tujuan dan standar kompetensi mengajar dan belajar dalam standar proses pendidikan

36
Tugas kelompok 1 TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran) Oleh: Kelas B/VI Asma Palupi : 1211060128 Fitri Mulyana : 1211060062 M. Widi Irawansyah : 1211060196 Wiwit Nurhasanah : 1211060033 Dosen: Supriyadi, M.Pd PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1

Upload: google

Post on 29-Jul-2015

197 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Tugas kelompok 1

TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI

MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran)

Oleh:

Kelas B/VI

Asma Palupi : 1211060128

Fitri Mulyana : 1211060062

M. Widi Irawansyah : 1211060196

Wiwit Nurhasanah : 1211060033

Dosen: Supriyadi, M.Pd

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

2015

1

Page 2: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................

1.1 Latar Belakang.......................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................

2.1 Tujuan dan Standar Kompetensi.........................................................

a. Pentingnya Perumusan Tujuan...........................................................

b. Tingkatan Tujuan.................................................................................

c. Tujuan dan Kompetensi.......................................................................

d. Standa Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan..............................

e. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran Biologi..................

f. Merumuskan Tujuan Pembelajaran..................................................

2.2 Mengajar dan Belajar dalam Standar Proses Pendidikan................

a. Konsep Dasar Mengajar......................................................................

b. Perlunya Paradigma Tentang Mengajar............................................

c. Makna Mengajar dalam Standar Proses Pendidikan.......................

d. Teori-Teori Belajar..............................................................................

BAB III PENUTUP.....................................................................................

3.1 Kesimpulan.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya

dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud manusia bahwa

manusia bagaimanapum juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara

kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan

berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi.

Dari berbagai bentuk interaksi, khususnya mengenai interaksi yang di sengaja, ada

istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif adalah interaksoi yang berlangsung

dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu

interaksi edukatif perlu dibedakan dari interkasi yang lain. Dalam arti yang lebih

spesifik pada bidang pengajaran, dikenal adanya istilah interaksi belajar-mengajar.

Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, standar proses pendidikan (SPP)

memiliki peran yang sangat penting. Oleh sebab bagaimanapun idealnya standar isi

dan standar lulusan serta standar-standar lainnya, tanpa di dukung oleh standar

proses yang memadai, maka standar-standar tersebut tidak akan memiliki nilai apa-

apa. Dalam konteks itulah standar proses pendidikan merupakan hal yang harus

mendapat perhatian bagi pemerintah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam makalah ini akan di kaji mengenai

tujuan dan standar kompetisi mengajar dan belajar dalam standar proses

pendidikan.

1.2 Rumusan Makalah

Adapun rumusan masalah yang di munculkan adalah:

1. Apa pentingnya perumusan tujuan dalam pembelajaran?

2. Bagaimana tingkatan tujuan pendidikan secara umum dan khusus?

3. Bagaimana tujuan dan kompetensi dalam konteks pembelajaran?

4. Apa saja kualifikasi standar kompetensi lulusan satuan pendidikan?

3

Page 4: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

5. Apa saja standar kompetensi kelompok mata pelajaran biologi?

6. Bagaimana merumuskan tujuan dalam pembelajaran?

7. Bagaimana mengajar dan belajar dalam standar proses pendidikan?

8. Apa saja konsep dasar mengajar?

9. Apa perlunya perlunya perubahan paradigma tentang mengajar?

10. Apa makna mengajar dalam standar proses pendidikan?

4

Page 5: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

BAB II

PEMBAHASAN

1.3 Tujuan dan Standar Kompetensi

A. Pentingnya Perumusan Tujuan

Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan

yang bertujuan. Sebagai kegiatan yang bertujuan, maka segala sesuatu yang

dilakukan guru dan siswa hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Oleh sebab itu, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang

harus dilakukan dalam merancang sebuah program pembelajaran.

Mengajar bukan hanya proses menyampaikan materi pelajaran kepada siswa

dan bukan hanya sekedar ceramah yang diukur oleh seberapa banyak materi itu

telah disampaikan kepada siswa, melainkan mengajar adalah proses untuk

mencapai tujuan. Dengan demikian, kriteria keberhasilan diukur oleh bagaimana

aktivitas siswa untuk mempelajari bahan pelajaran serta seberapa banyak materi

yang telah dikuasainya itu mampu mempengaruhi pola pikir siswa.1

Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu

program pembelajaran yaitu :

1. Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas

keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil

manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan itu

merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses

pembelajaran.

2. Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan

belajr siswa. Tujuan yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam

melaksanakan aktivitas belajar.

3. Tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesai sistem pengajaran

1 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung : Kencana. 2006. h. 63

5

Page 6: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

4. Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-

batas dan kualitas pembelajaran.

B. Tingkatan Tujuan

Dilihat dari hirarkisnya tujuan pendidikan terdiri atas tujuan yang sangat umum

sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur. Tujuan pendidikan dibagi

menjadi empat yaitu2 :

1. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)

TPN adalah tujuan umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan

pedoman oleh setiap usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggaraan

pendidikan harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik

pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal maupun

nonformal. TPN merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan

pendidikan.

Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai

pancasila dirumuskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3, yang

merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

2. Tujuan Institusional (TI)

Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga

pendidikan. Dengan kata lain tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang

harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan

program disuatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional merupakan tujuan

2 Loeloek Endah Purwati, Sofan Amri. Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka. 2013. h. 44

6

Page 7: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan

setiap jenjang pendidikan. Seperti misalnya standar kompetensi pendidikan dasar,

menengah, kejuruan dan jenjang pendidikan tinggi.

Berikut contoh tujuan institusional, seperti yang tertuang dalam peraturan

Pemerintahan Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab V Pasal

26 dijelaskan standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk

meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikian lebih lanjut.

3. Tujuan Kurikuler (TK)

Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau

mata pelajaran. Tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus

dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam

suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler juga pada dasarnya merupakan tujuan

untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan.

Pada peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan pasal 6 dinyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan menengah terdiri atas :

a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

d) Kelompok mata pelajaran estetika

e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

4. Tujuan Pembelajaran atau Instruksional (TP)

Tujuan pembelajaran atau instruksional merupakan tujuan yang paling khusus.

Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat didefinisikan

sebagai kemampuan yang harus dimili oleh oleh anak didik setelah mereka mempelajari

bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.3

3 Wina Sanjaya. Op.Cit h. 68

7

Page 8: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

C. Tujuan dan Kompetensi

Dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan yang

harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Kompetensi adalah

perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam

kebiasaan berpikir dan bertindak.

Dalam kompetensi sebagai tujuan, didalamnya terdapat beberapa aspek, yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan dalam bidang kognitif.

2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap

individu.

3. Kemahiran (skill), yaitu kemampuan individu untuk melaksanakan secara

praktik tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

4. Nilai (value), yaitu norma-norma yang dianggap baik oleh individu.

5. Sikap (antitude) yaitu pandang individu terhadap sesuatu.

6. Minat (interest), yaitu kecerdasan individu untuk melakukan suatu perbuatan.

Kompetensi sebagai tujuan dalam kurikulum itu bersifat komplek. Tujuan yang

ingin dicapai dalam kompetensi ini bukan hanya sekedar pemahaman akan materi

pelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat

mempengaruhi cara bertindak dan berprilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Klasifikasi kompetensi mencangkup :

1. Kompetensi lulusan, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai oleh pesertaa

didik setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau satuan pendidikan

tertentu. Misalnya, kompetensi lulusan SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA dan SMK.

Dilihat dari tujuan kurikulum, kompetensi lulusan termasuk tujuan institusional.

2. Kompetensi Standar, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai setelah anak

didik menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang

pendidikan yang diikutinya. Misalnya, kompetensi yang harus dicapai oleh mata

pelajaran IPA di SD. Dilihat dari tujuan kurikulum, kompetensi dasar termasuk

pada tujuan kurikuler.

8

Page 9: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

3. Kompetensi Dasar, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai peserta didik

dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada

jenjang pendidikan tertentu. Dilihat dari tujuan kurikulum, kompetensi dasar

termasuk pada tujuan pembelajaran.

