bangunan pantai penahan erosi by rizky jaws

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai dan pelabuhan terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan arus. Pembangunan bangunan pantai akan mempengaruhi ekosistem disekitar pantai tersebut. Perubahan garis pantai disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor manusia. Faktor alam diantaranyagelombang laut, arus laut, angin, sedimentasi sungai, kondisi tumbuhan pantai serta aktivitas tektonik dan vulkanik. Sedangkan faktor manusia antara lain pembangunan pelabuhan dan fasilitas- fasilitasnya (misalnya breakwater), pertambangan, pengerukan, perusakan vegetasi pantai, pertambakan, perlindungan pantai serta reklamasi pantai. Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius perubahan garis pantai. Selain proses alami, seperti angin, arus dan gelombang, aktivitas manusia menjadi penyebab terjadinya erosi pantai seperti; pembukaan lahan baru dengan menebang hutan mangrove untuk kepentingan permukiman, dan pembangunan infrastruktur. Juga pemanfaatan ekosistem terumbu karang sebagai sumber pangan (ikan-ikan karang), sumber bahan bangunan (galian karang), komoditas perdagangan (ikan hias), dan obyek wisata (keindahan dan keanekaragaman hayati) sehingga mengganggu terhadap fungsi perlindungan pantai. Selain itu kerusakan terumbu karang bisa terjadi sebagai akibat bencana alam, seperti gempa dan tsunami, yang akhir-akhir ini sering melanda Negara Indonesia dan selalu menimbulkan kerusakan pada wilayah pesisir. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Memprediksi perubahan garis pantai disepanjang Pantai di Desa Mangunharjo 2. Dapat membuat rencana pembangunan bangunan perlindungan pantai di Desa Mangunharjo 3. Bisa membuat desain bangunan perlindungan pantai pada daerah tersebut. 1.3 Manfaat Manfaat dari praktikum ini adalah : 1. Mendapat gambaran mengenai bangunan pantai. 2. Mendapatkan gambaran besaran perubahan garis pantai yang terjadi. 3. Memperoleh alternatif pengamanan terhadap daerah-daerah yang mengalamiabrasi. 1 | Bangunan Pantai Penahan Erosi_Jaws

Upload: rizky-kristantama-jaws-

Post on 30-Dec-2015

93 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai dan pelabuhan terhadap

kerusakan karena serangan gelombang dan arus. Pembangunan bangunan pantai

akan mempengaruhi ekosistem disekitar pantai tersebut. Perubahan garis pantai

disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor manusia. Faktor alam

diantaranyagelombang laut, arus laut, angin, sedimentasi sungai, kondisi tumbuhan

pantai serta aktivitas tektonik dan vulkanik. Sedangkan faktor manusia antara lain

pembangunan pelabuhan dan fasilitas-fasilitasnya (misalnya breakwater),

pertambangan, pengerukan, perusakan vegetasi pantai, pertambakan, perlindungan

pantai serta reklamasi pantai.

Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius perubahan garis pantai. Selain

proses alami, seperti angin, arus dan gelombang, aktivitas manusia menjadi penyebab

terjadinya erosi pantai seperti; pembukaan lahan baru dengan menebang hutan

mangrove untuk kepentingan permukiman, dan pembangunan infrastruktur. Juga

pemanfaatan ekosistem terumbu karang sebagai sumber pangan (ikan-ikan karang),

sumber bahan bangunan (galian karang), komoditas perdagangan (ikan hias), dan

obyek wisata (keindahan dan keanekaragaman hayati) sehingga mengganggu

terhadap fungsi perlindungan pantai. Selain itu kerusakan terumbu karang bisa terjadi

sebagai akibat bencana alam, seperti gempa dan tsunami, yang akhir-akhir ini sering

melanda Negara Indonesia dan selalu menimbulkan kerusakan pada wilayah pesisir.

1.2 TujuanTujuan dari praktikum ini adalah :

1. Memprediksi perubahan garis pantai disepanjang Pantai di Desa Mangunharjo

2. Dapat membuat rencana pembangunan bangunan perlindungan pantai di Desa

Mangunharjo

3. Bisa membuat desain bangunan perlindungan pantai pada daerah tersebut.

1.3 ManfaatManfaat dari praktikum ini adalah :

1. Mendapat gambaran mengenai bangunan pantai.

2. Mendapatkan gambaran besaran perubahan garis pantai yang terjadi.

3. Memperoleh alternatif pengamanan terhadap daerah-daerah yang

mengalamiabrasi.

1 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 2: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian PantaiDefinisi atau pengertian pantai, pantai adalah sebuah wilayah yang menjadi batas

antara lautandan daratan, bentuk pantai berbeda-beda sesuai dengan keadaan,

proses yang terjadi di wilayah tersebut, seperti pengangkutan, pengendapan dan

pengikisan yang disebabkan oleh gelombang, arus, angin dan keadaan lingkungan

disekitarnya yang berlangsung secara terus menerus, sehingga membentuk sebuah

pantai.

Manfaat pantai sangat banyak, pantai-pantai pasti memiliki manfaat untuk kehidupan,

terutama daerah tropis pantai yang dapat dimanfaatkan manusia untuk banyak hal,

diantaranya :

1. Objek pariwisata

2. Daerah pertanian pasang surut

3. Areal tambak garam

4. Wilayah perkebunan kelapa dan pisang

5. Daerah pengembangan industri kerajinan rakyat bercorak khas daerah pantai, dan

lain-lain.

Pantai juga memiliki ekosistem, ekosistem pantai adalah ekosistem yang ada di

wilayah perbatasan antara air laut dan daratan, dalam ekosistem pantai terdapat

komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan

dan hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri

dari gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan sebagainya.

Hutan Mangrove adalah salah satu contoh ekosistem di daerah pantai. Di daerah

hutan mangrove hidup berbagai jenis hewan seperti kera, kepiting, ular dan udang.

Hutan mangrove dapat berfungsi menahan abrasi air laut.

2.2 Bangunan PantaiBangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena

serangan gelombang dan arus. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

melindungi pantai yaitu:memperkuat pantai atau melindungi pantai agar mampu

menahan kerusakan karena serangan gelombangmengubah laju transpor sedimen

sepanjang pantaimengurangi energi gelombang yang sampai ke pantaireklamasi

dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain. Sesuai dengan

fungsinya, bangunan pantai dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu:

• Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar garis pantai

• Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai

• Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kikra-kira sejajar garis pantai

2.2.1 Jenis Bangunan PantaiBerikut ini akan dipaparkan beberapa jenis bangunan pelindung pantai

A. GroinGroin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif tegak lurus

terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja, beton (pipa beton),

2 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 3: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

dan batu. Pemasangan groins menginterupsi aliran arus pantai sehingga pasir

terperangkap pada “upcurrent side,” sedangkan pada “downcurrent side” terjadi

erosi, karena pergerakan arus pantai yang berlanjut .

