tulis ... draft richness edit bptp jatim

16
1 Kekayaan dan keragaman sumber daya genetik tanaman pangan lokal pada tiga wilayah kabupaten yang berbeda kultur budayanya di Propinsi Jawa Timur Sudarmadi Purnomo, Handoko, Thohir Zubaididan Saiful Hosni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jln. Raya Karangploso Km 4, Malang, Jawa Timur, 65152 Abstrak Praktek budidaya dalam pertanian beragam terpadu, baik di pekarangan maupun luar pekarangan rumah, dan telah lama dilakukan oleh petani dapat menjadi alat pemantau status kekayaan dan keragaman sumber daya genetik tanaman pangan lokal (SDGTPL) lapangan. Makalah ini menjelaskan perubahan kekayaan SDGTPL dan nilai keragamannya yang terjadi di tiga wilayah kabupaten di Propinsi Jawa Timur, yaitu Sumenep, Blitar dan Tuban. Masyarakat ketiga kabupaten ini memiliki kultur budaya yang berbeda, yaitu Madura untuk masyarakat wilayah Sumenep, Mataraman untuk masyarakat wilayah Blitar dan kultur budaya Pesisir untuk wilayah kabupaten Tuban. Penelitian telah dilaksanakan mulai Januari 2013 sampai dengan Juni 2013, menggunakan metode survai dengan sasaran 30 responden rumah tangga yang memiliki luas lahan pekarangan dan lahan luar pekarangan rumah antara 350 m 2 – 8.500 m 2 untuk masing‐masing kabupaten. Pemilihan lokasi sasaran rumah tangga secara acak agar mewakili representasi kultur budaya masyarakat dan keragaman ekologi dari wilayah kabupaten yang bersangkutan. Analisis diversitas SDGTPL menggunakan pendekatan Indeks Shanon (H’) dan tingkat kemiripan struktur spesies menggunakan besaran koefisien Sorenson (SC). Hasil penelitian menyatakan bahwa jumlah spesies dan aksesi SDGTPL pekarangan dan luar pekarangan rumah berturut‐turut 57 species terdiri dari 165 aksesi untuk wilayah kabupaten Sumenep, dan 51 spesies dengan 113 aksesi untuk wilayah kabupaten Tuban dan 63 spesies terdiri dari 154aksesi di wilayah KabupatenBlitar. Kekayaan SDGTPL di ketiga wilayah ini turun sekitar 22,3% ‐ 35,8% jika dibandingkan dengan kondisi 5‐10 tahun yang lalu. Penurunan jumlah spesies yang besar terjadi pada kelompok pangan lokal penyedia karbihidrat dan sayuran. Indeks Shanon (H’) yang dihitung dalam lima kelompok tanaman pangan, yaitu tanaman pangan kelompok penyedia karbohidrat, tanaman pangan kelompok buah‐buahan, tanaman pangan kelompok sayuran dan tanaman pangan kelompok biofarmaka dan kelompok tanaman industri dari masing‐masing wilayah kabupaten ada pada kisaran 2,1 – 3,0 kecuali untuk kelompok tanaman industri yang indeksnya dibawah kisaran tersebut. Diversitas SDGTPL di kedua wilayah kabupaten termasuk sedang, kecuali dari kelompok tanaman industri yang divesitasnya sangat rendah. Indek Equalibility (EH) tanaman pangan kedua wilayah kabupaten mendekati nilai 1, menunjukkan tingkat pemerataan spesies antar rumah tangga dalam wilayah yang relatif sama. Nilai koefesien Sorenson (SC) tidak ada yang mendekati 1, maknanya kekayaan SDGTPL kedua wilayah tidak memiliki kesamaan struktur species. Ini menjadi indikator bahwa budaya masyarakat setempat menentukan macam kekayaan dan ragam SDGTPL, budaya masyarakat Madura lebih menyukai mengelola SDGT pangan bersumber vitamineral, bumbu masak dan empon‐empon daripada masyarakat kultur budaya pesisir Tuban yang lebih menyukai mengelola SDGT pangan penyedia karbohidrat dan berbeda dengan kultur budaya Mataraman di wilayah kabupaten Blitar yang lebih menyukai mengelola SDGTPL buah‐buahan dan sayuran. Kata kunci : indeks diversitas, sumberdaya genetik, tanaman pangan lokal, pekarangan, kultur budaya Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Genetik Lokal, Bali 23‐25 Juni 2014. 16 hlm

Upload: sudarmadip

Post on 06-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Diversity

TRANSCRIPT

  • 1

    Kekayaan dan keragaman sumber daya genetik tanaman pangan lokal

    pada tiga wilayah kabupaten yang berbeda kultur budayanya di Propinsi

    Jawa Timur

    SudarmadiPurnomo,Handoko,ThohirZubaididanSaifulHosni

    BalaiPengkajianTeknologiPertanianJawaTimurJln.RayaKarangplosoKm4,Malang,JawaTimur,65152

    Abstrak

    Praktek budidaya dalam pertanian beragam terpadu, baik di pekarangan maupun luar

    pekarangan rumah, dan telah lama dilakukan oleh petani dapat menjadi alat pemantau status

    kekayaandankeragamansumberdayagenetiktanamanpanganlokal(SDGTPL)lapangan.Makalahini

    menjelaskan perubahan kekayaan SDGTPL dan nilai keragamannya yang terjadi di tiga wilayah

    kabupatendiPropinsiJawaTimur,yaituSumenep,BlitardanTuban.Masyarakatketigakabupatenini

    memilikikulturbudayayangberbeda,yaituMadurauntukmasyarakatwilayahSumenep,Mataraman

    untuk masyarakat wilayah Blitar dan kultur budaya Pesisir untuk wilayah kabupaten Tuban.

    Penelitian telah dilaksanakan mulai Januari 2013 sampai dengan Juni 2013, menggunakan metode

    survai dengan sasaran 30 responden rumah tangga yang memiliki luas lahan pekarangan dan lahan

    luarpekaranganrumahantara350m28.500m2untukmasingmasingkabupaten.Pemilihanlokasi

    sasaran rumah tangga secara acak agar mewakili representasi kultur budaya masyarakat dan

    keragaman ekologi dari wilayah kabupaten yang bersangkutan. Analisis diversitas SDGTPL

    menggunakanpendekatan IndeksShanon(H)dan tingkatkemiripanstrukturspesiesmenggunakan

    besaran koefisien Sorenson (SC). Hasil penelitian menyatakan bahwa jumlah spesies dan aksesi

    SDGTPL pekarangan dan luar pekarangan rumah berturutturut 57 species terdiri dari 165 aksesi

    untuk wilayah kabupaten Sumenep, dan 51 spesies dengan 113 aksesi untuk wilayah kabupaten

    Tubandan63spesiesterdiridari154aksesidiwilayahKabupatenBlitar.KekayaanSDGTPLdiketiga

    wilayah ini turun sekitar 22,3% 35,8% jika dibandingkan dengan kondisi 510 tahun yang lalu.

