tugas uts perencanaan bangunan pantai

32
BANGUNAN PELINDUNG PANTAI BREAKWATER TUGAS UTS Oleh: Yoga Pratama NIM. 121910301092

Upload: yoga

Post on 02-Feb-2016

93 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Perencanaan Bangunan Pantai

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

BREAKWATER

TUGAS UTS

Oleh:

Yoga Pratama

NIM. 121910301092

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

1.1 Pendahuluan

Pemecah gelombang (breakwater) merupakan pelindung utama bagi

pelabuhan utama. Tujuan utama mengembangkan breakwater adalah melindungi

daerah pedalaman perairan pelabuhan, yaitu memperkecil tinggi gelombang laut,

sehingga kapal dapat berlabuh dengan tenang guna dapat melakukan bongkar

muat. Untuk memperkecil gelombang pada perairan dalam, tergantung pada tinggi

gelombang (H), lebar muara (b), lebar perairan pelabuhan (B) dan panjang

perairan pelabuhan (L), mengikuti rumus empiris Thomas Stevenson.

(Kramadibrata, 2002)

1.2 Aspek Hidro Oseanografi

1.2.1 Pasang Surut

Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena

adanya gaya tarik benda-benda langit, terutama matahari dan bulan terhadap

massa air laut di bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih kecil dari matahari, tapi

karena jaraknya yang lebih dekat dengan bumi, maka pengaruh gaya tarik bulan

terhadap bumi jauh lebih besar daripada matahari. Mengigat elevasi muka air laut

selalu berubah setiap saat, maka diperlukan suatu elevasi yang dapat digunakan

sebagai patokan dalam perencanaan suatu pelabuhan. Beberapa elevasi tersebut

serta kegunaannya antara lain.

a. Elevasi muka air tertinggi High Water Surface (HWS)

b. Elevasi muka air rata-rata Mean Sea Level (MSL)

c. Elevasi muka air terendah atau Low Water Surface (LWS)

Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Di Indonesia secara

umum pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan menjadi empat tipe yaitu

sebagai berikut :

a. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)

Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan

tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan dan

teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.

b. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)

Page 3: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode

pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Daerah yang mengalami pasang

surut ini adalah di perairan Selat Karimata.

c. Pasang surut campuran condong ke harian ganda

Dalam satu terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi

mempunyai periode dan tinggi yang berbeda. Pasang surut seperti ini

banyak terjadi di perairan Indonesia bagian timur.

d. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal

Dalam stu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi tinggi dan

periodenya sangat berbeda. Pasang surut seperti ini banyak terjadi di Selat

Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.

Gambar 1.1 Sebaran pasang surut di perairan Indonesia dan sekitarnya

Gambar 1.2 Tipe pasang surut (sumber : Triatmodjo, 1999)

Page 4: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

1.2.2 Gelombang

Gelombang yang terjadi lautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

macam tergantung pada gaya pembangkitnya. Berikut ini adalah beberapa macam

gelombang yang dibedakan menurut pembangkitnya.

a. Gelombang angin

Gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut.

b. Gelombang pasang surut

Gelombang yang dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit

terutama matahari dan bulan terhadap bumi.

c. Gelombang tsunami

Gelombang yang terjadi karena letusan gunung berapi yang terdapat di

dalam laut atau juga dikarekan gempa yang terjadi di dalam laut.

d. Gelombang kapal

Gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak dan

sebagainya.

Analisa gelombang dalam perencanaan pelabuhan dibutuhkan untuk

mengetahui tinggi gelombang diwilayah perairan pelabuhan, sehingga dapat

diputuskan perlu atau tidaknya ada konstruksi breakwater atau bangunan

pelindung pantai.

Gambar 2.12 berikut ini menujukan suatu gelombang yang berada pada sistem

koordinat x-y.

