u (ku1,,ku2, - selvyblog.files.wordpress.com · • vektor-vektor dapat dinyatakan secara geometris...

28
1 3. RUANG VEKTOR 3.1 VEKTOR (GEOMETRIK) – PENGANTAR Jika n adalah sebuah bilangan bulat positif, maka tupel-terorde (ordered-n-tuple) adalah sebuah urutan n bilangan riil (a 1 , a 2 , ..., a n ). Himpunan semua tupel-terorde dinamakan ruang-n dan dinyatakan dengan n R . Dua vektor u = (u 1 , u 2 , ..., u n ) dan v = (v 1 , v 2 , ..., v n ) pada n R dinamakan sama jika n n v u v u v u = = = , , , 2 2 1 1 jumlah u + v didefinisikan oleh ( ) n n v u v u v u + + + = + , , , 2 2 1 1 v u dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh ( ) , , 2 , 1 , , n ku ku ku k = u Vektor-vektor dapat dinyatakan secara geometris sebagai segmen-segmen garis terarah atau panah-panah di ruang-2 atau ruang-3; arah panah menentukan arah vektor dan panjang panah menyatakan besarnya. Ekor panah dinamakan titik awal (initial point) dari vektor, dan ujung panah dinamakan titik terminal (terminal point). Selanjutnya vektor akan dinyatakan dengan huruf kecil tebal misalnya, a, v, w, dan x. Bila membahas vektor, maka bilangan akan dinyatakan sebagai skalar. Semua skalar merupakan bilangan riil dan akan dinyatakan oleh huruf kecil biasa misalnya, k, dan l. Jika, seperti pada gambar 3.1 a titik awal vektor v adalah A dan titik terminalnya adalah B, maka kita tuliskan v = AB

Upload: others

Post on 27-Sep-2020

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    3. RUANG VEKTOR

    3.1 VEKTOR (GEOMETRIK) – PENGANTAR

    • Jika n adalah sebuah bilangan bulat positif, maka tupel-terorde (ordered-n-tuple)

    adalah sebuah urutan n bilangan riil (a1, a2, ..., an). Himpunan semua tupel-terorde

    dinamakan ruang-n dan dinyatakan dengan nR .

    • Dua vektor u = (u1, u2, ..., un) dan v = (v1, v2, ..., vn) pada nR dinamakan sama jika

    nn vuvuvu === ,,, 2211 …

    jumlah u + v didefinisikan oleh

    ( )nn vuvuvu +++=+ ,,, 2211 …vu dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh

    ( ),,2,1 ,, nkukukuk …=u

    • Vektor-vektor dapat dinyatakan secara geometris sebagai segmen-segmen garis

    terarah atau panah-panah di ruang-2 atau ruang-3; arah panah menentukan arah

    vektor dan panjang panah menyatakan besarnya. Ekor panah dinamakan titik awal

    (initial point) dari vektor, dan ujung panah dinamakan titik terminal (terminal

    point). Selanjutnya vektor akan dinyatakan dengan huruf kecil tebal misalnya, a, v,

    w, dan x. Bila membahas vektor, maka bilangan akan dinyatakan sebagai skalar.

    Semua skalar merupakan bilangan riil dan akan dinyatakan oleh huruf kecil biasa

    misalnya, k, dan l.

    • Jika, seperti pada gambar 3.1 a titik awal vektor v adalah A dan titik terminalnya

    adalah B, maka kita tuliskan

    v = AB

  • 2

    Gambar 3.1 (a). Vektor AB (b). Vektor-vektor ekivalen

    • Vektor-vektor yang mempunyai panjang dan arah yang sama walaupun mungkin

    diletakkan pada kedudukan yang berbeda-beda, seperti vektor-vektor pada gambar

    3.1b dinamakan ekivalen. Jika v dan w ekivalen maka kita tuliskan

    v = w

    • Definisi. Jika v dan w adalah sebarang dua vektor, maka penjumlahan didefinisikan

    oleh

    v + w = w + v (gambar 3.2)

    Gambar 3.2

  • 3

    • Jika v adalah sebarang vektor yang tak nol, maka vektor w yang memenuhi v + w = 0

    adalah negatif dari v (gambar 3.2)

    w = - v

    • Definisi. Jika v dan w adalah sebarang dua vektor, maka pengurangan didefinisikan

    oleh v - w = v + (-w) (gambar 3.3)

    Gambar 3.3

    • Soal-soal yang melibatkan vektor seringkali dapat disederhanakan dengan

    memperkenalkan sebuah sistem koordinat siku-siku. Misalkan v adalah vektor dalam

    bidang (ruang-2), dan anggaplah seperti dalam gambar 3.4, bahwa v telah didudukkan

    sehingga titik permulaannya berada di titik asal sebuah sistem koordinasi siku-siku.

    Koordinat-koordinat (v1, v2) dari titik terminal v dinamakan komponen-komponen

    dari v, dan kita menuliskannya sebagai

    v = (v1, v2)

    Gambar 3.4

  • 4

    • Operasi penambahan vektor dan operasi perkalian oleh skalar sangat mudah untuk

    dilaksanakan di dalam komponen-komponen, seperti yang dilukiskan dalam gambar

    3.5, jika v = (v1, v2) dan w = (w1, w2), maka

    v + w = (v1 + w1, v2 + w2)

    Gambar 3.5

    • Jika v = (v1, v2) dan k adalah sebarang skalar, maka dengan menggunakan argumental

    geometrik yang melibatkan segitiga-segitiga yang serupa, dapat diperlihatkan bahwa

    kv = (kv1, kv2 ) (gambar 3.6)

    Gambar 3.6

  • 5

    3.2 NORMA VEKTOR; ILMU HITUNG VEKTOR

    • Teorema 1.

