tumor kulit pada beruang coklat (ursus arctos · beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara...

36
TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos) LUFNA MELINDA TANDIAYUK DIVISI PATOLOGI DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016

Upload: dokiet

Post on 14-Mar-2019

247 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos)

LUFNA MELINDA TANDIAYUK

DIVISI PATOLOGI

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2016

Page 2: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki
Page 3: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Kasus: Tumor

Kulit pada Beruang Coklat (Ursus arctos) adalah benar karya saya dengan arahan

dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, 28 Juli 2016

Lufna Melinda Tandiayuk

B04120022

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar

IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

Page 4: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki
Page 5: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

ABSTRAK

LUFNA MELINDA TANDIAYUK. Studi Kasus: Tumor Kulit pada Beruang

Coklat (Ursus arctos). Dibimbing oleh EKOWATI HANDHARYANI.

Seekor beruang coklat (Ursus arctos) berjenis kelamin betina yang berasal

dari Taman Margasatwa Ragunan, DKI Jakarta-Indonesia didiagnosa menderita

tumor kulit. Studi kasus ini bertujuan mengetahui jenis tumor pada beruang coklat

yang telah berumur 39 tahun. Beruang sakit (nafsu makan dan aktifitas menurun)

sekitar dua bulan dan dilakukan perawatan di kandang individu. Terapi dilakukan

dengan pemberian antibiotik dan vitamin. Beruang tersebut mati pada 7 Oktober

2014, kemusian nekropsi segera dilakukan di Divisi Patologi Departemen Klinik,

Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Hasil nekropsi ditemukan multinodular berwarna merah tua dengan diameter 5,5

cm. Tumor terlihat menyatu dengan jaringan sekitar tanpa memperlihatkan batas

atau tidak terlihat adanya kapsul yang membatasi, pola pertumbuhan yang tidak

teratur serta menginvasi jaringan sekitar. Sampel jaringan tumor kemudian

diperiksa secara histopatologi. Massa tumor terlihat sel-sel berbentuk pipih atau

gelendong(spindled) poligonal dengan ukuran yang bervariasi (Anisositosis).

Sitoplasma sel-sel tumor berwarna eosinofilik membentuk penjuluran, dan

memiliki nukleus berbentuk bulat sampai oval (tidak seragam) dengan nukleolus

berjumlah 1-2. Sel-sel tumor tersusun dalam kelompok yang tidak beraturan dengan

jarak yang renggang. Kadang-kadang pada beberapa daerah ditemukan sel-sel

tumor yang memiliki pigmen coklat sampai hitam (melanin). Pewarnaan Masson's

Trichrome (MT) memperlihatkan adanya pertumbuhan kolagen minimal yang

dihasilkan oleh jaringan ikat diantara sel-sel tumor. Pewarnaan imunohistokimia

terhadap Desmin, Vimentin, dan S100 memperlihatkan hasil positif dan negatif

terhadap Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP). Berdasarkan morfologi dan hasil

imunohistokimia, tumor didiagnosa sebagai malignant melanoma.

Kata Kunci: Beruang (Ursus arctos), malignant, melanoma, tumor kulit

Page 6: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

ABSTRACT

LUFNA MELINDA TANDIAYUK. Skin tumor in brown bear (Ursus arctos):

Case Study. Supervised by EKOWATI HANDHARYANI.

This report described a skin tumor in a female brown bear (Ursus arctos)

from the Ragunan Zoo, Jakarta. The aim of this study was to identify the tumor

which occurred in a 39-year-old brown bear. She has two months history of

sickness and hospitalized in individual cage, treated by antibiotic and vitamins.

October 7th, 2014 the bear was dead and then necropsy procedure was performed.

Gross findings showed dark red multinodular mass on the medial right forelimb

(5,5 centimeter in diameter). This tumor penetrated or infiltrated throughout the

epidermis and dermis tissue without any connective tissue capsule. The tissue

sample from the tumor mass was further examined using histopathological

examination. Based on the morphology, the tumor consisted of spindle-shaped cells,

with variety size of cells (anisocytosis), round or oval nuclei and have one or two

nucleoli, have eosinophilic cytoplasms. There were unequal distribution of cells,

and some of those cells have melanin granules. By using Masson's Trichrome stain

this mass showed a small amounts of collagen bundles in the intercellular spaces.

These tumor cells have positive immunoreactivities for Desmin (+), Vimentin

(+++), and S100 protein (++), but negative result on Glial Fibrillary Acidic

Protein (GFAP). According to morphological and immunohistochemical

characters, the tumor was diagnosed as malignant melanoma.

Keywords: Brown bear, malignant, melanoma, skin tumor.

Page 7: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

DIVISI PATOLOGI

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2016

LUFNA MELINDA TANDIAYUK

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos)

Page 8: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 9: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki
Page 10: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki
Page 11: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi berjudul

Studi Kasus: Tumor Kulit pada Beruang Coklat (Ursus arctos).

Terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Prof. Drh. Ekowati Handharyani,

MSi, PhD, APVet. selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen

pembimbing skripsi, dengan sabar telah membimbing penulis. Terima kasih juga

penulis sampaikan kepada seluru staf pengajar dan tenaga kependidikan Fakultas

Kedokter Hewan Institut Pertanian Bogor. Terima kasih juga penulis ungkapkan

kepada pihak Taman Matgasatwa Ragunan.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada teman sepenelitian Tri

Riska, kaka tingkat, teman-teman, dan ade tingkat atas segala doa dan dukungan

kepada penulis.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua yang telah

memberikan segalanya kepada penulis. Terima kasih penulis sampaikan kepada

kaka dan seluru keluarga besar atas segala doa dan motivasi yang diberikan kepada

penulis. Terima Kasih juga penulis ungkapkan kepada semua pihak yang telah

membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi para pembaca.

Bogor, 28 Juli 2016

Lufna Melinda Tandiayuk

Page 12: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki
Page 13: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Beruang 2

Tumor 3

Definisi Tumor 3

Klasifikasi Tumor 4

Penyebab Tumor 7

BAHAN DAN METODE 7

Waktu dan Tempat Penelitian 7

Sampel Organ 7

Alat 7

Bahan 8

Metode Penelitian 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Patologi Anatomis 8

Histopatologi 9

Pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) 9

Pewarnaan Masson’s Trichrom (MT) 11

Pewarnaan Imunohistokimia (IHK) 11

Desmin 11

Vimentin 12

S100 13

Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP) 14

SIMPULAN 15

SARAN 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 18

Page 14: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

vi

DAFTAR TABEL

1. Klasifikasi Tumor 6

2. Hasil pengamatan histopatologi pewarnaan imunohistokimia 11

DAFTAR GAMBAR

1. Neoplasma benigna terbungkus dalam kapsul. Anak panah

menunjukkan ekspansi seimbang dari bagian tengah. 4

2. Neoplasma maligna dengan batas tidak teratur dan tidak jelas dari

jaringan sekitar. 5

3. Medial palmar dextra; beruang coklat. Patologi anatomi

massa multinodular. 9

4. Tumor kulit; beruang coklat. A) bentuk sel gelendong dengan

pola pertumbuhan yang tidak teratur. B) ditemukan pigmen coklat

yang dicurigai sebagai pigmen melanin pada beberapa lapang

pandang. HE. 10

5. Tumor kulit; beruang coklat. Pertumbuhan pembuluh kapiler

baru (Neovaskularisasi) yang ditunjukkan oleh anak

panah. Neovaskularisasi menandakan tumor bersifat malignant.

