tutorial klinik morbili
TRANSCRIPT
RESUME
Identitas:
An. N/ perempuan/ usia 1 tahun 2 bulan/ BB 6,8 kg
Anamnesa:
Demam (+) hari ke-6
Batuk berdahak (+) dan pilek (+) hari ke-5
BAB cair (+) hari ke-4, 3x/hari, warna kuning, ampas lebih banyak daripada air.
Sariawan (+) hari ke-2
Mata merah (+) hari ke-2, berair dan kotoran (+)
Ruam pada kulit (+) hari ke-1
Riwayat imunisasi campak (-)
Pemeriksaan Fisik:
Composmentis
Tanda vital: Nadi: 142 kali per menit, Suhu: 38,4o C, Frekuensi Nafas: 72 kali per
menit.
Konjungtivitis (+)
Stomatitis (+)
Ruam makula-papular eritematous pada wajah,leher, ekstremitas, dan badan (+)
Ronchi: pada seluruh lapangan paru
Pemeriksaan Penunjang:
Darah rutin : Leukosit 2.900
Hb : 9,4 gr/dl
Diagnosa Banding: 1. Morbili
2. Rubella
+++
+++
Diagnosa Kerja Sementara: Morbili
Diagnosa Komplikasi: Bronkopneumoni
Diagnosa Lain: Stomatitis
Usul Pemeriksaan: 1. Foto Rontgen Thorax posisi AP
2. Pemeriksaan antibodi immunoglobulin G (IgG) and M
(IgM) untuk morbili
Usul Penatalaksanaan: - O2 1liter
- IVFD RL 8 tpm (mikro)
- Vitamin A 200.000 IU
- Ampisilin 4 x 125 mg (iv)
- Paracetamol syrup 3 x ½ cth
- Klorampenikol salep mata 4x/hari
- Nystatin drip 4x1ml
- Gliseril guaiakolat 25 mg
- Epedrin 3 mg
Prognosa: Bonam
PEMBAHASAN
3 x 1 pulv
Anamnesis
Demam
Droplet Infection (virus masuk)
↓
Virus memasuki aliran darah
↓
Sampai dan mempengaruhi termostat dalam hipotalamus
↓
Titik setel termostat meningkat
↓
Suhu tubuh meningkat
↓
Hipertermia
BAB cair
Hiperplasi jaringan limfoid terutama pada↓
usus buntu mukosa usus teriritasi↓
kecepatan sekresi bertambah↓
pergerakan usus meningkat diare
Batuk berdahak
Batuk berdahak terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini bertujuan
untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada
setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang berminggu-minggu sampai berbulan-bulan peradangan dimulai. Sifat
batuk dimulai dari batuk nonproduktif (kering) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi batuk produktif. Batuk pada morbili terjadi sebagai
manifestasi klinis akibat virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh
darah, pada focus infeksi di saluran nafas yang sebelumnya telah mengalami
nekrosis akibat viremia pertama.
Sariawan
Stomatitis ini diawali dengan kondisi di dalam tubuh yang terganggu. Hal ini
dapat dikarenakan demam, kondisi higiene mulut yang tidak baik, maupun stress.
Ketidakseimbangan ini dapat mengakibatkan peradangan di dalam rongga mulut.
Peradangan biasanya disertai dengan ulkus (tukak), akibatnya penderita
mengalami kesulitan dalam mengunyah dan menelan makanan. Stomatitis ini
seringkali diakhiri dengan anoreksia yang dialami penderita. Pada morbili, pada
mukosa mulut terjadi infiltrasi sel-sel radang mononuklear pada kelenjar sub
mukosa mulut sehingga menyebabkan radang pada mukosa mulut.
Ruam pada kulit
Pada pasien yang menderita morbili, setelah 2-4 hari, virus campak menginfeksi
jaringan getah bening lokal, kemungkinan dibawa oleh makrofag paru. Setelah
amplifikasi virus campak di kelenjar getah bening regional, terutama viremia
terkait sel menyebar virus ke berbagai organ. Pada kulit terjadi ploriferasi sel-sel
endotel kalpiler di dalam korium, kemudian terjadi eksudasi serum dan kadang-
kadang eritrosit dalam epidermis yang kemudian menimbulkan rash/ ruam kulit.
