jurnal penelitian perencanaan bangunan alternatif pengaman pantai namrole

20
1 PERENCANAAN ALTERNATIF BANGUNAN PENGAMAN PANTAI NAMROLE KAB. BURU SELATAN - MALUKU Muhammad Aldin 1) , Muh. Arsyad Thaha 2) , Mukhsan Putra Hatta 3) 1) Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Makassar 90245 email : [email protected], 2,3) Dosen Pembimbing Laboratorium Riset Teknik Pantai Jurusan Sipil Fakultas Teknik UNHAS ABSTRAK Pantai Namrole, sejalan dengan perkembangannya sebagai daerah nelayan dan wisata mengalami persoalan kerusakan pantai yang disebabkan karena adanya perubahan garis pantai akibat erosi dan juga pemukiman yang terlalu dekat dengan pantai dimana sempadan pantai sebagai daerah penyangga (buffer zone) belum direncanakan sehingga pada saat musim gelombang, pemukiman tersebut berada dalam jangkauan limpasan gelombang laut (wave run up). Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan untuk mendesain bangunan pelindung pantai yang tepat. Analisa data primer berupa survey topografi dan batimetri dilakukan untuk pemutakhiran detail wilayah studi, tunggang pasang surut yang diperoleh sebesar (MHWL-MLWL) sebesar 170.8 cm, dan tinggi BM1 dari MSL sebesar 2.46 meter.Hasil investigasi tanah diperloeh butir sedimen rata-rata d50 sebesar 2,075 mm.Untuk data sekunder berupa data angin 10 tahun terakhir diperoleh dari stasiun metereologi Pattimura Ambon, yang selanjutnya dengan metode Hindcasting diperoleh peramalan gelombang rencana 10 tahun dengan tinggi 4,062 m dari arah Barat Daya. Hasil analisis pemilihan bangunan pantai dilakukan dengan metode studi alternatif dan pemodelan bangunan pantai dengan bantuan aplikasi CEDAS-NEMOS, dari beberapa model bangunan pantai yang dimodelkan, maka dipilih Seawall sebagai bangunan pelindung pantai dengan karakteristik desain kedalaman kaki diujung bangunan 0,5 m, tinggi gelombang pecah diujung bangunan 0,4 m, elevasi seawall 2,8 MSL dan diameter minimun batu pelindung kaki bangunan sebesar 22 cm. Kata kunci : bangunan pantai, hindcasting, NEMOS, seawall ABSTRACT Namrole coast, in line with its development as a fishing and tourist areas experiencing problems caused coastal damage due to changes in the coastline due to erosion and also the settlement is too close to the coast where the coastal border as a buffer zone has not been planned so that when the wave season, The settlement is within reach of wave run up. Primary and secondary data collection undertaken to design buildings appropriate coastal protection. Primary analyze data in the form of topographic and bathymetric surveys conducted to update the details of the study area, riding tides obtained (MHWL- MLWL) by amounted to 170.8 cm, and a height of MSL at 2:46 BM1 meter. Soil investigation result obtain average sediment grain amounted D50 2.075 mm. Result of secondary data such as the last 10 years wind data obtained from meteorological stations of Pattimura Ambon, which subsequently

Upload: aldinmuhamed

Post on 11-Jan-2016

106 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Coastal, Engineering, Sipil, Pengaman Pantai, CEDAS, NEMOS

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

1

PERENCANAAN ALTERNATIF BANGUNAN PENGAMAN PANTAI NAMROLE KAB.

BURU SELATAN - MALUKU

Muhammad Aldin 1), Muh. Arsyad Thaha2), Mukhsan Putra Hatta3)

1)Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Makassar 90245 – email :

[email protected], 2,3) Dosen Pembimbing Laboratorium Riset Teknik Pantai Jurusan Sipil Fakultas Teknik UNHAS

ABSTRAK

Pantai Namrole, sejalan dengan perkembangannya sebagai daerah nelayan dan wisata mengalami

persoalan kerusakan pantai yang disebabkan karena adanya perubahan garis pantai akibat erosi dan juga

pemukiman yang terlalu dekat dengan pantai dimana sempadan pantai sebagai daerah penyangga (buffer

zone) belum direncanakan sehingga pada saat musim gelombang, pemukiman tersebut berada dalam

jangkauan limpasan gelombang laut (wave run up). Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan

untuk mendesain bangunan pelindung pantai yang tepat. Analisa data primer berupa survey topografi

dan batimetri dilakukan untuk pemutakhiran detail wilayah studi, tunggang pasang surut yang diperoleh

sebesar (MHWL-MLWL) sebesar 170.8 cm, dan tinggi BM1 dari MSL sebesar 2.46 meter.Hasil

investigasi tanah diperloeh butir sedimen rata-rata d50 sebesar 2,075 mm.Untuk data sekunder berupa

data angin 10 tahun terakhir diperoleh dari stasiun metereologi Pattimura Ambon, yang selanjutnya

dengan metode Hindcasting diperoleh peramalan gelombang rencana 10 tahun dengan tinggi 4,062 m

dari arah Barat Daya. Hasil analisis pemilihan bangunan pantai dilakukan dengan metode studi alternatif

dan pemodelan bangunan pantai dengan bantuan aplikasi CEDAS-NEMOS, dari beberapa model

bangunan pantai yang dimodelkan, maka dipilih Seawall sebagai bangunan pelindung pantai dengan

karakteristik desain kedalaman kaki diujung bangunan 0,5 m, tinggi gelombang pecah diujung bangunan

0,4 m, elevasi seawall 2,8 MSL dan diameter minimun batu pelindung kaki bangunan sebesar 22 cm.

Kata kunci : bangunan pantai, hindcasting, NEMOS, seawall

ABSTRACT

Namrole coast, in line with its development as a fishing and tourist areas experiencing problems caused

coastal damage due to changes in the coastline due to erosion and also the settlement is too close to the

coast where the coastal border as a buffer zone has not been planned so that when the wave season, The

settlement is within reach of wave run up. Primary and secondary data collection undertaken to design

buildings appropriate coastal protection. Primary analyze data in the form of topographic and

bathymetric surveys conducted to update the details of the study area, riding tides obtained (MHWL-

MLWL) by amounted to 170.8 cm, and a height of MSL at 2:46 BM1 meter. Soil investigation result

obtain average sediment grain amounted D50 2.075 mm. Result of secondary data such as the last 10

years wind data obtained from meteorological stations of Pattimura Ambon, which subsequently

Page 2: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

2

obtained by the method of forecasting waves Hindcasting 10-year plan with 4.062 m height of the

direction of Southwestern. The results of the analysis carried out by the election of the beach building

alternative study methods and modeling coastal structures with the help of application CEDAS-Nemos,

of some models of coastal structures being modeled, then selected as the building envelope Seawall

beach with foot depth of the design characteristics of the building at the threshold of 0.5 m, height of

the wave broken tip of buildings 0.4 m, 2.8 MSL elevation seawall and the minimum diameter gaiters

stone building is 22 cm.