    Jika u =(u1, u2, ..., un), v = (v1, v2, ..., vn) dan w = (w1, w2, ..., wn) adalah vektor –

    vektor pada nR dan k serta l adalah skalar , maka :

    (a) u + v = v +u

    (b) u + (v + w ) =(u + v) + w

    (c) u + 0= 0 +u = u

    (d) u + (-u) =0, yakni, u – u = 0

    (e) k(lu) = (kl)u

    (f) k(u + v) = ku + kv

    (g) (k + l)u = ku + lu

    (h) lu = u (Ingat: 1 adalah skalar bernilai 1)

    • Panjang sebuah vektor v seringkali dinamakan norma dari v dan dinyatakan dengan

    ||v||. Jelaslah dari teorema Phythagoras bahwa norma sebuah vektor v = (v1, v2) di

    dalam ruang-2 adalah 2221 vv +=v

    Jika v adalah vektor dalam ruang-3, maka 2322

    21 vvv ++=v (gambar 3.7)

    Gambar 3.7

    • Jika P1 = (x1, y1, z1) dan P2 = (x2, y2, z2) adalah dua titik didalam ruang-3, maka jarak

    diantara kedua titik tersebut adalah norma vektor 21PP (gambar 3.8)

    ),,( 12121221 zzyyxxPP −−−=

  • 6

    Maka jelaslah bahwa

    ( ) ( ) ( )212212212 zzyyxxd −+−+−=

    Gambar 3.8

    • Jika u = (u1, u2, ..., un) dan v = (v1, v2, ..., vn) adalah sembarang vektor pada nR ,

    maka hasil kali dalam Euclidis (Euclidis inner product) u . v kita definisikan

    dengan

    u . v = ( )nn vuvuvu ⋅++⋅+⋅ …2211

    3.3 RUANG -n EUCLIDIS

    • Definisi. Jika V adalah sebuah ruang hasil kali dalam, maka norma (atau panjang)

    vektor u dinyatakan oleh ||u|| dan didefinisikan oleh 2

    1

    ,uuu =

    • Definisi. Jika V adalah sebuah ruang hasil kali dalam, maka jarak antara dua titik

    (vektor) u dan v dinyatakan oleh d(u,v) dan didefinisikan oleh

    d(u,v) = ||u – v||

  • 7

    • Teorema 2.

    Jika u,v, dan w adalah vektor pada nR dan k adalah sembarang skalar, maka :

    a) u . v = v . u

    b) (u + v) . w = u . w + v . w

    c) (ku) . v = k(u . v)

    d) v . v ≥ 0, Selanjutnya, v . v = 0 jika dan hanya jika v = 0

    3.4 RUANG VEKTOR UMUM

    • Misalkan V sebarang himpunan benda yang dua operasinya kita definisikan, yakni

    penambahan dan perkalian dengan skalar (bilangan riil). Penambahan tersebut kita

    pahami untuk mengasosiasikan sebuah aturan dengan setiap pasang benda u dan v

    dalam V, yang mengandung elemen u + v, yang kita namakan jumlah u dan v ;

    dengan perkalian skalar kita artikan aturan untuk mengasosiasikannya baik untuk

    setiap skalar k maupun setiap benda u pada V yang mengandung elemen ku, yang

    dinamakan perkalian scalar (scalar multiple) u oleh k.

    • Jika aksioma aksioma berikut dipenuhi oleh semua benda u, v, w pada V dan oleh

    semua skalar k dan l, maka kita namakan V sebuah ruang vector (vector space) dan

    benda – benda pada V kita namakan vector:

    a) Jika u dan v adalah benda – benda pada V, maka u + v berada di V.

    b) u + v = v + u c) u + (v + w) = (u + v) + w d) ada sebuah benda 0 di V sehingga 0 + u = u + 0 = u untuk semua u di V.

    e) Untuk setiap u di V, ada sebuah benda – u di V yang kita namakan negatif u sehingga u + (-u) = (-u) + u = 0.

    f) Jika k adalah sebarang skalar dan u adalah sebarang benda di V, maka ku berada

    di V.

    g) k(u + v) = ku + kv

    h) (k + l)u = ku + lu

    i) k(lu) = (kl)(u)

    j) lu = u

  • 8

    • Teorema 3.

    Misalkan V adalah sebuah ruang vektor, u sebuah vektor pada V, dan k sebuah

    skalar; maka :

    (a) 0u = 0

    (b) k0 = 0

    (c) (-1)u = - u

    (d) jika ku = 0, maka k = 0 atau u = 0

    3.5 SUBRUANG

    • Subhimpunan W dari sebuah ruang vektor V dinamakan subruang (subspace) V jika

    W itu sendiri adalah ruang vektor di bawah penambahan dan perkalian skalar yang

    didefinisikan pada V.

    • Teorema 4.

    Jika W adalah himpunan dari satu atau lebih vektor dari sebuah ruang vektor V,

    maka W adalah subruang dari V jika dan hanya jika kondisi-kondisi berikut berlaku.

    (a) Jika u dan v adalah vektor-vektor pada W, maka u + v terletak di W.

    (b) Jika k adalah sebarang skalar dan u adalah sebarang vektor pada W, maka ku

    berada di W.

    • Sebuah vektor w dinamakan kombinasi linear dari vektor-vektor v1, v2, ....,vr jika

    vektor tersebut dapat diungkapkan dalam bentuk

    w = k1v1 + k2v2 + ... + krvr dimana k1, k2, ...., kr adalah skalar.