Konjungtivitis
Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva terinfeksi
dengan mikro organisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama oleh
karena adanya tear film, pada permukaan konjungtiva yang berfungsi melarutkan
kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui saluran
lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung beta lysine, lysozyne, Ig
A, Ig G yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila ada kuman
pathogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi
konjungtiva yang disebut konjungtivitis. Pada pasien morbili, focus infeksi juga
bisa terdapat pada saluran lakrimalis, viremia pada tempat tersebut dapat
mengakibatkan peradangan yang memunculkan konjunctivitis.
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital
Berdasarkan tanda vital yang didapatkan, terjadi peningkatan suhu yang
menandakan terjadinya reaksi inflamasi. Selain itu pada pasien ini didapat
peningkatan pernafasan yang merupakan salah satu gambaran bronchopneumoni.
Ronchi
Ronchi diakibatkan gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit
akibat obstruksi napas yang bisa disebabkan oleh sumbatan akibat sekresi, odema,
atau tumor. Pada pasien dengan bronchopneumoni terdapat inflamasi bronkus
ditandai adanya penumpukan secret yang menyebabkan suara nafas ronchi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan :
Pemeriksaan rutin :
Darah
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah terdapat tanda-tanda terjadinya
infeksi serta untuk mengetahui jumlah komponen darah guna menunjang
diagnosis.
Diagnosa Banding
1. Morbili
2. Rubella
Morbili Rubella
Manifestasi
Klinis
a. Stadium kataral (prodormal)
ditandai oleh demam
ringan hingga sedang,
batuk kering ringan,
coryza, fotofobia dan
konjungtivitis
Menjelang akhir stadium
Gejala klinis:
• Nyeri pada mata
pada gerakan mata lateral
dan ke atas (keluhan sangat
mengganggu)
• Konjungtivitis
• Sakit tenggorokan
kataral dan 24 jam
sebelum timbul enantema,
timbul bercak koplik
b. Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk
bertambah.
Timbul enantema
Terjadinya eritema yang
berbentuk makula papula
disertai dengan menaiknya
suhu tubuh. Eritema timbul
dibelakang telinga
dibagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut
dan bagian belakang
bawah
Terdapat pembesaran
kelenjar getah bening
disudut mandibula dan
didaerah leher belakang
c. Stadium konvalesensi
Suhu menurun sampai
menjadi normal kecuali
bila ada komplikasi
Erupsi berkurang
meninggalkan bekas yang
berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang
bisa hilang sendiri
• Sakit kepala
• Demam yang tidak terlalu
tinggi
• Menggigil
• Anoreksia
• Mual
• Pembengkakan kelenjar
getah bening
auricularis posterior
dan terutama kelenjar getah
bening suboccipital
• Tanda Forchheimer (suatu
enanthem diamati
pada 20% pasien
dengan rubella selama
periode prodromal,
terdapat pada beberapa
pasien selama
fase awal exanthem; terdiri
dari petechiae pinpoint atau
yang lebih besar
yang biasanya terjadi
pada palatum mole)
• Gejala utama
infeksi virus rubella adalah
munculnya ruam(exanthem)
pada wajah yang
menyebar ke batang tubuh
dananggota badan dan
biasanya memudar
setelah tiga hari (itu
sebabnya sering disebut
sebagai campak tiga hari)
Data
Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap
menunjukkan
leukopenia dengan limfosit
osis relatif
dan trombositopenia
Adanya rubella-specific
immunoglobulin M (IgM)
antibody atau rubella-
specific IgG antibody yang
meningkat 4 kali
Diagnosa Kerja Sementara : Morbili
Diagnosa Komplikasi: Bronchopenumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun oleh invasi
bakteri, ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya
ronkhi basah halus. Pada saat suhumenurun, gejala pneumonia karena virus akan
menghilang, kecuali batuk yang masih t e r u s s a m p a i b e b e r a p a h a r i l a g i .
A p a b i l a s u h u t i d a k j u g a t u r u n p a d a s a a t y a n g diharapkan, dan
gejala saluran nafas masih terus berlangsung, dapat diduga
adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada
sel epitel yang telah dirusak oleh virus Pada pemeriksaan fisik, pasien
terlihat sesak. Pernapasan kali per menit dan didapatkan ronchi pada seluruh
lapangan paru.