Keywords : sea defence bulding, hindcasting, NEMOS, seawall

PENDAHULUAN

Pantai Namrole terletak di Kecamatan

Namrole Kabupaten Buru Selatan. Pantai

Namrole selain terkenal sebagai daerah wisata

juga merupakan daerah nelayan/perikanan yang

cukup terkenal. Jumlah penduduk di pulau ini

terus berkembang. Dengan perkembangan

penduduk ini, maka berbagai kegiatan dialihkan

ke daerah pantai. Kondisi daerah pantainya

memiliki potensi untuk wisata alam. Potensi

pengembangan lahan pantai Namrole baik pada

perairan pantai maupun pada perairan lepas

pantai belum terlihat adanya pemanfaatan

secara khusus. Sejalan dengan makin

berkembangnya daerah ini berbagai

permasalahan mulai timbul, antara lain

penempatan lahan permukiman, bangunan

pemerintah/swasta, rumah ibadat, dan lainnya

semakin dekat dengan garis pantai sehingga

terancam oleh gelombang laut dan erosi pantai.

Terjadinya erosi pantai selain

disebabkan adanya perubahan garis pantai

akibat erosi juga disebabkan pemukiman yang

ada terlalu dekat dengan pantai dimana

sempadan pantai sebagai daerah penyangga

(buffer zone) belum direncanakan sehingga

pada saat musim gelombang, permukiman

tersebut berada dalam jangkauan limpasan

gelombang laut (wave run-up). Oleh karena itu

permasalahan yang akan ditinjau meliputi

peninjauan karakteristik daerah pantai tersebut

dan memfungsikan sempadan pantai serta

bangunan pengaman pantai yang sesuai untuk

membuat alternatif desain pengaman pantai

Kota Namrole.

DASAR-DASAR PERENCANAAN

Pantai

Pantai secara umum diartikan sebagai

batas antara wilayah yang bersifat daratan

dengan wilayah yang bersifat lautan.Pantai

merupakan daerah di tepi perairan yang

dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan surut

terendah. Daerah pantai sering juga disebut

daerah pesisir atau wilayah pesisir.Daerah

pantai atau pesisir adalah suatu daratan beserta

perairannya dimana pada daerah tersebut masih

dipengaruhi baik oleh aktivitas darat maupun

oleh aktifitas kelautan (Yuwono, 2005).

Page 3: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

3

Gambar 0-1 Definisi Pantai berkaitan dengan

karakteristik gelombang di sekitarnya

Gelombang

Gelombang laut dapat beraneka ragam

tergantung dari gaya pembangkitnya.

Gelombang tersebut dapat berupa gelombang

angin (gelombang yang dibangkitkan oleh

tiupan angin), gelombang pasang surut

(gelombang yang dibangkitkan oleh gaya tarik

benda-benda langit terutama gaya tarik

matahari dan bulan terhadap bumi) gelombang

tsunami (gelombang yang terjadi akibat letusan

gunung berapi atau gempa didasar laut),

gelombang kecil (biasanya dibangkitkan oleh

kapal yang bergerak) dan sebagainya.

Dalam hal ini bentuk gelombang yang

umum dipakai adalah gelombang angin dan

gelombang pasang surut. Gelombang biasanya

menimbulkan energi untuk membentuk pantai,

menimbulkan arus dan transpor sedimen

sepanjang pantai. Bentuk gelombang

laut ini sangat komplek dan sulit digambarkan

secara matematis karena ketidaklinearannya,

tiga dimensi dan bentuknya random.

Berdasarkan kedalaman relatif, yaitu

perbandingan antara kedalaman air d dan

panjang gelombang L, (d/L), gelombang dapat

diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a) Gelombang di laut dangkal, jika d/L ≤

1/20

b) Gelombang di laut transisi, jika 1/20 ≤

d/L ≤ 1/2

c) Gelombang di laut dalam, jika d/L ≥ 1/2

Pasang Surut

Pasang surut adalah fluktuasi (naik

turunnya) muka air laut karena adanya gaya

tarik benda-benda di langit, terutama bulan dan

matahari terhadap massa air laut di bumi. Gaya

tarik menarik antara bulan dengan bumi lebih

mempengaruhi terjadinya pasang surut air laut

daripada gaya tarik menarik antara matahari

dengan bumi, sebab gaya tarik bulan terhadap

bumi nilainya 2,2 kali lebih besar daripada gaya

tarik matahari terhadap bumi. Hal ini terjadi

karena meskipun massa bulan lebih kecil dari

pada massa matahari, akan terjadi jarak bulan

terhadap bumi jauh lebih dekat dari pada jarak

bumi terhadap matahari (Triatmodjo, 1999).

Pembangkitan Gelombang

Pembahasan kali ini mengenai tentang

pembangkitan gelombang oleh angin. Angin

yang berhembus di atas permukaan air akan

memindahkan energinya ke air. Kecepatan

angin akan menimbulkan tegangan pada

permukaan laut, sehingga permukaan air yang

semula tenang akan terganggu dan timbul riak

gelombang kecil di atas permukaan air. Apabila

kecepatan angin bertambah, riak tersebut

menjadi semakin besar, dan apabila angin

berhembus terus akhirnya akan terbentuk

Page 4: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

4

gelombang. Semakin lama dan semakin kuat

angin berhembus, semakin besar gelombang

yang terbentuk.

Prosedur Hindcasting

Salah satu cara peramalan gelombang

adalah dengan melakukan pengolahan data

angin. Prediksi gelombang yang dihitung

berdasarkan kondisi meteorologi yang telah

lampau disebut hindcasting.Gelombang laut

yang akan diramal adalah gelombang di laut

dalam suatu perairan yang dibangkitkan oleh

angin, kemudian merambat ke arah pantai dan

pecah seiring dengan mendangkalnya perairan

di dekat pantai. Hasil peramalan gelombang

berupa tinggi dan perioda gelombang signifikan

untuk setiap data angin. Untuk mendapatkan

gelombang rencana, dilakukan peramalan

gelombang berdasarkan data angin jangka

panjang. Metode yang diterapkan mengikuti

metode yang ada di Shore Protection Manual

(SPM) dari US Army Corps of Engineer edisi

1984 vol. 1-1 halaman (3-44). Diagram proses

hindcasting dapat dilihat pada gambar berikut.