HE. 10

6. Tumor kulit; beruang coklat. Terdapat beberapa sel tumor

menunjukkan reaksi imunoreaktif dengan hasil positif satu (+)

terhadap Desmin. Metode SAB, counterstain hematoksilin. 12

7. Tumor kulit; beruang coklat. Banyak sel tumor menunjukkan

reaksi imunoreaktif dengan hasil positif tiga (+++) terhadap

Vimentin. Metode SAB, counterstain hematoksilin. 13

8. Tumor kulit; beruang coklat. Terdapat beberapa sel tumor

menunjukkan reaksi imunoreaktif dengan hasil positif dua (++)

terhadap S100. Metode SAB, counterstain hematoksilin. 14

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pembuatan preparat histopatologi 18

2. Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) 19

3. Pewarnaan Masson’s Trichrome 20

4. Pewarnaan Imunohistokimia 21

Page 15: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beruang coklat yang memiliki nama latin Ursus arctos merupakan satwa liar

yang terdapat hampir di seluruh kebun binatang di Indonesia. Beruang coklat

memiliki penyebaran hampir di seluruh dunia seperti di Amerika Utara, Meksiko

Utara, Asia, Timur Tengah, dan seluruh Eropa. Aktifitas manusia yang kurang

terkontrol menjadi ancaman bagi populasi beruang coklat (CITES 2015). Beruang

coklat di Afrika Utara, Meksiko (abad ke-20) dan sebagian besar barat daya

Amerika Serikat dilaporkan telah punah (Mattson & Merrill 2002).

Tindakan konservasi beruang coklat pada setiap negara dan wilayah di dalam

suatu negara berbeda-beda. Beruang coklat masuk ke dalam kategori spesies

mengkhawatirkan (least concern) dalam daftar International Union for

Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) Red List (McLellan et al.

2008). Umumnya semua spesies beruang coklat (Ursus arctos) masuk ke dalam

Appendix II. Penyebaran beruang coklat yang tidak merata seperti Bhutan, China,

Mexico, dan Mongolia sehingga beberapa negara ini menggolongkan beruang

coklat ke dalam Appendix I (CITES 2015).

Kasus tumor pada beruang bukan suatu hal yang baru. Beberapa kasus tumor

seperti lymphosarcoma (Yoon et al. 2001), hepatocellular carcinoma (Heier et al.

2003), cutaneous malignant melanoma (Alonso et al. 2004) pernah ditemukan.

Tumor atau neoplasma merupakan pertumbuhan sel baru yang berproliferasi secara

tidak terkontrol serta tidak memiliki fungsi dan susunan yang teratur. Pertumbuhan

sel tumor merupakan pertumbuhan yang kehilangan kontak dengan sel normal

sehingga pertumbuhannya tidak dapat dikendalikan oleh sel normal. Tumor akan

bersaing dengan sel tubuh normal untuk mendapatkan nutrisi dari tubuh atau

berperilaku seperti parasit dalam tubuh (Vegad 2007), sehingga tidak sedikit yang

menderita tumor terlihat kurus (kaheksia). Beberapa jenis tumor memiliki

pertumbuhan yang lambat sehingga efeknya tidak berpengaruh pada beberapa

hewan.

Kejadian tumor kulit pada beruang coklat betina berumur 39 tahun ditemukan

pada kegiatan nekropsi di Divisi Patologi Departemen Klinik, Reproduksi, dan

Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Hasil nekropsi

diperoleh massa multinodular berwarna merah tua disertai pembentukan jaringan

ikat pada medial tangan kanan (palmar dextra). Analisis faktor demografi pada

manusia menunjukkan bahwa umur tua memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan

tumor (Oemiati et al. 2011). Penentuan jenis tumor dan faktor penginduksi

terbentuknya tumor sangat berguna dalam pencegahan dan prognosis penyembuhan

tumor sebab tiap jenis tumor memiliki perbedaan dan karakteristik tertentu.

Tujuan

Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tumor kulit secara

patologi anatomi dan histopatologi serta mengetahui jenis tumor pada beruang

coklat.

Page 16: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

2

Manfaat

Kajian kasus pada beruang coklat memberikan pengetahuan mengenai

gambaran tumor secara patologi anatomi dan histopatologi serta jenis tumor yang

terdapat pada beruang coklat. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk kepentingan

penelitian lanjutan dan diagnosis jenis tumor kulit.

TINJAUAN PUSTAKA

Beruang

Beruang coklat (Ursus arctos) dalam bahasa Inggris umum disebut brown

bear, mexican grizzly bear, grizzly bear, ours brun ( bahasa Perancis), atau oso

pardo (bahasa Spanyol). Beruang coklat termasuk kedalam :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Carnivora

Famili : Ursidae

Genus : Ursus

Spesies : Ursus arctos (Linnaeus 1758 dalam McLellan, et al. 2014)

Beruang coklat memiliki warna rambut coklat terang sampai dengan hitam

dan ditemukan warna perak atau putih disetiap ujung rambut. Beruang jantan

memiliki bobot yang lebih besar daripada betina. Jantan berkisar 136 – 390

kilogram dan betina 91 – 204 kilogram (Shaffer 2014).

Beruang coklat merupakan hewan plantigradi (menapak) atau berjalan

dengan telapak kaki dan memiliki tinggi 90 – 150 cm saat menumpu dengan

keempat kakinya. Tinggi beruang bisa berkisar 180 – 300 cm saat berdiri dengan

kedua kakinya. Beruang coklat atau sering disebut beruang grizzly hanya mampu

melakukan perjalanan jarak jauh menggunakan keempat kakinya, tidak dengan cara

berdiri dengan kedua kaki. Beruang mampu berjalan dengan kecepatan 35 km/jam

(Potts 1997).

Beruang tergolong kedalam predator yang sangat handal, memiliki gigi tajam,

cakar dan moncong yang panjang dengan penciuman yang sensitif terhadap

keberadaan mangsa. Satwa ini tergolong kedalam karnivora atau pemakan daging.

Kenyataan di alam menunjukkan bahwa beruang tidak hanya memakan daging,

terkadang memakan rumput dan akar sehingga beruang pada umumya bersifat

omnivora (Shaffer 2014).

Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di

pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki kebiasaan tidur saat

musim dingin (hibernasi). Sebelum hibernasi pada musim dingin beruang

mempersiapkan diri dengan makan banyak pada musim panas dan gugur untuk

menyimpan lemak (Shaffer 2014). Kepadatan beruang coklat sangat bervariasi,

sesuai dengan produktivitas habitatnya. Di daerah pemijahan salmon wilayah

pesisir Amerika Utara dan Rusia Timur memiliki kepadatan yang tinggi berkisar

Page 17: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

3

>10 beruang per 100 km2. Kepadatan beruang rendah ditemukan di daerah yang

kering, gurun, pegunungan, dan sub alpin, serta daerah tingginya populasi manusia

dan ternak (Nawaz 2007). Penurunan populasi beruang sangat dipengaruhi oleh

banyak faktor. Faktor dari keberadaan manusia, habitat, ketersediaan makanan,

penyakit, dan banyak faktor lain. Salah satu kasus kematian beruang coklat

berumur 29 tahun pernah dilaporkan di Hollywood akibat tumor (Shaffer 2014).