Gambar 1.3 Definisi Gelombang (Sumber: Triatmodjo, 1999)

Page 5: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

Keterangan :

d = Jarak antara muka air rerata dan dasar laut (kedalaman laut, m)

ƞ (x,t) = Fluktuasi muka air terhadap muka air diam

ɑ = Amplitudo gelombang (m)

H = Tinggi gelombang; H = 2ɑ (m)

L = Panjang gelombang, yaitu jarak antara dua puncak gelombang

yang berurutan (m)

T = Periode gelombang (s)

C = Cepat rambat gelombang; C = L/T (m/s)

k = Angka gelombang; k = 2π/L

σ = Frekuensi gelombang; σ = 2π/T

1.2.3 Angin

Angin merupakan sirkulasi yang kurang lebih sejajar dengan permukaan

bumi. (Bambang Triatmodjo, 1999). Angin terjadi akibat adanya perubahan

ataupun perbedaan suhu antara suatu tempat dengan tempat yang lain. Salah satu

contoh yang dapat diambil adalah perubahan suhu yang terjadi antara daratan dan

lautan. Daratan cenderung lebih cepat menerima dan melepaskan panas. Oleh

sebab itu, maka siang hari terjadi angin laut yang diakibatkan oleh naiknya udara

daratan yang digantikan oleh udara dari darat. Dan pada malam hari terjadi

sebaliknya, yaitu terjadi angin darat yang diakibatkan oleh naiknya udara di laut

dan digantikan oleh udara dari darat.

Data angin diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel (ringkasan)

atau diagram yang disebut wind rose (mawar angin). Dengan wind rose ini maka

karateristik angin dapat dibaca. Tabel dan gambar wind rose menunjukkan

prosentase kejadian angin dengan kecepatan tertentu dari berbagai arah dalam

periode waktu pencatatan. Pengukuran angin ini dapat digunakan untuk peramalan

gelombang.

a. Distribusi Kecepatan Angin

Page 6: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

Distribusi kecepatan angin diatas permukaan laut terbagi dalam

tiga daerah sesuai dengan elevasi diatas permukaan. Didaerah geostripik

yang berada diatas 1000 m kecepatan angindalah konstan. Dibawah

elevasi tersebut terdapat dua daerah yaitu Ekman yang berada pada elevasi

100 m sampai 1000 m dan daerah dimana tegangan konstan yang berada

pada elevasi 10 m sampai 100 m. Di kedua daerah tersebut kecepatan

angin dan arah angin berubah sesuai dengan elevasi, karena adanya

gesekan dengan permukaan laut dan perbedaan temperature antara air dan

udara.

b. Data Angin

Data angin diperoleh dari pengukuran langsung di atas permukaan

laut atau di darat, kemudian di konversi menjadi data angin di laut.

Kecepatan angin dengan yang bernama Anemometer, dan biasanya

dinyatakan dalam satuan knot. Satu knot adalah panjang satu menit garis

bujur melalui khatulistiwa yang ditempuh dalam satu jam, atau 1 knot =

1,825 km/jam = 0,5 m/d. Dengan pencatatan jam-jaman tersebut akan

diketahui angin dengan kecepatan tertentu dan durasinya, kecepatan angin

maksimum, arah angin, dan dapat pula dihitung kecepatan angin rerata

harian. Data tersebut pada umumnya dipilah berdasarkan statistic

distribusi kecepatan dan arah angin secara prosentasenya, atau lebih

dikenal dengan istilah wind rose dengan periode bulanan, tahunan atau

beberapa tahun pencatatan.

c. Konversi Kecepatan Angin

Data angin diperoleh dari pencatatan di permukaan laut dengan

menggunakan kapal yang sedang berlayar atau pengukuran di darat,

biasanya di bandara. Data angin dari pengukuran dengan kapal perlu

dikoreksi dengan menggunakan persamaan berikut.