D. Standar Kompetensi Lulusan Satuan

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006 tentang

Standar Kompetensi Lulusan Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa : Standar Kompetensi

Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebuah pedoman

penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Dalam pasal 1 ayat 2 Satandar

Kompetensi Lulusan meliputi standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata

pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.4

Kompetensi adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan

peserta didik setelah mengalami suatu proses pembelajaran. Standar Kompetensi adalah

suatu ukuran kompetensi yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatu

proses dalam satuan pendidika tertentu. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

E. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran Biologi

Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi bertujuan:

Mengembangkan logika, kemampuan berfikir dan analisis peserta didik. Pada

satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/Paket C, tujuan ini dicapai melalui tujuan

dan/atau kegiatan bahasa, Matematika, Ilmu pengetahuan alam, ilmu

pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi,

serta muatan lokal yang relevan.

Standar kompetensi pada mata pelajaran biologi pada jenjang

SMA/MA/SMALB/Paket C yakni:

1. Memahami hakikat biologi sebagai ilmu.

2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup.

3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati

4 Loeloek Endah Purwati, Sofan Amri, Op.Cit. h. 78

9

Page 10: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan

energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem

5. Memahami struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan

6. Memahami Keterkaitan Antara Strktur Dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Dan

Hewan Serta Penerapannya Dalam Konteks Saling Temas

7. Menjelaskan Struktur Dan Fungsi Organ Manusia Dan Hewan Tertentu ,

Kelainan/Penyakit Yang Mungkin Terjadi Serta Implikasinya Pada

Salingtemas

8. Melakukan percobaan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.

9. Memahami pentingnya proses metabolisme pada organisme.

10. Memahami konsep dasar dan prinsip-prinsip heriditas serta implikasinya

pada salingtemas

F. Merumuskan Tujuan Pembelajaran.

Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang

diharapkan dapat dimiliki siswa setelah merka melakukan proses pembelajaran tertentu.

Dalam merumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsur ABCD yaitu audience

(siapa yang harus memiliki kemampuan), behaviore (perilaku yang bagaimana yang

diarapkan dapat dimiliki), condition (dalam kondisi dan situasi yang bagaimana subjek

dapat menunjukan kiemapuan sebagai hasil belajar yang telah diperolenya dan Degree

(kualitas atau kuantitas tingka laku yang diharapkan dicapai sebagai batas minimal

secara lengkap). Contohh rumusan tujuan pembelajaran diberikan berikut ini:

Aspek kognitif

a. Siswa kelas 3 smp diharapkan:

b. Dapat menunjukan komponen-komponen organ tubuh manusia bagian

dalam,

c. Melalui media torso yang ditunjukan kepadanya

d. Sesuai dengan urutan dan kedudukannya dengan baik dan benar.

Aspek keterampilan (psikomotorik)

10

Page 11: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

a. Siswa smp kelas 2 diharapkan dapat.

b. Dapat mengoperasikan mikroskop sesuai prosedur dengan baik dan benar.

c. Jika diberikan instruksi praktikum dapat melakukan dengan baik.

Aspek sikap (Afektif)

Siswa smp kelas 2 diharapkan:

a. Menunjukan keberanian untuk mengungkapkan pendapat.

b. Jika ditanya mengenai suatu permasalahan di lingkungan sekitar mampu

memberikan tanggapan dan solusi dengan cakap.

c. Dari contoh-contoh rumusan tujuan di atas maka tampak bahwa hasil belajar

yang diharapkan adalah berupa kompetensi yang terukur dan observable,

sehingga setiap guru bisa menilai keberhasilan pencapaian tujuan.

G. Konsep dasar mengajar

1. Mengajar sebagai Proses Menyampaikan Materi Pelajaran.

Secara deskripstif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi

atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga dianggap

sebagai proses mentransfer ilmu. Kata mentransfer dalam konteks ini diartikan sebagai

proses menyebarluaskan, seperti menyebarluaskan atau memindahkan api. Ketika api

dipindakan atau disebarluaskan, maka api itu tidaklah menjadi kecil akan tetapi menjadi

semakin besar. Untuk proses mengajar, sebagai proses menyampaikan pengetahuan,

akan lebih tepat jika diartikan dengan menanamkan ilmu pengetahuan seperti yang

dikemukakan smith (1987) bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau

keterampilan (teaching is imparty knowledge or skill)5.

