bang olah raga panah

22
BANG OLAH RAGA PANAH Label: Angkat Besi , Biliar , Panh CABANG OLAH RAGA PANAH Sejarah Panahan Sejarah Awal berdiri Olahraga Panahan - PANAHAN awalnya adalah alat berburu dan mempertahankan hidup. Kini, panahan terdaftar sebagai cabang olahraga yang dilombakan di Olimpiade. Panahan adalah kegiatan menggunakan busur panah untuk menembakkan anak panah. Bukti-bukti menunjukkan panahan dimulai sejak 5.000 tahun lalu. Awalnya, panahan digunakan dalam berburu sebelum

Upload: rhasyim

Post on 27-Nov-2015

97 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bang Olah Raga Panah

BANG OLAH RAGA PANAH

Label: Angkat Besi, Biliar, Panh

CABANG OLAH RAGA PANAH

Sejarah Panahan

Sejarah Awal berdiri Olahraga Panahan - PANAHAN awalnya adalah alat berburu dan

mempertahankan hidup. Kini, panahan terdaftar sebagai cabang olahraga yang dilombakan di

Olimpiade.

Panahan adalah kegiatan menggunakan busur panah untuk menembakkan anak panah. Bukti-

bukti menunjukkan panahan dimulai sejak 5.000 tahun lalu. Awalnya, panahan digunakan dalam

berburu sebelum berkembang sebagai senjata dalam pertempuran dan kemudian jadi olahraga

ketepatan.

Page 2: Bang Olah Raga Panah

Sejarah Awal berdiri Olahraga Panahan

Dari buku-buku melukiskan bahwa orang purbakala telah melakukan panahan yaitu

menggunakan busur dan panah untuk berburu dan untuk mempertahankan hidup. Bahkan dari

beberapa buku melukiskan bahwa lebih dari 100.000 tahun yang lalu suku Neanderathal telah

menggunakan busur dan panah.

Ahli-ahli purbakala dalam penggalian di Mesir juga telah menemukan tubuh seorang prajurit

Mesir Kuno yang menemui ajalnya karena ditembus anak panah.

Data menunjukkan bahwa kejadian itu terjadi kira-kira 2100 tahun sebelum masehi. Dari

beberapa buku juga mengemukan bahwa sampai kira-kira tahun 1600 sesudah Masehi, busur dan

panah merupakan senjata utama setiap negara dan bangsa untuk berperang.

Hingga kinipun masih ada suku-suku bangsa yang mempergunakan busur dan panah dalam

penghidupan sehari-hari mereka, seperti : suku-suku bangsa di hutan-hutan daerah hulu sungai

Amazone, suku-suku Veda di pedalaman Srilangka, suku-suku Negro di Afrika, suku-suku Irian

di Irian Jaya, suku Dayak dan suku Kubu Dari buku-buku dan keterangan-keterangan yang

diperoleh maka terdapat dua kelompok ahli yang mengemukakan dua teori yang berbeda.

Yang pertama berpendapat bahwa panah dan busur mulai dipakai dalam peradaban manusia

sejak "era mesolitik" atau kira-kira antara 5000 - 7000 tahun yang silam, sedang pendapat kedua

percaya bahwa panahan lebih awal dari masa itu, yaitu dalam "era paleolitik" antara 10.000 -

15.000 tahun yang lalu.

Page 3: Bang Olah Raga Panah

Terlepas dari mana yang benar, maka yang jelas bahwa sebelum panahan menemui bentuknya

sebagai olahraga seperti yang kita kenal saat ini, ternyata telah melalui masa pertumbuhan yang

panjang. Melalui peranan yang berbeda-beda, mula-mula panahan dipergunakan orang sebagai

alat untuk mempertahankan diri dari serangan bahaya binatang liar, sebagai alat untuk mencari

makan, atau untuk berburu, untuk senjata perang dan baru kemudian berperan sebagai olahraga

baik sebagai rekreasi ataupun prestasi.

