Jumlah kelas; n = Banyak data; i = Lebar kelas; N max = Nilai terbesar; dan N min = Nilai terkecil.

Page 45: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

31  

Data hasil tangkapan bubu dengan tutupan ijuk, goni dan karang terlebih

dahulu diuji kenormalannya menggunakan uji kenormalan Anderson Darling.

Selanjutnya dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengambil

keputusan ada atau tidaknya perbedaan komposisi hasil tangkapan bubu dengan

tiga jenis tutupan. Model dasar Uji Kruskall Wallis adalah

121

3 1  

Keterangan :

ri = Jumlah dari peringkat perlakuan ke-i; ni = Banyaknya data dari perlakuan ke- i; n = Banyaknya data dari seluruh perlakuan. Hipotesis Uji Kruskall Wallis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(1) H0 : berarti tidak ada perbedaan hasil tangkapan bubu dengan jenis tutupan

berbeda.

(2) H1 : berarti ada perbedaan hasil tangkapan bubu dengan jenis tutupan berbeda.

Dasar pengambilan keputusan Uji Kruskall Wallis yaitu :

(1) Jika hi > χα2 maka tolak H0, berarti ada perbedaan komposisi hasil tangkapan

bubu dengan jenis tutupan yang berbeda.

(2) Jika hi > χα2 maka gagal tolak H0, berarti ada perbedaan komposisi hasil

tangkapan bubu dengan jenis tutupan yang berbeda.

Page 46: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis dan Perairan

Wilayah Kepulauan Seribu secara geografis terletak pada 106°20’00’’ BT

– 106°57’00’’ dan 5°10’00’’ LS sebelah Utara. Di Sebelah Timur terletak pada

posisi 106°57’00’’ BT dan 5°10’00’’ LS, yang kemudian ditarik garis lurus ke

Selatan sampai Utara Pulau Jawa. Di sebelah Selatan terletak pada 106°57’00’’

BT dan 5°57’00’’ LS, di sebelah Barat terletak pada 106°57’00’’ BT dan

5°57’00’’ LS. Kepulauan Seribu merupakan bagian dari wilayah Jakarta Utara.

Secara administratif kecamatan Kepulauan Seribu menjadi empat wilayah

kelurahan, yaitu Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Kelapa, Kelurahan

Pulau Tidung dan Kelurahan Pulau Untung Jawa.

Kelurahan Pulau Panggang mempunyai daratan seluas 62,10 ha dan terdiri

atas 13 pulau. Dari 13 pulau yang ada, hanya dua pulau yang didiami oleh

penduduk, yaitu Pulau Pramuka dan Pulau Panggang. Hampir seluruh pulau di

Kepulauan Seribu mempunyai topografi yang landai (0 – 5%) dengan ketinggian

rata-rata (0 – 2) m di atas permukaan laut. Suhu udara berkisar antara 27 – 320 C.

Luas daratan dapat berubah oleh pasang surut dengan ketinggian pasang berkisar

1 – 1,5 m. Arus permukaan pada Musim Barat dan Musim Timur berkecepatan

hampir sama dengan kecepatan maksimumnya 0,5 m/s. Arus pada Musim Barat

dominan ke arah timur sampai ke tenggara, sedangkan Musim Timur dominan ke

arah barat. Gelombang laut pada Musim Barat mempunyai ketinggian 0,5 – 1,175

m dan Musim Timur 0,5 – 1,0 m (Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu, 2008).

Kawasan Perairan Kepulauan Seribu, terdiri atas lautan, pulau karang,

gugusan karang yang berupa reef flat dan coral reef serta gosong karang. Pada

umumnya terdiri atas batu-batu kapur atau karang, pasir dan sedimen yang berasal

dari daratan Pulau Jawa dan dari Laut Jawa. Secara umum kedalaman laut di

wilayah Kepulauan Seribu berbeda-beda, yaitu berkisar 0 – 40 m. Hanya dua

tempat yang mempunyai kedalaman lebih dari 40 meter, yaitu di sekitar Pulau

Payung dan Pulau Pari. Suhu air permukaan di Kepulauan Seribu pada Musim

Page 47: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

33  

Barat berkisar 28,5 – 30,0 0C. Salinitas permukaan berkisar 30-34 ppt, baik pada

Musim Barat maupun pada Musim Timur.

4.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Pulau Panggang pada tahun 2002-2008 meningkat

setiap tahunnya. Berdasarkan jenis kelamin, pada tahun 2008 terdapat 2.832 jiwa

laki-laki dan 2.687 jiwa perempuan. Secara lebih rinci jumlah penduduk

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah penduduk di Pulau Panggang berdasarkan jenis kelamin.

No Tahun Jenis Kelamin (jiwa) Jumlah (jiwa) Laki-Laki Perempuan

1 2002 2.195 2.096 4.2912 2003 2.235 2.116 4.3513 2004 2.270 2.147 4.4174 2005 2.288 2.175 4.4635 2006 2.783 2.638 5.4216 2007 2.802 2.662 5.4647 2008 2.832 2.687 5.519

Sumber: Pemerintah Kelurahan Pulau Panggang 2008

Sebagian besar penduduk di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

bermata pencaharian sebagai nelayan. Pada tahun 2008 terdapat 1.722 orang

penduduk di Kepulauan Seribu bermata pencaharian sebagai nelayan. Secara rinci

jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 2.

4.3 Kondisi Perikanan Tangkap

Perikanan tangkap merupakan salah satu sektor penting yang harus

dimanfaatkan dan dikelola dengan baik. Perikanan tangkap merupakan satu

bagian penting dalam aktivitas kehidupan keseharian masyarakat di Perairan

Kepulauan Seribu. Kondisi perikanan tangkap yang baik akan mendukung

pengelolaan sumberdaya, secara ekonomis dan keberlanjutan sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat di Kepulauan

Seribu.

Page 48: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

34  

Tabel 2 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Pulau Panggang.

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) % 1 Nelayan 1.722 81,26 2 PNS 192 9,06 3 TNI 2 0,09 4 POLRI 2 0,09 5 Pensiunan/ Veteran 51 2,41 6 Pedagang 49 2,31 7 Jasa/ Pertukangan 22 1,04 8 Karyawan Swasta 21 0,99 9 Lain-Lain 58 2,74

Jumlah 2119 100 Sumber: Pemerintah Kelurahan Pulau Panggang 2008

4.3.1 Kapal Perikanan

Berdasarkan kelompok gross tonage (GT), pada tahun 2006 kapal

perikanan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu berjumlah 1.069 unit.

Jumlah kapal yang berada di Kelurahan Pulau Panggang adalah 212 unit atau

19,83% dari jumlah kapal yang ada di Kepulauan Seribu. Jumlah kapal perikanan

menurut gross tonnage (GT) di Kepulauan Seribu secara rinci dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah kapal perikanan menurut gross tonnage (GT) di Kelurahan Pulau Panggang tahun 2006.

Kecamatan Kel./Pulau Kelompok Gross Tonage (GT) Jumlah 1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 8 9 – 10

Kec. Kep. Seribu Utara Kel. P. Panggang 134 54 6 16 2 212Pulau Panggang 93 37 4 12 1 147Pulau Pramuka 41 17 2 4 1 65

Jumlah 268 108 12 32 4 424Sumber: Suku Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kota Jakarta Utara (2006).

4.3.2 Alat tangkap

Pada tahun 2008 jenis alat tangkap yang paling banyak dioperasikan

adalah alat tangkap pancing, berjumlah 532 unit dengan jumlah pemilik 444

orang. Nelayan yang mengoperasikan bubu sebanyak 21 orang dengan jumlah alat

Page 49: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

35  

tangkap sebanyak 250 unit. Jenis dan jumlah alat tangkap selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jenis dan jumlah alat tangkap di Kelurahan Pulau Panggang tahun 2008.

No Alat Tangkap Jumlah Pemilik (orang) Jumlah Alat Tangkap (unit) 1 Jaring Payang 11 222 Jaring Dasar 21 213 Jaring Gebur 5 754 Bubu Besar 16 2005 Bubu Kecil 5 506 Pancing 444 5327 Jaring Muroami 5 8

Jumlah 507 908Sumber: Pemerintah Kelurahan Pulau Panggang (2008).

4.3.3 Nelayan

Masyarakat di Kepulauan Administrasi Kepulauan Seribu sebagian besar

bermata pencaharian sebagai nelayan. Hal ini disebabkan oleh kondisi tanah yang

berpasir, sehingga menyulitkan untuk kegiatan pertanian. Pada tahun 2006 jumlah

nelayan di Kepulauan Seribu mencapai 3.456 orang dengan produksi ikan sebesar

2.735.125 kg. Jumlah alat tangkap dan produksi ikan tertinggi diperoleh dari alat

tangkap payang sebanyak 1.295 unit dengan produksi 1.058.400 kg. Jumlah

nelayan dan jumlah produksi perikanan di Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah nelayan dan volume produksi perikanan menurut jenis alat tangkap yang digunakan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu tahun 2006

No Alat Tangkap Jumlah Nelayan (orang) Volume Produksi (kg)

1 Pancing 770 915.0002 Payang 1.295 1.058.4003 Muroami 630 370.0004 Bubu 164 287.4005 Jaring 361 87.0456 Lainnya 236 17.280

Jumlah 3.456 2.735.125Sumber: Suku Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kota Jakarta Utara (2006)

Page 50: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Total

Ikan hasil tangkapan utama bubu tambun dalam penelitian ini terdiri atas

delapan famili ikan konsumsi dan satu famili ikan hias. Ikan konsumsi yang

tertangkap antara lain ikan dari famili Scaridae, Pomacentridae, Serranide,

Labridae, Lutjanidae, Siganidae, Nemipteridae dan Mullidae. Famili dari hasil

tangkapan ikan hias yaitu Chaetodontidae. Ikan hasil tangkapan sampingan bubu

tambun dalam penelitian ini terdiri atas tiga famili, yaitu dari famili Portunidae,

Monacanthidae dan Diodontidae. Komposisi hasil tangkapan bubu tambun seperti

terlihat di Tabel 6.