Menurut umum mengajar diartikan sebnagai usaha guru untuk menyampaikan

dan menanamkan pengetahuan kepada anak didik. Kenyataan mengajar yang lebih

menekankan transfer of knowledge, inilah justru banyak berkembang disekolah-sekolah.

Kebanyakan guru dan orang tua wali sudah merasa puas kalau anak didik mendapat

nilai baik pada hasil ulangannya. Jadi yang penting dalam hal ini siswa dituntut

5 Ibid. 95-96.

11

Page 12: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

mengetahui pengetahuan yang telah diajarkan oleh gurunya yang penting adalah

kecerdasan otaknya, bagaimana perilaku dan sikap mental anak didik jarang

mendapatkan perhatian. Padahal tujuan belajar secara esensial disamping untuk

mendapatkan pengetahuan, jugs untuk meningkatkan keterampilan dan pembinaan sikap

mental. Maka tidak cukup mengajar dilakukan dengan sifat transfer of knowledge,

mengajar harus sekaligus mendidik. Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk

mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya baik secara jasmani maupun rohani.6

Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahhuan maka

mengajar mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut;

a. Proses pengajaran berorientasi pada guru (teacher centered)

Dalam kegiatan belajar mengajar guru memegang peranan sangat penting.

Sehubungan dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, maka minimal ada

tiga peran utama yang harus dilakukan guru, yaitu guru sebagai perencana, sebagai

penyampai informasi, dan guru sebagai evaluator. Sebagai perencana pengajaraan

sebelum proses pengajaran guru harus mjenyiapkan materi pelajaran apa yang harus

disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, dan media apa yang harus digunakan.

Dalam melaksanakan perannya sebagai penyampai informasi, sering guru

mengggunakan metode cerama sebagai metode utama, sedangkan sebagai evaluator

guru juga berperan dalam menentukan alat evaluasi keberhasilan pengajaran.

b. Siswa sebagai objek belajar

Konsep mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran menempatkan

siswa sebagai objek yang harus menguasai pelajaran. Peran siswa adalah sebagai

penerima informasi yang diberikan guru. Jenis informasi dan pengetahuan yang harus

dipelajari terkadang tidak berpijak dari kebutuhan siswa baik dari segi pengembangan

bakat maupun dari minat siswa.

Pendidikan pada dasarnya adala proses pengembangan potensi peserta didik.

Oleh karena itu pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan potensi

6 Sardiman. Interaksi dan motivasi belajar mengajar.. PT Raja gravindo. Persada. Jakarta. 2011. h. 52-53.

12

Page 13: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

tesebut. Di dalam proses belajar mengajar guru sebagai pengajar dan siswa sebagai

subjek belajar dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan,

kemampuan, sikap, dan tata nilai, serta sifat-sifat pribadi agar prose situ dapat

berlangsung secara efektif dan efesien.7

c. Kegiatan pengajaran terjaadi pada tempat dan waktu tertentu

Proses pengajaran berlangsung pada tempat tertentu, misalnya terjadi didalam

kelas dengan penjadwalan yang ketat sehingga siswa hanya belajar manakala ada kelas

yang telah di desain sedemikian rupa sebagai tempat belajar.

d. Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran.

Keberhasilan suatu proses pengajaran di ukur dari sejauh mana siswa dapat

menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Oleh karena itu kriteria

keberhasilan ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, maka alat evaluasi yang

digunakan adalah tes hasil belajar tertulis (paper and pencil test) yang dilaksanakan

secara periodic.

2. Mengajar sebagai Proses Mengatur Lingkungan

Pandangan lain mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan dengan

harapan agar siswa belajar. Terdapat beberapa karakteristik dari jonsep mengajar

sebagai proses mengatur lingkungan itu.

a. Mengajar Berpusat pada Siswa (Student Centered)

Mengajar tidak ditentukan oleh selera guru, akan tetapi sangat ditentukan oleh

siswa itu sendiri. Siswa mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai dengan gayanya

sendiri. Dengan demikian peran guru berubah dari peran sumber belajar menjadi peran

sebagai fasilitator. Tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa. Oleh sebab itu

criteria keberhasilan proses mengajar tidak di ukur dari sejau mana siswa telah

menguasai materi pelajaran, tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan

proses belajar. Disini guru tidak lagi berperan sebagai sumber belajar tetapi berperan

sebagai orang yang membibing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar.