    • Contoh 1

    Perlihatkan bahwa w = (9, 2, 7) merupakan kombinasi linier dari u = (1, 2, -1) dan v

    = (6, 4, 2). Tunjukkan pula bahwa w’ = (4, -1, 8) bukan merupakan kombinasi linier

    dar vektor u dan v tersebut

    Jawab

    Supaya w merupakan kombinasi linier dari u dan v, maka harus ada skalar k1 dan k2

    sehingga w = k1u + k2v; yakni

  • 9

    (9, 2, 7) = k1(1, 2, -1) + k2(6, 4, 2)

    Penyamaan komponen-komponen yang bersesuaian memberikan

    7224296

    21

    21

    21

    =+−=+=+

    kkkkkk

    Dengan memecahkan sistem ini akan menghasilkan k1 = -3, k2 = 2 sehingga

    w = 3 u + 2 v

    Demikian juga supaya w’ merupakan kombinasi linier dari u dan v, maka harus ada

    skalar k1 dan k2 sehingga w = k1u + k2v; yakni

    (4, -1, 8) = k1(1, 2, -1) + k2(6, 4, 2)

    Penyamaan komponen-komponen yang bersesuaian memberikan

    8214246

    21

    21

    21

    =+−−=+=+

    kkkkkk

    Sistem-sistem persamaan ini tidak konsisten (buktikan) sehingga tidak ada skalar k1

    dan k2 yang memenuhi w = k1u + k2v. Dengan demikian jelas w’ bukanlah kombinasi

    linier dari u dan v.

    • Definisi. Jika v1, v2, .....,vr adalah vektor-vektor pada ruang vektor V dan jika masing-

    masing vektor pada V dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear v1, v2, ....,vr maka

    kita mengatakan bahwa vektor-vektor ini merentang V.

    • Teorema 5.

    Jika v1, v2, ....,vr adalah vektor-vektor pada ruang vektor V, maka :

    (a) Himpunan W dari semua kombinasi linear v1, v2, ....,vr adalah subruang V.

    (b) W adalah subruang terkecil dari V yang mengandung v1, v2, ....,vr dalam arti

    bahwa setiap subruang lain dari V yang mengandung v1, v2, ....,vr harus

    mengandung W.

  • 10

    3.6 KEBEBASAN LINEAR

    • Jika S = {v1, v2, ....,vr} adalah himpunan vektor, maka persamaan vektor

    k1v1 + k2v2 + ... + krvr = 0

    mempunyai paling sedikit satu pemecahan, yakni

    k1 = 0, k2 = 0, ...., kr = 0

    Jika ini adalah satu-satunya pemecahan, maka S kita namakan himpunan bebas

    linear (linearly independent). Jika ada pemecahan lain, maka S kita namakan

    himpunan tak bebas linear (linearly dependent).

    • Contoh 2.

    Himpunan vektor-vektor S = {v1, v2, v3} dengan v2 = (1, 2, 5, -1), v3 = (7, -1, 5, 8)

    adalah himpunan tak bebas linier karena 3v1 + v1 + v3 = 0

    • Teorema 6.

    Himpunan S dengan dua vektor atau lebih adalah

    (a) Tak bebas linear jika dan hanya jika paling tidak satu diantara anggota

    himpunan vektor S dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari anggota

    himpunan vektor S lainnya.

    (b) Bebas linear jika tidak ada anggota himpunan vektor S yang dapat dinyatakan

    sebagai kombinasi linear dalam anggota himpunan vektor S lainnya.

    • Teorema 7.

    (a) Jika sebuah himpunan mengandung vektor nol, maka himpunan itu takbebas

    linear.

    (b) Sebuah himpunan yang mempunyai persis dua vektor takbebas linear jika dan

    hanya jika salah satu dari vektor itu adalah perkalian dari skalar lainnya.

    • Teorema 8.

    Misalkan S = {v1, v2, ....,vr} adalah himpunan vektor-vektor pada Rn. Jika r > n,

    maka S takbebas linear.

  • 11

    3.7 BASIS DAN DIMENSI

    • Jika V adalah sebarang ruang vektor dan S = {v1, v2, ....,vr} merupakan

    himpunan berhingga dari vektor-vektor pada V, maka S kita namakan basis

    untuk V jika

    (a) S bebas linear ;

    (b) S merentang V

    • Contoh 3

    Misalkan v1 = (1, 2, 1) , v2 = (2, 9, 0), dan v3 = (3, 3, 4). Perlihatkanlah bahwa

    himpunan S = { v1, v2, v3} adalah basis untuk R3.

    Jawab.

    Untuk memperlihatkan bahwa S merentang R3, maka harus ditunjukkan

    bahwa sembarang vektor b = (b1, b2, b3) dapat dinyatakan sebagai kombinasi

    linier

    b = k1v1 + k2 v2 + k3v3

    dari vektor-vektor S. Dengan menyatakan persamaan ini dalam komponen-

    komponennya maka akan memberikan

    (b1, b2, b3) = k1(1, 2, 1) + k2 (2, 9, 0)+ k3 (3, 3, 4)

    atau

    (b1, b2, b3) = (k1 + 2 k2 + 3 k3, 2k1 + 9k2 + 3k3, k1 + 4 k3)

    atau

    331

    2321

    1321

    439232

    bkkbkkkbkkk

    =+=++=++

    Jadi untuk memperlihatkan bahwa S merentang V, maka kita harus

    perlihatkan bahwa sistem persamaan (3.1) mempunyai pemecahan untuk

    semua pilihan b = (b1, b2, b3). Untuk membuktikan S bebas linier (BL), harus

    ditunjukkan bahwa satu-satunya pemecahan dari

    k1v1 + k2 v2 + k3v3 = 0

    adalah k1 = k2 = k3 = 0.