Usul Penatalaksanaan
IVFD RL
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral.
Cairan harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal.
BB: 6,8 kg , jadi diberikan IVFD RL 8 tetes per menit (makro)
Vitamin A 100.000 IU
Suplemen vitamin A telah dikaitkan dengan penurunan sekitar 50%
pada morbiditas dan mortalitas dan muncul untuk membantumencegah
kerusakan mata dan kebutaan.
Karena kekurangan vitamin A berhubungan dengan penyakit yang
parah dari penyakit campak, WHO merekomendasikan semua anak yang
didiagnosis dengan campak harus menerima suplemen vitamin A terlepas
dari negara mereka tinggal, berdasarkan usia mereka,
Paracetamol syrup 3 x 1/2 cth (jika demam)
Terapi simptomatik dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan
keadaan umum penderita, yakni antipiretik (penurun panas) untuk kenyamanan
penderita terutama anak.
Obat ini mempunyai nama generik acetaminophen. Parasetamol adalah
drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesik. Paracetamol
utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh karena
infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu, paracetamol juga dapat digunakan
untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman
dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja
atau tidak sengaja sering terjadi.
Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan
perdebatan. Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab
inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi.
Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi
enzim siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk
senyawa penyebab inflamasi (4,5). Sebagaimana diketahui bahwa enzim
siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi
prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi
berbagai senyawa pro-inflamasi.
Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol
menghambat enzim siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut
terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi.
Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti
inflamasi.
Hal ini menyebabkan parasetamol tidak memiliki khasiat langsung pada
tempat inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan
temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif.
Dosis: 10-15 mg/KgBB/kali
Ampisilin 4 x 150 mg (iv)
Mekanisme Kerja : Derivat penicillin yang menginhibisi sintesis dinding sel pada
mikroorganisme yang sensitive. Penggunaan ampisilin diindikasikan untuk Infeksi
gram positif dan negatif pada saluran nafas, saluran cerna, saluran kemih.
Penggunaan ampisilin pada pasien ini sebagai terapi terhadap bronchopneumonia.
Dosis :
- anak: 50-100/mg/KgBB/hari dibagi menjadi 4 dosis
GG (Gliseril guaiakolat)
GG memiliki aktivitas sebagai ekspektoran dengan meningkatkan volume dan
mengurangi kekentalan sputum yang terdapat di trakhea dan bronki. Dapat
meningkatkan reflek batuk dan memudahkan untuk membuang sputum.
Mekanisme kerjanya berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya
secara reflek merangsang sekresi kelenjar saluran nafas lewat N. Vagus, sehingga
menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak.
Dosis : 4mg/kgBB/kali
Efedrin
Merupakan obat dekongestan glin ini memiliki eolongan simpatomimetik yang
beraksi pada reseptor adrenergic pada mukosa hidung untuk menyebabkan
vasokonstriksi, menciiutkan mukosa yang membengkak, dan memperbaiki
pernafasan. Efek sentral lebih kuat dengan efek bronchodilatasi lebih ringan dan
bertahan lebih lama (4 jam).
Dosis : 0,8-1,6 mg/kgBB/hari
Chloramphenicole salep mata
Mekanisme Kerja : Chloramphenicol adalah antibiotika spektrum luas, bersifat
bakteriostatika terhadap beberapa spesies dan pada keadaan tertentu bekerja
sebagai bakterisida. Derivat dihidtokloracetic yang menginhibisi sintesis protein
bakteri dengan berikatan pada reseptor ribosomal bakteri. Penggunaan salep mata
chloramphenicol pada pasien ini sebagai terapi terhadap konjunctivitis.
Dosis :
dioleskan 3-4 kali sehari
Nystatin drop 4x1ml
Mekanisme Kerja : Nystatin adalah antibiotika antifungal yang berasal dari
Sfreptomyces noursei. Aktifitas antifungalnya diperoleh dengan cara mengikatkan
diri pada sterol membran sel jamur, sehingga permeabilitas membran sel tersebut
akan terganggu dan komponen intraselular dapat hilang. Penggunaan nystatin
drop pada terapi sebagai terapi simptomatik terhadap batuk berdahak.
Dosis :
Anak-anak : 4 kali sehari 1-2 mL
Jadi dapat diberikan nystatin drip 4x1ml
Prognosa:
Bonam