tumor paru
DESCRIPTION
tumor paru baruTRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Sulit membayangkan bagaimana masa depan Anda terutama ketika
menghadapi masalah kesehatan yang serius seperti kanker. Namun, yang perlu
Anda lakukan adalah menetapkan rencana pengobatan yang realistis dan dapat
dicapai dalam perjuangan melawan kanker.
Tumor paru adalah salah satu jenis tumor yang sulit disembuhkan. Sesuai
namanya, tumor paru tumbuh di organ paru-paru. Tumor ini diakibatkan oleh sel
yang membelah dan tumbuh tak terkendali pada organ paru. Tumor paru jika
dibiarkan dapat berkembang menjadi kanker paru. Biasanya tumor ini
berkembang di saluran napas atau bagian alveolus. Meski demikian, tidak
menutup kemungkinan tumor ini menyebar ke seluruh tubuh jika sudah menjadi
kanker paru stadium akut. Merokok adalah faktor risiko utama yang menyebabkan
tumor paru-paru. Lebih dari 80 persen tumor paru-paru di seluruh dunia terjadi
karena kebiasaan merokok.
Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 2002
dilaporkan terdapat 169.400 kasus baru (merupakan 13% dari semua kanker baru
yang terdiagnosis) dengan 154.900 kematian (merupakan 28% dari seluruh
kematian akibat kanker), sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker
terbanyak. Setiap tahun, terdapat lebih dari 1,3 juta kasus kanker paru di seluruh
dunia dengan angka kematian 1,1 juta setiap tahunnya. Tumor paru ganas yang
dapat berubah menjadi kanker dibagi menjadi dua bagian besar. Pembagiannya
adalah tumor paru sel kecil dan tumor paru bukan sel kecil. Membedakan dua
jenis tumor ini penting dilakukan untuk mendapatkan pengobatan optimal.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tumor paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel
yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal.
Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan
pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang
ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Slamet, 2011).
2.2. Etiologi dan Faktor Resiko
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain. Dibawah ini akan diuraikan
mengenai faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru :
a. Merokok, menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan
paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus. Rokok mengandung lebih dari
4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker.
Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok,
jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan
lamanya berhenti merokok.
b. Perokok pasif, semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara
perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di
dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok,
tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat
dua kali.
3
c. Polusi udara, kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara,
tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian
akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa
penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat
sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas
yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa
kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat
dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih
tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi
(juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren.
d. Paparan zat karsinogen, beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium,
radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat
menyebabkan kanker paru. Risiko kanker paru di antara pekerja yang
menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum.
Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium
meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
e. Diet, beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena
kanker paru.
f. Genetik, terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko
lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor
memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan
khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc)
dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan
CDKN2).
g. Penyakit paru, seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika
efek dari merokok dihilangkan (Price dan Wilson, 2006).
4
2.3. Klasifikasi
Tumor paru dibagi secara patologis menjadi SCLC (small cell lung
cancer) dan NSCLC (non small cell lung cancer).
a. SCLC (small cell lung cancer), gambaran histologinya yang khas adalah
dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran
kromatin yang sedikit sekali tanpa nukleoli. Disebut juga “oat cell carcinoma”
karena bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum, se kecil ini cenderung
berkumpul sekeliling pembuluh darah halus menyerupai pseudoroset. Sel-sel
yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu juga gambaran nekrosis. DNA
yang terlepas menyebabkan warna gelap sekitar pembuluh darah.
b. NSCLC (non small cell lung cancer), Termasuk didalam golongan kanker paru
sel tidak kecil adalah adenokarsinoma, karsinoma bronkoalveolar, dan
karsinoma sel besar.
Adenokarsinoma, khas dengan bentuk formasi glandular dan
kecenderungan ke arah pembentukan konfigurasi papilari. Biasanya
membentuk musin, sering tumbuh dari bekas kerusakan jaringan paru
(scar). Dengan penanda tumor CEA (Carcinoma Embrionic Antigen)
karsinoma ini bisa dibedakan dari mesotelioma.
Karsinoma Bronkoalveolar, merupakan subtipe dari adenokarsinoma, dia
mengikuti/meliputi permukaan alveolar tanpa menginvasi atau merusak
jaringan paru.