Menurut IUCN (2014), beruang coklat dapat hidup lebih dari 30 tahun dan lebih

singkat bila hidup di alam.

Beruang betina memasuki masa pubertas pada umur enam atau tujuh tahun.

Musim kawin beruang coklat antara bulan Mei dan Juli. Beruang termasuk hewan

yang tidak setia, sepanjang hidupnya dapat memiliki banyak pasangan. Beruang

betina dalam satu siklus kawin dapat dikawini oleh banyak pejantan

(superprekundasi). Tidak semua telur yang dibuahi akan tumbuh menjadi anak,

tergantung dari asupan nutrisi yang diperoleh induknya. Lama kebuntingan adalah

tujuh bulan dan pada umumnya induk beruang akan mengasuh anak dalam waktu

kurang lebih empat tahun (Shaffer 2014).

Tumor

Definisi Tumor

Neoplasma dalam bahasa Yunani Neo = baru dan Plasma = suatu yang

berbentuk atau neoplasma merupakan pertumbuhan sel baru yang berproliferasi

secara tidak terkontrol serta tidak memiliki fungsi dan susunan yang teratur (Vegad

2007).

Menurut Uripsi (2005), neoplasma merupakan massa jaringan abnormal

akibat neoplasi, yaitu proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh yang

abnormal, yang tumbuh secara otonom (tidak terkendali). Tambayong (2002),

neoplasia merupakan perkembangan massa jaringan yang abnormal dan tidak

responsif terhadap mekanisme kontrol pertumbuhan normal, sedangkan neoplasma

merupakan sekelompok atau kumpulan neoplasia.

Neoplasma disebut juga sebagai Tumor. Tumor dalam bahasa latin disebut

pembengkakan tetapi tidak semua pembengkakan dapat digolongkan sebagai

sebuah tumor. Beberapa pembengkakan seperti abses, peradangan kronis,

hematom, massa dari nekrosa lemak merupakan contoh dari pembengkakan yang

tidak tergolong tumor. Kebengkakan yang tidak tergolong tumor akan berkembang

sementara kemudian berhenti dan menghilang, sedangkan kebengkakan tumor akan

terus berkembang membentuk sel-sel baru yang berbeda dengan sel disekitarnya.

Istila Tumor hanya digunakan pada massa neoplasia yang membengkak pada

permukaan tubuh (Vegad 2007). Tumor merupakan sel normal yang mengalami

perubahan genetik (mutasi gen) yang menyebabkan kelainan dalam

pertumbuhannya (Fajarningsih et al. 2008).

Neoplasma hanya dapat terjadi pada sel yang mampu berproliferasi yaitu,

sel labil dan stabil. Tahapan pertumbuhan sel tumor sama dengan sel normal, yang

membedakan adalah tidak adanya mekanisme kontrol pada sel tumor (Uripsi 2005).

Neoplasma tidak memiliki bentuk, warna, dan konsistensi yang pasti. Lokasi, jenis

tumor, suplai darah, tingkat pertumbuhan, dan waktu timbulnya tumor merupakan

Page 18: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

4

faktor yang mempengaruhi penampilan makroskopis neoplasma. Bentuk tumor

sangat bervariasi mulai dari bulat, elips, atau multi-lobuler. Pertumbuhan tumor

yang cukup pesat pada umumnya berbentuk multi-lobular. Tumor biasanya

memiliki warna putih keabuan, kuning, merah, coklat, dan hitam. Kehadiran

melanin akan memberi penampilan warna hitam pada tumor. Konsistensi tumor

bervariasi, tumor tulang memiliki konsistensi keras, tumor jaringan ikat yang

mengandung cukup kolagen memiliki konsistensi padat dan tegas, terdapat pula

tumor yang memiliki konsistensi yang lembut dan rapuh serta beberapa yang

berlendir (Vegad 2007).

Klasifikasi Tumor

Ongkologi merupakan studi tentang tumor. Secara umum tumor atau

neoplasma dibagi dua yaitu tumor jinak (Benigna, tenang, ringan) dan tumor ganas

(Malignant, jahat) (Vegad 2007).

Tumor jinak atau benigna bersifat lokal, tidak mengalami metastasis (tidak

menyebar ke situs lain), mudah diangkat melalui pembedahan, dan tidak

menyebabkan kematian, kecuali lokasi tumor terdapat pada organ yang dapat

mengganggu fungsi tubuh penting. Sel-sel neoplasma benigna libih kohesif

daripada malignant. Pertumbuhan bermula dari tengah massa dan terbentuk

batasab tegas. Keberadaan tumor benigna memberi efek obstruksi, tekanan, dan

sekresi. Pertumbuhan dalam ruang tertutup seperti tengkorak kepala dapat

menimbulkan gangguan yang berakibat kematian, pertumbuhan tumor benigna

pada usus juga dapat menimbulkan obstruksi usus (Vegad 2007).

Gambar 1 Neoplasma benigna terbungkus dalam kapsul. Anak

panah menunjukkan ekspansi seimbang dari bagian

tengah (Tambayong 2002).

Page 19: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

5

Tumor ganas atau malignant akan menginvasi jaringan yang ada

disekitarnya, menyebar ke situs lain (metastasis), dan menyebabkan kematian sel.

Malignant memiliki struktur seluler atipikal serta pembelahan kromosom yang

abnormal. Sel malignant tidak bersifat kohesif yang berakibat pola pertumbuhan

yang tidak teratur, tidak ada kapsul, dan perbedaan dengan jaringan disekitar sulit

dilihat. Tumor malignant memiliki laju pertumbuhan dan pengembangan

pembuluh darah yang sangat banyak dari pada jaringan normal atau benigna.

Kemampuan metastasis merupakan ciri khas dari sel malignant. Kemampuan sel

malignant menginvasi sel normal disekitarnya menyerupai jari kepiting sehingga

malignant sering disebut kanker dalam bahasa latin yang berarti kepiting (Vegad

2007).

Tumor jinak maupun tumor ganas memiliki dua komponen dasar yang yaitu

jaringan parenkim dan jaringan penunjang. Jaringan parenkim terdiri dari sel-sel

yang mengalami transfor atau sel neoplasma yang menentukan perilaku biologis

dari tumor atau neoplasma. Jaringan penunjang atau stroma merupakan jaringan

yang berasal dari induk semang terdiri dari jaringan ikat dan pembuluh darah.

Stroma atau jaringan penunjang berperan menunjang pertumbuhan jaringan

parenkim dengan pemberian suplai darah (Vaskularisasi) (Vegad 2007).

Secara histologi tumor dapat diklasifikasikan berdasarkan jaringan

penyusunnya (MacFarlane et.al. 2000) yaitu (1) tumor epitel, (2) tumor mesenkim,

(3) tumor epitel dan mesenkim, (4) tumor pembentuk darah dan sel limfoid,(5)

tumor sel syaraf, (6) tumor sel glia dan penunjang syaraf, (7) tumor embrional,

tumor sel germinativum, tumor placenta, dan teratoma. Klasifikasi tumor

berdasarkan jaringan asal berdasarkan tingkat keganasan tumor disajikan pada tabel

1.

Gambar 2 Neoplasma malignant dengan batas tidak teratur dan tidak jelas

dari jaringan sekitar (Tambayong 2002).