    3.1

    3.2

  • 12

    Seperti sebelumnya jika persamaan 3.2 dinyatakan dalam komponen-

    komponennya, maka pembuktian BL akan direduksi menjadi pembuktian

    bahwa sistem tersebut homogen , yaitu

    040392032

    31

    321

    321

    =+=++=++

    kkkkkkkk

    yang hanya mempunyai pemecahan trivial. Perhatikan bahwa persamaan

    (3.1) dan (3.3) mempunyai matriks koefisien yang sama. Selanjutnya tinjau

    kembali bagian (a), (b), dan (d) dari teorema 12 handout kuliah pada bagian

    “Hasil Selanjutnya mengenai Sistem Persamaan dan Keterbalikan” (atau

    Howard Anton teorema 15 pada bagian 1.7). Menurut bagian tersebut jelas

    secara serempak dapat dibuktikan bahwa S bebas linier dan merentang R3

    dengan memperlihatkan bahwa matriks koefisien

    ⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢

    ⎡=

    401392321

    A

    pada persamaan (3.1) dan (3.3) dapat dibalik (mempunyai inverse). Hal ini

    sama dengan membuktikan bahwa det (A) ≠0, yaitu

    ( ) 1401392321

    det −==A

    Jelas karena det (A) ≠0, maka menurut A dapat dibalik. Jadi, S adalah sebuah

    basis untuk R3.

    • Contoh 4

    Misalkan

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡=

    1001

    1M , ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡0010

    2M , ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡0100

    3M , dan ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡1000

    4M

    Himpunan S = [M1, M2, M3, M4] adalah sebuah basis untuk ruang vektor M22

    dari matriks-matriks 2 x 2. Untuk melihat bahwa S merentang M22,

    perhatikanlah bahwa sebuah vektor khas (matriks)

  • 13

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡dcba

    dapat kita tulis sebagai

    1111

    1000

    0100

    0010

    0001

    dMcMbMaM

    dcbadcba

    +++=

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡+⎥

    ⎤⎢⎣

    ⎡+⎥

    ⎤⎢⎣

    ⎡+⎥

    ⎤⎢⎣

    ⎡=⎥

    ⎤⎢⎣

    Untuk melihat bahwa S bebas linier, anggaplah bahwa

    1111 dMcMbMaM +++=

    yakni,

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡=⎥

    ⎤⎢⎣

    ⎡+⎥

    ⎤⎢⎣

    ⎡+⎥

    ⎤⎢⎣

    ⎡+⎥

    ⎤⎢⎣

    ⎡0000

    1000

    0100

    0010

    0001

    dcba

    maka

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡=⎥

    ⎤⎢⎣

    ⎡0000

    dcba

    Jadi a = b = c = d = 0 sehingga S bebas linier

    Basis S dalam contoh ini disebut basis baku untuk M22.

    • Definisi. Sebuah ruang vektor taknol V dinamakan berdimensi berhingga

    (finite dimensional) jika ruang vektor tersebut mengandung sebuah himpunan

    berhingga dari vektor-vektor { v1, v2, ....,vn } yang membentuk sebuah basis.

    Jika tidak ada himpunan seperti itu, maka V dinamakan berdimensi

    takberhingga (infinite dimensionel). Tambahan lagi, kita akan menganggap

    ruang vektor nol sebagai ruang vektor berdimensi berhingga walaupun ruang

    vektor tersebut tidak mempunyai himpunan bebas linear, sehingga basis pun

    tidak ada.

    • Teorema 9.

    Jika S = { v1, v2, ....,vn } adalah basis untuk ruang vektor V, maka setiap

    himpunan dengan lebih dari n vektor adalah takbebas linear.

  • 14

    • Teorema 10.

    Sebarang dua basis untuk ruang vektor berdimensi berhingga mempunyai

    jumlah vektor yang sama.

    • Dimensi sebuah ruang vektor V yang berdimensi berhingga didefinisikan

    sebagai banyaknya vektor pada basis untuk V, Tambahan lagi, kita

    mendefinisikan ruang vektor nol mempunyai dimensi nol.

    • Teorema 11.

    (a) Jika S = { v1, v2, ....,vn } adalah sebuah himpunan n vektor bebas linear

    pada sebuah ruang V yang berdimensi n, maka S adalah sebuah basis untuk

    V.

    (b) Jika S = { v1, v2, ....,vn } adalah sebuah himpunan n vektor yang merentang

    ruang V yang berdimensi n, maka S adalah basis untuk V.

    (c) Jika S = { v1, v2, ....,vn } adalah sebuah himpunan bebas linear pada ruang

    V yang berdimensi n dan r < n, maka S dapat diperbesar menjadi basis

    untuk V ; yakni, vektor-vektor vr+1 ,....,vn sehingga {v1, v2,,....,vr,vr+1,....,vn}

    adalah sebuah basis untuk V.

    3.8 RUANG BARIS DAN KOLOM MATRIKS; RANK; PENERAPAN TERHADAP PENCARIAN BASIS

    Tinjaulah matriks m x n

    ⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢

    =

    mnmm

    n

    n

    aaa

    aaaaaa

    A

    21

    22221

    11211

    Vektor-vektor

  • 15

    ( )( )

    ( )mnmmm

    n

    n

    aaar

    aaaraaar

    ,,,

    ,,,,,,

    21

    222212

    112111

    =

    ==

    terbentuk dari baris-baris A yang kita namakan vektor-vektor baris A, dan vektor-

    vektor

    ⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢

    =

    1

    21

    11

    1

    ma

    aa

    c ,

    ⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢

    =

    2

    22

    12

    2

    ma

    aa

    c , ... ,

    ⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢

    =

    3

    23

    13

    3

    ma

    aa

    c

    terbentuk dari kolom-kolom A yang kita namakan vektor-vektor kolom A.