Tabel 6 Komposisi hasil tangkapan utama dan tangkapan sampingan berdasarkan jumlah hasil tangkapan

Hasil tangkapan Jumlah Berat ekor % g %

Utama

Ikan Konsumsi 1. Famili Scaridae 36 7,55 4.375 11,152. Famili Pomacentridae 159 33,33 11.055 28,163. Famili Serranidae 24 5,03 3.480 8,874. Famili Labridae 25 5,24 4.040 10,295. Famili Lutjanidae 54 11,32 5.230 13,326. Famili Siganidae 62 13,00 2.750 7,017. Famili Nemipteridae 15 3,14 1.300 3,318. Famili Mullidae 2 0,42 320 0,82Ikan Hias 1. Chaetodontidae 55 11,53 975 2,48

Subtotal 432 90,57 33.525 85,40

Sampingan 1. Famili Portunidae 22 4,61 2.580 6,572. Famili Monacanthidae 17 3,56 1.270 3,243. Famili Diodontidae 6 1,26 1.880 4,79

Subtotal 45 9,43 5.730 14,60Total 477 100 39.255 100

Page 51: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

37  

Hasil tangkapan total yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 477

ekor dengan berat mencapai 39.225 g. Hasil tangkapan utama sebanyak 432 ekor

(90,57%) dengan berat 33.525 g (85,40%) dan hasil tangkapan sampingan

sebanyak 45 ekor (9,43%) dengan berat 5.730 g (14,60%). Komposisi hasil

tangkapan total didominasi oleh Famili Pomacentridae sebanyak 159 ekor

(33,33%) dengan berat 11.055 g (28,16%). Komposisi hasil tangkapan total dapat

dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 11. Hasil tangkapan utama berjumlah 91 %,

sedangkan 9 % merupakan hasil tangkapan sampingan (Gambar 12).

Gambar 11 Hasil tangkapan total berdasarkan famili.

0

10

20

30

40

50

60

70

BUBU KARUNG GONI BUBU IJUK BUBU TERUMBU KARANG

Jum

lah

(Eko

r)

Famili

Page 52: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

 

S

p

(

(

p

u

p

y

m

k

b

d

k

t

t

k

d

a

Targ

Seribu adala

penelitian in

(Epinaphelu

(Epinephelu

penting. Per

ukuran dan

penelitian, m

yang did

membudiday

kerapu yang

berkisar ant

diperoleh d

kemudian b

tambun den

termasuk ika

kerapu masu

dilihat dari s

ada ikan dar

Gambar 12 K

get tangkapa

ah Famili S

ni antara lai

us quoyanus)

us fasciatus)

rmintaan pa

jenisnya.

memiliki uku

dapat kep

yakannya hi

g tertangkap

tara 90 g s

ari bubu ta

ubu tambun

ngan tutupa

an predator y

uk ke dalam

situasi tangk

ri famili Ser

9 %

Komposisi h

an utama dal

Serranidae. J

in ikan kera

), kerapu ka

). Famili S

asar untuk f

Famili Serr

uran yang ke

pada peng

ingga ikan t

di penelitian

sampai 400

ambun deng

n dengan tut

an karang s

yang hidupn

bubu karen

kapan di dala

rranidae, dis

hasil tangkap

lam pengope

Jenis tangka

apu hitam (E

aret (Cephal

erranidae te

famili ini sa

ranidae yan

ecil. Biasany

gumpul.

tersebut seb

n ini berjum

g. Hasil ta

gan tutupan

tupan ijuk s

sebanyak 7

nya soliter da

a adanya ma

am bubu pad

situ ada ikan

pan total dal

erasian bubu

apan dari fam

(Epinaphelus

lopholis arg

ermasuk ka

angat tinggi

ng tertangka

ya nelayan m

Kemudian

besar ukuran

mlah 24 ekor

angkapan ke

goni seban

sebanyak 8

ekor (4%)

an terdapat d

angsa di dala

da saat penga

n dari jenis l

91 %

Ta

Ta

am persen.

u tambun di

mili Serrani

s ongus), ke

gus) dan ker

ategori ikan

dan bergan

ap bubu tam

menjual hasil

pengump

n ikan konsu

r dengan ber

erapu palin

nyak 9 eko

ekor (5,8%)

). Famili

di gua-gua ka

am bubu. Ha

angkatan bub

lain yang m

ngkapan utam

ngkapan samp

38

Kepulauan

idae dalam

erapu koko

rapu merah

ekonomis

ntung pada

mbun saat

l tangkapan

pul akan

umsi. Ikan

rat individu

ng banyak

r (5,45%),

) dan bubu

Serranidae

arang. Ikan

al ini dapat

bu, dimana

ati. Hal ini

ma

pingan

Page 53: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

 

d

S

5

d

(

s

diduga akib

Serranidae p

Gambar 14

5.1.1 Komp

Has

dengan bera

(94,16%) de

sampingan

0123456789

10Ju

mla

h (e

kor)

bat dimangs

penelitian da

Gamba

4 Persentase

posisi hasil t

sil tangkapan

at total 12.89

engan berat

diperoleh se

8

01234567890

Bubu

5.4

4%

a oleh ikan

apat dilihat p

ar 13 Hasil t

e komposisi h

angkapan b

n bubu tamb

95 g. Hasil t

sebesar 11

ebanyak 8

8

u ijuk

Bubu ijuk

45%

n famili Ser

pada Gambar

tangkapan F

hasil tangkap

bubu tambu

bun dengan

tangkapan ut

.415 g (88,

ekor (5,84%

9

Bubu gon

Bubu gon

5.84%

rranidae. Ha

r 13 dan 14.

amili Serran

pan Famili S

un dengan tu

tutupan iju

tama dipero

52%), sedan

%) dengan b

ni Bu

ni Bubu k

%

asil Tangka

nidae.

Serranidae p

utupan ijuk

uk berjumlah

leh sebanya

ngkan hasil

berat sebesa

7

ubu karang

karang

Bubu ijuBubu goBubu ka

39

apan famili

enelitian.

k

h 137 ekor

k 129 ekor

tangkapan

ar 1.480 g

ukoniarang

Page 54: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

40  

(11,48%). Hasil tangkapan utama meliputi ikan konsumsi sebanyak 105 ekor

(76,64%) seberat 11.875 g (86,96%) dan ikan hias sebanyak 24 ekor (17,52%)

dengan berat yaitu sebesar 300 g (2,33%). Komposisi hasil tangkapan bubu

tambun dengan tutupan ijuk dapat dilihat pada Tabel 7, Gambar 14 dan 15.

Tabel 7 Komposisi hasil tangkapan bubu tambun menggunakan tutupan Ijuk

Hasil tangkapan Jumlah Berat ekor % g %

Utama

Ikan Konsumsi 1. Famili Scaridae 12 8,76 1.250 9,692. Famili Pomacentridae 38 27,74 2.945 22,843. Famili Serranidae 8 5,84 1.180 9,154. Famili Labridae 13 9,49 2.860 22,185. Famili Lutjanidae 15 10,95 1.820 14,116. Famili Siganidae 15 10,95 720 5,587. Famili Nemipteridae 4 2,92 340 2,648. Famili Mullidae 0 0 0 0Ikan Hias 1. Chaetodontidae 24 17,52 300 2,33Subtotal 129 94,16 11.415 88,52

Sampingan 1. Famili Portunidae 4 2,92 1.030 7,995. Famili Monacanthidae 4 2,92 450 3,497. Famili Diodontidae 0 0 0 0Subtotal 8 5,84 1.480 11,48

Total 137 100 12.895 100

Famili Pomacentridae merupakan hasil tangkapan yang paling banyak

pada bubu tambun dengan tutupan ijuk, berjumlah 38 ekor (Gambar 15). Jenis

ikan betok hitam (Neoglyphidodon oxyodon), betok putih (Altrichthys curatus)

dan sersan mayor (Abudefduf sexfasciatus) merupakan jenis hasil tangkapan yang

paling banyak ditemukan dari famili Pomacentridae. Kemudian yang terbanyak

kedua adalah famili Chaetodontidae yaitu sebanyak 24 ekor. Jenis ikan dari famili

Chaetodontidae yang tertangkap antara lain adalah ikan marmut (Chaetodontoplus

mesoleucus) dan kepe strip delapan (Chaetodon octofasciatus). Famili

Chaetodontidae termasuk kelompok ikan indikator, yaitu kelompok ikan karang

yang dinyatakan sebagai indikator kelangsungan hidup terumbu karang (Adrim

Page 55: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

 

d

k

G

1993). Deng

ditemui ma

karang yang

Ga

Gambar 16

0

5

10

15

20

25

30

35

40Ju

mla

h (e

kor)

gan kata lain

ka diindika

g baik.

ambar 15 Ha

Komposisi persen.