Page 20: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

6

Tabel 1 Klasifikasi tumor (Price & Wilson 2006)

Sel atau jaringan asal Jinak (Benigna) Ganas (Malignant)

Epitel berlapis, skuamosa Papiloma skuamosa Karsinoma sel skuamosa

(karsinoma epidemoid)

Epitel transisional Papiloma transisional Karsinoma sel transisional

Epitel kelenjar (melapisi

ruang berisi cairan)

Adenoma (kistadenoma) Adenokarsinoma

(kistadenokarsinoma)

Epitel non kelenjar Adenoma Karsinoma

Melanosit Nevus Melanoma

Jaringan ikat:

Fibrosa

Adiposa

Tulang rawan

Tulang

Fibroma

Lipoma

Kondroma

Osteoma

Fibrosarkoma

Liposarkoma

Kondrosarkoma

Osteosarkoma

Otot :

Polos

Lurik

Leiomioma

Rhabdomioma

Leiomiosarkoma

Rhabdomiosarkoma

Endotel

Buluh darah

Buluh limfatik

Hemangioma

Limfangioma

Hemangiosarkoma

Limfangiosarkoma

Jaringan saraf

Selubung saraf

Sel glia

Meningen

Jaringan limfoid

Neurofibroma

-

Meningioma

-

Neurofibrosarkoma

Glioma, glioblastoma

-

Limfoma, penyakit hodkin

Sumsum tulang - Plasmasitoma, granulositik

Jaringan germinal Teratoma Teratoma malignant,

teratokarsinoma, seminoma,

karsinoma embrional

Tata nama tumor disesuaikan dengan asal jaringan tumor. Jaringan asal

yaitu jaringan epitel dan mesenkim. Jaringan epitel termasuk epitel kulit, saluran

pernapasan, saluran pencernaan, saluran kemih, saluran reprosuksi, kelenjar, dan

sel yang berasal dari neoroektoderem seperti melanosit. Jaringan mesenkim

meliputi jaringan pengikat, otot polos, otot lurik, sel-sel darah, sel endotel,

Page 21: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

7

meningen, sinovium, dan mesotelium. Tumor jinak yang berasal dari jaringan epitel

diberi akhiran –papiloma, sedangkan –karsinoma pada tumor epitel ganas. Tumor

jinak yang berasal dari kelenjar diberi akhiran –adenoma dan –adenosarkoma pada

tumor ganas. Tumor yang berasal dari jaringan mesenkim diberi akhiran –oma

untuk tumor jinak dan untuk tumor ganas diberi akhiran –sarkoma (Cullen et al.

2002).

Penyebab Tumor

Timbulnya tumor disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Vegad (2007)

penyebab neoplasma terdiri dari faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor

intrinsik dapat disebabkan oleh herediter, umur, pigmentasi, jenis kelamin, dan

imunitas. Faktor ekstrinsik dapat disebabkan oleh bahan kimia, radiasi, hormon,

dan parasit.

Ditegaskan kembali oleh Runnells (1946), terdapat faktor predisposisi

penyebab tumor pada hewan yaitu, pigmentasi, keturunan (genetik), dan umur.

Kasus yang terjadi menjelaskan bahwa kejadiaan tumor pada hewan tua lebih tinggi

dari pada yang menyerang hewan muda, hal ini disebabkan oleh waktu yang lebih

panjang dan kondisi yang tidak stabil. Oemiati et al. (2011) menjelaskan bahwa

secara analisis faktor demografi senilitas menjadi salah satu faktor penyebab tumor.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Studi kasus dilakukan pada Oktober 2014 sampai dengan Agustus 2015 di

Divisi Patologi Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran

Hewan Institut Pertanian Bogor.

Sampel Organ

Bahan yang digunakan adalah tumor kulit yang berasal dari seekor beruang

coklat dari Taman Margasatwa Ragunan, DKI Jakarta-Indonesia. Beruang tersebut

mati pada 7 Oktober 2014, berjenis kelamin betina, berumur 39 tahun, dan

berwarna coklat. Beruang sakit (nafsu makan dan aktifitas menurun) sekitar dua

bulan dan dilakukan perawatan di kandang individu. Terapi dilakukan dengan

pemberian antibiotik dan vitamin. Nekropsi segera dilakukan di Divisi Patologi

Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor.

Alat

Alat yang digunakan adalah gelas obyek, gelas penutup, rak gelas obyek,

pinset, gunting, pipet, kertas label, alat tulis, cetakan paraffin (cetakan stainles

Page 22: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

8

steel), keranjang jaringan, mikrotom, inkubator, scalpel, tissue processor, tissue

embedding console dan mikroskop.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah jaringan tumor, Buffer Neutral Formalin

(BNF) 10%, Alkohol dengan konsentrasi bertingkat (70%, 80%, 96% dan alkohol

absolut I dan II), Xylol, Paraffin histoplast, perangkat pewarnaan Hematoksilin-

Eosin (HE), pewarna Masson’s Trichrome (MT), dan pewarna Imunohistokimia

dengan antibodi monoklonal mouse anti-human Desmin (DakoCytomation,

Carpinteria, USA), monoklonal mouse anti-swine Vimentin (DakoCytomation,

Carpinteria, USA), polyclonal rabbit anti S100 (Biocare Medical, Concord, USA),

polyclonal rabbit anti Glial Fibrillary Acidic Protein/GFAP (Sigma Aldrich, St

Louis, USA), dan chromogen 1,3-diaminobenzidine (DAB).

Metode Penelitian

Jaringan tumor diambil pada saat melakukan nekropsi kemudian dimasukkan

ke dalam BNF 10% sebagai tahapan fiksasi jaringan untuk mencegah kerusakan

struktur jaringan akibat aktifitas enzim (autolisis) atau bakteri pembusuk dengan

perbandingan antara organ dan larutan 1: 10 (Muntiha 2001). Selanjutnya sampel

tersebut dibuat preparat histopatologi kemudian dilakukan beberapa pewarnaan

yaitu, Hematosilin-Eosin (HE), Masson’s Trichrome (MT), dan pewarnaan

Imunohistokimia (indirect, metode streptavidinbiotin/SAB) terhadap Desmin,

Vimentin, S100, dan Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP).

Tahapan selanjutnya adalah pengamatan preparat yang telah diwarnai

dengan menggunakan mikroskop pembesaran objektif 10X, 20X, dan 10X. Hasil

pengamatan histopatologi (HP) disajikan secara deskriptif dan kemudian

disimpulkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Patologi Anatomi

Nekropsi yang dilakukan pada beruang coklat memberikan hasil sebagai

berikut: mukosa secara umum pucat, ditemukan lymphadenitis, ada luka terbuka

berbentuk bulat pada medial palmar dextra disertai pembentukan massa. Massa

tersebut memiliki struktur multinodular yang didominasi oleh warna merah tua

dengan diameter 5,5 cm. Ada beberapa nodul berwarna putih, disertai

pembentukan jaringan ikat. Kuku pada tangan kanan lepas dan terjadi miasis.