Gambar 1. Groin

Penggunaan Groin dengan mneggunakan satu buah groin tidaklah efektif. Biasanya

perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri bangunan yang terdiri dari

beberapa groin yang ditempatkan dengan jarak tertentu. Hal ini dimaksudkan agar

perubahan garis pantai tidak terlalu signifikan.Selain tipe lurus seperti yang ada pada

gambar ada juga groin tipe L dan tipe T, yang kesemuanya dibangun berdasarkan

kebutuhan

B. JettyJetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakan di kedua sisi muara sungai

yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen pantai. Pada

penggunaan muara sungai sebagai alur pelayaran, pengendapan dimuara dapat

mengganggu lalu lintas kapal. Untuk keperluan tersebut jetty harus panjang sampai

ujungnya berada di luar sedimen sepanjang pantai juga sangat berpengaruh terhedap

pembentukan endapan tersebut. Pasir yang melintas didepan muara geelombang

pecah. Dengan jetty panjang transport sedimen sepanjang pantai dapat tertahan dan

pada alur pelayaran kondisi gelombang tidak pecah, sehingga memungkinkan kapal

masuk kemuara sungai.

Gambar 2 : Jetty

Selain untuk melindingi alur pelayaran, jetty juga dapat digunakan untuk mencegah

pendangkalan dimuara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir. Sungai-sungai

yang bermuara pada pantai yang berpasir engan gelombang yang cukup besar sering

mengalami penyumbatan muara oleh endapan pasir.karena pengaruh gelombang dan

angin, endapan pasir terbentuk di muara.

3 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 4: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

C. Breakwater

Gambar 3 : Breakwater

Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama

banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua

untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua

tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di

beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan

groin dan jetty. Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam

gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan

(transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang,

kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya.

D. Seawall

Gambar 4 : Seawall

Seawall hampir serupa dengn revetment (stuktur pelindung pantai yang dibuat sejajar

pantai dan biasanya memiliki permukaan miring), yaitu dibuat sejajar pantai tapi

seawall memiliki dinding relatif tegak atau lengkung. Seawall juga dapat dikatakan

sebagai dinding banjir yang berfungsi sebagai pelindung/penahan terhadap kekuatan

gelombang. Seawall pada umumnya dibuat dari konstruksi padat seperti beton, turap

baja/kayu, pasangan batu atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam energi

gelombang.

E. Artificial HeadlandTanjung buatan adalah struktur batuan yang dibangun di sepanjang ujung pantai

4 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 5: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

mengikis bukit-bukit untuk melindungi titik strategis, yang memungkinkan proses-

proses alam untuk melanjutkan sepanjang bagian depan yang tersisa. Hal ini secara

signifikan lebih murah daripada melindungi seluruh bagian depan dan dapat

memberikan perlindungan sementara atau jangka panjang dengan aktif dari berbagai

macam resiko. Tanjung sementara dapat dibentuk dari gabions atau kantong pasir,

namun umurnya biasanya tidaklah panjang antara 1 sampai 5 tahun

Gambar 5 : Artificial Headland

Tanjung buatan berfungsi menstabilkandaerah pesisir pantai, membentuk garis pantai

semakin stabil, garis pantai menjadi lebih menjorok sehingga energi gelombang akan

hilang pada daerah shoreline dan akhirnya membentuk pesisir rencana yang lebih

stabil dan dapat berkembang. Stabilitas akan tergantung pada panjang dan jarak dari

tanjung. struktur pendek dengan celah panjang akan memberikan perlindungan lokal

tetapi tidak mungkin mengizinkan bentuk rencana stabil untuk dikembangkan.

F. Beach NourishmentKita ketahui erosi dapat terjadi jika di suatu pantai yang ditinjau terdapat kekurangan

suplai pasir. Stabilitasi [antai dapat dilakukan dengan penambahan suplai pasir ke

daerah yang terjadi erosi itu. Apabila erosi terjadi secara terus menerus , maka suplai

pasir harus dilakukan secara berkala dengan laju sama dengan kehilangan pasir .

Untuk pantai yang cukup panjang maka penambahan pasir dengan cara pembelian

kurang efektif sehingga digunakan alternatif pasir diambil dari hasil sedimentasi sis

lain dari pantai.

G. Terumbu BuatanTerumbu buatan (artificial reef) bukanlah hal baru, di Jepang dan Amerika usaha ini

telah dilakukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Mula-mula dilakukan dengan

menempatkan material natural berukuran kecil sebagai upaya untuk menarik dan

meningkatkan populasi ikan.

2.3 Parameter Fisika Perairan2.3.1 Gelombang2.3.1.1Definisi GelombangGelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus

permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut

disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan,

menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai

gelombang.

5 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 6: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

Gelombang/ombak yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

macam tergantung kepada gaya pembangkitnya. Pembangkit gelombang laut dapat

disebabkan oleh: angin (gelombang angin), gaya tarik menarik bumi-bulan-matahari

(gelombang pasang-surut), gempa (vulkanik atau tektonik) di dasar laut (gelombang

tsunami), ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal.

Bagian-bagian gelombang gelombang ideal adalah:

a. Crest : merupakan titik tertinggi atau puncak sebuah gelombang

b. Trough : merupakan titik terendah atau lembah sebuah gelombang

c. Wave height : merupakan jarak vertikal antara crest dan trough atau disebut juga

tinggi gelombang

d. Wave lenght : merupakan jarak berturut-turut antara dua buah crest atau dua buah

trough, disebut juga satu panjang gelombang

e. Wave period : waktu yang dibutuhkan crest untuk kembali pada titik semula secara

berturut-turut, disebut juga periode gelombang

f. Wave steepnees : perbandingan antara panjang gelombang dengan tinggi

gelombang, disebut juga kemiringan gelombang

Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch

pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal

pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut.

Semakin panjang jarak fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar.

Angin juga mempunyai pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang. Angin

yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar.

Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke pantai akan

mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut. Apabila

gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian bawah yang

berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari friksi/gesekan

antara air dan dasar pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di permukaan air

akan terus melaju. Semakin menuju ke pantai, puncak gelombang akan semakin

tajam dan lembahnya akan semakin datar. Fenomena ini yang menyebabkan

gelombang tersebut kemudian pecah.

2.3.1.2 Tipe GelombangGelombang dalam oseanografi secara umum dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

a. Gelombang permukaan, dan

b. Gelombang internal.

Gelombang permukaan adalah fenomena yang akan kita temui ketika mengamati

permukaan air laut, dan biasa disebut sebagai ombak. Salah satu faktor yang

menyebabkan terjadinya ombak adalah hembusan angin, disamping ada pula faktor

lain seperti pasang surut laut yang terjadi akibat adanya gaya tarik bulan dan

matahari.

1. Tipe gelombang berdasarkan gaya pembangkitnya

a. Gelombang laut akibat angin

Gelombang yang disebabkan oleh angin dapat menimbulkan energi untuk membentuk

pantai, menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus dan

sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan

6 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 7: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

pantai. Gelombang merupakan faktor utama di dalam penentuan tata letak (layout)

pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai, dan sebagainya.

b. Gelombang laut akibat pasang surut

Pasang surut juga merupakan faktor yang penting karena bisa menimbulkan arus

yang cukup kuat terutama di daerah yang sempit, misalkan di teluk, estuari, dan

muara sungai. Selain itu elevasi muka air pasang dan air surut juga sangat penting

untuk merencanakan bangunan – bangunan pantai. Sebagai contoh elevasi puncak

bangunan pantai ditentukan oleh elevasi muka air pasang untuk mengurangi limpasan

air,sementara kedalaman alur pelayaran dan perairan pelabuhan ditentukan oleh

muka air surut. Gelombang besar yang datang ke pantai pada saat air pasang bisa

menyebabkan kerusakan pantai sampai jauh ke daratan.

c. Gelombang laut akibat tsunami

Tsunami adalah gelombang yang terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa

bumi di laut. Gelombang yang terjadi bervariasi dari 0,5 m sampai 30 m dan periode

dari beberapa menit sampai sekitar satu jam. Tinggi gelombang tsunami dipengaruhi

oleh konfigurasi dasar laut. Selama penjalaran dari tengah laut (pusat terbentuknya

tsunami) menuju pantai, sedangkan tinggi gelombang semakin besar oleh karena

pengaruh perubahan kedalaman laut. Di daerah pantai tinggi gelombang tsunami

dapat mencapai puluhan meter.

d. Tipe gelombang berdasarkan sifatnya

Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch

pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal

pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut.