U=2,16 U s

79

Keterangan :

U = Kecepatan angin terkoreksi (knot)

Page 7: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

U s = Kecepatan angin yang diukur oleh kapal (knot)

Hasil dari perhitungan kecepatan angin tersebut diatas kemudian

dikonversikan menjadi faktor tegangan angin (U A) dengan menggunakan

rumus :

U A=0,71U 1,23

Keterangan :

U = Kecepatan angin terkoreksi (m/s)

Biasanya pengukuran angin dilakukan di daratan, padahal di dalam

rumus-rumus pembangkitan gelombang data angin yang digunakan adalah

yang ada di atas permukaan laut. Hubungan antara angin di atas laut dan

angin di atas daratan terdekat diberikan oleh :

RL=U w

UL

Keterangan :

RL = Faktor korelasi akibat perbedaan ketinggian

Uw = Kecepatan di atas permukaan laut (m/detik)

U L = Kecepatan angin diatas daratan (m/detik)

Gambar 1.4 Grafik korelasi akibat perbedaan ketinggian, RL

(Sumber: Triatmodjo,2009)

Page 8: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

1.3 Perencanaan Breakwater

1.3.1 Penentuan Tipe Breakwater

1.3.1.1 Kondisi Tanah dan Kedalaman Rencana

Kondisi lapisan tanah di lokasi studi didominasi oleh campuran rata-rata 73 %

lanau dan lempung dengan sedikit kerikil. Sifat tanah ini memiliki daya dukung

tanah yang sedang sehingga kondisi tanah seperti ini cocok untuk menahan

pondasi dangkal. Kedalaman rencana lokasi pembangunan breakwater adalah

pada kedalaman - 0,5 LWS sesuai analisa layout perairan pada sub bab

sebelumnya. Karena lokasi rencana pembangunan breakwater tidak terlalu dalam,

maka jenis breakwater yang akan digunakan pada studi ini adalah jenis

breakwater dengan sisi miring, tujuannya karena strukturnya menyerupai pondasi

dangkal dan lebih ekonomis daripada breakwater sisi tegak.

1.3.1.2 Ketersediaan Material di Sekitar Lokasi Perencanaan

Pada jarak ± 40 km dari lokasi perencanaan, terdapat pegunungan batu yang dapat

dijadikan sumber material. Oleh karena itu, breakwater yang akan direncanakan

pada studi ini adalah tipe breakwater Rubble Mounds dari batu belah.

1.3.1.3 Transpor Sedimen Sepanjang Pantai

Perhitungan transpor sedimen sepanjang pantai (longshore sediment) dilakukan

untuk menentukan tipe breakwater sambung atau lepas pantai.

Tabel 1.1 Parameter dan Volume Transpor Sedimen

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa volum transpor sedimen sepanjang pantai

setiap harinya cukup tinggi. Gambar 4.7 dan 4.8 berikut ini menjelaskan dugaan

Page 9: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

sedimentasi pada lokasi tersebut dengan pemlihan penggunaan tipe breakwater

sambung pantai atau lepas pantai.

Gambar 1.5 Dugaan Analisa Sedimentasi Pada Breakwater Sambung Pantai

Gelombang yang datang membawa sedimen yang akan mengendap pada

sisi sebelah kanan breakwater dan akan mengakibatkan majunya garis pantai

sesuai dengan lamanya waktu. Sedangkan pada sebelah kiri breakwater,

gelombang datang akan menggerus daratan sehingga mengakibatkan mundurnya

garis pantai.

Gambar 1.6 Dugaan Analisa Sedimentasi Pada Breakwater Lepas Pantai`

Sedangkan pada breakwater lepas pantai, gelombang datang membawa

sedimen yang akan mengendap di belakang breakwater. Hal tersebut akan

berakibat majunya garis pantai sehingga tidak menguntungkan jika daerah di

belakang breakwater digunakan untuk daerah operasi pelabuhan. Pendangkalan

pada daerah kolam pelabuhan akan mengakibatkan biaya lebih untuk perawatan

Page 10: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

(pengerukan). Oleh karena itu, pemilihan breakwater tipe sambung pantai akan

lebih efisien daripada tipe lepas pantai.