Massa multinodular yang ditemukan pada medial palmar dextra diduga

sebuah tumor. Tumor merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal dari sel

sekitarnya. Salah satu ciri perkembangan tumor adalah terjadinya pembengkakan,

namun tidak semua organ yang membengkak merupakan tumor. Kebengkakan

Page 23: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

9

yang tidak tergolong tumor akan berkembang sementara kemudian berhenti dan

menghilang, sedangkan kebengkakan tumor akan terus berkembang membentuk

sel-sel baru yang berbeda dengan sel di sekitarnya (Vegad 2007). Menurut

Damjanov (2009), neoplasia atau tumor merupakan pertumbuhan baru “new

growt”, yang dinyatakan juga sebelumnya oleh ahli patologi Inggris Sir Rupert

Willis bahwa tumor adalah pertumbuhan jaringan yang abnormal, tumbuh

berlebihan, tanpa kordinasi dengan jaringan normal.

Tumor pada medial palmar dextra terlihat menyatu dengan jaringan sekitar

tanpa memperlihatkan batas atau tidak terlihat adanya kapsul yang membatasi, pola

pertumbuhan yang tidak teratur serta menginvasi jaringan sekitar. Menurut Vegad

(2007), pola pertumbuhan yang tidak teratur, tidak ada kapsul, dan memiliki

perbedaan dengan jaringan sekitar merupakan ciri malignant.

Histopatologi

Pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE)

Gambaran histopatologi dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE)

memperlihatkan massa tumor pada bagian medial palmar dextra beruang coklat

terdiri dari kumpulan sel-sel berbentuk pipih atau gelendong (spindle) poligonal

dengan ukuran yang bervariasi (anisositosis). Sitoplasma sel-sel tumor berwarna

eosinofilik membentuk penjuluran, dan memiliki nukleus berbentuk bulat sampai

oval (tidak seragam) dengan nukleolus berjumlah 1-2. Sel-sel tumor tersusun

dalam kelompok yang tidak beraturan dengan jarak yang renggang. Beberapa sel

tumor memiliki pigmen coklat sampai hitam (melanin). Pigmen tersebut

merupakan salah satu ciri atau penanda yang membantu dalam identifikasi asal sel

Gambar 3 medial palmar dextra; beruang coklat. Patologi

anatomi massa multinodular.

Page 24: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

10

tumor. Endapan coklat memberi informasi bahwa sel tumor mampu menghasilkan

pigmen.

Ada beberapa jenis tumor yang memiliki bentuk gelendong yaitu, melanoma/

melanosarkoma (tumor berasal dari melanosit), Schwannoma/ malignant

Schwannoma (tumor berasal dari sel Schwann), leiomio/leiomiosarkoma (tumor

yang berasal dari otot polos), fibroma/fibrosarkoma (tumor berasal dari jaringan

ikat fibroblast), serta rhabdomioma/rhabdomiosarkoma (tumor berasal dari otot

skelet). Diantara beberapa jenis tumor yang memiliki bentuk gelendong, hanya satu

jenis tumor yang mampu menghasilkan pigmen berwarna coklat yaitu melanosit.

Melanosit adalah sel yang secara normal terdapat pada kulit dan memiliki peran

dalam produksi pigmen melanin (Sjafrida & Sadono 2013).

Gambar 4 Tumor kulit; beruang coklat. A) bentuk sel gelendong dengan pola

pertumbuhan yang tidak teratur. B) ditemukan pigmen coklat yang

dicurigai sebagai pigmen melanin pada beberapa lapang pandang.

HE. Bar = 40 µm.

A B

Gambar 5 Tumor kulit; beruang coklat. Pertumbuhan pembuluh kapiler baru

(Neovaskularisasi) yang ditunjukkan oleh anak panah. Neovaskularisasi

menandakan tumor bersifat malignant. HE. Bar = 70 µm.

Page 25: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

11

Gambaran histopatologi dengan pewarnaan HE juga memperlihatkan

banyaknya pertumbuhan dan perkembangan buluh darah baru (neovaskularisasi)

dalam satu lapangan pandang. Perkembangan pembuluh darah yang banyak pada

pusat pertumbuhan tumor merupakan faktor pendukung malignant. Sel

berproliferasi lebih cepat dengan pasokan nutrisi yang lebih banyak. Hasil

pengamatan histopatologi dengan pewarnaan HE mengarahkan diagnosa pada

malignant melanoma atau melanosarkoma (tumor ganas). Tumor malignant

memiliki laju pertumbuhan dan perkembangan pembuluh darah yang lebih banyak

dibandingkan dengan jaringan normal dan tumor jinak/benigna ( Vegad 2007).

Pewarnaan Masson’s Trichrom (MT)

Pewarnaan khusus Masson’s Trichrome (MT) dilakukan untuk memperkuat

diagnosa identifikasi keberadaan kolagen yang dihasilkan oleh jaringan ikat.

Kolagen akan tampak berwarna biru kehijauan setelah pewarnaan (Emer et al.

2011). Hasil pewarnaan khusus MT pada kasus ini memperlihatkan adanya

pertumbuhan kolagen yang dihasilkan oleh jaringan ikat diantara sel-sel tumor.

Pertumbuhan jaringan ikat yang minimal pada tumor ini meneguhkan diagnosa

bahwa tumor bukan berasal dari jaringan ikat.

Pewarnaan Imunohistokimia (IHK)

Imunohistokimia adalah teknik yang dilakukan untuk mendeteksi adanya

protein tertentu (antigen) pada jaringan dengan menggunakan antibodi yang terikat

enzim sehingga presipitat terwarnai dan lokasi antigen dapat dilihat di bawah

mikroskop (Sofian & Kampono 2006). Pewarnaan IHK secara indirect yang

dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mendukung identifikasi asal tumor.

Hasil positif pada pewarnaan IHK ditunjukkan adanya sitoplasma sel tumor yang

berwarna coklat. Hasil pengamatan histopatologi dengan pewarnaan

imunohistokimia (IHK) menggunakan antibodi Desmin (D), Vimentin (V), S100,

dan GFAP dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Hasil pengamatan histopatologi pewarnaan imunohistokimia.

Pewarnaan Hasil

Desmin +

Vimentin +++

S100 ++

GFAP - GFAP. Glial Fibrillary Acidic Protein. (-) tidak ada sitoplasma sel tumor yang berwarna coklat;

(+) 1-10 sel coklat; (++) 11-20 sel coklat; (+++) lebih dari 20 sel coklat

Desmin

Beberapa sel tumor mampu melepaskan substansi yang dinamakan marker

tumor atau marker biologi yang tidak dihasilkan oleh jaringan normal. Marker

tumor digunakan untuk mengidentifikasi asal tumor. Marker tumor dapat berupa

Page 26: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

12

filamen intermediate dari protein struktural sitoplasma. Filamen intermediate dapat

diamati dengan pewarnaan imunohistokimia. Contoh filamen intermediate adalah

Vimentin dan Desmin (Cooper & Valentine 2002).

Desmin adalah protein filamen intermediate yang diungkapkan oleh semua

jenis sel otot, fibroblast submesothelial, bagian dari kelenjar getah bening sel

dendritik, dan stroma endometrium (Liu & Mikaelian 2003; Folpe & Cooper 2007).

Hasil pemeriksaan IHK dengan Desmin pada kasus ini memberikan hasil positif

satu (+); terdapat endapan berwarna coklat sebagai penanda imunoreaktif pada 1-

10 sel tumor. Beberapa kejadian ekspresi anomali Desmin dapat dilihat pada

melanoma, Schwannoma, sel tumor raksasa tenosynovial, Ewing sarcoma,

angiomatoid (malignant), dan fibrous histiocytoma. Secara umum Desmin tidak

lazim ditemukan pada kasus melanoma (Folpe & Cooper 2007).