Semakin panjang jarak fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar.

Angin juga mempunyai pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang. Angin

yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar.

Ada dua tipe gelombang, bila dipandang dari sisi sifat-sifatnya, yaitu:

a. Gelombang pembangun/pembentuk pantai (Constructive wave).

b. Gelombang perusak pantai (Destructive wave).

Yang termasuk gelombang pembentuk pantai, bercirikan mempunyai ketinggian kecil

dan kecepatan rambatnya rendah. Sehingga saat gelombang tersebut pecah di pantai

akan mengangkut sedimen (material pantai). Material pantai akan tertinggal di pantai

(deposit) ketika aliran balik dari gelombang pecah meresap ke dalam pasir atau pelan-

pelan mengalir kembali ke laut.

Sedangkan gelombang perusak pantai biasanya mempunyai ketinggian dan

kecepatan rambat yang besar (sangat tinggi). Air yang kembali berputar mempunyai

lebih sedikit waktu untuk meresap ke dalam pasir. Ketika gelombang datang kembali

menghantam pantai akan ada banyak volume air yang terkumpul dan mengangkut

material pantai menuju ke tengah laut atau ke tempat lain.

Hubungan antara kecepatan angin dan sifat-sifat gelombang yang dihasilkan di lautan

( McLellan dalam Hutabarat dan Evan, 1985 ).

Tabel Hubungan antara kecepatan angin dan sifat-sifat gelombang

Gelombang laut dalam : d/L > 0,5

Gelombang transisi : 1/20 < d/L < 0,5

Gelombang dangkal : d/L < 1/207 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 8: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

a. Dalam hal ini, gaya pemulih berusaha untuk mengembalikan permukaan air yang

terganggu ( akibat terbentuknya gelombang ) ke posisi semula ( pada waktu laut

dalam keadaan tenang ).

b. Untuk gelombang-gelombang kecil yang panjang gelombangnya < 1,63 cm, gaya

pemulihnya adalah tegangan permukaan. c. Untuk gelombang dengan panjang

gelombangnya > 5 cm, gaya pemulihnya adalah gravitasi.

d. Gelombang dengan panjang gelombang antara 1,63-5 cm , tegangan permukaan

dan gravitasi kedua-duanya berperan sebagai gaya pemulih.

e. Gelombang yang gaya pemulihnya tegangan permukaan disebut gelombang kapiler

, sedangkan gelombang yang gaya pemulihnya gravitasi , disebut gelombang

gravitasi.

2.3.2 Pasang SurutPasang surut laut adalah gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara

bumi, matahari dan bulan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah

gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan

pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range). Periode pasang surut

adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah

gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit

hingga 24 jam 50 menit.

Terdapat tiga tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan

keteraturannya, yaitu pasang surut harian (diurnal), tengah harian (semi diurnal) dan

campuran (mixed tides). Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut

berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga

bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek

sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara

langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran

bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada

gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih

dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah

bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional

di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut

antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.

Pasang surut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada

dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat

tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada

saat bulan baru dan bulan purnama.

Pasang surut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk

sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan

pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan

3/4.

2.3.2.1 Definisi Elevasi Muka AirBeberapa elevasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Muka air tinggi (high water

level), muka air tertinggi yang dicapai pada saat air pasang dalam satu siklus pasang

surut. 2. Muka air rendah (low water level), kedudukan air terendah yang dicapai pada 8 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 9: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

saat air surut dalam satu siklus pasang surut. 3. Muka air tinggi rata-rata (mean high

water level, MHWL), adalah rataan dari muka air tinggi selama periode 19 tahun. 4.

Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), adalah rerata dari muka air

rendah selama periode 19 tahun. 5. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah

muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini

digunakan sebagai referensi untuk elevasi di daratan. 6. Muka air tinggi tertinggi

(highest high water level, HHWL), adalah air tertinggi pada saat pasang surut

purnama atau bulan mati. 7. Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL),

adalah air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati. 8. Higher high

water level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti dalam

pasang surut tipe campuran. 9. Lower low water level, adalah air terendah dari dua air

rendah dalam satu hari.

2.3.2.2 Elevasi Muka Air RencanaUntuk menentukan muka air rencana saluran, harus tersediadata-data topografi

dalam jumlah yang memadai. Setelahlayout pendahuluan selesai, trase saluran yang

diusulkandiukur. Elevasi sawah harus diukur 7,5 meter di luar assaluran irigasi atau

pembuang yang direncana tiap interval50 m dan pada lokasi-lokasi khusus.Hal ini

penting karena-saluran kuarter harus memberi air ke sawah-sawah ini-pembuang

kuarter dan tersier menerima kelebihan airdari sawah-sawah ini- jalan inspeksi atau

jalan petani 0,5 m di atas permukaan sawah ini kedalaman pondasi bangunan

dikaitkan langsung denganelevasi sawah ash.Jika saluran-saluran yang sudah ada

masih tetap akandipakai, maka elevasi tanggulnya juga harus diukur.Hasil-hasil

pengukuran akan disajikan dalam bentuk gambarsituasi (1 : 2.000), dan potongan

memanjang (skalahorisontal 1:2.000, vertikal 1:50). Tidak diperlukan

potonganmelintang, kecuali untuk standar potongan untuk setiapsketsa dengan

dimensi yang sama. Tetapi potonganmelintang pada daerah bergelombang digambar

pada jarak100 m.Beda elevasi (head) yang ada antara elevasi sawah denganelevasi

air di jaringan utama harus diketahui. Elevasi air di jaringan utama dan jaringan irigasi

yang ada dapat diperolehdari gambar-gambar rencana atau gambar-gambar2.3.3 Sedimen2.3.3.1 Definisi SedimenEndapan sedimen (sedimentary deposit) adalah tubuh material padat yang

terakumulasi di permukaan bumi atau di dekat permukaan bumi, pada kondisi

tekanan dan temperatur yang rendah. Sedimen umumnya (namun tidak selalu)

diendapkan dari fluida dimana material penyusun sedimen itu sebelumnya berada,

baik sebagai larutan maupun sebagai suspensi. Definisi ini sebenarnya tidak dapat

diterapkan untuk semua jenis batuan sedimen karena ada beberapa jenis endapan

yang telah disepakati oleh para ahli sebagai endapan sedimen: (1) diendapkan dari

udara sebagai benda padat di bawah temperatur yang relatif tinggi, misalnya material

fragmental yang dilepaskan dari gunungapi; (2) diendapkan di bawah tekanan yang

relatif tinggi, misalnya endapan lantai laut-dalam. Petrologi sedimen (sedimentary

petrology) adalah cabang petrologi yang membahas batuan sedimen, terutama

pemerian-nya. Di Amerika Serikat, istilah sedimentasi (sedimentation) umumnya

digunakan untuk menamakan ilmu yang mempelajari proses pengakumulasian

sedimen, khususnya endapan yang asalnya merupakan partikel-partikel padat dalam

9 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 10: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

suatu fluida. Pada 1932, Wadell mengusulkan istilah sedimentologi (sedimentology)

untuk menamakan ilmu yang mempelajari segala aspek sedimen dan batuan sedimen.