Dari catatan sejarah dapat dicatat bahwa baru pada tahun 1676, atas prakarsa Raja Charles II dari

Inggris, panahan mulai dipandang sebagai suatu cabang olahraga. Dan kemudian banyak negara-

negara lain yang juga menganggap panahan sebagai olahraga dan bukan lagi sebagai senjata

untuk berperang.

Pada tahun 1844 di Inggris diselenggarakan perlombaan panahan kejuaraan nasional yang

pertama dibawah nama GNAS (Grand National Archery Society), sedang di Amerika Seirkat

menyelenggarakan kejuaraan nasionalnya yang pertama pada tahun 1879 di kota Chicago.

Perkembangan Panahan di Indonesia

Sama halnya dengan sejarah panahan di dunia, demikian pula tidak seorangpun yang dapat

memastikan sejak kapan manusia di Indonesia menggunakan panahan dan busur dalam

kehidupannya. Tetapi apabila kita memperhatikan cerita-cerita wayang purwa misalnya, jelas

bahwa sejarah panah dan busur di Indonesiapun telah cukup panjang, dan tokoh-tokoh pemanah

seperti Arjuna, Sumantri, Ekalaya, Dipati Karno, Srikandi demikian pula Dorna sebagai Coach

panahan terkenal dalam cerita Mahabharata.

Kalau PON I kita pakai sebagai batasan waktu era kebangunan olahraga Nasional, maka Panahan

telah ikut ambil bagian dalam era kebangunan Olahraga Nasional itu. Dalam sejarah PON,

Panahan merupakan cabang yang selalu diperlombakan, walaupun secara resminya Persatuan

Panahan Indonesia (Perpani) baru terbentuk pada tanggal 12 Juli 1953 di Yogyakarta atas

prakarsa Sri Paku Alam VIII. Dan Kejuaraan Nasional yang pertama sebagai perlombaan yang

terorganisir, baru diselenggarakan para tahun 1959 di Surabaya.

Page 4: Bang Olah Raga Panah

Sri Paku Alam VIII selanjutnya menjabat sebagai Ketua Umum Perpani hampir duapuluh empat

tahun dari tahun 1953 sampai tahun 1977. Dengan terbentuknya Organisasi Induk Perpani, maka

langkah pertama yang dilakukan adalah menjadi anggota FITA (Federation Internationale de Tir

A L’arc).

Organisasi Federasi Panahan Internasional yang berdiri sejak tahun 1931. Indonesia diterima

sebagai anggota FITA pada tahun 1959 pada konggresnya di Oslo, Norwegia. Sejak saat itu

Panahan di Indonesia maju pesat, walaupun pada tahun-tahun pertama kegiatan Panahan hanya

terdapat di beberapa kota di pulau Jawa saja. Kini boleh dikatakan bahwa hampir di setiap

penjuru tanah air, Panahan sudah mulai dikenal.

Dengan diterimanya sebagai anggota FITA pada tahun 1959, maka pada waktu itu di Indonesia

selain dikenal jenis Panahan tradisional dengan ciri-ciri menembak dengan gaya duduk dan

instinctive, maka dikenal pula jenis ronde FITA yang merupakan jenis ronde Internasional, yang

menggunakan alat-alat bantuan luar negeri yang lebih modern dengan gaya menembak berdiri.

Dan dengan demikian terbuka pulalah kesempatan bagi pemanah Indonesia untuk mengambil

bagian dalam pertandingan-pertandingan Internasional.

Bersamaan dengan itu timbul masalah peralatan yang harus diatasi untuk bisa mengambil bagian

dalam pertandingan Internasional, pemanah kita harus memiliki peralatan yang memadai, agar

dapat berkompetisi dengan lawan-lawannya secara berimbang. Kenyataannya alat-alat ini sangat

mahal harganya dan sulit di dapat. Hanya beberapa pemanah saja yang dapat membayar harga

alat-alat tersebut. Keadaan ini merupakan faktor penghambat bagi perkembangan olahraga ini.

Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 1963 Perpani menciptakan Ronde baru dengan nama

Ronde Perpani. Pokok-pokok ketentuan pada perpani pada dasarnya sama dengan ronde FITA,

kecuali tentang peralatannya yang dipakai dan jarak tembak disesuaikan dengan kemampuan

peralatan yang dibuat di dalam negeri. Mengenai peralatan Ronde Perpani ini ditetapkan bahwa

hanya busur dan panah yang dibuat dan dengan bahan dalam negeri yang boleh dipakai.

Page 5: Bang Olah Raga Panah

Dengan ketentuan tadi dua hal yang hendak dicapai, pertama untuk pemasalan belum diperlukan

peralatan yang mahal, yangg harus diimport, tetapi cukup alat-alat yang bisa dibuat di Indonesia.

Kedua, Ronde Perpani mempunyai peranan untuk mempersiapkan pemanah-pemanah kita untuk

bisa mengambil bagian dalam pertandingan Internasional, tanpa menunggu tersedianya alat yang

harus dibeli dengan harga mahal.

Bagi mereka yang terbukti berhasil membuktikan kemampuannya melalui ronde Perpani, diberi

kesempatan memakai peralatan Internasional. Sedangkan Ronde Tradisional dengan ciri-ciri

dilakukan dengan gaya duduk dan instinctive, sulit mengambil sumber pemanah langsung dari

ronde Tradisional, karena perbedaan-perbedaan yang sifatnya prinsipil tadi.

Kemudian dengan adanya tiga ronde panahan tersebut, Perpani mengatur waktu untuk kejuaraan

nasional sebagai berikut : Setiap tahun genap diselenggarakan Kejuaraan Nasional untuk Ronde

Perpani dan Ronde Tradisional, sedang pada tahun ganjil diselenggarakan Kejuaraan Nasional

untuk ronde FITA.

Kebijaksanaan ini adalah dalam hubungannya dengan ketentuan dari FITA yang

menyelenggarakan Kejuaraan Dunia pada setiap tahun ganjil. Sehingga Kejuaraan Nasional

Ronde FITA tersebut dimaksudkan untuk persiapkan dan memilih para pemanah Indonesia yang

akan diterjunkan ke kejuaraan Dunia. Sedangkan pada PON diperlombakan ketiga ronde

sekaligus.

Sejak Konggres Perpani tahun 1981 bersamaan dengan PON X, pola kebijaksanaan Perpani

dirubah, yaitu bahwa Kejuaraan Nasional diselenggarakan setiap tahun (kecuali tahun

diselenggarakannya PON tidak ada Kejuaraan Nasional) dan diperlombakan ketiga ronde

Panahan sekaligus yaitu Ronde FITA, Ronde Perpani dan Ronde Tradisional.

Perlu dikemukakan disini bahwa sebelum tahun 1959 yaitu tahun diterimanya Perpani sebagai

anggota FITA, pada PON - I tahun 1948 di Solo, PON II/1951 di Jakarta, PON - III/1953 di

Medan, PON - IV/1957 di Makasar, panahan hanya memperlombakan Ronde Tradisional, yaitu

ronde duduk, dengan hanya satu jarak 30 meter, dengan 48 tambahan @ 4 anak panah dan

Page 6: Bang Olah Raga Panah

dengan sasaran bulatan dengan hanya dibagi tiga bagian saja.

Selanjutnya beberapa kejadian penting yang dapat dikemukakan mengenai dunia Panahan

Indonesia, antara lain :

- Tahun 1959 : Kejuaraan Nasional I di Surabaya.

- Tahun 1961 : Kejuaraan Nasional II di Yogyakarta.

- Tahun 1962 : Kejuaraan Nasional III di Jakarta

- Asian Games IV di Jakarta, dimana regu Panahan Indonesia menduduki tempat kedua di bawah

Jepang.

- Tahun 1963 : Kejuaraan Nasinal IV di Jakarta.

- Genefo I di Jakarta, dimana regu Indonesia (Putera) menduduki tempat keempat dan regu

puterinya kedua.