Inilah makna proses pembelajaran berpusat pada siswa.

7 Sardiman, Op. Cit, h. 19.

13

Page 14: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

b. Siswa sebagai Subject Belajar.

Dalam konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan, siswa tidak

dianggap organisme yang pasif yang hanya sebagai penerima infomasi, akan tetapi

dipandang sebagai organisme yang aktif, yang memiliki potensi untuk berkembang.

c. Proses Pembelajaran Berlangsung di Mana Saja.

Proses pembelajaran berlangsung dimana saja, kelas bukanlah satu-satunya

tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan

kebutuhan dan sifat metri pelajaran.

d. Pembelajaran Berorientasi pada Pencapaian Tujuan

Tujuan pembelajaran bukanla penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses

untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk

itulah metode dan strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode cermah,

tetapi menggunakan berbagai metode. Seperti diskusi, penugasan, kunjungan objek-

objek tertentu dan lain sebagainya.

H. Perlunya Perubahan Paradigm tentang Mengajar

Pandangan mengajar bukan hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan,

karena itu dianggap tidak sesuai lagi dengan keadaan. Minimal ada tiga alasan penting.

Alasan inilah yang kemudian menuntut perlu terjadinya perubaan paradiqma belajar,

dari mengajar dari sebatas menyampaikan materi kepada pengajar sebagai proses

pengatur lingkungan.

1) Siswa bukan orang dewasa dalam mini, tetapi mereka adalah organisme yang

sedang berkembang. Agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas

perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarakan dan

membimbing mereka agar tumbu dan berkembang secara optimal. Oleh karena

itulah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi

yang memungkinkan setiap siswa dapat dengan muda mendapatkan berbagai

informasi, tugas, dan tanggung jawab guru bukan semakin sempit namun justru

semakin komplek. Guru bukan saja dituntut untuk lebih aktif mencari informasi

14

Page 15: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

yang dibutuhkan, akan tetapi harus mempu menyeleksi berbagai informasi,

seingga dapat menunjukkan pada siswa informasi yang dianggap perlu dan

penting dalam bagi keidupan mereka. Guru tidak lagi memposisikan diri sebagai

sumber belajar yang bertugas menyampaikan informasi, tetapi harus berperan

sebagai pengelola sumber belajar untuk dimanfaatkan siswa itu sendiri.

2) Ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang tidak

mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan. Begitu hebatnya

perkembangan limu biologi, ilmu ekonomo, hokum, dan lain sebagainya dalam

bidang teknologi, semua dibalik kehebatan itu, bersumber dari apa yang kita

sebut sebagai pengetahuan. Bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal

informasi, mengahafal rumus-rumus, tetapi bagaimana menggunakan informasi

dan pengetahuan itu untuk mengasah kemampuan berpikir.

3) Penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan pemahaman

baru terhadap konsep perubahan tingkah laku manusia. Bahwa manusia adalah

organisme yang memiliki potensi seperti yang dikembangkan oleh aliran

kognitif holistik. Potensi itulah yang akan menentukan prilaku manusia.oleh

karena itu, proses pendidikan bukan lagi memberikan stimulus, tetapi usaha

mengembangkan potensi yang dimiliki.

Ketiga hal diatas, menuntut perubahan makna dalam mengajar. Mengajar jangan

diartikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran, atau memberikan

stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi lebih dipandang sebagai proses

mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang

dimiliki.

I. Makna Mengajar dalam Standar Proses Pendidikan

15

Page 16: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekedar

menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur

lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering di

istilahkan dengan pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar

mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan.

Makna pembelajaran dalam konteks standar proses pendidikan ditunjukkan oleh

beberapa ciri yang dijelaskan berikut :

1) Pembelajaran adalah Proses Berpikir

Dalam proses pembelajaran La Costa (1985) mengklasifikasikan mengajar

berpikir menjadi tiga, yaitu teaching of thinking, teaching for thinking, dan

teaching about thinking.

Teaching of thinking adalah proses pembelajaran yang diarahkan untuk

pembentukan keterampilan mental tertentu, mislnya keterampilan berpikir kritis,

berpikir kreatif dsb. Dengan demikian jenis pembelajaran ini lebih menekannkan

kepada aspek tujuan pembelajaran.

