tutorial 3 blok 17

15
Nama : Agung Prasetyo W Stambuk : N101 12 165 Kelompok : 4 Step 5: 1. Etiologi, epidemiologi, patologi, gambaran klinis, DD, penatalaksanaan, pemeriksaan dan prognosis kanker serviks? 2. Komplikasi kanker serviks 3. Indikasi, kontraindikasi, efek samping dari kontrasepsi hormonal? 4. Kebijakan mengenai pemakaian KB di Indonesia dalam aspek social, budaya, etik dan agama? 5. Jelaskan mengenai pentingnya konseling KB dan cara melakukan konseling yang baik Step 6: 1. Akram, 2011. Kanker Serviks. Jurnal Universitas Sumatera Utara. Diakses Tanggal 30 September 2015 2. Geri morgan ,2009.Obsterti dan Ginekologi .EGC: Jakarta 3. http://www.gotquestions.org/Indonesia/.html 4. http://www.katolisitas.org/1632/tentang-kondom-dan-kb- alamiah 5. http://www.kebidanan.org/kie-dalam-pelayanan-kb 6. lecture.2015 Dr.Syahrir Abdurrasyid SpOG untuk FKIK.Palu 7. Syakuro, A. 2014. Program Keluarga Berencana Dari Berbagai Pandangan Step 7 : 1. Etiologi, epidemiologi, patologi, gambaran klinis, DD, penatalaksanaan, pemeriksaan dan prognosis kanker serviks? Etiologi

Upload: agunk-prasetyo

Post on 20-Feb-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tutorial

TRANSCRIPT

Page 1: Tutorial 3 Blok 17

Nama : Agung Prasetyo W

Stambuk : N101 12 165

Kelompok : 4

Step 5:

1. Etiologi, epidemiologi, patologi, gambaran klinis, DD, penatalaksanaan, pemeriksaan dan prognosis kanker serviks?

2. Komplikasi kanker serviks3. Indikasi, kontraindikasi, efek samping dari kontrasepsi hormonal?4. Kebijakan mengenai pemakaian KB di Indonesia dalam aspek social, budaya, etik dan

agama?5. Jelaskan mengenai pentingnya konseling KB dan cara melakukan konseling yang

baik

Step 6:

1. Akram, 2011. Kanker Serviks. Jurnal Universitas Sumatera Utara. Diakses Tanggal 30 September 2015

2. Geri morgan ,2009.Obsterti dan Ginekologi .EGC: Jakarta3. http://www.gotquestions.org/Indonesia/.html4. http://www.katolisitas.org/1632/tentang-kondom-dan-kb-alamiah 5. http://www.kebidanan.org/kie-dalam-pelayanan-kb 6. lecture.2015 Dr.Syahrir Abdurrasyid SpOG untuk FKIK.Palu7. Syakuro, A. 2014. Program Keluarga Berencana Dari Berbagai Pandangan

Step 7 :

1. Etiologi, epidemiologi, patologi, gambaran klinis, DD, penatalaksanaan, pemeriksaan dan prognosis kanker serviks?

Etiologi

Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis.Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kerahim.Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa.

Page 2: Tutorial 3 Blok 17

Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma Virus(HPV)

Epidemiologi Berdasarkan hasil survey kesehatan oleh Word Health Organitation (WHO), (2010) dilaporkan kejadian kanker serviks sebesar 500.000 kasus baru di Dunia. Kejadian kanker servik di Indonesia, dilaporkan sebesar 20-24 kasus kanker serviks baru setiap harinya. Kejadian kanker servik di Bali dilaporkan telah menyerang sebesar 553.000 wanita usia subur pada tahun 2010 atau 43/100.000 penduduk WUS. Berdasarkan AOGIN (2010) Angka ini mengalami peningkatan sebesar 0,89% sejak tahun 2008.

Patologi

Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel, berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya invasif. Berdasarkan karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah onkogen, tumor supresor gene, dan repair genes. Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna, sedangkan tumor supresor gen akan menghambat perkembangan tumor yang diatur oleh gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasive berkembang melalui perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 - 35%.