Karsinoma Sel Besar, ini suatu subtipe yang gambaran histologisnya
dibuat secara ekslusion. Dia termasuk NSCLC tapi tidak ada gambaran
diferensiasi skuamosa atau glandular, sel bersifat anaplastik, tak
berdiferensiasi, biasanya disertai oleh infiltrasi sel netrofil (Zulkifli, 2007).
5
Staging Sistem TNM
Stadium TNM
Karsinoma tersembunyi Tx, N0, M0
Stadium 0 Tis, N0, M0
Stadium IA T1, N0, M0
Stadium IB T2, N0, M0
Stadium IIA T1, N1, M0
Stadium IIB T2, N1, M0
T3, N0, M0
Stadium IIIA T3, N1, M0
T1-3, N2, M0
Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0
T4, N berapa pun, M0
Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1
Keterangan :
Status Tumor Primer (T)
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer.
Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi tidak
terlihat pada radiogram atau bronkoskopi.
Tis : Karsinoma in situ.
T1 : Tumor berdiameter ≤ 3 cm dikelilingi paru atau pleura viseralis yang normal.
T2 : Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang
pleura viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang meluas ke hilus; harus
berjarak > 2 cm distal dari karina.
T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada, diafragma,
pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di bronkus utama
yang terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan karina, tanpa
mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus
vertebra.
T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh
6
darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga pleura/perikardium
yang disertai efusi pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus
yang sama pada tumor primer.
Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N)
N0 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional.
N1 : Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus ipsilateral.
N2 : Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening subkarina.
N3 : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening hilus kontralateral;
kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau
kontralateral.
Metastasis Jauh (M)
M0 : Tidak diketahui adanya metastasis jauh.
M1 : Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak (Zulkifli, 2007).
2.4. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan pengendapan karsinogen maka akan menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan dysplasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan dysplasia menembus ruang pleura, dan bisa diikuti
invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal
dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan
ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala
yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada
hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
7
2.5. Gejala Klinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala
klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
Lokal (tumor tumbuh setempat) :
- Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
- Hemoptisis
- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
- Ateletaksis
Invasi lokal :
- Nyeri dada
- Dispnea karena efusi pleura
- Invasi ke perikardium terjadi tamponade atau aritmia
- Sindrom vena cava superior
- Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
- Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
- Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakhialis dan saraf simpatis
servikalis
Gejala Penyakit Metastasis :
- Pada otak, tulang, hati, adrenal
- Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)
Sindrom Paraneoplastik : terdapat 10% kanker paru dengan gejala :
- Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
- Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
- Hipertrofi osteoartropati
- Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
- Neuromiopati
8
- Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
- Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh
- Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone
Asimtomatik dengan kelainan radiologis
- Sering terdapat pada perokok dengan COPD yang terdeteksi secara
radiologis.
- Kelainan berupa nodul soliter (Zulkifli, 2007).
2.6. Diagnosis dan Pemeriksaan
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk
diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal
penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang
bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri
dada, lemah, berat badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang
mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien tersangka
kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, keniasaan merokok, dan terpapar
zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa
perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening
dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Pemeriksaan radiologi, adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan
untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi
yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan
tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke
organ lain. Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi
komputer. Pada pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan
kanker paru dengan dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas.
Keuntungan tomografi komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi
juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke dinding toraks. Tomografi
9
komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat mendeteksi lesi
kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan.
b. Sitologi, merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan
dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat
menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun
kanker. Selain itu dapat juga menunjukkan proses dan sebab peradangan.
Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk
mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan yang
paling sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif
maupun invasif. Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk
kanker paru yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan
untuk skrining terhadap kanker paru pada golongan risiko tinggi.
c. Bronkoskopi, setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan
indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik,
perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau
gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang
letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung
bronkoskop.
d. Biopsi Transtorakal, biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan
untuk mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam
hal ini diperlukan peranan radiologi untuk menentukan ukuran dan letak, juga
menuntun jarum mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor bertujuan
untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks yang berdekatan
dengan tumor.
e. Torakoskopi, adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan
histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat
torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk
melihat dan mengambil sebahagian jaringan paru yang tampak.
10
Pengambilan jaringan dapat juga dilakukan secara langsung ke dalam paru dengan
menusukkan jarum yang lebih panjang dari jarum suntik biasa kemudian
dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada (Price dan Wilson, 2006).