12

38

0

5

0

5

0

5

0

5

0

5,84%

n semakin ba

asikan bahw

asil tangkapa

hasil tangka

8

13

anyak jumla

wa di lokasi

an bubu tam

apan bubu ta

15 15

4

Bubu Ijuk

Famili

ah ikan dari

i itu terdap

mbun dengan

ambun deng

4

0

24

k

94,16%

Tang

Tang

famili Chae

at ekosistem

tutupan ijuk

gan tutupan

4 4

gkapan Utama

gkapan Sampin

41

etodontidae

m terumbu

k.

ijuk dalam

0

a

ngan

Page 56: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

42  

5.1.2 Hasil tangkapan bubu tambun dengan tutupan goni

Hasil tangkapan bubu tambun dengan tutupan goni berjumlah 165 ekor

dengan berat total sebesar 12.995 g. Hasil tangkapan utama berjumlah 147 ekor

(89,09%) dengan berat 10.980 g (84,49%) dan hasil tangkapan sampingan

berjumlah 18 ekor (10,91%) dengan berat 2.015 g (15,51%). Hasil tangkapan

utama meliputi ikan konsumsi sebanyak 130 ekor (78,79%) dengan berat 10.555 g

(81,22%) dan ikan hias sebanyak 17 ekor (10,30%) dengan berat 425 g (3,27%).

Komposisi hasil tangkapan bubu tambun menggunakan tutupan goni dapat dilihat

pada Tabel 8 dan Gambar 17 dan 18.

Tabel 8 Komposisi hasil tangkapan bubu tambun dengan tutupan goni

Hasil tangkapan Jumlah Berat ekor % g %

Utama

Ikan Konsumsi 1. Famili Scaridae 11 6,67 1.420 10,932. Famili Pomacentridae 61 36,97 4.225 32,513. Famili Serranidae 9 5,45 1.070 8,234. Famili Labridae 9 5,45 950 7,315. Famili Lutjanidae 16 9,70 1.370 10,546. Famili Siganidae 16 9,70 740 5,697. Famili Nemipteridae 7 4,24 600 4,628. Famili Mullidae 1 0,61 180 1,39Ikan Hias 1. Chaetodontidae 17 10,30 425 3,27

Subtotal 147 89,09 10.980 84,49

Sampingan 1. Famili Portunidae 6 3,64 805 6,192. Famili Monacanthidae 9 5,45 650 5,003. Famili Diodontidae 3 1,82 560 4,31

Subtotal 18 10,91 2.015 15,51Total 165 100 12.995 100

Famili Pomacentridae merupakan hasil tangkapan yang paling banyak

berasal dari bubu tambun dengan tutupan goni, berjumlah 61 ekor (Gambar 16).

Jenis ikan betok hitam (Neoglyphidodon oxyodon), betok putih (Altrichthys

curatus) dan sersan mayor (Abudefduf sexfasciatus) merupakan hasil tangkapan

Page 57: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

 

y

T

f

k

G

yang paling

Terbanyak k

famili Chaet

kepe strip de

Ga

Gambar 18p

1

2

3

4

5

6

7

Jum

lah

(eko

r)

g banyak d

kedua adalah

todontidae a

elapan (Chae

ambar 17 Ha

Komposisi hpersen.

11

61

0

0

0

0

40

0

60

70

10,91%

ditemukan d

h famili Chae

antara lain ik

etodon octof

asil tangkapa

hasil tangka

9 9

dari famili

etodontidae,

kan marmut (

fasciatus).

an bubu tamb

apan bubu ta

16 16

7

Bubu GonFamili

89,

Pomacentri

, berjumlah 1

(Chaetodont

bun dengan

ambun deng

71

17

ni

,09%

Tang

Tang

idae yang t

17 ekor. Jeni

toplus mesol

tutupan gon

an tutupan g

69

gkapan utama

gkapan sampin

43

tertangkap.

is ikan dari

leucus) dan

ni.

goni dalam

3

ngan

Page 58: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

44  

5.1.3 Hasil tangkapan bubu tambun dengan tutupan karang

Hasil tangkapan bubu tambun dengan tutupan karang berjumlah 175 ekor

dengan berat total 13.365 g. Hasil tangkapan utama berjumlah 156 ekor (89,14%)

dengan berat 11.130 g (83,28%) dan hasil tangkapan sampingan berjumlah 19

ekor (10,86%) dengan berat 2.235 g (16,72%). Hasil tangkapan utama meliputi

ikan konsumsi berjumlah 142 ekor (81,14%) dengan berat 10.880 g (81,41%) dan

ikan hias berjumlah 14 ekor (8%) dengan berat 250 g (1,87%). Komposisi hasil

tangkapan bubu tambun menggunakan tutupan karang dapat dilihat pada Tabel 9

dan Gambar 19 dan 20.

Tabel 9 Komposisi hasil tangkapan bubu tambun dengan tutupan karang

Hasil tangkapan Jumlah Berat ekor % g %

Utama

Ikan Konsumsi 1. Famili Scaridae 13 7,43 1.705 12,762. Famili Pomacentridae 60 34,29 3.885 29,073. Famili Serranidae 7 4,00 1.230 9,204. Famili Labridae 3 1,71 230 1,725. Famili Lutjanidae 23 13,14 2.040 15,266. Famili Siganidae 31 17,71 1.290 9,657. Famili Nemipteridae 4 2,29 360 2,698. Famili Mullidae 1 0,57 140 1,05Ikan Hias 1. Chaetodontidae 14 8,00 250 1,87

Subtotal 156 89,14 11.130 83,28

Sampingan 1. Famili Portunidae 12 6,86 745 5,572. Famili Monacanthidae 4 2,29 170 1,273. Famili Diodontidae 3 1,71 1.320 9,88

Subtotal 19 10,86 2.235 16,72Total 175 100 13.365 100

Pada Gambar 19 dapat dilihat bahwa famili Pomacentridae merupakan

hasil tangkapan yang paling banyak dari bubu tambun dengan tutupan karang

berjumlah 60 ekor. Jenis ikan betok hitam (Neoglyphidodon oxyodon), betok putih

(Altrichthys curatus) dan sersan mayor (Abudefduf sexfasciatus) merupakan hasil

Page 59: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

 

t

B

t

b

(

I

t

(

G

tangkapan y

Berbeda den

tutupan kar

berjumlah 3

(Siganus dol

Ikan dari fa

tambun kar

(Siganus dol

Gam

Gambar 20

0

10

20

30

40

50

60

70

Jum

lah

(eko

r)

yang paling

ngan hasil t

rang hasil

1 ekor. Jenis

liatus), man

amili Siganid

rena pendud

liatus) untuk

mbar 19 Has

Komposisidalam pers

13

60

10,86%

g banyak d

tangkapan b

tangkapan

s ikan dari fa

ggilala (Siga

dae merupak

duk setemp

k dikonsums

sil tangkapan

i hasil tangksen.

73

2

dari famili

bubu ijuk d

terbanyak

amili Siganid

anus spinus)

kan salah sa

pat sangat

si.

n bubu tambu

kapan bubu

2331

4

BUBU  KARAFamili

Pomacentri

dan bubu go

kedua adal

dae antara la

) dan Barona

atu target p

menggemar

un dengan tu

u tambun de

4 1

14

ANG

89,14%

idae yang t

oni, dari bu

lah famili

ain adalah ik

ang (Siganus

enangkapan

ri jenis ika

utupan karan

engan tutup

4 124

Tangkapan ut

Tangkapan sa

45

tertangkap.

ubu dengan

Siganidae,

kan kea-kea

s guttatus).

n dari bubu

an kea-kea

ng.

pan karang

3

tama

ampingan

Page 60: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

46  

5.2 Sebaran Panjang Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan yang terbanyak dalam penelitian ini adalah jenis betok

laut dari famili Pomacentridae, yaitu ikan betok hitam (Neoglyphidodon oxyodon)

dan betok putih (Altrichthys curatus). Oleh karena itu, hanya ikan dari famili

Pomacentridae yang dianalisis sebaran panjangnya. Ukuran panjang ikan betok

laut hasil tangkapan bubu tambun dengan tutupan ijuk berkisar antara 13 – 18,5

cm. Frekuensi panjang tertinggi terjadi pada selang 15 – 16, yaitu sebanyak 15

ekor (Gambar 21).

Gambar 21 Sebaran frekuensi panjang betok laut pada bubu ijuk.

Bubu yang dengan tutupan goni menangkap ikan betok laut dengan

ukuran panjang berkisar antara 12,6 – 19,5 cm. Frekuensi panjang tertinggi untuk

ikan betok laut terjadi pada selang 13 – 14, berjumlah 14 ekor (Gambar 22).

