tumor abdomen

52
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker berkaitan dengan benjolan patologis pada tubuh yang secara umum sinonim dengan tumor. Tumor berarti benjolan atau pembengkakan, terdiri dari tumor ganas dan tumor jinak. Tumor ganas inilah yang dikenal sebagai kanker (neoplasma = karsinoma = keganasan). Namun tumor biasanya dipakai pula untuk pengganti nama kanker jinak, sementara istilah kanker dimaksudkan sebagai suatu ‘tumor’ ganas. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa semua benjolan adalah tumor, tapi tidak semua tumor adalah kanker. Kanker dan tumor merupakan penyebab kematian utama kedua yang memberikan kontribusi 13 % kematian dari 22 % kematian akibat penyakit tidak menular utama di dunia. (Shibuya K, Mathers CD, Boschi-Pinto C, Lopez AD, Murray CJL). Dampak Penyakit Tidak Menular khususnya penyakit tumor terhadap ketahanan sumber daya manusia sangat besar karena selain merupakan penyebab kematian dan kesakitan juga menurunkan produktivitas. Angka kesakitan dan kematian tersebut sebagian besar terjadi pada penduduk dengan sosial ekonomi menengah ke bawah. Di Indonesia penyakit kanker/tumor merupakan urutan ke 6 dari pola penyakit nasional. Setiap tahunnya 100 kasus baru terjadi diantara 100.000 penduduk. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002) Meningkatnya pengguna rokok (57 juta orang), konsumsi alkohol, kegemukan atau 0 besitas dan kurangnya aktifitas fisik/olahraga juga berperan dalam peningkatan angka kejadian kanker di Indonesia. (Depkes RI. 2005) Lima besar provinsi di Indonesia mempunyai prevalensi di atas angka nasional (> 5,03 %), yang pertama Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki urutan prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 9,66 %, disusul Jateng 8,06 %, DKI Jakarta 7,44 %, Banten 6,35 %, selanjutnya Sulut (5,76%0) (Oemiati Ratih , Ekowati Rahajeng , Antonius Yudi Kristanto). Organisasi

Upload: shella-mentari

Post on 26-Dec-2015

267 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: tumor abdomen

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kanker berkaitan dengan benjolan patologis pada tubuh yang secara

umum sinonim dengan tumor. Tumor berarti benjolan atau pembengkakan,

terdiri dari tumor ganas dan tumor jinak. Tumor ganas inilah yang dikenal

sebagai kanker (neoplasma = karsinoma = keganasan). Namun tumor

biasanya dipakai pula untuk pengganti nama kanker jinak, sementara istilah

kanker dimaksudkan sebagai suatu ‘tumor’ ganas. Dengan demikian dapat

disebutkan bahwa semua benjolan adalah tumor, tapi tidak semua tumor

adalah kanker.

Kanker dan tumor merupakan penyebab kematian utama kedua yang

memberikan kontribusi 13 % kematian dari 22 % kematian akibat penyakit

tidak menular utama di dunia. (Shibuya K, Mathers CD, Boschi-Pinto C,

Lopez AD, Murray CJL). Dampak Penyakit Tidak Menular khususnya

penyakit tumor terhadap ketahanan sumber daya manusia sangat besar

karena selain merupakan penyebab kematian dan kesakitan juga

menurunkan produktivitas. Angka kesakitan dan kematian tersebut sebagian

besar terjadi pada penduduk dengan sosial ekonomi menengah ke bawah. Di

Indonesia penyakit kanker/tumor merupakan urutan ke 6 dari pola penyakit

nasional. Setiap tahunnya 100 kasus baru terjadi diantara 100.000

penduduk. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002)

Meningkatnya pengguna rokok (57 juta orang), konsumsi alkohol,

kegemukan atau 0 besitas dan kurangnya aktifitas fisik/olahraga juga

berperan dalam peningkatan angka kejadian kanker di Indonesia. (Depkes

RI. 2005)

Lima besar provinsi di Indonesia mempunyai prevalensi di atas angka

nasional (> 5,03 %), yang pertama Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki

urutan prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 9,66 %, disusul Jateng

8,06 %, DKI Jakarta 7,44 %, Banten 6,35 %, selanjutnya Sulut (5,76%0)

(Oemiati Ratih , Ekowati Rahajeng , Antonius Yudi Kristanto). Organisasi

Page 2: tumor abdomen

2

kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar penyakit kanker di

dunia adalah kanker paruparu, kanker payudara, kanker usus besar kanker

lambung dan kanker hati. (WHO, 2005)

Tumor/kanker saluran cerna menempati urutan ke-6 terbanyak dari

seluruh jenis tumor/kanker yang ada. Perempuan mempunyai risiko 2,2 kali

lebih besar dibandingkan laki-laki. Risiko tumor/kanker saluran cerna akan

bertambah seiring dengan bertambahnya umur dan semakin tinggi tingkat

pendidikan. Berat badan obes mempunyai risiko 1,7 kali dibandingkan

dengan responden yang mempunyai berat badan kurus. Kebiasaan merokok

berhubungan bermakna dengan tumor/kanker saluran cerna. Kebiasaan

minum alkohol, konsumsi buah sayur, maupun konsumsi makanan berlemak

tidak berhubungan bermakna dengan tumor/kanker saluran cerna.

Kanker/tumor merupakan penyakit dengan penyebab multifactor yang

terbentuk dalam jangka waktu yang lama dan mengalami kemajuan melalui

stadium yang berbeda-beda. (Bonita R, de Courten, Dwyer T, and Leowski,

J. 2001) Faktor nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting,

yang kompleks dan sangat dikaitkan dengan proses patologis kanker. Secara

umum total asupan berbagai lemak (yaitu tipe yang berbeda-beda dari

makanan yang berlemak) bisa dihubung-kan dengan peningkatan insiden

beberapa kanker utama misalnya kanker payudara, colon, pro stat, ovarium,

endometrium dan pancreas. (Weisburger JH. 2002) Disamping itu obesitas

juga meningkatkan risiko untuk kanker dan aktivitas fisik merupakan

determinan utama dari pengeluaran energi akan mengurangi risiko

(Kritchevsky, D. Key TJ. 2003).

Faktor gaya hidup antara lain merokok, diet, konsumsi alcohol,

reproduksi (hamil, menyusui, umur pertama menstruasi, menopause),

obesitas dan kurangnya aktivitas fisik diduga sebagai kontributor utama per-

tumbuhan kanker. (Eichholzer-M. 1997) Beberapa faktor risiko penyakit

kanker antara lain; merokok dan faktor gaya hidup (khususnya konsumsi

sayur dan buah serta aktivitas fisik) merupakan faktor risiko kanker.

(Alberty, G. 2001). Hal ini diperjelas dengan per-nyataan Ray (2005) yang

mengatakan bahwa asupan buah dan sayur yang tinggi akan menurunkan

Page 3: tumor abdomen

3

risiko kanker/tumor. (Ray, A. 2005). Alkohol adalah faktor risiko untuk

tumor dan saluran pencemaan atas, kanker hati dan kanker co lonrectal,

jumlah sedikit (small amount) akan meningkatkan risiko kanker payudara.

(Sinagra D, et.al, 2002) Disamping itu total asupan lemak berkait an dengan

peningkatan penyakit kanker/tumor seperti payudara, colon dan prostat.

(Adebamowo CA, Ajayi, Adebamowo CA, and Ajayi. 2000) Faktor lain

yang berpengaruh adalah kesehatan mental. Orang dengan mental disorder

(khususnya yang berkaitan dengan masalah mood seperti depresi klinis dan

bipolar) akan meningkatkan risiko kejadian kanker pada usia muda. Pada

wanita 43 % dengan mental disorder akan menjadi sakit kanker kurang 2

tahun setelah didiagnosa menderita masalah dengan mood. (Davis, JL.

2005).

1.2 Metode penulisan

Dalam menyelesaikan penulisan laporan profesi penulis menggunakan

metode deskriptif. Metode ini melakukan pengumpulan data berdasarkan

masalah-masalah yang sedang terjadi pada saat waktu melaksakan

perawatan dan teknik pengumpulan datanya dengan beberapa cara yaitu :

1. Wawancara

Pengumpulan data dengan bertanya secara langsung pada pasien,

keluarga pasien, perawat, dokter atau tim kesehatan lain yang ikut

merawat pasien selama melakukan asuhan keperawatan.

2. Observasi

Metode pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung

terhadap pasien serta ikut dalam membina asuhan keperawatan.

3. Studi dokumentasi

Yaitu dengan cara menggunakan atau melihat catatan medis dan

laporan keperawatan.

4. Studi kepustakaan

Dengan mempelajari buku – buku atau literatur ynag berkaitan

dengan kasus pembuatan laporan komprehensif

Page 4: tumor abdomen

4

1.3 Sistematika penulisan

BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, metode penulisan,

sistematika penulisan, tujuan dan manfaat penulisan.

BAB II : Tinjauan teori yang meliputi, Definisi, Etiologi, Klasifikasi,

Kriteria Klinis, Patway, Diagnosa, dan Intervensi

keperawatan.

BAB III : Tinjuan kasus yang meliputi pengkajian data pasien, data

laboratorium, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi, evaluasi dan catatan

perkembangan.

BAB IV : Pembahasan

BAB V : Penutup

1.4 Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswi dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien

dengan kanker abdomen

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswi dapat mengetahui anatomi dan fisiologi

sistem pencernaan.

b. Mahasiswi dapat mengetahui pengertian, klasifikasi,

etiologi, manisfestasi, tanda dan gejala, phatway,

penatalaksanaan dari tumor abdomen.

c. Mahasiswi dapat menyusun analisa data pada pasien

tumor abdomen.

d. Mahasiswi dapat menyusun diagnosa keperawatan pada

pasien tumor abdomen.

e. Mahasiswi dapat melakukan implementasi keperawatan

pada pasien tumor abdomen.