    Subruang Rn yang direntang oleh vektor-vektor baris yang kita namakan ruang

    baris (row space) A dan subruang Rm yang direntang oleh vektor-vektor kolom

    kita namakan ruang kolom (column space) A.

    • Contoh 5

    Misalkan ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−

    =413012

    A

    Vektor-vektor baris A adalah

    r1 = (2, 1, 0) dan r2 = (3, -1, 4)

    Vektor-vektor kolom A adalah

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡=

    32

    1c , ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−

    =1

    12c , dan ⎥

    ⎤⎢⎣

    ⎡=

    40

    3c

    • Teorema 12.

    Operasi baris elementer tidak mengubah ruang baris sebuah matriks.

    • Teorema 13.

    Vektor-vektor baris taknol berbentuk eselon baris dari matriks A membentuk

    basis untuk ruang baris A.

  • 16

    • Contoh 6.

    Carilah sebuah basis untuk ruang yang direntang oleh vektor-vektor

    v1 = (1, -2, 0, 0, 3), v2 = (2, -5, -3, -2, 6), v3 = (0, 5, 15, 10, 0)

    v4 = (2, 6, 18, 8, 6)

    Jawab. Ruang yang direntang oleh vktor-vektor ini adalah ruang baris dari

    matriks

    ⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢

    ⎡−−−

    68186201015506235230021

    Dengan mereduksi matriks ini menjadi bentuk eselon baris (buktikan sendiri!),

    didapatkan

    ⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢

    ⎡ −

    00000011000231030021

    Vektor-vektor baris taknol pada matriks ini adalah

    w1 = (1, -2, 0, 0, 3), w2 = (0, 1, 3, 2, 0), dan w3 = (0, 0, 1, 1, 0)

    Vektor-vektor ini membentuk basis bagi ruang baris tersebut dan sebagai

    konsekuensinya maka akan membentuk basis untuk ruang yang direntang

    oleh v1, v2, v3, dan v4

    • Teorema 14.

    Jika A adalah sebarang matriks, maka ruang baris dan ruang kolom A

    mempunyai dimensi yang sama.

    • Dimensi ruang baris dan ruang kolom matriks A dinamakan rank A dan

    dinyatakan dengan rank (A).

  • 17

    • Teorema 15.

    Jika A adalah matriks n x n, maka pernyataan-pernyataan berikut ekivalen

    satu sama lain.

    (a) A dapat dibalik.

    (b) A x = 0 hanya mempunyai pemecahan trivial.

    (c) A ekivalen baris dengan In.

    (d) A x = b konsisten untuk tiap-tiap matriks b yang berukuran n x 1.

    (e) det(A) ≠ 0.

    (f) A mempunyai rank n.

    (g) Vektor-vektor baris A bebas linear.

    (h) Vektor-vektor kolom A bebas linear.

    • Teorema 16.

    Sebuah sistem persamaan linear Ax = b adalah konsisten jika dan hanya jika

    b berada pada ruang kolom A.

    • Teorema 17.

    Sebuah sistem persamaan linear Ax = b akan konsisten jika dan hanya jika

    rank dari matriks koefisien A sama dengan rank dari matriks yang diperbesar

    [A|b].

    • Teorema 18.

    Jika Ax = b adalah sistem linear konsisten dari m persamaan n bilangan

    takdiketahui, dan jika A mempunyai rank r, maka pemecahan sistem tersebut

    mengandung n – r parameter.

    3.9 RUANG HASIL KALI DALAM

    • Sebuah hasil kali dalam (inner product) pada ruang vektor riil V adalah

    fungsi yang mengasosiasikan bilangan riil vu, dengan masing-masing

    pasangan vektor u dan v pada V sedemikian rupa sehingga aksioma-aksioma

  • 18

    berikut dipenuhi untuk semua vektor u, v, dan w di V dan juga untuk semua

    skalar k.

    1) uvvu ,, = (aksioma simetri)

    2) wvwuwvu ,,, +=+ (aksioma penambahan)

    3) vuvu ,, kk = (aksioma kehomogenan)

    4) 0, ≥vv ; dan 0, =vv (aksioma kepositifan)

    jika dan hanya jika v = 0

    Sebuah ruang vektor riil dengan sebuah hasil kali dalam dinamakan ruang

    hasil kali dalam riil (real product space).

    • Teorema 19.

    Jika u, v, dan w adalah vektor-vektor pada ruang hasil kali dalam riil dan k

    sebarang skalar, maka

    (a) 0,, == 0vv0 u

    (b) wuvuwvu ,,, +=+

    (c) vuvu ,, kk =

    3.10 PANJANG DAN SUDUT DI RUANG HASIL KALI DALAM Di R2, panjang vektor u = (u1, u2) diberikan oleh

    22

    21 uu +=u

    yang dapat kita tuliskan dalam ruas-ruas hasil kali dalam titik sebagai

    ( ) 21uuuuu ⋅=⋅=

    Dengan cara yang sama, jika u = (u1, u2, u3) adalah vektor di R3, maka

    ( ) 21232221 uuu ⋅=++= uuu

    Selanjutnya diperoleh definisi berikut

    • Definisi. Jika V adalah sebuah ruang hasil kali dalam, maka norma (atau

    panjang) vektor u dinyatakan oleh u dan didefinisikan oleh

  • 19

    21uu,u =

    • Definisi. Jika V adalah sebuah ruang hasil kali dalam, maka jarak antara dua

    titik (vektor) u dan v dinyatakan oleh d(u,v) dan didefinisikan oleh

    ( ) vuvu, −=d

    • Contoh 7.