Bubu yang dengan tutupan karang menangkap ikan betok laut dengan

ukuran panjang berkisar antara 12,9 – 18,5 cm. Frekuensi panjang tertinggi untuk

ikan ini terjadi pada selang 13 – 14, berjumlah 13 ekor (Gambar 23).

0

5

15

5

00

2

4

6

8

10

12

14

16

11−12 13−14 15−16 17−18 19−20

Jum

lah

(eko

r)

Selang Panjang (cm)

Page 61: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

47  

Gambar 22 Sebaran frekuensi panjang betok laut pada bubu goni.

Gambar 23 Sebaran frekuensi panjang betok laut pada bubu karang.

Menurut Bessa (2007), ukuran panjang saat matang gonad ikan betok laut

berkisar antara 10,0 – 11,5 cm. Berdasarkan Bessa (2007) ini, maka semua ikan

betok laut yang tertangkap berukuran di atas layak tangkap, baik hasil tangkapan

bubu tambun dengan tutupan ijuk, goni maupun karang. Hal ini dapat diartikan

bahwa tidak mengganggu masa reproduksi betok laut.

1

1413

7

2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

11−12 13−14 15−16 17−18 19−20

Jum

lah

(eko

r)

Selang Panjang (cm)

2

13

10

4

00

2

4

6

8

10

12

14

11−12 13−14 15−16 17−18 19−20

Jum

lah

(eko

r)

Selang Panjang (cm)

Page 62: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

48  

5.3 Hasil Analisis Statistik

Uji Kenormalan data Anderson Darling yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa data hasil tangkapan total memiliki P-Value < 0,005. Nilai

tersebut lebih kecil dari nilai α = 0,005, sehingga dapat disimpulkan bahwa data

hasil tangkapan ketiga jenis bubu tidak menyebar normal. Grafik plot kenormalan

yang dihasilkan dari semua bubu dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 24.

Selanjutnya dilakukan uji Kruskal-Wallis.

Hasil Tangkapan

Perc

ent

150100500-50

99

95

90

80

70

60504030

20

10

5

1

Mean

<0.005

39.75StDev 42.25N 12AD 1.084P-Value

Probability Plot of Hasil TangkapanNormal

 

Gambar 24 Hasil uji kenormalan data hasil tangkapan ketiga jenis bubu penelitian.

Uji Kruskal-Wallis (Gambar 24) menghasilkan derajat bebas pada level

toleransi 5% adalah :

df = k – 1 = 3 – 1 = 2

Oleh karena itu, daerah penolakannya adalah H > . Tabel chi-Square

menunjukkan = 5,99147. Uji Kruskal-wallis yang dilakukan menunjukkan

nilai H sebesar 0,18 untuk hasil tangkapan total, H sebesar 0,06 untuk hasil

tangkapan utama dan H sebesar 2,82 untuk hasil tangkapan sampingan. Bila

dibandingkan dengan statistik uji (H), nilai H di bawah statistik .

Kesimpulannya adalah gagal tolak hipotesis awal (H0). Secara statistik tidak

Page 63: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

49  

cukup bukti bahwa ketiga jenis bubu penelitian memiliki hasil tangkapan yang

berbeda, baik itu dilihat dari hasil tangkapan total, hasil tangkapan utama dan

hasil tangkapan sampingan. Hal ini berarti bahwa hasil tangkapan yang didapat

dari bubu tambun dengan tutupan ijuk dan goni tidak berbeda nyata dengan hasil

tangkapan bubu dengan tutupan karang pada tingkat kepercayaan 95 %. Oleh

karena itu penggunaan bubu tambun dengan tutupan ijuk dan goni bisa diterapkan

dalam operasional bubu tambun di perairan Kepulauan Seribu. Hasil uji Kruskal-

wallis yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 10, 11 dan 12.

Tabel 10 Hasil Uji Kruskal-Wallis data ketiga jenis bubu penelitian.

Bubu N Median Ave Rank Z Bubu goni 12 9 19,5 0,40Bubu ijuk 12 10 17,8 -0,30Bubu karang 12 9,5 18,3 -0,10Overall 36 18,5 H = 0,18 DF = 2 P = 0,916

Tabel 11 Hasil Uji Kruskal-Wallis data hasil tangkapan utama ketiga jenis bubu

penelitian

Bubu N Median Ave Rank Z Bubu goni 9 11 14.4 0.21Bubu ijuk 9 13 14.0 0.00Bubu karang 9 13 13.6 -0.21Overall 27 14.0 H = 0,06 Df = 2 P = 0,972

Tabel 12 Hasil Uji Kruskal-Wallis data hasil tangkapan sampingan ketiga jenis

bubu penelitian

Bubu N Median Ave Rank Z Bubu goni 3 6.000 3.8 -0.90Bubu ijuk 3 12.000 7.2 1.68Bubu karang 3 4.000 4.0 -0.77Overall 9 5.0 H = 2,82 Df = 2 P = 0,244

Page 64: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

50  

5.4 Pengaruh Penggunaan Ijuk dan Goni dalam Operasional Bubu Tambun

Daerah peletakan bubu tambun adalah daerah terumbu karang tepi

(fringing reef), tepatnya di daerah rataan terumbu karang (reef flat) dan daerah

tubir karang. Kedalaman fishing ground berkisar antara 0,5 – 5 meter. Di daerah

ini terdapat komponen batu karang hidup, batu karang mati, pasir dan alga.

Sebelum bubu uji dioperasikan, terlebih dahulu diberi perlakuan perendaman

selama dua hari. Perlakuan ini hanya diberikan sekali itu saja, setelah bubu

dioperasikan tidak ada lagi. Perendaman ini dimaksudkan agar alga dan perifiton

segera menempel pada komponen bubu dan hal ini akan menarik ikan untuk

mendekati bubu. Oleh karena itu tidak dilakukan penggantian bubu selama

penelitian, maka jumlah alga dan perifiton diduga semakin hari semakin banyak.

Kondisi ini diduga dapat mempengaruhi hasil tangkapan yang diperoleh. Namun

kenyataannya tidak demikian, hasil tangkapan yang diperoleh berfluktuasi. Hasil

tangkapan bubu tertinggi diperoleh pada hari kesepuluh. Apakah hari kesebelas

hasil tangkapan bubu akan meningkat, belum diketahui. Oleh karena itu, penulis

menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah trip yang lebih

banyak. Hasil tangkapan dari ketiga jenis bubu penelitian berdasarkan lama

perendaman setelah perendaman awal dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 25.

Tabel 13 Hasil tangkapan berdasarkan lama perendaman setelah perendaman awal

No Jenis Bubu Jumlah hasil tangkapan (ekor) pada hari ke... 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Bubu ijuk 19 15 17 19 18 16 7 5 4 29 2 Bubu goni 13 29 11 16 15 15 11 13 6 36 3 bubu karang 24 19 11 16 17 17 17 17 6 47

Pada Gambar 25 dapat dilihat bahwa hasil tangkapan yang diperoleh

berfluktuasi. Jumlah tangkapan yang paling sedikit terjadi pada hari kesembilan

untuk ketiga jenis tutupan. Hal ini dikarenakan keadaan cuaca pada saat penelitian

itu buruk, sehingga kurang mendukung proses mengoperasikan bubu tambun di

daerah penangkapan ikan yang telah ditentukan. Pengoperasian bubu saat itu

hanya dapat dilakukan di perairan yang lebih dekat ke daerah pantai.

Page 65: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

51  

Gambar 25 Jumlah hasil tangkapan berdasarkan lama perendaman setelah perendaman awal.

Penggunaan bahan alami ijuk dan goni mempunyai kelebihan pada

efisiensi waktu pada saat pengoperasian bubu tambun. Hal ini disebabkan

pengoperasian bubu tambun dengan tutupan karang, harus mencari terumbu

karang dulu sebelum operasi penangkapan ikan dimulai, sehingga memerlukan

waktu yang lebih lama. Bubu dengan tutupan ijuk dan tutupan goni dalam

pengoperasiannya, langsung diletakkan di daerah penangkapan ikan yang telah

ditentukan.

Pengoperasian bubu tambun dengan tutupan karang akan memberikan

suasana kamuflase yang menyerupai habitat hidup ikan karang. Hal inilah yang

membuat bagian dalam bubu menjadi gelap dan ikan karang akan masuk ke dalam

bubu. Sama tujuannya dengan penggunaan tutupan ijuk dan tutupan goni.

Kamuflase yang dihasilkan tutupan ijuk dan tutupan goni sama dengan tutupan

karang. Namun, pada saat berada di dalam perairan, kamuflase tutupan ijuk

terlihat seperti kumpulan bulu babi (Diadema setosum). Kamuflase yang

menyerupai bulu babi (Diadema setosum) dapat mengurangi pencurian bubu

tambun yang berada di dalam perairan.

Dalam pengoperasian bubu tambun dengan tutupan ijuk dan goni

menggunakan pemberat berupa karang mati. Karang mati dapat dijumpai di

sekitar ekosistem terumbu karang. Hal ini diharapkan dapat diteladani oleh

nelayan setempat, karena nelayan Kepulauan Seribu menggunakan karang yang

05

101520253035404550

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Bubu ijuk

Bubu goni

Bubu karang

Hari Ke

Jum

lah

Has

il T

angk

apan

(eko

r)

Page 66: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

52  

masih hidup untuk pemberat bubu tambun. Sebetulnya akan lebih baik jika

nelayan menggunakan bahan selain karang mati untuk pemberat, misalnya batu

kali atau timah hitam dan lainnya.