Page 5: tumor abdomen

5

f. Mahasiswi dapat melakukan evaluasi keperawtan pada

pasien tumor abdomen.

g. Mahasiswi dapat melakukan pendokumentasian

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan

pada pasien tumor abdomen.

1.5 Manfaat

1.5.1 bagi ilmu pengetahuan

Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

sebagai bahan bacaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

keterampilan di bidang perawatan khususnya dalam melakukan

asuhan keperawatan pasien tumor abdomen.

1.5.2 bagi perawat

Bagi perawat atau sebagai tenaga kesehatan (keperawatan)

diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien

tumor abdomen. sehingga dapat mengurangi atau meminimalisir

masalah keperawatan yang mungkin terjadi.

1.5.3 bagi institusi pendidikan

Kepada institusi pendidikan diharapkan laporan ini dapat

memberi manfaat di bidang kepustakaan agar dapat dijadikan

referensi bagi mahasiswa / mahasiswi sehingga mahasiswa /

mahasiswi memperoleh gambaran tentang aplikasi asuhan

keperawatan pada pasien dengan tumor abdomen..

1.5.4 bagi lahan praktek atau rumah sakit

Laporan ini dapat dijadikan pedoman bagi pemberi

pelayanan kususnya rumah sakit. Demi kelancaran proses asuhan

keperawatan pada klien khususnya perawatan pada pasien dengan

tumor abdomen.

Page 6: tumor abdomen

6

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Berikut adalah susunan anatomi dan fisiologi sistem pencernaan manusia.

1. Mulut

Mulut atau orsis adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri

atas 2 bagian yaitu bagian luar yang senpit atau vestibula yaitu ruang di

antara gusi, gigi, bibir, dan pipi. Bagian rongga mulut bagian dalam

yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oeh tulang malsilaris, platum

dan mandibularis, di belakang bersambung dengan faring.

a) Gigi

Gigi dewasa berjumlah 32 yang terdiri dai gigi seri untuk

memotong makanan, gigi taring untuk memutuskan makanan yang

keras dan liat dan gigi geraham untuk menguyah makanan yang

sudah dipotong-potong.

b) Lidah

Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,

kerja otot lidah ini dapat digerakkan keseluruh arah. Fungsi lidah

itu sendiri yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai

alat pengecap, dan menelan, serta merasakan makanan.

c) Kelenjar ludah

Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang

bernama wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ludah ada dua yaitu

kelenjar submaksilaris dan subblingualis.

2. Faring

Merupakan organ berhubungan rongga mulut dengan

kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil

(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung

limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tekak terdiri dari

bagian superior ( bagian yang sama tinggi dengan hidung ) bagian

media ( bagian yang sama tinggi dengan laring ). Bagian superior di

Page 7: tumor abdomen

7

sebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang memghubungkan

tekak dengan ruang gendang telinga.

3. Esofagus

Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan

lambung panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk

kardiak di baeah lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar:

melingkar sirkuler, dan lapisan otot memanang longituginal. Esofgus

terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung, setelah

melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen

menyambung dengan lambung.

4. Lambung

Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat

mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung

terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus

melalui orifisium pirolok, terletak di bawah diafragma di depan

pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri funtus uteri.

Bagian lambung terdiri dari :

a) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di

sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.

b) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada

bagian bawah kurvatura minor.

c) Antrum pilorius, bagian lambung berbentuk tabung, mempunyai

otot yang tebal membentuk sfingter pilorius.

d) Kurvantura minor, terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang

dari osteum kardiak sampai ke pilorus.

e) Kurvantura mayor, terdapat lebih panjang dari kurvantura minor,

terbentang dari sisi kiri osteum melalui fundus vebtrikuli menuju

ke kanan sampai bagian atas kurvanturi mayor sampai ke limpa.

f) Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen

masuk ke lambung, pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

Page 8: tumor abdomen

8

Sekresi getah lambung mulai terjadi pada orang makan. Bila

melihat makanan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung

akan terangsang. Rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding

lambung melepaskan hormon yang di sebut getah lambung. Getah

lambung di halangi oleh sitem saraf simpatis yang dapat terjadi pada

waktu gangguan emosi seperti, arah dan rasa takut.

5. Usus halus

Usus halus atau intestium minor adalah bagian dari sistem

pencernaan makanan yang berpangkal pada piloris dan berakhir pada

sekum panjangnya 6m, merupakan saluran paling panjang tempat

proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari

lapisan usus halus ( lapisan mukosa [sebelah dalam], lapisan

pencernaan terdiri dari lapisan otot melingkar [m. Sirkuler], lapisan otot

memanjang [m. Longi tudinal] dan lapisan serosa [sebelah luar] ).

a) Duedenum

Duedenum di sebut juga usus 12 jari, panjangnya 25 cm,

berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini

terdapat pankreas. Pada bagian kanan deudenum terdapat selaput

lendir, yang membukit di sebut papila vateri yang bermuara di

saluran empedu. Dinding deudenum mempunyai lapisan mukosa

yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini di sebut Brunnern

berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.

b) Jejenum dan ileum

Jejenum dan ileum memiliki panjang sektar 6 meter. Dua perlima

sebagian atas adalah (jejenum) dengan panjang 23 meter dan

ileum dengan panjang 4-5 meter. Lekukan jejenum dam ileum

melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan

lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai

mesenterium.

6. Usus besar

Usus besar atau intestum mayor panjangnya 1,5 m lebarnya 5-6 cm.

Lapisan usus besar dari dalam ke luar: selaput lendir, lapisan otot

Page 9: tumor abdomen

9

melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar

adalah menyerap air dan makanan. Tempat tinggal bakteri koli, tempat

feces.

a) Sekum

Dibaeah sekum terdapat apendiks, vermiformis yang berbentuk

seperti cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh

peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai

mesintrium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang

yang masih hidup.

b) Kolon asendens

Pajangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebalah kanan.

Membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawa hati

melengkung ke kiri, lengkungan ini di sebut fleksura hepatika, di

lanjutkan sebagai kolon transversum.

c) Apendiks ( usus halus)

Bagian dari usus halus yang muncul seperti corong dari ujung

sekum, mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi

memungkinkan dapat di lewati oleh beberapa isi usus. Apendiks

tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam

rongga pelvis minor, terletak horizontal di belakang sekum.

Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi, kadang apendiks

beraksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan

peforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen.

d) Kolon trasversum

Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asendens sanapai

desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat

fleksura linealis.

e) Kolon desendens

Panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri

membujur dari atas ke bawah dan fleksura linealis sampai ke

depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.

f) Kolon sigmoid

Page 10: tumor abdomen

10

Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak

miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, berbentuk menyerupai

huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.

7. Rektum

Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan

intestinium mayor dam anus, terletak di dasar pelvis, dindingnnya di

perkuat oleh 3 sfingter :

a) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut

kehendak.

b) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.

c) Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut

kehendak. (Syaifuddin. 2003)

Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh bentuknya lonjong dan meluas

dari atas diafragma sampai pelvis di bawah. Anatomi rongga abdomen

Rongga abdomen di batasi oleh :

1) Atas : Diafragma

2) Bawah : Pelvis

3) Depan : Dinding depan abdomen

4) Leteral : Dinding lateral abddomen

5) Belakang : Dinding belakang abdomen serta tulang belakang.

Isi abdomen sebagian besar dari saluran pencernaan yaitu lambung,

usus halus, dan usus besar. Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan

yang dapat mekar paling banyak. Terletak di epigastrik, dan sebagian

sebelah kiri hipokhodriak dan umbilical. Lambung terletak di bawah

diafragma, di depan pankreas. Dan limpa menempel pada sebelah kiri

fundus.

Hati menempati bagian kanan atas terletak di bawah diafragma, dan

menutupi lambung bagian pertama usus halus, kandung empedu terletak di

dekat ujung pankreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dnding

posterior abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena cava interior,

reseptakulum khili dan sebagian dari saluran torasika terletak di dalam

Page 11: tumor abdomen

11

abdomen. Pembuluh limfe dan kelenjar, urat saraf, peritoneum dan lemak

juga di jumpai di dalam rongga ini. ( Evelyn Pearce, 2002)

Diafragma merupakan suatu kubah yang menonjol dalam ronga

toraks. Diafragma ini di turut dalam pernafasan. Pada insfirasi akan turun ke

bawah pada ekspirasi akan naik ke atas. Pada saat ekspirasi maksimal akan

berada setinggi kira-kira 4 garis pada midklavikularis, yang kurang lebih

sama dengan palpila mammae pada laki-laki.

Dengan demikian pada trauma toraks, baik tumpul maupun tajam,

bila di temukan sampai setinggi palpila mammae (pada laki-laki) harus

diwaspadai adanya trauma abdomen juga. Organ yang terlindungi dalam

pelvis adalah rektum, buli-buli dan uterus, dengan demikian organ yang

tidak terlindungi adalah usus halus dan sebagian besar kolon. Ke-2 ginjal

karen aletaknya yang di daerah belakang (dorsal) relatif terlindungi. Hepar

dan lien tidak mempunyai lumen atau solid, dan terutama pada ke-2 organ

ini akan menimbulkan perdarahan yang akan terkumpul dalam rongga

peritoneum. Keadaan ini di kenal dengan hemopertorium. Robekan juga

dapat menimbulkan perdarahan intra-peritonial.