HS = Tinggi Gelombang Signifikan

TP = Periode Puncak Gelombang

F = Panjang Fetch Efektif

UA = wind stress factor

Gambar 2. Diagram alir proses hindcasting

(SPM 1984, vol 1-1)

1. Peramalan Tinggi dan Periode

Gelombang

Pembentukan gelombang di laut

dalam dianalisis dengan formula-formula

empiris yang diturunkan dari model parametrik

berdasarkan spektrum gelombang JONSWAP

(Shore Protection Manual, 1984). Prosedur

peramalan tersebut berlaku baik untuk kondisi

fetch terbatas (fetch limited condition) maupun

kondisi durasi terbatas (duration limited

condition) sebagai berikut :

21

220016,00

A

eff

A

m

U

gF

U

gH

31

222857,0

A

eff

A

p

U

gF

U

gT

32

228,68

A

eff

A

d

U

gF

U

gt

dimana:

Hmo : tinggi gelombang signifikan

menurut energi spektral

Tp : perioda puncak gelombang

td : durasi angin bertiup (detik)

Feff : panjang fetch efektif (m)

g : percepatan gravitasi bumi = 9,81

m/det2

UA : wind stress factor (m/det)

2. Distribusi Fisher-Typpett Tipe I

Tinggi gelombang signifikan

representatif untuk periode ulang 5, 10, 20 dan

25 tahun dengan dihitung dengan metode

distribusi Fisher-Tippett Type I.

Page 5: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

5

Konsep Penanganan Abrasi dan Pengaman

Pantai

Alam pada umumnya telah

menyediakan mekanisme perlindungan pantai

alami yang efektif. Pada pantai berpasir,

lindungan alami tersebut berupa hamparan pasir

yang merupakan penghancur energi yang

efektif, serta bukit pasir (sand dune) yang

merupakan cadangan pasir. Disamping itu bukit

pasir juga merupakan pelindung daerah

belakang pantai dari amukan badai yang setiap

saat mengancamnya. Sedangkan pada pantai

lumpur/tanah liat, alam menyediakan tumbuhan

pantai seperti pohon api-api dan bakau

(mangrove) yang dapat tumbuh subur pada jenis

tanah ini. Tumbuhan pantai ini akan

memecahkan energi gelombang yang datang ke

pantai. Akar-akar pohon akan menghambat laju

kecepatan air sehingga terjadi proses

pengendapan material pantai di sekitar

tumbuhan tersebut. Bila lindungan alamiah itu

tidak ada, maka untuk melindungi pantai

terhadap erosi dapat dilakukan dengan cara

artifisial atau buatan, baik dengan membuat

bangunan pengaman pantai maupun dengan

cara-cara lainnya. Pada uraian berikut ini akan

ditinjau beberapa cara perlindungan terhadap

bahaya erosi pantai.

Penanganan yang dapat dilakukan

dapat digolongkan berdasarkan kinerja masing-

masing alternatif, tergantung dari penyebab

timbulnya permasalahan. Terdapat 7 cara

mengurangi atau mencegah kerusakan pantai

akibat erosi, yaitu :

a) Mengubah laju angkutan sedimen sejajar

pantai.

b) Mengurangi energi gelombang yang

mengenai pantai.

c) Memperkuat tebing pantai sehingga

tahan terhadap gempuran gelombang.

d) Meninggikan muka tanah pantai

e) Menambah suplai sedimen ke pantai

(beach nourishment).

f) Mengadakan penghijauan pada daerah

pantai.

g) Penerapan produk hukum

Penanganan Lunak : Sand/Beach

Nourishment

Sand/Beach Nourishment adalah

tindakan pengisian kembali dengan material

bahan sedimen (biasanya pasir) untuk

menggantikan sedimen yang terbawa air laut.

Biasanya pengisian dilakukan setiap tahun

sehingga upaya ini menjadi kurang efisien.

Bahan pengisi pasir dapat diambil dari pasir laut

maupun darat, tergantung ketersediaan bahan di

lapangan dan kemudahan pengangkutannya

dari lokasi pengambilan ke lokasi pengisian.

Penanganan Keras : Bangunan Pelindung

Pantai

Surf zone merupakan lokasi terjadinya

aktivitas angkutan sedimen di daerah pantai.

Maju mundurnya posisi garis pantai sangat

tergantung pada laju dan arah angkutan sedimen

di surf zone. Besar dan arah angkutan sedimen

sangat tergantung pada laju dan arah arus di surf

zone. Arus di surf zone umumnya terjadi akibat

induksi gelombang (wave induced current).

Page 6: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

6

Untuk mengurangi energi gelombang dan

intensitas arus sejajar pantai akibat induksi

gelombang, diperlukan suatu bangunan

pemecah gelombang. Dengan adanya bangunan

pemecah gelombang ini diharapkan perilaku

arus sejajar pantai akibat induksi gelombang

dapat dikendalikan sehingga laju angkutan

sedimen di surf zone dapat berkurang.

Berkurangnya laju angkutan sedimen di surf

zone mengakibatkan garis pantai menjadi relatif

stabil.

Jenis-jenis bangunan perlindungan

pantai yang dapat digunakan untuk

mengendalikan posisi garis pantai adalah

sebagai berikut :

a. Seawall dan Reveatment

b. Groin

c. Jetty

d. Detached Breakwater

Program CEDAS (Coastal Engineering

Design Analisys System) modul NEMOS

(Nearshore Evolution Modeling System)

NEMOS (Nearshore Evolution

Modeling System) merupakan seperangkat

program/software yang digunakan sebagai

suatu sistem untuk mensimulasikan perubahan

pantai dalam jangka panjang sebagai reaksi

terhadap kondisi gelombang, struktur pantai

dan kegiatan teknik dipantai. Program ini

dibangun didukung oleh program lainnya untuk

dapat mensimulasikan pekerjaan tersebut

diantaranya GENESIS (model untuk

menghitung perubahan garis pantai terutama

yang disebabkan oleh gerakan gelombang dan

dapat diterapkan pada berbagai kondisi, lokasi

dan kombinasi groin, jetti, breakwater terpisah,

dinding pantai dan juga pengerukan pantai),

Formulasi matematis dari proses

perubahan garis pantai akan melibatkan

persamaan aliran, persamaan angkutan sedimen

dan persamaan konservasi massa atau dikenal

persamaan kontinuitas. Proses kalkulasi

dilakukan dengan melakukan prediksi

longshore transport berdasarkan pada bentuk

muka pantai. Sedangkan untuk peramalan garis

pantai akan dilakukan kalkulasi dengan

mempertimbangkan aspek-aspek longshore

transport yang terjadi.