    Jika u = (u1, u2, ..., un) dan v = (v1, v2, ..., vn) adalah vektor pada Rn dengan

    hasil kali dalam Euclidis, maka

    222

    21

    21, nuuu +++== uuu

    dan

    ( )

    ( ) ( ) ( )2222211

    21,

    nn vuvuvu

    d

    −++−+−=

    −−=−= vuvuvuvu,

    Amatilah bahwa persamaan ini tak lain dari rumus baku untuk norma

    Euclidis dan jarak yang dibahas pada sub bab “Ruang-n Euclidis”.

    • Teorema 20.

    (Ketaksamaan Cauchy-Schwarz). Jika u dan v adalah vektor pada sebuah

    ruang hasil kali dalam, maka

    vvuuvu ,,, 2 ≤

    Berikut adalah tinjauan terhadap sifat-sifat yang paling penting dari panjang

    Euclidis dan jarak Euclidis dalam R2 dan R3 dalam bentuk tabel

    Sifat-sifat dasar panjang (L) Sifat-sifat dasar jarak (D) L1. 0≥u D1. ( ) 0, ≥vud L2. 0=u jika dan hanya jika 0=u D2. ( ) 0, =vud jika dan hanya jika vu =L3. uu kk = D3. ( ) ( )uvvu ,, dd = L4. vuvu +≤+ (ketaksamaan segitiga)

    D4. ( ) ( ) ( )vwwuvu ,,, ddd +≤ (ketaksamaan segitiga)

  • 20

    Teorema berikutnya akan mengakui definisi-definisi mengenai normal dan

    jarak pada ruang hasil kali dalam

    • Teorema 21.

    Jika V adalah ruang hasil kali dalam, maka norma 21

    ,uuu = dan jarak

    d(u,v) = ||u–v|| memenuhi semua sifat yang didaftarkan pada tabel di atas.

    • Definisi. Dalam ruang hasil kali dalam, dua vektor u dan v dinamakan

    ortogonal jika 0, =vu . Selanjutnya jika u ortogonal terhadap setiap vektor

    pada himpunan W, maka kita katakan bahwa u ortogonal terhadap W.

    • Teorema 22.

    (Teorema Pythagoras yang digeneralisasi). Jika u dan v adalah vektor-

    vektor ortogonal pada ruang hasil kali dalam, maka

    ||u + v||2 = ||u||2 + ||v||2

    3.11 BASIS ORTONORMAL; PROSES GRAM-SCHMIDT

    • Definisi. Sebuah himpunan vektor pada ruang hasil kali dalam dinamakan

    himpunan ortogonal jika semua pasangan vektor-vektor yang berada dalam

    himpunan tersebut ortogonal. Sebuah himpunan ortogonal yang setiap

    vektornya mempunyai norma 1 dinamakan ortonormal.

    • Contoh 8

    Misalkan ( )0,1,01 =v ⎟⎠

    ⎞⎜⎝

    ⎛=

    21,0,

    21

    2v dan ⎟⎠

    ⎞⎜⎝

    ⎛−=

    21,0,

    21

    3v

    Himpunan S = {v1, v2, ....,vn} ortonormal jika R3 mempunyai hasil kali dalam

    Euclidis, karena 0,,, 323121 === vvvvvv dan

    1321 === vvv

  • 21

    Jika v adalah vektor taknol pada ruang hasil kali dalam, maka menurut sifat

    L3 dari teorema 20 vektor

    vv1 mempunyai norma 1, karena

    111 == vv

    vv

    Proses pengalian vektor v taknol ini dengan kebalikan panjangnya untuk

    mendapatkan vektor yang normanya 1 dinamakan menormalisasikan v.

    Himpunan ortogonal dari vektor taknol selalu dapat dikonversikan terhadap

    ortonormal dengan menormalisasikan vektornya masing-masing

    • Contoh 9

    Himpunan S = {u1, u2, u3}, dimana

    u1 = (0, 1, 0), u2 = (1, 0, 1), dan u3 = (1, 0, -1)

    adalah ortogonal, karena 0,,, 323121 === uuuuuu .

    Karena 11 =u , 22 =u , dan 23 =u , dengan

    menormalisasikan masing-masing vektornya akan menghasilkan himpunan

    ortonormal pada contoh 8

    • Teorema 23.

    Jika S = {v1, v2, ....,vn} adalah basis ortonormal untuk ruang hasil kali dalam

    V, dan u adalah sebarang vektor dalam V, maka

    nn vvuvvuvvuu ,,, 2211 +++=

    • Teorema 24.

    Jika S = = {v1, v2, ....,vn} adalah himpunan ortogonal vektor taknol dalam

    ruang hasil kali dalam, maka S bebas linear.

  • 22

    • Teorema 25.

    Misalkan V adalah ruang hasil kali dalam dan = {v1, v2, ....,vn} adalah

    himpunan ortonormal dari vektor-vektor V. Jika W menyatakan ruang yang

    direntang oleh v1, v2, ....,vn maka setiap vektor u dalam V dapat diungkapkan

    dalam bentuk

    u = w1 + w2

    dimana w1 terletak di W dan w2 ortogonal terhadap W dengan memisalkan

    nn vvuvvuvvuw ,,, 22111 +++= …

    dan

    nn vvuvvuvvuuw ,,, 22112 −−−−= …

    (Lihat gambar3.9 untuk melukiskannya pada R3)

    Gambar 3.9

    Menurut gambar 3.9 maka kita namakan sebagai proyeksi ortogonal u pada W

    dan menyatakannya dengan proyw u. Vektor w2 = u - proyw u kita namakan

    komponen u yang ortogonal terhadap W. Dengan notasi ini rumus (3.3) dan

    (3.4) dapat dituliskan sebagai

    nnw vvuvvuvvuu ,,,proy 2211 +++= …

    (proyeksi ortogonal u pada W)

    nnw vvuvvuvvuuuu ,,,proy 2211 −−−−=− …

    (komponen u ortogonal terhadap W)

    3.3

    3.4

    3.5

    3.6

    W

    u

    w2

    w1

  • 23

    • Contoh 10.