1.3.2 Kondisi Gelombang di Lokasi Rencana

Dilakukan penyelidikan apakah pada lokasi rencana gelombang pecah atau

tidak. Hal ini diperlukan untuk menentukan nilai KD yang akan digunakan untuk

perencanaan dimensi breakwater. Berikut adalah parameter-parameter tinggi

gelombang rencana :

H’0 : Kr x Ho

Kr : 1,003

L0 : 56,16 meter

m : 1 : 20 ( data sekunder )

g : 9,81 m/s2

T : 6 detik

Tabel 1.2 Kondisi Gelombang Pecah

Kedalaman gelombang pecah adalah - 0,68 LWS. Sedangkan kedalaman

rencana adalah – 0,5 LWS jadi pada lokasi rencana kondisi gelombang adalah

pecah.

1.3.3 Gelombang Rencana

Tinggi gelombang rencana digunakan untuk menghitung elevasi

breakwater. Perhitungan gelombang rencana dilakukan dengan menggunakan

analisis refraksi pada kedalaman rencana. Kedalaman yang diambil adalah

kedalaman yang paling dalam dan yang paling dangkal untuk mengetahui di mana

lokasi gelombang dengan tinggi gelombang maksimal. Tabel berikut ini memuat

hasil analisa refraksi pada masing-masing kedalaman. Gelombang rencana adalah

tinggi gelombang yang terbesar yaitu 2.02 ≈ 2.00 meter.

Page 11: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

Tabel 1.3 Tinggi Gelombang Reencana

1.3.4 Elevasi Breakwater

Menggunakan parameter-parameter seperti kemiringan rencana

breakwater yaitu 1: 1,5 dan tinggi gelombang rencana yaitu 2,02 meter. Nilai

wave run-up diperoleh dengan dengan parameter-parameter sbb:

⊖r : 33,7° (kemiringan 1 : 1,5)

H : 2,02 meter

L0 : 56,16 meter

Sehingga diperoleh bilangan Irribaren adalah 7,41. Selanjutnya mencari

nilai 𝑅𝑢/𝐻 dengan grafik di bawah ini.

Gambar 1.7 Grafik Run-Up Gelombang

Dari grafik diatas, maka diperoleh 𝑅𝑢/𝐻 = 1,25 sehingga 𝑅𝑢 = 1,25 𝐻 = 1,25 × 2,03 = 2,25 𝑚. Maka elevasi puncak breakwater terhadap LWS

ditentukan sebagai berikut:

- HWS : + 2.80 m

- Wave Run-up : + 2.25 m

- Tinggi kebebasan : + 0.50 m

Page 12: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

Jadi elevasi puncak adalah : + 5.55 m

Gambar 1.8 Elevasi Breakwater

1.3.5 Berat Butir Lapis Lindung

Berat unit Armour dapat dihitung dengan rumus Hudson berikut. Nilai KD

untuk batu pecah, bersudut kasar, n = 3, penempatan acak, dan kondisi gelombang

pecah, menurut Bambang Triatmodjo dalam Pelabuhan (1999:135) adalah 2.

Sedangkan nilai γr dan γa berturut-turut adalah 2650 kg/m3 dan 1030 kg/m3.

Kemiringan breakwater rencana adalah 1 : 1,5. Berat butir lapis lindung dihitung

dengan parameter-parameter sbb:

γr : 2,65 t/m3

γa : 1,03 t/m3 γr dan γa diperoleh dari perencanaan breakwater di lokasi

yang berdekatan dengan lokasi rencana, dengan quarry (batu) yang sama

yaitu Gunung Pecaron, Situbondo.

H : 2,03 meter

⊖ : 33,7 ° (kemiringan 1 : 1,5)

KD : 2,1 (ujung) dan 2,2 (lengan) diperoleh dari tabel koefisien stabilitas KD

(Bambang Triatmodjo, Pelabuhan) dengan lapis lindung batu bersudut

kasar, n ≥ 3, penempatan acak dan keadaan gelombang pecah.