Gaster, usus halus dan usus besar mempunyai lumen. Dengan

demikian bila terjadi perforasi, isinya akan tumpah dalam rongga

peritonium dan menimbulkan peritonitis. Bila yang masuk rongga

peritonium adalah asam lambung maka rangsangan kimia akan segera

menimbulkan gejala peritonitis, sedangkan bila yang masuk rongga

peritonium adalah isi usus halus atau kolon. Gejala yang timbul akan

lambat. ( Syaifuddin, 2003).

2.2 PENGERTIAN TUMOR ABDOMEN

Tumor merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-

sel yang tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan

jaringan di sekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma Budi 2001

). Tumor adalah : benjolan di sebabkan oleh pertumbuhan sel dengan

pertumbuhan yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000)

Page 12: tumor abdomen

12

Tumor Abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan

yang berbeda-beda, yang di sebabkan oleh sel tubuh yang mengalami

transformasi dan tumbuh secara uotonom lepas dari kendali pertumbuhan

sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dengan sel normal dalam bentuk

dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas dan dapat

meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena cava

interior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur

yang di bentuknya tetapi tidak menginvasinya. ( Elizabet. j. Corwin. 2000)

2.3 KLASIFIKASI

Klasifikasi tumor abdomen pada orang dewasa yaitu :- Tumor hepar

- Tumor limpa / lien

- Tumor lambung / usus halus

- Tumor colon

- Tumor ginjal (hipernefroma)

- Tumor pankreas

Klasifikasi tumor abdomen pada anak-anak :

- Tumor wilms (ginjal)

2.4 ETIOLOGI

Penyebab neoplasi umumnya bersifat multifaktorial. Beberapa

faktor yang dianggap sebagai penyebab neoplasi antara lain meliputi bahan

kimiawi, fisik, virus, parasit, inflamasi kronik, genetik, hormon, gaya

hidup, serta penurunan imunitaws. Penyebab terjadinya tumor karena

terjadinya pembelahan sel yang abnormal. Perbedaan sifat sel tumor

tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi

autonominya dalam pertumbuhan, kemampuannya mengadakan infiltrasi

dan menyebabkan metastasis.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara

lain:

1. Karsinogen

a. Kimiawi

Page 13: tumor abdomen

13

Bahan kimia dapat berpengrauh langsung (karsinogen) atau

memerlukan aktivasi terlebih dahulu (ko-karsinogen) untuk

menimbulkan neoplasi. Bahan kimia ini dapat merupakan bahan

alami atau bahan sintetik/semisintetik. Benzopire suatu pencemar

lingkungan yang terdapat di mana saja, berasal dari pembakaran tak

sempurna pada mesin mobil dan atau mesin lain (jelaga dan ter) dan

terkenal sebagai suatu karsinogen bagi hewan maupun manusia.

Berbagai karsinogen lain antara lain nikel arsen, aflatoksin,

vinilklorida. Salah satu jenis benzo (a) piren, yakni, hidrokarbon

aromatik polisiklik (PAH), yang banyak ditemukan di dalam

makanana yang dibakar menggunakan arang menimbulkan

kerusakan DNA sehingga menyebabkan neoplasia usus, payudara

atau prostat.

b. Fisik

Radiasi gelombang radioaktif seirng menyebabkan keganasan.

Sumber radiasi lain adalah pajanan ultraviolet yang diperkirakan

bertambah besar dengan hilangnya lapisan ozon pada muka bumi

bagian selatan. Iritasi kronis pada mukosa yang disebabkan oleh

bahan korosif atau penyakit tertentu juga bisa menyebabkan

terjadinya neoplasia.

c. Viral

Dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jenis asam

ribonukleatnya; virus DNA serta RNA. Virus DNA yang sering

dihubungkan dengan kanker antara human papiloma virus (HPV),

Epstein-Barr virus (EPV), hepatiti B virus (HBV), dan hepatitis C

virus (HCV). Virus RNA yang karsonogenik adalah human T-cell

leukemia virus I (HTLV-I) .

2. Hormon

Hormon dapat merupakan promoter kegananasan.

3. Faktor gaya hidup

Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan- makanan

yang kurang berserat. Asupan kalori berlebihan, terutama yang berasal

Page 14: tumor abdomen

14

dari lemak binatang, dan kebiasaan makan makanan kurang serat

meningkatkan risiko berbagai keganasan, seperti karsinoma payudara

dan karsinoma kolon.

4. Parasit

Parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma

planoseluler. Genetik, infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat.

5. Obstruksi mekanis : seperti pada volvulus, hernia atau pelengketan.

Adapun penyebab tumor abdomen akut :

1. Kelainan traktus gastrointestinal : nyeri non-spesifik, appendicitis,

infeksi usus halus dan usus besar, hernia strangulate, perforasi ulkus

peptic, perforasi usus, diverticulitis meckel, sindrom boerhaeve,

kelainan inflamasi usus, indrom Mallory weiss, gatroienteritis,

gastritis akut, adenitis mesenterika.

2. Kelainan pancreas : pancreatitis akut.

3. Kelainan traktus urinarius : kolik renal atau ureteral, pielonefritis akut,

sistisis akut, infark renal.

4. Kelainan hati, limpa, dan traktus biliaris : kolestitisis akut kolangitis

akut, abses hati, ruptur tumor hepar ruptur spontan limpa, kolik bilier,

hepatitis akut.

5. Kelainan ginekologi : kehamilan ektopik terganggu, tumor ovarium,

salpingitis akut, dismenorea, endometriosis.

6. Kelainan vaskuler : ruptur aneurisma aorta dan visceral, iskemia kilitis

akut, trombosis mesenterika.

7. Kelainan peritoneal : abses intraabdomen, peritonitis primer,

peritonitis TBC.

8. Kelainan retroperitoneal : perdarahan retroperitoneal.

( Ibnu Zainal Ar-rosyad, 2010 )

2.5 MANISFESTASI KLINIS

Kanker dini sering kali tidak memberikan keluhan spesifik atau

menunjukan tanda selama beberapa tahun. Umumnya penderita merasa

sehat, tidak nyeri dan tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan sehari-

Page 15: tumor abdomen

15

hari. Pemeriksaan darah atau pemeriksaan penunjang umumnya juga tidak

menunjukkan kelainan.

Oleh karena itu, American Cancer Society telah mengeluarkan

peringatan tentang tanda dan gejala yang mungkin disebabkan kanker.

Tanda ini disebut “7-danfer warning signals CAUTION”. Yayasan Kanker

Indonesia menggunakan akronim WASPADA sebagai tanda bahaya

keganasan yang perlu dicuraigai.

Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk

dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika

mulai mendesak jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sifat

rongga tumor abdomen yang longgar dan sangat fleksibel. Tumor

abdomen bila telah terdeteksi harus mendapat penanganan khusus.

Bahkan, bila perlu dilakukan pemantauan disertai dukungan pemeriksaan

secara intensif. Bila demikian, pengangkatan dapat dilakukan sedini

mungkin.

Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah perut

tampak membuncit dan mengeras. Jika positif, harus dilakukan

pemeriksaan fisik dengan hati-hati dan lembut untuk menghindari trauma

berlebihan yang dapat mempermudah terjadinya tumor pecah ataupun

metastasis. Dengan demikian mudah ditentukan pula apakah letak

tumornya intraperitoneal atau retroperitoneal. Tumor yang terlalu besar

sulit menentukan letak tumor secara pasti. Demikian pula bila tumor yang

berasal dari rongga pelvis yang telah mendesak ke rongga abdomen.

C = Change in bowel or bladder habit

A = a sore that does not heal

U = unusual bleding or discharge

T = thickening in breast or elsewhere

I = indigestion or difficultO = obvious change in wart or mole

N = nagging cough or hoarseness

Page 16: tumor abdomen

16

Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan, seperti

pemeriksaan darah tepi, laju endap darah untuk menentukan tumor ganas

atau tidak. Kemudian mengecek apakah tumor telah mengganggu sistem

hematopoiesis, seperti pendarahan intra tumor atau metastasis ke sumsum

tulang dan melakukan pemeriksaan USG atau pemeriksaan lainnya.

2.6 TANDA DAN GEJALA

1. Hiperplasia.

2. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras.

3. Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila

tumor berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat

elastis kenyal atau lunak.

4. Kadang tampak Hipervaskulari di sekitar tumor.

5. Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.

6. Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa.

7. Konstipasi.

8. Nyeri.

9. Anoreksia, mual, lesu.

10. Penurunan berat badan.

11. Pendarahan.

Page 17: tumor abdomen

17

Karsinogen, Hormon, Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makanmakanan yang kurang berserat, Parasit, Genetic, Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap

obet-obatan.

Metaplasia sel

Neoplasia sel

Displasia sel

Diferensiasi sel-sel epitel

Perubahan struktur sel dan fungsi sel-sel normal

Aktivitas regenerasi sel meningkat

TUMOR ABDOMEN

Masa feses keras

Obstruksi lumen

Penumpukan massa

Pembesaran pada daerahabdomen

Distensi abdomen

Tindakan pembedahan, biopsy

Luka insisi

Pelepasan mediator nyeri (histamine,prostaglandin, bradikinin, serotonin, dll)

Ditangkap reseptor nyeri perifer

Implus ke otak

Presepsi nyeri

Nyeri akut

Menekan gaster dandidnding pernafasan

Ketidakefektifan polanafas

Port de entrykuman

Resikoinfeksi

Kurang terpaparinformasi

Kurangpengetahuan

Menekan gaster

Peningkatan produksiHCL

Mual, muntah

Ketidakseimbangannutrisi

Deficit perawatan diri

2.7 PATHWAY

Page 18: tumor abdomen

18

2.8 KOMLIKASI

Komplikais yang dapat timbul akibat tumor yaitu

a. Metastase

b. Prognosis buruk

2.9 PENATALAKSANAAN

a) Pembedahan

Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya

gastereksoni subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan

maupun paliasi. Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak

ada bukti matastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau

seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus menjalani prosedur

kuratif atau faliatif. Konflikasi yang berkaitan dengan tindakan adalah

injeksi, pendarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.(Smeltzer,

Suzanne C.2001).

b) Radioterapi

Penggunaan partikel energi tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam

pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA

sel tumor. Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah

ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.

c) Kemoterapi

Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk

reseksi tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada

kombinasi dengan terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses

pembelahan, tumor dengan fraksi pembelahan yang tinggi ditangani

lebih efektif dengan kemoterapi.

d) Bioterapi.

Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat

untuk kanker dengan menstimulasi system imun (biologic response

modifiers/BRM) berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi

koloni, interferon, interleukin. (Danielle Gale. 2000).

2.10 TES DIAGNOSTIK

Page 19: tumor abdomen

19

Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi

meliputi:

1) Marer tumor

Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang

dibentuk oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.

2) Pencitraan resonansi magnetic (MRI)

Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi radio untuk

menghasilkan gambaran berbagai struktur tubuh.

3) CT Scan

Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk meminai

susunan lapisan jaringan untuk memberikan pandangan potongan

melintang.

4) Flouroskopi

Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan ketebalan antar

jaringan, dapat mencakup penggunaan bahan kontras.

5) Ultrasound

Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer

penerima, digunakan untuk mengkaji jaringan yang dalam didalam

tubuh.

6) Endoskopi

Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan

memasukkan suatu kedalam rongga tubuh atau ostium tubuh,

memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan, aspirasi dan eksisi

tumor yang kecil.

7) Pencitraan kedokteran nuklir

8) Menggunakan suntikn intravena atau menelan bahan radiosisotope

yang diikuti dengan pencitraan yang menkaji tempat berkumpulnya

radioisotope.(Smeltzer, Suzanne C.2001).

Page 20: tumor abdomen

20

2.11 PEMERIKSAAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR ABDOMEN

Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan. Pemeriksaan

darah tepi dan laju endap darah masih tetap diperlukan untuk menentukan

apakah tumor tersebut memang ganas dan apakah tumor telah

mengganggu sistem hematopoiesis, seperti perdarahan intra tumor atau

metastasis ke sumsum tulang dan lain-lain. Kemudian dilakukan

pemeriksaan foto polos abdomen dan khusus untuk tumor retroperitoneal

diperlukan pemeriksaan pielografi intravena.

Pemeriksaan ultrasonografi dan atau CT-scan dilakukan sesuai

sarana dan prasarana. Adakalanya pemeriksaan ini juga dapat membantu

menentukan tumor itu ganas, yaitu bila ditemukan tidak adanya batas

antara tumor dan jaringan sekitarnya yang berarti tumor telah melakukan

penyusupan atau mengadakan destruksi jaringan sekitarnya atau adanya

pembesaran kelenjar getah bening dan metastasis di tempat lain.

Untuk tumor yang diketahui menghasilkan produk metabolit tertentu atau

marker, perlu diperiksa kadarnya, sebaiknya sebelum dilakukan

pengobatan untuk menunjang diagnosis. Pemeriksaaan ini diulang secara

berkala untuk menilai keberhasilan pengobatan dan kemungkinan residif.

Selanjutnya penderita dipersiapkan sebaik-baiknya untuk menjalani

laparatomi eksplorasi. Saat itu ditentukan apakah tumor dapat diangkat

seluruhnya atau sebagian atau hanya dapat dilakukan biopsi. Keterangan

ini diperlukan untuk tindakan selanjutnya. Bila tumor dapat diangkat

seluruhnya maka stadium tetap, tetapi bila tumor hanya dapat diangkat

sebagian (debulking) atau tumor pecah selama operasi (spill), maka

stadium dinaikkan setingkat.

Untuk tumor yang hanya dapat dibiopsi, biasanya dilanjutkan dengan

kemoterapi atau radiasi dahulu dan setelah tumor mengecil dilakukan re-

laparatomi. Salah satu pemeriksaanyan adalah:

1) Anamnesis

Pada anamnesis penderita dengan gawat abdomen ditanya

terlebih dahulu permulaan nyerinya (kapan mulai, mendadak atau

berangsur), letaknya (menetap, pindah atau beralih), keparahannya

Page 21: tumor abdomen

21

dan sifatnya (seperti ditusuk, tekanan, terbakar, irisan, bersifat

kolik), perubahannya (bandingkan dengan permulaan), lamanya,

apakah berkala, dan faktor apakah yang mempengaruhinya (adakah

yang memperingan atau memberatkan seperti sikap tubuh, makanan,

minuman, nafas dalam, batuk, bersin, defekasi, miksi).

Harus ditanyakan apakah pasien pernah nyeri seperti ini.

Muntah sering ditemukan pada penderita gawat perut. Pada obstruksi

usus tinggi muntah tidak akan berhenti, malahan biasanya bertambah

hebat. Sembelit (konstipasi) didapatkan pada obstruksi usus besar

dan pada peritonitis umum.

Nyeri tekan didapatkan pada letak iritasi peritonium. Jika ada

peradangan peritonium setempat ditemukan tanda rangsang

peritonium yang sering disertai defans muskuler. Pertanyaan

mengenai defekasi, miksi, daur menstruasi dan gejala lain seperti

keadaan sebelum diserang tanda gawat perut, harus dimasukkan

dalam anamnesis.

2) Pemeriksaan Fisik

Langkah pemeriksaan fisik penderita gawat perut :

a) Umum:

inspeksi umum

tanda sistemik

suhu badan (rektal dan aksiler)

b) Abdomen:

Inspeksi:

o Perut yang distensi dengan bekas operasi dapat

memberikan petunjuk adanya perlengketan usus.

o Abdomen yang berkontraksi di daerah skafoid terjadi

pada pasien perforasi ulkus.

o Peristaltik usus yang terlihat pada pasien yang kurus

menunjukkan adanya obstruksi usus.

Page 22: tumor abdomen

22

c) Auskultasi:

Bising usus yang meningkat dengan kolik terdengar pada

pasien obstruksi usus halus bagian tengah dan awal

pankreatitis akut. Suara tersebut berbeda dengan bising

hiperperistaltik bernada tinggi yang tidak berhubungan

dengan nyeri tekan pada gastroenteritis, disentri, dan kolitis

ulseratif fulminan.

Bising usus yang menurun, kecuali suara yang tidak teratur

atau lemah, menandakan terjadinya obstruksi atau peritonitis

difus.

Nyeri batuk:

Pasien diminta untuk batuk dan menunjukkan daerah yang

paling nyeri. Iritasi peritonel dapat diyakinkan dengan

pemeriksaan ini tanpa harus menimbulkan nyeri pada pasien

untuk mencari nyeri lepas. Tidak seperti nyeri parietal pada

peritonitis, kolik adalah nyeri viseral dan jarang diperberat

dengan inspirasi dalam atau batuk.

d) Perkusi:

Terdapatnya nyeri pada perkusi yang berlokasi sama dengan

nyeri lepas, menunjukkan iritasi peritoneal dan nyeri parietal.

Pada perforasi, udara bebas akan berkumpul di bawah

diafragma dan menghilangkan pekak hati.

Timpani di sekitar garis tengah pada abdomen yang distensi

menunjukkan adanya udara yang terperangkap pada usus

yang berdistensi.

Cairan bebas dalam peritoneal dapat ditemukan dengan

shifting dullness positif.

e) Palpasi: Nyeri yang menunjukkan adanya inflamasi peritoneal

mungkin adalah hal terpenting yang ditemukan pada pasien

dengan abdomen akut.

Nyeri berbatas tegas ditemui pada kolesistitis akut,

apendisitis, divertikulitis dan salpingitis akut.

Page 23: tumor abdomen

23

Bila ada nyeri difus tanpa penekanan harus dicurigai adanya

gastroenteritis atau proses inflamasi usus tanpa peritonitis

lainnya.

Massa intraabdomen kadang-kadang ditemukan dengan

melakukan palpasi dalam. Lesi superfisial, seperti kantung

empedu yang membengkak atau abses apendiks sering

menimbulkan nyeri dengan batas tegas. Dengan tanda

Murphy (palpasi pada daerah subkostal kanan pada saat

pasien melakukan inspirasi dalam) dapat ditemukan adanya

radang akut kantung empedu.

Tanda illiopsoas : paha diekstensikan secara pasif atau secara

aktif melawan tahanan. Uji ini positif pada abses di daerah

psoas yang berasal dari abses perinefrik atau perforasi

penyakit Crohn.

Tanda obturator : nyeri pada tungkai fleksi saat dilakukan

rotasi internal atau eksternal.

Nyeri ketok di bawah iga menunjukkan adanya inflamasi

pada diafragma, hepar, limpa, atau jaringan penunjangnya.

Nyeri pada sudut kostovertebral sering terjadi pada

pielonefritis akut.

- Pemeriksaan cincin inguinal dan femoral.

- Pemeriksaan colok dubur.

Tanda pemeriksaan fisik pada berbagai gambaran gawat perut :

Keadaan Tanda klinik penting awal perforasi saluran cerna

atau saluran lain perut tampak cekung, tegang; bunyi usus kurang

aktif, pekak hati hilang, nyeri tekan, defans muskuler

Peritonitis Penderita tidak bergerak, bunyi usus hilang, nyeri

batuk, nyeri gerak, nyeri lepas, defans muskuler, tanda infeksi

umum, keadaan umum merosot. Massa infeksi atau abses Massa

nyeri (abdomen, pelvik, rektal), nyeri tinju, uji lokal (psoas),

tanda umum radang.