    Penurunanjumlahspesiesyangbesarterjadipadakelompokpanganlokalpenyediakarbihidratdan

    sayuran. Indeks Shanon (H) yang dihitung dalam lima kelompok tanaman pangan, yaitu tanaman

    pangan kelompok penyedia karbohidrat, tanaman pangan kelompok buahbuahan, tanaman pangan

    kelompok sayuran dan tanaman pangan kelompok biofarmaka dan kelompok tanaman industri dari

    masingmasing wilayah kabupaten ada pada kisaran 2,1 3,0 kecuali untuk kelompok tanaman

    industri yang indeksnya dibawah kisaran tersebut. Diversitas SDGTPL di kedua wilayah kabupaten

    termasuk sedang, kecuali dari kelompok tanaman industri yang divesitasnya sangat rendah. Indek

    Equalibility(EH)tanamanpangankeduawilayahkabupatenmendekatinilai1,menunjukkantingkat

    pemerataan spesies antar rumah tangga dalam wilayah yang relatif sama. Nilai koefesien Sorenson

    (SC) tidak ada yang mendekati 1, maknanya kekayaan SDGTPL kedua wilayah tidak memiliki

    kesamaanstrukturspecies. Ini menjadi indikator bahwa budayamasyarakat setempatmenentukan

    macam kekayaan dan ragam SDGTPL, budaya masyarakat Madura lebihmenyukai mengelola SDGT

    panganbersumbervitamineral,bumbumasakdanemponempondaripadamasyarakatkulturbudaya

    pesisir Tuban yang lebih menyukai mengelola SDGT pangan penyedia karbohidrat dan berbeda

    dengan kultur budaya Mataraman di wilayah kabupaten Blitar yang lebih menyukai mengelola

    SDGTPLbuahbuahandansayuran.

    Katakunci:indeksdiversitas,sumberdayagenetik,tanamanpanganlokal,pekarangan,kulturbudaya

    ProsidingSeminarNasionalSumberDayaGenetikLokal,Bali2325Juni2014.16hlm

  • 2

    Richness and Diversity of Genetic Resources of Local Food in Three Districts with Different Culture in East Java

    SudarmadiPurnomo,Handoko,ThohirZubaidi,BoniminandSaifulHosni

    BalaiPengkajianTeknologiPertanianJawaTimurJln.RayaKarangplosoKm4,Malang,JawaTimur,65152

    Abstract

    Cultivation practices in a diverse and integrated agriculture, both in the yard or outside the

    yard,has longbeendonebyfarmers,andcanbeusedasstatusmonitorofrichnessanddiversityof

    plantgeneticresourcesoflocalfood(SDGTPL)inthefield. ThispaperdescribeschangesofSDGTPL

    richness and diversity values occurring in two districts in East Java Province, namely Sumenep and

    Tuban. Communities of these districts have a different culture namely the culture of Madura in

    SumenepandCoastalcultureinTuban.TheresearchwasconductedfromJanuary2013toJune2013,

    usingthesurveymethodtargeting23householdswhohavelandoutsidetheyardandtheyardarea

    between 350 m2 8500 m2 for each district. Random selection of households location was to

    represent the cultural and ecological diversity of the district concerned. SDGTPL diversity analysis

    approach Shannon Index (H '), while the degree of similarity in the structure of the species using

    Sorensonscalecoefficient(SC).ThestudyfoundthatthenumberofspeciesandaccessionofSDGTPL

    inandoutsidehouseyardwere57speciescomprisingof165accessionsinSumenepdistrict,and51

    speciescomprisingof113accessionsinTubandistrict,and63speciescomprisingof154accessionsin

    Blitardistrict.TheSDGTPLrichnessinthreeregionsdecreasedabout22.3%35.8%comparedtothe

    conditionsof510yearsago.Largedecreaseinthenumberofspeciesoccurredinthelocalfoodgroup

    ofcarbohydrateprovidersandvegetables.TheShannonindex(H')calculatedforfivegroupsoffood

    crops, namely carbohydrates provider group, fruit group, vegetable group, medicinal group and

    industrialgroupsfromeachdistrictisintherangeof2.1to3.0exceptforagroupofindustrialplants

    whose indexbelowthatrange. SDGTPLdiversityinbothdistricts iscategorizedasmedium,except

    fromthe industrialgroupwhosediversityisvery low. Equitabilityindexes(EH)ofcropsinthetwo

    districts were close to the value of 1, indicating that the level of species distribution between

    households in the region is relatively the same. There was no Sorenson coefficient (SC) close to 1,

    meaningthattherichnessofSDGTPLofthetworegionsdoesnothavesamestructureofspecies.It's

    an indicator that the culture of the local community determines the type of SDGTPL richness and

    diversity. Madurese culture is more like managing SDGT of vitamineral sourced food; spices and

    emponemponthancoastalcommunitiesTubanculturethatprefertomanageSDGTofcarbohydrate

    providers food, and different cultures Mataraman in Blitar district who prefer to manage genetic

    resourcesoflocalfruitsandvegetables.

    Keywords:diversityindex,geneticresources,localfoodcrops,backyard,communityculture.

    ProsidingSeminarNasionalSumberDayaGenetikLokal,Bali2325Juni2014.16hlm

  • 3

    I. Pendahuluan

    Sumber daya genetik untuk pangan dan pertanian merupakan dasar biologis pangan dan

    keamanangizi,yanglangsungatautidaklangsungmendukungmatapencaharianlebihdari26,4juta

    orang penduduk Jawa Timur(Anonimous, 2013). Diversitas spesies dan keragaman genetik

    memberikan kemampuan sebagai jawaban untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim ekstrim.

    Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kegiatan masyarakatnya berbasis

    pertaniandiperkirakanmempunyaikekayaansumberdayagenetik(SDG)yangsangatberagamyang

    menjadi kekuatan dasar dalam pembangunan pertanian. Jumlah penduduk Jawa Timur terus

    meningkat, mobilitas laju pindah penduduk dari desa ke kota sangat cepat, dimana saat ini hampir

    lima puluh persen penduduk berhuni di perkotaan, yang semua bahan pangannya dipasok dari

    pertanianperdesaandenganlahanyangmakinsempit.Organismepengganggutumbuhan(OPT)juga

    terusbertambahdari tahunketahunyangikutmengganggustatuskeragamansumberdayagenetik

    lokal(SDGL).Keragamansumbergenetiktanamanmenjadisusut,langkaataubahkanlenyap,danini

    menyebabkansusut,langkadanlenyapnyakeragamansumberpangandiJawaTimuryangtentuakan

    mengamcamkeseimbanganlingkungan,apalagipadasituasikondisiperubahaniklimekstrimsaatini,

    mengakibatkanberbagaimacampenyakit,termasukpenyakitkekurangangizi.

    Ketergantungan pada jenis tanaman dalam pengembangan varietas tertentu yang terus

    menerus dapat mengakibatkan hilangnya sumber daya genetik tanaman (SDGT) asli atau lokal. Jika

    dijumpai sumber gen yang pada saat ini belum berguna mungkin saja pada masa yang akan datang

    sangat diperlukan sebagai sumber tetua dalam perakitan varietas unggul unggul baru. SDGT

    lokalmenjadi salah satu dasar dari keanekaragaman genetik yang dapat menyediakan kebutuhan

    sumber gen dalam perakitan varietas tersebut. Dengan pertimbangan ini, maka SDGlokal perlu

    dipelihara dan dilestarikan, sehingga dapat dimanfaatkan pada saat dibutuhkan. Pada umumnya

    pelestarian keaneragaman SDG lokal secara on-farm di kebun pekarangan rumah tangga tani

    (Weirsum, 2006). Ini dapat membuka peluang bagi upaya mencari, menemukan, memanfaatkan,

    danmengoptimalkan potensi genetik tanaman.Keragaman ini dapat berupa landraces asli, aksesi

    aksesi lokal, varietas elit maupun kerabat liar. Jawa Timur yang terdiri dari berbagai suku serta

    budaya, yang basis kehidupannya pertanian tentu berkaitan erat dengan pemanfaatan SDG lokal.