GENESIS dapat memperhitungkan

pengaruh adanya Groin, Breakwater, seawalls

dan Beach fills terhadap kondisi garis pantai.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan

pada penelitian ini adalah pengambilan data

primer dengan metode Investigasi Lapangan,

dan pengolahan data sekunder metode Analisis,

serta pengujian model menggunakan bantuan

bantuan aplikasi komputer/software.

Untuk mendapatkan hasil yang baik

dan terarah, maka dibuat langkah kerja yang

akan dilakukan dalam bentuk bagan alir seperti

pada gambar berikut.

Page 7: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

7

Gambar 0-1. Diagram alir penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Buru Selatan mempunyai

luas sekitar 5.060 km2 dan wilayahnya meliputi

sebagian dari Pulau Buru dan pulau-pulau lain

di sekitarnya, baik yang berpenghuni maupun

tidak berpenghuni. Sebagian besar wilayah

kabupaten Buru Selatan berada pada Pulau Buru

(4.754 km2 atau 93,95% dari luas kabupaten).

Pulau yang berpenghuni adalah Pulau Buru,

Pulau Ambalau dan Pulau Tengah (Pasir Putih).

Kecamatan Namrole merupakan kecamatan

induk pada Kabupaten Buru Selatan.

Kecamatan Namrole terletak di antara 2°30' dan

5°50' Lintang Selatan juga antara 125°00' dan

127°00' Bujur Timur. Kecamatan Namrole

sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan

Waeapo, sebelah selatan berbatasan dengan

Laut Banda, di sebelah timur berbatasan dengan

Kecamatan Waesama dan di sebelah barat

berbatasan dengan Kecamatan Leksula.Sejalan

dengan makin berkembangnya daerah ini

berbagai permasalahan mulai timbul, antara

lain: penempatan lahan permukiman, bangunan

pemerintah/swasta, rumah ibadat, dll. semakin

dekat dengan garis pantai sehingga terancam

oleh gelombang laut dan erosi pantai.

Gambar 2. Gerusan tanah dibelakang bangunan

Revetment akibat gelombang overtopping

Data Angin

Data angin diperlukan untuk

peramalan tinggi dan periode gelombang.

Mengingat data angin di lokasi tidak ada, maka

digunakan data angin dari Stasiun Metereologi

Pattimura Ambon. Data angin yang digunakan

adalah data angin yang terkoreksi pada

ketinggian 10 meter, sedangkan elevasi stasiun

pengukuran adalah 15,4 mdpl. Dari hasil analisa

data angin diperoleh distribusi angin tahunan

Menentukan Maksud, Tujuan dan Batasan Penelitian

Mulai

Analisis Data dan Peramalan Gelombang

Simulasi Pemodelan Bangunan

Pantai dengan program CEDAS-

NEMOS

Alternatif Bangunan Pantai

Desain Bangunan Pantai Terpilih

Selesai

Pengumpulan dan Pengambilan Data:

Pengumpulan Data Primer:

Topografi

Batimetri

Pasang Surut

Arus

Penyelidikan Tanah

Pengumpulan Data Sekunder:

Angin

Sosial Ekonomi

Page 8: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

8

yang disajikan dalam bentuk diagram yang

disebut dengan mawar angin (windrose) hasil

rekapitulasi frekuensi kejadian angin tiap arah

mata angin dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 0-3 Grafik windrose dari Stasiun

Metereologi Pattimura Ambon tahun 2004-

2013

(sumber : Stasiun Metereologi Pattimura

Ambon, 2014)

Data Sosial Ekonomi

Data sosial ekonomi akan

dikumpulkan melalui data dari Badan Pusat

Statistik dan Rencana Tata Ruang Wilayah.

Data-data ini akan menjadi masukan dalam

menganalisis pola penanganan pengamanan

pantai dikaitkan dengan kegiatan masyarakat

setempat. Pelaksanaan pekerjaan pengambilan

data sosial ekonomi ini meliputi pengambilan

data mengenai keadaan kehidupan sosial dan

ekonomi pada daerah yang dilaksanakan

pembangunan, maupun daerah sekitar, serta

dampaknya pada daerah tersebut.

Analisa Pemodelan Pengaman Pantai

Menggunakan Software CEDAS – NEMOS.

Asumsi dasar dari model perubahan

garis pantai adalah sebagai berikut:

a. Bentuk profil pantai adalah

tetap/konstan.

b. Batasan daerah darat dan laut profil

adalah tetap.

c. Angkutan sedimen yang terjadi

sepanjang pantai disebabkan gelombang.

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Topografi

Elevasi muka air laut yang dipakai

sebagai datum referensi adalah MSL (Mean Sea

Level) yang didapatkan dari pengamatan pasang

surut selama 15 hari. Untuk mendapatkan

ketinggian BM, dilakukan pengikatan patok

ukur dan BM terhadappeilschaal. Dari data

pengamatan pasang surut diperoleh nilai MSL

pada peilschaal, sehingga dengan menentukan

MSL=0,000 m akan diperoleh ketinggian BM

terhadap MSL. BM yang dipasang sebanyak 3

buah mengikuti jalur poligon. Nilai posisi

koordinat dan elevasi BM dapat dilihat pada

tabel berikut :

Page 9: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

9

Gambar 1. Elevasi BM referensi terhadap MSL

Batimetri

Proses penggambaran peta batimetri

dilakukan dengan melalui beberapa tahapan.

Data hasil pemeruman ditransfer kedalam

komputer melalui software mapsource, data

koordinat dan kedalaman kemudian ditransfer

ke software Ms. Excel untuk dikoresi

kedalaman menurut surutan MSL. Data XYZ

dari software Ms. Excel kemudian diolah

menggunakan software Autodesk Land

Desktop atau Surfer untuk menggambar garis

kontur berdasarkan interpolasi nilai-nilai

kedalaman yang berdekatan.