2.7. Penatalaksanan
Setelah selesai dilakukan diagnosis histologik dan prosedur penentuan
stadium anatomis dan fisiologis, dibuat rencana pengobatan keseluruhan.
Regimen pengobatan yang paling sering adalah kombinasi dari pembedahan,
radiasi, dan kemoterapi.
Pembedahan adalah pengobatan terpilih bagi pasien NSCLC stadium I, II,
dan beberapa kasus stadium IIIa, kecuali jika tumor tidak dapat direseksi atau
terdapat keadaan-keadaan yang tidak memungkinkan pembedahan (misalnya,
penyakit jantung). Pembedahan dapat berupa pengangkatan paru-paru parsial atau
total. Sekitar 30% pasien NSCLC dianggap dapat direseksi untuk penyembuhan.
Kelangsungan hidup 5 tahun untuk kelompok yang dapat direseksi ini adalah
sekitar 30%. Dengan demikian, sebagian besar pasien yang mula-mula
diperkirakan dapat direseksi untuk kesembuhan akan meninggal karena penyakit
metastasis (biasanya dalam 2 tahun). Prognosis yang lebih buruk terjadi pada 70%
pasien NSCLC yang tersisa dan tidak dapat direseksi. Terapi radiasi umumnya
dianjurkan untuk lesi-lesi stadium I dan II jika terdapat kontraindikasi
pembedahan, dan untuk lesi-lesi stadium III jika penyakit terbatas pada
hemitoraks dan kelenjar getah bening supraklavikular ipsilateral. Jika NSCLC
tersebar, terapi radiasi dapat diberikan pada daerah-daerah lokal untuk tujuan
paliatif (misal, kompresi medula spinalis akibat metastasis ke vertebrata).
Kombinasi kemoterapi dapat diberikan pada beberapa pasien NSCLC. Jumlah
median kelangsungan hidup bagi pasien-pasien NSCLC yang tidak dapat direseksi
adalah kurang dari satu tahun, sekalipun dengan radiasi dan/atau kemoterapi.
Sebagian kecil (6%) akan bertahan selama 5 tahun.
Dasar terapi bagi pasien SCLC adalah kemoterapi, dengan atau tanpa
terapi radiasi. Kemoterapi dan radioterapi dada dapat diberikan pada pasien-
pasien dengan stadium penyakit yang terbatas, jika secara fisiologis mereka
11
mampu menjalani pengobatan itu. Pasien-pasien dengan stadium penyakit yang
ekstensif (luas) ditangani dengan kemoterapi yang sering digunakan terdiri dari
siklofosfamid, doksorubisin, dan vinkristin, serta siklofosfamid, doksorubisin, dan
etoposid. Kombinasi kemoterapi meningkatkan median kelangsungan hidup
pasien yang tidak diobati dari 6 hingga 17 minggu menjadi 40 sampai 70 minggu.
Terapi radiasi juga digunakan untuk profilaksis metastasis ke otak, dan untuk
penanganan paliatif terhadap nyeri, hemoptisis berulang, efusi, atau obstruksi
saluran napas atau vena kava superior (Price dan Wilson, 2006).
2.8. Prognosis
a. Small Cell Lung Cancer (SCLC)
Dengan adanya perubahan terapi dalam 15-20 tahun belakangan ini
kemungkinan hidup rata-rata (median survival time) yang tadinya < 3
bulan meningkat menjadi 1 tahun.
Pada kelompok Limited Disease kemungkinan hidup rata-rata naik
menjadi 1-2 tahun, sedangkan 20% daripadanya tetap hidup dalam 2
tahun.
30% meninggal karena komplikasi lokal dari tumor
70% meninggal karena karsinomatosis
50% bermetastasis ke otak (autopsi)
b. Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
Yang terpenting pada prognosis kanker paru ini adalah menentukan
stadium dari penyakit.
Dibandingkan dengan jenis lain dari NSCLC, karsinoma skuamosa
tidaklah seburuk yang lainnya. Pada pasien yang dilakukan tindakan
bedah, kemungkinan hidup 5 tahun setelah operasi adalah 30%.
Survival setelah tindakan bedah, 70% pada occult carcinoma; 35-40%
pada stadium 1 ; 10-15% pada stadium II dan kurang dari 10% pada
stadium III.
12
75% karsinoma skuamosa meninggal akibat komplikasi torakal, 25%
karena ekstra torakal, 2% diantaranya meninggal karena gangguan sistem
sarah sentral.