Gejala klinis

Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :

a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan

b. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.

c. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.

d. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah.

e. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

Page 3: Tutorial 3 Blok 17

f. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.

g. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh

Penatalaksanaan

a. Pembedahan Pada karsinomain situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsunfg menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar.

b. Terapi penyinaran (radioterapi) Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya.

Page 4: Tutorial 3 Blok 17

c. Kemoterapi Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant

Pemeriksaan

a) Pemeriksaan Pap Smear Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap smeardapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker leher rahim secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal akibatnya angka kematian akibat kanker leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali

b) Biopsi Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja

c) Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap smear, karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal

d) Tes Schiller Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena tidak ada glikogen

e) Radiologi Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvik atau peroartik limfe. Pemeriksaan intravena

Page 5: Tutorial 3 Blok 17

urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor dan / atau terkenanya nodus limpa regional.

Prognosis

Prognosis kanker serviks sangat tergantung stadium, semakin dini terdeteksi, semakin baik ketahanan hidupnya. Data Five year survival rate adadah :

1. Stadium 1 : 90 – 94 % ;

2. Stadium 2 : 60 – 75 % ;

3. Stadium 3 : 30 – 40 % ;

4. Stadium 4 : < 15 % .

2. Komplikasi kanker serviksKomplikasi dapat timbul sebagai akibat langsung dari kanker atau sebagai efek samping pengobatan seperti radioterapi, pembedahan dan kemoterapi. Komplikasi terkait dengan kanker serviks dapat berkisar dari yang relatif kecil, pendarahan kecil seperti dari vagina atau kebutuhan sering buang air kecil, untuk mengancam kehidupan, seperti pendarahan parah dari vagina atau gagal ginjal.

3. Indikasi, kontraindikasi, efek samping dari kontrasepsi hormonal?Jenis kontrasepsi oral kombinasi:• MONOFASIK

Semua pil mengandung Estrogen / Progestin (E/P) dalam konsentrasi yang sama dalam 1 siklus

• BIFASIK21 pil mengandung E/P dengan konsentrasi yang berbeda dalam 2 periode yang berbeda (mis. 10/11) dalam 1 siklus

• TRIFASIK21 pil mengandung 3 kombinasi E/P dengan konsentrasi yang berbeda dalam 3 periode berbeda (mis. 6/5/10) dalam 1 siklus

Indikasi pil :• Ingin Kontrasepsi oral tetapi : • Tidak bersedia merasakan efek trombogenik dan metabolik yang tidak

diingini, yang mungkin karena estrogen• Tidak mampu menahan efek samping estrogen (pada PIL Kombinasi)• Ibu menyusui

Page 6: Tutorial 3 Blok 17

Kontra indikasi• Kehamilan / dugaan• Bila proteksi sempurna terhadap kehamilan mutlak diperlukan• Tidak mampu minum pil secara kontinyu dan tepat• Haid tidak teratur dengan sebab belum diketahui• Pernah hamil ektopik• Pernah molahidatidosa sampai urine bebas HCG• Karsinoma mamma

Efek samping :• Penambahan atau pengurangan berat badan • Tekanan darah tidak normal yaitu 135/86 mm Hg atau lebih• Perdarahan hebat• Amenore