Pengoperasian bubu tambun, seringkali dilakukan di daerah yang

memiliki ekosistem terumbu karang yang padat. Terumbu karang ini nantinya

digunakan sebagai tutupan pada pengoperasian bubu tambun. Proses

pengoperasian bubu tambun dengan tutupan karang dapat merusak ekosistem

terumbu karang yang menjadi habitat ikan karang target penangkapan. Jika

dikaitkan dengan waktu yang digunakan untuk satu trip pengoperasian bubu

tambun dengan tutupan karang, yaitu satu hari, maka kerusakan ekosistem

terumbu karang akan terjadi pada setiap harinya. Apalagi cara ini dilakukan untuk

jangka waktu yang lama, maka kerusakaan yang terjadi pada terumbu karang akan

sangat tinggi.

Pada saat proses penimbunan bubu tambun seringkali menambah

pengrusakan pada karang. Hal ini disebabkan nelayan harus berada di perairan

tempat pengoperasian bubu tersebut. Nelayan berjalan di perairan agar dapat

mengatur posisi peletakan bubu. Saat berjalan nelayan seringkali menginjakkan

kakinya pada karang sebagai tempat untuk bertumpu. Karang yang terinjak

umumnya adalah karang yang hidup pada kedalaman yang rendah atau di perairan

dangkal. Injakan yang mengenai karang tersebut akan membuat karang patah atau

karang tersebut hancur. Hal ini harus segera dicarikan solusinya. Penggunaan ijuk

atau goni merupakan salah satu alternatif.

Pengoperasian bubu tambun dengan tutupan ijuk dan goni hanya

dilakukan di celah terumbu karang tanpa melakukan pengrusakan terumbu karang.

Suasana kamuflase telah terjadi tanpa penggunaan terumbu karang di perairan.

Saat pengoperasian bubu dengan tutupan ijuk dan goni juga tidak mengharuskan

nelayan berada di dalam perairan, karena posisi bubu dapat diatur dari atas kapal

dengan menggunakan pengait. Hal ini meyakinkan bahwa kerusakan terumbu

karang yang diakibatkan oleh pengoperaian bubu tambun dengan tutupan karang

dapat dikurangi, bahkan tidak dilakukan lagi.

Hal mendasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemanfaatan

sumberdaya khususnya sumberdaya ikan dengan penggunaan alat tangkap yang

Page 67: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

53  

ramah lingkungan. Penggunaan bahan alami sebagai tutupan dalam pengoperasian

bubu tambun merupakan salah satu bentuk dari solusi pemanfaatan sumberdaya

ikan yang ramah lingkungan. Bahan alami ijuk dan goni ini mempunyai prinsip

seperti atraktor rumpon berfungsi untuk membantu mengumpulkan ikan, dengan

alasan atraktor rumpon yang terbuat dari bahan alami membuat perifiton dan alga

menempel pada subtrat alami. Hal ini juga berlaku pada penggunaan bahan alami

ijuk dan goni sebagai tempat menempelnya subtrat dan perifiton sehingga

membuat ikan berkumpul di bubu yang dioperasikan.

Kerusakan karang yang terjadi akibat pengoperasian bubu tambun

memang tidak memberikan efek yang besar dibandingkan dengan kerusakan

akibat penangkapan yang menggunakan potasium atau bom. Namun, kerusakan

yang terjadi akan menjadi besar apabila dari tingkat intensitas frekuensi

penangkapan yang tinggi yang dilakukan oleh nelayan bubu tambun di Kepulauan

Seribu. Kekhawatiran yang baru adalah ketika nelayan yang ada di Kepulauan

Seribu memperluas daerah penangkapan ikan, sehingga akan memperluas wilayah

kerusakan terumbu karang apabila alat tangkap dan metode pengoperasiannya

tidak diubah menjadi lebih baik.

Upaya pemanfaatan sumberdaya ikan secara prinsip yang selalu

memperhatikan keramahan lingkungan harus terus diupayakan, khususnya di

perairan Kepulauan Seribu. Upaya demikian diharapkan sumberdaya ikan dan

lingkungannya akan tetap terjaga dan lestari. Memodifikasi alat tangkap dan yang

ramah lingkungan sehingga sumberdaya dapat dimanfaatkan secara optimal.

Page 68: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil tangkapan total dalam penelitian ini berjumlah 477 ekor  dengan

berat 39.225 g. Hasil tangkapan utama berjumlah 432 ekor (90,57%) dengan berat

33.525 g (85,40%), terdiri atas ikan konsumsi sebanyak 37 ekor (79,04%) dengan

berat 32.550 g (82,92%) dan ikan hias sebanyak 55 ekor (11,53%) dengan berat

975 g (2,48%). Hasil tangkapan sampingan berjumlah 45 ekor (9,43%) dengan

berat 5730 g (14,60%). Hasil tangkapan yang didapat dari bubu tambun dengan

tiga jenis tutupan – ijuk, goni dan terumbu karang – secara significant tidak

berbeda nyata dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dalam rangka menekan laju

kerusakan ekosistem terumbu karang, sebaiknya nelayan Kepulauan Seribu tidak

lagi menggunakan terumbu karang dalam pengoperasian bubu tambun, melainkan

menggantinya dengan tutupan goni atau ijuk. Selanjutnya, untuk bisa

mendapatkan hasil yang lebih baik, lagi perlu dilakukan penelitian lanjutan

dengan tetap menggunakan materi dan metode yang sama, tetapi melakukan

analisis terhadap sifat material, ketahanan material pada saat pengoperasian bubu

tambun dan kepraktisan dari material bahan alami penutup bubu tambun serta

jumlah trip yang lebih banyak.

Page 69: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

DAFTAR PUSTAKA

Adrim M. 1993. Pengantar Studi Ekologi Komunitas Ikan Karang dan Metode Pengkajiannya. Makalah Kursus Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi Terumbu Karang. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi, Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia. 34 Hal

Allen G, R Steene, P Humann and N DeLoach.. 2002. Reef Fish Identification :

Tropical Pacific. Jacksonville, Florida USA : New World Publications, Inc. 248 hal.

Arami H. 2006. Seleksi Tekonologi Penangkapan Ikan Karang Dalam Rangka

Pengembangan Perikanan Tangkap Berwawasan Lingkungan di Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara. [Tesis] (tidak dipublikasikan). Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hal 10-14.

Baskoro MS. 2005. Tingkah Laku Ikan Hubungannya dengan Metode

Pengoperasian Alat Tangkap Ikan. Diktat kuliah (tidak dipublikasikan) Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 131 hal.

Bessa E, JF Dias and AM de Souza. 2007. Rare Data on A Rocky Shore Fish

Reproductive Biology: Sex Ratio, Length of First Maturation and Spawning Period of Abudefduf saxatilis (Linnaeus, 1758) with Notes on Stegastes variabilis Spawning Period (Perciformes: Pomacentridae) in Sao Paulo, Brazil. Brazilian Journal Oceanography Volume 55 no.3. Instituto Oceanográfico da Universidade de Sao Paulo

Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pengembangan

Berkelanjutan . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 27-38 hal. Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap. Bogor: Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Hal 17.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005. Kategori Alat Tangkap.

(http:www.pipp.dkp.go.id/pipp2/kapalapi_index.html). 09 Mei 2010 Furevik DM. 1994. Behaviour of Fish Relation to Pots : Marine Fish Behaviour in

Capture and Abundance Estimation. London: Fishing News Books. Hal 28-44.

Gunarso W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Alat,

Metoda, dan Teknik Penangkapan Ikan. Diktat kuliah (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 149 hal.

Page 70: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

56  

High WL and Beardsley. 1970. Fish Behaviour Studies from Undersea Habitat. Community Fisheries Rev. Dikutip dari Furevik, DM. 1994. Behaviour of Fish Relation to Pots : Marine Fish Behaviour in Capture and Abundance Estimation. London: Fishing News Books. Hal 28-44.

Hutomo. 1995. Pengantar Studi Ekologis Komunitas Ikan Karang dan Metode

Pengkajiannya. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi, Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia. 54 Hal.

Isnaini. 2008. Pola Rezim Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Ekor

Kuning di Kepulauan Seribu. [Tesis] (tidak dipublikasikan). Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 142 hal.

Klust G. 1983. Bahan Jaring untuk Alat Penangkapan Ikan. Edisi ke-2.

Diterjemahkan oleh Team BPPI Semarang 1998, Netting Materials for Fishing Gear. Semarang: Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang. 187 hal.

Komarudin D. 2009. Penggunaan Celah Pelolosan Pada Bubu Tambun Terhadap

Hasil Tangkapan Kerapu Koko di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 104 hal.

Martasuganda S. 2008. Bubu (Traps). Bogor: Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 68 hal.

Monintja DR dan S Martasuganda. 1990. Teknologi Pemanfaatan Hayati Laut II.

Diktat kuliah (Tidak dipublikasikan). Bogor: Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor. 90 hal.