Sedimentologi dipandang memiliki ruang lingkup yang lebih luas daripada petrologi

sedimen karena petrologi sedimen biasanya terbatas pada studi laboratorium,

khususnya studi sayatan tipis, sedangkan sedimentologi meliputi studi lapangan dan

laboratorium (Vatan, 1954:3-8). Pemakaian istilah sedimentologi untuk menamakan

ilmu yang mempelajari semua aspek sedimen dan batuan sedimen disepakati oleh

para ahli sedimentologi Eropa, bahkan akhirnya dikukuhkan sebagai istilah resmi

secara internasional bersamaan dengan didirikannya International Association of

Sedimentologists pada 1946.

2.3.3.2 Klasifikasi Sedimen• Klasifikasi sedimen berdasarkan asalnya

Menurut asal usul sedimen dasar laut dapat digolongkan sebagai berikut:

1.Lithogenous; Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan (weathering) batuan dari

daratan, lempeng kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik.

2.Biogenous; Sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri dari

remah-remah tulang, gigi-geligi, dan cangkang-cangkang tanaman maupun hewan

mikro. Komponen kimia yang sering ditemukan dalam sediment ini adalah CaCO3 dan

SiO2.

3.Hydrogenous; Sedimen ini berasal dari komponen kimia yang larut dalam air laut

dengan konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga terjadi pengendapan (deposisi) di

dasar laut. Contohnya endapan Mangan (Mn) yang berbentuk nodul, dan endapan

glauconite (hydro silikat yang berwarna kehijauan dengan komposisi yang terdiri dari

ion-ion K, Mg, Fe, dan Si).

4.Cosmogenous; Sedimen ini bersal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-

benda angkasa ditemukan di dasar laut dan mengandung banyak unsur besi sehingga

mempunyai respon magnetik dan berukuran antara 10 – 640 m (Wibisono, 2005).

• Klasifikasi Berdasarkan Besar Butir

Sedimen cenderung untuk didominasi oleh satu atau beberapa jenis partikel, akan

tetapi mereka tetap terdiri dari ukuran yang berbeda-beda (Hutabarat dan Evants,

1985). Ukuran butir sedimen diwakili oleh diameternya yang biasa disimbolkan

dengan d, dan satuan yang lazim digunakan untuk ukuran butir sedimen adalah

millimeter (mm) dan micrometer (µm) (Poerbandono dan Djunasjah, 2005).

Sedimen pantai diklasifikasikan berdasar ukuran butir menjadi lempung, lumpur,

pasir, butiran, kerikil, kerakal, dan bongkahan. Tabel 1 menunjukkan klasifikasi

menurut Wenthworth, yang banyak digunakan dalam bidang teknik pantai (CERC,

1984). Material sangat halus seperti lumpur dan lempung berdiameter dibawah 0,063

mm dapat dikategorikan sebagai sedimen kohesif (Triatmodjo, 1999).

• Klasifikasi Berdasarkan Lingkungan Pengendapan

1.Sedimen laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomite,

napal, dan lain sebagainya.

2.Sedimen darat (teristris/kontinen), proses terjadinya di daratan misalnya endapan

sungai (alluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan gurun (aeolis), dan

sebagainya.

10 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 11: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

3.Sedimen transisi, lokasi pembentukannya terletak antara darat dan laut

misalnya delta .

2.3.3.3 Transport Sedimen di Perairan PantaiMenurut Pettijohn (1975), Selley (1988) dan Richard (1992) menyatakan bahwa cara

transfortasi sedimen dalam aliran air dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Sedimen merayap (bed load) yaitu material yang terangkut secara menggeser atau

menggelinding di dasar aliran.

2. Sedimen loncat (saltation load) yaitu material yang meloncat-loncat bertumpu pada

dasar aliran.

3. Sedimen layang (suspended load) yaitu material yang terbawa arus dengan cara

melayang-layang dalam air.

Transfor sedimen sepanjang pantai merupakan gerakan sedimen di daerah pantai

yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Komar : 1983).

Transfor sedimen ini terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis pantai akibat

sedimen yang dibawanya (Carter, 1993). Menurut Triatmojo (1999) transfor sedimen

sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama yaitu transfor sedimen dalam

bentuk mata gergaji di garis pantai dan transfor sedimen sepanjang pantai di surf

zone.

Transfor sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar perairan

seperti pendangkalan muara sungai erosi pantai perubahan garis pantai dan

sebagainya (Yuwono, 1994). Fenomena ini biasanya merupakan permasalahan

terutama pada daerah pelabuhan sehingga prediksinya sangat diperlukan dalam

perencanaan ataupun penentuan metode penanggulangan. Menurut Triatmojo (1999)

beberapa cara yang biasanya digunakan antara lain adalah :

a. Melakukan pengukuran debit sedimen pada setiap titik yang ditinjau, sehingga

secra berantai akan dapat diketahui transfor sedimen yang terjadi.

b. Menggunakan peta/ foto udara atau pengukuran yang menunjukan perubahan

elevasi dasar perairan dalam suatu periode tertentu. Cara ini akan memberikan hasil

yang baik jika di daerah pengukuran terdapat bangunan yang mampu menangkap

sedimen seperti training jetty, groin, dan sebagainya.

c. Rumus empiris yang didasarkan pada kondisi gelombang dan sedimen pada daerah

yang di tinjau

BAB IIIMATERI DAN METODE

3.1. Alat dan Bahan3.1.1 Pengukuran Dimensi Bangunan PantaiNo Alat dan Bahan Gambar Fungsi

1 Roll Meter Untuk mengukur jarak Palm

2 Kertas Catatan Untuk Mencatat Data Pengamatan

3 Bambu Untuk mengukur kedalaman

3.1.2 Pengukuran Slope PantaiNo Alat dan Bahan Gambar Fungsi

1 Palem Gelombang 2m, Untuk menentukan tinggi (H)

2 Selang 10m, Untuk menentukan Kelandaian

11 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 12: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

3 Roll Meter, Untuk mengukur jarak Palem

4 Alat Tulis, Untuk Mencatat Data Pengamatan

5. Kamera, Untuk dokumentasi pada saat praktikum

3.1.3 Pengukuran Nilai Backwash dan swashNo Alat dan Bahan Gambar Fungsi

1 Plastik 1kg, Untuk wadah sedimen

2 Serokan Sampah, Untuk menangkap sedimen

3 Kertas Label, Untuk memberi keterangan pada sampel

5. Kamera, Untuk dokumentasi pada saat praktikum

3.1.4 Pengukuran GelombangNo Alat dan Bahan Gambar Fungsi

1 Palem Gelombang 2m Untuk menentukan nilai puncak dan lembah gelombang

2 Stopwatch Untuk menentukan nilai periode

3 Alat Tulis Untuk Mencatat Data Pengamatan

5. Kamera, Untuk dokumentasi pada saat praktikum

3.1.5 Pengukuran Pasang SurutNo Alat dan Bahan Gambar Fungsi

1 Palem Pasut Untuk mengukur nilai air laut saat pasang dan saat surut

2 Alat Tulis Untuk Mencatat Data Pengamatan

5. Kamera, Untuk dokumentasi pada saat praktikum

3.2 Metode3.2.1 Pengukuran Dimensi Bangunan PantaiCara Kerja :

1. Ukur panjang bangunan pantai menggunakan roll meter dari satu ujung ke ujung

akhirnya

2. Ukur panjang antara groin satu ke groin berikutnya menggunakan roll meter,

lakukan hingga groin terakhir

3. Ukur kedalaman pada tiga (3) titik yaitu pada groin paling ujung, groin paling

tengah, dan groin paling pangkal dengan menggunakan bambu.3.2.2 Pengukuran Slope PantaiCara Kerja :

1. Palem gelombang didirikan tegak dengan yang satu berada di tepi pantai dan yang

satu di daerah gelombang tertinggi sampai kedaratan.

