tuk

6
ujuan khusus TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya. 1) Kriteria evaluasi : Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi. 2) Intervensi Bina hubungan saling percaya dengan : a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal. b) Perkenalkan diri dengan sopan. c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien. d) Jelaskan tujuan pertemuan. e) Jujur dan menepati janji. f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan interaksi selanjutnya. TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi 1) Kriteria evaluasi : a) Klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi timbulnya halusinasi. b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya. 2) Intervensi a) Adakan sering dan singkat secara bertahap. Rasional : Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling percaya juga dapat memutuskan halusinasinya.

Upload: farida-agustiningrum

Post on 05-Feb-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

essay

TRANSCRIPT

Page 1: Tuk

ujuan khusus

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

1)  Kriteria evaluasi :

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau

menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan

masalah yang dihadapi.

2)  Intervensi

Bina hubungan saling percaya dengan :

a)  Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.

b)  Perkenalkan diri dengan sopan.

c)  Tanyakan  nama  lengkap  klien  dan  nama  panggilan  yang  disukai klien.

d)  Jelaskan tujuan pertemuan.

e)   Jujur dan menepati janji.

f)    Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g)   Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

Rasional :

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar  hubungan interaksi selanjutnya.

TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi

1)  Kriteria evaluasi :

a)  Klien   dapat   menyebutkan  waktu,  isi    dan   frekuensi   timbulnya halusinasi.

b)  Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.

2)  Intervensi

a)  Adakan sering dan singkat secara bertahap.

Rasional :

Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling percaya juga dapat memutuskan

halusinasinya.

b)    Observasi  tingkah  laku  klien  terkait  dengan halusinasinya. Bicara dan tertawa tanpa stimulus,

memandang ke kiri dan ke kanan seolah-olah ada teman bicara.

Rasional :

Page 2: Tuk

Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan perawat dalam melakukan intervensi.

c)  Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :

–  Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara yang di dengar.

– Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan.

– Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya

(dengan nada sahabat tanpa menuduh/menghakimi).

– Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain yang sama seperti dia.

– Katakan bahwa perawat akan membantu klien.

Rasional :

Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindari faktor timbulnya halusinasi.

d)  Diskusikan dengan klien tentang :

–    Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.

–    Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri, jengkel, sedih)

Rasional :

Dengan mengetahui waktu, isi dan frekuensi munculnya halusinasi mempermudah tindakan keperawatan yang

akan dilakukan perawat.

e)  Diskusikan dengan klien apa yang  dirasakan  jika  terjadi  halusinasi

(marah, takut, sedih, tenang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

Rasional :

Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi pada klien.

TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya.

1)  Kriteria evaluasi :

a)  Klien   dapat   menyebutkan  tindakan   yang   biasanya     dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.

b)  Klien dapat menyebutkan cara baru.

c)  Klien  dapat  memilih  cara  mengatasi  halusinasi  seperti  yang telah didiskusikan dengan klien.

d)  Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi.

e)  Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.

2)  Intervensi

Page 3: Tuk

a)  Identifikasi  bersama  klien  tindakan   yang   dilakukan  jika    terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan

diri sendiri dan lain-lain)

Rasional :

Upaya untuk memutus siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut.

b)  Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.

Rasional :

Reinforcement dapat mneingkatkan harga diri klien.

c)  Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi :

–    Katakan : “Saya tidak mau dengar kau” pada saat halusinasi muncul.

–  Menemui orang lain atau perawat, teman atau anggota keluarga yang lain untuk bercakap-cakap atau

mengatakan halusinasi yang didengar.

–    Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.

–    Meminta keluarga/teman/perawat, jika tampak bicara sendiri.

Rasional :

Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi.

d)  Bantu   klien   memilih   cara   dan   melatih   cara   untuk  memutus halusinasi secara bertahap, misalnya

dengan :

–    Mengambil air wudhu dan sholat atau membaca al-Qur’an.

–    Membersihkan rumah dan alat-alat rumah tangga.

–    Mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat (pengajian, gotong royong).

–    Mengikuti kegiatan olah raga di kampung (jika masih muda).

–    Mencari teman untuk ngobrol.

Rasional :

Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih salah satu cara untuk mengendalikan

halusinasi dan dapat meningkatkan harga diri klien.

e)  Beri  kesempatan  untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.

Rasional :

Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah dipilih.

f)   Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita dan stimulasi persepsi.

Page 4: Tuk

                    Rasional :

Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi realitas akibat halusinasi.

TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

1)  Kriteria evaluasi

a)  Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.

b)  Keluarga  dapat  menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan unutk mengendalikan halusinasi.

2)  Intervensi

a)  Membina  hubungan  saling  percaya  dengan   menyebutkan   nama, tujuan pertemuan dengan sopan dan

ramah.

Rasional :

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan interaksi selanjutnya.

b)  Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga.

Untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

c)  Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang :

–    Pengertian halusinasi

–    Gejala halusinasi yang dialami klien.

–    Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.

–    Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah, misalnya : beri kegiatan, jangan biarkan

sendiri, makan bersama, bepergian bersama.

–    Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko

mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Rasional :

Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan menambah pengetahuan keluarga cara

merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah halusinasi.

TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

1)  Kriteria evaluasi

a)  Klien  dan  keluarga  dapat  menyebutkan  manfaat,  dosis  dan   efek samping obat.

b)    Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.

c)    Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.

Page 5: Tuk

d)    Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsutasi.

e)    Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.

2)  Intervensi

a)  Diskusikan  dengan  klien  dan  keluarga tentang dosis dan frekuensi serta manfaat minum obat.

Rasional :

Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat diharapkan klien melaksanakan program pengobatan.

b)  Anjurkan  klien  minta  sendiri  obat  pada  perawat  dan  merasakan     manfaatnya.

Rasional :

Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.

c)    Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan efek samping obat yang dirasakan.

Rasional :

Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa yang harus dilakukan setelah minum obat.

d)    Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.

Rasional :

Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.

e)    Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar dosis, benar obat, benar waktunya, benar

caranya, benar pasiennya).

Rasional :

Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan

secara bertahap.

G.  DAFTAR PUSTAKA

Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nuersing cotemporary Practice, Edisi9th, Lippincott Raven Publisrs,

Philadelphis.

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

Johnson, B.S. (1995). Psyciatric-Mental Health Nursing Adaption and Growt, Edisi 2th, Lippincott-Raven

Publisrs, Philadelphia.

Kusuma, W, (1997). Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Ed I, Profesional Books, Jakarta.

Keliat, B.A, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed I, EGC Jakarta.

Maramis, W.f, (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya.

Rasmun, (2001), Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan Keluarga, Ed I, CV. Sagung

Seto, Jakarta.

Rawlins, R.P & Heacock, PE, (1998). Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing, Edisi 1, the C.V Mosby Company,

Toronto.

Page 6: Tuk

Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta.

Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri(terjemahan), Edisi 3,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.