Nugraha A. 2008. Efektivitas Penangkapan Ikan Karang Konsumsi Menggunakan

Bubu dengan Umpan yang Berbeda di Kepulauan Seribu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 95 hal.

Nybakken JW. 1982. Biologi laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan

oleh Eidman M, Koesoebiono, DG Bengen, Hutomo dan Sukardjo, 1992, Marine Biology An Ecological Approach. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal 355-395.

Pambudi W. 2005. Pengaruh Penambahan Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir

Terhadap Beban Lentur dan Berat Jenis Genteng Beton. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Semarang: Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang. 78 hal.

Page 71: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

57  

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu. 2006. Data Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Jakarta: Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu.

Pemerintah Kelurahan Pulau Panggang. 2008. Laporan Bulanan Februari 2008

Jakarta: Pemerintahan Kelurahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Sainsbury. 1982. Commercial Fishing Methods: An Introduction To Vessels and

Gears. London: Fishing News Books. 119 p Santoso BN. (2008). Pengaruh Perbedaan Konstruksi Bubu Terhadap Hasil

Tangkapan Ikan Karang di Perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 58 hal.

Simbolon D. 2006. Daerah Penangkapan Ikan Sebagai Salah Satu Faktor Penentu

Keberhasilan Operasi Penangkapan Ikan. Dalam Kumpulan Pemikiran Tentang Teknologi Perikanan Tangkap Yang Bertanggung Jawab, Nomor 07 Tahun 2006/2007. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 67-69.

Subani W dan HR. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di

Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, Edisi Khusus Nomor 50 Tahun 1988/1989. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian. 245 hal.

Sudiro DR. 2004. Rami Tanaman Asli Indonesia Untuk Meningkatkan

Kemandirian Kebutuhan Alat pertahanan. Buletin Litbang Pertahanan Indonesia Volume VII Nomor 13 Tahun 2004. [Terhubung Tidak Berkala]. www.dephan.go.id. [18 Maret 2010]

Sugiyono. 2007. Pengantar Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. 390

hal. Supriharyono. 2000. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah

Pesisir dan Laut Tropis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 96-97. Dikutip dari Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pengembangan Berkelanjutan . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Susanti Y. 2005. Pengoperasian Bubu Tambun dan Kerusakan Terumbu Karang

yang Diakibatkannya di Pulau Harapan, Kepulauan Seribu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 88 hal.

Susanto H. 2001. Ikan Hias Air Laut. Depok: Penerbit Swadaya. 84 hal. Dikutip

dari Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pengembangan Berkelanjutan . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Page 72: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

58  

Von Brand A. 2005. Fish Catching Methods of the Word 4th Edition. O Gabriel, K Lange, E Dahm and T Wendt, Editors. England: Blackwell Publishing. 523 hal.

Wallace C. 1994. New spesies and A new Species Group of the coral genus

acropora (Scleractinia: Astrocoeniina: Acroporidae) from Indo-Pacifik location. Invertebrate Taxonomy. 8: 961-968

Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 516

hal. Widodo J, Aziz K, Priyono B, Tampubolon GH, Naamin N, Djamali A.1998.

Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut Di Perairan Indonesia. Jakarta: Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal 184 – 199.

Wudianto C, Nasution dan HR Barus. 1988. Uji Coba Bubu Plastik di Perairan

Jawa Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, Volume No.46 Tahun 1988. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian. Hal 45-53

Page 73: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

LAMPIRAN

Page 74: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

60  

Lampiran 1 Tahapan proses pembuatan bubu tambun penelitian.

No Tahapan Proses Pembuatan Bubu Tambun Penelitian

Gambar

1 Persiapan bahan bambu sebagai bahan utama dari pembuatan bubu tambun

2 Bambu di potong kecil yang nantinya akan dirangkai menjadi bubu tambun

3 Pembuatan badan bubu tambun

4 Pembuatan mulut bubu tambun

Page 75: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

61  

5 Penyatuan badan bubu dan mulut bubu

  

6 Pembuatan bubu tambun dengan tutupan ijuk

  

7 Pembuatan bubu tambun dengan tutupan goni

 

  

8 Bubu Tambun dengan tutupan karang

 

  

Page 76: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

62  

Lampiran 2. Peta Kepulauan Seribu.

Page 77: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

63  

Lampiran 3 Peta Pulau Panggang Tempat Penelitian.

2 0

P. Semak Daun

P. Singgit P. Layar

Keterangan:

Skala 1 : 80.000

Sumber:Peta Proyeksi MercatorKepulauan Seribu:Pulau Pramuka HinggaPulau Kotok KecilDISHIDROS TNI-AL(1986) (Diolah Kembali).

Karang Berlayar

P.Karya

P. Panggang

Gosong Pramuka

P. Pramuka

P. Sekati

P. Gosong AirP. Air

Karang Kelingcetek

Karang Kelingdalam

Karang Dalam

P. Karang Beras

5

10

520

1020

10

5

5

201020

5

20

55

5

5

5

10

555

520

20

205

5

20

34° 35° 36° 37°

: Lokasi Penelitian: Daratan

: Perairan Terumbu Karang

: Perairan Dalam

106° 33’ BT

5° 4

3’ L

S44

°45

°46

°

Page 78: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

64  

Lampiran 4 Foto ikan hasil tangkapan bubu.

Sumber identifikasi : Allen G et al. 2002. Reef Fish Identification : Tropical Pacific. New World Publications, Inc. Jacksonville, Florida USA. 248 hal. Famili Labridae Nori merah/ Banded maori wrasse Nori hijau/Checkerboard wrasse (Cheilinus fasciatus) (Halichoeres hortulanus) Jarang gigi/ White-belly tuskfish (Choerodon anchorago) Famili Lutjanidae

Lencam/ Mangrove jack Tanda-tanda/ Russell’s snapper

(Lutjanus argentimaculatus) (Lutjanus rusell)

Page 79: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

65  

Lampiran 4 (lanjutan) Famili Serranidae

Kerapu koko/Longfin grouper Kerapu merah/Blacktip grouper (Epinephelus quoyanus) (Epinephelus fasciatus)

Kerapu hitam/White-straked grouper (Epinephelus ongus)

Famili Siganidae

Kea kea/Barred rabbitfish Baronang/Scribbled rabbitfish (Siganus doliatus) (Siganus guttatus)

Page 80: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

66  

Lampiran 4 (lanjutan) Famili Scaridae

Kakatua biru/Blue-barred parrotfish (Scarus ghobban)

Famili Pomacentridae

Betok putih/Guardian damsel Betok hitam/Javanese damsel (Altrichthys curatus) (Neoglyphidodon oxyodoon)

Sersan mayor/Scissor-tail sergeant (Abudefduf sixfasciatus)

Page 81: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

67  

Lampiran 4 (lanjutan) Chaetodontidae

Kepe strip 8/Eight-banded angelfish Kepe marmut/Vermiculate anglefish (Chaetodontoplus octofaciatus) (Chaetodontoplus mesoleucus)

Famili Portunidae

Rajungan karang/Swimming crab Kepiting plongkor/ Coral-reef crab

(Portunus hestatoides) (Carpilus maculatus)

Page 82: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

68

Lampiran 5 Data hasil tangkapan penelitian.

Hari ke  1 Tanggal  7/8/2010 Waktu  09.15‐12.45 Kondisi Lapangan  Mendung Kedalaman  3 meter (Tubir) Keadaan Dasar  Berkarang Bentuk Bulan  Setengah Arus  Sedang 

Catatan Bubu ijuk 3 buah = A Bubu Goni 3 buah = B Bubu karang 3 buah = C 

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A1 Nori  600 23.4      Kupas‐kupas  400 22.3      Nori  600 24      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A2 Nori  210 15.8      Nori  200 12.5      Nori  190 14.5      

Page 83: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

69

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A3 

Kerapu Koko  100 19      marmut  30 9.5      /8  30 8      /8  20 7.3      /8  20 8      /8  15 7.5      /8  20 7      /8  20 7.4      /8  10 7.5      /8  20 7.9      kakak tua  90 16.2      Jarang Gigi  60 15.5      Kupas‐kupas  10 9      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B1 Betok hitam  70 14.4      /8  30 8.9      /8  20 7.5      Betok hitam  90 14.8      Betok hitam  50 13.3      

Page 84: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

70

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B2 Betok hitam  90 14.5      Betok hitam  90 14.2      Betok hitam  50 12.6      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B3 Kepiting selasih  250    12.6  8.6Kepiting   60    7.5  5Ponto‐Ponto  60 16.9      Betok hitam  70 15.3      Betok hitam  70 14.5      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C1 

Kerapu Hitam  400 28      /8  30 9.7      /8  25 9.5      /8  30 9      kepiting   10    6.6  4.5Betok hitam  60 14      Betok hitam  60 13.5      Betok hitam  70 14      Tambak  100 18      kea‐kea  20 10.8      lencam  90 18.3      lencam  90 16.9      

Page 85: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

71

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C3 

Kepiting  70    7.3  5Kepiting  60    6.3  5Kepiting  70    7  5.2Kepiting  20    6  4.2Betok Hitam  110 16.5      Betok Hitam  110 16.4      /8  20 8.5      /8  20 9      