2. Selang 10m di letakkan ujungnya masing-masing pada palem gelombang hingga

stabil.

3. Kemudian tinggi dan jaraknya dari palem 1 ke palem 2 diukur menggunakan roll

meter.

4. Hasil pengamatan dicatat dikertas catatan lalu diolah.

3.2.3 Pengukuran Nilai Backwash dan swashCara Kerja :

12 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 13: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

1. Dua orang memegang serokan sampah.

2. Serokan sampah diarahkan ke dua sisi yang berbeda, satu menghadap tepi pantai

dan yang satu menghadap perairan lepas pantai.

3. Ketika gelombang dari lepas pantai datang kearah serokan, serokan ditarik keatas

hingga didapat sampel sedimen.

4. Sampel sedimen dimasukkan ke dalam plastik 1kg.

5. Kemudian plastik diberi label keterangan waktu dan stasiun.

6. Pengambilan sampel dilakukan di 5 titik pada tiap groin

7. Lalu sampel ditimbang beratnya di Lab dan dianalisa.

3.2.4 Pengukuran GelombangCara Kerja :

1. Pasang palem gelombang pada stasiun yang telah di tentukan

2. Amati nilai puncak gelombang, lembah gelombang, dan periode(1 periode =

puncak ke pucak)

3. Catat menggunakan alat tulis hingga didapatkan 200 data

3.2.5 Pengukuran Pasang SurutDalam pengukuran pasang surut dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode

langsung dan metode tak langsung.

a) Metode Langsung

Metode langsung merupakan metode pengukuran pasang surut laut secara langsung

dilapangan. Pada metode ini, dilakukan pengamatan dengan menggunakan alat yang

disebut palm pasut, dari pengamatan didapatkan data tinggi gelombang pada saat

pasang dan surut yang kemudian dicatat tinggi puncak gelombang dan lembahnya

maksimal setiap 1 jam. Pengamatan ini dilakukan minimal selama 15 hari untuk

mengetahui karakteristik pasang surut laut di daerah pengamatan.

b) Metode Tak Langsung

Metode Tak Langsung merupakan metode pengukuran pasang surut laut melalui

informasi dari instansi atau data citra satelit. Pengukuran pasang surut dalam

praktikum kali ini menggunkan metode ini. Data pasang surut dalam praktikum ini

merupakan data pasang surut selama bulan Juni 2007 yang didapatkan dari Stasiun

Meteorologi Maritim Semarang. Data direkam setiap 1 jam sekali. Data ini kemudian

diolah menggunakan metode Admiralty sehingga didapatkan data MSL, HHWL, LLWL,

dan karakteristik pasang surut laut lainnya sehingga dapat diketahui tipe pasang surut

wilayah tersebut.

13 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 14: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

BAB IVHASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil4.1.1 Pengukuran Dimensi Bangunan Pantai

1. Koordinat ujung pangkal Bangunan pantai S 60 56′ 36,353″ E 1100 19′ 20,843″

bangunan pantai arah laut siku sebelah kiri S 560 56′ 35,012″ E 1100 19′ 27,552″

Ujung breakwater S 60 56′ 34,806″ E 1100 19′ 27,792″

P dari ujung pangkal bangunan pantai sampai siku groin(cm) 30

Tinggi ujung pangkal Bangunan pantai (m) 1

Tinggi bangunan pantai arah laut siku sebelah kiri (cm) 208

Tinggi sedimen(cm) 25

Tinggi Bangunan (cm) 65

Tinggi Bangunan menghadap Laut (cm) 44

2. Koordinat bangunan pantai arah laut siku sebelah kiri S 60 56′ 35,507″

E 1100 19′ 28,721″

Ujung breakwater S 60 56′ 35,294″

E 1100 19′ 28,588″

Tinggi bangunan pantai arah laut siku sebelah kiri (cm) 39

Tinggi sedimen(cm) 29

3. Koordinat bangunan pantai arah laut siku sebelah kiri S 60 56′ 36,090″

E 1100 19′ 28,495″

Ujung breakwater S 60 56′ 35,294″

E 1100 19′ 28,588″

P (cm) 1377

L (cm) 90

T1 (cm) 34

T2 (cm) 87

T3 (cm) 173

Tinggi pangkal breakwater (cm) 40

Jarak breakwater 3 – 4 (cm) 40001

4. P (cm) 1345

L (cm) 96

T1 (cm) 47

T2 (cm) 103

T3 (cm) 139

Tinggi pangkal breakwater (cm) 22

Jarak breakwater 4 – 5(cm) 2992

14 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 15: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

5. P (cm) 1418

L (cm) 96

T1 (cm) 47

T2 (cm) 101

T3 (cm) 177

Tinggi pangkal breakwater (cm) 21

Jarak breakwater 5 – siku-siku (cm) 2118

T1 diujung siku-siku (cm) 189

T2 ditengah (cm) 127

Jarak siku-siku – ujung (cm) 449

L ujung pangkal breakwater (cm) 95

T1 diujung pangkal breakwater (cm) 198

T2 pas disiku-siku (cm) 205

4.1.2 Pengukuran Slope PantaiStasiun 1 =

• Tinggi palem 1,h = 150 cm

• Tinggi palem 2, h = 98cm

∆h = 150-98 = 52 cm

• Jarak palem 1 dan 2, L = 500 cm

• Kelandaian = I = ∆h/L

I = 52/500 = 0,104

Stasiun 2 =

• Tinggi palem 1,h = 130 cm

• Tinggi palem 2, h = 60cm

∆h = 130-60 = 70 cm

• Jarak palem 1 dan 2, L = 500 cm

• Kelandaian = I = ∆h/L

I = 70/500 = 0,14

Stasiun 3 =

• Tinggi palem 1,h = 147 cm

• Tinggi palem 2, h = 74cm

∆h = 147-74 = 73 cm

• Jarak palem 1 dan 2, L = 500 cm

• Kelandaian = I = ∆h/L

I = 73/500 = 0,146

Stasiun 4 =

• Tinggi palem 1,h = 147 cm

• Tinggi palem 2, h = 74cm

∆h = 147-74 = 73 cm

• Jarak palem 1 dan 2, L = 500 cm

• Kelandaian = I = ∆h/L

I = 73/500 = 0,146

Stasiun 5 =

• Tinggi palem 1,h = 165 cm

15 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 16: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