Pasang Surut

Hasil pengamatan pasang surut 15

hari (25Juni - 9 Juli 2014) dengan interval

waktu 1 jam, dengan pembacaan elevasi muka

air bedasarkan acuan titik nol adalah titik nol

rambu pasang surut (peilschaal), sebagaimana

disajikan dalam tabel berikut. Dari data tersebut

diatas jika diplot dalam bentuk grafik maka

akan tampak pola amplop pasang surut (tidal

envelope) sebagaimana gambar berikut.

(A) MSL pada Peil 120.94 cm (hasil hitungan eliminasi konstanta pasut metode Least Square)

(B) Beda Peil - BM.1 367.3 cm (levelling menggunakan alat ukur waterpass)

Elevasi BM.1 246.4 cm MSL (B) - (A)

2.46 m MSL

120.94 cm

246.36 cm

367.30 cm

BM

=

=

=

Peil

MSL

=

=

Page 10: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

10

Gambar 2. Grafik pasang surut Pantai Kota Namrole Kabupaten Buru Selatan

Dengan mengambil MSL = 0,000

meter sebagai datum vertikal, maka diperoleh

tunggang pasang surut air laut di lokasi studi

sebagaimana ditampilkan pada gambar berikut :

Gambar 0-3. Tunggang pasang surut Pantai

Kota Namrole Kabupaten Buru Selatan

Arus

Hasil pengukuran arus neap tide

menunjukkan bahwa kecepatan arus dalam

kondisi neap tide pada saat air surut berkisar

antara 0,101~0,195 m/detik dengan kecepatan

rerata sebesar 0,154 m/detik dengan arah arus

ke barat (280o), sedangkan pada saat air pasang

arus berkisar antara 0,082~0,128 m/detik

dengan kecepatan rerata sebesar 0,099 m/detik

dengan arah arus ke timur (90o). Sedangkan

pengukuran arus dalam kondisi spring tide

menghasilkan kecepatan arus pada saat air surut

berkisar antara 0,091~0,167 m/detik dengan

kecepatan rerata sebesar 0,141 m/detik dengan

arah arus ke barat laut (325o), sedangkan pada

saat air pasang arus berkisar antara 0,063~0,124

m/detik dengan kecepatan rerata sebesar 0,084

m/detik dengan arah arus ke timur (100o).

Hasil Penyelidikan Mekanika Tanah

Pengambilan sampel tanah berada di

lokasi yang kritis akibat abrasi. Satu sampel

berada di lokasi permukiman dan satu sampel

berada di lokasi yang sudah ada perlindungan

tetapi mengalami kerusakan. Hasil pengujian

laboratorium mekanika tanah diperoleh nilai

d50 sebesar 0.18 mm, dan hasil lain disajikan

sebagai berikut :

0

50

100

150

200

25

Ju

ni 2

01

4

26

Ju

ni 2

01

4

27

Ju

ni 2

01

4

28

Ju

ni 2

01

4

29

Ju

ni 2

01

4

30 J

un

i 201

4

01

Ju

li 2

01

4

02

Ju

li 2

01

4

03

Ju

li 2

01

4

04

Ju

li 2

01

4

05 J

uli

201

4

06

Ju

li 2

01

4

07

Ju

li 2

01

4

08

Ju

li 2

01

4

09

Ju

li 2

01

4

Ele

vasi

Mu

ka A

ir p

ada

Pe

ilsch

aal (

cm)

Tanggal

Data Pengamatan Duduk Tengah

HAT

HHWL

MHWL

MSL

MLWL

LLWL

LAT

118.1 cm

-118.1 cm

222.6 cm

-85.4 cm

85.4 cm

-111.3 cm

111.3 cm

170.8 cm

Page 11: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

1

Tabel 2. Hasil pengujian sampel tanah di laboratorium

No Pengujian Kedalaman (m)

Sampel 1 Sampel 2

1 Kadar Air (%) 23,48 6,00

2 Berat Isi (ү) (gr/cm3) 2,04 1.72

3 Berat Jenis (Gs) 2,60 2,69

4 Geser Langsung :

C (kg/cm2)

ᴓ °

0

21

0

25

5 Batas Cair (LL) (%) Non Plastis Non Plastis

6 Batas Plastis (PL) (%) Non Plastis Non Plastis

7 Indeks Plastis (PI) (%) Non Plastis Non Plastis

8 Analisa Saringan (%) Terlampir

(sumber : hasil pengujian laboratorium, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran hasil uji

laboratorium mekanika tanah)

Peramalan Gelombang

Sebagaimana sudah disebutkan dalam

sub bab sebelumnya bahwa arah angin yang

berpotensi membangkitkan gelombang di

Pantai Kota Namrole yaitu arah tenggara,

selatan dan barat daya.

Dari hasil hindcasting diperoleh nilai

tinggi gelombang signifikan maksimum di laut

dalam. Dari nilai tinggi gelombang signifikan

maksimum pertahun dan per arah ini kemudian

dilakukan analisis harga ekstrim dan analisis

frekuensi gelombang rencana dengan metode

yang digunakan adalah Metode Fisher Tippett

Type 1.

Page 12: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

12

Tabel 3. Periode ulang dan tinggi gelombang signifikan di Pantai Kota Namrole

(sumber : hasil perhitungan, 2014)

Dari tabel diatas, tampak bahwa tinggi

gelombang dengan nilai paling besar adalah

tinggi gelombang dengan arah Barat Daya,

untuk data masukan simulasi akan digunakan

tinggi gelombang rencana periode 10 tahun

sebesar 4,062 meter.

Strategi Penanganan

Pemilihan jenis perlindungan pantai

yang strategis sangat dipengaruhi oleh lokasi

dan karakteristik daerah yang hendak

dilindungi. Strategi penanganan dapat

dilakukan sebagai berikut :

1. Tidak dilakukan penanganan

Hal ini dipilih apabila kerusakan

di area pantai tidak menimbulkan dampak

negatif ditinjau dari aspek sosial, ekonomi

serta lingkungan, misalnya areal

perladangan, hutan dan tanah kosong atau

apabila dilakukan penanggulangan akan

memakan biaya yang sangat besar

sehingga ditinjau dari aspek ekonomi tidak

menguntungkan. Pada pantai semacam ini

erosi dibiarkan berlangsung terus sampai

tercapai keseimbangan.

2. Mempertahankan garis pantai yang ada

Pilihan ini dilakukan apabila

pantai yang mengalami kerusakan

merupakan pantai yang relatif

menguntungkan ditinjau dari aspek sosial,

budaya, ekonomi maupun lingkungan.