Hari ke  2 Tanggal  8/8/2010 Waktu  09.15‐12.45 Kondisi Lapangan  Cerah berawan Kedalaman  4‐5 meter  Keadaan Dasar  Berkarang Bentuk Bulan  Setengah Arus  besar 

Catatan Bubu ijuk 3 buah = A Bubu Goni 3 buah = B Bubu karang 3 buah = C 

Page 86: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

72

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A1 

marmut  60 10.9      marmut  30 9.5      kea‐kea  40 11.8      pasir  130 21.1      kupas‐kupas  20 9      kupas‐kupas  20 8.8      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A2 

kerapu merah  160 22.2      betok hitam  100 16.5      marmut  25 10.5      marmut  50 11.5      nori  210 24      nori  70 17      strip delapan  10 6.9      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A3  Nori  130 22.4      

betok hitam  90 16      

Page 87: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

73

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B1 

marmut  50 12.1      masuk layang  10 13.1      pogek batu  60 13.1      nori  100 18.4      betok hitam  60 14.2      Sersan mayor  30 13      kea‐kea  20 10.5      Sersan mayor  40 14.7      Sersan mayor  40 12.9      strip delapan  5 7.2      pogek   40 14.7      

Page 88: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

74

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B2 

kerpu merah   90 19.2      swanggi  90 16      kerapu merah  90 18.8      tikus‐tikusaan  160 21      marmut  20 9.6      Sersan mayor  30 13      Sersan mayor  60 12.1      Sersan mayor  50 13.3      Sersan mayor  60 12      Sersan mayor  70 13.3      Sersan mayor  30 12.3      Sersan mayor  30 12      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B3 

Buntel blimbing  90 14.2      pogek batu  40 12.1      lape  70 17.2      kupas‐kupas  200 19.5      nori  90 17      serak  120 18.5      

Page 89: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

75

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C1  Lencam  110 20      

Betok Hitam  60 14.5       Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C2 

kepiting  50    7  4.8kepiting  70    7.5  5kepiting  90    7.3  5kerapu hitam  200 24.5      Bunga waru  50 16.4      Strip 8  20 8.6      Strip 8  10 8      Strip 8  20 8.7      Strip 8  10 8      Strip 8  10 8      Betok putih  160 22      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C3 

Buntal Babi  340 21      betok putih  110 18      betok putih  60 13.9      kea‐kea  90 12.5      strip 8  10 8.2      betok hitam  50 12.9      

Page 90: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

76

Hari ke  3 Tanggal  9/8/2010 Waktu  09.30‐13.00 Kondisi Lapangan  mendung Kedalaman  1.5 meter Keadaan Dasar  Berkarang Bentuk Bulan  Setengah Arus  sedang 

Catatan Bubu ijuk 3 buah = A Bubu Goni 3 buah = B Bubu karang 3 buah = C 

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A1 

kerapu merah  250 26.5      betok hitam  60 14.7      lencam  60 16.9      manggilala  70 17      Betok Hitam  60 14.5      Betok Hitam  60 15.3      Betok Hitam  95 15.4      

      

Page 91: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

77

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A2 

Betok Hitam  130 16      Betok Hitam  130 16.2      Betok Hitam  110 16.4      Lape  60 16.4      lencam  70 18.1      kerapu koko  110 21.1      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A3 Swanggi  90 18.5      Betok putih   60 16.9      lencam  80 18.6      kerapu koko  150 22.7      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B1 Betok putih  40 15.1      Jarang gigi  100 18      Lencam  80 19.5      Betok hitam  100 15.3      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B2 lape  80 18.1      Betok Hitam  100 14.5      Lencam  70 17.3      

Page 92: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

78

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B3 Tanda‐tanda  160 22.5      Lencam  100 17.9      Lencam  130 18.5      Pasir  90 18      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C1 Betok Putih  70 15      Lencam  80 18.4      lape  100 20.1      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C2 Pasir   80 20.2      Lencam  80 18.6      Lencam  60 18.3      Kea‐kea  90 18.7      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C3 lape  230 23.9      Betok putih  60 15.4      Tanda‐tanda  100 19.4      lencam  60 16.4      

Page 93: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

79

Hari ke  4 Tanggal  9/8/2010 Waktu  09.30‐13.00 Kondisi Lapangan  mendung Kedalaman  1.5 meter Keadaan Dasar  Berkarang Bentuk Bulan  Setengah Arus  sedang 

Catatan Bubu ijuk 3 buah = A Bubu Goni 3 buah = B Bubu karang 3 buah = C 

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A1 

jarang gigi  150 17.3      lencam  150 18      betok hitam  100 15      betok hitam  70 13.2      kea‐kea  60 11      strip 8  40 92      kepiting  150    14  10

      

Page 94: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

80

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A2 

kea‐kea  40 11      lencam  90 16      betok hitam  90 14      lencam  140 18.5      strip8  40 8.2      Kepiting  110    15  8

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A3 

Angke  160 18.2      betok hitam  140 16.2      lencam  130 18      Sersan mayor  60 11.5      kea‐kea  50 10.8      Kepiting  140    13  6

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B1 

betok hitam  100 16.9      Serak  110 17.5      Nori  110 18.5      betok hitam  100 14      Strip8  30 3      Kepiting  110    12  5.8

  

Page 95: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

81

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B2 kakak tua  110 16.5      tiger  100 14.8      betok hitam  105 15.3      kea‐kea  60 11.8      kepiting  105    10  5.7

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B3 lencam  90 15.7      betok hitam  110 14.5      Betok putih  60 13      tiger  200 19.1      kepiting  80    11.5  5.3

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C1 kerapu hitam  100 18.5      kea‐kea  80 13.5      betok hitam  130 16      tiger  145 16.6      kepiting  85    8.2  5.4

      

Page 96: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

82

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C2 kakak tua  165 19.3      Nori  100 17.1      Betok hitam  95 15.4      kea‐kea  75 12.1      kepiting  100    7.2  5

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C3 

kakak tua  350 25.3      lencam  95 17.5      Nori  70 14.5      betok susu  50 13.7      betok hitam  50 13      kepiting  50    7.3  5.1

Page 97: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

83

Hari ke  5 Tanggal  13‐8‐2010 Waktu  08.00‐12.20 Kondisi Lapangan  cerah Kedalaman  2‐3 meter Keadaan Dasar  Berkarang Bentuk Bulan  Setengah Arus  sedang 

Catatan Bubu ijuk 3 buah = A Bubu Goni 3 buah = B Bubu karang 3 buah = C 

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A1 

lencam  430 29.2      Betok putih  60 17.4      Betok putih  70 16.3      serak  60 16.1      serak  60 16.1      Kepiting  120    16  9.5Kepiting  110    11  7

      

Page 98: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

84

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A2 

Pasir  90 20.6      betok  160 18.5      kea‐kea  50 13.6      kea‐kea  50 13.6      mogong  90 16.9      Kepiting  140    17.5  5.5Kepiting  100    9  5

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A3 kerapu hitam  100 19.1      betok hitam  100 17.3      betok hitAM  130 17.5      betok putih  70 16      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B1 betok hitam  150 17.5      betok hitam  80 17.4      betok hitAM  160 17.5      betok putih  90 16.9      serak  60 16.5           

Page 99: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

85

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B2 betok hitam  200 19.5      betok hitam  50 14.6      betok putih  60 16      lencam  40 15.8      

     Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B3 

betok hitam  100 17.5      kupas‐kupas  100 10.5      betok putih  60 17      manggilala  50 16.1      lencam  40 17.2      masuk layang  30 11.5      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C1 serak  150 22.3      lencam  190 24.5      kerapu hitam  140 22.3      betok putih  100 16.5      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C2 Buntal  290 23.7      Buntal  690 29      mengke  160 30.5      

Page 100: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

86

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C3 

betok hitam  130 16.2      betok hitam  160 18.3      betok hitam  70 14      lencam  110 18.3      pasir  80 20.6      pasir  50 16.6      lape  100 19      kea‐kea  30 15.2      kea‐kea  20 16.1      kupas‐kupas  50 13.8      

Hari ke  6 Tanggal  14‐8‐2010 Waktu  08.00‐12.30 Kondisi Lapangan  mendung Kedalaman  175 cm Keadaan Dasar  Berkarang Bentuk Bulan  Setengah Arus  sedang 

Catatan Bubu ijuk 3 buah = A Bubu Goni 3 buah = B Bubu karang 3 buah = C 

Page 101: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

87

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A1 

nori  130 17.7      marmut  50 12.4      betok hitam  110 17.2      kerapu merah  90 18.5      betok putih  50 15.4      lape  70 15.4      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A2 nori  200 22.9      betok hitam  60 15.7      Sersan mayor  50 14.6      Sersan mayor  50 14.3      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A3 

nori  130 19.3      nori  110 19.1      Sersan mayor  40 14.9      Sersan mayor  30 13.7      nori  70 16.5      marmut  40 11.1      

     

Page 102: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

88

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B1 Lape  140 22.3      Marmut  20 10.5      Sersan mayor  30 14.4      Sersan mayor  30 13.7      kea‐kea  20 12      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B2 Betok hitam  90 17      betok hitam  90 15.8      Sersan mayor  80 15.9      marmut  100 13.4      lape  100 18.5      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B3 Sersan mayor  50 14.8      Sersan mayor  50 14.6      Sersan mayor  40 13.7      betok hitam  100 16      kerapu koko  130 24.2      