• Tinggi palem 2, h = 105cm

∆h = 165-105 = 60 cm

• Jarak palem 1 dan 2, L = 500 cm

• Kelandaian = I = ∆h/L

I = 60/500 = 0,12

Hi H2 L (cm) Stasiun ∆h = h1-h2 i = ∆h / L

150 98 500 Stasiun 1 52 0.104

130 60 500 Stasiun 2 70 0.14

147 74 500 Stasiun 3 73 0.146

147 74 500 Stasiun 4 73 0.146

165 105 500 Stasiun 5 60 0.12

4.1.3 Pengukuran Nilai Backwash dan Swash4.1.3.1 Sedimen SwashSWASH

No. Stasiun Sedimen (gr)+ Plastik (gr) + Sedimen (gr)

1        Stasiun 117.05                0.65                    16.4

2        Stasiun 2 24.46               0.65                    23.81

3        Stasiun 3 51.35               0.65                    50.7

4        Stasiun 4 61.79               0.65                    61.14

4.1.3.2 Sedimen BackswashBACKSWASH

No Stasiun Sedimen + Plastik (gr) Plastik

(gr) Sedimen

(gr)

1 Stasiun 1 61.74 0.65 61.09

2 Stasiun 2 47.60 0.65 46.95

3 Stasiun 3 78.64 0.65 77.99

4 Stasiun 4 42.86 0.65 42.21

4.1.3.3 Sedimen DasarSTASIUN 2

No Ukuran Butir Sedimen + Plastik

(gr) Plastik

(gr) Sedimen

(gr)

1 0.2 8.28 0.98 7.3

2 0.05 187.63 0.98 186.65

3 0.03 2.91 0.98 1.93

4 0.0125 8.28 0.98 1.1

5 0.0625 1.88 0.98 0.9

STASIUN 4

No Ukuran Butir Sedimen + Plastik

(gr) Plastik

(gr) Sedimen

16 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 17: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

(gr)

1 0.2 6.36 0.98 5.38

2 0.05 158.46 0.98 157.48

3 0.03 13.21 0.98 12.23

4 0.0125 9.58 0.98 8.6

5 0.0625 1.28 0.98 0.3

4.1.4 Pengukuran GelombangPraktikum pengamatan gelombang ini dilakukan dengan mengamati tinggi maksimum

dan minimum gelombang, serta  periode gelombangnya. Pengamatan dilakukan di

laut dengan mendirikan palem gelombang pada daerah dengan kedalaman kurang

lebih 90 cm. Pada praktikum kali ini, pengamatan gelombang dilakukan pada pukul

10.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB di perairan Perairan Mangunharjo. Jumlah

data minimal yang diambil adalah sebanyak 200 data pengamatan gelombang, yang

masing-masing terdiri dari data tinggi maksimum (puncak gelombang), tinggi

minimum (lembah gelombang), dan periode gelombang. Berikut ini adalah beberapa

sampel data hasil pengamatan gelombang yang diambil pada pukul 10-00 – 12.00 WIB

di Perairan Mangunharjo

4.1.5 Pengukuran PasutTabel 4.1. Hasil analisis konstanta harmonik pasang surut dengan metode

Admiralty.

Konstanta A (m) g (° )

S0 125,8908

M2 30,7261 332,84

S2 34,4241 349,45

N2 15,3635 20,98

K1 33,9357 85,54

O1 28,6547 242,82

M4 3,8015 307,11

MS4 33,6535 319,99

K2 9,2945 349,45

P1 11,1988 85,54

Tabel 4.2. Nilai-nilai elevasi penting hasil pengolahan data pasang surut dengan

metode Admiralty.

Keterangan Elevasi (cm)

MSL 82

HHWL 167

LLWL -75

Zo 36,57

MLWL -28,60

MHWL 101,70

17 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 18: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

4.2 PEMBAHASAN4.2.1 Pengukuran Dimensi Bangunan PantaiBangunan pantai yang kita tinjau pada praktikum kali ini adalah groin pada daerah

Mangunharjo. Dengan adanya pengukuran dan perhitungan dimensi bangunan pantai

yang berkesinambungan dengan faktor hidro-oseanografi maka akan dihasilkan suatu

bangunan pantai yang sesuai dengan wilayah yang akan dibuat bangunan pantai

sehingga tidak akan merusak ekosistem yang ada. Desain bangunan yang baik adalah

yang memperhatikan faktor hidro-oseanografi meliputi gelombang, arus, pasut, dan

sedimen. Groin sendiri digunakan untuk menahan masuknya transport sedimen

sepanjang pantai ke pelabuhan atau muara sungai. Daerah yang kami kaji memang

dekat dengan muara sungai dan dikelilingi oleh pohon mangrove sebagai penghalau

gelombang besar.

Terdapat 5 breakwater pada daerah yang kami kaji dan dari pengukuran dimensi

bangunan pantai ini kita mendapatkan data yang meliputi data koordinat tiap titik,

panjang bangunan, tinggi bangunan dan lebar bangunan. Koordinat tiap titik tapi

karena adanya human error maka hanya breakwater 1, 2, dan 3 yang tercatat

koordinatnya sementara breakwater 4 dan 5 tidak ada. Pada Breakwater 1 nilai P dari

ujung pangkal bangunan pantai sampai siku groin 30cm, tinggi ujung pangkal

Bangunan pantai 1m, tinggi bangunan pantai arah laut siku sebelah kiri 208cm, tinggi

sedimen 25cm, tinggi Bangunan 65cm, tinggi Bangunan menghadap Laut 44cm. Pada

brekwater 2 tinggi bangunan pantai arah laut siku sebelah kiri 39cm dengan tinggi

sedimen 29cm. Pada brekwater 3 nilai P 1377cm, L 90cm, T1 34cm, T2 87cm, T3

173cm, Tinggi pangkal breakwater 40cm, Jarak breakwater 3 – 4 40001cm. Pada

breakwater 4 nilai P 1345cm, L 96cm, T1 47cm, T2 103cm, T3 (cm) 139, tinggi

pangkal breakwater 22cm, Jarak breakwater 4 – 5 adalah 2992cm. Pada breakwater 5

nilai P 1418cm, L 96cm, T1 47cm, T2 101cm, T3 177cm, Tinggi pangkal breakwater

21cm, Jarak breakwater 5 – siku-siku adalah 2118cm, T1 diujung siku-siku 189cm, T2

ditengah 127cm, Jarak siku-siku – ujung 449cm, L ujung pangkal breakwater 95cm, T1

diujung pangkal breakwater 198cm, T2 pas disiku-siku 205cm. Tentu saja hasil

pengukuran yang kami lakukan masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan

yang disebabkan oleh human error dan mungkin akan menjadikan acuan perbaikan

data lapangan agar kedepannya lebih baik lagi.

Groin ditempatkan dipantai dan akan menahan gerak sedimen, sehingga sedimen

mengendap di sisi sebelah hulu  (terhadap arah transport sedimen sepanjang pantai).

Disebelah hilir groin angkutan sedimen masih tetap terjadi, sementara suplai dari

sebelah hulu terhalang oleh bangunan, akibatnya daerah hilir groin mengalami defisit

sedimen sehingga pantai mengalami erosi. Keadaan tersebut akan terus berlangsung

sampai terjadi suatu keseimbangan baru dimana, pada saat sudut yang dibentuk oleh

gelombang pecah terhadap garis pantai baru adalah nol, yaitu tidak terjadi angkutan

sedimen sepanjang pantai. Perlindungan dengan 1 buah groin tidaklah cukup efektif.

Biasanya perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri bangunan yang

terdiri dari beberapa groin yang ditempatkan dengan jarak tertentu.