    Kepemilikannya sangat beragam antar wilayah dalam agroekosistem pertanian. Keragaman budaya

    yang disertai dengan keragaman SDG pertanian menghasilkan beragam pengetahuan masyarakat

    dalam memanfaatkan sumber daya tersebut untuk keperluan pangan, papan, sandang, obatobatan

    maupunbahanbakuindustri.

    Penggunaanvarietastanamanyangberadaptasispesifikdapatberfungsiuntukmeningkatkan

    kesehatan ekosistem dalam menurunkan kebutuhan tanaman kepada pestisida dan pupuk yang

    berpengaruhkepadapeningkatanstrukturtanah(Hazzelet al.,2007).Selainitu,ketersediaanvarietas

    lokaltertentumenjadisalahsatusumberdayayangtersediabagipetaniuntukmempertahankanatau

    meningkatkanproduksidi lapangannya(Baniya et al.,2003; Jarviset al.,2011).Keragamangenetik

    suatu spesies tanaman dapat menurun, karena usaha manusia untuk menanam atau memperluas

    jenisjenis unggul baru sehingga jenisjenis lokal yang amat beragam akan terdesak bahkan dapatlenyap(Daradjatet al., 2008).Kelangkaanplasmanutfahdapatjugaterjadikarenahilangnyahabitat

    alami akibatperambaholehmanusia,ataudapat jugaterjadikarenaprosesseleksidanpemurnian

    bentukbentuk varietas lokal yang heterogen membentuk yang homogen. Seleksi dan pemurnian

    tersebutmeningkatkankeseragamangenetiktanamandanmenyebabkanerosigenetik.Erosigenetik

    dapatjugaterjadikarenaperistiwaalamsepertikebakaranhutan,banjir,gunungmeletus,danbencana

    alam lainnya. Keadaan ini dapat menimbulkan bahaya karena mengurangi ragam genotipa yang

    penting. Untuk menghindari lenyapnya jenisjenis yang ada, perlu suatu upaya yang mampu

    melaksanakan koleksi jenis tanaman terutama yang mempunyai keunggulan spesifik lokasi, unik,

    sumberpangan,bersifatfungsionaldanbahanpopulasidasarpemuliaan.Pelestariangenetikmelalui

  • 4

    koleksidalam jumlahbesardan luasperluadanyakerjasamaantarberbagaipihakbaikpemerintah,

    masyarakat, dan unsurunsur terkait yang komitmen akan pelestarian alam. Kebun pekarangan

    rumahmenjadi tempat untuk melestarikan berbagai varietas tradisional tanaman pangan, baik

    tanamanpanganyangmenyediakankarbohidrat(bijibijian;umbi),maupunmenyediakanvitamineral,

    penyedapcitarasamakanan(buahbuahan,sayuran,emponemponatauobattradisionalbiofarmaka).

    Upayakonservasisecara in situ dan ex situ tumbuhantersebutperludilakukan.Programini

    jarangyangberhasiltanpadukunganinformasidiversitasgenetikdantarafalirangendalampopulasi

    tanaman yang bersangkutan (Frankham et al., 2005). Pengaturan diversitas genetik telah menjadi

    sasaran umum pada kebanyakan program konservasi, dimana mampu menggambarkan diversitas

    genetikdidalamdanantarpopulasialami.Informasidiversitasgenetiksuatutanamansangatpenting

    karenapengaturanvariasigenetiknyamempengaruhieksistensitanamantersebutdialam(Godtdan

    Hamrick,1996).Upayakonservasitidakakanberartibilatidakdidukungolehdatadiversitasgenetik

    dalam populasi dan aliranantar populasi. Karena kelanjutan kehidupan jenis tanaman tersebut

    bergantung bagaimana tanaman yang bersangkutan mampu mengatur diversitasnya. Berdasarkan

    penjelasanpenjelasandiatasmakatujuanpenelitian:(1)Inventarisasidanidentifikasistatusspesies

    atauvarietas,(2)Menganaliskeragaman,kemerataanspeciesatauvarietaspadalevelmasyarakat,(3).

    Ciriciriutamaspesisatauvarietasyangdiminatiolehmasyarakat.

  • 5

    2. Bahan dan Metode

    Penelitianmenggunakanmetodesurvai,eksplorasidanFocus Group Discussion(FGD)dengan

    sasaran30rumahtanggayangmempunyailuaskebunpekaranganantara350m28.500m2,denganberbagai macam spesies tanaman pekarangan pada agroekologi berbedabeda antar contoh rumahtangga pada setiap contoh kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kabupaten Tuban, Blitar dan Sumenep.Penelitianmenggunakanalatbantupenelitianterdiridari(1)kuisner,terdiridaripaspordataspesiestanaman, daftar kepemilikan spesies tanaman, jumlah aksesi dan jumlah koleksi, wujud koleksi(tanaman, benih, bibit, biji, polong, malai), asal usul, sejarah tanaman, kegunaan, daftar diskripsiberbagai spesies tanaman pekarangan/kebun dan daftar pertanyaan untuk petani; (2) Geo Position Spatial; (3) peta kabupaten, desa, denah pekarangan; (4) penggaris, meteran gulung, timbangan,skitmet meter, kamera, gunting pangkas, gunting bedah, rak benih, nampan, tempat penjemur,refrigerator;(5)pHtanah,pHkertas,tabelwarnatanaman,handrefraktometer,tabelujihedonik;(6)HP,komputer,printer,sofware.

    Teknikpelaksanaan,(1)mengumpulkandatasekender,terdiridarispesiestanaman(pangan,

    hortikultura, pakan ternak, biofarmaka dan industri, dan perkebunan) dan kegunaannya di tingkatkabupaten dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan; kepemilikan lahan pekarangan dan luarpekarangan; tingkatpendidikanrumahtangga;manfaatberbagai jenis tanaman,panganolahan;dan(2)pelaksanaaninventarisasi,eksplorasidanFGD.

    Inventarisasiadalahmencatatcacahjenis,jumlah,asalusuldankegunaanspesiestanamandi

    tanam di pekarangan dan lahan luar pekarangan rumah tangga, serta indentifikasi terjadinya erosigenetikmelaluiFGD.

    Analisis diversitas SDG dalam suatu wilayahdihitung menggunakan indeks diversitas SDG

    IndeksShanon.IndeksShanon(H)danIndeks Equitability(EH)dirumuskansebagai:sH=pilnpi,danEH=HlnS;i=1

    sedangkanpi=proporsispesieskeidanS=banyaknyaspesiesdalamsuatuwilayah.Untukmengetahuitingkatkemiripanstrukturspesiesantar2wilayah,dapatdidugadaribesarankoefisienSorenson(SC)yangdirumuskansebagaiSC=2C/S1+S2,C=jumlahspesiesyangsama,S1danS2jumlahseluruhspesiesdalamwilayah1dan2.