Vimentin

Vimentin merupakan filamen intermediate dari sebagian besar sel mesenkim

dan neuroepidermal sehingga sering digunakan pada pewarnaan imunohistokimia

(Leader et al. 1987). Dijelaskan pula oleh Gown & Vogel (1984) bahwa Vimentin

adalah protein yang membentuk filamen intermediate dengan berat molekul (BM)

57 kD yang merupakan bagian kerangka sel (sitoskeleton), dan ditemukan dalam

sel yang secara embrional berasal dari mesenkim dan diekspresikan oleh sel epitel.

Gambar 6 Tumor kulit; beruang coklat. Terdapat beberapa sel tumor

menunjukkan reaksi imunoreaktif dengan hasil positif satu

(+) terhadap Desmin. Metode SAB, counterstain

hematoksilin. Bar = 40µm.

Page 27: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

13

Hasil pemeriksaan IHK dengan anti-vimentin pada kasus ini menunjukkan

hasil positif tiga (+++), ditandai dengan perubahan warna coklat pada sitoplasma

sel. Beberapa kejadian melanoma memberikan hasil bahwa sel-sel tumor mampu

mengekspresikan keberadaan Vimentin (Caselitz et al. 1983; Leader et al. 1987;

Koening et al. 2001; Alomari et al. 2015). Caselitz et al. (1983) menjelaskan bahwa

melanoma mengandung filamen intermediate Vimentin dan tergolong sebagai

sarkoma bukan otot (sarcomas non-muscle). Vimentin dapat dihasilkan oleh

sarkoma, melanoma, squamous cell carcinoma (SCCs) sel pipih, dan angiosarkoma

sel pipih (Folpe & Cooper 2007).

Antibodi S100

Beberapa kasus melanoma memberi hasil positif terhadap Desmin. Hasil

tersebut dapat memberikan kekeliruan diagnosa yang mengarah pada

leiomyosarcoma atau lesi myofibroblastik, sehingga dibutuhkan pengujian lanjut

menggunakan S100 sebagai penanda tumor melanosit (Folpe & Cooper 2007).

Protein S100 adalah asam kalsium yang mengikat protein dan memiliki

kelarutan 100% dalam amonium sulfat. Protein S100 terdiri dari dua subunit

dengan 3 isotopes yaitu, αα (ditemukan di otot), αβ (ditemukan di melanosit, glia,

kondrosit, adneksa kulit), dan ββ (ditemukan di sel Langerhans dan sel Schwann)

(Folpe & Cooper 2007). Protein ini ditemukan terutama di dalam sitoplasma

astroglia dan sel Schwann, tetapi dapat ditemukan juga di dalam sel non-saraf

seperti adiposit, kondrosit dan sel melanoma. Berbeda dengan penanda lainnya,

S100 dapat menjadi aktif disekresi ke dalam ruang ekstraseluler dan pasif

dihasilkan oleh sel yang mati (Pelinka 2004).

Gambar 7 Tumor kulit; beruang coklat. Banyak sel tumor menunjukkan reaksi

imunoreaktif dengan hasil positif tiga (+++) terhadap Vimentin.

Metode SAB, counterstain hematoksilin. Bar = 40µm.

Page 28: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

14

Protein S100 dapat ditemukan 100% pada melanosit normal dan sel syaraf.

Delapan puluh tujuh sampai 98% kejadian melanoma positif terhadap S100, oleh

sebab itu protein ini dapat dijadikan marker untuk neoplasma melanositik.

Pewarnaan IHK dengan S100 pada kasus ini memberikan hasil positif dua (++),

ditandai dengan adanya reaksi imunoreaktif yang berwarna coklat sehingga tumor

didiagnosa sebagai melanoma. Gambaran positif pewarnaan IHK terhadap S100

ditemukan juga pada beberapa sel tumor didalam kapiler darah sebagai emboli.

Keadaan ini sesuai dengan penyataan Vegad (2007) yang menyatakan bahwa salah

satu ciri tumor yang bersifat malignant adalah memiliki kemampuan metastasis.

Bentuk sel melanoma memiliki kemiripan dengan bentuk sel Schwannoma

sehingga dalam membedakan keduanya dengan penggunaan marker S100 tidak

dapat dilakukan. Bila kondisi ini terjadi maka susunan sel-sel tumor menjadi sangat

penting dalam diagnostik. Susunan sel-sel tumor Antoni A dan Antoni B menjadi

ciri khas yang hanya dimiliki oleh Schwannoma (Milikowski & Berman 1997).

Antoni A dan B merupakan susunan sel-sel tumor yang berbentuk gelombang,

terdiri dari bagian hiperseluler yang merupakan struktur Antoni A dan hiposeluler

yang merupakan struktur Antoni B (Wippold II et al. 2007). Schwannoma dan

malignant Schwannoma sangat aktif mengekspresikan S100, kolagen tipe IV, dan

Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP) (Rodriguez et al. 2012).

Antibodi Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP)

Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP) adalah salah satu marker untuk

mendiagnosa tumor yang berasal dari selubung syaraf seperti sel Schwann atau

Gambar 8 Tumor kulit; beruang coklat. Terdapat beberapa sel tumor

menunjukkan reaksi imunoreaktif dengan hasil positif dua (++)

terhadap S100. Metode SAB, counterstain hematoksilin. Bar =

40µm.

Page 29: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

15

astrosit (Koestner & Higgins 2002). Hasil pengujian GFAP pada kasus ini memberi

hasil negatif dengan tidak ditemukannya perubahan warna coklat. Hasil negatif dari

GFAP dan positif terhadap S100 menjelaskan bahwa tumor kulit pada beruang

coklat berasal dari melanosit atau didiagnosa sebagai melanoma yang bersifat ganas

(Malignant Melanoma).

SIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi, histopatologi dengan pewarnaan

Hematosilin-Eosin (HE), Masson’s Trichrome (MT) serta imunohistokimia dapat

disimpulan bahwa beruang coklat menderita tumor kulit yang didiagnosa sebagai

malignant melanoma. Sel-sel tumor mampu mengekspresikan protein Desmin,

Vimentin, dan S100.

SARAN

Perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi lebih lanjut menggunakan

pewarnaan imunohistokimia dengan antibodi spesifik seperti melanoma antigen

recognized by T cells 1 (Melan A/MART-1) dan humans melanosom black 45

(HMB-45).

DAFTAR PUSTAKA

[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna

and Flora. 2015. Brown bear. [Internet]. [diunduh 6 Juli 2015]. Tersedia pada

http://www.cites.org/eng/app/appendices.php.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources.

2014. [Internet]. [diunduh 14 Januari 2015]. Tersedia pada

http://www.iucnredlist.org/details/41688/0.

Alomari A K, Klump V, Neumeister V, Ariyan S, Narayan D, Lazova R. 2015.

Comparison of the Expression of Vimentin and Actin in Spitz Nevi and

Spitzoid Malignant Melanomas. Am J Dermatopathol. 37(1):46-51.

Alonso S R, Ortiz P, Polla’n M, Pe’rez-Go’mez B, Sa’nchez L, Acun’a M J, Pajares

R, Marti’nez-Tello F, Hortelano C M, Piris M A, Rodri’guez-Peralto J L.