Page 24: tumor abdomen

24

Obstruksi usus Distensi perut; peristalsis hebat (kolik usus)

yang tampak dinding perut terdengar (borborigmi), dan terasa

(oleh penderita yang bergerak); tidak ada rangsangan peritoneum

Ileus paralitik Distensi, bunyi peristalsis kurang atau hilang, tidak

ada nyeri tekan lokal.

Iskemia/strangulasi Distensi tidak jelas (lama), bunyi usus

mungkin ada, nyeri hebat sekali, nyeri tekan kurang jelas, jika

kena usus mungkin keluar darah dari rektum, tanda toksis

Perdarahan Pucat, syok, mungkin distensi, berdenyut jika

aneurisma aorta, nyeri tekan lokal pada kehamilan ektopik, cairan

bebas (pekak geser), anemia

2.12. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL

Pre operasi

a) Ansietas b/d perubahan status kesehatan

b) Nyeri (akut) b/d adanya benjolan pada abdomen

c) Resiko tinggi terhadap diare b/d koping yang tidak adekuat

d) Kurang pengetahuan tentang pengobata b/d kurangnya informasi.

Post operasi

a) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d tindakan

pembedahan

b) Nyeri b/d terputusnya kontunuitas jarinagn akibat tindakan operasi

c) Resiko infeksi b/d adanya luka opersai

d) Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake yang tidk adekuat

e) Kerusakan integritas kuit/jaringan b/d insisi bedah

Page 25: tumor abdomen

25

BAB 3

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.H

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

I. PENGKAJIAN

1. Tanggal pengkajian : 25 November 2014

2. Jam : 08.10 WIB

3. Oleh : Sella Mentari

A. IDENTITAS

a. Pasien

1. Nama : Nn. H.

2. TT lahir/usia : 15 tahun

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Status perkawinan :Belum menikah

6. Pendidikan : SMA

7. Pekerjaan : Pelajar

8. Suku/bangsa : Jawa /Indonesia

9. Alamat : Taman Buah 1 kutabumi Blok D2 no 14 Rt

005/013 Pasar Kemis-Tangerang

10. Tgl masuk RS : 04 November 2014

11. Nomor RM/CM : 14323901

12. Ruangan : Mawar

13. Diagnosa medis : Tumor abdomen

b. Keluarga / penaggung jawab

1. Nama : Tn. S

2. Umur : 50 tahun

3. Pendidikan : SMA

Page 26: tumor abdomen

26

4. Pekerjaan : Pegawai swasta

5. Hub.dengan pasien : Ayah

6. Alamat : Taman Buah 1 kutabumi Blok D2 no 14 Rt

005/013 Pasar Kemis-Tangerang

B. RIWAYAT KESEHATAN

a. Kesehatan pasien

1. Riwayat kesehatan sekarang

a. Keluhan utama : klien mengatakan nyeri pada daerah perut

b. Riwayat penyakit sekarang

Saat klien dirawat klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen, klien

terlihat selalu mengelus daerah perut klien dan terlihat meringis. Tampak

ada luka post operasi pada daerah abdomen, dengan panjang luka insisi

±5-6 cm. klien mengatakan sesak, klien mengatakan perutnya terasa

penuh. Tampak perut membesar lingkar perut ± 47 cm.. Klien mengatakan

nyeri seperti ditusuk- tusuk nyeri yang dirasakan diberikan nilai 5 jika

dalam skala 1-10 apabila sakitnya timbul. Lamanya nyeri saat timbul ± 10

menit. Klien terlihat meringis. klien mengatakan terasa nyeri secara tiba-

tiba. Saat nyeri datang klien mengatakan hanya dapat menahan nyerinya

saja, dengan mengaduh atau merintih. terlihat klien tampak meringis saat

nyeri terasa dan melindungi darah yang nyeri.

2. Riwayat kesehatan yang lalu

Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit seperti ini

sebelumnya, klien mengatakan sebelum masuk RS klien mengeluh perut

terasa penuh, dan terasa mual. Klien mengatakan sebelum dibawa ke Rs

Umum kab. Tangerang klien sempat dirawat di Rs. Medika selama 1 minggu.

Selama ini klien mengatakan tidak ada riwayat alergi. Ibu klien mengatakan

imunisasi yang dijalankannya saat kecil sudah dilakukan semua.

b. Kesehatan keluarga

Nenek klien mengatakan anggota keluarganya tidak memiliki penyakit

keturunan seperti DM, hipertensi maupun jantung dan nene klien

Page 27: tumor abdomen

27

mengatakan bahwa kakaknya dahulu pernah mengalami hal yang sama

seperti Nn. H. yang kini telah meninggal akibat penyakit yang dialami.

C. POLA KEBIJAKSANAAN PASIEN

1. Aspek fisik, biologis

a. Sebelum sakit

1. Frekuensi makan :

klien mengatakan sebelum sakit klien selalu makan 3 kali sehari sesuai

jadwal di pesantrennya. Namun tidak selalu habis dalam satu porsi

2. Makanan pokok :

nasi, dan lauk

3. Makanan yang disukai/tidak disukai :

klien mengatakan tidak Menyukai sayuran

4. Makanan pantangan :

klien mengatakan tidak ada makanan pantangan

5. Nafsu makan :

klien mengatakan makan saat terasa lapar.

6. Alergi makanan/minuman :

klien mengatakan tidak ada riwayat alergi pada makanan atau minum.

b. Selama sakit :

1. Apakah pasien merasa mual, muntah (frekuensi, jenis) :

klien mengatakan kadang terasa mual sampai muntah.

2. Nafsu makan :

klien mengatakan nafsu makan berkurang saat dirawat di RS

3. Ada gangguang mengunyah :

klien mnegatakan tidak ada gangguan dalam mengunyah

Sonde terpasang : tidak ada

Page 28: tumor abdomen

28

2. Pola eliminasi

a. Sebelum sakit

Buang air besar

1. Frekuensi : klien mengatakan BAB tidak menentu .

2. Waktu : klien mengatakan waktu BAB tidak menentu.

3. Warna : klien mengatakan feaces berwarna kuning

4. Konsistensi : pekat dan lembek

5. Penggunan pencahar : klien mengatakan tidak pernah mengguanakan

obat pencahar

Buang air kecil

1. Frekuensi : klien mengatakan dalam sehari bisa 7 kali kali untuk BAK

2. Warna : klien mengatakan warna urin yang keluar kuning tidak keruh

3. Bau : klien mengatakan kencingnya tidak berbau.

b. Selama sakit

Buang air besar : klien mengatakan klien sudah BAB, dan terpasang

pempers

1. Frekuensi : klien mengatakan saat sakit BAB bisa 4-5 hari sekali.

2. Waktu : pagi hari

3. Warna : kuning

4. Pendarahan : klien mengatakan tidak ada pendarahan saat BAB

5. Konsistensi : pekat

6. Kesulitan : klien mengatakan klien kesulitan BAB karena terganggu

dengan rasa nyeri ditangannya.

Buang air kecil

1. Frekuensi : terpasang selang kateter

2. Waktu : -

3. Warna : kuning

4. Bau : tidak berbau

5. Kesulitan : tidak ada

6. Alat bantu BAK : selang kateter

7. Jumlah : 200 cc pada saat pengkajian

Page 29: tumor abdomen

29

3. Pola istirahat tidur

a. Sebelum sakit

1. Saat tidur : klien mengatakan selalu tidur pukul 22.00

sesuai jadwal di pondok pesantren sebelum

sakit.

2. Lama tidur : klien mengatakan selalu tidur selama 5-6 jam

3. Kebiasaan pengantar tidur : klien mengatakan tidak ada kebiasaan

sebelum tidur

4. Kesulitan tidur

- Menjelang tidur : klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam

tidur

- Saat tidur : tidak ada

5. Penggunaan obat tidur :klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi

obat tidur

b. Selama sakit setelah pembedahan

1. Saat tidur : selama dirumah sakit klien mengatakan sulit

tidur karena tidak nyaman dengan suasana

rumah sakit, dank lien merasa terganggu saat

merasakan nyeri.

2. Lama tidur : klien tidur malam hanya 4 – 5 jam dan

kadang-kadang tidur siang 30 menit

3. Kebiasaan pengantar tidur : klien mengatakan tidak ada kebiasaan seblum

tidur selama sakit

4. Kesulitan tidur : klien mengatakan kesulitan tidur saat merasa

nyeri atau sesak.

- Menjelang tidur : -

- Saat tidur : -

5. Penggunaan obat tidur : tidak ada

4. Pola aktifitas latihan

a. Pola bekerja

- Jenis :klien mengatakan sehari-hari klien hanya mengikuti jawal

di pesantrenen. Dimulai dari subuh untuk melakukan

Page 30: tumor abdomen

30

ibadah, kemudian aktivitas belajar,dan ibadah yang

dilaksanakan di pesantrennya.

- Lamanya kerja : klien mengatakan kegiatan pesantren dimulai dari

sebelum adzan subuh berkumandang, lamanya kegiatan

pesantren selamasatu hari ± 12 jam berakhir sampai solat

isa,

- Waktu kerja :

b. Olah raga

- Jenis : klien mengatakan selalu mengikuti pelajaran olah

raga saat dipesantren.

- Frekuensi : -

c. Kegiatan dan waktu luang : berkumpul dengan teman-teman satu kamar.

d. Kesulitan/keluhan : saat ini klien mengatakan masih nyeri dengan luka

operasinya. Klien masi suka terasa sesak, terasa penuh pada daerah abdomen.