Page 13: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

Tabel 1.4 Berat unit Lapis Breakwater

1.3.6 Lebar Puncak Breakwater

Lebar puncak juga tergantung pada limpasan yang diijinkan. Selain itu,

lebar puncak juga harus cukup lebar untuk keperluan operasi peralatan pada waktu

pelaksanaan dan perbaikan. Lebar puncak breakwater dapat dihitung dengan

rumus berikut :

B=n .k ∆ [Wγr ]

13

(Triatmodjo, 2009)

Dengan :

B : lebar puncak

n : jumlah armour unit tiap lapisan

kΔ : koefisien lapis

W : berat butir armour unit

γr : berat jenis armour unit

Lebar puncak breakwater untuk n = 3 dapat dihitung dengan parameter-

parameter sbb :

n : 2 (primary layer); 3 (secondary layer)

kΔ : 1,1 diperoleh dari tabel koefisien lapis (Bambang Triatmodjo, Pelabuhan)

dengan lapis lindung batu bersudut kasar, n ≥ 3, penempatan acak.

W : berat butir armour unit.

Γr : 2,65 t/m3

Page 14: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

1.3.6.1 Berat Unit Lapisan Breakwater

Berat unit Armour dapat dihitung dengan rumus berikut :

W = γr . H 3

K D . (Sr−1 )3cot θ

(Triatmodjo, 2009)

Dimana Sr= γrγa

Dengan :

W : berat butir pelindung

γr : berat jenis armour

γa : berat jenis air laut

H : tinggi gelombang rencana

⊖ : sudut kemiringan sisi breakwater

KD : koefisien stabilitas

Tabel 1.5 Lebar Puncak Breakwater

Keterangan :

1. Lebar secondary dan core layer menyesuaikan dengan lebar primary

layer.

2. Lebar toe-berm adalah sama dengan lebar puncak breakwater

(primarylayer).

1.3.6.2 Jumlah Unit pada Lapisan Breakwater

Tebal lapis pelindung dari sebuah breakwater dapat dihitung dengan

menggunakan rumus berikut ini :

t=nk ∆[Wγr ]

13 (Triatmodjo, 2009)

Dengan :

Page 15: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

t : tebal lapis pelindung

n : jumlah unit armour dalam lapis pelindung

kΔ : koefisien lapis

Tebal lapis pelindung dari sebuah breakwater dapat dihitung dengan

menggunakan rumus diatas, dengan parameter-parameter sbb :

N : 2 (primary layer); 3 (secondary layer)

kΔ : 1,1

W : berat butir armour unit

Γr : 2,65 t/m3

Tabel 1.6 Tebal Lapisan Breakwater

Keterangan :

1. Tebal core layer disesuaikan dengan lebar primary dan secondary layer.

2. Tebal suatu lapisan tidak boleh kurang dari 2 kali diameter batunya

sehingga dapat diketahui bahwa batu pada primary layer berdiameter ±

0.9 - 1 meter dan pada secondary layer berdiameter ± 0,4 – 0.5 meter.

Sedangkan jumlah armour unit yang dibutuhkan dalam perencanaan ini adalah:

N=A .n . k ∆[1− P100 ] [ γt

W ]23 (Triatmodjo, 2009)

Dengan :

A : luas permukaan

P : porositas rerata lapis pelindung

N : jumlah armour unit untuk satuan luas permukaan A

γt : berat jenis armour

Page 16: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

Jumlah batu pelindung pada breakwater ini dihitung tiap 10 m2. Analisa

hitungannya menggunakan rumus diatas dengan parameter-parameter sbb:

t : tebal lapis pelindung

n : 2 (primary layer); 3 (secondary layer)

kΔ : 1,1

A : luas permukaan

P : 40 diperoleh dari tabel koefisien lapis (Bambang Triatmodjo, Pelabuhan)

dengan lapis lindung batu bersudut kasar, n ≥ 3, penempatan acak.

Γr : 2,65 t/m3

Tabel 1.7 Jumlah Bata Pelindung Breakwater

Keterangan :

Jumlah batu pada core layer disesuaikan dengan tebal dan lebarnya (sisa

ruang pada breakwater).

Gambar 1.9 Potongan Breakwater Bagian Ujung

Page 17: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

Gambar 1.10 Potongan Breakwater Bagian Lengan

1.3.7 Stabilitas Breakwater

Untuk menjamin kestabilan dari konstruksi breakwater diatas perlu dicek

terhadap stabilitas daya dukung tanah yang bekerja di struktur dan stabilitas

terhadap geser.