    AnalisiskebijakanpenangananerosigenetikmenggunakanFor Shell Analysis(FCA).

    Menyiapkan daftar jenis tanaman dari kelompok (pangan, sayuran, buahbuahan, kacang

    kacangan,Toga)yangmenjadipilihanrespondendenganjawabanyadantidakterhadapkesukaanjenis tanaman atau seringkali tanam terhadap suatu varietas tertentu dengan skore 15, termasukmanfaatnya. Melakukan FCAmenggunakan selembar kertas untuk memetakan respon responden tersebutdenganmenyertakansemuaspesiesdanvarietasyangditemukandipekarangan.Untukitudatayangdiperolehantaralain:(1)spesiesdanvarietastanamanpanganlokalyangditemukandipekarangan,(2)tanamanpanganlokaldidaerahyangluasataudenganjumlahbesarolehbanyakrumahtangga;(3) tanaman pangan lokal yang tumbuh di daerah yang luas atau dengan jumlah besar oleh rumahtangga yang sedikit, (4) tanaman pangan lokal yang tumbuh di daerah kecil atau beberapatanamandiusahakanolehbanyakrumahtangga;(5)tanamanpanganlokalyangtumbuhdidaerahkecilatau beberapa pohon oleh rumahtangga yang sedikit, (6) jumlahtotal tanaman pangan lokal yangditemukandidesa,(7)mintaresponrumahtanggamengapasuatuspesiesatauvarietastermasukkedalam kategori tertentu, dan (8) respon rumah tangga tentang varietas langka atau unik dan harusmenjadiprioritasdalampelestariannya.

  • 6

    3. Hasil dan Pembahasan

    3.1. Kekayaan spesies dan aksesi

    Berdasarkan data base yang dikumpulkan selama inventarisasisumber daya genetik panganlokal di pekarangan rumah tangga pertani pada tiga Kabupaten di Jawa Timur menyatakan bahwajumlah spesies antar kabupaten paling tinggi oleh kabupaten Blitar, kemudian Sumenep danberikutnyaTuban.JumlahspesiesdanaksesiSDGTPLpekarangantersebutberturutturut57speciesterdiri dari 165 aksesi untuk wilayah kabupaten Sumenep, 51 spesies dengan 113 aksesi untukwilayahkabupatenTubandan63spesiesterdiridari154aksesi(Tabel1).Keluargarumahtanggaditiga kabupaten tersebut tampaknya masih mempunyai motivasi untuk memperhatikan kebunpekarangan sebagai tempat menyimpan kekayaan berupa tanaman, baik itu untuk pendapatanmaupun kenyamanan lingkungan. Kebun pekarangan juga masih menjadi tempat kontemplasi,menjadi kebanggaan sebagai indikator kehormatan seseorang. Jika pekarangan dikaitkan dengankultur budaya, maka tampak bahwa kepemilikan spesies tanaman oleh rumah tangga di KabupatenSumenep lebih seimbang antara kelompok pangan tanaman buah dengan sayuran. Keseimbangankepemilikan spesies antar sumber pangan kelompok pangan bijibijian, tanaman buah dan sayuranterjadi di Kabupaten Tuban. Kepemilikan sumber daya genetik pangan lokal oleh rumah tangga diKabupaten Blitar lebih didominasi oleh spesies tanaman buah. Spesies tanaman di pekaranganumumnya dipengaruhi oleh faktorfaktor ekologi, komposisi etnis, migrasi, luas pekarangan rumahdanstatuskekayaan(Shresthaet al.2004).Biasanyakebunpekarangandimanfaatkansecaraspesifik,antara lain (1) ketahanan pangan, gizi dan pendapatan tabungan, (2) tanaman pakan ternak, kayubakardankayu,(3)rempahrempah,jamudanobat,(4)pupukhijaudantanamanpestisida,dan(4)penggunaan budaya dan agama. Faktor utama yang mempengaruhi keragaman spesies ditinjau darisegiekologiadalahsuhu,jenistanah,tekanandanparameteriklimlainnya.Dengandemikian,kebunpekaranganyang memiliki keragaman spesies terkaya, karena lebih dari 60% dari kebun rumah dilokasi ini telah dijumpai lebih dari 30 spesies per rumah.Meskipun demikian, kekayaan SDGTPL diketiga wilayah tersebut turun sekitar 22,3% 35,8% jika dibandingkan dengan kondisi 510 tahunyanglalu.Penurunanjumlahspesiesyangbesarterjadipadakelompokpanganlokalpenyediaproteinnabati,yaituspesieskacangkacangan.

    Tabel 1. Jumlah spesies dan aksesi tanaman pangan lokal yang dimiliki oleh keluarga rumah tangga pada masing-masing wilayah Kabupaten Sumenep, Tuban dan Blitar

    Kabupaten Sasa

    ran RT

    Total Kelompok Tanaman

    Tan. Pangan Tan. Buah Tan. Sayuran Tan. Biofarmaka Tan. Industri

    Spesies

    Aksesi

    Spesies

    Aksesi Spesies

    Aksesi

    Spesies

    Aksesi Spesies

    Aksesi Spesies

    Aksesi

    Sumenep 30 57 165 11 44 17 66 16 37 11 12 2 6

    Tuban 30 51 113 14 49 13 35 12 28 9 12 3 7

    Blitar 30 63 154 12 40 32 78 15 30 11 15 3 9

    RT= rumah tangga

    Kebun pekarangan rumah tangga adalah sistem produksi skala kecil memasok tanaman dan

    hewan konsumsi dan barangbarang dimanfaatkan baik tidak mungkin diperoleh, terjangkau, atautersedia melalui pasar ritel, budidaya lapangan, berburu, mengumpulkan, memancing, danpenghasilanupah.Kebunpekaranganrumahtanggacenderungterletakdekatdengantempattinggaluntuk keamanan, kenyamanan, dan perawatan khusus . Mereka menempati lahan marjinal untukproduksi dan tenaga kerja marjinal untuk kegiatan ekonomi utama rumah tangga lapangan .Menampilkan ekologis diadaptasi dan spesies pelengkap, kebun rumah tangga ditandai denganmasukan modal yang rendah dan teknologi sederhana . Umumnya, rumah berkebun mengacu padabudidayasebagiankecillahanyangmungkinsekitarrumahtanggaataudalamjarakberjalankakidarirumahkeluarga(Odessa,2006) .Rumahkebundapatdigambarkansebagaisistemtanamcampuranyangmeliputiberagamspesiestanamandanhewanyangmeniruekosistemalamidarisayuran,buahbuahan,tanamanperkebunan,rempahrempah,jamu,hiasdantanamanobatsertaternakyangdapatberfungsisebagaisumbertambahanmakanandanpendapatan(Galhenaet al.,2013).