4. Kebijakan mengenai pemakaian KB di Indonesia dalam aspek social, budaya, etik dan agama?Aspek social dan budayaKita melihat sendiri bahwa pada masyarakat umumnya di Indonesia telah menganggap bahwa program Keluarga Berencana adalah hal yang seudah lazim dilakukan di Indonesia. Namun hal itu hanya berlaku ketika kita memandang Sosial dan budaya ini secara umum, masih banyak daerah-daerah yang tertinggal, dan rakyat-rakyat kecil yang masih menganut kepercayaan bahwa “banyak anak banyak rezeki”. Sehingga dari sudut pandang ini Keluarga berencana di bolehkan dan beretika secara umum di Indonesia namun bila di khususkan di daerah-daerah terpencil yang kurang sekali informasi dan masih menganut tradisi-tradisi lama maka hal ini menjadi hal yang kurang beretika karena menolak rezeki dari TuhanAgama:Katolik:Pengajaran Gereja Katolik tentang Kasih dan Seksualitas selalu konsisten menentang penggunaan alat kontrasepsi. Dokumen Gereja yang menentang pemakaian alat kontrasepsi ini antara lain adalah, Surat Ensiklik Casti Connubii (Tentang Perkawinan) oleh Paus Pius XI, 1930, The Theological Report of the Papal Commission on Birth Control (1966), Humanae Vitae oleh Paus Paulus VI (1968), A Pastoral Reflection on the Moral Life, National Conference of Caholic Bishops (1976). Jadi yang ditentang di sini bukan hanya alat kontrasepsi yang ‘merusak’ zygote, tetapi semua alat kontrasepsi, karena prinsip kontrasepsi yang memisahkan kedua aspek dalam hubungan suami istri; yaitu hanya mau ‘union’ tetapi tidak mau ‘procreation.  Maka yang diperbolehkan oleh Gereja Katolik adalah KB alamiah. Cara ini tidak sama dengan kontrasepsi, sebab pelaksanaan KB Alamiah melibatkan ‘pantang berkala’, di mana tidak terjadi perbuatan yang memisahkan kedua aspek union dan procreation tersebut. Ibaratnya, tidak kenyang, karena tidak makan (bukan karena

Page 7: Tutorial 3 Blok 17

bulimia); tidak ada kemungkinan ‘procreation’, karena tidak melakukan ‘tindakan’ union’ (bukan karena pakai alat kontrasepsi)Protestan :

Adalah penting untuk memandang anak-anak sebagaimana Allah memandang mereka, bukan sebagaimana dunia mau kita pandang. Namun demikian, Alkitab tidak melarang kontrasepsi. Secara definisi, kontrasepsi adalah lawan dari konsepsi. Bukan penggunaan kontrasepsi itu sendiri yang menentukan benar atau salah. Jikalau seseorang menggunakan kontrasepsi karena mementingkan diri sendiri, maka itu adalah salah. Jikalau orang menggunakan kontrasepsi untuk menunda kelahiran untuk sementara waktu sehingga mereka bisa lebih dewasa dan lebih siap secara keuangan dan kerohanian, maka mungkin penggunaan kontrasepsi untuk periode tsb dapat diterima. Kembali semuanya tergantung pada motivasi Anda.

Alkitab selalu memperlihatkan bahwa mempunyai anak adalah hal yang baik. Alkitab “mengharapkan” suami dan isteri memiliki anak. Ketidakmampuan untuk memperoleh anak selalu diperlihatkan dalam Alkitab sebagai hal yang buruk. Tidak ada seorangpun dalam Alkitab yang menyatakan keinginan untuk tidak memiliki anak. Kami percaya bahwa setiap pasangan yang sudah menikah harus berusaha untuk punya anak. Pada saat yang sama kami tidak percaya bahwa ada alasan dari Alkitab yang secara jelas mengatakan bahwa penggunaan kontrasepsi untuk sementara waktu adalah salah. Setiap pasangan yang sudah menikah harus mencari kehendak Tuhan sehubungan dengan kapan mereka akan berusaha untuk memiliki anak, dan berapa banyak anak yang mereka akan miliki.Sumber : Syakuro, A. 2014. Program Keluarga Berencana Dari Berbagai Pandangan.

5. Jelaskan mengenai pentingnya konseling KB dan cara melakukan konseling yang baik

Konseling

Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien-petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.

Tujuan konseling KB

• Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal:• Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi.• Memilih metode KB yang diyakini.• Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif.• Memulai dan melanjutkan KB.• Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB yang

tersedia.

Prinsip Konseling KB

Page 8: Tutorial 3 Blok 17

Prinsip konseling KB meliputi: percaya diri / confidentiality; Tidak memaksa / voluntary choice; Informed consent; Hak klien / clien’t rights dan Kewenangan / empowerment.

Keuntungan Konseling KB

Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun keuntungannya adalah:

• Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.

• Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan.• Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.• Membangun rasa saling percaya.• Mengormati hak klien dan petugas.• Menambah dukungan terhadap pelayanan KB.• Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.

Hak Pasien

Pasien sebagai calon maupun akseptor KB mempunyai hak sebagai berikut:

• Terjaga harga diri dan martabatnya.• Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan.• Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan dilaksanakan.• Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik.• Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan.• Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan.•

Peran Konselor KB

Proses konseling dalam praktik pelayanan kebidanan terutama pada pelayanan keluarga berencana, tidak terlepas dari peran konselor. Tugas seorang konselor adalah sebagai berikut:

• Sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhannya.

• Memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan akurat tentang berbagai metode kontrasepsi yang tersedia.

• Membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses pembuatan Persetujuan Tindakan Medik.

Ciri Konselor Efektif

• Memperlakukan klien dengan baik.• Berinteraksi positif dalam posisi seimbang.• Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta

tidak berlebihan.• Mampu menjelaskan berbagai mekanisme dan ketersediaan metode

konstrasepsi.

Page 9: Tutorial 3 Blok 17

• Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan kondisinya.

Jenis Konseling

Jenis konseling terbagi menjadi tiga, yaitu:1. Konseling umum2. Konseling spesifik3. Konseling pra dan pasca tindakan

Konseling Umum

Konseling umum dapat dilakukan oleh petugas lapangan keluarga berencana atau PLKB. Konseling umummeliputi penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi keluarga.

Konseling Spesifik

Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan / konselor. Konseling spesifik berisi penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternatif, keuntungan-keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.

Konseling Pra dan Pasca Tindakan

Konseling pra dan pasca tindakan dapat dilakukan oleh operator / konselor / dokter / bidan. Konseling ini meliputi penjelasan spesifik tentang prosedur yang akan dilaksanakan (pra, selama dan pasca) serta penjelasan lisan / instruksi tertulis asuhan mandiri

.Teknik Konseling Gallen dan Leitenmaier, 1987

Teknik konseling menurut Gallen dan Leitenmaier (1987), lebih dikenal dengan GATHER yaitu:G : Greet respectullyA : Ask, Assess needsT : Tell informationH : Help chooseE : Explain dan demonstrateR : Refer or Return visitDalam bahasa Indonesia, juga lebih dikenal dengan SATU TUJU yang meliputi:Sa : SalamT : TanyaU : UraikanTu : BantuJ : JelaskanU : Kunjungan ulang atau rujukInformed Choice

Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan tentang:

Page 10: Tutorial 3 Blok 17

• Metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang paling sesuai dengan dirinya / keluarganya.

• Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan pemberian informasi yang obyektif, akurat dan mudah dimengerti oleh klien.

• Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia.

Informed Consent

Informed consent adalah :• Bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur klinik suatu metode

kontrasepsi yang akan dilakukan pada klien.• Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi

tertentu klien tidak dapat melakukan hal tersebut.• Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung risiko terhadap

keselamatan klien (baik yang terduga atau tak terduga sebelumnya).Persetujuan tindakan medik (Informed Consent) berisi tentang kebutuhan reproduksi klien, informed choice, dan prosedur klinik yang akan dilakukan; ada penjelasan tentang risiko dalam melakukan prosedur klinik tersebut; standar prosedur yang akan dilakukan dan upaya untuk menghindarkan risiko; klien menyatakan mengerti tentang semua informasi tersebut diatas dan secara sadar memberikan persetujuannya.Informed consent juga dilakukan pada pasangannya dengan alasan sebagai berikut :

• Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui bahwa pasangannya secara sadar telah memberikan persetujuan terhadap tindakan medik.

• Suami tidak dapat menggantikan posisi istrinya untuk memberikan persetujuan (atau sebaliknya) kecuali pada kondisi khusus / tertentu.

• Secara kultural (Indonesia) suami selalu menjadi penentu dalam memberikan persetujuan tetapi secara hukum, hal tersebut hanya merupakan persetujuan terhadap konsekuensi biaya dan pemahaman risiko (yang telah dijelaskan sebelumnya) yang mungkin timbul dari prosedur klinik yang akan dilakukan.