- Tahun 1964 : Perlawatan regu Nasional ke RRC dan Phlipina. Selama di RRC pemanah-

penahan pria kita dalam tiga pertandingan menduduki tempat teratas.

Sedangkan puteri kita masih harus mengakui keunggulan pemanah-pemanah puteri RRC. Di

Philipiina sebaliknya pemanah-pemanah tuan rumah, sedang pemanah puteri kita unggul dari

pemanah-pemanah Philipina.

- Tahun 1965 :

   

Kejuaraan Dunia di Vesteras, Swedia, dimana regu puteri Indonesia ketiga belas dan regu puteri

kesembilan terbaik di dunia.

- Tahun 1966 : Ganefo Asia I di Phnom Penh, Kamboja. Regu putera menempati urutan teratas,

dan dua orang jago kita berhasil merebut medali emas dan perak untuk kejuaraan perorangan.

Regu puteri kita menduduki tempat kedua di bawah RRC.

Untuk selanjutnya, perkembangan dan prestasi Panahan Indonesia tidak mengecewakan.

Kejuaraan Nasional selalu diselenggarakan setiap tahun, yaitu tahun genap untuk Ronde Perpani

dan Ronde Tradisional, sedang pada tahun ganjil untuk Ronde FITA (sejak tahun 1982

Kejuaraan Nasional diselenggarakan setiap tahun untuk ketiga ronde Panahan yaitu Ronde FITA,

Ronde Perpani dan Ronde Tradisional sekaligus).

Page 7: Bang Olah Raga Panah

Demikian pula Perpani selalu berusaha dan berhasil mengikuti kejuaraan-kejuaraan Dunia,

walaupun hasilnya masih di bawah pemanah-pemanah Asia masih menempati urutan teratas.

Juga pada pertandingan-pertandingan Internasional lainnya seperti Asian Games, SEA Games,

Asian Meeting Championships, Asia Oceania Target Archery Championships, Perpani selalu

ikut mengambil bagian.

Demikialah perkembangan Panahan dan Perpani sampai saat ini, dimana cabang Panahan

termasuk di dalam cabang yang diprioritaskan, bahkan termasuk cabang super-prioritas, di dalam

persiapan menghadapi Asian Games XIII/1986 di Seoul - Korea Selatan. Hal ini tentunya karena

prestasi cabang Panahan yang telah dicapai selama ini.

Perlu dicatat bahwa dalam forum Olympic Gamespun Panahan telah ikut berbicara, walaupun

pihak Pemerintah selalu mengirimkan pemanah-pemanah kita dalam jumlah yang minim, yaitu

satu putera dan satu puteri. Tetapi sejarah telah mencatat bahwa pada Olympic Games tahun

1976 di Montreal - Kanada pemanah puteri kita yaitu Leane Suniar berhasil menempati urutan

kesembilan dan pada Olympic Games Tahun 1988 di Seoul - Korea Selatan, pemanah team

puteri kita berhasil menempati urutan kedua dan pertama kalinya Indonesia mendapat perak di

arena yang bertaraf Internasional. Suatu prestasi yang sangat membanggakan.

Page 8: Bang Olah Raga Panah

Latar Belakang

Olahraga panahan sudah lama dikenal di Indonesia, olahraga ini membutuhkan sentuhan jiwa

yang halus, kesabaran, keuletan, konsentrasi dan ketahanan mental yang tinggi serta memiliki

tingkat kecemasan yang tinggi. Sehingga unsur-unsur seperti postur tubuh, teknik dasar,

mekanisme gerak, mentalitas dan kondisi fisik sebagai sebuah kesatuan yang harus dimiliki oleh

seorang pemanah. Seperti sebuah seni, olahraga panahan sangat kompleks tidak seperti yang kita

lihat yaitu menarik, dan melepaskan panah.

Dilihat dari karakteristiknya olahraga panahan adalah melepaskan panah melalui lintasan tertentu

menuju sasaran pada jarak tertentu. Apabila diperbandingkan dengan olahraga yang memerlukan

gerak statis atau suatu keterampilan tertutup lainnya seperti cabang olahraga menembak,

perbedaan panahan dengan menembak terletak pada jenis kekuatan dorongannya.