5. Pola personal hygiene

a. Mandi : klien mengatakan baru 1 kali mandi selama dirawat di RS.

b. Kuku : panjang, kotor

c. Genetalia : kotor

d. Rambut : panjang sebahu, berminyak, tercium bau yang tidak sedap,

dan terasa lengket

e. Sikat gigi : 1 kali perhari, bersih dibantu

6. Aspek psikososial

1. Ekspresi wajah :klien terlihat meringis untuk menahan sakit saat

dikaji, terkadang klien selalu mengaduh saat sakit

terasa dan terlihat selalu mengelus daerah perutnya.

2. Sikap :klien terlihat melindungi daerah abdomennya yang

sakit saat nyeri terasa.

3. Komunikasi : jelas, relevan : ya

4. Mengekspresikan : ya, mampu mengerti orang lain : ya

Page 31: tumor abdomen

31

5. Pengetahuan persepsi

terhadap penyakit : klien mengatakan kurang mengetahui

tentang penyakitnya, klien mengatakan tidak

mengetahui asal muasal penyakitnya.

6. Pengambilan

keputusan :dibantu orang lain, sebutkan : orang tua

7. Hal yang saat ini

dipikirkan : klien mengatakan ingin segera pulang, dan lekas

sembuuh dari sakitnya, agar dapat beraktifitas

seperti sedia kala.

8. Harapan setelah

menjalani perawatan : klien mengatakan ingin segera pulih dari sakitnya

dan berharap tidak terluang kembali masalahnya.

9. Perubahan yang

dirasakan setelah sakit: klien mengatakan kesulitan dalam beraktivitas.

Karena rasa nyeri di daera abdomennya, klien

belum bisa duduk karena perutnya yang

membesar dan terdapat luka post operasi.

10. Temapat tinggal : bersama orang orang tua

11. Kehidupan kelurga :adat istiadat yang dianut : klien mengatakan

keluarganya menganut adat istiadat jawa

- Pembuat keputusan dalam keluarga : klien mengatakan yang

paling berperan untuk mengambil keputusan adalah ayahnya .

- pola komunikasi : klien mengatakan pola

komunikasi dalam keluarganya adalah 2 arah.

- Dalam keluarga Keuangan : memadai

12. Apa yang dilakukan perawat agar anda aman dan nyaman ? klien

mengatakan dengan cara diberikan perawatan di rumah sakit klien

merasa sedikit tenang dalam menghadapi sakitnya.

13. Apa yang dilakukan saat strees : klien mengatakan saat klien

memiliki masalah klien selalu bilang kepada ibunya untuk berbagi

pengalaman dengan ibunya.

Page 32: tumor abdomen

32

7. Aspek spritual

1. Apa/siapa sumber kekuatan : klien mengatakan sepeunuhnya percaya

terhadap apa yang telah dikehendaki allah.

2. Apakah tuhan, agama, kepercayaan penting untuk anda ? klien

mengatakan sebuah kepercayaan dalam agama merupakan hal yang

penting .

3. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi)

Sebutkan : klien mengatakan selalu melakukan sembahyang 5 waktu dan

mengikuti kegiatan keagamaan selama di pesantren.

4. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama dirumah,

sebutkan : tadarusan,melakukan sholat 5 waktu

D. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum

1. Kesadaran : compos mentis

2. Status gizi : baik

3. Tanda- tanda vital : 130/90, RR 15 x/mennit, N: 100 x /menit

b. Pemeriksaan sistematis

1. System penginderaan :

a) Penglihatan : konjungtiva terlihat anemis, sclera tidak ikterik, reflek

cahaya +, distribusi kedua alis merata, klien tidak mengguanakan alat

bantu penglihatan. (kacamata, soft lens) tidak ada masa, tidak ada nyeri

tekan.

b) Penciuman : fungsi penciuman baik ditandai dengan klien dapat

membedakan aroma kopi dan minyak kayu putih

c) Pendengaran : klien tidak mengguanakan alat bantu dengar, tidak

terdapat serumen, tidak terdapat nyeri tekan, pendengaran baik detandai

dengan klien dapat menjawab semua pertanyaan tanpa harus diulang dan

hasil yang baik dengan tes weber dan swabah

d) Penegcapan : fungsi penegcapan baik, klien dapat memebdakan rasa

manis, asem, asin dan pait.

Page 33: tumor abdomen

33

e) Peraba : klien dapat merasakan sentuhan ketika disentuh dan dapat

membedakan halus, kasar, dan tajam. Pada daerah tangan sebelah kiri

klien mengarakan adanya perubahan sensasi.

2. System pernafasan : mukosa hidung merah muda, lubang hidung simetris,

tidak terdapat lesi di hidung, polip (-), sianosis (-), tidak ada nyeri tekan pada

daerah sinus, tidak ada lesi di leher, tidak ada nyeri tekan pada daerah dada

dan leher, bentuk dada simetris, bunyi nafas vesikuler. Klien mengatakan

tidak ada sesak

3. System pencernaan : keadaan bibir simetris, bibir terlihat kering, dan pucat

lidah berwarna merah muda, tidak terpasang NGT, tidak ada pembesaran

hepar, terdapat luka post operasi, panjang ± 6 cm, perut terlihat membesar,

4. System kardiovaskuler : tidak ada peningkatan vena jugularis, CRT kembali

± 2 detik, bunyi perkusi dullness, tidak ada bunyi tambahan, irama jantung

regular.

5. System urinaria : tidak ada keluhan sakit saat BAK, terpasang selang

kateter, volume urin saat dikaji 200cc

6. System endokrin : pada saat dilakukan palpasi tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid, tremor (-), tidak ada gigantisme

7. System ektremitas atas dan bawah : tidak ada hambatan saat menggerakan

daerah tangan kiri dan kanan. terpasang infus pada lengan sebelah kiri.

Kekuatan otot maksimal, reflek humer positif.

8. system reproduksi : klien mengatakan pertama haid pada usia 14 tahun,

klien mengatakan nyeri haid pada hari pertama.

9. system integument : warna kulit kuning langsat, keadaan kulit kepala sedikit

berminyak, distribusi rambut merata, terdapat lesi pada dengkul sebelah kiri.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- USG abdomen yang dilakukan sebelum operasi, tampak masa besar di darah

abdomen atas, di anterior aorta, masa dengan echoheterogen (isodens,

hipodens, hiperdens) masa tidak ada hubungan dengan hepar, lien, tampak

cairan bebas di daerah parametrium.

- Hasil lab pada tanggal 26 november 2014 kimia (fungsi hati)

Page 34: tumor abdomen

34

- protein 5.9 g/dl nilai normal 6-8,

- albumin 2.9 g/dl nilai normal 3,4-4,8

- globulin 3,0 g/dl nilai normal 1.5-3

- hasil lab Darah Perifer Lengkap

- Hemoglobin 10.39 g/dl

- Leukosit 18.3 10³/µl

- Hematokrit 32%

- Trombosit 462 10³/µl

- Gds 96 mg/dl

F. PENGOBATAN YANG DIBERIKAN

a. pantoprazole

b. Ondansentron

c. Keterolac 30mg/8 jam

d. Ceftriaxone 1g/12 jam

II. ANALISA KEPERAWATAN DAN DIAGNOSA

ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah

1

DS:

- Klien mengatakan

nyeri pada daerah

abdomen

- Klien mengatakan

skala nyeri 4 dari 1-10

- Klien mengatakan

nyeri seperti ditusuk-

tusuk,

- Klien mengatakan

nyeri bisa dirasakan

selama 10 menit

Karsinogen, Hormon, Gaya hidup,kelebihan nutrisi khususnya lemak

dan kebiasaan makan makanan yangkurang berserat, Parasit, Genetic,Infeksi, trauma, hipersensitivitas

terhadap obet-obatan.

Metaplasia sel

Neoplasia sel

Displasia sel

Diferensiasi sel-sel epitel

Perubahan struktur sel dan fungsisel-sel normal

Nyeri akut

Page 35: tumor abdomen

35

- Klien mengatakan

nyeri hilang timbul

DO:

- klien tampak meringis

- klien tampak terlihat

selalu mengelus daerah

abdomennya

- terlihat luka post operasi

di daerah abdomen

dengan panjang 6 cm

Aktivitas regenerasi sel meningkat

TUMOR ABDOMEN

Masa feses keras

Obstruksi lumen

Penumpukan massa

Pembesaran pada daerah abdomen

Distensi abdomen

Tindakan pembedahan, biopsy

Luka insisi

Pelepasan mediator nyeri (histamine,

prostaglandin, bradikinin, serotonin,

dll)

Ditangkap reseptor nyeri perifer

Implus ke otak

Presepsi nyeri

Nyeri

2

DS:

- klien mengatakan sesak

- klien mengatakan

perutnya terasa penuh

Karsinogen, Hormon, Gaya hidup,kelebihan nutrisi khususnya lemak

dan kebiasaan makan makanan yangkurang berserat, Parasit, Genetic,Infeksi, trauma, hipersensitivitas

terhadap obet-obatan.

Metaplasia sel

Ketidakefektivan pola

nafas

Page 36: tumor abdomen

36

DO:

- RR 15x/menit

- N 100x/menit

- TD 130/90

- Klien tampak letih

- Klien tampak sesak

Neoplasia sel

Displasia sel

Diferensiasi sel-sel epitel

Perubahan struktur sel dan fungsisel-sel normal

Aktivitas regenerasi sel meningkat

TUMOR ABDOMEN

Masa feses keras

Obstruksi lumen

Penumpukan massa

Pembesaran pada daerah abdomen

Distensi abdomen

Menekan gaster dan didnding

pernafasan

Ketidakefektifan pola nafas

3

DS:

- Klien mengatakan

adanya perubahan

sensasi pada tangan

yang terpasang spalak

DO:

- Perubahan suhu pada

kulit.