    Misalkan R3 mempunyai hasil kali dalam Euclidis dan misalkan W adalah

    subruang yang direntang oleh vektor-vektor ortonormal ( )0,1,01 =v dan ( )53542 ,0,−=v . Proyeksi ortogonal u = (1, 1, 1) pada W adalah

    ( )( ) ( )( ) ( )253,2545354512211

    ,1,0,0,1,01

    ,,proy

    −=−−+=

    += vvuvvuuw

    Komponen u yang ortogonal terhadap W adalah

    ( ) ( ) ( )2528,2521253,254 ,0,11,1,1proy =−−=− uu w Perhatikanlah bahwa uu wproy− ortogonal baik terhadap v1 maupun v2

    sehingga vektor ini ortogonal terhadap setiap vektor para ruang W yang

    direntang oleh v1 dan v2 sebagai mana yang diharapkan.

    • Teorema 26.

    Setiap ruang hasil kali dalam berdimensi berhingga taknol mempunyai

    sebuah basis ortonormal.

    Misalkan V adalah sebarang ruang hasil kali dalam berdimensi berhingga

    taknol dan misalkan S = {u1, u2, ..., un} adalah sebarang basis untuk V. Urutan

    langkah-langkah berikut akan menghasilkan basis ortonormal {v1, v2, ..., vn}

    untuk V Proses Gram-Schmidt

    Langkah 1. Misalkan 111 uuv = . Vektor v1 mempunyai norma 1.

    Langkah 2. Buat/bangun vektor v2 yang normanya 1 yang ortogonal terhadap v1.

    Caranya adalah hitung komponen u2 yang ortogonal terhadap ruang

    W1 yang direntang oleh v1 dan kemudian normalisasikanlah

    komponen u2 tersebut; yakni

    1122

    1122

    212

    2122 ,

    ,proyproy

    vvuuvvuu

    uuuu

    v−

    −=

    −−

    =w

    w

  • 24

    Gambar 3.10

    Langkah 3. Buat/bangun vektor v3 yang normanya 1 yang ortogonal terhadap v1

    maupun v2. Caranya adalah hitung komponen u3 yang ortogonal

    terhadap ruang W2 yang direntang oleh v1 dan v2 dan

    menormalisasikannya (gambar ...); yakni

    2231133

    2231133

    323

    3233 ,,

    ,,proyproy

    vvuvvuuvvuvvuu

    uuuuv

    −−

    −−=

    −−

    =w

    w

    Gambar 3.11

    Langkah 4. Buat/bangun vektor v4 yang normanya 1 yang ortogonal terhadap v1,

    v2, dan v3. Caranya adalah hitung komponen u4 yang ortogonal

    terhadap ruang W3 yang direntang oleh v1, v2 dan, v3 dan

    menormalisasikannya. Jadi,

    proyw1 u2

    W1

    v1

    v2

    u2

    u2- proyw1 u2

    v1

    u3

    u3- proyw2 u3

    v2

    W2

    v3

    proyw2 u3

  • 25

    3342241144

    3342241144

    434

    4344 ,,,

    ,,,proyproy

    vvuvvuvvuuvvuvvuvvuu

    uuuu

    v−−−

    −−−=

    −−

    =w

    w

    Dengan meneruskannya dalam cara ini, kita akan mendapatkan himpunan

    ortonormal dari vektor-vektor {v1, v2, ...., vn}. Karena V berdimensi n dan karena

    setiap himpunan ortonormal bebas linier, maka himpunan {v1, v2, ...., vn}akan

    merupakan basis ortonormal untuk V.

    Pembentukan langkah demi langkah diatas untuk mengubah sembarang

    basis ke basis ortonormal dinamakan proses Gram-Schmidt diperlihatkan

    bahwa pada masing-masing tahapan proses ini, vektor-vektor v1, v2, ...., vk membentuk basis ortonormal untuk subruang yang direntang oleh u1, u2, ...., uk

    Contoh 11.

    Tinjaulah ruang vektor R3 dengan hasil kali dalam Euclidis. Terapkanlah proses

    Gram-Schmidt untuk mentransformasikan basis u1 = (1, 1, 1), u2 = (0, 1, 1), dan

    u3 = (0, 0, 1) ke dalam basis ortonormal.

    Jawab

    Langkah 1. ( ) ⎟⎠

    ⎞⎜⎝

    ⎛===

    31,

    31,

    31

    31,1,1

    1

    11 u

    uv

    Langkah 2.

    ( )

    ⎟⎠⎞

    ⎜⎝⎛−=

    ⎟⎟⎠

    ⎞⎜⎜⎝

    ⎛−=

    −=−

    31,

    31,

    32

    31,

    31,

    31

    321,1,0

    ,proy 1122212 vvuuuu w

    Maka,

    ⎟⎟⎠

    ⎞⎜⎜⎝

    ⎛−=⎟

    ⎠⎞

    ⎜⎝⎛−=

    −−

    =6

    1,6

    1,6

    231,

    31,

    32

    63

    proyproy

    212

    2122 uu

    uuv

    w

    w

  • 26

    Langkah 3.