  • 7

    Purnomoet al.(2013)menyatakankulturbudayasuatuwilayahmenentukanmacamkekayaandan ragam SDGT pangan, kultur budaya Madura lebih menyukai mengelola SDGT pangan yangmengandung vitamineral, bumbu masak dan emponempon daripada masyarakat kultur budayapesisir Tuban yang lebih menyukai mengelola SDGT yang bersumber pangan karbohidrat. Padamasingmasing budaya mempunyai kearifan lokal dalam melestarikan kekayaan SDGTL tanamantradisional(Widodoet al.,2013). InventarisasiSDGTLperlumemperhatikankulturbudayatersebut,disampingkeragamanekologiyangtersebardiJawaTimur.DijumpailimakulturbudayamasyarakatJawaTimuryangdominan,yaitukulturbudayaMadura,Pesisir,Pendalungan,OsingdanMataraman.

    3.2. Keragaman spesies di kebun pekarangan rumah Indeks Shanon (H) yang dihitung dalam lima kelompok tanaman pangan, yaitu tanaman

    pangan kelompok penyedia karbohidrat, tanaman pangan kelompok buahbuahan, tanaman pangankelompok sayuran dan tanaman pangan kelompok biofarmaka dan kelompok tanaman industri darimasingmasing wilayah kabupaten ada pada kisaran 2,1 3,0 kecuali untuk kelompok tanamanindustri yang indeksnya dibawah kisaran tersebut. Diversitas SDGTPL di tiga wilayah kabupatentermasuk sedang, kecuali dari kelompok tanaman industri yang divesitasnya sangat rendah. IndekEqualibility(EH)tanamanpangankeduawilayahkabupatenmendekatinilai1,menunjukkantingkatpemerataan spesies antar rumah tangga dalam wilayah yang relatif sama. Nilai koefesien Sorenson(SC) tidak ada yang mendekati 1, maknanya kekayaan SDGTPL kedua wilayah tidak memilikikesamaan struktur species (Tabel 2). Ini menjadi indikator bahwa budaya masyarakat setempatmenentukan macam kekayaan dan ragam SDGTPL. Tampaknyakultur budaya masyarakat Sumeneplebih menyukai untuk mengelola SDGT pangan bersumber vitamineral, sayuran, bumbu masak danemponempon. Berdasarkan hasil analisis di atas untuk wilayah pesisir tampaknya lebih menyukaimengelola SDGT pangan penyedia karbohidrat, serealia dan umbiumbian, sedangkan kebunpekaranganrumahdiwilayahBlitarlebihdominanbuahbuahandansayuranlokal.

    HasilpenelitianmenunjukkanbahwapekaranganrumahdiSumenepsebagianbesarsayuransebagaibasismasakanmenempati2747%darikomposisitotalspesies.PekaranganrumahdiBlitarberisi sejumlah relatif lebih tinggi dari spesies tanaman buah daripada di wilayah Sumenep danspesies buah yang ditemukan relatif rendah di pekarangan rumah di Kabupaten Tuban.Selain nilaigunalangsung,petanimempertahankankeanekaragamantanamanlokaldipekaranganrumahuntukalasan berikut: (1) untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan preferensi, (2) untuk memenuhikebutuhanspesifikdaribudayamakananlokaletnis,(3)meningkatkanpilihanketersediaansayuranberdaunsegar,rempahrempah,spesies,buahbuahandanlainlainditingkatrumahtangga,(4)aksesmudah ke makanan segar, (5) untuk menghemat uang dengan mengurangi pengeluaran untukkebutuhan seharihari, (6) untuk meningkatkan kemandirian sebagai akses ke pasar sulit di daerahterpencil, (7) untuk meningkatkan akses ke sumber vitamin dan mineral dengan biaya rendah, (8)untuk meningkatkan berbagai sayuran, buahbuahan, dengan memastikan nilai gizi, fungsional /kesehatan, yaitu antioksidan, hipoglikemik, karotenoid, fenolat, serat makanan (Sthapit et al., 2009;Galhenaet al.,2013).

    Ditemukan bahwa jumlah cukup banyak spesies yang baik sudah terdomestikasi atau dalam

    prosesdomestikasidirumahkebununtukkonsumsirumahSpesies inidikumpulkandarihutandanlahan limbah dan dilestarikan onfarm untuk nilai khusus mereka. Penelitian ini terbatas untukmengidentifikasi sumbersumber benih dan nilai guna mereka saja. Sebagian besar, spesies yangmemiliki nilai obat dan budaya yang dijinakkan di kebun rumah daerah bukit dan spesies tanamanyangdigunakanuntuktujuansayurandanbuahpeliharaandikebunrumah.

    Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan speciesdalam komunitas.Keanekaragaman terdiri dari 2 komponen yakni (1) Jumlah total spesies, dan (2)Kesamaan(Bagaimanadatakelimpahantersebardiantarabanyakspesies).

  • 8

    Tabel 2. Indeks diversitas spesies pada lima kelompok tanaman pangan di tiga wilayah kabupaten di Jawa Timuryang berbeda kultur budayanya

    No Wilayah Kelompok pangan

    SDGT pangan SDGT buah SDGT sayuran SDGT biofarmaka SDGT industri

    H EH H EH H EH H EH H EH

    1 Sumenep 2,261 0,952 2,432 0.580 2,361 0,647 2,369 0,953 0,693 0,673

    2 Tuban 2,420 0.917 2,159 0,611 2,216 0,892 2,047 0,824 0,387 0,418

    3 Blitar 2,325 0,932 2,235 0,595 2,302 0,743 2,213 0,901 0,482 0,532

    Koef Sorensen (SC)

    0,401 0,039 0,160 0.332 0,182

    Kriteria : Diversitas tinggi jika H = 3,1 4,0 Diversitas sedang jika H = 2,1 3,0 Diversitas spesies rendah jika H = 1,1 2,0 Diversitas spesies sangat rendah jika H = 1,0 EH = tingkat pemerataan spesies dalam suatu wilayah EH makinmendekati 1, maka jumlah individu antar spesies dlm suatu wilayah mendekati sama SC = Kemiripan strutur spesies antar wilayah SC makin mendekati 1 maka struktur spesies antar wilayah makin mirip

    Hubunganlinearyangeratantarakekayaantradisionaldankemerataan,yangdiperolehsecara

    empiris dari data di sini mencakup berbagai macam tanaman dari tigakabupaten di Jawa Timur,

    adalah penting dari dua perspektif. Pertama, ini menunjukkan bahwa perkiraan kekayaan dapat

    didekati oleh kemerataan kepemilikan SDG lokal individu rumah tangga. Kekayaan adalah statistik

    keragaman yang paling penting dalam konservasi. Tetapi, menurut Devra et al. (2008) ia memiliki

    kelemahanyang inherentergantungpadaukuransampel,meskipunkemerataandapatdiperkirakan

    darisampelkecil.Penemuankeeratanhubungankeseluruhanantaraduaukuranberartibahwasalah

    satu statistik, tepat berubah, dapat digunakan untuk perkiraan dari yang lain. Meskipun kekayaan

    yang dikenal dapat berkontribusi terhadap tindakan, varians standar frekuensi (yaitu, kemerataan)

    adalah komponen substansial. Oleh karena itu, indeks Shanon menerima dukungan ekologi sebagai

    ukuran keragaman kemerataan. Kedua, penyimpangan setiap titik bivariat dari garis itu sendiri

    membawainformasipentinguntukpengelolaankonservasi.