Teaching for thinking adalah proses pembelajaran yang diarahkan pada usaha

menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendorong terhadap perkembangan

kognitif. Jenis pembelajaran ini lebih menitik beratkan kepada proses

menciptakan situasi dan lingkungan tertentu, contohnya menciptakan suasana

keterbukaan yang demokratis, menciptakan iklim yang menyenangkan sehingga

memungkinkan siswa bisa berkembang secara optimal.

Thinking about thinking adalah adalah pembelajaran yang diarahkan pada upaya

untuk membantu agar siswa lebih sadar terhadap proses berpikirnya. Jenis

pembelajaran ini lebih menekannkan kepada metodologi yang digunakan dalam

proses pembelajaran.

2) Proses pembelajaran adalah Memanfaatkan Potensi Otak

Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunakan otak secara

maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu

otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak memiliki spesialisasi

dalam kemampuan-kemampuan tertentu.

16

Page 17: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Proses berpikir otak kiri bersifat logis, skuensial, linier, dan rasional. Sisi ini

sangat teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan penafsiran

abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi

verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta,

fenetik serta simbolis (De Porter 1992).

Cara kerja otak kanan berifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Cara

berpikirnya sesuai dengan cara-cara unruk mengetahui yang bersifat nonverbal

seperti perasaaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan,

kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna,

kreativitas, dan visualisasi.

3) Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat

Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak

pernah terbatas pada dinding kelas. Halm ini berdasarkan pada asumbsi bahwa

sepanjang kehidupan manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan

yang ingin dicapainya.

Prinsip belajar sepanjang hayat sejalan dengan empat pilar pendidikan unversal

seperti yang dirumuskan UNESCO (1996), yaitu : (1) learning to know, yang

berarti juga learning to learn (2) learning to do (3) learning to be (4) learning to

live together.

Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa belajar

itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan

tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar.

Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar

mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar

untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat

diperlukan dalam era persaingan glonal.

Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk

manusia yang menjadi dirinya sendiri. Dengan kata lain, belajar untuk

17

Page 18: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang

memiliki tanggung jawab sebagai manusia.

Learning to live together adalah belajar adalah belajar untuk bekerja sama. Hal

ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarat global

dimana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tak mungkin

bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya.

Teori-teori belajar

Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari

pengalaman dan latihan. Menurut Hilgard belajar adalah proses perubahan melalui

kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun lingkungan

alamiah. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga

menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Terjadinya perubahan perilaku

berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia menurut pandangan John Locke

dan hakikat manusia menurut Leibnitz. Menurut John Locke, manusia itu merupakan

organisme yang pasif. Menganggap manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulisi apa

kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya, sehingga muncul aliran

belajar behavioristik-elementeristik. Leibnitz beranggapan bahwa manusia adalah

organisme yang aktif, manusia adalah sumber dari semua kegiatan. Pada hakikatnya

manusia bebas untuk berbuat, dan membuat suatu pilihan. Titik pusat kebebasan ini

adalah kesadarannya sendiri. Menurut aliran ini tingkah laku manusia hanyalah ekspresi

yang dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat

pribadi. Hakikat manusia menurut pandangan Leibnitz melahirkan aliran belajar

kognitif-holistik.

Tabel Perbedaan Aliran Behavioristik dan Kognitif

Teori Belajar Behavioristik Teori Belajar Kognitif

Mementingkan pengaruh lingkungan Mementingkan apa yang ada dalam diri

Mementingkan bagian-bagian Mementingkan keseluruhan

Mengutamakan Peran reaksi Mengutamakan fungsi kognitif

Hasil belajar terbentuk secara mekanis Terjadi keseimbangan dalam diri

18

Page 19: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu

Tergantung pada kondisi saat ini

Mementingkan pembentukan kebiasaan Mementingkan terbentuknya struktur kognitif

Memecahkan masalah dilakukan dengan cara trial and error

Memecahkan masalah didasarkan kepada insight

Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan

asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indera dengan kecendrungan untuk

bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon (S-R). Teori-teori belajar yang

termasuk kedalam kelompok behavioristik diantaranya:

a. Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike.

b. Classical conditioning, dengan tokohnya Palvop.

c. Operant conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner.

d. Systematic behavior, yang dikembangkan oleh Hull.

e. Contiguous conditing, yang dikembangkan oleh Guthrie.