2004. Progression in cutaneous malignant melanoma is associated with

distinct expression profiles, a tissue microarray-based. AJP. 164(1): 193-203.

Caselitz Jörg, Jänner Michael, Breitbart Eckhardt, Weber Klaus 3, Osborn Mary.

1983. Malignant melanomas contain only the vimentin type of intermediate

filaments. Virchows Arch [Pathol Anat]. 400:43-51.

Cooper BJ, Valentine BA.2002.Tumors of muscle. Di dalam: Meuten DJ, editor.

Tumor in Domestic Animals, Ed ke-4. Iowa: Blackwell Publishing.

Page 30: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

16

Cullen J M, Page R, Misdorp W. 2002. An overview of cancer pathogenesis,

diagnosis, and management. Dalam: Tumor in Domestic Animals. Edisi 4.

Iowa(AS): Blackwell Publishing Company.

Damjanov I. 2009.Pathology Secrets 3rd ed. USA: ELSEVIER. Hal 76.

Emer J, Solomon S, Mercer S.2011.Reed’s syndrome a case of multiple cutaneous

and uterine leiomyomas. J Clin Aesth Derm. 4(12):37-42.

Fajarningsih N D, Nursid M, Wikanta T, Marraskuranto E. 2008. Bioaktivitas

Ekstrak Turbinaria decurrens Sebagai Antitumor (HeLa dan T47D) serta

Efeknya terhadap Proliferasi Limfosit. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi

Kelautan dan Perikanan. 3(1):21-27.

Folpe A L, Cooper K. 2007.Best Practices in Diagnostic Immunohistochemistry

Pleomorphic Cutaneous Spindle Cell Tumors. Arch Pathol Lab Med. 131:

1517-1524.

Gown AL, Vogel AM. 1984. Monoclonal Antibodies to Human Intermediate

Filament Proteins II. Distribution of Filament Proteins in Normal Human

Tissues.AJP.144(2):309-321.

Heier A, Gro”ne A, Vo”llm J, Ku”bber-Heiss A, Bacciarini L N. 2003.

Immunohistochemical Study of Retinol-binding Protein in Liver of Polar

Bears (Thalarctos maritimus). Vet Pathol 40:196-202.

Koening A, Wojcieszyn, Weeks B R, modiano J F. 2001. Expression of s100a,

vimentin, nse, and melan a/mart-1 in seven canine melanoma cell lines and

twenty-nine retrospective cases of canine melanoma. Vet Pathol. 38(4):427–

435.

Koestner A, Higgins R J. 2002. Tumors of the Nervous System. Di dalam: Meuten

DJ, editor. Tumor in Domestic Animals, Ed ke-4. Iowa: Blackwell Publishing.

Leader M, Collins M, Patel J, Henry K.1987. Vimentin: an evaluation of its role as

a tumour marker. Histopathology.11:63–72.

Liu S, Mikaelian I. 2003. Cutaneous smooth muscle tumors in the dog and cat. Vet

Pathol. 40(6):685-692.

MacFarlane P S, Reid R, Callander R.2000. Pathology Illustrated. Edisi 5.

Harcourt: Churchill Livingstone.

Mattson DJ, Merrill T. 2002. Extirpations of grizzly bears in the contiguous United

States, 1850-2000. Conservation Biology .16(4): 1123-1136.

McLellan B N, Servheen C, Huber D. 2008. Ursus arctos. The IUCN Red List of

Threatened Species. Version 2014.3. [Internet]. [14 Januari 2015, 19.30

WIB].Tersedia pada www.iucnredlist.org.

Milikowski C, Berman I. 1997. Color Atlas of Basic Histopathology, edisi

1.London (GB): Prentice-Hall.

Muntiha M. 2001. Teknik Pembuatan Preparat Histopatologi dari Jaringan Hewan

dengan Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE). Jakarta (ID): Balai

Penelitian Veteriner.

Nawaz M A. 2007. Status of the brown bear in Pakistan. Ursus 18(1): 89-100.

Oemiati R, Rahajeng E, Kristanto A Y. 2011. Prevalensi Tumor dan Beberapa

Faktor yang Mempengaruhinya di Indonesia. Bul Penelit Kesehat 39(4): 190-

204.

Pelinka L E. 2004. Serum marker of severe traumatic brain injury: are they useful?.

IJCCM. 8(3):190-193.

Page 31: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

17

Potts S.1997. Wildlife of North America the Grizzly Bear. Mankato (AS): Capstone

press. Hal 4-11.

Price S A, Wilson L M. 2006. Patofisiologi:Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Edisi 6. Volume 1-2. Pendit BU, Hartanto H, Wulansari P, Mahanani D A,

penerjemah; Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani D A, editor.

Jakarta(ID): EGC. Terjemahan dari Pathophysiology: Clinical Consepts of

Disease Processes.

Rodriguez F J, Folpe A L, Giannini C, Perry A. 2012. Pathology of peripheral nerve

sheath tumors: diagnostic overview and update on selected diagnostic

problems. Acta Neuropathol. 123(3): 295–319.

Runnells R A. 1946. Animal Pathology. Edisi 4. Iowa (AS): The Iowa State College

Press.

Shaffer J J. 2014. Gread Predators Grizzly Bear. Minnesota(AS):Core Library. Hal

5-12.

Sjafrida, Sadono E G. 2013.Terfenadine meningkatkan aktifitas caspase-9 pada

kultur sel melanoma maligna. JKB. 27(4):192-195.

Sofian A, Kampono N. 2006. Peran pemeriksaan imunohistokimia vimentin

sebagai penanda asal jaringan kanker endometrium. Maj Kedokt Indon. 56(2):

46-50.

Tambayong J. 2002. Patofisiologi, untuk keperawatan. Jakarta (ID). Penerbit buku

kedokteran ECG.

Uripsi V. 2005. Menu untuk Penderita Kanker. Depok (ID): Puspa Swara.

Vegad J L. 2007. A Textbook of Veterinary General Pathology. International Book

Distributing Co.

Wippold II FJ, Lubner M, Perrin RJ, Lämmle M, Perry A. 2007. Neuropathology

for the neuroradiologist: antoni a and antoni b tissue patterns. Am J

Neuroradiol. 28 : 1633-1638.

Yoon B I, Lee J K, Kim J H, Shin N S, Kwon S W, Lee G H, Kim D Y. 2001.

Lymphosarcoma in a brown bear (Ursus arctos). J Vet Sci. 2(2): 143-145.

Page 32: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

18

Lampiran 1 Pembuatan preparat histopatologi

Sampling

Sampling dilakukan dengan mengambil massa multinodular/tumor pada

medial palmar dextra beruang coklat.

Fiksasi

Sampel tumor difiksasi menggunakan Buffer Neutral Formalin (BNF) 10%

dipotong dengan ketebalan kurang lebih 3 mm dan dimasukkan kedalam keranjang

jaringan. Sampel kemudian diproses menggunakan tissue processor. Mesin tissue

processor memiliki beberapa tahapan yaitu, didehidrasi menggunakan alkohol

bertingkat. Proses dehidrasi merupakan proses penarikan cairan dari jaringan secara

perlahan-lahan sehingga tidak terjadi pengkerutan pada jaringan (kerusakan

jaringan tumor). Tahapan selanjutnya adalah clearing menggunakan xylol

bertingkat. Proses clearing merupakan proses penghilangan sisa bahan dehidrasi

dan menggantikannya dengan xylol. Kemudian dilanjutkan dengan proses

penggantian xylol dengan parafin agar jaringan tidak mengalami pengkerutan

setelah proses clearing.