  • 9

    3.3. Memilih tanaman prioritas

    PendekatandalammemilihtanamanprioritasmenggunakanFCA,yaituteknikpenilaiancepatyangmemetakankeragamantanamanpanganlokaldikebunpekaranganrumah.Inijugamerupakanmetode untuk mengidentifikasi umum , jenis tanaman pangan lokal langka dan uniksehingga dapatmenentukan macam intervensi yang diperlukan untuk konservasi yang pengelolaannya berbasismasyarakat. Metode ini dimulai dengan diskusi kelompok terfokus ( FGD ) di kalangan petani dariberbagai desa, campuran kelompok jenis kelamin dan usia. Ilmuwan , yang bertindak sebagaifasilitator, meminta petani jumlah dan distribusi spesies pohon buah, varietas atau aksesi lokalberdasarkanjumlahtanamanyangdimilikiolehrumahtangga.

    Hasil inventarisasi SDG pangan lokal menunjukkan bahwa pada tiga kabupaten sasaran

    memilikikekayaan19macampanganlokaldarikelompokpanganserealiadanumbiumbian,dimanajumlahspesiesuwiuwiantertinggi(5spesies),meskipunhanyaditemukan12aksesidibawahjumlahaksesidalamsatuspesiesubijalar(Tabel3).Untuksumberpangandaritanamansayuranjugaterdiridari 28 jenis, 58 spesies dan 127 aksesi dengan jumlah spesies palng tinggi ditunjukkan oleh 12spesiesdengan15aksesi.Untukspesies tanamanbuahyangdominanadalah jenis tanamanmanggadanjeruk.

    MenurutSalmaetal.,(2012)dalammempertahankankeanekaragamantanamanbuah,sangat

    pentinguntukmengetahuisejauhmanadandistribusispesiesendemikataulandracesdisuatudaerah.DiMalaysia,jenispohonbuahyangdibudidayakandikebunrumahdankebunsementarakerabatliardapat ditemukan tumbuh di hutan. Sebuah survei yang normal untuk mencari distribusi dankeragamanspesiesbuahinibisasangatmemakanwaktu.Namun,adacarayanglebihcepatdanlebihmudahuntukmemetakandiversitasspesiesatauvarietasmenggunakanFCA.Berdasarkananalisis inimenunjukkan bahwa spesiesspesies atau varietas yang menempati kuadran IV, yaitu spesies atauvarietas yang hanya dimiliki oleh sedikit rumah tangga dengan jumlah tanaman sedikit ataupekarangansempit dianggap langka.Spesiesatauvarietasyang terdapatpadakuadraninimenurutpenilaianmasyarakatditigakabupatendiJawaTimur,anataralaindarikelompokpanganserealiadanumbiumbian adalah padi lokal, cantel, juwawut, sorgum, kentang hitam,sedangkan dari kelompoksayuranadalahbenguktegak,kecipirgimbal,kacangucu,kacangkayu,dankotcai(Gambar1).Spesiesatau varietas yang dimiliki oleh banyak rumah tangga dengan jumlah tanaman sedikit atau di lahankebun pekarangan rumah yang sempit (Kuadran I), antara lain jagung lokal, suweg, ganyong, garut,korokoroan, seledri, labu, sawi, slada, pare, kelor, katu, salak, alpukat, pace, pisang, asam jawa.Tanaman gandum, bentul, kentang, kacang tunggak, kacang gude, kacang panjang, bawang merah,kobis,durian,bisbul,sawo,manggis,lengkeng,jerukdannenasjumlahnyabanyakdimilikiolehsedikitrumahtangga(Kuadran II).Kebijakanpadakuadran iniantara lainperluadanyapemilihanvarietastanamandalammeningkatkanproduktivitastanaman.MenurutTirantidanNegri(2007)sedikityangdiketahui tentang organisasi diversitas SDG lokal dan tentang kekuatan yang membentuk danmemeliharadalamdankeanekaragamanantarpopulasivarietaslokal.Tetapi,pengetahuaninisangatpenting untuk kegiatan konservasi dan pemuliaan, karena sifat lokal spesifik dapat dipetakan.Informasiinidapatdigunakanuntukmenentukanspesiesspesiesyangsesuaistrategikonservasion- farm yangdapatberfungsisebagaimodeluntukpopulasilain.Populasispesiesyangterancaminidapatdipertajam dengan memeriksa ulang melalui penanda molekuler. Spesies lokal tampaknya menjadipopulasigenetikterstrukturdimanakeragamansubstansialdipertahankanpadatingkatsubpopulasi.Konservasi on- farmyang tepat dari landrace terstruktur memerlukan pemeliharaan seluruhmasyarakat.

  • 10

    Tabel 3. Nama jenis lokal, jumlah spesies dan aksesi SDG lokal dari Kabupaten Sumenep, Blitar dan Tuban

    No.