4.2.2 Pengukuran Slope PantaiDari hasil pengukuran sepanjang Bangunan Pantai, kelerengan di wilayah pesisir

18 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 19: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

Kecamatan Mangunharjo Semarang dapat dikategorikan sebagai pantai yang landai.

Pantai ini memiliki karakteristik yang landai, hal sesuai dengan ciri – ciri dari tipe

pantai yang berada di daerah pantai utara Jawa. Hal ini mempengaruhi terjadinya

penumpukan partikel sedimen di pinggiran pantai.

Kelerengan pantai pada saat pasang nilainya lebih besar dibandingkan pada saat

surut. Hal ini dipengaruhi oleh adanya perubahan muka air yang lebih tinggi. Selain

kenaikan muka air, perbedaan kelerengan antara saat pasang dan saat surut dapat

dilihat dari nilai jarak antara dua palm gelombang yang digunakan, dimana jaraknya

semakin dekat pada saat pasang.

Pada hasil pengolahan kelandaian pantai didapatkan hasil sebagai berikut :

I1 = 0.104, I2= 0.14, I3 = 0.146, I4 = 0.146, I5 = 0.12. Dapat disimpulkan dari hasil

tersebut kelandaian di wilayah pesisir Kecamatan Mangunharjo Semarang berkisar

pada slope = 0.1. Dengan kata lain slope di wilayah pesisir Kecamatan Mangunharjo

Semarang termasuk dalam kategori sangat landai, karena kemiringannya yang sangat

kecil.

Oleh karena itu, Selain jarak pantai dari jarak surut terendah tidaklah terlalu jauh dari

bibir pantai yang mulai landai sehingga bisa memudahkan mencari nilai elevasi dari

pantai tersebut. Karena yang kita temukan adalah pantai dengan karakteristik yang

landai, hal ini juga merupakan ciri- ciri dari tipe pantai yang berada di daerah pantai

utara Jawa. Hal ini yang mempengaruhi terjadinya penumpukan partikel sedimen di

pinggiran pantai.

4.2.3 Pengukuran Nilai Backwash dan SwashBerdasarkan tabel data hasil lab, massa sedimen yang terperangkap di sekop atau

serokan pada saat gelombang naik ke pantai (swash) jumlahnya lebih sedikit

dibandingkan ketika gelombang turun dari pantai dan kembali kelaut (backswash).

Pada saat swash rata-rata sedimen yang terperangkap sebanyak 38.0125 gr dan

ketika backswash rata-rata sedimen yang terperangkap sebanyak 57.06 gr. Hal

tersebut menunjukkah bahwa kekuatan gelombang ketika menuruni pantai atau

ketika gelombang kembali ke laut (backwash) jauh lebih besar daripada ketika

gelombang menaiki pantai (swash). Dengan lebih banyaknya sedimen yang dibawa

ketika gelombang kembali ke laut maka daerah tersebut merupakan daerah yang

memiliki potensi besar untuk terjadinya erosi.

4.2.4 Pengukuran GelombangDari data tersebut dapat diketahui tinggi maksimum (puncak gelombang) diukur dari

permukaan laut dan tinggi minimum (lembah gelombang) dengan rata-ratanya adalah

85 cm dari permukaan laut.

Pengamatan gelombang secara langsung dilakukan pada sekitar pukul 10.00 WIB

secara berkelompok dengan kerjasama tim menggunakan peralatan antara lain: wave

pole, stopwatch untuk menghitung waktu, dan buku pencatat gelombang yang

berfungsi mencatat hasil-hasil pengamatan. Metode ini di sebut sebagai metode

Konvensional. Pengamatan gelombang yang dilakukan yaitu mengukur tinggi

gelombang dan menghitung periode gelombang.

Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati batas puncak gelombang

19 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 20: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

dan batas lembah gelombang yang melewati wave pole yang kami letakkan di sekitar

50 meter dari garis pantai untuk kemudian dicatat. Perhitungan periode gelombang

dilakukan dengan cara ; pertama, menentukan titik tetap dari letak wave pole yang

berfungsi sebagai acuan jarak untuk menentukan periode/waktu gelombang. Periode

gelombang dihitung pada saat gelombang melewati wave pole sampai gelombang

tersebut melewati batas titik tetap yang tadi telah ditentukan (perhitungan periode

gelombang ini dilakukan sebanyak 200 kali ulangan). Waktu yang digunakan adalah

ketika gelombang berada di puncak dan kembali menjadi puncak kembali dalam satu

gelombang.

Dalam melakukan pengamatan gelombang, terdapat beberapa kendala yang terjadi,

salah satunya yaitu wave pole kurang sempurna berdiri vertikal disebabkan

kurangnya tegaknya wave pole di landasan dasar perairan. Hal tersebut tentu saja

mengganggu pengamatan kami dalam hal keakuratan hasil pengamatan gelombang

yang kami dapatkan.

Gelombang yang kami amati merupakan gelombang yang berada dekat dengan

perairan dangkal, jadi berdasarkan data dan pengamatan kami, gelombang yang kami

amati tepengaruh oleh angin yang relatif lambat kecepatannya dan fetch dekat

dengan pantai, topografi perairan, kelandaian perairan, dan kondisi perairan yang

cenderung tenang. Sehingga gelombang yang terdapat di perairan tersebut

cenderung kecil dengan pola teratur, tenang dan bisa dikategorikan sebagai

gelombang pembentuk pantai, bukan gelombang perusak pantai karena di tinjau dari

karakteristiknya, gelombang tersebut memiliki ketinggian kecil dan kecepatan rambat

yang rendah. Sehingga jika gelombang tersebut pecah di pantai akan mengangkut

sedimen (material pantai). Material pantai akan tertinggal di pantai (deposit) ketika

aliran balik dari gelombang pecah meresap ke dalam pasir atau pelan-pelan mengalir

kembali ke laut. Gelombang diperairan ini nampak menimbulkan arus sepanjang

pantai yang bergerak dari Selatan ke Utara dan mempengaruhi pergerakkan sedimen

yang ada di dalamnya.

Berdasarkan hasil grafik data kani (kelompok 1), gelombang tersebut (pada pukul

10.00-12.00 WIB di perairan Mangunharjo,Mangkang) tergambarkan teratur,

cenderung tenang, dan ketinggiannya rata-rata hampir sama. H maks yang diperoleh

adalah 10 cm dan T maks 1.2 s.

4.2.5 Pengukuran PasutBerdasarkan hasil pengolahan data pasang surut laut bulan Juni 2007 dari Stasiun

Meteorologi Maritim Semarng didapatkan hasil bahwa nilai MSL sebesar 151 cm.

Sedangkan untuk nilai HHWL dan LLWL secara berturut-turut sebesar 192 cm dan 111

cm.

Dalam perencanaan bangunan pantai di wilayah semarang data pasang surut tersebut

menjadi salah satu acuan yang tidak boleh ditinggalkan. Karena akan mempengaruhi

kelayakan dan manfaat yang diharapkan. Ketika bangunan pantai yang dibuat

memiliki ketinggian yang lebih rendah dibandingkan dengan HHWL maka pada saat

pasang tertinggi bangunan akan terendam dan manfaat yang diharapkn menjadib

tidak maksimal.

Berdasarkan hasil pengukuran pasang surut laut tersebut maka dalam pembangunan

20 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 21: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

bangunan pantai,bangunan harus memiliki tinggi yang lebih daripada HHWL yaitu 192

cm.