Sedangkan, teori-teori yang termasuk kedalam kelompok kognitif holistik

diantaranya:

a. Teori Gestalt, dengan tokohnya Kofka, Kohler, dan Wertheiner.

b. Teori Medan (Field Theory), dengan tokohnya Lewin.

c. Teori Organismik yang dikembangkan oleh Wheeler.

d. Teori Humanistik, dengan tokohnyaMaslow dan Rogers.

e. Teori Konstruktivistik, dengan tokohnya Jean Piaget.

1. Beberapa teori belajar Behavioristik

a. Teori Belajar Koneksionisme

Menurut teori belajar ini, belajar pada hewan dan pada manusia pada dasarnya

berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama. Dasar terjadinya belajar adalah

pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indera dengan

kecendrungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon. Oleh

karena itulah teori ini juga dinamakan teori stimulus-respon. Terjadinya hubungan

19

Page 20: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

antara stimulus dan respon adalah ketika seorang melirik setangkai bunga melati

yang indah dan harum ditaman, dapat menjadi sebuahy stimulus yang dapat

mengakibatkan munculnya respon untuk memetiknya. Belajar adalah upaya untuk

membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Dalam teori

koneksionisme ini Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar berikut:

a) Hukum kesiapan (Law of readiness)

Hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada

kesiapan dalam diri individu secara lengkap bunyi hukum ini adalah: Pertama,

jika pada seseorang ada kesiapan untuk merespon atau bertindak, maka

tindakan atau respon yang dilakukan akan memberi kepuasan atau orang

tersebut untuk tidak melakukan tindakan-tindakan lain. Kedua, jika seseorang

memiliki kesiapan untuk merespon kemudian tidak melakuakannya maka dapat

mengakibatkan ketidak puasan dan akibatnya orang tersebut akan melakukan

tindakan lainnya. Ketiga, jika seseorang tidak memiliki kesiapan untuk

merespon maka respon yang diberikan akan mengakibatkan ketidakpuasan.

Implikasi dari hukum ini adalah keberhasilan belajar seseorang sangat

tergantung dari ada atau tidak adanya kesiapan.

b) Hukum Latihan (Law of exercise)

Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus

dan respon. Hubungan antara kondisi (perangsang). Dengan tindakan akan

menjadi lebih kuat karena latihan (Law of use) dan koneksi-koneksi itu akan

menjadi lemah karena latihan tidak dilanjutkan atau dihentikan (Law of

disuse). Semakin sering diulang, maka akan semakin dikuasai pelajaran itu.

c) Hukum akibat (Law of effect)

Kuat lemahnya hubungan stimulus respon tergantung kepada akibat yang

ditimbulkan. Apabila respon yang diberikan seseorang mendatangkan

kesenangan, maka respon tersebut akan dipertahankan atau diulang. Apabila

mengharapkan seseorang untuk mengulangi respon yang sam , maka harus

diupayakan agar menyenangkan dirinya.

b. Teori Belajar Classical Conditioning

20

Page 21: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Untuk

membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulangdengan

melakukan pengondisian tetentu.

c. Operant conditioning

Proses belajar dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul

sesuai konsekwensi (resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk

mengulang respon-respon yang di ikuti oleh penguatan. Skinner membedakan dua

jenis perilaku, yaitu : Respondent behavior (perilaku responden) yakni perilaku

yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, contohnya adalah semua gerak

reflek. Dan operant behavior (perilaku operan) yakni perilaku yang tidak di

akibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organism.

Karena perilaku ini pada awalnya tidak berkorelasi dengan stimuli yang dikenali,

maka ia Nampak spontan. Contohnya ketika hendak bersiul, berdiri lalu berjalan.

Kebanyakan dari aktivitas kita adalah perilaku operan. Skinner berpendapat bahwa

untuk membentuk tingkah laku tertentu pelu diurutkan atau dipecah-pecah menjadi

komponen tingkah laku yang spesifik.