Pada menembak kekuatan dorongan diperoleh dari ledakan alat itu sendiri, sedangkan pada

panahan kekuatan dorongan sangat tergantung pada energi atau tenaga yang timbul karena

tarikan atau rentangan pemanah terhadap busur, dimana energi yang diperoleh dari rentangan

diubah menjadi daya dorong pada waktu panah dilepaskan. Oleh karena itu penggunaan alat

tersebut memerlukan kekuatan dan daya tahan otot-otot tertentu terutama untuk menarik busur.

Dalam olahraga panahan atau olahraga lainnya, atlet sangat dituntut untuk menampilkan

penampilan terbaiknya. Nampaknya ini bukanlah sesuatu yang mudah bagi atlet yang tidak

terlatih, bahkan atlet terlatih pun seringkali mengalami kesulitan.

Page 9: Bang Olah Raga Panah

Olahraga Pilihan

Olahraga panahan dikatakan sebagai suatu kegiatan menggunakan busur panah untuk

menembakkan anak panah. Olahraga panahan dilihat dari segi biomekanik terdapat pada

klasifikasi keterampilan yaitu melontarkan objek untuk mencapai ketepatan maksimum.

Kemudian, ditinjau dari segi belajar motorik (motor learning) panahan merupakan bagian dari

keterampilan tertutup yaitu suatu keterampilan yang stimulusnya tidak dapat berubah.

Setiap individu menginginkan sebuah hasil dari suatu proses latihan yang panjang. Hal ini

digambarkan sebagai tolak ukur dalam menilai keterampilan atau kemampuan individu tersebut.

Dalam olahraga, hasil atau tujuan yang dicapai disebut prestasi. Menurut Poerwadarminta,

prestasi dikatakan sebagai hasil yang telah dicapai atau dilakukan dikerjakan dan sebagainya.

Dalam cabang olahraga panahan selain membutuhkan kondisi fisik yang prima seorang pemanah

harus pula menguasai teknik dasar memanah yang baik dan benar agar dapat mencapai prestasi

optimal. Seorang pemanah dikatakan memiliki kondisi fisik yang prima, jika ia memiliki daya

tahan serta kekuatan otot yang dipergunakan langsung dalam memanah. Berikut ini disajikan

sembilan langkah teknik dasar untuk pemanah pemula, yaitu:

1. Sikap Berdiri (stand)

Sikap berdiri (stand), menurut Damiri, “Sikap/posisi kaki pada lantai atau tanah. Sikap berdiri

yang baik ditandai oleh: (1) titik berat badan ditumpu oleh kedua kaki/tungkai secara seimbang,

(2) tubuh tegak, tidak condong ke depan atau ke belakang, ke samping kanan ataupun ke

samping kiri.” Terdapat empat macam sikap kaki dalam panahan, yaitu open stand, square stand,

close stand, dan oblique stand, yang kebanyakan dipakai oleh pemanah pemula adalah sikap

square stand atau sikap sejajar.

2. Memasang Ekor Panah (nocking)

Memasang ekor anak panah (nocking), menurut Damiri, “Gerakan menempatkan atau

memasukkan ekor panah ke tempat anak panah (nocking point) pada tali dan menempatkan

gandar (shaft) pada sandaran anak panah (arrow rest). Kemudian diikuti dengan menempatkan

jari-jari penarik pada tali dan siap menarik tali.” Memasang ekor panah dalam olahraga panahan

Page 10: Bang Olah Raga Panah

bisa menjadi fatal apabila salah penempatan baik terlalu atas ataupun terlalu bawah, maka perlu

untuk memperhatikan kembali apakah anak panah yang dipasang sudah lurus tersandar di busur

ataukah belum.