Karsinogen, Hormon, Gaya hidup,kelebihan nutrisi khususnya lemak

dan kebiasaan makan makanan yangkurang berserat, Parasit, Genetic,Infeksi, trauma, hipersensitivitas

terhadap obet-obatan.

Metaplasia sel

Neoplasia sel

Resiko infeksi

Page 37: tumor abdomen

37

- Reflek bisep, trisep

negatif pada tangan

kiri.

- Rom pada tangan kiri

minimal,

Displasia sel

Diferensiasi sel-sel epitel

Perubahan struktur sel dan fungsisel-sel normal

Aktivitas regenerasi sel meningkat

TUMOR ABDOMEN

Masa feses keras

Obstruksi lumen

Penumpukan massa

Pembesaran pada daerah abdomen

Distensi abdomen

Tindakan pembedahan, biopsy

Luka insisi

Port de entry kuman

Resiko infeksi

4.

Ds:

- klien dan keluarga

mengatakan tidak tahu

mengapa bisa mengalami

penyakit seperti ini

Do:

- Klien tidak dapat

Karsinogen, Hormon, Gaya hidup,kelebihan nutrisi khususnya lemak

dan kebiasaan makan makanan yangkurang berserat, Parasit, Genetic,Infeksi, trauma, hipersensitivitas

terhadap obet-obatan.

Metaplasia sel

Neoplasia sel

Kurang pengetahuan

Page 38: tumor abdomen

38

menjawab 3 pertanyaan

yang diajukan oleh

perawat yang

berhubungan dengan

penyakit

- Klien dan keluarga

selalu bertanya

mengenai penyakit

yang dialaminya

Displasia sel

Diferensiasi sel-sel epitel

Perubahan struktur sel dan fungsisel-sel normal

Aktivitas regenerasi sel meningkat

TUMOR ABDOMEN

Masa feses keras

Obstruksi lumen

Penumpukan massa

Pembesaran pada daerah abdomen

Distensi abdomen

Tindakan pembedahan, biopsy

Kurang terpapar informasi

Kurang pengetahuan

5.

DS:

- Klien mengatakan

nyeri pada abdomen

dengan skala nyeri 4

- Klien mengatakan

merasa mual

Karsinogen, Hormon, Gaya hidup,kelebihan nutrisi khususnya lemak

dan kebiasaan makan makanan yangkurang berserat, Parasit, Genetic,Infeksi, trauma, hipersensitivitas

terhadap obet-obatan.

Metaplasia sel

Neoplasia sel

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Page 39: tumor abdomen

39

DO:

- Klien terlihat lemah

- Terlihat membrane

mukosa pucat

- Klien menolak untuk

makan

Displasia sel

Diferensiasi sel-sel epitel

Perubahan struktur sel dan fungsisel-sel normal

Aktivitas regenerasi sel meningkat

TUMOR ABDOMEN

Masa feses keras

Obstruksi lumen

Penumpukan massa

Pembesaran pada daerah abdomen

Distensi abdomen

Menekan gaster

Peningkatan produksi HCL

Mual, muntah

Ketidakseimbangan nutrisi

6.

DS:

- Klien mengatakan baru

mandi satu kali selama

dirawat di RS

DO:

- Rambut klien tampak

Karsinogen, Hormon, Gaya hidup,kelebihan nutrisi khususnya lemak

dan kebiasaan makan makanan yangkurang berserat, Parasit, Genetic,Infeksi, trauma, hipersensitivitas

terhadap obet-obatan.

Metaplasia sel

Deficit

perawatan diri

Page 40: tumor abdomen

40

lengket, berbau, dan

berminyak

- Klien tampak kesulitan

melakukan aktifitas

karena adanya luka insisi

pada daerah abdomen

Neoplasia sel

Displasia sel

Diferensiasi sel-sel epitel

Perubahan struktur sel dan fungsisel-sel normal

Aktivitas regenerasi sel meningkat

TUMOR ABDOMEN

Masa feses keras

Obstruksi lumen

Penumpukan massa

Pembesaran pada daerah abdomen

Distensi abdomen

Tindakan pembedahan, biopsy

Luka insisi

Pelepasan mediator nyeri (histamine,

prostaglandin, bradikinin, serotonin,

dll)

Ditangkap reseptor nyeri perifer

Implus ke otak

Page 41: tumor abdomen

41

Presepsi nyeri

Nyeri

Deficit perawatan diri

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi

(agen cidera fisik)

2. Ketidakefektivan pola nafas b/d deformitas dinding dada

3. Resiko infeksi b/d luka post operasi (prosedur invasive)

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan

muntah

5. Deficit perawatan diri b/d nyeri

6. Kurang pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi

Page 42: tumor abdomen

42

III. PERENCANAN KEPERAWATAN, IMPLEMENTAI DAN EVALUASI

No.

DXTujuan Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24

jam gangguan rasa nyaman

nyeri dapat teratasi dengan

Kriteria Hasil:

- Sakala nyeri berkurang /

nyeri hilang

- Pasien mampu

melakukan relaksasi dan

distraksi untuk

pengalihan rasa nyeri

- Mampu berpartisipasi

dalam aktifitas

1. Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan

laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

2. Monitor tanda-tanda vital

3. Ajarkan tehnik relaksasi

4. Ajarkan nafas dalam

5. Pertahankan istirahat dengan posisi semi

powler.

6. Berikan aktivitas hiburan

7. kolaborasi tim dokter dalam pemberian

analgetika.

1. Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat,

kemajuan penyembuhan,perubahan dan karakteristik

nyeri.

2. deteksi dini terhadap perkembangan kesehatan

pasien.

3. Untuk merelaksasi otot sehingga mengurangi rasa

nyeri.

4. Dengan nafas dalam dan batuk yang efektif dapat

mengurangi tekanan darah pada abdomen yang dapat

menimbulkan rangsangan nyeri

5. Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah

dengan posisi terlentang.

6. meningkatkan relaksasi.

7. Menghilangkan nyeri.

3. Setelah dilakuakan intervensi

selama 3x24 jam tidak terjadi

1. kaji tanda-tanda infeksi dan vital sign

2. Gunakan tehnik septik dan antiseptik.

1. Mengetahui tanda-tanda infeksi dan menentukan

intervensi selanjutnya.

Page 43: tumor abdomen

43

infeksi hasil :

- Luka menujukan

penyembuhan dengan baik

- perban pada daerah

abdomen tidak basah

- tidak terdapat tanda-tanda

infeksi

3. Ganti verband.

4. Berikan penyuluhan tentang cara

pencegahan infeksi.

5. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik.

2. Dapat mencegah terjadinya kontaminasi dengan

kuman penyebab infeksi.

3. Verban yang basah dan kotor dapat menjadi tempat

berkembang biaknya kuman penyebab infeksi.

4. Memberikan pengertian kepada klien agar dapat

mengetahui tentang perawatan luka.

5. Obat antibiotik dapat membunuh kuman penyebab

infeksi.

5. Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 1x24

jam perawatan diri terpenuhi

atau teratasi dengan kriteria

hasil :

- Klien menerima bantuan

atau perawatan total dari

perawat

- Mengungkapkan secara

verbal kepuasan tentang

personal hygine

1. Mandi

2. Bantuan perawatan diri mandi/hygine

3. Kolaborasi dengan keluarga untuk

pemenuhan personal higine

4. Perawata rambut

1. Membersihkan tubuh yang berguna untuk relaksasi,

kebersihan dan penyembuhan

2. Membantu pasien untuk memenuhi higine pribadi

3. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan

4. Adanya peningkatan penampilan rambut yang bersih,

rapih dan menarik

Page 44: tumor abdomen

44

CATATAN PERKEMBANGAN

No waktu/tanggal No.Dx Implementasi paraf Evaluasi Paraf1 Selasa 25,

November2014

1 1. Mengkaji skala nyeri, lokasi, pada daerah

abdomen, karakteristik

Hasil Evaluasi : skala nyeri 3, lokasi abdomen ,

karakteristik: seperiti ditusuk-tusuk

2. Memonior tanda-tanda vital

Hasil Evaluasi: 130/90 mmhg, suhu 36,5. N:

100 x/menit

3. Memberikan penkes untuk melakukan

distraksi dan nafas dalam

4. Membantu klien untuk melakukan keramas

5. Melakukan kolaborasi dengan tim dokter

dengan memberikan obat sesuai dosis

6. Mengganti balutan

S:klien mengatakan nyeri semakin berkurang,

terasa lebih nyaman setelah dikeramasi.

O: Skala nyeri berkurang menjadi 3

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

I: 1. Mengkaji skala nyeri

Ef/ : skala nyeri 4, lokasi lengan kiri,

karakteristik: seperiti ditusuk-tusuk

2.Memonior tanda-tanda vital

EF/:120/90 mmhg, suhu 36,5. N: 82 x/menit

3.melakukan distraksi dan nafas dalam

EF/: pemkes nfas dalam

4.Melakukan kolaborasi dengan tim dokter

EF/:memberikan obat sesuai dengan dosis

R: -

Page 45: tumor abdomen

45

2 Rabu ,06 November2014

3. 1. Melakukan perawatan tirah baring post

operasi

Ef: : membantu klien perawatan tirah baring.

2. mengajarkan pada klien/ keluarga untuk

memperhatikan postur tubuh yg benar untuk

menghindari kelelahan sesak, keram &

cedera post operasi.

Ef : keluarga klien mengatakan lebih memahami

apa yang harus dilakukan

3. Melakukan mobilisasi sendi pada klien

Ef : klien tampak lebih rileks

Ef : klien tampak terlihat melatih sendi-

sendinya secara mandiri.