Ditinjau dari aspek sosial misalnya area

pemukiman penduduk, dari aspek budaya

misalnya tempat peribadatan dan

peninggalan bersejarah, dari aspek

ekonomi misalnya pertambakan atau

persawahan, sedang dari aspek lingkungan

misalnya hutan bakau (mangrove).

3. Mengembalikan garis pantai pada

kedudukan sebelum terjadi erosi

Pilihan ini dilakukan apabila

kerusakan pantai terjadi pada area yang

kemunduran pantainya menyebabkan luas

manfaat pantai untuk kepentingan umum.

Strategi 2 dan 3 adalah strategi

pengamanan terhadap permasalahan yang

ARAH PERIODE ULANG

TINGGI GELOMBANG (H)

PERIODE GELOMBANG (T)

TENG

GARA

2 2.47099 9.19550

5 2.89784 9.71923

10 3.18045 10.06599

20 3.45154 10.39860

25 3.53753 10.50411

50 3.80243 10.82914

100 4.06538 11.15177

SELA

TAN

2 2.44294 9.14530

5 2.79185 9.58081

10 3.02286 9.86915

20 3.24445 10.14574

25 3.31474 10.23348

50 3.53128 10.50376

100 3.74621 10.77204

BARA

T DA

YA

2 3.09289 10.13724

5 3.67642 10.76890

10 4.06276 11.18712

20 4.43335 11.58828

25 4.55091 11.71554

50 4.91304 12.10754

100 5.27251 12.49666

Page 13: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

13

terjadi. Masing-masing pilihan strategi harus

dipertimbangkan dampak yang mungkin terjadi.

Semua ini harus didasarkan pada tujuan yang

telah ditetapkan dan pengkajian terhadap

keuntungan dan biaya dari pilihan strategis

tersebut harus dilakukan untuk menetapkan

kelayakan secara ekonomi. Pilihan strategis

yang ditetapkan harus dilakukan secara

berkesinambungan dan dampak negatif sekecil

mungkin.

Sistem Pengamanan Pantai Kota Namrole

Alternatif I : Pemasangan Groin

Berdasarkan analisis gelombang dan

sedimen menunjukkan bahwa arah sedimen

sangat dipengaruhi oleh arah gelombang

datang. Transpor sedimen yang terjadi

didominasi oleh transpor sedimen arah pantai

yang disebabkan arus sejajar pantai (longshore

current). Kondisi ini terlihat dari bentuk muara

sungai yang mengalami sedimentasi di muara

sungai mengarah kearah Timur. Berdasarkan

kondisi tersebut maka penulis mengusulkan

beberapa model groin yang dapat dijadikan

alternatif dalam pemecahan masalah abrasi

pantai di daerah Pantai Kota Namrole.

Pemilihan groin sebagai salah satu alternatif

pemecahan masalah karena groin sangat efektif

dalam meredam transpor sedimen akibat arus

sejajar pantai.

Alternatif II : Pemasangan Pemecah

Gelombang Lepas Pantai

Pemecah gelombang lepas pantai

adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan

berada pada jarak tertentu dari garis pantai.

Bangunan ini direncanakan untuk melindungi

Pantai Kota Namrole dari serangan gelombang.

Perlindungan oleh pemecah gelombang lepas

pantai terjadi karena berkurangnya energi

gelombang yang sampai di perairan di belakang

bangunan. Dengan kondisi tersebut akan

mengurangi transpor sedimen di daerah

tersebut. Transpor sedimen sepanjang pantai

yang berasal dari daerah di sekitarnya akan

diendapkan di belakang

bangunan.Pengendapan tersebut akan

menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila

bangunan gelombang lepas pantai cukup

panjang terhadap jaraknya dari garis pantai,

maka akan terbentuk tombolo. Pada Pantai Kota

Namrole dapat dibuat pemecah gelombang

lepas pantai berseri dengan panjang tertentu dan

jarak tertentu. Pemecah gelombang lepas pantai

diletakkan pada jarak ±200 meter dari garis

pantai. Elevasi puncak direncanakan sama

dengan elevasi muka air laut rata-rata (MSL).

Dengan demikian dari segi estetika akan

kelihatan indah dan tidak akan mengganggu

jalur pelayaran bagi nelayan-nelayan yang

tinggal di Kota Namrole. Jenis konstruksi dapat

menggunakan tumpukan batu maupun dari

blok-blok beton. Pada bagian bawah konstruksi

ini digunakan geotextile.

Alternatif III : Pemasangan Seawall

Dalam perencanaan tembok laut

(seawall) untuk Pantai Kota Namrole perlu

ditinjau fungsi dan bentuk bangunan, lokasi,

panjang, tinggi, stabilitas bangunan dan tanah

pondasi, elevasi muka air di depan maupun di

belakang seawall. Seawall dibuat dengan sisi

miring menghadap ke laut dan terbuat dari

Page 14: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

14

material tumpukan batu. (rubble mound). Pada

bagian bawah depan bangunan dibuat lapisan

pelindung kaki proteksi (toe protection) dan

pada bagian pondasi menggunakan cerucuk

atau dolken kayu untuk menahan agar tidak

terjadi penurunan. Pada bagian belakang

konstruksi dibuatkan drainase agar air tidak

masuk ke belakang seawall.

Alternatif IV : Kombinasi Pemasangan

Seawall dan Breakwater Lepas Pantai

Selain ketiga kombinasi diatas,

diusulkan pula alternatif ke-4 yang merupakan

kombinasi seawall dan breakwater semi

tenggelam lepas pantai. Pertimbangan

pemilihan alternatif ini dikarenakan kondisi

pantai Buru Selatan yang pada musim-musim

tertentu terjadi gelombang tinggi lebih dari 5

meter, sehingga melimpas melewati seawall

yang ada. Jika menggunakan gelombang pada

musim tersebut sebagai gelombang rencana

maka elevasi puncak seawall akan tinggi sekali

yang dapat mengurangi estetika. Sehingga perlu

dilakukan langkah pengurangan energi

gelombang sebelum sampai ke seawall yaitu

dengan pemasangan breakwater semi

tenggelam lepas pantai.

Pemilihan Alternatif Bangunan Pengendali

Abrasi

Berdasarkan survey lingkungan

pantai sepanjang garis pantai ±3 km, terlihat

bahwa kondisi Pantai Kota Namrole tidak

semuanya sama dan perlu perlakuan yang

berbeda dalam penanganan abrasi pantai. Pada

beberapa lokasi khususnya di daerah muara

sungai dapat direncanakan untuk dibangun

groin karena sangat efektif untuk

menanggulangi transpor sedimen sejajar arah

pantai. Untuk daerah yang berbatasan langsung

dengan pemukiman penduduk, dimungkinkan

untuk merencanakan pembangunan revetment

dan kombinasi antara revetment dan groin.