3. Mengangkat Lengan Busur (extend)

Mengangkat lengan busur (extend), menurut Damiri, “Gerakan mengangkat lengan penahan

busur (bow arm) setinggi bahu dan tangan penarik tali siap untuk menarik tali.” Hal-hal yang

harus diperhatikan, yaitu lengan penahan busur rileks, tali ditarik oleh tiga jari yaitu jari telunjuk,

jari tengah dan jari manis.Tali ditempatkan atau lebih tepatnya diletakkan pada ruas-ruas jari

pertama, dan tekanan busur terhadap telapak tangan penahan busur ditengah-tengah titik V, yang

dibentuk oleh ibu jari dan jari telunjuk (lengan penahan busur), 

4. Menarik Tali Busur (drawing)

Menarik tali busur (drawing), menurut Damiri, “Gerakan menarik tali sampai menyentuh dagu,

bibir dan atau hidung. Kemudian dilanjutkan dengan menjangkarkan tangan penarik tali di

dagu.” Ada tiga fase gerakan menarik, yaitu pre-draw, primary draw dan secondary draw. Pre-

draw adalah gerakan tarikan awal. Pada saat ini sendi bahu, sendi siku dan sendi pergelangan

tangan telah dikunci. Primary-draw atau tarikan utama adalah gerakan tarikan dari posisi pre-

draw sampai tali menyentuh atau menempel dan sedikit menekan atau mengetat pada bagian

dagu, bibir dan hidung dan berakhir pada posisi penjangkaran. Secondary-draw atau tarikan

kedua adalah gerakan menahan tarikan pada posisi penjangkaran sampai melepas tali (release).

Didalam buku penataran pelatih program pembinaan cabang olahraga panahan tingkat SD dan

SLTP yang dipergunakan untuk menarik adalah: jari, punggung telapak (wirst), dan lengan

bawah. Ketiga bagian ini pada posisi lurus kemudian lengan atas selanjutnya bahu dan otot

belakang. Kebanyakan pemanah-pemanah pemula hanya menggunakan jari-jari saja, kebanyakan

mereka tidak menggunakan otot-otot yang seharusnya dipergunakan

5. Menjangkarkan Lengan Penarik (anchoring)

Menjangkarkan lengan penarik (anchoring), menurut Damiri, “Gerakan menjangkarkan

tangan penarik pada bagian dagu.” Hal yang harus diperhatikan, yaitu tempat penjangkaran

tangan penarik tali harus tetap sama dan kokoh menempel di bawah dagu, dan harus

Page 11: Bang Olah Raga Panah

memungkinkan terlihatnya bayangan tali pada busur (string alignment). Ada dua jenis

penjangkaran, yaitu penjangkaran di tengah dan penjangkaran di samping. Pada penjangkaran di

tengah, tali menyentuh pada bagian tengah dagu, bibir dan hidung serta tangan penarik

menempel di bawah dagu. Pada penjangkaran di samping, tali menyentuh pada bagian samping

dagu, bibir dan hidung, serta tangan penarik menempel di bawah dagu.

6. Menahan Sikap Panahan (tighten)

Menahan sikap panahan (tighten), menurut Damiri, adalah: Suatu keadaan menahan sikap

panahan beberapa saat, setelah penjangkaran dan sebelum anak panah dilepas. Pada saat ini otot-

otot lengan penahan busur dan lengan penarik tali harus berkontraksi agar sikap panahan tidak

berubah. Bersamaan dengan itu pemanah melakukan pembidikan. Jadi pada saat membidik,

sikap pemanah harus tetap dipertahankan.

7. Membidik (Aiming)

Membidik (aiming), menurut Damiri: “Gerakan mengarahkan atau menempelkan titik alat

pembidik (visir) pada tengah sasaran/titik sasaran.” Pada posisi membidik, posisi badan dari

pemanah diharapkan tidak berubah, kemudian pemanah tidak hanya fokus kepada sasaran tetapi

diutamakan pada teknik, dengan kondisi badan yang relaks fokus akan lebih baik.