    ( )

    ⎟⎠⎞

    ⎜⎝⎛ −=

    ⎟⎠

    ⎞⎜⎝

    ⎛−−⎟

    ⎞⎜⎝

    ⎛−=

    −−=−

    21,

    21,0

    61,

    61,

    62

    31,

    31,

    31

    311,1,0

    ,,proy 2231133323 vvuvvuuuu w

    Maka,

    ⎟⎠

    ⎞⎜⎝

    ⎛ −=⎟⎠⎞

    ⎜⎝⎛ −=

    −−

    −−=

    −−

    =2

    1,2

    1,021,

    21,02

    ,,,,

    proyproy

    2231133

    2231133

    323

    3233 vvuvvuu

    vvuvvuuuuuuv

    w

    w

    Jadi,

    ,3

    1,3

    1,3

    11 ⎟⎟

    ⎞⎜⎜⎝

    ⎛=v ⎟⎟

    ⎞⎜⎜⎝

    ⎛−=

    61,

    61,

    62

    2v , ⎟⎠

    ⎞⎜⎝

    ⎛−=

    21,

    21,03v

    membentuk basis ortonormal untuk R3.

    3.12 EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Jika A adalah matriks n x n, , sering kita jumpai tidak ada hubungan geometrik

    yang nyata diantara vektor x dan bayangannya Ax di bawah perkalian oleh A

    (gambar 3.12 a). Akan tetapi ada beberapa vektor tak nol yang sering memetakan

    A ke dalam skalar dengan perkalian skalarnya sendiri (Gambar 3.12b). Pada

    bagian ini akan ditunjukkan bagaimana mencari vektor-vektor ini.

    Gambar 3.12

    • Definisi. Jika A adalah matriks n x n, maka vektor taknol x di dalam Rn

    dinamakan vektor eigen (eigenvector) dari A jika Ax adalah kelipatan skalar

    AxAx

    (a) (b)

  • 27

    dari x, yakni, Ax = λx untuk suatu skalar λ. Skalar λ dinamakan nilai eigen

    (eigenvalue) dari A dan x dikatakan vektor eigen yang bersesuaian

    • Contoh 12.

    Vektor x ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡=

    21

    adalah vektor eigen dari ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−

    =18

    03A yang bersesuaian

    dengan nilai eigen λ = 3 karena Ax =⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡=⎥

    ⎤⎢⎣

    ⎡⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−

    =63

    21

    1803

    3 x

    Untuk mencari nilai eigen matriks A yang berukuran n x n maka dapat

    dituliskan kembali Ax = λx sebagai

    xx IA λ=

    atau secara ekivalen

    ( ) 0x =− AIλ Supaya menjadi nilai eigen, maka harus ada pemecahan tak nol dari

    persamaan ini. Menurut teorema 15 bagian “Ruang Baris dan Kolom Matriks;

    Rank; Penerapan terhadap Pencarian Basis” maka persamaan (3.1) akan

    mempunyai pemecahan tak nol jika dan hanya jika

    ( ) 0det =− AIλ Ini dinamakan persamaan karakteristik A; skalar yang memenuhi persamaan ini

    adalah nilai eigen dari A.

    • Contoh 13

    Carilah nilai-nilai eigen dari matriks ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡−

    =0123

    A

    Jawab.

    Karena ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡ −−=⎥

    ⎤⎢⎣

    ⎡−

    −⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    ⎡=−

    λλ

    λλ1

    230123

    1001

    AI

    maka polinom karakteristik dari A adalah

    3.1

  • 28

    ( ) 231

    23detdet 2 +−=⎥

    ⎤⎢⎣

    ⎡ −−=− λλ

    λλ

    λ AI

    dan persamaan karakteristik dari A adalah

    0232 =+− λλ

    Pemecahan-pemecahan persamaan ini adalah 1=λ dan 2=λ ; inilah nilai-

    nilai eigen dari A.

    • Contoh 14

    Carilah nilai-nilai eigen dari⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢

    −=

    8174100010

    A

    Jawab. Sebagaimana contoh-contoh terdahulu, maka

    ( ) 041788174

    1001

    detdet 23 =−+−=⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢

    −−−

    −=− λλλ

    λλ

    λλ AI

    Maka nilai-nilai eigen dari A harus memenuhi persamaan pangkat tiga

    4178 23 −+− λλλ

    dengan memecahkan persamaan ini, maka diperoleh pemecahan nilai-nilai

    eigen dari A adalah (Buktikan sendiri!)

    4=λ 32 +=λ dan 32 −=λ

    • Teorema 34.

    Jika A adalah matriks n x n, maka pernyataan-pernyataan berikut ekivalen satu

    sama lain

    (a) λ adalah nilai eigen dari A

    (b) Sistem persamaan (λI - A)x = 0 mempunyai pemecahan yang taktrivial

    (c) Ada vektor taknol x di dalam Rn sehingga Ax = λx

    (d) λ adalah pemecahan riil dari persamaan karakteristik det (λI - A) = 0

    3.3

    3.1-Vektor (Geometrik)-Pengantar3.2-Norma VEktor; Ilmu Hitung Vektor3.3-Ruang-n Euclidis3.4-Ruang Vektor Umum3.5-Subruang3.6-Kebebasan Linier3.7-Basis dan Dimensi3.8-Ruang Baris dan Kolom Matriks; Rank3.9-Ruang Hasil Kali Dalam3.10-Panjang dan Sudut di Ruang Hasil Kali Dalam3.11- Basis Ortonormal;Proses Gram-Schmidt3.12-Eigen dan Vektor Eigen