40% adenokarsinoma dan karsinoma sel besar meninggal akibat
komplikasi torakal, 55% karena ekstra torakal.
15% adenokarsinoma dan karsinoma sel besar bermetastasis ke otak dan 8-
9% meninggal karena kelainan sistem saraf sentral.
Kemungkinan hidup rata-rata pasien tumor metastasis bervariasi, dari 6
bulan sampai dengan 1 tahun, dimana hal ini sangat tergantung pada : 1.
Performance status (skala Karnofsky), 2. Luasnya penyakit, 3. Adanya
penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir (Zulkifli, 2007).
Skala karnoffsky, untuk menilai kualitas hidup penderita kanker paru
Kategori % Penjabaran
Mampu melakukan aktivitas normal
Tidak membutuhkan perawatan
khusus.
Tidak memerlukan perawatan khusus.
10
0
90
80
Normal, tanpa keluhan dan
gejala klinik
Mampu melakukan aktivitas
normal, gejala penyakit ringan.
Dengan usaha sendiri masih
mampu melakukan aktivitas
normal, gejala pemyakit ada
namun masih ringan.
Tidak mampu kerja
Dapat tinggal di rumah, tetapi dengan
pertolongan sedikit.
Dapat tinggal di rumah, tetapi dengan
pertolongan sedikit.
70
60
50
Masih mampu merawat diri
sendiri, namun tidak mampu
bekerja.
Kadang-kadang membutuhkan
pertolongan / bantuan orang lain
Memerlukan cukup banyak
pertolongan serta perawatan
medis.
Tidak mampu merawat diri sendiri 40 Disabled memerlukan perawatan
13
Membutuhkan rumah sakit
Penyakit makin progresif
Penyakit makin progresif
30
20
10
0
khusus.
Severely disabled penderita
harus masuk rumah sakit, namun
belum diambang kematian.
Very sick penderita harus masuk
rumah sakit.
Moribund
Meninggal
(Sumber:Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru Universitas Airlangga halaman:206)
2.9. Pencegahan
Pencegahan yang paling penting adalah tidak merokok sejak usia muda.
Berhenti merokok dapat mengurangi risiko terkena kanker paru. Penelitian
dari kelompok perokok yang berusaha berhenti merokok, hanya 30% yang
berhasil.
Akhir-akhir ini pencegahan dengan chemoprevention banyak dilakukan,
yakni dengan memakai derivate asam retinoid, carotenoid, vitamin C,
selenium, dan lain-lain. Jika seseorang beresiko terkena kanker paru maka
penggunaan betakaroten, retinol, isotretinoin ataupun N-acetyl-cystein dapat
meningkatkan risiko kanker paru pada perokok. Untuk itu, penggunaan
kemopreventif ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum
akhirnya direkomendasi untuk digunakan. Hingga saat ini belum ada
consensus yang diterima semua pihak. (sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam UI jilid II Edisi IV halaman: 1010)
2.10. Komplikasi
Intratorakal :
Obstruksi jalan nafas
Gagal nafas
Perdarahan/ hemoptisis
Abses
14
Atelektasis
Efusi pleura
Ekstratorakal:
Aritmia
Sindrom vena cava superior
Syndrome horner
Dysphonia
Syndrome pancoast
Metastasis ke organ: otak, tulang, hepar, limfatik
Syndrome paraneoplastik: penurunan berat badan, anoreksia, demam
Leukositosis, anemia
Demensia, ataksia, tremor, neuropati perifer
(sumber: Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia, halaman: 115-116)
BAB 3
LAPORAN KASUS
15
Follow up 26 Mei 2012
S: mencret (+), sakit perut
O: Sens: CM TD:140/100 mmhg, Pols: 88 x/I, RR: 28x/I, T: 36,1 C
A: Susp.tumor paru kanan dengan metastase KGB supra clavicular dx + tumor
palpebra superior dx.
P: Tirah baring
O2 1-2l/i
Diet M2 TKTP
IVFD Nacl 0,9% 20gtt/i
Metoclopramide 3x1
PCT 500gr (K/P)
Inj.Ketorolac 1 amp (K/P)
Ambroxol syr 3x1
Omeprazole 2x20 mg
Combiflex 1 fls/hari
Anjuran: foto thoraks lateral decubitus kanan
Sitologi sputum
Follow up 27 Mei 2012
S: mencret (+), sakit perut
O: Sens: CM TD:130/90 mmhg, Pols: 108 x/I, RR: 24x/I, T: 36,1 C
A: Susp.tumor paru kanan dengan metastase KGB supra clavicular dx + tumor
palpebra superior dx.