8. Melepas Tali/Panah (release)

Melepas tali/panah (release), menurut Damiri: “Gerakan melepas tali busur, dengan cara

merilekskan jari-jari penarik tali.” Ada dua cara melepaskan anak panah, yaitu dead release dan

active release. Pada dead release setelah tali lepas, tangan penarik tali tetap menempel pada dagu

seperti sebelum tali lepas. Pada active release, setelah tali lepas tangan penarik tali bergerak ke

belakang menelusuri dagu dan leher pemanah.

Pelepasan anak panah yang baik diperlukan untuk memberikan kekuatan penuh dari tali terhadap

panah dalam setiap melepaskan panah yang diinginkan dan untuk mencegah getaran tali yang

tidak diperlukan, yang akan menyebabkan panah berputar. Kesalahan sedikit apapun pada saat

melepaskan anak panah, mengakibatkan dampak yang sangat besar terhadap sasaran. 

Page 12: Bang Olah Raga Panah

9. Menahan Sikap Panahan (after hold)

Menahan sikap panahan (after hold), menurut Damiri, “Suatu tindakan untuk mempertahankan

sikap panahan sesaat (beberapa detik) setelah anak panah meninggalkan busur. Tindakan ini

dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan gerak panahan yang dilakukan.” 

Di dalam buku penataran pelatih program pembinaan cabang olahraga panahan tingkat SD dan

SLTP after hold adalah Tangan busur tetap terentang pada posisi semula lurus kearah sasaran

dan tetap ditahan hingga dua detik setelah panah menyentuh permukaan sasaran

Perlu diketahui bahwa otot-otot lengan yang bekerja dalam olahraga panahan terdiri dari tiga

bagian yaitu otot lengan bagian atas, otot lengan bagian bawah dan otot–otot tangan. Sedangkan

otot-otot yang bekerja dominan adalah otot lengan seperti otot tricep brachii,deltoids dan otot

bicep brachii. Otot-otot yang disebutkan, diperkuat oleh Hardianto Wibowo di dalam bukunya

seperti dijelaskan sebagai berikut : 

A. Otot lengan bagian atas

1. otot-otot ventralis disebut otot bagian atas (fleksi)

2. otot-otot dorsalis atau kedang (ekstensi)

m. deltoids

m. bicep brachii

m. tricep brachii

B. Otot lengan bagian bawah

Otot-otot ventralis

Otot-otot radialis

Otot-otot Dorsalis

C. Otot tangan 

1. Otot-otot tenar/ ibu jari/ bagian Lateral

Page 13: Bang Olah Raga Panah

M. abduktor pollisis bervis

M. opponeus pollisis

M. flexor pollisis

M. abduktor pillisis

2. Otot-otot hipotenar/ kelingking/ bagian medial

m. palmoris brevis

m. abductor digiti quinti

m. flexor digiti quinti

m. opponeus digiti quinti

3. Otot-otot bagaian dalam lengan/ bagian tengah

m. lumbrikales

m. interossesi dorsalis

m. interossesi volaris 

C. ANALISIS BIOMEKANIK TEKNIK RELEASE DALAM PANAHAN

1. Poros Gerak Dalam Panahan 

Teknik memanah yang benar terkait erat dengan segi anatomi dan mekanika gerak. Dengan

mekanika gerak, akan memungkinkan terciptanya keajegan (consistency) yang baik.

Mekanika gerak yang terkait dalam olahraga panahan adalah dua poros (axis) gerak. Dua poros

gerak tersebut adalah: poros I dan poros II. Poros I (satu) adalah sikap bahu dan sikap lengan

penahan busur (bow hand) satu garis lurus. Sedangkan poros II (dua) adalah sikap bahu dan

sikap lengan penahan busur (draw hand) satu garis lurus.