Embedding

Embedding merupakan proses penanaman jaringan pada balok parafin.

Pembuatan balok dilakukan menggunakan cetakan besi, sampel tumor yang

dibenamkan dalam parafin cair dimasukkan kedalam cetakan besi kemudian

dicampur dengan parafin panas sampai seluru bagian sampel tumor tertutupi

kemudian diberi label pada bagian atas cetakan. Cetakan besi didiamkan di atas

pendingin untuk membantu proses pengerasan parafin.

Pemotongan

Balok parafin yang telah mengeras kemudian dipotong menggunakan

mikrotom. Hasil pemotongan mikrotom berupa lembaran jaringan yang kemudian

dimasukkan kedalam penangas air pada suhu 55 oC, lembaran jaringan dengan hati-

hati diletakkan pada gelas objek dan diletakkan dalam inkubator bersuhu 57.1 oC

selama 2 jam.

Page 33: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

19

Lampiran 2 Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

1. Deparafinisasi merupakan proses penghilangan parafin menggunakan

xylol bertingkat (xylol I dan xylol II) masing-masing selama dua sampai

tiga menit.

2. Rehidrasi merupakan proses pengikatan air menggunakan alkohol

bertingkat (absolut alkohol III, absolut alkohol II, absolut alkohol I,

96%, 80%, dan 70%) masing-masing selama dua sampai tiga menit,

kemudian pencucian dalam aquades mengalir

3. Preparat dimasukkan kedalam larutan Hematoksilin Mayer selama 1

menit

4. Preparat dicuci dengan air keran mengalir selama 30 detik

5. Preparat dicelupkan kedalam larutan Litium karbonat sebanyak tiga kali

6. Preparat dicuci dengan air keran mengalir selama 30 detik

7. Preparat dimasukkan kedalam larutan Eosin selama 30 detik

8. Preparat dicuci dengan air keran mengalir selama 30 detik

9. Preparat didehidrasi dan ditutup menggunakan gelas penutup

Page 34: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

20

Lampiran 3 Pewarnaan Masson’s Trichrome

1. Deparafinisasi merupakan proses penghilangan parafin

menggunakan xylol bertingkat (xylol I dan xylol II) masing-masing

selama dua sampai tiga menit.

2. Rehidrasi merupakan proses pengikatan air menggunakan alkohol

bertingkat (absolut alkohol III, absolut alkohol II, absolut alkohol I,

96%, 80%, dan 70%) masing-masing selama dua sampai tiga menit,

kemudian pencucian dalam aquades mengalir

3. Preparat direndam dalam larutan Mordant selama 30-40 menit, lalu

dibilas dengan aquades

4. Preparat direndam dalam larutan Carrazi’s Hematoksilin selama 40

menit

5. Preparat direndam dalam larutan 0.75% Orange G selama 1 - 2

menit

6. Preparat dicelupkan kedalam larutan asam asetat 1 % sebanyak 2

kali

7. Preparat direndam dalam larutan Ponceau Xylidine Fuchsin selama

15 menit

8. Preparat direndam dalam larutan 2.5% Asam Fosfotungstat selama

10 menit

9. Preparat dicelupkan kedalam larutan asam asetat 1 % sebanyak 2

kali

10. Preparat direndam dalam larutan Anilin Blue selama 15 menit

11. Preparat dicelupkan kedalam larutan asam asetat 1 % sebanyak 2

kali

12. Preparat direndam dalam alkohol 96% selama 3 menit

13. Preparat didehidrasi dan ditutup menggunakan gelas penutup

Hasil pewarnaan Masson’s Trichrome, yaitu inti sel berwarna biru tua, otot

dan elastin berwarna merah, firbrin dan kalsium berwarna ungu, hyalin berwarna

biru muda, jaringan ikat kolagen dan mukus berwarna biru kehijauan.

Page 35: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

21

Lampiran 4 Pewarnaan Imunohistokimia

1. Deparafinisasi merupakan proses penghilangan parafin

menggunakan xylol bertingkat (xylol I dan xylol II) masing-masing

selama dua sampai tiga menit.

2. Rehidrasi merupakan proses pengikatan air menggunakan alkohol

bertingkat (absolut alkohol III, absolut alkohol II, absolut alkohol I,

96%, 80%, dan 70%) masing-masing selama dua sampai tiga menit.

3. Pencucian dengan Phosphate Buffer Saline (PBS) sebanyak 3 kali,

masing – masing selama 5 menit.

4. Dilakukan Blocking menggunakan 0,5% H2O2 selama 20 menit

5. Pencucian dengan Phosphate Buffer Saline (PBS) sebanyak 3 kali,

masing – masing selama 5 menit.

6. Preinkubasi dalam Foetal Bovine Serum

7. Inkubasi dengan antibodi primer Desmin, Vimentin, Glial Fibrillary

Acidic Protein (GFAP), dan S100 selama 24 jam dalam lemari

pendingin

8. Pencucian dengan Phosphate Buffer Saline (PBS) sebanyak 3 kali,

masing – masing selama 5 menit.

9. Inkubasi dengan antibodi sekunder selama 20 menit

10. Pencucian dengan Phosphate Buffer Saline (PBS) sebanyak 3 kali,

masing – masing selama 5 menit.

11. Diberilarutan peroksidase streptavidin selama 5 menit

12. Pencucian dengan Phosphate Buffer Saline (PBS) sebanyak 3 kali,

masing – masing selama 5 menit.

13. Diberikan pereaksi 3,3-diamino benzidine (DAB)

14. Pencucian dengan Phosphate Buffer Saline (PBS) sebanyak 3 kali,

masing – masing selama 5 menit.

15. Dicuci dengan akuades.

16. Dicelupkan kedalam larutan Hematoxylin counterstain.

17. Dicuci dengan air mengalir.

18. Preparat didehidrasi dan ditutup menggunakan gelas penutup.

Page 36: TUMOR KULIT PADA BERUANG COKLAT (Ursus arctos · Beruang coklat memiliki habitat di hutan belantara serta beberapa hidup di pegunungan, dan padang rumput. Beruang coklat memiliki

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 4 mei 1994 sebagai putri

kelima dari Lapu Mangago dan Naharia Abbas. Penulis memiliki empat orang kaka

bernama Febi Salfriyani Lapu Mangago, Saldesi Lapu Mangago, Sone Tri Saputra

Lapu Mangago, dan Lusi Yusniar Tandiayuk.

Penulis perna bersekolah di SDN 172 Enrekang, SMPN 1 Enrekang, dan

lulus dari SMAN 1 Enrekang pada tahun 2012, pada tahun yang sama penulis

diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

melalui jalur undangan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah mengikuti organisasi Badan

Eksekutif Mahasiswa FKH IPB, Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia,

Himpunan Minat dan Profesi Satwaliar dan Komunitas Seni Steril FKH IPB.

Penulis perna menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Embriologi veteriner,

Anatomi Veteriner II, Histologi Veteriner II, Ilmu dan Teknologi Reproduksi, Ilmu

Bedah Khusus Veteriner I, dan Bakteriologi.