    Kelompok pangan serealia dan umbi-umbian

    No Kelompok pangan sayuran No. Kelompok tanaman buah

    Nama lokal Jumlah spesies

    Jumlah aksesi

    Nama lokal Jumlah spesies

    Jumlah aksesi

    Nama lokal Jumlah spesies

    Jumlah aksesi

    1 Padi lokal 1 13 20 Kacang tunggak 1 13 48 Mangga 5 15

    2 Jagung lokal 1 6 21 Kacang gude 1 3 49 Sirsak 3 3

    3 Cantel 1 4 22 Koro-koroan 12 15 50 Durian 2 15

    4 Juwawut 1 3 23 Benguk 3 5 51 Bisbul 1 2

    5 Sorgum 1 3 24 Kecipir 1 3 52 Sawo 2 3

    6 Gandum 1 3 25 Kacang komak 3 3 53 Manggis 1 1

    7 Kedelai 1 5 26 Koro pedang 3 4 54 Sukun 4 7

    8 Kacang tanah 1 7 27 Kacang Ucu 1 1 55 Duku 3 7

    9 Ubi kayu 2 15 28 Kacang kayu 1 1 56 Rambutan 2 5

    10 Ubi jalar 1 19 29 Kacang Panjang 1 3 57 Lengkeng 1 3

    11 Uwi-uwian 5 12 30 Buncis 2 4 58 Salak 2 5

    12 Suweg 1 3 31 Kotcai 1 1 59 Jambu 4 9

    13 Porang 1 1 32 Seledri 1 1 60 Jeruk 5 8

    14 Ganyong 1 3 33 Kenikir 2 3 61 Alpukat 1 5

    15 Garut 1 3 34 Mentimun 1 4 62 Blimbing 2 2

    16 Talas 2 5 35 Terong 2 4 63 Pepaya 1 5

    17 Bentul 2 8 36 Tomat 1 3 64 Nenas 2 3

    18 Kentang 1 5 37 Labu 5 8 65 Pace 1 3

    19 Kentang Hitam 1 3 38 Bayam 2 5 66 Pisang 4 13

    Jumlah 26 131 39 Cabai rawit 2 11 67 Asam jawa 1 3

    40 Cabai besar merah 1 5 Jumlah 47 117

    41 Bawang merah 1 8

    42 Sawi 2 3

    43 Slada 3 5

    44 Pare 2 5

    45 Kelor 1 2

    46 Katu 1 1

    47 Kobis 1 3

    Jumlah 58 127

  • 11

    Gambar 1. FSA

    Banyak rumah tangga

    Sedikit rumah tangga

    Pekarangan luas/Banyak tanaman

    Pekarangan sempit/sedikit tanaman

    1; 3; 4; 5; 19; 23; 24; 27; 28; 31; 55; 66

    7; 8; 9; 10; 11; 16; 30; 33; 34; 35; 36; 38; 39; 40; 48; 49; 54; 56; 59; 62; 63

    2; 12; 14; 15; 22; 32; 37; 42; 43; 44; 45; 46; 58; 61; 65; 66; 67

    6; 17; 18; 20; 21; 29; 41; 47; 50; 51; 52; 53; 57; 60; 64

  • 12

    Aksesi tanaman pangan lokal seringkali mempunyai sifat unik dalam merespon perubahanlingkungan ekstrim. Pemulia memanfaatkan sifat unik pada aksesi tanaman lokal tersebut untukmateriperakitanvarietas,agardiperolehvarietasunggulbaruyangmempunyaisifatbarulebihbaikdari tetuatetuanya. Aksesiaksesi tanaman lokal yang ditanam oleh petani secara turuntemurun,kemudiandipilihturunanterbaiksetiapkali tanammenjadicikalbakalterbentuknyavarietasunggullokal. Dua puluh tiga petani pemilik aksesi tanaman lokal dari masingmasing kabupaten dimintaperanannyauntukidentifikasisifatunikpadaFGD.Hasilpenilaian,antarakesepahamansifatpentingyangberlakuumumuntukperbaikanvarietastanamanpangan,terdiridari(1)umurgenjah,(2)tahankekeringan,(3)tahannaungan,(4)dwarft,(5)tahanorganismepengganggu,(6)hasiltinggi,(7)inputrendah, (8) pangan fungsional, (9) lama daya simpan, (10) aroma kuat, (11) taraf warna hasil, (12)mudah diolah, (13) multiguna, (14) citarasa, (15) mudah dalam pengangkutan, (16) tidak mudahrusak.Identifikasisifatsifatmenurut16kriteriatersebutmenghasilkanpenilaian42aksesitanamanpanganlokalyangmempunyaisifatunggul(Tabel4).Tetapipetanitidakcukupberanimemutuskanadanya aksesiaksesi tersebut termasuk mempunyai sifat input rendah, tahan OPT, dan/atau tidakmudahrusakdalampengangkutan.Petanimemberikanpenilaianlebihbanyakaksesitanamanpanganlokalyangmempunyaisifatsebagaipangan fungsional.Duapuluhduaaksesiyang telahdinilaiolehpetani tersebut dikoleksi oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur untuk stok sumbergenetik,dansebagianlagiditanamdilapanguntukkarakterisasidanpemurnian,kecualiaksesiyangdiperolehdalambentukbibitlangsungditanamdilapang.

    Menurut Frison et al. (2011) diversitas SDG lokal sampai sekarang telah dihargai dalamprogram pemuliaan untuk meningkatkan produktivitas varietas tanaman. Ini dapat memberikankontribusi yang jauh lebih besar untuk peningkatan produktivitas. Secara khusus, penyebaran yanglebih luas dari diversitas hayati pertanian merupakan komponen penting dalam pasokan makananberkelanjutan yang lebih aman. Diversitas spesies dapat meningkatkan produktivitas sistempertanian dalam berbagai kondisi pertumbuhan, dan sistem pertanian yang lebih beragam jugaumumnya lebih tahan dalam menghadapi gangguan, sehingga meningkatkan ketahanan pangan.Keanekaragaman dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangidampak dari hama dan penyakit. Keragaman diet, yang terdapat pada sistem pertanian beragam,memberikan gizi yang lebih baik dan kesehatan yang lebih besar, dengan manfaat tambahan bagiproduktivitasmanusiadanmatapencaharian.Diversitasspesiespertanianjugasangatpentinguntukmengatasi dampak perubahan iklim, tidak hanya sebagai sumber sifat tetapi sebagai dasardasarekosistempertanianlebihtangguh.

  • 13

    Tabel 4. Aksesi-aksesi tanaman pangan lokal unggul berdasarkan penialaian petani

    No. Nama lokal aksesi Nama ilmiah Ciri unggul atau unik

    1. Padi Laut Rendah Oryza sativa L. Tahan WBC, hawar daun dan OPT lainnya kecuali tikus, beras merah

    2. Padi Bawean Oryza sativa L. Genjah, beras dan nasi sangat harum 3. Padi Hitam BWI Oryza sativa L. Genjah, beras hitam

    4. Jagung Ketan Putih Zea mays L. Genjah, pulut, biji bening

    5. Sorgum merah Sorgum bicolor (L) Moech.

    Nasi merah bermanfaat penawar sembelit dan masuk angin

    6. Ubi kayu Kabubuh Manihot esculenta Crantz

    Tanaman mungil, daun unik, umur panen 4-6 bulan setelah tanam

    7. Uwi Ratu Dioscorea alataL. Genjah, umbi sangat besar, ungu, pulen

    8. Bentul Bokor Colocasia esculenta (L.) Schott

    Genjah, umbi besar bentuk bulat, kuning, tidak beranak

    9. Pisang Lempeneng Musa sapientum L. Genjah, 5-6 sisir per tandan, sesuai untuk olahan

    10. Pisang Gandul Musa acuminata L. Genjah, buah unik

    11. Pisang Dobla Musa acuminata L. Pisang satu pohon bertandan buah ganda (2-4 tandan/batang)

    12. Kacang Sriwet Vigna unguiculata L. Kacang tunggak tegak, polong ungu, produktif

    13. Cabai Kijangan Capsicum fruitescens L. Cabai buah tegak, susunan buah dompol (4-7 buah/dompol), pedas

    14. Cabai Bodong Capsicum annuumL. Batang perdu, tahunan, buah mirip paprika, sangat pedas

    15. Kecipir Gimbal Psophocarpus tetragonolobus L.

    Polong sangat panjang 35-60 cm, gimbal, halus

    16. Benguk Tegak Mucuna spp. Genjah, batang tidak merambat,

    17. Koro Sani Phaseolus lunatusL. Sangat genjah, produktif, enak konsumsi mentah

    18. Sawi Liman Lactuca canadensis L. var. canadensi

    Genjah, tahan OPT

    19. Koro Pedang Canavalia ensiformisDC.

    Genjah, batang tegak, produktif

    20. Durian Merah Durio zibethinus L. Durian daging buah merah

    21. Jambu Dersono Syzygium malaccense Merr. & Perry

    Produktif tiga kali panen dalam satu tahun

    22. Bengkuang Buto Pachyrhizus erosus L. Genjah, bobot umbi 8-20 kg/batang

  • 14

    Kesimpulan

    1. Inventarisasi SDGTPL pada tiga kabupaten sasaran di Jawa Timur memiliki kekayaan 19macamtanaman pangan lokal dari kelompok pangan serealia dan umbiumbian yang terdiridari26spesiesdari131aksesi;28macamdarikelompoksayuranterdiridari58spesiesdari127aksesi,dan20macamdarikelompoktanamanbuahterdiridari47spesiesdari117aksesi,ditambahberbagaimacamtanamanbiofarmakadantanamanindustri.