1.3.7.1 Stabilitas Daya Dukung Tanah

Kontrol ini dipakai untuk mengetahui apakah tanah dibawah breakwater

dapat menahan berat sendiri konstruksi breakwater tersebut. Untuk dasar pondasi

segi empat (LxB) besar daya dukung tanah dasar menurut Terzaghi adalah sebagai

berikut:

ql=(1−0,2 xBL ) . γ .

B2

. N γ+(1+0,2 xBL ) .C . N c+γ .D . Nq

𝑄𝑢𝑙𝑡 = 𝑞𝑙 𝑥 𝐵𝑊 = 𝐴 × 𝛾 𝑎𝑟𝑚𝑜𝑢𝑟(Sunggono : 1982)

Syarat kestabilan daya dukung tanah adalah sebagai berikut :

SF=QultW

>2

Dengan :

γtanah = berat jenis tanah (t/m3)

γw = berat jenis air laut (t/m3)

γarmour = berat jenis batu pelindung (t/m3)

Ǿ = sudut geser dalam tanah (°)

Page 18: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

D = kedalaman konstruksi breakwater di dalam tanah (m)

B = lebar breakwater (m)

L = panjang breakwater (m)

W = berat sendiri konstruksi (t/m)

A = luas penampang struktur (m2)

Perhitungan menggunakan perhitungan untuk pondasi dangkal karena

sesuai syarat untuk pondasi dangkal yaitu D < B, sedangkan struktur ini memiliki

D = 0,5 meter dan B = 32 meter sehingga D < B. Tanah yang akan diuji

stabilitasnya adalah tanah pada kedalaman – 0,5 LWS karena ini merupakan

kedalaman yang paling besar.

Dimensi Breakwater :

Lebar Breakwater (B') = 26 meter

Tinggi Breakwater (H) = 6.5 meter

Panjang Breakwater (L) = 372 meter

Lebar Puncak (B) = 3 meter

Lebar Slope sisi Pelabuhan = 11.3 meter

Lebar Slope sisi Laut = 11.3 meter

Gambar 1.11 Sketsa Dimensi Breakwater

Perhitungan dilakukan pada kondisi terdrainase karena pada kondisi

lapangan kondisi tanah di bawah breakwater kecil kemungkinannya untuk

mengalami kondisi tidak terdrainase dimana air tidak dapat dialirkan keluar

sehingga ikut menahan beban yang diletakkan di atasnya.

Parameter Daya Dukung Tanah :

Page 19: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

Jenis tanah = Pasir Berlanau (dari hasil boring pada kedalaman

-0,5 s/d -1.00 LWS)

Kedalaman Breakwater = 0,5 meter

γ armour (batu) = 2,65 t/m3

γ air laut = 1,03 t/m3

NSPT = 16 (dari hasil boring pada kedalaman -0,5 s/d -

1.00 LWS)

Ndesign = 21,7 (dari hasil analisis konversi NSPT berdasarkan

Pedoman Analisis Daya Dukung Tanah Pondasi

Dangkal Bangunan Air -2005 )

Dr = 59,7 % (dari tabel kepadatan relatif versus N60

(Ndesign) (Jamiolkowski et al.1988) dalam Pedoman

Analisis Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal

Bangunan Air -2005).

Ǿ tanah = 38,4°( dari tabel kepadatan relatif dan uji tanah

di lapangan, Pedoman Analisis Daya Dukung Tanah

Pondasi Dangkal Bangunan Air -2005).

γ pasir = 1,4 t/m3 (berat jenis material pasir)

γ’ = (1,4 – 1,03) = 0,37 t/m3

C = 0 t/m2 (karena pasir merupakan jenis tanah non

kohesif sehingga tidak memiliki lekatan antar

partikel tanah).