Pemikiran diatas merupakan usulan awal yang

belum dilandasi perhitungan secara teknis.

Untuk itu pemilihan tipe bangunan pengaman

Pantai Kota Namrole dapat dilakukan setelah

selesai proses simulasi gelombang dan sedimen

sebelum dan sesudah dipasang bangunan

menggunakan pemodelan matematis.

Berdasarkan pemilihan alternatif

konstruksi pengaman pantai pada diatas, maka

penanganan yang dipilih adalah perlindungan

menggunakan groin dan seawall. Dari sisi

kesediaan masyarakat, masyarakat lebih setuju

jika dibangun groin karena kondisi groin yang

sudah ada manfaatnya sudah terasa, selain itu

bangunan groin tidak menghalangi perahu

nelayan. Jadi sebagai usulan awal untuk daerah

permukiman diberi pengaman dengan groin dan

area non permukiman seperti jalan diberi

proteksi seawall.

Simulasi Pemodelan Pengamanan Pantai

Permodelan dilakukan dengan empat

kondisi yaitu pada kondisi existing (dimana

bangunan yang ada sebelumnya diabaikan),

kondisi dengan penambahan seawall sepanjang

garis pantai, penambahan groin dan

penambahan pemecah gelombang (detached

breakwater).

Page 15: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

15

Gambar 0-4 Kondisi Existing Pantai Namrole.

Hasil permodelan dengan kondisi Existing.

Dari hasil permodelan selama 10

tahun, sedimentasi maksimum yang terjadi

adalah 68,11 meter. Arah pergerakan transpor

sedimen didominasi ke arah Timur.

Gambar 5 Perubahan garis pantai pada tahun

ke-10.

Hasil permodelan dengan kondisi

penambahan Seawall sepanjang garis pantai.

Dari hasil permodelan selama 10

tahun, sedimentasi maksimum yang terjadi

adalah 46,58 meter.

Gambar 6 Perubahan garis pantai pada tahun

ke-10.

Hasil permodelan dengan kondisi

penambahan Groin.

Penambahan groin dengan panjang 50

meter dan jarak antar bangunan 100 meter

dengan penempatan di desa yang punya dampak

terburuk dari abrasi pantai Namrole, yakni desa

Lektama dan desa Fatmite. Dari hasil

permodelan selama 10 tahun, sedimentasi

maksimum yang terjadi adalah 69,48 meter.

Gambar 7 Perubahan garis pantai pada tahun

ke-10.

Page 16: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

16

Hasil permodelan dengan kondisi

penambahan Detached Breakwater

Penambahan detached breakwater

dengan panjang sisi bangunan 100 meter, dan

jarak dari garis pantai sejauh 100 meter, dan

jarak antar bangunan sejauh 100 meter. Posisi

letak permodelan di desa Lektama dan desa

Fatmite. Dari hasil permodelan terdapat kondisi

maksimum dimana tombolo telah terbentuk

pada sisi breakwater, peristiwa ini terjadi pada

tahun ke-6 pemodelan dimana sedimentasi

maksimum yang terjadi adalah 89,83 meter.

Gambar 8 Perubahan garis pantai pada tahun

ke-6.

Rekapitulasi hasil permodelan

Dari tahun ke tahun akan diperoleh gambaran

perubahan garis pantaiyang terjadi untuk kurun

waktu yang telah di tentukan yaitu 10 tahun.

Semakin banyak waktu akan mendekati kondisi

yang terjadi di lapangan serta dapat

mensimulasikan skenario yang akan terjadi ke tahun ke

depannya. Hasil pemodelan menunjukkan

perubahan garis pantai, luasan erosi, dan

sedimentasiyang terjadi serta angkutan sedimen yang

dihasilkan, dan hasil perubahan garis pantai setelah

dibangun bangunan pantai.

Tabel 1 Rekapitulasi hasil permodelan bangunan pelindung pantai Namrole.

Perhitungan Desain Seawall

Seawall adalah bangunan yang

memisahkan daratan dan perairan pantai, yang

terutama berfungsi sebagai pelindung pantai

terhadap erosi dan limpasan gelombang

(meter) (meter) Barat Timur

1. Existing -73.53 68.11 262.48 28,626.40 Ke-10

2. Seawall 0 46.58 380.78 12,788.96 Ke-10

3. Groin -136.74 69.48 974.02 13,329.60 Ke-10

4. Detached Breakwater -88.74 89.83 459.17 15,854.90 Ke-6

Tahun

Simulasi

MODEL

BANGUNANNO.

Pergerakan Sedimen

Sejajar Pantai per-Grid

(m3)

SedimentasiAbrasi

Page 17: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

18

(overtopping) ke darat. Daerah yang dilindungi

adalah daratan tepat di belakang bangunan.

Kondisi Perencanaan

Data perencanaan untuk tembok laut

adalah sebagai berikut :

a) Periode Gelombang di Laut Dalam (T)

= 10,2 detik

b) Kemiringan Pantai (m)

= 1 : 35,4 (diperoleh dari peta

batimetri)

c) Kedalaman di kaki ujung bangunan (ds)

= 0,5 m

d) Mercu tembok laut direncanakan tanpa

overtopping

e) Kemiringan tembok laut

= 1 : 1,5 (Cot Ɵ = 1,5)

f) Data tanah

ʏ = 1,88 ton/m3

Φ = 23 derajat

C = 0 ton/m

Kondisi tanah homogen dari permukaan

higga dasar tembok termasuk lapisan pengisi.

Perhitungan Tinggi Gelombang Pecah

Rencana

Untuk menghitung tinggi gelombang

dipergunakan tinggi gelombang pecah rencana

sebagai berikut :

ds

g T2=

0,5

9,81 x 10,22= 0,0005

Dengan menggunakan grafik Tinggi

Gelombang Pecah rencana di kaki bangunan

dengan nilai ds/gT2 = 0,0005 dan nilai m = 0,03

diperoleh tinggi gelombang pecah yang terjadi

di ujung bangunan adalah 0,4 m.