      

Page 103: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

89

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C1 

Jarang gigi  150 19.2      Sersan mayor  70 14.5      Sersan mayor  40 14.1      Sersan mayor  40 13.3      Sersan mayor  90 15.4      Betok Hitam  110 16.7      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C2 Sersan mayor  100 15.2      Sersan mayor  50 15      Sersan mayor  50 14.2      Sersan mayor  50 14.3      kerapu koko  90 15.4      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C3 

Sersan mayor  50 14.4      Sersan mayor  50 14.1      Sersan mayor  50 14.3      Sersan mayor  50 14.1      jangut  140 22.1      Betok Hitam  60 15.3      

Page 104: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

90

Hari ke  7 Tanggal  17‐8‐2010 Waktu  08.30‐12.30 Kondisi Lapangan  cerah Kedalaman  175 cm Keadaan Dasar  Berkarang Bentuk Bulan  Setengah Arus  deras 

Catatan Bubu ijuk 3 buah = A Bubu Goni 3 buah = B Bubu karang 3 buah = C 

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A1 betok hitam  90 15.3      strip8  20 7.5      kerapu koko  90 18.5      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A2  swanggi  100 16.9      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A3 betok susu  50 13      betok susu  80 15.8      strip8  20 7.5      

Page 105: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

91

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B1 kerapu koko  180 21.3      serak  90 19.4      serak  70 16.3      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B2 kerapu hitam  100 20.1      kepiting batu  100    7.7  5serak  60 60      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B3 buntal kuning  160 18.1      betok susu  90 16.3      betok susu  60 15.3      betok susu  70 15      gigi jarang  90 15      

         

Page 106: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

92

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C1 

kerapu koko  150 13.1      kea‐kea  20 12.2      kea‐kea  20 11      kea‐kea  20 10.4      kea‐kea  20 10.7      betok susu  50 14.2      betok susu  60 14.2      gigi jarang  70 15      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C2  manggi lala  40 13.5      

betok susu  60 15.3      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C3 

kea‐kea  30 11.3      strip8  20 8.1      manggilala  20 10.4      serak  50 14.3      manggilala  30 10.9      betok hitam  50 12.6      betok hitam  40 11.6      

Page 107: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

93

Hari ke  8 Tanggal  18‐8‐2010 Waktu  08.00‐12.20 Kondisi Lapangan  mendung Kedalaman  2‐4 meter Keadaan Dasar  Berkarang Bentuk Bulan  separuh Arus  besar 

Catatan Bubu ijuk 3 buah = A Bubu Goni 3 buah = B Bubu karang 3 buah = C 

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A1  strip8  20 7.9      

strip8  15 7      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A2  strip8  20 8.1      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A3  betok putih  90 17.1      

lencam  50 15.3        

Page 108: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

94

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B1 kerapu koko  110 20.5      betok hitam  60 14      strip8  10 7.4      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B2 strip8  10 8.3      betok hitam  40 13.1      lencam  50 15.6      betok putih  90 16      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B3 

buntal  310 22.5      beseng  50 14.1      strip8  20 7.6      strip8  20 7.6      strip8  20 7.6      betok hitam  100 13.6      

        

Page 109: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

95

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C1 

kea‐kea  15 11.2      kea‐kea  10 10.6      lencam  60 16.3      kupas‐kupas  30 13.5      strip8  15 7.9      manggilala  100 15.6      betok hitam  90 12.9      manggilala  50 12.9      jarang gigi  80 15.1      kakak tua  70 16      nori  60 14      manggilala  30 11.9      strip8  10 7.9      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C2 kea‐kea  10 10.5      strip8  10 8.6      buntal  300 21.2      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C3  strip8  20 8.6      

strip8  10 7.7      

Page 110: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

96

Hari ke  9 Tanggal  19‐8‐2010 Waktu  08.00‐12.40 Kondisi Lapangan  cerah Kedalaman  1‐2 meter Keadaan Dasar  Berkarang Bentuk Bulan  separuh Arus  besar 

Catatan Bubu ijuk 3 buah = A Bubu Goni 3 buah = B Bubu karang 3 buah = C 

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A1  strip8  20 9.2      

kepiting  160    7.1  6.6

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A2                

              

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A3  strip8  20 8.6      

marmut  100 13.2        

Page 111: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

97

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B1 kerapu hitam  110 19.2      kerapu hitam  140 21.6      lencam  40 15.2      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B2  betok hitam  120 17      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B3  strip8  20 8.5      

kepongo  200    11  7.5

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C1  betok hitam  140    9  6

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C2  betok putih  70 14.6      

betok putih  120 14.2      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan  Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C3 lencam  50 17.5      lencam  50 16      lencam  50 15.9      

Page 112: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

98

Hari ke  10 Tanggal  20‐8‐2010 Waktu  07.30‐11.00 Kondisi Lapangan  cerah Kedalaman  1‐2 meter Keadaan Dasar  Berkarang Bentuk Bulan  separuh Arus  besar 

Catatan Bubu ijuk 3 buah = A Bubu Goni 3 buah = B Bubu karang 3 buah = C 

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A1 

kerapu hitam  220 24.2      mogong  100 17.6      marmut  30 9.9      kea‐kea  40 9.9      kea‐kea  40 12.3      kea‐kea  30 11.5      kakak tua  130 17.7      kea‐kea  60 14.7      

    

Page 113: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

99

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A2 

kea‐kea  110 18.5      kea‐kea  30 11.6      kea‐kea  30 11.1      kea‐kea  20 10.2      nori  140 19.3      kakak tua  110 19.2      kakak tua  90 18.5      Sersan mayor  70 14.7      Sersan mayor  60 13.8      Sersan mayor  70 17.7      Sersan mayor  60 13.8      Sersan mayor  40 12.8      Sersan mayor  60 13.1      

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

A3 

kakak tua  100 16.4      swanggi  80 15.8      Sersan mayor  60 13.2      Sersan mayor  40 11.5      lape  140 20.7      kakak tua  100 17.3      kakak tua  110 18.2      kakak tua  110 17.8      

Page 114: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

100

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B1 

lape  270 25.3      kakak tua  200 22.9      kakak tua  100 17.6      kea‐kea  40 12      kea‐kea  40 11.5      kea‐kea  30 10.6      kea‐kea  40 11.6      nori  100 20.3      nori  70 14.9      mogong  70 16.1      pogek  60 14      

             

Page 115: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

101

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B2 

kearapu merah  120 19.8      pogek  90 15.3      pogek  50 14.5      kea‐kea  50 14.1      kea‐kea  40 13.7      kea‐kea  40 12.5      kea‐kea  20 10.5      marmut  20 9.1      marmut  20 8.2      Sersan mayor  30 12      Sersan mayor  50 12.6      Sersan mayor  50 12.7      Sersan mayor  40 13      nori  80 16.4      nori  40 15      

          

Page 116: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

102

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

B3 

kea‐kea  110 18.2      kea‐kea  110 17.9      kea‐kea  40 13.2      kea‐kea  30 10.2      janggut  180 23.5      lape  160 21.3      tikusan  200 22.9      Sersan mayor  40 12      masuk layang  40 11.6      marmut  10 9.8      kupas‐kupas  10 9.3      

              

Page 117: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

103

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C1 

kea‐kea  50 11.9      kea‐kea  20 12.7      kea‐kea  30 11.2      kea‐kea  30 11      kea‐kea  20 11.4      kea‐kea  40 12.1      kea‐kea  30 11.8      kea‐kea  10 10.7      Sersan mayor  50 14.3      Sersan mayor  40 13.7      Sersan mayor  60 12.7      Sersan mayor  50 13.5      Sersan mayor  40 13.3      Sersan mayor  40 12.8      pogek  80 15.5      

          

Page 118: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

104

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C2 

kea‐kea  100 17.6      kea‐kea  40 12.5      kea‐kea  40 12.4      kea‐kea  110 18.5      kea‐kea  30 11      kakaktua  100 17.4      pogek  100 16      pogek  90 16.5      kakaktua  120 19.5      Sersan mayor  40 13.9      Sersan mayor  40 13.2      Sersan mayor  40 13.4      Sersan mayor  40 13.4      Sersan mayor  20 12.5      Sersan mayor  20 12.2      Sersan mayor  30 12.4      Sersan mayor  20 11.5      

       

Page 119: u pen uji coba ngopera a tutupa asian bu kepul an ijuk ubu tam

105

Bubu  Jenis Hasil Tangkapan Berat (g)  Panjang Total (cm)  Panjang Karapas (CL)  Lebar Karapas (LW) 

C3 

kakaktua  90 17.4      kakaktua  100 16.9      kakaktua  70 16.4      mogong  90 15.9      mogong  70 15.3      mogong  90 17.4      kea‐kea  30 11.4      kea‐kea  20 9.6      swanggi  60 14.2      Sersan mayor  40 12.7      Sersan mayor  30 13.5      Sersan mayor  30 12.5      Sersan mayor  30 11.4      Sersan mayor  30 12.3      kupas‐kupas  10 9.4