2. Teori-teori Belajar Kognitif

a. Teori Gestalt

Belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap

hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Insight yang

merupakan inti dari belajar menurut teori Gestalt, memiliki ciri-ciri:

a) Kemampuan insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang

tersebut, sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada usia dan posisi

yang bersangkutan dalam kelompoknya.

b) Insight dipengaruhi atau tergantung pada pengalaman masalalunya yang

relevan.

c) Insight tergantung pada pengaturan dan penyediaan lingkungannya. Simpanse

tidak mungkin dapat meraih pisang yang ada diluar jerujinya apabila tidak

disediakan tongkat.

21

Page 22: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

d) Pengertian merupakan inti dari insight, melalui pengertian individu akan dapat

memecahkan permasalahan. Pengertian itulah yang bisa menjadi kendaraan

dalam memecahkan persoalan lain pada situasi yang berlainan.

e) Apabila insight telah diperoleh, maka dapat digunakan untuk menghadapi

persoalan dalam situasi lain. Disini terdapat semacam transfer belajar, namun

yang di transfer bukanlah materi yang dipelajari, tetapi relasi-relasi dan

generalisasi yang diperoleh melalui insight.

b. Teori Medan

Menurut teori ini, belajar adalah perubahan dalam struktur kognitif, atau

dalam cara menanggapi kejadian-kejadian dan memberikan makna kepadanya. Jadi,

yang ditekankan dalam belajar adalah proses kognitif bukannya pada produk

tertentu. Mempelajari geometri, misalnya, yang penting adalah menemukan prinsip-

prinsip yang mengorganisasikan bukannya malah menemukan jawaban khusus.

Mempelajari fakta-fakta khusus yang disampaikan oleh proses ini. Oleh sebab itu,

mereka yang mengikuti konsep ini menekankan belajar dan hubungan yang terpadu

bukannya menekankan penguasaan isi khusus.

Motivasi juga penting karena merupakan faktor yang dapat mendorong setiap

individu untuk berprilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu.

Misalnya, nilai merupakan sesuatu yang dapat menjadi daya tarik seseorang

(Motivator). Motivasi bisa muncul karena pengalaman yang menyenangkan,

misalnya pengalaman kesuksesan. Seseorang yang mengalami keberhasilan

mencapai sukses seperti berhasil meraih angka tertinggi dari suatu tes, maka yang

bersangkutan akan termotivasi.

c. Teori Konstruktivistik

J. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah

memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Mengkonstruksi pengetahuan menurut piaget dilakukan melalui proses asimilasi

dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif

yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses

penyempurnaan skema.

BAB III

22

Page 23: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pengkajuan mengenai tujuan dan standar kompetensi mengajar dan

belajar dalam standar proses pendidikan yang dibagi menjadi 10 sub materi dapat

disimpulkan diantaranya yaitu :

1. Tujuan pendidikan dibagi menjadi empat yaitu : Tujuan Pendidikan Nasional,

Tujuan Institusional, Tujuan Kulikuler, dan Tujuan Instruksional atau tujuan

Pembelajaran

2. Dalam kompetensi sebagai tujuan, didalamnya terdapat beberapa aspek, yaitu :

Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan dalam bidang kognitif,

Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap

individu, Kemahiran (skill), yaitu kemampuan individu untuk melaksanakan

secara praktik tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, Nilai

(value), yaitu norma-norma yang dianggap baik oleh individu. , Sikap (antitude)

yaitu pandang individu terhadap sesuatu., Minat (interest), yaitu kecerdasan

individu untuk melakukan suatu perbuatan.

3. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006 tentang

Standar Kompetensi Lulusan Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa : Standar

Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan

sebuah pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Dalam

pasal 1 ayat 2 Satandar Kompetensi Lulusan meliputi standar kompetensi

lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan

minimal mata pelajaran

4. Merumuskan tujuan pembelajaran meliputi aspek kognitif, aspek psikomotorik

dan aspek afektif.

5. Terdapat 2 teori belajar yang terkenal yaitu teori Behaviorisme dan Kognitif.

DAFTAR PUSTAKA

23

Page 24: TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Endah Purwati Loeloek, Amri Sofan. 2013. Panduan Memahami Kurikulum Jakarta:

Prestasi Pustaka

Sanjaya Wina, 2006. Strategi Pembelajara Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Bandung : Kencana

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Gravindo

Persada

24