Perhitungan Elevasi Seawall

Tinggi rayapan/bilangan Irribaren:

𝐼𝑟 = tan 𝜃

(𝐻

𝐿𝑜)

0.5

Dimana :

Ɵ = Sudut kemiringan bangunan

H = Tinggi gelombang di lokasi

bangunan

Lo = Panjang gelombang di laut dalam

Ir = Bilangan Irribaren

Dengan menggunakan Run Up

Gelombang, nilai Ir = 13,421 , untuk rip-rap

diperoleh elevasi mercu seawall

= HWL + Ru + Fb = 0,85 + 0,55 + 1,35

≈ 2,8 meter

Menghitung Berat Batu

Untuk mencegah terjadinya erosi di

kaki tembok, maka didepan kaki tembok perlu

dipasang pelinding kaki. Pelindung kaki

dipasang 1.0 m diatas dasar bangunan, rumus

yang digunakan adalah:

𝑊 = 𝑊𝑟𝐻3

𝐾𝑑3(𝑆𝑟 − 1)3 cot 𝜃

Dimana ;

W = Berat satu unit batuan pelapis/armor

(ton)

Wr = Berat satuan batu ( 2.65 ton/m3 )

Ww = Berat satuan air laut (1.025 ton/m3)

H = Tinggi gelombang rencana di lokasi

bangunan ( 0.4 m )

Kd = Koefisien stabilitas (dari tabel

koefisien stabilitas untuk berbagai

jenis batu ) = 1,9

Page 18: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

19

𝑆𝑟 = 𝑊𝑟

𝑊𝑤 =

2,65

1,025 = 2,59

Ɵ = Sudut kemiringan bangunan

Maka, diperoleh diameter batu

minimum yang digunakan adalah 22

cm.

Proteksi Berbasis Lingkungan

Selain dengan penanganan struktural

berupa seawall dilakukan pula pengangan non

struktural berupa penanaman pohon kelapa di

belakang seawall. Penanaman pohon kelapa

diharapkan dapat berfungsi sebagai penghalang

(barrier) gelombang yang pecah di bangunan

seawall pada saat musim ombak besar.

Lokasi penanganan abrasi pantai di

pantai Namrole sebagaimana disajikan pada

Gambar berikut.

Gambar 0-9 Lokasi penanganan abrasi pantai

Namrole

Gambar 10 Potongan Desain Pengaman Pantai Kota Namrole

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan

sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa

hal sebagai berikut :

1. Karakteristik pantai Namrole dari

pengujian dan analisa data diperoleh :

a. Tunggang pasang surut untuk data

perencanaan (MHWL – MLWL) =

170,8 cm.

b. Elevasi BM.1 dari MSL diperoleh =

2,46 meter.

c. Kecepatan arus rerata pada kondisi

spring tide pada saat surut sebesar

0,141 m/det arah ke Barat Laut (325

Page 19: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

19

o) dan pada saat pasang diperoleh

sebesar 0,084 m/det ke arah Timur

(100o).

d. Hasil penyelidikan mekanika tanah

yang digunakan untuk perencanaan

adalah : ʏ = 1,88 ton/m3 Φ = 23

derajat, C = 0 ton/m, D50 = 2,075

mm.

e. Hasil hindcasting diperoleh data

rencana 10 tahun dengan gelombang

tertinggi dari arah Barat Daya sebesar

4,062 meter.

2. Hasil simulasi perubahan garis pantai

menggunakan program CEDAS-NEMOS

dengan membandingkan kondisi existing,

penambahan tembok laut (seawall),

detached breakwater dan penambahan

groin, dipilih seawall sebagai solusi

bangunan pengaman pantai.

3. Desain pengaman pantai yang dipilih ada

Seawall sesuai dengan hasil simulasi yang

memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Kedalaman kaki diujung bangunan =

0,5 m

b. Tinggi gelombang pecah diujung

bangunan = 0,4 m

c. Elevasi seawall rencana = 2,8 m (dari

MSL)

d. Diameter minimum batu pelindung

kaki bangunan = 22 cm

Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian, garis pantai

Namrole mengalami kemunduran sehingga

disarankan kepada pemerintah setempat

perlu disegerakan pembangunan bangunan

pelindung pantai dalam hal ini Seawall agar

permasalahan tersebut tidak semakin luas

dan menimbulkan kerugian yang

signifikan.

2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang abrasi

pantai Namrole akibat transport sedimen

agar kawasan pantai Namrole tetap terjaga ,

serta pemodelan struktur pengaman pantai

yang lebih ekonomis dan efisien.

3. Perlu diadakan pendalaman lebih lanjut

penggunaan software CEDAS-NEMOS

untuk kajian koefisien kalibrasi transpor

sepanjang pantai (K1 dan K2), serta

analisa gross and net sedimen untuk

masing-masing pemodelan bangunan

struktur pengaman pantai.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013. Namrole

Dalam Angka, CV. Amanjaya, Buru Selatan

CERC (1984), Shore Protection

Manual, Washington: US Army Coastal

Engineering Research Center.

Hariyadi. 2011. Analisis Perubahan

Garis Pantai Selama 10 Tahun Menggunakan

CEDAS (Coastal Engineering Design and

Analisys System) di Perairan Teluk Awur pada

Skenario Penambahan Bangunan Pelindung

Pantai. Dipublikasikan di situs

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/buloma/a

rticle/download/2986/2670 diakses pada 14

Desember 2014 pukul 21.00 WITA.

Page 20: Jurnal Penelitian Perencanaan Bangunan Alternatif Pengaman Pantai Namrole

20

JICA, 1995, Standar Teknis Untuk

Sarana-sarana Pelabuhan Di Jepang, Japan

International Coorporation Agency, Jepang

Kramadibrata, Soedjono, 2002,

Perencanaan Pelabuhan, Penerbit ITB,

Bandung.

Rudolf, Faustinus. 2014. Modul

Nemos dan Cedas. Dipublikasikan di

https://id.scribd.com/doc/228149793/Modul-

Nemos-Dan-Cedas diakses pada tanggal 12

November 2014, pukul 22.30 WITA.

SDC-R-90163, 2009, Manual Design

Bangunan Pengaman Pantai, Sea Defence

Consultants, Indonesia.

Triatmodjo, Bambang, 1996,

Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.

Triatmodjo, Bambang, 1999, Teknik

Pantai. Beta Offset, Yogyakarta.

Wirekso. 2005. Tugas Akhir

Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai

di Daerah Mundu – Balongan. Dipublikasikan

di

http://eprints.undip.ac.id/33837/6/1635_chapte

r_II.pdf diakses pada tanggal 11 Januari 2015

pukul 16.50 WITA.

Yuwono, Nur. 1998, Pedoman Teknis

Perencanaan Tanggul atau tembok laut, Pusat

Antar Universitas Ilmu Teknik Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.