4. Melakukan pengaturan posisi nyaman pada

klien

Ef : klien lebih terasa lebih nyaman dari

sebelumnya

5. Mengganti balutan

Ef : tidak terdapat rubor,kolor,dolor

S: klien mengatakan lebih terasa nyaman dari

hari-hari kemarin

O: klien tampak lebih rileks dan nyaman

A: masalah teratasi sebagian

P : stop intervensi

Page 46: tumor abdomen

46

3. Kamis, 27november201422.00 wib

1. Melakukan kolaborasi dalam pemberian

obat analgetik

2. Pengaturan posisi

S: klien mengatakan nyeri berkurang

O: skala nyeri menjadi 2

A: masalah teratasi sebagian

P:lanjut intervensi

Page 47: tumor abdomen

47

BAB 4

PEMBAHASAN

Berdasarkan pola aktivitas klien hanya mengikuti jadwal sesuai pesantren

yang ia tempati, klien hanya berolah raga dalam seminggu yaitu sebanyak 1 kali.

Klien juga jarang mengkonsumsi sayur mayur. Karna menurut klien sayuran

makanan yang tidak disukainya. Berdasarkan riwayat penyakit yang pernah

dialami Nn. H sebelumnya klien hanya mengeluh pada daerah ulu hati, dan setiap

kali diperiksakan ke dokter klien hanya di diagnose terkena gastristis. Biasanya

dalam 1 minggu klien hanya BAB 3-4 kali. Dari hasil wawancara dengan nenek

klien, sebelumnya anggota keluarga yang telah meninggal, mengalami penyakit

yang sama, yang dialami oleh Nn. H. Maka penyebab dari terjadinya penyakit

tumor abdomen berdasarkan etiologi yaitu gaya hidup yang kurang sehat, asupan

makanan kurang yang berserat serta faktor genetik.

Nn. H di diagnosa tumor abdomen setelah melakukan pemeriksaan usg

yang menunjukan adanya masa besar di daerah abdomen atas, di anterior aorta,

massa dengan echohetenogen (isodens, hipodens, hiperdens) massa yang di

temukan tidak ada hubungan dengan hepar, lien. Tampak cairan bebas di daerah

parametrium. Akibat adanya massa di daerah abdomen atas menyebabkan masa

feses menjadi keras, sehingga menyebabkan terjadinya obstruksi pada daerah

saluran cerna. Dari hasil obstruksi yang terjadi, klien mengalami kesulitan dalam

berkonstipasi, dan menyebabkan terjadinya penumpukan masa, yang

mengakibatkan terjadinya distensi abdomen. Distensi abdomen yang terjadi

mengakibatkan terjadinya penekanan gaster dan dinding pernafasan.

Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gastereksoni

subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi. klien

dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh harus

menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien

harus menjalani prosedur kuratif atau faliatif.

Berdasarkan teori, diagnosa yang muncul pada tumor abdomen yaitu Pre

operasi ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, nyeri (akut)

berhubungan dengan adanya benjolan pada abdomen resiko tinggi terhadap diare

Page 48: tumor abdomen

48

berhubungan dengan koping yang tidak adekuat kurang pengetahuan tentang

pengobata berhubungan dengan kurangnya informasi. Diagnose post operasi yaitu

dapat terjadinya resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengan tindakan pembedahan, nyeri berhubungan dengan terputusnya kontunuitas

jarinagn akibat tindakan operasi, resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka

opersi, gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat, kerusakan integritas kuit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.

Pada kasus Nn. H diagnosa yang muncul berdasarkan pengkajian adalah

sebagai berikut: 1. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan

operasi (agen cidera fisik), 2. Resiko infeksi b/d luka post operasi (prosedur

invasive), 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual

dan muntah 4. Deficit perawatan diri b/d nyeri, Dari keempat diagnosa tersebut

tidak ada kesenjangan antara diagnosa yang didapatkan pada klien saat pengkajian

dengan teori yang telah dikemukan.

Dengan adanya masalah-masalah keperawatan tersebut maka intervensi

dan implementasi yang diberikan adalah berupa tindakan keperawatan yang

bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan yang terjadi dan pada

pelaksanaannya hampir semua rencana yang telah disusun dilakukan dan telah

disesuaikan dengan prioritas masalah. Perawat juga tidak menemukan kendala

yang berarti dalam menjalankan implementasi karena klien kooperatif dan sudah

terbiasa dengan prosedur yang dilakukan.

Page 49: tumor abdomen

49

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, menentuka

diagnose, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan

tentang asuhan Keperawatan Pada Nn H dengan Post Operasi tumor abdomen

Di Ruang Mawar RSUD Kab. Tangerang secara metode studi kasus, maka

dapat ditarik kesimpulan:

1. Hasil pengkajian pada Nn. H didapatkan klien mengatakan nyeri pada post

operasi, skala nyeri 5, luka tertutup pada abdomen, ADL klien dibantu.

2. Rumusan diagnose keperawatan didapatkan diagnose yaitu Nyeri akut b/d

terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi (agen cidera

fisik), Resiko infeksi b/d luka post operasi (prosedur invasive),

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan

muntah, Deficit perawatan diri b/d nyeri

3. Rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien sesuai pada

teori asuhan keperawatan pada tumor abdomen.

4. Tindakan yang dilakukan pada pasien dengan post operasi tumor abdomen

sesuai dengan perencanaan tidakan asuhan keperawatan yang bertujuan

dengan criteria hasil

5. Evaluasi yang dilakukan pada pasien dengan post operasi tumor abdomen,

pasien mengatakan nyeri berkurang, tanda-tanda infeksi, ADL klien

mandiri, kerusakan integritas kulit tidak terjadi.

5.2 Saran

5.2.1 Penulis

Mampu meningkatkan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas,

memberikan pelayanan keperawatan yang memperhatikan isu dan etika

yang sedang berkembang dengan modifikasi tindakan keperawatan tanpa

meninggalkan konsep dan etika keperawatan.

Page 50: tumor abdomen

50

5.2.2 Rumah sakit

Bagi institusi pelayanan kesehatan, memberikan pelayanan dan

mempertahankan hubungan kerja sama yang baik antara tim kesehatan dan

pasien yang ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan

keperawatan yang optimal.

5.2.3 Profesi keperawatan

Meningkatkan pengetahuan yang selanjutnya mampu dikembangkan untuk

memberikan pelayanan pada pasien dengan vesikolithiasis yang lebih

berkualitas dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi tanpa meninggalkan kaidah dalam konsep keperawatan

Page 51: tumor abdomen

51

Daftar pustaka

Shibuya K, Mathers CD, Boschi-Pinto C, Lopez AD, Murray CJL. 2003. Global

and regional estimates of cancer mortality and incidence by site: II. Results

for the global burden of disease 2000.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC183848/ diunduh pada

tanggal 23 Desember 2014

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Survei Kesehatan Nasional,

Laporan Studi Mortalitas 2001. Jakarta. http://www.depkes.go.id diunduh

pada tanggal 20 Desember 2014

Balitbangkes Depkes RI. 2005. Surveillance of Major Non Communicable

Disease in South East Asian Region, Report of an Inter-Country

Consultation. http://www.depkes.go.id diunduh pada tanggal 25 Desember

2014

Oemiati Ratih , Ekowati Rahajeng , Antonius Yudi Kristanto. 2011. Prevalensi

Tumor Dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya Di Indonesia Vol. 39,

No.4. Bul. Peneliti.

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/view/56 diunduh

pada tanggal 22 Desember 2014

WHO, 2005. Preventing Chronic Disease a Vital Investment.

http://www.who.int/chp/chronic_disease_report/en/ diakses pada tanggal 20

Desember 2014

Bonita R, de Courten, Dwyer T, dan Leowski, J. 2001.Surveillance of Risk

Factors for Non Communicable Disease, WHO,

www.who.int/.../summaryfinal_rev1_english.pdf diunduh pada tanggal 24

desember 2014

Weisburger JH. 2002.Lifestyle, Health and disease prevention.: The underlying

mechanisms. Eur J Cancer Prev

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12570328 diunduh pada tanggal 20

Desember 2014

Page 52: tumor abdomen

52

Kritchevsky, D. 2003. Diet and cancer. J Nutrition.

http://jn.nutrition.org/content/137/6/1353.long diunduh pada tanggal 20

Desember 2014

Key TJ, Schatzkin A, Willett WC, Allen NE, Spencer EA, Travis RC. 2004. Diet,

nutrition and the prevention of cancer. Public Health Nutrition.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14972060 diunduh pada tanggal 23

Desember 2014

Eichholzer-M. 1997.The Significance of Nutrition in Primary Prevention Cancer.

Ther-Umsch. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9381416 diunduh pada

tanggal 20 Desember 2014

Alberty, G. 2001.Non Communicable Disease: Tomorrow's Pandemic. Bulletin

WHO www.who.int/bulletin/archives/79(10)907.pdf diunduh pada tanggal 23

Desember 2014

Ray, A. 2005.Cancer Prevention Role of Selected Dietary Factors. Indian J

Cancer (serial on line) http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15805687

diunduh pada tanggal 22 Desember 2014

Sinagra D, Amato C, Scarpilta AM, Brigandi M, Amatori, Saura G, Latteri MA,

and Caimi G. 2002. Metabolic Syndrome and Breast Cancer, European Rev

Med Pharmacol. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12708611 diunduh pada tanggal

20 Desember 2014

Adebamowo CA, Ajayi, Adebamowo CA, and Ajayi. 2000. Breast cancer in

Nigeria. West African Journal of Medicine.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11126081 diunduh pada tanggal 15

Desember 2014

Davis, JL. 2005. Mental Health Linked to Cancer. Cancer Epidemiology of

Biomarker Prevention, ,vol12; 1523-1527.

http://www.nimh.nih.gov/health/publications/depression-and-

cancer/index.shtml diunduh pada tanggal 24 Desember 2014