Pembuatan bangunan juga tidak boleh sama tinggi dengan HHWL, hal itu

dimaksudkan untuk meminimalisir terjadinya run up ketika pasang terjadi. Apalagi

adanya fenomena Land subsiden dan kenaikan muka air laut. Untuk itu ketinggian

bangunan pantai harus benar benar diperhitungkan agar lebih efektif.

21 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 22: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

BAB VKESIMPULAN

5.1 Pengukuran Dimensi Bangunan PantaiDalam 5 titik yang sudah diambil datanya didapatkan bahwa bangunan pantai sudah

ada di daerah mangunharjo sudah cukup efektif. Keadaan tersebut akan terus

berlangsung sampai terjadi suatu keseimbangan baru dimana, pada saat sudut yang

dibentuk oleh gelombang pecah terhadap garis pantai baru adalah nol, yaitu tidak

terjadi angkutan sedimen sepanjang pantai.

5.2 Pengukuran Slope PantaiDapat disimpulkan dari hasil tersebut kelandaian di wilayah pesisir Kecamatan

Mangunharjo Semarang berkisar pada slope = 0.1. Dengan kata lain slope di wilayah

pesisir Kecamatan Mangunharjo Semarang termasuk dalam kategori sangat landai,

karena kemiringannya yang sangat kecil.

5.3 Pengukuran Nilai Backwash dan SwashDari data yang didapat menunjuk bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang

memiliki potensi besar untuk terjadinya erosi karena kembali ke laut (backwash) jauh

lebih besar daripada ketika gelombang menaiki pantai (swash).

5.4  Pengukuran GelombangGelombang yang kami amati di perairan perairan Mangunharjo (Mangkang) memiliki H

maks 10 cm dan T maks sebesar 1.2 s. Hal ini dipengaruhi oleh angin yang relatif

lambat, fetch dekat pantai, topografi perairan yang landai, kondisi perairan yang

cenderung tenang, dapat dikategorikan sebagai gelombang pembentuk pantai karena

ketinggiannya kecil dan kecepatan rambat rendah. Gelombang ini juga menyebabkan

pergerakan sedimen dan arus sepanjang pantai yang dalam praktikum ini, arus

sepanjang pantai bergerak dari Selatan ke Utara.

Daerah Perairan Mangkang tersebut berlokasi di sebelah utara Pulau Jawa, yang

cenderung kurang mendapat pengaruh dari samudra. Hal ini juga diakibatkan karena

adanya banyak pulau yang berada di sebelah utara Pulau Jawa, sehingga tinggi

gelombang cenderung tidak terlalu tinggi. Hal ini berbeda dengan daerah di perairan

selatan Indonesia yang mendapat pengaruh besar dari samudra, baik dari Samudra

Hindia maupun Samudera Pasifik, dan angin yang bertiup pun memiliki pengaruh dari

Benua Australia yang cenderung besar dan membangkitkan gelombang yang tinggi.

5.5 Pengukuran PasutBerdasarkan hasil pengolahan data pasang surut laut bulan Juni 2010 dari Stasiun

Meteorologi Maritim Semarng didapatkan hasil bahwa nilai MSL sebesar 60.935 cm.

Sedangkan untuk nilai HHWL dan LLWL secara berturut-turut sebesar 85.738 cm dan

12.118 cm. Dan dari grafik terlihat bahwa tipe pasut untuk Perairan Mangkang

Mangunharjo adalah tipe campuran condong ke harian ganda.

22 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 23: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

Dalam perencanaan bangunan pantai di wilayah Semarang, data pasang surut

tersebut menjadi salah satu acuan yang tidak boleh ditinggalkan, dikarenakan dapat

mempengaruhi manfaat yang diharapkan. Ketika bangunan pantai yang dibuat

memiliki ketinggian yang lebih rendah dibandingkan dengan HHWL maka pada saat

pasang tertinggi bangunan akan terendam dan manfaat yang diharapkan menjadi

tidak maksimal.

Berdasarkan hasil pengukuran pasang surut laut tersebut maka dalam pembangunan

bangunan pantai,bangunan harus memiliki tinggi yang lebih daripada HHWL yaitu

85.738 cm.

Pembuatan bangunan juga tidak boleh sama tinggi dengan HHWL, hal itu

dimaksudkan untuk meminimalisir terjadinya run up ketika pasang terjadi. Apalagi

adanya fenomena land subsidence dan kenaikan muka air laut (sea level rise). Untuk

itu ketinggian bangunan pantai harus benar benar diperhitungkan agar lebih efektif.

Dan dari nilai MHWL dan MLWL yang berturut turut bernilai 71.851 cm dan 38.012 cm

dapat membuktikan bahwa kenainan muka air laut bergerak setinggi itu selama

periode 19 tahun. Dan dari grafik pada buku Teknik Pantai (Triatmodjo,1999)

membuktikan bahwa kenaikan muka air laut untuk daerah Semarang termasuk tinggi,

dikarenakan nilai MLWL dan MHWL tersebut. Maka dari itu, pembangunan groin yang

ada di daerah tersebut sangat membantu dalam meredam energi gelombnag pasut

yang bergerak menuju daratan.

23 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s

Page 24: Bangunan Pantai Penahan Erosi by Rizky Jaws

DAFTAR PUSTAKA

 

Martono, 2006. Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis

Model Laut dalam Prosiding Seminar  Nasional  Aplikasi Sains dan Teknologi

Anonim. 2009. Peramalan Gelombang Laut

Dalam. http://rahmat88aceh.wordpress.com/2009/02/07/peramalan-gelombang-laut-

dalam/ diakses tanggal. 26 Juni 2013 pukul 09:53 WIB

Anonim. 2013. Gelombang. http://acehpedia.org/Gelombang_laut diakses tanggal. 26

Juni 2013 pukul 09:53 WIB

Anonim. 2013. Fetch dan Pembangkit Gelombang Oleh Angin

Badai. http://www.scribd.com/doc/55735924/17/Gambar%C2%A014-%C2%A0Fetch

%C2%A0dan%C2%A0pembangkitan%C2%A0gelombang%C2%A0oleh%C2%A0angin-

badaidiakses tanggal. 26 Juni 2013 pukul 09:53 WIB

Anonim. 2010. Teori Gelombang. http://akmalchaka.blogspot.com/2010/02/teori-

gelombang.html diakses tanggal. 26 Juni 2013 pukul 09:53 WIB

Anonim. 2012. Pengertian

Sedimen. http://toyibatul-ilmi.blogspot.com/2012/07/pengertian-sedimen.html diakses

tanggal. 27 Juni 2013 pukul 20:53 WIB

Anonim. 2010. Elevasi Muka Air

Laut. http://setiawanputu.blogspot.com/2010/01/elevasi-muka-air-laut.html diakses

tanggal. 27 Juni 2013 pukul 20:56 WIB

Anonim. 2012. Pasang Surut

Laut. http://a298431oseanografi.blogspot.com/2012/01/pasang-surut-laut.html diakses

tanggal. 27 Juni 2013 pukul 20:59 WIB

Anonim. 2013. Pengertian Pantai dan Definisi

Pantai. http://www.pantai.org/others/pengertian-pantai-dan-definisi-pantai diakses

tanggal. 27 Juni 2013 pukul 21:08 WIB

Anonim. 2010. Bangunan Pelindung

Pantai. http://syahrin88.wordpress.com/2010/09/09/bangunan-pelindung-pantai/ diaks

es tanggal. 27 Juni 2013 pukul 21:15 WI

                                                                          

24 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s