tumbuhan invasif ancam biodiversitas

2
TUMBUHAN INVASIF ANCAM BIODIVERSITAS Invasi tanaman mantangan di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Atok Subiakto/FORDA, 2012) Ditulis oleh: Dyah Puspasari Jakarta (21 September 2012)_Serangan jenis tumbuhan invasif merupakan ancaman terbesar kedua terhadap biodiversitas setelah kerusakan habitat. “Sekitar delapan ribu hektar kawasan hutan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung sudah terinvasi oleh jenis Merremia peltata (mantangan),” kata Ir. Adi Susmianto, Kepala Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) di Jakarta, Kamis (30/8). Proses invasi merupakan bentuk kompetisi antar jenis untuk menguasai suatu habitat secara luas. Penguasaan habitat ini dapat dilakukan baik oleh jenis tumbuhan asing (invasive alien species/IAS) maupun lokal. Invasi tanaman Mantangan di kawasan BBS, misalnya sudah menganggu habitat gajah dan harimau sumatra. Morfologi mantangan dengan bentuk persebarannya yang saling bertautan dan menutup lantai hutan, menyulitkan pergerakan satwa dalam kawasan dan bahkan menyulitkan harimau mencari mangsanya. Beberapa tumbuhan pakan satwa herbivora juga tertekan pertumbuhannya dan ini tentunya berpengaruh terhadap ketersediaan pakan satwa tersebut. “Kecepatan pertumbuhan jenis Mantangan sangat hebat, ada informasi dari lapangan menyebutkan bahwa pertumbuhannya bisa mencapai 1-2 cm per hari,” kata Dr. Titiek Setyawati, peneliti Puskonser sekaligus National Project Director Program Removing Barriers to Invasive Species Management in Production and Protection Forests in South East Asia (RBIS-SEA

Upload: lely-mardiyanti

Post on 22-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Analisis Kritis Keanekaragaman Tumbuhan

TRANSCRIPT

Page 1: Tumbuhan Invasif Ancam Biodiversitas

TUMBUHAN INVASIF ANCAM BIODIVERSITAS

Invasi tanaman mantangan di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Atok Subiakto/FORDA, 2012)

Ditulis oleh: Dyah PuspasariJakarta (21 September 2012)_Serangan jenis tumbuhan invasif merupakan ancaman

terbesar kedua terhadap biodiversitas setelah kerusakan habitat. “Sekitar delapan ribu hektar kawasan hutan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung sudah terinvasi oleh jenis Merremia peltata (mantangan),” kata Ir. Adi Susmianto, Kepala Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) di Jakarta, Kamis (30/8). Proses invasi merupakan bentuk kompetisi antar jenis untuk menguasai suatu habitat secara luas. Penguasaan habitat ini dapat dilakukan baik oleh jenis tumbuhan asing (invasive alien species/IAS) maupun lokal. Invasi tanaman Mantangan di kawasan BBS, misalnya sudah menganggu habitat gajah dan harimau sumatra.  Morfologi mantangan dengan bentuk persebarannya yang saling bertautan dan menutup lantai hutan, menyulitkan pergerakan satwa dalam kawasan dan bahkan menyulitkan harimau mencari mangsanya. Beberapa tumbuhan pakan satwa herbivora juga tertekan pertumbuhannya dan ini tentunya berpengaruh terhadap ketersediaan pakan satwa tersebut. “Kecepatan pertumbuhan jenis Mantangan sangat hebat, ada informasi dari lapangan menyebutkan bahwa pertumbuhannya bisa mencapai  1-2 cm per hari,” kata Dr. Titiek Setyawati, peneliti Puskonser sekaligus National Project Director  Program Removing Barriers to Invasive Species Management in Production and Protection Forests in South East Asia (RBIS-SEA Indonesia). Ancaman invasi mantangan ini, bukan hanya pada biodiversitas hutan, tetapi dalam jangka panjang berpengaruh pada penurunan stok karbon dan perubahan iklim. Pada kondisi kawasan terbuka dan cahaya matahari melimpah, mantangan tumbuh tak terkendali hingga merambati pohon hutan yang soliter. Pada kondisi tertentu, hal ini berpotensi mematikan pohon yang dirambatinya akibat terhambatnya proses fotosintesa pada pohon tersebut. Mantangan yang mendominasi kawasan BBS telah mengubah tutupan lahan, yang semula tegakan pohon hutan menjadi tanaman pelilit. Perubahan jenis dan komposisi jenis di kawasan tersebut tentunya akan mengubah tingkat serapan karbon dan juga mengubah stok karbon  di kawasan tersebut. Kondisi yang sama terjadi di Taman Nasional Baluran (TNB) di Jawa Timur, ketika spesies asing masuk dan berubah menjadi invasif. “Lebih dari 50% savana sudah diinvasi oleh Acacia nilotica(akasia),“kata Adi Susmianto saat peluncuran program RBIS-SEA tersebut. Selain invasi jenis akasia, serangan jenis gulma invasif lainnya juga merusak ekosistem alami

Page 2: Tumbuhan Invasif Ancam Biodiversitas

savana di kawasan Baluran. Jenis-jenis invasif tersebut menyebabkan penurunan populasi banteng karenamengganggupertumbuhan rumput lokal sebagai pakan utama banteng. Perubahan ekosistem savana di Baluran menjadi padang akasia, lanjut Titiek, akan mempengaruhi pola-pola suksesi dan kebakaran, juga tutupan lahan.  “Savana yang tadinya ditutupi rumput, sekarang ditutupi akasia, tentunya akan mengubah pola dan bentuk kebakaran yang menjadi salah satu tahapan dalam proses suksesi di ekosistem savana,” kata Titiek. Serangan jenis invasif juga banyak terjadi di kawasan hutan lainnya. Jenis Austroeuptorium inulaefolium (kirinyuh) sangat invasif di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bersama dengan Passiflorasp (markisa), Eupatorium sordidum (bunga aster), Cestrum aurantiacum, Eupatorium riparium (teklan), Brugmansia suaveolens (kecubung gunung). Di Taman Nasional  Ujung Kulon juga ada masalah dengan Arenga obstusifolia (lankap), yang sebenarnya jenis lokal tetapi pertumbuhan sangat cepat dan mendominasi kawasan taman nasional.  (DP/FORDA).