    2. DiversitasSDGTlokalditigawilayahkabupatendiJawaTimuryangberbedakulturbudayanyamenunjukkantarafSEDANG,baikitutanamanpangankelompokserealiadanumbiumbian,sayuran,buahbuahan,biofarmakadankecualitanamanindustriyangdiversitasnyarendah.

    3. Tingkat pemerataan kepemilikan spesies antar rumah tangga dalam satu wilayah kabupatenrelatifsama,tetapiberbedastrukturataumacamspesiesSDGTPLantarketigakabupaten.

    4. Kulturbudaya masyarakatsetempatmenentukanragamkekayaanSDGTPL, dimanabudayamasyarakat Madura lebih menyukai mengelola SDGT pangan bersumber vitamineral, bumbumasak dan emponempon daripada masyarakat kultur budaya pesisir Tuban yang lebihmenyukaimengelolaSDGTpanganpenyediakarbohidratdanberbedadengankulturbudayaMataramandiwilayahkabupatenBlitaryanglebihmenyukaimengelolaSDGTPLbuahbuahandansayuran.

    5. Spesiesatauvarietasyangrawanpunahataulangka,yaituhanyadimilikiolehsedikitrumahtanggadengan jumlahtanamanyangsedikitpadakebunpekaranganyangsempit,antara laindarikelompokpanganserealiadanumbiumbian,adalahpadilokal,cantel,juwawut,sorgum,kentanghitam,sedangkandarikelompoksayuranadalahbenguktegak,kecipirgimbal,kacangucu, kacang kayu, dan kotcai, dan tidak dijumpai spesies rawan punah dari kelompok buahbuahan.

    6. DuapuluhduaaksesiunggullokaltelahdipiliholehpetaniuntukpengembanganSDGTPL,baikuntukpengembanganvarietasunggullokalmaupunsumbergenetikdalamperakitanvarietasunggulbarutanaman.

  • 15

    Daftar Pustaka Anonimous.2013.JawaTimur.http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_TimurBaniya,B.,Subedi,A.,Rana,R.B.,Tiwari,R.T.,Chaudhury,P.,Shrestha,S.,Yadav,R.B.,Gauchan,D.&

    Sthapit,B.R.2003.Whataretheprocessesusedtomaintaingeneticdiversityonfarm?pp.2023,in: D.Gauchan,B.R.Sthapit&D.I.Jarvis(editors).Agrobiodiversity conservation on-farm: Nepalscontribution to a scientific basis for national policy recommendations.Proceedingsofaworkshop,10February2002,Kathmandu,Nepal.IPGRI,Rome,Italy.

    DaradjatM,SilitongaS,Nafisah.2008.KetersediaanPlasmaNutfahUntukPerbaikanVarietasPadi.

    Dalam:Daradjat,A.A.,A.Setyono,A.K.MakaridanA.Hasanuddin(Eds.).Padi,inovasiteknologidanproduksi.BalaiBesarPenelitianTanamanPadi.Sukamandi.

    Frankham,R,J.D.Ballou&D.A.Briscoe.2002.Introductiontoconservationgenetics.Cambridge

    UniversityPress.UK.Frison,E.A.,J.CherfasandT.Hodgkin.2011.AgriculturalBiodiversityIsEssentialforaSustainable

    ImprovementinFoodandNutritionSecurity.Sustainability3:238253GalhenaD.H.,R.FreedandK.M.Maredia.2013.Homegardens:apromisingapproachtoenhance

    householdfoodsecurityandwellbeing.AgricultureandFoodSecurity2(8):113.Godt,J.W.andHamrick,J.L.1996.Geneticstructureoftwoendangerpitcherplants,Sarracenia jonesii

    andSarracenia oreophila(Sarraceniaceae).Amer.J.Bot.83:10161023.HamrickJ.L.andM.J.W.Godt.1990.Allozymediversityinplantspecies.In:BrownA.H.D.,M.T.Clegg,

    A.L.KahlerandB.S.Weir(Eds.)Plantpopulationgenetics,Breedingandgeneticresources.pp.4363.Sinauer.Sunderland.

    HazellP.,C.Poulton,S.Wiggins,andA.Dorward.2007.TheFutureofSmallFarmsforPoverty

    ReductionandGrowth.InternationalFoodPolicyResearchInstitute.Sustainablesolutionsforendinghungerandpoverty.38p.

    Idris,S.2011.FourCellAnalysis:Mappingoutfruittreediversityinhomegardens.APONews58.

    http://aponewsletter.bioversityinternational.org/HTML/APONL58_files/58_04.html.

    JarvisD.I.,A.H.D.Brown,P.H.Cuong,L.ColladoPanduro,L.LatournerieMorenoetc.2008.Aglobalperspectiveoftherichnessandevennessoftraditionalcropvarietydiversitymaintainedbyfarmingcommunities.PNASEarlyEdition:16.

    Jarvis,D.,T.Hodgkin,B.R.Sthapit,C.Fadda,andLopezNoriega,I.2011.Aheuristicframeworkfor

    identifyingmultiplewaysofsupportingtheconservationanduseoftraditionalcropvarietieswithintheagriculturalproductionsystem.Critical Reviews in Plant Sciences,30(12):149

    Smith,W.G.2011.EcologicalAnthropologyofHouseholdsinEastMadura,Indonesia.Thesis,

    WageningenUniversity,Wageningen,NL.ISBN9789085859338PurnomoS.,S.Hosni,A.A.Widodo,T.Zubaidi,HandokodanBonimin.2013.InventarisasiSumberdaya

    GenetikLokalTanamanPangandiPekarangandanLuarPekaranganRumahTangga.LaporanHasilPengkajian.BalaiPengkajianTeknologiPertanian.27hlm.

    Odebode,O.S.2006.Assessmentofhomegardeningasapotentialsourceofhouseholdincomein

    AkinyeleLocalGovernmentAreaofOyoState.Nig.J.HorticultureSci(2):4755.

  • 16

    ShresthaP.K.,R.GautamandB.Sthapit.2004.Mainstreamingfindingsofhomegardenprojectforon

    farmbiodiversitymanagementandimprovinglivelihoods:Policyandprogrammeimplications.HomeGardensinNepal.

    SthapitB.R.,andV.R.Rao.2009.ConsolidatingCommunitysRoleInLocalCropDevelopmentby

    PromotingFarmerInnovationtoMaximisetheUseofLocalCropDiversityfortheWellBeingofPeople.ActaHort.(ISHS)806:669676.

    TirantiB.,andV.Negri2007.Selectivemicroenvironmentaleffectsplayaroleinshapinggenetic

    diversityandstructureinaPhaseolusvulgarisL.landrace:implicationsforonfarmconservation.MolEcol.16(23):49424955.

    Weirsum,K.F.2006.DiversityandchangeinhomegardencultivationinIndonesia.In:KumarB.M.,

    andP.K.R.Nair(Eds.).TropicalHomegardensATimeTestedExampleofSustainableAgroforestry.pp.110.

    WidodoA.A.,Handoko,B.PikukuhdanS.Purnomo.2013.KearifanlokalpetaniSumenepdanTuban

    dalammenyimpandanmenabungbenihuntukkelestariansumberdayagenetiktanamanpangandipekarangan.MakalahWorshopSumberDayaGenetik.