2. Hukum Newton

Hukum Newton I sebagaimana dirumuskan oleh Sir Isaac Newton (1642-1772) adalah: “Sebuah

benda terus dalam keadaan diam atau terus bergerak dengan kelajuan tetap, kecuali jika ada gaya

luar yang memaksa benda tersebut mengubah keadaan.” Hukum I Newton juga menggambarkan

Page 14: Bang Olah Raga Panah

sifat benda yang selalu mempertahankan keadaan diam atau keadaan bergeraknya yang

dinamakan inersia atau kelembaman. Oleh karena itu, Hukum I Newton dikenal juga dengan

sebutan Hukum Kelembaman. Hukum ini mulai diterapkan dari mulai menarik busur, terutama

dari sikap set up. Pemanah tidak bisa hanya menggunakan otot bagian belakang saja dalam

menarik, tetapi harus menggunakan lengan atas dan tangan penarik dengan baik. Bagaimanapun

juga, jika pemanah secara kontinu menarik, berarti melepas posisi holding, dimana kita butuh

transfer ketegangan yang memungkinkan dari lengan atas dan tangan penarik ke otot bagian

belakang. Oleh karena itu, jika holding tidak tercapai, tidak ada transfer ketegangan yang bisa

terjadi. Selama fase transfer, otot punggung secara kontinu menggerakkan scapula kearah tulang

belakang, ketika ketegangan dari lengan atas dan tangan penarik telah ditransfer. Hukum inertia

hanya diterapkan dari posisi holding. Scapulae bergerak mendekat tulang belakang yang

menyebabkan dada membuka dan tidak berlebihan, ini penting supaya anak panah terjadi klik.

Hukum Newton II berbunyi: “Benda akan mengalami percepatan jika ada gaya yang bekerja

pada benda tersebut dimana gaya ini sebanding dengan suatu konstanta (massa) dan percepatan

benda”. Maksudnya, makin besar percepatan makin besar pula kekuatannya, makin kecil

percepatan makin kecil pula kekuatannya. Hukum ini akan menerapkan momentum dari memulai

gerakan menarik. Dengan demikian lebih baik menarik yang cepat dan dalam garis lurus kira-

kira 2-3 inchi di bawah dagu.

Hukum Newton III berbunyi: “Dua benda yang berinteraksi akan timbul gaya pada masing-

masing benda yang arahnya berlawanan arah dan besarnya sama”. Dalam hukum ini dijelaskan

mengenai aksi dan reaksi. Dimana pada saat proses release, aksi yang diberikan ialah pada saat

otot-otot scapula bekerja menarik tali kebelakang yang menghasilkan suatu reaksi yang disebut

proses klicking, sehingga membuat anak panah terlepas dari busur.

3. Prinsip Gaya Horizontal dan Vertikal

Dalam proses release, juga menuntut adanya keseimbangan statis yang harus dipertahankan

selama menembak. Keseimbangan yang baik dan sesuai dengan biomekanik, dapat membuat

pemanah melakukan teknik yang baik dan membuat sedikit upaya dari otot yang terlibat dalam

gerakan tersebut. Posisi tubuh yang tepat akan menghasilkan sedikit keteganang pada tubuh,

Page 15: Bang Olah Raga Panah

sehingga sikap holding dan aiming dapat dicapai dalam proses release. Pendistribusian berat

badan merupakan komponen yang sangat penting pada pendistribusian gaya vertikal dan

horizontal.

Hubungan langsung dan secara proporsional antara gaya vertikal dan horizontal dalam panahan

tidak dapat ditunjukkan dengan menggunakan gaya yang tepat. Bagaimanapun juga, dengan

postur yang benar dan seimbang, kita bisa lebih kuat mengembangkan gaya yang lebih

bermanfaat, sehingga bisa mencapai stabilitas yang lebih baik.

4. Force

Force/gaya yang di gunakan dalam proses release adalah gaya internal (tekan) / internal forces

terutama saat scapulae dan sikut pada lengan kanan menarik kebelakang. 

Vector/arah gaya terjadi pada saat gerakan sikut lengan kanan melakukan gerakan kebelakang

baik pada saat menarik tali busur sampai melepaskan anak panah. 

External Forces/tenaga dari luar, Dari awalan sampai proses release, Di luar tubuh, Hambatan

udara dan gravitasi juga berpengaruh pada saat melakukan gerakan.