Tabel 1.8 Nilai Nc, Ny dan Nq

Untuk dasar pondasi segi empat (LxB) besar daya dukung tanah dasar

menurut Terzaghi adalah menggunakan rumus diatas, sehingga diperoleh :

ql=(1−0,2 x26

372 ) .0,37 .262

.77,9+(1+0,2 x26372 ).0 .77,5+0,37.0,5.61,55

Page 20: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

ql=57,569t /m3

𝑄𝑢𝑙𝑡 = 57,569 𝑥 26𝑄𝑢𝑙𝑡 = 1496,805 t/mBeban breakwater yang bekerja diperlihatkan oleh gambar dibawah ini

dan dapat dihitung dengan rumus :

Gambar 1.12 Sketsa Beban Pada Breakwater

Wtotal=( (3+19,5 )2

x 5,5 x 2,65)+( (23+26 )2

x1 x2,65)Wtotal=228,363t /m

SF=QultW

>2

SF=1496,805228,363

>2

SF=6,554>2 OK !

1.3.7.2 Stabilitas terhadap Geser

Struktur breakwater sangat rentan terhadap bahaya kelongsoran atau

geser. Oleh karena itu, harus dipastikan struktur tersebut memiliki gaya penahan

momen penggeser / Resisting Momen (Mr) yang lebih besar dari gaya yang

menimbulkan momen penggeser / Driving Momen (Md). Menurut Soedjono

Kamadibrata dalam bukunya Perencanaan Pelabuhan, suatu struktur breakwater

akan stabil jika memiliki nilai Faktor Keamanan FS= MrMd

>1,25

Page 21: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

Gambar 1.13 Bentuk Umum Bidang Geser Terlemah Breakwater

(Sumber: Kramadibrata – 2001)

Analisa stabilitas ini dilakukan dengan metode irisan stabilitas lereng,

yaitu menghitung nilai Mr dan Md dengan rumus :

FS= MrMd

FS=Σ (c . ∆ ln+W cos an . tan∅ )

Σ (W sin an )

∆ ln=bn

cosan

(Kramadibrata : 2001)

Dengan :

c : kohesi tanah

b : lebar irisan

ø : sudut geser tanah

FS : faktor keamanan stabilitas

Untuk memperoleh bidang geser terlemah, dilakukan tiga kali analisa

stabilitas breakwater dengan tiga bidang geser yang berbeda. Berikut adalah

gambar dugaan bidang geser terlemah :

Page 22: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

Gambar 1.14 Bidang Geser Terlemah 1

Gambar 1.15 Bidang Geser Terlemah 2

Gambar 1.16 Bidang Geser Terlemah 3

Page 23: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

Gambar 1.17 Detail Irisan Breakwater

Tabel 1.9 Resisiting dan Driving Momen Bidang Geser 1

Tabel 1.10 Resisiting dan Driving Momen Bidang Geser 2

Page 24: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

Tabel 1.11 Resisiting dan Driving Momen Bidang Geser 3

Tabel 1.12 Faktor Keamanan Bidang geser

Jadi dapat disimpulkan bahwa bidang geser terlemah adalah bidang geser

kedua dengan nilai FS yang terkecil namun memenuhi FS syarat yaitu 1,261 >

1,25. Sedangkan untuk analisa stabilitas guling tidak diperlukan karena kedua sisi

struktur breakwater menahan tekanan yang sama yang berasal dari tekanan

hidrostatis air laut. Berikut adalah gambar gaya-gaya yang bekerja pada struktur

breakwater rencana:

Gambar 1.18 Gaya-Gaya yang bekerja Pada Breakwater

Gambar di atas menunjukkan bahwa tekanan yang diterima oleh masing-

masing sisi adalah sama sehingga struktur breakwater rencana tersebut stabil

terhadap guling.

Page 25: Tugas Uts Perencanaan Bangunan Pantai

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Triatmodjo, 2009, Perencanaan Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.

Bambang Triatmodjo, 1999, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.

Soejono Kramadibrata, 2001, Perencanaan Pelabuhan, ITB, Bandung.

Aisyah, Cempaka. 2012. Perencanaan Pemecah Gelombang Pelabuhan

Perikanan Pondok Mimbo Situbondo, Situbondo. Jawa Timur : Penerbit

Universitas Jember