P: Tirah baring
O2 1-2l/i
Diet M2 TKTP
IVFD Nacl 0,9% 20gtt/i
Metoclopramide 3x1
PCT 500gr (K/P)
Inj.Ketorolac 1 amp (K/P)
16
Ambroxol syr 3x1
Omeprazole 2x20 mg
Combiflex 1 fls/hari
Jawaban konsul
Jawaban konsul departemen ilmu penyakit mata 19 Mei 2012
Didapati adanya massa dengan konsistensi keras, bersifat immobile, dan skuama
(+) pada palpebra superior.
Diagnosa: Tumor palpebra superior
Anjuran: Biopsi aspirasi (FNAB) pada palpebra superior kanan, dan konsul
kembali ke subdivisi tumor bila pasien sudah stabil.
Jawaban konsul
Hasil biopsi aspirasi (FNAB), kesan: suatu Basalioma
Terapi: chloramphenicol EO 2x (malam)
Chloramphenicol ED 4x gtt I (OD)
Jawaban konsul Divisi Hematologi dan Onkologi Medik 22 Mei 2012
Diagnosa sementara: Tumor paru kanan+ Trombositosis Reaktive + Susp. Tumor
Palpebra Superior.
Terapi: Tirah baring
O2 1-2l/i
Diet M2 TKTP
IVFD Nacl 0,9% 20gtt/i
Metoclopramide 3x1
PCT 500gr (K/P)
Inj.Ketorolac 1 amp (K/P)
Ambroxol syr 3x1
Omeprazole 2x20 mg
Combiflex 1 fls/hari
Anjuran: morfologi darah tepi, SI/TIBC, reticulosit count, serum feritin, HST/D-
Dimer, albumin, LDH, RFT lengkap, LFT lengkap, dan CT Scan upper/lower
abdomen.
Pemeriksaan Laboratorium Rutin
17
Darah Urin
Hb : 11.3
Leukosit : 6.45
Hematokrit : 34.9
Trombosit : 455
Warna: kuning
Reduksi: -
Protein: -
Bilirubin: -
Urobilinogen: -
Sedimen: -
Pemeriksaan laboratorium:
SGOT: 22 U/l (N: 0-40 U/l)
SGPT: 18 U/l (N: 0-40 U/l)
Alkaline Phospatase: 92 U/l (N: 30-142 U/l)
Total bilirubin: 0.43 mg/dl (N: 0-1.2 mg/dl)
Direct bilirubin: 0.20 mg/dl (N: 0.05-0.3 mg/dl)
Ureum: 42 mg/dl (N: 10-50 mg/dl)
Creatinin: 0.82 mg/dl (N: 0.6-1.2 mg/dl)
Uric acid: 5.5 mg/dl (N: 3.5-7 mg/dl)
Natrium: 147 mmol/dl (N: 136-155 mmol/dl)
Kalium: 3.8 mmol/dl (N: 3.5-5.5 mmol/dl)
Chloride: 112 mmol/dl (N: 95-103 mmol/dl)
Hasil pemeriksaan FNAB:
Makroskopik: sediaan hapusam aspirat tampak kelompokan sel-sel epitel bentuk
polygonal dengan inti besar, bentuk bulat, oval, khromatin kasar, N/C ratio
meninggi, sitoplasma sedikit dan pinggirnya tersusun seperti pagar.
Kesimpulan: C5 (malignant smear) suatu basalioma
Hasil pemeriksaan CT-Thoraks:
Main bronchus kanan tampak sangat menyempit dan cabang-cabangnya obliterasi.
Tidak tampak aerasi pada paru-paru kanan densitasnya padat. Tampak sedikit
fluid collection di pleura space kanan. Paru-paru kiri tidak tampak kelainan. Tidak
tampak dekstruksi dari tulang-tulang costa. Tampak bercak-bercak enhancemen
homogeny di dekat main bronchus kanan, juga tampak enchancemen homogen.
Tidak tampak pembesaran KGB di daerah hilus maupun mediastinum.
18
Kesan: Suspect massa/tumor pada main bronchus kanan + atelectasis kanan +
pleura kanan.